akan kepada orang-orang Yabesh-Gilead: Besok pada
waktu panas teriknya matahari akan datang bagimu penyelamatan.” saat
para utusan kembali dan memberitahukan hal itu kepada orang-orang
Yabesh, bersukacitalah mereka. 10 Lalu orang-orang Yabesh itu berkata
kepada Nahas: “Besok kami akan keluar menyerahkan diri kepadamu; maka
bolehlah kamu lakukan terhadap kami apapun yang kamu pandang baik.” 11
Keesokan harinya Saul membagi rakyat itu menjadi tiga pasukan. Mereka itu
masuk ke tengah-tengah perkemahan musuh pada waktu kawal pagi dan
memukul kalah orang-orang Amon sebelum hari panas; dan terserak-serak-
lah orang-orang yang lolos itu, sehingga di antara mereka tidak ada tinggal
dua orang bersama-sama.
Apa yang dikisahkan di sini sebagian besar memberikan kehormatan
bagi Saul, dan memperlihatkan buah-buah sukacita yang dihasilkan
oleh Roh Allah yang hinggap pada dirinya. Perhatikan di sini,
I. Kerendahan hati Saul. Meski seorang raja yang diurapi dan di-
terima bangsanya, Saul tidak menganggap dirinya terlampau ting-
gi untuk mengurusi ternak-ternaknya, melainkan pergi sendiri
untuk mengawasinya, dan kembali di malam hari bersama para
bujangnya dari padang dengan berjalan di belakang lembunya (ay.
5). Inilah bukti bahwa Saul tidak memegahkan diri dengan peng-
angkatannya ke tempat tinggi itu, seperti yang kerap diperbuat
orang-orang yang diangkat dari keadaan yang hina. Rancangan
Allah belum memberi kepada Saul tanggung jawab sebagai se-
orang raja, dan Saul memang juga menyerahkan semuanya itu
kepada Samuel, sehingga, daripada menganggur, untuk saat ini,
ia sibuk kembali mengurusi pekerjaan sehari-harinya di kam-
pung. Meskipun orang-orang dursila mungkin akan mencela Saul
lebih lagi oleh sebab tindakannya itu, namun orang-orang yang
208
cakap dan berhikmat, serta gemar bekerja, tidak akan pernah ber-
pikir buruk tentang Saul. Ia belum memperoleh penghasilan un-
tuk menunjang martabat rajanya, dan ia pun tidak ingin menjadi
beban bagi rakyatnya, sehingga atas dasar ini, seperti halnya
Paulus, ia berjerih dengan tangannya sendiri. Sebab, jika ia
mengabaikan urusan rumah tangganya, bagaimana caranya ia
dapat menyokong hidup dirinya serta keluarganya sendiri?
Salomo menjadikan hal ini sebagai alasan, mengapa manusia
harus mengenal baik kawanan hewan yang mereka miliki, sebab
mahkota tidak tetap turun-temurun (Ams. 27:23-24). Mahkota Saul
memang tidak tetap turun-temurun. Maka dari itu, ia harus
menyediakan sesuatu yang lebih pasti.
II. Kepedulian Saul terhadap tetangganya. saat menyaksikan mere-
ka menangis, ia bertanya, “Ada apa dengan orang-orang itu, se-
hingga mereka menangis? Coba katakan, supaya jika itu
disebabkan oleh suatu kemalangan yang dapat diatasi, aku mau
membantu mereka, dan jika itu merupakan sesuatu yang
tidak dapat diatasi, aku mau menangis bersama mereka.” Pemim-
pin yang baik akan turut merasakan sakit saat rakyatnya mera-
tap dalam tangis.
III. Kegigihan Saul demi keamanan dan kehormatan Israel. Pada
waktu ia mendengar penghinaan yang dilontarkan orang Amon,
dan juga kesusahan sebuah kota, yang bagaikan seorang ibu di
Israel, berkuasalah Roh Allah atas dia dan menaruh buah-buah
pikir yang agung ke dalam pikirannya, dan menyala-nyalalah
amarahnya dengan sangat (ay. 6). Saul murka atas penghinaan
yang dilontarkan orang Amon, murka atas jiwa penduduk Yabesh-
Gilead yang rendah dan memalukan, murka sebab mereka tidak
lebih cepat memberitahunya tentang pengepungan oleh orang
Amon dan kegentingan yang akan mereka alami. Ia murka
menyaksikan tetangganya yang malah menangis, padahal lebih
pantas bagi mereka untuk mempersiapkan diri berperang. Api
yang kini menyala-nyala di dalam diri Saul yaitu api yang berani
dan luhur, yang pantas ia miliki sebagai orang berkedudukan
tinggi.
Kitab 1 Samuel 11:5-11
209
IV. Kewenangan dan kuasa yang dipergunakan Saul dalam keadaan
gawat ini. Saul segera membiarkan Israel untuk mengetahui, bah-
wa meskipun ia telah kembali kepada urusan rumah tangganya
sendiri, ia tetap memedulikan rakyat dan tahu bagaimana cara-
nya memerintah orang ke medan perang. Sama seperti ia tahu
bagaimana caranya mengendalikan ternak keluar dari padang (ay.
5, 7). Ia mengirim sebuah pesan ke seluruh daerah Israel, untuk
memperlihatkan jangkauan kekuasaannya yang melampaui suku-
nya sendiri, bahkan mencapai seluruh suku Israel, dan memerin-
tahkan semua tentara untuk dengan ini tampil serentak dengan
mengangkat senjata di dalam kumpulan besar di Bezek. Perhati-
kan,
1. Kesantunan Saul, dengan menyertakan Samuel di dalam ama-
nat itu bersama dirinya. Ia tidak mau melaksanakan tugas se-
bagai seorang raja tanpa terlebih dulu memberi penghormatan
kepada seorang nabi.
2. Kebaikan Saul di dalam menjatuhkan hukuman yang ringan
kepada orang yang sekiranya akan melanggar perintahnya.
Samuel memotong sepasang lembu menjadi potongan-potong-
an, kemudian mengirimkan potongan-potongan itu ke bebe-
rapa kota di Israel, disertai ancaman kepada orang yang seki-
ranya menolak untuk bertindak demi rakyat, bukan dengan
mengatakan, “Orang itu akan diperlakukan juga demikian,”
namun dengan mengatakan, “Lembu-lembunya akan diperlaku-
kan juga demikian.” Allah telah memberi peringatan yang
sama seperti ini sebagai suatu penghakiman yang dahsyat (Ul.
28:31), Lembumu akan disembelih orang di depan matamu,
namun engkau tidak akan memakan dagingnya. Suatu perintah
memang selayaknya dilaksanakan dengan turut disertai se-
jumlah hukuman, namun hukuman Saul ini sama sekali tidak
seberat hukuman yang diberikan untuk perintah yang sama
yang diutarakan oleh seluruh jemaat Israel (Hak. 21:5). Saul
hendak menunjukkan bahwa pemerintahannya lebih lembut
dibandingkan pemerintahan sebelumnya. Dampak yang terjadi
akibat pesan ini yaitu pasukan perang, atau kelompok-
kelompok orang yang terlatih berperang, yang ada di tengah-
tengah bangsa Israel kemudian maju serentak. Dan ini terjadi
sebab Tuhan mendatangkan ketakutan kepada bangsa itu.
Saul tidak bertindak untuk menjadikan bangsa Israel takut
210
akan dia, namun mereka itu mematuhi perintahnya sebab
dipengaruhi rasa takut akan Allah dan rasa hormat terhadap
Allah yang telah menjadikan Saul raja mereka dan menjadikan
diri mereka masing-masing anggota yang seorang terhadap
yang lain. Perhatikanlah, agama serta rasa takut akan Allah
akan menjadikan rakyat sebagai warga yang baik, tentara yang
baik, dan sahabat yang baik demi kepentingan bersama di
negeri. Orang yang takut akan Allah akan dengan penuh
kesadaran menjalankan tanggung jawabnya kepada semua
orang, khususnya kepada pemimpin mereka.
V. Tindakan Saul yang bijaksana di dalam perkara besar ini (ay. 8).
Ia menghitung jumlah orang yang datang memenuhi perintahnya
agar ia tahu persis kekuatan yang dimilikinya serta tahu bagai-
mana membagi-bagi pasukannya dengan cara terbaik menurut
jumlah mereka. Sungguh suatu kehormatan bagi para pemimpin
saat mereka tahu jumlah pasukan yang mereka miliki, namun
sungguh suatu kehormatan bagi Raja segala raja saat pasukan-
Nya tidaklah dapat dihitung (Ayb. 25:3). Dalam himpunan pasuk-
an besar ini, tampak bahwa Yehuda, meskipun dihitung tersen-
diri, tidak memperlihatkan jumlah yang istimewa, sebab seperti
halnya ia merupakan satu suku dari dua belas suku, jumlahnya
hanya tiga puluh ribu orang, yaitu sepersebelas dari jumlah selu-
ruh pasukan yang ada, yang berjumlah tiga ratus tiga puluh ribu
orang, walaupun pasukan itu dikumpulkan di Bezek yang berada
di daerah suku itu sendiri. Suku Yehuda tidak lagi mempunyai
jumlah, keberanian, atau kegigihan yang dahulu terkenal dimiliki
suku ini. Alangkah hinanya suku Yehuda pada saat itu, sebelum
nantinya tongkat pemerintahan dibawa masuk ke dalamnya di
dalam diri Daud.
VI. Iman dan kepercayaan diri Saul, dan sebagai dampak dari kedua-
nya, keberanian dan keteguhan hatinya di dalam upaya ini. Tam-
paknya, para utusan yang membawa kabar dari Yabesh-Gilead
yaitu orang-orang yang sama yang diutus Saul ke seluruh dae-
rah untuk menghimpun pasukan Israel, yang pasti akan melaku-
kan pekerjaannya itu dengan setia dan penuh kehati-hatian. Kini,
Saul mengirim mereka kembali kepada orang-orang sekota mere-
ka dengan jaminan ini (yang kemungkinan diucapkan oleh Saul
Kitab 1 Samuel 11:5-11
211
dengan didukung oleh Samuel): “Besok, pada waktu seperti ini,
sebelum pihak musuh dapat memperkirakan bahwa waktu tujuh
harimu telah habis, akan datang bagimu penyelamatan (ay. 9).
Bersiaplah mengerjakan bagianmu, dan kami tidak akan lalai me-
ngerjakan bagian kami sendiri. Keluarlah menghadapi pengepung-
mu, sementara kami akan mengepung mereka.” Saul tahu bahwa
ia mempunyai dasar yang benar, panggilan yang jelas, dan Allah
berada di pihaknya, sehingga ia tidak merasa ragu dirinya akan
meraih keberhasilan. Ini merupakan kabar baik bagi orang-orang
Gilead yang terkepung, yang mata kanannya sudah kering mene-
teskan air mata oleh sebab kesusahan hati mereka, yang sudah
merasa gagal menemukan pertolongan dan gelisah membayang-
kan malapetaka yang akan menimpa keesokan harinya, yang
akan melihat dengan mata kanan mereka untuk terakhir kalinya.
