Tampilkan postingan dengan label samuel 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label samuel 1. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

samuel 1

 



KITAB 1 SAMUEL 

Tafsiran Kitab 1 Samuel Disertai Renungan Praktis 3  

PASAL 1  5 

I. Orangtua Samuel: Elkana, Hana, dan Penina (1:1-8) 6 

II. Doa Hana (1:9-18) 14 

III. Kelahiran Samuel, Samuel Diserahkan kepada Tuhan 

(1:19-28) 22 

PASAL 2  29 

I. Nyanyian Puji-pujian Hana (2:1-10) 29 

II. Samuel di Rumah TUHAN; Kejahatan Anak-anak Eli  

(2:11-26) 42 

III. Teguran Keras dari Allah (2:27-36) 53 

PASAL 3  63 

I. Panggilan Samuel (3:1-10) 63 

II. Eli dan Keluarganya Terancam (3:11-18) 71 

III. Samuel Dihormati sebagai Seorang Nabi (3:19-21) 78 

PASAL 4  81 

I. Peperangan Melawan Orang Filistin (4:1-9) 82  

II. Kekalahan Orang Israel (4:10-11) 88 

III. Kematian Eli (4:12-18) 91 

IV. Kematian Istri Pinehas (4:19-22) 95 


PASAL 5  99 

I. Jatuhnya Dagon (5:1-5) 100 

II. Kesusahan Orang-orang Filistin (5:6-12) 106 

PASAL 6  111 

I. Tabut TUHAN di Antara Orang-orang Filistin (6:1-9) 111  

II. Pengembalian Tabut TUHAN (6:10-18) 117 

III. Tabut TUHAN di Bet-Semes (6:19-21) 123 

PASAL 7  129 

I. Tabut TUHAN di Kiryat-Yearim (7:1-2) 130  

II. Tabut TUHAN di Kiryat-Yearim (7:3-6) 134 

III. Orang Israel Diserang oleh Filistin;  

Doa Syafaat Samuel untuk Israel (7:7-12) 138 

IV. Kekalahan Orang Filistin (7:13-17) 143 

PASAL 8  147 

I. Kejahatan Anak-anak Laki-laki Samuel (8:1-3) 148 

II. Orang Israel Menghendaki Seorang Raja,  

Jawaban Allah kepada Israel, dan Orang Israel  

Bersikeras untuk Memiliki Seorang Raja (8:4-22)  150 

PASAL 9  165 

I. Orangtua Saul (9:1-2) 166 

II. Saul Mencari Keledai-keledai Betina Ayahnya;  

Saul Pergi Mencari Samuel (9:3-10) 168 

III. Saul Diperkenalkan kepada Samuel (9:11-17) 173 

IV. Saul Dijamu oleh Samuel (9:18-27) 178 

PASAL 10  183 

I. Saul Diurapi oleh Samuel; Ucapan Samuel kepada Saul 

(10:1-8) 183 

II. Saul di Antara Para Nabi (10:9-16) 190 

III. Pemilihan Raja; Saul Diperkenalkan kepada Bangsa Itu 

(10:17-27) 194 

PASAL 11  203 

I. Kegentingan Yabesh-Gilead (11:1-4)  204 

II. Kesusahan Yabesh-Gilead;  

Saul Menolong Yabesh-Gilead (11:5-11) 207 

III. Persembahan Korban bagi Allah (11:12-15) 213 


PASAL 12 217 

I. Percakapan Samuel dengan Israel (12:1-5) 217 

II. Percakapan Samuel dengan Israel (12:6-15) 222 

III. Samuel Memohon Guruh dan Hujan;  

Samuel Menguatkan dan Menghibur Israel (12:16-25) 226 

PASAL 13 235 

I. Orang Filistin Berperang Melawan Israel (13:1-7) 236 

II. Saul Ditegur oleh Samuel; Hukuman Dijatuhkan  

atas Saul (13:8-14) 240 

III. Keadaan Hina Orang-orang Israel (13:15-23) 245 

PASAL 14 249 

I. Yonatan Mengalahkan Orang-orang Filistin (14:1-15) 250 

II. Orang-orang Filistin Dihancurkan (14:16-23) 258 

III. Sumpah Saul yang Gegabah (14:24-35) 261 

IV. Yonatan Dihukum Mati; Yonatan Diselamatkan 

(14:36-46) 266 

V. Orang Amalek Dihancurkan (14:47-52) 272 

PASAL 15 275 

I. Orang Amalek Dihancurkan (15:1-9) 275 

II. Samuel Menegur Saul; Saul Ditolak oleh Allah  

(15:10-23) 281 

III. Penurunan Saul dari Takhta Dinubuatkan (15:24-31) 289 

IV. Agag Dibantai (15:32-35) 293 

PASAL 16 297 

I. Samuel Beranjak ke Betlehem (16:1-5) 297 

II. Daud Diurapi Samuel (16:6-13) 302 

III. Saul Diganggu oleh Roh Jahat (16:14-23) 307 

PASAL 17 313 

I. Tantangan Goliat kepada Israel (17:1-11) 314 

II. Daud Datang ke Perkemahan Israel (17:12-30) 318 

III. Daud Menemui Goliat (17:31-39) 327 

IV. Daud Membunuh Goliat (17:40-47) 331 

V. Daud Membunuh Goliat (17:48-58) 334 


 


PASAL 18 339 

I. Kasih Yonatan Kepada Daud (18:1-5) 340 

II. Daud Dihormati Rakyat; Saul Diganggu Roh Jahat 

(18:6-11) 343 

III. Daud Menikah dengan Putri Saul;  

Kecemburuan Saul terhadap Daud (18:12-30) 347 

PASAL 19 355 

I. Kecemburuan Saul akan Daud;  

Pembelaan Yonatan terhadap Daud (19:1-7) 355 

II. Daud Melarikan Diri dari Saul (19:8-10) 359 

III. Daud Melarikan Diri dari Saul (19:11-17) 362 

IV. Saul Kepenuhan Seperti Nabi di Depan Samuel 

(19:18-24) 365 

PASAL 20 371  

I. Daud Berunding dengan Yonatan (20:1-8) 371 

II. Perjanjian Yonatan dengan Daud (20:9-23) 375 

III. Yonatan Memohon Izin kepada Saul Atas Daud 

(20:24-34) 379 

IV. Daud Diberitahukan tentang Mara Bahaya yang 

Menantinya (20:35-41) 384 

PASAL 21 387  

I. Daud Mendapat Roti Sajian;  

Daud Mendapat Pedang Goliat (21:1-9) 388 

II. Daud Diusir dari Akhis (21:10-15) 395 

PASAL 22 399  

I. Daud di Gua Adulam (22:1-5) 399  

II. Saul Membinasakan Imam-imam Tuhan;  

Kota Nob Dihancurkan (22:6-19) 403 

III. Pelarian Abyatar (22:20-23) 412 

PASAL 23 415  

I. Daud Membebaskan Kehila (23:1-6) 415 

II. Daud Melarikan Diri dari Kehila (23:7-13)   418 

III. Daud di Padang Gurun Zif (23:14-18) 422 

IV. Daud di Padang Gurun Zif (23:19-28; 24:1) 426 


PASAL 24 431  

I. Daud Tidak Membunuh Saul di Gua (24:2-8) 431 

II. Daud Membela diri di Hadapan Saul (24:9-15) 435 

III. Hati Saul Melunak sebab  Teguran Daud (24:16-23) 440 

PASAL 25 445  

I. Kematian Samuel (25:1) 446 

II. Daud Mengirim Utusan kepada Nabal (25:2-11) 448 

III. Tindakan Abigail yang Bijaksana (25:12-17) 455 

IV. Abigail Bertemu Daud (25:18-31) 458 

V. Daud Memberkati Abigail (25:32-35) 466 

VI. Daud Menikahi Abigail (25:36-44) 468 

PASAL 26 475  

I. Saul Kembali Memburu Daud (26:1-5) 476 

II. Daud Membiarkan Saul Hidup (26:6-12) 477 

III. Daud Berbantah dengan Saul (26:13-20) 480 

IV. Hati Saul Melunak (26:21-25) 486 

PASAL 27 489  

I. Daud Kembali ke Gat (27:1-7) 489 

II. Daud Menghajar Orang Amalek (27:8-12) 495 

PASAL 28 499  

I. Orang Filistin Mengadakan Perang terhadap Israel  

(28:1-6)  499 

II. Saul Meminta Petunjuk kepada Ahli Tenung di En-Dor 

(28:7-14) 503 

III. Kematian Saul Dinubuatkan (28:15-19) 510 

IV. Keputusasaan Saul (28:20-25) 514 

PASAL 29 519  

I. Daud Bersama Orang Filistin (29:1-5) 519 

II. Daud Meninggalkan Orang Filistin (29:6-11) 523 

PASAL 30 527 

I. Ziklag Dibakar (30:1-6) 527 

II. Daud Membawa Kembali Segala Jarahan (30:7-20) 532 

III. Daud Membagi-bagikan Barang Jarahan (30:21-31) 539 


 

PASAL 31 547 

I. Kematian Saul (31:1-7) 548 

II. Pembuangan Mayat Saul (31:8-13) 552 

KITAB 2 SAMUEL 

Tafsiran Kitab 2 Samuel Disertai Renungan Praktis 561   

PASAL 1 563 

I. Kepedulian Daud terhadap Nasib Saul (1:1-10) 563 

II. Kepedulian Daud terhadap Nasib Saul (1:11-16) 569 

III. Ratapan Daud bagi Saul dan Yonatan (1:17-27) 573 

PASAL 2 581 

I. Daud Diangkat sebagai Raja di Hebron (2:1-7) 582 

II. Perang Saudara di Israel (2:8-17) 586 

III. Asael Dibunuh oleh Abner (2:18-24) 591 

IV. Permohonan Gencatan Senjata oleh Abner (2:25-32) 594 

PASAL 3 599 

I. Istri-istri dan Anak-anak Daud (3:1-6) 599  

II. Abner Membelot kepada Daud (3:7-21) 602 

III. Yoab Membunuh Abner; Ratapan Daud  

atas Pembunuhan terhadap Abner (3:22-39) 602 

PASAL 4 619 

I. Isyboset Dibunuh oleh Dua Anak Buahnya (4:1-8) 619  

II. Para Pembunuh Isyboset Dihukum (4:9-12)   623 

PASAL 5 627 

I. Daud Menjadi Raja atas Seluruh Israel (5:1-5) 627  

II. Daud Merebut Gunung Sion (5:6-10) 630 

III. Anak-anak Daud (5:11-16) 633 

IV. Daud Mengalahkan Orang Filistin (5:17-25) 636 

PASAL 6 643 

I. Pemindahan Tabut Allah (6:1-5) 644  

II. Uza Dibunuh sebab  Menyentuh Tabut Allah; 

 Tabut Allah di dalam Rumah Obed-Edom (6:6-11) 647 

III. Mikhal Memandang Rendah Daud (6:12-19) 653 

IV. Daud Berbantah dengan Mikhal (6:20-23) 658 


PASAL 7 665 

I. Kepedulian Daud terhadap Tabut Allah (7:1-3) 665 

II. Perjanjian Allah dengan Daud (7:4-17)  668 

III. Doa Daud untuk Meminta Berkat Allah (7:18-29) 677 

PASAL 8 687 

I. Penaklukan-penaklukan Daud (8:1-8) 687 

II. Daud Menaklukkan Edom (8:9-14) 691 

III. Daud Menjalankan Pemerintahan Atas Israel (8:15-18) 694 

PASAL 9 697 

I. Kasih Daud kepada Anak Laki-laki Yonatan (9:1-8) 697 

II. Kasih Daud kepada Anak Laki-laki Yonatan (9:9-13) 704 

PASAL 10 707 

I. Perlakuan Hanun terhadap Pegawai-pegawai Daud 

(10:1-5) 707 

II. Bani Amon dan Orang Aram Dikalahkan (10:6-14) 711 

III. Bani Amon dan Orang Aram Dikalahkan (10:15-19) 715 

PASAL 11 719 

I. Dosa Daud dengan Batsyeba (11:1-5) 720 

II. Upaya Daud untuk Menyembunyikan Kejahatannya;  

Upaya Daud Digagalkan (11:6-13) 724 

III. Daud memicu  Uria Terbunuh; 

Daud Diberi Tahu tentang Kematian Uria (11:14-27) 728 

PASAL 12 735 

I. Perumpamaan Natan; Pertobatan Daud (12:1-14) 736 

II. Perendahan Diri Daud; Kelahiran Salomo (12:15-25) 747 

III. Penaklukan Kota Raba (12:26-31) 754 

PASAL 13 757 

I. Hubungan Sedarah yang Dilakukan Amnon (13:1-20) 758 

II. Persekongkolan Melawan Amnon (13:21-29) 768 

III. Kematian Amnon; Absalom Melarikan Diri (13:30-39) 775 

PASAL 14 779 

I. Siasat Yoab untuk Membela Absalom; Akal Bulus Yoab 

(14:1-20) 780 

II. Absalom Dipanggil Pulang (14:21-27) 791 

III. Kembalinya Absalom (14:28-33) 795 


 

