ya,
1. Saul mengakui kebaikan nenek moyang mereka kepada Israel
saat keluar dari Mesir. Yitro dan keluarganya telah sangat
membantu dan melayani orang Israel dalam perjalanan mela-
lui padang gurun. Mereka telah menjadi pengganti mata bagi
orang Israel, dan pertolongan ini terus diingat hingga ketu-
runan mereka pada zaman-zaman sesudahnya. Demikianlah
orang baik meninggalkan berkat ilahi sebagai warisan kepada
anak cucunya. Orang-orang yang lahir sesudah kita dapat
menuai manfaat perbuatan baik kita saat kita berbaring di
dalam kubur. Allah tidak berlaku tidak adil sampai melupakan
kebaikan yang ditunjukkan kepada umat-Nya. Kebaikan itu
akan diingat di lain waktu, hingga masa terjauh yaitu pada
hari besar itu, dan mendapat balasnya pada hari kebangkitan
orang-orang benar. saat Aku lapar, kamu memberi Aku ma-
kan. Allah mengingat kebaikan nenek moyang orang Keni
dengan bermurah hati kepada mereka pada saat yang sama
saat Ia sedang menghukum kejahatan yang dilakukan oleh
nenek moyang orang Amalek. Hal ini membantu membersih-
kan orang-orang benar milik Allah saat Ia membebaskan
orang benar dalam penghakiman-Nya. Jika Ia menganugerah-
kan kebaikan, mengapa pula Ia tidak boleh menjatuhkan peng-
hukuman? Ia mendukung perkara umat-Nya, untuk member-
kati orang-orang yang memberkati mereka, dan sebab itu juga
berarti mengutuk orang-orang yang mengutuk mereka (Bil. 24:9;
280
Kej. 12:3). Orang Israel sendiri tidak mampu membalas kebaik-
an maupun kejahatan yang diperbuat kepada mereka, namun
Allah akan membalaskan keduanya.
2. Saul menginginkan agar orang Keni memindahkan kemah-
kemah mereka dari tengah orang Amalek: Berangkatlah, men-
jauhlah, pergilah dari tengah-tengah orang Amalek. saat
penghakiman yang menghancurkan sedang terjadi, Allah akan
memastikan untuk memisahkan yang berharga dari yang hina,
dan menyembunyikan orang-orang yang lemah lembut di
muka bumi pada hari murka-Nya. yaitu berbahaya jika
kita didapati berada di tengah-tengah musuh Allah, dan
sebab itu kewajiban dan kepentingan kita saat itu yaitu
keluar dari antara mereka, jika tidak, kita akan mengambil
bagian dalam dosa dan malapetaka mereka (Why. 18:4). Ada
pepatah orang Ibrani, Celakalah orang fasik dan celakalah juga
tetangganya.
V. Saul menang atas orang Amalek, sebab perang itu lebih merupa-
kan pelaksanaan hukuman yang telah dijatuhkan atas para
penjahat daripada bertempur melawan musuh. Persoalan ini tidak
mungkin disangsikan lagi tatkala perkaranya adil dan panggilan-
nya begitu jelas: Saul memukul kalah orang Amalek (ay. 7), sege-
nap rakyat ditumpasnya (ay. 8). Kini mereka membayar dosa
nenek moyang mereka dengan harga yang mahal. Terkadang,
Allah menyimpan bencana bagi anak-anak (keturunan). Orang
Amalek yaitu penyembah berhala serta bersalah atas banyak
dosa lainnya, dan sebab itu layak untuk menerima murka Allah.
Namun demikian, saat Allah membuat perhitungan dengan
mereka, Ia menekankan dosa nenek moyang Amalek yang menin-
das orang Israel sebagai alasan perselisihan-Nya. Tuhan, sungguh
tak terselidiki keputusan-keputusan-Mu, dan betapa tak terban-
tahkan kebenaran dan keadilan-Mu!
VI. Akan namun , Saul melakukan tugas itu dengan setengah-setengah
(ay. 9).
1. Saul menyelamatkan Agag, sebab Agag itu seorang raja sama
seperti dirinya, dan mungkin ia berharap mendapatkan tebus-
an besar dari dia.
Kitab 1 Samuel 15:10-23
281
2. Saul menyelamatkan ternak yang terbaik, dan hanya menum-
pas yang tidak diinginkan, yaitu yang tidak banyak berguna.
Dapat diduga, banyak rakyat Amalek melarikan diri dan mem-
bawa serta harta bendanya ke negeri-negeri lain. Itu sebabnya
kita masih membaca tentang orang-orang Amalek sesudah
peristiwa ini. Namun, hal itu tidak terhindarkan. Itu yaitu
kesalahan Saul, sebab ia tidak menghancurkan mereka selagi
mereka berada dalam tangan dan kekuasaannya. Apa yang
dimusnahkan ialah korban persembahan kepada keadilan
Allah, sebab pembalasan yaitu milik Allah. Sementara Saul
berpikir, apa yang tercabik dan sakit, yang timpang dan buruk
rupa, sudah cukup baik sebagai korban bagi Allah, dan ia
menyimpan anak-anak sulung dan gemukan bagi ladang dan
jamuannya sendiri. Tindakan ini sungguh hanya untuk meng-
hormati dirinya lebih daripada Allah.
Samuel Menegur Saul; Saul Ditolak oleh Allah
(15:10-23)
10 Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel, demikian: 11 “Aku menye-
sal, sebab Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada
Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku.” 12 Lalu Samuel bangun pagi-pagi
untuk bertemu dengan Saul, namun diberitahukan kepada Samuel, demikian:
“Saul telah ke Karmel tadi dan telah didirikannya baginya suatu tanda
peringatan; kemudian ia balik dan mengambil jurusan ke Gilgal.” 13 saat
Samuel sampai kepada Saul, berkatalah Saul kepadanya: “Diberkatilah
kiranya engkau oleh TUHAN; aku telah melaksanakan firman TUHAN.”
14 namun kata Samuel: “Kalau begitu apakah bunyi kambing domba, yang
sampai ke telingaku, dan bunyi lembu-lembu yang kudengar itu?” 15 Jawab
Saul: “Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyela-
matkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud
untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; namun selebihnya
telah kami tumpas.” 16 Lalu berkatalah Samuel kepada Saul: “Sudahlah! Aku
akan memberitahukan kepadamu apa yang difirmankan TUHAN kepadaku
tadi malam.” Kata Saul kepadanya: “Katakanlah.” 17 Sesudah itu berkatalah
Samuel: “Bukankah engkau, walaupun engkau kecil pada pemandanganmu
sendiri, telah menjadi kepala atas suku-suku Israel? Dan bukankah TUHAN
telah mengurapi engkau menjadi raja atas Israel? 18 TUHAN telah menyuruh
engkau pergi, dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu,
yakni orang Amalek, berperanglah melawan mereka sampai engkau mem-
binasakan mereka. 19 Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN?
Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata
TUHAN?” 20 Lalu kata Saul kepada Samuel: “Aku memang mendengarkan
suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan
aku membawa Agag, raja orang Amalek, namun orang Amalek itu sendiri telah
kutumpas. 21 namun rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan
lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk
282
mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal.” 22 namun
jawab Samuel: “Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan
korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Se-
sungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, mem-
perhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. 23 Sebab pen-
durhakaan yaitu sama seperti dosa bertenung dan kedegilan yaitu sama
seperti menyembah berhala dan terafim. sebab engkau telah menolak fir-
man TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja.”
Saul dimintai pertanggungan jawab oleh Samuel berkenaan dengan
pelaksanaan mandatnya terhadap orang Amalek. Dan kita disuguhi
sini dengan contoh mengesankan mengenai ketatnya keadilan Allah
dan pengkhianatan dan keculasan hati manusia. Dalam bagian ini
diceritakan,
I. Apa yang secara diam-diam terjadi antara Allah dan Samuel pada
waktu itu (ay.10-11).
1. Allah menetapkan bahwa Ia menolak Saul sebagai raja, dan
memberitahukannya kepada Samuel: Aku menyesal, sebab
Aku telah menjadikan Saul raja. Bagi Allah, penyesalan bukan-
lah berubah pikiran seperti pikiran kita, melainkan perubahan
cara atau pengaturan. Ia tidak mengubah kehendak-Nya,
namun menghendaki suatu perubahan. Yang berubah yaitu
pada Saul: ia telah berbalik dari pada Aku. Inilah penilaian
Allah terhadap ketaatan Saul yang tidak sepenuhnya, serta
keserakahannya yang merebak. Dengan demikian, ia sendiri
yang menjadikan Allah sebagai seteru. Allah menyesal telah
memberikan kepada Saul kerajaan beserta dengan kehormat-
an dan kekuasaannya. Namun, Ia tidak pernah menyesal telah
memberikan kepada siapa pun hikmat dan anugerah, juga
takut akan Dia dan kasih. Untuk pemberian dan panggilan
seperti ini, Allah pernah menyesal.
2. Samuel meratapi dan mencela perbuatan Saul itu. Sakit hati-
lah Samuel sebab Saul telah kehilangan perkenanan Allah,
dan sebab Allah telah memutuskan untuk membuang dia.
Samuel berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman, meng-
habiskan sepanjang malam dengan memohon kepada Allah
sebagai penengah. Tatkala orang-orang lain tidur di atas ran-
jang mereka, ia berlutut, berdoa dan bergumul dengan Allah.
Samuel bukan mencela penyisihan dirinya dari pemerintahan.
Ia juga tidak merasa senang diam-diam, seperti yang akan
Kitab 1 Samuel 15:10-23
283
dirasakan kebanyakan orang, sebab Saul yang pernah meng-
unggulinya segera saja tersingkir. Sebaliknya, Samuel berdoa
agar Saul diteguhkan, ia sama sekali tidak menginginkan hari
celaka itu. Penolakan terhadap orang berdosa membawa ratap-
an bagi orang-orang baik. Allah tidak bersukacita atas kebina-
saan mereka, maka kita pun seharusnya tidak.
II. Apa yang secara terang-terangan terjadi antara Samuel dan Saul.
Samuel, yang diutus oleh Allah kepada Saul dengan kabar berat
ini , pergi dengan perasaan pahit, seperti Yehezkiel, untuk
menemui Saul, kemungkinan dengan perjanjian yakni saat Saul
melanjutkan perjalanan ini, sebab ia telah sampai ke Gilgal (ay.