Semakin genting keadaannya, semakin manislah keselamatan
yang akan diterima. saat mendengar kabar itu, mereka bersuka-
cita dan bersandar kepada jaminan yang diberikan kepada mere-
ka. Kemudian, mereka mengirim pesan kepada perkemahan orang
Amon (ay. 10) untuk menyampaikan, bahwa esok hari, mereka
akan siap menemui musuh mereka itu. Ini ditafsirkan orang
Amon sebagai tanda, bahwa mereka begitu putus asa mengingin-
kan jalan keluar, sehingga orang Amon dibuat semakin merasa
tenteram oleh sebab nya. Jika orang-orang Amon ini tidak merasa
perlu untuk memperbaiki kesalahan mereka dengan mengirim
para pengintai, maka salah mereka sendiri jika nantinya mereka
dikejutkan oleh orang-orang Israel. Sebab, pihak yang terkepung
tidak berkewajiban memberitahu pihak pengepung, bahwa mereka
pasti akan mendapat bala bantuan.
VII. Ketekunan dan ketelitian Saul dalam menjalankan upaya ini.
Seandainya Saul dibesarkan untuk berperang sedari muda, dan
telah memimpin bala tentara sesering dirinya menggembalakan
ternak, maka ia akan bertindak di dalam perkara sepelik ini de-
ngan lebih cakap atau lebih tekun. saat Roh Allah hinggap pada
manusia, maka Roh itu akan membuat manusia menjadi terampil,
sekalipun tanpa pengalaman. Pada saat ini, Saul memiliki bala
tentara yang begitu besar, khususnya jika dibandingkan de-
ngan masa kini, di bawah pimpinannya, dan perjalanan panjang
di hadapannya, hampir sembilan puluh tujuh kilometer jauhnya,
212
serta sungai Yordan yang harus diseberanginya. Tidak ada pasuk-
an berkuda dalam bala tentaranya, semuanya pasukan pejalan
kaki yang nanti akan dibagi menjadi tiga pasukan (ay. 11). Lebih
lanjut, perhatikan,
1. Dengan kesigapan yang luar biasa, Saul bergegas mendatangi
musuhnya. Dalam waktu sehari semalam, ia tiba di medan
laga, tempat nasibnya dan nasib bangsa Israel akan ditentu-
kan. Ia telah memberi janji dan tidak akan melanggarnya.
Bahkan, ia bertindak lebih luhur daripada perkataannya itu,
sebab meskipun ia menjanjikan bahwa bantuan akan datang
keesokan hari pada waktu panas teriknya matahari (ay. 9), ia
ternyata membawanya sebelum siang hari, pada waktu kawal
pagi (ay. 11). Siapa pun yang hendak ditolong Allah, ditolong-
Nyalah dia menjelang pagi (Mzm. 46:6).
2. Dengan keberanian luar biasa, Saul bergegas menghajar mu-
suhnya. Pagi-pagi benar, saat orang Amon masih tidur dan
memimpikan kemenangan yang akan mereka peroleh pada
hari itu atas penduduk kota Yabesh-Gilead yang sengsara itu,
sebelum mereka menjadi awas, Saul tampil di tengah-tengah
pasukan orang Amon, dan tentaranya, yang telah diaturnya
untuk menyerbu orang Amon dalam tiga pasukan. Ia menge-
pung mereka dari segala sisi, sehingga mereka tidak punya
keberanian dan juga waktu untuk mengatasi orang Israel.
Terakhir, Untuk menyempurnakan kehormatan Saul, Allah
menganugerahi segala upaya ini dengan keberhasilan. Yabesh-
Gilead berhasil diselamatkan, dan orang Amon berhasil sepe-
nuhnya dipukul mundur. Saul kini mempunyai hari itu di
hadapannya untuk menyempurnakan kemenangannya, dan
alangkah sempurnanya kemenangan itu, sampai-sampai orang
Amon yang tersisa, sesudah pembantaian besar-besaran itu,
terserak sedemikian rupa sehingga di antara mereka tidak ada
tinggal dua orang bersama-sama untuk menguatkan atau me-
nolong satu dan yang lain (ay. 11). Dapat kita duga, Saul
semakin bergiat di dalam perkara ini,
1. sebab ada semacam persekutuan antara suku Benyamin
dan kota Yabesh-Gilead. Kota itu pernah menolak berga-
bung dengan segenap orang Israel untuk menghancurkan
Gibea, yang kemudian menerima penghukuman akibat
Kitab 1 Samuel 11:12-15
213
kejahatan mereka itu. Namun kini yang mungkin diingat
hanyalah kebaikan penduduk kota tempat tinggal Saul,
saat Saul dari Gibea datang dengan segenap kesiapan
dan keteguhan hati menyelamatkan kota Yabesh-Gilead.
Akan namun , hubungan mereka tidak berhenti pada perkara
ini saja, sebab kepada dua pertiga orang Benyamin yang
tetap hidup pada waktu itu, diberikanlah wanita -pe-
rempuan dari kota Yabesh-Gilead sebagai istri-istri mereka
(Hak. 21:14), sehingga dengan itu, kebanyakan para ibu di
suku Benyamin merupakan putri-putri kota Yabesh-Gilead.
Oleh sebab itu, Saul, sebagai seorang Benyamin, mengasihi
kota itu dengan istimewa, dan kita mendapati bahwa kota
itu pun membalas kebaikan Saul (31:11-12).
2. sebab serangan orang Amon inilah yang mendorong orang
Israel untuk menghendaki seorang raja, demikian dikata-
kan Samuel (12:12), sehingga jika Saul tidak mengerja-
kan bagiannya di dalam peperangan ini, maka ia akan me-
ngecewakan harapan rakyat Israel, dan untuk selamanya
kehilangan rasa hormat mereka.
Persembahan Korban bagi Allah
(11:12-15)
12 Lalu berkatalah bangsa itu kepada Samuel: “Siapakah yang telah berkata:
Masakan Saul menjadi raja atas kita? Serahkanlah orang-orang itu, supaya
kami membunuhnya.” 13 namun kata Saul: “Pada hari ini seorangpun tidak
boleh dibunuh, sebab pada hari ini TUHAN telah mewujudkan keselamatan
kepada Israel.” 14 Dan Samuel berkata kepada bangsa itu: “Marilah kita pergi
ke Gilgal dan membaharui jabatan raja di sana.” 15 Lalu pergilah seluruh
bangsa itu ke Gilgal dan menjadikan Saul raja di sana di hadapan TUHAN di
Gilgal, dan mereka mempersembahkan di sana korban keselamatan di
hadapan TUHAN, dan bersukarialah di sana Saul dan semua orang Israel
dengan sangat.
Pada bagian ini, kita membaca tentang bagaimana kemenangan mu-
lia yang telah diperoleh Saul ini dipergunakan untuk kebaikan lebih
lanjut, bukan dengan menyerang musuh, meski kita dapat menduga
kuat bahwa penduduk Yabesh-Gilead, yang mata kanannya selamat
sesudah nyaris lenyap, dengan kemenangan itu kini beroleh kesempat-
an membalas dendam kepada orang Amon yang biadab itu dan men-
jadikan seteru mereka ini tidak lagi berdaya. Kini, dendam
214
penduduk Yabesh-Gilead yang timbul oleh sebab ancaman atas
mata kanan mereka telah dibalaskan kepada orang Amon, seperti
halnya dendam Simson yang timbul oleh sebab kedua matanya telah
dicungkil telah dibalaskan kepada orang Filistin (Hak. 16:28). Seba-
liknya, catatan yang tertulis di bagian ini mengisahkan tentang bagai-
mana kemenangan itu dipergunakan untuk kebaikan lebih lanjut di
negeri mereka sendiri.
I. Orang Israel mempergunakan kesempatan ini untuk menunjuk-
kan kegigihan mereka terhadap kehormatan Saul, dan kebencian
mereka terhadap penghinaan yang ditimpakan kepadanya. Sa-
muel, tampaknya, turut hadir pada kesempatan itu. Meski tidak
berada di tengah peperangan sebab terlalu jauh baginya untuk
berjalan, Samuel hadir untuk menemui mereka saat mereka
pulang dengan membawa kemenangan. Dan kepada Samuel-lah,
sebagai hakim Israel, gagasan ini disampaikan (sebab me-
reka tahu Saul tidak akan mau menjadi hakim demi kepentingan-
nya sendiri), bahwa orang-orang dursila yang tidak menghendaki
Saul memerintah atas mereka harus diserahkan dan dibunuh (ay.
12). Keberuntungan, demikianlah disebutkan orang-orang bodoh,
Saul semakin meyakinkan mereka untuk menegaskan dirinya se-
bagai raja, melampaui pemilihannya sebagai raja melalui undian
atau melalui pengurapan Samuel atasnya. Mereka tidak punya
cukup keberanian untuk menindak orang-orang yang menentang
Saul pada saat Saul sendiri terlihat hina, namun kini, saat
kemenangannya menjadikan Saul terlihat agung, mereka tidak
akan merasa puas hati sampai menyaksikan orang-orang yang
menentang Saul dihukum mati.
II. Saul mempergunakan kesempatan ini untuk lebih lanjut memper-
lihatkan belas kasihannya, sebab tanpa menantikan jawaban
Samuel, ia mengambil tindakan sendiri memadamkan gagasan itu
(ay. 13): Pada hari ini seorangpun tidak boleh dibunuh, tidak,
bahkan orang-orang jahat yang telah mencelanya. Dengan begitu,
Saul mengembalikan semuanya kepada Allah,
1. sebab hari itu yaitu hari sukacita dan kemenangan: “Pada
hari ini Tuhan telah mewujudkan keselamatan kepada Israel,
dan sebab Allah telah begitu baik terhadap kita semua, maka
janganlah kita berlaku tidak baik kepada satu dan yang lain.
Kitab 1 Samuel 11:12-15
215
Kini, sebab Allah telah membuat hati seluruh orang Israel
berbahagia, janganlah kita membuat hati beberapa orang
Israel bersedih.”
2. sebab Saul berharap bahwa melalui apa yang terjadi pada
hari ini, orang-orang yang menghinanya itu dapat berubah
perangai menjadi lebih baik, dapat lebih merasa yakin bahwa
orang ini, dengan pimpinan Allah, dapat menyelamatkan mere-
ka, dan dapat menghormati dirinya yang sebelumnya mereka
hina. Dan, jika mereka mau kembali, maka ia akan mene-
rima mereka tanpa sama sekali merasa terusik, dan dengan
itu, tujuannya pun tercapai. Jika seorang musuh dapat dijadi-
kan kawan, itu akan lebih menguntungkan bagi kita daripada
membunuhnya. Semua pemimpin yang berbudi baik akan
mempertimbangkan kuasa yang mereka miliki sebagai sesuatu
yang dipergunakan untuk membangun, bukan untuk merun-
tuhkan.
III. Samuel mempergunakan kesempatan ini untuk menghimpun
seluruh umat Israel bersama-sama di hadapan Tuhan di Gilgal
(ay. 14-15).
1. Agar mereka dapat memanjatkan puji syukur bersama-sama
kepada Allah atas kemenangan yang baru diperoleh. Di sanalah
mereka bersukaria dengan sangat, dan, agar Allah mendapat-
kan pujian atas apa yang menjadi penghiburan bagi mereka,
mereka mempersembahkan di hadapan Tuhan, sebagai Sang
Pemberi segala keberhasilan mereka, korban keselamatan.
2. Agar mereka dapat meneguhkan Saul sebagai pemimpin Israel
dengan cara yang lebih khidmat dari apa yang telah dilakukan
sebelumnya, supaya semuanya menjadi pasti bagi Saul.
