ga
berusaha agar mereka akan mendapatkan keuntungan dari
buah itu, yaitu suatu keuntungan yang tidak dapat dilukiskan
dengan kata-kata. Dia tidak dapat membujuk mereka untuk
74
menempuh bahaya kehancuran mereka sendiri, jika ia tidak
memberi iming-iming kepada mereka bahwa mereka akan
menjadi lebih baik.
(1) Dia mengisyaratkan kepada mereka perbaikan besar yang
dapat mereka alami dengan makan buah ini. Dan dia
menyesuaikan godaannya dengan keadaan mereka saat itu
yang tanpa dosa, dengan menawarkan kepada mereka bu-
kan kesenangan atau kepuasan duniawi, melainkan kenik-
matan dan kepuasan intelektual. Ini yaitu umpan-umpan
yang dia pakai untuk menutupi jebakannya.
[1] Matamu akan terbuka. Kamu akan memperoleh jauh
lebih banyak kuasa dan kesenangan dalam berpikir
dibandingkan yang kamu peroleh sekarang. Kamu akan
mampu berpikir lebih luas, dan melihat segala sesuatu
lebih dalam, lebih dibandingkan yang kamu lakukan seka-
rang. Dia berbicara seakan-akan saat itu mereka hanya
memiliki penglihatan yang suram dan dangkal, jika
dibandingkan dengan yang akan mereka miliki kemu-
dian.
[2] Kamu akan menjadi seperti Tuhan , seperti Elohim, Tuhan
yang perkasa, bukan hanya mahatahu namun juga ma-
hakuasa. Atau, Kamu akan menjadi seperti Tuhan itu
sendiri, setara dengan-Nya, menandingi Dia. Kamu
akan menjadi penguasa tertinggi dan tidak lagi dikua-
sai, mandiri dan tidak lagi bergantung. Suatu nasihat
yang paling tidak masuk akal! Seolah-olah mungkin
saja bagi makhluk-makhluk yang belum lama ada un-
tuk menjadi sama dengan Pencipta mereka yang berasal
dari kekekalan.
[3] Kamu akan mengetahui yang baik dan yang jahat, ya-
itu segala sesuatu yang ingin diketahui. Untuk mendu-
kung bagian godaan ini, dia menyalahgunakan nama
yang diberikan kepada pohon itu. Nama itu dimaksud-
kan untuk mengajarkan pengetahuan praktis tentang
yang baik dan yang jahat, yaitu mengenai kewajiban
dan ketidaktaatan. Nama itu juga akan membuktikan
pengetahuan yang berasal dari pengalaman tentang
yang baik dan yang jahat, yaitu kebahagiaan dan ke-
Kitab Kejadian 3:1-5
75
sengsaraan. Dalam pengertian ini, nama pohon itu ada-
lah peringatan bagi mereka supaya tidak makan buah-
nya. Namun Iblis menyimpangkan pengertian tersebut,
dan memutarbalikkannya untuk menghancurkan mere-
ka, seakan-akan pohon ini akan memberi mereka pe-
ngetahuan yang berasal dari dugaan-dugaan tentang
sifat-sifat, jenis-jenis dan asal usul baik dan jahat. Dan,
[4] Semua ini segera terjadi: Pada waktu kamu memakan-
nya, kamu akan mengalami perubahan yang mendadak
dan sesaat menjadi lebih baik. Nah, dengan semua
hasutannya itu dia bermaksud menimbulkan dalam diri
mereka: pertama, ketidakpuasan dalam keadaan mere-
ka saat itu, seakan keadaan mereka itu tidaklah sebaik
yang seharusnya. Camkanlah, tidak ada keadaan yang
bisa membawa kepuasan, kecuali pikiran kita bisa tun-
duk dan merasa puas dengan keadaan itu sendiri. Lihat
saja, Adam pun tidak merasa nyaman, bahkan di dalam
firdaus sekalipun, dan demikian halnya juga dengan
malaikat-malaikat dengan keadaan mereka pada mula-
nya (Yud. 6). Kedua, keinginan kuat untuk memiliki ke-
dudukan yang lebih tinggi, seakan-akan mereka pantas
menjadi dewa-dewa. Iblis telah menghancurkan dirinya
sendiri dengan ingin menjadi seperti Yang Mahatinggi
(Yes. 14:14), dan sebab itu mencoba memengaruhi ne-
nek moyang pertama kita dengan keinginan yang sama,
supaya dia bisa menghancurkan mereka juga.
(2) Iblis menghasut mereka bahwa Tuhan tidak memiliki mak-
sud yang baik terhadap mereka, saat Ia melarang mereka
makan buah itu: namun Tuhan mengetahui bahwa buah itu
akan membuat kamu sangat hebat. Oleh sebab itu, de-
ngan rasa iri dan niat jahat terhadap kamu, Dia melarang
kamu memakannya. Seolah-olah Dia tidak berani mem-
biarkan mereka makan buah pohon itu, sebab dengan
begitu mereka akan mengetahui kekuatan mereka sendiri,
dan tidak akan lagi berada dalam keadaan yang lebih ren-
dah melainkan mampu menyamai Dia. Atau seakan-akan
Dia tidak rela membiarkan mereka mendapatkan kehor-
matan dan kebahagiaan yang akan ditambahkan kepada
mereka jika mereka makan buah pohon itu. Nah,
76
[1] Ini sungguh teramat merendahkan Tuhan , dan merupa-
kan penghinaan terbesar yang dapat dilakukan terha-
dap-Nya, suatu kecaman terhadap kekuasaan-Nya, se-
olah-olah Dia takut terhadap ciptaan-Nya, dan bahkan
kecaman terhadap kebaikan-Nya, seakan Dia membenci
hasil perbuatan tangan-Nya sendiri dan tidak mau orang-
orang yang diciptakan-Nya dibuat bahagia. Haruskah
orang-orang terbaik merasa aneh jika digambarkan de-
ngan cara yang salah dan dibicarakan dengan cara yang
jahat, sementara Tuhan sendiri diperlakukan seperti itu?
Sebagaimana Iblis mendakwa saudara-saudara di ha-
dapan Tuhan , dia pun mendakwa Tuhan di hadapan sau-
dara-saudara. Dengan demikian dia menabur perpecah-
an, dan merupakan bapa bagi orang-orang yang mela-
kukan hal seperti itu.
[2] Itu yaitu perangkap yang paling berbahaya bagi nenek
moyang pertama kita, sebab bertujuan menjauhkan
kasih mereka dari Tuhan , dan juga untuk mengundur-
kan mereka dari kesetiaan mereka kepada-Nya. Iblis
masih menarik orang ke dalam kepentingannya seperti
itu dengan menghasut mereka dengan pikiran-pikiran
yang sulit tentang Tuhan , dan harapan-harapan yang
salah tentang manfaat dan keuntungan dari dosa. Oleh
sebab itu marilah kita, dalam menentang Iblis, selalu
berpikiran baik tentang Tuhan sebagai kebaikan yang
terbaik, dan berpikiran buruk tentang dosa sebagai
yang terburuk dari segala yang jahat. Jadi marilah kita
melawan Iblis, maka dia akan lari dari kita.
Kejatuhan Manusia
(3:6-8)
6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan
sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati sebab memberi peng-
ertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya
juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun
memakannya. 7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu,
bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan
membuat cawat. 8 saat mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Tuhan ,
yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah
manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Tuhan di antara pohon-pohonan
dalam taman.
Kitab Kejadian 3:6-8
77
Di sini kita melihat bagaimana akhir perdebatan antara Hawa dan si
penggoda. Akhirnya Iblis mencapai tujuannya, dan benteng pertahan-
an direbut dengan tipu muslihatnya. Tuhan menguji ketaatan nenek
moyang pertama kita dengan melarang mereka makan buah pohon
pengetahuan, dan Iblis, dapat dikatakan, terlibat persoalan dengan
Tuhan , dan berusaha membujuk mereka untuk memberontak. Di sini
kita melihat bagaimana dia berhasil, sebab Tuhan mengizinkan itu
terjadi untuk tujuan-tujuan yang bijaksana dan kudus.
I. Di sini kita melihat bujukan-bujukan yang mendorong mereka
untuk memberontak. Perempuan itu, yang tertipu oleh pengatur-
an si penggoda yang licik, yaitu orang yang memulai pemberon-
takan itu (1Tim. 2:14). Dialah yang pertama melakukan kesalah-
an, dan itu yaitu hasil pertimbangannya, atau lebih tepatnya
akibat tidak ada pertimbangan darinya.
1. Dia tidak melihat adanya bahaya pada pohon itu dibanding
pohon-pohon lainnya. Dikatakan tentang semua pohon buah
yang ditanam di taman firdaus, yang menarik dan yang baik
untuk dimakan buahnya (2:9). Nah, menurut pandangannya,
pohon ini sama saja dengan yang lainnya. Buahnya tampak
sebaik yang lainnya untuk dimakan. Dia tidak melihat sesuatu
pada penampilan buahnya yang menunjukkan ancaman ke-
matian atau bahaya. Buahnya menarik seperti yang lainnya,
dan oleh sebab itu, Kerugian apa yang dapat ditimbulkan-
nya? Mengapa yang ini harus dilarang sedangkan yang lain
tidak? Perhatikanlah, saat timbul pikiran bahwa buah terla-
rang tidak lebih berbahaya dibandingkan buah lain, maka saat itu
dosa sedang mengintip di ambang pintu, dan Iblis segera me-
nang. Bahkan, mungkin bagi Hawa buah itu kelihatan lebih
baik untuk dimakan, lebih nikmat rasanya, dan lebih bergizi
bagi tubuh, dibandingkan dengan buah-buah lain, dan menu-
rut pandangannya lebih menyenangkan dibandingkan yang lain.
Kita sering kali terbujuk masuk ke dalam perangkap oleh
keinginan yang bertentangan dengan hukum supaya indra-
indra kita terpuaskan. Atau, kalaupun tidak ada sesuatu pada
buah itu yang lebih menarik dibandingkan yang lain, namun buah
itu lebih diinginkan sebab terlarang. Apakah itu yang ada
pada dirinya atau tidak, kita menemukan dalam diri kita (yaitu
dalam daging kita, dalam sifat kita yang bejat) terdapat roh
78
pertentangan yang aneh. Nitimur in vetitum Kita mengingin-
kan apa yang dilarang.
2. Perempuan itu membayangkan lebih banyak kebajikan pada
pohon itu dibandingkan yang lain, sehingga bukan hanya tidak per-
lu ditakuti, namun juga menarik hati sebab memberi pengerti-
an, dan dalam hal ini lebih unggul dibandingkan semua pohon lain-
nya. Perempuan itu melihat, artinya dia mengerti dan mema-
hami apa yang sudah dikatakan oleh Iblis kepadanya. Bebe-
rapa orang menduga bahwa dia melihat si ular makan buah
pohon itu, dan si ular memberi tahu Hawa bahwa dengan cara
itu dia telah memperoleh kemampuan untuk berbicara dan
bernalar. Dari situ Hawa mengambil kesimpulan bahwa ke-
kuatan buah itu yaitu membuat orang bijaksana, dan terbu-
juk untuk berpikir, Jika buah ini membuat seekor makhluk
yang buas menjadi berakal budi, mengapa tidak mungkin
membuat makhluk berakal budi menjadi seperti Tuhan ? Lihat-
lah di sini bagaimana keinginan akan pengetahuan yang tidak
perlu, dengan gagasan yang salah tentang kebijaksanaan,
terbukti merugikan dan menghancurkan banyak orang. Nenek
moyang pertama kita, yang tahu begitu banyak, tidak tahu ini,
yaitu bahwa mereka sudah cukup tahu. Kristuslah pohon yang
harus diinginkan untuk membuat orang bijaksana (Kol. 2:3;
1Kor. 1:30). Marilah kita, dengan iman, makan dari Dia, su-
paya kita dapat menjadi bijaksana sehingga diselamatkan.
