Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 21. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 21. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 21


 hawatiran kita, kalau bukan keyakinan kita 

yang goyah dalam beragama? Kita harus kuat di dalam setiap 

perkataan dan pekerjaan yang baik, di dalam perkataan kebe-

naran dan pekerjaan kebenaran. Kristus harus dihormati de-

ngan pekerjaan baik kita dan dengan perkataan baik kita. Dan 

barangsiapa tulus akan berusaha untuk melakukan kedua-

duanya, dan dengan melakukannya, mereka dapat berharap 

untuk memperoleh penghiburan dan penguatan, sampai pada 

akhirnya kekudusan dan kebahagiaan mereka disempurna-

kan. 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  3  

i bagian terakhir dalam pasal sebelum ini, Rasul Paulus berdoa 

sepenuh hati bagi orang-orang Tesalonika, dan sekarang ia ingin 

supaya mereka mendoakannya sambil mendorong mereka untuk 

percaya kepada Allah. Selain itu, ia juga menambahkan permohonan 

lain bagi mereka (ay. 1-5). Selanjutnya, ia memberi mereka beberapa 

perintah dan pengarahan guna memperbaiki beberapa hal yang tidak 

benar di antara jemaat, seperti yang diberitahukan kepadanya (ay. 6-

15). Ia akhirnya menutup suratnya dengan salam dan doa (ay. 16-

18). 

Permintaan Saleh Rasul Paulus 

(3:1-5) 

1 Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman 

Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di 

antara kamu, 2 dan supaya kami terlepas dari para pengacau dan orang-

orang jahat, sebab bukan semua orang beroleh iman. 3 namun  Tuhan adalah 

setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang 

jahat. 4 Dan kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang kami pesankan 

kepadamu, kamu lakukan dan akan kamu lakukan. 5 Kiranya Tuhan tetap 

menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus. 

Di dalam perikop ini kita melihat, bahwa 

I. Rasul Paulus merindukan doa-doa para sahabatnya: Selanjutnya, 

saudara-saudara, berdoalah untuk kami (ay. 1). Ia senantiasa 

mengingat mereka di dalam doa-doanya, dan ingin agar mereka 

juga tidak melupakan dia dan rekan-rekan sekerjanya, dan de-

ngan sepenuh hati membawa mereka ke takhta kasih karunia-

Nya. Perhatikanlah, 


 538

1.  Ini merupakan salah satu cara untuk memelihara persekutuan 

orang-orang kudus. Bukan sekadar dengan berdoa bersama 

atau satu sama lain, melainkan dengan saling mendoakan ke-

tika tidak berada bersama. Dengan cara ini mereka yang ber-

jauhan dapat bertemu di takhta anugerah. Dan demikian pula 

mereka yang tidak mampu berbuat atau menerima suatu ke-

baikan, dapat berbuat dan menerima kebaikan yang nyata dan 

luar biasa indah ini melalui cara ini. 

2. Sudah menjadi kewajiban jemaat untuk mendoakan para ham-

ba Tuhan. Bukan saja bagi gembala mereka sendiri, melainkan 

juga bagi semua hamba Tuhan yang baik dan setia. Dan, 

3. Para hamba Tuhan membutuhkan, dan oleh sebab itu juga 

merindukan doa-doa jemaat mereka. Betapa luar biasa 

kerendahan hati, dan betapa menggugah hati teladan yang 

diberikan oleh rasul besar ini, yang sebenarnya begitu perkasa 

di dalam doa, namun tidak memandang rendah doa-doa orang 

Kristen yang paling kecil sekalipun, namun  justru mengharap-

kan perhatian mereka. Amatilah lebih lanjut apa yang harus 

mereka doakan sesuai keinginan dan pengarahannya, yakni,  

(1) Keberhasilan pelayanan Injil: supaya firman Tuhan beroleh 

kemajuan dan dimuliakan (ay. 1). Inilah hal besar yang 

paling diinginkan Paulus. Ia lebih ingin agar nama Allah 

dikuduskan, kerajaan-Nya dimajukan, dan kehendak-Nya 

dilaksanakan, dibanding makanan bagi dirinya sendiri. Dia 

ingin agar firman Tuhan dapat berlari (demikianlah istilah 

dalam naskah asli), supaya dapat beredar luas, dan minat 

terhadap agama di dunia ini bisa maju dan bukannya mun-

dur. Tidak sekadar maju, namun  juga berkembang dengan 

pesat. Pada masa itu, bahkan sampai sekarang juga, selu-

ruh kekuatan neraka dibangkitkan dan dikerahkan untuk 

melawan firman Tuhan serta untuk menghalangi pem-

beritaan dan keberhasilannya. Oleh sebab itu kita harus 

berdoa agar semua perlawanan disingkirkan, supaya Injil 

dapat dengan bebas mencapai telinga, hati, dan nurani ma-

nusia. Supaya Injil dapat dimuliakan dalam keinsafan dan 

pertobatan orang-orang berdosa, kemenangan atas perban-

tahan para penyangkal, serta perilaku kudus dari orang-

orang kudus. Allah yang telah mengagungkan hukum 

Taurat dan membuatnya dihormati, akan memuliakan Injil 

Surat 2 Tesalonika 3:1-5 

 539 

serta membuatnya dihormati, sehingga dengan demikian 

memuliakan nama-Nya sendiri juga. Para hamba Tuhan 

dan orang–orang Kristen yang baik sudah sepatutnya me-

rasa puas menjadi orang kecil, menjadi apa pun, atau bah-

kan tidak menjadi apa-apa, asalkan Kristus diagungkan 

dan Injil-Nya dimuliakan. Sekarang Paulus berada di Ate-

na, atau seperti yang diduga beberapa orang, di Korintus, 

dan ia ingin agar orang-orang Tesalonika berdoa, supaya di 

tempat itu ia dapat meraih keberhasilan seperti di Tesalo-

nika, supaya keadaan orang-orang di tempat lain sama 

baiknya dengan keadaan mereka. Perhatikanlah, jika 

para hamba Tuhan pernah berhasil di satu tempat, mereka 

juga seharusnya ingin berhasil di setiap tempat di mana 

mereka memberitakan Injil. 

(2) Bagi keselamatan para pemberita Injil. Ia meminta mereka 

berdoa, bukan untuk meningkatkan kedudukan para ham-

ba Tuhan, melainkan untuk perlindungan mereka: supaya 

kami terlepas dari para pengacau dan orang-orang jahat (ay. 

2). Perhatikanlah, mereka yang memusuhi pemberitaan In-

jil, dan yang menganiaya para pemberitanya, adalah orang-

orang yang tidak menggunakan akal sehat dan berhati 

jahat. Mereka bertindak melawan semua aturan dan hu-

kum akal sehat serta agama. Mereka bersalah sebab  

perilaku mereka sangat tidak pantas dan tidak saleh, tidak 

saja dalam asas-asas atheisme dan kekafiran, namun  juga 

dalam perbuatan-perbuatan jahat dan tidak bermoral. 

Terutama dalam hal penganiayaan, hal yang paling tidak 

masuk akal dan tidak saleh di muka bumi. Perlindungan 

dan bantuan rohani sangat diperlukan oleh para pelayan 

Tuhan yang saleh dan setia, sebab mereka inilah para 

penegak norma yang paling sering diserang. Oleh sebab  

itu, semua orang yang mengharapkan agar kepentingan 

Kristus semakin maju di dunia, harus berdoa bagi mereka. 

Sebab bukan semua orang beroleh iman. Artinya, banyak 

yang belum percaya kepada Injil. Mereka ini tidak mau 

menerimanya, jadi tidak mengherankan jika orang-orang 

seperti ini bersikap resah dan dengki dalam usaha keras 

mereka untuk melawan Injil, menentang pemberitaannya, 

serta menghina para pelayan firman. Terlampau banyak 


 540

orang yang tidak memiliki iman atau kejujuran. Tidak ada 

keyakinan yang dapat kita tanamkan di dalam diri mereka, 

dan kita harus berdoa agar dilepaskan dari orang-orang 

yang tidak memiliki hati nurani ataupun kehormatan, se-

hingga tidak peduli dengan apa yang mereka katakan atau 

lakukan. Adakalanya kita menghadapi bahaya yang sama 

atau bahkan lebih besar dari teman-teman palsu yang ge-

mar berpura-pura, tidak ada bedanya dengan musuh besar 

yang mengaku diri secara terbuka. 