Samuel menghendaki agar kerajaan Israel diperbaharui. Ia
akan memperbaharui pengunduran dirinya, sementara umat
Israel akan memperbaharui persetujuan mereka, sehingga de-
ngan berpegang kepada penunjukan Allah, atau lebih tepatnya
dengan mematuhi penunjukan Allah itu, mereka menjadikan
Saul raja atas mereka, dan dengan sadar dan penuh tanggung
jawab tunduk kepadanya.
PASAL 12
ita menutup pasal sebelumnya dengan pertemuan raya seluruh
bangsa Israel. Dalam pasal ini kita membaca tentang khotbah
Samuel kepada mereka saat dia menyerahkan tampuk pemerintah-
an ke dalam tangan Saul. Pada kesempatan itu,
I. Ia membersihkan diri dari semua kecurigaan atau tuduhan
terhadap salah urus saat pemerintahan berada di dalam
tangannya (ay. 1-5).
II. Ia mengingatkan mereka tentang hal-hal besar yang telah
diperbuat Allah bagi mereka dan bagi nenek moyang mereka
(ay. 6-13).
III. Ia memperhadapkan mereka kebaikan dan kejahatan, berkat
dan kutuk (ay. 14-15).
IV. Ia menyadarkan mereka untuk memperhatikan apa yang
telah dikatakannya kepada mereka, dengan memohon ke-
pada Allah untuk mengirimkan guruh dan hujan (ay. 16-19).
V. Ia menguatkan mereka dengan harapan bahwa semuanya
akan baik-baik saja (ay. 20-25). Ini yaitu khotbah perpisah-
annya pada pertemuan agung dan khotbah penobatan Saul.
Percakapan Samuel dengan Israel
(12:1-5)
1 Berkatalah Samuel kepada seluruh orang Israel: “Telah kudengarkan segala
permintaanmu yang kamu sampaikan kepadaku, dan seorang raja telah
kuangkat atasmu. 2 Maka sekarang raja itulah yang menjadi pemimpinmu;
namun aku ini telah menjadi tua dan beruban, dan bukankah anak-anakku
laki-laki ada di antara kamu? Akulah yang menjadi pemimpinmu dari sejak
mudaku sampai hari ini. 3 Di sini aku berdiri. Berikanlah kesaksian menen-
tang aku di hadapan TUHAN dan di hadapan orang yang diurapi-Nya: Lembu
siapakah yang telah kuambil? Keledai siapakah yang telah kuambil? Siapa-
K
218
kah yang telah kuperas? Siapakah yang telah kuperlakukan dengan kekeras-
an? Dari tangan siapakah telah kuterima sogok sehingga aku harus tutup
mata? Aku akan mengembalikannya kepadamu.” 4 Jawab mereka: “Engkau
tidak memeras kami dan engkau tidak memperlakukan kami dengan keke-
rasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapa pun.” 5 Lalu
berkatalah ia kepada mereka: “TUHAN menjadi saksi kepada kamu, dan
orang yang diurapi-Nya pun menjadi saksi pada hari ini, bahwa kamu tidak
mendapat apa-apa dalam tanganku.” Jawab mereka: “Dia menjadi saksi.”
Di sini kita membaca tentang,
I. Samuel memberi gambaran kepada mereka tentang segala per-
ubahan besar yang terjadi belakangan ini, dan tentang keadaan
pemerintahan mereka sekarang, untuk mempersiapkan mereka
bagi apa yang akan dikatakannya lebih lanjut (ay. 1-2).
1. Di pihaknya, Samuel telah menghabiskan hari-harinya untuk
melayani mereka. Sejak dini hidupnya ia telah mulai melayani
mereka dan terus berbuat demikian: “Akulah yang menjadi
pemimpinmu (KJV: Aku telah berjalan di depanmu), sebagai
pemandu untuk memandu engkau, sebagai seorang gembala
yang memimpin kawanan dombanya (Mzm. 80:2), dari sejak
mudaku sampai hari ini.” Segera sesudah ia diterangi oleh
terang nubuatan, di hari-hari permulaannya, ia mulai menjadi
suatu terang yang membara dan bersinar bagi Israel. “Dan kini
hari-hari terbaikku telah habis: aku ini telah menjadi tua dan
beruban.” Oleh sebab itu, mereka semakin kasar untuk
mengusirnya, namun sebab itu pula dia lebih bersikeras untuk
mengundurkan diri, sesudah mendapati beban pemerintahan
yang berat di atas pundaknya yang membungkuk. Ia telah
menjadi tua, maka lebih sanggup untuk menasihati mereka,
dan mereka seharusnya lebih memperhatikan apa yang dikata-
kannya, sebab biarlah yang sudah lanjut usianya berbicara,
dan yang sudah banyak jumlah tahunnya memaparkan hik-
mat. Dan seharusnya ada suatu penghormatan yang khusus
sebab usia lanjut, terutama kepada para pejabat dan pelayan
yang lanjut usia. “Aku sudah tua, dan sebab itu sepertinya
tidak akan lama hidup, mungkin tidak punya kesempatan lagi
untuk berbicara kepada kalian, maka perhatikanlah apa yang
aku katakan ini.”
2. Mengenai putra-putranya, “Bukankah” (katanya), “anak-anak-
ku laki-laki ada di antara kamu? Engkau boleh, jika mau,
Kitab 1 Samuel 12:1-5
219
memanggil mereka untuk memberi pertanggungjawaban atas
suatu kesalahan yang telah mereka lakukan. Mereka ada
padamu, dan, sebab semua perubahan ini, tidak melarikan
diri dari negerimu. Mereka sederajat denganmu, warga dari raja
baru sama seperti engkau. Jika engkau dapat membuktikan
mereka bersalah atas suatu kesalahan, engkau boleh mengadili
mereka sekarang berdasar ketentuan hukum, hukum
mereka, dan wajibkan mereka untuk memberikan ganti rugi.”
3. Mengenai raja baru mereka, Samuel telah memenuhi keingin-
an mereka dengan menyiapkan seorang raja atas mereka (ay.
1): “Telah kudengarkan segala permintaanmu yang kamu
sampaikan kepadaku, hanya ingin menyenangkan hatimu, jika
mungkin, dan membuatmu nyaman, kendati harus menying-
kirkan diriku dan keluargaku. Dan kini maukah engkau men-
dengarkanku dan mengingat nasihatku?” Perubahan kini telah
disempurnakan: “Raja itulah yang menjadi pemimpinmu” (ay.
2). Ia tampil di hadapan umum, siap untuk melayanimu dalam
urusan rakyat. Kini sebab engkau telah membuat dirimu se-
perti bangsa-bangsa lain dalam pemerintahan bangsamu, dan
telah menghapus pemerintahan ilahi, maka ingatlah jangan
sampai engkau menjadikan dirimu seperti bangsa-bangsa lain
di dalam hal agama dan dan menyingkirkan penyembahan
kepada Allah.
II. Dengan sungguh-sungguh Samuel membela dirinya, bahwa ia
telah berlaku setia dan lurus dalam melaksanakan pemerintahan
(ay. 3): Lembu siapakah yang telah kuambil? Amatilah,
1. Rencananya dalam pembelaan ini. Dengan ini Samuel bermak-
sud,
(1) Untuk meyakinkan mereka tentang bahaya yang mereka
lakukan dalam menyisihkannya, saat mereka tidak pu-
nya suatu kesalahan apa pun untuk dituduhkan kepada-
nya sebab pemerintahannya tidak ada suatu kesalahan,
malah terlalu murah, terlalu mudah, terlalu lunak. Ia juga
mengingatkan mereka tentang bahaya yang telah mereka
lakukan sendiri dengan menyingkirkan orang yang sama
sekali tidak pernah sekalipun mengambil seekor lembu
atau keledai dari mereka, dan menggantikan orang ini
220
dengan seorang penguasa lain yang justru akan mengambil
dari mereka ladang dan kebun anggur, bahkan putra-putri
mereka (8:11). Betapa berbedanya perilaku raja daripada
Samuel.
(2) Untuk menjaga nama baiknya sendiri. Orang-orang yang
mendengar Samuel ditolak pasti mencurigai dia telah mela-
kukan sesuatu yang jahat, atau dia tidak pernah diperlaku-
kan dengan buruk. sebab itu perlu bagi dia untuk mem-
buat pembelaan ini, agar tampak jelas untuk diingat bahwa
bukan sebab suatu kesalahan apa pun di dalam pemerin-
tahannya bahwa dia disingkirkan, melainkan untuk me-
muaskan selera orang-orang yang goyah, yang tidak dapat
memiliki seorang pemimpin yang lebih baik untuk meme-
rintah mereka, yang hanya menginginkan seseorang yang
lebih besar. Ada utang yang wajar dibayar oleh setiap orang
untuk nama baiknya sendiri, terutama orang-orang yang
memiliki jabatan pemerintahan, yaitu untuk menjaga nama
baiknya dari kecurigaan yang tidak adil. Dengan cara itu
kita dapat menyelesaikan tugas kita dengan hormat dan
penuh sukacita.
(3) Sama seperti dia berencana untuk meninggalkan nama
baik, demikian pula dia berencana untuk meninggalkan
suatu keteladanan yang baik kepada penggantinya. Kiranya
orang menyalin sesuai dengan turunannya, supaya benar
apa yang tertulis.
(4) Ia bermaksud, pada akhir khotbahnya, untuk menegur
umat itu, dan sebab nya dia mulai dengan membuktikan
nama baiknya lebih dahulu. Sebab dia yang, dengan keya-
kinan, akan memberi tahu orang lain tentang dosanya, ha-
rus memastikan bahwa dirinya sendiri bersih.
2. Dalam pembelaan itu sendiri amatilah,
(1) Pembuktian Samuel atas kesalahan yang tidak pernah di-
perbuatnya.
[1] Samuel tidak pernah, di bawah alasan apa pun, meng-
ambil yang bukan miliknya, lembu atau keledai. Tidak
pernah mengambil ternak mereka untuk upah, denda
atau ganti rugi kehilangan, atau menggunakan jasanya
tanpa membayar.
Kitab 1 Samuel 12:1-5
221
[2] Ia tidak pernah menipu orang-orang yang dilayaninya
atau memeras mereka yang berada di bawah wewenang-
nya.
[3] Ia tidak pernah menerima suap untuk menyalahgunakan
keadilan atau berat sebelah dalam mengadili sebab lebih
menyukai suatu pihak, yang bertentangan dengan hati
nuraninya.
(2) Samuel menantang orang-orang yang telah merendahkan-
nya untuk bersaksi tentang perilakunya: “Di sini aku ber-
diri. Berikanlah kesaksian menentang aku. Jika engkau
punya sesuatu untuk mendakwa aku, lakukanlah itu di
hadapan TUHAN dan di hadapan orang yang diurapi-Nya
(KJV: di hadapan raja).” Ia menaruh hormat kepada Saul,
dengan memberikan pertanggungjawaban dirinya di hadap-
annya jika melakukan suatu kesalahan.
