listin, dan juga supaya jangan sampai mereka bertambah
benci melihat Daud masih tinggal berlama-lama di situ.
II. Daud menerima perkataan ini dengan penuh rasa hormat, namun ,
saya takut, bukan tanpa suatu kepura-puraan. “Apa?” tanya
Daud, “haruskah aku meninggalkan tuanku raja, yang wajib aku
lindungi sesuai tugasku, tepat di saat ini saat ia akan mengha-
dapi bahaya di medan pertempuran? Mengapa aku tidak boleh
pergi dan berperang melawan musuh tuanku raja?” (ay. 8). Daud
tampak ingin sekali melayaninya, padahal sesungguhnya pada
saat ini ia benar-benar ingin meninggalkannya. namun ia tidak
mau Akhis mengetahuinya. Sungguh betapa kuat godaan yang
menjerat orang-orang yang melayani para pembesar untuk ber-
pura-pura memuji-muji dan menutup-nutupi sesuatu, dan betapa
sulit untuk menghindari godaan ini.
III. Penyelenggaraan Allah mengatur keadaan dengan bijak dan pe-
nuh rahmat untuk Daud. Sebab, selain bahwa jerat itu dihancur-
kan dan ia terbebas dari keadaan serba salah yang melingkupi-
nya, terbukti juga bahwa dengan bergegas pergi, hal itu secara
membahagiakan membawa kelegaan bagi kotanya sendiri, yang
sangat membutuhkannya, meskipun ia tidak mengetahuinya.
Demikianlah, kehinaan yang dilontarkan oleh raja-raja kota orang
Filistin kepada Daud terbukti, dalam lebih dari satu cara, sebagai
keuntungan baginya. TUHAN menetapkan langkah-langkah orang
yang hidupnya berkenan kepada-Nya. Apa yang dilakukan-Nya
terhadap kita, tidak kita ketahui sekarang, namun kita akan me-
ngetahuinya kelak, dan akan melihat bahwa semuanya itu demi
kebaikan kita.
PASAL 30
ada waktu Daud disuruh meninggalkan tentara Filistin, dia tidak
lantas pergi ke perkemahan Israel. Sebaliknya, sebab telah di-
usir oleh Saul, ia mengambil sikap tidak berpihak kepada siapa pun,
dan dengan diam-diam mengundurkan diri ke Ziklag, kotanya sen-
diri, dengan meninggalkan tentara Filistin yang siap untuk ber-
perang. Sekarang dalam pasal ini kita diberi tahu,
I. Betapa menyedihkan keadaan kota itu saat ia mendapati-
nya, segala sesuatunya telah diporak-porandakan oleh ten-
tara Amalek, dan betapa hal itu amat menyusahkan dirinya
dan orang-orangnya (ay. 1-6).
II. Tindakan apa yang diambil Daud untuk memulihkan segala
sesuatu yang hilang. Ia bertanya kepada Allah, dan mendapat
tugas dari-Nya (ay. 7-8), mengejar musuh (ay. 9-10), memper-
oleh keterangan dari seorang pemuda Mesir yang ditinggal-
kan tuannya (ay. 11-15), menyerang dan menghabisi para
penjarah (ay. 16-17), dan melepaskan semua yang telah me-
reka rampas (ay. 18-20).
III. Cara apa yang dipakainya dalam membagi-bagikan jarahan
(ay. 21-31).
Ziklag Dibakar
(30:1-6)
1 saat Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga,
orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag; Ziklag telah dikalah-
kan oleh mereka dan dibakar habis. 2 wanita -wanita dan semua
orang yang ada di sana, tua dan muda, telah ditawan mereka, dengan tidak
membunuh seorang pun; mereka menggiring sekaliannya, kemudian mene-
ruskan perjalanannya. 3 saat Daud dan orang-orangnya sampai ke kota itu,
tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang
P
528
laki-laki dan wanita telah ditawan. 4 Lalu menangislah Daud dan rakyat
yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat
lagi menangis. 5 Juga kedua isteri Daud ditawan, yakni Ahinoam, wanita
Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel itu. 6 Dan Daud sangat
terjepit, sebab rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Selu-
ruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing sebab anaknya laki-laki dan
wanita . namun Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allah-
nya.
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Serbuan yang diadakan oleh orang Amalek terhadap kota Ziklag
saat Daud tidak ada, dan kehancuran yang mereka buat di
sana. Mereka menyerbu kota itu saat kota ini dibiarkan
tanpa penjaga, menjarahnya, membakarnya, dan membawa se-
mua tawanan wanita dan anak-anak (ay. 1-2). Dengan serbu-
an ini, mereka bermaksud untuk membalaskan kehancuran seru-
pa yang belum lama ini telah dilakukan oleh Daud terhadap me-
reka dan negeri mereka (27:8). Orang yang telah mendapat begitu
banyak musuh tidak boleh membiarkan kepentingan-kepenting-
annya sendiri tidak dilindungi dan dijaga seperti itu. Orang yang
telah bertindak berani terhadap orang lain harus sadar bahwa
orang lain akan bertindak sama beraninya terhadap mereka, dan
mereka harus bersiap menghadapinya. Sekarang amatilah dalam
hal ini,
1. Kejamnya belas kasihan Saul, sebagaimana terbukti dalam
membiarkan orang-orang Amalek hidup. Seandainya dia mem-
binasakan mereka sampai habis, seperti yang seharusnya di-
lakukannya, maka orang-orang ini tidak akan hidup untuk
melakukan kejahatan ini.
2. Bagaimana Daud ditegur sebab sudah begitu ingin maju ber-
perang bersama dengan orang-orang Filistin melawan Israel.
Allah menunjukkan kepadanya bahwa lebih baik dia tinggal di
rumah dan mengurus urusannya sendiri. jika kita pergi ke
luar untuk menjalankan kewajiban, maka kita dapat berharap
dengan penuh penghiburan bahwa Allah akan menjaga keluar-
ga kita saat kita tidak ada di rumah. namun tidak demikian
halnya jika kita pergi untuk keperluan lain.
3. Betapa Allah secara menakjubkan mencondongkan hati orang-
orang Amalek ini untuk membawa pergi para tawanan perem-
puan dan anak-anak, dan tidak membunuh mereka. saat
Kitab 1 Samuel 30:1-6
529
Daud menyerbu mereka, dia menumpas semuanya dengan
pedang (27:9). Tidak ada alasan yang dapat diberikan mengapa
mereka tidak membalaskan serbuan itu terhadap kota ini,
selain bahwa Allah menahan mereka. Sebab semua hati orang
ada di dalam tangan-Nya, dan Ia berfirman kepada kemarahan
orang-orang yang paling kejam sekalipun, sampai di sini boleh
engkau datang, jangan lewat. Apakah mereka membiarkan
tawanan itu hidup untuk mengiringi mereka dalam kemenang-
an, atau untuk menjual mereka, atau untuk menjadikan mere-
ka sebagai budak, campur tangan Allah harus diakui, yang
bermaksud memakai orang Amalek untuk menghajar keluarga
Daud, dan bukan untuk menghancurkannya.
II. Kebingungan dan kecemasan yang dialami oleh Daud dan orang-
orangnya saat mereka mendapati rumah-rumah mereka telah
menjadi abu dan istri serta anak-anak mereka ditawan. Tiga hari
sudah mereka berjalan dari perkemahan orang Filistin ke Ziklag,
dan sekarang mereka tiba di sana kelelahan, namun dengan ber-
harap dapat beristirahat di dalam rumah mereka dan bergembira
bersama keluarga mereka. Namun lihatlah pemandangan hitam
dan suram yang dihadapkan kepada mereka (ay. 3). Hal ini
membuat mereka semua menangis, tak terkecuali Daud sendiri,
kendati mereka yaitu para prajurit, sampai mereka tidak kuat
lagi menangis (ay. 4). Disebutkannya kedua istri Daud, Ahinoam
and Abigail, dan dibawanya mereka sebagai tawanan, menyirat-
kan bahwa kejadian ini membuat hatinya lebih terenyuh diban-
dingkan kejadian-kejadian lain. Perhatikanlah, bukan hal yang
hina bagi orang-orang yang sungguh berjiwa pemberani dan per-
kasa untuk meratapi bencana-bencana yang menimpa kaum
kerabat dan teman-teman mereka. Amatilah,
1. Masalah ini menimpa mereka saat mereka tidak ada di
tempat. Sudah menjadi siasat orang Amalek sejak dulu untuk
menyerang Israel pada saat yang menguntungkan.
2. Masalah itu menyambut mereka pada saat mereka kembali,
dan, sepanjang yang bisa disaksikan, mata mereka sendirilah
yang pertama kali mengabarkan hal itu kepada mereka.
Perhatikanlah, saat kita pergi, kita tidak dapat mengetahui
kabar buruk apa yang bisa saja menyambut kita saat kita
kembali. Kepergian bisa jadi sangat menggembirakan, namun
530
kedatangan kembali sangat menyedihkan. Oleh sebab itu,
janganlah memuji diri sebab esok hari, ataupun sebab malam
ini, sebab engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu,
atau di sela-sela hari itu (Ams. 27:1). jika , sesudah pulang
dari suatu perjalanan, kita mendapati kemah suci kita dalam
damai, dan tidak porak-poranda seperti yang didapati Daud di
sini, hendaklah Tuhan dipuji atas hal ini .
III. Pemberontakan dan sungut-sungut rakyat kepada Daud (ay.
6): Daud sangat terjepit, sebab, di tengah-tengah semua kehilang-
annya, rakyatnya sendiri mengatakan hendak melemparinya
dengan batu,
1. Sebab mereka memandang dia sebagai penyebab malapetaka
yang menimpa mereka, melalui tindakannya yang telah menyu-
lut amarah orang Amalek, dan ketidakbijaksanaannya dalam
meninggalkan Ziklag tanpa pasukan penjaga. Demikianlah kita,
saat sedang tertimpa masalah, cepat menjadi geram terhadap
orang-orang yang dengan suatu cara dianggap sebagai penye-
bab masalah kita. Namun kita mengabaikan penyelenggaraan
ilahi, dan tidak mengindahkan campur tangan Allah di dalam-
nya, yang akan meredam amarah kita dan menjadikan kita
sabar.
2. Sebab sekarang mereka mulai putus asa akan mendapat ke-
dudukan, yang mereka yakini akan mereka dapatkan dengan
mengikuti Daud. Sebelum ini mereka semua berharap akan
menjadi para pemimpin. Namun sekarang, sesudah mendapati
diri mereka semua menjadi para pengemis, hal itu membuat
mereka begitu kecewa hingga mereka menjadi marah, dan
mengancam nyawa Daud yang, di bawah Allah, telah menjadi
tumpuan terbesar mereka. Amarah yang tak terkendali akan
menjerumuskan orang ke dalam perbuatan-perbuatan yang
tidak masuk akal. Ini merupakan sebuah ujian yang berat bagi
orang yang berkenan di hati Allah itu, ujian yang tidak bisa
tidak pasti datang menghampirinya. Saul telah mengusir dia
dari negerinya, orang Filistin telah menghalau dia dari per-
kemahan mereka, orang Amalek telah menjarah kotanya, dan
kedua istrinya telah dibawa sebagai tawanan. Dan sekarang,
untuk melengkapi celakanya, sahabat-sahabat karibnya sen-
diri, yang dipercayainya, yang telah dilindunginya, dan yang
Kitab 1 Samuel 30:1-6
531
telah makan rotinya, bukannya berbela rasa terhadapnya dan
menawarkan kelegaan kepadanya, malah telah mengangkat
tumitnya terhadap dia, dan mengancam untuk melemparinya
dengan batu. Iman yang besar harus siap diuji dengan keras
seperti itu. Namun patut diperhatikan bahwa Daud terpuruk
dalam keadaan yang luar biasa parah ini tepat sebelum ia naik
takhta. Pada saat itu juga, mungkin, dihantamkan sebuah pu-
kulan yang membuka pintu bagi pengangkatannya. Ada kala-
nya jemaat dan umat Allah berada dalam keadaan yang sebu-
ruk-buruknya tepat sebelum keadaan itu mulai membaik.