II.  Ia mendorong mereka supaya percaya kepada Allah. Janganlah 

kita hanya berdoa kepada Allah untuk memohon kasih karunia-

Nya, namun  juga menaruh percaya dan keyakinan di dalam kasih 

karunia-Nya, serta dengan rendah hati mengharapkan apa yang 

kita mohonkan itu. Amatilah, 

1. Kebaikan apa yang dapat kita harapkan dari kasih karunia 

Allah, yaitu peneguhan dan perlindungan dari kejahatan. 

Orang-orang Kristen yang terbaik pun membutuhkan manfaat-

manfaat ini. 

(1) Supaya Allah meneguhkan mereka. Inilah yang didoakan 

Rasul Paulus demi kepentingan mereka (2:17), dan seka-

rang ia mendorong mereka untuk mengharapkan anugerah 

ini. Kita tidak akan mampu berdiri tegak jika Allah 

tidak menopang kita. jika langkah kita tetap mengikuti 

jejak-Nya, kaki kita tidak goyang dan kita tidak akan jatuh. 

(2) Supaya Allah memelihara mereka dari kejahatan. Kita 

membutuhkan kasih karunia Allah supaya mampu berte-

kun, dari mulai melakukan pekerjaan baik sampai akhir-

nya. Kejahatan dosa adalah kejahatan yang terbesar, na-

mun masih ada kejahatan-kejahatan lain yang juga ingin 

dijauhkan Allah dari orang-orang kudus-Nya, yaitu keja-

hatan di dalam dunia, ya, semua kejahatan, agar mereka 

dapat memasuki kerajaan sorga.  

2. Betapa kita dapat berbesar hati dalam mengandalkan kasih 

karunia Allah: Tuhan adalah setia. Dia setia kepada janji-janji-

Nya, dan Dia adalah Tuhan yang tidak dapat berdusta. Dia 

tidak akan mengubah perkataan yang telah keluar dari mulut-

Nya. Begitu sebuah janji diucapkan, maka pelaksanaannya 

Surat 2 Tesalonika 3:1-5 

 541 

pasti terjadi. Dia setia perihal hubungan-Nya, sebab  Dia Allah 

dan sahabat yang setia. Kita dapat mempercayakan diri 

kepada semua hubungan yang dijalin-Nya dengan umat-Nya. 

Biarlah kita sungguh-sungguh menepati dan setia kepada 

janji-janji kita, termasuk semua hubungan yang kita jalin 

dengan Allah yang setia ini. Rasul Paulus menambahkan, 

3.  Dasar pengharapan lain bahwa Allah akan melindungi jemaat 

Tesalonika, mengingat bahwa mereka telah melakukan dan 

akan melakukan hal-hal yang diperintahkan kepada mereka 

(ay. 4). Rasul Paulus yakin dengan mereka, dan hal ini dida-

sarkan atas keyakinannya terhadap Allah. Jika bukan demi-

kian halnya, maka tidak akan ada keyakinan terhadap manu-

sia. Ketaatan mereka digambarkan dengan kesediaan mereka 

melakukan apa yang telah diperintahkan Rasul Paulus dan 

para rekan sekerjanya kepada mereka, yakni tiada lain meru-

pakan perintah-perintah Tuhan sendiri. Para rasul memang 

tidak mempunyai tugas selain mengajar orang-orang untuk 

memahami dan melakukan segala sesuatu yang telah Tuhan 

perintahkan (Mat. 28:20). Pengalaman Rasul Paulus mengenai 

ketaatan mereka pada masa lampau membentuk dasar bagi 

keyakinannya bahwa mereka akan melakukan hal-hal yang 

diperintahkan kepada mereka di masa mendatang. Demikian 

pula ini merupakan dasar bagi dia untuk berharap bahwa apa 

saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, kare-

na kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang 

berkenan kepada-Nya (1Yoh. 3:22). 

III. Rasul Paulus menaikkan doa singkat bagi mereka (ay. 5), sebuah 

doa untuk meminta berkat-berkat rohani. Terdapat dua hal ter-

amat penting yang didoakan Rasul Paulus: 

1.  Supaya hati mereka dibentuk untuk mengasihi Allah, supaya 

mereka jatuh cinta kepada Allah sebagai Pribadi yang paling 

unggul dan menyenangkan, yang terbaik dari segala yang ada. 

Ini bukan saja hal yang paling masuk akal dan perlu bagi kita 

untuk memperoleh kebahagiaan, melainkan juga kebahagiaan 

itu sendiri. Kasih kepada Allah itu merupakan bagian terbesar 

dari kebahagiaan sorga itu sendiri, di mana kasih tersebut 

akan disempurnakan. Kita tidak akan pernah dapat mengasihi 

Allah kecuali bila Allah melalui kasih karunia-Nya meluruskan 


 542

hati kita, sebab kasih kita cenderung tertuju kepada hal-hal 

lain. Perhatikanlah, kita dapat mengakibatkan banyak kerugi-

an dengan salah menempatkan perasaan kasih sayang kita. 

Dengan menempatkan kegemaran kita kepada hal-hal yang 

salah, kita berbuat dosa dan membuat sengsara diri sendiri. 

Jika Allah mengarahkan kasih kita sehingga tertuju kepada-

Nya, rasa kasih sayang kita kepada yang lain akan diluruskan. 

2.  Supaya ketabahan dalam menantikan Kristus dapat menyatu 

dengan kasih kepada Allah ini. Tidak ada kasih sejati kepada 

Allah tanpa iman di dalam Yesus Kristus. Kita harus menanti-

kan Kristus, yang menandakan iman kita terhadap-Nya, bah-

wa kita percaya Ia pernah datang di dalam tubuh jasmani dan 

akan datang kembali di dalam kemuliaan. Kita harus meng-

harapkan kedatangan Kristus yang kedua kalinya ini, dan 

benar-benar mempersiapkan diri untuk itu. Kita harus menan-

ti dengan sabar, terus tekun dengan hati tabah menghadapi 

segala sesuatu yang kita alami. Kita memerlukan ketekunan, 

dan kasih karunia Ilahi untuk mengerjakan kesabaran kris-

tiani, yakni ketabahan Kristus, kesabaran demi kepentingan 

Kristus, dan mengikuti teladan-Nya. 

Peringatan Perihal Hidup yang Tidak Tertib 

(3:6-15) 

6 namun  kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan 

Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak 

melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu 

terima dari kami. 7 Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus meng-

ikuti teladan kami, sebab  kami tidak lalai bekerja di antara kamu, 8 dan 

tidak makan roti orang dengan percuma, namun  kami berusaha dan berjerih 

payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara 

kamu. 9 Bukan sebab  kami tidak berhak untuk itu, melainkan sebab  kami 

mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti. 10 Sebab, 

juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini 

kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. 11 Kami 

katakan ini sebab  kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya 

dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. 12 

Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus 

Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan 

demikian makan makanannya sendiri. 13 Dan kamu, saudara-saudara, 

janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik. 14 Jika ada orang yang tidak 

mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia 

dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu, 15 namun  janganlah 

anggap dia sebagai musuh, namun  tegorlah dia sebagai seorang saudara.

Surat 2 Tesalonika 3:6-15 

 543 

sesudah  memuji ketaatan mereka di masa lalu dan menyatakan keya-

kinannya perihal ketaatan mereka di masa mendatang, Rasul Paulus 

melanjutkan dengan memberikan perintah serta pengarahan kepada 

mereka menyangkut beberapa orang yang telah berbuat salah, de-

ngan memperbaiki beberapa hal yang belum mereka laksanakan. 