Dalam firdaus surgawi, pohon pengetahuan tidaklah berupa
pohon yang terlarang, sebab di sana kita akan mengetahui
sebagaimana kita diketahui. Oleh sebab itu mari kita rindu un-
tuk berada di sana, dan, sementara masih di sini, tidak meng-
gelisahkan diri dengan hal-hal yang terlalu tinggi atau terlalu
dalam bagi kita, ataupun ingin lebih bijaksana dibandingkan apa
yang tertulis.
II. Langkah-langkah pemberontakan bukanlah langkah ke atas, me-
lainkan langkah menurun ke arah lubang, yaitu langkah-langkah
yang menggapai neraka.
1. Dia melihat. Seharusnya dia mengalihkan pandangannya dari
kesia-siaan yang memesona. Namun, sebaliknya, dia masuk ke
dalam godaan dengan memandangi buah terlarang itu dengan
senang. Perhatikanlah, banyak sekali dosa masuk melalui
Kitab Kejadian 3:6-8
79
mata. Pada jendela ini Iblis melepaskan anak-anak panah
berapi yang menusuk dan meracuni hati. Mata merusak hati
dengan rasa bersalah dan kesedihan. Oleh sebab itu marilah
kita, bersama dengan Ayub yang saleh, menetapkan syarat
bagi mata kita, untuk tidak melihat apa yang menimbulkan
bahaya nafsu bagi kita (Ams. 23:31; Mat. 5:28). Biarlah takut
akan Tuhan selalu menjadi kelopak mata bagi kita (20:16, KJV).
2. Dia mengambil. Itu yaitu tindakan dan perbuatannya sendiri.
Iblis tidak mengambil buah itu dan memasukkannya ke dalam
mulut perempuan itu, entah dia mau atau tidak, namun dia
sendiri yang mengambilnya. Iblis dapat menggoda, namun dia
tidak dapat memaksa. Dia dapat membujuk kita untuk men-
jatuhkan diri, namun tidak dapat menjatuhkan kita (Mat. 4:6).
Tindakan Hawa mengambil yaitu mencuri, seperti Akhan
mengambil barang terkutuk, mengambil apa yang bukan me-
rupakan haknya. Pastilah dia mengambilnya dengan tangan
yang gemetar.
3. Dia memakannya. Mungkin, waktu dia melihat, dia tidak ber-
maksud untuk mengambil saat ia melihatnya. Ia juga tidak
bermaksud memakannya saat ia mengambilnya. namun , be-
gitulah hasilnya. Perhatikanlah, jalan dosa itu menurun tajam.
Manusia tidak dapat menghentikan dirinya saat ia berkeingin-
an. Awalnya yaitu seperti terobosan air, yang sulit diberi
tahu Kamu hanya boleh sampai di sini dan jangan lebih jauh
lagi. Oleh sebab itu kita harus bijaksana untuk menekan
perasaan-perasaan yang berdosa sejak awal, dan memadam-
kannya sebelum terhanyut di dalamnya. Obsta principiis hen-
tikan kejahatan pada permulaannya.
4. Diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama de-
ngan dia. Mungkin suaminya tidak sedang bersama dia saat
dia digoda (jika begitu, pastilah dia akan menyela untuk men-
cegah dosa), melainkan datang saat dia sudah makan, dan
terpengaruh olehnya untuk makan juga. Lebih mudah belajar
tentang apa yang buruk dibandingkan mengajarkan tentang apa
yang baik. Perempuan itu memberi buah tersebut kepada-
nya, membujuk dia dengan alasan yang sama dengan yang
digunakan ular itu, sambil menambahkan bahwa dia sendiri
sudah makan, dan menemukan bahwa dia sama sekali tidak
mati, bahkan sangat senang dan puas. Air curian manis. Pe-
80
rempuan itu memberi nya kepada suaminya, dengan mak-
sud yang baik, sebab dia tidak mau memakan makanan yang
enak ini sendirian. namun sesungguhnya itu yaitu kejahatan
terburuk yang pernah dilakukannya terhadap suaminya. Atau
mungkin dia memberi nya kepada suaminya supaya, jika
buah itu ternyata berbahaya, dia dapat berbagi dengannya
dalam kesengsaraan. Ini benar-benar tampak aneh dan jahat,
namun diduga dapat dengan mudah merasuki hati orang yang
telah memakan buah terlarang. Perhatikanlah, Orang yang
telah melakukan kejahatan sendiri biasanya ingin menarik
orang lain untuk melakukan hal yang sama. Seperti Iblis, dan
juga Hawa, orang berdosa segera menjadi penggoda.
5. Suaminya pun memakannya, dikalahkan oleh desakan istri-
nya. Tidak perlu bertanya, Apakah akibatnya jika hanya Hawa
yang memberontak? Kita yakin hikmat Tuhan dapat memecah-
kan persoalan yang sulit, berdasarkan keadilan. namun sayang,
kasusnya tidak seperti itu. Adam ikut makan. Dan apalah
bahaya besarnya jika dia makan?, tanya pertimbangan-per-
timbangan bejat dan duniawi dari pikiran yang sia-sia. Bahaya
apa! Wah, kepura-puraan ini mengandung ketidakpercayaan
terhadap firman Tuhan , disertai dengan keyakinan pada kata-
kata Iblis, ketidakpuasan terhadap keadaannya saat itu,
kebanggaan pada kebaikan-kebaikannya sendiri, dan ambisi
akan kehormatan yang bukan berasal dari Tuhan , kedengkian
terhadap kesempurnaan Tuhan , dan kegemaran pada hawa
nafsu tubuh. Dengan mengabaikan pohon kehidupan yang bo-
leh dia makan, dan memakan buah pohon pengetahuan yang
terlarang, dia dengan jelas sangat menghina kemurahan hati
yang telah Tuhan limpahkan kepadanya, dan lebih menyukai
hal-hal yang tidak Tuhan anggap pantas bagi dia. Dia ingin
menjadi pemahatnya sendiri dan tuannya sendiri, memperoleh
apa pun yang dia sukai dan melakukan apa pun yang dia
senangi. Dosanya, dalam satu kata, yaitu ketidaktaatan (Rm.
5:19). Ketidaktaatan terhadap satu perintah yang sederhana,
mudah, dan jelas, yang mungkin dia ketahui merupakan pe-
rintah yang diberikan sebagai ujian. Dia berdosa melawan
pengetahuan agung, melawan banyak belas kasihan, melawan
terang dan kasih, terang yang paling bersih dan kasih yang
paling berharga yang pernah dilawan pendosa dengan dosa-
Kitab Kejadian 3:6-8
81
nya. Dia bukan memiliki sifat bejat di dalam dirinya yang men-
jerumuskan dia, melainkan memiliki kebebasan kehendak,
tidak diperbudak, dan memiliki kekuatan penuh, tidak dibuat
lemah atau berkondisi buruk. Dia berbelok arah ke samping
dengan cepat. Beberapa orang beranggapan bahwa dia jatuh
tepat pada hari dia diciptakan, namun saya tidak melihat bagai-
mana ini dapat diselaraskan dengan pernyataan Tuhan bahwa
semua sungguh amat baik pada akhir hari itu. Orang lain men-
duga dia jatuh pada hari sabat: semakin baik harinya semakin
buruk perbuatan. Bagaimanapun, yang pasti yaitu dia mem-
pertahankan kesetiaannya dalam waktu yang sangat pendek:
sebentar dia terhormat, kemudian tidak lagi. namun yang pa-
ling memperburuk dosanya yaitu bahwa dia melibatkan selu-
ruh keturunannya dalam dosa dan kehancuran sebab nya.
sebab Tuhan sudah memberi tahu dia bahwa rasnya akan me-
menuhi bumi, pastilah dia tahu bahwa dia berlaku sebagai
seorang wakil masyarakat, dan bahwa ketidaktaatannya akan
menyebabkan bencana bagi seluruh keturunannya. Dan jika
demikian, itu pasti merupakan pengkhianatan dan kekejaman
terbesar yang pernah ada. Sifat manusia yang terkandung
sepenuhnya dalam diri nenek moyang pertama kita, selanjut-
nya tidak bisa tidak diturunkan dari mereka, dengan penca-
butan hak sebab kesalahan, noda kecemaran, dan penyakit
keturunan akibat dosa dan kebobrokan. Dan kalau begitu, da-
patkah kita katakan bahwa dosa Adam hanya merupakan ba-
haya kecil?
III. Akibat-akibat terbesar pemberontakan. Rasa malu dan takut men-
cekam para pelaku kejahatan, ipso facto akibat dari perbuatan
itu sendiri. Dua hal ini masuk ke dalam dunia bersama dengan
dosa, dan masih hadir di dunia.
1. Rasa malu mencekam mereka tanpa disadari (ay. 7). Mengenai
hal ini perhatikanlah,
(1) Perasaan-perasaan bersalah yang kuat menguasai mereka,
di dalam hati mereka sendiri: Terbukalah mata mereka ber-
dua. Yang dimaksudkan bukan mata jasmani, yang sudah
terbuka sebelumnya, sebab sangat jelas tampak bahwa
dosa masuk melalui mata jasmani mereka. Mata Yonatan
82
menjadi terang sebab memakan buah terlarang (1Sam.
14:27), artinya dia disegarkan dan dibangunkan kembali
sebab buah itu. namun mata mereka tidak demikian. Juga
tidak ada keuntungan yang diperoleh melalui pengetahuan
sejati. Sebaliknya, mata hati nurani terbuka, dan hati
mereka membuat mereka terpukul sebab apa yang telah
mereka lakukan. Saat itu, saat sudah terlambat, mereka
mengerti betapa bodohnya makan buah terlarang. Mereka
mengerti telah jatuh dari kebahagiaan ke dalam keseng-
saraan. Mereka melihat Tuhan yang penuh kasih bangkit
amarah-Nya. Anugerah dan kemurahan hati-Nya hilang
dari mereka, gambar dan rupa-Nya lenyap, dan kekuasaan
atas makhluk-makhluk pun berlalu. Mereka melihat kodrat
mereka menjadi bejat dan rusak, dan merasakan kekacauan
di dalam jiwa mereka sendiri, yang belum pernah mereka
sadari sebelumnya. Mereka melihat hukum dalam anggota-
anggota tubuh mereka berperang melawan hukum dalam pi-
kiran mereka, dan memikat mereka kepada baik dosa mau-
pun murka. Mereka melihat, seperti Bileam, saat TUHAN
menyingkapkan mata Bileam (Bil. 22:31), Malaikat TUHAN
berdiri di jalan, dan pedang-Nya terhunus di tangan-Nya,
dan mungkin mereka melihat ular yang telah menipu mere-
ka sedang mengejek mereka. Perikop ini memberi tahu kita,
bahwa mereka melihat diri mereka telanjang, yaitu,
[1] Mereka dilucuti, kehilangan semua kehormatan dan ke-
gembiraan dari keadaan firdaus mereka. Mereka ter-
papar dengan segala kesengsaraan yang sudah sepan-
tasnya terjadi sebagai akibat dari Tuhan yang murka.
Semua senjata mereka dilucuti, pertahanan mereka me-
ninggalkan mereka.
[2] Mereka dibuat malu, untuk selamanya menjadi malu, di
hadapan Tuhan dan para malaikat. Mereka melihat diri
mereka sendiri ditelanjangi dari segala perhiasan dan
panji kehormatan, diturunkan dari martabat mereka dan
dipermalukan secara luar biasa. Mereka terbuka terha-
dap hinaan dan kecaman dari sorga, bumi, dan hati nu-
rani mereka sendiri. Sekarang lihatlah di sini, pertama,
betapa memalukan dan menggelisahkannya dosa itu.
