diri sebagai raja, sampai ia sepenuhnya yakin akan
hal itu. Oleh sebab itu Daud pun bertanya, bagaimana kau-
ketahui, bahwa Saul dan Yonatan, anaknya, sudah mati? Seba-
gai jawaban atas pertanyaan ini, orang muda itu pun menu-
turkan kepada Daud sebuah cerita yang sudah sangat siap
untuk disampaikan, yang melenyapkan keraguan bahwa Saul
memang telah mati, sebab tidak hanya dirinya menjadi saksi
mata atas kematian itu, namun juga dialah orang yang menda-
tangkan kematian ini , dan oleh sebab nya Daud dapat
mengandalkan kesaksiannya. Di dalam penuturannya, ia sama
sekali tidak berkata apa-apa tentang kematian Yonatan, kare-
na ia tahu betapa hal itu tidak akan menyenangkan hati Daud,
namun ia hanya bercerita tentang Saul, sebab menyangka,
seperti dipahami betul oleh Daud (4:10), bahwa dirinya akan
memperoleh perkenanan atas perbuatannya itu, dan diberi
upah sebagai orang yang membawa kabar baik. Keterangan
yang disampaikannya perihal kematian Saul ini,
(1) Sangat terperinci. Bahwa ia kebetulan ada di tempat Saul
berada (ay. 6), sebagai seorang musafir, bukan seorang pra-
jurit, sehingga ia tidak berpihak kepada siapa pun, dan
bahwa ia menjumpai Saul sedang berusaha menusukkan
tombaknya ke tubuhnya sendiri, sebab tak seorang pun
pengawalnya mau melakukannya untuk dirinya. Dan, tam-
paknya, Saul tidak mampu melakukannya sendiri dengan
cekatan, sebab kekuatan tangan dan semangat jiwanya
telah lenyap. Orang yang sengsara tidak punya cukup ke-
beranian untuk hidup ataupun mati. Oleh sebab itu, Saul
memanggil orang asing ini (ay. 7), lalu menanyakan dari
bangsa mana ia berasal, sebab jika ia bukan orang
Filistin, maka Saul akan dengan senang hati menerima dari
tangan orang itu sebuah coup de grace (sebagaimana di-
sebut orang Prancis tentang orang-orang yang diremukkan
lewat siksaan di atas roda-roda) – hantaman belas kasihan,
untuk mengakhiri kesengsaraannya akibat sakit yang di-
rasakannya. sesudah mengetahui bahwa orang ini yaitu
orang Amalek (yang bukan salah satu rakyatnya ataupun
Kitab 2 Samuel 1:1-10
567
salah satu musuhnya), Saul menyampaikan permohonan
ini kepadanya (ay. 9): Datanglah ke mari dan bunuhlah aku.
Saul kini sudah muak dengan harga dirinya dan bersedia
untuk diinjak-injak, sudah muak dengan hidupnya dan
bersedia untuk dibunuh. Siapakah orang yang pada saat-
saat seperti itu masih begitu mencintai hidup atau kehor-
matan? Keadaannya sudah begitu rupa hingga, bahkan
bagi orang-orang yang tidak punya harapan di dalam
kematian mereka, mereka ini ingin mati, namun maut lari
dari mereka (Why. 9:6). Penderitaan batin yang berat telah
menyerang aku (KJV), demikianlah kita membaca ucapan
Saul, sebagai suatu keluhan akan kesakitan dan kengerian
yang menyiksa jiwanya. jika hati nuraninya pada saat
ini mengingatkan dia akan tombak yang telah dilemparkan-
nya kepada Daud, akan kesombongannya, kedengkiannya,
pengkhianatannya, dan akan tindakannya membunuh para
imam, maka tidak heran bahwa penderitaan batin yang
berat telah menyerangnya. Orang berkata, tikus mondok
membuka matanya sewaktu sedang sekarat. Kesadaran
akan suatu kesalahan yang tidak diampuni sungguh mem-
buat kematian menjadi raja kengerian. Orang yang telah
membungkam suara hati mereka, yang menyatakan bahwa
mereka bersalah, mungkin pada saat menjelang kematian
akan dibayang-bayangi oleh suara hati mereka itu. Dalam
tafsiran yang agak luas, perkataan Saul ini dibaca sebagai
sebuah keluhan akan ketidaknyamanan pakaiannya. Bah-
wa baju zirah yang dikenakannya untuk melindungi diri,
atau jubah sulaman yang dikenakannya sebagai hiasan,
menghambat usahanya sehingga ia tidak bisa menancap-
kan tombaknya cukup dalam menembus tubuhnya sendiri,
atau begitu menyesakkan dirinya, sebab sekarang tubuh-
nya menjadi bengkak oleh kekejangan, sehingga ia tidak
bisa bernapas. Janganlah pakaian seseorang menjadi ke-
sombongannya, sebab bisa jadi pakaian itu akan menjadi
beban dan jerat baginya. “Maka dari itu,” kata orang muda
ini, “aku datang ke dekatnya dan membunuh dia” (ay. 10).
sesudah mengucapkan perkataan itu, mungkin orang muda
ini mengamati bahwa Daud menatapnya dengan rasa ma-
rah, sehingga ia pun berusaha membenarkan dirinya da-
568
lam perkataan selanjutnya: “Sebab aku tahu, ia tidak dapat
hidup terus. Nyawanya memang masih sepenuhnya ada di
dalam dirinya, namun ia sudah pasti akan jatuh ke tangan
orang Filistin, atau akan kembali mencoba menancapkan
tombaknya ke dalam tubuhnya sendiri.”
(2) Kebenaran ceritanya ini diragukan. Andai kata benar demi-
kian, keadilan Allah harus direnungkan, bahwa Saul, yang
telah membiarkan orang Amalek hidup dengan mengang-
gap remeh perintah ilahi, menerima hantaman kematian-
nya dari seorang Amalek. Akan namun , sebagian besar pe-
nafsir berpendapat bahwa cerita ini palsu, dan bahwa,
meskipun mungkin sang pembawa berita kebetulan ada di
sana, namun ia tidak ikut membantu mendatangkan kema-
tian bagi Saul. namun ia berkata demikian kepada Daud
dengan harapan bahwa Daud akan memberinya upah atas
perbuatannya itu, sebagai orang yang telah berbuat kebaik-
an baginya. Orang yang bersukacita atas kejatuhan se-
orang musuh cenderung menilai orang lain menurut ukur-
annya sendiri, dan berpikir bahwa orang lain juga akan
bersukacita seperti dirinya. Akan namun , seorang yang
berkenan di hati Allah tidaklah selayaknya dihakimi menu-
rut ukuran orang biasa. Saya sendiri tidak tahu pasti apa-
kah cerita orang muda ini benar atau tidak. Ceritanya itu
bisa saja selaras dengan cerita yang ada dalam pasal
sebelumnya, dan merupakan tambahan bagi cerita terse-
but, seperti halnya penjelasan Petrus mengenai kematian
Yudas (Kis. 1:18) merupakan tambahan bagi cerita tentang
hal terkait (Mat. 27:5). Apa yang pada pasal sebelumnya
disebut sebagai pedang, pada pasal ini bisa saja disebut
sebagai tombak, atau saat Saul menjatuhkan diri ke atas
pedangnya, ia bersandar pada tombaknya.
(3) Akan namun , orang muda itu mengeluarkan barang bukti
yang cukup untuk memastikan kematian Saul, yakni jeja-
mang (mahkota – pen.) yang ada di kepalanya dan gelang
yang ada pada lengannya. Tampaknya Saul dengan begitu
bodohnya menyukai barang-barang ini, sampai-sampai ia
mengenakannya di medan perang, sehingga ia menjadi
sasaran yang jelas bagi para pemanah sebab terlihat sa-
ngat berbeda dengan orang-orang di sekelilingnya. Namun,
Kitab 2 Samuel 1:11-16
569
seperti kata pepatah, kesombongan tidak mengenal pen-
deritaan, demikian pula kesombongan tidak takut akan
bahaya, yang bisa ditimbulkan oleh barang-barang mewah
yang memuaskannya. Barang-barang ini lalu jatuh ke
tangan sang orang Amalek. Saul membiarkan hidup domba
dan sapi terbaik dari rampasan yang diperolehnya dari
orang Amalek, dan sekarang barang-barang Saul yang ter-
baik jatuh ke tangan orang yang berasal dari bangsa yang
dikhususkan untuk ditumpas itu. Orang Amalek ini mem-
bawa jejamang dan gelang Saul kepada Daud, sebagai pemi-
lik sah keduanya mengingat Saul sekarang telah tewas,
tanpa rasa ragu bahwa tindakannya yang suka ikut campur
urusan orang ini akan membuat dirinya diangkat ke dalam
kedudukan terbaik di dalam istana atau tentara Daud.
Menurut kepercayaan turun-temurun orang Yahudi, orang
Amalek ini yaitu anak laki-laki Doeg (sebab orang
Amalek yaitu keturunan orang Edom), dan Doeg, yang
menurut orang Yahudi merupakan pembawa senjata Saul,
sebelum membunuh dirinya sendiri, memberikan jejamang
dan gelang milik Saul (lambang kerajaan Saul) kepada
anak laki-lakinya, lalu menyuruhnya membawa lambang
kerajaan itu kepada Daud, supaya ia bisa memperoleh
perkenanan Daud. Akan namun , ini tiada lain dongeng yang
tidak berdasar. Anak laki-laki Doeg kemungkinan sudah
sangat dikenal Saul sehingga Saul tidak perlu lagi bertanya
kepadanya seperti halnya ia bertanya kepada orang Amalek
ini (ay. 8), siapakah engkau? Daud telah sekian lama me-
nantikan mahkota kerajaan, dan sekarang mahkota itu di-
bawa kepadanya oleh seorang Amalek. Lihatlah bagaimana
Allah dapat memenuhi tujuan-tujuan baik-Nya sendiri bagi
umat-Nya, bahkan melalui rancangan (rancangan jahat)
manusia, yang tiada lain bertujuan untuk menguntungkan
diri mereka sendiri.
Kepedulian Daud terhadap Nasib Saul
(1:11-16)
11 Lalu Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya; dan semua orang
yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga. 12 Dan mereka mera-
570
tap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam sebab Saul, sebab
Yonatan, anaknya, sebab umat TUHAN dan sebab kaum Israel, sebab
mereka telah gugur oleh pedang. 13 Kemudian bertanyalah Daud kepada orang
muda yang membawa kabar itu kepadanya: “Asalmu dari mana?” Jawabnya:
“Aku ini anak perantau, orang Amalek.” 14 Kemudian berkatalah Daud kepada-
nya: “Bagaimana? Tidakkah engkau segan mengangkat tanganmu memusnah-
kan orang yang diurapi TUHAN?” 15 Lalu Daud memanggil salah seorang dari
anak buahnya dan berkata: “Ke mari, paranglah dia.” Orang itu memarangnya,
sehingga mati. 16 Dan Daud berkata kepadanya: “Kautanggung sendiri darah-
mu, sebab mulutmulah yang menjadi saksi menentang engkau, sebab berkata:
Aku telah membunuh orang yang diurapi TUHAN.”
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Bagaimana Daud menerima berita dari orang Amalek ini .
Daud sama sekali tidak hanyut dalam sukacita yang meluap-luap,
seperti yang diharapkan si orang Amalek, namun justru tenggelam
dalam isak tangis yang mendalam, mengoyakkan pakaiannya (ay.