III. Dengan hormat Samuel dinyatakan tidak bersalah. Ia tidak ber-
harap rakyat memberi hormat kepadanya pada saat perpisahan,
meskipun ia pantas untuk menerimanya. Oleh sebab nya ia tidak
menyebut pelayanan baik yang telah dilakukannya bagi mereka,
yang untuknya mereka seharusnya memberikan pujian, dan
mengucapkan terima kasih atas nama seluruh bangsa. Semua
yang diinginkannya hanyalah agar mereka berlaku adil kepada-
nya, dan agar mereka benar-benar mau mengakui (ay. 4), bahwa
1. Ia tidak pernah menindas mereka selama pemerintahannya atau
menyalahgunakan wewenangnya untuk melanggar mereka.
2. Bahwa dia tidak membebani mereka: Dari tangan siapakah
telah kuterima sogok untuk mendukung martabatmu. Seperti
Nehemia, dia tidak menuntut pembagian yang menjadi hak
bupati (Neh. 5:18). Bukan hanya selalu benar, namun ia juga
murah hati, perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku
ingini dari siapa pun juga (Kis. 20:33).
IV. Kesaksian ini memberikan kehormatan kepada kesetiaan dan
kelurusan Samuel dalam memerintah, dan dicatat untuk meng-
hormatinya (ay. 5): “TUHAN menjadi saksi, yang menyelidiki hati,
dan orang yang diurapi-Nya pun menjadi saksi, yang telah mela-
kukan berbagai tindakan nyata.” Dan umat setuju dengan hal
222
ini : “Dia menjadi saksi.” Perhatikanlah, kesaksian sesama
kita, dan terutama kesaksian dari hati nurani kita, yang telah me-
lihat bahwa kita hidup dengan jujur, akan menjadi penghiburan
kita saat kita dihina dan dicemooh. Demetrius yaitu seorang
yang berbahagia, sebab semua orang memberi kesaksian yang
baik tentang dia (3Yoh. 1:12).
Percakapan Samuel dengan Israel
(12:6-15)
6 Lalu berkatalah Samuel kepada bangsa itu: “TUHANlah saksi, yang meng-
angkat Musa dan Harun dan yang menuntun nenek moyangmu keluar dari
tanah Mesir. 7 Maka sebab itu, berdirilah supaya aku bersama-sama dengan
kamu berhakim di hadapan TUHAN mengenai segala perbuatan keselamatan
TUHAN yang telah dikerjakan-Nya kepadamu dan kepada nenek moyangmu.
8 saat Yakub datang ke Mesir dan nenek moyangmu berseru-seru kepada
TUHAN, maka TUHAN mengutus Musa dan Harun, yang membawa nenek
moyangmu keluar dari Mesir, dan membiarkan mereka diam di tempat ini.
9 namun mereka melupakan TUHAN, Allah mereka, dan Ia menyerahkan
mereka ke dalam tangan Sisera, panglima tentara di Hazor, dan ke dalam
tangan orang Filistin dan raja Moab, yang berperang melawan mereka.
10 Mereka berseru-seru kepada TUHAN, katanya: Kami telah berdosa, sebab
kami telah meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada para Baal dan para
Asytoret; maka sekarang lepaskanlah kami dari tangan musuh kami, maka
kami akan beribadah kepada-Mu. 11 Sesudah itu TUHAN mengutus Yerubaal,
Barak, Yefta dan Samuel, dan melepaskan kamu dari tangan musuh di seke-
lilingmu, sehingga kamu diam dengan tenteram. 12 namun saat kamu melihat,
bahwa Nahas, raja bani Amon, mendatangi kamu, maka kamu berkata kepada-
ku: Tidak, seorang raja harus memerintah kami, padahal TUHAN, Allahmu,
yaitu rajamu. 13 Maka sebab itu, lihat itu raja yang telah kamu pilih, yang
kamu minta. Sesungguhnya TUHAN telah mengangkat raja atasmu, 14 asal saja
kamu takut akan TUHAN, beribadah kepada-Nya, mendengarkan firman-Nya
dan tidak menentang titah TUHAN, dan baik kamu, maupun raja yang akan
memerintah kamu itu mengikuti TUHAN, Allahmu! 15 namun jika kamu tidak
mendengarkan firman TUHAN dan kamu menentang titah TUHAN, maka
tangan TUHAN akan melawan kamu dan melawan rajamu.
Samuel, sesudah mengamankan nama baiknya, tidak memarahi umat
itu atas ketidakramahan mereka kepadanya, melainkan lebih memi-
lih untuk mengarahkan mereka dan menjaga mereka untuk melaku-
kan kewajiban ibadah mereka. Dengan begitu, perubahan pemerin-
tahan tidak akan menimbulkan kerugian besar terhadap mereka.
I. Ia mengingatkan mereka akan kebesaran kebaikan Allah kepada
mereka dan kepada nenek moyang mereka, memberi mereka sua-
tu ringkasan tentang sejarah bangsa mereka, supaya dengan
Kitab 1 Samuel 12:6-15
223
mengingat semua hal-hal besar yang telah Allah perbuat bagi
mereka, mereka kiranya bertekun dalam mengasihi Dia dan mela-
yani Dia. “Marilah,” katanya (ay. 7), “berdirilah, berdirilah dengan
sikap hormat saat Allah berbicara kepadamu, berdirilah sebagai
tanda perhatian dan ketenangan pikiran, dan biarlah aku beper-
kara, bernalar denganmu.” Agama itu mengandung penalaran di
dalamnya (Yes. 1:18). Pekerjaan para pelayan yaitu beperkara
dengan umat, menjelaskan sebab dan akibat, tidak hanya untuk
menegur dan menasihati, namun juga untuk membujuk, menyata-
kan benar tidaknya penilaian manusia, supaya dapat memperoleh
perkenan dan kasih sayang mereka. Kiranya pikiran memerintah
manusia, dan mereka akan menjadi baik. Samuel menjelaskan
mengapa segala tindakan Allah itu benar, yaitu, “berkat-berkat
yang telah dianugerahkan kepadamu, dalam memenuhi janji-
janji-Nya, dan hukuman-hukuman yang telah ditimpakan-Nya ke
atas kamu sebab dosa-dosamu.” Kebaikan Allah disebut perbuat-
an-Nya yang adil (Hak. 5:11), sebab di dalam perbuatan-Nya Dia
adil demi kehormatan-Nya sendiri. Samuel tidak hanya meng-
ingatkan mereka tentang apa yang telah Allah perbuat bagi
mereka selama hari-hari hidup mereka, namun juga tentang apa
yang telah diperbuat-Nya di masa lalu, selama hari-hari hidup
nenek moyang mereka, sebab zaman sekarang memperoleh berkat
dari kebaikan Allah di masa lalu. Kita menduga bahwa khotbah-
nya jauh lebih panjang daripada yang dicatat di sini.
1. Samuel mengingatkan mereka tentang pembebasan mereka
keluar dari Mesir. Waktu masuk ke dalam rumah perbudakan
ini , Yakub dan keluarganya sangat miskin dan kecil saja.
saat mereka tertindas mereka berteriak kepada Allah, yang
kemudian mengutus Musa dan Harun, dari permulaan yang
hina, untuk menjadi pembebas mereka, dan pendiri dari ne-
gara dan tempat tinggal mereka di Kanaan (ay. 6, 8).
2. Samuel mengingatkan mereka tentang penderitaan dan mala-
petaka yang ditimbulkan oleh nenek moyang mereka sebab
melupakan Allah dan melayani allah-allah lain (ay. 9). Mereka
telah memperbudak diri sendiri, sebab mereka dijual sebagai
penjahat dan tawanan ke dalam tangan para penjajah. Mereka
membuang diri kepada kehancuran sebab perang, dan bang-
sa-bangsa di sekitarnya melawan mereka.
224
3. Samuel mengingatkan mereka tentang pertobatan dan peren-
dahan diri nenek moyang mereka di hadapan Allah atas dosa
penyembahan berhala: Katanya, kami telah berdosa (ay. 10).
Janganlah kiranya mereka mencontoh dosa-dosa nenek mo-
yang mereka, untuk kesalahan yang telah mereka lakukan dan
ingin mereka lepaskan berkali-kali. Pada masa kesengsaraan
mereka telah mencari Allah dan berjanji untuk melayani Dia.
Kiranya anak-anak mereka mengingat kebaikan ini di
sepanjang waktu supaya mereka dapat menemukan kebaikan
di masa-masa yang tidak baik.
4. Samuel mengingatkan mereka tentang pembebasan gemilang
yang banyak kali telah Allah kerjakan bagi mereka, berbagai
kemenangan yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka,
dan menetapnya mereka dengan bahagia sesudah hari-hari
kesulitan dan kesusahan (ay. 11). Ia menyebut secara khusus
beberapa dari para hakim mereka, Gideon dan Yefta, para
penakluk agung di masanya. Di antara yang lain dia menyebut
Barak, yang tidak kita baca lagi di mana pun: dia mungkin
menjadi seorang yang ternama sebagai alat keselamatan bagi
mereka, kendati tidak dicatat di dalam Kitab Hakim-hakim,
seperti halnya Samgar, tentang siapa dikatakan bahwa dia
menyelamatkan orang Israel, namun bukan bahwa dia menjadi
hakim atas mereka (Hak. 3:31). Mungkin Barak ini telah
menjaga dan membebaskan mereka di satu pihak, bersamaan
waktu saat para hakim lain muncul dan bertindak bagi me-
reka di pihak lain. Sebagian orang menduga dia sama dengan
Yair (demikian kata cendekiawan Mr. Poole), sedangkan penaf-
sir lain menduganya sama dengan Simson, yang dulu disebut
Ben Dan, seorang putra Dan, dari suku ini , dan Roh
TUHAN hinggap ke atasnya Be-Dan, di rumah Dan, di dalam
perkemahan Dan. Samuel menyebut dirinya, bukan untuk
memuji diri sendiri, namun untuk kemuliaan Allah, yang telah
menjadikannya sebagai alat untuk mengalahkan orang-orang
Filistin.
5. Akhirnya Samuel juga mengingatkan mereka akan kebaikan
Allah belakangan ini kepada generasi sekarang, dengan meme-
nuhi keinginan mereka untuk diperintah oleh seorang raja,
saat mereka memohon kepada-Nya agar memberikan sese-
orang untuk menyelamatkan mereka dari tangan Nahas (ay.
Kitab 1 Samuel 12:6-15
225
12-13). Sekarang tampaknya inilah yang menjadi alasan meng-
apa mereka menginginkan seorang raja: Nahas telah meng-
ancam mereka. Mereka meminta Samuel untuk mencalonkan
seorang jenderal. Ia memberi tahu mereka bahwa Allah yaitu
panglima tertinggi mereka di dalam semua peperangan sehing-
ga mereka tidak membutuhkan orang lain, sebab dengan
kuasa-Nyalah Ia menopang mereka: TUHAN, Allahmu, yaitu
rajamu. namun mereka bersikeras dengan permintaan mereka
itu, Tidak, seorang raja harus memerintah kami. “Dan seka-
rang,” kata Samuel, “engkau sekarang memiliki seorang raja,
seorang raja yang kauinginkan. Biarlah hal itu membuatmu
malu. namun seorang raja yang dipilih oleh Allah, dan biarlah
hal itu menjadi kemuliaan dan kehormatan bagi anugerah-
Nya.” Allah tidak membuang mereka, meski mereka telah
membuang-Nya.
II. Samuel menunjukkan kepada mereka bahwa mereka sekarang
berperilaku baik, mereka dan raja mereka. namun , janganlah
mereka berpikir bahwa sekarang mereka boleh memutuskan se-
gala kebergantungan kepada Allah, dan bahwa sekarang, dengan
memiliki seorang raja pilihan mereka sendiri, maka nasib baik
mereka, kata orang bodoh, ada dalam tangan mereka sendiri.
