Selasa, 11 Februari 2025

Kejadian 3


 ga 

berusaha agar mereka akan mendapatkan keuntungan dari 

buah itu, yaitu suatu keuntungan yang tidak dapat dilukiskan 

dengan kata-kata. Dia tidak dapat membujuk mereka untuk 


 74

menempuh bahaya kehancuran mereka sendiri, jika ia tidak 

memberi iming-iming kepada mereka bahwa mereka akan 

menjadi lebih baik. 

(1) Dia mengisyaratkan kepada mereka perbaikan besar yang 

dapat mereka alami dengan makan buah ini. Dan dia 

menyesuaikan godaannya dengan keadaan mereka saat itu 

yang tanpa dosa, dengan menawarkan kepada mereka bu-

kan kesenangan atau kepuasan duniawi, melainkan kenik-

matan dan kepuasan intelektual. Ini yaitu  umpan-umpan 

yang dia pakai untuk menutupi jebakannya. 

[1]  Matamu akan terbuka. Kamu akan memperoleh jauh 

lebih banyak kuasa dan kesenangan dalam berpikir 

dibandingkan yang kamu peroleh sekarang. Kamu akan 

mampu berpikir lebih luas, dan melihat segala sesuatu 

lebih dalam, lebih dibandingkan yang kamu lakukan seka-

rang.” Dia berbicara seakan-akan saat itu mereka hanya 

memiliki penglihatan yang suram dan dangkal, jika 

dibandingkan dengan yang akan mereka miliki kemu-

dian. 

[2]  Kamu akan menjadi seperti Tuhan , seperti Elohim, Tuhan  

yang perkasa, bukan hanya mahatahu namun  juga ma-

hakuasa.” Atau,  Kamu akan menjadi seperti Tuhan  itu 

sendiri, setara dengan-Nya, menandingi Dia. Kamu 

akan menjadi penguasa tertinggi dan tidak lagi dikua-

sai, mandiri dan tidak lagi bergantung.” Suatu nasihat 

yang paling tidak masuk akal! Seolah-olah mungkin 

saja bagi makhluk-makhluk yang belum lama ada un-

tuk menjadi sama dengan Pencipta mereka yang berasal 

dari kekekalan. 

[3]  Kamu akan mengetahui yang baik dan yang jahat, ya-

itu segala sesuatu yang ingin diketahui.” Untuk mendu-

kung bagian godaan ini, dia menyalahgunakan nama 

yang diberikan kepada pohon itu. Nama itu dimaksud-

kan untuk mengajarkan pengetahuan praktis tentang 

yang baik dan yang jahat, yaitu mengenai kewajiban 

dan ketidaktaatan. Nama itu juga akan membuktikan 

pengetahuan yang berasal dari pengalaman tentang 

yang baik dan yang jahat, yaitu kebahagiaan dan ke-

Kitab Kejadian 3:1-5 

 75

sengsaraan. Dalam pengertian ini, nama pohon itu ada-

lah peringatan bagi mereka supaya tidak makan buah-

nya. Namun Iblis menyimpangkan pengertian tersebut, 

dan memutarbalikkannya untuk menghancurkan mere-

ka, seakan-akan pohon ini akan memberi mereka pe-

ngetahuan yang berasal dari dugaan-dugaan tentang 

sifat-sifat, jenis-jenis dan asal usul baik dan jahat. Dan,  

[4] Semua ini segera terjadi:  Pada waktu kamu memakan-

nya, kamu akan mengalami perubahan yang mendadak 

dan sesaat  menjadi lebih baik.” Nah, dengan semua 

hasutannya itu dia bermaksud menimbulkan dalam diri 

mereka: pertama, ketidakpuasan dalam keadaan mere-

ka saat itu, seakan keadaan mereka itu tidaklah sebaik 

yang seharusnya. Camkanlah, tidak ada keadaan yang 

bisa membawa kepuasan, kecuali pikiran kita bisa tun-

duk dan merasa puas dengan keadaan itu sendiri. Lihat 

saja, Adam pun tidak merasa nyaman, bahkan di dalam 

firdaus sekalipun, dan demikian halnya juga dengan 

malaikat-malaikat dengan keadaan mereka pada mula-

nya (Yud. 6). Kedua, keinginan kuat untuk memiliki ke-

dudukan yang lebih tinggi, seakan-akan mereka pantas 

menjadi dewa-dewa. Iblis telah menghancurkan dirinya 

sendiri dengan ingin menjadi seperti Yang Mahatinggi 

(Yes. 14:14), dan sebab  itu mencoba memengaruhi ne-

nek moyang pertama kita dengan keinginan yang sama, 

supaya dia bisa menghancurkan mereka juga. 

(2) Iblis menghasut mereka bahwa Tuhan  tidak memiliki mak-

sud yang baik terhadap mereka, saat  Ia melarang mereka 

makan buah itu:  namun  Tuhan  mengetahui bahwa buah itu 

akan membuat kamu sangat hebat. Oleh sebab  itu, de-

ngan rasa iri dan niat jahat terhadap kamu, Dia melarang 

kamu memakannya.” Seolah-olah Dia tidak berani mem-

biarkan mereka makan buah pohon itu, sebab  dengan 

begitu mereka akan mengetahui kekuatan mereka sendiri, 

dan tidak akan lagi berada dalam keadaan yang lebih ren-

dah melainkan mampu menyamai Dia. Atau seakan-akan 

Dia tidak rela membiarkan mereka mendapatkan kehor-

matan dan kebahagiaan yang akan ditambahkan kepada 

mereka jika mereka makan buah pohon itu. Nah, 


 76

[1] Ini sungguh teramat merendahkan Tuhan , dan merupa-

kan penghinaan terbesar yang dapat dilakukan terha-

dap-Nya, suatu kecaman terhadap kekuasaan-Nya, se-

olah-olah Dia takut terhadap ciptaan-Nya, dan bahkan 

kecaman terhadap kebaikan-Nya, seakan Dia membenci 

hasil perbuatan tangan-Nya sendiri dan tidak mau orang-

orang yang diciptakan-Nya dibuat bahagia. Haruskah 

orang-orang terbaik merasa aneh jika digambarkan de-

ngan cara yang salah dan dibicarakan dengan cara yang 

jahat, sementara Tuhan  sendiri diperlakukan seperti itu? 

Sebagaimana Iblis mendakwa saudara-saudara di ha-

dapan Tuhan , dia pun mendakwa Tuhan  di hadapan sau-

dara-saudara. Dengan demikian dia menabur perpecah-

an, dan merupakan bapa bagi orang-orang yang mela-

kukan hal seperti itu. 

[2] Itu yaitu  perangkap yang paling berbahaya bagi nenek 

moyang pertama kita, sebab  bertujuan menjauhkan 

kasih mereka dari Tuhan , dan juga untuk mengundur-

kan mereka dari kesetiaan mereka kepada-Nya. Iblis 

masih menarik orang ke dalam kepentingannya seperti 

itu dengan menghasut mereka dengan pikiran-pikiran 

yang sulit tentang Tuhan , dan harapan-harapan yang 

salah tentang manfaat dan keuntungan dari dosa. Oleh 

sebab  itu marilah kita, dalam menentang Iblis, selalu 

berpikiran baik tentang Tuhan  sebagai kebaikan yang 

terbaik, dan berpikiran buruk tentang dosa sebagai 

yang terburuk dari segala yang jahat. Jadi marilah kita 

melawan Iblis, maka dia akan lari dari kita. 

Kejatuhan Manusia 

(3:6-8) 

6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan 

sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati sebab  memberi peng-

ertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya 

juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun 

memakannya. 7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, 

bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan 

membuat cawat. 8 saat  mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Tuhan , 

yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah 

manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Tuhan  di antara pohon-pohonan 

dalam taman.   

Kitab Kejadian 3:6-8 

 77

Di sini kita melihat bagaimana akhir perdebatan antara Hawa dan si 

penggoda. Akhirnya Iblis mencapai tujuannya, dan benteng pertahan-

an direbut dengan tipu muslihatnya. Tuhan  menguji ketaatan nenek 

moyang pertama kita dengan melarang mereka makan buah pohon 

pengetahuan, dan Iblis, dapat dikatakan, terlibat persoalan dengan 

Tuhan , dan berusaha membujuk mereka untuk memberontak. Di sini 

kita melihat bagaimana dia berhasil, sebab  Tuhan  mengizinkan itu 

terjadi untuk tujuan-tujuan yang bijaksana dan kudus. 

I.  Di sini kita melihat bujukan-bujukan yang mendorong mereka 

untuk memberontak. Perempuan itu, yang tertipu oleh pengatur-

an si penggoda yang licik, yaitu  orang yang memulai pemberon-

takan itu (1Tim. 2:14). Dialah yang pertama melakukan kesalah-

an, dan itu yaitu  hasil pertimbangannya, atau lebih tepatnya 

akibat tidak ada pertimbangan darinya. 

1.  Dia tidak melihat adanya bahaya pada pohon itu dibanding 

pohon-pohon lainnya. Dikatakan tentang semua pohon buah 

yang ditanam di taman firdaus, yang menarik dan yang baik 

untuk dimakan buahnya (2:9). Nah, menurut pandangannya, 

pohon ini sama saja dengan yang lainnya. Buahnya tampak 

sebaik yang lainnya untuk dimakan. Dia tidak melihat sesuatu 

pada penampilan buahnya yang menunjukkan ancaman ke-

matian atau bahaya. Buahnya menarik seperti yang lainnya, 

dan oleh sebab  itu,  Kerugian apa yang dapat ditimbulkan-

nya? Mengapa yang ini harus dilarang sedangkan yang lain 

tidak?” Perhatikanlah, saat  timbul pikiran bahwa buah terla-

rang tidak lebih berbahaya dibandingkan buah lain, maka saat itu 

dosa sedang mengintip di ambang pintu, dan Iblis segera me-

nang. Bahkan, mungkin bagi Hawa buah itu kelihatan lebih 

baik untuk dimakan, lebih nikmat rasanya, dan lebih bergizi 

bagi tubuh, dibandingkan dengan buah-buah lain, dan menu-

rut pandangannya lebih menyenangkan dibandingkan yang lain. 

Kita sering kali terbujuk masuk ke dalam perangkap oleh 

keinginan yang bertentangan dengan hukum supaya indra-

indra kita terpuaskan. Atau, kalaupun tidak ada sesuatu pada 

buah itu yang lebih menarik dibandingkan yang lain, namun buah 

itu lebih diinginkan sebab  terlarang. Apakah itu yang ada 

pada dirinya atau tidak, kita menemukan dalam diri kita (yaitu 

dalam daging kita, dalam sifat kita yang bejat) terdapat roh 


 78

pertentangan yang aneh. Nitimur in vetitum – Kita mengingin-

kan apa yang dilarang. 

2.  Perempuan itu membayangkan lebih banyak kebajikan pada 

pohon itu dibandingkan yang lain, sehingga bukan hanya tidak per-

lu ditakuti, namun  juga menarik hati sebab  memberi pengerti-

an, dan dalam hal ini lebih unggul dibandingkan semua pohon lain-

nya. Perempuan itu melihat, artinya dia mengerti dan mema-

hami apa yang sudah dikatakan oleh Iblis kepadanya. Bebe-

rapa orang menduga bahwa dia melihat si ular makan buah 

pohon itu, dan si ular memberi tahu Hawa bahwa dengan cara 

itu dia telah memperoleh kemampuan untuk berbicara dan 

bernalar. Dari situ Hawa mengambil kesimpulan bahwa ke-

kuatan buah itu yaitu  membuat orang bijaksana, dan terbu-

juk untuk berpikir,  Jika buah ini membuat seekor makhluk 

yang buas menjadi berakal budi, mengapa tidak mungkin 

membuat makhluk berakal budi menjadi seperti Tuhan ?” Lihat-

lah di sini bagaimana keinginan akan pengetahuan yang tidak 

perlu, dengan gagasan yang salah tentang kebijaksanaan, 

terbukti merugikan dan menghancurkan banyak orang. Nenek 

moyang pertama kita, yang tahu begitu banyak, tidak tahu ini, 

yaitu bahwa mereka sudah cukup tahu. Kristuslah pohon yang 

harus diinginkan untuk membuat orang bijaksana (Kol. 2:3; 

1Kor. 1:30). Marilah kita, dengan iman, makan dari Dia, su-

paya kita dapat menjadi bijaksana sehingga diselamatkan. 