11), meratap dan berpuasa (ay. 12), bukan hanya bagi bangsanya
Israel dan Yonatan sahabatnya, melainkan juga bagi Saul seteru-
nya. Hal ini diperbuat Daud bukan hanya sebagai seorang yang
terhormat, sebab ia mematuhi adat kesopanan yang melarang
kita untuk menghina orang yang telah gugur, dan yang mewajib-
kan kita untuk mengiringi kerabat kita ke dalam kubur dengan
rasa hormat, apa pun kerugian yang kita alami melalui kehidupan
mereka atau keuntungan yang kita dapatkan melalui kematian
mereka, namun juga sebagai seorang yang baik dan berhati nurani,
yang telah mengampuni segala kesakitan yang ditimpakan Saul
kepadanya, dan tidak menyimpan dendam kepadanya. Daud
sudah tahu, sebelum anaknya menuliskan hal ini (Ams. 24:17-
18), bahwa jika kita bersukacita kalau musuh kita jatuh, TUHAN
melihatnya dan menganggapnya jahat, dan bahwa siapa gembira
sebab suatu kecelakaan tidak akan luput dari hukuman (Ams.
17:5). Dengan ini tampak bahwa perkataan-perkataan di dalam
mazmur Daud yang mengungkapkan keinginannya akan kehan-
curan musuh-musuhnya, dan sorak-sorai yang dilakukannya atas
kehancuran mereka, tidak timbul dari roh pembalasan ataupun
rasa amarah yang tidak benar, melainkan dari kecemburuan
kudus bagi kemuliaan Allah dan kebaikan bersama. Sebab mela-
lui tindakannya di sini, sewaktu mendengar tentang kematian
Saul, kita dapat menyaksikan bahwa watak asli Daud sangatlah
lembut, dan bahwa ia menyimpan rasa kasih bahkan kepada
orang-orang yang membencinya. Sudah pasti Daud sangat tulus
Kitab 2 Samuel 1:11-16
571
dalam meratapi Saul, dan itu bukan pura-pura atau sekadar un-
tuk menunjukkan raut wajah yang sedih. Gejolak perasaannya
begitu kuat dalam kejadian ini, sehingga menggerakkan hati
orang-orang di sekelilingnya. Semua orang yang bersama-sama
dengan dia, setidak-tidaknya untuk mengikuti Daud, mengoyak-
kan pakaian mereka dan berpuasa sampai matahari terbenam,
sebagai tanda dukacita mereka. Dan ada kemungkinan bahwa
puasa ini yaitu suatu bentuk ibadah. Mereka merendahkan diri
di bawah tangan Allah, dan berdoa supaya keretakan-keretakan
yang menimpa Israel oleh sebab kekalahan ini diperbaiki.
II. Upah yang diberikan Daud kepada orang yang membawa berita
ini kepadanya. Bukannya mengangkat orang itu pada kedudukan
yang tinggi, Daud justru memberinya hukuman mati, mengadili-
nya menurut perkataan yang keluar dari mulutnya sendiri, seba-
gai pembunuh rajanya, dan memerintahkan agar ia segera dibu-
nuh atas perbuatannya itu. Betapa mengejutkannya hal ini bagi
sang pembawa berita, yang berpikir bahwa Daud seharusnya me-
nunjukkan perkenanannya kepadanya atas jerih payahnya. Sia-
sia saja ia berdalih bahwa ia membunuh Saul atas perintah Saul
sendiri, bahwa perbuatannya itu sungguh merupakan satu ben-
tuk kebaikan kepada Saul, dan bahwa Saul pasti pada akhirnya
akan mati. Semua dalihnya itu dimentahkan: “Mulutmulah yang
menjadi saksi menentang engkau, sebab berkata: Aku telah
membunuh orang yang diurapi TUHAN (ay. 16). Maka dari itu, eng-
kau harus mati.” Nah,
1. Daud dalam hal ini tidak melakukan suatu ketidakadilan. Se-
bab,
(1) Orang ini yaitu seorang Amalek. Daud membuatnya
mengakui hal ini untuk kedua kalinya, kalau-kalau ia
sudah salah menangkap hal itu dalam cerita orang ini
(ay. 13). Bangsa Amalek, dan segala sesuatu yang dimiliki-
nya, telah dikutuk untuk dibinasakan, sehingga dengan
membunuh orang ini, Daud melaksanakan sesuatu yang
seharusnya sudah dikerjakan sang pendahulunya dan yang
membuat pendahulunya itu ditolak sebab tidak melak-
sanakannya.
572
(2) Orang ini mengakui sendiri kejahatannya, sehingga
bukti yang ada, menurut semua hukum, sudah cukup me-
nyatakan dirinya bersalah. Sebab setiap orang dianggap
akan berbuat semampunya untuk menggambarkan dirinya
sendiri dengan sebaik mungkin. jika ia betul melaku-
kan apa yang telah dikatakannya, maka ia pantas mati atas
pengkhianatan (ay. 14), sebab ia melakukan perbuatan
yang, ada kemungkinan, telah didengarnya tidak mau di-
perbuat oleh pembawa senjata Saul. Jika ia tidak melaku-
kan apa yang telah dikatakannya, dengan membual bahwa
ia telah melakukannya, maka ia dengan jelas menunjukkan
bahwa andai kata ia beroleh kesempatan, ia pasti sudah
melakukannya tanpa segan-segan. Dan, dengan menyom-
bongkan hal ini kepada Daud, orang muda itu me-
nunjukkan bagaimana ia memandang sosok Daud, bahwa
Daud akan bersukacita atas berita itu, seperti dirinya sen-
diri. Ini merupakan penghinaan yang keterlaluan terhadap
pribadi Daud, yang sudah berulang kali menolak untuk
menjamah orang yang diurapi TUHAN. Lebih lanjut, kebo-
hongannya terhadap Daud, jika memang itu suatu
kebohongan, yaitu perbuatan yang sangat jahat, dan ter-
bukti merupakan kebohongan yang harus dibayar dengan
nyawanya sendiri, dan dosa seperti itu memang cepat atau
lambat akan terbukti demikian.
2. Daud bertindak secara terhormat dan luhur. Melalui perbuat-
annya ini , Daud memperlihatkan ketulusan dari rasa
dukacitanya, mematahkan semangat siapa saja yang berpikir
untuk melakukan hal serupa demi mengambil hatinya, atau
melakukan sesuatu yang mungkin dapat menyenangkan ke-
luarga Saul dan memenangkan hati mereka. Dengan demikian,
hal itu meninggikan harkat Daud di mata rakyat sebagai sese-
orang yang gigih membela keadilan masyarakat, tanpa meng-
indahkan kepentingan pribadi sendiri. Dari peristiwa ini, kita
dapat belajar bahwa membantu siapa pun untuk membunuh
diri mereka sendiri, baik secara langsung maupun tidak lang-
sung, jika diperbuat dengan sengaja, akan mendatangkan
kesalahan akibat pertumpahan darah, dan bahwa darah para
raja haruslah secara khusus berharga di mata kita.
Kitab 2 Samuel 1:17-27
573
Ratapan Daud bagi Saul dan Yonatan
(1:17-27)
17 Daud menyanyikan nyanyian ratapan ini sebab Saul dan Yonatan, anak-
nya, 18 dan ia memberi perintah untuk mengajarkan nyanyian ini kepada
bani Yehuda; itu ada tertulis dalam Kitab Orang Jujur. 19 Kepermaianmu, hai
Israel, mati terbunuh di bukit-bukitmu! Betapa gugur para pahlawan! 20 Ja-
nganlah kabarkan itu di Gat, janganlah beritakan itu di lorong-lorong Aske-
lon, supaya jangan bersukacita anak-anak wanita orang Filistin, supaya
jangan beria-ria anak-anak wanita orang-orang yang tidak bersunat!
21 Hai gunung-gunung di Gilboa! jangan ada embun, jangan ada hujan di
atas kamu, hai padang-padang pembawa kematian! Sebab di sanalah perisai
para pahlawan dilumuri, perisai Saul yang tidak diurapi dengan minyak.
22 Tanpa darah orang-orang yang mati terbunuh dan tanpa lemak para pah-
lawan panah Yonatan tidak pernah berpaling pulang, dan pedang Saul tidak
kembali dengan hampa. 23 Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan
yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah. Mereka lebih cepat dari
burung rajawali, mereka lebih kuat dari singa. 24 Hai anak-anak wanita
Israel, menangislah sebab Saul, yang mendandani kamu dengan pakaian
mewah dari kain kirmizi, yang menyematkan perhiasan emas pada pakaian-
mu. 25 Betapa gugur para pahlawan di tengah-tengah pertempuran! Yonatan
mati terbunuh di bukit-bukitmu. 26 Merasa susah aku sebab engkau, sau-
daraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib
dari pada cinta wanita . 27 Betapa gugur para pahlawan dan musnah sen-
jata-senjata perang!
sesudah Daud mengoyakkan pakaiannya, meratap, menangis, dan
berpuasa atas kematian Saul, dan sesudah keadilan dijatuhkan atas
orang yang menjadikan dirinya bersalah atas kematian Saul itu,
orang akan berpikir bahwa Daud telah membayar lunas utang kehor-
matan yang harus dibayarkannya demi mengenang Saul. Namun ini
belum semuanya. Kita mendapati dalam perikop ini sebuah sajak
yang digubah Daud atas peristiwa ini , sebab ia memang
merupakan tuan yang sangat ahli menggunakan pena seperti halnya
pedang. Melalui sajak sedih ini, Daud hendak mengungkapkan kese-
dihannya sendiri atas malapetaka yang besar ini, dan juga menanam-
kan kesan yang sama dalam pikiran orang lain, yang kemudian harus
melekatkannya dalam hati mereka. Diungkapkannya ratapan dalam
bentuk sajak menjadikan ratapan ini ,
1. Lebih menggugah dan menyentuh hati. Perasaan hati sang pu-
jangga, atau sang penyanyi, melalui cara ini disampaikan secara
mengagumkan kepada para pembaca dan pendengarnya.
2. Lebih abadi. Demikianlah sajak ratapan ini digubah tidak
hanya agar tersebar luas, namun juga agar senantiasa diteruskan
dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Mereka yang tidak
574
mempelajari sejarah, dapat memperoleh pengetahuan melalui
sajak ini . Di sini kita mendapati,
I. Perintah-perintah yang diberikan Daud melalui sajak ini (ay. 18,
KJV): Ia memberi perintah untuk mengajarkan kepada bani Yehuda
(sukunya sendiri, apa pun yang diperbuat suku-suku lain) bagai-
mana menggunakan busur ini, yang dapat berarti,
1. Busur panah yang dipergunakan dalam perang. Bukan berarti
bahwa bani Yehuda tidak mengetahui bagaimana caranya
memakai busur panah sebab busur panah begitu lazim diper-
gunakan di dalam perang, jauh sebelum ini, sehingga pedang
dan busur panah dipandang sebagai kelengkapan senjata
perang (Kej. 48:22). namun mungkin akhir-akhir ini mereka
lebih banyak menggunakan umban (katapel – pen.), seperti
yang dipakai Daud saat membunuh Goliat, sebab lebih
murah. Sekarang Daud menghendaki mereka untuk melihat
kesusahan yang timbul dari penggunaan batu umban ini
(sebab para pemanah Filistinlah yang melukai Saul dengan
begitu parah, 1Sam. 31:3), dan untuk kembali menggunakan
busur panah secara lebih luas, untuk berlatih menggunakan
senjata ini, supaya mereka mampu membalaskan kematian
raja mereka kepada orang Filistin, dan mengalahkan seteru
mereka itu dengan senjata seteru mereka sendiri. Patut dise-
salkan bahwa orang-orang yang berbudi baik serta berhati
luhur seperti bani Yehuda harus dipersenjatai lengkap seperti
demikian. Daud dengan ini menunjukkan wewenangnya atas
tentara Israel dan kepeduliannya terhadap mereka, serta me-
netapkan hati untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan pada
pemerintahan sebelumnya. Namun demikian, kita menjumpai
bahwa kumpulan pahlawan yang sekarang datang kepada
Daud di Ziklag sudah bersenjatakan busur panah (1Taw.
