Tampilkan postingan dengan label samuel 16. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label samuel 16. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

samuel 16


 listin, dan juga supaya jangan sampai mereka bertambah 

benci melihat Daud masih tinggal berlama-lama di situ. 

II. Daud menerima perkataan ini dengan penuh rasa hormat, namun , 

saya takut, bukan tanpa suatu kepura-puraan. “Apa?” tanya 

Daud, “haruskah aku meninggalkan tuanku raja, yang wajib aku 

lindungi sesuai tugasku, tepat di saat ini saat  ia akan mengha-

dapi bahaya di medan pertempuran? Mengapa aku tidak boleh 

pergi dan berperang melawan musuh tuanku raja?” (ay. 8). Daud 

tampak ingin sekali melayaninya, padahal sesungguhnya pada 

saat ini ia benar-benar ingin meninggalkannya. namun  ia tidak 

mau Akhis mengetahuinya. Sungguh betapa kuat godaan yang 

menjerat orang-orang yang melayani para pembesar untuk ber-

pura-pura memuji-muji dan menutup-nutupi sesuatu, dan betapa 

sulit untuk menghindari godaan ini. 

III. Penyelenggaraan Allah mengatur keadaan dengan bijak dan pe-

nuh rahmat untuk Daud. Sebab, selain bahwa jerat itu dihancur-

kan dan ia terbebas dari keadaan serba salah yang melingkupi-

nya, terbukti juga bahwa dengan bergegas pergi, hal itu secara 

membahagiakan membawa kelegaan bagi kotanya sendiri, yang 

sangat membutuhkannya, meskipun ia tidak mengetahuinya. 

Demikianlah, kehinaan yang dilontarkan oleh raja-raja kota orang 

Filistin kepada Daud terbukti, dalam lebih dari satu cara, sebagai 

keuntungan baginya. TUHAN menetapkan langkah-langkah orang 

yang hidupnya berkenan kepada-Nya. Apa yang dilakukan-Nya 

terhadap kita, tidak kita ketahui sekarang, namun  kita akan me-

ngetahuinya kelak, dan akan melihat bahwa semuanya itu demi 

kebaikan kita. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL 30  

ada waktu Daud disuruh meninggalkan tentara Filistin, dia tidak 

lantas pergi ke perkemahan Israel. Sebaliknya, sebab  telah di-

usir oleh Saul, ia mengambil sikap tidak berpihak kepada siapa pun, 

dan dengan diam-diam mengundurkan diri ke Ziklag, kotanya sen-

diri, dengan meninggalkan tentara Filistin yang siap untuk ber-

perang. Sekarang dalam pasal ini kita diberi tahu,  

I. Betapa menyedihkan keadaan kota itu saat  ia mendapati-

nya, segala sesuatunya telah diporak-porandakan oleh ten-

tara Amalek, dan betapa hal itu amat menyusahkan dirinya 

dan orang-orangnya (ay. 1-6).  

II. Tindakan apa yang diambil Daud untuk memulihkan segala 

sesuatu yang hilang. Ia bertanya kepada Allah, dan mendapat 

tugas dari-Nya (ay. 7-8), mengejar musuh (ay. 9-10), memper-

oleh keterangan dari seorang pemuda Mesir yang ditinggal-

kan tuannya (ay. 11-15), menyerang dan menghabisi para 

penjarah (ay. 16-17), dan melepaskan semua yang telah me-

reka rampas (ay. 18-20).  

III. Cara apa yang dipakainya dalam membagi-bagikan jarahan 

(ay. 21-31). 

Ziklag Dibakar 

(30:1-6) 

1 saat  Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga, 

orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag; Ziklag telah dikalah-

kan oleh mereka dan dibakar habis. 2 wanita  -wanita   dan semua 

orang yang ada di sana, tua dan muda, telah ditawan mereka, dengan tidak 

membunuh seorang pun; mereka menggiring sekaliannya, kemudian mene-

ruskan perjalanannya. 3 saat  Daud dan orang-orangnya sampai ke kota itu, 

tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang 


 528

laki-laki dan wanita   telah ditawan. 4 Lalu menangislah Daud dan rakyat 

yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat 

lagi menangis. 5 Juga kedua isteri Daud ditawan, yakni Ahinoam, wanita   

Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel itu. 6 Dan Daud sangat 

terjepit, sebab  rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Selu-

ruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing sebab  anaknya laki-laki dan 

wanita  . namun  Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allah-

nya.  

Dalam perikop ini kita mendapati,  

I. Serbuan yang diadakan oleh orang Amalek terhadap kota Ziklag 

saat  Daud tidak ada, dan kehancuran yang mereka buat di 

sana. Mereka menyerbu kota itu saat  kota ini  dibiarkan 

tanpa penjaga, menjarahnya, membakarnya, dan membawa se-

mua tawanan wanita   dan anak-anak (ay. 1-2). Dengan serbu-

an ini, mereka bermaksud untuk membalaskan kehancuran seru-

pa yang belum lama ini telah dilakukan oleh Daud terhadap me-

reka dan negeri mereka (27:8). Orang yang telah mendapat begitu 

banyak musuh tidak boleh membiarkan kepentingan-kepenting-

annya sendiri tidak dilindungi dan dijaga seperti itu. Orang yang 

telah bertindak berani terhadap orang lain harus sadar bahwa 

orang lain akan bertindak sama beraninya terhadap mereka, dan 

mereka harus bersiap menghadapinya. Sekarang amatilah dalam 

hal ini,  

1.  Kejamnya belas kasihan Saul, sebagaimana terbukti dalam 

membiarkan orang-orang Amalek hidup. Seandainya dia mem-

binasakan mereka sampai habis, seperti yang seharusnya di-

lakukannya, maka orang-orang ini tidak akan hidup untuk 

melakukan kejahatan ini.  

2. Bagaimana Daud ditegur sebab  sudah begitu ingin maju ber-

perang bersama dengan orang-orang Filistin melawan Israel. 

Allah menunjukkan kepadanya bahwa lebih baik dia tinggal di 

rumah dan mengurus urusannya sendiri. jika  kita pergi ke 

luar untuk menjalankan kewajiban, maka kita dapat berharap 

dengan penuh penghiburan bahwa Allah akan menjaga keluar-

ga kita saat  kita tidak ada di rumah. namun  tidak demikian 

halnya jika  kita pergi untuk keperluan lain.  

3. Betapa Allah secara menakjubkan mencondongkan hati orang-

orang Amalek ini untuk membawa pergi para tawanan perem-

puan dan anak-anak, dan tidak membunuh mereka. saat  

Kitab 1 Samuel 30:1-6 

 529 

Daud menyerbu mereka, dia menumpas semuanya dengan 

pedang (27:9). Tidak ada alasan yang dapat diberikan mengapa 

mereka tidak membalaskan serbuan itu terhadap kota ini, 

selain bahwa Allah menahan mereka. Sebab semua hati orang 

ada di dalam tangan-Nya, dan Ia berfirman kepada kemarahan 

orang-orang yang paling kejam sekalipun, sampai di sini boleh 

engkau datang, jangan lewat. Apakah mereka membiarkan 

tawanan itu hidup untuk mengiringi mereka dalam kemenang-

an, atau untuk menjual mereka, atau untuk menjadikan mere-

ka sebagai budak, campur tangan Allah harus diakui, yang 

bermaksud memakai orang Amalek untuk menghajar keluarga 

Daud, dan bukan untuk menghancurkannya.  

II. Kebingungan dan kecemasan yang dialami oleh Daud dan orang-

orangnya saat  mereka mendapati rumah-rumah mereka telah 

menjadi abu dan istri serta anak-anak mereka ditawan. Tiga hari 

sudah mereka berjalan dari perkemahan orang Filistin ke Ziklag, 

dan sekarang mereka tiba di sana kelelahan, namun  dengan ber-

harap dapat beristirahat di dalam rumah mereka dan bergembira 

bersama keluarga mereka. Namun lihatlah pemandangan hitam 

dan suram yang dihadapkan kepada mereka (ay. 3). Hal ini 

membuat mereka semua menangis, tak terkecuali Daud sendiri, 

kendati mereka yaitu  para prajurit, sampai mereka tidak kuat 

lagi menangis (ay. 4). Disebutkannya kedua istri Daud, Ahinoam 

and Abigail, dan dibawanya mereka sebagai tawanan, menyirat-

kan bahwa kejadian ini membuat hatinya lebih terenyuh diban-

dingkan kejadian-kejadian lain. Perhatikanlah, bukan hal yang 

hina bagi orang-orang yang sungguh berjiwa pemberani dan per-

kasa untuk meratapi bencana-bencana yang menimpa kaum 

kerabat dan teman-teman mereka. Amatilah,  

1. Masalah ini menimpa mereka saat  mereka tidak ada di 

tempat. Sudah menjadi siasat orang Amalek sejak dulu untuk 

menyerang Israel pada saat yang menguntungkan.  

2. Masalah itu menyambut mereka pada saat mereka kembali, 

dan, sepanjang yang bisa disaksikan, mata mereka sendirilah 

yang pertama kali mengabarkan hal itu kepada mereka. 

Perhatikanlah, saat  kita pergi, kita tidak dapat mengetahui 

kabar buruk apa yang bisa saja menyambut kita saat  kita 

kembali. Kepergian bisa jadi sangat menggembirakan, namun 


 530

kedatangan kembali sangat menyedihkan. Oleh sebab itu, 

janganlah memuji diri sebab  esok hari, ataupun sebab  malam 

ini, sebab  engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu, 

atau di sela-sela hari itu (Ams. 27:1). jika , sesudah  pulang 

dari suatu perjalanan, kita mendapati kemah suci kita dalam 

damai, dan tidak porak-poranda seperti yang didapati Daud di 

sini, hendaklah Tuhan dipuji atas hal ini .  

III. Pemberontakan dan sungut-sungut rakyat kepada Daud (ay. 

6): Daud sangat terjepit, sebab, di tengah-tengah semua kehilang-

annya, rakyatnya sendiri mengatakan hendak melemparinya 

dengan batu,  

1. Sebab mereka memandang dia sebagai penyebab malapetaka 

yang menimpa mereka, melalui tindakannya yang telah menyu-

lut amarah orang Amalek, dan ketidakbijaksanaannya dalam 

meninggalkan Ziklag tanpa pasukan penjaga. Demikianlah kita, 

saat  sedang tertimpa masalah, cepat menjadi geram terhadap 

orang-orang yang dengan suatu cara dianggap sebagai penye-

bab masalah kita. Namun kita mengabaikan penyelenggaraan 

ilahi, dan tidak mengindahkan campur tangan Allah di dalam-

nya, yang akan meredam amarah kita dan menjadikan kita 

sabar.  

