Tampilkan postingan dengan label Yosua Hakim Hakim Rut 26. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yosua Hakim Hakim Rut 26. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

Yosua Hakim Hakim Rut 26


  jumlah orang Efraim yang 

dibantai, yaitu empat puluh dua ribu orang (ay. 6). De-

ngan demikian, pemberontakan lain dari suku pemarah 

itu pun dicegah. 

3. Sekarang marilah kita cermati keadilan Allah dalam memberi-

kan hukuman terhadap orang-orang Efraim yang sombong dan 

penuh luapan amarah ini, yang dalam beberapa kejadian 

sesuai dengan dosa mereka. 

(1) Mereka bangga akan kehormatan suku mereka, dan ber-

megah dalam hal ini, bahwa mereka yaitu  orang Efraim. 

Namun betapa cepat mereka dibuat malu atau takut meng-

akui negeri mereka sendiri! Orang Efraimkah engkau? Bu-

kan, sekarang lebih baik suku lain daripada suku itu. 

(2) Mereka telah menyeberangi sungai Yordan dengan amarah 

yang berkobar untuk membakar rumah Yefta, namun seka-

rang mereka kembali ke sungai Yordan dengan diam-diam 

sebagaimana mereka telah menyeberanginya dengan ge-

ram, dan dibinasakan sehingga tidak pernah bisa kembali 

ke rumah mereka sendiri. 

(3) Mereka telah mencela orang Gilead atas keadaan yang 

tidak menguntungkan dari negeri orang Gilead itu, sebab  

terletak begitu jauh. Sekarang mereka menderita sebab  

kelemahan yang merupakan ciri khas negeri mereka sen-

diri, yakni tidak bisa melafalkan syibolet. 

(4) Mereka telah menyebut orang Gilead, dengan tidak sepan-

tasnya, sebagai pelarian, dan sekarang mereka sendiri 

benar-benar menjadi pelarian. Dalam bahasa Ibrani, kata 

yang sama (ay. 5) digunakan untuk menyebut orang Efraim 

yang meloloskan atau melarikan diri, namun  orang Efraim di 

sini menggunakan kata itu untuk mencemooh orang 

Gilead, dengan menyebut mereka sebagai pelarian. Orang 

yang melemparkan batu celaan dengan tidak semestinya 

kepada orang lain, biarlah ia bersiap bahwa batu celaan itu 

akan berbalik menimpa dirinya sendiri dengan semestinya. 

III. Di sini kita mendapati akhir dari pemerintahan Yefta. Ia meme-

rintah sebagai hakim atas Israel hanya selama enam tahun, dan 

lalu  mati (ay. 7). Mungkin kematian putrinya membuatnya 

begitu terpuruk hingga sejak itu dia tidak pernah bisa bangkit 

lagi. namun  yang jelas kematian putrinya itu memperpendek 

umurnya, dan dalam keadaan berduka ia menemui ajal. 

Para Penerus Yefta 

(12:8-15) 

8 Sesudah dia, maka Ebzan dari Betlehem memerintah sebagai hakim atas 

orang Israel. 9 Ia memiliki  tiga puluh anak laki-laki. Tiga puluh anaknya 

perempuan dikawinkannya ke luar kaumnya dan tiga puluh anak perempuan 

diambilnya dari luar kaumnya untuk anak-anaknya lelaki itu. Ia memerintah 

atas orang Israel tujuh tahun lamanya. 10 lalu  matilah Ebzan, lalu

Kitab Hakim-hakim 12:8-15 

 657 

dikuburkan di Betlehem. 11 Sesudah dia, maka Elon orang Zebulon memerin-

tah sebagai hakim atas orang Israel. Ia memerintah atas orang Israel sepuluh 

tahun lamanya. 12 lalu  matilah Elon, orang Zebulon itu, lalu di-

kuburkan di Ayalon, di tanah Zebulon. 13 Sesudah dia, maka Abdon bin Hilel, 

orang Piraton, memerintah sebagai hakim atas orang Israel. 14 Ia memiliki  

empat puluh anak laki-laki dan tiga puluh cucu laki-laki, yang mengendarai 

tujuh puluh ekor keledai jantan. Ia memerintah atas orang Israel delapan tahun 

lamanya. 15 lalu  matilah Abdon bin Hilel, orang Piraton itu, lalu dikubur-

kan di Piraton, di tanah Efraim, di pegunungan orang Amalek. 

Dalam perikop ini kita mendapati penjelasan pendek tentang peme-

rintahan singkat dari tiga lagi hakim Israel. Yang pertama memerin-

tah hanya tujuh tahun, yang kedua sepuluh tahun, dan yang ketiga 

delapan tahun. sebab  pemberontakan negeri banyaklah penguasa-

penguasanya, banyak penguasa dalam waktu yang singkat, secara 

berturut-turut (Ams. 28:2), sebab  orang-orang baik disingkirkan 

saat   mereka baru mulai bermanfaat, dan saat   mereka sudah 

mencurahkan segenap tenaga untuk melakukan pekerjaan mereka. 

I. Ebzan dari Betlehem, besar kemungkinan Betlehem di Yehuda, 

kota Daud. Bukan Betlehem di Zebulon, yang hanya disebut satu 

kali (Yos. 19:15). Ebzan memerintah sebagai hakim hanya tujuh 

tahun, namun  melihat jumlah anaknya, dan bagaimana ia sendiri 

mengawinkan mereka semua, sepertinya ia hidup lama. Ada ke-

mungkinan pertambahan keluarganya yang luar biasa, dan ba-

nyaknya sekutu yang diperolehnya, menambah perbuatan-per-

buatannya yang terpuji, dan membuatnya semakin pantas untuk 

dipilih oleh rakyat sebagaimana halnya Yefta, atau mendapat 

panggilan dari Allah dengan segera, sebagaimana halnya Gideon, 

untuk menjadi hakim atas Israel, guna mempertahankan dan 

meneruskan pekerjaan Allah di antara mereka. Hal yang luar 

biasa mengenai dirinya yaitu , 

1. Bahwa Ebzan memiliki banyak anak, enam puluh orang se-

muanya, tabung yang penuh dengan anak panah ini. Demi-

kianlah Betlehem pada zaman dahulu terkenal akan pertam-

bahan jumlah penduduknya, sebuah kota persis di mana Ia 

akan lahir, yang keturunan rohani-Nya akan menjadi banyak 

sebanyak bintang di langit. 

2. Bahwa Ebzan memiliki anak laki-laki dan perempuan dengan 

jumlah yang sama, yakni tiga puluh anak laki-laki dan tiga 

puluh anak perempuan, hal yang jarang terjadi dalam satu 

keluarga. Namun, dalam keluarga besar umat manusia, Ia 

yang pada awalnya menciptakan dua orang, laki-laki dan pe-

rempuan, melalui penyelenggaraan-Nya yang bijaksana men-

jaga kelangsungan dari kedua jenis ini dengan membuat jum-

lahnya sedikit banyak sama, sejauh yang dibutuhkan untuk 

mempertahankan keturunan manusia di atas bumi. 

3. Bahwa Ebzan memberi perhatian untuk menikahkan semua 

anaknya. Anak-anak perempuannya dikawinkannya ke luar 

kaumnya, et maritis dedit, demikian ditambahkan dalam ter-

jemahan bahasa Latin umum – ia menyediakan suami bagi 

mereka masing-masing. Dan, seperti halnya pertukaran timbal 

balik, demi memperkuat pengaruhnya, tiga puluh anak perem-

puan diambilnya dari luar kaumnya untuk anak-anaknya lelaki 

itu. Orang Yahudi berkata, setiap ayah berutang tiga hal ke-

pada putranya: mengajarinya membaca hukum Taurat, mela-

tihnya terampil dalam bekerja, dan mencarikan istri baginya. 

Alangkah berbedanya keluarga Ebzan dan keluarga Yefta pen-

dahulunya itu! Ebzan memiliki enam puluh anak dan semua-

nya menikah. Yefta hanya memiliki seorang anak, anak perem-

puan, yang lalu  mati atau hidup melajang. Ada yang 

bertambah banyak, dan ada pula yang berkurang. Kedua-

duanya merupakan perbuatan Tuhan. 

II. Elon orang Zebulon, yang tinggal di sebelah utara Kanaan, di-

bangkitkan selanjutnya untuk mengatur urusan-urusan masyara-

kat, menegakkan keadilan, dan meluruskan penyelewengan-pe-

nyelewengan. Sepuluh tahun lamanya ia terus menjadi berkat 

bagi orang Israel, dan lalu  matilah dia (ay. 11-12). Menurut 

perhitungan Dr. Lightfoot, pada awal masa pemerintahan Elon, di-

mulailah penindasan selama empat puluh tahun oleh orang Filis-

tin (13:1), dan sekitar waktu itulah Simson lahir. Ada kemung-

kinan, sebab  Elon bertempat tinggal di bagian utara, orang Filis-

tin yang tinggal berbatasan dengan bagian-bagian selatan Kanaan 

mengambil kesempatan untuk menyerbu mereka.  