Dalam firdaus surgawi, pohon pengetahuan tidaklah berupa 

pohon yang terlarang, sebab  di sana kita akan mengetahui 

sebagaimana kita diketahui. Oleh sebab  itu mari kita rindu un-

tuk berada di sana, dan, sementara masih di sini, tidak meng-

gelisahkan diri dengan hal-hal yang terlalu tinggi atau terlalu 

dalam bagi kita, ataupun ingin lebih bijaksana dibandingkan apa 

yang tertulis. 

II. Langkah-langkah pemberontakan bukanlah langkah ke atas, me-

lainkan langkah menurun ke arah lubang, yaitu langkah-langkah 

yang menggapai neraka. 

1. Dia melihat. Seharusnya dia mengalihkan pandangannya dari 

kesia-siaan yang memesona. Namun, sebaliknya, dia masuk ke 

dalam godaan dengan memandangi buah terlarang itu dengan 

senang. Perhatikanlah, banyak sekali dosa masuk melalui 

Kitab Kejadian 3:6-8 

 79

mata. Pada jendela ini Iblis melepaskan anak-anak panah 

berapi yang menusuk dan meracuni hati. Mata merusak hati 

dengan rasa bersalah dan kesedihan. Oleh sebab  itu marilah 

kita, bersama dengan Ayub yang saleh, menetapkan syarat 

bagi mata kita, untuk tidak melihat apa yang menimbulkan 

bahaya nafsu bagi kita (Ams. 23:31; Mat. 5:28). Biarlah takut 

akan Tuhan  selalu  menjadi kelopak mata bagi kita (20:16, KJV). 

2. Dia mengambil. Itu yaitu  tindakan dan perbuatannya sendiri. 

Iblis tidak mengambil buah itu dan memasukkannya ke dalam 

mulut perempuan itu, entah dia mau atau tidak, namun  dia 

sendiri yang mengambilnya. Iblis dapat menggoda, namun  dia 

tidak dapat memaksa. Dia dapat membujuk kita untuk men-

jatuhkan diri, namun  tidak dapat menjatuhkan kita (Mat. 4:6). 

Tindakan Hawa mengambil yaitu  mencuri, seperti Akhan 

mengambil barang terkutuk, mengambil apa yang bukan me-

rupakan haknya. Pastilah dia mengambilnya dengan tangan 

yang gemetar. 

3. Dia memakannya. Mungkin, waktu dia melihat, dia tidak ber-

maksud untuk mengambil saat  ia melihatnya. Ia juga tidak 

bermaksud memakannya saat  ia mengambilnya. namun , be-

gitulah hasilnya. Perhatikanlah, jalan dosa itu menurun tajam. 

Manusia tidak dapat menghentikan dirinya saat ia berkeingin-

an. Awalnya yaitu  seperti terobosan air, yang sulit diberi 

tahu  Kamu hanya boleh sampai di sini dan jangan lebih jauh 

lagi.” Oleh sebab  itu kita harus bijaksana untuk menekan 

perasaan-perasaan yang berdosa sejak awal, dan memadam-

kannya sebelum terhanyut di dalamnya. Obsta principiis – hen-

tikan kejahatan pada permulaannya. 

4. Diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama de-

ngan dia. Mungkin suaminya tidak sedang bersama dia saat  

dia digoda (jika begitu, pastilah dia akan menyela untuk men-

cegah dosa), melainkan datang saat  dia sudah makan, dan 

terpengaruh olehnya untuk makan juga. Lebih mudah belajar 

tentang apa yang buruk dibandingkan mengajarkan tentang apa 

yang baik. Perempuan itu memberi  buah tersebut kepada-

nya, membujuk dia dengan alasan yang sama dengan yang 

digunakan ular itu, sambil menambahkan bahwa dia sendiri 

sudah makan, dan menemukan bahwa dia sama sekali tidak 

mati, bahkan sangat senang dan puas. Air curian manis. Pe-


 80

rempuan itu memberi nya kepada suaminya, dengan mak-

sud yang baik, sebab  dia tidak mau memakan makanan yang 

enak ini sendirian. namun  sesungguhnya itu yaitu  kejahatan 

terburuk yang pernah dilakukannya terhadap suaminya. Atau 

mungkin dia memberi nya kepada suaminya supaya, jika 

buah itu ternyata berbahaya, dia dapat berbagi dengannya 

dalam kesengsaraan. Ini benar-benar tampak aneh dan jahat, 

namun  diduga dapat dengan mudah merasuki hati orang yang 

telah memakan buah terlarang. Perhatikanlah, Orang yang 

telah melakukan kejahatan sendiri biasanya ingin menarik 

orang lain untuk melakukan hal yang sama. Seperti Iblis, dan 

juga Hawa, orang berdosa segera menjadi penggoda. 

5.  Suaminya pun memakannya, dikalahkan oleh desakan istri-

nya. Tidak perlu bertanya,  Apakah akibatnya jika hanya Hawa 

yang memberontak?” Kita yakin hikmat Tuhan  dapat memecah-

kan persoalan yang sulit, berdasarkan keadilan. namun  sayang, 

kasusnya tidak seperti itu. Adam ikut makan.  Dan apalah 

bahaya besarnya jika dia makan?,” tanya pertimbangan-per-

timbangan bejat dan duniawi dari pikiran yang sia-sia. Bahaya 

apa! Wah, kepura-puraan ini mengandung ketidakpercayaan 

terhadap firman Tuhan , disertai dengan keyakinan pada kata-

kata Iblis, ketidakpuasan terhadap keadaannya saat itu, 

kebanggaan pada kebaikan-kebaikannya sendiri, dan ambisi 

akan kehormatan yang bukan berasal dari Tuhan , kedengkian 

terhadap kesempurnaan Tuhan , dan kegemaran pada hawa 

nafsu tubuh. Dengan mengabaikan pohon kehidupan yang bo-

leh dia makan, dan memakan buah pohon pengetahuan yang 

terlarang, dia dengan jelas sangat menghina kemurahan hati 

yang telah Tuhan  limpahkan kepadanya, dan lebih menyukai 

hal-hal yang tidak Tuhan  anggap pantas bagi dia. Dia ingin 

menjadi pemahatnya sendiri dan tuannya sendiri, memperoleh 

apa pun yang dia sukai dan melakukan apa pun yang dia 

senangi. Dosanya, dalam satu kata, yaitu  ketidaktaatan (Rm. 

5:19). Ketidaktaatan terhadap satu perintah yang sederhana, 

mudah, dan jelas, yang mungkin dia ketahui merupakan pe-

rintah yang diberikan sebagai ujian. Dia berdosa melawan 

pengetahuan agung, melawan banyak belas kasihan, melawan 

terang dan kasih, terang yang paling bersih dan kasih yang 

paling berharga yang pernah dilawan pendosa dengan dosa-

Kitab Kejadian 3:6-8 

 81

nya. Dia bukan memiliki sifat bejat di dalam dirinya yang men-

jerumuskan dia, melainkan memiliki kebebasan kehendak, 

tidak diperbudak, dan memiliki kekuatan penuh, tidak dibuat 

lemah atau berkondisi buruk. Dia berbelok arah ke samping 

dengan cepat. Beberapa orang beranggapan bahwa dia jatuh 

tepat pada hari dia diciptakan, namun  saya tidak melihat bagai-

mana ini dapat diselaraskan dengan pernyataan Tuhan  bahwa 

semua sungguh amat baik pada akhir hari itu. Orang lain men-

duga dia jatuh pada hari sabat: semakin baik harinya semakin 

buruk perbuatan. Bagaimanapun, yang pasti yaitu  dia mem-

pertahankan kesetiaannya dalam waktu yang sangat pendek: 

sebentar dia terhormat, kemudian tidak lagi. namun  yang pa-

ling memperburuk dosanya yaitu  bahwa dia melibatkan selu-

ruh keturunannya dalam dosa dan kehancuran sebab nya. 

sebab  Tuhan  sudah memberi tahu dia bahwa rasnya akan me-

menuhi bumi, pastilah dia tahu bahwa dia berlaku sebagai 

seorang wakil masyarakat, dan bahwa ketidaktaatannya akan 

menyebabkan bencana bagi seluruh keturunannya. Dan jika 

demikian, itu pasti merupakan pengkhianatan dan kekejaman 

terbesar yang pernah ada. Sifat manusia yang terkandung 

sepenuhnya dalam diri nenek moyang pertama kita, selanjut-

nya tidak bisa tidak diturunkan dari mereka, dengan penca-

butan hak sebab  kesalahan, noda kecemaran, dan penyakit 

keturunan akibat dosa dan kebobrokan. Dan kalau begitu, da-

patkah kita katakan bahwa dosa Adam hanya merupakan ba-

haya kecil? 

III. Akibat-akibat terbesar pemberontakan. Rasa malu dan takut men-

cekam para pelaku kejahatan, ipso facto – akibat dari perbuatan 

itu sendiri. Dua hal ini masuk ke dalam dunia bersama dengan 

dosa, dan masih hadir di dunia. 

1.  Rasa malu mencekam mereka tanpa disadari (ay. 7). Mengenai 

hal ini perhatikanlah, 

(1) Perasaan-perasaan bersalah yang kuat menguasai mereka, 

di dalam hati mereka sendiri: Terbukalah mata mereka ber-

dua. Yang dimaksudkan bukan mata jasmani, yang sudah 

terbuka sebelumnya, sebab  sangat jelas tampak bahwa 

dosa masuk melalui mata jasmani mereka. Mata Yonatan 


 82

menjadi terang sebab  memakan buah terlarang (1Sam. 

14:27), artinya dia disegarkan dan dibangunkan kembali 

sebab  buah itu. namun  mata mereka tidak demikian. Juga 

tidak ada keuntungan yang diperoleh melalui pengetahuan 

sejati. Sebaliknya, mata hati nurani terbuka, dan hati 

mereka membuat mereka terpukul sebab  apa yang telah 

mereka lakukan. Saat itu, saat  sudah terlambat, mereka 

mengerti betapa bodohnya makan buah terlarang. Mereka 

mengerti telah jatuh dari kebahagiaan ke dalam keseng-

saraan. Mereka melihat Tuhan  yang penuh kasih bangkit 

amarah-Nya. Anugerah dan kemurahan hati-Nya hilang 

dari mereka, gambar dan rupa-Nya lenyap, dan kekuasaan 

atas makhluk-makhluk pun berlalu. Mereka melihat kodrat 

mereka menjadi bejat dan rusak, dan merasakan kekacauan 

di dalam jiwa mereka sendiri, yang belum pernah mereka 

sadari sebelumnya. Mereka melihat hukum dalam anggota-

anggota tubuh mereka berperang melawan hukum dalam pi-

kiran mereka, dan memikat mereka kepada baik dosa mau-

pun murka. Mereka melihat, seperti Bileam, saat  TUHAN 

menyingkapkan mata Bileam (Bil. 22:31), Malaikat TUHAN 

berdiri di jalan, dan pedang-Nya terhunus di tangan-Nya, 

dan mungkin mereka melihat ular yang telah menipu mere-

ka sedang mengejek mereka. Perikop ini memberi tahu kita, 

bahwa mereka melihat diri mereka telanjang, yaitu, 

[1] Mereka dilucuti, kehilangan semua kehormatan dan ke-

gembiraan dari keadaan firdaus mereka. Mereka ter-

papar dengan segala kesengsaraan yang sudah sepan-

tasnya terjadi sebagai akibat dari Tuhan  yang murka. 

Semua senjata mereka dilucuti, pertahanan mereka me-

ninggalkan mereka. 

[2] Mereka dibuat malu, untuk selamanya menjadi malu, di 

hadapan Tuhan  dan para malaikat. Mereka melihat diri 

mereka sendiri ditelanjangi dari segala perhiasan dan 

panji kehormatan, diturunkan dari martabat mereka dan 

dipermalukan secara luar biasa. Mereka terbuka terha-

dap hinaan dan kecaman dari sorga, bumi, dan hati nu-

rani mereka sendiri. Sekarang lihatlah di sini, pertama, 

betapa memalukan dan menggelisahkannya dosa itu. 