12). Gilgal yaitu tempat ia dahulu diangkat menjadi raja (11:15),
dan tempat di mana sekarang ia seharusnya menerima pengaku-
an, andai saja ia membuktikan diri dengan baik dalam ujian
ketaatannya. Akan namun , Samuel diberi tahu bahwa Saul telah
mendirikan tanda kemenangan, suatu monumen untuk keme-
nangannya, di Karmel, sebuah kota di pegunungan Yehuda. Ini
dilakukan lebih untuk mengejar kehormatan dirinya ketimbang
kehormatan Allah, sebab ia mendirikan tempat ini, atau tangan,
sesuai dengan arti katanya, bagi diri sendiri. Saul semestinya
lebih perlu bertobat dari dosanya dan berdamai dengan Allah
daripada bermegah atas kemenangannya. Dan juga, ia berderap
ke Gilgal dengan kejayaan besar, hal ini tampak dinyatakan
dalam perkataan: kemudian ia balik dan mengambil jurusan,
dengan kemegahan dan barisan kemenangan yang semarak. Di
sanalah Samuel menemui dia, dan
1. Saul membual tentang ketaatannya kepada Samuel, sebab
dengan ketaatan itulah ia sekarang mau menonjolkan dirinya
(ay. 13): “Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, sebab eng-
kau mengutus aku untuk tugas yang baik, yang telah sangat
berhasil kulakukan. Aku telah melaksanakan firman TUHAN.”
Sangat mungkin, kalau saja hati nuraninya terbuka di hadap-
annya dan mendakwa dia atas ketidaktaatannya, ia tidak akan
semudah itu memproklamirkan ketaatannya. Saul melakukan
hal itu dengan harapan agar Samuel tidak menegur dia. Demi-
kianlah pikiran orang berdosa, dengan membenarkan diri,
mereka berharap dapat lolos dari penghakiman Allah. Padahal,
satu-satunya cara untuk lolos yaitu dengan menguji diri kita
284
sendiri. Orang yang paling banyak membualkan keagamaan-
nya dapat dicurigai ada ketidakadilan dan kemunafikan dalam
keagamaannya itu.
2. Samuel mendakwa Saul dengan langsung menunjukkan keti-
daktaatannya. “Sudahkah engkau melakukan titah Tuhan?
Kalau begitu apakah bunyi kambing domba itu?” (ay. 14). Saul
berpikir bahwa Allah Yang Mahakuasa banyak berhutang budi
kepadanya atas jasa baik yang telah diperbuatnya. Namun,
Samuel justru menunjukkan bahwa jauhlah dari Allah untuk
berhutang pada Saul, malahan dengan alasan yang adil Ia
sekarang mau menentang Saul, dengan menunjukkan bukti-
nya, suara bunyi kambing domba dan bunyi lembu-lembu. Ke-
mungkinan, ternak itu dipilih Saul untuk menunjukkan keme-
nangannya, namun Samuel menunjuk hewan-hewan itu sebagai
saksi menentang Saul. Samuel tidak perlu bersusah payah
membantah pengakuan Saul. Suara ribut yang berasal dari
hewan ternak (seperti karat perak, Yak. 5:3) akan menjadi
kesaksian terhadap dia. Perhatikan, sejak dahulu, pengakuan
dan bantahan masuk akal dari orang munafik akan selalu
ditentang dan dibantah oleh bukti yang paling nyata dan tidak
dapat disanggah. Banyak orang berkoar-koar tentang ketaatan
mereka pada perintah Allah. Namun, bagaimana dengan kese-
nangan daging, cinta akan dunia, hawa nafsu dan ketamakan
mereka, serta pengabaian akan tanggung jawab suci, yang ber-
saksi menentang mereka?
3. Saul bersikeras membenarkan diri atas tuduhan itu (ay. 15).
Faktanya tidak dapat ia sangkal, domba dan lembu itu me-
mang dibawa dari orang Amalek, namun
(1) Hal itu bukan kesalahannya, melainkan rakyat menyela-
matkan kambing domba dan lembu-lembu. Masakan mereka
berani melakukannya tanpa perintah langsung dari Saul,
padahal mereka tahu bahwa hal itu bertentangan dengan
perintah langsung dari Samuel. Perhatikan, orang yang
ingin membenarkan diri sendiri biasanya sangat cepat me-
nuding orang lain dan menimpakan kesalahan kepada
siapa saja, dan bukannya menanggungnya sendiri. Dosa
yaitu kotoran yang tidak seorang pun mau biarkan ter-
geletak di depan pintu rumahnya sendiri. Dosa merupakan
dalih penyesalan dari hati yang degil, yang tidak mau
Kitab 1 Samuel 15:10-23
285
mengakui kesalahan, dan melemparkan kesalahan pada
orang lain yang menjadi penggoda, sekutu, atau hanya
pengikut dalam tindakan berdosa ini .
(2) Hal itu dilakukan dengan maksud baik: “Untuk memper-
sembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu. Dia Allahmu,
maka engkau tidak akan menentang apa pun yang di-
lakukan untuk menghormati Dia, seperti halnya perbuatan
ini.” Alasan ini yaitu dusta, sebab Saul dan rakyat
menyelamatkan ternak itu dengan niat untuk keuntungan
mereka sendiri. Namun, seandainya pun benar, perbuatan
itu tetaplah sembrono, sebab Allah membenci hasil pe-
rampasan dipakai sebagai korban bakaran. Allah menetap-
kan agar ternak-ternak yang diambil itu dipersembahkan
kepada-Nya di medan perang, dan sebab itu Ia tidak akan
berterima kasih kepada orang yang mempersembahkannya
di atas mezbah-Nya. Allah harus dilayani sesuai dengan
cara-Nya sendiri, berdasar peraturan yang Ia sendiri
telah tetapkan. Niat baik tidak akan membenarkan tindak-
an yang salah.
4. Samuel menolak, atau tidak menghiraukan pembelaan Saul,
dan tetap memberikan penghakiman atas Saul dalam nama
Allah. Ia memberi dasar wewenangnya untuk menghakimi.
Yang akan dikatakan Samuel yaitu apa yang telah difirman-
kan Allah kepadanya (ay. 16), kalau tidak demikian, ia tidak
akan menyampaikan kecaman seberat itu. Orang yang menge-
luh bahwa para hamba Tuhan bersikap terlalu keras kepada
mereka seharusnya mengingat bahwa para hamba Tuhan itu
hanya pembawa pesan, dan mereka harus setia kepada firman
Allah dan harus menyampaikan sesuai dengan apa yang
diperintahkan. Oleh sebab itu, sama seperti Saul di sini, kita
seharusnya berujar, “Katakanlah,” agar para para hamba
Tuhan itu melanjutkan apa yang harus mereka katakan.
Samuel pun menyampaikan pesan-Nya dengan setia.
(1) Ia mengingatkan Saul tentang kehormatan yang sudah
Allah berikan kepadanya dengan menjadikan dia raja (ay.
17), walaupun ia kecil pada pemandangannya sendiri. Allah
memperhitungkan keadaan Saul yang hina dahulu dan
mengganjar kerendahan hatinya. Camkanlah, orang yang
286
telah diangkat mendapatkan kehormatan dan kekayaan
seharusnya sering mengingat asal mula mereka yang hina,
supaya mereka tidak sombong memandang diri tinggi,
melainkan senantiasa belajar melakukan hal-hal besar bagi
Allah yang telah mengangkat mereka.
(2) Samuel mengemukakan kepada Saul betapa terang bende-
rangnya perintah yang harus dia laksanakan (ay. 18, KJV):
“TUHAN telah menyuruh engkau mengadakan perjalanan.”
Tugas ini begitu mudah, dan keberhasilannya begitu pasti,
sampai-sampai lebih cocok disebut perjalanan ketimbang
peperangan. Itu merupakan pekerjaan mulia, yakni
menumpas musuh bebuyutan Allah dan Israel. Kalau saja
Saul menyangkal diri serta jauh-jauh mengesampingkan
pemikirannya akan keuntungan pribadi dan menghancur-
kan seluruh milik Amalek, ia tidak akan menjadi pecun-
dang pada akhirnya, dan tidak akan pergi ke dalam pepe-
rangan ini atas biayanya sendiri. Allah tentu akan mencu-
kupkan dia, sehingga ia tidak memerlukan barang jarahan.
Oleh sebab itu,
(3) Samuel menunjukkan pada Saul betapa ia tidak dapat
dimaafkan sebab telah bertujuan mengambil keuntungan
dari perjalanan ini untuk memperkaya diri (ay. 19): “Meng-
apa engkau mengambil jarahan, dan mengambil apa yang
seharusnya dihancurkan untuk kehormatan Allah menjadi
milikmu sendiri?” Lihatlah, betapa cinta akan uang yaitu
akar kejahatan. Namun, lihatlah keberdosaan dari dosa,
dan yang membuatnya jahat di mata Tuhan lebih dari
segalanya, yaitu ketidaktaatan: engkau tidak mendengar-
kan suara TUHAN.
5. Saul mengulangi pembelaan dirinya. Ia memutuskan untuk
tetap berpegang pada pembelaan itu untuk melawan dakwaan
Samuel itu (ay. 20-21). Ia menyangkal tuduhan ini (ay.
20): “Aku memang mendengarkan, aku telah mengerjakan
segala sesuatu yang harus kulakukan.” Sebab ia memang
sudah melakukan apa yang menurut dia perlu dilakukan. Saul
memandang dirinya sendiri jauh lebih bijaksana daripada Allah.
Allah memerintahkan dia untuk membunuh semua orang,
namun , untuk menunjukkan contoh bahwa ia taat, ia membawa
Agag hidup-hidup, sebab menurut dia hal itu sama baiknya
Kitab 1 Samuel 15:10-23
287
dengan membunuh Agag. Demikianlah hati kedagingan yang
penuh tipu daya berpikir untuk mengelak dari perintah Allah
dengan apa yang mereka anggap setara. Saul bersikeras bah-
wa orang Amalek itu sendiri telah ia tumpas, yang memang me-
rupakan tujuan utama. Akan namun , soal jarahan, ia mengakui
bahwa barang-barang itu seharusnya dikhususkan untuk
ditumpas, artinya, ia mengetahui kehendak Tuhan dan tidak
salah paham mengenai perintahnya. Namun, menurut dia,
akan rugi kalau harta benda itu dibuang. Ternak orang Midian
dahulu dijadikan rampasan pada zaman Musa (Bil. 31:32),
mengapa sekarang kita tidak melakukan hal yang sama terha-
dap ternak orang Amalek? Hewan-hewan itu lebih baik dijadi-
kan rampasan bagi orang Israel daripada menjadi mangsa bu-
rung bangkai di udara dan binatang liar. Oleh sebab itu, Saul
diam-diam saja membiarkan rakyat membawanya. Namun, itu
perbuatan rakyat, bukan Saul. Lagi pula, rampasan itu diam-
bil untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN di sini, di
Gilgal, ke mana mereka membawanya. Lihatlah, betapa sukar
untuk menginsafkan anak-anak yang tidak taat akan dosa
mereka dan untuk menelanjangi perbuatan dosa mereka.
6. Samuel memberikan jawaban lengkap atas permintaan maaf
Saul, sebab ia sungguh bersikeras (ay. 22-23). Ia langsung
menunjuk ke hati nurani Saul sendiri: “Apakah TUHAN itu
berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama
seperti kepada mendengarkan suara TUHAN?” Meski Saul
bukan orang yang sangat mengenal agama, namun ia tidak
dapat menghindari diri dari pengakuan ini, bahwa:
(1) Tidak ada yang menyukakan Allah lebih daripada ketaatan.
