dalam jumlah yang genap diberikan merekalah semuanya itu ke-
pada raja, supaya Daud menjadi menantu raja. Kemudian Saul memberikan
Mikhal, anaknya, kepadanya menjadi isterinya. 28 Lalu mengertilah Saul dan
tahulah ia, bahwa TUHAN menyertai Daud, dan bahwa seluruh orang Israel
mengasihi Daud. 29 Maka makin takutlah Saul kepada Daud. Saul tetap men-
jadi musuh Daud seumur hidupnya. 30 jika raja-raja orang Filistin maju
berperang, setiap kali mereka maju berperang, maka Daud lebih berhasil dari
semua pegawai Saul, sehingga namanya sangat masyhur
Sesungguhnya sekarang Saul tengah menyatakan perang terhadap
Daud. Ia mengawalinya secara terang-terangan dengan melemparkan
tombak kepadanya. Di sini dikisahkan bagaimana permusuhannya
348
itu berlanjut, dan bagaimana Daud menyambut serangan-serangan
itu.
I. Lihatlah bagaimana Saul mengutarakan kebenciannya terhadap
Daud.
1. Saul menjadi takut kepada Daud (ay. 12). Boleh jadi ia ber-
pura-pura takut bahwa Daud akan mendatangkan celaka ke
atasnya, untuk memaksanya turun dari takhta. Orang-orang
yang merancang kejahatan terhadap orang lain, biasanya ingin
orang menyangka bahwa orang lainlah yang hendak men-
celakakan mereka. Namun, penghindaran diri Daud (ay. 11),
merupakan bukti nyata bahwa ia sama sekali tidak mem-
punyai pikiran semacam itu. Walaupun begitu, Saul kagum
terhadap Daud, seperti Herodes takut kepada Yohanes (Mrk.
6:20). Saul menyadari bahwa ia telah kehilangan perkenan
Allah, dan bahwa Daud memperolehnya. sebab alasan inilah
Saul takut kepadanya. Perhatikanlah, orang-orang yang diser-
tai Allah sesungguhnya hebat dan akan dihormati. Semakin
Daud sangat berhasil, makin takutlah ia kepadanya (ay. 15,
29). Orang mengira bahwa cara supaya ditakuti yaitu dengan
menakut-nakuti dan mengancam. Cara-cara seperti ini hanya
akan membuat mereka ditakuti oleh orang bodoh belaka,
namun diremehkan oleh orang berhikmat dan baik. Padahal,
cara supaya ditakuti dan disayangi, yaitu ditakuti oleh mereka
yang hendak kita takuti, dan disayangi oleh mereka yang kita
inginkan menjadi kesukaan bagi kita, yaitu dengan memper-
hatikan hidup yang tidak bercela. Hikmat membuat wajah ber-
seri dan mendatangkan rasa hormat.
2. Saul menjauhkan Daud dari istana, dan menempatkannya
dalam pasukan di garis depan (ay. 13). Ia mengangkat Daud
menjadi kepala pasukan seribu, supaya ia tidak dapat melihat-
nya lagi, sebab ia benci melihatnya. Selain itu, supaya Daud
tidak menarik perhatian kalangan istana. Namun, tindakan-
nya ini ternyata tidak bijaksana, sebab justru memberi
peluang kepada Daud untuk disenangi orang banyak, sehingga
mereka mengasihi Daud (ay. 16), sebab ia memimpin segala
gerakan mereka, Ia memimpin semua urusan negerinya, baik
di tengah masyarakat umum maupun di bidang ketentaraan,
dan memuaskan hati semua orang.
Kitab 1 Samuel 18:12-30
349
3. Saul mendorong Daud supaya mencari kesempatan bertengkar
dengan orang Filistin dan berperang dengan mereka (ay. 17).
Secara tidak langsung Saul ingin mengatakan kepada Daud
bahwa dengan cara itu Daud akan berjasa bagi rajanya. Jadi-
lah bagiku seorang yang gagah perkasa, dan juga berjasa bagi
Allah, lakukanlah perang TUHAN. Selain itu, mendatangkan
kebaikan bagi Daud sendiri juga, sebab dengan demikian ia
akan layak mendapat kehormatan yang dirancang Saul bagi-
nya, yaitu menikahi putri sulungnya. Anugerah ini memang
pantas diterimanya berkat keberaniaannya membunuh Goliat,
sebab hal ini telah dijanjikan kepadanya lewat maklumat,
sebab telah melakukan perbuatan yang sangat gagah berani
(17:25). Namun, Daud begitu rendah hati sehingga ia tidak
menuntut anugerah itu. Dan sekarang, saat Saul mengemu-
kakannya, hal itu dimaksudkan untuk mendatangkan celaka
atasnya, dengan menjerumuskannya ke dalam tindakan-tin-
dakan berbahaya. Dalam hatinya Saul berkata, biarlah ia dipukul
oleh tangan orang Filistin. Ia berharap bahwa suatu waktu kelak
Daud akan tewas. Namun, bagaimana ia bisa mengharapkan hal
ini, padahal ia melihat bahwa Allah menyertai Daud?
4. Saul berusaha sebisa-bisanya agar Daud terpancing dan me-
rasa tidak puas lalu memberontak, dengan cara mengingkari
janjinya dan memberikan putrinya kepada orang lain, saat
tiba saatnya wanita itu seharusnya diberikan kepada
Daud (ay. 19). Hal ini merupakan penghinaan besar yang bisa
dilancarkannya terhadap Daud, sebab berkaitan dengan
kehormatan dan cintanya. Oleh sebab itu Saul berpikir bahwa
kemarahan Daud atas kejadian itu akan meledak dalam
bentuk tindakan tidak senonoh atau sejenisnya, baik melalui
perkataan maupun perbuatan. Dengan demikian Saul berha-
rap memiliki alasan untuk menjatuhkan Daud melalui hukum.
Demikianlah orang jahat berupaya mendatangkan celaka.
5. saat tujuannya tidak tercapai, Saul mengajukan putrinya
yang lain, yang diam-diam jatuh cinta kepada Daud, ay. 20,
namun dengan rencana agar putrinya itu menjadi jerat bagi
Daud (ay. 21).
(1) Mungkin Saul berharap bahwa sesudah menikah dengan
Daud, putrinya itu bahkan akan turut ambil bagian dalam
usaha ayahnya melawan sang suami, dan membuka ke-
350
sempatan baginya untuk berbuat jahat terhadap Daud.
Oleh sebab itu,
(2) Ia berharap syarat-syarat pernikahan itu akan mendatang-
kan kehancuran bagi Daud. Saul begitu bernafsu untuk
membinasakan orang Filistin, sehingga mas kawin bagi
pernikahan itu yaitu supaya Daud membunuh seratus
orang Filistin. Sebagai bukti bahwa orang-orang yang di-
bunuh Daud itu belum disunat, ia harus memotong kulit
khatan mereka. Hal ini akan menjadi celaan yang pantas
diterima orang Filistin yang membenci penyunatan sebagai
ketetapan Allah. Dan Saul juga berharap, dengan melaku-
kan hal ini, Daud akan semakin menyakitkan hati orang
Filistin dan membuat mereka menuntut balas terhadapnya.
Inilah yang diinginkan dan direncanakan Saul, lebih dari
menuntut balas atas orang Filistin: sebab Saul bermaksud
untuk menjatuhkan Daud dengan perantaraan orang Filistin
(ay. 25). Amatilah di sini,
[1] Betapa orang fasik menipu dirinya sendiri. Hati nurani
Saul tidak membiarkan dia mengincar nyawa Daud,
kecuali roh jahat menguasainya, sebab bahkan dia
sendiri pun merasa ngeri saat memikirkan membu-
nuh orang yang begitu tulus dan hebat itu. Namun, ia
pikirnya, dengan sengaja menjerumuskan Daud ke
tangan orang Filistin bukanlah hal yang jahat. Jangan-
lah tanganku memukul dia, namun biarlah ia dipukul oleh
tangan orang Filistin. Padahal, di mata Allah, rencana
jahat terhadap Daud itu sama saja dengan membunuh
dengan tangannya sendiri.
[2] Betapa orang fasik menipu dunia. Saul berpura-pura
berbuat sangat baik kepada Daud, padahal sebenarnya
ia bertujuan menghancurkannya, dan sesungguhnya
merencanakan hal itu dengan diam-diam: Engkau boleh
menjadi menantuku, katanya (ay. 21), meskipun ia
sangat membenci Daud. Mungkin Daud merujuk pada
hal ini saat ia menyebut musuhnya sebagai orang
yang kata-katanya lebih licin dari mentega, padahal ia
berniat menyerang (Mzm. 55:22). Mungkin Saul menyu-
ruh para pegawainya untuk membujuk Daud agar ber-
sedia dijodohkan dengan Mikhal, putrinya (ay. 22),
Kitab 1 Samuel 18:12-30
351
sebab ia khawatir Daud akan menolak usulan itu,
sebab Saul sebelumnya telah berbuat curang kepada
Daud berkaitan dengan pernikahan putri sulungnya (ay.
19), atau sebab sulitnya persyaratan yang diajukannya
sekarang untuk meminang putrinya.
II. Lihatlah bagaimana perilaku Daud saat rasa tidak senang Saul
terhadapnya melambung begitu tingginya.
1. Daud berhasil di segala perjalanannya. Ia merasakan kecem-
buruan Saul terhadap dirinya, dan ini membuatnya waspada
serta sangat berhati-hati dalam segala sesuatu yang dikatakan
dan dilakukannya. Ia berhati-hati agar tidak menyakiti hati
Saul. Ia tidak mengeluh tentang tambahan tugas yaitu menjadi
kepala pasukan, namun menangani semua urusan yang diper-
cayakan kepadanya itu sebagai orang yang giat melayani raja
dan negerinya. Ia menganggap hal itu sebagai tujuan untuk
meningkatkan kedudukannya. Lalu, TUHAN menyertai dia dan
memberinya keberhasilan dalam segala pekerjaannya. Walau-
pun ia dibenci Saul sebab sikap itu, ia justru mendapatkan
perkenan Allah. Bandingkan hal ini dengan Mazmur 101:2.
Daud berjanji, Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak
bercela dan berdoa, Bilakah Engkau datang kepadaku? Di sini
Allah menjawab doa itu: TUHAN menyertai dia. Meskipun
ketidakberuntungan tampaknya selalu lebih menyukai orang
bodoh, namun Allah akan mengakui dan memberkati orang-
orang yang memperhatikan hidup yang tidak bercela.
2. saat ditawarkan kepada Daud untuk menjadi menantu raja,
ia kembali menerima tawaran itu dengan sopan dan rendah
hati. saat Saul menawarkan putri sulungnya kepadanya (ay.
18), Daud berkata, Siapakah aku dan siapakah sanak sau-
daraku? saat pegawai Saul menawarkan putri yang lebih
muda, Daud tidak mengungkit-ungkit penghinaan yang telah
ditimpakan Saul atasnya dengan mengambil putri sulungnya
itu dari dia. Sebaliknya, pendapatnya tidak berubah (ay. 23):
Perkara ringankah pada pemandanganmu menjadi menantu
raja? Bukankah aku seorang yang miskin dan rendah? Ia tahu
bahwa Mikhal mencintainya, namun ia tidak mau berusaha
mendapatkan kasih sayang wanita itu tanpa persetujuan
352
sang ayah, sehingga lebih memilih untuk menunggu sampai
dijodohkan. Kemudian lihatlah,
(1) Betapa tinggi penilaiannya terhadap kehormatan yang di-
tawarkan kepadanya itu: menjadi menantu raja. Walaupun
rajanya hanyalah orang yang baru menduduki takhta, yang
asal usulnya juga sama rendahnya seperti dia, serta yang
kepemimpinannya tidak sebaik seharusnya, namun, kare-
na ia mengenakan mahkota di kepalanya, Daud menyan-
jung sang raja dan keluarga kerajaan dengan hormat seper-
ti seharusnya. Perhatikanlah, agama sama sekali tidak
mengajar kita untuk bersikap kasar dan tidak sopan,
sehingga tidak memperbolehkan kita bersikap demikian.
