Tampilkan postingan dengan label samuel 11. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label samuel 11. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

samuel 11


 dalam jumlah yang genap diberikan merekalah semuanya itu ke-

pada raja, supaya Daud menjadi menantu raja. Kemudian Saul memberikan 

Mikhal, anaknya, kepadanya menjadi isterinya. 28 Lalu mengertilah Saul dan 

tahulah ia, bahwa TUHAN menyertai Daud, dan bahwa seluruh orang Israel 

mengasihi Daud. 29 Maka makin takutlah Saul kepada Daud. Saul tetap men-

jadi musuh Daud seumur hidupnya. 30 jika  raja-raja orang Filistin maju 

berperang, setiap kali mereka maju berperang, maka Daud lebih berhasil dari 

semua pegawai Saul, sehingga namanya sangat masyhur 

Sesungguhnya sekarang Saul tengah menyatakan perang terhadap 

Daud. Ia mengawalinya secara terang-terangan dengan melemparkan 

tombak kepadanya. Di sini dikisahkan bagaimana permusuhannya 


 348

itu berlanjut, dan bagaimana Daud menyambut serangan-serangan 

itu.  

I. Lihatlah bagaimana Saul mengutarakan kebenciannya terhadap 

Daud. 

1. Saul menjadi takut kepada Daud (ay. 12). Boleh jadi ia ber-

pura-pura takut bahwa Daud akan mendatangkan celaka ke 

atasnya, untuk memaksanya turun dari takhta. Orang-orang 

yang merancang kejahatan terhadap orang lain, biasanya ingin 

orang menyangka bahwa orang lainlah yang hendak men-

celakakan mereka. Namun, penghindaran diri Daud (ay. 11), 

merupakan bukti nyata bahwa ia sama sekali tidak mem-

punyai pikiran semacam itu. Walaupun begitu, Saul kagum 

terhadap Daud, seperti Herodes takut kepada Yohanes (Mrk. 

6:20). Saul menyadari bahwa ia telah kehilangan perkenan 

Allah, dan bahwa Daud memperolehnya. sebab  alasan inilah 

Saul takut kepadanya. Perhatikanlah, orang-orang yang diser-

tai Allah sesungguhnya hebat dan akan dihormati. Semakin 

Daud sangat berhasil, makin takutlah ia kepadanya (ay. 15, 

29). Orang mengira bahwa cara supaya ditakuti yaitu  dengan 

menakut-nakuti dan mengancam. Cara-cara seperti ini hanya 

akan membuat mereka ditakuti oleh orang bodoh belaka, 

namun  diremehkan oleh orang berhikmat dan baik. Padahal, 

cara supaya ditakuti dan disayangi, yaitu ditakuti oleh mereka 

yang hendak kita takuti, dan disayangi oleh mereka yang kita 

inginkan menjadi kesukaan bagi kita, yaitu  dengan memper-

hatikan hidup yang tidak bercela. Hikmat membuat wajah ber-

seri dan mendatangkan rasa hormat. 

2. Saul menjauhkan Daud dari istana, dan menempatkannya 

dalam pasukan di garis depan (ay. 13). Ia mengangkat Daud 

menjadi kepala pasukan seribu, supaya ia tidak dapat melihat-

nya lagi, sebab  ia benci melihatnya. Selain itu, supaya Daud 

tidak menarik perhatian kalangan istana. Namun, tindakan-

nya ini ternyata tidak bijaksana, sebab  justru memberi 

peluang kepada Daud untuk disenangi orang banyak, sehingga 

mereka mengasihi Daud (ay. 16), sebab  ia memimpin segala 

gerakan mereka, Ia memimpin semua urusan negerinya, baik 

di tengah masyarakat umum maupun di bidang ketentaraan, 

dan memuaskan hati semua orang. 

Kitab 1 Samuel 18:12-30 

 349 

3. Saul mendorong Daud supaya mencari kesempatan bertengkar 

dengan orang Filistin dan berperang dengan mereka (ay. 17). 

Secara tidak langsung Saul ingin mengatakan kepada Daud 

bahwa dengan cara itu Daud akan berjasa bagi rajanya.  Jadi-

lah bagiku seorang yang gagah perkasa, dan juga berjasa bagi 

Allah, lakukanlah perang TUHAN. Selain itu, mendatangkan 

kebaikan bagi Daud sendiri juga, sebab dengan demikian ia 

akan layak mendapat kehormatan yang dirancang Saul bagi-

nya, yaitu menikahi putri sulungnya. Anugerah ini memang 

pantas diterimanya berkat keberaniaannya membunuh Goliat, 

sebab hal ini telah dijanjikan kepadanya lewat maklumat, 

sebab  telah melakukan perbuatan yang sangat gagah berani 

(17:25). Namun, Daud begitu rendah hati sehingga ia tidak 

menuntut anugerah itu. Dan sekarang, saat  Saul mengemu-

kakannya, hal itu dimaksudkan untuk mendatangkan celaka 

atasnya, dengan menjerumuskannya ke dalam tindakan-tin-

dakan berbahaya. Dalam hatinya Saul berkata, biarlah ia dipukul 

oleh tangan orang Filistin. Ia berharap bahwa suatu waktu kelak 

Daud akan tewas. Namun, bagaimana ia bisa mengharapkan hal 

ini, padahal ia melihat bahwa Allah menyertai Daud? 

4. Saul berusaha sebisa-bisanya agar Daud terpancing dan me-

rasa tidak puas lalu memberontak, dengan cara mengingkari 

janjinya dan memberikan putrinya kepada orang lain, saat  

tiba saatnya wanita   itu seharusnya diberikan kepada 

Daud (ay. 19). Hal ini merupakan penghinaan besar yang bisa 

dilancarkannya terhadap Daud, sebab  berkaitan dengan 

kehormatan dan cintanya. Oleh sebab itu Saul berpikir bahwa 

kemarahan Daud atas kejadian itu akan meledak dalam 

bentuk tindakan tidak senonoh atau sejenisnya, baik melalui 

perkataan maupun perbuatan. Dengan demikian Saul berha-

rap memiliki alasan untuk menjatuhkan Daud melalui hukum. 

Demikianlah orang jahat berupaya mendatangkan celaka. 

5. saat  tujuannya tidak tercapai, Saul mengajukan putrinya 

yang lain, yang diam-diam jatuh cinta kepada Daud, ay. 20, 

namun dengan rencana agar putrinya itu menjadi jerat bagi 

Daud (ay. 21).  

(1) Mungkin Saul berharap bahwa sesudah menikah dengan 

Daud, putrinya itu bahkan akan turut ambil bagian dalam 

usaha ayahnya melawan sang suami, dan membuka ke-


 350

sempatan baginya untuk berbuat jahat terhadap Daud. 

Oleh sebab  itu, 

(2) Ia berharap syarat-syarat pernikahan itu akan mendatang-

kan kehancuran bagi Daud. Saul begitu bernafsu untuk 

membinasakan orang Filistin, sehingga mas kawin bagi 

pernikahan itu yaitu  supaya Daud membunuh seratus 

orang Filistin. Sebagai bukti bahwa orang-orang yang di-

bunuh Daud itu belum disunat, ia harus memotong kulit 

khatan mereka. Hal ini akan menjadi celaan yang pantas 

diterima orang Filistin yang membenci penyunatan sebagai 

ketetapan Allah. Dan Saul juga berharap, dengan melaku-

kan hal ini, Daud akan semakin menyakitkan hati orang 

Filistin dan membuat mereka menuntut balas terhadapnya. 

Inilah yang diinginkan dan direncanakan Saul, lebih dari 

menuntut balas atas orang Filistin: sebab  Saul bermaksud 

untuk menjatuhkan Daud dengan perantaraan orang Filistin 

(ay. 25). Amatilah di sini, 

[1] Betapa orang fasik menipu dirinya sendiri. Hati nurani 

Saul tidak membiarkan dia mengincar nyawa Daud, 

kecuali roh jahat menguasainya, sebab  bahkan dia 

sendiri pun merasa ngeri saat  memikirkan membu-

nuh orang yang begitu tulus dan hebat itu. Namun, ia 

pikirnya, dengan sengaja menjerumuskan Daud ke 

tangan orang Filistin bukanlah hal yang jahat. Jangan-

lah tanganku memukul dia, namun  biarlah ia dipukul oleh 

tangan orang Filistin. Padahal, di mata Allah, rencana 

jahat terhadap Daud itu sama saja dengan membunuh 

dengan tangannya sendiri. 

[2] Betapa orang fasik menipu dunia. Saul berpura-pura 

berbuat sangat baik kepada Daud, padahal sebenarnya 

ia bertujuan menghancurkannya, dan sesungguhnya 

merencanakan hal itu dengan diam-diam: Engkau boleh 

menjadi menantuku, katanya (ay. 21), meskipun ia 

sangat membenci Daud. Mungkin Daud merujuk pada 

hal ini saat  ia menyebut musuhnya sebagai orang 

yang kata-katanya lebih licin dari mentega, padahal ia 

berniat menyerang (Mzm. 55:22). Mungkin Saul menyu-

ruh para pegawainya untuk membujuk Daud agar ber-

sedia dijodohkan dengan Mikhal, putrinya (ay. 22), 

Kitab 1 Samuel 18:12-30 

 351 

sebab  ia khawatir Daud akan menolak usulan itu, 

sebab  Saul sebelumnya telah berbuat curang kepada 

Daud berkaitan dengan pernikahan putri sulungnya (ay. 

19), atau sebab  sulitnya persyaratan yang diajukannya 

sekarang untuk meminang putrinya. 

II. Lihatlah bagaimana perilaku Daud saat  rasa tidak senang Saul 

terhadapnya melambung begitu tingginya.  

1. Daud berhasil di segala perjalanannya. Ia merasakan kecem-

buruan Saul terhadap dirinya, dan ini membuatnya waspada 

serta sangat berhati-hati dalam segala sesuatu yang dikatakan 

dan dilakukannya. Ia berhati-hati agar tidak menyakiti hati 

Saul. Ia tidak mengeluh tentang tambahan tugas yaitu menjadi 

kepala pasukan, namun  menangani semua urusan yang diper-

cayakan kepadanya itu sebagai orang yang giat melayani raja 

dan negerinya. Ia menganggap hal itu sebagai tujuan untuk 

meningkatkan kedudukannya. Lalu, TUHAN menyertai dia dan 

memberinya keberhasilan dalam segala pekerjaannya. Walau-

pun ia dibenci Saul sebab  sikap itu, ia justru mendapatkan 

perkenan Allah. Bandingkan hal ini dengan Mazmur 101:2. 

Daud berjanji, Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak 

bercela dan berdoa, Bilakah Engkau datang kepadaku? Di sini 

Allah menjawab doa itu: TUHAN menyertai dia. Meskipun 

ketidakberuntungan tampaknya selalu lebih menyukai orang 

bodoh, namun Allah akan mengakui dan memberkati orang-

orang yang memperhatikan hidup yang tidak bercela. 

2. saat  ditawarkan kepada Daud untuk menjadi menantu raja, 

ia kembali menerima tawaran itu dengan sopan dan rendah 

hati. saat  Saul menawarkan putri sulungnya kepadanya (ay. 

