Tampilkan postingan dengan label samuel 27. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label samuel 27. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

samuel 27


 usaha merebut kembali 

negeri atau kemerdekaan mereka. Tidak pula ada upaya untuk 

melakukan hal itu. Akan namun , dengan dalih berjuang demi ke-

hormatan Israel, supaya tidak dikatakan bahwa di tengah-tengah 

mereka terdapat penduduk asli negeri itu, Saul berikhtiar me-

numpas orang-orang Gibeon, dan untuk melaksanakan niatnya 

itu, ia membinasakan banyak orang dari antara mereka. Demi-

kianlah Saul ingin tampak lebih berhikmat dibandingkan dengan 

pendahulunya, para hakim, dan lebih gigih berjuang demi kepen-

tingan rakyat. Mungkin juga Saul berniat mencanangkan tindak-

annya itu sebagai bentuk dari hak istimewanya serta kekuasaan-

nya sebagai seorang raja. Dan dengan itu ia hendak meniadakan 

segala tindakan yang telah diperbuat pemerintahan sebelumnya 

dan membatalkan segala ikatan persekutuan yang telah dibuat 

dengan penuh kesungguhan. Mungkin melalui kekejaman yang 

ditimpakan terhadap orang-orang Gibeon ini, ia bermaksud mene-

bus belas kasihan yang telah ditunjukkannya kepada orang Ama-

lek. Sebagian penafsir menduga bahwa Saul berniat menghabisi 

orang-orang Gibeon pada waktu yang sama saat  ia menying-

kirkan para tukang sihir (1Sam. 28:3). Atau mungkin juga banyak 

dari orang-orang Gibeon itu yaitu  orang-orang yang luar biasa 

saleh, sehingga Saul berniat menghancurkan mereka sewaktu ia 

membantai para imam, tuan mereka. Yang membuat dosa ini luar 

biasa besar yaitu  bahwa Saul tidak hanya menumpahkan darah 

orang yang tidak bersalah, namun  juga dalam hal ini telah melang-

gar sumpah yang mengikat bangsa Israel untuk melindungi orang 

Gibeon. Lihatlah apa yang mendatangkan kehancuran atas ke-

luarga Saul: keluarganya itu berlumuran darah.  

II. Kita mendapati bangsa Israel, lama sesudah nya, dihajar oleh kela-

paran hebat akibat dosa Saul ini. Cermatilah, 

1. Bahkan di negeri Israel, negeri yang subur itu, dan dalam 

pemerintahan Daud, pemerintahan yang mulia itu, pernah ter-

jadi kelaparan. Ini yaitu  kemarau yang meskipun tidak terlalu 

parah sebab  jika demikian, hal itu tentu akan segera diberi-

tahukan, dan penyebabnya diselidiki, namun berkepanjangan, 

dan sebagai akibatnya, kelangkaan persediaan makanan sela-

ma tiga tahun berturut-turut. jika  gandum gagal panen 

satu tahun, biasanya panen berikutnya akan dapat menutupi 

kegagalan itu. Akan namun , jika  gandum gagal panen selama 

tiga tahun berturut-turut, maka ini akan menjadi suatu hu-

kuman yang berat. Dan melaluinya, manusia yang berhikmat 

akan mendengar suara Allah berseru-seru kepada negeri itu 

untuk bertobat sebab  telah menyalahgunakan kelimpahan. 

2. Daud menanyakan petunjuk Allah mengenai bencana itu. 

Meskipun dirinya sendiri seorang nabi, Daud harus menanya-

kan petunjuk Allah, dan mengetahui pikiran Allah dengan cara 

yang telah ditentukan-Nya. Perhatikanlah, saat  kita berada 

di bawah penghukuman Allah, kita harus menanyakan alasan 

terjadinya perkara itu. Tuhan, beritahukanlah aku, mengapa 

Engkau beperkara dengan aku. Sungguh aneh bahwa Daud 

tidak lebih dini menanyakan petunjuk Allah, tidak sampai 

tahun ketiga. namun  mungkin, hingga waktu itu, Daud tidak 

memahami kelaparan itu sebagai hukuman luar biasa yang 

disebabkan oleh suatu dosa tertentu. Bahkan orang-orang 

baik kerap kali lambat dan lalai dalam melaksanakan tugas 

mereka. Kita terus-menerus dalam ketidaktahuan, dan di ba-

wah kesalahan, sebab  kita menunda untuk mencari tahu. 

3. Allah sudah siap dalam jawaban yang diberikan-Nya, meski-

pun Daud lambat dalam mengajukan pertanyaannya: Masa-

lahnya ada pada Saul. Perhatikanlah, hukuman-hukuman 

Allah kerap melihat jauh ke masa lampau, sehingga kita juga 

harus melakukan hal serupa sewaktu terkena teguran-Nya. 

Kita tidak berhak menyampaikan keberatan atas kesengsaraan 

rakyat akibat dosa raja mereka, mungkin mereka turut men-

jadi kaki tangannya, tidak pula atas penderitaan angkatan ini 

akibat dosa angkatan yang terdahulu. Allah kerap membalas-

kan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, dan hukum-Nya 

bagaikan samudera raya yang hebat. Allah tidak memberikan 

alasan atas apa saja yang diperbuat-Nya. Waktu tidak memu-

darkan kesalahan akibat dosa, tidak pula kita bisa berharap 

terbebas dari hukuman jika  pelaksanaan hukuman terse-

but ditangguhkan. Tidak ada undang-undang pembatasan 

yang dapat diajukan terhadap tuntutan-tuntutan Allah. 

Nullum tempus occurrit Deo – Allah dapat menghukum kapan 

pun Ia mau. 

III. Kita mendapati pembalasan diadakan atas kaum keluarga Saul 

untuk memalingkan murka Allah dari negeri itu, yang pada saat 

ini sedang menderita akibat dosa Saul. 

1. Daud, mungkin oleh petunjuk ilahi, menyerahkan kepada 

orang Gibeon sendiri untuk menetapkan tindakan apa yang 

dapat memuaskan mereka atas kesalahan yang telah diper-

buat kepada mereka (ay. 3). Telah bertahun-tahun lamanya 

mereka diam, tidak membawa perkara mereka kepada Daud, 

ataupun mengusik kerajaan Israel dengan keluhan atau tun-

tutan mereka. Dan sekarang, pada akhirnya, Allah berbicara 

bagi mereka Aku ini tidak mendengar, sebab Engkaulah yang 

akan menjawab (Mzm. 38:15-16). Kesabaran mereka diganjar 

dengan kehormatan ini, bahwa mereka dijadikan hakim dalam 

perkara mereka sendiri, dan diberi kertas kosong untuk di-

tulisi dengan tuntutan-tuntutan mereka: Apakah yang kamu 

kehendaki akan kuperbuat bagimu (ay. 4), supaya ada pene-

busan, dan supaya kamu memberkati milik pusaka TUHAN (ay. 

3). Sungguh menyedihkan jika  doa orang-orang yang tak 

bersalah dan tertindas ditujukan melawan suatu keluarga 

atau bangsa. Oleh sebab  itu, ganti rugi yang adil harus 

diberikan dengan baik untuk memperoleh kembali berkat dari 

orang-orang yang nyaris binasa (Ayb. 29:13). “Hamba-Ku Ayub, 

yang telah engkau perlakukan dengan tidak adil, akan berdoa 

bagimu,” firman Allah, “maka barulah Aku akan diperdamai-

kan dengan engkau, dan tidak sebelum itu.” Mereka yang 

tidak menghargai doa-doa orang miskin dan tersingkirkan, 

tidak memahami kepentingan diri mereka sendiri. 

2. Orang-orang Gibeon menghendaki agar tujuh orang dari ketu-

runan Saul dihukum mati, dan Daud mengabulkan tuntutan 

mereka. 

(1) Mereka tidak menuntut perak atau emas (ay. 4). Perhati-

kanlah, uang tidak dapat menebus darah (lih. Bil. 35:31-

33). Hukum yang sudah ada sejak dahulu kala menetapkan 

bahwa darah berteriak menuntut darah (Kej. 9:6). Orang-

orang yang menjual darah kerabat mereka demi barang-

barang fana, seperti emas dan perak, menilai uang terlalu 

tinggi dan menilai hidup terlalu rendah. Orang-orang Gi-

beon pada saat ini mempunyai kesempatan yang baik un-

tuk dibebaskan dari perhambaan mereka, sebagai ganti 

rugi atas kejahatan yang telah dilakukan kepada mereka, 

menurut keadilan hukum itu (Kel. 21:26). jika  sese-

orang memukul mata budaknya, maka ia harus melepaskan 

budak itu sebagai orang merdeka pengganti kerusakan 

matanya itu. Namun demikian, mereka tidak menuntut 

kemerdekaan ini. Walaupun telah dilanggar oleh pihak lain, 

perjanjian itu tidak akan dilanggar oleh mereka. Mereka 

yaitu  para budak di bait Allah, diserahkan kepada Allah 

dan umat-Nya Israel, dan mereka tidak mau tampak lelah 

dalam menjalankan pelayanan mereka. 

(2) Mereka tidak menuntut nyawa siapa pun selain nyawa 

kaum keluarga Saul. Saul telah bersalah terhadap mereka, 

dan sebab  itu anak-anaknya harus membayar kesalahan 

itu. Kita menuntut para ahli waris atas utang orangtua 

mereka. Manusia tidak boleh memperluas pedoman dasar 

ini sampai mencakup nyawa orang lain (Ul. 24:16). Anak, 

menurut jalannya hukum yang biasa, janganlah dihukum 

mati sebab  ayahnya. Akan namun , perkara orang-orang 

Gibeon ini sama sekali luar biasa. Allah telah menjadikan 

diri-Nya sebagai pihak yang berkepentingan langsung da-

lam perkara itu, dan tidak diragukan lagi menaruh ke da-

lam hati orang-orang Gibeon untuk mengajukan tuntutan 

ini. Sebab Ia mengakui bahwa ada kejahatan yang telah 

dilakukan (ay. 14), dan penghakiman-Nya tidaklah tunduk 

pada aturan-aturan yang kepadanya penghakiman manu-

sia harus tunduk. Hendaklah para orangtua waspada ter-

hadap dosa, terutama dosa kekejaman dan penindasan, 

demi anak-anak mereka yang malang, yang bisa saja men-

derita oleh sebab nya melalui tangan Allah yang adil, keti-

ka mereka sendiri sudah berada dalam kubur. Kesalahan 

dan kutuk yaitu  warisan yang buruk bagi suatu keluarga. 

Tampaknya keturunan Saul berjalan mengikuti jejak Saul, 

sebab  dikatakan bahwa pada keluarganya melekat hutang 

darah. Inilah jiwa dari keluarga itu, sehingga mereka de-

ngan sepantasnya dimintai perhitungan atas dosa Saul, 

dan juga atas dosa mereka sendiri. 

(3) Orang-orang Gibeon tidak mau membebankan pelaksanaan 

hukuman mati ini kepada Daud: Bukanlah urusan kami 

untuk membunuh seseorang di antara orang Israel (ay. 4, 

KJV: Engkau tidak akan membunuh seorang pun bagi kami), 

namun  kami akan melakukannya sendiri, kami akan meng-

gantung mereka di hadapan TUHAN (ay. 6), supaya jika  

timbul kesukaran dalam pelaksanaannya, merekalah yang 

akan menanggungnya, dan bukan Daud atau kaum keluar-

ganya. Menurut hukum yang dahulu berlaku di negeri kita 

(Inggris – pen.), jika  seorang pembunuh dijatuhi hu-

kuman atas dasar suatu tuntutan, maka kerabat korban 

yang mengajukan tuntutan ini  akan melaksanakan 

hukuman mati terhadap orang itu. 

(4) Orang-orang Gibeon tidak menuntut nyawa keturunan 

Saul ini atas dasar rasa benci terhadap Saul atau keluarga-

nya. Andai kata mereka ini pendendam, maka mereka pasti 

sudah melakukannya sendiri jauh-jauh hari. Namun 

mereka bersikap atas dasar kasih terhadap bangsa Israel, 

yang mereka saksikan dilanda bencana atas kejahatan 

yang telah dilakukan kepada mereka: “Kami akan menggan-

tung mereka di hadapan TUHAN (ay. 6), untuk membayar 

lunas tuntutan keadilan-Nya, bukan untuk melampiaskan 

dendam kami sendiri – demi kesejahteraan rakyat, bukan 

demi nama baik kami sendiri.” 

(5) Penetapan orang-orang yang akan dihukum mati itu di-

serahkan orang-orang Gibeon kepada Daud, yang memasti-

kan untuk mengamankan Mefiboset demi Yonatan, supaya 

selagi membalaskan pelanggaran terhadap satu sumpah, 

Daud sendiri tidak melanggar sumpah yang lain (ay. 7). 

namun  Daud menyerahkan dua orang anak laki-laki Saul 

yang dilahirkan baginya dari seorang gundik, dan lima 

orang cucu laki-lakinya, yang dilahirkan oleh Merab, putri-

nya, bagi Adriel (1Sam. 18:19), namun  yang dibesarkan oleh 

Mikhal, putrinya yang lain (ay. 8, KJV). Sekaranglah peng-

khianatan Saul dibalas, sebab  ia telah memberikan Merab 

kepada Adriel, yang telah dijanjikannya kepada Daud, de-

ngan maksud untuk memancing kemarahan Daud. “Alang-

kah berbahayanya,” tutur Uskup Hall mengenai perkara 

ini, “menyakiti siapa pun dari hamba-hamba Allah yang 

setia. Walaupun kelemahlembutan mereka dapat dengan 

mudah mengampuni tindakan ini , Allah mereka tidak 

akan membiarkannya berlalu begitu saja tanpa ada ganjar-

an berat, meskipun pada awalnya ganjaran itu tampak 

lama dijatuhkan.” 

(6) Tempat, waktu, dan cara mereka dihukum mati, semuanya 

menambah kesakralan pengorbanan mereka bagi keadilan 

ilahi. 

[1] Mereka digantung, sebagai orang-orang terkutuk, di ba-

wah tanda khusus dari murka Allah, sebab  hukum te-

lah berkata, seorang yang digantung terkutuk oleh Allah 

(Ul. 21:23; Gal. 3:13). Kristus yang telah dijadikan 

kutuk bagi kita, dan yang mati untuk menebus dosa-

dosa kita dan memalingkan murka Allah, taat menjalani 

kematian yang hina ini. 

[2] Mereka digantung di Gibeon, tempat asal Saul (ay. 6), 

untuk memperlihatkan bahwa sebab  dosa Saullah me-

reka mati. Mereka seolah-olah digantung di depan pintu 

kediaman mereka sendiri, untuk menebus kesalahan 

keluarga Saul. Dengan demikian, Allah menuntaskan 

kehancuran keluarga itu, demi darah para imam serta 

keluarga mereka, yang tak ayal lagi diingat di hadapan 

Allah dalam kesempatan ini, sehingga pembalasan atas 

penumpahan darah pun dikerjakan-Nya (Mzm. 9:13). 

Namun hanya darah orang-orang Gibeon yang disebut-

kan, sebab  darah mereka tertumpah atas pelanggaran 

terhadap sebuah sumpah kudus, yang walaupun telah 

diikrarkan lama sebelumnya, walaupun diperoleh lewat 

tipu daya, dan lewat janji yang diberikan kepada orang 

Kanaan, namun tetap dimintai perhitungan dengan be-

rat seperti itu. Perbuatan memandang sumpah dengan 

remeh, dan mengingkari kovenan, akan dibalaskan ke 

atas kepala orang-orang yang telah mencemarkan nama 

Allah yang kudus seperti itu (Yeh. 17:18-19). Demikian-

lah Allah hendak menunjukkan bahwa bersama-Nya, 

orang kaya dan orang miskin bertemu. Bahkan darah 

bangsawan harus tertumpah demi menebus darah oang-

orang Gibeon, yang hanyalah hamba bagi jemaat Israel. 

[3] Mereka dihukum mati pada musim menuai (ay. 9), pada 

permulaan musim menuai (ay. 10), untuk menunjukkan 

bahwa mereka dikorbankan seperti itu untuk mema-

lingkan murka Allah yang telah menahan berkat panen 

dari orang Israel selama beberapa tahun, dan untuk 

memperoleh perkenanan-Nya dalam panen kali ini. 

Demikianlah, tidak ada cara untuk meredakan murka 

Allah selain dengan mematikan dan menyalibkan hawa 

nafsu serta kebusukan kita. Sia-sia saja kita mengha-

rapkan belas kasihan Allah, kecuali kita menegakkan 

keadilan atas dosa-dosa kita. Pelaksanaan hukuman 

mati yang penting bagi kesejahteraan masyarakat tidak 

boleh dikeluhkan sebagai tindakan yang kejam. Lebih 

baik tujuh orang dari keluarga Saul yang berlumuran 

darah itu digantung daripada seluruh Israel harus kela-

paran. 

Kematian Anak-anak Saul 

(21:10-14) 

10 Lalu Rizpa binti Aya mengambil kain karung, dan membentangkannya bagi 

dirinya di atas gunung batu, dari permulaan musim menuai sampai tercurah 

air dari langit ke atas mayat mereka; ia tidak membiarkan burung-burung di 

udara mendatangi mayat mereka pada siang hari, ataupun binatang-

binatang di hutan pada malam hari. 11 saat  diberitahukan kepada Daud 

apa yang diperbuat Rizpa binti Aya, gundik Saul itu, 12 maka pergilah Daud 

mengambil tulang-tulang Saul dan tulang-tulang Yonatan, anaknya, dari 

warga-warga kota Yabesh-Gilead, yang telah mencuri tulang-tulang itu dari 

tanah lapang di Bet-San, tempat orang Filistin menggantung mereka, saat  

orang Filistin memukul Saul kalah di Gilboa. 13 Ia membawa dari sana tu-

lang-tulang Saul dan tulang-tulang Yonatan, anaknya. Dikumpulkanlah juga 

tulang-tulang orang-orang yang digantung tadi, 14 lalu dikuburkan bersama-

sama tulang-tulang Saul dan Yonatan, anaknya, di tanah Benyamin, di Zela, 

di dalam kubur Kish, ayahnya. Orang melakukan segala sesuatu yang di-

perintahkan raja, maka sesudah itu Allah mengabulkan doa untuk negeri itu. 

Dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Anak-anak Saul tidak hanya digantung, namun  juga digantung 

sambil dirantai. Mayat-mayat mereka dibiarkan tergantung dan 

tidak terlindung, sampai penghukuman yang hendak dipalingkan 

melalui kematian mereka itu berhenti, dengan diturunkannya 

hujan ke atas negeri itu. Mereka mati sebagai korban persembah-

an, dan dengan demikian mereka, dalam arti tertentu, dipersem-

bahkan layaknya korban, yang tidak sekaligus dilalap habis oleh 

api, melainkan perlahan-lahan oleh udara. Mereka mati sebagai 

orang-orang terkutuk, dan melalui perlakuan hina ini mereka 

dipertontonkan sebagai orang-orang yang menjijikkan, sebab  

kejahatan ditimpakan ke atas mereka. Pada waktu Juruselamat 

kita yang terberkati dijadikan dosa demi kita, Dia telah dibuat 

menjadi kutuk demi kita. Akan namun , bagaimana kita menyela-

raskan kenyataan ini dengan hukum yang dengan tegas mengha-

ruskan orang-orang yang digantung untuk dikuburkan pada hari 

yang sama? (Ul. 21:23). Salah seorang guru Yahudi berharap agar 

penggalan kisah ini dihilangkan, supaya nama Allah dikuduskan, 

yang menurutnya telah dicemarkan lewat penerimaan-Nya terha-

dap apa yang merupakan pelanggaran dari hukum-Nya. Akan 

namun , ini merupakan perkara luar biasa, dan tidak termasuk di 

dalam hukum ini . Bahkan, alasan adanya hukum ini  

justru menjadi alasan bagi pengecualian ini. Orang yang dibiar-

kan tergantung seperti itu yaitu  orang yang terkutuk. Oleh kare-

na itu, penjahat biasa tidak boleh dilecehkan seperti itu, namun  

anak-anak Saul ini harus diperlakukan seperti itu. Sebab mereka 

telah dipersembahkan sebagai korban, bukan demi keadilan 

bangsa, melainkan sebab  kejahatan bangsa yang tidak kurang 

dari pengkhianatan terhadap kepercayaan masyarakat, dan untuk 

melepaskan bangsa itu dari penghukuman yang tidak kurang dari 

kelaparan yang melanda seluruh negeri. sebab  dijadikan sama 

dengan kotoran dari segala sesuatu, mereka telah dijadikan ton-

tonan bagi dunia (1Kor. 4:9, 13), sebab Allah telah menetapkan-

nya, atau setidak-tidaknya mengizinkannya. 

II. Mayat-mayat mereka dijaga oleh Rizpa, ibu dari dua orang di 

antara mereka (ay. 10). Betapa hebat penderitaan wanita   ini, 

dalam usia tuanya sekarang, menyaksikan kedua anak laki-

lakinya, yang dapat kita duga telah menjadi penghiburan baginya, 

dan kemungkinan akan menyokongnya di masa senja, ditewaskan 

dengan cara yang mengerikan seperti ini. Tidak ada manusia yang 

tahu untuk kesengsaraan seperti apa mereka telah dipersiapkan. 

Rizpa mungkin tidak akan melihat kedua anak laki-lakinya dike-

bumikan secara layak, namun  mereka akan diurusnya dengan 

baik. Ia tidak berusaha melanggar penghukuman yang dijatuhkan 

kepada mereka, bahwa mereka harus tergantung di sana sampai 

Allah mengirimkan hujan. Ia juga tidak mencuri ataupun menu-

runkan mayat mereka, meskipun hukum ilahi bisa saja dikutip 

untuk membenarkan perbuatannya. Sebaliknya, ia dengan sabar 

tetap patuh, dan mendirikan tenda dari kain karung di dekat 

tiang-tiang gantungan, tempat ia, bersama hamba-hamba serta 

sahabat-sahabatnya, melindungi mayat-mayat itu dari segala 

burung dan binatang pemangsa. Demikianlah, 

1. Rizpa membiarkan diri hanyut dalam kesedihannya, seperti 

yang condong diperbuat orang-orang yang berkabung, tanpa 

ada gunanya. jika  dukacita, dalam perkara-perkara seperti 

itu, cenderung menjadi berlebihan, kita harus lebih berusaha 

mengalihkan dan menenangkannya daripada menuruti dan 

memuaskannya. Mengapa kita harus mengeraskan hati seperti 

itu dalam dukacita?  