Kita harus memberikan hormat kepada orang yang berhak
menerima hormat.
(2) Betapa dengan rendah hati ia berbicara tentang dirinya
sendiri: Siapakah aku? Kata-kata ini tidak timbul dari roh
yang rendah, hina, atau pengecut, sebab setiap kali mem-
peroleh kesempatan, ia memperlihatkan sikap hormat yang
mendalam seperti kebanyakan orang. Hal itu juga tidak
timbul dari kewaspadaan tinggi terhadap Saul, meskipun ia
mempunyai cukup alasan untuk takut terhadap ular yang
bersembunyi di bawah rumput hijau. Sebaliknya, hal itu
timbul dari sikapnya yang tulus dan rendah hati: Siapakah
aku? Bukankah aku seorang yang miskin dan rendah?
Sama seperti orang lain, Daud mempunyai alasan kuat
untuk menilai diri sendiri. Ia yaitu keturunan Yehuda
dahulu kala yang terhormat, orang yang menarik, seorang
negarawan dan prajurit perkasa. Pencapaiannya sungguh
hebat, sebab ia telah berhasil memenangkan kepala Goliat
dan hati Mikhal. Ia tahu bahwa dirinya telah ditetapkan
melalui rancangan ilahi untuk menduduki takhta Israel,
namun tetap berkata, Siapakah aku dan siapakah sanak
saudaraku? Perhatikanlah, seberapa tinggi pun Allah
mengangkat kita, sudah sepatutnya kita senantiasa ber-
pikir merendah tentang diri sendiri. Barangsiapa meren-
dahkan diri, ia akan ditinggikan. Dan, jika Daud saja
begitu memandang tinggi kehormatan menjadi menantu
raja, betapa kita harus memandang tinggi kehormatan men-
jadi anak, bukan secara hukum melainkan melalui Injil, dari
Kitab 1 Samuel 18:12-30
353
Raja segala raja! Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dika-
runiakan Bapa kepada kita! Siapa gerangan kita sehingga
dimuliakan sebegitu rupa?
3. Sesudah berhasil membunuh seratus orang Filistin, Daud pun
bersedia menikahi putri Saul (ay. 26): maka setujulah Daud
menjadi menantu raja berdasar kesepakatan itu. Sebelum
waktu yang diberikan kepadanya untuk melaksanakan hal itu
berakhir, Daud melipatgandakan tuntutan persyaratan Saul
itu, dan membunuh dua ratus orang Filistin (ay. 27). Seperti-
nya ia tidak merasa curiga bahwa Saul merencanakan celaka
terhadap dirinya melalui tuntutan itu (walaupun ia mempu-
nyai cukup alasan untuk berpikir demikian). Sebaliknya, ia
lebih suka bersikap seolah-olah Saul berencana mendatang-
kan kehormatan bagi dirinya, sehingga dengan riang hati ia
melaksanakannya, seperti yang seharusnya diperbuat seorang
prajurit yang gagah berani dan kekasih sejati, walaupun kita
bisa saja merasa hal ini membuat khawatir Mikhal. Dalam
keberhasilan ini, Daud juga mendapati hal yang sama seperti
sebelumnya,
(1) Keyakinan tinggi terhadap perlindungan ilahi. Ia tahu Allah
menyertainya, dan oleh sebab itu, apa pun yang diharap-
kan Saul, Daud tidak takut akan dikalahkan oleh orang
Filistin, meskipun ia harus mempertaruhkan diri dalam
pada pekerjaan yang sangat berbahaya ini.
(2) Semangat tinggi demi kebaikan negerinya. Ia tidak akan
menolak setiap kesempatan untuk berjasa bagi negerinya,
meskipun hal ini membahayakan nyawanya.
(3) Gagasan yang benar perihal kehormatan, yang tidak ter-
letak dalam jabatan tinggi, namun dalam melayani sesama.
Daud senang menjadi menantu raja, saat mendapati bahwa
kehormatan itu harus dicapainya dengan membayar sangat
mahal. namun ia lebih mencemaskan bagaimana jasa yang
harus diberikannya daripada memperolehnya. Ia juga tidak
akan puas menerima kehormatan itu sampai ia berhasil
memenangkannya.
4. Bahkan sesudah menikah pun ia terus berjasa bagi Israel.
saat raja-raja orang Filistin mulai bergerak menuju pertem-
puran lain, Daud siap melawan mereka, dan lebih berhasil dari
354
semua pegawai Saul (ay. 30). Hukum Taurat mencegah orang
maju berperang selama satu tahun sesudah mereka menikah
(Ul. 24:5), tapi Daud terlampau mencintai negerinya untuk
memanfaatkan pengecualian itu. Banyak orang yang mengejar
peningkatan martabat dan telah dengan berani melayani ma-
syarakat, berhenti melayani begitu mereka telah mencapai tu-
juan mereka. Sebaliknya, Daud bertindak melebihi asas kemu-
rahan hati.
III. Amatilah bagaimana Allah mendatangkan kebaikan kepada Daud
melalui rencana jahat Saul terhadapnya.
1. Saul memberikan putrinya kepada Daud supaya menjadi jerat
baginya. Namun, dalam hal ini, pernikahan itu justru menjadi
kebaikan baginya. Dengan menjadi menantu Saul, kedudukan
Daud sebagai pengganti Saul tampak lebih wajar, terutama
saat begitu banyak putra Saul terbunuh bersamanya (31:2).
2. Saul mengira bahwa dengan menempatkan Daud di tugas-
tugas berbahaya, ia akan tersingkirkan. Sebaliknya, hal itu
justru membuat Daud lebih disayangi rakyat. Semakin besar
perlawanannya terhadap orang Filistin, semakin mereka me-
ngasihinya, sehingga namanya sangat masyhur (ay. 30). Hal
ini akan membuat Daud lebih mudah menduduki takhta.
Demikianlah Allah membalikkan kemarahan manusia menjadi
puji-pujian bagi-Nya, sehingga memenuhi rancangan-Nya yang
membawa kebaikan bagi umat-Nya melalui kemarahan itu.
PASAL 19
egera seusai pernikahan Daud, suatu peristiwa yang diharapkan
mampu membangkitkan kasih Saul terhadap Daud, kita justru
temukan masalah-masalah malah menimpa Daud lebih cepat dari-
pada sebelumnya, dan kebencian Saul kepadanyalah yang menjadi
akar semua ini. Meski Saul menyatakan sumpah bahwa Daud harus
mati, pada bagian ini kita membaca tentang empat hal baik yang
memampukan Daud lolos dari pedang mematikan Saul: yang pertama
melalui perantaraan Yonatan (ay. 1-7), kedua melalui kegesitan Daud
sendiri (ay. 8-10), ketiga melalui kesetiaan Mikhal (ay. 11-17),
keempat melalui perlindungan Samuel, dan di situ terjadi perubahan
di dalam diri Saul (ay. 18-24). Demikianlah Allah punya banyak cara
untuk menyelamatkan umat-Nya. Penyelenggaraan Allah tidak per-
nah kehabisan akal.
Kecemburuan Saul akan Daud;
Pembelaan Yonatan terhadap Daud
(19:1-7)
1 Saul mengatakan kepada Yonatan, anaknya, dan kepada semua pegawai-
nya, bahwa Daud harus dibunuh. namun Yonatan, anak Saul, sangat suka
kepada Daud, 2 sehingga Yonatan memberitahukan kepada Daud: “Ayahku
Saul berikhtiar untuk membunuh engkau; oleh sebab itu, hati-hatilah besok
pagi, duduklah di suatu tempat perlindungan dan bersembunyilah di sana.
3 Aku akan keluar dan berdiri di sisi ayahku di padang tempatmu itu. Maka
aku akan berbicara dengan ayahku perihalmu; aku akan melihat bagaimana
keadaannya, lalu memberitahukannya kepadamu.” 4 Lalu Yonatan mengata-
kan yang baik tentang Daud kepada Saul, ayahnya, katanya: “Janganlah raja
berbuat dosa terhadap Daud, hambanya, sebab ia tidak berbuat dosa terha-
dapmu; bukankah apa yang diperbuatnya sangat baik bagimu! 5 Ia telah
mempertaruhkan nyawanya dan telah mengalahkan orang Filistin itu, dan
TUHAN telah memberikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel.
Engkau sudah melihatnya dan bersukacita sebab nya. Mengapa engkau hen-
S
356
dak berbuat dosa terhadap darah orang yang tidak bersalah dengan membu-
nuh Daud tanpa alasan?” 6 Saul mendengarkan perkataan Yonatan dan Saul
bersumpah: “Demi TUHAN yang hidup, ia tidak akan dibunuh.” 7 Lalu
Yonatan memanggil Daud dan Yonatan memberitahukan kepadanya segala
perkataan itu. Yonatan membawa Daud kepada Saul dan ia bekerja padanya
seperti dahulu.
Saul dan Yonatan tampil pada bagian ini dengan perangai yang saling
bertolak belakang perihal Daud.
I. Tidak pernah ada seteru yang tanpa alasan yang jelas bertindak
sekeji Saul. Ia berbicara kepada anak laki-lakinya serta kepada
semua hambanya bahwa Daud harus dibunuh (ay. 1). Rencananya
menghabisi Daud telah gagal, sehingga ia pun menyatakan Daud
sebagai seorang penjahat, lalu memerintahkan semua orang
dekatnya, dengan bersumpah setia, untuk membunuh Daud
begitu ada kesempatan. Sungguh aneh bahwa Saul tidak merasa
malu untuk menyatakan kebenciannya secara terbuka seperti ini,
padahal ia sama sekali tidak punya alasan untuk bertindak se-
perti demikian, dan meski ia tahu bahwa semua hambanya me-
ngasihi Daud, seperti dikatakannya sendiri (18:22). Ia tidak me-
rasa takut kalau perintahnya untuk membunuh Daud itu malah
akan memancing mereka memberontak. Bisa saja kebencian,
pada waktu itu, belum dicemari urusan politik, atau pun keadilan
belum serusak seperti pada masa sesudah nya, sebab jika tidak,
tentu Saul sudah berhasil menjadikan Daud sebagai terdakwa,
lalu menyogok sejumlah saksi untuk memberi kesaksian palsu
tentang khianat Daud kepada Saul, dan dengan demikian, ia pun
pasti sudah berhasil menghabisi Daud, seperti halnya Nabot
dihabisi oleh permainan hukum. Akan namun , kebencian yang
diungkapkan terang-terangan ini hanya memunculkan bahaya
yang sangat kecil. Sungguh aneh bahwa Saul, yang tahu persis
betapa Yonatan mengasihi Daud, dapat berharap bahwa anak
laki-lakinya itu akan tega membunuh Daud. Saul tampaknya
mempunyai anggapan, bahwa sebab Yonatan merupakan pewa-
ris takhta kerajaan, maka ia pasti memendam rasa benci kepada
Daud yang sama besar dengan kebenciannya. Namun demikian,
penyelenggaraan Allah telah mengaturnya sedemikian rupa se-
hingga Yonatan menjadi pelindung nyawa Daud.