IV. Kebergantungan Daud yang penuh kesalehan kepada penyeleng-
garaan dan anugerah Ilahi di dalam kesesakan ini: namun Daud
menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya. Orang-
orangnya mencemasakan atas kehilangan yang mereka alami. Jiwa
orang-orang menjadi pahit, demikian dalam bahasa aslinya. Keti-
dakpuasan dan ketidaksabaran mereka sendiri menambahkan ra-
cun dan ipuh pada kesengsaraan dan penderitaan itu, dan mem-
buat keadaan mereka dua kali lipat menyedihkan. Akan namun ,
1. Daud menanggungnya dengan lebih baik, kendati dia mempu-
nyai alasan yang lebih kuat daripada orang-orangnya untuk
meratapinya. Mereka membiarkan diri mereka hanyut dalam
kesedihan, namun dia membuat anugerah-anugerah yang dite-
rimanya bekerja, dan dengan menguatkan diri di dalam Allah,
sementara mereka melemahkan satu sama lain, dia tetap
menjaga rohnya tetap tenang dan sabar. Atau,
2. Mungkin di sini disinggung kata-kata ancaman yang dilontar-
kan oleh orang-orang Daud kepadanya. Mereka mengatakan
hendak melempari dia dengan batu. Namun dia, tanpa ingin
membalas penghinaan itu atau takut terhadap ancaman mere-
ka, menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya. Ia
meyakini, dan merenungkan sambil menerapkan pada keada-
annya sekarang, kuasa dan penyelenggaraan Allah, keadilan
dan kebaikan-Nya, cara yang biasa dipakai-Nya untuk meren-
dahkan dan kemudian meninggikan, kepedulian-Nya terhadap
umat-Nya yang melayani Dia dan percaya kepada-Nya, dan
janji-janji khusus yang telah dibuat Allah kepadanya untuk
menghantarkannya dengan selamat ke takhta kerajaan. De-
ngan renungan-renungan ini dia menguatkan dirinya sendiri,
532
tanpa ragu bahwa masalah yang ada sekarang akan berakhir
dengan baik. Perhatikanlah, orang-orang yang telah memilih
TUHAN sebagai Allah mereka dapat memperoleh kekuatan dari
hubungan mereka dengan Dia dalam masa-masa terburuk se-
kalipun. Sudah menjadi kewajiban dan kepentingan semua
orang baik, apa pun yang terjadi, untuk menguatkan diri me-
reka sendiri di dalam Allah sebagai Tuhan dan Allah mereka,
dengan meyakinkan diri bahwa Ia sanggup dan akan memun-
culkan terang dari kegelapan, kedamaian dari masalah, dan
kebaikan dari kejahatan, bagi semua orang yang mengasihi-
Nya dan yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya (Rm.
8:28). Itulah yang dilakukan Daud, dan dia memperoleh peng-
hiburan darinya, waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu.
Pada waktu dia kehabisan akal, dia tidak kehabisan imannya.
Daud Membawa Kembali Segala Jarahan
(30:7-20)
7 Lalu Daud memberi perintah kepada imam Abyatar bin Ahimelekh: “Bawa-
lah efod itu kepadaku.” Maka Abyatar membawa efod itu kepada Daud.
8 Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: “Haruskah aku me-
ngejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?” Dan Ia berfirman
kepadanya: “Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul
mereka dan melepaskan para tawanan.” 9 Lalu pergilah Daud beserta keenam
ratus orang yang bersama-sama dengan dia, dan sampailah mereka ke
sungai Besor. Sementara orang-orang yang mau tinggal di belakang berhenti
di sana, 10 maka Daud melanjutkan pengejaran itu beserta empat ratus
orang. Dua ratus orang yang terlalu lelah untuk menyeberangi sungai Besor
itu, berhenti di sana. 11 Kemudian mereka menemui seorang Mesir di padang
lalu membawanya kepada Daud. Mereka memberi dia roti, lalu makanlah ia,
kemudian mereka memberi dia minum air, 12 dan memberikan kepadanya
sepotong kue ara dan dua buah kue kismis, dan sesudah dimakannya, ia
segar kembali, sebab ia tidak makan dan minum selama tiga hari tiga malam.
13 Kemudian bertanyalah Daud kepadanya: “Budak siapakah engkau dan dari
manakah engkau?” Jawabnya: “Aku ini seorang pemuda Mesir, budak kepu-
nyaan seorang Amalek. Tuanku meninggalkan aku, sebab tiga hari yang lalu
aku jatuh sakit. 14 Kami telah menyerbu Tanah Negeb orang Kreti dan daerah
Yehuda dan Tanah Negeb Kaleb, dan Ziklag telah kami bakar habis.” 15 Daud
bertanya kepadanya: “Dapatkah engkau menunjuk jalan kepadaku ke gerom-
bolan itu?” Katanya: “Bersumpahlah kepadaku demi Allah, bahwa engkau
tidak akan membunuh aku, dan tidak akan menyerahkan aku ke dalam
tangan tuanku itu, maka aku akan menunjuk jalan kepadamu ke gerombol-
an itu.” 16 Ia menunjuk jalan kepada Daud ke sana, dan tampaklah orang-
orang itu berpencar-pencar di atas seluruh daerah itu, sambil makan, minum
dan mengadakan perayaan sebab jarahan yang besar, yang telah dirampas
mereka dari tanah orang Filistin dan dari tanah Yehuda. 17 Dan pada keesok-
an harinya Daud menghancurkan mereka dari pagi-pagi buta sampai mata-
Kitab 1 Samuel 30:7-20
533
hari terbenam; tidak ada seorang pun dari mereka yang lolos, kecuali empat
ratus orang muda yang melarikan diri dengan menunggang unta. 18 Daud
melepaskan semua apa yang dirampas oleh orang Amalek itu; juga kedua
isterinya dapat dilepaskan Daud. 19 Tidak ada yang hilang pada mereka, dari
hal yang kecil sampai hal yang besar, sampai anak laki-laki dan anak perem-
puan, dan dari jarahan sampai segala sesuatu yang telah dirampas mereka;
semuanya itu dibawa Daud kembali. 20 Daud mengambil segala kambing
domba dan lembu; semuanya itu digiring mereka di hadapannya, serta
berkata: “Inilah jarahan Daud.”
Salomo mencermati bahwa orang benar diselamatkan dari kesukaran,
lalu orang fasik menggantikannya, bahwa tujuh kali orang benar jatuh,
namun ia bangun kembali. Demikian pula halnya dengan Daud.
Banyak sekali kesusahan yang menimpanya, namun TUHAN melepas-
kan dia dari semuanya itu, dan khususnya dari kesusahan yang
penjelasannya kita dapati di sini.
I. Daud bertanya kepada TUHAN mengenai tugasnya – haruskah aku
mengejar gerombolan itu? Dan juga mengenai hasilnya – akan da-
patkah mereka kususul? (ay. 8). Sungguh keuntungan yang besar
bagi Daud bahwa bersamanya ada seorang imam besar dan tutup
dada pernyataan keputusan yang, sebagai tokoh masyarakat,
dapat dimintainya petunjuk dalam segala urusannya (Bil. 27:21).
Kita tidak dapat mengira bahwa dia meninggalkan Abyatar dan
baju efod di Ziklag, sebab seandainya demikian maka Abyatar dan
baju efod itu pasti sudah dibawa pergi oleh orang Amalek. Kecuali
kita dapat menduga bahwa mereka disembunyikan oleh penye-
lenggaraan ilahi secara khusus, supaya mereka bisa siap dimintai
petunjuk oleh Daud pada waktu dia kembali. Jika kita menyim-
pulkan bahwa Daud membawa imam dan baju efodnya di dalam
perkemahan orang Filistin, maka pasti dia sudah sangat melalai-
kan kewajibannya dengan tidak bertanya kepada Tuhan melalui
mereka mengenai niatnya untuk bertempur bagi raja Akhis.
Mungkin dia malu mengakui agamanya sampai sedemikian jauh
di antara orang-orang yang tak bersunat. namun sekarang dia
mulai memahami bahwa masalah ini menimpanya untuk menegur
dirinya atas kelalaian itu, dan sebab nya hal pertama yang dia
lakukan yaitu mencari baju efod. Sungguh baik jika kita menda-
pat kebaikan ini melalui penderitaan-penderitaan kita, yaitu
melaluinya kita diingatkan akan kewajiban-kewajiban yang kita
abaikan, dan khususnya didorong untuk bertanya kepada Tuhan
(lih. 1Taw. 15:13). Tidak ada ruang bagi Daud untuk ragu bahwa
534
perangnya melawan orang Amalek ini yaitu benar, dan dia me-
miliki keinginan yang sangat kuat untuk menyerang mereka
jika itu untuk mendapatkan kembali apa yang paling berharga
baginya di dalam dunia ini. Namun demikian, dia tidak mau mela-
kukannya tanpa meminta petunjuk Allah, dan dengan demikian
mengakui kebergantungan dan kepatuhannya kepada Allah. Apa-
bila kita, dalam segala laku kita, mengakui Allah seperti itu, maka
kita dapat berharap bahwa Ia akan meluruskan jalan kita, seperti
yang dilakukan-Nya kepada Daud di sini, dengan menjawab dia
melebihi apa yang dimintanya, dengan sebuah jaminan bahwa dia
pasti akan mendapatkan kembali semuanya.
II. Daud sendiri berangkat, dan membawa serta bersamanya segenap
pasukan yang dimilikinya, untuk mengejar orang-orang Amalek
(ay. 9-10). Lihatlah betapa cepatnya, betapa mudahnya, betapa
tuntasnya pemberontakan di antara para prajurit dipadamkan
oleh kesabaran dan imannya. Pada waktu mereka mengatakan
hendak melempari dia dengan batu (ay. 6), seandainya dia menga-
takan hendak menggantung mereka, atau memerintahkan supaya
biang keladi perpecahan itu harus segera dihantam kepalanya,
maka kendati hal itu dapat dibenarkan, namun bisa berakibat
merugikan kepentingannya pada saat yang genting ini. Sementara
dia dan orang-orangnya sedang berbantahan, orang Amalek akan
berhasil membawa barang rampasan mereka dengan mulus.
