hawatiran kita, kalau bukan keyakinan kita
yang goyah dalam beragama? Kita harus kuat di dalam setiap
perkataan dan pekerjaan yang baik, di dalam perkataan kebe-
naran dan pekerjaan kebenaran. Kristus harus dihormati de-
ngan pekerjaan baik kita dan dengan perkataan baik kita. Dan
barangsiapa tulus akan berusaha untuk melakukan kedua-
duanya, dan dengan melakukannya, mereka dapat berharap
untuk memperoleh penghiburan dan penguatan, sampai pada
akhirnya kekudusan dan kebahagiaan mereka disempurna-
kan.
PASAL 3
i bagian terakhir dalam pasal sebelum ini, Rasul Paulus berdoa
sepenuh hati bagi orang-orang Tesalonika, dan sekarang ia ingin
supaya mereka mendoakannya sambil mendorong mereka untuk
percaya kepada Allah. Selain itu, ia juga menambahkan permohonan
lain bagi mereka (ay. 1-5). Selanjutnya, ia memberi mereka beberapa
perintah dan pengarahan guna memperbaiki beberapa hal yang tidak
benar di antara jemaat, seperti yang diberitahukan kepadanya (ay. 6-
15). Ia akhirnya menutup suratnya dengan salam dan doa (ay. 16-
18).
Permintaan Saleh Rasul Paulus
(3:1-5)
1 Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman
Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di
antara kamu, 2 dan supaya kami terlepas dari para pengacau dan orang-
orang jahat, sebab bukan semua orang beroleh iman. 3 namun Tuhan adalah
setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang
jahat. 4 Dan kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang kami pesankan
kepadamu, kamu lakukan dan akan kamu lakukan. 5 Kiranya Tuhan tetap
menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.
Di dalam perikop ini kita melihat, bahwa
I. Rasul Paulus merindukan doa-doa para sahabatnya: Selanjutnya,
saudara-saudara, berdoalah untuk kami (ay. 1). Ia senantiasa
mengingat mereka di dalam doa-doanya, dan ingin agar mereka
juga tidak melupakan dia dan rekan-rekan sekerjanya, dan de-
ngan sepenuh hati membawa mereka ke takhta kasih karunia-
Nya. Perhatikanlah,
D
538
1. Ini merupakan salah satu cara untuk memelihara persekutuan
orang-orang kudus. Bukan sekadar dengan berdoa bersama
atau satu sama lain, melainkan dengan saling mendoakan ke-
tika tidak berada bersama. Dengan cara ini mereka yang ber-
jauhan dapat bertemu di takhta anugerah. Dan demikian pula
mereka yang tidak mampu berbuat atau menerima suatu ke-
baikan, dapat berbuat dan menerima kebaikan yang nyata dan
luar biasa indah ini melalui cara ini.
2. Sudah menjadi kewajiban jemaat untuk mendoakan para ham-
ba Tuhan. Bukan saja bagi gembala mereka sendiri, melainkan
juga bagi semua hamba Tuhan yang baik dan setia. Dan,
3. Para hamba Tuhan membutuhkan, dan oleh sebab itu juga
merindukan doa-doa jemaat mereka. Betapa luar biasa
kerendahan hati, dan betapa menggugah hati teladan yang
diberikan oleh rasul besar ini, yang sebenarnya begitu perkasa
di dalam doa, namun tidak memandang rendah doa-doa orang
Kristen yang paling kecil sekalipun, namun justru mengharap-
kan perhatian mereka. Amatilah lebih lanjut apa yang harus
mereka doakan sesuai keinginan dan pengarahannya, yakni,
(1) Keberhasilan pelayanan Injil: supaya firman Tuhan beroleh
kemajuan dan dimuliakan (ay. 1). Inilah hal besar yang
paling diinginkan Paulus. Ia lebih ingin agar nama Allah
dikuduskan, kerajaan-Nya dimajukan, dan kehendak-Nya
dilaksanakan, dibanding makanan bagi dirinya sendiri. Dia
ingin agar firman Tuhan dapat berlari (demikianlah istilah
dalam naskah asli), supaya dapat beredar luas, dan minat
terhadap agama di dunia ini bisa maju dan bukannya mun-
dur. Tidak sekadar maju, namun juga berkembang dengan
pesat. Pada masa itu, bahkan sampai sekarang juga, selu-
ruh kekuatan neraka dibangkitkan dan dikerahkan untuk
melawan firman Tuhan serta untuk menghalangi pem-
beritaan dan keberhasilannya. Oleh sebab itu kita harus
berdoa agar semua perlawanan disingkirkan, supaya Injil
dapat dengan bebas mencapai telinga, hati, dan nurani ma-
nusia. Supaya Injil dapat dimuliakan dalam keinsafan dan
pertobatan orang-orang berdosa, kemenangan atas perban-
tahan para penyangkal, serta perilaku kudus dari orang-
orang kudus. Allah yang telah mengagungkan hukum
Taurat dan membuatnya dihormati, akan memuliakan Injil
Surat 2 Tesalonika 3:1-5
539
serta membuatnya dihormati, sehingga dengan demikian
memuliakan nama-Nya sendiri juga. Para hamba Tuhan
dan orangorang Kristen yang baik sudah sepatutnya me-
rasa puas menjadi orang kecil, menjadi apa pun, atau bah-
kan tidak menjadi apa-apa, asalkan Kristus diagungkan
dan Injil-Nya dimuliakan. Sekarang Paulus berada di Ate-
na, atau seperti yang diduga beberapa orang, di Korintus,
dan ia ingin agar orang-orang Tesalonika berdoa, supaya di
tempat itu ia dapat meraih keberhasilan seperti di Tesalo-
nika, supaya keadaan orang-orang di tempat lain sama
baiknya dengan keadaan mereka. Perhatikanlah, jika
para hamba Tuhan pernah berhasil di satu tempat, mereka
juga seharusnya ingin berhasil di setiap tempat di mana
mereka memberitakan Injil.
(2) Bagi keselamatan para pemberita Injil. Ia meminta mereka
berdoa, bukan untuk meningkatkan kedudukan para ham-
ba Tuhan, melainkan untuk perlindungan mereka: supaya
kami terlepas dari para pengacau dan orang-orang jahat (ay.
2). Perhatikanlah, mereka yang memusuhi pemberitaan In-
jil, dan yang menganiaya para pemberitanya, adalah orang-
orang yang tidak menggunakan akal sehat dan berhati
jahat. Mereka bertindak melawan semua aturan dan hu-
kum akal sehat serta agama. Mereka bersalah sebab
perilaku mereka sangat tidak pantas dan tidak saleh, tidak
saja dalam asas-asas atheisme dan kekafiran, namun juga
dalam perbuatan-perbuatan jahat dan tidak bermoral.
Terutama dalam hal penganiayaan, hal yang paling tidak
masuk akal dan tidak saleh di muka bumi. Perlindungan
dan bantuan rohani sangat diperlukan oleh para pelayan
Tuhan yang saleh dan setia, sebab mereka inilah para
penegak norma yang paling sering diserang. Oleh sebab
itu, semua orang yang mengharapkan agar kepentingan
Kristus semakin maju di dunia, harus berdoa bagi mereka.
Sebab bukan semua orang beroleh iman. Artinya, banyak
yang belum percaya kepada Injil. Mereka ini tidak mau
menerimanya, jadi tidak mengherankan jika orang-orang
seperti ini bersikap resah dan dengki dalam usaha keras
mereka untuk melawan Injil, menentang pemberitaannya,
serta menghina para pelayan firman. Terlampau banyak
540
orang yang tidak memiliki iman atau kejujuran. Tidak ada
keyakinan yang dapat kita tanamkan di dalam diri mereka,
dan kita harus berdoa agar dilepaskan dari orang-orang
yang tidak memiliki hati nurani ataupun kehormatan, se-
hingga tidak peduli dengan apa yang mereka katakan atau
lakukan. Adakalanya kita menghadapi bahaya yang sama
atau bahkan lebih besar dari teman-teman palsu yang ge-
mar berpura-pura, tidak ada bedanya dengan musuh besar
yang mengaku diri secara terbuka.