Kitab 1 Samuel 19:1-7
357
II. Tidak pernah ada sahabat yang seluhur Yonatan. Sahabat di kala
susah yaitu sungguh sahabat yang sejati. Demikianlah Yonatan
bagi Daud. Tidak hanya ia terus-menerus mengasihi Daud, meski
kemuliaan sahabatnya itu jauh melampaui dirinya, ia juga tampil
gagah berani demi Daud di tengah arus yang sungguh kuat mela-
wan diri Daud pada saat itu.
1. Yonatan peduli akan keamanan nyawa Daud dengan memberi-
tahunya tentang bahaya yang akan menimpa dirinya (ay. 2):
“Hati-hatilah, dan menjauhlah dari bahaya.” Yonatan men-
duga, kalau-kalau ada sejumlah hamba pegawai istana yang,
sebab begitu tunduk kepada Saul atau begitu dengki kepada
Daud, bersedia melaksanakan perintah hukuman mati yang
dikumandangkan Saul, andai saja mereka berhasil menciduk
Daud.
2. Yonatan berjuang keras melunakkan hati ayahnya demi men-
damaikannya dengan Daud. Keesokan pagi, Yonatan menemui
Saul untuk berbicara dengannya perihal Daud (ay. 3), bukan
pada malam itu, sebab mungkin ia mengamati Saul sedang
mabuk, sehingga tidak bisa diajak bicara, atau sebab ia ber-
harap bahwa, jika Saul telah membawa perkara itu dalam
tidurnya, maka ayahnya itu akan menarik perintah ini .
Atau mungkin juga sebab ia semata-mata tidak punya kesem-
patan berbicara dengan ayahnya sampai pada keesokan pagi-
nya.
(1) Pembelaannya bagi Daud dilakukan dengan penuh kehati-
hatian. Yonatan bertutur dengan lemah lembut dan penuh
hikmat. Ia menunjukkan dirinya setia kepada sahabatnya
itu dengan membicarakan tentang kebaikan dirinya, meski-
pun ia berisiko memancing murka ayahnya dengan per-
buatannya itu. Sungguh, tindakan Yonatan menjadi bukti
sebuah persahabatan yang sungguh bernilai namun jarang
dijumpai! Yonatan memohon pertimbangan ayahnya akan,
[1] Bakti Daud yang begitu baik bagi rakyat, dan khusus-
nya bagi Saul: Apa yang diperbuatnya sangat baik
bagimu! (ay. 4). Saksikan kelegaan yang telah dikerja-
kan Daud bagi Saul di tengah kesakitannya melalui
permainan kecapinya. Ingat juga pertempurannya yang
gagah berani melawan Goliat, tindakan yang tidak akan
358
terlupakan itu, yang sejatinya telah menyelamatkan
nyawa serta kerajaan Saul. Yonatan memohon kepada
Saul dengan berkata: Engkau sudah melihatnya dan
bersukacita sebab nya. Dalam perkara itu dan perkara
lain, tampak jelas bahwa Daud merupakan kesayangan
Sorga dan sahabat Israel, serta seorang hamba yang
baik bagi Saul, sebab melalui Daud, Tuhan telah mem-
berikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel.
Maka dari itu, perintah untuk membunuh Daud bukan
hanya menunjukkan kehinaan sikap tidak tahu ber-
terima kasih kepada seorang hamba yang sangat baik,
namun juga merupakan penghinaan besar terhadap Allah
serta kerugian besar bagi masyarakat.
[2] Yonatan membela ketidakbersalahan Daud. Meski Daud
sebelumnya telah banyak kali melakukan kebaikan
besar, namun jika ia kini layak didakwa oleh suatu
kejahatan, maka persoalannya menjadi lain. Akan te-
tapi, ia tidak berbuat dosa terhadapmu (ay. 4), darahnya
yaitu darah orang yang tidak bersalah (ay. 5), dan,
jika ia dibunuh, maka perbuatan itu dilakukan
tanpa sebab yang jelas. Lebih lanjut, Yonatan bersikeras
menantang gagasan ini , sebab ia tidak mau men-
datangkan atas keluarganya sesuatu yang lebih besar
daripada rasa bersalah atas darah orang yang tidak
bersalah.
(2) Pembelaan Yonatan, sebab dilakukan dengan penuh ke-
hati-hatian, mendatangkan keberhasilan. Allah mencon-
dongkan hati Saul untuk memperhatikan suara Yonatan.
Perhatikanlah, kita harus bersedia memberi telinga kepada
alasan yang masuk akal dan juga menerima segala teguran
dan nasihat yang baik bahkan dari bawahan kita, begitu
pula orangtua dari anak-anak mereka. Alangkah berkuasa-
nya kata-kata yang benar! Untuk saat ini, Saul dapat
diyakinkan akan kebenciannya kepada Daud yang tidak
masuk akal, sehingga,
[1] Saul pun menarik perintahnya untuk membunuh Daud
(ay. 6): Demi Tuhan yang hidup, ia tidak akan dibunuh.
Tidak jelas di sini apakah Saul bersumpah dengan
Kitab 1 Samuel 19:8-10
359
sungguh-sungguh atau tidak. Mungkin Saul benar ber-
sumpah dengan sungguh-sungguh, dan betul bahwa
duduk perkara serta ketidakjelasan perkara itu layak
dan harus ditanggapi dengan sikap demikian. Namun,
pada kesempatan lain sebelum ini pun Saul telah ber-
sumpah dengan gegabah dan tidak senonoh, dan ini
membuat ketulusan sumpahnya kali ini patut diper-
tanyakan. Sebab, orang yang dapat bertindak begitu
jauh hingga mempermainkan sumpahnya sendiri dan
menjadikannya olok-olokan, melacurkannya sedemikian
rupa sehingga menjadi suatu canda gurau, layak dicuri-
gai bahwa mereka tidak punya rasa tanggung jawab
atas sumpahnya itu. sebab itu, saat mereka harus
melaksanakan sumpahnya ini , mereka akan mela-
curkannya menjadi suatu kebohongan. Beberapa orang
mencurigai bahwa Saul mengucapkan dan mengikrar-
kan sumpah ini dengan rancangan jahat untuk mem-
bawa Daud kembali berada dalam jangkauannya, dan ia
berniat menghabisinya begitu kesempatan itu tiba.
Akan namun , seburuk-buruknya Saul, rasanya kita tidak
dapat berpikir sedemikian keji tentangnya. Jadi, dapat
kita anggap, bahwa betul Saul berbicara dengan tulus
pada saat itu, meski pendirian ini pun segera luntur,
dan kerusakan moralnya pun kembali berkuasa dan
merajalela atas keteguhan hatinya.
[2] Saul kembali mengaruniakan tempat bagi Daud di da-
lam lingkup kerajaan. Yonatan membawa Daud kepada
Saul, dan ia bekerja padanya seperti dahulu (ay. 7),
dengan berharap kiranya sekarang badai telah berlalu,
dan semoga sahabatnya Yonatan terus membantu men-
jaga pikiran ayahnya tetap waras.
Daud Melarikan Diri dari Saul
(19:8-10)
8 saat perang pecah pula, maka majulah Daud dan berperang melawan
orang Filistin; ia menimbulkan kekalahan besar di antara mereka, sehingga
mereka melarikan diri dari depannya. 9 namun roh jahat yang dari pada
TUHAN hinggap pada Saul, saat ia duduk di rumahnya, dengan tombaknya
di tangannya; dan Daud sedang main kecapi. 10 Lalu Saul berikhtiar menan-
360
capkan Daud ke dinding dengan tombaknya, namun Daud mengelakkan
tikaman Saul, sehingga Saul mengenai dinding dengan tombak itu. Sesudah
itu Daud melarikan diri dan luputlah ia pada malam itu.
Pada perikop ini,
I. Daud melanjutkan pelayanannya yang luhur bagi raja dan negeri-
nya. Meski Saul membalas kebaikannya dengan kejahatan, bah-
kan sekalipun pekerjaan baiknya menjadi penyebab utama ke-
dengkian Saul terhadap dirinya, Daud tetap teguh untuk tidak
tenggelam di dalam rasa murung atau menarik diri dari melayani
rakyat. Oleh sebab itu, orang yang tidak dihargai, meski telah
berbuat baik, tidak boleh jemu-jemu berbuat baik, dengan meng-
ingat bahwa Bapa Sorgawi kita memberkati dengan limpah, bah-
kan kepada yang bengis dan tidak tahu berterima kasih. Tanpa
menghiraukan banyaknya penghinaan yang telah dilontarkan
Saul terhadap Daud, kita menemukan bahwa Daud,
1. Tetap gagah berani seperti sebelumnya dalam mempergunakan
pedangnya demi melayani negerinya (ay. 8). Perang kembali
pecah melawan orang Filistin, dan ini memberi kesempatan
bagi dirinya untuk membuat namanya harum kembali. Ia me-
nyerang mereka dengan sungguh berani dan berhasil meraih
kemenangan dengan membinasakan banyak orang Filistin dan
membuat lainnya melarikan diri.
2. Tetap penuh sukacita seperti sebelumnya dalam bermain ke-
capi demi melayani rajanya. Pada waktu Saul terganggu pikir-
annya seperti yang sudah-sudah, Daud bermain kecapi (ay. 9).
Daud bisa saja berkata bahwa pekerjaannya ini sekarang
sudah terlampau rendah baginya. Akan namun , seorang yang
rendah hati akan berpandangan bahwa tidak ada apa pun
yang terlalu rendah untuk dilakukannya jika itu menda-
tangkan kebaikan. Daud bisa saja menolak atas dasar bahaya
yang menimpanya saat terakhir kali ia bermain kecapi bagi
Saul (18:10). Akan namun , ia telah belajar membalas kejahatan
dengan kebaikan, dan mempercayakan keamanan dirinya ke-
pada Allah di dalam menjalankan tanggung jawabnya. Lihatlah
bagaimana Daud merasa tersiksa saat musuhnya menderita
sakit (Mzm. 35:13-14), yang mungkin mengacu kepada kesakit-
an yang diderita Saul.
Kitab 1 Samuel 19:8-10
361
II. Saul melanjutkan kejahatannya terhadap Daud. Orang ini, yang
pada hari sebelumnya telah bersumpah demi Sang Penciptanya
bahwa Daud tidak akan dibunuh, kini bergiat untuk membunuh
Daud dengan tangannya sendiri. Sungguh keras kepala dan
sungguh tidak tersembuhkan kebencian sang ular terhadap
wanita itu, sungguh licik dan biadab hati manusia tanpa
kasih karunia Allah (Yer. 17:9). Kehormatan yang baru saja di-
menangkan Daud di dalam perang terakhirnya melawan orang
Filistin, bukannya memadamkan rencana jahat Saul kepadanya,
dan menegaskan rasa damai antara keduanya, malah membang-
kitkan kembali rasa iri hati Saul serta semakin membuatnya
gusar. Dan saat Saul menuruti nafsu jahat ini, tidak heran
kalau roh jahat hinggap pada dirinya (ay. 9), sebab saat kita
membiarkan matahari terbenam sebelum padam amarah kita, kita
memberi kesempatan kepada Iblis (Ef. 4:26-27), kita memberinya
ruang dan mengundangnya hadir. Kegelisahan pikiran, meski
diperparah lebih lanjut oleh kuasa Setan, umumnya berasal dari
dosa serta kebodohan manusia sendiri. Ketakutan serta kecem-
buruan Saul menjadikan dirinya siksaan bagi dirinya sendiri,
sehingga ia tidak dapat duduk di rumahnya tanpa ada tombak di
tangannya, dengan dalih untuk melindungi nyawanya, padahal ia
berniat menghabisi Daud. Saul berikhtiar menancapkan Daud ke
dinding dengan berlari ke arahnya sedemikian ganas, sampai-
sampai menembus dinding dengan tombak itu (ay. 10). Begitu
kuatnya kuasa Iblis di dalam dirinya, begitu dahsyatnya murka
serta nafsunya. Mungkin Saul berpikir, jika ia membunuh Daud
pada saat ini, ia mungkin dapat dimaafkan oleh Allah dan manu-
sia sebab berada dalam keadaan non compos mentis – tidak ber-
pikir waras, dan gangguan yang menimpa dirinya dapat dijadikan
kambing hitam atas perbuatannya itu. Akan namun , meski manu-
sia dapat diperdaya oleh kepura-puraan, Allah tidak dapat dikela-
bui.
