Tampilkan postingan dengan label samuel 9. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label samuel 9. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

samuel 9


 ya, 

1. Saul mengakui kebaikan nenek moyang mereka kepada Israel 

saat  keluar dari Mesir. Yitro dan keluarganya telah sangat 

membantu dan melayani orang Israel dalam perjalanan mela-

lui padang gurun. Mereka telah menjadi pengganti mata bagi 

orang Israel, dan pertolongan ini terus diingat hingga ketu-

runan mereka pada zaman-zaman sesudahnya. Demikianlah 

orang baik meninggalkan berkat ilahi sebagai warisan kepada 

anak cucunya. Orang-orang yang lahir sesudah  kita dapat 

menuai manfaat perbuatan baik kita saat  kita berbaring di 

dalam kubur. Allah tidak berlaku tidak adil sampai melupakan 

kebaikan yang ditunjukkan kepada umat-Nya. Kebaikan itu 

akan diingat di lain waktu, hingga masa terjauh yaitu pada 

hari besar itu, dan mendapat balasnya pada hari kebangkitan 

orang-orang benar. saat  Aku lapar, kamu memberi Aku ma-

kan. Allah mengingat kebaikan nenek moyang orang Keni 

dengan bermurah hati kepada mereka pada saat yang sama 

saat  Ia sedang menghukum kejahatan yang dilakukan oleh 

nenek moyang orang Amalek. Hal ini membantu membersih-

kan orang-orang benar milik Allah saat  Ia membebaskan 

orang benar dalam penghakiman-Nya. Jika Ia menganugerah-

kan kebaikan, mengapa pula Ia tidak boleh menjatuhkan peng-

hukuman? Ia mendukung perkara umat-Nya, untuk member-

kati orang-orang yang memberkati mereka, dan sebab  itu juga 

berarti mengutuk orang-orang yang mengutuk mereka (Bil. 24:9; 


 280

Kej. 12:3). Orang Israel sendiri tidak mampu membalas kebaik-

an maupun kejahatan yang diperbuat kepada mereka, namun  

Allah akan membalaskan keduanya. 

2. Saul menginginkan agar orang Keni memindahkan kemah-

kemah mereka dari tengah orang Amalek: Berangkatlah, men-

jauhlah, pergilah dari tengah-tengah orang Amalek. saat  

penghakiman yang menghancurkan sedang terjadi, Allah akan 

memastikan untuk memisahkan yang berharga dari yang hina, 

dan menyembunyikan orang-orang yang lemah lembut di 

muka bumi pada hari murka-Nya. yaitu  berbahaya jika  

kita didapati berada di tengah-tengah musuh Allah, dan 

sebab  itu kewajiban dan kepentingan kita saat itu yaitu  

keluar dari antara mereka, jika tidak, kita akan mengambil 

bagian dalam dosa dan malapetaka mereka (Why. 18:4). Ada 

pepatah orang Ibrani, Celakalah orang fasik dan celakalah juga 

tetangganya. 

V. Saul menang atas orang Amalek, sebab perang itu lebih merupa-

kan pelaksanaan hukuman yang telah dijatuhkan atas para 

penjahat daripada bertempur melawan musuh. Persoalan ini tidak 

mungkin disangsikan lagi tatkala perkaranya adil dan panggilan-

nya begitu jelas: Saul memukul kalah orang Amalek (ay. 7), sege-

nap rakyat ditumpasnya (ay. 8). Kini mereka membayar dosa 

nenek moyang mereka dengan harga yang mahal. Terkadang, 

Allah menyimpan bencana bagi anak-anak (keturunan). Orang 

Amalek yaitu  penyembah berhala serta bersalah atas banyak 

dosa lainnya, dan sebab  itu layak untuk menerima murka Allah. 

Namun demikian, saat  Allah membuat perhitungan dengan 

mereka, Ia menekankan dosa nenek moyang Amalek yang menin-

das orang Israel sebagai alasan perselisihan-Nya. Tuhan, sungguh 

tak terselidiki keputusan-keputusan-Mu, dan betapa tak terban-

tahkan kebenaran dan keadilan-Mu! 

VI. Akan namun , Saul melakukan tugas itu dengan setengah-setengah 

(ay. 9). 

1. Saul menyelamatkan Agag, sebab Agag itu seorang raja sama 

seperti dirinya, dan mungkin ia berharap mendapatkan tebus-

an besar dari dia. 

Kitab 1 Samuel 15:10-23 

 281 

2. Saul menyelamatkan ternak yang terbaik, dan hanya menum-

pas yang tidak diinginkan, yaitu yang tidak banyak berguna. 

Dapat diduga, banyak rakyat Amalek melarikan diri dan mem-

bawa serta harta bendanya ke negeri-negeri lain. Itu sebabnya 

kita masih membaca tentang orang-orang Amalek sesudah  

peristiwa ini. Namun, hal itu tidak terhindarkan. Itu yaitu  

kesalahan Saul, sebab  ia tidak menghancurkan mereka selagi 

mereka berada dalam tangan dan kekuasaannya. Apa yang 

dimusnahkan ialah korban persembahan kepada keadilan 

Allah, sebab pembalasan yaitu  milik Allah. Sementara Saul 

berpikir, apa yang tercabik dan sakit, yang timpang dan buruk 

rupa, sudah cukup baik sebagai korban bagi Allah, dan ia 

menyimpan anak-anak sulung dan gemukan bagi ladang dan 

jamuannya sendiri. Tindakan ini sungguh hanya untuk meng-

hormati dirinya lebih daripada Allah. 

Samuel Menegur Saul; Saul Ditolak oleh Allah 

(15:10-23)  

10 Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel, demikian: 11 “Aku menye-

sal, sebab  Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada 

Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku.” 12 Lalu Samuel bangun pagi-pagi 

untuk bertemu dengan Saul, namun  diberitahukan kepada Samuel, demikian: 

“Saul telah ke Karmel tadi dan telah didirikannya baginya suatu tanda 

peringatan; kemudian ia balik dan mengambil jurusan ke Gilgal.” 13 saat  

Samuel sampai kepada Saul, berkatalah Saul kepadanya: “Diberkatilah 

kiranya engkau oleh TUHAN; aku telah melaksanakan firman TUHAN.”  

14 namun  kata Samuel: “Kalau begitu apakah bunyi kambing domba, yang 

sampai ke telingaku, dan bunyi lembu-lembu yang kudengar itu?” 15 Jawab 

Saul: “Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyela-

matkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud 

untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; namun  selebihnya 

telah kami tumpas.” 16 Lalu berkatalah Samuel kepada Saul: “Sudahlah! Aku 

akan memberitahukan kepadamu apa yang difirmankan TUHAN kepadaku 

tadi malam.” Kata Saul kepadanya: “Katakanlah.” 17 Sesudah itu berkatalah 

Samuel: “Bukankah engkau, walaupun engkau kecil pada pemandanganmu 

sendiri, telah menjadi kepala atas suku-suku Israel? Dan bukankah TUHAN 

telah mengurapi engkau menjadi raja atas Israel? 18 TUHAN telah menyuruh 

engkau pergi, dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu, 

yakni orang Amalek, berperanglah melawan mereka sampai engkau mem-

binasakan mereka. 19 Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? 

Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata 

TUHAN?” 20 Lalu kata Saul kepada Samuel: “Aku memang mendengarkan 

suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan 

aku membawa Agag, raja orang Amalek, namun  orang Amalek itu sendiri telah 

kutumpas. 21 namun  rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan 

lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk 


 282

mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal.” 22 namun  

jawab Samuel: “Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan 

korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Se-

sungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, mem-

perhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. 23 Sebab pen-

durhakaan yaitu  sama seperti dosa bertenung dan kedegilan yaitu  sama 

seperti menyembah berhala dan terafim. sebab  engkau telah menolak fir-

man TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja.” 

Saul dimintai pertanggungan jawab oleh Samuel berkenaan dengan 

pelaksanaan mandatnya terhadap orang Amalek. Dan kita disuguhi 

sini dengan contoh mengesankan mengenai ketatnya keadilan Allah 

dan pengkhianatan dan keculasan hati manusia. Dalam bagian ini 

diceritakan, 

I. Apa yang secara diam-diam terjadi antara Allah dan Samuel pada 

waktu itu (ay.10-11). 

1. Allah menetapkan bahwa Ia menolak Saul sebagai raja, dan 

memberitahukannya kepada Samuel: Aku menyesal, sebab  

Aku telah menjadikan Saul raja. Bagi Allah, penyesalan bukan-

lah berubah pikiran seperti pikiran kita, melainkan perubahan 

cara atau pengaturan. Ia tidak mengubah kehendak-Nya, 

namun  menghendaki suatu perubahan. Yang berubah yaitu  

pada Saul: ia telah berbalik dari pada Aku. Inilah penilaian 

Allah terhadap ketaatan Saul yang tidak sepenuhnya, serta 

keserakahannya yang merebak. Dengan demikian, ia sendiri 

yang menjadikan Allah sebagai seteru. Allah menyesal telah 

memberikan kepada Saul kerajaan beserta dengan kehormat-

an dan kekuasaannya. Namun, Ia tidak pernah menyesal telah 

memberikan kepada siapa pun hikmat dan anugerah, juga 

takut akan Dia dan kasih. Untuk pemberian dan panggilan 

seperti ini, Allah pernah menyesal. 

2. Samuel meratapi dan mencela perbuatan Saul itu. Sakit hati-

lah Samuel sebab  Saul telah kehilangan perkenanan Allah, 

dan sebab  Allah telah memutuskan untuk membuang dia. 

Samuel berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman, meng-

habiskan sepanjang malam dengan memohon kepada Allah 

sebagai penengah. Tatkala orang-orang lain tidur di atas ran-

jang mereka, ia berlutut, berdoa dan bergumul dengan Allah. 

Samuel bukan mencela penyisihan dirinya dari pemerintahan. 

Ia juga tidak merasa senang diam-diam, seperti yang akan 

Kitab 1 Samuel 15:10-23 

 283 

dirasakan kebanyakan orang, sebab  Saul yang pernah meng-

unggulinya segera saja tersingkir. Sebaliknya, Samuel berdoa 

agar Saul diteguhkan, ia sama sekali tidak menginginkan hari 

celaka itu. Penolakan terhadap orang berdosa membawa ratap-

an bagi orang-orang baik. Allah tidak bersukacita atas kebina-

saan mereka, maka kita pun seharusnya tidak. 

II. Apa yang secara terang-terangan terjadi antara Samuel dan Saul. 

Samuel, yang diutus oleh Allah kepada Saul dengan kabar berat 

ini , pergi dengan perasaan pahit, seperti Yehezkiel, untuk 

menemui Saul, kemungkinan dengan perjanjian yakni saat  Saul 

melanjutkan perjalanan ini, sebab ia telah sampai ke Gilgal (ay. 

12). Gilgal yaitu  tempat ia dahulu diangkat menjadi raja (11:15), 

dan tempat di mana sekarang ia seharusnya menerima pengaku-

an, andai saja ia membuktikan diri dengan baik dalam ujian 

ketaatannya. Akan namun , Samuel diberi tahu bahwa Saul telah 

mendirikan tanda kemenangan, suatu monumen untuk keme-

nangannya, di Karmel, sebuah kota di pegunungan Yehuda. Ini 

dilakukan lebih untuk mengejar kehormatan dirinya ketimbang 

kehormatan Allah, sebab ia mendirikan tempat ini, atau tangan, 

sesuai dengan arti katanya, bagi diri sendiri. Saul semestinya 

lebih perlu bertobat dari dosanya dan berdamai dengan Allah 

daripada bermegah atas kemenangannya. Dan juga, ia berderap 

ke Gilgal dengan kejayaan besar, hal ini tampak dinyatakan 

dalam perkataan: kemudian ia balik dan mengambil jurusan, 

dengan kemegahan dan barisan kemenangan yang semarak. Di 

sanalah Samuel menemui dia, dan 

1. Saul membual tentang ketaatannya kepada Samuel, sebab  

dengan ketaatan itulah ia sekarang mau menonjolkan dirinya 

(ay. 13): “Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, sebab eng-

kau mengutus aku untuk tugas yang baik, yang telah sangat 

berhasil kulakukan. Aku telah melaksanakan firman TUHAN.” 

Sangat mungkin, kalau saja hati nuraninya terbuka di hadap-

annya dan mendakwa dia atas ketidaktaatannya, ia tidak akan 

semudah itu memproklamirkan ketaatannya. Saul melakukan 

hal itu dengan harapan agar Samuel tidak menegur dia. Demi-

kianlah pikiran orang berdosa, dengan membenarkan diri, 

mereka berharap dapat lolos dari penghakiman Allah. Padahal, 

satu-satunya cara untuk lolos yaitu  dengan menguji diri kita 


 284

sendiri. Orang yang paling banyak membualkan keagamaan-

nya dapat dicurigai ada ketidakadilan dan kemunafikan dalam 

keagamaannya itu. 

2. Samuel mendakwa Saul dengan langsung menunjukkan keti-

daktaatannya. “Sudahkah engkau melakukan titah Tuhan? 

Kalau begitu apakah bunyi kambing domba itu?” (ay. 14). Saul 

berpikir bahwa Allah Yang Mahakuasa banyak berhutang budi 

kepadanya atas jasa baik yang telah diperbuatnya. Namun, 

Samuel justru menunjukkan bahwa jauhlah dari Allah untuk 

berhutang pada Saul, malahan dengan alasan yang adil Ia 

sekarang mau menentang Saul, dengan menunjukkan bukti-

nya, suara bunyi kambing domba dan bunyi lembu-lembu. Ke-

mungkinan, ternak itu dipilih Saul untuk menunjukkan keme-

nangannya, namun  Samuel menunjuk hewan-hewan itu sebagai 

saksi menentang Saul. Samuel tidak perlu bersusah payah 

membantah pengakuan Saul. Suara ribut yang berasal dari 

hewan ternak (seperti karat perak, Yak. 5:3) akan menjadi 

kesaksian terhadap dia. Perhatikan, sejak dahulu, pengakuan 

dan bantahan masuk akal dari orang munafik akan selalu 

ditentang dan dibantah oleh bukti yang paling nyata dan tidak 

dapat disanggah. Banyak orang berkoar-koar tentang ketaatan 

mereka pada perintah Allah. Namun, bagaimana dengan kese-

nangan daging, cinta akan dunia, hawa nafsu dan ketamakan 

mereka, serta pengabaian akan tanggung jawab suci, yang ber-

saksi menentang mereka? 