III. Abdon, dari suku Efraim, menjadi penerus Elon, dan di dalam diri 

Abdonlah suku yang termasyhur itu mulai memulihkan nama 

baiknya, sesudah tidak menghasilkan satu pun tokoh yang ter-

kemuka sejak Yosua. Sebab Abimelekh orang Sekhem itu lebih 

menjadi aib bagi suku ini. Abdon ini terkenal sebab  banyaknya 

keturunannya (ay. 14): ia memiliki empat puluh anak laki-laki 

dan tiga puluh cucu laki-laki, yang semuanya dilihatnya tumbuh 

dewasa semasa hidupnya. Mereka mengendarai tujuh puluh ekor 

keledai jantan, entah sebagai hakim dan petugas atau sebagai 

orang terhormat dan tokoh terkemuka. Sungguh suatu kepuasan 

baginya untuk dapat melihat anak cucunya seperti itu, namun 

dikhawatirkan bahwa ia tidak sempat melihat damai sejahtera di 

Israel, sebab pada waktu itu orang Filistin telah mulai mengusik 

mereka. Mengenai hal ini, dan semua hakim lain yang hanya 

diceritakan begitu sedikit, diberi perhatian kendati demikian di 

mana mereka dikuburkan (ay. 7, 10, 12, 15). Mungkin sebab  

prasasti pada batu nisan mereka (sebab seperti itulah kebiasaan 

yang berlaku pada waktu dulu, 2Raj. 23:17) akan berguna untuk 

menguatkan dan mengembangkan kisah tentang mereka, dan 

orang-orang yang ingin mendapat keterangan lebih lanjut tentang 

diri mereka dapat mencari petunjuk dari situ. saat   memperoleh 

kesempatan untuk berbicara tentang Daud, Petrus berkata, 

kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini (Kis. 2:29). Atau, 

diberitahukannya tempat kuburan para hakim itu dimaksudkan 

untuk menghormati tempat-tempat di mana mereka membaring-

kan jasad para hakim itu, namun  juga bisa dimanfaatkansupaya  

kita tidak terlalu menilai tinggi semua kemuliaan duniawi, yang 

kebanggaannya akan dinodai oleh maut dan kubur. Para hakim 

ini, yang bagaikan dewa-dewa bagi Israel, mati seperti manusia 

biasa, dan segala kehormatan mereka terkubur dalam debu. 

Sungguh mengherankan bahwa dalam sejarah semua hakim 

ini, yang di dalamnya beberapa perbuatan mereka diceritakan 

dengan sangat terperinci, tidak disebut sama sekali perihal imam 

besar, atau imam lain, atau orang Lewi, yang tampil entah untuk 

memberikan petunjuk atau berbuat sesuatu dalam urusan umum 

apa pun, mulai dari Pinehas (20:28) sampai Eli, yang diperhitung-

kan berlangsung selama 250 tahun. Hanya nama para imam be-

sar pada masa inilah yang tetap dipelihara (1Taw. 6:4-7 dan Ezr. 

7:3-5). Bagaimana nasib tidak jelas yang menimpa imamat untuk 

waktu yang begitu lama, yang dalam kitab ini baru menginjak 

masa-masa awalnya, bisa diselaraskan dengan semarak dan ke-

megahan yang dengannya imamat itu diperkenalkan, dan penting-

nya pendirian imamat itu dalam hukum Musa? Tentu saja hal ini 

menyiratkan bahwa pendirian imamat itu terutama dimaksudkan 

sebagai perlambang, dan bahwa keuntungan-keuntungan besar 

yang tampak dijanjikan oleh imamat itu harus terutama dinanti-

kan dalam apa yang diperlambangkan, yakni imamat kekal Yesus 

Tuhan kita. Jika dibandingkan dengan kemuliaan imamat-Nya 

yang lebih besar, kemuliaan imamat Lewi sama sekali tidak mem-

punyai arti (2Kor. 3:10). 

 

 

 

 

PASAL 1 3  

alam pasal ini dimulailah kisah tentang Simson, hakim terakhir 

dari hakim-hakim Israel yang kisahnya dicatat dalam kitab ini, 

dan hakim selanjutnya sebelum Imam Eli. Bacaan-bacaan yang 

terkait tentang dirinya, dari awal hingga akhir, sangatlah mengejut-

kan dan tidak biasa. Dalam sejarah ini ia muncul sebagai tokoh yang 

sungguh besar, namun sangat jauh berbeda dari para pendahulunya. 

Kita tidak pernah menjumpainya sebagai kepala sebuah pengadilan 

ataupun sebuah pasukan, tidak pernah duduk di takhta pengadilan 

ataupun bertempur di medan pertempuran, namun, dalam dirinya 

yang sejati, ia yaitu  sosok pahlawan besar bagi negerinya, dan 

cambuk serta penghalang yang mengerikan bagi para musuh dan 

penindasnya. Ia yaitu  seorang tokoh iman yang terkemuka (Ibr. 

11:32) dan perlambang yang mulia dari Dia yang dengan tangan-Nya 

sendiri mengerjakan keselamatan. Sejarah dari semua hakim lain 

dimulai dari diangkatnya mereka pada jabatan sebagai hakim, namun  

kisah Simson dimulai dari kelahirannya, bahkan, sejak saat ia di 

dalam kandungan. Tidak kurang dari seorang malaikat dari sorga 

mengantarnya ke dalam dunia, sebagai pola dari apa yang di kemu-

dian hari akan diperbuat kepada Yohanes Pembaptis dan kepada 

Kristus. Kisah Simson ini diceritakan dalam pasal ini.  

I. Keperluan untuk membangkitkan sang pembebas ini dilatar-

belakangi penindasan terhadap Israel oleh bangsa Filistin (ay. 

1).  

II. Kelahiran Simson dinubuatkan oleh seorang malaikat kepada 

ibunya (ay. 2-5).  

III. Ibunya menyampaikan nubuatan Sang Malaikat kepada ayah-

nya (ay. 6-7).  

IV. Mereka berdua secara bersama-sama mendapat nubuatan itu 

lagi dari Sang Malaikat (ay. 8-14), yang mereka perlakukan 

dengan hormat (ay. 15-18), dan yang menyingkapkan keagung-

annya saat   berpisah, yang membuat mereka sangat terce-

ngang (ay. 19-23).  

V. Simson dilahirkan (ay. 24-25). 

Seorang Malaikat Menampakkan  

Diri kepada Istri Manoah  

(13:1-7) 

1 Orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu 

TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Filistin empat puluh 

tahun lamanya.2 Pada waktu itu ada seorang dari Zora, dari keturunan orang 

Dan, namanya Manoah; isterinya mandul, tidak beranak. 3 Dan Malaikat 

TUHAN menampakkan diri kepada perempuan itu dan berfirman kepadanya, 

demikian: “Memang engkau mandul, tidak beranak, namun  engkau akan me-

ngandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. 4 Oleh sebab itu, pelihara-

lah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan dan 

jangan makan sesuatu yang haram. 5 Sebab engkau akan mengandung dan 

melahirkan seorang anak laki-laki; kepalanya takkan kena pisau cukur, 

sebab sejak dari kandungan ibunya anak itu akan menjadi seorang nazir 

Allah dan dengan dia akan mulai penyelamatan orang Israel dari tangan 

orang Filistin.” 6 lalu  perempuan itu datang kepada suaminya dan ber-

kata: “Telah datang kepadaku seorang abdi Allah, yang rupanya sebagai rupa 

malaikat Allah, amat menakutkan. Tidak kutanyakan dari mana datangnya, 

dan tidak juga diberitahukannya namanya kepadaku. 7 namun  ia berkata ke-

padaku: Engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; 

oleh sebab itu janganlah minum anggur atau minuman yang memabukkan 

dan janganlah makan sesuatu yang haram, sebab sejak dari kandungan ibu-

nya sampai pada hari matinya, anak itu akan menjadi seorang nazir Allah.” 