Amatilah, bahkan di dalam masyarakat Kristen terbaik pun bisa saja 

terdapat orang-orang yang melakukan kesalahan serta beberapa hal 

yang harus diperbaiki. Di seberang sorga sini tidak dapat ditemukan 

kesempurnaan. Dan, bagi perilaku buruk tersedia hukum yang baik. 

Laporan perihal ketidaktertiban hidup yang didengar Paulus yang 

terjadi di antara orang-orang Tesalonika menghasilkan hukum-hu-

kum yang baik, seperti yang kita dapati di dalam ayat-ayat tadi, yang 

senantiasa berguna bagi kita dan semua orang yang berkepentingan. 

Amatilah, 

I. Hal-hal yang masih belum benar di antara orang-orang Tesalonika 

yaitu,  

1. Lebih bersifat umum. Ada beberapa orang yang tidak melaku-

kan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah 

mereka terima dari Rasul Paulus (ay. 6). Beberapa saudara me-

lakukan kesalahan ini. Mereka tidak menjalani hidup teratur, 

atau menguasai diri sesuai ajaran Kekristenan dan pengakuan 

iman mereka. Mereka tidak menaati ajaran yang diberikan 

Rasul Paulus kepada mereka, namun berpura-pura memper-

hatikannya. Perhatikanlah, orang-orang yang telah menerima 

Injil dan mengaku tunduk kepadanya, diminta supaya hidup 

sesuai dengan Injil. Bila tidak, mereka harus dianggap sebagai 

orang-orang yang melalaikan pekerjaannya. 

2.  Secara khusus, di antara mereka terdapat beberapa orang 

yang tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak 

berguna (ay. 11). Rasul Paulus menerima laporan yang dapat 

dipercaya ini sehingga ia mendapat cukup alasan untuk mem-

beri mereka perintah dan pengarahan sehubungan dengan 

orang-orang seperti itu, bagaimana mereka harus berperilaku, 

dan bagaimana jemaat harus bertindak terhadap mereka. 

(1) Ada beberapa orang di antara mereka yang bermalas-ma-

lasan, tidak bekerja sama sekali, atau tidak melakukan apa 

pun. Sepertinya mereka ini bukanlah orang-orang gelojoh 


 544

atau pemabuk, melainkan malas, dan oleh sebab  itu dise-

but orang-orang yang melalaikan pekerjaan mereka. Tidak-

lah cukup bila ada yang sekadar berkata bahwa orang-

orang ini tidak menyakiti siapa pun, sebab diharapkan dari 

semua orang untuk berbuat baik di tempat-tempat dan 

hubungan yang sudah ditentukan Allah bagi mereka. Ada 

kemungkinan bahwa orang-orang yang malas ini memiliki 

pemahaman tertentu (sebab  salah mengartikan beberapa 

kalimat di dalam surat sebelumnya) perihal kedatangan 

Kristus yang kedua, yang membuat mereka berpikir untuk 

meninggalkan pekerjaan yang telah ditentukan bagi mere-

ka, dan hidup menganggur. Perhatikanlah, sungguh meru-

pakan kesalahan besar atau penyalahgunaan agama, un-

tuk menjadikannya sebagai dalih untuk bermalas-malas 

saja atau untuk berbuat dosa apa saja. Seandainya kita 

memang yakin bahwa hari penghakiman sudah sangat 

dekat, maka kita tetap harus melakukan pekerjaan hari 

lepas hari, sehingga saat  Tuhan datang, Dia mendapati 

kita sedang bekerja. Hamba yang menantikan kedatangan 

Tuhannya haruslah bekerja sebagaimana yang telah di-

perintahkan Tuhan-Nya, supaya segala sesuatu sudah siap 

pada waktu Ia datang. Atau, boleh jadi juga orang-orang 

yang melalaikan pekerjaan mereka ini beranggapan bahwa 

kebebasan yang diberikan Kristus untuk memerdekakan 

mereka itu juga membebaskan mereka dari pelayanan serta 

pekerjaan yang menjadi panggilan mereka di dunia. Pada-

hal, mereka harus tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia 

dipanggil Allah (1Kor. 7:20, 24). Ketekunan untuk menger-

jakan panggilan khusus kita sebagai manusia merupakan 

kewajiban yang diminta dari kita oleh panggilan kita seba-

gai orang Kristen secara umum. Atau, mungkin juga keder-

mawanan yang umum dilakukan di antara orang-orang 

Kristen pada masa itu terhadap saudara-saudara mereka 

yang miskin, telah mendorong beberapa di antara mereka 

untuk hidup bermalas-malasan, sebab  tahu bahwa jemaat 

pasti akan memelihara mereka. Namun, apa pun penye-

babnya, mereka sungguh patut dipersalahkan. 

(2) Di antara mereka ada orang-orang yang sibuk dengan hal-hal 

yang tidak berguna. Sepertinya, orang-orang yang malas itu 

Surat 2 Tesalonika 3:6-15 

 545 

juga sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Hal ini 

mungkin terlihat bertolak belakang. Namun memang begi-

tulah yang biasanya terjadi, bahwa orang-orang yang tidak 

mempunyai urusan untuk dikerjakan atau melalaikannya, 

justru menyibukkan diri dengan urusan orang lain. Jika 

kita bermalas-malasan, Iblis dan hati yang cemar akan 

segera menemukan sesuatu untuk kita kerjakan. Pikiran 

manusia senantiasa sibuk. Jika tidak digunakan untuk 

melakukan hal baik, ia akan melakukan hal buruk. Per-

hatikanlah, orang-orang yang sibuk dengan hal-hal tidak 

berguna juga gemar melalaikan pekerjaan. Mereka ini suka 

memuaskan rasa ingin tahu dengan sia-sia, dengan cara 

tidak sopan mencampuri urusan orang lain yang tidak ada 

hubungannya dengan diri mereka, dan menyusahkan diri 

serta orang lain dengan cara itu. Rasul Paulus memperi-

ngatkan Timotius (1Tim. 5:13) agar waspada terhadap 

mereka yang dengan keluar masuk rumah orang, membiasa-

kan diri bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-malas 

saja, namun  juga meleter dan mencampuri soal orang lain 

dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas. 

II.  Hukum-hukum baik yang muncul akibat semua perilaku buruk 

ini. Mengenai ini dapat kita amati,  

1.  Siapa yang membuat hukum-hukum itu: ini adalah perintah-

perintah dari para rasul Tuhan kita, yang diberikan di dalam 

nama Tuhan mereka dan Tuhan kita, yakni hukum-hukum 

yang dibuat oleh Tuhan kita sendiri. Kami berpesan kepada-

mu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus (ay. 6). 

Dan lagi, kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kris-

tus (ay. 12). Rasul Paulus menggunakan perkataan yang me-

ngandung wibawa sekaligus permintaan, dan saat  terjadi keka-

cauan yang harus diluruskan atau dicegah, kedua hal tadi dibu-

tuhkan. Sudah seharusnya wibawa Kristus membuat pikiran kita 

menaruh hormat sehingga taat, sedangkan kasih karunia dan 

kebaikan-Nya seharusnya membuat hati kita terpesona. 

2.  Seperti apa hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang 

baik itu. Rasul Paulus memberikan pengarahan kepada selu-

ruh jemaat, perintah kepada orang-orang yang melalaikan 


 546

pekerjaan, dan nasihat terutama kepada mereka yang berperi-

laku baik di antara mereka. 