III. Allah terus memelihara Daud dan menjaga nyawanya. Tikaman
Saul meleset. Daud terlalu gesit baginya. Ia segera melarikan diri,
dan melalui pemeliharaan Allah yang baik, ia berhasil luput pada
malam itu. Daud kerap kali mengacu kepada pemeliharaan Allah
ini, di antara pemeliharaan-Nya pada kesempatan lain, di dalam
mazmur yang digubahnya, saat ia berbicara tentang Allah yang
362
menjadi baginya perisai dan pagar tembok, bukit batu dan kubu
pertahanan, dan meluputkan dia dari pada maut.
Daud Melarikan Diri dari Saul
(19:11-17)
11 Kemudian Saul mengirim orang-orang suruhan ke rumah Daud untuk
mengamat-amatinya dan untuk membunuh dia pada waktu pagi. namun
Mikhal, isteri Daud, memberitahukan kepadanya, demikian: “Jika engkau
tidak dapat meluputkan dirimu malam ini, maka besok engkau akan dibu-
nuh.” 12 Lalu Mikhal menurunkan Daud dari jendela, ia pergi melarikan diri
dan luputlah ia. 13 Sesudah itu Mikhal mengambil terafim dan menaruhnya
di tempat tidur; ditaruhnya sehelai tenunan bulu kambing di bagian kepala
dan ditutupinya dengan selimut. 14 Lalu Saul mengirim orang-orang suruhan
untuk mengambil Daud, namun wanita itu berkata: “Ia sakit.” 15 Sesudah
itu Saul mengirim orang-orang suruhan itu untuk melihat Daud, katanya:
“Bawalah dia di atas tempat tidur itu ke mari, supaya ia dibunuh.” 16 Lalu
masuklah para suruhan itu ke dalam, dan tampaklah ada terafim di tempat
tidur dengan sehelai tenunan bulu kambing di bagian kepala. 17 Berkatalah
Saul kepada Mikhal: “Mengapa engkau menipu aku demikian itu dan melepas
musuhku pergi, sehingga ia luput?” namun jawab Mikhal kepada Saul: “Ia ber-
kata kepadaku: Biarkanlah aku pergi, apa perlunya aku membunuh engkau?”
Inilah,
I. Rancangan jahat Saul lebih lanjut terhadap Daud. sesudah Daud
berhasil luput dari tikaman tombaknya, dan tampaknya langsung
kembali ke rumahnya sendiri, seperti yang memang dilakukan-
nya, Saul mengirim beberapa pengawalnya membuntuti Daud
untuk menunggu di muka pintu rumahnya, untuk membunuhnya
pada waktu pagi sesudah ia bangun (ay. 11). Sejarawan Yahudi
Yosefus berpendapat bahwa Saul berencana menangkap Daud
dan bergegas menyeretnya ke muka pengadilan yang telah di-
perintahkannya untuk memutuskan Daud bersalah dan meng-
hukum mati dirinya sebagai seorang pengkhianat. Akan namun ,
pada bagian ini, kepada kita dikisahkan bahwa orang-orang
suruhan Saul diberi mandat untuk menangani Daud lebih cepat:
mereka diperintahkan untuk membunuh dia. Layaklah bagi Daud
untuk mengeluh bahwa musuh-musuhnya yaitu penumpah-
penumpah darah, seperti yang dikatakannya di dalam mazmur
yang digubahnya pada saat itu, untuk mengingat peristiwa ini
(Mzm. 59), yaitu saat Saul mengirim orang-orang ini untuk
mengawasi rumahnya dan membunuhnya (lih. Mzm. 59:3-4, 8).
Kitab 1 Samuel 19:11-17
363
Ia mengeluh bahwa mereka menyindir dengan mulutnya (KJV:
pedang ada di bibir mereka).
II. Kelepasan Daud yang luar biasa dari bahaya ini. Mikhal, yang
telah diberikan Saul kepadanya untuk menjadi jerat baginya, ber-
peran di dalam kelepasan ini , dan terbukti menjadi pelin-
dung serta penolong bagi Daud. Iblis memang kerap kali tertem-
bak oleh anak panah yang melesat dari busurnya sendiri. Tidak
dituliskan di sini bagaimana Mikhal dapat mengetahui tentang
bahaya yang mengintai suaminya. Mungkin ia menerima kabar
yang dikirimkan kepadanya dari istana, atau dia sendiri awas
akan adanya sejumlah prajurit di sekitar rumahnya, saat ia dan
suaminya hendak tidur, walaupun para orang suruhan Saul itu
menjaga diri begitu tenang dan diam sampai-sampai mereka
sendiri berkata, siapakah yang mendengarnya?, perkataan yang
ditangkap oleh Daud (Mzm. 59:8). Mikhal, yang paham akan
murka menyala-nyala ayahnya terhadap Daud, segera mencium
rancangan ayahnya ini, lalu memberanikan diri bertindak demi
keselamatan suaminya.
1. Mikhal menyingkirkan Daud dari bahaya. Ia berkata kepada
suaminya itu, betapa bahaya sudah dekat (ay. 11): Besok eng-
kau akan dibunuh. Menurut tafsiran Yosefus, Mikhal berkata
kepada Daud bahwa jika sang surya melihat Daud di ru-
mahnya esok hari, maka sang surya itu tidak akan pernah me-
lihatnya lagi, dan dengan demikian, Mikhal pun memper-
siapkan Daud untuk melarikan diri. Daud sendiri lebih teram-
pil bertarung daripada melarikan diri, dan andai kata hukum
membenarkan, tentu sangat mudah baginya untuk menyapu
bersih orang-orang yang menghantui rumahnya itu dengan
tebasan pedang. Akan namun , Mikhal menurunkan Daud dari
jendela (ay. 12), sebab semua pintu dijaga orang-orang su-
ruhan Saul. Demikianlah Daud melarikan diri dan luput. Pada
saat inilah, entah di dalam biliknya sebelum ia pergi atau di
tempat persembunyiannya saat ia melarikan diri, Daud
menulis Mazmur 59, yang menunjukkan bahwa, di tengah
ketakutan dan keadaan genting, pikirannya tetap tenang, dan
meski berada dalam bahaya besar, imannya tetap kuat dan
tertuju kepada Allah. Dan, meski rencana Saul yaitu untuk
membunuh dirinya pada waktu pagi, ia tetap berkata dengan
364
penuh keyakinan (Mzm. 59:17), Pada waktu pagi, aku mau
bersorak-sorai sebab kasih setia-Mu.
2. Mikhal mempergunakan tipu daya untuk mengelabui Saul
serta orang-orang yang disuruhnya untuk memuaskan nafsu
kejamnya itu. saat pintu-pintu rumah Daud dibuka pada
pagi hari, dan Daud tidak muncul, orang-orang suruhan itu
pun segera masuk ke dalam rumah dan mencari Daud. Akan
namun , Mikhal berkata kepada mereka bahwa Daud sedang
sakit dan terbaring di tempat tidur (ay. 14), dan, jika mereka
tidak percaya, mereka dapat melihatnya sendiri, sebab (ay.
13) Mikhal telah menaruh patung kayu di atas tempat tidur
dan membungkusnya dengan erat dan hangat seolah-olah
Daud sedang tidur pulas. Bulu kambing yang ditaruh pada ke-
pala patung itu menyerupai rambut Daud, sehingga semakin
mengelabui orang-orang suruhan Saul. Mikhal memang, atas
alasan apa pun, tidak bisa dibenarkan sebab telah berkata
bohong dan telah membungkusnya dengan sebuah kecurang-
an. Kebenaran Allah tidak membutuhkan kebohongan Mikhal.
Akan namun , dengan berbuat demikian, Mikhal berencana
memperlambat gerakan Saul, supaya Daud punya cukup wak-
tu mengamankan diri, sebab sudah pasti orang-orang suruh-
an itu akan mengejarnya andai kata mereka tahu Daud telah
pergi. Orang-orang suruhan Saul sedikit banyak masih mem-
punyai rasa manusiawi, sehingga tidak mengganggu Daud
saat mendengar ia sedang sakit, sebab memang orang yang
sedang dilanda kesusahan patut dikasihani. Namun demikian
Saul, saat mendengar hal ini, memberi perintah keras bahwa
Daud harus dibawa ke hadapannya, dalam keadaan sakit atau
sehat: Bawalah dia di atas tempat tidur itu ke mari, supaya ia
dibunuh (ay. 15). Perbuatan bersukaria di atas orang yang
sedang sakit yaitu perbuatan yang hina dan juga biadab.
Apalagi sampai bersumpah membunuh orang yang diketahui
sedang sekarat sebab kesakitannya itu. Begitu dahsyatnya
rasa haus Saul akan darah Daud, dan sungguh rakusnya
pembalasannya, sehingga ia tidak akan merasa puas sampai
melihat Daud tewas dengan tangannya sendiri. Padahal bebe-
rapa waktu lalu ia berucap, Janganlah tanganku memukul dia.
Demikianlah, saat manusia sendiri memegang kekang pada
leher hawa nafsu mereka, mereka menjadi semakin bertambah
Kitab 1 Samuel 19:18-24
365
beringas. saat orang-orang suruhan itu dikirim kembali ke
rumah Daud, tipu muslihat itu pun terbongkar (ay. 16). Akan
namun , pada waktu ini, Daud diharapkan sudah berada dalam
keadaan aman, sehingga Mikhal tidak terlalu merasa khawatir
saat kebohongannya terungkap. Saul mengumpat Mikhal
sebab telah membantu Daud melarikan diri (ay. 17): Mengapa
engkau menipu aku demikian itu? Betapa hinanya jiwa Saul
yang berharap bahwa, sebab Mikhal yaitu putrinya, ia
harus mengkhianati suaminya sendiri demi ayahnya. Bukan-
kah ia memang seharusnya meninggalkan dan melupakan
ayahnya serta rumah ayahnya itu untuk bersatu dengan sua-
minya? Orang yang tidak mau dirinya sendiri diikat oleh akal
sehat maupun oleh agama, pasti akan berpikir bahwa orang
lain akan dengan mudahnya memutus ikatan itu. Menjawab
umpatan Saul, Mikhal tidak begitu memperhatikan nama baik
suaminya seperti yang seharusnya diperbuatnya atas pribadi
Daud, saat ia mengutarakan alasannya sebagai berikut: Ia
berkata kepadaku: Biarkanlah aku pergi, apa perlunya aku
membunuh engkau? Dalih Mikhal, bahwa ia sebenarnya
berniat mencegah Daud, yaitu sesuatu yang tidak benar
sebab Mikhal yaitu orang yang memberi gagasan kepada
Daud untuk melarikan diri dan kemudian membantunya lebih
lanjut. Fitnah Mikhal terhadap Daud, bahwa suaminya itu
mengancam akan membunuhnya jika tidak membiarkannya
pergi, sungguh sesuatu yang tidak adil dan tidak pantas, dan
ini malah membenarkan amarah Saul terhadap Daud. Daud
sama sekali bukan orang yang biadab dan bukan suami yang
bertindak sewenang-wenang, bukan pribadi yang berperangai
kasar dan gemar mengancam, seperti yang di sini digambar-
kan oleh Mikhal. Namun meskipun begitu, Daud tetap ber-
sabar menanggung derita akibat deraan sahabat dan seteru-
nya, seperti halnya Sang Anak Daud.