Dosa melakukan kejahatan di mana pun diberi kesem-
Kitab Kejadian 3:6-8
83
patan, membuat manusia bertentangan dengan diri me-
reka sendiri, mengusik kedamaian mereka, dan meng-
hancurkan segala kenyamanan mereka. Cepat atau
lambat, dosa akan menimbulkan rasa malu, baik rasa
malu sebab penyesalan yang sungguh-sungguh, yang
berakhir dengan kemenangan, ataupun rasa malu dan
kehinaan yang kekal yang akan diperoleh orang jahat
pada waktu bangkit di hari penghakiman. Dosa yaitu
noda bangsa. Kedua, betapa penipunya Iblis itu. Dia
memberi tahu nenek moyang pertama kita, saat dia
mencobai mereka, bahwa mata mereka akan terbuka,
dan memang mata mereka terbuka, namun bukan seperti
yang mereka kira. Mata mereka terbuka terhadap aib
dan kesedihan mereka, bukan kehormatan ataupun ke-
untungan mereka. Oleh sebab itu, saat Iblis ber-
bicara jujur, jangan percayai dia. Pembohong-pembo-
hong yang paling jahat dan berbahaya sering kali mem-
benarkan diri mereka dengan alasan ini, bahwa mereka
hanya berbicara kurang jelas. namun Tuhan tidak akan
membenarkan mereka.
(2) Perubahan menyedihkan yang mereka buat untuk meri-
ngankan perasaan berdosa ini, dan untuk melindungi diri
dari kesadaran itu: Mereka menyemat (KJV: menjahit), atau
menjalin, daun pohon ara, dan untuk menutupi setidaknya
sebagian dari rasa malu mereka terhadap satu sama lain,
mereka membuat cawat. Lihatlah di sini apa biasanya
kebodohan orang yang telah berbuat dosa.
[1] Bahwa mereka lebih berkeinginan untuk menyelamat-
kan nama baik mereka di hadapan manusia dibandingkan
mendapatkan pengampunan dari Tuhan . Mereka enggan
mengakui dosa mereka, dan sangat ingin menutupinya,
sebanyak mungkin. Aku telah berdosa; namun tunjukkan-
lah juga hormatmu kepadaku.
[2] Bahwa alasan-alasan yang dibuat manusia, untuk
menutupi dan meringankan dosa mereka, yaitu sia-sia
dan tidak berarti. Seperti cawat dari daun pohon ara,
mereka bukan membuat persoalan menjadi lebih baik,
melainkan lebih buruk. Rasa malu, yang disembunyi-
84
kan seperti itu, menjadi semakin memalukan. Namun
demikianlah kita semua cenderung menutupi pelanggar-
an kita seperti Adam (Ayb. 31:33, KJV).
2. Ketakutan segera mencekam mereka begitu mereka memakan
buah terlarang itu (ay. 8). Perhatikanlah di sini,
(1) Apa penyebab dan alasan ketakutan mereka: Mereka men-
dengar bunyi langkah TUHAN Tuhan , yang berjalan-jalan
dalam taman itu pada waktu hari sejuk. Kedatangan Sang
Hakim yang mendekatlah yang membuat mereka ketakut-
an. namun , walaupun begitu, Dia datang dengan cara yang
hanya menakutkan bagi hati nurani yang bersalah. Diduga
Dia datang dalam wujud seorang manusia, dan Dia yang
menghakimi dunia sekarang sama dengan yang akan meng-
hakimi dunia pada akhir zaman, bahkan seorang yang telah
ditentukan-Nya. Sepertinya saat itu Dia kelihatan serupa
dengan yang mereka lihat saat Dia menempatkan mereka
di taman firdaus, sebab Dia datang untuk menginsafkan
dan membuat mereka rendah hati, bukan untuk mengejut-
kan atau menakuti mereka. Dia masuk ke dalam taman,
bukan turun langsung dari sorga di hadapan mereka,
seperti yang terjadi kemudian di Gunung Sinai (membuat
kegelapan yang tebal sebagai pondok-Nya atau api yang
berkobar-kobar sebagai kereta-Nya), melainkan masuk ke
dalam taman, seperti seseorang yang masih ingin akrab
dengan mereka. Dia datang berjalan kaki, bukan berlari,
bukan mengendarai sayap angin, melainkan sengaja ber-
jalan, seperti seseorang yang tidak mudah marah. Ini
mengajarkan kita supaya saat kita benar-benar dihasut,
jangan menjadi panas atau tergesa-gesa, melainkan ber-
bicara dan bertindak dengan penuh pertimbangan dan
tidak ceroboh. Dia datang pada waktu hari sejuk, bukan
pada waktu malam saat segala kengerian dua kali lebih
menakutkan, atau pada waktu panas siang hari, sebab
dia datang bukan dalam kemarahan yang menyala-nyala.
Kehangatan murka tiada pada-Ku (Yes. 27:4). Dia juga tidak
mendatangi mereka secara tiba-tiba, melainkan mereka
mendengar suara-Nya dari kejauhan, memberi mereka peri-
ngatan akan kedatangan-Nya, dan mungkin masih berupa
Kitab Kejadian 3:6-8
85
suara yang pelan, seperti pada waktu Dia datang untuk
menanyai Elia. Beberapa orang beranggapan mereka men-
dengar Dia berbicara dengan diri-Nya sendiri tentang dosa
Adam, dan hukuman yang sekarang harus diberikan ke-
padanya, mungkin seperti yang Dia lakukan menyangkut
Israel (Hos. 11:8-9). Masakan Aku membiarkan engkau?
Atau lebih tepatnya, mereka mendengar Dia memanggil
mereka, dan mendatangi mereka.
(2) Apa akibat dan bukti ketakutan mereka: Bersembunyilah
manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Tuhan . Suatu
perubahan yang menyedihkan! Sebelum mereka berbuat
dosa, jika mereka mendengar suara TUHAN Tuhan menda-
tangi mereka, mereka akan berlari menemui Dia, dan de-
ngan kegembiraan yang rendah hati menyambut kedatang-
an-Nya yang murah hati. namun , sekarang sesudah mereka
berbuat dosa, Tuhan menjadi hal yang menakutkan bagi
mereka, dan kemudian tidak mengherankan jika mereka
menjadi hal yang menakutkan bagi diri mereka sendiri, dan
mereka penuh dengan kebingungan. Hati nurani mereka
sendiri menuduh mereka, dan menempatkan dosa mereka
di hadapan mereka dalam warnanya yang sesungguhnya.
Daun pohon ara tidak membantu mereka, dan tidak akan
berguna bagi mereka. Tuhan telah menghadapi mereka seba-
gai musuh, dan seluruh ciptaan berperang melawan mere-
ka. Dan sebab mereka belum tahu ada perantara apa pun
antara mereka dan Tuhan yang murka, maka tidak ada yang
tersisa selain menunggu penghakiman yang pasti dengan
penuh ketakutan. Dalam ketakutan mereka menyembunyi-
kan diri di antara semak-semak. sebab telah melakukan
kesalahan, mereka melarikan diri untuk alasan yang sama.
Mengetahui bahwa diri mereka sudah bersalah, mereka
tidak berani menyerahkan diri, malah menyelinap dan me-
larikan diri dari pengadilan. Lihatlah di sini,
[1] Kebohongan si penggoda, serta tipu daya dan kesalahan
godaannya. Dia menjanjikan bahwa mereka akan sela-
mat, namun sekarang mereka sama sekali tidak bisa
menganggap diri mereka selamat. Dia berkata bahwa
mereka tidak akan mati, namun sekarang mereka terpak-
sa melarikan diri untuk menyelamatkan hidup mereka.
86
Dia berjanji mereka akan menjadi lebih baik, namun se-
karang mereka melihat diri mereka hina. Tidak pernah
mereka merasa begitu kecil seperti sekarang. Dia ber-
janji mereka akan memiliki pengetahuan, namun mereka
justru merasa kebingungan sekarang, dan sama sekali
tidak tahu ke mana harus bersembunyi. Dia berjanji
mereka akan menjadi seperti Tuhan , besar, hebat, dan
berani, namun sekarang mereka seperti penjahat yang
tertangkap basah, gemetar, pucat, dan gelisah ingin me-
larikan diri. Mereka tidak mau tunduk, maka menjadi
tawanan.
[2] Kebodohan orang berdosa, yang beranggapan bahwa me-
reka dapat atau lebih baik menyembunyikan diri mereka
dari Tuhan . Dapatkah mereka menutupi diri mereka dari
Bapa segala terang (Mzm. 139:7, dst.; Yer. 23:24)? Akan-
kah mereka menarik diri dari sumber hayat, satu-satu-
nya yang dapat memberi pertolongan dan kebaha-
giaan (Yun. 2:8)?
[3] Ketakutan yang menyertai dosa. Semua ketakutan yang
luar biasa terhadap kehadiran Tuhan , tuduhan-tuduhan
hati nurani, datangnya kesulitan, serangan makhluk-
makhluk yang lebih rendah, dan penjara kematian, yang
biasa di antara manusia, yaitu akibat dosa. Adam dan
Hawa, yang yaitu rekan dalam dosa, berbagi dalam rasa
malu dan ketakutan yang menyertai dosa. Dan walaupun
berpautan tangan (tangan-tangan yang telah lama berpaut-
an dalam pernikahan), namun mereka tidak dapat meng-
hidupkan ataupun menguatkan satu sama lain: Mereka
menjadi penghibur yang menyedihkan bagi satu sama lain!
Dakwaan kepada Manusia Berdosa
(3:9-10)
9 namun TUHAN Tuhan memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: Di
manakah engkau? 10 Ia menjawab: saat aku mendengar, bahwa Engkau
ada dalam taman ini, aku menjadi takut, sebab aku telanjang; sebab itu aku
bersembunyi.
Di sini kita mendapati dakwaan untuk kedua orang bersalah ini di
hadapan Hakim yang benar atas sorga dan bumi, yang, walaupun
tidak harus tunduk kepada tata cara resmi, namun tetap memeriksa
Kitab Kejadian 3:9-10
87
perkara mereka dengan seadil mungkin, supaya Dia dapat terbukti
adil saat berbicara. Perhatikanlah di sini,
I. Pertanyaan mengejutkan yang dengannya Tuhan mengejar dan
menahan Adam: Di manakah engkau? Bukan seolah-olah Tuhan
tidak tahu di mana dia, namun demikianlah Dia hendak mulai
memeriksa perkara Adam. Mari, mana laki-laki yang sudah
berbuat bodoh itu? Beberapa menganggapnya pertanyaan ratap-
an: Kasihan Adam, apa yang terjadi padanya? Malangnya eng-
kau, demikian beberapa orang menafsirkannya, Wah, engkau
sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar. Engkau
dulu teman-Ku dan kesukaan-Ku, dan Aku sudah berbuat banyak
untukmu, dan ingin berbuat lebih banyak lagi untukmu. Apakah
engkau sekarang sudah meninggalkan Aku, dan menghancurkan
dirimu sendiri? Apakah sudah sampai seperti itu? Ini lebih meru-
pakan pertanyaan memarahi, untuk menyadarkan dan meren-
dahkannya: Di manakah engkau? Bukan Di tempat yang mana?
melainkan Di dalam kondisi yang bagaimana? Inikah segala
yang engkau dapatkan dengan memakan buah terlarang? Engkau
yang ingin menyaingi Aku, sekarang melarikan diri dari Aku?
Perhatikanlah,
1. Orang yang sebab dosanya telah menjauh dari Tuhan harus
benar-benar mempertimbangkan di mana mereka berada.
Mereka jauh dari segala yang baik, berada di antara musuh-
musuh mereka, dibelenggu oleh Iblis, dan sedang melaju ke
arah kehancuran sepenuhnya. Pertanyaan untuk Adam ini
dapat dipandang sebagai pengejaran yang murah hati, kebaik-
an terhadap dia, dan demi pemulihannya. Jika Tuhan tidak me-
manggil dia, untuk mendapatkan dia kembali, keadaannya
pasti akan tanpa harapan seperti malaikat-malaikat jatuh.