2. Rizpa memperlihatkan kasihnya. Dengan berbuat demikian, ia 

memberitahukan kepada dunia bahwa anak-anak lelakinya 

telah mati, bukan sebab  dosa mereka sendiri, bukan pula 

sebagai anak-anak yang keras kepala dan pemberontak, yang 

matanya enggan mendengarkan ibu mereka. Seandainya demi-

kian, maka ia akan membiarkan mereka dipatuk gagak lembah 

dan dimakan anak rajawali (Ams. 30:17). Akan namun , mereka 

tewas sebab  dosa ayah mereka, dan sebab  itu pikirannya 

tidak dapat dijauhkan dari mereka oleh sebab nasib malang 

yang menimpa mereka. Meskipun tidak ada cara lain kecuali 

bahwa mereka harus mati, namun mereka akan mati dengan 

dikasihani dan diratapi. 

III. Penguburan jenazah ketujuh anak laki-laki Saul itu secara terhor-

mat, bersama dengan tulang-tulang Saul dan Yonatan, di peku-

buran keluarga mereka. Daud sama sekali tidak membenci apa 

yang telah dilakukan Rizpa, bahkan ia sendiri tergerak oleh per-

buatan Rizpa ini  untuk memberikan penghormatan bagi 

keluarga Saul, dan bagi keturunannya ini di antara yang lain. 

Dengan demikian, tampaklah bahwa Daud menyerahkan anak-

anak Saul itu bukan sebab  ia secara pribadi merasa jijik terha-

dap keluarga itu, dan bahwa ia tidak menghendaki datangnya 

hari celaka itu, namun  ia terpaksa melakukannya demi kebaikan 

rakyat. 

1. Sekarang, Daud teringat untuk memindahkan mayat Saul dan 

Yonatan dari tempat di mana orang-orang Yabesh-Gilead telah

menguburkan mereka secara pantas, namun secara diam-

diam dan tersembunyi, di bawah pohon (1Sam. 31:12-13). 

Meskipun perisai Saul dicampakkan dengan hina, seakan-

akan tidak diurapi dengan minyak, namun janganlah abu para 

anggota kerajaan hilang di kuburan rakyat jelata. Peri kema-

nusiaan mewajibkan kita menghormati jasad manusia, ter-

utama jasad mereka yang mulia dan baik hati, dengan mem-

pertimbangkan siapa mereka selama hidup dan bagaimana 

mereka harus diperlakukan sesudah  mati. 

2. Bersama tulang-tulang Saul dan Yonatan, Daud menguburkan 

mayat-mayat orang-orang yang digantung tadi. Sebab, saat  

murka Allah telah dipalingkan, mereka tidak lagi harus dipan-

dang sebagai kutuk (ay. 13-14). Pada waktu tercurah air dari 

langit ke atas mayat mereka (ay. 10), artinya, pada waktu Allah 

mengirimkan hujan untuk mengairi bumi, mungkin hanya 

beberapa hari sesudah  mereka digantung, mereka pun diturun-

kan, sebab  pada saat itulah tampak bahwa Allah mengabul-

kan doa untuk negeri itu. jika  keadilan ditegakkan di bumi, 

pembalasan dari sorga pun berhenti. Melalui Kristus, yang di-

gantung pada kayu salib dan dengan demikian dijadikan 

kutuk demi kita, untuk menebus kesalahan kita meskipun Ia 

sendiri tidak bersalah, Allah dipuaskan dan diperdamaikan 

demi kita. Dan dikatakan bahwa sesudah  mereka menggenapi 

segala sesuatu yang ada tertulis tentang Dia, sebagai tanda 

kesempurnaan dari korban itu serta penerimaan Allah terha-

dapnya, mereka menurunkan Dia dari kayu salib, lalu memba-

ringkan-Nya di dalam kubur (Kis. 13:29). 

Para Raksasa Ditaklukkan  

(21:15-22) 

15 saat  terjadi lagi peperangan antara orang Filistin dan orang Israel, maka 

berangkatlah Daud bersama-sama dengan orang-orangnya, lalu berperang 

melawan orang Filistin, sampai Daud menjadi letih lesu. 16 Yisbi-Benob, yang 

termasuk keturunan raksasa – berat tombaknya tiga ratus syikal tembaga 

dan ia menyandang pedang yang baru – menyangka dapat menewaskan 

Daud. 17 namun  Abisai, anak Zeruya, datang menolong Daud, lalu meroboh-

kan dan membunuh orang Filistin itu. Pada waktu itu orang-orang Daud 

memohon dengan sangat kepadanya, kata mereka: “Janganlah lagi engkau 

maju berperang bersama-sama dengan kami, supaya keturunan Israel jangan 

punah bersama-sama engkau.” 18 Sesudah itu terjadi lagi pertempuran 

melawan orang Filistin di Gob; pada waktu itu Sibkhai, orang Husa, memu-

kul kalah Saf, yang termasuk keturunan raksasa. 19 Dan terjadi lagi pertem-

puran melawan orang Filistin, di Gob; Elhanan bin Yaare-Oregim, orang 

Betlehem itu, menewaskan Goliat, orang Gat itu, yang gagang tombaknya 

seperti pesa tukang tenun. 20 Lalu terjadi lagi pertempuran di Gat; dan di 

sana ada seorang yang tinggi perawakannya, yang tangannya dan kakinya 

masing-masing berjari enam: dua puluh empat seluruhnya; juga orang ini 

termasuk keturunan raksasa. 21 Ia mengolok-olok orang Israel, maka Yona-

tan, anak Simea kakak Daud, menewaskannya. 22 Keempat orang ini terma-

suk keturunan raksasa di Gat; mereka tewas oleh tangan Daud dan oleh 

tangan orang-orangnya. 

Dalam perikop ini kita mendapati sejumlah pertempuran dengan 

orang Filistin, yang tampaknya berlangsung di penghujung masa 

pemerintahan Daud. Meskipun Daud telah begitu menundukkan 

bangsa Filistin sehingga mereka tidak lagi dapat membawa pasukan 

dalam jumlah banyak ke medan perang, namun selama mereka ma-

sih mempunyai para raksasa di antara mereka untuk menjadi pah-

lawan mereka, mereka tidak akan pernah tinggal diam. Sebaliknya, 

mereka memanfaatkan segala kesempatan untuk mengusik kedamai-

an Israel, menantang mereka, atau mengadakan serangan terhadap 

mereka.  

I. Daud sendiri bertarung dengan salah satu dari raksasa-raksasa 

ini . Orang Filistin kembali memulai peperangan (ay. 15). 

Para seteru Israel milik Allah tidak pernah lelah untuk mencoba 

melawan mereka. Meskipun sudah tua, Daud tidak mau dibebas-

tugaskan dari pelayanan untuk masyarakat. Sebaliknya, ia sendiri 

turut berangkat untuk berperang melawan orang Filistin (Senescit, 

non segnescit – Ia menjadi tua, namun  tidak menjadi lamban), suatu 

tanda bahwa ia tidak berjuang demi kehormatannya sendiri namun  

demi kesejahteraan kerajaannya. Di usianya sekarang, ia berlim-

pah kehormatan, dan tidak memerlukannya lagi. Namun demi-

kian, di dalam pertempuran ini, kita mendapati Daud, 

1. Berada dalam kesesakan dan bahaya. Daud berpikir dirinya 

dapat menanggung kelelahan berperang seperti yang dapat 

dilakukannya sebelumnya. Niatnya baik, dan ia berharap bah-

wa ia dapat berbuat seperti pada kesempatan-kesempatan 

lainnya. Akan namun , Daud mendapati dirinya tertipu. Umur 

telah merontokkan rambutnya, dan, sesudah  sedikit bersusah 

payah, ia menjadi letih lesu. Tubuhnya tidak sanggup meng-

ikuti pikirannya. Sang pendekar orang Filistin pun segera 

menyadari keuntungannya, sesudah  mengerti bahwa kekuatan 

Daud telah hilang, sehingga ia, sebab  kuat dan bersenjata 

lengkap, menyangka dapat menewaskan Daud. Akan namun , 

Allah tidak ada di dalam benaknya, sehingga pada hari yang 

sama pula semua orang Filistin itu binasa. Para seteru umat 

Allah kerap kali sangat kuat, sangat licik, dan sangat yakin 

akan menang, seperti Yisbi-Benob. namun  tidak ada kekuatan, 

atau rancangan, ataupun kepercayaan diri yang sanggup 

melawan Tuhan. 

2. Kita mendapati Daud diselamatkan dengan ajaib oleh Abisai, 

yang datang tepat pada waktunya untuk menolongnya (ay. 17). 

Dalam hal ini, kita harus mengakui keberanian dan kesetiaan 

Abisai terhadap rajanya yang untuk menyelamatkan nyawa-

nya, ia berani mempertaruhkan nyawanya sendiri. namun  lebih 

lagi kita harus mengakui penyelenggaraan Allah yang baik, yang 

telah mendatangkan Abisai untuk membantu Daud dalam ke-

adaan genting yang dihadapinya. Kepentingan yang luhur 

seperti itu serta pahlawan yang mulia seperti Daud, meskipun 

di dalam kesesakan, tidak akan ditinggalkan. Pada waktu Abisai 

datang menolong Daud, dan mungkin memberinya minuman 

manis untuk memulihkan jiwanya yang letih lesu, atau tampil 

sebagai pendampingnya, ia (yaitu Daud, demikian saya mema-

haminya) merobohkan dan membunuh orang Filistin itu. Sebab 

dikatakan (ay. 22) bahwa tangan Daud sendiri turut menewas-

kan raksasa-raksasa itu. Daud lesu, namun ia tidak lari. 

Meskipun kekuatannya hilang, ia dengan gagah berani tetap 

bertahan, maka dari itu Allah kemudian mengirim baginya 

pertolongan ini pada waktu ia membutuhkannya. Walaupun 

pertolongan itu dibawa kepadanya melalui orang yang lebih 

muda dan juga bawahannya, ia menerimanya dengan rasa 

syukur, dan, dengan adanya sedikit tenaga bantuan, ia ber-

hasil mencapai tujuan, dan keluar menjadi pemenang. Kristus, 

di dalam kesengsaraan-Nya, dikuatkan oleh seorang malaikat. 

Dalam pertempuran rohani, bahkan orang-orang kudus yang 

kuat sekalipun sesekali menjadi letih lesu. Pada saat inilah 

Iblis menyerang mereka dengan ganas. Akan namun , orang 

yang tetap bertahan dan menolak Iblis akan memperoleh kele-

pasan, dan dijadikan lebih daripada pemenang. 

3. Orang-orang Daud, sesudah  peristiwa ini , memutuskan 

bahwa Daud tidak pernah boleh lagi membahayakan dirinya 

seperti itu. Mereka dengan mudah meyakinkannya untuk ti-

dak berperang melawan Absalom (18:3), namun  melawan orang 

Filistin. Ia ingin maju, hingga, sesudah  dengan susah payah 

luput dari maut ini, sebuah keputusan disepakati di dalam 

majelis, dan dikuatkan dengan sumpah, bahwa terang Israel, 

pembimbing dan kemuliaan Israel, demikianlah Daud itu, 

tidak pernah boleh lagi ditempatkan di tempat yang demikian 

berbahaya hingga nyalanya terancam padam. Nyawa orang-

orang yang berharga bagi negeri mereka, sama seperti Daud, 

harus dijaga dengan sangat hati-hati, baik oleh diri mereka 

sendiri maupun orang lain. 

II. Raksasa-raksasa lain yang masih tersisa tewas di tangan hamba-

hamba Daud. 

1. Saf ditewaskan oleh Sibkhai, salah satu pahlawan Daud (ay. 

18; 1Taw. 11:29). 

2. Raksasa lainnya, yang yaitu  saudara Goliat, ditewaskan oleh 

Elhanan, yang namanya disebutkan dalam pasal 23:24. 

3. Raksasa lainnya lagi ditewaskan oleh Yonatan anak Simea. Pera-

wakan raksasa ini sangat luar biasa, jari tangan dan kakinya 

lebih banyak daripada orang lain (ay. 20), dan keangkuhannya 

tiada bandingnya, sehingga meskipun telah menyaksikan kebi-

nasaan raksasa-raksasa lain, namun ia tetap menentang Israel. 

Simea mempunyai seorang anak laki-laki bernama Yonadab 

(13:3), yang menurut saya yaitu  orang yang sama dengan 

Yonatan ini. namun  nama yang ada dalam pasal 13 dicatat oleh 

sebab kecerdikannya, sementara nama yang ada dalam pasal 

ini dicatat oleh sebab keberaniannya. Para raksasa ini ke-

mungkinan merupakan sisa dari anak-anak Enak, yang mes-

kipun ditakuti sekian lama, pada akhirnya tewas juga. Seka-

rang cermatilah, 

(1) Suatu kebodohan bagi orang kuat untuk bermegah sebab  

kekuatannya. Para hamba Daud tidak lebih besar ataupun 

lebih kuat daripada orang lain. Namun demikian, lewat 

pertolongan ilahi, mereka menaklukkan raksasa demi rak-

sasa. Allah memilih apa yang lemah untuk mempermalu-

kan apa yang kuat. 

(2) Suatu hal yang lazim bahwa mereka yang telah menjadi 

ketakutan terhadap pahlawan-pahlawan di dunia orang 

hidup (Yeh. 32:27), turun ke dalam liang kubur dengan 

tewas dibunuh. 

(3) Seteru-seteru yang paling tangguh kerap disediakan untuk 

pertarungan terakhir. Daud mengawali kemuliaannya de-

ngan menaklukkan seorang raksasa, dan mengakhirinya di 

sini dengan menaklukkan empat orang raksasa. Maut ada-

lah seteru terakhir orang Kristen, dan anak dari Enak. Na-

mun, melalui Dia yang telah menang bagi kita, kita berharap 

akan menjadi lebih daripada pemenang pada akhirnya, bah-

kan atas seteru itu. 

 

 

 

 

PASAL  22  

asal ini yaitu  sebuah mazmur, mazmur pujian. Kita menemu-

kan mazmur ini disisipkan di kemudian hari di antara mazmur-

mazmur Daud (Mzm. 18), dengan sedikit perbedaan. Dalam pasal ini, 

kita mendapati mazmur ini sebagaimana pertama kali digubah untuk 

dinyanyikan dan dimainkan Daud sendiri dengan kecapi. namun  

dalam Kitab Mazmur 18, kita mendapati mazmur itu sebagaimana 

sesudah  diserahkan kepada kepala pemusik untuk ibadah di bait suci, 

sebuah cetakan kedua dengan beberapa perubahan. Sebab, walau-

pun terutama disusun untuk perkara Daud, mazmur ini bisa juga 

dipakai untuk membantu ibadah orang lain, dalam mengucap syukur 

atas kelepasan-kelepasan yang telah mereka alami. Atau mazmur ini 

dimaksudkan Daud supaya rakyatnya bisa bergabung dengan dirinya 

dalam mengucap syukur seperti itu, sebab, sebagai seorang tokoh 

masyarakat, kelepasan-kelepasan yang telah dialaminya harus diang-

gap sebagai berkat bersama dan menuntut pengakuan semua orang. 

Penulis kitab yang mendapat ilham ilahi ini, sesudah  secara panjang 

lebar menceritakan kelepasan-kelepasan yang telah dialami Daud 

dalam kitab ini dan kitab sebelumnya, dan salah satunya secara 

khusus dalam penutup pasal sebelumnya, menganggap pantas untuk 

menuliskan puisi suci ini sebagai ingatan akan semua kelepasan 

yang sudah diceritakan sebelumnya. Sebagian penafsir berpendapat 

bahwa Daud menulis mazmur ini saat  dia sudah tua, pada waktu 

ia mengingat kembali segala belas kasihan yang telah dia terima 

selama hidupnya dan banyaknya pemeliharaan menakjubkan yang 

dengannya Allah telah memberkati dirinya, dari awal hingga akhir. 

Dalam puji-pujian yang kita naikkan, kita harus melihat jauh ke 

belakang, sampai sejauh mungkin, dan tidak membiarkan waktu 

mengikis rasa syukur kita akan segala perkenanan Allah. Sebagian 

yang lain berpendapat bahwa Daud menuliskan mazmur ini saat  

dia masih muda, pada waktu ia mengalami sebagian dari kelepasan-

kelepasannya yang pertama, dan ia menyimpan mazmur itu untuk 

dia gunakan sesudahnya. Dan bahwa, setiap kali ada kelepasan yang 

baru, ia biasa menyanyikan lagu ini. namun  Kitab Mazmur menunjuk-

kan bahwa Daud mengubah susunan katanya jika  itu diperlukan, 

dan ia tidak membatasi diri pada satu macam bentuk saja. Dalam 

pasal ini kita mendapati,  

I.  Judul dari mazmur ini  (ay. 1).  

II.  Mazmur itu sendiri, yang di dalamnya, dengan kesalehan 

yang sangat hangat dan ungkapan perasaan yang mengalir 

dengan sangat lancar dan melimpah ruah,  

1.  Daud memuliakan Allah.  

2. Daud mendapat penghiburan di dalam Allah, dan ia me-

nemukan pokok pujian baik untuk memuliakan Allah 

maupun untuk mendapat penghiburan dari-Nya,  

(1) Dalam segala pengalamannya akan perkenanan-perke-

nanan Allah di masa lalu.  

(2) Dalam segala pengharapannya akan perkenanan-per-

kenanan  Allah di masa depan. Semuanya ini bercam-

pur baur di dalam seluruh mazmur ini.  

Nyanyian Pujian Daud 

(22:1) 

1 Daud mengatakan perkataan nyanyian ini kepada TUHAN pada waktu 

TUHAN telah melepaskan dia dari cengkeraman semua musuhnya dan dari 

cengkeraman Saul. 

Amatilah di sini,  

I. Bahwa sering kali menjadi nasib umat Allah untuk memiliki ba-

nyak musuh, dan nyaris terancam bahaya akan jatuh ke dalam 

tangan mereka. Daud yaitu  seorang yang berkenan di hati Allah, 

namun  tidak di hati manusia. Banyak orang yang membenci Daud, 

dan berupaya menghancurkannya. Saul disebutkan secara khu-

sus di sini, entah,  

1. Untuk membedakannya dari musuh-musuh Daud yang ber-

asal dari bangsa-bangsa kafir. Saul membenci Daud, namun 

Daud tidak membenci Saul, dan sebab nya Daud tidak akan 

memperhitungkan Saul di antara para musuhnya. Atau lebih 

tepatnya,  

2. Sebagai yang terutama dari para musuhnya, yang lebih mem-

bencinya dan lebih berkuasa daripada siapa pun di antara 

mereka. Janganlah orang-orang yang dikasihi Allah merasa 

heran jika dunia membenci mereka. 

II. Orang-orang yang menaruh percaya kepada Allah pada saat men-

jalankan kewajiban, akan mendapati Allah sebagai pertolongan 

yang siap sedia pada saat mereka terancam bahaya yang paling 

besar. Demikianlah yang diperbuat Daud, dan Allah pun telah 

melepaskan dia dari tangan Saul. Daud memberi perhatian khu-

sus terhadap hal ini. Pemeliharaan-pemeliharaan yang luar biasa 

haruslah disebut dalam puji-pujian kita dengan penekanan khu-

sus. Allah juga telah melepaskan dia dari cengkeraman semua 

musuhnya, satu demi satu, ada kalanya dengan cara ini, dan pada 

waktu lain dengan cara lain. Dan Daud, berdasar  pengalam-

annya sendiri, telah meyakinkan kita bahwa kemalangan orang 

benar banyak, namun  TUHAN melepaskan dia dari semuanya 

itu (Mzm. 34:20). Kita tidak akan pernah dilepaskan dari semua 

musuh kita sampai kita tiba di sorga. Dan ke dalam kerajaan sor-

gawi itulah Allah akan menjaga semua orang yang menjadi milik-

Nya (2Tim. 4:18). 

III. Orang-orang yang telah menerima banyak belas kasih luar biasa 

dari Allah haruslah memuliakan-Nya atas semua belas kasih itu. 

Setiap belas kasih yang baru di tangan kita haruslah memberikan 

nyanyian baru di dalam mulut kita, bahkan puji-pujian bagi Allah 

kita. Di mana ada hati yang bersyukur, dari dalam luapan hati itu 

mulut akan berbicara. Daud mengatakan perkataan nyanyian ini 

bukan hanya kepada dirinya sendiri, untuk kesenangannya sen-

diri, bukan pula semata-mata kepada orang-orang yang ada di 

sekelilingnya, untuk mengajar mereka, melainkan juga kepada 

TUHAN, untuk kehormatan-Nya. Kita bernyanyi dengan anugerah 

ilahi hanya jika  kita bernyanyi bagi Tuhan. Di dalam kesesak-

an, Daud dengan nyaring berseru-seru kepada TUHAN (Mzm. 

142:2), sebab  itu dengan nyaring pula dia mengucap syukur. 

Ucapan syukur kepada Allah yaitu  alunan nada yang paling 

manis. 

IV. Kita harus bersegera dalam membalas Allah dengan ucapan syu-

kur kita: Pada waktu TUHAN telah melepaskan Daud, ia menya-

nyikan nyanyian ini. Selagi belas kasih itu masih segar, dan 

semangat kesalehan kita sedang dinyalakan olehnya, hendaklah 

korban syukur dibawa, supaya korban itu dapat dibakar dengan 

api semangat kesalehan ini . 