Saul Kepenuhan seperti Nabi di Depan Samuel
(19:18-24)
18 sesudah Daud melarikan diri dan luput, sampailah ia kepada Samuel di
Rama dan memberitahukan kepadanya segala yang dilakukan Saul kepada-
nya. Kemudian pergilah ia bersama-sama dengan Samuel dan tinggallah
mereka di Nayot. 19 saat diberitahukan kepada Saul, demikian: “Ketahui-
366
lah, Daud ada di Nayot, dekat Rama,” 20 maka Saul mengirim orang-orang
suruhan untuk mengambil Daud. namun orang-orang ini melihat sekumpulan
nabi kepenuhan, dengan dikepalai oleh Samuel. Dan Roh Allah hinggap pada
orang-orang suruhan Saul, sehingga merekapun kepenuhan seperti nabi.
21 Lalu hal itu diberitahukan kepada Saul; ia mengirim orang-orang suruhan
yang lain, namun orang-orang itupun juga kepenuhan seperti nabi. Saul
mengirim sekali lagi orang-orang suruhan, rombongan yang ketiga, dan
orang-orang inipun juga kepenuhan. 22 Lalu ia sendiri pergi ke Rama. Sesam-
painya ke dekat perigi besar yang di Sekhu, bertanyalah ia, katanya: “Di
mana Samuel dan Daud?” Jawab orang: “Ada di Nayot, dekat Rama.” 23 Lalu
pergilah ia ke sana, ke Nayot, dekat Rama dan pada diapun hinggaplah Roh
Allah, dan selama ia melanjutkan perjalanannya ia kepenuhan seperti nabi,
hingga ia sampai ke Nayot dekat Rama. 24 Iapun menanggalkan pakaiannya,
dan iapun juga kepenuhan di depan Samuel. Ia rebah terhantar dengan
telanjang sehari-harian dan semalam-malaman itu. Itulah sebabnya orang
berkata: “Apakah juga Saul termasuk golongan nabi?”
Inilah,
I. Tempat perlindungan Daud. sesudah meloloskan diri dari rumah-
nya sendiri pada malam hari, ia tidak menyingkir ke Betlehem
kepada kaum kerabatnya ataupun ke salah satu kota Israel yang
telah membesarkan dan menyorakkan namanya untuk meminta
perlindungan. namun ia langsung bergegas kepada Samuel dan
memberitahukan kepadanya segala yang dilakukan Saul kepada-
nya (ay. 18),
1. sebab Samuel yaitu orang yang telah memberinya jaminan
akan mahkota kerajaan, dan saat iman Daud terhadap
jaminan ini kini mulai luntur, dan di dalam kebingung-
annya, atau pelariannya, seperti ditafsirkan beberapa orang, ia
siap-siap berkata, Semua manusia pembohong (Mzm. 116:11).
“Tidak hanya Saul yang menjanjikan nyawaku tetap ada
padaku, namun juga Samuel sendiri yang menjanjikan takhta
kerajaan bagiku.” Jadi ke mana lagi ia harus pergi kalau tidak
kepada Samuel, pada hari kesesakan ini, untuk memperoleh
penghiburan demi menguatkan imannya? Dengan berlari
kepada Samuel, ia menjadikan Allah tempat perlindungannya,
percaya kepada-Nya di bawah sayap-Nya, sebab di mana lagi
seorang yang beriman dapat menganggap dirinya aman?
2. sebab Samuel, sebagai seorang nabi, yaitu pribadi yang
paling mampu memberinya nasihat tentang apa yang harus
dilakukannya di tengah hari kesesakan itu. Di dalam mazmur
yang ditulisnya pada malam sebelumnya, ia telah menaikkan
doa kepada Allah, dan kini ia mengambil kesempatan pertama
Kitab 1 Samuel 19:18-24
367
untuk menantikan Samuel untuk memberinya arahan dan
petunjuk dari Allah. jika kita mengharapkan jawaban
damai sejahtera atas doa-doa kita, maka kita harus membuka
lebar-lebar telinga kita terhadap firman Allah.
3. sebab bersama Samuel, ada sekumpulan nabi yang dapat
menjadi tempat bagi Daud untuk bersekutu dan memuji Allah,
dan sukacita yang diperoleh dari padanya menjadi penghibur-
an terbesar tak terbayangkan bagi Daud di tengah kesusahan-
nya pada saat itu. Di istana Saul, Daud jarang sekali merasa
tenang atau bersukacita, sehingga ia pun pergi mencarinya di
tengah-tengah jemaat Samuel. Demikianlah, tanpa ragu lagi,
begitu sedikit kesenangan yang dapat diperoleh dari dunia ini
oleh orang-orang yang hidup bersekutu dengan Allah. Di
dalam persekutuan bersama Allah inilah Daud mengundurkan
diri di tengah masa-masa sulitnya (Mzm. 27:4-6).
II. Perlindungan Daud di tempat ini: Pergilah ia bersama-sama de-
ngan Samuel dan tinggallah mereka di Nayot, di mana ada sekolah
nabi, yaitu di Rama, sebagai suatu tempat yang dikhususkan,
sebab orang Filistin sendiri tidak mengganggu pertemuan para
nabi itu (10:10). Akan namun Saul, yang telah mengetahui tentang
hal itu dari beberapa pengintainya (ay. 19), mengirim orang-orang
suruhan untuk menciduk Daud (ay. 20). saat mereka ini gagal
membawa Daud kepadanya, Saul pun mengirim lebih banyak lagi
orang-orang suruhan, dan saat mereka ini pun tidak kembali
kepadanya, ia mengirim kembali orang-orang suruhan untuk
ketiga kalinya (ay. 21). saat Saul tidak mendengar kabar apa
pun dari rombongan terakhir ini, ia pun akhirnya pergi sendiri
(ay. 22). Begitu tidak sabarnya ia di dalam kehausannya akan da-
rah Daud. Begitu gelisahnya ia untuk menggenapi rancangannya
atas Daud, sehingga meskipun upayanya dimentahkan bertubi-
tubi oleh penyelenggaraan Allah, ia gagal memahami bahwa Daud
berada di bawah perlindungan khusus dari Allah. Seorang raja
sebenarnya tidak perlu bertindak sedemikian rendah sampai
turun tangan dan pergi sendiri untuk melaksanakan maksud
kejinya. namun , begitulah para penganiaya memang akan berlaku
hina seperti ini dan menghalalkan segala cara untuk memuaskan
hawa nafsu jahat mereka. Saul mengesampingkan semua urusan
rakyat demi memburu Daud. Bagaimanakah kelepasan akan da-
368
tang kepada Daud, saat ia kini siap untuk jatuh seperti seekor
domba dari kawanannya dahulu, ke dalam mulut singa-singa?
Bukan dengan cara yang sama seperti yang diperbuat Daud
untuk menyelamatkan dombanya, yakni dengan membunuh si
singa, atau bukan dengan cara Elia diselamatkan, yakni dengan
menungganglanggangkan para nabi Baal dengan api Tuhan dari
langit, namun dengan menyerahkan singa-singa itu sebagai per-
sembahan bagi domba-domba.
1. saat orang-orang suruhan Saul datang ke tengah jemaat
tempat Daud ada bersama-sama sekumpulan nabi, Roh Allah
hinggap pada mereka, dan mereka pun kepenuhan seperti
nabi. Maksudnya, mereka bergabung bersama para nabi itu
memuji-muji Allah. Bukannya meringkus Daud, mereka sen-
diri malah teringkus. Demikianlah,
(1) Allah mengamankan nyawa Daud, sebab orang-orang su-
ruhan itu menjadi begitu kepenuhan oleh roh nubuat,
sehingga tidak dapat berpikir tentang hal lain, atau lupa
akan tujuan mereka dan tidak menghiraukan Daud. Atau
juga, mungkin pikiran mereka pada saat itu diubah men-
jadi begitu luhur sehingga tidak kuasa melaksanakan per-
buatan jahat itu.
(2) Allah memberi kemuliaan kepada kumpulan nabi dan per-
sekutuan orang-orang kudus itu, dan menunjukkan bahwa
Dia mampu, jika Dia mau, membuat bahkan orang-orang
yang paling keji menjadi terkagum-kagum, melalui tanda
kehadiran-Nya di tengah-tengah perkumpulan orang ber-
iman, dan memaksa orang-orang jahat itu untuk mengakui
bahwa sungguh Allah ada di tengah-tengah mereka (1Kor.
14:24-25). Saksikan pula kebaikan yang ada di tengah
perkumpulan orang beriman, dan pengaruh baiknya terha-
dap pikiran orang-orang yang tidak mampu berpandangan
baik seperti itu. Dan di mana lagi kuasa Roh dapat diha-
rapkan akan dijumpai selain di tengah-tengah jemaat
orang-orang kudus?
(3) Allah mengagungkan kuasa-Nya atas roh manusia. Allah
yang menciptakan hati dan lidah, mampu mengendalikan
keduanya demi melaksanakan kehendak-Nya. Bileam sen-
diri menubuatkan kebahagiaan bagi Israel yang sesungguh-
Kitab 1 Samuel 19:18-24
369
nya hendak dikutuknya. Beberapa penulis Yahudi berpen-
dapat bahwa orang-orang suruhan Saul itu bernubuat
tentang kenaikan Daud ke takhta kerajaan Israel.
2. Saul sendiri juga dikuasai oleh roh nubuat sebelum tiba di
Nayot. Kita mungkin berpikir bahwa orang sejahat Saul mus-
tahil dapat diubah menjadi seorang nabi. Namun demikian,
saat Allah berkenan mempergunakan cara ini untuk melin-
dungi Daud, bahkan saat Saul (seperti diungkapkan Uskup
Hall) belum mencium bau asap dari Nayot pun, ia sendiri
sudah bernubuat, seperti halnya orang-orang suruhannya (ay.
23). Ia menanggalkan jubah kehormatan serta pakaian perang-
nya, sebab entah itu terlalu bagus atau terlalu berat untuk
hal ini, dan ia tampaknya mengalami kepenuhan, atau peng-
angkatan jiwa, yang terus-menerus berlangsung siang dan
malam. Para orang kudus di Damsyik diselamatkan dari ama-
rah Saul Perjanjian Baru, yakni Saulus, melalui perubahan
jiwanya, namun perubahan ini berbeda dengan yang terjadi di
sini. Perubahan yang dialami Raja Saul sekadar merupakan
sesuatu yang mengagumkan, namun perubahan yang dialami
Saulus merupakan sesuatu yang menguduskan. Perubahan
Saul hanya berlangsung satu hari, namun perubahan Saulus
berlangsung untuk selamanya. Perhatikanlah, ada banyak
orang yang mempunyai banyak talenta yang luar biasa namun
tidak mempunyai kasih karunia, dan mereka ini bernubuat
dalam nama Kristus namun tidak diakui oleh-Nya (Mat. 7:22-
23). Sekarang, peribahasa berikut ini terulang kembali, Apa-
kah juga Saul termasuk golongan nabi (10:12). saat pertama
kali diucapkan, peribahasa itu mengacu kepada keadaan Saul
yang berbeda dengan golongan nabi, namun pada kesempatan
ini, peribahasa itu mengacu kepada keadaan Saul yang ber-
lawanan dengan golongan nabi. Meski ditolak oleh Allah dan
digerakkan oleh roh jahat, Saul tetap dipandang termasuk
dalam golongan nabi.