Tidak ada. Bukan korban dan persembahan, bukan juga
lemak domba jantan. Lihatlah di sini apa yang seharusnya
kita upayakan dan kejar dalam segala ibadah keagamaan,
bahkan untuk menjadi berkenaan kepada Allah, yaitu
supaya Ia bersuka dalam apa yang kita lakukan. Jika Allah
disenangkan sebab kita dan pelayanan kita, maka kita
pun berbahagia, kita telah mencapai tujuan. Namun, kalau
tidak demikian, untuk apa itu? (Yes. 1:11). Maka, di sini,
dengan jelas dikatakan bahwa ketaatan pada kehendak
Allah dengan rendah hati, tulus, dan sungguh-sungguh
lebih menyenangkan hati-Nya dan mendapat perkenanan-
288
Nya ketimbang segala korban bakaran dan persembahan.
Mematuhi semua aturan moral dengan cermat lebih mem-
buat kita diperkenan Allah daripada menjalankan segala
tata upacara ibadah (Mi. 6:6-8; Hos. 6:6). Ketaatan disukai
oleh hukum alam yang kekal, sementara korban persem-
bahan hanya disukai oleh hukum dan peraturan tertulis
belaka. Ketaatan yaitu hukum dari keadaan tidak bersa-
lah, namun korban persembahan pada dasarnya mengakui
bahwa dosa masuk ke dalam dunia dan diadakan untuk
menghapusnya, namun tidak berdaya. namun , ketaatan da-
pat mencegah dosa itu. Allah lebih dipermuliakan dan diri
lebih disangkal oleh ketaatan ketimbang oleh persembah-
an. Jauh lebih mudah membawa anak lembu atau anak
domba untuk dibakar di atas mezbah daripada membawa
segala pikiran dan menaklukkannya kepada Allah, serta
menundukkan kehendak kepada kehendak-Nya. Ketaatan
yaitu kemuliaan para malaikat (Mzm. 103:20) dan akan
menjadi milik kita juga.
(2) Tidak ada yang begitu membuat Allah murka daripada keti-
daktaatan, yakni melawan kehendak-Nya dengan kehendak
kita sendiri. Di sini, hal itu disebut pendurhakaan dan
kedegilan, dan dikatakan sama buruknya seperti dosa ber-
tenung dan menyembah berhala (ay. 23). Memiliki ilah lain
sama jahatnya dengan hidup dalam ketidaktaatan kepada
Allah yang benar. Orang yang dikendalikan oleh kecen-
derungannya hatinya sendiri yang bengkok, bertentangan
dengan perintah Allah, dan sebagai akibatnya meminta
petunjuk dari terafim (kata yang dipakai di sini untuk me-
nyebut penyembahan berhala) atau petenung. Ketidaktaat-
anlah yang menjadikan kita semua berdosa (Rm. 5:19), dan
inilah hakikat kejahatan dosa, yakni pelanggaran hukum
Allah (1Yoh. 3:4), dan sebab nya merupakan perseteruan
terhadap Allah (Rm. 8:7). Saul yaitu raja, namun jika ia
tidak menaati perintah Allah, maka martabat dan kuasa
kerajaannya tidak akan membebaskan dia dari kesalahan
sebab kedurhakaan dan kedegilannya. Yang dibahas da-
lam ayat-ayat ini bukanlah pembangkangan rakyat terha-
dap raja mereka, melainkan pembangkangan seorang raja
terhadap Allah.
Kitab 1 Samuel 15:24-31
289
7. Samuel menubuatkan kehancuran Saul, singkatnya: “sebab
engkau telah menolak firman TUHAN, telah memandang rendah
firman itu (demikian dalam Alkitab bahasa Aram), telah meng-
anggapnya bukan apa-apa (demikian terjemahan Septuaginta),
telah menyingkirkan kekuasaannya, maka Ia telah menolak
engkau, memandang rendah dan menganggap engkau bukan
apa-apa, namun menyingkirkan engkau sebagai raja. Ia yang
menjadikan engkau raja telah menetapkan untuk menurun-
kan engkau kembali.” Orang yang tidak mau Allah memerintah
atas dirinya, tidak cocok dan tidak layak untuk memerintah
atas manusia.
Penurunan Saul dari Takhta Dinubuatkan
(15:24-31)
24 Berkatalah Saul kepada Samuel: “Aku telah berdosa, sebab telah kulang-
kahi titah TUHAN dan perkataanmu; namun aku takut kepada rakyat, sebab
itu aku mengabulkan permintaan mereka. 25 Maka sekarang, ampunilah
kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan
sujud menyembah kepada TUHAN.” 26 namun jawab Samuel kepada Saul:
“Aku tidak akan kembali bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah
menolak firman TUHAN; sebab itu TUHAN telah menolak engkau, sebagai
raja atas Israel.” 27 saat Samuel berpaling hendak pergi, maka Saul meme-
gang punca jubah Samuel, namun terkoyak. 28 Kemudian berkatalah Samuel
kepadanya: “TUHAN telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel
pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik
dari padamu. 29 Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu
menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal.” 30 namun kata
Saul: “Aku telah berdosa; namun tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku se-
karang di depan para tua-tua bangsaku dan di depan orang Israel. Kembali-
lah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada
TUHAN, Allahmu.” 31 Sesudah itu kembalilah Samuel mengikuti Saul. Dan
Saul sujud menyembah kepada TUHAN.
Pada akhirnya, Saul pun dibawa untuk mengenakan pakaian penye-
salan pada dirinya. Namun, sangat tampak bahwa ia hanya setengah
bertindak sebagai seorang petobat, dan sebenarnya tidak sungguh-
sungguh. Cermatilah,
I. Betapa buruknya ia mengungkapkan penyesalannya. Dengan
susah payah ia disadarkan akan kesalahannya, yaitu sesudah di-
ancam akan diberhentikan. Hal ini menyentuh sisi lembut Saul.
Barulah ia mulai melunak, namun sebelumnya tidak. saat
Samuel mengatakan kepadanya, bahwa ia ditolak sebagai raja, ia
290
pun berkata, “Aku telah berdosa” (ay.24). Pengakuannya tidaklah
sukarela maupun tulus, namun sebab diancam oleh batang pemu-
kul dan dipaksakan darinya. Di sini, kita mengamati beberapa
tanda buruk kemunafikan dalam penyesalannya, seperti juga
penyesalan Ahab.
1. Saul mengajukan permohonannya hanya kepada Samuel, dan
tampaknya, yang menjadi keprihatinan utama Saul yaitu
mempertahankan pendapatnya serta mendapat perkenanan Sa-
muel. Saul mendewakan Samuel, hanya untuk menjaga nama
baiknya di hadapan rakyat, sebab mereka semua mengenal
Samuel sebagai nabi sekaligus orang yang telah menjadi alat
untuk mengangkat Saul. Dengan berpikir untuk menyenangkan
Samuel dan menjadi semacam suap untuknya, Saul pun
mengaku: “Telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu,”
seolah-olah Samuel memegang peran Allah (ay. 24). Sewaktu
disadarkan oleh pelayanan Natan, Daud mengarahkan mata
hanya kepada Allah dalam pengakuan dosanya, bukan kepada
Natan (Mzm. 51:6), terhadap Engkau sajalah aku telah ver-
dosa. Namun, dengan cukup bodoh, Saul mengakui dosanya
sebagai pelanggaran terhadap perkataan Samuel, padahal per-
kataan Samuel tidak lain hanyalah pernyataan titah TUHAN.
Saul juga memohon pengampunan Samuel (ay. 25): “Maka
sekarang, ampunilah kiranya dosaku,” seolah-olah ada yang
dapat mengampuni dosa selain Allah sendiri. Sungguh malang
orang yang membodohi dirinya dengan berpikir bahwa saat
telah jatuh ke dalam dosa yang memalukan, cukuplah untuk
verdamai dengan gereja dan para hamba Tuhan dengan me-
nunjukkan pengakuan pertobatan yang meyakinkan, tanpa
peduli untuk berdamai dengan Allah dengan pertobatan yang
tulus. Dugaan terbaik yang dapat kita bangun mengenai Saul
dalam hal ini yaitu bahwa ia memandang Samuel sebagai
semacam pengantara antara dirinya dengan Allah, dan maksud
Saul dengan permohonannya kepada Samuel yaitu untuk
ditujukan kepada Allah. Akan namun , dugaan ini sangat lemah.
2. Dalam pengakuannya sekalipun, Saul masih membuat alasan
untuk kesalahannya. Itu sama sekali bukan ciri pertobatan
sejati (ay. 24): “Aku melakukannya sebab takut kepada rak-
yat, sebab itu aku mengabulkan permintaan mereka.” Kita
mempunyai cukup alasan untuk berpikir bahwa tindakan ter-
Kitab 1 Samuel 15:24-31
291
sebut merupakan perbuatan Saul sendiri, bukan rakyat. Akan
namun , berdasar apa yang telah kita baca sebelumnya,
kalaupun rakyat yang melakukannya, jelas bahwa Saul dapat
menggerakan kuasanya atas rakyatnya itu dan tidak takut
kepada mereka. Jadi, alasan itu palsu dan asal-asalan. Apa
pun kepura-puraan Saul, ia tidak benar-benar takut kepada
rakyat. Akan namun , orang berdosa biasanya menggunakan
pemikiran dan pertimbangan mereka sebagai alasan, sebab
tidak ada yang dapat membantah hal-hal itu seberapa pun
lemahnya. Namun, mereka lupa bahwa Allah menyelidiki hati.
3. Perhatian Saul hanyalah soal menyelamatkan nama baiknya
dan mempertahankan dukungan rakyat terhadapnya, kalau
tidak, mereka akan memberontak atau setidaknya memandang
rendah terhadap dia. Itu sebabnya, ia memohon kepada Sa-
muel dengan penuh kesungguhan (ay. 25), agar Samuel kem-
bali bersama-sama dengannya dan mengadakan ucapan syu-
kur atas kemenangan di hadapan rakyat. Untuk ini Saul sa-
ngat mendesak Samuel tatkala ia memegang punca jubahnya
untuk menahan dia (ay. 27). Hal itu diperbuatnya bukan kare-
na peduli kepada Samuel, melainkan ia takut jika Samuel
meninggalkan dia, rakyat juga akan melakukannya. Banyak
orang tampak giat memperhatikan para hamba Tuhan dan
orang-orang baik hanya demi kepentingan serta nama baik
mereka sendiri, padahal dalam hati membenci mereka. Akan
namun , sungguh menjijikkan saat Saul berkata (ay. 30), “Aku
telah berdosa; namun tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku
sekarang di depan bangsaku.” Inikah bahasa seorang petobat?
Bukan, seharusnya: “Aku telah berdosa, permalukan aku
sekarang, sebab aiblah yang menjadi milikku, dan tidak ada
yang merasa muak terhadap diriku seperti aku sendiri.” Na-
mun demikian, betapa seringnya kita menjumpai kemunafikan
seperti Saul ini! Orang yang dinyatakan berdosa biasa menun-
jukkan diri mereka sangat mendambakan hormat di depan
orang banyak. Sementara, orang yang telah kehilangan kehor-
matan dari ketidakbersalahannya tidak dapat berpura-pura
apa-apa selain menunjukkan pertobatan saja, dan sungguh
merupakan kehormatan bagi seorang petobat sejati untuk
mencela dirinya sendiri.