Nyanyian Syukur Daud 

(22:2-51) 

2 Ia berkata: “Ya, TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyela-

matku, 3 Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk 

keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku; Engkau 

menyelamatkan aku dari kekerasan. 4 Terpujilah TUHAN, seruku; maka aku 

pun selamat dari pada musuhku. 5 Sesungguhnya gelora-gelora maut telah 

mengelilingi aku, banjir-banjir jahanam telah menimpa aku, 6 tali-tali dunia 

orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di 

depanku. 7 saat  aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada 

Allahku aku berseru. Dan Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku 

minta tolong masuk ke telinga-Nya. 8 Lalu bergoyang dan bergoncanglah 

bumi, dasar-dasar langit gemetar dan bergoyang, oleh sebab  bernyala-nyala 

murka-Nya. 9 Asap membubung dari hidung-Nya, api menjilat keluar dari 

mulut-Nya, bara menyala keluar dari pada-Nya. 10 Ia menekukkan langit, lalu 

turun, kekelaman ada di bawah kaki-Nya. 11 Ia mengendarai kerub, lalu ter-

bang, dan tampak di atas sayap angin. 12 Dan Ia membuat kegelapan di seke-

liling-Nya menjadi pondok-Nya: air hujan yang gelap, awan yang tebal. 13 Ka-

rena sinar kilat di hadapan-Nya bara api menjadi menyala. 14 TUHAN meng-

guntur dari langit, Yang Mahatinggi memperdengarkan suara-Nya. 15 Dilepas-

kan-Nya panah-panah, sehingga diserakkan-Nya mereka, yakni kilat-kilat, 

sehingga dikacaukan-Nya mereka. 16 Lalu kelihatanlah dasar-dasar laut, 

alas-alas dunia tersingkap sebab  hardikan TUHAN sebab  hembusan nafas 

dari hidung-Nya. 17 Ia menjangkau dari tempat tinggi, mengambil aku, mena-

rik aku dari banjir. 18 Ia melepaskan aku dari musuhku yang gagah, dari 

pada orang-orang yang membenci aku, sebab  mereka terlalu kuat bagiku.  

19 Mereka menghadang aku pada hari sialku, namun  TUHAN yaitu  sandaran 

bagiku; 20 Ia membawa aku keluar ke tempat lapang, Ia menyelamatkan aku, 

sebab  Ia berkenan kepadaku. 21 TUHAN memperlakukan aku sesuai dengan 

kebenaranku; Ia membalas kepadaku sesuai dengan kesucian tanganku,  

22 sebab aku tetap mengikuti jalan TUHAN dan tidak menjauhkan diri dari 

Allahku sebagai orang fasik. 23 Sebab segala hukum-Nya kuperhatikan, dan 

dari ketetapan-Nya aku tidak menyimpang; 24 aku berlaku tidak bercela 

kepada-Nya dan menjaga diri terhadap kesalahan. 25 sebab  itu TUHAN 

membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucianku 

di depan mata-Nya. 26 Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, 

terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, 27 terhadap 

orang yang suci Engkau berlaku suci, namun  terhadap orang yang bengkok 

Engkau berlaku belat-belit. 28 Bangsa yang tertindas Engkau selamatkan,

namun  mata-Mu melawan orang-orang yang tinggi hati, supaya mereka Kau-

rendahkan. 29 sebab  Engkaulah pelitaku, ya TUHAN, dan TUHAN menyinari 

kegelapanku. 30 sebab  dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, 

dengan Allahku aku berani melompati tembok. 31 Adapun Allah, jalan-Nya 

sempurna; sabda TUHAN itu murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang 

yang berlindung pada-Nya. 32 Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan 

siapakah gunung batu selain dari Allah kita? 33 Allah, Dialah yang menjadi 

tempat pengungsianku yang kuat dan membuat jalanku rata; 34 yang mem-

buat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit; 35 yang 

mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melengkungkan 

busur tembaga. 36 Juga Kauberikan kepadaku perisai keselamatan-Mu, dan 

kebaikan-Mu telah membuat aku besar. 37 Kauberikan tempat lapang untuk 

langkahku, dan mata kakiku tidak goyah. 38 Aku mengejar musuhku sampai 

mereka kupunahkan, dan tidak berbalik sebelum mereka kuhabiskan; 39 aku 

menghabiskan dan meremukkan mereka, sehingga mereka tidak bangkit lagi, 

dan mereka rebah di bawah kakiku. 40 Engkau telah mengikat pinggangku 

dengan keperkasaan untuk berperang, Engkau tundukkan ke bawah kuasa-

ku orang yang bangkit melawan aku. 41 Kaubuat musuhku lari dari padaku, 

orang-orang yang membenci aku, mereka kubinasakan. 42 Mereka berteriak 

minta tolong, namun  tidak ada yang menyelamatkan, mereka berteriak kepada 

TUHAN, namun  Ia tidak menjawab mereka. 43 Aku menggiling mereka halus-

halus seperti debu tanah, aku menumbuk mereka dan menginjak-injak mere-

ka seperti lumpur di jalan. 44 Dan Engkau meluputkan aku dari perbantahan 

bangsaku; Engkau memelihara aku sebagai kepala atas bangsa-bangsa; 

bangsa yang tidak kukenal menjadi hambaku; 45 orang-orang asing tunduk 

menjilat kepadaku, baru saja telinga mereka mendengar, mereka taat kepa-

daku. 46 Orang-orang asing pucat layu dan keluar dari kota kubunya dengan 

gemetar. 47 TUHAN hidup! Terpujilah gunung batuku, dan ditinggikanlah 

kiranya Allah gunung batu keselamatanku, 48 Allah, yang telah mengadakan 

pembalasan bagiku, yang telah membawa bangsa-bangsa ke bawah kuasaku, 

49 dan yang telah membebaskan aku dari pada musuhku. Dan Engkau telah 

meninggikan aku mengatasi mereka yang bangkit melawan aku; Engkau 

telah melepaskan aku dari para penindas. 50 Sebab itu aku mau menyanyi-

kan syukur bagi-Mu, ya TUHAN, di antara bangsa-bangsa, dan aku mau 

menyanyikan mazmur bagi nama-Mu. 51 Ia mengaruniakan keselamatan yang 

besar kepada raja yang diangkat-Nya, dan menunjukkan kasih setia kepada 

orang yang diurapi-Nya, kepada Daud dan anak cucunya untuk selamanya.” 

Mari kita amati dalam nyanyian pujian ini, 

I. Betapa Daud memuja Allah, dan memuliakan Dia atas kesempur-

naan-kesempurnaan-Nya yang tak terbatas. Tiada yang lain 

seperti Dia, atau siapa pun yang dapat dibandingan dengan Dia 

(ay. 32): Siapakah Allah selain dari TUHAN? Semua yang lain yang 

disembah sebagai allah yaitu  palsu dan jadi-jadian. Tidak ada 

yang dapat diandalkan selain Dia. Siapakah gunung batu selain 

dari Allah kita? Semua gunung batu yang lain mati, namun  TUHAN 

hidup! (ay. 47). Para allah lain mengecewakan penyembah-pe-

nyembah mereka pada saat yang paling dibutuhkan. namun  ada-

pun Allah, jalan-Nya sempurna (ay. 31). Manusia memulai dengan 

kebaikan, namun tidak mengakhiri dengan kebaikan pula. Mereka 

berjanji, namun tidak ditepati. namun  Allah akan menyelesaikan 

pekerjaan-Nya, dan perkataan-Nya teruji serta dapat kita percaya. 

II. Betapa Daud bersorak-sorai atas perkenanan yang diperolehnya 

pada Allah ini, dan hubungannya dengan Dia, yang diletakkannya 

sebagai dasar dari semua kebaikan yang telah diterimanya dari 

Dia: Ia yaitu  Allahku. Sebagai Allah yang demikianlah Daud 

berseru kepada-Nya (ay. 7), dan melekat kepada-Nya (ay. 22). 

“Dan, jika Dia Allahku, maka Dia juga bukit batuku” (ay. 2), yaitu, 

“tempat pengungsianku yang kuat (ay. 33), gunung batu yang di 

bawahnya aku berlindung, bagiku Ia seperti naungan batu yang 

besar di tanah yang tandus, gunung batu yang di atasnya aku 

membangun pengharapanku,” (ay. 3). Apa pun kekuatan dan 

penopangku, Allah gunung batukulah yang membuatnya demikian. 

Bahkan, Ia yaitu  Allah gunung batu keselamatanku (ay. 47): 

kekuatanku yang menyelamatkan ada di dalam Dia dan dari Dia. 

Daud sering kali bersembunyi di dalam gunung batu (1Sam. 

24:3), namun  Allah yaitu  tempat persembunyiannya yang utama. 

“Ia yaitu  kubu pertahananku, yang di dalamnya aku aman dan 

merasa demikian. Ia menaraku yang tinggi, atau kota bentengku, 

yang di dalamya aku berada di luar jangkauan kejahatan yang 

nyata. Ia menara keselamatan (ay. 51, KJV), yang tidak akan per-

nah dapat dikepung atau digempur, ataupun diruntuhkan. Kese-

lamatan itu sendiri menyelamatkanku. Adakah aku sedang ber-

ada dalam kesusahan? Ia yaitu  pembebasku. Adakah aku di-

hantam atau diserang? Ia yaitu  perisaiku. Adakah aku dikejar? 

Ia yaitu  tempat pelarianku. Adakah aku tertindas? Ia yaitu  

Juruselamatku, yang menyelamatkanku dari tangan orang-orang 

yang ingin menghancurkanku. Bahkan, Ia yaitu  tanduk kesela-

matanku, yang olehnya aku dilindungi dengan kuat, dan musuh-

musuhku dihalau dengan kuat pula.” Kristus dikatakan seba-

gai tanduk keselamatan di dalam keturunan Daud (Luk. 1:69). 

“Adakah aku berbeban berat dan akan segera tenggelam? TUHAN 

yaitu  sandaran bagiku (ay. 19), yang menopang aku. Adakah 

aku berada di dalam gelap, kemalaman, dan tersesat? Engkaulah 

pelitaku, ya TUHAN! Engkau akan menunjukkan jalanku, dan 

menghalau kegelapanku,” (ay. 29). jika  kita dengan sungguh-

sungguh menjadikan TUHAN sebagai Allah kita, maka Ia akan 

menjadi semuanya ini, dan masih banyak lagi, bagi kita, semua 

yang kita butuhkan dan dapat kita inginkan. 

III. Bagaimana Daud memanfaatkan perkenanan yang diperolehnya 

pada Allah. Jika Dia menjadi milikku,  

1.  Kepada Dialah aku akan percaya (ay. 3, KJV), yaitu, “Aku akan 

menyerahkan diriku kepada bimbingan-Nya dan kemudian 

bergantung pada kuasa, hikmat, dan kebaikan-Nya, untuk 

memimpin aku dengan baik.”  

2. Kepada-Nya aku akan berseru, sebab Dia layak dipuji (ay. 4, 

KJV). Sesuatu yang layak dipuji yang kita dapati di dalam Allah 

haruslah mendorong kita untuk berdoa kepada-Nya dan me-

muliakan-Nya.  

3. Aku mau menyanyikan syukur bagi-Nya (ay. 50), dan menya-

nyikannya di hadapan semua orang. Pada waktu Daud berada 

di antara orang-orang kafir, dia tidak akan takut ataupun 

malu untuk mengakui kewajiban-kewajibannya kepada Allah 

Israel.  

IV. Cerita yang lengkap dan panjang lebar disimpan Daud bagi diri-

nya sendiri, sementara kepada orang lain ia menceritakan per-

kara-perkara besar dan baik yang telah dilakukan Allah baginya. 

Hal ini menghabiskan sebagian besar dari nyanyian pujian ini. Ia 

memuliakan Allah atas segala kelepasan dan keberhasilannya, 

dengan menunjukkan baik bahaya-bahaya yang darinya ia telah 

dilepaskan maupun kekuasaan yang kepadanya ia telah diangkat. 

1. Daud mengagungkan keselamatan-keselamatan besar yang 

telah dikerjakan Allah baginya. Allah kadang-kadang mem-

bawa umat-Nya ke dalam berbagai kesukaran dan bahaya 

yang sangat besar, supaya Ia memperoleh kehormatan dengan 

menyelamatkan mereka dan supaya mereka beroleh penghi-

buran dengan diselamatkan oleh-Nya. Daud mengakui, Eng-

kau menyelamatkan aku dari kekerasan (ay. 3), dari pada mu-

suhku (ay. 4), dari musuhku yang gagah, maksudnya Saul, 

yang akan menjadi terlalu tangguh baginya seandainya Allah 

tidak menolongnya (ay. 18). Engkau telah memberiku perisai 

keselamatan-Mu (ay. 36). Untuk mengagungkan keselamatan 

itu, Daud mencermati,

(1) Bahwa dirinya telah dilepaskan dari bahaya dan ancaman 

yang sangat besar. Orang bangkit melawan dia (ay. 40, 49), 

yang membencinya (ay. 41), seorang penindas (ay. 49, KJV) 

yaitu Saul, yang penuh kebencian dalam rancangan-ran-

cangannya melawan dia dan gigih dalam mengejarnya. Hal 

ini diungkapkan secara kiasan (ay. 5-6). Ia dikelilingi oleh 

kematian dari segala sisi, terancam akan kewalahan, dan 

tidak melihat jalan keluar. Begitu deras gelora-gelora maut 

menerjangnya, begitu kuat tali dan perangkap maut mem-

belit dirinya, sehingga dia tidak dapat menolong dirinya 

sendiri, sama halnya seperti seorang yang berada di dalam 

kuburan. Banjir Belial, si jahanam itu, dan antek-anteknya 

yang jahanam, membuatnya takut. Ia gemetar melihat 

bukan hanya bumi, melainkan juga maut dan dunia orang 

mati mengangkat senjata melawan dirinya.  

(2) Bahwa kelepasan Daud yaitu  sebuah jawaban doa (ay. 7). 

Ia di sini telah meninggalkan kepada kita sebuah teladan 

yang baik, saat  kita berada di dalam kesesakan, untuk 

berseru kepada Allah dengan permohonan yang tak putus-

putusnya, seperti anak-anak yang ketakutan berseru ke-

pada orangtua mereka. Ia juga telah memberi kita dorong-

an yang besar untuk berbuat demikian, sebab dia men-

dapati Allah siap menjawab doa dari bait-Nya di sorga, di 

mana Ia senantiasa dilayani dan dipuja. 

(3) Bahwa Allah telah menampakkan diri secara istimewa dan 

luar biasa bagi dia dan melawan musuh-musuhnya. Ung-

kapan-ungkapan ini dipinjam dari turunnya keagungan 

ilahi di atas gunung Sinai (ay. 8-9, dst.). Kita tidak mene-

mukan bahwa di dalam pertempuran-pertempuran Daud, 

Allah berperang baginya dengan guntur seperti pada zaman 

Samuel, atau dengan hujan es seperti pada zaman Yosua, 

atau dengan bintang-bintang dari peredarannya seperti 

pada zaman Debora. namun  kiasan-kiasan yang luhur ini 

dipakai,  

[1] Untuk menggambarkan kemuliaan Allah, yang dinyata-

kan dalam kelepasan Daud. Hikmat dan kuasa Allah, 

kebaikan dan kesetiaan-Nya, keadilan dan kekudusan-

Nya, dan pemerintahan-Nya yang berdaulat atas semua 

makhluk ciptaan dan segala rancangan manusia, yang 

tampil demi Daud, menyingkapkan kemuliaan Allah ke-

pada mata iman dengan cara yang sama jelas dan te-

rangnya seperti perantaraan mujizat bagi mata inderawi.  

[2] Untuk menggambarkan murka Allah terhadap musuh-

musuh Daud, sebab Allah begitu mendukung kepen-

tingannya sehingga Ia memperlihatkan diri-Nya sebagai 

musuh bagi semua musuhnya. Kemarahan-Nya digam-

barkan dengan asap yang membubung dari hidung-Nya, 

api yang menjilat keluar dari mulut-Nya (ay. 9), bara api 

yang menyala (ay. 13), dan panah-panah (ay. 15). Siapa-

kah yang mengenal kekuatan dan kengerian murka-Nya?  

[3] Untuk menggambarkan kekacauan luar biasa yang di-

alami musuh-musuh Daud, dan kekejutan yang menim-

pa mereka. Seakan-akan bumi bergoncang dan alas-

alas dunia tersingkap (ay. 8, 16). Siapakah yang dapat 

tahan di hadapan Allah saat  Ia murka?  

[4] Untuk menunjukkan betapa Allah siap untuk menolong 

Daud: Ia mengendarai kerub, lalu terbang (ay. 11). Allah 

bergegas untuk menolongnya, dan datang kepadanya 

dengan memberikan kelegaan yang tepat pada waktu-

nya, meskipun Ia tampak ada di kejauhan. Namun 

demikian, Ia yaitu  Allah yang menyembunyikan diri 

(Yes. 45:15), sebab Ia membuat kegelapan di sekeliling-

Nya menjadi pondok-Nya (ay. 12), untuk membuat ter-

cengang musuh-musuh-Nya dan melindungi umat-Nya 

sendiri. 

(4) Bahwa Allah menyatakan perkenanan dan kebaikan-Nya 

secara khusus kepada Daud dalam kelepasan-kelepasan ini 

(ay. 20): Ia menyelamatkan aku, sebab  Ia berkenan kepa-

daku. Kelepasan itu datang bukan dari penyelenggaraan 

ilahi secara umum, melainkan dari kasih di dalam koven-

an. Dalam hal ini Daud diperlakukan sebagai orang kesa-

yangan. Demikianlah yang dipahami Daud melalui anuge-

rah dan penghiburan ilahi yang disampaikan kepada jiwa-

nya dengan semua kelepasan ini, dan persekutuan yang 

dimilikinya dengan Allah di dalamnya. Dalam hal ini Daud 

merupakan perlambang akan Kristus, yang dipegang oleh 

Allah sebab  Ia berkenan kepada-Nya (Yes. 42:1-2). 

2. Daud mengagungkan keberhasilan luar biasa yang telah di-

mahkotakan Allah kepadanya. Allah tidak hanya menjaga-nya, 

namun  juga membuatnya berhasil. Daud diberkati,  

(1) Dengan kebebasan dan kelapangan. Ia dibawa ke tempat la-

pang (ay. 20), di mana dia mempunyai ruang untuk ber-

kembang, dan langkahnya diberikan tempat lapang, agar 

dia mempunyai ruang untuk bergerak (ay. 37), sebab tidak 

lagi terdesak dan terkurung.  

(2) Dengan keahlian berperang, kekuatan, dan ketangkasan. 

Meskipun dibesarkan dengan memegang tongkat gembala, 

dia dilatih dengan baik dalam seni perang dan diperleng-

kapi untuk menghadapi medan yang keras dan bahaya 

perang. Allah, sebab  telah memanggilnya untuk bertem-

pur bagi-Nya, melengkapi dan melayakkannya untuk mela-

kukan tugas itu. Allah telah membuatnya sangat terampil 

(Ia mengajar tanganku berperang, ay. 35. Dan keterampilan 

ini sama baiknya seperti kekuatan, sebab dikatakan selan-

jutnya, “sehingga lenganku dapat melengkungkan busur 

tembaga,” bukan dengan kekuatan biasa melainkan terle-

bih dengan ketangkasan). Allah juga telah membuatnya 

sangat kuat dan gagah berani. Engkau telah mengikat ping-

gangku dengan keperkasaan untuk berperang (ay. 40). Ia 

memuliakan Allah atas segala keberanian dan kemam-

puannya untuk melakukan tugas itu. Allah telah membuat-

nya dapat bergerak dengan sangat cepat: Ia membuat kaki-

ku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit (ay. 

34), yang sangat menguntungkan saat  hendak menye-

rang ataupun mundur.  

(3) Dengan kemenangan atas musuh-musuhnya, bukan hanya 

atas Saul dan Absalom, melainkan juga atas orang Filistin, 

orang Moab, bani Amon, orang Aram, dan bangsa-bangsa 

lain di sekelilingnya, yang telah ditaklukkannya dan di-

buatnya membayar upeti kepada Israel. Kemenangan-

kemenangannya yang menakjubkan digambarkan di sini 

(ay. 38-43). Itu yaitu  kemenangan-kemenangan yang ce-

pat dan tuntas, Aku tidak berbalik sebelum mereka kuhabis-

kan (ay. 38). Musuh-musuh Israel diremukkan, dipunahkan, 

dihabisi, rebah di bawah kakinya, diinjak-injak, dibuat tidak 

sanggup untuk bangkit, dan leher mereka diserahkan pada 

belas kasihannya. Mereka berteriak kepada langit dan bumi 

untuk meminta tolong, namun sia-sia. Tidak ada yang 

menyelamatkan, tidak ada yang berani tampil untuk meno-

long mereka. Allah tidak menjawab mereka, sebab  mereka 

tidak berada di pihak-Nya, tidak pula mereka berseru ke-

pada-Nya sampai keadaan mereka sudah menjadi sangat 

parah. sebab  ditinggalkan seperti itu, maka mereka men-

jadi mangsa yang empuk bagi pedang Daud yang adil dan 

berjaya, sehingga dia menggiling mereka halus-halus seperti 

debu tanah, yang diserakkan oleh angin dan diinjak-injak 

oleh kaki semua orang.  

(4) Dengan diangkat kepada kehormatan dan kekuasaan. 

Untuk hal inilah Daud diurapi sebelum kesusahannya di-

mulai, dan pada akhirnya, post tot discrimina rerum – sesu-

dah semua bahaya dan malapetaka yang menimpanya, dia 

memperoleh kemenangan. Allah membuat jalannya rata (ay. 

33), memberinya keberhasilan dalam semua usahanya, dan 

membuatnya berdiri di bukit (ay. 34), yang menyatakan baik 

keamanan maupun martabat. Kelembutan Allah, anugerah 

dan kasih setia-Nya, telah membuatnya besar (ay. 36), 

memberinya harta berlimpah, dan wewenang yang besar, 

serta nama seperti yang dimiliki oleh para pembesar di 

bumi. Ia dipelihara untuk menjadi kepala bangsa-bangsa 

bukan Yahudi (ay. 44). Segala pemeliharaan istimewa ter-

hadapnya menunjukkan bahwa dia dirancang dan dijaga 

untuk sesuatu yang besar, yaitu untuk memerintah atas 

seluruh Israel, kendati dengan adanya perbantahan bang-

sanya, sehingga mereka yang tidak dikenalnya menjadi 

hambanya, yaitu banyak bangsa yang berada di tempat 

yang sangat jauh. Dengan demikian, dia telah ditinggi-

kan, sampai setinggi takhta, mengatasi mereka yang bang-

kit melawannya (ay. 49). 