Domba yang sesat ini pasti akan berkeliaran tanpa tujuan, jika
Gembala yang baik tidak mencari dia, membawa dia kembali,
dan, untuk tujuan itu, mengingatkan dia di mana dia berada,
di mana dia seharusnya tidak berada, dan di mana dia tidak
akan bisa bahagia ataupun tenang. Perhatikanlah,
2. Jika saja orang berdosa mau mempertimbangkan di mana me-
reka berada, mereka tidak akan tenang sampai kembali ke-
pada Tuhan .
88
II. Jawaban yang Adam berikan dengan gemetar atas pertanyaan ini:
saat aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku
menjadi takut (ay. 10). Dia tidak mengakui kesalahannya, namun
sebenarnya dengan mengakui rasa malu dan ketakutannya, dia
mengaku telah bersalah. Inilah kesalahan dan kebodohan umum
orang yang telah melakukan sesuatu yang jahat, saat mereka
ditanyai tentang perbuatannya itu, mereka mengakui tepat apa
yang sudah begitu jelas sehingga mereka tidak dapat menyangkal-
nya. Adam takut, sebab dia telanjang. Bukan hanya tidak
memiliki senjata untuk melindungi dirinya, sehingga takut
berhadapan dengan Tuhan , namun juga tidak mengenakan pakaian,
sehingga sangat takut kelihatan di hadapan-Nya. Kita sudah
sepantasnya takut mendekati Tuhan jika kita tidak mengenakan
dan melindungi diri dengan kebenaran Kristus, sebab tidak ada
yang lain selain kebenaran Kristus yang akan melindungi kita dan
menutupi aib akibat ketelanjangan kita. Oleh sebab itu kena-
kanlah Tuhan Yesus Kristus, dan lalu marilah kita menghampiri-
Nya dengan keberanian disertai kerendahan hati.
Dakwaan kepada Manusia Berdosa
(3:11-13)
11 Firman-Nya: Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau
telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau
makan itu? 12 Manusia itu menjawab: Perempuan yang Kautempatkan di
sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.
13 Kemudian berfirmanlah TUHAN Tuhan kepada perempuan itu: Apakah yang
telah kauperbuat ini? Jawab perempuan itu: Ular itu yang memperdayakan
aku, maka kumakan.
Di sini kita mendapati orang-orang berdosa kedapatan bersalah kare-
na pengakuan mereka sendiri, namun mereka masih berusaha keras
mencari alasan dan memperingan kesalahan mereka. Mereka tidak
dapat mengakui sambil mengiyakan perbuatan mereka, namun mere-
ka mengakui sambil memperingannya. Perhatikanlah,
I. Bagaimana mereka ditekan untuk mengakui perbuatan mereka.
Tuhan mengatakan kepada manusia itu: Siapakah yang memberi-
tahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? (ay. 11). Bagai-
mana kamu menjadi sadar bahwa ketelanjanganmu itu memalu-
kan bagimu? Apakah engkau makan buah pohon terlarang? Per-
Kitab Kejadian 3:11-13
89
hatikanlah, walaupun Tuhan mengetahui semua dosa kita, namun
Dia ingin mengetahuinya dari kita, dan menuntut kita memberi-
kan pengakuan yang jujur. Bukan supaya Dia dapat menjadi
tahu, melainkan supaya kita dapat menjadi rendah hati. Dalam
pemeriksaan ini, Tuhan mengingatkan dia tentang perintah yang
telah Dia berikan kepadanya: Aku memerintahkan kepadamu
supaya tidak memakannya. Aku yaitu Pencipta-mu, Tuanmu,
Pemberi berkat bagimu. Aku tidak memerintahkan kepadamu
untuk melakukannya. Dosa paling kelihatan jelas dan jahat jika
dilihat dengan cermin perintah, oleh sebab itu di sini Tuhan
menempatkan cermin itu di hadapan Adam. Begitulah, di cermin
itu kita dapat melihat wajah kita. Pertanyaan yang diberikan
kepada perempuan itu yaitu , Apakah yang telah kauperbuat ini?
(ay. 13). Maukah kamu mengakui juga kesalahanmu, dan mem-
buat pengakuan mengenai hal itu? Dan maukah kamu mengerti
betapa jahatnya itu? Perhatikanlah, penting bagi orang yang
telah memakan buah terlarang, dan terlebih lagi yang telah memi-
kat orang lain supaya ikut memakannya, supaya memikirkan
dengan serius apa yang telah mereka perbuat. Dengan memakan
buah terlarang, kita telah menyakiti hati Tuhan yang mulia dan
murah hati, melanggar hukum yang adil dan benar, melanggar
kovenan yang kudus dan paling serius, dan berbuat salah
terhadap jiwa kita sendiri yang berharga dengan mengorbankan
kemurahan hati Tuhan dan membuka diri kita terhadap kemurka-
an dan kutuk-Nya. Dengan memikat orang lain supaya mereka
memakan buah terlarang, kita melakukan pekerjaan setan, mem-
buat diri kita sendiri bersalah sebab menyebabkan orang lain
berdosa, dan menjadi kaki tangan bagi kehancuran mereka. Apa-
kah yang telah kami perbuat ini?
II. Bagaimana mereka memperingan kejahatan mereka dalam peng-
akuan mereka. Tidak ada gunanya mengaku tidak bersalah. Raut
wajah mereka bersaksi melawan mereka, sehingga mereka men-
jadi pendakwa bagi diri mereka sendiri: Kumakan, kata manusia
itu, dan aku juga, kata perempuan itu, sebab saat Tuhan
menghakimi, Dia akan menang. Namun ini kelihatannya bukan
pengakuan yang berasal dari penyesalan, sebab bukannya me-
rasa gusar sebab dosa dan malu terhadap diri sendiri, mereka
90
mencari alasan atas dosa mereka dan melempar aib dan kesalah-
an kepada pihak lain.
1. Adam melemparkan semua kesalahan kepada istrinya. Dia
memberi aku buah pohon itu, dan menekan aku supaya me-
makannya, jadi aku makan hanya sebab menuruti dia.
Sungguh ini alasan yang tanpa dasar. Seharusnya dia meng-
ajari istrinya, bukan diajari olehnya, dan bukanlah hal yang
sulit untuk menentukan siapa yang harus memerintah dia,
Tuhan nya atau istrinya. sebab itu belajarlah untuk tidak per-
nah terbawa ke dalam dosa oleh sesuatu yang tidak akan
melepaskan kita dari penghakiman. Kalau ada sesuatu yang
tidak akan mendukung kita dalam pengadilan, jangan biarkan
dia mendukung kita dalam perbuatan kita. sebab itu jangan-
lah kita pernah dikalahkan oleh desakan untuk bertindak me-
lawan hati nurani kita, ataupun mendukakan hati Tuhan hanya
untuk menyenangkan sahabat terbaik yang kita miliki di
dunia. Namun, ini bukanlah yang terburuk dari perbuatan
Adam. Dia bukan hanya menyalahkan istrinya, namun juga me-
nyampaikannya untuk menyalahkan Tuhan sendiri secara tidak
langsung. Perempuan yang Kauberikan kepadaku, yang Kau-
tempatkan di sisiku untuk menjadi pendampingku, pembim-
bingku, dan temanku, dialah yang memberi buah pohon
itu. Kalau tidak, aku pasti tidak memakannya. Jadi dia
menyindir bahwa Tuhan yang menyebabkan dosanya: Dia mem-
berinya perempuan itu, dan perempuan itu memberinya buah
itu, sehingga seakan-akan dia memperoleh buah yang hanya
diambil dari tangan Tuhan sendiri. Perhatikanlah, ada kecende-
rungan yang aneh pada orang-orang yang mengalami godaan
untuk mengatakan bahwa mereka dicobai oleh Tuhan , seakan-
akan jika kita menyalahgunakan karunia Tuhan , kita bisa di-
maafkan bila telah melanggar hukum Tuhan . Tuhan memberi
kita kekayaan, kehormatan, dan hubungan-hubungan, supaya
kita dapat melayani Dia dengan sukacita dalam menikmati
semua itu. Namun, jika kita memanfaatkan semua itu untuk
berdosa melawan Dia, bukannya menyalahkan Pemelihara ka-
rena menempatkan kita ke dalam kondisi seperti itu, kita ha-
rus menyalahkan diri sendiri sebab menyimpangkan tujuan
Pemelihara yang murah hati dengan semua pemberian itu
Kitab Kejadian 3:14-15
91
2. Hawa melemparkan semua kesalahan kepada si ular: Ular itu
yang memperdayakan aku. Dosa yaitu anak nakal yang tidak
seorang pun mau mengakuinya, tanda bahwa itu sesuatu yang
memalukan. Orang yang bersedia mendapatkan kesenangan
dan keuntungan dari dosa, cukup enggan untuk dipersalahkan
dan dipermalukan olehnya. Ular itu, makhluk rendah yang Kau
ciptakan itu, yang Kau ijinkan masuk ke dalam taman firdaus
dan mendatangi kami, dia memperdayakan aku, atau membuat
aku berbuat salah. Begitulah dosa-dosa kita yaitu kesalahan
kita juga. sebab itu belajarlah,
(1) Bahwa godaan-godaan Iblis semuanya memperdayai, alas-
an-alasannya seluruhnya sesat, daya pikatnya seluruhnya
menipu. saat dia berbicara terus terang, jangan percaya
kepadanya. Dosa memperdaya kita, dan dengan mem-
perdaya, menipu kita. Dengan tipu daya dosa hati dikeras-
kan. Lihatlah Roma 7:11; Ibrani 3:13.
(2) Bahwa walaupun kelicikan Iblis memikat kita masuk ke
dalam dosa, namun itu tidak akan membenarkan kita dalam
berbuat dosa. Walaupun dia yaitu penggoda, kitalah yang
berbuat dosa, dan memang keinginan kita sendiri yang me-
nyeret dan memikat kita (Yak. 1:14). sebab itu janganlah
kesedihan dan rasa malu kita sebab dosa berkurang
sebab kita diperdayai sehingga masuk ke dalamnya. Seba-
liknya, biarlah hal itu menambah kekesalan kita terhadap
diri sendiri, bahwa kita menyusahkan diri sendiri dengan
diperdayai oleh penipu terkenal dan musuh bebuyutan.
Yah, inilah yang menjadi alasan semua tawanan di peng-
adilan, mengapa tidak seharusnya vonis diberikan dan
hukuman dijatuhkan menurut hukum. Dan semua alasan
ini hampir tidak berarti, dalam hal-hal tertentu lebih buruk
dibandingkan tidak berarti.
Hukuman Diberikan kepada Si Ular;
Isyarat tentang Mesias
(3:14-15)
14 Lalu berfirmanlah TUHAN Tuhan kepada ular itu: sebab engkau berbuat
demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala
binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah
akan kaumakan seumur hidupmu. 15 Aku akan mengadakan permusuhan
92
antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya;
keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan
tumitnya.
sesudah tawanan-tawanan didapati bersalah oleh pengakuan mereka
sendiri, selain oleh pengetahuan pribadi yang sempurna dari sang
Hakim, dan tidak ada lagi alasan yang dapat diajukan untuk men-
jatuhkan keputusan pengadilan, maka Tuhan segera melanjutkan
dengan menetapkan hukuman, dan di ayat ini Dia mulai dengan si
ular, tempat dosa dimulai. Tuhan tidak memeriksa si ular ataupun
menanyai dia, apa yang sudah dia lakukan dan mengapa dia melaku-
kannya, melainkan langsung menjatuhkan hukuman atas dia,
1. sebab dia sudah terbukti bersalah atas pemberontakan terhadap
Tuhan , dan kebencian dan kejahatannya sudah terkenal, bukan
ditemukan melalui penyelidikan rahasia, melainkan diakui dan
dinyatakan secara terbuka seperti kejahatan Sodom.
2. sebab dia akan diasingkan selamanya dari segala harapan peng-
ampunan, dan mengapa harus mengatakan sesuatu untuk meng-
insafkan dan membuat rendah hati dia yang tidak akan bertobat?
