agar tidak memutus-
kan suatu perkara sebelum kita mendengarnya. Pekerjaan men-
cipta yaitu pekerjaan yang sungguh amat baik. Segala sesuatu
yang dijadikan Tuhan dijadikan dengan baik, dan tidak ada cacat
atau kekurangan apa pun di dalamnya.
1. Pekerjaan itu baik. Baik, sebab semuanya sesuai dengan pikir-
an Sang Pencipta, persis seperti apa yang diinginkan-Nya.
saat salinannya harus dibandingkan dengan yang aslinya,
ternyata itu sama persis, tidak ada kesalahan di dalamnya,
tidak ada satu coretan pun yang salah tulis. Baik, sebab pe-
kerjaan itu memenuhi tujuan penciptaannya, dan sesuai de-
ngan maksud pekerjaan itu dirancang. Baik, sebab pekerjaan
itu berguna bagi manusia, yang telah ditunjuk Tuhan sebagai
tuan atas makhluk ciptaan yang kelihatan. Baik, sebab semua
itu demi kemuliaan Tuhan . Dalam seluruh ciptaan yang kelihat-
an terdapat sesuatu yang menunjukkan keberadaan Tuhan dan
kesempurnaan-kesempurnaan-Nya, dan yang berkuasa untuk
melahirkan, dalam jiwa manusia, kerinduan yang saleh akan
Dia dan pemujaan terhadap-Nya.
2. Pekerjaan itu sungguh amat baik. Dari pekerjaan tiap-tiap hari
(kecuali hari kedua) dikatakan bahwa pekerjaan itu baik,
namun sekarang, pekerjaan itu sungguh amat baik. Sebab,
(1) Sekarang manusia sudah dijadikan, yang merupakan pun-
cak dari semua jalan Tuhan , yang dirancang sebagai gambar
yang kelihatan dari kemuliaan Sang Pencipta dan mulut bagi
makhluk ciptaan dalam membawa puji-pujian bagi-Nya.
(2) Sekarang semua sudah dijadikan. Setiap bagiannya baik,
namun seluruhnya secara bersama-sama sungguh amat
baik. Kemuliaan dan kebaikan, keindahan dan keselarasan
dari pekerjaan-pekerjaan Tuhan , baik pemeliharaan-Nya mau-
pun anugerah-Nya, seperti penciptaan ini, akan tampak pa-
ling baik jika mereka disempurnakan. saat batu utama
diletakkan, kita akan berseru, bagus! Bagus sekali batu itu!
(Za. 4:7). Oleh sebab itu, janganlah menilai apa pun sebe-
lum waktunya.
III. Waktu diselesaikannya pekerjaan ini: Jadilah petang dan jadilah
pagi, itulah hari keenam. Jadi, dalam enam hari Tuhan menjadikan
Kitab Kejadian 1:31
35
dunia. Jangan sampai kita berpikir bahwa Tuhan tidak dapat men-
jadikan dunia dengan sesaat . Ia yang berkata, jadilah terang,
lalu terang itu jadi, bisa saja berkata, Jadilah dunia, maka dunia
akan jadi, dalam sekejap mata, seperti pada hari kebangkitan
(1Kor. 15:52). namun Ia melakukannya dalam enam hari, agar bisa
menunjukkan diri-Nya sebagai pekerja yang bebas, yang melaku-
kan pekerjaan-Nya baik dalam cara-Nya sendiri maupun dalam
waktu-Nya sendiri. Agar hikmat, kuasa, dan kebaikan-Nya tam-
pak pada kita, dan direnungkan oleh kita, secara lebih jelas dan
terpilah. Agar Ia bisa memberi teladan bagi kita untuk bekerja
selama enam hari dan beristirahat pada hari ketujuh. Oleh sebab
itu, hal ini dijadikan landasan dari perintah Tuhan yang keempat.
Begitu besarnya peran hari Sabat dalam membantu memelihara
agama di dunia sampai-sampai Tuhan memikirkannya dalam pem-
bagian waktu penciptaan-Nya. Dan sekarang, sama seperti Tuhan
melihat kembali pekerjaan-Nya, marilah kita melihat kembali
renungan-renungan kita atas pekerjaan-Nya itu, maka kita akan
mendapati bahwa renungan-renungan kita itu amat cacat dan
berkekurangan, dan puji-pujian kita datar dan hambar. Oleh
sebab itu, marilah kita menggugah diri kita sendiri, dan segenap
jiwa kita, untuk menyembah Dia yang telah menjadikan langit dan
bumi dan laut dan semua mata air, sesuai dengan maksud dan
tujuan Injil kekal, yang diberitakan kepada semua bangsa (Why.
14:6-7). Segala pekerjaan-Nya, di segala tempat kekuasaan-Nya,
benar-benar memuji Dia. Dan, oleh sebab itu, Pujilah TUHAN, hai
jiwaku!
PASAL 2
asal ini merupakan tambahan kepada sejarah penciptaan, yang
secara lebih khusus menjelaskan lebih lengkap perihal bagian
sejarah yang langsung berhubungan dengan manusia, makhluk ke-
sayangan di dunia bawah ini. Di dalamnya kita melihat,
I. Pelembagaan dan pengudusan hari Sabat yang diadakan un-
tuk manusia guna meningkatkan kekudusan dan kenyaman-
annya (ay. 1-3).
II. Uraian yang lebih terperinci tentang penciptaan manusia se-
bagai pusat dan ringkasan seluruh karya (ay. 1-7).
III. Gambaran tentang taman Eden dan penempatan manusia di
dalamnya di bawah kewajiban hukum dan kovenan (ay. 8-17).
IV. Penciptaan perempuan, perkawinannya dengan laki-laki itu,
dan pelembagaan aturan perkawinan (ay. 18, dst.)
Hari Ketujuh
(2:1-3)
1 Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. 2 saat Tuhan
pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu,
berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya
itu. 3 Lalu Tuhan memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, sebab
pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah
dibuat-Nya itu.
Di sini diceritakan tentang,
I. Pendirian kerajaan alam saat Tuhan beristirahat dari karya pen-
ciptaan (ay. 1-2). Amatilah di sini,
1. Makhluk-makhluk yang diciptakan, baik di langit maupun di
bumi beserta segala isinya, yang menunjukkan bahwa jum-
P
38
lahnya sangat besar, namun teratur, tertib, dan terkendali.
Betapa besar jumlahnya! Walaupun demikian, masing-masing
tahu tempatnya dan tetap berada di situ. Tuhan memakai
semua itu sebagai pasukan-Nya untuk membela umat-Nya dan
membinasakan musuh-musuh-Nya. Sebab Dialah Tuhan
semesta alam, atas bala tentara langit (Dan. 4:35).
2. Langit dan bumi merupakan karya yang telah rampung, begitu
juga semua makhluk di dalamnya. Karya Tuhan begitu sempur-
na hingga tidak ada sesuatu pun yang dapat ditambahkan atau
dikurangi (Pkh. 3:14). Tuhan yang mulai mencipta membuktikan
diri bahwa Ia sangat mampu untuk menyelesaikannya.
3. Sesudah enam hari, Tuhan berhenti dari semua pekerjaan pen-
ciptaan. Ia mengakhiri pekerjaan dengan cara demikian, meski-
pun dalam pemeliharaan-Nya, ia tetap bekerja sampai sekarang
(Yoh. 5:17). Ia memelihara dan memimpin semua makhluk, ter-
utama membentuk roh manusia, namun tidak menciptakan
makhluk jenis baru. Melalui mujizat, Ia telah mengendalikan
dan menguasai alam, namun tidak pernah mengubah jalannya
yang sudah ditetapkan, mencabut, atau menambahkan apa pun
yang telah ditetapkan-Nya.
4. Walaupun Tuhan yang kekal sudah bahagia dengan keadaan-
Nya, Ia juga puas dengan hasil karya tangan-Nya sendiri. Ia ti-
dak beristirahat seperti seseorang yang letih, namun yang senang
dengan contoh kebaikan-Nya dan perwujudan kemuliaan-Nya.
II. Permulaan kerajaan anugerah dalam pengudusan hari Sabat (ay.
3). Tuhan beristirahat pada hari itu dan puas dengan ciptaan-Nya,
lalu menguduskannya serta menentukan supaya pada hari itu
kita juga beristirahat dan puas di dalam Sang Pencipta. Di dalam
perintah keempat, istirahat-Nya dimaksudkan sebagai istirahat
bagi kita sesudah bekerja keras selama enam hari. Amatilah,
1. Perayaan khidmat satu di antara tujuh hari sebagai hari per-
hentian kudus dan pekerjaan kudus demi kehormatan Tuhan ,
merupakan kewajiban yang sangat penting bagi semua orang
kepada siapa Tuhan telah menyatakan hari-hari Sabat-Nya yang
kudus.
2. Pengudusan hari Sabat merupakan cara lama yang baik (Yer.
6:16). Hari Sabat sama tuanya dengan dunia ini, dan saya
tidak melihat alasan untuk meragukan hari Sabat, yang seka-
Kitab Kejadian 2:4-7
39
rang ditetapkan sebagai perayaan kudus, telah dijalankan de-
ngan saleh oleh umat Tuhan sepanjang zaman para bapa lelu-
hur.
3. Hari Sabat Tuhan sungguh terhormat dan kita mempunyai alas-
an untuk menghormatinya. Kita harus menghormatinya demi
kepurbakalaan masanya, demi Penciptanya yang agung. Kita
harus menghormatinya sebab hari Sabat pertama dikudus-
kan oleh Tuhan yang suci itu sendiri, dan oleh ketaatan kudus
orang-orang tua pertama kita terhadap Dia.
4. Hari Sabat yaitu hari yang diberkati sebab Tuhan member-
katinya. Apa yang diberkati-Nya pastilah penuh berkat. Tuhan
menghormati hari itu dan menetapkan supaya kita memuji Dia
pada hari itu. Ia juga berjanji untuk menemui dan memberkati
kita pada hari itu.
5. Hari Sabat yaitu hari yang kudus sebab Tuhan telah mengu-
duskannya. Ia telah memisahkan dan membedakannya de-
ngan hari-hari lain dalam sepekan dan telah mengkhususkan
hari itu serta menyisihkannya bagi diri-Nya, pelayanan-Nya,
dan kehormatan-Nya. Walaupun umumnya dianggap bahwa
hari Sabat Kristen yang kita jalani, dengan mempertimbangan
hari penciptaan, bukanlah hari ketujuh melainkan hari per-
tama dalam sepekan, namun, sebab hari itu yaitu hari
ketujuh dan kita di dalamnya memperingati hari perhentian
Anak Tuhan serta penuntasan karya penebusan kita, kita boleh
dan sudah sepatutnya bertindak dengan iman atas pelembaga-
an awal hari Sabat itu. Kita pantas memperingati karya pen-
ciptaan demi menghormati Sang Pencipta Agung yang memang
layak menerima pujian dan hormat dari semua kumpulan
jemaat saleh pada hari itu.
Penciptaan Manusia
(2:4-7)
4 Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. saat TUHAN
Tuhan menjadikan bumi dan langit, 5 belum ada semak apa pun di bumi,
belum timbul tumbuh-tumbuhan apa pun di padang, sebab TUHAN Tuhan
belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk
mengusahakan tanah itu; 6 namun ada kabut naik ke atas dari bumi dan
membasahi seluruh permukaan bumi itu 7 saat itulah TUHAN Tuhan
membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup
ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.