(1) Perintah-perintah dan pengarahan-pengarahannya bagi selu-

ruh jemaat mencakup, 

[1]  Perilaku mereka terhadap orang-orang di antara mereka 

yang melalaikan pekerjaan, yang diungkapkan sebagai 

berikut, jauhkan diri dari setiap saudara yang tidak me-

lakukan pekerjaannya (ay. 6), dan kemudian menandai 

dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi 

malu, namun  janganlah anggap dia sebagai musuh, namun  

tegorlah dia sebagai seorang saudara (ay. 14-15). Peng-

arahan Rasul Paulus patut dijalankan dengan cermat 

dalam bertindak terhadap orang-orang yang melalaikan 

pekerjaan mereka. Kita harus sangat berhati-hati dalam 

memberikan kecaman dan hukuman gerejawi. Pertama, 

kita harus menyelidiki benar-benar orang yang diduga 

atau dituduh tidak menaati atau berperilaku berten-

tangan dengan firman Allah. Artinya, kita harus mem-

punyai bukti yang cukup mengenai kesalahannya sebe-

lum bertindak lebih lanjut. Kedua, kita harus menegur-

nya dengan cara bersahabat. Kita harus mengingatkan 

dia tentang dosa yang telah diperbuatnya, dan tentang 

kewajibannya, dan semua ini harus dilakukan secara 

pribadi (Mat. 18:15). Ketiga, jika ia tidak mau men-

dengarkan, kita harus menjauhkan diri darinya dan 

tidak bergaul dengannya. Artinya, kita harus menghin-

darkan diri bergaul akrab dengan orang-orang seperti 

itu, sebab  dua alasan, supaya kita tidak belajar dari 

perilaku jahatnya. Sebab orang yang mengikuti orang-

orang malas dan sia-sia, serta bergaul dengan mereka, 

ada dalam bahaya menjadi seperti mereka juga. Alasan 

lain adalah untuk membuat mereka malu sehingga 

dengan demikian mengubah orang-orang yang bersalah 

itu. Supaya saat  orang-orang yang malas dan melalai-

kan pekerjaan itu melihat bagaimana perilaku mereka 

yang sembarangan itu tidak disukai oleh semua orang 

yang bijaksana dan baik, mereka menjadi malu sehing-

ga mau berperilaku lebih tertib. Oleh sebab itu, kasih 

Surat 2 Tesalonika 3:6-15 

 547 

terhadap saudara-saudara yang bersalah, meskipun kita 

membenci kejahatan mereka, haruslah menjadi alasan 

mengapa kita menjauhkan diri dari mereka. Bahkan me-

reka yang mendapat hukuman gerejawi pun tidak boleh 

dianggap sebagai musuh (ay. 15). sebab  jika mereka 

telah dimenangkan dan diperbaharui kembali, mereka 

akan memperoleh kembali pujian, penghiburan, serta 

hak-hak istimewa sebagai anggota jemaat dan sebagai 

saudara-saudara seiman. 

[2] Perilaku dan tindak tanduk jemaat secara umum harus 

sesuai dengan teladan baik yang telah diberikan Rasul 

Paulus serta rekan-rekannya yang ada bersamanya: Se-

bab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus meng-

ikuti teladan kami (ay. 7). Orang-orang yang menanam 

agama di antara mereka telah memberikan teladan baik 

bagi mereka. Para pelayan Injil juga seharusnya menjadi 

teladan bagi kawanan jemaat. Sudah menjadi kewajiban 

orang Kristen untuk tidak saja berjalan menurut kebia-

saan para rasul dan ajaran yang mereka sampaikan, 

namun  juga menurut teladan baik yang telah mereka 

tunjukkan kepada jemaat, untuk menjadi pengikut me-

reka, sama seperti mereka juga menjadi pengikut Kris-

tus. Contoh baik yang terutama disebutkan dan diper-

hatikan Rasul Paulus adalah ketekunannya dan rekan-

rekannya, yang begitu berbeda dengan yang terlihat da-

lam diri orang-orang yang melalaikan pekerjaan mereka: 

“Kami tidak lalai bekerja di antara kamu (ay. 7). Kami 

tidak menyia-nyiakan waktu kami dengan bermalas-

malas, keluar masuk rumah orang sambil menceritakan 

hal sia-sia, serta menggemari hiburan yang tidak ber-

guna.” Mereka bersusah payah dalam pelayanan, dalam 

pemberitan Injil, dan mencari nafkah dengan usaha 

sendiri. Kami tidak makan roti orang dengan percuma 

(ay. 8), meskipun dia sebenarnya layak meminta biaya 

hidup, mengingat bahwa orang-orang yang memberita-

kan Injil berhak hidup dari Injil juga. Ini merupakan 

utang jemaat terhadap para hamba Tuhan yang mela-

yani mereka, dan Rasul Paulus memiliki kuasa atau we-

wenang untuk menuntutnya (ay. 9). Namun, ia melepas-


 548

kan haknya itu sebab  kasih sayangnya kepada mereka, 

dan demi Injil, dan supaya ia dapat menjadi teladan 

bagi mereka yang dapat mereka ikuti (ay. 9). Ia ingin 

agar mereka belajar bagaimana menggunakan waktu 

dengan baik, dan senantiasa mengerjakan sesuatu yang 

dapat menghasilkan hal yang baik. 

(2) Rasul Paulus memerintahkan dan mengarahkan para pema-

las supaya mengubah kelakuan mereka dan menyibukkan 

diri dengan urusan mereka. Ia telah memberikan perintah 

mengenai pokok ini serta teladan yang baik saat  sedang 

berada bersama mereka: Waktu kami berada di antara kamu, 

kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak 

mau bekerja, janganlah ia makan (ay. 10). Sudah menjadi 

pepatah di antara orang Yahudi, bahwa mereka yang tidak 

bekerja tidak pantas menerima makanan. Seorang pekerja 

layak menerima makanan, namun  apa yang pantas diterima 

pengangguran yang hanya berkeliaran ke sana kemari? 

Sudah menjadi kehendak Allah bahwa setiap orang mem-

punyai panggilan, dan memperhatikannya, dan melaksana-

kannya. Dan Ia juga menghendaki agar di dunia ini tidak 

seorang pun boleh bermalas-malasan. Orang-orang seperti 

ini berusaha sedapat mungkin untuk menolak ayat yang 

berbunyi, dengan berpeluh engkau akan mencari makanan-

mu. Ini bukanlah keinginan Rasul Paulus, yang merupakan 

orang yang sangat giat dan sebab  itu mau agar setiap 

orang juga berbuat sama, melainkan perintah Yesus Kris-

tus Tuhan kita, supaya mereka tetap tenang melakukan pe-

kerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sen-

diri (ay. 12). Manusia harus mencari nafkah sendiri dengan 

suatu cara apa saja yang baik, sebab jika tidak, mereka 

tidak bisa memperoleh makanan. Amatilah, orang harus 

bekerja dan tidak bermalas-malas. Selain itu, mereka ha-

rus bersikap tenang dan tidak mencampuri urusan orang 

lain. Kita harus berusaha keras untuk tetap tenang dan 

memperhatikan urusan sendiri. Ini merupakan perpaduan 

yang sungguh unggul, meskipun langka, yakni memiliki 

jiwa bersemangat namun tenang, giat dalam urusan sen-

diri, namun tetap tenang menyangkut urusan orang lain.

Surat 2 Tesalonika 3:16-18 

 549 

(3)  Rasul Paulus menasihati mereka yang tidak jemu-jemu ber-

buat apa yang baik (ay. 13), seakan-akan berkata, “Terus-

lah berbuat baik dan semoga kamu senantiasa sejahtera. 

Tuhan menyertaimu selama kamu berada bersama-Nya. 

Jagalah supaya di dalam melakukan apa pun yang baik, 

kamu mengerjakannya dengan tekun. Berpegaglah pada ja-

lan hidupmu, dan bertahanlah sampai akhir. Jangan pernah 

menyerah atau letih dalam pekerjaanmu. Masih ada banyak 

waktu untuk beristirahat jika kamu tiba di sorga, yakni 

peristirahatan abadi yang tersedia bagi umat Allah.” 

Salam Rasul 

(3:16-18) 

16 Dan Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-

Nya terus-menerus, dalam segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu 

sekalian. 17 Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku 

sendiri. Inilah tanda dalam setiap surat: beginilah tulisanku. 18 Kasih karunia 

Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu sekalian! 

Di dalam bagian penutup dari surat ini kita mendapati salam dan doa 

Rasul Paulus bagi orang-orang Tesalonika ini. Biarlah kita juga 

menginginkan doa-doa ini bagi diri sendiri dan teman-teman kita. 

Ada tiga berkat yang dimohonkan atau diharapkan bagi mereka. 