292
II. Betapa sedikit manfaat yang diperoleh Saul dengan pameran per-
tobatannya yang murahan ini. Apakah yang ia dapat?
1. Samuel mengulangi hukuman yang ditimpakan ke atasnya.
Jauhlah dari Samuel untuk memberi harapan tentang pemba-
talan hukuman ini (ay. 26), sama seperti ayat 23. Siapa
menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung (Ams.
28:13). Samuel menolak kembali bersama-sama dengan Saul,
melainkan berpaling hendak pergi (ay. 27). Sebagaimana yang
tampak kepadanya sejak awal, Samuel pun berpikir bahwa
sama sekali tidak pantas untuk menyokong orang yang telah
ditolak Allah, yakni dengan ikut bersamanya mengucap syu-
kur kepada Allah atas kemenangan yang dipakai untuk me-
muaskan keserakahan Saul, bukan kemuliaan Allah. Namun,
sesudah itu ia kembali juga bersama dengan Saul (ay. 31). Hal
ini dilakukannya dengan pertimbangan lebih jauh dan
kemungkinan oleh petunjuk ilahi, untuk menghindari pem-
berontakan rakyat atau untuk melakukan tindak keadilan ter-
hadap Agag (ay. 32), bukan untuk menghormati Saul (sebab,
meski Saul menyembah TUHAN [ay. 31], tidak dikatakan
bahwa Samuel memimpin ibadah ini ).
2. Samuel menggambarkan hukuman ini dengan sebuah
tanda, sebab Saul sendiri yang memancing berbuat demikian
dengan sikap kasarnya. saat Samuel sedang berpaling dari-
nya, ia mengoyak jubah Samuel untuk menahan dia (ay. 27).
Saul sangat tidak ingin berpisah dengan sang nabi, namun
Samuel memaknai peristiwa ini dengan cara yang hanya
dapat dilakukan oleh seorang nabi. Ia membuat kejadian itu
menjadi tanda bahwa jabatan raja telah dikoyakkan dari Saul
(ay.28), dan bahwa hal ini yaitu perbuatannya sendiri. “Allah
telah mengoyakkannya darimu dan telah memberikannya
kepada orang lain yang lebih baik dari padamu,” yaitu Daud,
yang di kemudian hari, pada suatu kesempatan, memotong
punca jubah Saul (1Sam. 24:5). Tentang hal itu, Saul berkata
kepada Daud (1Sam. 24:21), “Aku tahu, bahwa engkau pasti
menjadi raja,” kemungkinan dia mengingat tanda ini, yaitu
pengoyakan punca jubah Samuel.
3. Samuel mengesahkan putusan ini dengan pernyataan
sungguh-sungguh, bahwa hukuman itu tidak dapat dibatalkan
(ay. 29, KJV: Kekuatan dari Israel tidak berdusta). Tafsiran lain
Kitab 1 Samuel 15:32-35
293
menyebut Keabadian atau Kemenangan dari Israel. Terjemah-
an bahasa Arab menuliskan Yang Kudus. Alkitab Aram menye-
but Yang Termulia. Uskup Patrick menyebut-Nya Raja Israel
yang berkemenangan. “Ia sudah berketetapan untuk menurun-
kan engkau dan tidak akan mengubah ketetapan-Nya. Ia bu-
kan manusia yang harus menyesal.” Manusia tidak tetap dan
pikirannya berubah-ubah, lemah dan tidak mampu melaksa-
nakan ketetapannya. Ada hal-hal yang terjadi, yang tidak da-
pat diduga sebelumnya oleh manusia, oleh sebab hal-hal itu-
lah pengukuran manusia dibatalkan. Namun, tidak demikian
halnya dengan Allah. Terkadang, Allah menyesali kejahatan
yang hendak dilaksanakan-Nya. Penyesalan tersembunyi dari
Saul, sebab itu tersembunyi pula dari mata Allah.
Agag Dibantai
(15:32-35)
32 Lalu berkatalah Samuel: “Bawa ke mari Agag, raja Amalek itu.” Dengan
gembira Agag pergi kepadanya, sebab pikirnya: “Sesungguhnya, kepahitan
maut telah lewat.” 33 namun kata Samuel: “Seperti pedangmu membuat
wanita -wanita kehilangan anak, demikianlah ibumu akan kehilang-
an anak di antara wanita -wanita .” Sesudah itu Samuel mencincang
Agag di hadapan TUHAN di Gilgal. 34 Kemudian Samuel pergi ke Rama, namun
Saul pergi ke rumahnya, di Gibea-Saul. 35 Sampai hari matinya Samuel tidak
melihat Saul lagi, namun Samuel berdukacita sebab Saul. Dan TUHAN
menyesal, sebab Ia menjadikan Saul raja atas Israel.
Sebagai nabi, di sini Samuel diangkat atas raja-raja (Yer.1:10).
I. Ia membinasakan raja Agag, tidak diragukan lagi oleh perintah
khusus dari surga, sebab kini tidak seorang pun dapat meng-
aku-ngaku oleh perintahnya. Ia mencincang Agag. Sebagian orang
berpikir Samuel hanya memerintahkan seseorang untuk melaku-
kannya, namun mungkin juga ia melakukannya dengan tangannya
sendiri, sebagai korban bagi keadilan Allah yang telah disalahi (ay.
33), dan biasanya korban persembahan dipotong-potong. Perhati-
kanlah di sini,
1. Bagaimana harapan kosong Agag dikecewakan: ia datang de-
ngan anggun (KJV), dengan gaya yang agung, untuk menunjuk-
kan bahwa dirinya yaitu raja, dan dengan demikian agar
diperlakukan dengan hormat, atau dengan sikap yang lembut,
294
sebagai seseorang yang tidak terbiasa menghadapi kesukaran,
yang tidak pernah mencoba menjejakkan telapak kakinya ke ta-
nah sebab sifatnya yang manja dan lemah (Ul. 28:56), supaya
dikasihani. Ia berkata, “Sesungguhnya, sekarang bara peperang-
an telah padam, kepahitan maut telah lewat” (ay. 32). sesudah
lolos dari pedang Saul, prajurit perang itu, Agag berpikir dirinya
aman dari Samuel, seorang nabi tua, pecinta damai. Perhatikan-
lah,
(1) Ada kepahitan dalam maut, maut mengerikan secara ala-
miah. “Sesungguhnya, maut itu pahit,” demikianlah per-
kataan Agag dalam versi Alkitab lain. Septuaginta menulis-
kan kalimat sebelumya, Ia datang dengan gemetar. Maut
akan membuat tawar hati yang paling teguh sekalipun.
(2) Banyak orang berpikir kepahitan maut sudah lewat saat
tidak demikian halnya. Mereka merasa hari sial jauh dari
mereka, padahal sangat dekat. Melalui anugerah, orang
percaya dapat mengatakan ini dengan dasar yang teguh,
meski kematian tidak berlalu, namun kepahitannya berlalu,
“Hai maut, di manakah sengatmu?” (1Kor. 15:55, NIV).
2. Bagaimana perbuatan-perbuatan kekejian Agag di masa lalu
kini dihukum. Samuel meminta pertanggungjawabannya bu-
kan hanya atas dosa-dosa leluhurnya, namun juga atas dosanya
sendiri: “Pedangmu membuat wanita -wanita kehilang-
an anak,” (ay. 33). Agag meniti langkah kekejaman nenek mo-
yangnya, dan orang-orang yang lahir sesudah dia kemungkinan
besar juga melakukan hal yang sama. Oleh sebab itu, adillah
jika darah orang benar yang ditumpahkan oleh orang Amalek
dituntut dari angkatan ini (Mat. 23:36). Agag, yang anggun
dan mewah, bersikap kejam dan biadab kepada orang lain.
Memang begitulah pada umumnya: orang yang memanjakan
keinginannya juga tidak akan kurang memanjakan hawa naf-
sunya. Akan namun , darah akan diperhitungkan. Bahkan para
raja harus tunduk kepada Raja segala raja atas darah orang
tidak bersalah yang mereka tumpahkan, atau yang tertumpah
sebab mereka. Kejahatan raja Manasyelah yang tidak akan
TUHAN ampuni (2Raj. 24:4). Lihat Wahyu 13:10.
Kitab 1 Samuel 15:32-35
295
II. Samuel meninggalkan Raja Saul, pergi darinya (ay. 34), dan sam-
pai hari matinya tidak melihat Saul lagi (ay. 35) untuk memberinya
nasihat dalam segala urusannya, sebab Saul tidak menginginkan
kehadiran Samuel ataupun diberi nasihat oleh dia. Samuel
memandang Saul sebagai orang yang ditolak Allah, sebab itulah
ia meninggalkannya. Meski terkadang mereka bertemu secara
tidak sengaja (seperti dalam 19:24), Samuel tidak pernah datang
menemui dia untuk menunjukkan kebaikan hati atau rasa
hormat. Namun demikian, ia berdukacita sebab Saul, sebab ber-
pikir betapa menyedihkannya seseorang yang pernah berdiri tegak
dalam hal-hal besar harus menghancurkan diri sendiri dengan
begitu bodohnya. Ia berdukacita sebab keadaan buruk negeri itu,
negeri yang untuknya Saul pernah menjadi berkat amat besar, te-
tapi sekarang justru menjadi kutukan dan tulah. Ia berdukacita
sebab keadaan Saul yang abadi, sebab tidak ada harapan untuk
membawa dia pada pertobatan. Tatkala meratapi Saul, kemung-
kinan Samuel membuat permohonan, namun TUHAN telah menye-
sal sebab Ia menjadikan Saul raja, dan berketatapan untuk
membatalkan karya-karya Saul. Maka doa-doa Samuel pun tidak
berhasil baginya. Perhatikanlah, kita harus berdukacita sebab
penolakan terhadap orang-orang berdosa,
1. Meskipun kita menarik diri dari mereka dan tidak berani ber-
gaul akrab dengan mereka. Demikianlah nabi meninggalkan
dan menyingkir dari umatnya, namun menangisi mereka siang
dan malam (Yer. 9:1-2).
2. Meskipun mereka tidak berdukacita sebab dirinya sendiri. Saul
tampaknya tidak peduli dengan tanda-tanda murka Allah yang
sedang dihadapinya, namun Samuel meratapi dia siang dan ma-
lam. Yerusalem terjamin aman saat Kristus menangisinya.
PASAL 16
ada pasal ini, dimulailah kisah Daud, sosok di dalam kisah kudus
Allah yang kemasyhurannya setara dengan segenap tokoh besar
di Perjanjian Lama. Daud seorang yang dengan pedang dan penanya
bergiat melayani kemuliaan Allah serta kepentingan Israel dengan
kegigihan yang setara dengan yang lainnya, dan juga seorang yang
menjadi gambaran Kristus yang sungguh agung. Dalam pasal ini kita
jumpai,
I. Samuel ditunjuk dan diperintahkan untuk mengurapi se-
orang raja di antara anak-anak Isai di Betlehem (ay. 1-5).