18), Daud berkata, Siapakah aku dan siapakah sanak sau-

daraku? saat  pegawai Saul menawarkan putri yang lebih 

muda, Daud tidak mengungkit-ungkit penghinaan yang telah 

ditimpakan Saul atasnya dengan mengambil putri sulungnya 

itu dari dia. Sebaliknya, pendapatnya tidak berubah (ay. 23): 

Perkara ringankah pada pemandanganmu menjadi menantu 

raja? Bukankah aku seorang yang miskin dan rendah? Ia tahu 

bahwa Mikhal mencintainya, namun ia tidak mau berusaha 

mendapatkan kasih sayang wanita   itu tanpa persetujuan 


 352

sang ayah, sehingga lebih memilih untuk menunggu sampai 

dijodohkan. Kemudian lihatlah, 

(1) Betapa tinggi penilaiannya terhadap kehormatan yang di-

tawarkan kepadanya itu: menjadi menantu raja. Walaupun 

rajanya hanyalah orang yang baru menduduki takhta, yang 

asal usulnya juga sama rendahnya seperti dia, serta yang 

kepemimpinannya tidak sebaik seharusnya, namun, kare-

na ia mengenakan mahkota di kepalanya, Daud menyan-

jung sang raja dan keluarga kerajaan dengan hormat seper-

ti seharusnya. Perhatikanlah, agama sama sekali tidak 

mengajar kita untuk bersikap kasar dan tidak sopan, 

sehingga tidak memperbolehkan kita bersikap demikian. 

Kita harus memberikan hormat kepada orang yang berhak 

menerima hormat.  

(2) Betapa dengan rendah hati ia berbicara tentang dirinya 

sendiri: Siapakah aku? Kata-kata ini tidak timbul dari roh 

yang rendah, hina, atau pengecut, sebab  setiap kali mem-

peroleh kesempatan, ia memperlihatkan sikap hormat yang 

mendalam seperti kebanyakan orang. Hal itu juga tidak 

timbul dari kewaspadaan tinggi terhadap Saul, meskipun ia 

mempunyai cukup alasan untuk takut terhadap ular yang 

bersembunyi di bawah rumput hijau. Sebaliknya, hal itu 

timbul dari sikapnya yang tulus dan rendah hati: Siapakah 

aku? Bukankah aku seorang yang miskin dan rendah? 

Sama seperti orang lain, Daud mempunyai alasan kuat 

untuk menilai diri sendiri. Ia yaitu  keturunan Yehuda 

dahulu kala yang terhormat, orang yang menarik, seorang 

negarawan dan prajurit perkasa. Pencapaiannya sungguh 

hebat, sebab ia telah berhasil memenangkan kepala Goliat 

dan hati Mikhal. Ia tahu bahwa dirinya telah ditetapkan 

melalui rancangan ilahi untuk menduduki takhta Israel, 

namun tetap berkata, Siapakah aku dan siapakah sanak 

saudaraku? Perhatikanlah, seberapa tinggi pun Allah 

mengangkat kita, sudah sepatutnya kita senantiasa ber-

pikir merendah tentang diri sendiri. Barangsiapa meren-

dahkan diri, ia akan ditinggikan. Dan, jika  Daud saja 

begitu memandang tinggi kehormatan menjadi menantu 

raja, betapa kita harus memandang tinggi kehormatan men-

jadi anak, bukan secara hukum melainkan melalui Injil, dari 

Kitab 1 Samuel 18:12-30 

 353 

Raja segala raja! Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dika-

runiakan Bapa kepada kita! Siapa gerangan kita sehingga 

dimuliakan sebegitu rupa? 

3. Sesudah berhasil membunuh seratus orang Filistin, Daud pun 

bersedia menikahi putri Saul (ay. 26): maka setujulah Daud 

menjadi menantu raja berdasar  kesepakatan itu. Sebelum 

waktu yang diberikan kepadanya untuk melaksanakan hal itu 

berakhir, Daud melipatgandakan tuntutan persyaratan Saul 

itu, dan membunuh dua ratus orang Filistin (ay. 27). Seperti-

nya ia tidak merasa curiga bahwa Saul merencanakan celaka 

terhadap dirinya melalui tuntutan itu (walaupun ia mempu-

nyai cukup alasan untuk berpikir demikian). Sebaliknya, ia 

lebih suka bersikap seolah-olah Saul berencana mendatang-

kan kehormatan bagi dirinya, sehingga dengan riang hati ia 

melaksanakannya, seperti yang seharusnya diperbuat seorang 

prajurit yang gagah berani dan kekasih sejati, walaupun kita 

bisa saja merasa hal ini membuat khawatir Mikhal. Dalam 

keberhasilan ini, Daud juga mendapati hal yang sama seperti 

sebelumnya, 

(1) Keyakinan tinggi terhadap perlindungan ilahi. Ia tahu Allah 

menyertainya, dan oleh sebab  itu, apa pun yang diharap-

kan Saul, Daud tidak takut akan dikalahkan oleh orang 

Filistin, meskipun ia harus mempertaruhkan diri dalam 

pada pekerjaan yang sangat berbahaya ini. 

(2) Semangat tinggi demi kebaikan negerinya. Ia tidak akan 

menolak setiap kesempatan untuk berjasa bagi negerinya, 

meskipun hal ini membahayakan nyawanya. 

(3) Gagasan yang benar perihal kehormatan, yang tidak ter-

letak dalam jabatan tinggi, namun  dalam melayani sesama. 

Daud senang menjadi menantu raja, saat mendapati bahwa 

kehormatan itu harus dicapainya dengan membayar sangat 

mahal. namun  ia lebih mencemaskan bagaimana jasa yang 

harus diberikannya daripada memperolehnya. Ia juga tidak 

akan puas menerima kehormatan itu sampai ia berhasil 

memenangkannya. 

4. Bahkan sesudah menikah pun ia terus berjasa bagi Israel. 

saat  raja-raja orang Filistin mulai bergerak menuju pertem-

puran lain, Daud siap melawan mereka, dan lebih berhasil dari 


 354

semua pegawai Saul (ay. 30). Hukum Taurat mencegah orang 

maju berperang selama satu tahun sesudah mereka menikah 

(Ul. 24:5), tapi Daud terlampau mencintai negerinya untuk 

memanfaatkan pengecualian itu. Banyak orang yang mengejar 

peningkatan martabat dan telah dengan berani melayani ma-

syarakat, berhenti melayani begitu mereka telah mencapai tu-

juan mereka. Sebaliknya, Daud bertindak melebihi asas kemu-

rahan hati.   

III. Amatilah bagaimana Allah mendatangkan kebaikan kepada Daud 

melalui rencana jahat Saul terhadapnya. 

1. Saul memberikan putrinya kepada Daud supaya menjadi jerat 

baginya. Namun, dalam hal ini, pernikahan itu justru menjadi 

kebaikan baginya. Dengan menjadi menantu Saul, kedudukan 

Daud sebagai pengganti Saul tampak lebih wajar, terutama 

saat  begitu banyak putra Saul terbunuh bersamanya (31:2). 

2. Saul mengira bahwa dengan menempatkan Daud di tugas-

tugas berbahaya, ia akan tersingkirkan. Sebaliknya, hal itu 

justru membuat Daud lebih disayangi rakyat. Semakin besar 

perlawanannya terhadap orang Filistin, semakin mereka me-

ngasihinya, sehingga namanya sangat masyhur (ay. 30). Hal 

ini akan membuat Daud lebih mudah menduduki takhta. 

Demikianlah Allah membalikkan kemarahan manusia menjadi 

puji-pujian bagi-Nya, sehingga memenuhi rancangan-Nya yang 

membawa kebaikan bagi umat-Nya melalui kemarahan itu. 

 

 

PASAL 19  

egera seusai pernikahan Daud, suatu peristiwa yang diharapkan 

mampu membangkitkan kasih Saul terhadap Daud, kita justru 

temukan masalah-masalah malah menimpa Daud lebih cepat dari-

pada sebelumnya, dan kebencian Saul kepadanyalah yang menjadi 

akar semua ini. Meski Saul menyatakan sumpah bahwa Daud harus 

mati, pada bagian ini kita membaca tentang empat hal baik yang 

memampukan Daud lolos dari pedang mematikan Saul: yang pertama 

melalui perantaraan Yonatan (ay. 1-7), kedua melalui kegesitan Daud 

sendiri (ay. 8-10), ketiga melalui kesetiaan Mikhal (ay. 11-17), 

keempat melalui perlindungan Samuel, dan di situ terjadi perubahan 

di dalam diri Saul (ay. 18-24). Demikianlah Allah punya banyak cara 

untuk menyelamatkan umat-Nya. Penyelenggaraan Allah tidak per-

nah kehabisan akal. 

Kecemburuan Saul akan Daud;  

Pembelaan Yonatan terhadap Daud  

(19:1-7)  

1 Saul mengatakan kepada Yonatan, anaknya, dan kepada semua pegawai-

nya, bahwa Daud harus dibunuh. namun  Yonatan, anak Saul, sangat suka 

kepada Daud, 2 sehingga Yonatan memberitahukan kepada Daud: “Ayahku 

Saul berikhtiar untuk membunuh engkau; oleh sebab itu, hati-hatilah besok 

pagi, duduklah di suatu tempat perlindungan dan bersembunyilah di sana.  

3 Aku akan keluar dan berdiri di sisi ayahku di padang tempatmu itu. Maka 

aku akan berbicara dengan ayahku perihalmu; aku akan melihat bagaimana 

keadaannya, lalu memberitahukannya kepadamu.” 4 Lalu Yonatan mengata-

kan yang baik tentang Daud kepada Saul, ayahnya, katanya: “Janganlah raja 

berbuat dosa terhadap Daud, hambanya, sebab ia tidak berbuat dosa terha-

dapmu; bukankah apa yang diperbuatnya sangat baik bagimu! 5 Ia telah 

mempertaruhkan nyawanya dan telah mengalahkan orang Filistin itu, dan 

TUHAN telah memberikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel. 

Engkau sudah melihatnya dan bersukacita sebab nya. Mengapa engkau hen-


 356

dak berbuat dosa terhadap darah orang yang tidak bersalah dengan membu-

nuh Daud tanpa alasan?” 6 Saul mendengarkan perkataan Yonatan dan Saul 

bersumpah: “Demi TUHAN yang hidup, ia tidak akan dibunuh.” 7 Lalu 

Yonatan memanggil Daud dan Yonatan memberitahukan kepadanya segala 

perkataan itu. Yonatan membawa Daud kepada Saul dan ia bekerja padanya 

seperti dahulu. 

Saul dan Yonatan tampil pada bagian ini dengan perangai yang saling 

bertolak belakang perihal Daud. 

I. Tidak pernah ada seteru yang tanpa alasan yang jelas bertindak 

sekeji Saul. Ia berbicara kepada anak laki-lakinya serta kepada 

semua hambanya bahwa Daud harus dibunuh (ay. 1). Rencananya 

menghabisi Daud telah gagal, sehingga ia pun menyatakan Daud 

sebagai seorang penjahat, lalu memerintahkan semua orang 

dekatnya, dengan bersumpah setia, untuk membunuh Daud 

begitu ada kesempatan. Sungguh aneh bahwa Saul tidak merasa 

malu untuk menyatakan kebenciannya secara terbuka seperti ini, 

padahal ia sama sekali tidak punya alasan untuk bertindak se-

perti demikian, dan meski ia tahu bahwa semua hambanya me-

ngasihi Daud, seperti dikatakannya sendiri (18:22). Ia tidak me-

rasa takut kalau perintahnya untuk membunuh Daud itu malah 

akan memancing mereka memberontak. Bisa saja kebencian, 

pada waktu itu, belum dicemari urusan politik, atau pun keadilan 

belum serusak seperti pada masa sesudah nya, sebab  jika tidak, 

tentu Saul sudah berhasil menjadikan Daud sebagai terdakwa, 

lalu menyogok sejumlah saksi untuk memberi kesaksian palsu 

tentang khianat Daud kepada Saul, dan dengan demikian, ia pun 

pasti sudah berhasil menghabisi Daud, seperti halnya Nabot 

dihabisi oleh permainan hukum. Akan namun , kebencian yang 

diungkapkan terang-terangan ini hanya memunculkan bahaya 

yang sangat kecil. Sungguh aneh bahwa Saul, yang tahu persis 

betapa Yonatan mengasihi Daud, dapat berharap bahwa anak 

laki-lakinya itu akan tega membunuh Daud. Saul tampaknya 

mempunyai anggapan, bahwa sebab  Yonatan merupakan pewa-

ris takhta kerajaan, maka ia pasti memendam rasa benci kepada 

Daud yang sama besar dengan kebenciannya. Namun demikian, 

penyelenggaraan Allah telah mengaturnya sedemikian rupa se-

hingga Yonatan menjadi pelindung nyawa Daud. 