Tidak, penghakiman atas mereka tetap datang dari TUHAN.
Samuel memberi tahu mereka dengan jelas,
1. Bahwa ketaatan mereka kepada Allah pasti akan menjadi
kebahagiaan mereka (ay. 14). jika mereka tidak berpaling
dari Allah kepada berhala-berhala, atau memberontak mela-
wan Dia dengan melanggar hukum-hukum-Nya, melainkan
tetap bertekun dalam persekutuan mereka dengan Dia, takut
akan murka-Nya, melayani semua kepentingan-Nya, dan me-
naati kehendak-Nya, maka mereka dan raja mereka pasti akan
berbahagia. Akan namun amatilah bagaimana janji ini
diungkapkan: Asal saja ... kamu, maupun raja yang akan me-
merintah kamu itu mengikuti TUHAN, Allahmu, yaitu,
(1) “Kamu harus terus hidup di jalan kewajibanmu kepada
Allah, yang akan menjadi kehormatan dan penghiburan-
mu.” Perhatikanlah, bagi mereka yang bersungguh-sung-
guh di dalam ibadah agama mereka, Allah akan memberi-
226
kan anugerah ketekunan dalam kesungguhan mereka itu:
mereka yang mengikuti Allah dengan setia akan dikuatkan
secara rohani untuk terus mengikuti Dia. Amatilah, meng-
ikuti Allah yaitu suatu pekerjaan yang memiliki upahnya
tersendiri. Hal itu yaitu perkara janji dan juga perintah.
(2) “Engkau akan terus berada di bawah tuntunan dan perlin-
dungan ilahi:” Engkau akan mengikuti TUHAN, demikianlah
tulisan di dalam bahasa aslinya, yaitu, “Ia akan berada di
depanmu untuk memimpin dan mensejahterakan hidup-
mu, dan membuat jalanmu lurus. TUHAN beserta dengan
kamu bilamana kamu beserta dengan Dia.”
2. Bahwa ketidaktaatan mereka pasti akan menjadi kehancuran
mereka (ay. 15): “Jika engkau memberontak, jangan berpikir
bahwa dengan memiliki raja engkau akan aman dari hukuman
Allah, dan bahwa dengan memiliki raja, engkau boleh sama
seperti bangsa-bangsa lain, boleh berbuat dosa semudah-
mudahnya seperti mereka. Tidak, tangan TUHAN akan mela-
wan kamu dan melawan rajamu (KJV: tangan TUHAN akan me-
lawan engkau, seperti dulu melawan nenek moyangmu) saat
mereka telah mendukakan Dia, di zaman para hakim.” Kita
keliru jika kita berpikir bahwa kita dapat mengelak keadilan
Allah dengan mengguncang kekuasaan-Nya. Jika Allah tidak
memerintah atas kita, maka Dia akan menghukum kita.
Samuel Memohon Guruh dan Hujan;
Samuel Menguatkan dan Menghibur Israel
(12:16-25)
16 Sekarang tinggallah berdiri dan lihatlah perkara yang besar yang akan
dilakukan TUHAN di depan matamu ini. 17 Bukankah sekarang musim me-
nuai gandum? Aku akan berseru kepada TUHAN, supaya Ia memberikan
guruh dan hujan. Lihatlah dan sadarlah, bahwa besar kejahatan yang telah
kamu lakukan itu di mata TUHAN dengan meminta raja bagimu.” 18 Lalu ber-
serulah Samuel kepada TUHAN, maka TUHAN memberikan pada hari itu
guruh dan hujan, sehingga sangat takutlah seluruh bangsa itu kepada
TUHAN dan kepada Samuel. 19 Berkatalah seluruh bangsa itu kepada Sa-
muel: “Berdoalah untuk hamba-hambamu ini kepada TUHAN, Allahmu,
supaya jangan kami mati, sebab dengan meminta raja bagi kami, kami me-
nambah dosa kami dengan kejahatan ini.” 20 Dan berkatalah Samuel kepada
bangsa itu: “Jangan takut; memang kamu telah melakukan segala kejahatan
ini, namun janganlah berhenti mengikuti TUHAN, melainkan beribadahlah
kepada TUHAN dengan segenap hatimu. 21 Janganlah menyimpang untuk
mengejar dewa kesia-siaan yang tidak berguna dan tidak dapat menolong
Kitab 1 Samuel 12:16-25
227
sebab semuanya itu yaitu kesia-siaan belaka. 22 Sebab TUHAN tidak akan
membuang umat-Nya, sebab nama-Nya yang besar. Bukankah TUHAN telah
berkenan untuk membuat kamu menjadi umat-Nya? 23 Mengenai aku, jauh-
lah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan
kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan lurus. 24 Hanya
takutlah akan TUHAN dan setialah beribadah kepada-Nya dengan segenap
hatimu, sebab ketahuilah, betapa besarnya hal-hal yang dilakukan-Nya di
antara kamu. 25 namun jika kamu terus berbuat jahat, maka kamu akan
dilenyapkan, baik kamu maupun rajamu itu.”
Dua hal yang menjadi tujuan Samuel di sini:
I. Untuk menginsafkan umat Israel dari dosa mereka dalam
menginginkan seorang raja. Mereka sekarang bersukacita di ha-
dapan TUHAN bersama raja mereka (11:15), dan mempersembah-
kan kepada Allah korban puji-pujian, yang mereka harapkan
untuk diterima oleh Allah. Hal ini mungkin membuat mereka
berpikir bahwa tidak ada masalah dalam meminta seorang raja,
melainkan mereka akan baik-baik saja dengan hal ini . Oleh
sebab itu, Samuel di sini menyalahkan mereka berdosa dengan
permintaan itu, sebagai kejahatan, besar kejahatan yang telah
kamu lakukan itu di mata TUHAN. Perhatikanlah, kendati kita
memperoleh kekayaan dan keberhasilan dengan cara dosa,
janganlah kita berpikir sebab telah mendapat perkenanan-Nya.
Mereka memiliki seorang raja, dan jika mereka berperilaku baik,
maka raja mereka dapat menjadi suatu berkat yang sangat besar
bagi mereka, namun Samuel mengajak mereka memahami dan
melihat bahwa besar kejahatan mereka dalam meminta seorang
raja. Janganlah kita berpikir sesuatu yang tidak disenangi Allah
itu baik-baik saja, sekalipun tampaknya Ia tersenyum dengan hal
itu. Amatilah,
1. Ungkapan ketidaksenangan Allah terhadap permintaan mere-
ka akan seorang raja. saat Samuel mengatakan permohon-
annya, Allah pun mengirimkan guruh dan hujan yang menak-
jubkan kepada mereka, pada suatu musim dalam tahun itu di
negeri ini , dan hal seperti itu tidak pernah dilihat atau
diketahui sebelumnya (ay. 16-18). Guruh dan hujan memiliki
sebab alamiah dan terkadang dampak yang mengerikan.
Namun Samuel memperlihatkan bahwa guruh dan hujan saat
itu dirancangkan khusus oleh kuasa Allah yang berdaulat
secara sengaja untuk menginsafkan mereka, bahwa mereka
telah melakukan kejahatan yang sangat besar dalam meng-
228
inginkan seorang raja. Tidak hanya oleh kemunculannya pada
waktu yang tidak biasa, pada musim menuai gandum, dan
terjadi di siang hari yang sangat cerah, saat tidak ada tanda-
tanda yang terlihat mata akan datangnya guruh, namun dengan
pemberitahuan oleh Samuel terlebih dahulu. Seandainya
datang guruh dan hujan pada waktu Samuel sedang berbicara
dengan mereka, maka mungkin ia dapat menggunakannya
untuk menyadarkan dan menginsafkan mereka, seperti halnya
kita di dalam perkara yang serupa. Namun, supaya tampak
jelas bahwa guruh dan hujan terjadi sebagai suatu mujizat,
maka
(1) Samuel mengatakannya kepada mereka terlebih dahulu
(ay. 16-17): Sekarang tinggallah berdiri dan lihatlah perkara
yang besar. Ia sebelumnya juga telah meminta mereka un-
tuk berdiri dan mendengar (ay. 7). namun , sebab dia tidak
melihat bahwa ajakannya itu memengaruhi mereka, betapa
bodoh dan tertutupnya pikiran mereka, maka sekarang dia
meminta mereka berdiri dan melihat. Jika apa yang dikata-
kannya dengan bunyi angin sepoi-sepoi basa (KJV: dengan
suara yang lembut) tidak dapat mencapai hati mereka, atau
pengajarannya hanya jatuh seperti embun, maka sekarang
mereka akan mendengar Allah berbicara langsung kepada
mereka dalam dentuman guruh dan hujan deras dari
kekuatan-Nya. Samuel memohon hal ini sebagai tanda:
“Aku akan berseru kepada TUHAN, supaya Ia memberikan
guruh dan hujan, akan mengirimkannya sekarang juga,
untuk meneguhkan perkataan hamba-Nya ini. Dan juga
untuk membuat matamu melihat bahwa aku berkata sung-
guh-sungguh saat aku memberi tahu kamu bahwa Allah
sangat marah terhadap engkau, sebab meminta seorang
raja.” Dan kejadian ini membuktikan bahwa Samuel
sungguh benar-benar seorang nabi yang sejati. Tanda dan
keajaiban sungguh terjadi.
(2) Ia memohon hal itu kepada Allah. Samuel berseru kepada
Allah, dan, dalam menjawab doanya, bahkan sementara dia
sedang memohon, TUHAN memberikan pada hari itu guruh
dan hujan. Dengan kejadian ini Samuel menjadikan jelas,
tidak hanya betapa kuatnya pengaruh Allah atas bumi ini,
sehingga Ia sanggup, dalam sekejap dan tiba-tiba, saat
Kitab 1 Samuel 12:16-25
229
tidak ada penyebab alamiah bekerja, menghasilkan guruh
dan hujan yang mengerikan ini, membawanya keluar dari
perbendaharaan-Nya (Mzm. 135:7), namun juga betapa kuat-
nya kepentingan Samuel di sorga, sehingga TUHAN mau men-
dengarkan permohonan seorang manusia (Yos. 10:14) dan
menjawabnya dalam persembunyian guntur (Mzm. 81:8). Sa-
muel, sang putra doa ini , masih tetap terkenal sebab
keberhasilannya di dalam doa. Nah, melalui guruh dan hujan
yang luar biasa yang dikirim pada kesempatan ini,
[1] Allah menegaskan ketidaksenangan-Nya terhadap mere-
ka dengan cara yang sama yang telah ditunjukkan-Nya
sebelumnya, dan juga dalam menjawab doa Samuel,
dalam melawan orang-orang Filistin. TUHAN menggun-
tur dengan bunyi yang hebat (7:10). Sekarang saat
Israel memberontak, dan mendukakan Roh Kudus-Nya,
Ia berubah menjadi musuh mereka, dan berperang
melawan mereka dengan senjata yang sama, yang telah
digunakan-Nya belum lama ini saat melawan para
musuh mereka (Yes. 63:10).
