Israel, untuk
melayani maksud yang sedemikian rendah seperti ini,
sungguh menyingkapkan roh seperti apa yang ada pada
diri Saul dan bujangnya itu. Perhatikanlah, banyak orang
yang lebih senang untuk diberi tahu tentang nasib keber-
untungan mereka daripada tentang tugas mereka, bagai-
mana menjadi kaya daripada bagaimana diselamatkan.
Seandainya tugas para abdi Allah yaitu untuk memberi
petunjuk bagaimana menemukan kawanan ternak yang
hilang, maka mereka pasti akan lebih dimintai tanya untuk
tujuan itu daripada untuk memberi nasihat bagaimana me-
nemukan jiwa-jiwa yang terhilang. Sungguh tidak masuk
akal perhatian dari kebanyakan orang!
(4) Saul memikirkan hadiah apa yang harus mereka bawa ke-
pada abdi Allah itu, berapa yang harus mereka bayar un-
tuk nasihatnya (ay. 7): apakah yang kita bawa kepada
orang itu? Mereka tidak dapat memberi hadiah apa-apa,
seperti istri Yerobeam terhadap nabi Ahijah, dengan roti
dan kue kismis (1Raj. 14:3), sebab perbekalan mereka telah
habis. namun sang bujang teringat bahwa dirinya masih
mempunyai di dalam kantung bajunya seperempat syikal
perak, dan itu yang dapat dia berikan kepada abdi Allah
untuk menolong mereka (ay. 8). “Itu sudah cukup,” kata
Saul. “Mari kita pergi” (ay. 10). Beberapa penafsir berpikir
bahwa saat Saul berkata untuk memberi Samuel suatu
bayaran, ia mengukurnya menurut dirinya sendiri atau me-
nurut putra-putranya, seakan-akan Samuel harus ] dibayar
untuk melakukan suatu kebaikan bagi seorang Israel yang
jujur. Ia memperlakukan Samuel seperti nabi palsu,
yang memutuskan hukum sebab suap (Mi. 3:11). Ia datang
kepada Samuel sebagai seorang peramal nasib daripada
seorang nabi, dan sebab nya berpikir seperempat syikal
perak cukup untuk membayarnya. Akan namun , harga
ini sepertinya sesuai dengan kebiasaan yang berlaku
pada waktu itu, sebagai sesuatu yang adil, bahwa orang
yang menabur hal-hal rohani harus menuai tidak hanya
hal-hal yang kekal dari orang yang mempekerjakannya, te-
tapi juga hal-hal fana dari mereka. Samuel tidak membu-
tuhkan uang mereka, atau menolak untuk memberi mere-
ka nasihat jika mereka tidak memberikan uang. Sangat
mungkin, jika dia menerima uang maka akan diberi-
kannya kepada orang miskin. Namun mereka memberi ke-
padanya sebagai suatu tanda rasa hormat mereka dan
penghargaan kepada jabatannya. Seandainya pun mereka
memberikannya kepada Samuel, ia mungkin tidak meno-
laknya, sebab mereka mampu untuk memberi, dan,
kendati hanya sedikit, itu bagaikan pemberian wanita
janda itu. namun Saul, sebab dia tidak pernah berpikir
untuk pergi kepada abdi Allah hingga bujangnya yang
menyarankan untuk berbuat demikian, maka sepertinya
yang memicu dia menyebut tentang ketiadaan hadiah
sebagai suatu keberatan untuk pergi. Ia sendiri tidak me-
nyimpan uang di kantung bajunya, namun , saat bujang-
nya dengan murah hati menawarkan diri untuk membayar-
kannya, maka, “Baiklah kalau begitu,” kata Saul. “Mari kita
pergi.” Banyak orang menyukai suatu agama yang murah,
dan sangat menyukainya jika mereka dapat membeban-
kan biaya itu kepada orang lain.
(5) Ahli sejarah di sini memperhatikan nama yang pada saat
itu diberikan kepada para nabi: mereka menyebutnya Peli-
hat, atau penerawang (ay. 9). Walaupun sebutan nabi juga
dipakai saat itu, namun sebutan yang lebih sering dipakai
untuk menyebut nabi-nabi saat itu yaitu pelihat. Perhati-
kanlah, orang-orang yang menyebut diri nabi harus lebih
dahulu menjadi pelihat. Orang-orang yang berniat untuk
berbicara kepada orang lain tentang hal-hal rohani harus-
lah mempunyai suatu wawasan tentang hal-hal rohani ter-
sebut.
Saul Diperkenalkan kepada Samuel
(9:11-17)
11 saat mereka naik jalan pendakian ke kota itu, mereka bertemu dengan
gadis-gadis yang keluar hendak menimba air. Mereka bertanya kepada gadis-
gadis itu: “Pelihat ada di sini?” 12 Jawab gadis-gadis itu kepada mereka: “Ya,
ada, baru saja ia mendahului kamu, cepat-cepatlah sekarang. Ia datang ke
kota hari ini, sebab ada perjamuan korban untuk orang banyak di bukit
pada hari ini. 13 jika kamu masuk ke kota, kamu akan segera menjumpai-
nya, sebelum ia naik ke bukit untuk makan. Sebab orang banyak tidak akan
makan, sebelum ia datang; sebab dialah yang memberkati korban, kemu-
dian barulah para undangan makan. Pergilah sekarang, sebab kamu akan
menjumpainya dengan segera.” 14 Maka naiklah mereka ke kota, dan saat
mereka masuk kota, Samuel yang berjalan keluar untuk naik ke bukit, ber-
papasan dengan mereka. 15 namun TUHAN telah menyatakan kepada Samuel,
sehari sebelum kedatangan Saul, demikian: 16 “Besok kira-kira waktu ini Aku
akan menyuruh kepadamu seorang laki-laki dari tanah Benyamin; engkau
akan mengurapi dia menjadi raja atas umat-Ku Israel dan ia akan menye-
lamatkan umat-Ku dari tangan orang Filistin. Sebab Aku telah memperhati-
kan sengsara umat-Ku itu, sebab teriakannya telah sampai kepada-Ku.”
17 saat Samuel melihat Saul, maka berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Inilah
orang yang Kusebutkan kepadamu itu; orang ini akan memegang tampuk
pemerintahan atas umat-Ku.”
Dalam perikop di atas kita mendapati,
I. Saul, hanya dengan bertanya-tanya biasa saja, diberi petunjuk
menemukan Samuel (ay. 11-14). Gibea tempat tinggal Saul ber-
jarak kurang dari 32 km dari Rama tempat Samuel tinggal, dan
dekat dengan Mizpa tempat Samuel sering mengadakan peradilan
di Israel. Namun demikian, tampaknya Saul selama itu hidup
sangat menyendiri, dan tidak banyak tahu mengenai pelbagai
urusan masyarakat, sehingga dia tidak pernah melihat Samuel,
sebab saat berjumpa dengannya (ay. 18), dia tidak mengenal
Samuel. Hal ini juga menunjukkan, bahwa tidak ada alasan bagi
kita untuk mencurigai ada kesepakatan rahasia di antara mereka
berdua dalam hal pengangkatan Saul menjadi raja. Aku sendiri
pun ... tidak mengenal Dia, kata Yohanes Pembaptis mengenai
Kristus (Yoh. 1:31). Walaupun begitu, saya kira Saul tidak bisa
dipuji juga sebab tidak mengenai Samuel. Meskipun demikian,
1. Para gadis di Rama, yang mereka jumpai di tempat menimba
air, dapat memberinya dan bujangnya keterangan mengenai
Samuel. Para gadis itu memberi petunjuk yang sangat rinci
(ay. 12-13). Kita harus siap untuk memberikan bantuan seda-
pat mungkin kepada orang-orang yang sedang mencari tahu
tentang nabi-nabi Allah, dan memberi tuntunan lebih lanjut
dalam pencarian mereka. Bahkan para gadis itu dapat mem-
beri tahu mereka,
(1) Bahwa ada acara persembahan korban pada hari itu di
bukit, entah sebuah hari perayaan biasa atau hari doa dan
syukur yang khusus, yang disertai dengan korban-korban
persembahan. saat itu Kemah Suci sedang kehilangan
tabut perjanjian, mezbah di sana tidak lagi memiliki nama
baik seperti dahulu, dan orang juga tidak rindu hadir di
sana dahulu saat Allah memilih suatu tempat bagi nama-
Nya. sebab itu kini di tempat lain pun juga bisa diadakan
upacara seperti ini. Samuel telah membangun sebuah
mezbah di Rama (7:17), dan di sini kita mendapatinya
menggunakan mezbah ini .
(2) Bahwa Samuel datang ke kota itu pada hari itu, entah dari
perjalanan kelilingnya atau dari rumahnya di luar kota. Ia
yaitu seorang tokoh masyarakat sehingga apa yang di-
lakukannya diketahui oleh umum.
(3) Bahwa hari itu waktu bagi orang untuk berkumpul meng-
adakan perjamuan korban di hadapan TUHAN: “Segera
pada hari ini engkau akan mendapati dia di dalam per-
jalanan naik ke bukit.” Gadis-gadis itu tahu kapan waktu
perjamuan khidmat itu.
(4) Bahwa orang-orang tidak akan makan sebelum Samuel
datang, sebab dia orang yang paling penting, dan yang
harus mereka tunggu dengan layak. Ia juga, sebagaimana
dipikirkan beberapa penafsir, yaitu tuan yang mengada-
kan perjamuan ini, sebab ia yang bertugas mempersem-
bahkan korban. Selain itu, ia yaitu seorang abdi Allah,
sehingga siapa pun yang mengadakan perjamuan, ia yang
harus memberkati korban itu, yaitu, bagian-bagian dari
korban yang akan mereka makan. Hal ini berarti,
[1] Makanan itu yaitu santapan bersama, sehingga men-
jadi tugas besar baginya untuk mengucap berkat atas
makanan itu sebelum semua orang mengambil bagian
di dalamnya. Kita tidak dapat mengharapkan manfaat
dari makanan kita tanpa berkat ini , dan kita tidak
mempunyai alasan untuk mengharapkan berkat terse-
but jika kita tidak berdoa terlebih dahulu untuknya.
Jadi, kita harus memberi kemuliaan kepada Allah seba-
gai Sang Pemberi, dan menyatakan kebergantungan kita
kepada-Nya dan kewajiban kita kepada-Nya. Atau,
[2] Perjamuan itu yaitu suatu pertemuan ibadah ber-
sama. Pada waktu korban dipersembahkan, yang meru-
pakan sebuah ritual atau upacara, Samuel memberkati-
nya, yaitu dia mendoakannya dan mempersembahkan
korban rohani bersamanya, yang merupakan inti dasar-
nya. Dan sesudah itu, sesudah saat semua kewajiban
suci sudah dilaksanakan, barulah mereka makan ber-
sama. Kiranya jiwa dilayani lebih dahulu. Perjamuan
atas korban sebagai sebuah ritual yang suci, haruslah
diberkati dengan cara yang khusus, sama seperti eka-
risti Kristen. Mereka makan sebagai tanda perdamaian
mereka dengan Allah melalui korban dan keikutsertaan
mereka di dalam semua berkatnya. Dan Samuel mem-
berkati perjamuan itu, yaitu, dia berdoa kepada Allah
untuk menganugerahkan kedamaian melalui kehadir-
an-Nya yang khusus, sehingga hal itu dapat menjawab
tujuan agungnya. Uskup Hall memperhatikan betapa
rincinya para gadis menjelaskan kebiasaan yang dilaku-
kan pada perayaan-perayaan perjamuan suci ini ,
dan menyimpulkan bahwa, “Di mana ada kebiasaan
beribadah dan teladan kesalehan yang baik, maka dam-
paknya pun akan terasa pada diri orang-orang yang
paling rendah kedudukannya sekalipun. Tidaklah kecil
keuntungannya jika kita tinggal di tempat-tempat yang
penuh kesalehan. Dan jika kita tidak merasakan ke-
baikannya, maka itu salah kita sendiri.”