II. Ia mendorong mereka supaya percaya kepada Allah. Janganlah
kita hanya berdoa kepada Allah untuk memohon kasih karunia-
Nya, namun juga menaruh percaya dan keyakinan di dalam kasih
karunia-Nya, serta dengan rendah hati mengharapkan apa yang
kita mohonkan itu. Amatilah,
1. Kebaikan apa yang dapat kita harapkan dari kasih karunia
Allah, yaitu peneguhan dan perlindungan dari kejahatan.
Orang-orang Kristen yang terbaik pun membutuhkan manfaat-
manfaat ini.
(1) Supaya Allah meneguhkan mereka. Inilah yang didoakan
Rasul Paulus demi kepentingan mereka (2:17), dan seka-
rang ia mendorong mereka untuk mengharapkan anugerah
ini. Kita tidak akan mampu berdiri tegak jika Allah
tidak menopang kita. jika langkah kita tetap mengikuti
jejak-Nya, kaki kita tidak goyang dan kita tidak akan jatuh.
(2) Supaya Allah memelihara mereka dari kejahatan. Kita
membutuhkan kasih karunia Allah supaya mampu berte-
kun, dari mulai melakukan pekerjaan baik sampai akhir-
nya. Kejahatan dosa adalah kejahatan yang terbesar, na-
mun masih ada kejahatan-kejahatan lain yang juga ingin
dijauhkan Allah dari orang-orang kudus-Nya, yaitu keja-
hatan di dalam dunia, ya, semua kejahatan, agar mereka
dapat memasuki kerajaan sorga.
2. Betapa kita dapat berbesar hati dalam mengandalkan kasih
karunia Allah: Tuhan adalah setia. Dia setia kepada janji-janji-
Nya, dan Dia adalah Tuhan yang tidak dapat berdusta. Dia
tidak akan mengubah perkataan yang telah keluar dari mulut-
Nya. Begitu sebuah janji diucapkan, maka pelaksanaannya
Surat 2 Tesalonika 3:1-5
541
pasti terjadi. Dia setia perihal hubungan-Nya, sebab Dia Allah
dan sahabat yang setia. Kita dapat mempercayakan diri
kepada semua hubungan yang dijalin-Nya dengan umat-Nya.
Biarlah kita sungguh-sungguh menepati dan setia kepada
janji-janji kita, termasuk semua hubungan yang kita jalin
dengan Allah yang setia ini. Rasul Paulus menambahkan,
3. Dasar pengharapan lain bahwa Allah akan melindungi jemaat
Tesalonika, mengingat bahwa mereka telah melakukan dan
akan melakukan hal-hal yang diperintahkan kepada mereka
(ay. 4). Rasul Paulus yakin dengan mereka, dan hal ini dida-
sarkan atas keyakinannya terhadap Allah. Jika bukan demi-
kian halnya, maka tidak akan ada keyakinan terhadap manu-
sia. Ketaatan mereka digambarkan dengan kesediaan mereka
melakukan apa yang telah diperintahkan Rasul Paulus dan
para rekan sekerjanya kepada mereka, yakni tiada lain meru-
pakan perintah-perintah Tuhan sendiri. Para rasul memang
tidak mempunyai tugas selain mengajar orang-orang untuk
memahami dan melakukan segala sesuatu yang telah Tuhan
perintahkan (Mat. 28:20). Pengalaman Rasul Paulus mengenai
ketaatan mereka pada masa lampau membentuk dasar bagi
keyakinannya bahwa mereka akan melakukan hal-hal yang
diperintahkan kepada mereka di masa mendatang. Demikian
pula ini merupakan dasar bagi dia untuk berharap bahwa apa
saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, kare-
na kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang
berkenan kepada-Nya (1Yoh. 3:22).
III. Rasul Paulus menaikkan doa singkat bagi mereka (ay. 5), sebuah
doa untuk meminta berkat-berkat rohani. Terdapat dua hal ter-
amat penting yang didoakan Rasul Paulus:
1. Supaya hati mereka dibentuk untuk mengasihi Allah, supaya
mereka jatuh cinta kepada Allah sebagai Pribadi yang paling
unggul dan menyenangkan, yang terbaik dari segala yang ada.
Ini bukan saja hal yang paling masuk akal dan perlu bagi kita
untuk memperoleh kebahagiaan, melainkan juga kebahagiaan
itu sendiri. Kasih kepada Allah itu merupakan bagian terbesar
dari kebahagiaan sorga itu sendiri, di mana kasih tersebut
akan disempurnakan. Kita tidak akan pernah dapat mengasihi
Allah kecuali bila Allah melalui kasih karunia-Nya meluruskan
542
hati kita, sebab kasih kita cenderung tertuju kepada hal-hal
lain. Perhatikanlah, kita dapat mengakibatkan banyak kerugi-
an dengan salah menempatkan perasaan kasih sayang kita.
Dengan menempatkan kegemaran kita kepada hal-hal yang
salah, kita berbuat dosa dan membuat sengsara diri sendiri.
Jika Allah mengarahkan kasih kita sehingga tertuju kepada-
Nya, rasa kasih sayang kita kepada yang lain akan diluruskan.
2. Supaya ketabahan dalam menantikan Kristus dapat menyatu
dengan kasih kepada Allah ini. Tidak ada kasih sejati kepada
Allah tanpa iman di dalam Yesus Kristus. Kita harus menanti-
kan Kristus, yang menandakan iman kita terhadap-Nya, bah-
wa kita percaya Ia pernah datang di dalam tubuh jasmani dan
akan datang kembali di dalam kemuliaan. Kita harus meng-
harapkan kedatangan Kristus yang kedua kalinya ini, dan
benar-benar mempersiapkan diri untuk itu. Kita harus menan-
ti dengan sabar, terus tekun dengan hati tabah menghadapi
segala sesuatu yang kita alami. Kita memerlukan ketekunan,
dan kasih karunia Ilahi untuk mengerjakan kesabaran kris-
tiani, yakni ketabahan Kristus, kesabaran demi kepentingan
Kristus, dan mengikuti teladan-Nya.
Peringatan Perihal Hidup yang Tidak Tertib
(3:6-15)
6 namun kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan
Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak
melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu
terima dari kami. 7 Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus meng-
ikuti teladan kami, sebab kami tidak lalai bekerja di antara kamu, 8 dan
tidak makan roti orang dengan percuma, namun kami berusaha dan berjerih
payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara
kamu. 9 Bukan sebab kami tidak berhak untuk itu, melainkan sebab kami
mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti. 10 Sebab,
juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini
kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. 11 Kami
katakan ini sebab kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya
dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. 12
Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus
Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan
demikian makan makanannya sendiri. 13 Dan kamu, saudara-saudara,
janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik. 14 Jika ada orang yang tidak
mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia
dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu, 15 namun janganlah
anggap dia sebagai musuh, namun tegorlah dia sebagai seorang saudara.
Surat 2 Tesalonika 3:6-15
543
sesudah memuji ketaatan mereka di masa lalu dan menyatakan keya-
kinannya perihal ketaatan mereka di masa mendatang, Rasul Paulus
melanjutkan dengan memberikan perintah serta pengarahan kepada
mereka menyangkut beberapa orang yang telah berbuat salah, de-
ngan memperbaiki beberapa hal yang belum mereka laksanakan.