Lukanya tidak dicari, sebab tidak akan disembuhkan. Beberapa
orang beranggapan bahwa kondisi malaikat-malaikat yang jatuh
belum dinyatakan tanpa harapan dan tidak tertolong sampai pada
waktu itu sesudah mereka membujuk manusia untuk memberontak.
I. Hukuman yang diberikan kepada si penggoda dapat dianggap
sebagai penerangan tentang si ular, makhluk liar yang Iblis man-
faatkan. Seperti makhluk-makhluk lainnya, ular diciptakan untuk
melayani manusia, namun saat itu disalahgunakan untuk mencela-
kakannya. Oleh sebab itu, untuk menyatakan kebencian terha-
dap dosa, dan kecemburuan sebab kehormatan Adam dan Hawa
dicemarkan, Tuhan mengikatkan kutuk dan kecaman kepada si
ular, dan membuatnya mengeluh sebab dibebani. Lihatlah Roma
8:20. Alat-alat Iblis harus ikut merasakan hukuman bagi Iblis.
Jadi tubuh pelaku kejahatan, walaupun hanya alat ketidakadilan,
akan ambil bagian dalam siksaan kekal dengan jiwa, si pelaku
utama. Bahkan lembu yang membunuh seseorang pun harus
dilempari batu sampai mati (Kel. 21:28-29). Lihatlah di sini betapa
Tuhan membenci dosa, dan terutama betapa tidak sukanya Dia
terhadap orang yang memikat orang lain masuk ke dalam dosa.
Kitab Kejadian 3:14-15
93
Cap yang selamanya menempel pada nama Yerobeam yaitu
bahwa dia mengakibatkan orang Israel berdosa pula. Nah,
1. Di sini ular itu ditimpa kutukan Tuhan : Terkutuklah engkau di
antara segala ternak. Bahkan binatang-binatang yang merang-
kak pun, saat Tuhan menciptakan mereka, Dia berkati (1:22),
namun dosa mengubah berkat menjadi kutuk. Ular ialah yang
paling cerdik dari segala binatang di darat (ay. 1), dan di sini,
terkutuk di antara segala binatang hutan. Kecerdikan yang
tidak kudus sering terbukti merupakan kutukan besar bagi
manusia, dan semakin ahli manusia melakukan kejahatan,
semakin jahat perbuatan mereka, dan akibatnya, mereka akan
menerima kutukan yang lebih besar. Penggoda-penggoda yang
cerdik yaitu makhluk-makhluk yang paling terkutuk di ba-
wah matahari.
2. Di sini dia ditimpa kecaman dan permusuhan manusia.
(1) Selamanya dia akan dipandang sebagai makhluk yang hina
dan tercela, dan sasaran yang pantas bagi caci-maki dan
penghinaan: Dengan perutmulah engkau akan menjalar,
tidak lagi di atas kaki, atau setengah tegak, melainkan eng-
kau akan merayap, perutmu melata di atas tanah, suatu
ungkapan tentang keadaan yang menyedihkan dan sangat
hina (Mzm. 44:26); dan engkau tidak dapat menghindari
makan debu dengan makananmu. Kejahatannya yaitu
memikat Hawa supaya memakan apa yang tidak boleh dia
makan. Hukumannya yaitu bahwa dia diharuskan mema-
kan apa yang tidak ingin dia makan: Debu tanahlah akan
kaumakan. Ini menunjukkan bukan hanya keadaan yang
hina dan tercela, namun juga suasana yang menyedihkan
dan buruk. Dikatakan tentang orang-orang yang keberani-
annya telah meninggalkan mereka, bahwa mereka menjilat
debu seperti ular (Mi. 7:17). Alangkah menyedihkannya
bahwa kutukan ular harus menjadi pilihan orang duniawi
yang tamak, yang sifatnya suka menginjak-injak kepala
orang lemah ke dalam debu! (Am. 2:7). Mereka ini memilih
khayalan-khayalan mereka sendiri, dan akan seperti itulah
kehancuran mereka.
(2) Dia akan selamanya dipandang sebagai makhluk yang ber-
bahaya dan berbisa, dan sasaran yang pantas bagi perasa-
94
an tidak suka dan benci: Aku akan mengadakan permusuh-
an antara engkau dan perempuan ini. sebab makhluk-
makhluk yang lebih rendah diciptakan untuk manusia,
maka suatu kutuk bagi mereka jika menjadi musuh manu-
sia dan manusia menjadi musuh mereka, dan inilah bagian
kutukan untuk si ular. Ular itu merugikan bagi manusia,
dan sering meremukkan tumitnya, sebab tidak bisa meng-
gapai lebih tinggi. Bahkan, kita diberi tahu bahwa dia me-
magut tumit kuda (49:17). Namun manusia menang atas si
ular, dan meremukkan kepalanya, yaitu memberi dia luka
yang mematikan, yang bertujuan untuk menghancurkan
seluruh generasi ular berbisa. Akibat kutukan atas si ular
ini yaitu , walaupun makhluk itu cerdik dan sangat
berbahaya, namun tidak selamat (sebab dia bisa saja
selamat jika Tuhan memberi dia kuasa) dari kehancuran
sebab umat manusia. Hukuman yang dinyatakan kepada
si ular sangat diperkuat oleh janji Tuhan bagi umat-Nya itu,
Singa dan ular tedung akan kaulangkahi (Mzm. 91:13), dan
janji Kristus kepada murid-murid-Nya, Mereka akan meme-
gang ular (Mrk. 16:18). Ini terbukti dalam pengalaman Pau-
lus, yang tidak kena bahaya apa-apa oleh ular berbisa yang
menggigit tangannya. Perhatikanlah di sini, si ular dan
perempuan itu baru saja akrab dan bersahabat saat
membicarakan buah terlarang, dan ada keharmonisan yang
mengagumkan di antara mereka. namun sekarang mereka
berada dalam perselisihan yang tidak dapat didamaikan
kembali. Perhatikanlah, persahabatan dalam dosa pantas
berakhir dengan permusuhan yang mematikan. Orang-
orang yang bersatu dalam kejahatan tidak akan bersatu
dalam waktu lama.
II. Hukuman ini dapat dianggap ditujukan kepada Iblis, yang hanya
memanfaatkan si ular sebagai tunggangannya dalam penampakan
ini, sedangkan dia sendiri yaitu pelaku utamanya. Dia yang
berbicara melalui mulut si ular di sini dihajar melalui pihak ular,
dan merupakan sasaran utama hukuman tersebut, yang, seperti
tiang awan dan api, memiliki sisi gelap untuk Iblis dan sisi terang
untuk nenek moyang pertama kita dan keturunan mereka. Hal-
hal besar terkandung dalam kata-kata ini.
Kitab Kejadian 3:14-15
95
1. Di sini kecaman kekal dipakukan kepada musuh besar Tuhan
dan manusia. Di balik samaran ular, dia dihukum dengan,
(1) Direndahkan dan dikutuk oleh Tuhan . Dosa yang dianggap
mengubah malaikat-malaikat menjadi setan-setan yaitu
kesombongan, yang di sini mendapatkan hukuman yang
sepantasnya berupa berbagai macam aib, yang disampai-
kan dalam keadaan hina seekor ular yang melata di atas
perutnya dan menjilat debu. Wah, engkau sudah jatuh dari
langit, hai Bintang Timur. Dia yang ingin lebih tinggi dari-
pada Tuhan , dan ingin memimpin pemberontakan melawan
Dia, sudah sepantasnya sangat direndahkan dan diinjak-
injak di sini. Kesombongan manusia akan merendahkan
dia, dan Tuhan akan merendahkan orang yang tidak mau
merendahkan dirinya sendiri.
(2) Dianggap menjijikkan dan dibenci oleh seluruh umat ma-
nusia. Bahkan orang yang benar-benar terbujuk untuk
mengikuti kepentingannya pun mengaku benci dan jijik
kepadanya, dan semua yang lahir dari Tuhan selalu berhati-
hati melindungi diri mereka, supaya si jahat tidak dapat
menjamah mereka (1Yoh. 5:18). Di sini dia dihukum de-
ngan keadaan perang dan permusuhan yang tidak dapat
didamaikan kembali.
(3) Akhirnya dihancurkan dan diluluhlantakkan oleh Sang
Penebus Agung, yang disimbolkan dengan diremukkannya
kepala si ular. Tipu muslihatnya yang licik akan dibuat ka-
cau, kekuasaannya yang merupakan hasil rampasan akan
dihancurkan seluruhnya, dan dia akan selamanya menjadi
tawanan demi kehormatan kedaulatan ilahi yang terluka.
sebab sudah diberi tahu tentang hal ini, saat itu dia
sudah tersiksa sebelum waktunya.
2. Suatu perseteruan kekal dimulai di sini antara kerajaan Tuhan
dan kerajaan setan di antara manusia. Perang dikumandang-
kan di antara keturunan perempuan itu dan keturunan si
ular. Perang di sorga antara Mikhael dan sang naga dimulai
saat itu (Why. 12:7). Buah permusuhan ini yaitu ,
(1) Ada konflik terus-menerus antara anugerah dan kebejatan
di dalam hati umat Tuhan . Melalui kebejatan mereka, Iblis
menyerang mereka, memukul mereka, menampi mereka,
96
dan berusaha menelan mereka. Dengan menerapkan anu-
gerah, mereka menolak si Iblis, bergulat dengan dia, mema-
damkan anak-anak panahnya yang berapi, memaksa dia
melarikan diri dari mereka. Sorga dan neraka tidak akan
pernah dapat dirujukkan kembali, juga terang dan gelap,
begitu pula Iblis dan jiwa yang sudah dikuduskan, sebab
bertentangan satu dengan yang lainnya.
(2) Ada pergumulan yang sama yang terus-menerus, antara
yang jahat dan yang saleh di dunia ini. Orang yang menga-
sihi Tuhan menganggap orang-orang yang membenci Dia
sebagai musuh (Mzm. 139:21-22). Semua kemarahan dan
kedengkian para penganiaya umat Tuhan yaitu buah dari
permusuhan ini, yang akan terus berlanjut selama masih
ada orang saleh di pihak sorga dan orang jahat di pihak
neraka. Janganlah kamu heran, saudara-saudara, jika
dunia membenci kamu (1Yoh. 3:13).
3. Sebuah janji yang penuh anugerah dibuat tentang Kristus di
sini, sebagai sang pembebas bagi manusia yang telah jatuh
dari kuasa Iblis. Walaupun apa yang dikatakan ditujukan ke-
pada si ular, namun didiengar juga oleh nenek moyang kita
saat itu, yang pasti mengerti isyarat tentang anugerah yang
diberikan kepada mereka di sini, dan melihat pintu harapan
terbuka bagi mereka. Kalau tidak maka hukuman berikutnya
atas mereka pasti tidak akan tertanggungkan bagi mereka. Ini-
lah fajar bagi masa Injil. Begitu terjadi luka, obatnya langsung
disediakan dan dinyatakan. Di sini, pada bagian awal buku,
sesuai firman (Ibr. 10:7), pada permulaan Alkitab, tertulis ten-
tang Kristus, bahwa Dia akan melakukan kehendak Tuhan . Kita
sudah sepantasnya berpikir bahwa, dengan mengimani janji
ini, nenek moyang pertama kita dan para leluhur sebelum air
bah, dibenarkan dan diselamatkan, dan serta-merta melayani
Tuhan siang dan malam sambil menantikan janji itu dan man-
faatnya. Di sini mereka diberi tahu tiga hal tentang Kristus:
(1) Inkarnasi-Nya (penjelmaan-Nya menjadi manusia), bahwa
Dia akan menjadi keturunan perempuan, keturunan perem-
puan itu. Oleh sebab itu silsilah-Nya ditelusuri jauh ke
atas untuk menunjukkan bahwa Dia yaitu anak Adam,
namun Tuhan memberi perempuan itu kehormatan dengan
Kitab Kejadian 3:14-15
97
lebih memilih menyebut Dia keturunannya, sebab dialah
yang diperdayai Iblis, dan yang disalahkan oleh Adam.