Namun saat dia, seperti seorang yang tuli, tidak mendengarkan,
namun mengendalikan kemarahannya, dan menguatkan kepercaya-
annya kepada TUHAN, Allahnya, maka kericuhan rakyat pun
diredakan oleh kelembutannya dan kuasa Allah di dalam hati
mereka. Dan, sebab diperlakukan dengan lembut seperti itu, me-
reka sekarang siap untuk mengikuti langkah kakinya sebagai-
mana sesaat sebelumnya mereka siap untuk menentangnya. Kele-
mahlembutan membuat aman pemerintahan mana pun. Semua
pengikut Daud bersedia untuk pergi bersamanya dalam mengejar
orang-orang Amalek, dan dia membutuhkan mereka semua.
Namun dia terpaksa menggugurkan sepertiga dari jumlah mereka
di tengah perjalanan. Dua ratus dari enam ratus orang begitu
kelelahan dengan perjalanan panjang mereka, dan begitu berat
menanggung beban kesedihan mereka, sehingga mereka tidak
Kitab 1 Samuel 30:7-20
535
dapat melewati sungai Besor, namun tetap tinggal di sana. Hal ini
merupakan,
1. Sebuah ujian besar bagi iman Daud, apakah dia dapat terus
maju, dengan bergantung kepada firman Allah, saat begitu
banyak orangnya gagal mendampinginya. Pada waktu kita di-
buat kecewa atau berkecil hati dalam apa yang kita harapkan
dari makhluk ciptaan, pada saat itulah kita harus terus maju
dengan hati yang gembira, dengan mengandalkan kekuatan
ilahi. Inilah yang dinamakan memuliakan Allah, yaitu dengan
tetap percaya dan berharap, sekalipun tidak ada dasar untuk
berharap.
2. Sebuah contoh yang baik dari kesabaran Daud terhadap orang-
orangnya, bahwa dia sama sekali tidak mau mendesak mereka
melampaui kekuatan mereka, meskipun perkara itu sendiri
begitu sangat mendesak. Sang Anak Daud pun mempertim-
bangkan keadaan para pengikut-Nya seperti itu, yang tidak
semuanya sama-sama kuat dan gigih dalam melakukan penge-
jaran dan peperangan rohani mereka. Akan namun , saat kita
lemah, Dia sabar. Bahkan lebih lagi, Dia kuat (2Kor. 12:9-10).
III. Penyelenggaraan ilahi mempertemukan mereka dengan seseorang
di tengah perjalanan mereka, yang memberi mereka keterangan
tentang pergerakan musuh, dan menuntun pergerakan mereka.
Seorang pemuda Mesir yang malang, yang sedang sekarat, dijadi-
kan alat bagi kebaikan Daud yang sangat besar. Apa yang bodoh
bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang ber-
hikmat. Amatilah,
1. Kekejaman tuannya terhadap dirinya. Tuannya telah men-
dapatkan segala pelayanan yang bisa ia dapatkan dari dirinya.
Namun saat sang pemuda jatuh sakit, mungkin sebab
bekerja terlalu keras, sang tuan dengan biadab meninggalkan-
nya untuk mati di ladang, padahal ia tidak sedang terburu-
buru untuk pergi, dan bisa saja menaikkan pemuda itu ke
dalam salah satu kereta kudanya, dan membawanya pulang.
Atau, setidak-tidaknya, ia bisa saja meninggalkan uang kepada
pemuda itu untuk mencukupi kebutuhannya. Tuan ini
memiliki jiwa seorang Amalek, bukan jiwa seorang Israel, sebab
ia tega memperlakukan seorang hamba secara lebih buruk
536
daripada orang memperlakukan seekor binatang. Belas kasih-
an orang fasik itu kejam. Orang Amalek ini berpikir bahwa dia
sekarang sudah memiliki cukup banyak hamba dari tawanan
orang Israel, dan sebab nya tidak peduli apa yang terjadi
terhadap hambanya yang dari Mesir itu. Sebaliknya, ia dengan
sengaja tega membiarkannya mati di dalam sebuah parit kare-
na kekurangan makanan, sementara dia sendiri makan dan
minum (ay. 16). Dengan adil Penyelenggara ilahi menjadikan
hamba yang malang ini, yang sudah diperlakukan dengan se-
mena-mena seperti itu, sebagai alat untuk menghancurkan
seluruh tentara Amalek, termasuk tuannya. Sebab Allah men-
dengarkan seruan hamba-hamba yang tertindas.
2. Belas kasihan Daud kepadanya. Kendati Daud mempunyai
alasan untuk berpikir bahwa sang pemuda yaitu salah satu
dari orang-orang yang telah membantu menghancurkan Ziklag,
namun, sebab mendapatinya sedang menderita, dia dengan
murah hati memberinya kelegaan, bukan hanya dengan roti dan
air minum (ay. 11), melainkan juga dengan sepotong kue ara dan
dua buah kue kismis (ay. 12). Walaupun orang Israel sedang
terburu-buru, dan tidak punya banyak perbekalan untuk diri
mereka sendiri, namun mereka tidak segan-segan membebas-
kan orang yang diangkut untuk dibunuh, atau berkata, sung-
guh, kami tidak tahu hal itu (Ams. 24:11-12). Sungguh tidak
layak menyandang nama orang Israel mereka yang telah me-
nutup pintu belas kasihan terhadap orang-orang yang men-
derita. Daud dan orang-orangnya juga bertindak bijak dengan
memberikan kelegaan kepada orang Mesir ini. Sebab, kendati
hina, dia mampu membantu mereka. Dan memang demikian-
lah yang terbukti, meskipun mereka tidak yakin akan hal ini
saat memberinya kelegaan. Inilah alasan yang baik mengapa
kita tidak boleh berbuat jahat atau menolak berbuat baik ke-
pada siapa saja yang tidak kita kenal, yaitu bahwa pada suatu
hari nanti, bisa jadi orang itu mampu membalaskan kebaikan
atau kejahatan kepada kita.
3. Keterangan yang diterima Daud dari pemuda Mesir yang malang
ini sesudah ia siuman. Ia memberikan laporan kepada Daud ten-
tang gerombolannya.
(1) Apa yang telah mereka lakukan (ay. 14): Kami telah menyer-
bu, dan seterusnya. Tanah-tanah yang dengan pura-pura
Kitab 1 Samuel 30:7-20
537
dikatakan Daud kepada Akhis telah diserangnya (27:10),
benar-benar telah diserbu dan diporak-porandakan oleh
mereka. Apa yang dulu tidak benar sekarang terbukti sung-
guh benar.
(2) Ke mana mereka pergi (ay. 15). Pemuda itu berjanji akan
memberitahukan hal ini kepada Daud, dengan syarat Daud
mau membiarkan dia hidup dan melindungi dirinya dari
tuannya, yang, kalau sampai mendengar kabar tentang
dirinya lagi pikirnya, akan semakin bertindak kejam terha-
dapnya. Betapa pemuda Mesir yang malang ini menjunjung
tinggi sumpah, hingga ia tidak menginginkan jaminan ke-
amanan yang lebih besar bagi nyawanya daripada ini: Ber-
sumpahlah kepadaku demi Allah, bukan demi allah-allah
Mesir atau Amalek, melainkan demi satu-satunya Allah
yang tertinggi.
IV. Daud, sesudah diarahkan ke tempat mereka berada, di mana mere-
ka sedang merayakan kemenangan-keamanan mereka dengan
rasa aman, langsung menyerang mereka, dan, seperti dulu dia
biasa berdoa, memandang rendah para lawannya.
1. Para penjarah itu dibinasakan. Orang Amalek, sebab menda-
pati barang jarahan begitu berlimpah, dan telah menempatkan-
nya (seperti yang mereka sangka) di luar jangkauan bahaya, se-
dang bergembira ria dengannya (ay. 16). Semua pikiran tentang
perang dikesampingkan, dan mereka juga tidak tergesa-gesa
untuk mengurung mangsa mereka. Sebaliknya, mereka berpen-
car-pencar di atas seluruh daerah itu dengan cerobohnya. Di
sana mereka didapati sedang makan, minum, dan mengadakan
perayaan, mungkin untuk menghormati dewa-dewi berhala
mereka, yang mereka puji atas keberhasilan mereka. Dalam
keadaan demikian Daud mengejutkan mereka, sehingga mem-
buat penaklukan atas mereka, dan hantaman yang diberikan-
nya kepada mereka, semakin mudah baginya dan semakin su-
ram bagi mereka. saat orang-orang berdosa berseru, semua-
nya damai dan aman, dan menganggap jauh hari malapetaka,
pada saat itulah mereka paling dekat dengan kehancuran. Dan
tidak ada yang lebih menguntungkan musuh-musuh rohani
kita selain hawa nafsu dan keinginan daging. Makan, minum,
dan mengadakan perayaan, telah menjadi jalan yang mulus
538
dan menyenangkan yang melaluinya banyak orang telah turun
ke dunia orang mati. sebab mendapati mereka tidak berjaga-
jaga, dan tidak memegang senjata sebab banyak dari mereka,
ada kemungkinan, telah menjadi mabuk, dan tidak sanggup
membuat perlawanan apa pun, maka Daud pun membunuh
mereka semua dengan pedang, dan hanya 400 orang yang
melarikan diri (ay. 17). Demikianlah, kemenangan orang jahat
itu singkat, dan murka datang ke atas mereka, seperti ke atas
Belsyazar, saat mereka tengah berpesta-pora.
2. Jarahan dilepaskan dan dibawa kembali, dan tidak ada yang
hilang, justru banyak yang didapatkan.
(1) Mereka memperoleh kembali semua milik mereka (ay. 18-
19): Daud melepaskan kedua isterinya. Hal ini disebut se-
cara khusus, sebab ini menyenangkan Daud lebih daripada
semua pencapaiannya yang lain. Penyelenggaraan ilahi
telah mengatur begitu rupa hingga orang Amalek dengan
hati-hati menjaga semua yang telah mereka ambil, sebab
menyangka bahwa mereka menjaganya untuk diri mereka
sendiri, padahal sesungguhnya mereka menjaganya untuk
para pemilik yang sah, supaya tidak ada yang hilang dari
mereka. Dan memang demikianlah yang terbukti, saat
mereka menyangka bahwa semuanya telah hilang. Allah
sering kali jauh lebih baik terhadap kita daripada ketakut-
an-ketakutan kita sendiri. Yesus Tuhan kita yaitu sung-
guh-sungguh Anak Daud dan Anak Abraham, yang menye-
rupai keduanya dalam hal ini (Abraham, dalam Kejadian
14:16, dan Daud dalam pasal ini), bahwa Ia merebut kem-
bali jarahan dari pahlawan, dan membawa tawanan-tawan-
an. namun ini belum semuanya.
(2) Mereka juga mengambil semua yang menjadi milik orang
Amalek (ay. 20): Segala kambing domba dan lembu, entah
yang diambil dari orang Filistin dan orang lain, yang ber-
hak dimiliki Daud berdasar hukum perang, atau mung-
kin dia mengadakan suatu serangan mendadak ke dalam
negeri musuh, dan mengambil kawanan kambing domba
dan lembu ini dari sana, sebagai tambahan bagi dirinya
sendiri. Kawanan ternak ini dimasukkan ke dalam kereta
kemenangan, disertai seruan ini, “Inilah jarahan Daud. Un-
tuk jarahan ini kita patut berterima kasih kepadanya.”