PASAL 15 799 

I. Hasrat Absalom untuk Berkuasa (15:1-6) 800 

II. Pemberontakan Absalom (15:7-12) 804 

III. Pelarian Daud (15:13-23) 809 

IV. Pelarian Daud (15:24-30) 815 

V. Permintaan Daud kepada Husai (15:31-37) 819 

PASAL 16 823 

I. Fitnah Ziba (16:1-4) 823 

II. Daud Dikutuk oleh Simei (16:5-14)  826 

III. Husai Menipu Absalom; Nasihat Jahat Ahitofel  

(16:15-23) 832 

PASAL 17 839 

I. Nasihat Husai (17:1-14) 839 

II. Kabar yang Dikirim kepada Daud (17:15-21) 848 

III. Kematian Ahitofel; Absalom Mengejar Daud (17:22-29) 850 

PASAL 18 857 

I. Persiapan Perang (18:1-8) 857 

II. Kematian Absalom (18:9-18) 862 

III. Dukacita Daud bagi Absalom (18:19-33) 868 

PASAL 19 875 

I. Yoab Menegur Daud (19:1-8) 875 

II. Daud Kembali ke Yordan (19:9-15) 880 

III. Daud Mengampuni Simei (19:16-23) 884 

IV. Mefiboset Bertemu Daud (19:24-30) 889 

V. Barzilai Bertemu Daud (19:31-39) 892 

VI. Pertengkaran antara Israel dan Yehuda (19:40-43) 896 

PASAL 20 901 

I. Pemberontakan Seba (20:1-3) 901 

II. Kematian Amasa (20:4-13) 905 

III. Seba Dikejar (20:14-22) 910 

IV. Para Pemuka Istana Daud (20:23-26) 914 

PASAL 21 915 

I. Kelaparan di Israel; Pembalasan yang Dituntut  

Orang Gibeon Dipenuhi (21:1-9) 916 

II. Kematian Anak-anak Saul (21:10-14) 923 

III. Para Raksasa Ditaklukkan (21:15-22) 926 


PASAL 22 931 

I. Nyanyian Pujian Daud (22:1) 932 

II. Nyanyian Syukur Daud (22:2-51) 934 

PASAL 23 947 

I. Perkataan Terakhir Daud (23:1-7) 947 

II. Para Pahlawan Daud (23:8-39) 956 

PASAL 24 967 

I. Jumlah Rakyat Dihitung (24:1-9) 967 

II. Hukuman atas Penghitungan Rakyat (24:10-17) 972 

III. Tulah Berhenti (24:18-25) 981 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

artikel  yang sedang Anda pegang ini yaitu  salah satu bagian dari 

Tafsiran Alkitab dari Matthew Henry yang secara lengkap men-

cakup Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Untuk edisi bahasa In-

donesianya, tafsiran ini  diterbitkan dalam bentuk kitab per kitab. 

Untuk kali ini, kita tiba pada pembahasan atas 1 dan 2 Samuel.  

Matthew Henry (1662-1714) yaitu  seorang Inggris yang mulai 

menulis Tafsiran Alkitab yang terkenal ini pada usia 21 tahun. Karya-

nya ini dianggap sebagai tafsiran Alkitab yang sarat makna dan sa-

ngat terkenal di dunia. 

Kekuatan terutama terletak pada nasihat 

praktis dan saran pastoralnya. Tafsirannya mengandung banyak mu-

tiara kebenaran yang segar dan sangat tepat. Walaupun ada cukup ba-

nyak kecaman di dalamnya, ia sendiri sebenarnya tidak pernah berniat 

menuliskan tafsiran yang demikian, seperti yang berulang kali ditekan-

kannya sendiri. Beberapa pakar theologi seperti Whitefield dan Spurge-

on selalu menggunakan tafsirannya ini dan merekomendasikannya ke-

pada orang-orang untuk mereka baca. Whitefield membaca seluruh 

tafsirannya sampai empat kali; kali terakhir sambil berlutut. Spurgeon 

berkata, “Setiap hamba Tuhan harus membaca seluruh tafsiran ini 

dengan saksama, paling sedikit satu kali.” 

Sejak kecil Matthew sudah terbiasa menulis renungan atau ke-

simpulan firman Tuhan di atas kertas kecil. Namun, baru pada tahun 

1704 ia mulai sungguh-sungguh menulis dengan maksud mener-

bitkan tafsiran ini . Terutama menjelang akhir hidupnya, ia 

mengabdikan diri untuk menyusun tafsiran itu.  

artikel  pertama tentang Kitab Kejadian diterbitkan pada tahun 

1708 dan tafsiran tentang keempat Injil diterbitkan pada tahun 1710. 

Sebelum meninggal, ia sempat menyelesaikan tafsiran Kisah Para Ra-

sul. sesudah  kematiannya, Surat-surat dan Wahyu diselesaikan oleh 

13 orang pendeta berdasar  catatan-catatan Matthew Henry yang 

telah disiapkannya sebelum meninggal. Edisi total seluruh kitab-ki-

tab diterbitkan pada tahun 1811.    

berulang kali direvisi dan dicetak ulang. 

artikel  itu juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti 

bahasa Belanda, Arab, Rusia, dan kini sedang diterjemahkan ke da-

lam bahasa Telugu dan Ivrit, yaitu bahasa Ibrani modern.  

Riwayat Hidup Matthew Henry 

Matthew Henry lahir pada tahun 1662 di Inggris. saat  itu gereja 

Anglikan menjalin hubungan baik dengan gereja Roma Katolik. Yang 

memerintah pada masa itu yaitu  Raja Karel II, yang secara resmi di-

angkat sebagai kepala gereja. Raja Karel II ingin memulihkan kekua-

saan gereja Anglikan sehingga orang Kristen Protestan lainnya sangat 

dianiaya. Mereka disebut dissenter, orang yang memisahkan diri dari 

gereja resmi. 

Puncak penganiayaan itu terjadi saat  pada 24 Agustus 1662 

lebih dari dua ribu pendeta gereja Presbiterian dilarang berkhotbah 

lagi. Mereka dipecat dan jabatan mereka dianggap tidak sah.  

Pada masa yang sulit itu lahirlah Matthew Henry. Ayahnya, 

Philip Henry, yaitu  seorang pendeta dari golongan Puritan, sedang-

kan ibunya, Katherine Matthewes, seorang keturunan bangsawan. 

sebab  Katherine berasal dari keluarga kaya, sepanjang hidupnya 

Philip Henry tak perlu memikirkan uang atau bersusah payah men-

cari nafkah bagi keluarganya, sehingga ia dapat dengan sepenuh hati 

mengabdikan diri untuk pelayanannya sebagai hamba Tuhan. 

Matthew yaitu  anak kedua. Kakaknya, John, meninggal pada usia 6 

tahun sebab  penyakit campak. saat  masih balita, Matthew sendiri 

juga terserang penyakit itu dan nyaris direnggut maut. 

Dari kecilnya Matthew sudah tampak memiliki bermacam-ma-

cam bakat, sangat cerdas, dan pintar. namun  yang lebih penting lagi, 

sejak kecil ia sudah mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan 

mengakui-Nya sebagai Juruselamatnya. Usianya baru tiga tahun ke-

tika ia sudah mampu membaca satu pasal dari Alkitab lalu memberi-

kan keterangan dan pesan tentang apa yang dibacanya.  

Dengan demikian Matthew sudah menyiapkan diri untuk tugas-

nya di kemudian hari, yaitu tugas pelayanan sebagai pendeta.  

Sejak masa kecilnya Matthew sudah diajarkan bahasa Ibrani, 

Yunani, dan Latin oleh ayahnya, sehingga walaupun masih sangat 

muda, ia sudah pandai membaca Alkitab dalam bahasa aslinya. 

Pada tahun 1685, saat  berusia 23 tahun, Matthew pindah ke 

London, ibu kota Inggris, untuk belajar hukum di Universitas London. 

Matthew tidak berniat untuk menjadi ahli hukum, ia hanya menuruti 

saran ayahnya dan orang lain yang berpendapat bahwa studi itu akan 

memberikan manfaat besar baginya sebab  keadaan di Inggris pada 

masa itu tidak menentu bagi orang Kristen, khususnya kaum Puritan. 

Beberapa tahun kemudian Matthew kembali ke kampung hala-

mannya. Dalam hatinya ia merasa terpanggil menjadi pendeta. Kemu-

dian, ia diperbolehkan berkhotbah kepada beberapa jemaat di sekitar 

Broad Oak. Ia menyampaikan firman Tuhan dengan penuh kuasa. Ti-

dak lama sesudah  itu, ia dipanggil oleh dua jemaat, satu di London dan 

satu lagi jemaat kecil di wilayah pedalaman, yaitu Chester. sesudah  ber-

doa dengan tekun dan meminta petunjuk Tuhan, ia akhirnya memilih 

jemaat Chester, dan pada tanggal 9 Mei 1687 ia diteguhkan sebagai 

pendeta di jemaat ini . Waktu itu Matthew berusia 25 tahun. 

Di Chester, Matthew Henry bertemu dengan Katharine Hardware. 

Mereka menikah pada tanggal 19 Juli 1687. Pernikahan itu sangat har-

monis dan baik sebab  didasarkan atas cinta dan iman kepada Tuhan. 

Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama satu setengah tahun. 

Katharine yang sedang hamil terkena penyakit cacar. Segera sesudah  

melahirkan seorang anak wanita  , ia meninggal pada usia 25 tahun. 

Matthew sangat terpukul oleh dukacita ini. Anak Matthew dan Kather-

ine dibaptis oleh kakeknya, yaitu Pendeta Philip, ayah Matthew. 

Allah menguatkan Matthew dalam dukacita yang melandanya. 

sesudah  satu tahun lebih telah berlalu, mertuanya menganjurkannya 

untuk menikah lagi. Pada Juli 1690, Matthew menikah dengan Mary 

Warburton. Tahun berikutnya, mereka diberkati dengan seorang bayi, 

yang diberi nama Elisabeth. Namun, saat baru berumur satu sete-

ngah tahun, ia meninggal sebab  demam tinggi dan penyakit batuk 

rejan. Setahun kemudian mereka mendapat seorang anak wanita   

lagi. Dan bayi ini pun meninggal, tiga minggu kemudian. Betapa 

berat dan pedih penderitaan orangtuanya. Sesudah peristiwa ini, 

Matthew memeriksa diri dengan sangat teliti apakah ada dosa dalam 

hidup atau hatinya yang memicu  kematian anak-anaknya. Ia 

mengakhiri catatannya sebagai berikut, “Ingatlah bahwa anak-anak 

itu diambil dari dunia yang jahat dan dibawa ke sorga. Mereka tidak 

lahir percuma dan sekarang mereka telah boleh menghuni kota Yeru-

salem yang di sorga.” 