Kitab 1 Samuel 19:1-7 

 357 

II. Tidak pernah ada sahabat yang seluhur Yonatan. Sahabat di kala 

susah yaitu  sungguh sahabat yang sejati. Demikianlah Yonatan 

bagi Daud. Tidak hanya ia terus-menerus mengasihi Daud, meski 

kemuliaan sahabatnya itu jauh melampaui dirinya, ia juga tampil 

gagah berani demi Daud di tengah arus yang sungguh kuat mela-

wan diri Daud pada saat itu. 

1. Yonatan peduli akan keamanan nyawa Daud dengan memberi-

tahunya tentang bahaya yang akan menimpa dirinya (ay. 2): 

“Hati-hatilah, dan menjauhlah dari bahaya.” Yonatan men-

duga, kalau-kalau ada sejumlah hamba pegawai istana yang, 

sebab  begitu tunduk kepada Saul atau begitu dengki kepada 

Daud, bersedia melaksanakan perintah hukuman mati yang 

dikumandangkan Saul, andai saja mereka berhasil menciduk 

Daud. 

2. Yonatan berjuang keras melunakkan hati ayahnya demi men-

damaikannya dengan Daud. Keesokan pagi, Yonatan menemui 

Saul untuk berbicara dengannya perihal Daud (ay. 3), bukan 

pada malam itu, sebab  mungkin ia mengamati Saul sedang 

mabuk, sehingga tidak bisa diajak bicara, atau sebab  ia ber-

harap bahwa, jika  Saul telah membawa perkara itu dalam 

tidurnya, maka ayahnya itu akan menarik perintah ini . 

Atau mungkin juga sebab  ia semata-mata tidak punya kesem-

patan berbicara dengan ayahnya sampai pada keesokan pagi-

nya. 

(1) Pembelaannya bagi Daud dilakukan dengan penuh kehati-

hatian. Yonatan bertutur dengan lemah lembut dan penuh 

hikmat. Ia menunjukkan dirinya setia kepada sahabatnya 

itu dengan membicarakan tentang kebaikan dirinya, meski-

pun ia berisiko memancing murka ayahnya dengan per-

buatannya itu. Sungguh, tindakan Yonatan menjadi bukti 

sebuah persahabatan yang sungguh bernilai namun  jarang 

dijumpai! Yonatan memohon pertimbangan ayahnya akan, 

[1] Bakti Daud yang begitu baik bagi rakyat, dan khusus-

nya bagi Saul: Apa yang diperbuatnya sangat baik 

bagimu! (ay. 4). Saksikan kelegaan yang telah dikerja-

kan Daud bagi Saul di tengah kesakitannya melalui 

permainan kecapinya. Ingat juga pertempurannya yang 

gagah berani melawan Goliat, tindakan yang tidak akan 


 358

terlupakan itu, yang sejatinya telah menyelamatkan 

nyawa serta kerajaan Saul. Yonatan memohon kepada 

Saul dengan berkata: Engkau sudah melihatnya dan 

bersukacita sebab nya. Dalam perkara itu dan perkara 

lain, tampak jelas bahwa Daud merupakan kesayangan 

Sorga dan sahabat Israel, serta seorang hamba yang 

baik bagi Saul, sebab  melalui Daud, Tuhan telah mem-

berikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel. 

Maka dari itu, perintah untuk membunuh Daud bukan 

hanya menunjukkan kehinaan sikap tidak tahu ber-

terima kasih kepada seorang hamba yang sangat baik, 

namun  juga merupakan penghinaan besar terhadap Allah 

serta kerugian besar bagi masyarakat. 

[2] Yonatan membela ketidakbersalahan Daud. Meski Daud 

sebelumnya telah banyak kali melakukan kebaikan 

besar, namun  jika  ia kini layak didakwa oleh suatu 

kejahatan, maka persoalannya menjadi lain. Akan te-

tapi, ia tidak berbuat dosa terhadapmu (ay. 4), darahnya 

yaitu  darah orang yang tidak bersalah (ay. 5), dan, 

jika  ia dibunuh, maka perbuatan itu dilakukan 

tanpa sebab yang jelas. Lebih lanjut, Yonatan bersikeras 

menantang gagasan ini , sebab  ia tidak mau men-

datangkan atas keluarganya sesuatu yang lebih besar 

daripada rasa bersalah atas darah orang yang tidak 

bersalah.  

(2) Pembelaan Yonatan, sebab  dilakukan dengan penuh ke-

hati-hatian, mendatangkan keberhasilan. Allah mencon-

dongkan hati Saul untuk memperhatikan suara Yonatan. 

Perhatikanlah, kita harus bersedia memberi telinga kepada 

alasan yang masuk akal dan juga menerima segala teguran 

dan nasihat yang baik bahkan dari bawahan kita, begitu 

pula orangtua dari anak-anak mereka. Alangkah berkuasa-

nya kata-kata yang benar! Untuk saat ini, Saul dapat 

diyakinkan akan kebenciannya kepada Daud yang tidak 

masuk akal, sehingga, 

[1] Saul pun menarik perintahnya untuk membunuh Daud 

(ay. 6): Demi Tuhan yang hidup, ia tidak akan dibunuh. 

Tidak jelas di sini apakah Saul bersumpah dengan

Kitab 1 Samuel 19:8-10 

 359 

 sungguh-sungguh atau tidak. Mungkin Saul benar ber-

sumpah dengan sungguh-sungguh, dan betul bahwa 

duduk perkara serta ketidakjelasan perkara itu layak 

dan harus ditanggapi dengan sikap demikian. Namun, 

pada kesempatan lain sebelum ini pun Saul telah ber-

sumpah dengan gegabah dan tidak senonoh, dan ini 

membuat ketulusan sumpahnya kali ini patut diper-

tanyakan. Sebab, orang yang dapat bertindak begitu 

jauh hingga mempermainkan sumpahnya sendiri dan 

menjadikannya olok-olokan, melacurkannya sedemikian 

rupa sehingga menjadi suatu canda gurau, layak dicuri-

gai bahwa mereka tidak punya rasa tanggung jawab 

atas sumpahnya itu. sebab  itu, saat  mereka harus 

melaksanakan sumpahnya ini , mereka akan mela-

curkannya menjadi suatu kebohongan. Beberapa orang 

mencurigai bahwa Saul mengucapkan dan mengikrar-

kan sumpah ini dengan rancangan jahat untuk mem-

bawa Daud kembali berada dalam jangkauannya, dan ia 

berniat menghabisinya begitu kesempatan itu tiba. 

Akan namun , seburuk-buruknya Saul, rasanya kita tidak 

dapat berpikir sedemikian keji tentangnya. Jadi, dapat 

kita anggap, bahwa betul Saul berbicara dengan tulus 

pada saat itu, meski pendirian ini pun segera luntur, 

dan kerusakan moralnya pun kembali berkuasa dan 

merajalela atas keteguhan hatinya.  

[2] Saul kembali mengaruniakan tempat bagi Daud di da-

lam lingkup kerajaan. Yonatan membawa Daud kepada 

Saul, dan ia bekerja padanya seperti dahulu (ay. 7), 

dengan berharap kiranya sekarang badai telah berlalu, 

dan semoga sahabatnya Yonatan terus membantu men-

jaga pikiran ayahnya tetap waras. 

Daud Melarikan Diri dari Saul 

(19:8-10)  

8 saat  perang pecah pula, maka majulah Daud dan berperang melawan 

orang Filistin; ia menimbulkan kekalahan besar di antara mereka, sehingga 

mereka melarikan diri dari depannya. 9 namun  roh jahat yang dari pada 

TUHAN hinggap pada Saul, saat  ia duduk di rumahnya, dengan tombaknya 

di tangannya; dan Daud sedang main kecapi. 10 Lalu Saul berikhtiar menan-


 360

capkan Daud ke dinding dengan tombaknya, namun  Daud mengelakkan 

tikaman Saul, sehingga Saul mengenai dinding dengan tombak itu. Sesudah 

itu Daud melarikan diri dan luputlah ia pada malam itu. 

Pada perikop ini, 

I. Daud melanjutkan pelayanannya yang luhur bagi raja dan negeri-

nya. Meski Saul membalas kebaikannya dengan kejahatan, bah-

kan sekalipun pekerjaan baiknya menjadi penyebab utama ke-

dengkian Saul terhadap dirinya, Daud tetap teguh untuk tidak 

tenggelam di dalam rasa murung atau menarik diri dari melayani 

rakyat. Oleh sebab  itu, orang yang tidak dihargai, meski telah 

berbuat baik, tidak boleh jemu-jemu berbuat baik, dengan meng-

ingat bahwa Bapa Sorgawi kita memberkati dengan limpah, bah-

kan kepada yang bengis dan tidak tahu berterima kasih. Tanpa 

menghiraukan banyaknya penghinaan yang telah dilontarkan 

Saul terhadap Daud, kita menemukan bahwa Daud, 

1. Tetap gagah berani seperti sebelumnya dalam mempergunakan 

pedangnya demi melayani negerinya (ay. 8). Perang kembali 

pecah melawan orang Filistin, dan ini memberi kesempatan 

bagi dirinya untuk membuat namanya harum kembali. Ia me-

nyerang mereka dengan sungguh berani dan berhasil meraih 

kemenangan dengan membinasakan banyak orang Filistin dan 

membuat lainnya melarikan diri. 

2. Tetap penuh sukacita seperti sebelumnya dalam bermain ke-

capi demi melayani rajanya. Pada waktu Saul terganggu pikir-

annya seperti yang sudah-sudah, Daud bermain kecapi (ay. 9). 

Daud bisa saja berkata bahwa pekerjaannya ini sekarang 

sudah terlampau rendah baginya. Akan namun , seorang yang 

rendah hati akan berpandangan bahwa tidak ada apa pun 

yang terlalu rendah untuk dilakukannya jika  itu menda-

tangkan kebaikan. Daud bisa saja menolak atas dasar bahaya 

yang menimpanya saat  terakhir kali ia bermain kecapi bagi 

Saul (18:10). Akan namun , ia telah belajar membalas kejahatan 

dengan kebaikan, dan mempercayakan keamanan dirinya ke-

pada Allah di dalam menjalankan tanggung jawabnya. Lihatlah 

bagaimana Daud merasa tersiksa saat  musuhnya menderita 

sakit (Mzm. 35:13-14), yang mungkin mengacu kepada kesakit-

an yang diderita Saul.  

Kitab 1 Samuel 19:8-10 

 361 

II. Saul melanjutkan kejahatannya terhadap Daud. Orang ini, yang 

pada hari sebelumnya telah bersumpah demi Sang Penciptanya 

bahwa Daud tidak akan dibunuh, kini bergiat untuk membunuh 

Daud dengan tangannya sendiri. Sungguh keras kepala dan 

sungguh tidak tersembuhkan kebencian sang ular terhadap 

wanita   itu, sungguh licik dan biadab hati manusia tanpa 

kasih karunia Allah (Yer. 17:9). Kehormatan yang baru saja di-

menangkan Daud di dalam perang terakhirnya melawan orang 

Filistin, bukannya memadamkan rencana jahat Saul kepadanya, 

dan menegaskan rasa damai antara keduanya, malah membang-

kitkan kembali rasa iri hati Saul serta semakin membuatnya 

gusar. Dan saat  Saul menuruti nafsu jahat ini, tidak heran 

kalau roh jahat hinggap pada dirinya (ay. 9), sebab  saat  kita 

membiarkan matahari terbenam sebelum padam amarah kita, kita 

memberi kesempatan kepada Iblis (Ef. 4:26-27), kita memberinya 

ruang dan mengundangnya hadir. Kegelisahan pikiran, meski 

diperparah lebih lanjut oleh kuasa Setan, umumnya berasal dari 

dosa serta kebodohan manusia sendiri. Ketakutan serta kecem-

buruan Saul menjadikan dirinya siksaan bagi dirinya sendiri, 

sehingga ia tidak dapat duduk di rumahnya tanpa ada tombak di 

tangannya, dengan dalih untuk melindungi nyawanya, padahal ia 

berniat menghabisi Daud. Saul berikhtiar menancapkan Daud ke 

dinding dengan berlari ke arahnya sedemikian ganas, sampai-

sampai menembus dinding dengan tombak itu (ay. 10). Begitu 

kuatnya kuasa Iblis di dalam dirinya, begitu dahsyatnya murka 

serta nafsunya. Mungkin Saul berpikir, jika ia membunuh Daud 

pada saat ini, ia mungkin dapat dimaafkan oleh Allah dan manu-

sia sebab  berada dalam keadaan non compos mentis – tidak ber-

pikir waras, dan gangguan yang menimpa dirinya dapat dijadikan 

kambing hitam atas perbuatannya itu. Akan namun , meski manu-

sia dapat diperdaya oleh kepura-puraan, Allah tidak dapat dikela-

bui. 