Dosa melakukan kejahatan di mana pun diberi kesem-

Kitab Kejadian 3:6-8 

 83

patan, membuat manusia bertentangan dengan diri me-

reka sendiri, mengusik kedamaian mereka, dan meng-

hancurkan segala kenyamanan mereka. Cepat atau 

lambat, dosa akan menimbulkan rasa malu, baik rasa 

malu sebab  penyesalan yang sungguh-sungguh, yang 

berakhir dengan kemenangan, ataupun rasa malu dan 

kehinaan yang kekal yang akan diperoleh orang jahat 

pada waktu bangkit di hari penghakiman. Dosa yaitu  

noda bangsa. Kedua, betapa penipunya Iblis itu. Dia 

memberi tahu nenek moyang pertama kita, saat  dia 

mencobai mereka, bahwa mata mereka akan terbuka, 

dan memang mata mereka terbuka, namun  bukan seperti 

yang mereka kira. Mata mereka terbuka terhadap aib 

dan kesedihan mereka, bukan kehormatan ataupun ke-

untungan mereka. Oleh sebab  itu, saat  Iblis ber-

bicara jujur, jangan percayai dia. Pembohong-pembo-

hong yang paling jahat dan berbahaya sering kali mem-

benarkan diri mereka dengan alasan ini, bahwa mereka 

hanya berbicara kurang jelas. namun  Tuhan  tidak akan 

membenarkan mereka. 

(2) Perubahan menyedihkan yang mereka buat untuk meri-

ngankan perasaan berdosa ini, dan untuk melindungi diri 

dari kesadaran itu: Mereka menyemat (KJV: menjahit), atau 

menjalin, daun pohon ara, dan untuk menutupi setidaknya 

sebagian dari rasa malu mereka terhadap satu sama lain, 

mereka membuat cawat. Lihatlah di sini apa biasanya 

kebodohan orang yang telah berbuat dosa. 

[1] Bahwa mereka lebih berkeinginan untuk menyelamat-

kan nama baik mereka di hadapan manusia dibandingkan 

mendapatkan pengampunan dari Tuhan . Mereka enggan 

mengakui dosa mereka, dan sangat ingin menutupinya, 

sebanyak mungkin. Aku telah berdosa; namun  tunjukkan-

lah juga hormatmu kepadaku. 

[2] Bahwa alasan-alasan yang dibuat manusia, untuk 

menutupi dan meringankan dosa mereka, yaitu  sia-sia 

dan tidak berarti. Seperti cawat dari daun pohon ara, 

mereka bukan membuat persoalan menjadi lebih baik, 

melainkan lebih buruk. Rasa malu, yang disembunyi-


 84

kan seperti itu, menjadi semakin memalukan. Namun 

demikianlah kita semua cenderung menutupi pelanggar-

an kita seperti Adam (Ayb. 31:33, KJV). 

2.  Ketakutan segera mencekam mereka begitu mereka memakan 

buah terlarang itu (ay. 8). Perhatikanlah di sini, 

(1) Apa penyebab dan alasan ketakutan mereka: Mereka  men-

dengar bunyi langkah TUHAN Tuhan , yang berjalan-jalan 

dalam taman itu pada waktu hari sejuk. Kedatangan Sang 

Hakim yang mendekatlah yang membuat mereka ketakut-

an. namun , walaupun begitu, Dia datang dengan cara yang 

hanya menakutkan bagi hati nurani yang bersalah. Diduga 

Dia datang dalam wujud seorang manusia, dan Dia yang 

menghakimi dunia sekarang sama dengan yang akan meng-

hakimi dunia pada akhir zaman, bahkan seorang yang telah 

ditentukan-Nya. Sepertinya saat itu Dia kelihatan serupa 

dengan yang mereka lihat saat  Dia menempatkan mereka 

di taman firdaus, sebab  Dia datang untuk menginsafkan 

dan membuat mereka rendah hati, bukan untuk mengejut-

kan atau menakuti mereka. Dia masuk ke dalam taman, 

bukan turun langsung dari sorga di hadapan mereka, 

seperti yang terjadi kemudian di Gunung Sinai (membuat 

kegelapan yang tebal sebagai pondok-Nya atau api yang 

berkobar-kobar sebagai kereta-Nya), melainkan masuk ke 

dalam taman, seperti seseorang yang masih ingin akrab 

dengan mereka. Dia datang berjalan kaki, bukan berlari, 

bukan mengendarai sayap angin, melainkan sengaja ber-

jalan, seperti seseorang yang tidak mudah marah. Ini 

mengajarkan kita supaya saat  kita benar-benar dihasut, 

jangan menjadi panas atau tergesa-gesa, melainkan ber-

bicara dan bertindak dengan penuh pertimbangan dan 

tidak ceroboh. Dia datang pada waktu hari sejuk, bukan 

pada waktu malam saat  segala kengerian dua kali lebih 

menakutkan, atau pada waktu panas siang hari, sebab  

dia datang bukan dalam kemarahan yang menyala-nyala. 

Kehangatan murka tiada pada-Ku (Yes. 27:4). Dia juga tidak 

mendatangi mereka secara tiba-tiba, melainkan mereka 

mendengar suara-Nya dari kejauhan, memberi mereka peri-

ngatan akan kedatangan-Nya, dan mungkin masih berupa 

Kitab Kejadian 3:6-8 

 85

suara yang pelan, seperti pada waktu Dia datang untuk 

menanyai Elia. Beberapa orang beranggapan mereka men-

dengar Dia berbicara dengan diri-Nya sendiri tentang dosa 

Adam, dan hukuman yang sekarang harus diberikan ke-

padanya, mungkin seperti yang Dia lakukan menyangkut 

Israel (Hos. 11:8-9). Masakan Aku membiarkan engkau? 

Atau lebih tepatnya, mereka mendengar Dia memanggil 

mereka, dan mendatangi mereka. 

(2) Apa akibat dan bukti ketakutan mereka: Bersembunyilah 

manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Tuhan . Suatu 

perubahan yang menyedihkan! Sebelum mereka berbuat 

dosa, jika mereka mendengar suara TUHAN Tuhan  menda-

tangi mereka, mereka akan berlari menemui Dia, dan de-

ngan kegembiraan yang rendah hati menyambut kedatang-

an-Nya yang murah hati. namun , sekarang sesudah  mereka 

berbuat dosa, Tuhan  menjadi hal yang menakutkan bagi 

mereka, dan kemudian tidak mengherankan jika mereka 

menjadi hal yang menakutkan bagi diri mereka sendiri, dan 

mereka penuh dengan kebingungan. Hati nurani mereka 

sendiri menuduh mereka, dan menempatkan dosa mereka 

di hadapan mereka dalam warnanya yang sesungguhnya. 

Daun pohon ara tidak membantu mereka, dan tidak akan 

berguna bagi mereka. Tuhan  telah menghadapi mereka seba-

gai musuh, dan seluruh ciptaan berperang melawan mere-

ka. Dan sebab  mereka belum tahu ada perantara apa pun 

antara mereka dan Tuhan  yang murka, maka tidak ada yang 

tersisa selain menunggu penghakiman yang pasti dengan 

penuh ketakutan. Dalam ketakutan mereka menyembunyi-

kan diri di antara semak-semak. sebab  telah melakukan 

kesalahan, mereka melarikan diri untuk alasan yang sama. 

Mengetahui bahwa diri mereka sudah bersalah, mereka 

tidak berani menyerahkan diri, malah menyelinap dan me-

larikan diri dari pengadilan. Lihatlah di sini, 

[1] Kebohongan si penggoda, serta tipu daya dan kesalahan 

godaannya. Dia menjanjikan bahwa mereka akan sela-

mat, namun  sekarang mereka sama sekali tidak bisa 

menganggap diri mereka selamat. Dia berkata bahwa 

mereka tidak akan mati, namun  sekarang mereka terpak-

sa melarikan diri untuk menyelamatkan hidup mereka. 


 86

Dia berjanji mereka akan menjadi lebih baik, namun  se-

karang mereka melihat diri mereka hina. Tidak pernah 

mereka merasa begitu kecil seperti sekarang. Dia ber-

janji mereka akan memiliki pengetahuan, namun  mereka 

justru merasa kebingungan sekarang, dan sama sekali 

tidak tahu ke mana harus bersembunyi. Dia berjanji 

mereka akan menjadi seperti Tuhan , besar, hebat, dan 

berani, namun  sekarang mereka seperti penjahat yang 

tertangkap basah, gemetar, pucat, dan gelisah ingin me-

larikan diri. Mereka tidak mau tunduk, maka menjadi 

tawanan. 

[2] Kebodohan orang berdosa, yang beranggapan bahwa me-

reka dapat atau lebih baik menyembunyikan diri mereka 

dari Tuhan . Dapatkah mereka menutupi diri mereka dari 

Bapa segala terang (Mzm. 139:7, dst.; Yer. 23:24)? Akan-

kah mereka menarik diri dari sumber hayat, satu-satu-

nya yang dapat memberi  pertolongan dan kebaha-

giaan (Yun. 2:8)? 

[3] Ketakutan yang menyertai dosa. Semua ketakutan yang 

luar biasa terhadap kehadiran Tuhan , tuduhan-tuduhan 

hati nurani, datangnya kesulitan, serangan makhluk-

makhluk yang lebih rendah, dan penjara kematian, yang 

biasa di antara manusia, yaitu  akibat dosa. Adam dan 

Hawa, yang yaitu  rekan dalam dosa, berbagi dalam rasa 

malu dan ketakutan yang menyertai dosa. Dan walaupun 

berpautan tangan (tangan-tangan yang telah lama berpaut-

an dalam pernikahan), namun  mereka tidak dapat meng-

hidupkan ataupun menguatkan satu sama lain: Mereka 

menjadi penghibur yang menyedihkan bagi satu sama lain! 

Dakwaan kepada Manusia Berdosa 

(3:9-10) 

9 namun  TUHAN Tuhan  memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya:  Di 

manakah engkau?” 10 Ia menjawab:  saat  aku mendengar, bahwa Engkau 

ada dalam taman ini, aku menjadi takut, sebab  aku telanjang; sebab itu aku 

bersembunyi.” 

Di sini kita mendapati dakwaan untuk kedua orang bersalah ini di 

hadapan Hakim yang benar atas sorga dan bumi, yang, walaupun 

tidak harus tunduk kepada tata cara resmi, namun  tetap memeriksa

Kitab Kejadian 3:9-10 

 87

perkara mereka dengan seadil mungkin, supaya Dia dapat terbukti 

adil saat  berbicara. Perhatikanlah di sini, 

I.  Pertanyaan mengejutkan yang dengannya Tuhan  mengejar dan 

menahan Adam: Di manakah engkau? Bukan seolah-olah Tuhan  

tidak tahu di mana dia, namun  demikianlah Dia hendak mulai 

memeriksa perkara Adam.  Mari, mana laki-laki yang sudah 

berbuat bodoh itu?” Beberapa menganggapnya pertanyaan ratap-

an:  Kasihan Adam, apa yang terjadi padanya?”  Malangnya eng-

kau,” demikian beberapa orang menafsirkannya,  Wah, engkau 

sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar. Engkau 

dulu teman-Ku dan kesukaan-Ku, dan Aku sudah berbuat banyak 

untukmu, dan ingin berbuat lebih banyak lagi untukmu. Apakah 

engkau sekarang sudah meninggalkan Aku, dan menghancurkan 

dirimu sendiri? Apakah sudah sampai seperti itu?” Ini lebih meru-

pakan pertanyaan memarahi, untuk menyadarkan dan meren-

dahkannya: Di manakah engkau? Bukan  Di tempat yang mana?” 

melainkan  Di dalam kondisi yang bagaimana?”  Inikah segala 

yang engkau dapatkan dengan memakan buah terlarang? Engkau 

yang ingin menyaingi Aku, sekarang melarikan diri dari Aku?” 

Perhatikanlah, 

1.  Orang yang sebab  dosanya telah menjauh dari Tuhan  harus 

benar-benar mempertimbangkan di mana mereka berada. 

Mereka jauh dari segala yang baik, berada di antara musuh-

musuh mereka, dibelenggu oleh Iblis, dan sedang melaju ke 

arah kehancuran sepenuhnya. Pertanyaan untuk Adam ini 

dapat dipandang sebagai pengejaran yang murah hati, kebaik-

an terhadap dia, dan demi pemulihannya. Jika Tuhan  tidak me-

manggil dia, untuk mendapatkan dia kembali, keadaannya 

pasti akan tanpa harapan seperti malaikat-malaikat jatuh. 