Beberapa waktu kemudian mereka mendapat seorang anak perem-

puan yang bertahan hidup. Demikianlah suka dan duka silih berganti 

dalam kehidupan Matthew Henry. Secara keseluruhan, Matthew Henry 

mendapat 10 anak, termasuk seorang putri dari pernikahan pertama. 

Selama 25 tahun Matthew Henry melayani jemaatnya di Chester. 

Ia sering mendapat panggilan dari jemaat-jemaat di London untuk 

melayani di sana, namun  berulang kali ia menolak panggilan ini  

sebab  merasa terlalu terikat kepada jemaat di Chester. Namun ak-

hirnya, ia yakin bahwa Allah sendiri telah memanggilnya untuk men-

jadi hamba Tuhan di London, dan sebab  itu ia menyerah kepada 

kehendak Allah.  

Pada akhir hidupnya, Matthew Henry terkena penyakit diabetes, 

sehingga sering merasa letih dan lemah. Sejak masa muda, ia bekerja 

dari pagi buta sampai larut malam, namun  menjelang akhir hayatnya 

ia tidak mampu lagi. Ia sering mengeluh sebab  kesehatannya yang 

semakin menurun. 

Pada bulan Juni 1714 ia berkhotbah satu kali lagi di Chester, 

tempat pelayanannya yang dulu. Ia berkhotbah tentang Ibrani 4:9, 

“Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat 

Allah.” Ia seolah-olah menyadari bahwa hari Minggu itu merupakan 

hari Minggu terakhir baginya di dunia ini. Secara khusus ia mene-

kankan hal perhentian di sorga supaya anak-anak Allah dapat me-

nikmati kebersamaan dengan Tuhan.  

Sekembalinya ke London, ia merasa kurang sehat. Malam itu ia 

sulit tidur dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia dipenuhi 

rasa damai dan menulis pesan terakhirnya: “Kehidupan orang yang 

mengabdikan diri bagi pelayanan Tuhan merupakan hidup yang pa-

ling menyenangkan dan penuh penghiburan.” Ia mengembuskan 

nafas terakhir pada tanggal 22 Juni 1714, dan dimakamkan tiga hari 

kemudian di Chester. Nas dalam kebaktian pemakamannya diambil 

dari Matius 25:21, “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali 

perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah se-

tia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung 

jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam keba-

hagiaan tuanmu.” 



 

Tafsiran  

Kitab 1 samuel  


Kitab ini beserta kitab yang mengikutinya membawa nama Samuel 

sebagai judul, bukan sebab  Samuel yaitu  penulisnya (walau begitu 

banyak isi kedua kitab ini terjadi pada masa hidupnya, sampai pasal 

kedua puluh lima dari kitab pertama, di mana kita mendapati 

catatan mengenai kematiannya), namun  sebab  kitab pertama berisi 

catatan lengkap tentang dirinya, kelahiran dan masa kecilnya, hidup 

dan kepemimpinannya. Kisah selebihnya dalam dua kitab yang diberi 

namanya itu mengandung sejarah pemerintahan Saul dan Daud, 

yang diurapi olehnya. Kemudian, oleh sebab  sejarah kedua raja 

ini  mengisi sebagian besar dua kitab ini, Alkitab Vulgata Latin 

menamainya sebagai Kitab Satu dan Dua Raja-raja, dan dua kitab 

yang mengikutinya sebagai Tiga dan Empat Raja-raja, yang di dalam 

judul dalam Alkitab berbahasa Inggris diberi keterangan sebagai 

berikut: disebut juga Kitab Satu Raja-raja, dst. Alkitab Septuaginta 

menyebut kitab ini sebagai Kitab Satu dan Dua Kerajaan. Meski sia-

sia saja memperdebatkan perbedaan nama ini, tidak ada alasan un-

tuk menyimpang dari prinsip kebenaran yang tertulis dalam bahasa 

Ibrani. Kedua kitab ini, selain mengandung riwayat dua hakim yang 

terakhir, Eli dan Samuel, yang bukanlah para prajurit perang seperti 

hakim-hakim lain, namun  yaitu  para imam dan kisah mereka yang 

sungguh bernas menjadi pelengkap Kitab Hakim-hakim, juga me-

ngandung riwayat dua raja pertama, yaitu Saul dan Daud, dan kisah 

mereka yang sungguh bernas menjadi pembuka riwayat raja-raja. 

Kedua Kitab Samuel ini mengandung sebagian besar sejarah kudus 

bangsa Israel, yang kadang-kadang dirujuk dalam Perjanjian Baru, 

dan kerap kali disebutkan dalam judul-judul mazmur Daud, yang 

jika  ditempatkan menurut urutannya, akan terlihat jelas terdapat 

di dalam kedua kitab ini. Tidaklah jelas siapa penulis kedia kitab ini. 

Ada kemungkinan Samuel yang menulis riwayat yang terjadi pada 

masa hidupnya, dan sesudah  dia, beberapa nabi yang ada bersama 

Daud, Natan kemungkinan termasuk di dalamnya, melanjutkan 

penulisannya. Kitab 1 Samuel mengisahkan kepada kita catatan leng-

kap dari kejatuhan imam Eli dan kemunculan Samuel serta kepe-

mimpinannya yang luhur (ps. 1-8), mengenai pengunduran diri Sa-

muel dari pemerintahan Israel serta kemunculan Saul dan kepemim-

pinannya yang buruk (ps. 9-15), pemilihan Daud, pergumulannya 

dengan Saul, kehancuran Saul pada akhirnya, dan terbukanya jalan 

menuju takhta bagi Daud (ps. 16-31). Semua ini dituliskan untuk 

menjadi pelajaran bagi kita. 

 

 

PASAL  1  

isah Samuel di dalam pasal ini dimulai sedini kisah Simson, 

bahkan sejak belum ia dilahirkan, sama seperti yang nanti kita 

jumpai pada kisah Yohanes Pembaptis dan Juruselamat kita yang 

terberkati. Beberapa tokoh Alkitab seakan-akan seperti jatuh dari 

langit, sehingga pada waktu pertama kali muncul, mereka sudah 

merupakan sosok yang dewasa dan terhormat. Akan namun , tokoh-

tokoh lainnya dicatat sedari mereka lahir, sedari mereka masih dalam 

kandungan, dan sedari mereka baru dijadikan. Apa yang difirmankan 

Allah tentang Nabi Yeremia ini sungguh benar: “Sebelum Aku mem-

bentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau” 

(Yer. 1:5). Akan namun , beberapa tokoh Alkitab yang terkemuka lain-

nya dihadirkan ke dalam dunia melalui cara yang lebih istimewa 

daripada yang lain, dan oleh sebab nya, sejak lebih dini dikhususkan 

dari orang biasa, contohnya Samuel. Dalam hal ini, Allah bertindak 

bebas menurut kehendak-Nya. Kisah Simson memperkenalkan diri-

nya sebagai seorang anak perjanjian (Hak. 13), namun  kisah Samuel 

memperkenalkan dirinya sebagai seorang anak doa. Kelahiran Sim-

son dinubuatkan oleh Malaikat Tuhan kepada ibunya, sementara Sa-

muel dimintakan ibunya kepada Allah. Kelahiran keduanya ini mem-

perlihatkan mujizat yang terjadi oleh firman dan doa. Ibu Samuel 

yaitu  Hana, sosok yang menjadi tokoh utama di dalam pasal ini. 

I. Inilah penderitaan Hana, yaitu bahwa dia yaitu  seorang 

yang mandul. Penderitaannya ini diperberat oleh penghinaan 

yang dilontarkan pesaingnya, namun  sedikit banyak diseim-

bangkan oleh kebaikan hati suaminya (ay. 1-8). 

II. Doa dan nazar Hana kepada Allah oleh sebab penderitaan ini, 

yang sebab nya imam besar Eli pada mulanya mengecamnya, 

namun  kemudian berbalik menguatkannya (ay. 9-18). 

III. Kelahiran dan pengasuhan Samuel (ay. 19-23). 

IV. Penyerahan Samuel kepada Tuhan (ay. 24-28). 

Orangtua Samuel: Elkana, Hana, dan Penina  

(1:1-8) 

1 Ada seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, nama-

nya Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim.  

2 Orang ini mempunyai dua isteri: yang seorang bernama Hana dan yang lain 

bernama Penina; Penina mempunyai anak, namun  Hana tidak. 3 Orang itu dari 

tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan 

mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo. Di sana 

yang menjadi imam TUHAN ialah kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas. 4 Pada 

hari Elkana mempersembahkan korban, diberikannyalah kepada Penina, 

isterinya, dan kepada semua anaknya yang laki-laki dan wanita   masing-

masing sebagian. 5 Meskipun ia mengasihi Hana, ia memberikan kepada 

Hana hanya satu bagian, sebab TUHAN telah menutup kandungannya.  

6 namun  madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, sebab  TUHAN 

telah menutup kandungannya. 7 Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; 

setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehing-

ga ia menangis dan tidak mau makan. 8 Lalu Elkana, suaminya, berkata 

kepadanya: “Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak 

mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu 

dari pada sepuluh anak laki-laki?” 

Kita membaca di sini catatan mengenai keadaan keluarga tempat 

nabi Samuel terlahir. Ayahnya bernama Elkana, seorang Lewi dari 

bani Kehat, kaum yang paling terhormat dari suku itu seperti jelas 

tertulis (1Taw. 6:33-34). Nenek moyang Samuel, Zuf, yaitu  seorang 

Efraim, artinya, ia berasal dari Betlehem Yehuda, yang disebut juga 

Efrata (Rut 1:2). Di sanalah bani Lewi ini mula-mula tinggal, namun  

lambat laun salah satu cabang dari bani ini pindah dan tinggal di 

pegunungan Efraim, tempat Elkana berasal. Orang Lewi yang bekerja 

pada Mikha itu datang dari Betlehem ke pegunungan Efraim (Hak. 

17:8). Mungkin latar belakang mereka sebagai orang Efrata ini secara 

khusus dikemukakan untuk menunjukkan pertalian mereka dengan 

Daud. Elkana ini hidup di Rama, atau Ramataim, yang menandakan 

dua Rama, yakni kota yang terletak lebih tinggi dan kota yang 

terletak lebih rendah, kota yang sama dengan kota Arimatea tempat 

Yusuf berasal, yang pada bacaan ini disebut Ramataim-Zofim. Zofim 

berarti penjaga. Kemungkinan ada salah satu sekolah untuk para 

nabi di sana, sebab  nabi disebut juga sebagai penjaga. Terjemahan 

bahasa Aram menyebut Elkana sebagai murid dari para nabi. Akan 

namun , menurut saya, tampaknya di dalam diri Samuel-lah nubuatan

mulai ada kembali, sebab  sebelum Samuel tiba, untuk waktu cukup 

lama, tidak ada penglihatan-penglihatan (3:1). Selain itu, keberadaan 

nabi Tuhan tidak pernah ini  di dalam zaman di antara Musa 

hingga Samuel, kecuali pada Kitab Hakim-hakim 6:8. Dengan demi-

kian, kita tidak punya dasar untuk menganggap bahwa ada sekolah 

atau tempat pendidikan para nabi di tempat ini sampai Samuel 

sendiri mendirikannya (19:19-20). Inilah catatan tentang orangtua 

Samuel dan tempat kelahirannya. Marilah kita sekarang memperhati-

kan keadaan keluarga Samuel. 

I. Keluarga Samuel yaitu  keluarga yang saleh. Semua keluarga di 

Israel seharusnya memang demikian adanya, terlebih lagi bagi 

keluarga suku Lewi. Para hamba Tuhan selayaknya harus men-

jadi pola bagi kehidupan keagamaan keluarga. Elkana pergi meng-

hadiri perayaan di kemah Allah di Silo untuk sujud menyembah 

dan mempersembahkan korban kepada Tuhan semesta alam. 