I. Supaya Allah memberi mereka damai sejahtera. Perhatikanlah, 

1. Damai sejahtera merupakan berkat yang dimohonkan atau di-

harapkan. Damai sejahtera ini bisa dimaksudkan sebagai se-

mua jenis kesejahteraan. namun  di sini, yang terutama dimak-

sudkan adalah damai dengan Allah, damai sejahtera di dalam 

pikiran serta hati nurani mereka, damai di antara sesama 

anggota jemaat, dan damai dengan semua orang. 

2.  Damai sejahtera ini senantiasa diharapkan bagi mereka, atau 

di dalam segala hal. Rasul Paulus ingin agar mereka senantia-

sa menerima semua hal yang baik. 

3. Damai sejahtera dalam segala hal, supaya sementara menik-

mati kasih karunia-Nya, mereka juga berhasil menggunakan 

semua sarana dan cara damai. Damai sejahtera sering kali 

sulit didapatkan, meskipun sangat didambakan. 


 550

4.  Supaya Allah yang adalah Tuhan damai sejahtera itu, memberi 

mereka damai sejahtera. Jika kita memiliki damai sejahtera 

yang sangat didambakan itu, maka pastilah Allah sendirilah 

yang memberikannya, sebab Dialah Sang Pencipta dan selalu 

menghendaki damai sejahtera dan mencintai kerukunan. Kita 

tidak akan memiliki hati yang penuh damai sejahtera atau 

bisa menemukan orang yang hatinya berdamai dengan kita, 

kecuali Allah damai sejahtera memberikannya kepada kita. 

II.  Supaya hadirat Allah menyertai mereka: Tuhan menyertai kamu 

sekalian. Kita tidak membutuhkan apa-apa lagi untuk membuat 

kita merasa aman dan bahagia. Kita juga tidak dapat mengingin-

kan apa pun yang lebih baik bagi diri sendiri dan teman-teman 

kita, selain hadirat Allah yang penuh rahmat menyertai kita dan 

mereka. Penyertaan Allah ini akan menjadi pedoman serta peng-

awal kita dalam semua jalan kehidupan yang kita jalani, serta 

menjadi penghiburan dalam setiap keadaan kita. Hadirat Allah 

sendirilah yang akan membuat sorga sebagai sorga, dan membuat 

dunia ini menjadi seperti sorga. Tidak peduli di mana pun kita 

berada, selama Allah menyertai kita, tidak menjadi masalah siapa 

yang tidak berada bersama kita, selama Allah menyertai dan 

berada bersama kita. 

III. Supaya kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai mereka 

sekalian. Demikianlah Rasul Paulus menutup surat pertamanya 

kepada orang-orang Tesalonika ini. Melalui kasih karunia Yesus 

Kristus Tuhan kitalah kita dapat berharap dengan hati tenang 

untuk diperdamaikan dengan Allah dan menikmati hadirat-Nya, 

sebab Dia telah mendekatkan orang-orang yang tadinya jauh dari-

Nya. Kasih karunia inilah yang sepenuhnya membuat kita baha-

gia. Kasih karunia-Nya inilah yang senantiasa dikagumi dan di-

agung-agungkan Rasul Paulus di segala kesempatan, yang dinik-

matinya dengan sukacita dan dipercayainya. Dan, salam atau doa 

ini, yang ditulis dengan tangannya sendiri, dipakainya sebagai pe-

nanda khusus bagi setiap suratnya (bagian-bagian lain di dalam 

surat-suratnya dicatat oleh seorang juru tulis), sebab  ia berhati-

hati agar jemaat-jemaat yang disuratinya itu tidak diperdaya oleh 

surat-surat palsu, yang diketahuinya akan menimbulkan dampak 

yang berbahaya. 

Surat 2 Tesalonika 3:16-18 

 551 

Biarlah kita bersyukur sebab  memiliki kanon atau kumpulan 

kitab-kitab firman Tuhan yang lengkap, yang melalui pemeliharaan 

Ilahi yang luar biasa, terpelihara sehingga tetap murni dan tidak di-

cemari selama sekian abad berturut-turut. Dan janganlah kita berani 

menambahkan atau menguranginya. Marilah kita percaya bahwa 

kitab-kitab yang suci ini sungguh berasal dari Allah sendiri, dan de-

ngan demikian menyesuaikan iman serta perilaku kita dengan Kitab 

Suci ini sebagai satu-satunya peraturan yang memadai yang dapat 

memberi hikmat kepada kita dan menuntun kita kepada keselamatan 

oleh iman kepada Kristus Yesus. Amin. 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

T A F S I R A N  M A T T H E W  H E N R Y  

Surat  

1 Timotius 

   

 

  

 

 

 

 

 

 

TAFSIRAN  

SURAT 1 Timotius   


ejauh ini surat-surat kerasulan Paulus selalu ditujukan kepada 

jemaat-jemaat, namun  sekarang menyusul beberapa surat yang 

diperuntukkan kepada orang-orang tertentu. Dua pucuk surat ke-

pada Timotius, satu untuk Titus, dan satu lagi untuk Filemon, dan 

ketiganya adalah pelayan-pelayan Tuhan. Timotius dan Titus adalah 

pemberita Injil, suatu jabatan yang lebih rendah dibandingkan de-

ngan jabatan rasul, sebagaimana tertulis di dalam surat Efesus 4:11, 

baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil 

maupun gembala-gembala. Tugas dan pekerjaan mereka banyak sa-

manya dengan para rasul, yaitu untuk menanam bakal-bakal jemaat, 

dan mengairi jemaat-jemaat yang sudah ditanam itu, dan sesuai 

dengan tugas-tugas itu, mereka selalu melakukan perjalanan keliling, 

seperti yang dilakukan oleh Timotius. Timotius pertama kali diper-

tobatkan oleh Rasul Paulus, dan itulah sebabnya ia menyapa Timo-

tius sebagai anaknya yang sah di dalam iman. Kita membaca menge-

nai pertobatannya di dalam Kisah Para Rasul 16:3.  

Tujuan dari kedua surat kepada Timotius adalah untuk meng-

arahkan dia bagaimana melaksanakan tugasnya sebagai seorang 

pemberita Injil di Efesus, tempat ia berada pada saat itu. Paulus me-

nyuruh dia ke sana supaya tinggal di situ untuk beberapa waktu 

guna menyempurnakan pekerjaan baik yang telah dimulai Paulus di 

sana. Adapun tugas penggembalaan jemaat sehari-hari, telah diper-

cayakan Paulus dengan sangat khidmat kepada para penilik jemaat, 

seperti tampak dalam Kisah Para Rasul 20:28, di mana ia memerin-


 556

tahkan para penilik, jagalah seluruh kawanan, sebab  kamulah yang 

ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat 

Allah  yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.   

 

PASAL  1  

esudah Rasul Paulus menulis kata pengantar (ay. 1-2), selanjut-

nya kita dapati,  

I. Perintah yang diberikan kepada Timotius (ay. 3-4). 

II. Tujuan sejati dari hukum Taurat (ay. 5-11), di mana Rasul 

Paulus memperlihatkan bahwa tujuan itu seluruhnya sejalan 

dengan Injil. 

III. Rasul Paulus menceritakan panggilannya menjadi seorang 

rasul, yang disyukurinya (ay. 12-16).  

IV. Puji-pujiannya kepada Tuhan (ay. 17). 

V. Pembaruan perintah kepada Timotius (ay. 18), serta menge-

nai keadaan Himeneus dan Aleksander (ay. 19-20). 

Kata Pengantar dan Doa Berkat Kerasulan 

(1:1-4)  

1 Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, 

dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, 2 kepada Timotius, anakku yang 

sah di dalam iman: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah 

Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau. 3 saat  aku hendak 

meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak eng-

kau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang terten-

tu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain 4 ataupun sibuk dengan do-

ngeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan per-

soalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah da-

lam iman. 

Di sini kita dapati,  

I. Kata pengantar dari surat ini, mengenai siapa pengirimnya, yaitu 

dari Paulus, rasul Kristus Yesus, yang ditetapkan sebagai seorang 

rasul menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus. 