Domba yang sesat ini pasti akan berkeliaran tanpa tujuan, jika 

Gembala yang baik tidak mencari dia, membawa dia kembali, 

dan, untuk tujuan itu, mengingatkan dia di mana dia berada, 

di mana dia seharusnya tidak berada, dan di mana dia tidak 

akan bisa bahagia ataupun tenang. Perhatikanlah, 

2.  Jika saja orang berdosa mau mempertimbangkan di mana me-

reka berada, mereka tidak akan tenang sampai kembali ke-

pada Tuhan . 


 88

II.  Jawaban yang Adam berikan dengan gemetar atas pertanyaan ini: 

saat  aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku 

menjadi takut (ay. 10). Dia tidak mengakui kesalahannya, namun  

sebenarnya dengan mengakui rasa malu dan ketakutannya, dia 

mengaku telah bersalah. Inilah kesalahan dan kebodohan umum 

orang yang telah melakukan sesuatu yang jahat, saat  mereka 

ditanyai tentang perbuatannya itu, mereka mengakui tepat apa 

yang sudah begitu jelas sehingga mereka tidak dapat menyangkal-

nya. Adam takut, sebab  dia telanjang. Bukan hanya tidak 

memiliki senjata untuk melindungi dirinya, sehingga takut 

berhadapan dengan Tuhan , namun  juga tidak mengenakan pakaian, 

sehingga sangat takut kelihatan di hadapan-Nya. Kita sudah 

sepantasnya takut mendekati Tuhan  jika kita tidak mengenakan 

dan melindungi diri dengan kebenaran Kristus, sebab  tidak ada 

yang lain selain kebenaran Kristus yang akan melindungi kita dan 

menutupi aib akibat ketelanjangan kita. Oleh sebab  itu kena-

kanlah Tuhan Yesus Kristus, dan lalu marilah kita menghampiri-

Nya dengan keberanian disertai kerendahan hati. 

Dakwaan kepada Manusia Berdosa 

(3:11-13) 

11 Firman-Nya:  Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau 

telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau 

makan itu?” 12 Manusia itu menjawab:  Perempuan yang Kautempatkan di 

sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” 

13 Kemudian berfirmanlah TUHAN Tuhan  kepada perempuan itu:  Apakah yang 

telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu:  Ular itu yang memperdayakan 

aku, maka kumakan. 

 

Di sini kita mendapati orang-orang berdosa kedapatan bersalah kare-

na pengakuan mereka sendiri, namun mereka masih berusaha keras 

mencari alasan dan memperingan kesalahan mereka. Mereka tidak 

dapat mengakui sambil mengiyakan perbuatan mereka, namun mere-

ka mengakui sambil memperingannya. Perhatikanlah, 

I.  Bagaimana mereka ditekan untuk mengakui perbuatan mereka. 

Tuhan  mengatakan kepada manusia itu: Siapakah yang memberi-

tahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? (ay. 11).  Bagai-

mana kamu menjadi sadar bahwa ketelanjanganmu itu memalu-

kan bagimu?” Apakah engkau makan buah pohon terlarang? Per-

Kitab Kejadian 3:11-13 

 89

hatikanlah, walaupun Tuhan  mengetahui semua dosa kita, namun 

Dia ingin mengetahuinya dari kita, dan menuntut kita memberi-

kan pengakuan yang jujur. Bukan supaya Dia dapat menjadi 

tahu, melainkan supaya kita dapat menjadi rendah hati. Dalam 

pemeriksaan ini, Tuhan  mengingatkan dia tentang perintah yang 

telah Dia berikan kepadanya:  Aku memerintahkan kepadamu 

supaya tidak memakannya. Aku yaitu  Pencipta-mu, Tuanmu, 

Pemberi berkat bagimu. Aku tidak memerintahkan kepadamu 

untuk melakukannya.” Dosa paling kelihatan jelas dan jahat jika 

dilihat dengan cermin perintah, oleh sebab  itu di sini Tuhan  

menempatkan cermin itu di hadapan Adam. Begitulah, di cermin 

itu kita dapat melihat wajah kita. Pertanyaan yang diberikan 

kepada perempuan itu yaitu , Apakah yang telah kauperbuat ini? 

(ay. 13).  Maukah kamu mengakui juga kesalahanmu, dan mem-

buat pengakuan mengenai hal itu? Dan maukah kamu mengerti 

betapa jahatnya itu?” Perhatikanlah, penting bagi orang yang 

telah memakan buah terlarang, dan terlebih lagi yang telah memi-

kat orang lain supaya ikut memakannya, supaya memikirkan 

dengan serius apa yang telah mereka perbuat. Dengan memakan 

buah terlarang, kita telah menyakiti hati Tuhan  yang mulia dan 

murah hati, melanggar hukum yang adil dan benar, melanggar 

kovenan yang kudus dan paling serius, dan berbuat salah 

terhadap jiwa kita sendiri yang berharga dengan mengorbankan 

kemurahan hati Tuhan  dan membuka diri kita terhadap kemurka-

an dan kutuk-Nya. Dengan memikat orang lain supaya mereka 

memakan buah terlarang, kita melakukan pekerjaan setan, mem-

buat diri kita sendiri bersalah sebab  menyebabkan orang lain 

berdosa, dan menjadi kaki tangan bagi kehancuran mereka. Apa-

kah yang telah kami perbuat ini? 

II. Bagaimana mereka memperingan kejahatan mereka dalam peng-

akuan mereka. Tidak ada gunanya mengaku tidak bersalah. Raut 

wajah mereka bersaksi melawan mereka, sehingga mereka men-

jadi pendakwa bagi diri mereka sendiri:  Kumakan,” kata manusia 

itu,  dan aku juga,” kata perempuan itu, sebab  saat  Tuhan  

menghakimi, Dia akan menang. Namun ini kelihatannya bukan 

pengakuan yang berasal dari penyesalan, sebab  bukannya me-

rasa gusar sebab  dosa dan malu terhadap diri sendiri, mereka 


 90

mencari alasan atas dosa mereka dan melempar aib dan kesalah-

an kepada pihak lain. 

1. Adam melemparkan semua kesalahan kepada istrinya.  Dia 

memberi aku buah pohon itu, dan menekan aku supaya me-

makannya, jadi aku makan hanya sebab  menuruti dia.” 

Sungguh ini alasan yang tanpa dasar. Seharusnya dia meng-

ajari istrinya, bukan diajari olehnya, dan bukanlah hal yang 

sulit untuk menentukan siapa yang harus memerintah dia, 

Tuhan nya atau istrinya. sebab  itu belajarlah untuk tidak per-

nah terbawa ke dalam dosa oleh sesuatu yang tidak akan 

melepaskan kita dari penghakiman. Kalau ada sesuatu yang 

tidak akan mendukung kita dalam pengadilan, jangan biarkan 

dia mendukung kita dalam perbuatan kita. sebab  itu jangan-

lah kita pernah dikalahkan oleh desakan untuk bertindak me-

lawan hati nurani kita, ataupun mendukakan hati Tuhan  hanya 

untuk menyenangkan sahabat terbaik yang kita miliki di 

dunia. Namun, ini bukanlah yang terburuk dari perbuatan 

Adam. Dia bukan hanya menyalahkan istrinya, namun  juga me-

nyampaikannya untuk menyalahkan Tuhan  sendiri secara tidak 

langsung.  Perempuan yang Kauberikan kepadaku, yang Kau-

tempatkan di sisiku untuk menjadi pendampingku, pembim-

bingku, dan temanku, dialah yang memberi  buah pohon 

itu. Kalau tidak, aku pasti tidak memakannya.” Jadi dia 

menyindir bahwa Tuhan  yang menyebabkan dosanya: Dia mem-

berinya perempuan itu, dan perempuan itu memberinya buah 

itu, sehingga seakan-akan dia memperoleh buah yang hanya 

diambil dari tangan Tuhan  sendiri. Perhatikanlah, ada kecende-

rungan yang aneh pada orang-orang yang mengalami godaan 

untuk mengatakan bahwa mereka dicobai oleh Tuhan , seakan-

akan jika kita menyalahgunakan karunia Tuhan , kita bisa di-

maafkan bila telah melanggar hukum Tuhan . Tuhan  memberi 

kita kekayaan, kehormatan, dan hubungan-hubungan, supaya 

kita dapat melayani Dia dengan sukacita dalam menikmati 

semua itu. Namun, jika kita memanfaatkan semua itu untuk 

berdosa melawan Dia, bukannya menyalahkan Pemelihara ka-

rena menempatkan kita ke dalam kondisi seperti itu, kita ha-

rus menyalahkan diri sendiri sebab  menyimpangkan tujuan 

Pemelihara yang murah hati dengan semua pemberian itu

Kitab Kejadian 3:14-15 

 91

2. Hawa melemparkan semua kesalahan kepada si ular: Ular itu 

yang memperdayakan aku. Dosa yaitu  anak nakal yang tidak 

seorang pun mau mengakuinya, tanda bahwa itu sesuatu yang 

memalukan. Orang yang bersedia mendapatkan kesenangan 

dan keuntungan dari dosa, cukup enggan untuk dipersalahkan 

dan dipermalukan olehnya.  Ular itu, makhluk rendah yang Kau 

ciptakan itu, yang Kau ijinkan masuk ke dalam taman firdaus 

dan mendatangi kami, dia memperdayakan aku,” atau membuat 

aku berbuat salah. Begitulah dosa-dosa kita yaitu  kesalahan 

kita juga. sebab  itu belajarlah, 

(1) Bahwa godaan-godaan Iblis semuanya memperdayai, alas-

an-alasannya seluruhnya sesat, daya pikatnya seluruhnya 

menipu. saat  dia berbicara terus terang, jangan percaya 

kepadanya. Dosa memperdaya kita, dan dengan mem-

perdaya, menipu kita. Dengan tipu daya dosa hati dikeras-

kan. Lihatlah Roma 7:11; Ibrani 3:13. 

(2) Bahwa walaupun kelicikan Iblis memikat kita masuk ke 

dalam dosa, namun  itu tidak akan membenarkan kita dalam 

berbuat dosa. Walaupun dia yaitu  penggoda, kitalah yang 

berbuat dosa, dan memang keinginan kita sendiri yang me-

nyeret dan memikat kita (Yak. 1:14). sebab  itu janganlah 

kesedihan dan rasa malu kita sebab  dosa berkurang 

sebab  kita diperdayai sehingga masuk ke dalamnya. Seba-

liknya, biarlah hal itu menambah kekesalan kita terhadap 

diri sendiri, bahwa kita menyusahkan diri sendiri dengan 

diperdayai oleh penipu terkenal dan musuh bebuyutan. 

Yah, inilah yang menjadi alasan semua tawanan di peng-

adilan, mengapa tidak seharusnya vonis diberikan dan 

hukuman dijatuhkan menurut hukum. Dan semua alasan 

ini hampir tidak berarti, dalam hal-hal tertentu lebih buruk 

dibandingkan tidak berarti. 

Hukuman Diberikan kepada Si Ular;  

Isyarat tentang Mesias 

(3:14-15)  

14 Lalu berfirmanlah TUHAN Tuhan  kepada ular itu:  sebab  engkau berbuat 

demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala 

binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah 

akan kaumakan seumur hidupmu. 15 Aku akan mengadakan permusuhan 


 92

antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; 

keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan 

tumitnya. 

sesudah  tawanan-tawanan didapati bersalah oleh pengakuan mereka 

sendiri, selain oleh pengetahuan pribadi yang sempurna dari sang 

Hakim, dan tidak ada lagi alasan yang dapat diajukan untuk men-

jatuhkan keputusan pengadilan, maka Tuhan  segera melanjutkan 

dengan menetapkan hukuman, dan di ayat ini Dia mulai dengan si 

ular, tempat dosa dimulai. Tuhan  tidak memeriksa si ular ataupun 

menanyai dia, apa yang sudah dia lakukan dan mengapa dia melaku-

kannya, melainkan langsung menjatuhkan hukuman atas dia, 

1.  sebab  dia sudah terbukti bersalah atas pemberontakan terhadap 

Tuhan , dan kebencian dan kejahatannya sudah terkenal, bukan 

ditemukan melalui penyelidikan rahasia, melainkan diakui dan 

dinyatakan secara terbuka seperti kejahatan Sodom. 

2. sebab  dia akan diasingkan selamanya dari segala harapan peng-

ampunan, dan mengapa harus mengatakan sesuatu untuk meng-

insafkan dan membuat rendah hati dia yang tidak akan bertobat? 