3. Saul bersikeras membenarkan diri atas tuduhan itu (ay. 15). 

Faktanya tidak dapat ia sangkal, domba dan lembu itu me-

mang dibawa dari orang Amalek, namun  

(1) Hal itu bukan kesalahannya, melainkan rakyat menyela-

matkan kambing domba dan lembu-lembu. Masakan mereka 

berani melakukannya tanpa perintah langsung dari Saul, 

padahal mereka tahu bahwa hal itu bertentangan dengan 

perintah langsung dari Samuel. Perhatikan, orang yang 

ingin membenarkan diri sendiri biasanya sangat cepat me-

nuding orang lain dan menimpakan kesalahan kepada 

siapa saja, dan bukannya menanggungnya sendiri. Dosa 

yaitu  kotoran yang tidak seorang pun mau biarkan ter-

geletak di depan pintu rumahnya sendiri. Dosa merupakan 

dalih penyesalan dari hati yang degil, yang tidak mau 

Kitab 1 Samuel 15:10-23 

 285 

mengakui kesalahan, dan melemparkan kesalahan pada 

orang lain yang menjadi penggoda, sekutu, atau hanya 

pengikut dalam tindakan berdosa ini . 

(2) Hal itu dilakukan dengan maksud baik: “Untuk memper-

sembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu. Dia Allahmu, 

maka engkau tidak akan menentang apa pun yang di-

lakukan untuk menghormati Dia, seperti halnya perbuatan 

ini.” Alasan ini  yaitu  dusta, sebab Saul dan rakyat 

menyelamatkan ternak itu dengan niat untuk keuntungan 

mereka sendiri. Namun, seandainya pun benar, perbuatan 

itu tetaplah sembrono, sebab  Allah membenci hasil pe-

rampasan dipakai sebagai korban bakaran. Allah menetap-

kan agar ternak-ternak yang diambil itu dipersembahkan 

kepada-Nya di medan perang, dan sebab  itu Ia tidak akan 

berterima kasih kepada orang yang mempersembahkannya 

di atas mezbah-Nya. Allah harus dilayani sesuai dengan 

cara-Nya sendiri, berdasar  peraturan yang Ia sendiri 

telah tetapkan. Niat baik tidak akan membenarkan tindak-

an yang salah. 

4. Samuel menolak, atau tidak menghiraukan pembelaan Saul, 

dan tetap memberikan penghakiman atas Saul dalam nama 

Allah. Ia memberi dasar wewenangnya untuk menghakimi. 

Yang akan dikatakan Samuel yaitu  apa yang telah difirman-

kan Allah kepadanya (ay. 16), kalau tidak demikian, ia tidak 

akan menyampaikan kecaman seberat itu. Orang yang menge-

luh bahwa para hamba Tuhan bersikap terlalu keras kepada 

mereka seharusnya mengingat bahwa para hamba Tuhan itu 

hanya pembawa pesan, dan mereka harus setia kepada firman 

Allah dan harus menyampaikan sesuai dengan apa yang 

diperintahkan. Oleh sebab  itu, sama seperti Saul di sini, kita 

seharusnya berujar, “Katakanlah,” agar para para hamba 

Tuhan itu melanjutkan apa yang harus mereka katakan. 

Samuel pun menyampaikan pesan-Nya dengan setia. 

(1) Ia mengingatkan Saul tentang kehormatan yang sudah 

Allah berikan kepadanya dengan menjadikan dia raja (ay. 

17), walaupun ia kecil pada pemandangannya sendiri. Allah 

memperhitungkan keadaan Saul yang hina dahulu dan 

mengganjar kerendahan hatinya. Camkanlah, orang yang 


 286

telah diangkat mendapatkan kehormatan dan kekayaan 

seharusnya sering mengingat asal mula mereka yang hina, 

supaya mereka tidak sombong memandang diri tinggi, 

melainkan senantiasa belajar melakukan hal-hal besar bagi 

Allah yang telah mengangkat mereka. 

(2) Samuel mengemukakan kepada Saul betapa terang bende-

rangnya perintah yang harus dia laksanakan (ay. 18, KJV): 

“TUHAN telah menyuruh engkau mengadakan perjalanan.” 

Tugas ini begitu mudah, dan keberhasilannya begitu pasti, 

sampai-sampai lebih cocok disebut perjalanan ketimbang 

peperangan. Itu merupakan pekerjaan mulia, yakni 

menumpas musuh bebuyutan Allah dan Israel. Kalau saja 

Saul menyangkal diri serta jauh-jauh mengesampingkan 

pemikirannya akan keuntungan pribadi dan menghancur-

kan seluruh milik Amalek, ia tidak akan menjadi pecun-

dang pada akhirnya, dan tidak akan pergi ke dalam pepe-

rangan ini atas biayanya sendiri. Allah tentu akan mencu-

kupkan dia, sehingga ia tidak memerlukan barang jarahan. 

Oleh sebab itu, 

(3) Samuel menunjukkan pada Saul betapa ia tidak dapat 

dimaafkan sebab  telah bertujuan mengambil keuntungan 

dari perjalanan ini untuk memperkaya diri (ay. 19): “Meng-

apa engkau mengambil jarahan, dan mengambil apa yang 

seharusnya dihancurkan untuk kehormatan Allah menjadi 

milikmu sendiri?” Lihatlah, betapa cinta akan uang yaitu  

akar kejahatan. Namun, lihatlah keberdosaan dari dosa, 

dan yang membuatnya jahat di mata Tuhan lebih dari 

segalanya, yaitu ketidaktaatan: engkau tidak mendengar-

kan suara TUHAN. 

5. Saul mengulangi pembelaan dirinya. Ia memutuskan untuk 

tetap berpegang pada pembelaan itu untuk melawan dakwaan 

Samuel itu (ay. 20-21). Ia menyangkal tuduhan ini  (ay. 

20): “Aku memang mendengarkan, aku telah mengerjakan 

segala sesuatu yang harus kulakukan.” Sebab ia memang 

sudah melakukan apa yang menurut dia perlu dilakukan. Saul 

memandang dirinya sendiri jauh lebih bijaksana daripada Allah. 

Allah memerintahkan dia untuk membunuh semua orang, 

namun , untuk menunjukkan contoh bahwa ia taat, ia membawa 

Agag hidup-hidup, sebab menurut dia hal itu sama baiknya 

Kitab 1 Samuel 15:10-23 

 287 

dengan membunuh Agag. Demikianlah hati kedagingan yang 

penuh tipu daya berpikir untuk mengelak dari perintah Allah 

dengan apa yang mereka anggap setara. Saul bersikeras bah-

wa orang Amalek itu sendiri telah ia tumpas, yang memang me-

rupakan tujuan utama. Akan namun , soal jarahan, ia mengakui 

bahwa barang-barang itu seharusnya dikhususkan untuk 

ditumpas, artinya, ia mengetahui kehendak Tuhan dan tidak 

salah paham mengenai perintahnya. Namun, menurut dia, 

akan rugi kalau harta benda itu dibuang. Ternak orang Midian 

dahulu dijadikan rampasan pada zaman Musa (Bil. 31:32), 

mengapa sekarang kita tidak melakukan hal yang sama terha-

dap ternak orang Amalek? Hewan-hewan itu lebih baik dijadi-

kan rampasan bagi orang Israel daripada menjadi mangsa bu-

rung bangkai di udara dan binatang liar. Oleh sebab  itu, Saul 

diam-diam saja membiarkan rakyat membawanya. Namun, itu 

perbuatan rakyat, bukan Saul. Lagi pula, rampasan itu diam-

bil untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN di sini, di 

Gilgal, ke mana mereka membawanya. Lihatlah, betapa sukar 

untuk menginsafkan anak-anak yang tidak taat akan dosa 

mereka dan untuk menelanjangi perbuatan dosa mereka. 