III. Allah terus memelihara Daud dan menjaga nyawanya. Tikaman 

Saul meleset. Daud terlalu gesit baginya. Ia segera melarikan diri, 

dan melalui pemeliharaan Allah yang baik, ia berhasil luput pada 

malam itu. Daud kerap kali mengacu kepada pemeliharaan Allah 

ini, di antara pemeliharaan-Nya pada kesempatan lain, di dalam 

mazmur yang digubahnya, saat  ia berbicara tentang Allah yang 


 362

menjadi baginya perisai dan pagar tembok, bukit batu dan kubu 

pertahanan, dan meluputkan dia dari pada maut. 

Daud Melarikan Diri dari Saul  

(19:11-17) 

11 Kemudian Saul mengirim orang-orang suruhan ke rumah Daud untuk 

mengamat-amatinya dan untuk membunuh dia pada waktu pagi. namun  

Mikhal, isteri Daud, memberitahukan kepadanya, demikian: “Jika engkau 

tidak dapat meluputkan dirimu malam ini, maka besok engkau akan dibu-

nuh.” 12 Lalu Mikhal menurunkan Daud dari jendela, ia pergi melarikan diri 

dan luputlah ia. 13 Sesudah itu Mikhal mengambil terafim dan menaruhnya 

di tempat tidur; ditaruhnya sehelai tenunan bulu kambing di bagian kepala 

dan ditutupinya dengan selimut. 14 Lalu Saul mengirim orang-orang suruhan 

untuk mengambil Daud, namun  wanita   itu berkata: “Ia sakit.” 15 Sesudah 

itu Saul mengirim orang-orang suruhan itu untuk melihat Daud, katanya: 

“Bawalah dia di atas tempat tidur itu ke mari, supaya ia dibunuh.” 16 Lalu 

masuklah para suruhan itu ke dalam, dan tampaklah ada terafim di tempat 

tidur dengan sehelai tenunan bulu kambing di bagian kepala. 17 Berkatalah 

Saul kepada Mikhal: “Mengapa engkau menipu aku demikian itu dan melepas 

musuhku pergi, sehingga ia luput?” namun  jawab Mikhal kepada Saul: “Ia ber-

kata kepadaku: Biarkanlah aku pergi, apa perlunya aku membunuh engkau?” 

Inilah, 

I. Rancangan jahat Saul lebih lanjut terhadap Daud. sesudah  Daud 

berhasil luput dari tikaman tombaknya, dan tampaknya langsung 

kembali ke rumahnya sendiri, seperti yang memang dilakukan-

nya, Saul mengirim beberapa pengawalnya membuntuti Daud 

untuk menunggu di muka pintu rumahnya, untuk membunuhnya 

pada waktu pagi sesudah  ia bangun (ay. 11). Sejarawan Yahudi 

Yosefus berpendapat bahwa Saul berencana menangkap Daud 

dan bergegas menyeretnya ke muka pengadilan yang telah di-

perintahkannya untuk memutuskan Daud bersalah dan meng-

hukum mati dirinya sebagai seorang pengkhianat. Akan namun , 

pada bagian ini, kepada kita dikisahkan bahwa orang-orang 

suruhan Saul diberi mandat untuk menangani Daud lebih cepat: 

mereka diperintahkan untuk membunuh dia. Layaklah bagi Daud 

untuk mengeluh bahwa musuh-musuhnya yaitu  penumpah-

penumpah darah, seperti yang dikatakannya di dalam mazmur 

yang digubahnya pada saat itu, untuk mengingat peristiwa ini 

(Mzm. 59), yaitu saat  Saul mengirim orang-orang ini  untuk 

mengawasi rumahnya dan membunuhnya (lih. Mzm. 59:3-4, 8).

Kitab 1 Samuel 19:11-17 

 363 

 Ia mengeluh bahwa mereka menyindir dengan mulutnya (KJV: 

pedang ada di bibir mereka). 

II. Kelepasan Daud yang luar biasa dari bahaya ini. Mikhal, yang 

telah diberikan Saul kepadanya untuk menjadi jerat baginya, ber-

peran di dalam kelepasan ini , dan terbukti menjadi pelin-

dung serta penolong bagi Daud. Iblis memang kerap kali tertem-

bak oleh anak panah yang melesat dari busurnya sendiri. Tidak 

dituliskan di sini bagaimana Mikhal dapat mengetahui tentang 

bahaya yang mengintai suaminya. Mungkin ia menerima kabar 

yang dikirimkan kepadanya dari istana, atau dia sendiri awas 

akan adanya sejumlah prajurit di sekitar rumahnya, saat  ia dan 

suaminya hendak tidur, walaupun para orang suruhan Saul itu 

menjaga diri begitu tenang dan diam sampai-sampai mereka 

sendiri berkata, siapakah yang mendengarnya?, perkataan yang 

ditangkap oleh Daud (Mzm. 59:8). Mikhal, yang paham akan 

murka menyala-nyala ayahnya terhadap Daud, segera mencium 

rancangan ayahnya ini, lalu memberanikan diri bertindak demi 

keselamatan suaminya. 

1. Mikhal menyingkirkan Daud dari bahaya. Ia berkata kepada 

suaminya itu, betapa bahaya sudah dekat (ay. 11): Besok eng-

kau akan dibunuh. Menurut tafsiran Yosefus, Mikhal berkata 

kepada Daud bahwa jika  sang surya melihat Daud di ru-

mahnya esok hari, maka sang surya itu tidak akan pernah me-

lihatnya lagi, dan dengan demikian, Mikhal pun memper-

siapkan Daud untuk melarikan diri. Daud sendiri lebih teram-

pil bertarung daripada melarikan diri, dan andai kata hukum 

membenarkan, tentu sangat mudah baginya untuk menyapu 

bersih orang-orang yang menghantui rumahnya itu dengan 

tebasan pedang. Akan namun , Mikhal menurunkan Daud dari 

jendela (ay. 12), sebab  semua pintu dijaga orang-orang su-

ruhan Saul. Demikianlah Daud melarikan diri dan luput. Pada 

saat inilah, entah di dalam biliknya sebelum ia pergi atau di 

tempat persembunyiannya saat  ia melarikan diri, Daud 

menulis Mazmur 59, yang menunjukkan bahwa, di tengah 

ketakutan dan keadaan genting, pikirannya tetap tenang, dan 

meski berada dalam bahaya besar, imannya tetap kuat dan 

tertuju kepada Allah. Dan, meski rencana Saul yaitu  untuk 

membunuh dirinya pada waktu pagi, ia tetap berkata dengan 


 364

penuh keyakinan (Mzm. 59:17), Pada waktu pagi, aku mau 

bersorak-sorai sebab  kasih setia-Mu. 

2. Mikhal mempergunakan tipu daya untuk mengelabui Saul 

serta orang-orang yang disuruhnya untuk memuaskan nafsu 

kejamnya itu. saat  pintu-pintu rumah Daud dibuka pada 

pagi hari, dan Daud tidak muncul, orang-orang suruhan itu 

pun segera masuk ke dalam rumah dan mencari Daud. Akan 

namun , Mikhal berkata kepada mereka bahwa Daud sedang 

sakit dan terbaring di tempat tidur (ay. 14), dan, jika mereka 

tidak percaya, mereka dapat melihatnya sendiri, sebab  (ay. 

13) Mikhal telah menaruh patung kayu di atas tempat tidur 

dan membungkusnya dengan erat dan hangat seolah-olah 

Daud sedang tidur pulas. Bulu kambing yang ditaruh pada ke-

pala patung itu menyerupai rambut Daud, sehingga semakin 

mengelabui orang-orang suruhan Saul. Mikhal memang, atas 

alasan apa pun, tidak bisa dibenarkan sebab  telah berkata 

bohong dan telah membungkusnya dengan sebuah kecurang-

an. Kebenaran Allah tidak membutuhkan kebohongan Mikhal. 

Akan namun , dengan berbuat demikian, Mikhal berencana 

memperlambat gerakan Saul, supaya Daud punya cukup wak-

tu mengamankan diri, sebab  sudah pasti orang-orang suruh-

an itu akan mengejarnya andai kata mereka tahu Daud telah 

pergi. Orang-orang suruhan Saul sedikit banyak masih mem-

punyai rasa manusiawi, sehingga tidak mengganggu Daud 

saat  mendengar ia sedang sakit, sebab  memang orang yang 

sedang dilanda kesusahan patut dikasihani. Namun demikian 

Saul, saat  mendengar hal ini, memberi perintah keras bahwa 

Daud harus dibawa ke hadapannya, dalam keadaan sakit atau 

sehat: Bawalah dia di atas tempat tidur itu ke mari, supaya ia 

dibunuh (ay. 15). Perbuatan bersukaria di atas orang yang 

sedang sakit yaitu  perbuatan yang hina dan juga biadab. 

Apalagi sampai bersumpah membunuh orang yang diketahui 

sedang sekarat sebab  kesakitannya itu. Begitu dahsyatnya 

rasa haus Saul akan darah Daud, dan sungguh rakusnya 

pembalasannya, sehingga ia tidak akan merasa puas sampai 

melihat Daud tewas dengan tangannya sendiri. Padahal bebe-

rapa waktu lalu ia berucap, Janganlah tanganku memukul dia. 

Demikianlah, saat  manusia sendiri memegang kekang pada 

leher hawa nafsu mereka, mereka menjadi semakin bertambah

Kitab 1 Samuel 19:18-24 

 365 

 beringas. saat  orang-orang suruhan itu dikirim kembali ke 

rumah Daud, tipu muslihat itu pun terbongkar (ay. 16). Akan 

namun , pada waktu ini, Daud diharapkan sudah berada dalam 

keadaan aman, sehingga Mikhal tidak terlalu merasa khawatir 

saat  kebohongannya terungkap. Saul mengumpat Mikhal 

sebab  telah membantu Daud melarikan diri (ay. 17): Mengapa 

engkau menipu aku demikian itu? Betapa hinanya jiwa Saul 

yang berharap bahwa, sebab  Mikhal yaitu  putrinya, ia 

harus mengkhianati suaminya sendiri demi ayahnya. Bukan-

kah ia memang seharusnya meninggalkan dan melupakan 

ayahnya serta rumah ayahnya itu untuk bersatu dengan sua-

minya? Orang yang tidak mau dirinya sendiri diikat oleh akal 

sehat maupun oleh agama, pasti akan berpikir bahwa orang 

lain akan dengan mudahnya memutus ikatan itu. Menjawab 

umpatan Saul, Mikhal tidak begitu memperhatikan nama baik 

suaminya seperti yang seharusnya diperbuatnya atas pribadi 

Daud, saat  ia mengutarakan alasannya sebagai berikut: Ia 

berkata kepadaku: Biarkanlah aku pergi, apa perlunya aku 

membunuh engkau? Dalih Mikhal, bahwa ia sebenarnya 

berniat mencegah Daud, yaitu  sesuatu yang tidak benar 

sebab  Mikhal yaitu  orang yang memberi gagasan kepada 

Daud untuk melarikan diri dan kemudian membantunya lebih 

lanjut. Fitnah Mikhal terhadap Daud, bahwa suaminya itu 

mengancam akan membunuhnya jika tidak membiarkannya 

pergi, sungguh sesuatu yang tidak adil dan tidak pantas, dan 

ini malah membenarkan amarah Saul terhadap Daud. Daud 

sama sekali bukan orang yang biadab dan bukan suami yang 

bertindak sewenang-wenang, bukan pribadi yang berperangai 

kasar dan gemar mengancam, seperti yang di sini digambar-

kan oleh Mikhal. Namun meskipun begitu, Daud tetap ber-

sabar menanggung derita akibat deraan sahabat dan seteru-

nya, seperti halnya Sang Anak Daud. 