2. Saul dan bujangnya mengikut semua petunjuk yang diberikan
kepada gadis-gadis itu, dan sangat beruntung dapat berjumpa
dengan Samuel yang sedang naik ke bukit, tempat ibadah di
kota itu (ay. 14). Hal ini kelihatannya murni suatu kebetulan,
namun penyelenggaraan ilahi telah mengaturnya seperti itu
untuk mendahului sebuah peristiwa luar biasa. Allah yang
mahabijak mengerjakan tujuan-tujuan yang sangat agung dan
pasti melalui kejadian-kejadian kecil yang biasa. Seekor bu-
rung pipit tidak jatuh ke tanah tanpa kehendak Bapa kita di
sorga.
II. Samuel, melalui pernyataan yang luar biasa dari Allah, diberi tahu
mengenai Saul. Ia yaitu seorang pelihat, dan sebab nya harus
melihat hal ini dengan cara yang khusus bagi dirinya sendiri.
1. Allah telah memberi tahu dia, sehari sebelumnya, bahwa Ia,
pada waktu ini, akan mengutus kepadanya seseorang yang
akan melayani umat Israel sebagai seorang raja seperti yang
mereka harapkan, sama seperti segala bangsa-bangsa lain (ay.
15-16). Ia telah menyatakan kepada Samuel (KJV: berbisik ke
telinganya) yaitu, secara pribadi, melalui suatu bisikan rahasia
ke dalam pikirannya, atau mungkin melalui suatu suara yang
sangat lembut, suatu bunyi yang lemah lembut dibawa ke
dalam telinganya, mungkin saat dia sedang berdoa secara
pribadi meminta petunjuk untuk macam-macam urusan dari
bangsa Israel. Sebelumnya ia menyampaikan (perkara) kepada
TUHAN (8:21, KJV: membisikkannya ke telinga TUHAN), dan
sekarang giliran Allah berbisik ke telinganya, sebagai tanda
persahabatan dan keakraban, sebab Sungguh, Tuhan ALLAH
... menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya,
para nabi, yaitu rahasia-rahasia ke telinga mereka (Am. 3:7).
Allah memberi tahu dia sebelumnya, supaya hal itu tidak
menjadi suatu kejutan baginya. Dan mungkin sebab menanti-
kan hal inilah maka dia mengadakan perjamuan dan persem-
bahan korban, untuk memohonkan berkat Allah atas perkara
yang besar dan penting ini, kendati dia mungkin menyimpan
peristiwa khusus bagi dirinya sendiri, sesudah Allah membisik-
kannya kepadanya. Ungkapan dalam bahasa Ibraninya yaitu ,
Ia membuka telinga Samuel, yang menurut beberapa tafsiran
menunjuk pada cara Allah menyatakan diri-Nya kepada kita. Ia
tidak hanya berbicara, namun juga membuka telinga kita. Secara
alamiah ada yang menutup telinga kita, sehingga kita tidak
dapat menangkap apa yang Allah katakan (Ay. 33:14), namun ,
saat Allah hendak menyatakan diri-Nya kepada seseorang, Ia
membuka telinganya, berkata, “Efata!”, artinya: Terbukalah!. Ia
mengangkat selubung yang menutupi hatinya (2Kor. 3:16). Ken-
dati Allah, dalam kegeraman-Nya, mengabulkan permohonan
orang Israel akan seorang raja, namun di sini Ia berbicara
dengan lembut tentang Israel. Sebab kendati di dalam murka Ia
mengingat kasih sayang.
(1) Ia memanggil mereka berulang kali sebagai umat-Nya. Ken-
dati sebagai umat yang mengesalkan dan selalu membuat
marah, mereka tetap umat-Ku.
(2) Ia mengutus kepada mereka seseorang untuk menjadi pe-
mimpin mereka, supaya mereka tidak menjadi tubuh tanpa
kepala, dan untuk menyelamatkan umat-Ku dari tangan
orang Filistin, dan ini mungkin yang menjadi tujuan utama-
nya.
(3) Allah melakukannya dengan perasaan hormat dan penuh
kemurahan hati kepada mereka dan sebab tangisan mere-
ka: Sebab Aku telah memperhatikan sengsara umat-Ku itu,
sebab teriakannya telah sampai kepada-Ku. Ia memberi-
kan kepada mereka apa yang mereka teriakan, seperti se-
orang ibu yang penyayang menghibur anak kecilnya, su-
paya jangan sampai hancur hatinya. Dan (sebagaimana
pengamatan dari Uskup Patrick), kendati Ia tidak mau
mendengarkan teriakan mereka untuk melepaskan mereka
dari penindasan raja-raja mereka (8:18), namun Ia begitu
welas asih untuk menjadikan raja-raja sebagai sarana pem-
bebasan mereka dari penindasan bangsa-bangsa di sekitar-
nya, yang terutama mereka harapkan.
2. saat Saul berpapasan dengannya di jalan, Allah sekali lagi
berbisik kepada Samuel di telinganya (ay. 17): Inilah orang
yang Kusebutkan kepadamu itu! sebab perawakan Saul yang
tidak biasa, mata Samuel langsung tertuju kepadanya dari ke-
jauhan, dan mungkin ia memandang dengan rasa penasaran
sebab sekarang waktunya Allah mengutus kepadanya sese-
orang yang harus menjadi raja Israel. Ia mulai membayangkan
mungkin ini orangnya. Namun, agar dia merasa yakin sepe-
nuhnya, Allah memberi tahu dengan jelas, Orang ini yang akan
memegang tampuk pemerintahan (sebab pemimpin yaitu
pewaris tampuk kerajaan) atas umat-Ku.
Saul Dijamu oleh Samuel
(9:18-27)
18 Dalam pada itu Saul, datang mendekati Samuel di tengah pintu gerbang
dan berkata: “Maaf, di mana rumah pelihat itu?” 19 Jawab Samuel kepada
Saul, katanya: “Akulah pelihat itu. Naiklah mendahului aku ke bukit. Hari ini
kamu makan bersama-sama dengan daku; besok pagi aku membiarkan
engkau pergi dan aku akan memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang
ada dalam hatimu. 20 Adapun keledai-keledaimu, yang telah hilang tiga hari
lamanya sampai sekarang, janganlah engkau kuatir, sebab telah diketemu-
kan. namun siapakah yang memiliki segala yang diingini orang Israel? Bukan-
kah itu ada padamu dan pada seluruh kaum keluargamu?” 21 namun jawab
Saul: “Bukankah aku seorang suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel?
Dan bukankah kaumku yang paling hina dari segala kaum suku Benyamin?
Mengapa bapa berkata demikian kepadaku?” 22 Sesudah itu Samuel meng-
ajak Saul dan bujangnya, dibawanya ke pendopo dan diberikannya kepada
mereka tempat utama di depan para undangan, yang banyaknya kira-kira
tiga puluh orang. 23 Berkatalah Samuel kepada juru masak: “Berikanlah
sekarang bagian yang kuberikan kepadamu tadi, dengan pesan: Simpanlah
ini dahulu.” 24 Lalu juru masak itu menghidangkan paha dan apa yang
termasuk ke situ dan meletakkannya ke depan Saul. Dan Samuel berkata:
“Lihat, yang tinggal ini diletakkan ke depanmu; makanlah, sebab telah disim-
pan bagimu untuk perayaan ini, saat aku berkata: Aku telah mengundang
orang banyak.” Demikianlah pada hari itu Saul makan bersama-sama dengan
Samuel. 25 Sesudah itu turunlah mereka dari bukit ke kota. Dan Samuel
bercakap-cakap dengan Saul di atas sotoh. 26 Mereka bangun pagi-pagi, dan
saat fajar menyingsing, Samuel memanggil Saul yang ada di atas sotoh itu,
katanya: “Bangunlah, aku akan mengantarkan engkau.” Lalu Saul bangun
dan mereka keduanya pergi ke luar, yakni ia dan Samuel. 27 saat mereka
turun sampai ke ujung kota, berkatalah Samuel kepada Saul: “Katakanlah
kepada bujang itu, supaya ia pergi mendahului kita, namun berhentilah
engkau sebentar, maka aku akan memberitahukan kepadamu firman Allah.”
Kitab 1 Samuel 9:18-27
179
Penyelenggaraan TUHAN akhirnya mempertemukan Samuel dan
Saul. Dalam perikop di atas kita dapati kisah tentang apa yang ter-
jadi di antara mereka di pintu gerbang, di perjamuan, dan di dalam
pertemuan secara pribadi.
I. Di pintu gerbang kota. Begitu melewati pintu gerbang, Saul mene-
mukan Samuel (ay. 18), namun ia tidak menduga itu Samuel, lalu
bertanya kepadanya jalan ke rumah Samuel: Maaf, di mana
rumah pelihat itu, sebab ia berharap menemukan Samuel di
rumahnya. Lihatlah betapa rendah hatinya sosok Samuel, kendati
dia seorang tokoh besar: tidak ada tanda kebesaran, tidak mem-
punyai pengiring, tidak ada panji-panji kehormatan mendahului-
nya, atau suatu tanda yang membedakan. Tidak, tidak, sekalipun
ia pergi ke pertemuan jemaah. Sebaliknya, dalam segala hal ia
tampi seperti rakyat kebanyakan saja, sampai-sampai Saul pun,
kendati diberi tahu bahwa dia akan menemukannya, tidak pernah
menyangka bahwa inilah orangnya. Seolah-olah Samuel kelihatan
seperti seorang pesuruh daripada seorang nabi, sehingga Saul
menanyai dia jalan ke rumah si pelihat. Begitulah, yang luar biasa
berharga sering kali tersembunyi di bawah penampilan yang sa-
ngat sederhana. Samuel tahu bahwa bukan rumah, namun orang-
nya, yang dia cari, dan sebab nya menjawab dia, “akulah pelihat
itu, orang yang engkau cari,” (ay. 19). Samuel sudah tahu tentang
Saul sebelum Saul tahu tentang Samuel. Demikianlah, kendati
semua yang dipanggil kepada kerajaan kemuliaan dibawa untuk
mengenal Allah, namun mereka semua mula-mula telah dikenal
oleh-Nya terlebih dahulu (Gal. 4:9). Sekarang,
1. Samuel memaksa Saul untuk tinggal bersamanya hingga hari
berikutnya. Bagian terbesar dari hari ini telah dihabiskan
dalam mempersembahkan korban, dan waktu selebihnya diha-
biskan dalam perjamuan suci, dan sebab itu, “besok pagi aku
membiarkan engkau pergi, dan jangan terburu-buru. Seka-
rang naiklah mendahului aku ke bukit. Mari kita berdoa ber-
sama, dan kemudian berbincang-bincang bersama.” Saul tidak
punya pikiran apa-apa selain untuk menemukan kawanan
ternaknya, namun Samuel hendak membawanya keluar dari
urusan ini, dan menuntun dia untuk melatih kesalehan. Oleh
sebab itu, Samuel menyuruhnya naik ke bukit, dan berangkat
180
mendahuluinya, sebab, mungkin ada urusan lain yang harus
dikerjakan Samuel terlebih dahulu.