Kitab 1 Samuel 30:21-31
539
Orang-orang yang belum lama ini mengatakan hendak me-
lemparinya dengan batu, sekarang memeluk dan mengelu-
elukan dia, sebab melalui Daud mereka mendapatkan lebih
banyak daripada yang telah hilang dari mereka sebelum-
nya. Demikianlah, dunia dan perasaan-perasaannya diatur
oleh kepentingan.
Daud Membagi-bagikan Barang Jarahan
(30:21-31)
21 saat Daud sampai kepada kedua ratus orang yang telah terlalu lelah
untuk mengikuti Daud, yang telah dibiarkannya tinggal di dekat sungai
Besor, maka keluarlah orang-orang ini menyongsong Daud dan menyongsong
rakyat yang bersama-sama dengan dia. Daud mendekati orang-orang itu dan
memberi salam kepada mereka. 22 Kemudian mulailah berbicara semua orang
jahat dan orang dursila di antara orang-orang, yang ikut pergi bersama-sama
dengan Daud itu, katanya: “sebab mereka tidak ikut pergi bersama-sama
dengan kita, janganlah kita berikan kepada mereka apa-apa dari jarahan yang
kita selamatkan itu, kecuali kepada masing-masing mereka isterinya dan anak-
anaknya. Itu boleh mereka bawa, dan biarlah mereka pergi!” 23 namun Daud
berkata: “Janganlah kamu, saudara-saudaraku, berbuat demikian, dengan apa
yang diberikan TUHAN kepada kita; sebab Ia telah melindungi kita, dan menye-
rahkan ke dalam tangan kita gerombolan yang menyerang kita. 24 Siapa yang
mau mendengarkan kamu dalam perkara ini? Sebab, bagian orang yang ting-
gal di dekat barang-barang yaitu sama seperti bagian orang yang pergi
berperang; itu akan dibagi sama-sama.” 25 Dan demikianlah halnya sejak hari
itu dan seterusnya; hal itu ditentukannya menjadi ketetapan dan peraturan
bagi orang Israel sampai sekarang. 26 saat Daud sampai ke Ziklag, dikirim-
nyalah sebagian dari jarahan itu kepada para tua-tua di Yehuda, kepada
teman-temannya, dengan pesan: “Inilah pemberian kepadamu dari jarahan
yang dirampas dari musuh TUHAN,” 27 yakni kepada yang di Betel, kepada
yang di Ramot di Tanah Selatan, kepada yang di Yatir, 28 kepada yang di
Aroër, kepada yang di Sifmot, kepada yang di Estemoa, 29 kepada yang di
Rakhal, kepada yang di kota-kota orang Yerahmeel, kepada yang di kota-kota
orang Keni, 30 kepada yang di Horma, kepada yang di Bor-Asan, kepada yang
di Atakh, 31 kepada yang di Hebron dan kepada segala tempat di mana Daud
dengan orang-orangnya mengembara.
Dalam perikop ini kita mendapati sebuah penjelasan tentang pem-
bagian jarahan yang telah diambil dari orang Amalek. Pada waktu
orang Amalek telah membawa pergi rampasan yang berlimpah dari
tanah Yehuda dan orang Filistin, mereka menghabiskannya dalam
hawa nafsu kedagingan, dengan makan, minum dan mengadakan
perayaan. namun Daud membagi-bagikan jarahan yang telah diambil
itu dengan cara lain, sebagai orang yang tahu bahwa keadilan dan
kemurahan hati harus mengatur kita dalam menggunakan apa saja
yang kita miliki di dunia ini. Apa yang diberikan Allah kepada kita,
540
dimaksudkan-Nya untuk kita gunakan dengan baik, bukan untuk
menuruti hawa nafsu kita. Dalam pembagian jarahan itu,
I. Daud bersikap adil dan baik terhadap orang-orang yang tetap
tinggal bersama dengan barang-barang. Mereka keluar untuk me-
nyongsong para pemenang, dan untuk mengucapkan selamat
kepada para pemenang atas keberhasilan ini, kendati mereka
tidak dapat memberikan sumbangsih untuk itu (ay. 21). Sebab
kita harus bersukacita dalam pekerjaan baik yang dilakukan,
walaupun Penyelenggara ilahi telah mengesampingkan kita dan
membuat kita tidak mampu mengulurkan tangan untuk mem-
bantu pekerjaan itu. Daud menerima sambutan mereka dengan
sangat baik, dan sama sekali tidak memarahi mereka atas kele-
mahan mereka, namun justru menunjukkan kekhawatirannya
akan diri mereka. Ia memberi salam kepada mereka. Ia menanya-
kan damai kepada mereka (demikian dalam bahasa aslinya), me-
nanyakan keadaan mereka, sebab dia telah meninggalkan mereka
dalam keadaan lemah dan tidak sehat. Atau ia mengharapkan me-
reka dalam keadaan damai, meminta mereka bergembira, sebab
mereka tidak kehilangan apa-apa dengan tetap tinggal di tempat.
Sebab mereka kelihatan takut akan hal ini, seperti yang mungkin
dilihat Daud dari air muka mereka.
1. Ada orang-orang yang menentang kedatangan mereka untuk
berbagi jarahan. Sebagian dari prajurit-prajurit Daud, mung-
kin orang-orang yang sama yang telah mengatakan hendak
melemparinya dengan batu, sekarang mengatakan hendak
menipu saudara-saudara mereka. Mereka disebut orang-orang
jahat dan orang-orang dursila (ay. 22). Janganlah orang-orang
paling baik sekalipun merasa heran jika di antara orang-orang
yang mengiringi mereka ada yang sangat jahat, dan mereka
tidak berhasil menjadikan orang-orang itu lebih baik. Kita
dapat menduga bahwa Daud telah memberikan arahan kepada
para prajuritnya, dan berdoa dengan mereka, namun masih
ada banyak di antara mereka yang jahat dan dursila. Sekali-
pun sering kali mengalami ketakutan akan datangnya kemati-
an, mereka tetap menjadi orang-orang jahat dan orang-orang
dursila. Orang-orang ini membuat suatu usulan bahwa ke-200
orang yang tetap tinggal untuk menjaga barang itu hanya
boleh mendapatkan kembali istri dan anak-anak mereka saja,
Kitab 1 Samuel 30:21-31
541
namun tidak boleh mendapatkan satu pun dari barang-barang
jarahan. Tepatlah mereka disebut orang-orang jahat. Sebab
tindakan ini memperlihatkan bahwa mereka sendiri,
(1) Sangat rakus dan tamak akan keuntungan. Sebab dengan
demikian mereka akan mendapatkan bagian yang lebih
banyak lagi. Beberapa waktu sebelumnya mereka dengan
senang hati mau memberikan separuh dari milik mereka
untuk mendapatkan kembali separuh yang lain. Namun
sebab sekarang mereka telah mendapatkan semua milik
mereka, mereka tidak puas kalau belum mendapatkan pula
milik saudara-saudara mereka. Betapa cepatnya orang me-
lupakan keadaan mereka yang hina. Semua orang mencari
kepentingan mereka sendiri, dan sering kali lebih daripada
kepentingan mereka.
(2) Sangat biadab terhadap saudara-saudara mereka. Sebab,
memberikan kepada mereka istri dan anak-anak mereka,
tanpa disertai harta milik mereka, sama saja dengan mem-
beri mereka mulut tanpa makanan. Sukacita apa yang bisa
mereka dapatkan dari keluarga mereka jika mereka tidak
memiliki apa-apa untuk memelihara hidup keluarga mere-
ka? Apakah ini yang dinamakan berbuat seperti mereka ingin
orang lain berbuat kepada mereka? Sungguh dursila orang-
orang yang senang menimpakan kesusahan ke atas saudara-
saudara mereka, dan tidak peduli siapa yang kelaparan,
asalkan mereka sendiri dapat makan sampai kenyang.
2. Daud sama sekali tidak mau menerima hal ini, namun meme-
rintahkan supaya orang-orang yang tetap tinggal di belakang
itu datang untuk mendapat bagian jarahan yang sama dengan
mereka yang pergi berperang (ay. 23-24). Hal ini dilakukannya,
(1) Dalam rasa syukur kepada Allah. Barang jarahan yang kita
miliki yaitu apa yang diberikan Allah kepada kita. Kita
mendapatkannya dari Dia, dan sebab itu harus mengguna-
kannya di bawah pimpinan-Nya sebagai pengurus yang
baik. Kiranya hal ini mengingatkan kita saat kita dicobai
untuk menyalahgunakan apa yang telah dipercayakan Allah
kepada kita dengan barang-barang duniawi ini. “Bahkan,
aku tidak boleh berbuat demikian dengan apa yang telah
diberikan oleh Allah kepadaku, tidak boleh melayani Iblis
542
dan hawa nafsu yang rendah dengan barang-barang yang
tidak hanya merupakan ciptaan dari kuasa-Nya, namun juga
pemberian dari kemurahan-Nya. Allah telah memberi kita
imbalan dengan menyerahkan ke dalam tangan kita gerom-
bolan yang menyerang kita, jadi janganlah kita menjahati
saudara-saudara kita. Allah telah begitu baik kepada kita
dengan melindungi kita dan memberi kita kemenangan,
jadi janganlah kita bersikap tidak baik kepada mereka.”
Belas kasihan Allah terhadap kita haruslah membuat kita
berbelas kasihan satu terhadap yang lain.
(2) Dalam keadilan terhadap saudara-saudara mereka. Memang
benar bahwa mereka tetap tinggal di belakang. Akan namun ,
[1] Hal ini bukanlah sebab tidak adanya kehendak
baik terhadap kepentingan itu atau terhadap saudara-
saudara mereka, melainkan sebab mereka tidak mem-
punyai kekuatan untuk terus maju bersama mereka. Itu
bukanlah kesalahan mereka, melainkan ketidakbaha-
giaan mereka. Maka dari itu, mereka tidak boleh men-
derita sebab nya.
[2] Walaupun sekarang mereka tetap tinggal di belakang,
namun sebelumnya mereka telah berkali-kali terlibat
dalam peperangan dan telah melakukan bagian mereka
dengan baik seperti orang-orang terbaik dari saudara-
saudara mereka. Dan pengabdian-pengabdian mereka
sebelumnya harus dipertimbangkan, sebab sekarang
ada sesuatu untuk dinikmati.