40
Di dalam ayat-ayat ini,
I. Sebuah nama diberikan kepada Sang Pencipta yang sampai di sini
belum kita temui, yaitu Yahweh atau TUHAN (LORD), dengan
huruf-huruf besar yang terus digunakan dalam terjemahan ba-
hasa Inggris (dan Indonesia) untuk menyiratkan bahwa dalam
bahasa asli, yang dipakai yaitu nama Yahweh. Di dalam seluruh
pasal pertama Ia disebut Elohim Tuhan yang penuh kuasa. namun
sekarang Ia disebut Yahweh Elohim Tuhan yang penuh kuasa dan
kesempurnaan, Tuhan yang menyelesaikan. Sama seperti kita men-
dapati bahwa Ia dikenal dengan nama Yahweh saat menyatakan
diri untuk melaksanakan apa yang telah dijanjikan-Nya (Kel. 6:3),
demikian pula kita mengenal Dia dengan nama itu, saat Ia telah
menyempurnakan apa yang telah dimulai-Nya. Yahweh yaitu
nama Tuhan yang agung dan tidak dapat diperkatakan, yang
menunjukkan bahwa Ia memiliki keberadaan-Nya dari diri-Nya
sendiri, dan Ia memberi keberadaan kepada semua makhluk.
Oleh sebab itu, sudah sepantasnya Ia disebut dengan nama itu
sesudah langit dan bumi selesai diciptakan.
II. Perhatian selanjutnya yang diberikan pada pengadaan tumbuh-tum-
buhan dan semak, sebab mereka diciptakan dan ditetapkan untuk
menjadi makanan bagi manusia (ay. 5-6). Perhatikanlah di sini,
1. Bumi tidak menghasilkan buah dengan sendirinya atau mela-
lui kemampuan pembawaannya sendiri, melainkan semata-
mata melalui kuasa Tuhan yang tak terbatas yang membentuk
setiap tanaman dan semak sebelum bertumbuh di tanah.
Demikian pulalah kasih karunia di dalam jiwa, atau tanaman
kemasyhuran, tidak tumbuh dengan sendirinya di tanah,
namun merupakan hasil karya tangan Tuhan sendiri.
2. Hujan juga merupakan pemberian Tuhan . Hujan tidak turun
sebab TUHAN Tuhan belum menurunkan hujan ke bumi. saat
tidak turun hujan, Tuhan sendirilah yang menahannya. saat
hujan turun dengan deras pada musimnya, Tuhan sendirilah
yang menurunkan hujan ke atas kota yang satu dan tidak
menurunkan hujan ke atas kota yang lain (Am. 4:7).
3. Walaupun Tuhan biasanya bekerja dengan memakai sa-
rana, Ia tidak terikat pada sarana itu. Sebaliknya, Ia bisa saja
melaksanakan pekerjaan-Nya tanpa sarana itu. Sama seperti
Kitab Kejadian 2:4-7
41
tumbuh-tumbuhan dijadikan sebelum matahari diciptakan,
tanaman juga sudah tumbuh sebelum ada hujan untuk mem-
basahi bumi atau manusia untuk mengolahnya. Oleh sebab
itu janganlah kita mencobai Tuhan bila tidak ada sarana, namun
justru mempercayakan diri kepada Tuhan di tengah tiadanya
sarana.
4. Melalui satu atau lain cara, Tuhan mampu membasahi tumbuh-
tumbuhan yang ditanam-Nya sendiri. Walaupun saat itu be-
lum ada hujan, Tuhan menciptakan kabut yang setara dengan
hujan, dan dengan kabut itu Ia membasahi seluruh permukaan
bumi. Demikianlah Ia memilih untuk mencapai tujuan-Nya
melalui sarana yang paling lemah, supaya nyata, bahwa ke-
kuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Tuhan . Kasih
karunia ilahi turun bagaikan kabut atau embun yang senyap
dan membasahi jemaat tanpa bunyi (Ul. 32:2).
III. Uraian yang lebih terperinci perihal penciptaan manusia (ay. 7).
Manusia bagaikan dunia kecil yang terdiri atas langit dan bumi,
jiwa dan tubuh. Di sini kita melihat uraian tentang asal mula dan
penyatuan keduanya. Marilah kita merenungkannya dengan sung-
guh dan berkata untuk memuji Pencipta kita, kejadianku dahsyat
dan ajaib (Mzm. 139:14). Pada zaman para bapa leluhur, Elihu me-
rujuk kepada sejarah ini saat ia berkata (Ayb. 33:6), aku pun diben-
tuk dari tanah liat, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup
(ay. 4), dan juga roh yang di dalam manusia (32:8). Jadi amatilah,
1. Asal usul manusia yang bersahaja, namun juga susunan tubuh-
nya yang dibentuk dengan sangat cermat.
(1) Bahannya sangat hina. Ia dibentuk dari debu tanah, bahan
yang sangat sulit dipercaya bisa membentuk manusia.
Namun, kuasa tidak terbatas yang telah menciptakan bumi
tanpa bahan apa pun, membentuk manusia, karya agung
itu, dari bahan yang tidak ada apa-apanya. Ia dibentuk dari
debu, debu halus yang menutupi permukaan tanah. Boleh
jadi yang digunakan itu bukanlah debu kering melainkan
debu yang dibasahi kabut yang naik dari bumi (ay. 6). Ia
bukan dibentuk dari debu emas, serbuk mutiara, atau
serbuk intan, melainkan debu biasa, debu dari tanah.
Itulah sebabnya ia disebut berasal dari debu tanah, choikos
42
berdebu (1Kor. 15:47). Kita pun berasal dari debu tanah,
sebab kita yaitu keturunannya, dari cetakan yang sama.
Begitu dekatnya pertalian di antara bumi dan orangtua
kandung kita, hingga rahim ibu dari mana kita dilahirkan
juga disebut bumi (Mzm. 139:15). Dan juga, tanah yang di
dalamnya kita akan dikuburkan, disebut kandungan ibu
(Ayb. 1:21). Dasar kita ada di dalam debu tanah (Ayb.
4:19). Susunan tubuh kita berasal dari tanah, dan pemben-
tukannya seperti cara membuat bejana dari tanah liat (Ayb.
10:9). Makanan kita dihasilkan dari tanah (Ayb. 28:5). Ke-
dekatan kita yaitu dengan tanah (Ayb. 17:14). Bapa-bapa
leluhur kita dikubur di dalam tanah, dan ke sanalah juga
kita akan berakhir. Jadi apakah yang bisa kita banggakan?
(2) Walau demikian, Sang Pencipta sungguh agung, dan hasil
ciptaannya sangat indah. TUHAN Tuhan , sumber keberada-
an dan kuasa, membentuk manusia. Mengenai makhluk-
makhluk lain, dikatakan bahwa semuanya diciptakan dan
dibuat, namun manusia dikatakan dibentuk, yang menunjuk-
kan proses bertahap dalam karya yang dikerjakan dengan
ketepatan dan kecermatan yang tinggi. Untuk mengungkap-
kan penciptaan makhluk yang baru ini, Ia memakai
istilah baru, yang (menurut beberapa orang) dipinjam dari
kegiatan seorang tukang periuk yang sedang membentuk
bejana di atas jentera. Kita tanah liatnya, sedangkan Tuhan
yang membentuk kita (Yes. 64:8). Tubuh manusia diran-
cang dengan sangat cermat (Mzm. 139:15-16). Materiam
superabat opus Pembuatannya melebihi bahan-bahannya.
Biarlah kita mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan
sebagai persembahan yang hidup (Rm. 12:1), sebagai bait
Roh Kudus (1Kor. 6:19), dan kelak tubuh-tubuh fana ini
akan dibentuk ulang serupa dengan tubuh Kristus yang
mulia (Flp. 3:21).
2. Asal usul yang luhur dan kegunaan jiwa manusia yang menga-
gumkan.
(1) Jiwa manusia menjadi hidup sebab nafas dari sorga dan
dihasilkan darinya. Jiwa ini tidak dibuat dari debu tanah
seperti halnya tubuh. sebab itu sungguh disayangkan
jika jiwa manusia melekat pada dunia dan mementing-
Kitab Kejadian 2:4-7
43
kan hal-hal duniawi. Jiwa manusia datang langsung dari
Tuhan . Ia memberi nya untuk berdiam di dalam tubuh
(Pkh. 12:7), sama seperti saat Ia memberi loh-loh batu
dengan tulisan tangan-Nya sendiri untuk disimpan di dalam
tabut, dan urim hasil rancangan-Nya sendiri itu untuk
ditempatkan di tutup dada Harun. Oleh sebab itu, Tuhan
bukan saja pembentuk, melainkan Bapa segala roh juga.
Biarlah jiwa yang diembuskan Tuhan di dalam diri kita juga
bernafas seperti Dia dan diperuntukkan bagi-Nya sebab
berasal dari Dia. Marilah kita percayakan roh kita ke dalam
tangan-Nya, sebab dari tangan-Nyalah kita menerimanya.
(2) Jiwa berdiam di dalam tempat dari tanah liat dan menjadi
nyawa serta penyokongnya. Melalui jiwalah manusia men-
jadi makhluk yang hidup. Artinya, menjadi manusia yang
hidup sebab jiwa yaitu manusia itu sendiri. Tubuh akan
menjadi kerangka yang tidak berharga, tidak berguna, dan
menjijikkan jika jiwa tidak menghidupkannya. Kepada
Tuhan yang memberi jiwa kepada kita, kita harus memberi-
kan pertanggungjawaban tidak lama lagi, perihal bagai-
mana kita memanfaatkan, memakai , menyesuaikan,
dan menyia-nyiakannya. Jika kemudian didapati bahwa kita
telah kehilangan semua ini, meskipun tujuannya yaitu un-
tuk meraih dunia, kita akan binasa selamanya. Mengingat
bahwa asal usul jiwa begitu mulia dan sifat serta kemampu-
annya begitu tinggi, janganlah kita seperti orang-orang
bodoh yang memandang rendah jiwa mereka sendiri
dengan cara lebih mengutamakan tubuh jasmani (Ams.
15:32). saat Yesus Tuhan kita mengoleskan tanah liat ke
mata orang buta, mungkin Ia sedang menyiratkan bahwa
Dialah yang pertama membentuk manusia dari tanah liat.
saat Ia mengembusi murid-murid-Nya dan berkata:
Terimalah Roh Kudus, Ia menyiratkan bahwa Dialah yang
pertama mengembuskan kehidupan ke lubang hidung ma-
nusia. Hanya Dia yang membuat jiwa sajalah yang mampu
membuatnya baru.
44
Taman Eden
(2:8-15)
8 Selanjutnya TUHAN Tuhan membuat taman di Eden, di sebelah timur;
disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. 9 Lalu TUHAN
Tuhan menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan
yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah
taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. 10
Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari
situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang. 11 Yang pertama, namanya
Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila, tempat emas
ada. 12 Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu
krisopras. 13 Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang mengalir
mengelilingi seluruh tanah Kush. 14 Nama sungai yang ketiga ialah Tigris,
yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah
Efrat. 15 TUHAN Tuhan mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam
taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
Manusia terdiri atas tubuh dan jiwa. Tubuh yang terbuat dari tanah
liat serta jiwa yang kekal dan berakal budi yang menerima nafas dari
sorga. Di dalam ayat-ayat ini kita melihat perbekalan yang disediakan
bagi kesejahteraan keduanya. Dia yang membentuk manusia itu
ingin membuatnya senang, asal saja manusia dapat mempertahan-
kan keadaan itu dan tahu bahwa ia sungguh beruntung. Bagian dari
diri manusia yang berkaitan dengan dunia perasaan dibuat bahagia
sebab ia ditempatkan di taman firdaus Tuhan . Sedangkan bagian dari
dirinya yang berkaitan dengan dunia roh juga diperlengkapi dengan
baik, sebab ia dibawa masuk ke dalam kovenan dengan Tuhan . Ya
Tuhan, siapakah manusia hingga ia dimuliakan seperti itu, manusia
yang yaitu ulat! Di sini kita melihat,
I. Gambaran tentang taman Eden, yang dimaksudkan sebagai tem-
pat tinggal dan daerah kekuasaan Tuhan yang agung ini, istana
sang raja. Di dalam sejarah ini, penulis yang diilhami Tuhan ini
pertama-tama menulis bagi orang Yahudi terlebih dahulu. Dengan
tujuan mengarahkan tulisannya kepada jemaat yang masih
seperti bayi, ia melukiskan berbagai hal melalui penampilan
luarnya yang bisa dimengerti. Melalui pengungkapan terang ilahi
lebih lanjut, kita dibawa ke dalam pemahaman rahasia-rahasia
yang ada di balik tulisannya itu. Hal-hal rohani diumpamakan
sebagai makanan keras yang belum sanggup mereka cerna, jadi ia
menulis kepada mereka seperti kepada manusia duniawi (1Kor.