2. Samuel menenangkan Saul tentang keledainya (ay. 20): Ja-
nganlah engkau kuatir, jangan pedulikan lagi tentang keledai-
keledaimu. Sebab telah diketemukan. Dengan hal ini Saul
mungkin telah merasa bahwa Samuel yaitu seorang nabi,
sebab Samuel dapat memberikan jawaban kepada pertanyaan
yang belum diajukannya, dan memberi tahu apa yang sedang
dipikirkannya. Maka, lantas terpikir olehnya, jika seorang abdi
Allah dapat melakukan hal ini, betapa lebih lagi Allah sendiri
dapat mengerti pikiran kita dari jauh.
3. Samuel mengejutkan Saul dengan sebuah pernyataan tidak
langsung bahwa ia akan menjadi orang besar: “siapakah yang
memiliki segala yang diingini orang Israel? Bukankah seorang
raja yang mereka inginkan, namun tidak ada seorang pun di
Israel yang cocok untuk itu selain engkau.” Tidaklah tampak
bahwa mata semua orang di negeri Israel tertuju kepadanya
untuk memerintah sebagai raja, sebab mereka telah menye-
rahkan hal itu sepenuhnya kepada Allah untuk memilih bagi
mereka. namun , yang mereka inginkan yaitu seseorang se-
perti dia, dan pengangkatannya ke tempat tinggi itu akan me-
ninggikan sanak keluarganya juga, seperti Abner dan yang
lainnya.
4. Menanggapi pernyataan aneh ini, Saul membalas dengan se-
buah jawaban yang sederhana (ay. 21). Samuel, pikirnya, pasti
hanyalah mengolok-olok dirinya, sebab dia berperawakan ting-
gi, namun bukanlah orang yang pantas untuk menjadi seorang
raja. Sebab, kendati penulis kitab ini berkata (ay. 1), bahwa
ayahnya yaitu seorang yang gagah perkasa, namun ia sendiri
memandang rendah saja suku dan keluarganya. “Benyamin,
yang termuda dari anak-anak Yakub, saat bertumbuh
dewasa, disebut yang muda (Kej. 44:20, KJV: kecil). Jumlah
suku itu berkurang banyaknya oleh sebab perang Gibea. Dan
aku seorang suku Benyamin, suku yang terkecil, mungkin
hanya sebuah kaum yang lebih kecil, tidak punya kedudukan
terhormat atau tanggung jawab besar apapun, bahkan tidak di
dalam suku kami sendiri. Gideon juga menyatakan diri sendiri
demikian (Hak. 6:15). Sikap yang rendah hati merupakan
pertanda baik untuk mendapat kenaikan pangkat.
Kitab 1 Samuel 9:18-27
181
II. Di tempat perjamuan bersama. Samuel membawa Saul dan bu-
jangnya ke sana. Meskipun kenaikan kedudukan Saul menjadi
raja akan menyingkirkan Samuel dari jabatannya, namun nabi
yang baik hati ini jauh dari perasaan iri hati terhadapnya. Ia
juga tidak berniat jahat terhadap Saul, malah menjadi orang per-
tama dan terdepan yang melakukan penghormatan kepada Saul,
sesuai dengan kehendak Allah. Jika dia inilah orang yang dipilih
Allah, meskipun ia bukanlah teman atau orang kepercayaan
Samuel, namun dengan senang hati ia disambut di mejanya, bah-
kan di hatinya. Dapat kita duga, kebaikan hati Samuel dalam
menjamu Saul itu sungguh melegakan Saul, seperti tampak dari
apa yang dia katakan (ay. 7), bahwa semua makanan dan uang
mereka telah habis. Namun ini belum semuanya. Samuel mem-
perlakukan Saul bukan sebagai seorang biasa, namun sebagai
seorang yang hebat dan luar biasa, untuk mempersiapkan baik
dirinya dan umat Israel untuk apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dua tanda kehormatan diberikan Samuel kepada Saul:
1. Ia menempatkan Saul di tempat yang utama, sebagai yang
lebih dihormati daripada tamu-tamu yang lain. Kepadanya ia
berkata, Berilah tempat ini kepada orang itu (Luk. 14:9). Meski-
pun kita dapat menduga ada para pejabat di sana, yang me-
nuntut tempat terhormat di kota mereka, namun tuan rumah
perjamuan menghendaki Saul dan bujangnya yang, jika Saul
yaitu seorang raja, harus dihormati sebagai perdana menteri
negara, duduk di tempat utama (ay. 22). Perhatikanlah, peng-
hormatan rakyat harus diberikan kepada orang-orang yang di
dalam masyarakat memiliki kedudukan tinggi yang diberikan
kepada mereka oleh pemeliharaan ilahi.
2. Samuel menghidangkan kepada Saul masakan yang ter-
baik, yang, sesudah mendapat penyataan dari sorga satu hari
sebelumnya tentang kedatangannya (ay. 16), telah dipersiap-
kan baginya dan diperintahkan kepada juru masak untuk di-
simpan baginya, saat dia memerintahkan untuk mengun-
dang para tamu dan membuat persiapan bagi mereka. Dan
seperti apakah penganan yang mulia ini, yang dengan sangat
hati-hati disimpan bagi raja yang terpilih? Pastilah itu hidang-
an yang sangat lezat dan berselera tinggi. Namun, tidak, itu
hanyalah paha daging domba yang biasa (ay. 23-24). Paha
kanan dari korban pendamaian harus diberikan kepada para
182
imam, yang merupakan bagian Allah (Im. 7:32). Kehormatan
selanjutnya barulah paha kiri, yang mungkin selalu dibagikan
kepada orang-orang yang duduk di kepala meja, dan disiapkan
untuk menjadi perjamuan Samuel di waktu lain. Maka pem-
beriannya kepada Saul kini menjadi suatu tanda pengunduran
diri dan penyerahan kedudukannya kepada Saul. Beberapa
penafsir mengamati suatu makna pada masakan ini. Paha
melambangkan kekuatan, dan dada, yang menurut tafsiran
sebagian orang diberikan bersama bagian bahu, melambang-
kan kasih sayang. Ini artinya, ia yang yaitu raja memiliki pe-
merintahan ada di atas bahunya, sebab dia harus menanggung
bebannya. Dan umat harus ada di hatinya, sebab mereka
haruslah menjadi kekasih baginya.
III. Apa yang berlangsung di antara Samuel dan Saul secara pribadi.
Malam itu dan pagi-pagi sesudah nya Samuel makan bersama de-
ngan Saul di bagian atas rumah (ay. 25-26). Kita dapat menduga,
bahwa kini Samuel memberi tahu Saul seluruh kisah tentang
keinginan umat Israel akan seorang raja, alasan dari keinginan
mereka itu, dan pengabulan Allah atas keinginan itu, yang
kesemuanya itu barangkali masih asing bagi Saul, sebab itu
hidup menyendiri. Ia menghibur Saul bahwa dirinya yaitu orang
yang telah Allah tentukan untuk memerintah Israel. Dan jika Saul
mungkin berkeberatan bahwa Samuel masih akan memerintah,
dan tidak ingin menyerahkan kekuasaannya kepada Saul, maka
dapat kita duga, Samuel memberinya jaminan, bahwa dia benar-
benar rela untuk mengundurkan diri. Pagi-pagi sekali Samuel
mengantar Saul pulang, menemaninya separuh jalan, meminta-
nya agar bujangnya berjalan mendahuluinya, sehingga mereka
dapat bercakap-cakap secara pribadi (ay. 27). Dan di sanalah,
sebagaimana kita baca pada permulaan pasal berikutnya, Samuel
mengurapi Saul, dan memberitahukan kepadanya firman Allah,
yaitu, meyakinkan dia sepenuhnya bahwa dialah orang yang
dipilih untuk menjadi raja, sebab Samuel tidak main-main dengan
upacara suci. Hanya oleh pengurapan dari Yang Kuduslah, Kris-
tus, sang nabi agung, memberitahukan kepada kita firman Allah. 1
Yohanes 2:27, pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya
... mengajar kamu tentang segala sesuatu.
PASAL 10
ada penutup pasal sebelumnya kita tinggalkan Samuel dan Saul
yang sedang berjalan bersama, mungkin di sebuah jalan yang
sepi yang melintas di ladang-ladang dari arah Rama, mungkin di
jalan-jalan setapak melewati kebun-kebun anggur, sedangkan Saul
berharap dapat mendengar firman Allah dari Samuel. Nah, sekarang
dalam pasal ini diceritakan,
I. Pengurapan Saul yang dilakukan di sana pada saat itu juga
(ay. 1). Tanda-tanda yang diberikan Samuel kepada Saul (ay.
2-6), beserta petunjuk-petunjuk (ay. 7-8).
II. Penggenapan tanda-tanda itu untuk meyakinkan Saul (ay. 9-
13).
III. Pulangnya Saul ke rumah ayahnya (ay. 14-16).
IV. Pemilihan Saul oleh rakyat Israel sebagai raja lewat undian,
serta pelantikannya yang khidmat (ay. 17-25).
V. Kembalinya Saul ke kotanya (ay. 26-27). Satu pekerjaan
besar sedang berlangsung di sini, bukan hanya pemilihan
seorang raja, namun pendirian kerajaan itu sendiri, di Israel.
Oleh sebab itu, dalam setiap perkembangannya, campur
tangan Allah banyak terlihat.
Saul Diurapi oleh Samuel;
Ucapan Samuel kepada Saul
(10:1-8)
1 Lalu Samuel mengambil buli-buli berisi minyak, dituangnyalah ke atas
kepala Saul, diciumnyalah dia sambil berkata: “Bukankah TUHAN telah
mengurapi engkau menjadi raja atas umat-Nya Israel? Engkau akan meme-
gang tampuk pemerintahan atas umat TUHAN, dan engkau akan menyela-
matkannya dari tangan musuh-musuh di sekitarnya. Inilah tandanya bagi-
P
184
mu, bahwa TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas milik-Nya sen-
diri: 2 jika engkau pada hari ini pergi meninggalkan aku, maka engkau
akan bertemu dengan dua orang laki-laki di dekat kubur Rahel, di daerah
Benyamin, di Zelzah. Mereka akan berkata kepadamu: Keledai-keledai yang
engkau cari itu telah diketemukan; dan ayahmu tidak memikirkan keledai-
keledai itu lagi, namun ia kuatir mengenai kamu, katanya: Apakah yang akan
kuperbuat untuk anakku itu? 3 Dari sana engkau akan berjalan terus lagi
dan sampai ke pohon tarbantin Tabor, maka di sana engkau akan ditemui
oleh tiga orang laki-laki yang naik menghadap Allah di Betel; seorang
membawa tiga ekor anak kambing, seorang membawa tiga ketul roti dan yang
lain lagi sebuyung anggur. 4 Mereka akan memberi salam kepadamu dan
memberikan kepadamu dua ketul roti yang akan kauterima dari mereka.