 558

Kecakapannya dan semua persyaratan lain dari dirinya tidak per-

lu dipertanyakan lagi. Ia tidak saja mendapat pengutusan, namun  

juga perintah, yang bukan saja dari Allah, Juruselamat kita, te-

tapi juga dari Yesus Kristus. Ia adalah seorang pemberita Injil 

Kristus dan seorang hamba dari kerajaan Kristus. Amatilah, Allah 

adalah Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan 

kita. Perhatikanlah, Yesus Kristus adalah pengharapan orang 

Kristen. Pengharapan kita ada di dalam Dia, seluruh pengharapan 

kita akan kehidupan yang kekal dibangun di atas Dia. Kristus 

yang ada di tengah-tengah kita, Kristus yang adalah pengharapan 

dan kemuliaan (Kol. 1:27). Ia menyebut Timotius sebagai anaknya 

sendiri, sebab  ia telah menjadi alat bagi pertobatannya, dan 

sebab Timotius telah menjadi seorang anak yang melayani dia, 

melayani bersama dia di dalam Berita Injil (Flp. 2:22). Tidak ku-

rang-kurangnya Timotius melaksanakan tugas sebagai seorang 

anak bagi Rasul Paulus, dan begitu juga tidak kurang-kurangnya 

Rasul Paulus menjaga dan memberikan kelembutan hati seorang 

bapa kepadanya.  

II. Doa berkat yang disampaikan adalah, kasih karunia, rahmat, dan 

damai sejahtera dari Allah Bapa. Beberapa orang mengamati bah-

wa di dalam semua surat kerasulan yang ditujukan kepada jema-

at-jemaat, doa berkatnya adalah kasih karunia dan damai sejah-

tera, sedangkan di dalam kedua surat kepada Timotius dan ke-

pada Titus, doa berkatnya adalah kasih karunia, rahmat, dan da-

mai sejahtera. Seolah-olah hamba-hamba Tuhan membutuhkan 

lebih banyak kasih karunia dari pada orang-orang lain. Hamba-

hamba Tuhan membutuhkan lebih banyak kasih karunia daripada 

orang lain, supaya mereka dapat melaksanakan tugas mereka 

dengan setia. Juga, mereka membutuhkan lebih banyak rahmat 

untuk mengampuni apa yang salah di dalam diri orang lain. Dan 

jika Timotius yang adalah seorang hamba Tuhan yang istimewa, 

berutang pada rahmat Allah serta terus-menerus membutuhkan 

lebih banyak rahmat itu, terlebih lagi kita yang menjadi hamba-

hamba Allah di zaman ini, yang hanya memiliki sedikit dari rohnya 

yang istimewa itu! 

III. Rasul Paulus memberitahukan Timotius tujuan penunjukan diri-

nya untuk memegang jabatan ini, aku telah mendesak engkau 

Surat 1 Timotius 1:1-4 

 559 

supaya engkau tinggal di Efesus. Pada mulanya, Timotius bermak-

sud pergi bersama Rasul Paulus, dan merasa enggan untuk ber-

anjak dari lindungan sayapnya, namun  Rasul Paulus berkehendak 

lain seperti itu. Penunjukan itu diperlukan supaya Timotius dapat 

memberikan pelayanan umum kepada orang banyak, aku telah 

mendesak engkau, katanya. Walaupun Rasul Paulus dapat meng-

gunakan kewenangannya untuk memerintah dia, namun demi 

kasih ia lebih suka memilih untuk memohon kepadanya dengan 

sungguh-sungguh. Tugasnya sekarang adalah dengan berhati-hati 

memperbaiki, baik para pelayan maupun anggota-anggota jemaat 

di sana, nasihatkan mereka, agar jangan mengajarkan ajaran lain, 

selain ajaran yang telah mereka terima. Supaya mereka jangan 

menambahkan apa-apa kepada ajaran Kristen itu dengan ber-

pura-pura hendak menyempurnakan atau memperbaiki keku-

rangannya. Supaya mereka jangan mengubahnya, namun  meme-

gangnya erat-erat seperti keadaan semula saat  ajaran itu disam-

paikan kepada mereka. Perhatikan baik-baik,  

1. Hamba-hamba Tuhan tidak boleh hanya diperintahkan untuk 

memberitakan ajaran Injil yang benar, namun  juga harus dipe-

rintahkan supaya jangan mengajarkan ajaran yang lain. Jika 

ada seorang malaikat dari sorga yang memberitakan suatu Injil 

yang berbeda, terkutuklah dia (Gal. 1:8).  

2. Pada zaman para rasul sudah ada upaya untuk merusak Ke-

kristenan (sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain 

yang mencari keuntungan dari firman Allah [2Kor. 2:17]). Kalau 

tidak ada upaya seperti itu, mungkin saja Timotius sudah 

dibebaskan dari perintah ini.  

3. Timotius tidak saja harus memastikan dirinya sendiri bahwa ia 

tidak akan memberitakan ajaran lain, namun  ia harus memerin-

tahkan juga kepada orang-orang lain supaya jangan sekali-kali 

menambahkan apa pun yang berasal dari diri mereka sendiri 

kepada Injil, atau menguranginya, namun  supaya mereka mem-

beritakan Injil yang murni dan utuh. Ia juga harus bertang-

gung jawab untuk mencegah supaya mereka jangan sibuk 

dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, dan 

bersilat kata. Hal ini sering diulangi di dalam kedua surat ke-

rasulan kepada Timotius (seperti di dalam 4:7; 6:4; 2Tim. 

2:23), dan juga di dalam surat kerasulan kepada Titus. Seba-

gaimana di kalangan orang-orang Yahudi ada beberapa orang 


 560

di antara mereka yang memasukkan ajaran agama Yahudi ke 

dalam Kekristenan, begitu juga ada beberapa orang dari bang-

sa-bangsa lain yang membawa masuk ajaran penyembahan 

berhala ke dalam Kekristenan. “Perhatikan hal-hal ini,” Rasul 

Paulus berkata, “awasi mereka baik-baik, atau mereka akan 

merusak dan menghancurkan hidup keagamaan di antara 

kamu, sebab mereka hanya menghasilkan persoalan belaka, dan 

bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam 

iman.” Apa yang menghasilkan persoalan tidak berguna untuk 

mendidik dan membangun jemaat. Apa yang memunculkan 

perbantahan sebab  meragukan sesuatu, akan meruntuhkan 

jemaat dan bukannya membangunnya. Dan menurut saya, de-

ngan alasan yang sama, segala sesuatu yang hanya menghasil-

kan persoalan dan bukannya membangun kesalehan, harus 

kita tolak dan abaikan. Misalnya, perbantahan yang tidak pu-

tus-putusnya mengenai proses penggantian kepemimpinan 

dalam pelayanan dari rasul-rasul sampai saat sekarang ini, 

kebutuhan mutlak dari pentahbisan jabatan keuskupan, dan 

tujuan dari pelayan Tuhan dalam menjalankan dan mengesah-

kan sakramen-sakramen yang ia layani. Hal-hal ini sama bu-

ruknya seperti dongeng-dongeng Yahudi dan silsilah yang 

tiada putus-putusnya, sebab semua itu membawa kita kepada 

kesulitan-kesulitan tanpa jalan keluar, dan hanya cenderung 

menggoncangkan dasar-dasar pengharapan seorang Kristen 

dan memenuhi pikirannya dengan keraguan dan ketakutan 

yang membingungkan. Membangun kesalehan merupakan tu-

juan yang harus dicapai oleh pelayan-pelayan Tuhan di dalam 

semua pembicaraan mereka, supaya orang-orang Kristen 

dapat meningkat di dalam kesalehan dan bertumbuh semakin 

mirip dengan Allah yang mulia. Amatilah, lebih jauh lagi, 

membangun kesalehan itu harus dilakukan di dalam iman, 

bahwa Injil adalah dasar yang di atasnya kita membangun. 

Oleh imanlah pada mulanya kita datang kepada Allah (Ibr. 