Dalam hal ini Tuhan menambahkan anugerah-Nya, bahwa
walaupun perempuan itu yaitu yang pertama memberon-
tak, namun dia akan diselamatkan sebab melahirkan
anak (demikian beberapa orang memahaminya), artinya,
sebab keturunan yang dijanjikan yang akan diturunkan
dari dia (1Tim. 2:15). Demikian pula Dia menjadi keturun-
an perempuan itu saja, dari seorang perawan, sehingga Dia
tidak mungkin tercemar oleh kebejatan sifat dasar kita. Dia
diutus, lahir dari seorang perempuan (Gal. 4:4), supaya janji
ini dapat digenapi. Ini yaitu penghiburan besar bagi
orang-orang berdosa, bahwa Juruselamat mereka yaitu
keturunan perempuan itu, tulang dari tulang kita (Ibr. 2:11,
14). Manusia berdosa dan cemar, sebab dia dilahirkan
perempuan (Ayb. 25:4), dan sebab itu hari-harinya penuh
kegelisahan (Ayb. 14:1). namun keturunan perempuan itu
menjadi dosa dan kutuk bagi kita, supaya dapat menyela-
matkan kita dari keduanya.
(2) Penderitaan dan kematian-Nya ditunjukkan dalam pernyata-
an bahwa Iblis meremukkan tumitnya, yaitu sifat kemanusia-
an-Nya. Iblis mencobai Kristus di padang gurun untuk me-
narik Dia ke dalam dosa, dan beberapa orang beranggapan
Iblis-lah yang menakut-nakuti-Nya saat Dia menghadapi ke-
sengsaraan menjelang maut, untuk mendorong Dia ke dalam
keputusasaan. Iblislah yang menggerakkan hati Yudas su-
paya mengkhianati Kristus, Petrus supaya menyangkal Dia,
Imam Kepala supaya menganiaya Dia, saksi-saksi palsu
supaya menuduh Dia, dan Pilatus supaya menghakimi Dia.
Dengan melakukan semua itu, dengan menghancurkan
Sang Juruselamat, ia bermaksud menggagalkan kesela-
matan. Namun, sebaliknya, dengan kematianlah Kristus
memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut
(Ibr. 2:14). Tumit Kristus diremukkan saat kakinya di-
tembus dan dipakukan pada salib, dan penderitaan Kristus
berlanjut dalam penderitaan orang-orang kudus demi
nama-Nya. Iblis mencobai mereka, membuang mereka ke
dalam penjara, menganiaya dan membunuh mereka, dan
dengan demikian meremukkan tumit Kristus, yang men-
98
derita dalam penderitaan mereka. Namun, sementara tumit
diremukkan di bumi, syukurlah bahwa kepala dalam ke-
adaan selamat di sorga.
(3) Kemenangan-Nya atas Iblis dengan cara tersebut. Saat itu
Iblis sudah menginjak-injak perempuan itu, dan menghina
dia, namun keturunan perempuan itu akan bangkit pada
penggenapan waktunya untuk membalas perselisihannya,
dan untuk menginjak-injak dia, melucuti dia, memenjara-
kan dia, dan menang atas dia (Kol. 2:15). Dia akan mere-
mukkan kepalanya, artinya Dia akan menghancurkan selu-
ruh tipu muslihat dan kekuasaannya, dan meluluh-lantak-
kan seluruh kerajaan dan kepentingannya. Kristus menga-
caukan godaan Iblis, menyelamatkan jiwa-jiwa dari tangan-
nya, mengusir dia keluar dari tubuh-tubuh manusia, melu-
cuti orang kuat yang bersenjata dan membagi-bagikan
rampasannya. Dengan kematian-Nya, Dia memberi
pukulan yang mematikan dan tidak tersembuhkan bagi
kerajaan Iblis, luka pada kepala binatang ini, yang tidak
akan pernah sembuh. saat Injil-Nya mendapat pijakan-
nya, Iblis jatuh (Luk. 10:18) dan diikat (Why. 20:2). Dengan
anugerah-Nya, Dia menempatkan Iblis di bawah kaki umat-
Nya (Rm. 16:20) dan akan segera membuang dia ke dalam
lautan api (Why. 20:10). Dan kejatuhan Iblis untuk selama-
nya akan menjadi sukacita dan kemenangan yang penuh
dan kekal bagi sisa-sisa terpilih.
Hukuman yang Diberikan kepada Hawa
(3:16)
16 Firman-Nya kepada perempuan itu: Susah payahmu waktu mengandung
akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan
anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa
atasmu.
Di sini kita melihat hukuman yang diberikan kepada si perempuan
itu untuk dosanya. Dia dihukum dengan dua hal: keadaan susah
payah dan keadaan dikuasai, hukuman yang pantas bagi dosa yang
di dalamnya dia memuaskan kesenangan dan kesombongannya.
I. Di sini dia ditempatkan dalam keadaan susah payah, yang di-
perinci dengan satu hal tertentu saja, yaitu dalam melahirkan
Kitab Kejadian 3:16
99
anak. Walaupun begitu, hal ini mencakup semua kesan kesedihan
dan ketakutan yang cenderung diterima oleh pikiran kaum yang
lembut itu, dan semua bencana umum yang dapat menimpa me-
reka. Perhatikanlah, dosa membawa susah payah ke dalam dunia.
Inilah yang menjadikan dunia lembah air mata, menurunkan
hujan masalah ke atas kepala kita, dan membuka mata air kese-
dihan di hati kita, sehingga membanjiri dunia ini. Seandainya kita
tidak mengenal kesalahan, kita tidak akan mengenal kesedihan.
Kesakitan sebab melahirkan anak, yang merupakan suatu hal
yang bagus dalam salah satu amsal Alkitab, yaitu akibat dosa.
Setiap kesakitan dan setiap erangan perempuan yang melahirkan
menyuarakan dengan lantang akibat yang sangat buruk dari dosa,
yang dihasilkan dari memakan buah terlarang. Perhatikanlah,
1. Susah payah itu di sini dikatakan dibuat banyak, sangat ba-
nyak. Semua susah payah di masa kini pun seperti itu,
banyak bencana yang dapat menimpa kehidupan manusia,
dalam berbagai jenis, dan sering terulang, seperti awan
kembali sesudah hujan, dan tidak heran jika susah payah kita
menjadi banyak saat dosa kita pun banyak. Keduanya yaitu
keburukan yang tidak terhitung. Susah payah sebab melahir-
kan anak itu banyak, sebab bukan hanya mencakup kesakit-
an pada waktu melahirkan, namun juga gangguan kesehatan
sebelumnya (susah payah sebab kehamilan), dan kerepotan
serta kekesalan sebab menyusui sesudah itu. sesudah itu, jika
anak-anak ternyata nakal dan bodoh, mereka menjadi beban
berat bagi ibu yang melahirkan mereka, lebih dari sebelumnya.
Demikianlah susah payah menjadi banyak. saat satu kese-
dihan berlalu, kesedihan lain menggantikannya di dunia ini.
2. Tuhan lah yang memperbanyak susah payah kita: akan Kubuat.
Tuhan melakukannya sebagai Hakim yang benar, dan ini harus
membuat kita diam dalam susah payah kita. Sebanyak apa
pun susah payah kita, kita pantas menerima semua itu, dan
lebih lagi. Bahkan Tuhan , sebagai Bapa yang lembut, melaku-
kannya sebab perlu memperbaiki kita, supaya kita diren-
dahkan sebab dosa, dan oleh susah payah kita dilepaskan
dari ketergantungan kita pada dunia. Dan kebaikan yang kita
dapatkan melalui susah payah kita, dengan penghiburan yang
kita dapatkan saat mengalaminya, akan mengimbangi susah
100
payah kita dengan berlimpah-limpah, betapapun besarnya
susah payah itu diperbanyak.
II. Di sini si perempuan itu ditempatkan dalam keadaan dikuasai.
Seluruh kaum perempuan, yang pada waktu penciptaan setara
dengan laki-laki, kini, sebab dosa, dibuat lebih rendah, dan
dilarang memerintah (1Tim. 2:11-12). Dengan ini istri secara
khusus ditempatkan di bawah kekuasaan suaminya, dan tidak
sui juris mengikuti kehendaknya sendiri. Lihatlah contohnya
dalam hukum itu (Bil. 30:6-8), di mana suami diberi wewenang
untuk membatalkan nazar yang dibuat istrinya jika dia meng-
inginkannya. Hukuman ini sama saja dengan perintah: Istri-istri,
tunduklah kepada suamimu, namun masuknya dosa telah membuat
tugas itu menjadi hukuman, sedangkan tanpa dosa itu bukanlah
suatu hukuman. Jika laki-laki tidak pernah berbuat dosa, dia
akan selalu memerintah dengan kebijaksanaan dan kasih, dan
jika perempuan tidak pernah berbuat dosa, dia akan selalu menu-
rut dengan kerendahan hati dan kelemahlembutan. Maka kekua-
saan tidak akan menimbulkan kesedihan. Namun dosa dan kebo-
dohan kita sendiri yang membuat kuk kita berat. Jika saja Hawa
tidak memakan buah terlarang, dan tidak membujuk suaminya
untuk memakannya, dia tidak akan pernah mengeluh tentang
dirinya dikuasai. Oleh sebab itu, keadaan tersebut seharusnya
tidak pernah dikeluhkan, walaupun sulit, melainkan dosalah yang
harus dikeluhkan, sebab dosalah yang menyebabkannya. Istri-
istri yang bukan saja merendahkan dan membangkang terhadap
suami mereka, namun juga berkuasa atas mereka, tidak memper-
timbangkan bahwa mereka bukan hanya melanggar hukum ilahi,
namun juga melawan hukuman ilahi.
III. Perhatikanlah di sini bagaimana belas kasihan bercampur dengan
kemurkaan dalam hukuman ini. Perempuan akan mengalami
susah payah, namun itu akan dialami pada waktu melahirkan
anak, dan susah payah itu akan dilupakan sebab kegembiraan
bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia (Yoh. 16:21).
Dia akan dikuasai, namun oleh suaminya sendiri yang mencintai
dia, bukan oleh orang asing, atau seorang musuh. Hukuman ter-
sebut bukanlah kutukan, untuk membawa dia kepada kehancur-
an, melainkan penyucian, untuk membawa dia kepada pertobat-
Kitab Kejadian 3:17-19
101
an. Suatu hal yang baik bahwa permusuhan tidak diadakan an-
tara laki-laki dan perempuan seperti yang terjadi antara si ular
dan perempuan itu.
Hukuman yang Diberikan kepada Adam;
Akibat Kejatuhan
(3:17-19)
17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: sebab engkau mendengarkan per-
kataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan
kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah sebab
engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah
seumur hidupmu: 18 semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya
bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; 19
dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali
lagi menjadi tanah, sebab dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu
dan engkau akan kembali menjadi debu.
Di sini kita mendapati hukuman yang diberikan kepada Adam, yang
didahului dengan penjabaran kejahatannya: sebab engkau men-
dengarkan perkataan isterimu (ay. 17). Dia melepaskan diri dari kesa-
lahan dengan cara melemparkannya kepada istrinya: Dialah yang
memberi nya kepadaku. Namun Tuhan tidak menerima alasan itu.
Perempuan itu hanya dapat mencobai dia, namun tidak dapat
memaksa dia. Walaupun perempuan itu bersalah sebab membujuk
dia untuk makan, namun dia bersalah sebab mendengarkannya.
Demikianlah pembelaan ceroboh manusia bukan hanya akan ditolak
pada hari penghakiman Tuhan , namun juga berbalik melawan mereka,
dan menjadi dasar hukuman bagi mereka. Aku akan menghakimi
engkau menurut perkataanmu sendiri. Perhatikanlah,
I. Tuhan memberi tanda-tanda ketidaksenangannya pada Adam
dalam tiga hal:
1. Tempat tinggalnya dikutuk melalui hukuman ini: Terkutuklah
tanah sebab engkau, dan akibat dari kutuk itu yaitu : Semak
duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu. Di sini
tersirat bahwa tempat tinggalnya akan beralih. Dia tidak akan
lagi tinggal di taman firdaus yang istimewa dan penuh berkat,
melainkan akan berpindah ke tanah yang biasa dan terkutuk.