5 Sesudah itu engkau akan sampai ke Gibea Allah, tempat kedudukan pasuk-
an orang Filistin. Dan jika engkau masuk kota, engkau akan berjumpa di
sana dengan serombongan nabi, yang turun dari bukit pengorbanan dengan
gambus, rebana, suling dan kecapi di depan mereka; mereka sendiri akan
kepenuhan seperti nabi. 6 Maka Roh TUHAN akan berkuasa atasmu; engkau
akan kepenuhan bersama-sama dengan mereka dan berubah menjadi manu-
sia lain. 7 jika tanda-tanda ini terjadi kepadamu, lakukanlah apa saja
yang didapat oleh tanganmu, sebab Allah menyertai engkau. 8 Engkau harus
pergi ke Gilgal mendahului aku, dan camkanlah, aku akan datang kepadamu
untuk mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan. Engkau
harus menunggu tujuh hari lamanya, sampai aku datang kepadamu dan
memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan.”
Samuel di sini melakukan tugas seorang nabi, memberi Saul kepas-
tian penuh dari Allah bahwa ia akan menjadi raja, seperti yang me-
mang terjadi selanjutnya, sesuai dengan nubuat-nubuat ini yang
tergenapi di hadapannya.
I. Samuel mengurapinya dan menciumnya (ay. 1). Tindakan ini tidak
dilakukan dalam sebuah perkumpulan raya, melainkan dalam
sebuah pelantikan ilahi, yang menyempurnakan segala sesuatu
yang kurang pada upacara perayaan lahiriah. Pelantikan seperti
ini sama sekali tidak kurang keabsahannya sebab dilakukan se-
cara tertutup, di balik pintu, atau, seperti perkataan orang Yahudi,
di mata air. Penetapan-penetapan Allah selalu agung dan mulia,
meskipun kondisi pelaksanaannya begitu sederhana dan hina.
1. Samuel, dengan mengurapi Saul, meyakinkan Saul bahwa
Allah-lah yang menjadikan dia raja: Bukankah Tuhan telah
mengurapi engkau? Dan, dengan tanda yang seperti itu, imam
besar diurapi untuk memegang jabatannya, untuk melam-
bangkan pemberian karunia-karunia yang diperlukan untuk
melakukan tugas-tugasnya, dan tanda yang sama dipakai
untuk melambangkan pengurapan raja. Sebab, orang yang
Allah panggil diberi-Nya kemampuan, dan kemampuan yang
Kitab 1 Samuel 10:1-8
185
tepat menjadi bukti kuat akan adanya amanat. Pengurapan
dengan minyak kudus ini, yang dilakukan pada waktu itu,
menunjuk pada Sang Mesias agung, atau Yang Diurapi, raja
dari jemaat, dan imam besar pengakuan iman kita, yang di-
urapi dengan minyak Roh, bukan dengan ditakar, namun
dengan tidak terbatas, dan yang berada di atas semua imam
dan pemimpin jemaat Yahudi. Memang, minyak yang dipakai
Samuel itu, pasti, hanya minyak biasa. Kita juga tidak mem-
baca bahwa Samuel memberkati atau mendoakan minyak itu.
Akan namun , hanya dengan buli-buli minyak itu Samuel meng-
urapi Saul, wadahnya rapuh, sebab kerajaannya akan segera
terpecah belah dan hancur, ukurannya sedikit, sebab Saul ha-
nya diberi sedikit Roh tercurah padanya dibandingkan dengan
Roh yang tercurah pada Daud, yang diurapi dengan tabung
tanduk minyak. Sama halnya dengan Salomo dan Yehu yang
diurapi dengan sekendi minyak.
2. Dengan mencium Saul, Samuel meyakinkan Saul akan per-
kenanan Samuel sendiri atas pilihan itu. Samuel bukan hanya
menunjukkan persetujuannya atas pilihan itu, namun juga
kepuasannya, meskipun keputusan itu sebenarnya memotong
kekuasaannya dan meredupkan kemuliaannya serta kemulia-
an keluarganya. “Allah telah mengurapi engkau,” ujar Samuel,
“menjadi raja, dan aku puas serta sangat senang, dan sebagai
jaminannya, terimalah ciuman ini.” Ciuman itu setara dengan
ciuman penghormatan dan janji setia. Dengan ciuman itu,
Samuel bukan hanya mengakui Saul sebagai raja, namun juga
sebagai rajanya, dan dengan perlambang yang sama kita di-
perintahkan untuk mencium Sang Anak (Mzm. 2:12, KJV). Allah
telah mengurapi-Nya, maka kita harus mengakui-Nya dan
memberi penghormatan kepada-Nya. Dalam pemaparan Sa-
muel mengenai upacara itu, Samuel mengingatkan Saul akan:
(1) Sifat pemerintahan yang terkandung dalam panggilannya.
Saul diurapi untuk menjadi pemimpin, lebih tepatnya pang-
lima, yang berbicara tentang kehormatan dan kekuasaan.
Namun, ia bukan sekadar panglima, melainkan panglima
perang, yang berbicara tentang kesungguhan, kerja keras,
dan bahaya.
(2) Asal pemerintahan itu: Tuhan telah mengurapi engkau.
Oleh Dialah Saul memerintah, maka harus bagi Dia pula
186
Saul memerintah, dalam ketergantungan kepada-Nya, dan
dengan mata yang memandang pada kemuliaan-Nya.
(3) Akhir pemerintahan itu. Pemerintahan itulah warisannya,
Saul harus menjaganya, melindunginya, dan mengatur
segala urusannya agar dikerjakan dengan sebaik-baiknya,
seperti seorang pengurus yang ditempatkan seorang ter-
pandang atas harta miliknya. Pengurus itu bertugas untuk
mengelolanya dan memberi pertanggungjawaban kepada
orang besar itu.
II. Untuk lebih meyakinkan Saul, Samuel memberi Saul beberapa
tanda, yang akan segera tergenapi, pada hari itu juga. Penggenap-
an-penggenapan itu bukan hanya menegaskan perkataan Samuel
secara umum, dan membuktikan bahwa Samuel benar-benar
seorang nabi, namun juga menegaskan perkataan ini terhadap Saul
khususnya, bahwa Saul akan menjadi raja.
1. Saul akan segera bertemu dengan beberapa orang yang akan
memberinya kabar dari rumah mengenai kekhawatiran yang
terjadi di rumah ayahnya mengenai dia (ay. 2). Hal ini akan
dijumpainya di dekat kubur Rahel. Tempat pertama yang di-
arahkan Samuel kepada Saul ialah sebuah kubur, kubur salah
seorang leluhurnya, sebab Rahel meninggal saat melahirkan
Benyamin. Di sana, Saul pasti membaca pesan tentang ke-
fanaannya sendiri, tepat saat ia melihat mahkota di depan
matanya, ia dipaksa melihat kuburannya, tempat semua
kehormatannya diletakkan di dalam debu suatu saat nanti. Di
sini, dua orang laki-laki akan menemui Saul, yang mungkin
sengaja dikirim untuk mencarinya, dan memberitahunya bah-
wa keledai-keledai itu sudah diketemukan, dan bahwa ayah-
nya merasa cemas akan dia, katanya, apakah yang akan ku-
perbuat untuk anakku itu? Saul akan menganggap nubuat itu
tergenapi dengan baik waktu ia berjumpa dengan utusan-
utusan ini. Dan, memang sungguh baik melihat sendiri Penye-
lenggaraan Tuhan dalam peristiwa yang membahagiakan, mes-
kipun mungkin hanya dalam perkara kecil, dan terdorong
untuk percaya dalam perkara-perkara yang lebih besar.
2. Ia selanjutnya akan bertemu beberapa orang yang sedang
dalam perjalanan menuju Betel. Di tempat itu, tampaknya,
ada bukit pengorbanan untuk ibadah agama, dan orang-orang
Kitab 1 Samuel 10:1-8
187
ini membawa persembahan mereka ke sana (ay. 3-4). Sungguh
suatu tanda yang baik bagi seorang yang ditetapkan akan
memerintah Israel, ke mana pun ia pergi, dapat bertemu de-
ngan orang-orang yang hendak pergi beribadah kepada Allah.
Dapat diperkirakan bahwa anak kambing dan roti itu, serta
sebuyung anggur yang dibawa tiga orang laki-laki itu bersama
mereka, dimaksudkan untuk korban, bersama dengan korban
sajian dan korban curahan yang harus menyertai korban itu.
Namun, Samuel memberi tahu Saul bahwa mereka akan
memberi dua dari tiga ketul roti itu kepada Saul, dan Saul
harus menerimanya. Persembahan seperti ini akan tampak
bagi kita seperti pertolongan untuk menghilangkan lapar se-
orang pengemis. Ke depan, Saul harus selalu mengingat waktu
ia menerima sedekah, dan sebab itu harus rendah hati dan
murah hati kepada orang miskin. Akan namun , persembahan
itu mungkin pada waktu itu diartikan sebagai persembahan
yang layak bagi seorang raja. Dengan demikian, Saul harus
menerimanya, persembahan pertama yang dibawa kepadanya,
oleh orang-orang yang tidak memahami hal yang mereka
lakukan, ataupun alasan mereka melakukannya, namun Allah
menaruhnya di dalam hati mereka, yang membuat persembah-
an itu lebih pantas lagi menjadi tanda bagi Saul. Dua ketul roti
ini, sebagai upeti pertama yang dibayarkan kepada raja yang
baru diurapi ini, dapat menjadi pengingat bagi Saul untuk
tidak menghabiskan kekayaan yang berasal dari mahkotanya
dalam kemewahan, melainkan harus tetap puas dengan
makanan biasa. Roti yaitu makanan pokok sehari-hari.
3. Tanda yang paling luar biasa dari semuanya yaitu berga-
bungnya Saul dengan serombongan nabi yang akan dijumpai-
nya, di bawah pengaruh roh nubuat, yang pada saat itu akan
berkuasa atas Saul. Perkara yang Allah kerjakan di dalam kita
oleh Roh-Nya jauh lebih menguatkan iman dibandingkan
segala sesuatu yang dikerjakan bagi kita oleh penyelenggara-
an-Nya. Samuel di sini (ay. 5-6) memberi tahu Saul,
(1) Tempat terjadinya hal ini: di bukit Allah, tempat kedudukan
pasukan orang Filistin, yang diperkirakan dekat dengan
Gibea, kota Saul sendiri, sebab di sanalah tempat pasukan
pendudukan orang Filistin (13:3). Mungkin inilah salah
satu butir kesepakatan Samuel dengan orang Filistin bah-
188
wa mereka akan menempatkan pasukan pendudukannya
di sana. Lebih tepatnya, sesudah orang Filistin ditaklukkan
di awal masa pemerintahan Samuel, mereka berhasil mere-
but kembali wilayah ini, sampai dapat menempatkan pa-
sukan pendudukan di tempat itu, dan dari tempat itu Allah
membangkitkan seorang yang akan menghajar mereka. Di
sana, ada tempat yang disebut sebagai bukit Allah, sebab
salah satu sekolah nabi Allah di bangun di atasnya. Dan
penghormatan yang begitu tinggi diberikan bahkan oleh
orang Filistin kepada agama sehingga pasukan penduduk-
annya membiarkan sekolah nabi Allah itu hidup berdam-
pingan dalam damai dengan mereka. Pasukan itu bukan
hanya tidak mengusir para nabi itu, namun bahkan tidak
membatasi atau mengganggu peribadatan mereka di muka
umum.