Lukanya tidak dicari, sebab  tidak akan disembuhkan. Beberapa 

orang beranggapan bahwa kondisi malaikat-malaikat yang jatuh 

belum dinyatakan tanpa harapan dan tidak tertolong sampai pada 

waktu itu sesudah  mereka membujuk manusia untuk memberontak. 

I.  Hukuman yang diberikan kepada si penggoda dapat dianggap 

sebagai penerangan tentang si ular, makhluk liar yang Iblis man-

faatkan. Seperti makhluk-makhluk lainnya, ular diciptakan untuk 

melayani manusia, namun  saat itu disalahgunakan untuk mencela-

kakannya. Oleh sebab  itu, untuk menyatakan kebencian terha-

dap dosa, dan kecemburuan sebab  kehormatan Adam dan Hawa 

dicemarkan, Tuhan  mengikatkan kutuk dan kecaman kepada si 

ular, dan membuatnya mengeluh sebab  dibebani. Lihatlah Roma 

8:20. Alat-alat Iblis harus ikut merasakan hukuman bagi Iblis. 

Jadi tubuh pelaku kejahatan, walaupun hanya alat ketidakadilan, 

akan ambil bagian dalam siksaan kekal dengan jiwa, si pelaku 

utama. Bahkan lembu yang membunuh seseorang pun harus 

dilempari batu sampai mati (Kel. 21:28-29). Lihatlah di sini betapa 

Tuhan  membenci dosa, dan terutama betapa tidak sukanya Dia 

terhadap orang yang memikat orang lain masuk ke dalam dosa. 

Kitab Kejadian 3:14-15 

 93

Cap yang selamanya menempel pada nama Yerobeam yaitu  

bahwa dia mengakibatkan orang Israel berdosa pula. Nah, 

1.  Di sini ular itu ditimpa kutukan Tuhan : Terkutuklah engkau di 

antara segala ternak. Bahkan binatang-binatang yang merang-

kak pun, saat  Tuhan  menciptakan mereka, Dia berkati (1:22), 

namun dosa mengubah berkat menjadi kutuk. Ular ialah yang 

paling cerdik dari segala binatang di darat (ay. 1), dan di sini, 

terkutuk di antara segala binatang hutan. Kecerdikan yang 

tidak kudus sering terbukti merupakan kutukan besar bagi 

manusia, dan semakin ahli manusia melakukan kejahatan, 

semakin jahat perbuatan mereka, dan akibatnya, mereka akan 

menerima kutukan yang lebih besar. Penggoda-penggoda yang 

cerdik yaitu  makhluk-makhluk yang paling terkutuk di ba-

wah matahari. 

2.  Di sini dia ditimpa kecaman dan permusuhan manusia. 

(1)  Selamanya dia akan dipandang sebagai makhluk yang hina 

dan tercela, dan sasaran yang pantas bagi caci-maki dan 

penghinaan:  Dengan perutmulah engkau akan menjalar, 

tidak lagi di atas kaki, atau setengah tegak, melainkan eng-

kau akan merayap, perutmu melata di atas tanah,” suatu 

ungkapan tentang keadaan yang menyedihkan dan sangat 

hina (Mzm. 44:26); dan engkau tidak dapat menghindari 

makan debu dengan makananmu.” Kejahatannya yaitu  

memikat Hawa supaya memakan apa yang tidak boleh dia 

makan. Hukumannya yaitu  bahwa dia diharuskan mema-

kan apa yang tidak ingin dia makan: Debu tanahlah akan 

kaumakan. Ini menunjukkan bukan hanya keadaan yang 

hina dan tercela, namun  juga suasana yang menyedihkan 

dan buruk. Dikatakan tentang orang-orang yang keberani-

annya telah meninggalkan mereka, bahwa mereka menjilat 

debu seperti ular (Mi. 7:17). Alangkah menyedihkannya 

bahwa kutukan ular harus menjadi pilihan orang duniawi 

yang tamak, yang sifatnya suka menginjak-injak kepala 

orang lemah ke dalam debu! (Am. 2:7). Mereka ini memilih 

khayalan-khayalan mereka sendiri, dan akan seperti itulah 

kehancuran mereka. 

(2) Dia akan selamanya dipandang sebagai makhluk yang ber-

bahaya dan berbisa, dan sasaran yang pantas bagi perasa-


 94

an tidak suka dan benci: Aku akan mengadakan permusuh-

an antara engkau dan perempuan ini. sebab  makhluk-

makhluk yang lebih rendah diciptakan untuk manusia, 

maka suatu kutuk bagi mereka jika menjadi musuh manu-

sia dan manusia menjadi musuh mereka, dan inilah bagian 

kutukan untuk si ular. Ular itu merugikan bagi manusia, 

dan sering meremukkan tumitnya, sebab  tidak bisa meng-

gapai lebih tinggi. Bahkan, kita diberi tahu bahwa dia me-

magut tumit kuda (49:17). Namun manusia menang atas si 

ular, dan meremukkan kepalanya, yaitu memberi dia luka 

yang mematikan, yang bertujuan untuk menghancurkan 

seluruh generasi ular berbisa. Akibat kutukan atas si ular 

ini yaitu , walaupun makhluk itu cerdik dan sangat 

berbahaya, namun tidak selamat (sebab  dia bisa saja 

selamat jika Tuhan  memberi dia kuasa) dari kehancuran 

sebab  umat manusia. Hukuman yang dinyatakan kepada 

si ular sangat diperkuat oleh janji Tuhan  bagi umat-Nya itu, 

Singa dan ular tedung akan kaulangkahi (Mzm. 91:13), dan 

janji Kristus kepada murid-murid-Nya, Mereka akan meme-

gang ular (Mrk. 16:18). Ini terbukti dalam pengalaman Pau-

lus, yang tidak kena bahaya apa-apa oleh ular berbisa yang 

menggigit tangannya. Perhatikanlah di sini, si ular dan 

perempuan itu baru saja akrab dan bersahabat saat  

membicarakan buah terlarang, dan ada keharmonisan yang 

mengagumkan di antara mereka. namun  sekarang mereka 

berada dalam perselisihan yang tidak dapat didamaikan 

kembali. Perhatikanlah, persahabatan dalam dosa pantas 

berakhir dengan permusuhan yang mematikan. Orang-

orang yang bersatu dalam kejahatan tidak akan bersatu 

dalam waktu lama. 

II.  Hukuman ini dapat dianggap ditujukan kepada Iblis, yang hanya 

memanfaatkan si ular sebagai tunggangannya dalam penampakan 

ini, sedangkan dia sendiri yaitu  pelaku utamanya. Dia yang 

berbicara melalui mulut si ular di sini dihajar melalui pihak ular, 

dan merupakan sasaran utama hukuman tersebut, yang, seperti 

tiang awan dan api, memiliki sisi gelap untuk Iblis dan sisi terang 

untuk nenek moyang pertama kita dan keturunan mereka. Hal-

hal besar terkandung dalam kata-kata ini. 

Kitab Kejadian 3:14-15 

 95

1.  Di sini kecaman kekal dipakukan kepada musuh besar Tuhan  

dan manusia. Di balik samaran ular, dia dihukum dengan, 

(1) Direndahkan dan dikutuk oleh Tuhan . Dosa yang dianggap 

mengubah malaikat-malaikat menjadi setan-setan yaitu  

kesombongan, yang di sini mendapatkan hukuman yang 

sepantasnya berupa berbagai macam aib, yang disampai-

kan dalam keadaan hina seekor ular yang melata di atas 

perutnya dan menjilat debu. Wah, engkau sudah jatuh dari 

langit, hai Bintang Timur. Dia yang ingin lebih tinggi dari-

pada Tuhan , dan ingin memimpin pemberontakan melawan 

Dia, sudah sepantasnya sangat direndahkan dan diinjak-

injak di sini. Kesombongan manusia akan merendahkan 

dia, dan Tuhan  akan merendahkan orang yang tidak mau 

merendahkan dirinya sendiri. 

(2) Dianggap menjijikkan dan dibenci oleh seluruh umat ma-

nusia. Bahkan orang yang benar-benar terbujuk untuk 

mengikuti kepentingannya pun mengaku benci dan jijik 

kepadanya, dan semua yang lahir dari Tuhan  selalu berhati-

hati melindungi diri mereka, supaya si jahat tidak dapat 

menjamah mereka (1Yoh. 5:18). Di sini dia dihukum de-

ngan keadaan perang dan permusuhan yang tidak dapat 

didamaikan kembali. 

(3) Akhirnya dihancurkan dan diluluhlantakkan oleh Sang 

Penebus Agung, yang disimbolkan dengan diremukkannya 

kepala si ular. Tipu muslihatnya yang licik akan dibuat ka-

cau, kekuasaannya yang merupakan hasil rampasan akan 

dihancurkan seluruhnya, dan dia akan selamanya menjadi 

tawanan demi kehormatan kedaulatan ilahi yang terluka. 

sebab  sudah diberi tahu tentang hal ini, saat itu dia 

sudah tersiksa sebelum waktunya. 

2.  Suatu perseteruan kekal dimulai di sini antara kerajaan Tuhan  

dan kerajaan setan di antara manusia. Perang dikumandang-

kan di antara keturunan perempuan itu dan keturunan si 

ular. Perang di sorga antara Mikhael dan sang naga dimulai 

saat itu (Why. 12:7). Buah permusuhan ini yaitu , 

(1) Ada konflik terus-menerus antara anugerah dan kebejatan 

di dalam hati umat Tuhan . Melalui kebejatan mereka, Iblis 

menyerang mereka, memukul mereka, menampi mereka, 


 96

dan berusaha menelan mereka. Dengan menerapkan anu-

gerah, mereka menolak si Iblis, bergulat dengan dia, mema-

damkan anak-anak panahnya yang berapi, memaksa dia 

melarikan diri dari mereka. Sorga dan neraka tidak akan 

pernah dapat dirujukkan kembali, juga terang dan gelap, 

begitu pula Iblis dan jiwa yang sudah dikuduskan, sebab  

bertentangan satu dengan yang lainnya. 

(2) Ada pergumulan yang sama yang terus-menerus, antara 

yang jahat dan yang saleh di dunia ini. Orang yang menga-

sihi Tuhan  menganggap orang-orang yang membenci Dia 

sebagai musuh (Mzm. 139:21-22). Semua kemarahan dan 

kedengkian para penganiaya umat Tuhan  yaitu  buah dari 

permusuhan ini, yang akan terus berlanjut selama masih 

ada orang saleh di pihak sorga dan orang jahat di pihak 

neraka. Janganlah kamu heran, saudara-saudara, jika  

dunia membenci kamu (1Yoh. 3:13). 

3.  Sebuah janji yang penuh anugerah dibuat tentang Kristus di 

sini, sebagai sang pembebas bagi manusia yang telah jatuh 

dari kuasa Iblis. Walaupun apa yang dikatakan ditujukan ke-

pada si ular, namun didiengar juga oleh nenek moyang kita 

saat  itu, yang pasti mengerti isyarat tentang anugerah yang 

diberikan kepada mereka di sini, dan melihat pintu harapan 

terbuka bagi mereka. Kalau tidak maka hukuman berikutnya 

atas mereka pasti tidak akan tertanggungkan bagi mereka. Ini-

lah fajar bagi masa Injil. Begitu terjadi luka, obatnya langsung 

disediakan dan dinyatakan. Di sini, pada bagian awal buku, 

sesuai firman (Ibr. 10:7), pada permulaan Alkitab, tertulis ten-

tang Kristus, bahwa Dia akan melakukan kehendak Tuhan . Kita 

sudah sepantasnya berpikir bahwa, dengan mengimani janji 

ini, nenek moyang pertama kita dan para leluhur sebelum air 

bah, dibenarkan dan diselamatkan, dan serta-merta melayani 

Tuhan  siang dan malam sambil menantikan janji itu dan man-

faatnya. Di sini mereka diberi tahu tiga hal tentang Kristus: 

(1) Inkarnasi-Nya (penjelmaan-Nya menjadi manusia), bahwa 

Dia akan menjadi keturunan perempuan, keturunan perem-

puan itu. Oleh sebab  itu silsilah-Nya ditelusuri jauh ke 

atas untuk menunjukkan bahwa Dia yaitu  anak Adam, 

namun Tuhan  memberi perempuan itu kehormatan dengan 

Kitab Kejadian 3:14-15 

 97

lebih memilih menyebut Dia keturunannya, sebab  dialah 

yang diperdayai Iblis, dan yang disalahkan oleh Adam. 