12:2). Maka dari itu,
2. Sebagian penafsir memahami perkataan Daud ini sebagai
suatu alat musik yang disebut busur, yang oleh Daud ditetap-
kan untuk dipakai mengiringi nyanyian-nyanyian ratapan.
Atau sebagai sajak itu sendiri: Ia memberi perintah untuk
mengajarkan kepada bani Yehuda kesheth, busur, yakni nya-
nyian ini, yang diberi judul demikian demi mengenang busur
Yonatan, yang pencapaian-pencapaiannya dirayakan dalam
Kitab 2 Samuel 1:17-27
575
tembang ini. Musa memerintahkan bangsa Israel untuk mem-
pelajari nyanyiannya (Ul. 31:19), demikian pula Daud meminta
mereka untuk melakukan hal yang sama terhadap nyanyian-
nya. Ada kemungkinan Daud meminta orang Lewi untuk
mengajarkannya kepada orang Israel. Nyanyian ini tertulis
dalam Kitab Orang Jujur, di sanalah nyanyian itu tersimpan,
dan dari kitab itulah nyanyian itu disalin ke dalam sejarah ini.
Kitab itu kemungkinan berisi kumpulan sajak bangsa Israel.
Apa yang dikatakan tertulis di dalam kitab ini (Yos.
10:13) juga merupakan sesuatu yang sifatnya puitis, penggal-
an dari sajak yang menceritakan suatu peristiwa sejarah.
Bahkan nyanyian pun akan terlupakan dan hilang jika tidak
dituangkan dalam tulisan, yang merupakan sarana terbaik
untuk melestarikan pengetahuan.
II. Sajak itu sendiri. Sajak ini bukanlah kidung pujian ilahi, atau
sesuatu yang diilhamkan Allah untuk dipergunakan di dalam
ibadah, pun di dalamnya sama sekali tidak ini nama Allah.
Pada kenyataannya, sajak ini merupakan gubahan manusia, se-
hingga tidak termasuk ke dalam Kitab Mazmur (yang dilestarikan
di dalam Alkitab sebab diilhamkan Allah), namun ke dalam Kitab
Orang Jujur, yang sebab sekadar kumpulan sajak biasa, sudah
hilang sejak lama. Sajak ini membuktikan Daud sebagai,
1. Seorang yang mempunyai roh luar biasa, dalam empat hal
berikut:
(1) Daud sangat murah hati kepada Saul, musuh sejatinya.
Saul yaitu mertuanya, rajanya, dan orang yang diurapi
Tuhan. Maka dari itu, meskipun Saul telah berbuat begitu
banyak kejahatan terhadap dirinya, Daud tidak melampias-
kan dendamnya terhadap kenangan akan Saul saat sete-
runya itu berada di dalam liang kubur. Sebaliknya, sebagai
seorang yang baik dan terhormat,
[1] Daud menyembunyikan kesalahan-kesalahan Saul. Dan,
meskipun kemunculannya tidak dapat dicegah di dalam
riwayat Saul, namun kesalahan Saul tidak boleh muncul
di dalam sajak ini. Kasih mengajar kita untuk mengata-
kan hal yang sebaik-baiknya tentang semua orang dan
tidak mengatakan apa-apa tentang orang, jika kita
576
tidak dapat mengatakan hal yang baik tentang mereka,
terutama saat mereka telah tiada. De mortuis nil nisi
bonum – Ucapkan yang baik saja tentang orang yang
sudah mati. Kita harus menahan diri dari menghina
orang-orang yang telah menyakiti kita, apalagi menarik
kesimpulan tentang pribadi mereka hanya menurut
tindakan mereka terhadap kita, seolah-olah setiap insan
yang telah menjahati kita pastilah orang jahat. Biarlah
bagian buruk dari kenangan itu dipendam bersama ba-
gian buruk dari orang ini – dari tanah kembali
menjadi tanah, dari debu kembali menjadi debu. Biar-
lah cela itu tersembunyi dan biarlah tudung ditutupkan
atas kecacatan itu.
[2] Daud memasyhurkan apa yang patut dipuji dalam diri
Saul. Ia tidak memuji Saul atas apa yang tidak ada
pada dirinya, dan sama sekali tidak menyebut tentang
kesalehan atau kesetiaannya. Kata-kata pujian pada
saat pemakaman yang tidak disampaikan berdasar
kebenaran, sama sekali tidak mendatangkan kemuliaan
bagi sang mendiang yang menerima pujian ini ,
namun malah akan mendatangkan cela bagi orang yang
mengucapkannya dengan tidak pada tempatnya. namun
Daud dapat mengatakan hal ini untuk menghormati
Saul. Pertama, bahwa Saul diurapi dengan minyak (ay.
21), yakni minyak suci, yang menandakan pengangkat-
annya pada tampuk pemerintahan dan dilayakkannya
ia untuk memerintah. Apa pun Saul dalam keadaan lain,
minyak urapan Allahnya ada di atas kepalanya, seperti
dikatakan perihal imam besar (Im. 21:12), sehingga de-
ngan alasan itu Saul haruslah dimuliakan, sebab Allah
Sumber kemuliaan pun telah memuliakannya. Kedua,
bahwa Saul yaitu seorang kesatria, seorang pahlawan
(ay. 19-21), bahwa ia sudah sering kali beroleh keme-
nangan atas seteru-seteru Israel dan ke mana pun ia
pergi, ia selalu mendapat kemenangan atas mereka
(1Sam. 14:47). Pedang Saul tidak kembali dengan ham-
pa, namun terpuaskan oleh darah dan rampasan (ay. 22).
Aib dan kejatuhannya pada akhirnya tidak boleh men-
jadikan segala keberhasilan dan jasanya yang dahulu
Kitab 2 Samuel 1:17-27
577
terlupakan. Meskipun matahari Saul terbenam di balik
awan, ada masa saat mataharinya itu bersinar dengan
terang. Ketiga, bahwa bersama Yonatan, Saul merupa-
kan pribadi yang sungguh menyenangkan, yang mem-
buatnya dikasihi rakyatnya (ay. 23): Saul dan Yonatan
yaitu orang-orang yang dicintai dan yang ramah.
Yonatan memang selalu bersikap demikian, begitu pula
dengan Saul selama ia sejalan dengan anaknya itu.
jika mereka tampil bersama, dan sedang mengejar
musuh, tidak ada orang yang lebih berani dan lebih per-
kasa daripada mereka. Mereka lebih cepat dari burung
rajawali dan lebih kuat dari singa. Cermatilah, orang-
orang yang tergarang dan terganas saat berada di
tengah-tengah tentara, dapat bersikap penuh kasih
sayang di dalam istana, baik hati terhadap rakyat serta
menakutkan bagi musuh. Perpaduan yang jarang an-
tara kelembutan dan ketegasan ada dalam diri mereka,
yang membuat tabiat orang sungguh menyenangkan.
Hal ini dapat dipahami sebagai keselarasan dan kasih
sayang yang untuk sebagian besar terjalin di antara
Saul dan Yonatan. Mereka saling mengasihi dan bersi-
kap ramah satu terhadap yang lain, Yonatan sebagai
anak yang berbakti, dan Saul sebagai ayah yang penuh
kasih sayang. Maka dari itu, keduanya saling mengasihi
di dalam hidup, dan di dalam matinya, keduanya tidak
terpisah, melainkan tetap berdiri teguh bersama dalam
melawan orang Filistin, dan gugur bersama untuk ke-
pentingan yang sama. Keempat, bahwa Saul telah mem-
perkaya negerinya dengan jarahan dari bangsa-bangsa
yang ditaklukkan, dan telah memperkenalkan pakaian
yang lebih megah. saat bangsa Israel mempunyai
seorang raja seperti bangsa-bangsa lain, mereka pun
harus mempunyai pakaian seperti bangsa-bangsa lain,
Dan dalam hal ini Saul, secara khusus, menyenangkan
hati rakyat wanita nya (ay. 24). Anak-anak perem-
puan Israel didandaninya dengan pakaian mewah dari
kain kirmizi, yang menyukakan hati mereka.
(2) Daud sungguh berterima kasih kepada Yonatan, sahabat
setianya. Di samping air mata yang ditumpahkannya untuk
578
Yonatan, dan kata-kata pujian yang diberikannya bagi
sahabatnya itu bersama-sama dengan Saul, Daud menye-
but tentang Yonatan dengan beberapa perkataan istimewa
(ay. 25): Yonatan mati terbunuh di bukit-bukitmu! yang me-
nyiratkan (bdk. ay. 19) bahwa yang dimaksud Daud dengan
kepermaianmu, hai Israel, yang dikatakannya di sana mati
terbunuh di bukit-bukit, yaitu Yonatan. Daud meratapi
Yonatan sebagai sahabatnya yang istimewa (ay. 26): Sau-
daraku, Yonatan, bukan sebab apa arti Yonatan bagi Daud
andai kata ia tetap hidup. Sudah pasti Yonatan akan sa-
ngat berguna untuk menolong dirinya naik takhta dan ber-
peran penting untuk mencegah pertikaian-pertikaian pan-
jang dengan kaum keluarga Saul, yang dialami Daud
sebab tidak adanya pertolongan Yonatan. Andai kata ini
yang menjadi satu-satunya alasan dari kesedihan Daud,
maka ia hanya mementingkan dirinya sendiri. namun Daud
meratapi Yonatan sebab siapa sahabatnya itu bagi dirinya
selama ini: “Engkau sangat ramah kepadaku, namun kera-
mahan itu kini sirna sudah, dan merasa susah aku sebab
engkau.” Daud punya alasan untuk berkata bahwa kasih
Yonatan kepadanya itu ajaib. Sungguh tidak pernah ada
kasih yang serupa dengan ini, bahwa seseorang mengasihi
orang lain yang diketahuinya akan mengambil mahkota
dari kepalanya, dan yang tetap begitu setia kepada seteru-
nya. Kasih ini jauh melampaui kasih dan kesetiaan terting-
gi pada suami istri. Saksikan di sini,
[1] Bahwa tidak ada sesuatu di dunia ini yang lebih menye-
nangkan hati daripada seorang sahabat sejati, yang
bijaksana dan baik hati, yang berkenan menerima dan
membalas kasih kita, dan setia kepada kita dalam segala
kepentingan yang membawa kebaikan bagi kita.
[2] Bahwa tidak ada yang lebih menyusahkan hati daripada
kehilangan seorang sahabat sejati seperti itu. Rasanya
sama seperti kehilangan sebagian dari diri kita sendiri.