Saul Kepenuhan seperti Nabi di Depan Samuel 

(19:18-24)  

18 sesudah  Daud melarikan diri dan luput, sampailah ia kepada Samuel di 

Rama dan memberitahukan kepadanya segala yang dilakukan Saul kepada-

nya. Kemudian pergilah ia bersama-sama dengan Samuel dan tinggallah 

mereka di Nayot. 19 saat  diberitahukan kepada Saul, demikian: “Ketahui-


 366

lah, Daud ada di Nayot, dekat Rama,” 20 maka Saul mengirim orang-orang 

suruhan untuk mengambil Daud. namun  orang-orang ini melihat sekumpulan 

nabi kepenuhan, dengan dikepalai oleh Samuel. Dan Roh Allah hinggap pada 

orang-orang suruhan Saul, sehingga merekapun kepenuhan seperti nabi.  

21 Lalu hal itu diberitahukan kepada Saul; ia mengirim orang-orang suruhan 

yang lain, namun  orang-orang itupun juga kepenuhan seperti nabi. Saul 

mengirim sekali lagi orang-orang suruhan, rombongan yang ketiga, dan 

orang-orang inipun juga kepenuhan. 22 Lalu ia sendiri pergi ke Rama. Sesam-

painya ke dekat perigi besar yang di Sekhu, bertanyalah ia, katanya: “Di 

mana Samuel dan Daud?” Jawab orang: “Ada di Nayot, dekat Rama.” 23 Lalu 

pergilah ia ke sana, ke Nayot, dekat Rama dan pada diapun hinggaplah Roh 

Allah, dan selama ia melanjutkan perjalanannya ia kepenuhan seperti nabi, 

hingga ia sampai ke Nayot dekat Rama. 24 Iapun menanggalkan pakaiannya, 

dan iapun juga kepenuhan di depan Samuel. Ia rebah terhantar dengan 

telanjang sehari-harian dan semalam-malaman itu. Itulah sebabnya orang 

berkata: “Apakah juga Saul termasuk golongan nabi?” 

Inilah, 

I. Tempat perlindungan Daud. sesudah  meloloskan diri dari rumah-

nya sendiri pada malam hari, ia tidak menyingkir ke Betlehem 

kepada kaum kerabatnya ataupun ke salah satu kota Israel yang 

telah membesarkan dan menyorakkan namanya untuk meminta 

perlindungan. namun  ia langsung bergegas kepada Samuel dan 

memberitahukan kepadanya segala yang dilakukan Saul kepada-

nya (ay. 18), 

1. sebab  Samuel yaitu  orang yang telah memberinya jaminan 

akan mahkota kerajaan, dan saat  iman Daud terhadap 

jaminan ini  kini mulai luntur, dan di dalam kebingung-

annya, atau pelariannya, seperti ditafsirkan beberapa orang, ia 

siap-siap berkata, Semua manusia pembohong (Mzm. 116:11). 

“Tidak hanya Saul yang menjanjikan nyawaku tetap ada 

padaku, namun  juga Samuel sendiri yang menjanjikan takhta 

kerajaan bagiku.” Jadi ke mana lagi ia harus pergi kalau tidak 

kepada Samuel, pada hari kesesakan ini, untuk memperoleh 

penghiburan demi menguatkan imannya? Dengan berlari 

kepada Samuel, ia menjadikan Allah tempat perlindungannya, 

percaya kepada-Nya di bawah sayap-Nya, sebab di mana lagi 

seorang yang beriman dapat menganggap dirinya aman? 

2. sebab  Samuel, sebagai seorang nabi, yaitu  pribadi yang 

paling mampu memberinya nasihat tentang apa yang harus 

dilakukannya di tengah hari kesesakan itu. Di dalam mazmur 

yang ditulisnya pada malam sebelumnya, ia telah menaikkan 

doa kepada Allah, dan kini ia mengambil kesempatan pertama 

Kitab 1 Samuel 19:18-24 

 367 

untuk menantikan Samuel untuk memberinya arahan dan 

petunjuk dari Allah. jika  kita mengharapkan jawaban 

damai sejahtera atas doa-doa kita, maka kita harus membuka 

lebar-lebar telinga kita terhadap firman Allah. 

3. sebab  bersama Samuel, ada sekumpulan nabi yang dapat 

menjadi tempat bagi Daud untuk bersekutu dan memuji Allah, 

dan sukacita yang diperoleh dari padanya menjadi penghibur-

an terbesar tak terbayangkan bagi Daud di tengah kesusahan-

nya pada saat itu. Di istana Saul, Daud jarang sekali merasa 

tenang atau bersukacita, sehingga ia pun pergi mencarinya di 

tengah-tengah jemaat Samuel. Demikianlah, tanpa ragu lagi, 

begitu sedikit kesenangan yang dapat diperoleh dari dunia ini 

oleh orang-orang yang hidup bersekutu dengan Allah. Di 

dalam persekutuan bersama Allah inilah Daud mengundurkan 

diri di tengah masa-masa sulitnya (Mzm. 27:4-6). 

II. Perlindungan Daud di tempat ini: Pergilah ia bersama-sama de-

ngan Samuel dan tinggallah mereka di Nayot, di mana ada sekolah 

nabi, yaitu di Rama, sebagai suatu tempat yang dikhususkan, 

sebab  orang Filistin sendiri tidak mengganggu pertemuan para 

nabi itu (10:10). Akan namun  Saul, yang telah mengetahui tentang 

hal itu dari beberapa pengintainya (ay. 19), mengirim orang-orang 

suruhan untuk menciduk Daud (ay. 20). saat  mereka ini gagal 

membawa Daud kepadanya, Saul pun mengirim lebih banyak lagi 

orang-orang suruhan, dan saat  mereka ini pun tidak kembali 

kepadanya, ia mengirim kembali orang-orang suruhan untuk 

ketiga kalinya (ay. 21). saat  Saul tidak mendengar kabar apa 

pun dari rombongan terakhir ini, ia pun akhirnya pergi sendiri 

(ay. 22). Begitu tidak sabarnya ia di dalam kehausannya akan da-

rah Daud. Begitu gelisahnya ia untuk menggenapi rancangannya 

atas Daud, sehingga meskipun upayanya dimentahkan bertubi-

tubi oleh penyelenggaraan Allah, ia gagal memahami bahwa Daud 

berada di bawah perlindungan khusus dari Allah. Seorang raja 

sebenarnya tidak perlu bertindak sedemikian rendah sampai 

turun tangan dan pergi sendiri untuk melaksanakan maksud 

kejinya. namun , begitulah para penganiaya memang akan berlaku 

hina seperti ini dan menghalalkan segala cara untuk memuaskan 

hawa nafsu jahat mereka. Saul mengesampingkan semua urusan 

rakyat demi memburu Daud. Bagaimanakah kelepasan akan da-


 368

tang kepada Daud, saat  ia kini siap untuk jatuh seperti seekor 

domba dari kawanannya dahulu, ke dalam mulut singa-singa? 

Bukan dengan cara yang sama seperti yang diperbuat Daud 

untuk menyelamatkan dombanya, yakni dengan membunuh si 

singa, atau bukan dengan cara Elia diselamatkan, yakni dengan 

menungganglanggangkan para nabi Baal dengan api Tuhan dari 

langit, namun  dengan menyerahkan singa-singa itu sebagai per-

sembahan bagi domba-domba. 

1. saat  orang-orang suruhan Saul datang ke tengah jemaat 

tempat Daud ada bersama-sama sekumpulan nabi, Roh Allah 

hinggap pada mereka, dan mereka pun kepenuhan seperti 

nabi. Maksudnya, mereka bergabung bersama para nabi itu 

memuji-muji Allah. Bukannya meringkus Daud, mereka sen-

diri malah teringkus. Demikianlah, 

(1) Allah mengamankan nyawa Daud, sebab  orang-orang su-

ruhan itu menjadi begitu kepenuhan oleh roh nubuat, 

sehingga tidak dapat berpikir tentang hal lain, atau lupa 

akan tujuan mereka dan tidak menghiraukan Daud. Atau 

juga, mungkin pikiran mereka pada saat itu diubah men-

jadi begitu luhur sehingga tidak kuasa melaksanakan per-

buatan jahat itu. 

(2) Allah memberi kemuliaan kepada kumpulan nabi dan per-

sekutuan orang-orang kudus itu, dan menunjukkan bahwa 

Dia mampu, jika Dia mau, membuat bahkan orang-orang 

yang paling keji menjadi terkagum-kagum, melalui tanda 

kehadiran-Nya di tengah-tengah perkumpulan orang ber-

iman, dan memaksa orang-orang jahat itu untuk mengakui 

bahwa sungguh Allah ada di tengah-tengah mereka (1Kor. 

14:24-25). Saksikan pula kebaikan yang ada di tengah 

perkumpulan orang beriman, dan pengaruh baiknya terha-

dap pikiran orang-orang yang tidak mampu berpandangan 

baik seperti itu. Dan di mana lagi kuasa Roh dapat diha-

rapkan akan dijumpai selain di tengah-tengah jemaat 

orang-orang kudus? 

(3) Allah mengagungkan kuasa-Nya atas roh manusia. Allah 

yang menciptakan hati dan lidah, mampu mengendalikan 

keduanya demi melaksanakan kehendak-Nya. Bileam sen-

diri menubuatkan kebahagiaan bagi Israel yang sesungguh-

Kitab 1 Samuel 19:18-24 

 369 

nya hendak dikutuknya. Beberapa penulis Yahudi berpen-

dapat bahwa orang-orang suruhan Saul itu bernubuat 

tentang kenaikan Daud ke takhta kerajaan Israel. 

2. Saul sendiri juga dikuasai oleh roh nubuat sebelum tiba di 

Nayot. Kita mungkin berpikir bahwa orang sejahat Saul mus-

tahil dapat diubah menjadi seorang nabi. Namun demikian, 

saat  Allah berkenan mempergunakan cara ini untuk melin-

dungi Daud, bahkan saat  Saul (seperti diungkapkan Uskup 

Hall) belum mencium bau asap dari Nayot pun, ia sendiri 

sudah bernubuat, seperti halnya orang-orang suruhannya (ay. 