3:1). Oleh sebab itu, ia tidak begitu menekankan perihal kebaha-
giaan pikiran Adam jika dibandingkan dengan keadaan luarnya.
Kitab Kejadian 2:8-15
45
Zaman Musa, termasuk juga hukum Musa, lebih banyak berisi
pola-pola hal sorgawi dibandingkan hal-hal sorgawi itu sendiri (Ibr.
9:23). Amatilah,
1. Tempat yang ditentukan sebagai kediaman Adam yaitu se-
buah taman. Bukan sebuah rumah terbuat dari gading atau-
pun istana berlapis emas, melainkan sebuah taman yang di-
perlengkapi dan dihiasi dengan alam, bukan dengan seni.
Betapa kecilnya alasan manusia untuk menyombongkan ge-
dung-gedung megah dan mewah, jika ia tidak membutuh-
kan kebahagiaan manusia dalam keadaan tanpa dosa! Sama
seperti pakaian mulai digunakan bersamaan dengan datang-
nya dosa, demikian pula halnya dengan rumah. Langit meru-
pakan atap tempat tinggal Adam, dan belum pernah terjadi
atap diberi langit-langit dan dilukis secermat itu. Bumi men-
jadi lantainya, dan belum pernah ada lantai yang dihias
seindah itu. Bayang-bayang pepohonan menjadi tempat istira-
hatnya. Di bawahnya terdapat ruang-ruang makan, kamar-
kamar tidur, dan belum pernah ada kamar yang memiliki tirai-
tirai sebagus ini. Bahkan istana Salomo yang megah itu pun
tidak dihiasi seperti itu. Semakin kita bisa menyesuaikan diri
dengan hal-hal sederhana, dan semakin sedikit kita memuas-
kan diri dengan kesenangan-kesenangan semu yang telah
diciptakan untuk memuaskan kesombongan dan kemewahan
manusia, semakin dekat kita mencapai keadaan tanpa dosa.
Alam puas dengan yang sedikit saja dan itulah yang paling
alami. Bersyukur dengan keadaan kurang, dan tidak berhasrat
lebih bila tidak ada apa-apa.
2. Penyusunan dan kelengkapan taman ini merupakan hasil
karya langsung hikmat serta kuasa Tuhan . TUHAN Tuhan mena-
nami taman ini. Artinya, Ia telah menanaminya, yakni pada
hari ketiga, saat buah-buahan dihasilkan dari tanah. Kita
boleh percaya bahwa taman ini pastilah tempat paling sempur-
na dan menyenangkan di bawah langit, saat Tuhan yang
mahamencukupi itu merancangnya sendiri untuk memberi
kebahagiaan kepada makhluk ciptaan-Nya yang terkasih,
yakni manusia tanpa dosa itu. Selain itu, juga sebagai pelam-
bang dan bayangan akan kebahagiaan yang akan dialami sisa
umat terpilih dalam kemuliaan. Tidak ada kesenangan yang
bisa sesuai ataupun memuaskan bagi jiwa, kecuali yang telah
46
disediakan dan ditentukan Tuhan untuk tujuan itu. Tidak ada
taman firdaus sejati, kecuali yang ditanami oleh Tuhan . Cahaya
api kita sendiri dan bunga api yang kita nyalakan sendiri akan
segera padam sehingga kita berada dalam kegelapan (Yes.
50:11). saat itu seluruh bumi bagaikan taman firdaus jika
dibandingkan dengan keadaannya sesudah manusia jatuh da-
lam dosa dan sejak air bah melandanya. Taman-taman terin-
dah di dunia ini bagaikan padang belantara jika dibandingkan
dengan seluruh permukaan tanah saat itu sebelum dikutuk
sebab manusia. Namun, semua keindahan itu belumlah
cukup. Tuhan telah menanami taman itu untuk Adam. Orang-
orang pilihan Tuhan akan menerima perkenan istimewa yang
akan ditunjukkan kepada mereka.
3. Suasana di dalam taman ini sangatlah manis. Letaknya di
Eden, yang berarti sukacita dan kenikmatan. Saya rasa di sini
taman itu ditunjukkan letaknya dengan cukup banyak tanda
serta batas pada masa Musa menuliskannya, guna menunjuk-
kan tempatnya kepada orang-orang yang mengenal daerah itu.
Namun, sekarang ini orang-orang yang ingin tahu sepertinya
tidak dapat memuaskan diri perihal letak tempat itu. Biarlah
yang menjadi kepedulian kita hanyalah untuk memastikan
mendapat tempat di taman firdaus sorgawi, sehingga kita tidak
perlu membingungkan diri dengan mencari-cari letak taman
firdaus duniawi itu. Yang pasti, di mana pun letaknya, taman
itu lengkap dengan semua sarana yang diinginkan, dan (tidak
seperti rumah ataupun taman mana pun di bumi) tidak ter-
dapat satu pun hal yang menyusahkan di situ. Suasana di
taman ini sangat indah dan penuh sukacita serta kemuliaan
yang melingkupi seluruh bumi. Tidak diragukan lagi bahwa
bumi saat itu berada di tahap kesempurnaan tertinggi.
4. Pepohonan yang ditanam di taman ini.
(1) Di taman ini terdapat pohon-pohon terbaik dan terpilih
yang serasi dengan tanahnya. Taman yang indah ini dihiasi
dengan pepohonan yang masing-masing memiliki tinggi,
kerindangan, dan warnanya sendiri. Baik dedaunan mau-
pun bunga-bunganya sangat indah dan memesona mata.
Taman ini dilengkapi dan diperkaya dengan pohon-pohon
yang menghasilkan buah-buahan yang enak dan berguna
bagi tubuh, serta cocok sekali untuk dimakan. Sebagai
Kitab Kejadian 2:8-15
47
Bapa yang lembut, Tuhan tidak saja memikirkan manfaat
bagi Adam, namun bagi kesenangannya juga. sebab tanpa
dosa, akan ada kesenangan, bahkan kesenangan sejati
yang mengatasi segalanya. Tuhan berkenan pada kesejah-
teraan para hamba-Nya dan ingin agar mereka merasa nya-
man. Salah mereka sendiri jika mereka merasa tidak
nyaman. jika pemeliharaan Tuhan menempatkan kita di
suatu taman seperti Eden yang sarat dengan kesenangan,
sudah sepatutnya kita menjadi hamba kepada TUHAN Tuhan
dengan sukacita dan gembira hati, dalam kelimpahan
segala hal baik yang diberikan-Nya kepada kita. Namun,
(2) Di dalam taman itu juga terdapat dua pohon istimewa yang
khas. Di bumi tidak lagi terdapat pohon-pohon seperti itu.
[1] Di situ terdapat pohon kehidupan di tengah-tengah ta-
man itu, yang tidak begitu mengingatkan Adam kepada
sumber dan pencipta kehidupannya atau mungkin juga
sarana alami untuk memelihara ataupun memperpan-
jang hidup. Namun, pohon ini terutama dimaksudkan
untuk menjadi tanda serta meterai bagi Adam, yang
meyakinkannya perihal kelangsungan hidup dan keba-
hagiaan, bahkan menuju kekekalan serta kebahagiaan
abadi, melalui anugerah dan perkenan Penciptanya.
Syaratnya, ia harus berusaha keras mempertahankan
ketaatan dan keadaan tanpa dosa ini. Dari pohon ini ia
boleh memakan buahnya dan tetap hidup. Sekarang ini
Kristus-lah pohon kehidupan (Why. 2:7; 22:2), dan roti
hidup kita (Yoh. 6:48, 53).
[2] Di taman itu, juga terdapat pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat. Pohon itu dinamai begitu,
bukan sebab mengandung kebajikan yang bisa diper-
oleh darinya atau untuk meningkatkan pengetahuan
yang berfaedah (jika memang demikian, ia pasti
tidak akan dilarang memakan buahnya). Namun, per-
tama, sebab terdapat pewahyuan jelas yang khusus
tentang kehendak Tuhan berkaitan dengan pohon ini,
sehingga dengan demikian Adam bisa mengenal budi
pekerti yang baik dan yang buruk. Apakah hal yang
baik itu? Sungguh baik untuk tidak makan dari pohon
ini. Apakah hal yang jahat itu? Sungguh jahat untuk
48
makan dari pohon ini. Perbedaan di antara semua budi
pekerti baik dan buruk tertulis di dalam hati manusia
secara alami. namun budi pekerti yang dihasilkan dari
hukum yang pasti ini, tertulis di pohon ini. Kedua,
sebab pada kejadian itu, terbukti bahwa buah itu
memberi Adam suatu pengetahuan yang berdasarkan
pengalaman, bahwa ia kehilangan hal yang baik oleh
ketidaktaatannya dan berbuat jahat sebab telah mera-
sakan buah itu. Sama seperti kovenan itu tidak saja
berkata bahwa siapa yang percaya akan diselamatkan
namun juga yang tidak percaya akan dihukum (Mrk.
16:16), begitu pula halnya dengan kovenan mengenai
keadaan tanpa dosa tidak saja mengatakan Lakukan
ini maka engkau akan hidup, yang dimeteraikan dan
ditegaskan melalui pohon kehidupan, namun juga,
Langgarlah maka engkau akan mati, yang ditegaskan
kepada Adam melalui pohon yang lain itu: Sentuhlah
buah pohon itu dan tanggung sendiri akibatnya. De-
ngan demikian, melalui kedua pohon itu Tuhan memper-
lihatkan yang baik dan yang jahat, berkat dan kutuk (Ul.
30:19). Kedua pohon ini bagaikan dua sakramen.
5. Sungai-sungai yang mengairi taman ini (ay. 10-14). Keempat
sungai ini (atau satu sungai yang bercabang menjadi empat
anak sungai) sangat berperan dalam suasana nyaman dan
kesuburan taman ini. Negeri Sodom disebut sebagai lembah
yang banyak airnya, seperti taman TUHAN (13:10). Perhatikan-
lah, semua yang ditanam Tuhan akan dipelihara-Nya dengan
tetap mengairinya. Pohon-pohon kebenaran ditanam di tepi
sungai (Mzm. 1:3). Di taman firdaus sorgawi terdapat sebuah
sungai yang pasti melebihi sungai-sungai ini. sebab sungai
itu yaitu aliran air kehidupan yang bukan berasal dari taman
Eden seperti sungai ini, melainkan mengalir dari takhta Tuhan
dan takhta Anak Domba (Why. 22:1), seperti dalam kota Tuhan ,
yang disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai (Mzm. 46:5).
Tigris dan Efrat yaitu nama sungai-sungai di Babilon, yang
bisa juga kita baca di ayat lain. Di tepi kedua sungai inilah
orang-orang Yahudi yang ditawan duduk sambil menangis,
jika mereka mengingat Sion (Mzm. 137:1). Namun, menurut
saya, mereka mempunyai alasan yang jauh lebih kuat untuk
Kitab Kejadian 2:8-15
49
menangis (begitu pula kita) saat mengingat taman Eden.
Taman firdaus Adam sudah berubah menjadi penjara mereka.
Alangkah dahsyatnya kerusakan yang terjadi akibat dosa.
Dikatakan bahwa di tanah Hawila (ay. 12), emas dari negeri itu
baik, dan di sana ada damar bedolah dan batu krisopras. Ten-
tunya hal ini disebutkan supaya kekayaan tanah Hawila yang
dibangga-banggakan itu tampak tidak ada artinya jika
dibandingkan dengan kemuliaan tanah di taman Eden. Hawila
memang memiliki emas, rempah-rempah, dan batu-batu mu-
lia, namun di taman Eden terdapat sesuatu yang teramat lebih
baik, yaitu pohon kehidupan dan persekutuan dengan Tuhan .