Yang menjadi kesia-siaan dunia ini yaitu bahwa se-
suatu yang paling menyenangkan hati kita merupakan
sesuatu yang paling cenderung menyusahkan hati kita.
Semakin besar kasih kita, semakin besar pula kesedih-
an kita.
Kitab 2 Samuel 1:17-27
579
(3) Daud sungguh peduli terhadap kehormatan Allah. Sebab
inilah yang menjadi perhatiannya saat ia takut kalau-ka-
lau anak-anak wanita orang-orang yang tidak bersunat,
yang berada di luar perjanjian dengan Allah, akan beria-ria
atas Israel dan Allah Israel (ay. 20). Orang-orang yang ber-
budi baik akan merasa tersakiti di bagian yang sangat peka
atas segala penghinaan yang dilontarkan orang-orang yang
mencela Allah.
(4) Daud sungguh peduli terhadap kesejahteraan masyarakat.
Kepermaian Israellah yang mati terbunuh (ay. 19) dan ke-
hormatan rakyatlah yang dihinakan: Betapa gugur para
pahlawan (hal ini diratapi sebanyak tiga kali, ay. 19, 25,
27), dan dengan demikian melemahlah kekuatan rakyat.
Kehilangan-kehilangan yang dialami rakyat terasa paling
menyayat hati bagi orang yang jiwanya sungguh peduli ter-
hadap rakyat. Daud berharap Allah akan memakainya se-
bagai alat untuk menutupi kehilangan-kehilangan itu, na-
mun ia tetap meratapinya.
2. Seorang yang mempunyai daya khayal yang luar biasa, dan
juga seorang yang bijak dan kudus. Seluruh ungkapannya
sungguh indah, dan diperhitungkan dengan matang untuk
menyentuh perasaan.
(1) Larangan yang hendak ditetapkan Daud atas penyebarluas-
an berita ini begitu elok (ay. 20): Janganlah kabarkan itu di
Gat. Hatinya sedih saat membayangkan bahwa berita ini
akan dikumandangkan di kota-kota Filistin, dan bahwa
mereka akan menghina Israel sebab perkara itu, apalagi
mengingat sorak kemenangan Israel atas Filistin sebelum-
nya, saat orang Israel bernyanyi, Saul mengalahkan
beribu-ribu musuh, sebab sekarang sorak kemenangan ini
akan dibalas dengan pedas.
(2) Kutukan yang juga diucapkannya atas gunung-gunung di
Gilboa, panggung di mana peristiwa celaka ini dipentaskan:
Jangan ada embun di atas kamu, hai padang-padang pem-
bawa kematian (ay. 21). Ini merupakan langgam di dalam
bersajak, seperti apa yang diucapkan Ayub, biarlah hilang
lenyap hari kelahiranku. Bukan berarti Daud mengharap-
kan ada suatu bagian dari tanah Israel yang menjadi tan-
580
dus, namun , untuk mengungkapkan kesedihannya atas
peristiwa itu, ia berbicara seolah-olah dengan kemarahan
terhadap tempat itu. Cermatilah,
[1] Bagaimana kesuburan tanah bergantung kepada sorga.
Hal terburuk yang dapat diharapkan Daud terjadi pada
gunung-gunung di Gilboa yaitu supaya gunung-gunung
itu tandus dan tidak bermanfaat bagi manusia. Orang
yang tidak berguna yaitu orang yang sengsara. Ini seru-
pa dengan kutuk yang diucapkan Kristus kepada pohon
ara, engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!,
dan ucapan-Nya itu terwujud – pohon ara itu pun men-
jadi kering. Sebaliknya, kutuk atas gunung-gunung di
Gilboa ini tidaklah terwujud. Akan namun , pada waktu
Daud mengharapkan supaya pegunungan itu tandus, ia
berharap supaya tidak ada hujan turun atas mereka.
Dan jika langit menjadi tembaga, maka bumi pun akan
segera menjadi besi.
[2] Bagaimana kesuburan tanah, oleh sebab itu, harus di-
persembahkan kepada sorga, yang tersirat melalui
ucapan Daud yang menyebut ladang yang subur seba-
gai padang-padang pembawa kematian (KJV: ladang-
ladang persembahan). Hasil-hasil tanah mereka yang
dipersembahkan kepada Allah merupakan mahkota ser-
ta kemuliaan tanah itu. Maka dari itu, kegagalan mem-
persembahkan korban merupakan dampak yang paling
menyedihkan dari kegagalan panen gandum (lih. Yl.
1:9). Ketiadaan bahan-bahan makanan yang harus di-
pakai untuk menghormati Allah yaitu lebih buruk
daripada ketiadaan bahan-bahan makanan untuk me-
nopang hidup kita. Inilah celaan yang disematkan Daud
pada gunung-gunung di Gilboa, yang telah kehilangan
embun sorgawi sebab sudah tercemari darah para
bangsawan. Dalam sajak ini Saul mendapat pengubur-
an yang lebih terhormat daripada penguburan yang di-
dapatnya dari orang-orang Yabesh-Gilead.
PASAL 2
aud sudah memberikan penghormatan yang semestinya untuk
mengenang Saul rajanya dan Yonatan temannya, dan apa yang
dilakukannya membawa banyak pujian baginya dan juga bagi mere-
ka. Sekarang ia sedang mempertimbangkan tentang apa yang harus
dilakukan selanjutnya. Saul sudah mati, sebab itu sekarang Daud
bangkit.
I. Dengan petunjuk dari Allah, ia pergi ke Hebron, dan diurapi
sebagai raja di sana (ay. 1-4).
II. Ia berterima kasih kepada orang-orang Yabesh-Gilead sebab
sudah menguburkan Saul (ay. 5-7).
III. Isyboset, anak Saul, diangkat untuk menentang Daud (ay. 8-
11).
IV. Pertempuran sengit terjadi antara pihak Daud dan pihak
Isyboset, di mana,
1. Dua belas orang dari masing-masing pihak berhadap-ha-
dapan secara langsung dan semuanya terbunuh (ay. 12-16).
2. Pihak Saul dikalahkan (ay. 17).
3 Asael, dari pihak Daud, dibunuh oleh Abner (ay. 18-23).
4. Yoab, atas permintaan Abner, meniup sangkakala sebagai
tanda berhenti (ay. 24-28).
5. Abner berhasil meloloskan diri (ay. 29), dan kehilangan
pada kedua belah pihak dihitung (ay. 30-32). Dengan be-
gitu, dalam pasal ini kita mendapati gambaran tentang
perang saudara di Israel, yang seiring berjalannya waktu
berakhir dengan bertakhtanya Daud sepenuhnya atas
seluruh Israel.
D
582
Daud Diangkat sebagai Raja di Hebron
(2:1-7)
1 Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: “Apakah aku harus
pergi ke salah satu kota di Yehuda?“ Firman TUHAN kepadanya: “Pergilah.”
Lalu kata Daud: “Ke mana aku pergi?” Firman-Nya: “Ke Hebron.” 2 Lalu pergi-
lah Daud ke sana dengan kedua isterinya: Ahinoam, wanita Yizreel, dan
Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel itu. 3 Juga Daud membawa serta
orang-orangnya yang mengiringinya masing-masing dengan rumah tangga-
nya, dan menetaplah mereka di kota-kota Hebron. 4 Kemudian datanglah
orang-orang Yehuda, lalu mengurapi Daud di sana menjadi raja atas kaum
Yehuda. saat kepada Daud diberitahukan bahwa orang-orang Yabesh-
Gilead menguburkan Saul, 5 maka Daud mengirim orang kepada orang-orang
Yabesh-Gilead dengan pesan: “Diberkatilah kamu oleh TUHAN, sebab kamu
telah menunjukkan kasihmu kepada tuanmu, Saul, dengan menguburkan-
nya. 6 Oleh sebab itu, TUHAN kiranya menunjukkan kasih dan setia-Nya
kepadamu. Aku pun akan berbuat kebaikan yang sama kepadamu, sebab
kamu telah melakukan hal yang demikian. 7 Kuatkanlah hatimu sekarang
dan jadilah orang-orang yang gagah perkasa, sekalipun tuanmu Saul sudah
mati; dan aku telah diurapi oleh kaum Yehuda menjadi raja atas mereka.”
saat Saul dan Yonatan sudah mati, meskipun Daud tahu bahwa ia
diurapi untuk menjadi raja, dan sekarang melihat jalannya sangat
jelas, namun ia tidak segera mengirim para utusan ke seluruh wila-
yah Israel untuk memanggil semua orang supaya datang dan ber-
sumpah setia kepadanya, dengan ancaman hukuman mati. Sebalik-
nya, ia terus melangkah dengan tidak tergesa-gesa. Sebab siapa yang
percaya tidak akan tergesa-gesa, namun menantikan waktu Allah
untuk menggenapi janji-janji-Nya. Banyak orang sudah datang untuk
membantu Daud dari sejumlah suku sewaktu ia tinggal di Ziklag,
seperti yang kita dapati dalam 1 Tawarikh 12:1-22. Dengan pasukan
seperti itu ia bisa saja datang untuk menaklukkan. namun orang yang
akan memerintah dengan lemah lembut tidak akan bangkit dengan
kekerasan. Amatilah di sini,
I. Petunjuk yang dicari dan diperoleh Daud dari Allah dalam keada-
an yang genting ini (ay. 1). Ia tidak ragu akan keberhasilannya,
namun ia menggunakan sarana-sarana yang semestinya, baik
yang bersifat ilahi maupun manusiawi. Harapan yang pasti akan
janji Allah sama sekali tidak akan membuat kita kendor, namun
justru akan menggiatkan upaya-upaya kita yang saleh. Jika saya
terpilih untuk mahkota kehidupan, maka itu tidak lantas berarti
saya tidak perlu berbuat apa-apa. Sebaliknya, saya harus melaku-
kan semua yang diarahkan-Nya kepada saya, dan mengikuti bim-
bingan dari Dia yang telah memilih saya. Dengan cara yang baik
Kitab 2 Samuel 2:1-7
583
seperti inilah Daud menggapai keterpilihannya, dan demikian
pula seharusnya semua orang yang telah dipilih Allah.
1. Daud, sesuai dengan pedoman ilahi, mengakui Allah dalam
segala lakunya. Ia bertanya kepada Tuhan melalui tutup dada
pernyataan keputusan, yang dibawa Abyatar kepadanya. Kita
harus datang kepada Allah bukan hanya saat kita sedang
kesusahan, melainkan juga bahkan saat dunia sedang ter-
senyum kepada kita, dan berbagai kejadian di dunia ini men-
dukung kita. Yang ditanyakan Daud yaitu , apakah aku harus
pergi ke salah satu kota di Yehuda? Apakah aku harus ber-
gerak dari sini? Meskipun Ziklag sudah menjadi reruntuhan,
ia tidak mau meninggalkannya tanpa petunjuk dari Allah.
“Jika aku bergerak dari sini, apakah aku harus pergi ke salah
satu kota di Yehuda?” Ia tidak membatasi Allah pada kota-kota
Yehuda, sekiranya Allah memerintahkannya, ia akan pergi ke
salah satu kota di Israel. namun dengan demikian ia menun-
jukkan sikap bijak (di kota-kota Yehuda ia akan menemukan
paling banyak teman), dan kesabaran diri, sebab pada saat
ini ia tidak mau melihat jauh-jauh selain sukunya sendiri. Da-
lam semua pergerakan dan perpindahan kita, sungguh meng-
hibur melihat Allah pergi mendahului kita. Kita dapat melihat
Ia mendahului kita jika dengan iman dan doa, kita menempat-
kan Ia di depan kita.