PASAL 20
aud, sesudah beberapa kali lolos dari lubang jarum sebab kema-
rahan Saul, akhirnya mulai mempertimbangkan apakah harus
kembali ke negeri dan mengangkat senjata untuk membela diri.
Namun ia tidak akan melakukan perbuatan yang demikian nekat
tanpa terlebih dahulu meminta nasihat dari Yonatan sahabatnya
yang setia. Bagaimana Daud bertemu dengan Yonatan, dan apa saja
yang terjadi di antara mereka, kita dapat melihat hal itu dicatat pada
pasal ini, di mana kita menemukan sebuah tindakan kasih yang
melampaui akal manusia sebagaimana pada pasal sebelumnya kita
temukan sebuah tindakan kebencian yang sungguh tidak wajar.
I. Daud mengeluhkan kesusahan yang sedang dialaminya, dan
mengikat Yonatan sebagai sahabatnya (ay. 1-8)
II. Yonatan berjanji untuk mencari tahu dan memberitahukan
bagaimana perasaan ayahnya kepada Daud, dan memper-
barui ikatan persahabatan mereka (ay. 9-23).
III. Yonatan, sesudah mencari tahu, dengan sedih menemukan,
bahwa ayahnya sangat murka kepada Daud (ay. 24-34).
IV. Yonatan memperingatkan Daud akan hal ini, sesuai dengan
janji yang mereka buat (ay. 35-42).
Daud Berunding dengan Yonatan
(20:1-8)
1 Maka larilah Daud dari Nayot, dekat Rama; sampailah ia kepada Yonatan,
lalu berkata: “Apakah yang telah kuperbuat? Apakah kesalahanku dan apa-
kah dosaku terhadap ayahmu, sehingga ia ingin mencabut nyawaku?”
2 namun Yonatan berkata kepadanya: “Jauhlah yang demikian itu! engkau
tidak akan mati dibunuh. Ingatlah, ayahku tidak berbuat sesuatu, baik per-
kara besar maupun perkara kecil, dengan tidak menyatakannya kepadaku.
Mengapa ayahku harus menyembunyikan perkara ini kepadaku? Tidak
D
372
mungkin!” 3 namun Daud menjawab, katanya: “Ayahmu tahu benar, bahwa
engkau suka kepadaku. Sebab itu pikirnya: Tidak boleh Yonatan mengetahui
hal ini, nanti ia bersusah hati. Namun, demi TUHAN yang hidup dan demi
hidupmu, hanya satu langkah jaraknya antara aku dan maut.” 4 Yonatan
berkata kepada Daud: “Apapun kehendak hatimu, aku akan melakukannya
bagimu.” 5 Lalu kata Daud kepada Yonatan: “Kautahu, besok bulan baru,
maka sebenarnya aku harus duduk makan bersama-sama dengan raja. Jika
engkau membiarkan aku pergi, maka aku akan bersembunyi di padang
sampai lusa petang. 6 jika ayahmu menanyakan aku, haruslah kaukata-
kan: Daud telah meminta dengan sangat kepadaku untuk pergi dengan
segera ke Betlehem, kotanya, sebab di sana ada upacara pengorbanan
tahunan bagi segenap kaumnya. 7 Jika begini dikatakannya: Baiklah! maka
hambamu ini selamat. namun jika amarahnya bangkit dengan segera, keta-
huilah, bahwa ia telah mengambil keputusan untuk mendatangkan celaka.
8 Jika demikian, tunjukkanlah kesetiaanmu kepada hambamu ini, sebab
engkau telah mengikat perjanjian di hadapan TUHAN dengan hambamu ini.
namun jika ada kesalahan padaku, engkau sendirilah membunuh aku. Meng-
apa engkau harus menyerahkan aku kepada ayahmu?”
Di sini,
I. Daud menyampaikan masalah yang sedang dihadapinya kepada
Yonatan. saat Saul rebah sebab kepenuhan seperti nabi-nabi
di Nayot, Daud melarikan diri ke istana, dan berbicara dengan
Yonatan. Berbahagialah Daud bahwa ia memiliki seorang sahabat
yang demikian di istana, saat ia memiliki musuh yang begitu
jahat di atas takhta. jika ada orang-orang yang membenci dan
menghina kita, hendaklah kita tidak terganggu sebab hal itu,
sebab ada juga orang-orang yang mengasihi dan menghargai kita.
Allah telah menetapkan yang satu terhadap yang lain dan kita
juga seharusnya demikian. Yonatan yaitu seorang teman yang
selalu mengasihi dalam segala keadaan, dan juga mengasihi Daud
dalam kesusahannya, dan selalu menyambutnya dengan hangat.
Ia menerima Daud di dalam kemenangan Daud (1Sam. 18:1), dan
sekarang menjadi seorang saudara dalam kesukaran (Ams. 17:17).
Nah,
1. Daud menyatakan dirinya tidak bersalah kepada Yonatan, dan
ia tidak perlu berkata banyak untuk membuktikannya. Ia
hanya ingin supaya Yonatan memberitahunya jika ia me-
ngetahui bahwa ada kesalahan yang telah ia lakukan terhadap
ayahnya, sehingga ia dapat merendahkan dirinya dan memo-
hon pengampunan: Apakah yang telah kuperbuat? (ay. 1).
2. Daud berusaha untuk meyakinkan Yonatan bahwa Saul meng-
incar nyawanya meskipun ia tidak bersalah. Yonatan, yang
Kitab 1 Samuel 20:1-8
373
sangat berbakti dan menghormati ayahnya, enggan untuk
percaya bahwa ayahnya itu telah merencanakan atau bahkan
mungkin melakukan hal yang demikian jahat (ay. 2). Ia ber-
harap demikian sebab ia tidak mengetahui adanya rencana
demikian, dan ia biasanya diberitahukan semua rencana ayah-
nya. Yonatan, sebagai seorang anak yang berbakti, berusaha
untuk menutupi aib ayahnya, sejauh hal itu sesuai dengan
keadilan dan kesetiaan kepada Daud. yaitu baik untuk tidak
berpikir buruk akan siapa pun, terutama kepada orang tua
(1Kor. 13:5). Daud kemudian meyakinkan Yonatan dengan
bersumpah mengenai bahaya yang ia hadapi, bersumpah atas
Saul, bahwa ia tengah diliputi ketakutan kehilangan nyawanya
sebab Saul: “demi TUHAN yang hidup, sebab tidak ada yang
lebih pasti pada diri-Nya, dan demi hidupmu, sebab tidak ada
yang lebih pasti bagimu, apa pun yang engkau pikirkan,
hanya satu langkah jaraknya antara aku dan maut,” (ay. 3).
Mengenai Saul yang menyembunyikan hal itu dari Yonatan,
hal itu mudah untuk dijelaskan. Saul mengetahui tentang
persahabatan antara Daud dan Yonatan, oleh sebab itu
meskipun dalam hal-hal lainnya ia memberitahu Yonatan,
namun tidak dalam hal ini. Tidak ada orang lain yang lebih
layak dibanding Yonatan untuk membantunya dalam setiap
rencana yang benar dan terhormat, namun Saul mengenalnya
sebagai seorang yang bermoral ketimbang sebagai rekannya
dalam hal yang sehina seperti pembunuhan Daud.
II. Yonatan dengan murah hati menawarkan bantuan (ay. 4): Apapun
kehendak hatimu, ia tidak perlu menambahkan syarat bahwa hal
itu haruslah hal yang benar dan jujur, sebab ia mengenal Daud
dengan sangat baik untuk berpikir bahwa Daud akan meminta
hal yang sebaliknya, aku akan melakukannya bagimu. Inilah
persahabatan sejati. Demikianlah Kristus membuktikan kasih-
Nya kepada kita: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu. Dan
kita pun harus menunjukkan kasih kita kepada-Nya dengan me-
nuruti segala perintah-Nya.
III. Daud hanya ingin agar Yonatan meyakini apa yang dikatakannya,
dan kemudian meyakinkan dirinya sendiri apakah Saul sungguh-
sungguh merencanakan kematiannya atau tidak. Kemungkinan
374
Daud mengajukan permintaan ini lebih untuk meyakinkan Yona-
tan ketimbang dirinya sendiri, sebab ia sendiri sudah yakin.
1. Cara yang Daud ajukan untuk membuktikan dugaannya itu
wajar-wajar saja, dan pasti dapat mengungkap bagaimana pe-
rasaan Saul terhadap dirinya. Dua hari lagi Saul akan makan
dengan tamu-tamunya, dalam rangka bulan baru, saat kor-
ban khusus dipersembahkan dan perjamuan makan diadakan
atas persembahan itu. Saul telah ditolak oleh Allah, dan Roh
Tuhan telah mundur dari pada Saul, namun ia tetap melaku-
kan perjamuan-perjamuan kudus. Mungkin saja masih ada
sisa-sisa ketaatan lahiriah sementara kebajikan yang utama
tinggal puing-puing saja. Pada perjamuan semacam ini Saul
duduk bersama anak-anaknya, dan Daud juga mempunyai
tempat duduk di antara mereka, atau semua perwira tinggi-
nya, dan Daud mempunyai tempat duduk di antara mereka.
Apa pun itu, Daud menetapkan bahwa tempat duduknya ha-
rus kosong dan biasanya tidak pernah demikian pada perja-
muan yang sakral pada dua hari itu (ay. 5). Ia akan melarikan
diri sampai hari raya berakhir, dan mencari tahu masalah ini:
jika Saul menerima alasan ketidakhadirannya dan mele-
pasnya, maka Daud akan menyimpulkan bahwa ia telah ber-
ubah pikiran dan berdamai dengannya. namun jika Saul
tidak senang dengan ketidakhadirannya itu dan marah sebab -
nya, maka mudah untuk disimpulkan bahwa ia telah merenca-
nakan kejahatan terhadap Daud. Sebab, sudah pasti Saul tidak
sebegitu mengasihi Daud sampai menginginkan kehadirannya
demi tujuan selain supaya mendapatkan kesempatan untuk
mendatangkan celaka kepada Daud (ay. 7).
2. Alasan yang Daud ingin Yonatan sampaikan mengenai keti-
dakhadirannya, dapat kita mengerti sebagai alasan yang be-
nar, bahwa ia diundang oleh kakak laki-lakinya ke Betlehem,
kotanya sendiri, untuk merayakan bulan baru bersama kera-
batnya di sana, sebab, selain hari raya bulan baru yang me-
reka rayakan bersama seluruh orang Israel, mereka juga mem-
berikan korban tahunan, dan sebuah perjamuan yang kudus
untuk merayakannya, bagi segenap kaumnya (ay. 6). Mereka
mengadakan hari pengucapan syukur dalam keluarga mereka
atas segala penghiburan yang telah mereka nikmati, dan ber-
doa agar Allah terus memberi mereka penghiburan. Melalui
Kitab 1 Samuel 20:9-23
375
ini tampaknya keluarga Daud yaitu keluarga yang sangat
saleh, sebuah rumah yang memiliki jemaat di dalamnya.