Menurut saya, inilah kali pertama di dalam Alkitab, bahwa Allah 

disebut sebagai Tuhan semesta alam – Jehovah Sabaoth, sebuah 

nama yang olehnya Ia kemudian dipanggil dan dikenal. Kemung-

kinan nabi Samuel menjadi orang pertama yang memakai panggil-

an ini bagi Allah demi menghibur Israel, sebab  pada masanya, 

orang Israel hanya ada sedikit dan sungguh lemah, sementara 

seteru-seterunya begitu banyak dan kuat. Maka dari itu, dengan 

panggilan ini, orang Israel akan dikuatkan sebab  mereka me-

mandang bahwa Allah yang mereka layani yaitu  Tuhan semesta 

alam, segenap langit dan bumi. Dia berdaulat atas semuanya itu 

dan menggunakan semuanya itu menurut kehendak-Nya. Elkana 

yaitu  seorang Lewi yang tinggal di desa. Dari apa yang tertulis, 

tampaknya ia tidak mempunyai jabatan atau tanggung jawab 

yang mengharuskannya menjalankan tugas keimaman di kemah 

Allah. Namun, ia pergi ke sana sebagai orang Israel biasa, beserta 

korban persembahannya, untuk mendorong para tetangganya 

melakukan demikian dan menjadi teladan yang baik bagi mereka. 

Pada waktu mempersembahkan korbannya, Elkana sujud me-

nyembah sambil berdoa dan mengucap syukur dengan persem-

bahannya. Elkana menjalankan ibadahnya dengan tekun, sebab  

ia selalu pergi setiap tahun. Lebih lanjut, yang menjadikan Elkana 

pribadi yang lebih terpuji lagi yaitu , 

1. Bahwa pada waktu itu, terjadi kebobrokan moral dan agama 

ditinggalkan di seluruh negeri. Sebagian dari mereka menyem-

bah dewa-dewa lain, sementara sebagaian besar orang tidak 

peduli untuk beribadah lagi kepada Allah Israel, namun  meski 

demikian, Elkana tetap teguh dalam ibadahnya. Apa pun yang 

diperbuat orang lain, ia bertekad bahwa dirinya dan seisi 

rumahnya akan beribadah kepada Tuhan. 

2. Bahwa Hofni dan Pinehas, anak-anak Eli, yaitu  orang-orang 

yang pada saat itu terutama bertugas melayani di kemah 

Allah. namun  mereka ini bertindak sangat tercela sebagai 

imam, seperti kita jumpai nanti. Namun demikian, Elkana 

tetap pergi untuk mempersembahkan korbannya. Allah pada 

saat itu telah menetapkan umat-Nya untuk berada di satu 

tempat saja, menyediakan bagi mereka satu mezbah, serta 

melarang mereka, dengan alasan apa pun, untuk menyembah-

Nya di tempat lain. Oleh sebab itu, sebagai wujud ketaatan 

yang murni terhadap perintah ini , Elkana pergi menyem-

bah Allah di Silo. Meskipun para imam itu tidak menjalankan 

bagian mereka, Elkana akan tetap menjalankan bagiannya. 

Puji syukur kepada Allah bahwa kita, di bawah Injil, tidak 

terikat kepada satu tempat atau kaum. Hanya para pendeta 

dan pengajar, yang telah diberikan Sang Juruselamat kepada 

jemaat-Nya, hanya penggembalaan mereka sajalah yang mem-

perlengkapi orang-orang kudus bagi pembangunan tubuh 

Kristus (Ef. 4:11-12). Meski tidak ada seorang pun berkuasa 

atas iman kita, kita mempunyai kewajiban kepada mereka 

yang menunjang kekudusan dan sukacita kita. Kita tidak 

perlu bergantung kepada mereka yang dengan kebejatan budi 

pekerti mereka, seperti Hofni dan Pinehas, menjadikan korban 

persembahan bagi Tuhan sesuatu yang rendah, meski kesa-

hihan dan kuasa dari upacara persembahan itu tidaklah ber-

gantung kepada kekudusan orang yang menjalankannya.  

II. Namun demikian, keluarga Samuel yaitu  keluarga yang terpecah, 

dan keterpecahan ini mendatangkan rasa bersalah dan kesedihan 

di tengah keluarga ini . Di mana ada kesalehan, sungguh di-

sayangkan jika di sana tidak ada kesatuan. Kesalehan bersama 

dalam satu keluarga sejatinya harus mengakhiri keterpecahan di 

dalamnya. 

1. Asal mula keterpecahan ini yaitu  sebab  Elkana menikahi 

dua istri, yang melanggar hukum pernikahan yang mula-mula, 

yang dimaksudkan oleh Juruselamat kita (Mat. 19:5, 8), yakni, 

sejak semula tidaklah demikian. Pelanggaran ini menimbulkan 

masalah di tengah keluarga Abraham, keluarga Yakub, dan 

pada bacaan ini, keluarga Elkana. Betapa hukum-hukum 

Allah menyediakan penghiburan dan sukacita bagi kita di du-

nia ini dan membuat hidup kita jauh lebih baik daripada jika 

kita dibiarkan hidup tanpanya! Elkana kemungkinan menikahi 

Hana terlebih dahulu, dan, saat  ia tidak lekas mendapatkan 

anak dari padanya seperti yang diharapkan, ia lalu menikahi 

Penina. Penina ini, yang meskipun melahirkan anak baginya, 

dalam hal lain menjadi duri dalam daging baginya. Demikian-

lah manusia kerap kali dipukuli oleh rotan buatannya sendiri. 

2. Kejadian yang mengikuti kesalahan ini yaitu  bahwa kedua 

istri Elkana tidak bisa hidup rukun satu sama lain. Keduanya 

memiliki berkat yang berbeda: Penina, seperti halnya Lea, 

yaitu  wanita   yang subur dan melahirkan banyak anak, 

dan ini seharusnya membuatnya bersukacita dan bersyukur, 

meskipun ia hanyalah seorang istri muda yang tidak terlalu 

dikasihi. Sementara itu Hana, seperti halnya Rahel, yaitu  

wanita   yang  mandul, namun  ia sangat dikasihi suaminya. 

Dan suaminya itu mempergunakan segala kesempatan yang 

ada untuk menunjukkan kepadanya dan kepada orang lain 

bahwa dirinya sungguh sangat dikasihi, dan memberikan 

kepada Hana bagian yang mulia (ay. 5, KJV). Hal ini seharus-

nya membuatnya bersukacita dan bersyukur. Akan namun , ke-

duanya mempunyai perangai yang berbeda: Penina tidak 

mampu menanggung berkat dari kesuburannya, sehingga ia 

menjadi tinggi hati dan kurang ajar, sementara Hana tidak 

mampu menanggung kesengsaraan dari kemandulannya, se-

hingga ia menjadi murung dan sedih. Akibatnya, Elkana kesu-

litan menengahi kedua istrinya itu. 

(1) Elkana tetap setia datang ke mezbah Allah tanpa meng-

hiraukan pertikaian yang menyedihkan di tengah keluarga-

nya ini. Ia membawa serta kedua istri dan anak-anaknya 

bersamanya, dengan pemikiran bahwa meskipun mereka 

tidak bisa sepakat di dalam hal lain, mereka bisa sepakat 

untuk menyembah Allah bersama-sama. jika  kesalehan 

di dalam sebuah keluarga tidak berhasil menyelesaikan 

keterpecahan di dalamnya, jangan biarkan keterpecahan 

itu mengakhiri kesalehan yang ada. 

(2) Elkana berbuat semampunya untuk menghibur Hana dan 

berupaya menyemangatinya dari kesengsaraan yang di-

alaminya (ay. 4-5). Pada perayaan di Silo itu, Elkana mem-

persembahkan korban keselamatan untuk memohonkan 

kedamaian di tengah-tengah keluarganya. saat  ia dan 

keluarganya akan memakan bagian mereka dari korban 

persembahan ini , sebagai tanda persekutuan mereka 

dengan Allah dan mezbah-Nya, meski ia memberikan ke-

pada Penina dan semua anak-anaknya bagian yang pantas. 

Ia memberikan juga kepada Hana bagian yang mulia, yaitu 

bagian terbaik yang terhidang di meja, bagian (apa pun itu) 

yang umumnya diberikan di tengah perayaan-perayaan 

seperti itu kepada orang yang paling dihargai. Perbuatan 

ini dilakukan Elkana demi kasihnya kepada Hana dan 

untuk meyakinkan dirinya akan kasihnya itu. Perhatikan, 

[1] Elkana mengasihi istrinya itu meski ia mandul. Kristus 

mengasihi jemaat-Nya, tidak menghiraukan kelemahan 

dan kemandulannya, sehingga demikianlah suami harus 

mengasihi istrinya (Ef. 5:25). Mengurangi kasih kita 

yang sepantasnya diberikan kepada pasangan kita oleh 

sebab kelemahan yang bukan disebabkan oleh mereka 

sendiri, dan yang bukan merupakan dosa melainkan 

kesengsaraan mereka, sama saja dengan memperten-

tangkan penyelenggaraan Allah dengan hukum-hukum-

Nya. Terlebih lagi, menambah kesengsaraan mereka 

yang memang sudah sengsara sungguh suatu perbuat-

an yang sangat tercela. 

[2] Elkana berusaha semakin gigih menunjukkan kasihnya 

sebab  Hana mengalami sengsara, penghinaan, dan ke-

susahan hati. Menguatkan mereka yang paling lemah, 

dan mengangkat mereka yang susah hati, itulah hikmat 

dan tanggung jawab kita. 

[3] Elkana menunjukkan kasihnya yang sangat besar ke-

pada Hana melalui bagian yang diberikannya dari kor-

ban keselamatan yang dipersembahkannya. Demikian-

lah kita harus memberi kesaksian akan kasih kita 

kepada para sahabat dan saudara kita dengan bertekun 

mendoakan mereka. Semakin besar kasih kita kepada 

mereka, semakin besar pula ruang bagi mereka di da-

lam doa-doa kita. 

(3) Penina yaitu  orang yang sangat menjengkelkan dan me-

nyakitkan hati. 

[1] Penina mengolok-olok Hana oleh sebab kesengsaraannya, 

memandangnya rendah sebab  ia mandul, dan mencer-

canya sebagai orang yang tidak diperkenan oleh sorga. 

[2] Penina iri hati terhadap Hana yang sangat dikasihi El-

kana, dan semakin Elkana berlaku lemah lembut kepada 

Hana, semakin gencar pula Penina menyakiti Hana de-

ngan semua tindakannya yang hina dan kasar. 

[3] Penina menyakiti Hana khususnya pada saat mereka 

sedang pergi ke rumah Tuhan, mungkin sebab  pada 

waktu itu, mereka lebih bisa berkumpul bersama-sama 

daripada pada kesempatan lain. Atau mungkin sebab  

pada kesempatan itu, Elkana menunjukkan kasihnya 

yang terutama kepada Hana. Akan namun , Penina sangat 

berdosa dengan memperlihatkan kemarahannya pada 

kesempatan itu, saat  tangan-tangan yang suci seha-

rusnya diangkat di mezbah Allah tanpa ada amarah dan 

perselisihan. Selain itu, sangatlah jahat jika  Penina 

pada kesempatan itu menyakiti hati Hana.  Tidak hanya 

sebab  mereka sedang berada dalam rombongan, se-

hingga orang lain pasti akan memperhatikannya, namun  

juga sebab  pada saat itu, Hana sedang memusatkan 

diri pada ibadahnya, sehingga ia mendambakan dirinya 

berada dalam keadaan yang sungguh tenang dan siap, 

terbebas dari gangguan. Musuh besar kemurnian dan 

kedamaian kita bekerja paling giat untuk mengusik kita 

pada saat kita seharusnya berada dalam keadaan paling 

siap. Pada waktu anak-anak Allah datang menghadap 

Tuhan, Iblis pasti juga datang di antara mereka (Ayb. 