V. Renungan-renungan menghibur yang dibuat Daud tentang kelu-

rusan hatinya sendiri, yang telah diakui dan disaksikan Allah 

dengan penuh rahmat melalui semua kelepasan yang menakjub-

kan itu (ay. 21-25). Yang terutama dimaksudkan Daud yaitu  

kelurusan hatinya dalam kaitannya dengan Saul dan Isyboset, 

Absalom dan Seba, serta orang-orang yang menentangnya naik 

takhta atau berusaha menggulingkannya dari takhta. Mereka 

memberikan tuduhan palsu kepadanya dan menjelek-jelekkan 

dia, namun  hati nuraninya bersaksi baginya bahwa dia bukanlah 

seorang yang terdorong hasrat untuk berkuasa, seorang yang 

penuh kepalsuan dan berlumuran darah, sebagaimana mereka 

menyebutnya. Bahwa dia tidak pernah mengambil tindakan yang 

sembunyi-sembunyi dan melawan hukum untuk mengamankan 

atau mengangkat dirinya sendiri. Sebaliknya, dalam seluruh peri-

lakunya ia tetap menjalankan kewajibannya. Dan bahwa dalam 

seluruh tindak tanduknya, untuk sebagian besar, ia menghayati 

agama dengan penuh kesungguhan, sehingga dia dapat menerima 

perkenanan-perkenanan Allah kepadanya sebagai upah atas 

kebajikannya, bukan sebab  utang, melainkan sebab  anugerah. 

Allah telah mengganjarnya, bukan sebab  kebajikannya, seakan-

akan kebajikan itu merupakan jasa yang pantut mendapat imbal-

an dari tangan Allah, melainkan sesuai dengan kebajikannya, 

yang sangat berkenan pada Allah dan yang kepadanya mata-Nya 

tertuju. Hati nurani Daud bersaksi baginya,  

1. Bahwa Daud telah menjadikan firman Allah sebagai pedoman 

hidupnya, dan tetap berpegang padanya (ay. 23). Di mana pun 

dia berada, segala hukum Allah ada di depannya sebagai pem-

bimbingnya. Ke mana pun dia pergi, dia selalu membawa serta 

agamanya. Dan walaupun dia dipaksa untuk meninggalkan 

negerinya, dan seolah-olah diusir untuk beribadah kepada 

allah-allah lain, namun berkenaan dengan ketetapan-ketetap-

an Allah, dia tidak menyimpang darinya, namun  tetap berpe-

gang pada jalan Tuhan dan berjalan di dalamnya.  

2. Bahwa Daud dengan hati-hati telah menghindari jalan pintas 

dosa. Ia tidak menjauhkan diri dari Allahnya seperti orang 

fasik. Ia tidak bisa tidak berkata bahwa dia memang telah 

mengambil langkah yang salah, namun dia tidak meninggal-

kan Allah, atau lari dari jalan-Nya. Daud tidak dapat menyata-

kan dirinya terbebas dari dosa-dosa yang diperbuat sebab  

kelemahan, namun  anugerah Allah telah menjaganya dari dosa-

dosa yang diperbuat sebab  kelancangan. Sekalipun begitu, 

ada kalanya ia menjauhkan diri dari Allahnya sebab  lemah. 

Melalui hal inilah tampak bahwa dia berlaku tidak bercela di 

hadapan Allah, atau kepada Allah, dalam pandangan-Nya, dan 

dengan mata yang tertuju kepada-Nya, yaitu bahwa dia men-

jaga diri terhadap kesalahan, bukan hanya dari dosa khusus 

dengan membunuh Saul saat  ia berkuasa melakukannya, 

melainkan juga, secara umum, dia takut akan dosa dan 

berjaga-jaga terhadapnya, serta berkata dan berbuat berdasar-

kan tuntunan hati nuraninya. Perkara Uria yaitu  sebuah 

pengecualian (1Raj. 15:5), seperti perkara yang menjadi penge-

cualian dalam tabiat raja Hizkia (2Taw. 32:31). Perhatikanlah, 

menjaga diri dengan hati-hati terhadap kesalahan yaitu  

salah satu bukti terbaik dari kelurusan hati kita. Dan jika  

hati nurani kita bersaksi bagi kita bahwa kita telah berbuat 

benar, maka itu akan menjadi sukacita yang begitu besar 

hingga tidak hanya akan mengurangi kesedihan atas suatu 

penderitaan, namun  juga menambah penghiburan atas suatu 

kemujuran. Daud merenungkan kemenangan-kemenangannya 

atas kesalahannya sendiri dengan penghiburan yang lebih be-

sar daripada ia merenungkan penaklukannya atas Goliat dan 

seluruh tentara Filistin yang tidak bersunat. Dan kesaksian 

hatinya sendiri atas perilakunya yang tidak bercela merupakan 

nada yang lebih manis, walaupun tanpa suara, daripada nada 

orang-orang yang bernyanyi, Daud telah mengalahkan musuh 

berlaksa-laksa. jika  seorang yang besar yaitu  juga se-

orang yang baik, maka kebaikannya akan jauh lebih memuas-

kan dirinya daripada kebesarannya. Hendaklah kebaikan di-

tunjukkan kepada orang yang berlaku tidak bercela, maka 

perilakunya yang tidak bercela itu akan mempermanis kebaik-

an itu, akan membuat kebaikan itu berlipat ganda.  

VI. Berbagai pengharapan yang menghibur yang dimiliki Daud akan 

perkenanan Allah lebih lanjut. Sama seperti dia menoleh ke 

belakang dengan hati yang senang, demikian pula halnya saat  

dia menatap ke depan. Dan ia meyakinkan dirinya sendiri akan 

kebaikan yang disediakan Allah bagi semua orang kudus, bagi 

dirinya sendiri dan juga bagi keturunannya. 

1. Bagi semua orang baik (ay. 26-28). Sama seperti Allah telah 

beperkara dengannya menurut perilakunya yang tidak bercela, 

demikian pula Ia akan beperkara dengan semua orang lain. 

Daud mengambil kesempatan di sini untuk meletakkan atur-

an-aturan yang sudah ditetapkan tentang cara Allah berurus-

an dengan anak-anak manusia:  

(1) Bahwa Allah akan berlaku baik kepada orang-orang yang 

hatinya tidak bercela. Sebagaimana perlakuan kita terha-

dap Allah, demikian pula Ia akan berlaku terhadap kita.  

[1] Belas kasih dan anugerah Allah akan menjadi sukacita 

bagi orang-orang yang pemurah dan penyayang. Bah-

kan orang yang pemurah membutuhkan kemurahan, 

dan mereka akan memperolehnya.  

[2] Tindakan Allah yang tidak bercela, keadilan, dan kese-

tiaan-Nya, akan menjadi sukacita bagi orang-orang yang 

berlaku tidak bercela, adil, dan setia, baik terhadap 

Allah maupun terhadap sesama manusia.  

[3] Kemurnian dan kekudusan Allah akan menjadi sukacita 

bagi orang-orang yang murni dan kudus, yang sebab -

nya akan mengucap syukur pada waktu mereka meng-

ingatnya. Dan, jika di antara orang-orang yang baik ini 

ada yang tertindas, maka Allah akan menyelamatkan 

mereka, entah dari kesengsaraan mereka, atau melalui 

dan sesudah kesengsaraan itu. Sebaliknya, 

(2) Bahwa orang-orang yang menyimpang ke jalan yang beng-

kok akan dienyahkan-Nya bersama-sama orang-orang yang 

melakukan kejahatan, seperti yang dikatakan Daud dalam 

mazmur lain. Terhadap orang yang bengkok Ia akan ber-

laku belat-belit. Dan orang-orang yang diperlakukan dengan 

belat-belit oleh Allah pasti akan digagalkan. Celakalah 

orang yang berbantah dengan Pembentuknya! Allah akan 

menentang orang-orang yang berjalan menentang-Nya, dan 

tidak senang dengan mereka yang tidak senang dengan-

Nya. Adapun orang-orang yang tinggi hati, mata-Nya mela-

wan mereka, seolah-olah menandai mereka, untuk dijatuh-

kan. Sebab Ia menentang orang yang congkak. 

2. Bagi dirinya sendiri. Daud sudah dapat melihat bahwa penak-

lukan dan kerajaannya akan masih diperluas lagi (ay. 45-46). 

Bahkan orang-orang asing, yang akan mendengar berita keme-

nangannya dan tanda-tanda kehadiran Allah bersamanya, 

akan diliputi ketakutan akan dia, akan dipaksa tunduk kepa-

danya, meskipun dengan berpura-pura, dan akan menjadi taat 

kepadanya. Keberhasilan-keberhasilan yang telah dia peroleh 

di pandangnya sebagai tanda akan keberhasilan yang lebih 

banyak lagi dan sarana untuk mencapai keberhasilan yang 

lebih besar lagi. Siapakah yang berani melawan dia yang telah 

mengalahkan begitu banyak musuh? Demikian pula halnya, 

Anak Daud maju sebagai pemenang untuk merebut kemenang-

an (Why. 6:2). Injil-Nya, yang telah menang, makin lama akan 

makin menang. 

3. Bagi keturunannya: Allah menunjukkan kasih setia kepada 

orang yang diurapi-Nya (ay. 51), bukan hanya kepada Daud 

sendiri, melainkan juga kepada keturunannya untuk selama-

nya. Daud sendiri yaitu  orang yang diurapi Allah, bukan 

seorang perebut kekuasaan, melainkan dipanggil sebagaimana 

mestinya untuk memerintah dan dilayakkan untuk tugas itu. 

Oleh sebab  itu, dia tidak ragu bahwa Allah akan menunjuk-

kan belas kasih-Nya kepada dia, kasih setia yang telah dijanji-

kan-Nya tidak akan diambil daripadanya ataupun daripada 

keturunannya (7:15-16). Kepada janji itulah Daud berpegang, 

dengan mata yang tertuju kepada Kristus, yang merupakan 

satu-satunya keturunannya untuk selamanya, yang takhta 

dan kerajaan-Nya terus ada, dan akan tetap ada sampai sela-

manya, sedangkan keturunan dan keluarga Daud sudah lama 

punah sejak saat itu (lih. Mzm. 89:29-30). Demikianlah segala 

sukacita dan pengharapannya berpuncak pada sang Penebus 

yang agung, dan begitu pula seharusnya dengan segala suka-

cita dan pengharapan kita. 


 

 

PASAL  23  

ekarang sang penulis kitab ini mendekati penghujung dari peme-

rintahan Daud, dan oleh sebab itu di sini ia memberi kita pen-

jelasan, 

I. Perihal beberapa perkataan terakhir Daud, yang diucapkan-

nya melalui ilham ilahi, dan yang tampak merujuk kepada 

keturunannya yang akan tetap ada untuk selama-lamanya, 

yang dibicarakan pada bagian akhir pasal sebelumnya (ay. 1-

7).   

II. Perihal para pahlawan, terutama para prajurit, yang bekerja 

di bawah pimpinan Daud, tiga perwira pertama (ay. 8-17), 

dua dari tiga perwira berikutnya (ay. 18-23), dan kemudian 

ketiga puluh perwira (ay. 24-39). 

Perkataan Terakhir Daud 

(23:1-7) 

1  Inilah perkataan Daud yang terakhir: “Tutur kata Daud bin Isai dan tutur 

kata orang yang diangkat tinggi, orang yang diurapi Allah Yakub, pemazmur 

yang disenangi di Israel: 2 Roh TUHAN berbicara dengan perantaraanku, fir-

man-Nya ada di lidahku; 3 Allah Israel berfirman, gunung batu Israel berkata 

kepadaku: jika  seorang memerintah manusia dengan adil, memerintah 

dengan takut akan Allah, 4 ia bersinar seperti fajar di waktu pagi, pagi yang 

tidak berawan, yang sesudah hujan membuat berkilauan rumput muda di 

tanah. 5 Bukankah seperti itu keluargaku di hadapan Allah? Sebab Ia mene-

gakkan bagiku suatu perjanjian kekal, teratur dalam segala-galanya dan 

terjamin. Sebab segala keselamatanku dan segala kesukaanku bukankah Dia 

yang menumbuhkannya? 6 namun  orang-orang yang dursila mereka semua-

nya seperti duri yang dihamburkan; sesungguhnya, mereka tidak terpegang 

oleh tangan: 7 tidak ada orang yang dapat mengusik mereka, kecuali dengan 

sebatang besi atau gagang tombak, dan dengan api mereka dibakar habis!” 

Dalam perikop ini kita mendapati surat wasiat raja Daud, atau pesan 

tambahan yang dilampirkan padanya, sesudah ia menyerahkan mah-

kota kerajaan kepada Salomo, dan juga harta bendanya kepada Bait 

Suci yang akan dibangun. Perkataan terakhir orang-orang besar dan 

baik dianggap layak dibicarakan dan diingat secara khusus. Daud 

ingin agar perkataan terakhirnya itu diperhatikan, dan ia menambah-

kannya ke dalam kumpulan mazmurnya (seperti di sini perkataan itu 

ditambahkan kepada mazmur dalam pasal sebelumnya), atau ke 

dalam riwayat-riwayat pemerintahannya. Terutama perkataan dalam 

ayat 5, meskipun sudah dicatat sebelumnya, dapat kita duga sering 

kali diulanginya untuk menghibur diri, bahkan sampai ia mengem-

buskan napas terakhir. Itulah sebabnya kata-kata itu disebut per-

kataan Daud yang terakhir. saat  kita mendapati ajal sudah dekat, 

kita harus berusaha menghormati Allah dan juga membangun iman 

orang-orang di sekitar kita dengan kata-kata terakhir kita. Hendaklah 

orang-orang yang sudah lama mengalami kebaikan Allah dan 

keindahan hikmat, saat  menjelang akhir perjalanan hidup mereka, 

meninggalkan sebuah catatan perihal pengalaman mereka itu dan 

memberikan kesaksian akan kebenaran janji ilahi. Kita memiliki 

catatan tentang perkataan terakhir Yakub dan Musa, dan di sini per-

kataan terakhir Daud, yang dirancang, seperti  perkataan terakhir 

Yakub dan Musa, untuk menjadi warisan bagi orang-orang yang 

ditinggalkan. Di sini kita diberi tahu, 

I.   Surat wasiat siapa yang kita baca di sini. Wasiat ini disampaikan 

entah, seperti biasa, oleh penulis surat wasiat itu sendiri, atau 

lebih tepatnya oleh sang penulis kitab ini (ay. 1). Pemilik surat 

wasiat itu digambarkan, 

1. Melalui kehinaan asal usulnya: Ia yaitu  Daud bin Isai. Sung-

guh baik bagi orang-orang yang diangkat menjadi batu pen-

juru dan batu bubungan untuk diingatkan kembali, dan sering 

mengingatkan diri mereka sendiri, akan gunung batu yang dari 

padanya mereka terpahat. 

2. Sampai setinggi apa Daud diangkat: Ia diangkat tinggi, sebagai 

orang yang diperkenan Allah, dan dimaksudkan untuk men-

jadi sesuatu yang besar, diangkat sebagai raja, untuk duduk 

lebih tinggi daripada sesamanya, dan sebagai nabi, untuk 

melihat jauh ke depan. Sebab, 

(1) Daud yaitu  orang yang diurapi Allah Yakub, dan dengan 

demikian berguna bagi umat Allah dalam kepentingan-ke-

pentingan mereka sebagai warga, dalam melindungi negeri 

mereka, dan dalam menegakkan keadilan di antara mere-

ka. 

(2) Daud yaitu  pemazmur yang disenangi di Israel, dan dengan 

demikian berguna bagi mereka dalam kegiatan-kegiatan 

ibadah mereka. Ia menulis mazmur, menggubah nadanya, 

serta menentukan baik para biduan maupun alat-alat mu-

siknya, yang melaluinya orang-orang baik sangat terdorong 

dan tergugah untuk beribadah. Perhatikanlah, melantunkan 

mazmur yaitu  ketetapan ibadah yang manis, sangat me-

nyenangkan bagi orang-orang yang bersuka dalam memuji 

Allah. Menjadi seorang pemazmur dihitung di antara kehor-

matan-kehormatan yang kepadanya Daud diangkat. Dalam 

menjadi pemazmur, ia merupakan seorang yang sama 

besarnya seperti dalam menjadi orang yang diurapi Allah 

Yakub. Perhatikanlah, kedudukan kita sungguh-sungguh 

diangkat jika  kita berguna bagi jemaat dalam kegiatan-

kegiatan ibadah, dan berperan dalam memajukan pekerja-

an yang terberkati itu, yaitu berdoa dan memuji Tuhan. 

Cermatilah, adakah Daud seorang raja? Demikianlah ia 

bagi Yakub. Adakah ia seorang pemazmur? Demikianlah ia 

bagi Israel. Perhatikanlah, tugas dipercayakan oleh Roh 

kepada setiap orang supaya mereka bisa bermanfaat. Oleh 

sebab  itu, layanilah seorang akan yang lain, sesuai de-

ngan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang. 

II. Apa isi pokok surat wasiat itu. Isinya merupakan penjelasan ten-

tang persekutuan Daud dengan Allah. Amatilah, 

1. Apa yang dikatakan Allah kepadanya, baik untuk membim-

bingnya maupun untuk membesarkan hatinya sebagai seorang 

raja, dan, dengan cara serupa, untuk dapat digunakan oleh 

para penerusnya. Orang-orang saleh merasa senang mere-

nungkan apa yang telah mereka dengar dari Allah, mengingat-

ingat perkataan-Nya, dan memikirkannya dalam benak mere-

ka. Demikianlah, apa yang diucapkan Allah satu kali, dide-

ngarkan Daud dua kali, bahkan sering kali. Lihatlah di sini, 

(1) Siapa yang berbicara: Roh TUHAN, Allah Israel, dan gunung 

batu Israel, yang menurut sebagian penfasir merupakan 

isyarat perihal ketritunggalan pribadi di dalam Allah. Yaitu, 

Sang Bapa sebagai Allah Israel, Sang Anak sebagai gunung 

batu Israel, dan Roh TUHAN yang berasal dari Allah Bapa 

dan Allah Anak, yang berbicara melalui para nabi, dan khu-

susnya melalui Daud, yang firman-Nya tidak saja berada di 

dalam hatinya, namun  juga di lidahnya, demi kebaikan 

orang lain. Di sini Daud menyatakan ilham ilahi yang dite-

rimanya, bahwa di dalam mazmur-mazmurnya, dan dalam 

gubahan mazmur ini, Roh TUHAN berbicara dengan peran-

taraannya. Daud, dan orang-orang kudus lain, berbicara 

serta menulis oleh dorongan Roh Kudus. Hal ini memberi-

kan kehormatan atas Kitab Mazmur, dan membuatnya 

layak kita gunakan dalam ibadah-ibadah kita, yaitu bahwa 

mazmur-mazmur itu merupakan perkataan yang diajarkan 

Roh Kudus. 

(2) Apa yang dikatakan. Di sini tampak dibedakan antara apa 

yang dikatakah Roh Allah melalui Daud, termasuk semua 

mazmurnya, dan apa yang dikatakan gunung batu Israel 

kepada Daud, yang menyangkut dirinya sendiri dan keluar-

ganya. Hendaklah hamba-hamba Tuhan mencamkan bah-

wa orang-orang yang dipakai Allah untuk berbicara kepada 

orang lain berkepentingan untuk mendengarkan dan mem-

perhatikan apa yang dikatakan-Nya kepada diri mereka 

sendiri. Orang-orang yang bertugas mengajarkan kewajiban 

kepada orang lain, harus memastikan bahwa mereka ber-

usaha melakukan kewajiban mereka sendiri. Nah, apa yang 

dikatakan di sini (ay. 3-4), dapat dipandang, 

[1] Sebagai perkataan yang diterapkan kepada Daud, dan 

keluarga kerajaannya. Dan dengan begitu di sini kita 

mendapati, pertama, kewajiban yang diperintahkan ke-

pada para pejabat pemerintah. jika  seorang raja 

diajak berbicara oleh Allah, maka raja itu tidak akan 

dipuji sebab  martabatnya yang tinggi dan kekuasaan-

nya yang besar, namun  akan diberi tahu tentang kewajib-

annya. “Keharusan yaitu  bagi seorang raja,” kita ber-

kata. Di sini ada sebuah keharusan bagi sang raja: ia 

harus memerintah manusia dengan adil, memerintah 

dengan takut akan Allah. Begitu jugalah yang harus 

diperbuat oleh semua pejabat pemerintah yang ada di 

bawah, menurut kedudukan mereka masing-masing. 

Hendaklah para penguasa ingat bahwa mereka meme-

rintah atas manusia, bukan atas hewan yang dapat 

mereka perbudak dan perlakukan dengan sesuka hati, 

melainkan atas makhluk berakal yang sederajat dengan 

mereka sendiri. Mereka memerintah atas manusia de-

ngan segala kebodohan dan kelemahannya, dan oleh 

sebab  itu harus menanggungnya dengan sabar. Mere-

ka memerintah atas manusia, namun di bawah Allah, 

dan bagi Dia. Oleh sebab itu, 

1. Para penguasa harus bersikap adil, baik terhadap 

orang-orang yang mereka perintah, dengan memberi 

orang-orang itu hak dan milik mereka, maupun di 

antara orang-orang yang mereka perintah, dengan 

menggunakan kekuasaan mereka untuk membela 

pihak yang dirugikan dan melawan pihak yang me-

rugikan (lih. Ul. 1:16-17). Tidak berbuat jahat saja 

belumlah cukup, mereka juga tidak boleh membiar-

kan kejahatan diperbuat. 

2. Para penguasa harus memerintah dengan takut akan 

Allah. Artinya, mereka sendiri harus dipenuhi rasa 

takut akan Allah, sehingga mereka akan sepenuhnya 

dikendalikan dari segala perbuatan yang tidak adil 

dan menindas. Nehemia dipenuhi rasa takut akan 

Allah (Neh. 5:15), namun  aku tidak berbuat demikian 

sebab  takut akan Allah, dan begitu pula Yusuf (Kej. 