Kita juga bisa mengatakan hal yang sama perihal orang Afrika
dan Indian: Mereka memiliki emas, namun kita memiliki Injil.
Emas dari negeri mereka memang baik, namun kekayaan kita
jauh lebih berharga.
II. Penempatan manusia di taman firdaus yang menyenangkan itu
(ay. 15). Amatilah,
1. Bagaimana Tuhan menyerahkan taman itu kepadanya: TUHAN
Tuhan mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam
taman Eden (ay. 8, 15). Perhatikanlah di sini,
(1) Manusia dibentuk di luar taman firdaus itu, sebab sesudah
Tuhan membentuk dia, Ia menempatkannya di dalam taman
itu. Manusia terbuat dari tanah liat biasa, bukan dari debu
taman firdaus. Sebelum ditempatkan di dalam taman Eden,
ia tinggal di luarnya, supaya bisa melihat bahwa semua ke-
nyamanan di taman firdaus itu diperolehnya berkat anuge-
rah Tuhan yang cuma-cuma. Ia tidak bisa menuntut hak
sewa atas taman itu sebab ia tidak dilahirkan di tempat
itu. Ia juga tidak memiliki apa pun selain yang diterimanya
dari Tuhan . Dengan demikian ia sama sekali tidak bisa
membanggakan apa pun.
(2) Tuhan yang sama yang telah menjadi pencipta keberadaan-
nya itu yaitu juga pencipta kebahagiaannya. Tangan yang
membuatnya menjadi makhluk hidup telah menanam po-
hon itu untuknya, dan menempatkan dia di dekatnya.
Hanya Dia yang membentuk kitalah yang mampu membuat
kita bahagia. Dia yang yaitu pembentuk tubuh kita dan
50
Bapa bagi roh kita, Dia, dan hanya Dia saja, yang mampu
menyediakan kebahagiaan tertinggi bagi tubuh dan roh
kita.
(3) Akan sangat baik bagi keadaan apa pun jika kita telah
melihat dengan jelas bagaimana Tuhan berjalan di depan
kita dan menempatkan kita di dalam keadaan yang mem-
bahagiakan itu. Jika kita tidak memaksa mendapatkan pe-
meliharaan-Nya namun mengikutinya saja, dan menerima pe-
tunjuk arah yang diberikan kepada kita, kita boleh berharap
menemukan taman firdaus yang dengan jalan lain tidak
akan dapat kita harapkan. Bacalah Mazmur 47:5.
2. Bagaimana Tuhan menentukan usaha dan pekerjaan manusia
itu. Tuhan menempatkan Adam di situ, bukan seperti menem-
patkan Lewiatan di dalam air supaya bisa bermain di situ,
melainkan supaya menghiasi taman itu dan mengurusnya.
Firdaus itu sendiri bukanlah tempat supaya ia bisa bebas dari
pekerjaan. Perhatikanlah di sini,
(1) Tidak seorang pun dari kita yang dihadirkan di dunia ini
untuk bermalas-malasan. Dia yang menciptakan kita leng-
kap dengan jiwa dan tubuh, telah memberi kita sesuatu
untuk dikerjakan. Dan Dia yang memberi kita bumi ini un-
tuk ditempati telah menyediakan sesuatu bagi kita untuk
dikerjakan. Jika keturunan bangsawan, harta berlimpah,
daerah kekuasaan yang luas, ketulusan sempurna, kecon-
dongan untuk bersaat teduh, atau keluarga kecil mampu
memberi manusia izin untuk bersenang-senang, Adam tidak
akan diberi tugas untuk bekerja. Namun, Dia yang telah
menjadikan kita juga telah memberi kita tugas untuk mela-
yani Dia dan angkatan kita, serta mengerjakan keselamatan
kita. Jika kita melalaikan tugas, kita tidak layak menerima
keberadaan kita serta pemeliharaan-Nya.
(2) Pekerjaan dunia akan berhasil dengan baik jika dikerja-
kan dengan ketulusan dan hidup bersekutu dengan Tuhan .
Sementara berada di dunia ini, anak-anak Tuhan serta
pewaris sorga mempunyai sesuatu untuk dikerjakan de-
ngan bumi ini, yang patut menerima waktu dan pikiran
mereka ini. Jika mereka melakukannya sambil mengingat
Kitab Kejadian 2:8-15
51
Tuhan , mereka juga beribadah kepada-Nya, sama seperti
saat mereka sedang berlutut.
(3) Panggilan seorang petani merupakan panggilan terhormat
yang berlaku sejak zaman dahulu, yang dibutuhkan bah-
kan di taman firdaus. Taman Eden yang meskipun tidak
perlu dibersihkan dari gulma atau rumput liar (sebab keti-
ka itu tanaman berduri belum menjadi gangguan), tetap
saja harus ditata dan dipelihara. Alam, bahkan dalam
keadaan paling awal sekalipun, menyisakan ruang untuk
meningkatkan keterampilan dan ketekunan. Ini yaitu
panggilan yang pantas dalam keadaan tanpa dosa, untuk
membuat perbekalan bagi kehidupan dan bukan untuk
hawa nafsu, serta memberi manusia kesempatan untuk
mengagumi Sang Pencipta sambil mengakui pemeliharaan-
Nya. Sementara tangannya sibuk mengurus pepohonan,
hatinya bisa tetap bersama Tuhan .
(4) Terdapat sukacita sejati dalam panggilan untuk melak-
sanakan tugas yang diberikan Tuhan kepada kita. Tugas
Adam sama sekali bukan menjadi beban melainkan justru
menambah kesenangan di taman firdaus. Ia tidak akan
bahagia seandainya bermalas-malasan. Hukum ini masih
berlaku: Orang yang tidak mau bekerja, tidak berhak un-
tuk makan (2Tes. 3:10; Ams. 27:23).
III. Perintah yang diberikan Tuhan kepada manusia dalam keadaan
tanpa dosa, dan kovenan yang melibatkan dirinya. Sampai di sini
kita telah melihat Tuhan sebagai Pencipta manusia yang dahsyat
dan juga sebagai Pelindungnya yang dermawan. Sekarang Ia tam-
pil sebagai Penguasa dan Pemberi hukum. Tuhan menempatkan
dia di taman Eden, tidak untuk hidup sesuka hatinya, namun un-
tuk dipimpin. Sama seperti kita tidak diperkenankan untuk ber-
malas-malasan di dunia ini, kita juga tidak diperbolehkan bersi-
kap keras kepala dan berbuat sesuka hati. Waktu Tuhan memberi
hak kepada manusia untuk menguasai makhluk-makhluk lain, Ia
memberitahukan kepadanya bahwa ia masih berada di bawah
kendali Penciptanya.
52
Pohon Pengetahuan tentang
yang Baik dan yang Jahat
(2:16-17)
16 Lalu TUHAN Tuhan memberi perintah ini kepada manusia: Semua pohon
dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 17 namun pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan
buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.
Amatilah di sini,
I. Kewibawaan Tuhan atas manusia sebagai makhluk yang memiliki
akal dan kehendak bebas. TUHAN Tuhan memerintahkan kepada
manusia yang sekarang berdiri sebagai tokoh masyarakat serta
bapa dan wakil umat manusia, untuk menerima hukum, sama
seperti ia baru saja menerima kodrat, bagi dirinya sendiri dan
juga bagi seluruh keluarganya. Tuhan memerintah seluruh makh-
luk ciptaan-Nya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Se-
mua yang terjadi di alam ini merupakan hukum (Mzm. 148:6;
104:6). Binatang-binatang buas memiliki naluri mereka masing-
masing. Namun, manusia dimampukan memakai akal sehat-
nya dan oleh sebab itu menerima bukan saja perintah dari Sang
Pencipta, melainkan perintah seorang Raja dan Tuan. Walaupun
Adam orang yang sangat hebat, sangat baik, dan sangat bahagia,
TUHAN Tuhan memerintah dia. Perintah itu sama sekali bukan
untuk mengecilkan kehebatannya, mencela kebaikannya, ataupun
mengurangi kebahagiaannya. Biarlah kita mengakui hak Tuhan un-
tuk memerintah kita, dan mengakui kewajiban kita untuk diperin-
tah oleh-Nya. Jangan pernah membiarkan kehendak sendiri ber-
tolak belakang atau bersaing dengan kehendak suci Tuhan .
II. Tindakan khusus dalam kewenangan ini, dalam menjelaskan ke-
pada Adam apa yang harus dilakukannya, dan atas kesepakatan
apa ia harus bertindak mendampingi Penciptanya. Di sini terda-
pat,
1. Penegasan mengenai kebahagiaan yang saat itu bisa diper-
olehnya, melalui izin yang diberikan itu, Semua pohon dalam
taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas. Hal ini
tidak saja memberi dia kebebasan untuk mengambil buah-
buahan lezat di taman firdaus, sebagai upah atas perhatian
serta kerja kerasnya dalam menata dan memeliharanya (1Kor.
Kitab Kejadian 2:16-17
53
9:7, 10), namun juga merupakan jaminan hidup untuknya,
yakni kehidupan kekal sebab ketaatannya. Pohon kehidupan
ditempatkan di tengah-tengah taman itu (ay. 9), seolah-olah
sebagai jantung dan jiwa taman. Tidak diragukan lagi bahwa
Tuhan memperhatikan pohon itu terutama berkaitan dengan
izin tadi. Oleh sebab itu, saat Adam memberontak, izin itu
dicabut. Tidak satu pun pohon di taman itu yang disebutkan
tidak boleh dimakan olehnya, kecuali pohon kehidupan (3:22).
Di situ dikatakan bahwa seandainya Adam memakannya, ia
akan hidup untuk selama-lamanya. Artinya, tidak pernah mati
atau kehilangan kebahagiaannya. Tetaplah hidup suci seperti
semula, sesuai dengan kehendak Penciptamu, maka engkau
akan tetap bahagia seperti saat engkau menikmati perkenan
Penciptamu, baik di taman firdaus ini maupun di tempat yang
lebih baik. Jadi, dalam ketaatan pribadi yang sempurna dan
terus-menerus, Adam pasti boleh memiliki taman firdaus un-
tuk diri sendiri dan keturunannya sampai selamanya.
2. Ujian untuk ketaatannya, dan derita yang akan dialaminya
jika kehilangan kebahagiaan itu: namun tentang pohon lain
yang berdekatan dengan pohon kehidupan (sebab keduanya
dikatakan berada di tengah-tengah taman), yang disebut pohon
pengetahuan, pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati. Tuhan seakan-akan berkata, Ketahuilah, Adam, bahwa
engkau sekarang harus tetap berperilaku baik. Engkau ditem-
patkan di taman firdaus ini untuk diuji. Setialah, taatlah, dan
engkau akan hidup selamanya. Jika tidak, kesengsaraanmu
akan sebesar kebahagiaanmu. Di sini,
(1) Adam diancam kematian jika ia tidak taat: pastilah eng-
kau mati, yang menunjukkan hukuman yang pasti dan
mengerikan, sama pastinya seperti bagian depan dari kove-
nan ini, boleh kaumakan, menunjukkan izin sepenuhnya.
Amatilah,
[1] Bahkan dalam keadaan tanpa dosa, Adam merasa takut
dan hormat pada ancaman. Rasa takut merupakan sa-
lah satu pegangan jiwa yang dapat mencekamnya. Ka-
lau dulu pun Adam membutuhkan pagar pengaman ini,
terlebih lagi kita di zaman ini.
[2] Ancaman hukuman itu yaitu kematian: Engkau akan
54
mati. Artinya, Engkau akan dihalangi mendekati pohon
kehidupan itu dan segala hal baik yang ditandai oleh-
nya, seluruh kebahagiaan yang kaumiliki, baik harta mi-
likmu maupun pengharapanmu. Engkau bisa mati dan
merasakan semua penderitaan yang terjadi sebelum itu.