23). Ia menanggalkan jubah kehormatan serta pakaian perang-

nya, sebab  entah itu terlalu bagus atau terlalu berat untuk 

hal ini, dan ia tampaknya mengalami kepenuhan, atau peng-

angkatan jiwa, yang terus-menerus berlangsung siang dan 

malam. Para orang kudus di Damsyik diselamatkan dari ama-

rah Saul Perjanjian Baru, yakni Saulus, melalui perubahan 

jiwanya, namun  perubahan ini berbeda dengan yang terjadi di 

sini. Perubahan yang dialami Raja Saul sekadar merupakan 

sesuatu yang mengagumkan, namun  perubahan yang dialami 

Saulus merupakan sesuatu yang menguduskan. Perubahan 

Saul hanya berlangsung satu hari, namun  perubahan Saulus 

berlangsung untuk selamanya. Perhatikanlah, ada banyak 

orang yang mempunyai banyak talenta yang luar biasa namun  

tidak mempunyai kasih karunia, dan mereka ini bernubuat 

dalam nama Kristus namun  tidak diakui oleh-Nya (Mat. 7:22-

23). Sekarang, peribahasa berikut ini terulang kembali, Apa-

kah juga Saul termasuk golongan nabi (10:12). saat  pertama 

kali diucapkan, peribahasa itu mengacu kepada keadaan Saul 

yang berbeda dengan golongan nabi, namun  pada kesempatan 

ini, peribahasa itu mengacu kepada keadaan Saul yang ber-

lawanan dengan golongan nabi. Meski ditolak oleh Allah dan 

digerakkan oleh roh jahat, Saul tetap dipandang termasuk 

dalam golongan nabi. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL  20  

aud, sesudah  beberapa kali lolos dari lubang jarum sebab  kema-

rahan Saul, akhirnya mulai mempertimbangkan apakah harus 

kembali ke negeri dan mengangkat senjata untuk membela diri. 

Namun ia tidak akan melakukan perbuatan yang demikian nekat 

tanpa terlebih dahulu meminta nasihat dari Yonatan sahabatnya 

yang setia. Bagaimana Daud bertemu dengan Yonatan, dan apa saja 

yang terjadi di antara mereka, kita dapat melihat hal itu dicatat pada 

pasal ini, di mana kita menemukan sebuah tindakan kasih yang 

melampaui akal manusia sebagaimana pada pasal sebelumnya kita 

temukan sebuah tindakan kebencian yang sungguh tidak wajar. 

I. Daud mengeluhkan kesusahan yang sedang dialaminya, dan 

mengikat Yonatan sebagai sahabatnya (ay. 1-8) 

II. Yonatan berjanji untuk mencari tahu dan memberitahukan 

bagaimana perasaan ayahnya kepada Daud, dan memper-

barui ikatan persahabatan mereka (ay. 9-23). 

III. Yonatan, sesudah  mencari tahu, dengan sedih menemukan, 

bahwa ayahnya sangat murka kepada Daud (ay. 24-34).  

IV. Yonatan memperingatkan Daud akan hal ini, sesuai dengan 

janji yang mereka buat (ay. 35-42). 

Daud Berunding dengan Yonatan 

(20:1-8) 

1 Maka larilah Daud dari Nayot, dekat Rama; sampailah ia kepada Yonatan, 

lalu berkata: “Apakah yang telah kuperbuat? Apakah kesalahanku dan apa-

kah dosaku terhadap ayahmu, sehingga ia ingin mencabut nyawaku?”  

2 namun  Yonatan berkata kepadanya: “Jauhlah yang demikian itu! engkau 

tidak akan mati dibunuh. Ingatlah, ayahku tidak berbuat sesuatu, baik per-

kara besar maupun perkara kecil, dengan tidak menyatakannya kepadaku. 

Mengapa ayahku harus menyembunyikan perkara ini kepadaku? Tidak 


 372

mungkin!” 3 namun  Daud menjawab, katanya: “Ayahmu tahu benar, bahwa 

engkau suka kepadaku. Sebab itu pikirnya: Tidak boleh Yonatan mengetahui 

hal ini, nanti ia bersusah hati. Namun, demi TUHAN yang hidup dan demi 

hidupmu, hanya satu langkah jaraknya antara aku dan maut.” 4 Yonatan 

berkata kepada Daud: “Apapun kehendak hatimu, aku akan melakukannya 

bagimu.” 5 Lalu kata Daud kepada Yonatan: “Kautahu, besok bulan baru, 

maka sebenarnya aku harus duduk makan bersama-sama dengan raja. Jika 

engkau membiarkan aku pergi, maka aku akan bersembunyi di padang 

sampai lusa petang. 6 jika  ayahmu menanyakan aku, haruslah kaukata-

kan: Daud telah meminta dengan sangat kepadaku untuk pergi dengan 

segera ke Betlehem, kotanya, sebab  di sana ada upacara pengorbanan 

tahunan bagi segenap kaumnya. 7 Jika begini dikatakannya: Baiklah! maka 

hambamu ini selamat. namun  jika amarahnya bangkit dengan segera, keta-

huilah, bahwa ia telah mengambil keputusan untuk mendatangkan celaka.  

8 Jika demikian, tunjukkanlah kesetiaanmu kepada hambamu ini, sebab 

engkau telah mengikat perjanjian di hadapan TUHAN dengan hambamu ini. 

namun  jika ada kesalahan padaku, engkau sendirilah membunuh aku. Meng-

apa engkau harus menyerahkan aku kepada ayahmu?” 

Di sini,  

I. Daud menyampaikan masalah yang sedang dihadapinya kepada 

Yonatan. saat  Saul rebah sebab  kepenuhan seperti nabi-nabi 

di Nayot, Daud melarikan diri ke istana, dan berbicara dengan 

Yonatan. Berbahagialah Daud bahwa ia memiliki seorang sahabat 

yang demikian di istana, saat  ia memiliki musuh yang begitu 

jahat di atas takhta. jika  ada orang-orang yang membenci dan 

menghina kita, hendaklah kita tidak terganggu sebab  hal itu, 

sebab ada juga orang-orang yang mengasihi dan menghargai kita. 

Allah telah menetapkan yang satu terhadap yang lain dan kita 

juga seharusnya demikian. Yonatan yaitu  seorang teman yang 

selalu mengasihi dalam segala keadaan, dan juga mengasihi Daud 

dalam kesusahannya, dan selalu menyambutnya dengan hangat. 

Ia menerima Daud di dalam kemenangan Daud (1Sam. 18:1), dan 

sekarang menjadi seorang saudara dalam kesukaran (Ams. 17:17). 

Nah,  

1. Daud menyatakan dirinya tidak bersalah kepada Yonatan, dan 

ia tidak perlu berkata banyak untuk membuktikannya. Ia 

hanya ingin supaya Yonatan memberitahunya jika  ia me-

ngetahui bahwa ada kesalahan yang telah ia lakukan terhadap 

ayahnya, sehingga ia dapat merendahkan dirinya dan memo-

hon pengampunan: Apakah yang telah kuperbuat? (ay. 1).  

2. Daud berusaha untuk meyakinkan Yonatan bahwa Saul meng-

incar nyawanya meskipun ia tidak bersalah. Yonatan, yang 

Kitab 1 Samuel 20:1-8 

 373 

sangat berbakti dan menghormati ayahnya, enggan untuk 

percaya bahwa ayahnya itu telah merencanakan atau bahkan 

mungkin melakukan hal yang demikian jahat (ay. 2). Ia ber-

harap demikian sebab ia tidak mengetahui adanya rencana 

demikian, dan ia biasanya diberitahukan semua rencana ayah-

nya. Yonatan, sebagai seorang anak yang berbakti, berusaha 

untuk menutupi aib ayahnya, sejauh hal itu sesuai dengan 

keadilan dan kesetiaan kepada Daud. yaitu  baik untuk tidak 

berpikir buruk akan siapa pun, terutama kepada orang tua 

(1Kor. 13:5). Daud kemudian meyakinkan Yonatan dengan 

bersumpah mengenai bahaya yang ia hadapi, bersumpah atas 

Saul, bahwa ia tengah diliputi ketakutan kehilangan nyawanya 

sebab  Saul: “demi TUHAN yang hidup, sebab tidak ada yang 

lebih pasti pada diri-Nya, dan demi hidupmu, sebab tidak ada 

yang lebih pasti bagimu, apa pun yang engkau pikirkan, 

hanya satu langkah jaraknya antara aku dan maut,” (ay. 3). 

Mengenai Saul yang menyembunyikan hal itu dari Yonatan, 

hal itu mudah untuk dijelaskan. Saul mengetahui tentang 

persahabatan antara Daud dan Yonatan, oleh sebab  itu 

meskipun dalam hal-hal lainnya ia memberitahu Yonatan, 

namun  tidak dalam hal ini. Tidak ada orang lain yang lebih 

layak dibanding Yonatan untuk membantunya dalam setiap 

rencana yang benar dan terhormat, namun  Saul mengenalnya 

sebagai seorang yang bermoral ketimbang sebagai rekannya 

dalam hal yang sehina seperti pembunuhan Daud. 

II. Yonatan dengan murah hati menawarkan bantuan (ay. 4): Apapun 

kehendak hatimu, ia tidak perlu menambahkan syarat bahwa hal 

itu haruslah hal yang benar dan jujur, sebab ia mengenal Daud 

dengan sangat baik untuk berpikir bahwa Daud akan meminta 

hal yang sebaliknya, aku akan melakukannya bagimu. Inilah 

persahabatan sejati. Demikianlah Kristus membuktikan kasih-

Nya kepada kita: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu. Dan 

kita pun harus menunjukkan kasih kita kepada-Nya dengan me-

nuruti segala perintah-Nya. 

III. Daud hanya ingin agar Yonatan meyakini apa yang dikatakannya, 

dan kemudian meyakinkan dirinya sendiri apakah Saul sungguh-

sungguh merencanakan kematiannya atau tidak. Kemungkinan 


 374

Daud mengajukan permintaan ini lebih untuk meyakinkan Yona-

tan ketimbang dirinya sendiri, sebab ia sendiri sudah yakin. 

1. Cara yang Daud ajukan untuk membuktikan dugaannya itu 

wajar-wajar saja, dan pasti dapat mengungkap bagaimana pe-

rasaan Saul terhadap dirinya. Dua hari lagi Saul akan makan 

dengan tamu-tamunya, dalam rangka bulan baru, saat  kor-

ban khusus dipersembahkan dan perjamuan makan diadakan 

atas persembahan itu. Saul telah ditolak oleh Allah, dan Roh 

Tuhan telah mundur dari pada Saul, namun ia tetap melaku-

kan perjamuan-perjamuan kudus. Mungkin saja masih ada 

sisa-sisa ketaatan lahiriah sementara kebajikan yang utama 

tinggal puing-puing saja. Pada perjamuan semacam ini Saul 

duduk bersama anak-anaknya, dan Daud juga mempunyai 

tempat duduk di antara mereka, atau semua perwira tinggi-

nya, dan Daud mempunyai tempat duduk di antara mereka. 

Apa pun itu, Daud menetapkan bahwa tempat duduknya ha-

rus kosong dan biasanya tidak pernah demikian pada perja-

muan yang sakral pada dua hari itu (ay. 5). Ia akan melarikan 

diri sampai hari raya berakhir, dan mencari tahu  masalah ini: 

jika  Saul menerima alasan ketidakhadirannya dan mele-

pasnya, maka Daud akan menyimpulkan bahwa ia telah ber-

ubah pikiran dan berdamai dengannya. namun  jika  Saul 

tidak senang dengan ketidakhadirannya itu dan marah sebab -

nya, maka mudah untuk disimpulkan bahwa ia telah merenca-

nakan kejahatan terhadap Daud. Sebab, sudah pasti Saul tidak 

sebegitu mengasihi Daud sampai menginginkan kehadirannya 

demi tujuan selain supaya mendapatkan kesempatan untuk 

mendatangkan celaka kepada Daud (ay. 7). 

2. Alasan yang Daud ingin Yonatan sampaikan mengenai keti-

dakhadirannya, dapat kita mengerti sebagai alasan yang be-

nar, bahwa ia diundang oleh kakak laki-lakinya ke Betlehem, 

kotanya sendiri, untuk merayakan bulan baru bersama kera-

batnya di sana, sebab, selain hari raya bulan baru yang me-

reka rayakan bersama seluruh orang Israel, mereka juga mem-

berikan korban tahunan, dan sebuah perjamuan yang kudus 

untuk merayakannya, bagi segenap kaumnya (ay. 6). Mereka 

mengadakan hari pengucapan syukur dalam keluarga mereka 

atas segala penghiburan yang telah mereka nikmati, dan ber-

doa agar Allah terus memberi mereka penghiburan. Melalui

Kitab 1 Samuel 20:9-23 

 375 

 ini tampaknya keluarga Daud yaitu  keluarga yang sangat 

saleh, sebuah rumah yang memiliki jemaat di dalamnya.  