43:18). Para penguasa juga harus berusaha menum-

buhkan rasa takut akan Allah, yaitu menjalankan 

perintah agama, di antara orang-orang yang mereka 

perintah. Pejabat pemerintahan harus memelihara 

hukum-hukum yang ada pada kedua loh batu, dan 

melindungi kesalehan maupun kejujuran. Kedua, ke-

sejahteraan dijanjikan kepada mereka jika  mereka 

taat melakukan kewajiban ini. Orang yang meme-

rintah dengan takut akan Allah akan bersinar seperti 

fajar di waktu pagi (ay. 3-4). Sinar itu menghibur dan 

menyenangkan, dan orang yang melakukan kewajib-

annya akan mendapat penghiburan darinya. Suka-

citanya akan menjadi kesaksian hati nuraninya. 

Sinar itu terang, dan raja yang baik akan bersinar 

dengan terang. Keadilan dan kesalehannya akan 

menjadi kehormatannya. Sinar yaitu  berkat, dan 

tidak ada berkat yang lebih besar dan lebih luas bagi 

orang banyak daripada raja-raja yang memerintah 

dengan takut akan Allah. Sama seperti fajar di waktu 

pagi disambut dengan sangat baik sesudah kegelap-

an malam berlalu, demikian pula pemerintahan 

Daud disambut sesudah pemerintahan Saul (Mzm. 

75:4, KJV). Pemerintahan Daud makin lama makin 

maju, bersinar semakin terang menjelang siang hari. 

Demikianlah kemilau yang semakin bercahaya dari 

pemerintahan yang baik. Pemerintahan ini juga  

diumpamakan seperti rumput muda, yang tumbuh 

dari tanah untuk kebutuhan manusia. Bersama 

rumput muda itu datang juga tuaian berkat, yang 

juga merupakan sebagian dari perkataan terakhir 

Daud, dan sepertinya merujuk kepada perkataan 

yang tercatat di sini (lih. Mzm. 72:6, 16). 

[2] Apa yang dikatakan Daud di sini dapat dipandang seba-

gai perkataan yang diterapkan kepada Kristus, Anak 

Daud, dan dengan demikian semua perkataan itu harus 

dipandang sebagai nubuatan, dan bahasa aslinya pun 

mendukung pandangan ini: Akan ada seorang penguasa 

di antara manusia, atau atas manusia, yang akan 

berlaku adil, dan akan memerintah dengan takut akan 

Allah. Artinya, Ia akan mengatur perkara-perkara aga-

ma dan ibadah terhadap yang ilahi sesuai kehendak 

Bapa-Nya. Ia akan menjadi seperti fajar di waktu pagi, 

dan seterusnya, sebab Ia yaitu  terang dunia, dan 

seperti rumput muda, sebab Ia yaitu  tunas yang ditum-

buhkan TUHAN, dan hasil tanah (Yes. 11:1-5; 32:1-2; 

Mzm. 72:2). Allah, melalui Roh-Nya, memberi Daud 

penglihatan mengenai hal ini, untuk menghiburnya di 

tengah banyak malapetaka yang menimpa keluarganya, 

dan pemandangan menyedihkan yang dilihatnya akan 

kemerosotan keturunannya. 

2. Bagaimana Daud menjadikan perkataan Allah kepadanya ini 

sebagai penghiburan baginya, dan bagaimana ia menanggapi 

perkataan itu dengan renungan-renungan yang penuh kesa-

lehan (ay. 5). Renungan itu hampir sama dengan renungannya 

pada saat ia menerima pesan serupa (7:18, dst.). Perkataan 

yang diucapkan sebelumnya disampaikan oleh gunung batu 

Israel kepada Daud, sementara perkataan ini disampaikan 

oleh Roh Allah melalui dia, dan perkataan itu merupakan 

pengakuan terdalam akan iman dan pengharapannya pada 

kovenan kekal. Di sini kita mendapati, 

(1) Masalah yang diperkirakan akan datang: Walaupun keluar-

gaku tidak seperti itu di hadapan Allah, dan walapun Dia 

tidak menumbuhkannya. Perilaku keluarga Daud terhadap 

Allah tidaklah sebagaimana yang digambarkan (ay. 3-4, 

KJV), dan tidak seperti yang diharapkannya, tidak sebaik 

itu, tidak sebahagia itu. Keluarganya tidak demikian sela-

ma ia hidup. Ia sudah dapat melihat bahwa keluarganya 

tidak akan demikian sesudah  ia tiada, bahwa keluarganya 

tidak akan begitu saleh ataupun begitu sejahtera seperti 

yang mungkin diharapkan dari keturunan seorang ayah 

seperti dia. 

[1] Bukan seperti itu di hadapan Allah. Perhatikanlah, ba-

gaimana sesungguhnya keadaan kita dan keluarga kita, 

diukur dari bagaimana keadaannya di hadapan Allah. 

Inilah yang diharapkan Daud dengan sepenuh hati 

menyangkut anak-anaknya, yaitu agar mereka benar di 

hadapan Allah, setia kepada-Nya, dan bersemangat 

bagi-Nya. Namun demikian, anak-anak dari orangtua 

yang saleh sering kali tidak begitu saleh ataupun begitu 

bahagia seperti yang diharapkan. Kita harus tahu bah-

wa kebobrokanlah, dan bukan anugerah, yang mengalir 

di dalam darah, bahwa kemenangan perlombaan bukan 

untuk yang cepat, melainkan bahwa Allah memberikan 

Roh-Nya untuk bertindak dengan bebas. 

[2] Tidak menumbuhkan keluarganya dalam jumlah dan 

kekuatan. Allah sendirilah yang membuat keluarga ber-

tumbuh atau tidak bertumbuh (Mzm. 107:41). Orang-

orang baik acap kali melihat pemandangan yang menye-

dihkan tentang akhlak keluarganya yang merosot. Ke-

luarga Daud merupakan perlambang jemaat Kristus, 

yang yaitu  rumah-Nya (Ibr. 3:3). Anggaplah keluarga 

kita tidak seperti itu di hadapan Allah sebagaimana yang 

kita harapkan. Anggaplah keluarga kita berkurang, kesu-

sahan, terhina, dan melemah, oleh sebab  kesalahan dan 

kebobrokan, bahkan nyaris punah. Namun demikian, 

Allah telah membuat kovenan dengan kepala jemaat, 

yaitu Anak Daud, bahwa Ia akan menyediakan keturun-

an bagi-Nya, bahwa alam maut tidak akan pernah me-

nguasai jemaat-Nya. Di tengah penderitaan-Nya, Juruse-

lamat kita menghibur diri dengan kovenan ini, bahwa 

kovenan dengan-Nya tetap teguh (Yes. 53:10-12). 

(2) Penghiburan dipastikan: Sebab Ia menegakkan bagiku sua-

tu perjanjian kekal. Kesukaran apa pun yang bisa jadi akan 

dihadapi anak Allah, ia masih memiliki suatu penghiburan 

untuk mengimbanginya (2Kor. 4:8-9), dan tidak ada peng-

hiburan seperti yang dimiliki sang pemazmur ini, yang 

dapat dipahami, 

[1] Sebagai kovenan kerajaan (dalam bentuk perlambang) 

yang dibuat Allah dengan Daud dan keturunannya, berke-

naan dengan kerajaan itu (Mzm. 132:11-12). Akan namun ,  

[2] Kovenan itu harus dilihat lebih jauh, kepada kovenan 

anugerah yang dibuat dengan semua orang percaya, 

bahwa di dalam Kristus, Allah akan menjadi Allah bagi 

mereka, yang dilambangkan oleh kovenan kerajaan. Itu-

lah sebabnya janji-janji dalam kovenan itu disebut ka-

sih setia yang teguh yang dijanjikan kepada Daud (Yes. 

55:3). Hanya inilah satu-satunya kovenan kekal, dan 

tidak dapat dibayangkan bahwa Daud, yang dalam begi-

tu banyak mazmurnya berbicara begitu jelas tentang 

Kristus dan anugerah Injil, akan melupakan hal terse-

but dalam kata-kata terakhirnya. Allah telah membuat 

kovenan anugerah dengan kita di dalam Kristus Yesus. 

Di sini kita diberi tahu, pertama, bahwa kovenan itu 

kekal, kekal dalam perencanaan dan rancangannya, 

dan kekal dalam kelanjutan dan dampak-dampaknya. 

Kedua, bahwa kovenan itu teratur, sangat teratur dalam 

segala-galanya, dan baik secara menakjubkan, untuk 

meninggikan kemuliaan Allah dan kehormatan Sang 

Perantara, bersama dengan kekudusan dan penghibur-

an orang-orang percaya. Di dalam hal inilah kovenan itu 

sangat teratur, bahwa apa saja yang dituntut dalam 

kovenan itu telah dijanjikan, dan bahwa setiap pelang-

garan terhadap kovenan itu tidak mengeluarkan kita dari 

kovenan ini . Selain itu, keselamatan kita tidak dise-

rahkan kepada pemeliharaan kita sendiri, namun  kepada 

pemeliharaan Sang Perantara. Ketiga, bahwa perjanjian 

itu terjamin, dan terjamin sebab diatur dengan baik. Ta-

warannya kepada semua orang sungguh terjamin. Belas 

kasih yang dijanjikannya terjamin jika  syarat-sya-

ratnya dipenuhi. Penerapannya secara khusus kepada 

orang percaya sejati sungguh terjamin. Kovenan itu ter-

jamin bagi semua keturunan. Keempat, bahwa kovenan 

itu merupakan segala keselamatan kita. Tidak ada hal 

lain selain kovenan ini yang akan menyelamatkan kita, 

dan ini sudah cukup. Hanya pada kovenan inilah kesela-

matan kita bergantung. Kelima, bahwa oleh sebab itu 

kovenan itu harus menjadi segala kesukaan kita. Biarlah 

aku mendapat bagian dalam kovenan ini serta janji-

janjinya, maka itu sudah cukup, aku tidak menginginkan 

apa-apa lagi. 

3. Di sini hukuman bagi orang-orang dursila dibacakan (ay. 6-7). 

(1) Mereka akan dihamburkan seperti duri – ditolak dan di-

tinggalkan. Mereka seperti duri, tidak boleh disentuh de-

ngan tangan. Mereka begitu penuh amarah dan kegeraman 

hingga tidak dapat diatur atau ditangani dengan teguran 

yang bijak dan apa adanya, namun  harus dikendalikan oleh 

hukum dan pedang keadilan (Mzm. 32:9). Oleh sebab itu, 

sama seperti duri, 

(2) Mereka pada akhirnya akan dibakar habis dengan api di 

tempat yang sama (Ibr. 6:8). Nah, hal ini dimaksudkan, 

[1] Sebagai petunjuk bagi para pejabat pemerintah supaya 

menggunakan kekuasaan mereka untuk menghukum 

dan memberantas kejahatan. Biarlah mereka mengham-

burkan orang-orang dursila (lih. Mzm. 101:8). Atau, 

[2] Sebagai peringatan bagi para pejabat pemerintah, dan 

khususnya bagi putra-putra dan para penerus Daud, 

untuk memastikan bahwa mereka sendiri bukanlah 

orang-orang dursila, seperti yang demikian halnya untuk 

terlalu banyak dari mereka. sebab  dengan demikian, 

baik martabat kedudukan mereka maupun hubungan 

mereka dengan Daud tidak akan menjamin bahwa mere-

ka tidak akan dihamburkan oleh penghakiman-pengha-

kiman Allah yang adil. Meskipun manusia tidak mampu 

menghadapi mereka, Allah akan menghadapi mereka. 

Atau, 

[3] Sebagai nubuatan tentang kehancuran semua musuh 

kerajaan Kristus yang tidak dapat diperdamaikan lagi. 

Ada musuh-musuh di luar, yang dengan terang-terang-

an melawan dan memerangi kerajaan itu, dan ada mu-

suh-musuh dari dalam, yang diam-diam mengkhianati-

nya dan bersikap penuh kepalsuan terhadapnya. Kedua 

macam musuh itu merupakan anak-anak Belial, anak-

anak si jahat, keturunan ular. Kedua-duanya seperti 

duri, memedihkan dan menyakitkan. Namun kedua-

duanya akan dihamburkan dengan cara yang begitu 

luar biasa hingga Kristus akan menegakkan kerajaan-

Nya kendati dengan permusuhan mereka. Ia akan ber-

tindak memerangi mereka (Yes. 27:4), dan pada waktu-

nya nanti akan memberkati jemaat-Nya dengan damai 

sejahtera yang begitu rupa hingga tidak akan ada lagi 

duri yang menusuk atau onak yang memedihkan. Pada 

hari penghakiman nanti (dan hari itulah yang dirujuk 

oleh Alkitab terjemahan bahasa Aram), orang-orang yang 

tidak mau bertobat, untuk memuliakan Allah, akan diba-

kar dengan api yang tak terpadamkan (lih. Luk. 19:27). 

Para Pahlawan Daud  

(23:8-39) 

8 Inilah nama para pahlawan yang mengiringi Daud: Isybaal, orang Hakh-

moni, kepala triwira; ia mengayunkan tombaknya melawan delapan ratus 

orang yang tertikam mati dalam satu pertempuran. 9 Dan sesudah dia, Elea-

zar anak Dodo, anak seorang Ahohi; ia termasuk ketiga pahlawan itu. Ia ada 

bersama-sama Daud, saat  mereka mengolok-olok orang Filistin, yang telah

berkumpul di sana untuk berperang, padahal orang-orang Israel telah meng-

undurkan diri. 10 namun  ia bangkit dan membunuh demikian banyak orang 

Filistin sampai tangannya lesu dan tinggal melekat pada pedangnya. TUHAN 

memberikan pada hari itu kemenangan yang besar. Rakyat datang kembali 

mengikuti dia, hanya untuk merampas. 11 Sesudah dia, Sama, anak Age, 

orang Harari. saat  orang Filistin berkumpul di Lehi – di sana ada sebidang 

tanah ladang penuh kacang merah – dan tentara telah melarikan diri dari 

hadapan orang Filistin, 12 maka berdirilah ia di tengah-tengah ladang itu, ia 

dapat mempertahankannya dan memukul kalah orang Filistin. Demikianlah 

diberikan TUHAN kemenangan yang besar. 13 Sekali datanglah tiga orang dari 

ketiga puluh kepala mendapatkan Daud, menjelang musim menuai, dekat 

gua Adulam, sedang sepasukan orang Filistin berkemah di lembah Refaim.  

14 Pada waktu itu Daud ada di dalam kubu gunung dan pasukan penduduk-

an orang Filistin pada waktu itu ada di Betlehem. 15 Lalu timbullah keinginan 

pada Daud, dan ia berkata: “Sekiranya ada orang yang memberi aku minum 

air dari perigi Betlehem yang ada dekat pintu gerbang!” 16 Lalu ketiga pahla-

wan itu menerobos perkemahan orang Filistin, mereka menimba air dari peri-

gi Betlehem yang ada dekat pintu gerbang, mengangkatnya dan membawanya 

kepada Daud. namun  Daud tidak mau meminumnya, melainkan mempersem-

bahkannya sebagai korban curahan kepada TUHAN, 17 katanya: “Jauhlah 

dari padaku, ya TUHAN, untuk berbuat demikian! Bukankah ini darah orang-

orang yang telah pergi dengan mempertaruhkan nyawanya?” Dan tidak mau 

ia meminumnya. Itulah yang dilakukan ketiga pahlawan itu. 18 Abisai, adik 

Yoab, anak Zeruya, dialah kepala ketiga puluh orang itu. Dan dialah yang 

mengayunkan tombaknya melawan tiga ratus orang yang mati ditikamnya; ia 

mendapat nama di antara ketiga puluh orang itu. 19 Bukankah ia yang paling 

dihormati di antara ketiga puluh orang itu? Memang ia menjadi pemimpin 

mereka, namun  ia tidak dapat menyamai triwira itu. 20 Selanjutnya Benaya bin 

Yoyada, anak seorang yang gagah perkasa, yang besar jasanya, yang berasal 

dari Kabzeel; ia menewaskan kedua pahlawan besar dari Moab. Juga pernah 

ia turun ke dalam lobang dan membunuh seekor singa pada suatu hari ber-

salju. 21 Pula ia membunuh seorang Mesir, seorang yang tinggi perawakan-

nya; di tangan orang Mesir itu ada tombak, namun  ia mendatanginya dengan 

tongkat, merampas tombak itu dari tangan orang Mesir itu, lalu membunuh 

orang itu dengan tombaknya sendiri. 22 Itulah yang diperbuat Benaya bin 

Yoyada; ia mendapat nama di antara ketiga puluh pahlawan itu. 23 Di antara 

ketiga puluh orang itu ia paling dihormati, namun  ia tidak dapat menyamai 

triwira. Dan Daud mengangkat dia mengepalai pengawalnya. 24 Asael, sau-

dara Yoab, ada di antara ketiga puluh orang itu; selanjutnya Elhanan bin 

Dodo, dari Betlehem; 25 Sama, orang Harod; Elika, orang Harod; 26 Heles, 

orang Palti; Ira anak Ikesh orang Tekoa; 27 Abiezer, orang Anatot; Mebunai, 

orang Husa; 28 Zalmon, orang Ahohi; Maharai, orang Netofa; 29 Heleb anak 

Baana orang Netofa; Itai bin Ribai, dari Gibea orang Benyamin; 30 Benaya, 

orang Piraton; Hidai dari lembah-lembah Gaas; 31 Abialbon, orang Bet-Araba; 

Azmawet, orang Bahurim; 32 Elyahba, orang Saalbon; Yasyen, orang Guni; 

Yonatan 33 anak Sama orang Harari; Ahiam bin Sarar, orang Harari; 34 Elifelet 

anak Ahasbai orang Maakha; Eliam anak Ahitofel orang Gilo; 35 Hezrai, orang 

Karmel; Paerai, orang Arbi; 36 Yigal bin Natan, dari Zoba; Bani, orang Gad; 37 

Zelek, orang Amon; Naharai, orang Beerot, pembawa senjata Yoab anak 

Zeruya; 38 Ira, orang Yetri; Gareb, orang Yetri; 39 Uria, orang Het, semuanya 

tiga puluh tujuh orang. 

I. Daftar para pahlawan pada masa pemerintahan Daud yang di-

catat oleh penulis kitab ini dimaksudkan, 

1. Untuk kehormatan Daud, yang telah melatih mereka ilmu 

perang, dan memberi mereka teladan kepemimpinan dan kebe-

ranian. Sungguh mendatangkan nama baik dan keuntungan 

kepada raja jika  ia diiringi dan dilayani oleh orang-orang 

yang begitu gagah berani seperti yang digambarkan di sini. 

2. Untuk kehormatan para pahlawan itu sendiri, yang turut 

berjasa membuat Daud mengenakan mahkota, mendudukkan 

dan melindunginya di atas takhta, dan memperluas penakluk-

an-penaklukannya. Perhatikanlah, jika  orang-orang yang 

bekerja demi kepentingan orang banyak berani menantang 

bahaya, dan berusaha dengan sekuat tenaga, demi mengabdi 

negeri mereka, maka mereka layak menerima penghormatan 

dua kali lipat, baik untuk dihormati oleh orang-orang yang 

seangkatan dengan mereka maupun untuk diingat oleh ketu-

runan yang akan datang. 

3. Untuk menyemangati orang-orang yang akan datang agar mau 

mengikuti para pahlawan itu, dan bahkan berbuat lebih lagi. 

4. Untuk menunjukkan betapa agama banyak berperan dalam 

mengilhami orang-orang dengan keberanian yang sejati. Baik 

melalui mazmur-mazmur maupun melalui persembahannya 

untuk ibadah di Bait Suci, Daud telah sangat mendorong ke-

salehan di antara para pembesar kerajaan (1Taw. 29:6). Dan, 

saat  mereka menjadi terkenal sebab  kesalehan mereka, 

mereka pun menjadi terkenal sebab  keberanian mereka. 

II.  Nah, para pahlawan ini di sini dibagi menjadi tiga tingkatan: 

1. Ketiga pahlawan pertama, yang telah melakukan perbuatan-

perbuatan paling berani dan dengan demikian memperoleh 

nama paling baik, yaitu Isybaal (ay. 8), Eleazar (ay. 9-10), dan 

Sama (ay. 11-12). Seingat saya, kita tidak pernah membaca 

tentang ketiga orang ini, atau tentang perbuatan-perbuatan 

mereka, di tempat mana pun dalam seluruh kisah tentang 

Daud selain di sini dan di tempat yang berpadanan (1Taw. 11). 

Banyak peristiwa besar dan luar biasa dilewatkan begitu saja 

dalam Kitab Tawarikh, yang lebih banyak bercerita tentang 

noda-noda daripada kemuliaan-kemuliaan masa pemerintahan 

Daud, terutama sesudah dosa yang diperbuatnya dalam per-

kara Uria. Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa pemerintah-

an Daud sebenarnya lebih berkilau daripada yang tampak 

pada kita saat  membaca catatan-catatan tentangnya. Per-

buatan-perbuatan berani dari tiga perwira ini dicatat di sini. 

Mereka telah menunjukkan kemampuan mereka di dalam 

peperangan Israel melawan musuh-musuh mereka, terutama 

orang Filistin. 

(1) Isybaal membunuh delapan ratus orang sekaligus dengan 

tombaknya. 

(2) Eleazar mengolok-olok orang Filistin, sama seperti mereka, 

melalui Goliat, telah mengolok-olok Israel, namun dengan 

keberhasilan dan keberanian yang lebih besar. Sebab 

saat  orang Israel telah mengundurkan diri, Eleazar tidak 

saja tetap bertahan, namun  juga bangkit dan membunuh 

demikian banyak orang Filistin. Ke atas orang Filistin itu 

Allah mendatangkan kengerian yang setara dengan kebe-

ranian yang mengilhami sang pahlawan besar ini. Tangan-

nya menjadi lesu, namun tetap tinggal melekat pada pedang-

nya. Selama masih ada kekuatan yang tinggal padanya, ia 

tetap memegang senjatanya dan meneruskan pukulannya. 