Ayat pertama memberi kita sebuah penjelasan singkat, seperti yang 

sudah begitu sering kita jumpai, tentang kesusahan besar yang 

dialami oleh bangsa Israel, sehingga timbul kebutuhan untuk mem-

bangkitkan seorang pembebas. Mereka melakukan apa yang jahat, 

seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya, di mata TUHAN, dan 

lalu  Allah menyerahkan mereka, seperti yang telah dilakukan-

Nya sebelumnya, ke dalam tangan para musuh mereka. Seandainya 

tidak ada dosa, maka tidak akan diperlukan Juruselamat. namun  

dosa dibiarkan bertambah banyak,supaya  anugerah menjadi berlim-

pah-limpah. Musuh yang kepadanya Allah sekarang menjual mereka 

yaitu  bangsa Filistin, bangsa tetangga mereka sendiri, yang berada 

di antara mereka, bangsa yang pertama dan terutama dari bangsa-

bangsa lain yang dikhususkan untuk ditumpas, namun  yang dibiarkan 

TUHAN tinggal untuk mencobai mereka (3:1, 3), yaitu kelima raja kota 

orang Filistin. Mereka ini bukanlah bangsa yang besar dibandingkan 

dengan Israel sebab  mereka hanya memiliki lima kota yang penting, 

namun, saat   Allah memakai mereka sebagai tongkat di tangan-Nya, 

mereka menjadi sangat menindas dan menyusahkan. Kesusahan ini 

berlangsung lebih lama daripada yang pernah terjadi sebelumnya. 

Kesusahan itu berlangsung selama empat puluh tahun, meskipun 

mungkin tidak selalu penuh dengan kekerasan. Pada waktu Israel 

berada di dalam kesusahan ini, lahirlah Simson. Di sini kita men-

dapati kelahirannya dinubuatkan oleh seorang malaikat. Amatilah,  

I. Garis keturunannya. Ia berasal dari suku Dan (ay. 2). Dan ber-

arti hakim atau penghakiman (Kej. 30:6). Dan mungkin dengan 

pandangan yang tertuju kepada Simsonlah Yakub yang sedang 

menanti ajal itu bernubuat, adapun Dan, ia akan mengadili bang-

sanya, yaitu, “ia akan memunculkan seorang hakim bagi bangsa-

nya, meskipun ia yaitu  salah satu dari anak-anak lelaki seorang 

budak, sebagai salah seorang, seperti juga anak-anak lainnya, 

dari suku-suku Israel” (Kej. 49:16). Undian bagi suku Dan jatuh 

di sebelah negeri Filistin, dan sebab nya salah seorang dari suku 

itu paling cocok untuk dijadikan kekang atas mereka. Orangtua 

Simson sudah lama sekali tidak memiliki  anak. Banyak orang 

terkemuka dilahirkan dari ibu yang telah lama dibiarkan tidak 

dikaruniai anak, seperti Ishak, Yusuf, Samuel, dan Yohanes Pem-

baptis,supaya  belas kasih itu dapat lebih diterima saat   sudah 

benar-benar tiba. Bersorak-sorailah, hai si mandul yang tidak 

pernah melahirkan! (Yes. 54:1). Perhatikanlah, belas kasihan yang 

telah lama dinantikan sering kali terbukti sebagai belas kasih 

yang istimewa, dan diperlihatkan bahwa belas kasih itu layak 

dinantikan, dan olehnya orang lain dapat dikuatkan untuk terus 

mengharapkan belas kasihan Allah. 

II. Kabar sukacita yang dibawa kepada ibunya bahwa dia akan memi-

liki seorang anak laki-laki. Utusan ini yaitu  seorang Malaikat 

TUHAN (ay. 3), namun  yang menampakkan diri sebagai manusia, 

dengan raut muka dan pakaian seorang nabi, atau hamba Allah. 

Seperti menurut dugaan uskup Patrick, berdasar  ayat 18, 

Malaikat ini yaitu  Tuhan sendiri, yaitu firman Tuhan, yang kelak 

akan menjadi Mesias, sebab nama-Nya disebut ajaib (ay. 18), 

dan TUHAN (ay. 19). Sang Penebus agung betul-betul secara khu-

sus menaruh perhatian terhadap penebus yang melambangkan 

diri-Nya itu. Bukan semata-mata demi Manoah dan istrinya, dua 

orang Dan yang tidak dikenal siapa-siapa itu, bahwa pesan yang 

luar biasa ini dikirim, melainkan terlebih demi Israel, yang bagi-

nya Simson akan menjadi pembebas. Bukan hanya demikian 

sebab  pelayanan Simson kepada Israel tidak tampak memenuhi 

keagungan di seputar kelahirannya, melainkan juga demi Mesias, 

yang akan diperlambangkan oleh Simson, dan yang kelahiran-Nya 

akan diberitahukan oleh seorang malaikat, seperti kelahiran Sim-

son. Sang Malaikat, dalam pesan yang disampaikannya, 

1. Memberi perhatian terhadap penderitaan istri Manoah: “Me-

mang engkau mandul, tidak beranak. Dari sini istri Manoah 

mungkin menduga bahwa orang ini yaitu  seorang nabi, bah-

wa meskipun ia seorang asing baginya, dan seseorang yang 

belum pernah dilihatnya, namun dia tahu bahwa inilah yang 

menjadi penderitaannya. Sang Malaikat memberitahukan hal 

itu kepadanya, bukan untuk mencelanya dengan hal itu, namun  

mungkin sebab  pada saat ini dia benar-benar sedang memi-

kirkan penderitaan ini, dan meratapi dirinya sendiri sebagai 

seorang yang ditakdirkan tidak beranak. Allah sering kali me-

ngirimkan penghiburan kepada umat-Nya pada waktu yang 

sangat tepat, saat   mereka sedang merasakan penderitaan 

yang sesakit-sakitnya. ”Memang sekarang engkau mandul, te-

tapi engkau tidak akan selalu demikian,” sebagaimana yang 

ditakutkannya, “tidak pula akan demikian untuk waktu yang 

lama.”  

2. Sang Malaikat meyakinkan istri Manoah bahwa dia akan me-

ngandung dan melahirkan seorang anak laki-laki (ay. 3), dan 

mengulangi lagi jaminan tersebut (ay. 5). Untuk menunjukkan 

kuasa dari firman ilahi, orang terkuat yang pernah ada akan 

menjadi anak yang dijanjikan, seperti Ishak, yang dilahirkan 

berdasar  kekuatan dan kuasa janji, dan iman akan janji 

tersebut (Ibr. 11:11; Gal. 4:23). Banyak perempuan, sesudah  

lama mandul, melahirkan seorang anak laki-laki oleh penye-

lenggaraan ilahi, namun  Simson dilahirkan oleh janji, sebab  ia 

merupakan perlambang dari keturunan yang dijanjikan, yang 

telah begitu lama dinantikan dengan iman oleh orang-orang 

kudus dalam Perjanjian Lama.  

3. Sang Malaikat menetapkan bahwa anak itu harus menjadi 

seorang nazir sejak lahir, dan sebab nya sang ibu harus tun-

duk pada hukum kenaziran, kendati tidak berada di bawah 

nazar seorang nazir, dan dilarang minum anggur atau minuman 

yang memabukkan selama anak ini harus mendapatkan asup-

an makanan darinya, baik di dalam rahim maupun pada 

waktu menyusui (ay. 4-5). Amatilah, sang pembebas Israel ini 

haruslah dengan cara yang paling ketat diabdikan kepada 

Allah dan menjadi teladan kekudusan. Dikatakan sebagai sua-

tu kebaikan kepada orang Israel bahwa Allah telah membang-

kitkan teruna-teruna mereka menjadi nazir (Am. 2:11). Hakim-

hakim lain telah menyembuhkan kemurtadan orang Israel dari 

Allah, namun  Simson harus tampil sebagai seseorang yang, 

lebih dari semua hakim itu, dikuduskan bagi Allah. Kendati 

dengan apa yang kita baca tentang kesalahan-kesalahannya, 

beralasan bagi kita untuk berpikir bahwa sebab  dijadikan se-

bagai seorang nazir oleh Allah, maka ia sungguh-sungguh, da-

lam segenap tingkah lakunya, menjadi teladan, bukan hanya 

dalam hal keupacaraan, melainkan juga dalam hakikat 

dari keadaan dikhususkan bagi TUHAN yang terkandung 

dalam kenazirannya (Bil. 6:2). Orang-orang yang mau menye-

lamatkan orang lain harus membedakan diri mereka sendiri 

melalui kesalehan yang luar biasa. Samuel, yang melanjutkan 

pembebasan Israel dari orang Filistin, yaitu  seorang nazir 

melalui nazar ibunya (1Sam. 1:11), seperti Simson melalui ke-

tetapan ilahi. Oleh sebab itu, ibu dari sang pembebas ini harus 

menyangkal diri, dan tidak makan makanan yang haram. Apa 

yang halal di waktu lain sekarang harus ditahan. Sama seperti 

janji menguji imannya, demikian pula aturan ini menguji 

ketaatannya. Sebab Allah menguji baik iman maupun ketataan 

dari orang-orang yang akan dianugerahi-Nya dengan perke-

nanan-perkenanan-Nya. Perempuan yang sedang mengandung 

haruslah dengan kesadaran hati nurani menghindari apa saja 

yang menurut mereka akan membahayakan kesehatan atau 

tumbuh kembang buah kandungannya. Mungkin ibu Simson 

harus menjauhkan diri dari anggur dan minuman yang mema-

bukkan, bukan hanya sebab  Simson dirancang untuk men-

jadi seorang nazir, melainkan juga sebab  dia dirancang untuk 

menjadi orang yang sangat kuat, yang akan didukung oleh 

kebiasaan ibunya dalam menghindari minuman keras.  