Amatilah, bahkan di dalam masyarakat Kristen terbaik pun bisa saja
terdapat orang-orang yang melakukan kesalahan serta beberapa hal
yang harus diperbaiki. Di seberang sorga sini tidak dapat ditemukan
kesempurnaan. Dan, bagi perilaku buruk tersedia hukum yang baik.
Laporan perihal ketidaktertiban hidup yang didengar Paulus yang
terjadi di antara orang-orang Tesalonika menghasilkan hukum-hu-
kum yang baik, seperti yang kita dapati di dalam ayat-ayat tadi, yang
senantiasa berguna bagi kita dan semua orang yang berkepentingan.
Amatilah,
I. Hal-hal yang masih belum benar di antara orang-orang Tesalonika
yaitu,
1. Lebih bersifat umum. Ada beberapa orang yang tidak melaku-
kan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah
mereka terima dari Rasul Paulus (ay. 6). Beberapa saudara me-
lakukan kesalahan ini. Mereka tidak menjalani hidup teratur,
atau menguasai diri sesuai ajaran Kekristenan dan pengakuan
iman mereka. Mereka tidak menaati ajaran yang diberikan
Rasul Paulus kepada mereka, namun berpura-pura memper-
hatikannya. Perhatikanlah, orang-orang yang telah menerima
Injil dan mengaku tunduk kepadanya, diminta supaya hidup
sesuai dengan Injil. Bila tidak, mereka harus dianggap sebagai
orang-orang yang melalaikan pekerjaannya.
2. Secara khusus, di antara mereka terdapat beberapa orang
yang tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak
berguna (ay. 11). Rasul Paulus menerima laporan yang dapat
dipercaya ini sehingga ia mendapat cukup alasan untuk mem-
beri mereka perintah dan pengarahan sehubungan dengan
orang-orang seperti itu, bagaimana mereka harus berperilaku,
dan bagaimana jemaat harus bertindak terhadap mereka.
(1) Ada beberapa orang di antara mereka yang bermalas-ma-
lasan, tidak bekerja sama sekali, atau tidak melakukan apa
pun. Sepertinya mereka ini bukanlah orang-orang gelojoh
544
atau pemabuk, melainkan malas, dan oleh sebab itu dise-
but orang-orang yang melalaikan pekerjaan mereka. Tidak-
lah cukup bila ada yang sekadar berkata bahwa orang-
orang ini tidak menyakiti siapa pun, sebab diharapkan dari
semua orang untuk berbuat baik di tempat-tempat dan
hubungan yang sudah ditentukan Allah bagi mereka. Ada
kemungkinan bahwa orang-orang yang malas ini memiliki
pemahaman tertentu (sebab salah mengartikan beberapa
kalimat di dalam surat sebelumnya) perihal kedatangan
Kristus yang kedua, yang membuat mereka berpikir untuk
meninggalkan pekerjaan yang telah ditentukan bagi mere-
ka, dan hidup menganggur. Perhatikanlah, sungguh meru-
pakan kesalahan besar atau penyalahgunaan agama, un-
tuk menjadikannya sebagai dalih untuk bermalas-malas
saja atau untuk berbuat dosa apa saja. Seandainya kita
memang yakin bahwa hari penghakiman sudah sangat
dekat, maka kita tetap harus melakukan pekerjaan hari
lepas hari, sehingga saat Tuhan datang, Dia mendapati
kita sedang bekerja. Hamba yang menantikan kedatangan
Tuhannya haruslah bekerja sebagaimana yang telah di-
perintahkan Tuhan-Nya, supaya segala sesuatu sudah siap
pada waktu Ia datang. Atau, boleh jadi juga orang-orang
yang melalaikan pekerjaan mereka ini beranggapan bahwa
kebebasan yang diberikan Kristus untuk memerdekakan
mereka itu juga membebaskan mereka dari pelayanan serta
pekerjaan yang menjadi panggilan mereka di dunia. Pada-
hal, mereka harus tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia
dipanggil Allah (1Kor. 7:20, 24). Ketekunan untuk menger-
jakan panggilan khusus kita sebagai manusia merupakan
kewajiban yang diminta dari kita oleh panggilan kita seba-
gai orang Kristen secara umum. Atau, mungkin juga keder-
mawanan yang umum dilakukan di antara orang-orang
Kristen pada masa itu terhadap saudara-saudara mereka
yang miskin, telah mendorong beberapa di antara mereka
untuk hidup bermalas-malasan, sebab tahu bahwa jemaat
pasti akan memelihara mereka. Namun, apa pun penye-
babnya, mereka sungguh patut dipersalahkan.
(2) Di antara mereka ada orang-orang yang sibuk dengan hal-hal
yang tidak berguna. Sepertinya, orang-orang yang malas itu
Surat 2 Tesalonika 3:6-15
545
juga sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Hal ini
mungkin terlihat bertolak belakang. Namun memang begi-
tulah yang biasanya terjadi, bahwa orang-orang yang tidak
mempunyai urusan untuk dikerjakan atau melalaikannya,
justru menyibukkan diri dengan urusan orang lain. Jika
kita bermalas-malasan, Iblis dan hati yang cemar akan
segera menemukan sesuatu untuk kita kerjakan. Pikiran
manusia senantiasa sibuk. Jika tidak digunakan untuk
melakukan hal baik, ia akan melakukan hal buruk. Per-
hatikanlah, orang-orang yang sibuk dengan hal-hal tidak
berguna juga gemar melalaikan pekerjaan. Mereka ini suka
memuaskan rasa ingin tahu dengan sia-sia, dengan cara
tidak sopan mencampuri urusan orang lain yang tidak ada
hubungannya dengan diri mereka, dan menyusahkan diri
serta orang lain dengan cara itu. Rasul Paulus memperi-
ngatkan Timotius (1Tim. 5:13) agar waspada terhadap
mereka yang dengan keluar masuk rumah orang, membiasa-
kan diri bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-malas
saja, namun juga meleter dan mencampuri soal orang lain
dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas.
II. Hukum-hukum baik yang muncul akibat semua perilaku buruk
ini. Mengenai ini dapat kita amati,
1. Siapa yang membuat hukum-hukum itu: ini adalah perintah-
perintah dari para rasul Tuhan kita, yang diberikan di dalam
nama Tuhan mereka dan Tuhan kita, yakni hukum-hukum
yang dibuat oleh Tuhan kita sendiri. Kami berpesan kepada-
mu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus (ay. 6).
Dan lagi, kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kris-
tus (ay. 12). Rasul Paulus menggunakan perkataan yang me-
ngandung wibawa sekaligus permintaan, dan saat terjadi keka-
cauan yang harus diluruskan atau dicegah, kedua hal tadi dibu-
tuhkan. Sudah seharusnya wibawa Kristus membuat pikiran kita
menaruh hormat sehingga taat, sedangkan kasih karunia dan
kebaikan-Nya seharusnya membuat hati kita terpesona.
2. Seperti apa hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang
baik itu. Rasul Paulus memberikan pengarahan kepada selu-
ruh jemaat, perintah kepada orang-orang yang melalaikan
546
pekerjaan, dan nasihat terutama kepada mereka yang berperi-
laku baik di antara mereka.