2. Sebab sekarang mereka mulai putus asa akan mendapat ke-

dudukan, yang mereka yakini akan mereka dapatkan dengan 

mengikuti Daud. Sebelum ini mereka semua berharap akan 

menjadi para pemimpin. Namun sekarang, sesudah  mendapati 

diri mereka semua menjadi para pengemis, hal itu membuat 

mereka begitu kecewa hingga mereka menjadi marah, dan 

mengancam nyawa Daud yang, di bawah Allah, telah menjadi 

tumpuan terbesar mereka. Amarah yang tak terkendali akan 

menjerumuskan orang ke dalam perbuatan-perbuatan yang 

tidak masuk akal. Ini merupakan sebuah ujian yang berat bagi 

orang yang berkenan di hati Allah itu, ujian yang tidak bisa 

tidak pasti datang menghampirinya. Saul telah mengusir dia 

dari negerinya, orang Filistin telah menghalau dia dari per-

kemahan mereka, orang Amalek telah menjarah kotanya, dan 

kedua istrinya telah dibawa sebagai tawanan. Dan sekarang, 

untuk melengkapi celakanya, sahabat-sahabat karibnya sen-

diri, yang dipercayainya, yang telah dilindunginya, dan yang 

Kitab 1 Samuel 30:1-6 

 531 

telah makan rotinya, bukannya berbela rasa terhadapnya dan 

menawarkan kelegaan kepadanya, malah telah mengangkat 

tumitnya terhadap dia, dan mengancam untuk melemparinya 

dengan batu. Iman yang besar harus siap diuji dengan keras 

seperti itu. Namun patut diperhatikan bahwa Daud terpuruk 

dalam keadaan yang luar biasa parah ini tepat sebelum ia naik 

takhta. Pada saat itu juga, mungkin, dihantamkan sebuah pu-

kulan yang membuka pintu bagi pengangkatannya. Ada kala-

nya jemaat dan umat Allah berada dalam keadaan yang sebu-

ruk-buruknya tepat sebelum keadaan itu mulai membaik.  

IV. Kebergantungan Daud yang penuh kesalehan kepada penyeleng-

garaan dan anugerah Ilahi di dalam kesesakan ini: namun  Daud 

menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya. Orang-

orangnya mencemasakan atas kehilangan yang mereka alami. Jiwa 

orang-orang menjadi pahit, demikian dalam bahasa aslinya. Keti-

dakpuasan dan ketidaksabaran mereka sendiri menambahkan ra-

cun dan ipuh pada kesengsaraan dan penderitaan itu, dan mem-

buat keadaan mereka dua kali lipat menyedihkan. Akan namun ,  

1. Daud menanggungnya dengan lebih baik, kendati dia mempu-

nyai alasan yang lebih kuat daripada orang-orangnya untuk 

meratapinya. Mereka membiarkan diri mereka hanyut dalam 

kesedihan, namun  dia membuat anugerah-anugerah yang dite-

rimanya bekerja, dan dengan menguatkan diri di dalam Allah, 

sementara mereka melemahkan satu sama lain, dia tetap 

menjaga rohnya tetap tenang dan sabar. Atau,  

2. Mungkin di sini disinggung kata-kata ancaman yang dilontar-

kan oleh orang-orang Daud kepadanya. Mereka mengatakan 

hendak melempari dia dengan batu. Namun dia, tanpa ingin 

membalas penghinaan itu atau takut terhadap ancaman mere-

ka, menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya. Ia 

meyakini, dan merenungkan sambil menerapkan pada keada-

annya sekarang, kuasa dan penyelenggaraan Allah, keadilan 

dan kebaikan-Nya, cara yang biasa dipakai-Nya untuk meren-

dahkan dan kemudian meninggikan, kepedulian-Nya terhadap 

umat-Nya yang melayani Dia dan percaya kepada-Nya, dan 

janji-janji khusus yang telah dibuat Allah kepadanya untuk 

menghantarkannya dengan selamat ke takhta kerajaan. De-

ngan renungan-renungan ini dia menguatkan dirinya sendiri, 


 532

tanpa ragu bahwa masalah yang ada sekarang akan berakhir 

dengan baik. Perhatikanlah, orang-orang yang telah memilih 

TUHAN sebagai Allah mereka dapat memperoleh kekuatan dari 

hubungan mereka dengan Dia dalam masa-masa terburuk se-

kalipun. Sudah menjadi kewajiban dan kepentingan semua 

orang baik, apa pun yang terjadi, untuk menguatkan diri me-

reka sendiri di dalam Allah sebagai Tuhan dan Allah mereka, 

dengan meyakinkan diri bahwa Ia sanggup dan akan memun-

culkan terang dari kegelapan, kedamaian dari masalah, dan 

kebaikan dari kejahatan, bagi semua orang yang mengasihi-

Nya dan yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya (Rm. 

8:28). Itulah yang dilakukan Daud, dan dia memperoleh peng-

hiburan darinya, waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu. 

Pada waktu dia kehabisan akal, dia tidak kehabisan imannya. 

Daud Membawa Kembali Segala Jarahan 

(30:7-20) 

7 Lalu Daud memberi perintah kepada imam Abyatar bin Ahimelekh: “Bawa-

lah efod itu kepadaku.” Maka Abyatar membawa efod itu kepada Daud.  

8 Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: “Haruskah aku me-

ngejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?” Dan Ia berfirman 

kepadanya: “Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul 

mereka dan melepaskan para tawanan.” 9 Lalu pergilah Daud beserta keenam 

ratus orang yang bersama-sama dengan dia, dan sampailah mereka ke 

sungai Besor. Sementara orang-orang yang mau tinggal di belakang berhenti 

di sana, 10 maka Daud melanjutkan pengejaran itu beserta empat ratus 

orang. Dua ratus orang yang terlalu lelah untuk menyeberangi sungai Besor 

itu, berhenti di sana. 11 Kemudian mereka menemui seorang Mesir di padang 

lalu membawanya kepada Daud. Mereka memberi dia roti, lalu makanlah ia, 

kemudian mereka memberi dia minum air, 12 dan memberikan kepadanya 

sepotong kue ara dan dua buah kue kismis, dan sesudah  dimakannya, ia 

segar kembali, sebab ia tidak makan dan minum selama tiga hari tiga malam. 

13 Kemudian bertanyalah Daud kepadanya: “Budak siapakah engkau dan dari 

manakah engkau?” Jawabnya: “Aku ini seorang pemuda Mesir, budak kepu-

nyaan seorang Amalek. Tuanku meninggalkan aku, sebab  tiga hari yang lalu 

aku jatuh sakit. 14 Kami telah menyerbu Tanah Negeb orang Kreti dan daerah 

Yehuda dan Tanah Negeb Kaleb, dan Ziklag telah kami bakar habis.” 15 Daud 

bertanya kepadanya: “Dapatkah engkau menunjuk jalan kepadaku ke gerom-

bolan itu?” Katanya: “Bersumpahlah kepadaku demi Allah, bahwa engkau 

tidak akan membunuh aku, dan tidak akan menyerahkan aku ke dalam 

tangan tuanku itu, maka aku akan menunjuk jalan kepadamu ke gerombol-

an itu.” 16 Ia menunjuk jalan kepada Daud ke sana, dan tampaklah orang-

orang itu berpencar-pencar di atas seluruh daerah itu, sambil makan, minum 

dan mengadakan perayaan sebab  jarahan yang besar, yang telah dirampas 

mereka dari tanah orang Filistin dan dari tanah Yehuda. 17 Dan pada keesok-

an harinya Daud menghancurkan mereka dari pagi-pagi buta sampai mata-

Kitab 1 Samuel 30:7-20 

 533 

hari terbenam; tidak ada seorang pun dari mereka yang lolos, kecuali empat 

ratus orang muda yang melarikan diri dengan menunggang unta. 18 Daud 

melepaskan semua apa yang dirampas oleh orang Amalek itu; juga kedua 

isterinya dapat dilepaskan Daud. 19 Tidak ada yang hilang pada mereka, dari 

hal yang kecil sampai hal yang besar, sampai anak laki-laki dan anak perem-

puan, dan dari jarahan sampai segala sesuatu yang telah dirampas mereka; 

semuanya itu dibawa Daud kembali. 20 Daud mengambil segala kambing 

domba dan lembu; semuanya itu digiring mereka di hadapannya, serta 

berkata: “Inilah jarahan Daud.” 

Salomo mencermati bahwa orang benar diselamatkan dari kesukaran, 

lalu orang fasik menggantikannya, bahwa tujuh kali orang benar jatuh, 

namun ia bangun kembali. Demikian pula halnya dengan Daud. 

Banyak sekali kesusahan yang menimpanya, namun  TUHAN melepas-

kan dia dari semuanya itu, dan khususnya dari kesusahan yang 

penjelasannya kita dapati di sini. 

I. Daud bertanya kepada TUHAN mengenai tugasnya – haruskah aku 

mengejar gerombolan itu? Dan juga mengenai hasilnya – akan da-

patkah mereka kususul? (ay. 8). Sungguh keuntungan yang besar 

bagi Daud bahwa bersamanya ada seorang imam besar dan tutup 

dada pernyataan keputusan yang, sebagai tokoh masyarakat, 

dapat dimintainya petunjuk dalam segala urusannya (Bil. 27:21). 

Kita tidak dapat mengira bahwa dia meninggalkan Abyatar dan 

baju efod di Ziklag, sebab seandainya demikian maka Abyatar dan 

baju efod itu pasti sudah dibawa pergi oleh orang Amalek. Kecuali 

kita dapat menduga bahwa mereka disembunyikan oleh penye-

lenggaraan ilahi secara khusus, supaya mereka bisa siap dimintai 

petunjuk oleh Daud pada waktu dia kembali. Jika kita menyim-

pulkan bahwa Daud membawa imam dan baju efodnya di dalam 

perkemahan orang Filistin, maka pasti dia sudah sangat melalai-

kan kewajibannya dengan tidak bertanya kepada Tuhan melalui 

mereka mengenai niatnya untuk bertempur bagi raja Akhis. 

Mungkin dia malu mengakui agamanya sampai sedemikian jauh 

di antara orang-orang yang tak bersunat. namun  sekarang dia 

mulai memahami bahwa masalah ini menimpanya untuk menegur 

dirinya atas kelalaian itu, dan sebab nya hal pertama yang dia 

lakukan yaitu  mencari baju efod. Sungguh baik jika kita menda-

pat kebaikan ini melalui penderitaan-penderitaan kita, yaitu 

melaluinya kita diingatkan akan kewajiban-kewajiban yang kita 

abaikan, dan khususnya didorong untuk bertanya kepada Tuhan 

(lih. 1Taw. 15:13). Tidak ada ruang bagi Daud untuk ragu bahwa 


 534

perangnya melawan orang Amalek ini yaitu  benar, dan dia me-

miliki keinginan yang sangat kuat untuk menyerang mereka 

jika  itu untuk mendapatkan kembali apa yang paling berharga 

baginya di dalam dunia ini. Namun demikian, dia tidak mau mela-

kukannya tanpa meminta petunjuk Allah, dan dengan demikian 

mengakui kebergantungan dan kepatuhannya kepada Allah. Apa-

bila kita, dalam segala laku kita, mengakui Allah seperti itu, maka 

kita dapat berharap bahwa Ia akan meluruskan jalan kita, seperti 

yang dilakukan-Nya kepada Daud di sini, dengan menjawab dia 

melebihi apa yang dimintanya, dengan sebuah jaminan bahwa dia 

pasti akan mendapatkan kembali semuanya.  

II. Daud sendiri berangkat, dan membawa serta bersamanya segenap 

pasukan yang dimilikinya, untuk mengejar orang-orang Amalek 

(ay. 9-10). Lihatlah betapa cepatnya, betapa mudahnya, betapa 

tuntasnya pemberontakan di antara para prajurit dipadamkan 

oleh kesabaran dan imannya. Pada waktu mereka mengatakan 

hendak melempari dia dengan batu (ay. 6), seandainya dia menga-

takan hendak menggantung mereka, atau memerintahkan supaya 

biang keladi perpecahan itu harus segera dihantam kepalanya, 

maka kendati hal itu dapat dibenarkan, namun bisa berakibat 

merugikan kepentingannya pada saat yang genting ini. Sementara 

dia dan orang-orangnya sedang berbantahan, orang Amalek akan 

berhasil membawa barang rampasan mereka dengan mulus. 