3. Alasan yang ia berikan untuk meyakinkan Yonatan untuk
melakukan hal ini baginya sangat mendesak (ay. 8).
(1) Bahwa ia telah mengikat persahabatan dengan Yonatan,
dan itu yaitu atas permintaan Yonatan sendiri: Engkau
telah mengikat perjanjian di hadapan Tuhan dengan hamba-
mu ini.
(2) Bahwa ia tidak mungkin mendesaknya untuk mendukung
maksudnya jika ia tidak yakin bahwa itu yaitu hal
yang benar: “Jika ada kesalahan padaku, maka aku sama
sekali tidak mau atau mengharapkan supaya ikatan di
antara kita itu mengikatmu untuk bersekutu denganku
dalam kejahatan ini. Engkau bebas dari ikatan itu, dan
kiranya tanganmulah yang pertama menimpaku: engkau
sendirilah membunuh aku.” Tidak ada orang jujur yang
akan memaksa temannya untuk melakukan hal yang tidak
jujur demi kebaikan dirinya sendiri.
Perjanjian Yonatan dengan Daud
(20:9-23)
9 namun jawab Yonatan: “Jauhlah yang demikian itu! Sebab jika kuketahui
dengan pasti, bahwa ayahku telah mengambil keputusan untuk mendatangkan
celaka kepadamu, masakan aku tidak memberitahukannya kepadamu?” 10 Lalu
bertanyalah Daud kepada Yonatan: “Siapakah yang akan memberitahukan ke-
padaku, jika ayahmu menjawab engkau dengan keras?” 11 Kata Yonatan
kepada Daud: “Marilah kita keluar ke padang.” Maka keluarlah keduanya ke
padang. 12 Lalu berkatalah Yonatan kepada Daud: “Demi TUHAN, Allah Israel,
besok atau lusa kira-kira waktu ini aku akan memeriksa perasaan ayahku.
jika baik keadaannya bagi Daud, masakan aku tidak akan menyuruh
orang kepadamu dan memberitahukannya kepadamu? 13 namun jika
ayahku memandang baik untuk mendatangkan celaka kepadamu, beginilah
kiranya TUHAN menghukum Yonatan, bahkan lebih lagi dari pada itu,
sekiranya aku tidak menyatakannya kepadamu dan membiarkan engkau
pergi, sehingga engkau dapat berjalan dengan selamat. TUHAN kiranya
menyertai engkau, seperti Ia menyertai ayahku dahulu. 14 Jika aku masih
hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kepadaku kasih setia TUHAN?
namun jika aku sudah mati, 15 janganlah engkau memutuskan kasih setiamu
terhadap keturunanku sampai selamanya. Dan jika TUHAN melenyapkan
setiap orang dari musuh Daud dari muka bumi, 16 janganlah nama Yonatan
terhapus dari keturunan Daud, melainkan kiranya TUHAN menuntut balas
dari pada musuh-musuh Daud.” 17 Dan Yonatan menyuruh Daud sekali lagi
bersumpah demi kasihnya kepadanya, sebab ia mengasihi Daud seperti
dirinya sendiri. 18 Kemudian berkatalah Yonatan kepadanya: “Besok bulan
376
baru; maka engkau nanti akan ditanyakan, sebab tempat dudukmu akan
tinggal kosong. 19 namun lusa engkau pasti akan dicari; engkau harus datang
ke tempat engkau bersembunyi pada hari peristiwa itu, dan duduklah dekat
bukit batu. 20 Maka aku akan memanahkan tiga anak panah ke samping
batu itu, seolah-olah aku membidik suatu sasaran. 21 Dan ketahuilah, aku
akan menyuruh bujangku: Pergilah mencari anak-anak panah itu. Jika tegas
kukatakan kepada bujang itu: Lihat anak-anak panah itu lebih ke mari,
ambillah! – maka datanglah, sebab, demi TUHAN yang hidup, engkau selamat
dan tidak ada bahaya apa-apa. 22 namun jika begini kukatakan kepada orang
muda itu: Lihat anak-anak panah itu lebih ke sana! – maka pergilah, sebab
TUHAN menyuruh engkau pergi. 23 Tentang hal yang kita janjikan itu, antara
aku dan engkau, sesungguhnya, TUHAN ada di antara aku dan engkau sam-
pai selamanya.”
Di sini,
I. Yonatan menyatakan kesetiaannya kepada Daud dalam kesusah-
annya. Terlepas dari kepercayaan Daud yang besar terhadap
Yonatan, namun, sebab Yonatan mungkin agak ragu sehubung-
an dengan pengaruh Saul ayahnya maupun kepentingannya akan
keselamatannya sendiri akan membuatnya membelot, atau men-
jadi dingin terhadap Daud, maka Yonatan menganggap perlu
untuk memperbarui ikatan persahabatannya dengan Daud (ay. 9):
“Jauhlah yang demikian itu dari padamu untuk berpikir bahwa
aku mencurigai kamu atas kejahatan sehingga aku harus mem-
bunuhmu dengan tanganku sendiri atau menyerahkanmu kepada
ayahku. Tidak, jika engkau memiliki kecemburuan seperti itu,
Marilah kita keluar ke padang (ay. 11), dan membicarakannya
baik-baik.” Ia tidak menantangnya keluar ke padang untuk ber-
kelahi sebab merasa dihina, melainkan untuk meyakinkan Daud
akan persahabatannya. Yonatan dengan penuh kesungguhan ber-
janji kepada Daud bahwa dia akan memberitahukan bagaimana
perasaan ayahnya terhadap Daud, sesudah memeriksa, dan tidak
akan membuat masalah ini menjadi lebih baik atau lebih buruk
dari apa adanya. “jika baik keadaannya bagimu, aku akan
memberitahukannya kepadamu, sehingga engkau bisa tenang (ay.
12), jika buruk, aku akan membiarkan engkau pergi, sehingga
engkau bisa selamat” (ay. 13). Dengan demikian Yonatan akan
menolong melepaskan Daud dari celaka jika benar ayahnya
hendak membunuh dia, dan melepaskannya dari ketakutan akan
celaka jika hal itu hanya khayalan belaka. Untuk penegasan
akan janjinya Ia berseru kepada Allah,
Kitab 1 Samuel 20:9-23
377
1. Sebagai saksi (ay. 12): “Demi Tuhan, Allah Israel, Engkau tahu
bahwa aku bermaksud tulus, dan jujur saat aku bicara.”
Kekuatan perasaannya membuatnya berbicara dengan singkat
dan tegas.
2. Sebagai hakim: “Beginilah kiranya TUHAN menghukum Yona-
tan (ay. 13), jika aku berkata dusta, atau mengingkari per-
kataanku kepada sahabatku.” Ia menyatakan kesungguhan-
nya sehingga Daud dapat lebih diyakinkan akan ketulusannya.
Demikianlah Allah menyatakan janji-janji-Nya kepada kita,
supaya kita dapat beroleh dorongan yang kuat (Ibr. 6:17-18).
Yonatan menegaskan pernyataannya dengan doa yang tulus:
“Tuhan kiranya menyertai engkau, untuk melindungi dan
memberkatimu, seperti Ia menyertai ayahku dahulu, meskipun
sekarang Ia telah mundur dari padanya.” Demikianlah Yona-
tan menyatakan kepercayaannya bahwa Daud akan menggan-
tikan posisi ayahnya, dan harapan agar Daud lebih berhasil
dibanding ayahnya sekarang.
II. Yonatan mewariskan kelanjutan kovenan persahabatannya de-
ngan Daud itu kepada keturunannya (ay. 14-16). Ia mengikat
Daud sebagai sahabat atas keluarganya sesudah ia mati (ay. 15):
Engkau harus berjanji bahwa engkau tidak akan memutuskan
kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya. Perkata-
an ini keluar dari kasih sayangnya kepada keturunannya, yang ia
harapkan supaya baik keadaannya sesudah kematiannya, dan
semoga hidup mereka sejahtera. Ini juga menyatakan keyakinan-
nya yang teguh akan Daud yang akan naik takhta, dan bahwa ia
akan memiliki kuasa untuk melakukan kebaikan atau kejahatan
kepada keturunannya. Sebab, dengan berjalannya waktu, Tuhan
akan melenyapkan segala musuhnya, termasuk sendiri. Maka
“Janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturun-
anku, juga jangan membalaskan kesalahan ayahku kepada anak-
anakku.” Keturunan Daud juga harus terikat kepada keturunan
Yonatan turun temurun. Ia membuat perjanjian dengan keturunan
Daud (ay. 16, KJV). Perhatikan, sahabat sejati tidak mungkin tidak
meneruskan kasih mereka kepada keturunannya. Jangan kau-
tinggalkan temanmu dan teman ayahmu. Kasih setia ini,
1. Ia sebut sebagai kasih setia Tuhan, sebab kasih setia ini yang
Allah tunjukkan bagi orang-orang yang Ia ikat dalam kovenan
378
dengan diri-Nya. Sebab Ia yaitu Allah mereka dan keturunan
mereka. Mereka yaitu kekasih Allah oleh sebab nenek
moyang.
2. Ia jamin dengan sebuah kutuk (ay. 16): Tuhan menuntut balas
dari pada musuh-musuh Daud, sebab atas diri Daud sendiri
Yonatan tidak menaruh curiga, jika terbukti bahwa
musuh-musuh Daud berbuat jahat kepada keturunan Yona-
tan, sahabat Daud. Yonatan khawatir kalau Daud, atau ketu-
runannya, selanjutnya akan tergoda, demi memastikan dan
mengukuhkan hak mereka atas takhta, melakukan seperti
yang dilakukan Abimelek kepada keturunan Gideon (Hak. 9:5).
Namun alasan yang diberikan (ay. 17) mengapa Yonatan be-
gitu bersungguh-sungguh untuk mengikat persahabatan sung-
guh yaitu murni serta tulus, dan sama sekali bukan untuk
mementingkan diri sendiri. Semata-mata sebab ia mengasihi
Daud seperti dirinya sendiri, dan menginginkan supaya ia dan
keturunannya juga dikasihi Daud. Daud, meskipun sedang da-
lam keadaan tercela dan kesusahan, tetap dikasihi Yonatan se-
perti sebelumnya. Yonatan tetap mengasihinya meskipun ayah-
nya membencinya, sebab sedemikian murni dasar persahabatan
mereka. sesudah bersumpah kepada Daud, Yonatan menyuruh
Daud bersumpah kepadanya, dan (sebagaimana yang kita baca)
sekali lagi bersumpah, yang kemudian disetujui Daud sebab
mereka yang jujur tidak takut untuk memberi jaminan, untuk
bersumpah demi kasihnya kepadanya, yang dipandangnya se-
bagai hal yang sakral. Hati Yonatan dipenuhi kasih sehingga
saat mereka berpisah kali ini, ia menaikkan seruan yang
sungguh-sungguh ini kepada Allah: Tuhan ada di antara aku
dan engkau sampai selamanya (ay. 23), yaitu “Allah sendiri
menjadi hakim di antara kita dan keluarga kita sampai sela-
manya, jika ada salah satu di antara kita yang mengingkari
ikatan persahabatan ini.” Oleh sebab mengingat sumpah ini
maka Daud berbuat baik kepada Mefiboset (2Sam. 9:7, 2Sam.