6. Samuel memberikan jawaban lengkap atas permintaan maaf 

Saul, sebab  ia sungguh bersikeras (ay. 22-23). Ia langsung 

menunjuk ke hati nurani Saul sendiri: “Apakah TUHAN itu 

berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama 

seperti kepada mendengarkan suara TUHAN?” Meski Saul 

bukan orang yang sangat mengenal agama, namun ia tidak 

dapat menghindari diri dari pengakuan ini, bahwa: 

(1) Tidak ada yang menyukakan Allah lebih daripada ketaatan. 

Tidak ada. Bukan korban dan persembahan, bukan juga 

lemak domba jantan. Lihatlah di sini apa yang seharusnya 

kita upayakan dan kejar dalam segala ibadah keagamaan, 

bahkan untuk menjadi berkenaan kepada Allah, yaitu 

supaya Ia bersuka dalam apa yang kita lakukan. Jika Allah 

disenangkan sebab  kita dan pelayanan kita, maka kita 

pun berbahagia, kita telah mencapai tujuan. Namun, kalau 

tidak demikian, untuk apa itu? (Yes. 1:11). Maka, di sini, 

dengan jelas dikatakan bahwa ketaatan pada kehendak 

Allah dengan rendah hati, tulus, dan sungguh-sungguh 

lebih menyenangkan hati-Nya dan mendapat perkenanan-


 288

Nya ketimbang segala korban bakaran dan persembahan. 

Mematuhi semua aturan moral dengan cermat lebih mem-

buat kita diperkenan Allah daripada menjalankan segala 

tata upacara ibadah (Mi. 6:6-8; Hos. 6:6). Ketaatan disukai 

oleh hukum alam yang kekal, sementara korban persem-

bahan hanya disukai oleh hukum dan peraturan tertulis 

belaka. Ketaatan yaitu  hukum dari keadaan tidak bersa-

lah, namun  korban persembahan pada dasarnya mengakui 

bahwa dosa masuk ke dalam dunia dan diadakan untuk 

menghapusnya, namun  tidak berdaya. namun , ketaatan da-

pat mencegah dosa itu. Allah lebih dipermuliakan dan diri 

lebih disangkal oleh ketaatan ketimbang oleh persembah-

an. Jauh lebih mudah membawa anak lembu atau anak 

domba untuk dibakar di atas mezbah daripada membawa 

segala pikiran dan menaklukkannya kepada Allah, serta 

menundukkan kehendak kepada kehendak-Nya. Ketaatan 

yaitu  kemuliaan para malaikat (Mzm. 103:20) dan akan 

menjadi milik kita juga. 

(2) Tidak ada yang begitu membuat Allah murka daripada keti-

daktaatan, yakni melawan kehendak-Nya dengan kehendak 

kita sendiri. Di sini, hal itu disebut pendurhakaan dan 

kedegilan, dan dikatakan sama buruknya seperti dosa ber-

tenung dan menyembah berhala (ay. 23). Memiliki ilah lain 

sama jahatnya dengan hidup dalam ketidaktaatan kepada 

Allah yang benar. Orang yang dikendalikan oleh kecen-

derungannya hatinya sendiri yang bengkok, bertentangan 

dengan perintah Allah, dan sebagai akibatnya meminta 

petunjuk dari terafim (kata yang dipakai di sini untuk me-

nyebut penyembahan berhala) atau petenung. Ketidaktaat-

anlah yang menjadikan kita semua berdosa (Rm. 5:19), dan 

inilah hakikat kejahatan dosa, yakni pelanggaran hukum 

Allah (1Yoh. 3:4), dan sebab nya merupakan perseteruan 

terhadap Allah (Rm. 8:7). Saul yaitu  raja, namun  jika ia 

tidak menaati perintah Allah, maka martabat dan kuasa 

kerajaannya tidak akan membebaskan dia dari kesalahan 

sebab  kedurhakaan dan kedegilannya. Yang dibahas da-

lam ayat-ayat ini bukanlah pembangkangan rakyat terha-

dap raja mereka, melainkan pembangkangan seorang raja 

terhadap Allah. 

Kitab 1 Samuel 15:24-31 

 289 

7. Samuel menubuatkan kehancuran Saul, singkatnya: “sebab  

engkau telah menolak firman TUHAN, telah memandang rendah 

firman itu (demikian dalam Alkitab bahasa Aram), telah meng-

anggapnya bukan apa-apa (demikian terjemahan Septuaginta), 

telah menyingkirkan kekuasaannya, maka Ia telah menolak 

engkau, memandang rendah dan menganggap engkau bukan 

apa-apa, namun  menyingkirkan engkau sebagai raja. Ia yang 

menjadikan engkau raja telah menetapkan untuk menurun-

kan engkau kembali.” Orang yang tidak mau Allah memerintah 

atas dirinya, tidak cocok dan tidak layak untuk memerintah 

atas manusia. 

Penurunan Saul dari Takhta Dinubuatkan 

(15:24-31)  

24 Berkatalah Saul kepada Samuel: “Aku telah berdosa, sebab telah kulang-

kahi titah TUHAN dan perkataanmu; namun  aku takut kepada rakyat, sebab  

itu aku mengabulkan permintaan mereka. 25 Maka sekarang, ampunilah 

kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan 

sujud menyembah kepada TUHAN.” 26 namun  jawab Samuel kepada Saul: 

“Aku tidak akan kembali bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah 

menolak firman TUHAN; sebab itu TUHAN telah menolak engkau, sebagai 

raja atas Israel.” 27 saat  Samuel berpaling hendak pergi, maka Saul meme-

gang punca jubah Samuel, namun  terkoyak. 28 Kemudian berkatalah Samuel 

kepadanya: “TUHAN telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel 

pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik 

dari padamu. 29 Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu 

menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal.” 30 namun  kata 

Saul: “Aku telah berdosa; namun  tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku se-

karang di depan para tua-tua bangsaku dan di depan orang Israel. Kembali-

lah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada 

TUHAN, Allahmu.” 31 Sesudah itu kembalilah Samuel mengikuti Saul. Dan 

Saul sujud menyembah kepada TUHAN. 

Pada akhirnya, Saul pun dibawa untuk mengenakan pakaian penye-

salan pada dirinya. Namun, sangat tampak bahwa ia hanya setengah 

bertindak sebagai seorang petobat, dan sebenarnya tidak sungguh-

sungguh. Cermatilah, 

I. Betapa buruknya ia mengungkapkan penyesalannya. Dengan 

susah payah ia disadarkan akan kesalahannya, yaitu sesudah  di-

ancam akan diberhentikan. Hal ini menyentuh sisi lembut Saul. 