II. Semua anak laki-laki Isai yang tua dilewati, lalu Daud sang
bungsu dipilih dan kemudian diurapi (ay. 6-13).
III. saat Saul menjadi semakin gundah gulana, Daud pun di-
panggil untuk membuatnya lega melalui musik (ay. 14-23).
Demikianlah permulaan yang sungguh sederhana dari se-
orang yang termasyhur itu.
Samuel Beranjak ke Betlehem
(16:1-5)
1 Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Berapa lama lagi engkau berdukacita
sebab Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah
tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau ke-
pada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih
seorang raja bagi-Ku.” 2 namun Samuel berkata: “Bagaimana mungkin aku
pergi? Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku.“ Firman TUHAN:
“Bawalah seekor lembu muda dan katakan: Aku datang untuk mempersem-
bahkan korban kepada TUHAN. 3 Kemudian undanglah Isai ke upacara
pengorbanan itu, lalu Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang harus
kauperbuat. Urapilah bagi-Ku orang yang akan Kusebut kepadamu.” 4 Sa-
muel berbuat seperti yang difirmankan TUHAN dan tibalah ia di kota
Betlehem. Para tua-tua di kota itu datang mendapatkannya dengan gemetar
P
298
dan berkata: “Adakah kedatanganmu ini membawa selamat?” 5 Jawabnya:
“Ya, benar! Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN.
Kuduskanlah dirimu, dan datanglah dengan daku ke upacara pengorbanan
ini.” Kemudian ia menguduskan Isai dan anak-anaknya yang laki-laki dan
mengundang mereka ke upacara pengorbanan itu.
Samuel telah mengundurkan diri ke rumahnya di Rama dengan
tekad untuk tidak lagi tampil mengurus kepentingan rakyat, dan
memilih untuk sepenuhnya membaktikan diri mengajar dan mem-
bina putra-putra nabi yang dikepalainya, seperti kita baca kemudian
(19:20). Samuel merasa lebih puas dengan berharap pada para nabi
muda ini ketimbang dari para pemimpin muda. Sampai pada hari
kematiannya, kita memang tidak lagi membaca tentang Allah yang
memanggilnya ke tengah masyarakat untuk mengurus perkara-per-
kara kenegaraan, kecuali pada bagian ini saat ia mengurapi Daud.
I. Allah menegur Samuel sebab terus-menerus meratapi penolakan
Allah terhadap Saul. Allah tidak menyalahkan Samuel sebab ia
bersedih atas peristiwa itu, namun sebab ia terlampau larut dalam
kesusahan hatinya itu: Berapa lama lagi engkau berdukacita
sebab Saul? (ay. 1). Di sini, kita menyaksikan bahwa Samuel
sama sekali tidak bersedih atas tersingkirnya keluarganya mau-
pun pemberhentian anak-anak laki-lakinya dari jabatan imam
mereka, namun ia bersedih atas penolakan Saul serta keturunan-
nya. Samuel meratap tanpa henti sebab perkara terkait keluarga-
nya terjadi oleh sebab ketidakpuasan rakyat Israel yang bebal,
namun perkara Saul terjadi oleh sebab murka Allah yang adil. Na-
mun demikian, Samuel perlu mengambil waktu untuk memulih-
kan diri dan tidak meratap sampai masuk kubur,
1. sebab Allah sudah menolak Saul, sehingga Samuel harus
tunduk kepada keadilan ilahi ini dan melupakan kasih-
nya kepada Saul. Jika Allah dimuliakan oleh kehancuran Saul,
maka Samuel harus merasa puas hati. Lagi pula, buat apa lagi
ia meratap? Keputusan Allah telah dijatuhkan, dan segala doa
serta air matanya tidak akan sanggup membalikkan keputus-
an itu (2Sam. 12:22-23).
2. sebab Israel tidak akan dirugikan oleh hal itu, dan Samuel
harus mendahulukan kesejahteraan rakyat ketimbang kasih-
nya sendiri kepada sahabatnya. “Jangan bersedih bagi Saul,
sebab telah Kupilih seorang raja bagi-Ku. Orang Israel telah
Kitab 1 Samuel 16:1-5
299
mengangkat bagi mereka sendiri seorang raja yang terbukti
tidak layak, maka kini Aku akan mengangkat bagi diri-Ku sen-
diri seorang raja, seorang yang berkenan di hati-Ku.” Lihat
Mazmur 89:21; Kisah Para Rasul 13:22. “Meski Saul telah Ku-
tolak, Israel tidak akan menjadi seperti domba yang tidak ber-
gembala. Aku menyediakan seorang raja lain bagi mereka.
Biarlah sukacitamu atas raja baru ini menelan habis dukacita-
mu atas raja yang ditolak.”
II. Allah mengutus Samuel ke Betlehem untuk mengurapi salah satu
anak laki-laki Isai, seorang yang mungkin tidak asing lagi di mata
Samuel. Isilah tabung tandukmu dengan minyak. Saul diurapi
dengan minyak sebuli-buli banyaknya, yang sedikit dan mudah
pecah, sementara Daud diurapi dengan minyak yang setabung
tanduk banyaknya, lebih melimpah dan tahan lama. Demikianlah
kita membaca mengenai tanduk keselamatan di dalam keturunan
Daud, hamba-Nya itu (Luk. 1:69).
III. Samuel berkeberatan akan bahaya yang dapat timbul oleh per-
jalanan ini (ay. 2): Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh
aku. Dengan berkata ini, terlihat
1. Bahwa Saul telah berubah menjadi sangat keji dan ganas
sejak dirinya ditolak, sebab jika tidak demikian, tentu Samuel
tidak akan berkata demikian. Kefasikan apa yang tidak ada
pada diri Saul, jika Samuel saja bisa dibunuhnya?
2. Bahwa iman Samuel tidaklah sekuat yang diharapkan dari
seseorang seperti dirinya, sebab jika tidak demikian, tentu ia
tidak akan takut terhadap murka Saul. Bukankah Dia yang
mengutusnya akan melindunginya dan menjaganya tetap sela-
mat? Akan namun , begitulah orang-orang terbaik sekalipun
tidaklah sempurna imannya. Demikian pula ketakutan tidak
akan sepenuhnya dapat disingkirkan dari dunia yang ada di
seberang sorga ini. Namun demikian, perkataan Samuel ini da-
pat dipahami sebagai kerinduannya untuk memperoleh petun-
juk sorgawi perihal cara mengurus perkara ini dengan bijak-
sana, supaya ia tidak membiarkan dirinya maupun orang lain
terancam bahaya yang tidak perlu.
300
IV. Allah memerintahkan Samuel untuk menutupi rancangan-Nya
ini dengan persembahan korban: Katakan, Aku datang un-
tuk mempersembahkan korban, dan memang Samuel benar mem-
persembahkan korban. Memang sepantasnyalah ia mempersem-
bahkan korban, saat ia datang untuk mengurapi seorang raja
(11:15). Sebagai seorang nabi, ia dapat mempersembahkan kor-
ban kapan pun dan di mana pun Allah menetapkannya untuk
melakukannya. sebab itu, perkataannya bahwa ia datang untuk
mempersembahkan korban itu sama sekali tidak menyalahi
hukum kejujuran, saat ia memang melakukan hal itu, meski ia
juga mempunyai maksud lain yang menurut hematnya perlu
disembunyikan. Biarlah Samuel mempersembahkan korban dan
mengundang Isai, yang kemungkinan merupakan tokoh masyara-
kat di kota itu, beserta keluarganya untuk datang kepada peraya-
an korban, dan, firman Allah, Aku akan memberitahukan kepada-
mu apa yang harus kauperbuat. Orang yang melakukan pekerjaan
Allah sesuai jalan-Nya akan dituntun langkah demi langkah, di
mana pun mereka merasa tersesat, untuk melaksanakannya
dengan cara yang terbaik.
V. Samuel patuh dan pergi ke Betlehem, tidak dengan kemegahan
ataupun dengan disertai rombongan, melainkan hanya dengan
seorang bujang untuk menuntun seekor lembu muda yang akan
dipersembahkannya sebagai korban. Namun demikian, para tua-
tua di kota Betlehem datang mendapatkannya dengan gemetar,
sebab takut bahwa kedatangannya itu merupakan tanda amarah
Allah terhadap mereka, dan bahwa Samuel datang untuk mengu-
mandangkan penghakiman atas kejahatan kota itu. Rasa bersalah
mendatangkan rasa takut. Akan namun , kita memang sepatutnya
berdiri dengan kagum di hadapan utusan Allah dan gemetar men-
dengar perkataan-Nya. Selain itu, mereka juga mungkin merasa
takut bahwa kedatangan Samuel ini dapat menimbulkan amarah
Saul terhadap mereka. Mungkin mereka tahu, betapa Saul sangat
gusar terhadap Samuel, sehingga merasa cemas bahwa Saul akan
mencari gara-gara dengan mereka sebab telah menerima Samuel.
Para tua-tua itu bertanya kepada Samuel, “Adakah kedatanganmu
ini membawa selamat? Apakah engkau sendiri baik-baik saja dan
tidak sedang melarikan diri dari Saul? Apakah engkau merasa
damai dengan kami, dan tidak datang dengan pesan kemarahan
Kitab 1 Samuel 16:1-5
301
apa pun?” Kita semua harus dengan sepenuh hati rindu untuk
berada dalam hubungan yang baik dengan para nabi utusan Allah
serta gemetar mendengar firman Allah atau doa-doa para nabi
ini , yang menegur kita. saat Sang Anak Daud lahir sebagai
raja orang Yahudi, seluruh Yerusalem pun terkena masalah (Mat.
2:3). Selama ini Samuel tinggal di rumah saja, sehingga sungguh
aneh menyaksikan dirinya kini berada begitu jauh dari rumah.
Oleh sebab itu, para tua-tua itu menyimpulkan bahwa pasti ada
sesuatu yang luar biasa yang membawa Samuel datang, sehingga
merasa ketakutan sampai Samuel sendiri menenangkan mereka
(ay. 5): “Ya, benar! sebab aku datang untuk mempersembahkan
korban, bukan membawa pesan kemarahan untuk menegur eng-
kau, namun dengan membawa keselamatan dan pendamaian. Oleh
sebab itu, kalian boleh menjamu aku dan tidak perlu takut
dengan kedatanganku ini. Maka dari itu, kuduskanlah dirimu, dan
bersiaplah untuk bergabung bersamaku dalam upacara persem-
bahan korban, supaya engkau turut mendapat keuntungannya.”