(1) Perintah-perintah dan pengarahan-pengarahannya bagi selu-
ruh jemaat mencakup,
[1] Perilaku mereka terhadap orang-orang di antara mereka
yang melalaikan pekerjaan, yang diungkapkan sebagai
berikut, jauhkan diri dari setiap saudara yang tidak me-
lakukan pekerjaannya (ay. 6), dan kemudian menandai
dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi
malu, namun janganlah anggap dia sebagai musuh, namun
tegorlah dia sebagai seorang saudara (ay. 14-15). Peng-
arahan Rasul Paulus patut dijalankan dengan cermat
dalam bertindak terhadap orang-orang yang melalaikan
pekerjaan mereka. Kita harus sangat berhati-hati dalam
memberikan kecaman dan hukuman gerejawi. Pertama,
kita harus menyelidiki benar-benar orang yang diduga
atau dituduh tidak menaati atau berperilaku berten-
tangan dengan firman Allah. Artinya, kita harus mem-
punyai bukti yang cukup mengenai kesalahannya sebe-
lum bertindak lebih lanjut. Kedua, kita harus menegur-
nya dengan cara bersahabat. Kita harus mengingatkan
dia tentang dosa yang telah diperbuatnya, dan tentang
kewajibannya, dan semua ini harus dilakukan secara
pribadi (Mat. 18:15). Ketiga, jika ia tidak mau men-
dengarkan, kita harus menjauhkan diri darinya dan
tidak bergaul dengannya. Artinya, kita harus menghin-
darkan diri bergaul akrab dengan orang-orang seperti
itu, sebab dua alasan, supaya kita tidak belajar dari
perilaku jahatnya. Sebab orang yang mengikuti orang-
orang malas dan sia-sia, serta bergaul dengan mereka,
ada dalam bahaya menjadi seperti mereka juga. Alasan
lain adalah untuk membuat mereka malu sehingga
dengan demikian mengubah orang-orang yang bersalah
itu. Supaya saat orang-orang yang malas dan melalai-
kan pekerjaan itu melihat bagaimana perilaku mereka
yang sembarangan itu tidak disukai oleh semua orang
yang bijaksana dan baik, mereka menjadi malu sehing-
ga mau berperilaku lebih tertib. Oleh sebab itu, kasih
Surat 2 Tesalonika 3:6-15
547
terhadap saudara-saudara yang bersalah, meskipun kita
membenci kejahatan mereka, haruslah menjadi alasan
mengapa kita menjauhkan diri dari mereka. Bahkan me-
reka yang mendapat hukuman gerejawi pun tidak boleh
dianggap sebagai musuh (ay. 15). sebab jika mereka
telah dimenangkan dan diperbaharui kembali, mereka
akan memperoleh kembali pujian, penghiburan, serta
hak-hak istimewa sebagai anggota jemaat dan sebagai
saudara-saudara seiman.
[2] Perilaku dan tindak tanduk jemaat secara umum harus
sesuai dengan teladan baik yang telah diberikan Rasul
Paulus serta rekan-rekannya yang ada bersamanya: Se-
bab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus meng-
ikuti teladan kami (ay. 7). Orang-orang yang menanam
agama di antara mereka telah memberikan teladan baik
bagi mereka. Para pelayan Injil juga seharusnya menjadi
teladan bagi kawanan jemaat. Sudah menjadi kewajiban
orang Kristen untuk tidak saja berjalan menurut kebia-
saan para rasul dan ajaran yang mereka sampaikan,
namun juga menurut teladan baik yang telah mereka
tunjukkan kepada jemaat, untuk menjadi pengikut me-
reka, sama seperti mereka juga menjadi pengikut Kris-
tus. Contoh baik yang terutama disebutkan dan diper-
hatikan Rasul Paulus adalah ketekunannya dan rekan-
rekannya, yang begitu berbeda dengan yang terlihat da-
lam diri orang-orang yang melalaikan pekerjaan mereka:
Kami tidak lalai bekerja di antara kamu (ay. 7). Kami
tidak menyia-nyiakan waktu kami dengan bermalas-
malas, keluar masuk rumah orang sambil menceritakan
hal sia-sia, serta menggemari hiburan yang tidak ber-
guna. Mereka bersusah payah dalam pelayanan, dalam
pemberitan Injil, dan mencari nafkah dengan usaha
sendiri. Kami tidak makan roti orang dengan percuma
(ay. 8), meskipun dia sebenarnya layak meminta biaya
hidup, mengingat bahwa orang-orang yang memberita-
kan Injil berhak hidup dari Injil juga. Ini merupakan
utang jemaat terhadap para hamba Tuhan yang mela-
yani mereka, dan Rasul Paulus memiliki kuasa atau we-
wenang untuk menuntutnya (ay. 9). Namun, ia melepas-
548
kan haknya itu sebab kasih sayangnya kepada mereka,
dan demi Injil, dan supaya ia dapat menjadi teladan
bagi mereka yang dapat mereka ikuti (ay. 9). Ia ingin
agar mereka belajar bagaimana menggunakan waktu
dengan baik, dan senantiasa mengerjakan sesuatu yang
dapat menghasilkan hal yang baik.
(2) Rasul Paulus memerintahkan dan mengarahkan para pema-
las supaya mengubah kelakuan mereka dan menyibukkan
diri dengan urusan mereka. Ia telah memberikan perintah
mengenai pokok ini serta teladan yang baik saat sedang
berada bersama mereka: Waktu kami berada di antara kamu,
kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak
mau bekerja, janganlah ia makan (ay. 10). Sudah menjadi
pepatah di antara orang Yahudi, bahwa mereka yang tidak
bekerja tidak pantas menerima makanan. Seorang pekerja
layak menerima makanan, namun apa yang pantas diterima
pengangguran yang hanya berkeliaran ke sana kemari?
Sudah menjadi kehendak Allah bahwa setiap orang mem-
punyai panggilan, dan memperhatikannya, dan melaksana-
kannya. Dan Ia juga menghendaki agar di dunia ini tidak
seorang pun boleh bermalas-malasan. Orang-orang seperti
ini berusaha sedapat mungkin untuk menolak ayat yang
berbunyi, dengan berpeluh engkau akan mencari makanan-
mu. Ini bukanlah keinginan Rasul Paulus, yang merupakan
orang yang sangat giat dan sebab itu mau agar setiap
orang juga berbuat sama, melainkan perintah Yesus Kris-
tus Tuhan kita, supaya mereka tetap tenang melakukan pe-
kerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sen-
diri (ay. 12). Manusia harus mencari nafkah sendiri dengan
suatu cara apa saja yang baik, sebab jika tidak, mereka
tidak bisa memperoleh makanan. Amatilah, orang harus
bekerja dan tidak bermalas-malas. Selain itu, mereka ha-
rus bersikap tenang dan tidak mencampuri urusan orang
lain. Kita harus berusaha keras untuk tetap tenang dan
memperhatikan urusan sendiri. Ini merupakan perpaduan
yang sungguh unggul, meskipun langka, yakni memiliki
jiwa bersemangat namun tenang, giat dalam urusan sen-
diri, namun tetap tenang menyangkut urusan orang lain.
Surat 2 Tesalonika 3:16-18
549
(3) Rasul Paulus menasihati mereka yang tidak jemu-jemu ber-
buat apa yang baik (ay. 13), seakan-akan berkata, Terus-
lah berbuat baik dan semoga kamu senantiasa sejahtera.
Tuhan menyertaimu selama kamu berada bersama-Nya.
Jagalah supaya di dalam melakukan apa pun yang baik,
kamu mengerjakannya dengan tekun. Berpegaglah pada ja-
lan hidupmu, dan bertahanlah sampai akhir. Jangan pernah
menyerah atau letih dalam pekerjaanmu. Masih ada banyak
waktu untuk beristirahat jika kamu tiba di sorga, yakni
peristirahatan abadi yang tersedia bagi umat Allah.
Salam Rasul
(3:16-18)
16 Dan Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-
Nya terus-menerus, dalam segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu
sekalian. 17 Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku
sendiri. Inilah tanda dalam setiap surat: beginilah tulisanku. 18 Kasih karunia
Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu sekalian!
Di dalam bagian penutup dari surat ini kita mendapati salam dan doa
Rasul Paulus bagi orang-orang Tesalonika ini. Biarlah kita juga
menginginkan doa-doa ini bagi diri sendiri dan teman-teman kita.
Ada tiga berkat yang dimohonkan atau diharapkan bagi mereka.