3. Alasan yang ia berikan untuk meyakinkan Yonatan untuk 

melakukan hal ini baginya sangat mendesak (ay. 8). 

(1) Bahwa ia telah mengikat persahabatan dengan Yonatan, 

dan itu yaitu  atas permintaan Yonatan sendiri: Engkau 

telah mengikat perjanjian di hadapan Tuhan dengan hamba-

mu ini.  

(2) Bahwa ia tidak mungkin mendesaknya untuk mendukung 

maksudnya jika  ia tidak yakin bahwa itu yaitu  hal 

yang benar: “Jika ada kesalahan padaku, maka aku sama 

sekali tidak mau atau mengharapkan supaya ikatan di 

antara kita itu mengikatmu untuk bersekutu denganku 

dalam kejahatan ini. Engkau bebas dari ikatan itu, dan 

kiranya tanganmulah yang pertama menimpaku: engkau 

sendirilah membunuh aku.” Tidak ada orang jujur yang 

akan memaksa temannya untuk melakukan hal yang tidak 

jujur demi kebaikan dirinya sendiri. 

Perjanjian Yonatan dengan Daud 

(20:9-23) 

9 namun  jawab Yonatan: “Jauhlah yang demikian itu! Sebab jika kuketahui 

dengan pasti, bahwa ayahku telah mengambil keputusan untuk mendatangkan 

celaka kepadamu, masakan aku tidak memberitahukannya kepadamu?” 10 Lalu 

bertanyalah Daud kepada Yonatan: “Siapakah yang akan memberitahukan ke-

padaku, jika  ayahmu menjawab engkau dengan keras?” 11 Kata Yonatan 

kepada Daud: “Marilah kita keluar ke padang.” Maka keluarlah keduanya ke 

padang. 12 Lalu berkatalah Yonatan kepada Daud: “Demi TUHAN, Allah Israel, 

besok atau lusa kira-kira waktu ini aku akan memeriksa perasaan ayahku. 

jika  baik keadaannya bagi Daud, masakan aku tidak akan menyuruh 

orang kepadamu dan memberitahukannya kepadamu? 13 namun  jika  

ayahku memandang baik untuk mendatangkan celaka kepadamu, beginilah 

kiranya TUHAN menghukum Yonatan, bahkan lebih lagi dari pada itu, 

sekiranya aku tidak menyatakannya kepadamu dan membiarkan engkau 

pergi, sehingga engkau dapat berjalan dengan selamat. TUHAN kiranya 

menyertai engkau, seperti Ia menyertai ayahku dahulu. 14 Jika aku masih 

hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kepadaku kasih setia TUHAN? 

namun  jika aku sudah mati, 15 janganlah engkau memutuskan kasih setiamu 

terhadap keturunanku sampai selamanya. Dan jika  TUHAN melenyapkan 

setiap orang dari musuh Daud dari muka bumi, 16 janganlah nama Yonatan 

terhapus dari keturunan Daud, melainkan kiranya TUHAN menuntut balas 

dari pada musuh-musuh Daud.” 17 Dan Yonatan menyuruh Daud sekali lagi 

bersumpah demi kasihnya kepadanya, sebab ia mengasihi Daud seperti 

dirinya sendiri. 18 Kemudian berkatalah Yonatan kepadanya: “Besok bulan 


 376

baru; maka engkau nanti akan ditanyakan, sebab tempat dudukmu akan 

tinggal kosong. 19 namun  lusa engkau pasti akan dicari; engkau harus datang 

ke tempat engkau bersembunyi pada hari peristiwa itu, dan duduklah dekat 

bukit batu. 20 Maka aku akan memanahkan tiga anak panah ke samping 

batu itu, seolah-olah aku membidik suatu sasaran. 21 Dan ketahuilah, aku 

akan menyuruh bujangku: Pergilah mencari anak-anak panah itu. Jika tegas 

kukatakan kepada bujang itu: Lihat anak-anak panah itu lebih ke mari, 

ambillah! – maka datanglah, sebab, demi TUHAN yang hidup, engkau selamat 

dan tidak ada bahaya apa-apa. 22 namun  jika begini kukatakan kepada orang 

muda itu: Lihat anak-anak panah itu lebih ke sana! – maka pergilah, sebab 

TUHAN menyuruh engkau pergi. 23 Tentang hal yang kita janjikan itu, antara 

aku dan engkau, sesungguhnya, TUHAN ada di antara aku dan engkau sam-

pai selamanya.”  

Di sini, 

I. Yonatan menyatakan kesetiaannya kepada Daud dalam kesusah-

annya. Terlepas dari kepercayaan Daud yang besar terhadap 

Yonatan, namun, sebab  Yonatan mungkin agak ragu sehubung-

an dengan pengaruh Saul ayahnya maupun kepentingannya akan 

keselamatannya sendiri akan membuatnya membelot, atau men-

jadi dingin terhadap Daud, maka Yonatan menganggap perlu 

untuk memperbarui ikatan persahabatannya dengan Daud (ay. 9): 

“Jauhlah yang demikian itu dari padamu untuk berpikir bahwa 

aku mencurigai kamu atas kejahatan sehingga aku harus mem-

bunuhmu dengan tanganku sendiri atau menyerahkanmu kepada 

ayahku. Tidak, jika  engkau memiliki kecemburuan seperti itu, 

Marilah kita keluar ke padang (ay. 11), dan membicarakannya 

baik-baik.” Ia tidak menantangnya keluar ke padang untuk ber-

kelahi sebab  merasa dihina, melainkan untuk meyakinkan Daud 

akan persahabatannya. Yonatan dengan penuh kesungguhan ber-

janji kepada Daud bahwa dia akan memberitahukan bagaimana 

perasaan ayahnya terhadap Daud, sesudah  memeriksa, dan tidak 

akan membuat masalah ini menjadi lebih baik atau lebih buruk 

dari apa adanya. “jika  baik keadaannya bagimu, aku akan 

memberitahukannya kepadamu, sehingga engkau bisa tenang (ay. 

12), jika  buruk, aku akan membiarkan engkau pergi, sehingga 

engkau bisa selamat” (ay. 13). Dengan demikian Yonatan akan 

menolong melepaskan Daud dari celaka jika  benar ayahnya 

hendak membunuh dia, dan melepaskannya dari ketakutan akan 

celaka jika  hal itu hanya khayalan belaka. Untuk penegasan 

akan janjinya Ia berseru kepada Allah, 

Kitab 1 Samuel 20:9-23 

 377 

1. Sebagai saksi (ay. 12): “Demi Tuhan, Allah Israel, Engkau tahu 

bahwa aku bermaksud tulus, dan jujur saat  aku bicara.” 

Kekuatan perasaannya membuatnya berbicara dengan singkat 

dan tegas. 

2. Sebagai hakim: “Beginilah kiranya TUHAN menghukum Yona-

tan (ay. 13), jika  aku berkata dusta, atau mengingkari per-

kataanku kepada sahabatku.” Ia menyatakan kesungguhan-

nya sehingga Daud dapat lebih diyakinkan akan ketulusannya. 

Demikianlah Allah menyatakan janji-janji-Nya kepada kita, 

supaya kita dapat beroleh dorongan yang kuat (Ibr. 6:17-18). 

Yonatan menegaskan pernyataannya dengan doa yang tulus: 

“Tuhan kiranya menyertai engkau, untuk melindungi dan 

memberkatimu, seperti Ia menyertai ayahku dahulu, meskipun 

sekarang Ia telah mundur dari padanya.” Demikianlah Yona-

tan menyatakan kepercayaannya bahwa Daud akan menggan-

tikan posisi ayahnya, dan harapan agar Daud lebih berhasil 

dibanding ayahnya sekarang. 

II. Yonatan mewariskan kelanjutan kovenan persahabatannya de-

ngan Daud itu kepada keturunannya (ay. 14-16). Ia mengikat 

Daud sebagai sahabat atas keluarganya sesudah ia mati (ay. 15): 

Engkau harus berjanji bahwa engkau tidak akan memutuskan 

kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya. Perkata-

an ini keluar dari kasih sayangnya kepada keturunannya, yang ia 

harapkan supaya baik keadaannya sesudah  kematiannya, dan 

semoga hidup mereka sejahtera. Ini juga menyatakan keyakinan-

nya yang teguh akan Daud yang akan naik takhta, dan bahwa ia 

akan memiliki kuasa untuk melakukan kebaikan atau kejahatan 

kepada keturunannya. Sebab, dengan berjalannya waktu, Tuhan 

akan melenyapkan segala musuhnya, termasuk sendiri. Maka 

“Janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturun-

anku, juga jangan membalaskan kesalahan ayahku kepada anak-

anakku.” Keturunan Daud juga harus terikat kepada keturunan 

Yonatan turun temurun. Ia membuat perjanjian dengan keturunan 

Daud (ay. 16, KJV). Perhatikan, sahabat sejati tidak mungkin tidak 

meneruskan kasih mereka kepada keturunannya. Jangan kau-

tinggalkan temanmu dan teman ayahmu. Kasih setia ini, 

1. Ia sebut sebagai kasih setia Tuhan, sebab kasih setia ini yang 

Allah tunjukkan bagi orang-orang yang Ia ikat dalam kovenan 


 378

dengan diri-Nya. Sebab Ia yaitu  Allah mereka dan keturunan 

mereka. Mereka yaitu  kekasih Allah oleh sebab  nenek 

moyang.  

2. Ia jamin dengan sebuah kutuk (ay. 16): Tuhan menuntut balas 

dari pada musuh-musuh Daud, sebab atas diri Daud sendiri 

Yonatan tidak menaruh curiga, jika  terbukti bahwa 

musuh-musuh Daud berbuat jahat kepada keturunan Yona-

tan, sahabat Daud. Yonatan khawatir kalau Daud, atau ketu-

runannya, selanjutnya akan tergoda, demi memastikan dan 

mengukuhkan hak mereka atas takhta, melakukan seperti 

yang dilakukan Abimelek kepada keturunan Gideon (Hak. 9:5). 

Namun alasan yang diberikan (ay. 17) mengapa Yonatan be-

gitu bersungguh-sungguh untuk mengikat persahabatan sung-

guh yaitu  murni serta tulus, dan sama sekali bukan untuk 

mementingkan diri sendiri. Semata-mata sebab ia mengasihi 

Daud seperti dirinya sendiri, dan menginginkan supaya ia dan 

keturunannya juga dikasihi Daud. Daud, meskipun sedang da-

lam keadaan tercela dan kesusahan, tetap dikasihi Yonatan se-

perti sebelumnya. Yonatan tetap mengasihinya meskipun ayah-

nya membencinya, sebab sedemikian murni dasar persahabatan 

mereka. sesudah  bersumpah kepada Daud, Yonatan menyuruh 

Daud bersumpah kepadanya, dan (sebagaimana yang kita baca) 

sekali lagi bersumpah, yang kemudian disetujui Daud sebab 

mereka yang jujur tidak takut untuk memberi jaminan, untuk 

bersumpah demi kasihnya kepadanya, yang dipandangnya se-

bagai hal yang sakral. Hati Yonatan dipenuhi kasih sehingga 

saat  mereka berpisah kali ini, ia menaikkan seruan yang 

sungguh-sungguh ini kepada Allah: Tuhan ada di antara aku 

dan engkau sampai selamanya (ay. 23), yaitu “Allah sendiri 

menjadi hakim di antara kita dan keluarga kita sampai sela-

manya, jika  ada salah satu di antara kita yang mengingkari 

ikatan persahabatan ini.” Oleh sebab  mengingat sumpah ini 

maka Daud berbuat baik kepada Mefiboset (2Sam. 9:7, 2Sam. 