[3] Bahkan sekarang mereka melakukan pekerjaan yang
baik, sebab mereka tinggal dekat dengan barang-ba-
rang, untuk menjaga apa yang memang harus dijaga,
sebab jika tidak, mungkin barang-barang itu akan jatuh
ke dalam tangan musuh lain. Tidak semua tempat tugas
mempunyai kehormatan yang sama. Namun demikian,
orang-orang yang dengan cara apa saja berguna bagi
kepentingan bersama, meskipun menempati kedudukan
yang lebih rendah, harus mendapat bagian dalam keun-
tungan-keuntungan bersama. Sama seperti dalam tu-
buh jasmani setiap anggota mempunyai kegunaannya
masing-masing dan sebab itu mendapat bagian dari
asupan makanan. Pertama, Daud dengan demikian me-
Kitab 1 Samuel 30:21-31
543
nolak usulan orang-orang jahat dan orang-orang dursila
itu dengan akal sehat, namun dengan penuh kelembut-
an. Sebab kekuatan akal sehat sudah cukup tanpa ke-
kuatan amarah. Ia menyebut mereka saudara-saudara-
nya (ay. 23). Para atasan sering kali kehilangan wewe-
nang mereka oleh keangkuhan, namun jarang oleh keso-
panan dan tindakan rendah hati. Kedua, Daud dengan
demikian membereskan masalah itu untuk waktu yang
akan datang, menjadikannya sebagai ketetapan keraja-
annya (ketetapan tentang pembagian, primo Davidis –
pada tahun pertama pemerintahan Daud), suatu peratur-
an tentang perang (ay. 25), bahwa sama seperti bagian
orang yang pergi berperang, dan bertaruh nyawa di
medan perang, begitu pula bagian orang yang menjaga
barang-barang. Abraham mengembalikan barang jarah-
an Sodom kepada para pemilik yang sah, dan melepas-
kan haknya atas barang-barang itu jure belli – berdasar-
kan hukum perang. jika kita menolong orang lain
untuk mendapatkan kembali hak mereka, kita tidak
boleh berpikir bahwa hal ini akan memindahkan hak
milik atas barang itu kepada kita. Allah telah menetap-
kan bahwa barang jarahan orang Midian harus dibagi di
antara para tentara dan segenap umat yang lain (Bil.
31:27). Perkara di sini agak berbeda, namun diatur oleh
peraturan umum yang sama – bahwa kita yaitu ang-
gota-anggota satu terhadap yang lain. Segala kepunyaan
para murid Kristus, pada awalnya, yaitu kepunyaan
bersama, dan kita pun sekarang masih tetap harus suka
memberi dan membagi (1Tim. 6:18). saat raja-raja se-
gala tentara melarikan diri, wanita di rumah mem-
bagi-bagi jarahan (Mzm. 68:13).
II. Daud bermurah hati dan bersikap baik kepada semua temannya.
sesudah dia memberikan kepada setiap orang miliknya berikut
bunganya, masih ada banyak kelebihan, yang berhak diperguna-
kan Daud sebagai panglima. Mungkin jarahan dari tenda-tenda
orang Amalek itu banyak berisikan kepingan emas dan perhiasan
(Hak. 8:24, 26), dan sebab pikir Daud semuanya ini akan mem-
buat para tentaranya sendiri sombong dan tidak jantan, maka dia
544
menganggap pantas untuk memberikannya sebagai hadiah kepa-
da teman-temannya, bahkan kepada para tua-tua di Yehuda (ay.
26). Di sini disebutkan sejumlah tempat yang dikiriminya hadiah-
hadiah ini, semuanya ada di dalam atau di dekat wilayah suku
Yehuda. Tempat pertama yang disebut yaitu Betel, yang ber-
arti rumah Allah. Tempat itu akan menjadi yang pertama dilayani
oleh sebab namanya. Atau mungkin itu tidak berarti kota yang
bernama Betel, melainkan tempat di mana tabut Allah berada,
yang sebab itu merupakan rumah Allah. Ke sanalah Daud mengi-
rimkan pemberian yang pertama dan terbaik, kepada orang-orang
yang melayani di sana, demi Allah sebagai yang pertama dan ter-
baik. Hebron disebut terakhir (ay. 31), mungkin sebab ke sanalah
Daud mengirimkan sisanya, yang merupakan bagian terbanyak,
sebab pandangannya tertuju ke tempat itu sebagai tempat yang
paling cocok untuk dijadikan markas besarnya (2Sam. 2:1). Da-
lam pengiriman hadiah-hadiah oleh Daud ini, amatilah,
1. Kemurahan hatinya. Ia tidak bertujuan untuk memperkaya diri
sendiri, melainkan untuk mengabdi kepada negerinya. Oleh ka-
renanya, Allah sesudah itu memperkaya dirinya dan menetap-
kan dia untuk memerintah negeri yang telah diabdinya. Jiwa
yang beroleh anugerah sudah sepatutnya murah hati. Ada
yang menyebar harta, namun bertambah kaya.
2. Rasa syukurnya. Ia mengirimkan hadiah ke segala tempat di
mana Daud dengan orang-orangnya mengembara (ay. 31),
yaitu, ke semua tempat di mana dia telah menerima kebaikan,
yang telah memberinya perlindungan dan telah mengirimkan
kepadanya kabar perang atau perbekalan. Perhatikanlah, ke-
jujuran, dan juga kehormatan, mewajibkan kita untuk mem-
balas kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan kepada kita,
atau setidak-tidaknya memberikan pengakuan yang nyata atas
kebaikan-kebaikan itu sejauh kita mampu melakukannya.
3. Kesalehannya. Ia menyebut pemberiannya sebagai berkat.
Sebab pemberian yang kita berikan kepada teman-teman kita
tidak ada yang akan menjadi penghiburan bagi mereka kecuali
dibuat demikian oleh berkat Allah. Hal itu menyiratkan bahwa
doa-doanya untuk mereka menyertai pemberiannya. Ia juga
mengirimkan pemberian dari jarahan yang dirampas dari
musuh TUHAN, demikianlah dia menyebutnya, bukan dari mu-
suh-musuhnya, supaya mereka dapat bersukacita atas keme-
Kitab 1 Samuel 30:21-31
545
nangan itu demi TUHAN sendiri, dan dapat bergabung ber-
samanya dalam mengucap syukur atas kemenangan itu.
4. Kebijakannya. Ia mengirimkan hadiah ini di antara teman-
teman sebangsanya untuk mengajak mereka agar siap sedia
untuk tampil baginya saat dirinya naik takhta, yang seka-
rang ini dilihatnya sudah dekat. Hadiah memberi keluasan
kepada orang. Orang yang telah menunjukkan kedermawanan
dan keroyalan seorang raja, pantas menjadi raja. Kemurahan
hati membuat orang lebih disukai daripada kebesaran sosok-
nya. Orang Zif tidak menerima satu pun hadiahnya, begitu
pula dengan orang-orang Kehila. Dan dengan demikian Daud
menunjukkan bahwa, kendati dia yaitu seorang yang begitu
kudus hingga tidak akan membalas penghinaan, namun dia
bukanlah seorang yang begitu bodoh hingga tidak memberi
perhatian terhadap penghinaan itu.
PASAL 3 1
alam pasal sebelumnya kita mendapati Daud menjadi peme-
nang, bahkan, lebih daripada pemenang. Dalam pasal ini kita
mendapati Saul dikalahkan, dan lebih buruk daripada seorang
tawanan. Penyelenggaraan Allah sudah mengatur bahwa dua kejadi-
an ini harus terjadi tepat pada waktu yang sama. Ada kemungkinan
bahwa persis pada hari yang sama saat Daud menang atas orang
Amalek, orang Filistin menang atas Saul. Yang satu dipertentangkan
dengan yang lain, supaya orang dapat melihat apa jadinya jika mere-
ka percaya kepada Allah, dan apa jadinya jika mereka meninggalkan-
Nya. Kita sebelumnya meninggalkan Saul sedang bersiap melawan
orang Filistin, dengan tangan yang gemetar dan hati yang sakit, kare-
na mendapati hukumannya telah dibacakan kepadanya dari neraka,
yang tidak diindahkannya saat hukuman itu dibacakan kepadanya
dari sorga. Sekarang marilah kita lihat apa yang terjadi pada Saul.
Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Tentara Saul dikalahkan (ay. 1).
II. Ketiga anak laki-lakinya dibunuh (ay. 2).
III. Ia sendiri terluka (ay. 3), dan tewas di tangannya sendiri (ay.
4). Kematian seorang pembawa senjatanya (ay. 5) dan selu-
ruh tentaranya (ay. 6).
IV. Negerinya diduduki oleh orang Filistin (ay. 7). Kemahnya dija-
rah, dan mayatnya ditinggalkan (ay. 8). Kematiannya disoraki
(ay. 9). Mayatnya dipertunjukkan kepada orang banyak (ay.
10), lalu dengan penuh kesulitan dibebaskan oleh penduduk
Yabesh-Gilead (ay. 11-13). Demikianlah tewasnya orang yang
ditolak oleh Allah.
D
548
Kematian Saul
(31:1-7)
1 Sementara itu orang Filistin berperang melawan orang Israel. Orang-orang
Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin dan banyak yang mati
terbunuh di pegunungan Gilboa. 2 Orang Filistin terus mengejar Saul dan
anak-anaknya dan menewaskan Yonatan, Abinadab dan Malkisua, anak-
anak Saul. 3 Kemudian makin beratlah pertempuran itu bagi Saul; para
pemanah menjumpainya, dan melukainya dengan parah. 4 Lalu berkatalah
Saul kepada pembawa senjatanya: “Hunuslah pedangmu dan tikamlah aku,
supaya jangan datang orang-orang yang tidak bersunat ini menikam aku dan
memperlakukan aku sebagai permainan.” namun pembawa senjatanya tidak
mau, sebab ia sangat segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan
menjatuhkan dirinya ke atasnya. 5 saat pembawa senjatanya melihat,
bahwa Saul telah mati, ia pun menjatuhkan dirinya ke atas pedangnya, lalu
mati bersama-sama dengan Saul. 6 Jadi Saul, ketiga anaknya dan pembawa
senjatanya, dan seluruh tentaranya sama-sama mati pada hari itu. 7 saat
dilihat orang-orang Israel, yang di seberang lembah dan yang di seberang
sungai Yordan, bahwa tentara Israel telah melarikan diri, dan bahwa Saul
serta anak-anaknya sudah mati, maka mereka meninggalkan kota-kota mere-
ka lalu ikut melarikan diri; kemudian datanglah orang Filistin dan menetap
di sana.
Hari pembalasan sekarang telah tiba, di mana Saul harus dimintai
perhitungan atas darah orang Amalek yang secara berdosa telah
diluputkannya, dan darah para imam yang secara lebih berdosa telah
ditumpahkannya. Dan juga darah Daud, yang hendak ia tumpahkan,
harus diperhitungkan. Sekarang telah tiba hari bagi Saul untuk mati,
seperti yang sudah dapat dilihat Daud sebelumnya, saat Saul pergi
berperang dan hilang lenyap di sana (26:10). Mari datang dan lihatlah
hukum-hukum Allah yang adil.
I. Saul melihat para prajuritnya berguguran di sekelilingnya (ay. 1).
Apakah orang-orang Filistin lebih banyak jumlahnya, atau mereka
menduduki tempat yang lebih baik, atau dipimpin dengan lebih
baik, atau ada keuntungan-keuntungan lain yang mereka miliki,
kita tidak diberi tahu. namun nampaknya mereka lebih kuat,
sebab merekalah yang pertama kali menyerbu. Mereka berperang
melawan orang Israel, lalu orang Israel pun melarikan diri dan
berguguran. Tentara-tentara yang terbaik dibuat kalang kabut,
dan banyak orang terbunuh, mungkin orang-orang yang sudah
diperintah Saul untuk mengejar Daud. Demikianlah orang-orang
yang telah mengikuti dan melayani Saul dalam dosanya, men-
dahuluinya dalam kejatuhannya dan berbagi dengannya dalam
tulah-tulah yang menimpanya.