Yang dimaksudkan dengan tanah, atau bumi, di sini yaitu
seluruh ciptaan yang kasat mata, yang oleh dosa manusia,
102
ditaklukkan kepada kesia-siaan. Beberapa bagiannya tidak
terlalu dapat digunakan untuk kenyamanan dan kebahagiaan
manusia, walaupun dirancang untuk itu saat diciptakan,
dan akan seperti itu jika manusia tidak berdosa. Tuhan mem-
berikan bumi kepada anak-anak manusia, merancangnya un-
tuk menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi mereka. namun
dosa telah mengubah sifatnya. Sekarang tanah dikutuk sebab
dosa manusia, artinya itu merupakan tempat tinggal yang
tidak terhormat, memperlihatkan bahwa manusia itu rendah,
bahwa dasarnya di dalam debu. Tanah itu tempat tinggal yang
kering dan tandus, hasil alaminya sekarang yaitu rumput
liar dan tanaman berduri, sesuatu yang memuakkan atau
berbahaya. Apa pun hasil baik yang dikeluarkannya harus
diperas darinya dengan kepandaian dan kerajinan manusia.
Dulu kesuburan yaitu berkatnya, untuk melayani manusia
(1:11, 29), dan sekarang ketandusan yaitu kutuknya, untuk
menghukum manusia. Sekarang tidak lagi seperti dulu pada
hari tanah diciptakan. Dosa mengubah tanah yang subur
menjadi tandus, dan manusia, sesudah menjadi seperti anak
keledai liar, mendapatkan tanah liar, tanah dataran sebagai
tempat kediamannya, dan padang masin sebagai tempat ting-
galnya (Ayb. 39:9; Mzm. 68:7). Kalau kutuk ini tidak dicabut
sebagian, setahu saya, bumi akan selamanya tandus, dan
tidak pernah menghasilkan apa pun kecuali semak duri dan
rumput duri. Tanah menjadi terkutuk, artinya ditetapkan akan
mengalami kehancuran di akhir zaman, saat bumi dan
segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap sebab dosa
manusia, saat tindakan terhadap pelaku kejahatan akan
menjadi lengkap saat itu (2Ptr. 3:7, 10). Namun perhatikanlah
campuran belas kasihan dalam hukuman ini.
(1) Adam sendiri tidak dikutuk seperti si ular (ay. 14), melain-
kan hanya tanah yang dikutuk sebab dia. Tuhan memiliki
berkat-berkat di dalam dia, bahkan tunas yang kudus: Ja-
nganlah musnahkan itu, sebab di dalamnya masih ada
berkat! (Yes. 65:8). Dan Dia memiliki berkat-berkat yang
tersimpan untuk dia. Oleh sebab itu dia tidak secara lang-
sung dan saat itu juga dikutuk, namun melalui pihak lain.
(2) Dia masih di atas tanah. Bumi tidak terbuka dan menelan
dia, hanya tidak seperti sebelumnya: selama dia terus hi-
Kitab Kejadian 3:17-19
103
dup, walaupun mengalami penurunan dari kemurnian dan
kebenarannya di masa lalu, bumi juga terus menjadi tem-
pat tinggalnya, walaupun mengalami penurunan dari kein-
dahan dan kesuburannya di masa lalu.
(3) Kutuk atas tanah ini, yang mengakhiri semua harapan ada-
nya kebahagiaan di dalam hal-hal yang ada di bumi, dapat
mengarahkan dan merangsang dia supaya hanya mencari
kebahagiaan dan kepuasan di dalam hal-hal yang ada di
sorga.
2. Semua pekerjaan dan kesenangannya akan terasa pahit bagi dia.
(1) Mulai saat itu semua usahanya akan menjadi kerja keras
baginya, dan dia akan terus melakukannya dengan ber-
peluh (ay. 19). Sebelum dia berbuat dosa, usahanya selalu
menyenangkan baginya, waktu itu taman dihiasi tanpa
kerja keras apa pun yang menyulitkan, dan dipelihara tan-
pa kekhawatiran apa pun yang menggelisahkan. namun se-
karang pekerjaannya akan melelahkan dan merusak tu-
buhnya, kekhawatirannya akan menjadi siksaan dan akan
menyusahkan pikirannya. Kutuk atas tanah, yang men-
jadikannya tandus dan menghasilkan semak duri dan rum-
put duri, membuat pekerjaannya yang berkaitan dengan
tanah jauh lebih sulit dan melelahkan. Jika Adam tidak ber-
buat dosa, dia tidak akan berpeluh. Perhatikanlah di sini,
[1] Bekerja yaitu tugas kita, yang harus kita lakukan
dengan setia. Kita wajib bekerja, bukan hanya sebagai
makhluk saja, namun juga sebagai para penjahat. Ini
yaitu bagian dari hukuman kita, yang sangat men-
dapat perlawanan dari kemalasan.
[2] Kesulitan dan kelelahan yang menyertai pekerjaan ada-
lah hukuman yang adil bagi kita, yang harus kita terima
dengan sabar, dan tanpa mengeluh, sebab hukuman
ini tidak sebanyak yang patut kita dapatkan sebab ke-
jahatan kita. Janganlah kita, dengan kekhawatiran dan
pekerjaan yang sangat banyak, membuat hukuman kita
lebih berat dari yang dibuat Tuhan . Lebih baik kita bela-
jar meringankan beban kita, dan menghapus peluh kita,
dengan memandang kepada Pemelihara dalam segala
hal dan menantikan istirahat yang segera tiba.
104
(2) Sejak saat itu makanannya akan menjadi tidak memuas-
kan bagi dia, jika dibandingkan dengan apa yang dia dapat-
kan sebelumnya.
[1] Bahan makanannya berubah. Sekarang dia harus me-
makan tumbuh-tumbuhan dari padang, dan tidak boleh
lagi berpesta dengan makanan-makanan lezat dari ta-
man firdaus. sebab dengan dosa dia membuat dirinya
seperti binatang yang dibinasakan, dia pantas menjadi
sesama jelata dengan mereka, dan makan rumput se-
perti lembu, sampai dia mengakui, bahwa Sorgalah yang
mempunyai kekuasaan.
[2] Ada perubahan dalam cara dia memakannya: Dengan
bersusah payah (ay. 17), dan dengan berpeluh (ay. 19).
Adam hanya dapat makan dengan bersusah payah
setiap hari dalam hidupnya, mengingat buah terlarang
yang telah dia makan, serta rasa bersalah dan malu
yang dia derita sebab nya. Perhatikanlah, pertama, bah-
wa hidup manusia menjadi terbuka terhadap ancaman
banyak kesengsaraan dan malapetaka, yang sangat
memahitkan sisa-sisa kesenangan dan kegembiraannya
yang malang. Beberapa orang tidak pernah makan de-
ngan nikmat (Ayb. 21:25, KJV), sebab sakit atau kese-
dihan. Semua orang, bahkan orang-orang yang paling
baik, mempunyai alasan untuk makan dengan susah
payah sebab dosa, dan semua orang, bahkan orang-
orang yang paling bahagia di dunia ini, memiliki bebe-
rapa hal yang mengurangi kebahagiaan mereka: sejum-
lah penyakit, malapetaka, dan kematian dalam berbagai
bentuk masuk ke dalam dunia bersama dosa, dan
masih merusak dunia. Kedua, bahwa keadilan Tuhan
harus diakui dalam segala akibat dosa yang menyedih-
kan. Mengapa orang hidup mengeluh? Namun terdapat
pula campuran belas kasihan di dalam bagian hukum-
an ini. Dia akan berpeluh, namun kerja kerasnya akan
membuat istirahatnya lebih diterima dengan senang
hati saat dia kembali kepada buminya, seperti kalau
dia kembali ke tempat tidurnya. Dia akan bersedih hati,
namun tidak akan kelaparan. Dia akan bersusah pa-
yah, namun dengan susah payahnya itu dia akan me-
Kitab Kejadian 3:17-19
105
makan makanannya, yang akan menguatkan hatinya
dalam susah payahnya. Dia tidak dihukum memakan
debu seperti si ular, melainkan hanya memakan tum-
buh-tumbuhan dari padang.
3. Hidupnya juga singkat saja. Jika kita pertimbangkan betapa
hari-harinya penuh dengan kesulitan, ini hal yang mengun-
tungkan baginya, bahwa hari-harinya sedikit. Sekalipun kema-
tian itu mengerikan secara alami (ya, sekalipun hidup tidak
menyenangkan), itulah yang mengakhiri hukuman. Engkau
akan kembali lagi menjadi tanah, sebab dari situlah engkau
diambil. Tubuhmu, bagian dirimu yang diambil dari tanah,
akan kembali menjadi tanah lagi, sebab engkau debu. Ini
menunjuk kepada sumber utama tubuhnya. Tubuhnya terbuat
dari debu, bahkan dibuat debu, dan masih seperti itu, sehing-
ga yang diperlukan hanyalah menarik kembali pemberian ke-
kekalan, dan mengambil kekuatan yang dikeluarkan untuk
menopangnya, maka dia pun tentunya akan kembali menjadi
debu. Atau, ini menunjuk kepada kerusakan dan kemerosotan
akal budinya sekarang. Engkau debu, artinya, Jiwamu yang
berharga sekarang hilang dan terkubur dalam tubuh debu dan
daging lumpur. Jiwamu itu diciptakan rohani dan sorgawi,
namun telah menjadi penuh nafsu kedagingan dan duniawi.
sebab itu hukumannya ditafsirkan: Engkau akan kembali
menjadi debu. Tubuhmu akan ditinggalkan oleh jiwamu, dan
menjadi gumpalan debu, dan kemudian akan diletakkan di liang
kubur, tempat yang pantas untuknya, dan berbaur dengan
debu tanah, debu kita (Mzm. 104:29, KJV). Dari tanah kembali
ke tanah, dari debu kembali ke debu. Perhatikanlah di sini,
(1) Bahwa manusia yaitu makhluk yang hina dan lemah,
kecil seperti debu, sebutir debu pada neraca. Ringan seperti
debu, seluruhnya lebih ringan dibandingkan angin. Lemah
seperti debu, dan tidak kokoh. Kekuatan kita bukanlah ke-
kuatan batu. Dia yang menciptakan kita mempertimbang-
kannya, dan ingat, bahwa kita ini debu (Mzm. 103:14).
Manusia memang debu dataran yang pertama (Ams. 8:26),
namun dia tetaplah debu.
(2) Bahwa manusia yaitu makhluk yang akan mati, yang
segera menuju ke liang kubur. Debu bisa saja terangkat
106
untuk sementara waktu menjadi sebentuk awan kecil, dan
tampak besar selama ditopang oleh angin yang mengang-
katnya. Namun, saat kekuatan angin itu berlalu, debu itu
jatuh lagi, dan kembali ke tanah dari mana dia diangkat.
Demikian juga halnya dengan manusia. Orang besar ha-
nyalah sekumpulan besar debu, dan harus kembali ke
tanahnya.
(3) Bahwa dosa membawa kematian masuk ke dalam dunia.
Kalau saja Adam tidak berbuat dosa, dia tidak akan pernah
mati (Rm. 5:12). Tuhan mempercayakan sepercik kehidupan
kekal kepada Adam, yang dengan kesabaran terus-menerus
dalam berbuat baik, dapat saja menjadi kobaran yang
abadi, namun dengan bodohnya dia meniup percikan itu
sampai mati dengan dosa yang disengaja. Dan sekarang
kematian yaitu upah dosa, dan dosa yaitu sengat maut.