I. Supaya Allah memberi mereka damai sejahtera. Perhatikanlah,
1. Damai sejahtera merupakan berkat yang dimohonkan atau di-
harapkan. Damai sejahtera ini bisa dimaksudkan sebagai se-
mua jenis kesejahteraan. namun di sini, yang terutama dimak-
sudkan adalah damai dengan Allah, damai sejahtera di dalam
pikiran serta hati nurani mereka, damai di antara sesama
anggota jemaat, dan damai dengan semua orang.
2. Damai sejahtera ini senantiasa diharapkan bagi mereka, atau
di dalam segala hal. Rasul Paulus ingin agar mereka senantia-
sa menerima semua hal yang baik.
3. Damai sejahtera dalam segala hal, supaya sementara menik-
mati kasih karunia-Nya, mereka juga berhasil menggunakan
semua sarana dan cara damai. Damai sejahtera sering kali
sulit didapatkan, meskipun sangat didambakan.
550
4. Supaya Allah yang adalah Tuhan damai sejahtera itu, memberi
mereka damai sejahtera. Jika kita memiliki damai sejahtera
yang sangat didambakan itu, maka pastilah Allah sendirilah
yang memberikannya, sebab Dialah Sang Pencipta dan selalu
menghendaki damai sejahtera dan mencintai kerukunan. Kita
tidak akan memiliki hati yang penuh damai sejahtera atau
bisa menemukan orang yang hatinya berdamai dengan kita,
kecuali Allah damai sejahtera memberikannya kepada kita.
II. Supaya hadirat Allah menyertai mereka: Tuhan menyertai kamu
sekalian. Kita tidak membutuhkan apa-apa lagi untuk membuat
kita merasa aman dan bahagia. Kita juga tidak dapat mengingin-
kan apa pun yang lebih baik bagi diri sendiri dan teman-teman
kita, selain hadirat Allah yang penuh rahmat menyertai kita dan
mereka. Penyertaan Allah ini akan menjadi pedoman serta peng-
awal kita dalam semua jalan kehidupan yang kita jalani, serta
menjadi penghiburan dalam setiap keadaan kita. Hadirat Allah
sendirilah yang akan membuat sorga sebagai sorga, dan membuat
dunia ini menjadi seperti sorga. Tidak peduli di mana pun kita
berada, selama Allah menyertai kita, tidak menjadi masalah siapa
yang tidak berada bersama kita, selama Allah menyertai dan
berada bersama kita.
III. Supaya kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai mereka
sekalian. Demikianlah Rasul Paulus menutup surat pertamanya
kepada orang-orang Tesalonika ini. Melalui kasih karunia Yesus
Kristus Tuhan kitalah kita dapat berharap dengan hati tenang
untuk diperdamaikan dengan Allah dan menikmati hadirat-Nya,
sebab Dia telah mendekatkan orang-orang yang tadinya jauh dari-
Nya. Kasih karunia inilah yang sepenuhnya membuat kita baha-
gia. Kasih karunia-Nya inilah yang senantiasa dikagumi dan di-
agung-agungkan Rasul Paulus di segala kesempatan, yang dinik-
matinya dengan sukacita dan dipercayainya. Dan, salam atau doa
ini, yang ditulis dengan tangannya sendiri, dipakainya sebagai pe-
nanda khusus bagi setiap suratnya (bagian-bagian lain di dalam
surat-suratnya dicatat oleh seorang juru tulis), sebab ia berhati-
hati agar jemaat-jemaat yang disuratinya itu tidak diperdaya oleh
surat-surat palsu, yang diketahuinya akan menimbulkan dampak
yang berbahaya.
Surat 2 Tesalonika 3:16-18
551
Biarlah kita bersyukur sebab memiliki kanon atau kumpulan
kitab-kitab firman Tuhan yang lengkap, yang melalui pemeliharaan
Ilahi yang luar biasa, terpelihara sehingga tetap murni dan tidak di-
cemari selama sekian abad berturut-turut. Dan janganlah kita berani
menambahkan atau menguranginya. Marilah kita percaya bahwa
kitab-kitab yang suci ini sungguh berasal dari Allah sendiri, dan de-
ngan demikian menyesuaikan iman serta perilaku kita dengan Kitab
Suci ini sebagai satu-satunya peraturan yang memadai yang dapat
memberi hikmat kepada kita dan menuntun kita kepada keselamatan
oleh iman kepada Kristus Yesus. Amin.
T A F S I R A N M A T T H E W H E N R Y
Surat
1 Timotius
TAFSIRAN
SURAT 1 Timotius
ejauh ini surat-surat kerasulan Paulus selalu ditujukan kepada
jemaat-jemaat, namun sekarang menyusul beberapa surat yang
diperuntukkan kepada orang-orang tertentu. Dua pucuk surat ke-
pada Timotius, satu untuk Titus, dan satu lagi untuk Filemon, dan
ketiganya adalah pelayan-pelayan Tuhan. Timotius dan Titus adalah
pemberita Injil, suatu jabatan yang lebih rendah dibandingkan de-
ngan jabatan rasul, sebagaimana tertulis di dalam surat Efesus 4:11,
baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil
maupun gembala-gembala. Tugas dan pekerjaan mereka banyak sa-
manya dengan para rasul, yaitu untuk menanam bakal-bakal jemaat,
dan mengairi jemaat-jemaat yang sudah ditanam itu, dan sesuai
dengan tugas-tugas itu, mereka selalu melakukan perjalanan keliling,
seperti yang dilakukan oleh Timotius. Timotius pertama kali diper-
tobatkan oleh Rasul Paulus, dan itulah sebabnya ia menyapa Timo-
tius sebagai anaknya yang sah di dalam iman. Kita membaca menge-
nai pertobatannya di dalam Kisah Para Rasul 16:3.
Tujuan dari kedua surat kepada Timotius adalah untuk meng-
arahkan dia bagaimana melaksanakan tugasnya sebagai seorang
pemberita Injil di Efesus, tempat ia berada pada saat itu. Paulus me-
nyuruh dia ke sana supaya tinggal di situ untuk beberapa waktu
guna menyempurnakan pekerjaan baik yang telah dimulai Paulus di
sana. Adapun tugas penggembalaan jemaat sehari-hari, telah diper-
cayakan Paulus dengan sangat khidmat kepada para penilik jemaat,
seperti tampak dalam Kisah Para Rasul 20:28, di mana ia memerin-
S
556
tahkan para penilik, jagalah seluruh kawanan, sebab kamulah yang
ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat
Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.
PASAL 1
esudah Rasul Paulus menulis kata pengantar (ay. 1-2), selanjut-
nya kita dapati,
I. Perintah yang diberikan kepada Timotius (ay. 3-4).
II. Tujuan sejati dari hukum Taurat (ay. 5-11), di mana Rasul
Paulus memperlihatkan bahwa tujuan itu seluruhnya sejalan
dengan Injil.
III. Rasul Paulus menceritakan panggilannya menjadi seorang
rasul, yang disyukurinya (ay. 12-16).
IV. Puji-pujiannya kepada Tuhan (ay. 17).
V. Pembaruan perintah kepada Timotius (ay. 18), serta menge-
nai keadaan Himeneus dan Aleksander (ay. 19-20).
Kata Pengantar dan Doa Berkat Kerasulan
(1:1-4)
1 Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita,
dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, 2 kepada Timotius, anakku yang
sah di dalam iman: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah
Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau. 3 saat aku hendak
meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak eng-
kau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang terten-
tu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain 4 ataupun sibuk dengan do-
ngeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan per-
soalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah da-
lam iman.
Di sini kita dapati,
I. Kata pengantar dari surat ini, mengenai siapa pengirimnya, yaitu
dari Paulus, rasul Kristus Yesus, yang ditetapkan sebagai seorang
rasul menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus.