2. Allah, sesuai dengan janji-Nya, mengarahkan jalan Daud, me-
nyuruhnya pergi, dan harus ke mana. Ia harus ke Hebron,
kota imam, salah satu kota perlindungan, dan demikianlah
kota itu bagi Daud. Dan itu merupakan isyarat bahwa Allah
sendiri akan menjadi tempat kudus kecil baginya. Makam para
bapak leluhur, yang berdekatan dengan Hebron, dapat meng-
ingatkan Daud tentang janji ilahi dari zaman purbakala, dan
atas janji itu Allah menimbulkan pengharapan dalam dirinya.
Allah tidak mengirimnya ke Betlehem, kotanya sendiri, sebab
kota itu yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda (Mi. 5:1),
melainkan ke Hebron, tempat yang lebih besar, dan yang
mungkin pada waktu itu merupakan kota pemerintahan dari
suku Yehuda.
II. Perhatian Daud terhadap keluarga dan teman-temannya dalam
kepindahannya ke Hebron.
584
1. Ia membawa kedua istrinya bersamanya (ay. 2), supaya, sama
seperti mereka telah menjadi temannya dalam penderitaan,
demikian pula mereka dapat menjadi temannya dalam keraja-
an. Tidak tampak bahwa ia mempunyai anak pada saat itu.
Anak pertamanya lahir di Hebron (3:2).
2. Daud membawa teman-teman dan pengikut-pengikutnya ber-
samanya (ay. 3). Mereka sudah menemaninya selama masa-
masa pengembaraannya, dan sebab itu, saat ia sudah me-
netap, mereka pun menetap bersamanya. Demikian pula hal-
nya, jika kita bertekun bersama Kristus, kita pun akan ikut
memerintah dengan Dia (2Tim. 2:12). Bahkan, Kristus berbuat
lebih lagi untuk prajurit-prajurit-Nya yang baik daripada yang
dapat dilakukan Daud untuk prajurit-prajuritnya. Daud mene-
mukan tempat tinggal untuk mereka. Menetaplah mereka di
kota-kota Hebron, dan kota-kota sekitarnya. namun bagi orang-
orang yang tetap tinggal bersama-sama dengan Kristus dalam
segala pencobaan yang Dia alami, Ia menentukan hak-hak
Kerajaan, dan mereka akan makan dan minum semeja dengan
Dia (Luk. 22:29-30).
III. Kehormatan yang diberikan kepada Daud oleh orang-orang Yehu-
da: Mereka mengurapi Daud di sana menjadi raja atas kaum
Yehuda (ay. 4). Suku Yehuda sudah sering kali tampil menonjol
melebihi suku-suku lainnya. Pada masa Saul, suku Yehuda dihi-
tung sebagai tubuh tersendiri (1Sam. 15:4), dan orang-orang dari
suku ini sudah terbiasa bertindak sendiri-sendiri. Mereka berbuat
demikian sekarang, namun mereka hanya melakukannya untuk
diri mereka sendiri. Mereka tidak mengaku-ngaku mengurapi
Daud sebagai raja atas seluruh Israel, seperti dalam Hakim-hakim
9:22, namun hanya atas kaum Yehuda. Suku-suku yang lain boleh
saja berbuat sesuka hati, namun , untuk mereka dan kaum mereka,
mereka ingin diperintah oleh orang yang telah dipilih Allah. Lihat-
lah bagaimana Daud bangkit secara perlahan-lahan. Ia pertama-
tama diurapi sebagai raja melalui hak sebagai penerus, kemudian
dengan benar-benar berkuasa hanya atas satu suku saja, dan
pada akhirnya berkuasa atas semua suku. Demikian pula keraja-
an Mesias, Anak Daud, ditegakkan secara perlahan-lahan. Dia
yaitu Tuhan atas segala sesuatu menurut ketetapan ilahi, namun
sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditakluk-
Kitab 2 Samuel 2:1-7
585
kan kepada-Nya (Ibr. 2:8). Berkuasanya Daud pertama-tama ha-
nya atas kaum Yehuda merupakan suatu petunjuk yang tersirat
dari sang Penyelenggara bahwa kerajaannya dalam waktu singkat
akan diperkecil menjadi kerajaan atas kaum Yehuda lagi, seperti
yang terjadi saat sepuluh suku memberontak dari cucunya. Dan
akan menjadi dorongan bagi raja-raja Yehuda yang saleh bahwa
Daud sendiri pada awalnya memerintah atas Yehuda saja.
IV. Pesan yang penuh hormat dikirimkan Daud kepada orang-orang
Yabesh-Gilead, untuk berterima kasih atas kebaikan mereka
kepada Saul. Masih juga ia menyimpan kenangan akan pendahu-
lunya dan memberi hormat kepadanya. Dengan begitu ia menun-
jukkan bahwa ia sama sekali tidak mengincar mahkota sebab
suatu hasrat yang menggebu-gebu atau permusuhan terhadap
Saul, namun semata-mata sebab ia dipanggil oleh Allah untuk itu.
Diberitahukan kepada Daud bahwa orang-orang Yabesh-Gilead
telah menguburkan Saul, mungkin oleh beberapa orang yang me-
ngira bahwa Daud akan merasa tidak senang dengan orang-orang
Yabesh-Gilead itu, dan menganggap mereka terlalu mencampuri
urusan orang lain. namun Daud sama sekali tidak demikian.
1. Daud memuji orang-orang Yabesh-Gilead atas perbuatan itu
(ay. 5). Sama seperti kita wajib mengasihi dan menghormati
siapa saja selagi mereka hidup, demikian pula kita harus me-
nunjukkan penghormatan kepada segala yang mereka tinggal-
kan, yaitu jasad, nama, dan keluarga mereka saat mereka
sudah mati. “Saul yaitu tuanmu,” kata Daud, “dan sebab
itu engkau berbuat baik dengan menunjukkan kebaikan ini
kepadanya dan dengan memberinya penghormatan ini.”
2. Daud berdoa kepada Allah untuk memberkati mereka atas
perbuatan mereka itu, dan memberi mereka upah untuk itu:
Diberkatilah kamu, dan kiranya engkau diberkati oleh TUHAN,
yang akan menunjukkan kasih-Nya kepada orang-orang yang
secara khusus menunjukkan kasih kepada orang-orang yang
telah mati, seperti dalam Rut 1:8. Penghormatan dan perasaan
kasih yang semestinya yang ditunjukkan kepada jasad, nama,
dan keluarga orang-orang yang sudah mati, dengan kesadaran
hati nurani di hadapan Allah, yaitu tindakan kasih yang
sekali-sekali tidak akan kehilangan upahnya: TUHAN kiranya
menunjukkan kebaikan dan kebenaran kepadamu (ay. 6, KJV),
586
yaitu, kebaikan sesuai dengan janji. Kebaikan yang ditunjuk-
kan Allah yaitu kebaikan yang sejati, kebaikan yang dapat
diandalkan.
3. Daud berjanji untuk membalas budi baik mereka: Aku pun
akan berbuat kebaikan yang sama kepadamu. Ia tidak menye-
rahkan mereka kepada Allah untuk membalas budi kebaikan
mereka, supaya ia bebas dari kewajiban itu. Ucapan-ucapan
selamat itu baik, dan merupakan tanda rasa terima kasih,
namun hampir tidak ada gunanya jika hanya sebatas ucapan
saja sementara ada kemampuan untuk berbuat lebih.
4. Dengan bijak Daud memanfaatkan kesempatan ini untuk
mengambil hati mereka (ay. 7). Mereka sudah memberikan
penghormatan terakhir kepada Saul, dan Daud ingin supaya
penghormatan itu menjadi yang terakhir: “Aku telah diurapi
oleh kaum Yehuda menjadi raja, dan berhikmatlah bagiku un-
tuk seia sekata dan bertindak gagah berani bersama mereka.”
Kita tidak boleh menyayangi orang yang sudah mati dengan
begitu rupa, betapa tinggi pun kita menghargai mereka, hingga
mengabaikan atau memandang rendah berkat-berkat yang
kita peroleh dari orang-orang yang masih hidup, yang telah
dibangkitkan Allah bagi kita sebagai pengganti orang yang
sudah mati itu.
Perang Saudara di Israel
(2:8-17)
8 Abner bin Ner, panglima Saul, telah mengambil Isyboset, anak Saul, dan
membawanya ke Mahanaim 9 serta menjadikannya raja atas Gilead, atas
orang Asyuri, atas Yizreel, atas Efraim dan atas Benyamin, bahkan atas selu-
ruh Israel. 10 Isyboset bin Saul berumur empat puluh tahun pada waktu ia
menjadi raja atas Israel dan ia memerintah dua tahun lamanya. Hanyalah
kaum Yehuda yang mengikuti Daud. 11 Dan lamanya Daud memerintah di
Hebron atas kaum Yehuda yaitu tujuh tahun dan enam bulan. 12 Lalu
Abner bin Ner dengan anak buah Isyboset bin Saul bergerak maju dari Maha-
naim ke Gibeon. 13 Juga Yoab, anak Zeruya, dan anak buah Daud bergerak
maju. Mereka saling bertemu di telaga Gibeon, lalu tinggal di sana, pihak
yang satu di tepi telaga sebelah sini, dan pihak yang lain di tepi telaga
sebelah sana. 14 Berkatalah Abner kepada Yoab: “Biarlah orang-orang muda
tampil dan mengadakan pertandingan di depan kita.” Jawab Yoab: “Baik.”
15 Lalu tampillah mereka dan berjalan lewat dengan dihitung: dua belas
orang dari suku Benyamin, dari Isyboset, anak Saul, dan dua belas orang
dari anak buah Daud. 16 Kemudian mereka masing-masing menangkap ke-
pala lawannya, dan menikamkan pedangnya ke lambung lawannya, sehingga
rebahlah mereka bersama-sama. Sebab itu tempat itu disebutkan orang
Kitab 2 Samuel 2:8-17
587
Helkat-Hazurim; letaknya dekat Gibeon. 17 Pada hari itu pertempuran sangat
hebat, dan Abner serta orang-orang Israel terpukul kalah oleh anak buah Daud.
Dalam perikop ini diceritakan tentang,
I. Perseteruan antara dua raja, yaitu Daud, yang diangkat Allah
sebagai raja, dan Isyboset, yang diangkat Abner sebagai raja.
Orang akan berpikir bahwa, saat Saul terbunuh, beserta semua
anaknya yang cukup mempunyai pengertian dan keberanian un-
tuk maju ke medan pertempuran bersamanya, maka Daud akan
naik takhta tanpa suatu perlawanan apa pun. Sebab seluruh Is-
rael tahu, bukan hanya bagaimana ia telah membuat dirinya me-
nonjol, melainkan juga bagaimana Allah dengan jelas telah mene-
tapkannya untuk naik takhta. namun ada roh pertentangan yang
begitu rupa, dalam akal bulus manusia, terhadap keputusan hik-
mat Allah, hingga orang yang begitu lemah dan bodoh seperti Isy-
boset, yang tidak dianggap pantas untuk pergi bersama ayahnya
ke medan pertempuran, namun dianggap pantas meneruskan
kedudukannya dalam pemerintahan, dan bukannya Daud, yang
seharusnya meneruskan takhta dengan damai. Dalam hal ini
kerajaan Daud merupakan perlambang dari kerajaan Mesias,
yang untuk melawannya bangsa-bangsa rusuh dan para pembesar
bermufakat bersama-sama (Mzm. 2:1-2).