[3] Inilah ancaman yang disampaikan sebagai akibat lang-
sung dari dosa: Pada hari engkau memakannya, pastilah
engkau akan mati. Artinya, Engkau akan menjadi ma-
nusia yang fana dan bisa mati. Izin untuk kekekalan
akan dicabut, dan pembelaan akan meninggalkanmu.
Engkau akan merasa jijik pada kematian, seperti se-
orang pelanggar hukum yang dijatuhi hukuman diang-
gap mati secara hukum (hanya saja, mengingat Adam
harus menjadi akar umat manusia, hukumannya ditang-
guhkan). Bahkan para pendahulu dan pelopor maut
akan segera menyambarmu. Mulai saat itu kehidupan-
mu akan menjadi hidup yang menuju kematian. Per-
aturan ini pasti dan sudah ditetapkan. Orang yang
berbuat dosa, itu yang harus mati.
(2) Adam diuji dengan hukum yang bersifat positif, untuk tidak
memakan buah dari pohon pengetahuan. Sungguh pantas
untuk menguji ketaatannya melalui perintah seperti ini,
[1] sebab alasannya semata-mata diambil dari kehendak
Sang Pembuat hukum. Di dalam dirinya, Adam memiliki
kodrat yang enggan terhadap hal yang jahat. Oleh kare-
na itu, ia diuji dalam hal yang bersifat jahat, hanya
sebab hal itu dilarang. sebab hal itu sekadar merupa-
kan masalah yang kecil, sebenarnya sangat mudah
untuk membuktikan ketaatannya.
[2] sebab pengekangan itu dikenakan pada keinginan
daging dan pikiran yang di dalam kodrat manusia yang
telah rusak merupakan dua sumber utama dosa. Larang-
an ini mengendalikan baik keinginannya akan kesenang-
an-kesenangan maupun hasratnya akan rasa ingin tahu,
supaya tubuh jasmaninya bisa dikendalikan oleh jiwa-
nya dan jiwanya bisa dikendalikan oleh Tuhan .
Sesenang dan sebahagia itulah manusia saat ia dalam keadaan
tanpa dosa sebab memiliki segala sesuatu yang diinginkannya. Alang-
Kitab Kejadian 2:18-20
55
kah baiknya Tuhan kepadanya! Alangkah besarnya anugerah yang
dilimpahkan-Nya kepadanya! Alangkah mudahnya hukum-hukum
yang diberikan-Nya kepadanya! Alangkah baiknya kovenan yang di-
buat-Nya dengan dia! Namun, manusia dengan segala kegemilangan-
nya itu tidak memahami kepentingannya sendiri, dan tidak lama
kemudian disamakan dengan hewan yang dibinasakan.
Penolong yang Sepadan
(2:18-20)
18 TUHAN Tuhan berfirman: Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.
Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia. 19 Lalu
TUHAN Tuhan membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala bu-
rung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat,
bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu
kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu.
20 Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung
di udara dan kepada segala binatang hutan, namun baginya sendiri ia tidak
menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.
Di sini terdapat,
I. Sebuah contoh perihal kepedulian Sang Pencipta terhadap manu-
sia dan juga perhatian-Nya yang kebapakan terhadap kenyaman-
annya (ay. 18). Walaupun Tuhan telah memberitahukan kepadanya
bahwa ia yaitu seorang bawahan dengan memberi perintah
kepadanya (ay. 16-17), di sini Ia juga memberitahukan kepadanya
untuk mendorongnya supaya tetap taat, bahwa ia yaitu seorang
sahabat kesayangan yang sangat ingin dipuaskan-Nya. Amatilah,
1. Bagaimana Tuhan dengan penuh belas kasihan merasa iba ter-
hadap kesendiriannya: Tidak baik, kalau manusia itu seorang
diri saja. Walaupun terdapat dunia di atas dengan para malai-
kat dan dunia di bawah yang keras, sedangkan manusia ber-
ada di antaranya, ia dapat benar-benar dikatakan berada se-
orang diri sebab tidak ada makhluk lain dengan kodrat dan
kedudukan yang sama dengannya, serta yang dapat diajaknya
bercengkerama dengan akrab. Sekarang, Dia yang membentuk
manusia itu, yang mengenal dia dan tahu apa yang baik bagi-
nya, lebih tahu dibandingkan manusia itu sendiri, berkata, Tidak
baik jika ia terus-menerus seorang diri.
(1) Kesendirian itu membuatnya merasa tidak nyaman, sebab
manusia merupakan makhluk yang suka bergaul. Sungguh
56
menyenangkan baginya jika bisa bertukar pengetahuan
dan kasih sayang dengan makhluk sejenis, untuk memberi
tahu dan diberi tahu, untuk menyayangi dan disayangi.
Apa yang di sini dikatakan oleh Tuhan tentang manusia
pertama, dikatakan oleh Salomo tentang semua orang (Pkh.
4:9, dst.), bahwa berdua lebih baik dari pada seorang diri,
dan malanglah orang yang tidak mempunyai orang lain. Se-
andainya hanya ada seorang manusia di dunia, alangkah
memilukan keadaannya! Kesendirian bisa mengubah taman
firdaus menjadi padang belantara dan istana menjadi pen-
jara. Oleh sebab itu alangkah bodohnya orang yang memen-
tingkan diri sendiri dan ingin menempati bumi seorang diri.
(2) Tujuannya bukanlah untuk memperbanyak dan melestari-
kan jenisnya. Tuhan bisa saja membuat sejumlah besar ma-
nusia lebih dahulu guna memenuhi bumi, sama seperti Ia
memenuhi sorga dengan sebuah dunia malaikat. Namun,
taman itu akan terasa terlampau sempit untuk ditempati
banyak orang sekaligus. Oleh sebab itu Tuhan melihat bah-
wa lebih baik mencapai jumlah itu melalui beberapa ang-
katan, yang sama seperti Tuhan membentuk manusia, harus
terjadi dari dua orang, yakni laki-laki dan perempuan. Satu
orang akan tetap satu selamanya.
2. Bagaimana Tuhan dengan penuh rahmat bertekad untuk me-
nyediakan teman untuknya. Hasil yang diperoleh dari pemikir-
an menyangkut diri manusia yaitu ketetapan yang baik ini,
Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan
dia. Seorang manusia dengan kodrat dan kedudukan yang
sama. Seorang penolong yang dekat dengannya (begitulah
yang dikatakan beberapa orang), untuk hidup bersama sebagai
suami-istri, dan yang selalu siap menopangnya. Seorang peno-
long di depan dia (begitulah yang dikatakan orang lain), yang
dapat dipandangnya dengan sukacita dan gembira. sebab itu
perhatikanlah,
(1) Bahkan dalam keadaan terbaik pun di dunia ini, kita saling
membutuhkan pertolongan orang lain. Kita sama-sama me-
rupakan anggota satu tubuh, dan mata tidak dapat berkata
kepada tangan: Aku tidak membutuhkan engkau (1Kor.
12:21). Oleh sebab itu kita harus senang menerima ban-
Kitab Kejadian 2:18-20
57
tuan dari orang lain dan memberi pertolongan kepada
orang lain bila ada kesempatan.
(2) Hanya Tuhan sajalah yang benar-benar mengetahui keper-
luan kita dan sangat mampu mencukupi semuanya (Flp.
4:19). Pertolongan kita hanya ada di dalam Dia, dan dari
Dia-lah datang para penolong kita.
(3) Seorang istri yang serasi yaitu seorang penolong yang se-
padan dan datang dari Tuhan. Dengan demikian hubungan
itu kemungkinan besar akan terasa menyenangkan saat
kesepadanan itu membimbing dan menetapkan pilihan,
dan sikap saling menolong merupakan kepedulian serta
upaya yang berlangsung terus-menerus (1Kor. 7:33-34).
(4) Jika lembaga keluarga sangat menyenangkan, itu akan se-
perti ganti rugi yang cukup untuk mengatasi keluhan da-
lam kesendirian. Orang yang memiliki Tuhan yang baik, hati
yang baik, dan istri yang baik untuk diajak berbincang-
bincang, namun tetap mengeluh bahwa ia kekurangan
orang lain untuk diajak bergaul, tidak akan merasa senang
dan puas di taman firdaus. Adam sendiri tidak memiliki
lebih dari itu. Namun, bahkan sebelum Hawa diciptakan,
kita tidak menemui bahwa ia mengeluh saat berada sen-
dirian sebab ia tahu bahwa ia tidak seorang diri, sebab
Bapa menyertai dia. Orang-orang yang merasa puas di da-
lam Tuhan dan perkenan-Nya, berada di jalan yang terbaik
dan dalam keadaan terbaik untuk mendapatkan hal-hal
baik dalam hidup ini. Ia yakin akan menerimanya, sejauh
itu dipandang baik oleh Hikmat yang Tidak Terbatas itu.
II. Contoh perihal penaklukan makhluk-makhluk oleh manusia, dan
kuasanya atas mereka (ay. 19-20): segala binatang hutan dan
segala burung di udara dibawa-Nyalah kepada Adam, baik melalui
pelayanan para malaikat, atau melalui naluri khusus yang me-
mimpin hewan-hewan itu kepada manusia sebagai tuan atas
semuanya, yang mengajar lembu jantan untuk segera mengenali
pemiliknya. Demikianlah Tuhan memberi manusia perkenan serta
kepemilikan lahan luas yang telah diserahkan-Nya kepada dia,
dan memberinya kuasa atas makhluk-makhluk itu. Tuhan mem-
bawa semua binatang itu kepadanya supaya bisa diberi nama
olehnya, dan dengan demikian juga dapat menyatakan,
58
1. Bukti tentang pengetahuannya, sebagai makhluk yang diper-
lengkapi dengan kemampuan berbicara dan membuat pertim-
bangan sehingga memiliki akal budi melebihi binatang di bumi,
dan hikmat melebihi burung di udara (Ayb. 35:11).
2. Bukti tentang kuasanya. Ini merupakan tindakan wewenang
untuk menentukan nama (Dan. 1:7), dan sikap takluk hewan
untuk menerimanya. Makhluk-makhluk dengan tingkatan le-
bih rendah itu seakan-akan memberi penghormatan ke-
pada raja mereka pada saat pelantikannya dan bersumpah
untuk tetap setia dan taat kepadanya. Seandainya Adam tetap
setia kepada Tuhan nya, kita boleh beranggapan bahwa hewan-
hewan itu mengetahui dan mengingat nama masing-masing
seperti yang sekarang diberikan Adam, hingga bisa datang
kepadanya kapan pun saat namanya dipanggil. Tuhan memberi-
kan nama bagi siang dan malam hari, bagi cakrawala, bumi,
dan laut. Ia juga menyebut nama-nama semua bintang, untuk
menunjukkan bahwa Dialah TUHAN atas semuanya. Namun,
Ia membiarkan binatang dan unggas diberi nama oleh Adam
sebagai tuan dan bawahannya. sebab Ia telah menjadikan dia
menurut gambar dan rupa-Nya sendiri, dengan demikian Ia
juga telah memberi sebagian kehormatan-Nya ke atas ma-
nusia itu.
III. Sebuah contoh tentang ketidakcukupan semua makhluk itu un-
tuk membahagiakan manusia: namun (di antara semua makhluk
itu) baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan
dengan dia. Ada yang berpendapat bahwa ini kata-kata Adam
sendiri. saat mengamati semua binatang yang datang berpa-
sang-pasangan kepadanya untuk diberi nama, Adam menyiratkan
keinginannya kepada Penciptanya: TUHAN, semua binatang ini
mempunyai pasangan yang sepadan, tapi bagaimana dengan diri-
ku? Di sini tidak ada satu pun pasangan yang sepadan bagiku.
sesudah ditinjau kembali, kata-kata tadi lebih tepat merupakan
penilaian Tuhan . Dia mengumpulkan semua hewan itu untuk meli-
hat apakah ada pasangan yang cocok bagi Adam di antara sekian
banyak makhluk dari tingkat rendah itu. Ternyata tidak ada satu
pun. Amatilah di sini,
1. Martabat dan keunggulan kodrat manusia. Di bumi tidak ter-
dapat satu pun yang seperti dia ataupun yang sebanding de-
Kitab Kejadian 2:21-25
59
ngannya di antara semua makhluk yang terlihat itu. Hewan-
hewan itu diamati, namun di antara semuanya tidak satu pun
yang sesuai dengannya.