II. Kita tidak boleh meninggalkan pembahasan tentang hukuman
atas nenek moyang pertama kita ini, yang sangat berkaitan erat
dengan kita semua, dan kita semua rasakan, sampai hari ini,
tanpa mempertimbangkan dua hal:
1. Bagaimana akibat dosa yang menyedihkan terhadap jiwa
Adam dan rasnya yang berdosa secara tepat dilambangkan
dan ditetapkan dengan hukuman ini, dan mungkin hal ini
disengaja, lebih dari yang kita sadari. Walaupun kesengsaraan
yang disebutkan hanya yang berdampak pada tubuh, namun
itu yaitu pola kesengsaraan rohani, kutuk yang masuk ke
dalam jiwa.
(1) Kesakitan seorang perempuan saat melahirkan melam-
bangkan kengerian dan kepedihan sebab hati nurani yang
bersalah. Dengan cara ini hati nurani dibuat sadar akan
dosa. Dari gambaran tentang hawa nafsu, susah payah ini
sangat diperbanyak, dan cepat atau lambat akan menimpa
orang berdosa, seperti kesakitan yang menimpa perempuan
yang melahirkan, tanpa dapat dihindari.
(2) Keadaan dikuasai yang dialami perempuan melambangkan
hilangnya kemerdekaan rohani dan kebebasan kehendak
sebagai akibat dosa. Kekuasaan dosa di dalam jiwa disama-
kan dengan kekuasaan suami (Rm. 7:1-5). Keinginan orang
Kitab Kejadian 3:17-19
107
berdosa selalu mengarah kepada dosa, sebab dia sangat
menyukai perbudakannya, dan dosa itu berkuasa atas dia.
(3) Kutuk ketandusan yang ditimpakan kepada tanah, sehing-
ga tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput duri,
yaitu lambang yang cocok untuk ketandusan jiwa yang
bejat dan berdosa dalam hal yang baik, dan kesuburannya
dalam hal yang jahat. Jiwa penuh ditumbuhi dengan duri
seluruhnya, dan jelatang menutupi permukaannya, sehing-
ga sudah dekat pada kutuk (Ibr. 6:8).
(4) Kerja keras dan peluh memperlihatkan kesulitan yang, mela-
lui kelemahan daging, dialami manusia dalam bekerja, dalam
melayani Tuhan dan pekerjaan ibadah, sehingga sekarang
menjadi begitu berat untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan
Sorga. Terpujilah Tuhan , bahwa hal itu tidak mustahil.
(5) Menjadi pahitnya makanan bagi dia memperlihatkan kebu-
tuhan jiwanya akan penghiburan dari anugerah Tuhan ,
yaitu hidup, dan roti hidup.
(6) Jiwa, seperti tubuh, kembali menjadi debu dunia ini. Kecen-
derungannya mengarah ke sana, dan memiliki noda berbau
tanah (Yoh. 3:31).
2. Bagaimana penebusan yang dibuat Tuhan Yesus melalui ke-
matian dan penderitaannya menjawab hukuman yang diberi-
kan kepada nenek moyang pertama kita di sini dengan cara
yang mengagumkan.
(1) Apakah kesakitan pada waktu melahirkan masuk bersama
dosa? Kita membaca tentang kesusahan jiwa Kristus (Yes.
53:11), dan sengsara maut yang menahan-Nya disebut
odinai (Kis. 2:24), kesakitan seperti perempuan yang hen-
dak melahirkan.
(2) Apakah keadaan menjadi tunduk masuk bersama dosa?
Kristus takluk kepada hukum Taurat (Gal. 4:4).
(3) Apakah kutuk masuk bersama dosa? Kristus menjadi ku-
tuk sebab kita, mati melalui kematian yang terkutuk (Gal.
3:13).
(4) Apakah duri masuk bersama dosa? Dia dimahkotai dengan
duri sebab kita.
(5) Apakah peluh masuk bersama dosa? sebab kita Dia ber-
peluh seperti titik-titik darah yang bertetesan.
108
(6) Apakah kesengsaraan masuk bersama dosa? Dia yaitu
seorang yang penuh kesengsaraan, dalam pergumulan-Nya
jiwa-Nya sangat sedih.
(7) Apakah kematian masuk bersama dosa? Dia taat sampai mati.
Demikianlah pembalutnya selebar lukanya. Terpujilah Tuhan
sebab Yesus Kristus!
Pemberian Nama Hawa
(3:20)
20 Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang
menjadi ibu semua yang hidup.
sesudah Tuhan menamai manusia itu, dan memanggil dia Adam, yang
artinya tanah liat, maka sebagai tanda kekuasaan selanjutnya, Adam
menamai perempuan itu, dan memanggilnya Hawa, yang artinya
hidup. Adam memikul nama tubuh yang akan mati, sedangkan Hawa
membawa nama jiwa yang hidup. Alasan nama Hawa itu diberikan di
sini (beberapa orang beranggapan nama itu diberikan oleh Musa si
ahli sejarah, sedangkan lainnya beranggapan diberikan oleh Adam
sendiri): Sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup. Sebelum-
nya Adam memanggilnya Ishah perempuan, sebagai seorang istri,
sekarang dia memanggilnya Evah hidup, sebagai seorang ibu. Nah,
1. Jika ini dilakukan menurut perintah ilahi, maka merupakan tan-
da kemurahan hati Tuhan , dan seperti pemberian nama baru bagi
Abraham dan Sara, merupakan meterai kovenan, dan jaminan
bagi mereka bahwa, walaupun mereka berbuat dosa dan Dia tidak
berkenan kepada mereka sebab nya, Dia tidak membalik berkat
yang Dia pakai untuk memberkati mereka: Berkembangbiaklah dan
bertambah banyaklah. Ini juga merupakan penegasan untuk janji
yang diberikan saat itu, bahwa keturunan perempuan, yaitu
perempuan itu, akan meremukkan kepala si ular.
2. Jika Adam melakukannya sendiri, maka merupakan tanda iman-
nya kepada firman Tuhan . Sudah pasti ini tidak dilakukan sebab
mau merendahkan atau menentang kutuk, melainkan lebih kare-
na keyakinan yang rendah hati dan ketergantungannya terhadap
berkat.
(1) Berkat berupa penundaan hukuman mati, yang menunjukkan
betapa sabarnya Tuhan , sehingga Dia mau menyelamatkan
orang-orang berdosa seperti itu untuk menjadi nenek moyang
Kitab Kejadian 3:21
109
semua yang hidup, dan tidak dengan sesaat menutup sum-
ber-sumber hidup manusia dan alam sebab pada waktu itu
alam dapat menghasilkan aliran-aliran yang tercemar dan bera-
cun.
(2) Berkat berupa Sang Penebus, keturunan yang dijanjikan, yang
ada dalam pikiran Adam saat memanggil istrinya Hawa
hidup, sebab Sang Penebus itu akan menjadi hidup bagi
semua yang hidup, dan di dalam Dia semua keluarga di bumi
akan diberkati, dengan berharap kepada kemenangan-Nya.
Pakaian Kulit Binatang untuk Manusia
(3:21)
21 Dan TUHAN Tuhan membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia
dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.
Di sini kita mendapati tanda pemeliharaan Tuhan lebih lanjut yang
berkaitan dengan nenek moyang pertama kita, walaupun mereka ber-
dosa. Walaupun Tuhan menghajar anak-anak-Nya sebab mereka tidak
patuh, dan menunjukkan tanda-tanda ketidaksenangan-Nya, namun
Dia tidak mencabut hak waris mereka, melainkan, seperti seorang
bapa yang lembut, menyediakan tumbuh-tumbuhan di padang untuk
menjadi makanan mereka dan kulit binatang untuk menjadi pakaian
mereka. Demikianlah sang Bapa memelihara si anak pemboros yang
kembali (Luk. 15:22-23). Jika Tuhan hendak membinasakan mereka,
Dia tidak akan melakukan ini kepada mereka. Perhatikanlah,
1. Bahwa pakaian datang dengan dosa. Kita tidak akan membutuh-
kan pakaian, baik untuk perlindungan maupun kesopanan, jika
dosa tidak menelanjangi kita dan membuat kita malu. Oleh kare-
na itu hanya sedikit alasan yang kita miliki untuk merasa bangga
terhadap pakaian kita, yang hanyalah merupakan lencana kemis-
kinan dan keburukan kita.
2. Bahwa saat Tuhan membuat pakaian untuk nenek moyang kita,
Dia membuat pakaian itu hangat dan kuat, namun kasar dan
sangat sederhana. Bukan jubah kirmizi, melainkan penutup dari
kulit binatang. Pakaian mereka tidak terbuat dari sutra dan satin,
melainkan kulit binatang saja. Tidak dihiasi, tidak disulam, tidak
ada perhiasan yang di kemudian hari dibuat dan dibanggakan
oleh putri-putri Sion. Marilah orang miskin yang berpakaian bu-
ruk belajar untuk tidak mengeluh sebab nya. Sebaiknya mereka
110
puas dengan memiliki makanan dan sehelai penutup tubuh,
sebab keadaan mereka sama baiknya dengan Adam dan Hawa.
Dan marilah orang kaya yang berpakaian bagus belajar untuk
tidak menjadikan pakaian indah-indah yang mereka kenakan
sebagai perhiasan mereka (1Ptr. 3:3).
3. Bahwa Tuhan harus ditinggikan dengan penuh rasa syukur, bukan
hanya sebab memberi kita makanan, melainkan juga sebab mem-
beri kita pakaian (28:20). Kain bulu domba dan kain lenan yaitu
kepunyaan-Nya, seperti halnya gandum dan anggur (Hos. 2:8).
4. Pakaian dari kulit binatang ini memiliki arti tersirat. Binatang
yang diambil kulitnya itu harus disembelih, di hadapan mereka,
untuk memperlihatkan kepada mereka apa kematian itu, dan
(seperti dalam Pkh. 3:18) supaya mereka dapat melihat bahwa
mereka sendiri yaitu binatang, fana dan akan mati. Menurut
dugaan binatang-binatang itu disembelih bukan untuk dijadikan
makanan, melainkan untuk dijadikan persembahan, untuk me-
lambangkan pengorbanan besar yang akan dipersembahkan
sekali untuk selamanya pada kesudahan akhir zaman. Jadi yang
pertama mati yaitu sebuah korban, atau gambaran Kristus,
yang sebab itu disebut sebagai Anak Domba, yang telah disem-
belih. Korban-korban ini dibagi antara Tuhan dan manusia, sebagai
tanda pendamaian kembali: daging dipersembahkan kepada Tuhan ,
sebagai korban bakaran seluruhnya, sedangkan kulit diberikan
kepada manusia untuk dijadikan pakaian, yang menandakan
bahwa, sesudah Yesus Kristus mempersembahkan diri-Nya sendiri
kepada Tuhan sebagai korban persembahan yang harum baunya,
kita harus mengenakan kebenarannya seperti mengenakan pakai-
an, supaya aib ketelanjangan kita tidak tampak. Adam dan Hawa
membuat cawat dari daun pohon ara, penutup yang terlalu ter-
batas bagi mereka untuk dipakai menyelubungi diri (Yes. 28:20).
Seperti itulah segala pembenaran diri kita sendiri. Namun Tuhan
membuatkan mereka penutup dari kulit binatang, besar, kuat,
tahan lama, dan pantas untuk mereka. Seperti inilah kebenaran
Kristus itu. Oleh sebab itu kenakanlah Tuhan Yesus Kristus.
Adam dan Hawa Diusir dari Taman Firdaus
(3:22-24)
22 Berfirmanlah TUHAN Tuhan : Sesungguhnya manusia itu telah menjadi
seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka
Kitab Kejadian 3:22-24
111
sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari
buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk
selama-lamanya. 23 Lalu TUHAN Tuhan mengusir dia dari taman Eden supaya
ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. 24 Ia menghalau manusia itu
dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub
dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk
menjaga jalan ke pohon kehidupan.
sesudah hukuman dijatuhkan ke atas para pelanggar, di sini kita men-
dapati sebagian hukuman, yang dilaksanakan terhadap mereka den