Catatlah, sebelum suatu upacara kudus dilaksanakan, sebuah
pengakuan kudus haruslah dikumandangkan terlebih dahulu.
saat kita hendak mempersembahkan korban persembahan
rohani, kita harus menguduskan diri dengan mengasingkan diri
dari dunia dan memperbaharui bakti kita kepada Allah. Pada
waktu Yesus, yang yaitu Tuhan kita, datang ke dunia ini, walau
manusia punya cukup alasan untuk gemetar sebab takut bahwa
kedatangan-Nya yaitu untuk membinasakan dunia, namun Ye-
sus memberi jaminan penuh bahwa Ia datang dengan damai, ka-
rena Ia datang untuk mempersembahkan korban, dan Ia mem-
bawa serta korban persembahan-Nya bersama diri-Nya: Engkau
telah menyediakan tubuh bagiku. Marilah kita menguduskan diri,
supaya kita beroleh perkenanan di dalam korban persembahan-
Nya. Perhatikanlah, orang yang datang untuk mempersembahkan
korban haruslah datang dengan damai di hati, sebab semua
ibadah sejatinya tidak boleh dilaksanakan dalam keadaan hati
yang sedang kacau.
VI. Samuel secara khusus memperhatikan Isai dan anak-anak laki-
lakinya, sebab kepentingannya yang sesungguhnya terletak pada
orang-orang ini. Oleh sebab itu, Samuel kemungkinan memberi-
tahu Isai pada waktu dirinya pertama kali tiba, dan menginap di
302
rumahnya. Samuel berbicara kepada semua tua-tua untuk me-
nguduskan diri, namun ia menguduskan Isai dan anak-anaknya
yang laki-laki dengan berdoa bersama mereka serta mengajar
mereka. Mungkin Samuel sudah terlebih dulu mengenal mereka,
dan tampaknya di dalam pasal 20:29, di mana kita membaca me-
ngenai upacara persembahan yang dihadiri keluarga itu, keluarga
Isai yaitu keluarga yang saleh. Samuel membantu mereka di
dalam persiapan keluarga untuk mempersembahkan korban di
hadapan umat, dan, mungkin, memilih Daud kemudian meng-
urapinya di tengah-tengah perayaan keluarga itu, sebelum korban
itu dipersembahkan atau sebelum perayaan pengorbanan itu di-
kuduskan. Mungkin Samuel mengadakan sendiri upacara pengor-
banannya, seperti Ayub, sebanyak jumlah mereka sekalian (Ayb.
1:5), dan, dengan memanfaatkan peristiwa itu, memanggil mereka
semua untuk tampil di hadapannya. saat ada tanda-tanda sua-
tu berkat hendak dianugerahkan kepada sebuah keluarga, maka
seluruh anggota keluarga itu harus menguduskan diri mereka
masing-masing.
Daud Diurapi Samuel
(16:6-13)
6 saat mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: “Sung-
guh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya.” 7 namun berfir-
manlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau pera-
wakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia
yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, namun TUHAN
melihat hati.” 8 Lalu Isai memanggil Abinadab dan menyuruhnya lewat di
depan Samuel, namun Samuel berkata: “Orang inipun tidak dipilih TUHAN.” 9
Kemudian Isai menyuruh Syama lewat, namun Samuel berkata: “Orang inipun
tidak dipilih TUHAN.” 10 Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat
di depan Samuel, namun Samuel berkata kepada Isai: “Semuanya ini tidak
dipilih TUHAN.” 11 Lalu Samuel berkata kepada Isai: “Inikah anakmu semua-
nya?” Jawabnya: “Masih tinggal yang bungsu, namun sedang menggembalakan
kambing domba.” Kata Samuel kepada Isai: “Suruhlah memanggil dia, sebab
kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari.” 12 Kemudian disu-
ruhnyalah menjemput dia. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya
elok. Lalu TUHAN berfirman: “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” 13
Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud
di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasa-
lah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel menuju Rama.
Jika kepada anak-anak laki-laki Isai diberitahukan bahwa Allah akan
menyediakan bagi diri-Nya sendiri seorang raja yang akan diambil
Kitab 1 Samuel 16:6-13
303
dari antara mereka (seperti firman-Nya, ay. 1), maka kita dapat meya-
kini bahwa mereka semua berusaha tampil sebaik mungkin, dan
masing-masing berharap akan menjadi sang raja itu. Akan namun ,
pada bagian ini, kita dapat membaca,
I. Bagaimana semua anak laki-laki yang lebih tua, yang berdiri
begitu gagahnya, dilewati.
1. Eliab, anak yang tertua, secara khusus menjadi yang pertama
diperhadapkan kepada Samuel, kemungkinan dengan hanya
didampingi Isai seorang diri, dan Samuel berpikir bahwa Eliab-
lah sang raja itu: Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri
yang diurapi-Nya (ay. 6). Para nabi sendiri, meskipun mereka
bicara di bawah panduan Allah, masih juga bisa melakukan
kesalahan layaknya manusia lain, seperti yang dilakukan pula
oleh Natan (2Sam. 7:3). Akan namun , Allah memperbaiki kesa-
lahan sang nabi dengan sebuah bisikan rahasia ke dalam
pikirannya: Janganlah pandang parasnya (ay. 7). Sungguh
aneh bahwa Samuel, yang telah dikecewakan sedemikian rupa
oleh Saul, yang paras serta perawakannya membuatnya tam-
pak unggul di mata manusia, masih juga begitu tergesa-gesa
menilai seorang manusia dengan cara serupa. jika Allah
hendak menyenangkan manusia, maka Ia akan memilih
seorang yang elok perawakannya, namun , jika Ia menghen-
daki seorang yang berkenan di hati-Nya, maka orang itu tidak
akan dipilih-Nya berdasar apa yang kelihatan. Manusia
menghakimi menurut apa yang dilihatnya, namun Allah tidak
demikian (Yes. 11:3). Tuhan melihat hati, artinya,
(1) Allah mengenal hati dengan baik. Kita dapat mengetahui
rupa manusia, namun Allah dapat mengetahui pribadi ma-
nusia yang sesungguhnya. Manusia melihat pada mata
(demikianlah kata aslinya), dan bersuka atas kecemerlang-
an dan kegairahan yang dipancarkannya, namun Allah meli-
hat hati, dan mengetahui pikiran dan niat hati itu.
(2) Allah menghakimi manusia menurut hati. Kecondongan
hati yang luhur, kudus dan baik, mendatangkan pujian
bagi kita di mata Allah dan sangat berharga di mata-Nya
(1Ptr. 3:4), bukan penampakan yang gagah, atau kekuatan
serta kegagahan tubuh. Marilah kita senantiasa mengingat
304
bahwa keindahan sejati yaitu di dalam diri kita, yaitu ma-
nusia batiniah kita, dan marilah kita menghakimi manusia,
sejauh kemampuan kita, menurut hati dan budi pekerti
dan bukan rupanya.
2. Pada waktu Eliab disisihkan, maka Abinadab dan Syamanya
serta empat anak laki-laki Isai yang lain, seluruhnya tujuh
anak, ditampilkan di depan Samuel untuk dipertimbangkan
menurut maksud kehadirannya. Akan namun Samuel, yang
tidak bertindak lebih hati-hati daripada saat ia menerima
petunjuk Allah pertama kali, menolak mereka semua: Semua-
nya ini tidak dipilih Tuhan (ay. 8, 10). Manusia mewariskan
kehormatan serta kekayaan kepada para anak laki-laki menu-
rut tuanya usia serta urutan kelahiran, namun Allah tidak de-
mikian. Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda.
Andaikan pilihan raja itu diserahkan sepenuhnya kepada
Samuel atau Isai, maka pasti salah satu dari anak laki-laki ini
sudah terpilih. Akan namun , Allah hendak membesarkan ke-
daulatan-Nya dengan tidak memilih orang-orang yang unggul
dan malah menetapkan orang-orang lain yang lebih hina.
II. Bagaimana Daud pada akhirnya dipilih. Ia merupakan anak
bungsu dari semua anak laki-laki Isai. Namanya berarti terkasih,
sebab ia yaitu gambaran Sang Anak yang Terkasih. Perhatikan,
1. Bagaimana ia berada di padang untuk menggembalakan kam-
bing domba (ay. 11), dan dibiarkan tinggal di sana, meski ada
upacara dan perayaan korban di rumah ayahnya. Anak bung-
su biasanya menjadi anak yang dimanja di tengah keluarga,
namun tampaknya, Daud menjadi yang paling tidak dihiraukan
dari semua anak laki-laki Isai, entah sebab mereka tidak
menyadari atau tidak menghargai pribadi Daud yang sungguh
luhur. Banyak orang hebat tersembunyi di balik keterasingan
serta kehinaan, dan Allah memang kerap memuliakan orang-
orang yang dihina sesamanya dan memberi penghormatan
khusus kepada anggota-anggota yang tidak mulia. Anak Daud
yaitu Dia yang dihina manusia, Batu yang dibuang oleh
tukang-tukang bangunan, namun demikian, nama-Nya menjadi
nama di atas segala nama. Daud diambil dari tempat domba-
domba yang menyusui untuk menggembalakan Yakub (Mzm.
Kitab 1 Samuel 16:6-13
305
78:71), seperti halnya Musa sendiri diambil saat tengah
menggembalakan kawanan ternak milik Yitro, suatu tanda
kerendahan hati serta keuletan Daud, dua sifat yang dengan
senang hati hendak dimuliakan Allah. Kita pasti berpikir bah-
wa hidup ketentaraan merupakan hidup yang terbaik untuk
mempersiapkan seseorang menerima kuasa sebagai raja, namun
di mata Allah, hidup penggembalaan, yakni hidup yang meng-
utamakan perenungan dan persekutuan dengan Allah, men-
jadi yang terbaik untuk tujuan itu, sebab bersama hidup
penggembalaan ini , terdapat sejumlah karunia Roh yang
penting untuk mengemban amanat kerajaan ini. Daud tengah
menggembalakan kambing domba, padahal saat itu sedang
ada upacara mempersembahkan korban. Sungguh, ada belas
kasihan yang melampaui persembahan.
2. Bagaimana Samuel bersikeras menginginkan Daud dijemput:
“Kita tidak akan duduk makan sebelum ia datang kemari. (Mung-
kin ini bukan saat perayaan korban, namun saat bersantap biasa)
jika semua anak laki-laki Isai telah ditolak, maka orang ini
pastilah sang raja itu.” Daud yang tidak diniatkan sama sekali
untuk ikut duduk di meja makan malah sekarang menjadi yang
dinantikan kehadirannya sebagai tamu utama. saat Allah
hendak meninggikan orang yang hina, siapakah yang dapat
mencegahnya?
3. Bagaimana penampilan Daud saat ia datang. Tidak ada pen-
jelasan mengenai pakaian Daud. Namun pastilah ia berpakai-
an menurut pekerjaannya, hina dan kasar, seperti layaknya
pakaian para gembala, dan ia pun tidak berganti pakaian
seperti halnya Yusuf (Kej. 41:14). Namun, ia mempunyai paras
yang sungguh polos, tidak gagah seperti Saul, melainkan ma-
nis dan elok: Ia kemerah-merahan, matanya indah dan paras-
nya elok (ay. 12), maksudnya, warna kulitnya cemerlang, sinar
matanya menawan, dan wajahnya memesona. Penampakan
Daud sungguh luar biasa, dan ada sesuatu di dalam rupanya
yang sangat memikat. Meskipun ia sama sekali tidak menge-
nakan apa pun untuk membuat dirinya lebih sedap dipan-
dang, bahkan pekerjaannya terpapar sinar matahari dan
angin, namun alam menjaga apa yang merupakan bagiannya,
dan melalui keelokan parasnya, keluhuran perangai dan budi
baiknya pun terpancar. Mungkin wajah Daud yang kemerah-
306
merahan sebab rasa malu sewaktu diperhadapkan kepada
Samuel dan saat diterima Samuel dengan rasa hormat yang
mengherankan, membuatnya tampak lebih ganteng.