1:6). 

[4] Penina terus melakukan hal ini tahun demi tahun, 

bukan hanya sekali atau dua kali, namun  terus-menerus. 

Baik rasa hormat terhadap suaminya maupun belas 

kasihan terhadap Hana tidak mampu menghentikan-

nya.  

[5] Rancangan Penina yaitu  untuk membuat Hana gusar, 

mungkin dengan harapan bahwa hatinya turut hancur, 

supaya hanya ia seorang yang akan memiliki hati sua-

minya. Atau juga, sebab  Penina memperoleh kebaha-

giaan dari kesusahan Hana, dan tidak ada yang dapat 

Hana lakukan untuk memuaskan hati Penina selain 

dengan menjadi gusar. Amatilah, tanda dari kepribadian 

yang sungguh rendah yaitu  saat  seseorang memper-

oleh kegembiraan dengan mendukakan sesamanya yang 

sedang bersusah hati, dan dengan menghancurkan su-

kacita sesamanya yang sedang gusar dan gelisah. Seha-

rusnyalah kita bertolong-tolongan menanggung beban 

satu sama lain, bukan malah menambahnya. 

(4) Hana, wanita   yang malang, tidak tahan mendengar 

penghinaan Penina: Ia menangis, dan tidak mau makan (ay. 

7). Hal itu membuat Hana menyusahkan dirinya sendiri 

dan semua kerabatnya. Ia tidak mau makan di perayaan 

itu. Kesusahannya merenggut nafsu makannya, membuat-

nya tidak bisa beramah-tamah dengan orang lain, menjadi-

kannya sebuah nada sumbang di tengah harmoni kebaha-

giaan keluarga. Hana tidak mau makan dari korban persem-

bahan, sebab  orang Israel memang tidak diperbolehkan 

memakan persembahan kudus pada waktu berkabung (Ul. 

26:14; Im. 10:19). Kelemahan Hana membuka jalan bagi 

kesusahan dunia sehingga membuat dirinya tidak layak 

memperoleh sukacita kudus di dalam Allah. Orang-orang 

yang berhati gusar dan terlalu mudah memasukkan peng-

hinaan ke dalam hati, sesungguhnya menjadi seteru bagi 

dirinya sendiri. Ia menarik dirinya sendiri dari penghiburan 

hidup dan kesalehan kepada Allah. Kita menjumpai bahwa 

Allah peduli akan dampak buruk dari ketidakpuasan dan 

ketidakcocokan di dalam hubungan suami-istri, hingga 

pihak yang berduka sebab nya menutupi mezbah Tuhan 

dengan air mata, oleh sebab  Ia tidak lagi berpaling kepada 

persembahan (Mal. 2:13). 

(5) Elkana menyampaikan apa yang dapat disampaikannya ke-

pada Hana untuk menghibur hatinya. Hana tidak mencela 

Elkana sebab  telah menikahi wanita   lain, seperti yang 

diperbuat Sara. Ia juga tidak membalas caci maki Penina 

dengan caci maki, namun  sepenuhnya menimpakan perma-

salahannya kepada dirinya sendiri, sehingga ia menjadi 

semakin patut dikasihani. Elkana menunjukkan bahwa 

dirinya sendiri sangat bersedih sebab  kesedihan Hana (ay. 

8): Hana, mengapa engkau menangis? 

[1] Elkana sangat gelisah menyaksikan Hana diliputi kesu-

sahan hati. Mereka yang telah dijadikan satu daging 

melalui pernikahan, harus juga mempunyai satu roh, 

saling berbagi permasalahan satu sama lain, sehingga 

yang satu tidak bisa tenang saat  yang lain tidak 

tenang. 

[2] Elkana menegur Hana dengan kasih sayang: Mengapa 

engkau menangis? Mengapa hatimu sedih? Tuhan mene-

gur orang yang dikasihi-Nya, demikianlah kita harus 

berlaku pula. Elkana menanyakan secara khusus alasan 

di balik kesedihan Hana. Meskipun Hana mempunyai 

alasan yang pantas untuk bersedih, biarlah ia mere-

nungkan, apakah ia punya alasan untuk bersedih sam-

pai sedemikian rupa, khususnya sampai itu membuat-

nya tidak memakan bagiannya dari persembahan kudus. 

Catatlah, kesedihan kita sebab  suatu hal menjadi se-

suatu yang berdosa dan keterlaluan saat  itu meng-

alihkan kita dari tanggung jawab kepada Allah dan 

memahitkan penghiburan kita di dalam Dia. Kita ber-

dosa jika itu sampai membuat kita tidak bersyukur atas 

karunia yang kita nikmati, dan meragukan kebaikan 

Allah yang ingin terus melimpahkan kita dengan kasih 

setia-Nya. Kita berdosa jika itu sampai mengurangi 

sukacita kita di dalam Kristus dan menghambat kita 

untuk mengerjakan pelayanan serta memperoleh peng-

hiburan dari hubungan kita yang khusus dengan-Nya. 

[3] Elkana menunjukkan bahwa tidak ada yang kurang di 

dalam dirinya untuk menjadi penawar bagi kesedihan 

Hana: “Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada 

sepuluh anak laki-laki? Engkau tahu bahwa segenap 

kasihku yaitu  milikmu, sehingga biarlah itu menghi-

burmu.” Catatlah, kita harus peduli untuk mendapat 

penghiburan, dengan tidak larut dalam kesusahan hati 

sebab  menanggung salib kita. Kita memang pantas 

menanggung salib kita, namun  janganlah sampai kehi-

langan penghiburan kita. Hendaklah kita menjaga agar 

keduanya tetap seimbang, dengan menerima apa yang 

baik bagi kita, dan juga yang tidak baik bagi kita. Jika 

tidak demikian, kita berlaku curang terhadap Penyeleng-

garaan Allah serta berlaku jahat terhadap diri sendiri. 

Hari malang pun dijadikan Allah seperti juga hari mujur 

(Pkh. 7:14), demikianlah kita harus mengingat hal ini.  

Doa Hana 

(1:9-18) 

9 Pada suatu kali, sesudah  mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah 

Hana, sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci TUHAN,  

10 dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-

sedu. 11 Kemudian bernazarlah ia, katanya: “TUHAN semesta alam, jika sung-

guh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat 

kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, namun  memberikan kepada 

hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia ke-

pada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyen-

tuh kepalanya.” 12 saat  wanita   itu terus-menerus berdoa di hadapan 

TUHAN, maka Eli mengamat-amati mulut wanita   itu; 13 dan sebab  

Hana berkata-kata dalam hatinya dan hanya bibirnya saja bergerak-gerak, 

namun  suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka wanita   itu 

mabuk. 14 Lalu kata Eli kepadanya: “Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai 

orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada mabukmu.” 15 namun  Hana 

menjawab: “Bukan, tuanku, aku seorang wanita   yang sangat bersusah 

hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melain-

kan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN. 16 Janganlah anggap 

hambamu ini seorang wanita   dursila; sebab sebab  besarnya cemas dan 

sakit hati aku berbicara demikian lama.” 17 Jawab Eli: “Pergilah dengan 

selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau min-

ta dari pada-Nya.” 18 Sesudah itu berkatalah wanita   itu: “Biarlah hamba-

mu ini mendapat belas kasihan dari padamu.” Lalu keluarlah wanita   itu, 

ia mau makan dan mukanya tidak muram lagi. 

Elkana dengan lemah lembut menegur Hana sebab  ia terlalu ber-

sedih, dan pada bagian ini, kita dapati dampak baik dari teguran itu. 

I. Teguran itu membuat Hana mau makan. Ia makan dan minum 

(ay. 9). Ia tidak mengeraskan diri dengan kesusahan hatinya, dan 

tidak merasa sakit hati lagi saat  ditegur sebab  hal itu. saat  ia 

menyadari suaminya mengkhawatirkan dirinya yang tidak mau

 datang dan bersantap bersama mereka, ia pun berusaha menyu-

kakan hatinya dan makan bersama mereka. Pengendalian emosi 

merupakan bagian penyangkalan diri yang sama hebatnya dengan 

pengendalian nafsu makan.  

II. Teguran itu membuat Hana berdoa. Oleh sebab teguran itu, Hana 

pun berpikir demikian, “Layakkah aku marah? Layakkah aku 

gusar? Apa gunanya itu bagiku? Daripada menaruh beban itu ke 

atas bahuku, bukankah lebih baik jika aku melepaskan diri dari 

beban itu dan menyerahkannya kepada Tuhan melalui doa?” 

Elkana telah berkata, Bukankah aku lebih berharga bagimu dari 

pada sepuluh anak laki-laki? dan perkataannya ini mungkin 

membuat Hana berpikir, “Apakah dia memang bernilai demikian 

atau tidak, aku tidak tahu, tapi yang pasti, Allah jelas bernilai 

demikian, sehingga kepada-Nyalah aku akan berserah, dan di 

hadapan-Nyalah aku akan menuangkan keluh kesahku dan mera-

sakan penghiburan yang diberikan kepadaku.” jika  ia hendak 

menyampaikan pergumulannya secara khusus dalam perkara ini 

kepada takhta kasih anugerah, maka inilah saatnya. Mereka 

sedang berada di Silo, tepat di muka pintu bait Allah, tempat 

Allah telah berjanji akan menemui umat-Nya, dan juga tempat 

yang disebut sebagai rumah doa. Mereka baru saja mempersem-

bahkan korban keselamatan untuk memperoleh perkenanan Allah 

dan semua yang baik daripada-Nya serta sebagai tanda perseku-

tuan mereka dengan-Nya. Kemudian, sembari menerima peng-

hiburan dari perkenanan Allah, mereka mengadakan perjamuan 

atas korban itu. Dan inilah saat yang tepat untuk menyampaikan 

doanya oleh sebab  korban itu, yakni korban keselamatan, sebab  

melalui korban itu, kita tidak hanya memperoleh penebusan dosa, 

namun  doa-doa kita pun didengar dan diterima, beserta jawaban 

damai sejahteranya. Kepada korban itulah kita harus mengarah-

kan pandangan kita, dalam semua permohonan kita. Sekarang, 

mengenai doa Hana, kita dapat mengamati, 

1. Adanya kesalehan yang hangat dan hidup di dalam doa itu, 

yang terlihat beberapa kali, untuk mengarahkan kita dalam 

doa kita. 

(1) Hana memanfaatkan kesedihan dan kesusahan hati yang 

dirasakannya pada saat itu untuk membangkitkan dan 

menggerakkan keyakinannya yang teguh di dalam doa: 

Dengan hati pedih, ia berdoa (ay. 10). Kita harus meman-

faatkan dengan baik kesengsaraan kita seperti ini, dan itu 

harus membuat kita semakin bertekun di dalam doa-doa 

kepada Allah. Juruselamat kita, saat  Ia sangat ketakutan, 

makin bersungguh-sungguh berdoa (Luk. 22:44). 

(2) Hana mencampur air mata dengan doa-doanya. Itu bukan-

lah doa yang kering, sebab  ia menangis tersedu-sedu 

bersamanya. Layaknya orang Israel sejati, ia menangis dan 

memohon (Hos. 12:5) belas kasihan Allah kita, yang me-

ngetahui jiwa yang gundah. Doa itu mengalir dari lubuk 

hatinya, seperti tangis mengalir dari matanya. 