4. Sang Malaikat memberitahukan pelayanan yang harus dilaku-

kan oleh anak ini bagi negerinya: Dia akan mulai penyelamat-

an orang Israel. Perhatikanlah, sungguh kita berharap bahwa 

anak-anak kita tidak hanya diabdikan sepenuhnya kepada 

Allah, namun  juga dapat berguna bagi kebaikan orang lain, dan 

melayani angkatan mereka, bahwa mereka tidak menjadi 

orang yang hidup menyendiri, pelita di bawah gantang, namun  

di atas sebuah kaki dian. Amatilah, dia akan mulai menyela-

matkan Israel. Dengan demikian tersirat bahwa penindasan 

orang Filistin akan berlangsung lama, sebab pembebasan 

Israel dari mereka bahkan belum dimulai, belum diambil satu 

langkah pun menuju pembebasan itu, sampai anak ini, yang 

sekarang masih belum lahir, sudah tumbuh besar hingga mem-

punyai kemampuan untuk memulainya. Namun demikian, dia 

tidak akan menuntaskan pembebasan itu. Dia hanya mulai  

membebaskan Israel, yang menyiratkan bahwa kesusahan itu 

masih terus berkepanjangan. Allah memilih untuk meneruskan 

karya-Nya secara bertahap dan melalui sejumlah tangan. Yang 

satu meletakkan dasar dari pekerjaan yang baik, yang lain 

membangunnya, dan mungkin orang yang ketiga meletakkan 

batu atasnya. Nah, dalam hal inilah Simson merupakan per-

lambang akan Kristus,  

(1) Sebagai seorang nazir Allah, seorang nazir sejak dari 

kandungan. Sebab, meskipun Yesus Tuhan kita sendiri bu-

kanlah seorang nazir, namun Ia diperlambangkan oleh para 

nazir, sebagai orang yang bersih secara sempurna dari 

segala dosa, bahkan tidak dikandung di dalam dosa, dan 

sepenuhnya diabdikan bagi kehormatan Bapa-Nya. Simson 

berasal dari jemaat Yahudi, yang menurunkan Mesias da-

lam keadaan-Nya sebagai manusia, sebab bagi mereka ber-

laku janji tentang Dia (Rm. 9:4-5). berdasar  janji ter-

sebut, Ia seolah-olah lama terbaring di dalam rahim jemaat 

itu, yang selama berabad-abad mengandung diri-Nya. Oleh 

sebab  itu, seperti ibu Simson, selama masa mengandung 

itu, jemaat itu dijadikan sebagai bangsa yang kudus dan 

umat kesayangan, dan secara ketat dilarang menjamah apa 

yang najisdemi Dia, yang dalam kegenapan waktu akan 

muncul dari mereka.  

(2) Sebagai seorang pembebas Israel. Sebab Ia yaitu  Yesus 

Sang Juruselamat, yang menyelamatkan umat-Nya dari 

dosa mereka. Namun dengan perbedaan ini: Simson hanya 

baru mulai menyelamatkan Israel, Daud sesudahnya di-

bangkitkan untuk menuntaskan kehancuran orang Filistin, 

namun  Yesus Tuhan kita yaitu  Simson dan juga Daud, 

yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman 

kita itu kepada kesempurnaan. 

III. Berita yang dibawa oleh istri Manoah, dalam luapan sukacita, 

dengan bergegas kepada suaminya, tentang pesan yang mengejut-

kan ini (ay. 6-7). Kabar sukacita dibawa kepadanya saat   dia 

sendirian, mungkin sedang beribadah dengan bermenung atau 

berdoa. Akan namun  dia tidak dapat, dia tidak mau, menyembunyi-

kan berita tersebut dari suaminya, namun  memberikan kepada 

suaminya penjelasan,  

1. Tentang sang utusan. Ia yaitu  seorang abdi Allah (ay. 6). 

Wajah orang itu dapat digambarkannya. Wajah itu mengun-

dang rasa takjub dan hormat. Ia memiliki keagungan yang 

begitu rupa dalam tampilannya, mata yang begitu berkilau, 

wajah yang begitu bersinar, begitu mengundang rasa gentar 

dan hormat, sehingga menurut gagasannya tentang malaikat, 

orang itu persis menyerupai seorang malaikat. namun  nama 

orang itu tidak dapat dijelaskannya, tidak pula dari suku atau 

kota Israel mana ia berasal, sebab orang itu menganggap tidak 

pantas untuk memberitahukan hal itu kepadanya. Dan, di 

pihaknya, penampilan orang itu sendiri sudah membuatnya 

sedemikian takjub sehingga dia tidak berani menanyakan hal 

itu kepadanya. Ia sudah sangat puas dengan mengetahui 

bahwa orang itu yaitu  abdi Allah. Sosok pribadi dan pesan 

orang itu dianggapnya telah memberikan bukti yang jelas, 

sehingga dia tidak perlu bertanya lebih lanjut.  

2. Tentang pesan yang dibawa. Istrinya memberikan penjelasan 

terperinci kepadanya baik tentang janji maupun perintah itu 

(ay. 7),supaya  dia juga dapat mempercayai janji tersebut dan 

dalam segala kesempatan dapat mengawasi istrinya dalam 

menjalankan perintah tersebut. Demikianlah teman hidup ha-

rus saling berbagi pengalaman tentang persekutuan mereka 

dengan Allah, dan perkembangan mereka dalam mengenal 

Dia, sehingga mereka dapat membantu satu sama lain di jalan 

yang disebut kudus.  

Penampakan Sang Malaikat kepada Manoah 

(13:8-14) 

8 Lalu Manoah memohon kepada TUHAN, katanya: “Ya Tuhan, berilah 

kiranya abdi Allah, yang Kauutus itu, datang pula kepada kami dan mengajar 

kami, apa yang harus kami perbuat kepada anak yang akan lahir itu.” 9 Maka 

Allah mendengarkan permohonan Manoah, sehingga Malaikat Allah datang 

pula kepada perempuan itu, saat   ia duduk di padang dan saat   Manoah, 

suaminya itu, tidak ada bersama-sama dengan dia. 10 lalu  perempuan 

itu segera berlari memberitahukan kepada suaminya, katanya kepadanya: 

“Orang yang datang kepadaku baru-baru ini menampakkan diri pula 

kepadaku.” 11 Lalu bangunlah Manoah dan mengikuti isterinya. sesudah  sam-

pai kepada orang itu, berkatalah ia kepadanya: “Engkaukah orang yang telah 

berbicara kepada perempuan ini?” Jawabnya: “Benar!” 12 Lalu kata Manoah: 

“Dan jika  terjadi yang Kaukatakan itu, bagaimanakah nanti cara hidup 

anak itu dan tingkah lakunya?” 13 Jawab Malaikat TUHAN itu kepada Ma-

noah: “Perempuan itu harus memelihara diri terhadap semua yang Kukata-

kan kepadanya. 14 Janganlah ia makan sesuatu yang berasal dari pohon 

anggur; anggur atau minuman yang memabukkan tidak boleh diminumnya 

dan sesuatu yang haram tidak boleh dimakannya. Ia harus berpegang pada 

segala yang Kuperintahkan kepadanya.” 

Dalam perikop ini kita mendapati penjelasan tentang kunjungan 

kedua dari Malaikat TUHAN kepada Manoah dan istrinya. 