1. Abner yaitu orang yang mengangkat Isyboset untuk menan-
dingi Daud, mungkin dalam semangatnya untuk melihat pene-
rus takhta berdasar garis keturunan. Oleh sebab mereka
harus memiliki seorang raja seperti bangsa-bangsa lain, maka
dalam hal ini mereka harus menjadi seperti bangsa-bangsa
lain, bahwa mahkota harus diturunkan dari ayah kepada anak
laki-laki. Atau lebih tepatnya, Abner mengangkat Isyboset
sebab ia mengasihi keluarga dan saudara-saudaranya sendiri
sebab ia yaitu paman Saul, dan sebab ia tidak mempunyai
cara lain untuk mempertahankan bagi dirinya tempat kehor-
matan yang ia duduki sekarang, sebagai panglima pasukan.
Lihatlah betapa besar kejahatan yang dapat ditimbulkan oleh
kesombongan dan hasrat yang menggebu-gebu dari satu
orang. Isyboset tidak akan pernah mengangkat dirinya sendiri
seandainya Abner tidak mengangkatnya dan memperalat diri-
nya untuk memenuhi tujuan-tujuannya sendiri.
588
2. Mahanaim, tempat Abner meneguhkan Isyboset sebagai raja,
terletak di seberang sungai Yordan, di mana Daud dianggap
tidak punya banyak pendukung. Selain itu, sebab terletak
jauh dari pasukan Daud, mereka bisa mempunyai waktu
untuk memperkuat diri di tempat itu. Abner membangun mar-
kasnya di sana, dan semua suku Israel yang pendek pikiran-
nya, yaitu, orang Israel pada umumnya tunduk kepada Abner
(ay. 9), kecuali suku Yehuda saja yang sepenuhnya mendu-
kung Daud. Ini merupakan ujian lanjutan bagi iman Daud
terhadap janji Allah, dan bagi kesabarannya, apakah ia dapat
menantikan waktu Allah untuk menggenapi janji-Nya itu.
3. Ada yang tidak begitu jelas tentang lamanya persaingan di an-
tara kedua pihak ini. Daud memerintah selama sekitar tujuh
tahun atas Yehuda saja (ay. 11), namun demikian dikatakan
(ay. 10) Isyboset memerintah atas Israel hanya selama dua
tahun. Jadi sebelum dua tahun itu, atau sesudahnya, atau
kedua-duanya, Israel pada umumnya mendukung keluarga
Saul (3:6), dan bukan satu orang tertentu dari keluarga itu,
yang dimaklumkan oleh Abner. Atau Isyboset memerintah
selama dua tahun ini sebelum perang pecah (ay. 12), yang
berlanjut untuk waktu yang lama, bahkan selama lima tahun
berikutnya (3:1).
II. Pertempuran tak terduga antara kedua pasukan mereka.
1. Tidak tampak bahwa kedua belah pihak membawa seluruh
pasukan mereka ke medan pertempuran, sebab yang terbunuh
hanya sedikit saja (ay. 30-31). Kita dapat bertanya-tanya,
(1) Mengapa orang-orang Yehuda tidak muncul dan bertindak
dengan lebih bersemangat untuk Daud, untuk membuat
seluruh bangsa itu takluk kepadanya. namun , ada kemung-
kinan, Daud tidak akan membiarkan mereka melakukan
tindakan penyerangan, namun lebih memilih untuk menung-
gu sampai serangan itu terjadi dengan sendirinya, atau
lebih tepatnya sampai Allah melakukannya untuk Daud,
tanpa menumpahkan darah orang Israel. Sebab bagi Daud,
sebagai perlambang Kristus, darah itu sangat mahal (Mzm.
72:14). Bahkan orang-orang yang menjadi seterunya dia
Kitab 2 Samuel 2:8-17
589
pandang sebagai rakyatnya, dan diperlakukannya demi-
kian.
(2) Mengapa orang-orang Israel bisa, dalam pengertian terten-
tu, tidak berpihak, dan duduk diam di bawah pemerintah-
an Isyboset, selama bertahun-tahun, terutama mengingat
tabiat-tabiat seperti apa yang ditunjukkan banyak dari
suku-suku Israel pada saat itu seperti yang kita dapati
dalam 1 Tawarikh 12:23, dst.: Orang-orang bijak, orang-
orang perkasa, orang-orang yang gagah berani, yang pandai
berperang, dan tidak bercabang hati. Sekalipun begitu,
selama tujuh tahun penuh, sepanjang yang bisa disaksi-
kan, sebagian besar dari mereka tampak tidak peduli siapa
yang memerintah. Penyelenggaraan ilahi memenuhi tujuan-
tujuannya sendiri melalui kebodohan sejumlah orang pada
waktu-waktu tertentu, dan tindakan dari orang-orang yang
sama pada waktu-waktu lain. Mereka tidak selalu berbuat
sesuai jati diri mereka sendiri, dan sekalipun begitu gerak-
gerik sang Penyelenggara tetap sama.
2. Dalam pertempuran ini Abner yaitu pihak penyerangnya.
Daud duduk diam untuk melihat bagaimana perkara itu akan
bergulir, namun keluarga Saul, dan Abner sebagai kepalanya,
maju menantang, dan mereka harus menanggung akibat bu-
ruknya. Oleh sebab itu, jangan terburu-buru kaubuat perkara
pengadilan, atau maju memulai pertengkaran, sebab pada
akhirnya apa yang engkau dapat lakukan, kalau sesamamu
telah mempermalukan engkau? (Ams. 25:8). Bibir dan tangan
orang bodoh suka mencari gara-gara.
3. Pusat peperangannya yaitu Gibeon. Abner memilih tempat ini
sebab terletak dalam wilayah milik pusaka suku Benyamin, di
mana Saul mempunyai paling banyak teman. Sekalipun begitu,
sebab Abner mengajukan peperangan, Yoab, panglima Daud,
tidak menolaknya, namun menerima tantangannya, dan mene-
muinya di telaga Gibeon (ay. 13). Kepentingan Daud, sebab
dibangun di atas janji Allah, tidak takut terhadap tempat-tem-
pat yang tidak menguntungkan. Telaga di antara mereka mem-
berikan waktu kepada kedua belah pihak untuk berunding.
4. Pertempuran itu pertama-tama diajukan oleh Abner, dan di-
terima oleh Yoab, sebagai pertempuran antara dua belas orang
melawan dua belas orang pada masing-masing pihak.
590
(1) Tampak bahwa uji ketangkasan ini dimulai sebagai per-
mainan. Abner membuat usulan (ay. 14): Biarlah orang-
orang muda tampil dan mengadakan pertandingan di depan
kita, seperti para petarung atau gladiator. Mungkin Saul
sudah memakai orang-orangnya dalam permainan-per-
mainan yang biadab ini, seperti seorang penguasa yang
benar-benar lalim. Dan Abner telah belajar dari Saul untuk
menjadikan luka dan kematian sebagai bahan lelucon, dan
menghibur dirinya dengan adegan-adegan yang penuh
darah dan kengerian. saat Abner berkata, “Biarlah mere-
ka bermain di depan kita” (KJV), yang dimaksudkannya ada-
lah, “Biarlah mereka bertarung di depan kita.” Demikianlah
orang bodoh mencemoohkan dosa. namun tidak layak
disebut sebagai manusia, orang yang mempermainkan da-
rah manusia seperti itu, yang menembakkan panah api,
panah dan maut seperti itu, dan berkata, aku hanya ber-
senda gurau (Ams. 26:18-19). Yoab, sebab sudah dididik
di bawah Daud, mempunyai hikmat yang begitu besar
hingga tidak akan mengajukan usulan seperti itu. Namun
ia tidak mempunyai ketetapan hati yang cukup kuat untuk
menolak dan menentang saat orang lain mengajukan
usulan itu. Yoab memegang sebuah jabatan terhormat, dan
menganggap sebagai noda bagi nama baiknya jika ia meno-
lak sebuah tantangan, dan itulah sebabnya ia berkata,
biarlah mereka tampil. Bukan berarti ia suka dengan per-
mainan itu, atau berharap pertandingan satu lawan satu
itu yang harus menentukan menang kalah. Ia hanya tidak
mau digertak oleh lawannya. Berapa banyak nyawa berhar-
ga yang telah dikorbankan seperti itu demi menuruti ke-
mauan yang semena-mena dari orang-orang congkak! Dua
belas orang dari masing-masing pihak pun dipanggil seba-
gai para petarung untuk memasuki gelanggang pertanding-
an, untuk menentukan mati hidup, bukan nyawa orang
lain, melainkan nyawa sendiri. Para petarung dari pihak
Abner tampak yang paling bersemangat maju, sebab mere-
kalah yang pertama-tama tampil (ay. 15), mungkin sebab
sudah dididik dalam hasrat yang bodoh untuk menuruti
kemauan panglima besar mereka. Akan namun ,
Kitab 2 Samuel 2:18-24
591
(2) Bagaimanapun dimulainya, pertandingan itu berakhir da-
lam darah (ay. 16): Mereka menikamkan pedangnya ke lam-
bung lawannya, didorong oleh kehormatan, bukan oleh
permusuhan, sehingga rebahlah mereka bersama-sama,
yaitu, kedua puluh empat orang itu mati terbunuh. Betapa
mereka menjadi lawan yang sepadan satu terhadap yang
lain, dan betapa teguhnya tekad mereka, hingga tak ada
pihak yang mau memohon ataupun memberi ampun. Mere-
ka, seolah-olah atas persetujuan bersama (menurut Yose-
fus) membunuh satu sama lain dengan saling melukai.
Orang-orang yang menghabisi nyawa orang lain sering kali
menghilangkan nyawa mereka sendiri, dan maut pun da-
tang menaklukkan dan berderap-derap penuh kemenang-
an. Kekerasan hati yang luar biasa dari kedua belah pihak
diingat melalui nama yang diberikan kepada tempat itu:
Heldath-hazzurim – medan pertempuran orang-orang ber-
kepala batu, orang-orang yang bukan hanya kuat tubuhnya,
melainkan juga teguh tak tergoyahkan, yang tidak gentar
menatap maut. Namun orang-orang yang berani telah
dijarah, mereka terlelap dalam tidurnya (Mzm. 76:6). Sung-
guh kehormatan yang menyedihkan untuk dibeli orang, de-
ngan harga yang begitu mahal! Orang-orang yang kehilangan
nyawa mereka demi Kristus akan memperolehnya kembali.
5. Seluruh tentara pada akhirnya ikut bertempur, dan pasukan-
pasukan Abner dikalahkan habis-habisan (ay. 17). Pertempur-
an sebelumnya yaitu pertempuran seri, orang-orang dari ke-
dua belah pihak semuanya terbunuh. Dan sebab itu mereka
harus mencobanya sekali lagi, di mana, seperti yang sering
terjadi, orang-orang yang pertama-tama melontarkan tantang-
an biasanya pergi dengan kekalahan. Daud mempunyai Allah
di pihaknya, dan oleh sebab itu pihaknya menang.