2. Kesia-siaan serta hal-hal duniawi seandainya dikumpulkan
jadi satu pun tidak akan bisa dijadikan penolong yang sepa-
dan bagi manusia. Semua itu tidak akan sesuai dengan sifat
jiwanya, memenuhi kebutuhannya, memuaskan hasratnya,
ataupun sejalan dengan keberadaannya yang tidak pernah
lemah sepanjang waktu. Tuhan lalu menciptakan sesuatu yang
baru untuk menjadi penolong yang sepadan bagi manusia
bukan seperti perempuan yang berasal dari benih perempuan.
Pembentukan Hawa;
Perkawinan Dilembagakan
(2:21-25)
21 Lalu TUHAN Tuhan membuat manusia itu tidur nyenyak; saat ia tidur,
TUHAN Tuhan mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tem-
pat itu dengan daging. 22 Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Tuhan dari ma-
nusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada
manusia itu. 23 Lalu berkatalah manusia itu: Inilah dia, tulang dari tulangku
dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari
laki-laki. 24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibu-
nya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. 25
Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, namun mereka tidak
merasa malu.
Di sini diceritakan tentang,
I. Dijadikannya perempuan untuk menjadi penolong yang sepadan
bagi Adam. Hal ini terjadi pada hari keenam, sama seperti penem-
patan Adam di taman firdaus, meskipun di sini hal itu disebutkan
sesudah uraian perihal hari ketujuh yang merupakan hari per-
hentian. Namun, apa yang disebutkan secara umum (1:27), bah-
wa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan, diceritakan de-
ngan lebih jelas di bagian ini. Amatilah,
1. Bahwa Adamlah yang lebih dulu dibentuk, baru kemudian
Hawa (1Tim. 2:13). Hawa dibentuk dari laki-laki, dan untuk
laki-laki (1Kor. 11:8-9). Semua ini ditekankan di situ sebagai
alasan untuk kerendahan hati, kesederhanaan, sikap berdiam
diri, dan kepatuhan perempuan pada umumnya, terutama si-
kap tunduk dan hormat yang harus diberikan para istri ke-
60
pada suami mereka sendiri. Namun, mengingat bahwa manu-
sia yaitu makhluk yang terakhir dibentuk sebagai yang pa-
ling baik dan unggul dibanding semua makhluk lain, dengan
diciptakannya Hawa sesudah Adam dan dari anggota tubuh
laki-laki itu, semua ini telah memberi kehormatan kepada
kaum itu, sebagai kemuliaan laki-laki (1Kor. 11:7). Jika laki-
laki yaitu kepala, maka perempuan yaitu mahkotanya,
mahkota bagi suaminya, mahkota bagi makhluk ciptaan yang
tampak. Laki-laki terbuat dari debu yang diperhalus, sedang-
kan perempuan diciptakan dari debu yang diperhalus dua kali,
setingkat lebih tinggi dari tanah.
2. Bahwa Adam terlelap saat istrinya sedang dibentuk, supaya
tidak ada peluang untuk berpikir bahwa dalam hal ini ia telah
mengatur Roh TUHAN, atau memberi petunjuk kepada-Nya
sebagai penasihat (Yes. 40:13). Ia telah sadar mengenai kebu-
tuhannya akan seorang penolong yang sepadan. Namun, kare-
na Tuhan telah menjamin untuk memberi dia seorang penolong,
ia tidak menyusahkan diri dengan merisaukan hal itu. Seba-
liknya, ia berbaring dan tidur dengan nyenyak, sebagaimana
orang yang telah menyerahkan semua kekhawatirannya ke-
pada Tuhan , dengan memasrahkan diri dan semua urusannya
kepada kehendak dan hikmat Penciptanya. Jehovah-jireh, biar-
lah Tuhan menyediakan pada waktunya bagi orang yang dike-
nan-Nya. Jika kita bersandar sepenuhnya kepada Tuhan , Ia
akan bekerja sepenuhnya bagi kita dan melakukan semuanya
demi kebaikan kita.
3. Bahwa TUHAN Tuhan membuat Adam tidur, tidur yang sangat
nyenyak, hingga tidak terganggu sedikit pun saat sisi tubuh-
nya dibelah. Sementara dia tidak mengenal dosa, Tuhan men-
jaga supaya ia tidak merasa sakit. Pada waktu Tuhan melalui
pemeliharaan-Nya melakukan hal yang menyakitkan bagi
darah dan daging atas umat-Nya, Ia tidak saja memperhitung-
kan kebahagiaan mereka dalam hal itu, namun melalui anuge-
rah-Nya Ia juga mampu menenangkan dan menenteramkan
roh mereka sedemikian rupa hingga tetap merasa nyaman di
bawah perlakuan yang paling tajam sekalipun.
4. Bahwa dari rusuk yang diambil TUHAN Tuhan dari Adam, diben-
tuk-Nya perempuan itu. Ia tidak dibentuk dari kepala Adam
untuk memerintah atasnya, juga bukan dari kakinya untuk
Kitab Kejadian 2:21-25
61
diinjak-injak oleh laki-laki, melainkan dari sisinya supaya se-
tara dengannya. Di bawah lengannya untuk dilindungi, dan
dekat hatinya untuk dikasihi. Adam kehilangan sebuah rusuk
tanpa mengurangi kekuatan ataupun ketampanannya (sebab
tidak diragukan lagi bahwa kulit daging yang disayat tadi
sudah tertutup tanpa meninggalkan bekas). Sebagai gantinya,
ia mendapatkan seorang penolong yang sepadan, yang jauh
melebihi kehilangan yang dideritanya. Apa yang diambil Tuhan
dari umat-Nya, melalui satu dan lain cara akan dikembalikan
berikut kelebihannya. Dalam hal ini (seperti dalam banyak hal
lain), Adam melambangkan Dia yang akan datang. Sebab dari
sisi Kristus, atau Adam kedualah, gereja atau pengantin
perempuan-Nya, dibentuk, pada waktu Ia tidur, tidur nyenyak
melalui kematian di atas salib. Untuk membuktikan kematian
itulah sisi-Nya ditusuk hingga mengeluarkan darah dan air.
Darah untuk membeli gereja-Nya dan air untuk menyucikan-
nya bagi diri-Nya (Ef. 5:25-26).
II. Perkawinan perempuan itu dengan Adam. Pernikahan merupakan
hal yang terhormat, namun pernikahan Adam dengan istrinya ini
pastilah pernikahan paling terhormat yang pernah terjadi, sebab
Tuhan sendirilah yang langsung menanganinya sejak awal. Perni-
kahan (kata orang) diciptakan di sorga. Kita yakin bahwa memang
begitu adanya, sebab laki-laki, perempuan, dan persatuan itu,
semuanya merupakan pekerjaan Tuhan sendiri. Melalui kuasa-Nya,
Ia menjadikan mereka berdua, dan sekarang, melalui ketetapan-
Nya, menjadikan mereka satu. Inilah pernikahan yang diciptakan
dalam keadaan tanpa dosa sama sekali, dan belum pernah ada
pernikahan seperti itu mengingat bahwa,
1. Tuhan , sebagai Bapa perempuan itu, membawanya kepada laki-
laki itu untuk menjadi bagian dari dirinya dan penolong yang
sepadan baginya. Pada waktu membentuk perempuan itu, Ia
tidak membiarkannya berbuat sekehendak hati. Tidak, perem-
puan itu yaitu anak-Nya, dan ia tidak boleh menikah tanpa
izin-Nya. Besar kemungkinan orang akan merasa tenteram
jika mereka melalui iman, doa, dan sikap bergantung de-
ngan rendah hati pada pemeliharaan-Nya, serta menunjukkan
perilaku yang berasal dari Tuhan . Istri yang diciptakan Tuhan
melalui anugerah khusus, dan dididik Tuhan melalui peme-
62
liharaan-Nya, besar kemungkinan terbukti bisa menjadi peno-
long yang sepadan bagi seorang laki-laki.
2. Dari Tuhan sendirilah, sebagai Bapanya, Adam menerima pe-
rempuan itu (ay. 23): Inilah dia, tulang dari tulangku. Seka-
rang aku memperoleh apa yang kuinginkan, yang tidak mam-
pu diberikan semua makhluk lain kepadaku, seorang penolong
yang sepadan. Pemberian Tuhan kepada kita patut diterima
dengan ucapan syukur yang penuh kerendahan hati atas hik-
mat-Nya dalam menyesuaikan pemberian itu dengan diri kita,
dan atas perkenan-Nya dalam melimpahkannya kepada kita.
Boleh jadi hal itu diungkapkan kepada Adam melalui peng-
lihatan saat ia masih terlelap, bahwa makhluk cantik yang
sekarang diberikan kepadanya ini merupakan bagian dari
dirinya sendiri, dan akan menjadi teman serta istri kovenan-
nya. Oleh sebab itu, beberapa orang berdebat untuk mem-
buktikan bahwa orang-orang kudus yang dipermuliakan di ta-
man firdaus sorgawi akan saling mengenali. Selanjutnya, seba-
gai tanda bahwa ia senang menerima perempuan itu, Adam mem-
berinya nama yang tidak khusus ditujukan kepadanya, namun
nama umum untuk kaumnya: Ia akan dinamai perempuan, atau
Isha, seorang manusia-perempuan, yang berbeda dengan laki-laki
dalam hal jenis kelaminnya saja, bukan dalam kodrat terbuat
dari laki-laki dan dipersatukan dengan laki-laki.
III. Lembaga ketetapan perkawinan dan pengukuhan hukum menge-
nai hal itu (ay. 24). Hari Sabat dan perkawinan merupakan dua
ketetapan yang diadakan dalam keadaan tanpa dosa. Hari Sabat
demi kelangsungan gereja, sedangkan perkawinan bagi kelang-
sungan umat manusia. Sepertinya (Mat. 19:4-5) Tuhan sendirilah
yang di sini berkata, Seorang laki-laki harus meninggalkan sanak
keluarganya untuk bersatu dengan istrinya. Namun, tidak jelas
apakah Ia berbicara melalui Musa, penulis kitab ini, atau melalui
Adam (yang mengucapkannya di ay. 23). Sepertinya ini yaitu
kata-kata Adam, dalam nama Tuhan , untuk menetapkan hukum
ini kepada semua anak cucunya.
1. Lihatlah di sini betapa besarnya kebajikan sebuah ketetapan
ilahi. Ikatan di dalamnya bahkan lebih kuat dibandingkan ikatan
alami. Kepada siapakah kita dapat lebih terikat dibanding para
ayah yang menurunkan kita dan para ibu yang melahirkan
Kitab Kejadian 2:21-25
63
kita? Bagaimanapun juga, seorang anak laki-laki harus me-
ninggalkan mereka untuk bersatu dengan istrinya, dan se-
orang anak perempuan melupakan mereka untuk bersatu
dengan suaminya (Mzm. 45:11-12).
2. Lihatlah betapa pentingnya bagi anak-anak untuk membawa
persetujuan orangtua mereka ke dalam hidup perkawinan
mereka. Betapa tidak adil dan tidak patuhnya orang-orang
yang menikah tanpa persetujuan ini terhadap orangtua
mereka. Dengan demikian mereka telah merampas hak dan
kepentingan dari orangtua, serta menjauhkan diri dengan cara
yang curang dan tidak wajar.
3. Lihatlah betapa perlunya untuk bersikap bijaksana dan berdoa
dalam menentukan pilihan untuk menjalin hubungan ini, yang
begitu dekat dan berlangsung lama. Hal itu perlu dilakukan
dengan baik sebab berlaku seumur hidup.