I. Manoah berdoa dengan sungguh-sungguhsupaya  abdi Allah itu 

datang kembali (ay. 8). Ia tidak meragukan cerita yang disampai-

kan istrinya kepadanya. Ia tahu bahwa istrinya yaitu  seorang 

perempuan yang bajik, dan sebab nya hati suaminya percaya 

kepadanya. Ia tahu bahwa istrinya tidak akan berusaha memper-

daya dia, apalagi bahwa dia, seperti yang digambarkan oleh Yose-

fus secara tidak pantas, cemburu terhadap percakapan istrinya 

dengan orang asing ini. Akan namun ,  

1. Ia menerima begitu saja bahwa anak yang dijanjikan ini akan 

diberikan kepada mereka pada waktu yang semestinya, dan 

berbicara tanpa ragu tentang anak yang akan lahir itu. Iman 

sebesar ini tidak pernah dijumpai, sekalipun dalam diri Zakha-

ria, seorang imam, yang pada saat itu sedang menanti di dekat 

mezbah Tuhan, dan yang kepadanya malaikat itu sendiri me-

nampakkan diri, seperti iman yang dijumpai dalam diri orang 

Dan yang jujur ini. Hal-hal yang tersembunyi dari orang bijak 

dan orang pandai, yang menghargai tinggi diri mereka sendiri 

berdasar  perkara-perkara rumit yang mereka selidiki, se-

ring kali dinyatakan kepada orang kecil, yang tahu bagaimana 

menghargai pemberian-pemberian Allah dan mempercayai fir-

man Allah. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun 

percaya, seperti Manoah di sini. 

2. Yang menjadi perhatian Manoah hanyalah apa yang harus 

mereka perbuat kepada anak yang akan lahir itu. Perhatikan-

lah, orang-orang baik lebih mengkhawatirkan dan ingin tahu 

kewajiban yang harus mereka lakukan daripada mengetahui 

kejadian-kejadian yang akan terjadi mengenai diri mereka. 

Sebab kewajiban yaitu  bagian kita, sedangkan apa yang akan 

tejadi yaitu  bagian Allah. Salomo bertanya tentang apa yang 

harus dilakukan oleh orang-orang baik, bukan kebaikan apa 

yang akan mereka terima (Pkh. 2:3).  

3. Oleh sebab itu, Manoah berdoa kepada Allah untuk mengirim-

kan lagi utusan yang sama yang terberkati itu, dan memberi 

mereka petunjuk-petunjuk lebih lanjut tentang cara memper-

lakukan orang nazir ini. Hal itu dilakukannya sebab  ia takut 

jangan-jangan kegembiraan istrinya atas janji itu membuatnya 

lupa akan suatu bagian dari perintah yang ingin diketahuinya 

secara penuh, dan ingin dipahaminya tanpa keliru: “Ya Tuhan, 

berilah kiranya abdi Allah, yang Kauutus itu, datang pula 

kepada kami, sebab kami ingin mengenalnya dengan lebih 

baik.” Perhatikanlah, orang-orang yang telah mendengar suara 

dari sorga tidak dapat tidak pasti berharap untuk mendengar 

dari sana lagi, lagi dan lagi bertemu dengan sang abdi Allah. 

Cermatilah, Manoah tidak pergi atau mengutus hamba-ham-

banya untuk menemukan abdi Allah ini, namun  mencarinya 

dengan berlutut, dan berdoa kepada Allah untuk mengutus 

abdi itu kepadanya, dan, dengan mencari seperti itu, ia pun 

mendapatkan abdi Allah itu. Apakah kita juga inginsupaya  

utusan-utusan Allah, para pelayan Injil-Nya, membawa se-

buah berita yang menyenangkan bagi kita, dan memberi kita 

pengajaran? Mohonlah kepada TUHAN untuk mengutus mere-

ka kepada kita, untuk mengajar kita (Rm. 15:30, 32). 

II. Allah dengan penuh rahmat mengabulkan permohonan itu: Allah 

mendengarkan permohonan Manoah (ay. 9). Perhatikanlah, Allah 

tidak akan gagal membimbing orang-orang, dengan satu atau lain 

cara, melalui nasihat-Nya, yang sungguh-sungguh ingin mengeta-

hui kewajiban mereka, dan yang memohon kepada-Nya untuk 

mengajari mereka (Mzm. 25:8-9). 

1. Sang Malaikat menampakkan diri untuk kedua kalinya kepada 

istrinya juga, saat   dia sedang duduk sendirian, mungkin se-

dang menjaga domba gembalaan, atau kalau tidak saat   

sedang beristirahat di padang sesudah bekerja. Kesendirian 

sering kali merupakan kesempatan yang baik untuk bersekutu 

dengan Allah. Orang-orang baik tidak pernah merasa sendirian 

saat   mereka sedang sendiri, jika Allah beserta dengan me-

reka. 

2. Ia segera bergegas pulang untuk memanggil suaminya, tidak 

diragukan lagi sesudah  dengan rendah hati memohon utusan 

yang terberkati ini untuk tidak pergi sampai dia kembali 

bersama dengan suaminya (ay. 10-11). Ia tidak mau sang 

utusan pergi bersama dia untuk menemui suaminya, namun  

ingin menjemput suaminya untuk menemuinya. Orang-orang 

yang ingin menemui Allah harus datang ke tempat di mana 

Dia berkenan untuk menyatakan diri-Nya. “Oh sayangku,” 

katanya, dalam luapan sukacita, “doamu dijawab. Di sana ada 

abdi Allah, datang untuk mengunjungi kita lagi, orang yang 

sama yang datang kepadaku baru-baru ini,” atau, seperti 

sebagian penafsir membacanya, hari ini, sebab kata baru-baru 

ini tidak ada di dalam bahasa aslinya. Ada kemungkinan bah-

wa kedua kunjungan ini  terjadi pada hari yang sama, dan di 

tempat yang sama, dan bahwa pada kali kedua dia sedang 

duduk menantikannya. Abdi Allah itu sama sekali tidak kebe-

ratan ia pulang memanggil suaminya (Yoh. 4:16). Orang-orang 

yang mengenal perkara-perkara tentang Allah haruslah meng-

undang orang lain untuk mengenlanya juga (Yoh. 1:45-46). 

Manoah tidak merasa jengkel bahwa Sang Malaikat untuk kali 

kedua ini tidak menampakkan diri kepadanya, ia justru 

dengan sangat bersemangat pergi bersama istrinya untuk 

menemui abdi Allah itu. Untuk menebus, seperti yang tampak 

dalam penggambarannya, kegagalan pertama yang mematikan, 

saat   Hawa dengan keras mendesak Adam untuk melakukan 

sesuatu yang jahat, dan Adam sendiri terlalu mudah menuruti 

perkataan Hawa, hendaklah pasangan hidup menggugah satu 

sama lain untuk mengasihi dan melakukan perbuatan-per-

buatan baik. Dan, jika istri yang memimpin, janganlah suami 

menganggap sebagai penghinaan baginya untuk mengikuti 

istrinya dalam perbuatan bajik dan terpuji.  

3. Sesudah datang menjumpai Sang Malaikat, dan diyakinkan 

oleh Malaikat itu bahwa dia yaitu  orang yang sama yang 

telah menampakkan diri kepada istrinya, Manoah dengan 

segala kerendahan hati,  

(1) Mempercayai janji itu (ay. 12): Dan jika  terjadi apa yang 

Kaukatakan itu. Ini bukanlah perkataan dari keinginannya, 

melainkan dari imannya, seperti perkataan sang perawan 

yang terberkati itu (Luk. 1:38): “Jadilah padaku menurut 

perkataanmu itu. Tuhan, aku berpegang pada apa yang 

telah Kaukatakan, dan bergantung padanya. Terjadilah apa 

yang Kaukatakan itu.”  

(2) Memohon agar perintah-perintah yang diberikan dapat di-

ulangi: Bagaimana kami harus mengasuh anak itu? (ay. 12, 

KJV) Petunjuk-petunjuk itu diberikan kepada istrinya, namun  

dia memandang dirinya berkepentingan untuk memban-

tunya dalam mengasuh keturunan yang dijanjikan ini 

dengan hati-hati, sesuai dengan yang diperintahkan. Sebab 

perhatian yang sebesar-besarnya dari kedua orangtua, dan 

usaha mereka bersama secara terus-menerus, haruslah 

dikerahkan dengan cukup untuk mengasuh dengan baik 

anak-anak yang diabdikan kepada Allah dan dibesarkan 

bagi-Nya. Janganlah yang satu menyerahkan pekerjaan itu 

kepada yang lain, namun  keduanya harus berbuat yang ter-

baik. Amatilah dari pertanyaan Manoah,  

[1] Secara umum, bahwa, saat   Allah berkenan menganu-

gerahkan suatu belas kasih kepada kita, yang harus 

sangat kita perhatikan yaitu  bagaimana menggunakan 

belas kasihan itu dengan baik, dan seperti yang seha-

rusnya, sebab hal tersebut hanya menjadi belas kasih 

jika  digunakan dengan benar. Allah telah memberi 

kita tubuh, jiwa, dan harta benda. Bagaimana kita harus 

mengaturnya,supaya  kita dapat memenuhi maksud dari 

pemberian itu, dan memberikan pertanggungjawaban 

yang baik untuknya?  