(3) Hana sangat berterus terang, namun  juga sangat rendah 

hati, saat  menyampaikan keinginannya. Ia memohon 

kehadiran seorang anak, anak laki-laki, agar anak itu layak 

melayani di bait Allah. Allah memberi kita keleluasaan di 

dalam doa kita, tidak hanya untuk meminta hal-hal yang 

baik secara umum, namun  juga untuk mengucapkan hal-hal 

baik yang khusus dan paling kita butuhkan dan damba-

kan. Akan namun , tidak seperti Rahel, Hana tidak berkata, 

Berikanlah kepadaku anak-anak (Kej. 30:1, KJV). Hana akan 

sangat bersyukur andaikata ia hanya mendapat seorang 

anak. 

(4) Hana mengucapkan sebuah janji atau nazar, bahwa apa-

bila Allah memberinya anak laki-laki, maka ia akan mem-

berikannya kepada Tuhan (ay. 11). Menurut garis ketu-

runannya, anak itu akan terlahir sebagai orang Lewi, dan, 

dengan demikian, akan membaktikan hidupnya bagi Allah. 

namun  menurut nazar Hana, anak itu akan terlahir sebagai 

orang nazir, sehingga sedari masa kanak-kanak, ia sudah 

harus dikhususkan. Hana kemungkinan sudah menyam-

paikan permohonannya ini  kepada Elkana, dan telah 

memperoleh persetujuan serta izinnya. Catatlah, orangtua 

mempunyai hak untuk menyerahkan anak-anak mereka 

kepada Allah, sebagai persembahan yang hidup serta 

sebagai imam rohani, dan dengan itu, mereka wajib dengan 

sepenuh hati melayani Allah seumur hidup mereka. Perhati-

kan lebih lanjut, saat  kita merindukan belas kasihan da-

lam hal apa pun, sangat pantaslah bagi kita untuk meng-

ikat jiwa kita dengan sebuah janji, bahwa, jika  Allah 

memberikan belas kasihan-Nya kepada kita, kita akan 

mengabdikannya bagi kemuliaan-Nya dan dengan bersuka-

cita mempergunakan pemberian-Nya itu untuk melayani-

Nya. Bukan berarti dengan itu kita dapat bertingkah se-

olah-olah kita layak mendapat perkenan-Nya, namun  hanya 

seturut kehendak-Nyalah kita boleh memperolehnya dan 

terhibur oleh pemberian-Nya itu. Biarlah di dalam mengha-

rapkan belas kasihan-Nya, kita berjanji untuk melayani-

Nya. 

(5) Hana menyampaikan doanya itu dengan suara yang sangat 

kecil sehingga tidak ada orang yang dapat mendengarnya. 

Bibirnya bergerak-gerak namun  suaranya tidak kedengaran 

(ay. 13). Dengan caranya itu, ia memberi kesaksian atas ke-

yakinan dirinya, bahwa Allah mengetahui hati dan segenap 

keinginannya. Pikiran manusia merupakan kata-kata bagi-

Nya, dan Dia bukanlah seperti allah-allah yang harus 

dipanggil dengan keras (1Raj. 18:27). Tindakannya itu juga 

menunjukkan kesahajaan dan rasa hina yang kudus pada 

waktu ia mendekat kepada Allah. Ia sama sekali bukan 

termasuk orang-orang yang membuat suaranya didengar di 

tempat tinggi (Yes. 58:4). Itu yaitu  doa rahasia, meskipun 

diucapkan di tempat umum, namun  dipanjatkan diam-diam, 

tidak seperti orang Farisi yang berdoa supaya mereka 

dilihat orang. Doa yang sejati bukanlah sesuatu yang mem-

buat kita merasa malu, namun kita harus menghindari 

segala rupa kesombongan saat  memanjatkannya. Biarlah 

apa yang terjadi antara Allah dan jiwa kita, kita simpan 

bagi diri kita sendiri. 

2. Kecaman keras yang dialami Hana sebab  doanya itu. Eli pada 

saat itu sedang menjabat sebagai imam besar dan hakim di 

Israel. Ia duduk di sebuah kursi di bait suci untuk mengawasi 

segala sesuatu yang dikerjakan di sana (ay. 9). Kemah Allah di 

dalam ayat ini disebut sebagai bait suci, sebab  letaknya pada 

saat itu sudah menetap, dan di sanalah segala peranan bait 

Allah berlangsung. Di sana Eli duduk untuk menerima per-

mohonan dan memberikan arahan, dan di tempat tertentu 

(kemungkinan di suatu sudut yang sepi), ia memergoki Hana 

di tengah doanya. Ia melihat perilaku Hana yang aneh, men-

duga dia sedang mabuk, sehingga menghardiknya (ay. 14): 

Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Ini 

sindiran yang sama persis dengan yang diterima Petrus dan 

para rasul saat  Roh Kudus memberi mereka berkata-kata 

dalam bahasa-bahasa lain (Kis. 2:4). Mungkin di zaman yang 

rusak ini, bukan pemandangan yang aneh jika  ada perem-

puan mabuk di depan pintu bait suci Allah, sebab  jika tidak 

demikian, tentu nafsu bejat Hofni dan Pinehas tidak akan bisa 

dengan mudahnya menemukan mangsa di sana (2:22). Eli 

mengira Hana termasuk salah seorang wanita   itu. Inilah 

pengaruh buruk dari merajalelanya tindakan asusila, dan ini 

menjadi suatu hal yang biasa dilakukan, sehingga orang yang 

tidak bersalah ikut kerap dicurigai. saat  terjadi suatu penya-

kit mewabah, semua orang pun dicurigai terjangkit olehnya. 

Sekarang, 

(1) Ini merupakan kesalahan Eli. Sungguh kesalahan yang sa-

ngat besar untuk mengecam tanpa pengamatan atau kete-

rangan lebih lanjut. jika  matanya sendiri telah menjadi 

kabur, maka Eli seharusnya meminta orang lain di sekitar-

nya untuk menyelidiki hal itu. Orang mabuk umumnya 

berisik dan suka berbuat onar, namun  wanita   malang 

ini hanya diam dan tenang-tenang saja. Kesalahan Eli 

menjadi semakin besar mengingat dirinya yaitu  seorang 

imam Tuhan, yang seharusnya dapat mengerti orang-orang 

yang jahil (Ibr. 5:2). Perhatikan, tidak sepatutnya kita ber-

laku kasar dan tergesa-gesa saat  menegur orang lain. Ja-

nganlah juga kita lekas mempercayai bahwa seseorang ber-

salah atas sesuatu yang buruk, saat  perkara yang men-

jadi dasar teguran kita itu masih meragukan atau belum 

terbukti. Jangan sampai perkara itu justru merupakan se-

suatu yang baik. Kebaikan hati memerintahkan kita untuk 

berharap yang terbaik di dalam segala sesuatu, dan mela-

rang kita untuk mencari-cari kesalahan. Paulus, meskipun 

dirinya mempunyai keterangan yang sangat jelas, hanya 

mengambil sikap sedikit banyak percaya (1Kor. 11:18), dan 

berharap kenyataannya tidak seperti demikian. Secara khu-

sus, kita harus berhati-hati saat  menilai ibadah orang lain, 

supaya jangan kita menyebut sesuatu yang sungguh-sung-

guh merupakan buah kegigihan rohani yang tulus dan yang

diperkenan Allah, sebagai suatu kemunafikan, kerajinan, 

atau takhayul.  

(2) Ini menjadi kesengsaraan bagi Hana, dan betapa besarnya 

kesengsaraan itu, ditumpuk di atas segala kesengsaraan 

yang sudah ada, bagaikan cuka yang disiramkan ke atas 

luka batinnya. Sebelumnya ia ditegur oleh Elkana sebab  

tidak mau makan dan minum, dan sekarang ia lebih terte-

kan lagi, ditegur pula oleh imam Eli sebab  disangka ma-

kan dan minum minuman keras terlalu banyak. Catatlah, 

bukan sesuatu yang baru bagi orang-orang yang berbuat 

baik untuk disalahpahami, jadi kita juga tidak boleh 

menganggapnya hal yang aneh saat  itu menimpa kita. 

3. Tindakan Hana yang dengan rendah hati membela dirinya 

tidak bersalah atas kejahatan yang dituduhkan kepadanya. Ia 

bersikap sangat luhur. Ia tidak balik mengecam imam Eli atas 

tuduhan itu dan mencelanya dengan kebejatan anak-anak 

laki-lakinya sendiri. Ia tidak menyuruh imam Eli melihat sen-

diri keadaan rumahnya dan mengekang keluarganya. Ia tidak 

mencerca imam Eli betapa tidak eloknya orang yang berkedu-

dukan seperti dirinya menginjak-injak seorang penyembah 

malang yang bersusah hati di hadapan takhta karunia. saat  

kita, kapan pun itu, dengan tidak adil dikecam, kita harus sa-

ngat berhati-hati dengan mulut kita supaya kita tidak menye-

rang balik dan membalas tuduhan dengan tuduhan. Hana 

berpikir, cukup baginya untuk membela dirinya sendiri, dan 

demikianlah juga yang harus kita perbuat (ay. 15-16). 

(1) Demi keadilan bagi diri Hana sendiri, ia menyangkal tuduh-

an yang dilontarkan kepadanya dengan tutur kata yang 

penuh hormat sedapat mungkin kepada imam Eli. Ia me-

manggil Eli dengan sebutan Tuanku, yang menunjukkan 

betapa ia berdiri teguh di atas kebenaran, dan segan berada 

di bawah kecaman itu. “Bukan, tuanku, ini bukan seperti 

yang tuanku sangkakan. Anggur ataupun minuman yang 

memabukkan tidak kuminum, sama sekali tidak” (meski-

pun kedua benda ini pantas diberikan kepada orang yang 

susah hati [Ams. 31:6]), “apalagi sampai dikatakan minum 

berlebihan. Oleh sebab  itu, janganlah perhitungkan ham-

bamu ini sebagai anak wanita   Belial” (ay. 16, KJV) 

Catatlah, para pemabuk yaitu  anak-anak Belial, apalagi 

wanita   pemabuk, anak-anak si jahat, orang-orang 

durhaka, anak-anak yang tidak tahan memikul kuknya 

(sebab  kalau memang tahan, mereka tidak akan mabuk), 

terlebih lagi jika  mereka sedang betul-betul mabuk. 

Orang yang tidak bisa memikul kuknya seperti yang orang 

lain lakukan, bukanlah orang yang dapat mengendalikan 

dirinya sendiri. Hana mengakui, bahwa jika  ia memang 

benar bersalah sebab  mabuk, maka kejahatannya sangat-

lah besar, dan pantas diusir pergi oleh Eli. namun  caranya 

mengutarakan sendiri pembelaannya sudah cukup menun-

jukkan bahwa dirinya tidak mabuk. 

(2) Demi keadilan bagi Eli, Hana memberi keterangan menge-

nai apa yang diperbuatnya pada saat itu, yang membuat Eli 

sampai mencurigainya: “Aku seorang wanita   yang 

sangat bersusah hati, putus asa dan kebingungan, sehing-

ga sebab  semua itulah aku tidak terlihat seperti orang 

baik-baik. Mataku ini merah bukan sebab  anggur, namun  

sebab  tangisan. Dan pada saat ini, aku tidak berbicara 

dan meracau sendiri, seperti yang dikerjakan para pema-

buk dan orang kurang waras, namun  aku tengah menuang-

kan seluruh isi jiwaku di hadapan Tuhan, yang mendengar 

dan memahami bahasa hati, dan semua ini mengalir dari 

banyaknya keluhan dan kesedihanku.” Ia lebih dari ber-

sungguh-sungguh di dalam doanya kepada Allah, dan ini, 

seperti diungkapkannya, menjadi alasan sebenarnya di 

balik emosi yang meluap-luap dan kemabukan yang se-

olah-olah dialaminya. Catatlah, saat  kita dengan tidak 

adil dipersalahkan, kita harus berjuang tidak hanya untuk 

membersihkan nama kita sendiri, namun  juga harus me-

muaskan hati saudara-saudara kita dengan memberi ke-

pada mereka keterangan yang pantas dan benar dari apa 

yang telah dengan keliru dipersalahkan kepada kita.  