(2) Peristiwa terjadinya hal ini. Saul akan menjumpai serom-
bongan nabi dengan musik di depan mereka, kepenuhan
seperti nabi, dan bersama-sama dengan mereka, Saul akan
menggabungkan diri. Kelihatannya nabi-nabi ini tidak di-
beri ilham ilahi untuk meramalkan perkara-perkara yang
akan datang, dan Allah juga tidak menyingkapkan diri-Nya
kepada mereka melalui mimpi dan penglihatan, namun
mereka bertekun diri dalam mempelajari hukum, dalam
mengarahkan sesamanya, dan dalam perbuatan-perbuatan
kesalehan, terutama dalam memuji Allah, yang dalam
semuanya itu, mereka sangat dibantu dan dilapangkan
oleh Roh Allah. Sungguh suatu kebahagiaan bagi Israel
bahwa mereka bukan hanya memiliki nabi, namun bahkan
rombongan nabi, yang memberi mereka petunjuk yang
benar dan teladan yang baik, dan sangat menolong mereka
untuk tetap setia memelihara agama di tengah-tengah
mereka. Nah, firman Tuhan tidaklah jarang, seperti pada
waktu Samuel pertama kali dibangkitkan. Samuel berperan
sangat penting dalam pendirian perguruan-perguruan ini,
atau rumah-rumah ibadat, yang kemungkinan menjadi
asal mula sinagoga-sinagoga. Sangat disayangkan bahwa
Israel merasa jemu dengan pemerintahan orang seperti ini.
Meskipun Samuel tidak, sebagai pahlawan perang, meng-
usir orang Filistin, namun, (yang lebih menguntungkan
Kitab 1 Samuel 10:1-8
189
bagi Israel), sebagai abdi Allah, ia mendirikan sekolah-seko-
lah nabi! Musik pada waktu itu digunakan sebagai sarana
yang baik untuk mencondongkan hati agar dapat mene-
rima kesan dari Roh yang benar, seperti yang dilakukan
Elisa (2Raj. 3:15). Akan namun , tidak ada alasan bagi kita
untuk mencari kegunaan yang sama di sini, kecuali jika
kita melihat bahwa hal itu penting seperti dalam kasus
Saul, untuk mengusir roh jahat. Para nabi ini baru kembali
dari bukit pengorbanan, kemungkinan untuk mempersem-
bahkan korban, dan kini mereka pulang sambil bermaz-
mur. Sehabis pulang dari melakukan ketetapan-ketetapan
Allah, hati kita hendaknya penuh dengan sukacita dan
puji-pujian yang kudus (lih. Mzm. 138:5). Saul akan men-
dapati dirinya sangat tergerak untuk bergabung bersama-
sama dengan rombongan nabi itu, dan akan diubahkan
menjadi manusia lain yang berbeda dengan manusia lama-
nya saat ia masih hidup dalam kemampuannya sendiri.
Roh Allah, melalui ketetapan-ketetapan-Nya, membuat ma-
nusia menjadi berbeda, dan dengan luar biasa mengubah-
nya. Saul, dengan memuji Allah dalam kumpulan orang
Kudus, menjadi manusia lain, namun entah ia menjadi
manusia yang baru atau tidak masih dipertanyakan.
III. Samuel mengarahkan Saul agar ia melaksanakan pemerintahan-
nya dengan mengikuti tuntunan yang akan diberikan Penyeleng-
garaan Allah, serta nasihat yang akan diberikan Samuel.
1. Saul harus mengikuti Penyelenggaraan Allah dalam perkara-
perkara yang biasa (ay. 7): “Lakukanlah apa saja yang didapat
oleh tanganmu. Bertindaklah menurut tuntunan kebijaksana-
anmu.” Akan namun ,
2. Dalam kesesakan luar biasa yang sesudah ini akan dialaminya
di Gilgal, dan akan menjadi titik penentuan terpenting di atas
semuanya, saat ia akan memerlukan bantuan ilahi yang khu-
sus, ia harus menantikan Samuel datang kepadanya, dan
harus tujuh hari lamanya menunggu Samuel (ay. 8). Kegagal-
annya dalam perkara ini mengakibatkan kejatuhannya yang
akan kita lihat sesudah ini (13:11). Nah, semua ini menjadi
isyarat yang jelas bagi Saul bahwa ia harus menunjukkan
tingkah laku yang baik, dan, meskipun seorang raja, harus
190
bertindak sesuai petunjuk Samuel, dan melakukan seturut
yang Samuel perintahkan kepadanya. Orang-orang yang paling
hebat harus dapat menundukkan dirinya kepada Allah dan
firman-Nya.
Saul di Antara Para Nabi
(10:9-16)
9 Sedang ia berpaling untuk pergi meninggalkan Samuel, maka Allah meng-
ubah hatinya menjadi lain. Dan segala tanda-tanda yang ini itu terjadi
pada hari itu juga. 10 saat mereka sampai di Gibea dari sana, maka ber-
temulah ia dengan serombongan nabi; Roh Allah berkuasa atasnya dan Saul
turut kepenuhan seperti nabi di tengah-tengah mereka. 11 Dan semua orang
yang mengenalnya dari dahulu melihat dengan heran, bahwa ia bernubuat
bersama-sama dengan nabi-nabi itu; lalu berkatalah orang banyak yang satu
kepada yang lain: “Apakah gerangan yang terjadi dengan anak Kish itu? Apa
Saul juga termasuk golongan nabi?” 12 Lalu seorang dari tempat itu men-
jawab: “Siapakah bapa mereka?” – Itulah sebabnya menjadi peribahasa: Apa
Saul juga termasuk golongan nabi? 13 sesudah habis ia kepenuhan seperti
nabi, pulanglah ia. 14 Dan paman Saul berkata kepadanya dan bujangnya:
“Dari mana kamu?” Jawabnya: “Mencari keledai-keledai itu, namun saat tidak
terlihat, maka kami pergi kepada Samuel.” 15 Kemudian paman Saul itu ber-
kata: “Coba ceritakan kepadaku apa yang dikatakan Samuel kepada kamu.”
16 Kata Saul kepada pamannya itu: “Terus saja diberitahukannya kepada
kami, bahwa keledai-keledai itu telah diketemukan.” namun perihal menjadi
raja yang telah dikatakan Samuel kepadanya, tidak diceritakan kepadanya.
Pada saat ini, Saul sudah meninggalkan Samuel, sambil terkagum-
kagum, kita perkirakan, dengan apa yang terjadi pada dirinya, sam-
pai-sampai hampir mempertanyakan apakah dia benar-benar ter-
jaga? Apakah ini hanya mimpi? Nah, di sini diceritakan kepada kita,
I. Hal-hal yang terjadi di jalan (ay. 9). Tanda-tanda yang diberikan
Samuel kepadanya segera tergenapi pada waktunya. Namun, hal
yang paling meyakinkan Saul di atas segalahnya, ia segera men-
dapati bahwa Allah mengubah hatinya menjadi lain. Api yang baru
berkobar di dadanya, kobaran api yang belum pernah dialaminya:
soal mencari keledai tidak lagi menjadi perhatiannya, sebaliknya,
ia tidak bisa berhenti berpikir soal memerangi orang Filistin,
memulihkan kepedihan Israel, membuat hukum, melakukan
keadilan, dan menciptakan keamanan bagi masyarakat. Perkara-
perkara inilah yang sekarang memenuhi kepalanya. Ia mendapati
dirinya dibangkitkan pada keberanian yang sedemikan besar dan
keperkasaan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan
Kitab 1 Samuel 10:9-16
191
dia miliki. Ia tidak lagi memiliki hati seorang petani, yang rendah,
sederhana, sempit, dan hanya memusingkan soal gandum dan
ternaknya. Sekarang ia memiliki hati seorang pemimpin bangsa,
panglima, raja. Orang yang dipanggil Allah untuk suatu pelayanan
akan dilayakkan-Nya untuk itu. Jika Allah mengangkat ke posisi
yang lain, Dia akan memberi hati yang lain, kepada mereka yang
tulus ingin melayani Dia dengan segenap kekuatannya.
II. Hal yang terjadi saat Saul hampir tiba di kota asalnya. Mereka
sampai di Gibea (ay. 10; KJV: bukit), yang artinya sebuah bukit,
sehingga dalam bahasa Aram, nama ini dipakai sebagai nama
sebuah bukit. Saul bertemu dengan para nabi seperti yang dikata-
kan Samuel, dan Roh Allah berkuasa atas dia, dengan kuat dan
sekonyong-konyong (demikianlah yang tersirat dari perkataan ini),
namun tidak sampai tinggal dan berdiam di atasnya. Roh itu ber-
kuasa atasnya untuk kemudian segera pergi meninggalkannya.
Namun, untuk saat itu, Roh itu memberi dampak yang tidak
biasa atas Saul. Sebab, Saul langsung bergabung dengan para
nabi itu dalam penyembahan mereka, dan hal itu dilakukannya
dengan ukuran ketertiban dan aliran kasih yang sama dengan
setiap nabi itu: Saul turut kepenuhan seperti nabi di tengah-tengah
mereka. Nah,
1. Peristiwa Saul kepenuhan ini dilihat oleh umum (ay. 11-12). Ia
sekarang berada di tengah-tengah para kenalannya, yang, saat
melihat Saul berada di tengah-tengah para nabi, memanggil
satu sama lain untuk menyaksikan suatu pemandangan yang
aneh. Hal ini terjadi untuk mempersiapkan mereka menerima
Saul sebagai raja, sebab meskipun Saul salah seorang dari
mereka, mereka melihat betapa Allah mengangkat dia pada
kemuliaan seorang nabi. Tujuh puluh tua-tua juga kepenuhan
dan bernubuat seperti nabi sebelum mereka diangkat menjadi
hakim (Bil. 11:25). Nah,
(1) Mereka semua terheran-heran melihat Saul ada di tengah-
tengah para nabi itu: Apakah gerangan yang terjadi dengan
anak Kish itu? Meskipun sekolah nabi itu berdekatan
dengan tempat tinggal ayahnya, namun Saul tidak pernah
berhubungan dengan para nabi itu, ataupun menunjukkan
penghormatan, mungkin malah kadang-kadang mengucap-
192
kan kata-kata yang menghina mereka. Nah, melihat Saul
sekarang bernubuat di tengah-tengah para nabi itu men-
jadi hal yang mengherankan bagi kenalan-kenalannya, se-
perti yang terjadi lama sesudahnya pada orang yang ber-
nama Saulus, di Perjanjian Baru, yang memberitakan Injil
yang pernah dianiayanya (Kis. 9:21). Kepada siapa Allah
memberi hati yang lain akan segera tampak dengan sen-
dirinya.
(2) Salah seorang kenalannya, yang lebih bijaksana dari yang
lainnya, bertanya, “Siapakah bapa mereka atau pengajar
mereka? Bukankah Allah? Bukankah mereka semua diajar
tentang Dia? Bukankah mereka semua mendapat karunia
mereka dari Dia? Apakah Dia terbatas? Tidak sanggupkah
Dia membuat Saul menjadi nabi, sama seperti setiap mere-
ka, jika Dia menghendakinya?” Atau, “Bukankah Sa-
muel bapa mereka?” Dalam pandangan Allah, demikianlah
adanya. Dan Saul belakangan ini tinggal bersama-sama
dengan Samuel, yang mungkin diketahuinya dari bujang
Saul. Tidaklah mengherankan bagi orang yang kemarin
bermalam di rumah Samuel untuk bernubuat.