[2] Secara khusus, orang-orang yang sudah diberi anak oleh 

Allah haruslah sangat berhati-hati dalam mengasuh 

mereka, dan dalam apa yang mereka perbuat terhadap 

anak-anak mereka,supaya  mereka dapat menghilangkan 

kebodohan yang melekat pada hati anak, membentuk pi-

kiran dan perilaku mereka dengan baik sejak dini, ser-

ta mendidik anak menurut jalan yang patut baginya. Dalam 

hal ini orangtua yang saleh akan memohon pertolongan 

ilahi. “Tuhan, ajarilah kami bagaimana mendidik anak-

anak kami,supaya  mereka dapat menjadi seorang nazir, 

dan korban yang hidup bagi-Mu.” 

4. Sang Malaikat mengulangi petunjuk-petunjuk yang telah di-

berikannya sebelumnya (ay. 13-14): Terhadap semua yang Aku 

larang haruslah dia memelihara diri. Dan pada segala yang 

Kuperintahkan kepadanya haruslah ia berpegang. Perhatikan-

lah, untuk mengatur dengan benar baik diri kita sendiri mau-

pun anak-anak kita, kita sangat perlu memelihara diri dari 

yang dilarang dan berpegang pada apa yang diperintahkan. 

Peliharalah diri dan berpeganglah. Berjaga-jagalah tidak hanya 

dari minum anggur atau minuman yang memabukkan, namun  

juga dari makan sesuatu yang berasal dari pohon anggur. 

Orang-orang yang mau menjaga diri mereka tetap murni 

haruslah menjaga jarak dari hal-hal yang melanggar batas 

dosa atau yang mengarah kepada dosa. Selama dia mengan-

dung seorang anak nazir, dia tidak boleh makan sesuatu yang 

haram. Demikian pula, barangsiapa hendak menjadi serupa 

dengan Kristus haruslah dengan hati-hati menyucikan diri me-

reka dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan tidak 

melakukan hal-hal yang merusak manusia baru itu. 

Ketakutan Manoah  

(13:15-23) 

15 Kata Manoah kepada Malaikat TUHAN itu: “Perkenankanlah kami mena-

han Engkau di sini,supaya  kami mengolah anak kambing bagi-Mu.” 16 namun  

jawab Malaikat TUHAN itu kepada Manoah: “Sekalipun engkau menahan Aku 

di sini, hidanganmu itu tidak akan Kumakan. namun  jika engkau hendak 

mengolahnya menjadi korban bakaran, persembahkanlah itu kepada TUHAN.”

Sebab Manoah tidak mengetahui, bahwa Dia itu Malaikat TUHAN. 17 Kemu-

dian berkatalah Manoah kepada Malaikat TUHAN itu: “Siapakah nama-Mu, 

sebab jika  terjadi yang Kaukatakan itu, maka kami hendak memuliakan 

Engkau.” 18 namun  jawab malaikat TUHAN itu kepadanya: “Mengapa engkau 

juga menanyakan nama-Ku? Bukankah nama itu ajaib?” 19 Sesudah itu 

Manoah mengambil seekor anak kambing dan korban sajian, lalu memper-

sembahkannya kepada TUHAN di atas batu. Lalu diperbuat-Nya keajaiban, 

sementara Manoah dan isterinya memandanginya. 20 Sedang nyala api itu 

naik ke langit dari mezbah, maka naiklah Malaikat TUHAN dalam nyala api 

mezbah itu. saat   Manoah dan isterinya melihat hal ini, sujudlah mereka 

dengan mukanya sampai ke tanah. 21 Sejak itu Malaikat TUHAN tidak lagi 

menampakkan diri kepada Manoah dan isterinya. Maka tahulah Manoah, 

bahwa Dia itu Malaikat TUHAN. 22 Berkatalah Manoah kepada isterinya: “Kita 

pasti mati, sebab kita telah melihat Allah.” 23 namun  jawab isterinya kepada-

nya: “Seandainya TUHAN hendak membunuh kita, maka tidaklah Ia mene-

rima korban bakaran dan korban sajian dari tangan kita dan tidaklah Ia 

memperlihatkan semuanya itu kepada kita dan tidaklah Ia memperdengar-

kan hal-hal yang demikian kepada kita pada waktu sekarang ini.” 

Dalam perikop ini kita mendapati sebuah penjelasan, 

I. Tentang apa yang terjadi selanjutnya antara Manoah dan Sang 

Malaikat dalam percakapan ini. yaitu  demi kebaikannya bahwa 

saat   Sang Malaikat ada bersamanya, disembunyikan darinya 

bahwa Ia yaitu  Malaikat TUHAN. Sebab, seandainya dia tahu, 

hal itu akan menjadi suatu kengerian baginya sehingga dia tidak 

akan berani berbicara dengan Dia seperti yang terjadi sekarang 

(ay. 16): Manoah tidak mengetahui, bahwa Dia itu Malaikat 

TUHAN. Demikian pula Kristus telah ada di dalam dunia, namun  

dunia tidak mengenal-Nya. Sungguh, Engkau Allah yang menyem-

bunyikan diri. Kita tidak dapat tahan melihat kemuliaan ilahi 

tanpa selubung. sebab  Allah telah memutuskan untuk berbicara 

kepada kita melalui manusia seperti kita, yaitu para nabi dan 

hamba Tuhan, maka bahkan saat   Ia berbicara melalui para 

malaikat-Nya, atau melalui Anak-Nya, mereka menampakkan diri 

dalam rupa manusia, dan hanya disangka sebagai abdi Allah. Nah, 

  

1. Sang Malaikat menolak untuk menerima hidangan Manoah 

dan memintanya untuk mengubahnya menjadi korban per-

sembahan. Manoah, sebab  ingin menunjukkan rasa hormat 

dan terima kasih kepada orang asing yang patut disegani ini, 

yang telah membawa kepada mereka kabar sukacita, memo-

hon agar Ia berkenan menyantap makanan bersamanya (ay. 

15): Kami akan segera mengolah anak kambing bagi-Mu. Orang-

orang yang menyambut berita, akan bersikap baik kepada para 

pembawa berita demi Dia yang mengutus mereka (1Tes. 5:13). 

Namun Sang Malaikat memberi tahu dia (ay. 16) bahwa Ia 

tidak akan memakan hidangannya, sama seperti Ia tidak mau 

makan hidangan Gideon, namun , seperti kepada Gideon, Ia 

memerintahkan Manoah untuk mempersembahkannya kepada 

Allah (6:20-21). Para malaikat tidak membutuhkan makanan 

ataupun minuman. namun  memuliakan Allah yaitu  makanan 

dan minuman mereka, dan itu menjadi makanan dan minum-

an Kristus juga (Yoh. 4:34). Kita juga sedikit banyak melaku-

kan kehendak Allah seperti mereka jika , meskipun kita 

tidak dapat hidup tanpa makanan dan minuman, namun kita 

makan dan minum bagi kemuliaan Allah, dan dengan demi-

kian bahkan mengubah makanan kita sehari-hari menjadi 

korban persembahan.  