4. Eli memperbaiki kesalahannya yang telah dengan kasar dan 

tidak sopan melontarkan tuduhan, dengan memberi berkat 

dengan lemah lembut dan kebapakan (ay. 17). Seperti kerap 

diperbuat orang lain dalam perkara yang sama, ia tidak mene-

rima perkataan Hana sebagai penghinaan sebab  kekeliruan-

nya dikoreksi dan sebab  ia diyakinkan akan kesalahannya, 

dan ia pun tidak merasa sakit hati. Akan namun , sebaliknya, ia 

kini memberi dukungan terhadap doa Hana yang sama besar 

dengan kecamannya sebelumnya. Tidak hanya Eli memper-

lihatkan bahwa dirinya sangat puas dengan ketidakbersalahan 

Hana melalui kata-kata ini, Pergilah dengan selamat, ia pun, 

sebagai imam besar yang memiliki kuasa, memberkati Hana 

dalam nama Tuhan. Meskipun ia tidak mengetahui berkat 

khusus apa yang didoakan Hana, ia mengakhirinya dengan 

Amin, untuk menunjukkan betapa ia paham betul akan ke-

baikan hati dan kesalehan Hana: Allah Israel akan memberikan 

kepadamu, apa pun itu, yang engkau minta dari pada-Nya. 

Catatlah, melalui kelemahlembutan dan kerendahan hati kita 

terhadap orang-orang yang mencela kita sebab  mereka tidak 

mengenal kita dengan baik, kita mungkin dapat menjadikan 

mereka sahabat kita, dan mengubah segenap kecaman mereka 

menjadi doa-doa bagi kita. 

5. Kegembiraan batin yang luar biasa yang dirasakan Hana ke-

tika ia beranjak pergi (ay. 18). sesudah  memohon agar Eli se-

nantiasa berbelas kasih kepadanya dan mendoakannya, Hana 

lalu pergi dan menyantap korban keselamatan yang masih ada 

sebab  tidak boleh ada yang tersisa sampai keesokan paginya, 

dan mukanya tidak muram lagi. Hatinya tidak lagi gundah dan 

gelisah seperti sebelumnya, kini tampak gembira dan ceria, 

dan segalanya berjalan baik-baik saja. Mengapa, apa yang 

telah terjadi? Dari manakah datangnya sukacita ini? Melalui 

doanya, ia telah menyerahkan perkaranya kepada Allah dan 

meninggalkan semuanya itu kepada-Nya, sehingga kini ia 

tidak lagi dikacaukan oleh perkaranya itu. Ia telah berdoa bagi 

dirinya sendiri, dan Eli pun telah berdoa baginya, dan ia per-

caya bahwa Allah akan mengabulkan belas kasih yang didoa-

kannya atau akan menggantinya dengan cara yang lain. Catat-

lah, bagi jiwa yang beroleh rahmat karunia, doa berkuasa 

menenangkan hati. Keturunan Yakub sudah kerap kali men-

jumpai kuasa doa seperti demikian, dengan percaya sepenuh 

hati bahwa Allah tidak akan pernah berkata kepada mereka 

untuk mencari Aku dengan sia-sia (lih. Yes 45:19). Doa akan 

membuat kita tampak tenteram dan damai, demikianlah kua-

sa doa. 


Kelahiran Samuel,  

Samuel Diserahkan kepada Tuhan 

(1:19-28)  

19 Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah 

di hadapan TUHAN; kemudian pulanglah mereka ke rumahnya di Rama. 

saat  Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya. 

20 Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang 

anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: “Aku telah 

memintanya dari pada TUHAN.” 21 Elkana, laki-laki itu, pergi dengan seisi ru-

mahnya mempersembahkan korban sembelihan tahunan dan korban nazar-

nya kepada TUHAN. 22 namun  Hana tidak ikut pergi, sebab katanya kepada 

suaminya: “Nanti jika  anak itu cerai susu, aku akan mengantarkan dia, 

maka ia akan menghadap ke hadirat TUHAN dan tinggal di sana seumur 

hidupnya.” 23 Kemudian Elkana, suaminya itu, berkata kepadanya: “Perbuat-

lah apa yang kaupandang baik; tinggallah sampai engkau menyapih dia; 

hanya, TUHAN kiranya menepati janji-Nya.” Jadi tinggallah wanita   itu 

dan menyusui anaknya sampai disapihnya. 24 sesudah  wanita   itu menya-

pih anaknya, dibawanyalah dia, dengan seekor lembu jantan yang berumur 

tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur, lalu diantarkannya ke 

dalam rumah TUHAN di Silo. Waktu itu masih kecil betul kanak-kanak itu.  

25 sesudah  mereka menyembelih lembu, mereka mengantarkan kanak-kanak 

itu kepada Eli; 26 lalu kata wanita   itu: “Mohon bicara tuanku, demi 

tuanku hidup, akulah wanita   yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku 

untuk berdoa kepada TUHAN. 27 Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, 

dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. 

28 Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah 

ia kiranya kepada TUHAN.” Lalu sujudlah mereka di sana menyembah 

kepada TUHAN. 

Inilah, 

I. Kepulangan Elkana dan keluarganya ke tempat tinggal mereka 

saat  hari-hari perayaan telah usai (ay. 19). Perhatikan bagai-

mana mereka mempergunakan waktu mereka dengan baik saat  

sedang berada di bait suci Allah. Setiap hari mereka ada di sana, 

bahkan pada hari kepulangan mereka, mereka pun tetap sujud 

menyembah Allah, bahkan mereka melakukannya pagi-pagi. 

Alangkah baiknya memulai hari bersama Allah. Biarlah Dia, yang 

yaitu  yang pertama, memperoleh yang pertama pula. Mereka 

masih harus menempuh perjalanan panjang sambil membawa 

serta segenap keluarga beserta anak-anak, namun  mereka enggan 

berangkat sebelum sudah sujud menyembah Allah bersama-

sama. Doa dan persiapan tidak akan mengganggu perjalanan. 

Selama beberapa hari mereka telah beribadah dengan sungguh-

sungguh, namun  mereka tetap mau beribadah sekali lagi. Oleh 

sebab  itu, janganlah kita lelah berbuat baik. 

 II. Kelahiran dan nama anak laki-laki yang didamba-dambakan ini. 

Pada akhirnya, Tuhan mengingat Hana beserta permohonan yang 

sungguh dirindukannya (ay. 11). Hana tidak perlu lagi merindu-

kannya, itu sudah cukup, sebab  ia pun kemudian mengandung 

dan melahirkan seorang anak laki-laki. Walaupun Allah terkesan 

tidak menghiraukan beban, permasalahan, pemeliharaan, dan 

doa-doa umat-Nya, namun pada akhirnya, Ia akan tampil dan me-

nunjukkan bahwa itu semua tidak dilupakan-Nya. Oleh ibunya, 

anak laki-laki ini diberi nama Samuel (ay. 20). Beberapa orang 

mempelajari bahwa asal kata nama ini mirip dengan nama Ismael, 

yang berarti Tuhan telah mendengar, sebab  doa-doa sang ibu dari 

Ismael dengan mengagumkan telah didengar, dan anak itu meru-

pakan jawabannya. Menurut beberapa tafsiran lainnya, sebab  

alasan yang diberikan ibu anak itu saat  ia menamainya, yang 

diminta dari pada Tuhan. Kedua arti ini pada dasarnya bermakna 

serupa. Dengan memberi nama anaknya Samuel, Hana hendak 

senantiasa mengingat perkenanan Allah kepadanya saat  Ia men-

jawab doa-doanya. Demikianlah Hana, setiap kali menyebut nama 

Samuel, ingin menerima penghiburan dan memberi kemuliaan 

bagi Allah atas kebesaran kasih karunia-Nya. Catatlah, belas ka-

sih yang diberikan sebagai jawaban terhadap doa harus dikenang 

dengan ungkapan syukur yang khusus (Mzm. 116:1-2). Betapa 

ada banyak kelepasan dan pemeliharaan Tuhan yang datang pada 

waktunya bagi kita, yang dapat kita sebut sebagai Samuel, telah 

diminta dari pada Tuhan. Dan apa pun wujudnya, demikianlah 

kita secara khusus harus membaktikan semuanya itu kepada-

Nya. Melalui nama ini, Hana hendak mengingatkan anaknya akan 

kewajiban yang dimilikinya, yaitu melayani Tuhan, bahwa atas 

alasan inilah Samuel diminta dari Allah dan, pada waktu yang 

sama, diserahkan kepada-Nya. Memang, seorang anak yang lahir 

dari doa, secara khusus, ditakdirkan menjadi anak yang baik. Ibu 

Lemuel mengingatkan dirinya bahwa ia yaitu  anak nazarnya 

(Ams. 31:2). 

III. Pengasuhan Samuel dengan penuh kasih oleh Hana, bukan hanya 

sebab  Samuel begitu disayanginya, namun  juga sebab  Samuel 

telah diserahkan bagi Allah. Bagi Allah-lah Hana merawat Samuel 

sendiri dan tidak membiarkannya disusui oleh orang lain. Kita 

harus merawat anak-anak kita dengan tidak hanya mengingat 

bahwa mereka yaitu  anak kita secara hukum alam, namun  juga 

dengan mengingat perjanjian kasih karunia bahwa mereka telah 

diserahkan bagi Allah (lih. Yeh. 16:20-21). Pemeliharaan kita atas 

anak-anak kita pun menjadi sesuatu yang dikuduskan saat  itu 

dikerjakan untuk Tuhan. Elkana pergi setiap tahun untuk sujud 

menyembah di bait suci Allah, dan secara khusus untuk memper-

sembahkan korban nazarnya. Mungkin segenap nazar yang di-

buatnya sendiri di luar nazar Hana jika  Allah memberinya 

seorang anak laki-laki melalui Hana (ay. 21). Akan namun  Hana, 

meskipun ia merindukan pelataran bait Allah, memohon izin 

kepada suaminya untuk tinggal di rumah kali itu, sebab  kaum 

wanita   tidak wajib menghadiri tiga perayaan tahunan seperti 

halnya kaum laki-laki. Hana, yang terbiasa untuk pergi, sekarang 

menghendaki agar diizinkan untuk tidak pergi, 

1. sebab  ia tidak mau meninggalkan kewajiban untuk meng-

asuh anaknya terlalu lama. Dapatkah seorang wanita   me-

lupakan bayinya? Dapat kita duga, Hana terus berada di 

rumah, sebab  jika  ia memang pergi, ia pasti akan pergi ke 

Silo. Allah menghendaki belas kasihan dan bukan persem-

bahan. Mereka yang berhalangan untuk beribadah bersama 

jemaat sebab  harus merawat dan memelihara anak-anak 

mereka yang masih kecil, dapat menemukan penghiburan dari 

kisah ini, dan meyakini bahwa jika  mereka melakukan tin-

dakan itu dengan memandang kepada Allah, maka Dia dengan 

rahmat-Nya akan menerima pekerjaan mereka ini . Mes-

kipun mereka berada di rumah, mereka akan turut mendapat 

hasil jarahan. 