(3) Hal ini menjadi peribahasa, yang lazim digunakan di Israel,
saat mereka ingin mengungkapkan keheranan mereka me-
lihat orang jahat menjadi baik, atau setidaknya terlihat ber-
sama kumpulan orang baik, Apa Saul juga termasuk golong-
an nabi? Perhatikanlah, Saul berada di antara para nabi
menjadi hal yang mengherankan sampai menjadi periba-
hasa. Janganlah putus asa dengan orang-orang yang paling
buruk sekalipun, namun janganlah pula penampilan ibadah
yang tampak dari luar, serta perubahan yang saat ini ter-
lihat dengan tiba-tiba, terlalu diharapkan. Sebab Saul yang
berada di antara para nabi tetaplah Saul.
2. Saul tetap merahasiakan pengurapannya. sesudah Saul selesai
bernubuat,
(1) Tampaknya ia mengutarakan seluruh perkataannya di
hadapan Tuhan, dan mempertaruhkan urusannya ke da-
lam perkenanan-Nya, sebab Saul langsung pergi ke bukit
pengorbanan (ay. 13, KJV), untuk mengucap syukur kepada
Kitab 1 Samuel 10:9-16
193
Allah atas belas kasihan-Nya kepadanya, dan memohon
agar belas kasihan itu terus berlanjut baginya. Namun,
(2) Saul berusaha menyembunyikan dari para kenalannya hal
yang telah terjadi. Pamannya, yang menjumpainya, entah
di bukit pengorbanan atau saat dia baru tiba di rumah,
menanyainya (ay. 14). Saul mengakuinya, sebab hal ini
diketahui bujangnya, bahwa mereka sempat bersama-sama
dengan Samuel, dan bahwa Samuel memberitahunya kele-
dai-keledainya sudah diketemukan, namun ia tidak meng-
ucapkan sepatah kata pun perihal menjadi raja (ay. 14-15).
Hal ini menjadi contoh,
[1] Kerendahan hatinya. Banyak orang akan sangat gem-
bira dengan peninggian yang tiba-tiba seperti ini sam-
pai-sampai menggembar-gemborkannya ke mana-mana.
Sebaliknya Saul, meskipun ia sendiri mungkin merasa
senang dengan pengangkatan ini di dalam hatinya,
tidak memegahkan diri dengan hal ini kepada orang-
orang di sekitarnya. Para alih waris raja kemuliaan su-
dah cukup merasa senang sampai-sampai dunia tidak
mengenal mereka (1Yoh. 3:1).
[2] Kebijaksanaannya. Seandainya Saul berterus terang
mengumumkan pegurapannya, ia akan didengki, dan
siapa yang tahu masalah apa yang akan timbul sebab -
nya. Samuel menyampaikan hal ini dengan diam-diam,
dan Saul mengerti bagaimana cara menjaga rahasia.
Jadi, tampaknya Saul memang mendapat hati yang lain,
hati yang sesuai untuk memerintah.
[3] Ketergantungan Saul kepada Allah. Dia tidak berusaha
melakukan sesuatu untuk kepentingan dirinya sendiri,
namun menyerahkan kepada Allah untuk melakukan
pekerjaan-Nya melalui Samuel, sementara di pihaknya
sendiri, ia hanya duduk saja menanti, sampai ia menge-
tahui bagaimana kesudahan perkara itu.
194
Pemilihan Raja;
Saul Diperkenalkan kepada Bangsa Itu
(10:17-27)
17 Kemudian Samuel mengerahkan bangsa itu ke hadapan TUHAN di Mizpa
18 dan ia berkata kepada orang Israel itu: “Beginilah firman TUHAN, Allah
Israel: Aku telah menuntun orang Israel keluar dari Mesir dan telah melepas-
kan kamu dari tangan orang Mesir dan dari tangan segala kerajaan yang
menindas kamu. 19 namun sekarang kamu menolak Allahmu yang menyela-
matkan kamu dari segala malapetaka dan kesusahanmu, dengan berkata:
Tidak, angkatlah seorang raja atas kami. Maka sebab itu, berdirilah kamu di
hadapan TUHAN, menurut sukumu dan menurut kaummu.” 20 Lalu Samuel
menyuruh segala suku Israel tampil ke muka, maka didapati suku Benya-
min. 21 Sesudah itu disuruhnyalah suku Benyamin tampil ke muka menurut
kaum keluarganya, maka didapati kaum keluarga Matri. Akhirnya disuruh-
nyalah kaum keluarga Matri tampil ke muka seorang demi seorang, maka
didapati Saul bin Kish. namun saat ia dicari, ia tidak diketemukan. 22 Sebab
itu ditanyakan pulalah kepada TUHAN: “Apa orang itu juga datang ke mari?”
TUHAN menjawab: “Sesungguhnya ia bersembunyi di antara barang-barang.”
23 Berlarilah orang ke sana dan mengambilnya dari sana, dan saat ia
berdiri di tengah-tengah orang-orang sebangsanya, ternyata ia dari bahu ke
atas lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya. 24 Dan Samuel berkata
kepada seluruh bangsa itu: “Kamu lihatkah orang yang dipilih TUHAN itu?
Sebab tidak ada seorangpun yang sama seperti dia di antara seluruh bangsa
itu.” Lalu bersoraklah seluruh bangsa itu, demikian: “Hidup raja!” 25 Kemu-
dian Samuel menguraikan kepada bangsa itu tentang hak-hak kerajaan,
menuliskannya pada suatu piagam dan meletakkannya di hadapan TUHAN;
sesudah itu Samuel menyuruh seluruh bangsa itu pulang, masing-masing ke
rumahnya. 26 Saulpun pulang ke rumahnya, ke Gibea, dan bersama-sama
dengan dia ikut pergi orang-orang gagah perkasa yang hatinya telah digerak-
kan Allah. 27 namun orang-orang dursila berkata: “Masakan orang ini dapat
menyelamatkan kita!” Mereka menghina dia dan tidak membawa persembah-
an kepadanya. namun ia pura-pura tuli.
Pencalonan Saul untuk menduduki takhta di sini diumumkan, dalam
sebuah perkumpulan raya tua-tua Israel, sebagai perwakilan suku
mereka masing-masing di Mizpa. Kemungkinan sidang seluruh negeri
ini digelar sesegera mungkin, sesudah Saul diurapi, sebab, jika per-
ubahan harus dilakukan dalam pemerintahan mereka, semakin cepat
semakin baik: pengaruhnya bisa buruk bila pelaksanaannya berlam-
bat-lambat. sesudah bangsa itu dikumpulkan dalam perkumpulan
raya, yang di dalamnya Allah hadir dengan cara yang khusus dan
sebab itu dikatakan bahwa mereka dikerahkan ke hadapan Tuhan
(ay. 17), Samuel bertindak atas nama Allah di tengah-tengah mereka.
I. Samuel menegur mereka sebab menolak pemerintahan seorang
nabi, dan menginginkan pemerintahan seorang panglima.
Kitab 1 Samuel 10:17-27
195
1. Samuel memperlihatkan kepada mereka (ay. 18) betapa ber-
bahagianya mereka di bahwa pemerintahan ilahi. saat Allah
yang memerintah mereka, Dia melepaskan mereka dari tangan
segala kerajaan yang menindas mereka, lalu mengapa mereka
masih menginginkan lebih? Dapatkah pahlawan yang paling
gagah berani melakukan perkara-perkara yang dibuat Allah
Yang Mahakuasa bagi mereka?
2. Samuel juga memperlihatkan kepada mereka (ay. 19) betapa
mereka telah menghina Allah yang telah menyelamatkan me-
reka dari segala kesusahan mereka, melalui kuasa-Nya sen-
diri, dan melalui orang yang langsung dipanggil dan dilayak-
kan-Nya, dengan meminta seorang raja untuk menyelamatkan
mereka. Samuel berterus terang kepada mereka, “namun seka-
rang kamu menolak Allahmu. Kamu sebenarnya telah menolak
Allah: jadi demikianlah Dia memperhitungkannya, dan sudah
selayaknya Dia, sebab perbuatanmu itu, menolakmu.” Orang-
orang yang lebih suka hidup dengan indra dibandingkan iman,
lebih suka mempertahankan diri dengan tangan manusia
daripada tangan Yang Mahakuasa, sebenarnya telah mening-
galkan sumber air yang hidup demi kolam yang bocor. Bebe-
rapa orang menafsirkan kedegilan mereka dalam hal ini seba-
gai pertanda awal penolakan orang Israel terhadap Kristus,
dengan menyingkirkan orang yang mereka terima dari Allah
itu, bahwa Dia tidak boleh memerintah atas mereka.
II. Samuel mengarahkan mereka untuk memilih raja mereka melalui
undian. Ia mengetahui orang yang telah dipilih Allah, dan bahkan
sudah mengurapinya, namun ia juga mengetahui betapa keras
kepalanya bangsa itu, dan bahwa ada orang-orang di antara bang-
sa itu yang tidak akan mau menerima pilihan itu jika hanya ber-
dasarkan kesaksian dari dia semata. Oleh sebab itu, agar setiap
suku dan setiap kaum dalam suku yang terpilih merasa senang
sebab memiliki kesempatan, Samuel memanggil mereka untuk
mengadakan undi (ay. 19). Suku Benyamin terpilih di antara
semua suku yang lain (ay. 20), dan dari suku itu, terpilihlah Saul
anak Kish (ay. 21). Dengan cara ini, akan tampak jelas di hadapan
bangsa itu, seperti telah tampak bagi Samuel, bahwa Saul-lah
yang ditunjuk Allah untuk menjadi raja. Sebab, setiap keputusan
undian berasal dari pada Tuhan. Undian itu juga akan mencegah
196
semua perbantahan dan penolakan. Sebab, undian mengakhiri
pertengkaran, dan menyelesaikan persoalan antara orang-orang
berkuasa. saat suku Benyamin terpilih, dengan mudah mereka
dapat menduga, bahwa mereka sedang menegakkan suatu keluar-
ga yang akan segera diruntuhkan lagi. Sebab Yakub, saat ham-
pir waktunya akan mati, melalui roh nubuat, telah menubuatkan
kekuasaan atas Yehuda. Yehuda yaitu suku yang harus
memerintah seperti singa, sedangkan Benyamin hanya menerkam
seperti serigala (Kej. 49:10, 27). Orang-orang yang mengerti Kitab
Suci, sebab itu, tidak mungkin benar-benar senang dengan ke-
putusan ini, yang sudah mereka perkirakan, akan ditarik kembali,
meskipun baru akan terjadi jauh berselang.
III. Dengan banyak kesulitan, dan bukan tanpa bertanya lagi pada
Tuhan, Saul akhirnya diketemukan. Pada saat undian itu jatuh
pada Saul, semua orang berharap agar Saul langsung menjawab
begitu namanya dipanggil. Namun, sebaliknya, tidak satu orang
pun dari teman-teman Saul dapat menemukannya (ay. 21), ia ber-
sembunyi di antara barang-barang (ay. 22). Begitu tidak sukanya
Saul saat itu pada kekuasaan itu, yang, sesudah dimilikinya, tidak
dapat ia tanpa kegusaran besar membayangkan untuk berpisah
darinya.
1. Ia menarik diri, dengan harapan bahwa, sesudah dia tidak keli-
hatan, mereka akan melanjutkan ke calon yang lain, atau ia
melakukan hal itu untuk menunjukkan kerendahan hatinya.