2. Sang Malaikat menolak untuk memberitahukan nama-Nya, 

dan bahkan tidak ingin memuaskan keingintahuannya. Ma-

noah ingin tahu nama-Nya (ay. 17), dan dari suku apa asal-

Nya, bukan seolah-olah dia meragukan kebenaran berita-Nya, 

melainkansupaya  mereka dapat membalas kunjungan-Nya, 

dan mengenal-Nya dengan lebih baik. Sungguh baik jika  

kita berusaha mengenal lebih dekat lagi orang-orang  baik dan 

hamba-hamba Tuhan yang baik. Dan Manoah memiliki ren-

cana lebih lanjut: “Sebab jika  terjadi yang Kaukatakan itu, 

maka kami hendak memuliakan Engkau, memasyhurkan Eng-

kau sebagai seorang nabi yang sejati, dan mengajak orang lain 

datang kepada-Mu untuk menerima pengajaran.supaya  kami 

dapat menamai anak yang akan dilahirkan itu dengan nama-

Mu, dan dengan begitu memuliakan Engkau. Atausupaya  

kami dapat mengirimkan sebuah hadiah kepada-Mu, untuk 

menghormati orang yang telah dihormati Allah.” Namun Sang 

Malaikat menolak permohonannya dengan sebuah pertanyaan 

yang menghalang-halangi keingintahuannya (ay. 18): Mengapa 

engkau juga menanyakan nama-Ku? Yakub sendiri tidak 

berhasil mendapat perkenanan ini (Kej. 32:29). Perhatikanlah, 

kita tidak akan mendapatkan apa yang kita minta jika kita tidak 

tahu apa yang kita minta. Permohonan Manoah diajukan 

dengan jujur, namun ditolak. Allah memberi tahu Musa nama-

Nya (Kel. 3:13-14), sebab Musa memiliki  keperluan tertentu 

untuk mengetahuinya, namun  di sini tidak ada keperluan apa-

apa. Petunjuk yang ditanyakan Manoah tentang kewajibannya 

telah diberitahukan kepadanya dengan jelas (ay. 12-13), namun  

sesuatu yang ditanyakannya untuk memuaskan keingintahu-

annya ditolak. Allah dalam firman-Nya telah memberi kita 

petunjuk-petunjuk yang lengkap tentang kewajiban kita, namun  

Ia tidak pernah bermaksud untuk menjawab semua pertanyaan 

dari kepala yang suka menduga-duga banyak hal. Sang Malai-

kat memberinya alasan atas penolakan-Nya: Nama itu 

ajaib. Nama para malaikat belumlah diungkapkan, untuk men-

cegah bahaya memberhalakan mereka. Sesudah masa pem-

buangan, saat   jemaat Yahudi disembuhkan dari penyem-

bahan berhala, para malaikat menyatakan diri mereka kepada 

Daniel melalui nama mereka, Mikhael dan Gabriel. Dan kepada 

Zakharia malaikat memberitahukan namanya tanpa ditanya 

(Luk. 1:19): Akulah Gabriel. namun  di sini nama itu raha-

sia, atau ajaib, terlalu ajaib bagi kita. Salah satu nama Kristus 

yaitu  Ajaib (Yes. 9:5). Nama-Nya telah lama menjadi rahasia, 

namun  oleh Injil nama itu dinyatakan: Yesus Sang Jurusela-

mat. Manoah tidak boleh bertanya sebab dia tidak boleh tahu. 

Perhatikanlah, 

(1) Ada hal-hal yang tersembunyi yang bukan untuk kita, dan 

kita harus berpuas diri bahwa hal-hal itu gelap bagi kita, 

selama kita berada di sini di dalam dunia ini.  

(2) Oleh sebab  itu, janganlah kita menuruti rasa ingin tahu 

yang sia-sia dalam pertanyaan kita tentang hal-hal ini (Kol. 

2:18). Nescire velle quae Magister maximus docere non vult 

erudita inscitia est – Dengan bersedia untuk tidak mengeta-

hui hal-hal yang tidak ingin diajarkan oleh Sang Guru Agung 

kita, maka kita menjadi tidak tahu sekaligus bijaksana. 

3. Sang Malaikat membantu dan menerima korban mereka, dan, 

pada waktu berpisah, membuat mereka mengerti siapa diri-

Nya. Ia telah mengarahkan mereka untuk mempersembahkan 

korban bakaran mereka kepada TUHAN (ay. 16). Puji-pujian 

yang dipersembahkan kepada Allah yaitu  jamuan yang paling 

berkenan bagi para malaikat. Sembahlah Allah! (Why. 22:9). Dan 

Manoah, sebab  mendapat jaminan yang begitu baik, kendati 

dia bukanlah seorang imam dan tidak memiliki  mezbah, 

mengubah dagingnya menjadi korban sajian, dan mempersem-

bahkannya kepada TUHAN di atas batu (ay. 19), yaitu, dia 

membawa dan meletakkannya untuk dipersembahkan. “Tuhan, 

inilah persembahanku, perbuatlah seperti yang Kaukehendaki.” 

Demikian pula kita harus membawa hati kita kepada Allah 

sebagai korban yang hidup, dan menyerahkannya kepada 

pekerjaan Roh-Nya. sesudah  segala sesuatunya sekarang siap, 

(1) Lalu diperbuat-Nya keajaiban, sebab nama-Nya yaitu  Ajaib. 

Mungkin keajaiban yang diperbuat-Nya sama dengan apa 

yang telah diperbuat-Nya untuk Gideon, yaitu Ia membuat 

api entah turun dari sorga atau keluar dari batu untuk 

membakar habis korban itu.  

(2) Ia naik ke langit dalam nyala api mezbah itu (ay. 20). De-

ngan ini tampak bahwa Ia bukanlah, seperti yang mereka 

sangka, seorang manusia biasa, melainkan seorang utusan 

langsung dari sorga. Sudah pasti dari sana Ia turun, sebab 

ke sana Ia naik (Yoh. 3:13; 6:62). Hal ini menandakan ber-

kenannya Allah atas korban persembahan itu, dan menun-

jukkan apa yang membuat semua korban persembahan 

kita diterima, yaitu perantaraan malaikat perjanjian, malai-

kat lain itu, yang memberikan banyak kemenyan pada doa 

semua orang kudus, dan dengan demikian mempersembah-

kannya di hadapan takhta (Why. 8:3). Doa yaitu  menaik-

kan jiwa kita kepada Allah. namun  Kristus di dalam hati 

melalui iman, itulah yang menjadikan jiwa itu sebagai kor-

ban persembahan yang berbau harum. Tanpa Dia pelayanan 

kita hanyalah asap yang menusuk hidung, namun  di dalam 

Dia pelayanan kita menjadi nyala api yang diperkenan. Kita 

dapat menerapkannya kepada Kristus yang menjadikan diri-

Nya sendiri sebagai korban bagi kita. Ia naik di dalam nyala 

api dari korban persembahan-Nya sendiri, sebab Ia telah 

masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat 

yang kudus dengan membawa darah-Nya sendiri (Ibr. 9:12). 

saat   Sang Malaikat sedang naik, dikatakan sebanyak dua 

kali (ay. 19-20) bahwa Manoah dan isterinya memandangi-

nya. Ini yaitu  bukti dari mujizat itu: perkara itu benar 

terjadi, sebab atas keterangan kedua saksi mata ini berita 

itu tidak disangsikan. Sang Malaikat melakukan semua 

yang harus dilakukan dalam korban itu, sedangkan mereka 

hanya memandanginya. Namun tidak diragukan lagi, ke-

tika Sang Malaikat naik ke langit, hati mereka turut naik 

bersama Dia dalam ucapan syukur atas janji yang datang 

dari sana, dan dalam pengharapan bahwa penggenapan 

janji itu akan datang dari sana juga. Namun demikian, ke-

tika Sang Malaikat telah naik, mereka tidak berani, seperti 

halnya orang-orang yang menjadi saksi dari kenaikan 

Kristus, berdiri menatap ke langit, namun  dalam rasa takut 

yang penuh kekudusan dan penghormatan mereka sujud 

dengan muka mereka ke tanah. Dan sekarang,  

[1] Tahulah mereka bahwa itu Malaikat (ay. 21). Jelas bah-

wa bukan tubuh seorang manusia yang mereka lihat, 

sebab tubuh itu tidak terikat pada bumi ataupun ter-

bakar oleh api. Sebaliknya, tubuh itu naik, dan naik da-

lam nyala api, dan sebab  itu tepatlah mereka menyim-

pulkan bahwa Dia itu yaitu  seorang malaikat. Sebab 

Allah membuat malaikat-malaikat-Nya menjadi badai, 

dan pelayan-pelayan-Nya menjadi nyala api.  

[2] namun  Malaikat itu tidak pernah lagi menampakkan diri 

kepada mereka. Untuk keperluan tertentu, yang seka-

rang sudah selesai, Dia diutus, bukan untuk menjalin 

hubungan yang terus-menerus, seperti halnya para 

nabi. Mereka harus mengingat dan menjalankan apa 

yang telah dikatakan oleh Sang Malaikat, dan tidak 

berharap untuk mendengar lebih banyak lagi. 

II. Kita mendapati penjelasan tentang kesan-kesan yang ditimbulkan 

oleh penglihatan ini atas Manoah dan istrinya. Sementara Sang 

Malaikat melakukan keajaiban, mereka terus memandanginya, 

dan tidak berkata apa-apa (demikian pula kita sepatutnya meng-

amati perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib dengan penuh per-

hatian, dan diam di hadapan-Nya). Namun saat   Dia telah pergi, 

sesudah menyelesaikan pekerjaan-Nya, mereka baru memiliki  

waktu untuk bermenung.  

1. Dalam perenungan Manoah atas peristiwa tersebut, ada keta-

kutan yang besar (ay. 22). Ia telah berbicara dengan sangat 

yakin tentang anak yang akan segera menjadikan mereka 

orangtua yang bersukacita (ay. 8, 12), namun sekarang ia di-

buat sedemikian bingung oleh suatu hal yang justru seharus-

nya menguatkan dan mendorong imannya, sehingga dia tidak 

meyakini apa-apa lagi selain bahwa mereka berdua akan di-

binasakan dengan segera: Kita pasti mati. yaitu  sebuah pen-

dapat yang secara umum diterima di kalangan rakyat Yahudi 

kuno, bahwa jika orang melihat Allah atau seorang malaikat, 

maka orang itu pasti akan segera mati. Pendapat ini cukup 

mengalahkan iman Manoah untuk saat ini, seperti yang terjadi 

pada Gideon (6:22).  