Namun saat  dia, seperti seorang yang tuli, tidak mendengarkan, 

namun  mengendalikan kemarahannya, dan menguatkan kepercaya-

annya kepada TUHAN, Allahnya, maka kericuhan rakyat pun 

diredakan oleh kelembutannya dan kuasa Allah di dalam hati 

mereka. Dan, sebab  diperlakukan dengan lembut seperti itu, me-

reka sekarang siap untuk mengikuti langkah kakinya sebagai-

mana sesaat sebelumnya mereka siap untuk menentangnya. Kele-

mahlembutan membuat aman pemerintahan mana pun. Semua 

pengikut Daud bersedia untuk pergi bersamanya dalam mengejar 

orang-orang Amalek, dan dia membutuhkan mereka semua. 

Namun dia terpaksa menggugurkan sepertiga dari jumlah mereka 

di tengah perjalanan. Dua ratus dari enam ratus orang begitu 

kelelahan dengan perjalanan panjang mereka, dan begitu berat 

menanggung beban kesedihan mereka, sehingga mereka tidak 

Kitab 1 Samuel 30:7-20 

 535 

dapat melewati sungai Besor, namun  tetap tinggal di sana. Hal ini 

merupakan,  

1. Sebuah ujian besar bagi iman Daud, apakah dia dapat terus 

maju, dengan bergantung kepada firman Allah, saat  begitu 

banyak orangnya gagal mendampinginya. Pada waktu kita di-

buat kecewa atau berkecil hati dalam apa yang kita harapkan 

dari makhluk ciptaan, pada saat itulah kita harus terus maju 

dengan hati yang gembira, dengan mengandalkan kekuatan 

ilahi. Inilah yang dinamakan memuliakan Allah, yaitu dengan 

tetap percaya dan berharap, sekalipun tidak ada dasar untuk 

berharap.  

2. Sebuah contoh yang baik dari kesabaran Daud terhadap orang-

orangnya, bahwa dia sama sekali tidak mau mendesak mereka 

melampaui kekuatan mereka, meskipun perkara itu sendiri 

begitu sangat mendesak. Sang Anak Daud pun mempertim-

bangkan keadaan para pengikut-Nya seperti itu, yang tidak 

semuanya sama-sama kuat dan gigih dalam melakukan penge-

jaran dan peperangan rohani mereka. Akan namun , saat  kita 

lemah, Dia sabar. Bahkan lebih lagi, Dia kuat (2Kor. 12:9-10). 

III. Penyelenggaraan ilahi mempertemukan mereka dengan seseorang 

di tengah perjalanan mereka, yang memberi mereka keterangan 

tentang pergerakan musuh, dan menuntun pergerakan mereka. 

Seorang pemuda Mesir yang malang, yang sedang sekarat, dijadi-

kan alat bagi kebaikan Daud yang sangat besar. Apa yang bodoh 

bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang ber-

hikmat. Amatilah,  

1. Kekejaman tuannya terhadap dirinya. Tuannya telah men-

dapatkan segala pelayanan yang bisa ia dapatkan dari dirinya. 

Namun saat  sang pemuda jatuh sakit, mungkin sebab  

bekerja terlalu keras, sang tuan dengan biadab meninggalkan-

nya untuk mati di ladang, padahal ia tidak sedang terburu-

buru untuk pergi, dan bisa saja menaikkan pemuda itu ke 

dalam salah satu kereta kudanya, dan membawanya pulang. 

Atau, setidak-tidaknya, ia bisa saja meninggalkan uang kepada 

pemuda itu untuk mencukupi kebutuhannya. Tuan ini  

memiliki jiwa seorang Amalek, bukan jiwa seorang Israel, sebab 

ia tega memperlakukan seorang hamba secara lebih buruk 


 536

daripada orang memperlakukan seekor binatang. Belas kasih-

an orang fasik itu kejam. Orang Amalek ini berpikir bahwa dia 

sekarang sudah memiliki cukup banyak hamba dari tawanan 

orang Israel, dan sebab nya tidak peduli apa yang terjadi 

terhadap hambanya yang dari Mesir itu. Sebaliknya, ia dengan 

sengaja tega membiarkannya mati di dalam sebuah parit kare-

na kekurangan makanan, sementara dia sendiri makan dan 

minum (ay. 16). Dengan adil Penyelenggara ilahi menjadikan 

hamba yang malang ini, yang sudah diperlakukan dengan se-

mena-mena seperti itu, sebagai alat untuk menghancurkan 

seluruh tentara Amalek, termasuk tuannya. Sebab Allah men-

dengarkan seruan hamba-hamba yang tertindas.  

2. Belas kasihan Daud kepadanya. Kendati Daud mempunyai 

alasan untuk berpikir bahwa sang pemuda yaitu  salah satu 

dari orang-orang yang telah membantu menghancurkan Ziklag, 

namun, sebab  mendapatinya sedang menderita, dia dengan 

murah hati memberinya kelegaan, bukan hanya dengan roti dan 

air minum (ay. 11), melainkan juga dengan sepotong kue ara dan 

dua buah kue kismis (ay. 12). Walaupun orang Israel sedang 

terburu-buru, dan tidak punya banyak perbekalan untuk diri 

mereka sendiri, namun mereka tidak segan-segan membebas-

kan orang yang diangkut untuk dibunuh, atau berkata, sung-

guh, kami tidak tahu hal itu (Ams. 24:11-12). Sungguh tidak 

layak menyandang nama orang Israel mereka yang telah me-

nutup pintu belas kasihan terhadap orang-orang yang men-

derita. Daud dan orang-orangnya juga bertindak bijak dengan 

memberikan kelegaan kepada orang Mesir ini. Sebab, kendati 

hina, dia mampu membantu mereka. Dan memang demikian-

lah yang terbukti, meskipun mereka tidak yakin akan hal ini 

saat  memberinya kelegaan. Inilah alasan yang baik mengapa 

kita tidak boleh berbuat jahat atau menolak berbuat baik ke-

pada siapa saja yang tidak kita kenal, yaitu bahwa pada suatu 

hari nanti, bisa jadi orang itu mampu membalaskan kebaikan 

atau kejahatan kepada kita.  

3. Keterangan yang diterima Daud dari pemuda Mesir yang malang 

ini sesudah  ia siuman. Ia memberikan laporan kepada Daud ten-

tang gerombolannya.  

(1) Apa yang telah mereka lakukan (ay. 14): Kami telah menyer-

bu, dan seterusnya. Tanah-tanah yang dengan pura-pura 

Kitab 1 Samuel 30:7-20 

 537 

dikatakan Daud kepada Akhis telah diserangnya (27:10), 

benar-benar telah diserbu dan diporak-porandakan oleh 

mereka. Apa yang dulu tidak benar sekarang terbukti sung-

guh benar.  

(2) Ke mana mereka pergi (ay. 15). Pemuda itu berjanji akan 

memberitahukan hal ini kepada Daud, dengan syarat Daud 

mau membiarkan dia hidup dan melindungi dirinya dari 

tuannya, yang, kalau sampai mendengar kabar tentang 

dirinya lagi pikirnya, akan semakin bertindak kejam terha-

dapnya. Betapa pemuda Mesir yang malang ini menjunjung 

tinggi sumpah, hingga ia tidak menginginkan jaminan ke-

amanan yang lebih besar bagi nyawanya daripada ini: Ber-

sumpahlah kepadaku demi Allah, bukan demi allah-allah 

Mesir atau Amalek, melainkan demi satu-satunya Allah 

yang tertinggi. 

IV. Daud, sesudah  diarahkan ke tempat mereka berada, di mana mere-

ka sedang merayakan kemenangan-keamanan mereka dengan 

rasa aman, langsung menyerang mereka, dan, seperti dulu dia 

biasa berdoa, memandang rendah para lawannya. 

1. Para penjarah itu dibinasakan. Orang Amalek, sebab  menda-

pati barang jarahan begitu berlimpah, dan telah menempatkan-

nya (seperti yang mereka sangka) di luar jangkauan bahaya, se-

dang bergembira ria dengannya (ay. 16). Semua pikiran tentang 

perang dikesampingkan, dan mereka juga tidak tergesa-gesa 

untuk mengurung mangsa mereka. Sebaliknya, mereka berpen-

car-pencar di atas seluruh daerah itu dengan cerobohnya. Di 

sana mereka didapati sedang makan, minum, dan mengadakan 

perayaan, mungkin untuk menghormati dewa-dewi berhala 

mereka, yang mereka puji atas keberhasilan mereka. Dalam 

keadaan demikian Daud mengejutkan mereka, sehingga mem-

buat penaklukan atas mereka, dan hantaman yang diberikan-

nya kepada mereka, semakin mudah baginya dan semakin su-

ram bagi mereka. saat  orang-orang berdosa berseru, semua-

nya damai dan aman, dan menganggap jauh hari malapetaka, 

pada saat itulah mereka paling dekat dengan kehancuran. Dan 

tidak ada yang lebih menguntungkan musuh-musuh rohani 

kita selain hawa nafsu dan keinginan daging. Makan, minum, 

dan mengadakan perayaan, telah menjadi jalan yang mulus 


 538

dan menyenangkan yang melaluinya banyak orang telah turun 

ke dunia orang mati. sebab  mendapati mereka tidak berjaga-

jaga, dan tidak memegang senjata sebab  banyak dari mereka, 

ada kemungkinan, telah menjadi mabuk, dan tidak sanggup 

membuat perlawanan apa pun, maka Daud pun membunuh 

mereka semua dengan pedang, dan hanya 400 orang yang 

melarikan diri (ay. 17). Demikianlah, kemenangan orang jahat 

itu singkat, dan murka datang ke atas mereka, seperti ke atas 

Belsyazar, saat  mereka tengah berpesta-pora.  

2. Jarahan dilepaskan dan dibawa kembali, dan tidak ada yang 

hilang, justru banyak yang didapatkan.  

(1) Mereka memperoleh kembali semua milik mereka (ay. 18-

19): Daud melepaskan kedua isterinya. Hal ini disebut se-

cara khusus, sebab ini menyenangkan Daud lebih daripada 

semua pencapaiannya yang lain. Penyelenggaraan ilahi 

telah mengatur begitu rupa hingga orang Amalek dengan 

hati-hati menjaga semua yang telah mereka ambil, sebab  

menyangka bahwa mereka menjaganya untuk diri mereka 

sendiri, padahal sesungguhnya mereka menjaganya untuk 

para pemilik yang sah, supaya tidak ada yang hilang dari 

mereka. Dan memang demikianlah yang terbukti, saat  

mereka menyangka bahwa semuanya telah hilang. Allah 

sering kali jauh lebih baik terhadap kita daripada ketakut-

an-ketakutan kita sendiri. Yesus Tuhan kita yaitu  sung-

guh-sungguh Anak Daud dan Anak Abraham, yang menye-

rupai keduanya dalam hal ini (Abraham, dalam Kejadian 

14:16, dan Daud dalam pasal ini), bahwa Ia merebut kem-

bali jarahan dari pahlawan, dan membawa tawanan-tawan-

an. namun  ini belum semuanya.  

(2) Mereka juga mengambil semua yang menjadi milik orang 

Amalek (ay. 20): Segala kambing domba dan lembu, entah 

yang diambil dari orang Filistin dan orang lain, yang ber-

hak dimiliki Daud berdasar  hukum perang, atau mung-

kin dia mengadakan suatu serangan mendadak ke dalam 

negeri musuh, dan mengambil kawanan kambing domba 

dan lembu ini dari sana, sebagai tambahan bagi dirinya 

sendiri. Kawanan ternak ini dimasukkan ke dalam kereta 

kemenangan, disertai seruan ini, “Inilah jarahan Daud. Un-

tuk jarahan ini kita patut berterima kasih kepadanya.”