Dalam hal ini Tuhan  menambahkan anugerah-Nya, bahwa 

walaupun perempuan itu yaitu  yang pertama memberon-

tak, namun dia akan diselamatkan sebab  melahirkan 

anak (demikian beberapa orang memahaminya), artinya, 

sebab  keturunan yang dijanjikan yang akan diturunkan 

dari dia (1Tim. 2:15). Demikian pula Dia menjadi keturun-

an perempuan itu saja, dari seorang perawan, sehingga Dia 

tidak mungkin tercemar oleh kebejatan sifat dasar kita. Dia 

diutus, lahir dari seorang perempuan (Gal. 4:4), supaya janji 

ini dapat digenapi. Ini yaitu  penghiburan besar bagi 

orang-orang berdosa, bahwa Juruselamat mereka yaitu  

keturunan perempuan itu, tulang dari tulang kita (Ibr. 2:11, 

14). Manusia berdosa dan cemar, sebab  dia dilahirkan 

perempuan (Ayb. 25:4), dan sebab  itu hari-harinya penuh 

kegelisahan (Ayb. 14:1). namun  keturunan perempuan itu 

menjadi dosa dan kutuk bagi kita, supaya dapat menyela-

matkan kita dari keduanya. 

(2) Penderitaan dan kematian-Nya ditunjukkan dalam pernyata-

an bahwa Iblis meremukkan tumitnya, yaitu sifat kemanusia-

an-Nya. Iblis mencobai Kristus di padang gurun untuk me-

narik Dia ke dalam dosa, dan beberapa orang beranggapan 

Iblis-lah yang menakut-nakuti-Nya saat Dia menghadapi ke-

sengsaraan menjelang maut, untuk mendorong Dia ke dalam 

keputusasaan. Iblislah yang menggerakkan hati Yudas su-

paya mengkhianati Kristus, Petrus supaya menyangkal Dia, 

Imam Kepala supaya menganiaya Dia, saksi-saksi palsu 

supaya menuduh Dia, dan Pilatus supaya menghakimi Dia. 

Dengan melakukan semua itu, dengan menghancurkan 

Sang Juruselamat, ia bermaksud menggagalkan kesela-

matan. Namun, sebaliknya, dengan kematianlah Kristus 

memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut 

(Ibr. 2:14). Tumit Kristus diremukkan saat  kakinya di-

tembus dan dipakukan pada salib, dan penderitaan Kristus 

berlanjut dalam penderitaan orang-orang kudus demi 

nama-Nya. Iblis mencobai mereka, membuang mereka ke 

dalam penjara, menganiaya dan membunuh mereka, dan 

dengan demikian meremukkan tumit Kristus, yang men-


 98

derita dalam penderitaan mereka. Namun, sementara tumit 

diremukkan di bumi, syukurlah bahwa kepala dalam ke-

adaan selamat di sorga. 

(3) Kemenangan-Nya atas Iblis dengan cara tersebut. Saat itu 

Iblis sudah menginjak-injak perempuan itu, dan menghina 

dia, namun keturunan perempuan itu akan bangkit pada 

penggenapan waktunya untuk membalas perselisihannya, 

dan untuk menginjak-injak dia, melucuti dia, memenjara-

kan dia, dan menang atas dia (Kol. 2:15). Dia akan mere-

mukkan kepalanya, artinya Dia akan menghancurkan selu-

ruh tipu muslihat dan kekuasaannya, dan meluluh-lantak-

kan seluruh kerajaan dan kepentingannya. Kristus menga-

caukan godaan Iblis, menyelamatkan jiwa-jiwa dari tangan-

nya, mengusir dia keluar dari tubuh-tubuh manusia, melu-

cuti orang kuat yang bersenjata dan membagi-bagikan 

rampasannya. Dengan kematian-Nya, Dia memberi  

pukulan yang mematikan dan tidak tersembuhkan bagi 

kerajaan Iblis, luka pada kepala binatang ini, yang tidak 

akan pernah sembuh. saat  Injil-Nya mendapat pijakan-

nya, Iblis jatuh (Luk. 10:18) dan diikat (Why. 20:2). Dengan 

anugerah-Nya, Dia menempatkan Iblis di bawah kaki umat-

Nya (Rm. 16:20) dan akan segera membuang dia ke dalam 

lautan api (Why. 20:10). Dan kejatuhan Iblis untuk selama-

nya akan menjadi sukacita dan kemenangan yang penuh 

dan kekal bagi sisa-sisa terpilih.  

Hukuman yang Diberikan kepada Hawa 

(3:16) 

16 Firman-Nya kepada perempuan itu:  Susah payahmu waktu mengandung 

akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan 

anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa 

atasmu.” 

Di sini kita melihat hukuman yang diberikan kepada si perempuan 

itu untuk dosanya. Dia dihukum dengan dua hal: keadaan susah 

payah dan keadaan dikuasai, hukuman yang pantas bagi dosa yang 

di dalamnya dia memuaskan kesenangan dan kesombongannya. 

I.  Di sini dia ditempatkan dalam keadaan susah payah, yang di-

perinci dengan satu hal tertentu saja, yaitu dalam melahirkan

Kitab Kejadian 3:16 

 99

 anak. Walaupun begitu, hal ini mencakup semua kesan kesedihan 

dan ketakutan yang cenderung diterima oleh pikiran kaum yang 

lembut itu, dan semua bencana umum yang dapat menimpa me-

reka. Perhatikanlah, dosa membawa susah payah ke dalam dunia. 

Inilah yang menjadikan dunia lembah air mata, menurunkan 

hujan masalah ke atas kepala kita, dan membuka mata air kese-

dihan di hati kita, sehingga membanjiri dunia ini. Seandainya kita 

tidak mengenal kesalahan, kita tidak akan mengenal kesedihan. 

Kesakitan sebab  melahirkan anak, yang merupakan suatu hal 

yang bagus dalam salah satu amsal Alkitab, yaitu  akibat dosa. 

Setiap kesakitan dan setiap erangan perempuan yang melahirkan 

menyuarakan dengan lantang akibat yang sangat buruk dari dosa, 

yang dihasilkan dari memakan buah terlarang. Perhatikanlah, 

1. Susah payah itu di sini dikatakan dibuat banyak, sangat ba-

nyak. Semua susah payah di masa kini pun seperti itu, 

banyak bencana yang dapat menimpa kehidupan manusia, 

dalam berbagai jenis, dan sering terulang, seperti awan 

kembali sesudah  hujan, dan tidak heran jika susah payah kita 

menjadi banyak saat dosa kita pun banyak. Keduanya yaitu  

keburukan yang tidak terhitung. Susah payah sebab  melahir-

kan anak itu banyak, sebab  bukan hanya mencakup kesakit-

an pada waktu melahirkan, namun juga gangguan kesehatan 

sebelumnya (susah payah sebab  kehamilan), dan kerepotan 

serta kekesalan sebab  menyusui sesudah  itu. sesudah  itu, jika 

anak-anak ternyata nakal dan bodoh, mereka menjadi beban 

berat bagi ibu yang melahirkan mereka, lebih dari sebelumnya. 

Demikianlah susah payah menjadi banyak. saat  satu kese-

dihan berlalu, kesedihan lain menggantikannya di dunia ini. 

2.  Tuhan lah yang memperbanyak susah payah kita: akan Kubuat. 

Tuhan  melakukannya sebagai Hakim yang benar, dan ini harus 

membuat kita diam dalam susah payah kita. Sebanyak apa 

pun susah payah kita, kita pantas menerima semua itu, dan 

lebih lagi. Bahkan Tuhan , sebagai Bapa yang lembut, melaku-

kannya sebab  perlu memperbaiki kita, supaya kita diren-

dahkan sebab  dosa, dan oleh susah payah kita dilepaskan 

dari ketergantungan kita pada dunia. Dan kebaikan yang kita 

dapatkan melalui susah payah kita, dengan penghiburan yang 

kita dapatkan saat  mengalaminya, akan mengimbangi susah 


 100

payah kita dengan berlimpah-limpah, betapapun besarnya 

susah payah itu diperbanyak. 

II. Di sini si perempuan itu ditempatkan dalam keadaan dikuasai. 

Seluruh kaum perempuan, yang pada waktu penciptaan setara 

dengan laki-laki, kini, sebab  dosa, dibuat lebih rendah, dan 

dilarang memerintah (1Tim. 2:11-12). Dengan ini istri secara 

khusus ditempatkan di bawah kekuasaan suaminya, dan tidak 

sui juris – mengikuti kehendaknya sendiri. Lihatlah contohnya 

dalam hukum itu (Bil. 30:6-8), di mana suami diberi wewenang 

untuk membatalkan nazar yang dibuat istrinya jika dia meng-

inginkannya. Hukuman ini sama saja dengan perintah: Istri-istri, 

tunduklah kepada suamimu, namun  masuknya dosa telah membuat 

tugas itu menjadi hukuman, sedangkan tanpa dosa itu bukanlah 

suatu hukuman. Jika laki-laki tidak pernah berbuat dosa, dia 

akan selalu memerintah dengan kebijaksanaan dan kasih, dan 

jika perempuan tidak pernah berbuat dosa, dia akan selalu menu-

rut dengan kerendahan hati dan kelemahlembutan. Maka kekua-

saan tidak akan menimbulkan kesedihan. Namun dosa dan kebo-

dohan kita sendiri yang membuat kuk kita berat. Jika saja Hawa 

tidak memakan buah terlarang, dan tidak membujuk suaminya 

untuk memakannya, dia tidak akan pernah mengeluh tentang 

dirinya dikuasai. Oleh sebab  itu, keadaan tersebut seharusnya 

tidak pernah dikeluhkan, walaupun sulit, melainkan dosalah yang 

harus dikeluhkan, sebab  dosalah yang menyebabkannya. Istri-

istri yang bukan saja merendahkan dan membangkang terhadap 

suami mereka, namun  juga berkuasa atas mereka, tidak memper-

timbangkan bahwa mereka bukan hanya melanggar hukum ilahi, 

namun  juga melawan hukuman ilahi. 

III. Perhatikanlah di sini bagaimana belas kasihan bercampur dengan 

kemurkaan dalam hukuman ini. Perempuan akan mengalami 

susah payah, namun  itu akan dialami pada waktu melahirkan 

anak, dan susah payah itu akan dilupakan sebab  kegembiraan 

bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia (Yoh. 16:21). 

Dia akan dikuasai, namun  oleh suaminya sendiri yang mencintai 

dia, bukan oleh orang asing, atau seorang musuh. Hukuman ter-

sebut bukanlah kutukan, untuk membawa dia kepada kehancur-

an, melainkan penyucian, untuk membawa dia kepada pertobat-

Kitab Kejadian 3:17-19 

 101 

an. Suatu hal yang baik bahwa permusuhan tidak diadakan an-

tara laki-laki dan perempuan seperti yang terjadi antara si ular 

dan perempuan itu. 

Hukuman yang Diberikan kepada Adam;  

Akibat Kejatuhan  

(3:17-19) 

17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu:  sebab  engkau mendengarkan per-

kataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan 

kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah sebab  

engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah 

seumur hidupmu: 18 semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya 

bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; 19 

dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali 

lagi menjadi tanah, sebab  dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu 

dan engkau akan kembali menjadi debu. 

 

Di sini kita mendapati hukuman yang diberikan kepada Adam, yang 

didahului dengan penjabaran kejahatannya: sebab  engkau men-

dengarkan perkataan isterimu (ay. 17). Dia melepaskan diri dari kesa-

lahan dengan cara melemparkannya kepada istrinya: Dialah yang 

memberi nya kepadaku. Namun Tuhan  tidak menerima alasan itu. 

Perempuan itu hanya dapat mencobai dia, namun tidak dapat 

memaksa dia. Walaupun perempuan itu bersalah sebab  membujuk 

dia untuk makan, namun  dia bersalah sebab  mendengarkannya. 

Demikianlah pembelaan ceroboh manusia bukan hanya akan ditolak 

pada hari penghakiman Tuhan , namun juga berbalik melawan mereka, 

dan menjadi dasar hukuman bagi mereka. Aku akan menghakimi 

engkau menurut perkataanmu sendiri. Perhatikanlah, 

I.  Tuhan  memberi  tanda-tanda ketidaksenangannya pada Adam 

dalam tiga hal: 

1.  Tempat tinggalnya dikutuk melalui hukuman ini: Terkutuklah 

tanah sebab  engkau, dan akibat dari kutuk itu yaitu : Semak 

duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu. Di sini 

tersirat bahwa tempat tinggalnya akan beralih. Dia tidak akan 

lagi tinggal di taman firdaus yang istimewa dan penuh berkat, 

melainkan akan berpindah ke tanah yang biasa dan terkutuk. 