2. Dalam perenungan istrinya atas peristiwa tersebut, ada iman 

yang besar (ay. 23). Di sini bejana yang lebih lemah menjadi 

orang percaya yang lebih kuat, yang mungkin menjadi alasan 

mengapa Sang Malaikat memilih untuk menampakkan diri 

kepadanya sekali lagi. Hati Manoah mulai ciut, namun  istrinya, 

sebagai seorang penolong yang sepadan baginya, menguatkan-

nya. Berdua lebih baik daripada seorang diri, sebab, jika yang 

satu jatuh ke dalam kemuraman dan keputusasaan, yang lain 

dapat membantunya untuk bangkit. Pasangan hidup haruslah 

dengan penuh kesalehan membantu membesarkan iman dan 

sukacita satu sama lain jika itu dibutuhkan. Tak ada orang 

yang berpikiran lebih baik daripada istri Manoah di sini: Kita 

pasti mati, kata suaminya. “Tidak,” jawabnya, “kita tidak perlu 

takut akan hal itu. Janganlah kita membuat apa yang sebenar-

nya mendukung kita menjadi melawan kita. Kita tidak akan 

mati kecuali memang Allah hendak membunuh kita: kematian 

kita harus datang dari tangan-Nya dan atas perkenanan-Nya. 

Nah, tanda-tanda dari perkenanan-Nya yang telah kita terima 

melarang kita untuk berpikir bahwa Dia merancangkan kebina-

saan kita. Seandainya Ia menganggap pantas untuk membu-

nuh kita,  

(1) Ia tidak akan menerima korban persembahan kita, dan me-

nyatakan penerimaan-Nya atas korban itu dengan meng-

ubahnya menjadi abu (Mzm. 20:4, dalam terjemahan yang 

agak luas). Korban itu yaitu  tebusan nyawa kita, dan api 

yang menyambar korban itu merupakan pertanda yang 

jelas bahwa murka-Nya telah dijauhkan dari kita. Korban 

orang fasik yaitu  suatu kekejian, namun kita melihat 

bahwa korban kita tidaklah demikian.  

 

(2) Ia tidak akan menunjukkan kepada kita semua hal ini, 

pemandangan yang aneh ini, pada saat ini saat   jarang 

atau tidak ada penglihatan sama sekali (1Sam. 3:1). Tidak 

pula Ia akan memberikan janji-janji yang luar biasa besar 

dan berharga ini tentang seorang anak yang akan menjadi 

seorang nazir dan seorang pembebas Israel. Ia tidak akan 

memberi tahu kita hal-hal yang demikian seandainya Ia 

berkenan untuk membunuh kita. Kita tidak perlu takut 

akar pohon menjadi layu jika  satu cabangnya belum 

timbul.” Perhatikanlah, dengan hal ini tampak bahwa Allah 

tidak merancangkan kematian orang-orang berdosa, sebab  

Ia telah menerima korban agung yang dipersembahkan 

oleh Kristus bagi keselamatan mereka, telah membawa 

mereka ke suatu jalan untuk menerima perkenanan-Nya, 

dan telah menjamin keselamatan itu bagi mereka jika  

mereka bertobat. Seandainya Ia berkenan untuk membu-

nuh mereka, pastilah Ia tidak akan melakukan semuanya 

itu. Dan kiranya orang-orang Kristen yang baik yang telah 

bersekutu dengan Allah di dalam firman dan doa, yang 

kepada mereka Allah dengan penuh rahmat telah menyata-

kan diri-Nya, dan yang memiliki  alasan untuk berpikir 

bahwa Allah telah menerima pekerjaan mereka, mendapat 

kekuatan dari hal ini pada hari yang mendung dan gelap. 

“Allah tidak akan melakukan apa yang telah dilakukan-Nya 

bagi jiwaku seandainya Ia telah berencana untuk mening-

galkanku, dan membiarkanku binasa pada akhirnya. Se-

bab pekerjaan Allah itu sempurna, dan tidak akan pernah 

Ia mempermainkan umat-Nya dengan perkenanan-perke-

nanan-Nya.” Belajarlah berpikir seperti istri Manoah, 

“Seandainya Allah telah merancang aku untuk binasa di 

bawah murka-Nya, Ia tidak akan memberikan tanda-tanda 

yang begitu istimewa kepadaku akan perkenanan-Nya.” Hai 

ibu, besar imanmu.  

Kelahiran Simson 

(13:24-25) 

24 Lalu perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki dan memberi nama 

Simson kepadanya. Anak itu menjadi besar dan TUHAN memberkati dia. 

Mulailah hatinya digerakkan oleh Roh TUHAN di Mahane-Dan yang terletak 

di antara Zora dan Esytaol. 

Dalam perikop ini kita mendapati,  

1. Kelahiran Simson. Perempuan yang sudah lama mandul itu 

melahirkan seorang anak laki-laki, sesuai dengan janji yang 

sudah diberikan. Sebab tak satu pun firman Allah akan jatuh sia-

sia ke tanah. Masakan Ia berbicara dan tidak menepatinya?  

2. Namanya, yaitu Simson, yang menurut sebagian penafsir diambil 

dari kata shemesh, matahari, yang diubah menjadi bentuk kecil, 

sol exiguus – matahari kecil. Mungkin sebab , saat   dilahirkan 

seperti Musa sebagai seorang pembebas, Simson seperti Musa 

sangatlah tampan, wajahnya bersinar seperti matahari kecil. Atau 

orangtuanya memberinya nama itu untuk mengingat wajah abdi 

Allah yang bersinar itu, yang membawa berita kepada mereka 

tentang anak ini. Meskipun mereka tidak tahu nama-Nya, namun 

dengan cara demikianlah, sebab  sekarang perkataan-Nya telah 

terwujud, mereka memberi-Nya penghormatan. Matahari kecil, se-

bab seorang nazir telah lahir dan orang-orang nazir yaitu  seper-

ti merjan dan batu nilam (Rat. 4:7), dan sebab  kekuatannya yang 

besar. Matahari dibandingkan dengan seorang pahlawan (Mzm. 

19:6). Jadi mengapa seorang pahlawan yang kuat tidak bisa diban-

dingkan dengan matahari yang sedang bersinar dengan teriknya? 

Matahari kecil, sebab Simson yaitu  kemuliaan dan terang bagi 

bangsanya Israel, dan perlambang akan Kristus, Sang Surya 

kebenaran.  

3. Masa kecilnya. Simson tumbuh lebih daripada biasa dalam hal 

kekuatan dan perawakan, jauh melebihi anak-anak sebayanya. 

Dan bukan hanya dalam hal itu saja, melainkan juga dalam hal-

hal lain, tampak bahwa Tuhan memberkatinya, melayakkan, dan 

melengkapinya, baik di dalam tubuh maupun pikiran, untuk se-

suatu yang besar dan luar biasa. Anak-anak perjanjian akan 

memperoleh berkat.  

4. Masa mudanya. saat   Simson baru tumbuh besar, mulailah hati-

nya digerakkan oleh Roh TUHAN (ay. 25). Ini yaitu  bukti bahwa 

Tuhan memberkatinya. jika  Allah memberikan berkat-Nya, 

maka Ia juga memberikan Roh-Nya untuk melayakkan orang bagi 

berkat tersebut. Sungguh terberkati orang-orang yang di dalam 

hati mereka Roh anugerah mulai bekerja sejak dini, pada masa 

kecil mereka. jika  Roh dicurahkan ke atas anak cucu kita, 

maka mereka akan tumbuh seperti pohon-pohon gandarusa di tepi 

sungai (Yes. 44:3-4). Roh Allah menggerakkan hati Simson di 

perkemahan Dan, yaitu, di perkumpulan orang-orang yang ter-

latih dari suku tersebut, yang mungkin telah mendirikan sebuah 

perkemahan di antara Zora dan Esytaol, dekat dengan tempat di 

mana dia tinggal, untuk melawan serbuan-serbuan orang Filistin. 

Di sana Simson, saat   masih kecil, tampil di antara mereka, dan 

membuat dirinya menonjol melalui sejumlah tindakan yang sa-

ngat berani, dan mengungguli mereka semua dalam perbuatan-

perbuatan gagah dan uji kekuatan. Dan mungkin dia telah me-

nunjukkan dirinya memiliki  semangat yang lebih daripada 

biasa untuk melawan musuh-musuh negerinya, dan