Barulah ia mulai melunak, namun  sebelumnya tidak. saat  

Samuel mengatakan kepadanya, bahwa ia ditolak sebagai raja, ia 


 290

pun berkata, “Aku telah berdosa” (ay.24). Pengakuannya tidaklah 

sukarela maupun tulus, namun  sebab  diancam oleh batang pemu-

kul dan dipaksakan darinya. Di sini, kita mengamati beberapa 

tanda buruk kemunafikan dalam penyesalannya, seperti juga 

penyesalan Ahab. 

1. Saul mengajukan permohonannya hanya kepada Samuel, dan 

tampaknya, yang menjadi keprihatinan utama Saul yaitu  

mempertahankan pendapatnya serta mendapat perkenanan Sa-

muel. Saul mendewakan Samuel, hanya untuk menjaga nama 

baiknya di hadapan rakyat, sebab mereka semua mengenal 

Samuel sebagai nabi sekaligus orang yang telah menjadi alat 

untuk mengangkat Saul. Dengan berpikir untuk menyenangkan 

Samuel dan menjadi semacam suap untuknya, Saul pun 

mengaku: “Telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu,” 

seolah-olah Samuel memegang peran Allah (ay. 24). Sewaktu 

disadarkan oleh pelayanan Natan, Daud mengarahkan mata 

hanya kepada Allah dalam pengakuan dosanya, bukan kepada 

Natan (Mzm. 51:6), terhadap Engkau sajalah aku telah ver-

dosa. Namun, dengan cukup bodoh, Saul  mengakui dosanya 

sebagai pelanggaran terhadap perkataan Samuel, padahal per-

kataan Samuel tidak lain hanyalah pernyataan titah TUHAN. 

Saul juga memohon pengampunan Samuel (ay. 25): “Maka 

sekarang, ampunilah kiranya dosaku,” seolah-olah ada yang 

dapat mengampuni dosa selain Allah sendiri. Sungguh malang 

orang yang membodohi dirinya dengan berpikir bahwa saat  

telah jatuh ke dalam dosa yang memalukan, cukuplah untuk 

verdamai dengan gereja dan para hamba Tuhan dengan me-

nunjukkan pengakuan pertobatan yang meyakinkan, tanpa 

peduli untuk berdamai dengan Allah dengan pertobatan yang 

tulus. Dugaan terbaik yang dapat kita bangun mengenai Saul 

dalam hal ini yaitu  bahwa ia memandang Samuel sebagai 

semacam pengantara antara dirinya dengan Allah, dan maksud 

Saul dengan permohonannya kepada Samuel yaitu  untuk 

ditujukan kepada Allah. Akan namun , dugaan ini sangat lemah. 

2. Dalam pengakuannya sekalipun, Saul masih membuat alasan 

untuk kesalahannya. Itu sama sekali bukan ciri pertobatan 

sejati (ay. 24): “Aku melakukannya sebab  takut kepada rak-

yat, sebab  itu aku mengabulkan permintaan mereka.” Kita 

mempunyai cukup alasan untuk berpikir bahwa tindakan ter-

Kitab 1 Samuel 15:24-31 

 291 

sebut merupakan perbuatan Saul sendiri, bukan rakyat. Akan 

namun , berdasar  apa yang telah kita baca sebelumnya, 

kalaupun rakyat yang melakukannya, jelas bahwa Saul dapat 

menggerakan kuasanya atas rakyatnya itu dan tidak takut 

kepada mereka. Jadi, alasan itu palsu dan asal-asalan. Apa 

pun kepura-puraan Saul, ia tidak benar-benar takut kepada 

rakyat. Akan namun , orang berdosa biasanya menggunakan 

pemikiran dan pertimbangan mereka sebagai alasan, sebab 

tidak ada yang dapat membantah hal-hal itu seberapa pun 

lemahnya. Namun, mereka lupa bahwa Allah menyelidiki hati. 

3. Perhatian Saul hanyalah soal menyelamatkan nama baiknya 

dan mempertahankan dukungan rakyat terhadapnya, kalau 

tidak, mereka akan memberontak atau setidaknya memandang 

rendah terhadap dia. Itu sebabnya, ia memohon kepada Sa-

muel dengan penuh kesungguhan (ay. 25), agar Samuel kem-

bali bersama-sama dengannya dan mengadakan ucapan syu-

kur atas kemenangan di hadapan rakyat. Untuk ini Saul sa-

ngat mendesak Samuel tatkala ia memegang punca jubahnya 

untuk menahan dia (ay. 27). Hal itu diperbuatnya bukan kare-

na peduli kepada Samuel, melainkan ia takut jika Samuel 

meninggalkan dia, rakyat juga akan melakukannya. Banyak 

orang tampak giat memperhatikan para hamba Tuhan dan 

orang-orang baik hanya demi kepentingan serta nama baik 

mereka sendiri, padahal dalam hati membenci mereka. Akan 

namun , sungguh menjijikkan saat  Saul berkata (ay. 30), “Aku 

telah berdosa; namun  tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku 

sekarang di depan bangsaku.” Inikah bahasa seorang petobat? 

Bukan, seharusnya: “Aku telah berdosa, permalukan aku 

sekarang, sebab aiblah yang menjadi milikku, dan tidak ada 

yang merasa muak terhadap diriku seperti aku sendiri.” Na-

mun demikian, betapa seringnya kita menjumpai kemunafikan 

seperti Saul ini! Orang yang dinyatakan berdosa biasa menun-

jukkan diri mereka sangat mendambakan hormat di depan 

orang banyak. Sementara, orang yang telah kehilangan kehor-

matan dari ketidakbersalahannya tidak dapat berpura-pura 

apa-apa selain menunjukkan pertobatan saja, dan sungguh 

merupakan kehormatan bagi seorang petobat sejati untuk 

mencela dirinya sendiri. 


 292

II. Betapa sedikit manfaat yang diperoleh Saul dengan pameran per-

tobatannya yang murahan ini. Apakah yang ia dapat? 

1. Samuel mengulangi hukuman yang ditimpakan ke atasnya. 

Jauhlah dari Samuel untuk memberi harapan tentang pemba-

talan hukuman ini  (ay. 26), sama seperti ayat 23. Siapa 

menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung (Ams. 

28:13). Samuel menolak kembali bersama-sama dengan Saul, 

melainkan berpaling hendak pergi (ay. 27). Sebagaimana yang 

tampak kepadanya sejak awal, Samuel pun berpikir bahwa 

sama sekali tidak pantas untuk menyokong orang yang telah 

ditolak Allah, yakni dengan ikut bersamanya mengucap syu-

kur kepada Allah atas kemenangan yang dipakai untuk me-

muaskan keserakahan Saul, bukan kemuliaan Allah. Namun, 

sesudah  itu ia kembali juga bersama dengan Saul (ay. 31). Hal 

ini  dilakukannya dengan pertimbangan lebih jauh dan 

kemungkinan oleh petunjuk ilahi, untuk menghindari pem-

berontakan rakyat atau untuk melakukan tindak keadilan ter-

hadap Agag (ay. 32), bukan untuk menghormati Saul (sebab, 

meski Saul menyembah TUHAN [ay. 31], tidak dikatakan 

bahwa Samuel memimpin ibadah ini ). 