[2] Allah menunjukkan kepada mereka kebodohan mereka
dalam menginginkan seorang raja untuk menyelamat-
kan mereka, dan bukannya menginginkan Allah atau
Samuel. Mereka bodoh dalam menjanjikan keselamatan
bagi diri mereka sendiri dengan lebih bersandar pada
tangan manusia daripada tangan Allah atau dari kuasa
doa. Dapatkah raja mereka mengguntur dengan suara
seperti Allah? (Ayb. 40:4, KJV). Dapatkah pemimpin
mereka memerintahkan kekuatan demikian seperti yang
dilakukan sang nabi dengan doa-doanya?
[3] Allah menyatakan kepada mereka bahwa tidak peduli
betapa tenang dan makmurnya keadaan mereka sesudah
memiliki seorang raja, seperti cuaca di musim menuai
gandum, namun, jika Allah mau, Ia sanggup dengan
segera mengubah wajah langit mereka, dan menyiksa
mereka dengan angin topan-Nya, seperti yang diucap-
kan pemazmur.
2. Pengaruh yang ditimbulkan oleh kejadian ini pada umat.
Kejadian ini sangat mengejutkan mereka.
230
(1) Sangat takutlah seluruh bangsa itu kepada TUHAN dan
kepada Samuel. Kendati saat mereka memiliki seorang
raja mereka siap berpikir hanya takut kepadanya saja,
Allah membuat mereka tahu bahwa Ia lebih dahsyat (KJV: Ia
sangat ditakuti ) dan para nabi-Nya juga demikian demi
nama-Nya. Kini mereka bersukacita sebab raja mereka,
namun Allah mengajar mereka untuk bersukacita dengan
takut dan gentar.
(2) Mereka mengakui dosa dan kebodohan mereka dalam meng-
inginkan seorang raja: kami menambah dosa kami dengan
kejahatan ini (ay. 19). Sebagian orang tidak akan disadarkan
akan dosa mereka hanya dengan cara yang lebih halus dari-
pada badai dan guruh. Samuel tidak mendapatkan pengaku-
an ini dari mereka sebelum perkaranya ditetapkan dan raja
diteguhkan, supaya jangan sampai kelihatan seakan-akan
dia yang merancangkan semuanya untuk menegakkan diri
sendiri sebagai kepala pemerintahan dan bukannya untuk
membawa mereka kepada pertobatan. Sekarang mereka
membujuk diri mereka sendiri, sampai orang mendapati kesa-
lahan mereka dan membencinya (Mzm. 36:3).
(3) Mereka sungguh-sungguh memohon doa Samuel (ay.
19): “Berdoalah untuk hamba-hambamu ini kepada TUHAN,
Allahmu, supaya jangan kami mati. Mereka telah menyadari
bahaya yang akan menimpa mereka sebab murka Allah,
dan tidak dapat berharap bahwa Ia akan mendengarkan
doa-doa mereka, dan sebab itu mereka memohon dengan
sangat supaya Samuel berdoa bagi mereka. Sekarang mere-
ka melihat, mereka sangat memerlukan dia, padahal bebe-
rapa waktu lalu mereka meremehkannya. Demikianlah,
banyak yang tidak suka Kristus menjadi raja, namun senang
memohon-Nya untuk menjadi perantara bagi mereka, un-
tuk menyingkirkan murka Allah. Dan waktunya akan tiba
saat orang-orang yang telah mencemooh dan meremehkan
mereka yang pendoa akan menghargai doa-doa mereka, dan
memohon doa restu mereka. Mereka berkata, “Berdoalah
kepada TUHAN, Allahmu. Kami tidak tahu bagaimana me-
manggil Dia menjadi milik kami, namun , jika engkau men-
dapat perhatian di mata-Nya, panjatkanlah doa bagi kami.”
Kitab 1 Samuel 12:16-25
231
II. Samuel bertujuan untuk meneguhkan bangsa Israel supaya tetap
berpaut dalam agama kepercayaan mereka, dan mendorong mere-
ka untuk selamanya berpaut kepada TUHAN. Khotbah Samuel di
sini sangat mirip dengan punya Yosua, dalam Yosua 23:1 dan
24:1.
1. Samuel tidak ingin bahwa kengerian dari TUHAN akan menim-
bulkan ketakutan mereka sehingga mereka menjauhkan diri
dari Dia. Kengerian dari Allah dimaksudkan untuk menimbul-
kan ketakutan mereka kepada Dia sehingga mendekat diri ke-
pada Dia (ay. 20): “Jangan takut; memang kamu telah melaku-
kan segala kejahatan ini, dan kendati Allah murka kepadamu,
namun janganlah berhenti beribadah kepada-Nya, atau berhenti
mengikuti TUHAN.” Jangan takut, yaitu, “jangan putus asa,
jangan takut dengan tercengang, cuaca akan cerah sesudah
badai. Jangan takut. Sebab, kendati Allah mengernyitkan dahi
kepada umat-Nya, Dia tetap tidak akan meninggalkan mereka
(ay. 22), sebab nama-Nya yang besar. Maka janganlah engkau
meninggalkan Dia.” Setiap pelanggaran dalam kovenan, meski-
pun hal ini tidak menyenangkan TUHAN, tidak akan
membuang kita keluar dari kovenan, dan sebab nya janganlah
hardikan Allah menjauhkan kita dari pengharapan kita akan
belas kasih-Nya. Keteguhan pilihan untuk mengikuti Allah
terjadi oleh tingkat kebebasan dalam memilih. sebab itu kita
dapat berharap Dia tidak akan meninggalkan umat-Nya, sebab
TUHAN berkenan untuk membuat kamu menjadi umat-Nya. Se-
andainya Ia telah memilih engkau sebab perbuatan baikmu,
maka kita boleh takut Dia akan membuang kita sebab per-
buatan kita yang jahat. namun , dengan memilih kita demi
nama-Nya, maka demi nama-Nya pula Dia tidak akan mening-
galkan kita.
2. Ia memperingatkan mereka terhadap penyembahan berhala:
“Janganlah menyimpang dari Allah dan dari menyembah Dia”
(ay. 20-21). “Sebab jika engkau menyimpang dari Allah, ke-
pada siapa pun engkau berpaling, engkau akan mendapati hal
itu sebagai hal yang sia-sia, yang tidak akan pernah dapat me-
menuhi harapanmu, melainkan akan dengan pasti menipu
engkau jika engkau menaruh percaya kepadanya. Itu ha-
nyalah buluh yang patah, sebuah kolam yang bocor.” Berhala
tidak dapat memberi keuntungan kepada orang yang mencari-
232
nya dalam kekurangan mereka, atau melepaskan mereka yang
mencarinya di dalam kesulitan mereka, sebab semua berhala
yaitu kesia-siaan, dan bukan tidak ada apa-apanya seperti
kelihatannya. Tidak ada, apa-apanya, berhala di dunia (1Kor.
8:4).
3. Samuel menghibur mereka dengan jaminan, bahwa Allah akan
terus memperhatikan dan memelihara dan mereka (ay. 23).
Mereka memohon Samuel berdoa untuk mereka (ay. 19). Ia
dapat saja berkata, “Pergilah kepada Saul, raja yang telah eng-
kau ambil untuk menggantikanku,” dan mintalah dia untuk
berdoa bagimu. Akan namun , sangat jauhlah dia dari memarahi
mereka, sekalipun mereka tidak menghargainya. Malahan, dia
menjanjikan kepada mereka jauh lebih besar daripada yang
mereka minta.
(1) Mereka memohon bantuan kepadanya. Ia berjanji melaku-
kannya sebagai kewajibannya dan sama sekali tidak ber-
pikir untuk mengabaikannya. Berdoalah! katanya, jauhlah
dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti
mendoakan kamu. Perhatikanlah, yaitu suatu dosa ke-
pada Allah untuk tidak berdoa bagi Israel milik Allah,
terutama bagi orang-orang yang berada di bawah pelayan-
an kita: dan seorang yang baik takut berbuat salah dengan
mengabaikan kewajibannya.
(2) Mereka meminta dia untuk berdoa bagi mereka pada saat
ini, untuk masalah ini, namun dia berjanji untuk terus ber-
doa bagi mereka dan tidak akan berhenti selama dia hidup.
Aturan kita yaitu tetaplah berdoa. Kita berdosa jika kita
tidak berdoa, dan secara khusus jika kita berhenti berdoa
bagi jemaat.
(3) Mereka memohon kepadanya untuk berdoa bagi mereka,
namun dia menjanjikan untuk melakukan lebih banyak bagi
mereka, tidak hanya berdoa bagi mereka, namun juga meng-
ajar mereka. Meskipun mereka tidak bersedia untuk ber-
ada di bawah pemerintahannya sebagai seorang hakim, dia
tidak akan mengingkari kewajibannya sebagai seorang nabi
untuk mengajari mereka. Mereka boleh yakin, bahwa tidak
ada lain yang akan dia ajarkan selain jalan yang baik dan
lurus. Dan jalan yang lurus itu pastilah jalan yang baik.
Jalan kewajiban yaitu jalan kesukaan dan keberkahan.
Kitab 1 Samuel 12:16-25
233
4. Samuel mengakhiri pembicaraannya dengan nasihat kepada
mereka untuk bersungguh-sungguh dalam menjalankan iba-
dah dan hidup saleh (ay. 24-25). Keharusan besar yang dite-
kankan kepada kita di sini yaitu untuk takut akan TUHAN. Ia
berkata sebelumnya (ay. 20), “Jangan takut seperti seorang
budak,” namun di sini, “Takutlah akan TUHAN, dengan ketakut-
an sebab kasih, sebab mengasihi Tuhan.” Sebagai hasil dan
bukti dari rasa takut kepada Tuhan, layanilah Dia dengan
beribadah kepada-Nya dan hiduplah dalam kesalehan, dalam
kebenaran dan ketulusan, dan bukan hanya supaya dilihat
orang atau di bibir belaka, melainkan dengan hatimu, dengan
segenap hatimu, bukan dengan berpura-pura atau dengan hati
yang mendua. Dan dua alasan yang ditekankan yaitu :
(1) Bahwa mereka terikat dalam perasaan syukur untuk ber-
ibadah kepada Allah, dengan mengingat betapa besarnya
hal-hal yang dilakukan-Nya di antara mereka, untuk meng-
ikat mereka selamanya supaya beribadah kepada-Nya.
(2) Bahwa mereka terikat dalam kepentingan untuk beribadah
kepada Dia, dengan mengingat betapa hebatnya hal-hal
yang akan dilakukan-Nya untuk melawan mereka jika
mereka masih tetap melakukan hal-hal yang jahat: ”Kamu
akan dilenyapkan oleh berbagai penghukuman Allah, baik
kamu maupun rajamu itu yang engkau bangga-banggakan
dan andalkan itu, namun yang akan menjadi suatu berkat
bagimu jika engkau tetap berpaut kepada Allah.” Jadi, se-
perti seorang penjaga menara yang setia, Ia telah memberi
mereka peringatan, dan bahkan mengorbankan nyawa-Nya
sendiri.
PASAL 1 3
rang-orang Israel yang menginginkan seorang raja seperti
semua bangsa lain berkhayal bahwa, saat mereka memiliki-
nya, mereka akan terlihat sangat besar dan hebat. namun dalam pasal
ini kita mendapati hal itu malah terbukti sebaliknya. Selama Samuel
bergabung dalam tugas dengan Saul, semuanya berjalan dengan baik
(11:7). Akan namun , sebab sekarang Saul mulai memerintah sendiri,
semuanya mengalami kemerosotan, dan perkataan Samuel mulai
tergenapi: “Kamu akan dilenyapkan, baik kamu maupun rajamu.”