Demikian pula halnya, dalam melayani Allah, kita harus 

tetap mempertahankan kesediaan hati dan kebulatan tekad, 

kendati dengan kelemahan dan keletihan tubuh. Meskipun 

masih lelah, namun mengejar juga (Hak. 8:4). Meskipun 

lesu, tangan itu tidak melepaskan pedang. sebab  sekarang 

Eleazar telah mengalahkan musuh, maka orang-orang Is-

rael, yang telah mengundurkan diri dari pertempuran (ay. 

9), datang kembali untuk menjarah (ay. 10). Sudah biasa 

bahwa orang-orang yang meninggalkan medan pertempur-

an saat  ada yang harus dilakukan, justru bergegas kem-

bali saat  ada yang bisa diperoleh. 

(3) Sama berjumpa dengan pasukan musuh yang sedang men-

cari makanan, lalu mengalahkan mereka (ay. 11-12). Namun 

amatilah, baik tentang perbuatan berani yang ini maupun 

yang sebelumnya, bahwa di sini dikatakan, demikianlah di-

berikan TUHAN kemenangan yang besar. Perhatikanlah, 

sebesar apa pun keberanian orang yang dipakai sebagai alat, 

pujian atas pencapaian kemenangan harus diberikan 

kepada Allah. Para pahlawan ini memang bertempur, namun  

Allahlah yang memberikan kemenangan. Oleh sebab itu, 

janganlah orang kuat bermegah dalam kekuatannya, atau 

dalam keahlian berperangnya, namun  barangsiapa yang ber-

megah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan. 

2. Tiga pahlawan berikutnya dibedakan dari ketiga puluh pahla-

wan lainnya, dan lebih ditinggikan derajatnya daripada mere-

ka, namun tidak menyamai ketiga pahlawan yang pertama (ay. 

23). Orang-orang besar tidak semuanya sama besar. Banyak 

bintang yang terang dan cemerlang, namun tidak tergolong 

berukuran paling besar, dan banyak kapal bagus namun tidak 

tergolong unggul. Tentang tiga perwira yang kedua ini, hanya 

dua nama yang disebutkan, yaitu Abisai dan Benaya, yang 

sudah sering kita jumpai dalam kisah tentang Daud, dan yang 

sepertinya tidak lebih rendah dalam hal jasa, meskipun derajat 

mereka lebih rendah, daripada tiga perwira yang pertama. Di 

sini kita mendapati, 

(1) Tindakan gagah berani yang dilakukan oleh ketiga perwira 

ini secara bersama-sama. Mereka menyertai Daud dalam 

kesusahannya, saat  ia melarikan diri dan bersembunyi di 

gua Adulam (ay. 13), menderita bersamanya, dan oleh se-

bab itu diangkat kedudukannya oleh dia di kemudian hari. 

Daud bersama para pahlawan yang menyertainya telah 

berjuang mati-matian melawan orang Filistin. Namun kare-

na kejahatan semasa pemerintahan Saul, mereka terpaksa 

melindungi dari dari kegeramannya di dalam gua-gua dan 

benteng. Maka dari itu, tidaklah mengherankan jika  

kemudian orang Filistin berkemah di lembah Refaim, dan 

bahkan menempatkan pasukan pendudukan di Betlehem 

(ay. 13-14). jika  para pembimbing jemaat begitu disesat-

kan sehingga mereka menganiaya sebagian dari sahabat-

sabahat dan pahlawan-pahlawan terbaiknya, maka musuh 

bersama, tidak diragukan lagi, akan memperoleh keuntung-

an darinya. Seandainya Daud bisa hidup bebas, maka seka-

rang Betlehem tidak akan berada di tangan orang Filistin. 

Akan namun , sebab  keadaannya sudah demikian, di sini 

diceritakan kepada kita, 

[1] Betapa Daud sungguh-sungguh menginginkan air dari 

perigi Betlehem. Sebagian penafsir memandangnya se-

bagai harapan yang bersangkut paut dengan kepenting-

an orang banyak, dan bahwa maksud Daud yaitu , 

“Oh, seandainya saja kita dapat mengusir pasukan pen-

dudukan Filistin itu dari Betlehem, dan membuat kota 

tercinta itu menjadi milikku kembali!” Perigi di sini di-

artikan sebagai kota, sebab sungai kerap kali berarti 

negeri yang dilalui oleh sungai itu. Akan namun , kalau-

pun Daud memang bermaksud demikian, orang-orang 

di sekelilingnya tidak memahami dia seperti itu. Oleh 

sebab  itu, seruan tadi tampak lebih merupakan ung-

kapan dari kelemahannya. saat  itu sedang musim 

menuai. Cuaca sangat panas, dan ia merasa haus. Mung-

kin air jernih sulit didapat, dan sebab  itu ia berharap 

dengan sungguh-sungguh, “Oh, seandainya saja aku 

bisa mereguk air dari perigi Betlehem!” Dengan air dari 

perigi itu ia sudah sering melepaskan dahaganya saat  

masih muda. Sekarang tidak ada yang dapat memuas-

kan dirinya selain air itu, meskipun hampir mustahil 

untuk mendatangi tempat itu. Ia secara mengherankan 

ingin menuruti suatu keinginan yang alasannya tidak 

dapat ia berikan. Air lain bisa saja memuaskan dahaga-

nya dengan sama baiknya, namun ia lebih menyukai air 

dari perigi Betlehem dibanding dari perigi-perigi lain. 

Sungguh bodoh memelihara keinginan semacam itu, 

dan lebih bodoh lagi bersikeras memuaskannya. Kita 

harus mengendalikan nafsu makan kita supaya jangan 

sampai kita menginginkan secara berlebihan apa yang 

memang lebih enak dan lebih nikmat dibanding makan-

an lain. Jangan ingin akan makanan yang lezat, apalagi 

menginginkan hal-hal yang hanya untuk menuruti ke-

mauan hati belaka. 

[2] Betapa dengan gagah berani ketiga pahlawan Daud itu, 

yaitu Abisai, Benaya, dan seorang lagi yang tidak di-

sebut namanya, menerobos perkemahan orang Filistin, 

masuk tepat ke dalam mulut bahaya, kemudian meng-

ambil air dari perigi Betlehem, tanpa sepengetahuan 

Daud (ay. 16). saat  mengutarakan keinginannya un-

tuk minum dari air perigi Betlehem itu, Daud sama se-

kali tidak ingin bahwa orang-orangnya harus bertaruh 

nyawa untuk mendapatkan air itu. Namun demikian, 

ketiga orang tadi telah melakukannya, untuk menun-

jukkan, pertama, betapa mereka sangat menghargai raja 

mereka, dan betapa mereka  dengan senang hati dapat 

menghadapi keadaan sesulit apa pun demi melayani 

dia. Meskipun telah diurapi sebagai raja, Daud masih 

menjadi orang buangan. Ia hanyalah raja miskin yang 

tidak memiliki keuntungan-keuntungan lahiriah untuk 

membuat dirinya dicintai dan dihargai oleh para peng-

ikutnya. Ia juga tidak memiliki kuasa untuk mengang-

kat ataupun mengupah mereka. Namun demikian, ke-

tiga orang tadi begitu bersemangat untuk memuaskan 

raja mereka, dengan merasa yakin bahwa imbalan akan 

datang pada waktunya. Hendaklah kita bersedia untuk 

bertaruh nyawa demi kepentingan Kristus, meskipun 

kepentingan itu sedang ditindas, sebagai orang-orang 

yang yakin bahwa kepentingan itu akan menang dan 

bahwa kita tidak akan merugi sebab nya pada akhir-

nya. Bukankah mereka begitu tergerak untuk menen-

tang bahaya begitu mengetahui sedikit saja isi pikiran 

raja mereka, dan begitu berhasrat untuk menyenang-

kan hatinya? Masakan kita tidak ingin berusaha mem-

buat diri kita layak di hadapan Yesus Tuhan kita de-

ngan siap sedia  memenuhi kehendak-Nya, setiap kali 

ada isyarat yang diberikan kepada kita melalui firman, 

Roh, dan pemeliharaan-Nya? Kedua, betapa mereka tidak 

takut kepada orang Filistin. Mereka senang memperoleh 

kesempatan untuk menantang orang Filistin. Tidak jelas 

apakah mereka menerobos perkemahan orang Filistin 

dengan diam-diam, dan dengan begitu terampil hingga 

orang Filistin tidak menyadari kehadiran mereka, atau 

secara terang-terangan, dengan penampilan yang begitu 

mengerikan sehingga orang Filistin tidak berani melawan 

mereka. Namun, sepertinya mereka memaksa masuk, 

dengan pedang di tangan. namun  lihatlah, 

[3] saat  air yang diambil dari jauh dan diperoleh dengan 

susah payah itu sudah ada di hadapannya, betapa 

Daud dengan penuh penyangkalan diri mempersembah-

kannya sebagai korban curahan kepada TUHAN (ay. 17). 

Pertama, dengan berbuat demikian ia hendak menun-

jukkan perhatiannya yang lembut terhadap nyawa para 

prajuritnya, dan betapa ia sama sekali tidak mau mem-

biarkan darah mereka tertumpah dengan sia-sia (Mzm. 

72:14). Di mata Allah, kematian orang-orang kudus-Nya 

sangatlah berharga. Kedua, dengan berbuat demikian 

Daud hendak menyatakan penyesalannya sebab  telah 

mengucapkan kata-kata bodoh yang memicu  

orang-orangnya membahayakan nyawa mereka. Orang-

orang besar haruslah memperhatikan apa yang mereka 

katakan, supaya tidak mencelakakan orang-orang di 

sekitar mereka. Ketiga, dengan berbuat demikian Daud 

hendak mencegah perbuatan gegabah yang serupa dari 

orang-orangnya di kemudian hari. Keempat, dengan ber-

buat demikian Daud tidak mau menuruti keinginannya 

sendiri yang bodoh, dan menghukum dirinya sendiri 

sebab  telah menyimpan dan menumbuhkan keinginan 

itu. Daud juga hendak menunjukkan bahwa sekarang ia 

sudah mampu berpikir dengan jernih untuk memper-

baiki pikiran-pikirannya yang gegabah, dan tahu cara 

menyangkal diri bahkan menyangkut hal yang paling 

didambakannya. Mematikan hawa nafsu dengan sung-

guh-sungguh seperti itu memang sudah sepatutnya dila-

kukan oleh orang-orang bijak, besar,  dan baik. Kelima, 

dengan berbuat demikian Daud hendak menghormati 

Allah dan memuliakan-Nya. Air yang diperoleh dengan 

cara seperti ini dianggapnya terlampau berharga untuk 

diminum sendiri, dan hanya layak untuk dicurahkan 

bagi Allah, sebagai korban curahan. Seandainya yang 

dicurahkan yaitu  darah ketiga orang ini, maka itu 

menjadi hak Allah, sebab darah senantiasa merupakan 

hak-Nya. Keenam, Uskup Patrick berbicara tentang se-

jumlah penafsir yang berpendapat bahwa melalui tin-

dakan ini, Daud menunjukkan bahwa bukan benda air-

lah yang diinginkannya, melainkan Sang Mesias, yang 

memiliki air kehidupan, yang diketahuinya akan lahir di 

Betlehem, sehingga dengan demikian orang Filistin tidak 

akan mampu menghancurkannya. Ketujuh, bukankah 

Daud menganggap air yang diperoleh dengan membaha-

yakan darah ketiga orang ini sebagai air yang sangat ber-

harga? Masakan kita tidak jauh lebih menghargai keun-

tungan-keuntungan yang untuk memperolehnya Juru-

selamat kita yang terberkati telah mencurahkan darah-

Nya? Janganlah kita memandang rendah darah perjanji-

an, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang 

memandang rendah berkat-berkat dalam perjanjian itu. 

(2) Perbuatan-perbuatan gagah berani dari dua orang di an-

tara ketiga pahlawan itu pada kesempatan lain. Abisai 

membunuh tiga ratus orang sekaligus (ay. 18-19). Benaya 

juga melakukan banyak perkara besar. 

[1] Benaya membunuh dua orang Moab yang rupanya ba-

gaikan singa, begitu berani dan kuat, begitu garang dan 

ganas. 

[2] Ia juga membunuh seorang Mesir, namun tidak dikata-

kan pada peristiwa apa. Orang Mesir itu bersenjata 

lengkap, namun  Benaya menyerangnya dengan hanya 

membawa senjata berupa tongkat, lalu dengan cekatan 

merampas tombak dari tangan orang Mesir itu, dan 

membunuhnya dengan tombak itu (ay. 21). sebab  

semua perbuatan berani ini dan perbuatan-perbuatan 

lain yang serupa, Daud mengangkatnya menjadi kepala 

pengawal atau pasukan tetap (ay. 23). 

3. Lebih rendah kedudukannya daripada tiga perwira yang 

kedua, namun sangat terkemuka, ada tiga puluh satu orang 

yang di sini disebutkan namanya (ay. 24, dst.). Yang pertama 

yaitu  Asael, yang dibunuh Abner pada awal pemerintahan 

Daud, namun tidak kehilangan tempatnya di dalam daftar ini. 

Yang kedua yaitu  Elhanan, saudara Eleazar, salah satu dari 

tiga perwira pertama (ay. 9). Nama keluarga yang di sini diberi-

kan kepada mereka sepertinya diambil dari tempat kelahiran 

atau tempat tinggal mereka, sama seperti banyak nama ke-

luarga kita pada mulanya. Dari seluruh penjuru negeri, orang-

orang yang paling bijaksana dan gagah perkasa dipilih untuk 

melayani raja. Beberapa dari antara mereka yang disebutkan 

namanya di sini kita dapati sebagai panglima kedua belas rom-

bongan yang ditetapkan Daud, satu rombongan untuk setiap 

bulan dalam setahun (1Taw. 27). Orang-orang yang berjasa di-

angkat sesuai jasa mereka masing-masing. Salah satu dari 

antara mereka yaitu  anak Ahitofel (ay. 34). Sama seperti sang 

anak termasyhur di dalam ketentaraan, demikian pula sang 

ayah termasyhur dalam dewan penasihat. Namun, dengan 

mendapati Uria orang Het itu menduduki tempat terakhir 

dalam daftar orang-orang berjasa ini, hal itu tidak hanya 

menghidupkan kembali ingatan kepada dosa Daud, namun  juga 

semakin memperparah dosanya, bahwa orang yang begitu 

pantas diperlakukan dengan baik oleh raja dan bangsanya 

justru diperlakukan dengan seburuk itu. Yoab tidak disebut 

dalam daftar ini, entah, 

(1) sebab  namanya seharusnya disebut pertama, dari tiga 

perwira pertama yang merupakan para pemimpin, na-

mun Yoab merupakan panglima atas mereka. Atau, 

(2) sebab  perbuatan Yoab begitu buruk sehingga ia tidak 

pantas disebutkan namanya. Sebab meskipun diakui 

sebagai prajurit yang tangguh, dan orang yang begitu 

saleh hingga mempersembahkan barang-barang jarah-

annya kepada rumah Allah (1Taw. 26:28), namun Yoab 

kehilangan banyak kehormatan sebab  telah membu-

nuh dua sahabat Daud, sebanyak kehormatan yang 

pernah diperolehnya dengan membunuh musuh-musuh 

Daud. 

Kristus, Anak Daud, juga memiliki orang-orang yang 

berjasa. Sama seperti orang-orang berjasa yang dimiliki 

Daud, mereka dipengaruhi oleh teladan-Nya, bertempur 

bagi-Nya melawan musuh-musuh rohani kerajaan-Nya, 

dan di dalam kekuatan-Nya mereka menjadi lebih dari-

pada orang-orang yang menang. Rasul-rasul Kristus 

merupakan para pengikut terdekat-Nya. Mereka mela-

kukan perkara-perkara besar bagi-Nya dan mengalami 

penderitaan besar sebab -Nya, dan pada akhirnya me-

reka memerintah bersama-Nya. Nama mereka disebut-

kan dengan hormat di dalam Perjanjian Baru, sama 

seperti nama orang-orang ini di dalam Perjanjian Lama, 

terutama dalam Wahyu 21:14. Bahkan, nama semua 

prajurit sejati Yesus Kristus lebih terpelihara dengan 

baik dibandingkan nama orang-orang yang berjasa ini, 

sebab nama semua prajurit Yesus Kristus tertulis di 

sorga. Kehormatan ini dimiliki oleh semua orang kudus-

Nya. 

 

PASAL  24  

erkataan terakhir dari Daud, yang kita baca dalam pasal sebe-

lumnya, sungguh baik dan mengagumkan. namun  dalam pasal ini, 

kita membaca tentang sebagian dari perbuatan-perbuatannya yang 

terakhir, yang tak satu pun darinya termasuk perbuatan-perbuatan 

terbaiknya. Namun demikian, dia kemudian bertobat, dan melakukan 

lagi apa yang semula ia lakukan, sehingga dia berhasil menyelesai-

kannya dengan baik. Dalam pasal ini kita mendapati,  

I. Dosanya, yaitu menghitung jumlah rakyatnya dalam kesom-

bongan hatinya (ay. 1-9).  

II. Keinsafannya akan dosanya dan pertobatannya atas dosa 

ini  (ay. 10).  

III. Hukuman ditimpakan kepadanya sebab  dosanya itu (ay. 11-15).  

IV. Dihentikannya hukuman itu (ay. 16-17).  

V. Didirikannya sebuah mezbah sebagai tanda pendamaian 

Allah dengan Daud dan rakyatnya (ay. 18-25). 

Jumlah Rakyat Dihitung  

(24:1-9) 

1 Bangkitlah pula murka TUHAN terhadap orang Israel; Ia menghasut Daud 

melawan mereka, firman-Nya: “Pergilah, hitunglah orang Israel dan orang 

Yehuda.” 2 Lalu berkatalah raja kepada Yoab dan para panglima tentara yang 

bersama-sama dengan dia: “Jelajahilah segenap suku Israel dari Dan sampai 

Bersyeba; adakanlah pendaftaran di antara rakyat, supaya aku tahu jumlah 

mereka.” 3 Lalu berkatalah Yoab kepada raja: “Kiranya TUHAN, Allahmu, 

menambahi rakyat seratus kali lipat dari pada yang ada sekarang, dan 

semoga mata tuanku raja sendiri melihatnya. namun  mengapa tuanku raja 

menghendaki hal ini?” 4 Namun titah raja itu terpaksa diikuti oleh Yoab dan 

oleh para panglima tentara. Maka pergilah Yoab dan panglima-panglima ten-

tara itu atas perintah raja untuk mengadakan pendaftaran di antara bangsa 

Israel. 5 Mereka menyeberangi sungai Yordan, lalu mulai dari Aroër dan dari 

kota yang terletak di tengah-tengah lembah ke arah Gad dan Yaezer. 6 Kemu-

dian sampailah mereka ke Gilead dan ke Kadesh di negeri orang Het. Selan-

jutnya sampailah mereka ke Dan dan dari Dan mengambil jurusan Sidon. 7 

Kemudian sampailah mereka ke tempat yang berkubu, Tirus, dan ke segala 

kota orang Hewi dan orang Kanaan; akhirnya tibalah mereka di bagian 

selatan Yehuda, di Bersyeba. 8 sesudah  mereka menjelajah seluruh negeri itu, 

sampailah mereka kembali ke Yerusalem sesudah  lewat sembilan bulan dan 

dua puluh hari. 9 Lalu Yoab memberitahukan kepada raja hasil pendaftaran 

rakyat. Orang Israel ada delapan ratus ribu orang perangnya yang dapat 

memegang pedang; dan orang Yehuda ada lima ratus ribu. 

Dalam perikop ini kita mendapati,  

I.  Perintah yang diberikan oleh Daud kepada Yoab untuk menghi-

tung orang Israel dan orang Yehuda (ay. 1-2). Ada dua hal yang 

tampak aneh di sini:  

1. Berdosanya tindakan ini. Bahaya apakah yang terkandung di 

dalamnya? Bukankah Musa dua kali menghitung jumlah 

rakyat tanpa melakukan suatu kejahatan apa pun? Bukankah 

penghitungan untuk keperluan memerintah termasuk di 

antara kebijakan-kebijakan lain dari seorang raja? Bukankah 

gembala harus mengetahui jumlah kawanan dombanya? Bu-

kankah Anak Daud mengenal nama semua orang yang men-

jadi milik-Nya? Tidak bolehkah Daud memanfaatkan dengan 

baik penghitungan ini? Kejahatan apakah yang telah dilaku-

kan oleh Daud, jika dia melakukan hal ini? Jawabannya, 

sudah pasti bahwa tindakan itu yaitu  dosa, dan dosa besar. 

namun  di mana letak kejahatannya tidaklah begitu pasti.  

(1) Sebagian penafsir menganggap kesalahan Daud yaitu  bah-

wa dia menghitung orang-orang yang berumur di bawah dua 

puluh tahun, untuk mencari tahu apakah mereka, berdasar-

kan perawakan dan kekuatan mereka, mampu mengangkat 

senjata. Dan bahwa inilah alasan mengapa jumlah ini tidak 

dituliskan, sebab  penghitungan itu melanggar hukum 

(1Taw. 27:23-24).  

(2) Sebagian yang lain menganggap kesalahan Daud yaitu  

bahwa dia tidak mewajibkan uang sebesar setengah syikal, 

yang harus dibayarkan untuk ibadah di tempat kudus se-

tiap kali orang Israel dihitung, sebagai uang pendamaian 

sebab  nyawanya (Kel. 30:12).  

(3) Sebagian yang lain lagi berpendapat bahwa Daud melaku-

kannya dengan maksud untuk memaksa rakyat membayar 

upeti bagi dirinya sendiri, untuk dimasukkan ke dalam 

perbendaharaannya. Hal ini dilakukan melalui penghitung-

an suara, sehingga saat  dia tahu jumlah mereka, maka 

dia dapat menghitung berapa jumlah uang yang masuk. 

namun  sama sekali tidak tampak ada maksud ini, tidak 

pula Daud pernah menaikkan pajak.  