Kitab 1 Samuel 30:21-31 

 539 

 Orang-orang yang belum lama ini mengatakan hendak me-

lemparinya dengan batu, sekarang memeluk dan mengelu-

elukan dia, sebab melalui Daud mereka mendapatkan lebih 

banyak daripada yang telah hilang dari mereka sebelum-

nya. Demikianlah, dunia dan perasaan-perasaannya diatur 

oleh kepentingan.  

Daud Membagi-bagikan Barang Jarahan 

(30:21-31)  

21 saat  Daud sampai kepada kedua ratus orang yang telah terlalu lelah 

untuk mengikuti Daud, yang telah dibiarkannya tinggal di dekat sungai 

Besor, maka keluarlah orang-orang ini menyongsong Daud dan menyongsong 

rakyat yang bersama-sama dengan dia. Daud mendekati orang-orang itu dan 

memberi salam kepada mereka. 22 Kemudian mulailah berbicara semua orang 

jahat dan orang dursila di antara orang-orang, yang ikut pergi bersama-sama 

dengan Daud itu, katanya: “sebab  mereka tidak ikut pergi bersama-sama 

dengan kita, janganlah kita berikan kepada mereka apa-apa dari jarahan yang 

kita selamatkan itu, kecuali kepada masing-masing mereka isterinya dan anak-

anaknya. Itu boleh mereka bawa, dan biarlah mereka pergi!” 23 namun  Daud 

berkata: “Janganlah kamu, saudara-saudaraku, berbuat demikian, dengan apa 

yang diberikan TUHAN kepada kita; sebab Ia telah melindungi kita, dan menye-

rahkan ke dalam tangan kita gerombolan yang menyerang kita. 24 Siapa yang 

mau mendengarkan kamu dalam perkara ini? Sebab, bagian orang yang ting-

gal di dekat barang-barang yaitu  sama seperti bagian orang yang pergi 

berperang; itu akan dibagi sama-sama.” 25 Dan demikianlah halnya sejak hari 

itu dan seterusnya; hal itu ditentukannya menjadi ketetapan dan peraturan 

bagi orang Israel sampai sekarang. 26 saat  Daud sampai ke Ziklag, dikirim-

nyalah sebagian dari jarahan itu kepada para tua-tua di Yehuda, kepada 

teman-temannya, dengan pesan: “Inilah pemberian kepadamu dari jarahan 

yang dirampas dari musuh TUHAN,” 27 yakni kepada yang di Betel, kepada 

yang di Ramot di Tanah Selatan, kepada yang di Yatir, 28 kepada yang di 

Aroër, kepada yang di Sifmot, kepada yang di Estemoa, 29 kepada yang di 

Rakhal, kepada yang di kota-kota orang Yerahmeel, kepada yang di kota-kota 

orang Keni, 30 kepada yang di Horma, kepada yang di Bor-Asan, kepada yang 

di Atakh, 31 kepada yang di Hebron dan kepada segala tempat di mana Daud 

dengan orang-orangnya mengembara. 

Dalam perikop ini kita mendapati sebuah penjelasan tentang pem-

bagian jarahan yang telah diambil dari orang Amalek. Pada waktu 

orang Amalek telah membawa pergi rampasan yang berlimpah dari 

tanah Yehuda dan orang Filistin, mereka menghabiskannya dalam 

hawa nafsu kedagingan, dengan makan, minum dan mengadakan 

perayaan. namun  Daud membagi-bagikan jarahan yang telah diambil 

itu dengan cara lain, sebagai orang yang tahu bahwa keadilan dan 

kemurahan hati harus mengatur kita dalam menggunakan apa saja 

yang kita miliki di dunia ini. Apa yang diberikan Allah kepada kita, 


 540

dimaksudkan-Nya untuk kita gunakan dengan baik, bukan untuk 

menuruti hawa nafsu kita. Dalam pembagian jarahan itu,  

I. Daud bersikap adil dan baik terhadap orang-orang yang tetap 

tinggal bersama dengan barang-barang. Mereka keluar untuk me-

nyongsong para pemenang, dan untuk mengucapkan selamat 

kepada para pemenang atas keberhasilan ini, kendati mereka 

tidak dapat memberikan sumbangsih untuk itu (ay. 21). Sebab 

kita harus bersukacita dalam pekerjaan baik yang dilakukan, 

walaupun Penyelenggara ilahi telah mengesampingkan kita dan 

membuat kita tidak mampu mengulurkan tangan untuk mem-

bantu pekerjaan itu. Daud menerima sambutan mereka dengan 

sangat baik, dan sama sekali tidak memarahi mereka atas kele-

mahan mereka, namun  justru menunjukkan kekhawatirannya 

akan diri mereka. Ia memberi salam kepada mereka. Ia menanya-

kan damai kepada mereka (demikian dalam bahasa aslinya), me-

nanyakan keadaan mereka, sebab dia telah meninggalkan mereka 

dalam keadaan lemah dan tidak sehat. Atau ia mengharapkan me-

reka dalam keadaan damai, meminta mereka bergembira, sebab  

mereka tidak kehilangan apa-apa dengan tetap tinggal di tempat. 

Sebab mereka kelihatan takut akan hal ini, seperti yang mungkin 

dilihat Daud dari air muka mereka.  

1. Ada orang-orang yang menentang kedatangan mereka untuk 

berbagi jarahan. Sebagian dari prajurit-prajurit Daud, mung-

kin orang-orang yang sama yang telah mengatakan hendak 

melemparinya dengan batu, sekarang mengatakan hendak 

menipu saudara-saudara mereka. Mereka disebut orang-orang 

jahat dan orang-orang dursila (ay. 22). Janganlah orang-orang 

paling baik sekalipun merasa heran jika di antara orang-orang 

yang mengiringi mereka ada yang sangat jahat, dan mereka 

tidak berhasil menjadikan orang-orang itu lebih baik. Kita 

dapat menduga bahwa Daud telah memberikan arahan kepada 

para prajuritnya, dan berdoa dengan mereka, namun masih 

ada banyak di antara mereka yang jahat dan dursila. Sekali-

pun sering kali mengalami ketakutan akan datangnya kemati-

an, mereka tetap menjadi orang-orang jahat dan orang-orang 

dursila. Orang-orang ini membuat suatu usulan bahwa ke-200 

orang yang tetap tinggal untuk menjaga barang itu hanya 

boleh mendapatkan kembali istri dan anak-anak mereka saja, 

Kitab 1 Samuel 30:21-31 

 541 

namun  tidak boleh mendapatkan satu pun dari barang-barang 

jarahan. Tepatlah mereka disebut orang-orang jahat. Sebab 

tindakan ini memperlihatkan bahwa mereka sendiri,  

(1) Sangat rakus dan tamak akan keuntungan. Sebab dengan 

demikian mereka akan mendapatkan bagian yang lebih 

banyak lagi. Beberapa waktu sebelumnya mereka dengan 

senang hati mau memberikan separuh dari milik mereka 

untuk mendapatkan kembali separuh yang lain. Namun 

sebab  sekarang mereka telah mendapatkan semua milik 

mereka, mereka tidak puas kalau belum mendapatkan pula 

milik saudara-saudara mereka. Betapa cepatnya orang me-

lupakan keadaan mereka yang hina. Semua orang mencari 

kepentingan mereka sendiri, dan sering kali lebih daripada 

kepentingan mereka.  

(2) Sangat biadab terhadap saudara-saudara mereka. Sebab, 

memberikan kepada mereka istri dan anak-anak mereka, 

tanpa disertai harta milik mereka, sama saja dengan mem-

beri mereka mulut tanpa makanan. Sukacita apa yang bisa 

mereka dapatkan dari keluarga mereka jika mereka tidak 

memiliki apa-apa untuk memelihara hidup keluarga mere-

ka? Apakah ini yang dinamakan berbuat seperti mereka ingin 

orang lain berbuat kepada mereka? Sungguh dursila orang-

orang yang senang menimpakan kesusahan ke atas saudara-

saudara mereka, dan tidak peduli siapa yang kelaparan, 

asalkan mereka sendiri dapat makan sampai kenyang.  

2. Daud sama sekali tidak mau menerima hal ini, namun  meme-

rintahkan supaya orang-orang yang tetap tinggal di belakang 

itu datang untuk mendapat bagian jarahan yang sama dengan 

mereka yang pergi berperang (ay. 23-24). Hal ini dilakukannya,  

(1) Dalam rasa syukur kepada Allah. Barang jarahan yang kita 

miliki yaitu  apa yang diberikan Allah kepada kita. Kita 

mendapatkannya dari Dia, dan sebab  itu harus mengguna-

kannya di bawah pimpinan-Nya sebagai pengurus yang 

baik. Kiranya hal ini mengingatkan kita saat  kita dicobai 

untuk menyalahgunakan apa yang telah dipercayakan Allah 

kepada kita dengan barang-barang duniawi ini. “Bahkan, 

aku tidak boleh berbuat demikian dengan apa yang telah 

diberikan oleh Allah kepadaku, tidak boleh melayani Iblis 


 542

dan hawa nafsu yang rendah dengan barang-barang yang 

tidak hanya merupakan ciptaan dari kuasa-Nya, namun  juga 

pemberian dari kemurahan-Nya. Allah telah memberi kita 

imbalan dengan menyerahkan ke dalam tangan kita gerom-

bolan yang menyerang kita, jadi janganlah kita menjahati 

saudara-saudara kita. Allah telah begitu baik kepada kita 

dengan melindungi kita dan memberi kita kemenangan, 

jadi janganlah kita bersikap tidak baik kepada mereka.” 

Belas kasihan Allah terhadap kita haruslah membuat kita 

berbelas kasihan satu terhadap yang lain.  

(2) Dalam keadilan terhadap saudara-saudara mereka. Memang 

benar bahwa mereka tetap tinggal di belakang. Akan namun ,  

[1] Hal ini  bukanlah sebab  tidak adanya kehendak 

baik terhadap kepentingan itu atau terhadap saudara-

saudara mereka, melainkan sebab  mereka tidak mem-

punyai kekuatan untuk terus maju bersama mereka. Itu 

bukanlah kesalahan mereka, melainkan ketidakbaha-

giaan mereka. Maka dari itu, mereka tidak boleh men-

derita sebab nya.  

[2] Walaupun sekarang mereka tetap tinggal di belakang, 

namun sebelumnya mereka telah berkali-kali terlibat 

dalam peperangan dan telah melakukan bagian mereka 

dengan baik seperti orang-orang terbaik dari saudara-

saudara mereka. Dan pengabdian-pengabdian mereka 

sebelumnya harus dipertimbangkan, sebab  sekarang 

ada sesuatu untuk dinikmati.  