2. sebab  Hana tidak mau pergi ke Silo sampai anak laki-lakinya 

itu sudah cukup besar, tidak hanya untuk turut dibawa serta, 

namun  untuk ditinggalkan di sana. sebab  jika sekali ia 

membawa Samuel ke sana, ia merasa tidak sampai hati untuk 

membawanya kembali. Catatlah, mereka yang bertekad teguh 

membayar nazar mereka, tetap dapat menemukan alasan yang 

baik untuk menunda pembayarannya. Ia membuat segala 

sesuatu indah pada waktunya. Tidak akan ada hewan yang 

diterima sebagai korban persembahan sebelum hewan itu 

menghabiskan beberapa waktu di bawah pemeliharaan induk-

nya (Im. 22:27). Buah-buahan terasa paling lezat jika  su-

dah masak. Elkana menyetujui permohonan Hana (ay. 23): 

Perbuatlah apa yang kaupandang baik. Elkana sama sekali 

tidak mencelanya, bahkan mempercayakan seluruhnya kepada 

istrinya itu. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, jika  

pasangan saling bersatu hati menghela kuk yang dipikul ber-

sama. Dan saling menyediakan diri demi orang yang dikasihi, 

saling memikirkan yang baik bagi orang yang dikasihi, khu-

susnya di dalam pekerjaan ibadah dan kasih. Elkana menam-

bahkan sebuah doa: Hanya, Tuhan kiranya menepati janji-Nya, 

artinya, “Allah memelihara anak itu di tengah segala perkara 

pada masa pertumbuhannya, agar nazar yang telah diper-

kenan Allah, melalui tindakan-Nya mengaruniakan anak itu, 

dapat terlaksana pada waktunya, dan segenap permohonan itu 

pada akhirnya dapat tercapai.” Catatlah, para orangtua yang 

telah dengan tulus hati menyerahkan anak-anak mereka 

kepada Allah, dapat dengan penuh sukacita berdoa bagi anak-

anak mereka itu, agar Allah menepati janji yang dimeteraikan-

Nya atas anak-anak mereka pada saat yang sama saat  anak-

anak mereka dimeteraikan bagi Dia. 

IV. Penyerahan anak ini dengan khidmat ke dalam tugas pelayanan 

bait suci Allah. Kita bisa saja beranggapan bahwa Samuel dise-

rahkan kepada Tuhan pada usia empat puluh hari, sama seperti 

halnya semua anak laki-laki sulung (Luk. 2:22-23). Akan namun , 

tidak disebutkan mengenai hal ini, sebab  tidak ada yang khusus 

tentangnya. Samuel kini telah disapih, dan sebab  itu ia diserah-

kan kepada Tuhan dan tidak untuk dibawa kembali. Beberapa 

orang berpendapat bahwa ia diserahkan segera sesudah  cerai susu, 

yang, menurut orang Yahudi, tidak terjadi sampai ia berusia tiga 

tahun. Memang ada tertulis bahwa Hana menyusui anaknya 

sampai disapihnya (ay. 23). Beberapa orang lainnya memandang 

bahwa Samuel tidak diserahkan kepada Tuhan sampai ia disapih 

dari segala persoalan pada masa kanak-kanak, yakni pada usia 

delapan atau sepuluh tahun. Akan namun , saya tidak melihat ada 

masalah dengan menyerahkan anak istimewa seperti Samuel ini 

ke bait suci Allah pada usia tiga tahun untuk dididik di antara 

anak-anak imam. Ada tertulis, waktu itu masih kecil betul kanak-

kanak itu (ay. 24), namun  Samuel, yang berakal cerdas di atas 

anak-anak seusianya, tidak menemui masalah. Tidak ada kata 

terlalu dini untuk beribadah. Waktu itu, anak itu masih anak-

anak, demikian ditafsirkan dalam bahasa Ibrani, artinya anak itu 

berada di masa pembelajarannya. sebab  kepada siapakah Dia ini 

mau mengajarkan pengetahuan-Nya, selain kepada anak yang 

baru disapih, dan yang baru cerai susu? (Yes. 28:9). Perhatikan 

cara Hana mempersembahkan anaknya,  

1. Dengan korban persembahan, tidak kurang dari tiga lembu 

jantan (KJV), beserta korban sajian untuk masing-masing lem-

bu (ay. 24). Seekor lembu jantan kemungkinan melambangkan 

tiap tahun dari usia anak itu, atau mungkin juga satu sebagai 

korban bakaran, satu lagi sebagai korban penghapus dosa, dan 

yang terakhir sebagai korban keselamatan. Hana sama sekali 

tidak berpikir bahwa dengan mempersembahkan anaknya ke-

pada Allah, ia membuat Allah berhutang kepadanya, sehingga 

ia berpikir bahwa korban sembelihan begitu penting dipersem-

bahkan guna memperoleh perkenanan Allah atas korban per-

sembahannya yang hidup. Semua kovenan antara Allah dan 

kita dan semua milik kita harus dibuat dengan korban persem-

bahan, ya, dengan korban persembahan yang mulia.  

2. Dengan ucapan syukur atas kebaikan Allah yang telah men-

jawab doanya. Ungkapan syukur ini disampaikannya kepada 

Eli, sebab  ia telah menguatkannya di dalam pengharapan 

untuk mendapatkan jawaban damai sejahtera atas doanya (ay. 

26-27): “Untuk mendapat anak inilah aku berdoa. Inilah dia, 

anak yang diperoleh melalui doa, dan inilah dia, yang diserah-

kan kepada Allah yang mendengar doa. Engkau telah melupa-

kanku, tuanku, namun  aku, yang kini tampak sungguh ber-

sukacita, yaitu  wanita   itu, yang berdiri di sini tiga tahun 

lalu bersama tuanku sambil meratap dan berdoa, dan inilah 

anak yang kudoakan itu.” Demikianlah segala jawaban atas 

doa dapat dengan rendah hati diberitakan dengan megah demi 

kemuliaan Allah. Inilah saksi hidup demi Allah. “Akulah saksi-

Nya bahwa Dia itu penuh kasih karunia (lih. Mzm. 66:16-19). 

Demi kemurahan ini, penghiburan ini, aku berdoa, dan Tuhan 

telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya” 

(lih. Mzm. 34:3, 5, 7). Hana tidak membuat Eli teringat kem-

bali akan peristiwa itu dengan merujuk kepada kecurigaan 

yang dituduhkannya sebelumnya. Hana tidak berkata, “Akulah 

wanita   yang telah dengan kerasnya engkau kecam itu. 

Apa pendapatmu tentang diriku sekarang?” Janganlah meng-

olok-olok orang baik dengan mengungkit kelemahan dan keke-

liruannya. Mereka sendiri telah bertobat atas semuanya itu, 

sehingga biarlah mereka tidak lagi mendengar tentangnya. 

3. Dengan memasrahkan seluruh kepentingannya dalam diri anak 

ini kepada Tuhan (ay. 28): Maka akupun menyerahkannya ke-

pada Tuhan seumur hidupnya. Dan Hana pun mengulangi per-

kataannya, sebab  ia tidak akan menariknya kembali: Dipin-

jamkanlah ia, atau terserahlah ia, kiranya, sebagai persembah-

an kepada Tuhan. Bukan berarti Hana berencana memanggil 

Samuel kembali, seperti yang lazim kita perbuat terhadap 

segala sesuatu yang kita pinjamkan, namun  ia secara khusus 

mempergunakan kata ini, Shaol, artinya diserahkan, sebab  

itu yaitu  kata yang sama dengan yang dipergunakannya se-

belumnya (ay. 20, Aku telah memintanya dari pada Tuhan). 

Dan (ay. 27) Tuhan telah memberikan kepadaku, apa yang 

kuminta dari pada-Nya (Shaalti, dalam bentuk Qal), maka aku-

pun menyerahkannya (Hishilti, yakni kata yang sama dalam 

bentuk Hiphil), sehingga ini memberi asal-usul arti kata yang 

lain dari nama Samuel, yang tidak hanya berarti diminta dari 

pada Allah, namun  juga diserahkan kepada Allah. Perhatikan 

pula, 

(1) Apa pun yang kita berikan kepada Allah, itu semua terlebih 

dahulu kita minta dan terima dari pada-Nya. Segenap pem-

berian kita kepada-Nya pertama-tama merupakan pemberi-

an-Nya kepada kita. Dari tangan-Mu sendirilah persembah-

an yang kami berikan kepada-Mu (1Taw. 29:14, 16). 

(2) Apa pun yang kita berikan kepada Allah, berdasar  ca-

tatan ini, dapat dikatakan sebagai dipinjamkan kepada-

Nya, sehingga meskipun kita tidak berniat mengambilnya 

kembali, sebagai sesuatu yang dipinjamkan, Allah pasti 

akan membayarnya, beserta bunganya, demi keuntungan 

kita yang tidak terkatakan, khususnya sesuatu yang diberi-

kan kepada orang yang lemah (atau miskin) (Ams. 19:17). 

saat  melalui pembaptisan kita membaktikan anak-anak 

kita bagi Allah, biarlah kita mengingat bahwa mereka se-

mua sebelumnya yaitu  milik-Nya menurut kemahakua-

saan-Nya, dan bahwa mereka itu diberikan menjadi milik 

kita sebagai penghiburan kita. Hana menyerahkan Samuel 

kepada Tuhan bukan untuk beberapa tahun saja, seperti 

anak yang dikirim untuk menjadi murid, namun  durante vita 

– seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada Tuhan, se-

orang nazir seumur hidup. Demikianlah seharusnya per-

janjian kita dengan Allah, layaknya suatu perjanjian nikah, 

bahwa seumur hidup kita, kita harus menjadi milik-Nya 

dan tidak akan pernah meninggalkan-Nya. 

Terakhir, Samuel, sebagai seorang anak, melakukan ba-

giannya melampaui apa yang dapat diharapkan dari sese-

orang pada usianya. Sujudlah Samuel di sana menyembah 

Tuhan (KJV), artinya, ia mengucapkan doa-doanya. Jelaslah 

bahwa Samuel merupakan pribadi yang luar biasa unggul. 

Kita mengenal adanya anak-anak yang telah menemukan 

rasa keagamaan mereka pada usia yang sangat muda. Ibu-

nya sendiri telah mempersiapkan dia untuk bait suci Allah, 

secara khusus telah melatihnya untuk melakukan tugas-

tugasnya di bait suci Allah. Catatlah, anak-anak kecil ha-

rus belajar sejak dini untuk menyembah Allah. Orangtua 

mereka harus mendidik mereka untuk menyembah Dia dan 

membawa mereka kepada-Nya, menuntun mereka untuk 

beribadah dan menyembah-Nya semampu mereka, maka 

Allah dengan kasih karunia-Nya akan menerima mereka 

dan mengajar mereka untuk berbuat lebih baik. 

 

 

 

PASAL  2  

Dalam pasal ini kita menemukan, 

I. Nyanyian syukur Hana kepada Allah atas perkenanan-Nya 

dalam mengaruniakan Samuel kepadanya (ay. 1-10).  

II. Kembalinya Elkana dan Hana ke rumahnya, dengan berkat 

Eli (ay. 11, 20). Pertambahan jumlah anggota keluarga mere-

ka (ay. 21). Pertumbuhan dan perkembangan Samuel (ay. 11, 

18, 21, 26), dan perhatian Hana dalam membuatkan jubah 

baginya (ay. 19).  

III. Kejahatan luar biasa anak-anak Eli (ay. 12-17, 22).  

IV. Teguran yang terlalu ringan yang diberikan Eli anak-anaknya 

atas kejahatan mereka (ay. 23-25).  

V. Pesan yang sungguh mengerikan yang disampaikan Allah 

kepadanya melalui seorang nabi, yang mengancam kehancur-

an keluarganya sebab  kejahatan anak-anaknya (ay. 27-36). 

Nyanyian Puji-pujian Hana 

(2:1-10) 

1 Lalu berdoalah Hana, katanya: “Hatiku bersukaria sebab  TUHAN, tanduk 

kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN; mulutku mencemoohkan musuhku, 

sebab aku bersukacita sebab  pertolongan-Mu. 2 Tidak ada yang kudus 

seperti TUHAN, sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau dan tidak ada 

gunung batu seperti Allah kita. 3 Janganlah kamu selalu berkata sombong, 

janganlah caci maki keluar dari mulutmu. sebab  TUHAN itu Allah yang 

mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji. 4 Busur pada pahlawan 

telah patah, namun  orang-orang yang terhuyung-huyung, pinggangnya ber-

ikatkan kekuatan. 5 S