2. Samuel menggambarkan hukuman ini  dengan sebuah 

tanda, sebab  Saul sendiri yang memancing berbuat demikian 

dengan sikap kasarnya. saat  Samuel sedang berpaling dari-

nya, ia mengoyak jubah Samuel untuk menahan dia (ay. 27). 

Saul sangat tidak ingin berpisah dengan sang nabi, namun  

Samuel memaknai peristiwa ini  dengan cara yang hanya 

dapat dilakukan oleh seorang nabi. Ia membuat kejadian itu 

menjadi tanda bahwa jabatan raja telah dikoyakkan dari Saul 

(ay.28), dan bahwa hal ini yaitu  perbuatannya sendiri. “Allah 

telah mengoyakkannya darimu dan telah memberikannya 

kepada orang lain yang lebih baik dari padamu,” yaitu Daud, 

yang di kemudian hari, pada suatu kesempatan, memotong 

punca jubah Saul (1Sam. 24:5). Tentang hal itu, Saul berkata 

kepada Daud (1Sam. 24:21), “Aku tahu, bahwa engkau pasti 

menjadi raja,” kemungkinan dia mengingat tanda ini, yaitu 

pengoyakan punca jubah Samuel. 

3. Samuel mengesahkan putusan ini  dengan pernyataan 

sungguh-sungguh, bahwa hukuman itu tidak dapat dibatalkan 

(ay. 29, KJV: Kekuatan dari Israel tidak berdusta). Tafsiran lain

Kitab 1 Samuel 15:32-35 

 293 

 menyebut Keabadian atau Kemenangan dari Israel. Terjemah-

an bahasa Arab menuliskan Yang Kudus. Alkitab Aram menye-

but Yang Termulia. Uskup Patrick menyebut-Nya Raja Israel 

yang berkemenangan. “Ia sudah berketetapan untuk menurun-

kan engkau dan tidak akan mengubah ketetapan-Nya. Ia bu-

kan manusia yang harus menyesal.” Manusia tidak tetap dan 

pikirannya berubah-ubah, lemah dan tidak mampu melaksa-

nakan ketetapannya. Ada hal-hal yang terjadi, yang tidak da-

pat diduga sebelumnya oleh manusia, oleh sebab  hal-hal itu-

lah pengukuran manusia dibatalkan. Namun, tidak demikian 

halnya dengan Allah. Terkadang, Allah menyesali kejahatan 

yang hendak dilaksanakan-Nya. Penyesalan tersembunyi dari 

Saul, sebab  itu tersembunyi pula dari mata Allah. 

Agag Dibantai 

(15:32-35)  

32 Lalu berkatalah Samuel: “Bawa ke mari Agag, raja Amalek itu.” Dengan 

gembira Agag pergi kepadanya, sebab pikirnya: “Sesungguhnya, kepahitan 

maut telah lewat.” 33 namun  kata Samuel: “Seperti pedangmu membuat 

wanita  -wanita   kehilangan anak, demikianlah ibumu akan kehilang-

an anak di antara wanita  -wanita  .” Sesudah itu Samuel mencincang 

Agag di hadapan TUHAN di Gilgal. 34 Kemudian Samuel pergi ke Rama, namun  

Saul pergi ke rumahnya, di Gibea-Saul. 35 Sampai hari matinya Samuel tidak 

melihat Saul lagi, namun  Samuel berdukacita sebab  Saul. Dan TUHAN 

menyesal, sebab  Ia menjadikan Saul raja atas Israel. 

Sebagai nabi, di sini Samuel diangkat atas raja-raja (Yer.1:10). 

I. Ia membinasakan raja Agag, tidak diragukan lagi oleh perintah 

khusus dari surga, sebab  kini tidak seorang pun dapat meng-

aku-ngaku oleh perintahnya. Ia mencincang Agag. Sebagian orang 

berpikir Samuel hanya memerintahkan seseorang untuk melaku-

kannya, namun  mungkin juga ia melakukannya dengan tangannya 

sendiri, sebagai korban bagi keadilan Allah yang telah disalahi (ay. 

33), dan biasanya korban persembahan dipotong-potong. Perhati-

kanlah di sini, 

1. Bagaimana harapan kosong Agag dikecewakan: ia datang de-

ngan anggun (KJV), dengan gaya yang agung, untuk menunjuk-

kan bahwa dirinya yaitu  raja, dan dengan demikian agar 

diperlakukan dengan hormat, atau dengan sikap yang lembut, 


 294

sebagai seseorang yang tidak terbiasa menghadapi kesukaran, 

yang tidak pernah mencoba menjejakkan telapak kakinya ke ta-

nah sebab  sifatnya yang manja dan lemah (Ul. 28:56), supaya 

dikasihani. Ia berkata, “Sesungguhnya, sekarang bara peperang-

an telah padam, kepahitan maut telah lewat” (ay. 32). sesudah  

lolos dari pedang Saul, prajurit perang itu, Agag berpikir dirinya 

aman dari Samuel, seorang nabi tua, pecinta damai. Perhatikan-

lah, 

(1) Ada kepahitan dalam maut, maut mengerikan secara ala-

miah. “Sesungguhnya, maut itu pahit,” demikianlah per-

kataan Agag dalam versi Alkitab lain. Septuaginta menulis-

kan kalimat sebelumya, Ia datang dengan gemetar. Maut 

akan membuat tawar hati yang paling teguh sekalipun. 

(2) Banyak orang berpikir kepahitan maut sudah lewat saat  

tidak demikian halnya. Mereka merasa hari sial jauh dari 

mereka, padahal sangat dekat. Melalui anugerah, orang 

percaya dapat mengatakan ini dengan dasar yang teguh, 

meski kematian tidak berlalu, namun  kepahitannya berlalu, 

“Hai maut, di manakah sengatmu?” (1Kor. 15:55, NIV). 

2. Bagaimana perbuatan-perbuatan kekejian Agag di masa lalu 

kini dihukum. Samuel meminta pertanggungjawabannya bu-

kan hanya atas dosa-dosa leluhurnya, namun  juga atas dosanya 

sendiri: “Pedangmu membuat wanita  -wanita   kehilang-

an anak,” (ay. 33). Agag meniti langkah kekejaman nenek mo-

yangnya, dan orang-orang yang lahir sesudah  dia kemungkinan 

besar juga melakukan hal yang sama. Oleh sebab  itu, adillah 

jika darah orang benar yang ditumpahkan oleh orang Amalek 

dituntut dari angkatan ini (Mat. 23:36). Agag, yang anggun 

dan mewah, bersikap kejam dan biadab kepada orang lain. 

Memang begitulah pada umumnya: orang yang memanjakan 

keinginannya juga tidak akan kurang memanjakan hawa naf-

sunya. Akan namun , darah akan diperhitungkan. Bahkan para 

raja harus tunduk kepada Raja segala raja atas darah orang 

tidak bersalah yang mereka tumpahkan, atau yang tertumpah 

sebab  mereka. Kejahatan raja Manasyelah yang tidak akan 

TUHAN ampuni (2Raj. 24:4). Lihat Wahyu 13:10. 