Kitab 1 Samuel 31:1-7
549
II. Saul melihat anak-anaknya berguguran di hadapannya. Orang-
orang Filistin yang berjaya terus mengejar dengan sekencang-
kencangnya raja Israel dan orang-orang di sekitarnya. Ketiga anak
laki-lakinya kemungkinan ada di sebelahnya, dan ketiga-tiganya
dibunuh di hadapannya. Hal ini membuatnya sangat berduka
sebab mereka yaitu harapan keluarganya, dan membuatnya sa-
ngat ketakutan, sebab pada saat itu mereka yaitu penjaganya,
dan ia tidak dapat mengharapkan hal lain selain bahwa berikut-
nya yaitu gilirannya. Nama anak-anaknya disebutkan (ay. 2),
dan sungguh sedih hati kita mendapati Yonatan di antara mereka.
Seorang yang bijak, gagah perkasa, dan baik hati itu, yang sung-
guh menjadi sahabat Daud sama seperti Saul menjadi musuh
Daud, namun gugur bersama yang lain. Bakti kepada bapaknya
tidak memperbolehkan dirinya tinggal di rumah, ataupun meng-
undurkan diri pada saat para tentara berperang. Dan penyeleng-
garaan Allah sudah mengatur begitu rupa hingga ia gugur senasib
dengan keluarganya, meskipun ia tidak pernah melibatkan dirinya
dalam kesalahan keluarganya. Dengan begitu, pengamatan Elifas
tidak berlaku (Ayb. 4:7), siapa binasa dengan tidak bersalah?
Sebab di sini ada satu orang yang demikian. Apa yang dapat kita
katakan mengenai hal ini?
1. Allah dengan ini hendak melengkapi kesusahan Saul pada
saat menjelang ajal, dan hukuman mati yang harus dilaksana-
kan atas keluarganya. Jika keluarganya harus gugur, maka
Yonatan, sebagai salah satu anggotanya, harus ikut gugur ber-
samanya.
2. Allah dengan ini hendak membuat jalan Daud menuju takhta
menjadi lebih mulus dan terbuka lebar. Sebab, meskipun
Yonatan sendiri pasti dengan senang hati akan melepaskan
semua hak dan kepentingannya kepada Daud (kita tidak mem-
punyai alasan untuk menduga ada orang lain), namun besar
kemungkinan bahwa banyak orang akan memanfaatkan nama
Yonatan untuk mendukung keluarga Saul, atau setidak-tidak-
nya hanya akan datang berpihak kepada Daud secara per-
lahan-lahan. Jika Isyboset saja, yang sekarang dibiarkan ting-
gal di rumah sebab tidak sanggup berperang, dan dengan
demikian terluput dari kematian, memiliki begitu banyak
teman, berapa banyak teman yang akan dimiliki Yonatan, yang
sudah menjadi kesayangan rakyat dan tidak pernah kehilang-
550
an perkenanan mereka? Mereka yang begitu berhasrat untuk
memiliki seorang raja layaknya bangsa-bangsa lain, pasti akan
gigih membela garis keturunan yang benar, terutama jika garis
keturunan itu membuat mahkota kerajaan diberikan kepada
orang seperti Yonatan. Hal ini akan mempermalukan Daud.
Kalaupun Yonatan berhasil membawa seluruh kepentingannya
kepada Daud, maka akan dikatakan orang bahwa Yonatanlah
yang menjadikan Daud raja, padahal Allah harus mendapat-
kan seluruh kemuliaan. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN.
Dengan begitu, meskipun kematian Yonatan akan membuat
Daud sangat sedih, namun, sebab kematian itu membuatnya
sadar akan kefanaannya sendiri, dan juga mempermudah diri-
nya naik takhta, maka kematian itu akan menjadi keuntungan
baginya.
3. Allah dengan ini hendak memperlihatkan kepada kita bahwa
perbedaan antara baik dan buruk harus dibuat di dunia lain,
bukan di dunia ini. Segala sesuatu sama bagi sekalian. Kita
tidak dapat menilai kerohanian atau keadaan kekal seseorang
berdasar cara mereka mati, sebab di dalamnya nasib orang
sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik.
III. Saul sendiri terluka parah oleh orang-orang Filistin, lalu mati di
tangannya sendiri. Para pemanah menjumpainya (ay. 3), sehingga
ia tidak bisa melawan ataupun lari, dan oleh sebab itu ia jatuh ke
tangan mereka secara tak terelakkan. Demikianlah, untuk mem-
buatnya makin menderita, kehancuran datang menimpanya se-
cara bertahap, dan ia mati dengan begitu rupa hingga merasakan
kematiannya sendiri. Ke dalam keadaan yang luar biasa parah
seperti itulah ia sekarang terpuruk sehingga,
1. Ia ingin mati di tangan hambanya daripada di tangan orang-
orang Filistin, supaya mereka tidak memperlakukannya seba-
gai permainan seperti yang telah mereka lakukan terhadap
Simson. Sungguh menyedihkan orang ini! Ia mendapati dirinya
sedang sekarat, namun yang terus dipikirkannya hanyalah
menjauhkan tubuhnya dari tangan orang-orang Filistin, dan
bukannya ingin segera menyerahkah jiwanya ke tangan Allah
yang mengaruniakannya (Pkh. 12:7). Sebagaimana ia hidup,
demikian pula ia mati, dengan sombong dan cemburu, dan
menjadi kengerian bagi dirinya sendiri dan semua orang di
Kitab 1 Samuel 31:1-7
551
sekitarnya. Orang-orang yang memahami permasalahan ini
dengan benar tidak menganggap begitu penting bagaimana ke-
adaan mereka saat mati, asalkan mereka baik-baik saja
sesudah kematian. Sungguh mengenaskan keadaan orang-
orang yang pedih hati, yang menantikan maut, yang tak kun-
jung tiba (Ayb. 3:20-21). Terutama mereka yang, sebab ber-
putus asa untuk mendapat belas kasihan Allah, seperti Yudas,
melompat ke dalam neraka yang ada di hadapan mereka,
untuk menghindari neraka yang ada di dalam diri mereka.
2. saat Saul tidak bisa membuat permintaannya dikabulkan, ia
menjadi pembunuh dirinya sendiri. Sebab ia menganggap
bahwa dengan berbuat demikian ia dapat terhindar dari aib,
padahal sebenarnya ia melakukan dosa yang keji, dan dengan
dosa itu ia melekatkan tanda kehinaan untuk selama-lamanya
pada namanya sendiri, sebagai felo de se – seorang pembunuh
diri. Yonatan, yang menerima luka mematikan dari tangan
orang-orang Filistin, dan dengan berani menyerah pada nasib
perang, mati secara terhormat. namun Saul mati seperti orang
bebal, seperti pengecut, seperti orang sombong yang bodoh,
pengecut yang kabur diam-diam. Ia mati seperti orang yang
tidak takut akan Allah ataupun berharap pada Allah, yang
tidak memiliki akal budi manusia ataupun keyakinan orang
Israel, apalagi martabat seorang raja ataupun kebulatan tekad
seorang prajurit. Marilah kita semua berdoa, Tuhan, janganlah
membawa kami ke dalam pencobaan, pencobaan ini. Pembawa
senjatanya tidak mau menikamnya dengan pedang, dan ia
berbuat benar dengan menolaknya. Sebab seorang hamba
siapa pun tidak boleh menjadi budak bagi hawa nafsu atau
keinginan apa pun dari tuannya. Alasan yang diberikan yaitu
bahwa sebab ia sangat segan, bukan sebab takut mati,
sebab ia sendiri segera menjatuhkan dirinya ke atas pedang-
nya, melainkan, sebab begitu menghormati tuan rajanya, ia
tidak sampai hati melukainya sedikit pun. Atau mungkin ia
takut kalau-kalau tangannya yang gemetar hanya akan mem-
beri Saul setengah tikaman, dan dengan begitu membuatnya
makin menderita.
IV. Pembawa senjata Saul yang menolak untuk membunuhnya tidak
menolak untuk mati dengannya. Sebaliknya, ia pun menjatuhkan
552
dirinya ke atas pedangnya (ay. 5). Keadaan ini memperparah ke-
matian Saul, bahwa, melalui contoh kejahatannya dengan mem-
bunuh diri, ia membuat hambanya bersalah atas kejahatan yang
sama, dan bukan ia saja yang mati sebab dosanya. Orang-orang
Yahudi mengatakan bahwa pembawa senjata Saul itu yaitu
Doeg, yang diangkat Saul ke dalam kedudukan itu sebab mem-
bunuh para imam, dan jika demikian, adillah bahwa kekerasan-
nya turun menimpa batu kepalanya. Daud telah bernubuat menge-
nai Doeg bahwa Allah akan merobohkan dia untuk seterusnya
(Mzm. 52:7).
V. Negeri itu menjadi begitu kacau-balau sebab kekalahan pasukan
Saul, sehingga para penduduk kota-kota di sekitarnya, yang di
seberang sungai Yordan, seperti yang tertulis, meninggalkan kota-
kota mereka. Dan orang-orang Filistin, selama beberapa waktu,
menduduki kota-kota itu, sampai segala sesuatu menjadi tenang
di Israel (ay. 7). Dengan kejahatannya, Saul membawa negerinya
ke dalam keadaan yang begitu mengenaskan, yang bisa jadi tetap
berada di tangan orang-orang yang tidak bersunat seandainya
Daud tidak dibangkitkan untuk memperbaiki kerusakan itu.
Lihatlah apa jadinya raja yang dipilih orang Israel dengan meno-
lak Allah dan Samuel. Mereka, dan juga raja itu, ditakutkan
masih terus berbuat jahat, dan oleh sebab itu dilenyapkan, baik
mereka maupun raja mereka itu, seperti yang sudah dinubuatkan
oleh nabi Samuel mengenai mereka (12:25). Dan hal inilah yang
disinggung dalam Hosea 13:10-11, lama sesudahnya, “Di mana
gerangan rajamu, supaya diselamatkannya engkau, dan semua
pemukamu, supaya diberinya engkau keadilan, hai, engkau yang
berkata: ‘Berilah kepadaku seorang raja dan pemuka-pemuka!’
Aku memberikan engkau seorang raja dalam murka-Ku dan meng-
ambilnya dalam gemas-Ku. Artinya, raja itu menjadi tulah bagimu
baik semasa hidup maupun saat ia mati. Engkau tidak dapat
mengharapkan yang lain.”