11:6), dan sebab  itu, harus dengan jalan yang sama pula, dan 

dengan prinsip iman yang sama pula, kita harus dibangun. 

Sekali lagi, para pelayan Tuhan harus menjauhi sejauh-jauh-

nya hal-hal yang dapat menimbulkan perbantahan, dan harus 

berusaha sungguh-sungguh untuk berpegang pada nilai-nilai 

yang agung dari agama dan pengamalannya, dan hal-hal ini

Surat 1 Timotius 1:5-11 

 561 

 tidak akan menjadi bahan perbantahan. Sebab, bahkan per-

selisihan mengenai kebenaran-kebenaran yang besar dan per-

lu pun dapat menarik pikiran menjauh dari rancangan utama 

Kekristenan, dan mematikan hal-hal utama dari agama, yang 

terdiri atas pelaksanaan dan ketaatan, dan juga iman, supaya 

kita tidak memegang kebenaran itu di dalam kelaliman, namun  

dapat menyimpan misteri iman di dalam hati nurani yang 

murni.  

Timotius Diingatkan akan Tanggung Jawabnya  

(1:5-11)  

5. Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati 

nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. 6 namun  ada orang yang 

tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia. 7 

Mereka itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkata-

an mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan. 

8 Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan, 9 yakni 

dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, 

melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang 

berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa 

dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, 10 bagi orang cabul dan 

pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan 

seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat 11 yang 

berdasar  Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah 

dipercayakan kepadaku. 

Di sini Rasul Paulus memberi petunjuk kepada Timotius cara melin-

dungi diri dari guru-guru yang ingin memasukkan ajaran Yudaisme 

atau agama Yahudi, atau orang-orang lain yang ingin mencampurkan 

dongeng-dongeng serta silsilah yang tiada putus-putusnya dengan 

Injil. Ia menunjukkan kegunaan Taurat dan kemuliaan Injil.  

I. Rasul Paulus menunjukkan tujuan dan kegunaan Taurat, yaitu 

dimaksudkan untuk memajukan kasih, sebab  kasih adalah kege-

napan hukum Taurat (Rm. 13:10).  

1. Tujuan dari nasihat ini ialah kemurahan hati atau kasih (Rm. 

13:8). Tujuan dan maksud utama dari hukum ilahi itu adalah 

untuk mengajak kita supaya memiliki kasih kepada Allah dan 

kasih satu sama lain. Apa pun yang cenderung melemahkan 

baik kasih kita kepada Allah atau kasih kita terhadap sesama 

saudara cenderung menggagalkan tujuan perintah itu. Dan 

sudah pasti bahwa Injil, yang mengharuskan kita mengasihi 


 562

musuh-musuh kita dan berbuat baik kepada orang yang mem-

benci kita (Luk. 6:27) tidak dimaksudkan untuk mengesam-

pingkan atau menggantikan sebuah perintah yang tujuan 

utamanya adalah kasih. Jauh dari itu, sehingga di samping itu 

kita juga diberi tahu bahwa sekalipun kita memiliki semua 

keuntungan dan tidak memiliki kasih, maka kita hanyalah 

gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing (1Kor. 

13:1). Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu 

adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi 

(Yoh. 13:35). Itulah sebabnya orang-orang yang membangga-

kan pengetahuan mereka mengenai hukum Taurat, namun 

hanya menggunakannya sebagai kedok penyamaran untuk 

mengganggu pemberitaan Injil belaka (dengan berpura-pura 

giat untuk hukum Taurat, padahal memecah belah jemaat dan 

membingungkan mereka), telah menggagalkan apa yang sebe-

narnya menjadi tujuan perintah itu, yaitu kasih, kasih yang 

timbul dari hati yang suci, hati yang dimurnikan oleh iman, 

dimurnikan dari perasaan yang rusak. Supaya kita dapat men-

jaga hati yang kudus, hati kita harus dibersihkan dari semua 

kasih yang penuh dosa. Kasih kita harus timbul dari hati 

nurani yang murni, terjaga tanpa pelanggaran. Yang meme-

nuhi tujuan perintah itu adalah mereka yang berhati-hati 

menjaga hati nuraninya tetap murni, berdasar  kepercaya-

an yang sungguh akan kebenaran firman Allah yang menyertai 

tujuan itu, yang di sini disebut iman yang tulus ikhlas. Di sini 

kita membaca mengenai hal-hal yang sejalan dengan kasih 

karunia yang mulia itu. Jumlahnya ada tiga, yaitu,  

(1) Hati yang suci. Di sanalah kasih itu harus berdiam, dan 

dari sanalah ia harus muncul.  

(2) Hati nurani yang murni, yang di dalamnya kita harus mela-

tih diri kita setiap hari, supaya kita tidak saja dapat mem-

peroleh kasih itu, namun  juga supaya kita dapat menjaganya 

dengan baik (Kis. 24;16).  

(3) Iman yang tulus ikhlas juga harus menyertai kasih itu, se-

bab itu adalah kasih tanpa kepura-puraan. Iman yang be-

kerja dengan tulus ikhlas haruslah bersifat asli dan tulus. 

Nah, sebagian orang yang berpura-pura menjadi pengajar 

hukum Taurat telah menyimpang dari tujuan perintah 

yang sebenarnya. Mereka menjadi orang-orang yang suka 

Surat 1 Timotius 1:5-11 

 563 

berbantah-bantah, namun hal yang mereka perbantahkan 

terbukti mendatangkan pertengkaran yang sia-sia. Mereka 

berlagak seperti pengajar, namun  mereka mengajarkan se-

suatu yang mereka sendiri tidak mengerti. Jika jemaat di-

rusakkan oleh pengajar-pengajar seperti itu, maka kita 

tidak perlu menganggapnya aneh, sebab sejak semula kita 

sudah melihat hal-hal seperti itu memang terjadi. Amatilah,  

[1] saat  seseorang, khususnya para pelayan Tuhan, me-

nyimpang dari hukum utama, yaitu kasih, yang meru-

pakan tujuan dari perintah itu, maka mereka akan ber-

balik kepada omongan yang sia-sia. saat  seseorang 

kehilangan tujuannya, maka tidak heran jika setiap 

langkah yang ia ambil akan membawanya menyimpang 

dari jalannya. 

[2] Omongan yang sembarangan, terutama yang mengenai 

agama, adalah sia-sia. Itu tidak mendatangkan keuntung-

an dan sama sekali tidak berguna bagi segala yang baik, 

serta sangat merugikan dan menyakitkan. Meskipun be-

gitu, masih banyak orang beragama dengan omongan yang 

sia-sia.  

[3] Mereka yang banyak bicara secara sia-sia sangat bang-

ga dan sangat bernafsu untuk menjadi pengajar bagi 

orang-orang lain. Mereka mengingini (yaitu, berlagak 

memiliki) jabatan sebagai seorang pengajar.  

[4] Sangatlah umum terjadi bahwa banyak orang menyu-

sup ke dalam jabatan pelayanan sementara mereka se-

benarnya sangat bodoh mengenai hal-hal yang akan 

mereka bicarakan. Mereka tidak mengerti apa yang me-

reka katakan dan apa yang mereka tegaskan. Dan, de-

ngan kebodohan seperti inilah, tidak diragukan lagi, 

mereka mendidik para pendengar mereka!  