S
558
Kecakapannya dan semua persyaratan lain dari dirinya tidak per-
lu dipertanyakan lagi. Ia tidak saja mendapat pengutusan, namun
juga perintah, yang bukan saja dari Allah, Juruselamat kita, te-
tapi juga dari Yesus Kristus. Ia adalah seorang pemberita Injil
Kristus dan seorang hamba dari kerajaan Kristus. Amatilah, Allah
adalah Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan
kita. Perhatikanlah, Yesus Kristus adalah pengharapan orang
Kristen. Pengharapan kita ada di dalam Dia, seluruh pengharapan
kita akan kehidupan yang kekal dibangun di atas Dia. Kristus
yang ada di tengah-tengah kita, Kristus yang adalah pengharapan
dan kemuliaan (Kol. 1:27). Ia menyebut Timotius sebagai anaknya
sendiri, sebab ia telah menjadi alat bagi pertobatannya, dan
sebab Timotius telah menjadi seorang anak yang melayani dia,
melayani bersama dia di dalam Berita Injil (Flp. 2:22). Tidak ku-
rang-kurangnya Timotius melaksanakan tugas sebagai seorang
anak bagi Rasul Paulus, dan begitu juga tidak kurang-kurangnya
Rasul Paulus menjaga dan memberikan kelembutan hati seorang
bapa kepadanya.
II. Doa berkat yang disampaikan adalah, kasih karunia, rahmat, dan
damai sejahtera dari Allah Bapa. Beberapa orang mengamati bah-
wa di dalam semua surat kerasulan yang ditujukan kepada jema-
at-jemaat, doa berkatnya adalah kasih karunia dan damai sejah-
tera, sedangkan di dalam kedua surat kepada Timotius dan ke-
pada Titus, doa berkatnya adalah kasih karunia, rahmat, dan da-
mai sejahtera. Seolah-olah hamba-hamba Tuhan membutuhkan
lebih banyak kasih karunia dari pada orang-orang lain. Hamba-
hamba Tuhan membutuhkan lebih banyak kasih karunia daripada
orang lain, supaya mereka dapat melaksanakan tugas mereka
dengan setia. Juga, mereka membutuhkan lebih banyak rahmat
untuk mengampuni apa yang salah di dalam diri orang lain. Dan
jika Timotius yang adalah seorang hamba Tuhan yang istimewa,
berutang pada rahmat Allah serta terus-menerus membutuhkan
lebih banyak rahmat itu, terlebih lagi kita yang menjadi hamba-
hamba Allah di zaman ini, yang hanya memiliki sedikit dari rohnya
yang istimewa itu!
III. Rasul Paulus memberitahukan Timotius tujuan penunjukan diri-
nya untuk memegang jabatan ini, aku telah mendesak engkau
Surat 1 Timotius 1:1-4
559
supaya engkau tinggal di Efesus. Pada mulanya, Timotius bermak-
sud pergi bersama Rasul Paulus, dan merasa enggan untuk ber-
anjak dari lindungan sayapnya, namun Rasul Paulus berkehendak
lain seperti itu. Penunjukan itu diperlukan supaya Timotius dapat
memberikan pelayanan umum kepada orang banyak, aku telah
mendesak engkau, katanya. Walaupun Rasul Paulus dapat meng-
gunakan kewenangannya untuk memerintah dia, namun demi
kasih ia lebih suka memilih untuk memohon kepadanya dengan
sungguh-sungguh. Tugasnya sekarang adalah dengan berhati-hati
memperbaiki, baik para pelayan maupun anggota-anggota jemaat
di sana, nasihatkan mereka, agar jangan mengajarkan ajaran lain,
selain ajaran yang telah mereka terima. Supaya mereka jangan
menambahkan apa-apa kepada ajaran Kristen itu dengan ber-
pura-pura hendak menyempurnakan atau memperbaiki keku-
rangannya. Supaya mereka jangan mengubahnya, namun meme-
gangnya erat-erat seperti keadaan semula saat ajaran itu disam-
paikan kepada mereka. Perhatikan baik-baik,
1. Hamba-hamba Tuhan tidak boleh hanya diperintahkan untuk
memberitakan ajaran Injil yang benar, namun juga harus dipe-
rintahkan supaya jangan mengajarkan ajaran yang lain. Jika
ada seorang malaikat dari sorga yang memberitakan suatu Injil
yang berbeda, terkutuklah dia (Gal. 1:8).
2. Pada zaman para rasul sudah ada upaya untuk merusak Ke-
kristenan (sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain
yang mencari keuntungan dari firman Allah [2Kor. 2:17]). Kalau
tidak ada upaya seperti itu, mungkin saja Timotius sudah
dibebaskan dari perintah ini.
3. Timotius tidak saja harus memastikan dirinya sendiri bahwa ia
tidak akan memberitakan ajaran lain, namun ia harus memerin-
tahkan juga kepada orang-orang lain supaya jangan sekali-kali
menambahkan apa pun yang berasal dari diri mereka sendiri
kepada Injil, atau menguranginya, namun supaya mereka mem-
beritakan Injil yang murni dan utuh. Ia juga harus bertang-
gung jawab untuk mencegah supaya mereka jangan sibuk
dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, dan
bersilat kata. Hal ini sering diulangi di dalam kedua surat ke-
rasulan kepada Timotius (seperti di dalam 4:7; 6:4; 2Tim.
2:23), dan juga di dalam surat kerasulan kepada Titus. Seba-
gaimana di kalangan orang-orang Yahudi ada beberapa orang
560
di antara mereka yang memasukkan ajaran agama Yahudi ke
dalam Kekristenan, begitu juga ada beberapa orang dari bang-
sa-bangsa lain yang membawa masuk ajaran penyembahan
berhala ke dalam Kekristenan. Perhatikan hal-hal ini, Rasul
Paulus berkata, awasi mereka baik-baik, atau mereka akan
merusak dan menghancurkan hidup keagamaan di antara
kamu, sebab mereka hanya menghasilkan persoalan belaka, dan
bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam
iman. Apa yang menghasilkan persoalan tidak berguna untuk
mendidik dan membangun jemaat. Apa yang memunculkan
perbantahan sebab meragukan sesuatu, akan meruntuhkan
jemaat dan bukannya membangunnya. Dan menurut saya, de-
ngan alasan yang sama, segala sesuatu yang hanya menghasil-
kan persoalan dan bukannya membangun kesalehan, harus
kita tolak dan abaikan. Misalnya, perbantahan yang tidak pu-
tus-putusnya mengenai proses penggantian kepemimpinan
dalam pelayanan dari rasul-rasul sampai saat sekarang ini,
kebutuhan mutlak dari pentahbisan jabatan keuskupan, dan
tujuan dari pelayan Tuhan dalam menjalankan dan mengesah-
kan sakramen-sakramen yang ia layani. Hal-hal ini sama bu-
ruknya seperti dongeng-dongeng Yahudi dan silsilah yang
tiada putus-putusnya, sebab semua itu membawa kita kepada
kesulitan-kesulitan tanpa jalan keluar, dan hanya cenderung
menggoncangkan dasar-dasar pengharapan seorang Kristen
dan memenuhi pikirannya dengan keraguan dan ketakutan
yang membingungkan. Membangun kesalehan merupakan tu-
juan yang harus dicapai oleh pelayan-pelayan Tuhan di dalam
semua pembicaraan mereka, supaya orang-orang Kristen
dapat meningkat di dalam kesalehan dan bertumbuh semakin
mirip dengan Allah yang mulia. Amatilah, lebih jauh lagi,
membangun kesalehan itu harus dilakukan di dalam iman,
bahwa Injil adalah dasar yang di atasnya kita membangun.
Oleh imanlah pada mulanya kita datang kepada Allah (Ibr.