Pembuangan Mayat Saul
(31:8-13)
8 saat keesokan harinya orang Filistin datang merampasi orang-orang yang
mati terbunuh itu, didapati mereka Saul dan ketiga anaknya tergelimpang di
Kitab 1 Samuel 31:8-13
553
pegunungan Gilboa. 9 Mereka memancung kepala Saul, merampas senjata-
senjatanya dan menyuruh orang berkeliling di negeri orang Filistin untuk
menyampaikan kabar itu di kuil berhalanya dan kepada rakyat. 10 Kemudian
mereka menaruh senjata-senjata Saul di kuil Asytoret, dan mayatnya dipaku-
kan mereka di tembok kota Bet-Sean. 11 saat penduduk Yabesh-Gilead
mendengar tentang apa yang telah dilakukan orang Filistin kepada Saul,
12 maka bersiaplah segenap orang gagah perkasa, mereka berjalan terus
semalam-malaman, lalu mengambil mayat Saul dan mayat anak-anaknya
dari tembok kota Bet-Sean. Kemudian pulanglah mereka ke Yabesh dan
membakar mayat-mayat itu di sana. 13 Mereka mengambil tulang-tulangnya
lalu menguburkannya di bawah pohon tamariska di Yabesh. Sesudah itu ber-
puasalah mereka tujuh hari lamanya.
Alkitab tidak menyebutkan sesuatu mengenai jiwa Saul dan jiwa
ketiga anak laki-lakinya, apa yang terjadi dengan mereka sesudah me-
reka mati, hal-hal yang tersembunyi bukanlah bagi kita, namun hanya
mengenai mayat-mayat mereka.
I. Bagaimana mayat-mayat itu diperlakukan dengan keji sebagai
permainan oleh orang-orang Filistin. Keesokan harinya sesudah pe-
perangan itu, saat mereka sudah pulih dari kelelahan mereka,
mereka datang merampasi orang-orang yang mati terbunuh, dan
di antaranya didapati mereka Saul dan ketiga anaknya (ay. 8).
Pembawa senjata Saul mungkin bermaksud untuk menghormati
tuannya dengan ikut bunuh diri, dan untuk menunjukkan betapa
dengan berbuat demikian ia sungguh mencintainya. Akan namun ,
seandainya ia menggunakan akal sehatnya lebih daripada perasa-
annya, ia akan rela kehilangan pujian yang bodoh itu, bukan
hanya dalam keadilan terhadap nyawanya sendiri, melainkan juga
dalam kebaikan terhadap tuannya. Sebab dengan beroleh kesem-
patan untuk selamat, ia bisa saja melakukan segala pelayanan
yang dapat dilakukan kepada tuannya sesudah tuannya itu mati.
sebab pada malam harinya, ia bisa saja membawa pergi mayat
Saul dan anak-anaknya, dan menguburkan mereka dengan layak.
Namun betapa keliru dan bodoh pikiran orang-orang angkuh ini,
walaupun mereka ingin dianggap bijak dalam memberi dan mene-
rima penghormatan. Bahkan, sepertinya Saul bisa saja menyela-
matkan dirinya sendiri dari tikaman yang mematikan itu lalu me-
loloskan diri. Sebab para pengejar, yang dalam ketakutan terha-
dap mereka Saul membunuh dirinya sendiri, tidak mendatangi
tempat di mana ia berada sampai keesokan harinya. Akan namun ,
orang-orang yang akan dihancurkan Allah dibuat-Nya bertindak
bodoh dan lenyap habis oleh sebab kedahsyatan-Nya (lih. Ayb.
554
18:5, dst.). Para pengejar itu pun mendapati mayat Saul, yang
sekarang terbujur di atas rerumputan penuh darah, dan dengan
begitu dapat dibedakan dari mayat-mayat lain berdasar pan-
jangnya, sama seperti, saat berdiri tegak, tubuh Saul dapat di-
bedakan berdasar tingginya, saat ia dengan congkak me-
mandangi kerumunan orang di sekitarnya. Dengan menemukan
mayat itu, mereka hendak bersorak-sorai atas mahkota Israel,
dan secara keji memuaskan dendam yang biadab dan tidak ber-
perikemanusiaan dengan melecehkan mayat yang telantar itu,
yang saat masih hidup membuat mereka gentar.
1. Mereka memancung kepala Saul. Seandainya mereka dalam
hal ini bermaksud untuk membalaskan pemancungan kepala
Goliat, lebih baik mereka memancung kepala Daud, yang telah
melakukan tindakan itu saat ia berada di negeri mereka.
namun mereka melakukan hal itu, secara umum, dengan mak-
sud untuk mencela orang Israel, yang betul-betul meyakini
bahwa kepala orang yang dimahkotai dan diurapi akan menye-
lamatkan mereka dari orang Filistin. Dan juga untuk mencela
Saul secara khusus, yang lebih tinggi satu kepala daripada
orang lain (yang mungkin dulu biasa dibanggakannya), namun
sekarang lebih pendek satu kepala.
2. Mereka merampas senjata-senjata Saul (ay. 9), dan membawa-
nya untuk dijadikan piala kemenangan mereka, di kuil Asy-
toret dewi mereka (ay. 10). Kita diberi tahu dalam 1 Tawarikh
10:10 (meskipun di sini dihilangkan), bahwa mereka memaku-
kan batu kepalanya di rumah Dagon. Demikianlah mereka
menganggap kehormatan atas kemenangan mereka bersumber
pada kuasa khayalan dari dewa-dewi palsu mereka, dan bu-
kan pada keadilan yang nyata dari Allah yang benar, seperti
yang seharusnya mereka yakini. Dan penghormatan yang di-
berikan kepada para allah jadi-jadian ini mempermalukan
orang-orang yang tidak memberikan pujian atas pencapaian-
pencapaian mereka kepada Allah yang hidup. Asytoret, berhala
yang dengannya orang Israel sudah berkali-kali berzinah,
sekarang menang atas mereka.
3. Mereka menyuruh orang berkeliling ke seluruh negeri mereka,
dan memerintahkan supaya kemenangan yang telah mereka
peroleh itu diumumkan di kuil-kuil dewa-dewi mereka (ay. 9),
agar seluruh rakyat bersukacita dan bersyukur kepada dewa-
Kitab 1 Samuel 31:8-13
555
dewi mereka. Hal ini sangat disesalkan Daud (2Sam. 1:20).
Janganlah kabarkan itu di Gat.
4. Mereka memakukan mayat Saul dan mayat anak-anaknya, se-
perti yang dapat dilihat pada ayat 12, di tembok kota Bet-Sean,
sebuah kota yang tidak jauh dari pegunungan Gilboa dan
sangat dekat dengan sungai Yordan. Sampai ke situlah mayat-
mayat mereka diseret, dan di situlah mayat-mayat itu digan-
tung dengan rantai, supaya dimakan oleh burung-burung pe-
mangsa. Saul membunuh dirinya sendiri supaya ia tidak
diperlakukan sebagai permainan oleh orang Filistin. Namun
tidak pernah ada mayat seorang raja dipermainkan seperti ma-
yatnya, dan mungkin lebih dipermainkan lagi jika mereka tahu
bahwa Saul membunuh dirinya sendiri sebab alasan itu.
Orang yang berpikir dapat menyelamatkan kehormatannya
dengan berbuat dosa pasti akan kehilangan kehormatannya
itu. Lihatlah betapa kekurangajaran orang Filistin demikian
memuncak tepat sebelum Daud diangkat, sosok yang akan
menaklukkan mereka dengan sepenuhnya. sebab sekarang
mereka telah membunuh Saul dan anak-anaknya, mereka
menganggap bahwa tanah orang Israel menjadi milik mereka
untuk selama-lamanya, namun mereka akan segera mendapati
diri mereka tertipu. saat Allah telah menyelesaikan seluruh
pekerjaan-Nya melalui mereka, Ia akan menyelesaikan peker-
jaan itu atas diri mereka (lih. Yes. 10:6-7).
II. Bagaimana mayat-mayat itu diselamatkan dengan berani oleh
penduduk Yabesh-Gilead. Sungai Yordan berada tidak jauh di an-
tara Bet-Sean dan Yabesh-Gilead, dan dari Yabesh-Gilead sungai
Yordan dapat diseberangi melalui tempat-tempat penyeberang-
annya. Oleh sebab itu, segenap orang gagah perkasa dari kota itu,
yang menyeberang sungai semalam-malaman, dengan sangat
berani mengambil mayat-mayat itu, dan menguburkannya dengan
layak (ay. 11, 13). Hal ini mereka lakukan,
1. Atas kepedulian bersama terhadap kehormatan Israel, atau
tanah Israel, yang tidak boleh dicemari dengan mayat-mayat
yang dipertontonkan, terutama mayat raja Israel, yang dinajis-
kan seperti itu oleh orang-orang yang tidak bersunat.
2. Atas perasaan hutang budi tertentu kepada Saul, sebab ia
sudah begitu gigih dan bersemangat menyelamatkan mereka
556
dari orang Amon pada saat pertama kali ia naik takhta (ps.
11). Sungguh sebuah bukti dari jiwa yang pemurah dan
sebuah dorongan untuk bermurah hati jika ingatan akan
kebaikan disimpan seperti itu, dan dengan demikian kebaikan
itu pun dibalas dengan limpahnya. Orang-orang Yabesh-Gilead
akan dapat melayani Saul dengan lebih baik lagi seandainya
mereka mengirimkan segenap orang gagah perkasa kepadanya
lebih awal, untuk menguatkannya dalam menghadapi orang-
orang Filistin. Namun hari bagi Saul untuk gugur telah tiba,
dan sekarang hanya pelayanan ini sajalah yang dapat mereka
lakukan kepadanya, untuk menghormati kenangan akan diri-
nya. Kita tidak mendapati ada hari berkabung bagi seluruh
bangsa untuk memperingati kematian Saul, seperti untuk
memperingati kematian Samuel (25:1). Hanya orang-orang
Gilead dari Yabesh itulah yang memberikan penghormatan
kepadanya pada saat kematiannya. Sebab,
(1) Mereka mempersiapkan bakaran untuk mayat-mayat itu,
untuk membuatnya harum. Demikianlah yang dipahami
sebagian penafsir mengenai pembakaran mayat-mayat itu.
Mereka membakar rempah-rempah atas mayat-mayat itu
(ay. 12). Hal itu lazim dilakukan untuk menghormati teman-
teman mereka yang telah mati, atau setidaknya raja-raja
mereka, seperti yang dapat dilihat dalam pemakaman Asa
(2Taw. 16:14), bahwa mereka menyalakan api yang sangat
besar untuk menghormatinya. Atau (seperti menurut sebagi-
an yang lain) mereka membakar mayat-mayat itu, sebab
telah mulai membusuk.
(2) Mereka menguburkan mayat-mayat itu, sesudah mengha-
rumkannya dengan membuat bakaran atasnya. Atau, jika
mereka membakar mayat-mayat itu, mereka menguburkan
tulang-tulang dan abunya, di bawah sebuah pohon, yang
menjadi nisan dan tugu peringatan. Dan,
(3) Berpuasalah mereka tujuh hari lamanya, artinya, setiap
hari selama tujuh hari mereka berpuasa sampai petang.
Demikianlah mereka meratapi kematian Saul, dan keadaan
bangsa Israel sekarang yang sedang kebingungan. Dan
mungkin selain berpuasa mereka juga berdoa untuk mem-
bangun kembali negeri mereka yang hancur-lebur. Meski-
pun bila orang fasik binasa, gemuruhlah sorak-sorai. Arti-
Kitab 1 Samuel 31:8-13
557
nya, diharapkan bahwa keadaan yang lebih baik akan ter-
jadi sesudahnya, yang akan mendatangkan sukacita, na-
mun perikemanusiaan mengharuskan kita menunjukkan
penghormatan yang pantas kepada jasad orang-orang mati,
terutama kepada jasad para raja.