Sebab, berdasar hal yang terjadi sebelumnya, ia mengeta-
hui bahwa harus dialah yang menjadi raja. Kita dapat me-
nyimpulkan bahwa pada saat ini Saul benar-benar tidak mau
mengambil tampuk pemerintahan itu bagi dirinya,
(1) sebab dalam dirinya Saul menyadari bahwa dia sangat
tidak layak untuk kepercayaan sebesar itu. Ia tidak dibe-
sarkan dengan artikel -artikel , atau senjata, atau pengadilan,
dan ia takut akan berbuat kesalahan besar yang memati-
kan.
(2) sebab hal itu akan membuatnya menjadi sasaran dengki
orang-orang disekitarnya yang pernah diperlakukannya
dengan tidak baik.
Kitab 1 Samuel 10:17-27
197
(3) sebab Saul mengerti, berdasar perkataan yang diucap-
kan Samuel, bahwa bangsa itu berdosa dengan meminta
raja, dan dalam murkalah Allah mengabulkan permintaan
mereka.
(4) sebab pemerintahan Israel pada saat itu ada dalam kon-
disi yang buruk. Orang Filistin kuat, orang Amon menjadi
ancaman: Saul harus benar-benar berani jika ingin mulai
berlayar di tengah badai.
2. Namun, umat itu, sebab percaya bahwa pilihan itu telah di-
putuskan dengan baik, dengan Allah sendiri yang membuat
keputusan, tidak mungkin mau menyerah tanpa mencoba
mencari dia yang kepadanya undian itu telah dijatuhkan.
Ditanyakan mereka pulalah kepada Tuhan, entah lewat imam
besar, dan tutup dada pernyataan keputusan, atau lewat
Samuel, dan roh nubuatnya. Tuhan memberi mereka petunjuk
tempat mereka dapat menemukan Saul, bersembunyi di
antara barang-barang, dan mereka mengambilnya dari sana
(ay. 23). Perhatikanlah, tidak ada orang yang akhirnya menjadi
pecundang sebab kerendahan hatinya. Kehormatan, mirip
dengan bayang-bayang, mengikuti orang yang berlari mening-
galkannya, namun berlari menjauh dari orang-orang yang me-
ngejarnya.
IV. Samuel memperkenalkan Saul ke hadapan bangsa itu, dan mere-
ka menerimanya. Saul tidak perlu naik ke atas meja, atau peno-
pang, agar dapat terlihat. Saat berdiri di tanah rata bersama yang
lain, ia terlihat di atas mereka semua, sebab ia lebih tinggi dari-
pada mereka semua dari bahu ke atas (ay. 23). “Lihatlah,” ujar
Samuel, “raja yang telah dipilih Allah bagimu, persis seperti yang
engkau harapkan. Sebab tidak ada seorangpun yang sama seperti
dia di antara seluruh bangsa itu, yang begitu penuh keagungan di
wajahnya dan keanggunan pada pembawaannya. Dia, di dalam
kerumunan itu, seperti pohon aras di antara semak-semak. Biar-
lah matamu sendiri yang menilai, bukankah dia seorang yang
berani dan gagah perkasa?” Bangsa itu di sini menunjukkan
persetujuan mereka atas pilihan ini, dan penerimaan mereka atas
Saul. Bersoraklah seluruh bangsa itu, demikian: “Hidup raja!”
Dengan kata lain, “Biarlah dia lama memerintah atas kami dalam
kesehatan dan kemakmuran.” Rakyat biasanya membuktikan ka-
198
sih sayang dan kesetiaan mereka kepada pemimpin mereka mela-
lui harapan-harapan baik mereka, dan harapan itu diubah (de-
ngan penerjemahan kita) menjadi permohonan kepada Allah.
Mazmur 72:15 mengatakan kiranya ia didoakan senantiasa (lih.
Mzm. 20:2). Samuel telah memberi tahu mereka bahwa mereka
akan segera jemu dengan raja mereka, namun , dalam pikiran yang
menguasai mereka saat itu, mereka tidak akan pernah merasa
demikian: Hidup raja.
V. Samuel mengadakan perjanjian awal di antara mereka, dan
membuatnya tercatat (ay. 25). Samuel sebelumnya telah memberi
tahu mereka tentang hak raja (8:11), bagaimana raja akan menya-
lahgunakan kuasanya. Saat ini, Samuel memberi tahu mereka
hak-hak kerajaan, atau lebih tepatnya hukum, penghakiman,
atau undang-undang dasar. Di dalamnya tertera kuasa yang
dapat dituntut oleh raja dan harta milik yang dapat dimiliki oleh
rakyat. Dia menetapkan batas-batas tanah di antara mereka,
sehingga yang satu tidak akan mengganggu yang lain. Biarlah
mereka saling memahami terlebih dahulu, dan biarlah perjanjian
mereka tetap hitam di atas putih, yang akan terus menjaga pema-
haman yang benar di antara mereka sampai selama-lamanya.
Cendekiawan Uskup Patrick menduga Samuel saat itu meng-
ulangi dan menunjukkan perkara yang pernah dikatakannya
(8:11), supaya perkataan ini ke depan dapat menjadi saksi terha-
dap mereka, bahwa mereka telah mendatangkan malapetaka ke
atas diri mereka sendiri, sebab mereka sudah diperingatkan ten-
tang hal-hal yang akan terjadi, namun mereka tetap ingin memiliki
seorang raja.
VI. Kesepakatan itu selesai saat perkumpulan itu dibubarkan: Sa-
muel menyuruh seluruh bangsa itu pulang, masing-masing ke
rumahnya. Di sini, tidak dilakukan pengambilan suara, tidak ada
juga, tampaknya, suatu gerakan dibuat, demi menggalang dana
untuk mendukung martabat raja mereka yang baru terpilih. Oleh
sebab itu, jika ke depan Saul berpikir pantas baginya untuk
mengambil sesuatu yang rakyat pikir tidak seharusnya diberikan
(namun memang penting bagi raja untuk memilikinya), maka
mereka harus menyalahkan diri mereka sendiri. Seluruh bangsa
itu pulang, masing-masing ke rumahnya, merasa senang dengan
Kitab 1 Samuel 10:17-27
199
nama seorang raja yang disebut atas mereka. Dan Saulpun pulang
ke rumahnya, ke Gibea, ke rumah ayahnya, tidak besar kepala
dengan nama raja yang melekat padanya. Di Gibea, Saul tidak
memiliki istana, tidak ada takhta, tidak ada pengadilan, namun ke
sanalah Saul pergi. Jika Saul harus menjadi raja, sebagai orang
yang memandang gunung batu yang dari padanya dia terpahat,
Saul akan membuat kotanya sendiri menjadi kota kerajaan. Ia
tidak akan merasa malu seperti begitu banyak orang saat
mereka dipilih, dengan kenalan-kenalannya yang orang biasa. Roh
yang rendah hati seperti ini menambahkan keindahan dan
kilauan pada kedudukan mulia yang dicapai orang. Keadaannya
meninggi, namun hatinya tidak ikut meninggi. Lihatlah betapa baik
dan menyenangkannya hal itu! Akan namun ,
1. Bagaimanakah yang dirasakan bangsa itu mengenai raja mere-
ka yang baru? Bagian terbesar dari mereka, tampaknya, tidak
terlampau memikirkannya: Seluruh bangsa itu pulang, masing-
masing ke rumahnya. Urusan rumah tangga mereka jauh lebih
penting bagi mereka dibandingkan urusan masyarakat. Secara
umum, beginilah sikap kebanyakan mereka. Akan namun ,
(1) Ada beberapa orang yang begitu setia sampai-sampai
mengikuti Saul: Orang-orang gagah perkasa yang hatinya
telah digerakkan Allah (ay. 26). Bukan sekumpulan besar
orang, namun sebuah kawanan kecil, yang sebab kesukaan
mereka akan raja pilihan mereka sendiri, atau sebab me-
reka memiliki akal sehat yang jauh lebih tinggi dibanding-
kan sesama mereka untuk dapat menyimpulkan bahwa
jika dia seorang raja, dia harus dihormati sebagai seorang
raja, dan baiklah kita ikut pergi bersama-sama dengan dia
ke Gibea, sebagai pengawalnya. Merekalah orang-orang
yang hatinya telah digerakkan Allah, dalam hal ini, untuk
melakukan tugas mereka. Perhatikanlah, kebaikan apa pun
yang ada dalam diri kita, atau yang kita lakukan, di setiap
waktu, semua itu harus dipandang berasal dari kasih
karunia Allah. Jika hati ini selalu condong ke jalan yang
benar, itu sebab Dia telah menyentuhnya. Satu sentuhan
saja sudah cukup, jika sentuhan itu sentuhan ilahi.
(2) Ada beberapa orang lain yang begitu mendendam kepada
Saul sampai-sampai menghina dia. Orang-orang dursila,
200
orang-orang yang tidak akan mau memikul kuk, yang tidak
akan pernah puas dengan perbuatan yang dilakukan Allah
ataupun Samuel. Mereka menghina dia (ay. 27) sebab ren-
dahnya suku dan kaum Saul, sebab kecilnya milik
pusakanya, dan sebab terkucilnya pendidikannya. Orang-
orang dursila ini berkata, Masakan orang ini dapat menye-
lamatkan kita! Namun, mereka sendiri tidak mengajukan
orang yang lebih mampu melakukannya. Lagi pula, siapa
pun raja mereka, bukankah keselamatan mereka tidak
datang dari orang itu, melainkan dari Allah? Orang-orang
dursila ini tidak akan mau turut dengan sesama mereka
dalam memperlihatkan kasih kepada Saul dan pemerintah-
annya, dengan membawa persembahan kepadanya, atau
mengakuinya sesudah pengangkatannya menjadi raja. Ke-
mungkinan, roh orang-orang yang sakit hati ini yang paling
menginginkan seorang raja, namun , begitu mereka memiliki-
nya, mereka berbantah dengannya, sebab dia sama sekali
tidak seperti seorang dari mereka. Alasan itu cukup bagi
mereka untuk tidak menyukai Saul, sebab ada orang lain
yang menyukainya. Demikian pula, berbeda-beda pengaruh
Penebus kita yang mulia pada setiap manusia. Allah telah
menetapkan-Nya menjadi raja di atas bukit kudus Sion.
Ada tinggal suatu sisa yang tunduk kepada-Nya, bersuka di
dalam Dia, membawa persembahan kepada-Nya, dan meng-
ikuti Dia ke mana pun Dia pergi. Dan merekalah orang-
orang yang hatinya telah digerakkan Allah, yang telah
dibuat Allah merelakan diri untuk maju pada hari kekua-
saan-Nya. Namun, ada orang-orang yang menghina Dia,
yang berkata, Masakan orang ini dapat menyelamatkan kita!
Mereka menjadi kecewa kepada Dia, tersandung pada kese-
derhanaan lahiriah-Nya, dan mereka akan dihancurkan
oleh sebab hal itu.
2. Bagaimana Saul menanggapi perlakuan buruk orang-orang
yang tidak memedulikan pemerintahannya? Ia pura-pura tuli.