Kitab 1 Samuel 15:32-35 

 295 

II. Samuel meninggalkan Raja Saul, pergi darinya (ay. 34), dan sam-

pai hari matinya tidak melihat Saul lagi (ay. 35) untuk memberinya 

nasihat dalam segala urusannya, sebab Saul tidak menginginkan 

kehadiran Samuel ataupun diberi nasihat oleh dia. Samuel 

memandang Saul sebagai orang yang ditolak Allah, sebab  itulah 

ia meninggalkannya. Meski terkadang mereka bertemu secara 

tidak sengaja (seperti dalam 19:24), Samuel tidak pernah datang 

menemui dia untuk menunjukkan kebaikan hati atau rasa 

hormat. Namun demikian, ia berdukacita sebab  Saul, sebab  ber-

pikir betapa menyedihkannya seseorang yang pernah berdiri tegak 

dalam hal-hal besar harus menghancurkan diri sendiri dengan 

begitu bodohnya. Ia berdukacita sebab  keadaan buruk negeri itu, 

negeri yang untuknya Saul pernah menjadi berkat amat besar, te-

tapi sekarang justru menjadi kutukan dan tulah. Ia berdukacita 

sebab  keadaan Saul yang abadi, sebab  tidak ada harapan untuk 

membawa dia pada pertobatan. Tatkala meratapi Saul, kemung-

kinan Samuel membuat permohonan, namun  TUHAN telah menye-

sal sebab  Ia menjadikan Saul raja, dan berketatapan untuk 

membatalkan karya-karya Saul. Maka doa-doa Samuel pun tidak 

berhasil baginya. Perhatikanlah, kita harus berdukacita sebab  

penolakan terhadap orang-orang berdosa, 

1. Meskipun kita menarik diri dari mereka dan tidak berani ber-

gaul akrab dengan mereka. Demikianlah nabi meninggalkan 

dan menyingkir dari umatnya, namun  menangisi mereka siang 

dan malam (Yer. 9:1-2). 

2. Meskipun mereka tidak berdukacita sebab  dirinya sendiri. Saul 

tampaknya tidak peduli dengan tanda-tanda murka Allah yang 

sedang dihadapinya, namun  Samuel meratapi dia siang dan ma-

lam. Yerusalem terjamin aman saat  Kristus menangisinya. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL 16  

ada pasal ini, dimulailah kisah Daud, sosok di dalam kisah kudus 

Allah yang kemasyhurannya setara dengan segenap tokoh besar 

di Perjanjian Lama. Daud seorang yang dengan pedang dan penanya 

bergiat melayani kemuliaan Allah serta kepentingan Israel dengan 

kegigihan yang setara dengan yang lainnya, dan juga seorang yang 

menjadi gambaran Kristus yang sungguh agung. Dalam pasal ini kita 

jumpai, 

I. Samuel ditunjuk dan diperintahkan untuk mengurapi se-

orang raja di antara anak-anak Isai di Betlehem (ay. 1-5). 

II. Semua anak laki-laki Isai yang tua dilewati, lalu Daud sang 

bungsu dipilih dan kemudian diurapi (ay. 6-13). 

III. saat  Saul menjadi semakin gundah gulana, Daud pun di-

panggil untuk membuatnya lega melalui musik (ay. 14-23). 

Demikianlah permulaan yang sungguh sederhana dari se-

orang yang termasyhur itu.  

Samuel Beranjak ke Betlehem 

(16:1-5) 

1 Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Berapa lama lagi engkau berdukacita 

sebab  Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah 

tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau ke-

pada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih 

seorang raja bagi-Ku.” 2 namun  Samuel berkata: “Bagaimana mungkin aku 

pergi? Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku.“ Firman TUHAN: 

“Bawalah seekor lembu muda dan katakan: Aku datang untuk mempersem-

bahkan korban kepada TUHAN. 3 Kemudian undanglah Isai ke upacara 

pengorbanan itu, lalu Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang harus 

kauperbuat. Urapilah bagi-Ku orang yang akan Kusebut kepadamu.” 4 Sa-

muel berbuat seperti yang difirmankan TUHAN dan tibalah ia di kota 

Betlehem. Para tua-tua di kota itu datang mendapatkannya dengan gemetar 


 298

dan berkata: “Adakah kedatanganmu ini membawa selamat?” 5 Jawabnya: 

“Ya, benar! Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. 

Kuduskanlah dirimu, dan datanglah dengan daku ke upacara pengorbanan 

ini.” Kemudian ia menguduskan Isai dan anak-anaknya yang laki-laki dan 

mengundang mereka ke upacara pengorbanan itu. 

Samuel telah mengundurkan diri ke rumahnya di Rama dengan 

tekad untuk tidak lagi tampil mengurus kepentingan rakyat, dan 

memilih untuk sepenuhnya membaktikan diri mengajar dan mem-

bina putra-putra nabi yang dikepalainya, seperti kita baca kemudian 

(19:20). Samuel merasa lebih puas dengan berharap pada para nabi 

muda ini ketimbang dari para pemimpin muda. Sampai pada hari 

kematiannya, kita memang tidak lagi membaca tentang Allah yang 

memanggilnya ke tengah masyarakat untuk mengurus perkara-per-

kara kenegaraan, kecuali pada bagian ini saat  ia mengurapi Daud. 

I. Allah menegur Samuel sebab  terus-menerus meratapi penolakan 

Allah terhadap Saul. Allah tidak menyalahkan Samuel sebab  ia  

bersedih atas peristiwa itu, namun  sebab  ia terlampau larut dalam 

kesusahan hatinya itu: Berapa lama lagi engkau berdukacita 

sebab  Saul? (ay. 1). Di sini, kita menyaksikan bahwa Samuel 

sama sekali tidak bersedih atas tersingkirnya keluarganya mau-

pun pemberhentian anak-anak laki-lakinya dari jabatan imam 

mereka, namun  ia bersedih atas penolakan Saul serta keturunan-

nya. Samuel meratap tanpa henti sebab  perkara terkait keluarga-

nya terjadi oleh sebab ketidakpuasan rakyat Israel yang bebal, 

namun  perkara Saul terjadi oleh sebab murka Allah yang adil. Na-

mun demikian, Samuel perlu mengambil waktu untuk memulih-

kan diri dan tidak meratap sampai masuk kubur, 

1. sebab  Allah sudah menolak Saul, sehingga Samuel harus 

tunduk kepada keadilan ilahi ini  dan melupakan kasih-

nya kepada Saul. Jika Allah dimuliakan oleh kehancuran Saul, 

maka Samuel harus merasa puas hati. Lagi pula, buat apa lagi 

ia meratap? Keputusan Allah telah dijatuhkan, dan segala doa 

serta air matanya tidak akan sanggup membalikkan keputus-

an itu (2Sam. 12:22-23).  