Yang dimaksudkan dengan tanah, atau bumi, di sini yaitu  

seluruh ciptaan yang kasat mata, yang oleh dosa manusia, 


 102

ditaklukkan kepada kesia-siaan. Beberapa bagiannya tidak 

terlalu dapat digunakan untuk kenyamanan dan kebahagiaan 

manusia, walaupun dirancang untuk itu saat  diciptakan, 

dan akan seperti itu jika manusia tidak berdosa. Tuhan  mem-

berikan bumi kepada anak-anak manusia, merancangnya un-

tuk menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi mereka. namun  

dosa telah mengubah sifatnya. Sekarang tanah dikutuk sebab  

dosa manusia, artinya itu merupakan tempat tinggal yang 

tidak terhormat, memperlihatkan bahwa manusia itu rendah, 

bahwa dasarnya di dalam debu. Tanah itu tempat tinggal yang 

kering dan tandus, hasil alaminya sekarang yaitu  rumput 

liar dan tanaman berduri, sesuatu yang memuakkan atau 

berbahaya. Apa pun hasil baik yang dikeluarkannya harus 

diperas darinya dengan kepandaian dan kerajinan manusia. 

Dulu kesuburan yaitu  berkatnya, untuk melayani manusia 

(1:11, 29), dan sekarang  ketandusan yaitu  kutuknya, untuk 

menghukum manusia. Sekarang tidak lagi seperti dulu pada 

hari tanah diciptakan. Dosa mengubah tanah yang subur 

menjadi tandus, dan manusia, sesudah  menjadi seperti anak 

keledai liar, mendapatkan tanah liar, tanah dataran sebagai 

tempat kediamannya, dan padang masin sebagai tempat ting-

galnya (Ayb. 39:9; Mzm. 68:7). Kalau kutuk ini tidak dicabut 

sebagian, setahu saya, bumi akan selamanya tandus, dan 

tidak pernah menghasilkan apa pun kecuali semak duri dan 

rumput duri. Tanah menjadi terkutuk, artinya ditetapkan akan 

mengalami kehancuran di akhir zaman, saat  bumi dan 

segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap sebab  dosa 

manusia, saat tindakan terhadap pelaku kejahatan akan 

menjadi lengkap saat itu (2Ptr. 3:7, 10). Namun perhatikanlah 

campuran belas kasihan dalam hukuman ini. 

(1) Adam sendiri tidak dikutuk seperti si ular (ay. 14), melain-

kan hanya tanah yang dikutuk sebab  dia. Tuhan  memiliki 

berkat-berkat di dalam dia, bahkan tunas yang kudus: Ja-

nganlah musnahkan itu, sebab di dalamnya masih ada 

berkat! (Yes. 65:8). Dan Dia memiliki berkat-berkat yang 

tersimpan untuk dia. Oleh sebab  itu dia tidak secara lang-

sung dan saat itu juga dikutuk, namun  melalui pihak lain. 

(2) Dia masih di atas tanah. Bumi tidak terbuka dan menelan 

dia, hanya tidak seperti sebelumnya: selama dia terus hi-

Kitab Kejadian 3:17-19 

 103 

dup, walaupun mengalami penurunan dari kemurnian dan 

kebenarannya di masa lalu, bumi juga terus menjadi tem-

pat tinggalnya, walaupun mengalami penurunan dari kein-

dahan dan kesuburannya di masa lalu. 

(3) Kutuk atas tanah ini, yang mengakhiri semua harapan ada-

nya kebahagiaan di dalam hal-hal yang ada di bumi, dapat 

mengarahkan dan merangsang dia supaya hanya mencari 

kebahagiaan dan kepuasan di dalam hal-hal yang ada di 

sorga. 

2.  Semua pekerjaan dan kesenangannya akan terasa pahit bagi dia. 

(1) Mulai saat itu semua usahanya akan menjadi kerja keras 

baginya, dan dia akan terus melakukannya dengan ber-

peluh (ay. 19). Sebelum dia berbuat dosa, usahanya selalu 

menyenangkan baginya, waktu itu taman dihiasi tanpa 

kerja keras apa pun yang menyulitkan, dan dipelihara tan-

pa kekhawatiran apa pun yang menggelisahkan. namun  se-

karang pekerjaannya akan melelahkan dan merusak tu-

buhnya, kekhawatirannya akan menjadi siksaan dan akan 

menyusahkan pikirannya. Kutuk atas tanah, yang men-

jadikannya tandus dan menghasilkan semak duri dan rum-

put duri, membuat pekerjaannya yang berkaitan dengan 

tanah jauh lebih sulit dan melelahkan. Jika Adam tidak ber-

buat dosa, dia tidak akan berpeluh. Perhatikanlah di sini, 

[1] Bekerja yaitu  tugas kita, yang harus kita lakukan 

dengan setia. Kita wajib bekerja, bukan hanya sebagai 

makhluk saja, namun  juga sebagai para penjahat. Ini 

yaitu  bagian dari hukuman kita, yang sangat men-

dapat perlawanan dari kemalasan. 

[2] Kesulitan dan kelelahan yang menyertai pekerjaan ada-

lah hukuman yang adil bagi kita, yang harus kita terima 

dengan sabar, dan tanpa mengeluh, sebab  hukuman 

ini tidak sebanyak yang patut kita dapatkan sebab  ke-

jahatan kita. Janganlah kita, dengan kekhawatiran dan 

pekerjaan yang sangat banyak, membuat hukuman kita 

lebih berat dari yang dibuat Tuhan . Lebih baik kita bela-

jar meringankan beban kita, dan menghapus peluh kita, 

dengan memandang kepada Pemelihara dalam segala 

hal dan menantikan istirahat yang segera tiba. 


 104

(2) Sejak saat itu makanannya akan menjadi tidak memuas-

kan bagi dia, jika dibandingkan dengan apa yang dia dapat-

kan sebelumnya. 

[1] Bahan makanannya berubah. Sekarang dia harus me-

makan tumbuh-tumbuhan dari padang, dan tidak boleh 

lagi berpesta dengan makanan-makanan lezat dari ta-

man firdaus. sebab  dengan dosa dia membuat dirinya 

seperti binatang yang dibinasakan, dia pantas menjadi 

sesama jelata dengan mereka, dan makan rumput se-

perti lembu, sampai dia mengakui, bahwa Sorgalah yang 

mempunyai kekuasaan. 

[2] Ada perubahan dalam cara dia memakannya: Dengan 

bersusah payah (ay. 17), dan dengan berpeluh (ay. 19). 

Adam hanya dapat makan dengan bersusah payah 

setiap hari dalam hidupnya, mengingat buah terlarang 

yang telah dia makan, serta rasa bersalah dan malu 

yang dia derita sebab nya. Perhatikanlah, pertama, bah-

wa hidup manusia menjadi terbuka terhadap ancaman 

banyak kesengsaraan dan malapetaka, yang sangat 

memahitkan sisa-sisa kesenangan dan kegembiraannya 

yang malang. Beberapa orang tidak pernah makan de-

ngan nikmat (Ayb. 21:25, KJV), sebab  sakit atau kese-

dihan. Semua orang, bahkan orang-orang yang paling 

baik, mempunyai alasan untuk makan dengan susah 

payah sebab  dosa, dan semua orang, bahkan orang-

orang yang paling bahagia di dunia ini, memiliki bebe-

rapa hal yang mengurangi kebahagiaan mereka: sejum-

lah penyakit, malapetaka, dan kematian dalam berbagai 

bentuk masuk ke dalam dunia bersama dosa, dan 

masih merusak dunia. Kedua, bahwa keadilan Tuhan  

harus diakui dalam segala akibat dosa yang menyedih-

kan. Mengapa orang hidup mengeluh? Namun terdapat 

pula campuran belas kasihan di dalam bagian hukum-

an ini. Dia akan berpeluh, namun kerja kerasnya akan 

membuat istirahatnya lebih diterima dengan senang 

hati saat  dia kembali kepada buminya, seperti kalau 

dia kembali ke tempat tidurnya. Dia akan bersedih hati, 

namun tidak akan kelaparan. Dia akan bersusah pa-

yah, namun dengan susah payahnya itu dia akan me-

Kitab Kejadian 3:17-19 

 105 

makan makanannya, yang akan menguatkan hatinya 

dalam susah payahnya. Dia tidak dihukum memakan 

debu seperti si ular, melainkan hanya memakan tum-

buh-tumbuhan dari padang. 

3. Hidupnya juga singkat saja. Jika kita pertimbangkan betapa 

hari-harinya penuh dengan kesulitan, ini hal yang mengun-

tungkan baginya, bahwa hari-harinya sedikit. Sekalipun kema-

tian itu mengerikan secara alami (ya, sekalipun hidup tidak 

menyenangkan), itulah yang mengakhiri hukuman.  Engkau 

akan kembali lagi menjadi tanah, sebab  dari situlah engkau 

diambil. Tubuhmu, bagian dirimu yang diambil dari tanah, 

akan kembali menjadi tanah lagi, sebab  engkau debu.” Ini 

menunjuk kepada sumber utama tubuhnya. Tubuhnya terbuat 

dari debu, bahkan dibuat debu, dan masih seperti itu, sehing-

ga yang diperlukan hanyalah menarik kembali pemberian ke-

kekalan, dan mengambil kekuatan yang dikeluarkan untuk 

menopangnya, maka dia pun tentunya akan kembali menjadi 

debu. Atau, ini menunjuk kepada kerusakan dan kemerosotan 

akal budinya sekarang. Engkau debu, artinya,  Jiwamu yang 

berharga sekarang hilang dan terkubur dalam tubuh debu dan 

daging lumpur. Jiwamu itu diciptakan rohani dan sorgawi, 

namun  telah menjadi penuh nafsu kedagingan dan duniawi.” 

sebab  itu hukumannya ditafsirkan:  Engkau akan kembali 

menjadi debu. Tubuhmu akan ditinggalkan oleh jiwamu, dan 

menjadi gumpalan debu, dan kemudian akan diletakkan di liang 

kubur, tempat yang pantas untuknya, dan berbaur dengan 

debu tanah,” debu kita (Mzm. 104:29, KJV). Dari tanah kembali 

ke tanah, dari debu kembali ke debu. Perhatikanlah di sini, 

(1) Bahwa manusia yaitu  makhluk yang hina dan lemah, 

kecil seperti debu, sebutir debu pada neraca. Ringan seperti 

debu, seluruhnya lebih ringan dibandingkan angin. Lemah 

seperti debu, dan tidak kokoh. Kekuatan kita bukanlah ke-

kuatan batu. Dia yang menciptakan kita mempertimbang-

kannya, dan ingat, bahwa kita ini debu (Mzm. 103:14). 

Manusia memang debu dataran yang pertama (Ams. 8:26), 

namun dia tetaplah debu. 

(2) Bahwa manusia yaitu  makhluk yang akan mati, yang 

segera menuju ke liang kubur. Debu bisa saja terangkat 


 106

untuk sementara waktu menjadi sebentuk awan kecil, dan 

tampak besar selama ditopang oleh angin yang mengang-

katnya. Namun, saat  kekuatan angin itu berlalu, debu itu 

jatuh lagi, dan kembali ke tanah dari mana dia diangkat. 

Demikian juga halnya dengan manusia. Orang besar ha-

nyalah sekumpulan besar debu, dan harus kembali ke 

tanahnya. 

(3) Bahwa dosa membawa kematian masuk ke dalam dunia. 

Kalau saja Adam tidak berbuat dosa, dia tidak akan pernah 

mati (Rm. 5:12). Tuhan  mempercayakan sepercik kehidupan 

kekal kepada Adam, yang dengan kesabaran terus-menerus 

dalam berbuat baik, dapat saja menjadi kobaran yang 

abadi, namun dengan bodohnya dia meniup percikan itu 

sampai mati dengan dosa yang disengaja. Dan sekarang 

kematian yaitu  upah dosa, dan dosa yaitu  sengat maut. 