(4) Inilah kesalahannya, bahwa Daud tidak mendapat perintah 

dari Allah untuk melakukannya, tidak pula ada suatu ke-

perluan untuk melakukan hal itu. Penghitungan itu meru-

pakan pekerjaan yang tidak perlu baik bagi dirinya sendiri 

maupun bagi rakyatnya.  

(5) Sebagian penafsir menganggap bahwa penghitungan itu 

yaitu  suatu penghinaan terhadap janji yang telah dibuat 

oleh Allah dengan Abraham pada zaman dulu, bahwa ketu-

runannya akan tak terhitung banyaknya seperti debu 

tanah. Penghitungan itu terkesan merupakan suatu keti-

dakpercayaan terhadap janji ini , atau suatu maksud 

untuk menunjukkan bahwa janji itu tidak digenapi dalam 

arti yang sebenar-benarnya. Daud ingin menghitung orang-

orang yang telah dikatakan Allah tidak dapat mereka 

hitung. Orang-orang yang berusaha menyanggah firman 

Allah tidaklah tahu apa yang mereka perbuat.  

(6) Hal terburuk dalam menghitung jumlah rakyat yaitu  

bahwa Daud melakukannya dalam kesombongan hatinya, 

yang juga merupakan dosa Hizkia saat  memperlihatkan 

harta kekayaannya kepada para utusan raja-raja Babel.  

[1] Penghitungan itu merupakan rasa sombong akan kebe-

sarannya sendiri sebab  memerintah rakyat yang sede-

mikian banyak, seolah-olah pertambahan mereka, yang 

semata-mata harus dipandang sebagai berkat Allah, 

terjadi berkat kepemimpinannya sendiri.  

[2] Penghitungan itu merupakan rasa percaya diri yang di-

landasi keangkuhan akan kekuatannya sendiri. Dengan 

memberitakan jumlah rakyatnya kepada bangsa-bang-

sa, Daud menganggap bahwa ia akan tampak lebih 

tangguh, dan tidak ragu bahwa seandainya dia harus 

pergi berperang, dia pasti akan menaklukkan para mu-

suhnya dengan banyaknya pasukannya, sambil mena-

ruh percaya pada Allah saja. Allah tidak menghukum 

dosa seperti yang kita lakukan. Apa yang tampaknya 

tidak berbahaya bagi kita, atau setidak-tidaknya hanya 

pelanggaran sepele, bisa jadi merupakan dosa besar di 

mata Allah, yang melihat dasar pandangan manusia, dan 

yang sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran 

hati. Namun hukuman-Nya, kita yakin, berdasar  ke-

benaran.  

2. Sumber yang di sini dikatakan memunculkan penghitungan 

rakyat itu lebih aneh lagi (ay. 1). Tidaklah aneh kalau murka 

TUHAN bangkit terhadap orang Israel. Ada cukup alasan untuk 

itu. Mereka tidak bersyukur atas berkat-berkat yang mereka 

terima dari pemerintahan Daud, dan secara mengherankan ter-

seret untuk ikut bersekongkol dengan Absalom pertama-tama, 

dan kemudian dengan Seba. Beralasan bagi kita untuk berpikir 

bahwa kedamaian dan kelimpahan mereka telah membuat 

mereka merasa aman dan hanya ingin memuaskan hawa nafsu, 

dan bahwa sebab nya Allah murka terhadap mereka. namun  

bahwa, dalam murka ini, Allah sampai menggerakkan Daud 

untuk menghitung rakyatnya sangatlah aneh. Kita yakin bah-

wa Allah bukanlah pencipta dosa. Ia tidak mencobai siapa 

pun. Kita diberi tahu (1Taw. 21:1) bahwa Iblis membujuk Daud 

untuk menghitung orang Israel. Iblis, sebagai musuh, meng-

usulkan penghitungan itu sebagai dosa, sebagaimana dia me-

masukkan pemikiran ke dalam hati Yudas untuk mengkhia-

nati Kristus. Allah, sebagai Hakim yang benar, mengizinkan-

nya, dengan maksud, dari dosa Daud ini, untuk mengambil 

kesempatan menghukum Israel atas dosa-dosa lain, yang un-

tuknya Ia bisa saja menghukum mereka dengan adil tanpa dosa 

Daud ini. Akan namun , sebagaimana sebelumnya Allah telah 

mendatangkan kelaparan ke atas mereka sebab  dosa Saul, 

demikian pula sekarang Ia mendatangkan penyakit sampar ka-

rena dosa Daud. Hal ini dilakukan supaya para pemimpin, me-

lalui kejadian-kejadian ini, dapat belajar, saat  penghakiman 

Allah telah ditimpakan, untuk curiga bahwa dosa-dosa mere-

kalah yang menjadi penyebab pertikaian itu, dan supaya mere-

ka mau bertobat dan memperbaiki diri sendiri, yang pasti akan 

berpengaruh besar dalam menimbulkan pertobatan dan pem-

baharuan diri seluruh bangsa. Dan supaya bangsa Israel juga 

dapat belajar untuk mendoakan orang-orang yang berkuasa, 

agar Allah menjaga mereka dari dosa, sebab, jika mereka ber-

dosa, maka kerajaan akan sengsara. 

II. Perlawanan yang dibuat oleh Yoab terhadap perintah ini. Bahkan 

dia sadar akan kebodohan dan keangkuhan Daud dalam rencana 

ini. Ia mencermati bahwa Daud tidak memberikan alasan untuk 

hal ini , hanya, adakanlah pendaftaran di antara rakyat, 

supaya aku tahu jumlah mereka. Oleh sebab nya, Yoab berusaha 

untuk mengalihkan kesombongan Daud, dan dengan cara yang 

jauh lebih terhormat daripada upayanya sebelumnya untuk meng-

alihkan kesedihan Daud atas kematian Absalom. Pada waktu sebe-

lumnya Yoab berkata dengan kasar dan kurang ajar (19:5-7), namun  

sekarang dia berkata seperti yang sepantasnya: Kiranya TUHAN, 

Allahmu, menambahi rakyat seratus kali lipat (ay. 3). Tidak ada 

kebutuhan untuk menarik pajak dari mereka, atau untuk men-

daftar mereka, atau membuat pembagian apa pun di antara mere-

ka. Mereka semua hidup tenang dan bahagia. Yoab berharap su-

paya jumlah mereka dapat bertambah dan juga supaya sang raja, 

meskipun sudah tua, dapat hidup lama untuk melihat pertam-

bahan mereka, dan menjadi puas sebab nya. “namun  mengapa 

tuanku raja menghendaki hal ini? Apa perlunya melakukan hal 

itu?” Pauperis est numerare pecus – Serahkan kepada orang miskin 

untuk menghitung kawanan domba mereka. Terutama mengapa 

Daud, yang berbicara begitu banyak tentang bersuka di dalam 

Allah dan menjalankan kegiatan-kegiatan ibadah, dan yang, kare-

na sudah tua, orang akan berpikir, seharusnya menyingkirkan 

hal-hal yang bersifat kekanak-kanakan, menghendaki hal sema-

cam ini? Demikianlah Yoab menyebutnya dengan sopan, namun  

yang dimaksudkannya yaitu  memegahkan diri dalam hal ter-

sebut. Perhatikanlah, banyak hal, yang dengan sendirinya bukan 

dosa, berubah menjadi dosa bagi kita sebab  kita bersuka di 

dalamnya secara berlebihan. Yoab sadar akan keangkuhan Daud 

dalam hal ini, namun  Daud sendiri tidak. Alangkah baiknya jika  

kita memiliki seorang teman yang dengan tulus mau menegur kita 

saat  kita mengatakan atau melakukan sesuatu yang penuh 

kesombongan atau keangkuhan, sebab kita sering melakukannya 

tanpa menyadarinya.  

III. Perintah itu dilaksanakan kendati dengan adanya kesombongan 

ini. Namun titah raja itu terpaksa diikuti (ay. 4). Daud ingin agar 

perintah itu dilaksanakan. Yoab tidak boleh membantahnya, su-

paya jangan sampai ia dianggap menggerutu atas waktu dan 

susah payah yang diberikannya dalam melayani raja. Sungguh 

suatu ketidakbahagiaan bagi orang-orang besar jika  mereka 

memiliki orang-orang di sekitar mereka yang akan membantu dan 

melayani mereka dalam hal yang jahat. Yoab, sesuai perintah, 

mengambil tugas yang tidak menyenangkan ini dengan enggan, 

dan membawa para panglima tentara untuk membantunya. 

Mereka memulai dari tempat-tempat yang paling jauh, pertama-

tama di bagian timur, di seberang sungai Yordan (ay. 5), lalu me-

reka maju sampai Dan di bagian utara (ay. 6), kemudian ke Tirus 

di bagian timur, dan dari situ ke Bersyeba di bagian Selatan Ye-

huda (ay. 7). Sembilan bulan lebih dihabiskan untuk mengadakan 

pendaftaran ini, banyak kesusahan dan kebingungan ditimbulkan 

olehnya di dalam negeri (ay. 8), dan jumlah seluruhnya, pada 

akhirnya, dibawa kepada raja di Yerusalem (ay. 9). Apakah jum-

lahnya memenuhi harapan Daud atau tidak, kita tidak diberi 

tahu, ataukah laporan ini  memuaskan kesombongannya 

atau justru mematikannya. Jumlah rakyat begitu banyak, namun , 

ada kemungkinan, tidak begitu banyak seperti yang disangka 

Daud. Mereka tidak bertambah di Kanaan seperti saat  mereka 

di Mesir, tidak pula jumlah mereka menjadi berlipat ganda dari 

jumlah mereka saat  pertama kali masuk ke Kanaan di bawah 

pimpinan Yosua, sekitar 400 tahun sebelumnya. Namun demi-

kian, hal ini merupakan suatu bukti bahwa Kanaan yaitu  se-

buah negeri yang sangat subur, yaitu bahwa ribuan orang telah 

dipelihara dalam batas wilayah yang begitu sempit.  

Hukuman atas Penghitungan Rakyat 

(24:10-17) 

10 namun  berdebar-debarlah hati Daud, sesudah  ia menghitung rakyat, lalu 

berkatalah Daud kepada TUHAN: “Aku telah sangat berdosa sebab  melaku-

kan hal ini; maka sekarang, TUHAN, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-

Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh.” 11 sesudah  Daud bangun dari pada 

waktu pagi, datanglah firman TUHAN kepada nabi Gad, pelihat Daud, demi-

kian: 12 “Pergilah, katakanlah kepada Daud: Beginilah firman TUHAN: tiga 

perkara Kuhadapkan kepadamu; pilihlah salah satu dari padanya, maka Aku 

akan melakukannya kepadamu.” 13 Kemudian datanglah Gad kepada Daud,

memberitahukan kepadanya dengan berkata kepadanya: “Akan datangkah 

menimpa engkau tiga tahun kelaparan di negerimu? Atau maukah engkau 

melarikan diri tiga bulan lamanya dari hadapan lawanmu, sedang mereka itu 

mengejar engkau? Atau, akan adakah tiga hari penyakit sampar di negerimu? 

Maka sekarang, pikirkanlah dan timbanglah, jawab apa yang harus kusam-

paikan kepada Yang mengutus aku.” 14 Lalu berkatalah Daud kepada Gad: 

“Sangat susah hatiku, biarlah kiranya kita jatuh ke dalam tangan TUHAN, 

sebab besar kasih sayang-Nya; namun  janganlah aku jatuh ke dalam tangan 

manusia.” 15 Jadi TUHAN mendatangkan penyakit sampar kepada orang 

Israel dari pagi hari sampai waktu yang ditetapkan, maka matilah dari antara 

bangsa itu, dari Dan sampai Bersyeba, tujuh puluh ribu orang. 16 saat  

malaikat mengacungkan tangannya ke Yerusalem untuk memusnahkannya, 

maka menyesallah TUHAN sebab  malapetaka itu, lalu Ia berfirman kepada 

malaikat yang mendatangkan kemusnahan kepada bangsa itu: “Cukup! 

Turunkanlah sekarang tanganmu itu.” Pada waktu itu malaikat TUHAN itu 

ada dekat tempat pengirikan Arauna, orang Yebus. 17 Dan berkatalah Daud 

kepada TUHAN, saat  dilihatnya malaikat yang tengah memusnahkan bang-

sa itu, demikian: “Sesungguhnya, aku telah berdosa, dan aku telah membuat 

kesalahan, namun  domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Biarlah 

kiranya tangan-Mu menimpa aku dan kaum keluargaku.” 

Dalam perikop ini kita mendapati Daud bertobat dari dosanya namun 

dihukum sebab  dosa itu, sebab Allah kemudian menyesal sebab  

hukuman-Nya dan dengan begitu Daud dibuat semakin bertobat. 

I.  Di sini Daud dengan penuh penyesalan merenungi dan mengakui 

dosanya dalam menghitung rakyat. Sementara penghitungan dija-

lankan, selama sembilan bulan itu, kita tidak mendapati bahwa 

Daud sadar akan dosanya, sebab seandainya demikian, maka dia 

pasti akan membatalkan perintah yang telah diberikannya. Akan 

namun , saat  penghitungan itu selesai dan disodorkan kepadanya, 

pada malam hari itu juga hati nuraninya tersadar, dan dia merasa 

kesakitan tepat pada saat dia banyak berharap akan mendapat 

kesenangan dari penghitungan itu. Pada waktu dia hendak meng-

adakan pesta atas kepuasan yang diperolehnya dalam jumlah 

rakyatnya, pesta itu berubah menjadi empedu pahit di dalam 

dirinya. Kesadaran akan dosa itu merusak sukacitanya (ay. 10).  

1. Daud disadarkan akan dosanya: Berdebar-debarlah hati Daud 

sebelum sang nabi datang kepadanya. Menurut saya, kata 

pertama dalam ayat 11 (KJV), jangan dibaca sebab, namun  dan, 

sesudah  Daud bangun, demikianlah dalam bahasa aslinya. Hati 

nuraninya memperlihatkan kepadanya kejahatan dari apa 

yang telah dilakukannya. Sekarang tindakan itu tampak seba-

gai dosa, dan sangat berdosa, padahal sebelumnya ia tidak 

melihat ada bahaya di dalamnya. Ia merenungi hal itu dengan 

penuh penyesalan dan hatinya menegur dia sebab  tindakan 

itu. Perhatikanlah, saat  seorang telah berdosa, sungguh baik 

jika hatinya berdebar-debar dan menghantamnya sebab  dosa-

nya itu. Hal itu merupakan tanda yang baik bahwa anugerah 

bekerja di dalam  hati, dan sebuah langkah yang baik menuju 

pertobatan dan pembaharuan diri.  

2. Daud mengakuinya kepada Allah dan dengan sungguh-sung-

guh memohon pengampunan bagi dosanya.  

(1) Daud mengakui bahwa dirinya telah berdosa, sangat ber-

dosa, kendati bagi orang lain hal itu mungkin tidak tampak 

sebagai dosa sama sekali, atau suatu dosa yang sangat 

kecil. Petobat yang sejati, yang hati nuraninya peka dan 

tahu apa itu dosa, melihat kejahatan di dalam dosa yang 

tidak dilihat oleh orang lain.  

(2) Ia mengakui bahwa dia telah bertindak bodoh, sangat bo-

doh, sebab dia melakukannya dalam kesombongan hatinya. 

Dan merupakan kebodohan baginya untuk bermegah da-

lam jumlah rakyatnya, padahal mereka yaitu  umat Allah, 

dan bukan umatnya, dan, sebanyak-banyaknya mereka, 

Allah dapat dengan segera mengecilkan jumlah mereka.  

(3) Ia berseru kepada Allah memohon pengampunan: Maka se-

karang, TUHAN, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu. 

Jika kita mengaku dosa kita, maka kita dapat berdoa de-

ngan iman bahwa Allah akan mengampuni segala dosa kita, 

dan menghapuskan, oleh belas kasih yang mengampuni, 

kesalahan yang telah kita jauhkan dengan pertobatan yang 

tulus. 

II. Hukuman yang adil dan perlu yang ditanggung Daud sebab  dosa 

ini. Ia sudah tidur dengan gelisah sepanjang malam di bawah 

perasaan berdosanya, tanpa ada ketenangan pada tulang-tulang-

nya oleh sebab nya. Dia bangun dari pada waktu pagi dengan 

berharap akan mendengar tentang murka Allah terhadap dirinya 

atas apa yang telah dilakukannya, atau berencana untuk ber-

bicara dengan Gad, pelihatnya, tentang dosanya ini . Gad 

disebut pelihat Daud sebab  Gad selalu mendampinginya untuk 

memberikan nasihat tentang perkara-perkara menyangkut Allah, 

dan Daud memanfaatkannya sebagai pendengar pengakuan 

dosanya dan pembimbingnya. namun  Allah mencegah Daud, dan 

memberikan petunjuk kepada Nabi Gad tentang apa yang harus 

dikatakan kepada Daud (ay. 11). Dan,  

1. Tiga hal diterima begitu saja kebenarannya,  

(1) Bahwa Daud harus dihukum atas kesalahannya. Tindak-

annya itu yaitu  suatu kejahatan yang terlalu besar, dan 

terlalu menghina Allah, untuk dibiarkan tidak dihukum, 

bahkan pada Daud sendiri. Dari tujuh hal yang dibenci 

Allah, kesombongan yaitu  yang pertama (Ams. 6:17). Per-

hatikanlah, orang-orang yang sungguh-sungguh bertobat 

dari dosa-dosa mereka, dan telah diampuni, sering kali, 

kendati demikian, dibuat menderita di dalam dunia ini 

sebab  dosa-dosa itu.  

(2) Hukuman yang ditimpakan harus sesuai dengan dosa yang 

diperbuat. Daud sudah merasa sombong akan jumlah rakyat 

yang dimilikinya. Oleh sebab  itu, hukuman yang harus di-

timpakan kepadanya atas dosa ini haruslah sedemikian rupa 

hingga akan mengurangi jumlah rakyatnya itu. Perhatikan-

lah, apa yang kita jadikan sebagai alasan dari kesombong-

an kita, adillah bagi Allah untuk mengambilnya dari kita, 

atau membuatnya terasa pahit bagi kita, dan, dengan satu 

atau lain cara, menjadikannya sebagai alasan untuk meng-

hukum kita.  

(3) Hukuman yang diberikan haruslah sedemikian rupa hingga 

menimpa sebagian besar rakyat, sebab murka TUHAN bang-

kit atas Israel (ay. 1). Meskipun dosa Daudlah yang lang-

sung membuka pintu air, namun dosa-dosa seluruh rakyat 

turut memicu  banjir. 

2. Mengenai hukuman yang harus ditimpakan, 

(1) Daud diminta untuk memilih tongkat apa yang akan dipu-

kulkan kepadanya (ay. 12-13). Bapanya yang di sorga ha-

rus menghukumnya, namun , untuk menunjukkan bahwa 

Dia tidak melakukannya dengan rela hati, Dia mengizinkan 

Daud untuk memilih apakah hukuman ini  ditimpa-

kan melalui perang, kelaparan, atau penyakit sampar, tiga 

hukuman yang berat, yang akan sangat melemahkan dan 

mengurangi jumlah rakyat. Allah, dengan menyerahkan 

pilihan kepada Daud seperti itu, bermaksud,  

[1] Untuk menjadikan Daud lebih rendah hati sebab  dosa-

nya, yang akan dilihatnya luar biasa berdosa saat  dia 

harus mempertimbangkan tiap-tiap hukuman yang luar 

biasa mengerikan ini. Atau,  

[2] Untuk menegur Daud atas sikap tinggi hatinya sebab  

ia berkuasa atas Israel. Ia yang menjadi seorang raja 

yang begitu besar mulai menyangka bahwa ia bisa men-

dapatkan apa yang diinginkannya. “Kalau begitu,” kata 

Allah, “silakan pilih yang mana yang engkau inginkan 

dari tiga hukuman ini?” Bandingkanlah dengan Yeremia 

34:17, Aku memaklumkan bagimu pembebasan, namun  

pembebasan ini sedemikian rupa seperti pembebasan 

Daud di sini, yaitu untuk diserahkan kepada pedang, pe-

nyakit sampar dan kelaparan. Dan Yeremia 15:2, yang ke 

maut ke mautlah! Atau,  

[3] Untuk memberi Daud suatu kekuatan di bawah hu-

kuman ini, dengan membuat dia tahu bahwa Allah 

tidak membuang dirinya dari persekutuan dengan-Nya, 

melainkan bahwa rahasia-Nya masih ada padanya, dan 

dalam menghukum dirinya, Ia turut memperhitungkan 

keadaannya dan apa yang dapat ditanggungnya dengan 

paling baik. Atau,  

[4] Agar Daud dapat menanggung tongkat hukuman itu de-

ngan lebih sabar sebab  itu yaitu  tongkat yang dipilih-

nya sendiri. Sang nabi meminta Daud untuk menim-

bang-nimbang terlebih dulu, dan kemudian memberi 

tahu dia jawab apa yang harus disampaikannya kepada 

Yang mengutus dirinya.  Perhatikanlah, hamba-hamba 

Allah diutus oleh Allah kepada kita, dan mereka harus 

memberikan penjelasan tentang keberhasilan dari tugas 

pengutusan mereka. Oleh sebab itu, kita berkepentingan 

untuk mempertimbangkan jawab apa yang akan mereka 

sampaikan dari kita, supaya mereka dapat menyerahkan 

laporan mereka tentang diri kita dengan sukacita.  

(2) Daud hanya berkeberatan terhadap hukuman pedang, dan, 

untuk dua hukuman yang lain, dia menyerahkan perkara-

nya kepada Allah, namun  menyiratkan bahwa ia lebih memi-

lih penyakit sampar (ay. 14): Sangat susah hatiku. Dan 

pantas saja dia merasa demikian saat  kejut dan pelubang 

dan jerat ada di hadapannya, dan jika dia luput dari yang 

satu, dia tanpa terelakkan akan jatuh ke dalam yang lain 

(Yer. 48:43-44). Perhatikanlah, dosa membawa manusia ke 

dalam kesusahan. Orang yang bijak dan baik sering kali 

menyusahkan diri oleh kebodohan mereka sendiri.  