[3] Bahkan sekarang mereka melakukan pekerjaan yang 

baik, sebab  mereka tinggal dekat dengan barang-ba-

rang, untuk menjaga apa yang memang harus dijaga, 

sebab jika tidak, mungkin barang-barang itu akan jatuh 

ke dalam tangan musuh lain. Tidak semua tempat tugas 

mempunyai kehormatan yang sama. Namun demikian, 

orang-orang yang dengan cara apa saja berguna bagi 

kepentingan bersama, meskipun menempati kedudukan 

yang lebih rendah, harus mendapat bagian dalam keun-

tungan-keuntungan bersama. Sama seperti dalam tu-

buh jasmani setiap anggota mempunyai kegunaannya 

masing-masing dan sebab  itu mendapat bagian dari 

asupan makanan. Pertama, Daud dengan demikian me-

Kitab 1 Samuel 30:21-31 

 543 

nolak usulan orang-orang jahat dan orang-orang dursila 

itu dengan akal sehat, namun  dengan penuh kelembut-

an. Sebab kekuatan akal sehat sudah cukup tanpa ke-

kuatan amarah. Ia menyebut mereka saudara-saudara-

nya (ay. 23). Para atasan sering kali kehilangan wewe-

nang mereka oleh keangkuhan, namun  jarang oleh keso-

panan dan tindakan rendah hati. Kedua, Daud dengan 

demikian membereskan masalah itu untuk waktu yang 

akan datang, menjadikannya sebagai ketetapan keraja-

annya (ketetapan tentang pembagian, primo Davidis – 

pada tahun pertama pemerintahan Daud), suatu peratur-

an tentang perang (ay. 25), bahwa sama seperti bagian 

orang yang pergi berperang, dan bertaruh nyawa di 

medan perang, begitu pula bagian orang yang menjaga 

barang-barang. Abraham mengembalikan barang jarah-

an Sodom kepada para pemilik yang sah, dan melepas-

kan haknya atas barang-barang itu jure belli – berdasar-

kan hukum perang. jika  kita menolong orang lain 

untuk mendapatkan kembali hak mereka, kita tidak 

boleh berpikir bahwa hal ini akan memindahkan hak 

milik atas barang itu kepada kita. Allah telah menetap-

kan bahwa barang jarahan orang Midian harus dibagi di 

antara para tentara dan segenap umat yang lain (Bil. 

31:27). Perkara di sini agak berbeda, namun  diatur oleh 

peraturan umum yang sama – bahwa kita yaitu  ang-

gota-anggota satu terhadap yang lain. Segala kepunyaan 

para murid Kristus, pada awalnya, yaitu  kepunyaan 

bersama, dan kita pun sekarang masih tetap harus suka 

memberi dan membagi (1Tim. 6:18). saat  raja-raja se-

gala tentara melarikan diri, wanita   di rumah mem-

bagi-bagi jarahan (Mzm. 68:13). 

II. Daud bermurah hati dan bersikap baik kepada semua temannya. 

sesudah  dia memberikan kepada setiap orang miliknya berikut 

bunganya, masih ada banyak kelebihan, yang berhak diperguna-

kan Daud sebagai panglima. Mungkin jarahan dari tenda-tenda 

orang Amalek itu banyak berisikan kepingan emas dan perhiasan 

(Hak. 8:24, 26), dan sebab  pikir Daud semuanya ini akan mem-

buat para tentaranya sendiri sombong dan tidak jantan, maka dia 


 544

menganggap pantas untuk memberikannya sebagai hadiah kepa-

da teman-temannya, bahkan kepada para tua-tua di Yehuda (ay. 

26). Di sini disebutkan sejumlah tempat yang dikiriminya hadiah-

hadiah ini, semuanya ada di dalam atau di dekat wilayah suku 

Yehuda. Tempat pertama yang disebut yaitu  Betel, yang ber-

arti rumah Allah. Tempat itu akan menjadi yang pertama dilayani 

oleh sebab  namanya. Atau mungkin itu tidak berarti kota yang 

bernama Betel, melainkan tempat di mana tabut Allah berada, 

yang sebab  itu merupakan rumah Allah. Ke sanalah Daud mengi-

rimkan pemberian yang pertama dan terbaik, kepada orang-orang 

yang melayani di sana, demi Allah sebagai yang pertama dan ter-

baik. Hebron disebut terakhir (ay. 31), mungkin sebab  ke sanalah 

Daud mengirimkan sisanya, yang merupakan bagian terbanyak, 

sebab  pandangannya tertuju ke tempat itu sebagai tempat yang 

paling cocok untuk dijadikan markas besarnya (2Sam. 2:1). Da-

lam pengiriman hadiah-hadiah oleh Daud ini, amatilah,  

1. Kemurahan hatinya. Ia tidak bertujuan untuk memperkaya diri 

sendiri, melainkan untuk mengabdi kepada negerinya. Oleh ka-

renanya, Allah sesudah  itu memperkaya dirinya dan menetap-

kan dia untuk memerintah negeri yang telah diabdinya. Jiwa 

yang beroleh anugerah sudah sepatutnya murah hati. Ada 

yang menyebar harta, namun  bertambah kaya.  

2. Rasa syukurnya. Ia mengirimkan hadiah ke segala tempat di 

mana Daud dengan orang-orangnya mengembara (ay. 31), 

yaitu, ke semua tempat di mana dia telah menerima kebaikan, 

yang telah memberinya perlindungan dan telah mengirimkan 

kepadanya kabar perang atau perbekalan. Perhatikanlah, ke-

jujuran, dan juga kehormatan, mewajibkan kita untuk mem-

balas kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan kepada kita, 

atau setidak-tidaknya memberikan pengakuan yang nyata atas 

kebaikan-kebaikan itu sejauh kita mampu melakukannya.  

3. Kesalehannya. Ia menyebut pemberiannya sebagai berkat. 

Sebab pemberian yang kita berikan kepada teman-teman kita 

tidak ada yang akan menjadi penghiburan bagi mereka kecuali 

dibuat demikian oleh berkat Allah. Hal itu menyiratkan bahwa 

doa-doanya untuk mereka menyertai pemberiannya. Ia juga 

mengirimkan pemberian dari jarahan yang dirampas dari 

musuh TUHAN, demikianlah dia menyebutnya, bukan dari mu-

suh-musuhnya, supaya mereka dapat bersukacita atas keme-

Kitab 1 Samuel 30:21-31 

 545 

nangan itu demi TUHAN sendiri, dan dapat bergabung ber-

samanya dalam mengucap syukur atas kemenangan itu.  

4. Kebijakannya. Ia mengirimkan hadiah ini di antara teman-

teman sebangsanya untuk mengajak mereka agar siap sedia 

untuk tampil baginya saat  dirinya naik takhta, yang seka-

rang ini dilihatnya sudah dekat. Hadiah memberi keluasan 

kepada orang. Orang yang telah menunjukkan kedermawanan 

dan keroyalan seorang raja, pantas menjadi raja. Kemurahan 

hati membuat orang lebih disukai daripada kebesaran sosok-

nya. Orang Zif tidak menerima satu pun hadiahnya, begitu 

pula dengan orang-orang Kehila. Dan dengan demikian Daud 

menunjukkan bahwa, kendati dia yaitu  seorang yang begitu 

kudus hingga tidak akan membalas penghinaan, namun dia 

bukanlah seorang yang begitu bodoh hingga tidak memberi 

perhatian terhadap penghinaan itu.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL 3 1  

alam pasal sebelumnya kita mendapati Daud menjadi peme-

nang, bahkan, lebih daripada pemenang. Dalam pasal ini kita 

mendapati Saul dikalahkan, dan lebih buruk daripada seorang 

tawanan. Penyelenggaraan Allah sudah mengatur bahwa dua kejadi-

an ini harus terjadi tepat pada waktu yang sama. Ada kemungkinan 

bahwa persis pada hari yang sama saat  Daud menang atas orang 

Amalek, orang Filistin menang atas Saul. Yang satu dipertentangkan 

dengan yang lain, supaya orang dapat melihat apa jadinya jika mere-

ka percaya kepada Allah, dan apa jadinya jika mereka meninggalkan-

Nya. Kita sebelumnya meninggalkan Saul sedang bersiap melawan 

orang Filistin, dengan tangan yang gemetar dan hati yang sakit, kare-

na mendapati hukumannya telah dibacakan kepadanya dari neraka, 

yang tidak diindahkannya saat  hukuman itu dibacakan kepadanya 

dari sorga. Sekarang marilah kita lihat apa yang terjadi pada Saul. 

Dalam pasal ini kita mendapati, 

I.  Tentara Saul dikalahkan (ay. 1). 

II.  Ketiga anak laki-lakinya dibunuh (ay. 2). 

III.  Ia sendiri terluka (ay. 3), dan tewas di tangannya sendiri (ay. 

4). Kematian seorang pembawa senjatanya (ay. 5) dan selu-

ruh tentaranya (ay. 6). 

IV. Negerinya diduduki oleh orang Filistin (ay. 7). Kemahnya dija-

rah, dan mayatnya ditinggalkan (ay. 8). Kematiannya disoraki 

(ay. 9). Mayatnya dipertunjukkan kepada orang banyak (ay. 

10), lalu dengan penuh kesulitan dibebaskan oleh penduduk 

Yabesh-Gilead (ay. 11-13). Demikianlah tewasnya orang yang 

ditolak oleh Allah. 


 548

Kematian Saul  

(31:1-7) 

1 Sementara itu orang Filistin berperang melawan orang Israel. Orang-orang 

Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin dan banyak yang mati 

terbunuh di pegunungan Gilboa. 2 Orang Filistin terus mengejar Saul dan 

anak-anaknya dan menewaskan Yonatan, Abinadab dan Malkisua, anak-

anak Saul. 3 Kemudian makin beratlah pertempuran itu bagi Saul; para 

pemanah menjumpainya, dan melukainya dengan parah. 4 Lalu berkatalah 

Saul kepada pembawa senjatanya: “Hunuslah pedangmu dan tikamlah aku, 

supaya jangan datang orang-orang yang tidak bersunat ini menikam aku dan 

memperlakukan aku sebagai permainan.” namun  pembawa senjatanya tidak 

mau, sebab  ia sangat segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan 

menjatuhkan dirinya ke atasnya. 5 saat  pembawa senjatanya melihat, 

bahwa Saul telah mati, ia pun menjatuhkan dirinya ke atas pedangnya, lalu 

mati bersama-sama dengan Saul. 6 Jadi Saul, ketiga anaknya dan pembawa 

senjatanya, dan seluruh tentaranya sama-sama mati pada hari itu. 7 saat  

dilihat orang-orang Israel, yang di seberang lembah dan yang di seberang 

sungai Yordan, bahwa tentara Israel telah melarikan diri, dan bahwa Saul 

serta anak-anaknya sudah mati, maka mereka meninggalkan kota-kota mere-

ka lalu ikut melarikan diri; kemudian datanglah orang Filistin dan menetap 

di sana. 

Hari pembalasan sekarang telah tiba, di mana Saul harus dimintai 

perhitungan atas darah orang Amalek yang secara berdosa telah 

diluputkannya, dan darah para imam yang secara lebih berdosa telah 

ditumpahkannya. Dan juga darah Daud, yang hendak ia tumpahkan, 

harus diperhitungkan. Sekarang telah tiba hari bagi Saul untuk mati, 

seperti yang sudah dapat dilihat Daud sebelumnya, saat  Saul pergi 

berperang dan hilang lenyap di sana (26:10). Mari datang dan lihatlah 

hukum-hukum Allah yang adil. 

I.  Saul melihat para prajuritnya berguguran di sekelilingnya (ay. 1). 

Apakah orang-orang Filistin lebih banyak jumlahnya, atau mereka 

menduduki tempat yang lebih baik, atau dipimpin dengan lebih 

baik, atau ada keuntungan-keuntungan lain yang mereka miliki, 

kita tidak diberi tahu. namun  nampaknya mereka lebih kuat, 

sebab  merekalah yang pertama kali menyerbu. Mereka berperang 

melawan orang Israel, lalu orang Israel pun melarikan diri dan 

berguguran. Tentara-tentara yang terbaik dibuat kalang kabut, 

dan banyak orang terbunuh, mungkin orang-orang yang sudah 

diperintah Saul untuk mengejar Daud. Demikianlah orang-orang 

yang telah mengikuti dan melayani Saul dalam dosanya, men-

dahuluinya dalam kejatuhannya dan berbagi dengannya dalam 

tulah-tulah yang menimpanya. 