4. Pengurapan Daud. Tuhan berfirman kepada Samuel di telinga-
nya, seperti yang dilakukan-Nya sebelumnya (9:15), bahwa
inilah dia yang harus diurapi olehnya (ay. 12). Samuel tidak
berkeberatan terhadap rendahnya pendidikan Daud, kemuda-
annya, atau kurang dihargainya ia di mata keluarganya sen-
diri, namun , dengan mematuhi perintah Allah, Samuel meng-
ambil tabung tanduk minyaknya lalu mengurapi Daud (ay. 13),
dan dengan ini menyatakan,
(1) Penetapan pemerintahan oleh Allah, sesudah kematian Saul,
dan dengan ini Allah memberi jaminan penuh kepada
Daud. Bukan berarti Daud pada saat ini mendapat kuasa
sebagai raja, melainkan hal itu dijanjikan akan dianugerah-
kan kepadanya bila waktunya telah tiba.
(2) Penyampaian karunia dan anugerah oleh Allah untuk me-
layakkan Daud mengemban jabatan pemerintahan ini
dan untuk menjadikannya sebagai gambaran dari Dia yang
akan menjadi Mesias, Yang Diurapi, yang menerima Roh,
tidak dengan batas tertentu, melainkan tanpa batas. Daud
dikatakan diurapi di tengah-tengah saudara-saudaranya,
yang mungkin tidak memahami makna tindakan itu sebagai
pengangkatan Daud kepada jabatan pemerintahan, sehing-
ga tidak merasa iri hati kepada Daud seperti halnya sau-
dara-saudara Yusuf. Hal ini sebab mereka tidak menyaksi-
kan lebih lanjut ada tanda kemuliaan disematkan kepada-
nya, bahkan sebuah jubah beraneka warna pun sama sekali
tidak dikenakan kepadanya. Namun demikian, Uskup
Patrick membacanya sebagai berikut, Samuel mengurapi
Daud dari tengah-tengah saudara-saudaranya, artinya, Sa-
muel memisahkan dan mengkhususkan Daud dari yang
lain, dan secara pribadi mengurapinya, namun dengan perin-
tah untuk merahasikan hal ini dan tidak memberitahu sau-
dara-saudaranya. sebab , seperti yang akan kita baca kemu-
dian (17:28), tampaknya Eliab tidak mengetahui apa pun
tentang peristiwa ini. Menurut perhitungan, pada saat di-
urapi, Daud berusia sekitar dua puluh tahun. Jika benar
demikian, maka kesusahan yang ditimpakan Saul kepada-
Kitab 1 Samuel 16:14-23
307
nya berlangsung sepuluh tahun, sebab Daud berusia tiga
puluh tahun pada waktu Saul mati. Dr. Lightfoot menduga
bahwa Daud berusia sekitar dua puluh lima tahun, sehingga
kesusahannya itu berlangsung selama lima tahun.
5. Sukacita yang didatangkan oleh pengurapan ini: Sejak hari itu
dan seterusnya berkuasalah roh Tuhan atas Daud (ay. 13).
Pengurapan Daud bukanlah suatu upacara yang tidak ber-
makna, namun ada kuasa Allah yang menyertai penahbisan
ini , sehingga Daud menemukan bahwa di dalam dirinya,
bertambahlah hikmat, keberanian, dan kepeduliannya terha-
dap rakyat, beserta segala sesuatu persyaratan yang harus
dimiliki seorang raja, meskipun tampilan luarnya sama sekali
tidak bertambah. Ini membuat hatinya sungguh yakin, bahwa
penetapannya itu berasal dari Allah. Bukti yang terkuat dari
penetapan kita sejak semula ke dalam kerajaan kemuliaan
yaitu pemeteraian kita oleh Roh perjanjian serta pengalaman
kita akan karya kasih karunia di dalam hati kita masing-
masing. Beberapa penafsir menduga bahwa keberanian Daud
membunuh singa dan beruang, serta keterampilannya yang
luar biasa di dalam memainkan alat musik, merupakan dam-
pak serta bukti berkuasanya Roh Allah atas dirinya. Namun
demikian, jelas bahwa Roh Allah ini membuat Daud menjadi
sang pemazmur yang anggun di Israel (2Sam. 23:1). sesudah
mengurapi Daud, Samuel kembali dengan tenteram ke Rama,
dan kita tidak pernah lagi membaca tentangnya kecuali satu
kali lagi (19:18) sebelum kematiannya. Kini, Samuel mengun-
durkan diri untuk meninggal dalam damai, sebab matanya
telah melihat keselamatan, yaitu tongkat kerajaan telah di-
bawa kembali ke suku Yehuda.
Saul Diganggu oleh Roh Jahat
(16:14-23)
14 namun Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu
oleh roh jahat yang dari pada TUHAN. 15 Lalu berkatalah hamba-hamba Saul
kepadanya: “Ketahuilah, roh jahat yang dari pada Allah mengganggu engkau;
16 baiklah tuanku menitahkan hamba-hambamu yang di depanmu ini men-
cari seorang yang pandai main kecapi. jika roh jahat yang dari pada Allah
itu hinggap padamu, haruslah ia main kecapi, maka engkau merasa nya-
man.” 17 Berkatalah Saul kepada hamba-hambanya itu: “Carilah bagiku se-
orang yang dapat main kecapi dengan baik, dan bawalah dia kepadaku.”
308
18 Lalu jawab salah seorang hamba itu, katanya: “Sesungguhnya, aku telah
melihat salah seorang anak laki-laki Isai, orang Betlehem itu, yang pandai
main kecapi. Ia seorang pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit, yang
pandai bicara, elok perawakannya; dan TUHAN menyertai dia.” 19 Kemudian
Saul mengirim suruhan kepada Isai dengan pesan: “Suruhlah kepadaku
anakmu Daud, yang ada pada kambing domba itu.” 20 Lalu Isai mengambil
seekor keledai yang dimuati roti, sekirbat anggur dan seekor anak kambing,
maka dikirimkannyalah itu kepada Saul dengan perantaraan Daud, anaknya.
21 Demikianlah Daud sampai kepada Saul dan menjadi pelayannya. Saul
sangat mengasihinya, dan ia menjadi pembawa senjatanya. 22 Sebab itu Saul
menyuruh orang kepada Isai mengatakan: “Biarkanlah Daud tetap menjadi
pelayanku, sebab aku suka kepadanya.” 23 Dan setiap kali jika roh yang
dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan
memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur
dari padanya.
Pada bagian ini, kita membaca tentang kejatuhan Saul dan kebang-
kitan Daud.
I. Saul menjadi kengerian bagi dirinya sendiri (ay. 14): Roh Tuhan
telah mundur daripada Saul. Oleh sebab Saul telah meninggalkan
Allah dan tanggung jawabnya kepada-Nya, maka Allah, di dalam
penghakiman-Nya yang adil, menarik dari Saul pertolongan Roh-
Nya yang baik, yang telah menuntun, menggelorakan, serta me-
nguatkan Saul di dalam menjalankan pemerintahan serta pepe-
rangannya. Saul kehilangan seluruh sifat baik di dalam dirinya.
Inilah akibat dari perbuatannya yang menolak Allah, dan bukti
Allah telah menolak dia. Kini, Allah menarik kasih setia-Nya dari-
pada Saul seperti difirmankan Allah sendiri (2Sam. 7:15). Demi-
kianlah, saat Roh Tuhan meninggalkan kita, maka semua
kebaikan pun lenyap. saat manusia mendukakan dan mema-
damkan Roh Allah oleh dosa yang diperbuat dengan sengaja,
maka Roh Allah itu akan pergi, dan tidak akan selalu bergumul
bagi kita. Akibat dari perbuatan Saul ini yaitu sekarang ia di-
ganggu oleh roh jahat yang dari pada Tuhan. Orang yang mengusir
Roh Allah yang baik untuk pergi dari diri mereka, tentu akan
menjadi mangsa roh jahat. Jika Allah dan anugerah-Nya tidak
memerintah atas kita, maka dosa dan Setanlah yang akan ber-
kuasa atas kita. Iblis, atas seizin Allah, mengganggu Saul dan
membuatnya ketakutan melalui kesakitan tubuhnya serta kegeli-
sahan pikirannya. Saul menjadi resah, jengkel, cemas, gugup
serta mudah berprasangka, dan sesekali terkejut dan gemetaran.
Menurut Yosefus, Saul sewaktu-waktu merasa seperti tersedak
atau dicekik, dan kesurupan sebab kejang-kejang. Ini membuat
Kitab 1 Samuel 16:14-23
309
dirinya tidak layak menjadi raja, tergesa-gesa dalam memberi
keputusan, menjadi kehinaan di mata seterunya serta beban bagi
semua orang di sekelilingnya.
II. Daud menjadi tabib bagi Saul, dan dengan cara ini, ia dibawa ke
dalam istana, sebagai tabib yang membantu Saul menghadapi
masa-masa terberat kesakitannya, saat tidak ada seorang pun
yang dapat menolongnya. Daud baru saja ditahbiskan secara pri-
badi sebagai raja bagi kerajaan itu, sehingga alangkah berguna-
nya bagi dirinya untuk pergi ke istana dan menyaksikan dunia
ini . Dan ia dibawa masuk ke lingkup kerajaan tanpa ada
rancangan dari dirinya sendiri maupun dari sahabat-sahabatnya.
Perhatikanlah, bagi orang yang telah direncanakan Allah untuk
dipakai melayani-Nya, penyelenggaraan-Nya jalan beriringan de-
ngan anugerah-Nya untuk mempersiapkan dan melayakkan orang
itu. Saul telah menjadi gila, dan hamba-hambanya cukup jujur
dan berani untuk memberitahu Saul penyebab kegilaannya itu
(ay. 15), yakni roh jahat, yang bukan datang secara kebetulan,
melainkan dari pada Allah dan penyelenggaraan-Nya, untuk
mengganggu engkau. Sekarang,
1. Penawar yang disarankan oleh hamba-hamba Saul untuk
membuatnya lega yaitu musik (ay. 16): “Baiklah kita mencari
seorang yang pandai main kecapi untuk membuat engkau
merasa nyaman.” Bukankah mereka ini akan menjadi saha-
bat-sahabat Saul yang lebih baik andai kata mereka menya-
rankan Saul, sebab roh jahat itu berasal dari Tuhan, untuk
bertekun mencari damai dengan Allah melalui pertobatan
sejati? yaitu lebih baik bila mereka menyarankan dia memin-
ta Samuel datang untuk berdoa bersamanya dan menjadi
pengantara bagi dirinya dengan Allah! Jikalau ini yang diper-
buat, maka tidak hanya Saul akan merasa lega dan nyaman,
namun Roh Allah yang baik itu pun juga pasti akan kembali
kepadanya. Akan namun , apa yang ada di benak hamba-hamba
Saul itu yaitu sekadar untuk membuatnya gembira, supaya
dengan kegembiraan ini dirinya pun sembuh. Banyak orang
yang hati nuraninya tersadar dan tergugah atas kesalahan me-
reka, dihancurkan oleh cara-cara seperti ini, cara-cara yang
menenggelamkan perhatian jiwa ke dalam kesenangan indra.