2. Kegunaan hukum Taurat (ay. 8), Kita tahu bahwa hukum Tau-

rat itu baik kalau tepat digunakan. Orang-orang Yahudi meng-

gunakannya secara tidak benar, sebagai alat untuk memecah 

belah jemaat, sebagai topeng untuk menutupi perlawanan me-

reka yang jahat terhadap Injil Kristus. Mereka memakainya 

sebagai alat pembenaran, dan dengan demikian mengguna-

kannya secara tidak benar. Itulah sebabnya kita tidak boleh 


 564

mengabaikan hukum Taurat, namun  menggunakannya secara 

benar dan tepat untuk mencegah dosa. Penyalahgunaan hu-

kum Taurat yang dilakukan oleh sejumlah orang tidak meng-

hilangkan kegunaannya. namun  saat  suatu ketetapan ilahi 

telah disalahgunakan, maka kembalikanlah ketetapan itu 

kepada penggunaannya yang benar dan buanglah apa yang 

telah disalahgunakan, sebab hukum Taurat itu masih sangat 

berguna sebagai peraturan hidup. Meskipun kita tidak berada 

di bawah hukum Taurat sebagai perjanjian yang menghendaki 

usaha manusia, namun hukum itu baik untuk mengajar kita 

apakah dosa itu dan apakah kewajiban itu. Hukum Taurat 

tidak dibuat untuk orang benar, artinya, hukum itu tidak 

dibuat untuk orang-orang yang mematuhinya, sebab jika kita 

dapat mematuhi hukum Taurat, maka kebenaran akan datang 

sebab  meakukan hukum Taurat (Gal. 3:21). namun  hukum 

Taurat itu dibuat untuk orang-orang jahat, untuk mencegah 

mereka, untuk menegur mereka, dan untuk menghentikan ke-

jahatan dan kecemaran. Kasih karunia Allah itulah yang 

mengubah hati manusia, namun  kengerian hukum Taurat da-

pat digunakan untuk mengikat tangan mereka dan mengekang 

lidah mereka. Seorang yang benar tidak mengingini pembatas-

an yang diperlukan oleh orang-orang jahat. Atau setidaknya 

hukum Taurat itu tidak dibuat terutama atau pada dasarnya 

untuk orang benar, namun  untuk orang-orang berdosa dari 

segala jenis, baik dalam ukuran besar atau kecil (ay. 9-10). Di 

dalam daftar hitam orang-orang berdosa ini, secara khusus 

Rasul Paulus menunjukkan kepada loh batu yang kedua, yaitu 

kewajiban-kewajiban yang harus kita lakukan kepada sesama 

kita. Terhadap hukum yang kelima dan keenam, pembunuh 

bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya. Ter-

hadap hukum yang ketujuh, bagi orang cabul dan pemburit. 

Terhadap hukum yang kedelapan, bagi penculik. Terhadap hu-

kum yang kesembilan, bagi pendusta, bagi orang makan sum-

pah. Kemudian ia menutupnya dengan kalimat ini, dan sete-

rusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat. 

Beberapa orang memahaminya sebagai pelembagaan kekuasa-

an di dalam pengadilan sipil untuk membuat peraturan dan 

hukum bagi para pendosa yang jahat seperti yang telah di-

Surat 1 Timotius 1:5-11 

 565 

perincikan itu, dan untuk menjaga agar peraturan dan hukum 

tersebut benar-benar ditegakkan.  

II. Rasul Paulus menunjukkan kemuliaan dan kasih karunia dari 

Injil. Ungkapan-ungkapan Rasul Paulus dalam menggambarkan 

suatu hal sangatlah menarik hati dan penting. Sering kali setiap 

ungkapan terdiri dari sebuah kalimat, seperti dalam ay. 11, yang 

berdasar  Injil dari Allah yang mulia dan mahabahagia. sebab  

itu marilah kita belajar, 

1. Untuk memanggil Allah sebagai Allah yang mahabahagia, ber-

bahagia tanpa batas di dalam menikmati Diri-Nya dan kesem-

purnaan Diri-Nya Sendiri. 

2. Untuk menyebut Injil sebagai Injil yang mulia, sebab memang 

begitulah Injil itu adanya. Banyak kemuliaan Allah tampak da-

lam karya penciptaan dan pemeliharaan-Nya, namun  lebih ba-

nyak lagi di dalam Injil, di mana kemuliaan itu bercahaya pada 

wajah Yesus Kristus. Rasul Paulus menganggap sebagai suatu 

kehormatan besar yang dianugerahkan kepadanya, dan seba-

gai sebuah anugerah besar yang dikaruniakan kepadanya, 

bahwa Injil yang mulia itu dipercayakan kepadanya. Yaitu, 

pemberitaannya, sebab tugas untuk menyampaikannya tidak 

dipercayakan kepada sembarangan manusia atau sekelompok 

manusia begitu saja di dunia ini. Penetapan syarat-syarat kese-

lamatan di dalam Injil Kristus adalah pekerjaan Allah sendiri, 

namun pemberitaan tentang keselamatan itu kepada dunia di-

percayakan kepada para rasul dan pelayan-pelayan Tuhan. Per-

hatikan baik-baik di sini,  

(1) Pelayanan itu adalah sebuah kepercayaan, sebab Injil dise-

rahkan kepada rasul ini. Rasul adalah jabatan kepercayaan 

dan juga kuasa. Jabatan rasul lebih besar derajatnya dari 

pada jabatan pelayan Tuhan. sebab  itulah para pelayan 

Tuhan disebut juga sebagai hamba-hamba (1Kor. 4:1) 

(2) Pelayanan itu adalah sebuah kepercayaan yang mulia, ka-

rena Injil yang dipercayakan kepada mereka adalah Injil 

yang mulia. Kepercayaan ini adalah kepercayaan yang ter-

amat penting. Kemuliaan Allah sangat banyak terkait di da-

lamnya. Ya Tuhan, betapa besarnya kepercayaan yang dise-

rahkan kepada kami! Betapa banyak kasih karunia yang 


 566

kami perlukan, supaya didapati setia di dalam kepercayaan 

yang besar ini! 

Para Penyesat Ditegur 

(1:12-17)  

12. Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, 

Tuhan kita, sebab  Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan 

ini kepadaku – 13 aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang pengania-

ya dan seorang ganas, namun  aku telah dikasihani-Nya, sebab  semuanya itu 

telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. 14 Malah kasih karu-

nia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan 

iman dan kasih dalam Kristus Yesus. 15 Perkataan ini benar dan patut dite-

rima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan 

orang berdosa,” dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. 16 namun  

justru sebab  itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang 

paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan 

demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-

Nya dan mendapat hidup yang kekal. 17 Hormat dan kemuliaan sampai sela-

ma-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, 

yang esa! Amin. 

Di sini Rasul Paulus,  

I. Mengucap syukur kepada Yesus Kristus sebab  menempatkan dia 

di dalam pelayanan itu. Amatilah,  

1. Kristuslah yang menempatkan orang di dalam pelayanan (Kis. 

26:16-17). Allah mengecam nabi-nabi palsu di antara orang-

orang Yahudi dengan kata-kata ini, Aku tidak mengutus para 

nabi itu, namun mereka giat, Aku tidak berfirman kepada mere-

ka, namun mereka bernubuat (Yer. 23:21). Pelayan-pelayan Tu-

han tidak dapat membuat diri mereka sendiri menjadi hamba-

hamba Tuhan, sebab itu adalah pekerjaan Kristus, sebagai 

seorang raja, kepala, dan guru dari jemaat-Nya.  

2. Orang-orang yang Ia tempatkan di dalam pelayanan, Ia layak-

kan untuk pelayanan itu, siapa yang Ia panggil, Ia jadikan 

mampu untuk itu. Para pelayan yang tidak pantas untuk 

melayani, atau tidak memiliki kemampuan untuk itu, bukan-

lah orang-orang yang ditempatkan Kristus di dalam pelayanan 

itu, walaupun ada perbedaan kemampuan berkenaan dengan 

karunia dan anugerah.  

3. Kristus tidak memberikan kemampuan saja, namun  juga kese-

tiaan kepada mereka yang ia tempatkan di dalam pelayanan,

Surat 1 Timotius 1:12-17 

 567 

 sebab  Ia menganggap aku setia. Tidak seorang pun dianggap 

setia selain mereka yang dibuatnya setia. Para pelayan Kristus 

adalah orang-orang yang dapat dipercaya, dan seharusnya me-

reka begitu, sebab  mereka memiliki kepercayaan begitu besar 

yang diserahkan kepada mereka.  

4. Panggilan untuk melayani merupakan suatu perkenanan yang 

besar, sehingga oleh sebab nya mereka yang terpanggil itu 

harus mengucap syukur kepada Yesus