Kitab 1 Samuel 31:1-7 

 549 

II. Saul melihat anak-anaknya berguguran di hadapannya. Orang-

orang Filistin yang berjaya terus mengejar dengan sekencang-

kencangnya raja Israel dan orang-orang di sekitarnya. Ketiga anak 

laki-lakinya kemungkinan ada di sebelahnya, dan ketiga-tiganya 

dibunuh di hadapannya. Hal ini membuatnya sangat berduka 

sebab mereka yaitu  harapan keluarganya, dan membuatnya sa-

ngat ketakutan, sebab pada saat itu mereka yaitu  penjaganya, 

dan ia tidak dapat mengharapkan hal lain selain bahwa berikut-

nya yaitu  gilirannya. Nama anak-anaknya disebutkan (ay. 2), 

dan sungguh sedih hati kita mendapati Yonatan di antara mereka. 

Seorang yang bijak, gagah perkasa, dan baik hati itu, yang sung-

guh menjadi sahabat Daud sama seperti Saul menjadi musuh 

Daud, namun gugur bersama yang lain. Bakti kepada bapaknya 

tidak memperbolehkan dirinya tinggal di rumah, ataupun meng-

undurkan diri pada saat para tentara berperang. Dan penyeleng-

garaan Allah sudah mengatur begitu rupa hingga ia gugur senasib 

dengan keluarganya, meskipun ia tidak pernah melibatkan dirinya 

dalam kesalahan keluarganya. Dengan begitu, pengamatan Elifas 

tidak berlaku (Ayb. 4:7), siapa binasa dengan tidak bersalah? 

Sebab di sini ada satu orang yang demikian. Apa yang dapat kita 

katakan mengenai hal ini? 

1. Allah dengan ini hendak melengkapi kesusahan Saul pada 

saat menjelang ajal, dan hukuman mati yang harus dilaksana-

kan atas keluarganya. Jika keluarganya harus gugur, maka 

Yonatan, sebagai salah satu anggotanya, harus ikut gugur ber-

samanya. 

2. Allah dengan ini hendak membuat jalan Daud menuju takhta 

menjadi lebih mulus dan terbuka lebar. Sebab, meskipun 

Yonatan sendiri pasti dengan senang hati akan melepaskan 

semua hak dan kepentingannya kepada Daud (kita tidak mem-

punyai alasan untuk menduga ada orang lain), namun besar 

kemungkinan bahwa banyak orang akan memanfaatkan nama 

Yonatan untuk mendukung keluarga Saul, atau setidak-tidak-

nya hanya akan datang berpihak kepada Daud secara per-

lahan-lahan. Jika Isyboset saja, yang sekarang dibiarkan ting-

gal di rumah sebab  tidak sanggup berperang, dan dengan 

demikian terluput dari kematian, memiliki begitu banyak 

teman, berapa banyak teman yang akan dimiliki Yonatan, yang 

sudah menjadi kesayangan rakyat dan tidak pernah kehilang-


 550

an perkenanan mereka? Mereka yang begitu berhasrat untuk 

memiliki seorang raja layaknya bangsa-bangsa lain, pasti akan 

gigih membela garis keturunan yang benar, terutama jika garis 

keturunan itu membuat mahkota kerajaan diberikan kepada 

orang seperti Yonatan. Hal ini akan mempermalukan Daud. 

Kalaupun Yonatan berhasil membawa seluruh kepentingannya 

kepada Daud, maka akan dikatakan orang bahwa Yonatanlah 

yang menjadikan Daud raja, padahal Allah harus mendapat-

kan seluruh kemuliaan. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN. 

Dengan begitu, meskipun kematian Yonatan akan membuat 

Daud sangat sedih, namun, sebab  kematian itu membuatnya 

sadar akan kefanaannya sendiri, dan juga mempermudah diri-

nya naik takhta, maka kematian itu akan menjadi keuntungan 

baginya.  

3. Allah dengan ini hendak memperlihatkan kepada kita bahwa 

perbedaan antara baik dan buruk harus dibuat di dunia lain, 

bukan di dunia ini. Segala sesuatu sama bagi sekalian. Kita 

tidak dapat menilai kerohanian atau keadaan kekal seseorang 

berdasar  cara mereka mati, sebab di dalamnya nasib orang 

sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik.  

III. Saul sendiri terluka parah oleh orang-orang Filistin, lalu mati di 

tangannya sendiri. Para pemanah menjumpainya (ay. 3), sehingga 

ia tidak bisa melawan ataupun lari, dan oleh sebab itu ia jatuh ke 

tangan mereka secara tak terelakkan. Demikianlah, untuk mem-

buatnya makin menderita, kehancuran datang menimpanya se-

cara bertahap, dan ia mati dengan begitu rupa hingga merasakan 

kematiannya sendiri. Ke dalam keadaan yang luar biasa parah 

seperti itulah ia sekarang terpuruk sehingga, 

1. Ia ingin mati di tangan hambanya daripada di tangan orang-

orang Filistin, supaya mereka tidak memperlakukannya seba-

gai permainan seperti yang telah mereka lakukan terhadap 

Simson. Sungguh menyedihkan orang ini! Ia mendapati dirinya 

sedang sekarat, namun yang terus dipikirkannya hanyalah 

menjauhkan tubuhnya dari tangan orang-orang Filistin, dan 

bukannya ingin segera menyerahkah jiwanya ke tangan Allah 

yang mengaruniakannya (Pkh. 12:7). Sebagaimana ia hidup, 

demikian pula ia mati, dengan sombong dan cemburu, dan 

menjadi kengerian bagi dirinya sendiri dan semua orang di 

Kitab 1 Samuel 31:1-7 

 551 

sekitarnya. Orang-orang yang memahami permasalahan ini 

dengan benar tidak menganggap begitu penting bagaimana ke-

adaan mereka saat  mati, asalkan mereka baik-baik saja 

sesudah  kematian. Sungguh mengenaskan keadaan orang-

orang yang pedih hati, yang menantikan maut, yang tak kun-

jung tiba (Ayb. 3:20-21). Terutama mereka yang, sebab  ber-

putus asa untuk mendapat belas kasihan Allah, seperti Yudas, 

melompat ke dalam neraka yang ada di hadapan mereka, 

untuk menghindari neraka yang ada di dalam diri mereka. 

2. saat  Saul tidak bisa membuat permintaannya dikabulkan, ia 

menjadi pembunuh dirinya sendiri. Sebab ia menganggap 

bahwa dengan berbuat demikian ia dapat terhindar dari aib, 

padahal sebenarnya ia melakukan dosa yang keji, dan dengan 

dosa itu ia melekatkan tanda kehinaan untuk selama-lamanya 

pada namanya sendiri, sebagai felo de se – seorang pembunuh 

diri. Yonatan, yang menerima luka mematikan dari tangan 

orang-orang Filistin, dan dengan berani menyerah pada nasib 

perang, mati secara terhormat. namun  Saul mati seperti orang 

bebal, seperti pengecut, seperti orang sombong yang bodoh, 

pengecut yang kabur diam-diam. Ia mati seperti orang yang 

tidak takut akan Allah ataupun berharap pada Allah, yang 

tidak memiliki akal budi manusia ataupun keyakinan orang 

Israel, apalagi martabat seorang raja ataupun kebulatan tekad 

seorang prajurit. Marilah kita semua berdoa, Tuhan, janganlah 

membawa kami ke dalam pencobaan, pencobaan ini. Pembawa 

senjatanya tidak mau menikamnya dengan pedang, dan ia 

berbuat benar dengan menolaknya. Sebab seorang hamba 

siapa pun tidak boleh menjadi budak bagi hawa nafsu atau 

keinginan apa pun dari tuannya. Alasan yang diberikan yaitu  

bahwa sebab  ia sangat segan, bukan sebab  takut mati, 

sebab ia sendiri segera menjatuhkan dirinya ke atas pedang-

nya,  melainkan, sebab   begitu menghormati tuan rajanya, ia 

tidak sampai hati melukainya sedikit pun. Atau mungkin ia 

takut kalau-kalau tangannya yang gemetar hanya akan mem-

beri Saul setengah tikaman, dan dengan begitu membuatnya 

makin menderita.  

IV. Pembawa senjata Saul yang menolak untuk membunuhnya tidak 

menolak untuk mati dengannya. Sebaliknya, ia pun menjatuhkan 


 552

dirinya ke atas pedangnya (ay. 5). Keadaan ini memperparah ke-

matian Saul, bahwa, melalui contoh kejahatannya dengan mem-

bunuh diri, ia membuat hambanya bersalah atas kejahatan yang 

sama, dan bukan ia saja yang mati sebab  dosanya. Orang-orang 

Yahudi mengatakan bahwa pembawa senjata Saul itu yaitu  

Doeg, yang diangkat Saul ke dalam kedudukan itu sebab  mem-

bunuh para imam, dan jika demikian, adillah bahwa kekerasan-

nya turun menimpa batu kepalanya. Daud telah bernubuat menge-

nai Doeg bahwa Allah akan merobohkan dia untuk seterusnya 

(Mzm. 52:7).  

V. Negeri itu menjadi begitu kacau-balau sebab  kekalahan pasukan 

Saul, sehingga para penduduk kota-kota di sekitarnya, yang di 

seberang sungai Yordan, seperti yang tertulis, meninggalkan kota-

kota mereka. Dan orang-orang Filistin, selama beberapa waktu, 

menduduki kota-kota itu, sampai segala sesuatu menjadi tenang 

di Israel (ay. 7). Dengan kejahatannya, Saul membawa negerinya 

ke dalam keadaan yang begitu mengenaskan, yang bisa jadi tetap 

berada di tangan orang-orang yang tidak bersunat seandainya 

Daud tidak dibangkitkan untuk memperbaiki kerusakan itu. 

Lihatlah apa jadinya raja yang dipilih orang Israel dengan meno-

lak Allah dan Samuel. Mereka, dan juga raja itu, ditakutkan 

masih terus berbuat jahat, dan oleh sebab itu dilenyapkan, baik 

mereka maupun raja mereka itu, seperti yang sudah dinubuatkan 

oleh nabi Samuel mengenai mereka (12:25). Dan hal inilah yang 

disinggung dalam Hosea 13:10-11, lama sesudahnya, “Di mana 

gerangan rajamu, supaya diselamatkannya engkau, dan semua 

pemukamu, supaya diberinya engkau keadilan, hai, engkau yang 

berkata: ‘Berilah kepadaku seorang raja dan pemuka-pemuka!’ 

Aku memberikan engkau seorang raja dalam murka-Ku dan meng-

ambilnya dalam gemas-Ku. Artinya, raja itu menjadi tulah bagimu 

baik semasa hidup maupun saat  ia mati. Engkau tidak dapat 

mengharapkan yang lain.” 