Asael Dibunuh oleh Abner
(2:18-24)
18 Ketiga anak laki-laki Zeruya, yakni Yoab, Abisai dan Asael ada di sana;
Asael cepat larinya seperti kijang di padang. 19 Asael mengejar Abner dan ti-
dak menyimpang ke kanan atau ke kiri dalam membuntutinya. 20 Lalu Abner
berpaling ke belakang dan bertanya: “Engkaukah itu Asael?” Jawabnya: “Ya,
aku.” 21 Kemudian berkatalah Abner kepadanya: “Menyimpanglah ke kiri atau
592
ke kanan, tangkaplah salah seorang dari orang-orang muda itu dan ambillah
senjatanya.” namun Asael tidak mau berhenti membuntuti Abner. 22 Berkata-
lah sekali lagi Abner kepada Asael: “Berhentilah membuntuti aku. Apa aku
harus memukul engkau sampai jatuh? Bagaimana aku dapat memandang
muka Yoab, abangmu itu?” 23 namun Asael menolak berhenti. Lalu Abner
menusuk ke belakang ke perut Asael dengan tombaknya, sehingga tombak
itu menembus belakangnya; dan rebahlah ia di sana dan mati di tempat itu
juga. Semua orang yang datang ke tempat Asael rebah dan mati itu, berhenti
di sana. 24 namun Yoab dan Abisai mengejar Abner. saat matahari masuk
dan mereka sampai ke dekat bukit Ama, yang ada di sebelah timur Giah, ke
arah padang gurun Gibeon.
Kita mendapati dalam perikop ini perseteruan antara Abner dan Asael.
Asael, saudara laki-laki Yoab dan saudara sepupu Daud, yaitu salah
satu panglima utama dari pasukan-pasukan Daud, dan termasyhur
akan kecepatannya dalam berlari: ia cepat larinya seperti kijang di
padang (ay. 18). Ia mendapat julukan ini sebab cepat mengejar,
bukan sebab cepat melarikan diri. Namun demikian, dapat kita duga,
ia tidak sebanding dengan Abner sebagai prajurit yang terampil dan
berpengalaman. Oleh sebab itu, kita harus mengamati,
I. Betapa gegabahnya Asael dalam berusaha menjadikan Abner
sebagai tahanannya. Ia mengejar Abner, dan bukan yang lain (ay.
19). sebab bangga akan hubungannya dengan Daud dan Yoab,
akan kecepatannya sendiri, dan akan keberhasilan pihaknya,
maka sekarang sang prajurit muda itu tidak akan puas dengan
piala kemenangan apa pun yang kurang dari Abner sendiri, entah
dalam keadaan terbunuh atau terbelenggu. Pikirnya, jika ia dapat
membunuh Abner atau menahannya, hal itu akan mengakhiri
perang dan akan berhasil membuka jalan Daud menuju takhta.
Hal ini membuat Asael sangat bersemangat dalam mengejar
Abnel, dan mengabaikan semua kesempatan lain untuk menang-
kap orang lain yang ditemuinya di jalan, di sebelah kanan dan di
sebelah kirinya. Matanya hanya tertuju pada Abner. Rancangan
itu berani, seandainya Asael par negotio – mampu melakukan pe-
kerjaannya. namun janganlah orang yang cepat bermegah dalam
kecepatannya, seperti juga orang yang kuat janganlah bermegah
dalam kekuatannya. Maka, magnis excidit ausis – ia pun binasa
dalam upaya yang terlalu besar baginya.
Kitab 2 Samuel 2:18-24
593
II. Betapa Abner bermurah hati dalam memberi tahu Asael tentang
bahaya yang dihadapi Asael dengan tindakannya itu. Abner me-
nasihati Asael untuk tidak menantang malapetaka (2Taw. 25:19).
1. Abner meminta Asael untuk berpuas diri dengan mangsa yang
lebih kecil saja (ay. 21): “Tangkaplah salah seorang dari orang-
orang muda itu, jarahlah dia dan jadikanlah dia tahananmu.
Tangkaplah orang yang mampu kautangkap, namun jangan
berlagak menyerang orang yang jauh lebih unggul daripada
kamu.” Berhikmatlah kita jika, dalam semua perseteruan, kita
membandingkan kekuatan kita sendiri dengan kekuatan se-
teru-seteru kita, dan berjaga-jaga supaya tidak menilai tinggi
diri kita sendiri, supaya jangan sampai pada akhirnya kita
terbukti sebagai musuh bagi diri kita sendiri (Luk. 14:31).
2. Abner memohon kepada Asael supaya Asel tidak mendesak
Abner hingga terpaksa membunuhnya untuk membela diri,
yang sangat enggan dilakukannya, namun yang harus ia laku-
kan daripada dibunuh oleh Asael (ay. 22). Abner, tampaknya,
mengasihi Yoab atau takut kepadanya. Sebab ia sangat enggan
membangkitkan amarah Yoab, yang pasti akan demikian jika
ia membunuh Asael. Sungguh terpuji jika pihak-pihak yang
bermusuhan menghormati satu sama lain seperti itu. Kepe-
dulian Abner tentang bagaimana ia harus memberikan per-
tanggungjawaban kepada Yoab memberikan alasan untuk
curiga bahwa ia benar-benar percaya Daud akan memperoleh
kerajaan pada akhirnya, sesuai dengan ketetapan ilahi. Dan
dengan begitu, dengan menentang Daud, ia bertindak mela-
wan hati nuraninya.
III. Betapa mematikannya kecerobohan Asael bagi dirinya sendiri. Ia
menolak untuk menyimpang, sebab menyangka bahwa Abner
berbicara dengan begitu sopan sebab takut kepadanya. namun
apa yang terjadi? Begitu Asael datang mendekat dari belakang,
Abner menghantam ke belakang dengan pukulan mematikan (ay.
23): Abner menusuk ke belakang ke perut Asael dengan tombak-
nya, dan Asael tidak sadar akan bahaya ini. Ini yaitu bagian
tombak yang tidak dikenal baik oleh Asael, dan tidak dipelajarinya
untuk berjaga-jaga. namun Abner, mungkin, sudah menggunakan
bagian itu sebelumnya, dan membunuh musuh dengannya, dan
594
kali ini ia juga berhasil melakukannya. Asael mati sesaat sebab
luka itu. Lihatlah di sini,
1. Betapa kematian sering kali mendatangi kita melalui jalan-
jalan yang paling tidak kita duga. Siapa yang takut dengan
tangan musuh yang sedang melarikan diri, atau dengan ujung
tombak? Namun dari hal-hal inilah Asael menerima lukanya
yang mematikan.
2. Betapa kita sering kali dikhianati oleh pencapaian-pencapaian
yang kita banggakan. Kecepatan Asael, yang begitu ia megah-
kan, tidak ada manfaatnya, malah justru mempercepat ajal-
nya. Dengan kecepatan itu ia berlari menyongsong kematian-
nya, dan bukannya berlari menjauh darinya. Kematian Asael
tidak hanya menyelamatkan Abner dari tangan Asael, namun
juga menghentikan sepenuhnya pengejaran sang penakluk itu,
dan memberi Abner waktu untuk memulihkan diri kembali.
Sebab, semua orang yang datang ke tempat itu berhenti di
sana. Hanya Yoab dan Abisai, bukannya berkecil hati, malah
menjadi geram sebab nya, dan mengejar Abner dengan ke-
marahan yang meluap-luap (ay. 24). Dan mereka pada akhir-
nya berhasil menyusul Abner kira-kita pada waktu matahari
terbenam, saat malam yang menjelang mengharuskan mere-
ka untuk beristirahat.
Permohonan Gencatan Senjata oleh Abner
(2:25-32)
25 berhimpunlah bani Benyamin di belakang Abner menjadi satu gabungan
dan bersiap-siap di puncak sebuah bukit. 26 Berserulah Abner kepada Yoab:
“Haruskah pedang makan terus-menerus? Tidak tahukah engkau, bahwa
kepahitan datang pada akhirnya? Berapa lama lagi engkau tidak mau menga-
takan kepada rakyat itu, supaya mereka berhenti memburu saudara-sau-
daranya?” 27 Jawab Yoab: “Demi Allah yang hidup, sekiranya engkau ber-
bicara tadi, maka tentulah sudah dari tadi pagi rakyat menarik diri dari
memburu saudara-saudaranya.” 28 Lalu Yoab meniup sangkakala dan selu-
ruh rakyat berhenti; mereka tidak lagi mengejar orang Israel dan tidak ber-
perang lagi. 29 Semalam-malaman Abner dan orang-orangnya berjalan mela-
lui Araba-Yordan, menyeberangi sungai Yordan, berjalan terus hampir sepan-
jang siang, lalu sampai ke Mahanaim. 30 saat Yoab berhenti memburu
Abner dan menghimpunkan seluruh rakyat, ternyata sembilan belas orang
dari anak buah Daud hilang termasuk Asael. 31 namun anak buah Daud me-
newaskan dari suku Benyamin, dari orang-orang Abner, tiga ratus enam
puluh orang. 32 Mereka mengangkat mayat Asael dan menguburkannya di
dalam kubur ayahnya yang di Betlehem. Kemudian berjalanlah Yoab dan
Kitab 2 Samuel 2:25-32
595
orang-orangnya semalam-malaman itu dan sampai ke Hebron, saat hari su-
dah terang.
Dalam perikop ini,
I. Abner, sebab sudah ditaklukkan, dengan hina memohon gencat-
an senjata. Ia mengumpulkan sisa-sisa pasukannya di puncak
sebuah bukit (ay. 25), seolah-olah ia akan maju berperang lagi,
namun malah memohon dengan rendah hati kepada Yoab untuk
memberikan sedikit waktu untuk bernapas (ay. 26). Orang yang
paling tergerak untuk maju berperang menjadi yang pertama yang
merasa cukup dengannya. Orang yang menjadikan pertumpahan
darah sebagai bahan lelucon, Biarlah orang-orang muda tampil
dan mengadakan pertandingan di depan kita (ay. 14), sekarang
merasa terguncang oleh pertumpahan darah, saat ia mendapati
dirinya berada di pihak yang kalah, dan pedang yang dihunusnya
dengan begitu enteng mengancam akan mengenai dirinya sendiri.
Amatilah bagaimana nada suaranya berubah. Dulu pertempuran
itu hanyalah bermain-main dengan pedang, sekarang, haruskah
pedang makan terus-menerus? Pedang itu hanya makan satu hari,
namun baginya terasa selama-lamanya, sebab pedang itu mela-
wannya. Dan betapa sekarang ia sangat ingin supaya matahari
tidak terbenam sebelum padam amarah. Sekarang ia dapat ber-
seru kepada Yoab sendiri tentang akibat-akibat yang menyeng-
sarakan dari perang saudara: Tidak tahukah engkau, bahwa
kepahitan datang pada akhirnya? Peristiwa itu akan direnungkan
kembali dengan penyesalan, saat segala sesuatunya diperhi-
tungkan. Sebab, siapa pun yang menang dalam perang saudara,
rakyatlah yang pasti kalah. Mungkin Abner merujuk pada kepa-
hitan yang ada di antara suku-suku Israel, pada akhir perang
mereka dengan suku Benyamin, saat mereka menangis pedih
atas segala kehancuran yang sudah mereka buat sendiri (Hak.