II.  Kita tidak boleh meninggalkan pembahasan tentang hukuman 

atas nenek moyang pertama kita ini, yang sangat berkaitan erat 

dengan kita semua, dan kita semua rasakan, sampai hari ini, 

tanpa mempertimbangkan dua hal: 

1.  Bagaimana akibat dosa yang menyedihkan terhadap jiwa 

Adam dan rasnya yang berdosa secara tepat dilambangkan 

dan ditetapkan dengan hukuman ini, dan mungkin hal ini 

disengaja, lebih dari yang kita sadari. Walaupun kesengsaraan 

yang disebutkan hanya yang berdampak pada tubuh, namun 

itu yaitu  pola kesengsaraan rohani, kutuk yang masuk ke 

dalam jiwa. 

(1) Kesakitan seorang perempuan saat  melahirkan melam-

bangkan kengerian dan kepedihan sebab  hati nurani yang 

bersalah. Dengan cara ini hati nurani dibuat sadar akan 

dosa. Dari gambaran tentang hawa nafsu, susah payah ini 

sangat diperbanyak, dan cepat atau lambat akan menimpa 

orang berdosa, seperti kesakitan yang menimpa perempuan 

yang melahirkan, tanpa dapat dihindari. 

(2) Keadaan dikuasai yang dialami perempuan melambangkan 

hilangnya kemerdekaan rohani dan kebebasan kehendak 

sebagai akibat dosa. Kekuasaan dosa di dalam jiwa disama-

kan dengan kekuasaan suami (Rm. 7:1-5). Keinginan orang 

Kitab Kejadian 3:17-19 

 107 

berdosa selalu mengarah kepada dosa, sebab  dia sangat 

menyukai perbudakannya, dan dosa itu berkuasa atas dia. 

(3) Kutuk ketandusan yang ditimpakan kepada tanah, sehing-

ga tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, 

yaitu  lambang yang cocok untuk ketandusan jiwa yang 

bejat dan berdosa dalam hal yang baik, dan kesuburannya 

dalam hal yang jahat. Jiwa penuh ditumbuhi dengan duri 

seluruhnya, dan jelatang menutupi permukaannya, sehing-

ga sudah dekat pada kutuk (Ibr. 6:8). 

(4) Kerja keras dan peluh memperlihatkan kesulitan yang, mela-

lui kelemahan daging, dialami manusia dalam bekerja, dalam 

melayani Tuhan  dan pekerjaan ibadah, sehingga sekarang 

menjadi begitu berat untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan 

Sorga. Terpujilah Tuhan , bahwa hal itu tidak mustahil. 

(5) Menjadi pahitnya makanan bagi dia memperlihatkan kebu-

tuhan jiwanya akan penghiburan dari anugerah Tuhan , 

yaitu hidup, dan roti hidup. 

(6) Jiwa, seperti tubuh, kembali menjadi debu dunia ini. Kecen-

derungannya mengarah ke sana, dan memiliki noda berbau 

tanah (Yoh. 3:31). 

2.  Bagaimana penebusan yang dibuat Tuhan Yesus melalui ke-

matian dan penderitaannya menjawab hukuman yang diberi-

kan kepada nenek moyang pertama kita di sini dengan cara 

yang mengagumkan. 

(1) Apakah kesakitan pada waktu melahirkan masuk bersama 

dosa? Kita membaca tentang kesusahan jiwa Kristus (Yes. 

53:11), dan sengsara maut yang menahan-Nya disebut 

odinai (Kis. 2:24), kesakitan seperti perempuan yang hen-

dak melahirkan. 

(2) Apakah keadaan menjadi tunduk masuk bersama dosa? 

Kristus takluk kepada hukum Taurat (Gal. 4:4). 

(3) Apakah kutuk masuk bersama dosa? Kristus menjadi ku-

tuk sebab  kita, mati melalui kematian yang terkutuk (Gal. 

3:13). 

(4) Apakah duri masuk bersama dosa? Dia dimahkotai dengan 

duri sebab  kita. 

(5) Apakah peluh masuk bersama dosa? sebab  kita Dia ber-

peluh seperti titik-titik darah yang bertetesan. 


 108

(6) Apakah kesengsaraan masuk bersama dosa? Dia yaitu  

seorang yang penuh kesengsaraan, dalam pergumulan-Nya 

jiwa-Nya sangat sedih. 

(7) Apakah kematian masuk bersama dosa? Dia taat sampai mati. 

Demikianlah pembalutnya selebar lukanya. Terpujilah Tuhan  

sebab  Yesus Kristus! 

Pemberian Nama Hawa 

(3:20) 

20 Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang 

menjadi ibu semua yang hidup. 

sesudah  Tuhan  menamai manusia itu, dan memanggil dia Adam, yang 

artinya tanah liat, maka sebagai tanda kekuasaan selanjutnya, Adam 

menamai perempuan itu, dan memanggilnya Hawa, yang artinya 

hidup. Adam memikul nama tubuh yang akan mati, sedangkan Hawa 

membawa nama jiwa yang hidup. Alasan nama Hawa itu diberikan di 

sini (beberapa orang beranggapan nama itu diberikan oleh Musa si 

ahli sejarah, sedangkan lainnya beranggapan diberikan oleh Adam 

sendiri): Sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup. Sebelum-

nya Adam memanggilnya Ishah – perempuan, sebagai seorang istri, 

sekarang dia memanggilnya Evah – hidup, sebagai seorang ibu. Nah, 

1.  Jika ini dilakukan menurut perintah ilahi, maka merupakan tan-

da kemurahan hati Tuhan , dan seperti pemberian nama baru bagi 

Abraham dan Sara, merupakan meterai kovenan, dan jaminan 

bagi mereka bahwa, walaupun mereka berbuat dosa dan Dia tidak 

berkenan kepada mereka sebab nya, Dia tidak membalik berkat 

yang Dia pakai untuk memberkati mereka: Berkembangbiaklah dan 

bertambah banyaklah. Ini juga merupakan penegasan untuk janji 

yang diberikan saat itu, bahwa keturunan perempuan, yaitu 

perempuan itu, akan meremukkan kepala si ular. 

2. Jika Adam melakukannya sendiri, maka merupakan tanda iman-

nya kepada firman Tuhan . Sudah pasti ini tidak dilakukan sebab  

mau merendahkan atau menentang kutuk, melainkan lebih kare-

na keyakinan yang rendah hati dan ketergantungannya terhadap 

berkat. 

(1) Berkat berupa penundaan hukuman mati, yang menunjukkan 

betapa sabarnya Tuhan , sehingga Dia mau menyelamatkan 

orang-orang berdosa seperti itu untuk menjadi nenek moyang

Kitab Kejadian 3:21 

 109 

 semua yang hidup, dan tidak dengan sesaat  menutup sum-

ber-sumber hidup manusia dan alam sebab  pada waktu itu 

alam dapat menghasilkan aliran-aliran yang tercemar dan bera-

cun. 

(2) Berkat berupa Sang Penebus, keturunan yang dijanjikan, yang 

ada dalam pikiran Adam saat  memanggil istrinya Hawa – 

hidup, sebab  Sang Penebus itu akan menjadi hidup bagi 

semua yang hidup, dan di dalam Dia semua keluarga di bumi 

akan diberkati, dengan berharap kepada kemenangan-Nya. 

Pakaian Kulit Binatang untuk Manusia 

(3:21) 

21 Dan TUHAN Tuhan  membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia 

dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. 

Di sini kita mendapati tanda pemeliharaan Tuhan  lebih lanjut yang 

berkaitan dengan nenek moyang pertama kita, walaupun mereka ber-

dosa. Walaupun Tuhan  menghajar anak-anak-Nya sebab  mereka tidak 

patuh, dan menunjukkan tanda-tanda ketidaksenangan-Nya, namun 

Dia tidak mencabut hak waris mereka, melainkan, seperti seorang 

bapa yang lembut, menyediakan tumbuh-tumbuhan di padang untuk 

menjadi makanan mereka dan kulit binatang untuk menjadi pakaian 

mereka. Demikianlah sang Bapa memelihara si anak pemboros yang 

kembali (Luk. 15:22-23). Jika Tuhan hendak membinasakan mereka, 

Dia tidak akan melakukan ini kepada mereka. Perhatikanlah, 

1. Bahwa pakaian datang dengan dosa. Kita tidak akan membutuh-

kan pakaian, baik untuk perlindungan maupun kesopanan, jika 

dosa tidak menelanjangi kita dan membuat kita malu. Oleh kare-

na itu hanya sedikit alasan yang kita miliki untuk merasa bangga 

terhadap pakaian kita, yang hanyalah merupakan lencana kemis-

kinan dan keburukan kita. 

2.  Bahwa saat  Tuhan  membuat pakaian untuk nenek moyang kita, 

Dia membuat pakaian itu hangat dan kuat, namun kasar dan 

sangat sederhana. Bukan jubah kirmizi, melainkan penutup dari 

kulit binatang. Pakaian mereka tidak terbuat dari sutra dan satin, 

melainkan kulit binatang saja. Tidak dihiasi, tidak disulam, tidak 

ada perhiasan yang di kemudian hari dibuat dan dibanggakan 

oleh putri-putri Sion. Marilah orang miskin yang berpakaian bu-

ruk belajar untuk tidak mengeluh sebab nya. Sebaiknya mereka 


 110

puas dengan memiliki makanan dan sehelai penutup tubuh, 

sebab  keadaan mereka sama baiknya dengan Adam dan Hawa. 

Dan marilah orang kaya yang berpakaian bagus belajar untuk 

tidak menjadikan pakaian indah-indah yang mereka kenakan 

sebagai perhiasan mereka (1Ptr. 3:3). 

3.  Bahwa Tuhan  harus ditinggikan dengan penuh rasa syukur, bukan 

hanya sebab  memberi kita makanan, melainkan juga sebab  mem-

beri kita pakaian (28:20). Kain bulu domba dan kain lenan yaitu  

kepunyaan-Nya, seperti halnya gandum dan anggur (Hos. 2:8). 

4.  Pakaian dari kulit binatang ini memiliki arti tersirat. Binatang 

yang diambil kulitnya itu harus disembelih, di hadapan mereka, 

untuk memperlihatkan kepada mereka apa kematian itu, dan 

(seperti dalam Pkh. 3:18) supaya mereka dapat melihat bahwa 

mereka sendiri yaitu  binatang, fana dan akan mati. Menurut 

dugaan binatang-binatang itu disembelih bukan untuk dijadikan 

makanan, melainkan untuk dijadikan persembahan, untuk me-

lambangkan pengorbanan besar yang akan dipersembahkan 

sekali untuk selamanya pada kesudahan akhir zaman. Jadi yang 

pertama mati yaitu  sebuah korban, atau gambaran Kristus, 

yang sebab  itu disebut sebagai Anak Domba, yang telah disem-

belih. Korban-korban ini dibagi antara Tuhan  dan manusia, sebagai 

tanda pendamaian kembali: daging dipersembahkan kepada Tuhan , 

sebagai korban bakaran seluruhnya, sedangkan kulit diberikan 

kepada manusia untuk dijadikan pakaian, yang menandakan 

bahwa, sesudah  Yesus Kristus mempersembahkan diri-Nya sendiri 

kepada Tuhan  sebagai korban persembahan yang harum baunya, 

kita harus mengenakan kebenarannya seperti mengenakan pakai-

an, supaya aib ketelanjangan kita tidak tampak. Adam dan Hawa 

membuat cawat dari daun pohon ara, penutup yang terlalu ter-

batas bagi mereka untuk dipakai menyelubungi diri (Yes. 28:20). 

Seperti itulah segala pembenaran diri kita sendiri. Namun Tuhan  

membuatkan mereka penutup dari kulit binatang, besar, kuat, 

tahan lama, dan pantas untuk mereka. Seperti inilah kebenaran 

Kristus itu. Oleh sebab  itu kenakanlah Tuhan Yesus Kristus. 

Adam dan Hawa Diusir dari Taman Firdaus 

(3:22-24)  

22 Berfirmanlah TUHAN Tuhan :  Sesungguhnya manusia itu telah menjadi 

seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka 

Kitab Kejadian 3:22-24 

 111 

sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari 

buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk 

selama-lamanya.” 23 Lalu TUHAN Tuhan  mengusir dia dari taman Eden supaya 

ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. 24 Ia menghalau manusia itu 

dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub 

dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk 

menjaga jalan ke pohon kehidupan. 

sesudah  hukuman dijatuhkan ke atas para pelanggar, di sini kita men-

dapati sebagian hukuman, yang dilaksanakan terhadap mereka den