21:7). yaitu baik bagi diri kita dan keturunan kita untuk
melindungi orang-orang yang Allah perkenan, dan mengikat
persahabatan dengan mereka.
III. Yonatan mengatur cara memeriksa rancangan ayahnya, dan
dengan tanda-tanda apa ia akan memberitahu Daud tentang pera-
Kitab 1 Samuel 20:24-34
379
saan ayahnya terhadap Daud. Daud akan dirasakan ketidakhadir-
annya pada hari pertama, atau setidaknya pada hari kedua, pada
bulan baru, dan akan dicari (ay. 18). Pada hari ketiga, saat ia
seharusnya sudah kembali dari Betlehem, ia harus datang ke
suatu tempat (ay. 19), dan Yonatan akan datang ke tempat itu
dengan membawa busur dan panah untuk dilesatkannya (ay. 20).
Bujangnya akan disuruhnya untuk memungut anak-anak panah-
nya, dan, jika lesatan anak panahnya pendek saja dan tidak
mencapai bujangnya, maka Daud harus menerimanya sebagai
tanda keselamatan, dan tidak takut untuk datang (ay. 21). namun ,
jika Yonatan melenturkan anak panah melampaui bujangnya,
maka itu yaitu tanda bahaya dan ia harus menyingkir demi
keselamatannya (ay. 22). Cara ini ia tetapkan kalau-kalau ia tidak
memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Daud dan menyam-
paikan laporan itu secara langsung. Akan namun saat hal itu
terjadi, rupanya Yonatan memiliki kesempatan berbicara langsung
dengan Daud.
Yonatan Memohon Izin kepada Saul Atas Daud
(20:24-34)
24 Sesudah itu bersembunyilah Daud di padang. saat bulan baru tiba,
duduklah raja pada meja untuk makan. 25 Raja duduk di tempatnya seperti
biasa, dekat dinding. Yonatan berhadapan dengan dia, Abner duduk di sisi
Saul, namun tempat Daud tinggal kosong. 26 Dan Saul tidak berkata apa-apa
pada hari itu, sebab pikirnya: “Barangkali ada sesuatu yang terjadi kepada-
nya; mungkin ia tidak tahir; ya, tentu ia tidak tahir.” 27 namun pada hari
sesudah bulan baru itu, pada hari yang kedua, saat tempat Daud masih
tinggal kosong, bertanyalah Saul kepada Yonatan, anaknya: “Mengapa anak
Isai tidak datang makan, baik kemarin maupun hari ini?” 28 Jawab Yonatan
kepada Saul: “Daud telah meminta dengan sangat kepadaku untuk pergi ke
Betlehem, 29 katanya: Biarkanlah aku pergi, sebab ada upacara pengorbanan
bagi kaum kami di kota, dan saudara-saudaraku sendirilah yang memanggil
aku. Oleh sebab itu, jika engkau mengasihi aku, berilah izin kepadaku untuk
menengok saudara-saudaraku. Itulah sebabnya ia tidak datang ke perjamuan
raja.” 30 Lalu bangkitlah amarah Saul kepada Yonatan, katanya kepadanya:
“Anak sundal yang kurang ajar! Bukankah aku tahu, bahwa engkau telah
memilih pihak anak Isai dan itu noda bagi kau sendiri dan bagi perut ibumu?
31 Sebab sesungguhnya selama anak Isai itu hidup di muka bumi, engkau
dan kerajaanmu tidak akan kokoh. Dan sekarang suruhlah orang memanggil
dan membawa dia kepadaku, sebab ia harus mati.” 32 namun Yonatan men-
jawab Saul, ayahnya itu, katanya kepadanya: “Mengapa ia harus dibunuh?
Apa yang dilakukannya?” 33 Lalu Saul melemparkan tombaknya kepada
Yonatan untuk membunuhnya. Maka tahulah Yonatan, bahwa ayahnya telah
mengambil keputusan untuk membunuh Daud. 34 Sebab itu Yonatan bangkit
dan meninggalkan perjamuan itu dengan kemarahan yang bernyala-nyala.
380
Pada hari yang kedua bulan baru itu ia tidak makan apa-apa, sebab ia ber-
susah hati sebab Daud, sebab ayahnya telah menghina Daud.
Yonatan di sini sungguh-sungguh tahu akan hal yang sangat enggan
untuk dia percayai, yaitu bahwa ayahnya memiliki kebencian yang
sangat kepada Daud, dan sudah pasti Daud akan mati jika sampai
ayahnya punya kesempatan membunuhnya. sebab itu apa pun
akan dilakukannya sesudah mengetahui semuanya itu.
I. Daud tidak hadir pada hari pertama perjamuan, namun Saul
tidak berkata apa-apa. Raja duduk di tempatnya, untuk makan
korban keselamatan seperti biasa (ay. 25), namun hatinya dipe-
nuhi dengan kedengkian dan dendam terhadap Daud. Ia seharus-
nya terlebih dahulu berdamai dengan Daud, dan kemudian
datang dan mempersembahkan korbannya. Namun bukannya
melakukan hal itu, ia malahan berharap untuk minum darah
Daud pada perjamuan ini. Alangkah kejinya korban yang diper-
sembahkan dengan maksud yang sedemikian jahat! (Ams. 21:27).
saat raja datang untuk duduk maka Yonatan menghadap,
dalam penghormatan kepadanya baik sebagai ayah maupun raja.
Semua orang mengetahui tempatnya masing-masing, namun
tempat Daud kosong. Tidak biasanya demikian. Tidak ada yang
lebih senang hatinya daripada Daud dalam hal menjalankan iba-
dah-ibadah kudus. Ia pun bukan sengaja tidak hadir sekarang,
namun jika ia datang maka ia membahayakan nyawanya. Pe-
nyelamatan diri memaksanya untuk tidak hadir. jika mungkin
untuk menghindarkan diri dari mara bahaya yang mendekat,
maka kita seharusnya tidak menempatkan diri kita dalam bahaya.
Kristus sendiri sering melarikan diri, sampai Ia tahu bahwa
waktunya telah tiba. Namun hari itu Saul tidak berkata-kata apa-
apa mengenai ketidakhadiran Daud, dan berkata pada dirinya,
“Tentu ia tidak tahir (ay. 26). Mungkin Daud melakukan sesuatu
yang najis, sehingga tidak boleh makan dari persembahan kudus
sampai ia sudah mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya
dengan air, dan menjadi najis sampai matahari terbenam.” Saul
tahu bagaimana hati nurani Daud taat pada hukum Taurat, dan
bahwa ia akan memilih untuk menjauh dari perjamuan makan
yang kudus ketimbang datang dalam kenajisannya. Terpujilah
Allah, sekarang tidak ada kenajisan yang mengekang kita, sebab
Kitab 1 Samuel 20:24-34
381
kita dapat dibasuh dalam sumber mata air yang terbuka melalui
iman dan pertobatan (Mzm. 26:6).
II. Daud ditanyakan pada hari kedua (ay. 27). Saul bertanya kepada
Yonatan, yang yaitu orang kepercayaannya, Mengapa anak Isai
tidak datang makan? Daud yaitu anak sah melalui perkawinan,
namun ia memanggilnya dengan jijik, anak Isai. Ia menanyakan
Daud seolah-olah ia tidak senang bahwa Daud tidak hadir di
perjamuan keagamaan. Seharusnya menjadi teladan bagi kepala
keluarga untuk memastikan bahwa anggota keluarga yang berada
di bawah tanggung jawab mereka hadir dalam ibadah penyembah-
an kepada Allah, baik dalam ibadah umum bersama maupun
ibadah keluarga. Tidaklah baik bagi kita, kecuali jika dalam
keadaan terpaksa, untuk melalaikan kesempatan beribadah ke-
pada Allah dalam ibadah-ibadah yang khusyuk. Tomas kehilang-
an kesempatan untuk melihat Kristus sebab satu kali tidak hadir
dalam pertemuan murid-murid. Namun yang membuat Saul kesal
yaitu sebab ia kehilangan kesempatan yang ia tunggu-tunggu
untuk mencelakai Daud.
III. Yonatan menyampaikan alasannya (ay. 28-29).
1. Bahwa Daud tidak hadir pada kesempatan yang baik ini kare-
na melakukan perjamuan di tempat lain, meskipun tidak di
sini, sebab dipanggil oleh kakak laki-lakinya, yang sekarang
lebih menghormatinya daripada sebelumnya (1Sam. 17:28),
dan bahwa ia telah pergi untuk memberikan penghormatan
kepada keluarganya, demi menjaga kasih persaudaraan. Tidak
ada tuan yang akan menyangkal kebebasan hambanya untuk
melakukan hal demikian pada waktunya. Ia membela,
2. Bahwa Daud tidak pergi tanpa meminta dan pendapat izin dari
Yonatan, yang sebagai atasannya, layak untuk dimintai izin.
Maka ia mewakili Daud dalam hal tidak menghormati dan taat
kepada pemerintah.
IV. Di sini Saul meledak dengan amarah yang memuncak, dan meng-
amuk layaknya seekor singa yang kecewa dengan mangsanya.
Daud berada di luar jangkauannya, namun ia melimpahkan ama-
rahnya kepada Yonatan sebagai gantinya (ay. 30-31). Ia memaki
Yonatan dengan bahasa yang kasar, yang tidak pantas dilakukan
382
oleh seorang yang terhormat, seorang raja, kepada siapa pun,
apalagi kepada anaknya sendiri, penerus takhtanya, anak yang te-
lah melayaninya, penopang dan perhiasan keluarganya, di hadapan
banyak orang, di sebuah perjamuan, saat semua orang seharus-
nya bersenang-senang, di sebuah perjamuan yang suci, yang oleh-
nya semua amarah yang tidak biasanya dimatikan dan dipadam-
kan. Saul tidak peduli dengan semuanya, dan memaki Yonatan,
1. Anak haram: Anak sundal yang kurang ajar, yaitu berdasar
bahasa kasar orang masa kini sama dengan “anak pelacur.”
Saul mengatai Yonatan, bahwa ia lahir menjadi noda bagi ibu-
nya, yaitu, ia memberi alasan kepada dunia untuk mencurigai
bahwa Yonatan yaitu anak haram Saul, sebab ia mengasihi
orang yang dibenci Saul dan membantu orang yang akan
membawa kehancuran atas keluarga mereka.
2. Pengkhianat: Anak pemberontak, yaitu, “pengkhianat.” Pada ba-
nyak kesempatan sebelumnya, Saul selalu mengatakan, bahwa
tidak ada penasihat atau panglima yang lebih ia percayai dan
kasihi daripada Yonatan. Namun sekarang dalam amarahnya ia
menggambarkannya sebagai ancaman bagi takhta dan nyawa-
nya.
3. Orang bodoh: Engkau telah memilih pihak anak Isai, sebab
selama ia hidup engkau dan kerajaanmu tidak akan kokoh.
Sesungguhnya Yonatan telah berbuat bijak dan baik bagi
dirinya dan keluarganya dengan berpihak kepada Daud, yang
telah Allah tetapkan atas takhta Israel, namun, untuk tindak-
annya ini, ia malah dicap sebagai paling bodoh. yaitu baik
untuk bergabung dengan umat Allah dan bersatu dengan
mereka yang bersama-sama disertai Allah. Pada akhirnya hal
itu akan terbukti menguntungkan bagi kita, walaupun untuk
saat ini mungkin kita dicela dan kehilangan kepentingan du-
niawi kita. Mungkin juga Saul sudah mengetahui bahwa Daud