21:2). Sekarang ia memohon kepada Yoab untuk meniup sangka-
kala tanda berhenti, dan berseru bahwa mereka yaitu sesama
saudara, yang tidak boleh saling gigit dan saling lahap. Orang yang
pada pagi hari ingin membuat Yoab menyuruh rakyat untuk me-
nyerang saudara-saudaranya, sekarang ingin membuat Yoab me-
nyuruh mereka untuk meletakkan senjata mereka. Lihatlah di sini,
596
1. Betapa mudah orang menggunakan akal budi jika itu mendu-
kung mereka, sementara mereka tidak mau menggunakannya
jika itu melawan mereka. Seandainya Abner yaitu penakluk-
nya, pastilah ia tidak akan mengeluh tentang keserakahan pe-
dang dan kesengsaraan-kesengsaraan perang saudara. Tidak
pula ia akan berseru bahwa kedua belah pihak yaitu sesama
saudara. Akan namun , saat mendapati dirinya dikalahkan,
semua alasan ini dikumpulkan dan dimanfaatkan untuk men-
cari jalan mundur dan menyelamatkan pasukan-pasukannya
yang terpencar supaya tidak dibinasakan.
2. Bagaimana akhir dari segala sesuatu mengubah pikiran orang.
Hal yang sama yang tampak menyenangkan pada pagi hari,
tampak suram pada malam hari. Orang-orang yang paling ter-
gerak untuk memasuki pertikaian, mungkin akan menyesalinya
sebelum mereka selesai bertikai. Dan sebab itu lebih baik
undur sebelum perbantahan mulai, seperti yang dinasihatkan
Salomo. Hal ini juga benar mengenai setiap dosa. Oh, semoga
saja orang mau mempertimbangkannya sebelum terlambat!
Bahwa dosa akan menjadi kepahitan pada akhirnya. Dosa pada
akhirnya memagut seperti ular orang-orang yang disanjungnya.
II. Yoab, meskipun seorang penakluk, dengan murah hati mengabul-
kan permintaan Abner, dan meniup sangkakala tanda berhenti,
sebab ia mengenal baik pikiran tuannya dan betapa tuannya
membenci pertumpahan darah. Memang pantas bagi dia untuk
mengecam Abner atas hasratnya yang menggebu-gebu untuk ber-
tempur, dan menyalahkan Abner sebab sudah ada begitu banyak
pertumpahan darah (ay. 27): “Sekiranya engkau berbicara tadi,”
yaitu, “sekiranya engkau tidak memberi perintah untuk bertem-
pur, dan menyuruh orang-orang muda untuk tampil dan bertan-
ding di depan kita, maka tak seorang pun dari kita akan meng-
angkat tangan untuk saling hantam, atau menghunus pedang
untuk saling bunuh di antara kita. Engkau mengeluh bahwa
pedang memakan, namun siapa yang pertama-tama menghunus-
nya? Siapa yang memulai? Sekarang engkau ingin supaya rakyat
dipisahkan, namun ingat siapa yang menyuruh mereka untuk ber-
tempur. Kita seharusnya sudah menarik diri pada pagi hari sean-
dainya engkau tidak memberi tantangan.” Orang-orang yang pa-
ling tergerak untuk membuat kejahatan biasanya menjadi yang
Kitab 2 Samuel 2:25-32
597
pertama yang mengeluhkannya. Hal ini bisa saja dipakai untuk
membenarkan Yoab seandainya ia terus mendesakkan kemenang-
annya, dan membinasakan pasukan-pasukan Abner sehabis-ha-
bisnya. namun seperti orang yang mengasihani kesalahan musuh-
musuhnya, dan enggan membuat pasukan Israel membayar ma-
hal atas kebodohan panglima mereka, ia dengan sangat terhor-
mat, melalui bunyi sangkakala, menghentikan pengejaran itu (ay.
28) dan membiarkan Abner mundur teratur. Sungguh tindakan
yang penuh hikmat untuk mencegah pertumpahan darah. Sama
seperti para prajurit di sini sangat patuh terhadap perintah-perin-
tah sang panglima, demikian pula Yoab, tidak diragukan lagi, sa-
ngat taat juga dalam menjalankan perintah-perintah rajanya, yaitu
dalam mengusahakan kesejahteraan seluruh Israel, dan tidak ingin
menyakiti seorang pun.
III. Pasukan-pasukan itu dipisahkan, kedua-duanya menarik diri ke
tempat-tempat dari mana mereka datang, dan kedua-duanya
berjalan dengan berbaris pada malam hari, Abner ke Mahanaim,
di seberang sungai Yordan (ay. 29), dan Yoab ke Hebron, tempat
Daud berada (ay. 32). Orang-orang yang terbunuh dari kedua
belah pihak dihitung. Pada pihak Daud, hanya sembilan belas
orang yang hilang, selain Asael (ay. 30), yang lebih berharga
daripada semuanya. Sedangkan pada pihak Abner, ada tiga ratus
enam puluh orang yang terbunuh (ay. 31). Dalam perang-perang
saudara sebelumnya, pembantaian besar-besaran telah terjadi
(lih. Hak. 12:6, 20:44), dan pembantaian kali ini tidak ada apa-
apanya dibandingkan dengan semua perang saudara itu. Kiranya
orang Israel menjadi bertambah bijak dan lebih bisa menahan
diri. Pemakaman Asael disebutkan di sini. Yang lain dikuburkan
di medan pertempuran, namun Asael dibawa ke Betlehem, dan
dikuburkan di makam ayahnya (ay. 32). Demikianlah dibuat pem-
bedaan antara debu sebagian orang dan debu sebagian yang lain.
namun pada hari kebangkitan, tidak ada pembedaan yang akan
dibuat selain pembedaan antara orang saleh dan orang durhaka,
yang akan tetap untuk selama-lamanya.
PASAL 3
ertempuran antara Yoab dan Abner tidak mengakhiri perseteruan
antara kedua keluarga Saul dan Daud. namun dalam pasal ini
perseteruan itu sedang menuju kesudahannya. Dalam pasal ini
diceritakan tentang,
I. Bertambahnya pengaruh Daud secara perlahan-lahan (ay. 1).
II. Dibangunnya keluarga Daud (ay. 2-5).
III. Pertengkaran Abner dengan Isyboset, dan perjanjian Abner
dengan Daud (ay. 6-12).
IV. Langkah-langkah awal perjanjian diadakan (ay. 13-16).
V. Tindakan dan usaha Abner untuk membawa Israel kepada
Daud (ay. 17-21).
VI. Pembunuhan yang penuh pengkhianatan terhadap Abner
oleh Yoab, saat Abner sedang melakukan usahanya itu (ay.
22-27).
VII. Keprihatinan dan kesusahan Daud yang besar atas kematian
Abner (ay. 28-39).
Istri-istri dan Anak-anak Daud
(3:1-6)
1 Peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud berlarut-larut; Daud
kian lama kian kuat, sedang keluarga Saul kian lama kian lemah. 2 Di
Hebron lahirlah bagi Daud anak-anak lelaki. Anak sulungnya ialah Amnon,
dari Ahinoam, wanita Yizreel; 3 anaknya yang kedua ialah Kileab, dari
Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel; yang ketiga ialah Absalom, anak
dari Maakha, anak wanita Talmai raja Gesur; 4 yang keempat ialah
Adonia, anak dari Hagit; yang kelima ialah Sefaca, anak Abital; 5 dan yang
keenam ialah Yitream, dari Egla, isteri Daud. Semuanya ini dilahirkan bagi
Daud di Hebron. 6 Selama ada peperangan antara keluarga Saul dan keluarga
Daud, maka Abner makin mendapat pengaruh di antara keluarga Saul.
P
600
Dalam perikop ini diceritakan tentang,
I. Pergumulan yang dialami Daud dengan keluarga Saul sebelum ia
sepenuhnya menduduki takhta (ay. 1).
1. Kedua pihak bertikai. Keluarga Saul, meskipun terpenggal ke-
palanya dan menyusut, namun tidak mau jatuh begitu saja.
Tidak aneh bahwa perang pecah di antara mereka, namun orang
akan bertanya-tanya mengapa perang itu harus berlarut-larut,
saat keluarga Daud ada di pihak yang benar, dan sebab itu
ada Allah di pihaknya. Akan namun , meskipun kebenaran dan
keadilan akan menang pada akhirnya, Allah memperpanjang
perseteruan itu untuk tujuan-tujuan yang bijak dan kudus. Ber-
larut-larutnya perang ini menguji iman dan kesabaran Daud,
dan membuatnya semakin diterima rakyat saat ia naik takhta.
2. Pihak Daud semakin kokoh. Keluaga Saul kian lama kian
lemah, kehilangan tempat-tempat, kehilangan orang-orang,
tenggelam nama baiknya, semakin tidak berpengaruh, dan
gagal dalam setiap pertempuran. namun keluarga Daud kian
lama kian kuat. Banyak orang meninggalkan keluarga Saul
yang semakin merosot pengaruhnya, dan dengan bijak mulai
berpihak pada kepentingan Daud, sebab yakin bahwa ia pasti
akan menang. Perseteruan antara anugerah dan kebobrokan
dalam hati orang-orang percaya, yang dikuduskan hanya seba-
gian, cocok dibandingkan dengan perseteruan yang dicatat di
sini. Ada perang yang berlarut-larut di antara keduanya, ke-
inginan daging berlawanan dengan keinginan roh, dan keingin-
an roh berlawanan dengan keinginan daging. Akan namun ,
seiring diteruskannya karya pengudusan, maka kebobrokan,
seperti keluarga Saul, kian lama kian lemah. Sementara
anugerah, seperti keluarga Daud, kian lama kian kuat, sampai
ia menjadi manusia sempurna, dan hukum menjadi menang.
II. Pertambahan jumlah keluarga Daud sendiri. Dalam perikop ini
diceritakan tentang enam anak yang dimiliki Daud dari enam
orang istri, selama tujuh tahun ia memerintah di Hebron. Mung-
kin hal ini disebutkan di sini sebagai sesuatu yang memperkuat
pengaruh Daud. Setiap anak bertumbuh sejahtera dalam masya-
rakat yang aman, dan terpeliharanya mereka oleh Daud memberi
tanda segar kepada masyarakat bahwa mereka aman. Orang yang
Kitab 2 Samuel 3:1-6
601
tabung panahnya diisi dengan anak-anak panah ini akan berbicara
dengan musuhnya di pintu gerbang (Mzm. 127:5). Sama seperti
kematian anak-anak Saul memperlemah pengaruhnya, demikian
pula kelahiran anak-anak Daud memperkuat pengaruhnya.
1. yaitu kesalahan Daud bahwa ia mempunyai banyak istri
seperti itu, bertentangan dengan hukum Taurat (Ul. 17:17).
Dan itu merupakan contoh yang buruk bagi para penerusnya.
2. Tidak tampak bahwa selama tujuh tahun ini ia mempunyai
lebih dari satu anak dari tiap-tiap istrinya. Sebagian orang
bisa mempunyai keturunan yang sama banyaknya, dan men-
dapat kehormatan dan penghiburan yang jauh lebih besar,
dari satu istri.
3. Kita tidak membaca bahwa seorang pun dari anak-anak ini
menjadi ternama dan tiga di antaranya mendapat nama
buruk, yaitu Amnon, Absalom, dan Adonia. Oleh sebab itu,
beralasan bagi kita untuk bersukacita dengan gemetar dalam
bertambahnya anggota keluarga kita.
4. Anak laki-lakinya dari Abigail bernama Kileab (ay. 3), semen-
tara dalam 1 Tawarikh 3:1 ia disebut Daniel. Us