Pembuangan Mayat Saul  

(31:8-13) 

8 saat  keesokan harinya orang Filistin datang merampasi orang-orang yang 

mati terbunuh itu, didapati mereka Saul dan ketiga anaknya tergelimpang di

Kitab 1 Samuel 31:8-13 

 553 

pegunungan Gilboa. 9 Mereka memancung kepala Saul, merampas senjata-

senjatanya dan menyuruh orang berkeliling di negeri orang Filistin untuk 

menyampaikan kabar itu di kuil berhalanya dan kepada rakyat. 10 Kemudian 

mereka menaruh senjata-senjata Saul di kuil Asytoret, dan mayatnya dipaku-

kan mereka di tembok kota Bet-Sean. 11 saat  penduduk Yabesh-Gilead 

mendengar tentang apa yang telah dilakukan orang Filistin kepada Saul,  

12 maka bersiaplah segenap orang gagah perkasa, mereka berjalan terus 

semalam-malaman, lalu mengambil mayat Saul dan mayat anak-anaknya 

dari tembok kota Bet-Sean. Kemudian pulanglah mereka ke Yabesh dan 

membakar mayat-mayat itu di sana. 13 Mereka mengambil tulang-tulangnya 

lalu menguburkannya di bawah pohon tamariska di Yabesh. Sesudah itu ber-

puasalah mereka tujuh hari lamanya. 

Alkitab tidak menyebutkan sesuatu mengenai jiwa Saul dan jiwa 

ketiga anak laki-lakinya, apa yang terjadi dengan mereka sesudah  me-

reka mati, hal-hal yang tersembunyi bukanlah bagi kita, namun  hanya 

mengenai mayat-mayat mereka. 

I. Bagaimana mayat-mayat itu diperlakukan dengan keji sebagai 

permainan oleh orang-orang Filistin. Keesokan harinya sesudah  pe-

perangan itu, saat  mereka sudah pulih dari kelelahan mereka, 

mereka datang merampasi orang-orang yang mati terbunuh, dan 

di antaranya didapati mereka Saul dan ketiga anaknya (ay. 8). 

Pembawa senjata Saul mungkin bermaksud untuk menghormati 

tuannya dengan ikut bunuh diri, dan untuk menunjukkan betapa 

dengan berbuat demikian ia sungguh mencintainya. Akan namun , 

seandainya ia menggunakan akal sehatnya lebih daripada perasa-

annya, ia akan rela kehilangan pujian yang bodoh itu, bukan 

hanya dalam keadilan terhadap nyawanya sendiri, melainkan juga 

dalam kebaikan terhadap tuannya. Sebab dengan beroleh kesem-

patan untuk selamat, ia bisa saja melakukan segala pelayanan 

yang dapat dilakukan kepada tuannya sesudah  tuannya itu mati. 

sebab  pada malam harinya, ia bisa saja membawa pergi mayat 

Saul dan anak-anaknya, dan menguburkan mereka dengan layak. 

Namun betapa keliru dan bodoh pikiran orang-orang angkuh ini, 

walaupun mereka ingin dianggap bijak dalam memberi dan mene-

rima penghormatan. Bahkan, sepertinya Saul bisa saja menyela-

matkan dirinya sendiri dari tikaman yang mematikan itu lalu me-

loloskan diri. Sebab para pengejar, yang dalam ketakutan terha-

dap mereka Saul membunuh dirinya sendiri, tidak mendatangi 

tempat di mana ia berada sampai keesokan harinya. Akan namun , 

orang-orang yang akan dihancurkan Allah dibuat-Nya bertindak 

bodoh dan lenyap habis oleh sebab  kedahsyatan-Nya (lih. Ayb. 


 554

18:5, dst.). Para pengejar itu pun mendapati mayat Saul, yang 

sekarang terbujur di atas rerumputan penuh darah, dan dengan 

begitu dapat dibedakan dari mayat-mayat lain berdasar  pan-

jangnya, sama seperti, saat  berdiri tegak, tubuh Saul dapat di-

bedakan berdasar  tingginya, saat  ia dengan congkak me-

mandangi kerumunan orang di sekitarnya. Dengan menemukan 

mayat itu, mereka hendak bersorak-sorai atas mahkota Israel, 

dan secara keji memuaskan dendam yang biadab dan tidak ber-

perikemanusiaan dengan melecehkan mayat yang telantar itu, 

yang saat  masih hidup membuat mereka gentar.  

1. Mereka memancung kepala Saul. Seandainya mereka dalam 

hal ini bermaksud untuk membalaskan pemancungan kepala 

Goliat, lebih baik mereka memancung kepala Daud, yang telah 

melakukan tindakan itu saat  ia berada di negeri mereka. 

namun  mereka melakukan hal itu, secara umum, dengan mak-

sud untuk mencela orang Israel, yang betul-betul meyakini 

bahwa kepala orang yang dimahkotai dan diurapi akan menye-

lamatkan mereka dari orang Filistin. Dan juga untuk mencela 

Saul secara khusus, yang lebih tinggi satu kepala daripada 

orang lain (yang mungkin dulu biasa dibanggakannya), namun 

sekarang lebih pendek satu kepala. 

2. Mereka merampas senjata-senjata Saul (ay. 9), dan membawa-

nya untuk dijadikan piala kemenangan mereka, di kuil Asy-

toret dewi mereka (ay. 10). Kita diberi tahu dalam 1 Tawarikh 

10:10 (meskipun di sini dihilangkan), bahwa mereka memaku-

kan batu kepalanya di rumah Dagon. Demikianlah mereka 

menganggap kehormatan atas kemenangan mereka bersumber 

pada kuasa khayalan dari dewa-dewi palsu mereka, dan bu-

kan pada keadilan yang nyata dari Allah yang benar, seperti 

yang seharusnya mereka yakini. Dan penghormatan yang di-

berikan kepada para allah jadi-jadian ini mempermalukan 

orang-orang yang tidak memberikan pujian atas pencapaian-

pencapaian mereka kepada Allah yang hidup. Asytoret, berhala 

yang dengannya orang Israel sudah berkali-kali berzinah, 

sekarang menang atas mereka. 

3. Mereka menyuruh orang berkeliling ke seluruh negeri mereka, 

dan memerintahkan supaya kemenangan yang telah mereka 

peroleh itu diumumkan di kuil-kuil dewa-dewi mereka (ay. 9), 

agar seluruh rakyat bersukacita dan bersyukur kepada dewa-

Kitab 1 Samuel 31:8-13 

 555 

dewi mereka. Hal ini sangat disesalkan Daud (2Sam. 1:20). 

Janganlah kabarkan itu di Gat. 

4. Mereka memakukan mayat Saul dan mayat anak-anaknya, se-

perti yang dapat dilihat pada ayat 12, di tembok kota Bet-Sean, 

sebuah kota yang tidak jauh dari pegunungan Gilboa dan 

sangat dekat dengan sungai Yordan. Sampai ke situlah mayat-

mayat mereka diseret, dan di situlah mayat-mayat itu digan-

tung dengan rantai, supaya dimakan oleh burung-burung pe-

mangsa. Saul membunuh dirinya sendiri supaya ia tidak 

diperlakukan sebagai permainan oleh orang Filistin. Namun 

tidak pernah ada mayat seorang raja dipermainkan seperti ma-

yatnya, dan mungkin lebih dipermainkan lagi jika mereka tahu 

bahwa Saul membunuh dirinya sendiri sebab  alasan itu. 

Orang yang berpikir dapat menyelamatkan kehormatannya 

dengan berbuat dosa pasti akan kehilangan kehormatannya 

itu. Lihatlah betapa kekurangajaran orang Filistin demikian 

memuncak tepat sebelum Daud diangkat, sosok yang akan 

menaklukkan mereka dengan sepenuhnya. sebab  sekarang 

mereka telah membunuh Saul dan anak-anaknya, mereka 

menganggap bahwa tanah orang Israel menjadi milik mereka 

untuk selama-lamanya, namun  mereka akan segera mendapati 

diri mereka tertipu. saat  Allah telah menyelesaikan seluruh 

pekerjaan-Nya melalui mereka, Ia akan menyelesaikan peker-

jaan itu atas diri mereka (lih. Yes. 10:6-7). 

II. Bagaimana mayat-mayat itu diselamatkan dengan berani oleh 

penduduk Yabesh-Gilead. Sungai Yordan berada tidak jauh di an-

tara Bet-Sean dan Yabesh-Gilead, dan dari Yabesh-Gilead sungai 

Yordan dapat diseberangi melalui tempat-tempat penyeberang-

annya. Oleh sebab itu, segenap orang gagah perkasa dari kota itu, 

yang menyeberang sungai semalam-malaman, dengan sangat 

berani mengambil mayat-mayat itu, dan menguburkannya dengan 

layak (ay. 11, 13). Hal ini mereka lakukan,  

1. Atas kepedulian bersama terhadap kehormatan Israel, atau 

tanah Israel, yang tidak boleh dicemari dengan mayat-mayat 

yang dipertontonkan, terutama mayat raja Israel, yang dinajis-

kan seperti itu oleh orang-orang yang tidak bersunat. 

2. Atas perasaan hutang budi tertentu kepada Saul, sebab  ia 

sudah begitu gigih dan bersemangat menyelamatkan mereka 


 556

dari orang Amon pada saat pertama kali ia naik takhta (ps. 

11). Sungguh sebuah bukti dari jiwa yang pemurah dan 

sebuah dorongan untuk bermurah hati jika  ingatan akan 

kebaikan disimpan seperti itu, dan dengan demikian kebaikan 

itu pun dibalas dengan limpahnya. Orang-orang Yabesh-Gilead 

akan dapat melayani Saul dengan lebih baik lagi seandainya 

mereka mengirimkan segenap orang gagah perkasa kepadanya 

lebih awal, untuk menguatkannya dalam menghadapi orang-

orang Filistin. Namun hari bagi Saul untuk gugur telah tiba, 

dan sekarang hanya pelayanan ini sajalah yang dapat mereka 

lakukan kepadanya, untuk menghormati kenangan akan diri-

nya. Kita tidak mendapati ada hari berkabung bagi seluruh 

bangsa untuk memperingati kematian Saul, seperti untuk 

memperingati kematian Samuel (25:1). Hanya orang-orang 

Gilead dari Yabesh itulah yang memberikan penghormatan 

kepadanya pada saat kematiannya. Sebab, 

(1) Mereka mempersiapkan bakaran untuk mayat-mayat itu, 

untuk membuatnya harum. Demikianlah yang dipahami 

sebagian penafsir mengenai pembakaran mayat-mayat itu. 

Mereka membakar rempah-rempah atas mayat-mayat itu 

(ay. 12). Hal itu lazim dilakukan untuk menghormati teman-

teman mereka yang telah mati, atau setidaknya raja-raja 

mereka, seperti yang dapat dilihat dalam pemakaman Asa 

(2Taw. 16:14), bahwa mereka menyalakan api yang sangat 

besar untuk menghormatinya. Atau (seperti menurut sebagi-

an yang lain) mereka membakar mayat-mayat itu, sebab  

telah mulai membusuk. 

(2) Mereka menguburkan mayat-mayat itu, sesudah  mengha-

rumkannya dengan membuat bakaran atasnya. Atau, jika 

mereka membakar mayat-mayat itu, mereka menguburkan 

tulang-tulang dan abunya, di bawah sebuah pohon, yang 

menjadi nisan dan tugu peringatan. Dan,  

(3)  Berpuasalah mereka tujuh hari lamanya, artinya, setiap 

hari selama tujuh hari mereka berpuasa sampai petang. 

Demikianlah mereka meratapi kematian Saul, dan keadaan 

bangsa Israel sekarang yang sedang kebingungan. Dan 

mungkin selain berpuasa mereka juga berdoa untuk mem-

bangun kembali negeri mereka yang hancur-lebur. Meski-

pun bila orang fasik binasa, gemuruhlah sorak-sorai. Arti-

Kitab 1 Samuel 31:8-13 

 557 

nya, diharapkan bahwa keadaan yang lebih baik akan ter-

jadi sesudahnya, yang akan mendatangkan sukacita, na-

mun perikemanusiaan mengharuskan kita menunjukkan 

penghormatan yang pantas kepada jasad orang-orang mati, 

terutama kepada jasad para raja.  