[1] Daud memohon agar dia tidak jatuh ke dalam tangan ma-

nusia. “Apa pun yang terjadi, janganlah kita melarikan 

diri tiga bulan lamanya dari hadapan lawan kita.” Hal ini 

akan menodai semua kemuliaan dari kemenangan Daud 

dan memberi kesempatan kepada para musuh Allah dan 

Israel untuk berbangga diri (lih. Ul. 32:26-27). “Belas 

kasihan musuh itu kejam. Dan dalam tiga bulan mere-

ka akan membuat kerusakan pada bangsa itu, yang 

tidak akan dapat diperbaiki selama bertahun-tahun.” 

Akan namun ,  

[2] Daud menyerahkan diri kepada Allah: Biarlah kiranya 

kita jatuh ke dalam tangan TUHAN, sebab besar kasih 

sayang-Nya. Manusia yaitu  tangan Allah,  demikianlah 

mereka disebut (Mzm. 17:14, KJV), pedang yang dikirim 

oleh-Nya, namun ada sebagian hukuman yang datang 

dari tangan-Nya secara lebih langsung daripada sebagi-

an hukuman yang lain, seperti kelaparan dan penyakit 

sampar. Dan Daud menyerahkan kepada Allah yang 

mana dari semuanya ini yang akan menjadi cambuk 

untuk menghukumnya, dan Allah memilih yang paling 

singkat, supaya Daud dapat lebih cepat menyaksikan 

dirinya diperdamaikan. namun  sebagian penafsir berpen-

dapat bahwa Daud, dengan perkataan ini, menyiratkan 

pilihannya terhadap penyakit sampar. Negeri itu belum-

lah pulih dari kelaparan yang telah melandanya selama 

tiga tahun oleh  sebab  masalah dengan orang Gibeon, 

dan sebab nya, “Janganlah kita dihukum dengan tong-

kat ini , sebab hal itu pun akan menjadi keme-

nangan bagi bangsa-bangsa di sekitar kita.” Itulah 

sebabnya kita membaca tentang noda kelaparan (Yeh. 

36:30). “namun  jika Israel harus dikurangi jumlahnya, 

biarlah itu terjadi melalui penyakit sampar, sebab hal 

itu berarti jatuh ke dalam tangan TUHAN,” yang biasa-

nya menimpakan hukuman ini  melalui tangan 

para hamba-Nya secara langsung, yaitu para malaikat, 

seperti halnya dalam kematian anak sulung orang Me-

sir. Itulah hukuman yang dapat menimpa Daud sendiri 

dan keluarganya, seperti juga rakyat yang paling kecil, 

namun  tidak demikian halnya dengan kelaparan atau 

pedang. Dan sebab nya Daud, yang sadar betul akan 

kesalahannya, memilih penyakit sampar. Pedang dan 

kelaparan akan memakan orang ini dan itu, namun , 

orang bisa saja berpikir, bahwa sang malaikat pembi-

nasa akan menghunus pedangnya melawan orang-orang 

yang diketahui Allah sebagai yang paling bersalah. 

Penyakit sampar akan menjadi hukuman yang tersing-

kat, dan Daud merasa ngeri membayangkan terbaring 

lama di bawah tanda murka Allah. Ngeri benar, kata 

sang rasul, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang 

hidup (Ibr. 10:31), suatu hal yang menakutkan memang 

bagi orang-orang berdosa yang, dengan tidak mau ber-

tobat, telah menutup diri dari semua harapan akan 

belas kasihan-Nya. Namun Daud, seorang petobat, bera-

ni menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah, sebab  

dia tahu dia akan mendapati bahwa sungguh besar ka-

sih sayang-Nya. Orang-orang yang baik, bahkan saat  

sedang mendapat teguran-teguran dari Allah, tetap tidak 

akan memikirkan hal lain selain pikiran-pikiran yang 

baik tentang Dia. Walaupun Ia hendak membunuh aku, 

aku akan tetap menaruh percaya kepada-Nya. 

(3) Maka penyakit sampar pun ditimpakan (ay. 15), yang luas-

nya menyebar dari Dan sampai Bersyeba, dari satu ujung 

kerajaan hingga ke ujung yang lain, yang memperlihatkan 

bahwa hukuman ini  datang langsung dari tangan 

Allah dan bukan dari penyebab alam apa pun. Daud telah 

menentukan pilihannya. Ia menderita oleh mujizat, dan 

bukan oleh sarana yang biasa. Mengenai lamanya hukum-

an, penyakit sampar itu berlangsung dari pagi, tepat pada 

pagi hari saat  Daud memilih hingga waktu yang ditetap-

kan, yaitu hingga hari ketiga, demikian menurut theolog 

Matthew Poole. Atau hanya sampai petang pada hari per-

tama, waktu yang ditetapkan bagi korban persembahan 

petang, demikian menurut Uskup Patrick dan yang lainnya, 

yang menghitung bahwa penyakit sampar itu hanya ber-

langsung selama sembilan jam, dan bahwa, dalam belas 

kasihan terhadap Daud, Allah mempersingkat waktu yang 

telah disebut-Nya semula. Kematian yang diakibatkan oleh 

penyakit sampar itu sangatlah hebat. Maka matilah dari 

antara bangsa itu tujuh puluh ribu orang, yang semula se-

muanya baik-baik saja, lalu mendadak menjadi sakit dan 

mati, hanya dalam beberapa jam saja. Betapa dahsyat 

tangisan yang terdengar, dapat kita duga, di seluruh negeri 

Israel pada saat itu, seperti yang pernah terdengar di Mesir 

saat  anak-anak sulung orang Mesir terbunuh! namun  

kematian anak-anak sulung di Mesir terjadi pada tengah 

malam, sedangkan kematian sebab  penyakit sampar ini 

terjadi pada tengah hari (Mzm. 91:6). Lihatlah kekuatan 

para malaikat, saat  Allah memberi mereka tugas, entah 

untuk menyelamatkan atau untuk membinasakan. Yoab 

memerlukan waktu sembilan bulan dengan pena ditangan-

nya, sementara malaikat hanya membutuhkan sembilan jam 

dengan pedangnya, untuk mengelilingi seluruh wilayah dan 

penjuru negeri Israel. Lihatlah betapa Allah dapat dengan 

mudah merendahkan orang-orang berdosa yang paling ang-

kuh sekalipun, dan betapa besar kita berutang setiap hari-

nya kepada kesabaran ilahi. Perzinahan Daud telah dihu-

kum, untuk saat ini, hanya dengan kematian seorang bayi, 

namun  kesombongannya dihukum dengan kematian ribuan 

orang. Betapa Allah membenci keangkuhan. Jumlah orang 

yang terbunuh mencapai hampir separuh dari persepuluh, 

sebab 70.000 orang kira-kira sama dengan satu dibanding 

dua puluh. Sekarang, dapat kita duga, badan Daud gemetar 

sebab  ketakutan terhadap Allah, dan dia takut kepada 

penghukuman-Nya (Mzm. 119:120). 

III. Allah meredakan hukuman itu dengan penuh rahmat, saat  hu-

kuman itu mulai ditimpakan ke atas Yerusalem (ay. 16): Malaikat 

mengacungkan tangannya ke Yerusalem, seakan-akan dia berniat 

untuk melaksanakan penghukuman yang lebih berat di sana 

daripada di tempat lain, bahkan untuk memusnahkannya. Negeri 

itu telah meneguk cawan yang pahit, namun  kota Yerusalem harus 

meminum ampasnya. Tampaknya Yerusalem yaitu  tempat yang 

terakhir dihitung, dan sebab  itu disiapkan untuk menjadi yang 

terakhir ditulahi. Mungkin ada lebih banyak kejahatan, terutama 

lebih banyak kesombongan, dan itulah dosa yang sedang dihu-

kum sekarang, di Yerusalem daripada di tempat-tempat lain, se-

hingga tangan si pembinasa teracung ke atasnya. Namun kemu-

dian menyesallah TUHAN sebab  malapetaka itu. Lalu Ia pun 

bukannya mengubah pikiran-Nya, melainkan cara-Nya. Dan Ia 

berkata kepada malaikat pembinasa itu, Cukup! Turunkanlah 

sekarang tanganmu itu, dan biarlah belas kasihan menang atas 

penghakiman. Yerusalem akan diluputkan demi tabut perjanjian, 

sebab kota itu yaitu  tempat yang telah dipilih oleh Allah untuk 

menegakkan nama-Nya di sana. Lihatlah di sini betapa Allah siap 

sedia untuk mengampuni dan betapa Ia tidak bersuka dalam 

menghukum. Kiranya hal ini mendorong kita untuk menjumpai-

Nya dengan pertobatan jika  Dia sedang menghukum. Ini 

terjadi di atas gunung Moria. Dr. Lightfoot mencermati bahwa te-

pat di tempat di mana Abraham, melalui pembatalan perintah dari 

sorga, ditahan dari membunuh putranya, malaikat ini, melalui 

pembatalan perintah yang serupa, juga ditahan dari memusnah-

kan Yerusalem. Oleh sebab  korban agunglah nyawa kita yang 

sedianya akan dicabut ini dilindungi dari sang malaikat pem-

binasa. 

IV. Daud kembali bertobat atas dosanya pada kesempatan ini (ay. 

17). Ia melihat sang malaikat sesudah  Allah membuka matanya 

untuk keperluan itu, melihat pedangnya yang terhunus untuk 

memusnahkan, sebuah pedang yang bernyala-nyala. Ia melihat 

malaikat itu siap menyarungkan pedangnya atas perintah yang 

diberikan kepadanya untuk tidak melanjutkan penghukuman itu. 

Melihat semuanya ini, Daud berbicara, bukan kepada malaikat 

sebab  dia sudah tahu bahwa dia tidak boleh memohon kepada 

sang hamba di hadapan sang Tuan, atau memberikan kepada 

makhluk ciptaan kehormatan yang menjadi hak Sang Pencipta, 

melainkan kepada TUHAN. Dan dia berkata, sesungguhnya, aku 

telah berdosa. Perhatikanlah, semakin para petobat sejati merasa-

kan rahmat pengampunan Allah yang menyelamatkan, semakin 

mereka merendahkan diri sebab  dosa, dan semakin mereka ber-

tekad untuk melawannya. Mereka akan merasa malu waktu Allah 

mengadakan pendamaian bagi mereka (Yeh. 16:63). Amatilah,  

1. Bagaimana Daud menyalahkan dirinya sendiri, seakan-akan 

tidak ada hal yang lebih buruk lagi yang dapat dia katakan 

tentang kesalahannya: “Aku telah berdosa, dan aku telah mem-

buat kesalahan. Itu yaitu  kejahatanku, dan sebab nya aku-

lah yang harus menanggung salib. Biarlah kiranya tangan-Mu 

menimpa aku dan kaum keluargaku. Akulah yang berdosa, 

maka biarlah aku yang menderita.” Betapa Daud bersedia 

menerima hukuman atas kesalahannya, meskipun ia sama 

berharganya dengan 10.000 orang dari mereka.  

2. Bagaimana Daud menjadi penengah bagi rakyat, yang ratapan 

pahitnya membuat hatinya tersayat, dan telinganya berde-

ngung: namun  domba-domba ini, apakah yang dilakukan mere-

ka? Apa yang mereka lakukan, katanya? Ah, mereka telah me-

lakukan banyak kesalahan. Dosa merekalah yang menggusar-

kan hati Allah sehingga Ia membiarkan Daud melakukan apa 

yang telah dilakukannya. Namun, seperti yang sepatutnya 

dilakukan seorang petobat, Daud mengecam keras kesalahan-

kesalahannya sendiri, sementara dia meringankan kesalahan-

kesalahan mereka. Kebanyakan orang, saat  hukuman Allah 

sudah tercurah, menuduh orang lain sebagai penyebab dari 

hukuman itu, dan tidak peduli siapa yang tewas sebab  hu-

kuman itu, asalkan mereka dapat terluput. namun  jiwa Daud 

yang bertobat dan mengutamakan  kepentingan orang banyak 

merasakan hal yang sebaliknya. Kiranya hal ini mengingatkan 

kita akan anugerah dari Tuhan kita Yesus Kristus, yang telah 

memberikan diri-Nya bagi dosa-dosa kita dan bersedia ditimpa 

tangan Allah, supaya kita dapat terluput. Gembala dipukul 

agar domba-domba dapat selamat.  

Tulah Berhenti 

(24:18-25) 

18 Pada hari itu datanglah Gad kepada Daud dan berkata kepadanya: 

“Pergilah, dirikanlah mezbah bagi TUHAN di tempat pengirikan Arauna, orang 

Yebus itu.” 19 Lalu pergilah Daud, sesuai dengan perkataan Gad, seperti yang 

diperintahkan TUHAN. 20 saat  Arauna menjenguk dan melihat raja dengan 

pegawai-pegawainya mendapatkannya, pergilah Arauna ke luar, lalu sujud 

kepada raja dengan mukanya ke tanah. 21 Bertanyalah Arauna: “Mengapa 

tuanku raja datang kepada hambanya ini?” Jawab Daud: “Untuk membeli 

tempat pengirikan ini dari padamu dengan maksud mendirikan mezbah bagi 

TUHAN, supaya tulah ini berhenti menimpa rakyat.” 22 Lalu berkatalah 

Arauna kepada Daud: “Baiklah tuanku raja mengambilnya dan mempersem-

bahkan apa yang dipandangnya baik; lihatlah, itu ada lembu-lembu untuk 

korban bakaran, dan eretan-eretan pengirik dan alat perkakas lembu untuk 

kayu bakar. 23 Semuanya ini, ya raja, diberikan Arauna kepada raja.” Arauna 

berkata pula kepada raja: “Kiranya TUHAN, Allahmu, berkenan kepadamu.” 

24 namun  berkatalah raja kepada Arauna: “Bukan begitu, melainkan aku mau 

membelinya dari padamu dengan membayar harganya, sebab aku tidak mau 

mempersembahkan kepada TUHAN, Allahku, korban bakaran dengan tidak 

membayar apa-apa.” Sesudah itu Daud membeli tempat pengirikan dan 

lembu-lembu itu dengan harga lima puluh syikal perak. 25 Lalu Daud men-

dirikan di sana mezbah bagi TUHAN dan mempersembahkan korban bakaran 

dan korban keselamatan. Maka TUHAN mengabulkan doa untuk negeri itu, 

dan tulah itu berhenti menimpa orang Israel. 

Dalam perikop ini,  

I.  Sebuah perintah dikirim kepada Daud untuk mendirikan sebuah 

mezbah di tempat di mana dia melihat sang malaikat (ay. 18). Hal 

ini untuk menyatakan kepada Daud,  

1. Bahwa, atas penyerahan dan perendahan dirinya yang ber-

ulang-ulang, Allah sekarang sepenuhnya telah diperdamaikan 

dengan dirinya. Sebab, seandainya TUHAN hendak membunuh-

nya, maka tidaklah Ia menerima korban bakaran dan korban 

sajian dari tangannya, dan sebab  itu tidak akan memerintah-

kan dia untuk mendirikan sebuah mezbah. jika  Allah men-

dorong kita untuk mempersembahan korban rohani kepada-

Nya, itu merupakan bukti yang menghibur bahwa Dia telah 

berdamai dengan kita.  

2. Bahwa pendamaian dibuat antara Allah dan orang-orang ber-

dosa melalui korban, dan bukan hal lain, bahkan melalui Kris-

tus korban pendamaian yang agung, yang diperlambangkan 

oleh semua korban dalam hukum Taurat. Demi Dialah sang 

malaikat pembinasa diminta untuk menahan tangannya.  

3. Bahwa saat  hukuman Allah dihentikan dengan penuh 

rahmat, maka kita harus mengakuinya dengan penuh syukur 

sebagai pujian bagi-Nya. Mezbah ini akan digunakan untuk 

korban syukur (lih. Yes. 12:1). 

II. Pembelian tanah yang dilakukan oleh Daud untuk mendirikan 

mezbah itu. Tampaknya pemilik tanah itu yaitu  seorang Yebus, 

yang bernama Arauna, yang tidak diragukan lagi merupakan se-

orang yang menjadi pemeluk agama Yahudi, meskipun dilahirkan 

sebagai orang bukan Yahudi. Oleh sebab nya ia diizinkan, tidak 

hanya tinggal di antara orang Israel, namun  juga memiliki harta 

benda sendiri di sebuah kota (Im. 25:29-30). Sebidang tanah 

ini  yaitu  sebuah tempat pengirikan, tempat yang hina, 

namun diangkat derajatnya seperti itu – sebuah tempat untuk 

bekerja, dan sebab nya diangkat derajatnya seperti itu. Nah,  

1. Daud pergi secara pribadi kepada si pemilik, untuk mem-

bicarakan masalah pembelian tanah itu dengannya. Lihatlah 

keadilannya, bahwa dia bahkan tidak mau begitu saja meng-

gunakan tempat ini dalam keadaan mendesak sekarang ini, e

kendati sang pemilik yaitu  seorang asing, kendati dirinya 

yaitu  seorang raja, dan kendati dia mendapat perintah lang-

sung dari Allah untuk mendirikan sebuah mezbah di sana, 

sebelum dia membeli tanah itu dan membayarnya. Allah mem-

benci perampasan dan kecurangan untuk korban bakar-

an. Lihatlah kerendahan hatinya, betapa dia sama sekali tidak 

berlagak sebagai orang besar. Kendati seorang raja, sekarang 

dia yaitu  seorang petobat, dan sebab nya, sebagai tanda 

perendahan dirinya, dia tidak meminta Arauna untuk datang 

kepadanya atau mengutus orang lain untuk berurusan de-

ngannya, namun  pergi sendiri (ay. 19). Dan, meskipun perbuat-

an itu tampak mengecilkan dirinya sendiri, namun dia tidak 

kehilangan kehormatan sebab nya. Arauna, saat  melihat 

sang raja, pergi ke luar dan sujud kepada raja dengan muka-

nya ke tanah (ay. 20). Orang besar tidak akan pernah kurang 

dihormati sebab  kerendahan hatinya, namun  justru lebih 

dihormati lagi. 

2. Arauna, sesudah  mengetahui apa keperluan sang raja (ay. 21), 

dengan murah hati menawarkan kepadanya bukan hanya 

tanah untuk mendirikan mezbah, melainkan juga lembu-lembu 

untuk korban bakaran, dan hal-hal lain yang bisa berguna 

baginya dalam melakukan ibadah itu (ay. 22). Semuanya ini 

diberikan secara cuma-cuma, dan sebuah doa yang baik me-

nyertai tawaran itu: Kiranya TUHAN, Allahmu, berkenan ke-

padamu! Hal ini dilakukan Arauna,  

(1) sebab  di samping mempunyai kekayaan yang berlimpah, 

Arauna juga murah hati. Ia memberi seperti seorang 

raja (ay. 23, KJV). Kendati seorang rakyat biasa, dia berjiwa 

seorang raja. Dalam bahasa Ibrani dikatakan, ia memberi,

bahkan seperti seorang raja kepada raja lain, dan dari sini 

dianggap bahwa Arauna yaitu  raja dari orang-orang 

Yebus di tempat itu, atau keturunan dari keluarga raja, 

kendati sekarang harus membayar upeti kepada Daud.  

(2) sebab  dia sangat menghormati Daud, meskipun Daud 

yaitu  orang yang menaklukkannya, oleh sebab  kebaikan 

pribadinya, dan tidak pernah merasa bahwa dia bisa ber-

buat terlalu banyak untuk menyenangkan hatinya.  

(3) sebab  dia memiliki rasa cinta terhadap Israel, dan sung-

guh-sungguh menginginkan agar tulah itu berhenti. Dan 

kehormatan atas berhentinya tulah ini  di tempat 

pengirikannya,  akan dia perhitungkan sebagai suatu per-

timbangan yang berharga untuk semua yang ditawarkan-

nya sekarang kepada Daud.  

3. Daud menetapkan hati untuk membayar dengan harga penuh 

untuk tanah ini , dan melakukan apa yang menjadi 

ketetapan hatinya itu (ay. 24). Di sini terjadi pertemuan yang 

baik antara dua jiwa yang murah hati. Arauna sangat bersedia 

untuk memberi, namun Daud menetapkan hati untuk mem-

beli, dan untuk alasan yang baik. Daud tidak mau memper-

sembahkan korban kepada Allah tanpa membayar apa pun. Ia 

tidak mau mengambil keuntungan dari kemurahan hati 

seorang Yebus yang saleh itu. Ia berterima kasih kepadanya, 

tidak diragukan lagi, atas tawarannya yang baik, namun  ia 

membayarnya 50 syikal perak untuk tempat pengirikan dan 

lembu-lembu korban untuk ibadah pada saat ini, dan sesudah  

itu 600 syikal emas untuk tanah di sebelahnya, untuk men-

dirikan bait Allah. Perhatikanlah, orang-orang yang tidak tahu 

apa itu agama berusaha membuat agama murah dan mudah 

bagi diri mereka sendiri, dan paling senang dengan apa yang 

menuntut paling sedikit jerih payah dan uang dari mereka. 

Untuk apa kita memiliki harta kalau bukan untuk menghor-

mati Allah dengannya? Dan adakah cara yang lebih baik untuk 

memberikan harta itu? 

III. Pendirian mezbah, dan persembahan korban-korban yang semes-

tinya di atasnya (ay. 25), yaitu korban bakaran untuk kemuliaan 

dari keadilan Allah dalam pelaksanaan hukuman yang telah di-

lakukan, dan korban keselamatan untuk kemuliaan dari rahmat-

Nya dalam menghentikan tulah pada waktu yang tepat. Sesudah 

itu Allah menunjukkan, diduga melalui api dari sorga yang 

membakar habis korban,  bahwa Ia mengabulkan doa untuk negeri 

itu, dan bahwa dalam belas kasihanlah tulah ini  dihentikan, 

dan sebagai tanda bahwa Allah telah diperdamaikan baik dengan 

sang raja maupun dengan rakyat. Kristus yaitu  mezbah kita, 

korban kita. Di dalam Dia sajalah kita dapat berharap untuk men-

dapat perkenanan Allah, untuk terluput dari murka-Nya, dan dari 

pedang, pedang yang bernyala-nyala, dari para kerub yang menjaga 

jalan ke pohon kehidupan.