4. Lihatlah betapa kuatnya hubungan pernikahan yang tidak
boleh dipisahkan atau diperlemah dengan memiliki banyak
istri (Mal. 2:15), atau diputus dan dihentikan melalui percerai-
an, dengan alasan apa pun selain perzinaan atau sebab
ditinggalkan dengan sengaja.
5. Lihatlah betapa mesranya kasih sayang yang harus ada di an-
tara suami dan istri, seperti kepada tubuh kita sendiri (Ef.
5:28). Kedua orang ini menjadi satu daging. Jadi biarlah ke-
duanya menjadi sejiwa.
IV. Bukti tentang keadaan yang suci dan tanpa dosa saat orangtua
kita yang pertama diciptakan (ay. 25). Mereka sama-sama telan-
jang. Mereka tidak membutuhkan pakaian untuk melindungi diri
dari hawa dingin atau panas, sebab kedua hal ini tidak dapat me-
nyakiti mereka. Mereka juga tidak membutuhkan pakaian sebagai
hiasan. Salomo dalam kemegahannya tidak dihiasi seperti salah
satu dari mereka. Mereka bahkan tidak membutuhkannya sebagai
kepantasan. Mereka telanjang dan tidak mempunyai alasan untuk
merasa malu. Mereka tidak tahu apa arti malu itu, demikianlah yang
dikatakan dalam terjemahan bahasa Aramaik. Dewasa ini pipi yang
memerah merupakan warna kebajikan, namun ini bukan lalu berarti
keadaan tanpa dosa. Orang-orang yang tidak merasa bersalah
besar kemungkinan juga tidak menampakkan rasa malu di wajah
meskipun mereka tidak mengenakan pakaian selembar pun.
PASAL 3
isah sedih dalam pasal ini secara keseluruhan mungkin sesedih
kisah sedih mana pun yang kita dapati di seluruh Alkitab. Dalam
pasal sebelumnya kita mendapati gambaran yang menyenangkan
tentang kekudusan dan kebahagiaan nenek moyang pertama kita,
anugerah dan kemurahan hati Tuhan , serta kedamaian dan keindahan
seluruh ciptaan. Semuanya baik, sangat baik. Namun di sini suasana
berubah. Di sini kita menemukan penggambaran tentang dosa dan
kesengsaraan nenek moyang pertama kita, kemurkaan dan kutukan
Tuhan terhadap mereka, kedamaian ciptaan yang terusik, dan kein-
dahannya yang ternoda dan tercemar. Semuanya buruk, sangat
buruk. Ah, betapa emas itu telah menjadi pudar, dan emas yang ter-
amat murni itu berubah! Oh, betapa hati kita sangat tersentuh oleh
catatan ini! sebab kita semua terkait erat di dalamnya, janganlah
kisah itu seperti dongeng yang diceritakan kepada kita. Secara umum
isi pasal ini yaitu (Rm. 5:12), Dosa telah masuk ke dalam dunia
oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu
telah menjalar kepada semua orang, sebab semua orang telah ber-
buat dosa. Dengan demikian kematian menimpa semua orang, sebab
semua orang telah berdosa. Secara lebih khusus, di sini terdapat,
I. Orang yang tidak berdosa digoda (ay. 1-5).
II. Orang yang tergoda memberontak (ay. 6-8).
III. Orang yang memberontak didakwa (ay. 9, 10).
IV. Sesuai dakwaan, mereka mengaku (ay. 11-13).
V. Sesuai pengakuan mereka, hukuman ditetapkan (ay. 14-19).
VI. sesudah penetapan hukuman, pelaksanaannya ditunda (ay.
20-21).
VII. Walaupun hukuman mereka ditunda, sebagian pelaksana-
annya sudah dilakukan (ay. 22-24).
K
66
Dan kalau bukan sebab pernyataan kemurahan hati tentang
penebusan oleh keturunan yang dijanjikan, mereka dan seluruh ras
mereka, yang bersalah dan menurun akhlaknya, pasti sudah dibiar-
kan dalam keadaan putus asa tanpa akhir.
Kelicikan Si Pencoba; Desakan Si Pencoba
(3:1-5)
1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang
dijadikan oleh TUHAN Tuhan . Ular itu berkata kepada perempuan itu: Tentu-
lah Tuhan berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan
buahnya, bukan? 2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: Buah pohon-
pohonan dalam taman ini boleh kami makan, 3 namun tentang buah pohon
yang ada di tengah-tengah taman, Tuhan berfirman: Jangan kamu makan
ataupun raba buah itu, nanti kamu mati. 4 namun ular itu berkata kepada
perempuan itu: Sekali-kali kamu tidak akan mati, 5 namun Tuhan mengetahui,
bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu
akan menjadi seperti Tuhan , tahu tentang yang baik dan yang jahat.
Di sini kita mendapati uraian tentang pencobaan yang dipakai Iblis
untuk menyerang orangtua pertama kita, untuk menarik mereka ke
dalam dosa, dan yang ternyata mematikan bagi mereka. Perhatikan-
lah di sini,
I. Si penggoda, yaitu si Iblis, dalam wujud dan rupa seekor ular.
1. Sudah pasti si iblislah yang memperdayai Hawa. Iblis dan Se-
tan yaitu si ular tua (Why. 12:9), suatu roh yang sangat
jahat, diciptakan sebagai malaikat terang dan pelayan terdekat
takhta Tuhan , namun oleh dosa menjadi murtad dari keadaan
awalnya dan memberontak melawan mahkota dan kemuliaan
Tuhan . Banyak malaikat jatuh, namun yang menyerang orangtua
pertama kita ini pastilah penghulu roh-roh jahat, pemimpin
utama dalam kelompok pemberontak itu. Begitu melakukan
dosa, dia langsung menjadi Iblis, begitu menjadi pengkhianat
langsung menjadi pencoba, sebab dia sangat gusar terhadap
Tuhan dan kemuliaan-Nya, dan dengki terhadap manusia dan
kebahagiaannya. Dia mengetahui bahwa dia tidak dapat meng-
hancurkan manusia kecuali dengan cara merusak moral mere-
ka. Bileam tidak dapat mengutuk Israel, namun dapat men-
cobai Israel (Why. 2:14). Oleh sebab itu, permainan yang ter-
paksa dimainkan Iblis yaitu menarik orangtua pertama kita
kepada dosa, dan dengan demikian memisahkan mereka dari
Kitab Kejadian 3:1-5
67
Tuhan mereka. Jadi Iblis sejak semula yaitu pembunuh, dan
pembuat kejahatan yang luar biasa. Seluruh ras manusia di
sini sesungguhnya hanya memiliki satu kelemahan, dan tepat
pada kelemahan itulah Iblis menyerang. Yang menjadi lawan
dan musuh yaitu si jahat itu.
2. Iblis tampak dalam rupa seekor ular. Entah itu hanya dalam
wujud dan penampilan kasat mata seekor ular (seperti yang
menurut beberapa orang terjadi dalam Kel. 7:12), atau benar-
benar seekor ular hidup yang digerakkan dan dirasuki oleh Iblis,
tidaklah pasti. namun , dengan seizin Tuhan keduanya mungkin.
Iblis memilih untuk memainkan peranannya sebagai seekor
ular,
(1) sebab ular yaitu makhluk yang tampaknya bagus, me-
miliki kulit yang berbintik dan berbelang, dan waktu itu
berdiri tegak. Mungkin itu yaitu seekor ular terbang, yang
kelihatannya datang dari tempat tinggi sebagai pembawa
pesan dari dunia atas, salah satu serafim, sebab ular-ular
naga bisa terbang (Yes. 14:29). Banyak godaan yang ber-
bahaya datang kepada kita dalam warna-warni yang indah
dan meriah namun hanya sebatas penampilan luarnya saja,
dan seakan-akan datang dari atas, sebab Iblis dapat keli-
hatan seperti malaikat terang. Dan,
(2) sebab ular yaitu makhluk yang licik. Sifat itu mendapat
perhatian di sini. Banyak contoh yang diberikan tentang
kelicikan si ular, baik dalam melakukan kejahatan maupun
dalam menyelamatkan dirinya sesudah selesai. Kita diperin-
tahkan untuk cerdik seperti ular-ular. namun ular ini, kare-
na digerakkan oleh si Iblis, sudah pasti lebih licik dibandingkan
yang lainnya, sebab Iblis, walaupun dia kehilangan keku-
dusan, tetap memiliki kecerdasan malaikat, dan cerdik da-
lam melakukan kejahatan. Dia tahu lebih banyak keuntung-
an dengan memakai ular dibandingkan yang kita sadari.
Perhatikanlah, tidak ada sesuatu apa pun yang lebih ba-
nyak dipakai Iblis untuk memuaskan diri dan kepentingan-
nya dibandingkan kelicikan yang tidak kudus. Apa yang dipikir-
kan oleh Hawa tentang ular yang berbicara kepadanya ini
tidak mungkin kita ketahui, sebab saya berpikir dia sendiri
tidak tahu harus berpikir bagaimana. Pada mulanya, mung-
kin, dia mengira barangkali itu yaitu malaikat yang baik,
68
namun , sesudah itu, dia mungkin mencurigai ada sesuatu
yang salah. Patut kita perhatikan bahwa banyak di antara
penyembah-penyembah berhala bukan Yahudi yang me-
nyembah Iblis dalam bentuk dan wujud seekor ular, dan
dengan demikian mengakui ketaatan mereka kepada roh
murtad itu, dan memiliki sifat-sifatnya.
II. Orang yang dicobai yaitu si perempuan, yang saat itu sedang sen-
dirian, jauh dari suaminya, namun dekat dengan pohon terlarang.
Kelicikan Iblis yaitu ,
1. Menyerang kaum yang lebih lemah dengan godaan-godaannya.
Walaupun sempurna di antara kaumnya, namun kita dapat
menduga kelemahannya dibanding Adam dalam hal penge-
tahuan, kekuatan, dan kesadaran pikiran. Beberapa orang
berpikir Hawa menerima perintah, bukan langsung dari Tuhan ,
melainkan melalui suaminya, dan oleh sebab itu bisa saja
lebih mudah dibujuk untuk tidak mempercayai perintah itu.
2. Itu yaitu cara Iblis memulai perbincangan dengan perem-
puan itu saat dia sedang sendirian. Kalau saja dia tetap de-
kat dengan rusuk yang darinya dia baru saja diambil, dia tidak
akan terpapar bahaya seperti itu. Ada banyak cobaan, yang
mengambil banyak keuntungan dari kesendirian, namun per-
sekutuan orang-orang kudus memberi banyak kekuatan
dan perlindungan bagi mereka. Iblis mendapatkan keuntungan
sebab menemukan dia dekat dengan pohon terlarang itu, dan
mungkin memandang buahnya, sekadar untuk memuaskan
rasa ingin tahunya. Barangsiapa tidak mau makan buah ter-
larang, janganlah mendekati pohon terlarang. Jauhilah jalan
itu, janganlah melaluinya (Ams. 4:15).
3. Iblis mencobai Hawa, supaya melalui perempuan itu dia dapat
mencobai Adam. Demikian pula dia mencobai Ayub melalui
istrinya, dan mencobai Kristus melalui Petrus. Itulah cara dia
mengirimkan cobaan melalui orang-orang yang tidak dicurigai,
dan yang paling memiliki kepedulian dan pengaruh atas kita.