11:6), dan sebab itu, harus dengan jalan yang sama pula, dan
dengan prinsip iman yang sama pula, kita harus dibangun.
Sekali lagi, para pelayan Tuhan harus menjauhi sejauh-jauh-
nya hal-hal yang dapat menimbulkan perbantahan, dan harus
berusaha sungguh-sungguh untuk berpegang pada nilai-nilai
yang agung dari agama dan pengamalannya, dan hal-hal ini
Surat 1 Timotius 1:5-11
561
tidak akan menjadi bahan perbantahan. Sebab, bahkan per-
selisihan mengenai kebenaran-kebenaran yang besar dan per-
lu pun dapat menarik pikiran menjauh dari rancangan utama
Kekristenan, dan mematikan hal-hal utama dari agama, yang
terdiri atas pelaksanaan dan ketaatan, dan juga iman, supaya
kita tidak memegang kebenaran itu di dalam kelaliman, namun
dapat menyimpan misteri iman di dalam hati nurani yang
murni.
Timotius Diingatkan akan Tanggung Jawabnya
(1:5-11)
5. Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati
nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. 6 namun ada orang yang
tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia. 7
Mereka itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkata-
an mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan.
8 Kita tahu bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan, 9 yakni
dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar,
melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang
berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa
dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, 10 bagi orang cabul dan
pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan
seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat 11 yang
berdasar Injil dari Allah yang mulia dan maha bahagia, seperti yang telah
dipercayakan kepadaku.
Di sini Rasul Paulus memberi petunjuk kepada Timotius cara melin-
dungi diri dari guru-guru yang ingin memasukkan ajaran Yudaisme
atau agama Yahudi, atau orang-orang lain yang ingin mencampurkan
dongeng-dongeng serta silsilah yang tiada putus-putusnya dengan
Injil. Ia menunjukkan kegunaan Taurat dan kemuliaan Injil.
I. Rasul Paulus menunjukkan tujuan dan kegunaan Taurat, yaitu
dimaksudkan untuk memajukan kasih, sebab kasih adalah kege-
napan hukum Taurat (Rm. 13:10).
1. Tujuan dari nasihat ini ialah kemurahan hati atau kasih (Rm.
13:8). Tujuan dan maksud utama dari hukum ilahi itu adalah
untuk mengajak kita supaya memiliki kasih kepada Allah dan
kasih satu sama lain. Apa pun yang cenderung melemahkan
baik kasih kita kepada Allah atau kasih kita terhadap sesama
saudara cenderung menggagalkan tujuan perintah itu. Dan
sudah pasti bahwa Injil, yang mengharuskan kita mengasihi
562
musuh-musuh kita dan berbuat baik kepada orang yang mem-
benci kita (Luk. 6:27) tidak dimaksudkan untuk mengesam-
pingkan atau menggantikan sebuah perintah yang tujuan
utamanya adalah kasih. Jauh dari itu, sehingga di samping itu
kita juga diberi tahu bahwa sekalipun kita memiliki semua
keuntungan dan tidak memiliki kasih, maka kita hanyalah
gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing (1Kor.
13:1). Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu
adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi
(Yoh. 13:35). Itulah sebabnya orang-orang yang membangga-
kan pengetahuan mereka mengenai hukum Taurat, namun
hanya menggunakannya sebagai kedok penyamaran untuk
mengganggu pemberitaan Injil belaka (dengan berpura-pura
giat untuk hukum Taurat, padahal memecah belah jemaat dan
membingungkan mereka), telah menggagalkan apa yang sebe-
narnya menjadi tujuan perintah itu, yaitu kasih, kasih yang
timbul dari hati yang suci, hati yang dimurnikan oleh iman,
dimurnikan dari perasaan yang rusak. Supaya kita dapat men-
jaga hati yang kudus, hati kita harus dibersihkan dari semua
kasih yang penuh dosa. Kasih kita harus timbul dari hati
nurani yang murni, terjaga tanpa pelanggaran. Yang meme-
nuhi tujuan perintah itu adalah mereka yang berhati-hati
menjaga hati nuraninya tetap murni, berdasar kepercaya-
an yang sungguh akan kebenaran firman Allah yang menyertai
tujuan itu, yang di sini disebut iman yang tulus ikhlas. Di sini
kita membaca mengenai hal-hal yang sejalan dengan kasih
karunia yang mulia itu. Jumlahnya ada tiga, yaitu,
(1) Hati yang suci. Di sanalah kasih itu harus berdiam, dan
dari sanalah ia harus muncul.
(2) Hati nurani yang murni, yang di dalamnya kita harus mela-
tih diri kita setiap hari, supaya kita tidak saja dapat mem-
peroleh kasih itu, namun juga supaya kita dapat menjaganya
dengan baik (Kis. 24;16).
(3) Iman yang tulus ikhlas juga harus menyertai kasih itu, se-
bab itu adalah kasih tanpa kepura-puraan. Iman yang be-
kerja dengan tulus ikhlas haruslah bersifat asli dan tulus.
Nah, sebagian orang yang berpura-pura menjadi pengajar
hukum Taurat telah menyimpang dari tujuan perintah
yang sebenarnya. Mereka menjadi orang-orang yang suka
Surat 1 Timotius 1:5-11
563
berbantah-bantah, namun hal yang mereka perbantahkan
terbukti mendatangkan pertengkaran yang sia-sia. Mereka
berlagak seperti pengajar, namun mereka mengajarkan se-
suatu yang mereka sendiri tidak mengerti. Jika jemaat di-
rusakkan oleh pengajar-pengajar seperti itu, maka kita
tidak perlu menganggapnya aneh, sebab sejak semula kita
sudah melihat hal-hal seperti itu memang terjadi. Amatilah,
[1] saat seseorang, khususnya para pelayan Tuhan, me-
nyimpang dari hukum utama, yaitu kasih, yang meru-
pakan tujuan dari perintah itu, maka mereka akan ber-
balik kepada omongan yang sia-sia. saat seseorang
kehilangan tujuannya, maka tidak heran jika setiap
langkah yang ia ambil akan membawanya menyimpang
dari jalannya.
[2] Omongan yang sembarangan, terutama yang mengenai
agama, adalah sia-sia. Itu tidak mendatangkan keuntung-
an dan sama sekali tidak berguna bagi segala yang baik,
serta sangat merugikan dan menyakitkan. Meskipun be-
gitu, masih banyak orang beragama dengan omongan yang
sia-sia.
[3] Mereka yang banyak bicara secara sia-sia sangat bang-
ga dan sangat bernafsu untuk menjadi pengajar bagi
orang-orang lain. Mereka mengingini (yaitu, berlagak
memiliki) jabatan sebagai seorang pengajar.
[4] Sangatlah umum terjadi bahwa banyak orang menyu-
sup ke dalam jabatan pelayanan sementara mereka se-
benarnya sangat bodoh mengenai hal-hal yang akan
mereka bicarakan. Mereka tidak mengerti apa yang me-
reka katakan dan apa yang mereka tegaskan. Dan, de-
ngan kebodohan seperti inilah, tidak diragukan lagi,
mereka mendidik para pendengar mereka!