Sebab tidak pernah pemerintahan Israel melangkah lebih jauh me-
nuju kehancuran daripada dalam pasal ini.
I. Saul tampak di sini sebagai raja yang sangat bodoh.
1. Hilang akal dalam rancangan-rancangannya (ay. 1-3).
2. Diserang oleh negeri-negeri tetangganya (ay. 4-5).
3. Ditinggalkan oleh prajurit-prajuritnya (ay. 6-7).
4. Gelisah jiwanya, dan mempersembahkan korban dalam
kebingungan (ay. 8-10).
5. Ditegur oleh Samuel (ay. 11-13).
6. Ditolak oleh Allah sebagai raja (ay. 14).
II. Rakyat mulai menjadi sangat sengsara.
1. Tawar hati dan terserak (ay. 6-7).
2. Berkurang jumlahnya (ay. 15-16).
3. Dijarah (ay. 17-18).
4. Dilucuti senjatanya (ay. 19-23).
Semuanya ini mereka dapatkan sebab mereka sudah menyingkirkan
pemerintahan Allah, dan membuat diri mereka menjadi seperti bang-
sa-bangsa lain. Segala kemuliaan mereka meninggalkan mereka.
O
236
Orang Filistin Berperang Melawan Israel
(13:1-7)
1 Saul berumur sekian tahun saat ia menjadi raja; dua tahun ia memerin-
tah atas Israel. 2 Saul memilih tiga ribu orang dari antara orang Israel; dua
ribu orang ada bersama-sama dengan Saul di Mikhmas dan di pegunungan
Betel, sedang seribu orang ada bersama-sama dengan Yonatan di Gibea
Benyamin, namun selebihnya dari rakyat itu disuruhnya pulang, masing-
masing ke kemahnya. 3 Yonatan memukul kalah pasukan pendudukan orang
Filistin yang ada di Geba; dan hal itu terdengar oleh orang Filistin. sebab itu
Saul menyuruh meniup sangkakala di seluruh negeri, sebab pikirnya:
“Biarlah orang Ibrani mendengarnya.” 4 Demikianlah seluruh orang Israel
mendengar kabar, bahwa Saul telah memukul kalah pasukan pendudukan
orang Filistin dan dengan demikian orang Israel dibenci oleh orang Filistin.
Kemudian dikerahkanlah rakyat itu untuk mengikuti Saul ke Gilgal. 5 Ada-
pun orang Filistin telah berkumpul untuk berperang melawan orang Israel.
Dengan tiga ribu kereta, enam ribu orang pasukan berkuda dan pasukan
berjalan kaki sebanyak pasir di tepi laut mereka bergerak maju dan ber-
kemah di Mikhmas, di sebelah timur Bet-Awen. 6 saat dilihat orang-orang
Israel, bahwa mereka terjepit – sebab rakyat memang terdesak – maka larilah
rakyat bersembunyi di gua, keluk batu, bukit batu, liang batu dan perigi;
7 malah ada orang Ibrani yang menyeberangi arungan sungai Yordan menuju
tanah Gad dan Gilead, sedang Saul masih di Gilgal dan seluruh rakyat
mengikutinya dengan gemetar.
Kita tidak diberi tahu dalam hal apa bangsa Israel berlaku salah
kepada Allah, sehingga mereka kehilangan hadirat-Nya dan membuat
tangan-Nya berbalik melawan mereka, seperti yang sudah diancam-
kan Samuel (12:15). namun tidak diragukan lagi bahwa mereka me-
ninggalkan Allah, sebab kalau tidak, Ia tidak akan meninggalkan
mereka, seperti yang tampak di sini. Sebab,
I. Saul sangat lemah dan tidak cakap dalam memerintah, dan tidak
mengatur urusan-urusannya dengan bijaksana. Saul yaitu anak
yang berumur satu tahun, demikianlah kata-kata yang pertama
dalam bahasa aslinya, sebuah ungkapan yang dalam pandangan
kita menandakan tanggal pemerintahannya, namun biasanya itu
menandakan tanggal kelahiran seseorang. Oleh sebab itu sebagi-
an penafsir memahaminya secara kiasan, yang maksudnya ia
sama polos dan baiknya seperti anak yang berumur satu tahun.
Demikian pula dalam terjemahan bahasa Aram: ia tanpa kesalah-
an, seperti seorang anak yang berumur satu tahun. Akan namun ,
jika kita memahaminya secara kiasan, pernyataan itu bisa juga
menyiratkan bahwa ia tidak tahu apa-apa dan tidak bijak, dan
tidak layak untuk mengurus pekerjaan sama seperti seorang anak
yang berumur satu tahun. Dan rincian-rincian peristiwa selanjut-
Kitab 1 Samuel 13:1-7
237
nya membuat pengertian ini lebih sesuai dengan tabiat Saul dari-
pada pengertian sebelumnya. namun kita lebih memahaminya,
seperti yang diartikan dalam terjemahan kita sendiri (KJV), Saul
memerintah selama satu tahun, dan tidak ada suatu hal besar
yang terjadi. Itu yaitu tahun tanpa tindakan. namun pada
tahunnya yang kedua ia melakukan hal-hal berikut ini:
1. Saul memilih sekelompok tiga ribu laki-laki, yang darinya ia
sendiri memerintah dua ribu orang, dan Yonatan anaknya
memerintah seribu orang (ay. 2). Selebihnya dari rakyat itu
dibubarkannya ke kemah mereka masing-masing. Jika Saul
meniatkan orang-orang ini hanya sebagai penjaga dirinya dan
para pengiring kehormatannya, maka tidaklah bijak untuk
mempunyai begitu banyak orang. Dan jika ia meniatkan mere-
ka sebagai tentara tetap, sebab menyadari adanya bahaya
dari orang Filistin, maka tidak bijak juga untuk mempunyai
begitu sedikit orang. Dan mungkin keyakinan yang ditaruhnya
pada sejumlah orang pilihan ini, dan dibubarkannya orang-
orang selebihnya dari pasukan yang pemberani itu, yang
dengannya ia belum lama ini mengalahkan bani Amon (11:8-
11), dipandang sebagai penghinaan terhadap kerajaan. Hal itu
juga menimbulkan kejijikan dalam diri semua orang, dan me-
rupakan alasan mengapa hanya begitu sedikit orang yang da-
tang memenuhi panggilannya saat ia membutuhkan mereka.
Raja yang hanya mengandalkan kelompok tertentu, melemah-
kan kepentingannya dalam seluruh rakyat.
2. Saul memerintahkan Yonatan anaknya untuk mengejutkan
dan menghancurkan pasukan pendudukan orang Filistin yang
ada di dekatnya di Geba (ay. 3). Saya berharap tidak ada alas-
an untuk menduga bahwa ini merupakan suatu pelanggaran
atau pengingkaran terhadap beberapa kesepakatan dengan
orang Filistin, dan bahwa itu dilakukan secara curang atau
khianat. Alasan saya menduganya yaitu sebab dikatakan
bahwa, sebab berbuat demikian, orang Israel dibenci. Atau,
sesuai kata yang dipakai, orang Israel benar-benar berbau bu-
suk bagi orang Filistin (ay. 4), sebagai orang-orang yang tidak
mempunyai kejujuran yang selazimnya, dan yang perkataan-
nya tidak dapat dipegang. Jika memang demikian, maka kita
akan menyalahkan, bukan Yonatan yang melakukannya, me-
lainkan Saul, raja dan ayahnya, yang memerintahkan dia
238
untuk melakukannya, dan mungkin membuat dia tidak me-
ngetahui kebenaran dari perkara ini. Tidak ada yang membuat
nama Israel dibenci oleh orang-orang luar selain penipuan dan
ketidakjujuran dari orang-orang yang disebut dengan nama
yang terpuji itu. Jika orang-orang yang mengaku beragama
berbuat curang dan memperdaya, mengingkari kata-kata me-
reka dan mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepada
mereka, maka agama menjadi jelek sebab nya, dan dibenci
oleh orang Filistin. Siapa lagi yang dapat dipercaya kalau bu-
kan orang Israel, yang, seperti diharapkan, dalam dirinya tidak
ada kepalsuan?
3. sesudah Saul membuat geram orang-orang Filistin seperti itu,
pada saat itulah ia mulai mengerahkan pasukan-pasukan.
namun seandainya ia bertindak dengan bijak, ia pasti sudah
melakukan itu sebelumnya. saat orang Filistin mempunyai
pasukan besar yang siap untuk menggempur Saul, untuk
membalaskan kejahatan yang telah dilakukannya kepada me-
reka, pada saat itulah ia menyuruh meniup sangkakala di selu-
ruh negeri, di antara orang-orang yang tak acuh, kalau bukan
tidak puas, sambil berkata, biarlah orang Ibrani mendengarnya
(ay. 3). Dan dengan begitu, orang-orang sebanyak yang diang-
gap layak, datang kepada Saul dan mengikutinya ke Gilgal (ay.
4). namun sekarang sebagian besar rakyat, dapat kita duga,
mundur. Entah sebab tidak menyukai cara Saul memerintah
atau takut pada kekuatan orang Filistin. Seandainya Saul me-
manggil mereka lebih awal, mereka pasti akan siap sedia un-
tuk menuruti perintahnya, seperti yang mereka lakukan saat
ia maju melawan bani Amon. Kita sering kali mendapati bahwa
sesudah kejadian barulah kita sadar bahwa kita bisa saja
berbuat jauh lebih baik dan mencegah banyak kesusahan.
II. Tidak pernah orang Filistin menunjukkan diri dalam sebuah ge-
rombolan yang begitu mengerikan seperti sekarang, sesudah Saul
menyulut amarah mereka. Kita dapat menduga bahwa mereka
mendapatkan banyak bantuan dari sekutu-sekutu mereka. Sebab
(ay. 5), selain enam ribu kuda, yang pada masa itu merupakan
gerombolan yang besar, saat kuda tidak begitu banyak diguna-
kan dalam perang seperti sekarang, mereka juga mempunyai se-
jumlah besar kereta, tiga puluh ribu semuanya. Sebagian besar
Kitab 1 Samuel 13:1-7
239
darinya, dapat kita duga, yaitu pengangkut barang-barang ba-
waan dari tentara yang begitu besar, dan bukan kereta perang.
namun pasukan pejalan kaki mereka sebanyak pasir di tepi laut,
begitu cemburunya mereka akan kehormatan bangsa mereka, dan
begitu geramnya mereka akan kekejian orang Israel yang telah
menghancurkan pasukan pendudukan mereka. Seandainya Saul
meminta nasihat dari Allah sebelum ia menyulut amarah orang
Filistin, maka bisa jadi ia dan bangsanya dapat menghadapi an-
caman ini dengan lebih baik. Inilah masalah yang sekarang mere-
ka datangkan atas diri mereka sendiri sebab kebodohan mereka.