III. Godaan itu sendiri, dan pengaturannya yang penuh kepalsuan.
Kita sering diberi tahu dalam Alkitab tentang bahaya yang meng-
ancam kita melalui godaan Iblis, maksudnya (2Kor. 2:11), seluk-
beluknya (Why. 2:24), tipu muslihatnya (Ef. 6:11). Contoh terbaik
Kitab Kejadian 3:1-5
69
yang kita miliki tentang godaannya yaitu saat dia mencobai
kedua Adam, di sini dan dalam Matius 4. Di sini dia berhasil,
namun dalam Matius 4 dia dibuat tercengang. Apa yang dia kata-
kan kepada mereka, yang tidak dalam genggamannya sebab me-
reka tidak berdosa, dia katakan di dalam kita melalui hati kita
sendiri yang penuh tipu daya dan pertimbangan-pertimbangan
duniawinya. Ini membuat serangannya terhadap kita kurang
nyata terlihat, namun tidak kurang berbahaya. Yang menjadi tu-
juan Iblis yaitu membujuk Hawa supaya memetik buah terla-
rang, dan, untuk melakukan ini, dia memakai cara yang
sama yang masih dia gunakan. Dia mempertanyakan apakah itu
dosa atau tidak (ay. 1). Dia menyangkal bahwa ada bahaya di da-
lamnya (ay. 4). Dia menganjurkan banyak keuntungan yang di-
berikannya (ay. 5). Dan ini semua yaitu pokok pembicaraannya
yang biasa.
1. Dia mempertanyakan apakah dosa atau tidak kalau makan
buah pohon itu, dan apakah buahnya benar-benar terlarang.
Perhatikanlah,
(1) Ular itu berkata kepada perempuan itu: Tentulah Tuhan ber-
firman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan
buahnya, bukan? Kata pertama menyiratkan ada sesuatu
yang telah dikatakan sebelumnya, yang mendahului kali-
mat ini, dan yang berkaitan dengannya. Mungkin semacam
percakapan Hawa dengan dirinya sendiri, yang ditangkap
oleh Iblis, dan berdasarkan itu ia merancang pertanyaan
ini. Dalam rangkaian pikiran, pikiran yang satu menghasil-
kan yang lain, dan mungkin akhirnya menghasilkan sesua-
tu yang buruk. Perhatikanlah di sini,
[1] Iblis tidak mengungkapkan rencananya pada awalnya,
melainkan memberi pertanyaan yang kelihatannya
tidak bersalah: Saya mendengar sedikit kabar, apakah
benar? Bahwa Tuhan melarangmu makan buah pohon
ini? Jadi dia mau memulai percakapan, dan menarik dia
ke dalam suatu diskusi. Barangsiapa ingin aman perlu
merasa curiga, dan segan berbicara dengan penggoda.
[2] Iblis mengutip perintah tersebut dengan cara yang tidak
tepat, seakan-akan ada larangan, bukan hanya terha-
dap pohon itu saja, melainkan semua pohon. Tuhan telah
70
mengatakan, Semua pohon dalam taman ini boleh kau-
makan buahnya dengan bebas, kecuali satu. Dengan
membesar-besarkan pengecualian larangan itu, dia ber-
usaha memberi alasan bahwa perintah itu tidak benar:
Tentulah Tuhan berfirman: Semua pohon dalam taman ini
jangan kamu makan buahnya, bukan? Hukum ilahi tidak
dapat dikatakan salah selain kalau orang menyampai-
kannya dengan tidak tepat.
[3] Sepertinya dia mengatakannya dengan nada mengejek,
mencela perempuan itu sebab enggan mencampuri
soal pohon itu. Seakan-akan dia berkata, Engkau be-
gitu baik dan waspada, dan amat sangat penurut, kare-
na Tuhan telah mengatakan, Jangan kamu makan. Iblis,
sebab dia yaitu pendusta, maka dia juga yaitu
pengejek, sejak semula, dan pengejek-pengejek di akhir
zaman yaitu anak-anaknya.
[4] Yang menjadi tujuannya pada serangan pertama yaitu
untuk menghilangkan rasa tanggung jawab Hawa ter-
hadap perintah Tuhan . Pasti engkau keliru, tidak mung-
kin Tuhan mewajibkanmu untuk menjauh dari pohon ini.
Dia tidak mungkin melakukan hal yang tidak masuk
akal seperti itu. Lihatlah di sini, bahwa kelicikan Iblis-
lah yang mencemarkan nama baik hukum ilahi sebagai
hal yang tidak pasti atau tidak masuk akal, dan dengan
demikian menarik orang untuk berbuat dosa. Oleh kare-
na itu kita bijaksana kalau mempertahankan keper-
cayaan yang teguh dan rasa hormat yang tinggi terhadap
perintah Tuhan . Pernahkah Tuhan berkata, Janganlah
kamu berbohong, jangan menyebut nama-Nya dengan
sembarangan, ataupun mabuk, dan sebagainya? Ya,
saya yakin Dia mengatakannya, dan Dia mengatakan-
nya dengan jelas, dan dengan kasih karunia-Nya aku
akan mematuhinya, apa pun yang disarankan si peng-
goda yang bertentangan dengannya.
(2) Dalam menjawab pertanyaan ini perempuan itu memberi-
kan alasan yang jelas dan lengkap dari hukum yang ber-
laku atas mereka (ay. 2-3). Perhatikanlah di sini,
Kitab Kejadian 3:1-5
71
[1] Kelemahannya yaitu melibatkan diri ke dalam perca-
kapan dengan ular tersebut. Dia bisa saja merasa bah-
wa ular itu tidak memiliki maksud yang baik sebab
pertanyaannya, dan oleh sebab itu seharusnya mulai
menjauhkan diri dengan mengatakan Enyahlah Iblis.
Engkau suatu batu sandungan bagiku. namun rasa ingin
tahunya, dan mungkin keheranannya sebab mende-
ngar seekor ular berbicara, mendorong Hawa terus ber-
bicara dengannya. Perhatikanlah, suatu hal yang ber-
bahaya jika kita tawar-menawar dengan suatu godaan,
yang sejak awal seharusnya ditolak dengan penghinaan
dan rasa jijik. Pasukan kota yang menyuarakan perun-
dingan tidak jauh dari menyerah. Orang yang ingin ter-
lindung dari bahaya harus menjauh dari jalan yang ber-
bahaya. Lihat Amsal 14:7; 19:27.
[2] Hawa bersikap bijaksana dengan memperhatikan kebe-
basan yang Tuhan berikan kepada mereka saat men-
jawab sindiran Iblis yang licik, seakan-akan Tuhan me-
nempatkan mereka di taman firdaus hanya untuk meng-
goda mereka dengan pemandangan buah yang menarik
namun terlarang. Ya, kata Hawa, kita boleh makan buah
pohon-pohon, berkat Pencipta kita, kita memiliki cukup
banyak dan bermacam-macam jenis buah yang dapat
kita makan. Perhatikanlah, untuk mencegah kita mera-
sa tidak nyaman dengan batasan-batasan agama, sebaik-
nya kita sering memperhatikan kebebasan dan kenya-
manan yang diberikannya.
[3] Ini yaitu suatu tanda ketetapan hati Hawa, bahwa dia
setia kepada perintah tersebut, dan mengucapkannya
kembali dengan tepat, dimulai dengan kepastian yang
tidak terbantahkan: Tuhan berfirman, aku yakin Dia
telah mengatakannya, Jangan kamu makan, dan dia
menambahkan, ataupun raba buah itu, kelihatannya
dengan maksud yang baik, bukan (seperti dugaan bebe-
rapa orang) untuk mengisyaratkan seolah-olah perintah
tersebut terlalu ketat (jangan jamah ini, jangan kecap
itu, dan jangan sentuh ini), melainkan untuk memperta-
hankannya: Kita tidak boleh memakannya, oleh sebab
72
itu kita jangan menyentuhnya. Itu larangan yang paling
utama, dan wewenang larangan itu kudus bagi kita.
[4] Sepertinya Hawa agak bimbang mengenai ancaman pe-
rintah tersebut, dan tidak terlalu teliti dan tepat dalam
mengucapkannya kembali dibandingkan saat dia
mengulangi perintah. Tuhan telah berkata, Pada hari eng-
kau memakannya, pastilah engkau mati, namun yang dia
sampaikan hanyalah Nanti kamu mati. Perhatikanlah,
iman dan tekad yang bimbang memberi keuntungan
besar kepada si penggoda.
2. Iblis menyangkal adanya bahaya kalau makan buah itu. Dia
bersikeras bahwa walaupun itu mungkin melanggar perintah,
namun tidak akan mendatangkan hukuman: Sekali-kali kamu
tidak akan mati. Kamu tidak akan pernah mati itulah arti
kata yang dipakai, bertentangan langsung dengan apa yang
Tuhan katakan. Maksudnya yaitu ,
(1) Belum tentu kamu akan mati, menurut beberapa orang.
Kamu dibuat percaya bahwa itu pasti, namun sebenarnya
tidak sepasti itu. Jadi Iblis berusaha keras mengguncang-
kan apa yang tidak bisa dia jatuhkan, dan membuat tidak
benar kekuatan ancaman ilahi dengan mempertanyakan
kepastiannya, dan begitu ada anggapan bahwa mungkin
saja ada kesalahan atau kekeliruan pada firman Tuhan ,
maka pintu menuju ketidaksetiaan yang sesungguhnya
pun terbuka. Mula-mula Iblis mengajar manusia supaya
meragukan, dan lalu supaya menyangkal. Dia membuat
orang menjadi ragu-ragu dahulu, dan kemudian secara
bertahap membuat mereka menjadi atheis [orang yang
tidak percaya]. Atau,
(2) Kamu pasti tidak akan mati, menurut yang lainnya. Dia
menegaskan pertentangannya dengan kata-kata jaminan
yang sama yang Tuhan gunakan dalam mengesahkan an-
caman tersebut. Dia mulai menyebutkan perintah itu da-
lam pertanyaan (ay. 1), namun sebab ternyata perempuan
itu setia kepada perintah tersebut, dia menghentikan pukul-
an itu dan membuat serangannya yang kedua terhadap an-
caman tersebut. Pada serangannya yang kedua itu dia mera-
sa perempuan itu ragu-ragu, sebab dia tangkas dalam
Kitab Kejadian 3:1-5
73
mengintai segala keuntungan dan menyerang dinding yang
terlemah: Sekali-kali kamu tidak akan mati. Ini yaitu
kebohongan, betul-betul kebohongan, sebab ,
[1] Ini bertentangan dengan firman Tuhan , yang kita yakin
yaitu benar. Lihatlah 1Yohanes 2:21, 27. Kebohongan
seperti itu bagaikan menuduh Tuhan sendiri berbohong.
[2] Ini bertentangan dengan pengetahuannya sendiri. Keti-
ka Iblis memberi tahu mereka bahwa tidak taat dan
memberontak itu tidak berbahaya, dia mengatakan apa
yang dia ketahui tidak benar, melalui pengalaman me-
nyakitkan. Dia sudah melanggar hukum ciptaan-Nya,
dan mengalami kerugian sebab tidak mendapatkan
apa-apa dari perbuatannya itu. namun dia memberi tahu
orangtua pertama kita bahwa mereka tidak akan mati.
Dia menutupi kesengsaraannya sendiri, supaya dia da-
pat menarik mereka ke dalam kesengsaraan yang sama.
Dia masih menipu orang berdosa supaya menuju ke-
hancuran mereka sendiri dengan cara seperti itu. Dia
memberi tahu mereka bahwa, walaupun mereka ber-
dosa, mereka tidak akan mati, dan ia lebih mendapat-
kan keuntungan dibandingkan Tuhan , yang memberi tahu
mereka, bahwa upah dosa ialah maut. Perhatikanlah,
harapan akan dibebaskan dari hukuman merupakan
pendorong yang besar bagi orang untuk melakukan se-
gala kejahatan, dan membuat mereka tidak menyesal
dalam melakukannya. Aku akan selamat, walaupun aku
berlaku degil (Ul. 29:19).
3. Iblis menjanjikan keuntungan dengan makan buah itu (ay. 5).
Di sini dia melanjutkan serangannya, dengan serangan pada
akar, serangan mematikan pada pohon tempat kita menjadi
cabangnya. Dia bukan hanya mau menjamin bahwa mereka
tidak akan rugi sebab buah itu, dan sebab itu mengikat
dirinya untuk menyelamatkan mereka dari bahaya, namun (jika
mereka cukup bodoh untuk mengambil risiko berdasarkan
jaminan dari seseorang yang sudah menjadi bangkrut) dia ju