Kitab ini dimulai dengan kelahiran Samuel, namun sekarang 

diakhiri dengan penguburan Saul. Dengan membandingkan ke-

duanya secara bersama-sama, hal ini dapat mengajar kita untuk 

lebih mengutamakan kehormatan yang datang dari Allah daripada 

kehormatan apa saja yang katanya dapat diberikan oleh dunia 

ini. 

 

 

 

 

 

 

 

 


Kitab 

2 samuel  

   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tafsiran  

Kitab 2 Samuel  


Kitab ini berkisah tentang riwayat pemerintahan raja Daud. Di dalam 

kitab sebelumnya, kita telah membaca mengenai ditetapkannya Daud 

untuk memerintah atas Israel serta pergumulan-pergumulannya de-

ngan Saul, yang pada akhirnya berakhir dengan kematian orang yang 

menindasnya. Kitab ini diawali dengan naiknya Daud ke atas takhta, 

kemudian sepenuhnya diisi oleh perkara-perkara pemerintahannya 

selama empat puluh tahun berkuasa. Itulah sebabnya kitab ini di 

dalam Alkitab Septuaginta diberi judul Kitab Ketiga dari Raja-raja. Di 

dalamnya tertulis rupa-rupa kemenangan dan permasalahan Daud. 

I. Kemenangan-kemenangan Daud atas kaum keluarga Saul (ps. 1-

4), atas orang Yebus dan orang Filistin (ps. 5), pada saat peng-

angkutan tabut Allah (ps. 6-7), dan atas bangsa-bangsa sekeliling 

yang menentang dirinya (ps. 8-10). Sampai sejauh ini, jalannya 

riwayat Daud selaras dengan apa yang kita harapkan dari pribadi-

nya dan dengan pilihan yang telah dijatuhkan atasnya. Akan 

namun , Daud mempunyai sisi gelapnya sendiri. 

II. Kita mendapati berbagai permasalahan yang dihadapi Daud, rupa-

rupa penyebabnya, dan dosanya di dalam perkara Uria (ps. 11-12). 

Kemudian permasalahan-permasalahan itu sendiri yang muncul 

akibat dosa Amnon (ps. 13), pemberontakan Absalom (ps. 14-19), 

dan pemberontakan Seba (ps. 20), serta penyakit sampar di Israel 

akibat Daud menghitung jumlah rakyat (ps. 24), di samping kela-


 562

paran yang menimpa orang Gibeon (ps. 21). Kita mendapati nya-

nyian Daud (ps. 22), dan perkataan terakhirnya serta pahlawan-

pahlawan yang mengiringinya (ps. 23). Ada banyak hal di dalam 

riwayat Daud yang sangat berguna untuk memberi kita pelajaran. 

Akan namun , mengenai sang pahlawan yang menjadi tokoh utama 

dalam sejarah itu, meskipun dalam berbagai peristiwa ia di sini 

terlihat sangat hebat, dan sangat baik hati, dan sungguh-sungguh 

menjadi kesayangan sorga, harus diakui bahwa kehormatannya 

bersinar lebih terang di dalam mazmur-mazmur gubahannya dari-

pada di dalam riwayat dirinya. 

 

 

 

 

PASAL  1  

ada bagian penutup dari kitab sebelumnya (yang menjadi peng-

hubung dengan kitab ini sebagai kelanjutan dari kisah sejarah 

yang sama), kita membaca tentang kematian Saul. Ia turun ke dalam 

liang kubur dengan mati terbunuh, meskipun dahulu menjadi keta-

kutan bagi para pahlawan yang meliputi dunia orang-orang hidup. 

Sekarang kita harus mengarahkan pandangan pada matahari yang 

sedang terbit, dan menanyakan di mana Daud, serta apa yang sedang 

diperbuatnya. Di dalam pasal ini, kita membaca tentang, 

I. Berita kematian Saul dan Yonatan yang disampaikan kepada 

Daud di Ziklag oleh seorang Amalek, yang berikhtiar untuk 

menceritakan kejadian ini  secara khusus kepadanya 

(ay. 1-10). 

II. Daud menerima berita itu dengan penuh kesedihan (ay. 11-

12). 

III. Keadilan yang dijatuhkan kepada sang pembawa berita, yang 

bermegah bahwa ia telah membantu Saul mengakhiri nyawa-

nya sendiri (ay. 13-16). 

IV. Sebuah sajak sedih yang ditorehkan Daud pada kesempatan 

ini (ay. 17-27). Dan di dalam seluruh sajak ini, hati Daud 

tampak sungguh bebas dari percikan api dendam dan hasrat 

untuk berkuasa, dan ia berperilaku dengan sangat terpuji. 

Kepedulian Daud terhadap Nasib Saul 

(1:1-10) 

1 sesudah  Saul mati, dan saat  Daud kembali sesudah memukul kalah orang 

Amalek dan tinggal dua hari di Ziklag, 2 maka datanglah pada hari ketiga 

seorang dari tentara, dari pihak Saul, dengan pakaian terkoyak-koyak dan 

tanah di atas kepala. saat  ia sampai kepada Daud, sujudlah ia ke tanah 


 564

dan menyembah. 3 Bertanyalah Daud kepadanya: “Dari manakah engkau?” 

Jawabnya kepadanya: “Aku lolos dari tentara Israel.” 4 Bertanyalah pula 

Daud kepadanya: “Apakah yang terjadi? Coba ceriterakan kepadaku.” Jawab-

nya: “Rakyat telah melarikan diri dari pertempuran; bukan saja banyak dari 

rakyat yang gugur dan mati, namun  Saul dan Yonatan, anaknya, juga sudah 

mati.” 5 Lalu Daud berkata kepada orang muda yang membawa kabar kepa-

danya itu: “Bagaimana kauketahui, bahwa Saul dan Yonatan, anaknya, su-

dah mati?” 6 Orang muda yang membawa kabar kepadanya itu berkata: 

“Kebetulan aku ada di pegunungan Gilboa; maka tampaklah Saul bertelekan 

pada tombaknya, sedang kereta-kereta dan orang-orang berkuda mengejar-

nya. 7 saat  menoleh ke belakang, ia melihat aku, lalu memanggil aku; dan 

aku berkata: Ya tuanku. 8 Ia bertanya kepadaku: Siapakah engkau? Jawabku 

kepadanya: Aku seorang Amalek. 9 Lalu katanya kepadaku: Datanglah ke 

mari dan bunuhlah aku, sebab kekejangan telah menyerang aku, namun  aku 

masih bernyawa. 10 Aku datang ke dekatnya dan membunuh dia, sebab aku 

tahu, ia tidak dapat hidup terus sesudah  jatuh. Aku mengambil jejamang yang 

ada di kepalanya, dan gelang yang ada pada lengannya, dan inilah dia 

kubawa kepada tuanku.” 

Dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Daud kembali menetap di Ziklag, kotanya sendiri, sesudah  menye-

lamatkan keluarga dan sahabat-sahabatnya dari tangan orang 

Amalek (ay. 1). Ia tinggal di Ziklag. Dari sanalah ia sekarang 

mengirim pemberian-pemberian kepada para sahabatnya (1Sam. 

30:26), dan di sanalah ia siap menerima semua orang yang datang 

untuk mendukung kepentingan-kepentingannya. Bukan orang-

orang bermasalah dan terlilit hutang, seperti para pengikutnya 

yang pertama-tama, melainkan orang-orang yang terhormat di 

negeri mereka, pahlawan-pahlawan, pahlawan-pahlawan yang 

gagah perkasa, dan kepala-kepala pasukan seribu, seperti kita 

baca dalam 1 Tawarikh 12:1, 8, 20. Orang-orang seperti itulah 

yang datang kepadanya dari hari ke hari, sebab  Allah meng-

gerakkan hati mereka untuk berbuat demikian, sampai Daud 

mempunyai tentara yang besar, seperti bala tentara Allah, demi-

kian dikatakan (1Taw. 12:22). Sumber air tersembunyi yang me-

mancarkan berbagai gerakan perubahan besar-besaran merupa-

kan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan, sehingga harus disim-

pulkan bahwa Sang Pemeliharalah yang membelokkan setiap hati 

layaknya anak-anak sungai. 

II. Berita yang dibawa kepada Daud perihal kematian Saul. Sungguh 

aneh bahwa Daud tidak menempatkan  beberapa pengintainya di 

sekitar perkemahan tentara Saul untuk memberitahukan kepada-

nya sejak dini kabar tentang jalannya peperangan. Ini merupakan

Kitab 2 Samuel 1:1-10 

 565 

 tanda bahwa Daud tidak menginginkan datangnya hari celaka 

bagi Saul, atau tidak sabar untuk segera naik takhta, namun  mau 

menunggu sampai kabar akan hal itu dibawa kepadanya, kabar 

yang oleh orang lain akan berusaha diperoleh secepat mungkin. 

Orang yang percaya tidak akan gelisah, ia akan menerima kabar 

baik saat  kabar itu datang kepadanya, dan tidak resah menanti-

kannya. 

1. Sang pembawa berita menghadap kepada Daud sebagai se-

orang utusan khusus, dengan tampilan seorang yang berduka 

atas kematian sang raja dan seorang bawahan bagi sang pene-

rusnya. Ia datang dengan pakaian terkoyak-koyak, kemudian 

menghaturkan sembah kepada Daud (ay. 2), sambil menye-

nangkan diri dengan khayalan bahwa ia mendapat kehormat-

an sebagai orang pertama yang menyembah Daud sebagai 

rajanya, namun  ternyata ia menjadi orang pertama yang mene-

rima hukuman mati dari Daud sebagai hakimnya. Ia berkata 

kepada Daud bahwa ia datang dari tengah-tengah tentara 

Israel, dan menyatakan betapa buruknya keadaan di tempat 

itu saat  berkata bahwa ia telah meloloskan diri dari sana, 

dengan harus melewati berbagai aral melintang untuk menye-

lamatkan nyawanya (ay. 3). 

2. Sang pembawa berita menyampaikan kepada Daud tentang 

garis besar jalannya peperangan. Daud begitu ingin mengeta-

hui bagaimana peperangan ini  berlangsung, sebagai 

seseorang yang punya alasan di atas orang lain untuk memi-

kirkan kepentingan rakyat. Sang pembawa berita memberi 

tahu Daud dengan sangat jelas bahwa tentara Israel telah 

dipukul kalah, banyak yang gugur terbunuh, dan di antaranya 

yaitu  Saul dan Yonatan (ay. 4). Ia hanya menyebut nama 

Saul dan Yonatan, sebab  ia tahu persis Daud begitu ingin 

mengetahui nasib keduanya, mengingat Saul yaitu  sosok 

yang paling ditakutinya, sementara Yonatan yaitu  sosok yang 

paling dikasihinya. 

3. Sang pembawa berita menyampaikan kepada Daud keterangan 

yang lebih terperinci perihal kematian Saul. Ada kemungkinan 

bahwa Daud telah mendengar bagaimana perang itu berakhir 

melalui sejumlah laporan dari orang lain, sebab  tampaknya 

ada banyak orang datang kepadanya sebagai dampak dari 

hasil perang ini . Akan namun , ia ingin mengetahui secara 


 566

pasti laporan terkait Saul dan Yonatan itu, entah sebab  ia 

tidak mau mempercayainya begitu saja atau sebab  ia tidak 

mau mengambil tindakan berdasar  laporan itu, dan me-

nyatakan