III. Tidak pernah bangsa Israel begitu lemah hati, begitu pengecut,
begitu sangat penakut, seperti sekarang. Sejumlah besar orang,
ada kemungkinan, datang kepada Saul untuk mengikutinya ke
Gilgal. Akan namun , sesudah mendengar jumlah dan persiapan
orang Filistin, nyali mereka menjadi ciut. Menurut sebagian
penafsir, ini terjadi sebab mereka tidak mendapati Samuel di
sana bersama Saul. Orang-orang yang, pada beberapa waktu lalu,
merasa bosan dengan Samuel, dan menginginkan seorang raja,
sekarang tidak begitu bersukacita dengan raja mereka, kecuali
mereka melihatnya dituntun oleh Samuel. Cepat atau lambat,
manusia akan dibuat melihat bahwa Allah dan para nabi-Nya
yaitu sahabat-sahabat terbaik mereka. sebab sekarang mereka
melihat bahwa orang Filistin sedang berperang melawan mereka,
dan Samuel tidak datang untuk membantu mereka, maka mereka
tidak tahu harus berbuat apa. Orang akan mati ketakutan sebab
kecemasan. Dan,
1. Sebagian orang lari bersembunyi. Daripada menyerbu untuk
menyongsong kematian di antara orang-orang Filistin, mereka
lebih memilih mengubur diri hidup-hidup dalam gua-gua dan
semak belukar (ay. 6). Lihatlah perbuatan apa yang dikerjakan
oleh dosa. Dosa menghadapkan manusia pada bahaya, dan
kemudian merampas keberanian mereka dan membuat mere-
ka berkecil hati. Satu orang saja, dengan iman, dapat berkata,
aku tidak takut kepada sepuluh ribu orang (Mzm. 3:7). namun
di sini beribu-ribu orang Israel yang sudah merosot jiwanya
menjadi gemetar saat gerombolan besar orang Filistin datang
mendekat. Rasa bersalah membuat orang menjadi pengecut.
240
2. Sebagian yang lain melarikan diri (ay. 7): Mereka menyeberangi
arungan sungai Yordan menuju tanah Gilead, sejauh-jauhnya
dari bahaya, dan ke suatu tempat di mana mereka belum lama
ini menang atas bani Amon. Di mana mereka sudah menang,
di situ mereka berharap mendapat tempat bernaung.
3. Orang-orang yang tinggal bersama Saul mengikutinya dengan
gemetar, hanya menunggu untuk dilenyapkan. Tangan dan
hati mereka menjadi sangat lemah, sebab ditinggal oleh begi-
tu banyak orang dari pasukan-pasukan mereka. Dan mungkin
Saul sendiri, meskipun mempunyai kehormatan yang begitu
besar hingga tetap bertahan, tidak lagi punya sisa keberanian
untuk menyemangati para prajuritnya yang gemetar.
Saul Ditegur oleh Samuel;
Hukuman Dijatuhkan atas Saul
(13:8-14)
8 Ia menunggu tujuh hari lamanya sampai waktu yang ditentukan Samuel.
namun saat Samuel tidak datang ke Gilgal, mulailah rakyat itu berserak-
serak meninggalkan dia. 9 Sebab itu Saul berkata: “Bawalah kepadaku korban
bakaran dan korban keselamatan itu.” Lalu ia mempersembahkan korban
bakaran. 10 Baru saja ia habis mempersembahkan korban bakaran, maka tam-
paklah Samuel datang. Saul pergi menyongsongnya untuk memberi salam ke-
padanya. 11 namun kata Samuel: “Apa yang telah kauperbuat?” Jawab Saul:
“sebab aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku dan engkau
tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah
berkumpul di Mikhmas, 12 maka pikirku: Sebentar lagi orang Filistin akan me-
nyerang aku di Gilgal, padahal aku belum memohonkan belas kasihan TUHAN;
sebab itu aku memberanikan diri, lalu mempersembahkan korban bakaran.”
13 Kata Samuel kepada Saul: “Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak meng-
ikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab
sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-
lamanya. 14 namun sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah me-
milih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia
menjadi raja atas umat-Nya, sebab engkau tidak mengikuti apa yang di-
perintahkan TUHAN kepadamu.”
Dalam perikop ini diceritakan tentang,
I. Pelanggaran Saul dalam mempersembahkan korban sebelum Sa-
muel datang. Samuel, saat mengurapi Saul, sudah memerintah-
kan dia untuk menunggunya selama tujuh hari di Gilgal, dengan
berjanji bahwa, pada akhir hari ketujuh, ia pasti akan datang ke-
padanya, baik untuk mempersembahkan korban baginya maupun
untuk memberinya petunjuk tentang apa yang harus ia lakukan.
Kitab 1 Samuel 13:8-14
241
Perkataan Samuel ini kita dapati dalam pasal 10:8. Mungkin peri-
ntah itu, meskipun dimasukkan di sana, diberikan kepada Saul
sesudahnya, atau diberikan kepadanya sebagai aturan umum yang
harus dilaksanakan dalam setiap perkumpulan umum di Gilgal.
Atau, yang paling besar kemungkinannya, meskipun tidak disebut-
kan lagi, perintah itu belakangan ini diulangi dengan merujuk
pada kejadian khusus ini. Sebab jelas bahwa Saul sendiri mema-
haminya sebagai perintah dari Allah yang mengharuskannya un-
tuk menunggu sampai Samuel datang, sebab kalau tidak, ia tidak
akan membuat begitu banyak alasan seperti yang ia lakukan un-
tuk tidak menunggu (ay. 11). Perintah ini dilanggar Saul. Ia me-
nunggu sampai hari ketujuh, namun tidak sabar untuk menung-
gu sampai hari ketujuh itu berakhir. Mungkin Saul mulai mencela
Samuel sebab mengingkari perkataannya sendiri, tidak acuh ter-
hadap negerinya, dan tidak menghormati rajanya. Dan Saul ber-
pikir bahwa lebih pantas Samuel menunggunya daripada ia me-
nunggu Samuel. Apa pun itu,
1. Dengan lancang Saul memberanikan diri mempersembahkan
korban tanpa Samuel. Dan tampaknya tidak ada yang salah
dengan hal ini, bahwa ia melakukannya sendiri, meskipun ia
bukan seorang imam ataupun nabi. Seolah-olah, sebab ia
yaitu seorang raja, ia bisa berbuat apa saja, sebuah tindakan
lancang yang dibayar mahal oleh Raja Uzia (2Taw. 26:16, dst.).
2. Saul menetapkan hati untuk menyerang orang Filistin tanpa
petunjuk-petunjuk Samuel, meskipun Samuel sudah berjanji
untuk menunjukkan kepadanya apa yang harus ia lakukan.
Betapa Saul merasa bisa mengerjakan segala-galanya sendiri,
hingga ia berpikir bahwa tidak ada gunanya menunggu se-
orang nabi Tuhan, yang akan berdoa baginya ataupun menasi-
hatinya. Inilah pelanggaran Saul, dan apa yang memperparah-
nya yaitu ,
(1) Bahwa sepanjang yang bisa disaksikan, Saul tidak mengi-
rim seorang utusan pun kepada Samuel, untuk mengeta-
hui pendapatnya, untuk menjelaskan perkara itu kepada-
nya, dan untuk menerima petunjuk-petunjuk baru darinya,
meskipun ia mempunyai cukup banyak orang di sekeliling-
nya yang bisa berlari dengan cepat pada saat itu.
242
(2) Bahwa saat Samuel datang, Saul tampak lebih membang-
gakan apa yang telah ia lakukan daripada bertobat darinya.
Sebab, Saul pergi untuk memberi salam kepadanya, sebagai
sesama saudara yang mempersembahkan korban, dan
tampak senang dengan kesempatan yang dimilikinya untuk
membiarkan Samuel tahu bahwa ia tidak membutuhkan
Samuel, namun bisa berbuat cukup baik tanpanya. Saul
pergi untuk memberkati dia, demikian kata yang dipakai,
seolah-olah sekarang ia menganggap dirinya sebagai se-
orang imam sepenuhnya, yang diberi kuasa untuk mem-
berkati dan juga mempersembahkan korban, padahal seha-
rusnya ialah yang perlu diberkati oleh Samuel.
(3) Bahwa Saul menuduh Samuel telah mengingkari janji:
Engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan (ay.
11). Dan sebab itu jika ada yang salah, Samuel-lah yang
harus disalahkan, sebab ia yaitu pelayan Allah. Padahal
Samuel benar-benar datang sesuai perkataannya, sebelum
tujuh hari berakhir. Demikian pula pengejek-pengejek pada
hari-hari zaman akhir berpikir bahwa janji kedatangan
Kristus diingkari, sebab Ia tidak datang pada zaman mere-
ka, meskipun sudah pasti bahwa Ia akan datang pada wak-
tu yang ditetapkan.
(4) Bahwa saat Saul didakwa atas ketidaktaatan, ia mem-
benarkan dirinya dalam apa yang telah dilakukannya itu,
dan sama sekali tidak memberikan tanda bahwa ia berto-
bat sebab nya. Bukan berbuat dosa yang menghancurkan
manusia, melainkan berbuat dosa dan tidak bertobat, jatuh
dan tidak bangkit lagi. Lihatlah alasan-alasan apa yang dia
buat (ay. 11-12). Ia ingin supaya perbuatan tidak taat ini
dijadikan,
[1] Sebagai contoh dari kebijaksanaannya. Sebagian besar
rakyat terserak darinya, dan ia tidak mempunyai jalan
lain selain melakukan hal ini, untuk mempertahankan
orang-orang yang masih tersisa bersamanya dan untuk
mencegah mereka meninggalkannya juga. Jika Samuel
mengabaikan kepentingan-kepentingan umum, Saul
tidak, sangkanya.
[2] Sebagai contoh dari kesalehannya. Ia ingin dianggap sa-
ngat bertakwa, dan sangat berhati-hati untuk tidak me-
Kitab 1 Samuel 13:8-14
243
nyerang orang Filistin sebelum ia dengan doa dan kor-
ban persembahan menarik Allah pada pihaknya: “Orang
Filistin,” katanya, “akan menyerang aku, sebelum aku
memohonkan belas kasihan TUHAN, dan pada saat itu
aku akan binasa. Masakan aku pergi berperang sebe-
lum memanjatkan doa-doaku?” Demikianlah ia menu-
tupi ketidakpatuhannya terhadap perintah Allah dengan
dalih bahwa ia peduli akan perkenanan Allah. Orang-
orang munafik sangat menekankan tindakan-tindakan
lahiriah dalam ibadah, dan dengan begitu berpikir bah-
wa mereka dapat berdalih atas pengabaian mereka ter-
hadap hal-hal yang yang terpenting dalam hukum
Taurat. Dan sekalipun begitu, yang terakhir, Saul meng-
akui bahwa apa yang dilakukannya itu bertentangan
dengan hati nuraninya: Aku memberanikan diri, lalu
mempersembahkan korban bakaran, mungkin sambil
bermegah bahwa ia telah mengesampingkan suara hati
yang menyatakan dia bersalah dan berhasil mengatasi-
nya. Atau setidak-tidaknya ia berpikir bahwa alasan ini
dapat meringankan kesalahannya. Ia tahu seharusnya
tidak berbuat demikian, namun terpaksa melakukannya
juga. Orang bodoh! Ia berpikir bahwa Allah akan berke-
nan pada korban-korban yang dipersembahkan dengan
cara yang langsung bertentangan dengan perintah-Nya
yang umum maupun yang khusus.
II. Hukuman dijatuhkan atas Saul sebab pelanggaran ini. Samuel
mendapati Saul berdiri di samping korban bakarannya. Akan te-
tapi, bukannya membawa jawaban damai, S