Kitab ini dimulai dengan kelahiran Samuel, namun sekarang
diakhiri dengan penguburan Saul. Dengan membandingkan ke-
duanya secara bersama-sama, hal ini dapat mengajar kita untuk
lebih mengutamakan kehormatan yang datang dari Allah daripada
kehormatan apa saja yang katanya dapat diberikan oleh dunia
ini.
Kitab
2 samuel
Tafsiran
Kitab 2 Samuel
Kitab ini berkisah tentang riwayat pemerintahan raja Daud. Di dalam
kitab sebelumnya, kita telah membaca mengenai ditetapkannya Daud
untuk memerintah atas Israel serta pergumulan-pergumulannya de-
ngan Saul, yang pada akhirnya berakhir dengan kematian orang yang
menindasnya. Kitab ini diawali dengan naiknya Daud ke atas takhta,
kemudian sepenuhnya diisi oleh perkara-perkara pemerintahannya
selama empat puluh tahun berkuasa. Itulah sebabnya kitab ini di
dalam Alkitab Septuaginta diberi judul Kitab Ketiga dari Raja-raja. Di
dalamnya tertulis rupa-rupa kemenangan dan permasalahan Daud.
I. Kemenangan-kemenangan Daud atas kaum keluarga Saul (ps. 1-
4), atas orang Yebus dan orang Filistin (ps. 5), pada saat peng-
angkutan tabut Allah (ps. 6-7), dan atas bangsa-bangsa sekeliling
yang menentang dirinya (ps. 8-10). Sampai sejauh ini, jalannya
riwayat Daud selaras dengan apa yang kita harapkan dari pribadi-
nya dan dengan pilihan yang telah dijatuhkan atasnya. Akan
namun , Daud mempunyai sisi gelapnya sendiri.
II. Kita mendapati berbagai permasalahan yang dihadapi Daud, rupa-
rupa penyebabnya, dan dosanya di dalam perkara Uria (ps. 11-12).
Kemudian permasalahan-permasalahan itu sendiri yang muncul
akibat dosa Amnon (ps. 13), pemberontakan Absalom (ps. 14-19),
dan pemberontakan Seba (ps. 20), serta penyakit sampar di Israel
akibat Daud menghitung jumlah rakyat (ps. 24), di samping kela-
562
paran yang menimpa orang Gibeon (ps. 21). Kita mendapati nya-
nyian Daud (ps. 22), dan perkataan terakhirnya serta pahlawan-
pahlawan yang mengiringinya (ps. 23). Ada banyak hal di dalam
riwayat Daud yang sangat berguna untuk memberi kita pelajaran.
Akan namun , mengenai sang pahlawan yang menjadi tokoh utama
dalam sejarah itu, meskipun dalam berbagai peristiwa ia di sini
terlihat sangat hebat, dan sangat baik hati, dan sungguh-sungguh
menjadi kesayangan sorga, harus diakui bahwa kehormatannya
bersinar lebih terang di dalam mazmur-mazmur gubahannya dari-
pada di dalam riwayat dirinya.
PASAL 1
ada bagian penutup dari kitab sebelumnya (yang menjadi peng-
hubung dengan kitab ini sebagai kelanjutan dari kisah sejarah
yang sama), kita membaca tentang kematian Saul. Ia turun ke dalam
liang kubur dengan mati terbunuh, meskipun dahulu menjadi keta-
kutan bagi para pahlawan yang meliputi dunia orang-orang hidup.
Sekarang kita harus mengarahkan pandangan pada matahari yang
sedang terbit, dan menanyakan di mana Daud, serta apa yang sedang
diperbuatnya. Di dalam pasal ini, kita membaca tentang,
I. Berita kematian Saul dan Yonatan yang disampaikan kepada
Daud di Ziklag oleh seorang Amalek, yang berikhtiar untuk
menceritakan kejadian ini secara khusus kepadanya
(ay. 1-10).
II. Daud menerima berita itu dengan penuh kesedihan (ay. 11-
12).
III. Keadilan yang dijatuhkan kepada sang pembawa berita, yang
bermegah bahwa ia telah membantu Saul mengakhiri nyawa-
nya sendiri (ay. 13-16).
IV. Sebuah sajak sedih yang ditorehkan Daud pada kesempatan
ini (ay. 17-27). Dan di dalam seluruh sajak ini, hati Daud
tampak sungguh bebas dari percikan api dendam dan hasrat
untuk berkuasa, dan ia berperilaku dengan sangat terpuji.
Kepedulian Daud terhadap Nasib Saul
(1:1-10)
1 sesudah Saul mati, dan saat Daud kembali sesudah memukul kalah orang
Amalek dan tinggal dua hari di Ziklag, 2 maka datanglah pada hari ketiga
seorang dari tentara, dari pihak Saul, dengan pakaian terkoyak-koyak dan
tanah di atas kepala. saat ia sampai kepada Daud, sujudlah ia ke tanah
P
564
dan menyembah. 3 Bertanyalah Daud kepadanya: “Dari manakah engkau?”
Jawabnya kepadanya: “Aku lolos dari tentara Israel.” 4 Bertanyalah pula
Daud kepadanya: “Apakah yang terjadi? Coba ceriterakan kepadaku.” Jawab-
nya: “Rakyat telah melarikan diri dari pertempuran; bukan saja banyak dari
rakyat yang gugur dan mati, namun Saul dan Yonatan, anaknya, juga sudah
mati.” 5 Lalu Daud berkata kepada orang muda yang membawa kabar kepa-
danya itu: “Bagaimana kauketahui, bahwa Saul dan Yonatan, anaknya, su-
dah mati?” 6 Orang muda yang membawa kabar kepadanya itu berkata:
“Kebetulan aku ada di pegunungan Gilboa; maka tampaklah Saul bertelekan
pada tombaknya, sedang kereta-kereta dan orang-orang berkuda mengejar-
nya. 7 saat menoleh ke belakang, ia melihat aku, lalu memanggil aku; dan
aku berkata: Ya tuanku. 8 Ia bertanya kepadaku: Siapakah engkau? Jawabku
kepadanya: Aku seorang Amalek. 9 Lalu katanya kepadaku: Datanglah ke
mari dan bunuhlah aku, sebab kekejangan telah menyerang aku, namun aku
masih bernyawa. 10 Aku datang ke dekatnya dan membunuh dia, sebab aku
tahu, ia tidak dapat hidup terus sesudah jatuh. Aku mengambil jejamang yang
ada di kepalanya, dan gelang yang ada pada lengannya, dan inilah dia
kubawa kepada tuanku.”
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Daud kembali menetap di Ziklag, kotanya sendiri, sesudah menye-
lamatkan keluarga dan sahabat-sahabatnya dari tangan orang
Amalek (ay. 1). Ia tinggal di Ziklag. Dari sanalah ia sekarang
mengirim pemberian-pemberian kepada para sahabatnya (1Sam.
30:26), dan di sanalah ia siap menerima semua orang yang datang
untuk mendukung kepentingan-kepentingannya. Bukan orang-
orang bermasalah dan terlilit hutang, seperti para pengikutnya
yang pertama-tama, melainkan orang-orang yang terhormat di
negeri mereka, pahlawan-pahlawan, pahlawan-pahlawan yang
gagah perkasa, dan kepala-kepala pasukan seribu, seperti kita
baca dalam 1 Tawarikh 12:1, 8, 20. Orang-orang seperti itulah
yang datang kepadanya dari hari ke hari, sebab Allah meng-
gerakkan hati mereka untuk berbuat demikian, sampai Daud
mempunyai tentara yang besar, seperti bala tentara Allah, demi-
kian dikatakan (1Taw. 12:22). Sumber air tersembunyi yang me-
mancarkan berbagai gerakan perubahan besar-besaran merupa-
kan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan, sehingga harus disim-
pulkan bahwa Sang Pemeliharalah yang membelokkan setiap hati
layaknya anak-anak sungai.
II. Berita yang dibawa kepada Daud perihal kematian Saul. Sungguh
aneh bahwa Daud tidak menempatkan beberapa pengintainya di
sekitar perkemahan tentara Saul untuk memberitahukan kepada-
nya sejak dini kabar tentang jalannya peperangan. Ini merupakan
Kitab 2 Samuel 1:1-10
565
tanda bahwa Daud tidak menginginkan datangnya hari celaka
bagi Saul, atau tidak sabar untuk segera naik takhta, namun mau
menunggu sampai kabar akan hal itu dibawa kepadanya, kabar
yang oleh orang lain akan berusaha diperoleh secepat mungkin.
Orang yang percaya tidak akan gelisah, ia akan menerima kabar
baik saat kabar itu datang kepadanya, dan tidak resah menanti-
kannya.
1. Sang pembawa berita menghadap kepada Daud sebagai se-
orang utusan khusus, dengan tampilan seorang yang berduka
atas kematian sang raja dan seorang bawahan bagi sang pene-
rusnya. Ia datang dengan pakaian terkoyak-koyak, kemudian
menghaturkan sembah kepada Daud (ay. 2), sambil menye-
nangkan diri dengan khayalan bahwa ia mendapat kehormat-
an sebagai orang pertama yang menyembah Daud sebagai
rajanya, namun ternyata ia menjadi orang pertama yang mene-
rima hukuman mati dari Daud sebagai hakimnya. Ia berkata
kepada Daud bahwa ia datang dari tengah-tengah tentara
Israel, dan menyatakan betapa buruknya keadaan di tempat
itu saat berkata bahwa ia telah meloloskan diri dari sana,
dengan harus melewati berbagai aral melintang untuk menye-
lamatkan nyawanya (ay. 3).
2. Sang pembawa berita menyampaikan kepada Daud tentang
garis besar jalannya peperangan. Daud begitu ingin mengeta-
hui bagaimana peperangan ini berlangsung, sebagai
seseorang yang punya alasan di atas orang lain untuk memi-
kirkan kepentingan rakyat. Sang pembawa berita memberi
tahu Daud dengan sangat jelas bahwa tentara Israel telah
dipukul kalah, banyak yang gugur terbunuh, dan di antaranya
yaitu Saul dan Yonatan (ay. 4). Ia hanya menyebut nama
Saul dan Yonatan, sebab ia tahu persis Daud begitu ingin
mengetahui nasib keduanya, mengingat Saul yaitu sosok
yang paling ditakutinya, sementara Yonatan yaitu sosok yang
paling dikasihinya.
3. Sang pembawa berita menyampaikan kepada Daud keterangan
yang lebih terperinci perihal kematian Saul. Ada kemungkinan
bahwa Daud telah mendengar bagaimana perang itu berakhir
melalui sejumlah laporan dari orang lain, sebab tampaknya
ada banyak orang datang kepadanya sebagai dampak dari
hasil perang ini . Akan namun , ia ingin mengetahui secara
566
pasti laporan terkait Saul dan Yonatan itu, entah sebab ia
tidak mau mempercayainya begitu saja atau sebab ia tidak
mau mengambil tindakan berdasar laporan itu, dan me-
nyatakan