2. Kegunaan hukum Taurat (ay. 8), Kita tahu bahwa hukum Tau-
rat itu baik kalau tepat digunakan. Orang-orang Yahudi meng-
gunakannya secara tidak benar, sebagai alat untuk memecah
belah jemaat, sebagai topeng untuk menutupi perlawanan me-
reka yang jahat terhadap Injil Kristus. Mereka memakainya
sebagai alat pembenaran, dan dengan demikian mengguna-
kannya secara tidak benar. Itulah sebabnya kita tidak boleh
564
mengabaikan hukum Taurat, namun menggunakannya secara
benar dan tepat untuk mencegah dosa. Penyalahgunaan hu-
kum Taurat yang dilakukan oleh sejumlah orang tidak meng-
hilangkan kegunaannya. namun saat suatu ketetapan ilahi
telah disalahgunakan, maka kembalikanlah ketetapan itu
kepada penggunaannya yang benar dan buanglah apa yang
telah disalahgunakan, sebab hukum Taurat itu masih sangat
berguna sebagai peraturan hidup. Meskipun kita tidak berada
di bawah hukum Taurat sebagai perjanjian yang menghendaki
usaha manusia, namun hukum itu baik untuk mengajar kita
apakah dosa itu dan apakah kewajiban itu. Hukum Taurat
tidak dibuat untuk orang benar, artinya, hukum itu tidak
dibuat untuk orang-orang yang mematuhinya, sebab jika kita
dapat mematuhi hukum Taurat, maka kebenaran akan datang
sebab meakukan hukum Taurat (Gal. 3:21). namun hukum
Taurat itu dibuat untuk orang-orang jahat, untuk mencegah
mereka, untuk menegur mereka, dan untuk menghentikan ke-
jahatan dan kecemaran. Kasih karunia Allah itulah yang
mengubah hati manusia, namun kengerian hukum Taurat da-
pat digunakan untuk mengikat tangan mereka dan mengekang
lidah mereka. Seorang yang benar tidak mengingini pembatas-
an yang diperlukan oleh orang-orang jahat. Atau setidaknya
hukum Taurat itu tidak dibuat terutama atau pada dasarnya
untuk orang benar, namun untuk orang-orang berdosa dari
segala jenis, baik dalam ukuran besar atau kecil (ay. 9-10). Di
dalam daftar hitam orang-orang berdosa ini, secara khusus
Rasul Paulus menunjukkan kepada loh batu yang kedua, yaitu
kewajiban-kewajiban yang harus kita lakukan kepada sesama
kita. Terhadap hukum yang kelima dan keenam, pembunuh
bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya. Ter-
hadap hukum yang ketujuh, bagi orang cabul dan pemburit.
Terhadap hukum yang kedelapan, bagi penculik. Terhadap hu-
kum yang kesembilan, bagi pendusta, bagi orang makan sum-
pah. Kemudian ia menutupnya dengan kalimat ini, dan sete-
rusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat.
Beberapa orang memahaminya sebagai pelembagaan kekuasa-
an di dalam pengadilan sipil untuk membuat peraturan dan
hukum bagi para pendosa yang jahat seperti yang telah di-
Surat 1 Timotius 1:5-11
565
perincikan itu, dan untuk menjaga agar peraturan dan hukum
tersebut benar-benar ditegakkan.
II. Rasul Paulus menunjukkan kemuliaan dan kasih karunia dari
Injil. Ungkapan-ungkapan Rasul Paulus dalam menggambarkan
suatu hal sangatlah menarik hati dan penting. Sering kali setiap
ungkapan terdiri dari sebuah kalimat, seperti dalam ay. 11, yang
berdasar Injil dari Allah yang mulia dan mahabahagia. sebab
itu marilah kita belajar,
1. Untuk memanggil Allah sebagai Allah yang mahabahagia, ber-
bahagia tanpa batas di dalam menikmati Diri-Nya dan kesem-
purnaan Diri-Nya Sendiri.
2. Untuk menyebut Injil sebagai Injil yang mulia, sebab memang
begitulah Injil itu adanya. Banyak kemuliaan Allah tampak da-
lam karya penciptaan dan pemeliharaan-Nya, namun lebih ba-
nyak lagi di dalam Injil, di mana kemuliaan itu bercahaya pada
wajah Yesus Kristus. Rasul Paulus menganggap sebagai suatu
kehormatan besar yang dianugerahkan kepadanya, dan seba-
gai sebuah anugerah besar yang dikaruniakan kepadanya,
bahwa Injil yang mulia itu dipercayakan kepadanya. Yaitu,
pemberitaannya, sebab tugas untuk menyampaikannya tidak
dipercayakan kepada sembarangan manusia atau sekelompok
manusia begitu saja di dunia ini. Penetapan syarat-syarat kese-
lamatan di dalam Injil Kristus adalah pekerjaan Allah sendiri,
namun pemberitaan tentang keselamatan itu kepada dunia di-
percayakan kepada para rasul dan pelayan-pelayan Tuhan. Per-
hatikan baik-baik di sini,
(1) Pelayanan itu adalah sebuah kepercayaan, sebab Injil dise-
rahkan kepada rasul ini. Rasul adalah jabatan kepercayaan
dan juga kuasa. Jabatan rasul lebih besar derajatnya dari
pada jabatan pelayan Tuhan. sebab itulah para pelayan
Tuhan disebut juga sebagai hamba-hamba (1Kor. 4:1)
(2) Pelayanan itu adalah sebuah kepercayaan yang mulia, ka-
rena Injil yang dipercayakan kepada mereka adalah Injil
yang mulia. Kepercayaan ini adalah kepercayaan yang ter-
amat penting. Kemuliaan Allah sangat banyak terkait di da-
lamnya. Ya Tuhan, betapa besarnya kepercayaan yang dise-
rahkan kepada kami! Betapa banyak kasih karunia yang
566
kami perlukan, supaya didapati setia di dalam kepercayaan
yang besar ini!
Para Penyesat Ditegur
(1:12-17)
12. Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus,
Tuhan kita, sebab Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan
ini kepadaku 13 aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang pengania-
ya dan seorang ganas, namun aku telah dikasihani-Nya, sebab semuanya itu
telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. 14 Malah kasih karu-
nia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan
iman dan kasih dalam Kristus Yesus. 15 Perkataan ini benar dan patut dite-
rima sepenuhnya: Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan
orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. 16 namun
justru sebab itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang
paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan
demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-
Nya dan mendapat hidup yang kekal. 17 Hormat dan kemuliaan sampai sela-
ma-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak,
yang esa! Amin.
Di sini Rasul Paulus,
I. Mengucap syukur kepada Yesus Kristus sebab menempatkan dia
di dalam pelayanan itu. Amatilah,
1. Kristuslah yang menempatkan orang di dalam pelayanan (Kis.
26:16-17). Allah mengecam nabi-nabi palsu di antara orang-
orang Yahudi dengan kata-kata ini, Aku tidak mengutus para
nabi itu, namun mereka giat, Aku tidak berfirman kepada mere-
ka, namun mereka bernubuat (Yer. 23:21). Pelayan-pelayan Tu-
han tidak dapat membuat diri mereka sendiri menjadi hamba-
hamba Tuhan, sebab itu adalah pekerjaan Kristus, sebagai
seorang raja, kepala, dan guru dari jemaat-Nya.
2. Orang-orang yang Ia tempatkan di dalam pelayanan, Ia layak-
kan untuk pelayanan itu, siapa yang Ia panggil, Ia jadikan
mampu untuk itu. Para pelayan yang tidak pantas untuk
melayani, atau tidak memiliki kemampuan untuk itu, bukan-
lah orang-orang yang ditempatkan Kristus di dalam pelayanan
itu, walaupun ada perbedaan kemampuan berkenaan dengan
karunia dan anugerah.
3. Kristus tidak memberikan kemampuan saja, namun juga kese-
tiaan kepada mereka yang ia tempatkan di dalam pelayanan,
Surat 1 Timotius 1:12-17
567
sebab Ia menganggap aku setia. Tidak seorang pun dianggap
setia selain mereka yang dibuatnya setia. Para pelayan Kristus
adalah orang-orang yang dapat dipercaya, dan seharusnya me-
reka begitu, sebab mereka memiliki kepercayaan begitu besar
yang diserahkan kepada mereka.
4. Panggilan untuk melayani merupakan suatu perkenanan yang
besar, sehingga oleh sebab nya mereka yang terpanggil itu
harus mengucap syukur kepada Yesus