21:7). yaitu  baik bagi diri kita dan keturunan kita untuk 

melindungi orang-orang yang Allah perkenan, dan mengikat 

persahabatan dengan mereka. 

III. Yonatan mengatur cara memeriksa rancangan ayahnya, dan 

dengan tanda-tanda apa ia akan memberitahu Daud tentang pera-

Kitab 1 Samuel 20:24-34 

 379 

saan ayahnya terhadap Daud. Daud akan dirasakan ketidakhadir-

annya pada hari pertama, atau setidaknya pada hari kedua, pada 

bulan baru, dan akan dicari (ay. 18). Pada hari ketiga, saat  ia 

seharusnya sudah kembali dari Betlehem, ia harus datang ke 

suatu tempat (ay. 19), dan Yonatan akan datang ke tempat itu 

dengan membawa busur dan panah untuk dilesatkannya (ay. 20). 

Bujangnya akan disuruhnya untuk memungut anak-anak panah-

nya, dan, jika  lesatan anak panahnya pendek saja dan tidak 

mencapai bujangnya, maka Daud harus menerimanya sebagai 

tanda keselamatan, dan tidak takut untuk datang (ay. 21). namun , 

jika  Yonatan melenturkan anak panah melampaui bujangnya, 

maka itu yaitu  tanda bahaya dan ia harus menyingkir demi 

keselamatannya (ay. 22). Cara ini ia tetapkan kalau-kalau ia tidak 

memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Daud dan menyam-

paikan laporan itu secara langsung. Akan namun  saat  hal itu 

terjadi, rupanya Yonatan memiliki kesempatan berbicara langsung 

dengan Daud. 

Yonatan Memohon Izin kepada Saul Atas Daud 

(20:24-34) 

24 Sesudah itu bersembunyilah Daud di padang. saat  bulan baru tiba, 

duduklah raja pada meja untuk makan. 25 Raja duduk di tempatnya seperti 

biasa, dekat dinding. Yonatan berhadapan dengan dia, Abner duduk di sisi 

Saul, namun  tempat Daud tinggal kosong. 26 Dan Saul tidak berkata apa-apa 

pada hari itu, sebab pikirnya: “Barangkali ada sesuatu yang terjadi kepada-

nya; mungkin ia tidak tahir; ya, tentu ia tidak tahir.” 27 namun  pada hari 

sesudah bulan baru itu, pada hari yang kedua, saat  tempat Daud masih 

tinggal kosong, bertanyalah Saul kepada Yonatan, anaknya: “Mengapa anak 

Isai tidak datang makan, baik kemarin maupun hari ini?” 28 Jawab Yonatan 

kepada Saul: “Daud telah meminta dengan sangat kepadaku untuk pergi ke 

Betlehem, 29 katanya: Biarkanlah aku pergi, sebab ada upacara pengorbanan 

bagi kaum kami di kota, dan saudara-saudaraku sendirilah yang memanggil 

aku. Oleh sebab itu, jika engkau mengasihi aku, berilah izin kepadaku untuk 

menengok saudara-saudaraku. Itulah sebabnya ia tidak datang ke perjamuan 

raja.” 30 Lalu bangkitlah amarah Saul kepada Yonatan, katanya kepadanya: 

“Anak sundal yang kurang ajar! Bukankah aku tahu, bahwa engkau telah 

memilih pihak anak Isai dan itu noda bagi kau sendiri dan bagi perut ibumu? 

31 Sebab sesungguhnya selama anak Isai itu hidup di muka bumi, engkau 

dan kerajaanmu tidak akan kokoh. Dan sekarang suruhlah orang memanggil 

dan membawa dia kepadaku, sebab ia harus mati.” 32 namun  Yonatan men-

jawab Saul, ayahnya itu, katanya kepadanya: “Mengapa ia harus dibunuh? 

Apa yang dilakukannya?” 33 Lalu Saul melemparkan tombaknya kepada 

Yonatan untuk membunuhnya. Maka tahulah Yonatan, bahwa ayahnya telah 

mengambil keputusan untuk membunuh Daud. 34 Sebab itu Yonatan bangkit 

dan meninggalkan perjamuan itu dengan kemarahan yang bernyala-nyala. 


 380

Pada hari yang kedua bulan baru itu ia tidak makan apa-apa, sebab ia ber-

susah hati sebab  Daud, sebab ayahnya telah menghina Daud. 

Yonatan di sini sungguh-sungguh tahu akan hal yang sangat enggan 

untuk dia percayai, yaitu bahwa ayahnya memiliki kebencian yang 

sangat kepada Daud, dan sudah pasti Daud akan mati jika sampai 

ayahnya punya kesempatan membunuhnya. sebab  itu apa pun 

akan dilakukannya sesudah  mengetahui semuanya itu.  

I. Daud tidak hadir pada hari pertama perjamuan, namun Saul 

tidak berkata apa-apa. Raja duduk di tempatnya, untuk makan 

korban keselamatan seperti biasa (ay. 25), namun hatinya dipe-

nuhi dengan kedengkian dan dendam terhadap Daud. Ia seharus-

nya terlebih dahulu berdamai dengan Daud, dan kemudian 

datang dan mempersembahkan korbannya. Namun bukannya 

melakukan hal itu, ia malahan berharap untuk minum darah 

Daud pada perjamuan ini. Alangkah kejinya korban yang diper-

sembahkan dengan maksud yang sedemikian jahat! (Ams. 21:27). 

saat  raja datang untuk duduk maka Yonatan menghadap, 

dalam penghormatan kepadanya baik sebagai ayah maupun raja. 

Semua orang mengetahui tempatnya masing-masing, namun 

tempat Daud kosong. Tidak biasanya demikian. Tidak ada yang 

lebih senang hatinya daripada Daud dalam hal menjalankan iba-

dah-ibadah kudus. Ia pun bukan sengaja tidak hadir sekarang, 

namun  jika  ia datang maka ia membahayakan nyawanya. Pe-

nyelamatan diri memaksanya untuk tidak hadir. jika  mungkin 

untuk menghindarkan diri dari mara bahaya yang mendekat, 

maka kita seharusnya tidak menempatkan diri kita dalam bahaya. 

Kristus sendiri sering melarikan diri, sampai Ia tahu bahwa 

waktunya telah tiba. Namun hari itu Saul tidak berkata-kata apa-

apa mengenai ketidakhadiran Daud, dan berkata pada dirinya, 

“Tentu ia tidak tahir (ay. 26). Mungkin Daud melakukan sesuatu 

yang najis, sehingga tidak boleh makan dari persembahan kudus 

sampai ia sudah mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya 

dengan air, dan menjadi najis sampai matahari terbenam.” Saul 

tahu bagaimana hati nurani Daud taat pada hukum Taurat, dan 

bahwa ia akan memilih untuk menjauh dari perjamuan makan 

yang kudus ketimbang datang dalam kenajisannya. Terpujilah 

Allah, sekarang tidak ada kenajisan yang mengekang kita, sebab  

Kitab 1 Samuel 20:24-34 

 381 

kita dapat dibasuh dalam sumber mata air yang terbuka melalui 

iman dan pertobatan (Mzm. 26:6). 

II. Daud ditanyakan pada hari kedua (ay. 27). Saul bertanya kepada 

Yonatan, yang yaitu  orang kepercayaannya, Mengapa anak Isai 

tidak datang makan? Daud yaitu  anak sah melalui perkawinan, 

namun  ia memanggilnya dengan jijik, anak Isai. Ia menanyakan 

Daud seolah-olah ia tidak senang bahwa Daud tidak hadir di 

perjamuan keagamaan. Seharusnya menjadi teladan bagi kepala 

keluarga untuk memastikan bahwa anggota keluarga yang berada 

di bawah tanggung jawab mereka hadir dalam ibadah penyembah-

an kepada Allah, baik dalam ibadah umum bersama maupun 

ibadah keluarga. Tidaklah baik bagi kita, kecuali jika  dalam 

keadaan terpaksa, untuk melalaikan kesempatan beribadah ke-

pada Allah dalam ibadah-ibadah yang khusyuk. Tomas kehilang-

an kesempatan untuk melihat Kristus sebab  satu kali tidak hadir 

dalam pertemuan murid-murid. Namun yang membuat Saul kesal 

yaitu  sebab  ia kehilangan kesempatan yang ia tunggu-tunggu 

untuk mencelakai Daud. 

III. Yonatan menyampaikan alasannya (ay. 28-29).   

1. Bahwa Daud tidak hadir pada kesempatan yang baik ini kare-

na melakukan perjamuan di tempat lain, meskipun tidak di 

sini, sebab  dipanggil oleh kakak laki-lakinya, yang sekarang 

lebih menghormatinya daripada sebelumnya (1Sam. 17:28), 

dan bahwa ia telah pergi untuk memberikan penghormatan 

kepada keluarganya, demi menjaga kasih persaudaraan. Tidak 

ada tuan yang akan menyangkal kebebasan hambanya untuk 

melakukan hal demikian pada waktunya. Ia membela, 

2. Bahwa Daud tidak pergi tanpa meminta dan pendapat izin dari 

Yonatan, yang sebagai atasannya, layak untuk dimintai izin. 

Maka ia mewakili Daud dalam hal tidak menghormati dan taat 

kepada pemerintah.  

IV. Di sini Saul meledak dengan amarah yang memuncak, dan meng-

amuk layaknya seekor singa yang kecewa dengan mangsanya. 

Daud berada di luar jangkauannya, namun ia melimpahkan ama-

rahnya kepada Yonatan sebagai gantinya (ay. 30-31). Ia memaki 

Yonatan dengan bahasa yang kasar, yang tidak pantas dilakukan 


 382

oleh seorang yang terhormat, seorang raja, kepada siapa pun, 

apalagi kepada anaknya sendiri, penerus takhtanya, anak yang te-

lah melayaninya, penopang dan perhiasan keluarganya, di hadapan 

banyak orang, di sebuah perjamuan, saat  semua orang seharus-

nya bersenang-senang, di sebuah perjamuan yang suci, yang oleh-

nya semua amarah yang tidak biasanya dimatikan dan dipadam-

kan. Saul tidak peduli dengan semuanya, dan memaki Yonatan, 

1. Anak haram: Anak sundal yang kurang ajar, yaitu berdasar  

bahasa kasar orang masa kini sama dengan “anak pelacur.” 

Saul mengatai Yonatan, bahwa ia lahir menjadi noda bagi ibu-

nya, yaitu, ia memberi alasan kepada dunia untuk mencurigai 

bahwa Yonatan yaitu  anak haram Saul, sebab  ia mengasihi 

orang yang dibenci Saul dan membantu orang yang akan 

membawa kehancuran atas keluarga mereka. 

2. Pengkhianat: Anak pemberontak, yaitu, “pengkhianat.” Pada ba-

nyak kesempatan sebelumnya, Saul selalu mengatakan, bahwa 

tidak ada penasihat atau panglima yang lebih ia percayai dan 

kasihi daripada Yonatan. Namun sekarang dalam amarahnya ia 

menggambarkannya sebagai ancaman bagi takhta dan nyawa-

nya.  

3. Orang bodoh: Engkau telah memilih pihak anak Isai, sebab 

selama ia hidup engkau dan kerajaanmu tidak akan kokoh. 

Sesungguhnya Yonatan telah berbuat bijak dan baik bagi 

dirinya dan keluarganya dengan berpihak kepada Daud, yang 

telah Allah tetapkan atas takhta Israel, namun, untuk tindak-

annya ini, ia malah dicap sebagai paling bodoh. yaitu  baik 

untuk bergabung dengan umat Allah dan bersatu dengan 

mereka yang bersama-sama disertai Allah. Pada akhirnya hal 

itu akan terbukti menguntungkan bagi kita, walaupun untuk 

saat ini mungkin kita dicela dan kehilangan kepentingan du-

niawi kita. Mungkin juga Saul sudah mengetahui bahwa Daud