Akan namun , hamba-hamba Saul ini tidak sepenuhnya bersa-
310
lah jika menyarankan musik sebagai sarana untuk membantu
menyukacitakan roh, andai kata mereka juga meminta seorang
nabi untuk datang dan memberi petunjuk yang baik bagi Saul.
Lebih lanjut (seperti diutarakan Uskup Hall), hamba-hamba
Saul ini telah bertindak baik dengan tidak mengutus seorang
juru tenung atau orang pintar untuk datang dan mengucap-
kan mantra-mantranya untuk mengusir roh jahat itu. Perbuat-
an sangat keji ini masih dikerjakan oleh sebagian orang yang
menyandang nama Kristen, yang meminta nasihat Setan di
tengah kesulitan mereka dan menjadikan neraka sebagai tem-
pat perlindungan. Sungguh suatu mujizat kasih karunia Allah
jika orang-orang yang mengadakan kesepakatan dengan
Iblis seperti ini akan dapat melepaskan diri dari padanya.
2. Salah satu hamba Saul mengajukan nama Daud kepada Saul
sebagai orang yang tepat untuk pekerjaan ini. Sama sekali
tidak dibayangkannya, bahwa Daud inilah orang yang dimak-
sud Samuel saat berkata kepada Saul tentang orang lain,
yang lebih baik daripada dirinya, yang akan memegang jabat-
an raja atas Israel (15:28). Sungguh, pribadi Daud dikemu-
kakan dengan begitu luhur oleh hamba Saul ini (ay. 18), bah-
wa Daud tidak hanya tepat untuk pekerjaan ini sebagai orang
yang elok perawakannya dan pandai bermain kecapi, namun
juga seorang yang pemberani dan bertabiat mulia, pahlawan
yang gagah perkasa, dan berhikmat dalam segala perkara,
layak untuk dipekerjakan, dan yang memahkotai sifatnya,
Tuhan menyertai dia. Melalui perkataan ini, terlihat bahwa
Daud, yang sesudah diurapi kembali menggembalakan ternak
tanpa ada bekas minyak urapan tertinggal di atas kepalanya,
begitu berhati-hati untuk merahasiakan pengurapan dirinya.
Walaupun begitu, karya Roh Allah yang ditandai oleh minyak
urapan itu tidaklah bisa disembunyikan, malah membuat
Daud bersinar cemerlang di tengah keterasingan, sehingga
semua orang di sekitarnya dengan kagum menyaksikan pikir-
an Daud yang tiba-tiba menjadi penuh hikmat. Daud, meski
mengenakan pakaian gembala, telah menjadi seorang yang
bijaksana, seorang pahlawan, dan segala yang agung. Kema-
syhurannya segera terdengar di telinga kerajaan, sebab Saul
memang menaruh perhatian kepada orang-orang muda seperti
Kitab 1 Samuel 16:14-23
311
itu (14:52). saat Roh Allah hinggap atas seseorang, maka Ia
akan membuat wajah orang itu bersinar.
3. Daud dengan ini diutus untuk datang ke istana. Dari apa yang
tertulis,
(1) Ayahnya sungguh rela berpisah dengan dirinya dengan
mengirim Daud segera dan menyertakan hadiah untuk
Saul (ay. 20). Sesuai kebiasaan pada masa itu, pemberian
ini berupa roti dan anggur (bdk. 10:3-4), sehingga
pantas diterima sebab menunjukkan hormat dan kesetia-
an pengirimnya. Isai, yang mengetahui bahwa anak laki-
lakinya Daud telah dirancang untuk menjadi raja, mungkin
menyadari bahwa Penyelenggaraan Allah sampai sejauh ini
telah melayakkan Daud untuk mengemban jabatan terse-
but, sehingga ia tidak memaksakan Penyelenggaraan Allah
untuk mengutus Daud ke istana tanpa ada panggilan dari
sana. Dengan sukacita ia bersedia tunduk kepada Penye-
lenggaraan Allah saja, saat ia menyaksikan Allah melalui
penyelenggaraan-Nya sendiri dengan jelas membawa Daud
ke istana. Beberapa penafsir menduga bahwa saat Isai
menerima pesan, Suruhlah kepadaku anakmu Daud, ia mu-
lai merasa takut kalau-kalau Saul telah mengetahui peng-
urapan Daud sebagai raja, sehingga mengutusnya datang
untuk melakukan yang jahat kepadanya. sebab takutnya,
Isai menyertakan sejumlah pemberian ini untuk me-
lunakkan hati Saul. Akan namun , orang yang datang mem-
bawa pesan Saul, siapa pun dirinya, tampaknya menjelas-
kan kepada Isai maksud pemanggilan Daud ini .
(2) Saul menjadi begitu baik kepada Daud (ay. 21), ia sangat
mengasihinya, dan menghendaki agar ia menjadi pembawa
senjatanya, dan bertolak belakang dengan perilaku para
raja (8:11) meminta izin ayahnya untuk menjadikannya
sebagai pelayan tetap baginya (ay. 22): Biarkanlah Daud,
aku mohon, tetap menjadi pelayanku (KJV). Beralasan bagi
Saul untuk menghormati Daud, sebab Daud telah mem-
bantunya sedemikian rupa melalui permainan kecapinya
(ay. 23). Meskipun yang disebutkan hanyalah permainan
kecapi, namun tampaknya, menurut catatan Yosefus, Daud
juga menambahkan suara dan menyanyikan mazmur, ke-
mungkinan mazmur kudus, nyanyian-nyanyian pujian,
312
bersama iringan kecapinya. Permainan musik Daud men-
jadi obat bagi Saul.
[1] Musik secara alamiah mampu menenangkan dan meng-
gugah jiwa, saat jiwa itu terganggu atau bersedih.
Elisa pun mempergunakan musik untuk menenangkan
jiwanya (2Raj. 3:15). Pada beberapa orang, musik ber-
pengaruh serta berdampak lebih besar daripada pada
orang lain, dan Saul kemungkinan termasuk ke dalam
kelompok orang ini. Bukan berarti musik itu memikat si
roh jahat, namun musik itu menenteramkan jiwa Saul dan
meredakan kekacauan yang ditimbulkan roh binatang di
dalam dirinya, yang dipakai Setan untuk berkuasa atas-
nya. Berkas sinar matahari (menurut perbandingan cen-
dekiawan Bochart) tidak dapat dipotong oleh sebilah
pedang, dipadamkan oleh air, atau dihempaskan oleh
angin, namun dengan menutup daun penutup jendela,
berkas sinar matahari itu dapat dicegah masuk ke dalam
ruangan. Musik tidak berkuasa atas Iblis, namun musik
dapat menutup celah yang dipakai Iblis untuk menyusup
ke dalam pikiran.
[2] Musik yang dimainkan Daud sungguh luar biasa dan
menjadi suatu kasih setia bagi dirinya, sehingga ia men-
jadi termasyhur di lingkungan kerajaan sebagai seorang
yang disertai Tuhan. Dalam perkara ini, Allah membuat
penampilan Daud bermain musik menjadi lebih berhasil
daripada orang lain yang berbuat hal serupa. Bahkan
saat sudah menyimpan rasa permusuhan terhadap
Daud, Saul tetap mengakui, bahwa tidak ada orang lain
yang dapat bermain kecapi seterampil Daud (19:9-10),
dan ini menjadikannya semakin murka terhadap Daud.
Sungguh menyedihkan bahwa musik, yang dapat diper-
gunakan sedemikian rupa demi keluhuran jiwa, telah
disalahgunakan manusia untuk menyokong kesia-siaan
dan kemewahan. Manusia telah menjadikan musik se-
bagai sesuatu yang menjauhkan hati manusia dari
Allah dan dari perkara-perkara yang penting bagi hidup.
Andai kata musik disalahgunakan seperti ini, maka
yang justru terusir keluar yaitu Roh Allah yang baik,
dan bukan roh jahat.
PASAL 17
aud yaitu orang yang Allah bersuka untuk memberikan kehor-
matan kepadanya, sebab dia yaitu seorang yang dekat di hati-
Nya. Kita telah membaca di dalam pasal sebelumnya, sesudah dia
diurapi, bagaimana Penyelenggaraan Allah menjadikan dia terkenal di
istana. Kita membaca dalam pasal ini bagaimana Penyelenggaraan
Allah menjadikannya jauh lebih terkenal di dalam perkemahan, dan,
melalui keduanya, tidak hanya menandainya sebagai seorang yang
agung, namun juga melayakkannya untuk takhta yang telah dipersiap-
kan baginya. Di dalam istana dia hanyalah seorang tabib Saul. namun
di dalam perkemahan, ia seorang juara Israel. Di sana dia sungguh-
sungguh berperang dan mengalahkan Goliat orang Gat. Dalam kisah
ini amatilah,
I. Betapa gagah perkasanya sosok Goliat, dan betapa beraninya
dia menantang para tentara Israel (ay. 1-11).
II. Betapa hinanya sosok Daud saat Penyelenggaraan Allah
membawanya masuk ke dalam pasukan (ay. 12-30).
III. Kekuatan yang tak seimbang yang dipunyai oleh Daud untuk
menghadapi orang Filistin ini (ay. 31-39).
IV. Dengan ketetapan iman Daud menghadapi Goliat (ay. 40-47).
V. Kemenangan mulia yang diperoleh Daud atas Goliat dengan
sebuah umban dan sebuah batu di tangannya, dan keuntung-
an yang didapat Israel atas orang-orang Filistin (ay. 48-54).
VI. Perhatian besar yang diberikan kepada Daud di istana (ay.
55-58).
D
314
Tantangan Goliat kepada Israel
(17:1-11)
1 Orang Filistin mengumpulkan tentaranya untuk berperang; mereka ber-
kumpul di Sokho yang di tanah Yehuda dan berkemah antara Sokho dan
Azeka di Efes-Damim. 2 Saul dan orang-orang Israel juga berkumpul dan
berkemah di Lembah Tarbantin; mereka mengatur barisan perangnya berha-
dapan dengan orang Filistin. 3 Orang Filistin berdiri di bukit sebelah sini dan
orang Israel berdiri di bukit sebelah sana, dan lembah ada di antara mereka.
4 Lalu tampillah keluar seorang pendekar dari tentara orang Filistin. Nama-
nya Goliat, dari Gat. Tingginya enam hasta sejengkal. 5 Ketopong tembaga
ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah
ini lima ribu syikal tembaga. 6 Dia memakai penutup