Dengan kata lain, Ia tidak ada bedanya dengan orang tuli. Saul
sama sekali tidak marah atas perlakuan itu sampai-sampai
tampaknya ia tidak terlalu mempedulikannya. Hal ini menjadi
bukti kerendahan hati dan kesahajaannya, dan wataknya yang
penuh belas kasihan. Namun, hal ini juga menunjukkan bah-
Kitab 1 Samuel 10:17-27
201
wa ia benar-benar yakin dengan gelar dan mahkotanya. Sebab,
mereka yang biasanya paling takut kehilangan kemuliaannya,
dan paling suka membalas hinaan, yaitu orang-orang yang
memperoleh kuasanya dengan cara-cara yang tidak benar.
Kristus tetap diam waktu Dia dihina, sebab hari itu hari kesa-
baran-Nya, namun hari pembalasan akan datang.
PASAL 1 1
ada pasal ini kita membaca tentang buah bungaran dari pemerin-
tahan Saul, dalam bentuk penyelamatan Yabesh-Gilead dari
tangan orang Amon yang berlangsung luar biasa. Janganlah Israel
dengan ini berkesimpulan bahwa tindakan mereka meminta seorang
raja sungguh baik, sebab Allah mampu dan mau menyelamatkan
mereka tanpa perlu adanya seorang raja. Sebaliknya, hendaklah
mereka mengagumi kebaikan Allah, bahwa Ia tidak menolak mereka
padahal mereka telah menolak-Nya. Bahwa mereka juga mengakui
hikmat-Nya di dalam memilih seseorang, yang meskipun tidak di-
dapati-Nya layak, tetap dilayakkan-Nya demi amanat mulia yang
kepadanya orang itu telah dipanggil-Nya, serta yang dijadikan pantas,
hingga titik tertentu, untuk menyandang mahkota raja melalui tin-
dakannya bagi rakyat, sebelum mahkota itu dikenakan di atas ke-
palanya oleh persetujuan rakyat. Dalam pasal ini kita temukan,
I. Kegentingan hebat Yabesh-Gilead, kota di seberang sungai
Yordan, akibat pengepungan orang Amon (ay. 1-3).
II. Kesigapan Saul yang luar biasa untuk datang dan melepas-
kan mereka, dan melalui tindakan ini, ia memasyhurkan
dirinya (ay. 4-10).
III. Keberhasilan jerih payah Saul, yang melaluinya Allah me-
masyhurkan dirinya (ay. 11).
IV. Kelemahlembutan Saul terhadap orang-orang yang menen-
tangnya, tanpa memperhitungkan kejahatan mereka (ay. 12-
13).
V. Penegasan dan pengakuan rakyat terhadap pengangkatan
Saul sebagai raja (ay. 14-15).
P
204
Kegentingan Yabesh-Gilead
(11:1-4)
1 Maka Nahas, orang Amon itu, bergerak maju dan berkemah mengepung
Yabesh-Gilead. Lalu berkatalah semua orang Yabesh itu kepada Nahas:
“Adakanlah perjanjian dengan kami, maka kami akan takluk kepadamu.”
2 namun Nahas, orang Amon itu, berkata kepada mereka: “Dengan syarat
inilah aku akan mengadakan perjanjian dengan kamu, bahwa tiap mata
kananmu akan kucungkil; dengan demikian aku mendatangkan malu kepada
segenap orang Israel.” 3 Para tua-tua Yabesh berkata kepadanya: “Berilah
kelonggaran kepada kami tujuh hari lamanya, supaya kami mengirim utusan
ke seluruh daerah Israel; dan jika tidak ada seorangpun yang menyelamat-
kan kami, maka kami akan keluar menyerahkan diri kepadamu.” 4 saat
para utusan itu sampai di Gibea-Saul, dan menyampaikan hal itu kepada
bangsa itu, menangislah bangsa itu dengan suara nyaring.
Orang Amon yaitu tetangga yang kejam bagi suku-suku Israel yang
tinggal bersebelahan dengan mereka, meskipun mereka merupakan
keturunan Lot, orang benar itu, dan, atas alasan itu, seharusnya
bersikap sopan terhadap Israel (lih. Ul. 2:19). Yefta, pada masa
kepemimpinannya, telah merendahkan orang Amon ini, namun kini
dosa Israel telah memberi mereka kemampuan untuk bangkit dan
membalas dendam atas pertikaian di masa lalu itu. Beberapa abad
yang lalu, kota Yabesh-Gilead telah dihancurkan oleh pedang keadil-
an Israel sebab mereka tidak tampil untuk melawan kekejian di
Gibea (Hak. 21:10), dan sekarang, sesudah Yabesh-Gilead kembali ber-
jaya, kemungkinan oleh segenap usaha dari keturunan orang-orang
yang terhindar dari pedang keadilan itu, kota itu berada dalam
bahaya dihancurkan orang Amon, seakan-akan ada nasib buruk
yang menghantui tempat itu. Nahas, sang raja bani Amon (1Taw.
19:1) mengepung kota itu. Sekarang, kita dapati di sini,
I. Pihak yang dikepung mencoba mengadakan perundingan (ay. 1):
“Adakanlah perjanjian dengan kami, maka kami akan takluk
kepadamu dengan syarat, dan melayanimu.” Penduduk Yabesh-
Gilead benar-benar telah kehilangan kebajikan yang selayaknya
dimiliki orang Israel, sebab jika tidak, mereka tentu tidak akan
kehilangan keberanian sebagai orang Israel dan juga tidak dengan
jinaknya menyerah untuk melayani orang Amon tanpa ada suatu
perlawanan gagah berani demi martabat mereka sendiri. Kalau
saja mereka tidak melanggar perjanjian dengan Allah dan meng-
abaikan tanggung jawab kepada-Nya, mereka tentu tidak perlu
mengajukan perjanjian dengan suatu bangsa yang tidak mengenal
Kitab 1 Samuel 11:1-4
205
Allah seperti ini serta menawarkan diri untuk melayani bangsa
itu.
II. Pihak yang mengepung menawarkan persyaratan yang hina dan
kejam kepada mereka. Orang Amon akan mengampuni nyawa
penduduk kota Yabesh-Gilead dan mengambil mereka sebagai
hamba, dengan syarat bahwa tiap mata kanan mereka akan
dicungkil (ay. 2). Orang Gilead sudah pasrah untuk melepaskan
kebebasan dan harta benda mereka ganti darah mereka, dan,
kalau saja orang Amon mengabulkan syarat mereka ini, perkara
itu pasti sudah tuntas dengan segera, dan orang Gilead pasti
tidak akan mengirim utusan untuk memohon pertolongan. Akan
namun , kepasrahan penduduk Yabesh-Gilead yang hina ini
membuat orang Amon semakin biadab di dalam tuntutan mereka,
sehingga mereka tidak akan merasa puas hati dengan hanya
menjadikan penduduk kota itu sebagai hamba mereka, namun ,
1. Mereka harus menyiksa penduduk kota itu dan membuatnya
merasa kesakitan, bahkan kesakitan yang teramat sangat,
lewat pencungkilan mata.
2. Mereka harus membuat penduduk kota itu tidak lagi mampu
berperang, dan menjadikannya tidak berdaya. Bukan tidak
berdaya untuk bekerja sebab ini merupakan kerugian bagi
para tuan mereka, namun tidak berdaya untuk mengangkat
senjata, sebab pada masa itu orang Israel berperang dengan
perisai di tangan kiri, yang menutupi mata kiri mereka, se-
hingga seorang tentara yang tidak memiliki mata kanan sama
saja dengan orang buta.
3. Mereka harus mendatangkan malu kepada segenap orang Israel
sebagai bangsa yang lemah dan pengecut, yang menelantarkan
penduduk salah satu kota besarnya begitu saja untuk disiksa
dan tidak menawarkan pertolongan bagi penduduk kota itu.
III. Pihak yang terkepung memohon waktu tujuh hari untuk memper-
timbangkan tawaran ini, dan mereka memperolehnya (ay. 3).
Andaikan Nahas tidak mengabulkan waktu jeda ini bagi mereka,
kita dapat meyakini bahwa kengerian dari persyaratan yang di-
sampaikan orang Amon akan membuat mereka putus asa, sehing-
ga mereka lebih memilih mati dengan pedang di tangan daripada
harus menyerah kepada musuh yang tidak mengenal belas kasih-
206
an seperti ini. Dengan demikian, Nahas, yang tidak membayang-
kan bahwa dalam waktu sedemikian singkat mereka akan menda-
pat pertolongan, dan yang merasa sangat tenteram dengan keun-
tungan yang dianggapnya dimilikinya atas mereka, dengan ke-
sombongannya memberi mereka waktu tujuh hari, supaya malu
yang menimpa Israel, sebab gagal menyelamatkan mereka, men-
jadi semakin besar, dan kemenangannya pun menjadi semakin
tersohor. Akan namun , ada rancangan Allah di dalam hal ini, su-
paya ketenteraman Nahas menjadi sumber kegilaan serta kehan-
curannya.
IV. Pesan perihal perkara ini dibawa ke Gibea. Para tua-tua Yabesh
berkata bahwa mereka akan mengirim utusan ke seluruh daerah
Israel (ay. 3). Hal ini membuat Nahas semakin merasa tenteram,
sebab hal itu menurutnya akan memakan waktu lama, dan tidak
akan ada seorang pun yang akan dengan segera tampil jika
bangsa Israel tidak mempunyai satu pemimpin utama. Mungkin
Nahas belum mendengar tentang adanya seorang raja yang baru
diangkat. Akan namun , para utusan itu, entah menurut keputus-
annya sendiri atau menurut perintah tuan mereka, langsung
bergegas ke Gibea, dan, saat tidak menemukan Saul di sana,
mereka segera mengabarkan berita ini kepada penduduk
kota itu, yang langsung jatuh dan menangis dengan keras saat
mendengarnya (ay. 4). Mereka lebih memilih untuk dengan segera
meratapi kesengsaraan dan bahaya yang menimpa saudara-
saudara mereka daripada berpikir untuk menolong mereka, lebih
memilih untuk meneteskan air mata daripada mencurahkan
darah bagi saudara-saudara mereka itu. Mereka menangis keras
sebab merasa putus asa untuk menolong penduduk Yabesh-
Gilead dan juga sebab merasa takut, bahwa saat kota di per-
batasan itu jatuh, maka seteru mereka itu akan segera merangsek
masuk ke dalam jantung negeri mereka, yang kini tampak berada
dalam bahaya besar.
Kitab 1 Samuel 11:5-11
207
Kesusahan Yabesh-Gilead;
Saul Menolong Yabesh-Gilead
(11:5-11)
5 Saul baru saja datang dari padang dengan berjalan di belakang lembunya,
dan ia bertanya: “Ada apa dengan orang-orang itu, sehingga mereka mena-
ngis?” Mereka menceritakan kepadanya kabar orang-orang Yabesh itu.
6 saat Saul mendengar kabar itu, maka berkuasalah Roh Allah atas dia,
dan menyala-nyalalah amarahnya dengan sangat. 7 Diambilnyalah sepasang
lembu, dipotong-potongnya, lalu potongan-potongan itu dikirimkannya ke
seluruh daerah Israel dengan perantaraan utusan, pesannya: “Siapa yang
tidak maju mengikuti Saul dan mengikuti Samuel, lembu-lembunya akan
diperlakukan juga demikian.” Lalu TUHAN mendatangkan ketakutan kepada
bangsa itu, sehingga majulah mereka serentak. 8 saat Saul memeriksa
barisan mereka di Bezek, maka ada tiga ratus ribu orang Israel dan tiga
puluh ribu orang Yehuda. 9 Kepada para utusan yang datang itu dikatakan:
“Beginilah kamu kat