2. sebab  Israel tidak akan dirugikan oleh hal itu, dan Samuel 

harus mendahulukan kesejahteraan rakyat ketimbang kasih-

nya sendiri kepada sahabatnya. “Jangan bersedih bagi Saul, 

sebab  telah Kupilih seorang raja bagi-Ku. Orang Israel telah 

Kitab 1 Samuel 16:1-5 

 299 

mengangkat bagi mereka sendiri seorang raja yang terbukti 

tidak layak, maka kini Aku akan mengangkat bagi diri-Ku sen-

diri seorang raja, seorang yang berkenan di hati-Ku.” Lihat 

Mazmur 89:21; Kisah Para Rasul 13:22. “Meski Saul telah Ku-

tolak, Israel tidak akan menjadi seperti domba yang tidak ber-

gembala. Aku menyediakan seorang raja lain bagi mereka. 

Biarlah sukacitamu atas raja baru ini menelan habis dukacita-

mu atas raja yang ditolak.” 

II. Allah mengutus Samuel ke Betlehem untuk mengurapi salah satu 

anak laki-laki Isai, seorang yang mungkin tidak asing lagi di mata 

Samuel. Isilah tabung tandukmu dengan minyak. Saul diurapi 

dengan minyak sebuli-buli banyaknya, yang sedikit dan mudah 

pecah, sementara Daud diurapi dengan minyak yang setabung 

tanduk banyaknya, lebih melimpah dan tahan lama. Demikianlah 

kita membaca mengenai tanduk keselamatan di dalam keturunan 

Daud, hamba-Nya itu (Luk. 1:69). 

III. Samuel berkeberatan akan bahaya yang dapat timbul oleh per-

jalanan ini (ay. 2): Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh 

aku. Dengan berkata ini, terlihat 

1. Bahwa Saul telah berubah menjadi sangat keji dan ganas 

sejak dirinya ditolak, sebab  jika tidak demikian, tentu Samuel 

tidak akan berkata demikian. Kefasikan apa yang tidak ada 

pada diri Saul, jika Samuel saja bisa dibunuhnya? 

2. Bahwa iman Samuel tidaklah sekuat yang diharapkan dari 

seseorang seperti dirinya, sebab  jika tidak demikian, tentu ia 

tidak akan takut terhadap murka Saul. Bukankah Dia yang 

mengutusnya akan melindunginya dan menjaganya tetap sela-

mat? Akan namun , begitulah orang-orang terbaik sekalipun 

tidaklah sempurna imannya. Demikian pula ketakutan tidak 

akan sepenuhnya dapat disingkirkan dari dunia yang ada di 

seberang sorga ini. Namun demikian, perkataan Samuel ini da-

pat dipahami sebagai kerinduannya untuk memperoleh petun-

juk sorgawi perihal cara mengurus perkara ini dengan bijak-

sana, supaya ia tidak membiarkan dirinya maupun orang lain 

terancam bahaya yang tidak perlu. 


 300

IV. Allah memerintahkan Samuel untuk menutupi rancangan-Nya 

ini  dengan persembahan korban: Katakan, Aku datang un-

tuk mempersembahkan korban, dan memang Samuel benar mem-

persembahkan korban. Memang sepantasnyalah ia mempersem-

bahkan korban, saat  ia datang untuk mengurapi seorang raja 

(11:15). Sebagai seorang nabi, ia dapat mempersembahkan kor-

ban kapan pun dan di mana pun Allah menetapkannya untuk 

melakukannya. sebab  itu, perkataannya bahwa ia datang untuk 

mempersembahkan korban itu sama sekali tidak menyalahi 

hukum kejujuran, saat  ia memang melakukan hal itu, meski ia 

juga mempunyai maksud lain yang menurut hematnya perlu 

disembunyikan. Biarlah Samuel mempersembahkan korban dan 

mengundang Isai, yang kemungkinan merupakan tokoh masyara-

kat di kota itu, beserta keluarganya untuk datang kepada peraya-

an korban, dan, firman Allah, Aku akan memberitahukan kepada-

mu apa yang harus kauperbuat. Orang yang melakukan pekerjaan 

Allah sesuai jalan-Nya akan dituntun langkah demi langkah, di 

mana pun mereka merasa tersesat, untuk melaksanakannya 

dengan cara yang terbaik. 

V. Samuel patuh dan pergi ke Betlehem, tidak dengan kemegahan 

ataupun dengan disertai rombongan, melainkan hanya dengan 

seorang bujang untuk menuntun seekor lembu muda yang akan 

dipersembahkannya sebagai korban. Namun demikian, para tua-

tua di kota Betlehem datang mendapatkannya dengan gemetar, 

sebab  takut bahwa kedatangannya itu merupakan tanda amarah 

Allah terhadap mereka, dan bahwa Samuel datang untuk mengu-

mandangkan penghakiman atas kejahatan kota itu. Rasa bersalah 

mendatangkan rasa takut. Akan namun , kita memang sepatutnya 

berdiri dengan kagum di hadapan utusan Allah dan gemetar men-

dengar perkataan-Nya. Selain itu, mereka juga mungkin merasa 

takut bahwa kedatangan Samuel ini dapat menimbulkan amarah 

Saul terhadap mereka. Mungkin mereka tahu, betapa Saul sangat 

gusar terhadap Samuel, sehingga merasa cemas bahwa Saul akan 

mencari gara-gara dengan mereka sebab  telah menerima Samuel. 

Para tua-tua itu bertanya kepada Samuel, “Adakah kedatanganmu 

ini membawa selamat? Apakah engkau sendiri baik-baik saja dan 

tidak sedang melarikan diri dari Saul? Apakah engkau merasa 

damai dengan kami, dan tidak datang dengan pesan kemarahan 

Kitab 1 Samuel 16:1-5 

 301 

apa pun?” Kita semua harus dengan sepenuh hati rindu untuk 

berada dalam hubungan yang baik dengan para nabi utusan Allah 

serta gemetar mendengar firman Allah atau doa-doa para nabi 

ini , yang menegur kita. saat  Sang Anak Daud lahir sebagai 

raja orang Yahudi, seluruh Yerusalem pun terkena masalah (Mat. 

2:3). Selama ini Samuel tinggal di rumah saja, sehingga sungguh 

aneh menyaksikan dirinya kini berada begitu jauh dari rumah. 

Oleh sebab  itu, para tua-tua itu menyimpulkan bahwa pasti ada 

sesuatu yang luar biasa yang membawa Samuel datang, sehingga 

merasa ketakutan sampai Samuel sendiri menenangkan mereka 

(ay. 5): “Ya, benar! sebab  aku datang untuk mempersembahkan 

korban, bukan membawa pesan kemarahan untuk menegur eng-

kau, namun  dengan membawa keselamatan dan pendamaian. Oleh 

sebab  itu, kalian boleh menjamu aku dan tidak perlu takut 

dengan kedatanganku ini. Maka dari itu, kuduskanlah dirimu, dan 

bersiaplah untuk bergabung bersamaku dalam upacara persem-

bahan korban, supaya engkau turut mendapat keuntungannya.” 

Catatlah, sebelum suatu upacara kudus dilaksanakan, sebuah 

pengakuan kudus haruslah dikumandangkan terlebih dahulu. 

saat  kita hendak mempersembahkan korban persembahan 

rohani, kita harus menguduskan diri dengan mengasingkan diri 

dari dunia dan memperbaharui bakti kita kepada Allah. Pada 

waktu Yesus, yang yaitu  Tuhan kita, datang ke dunia ini, walau 

manusia punya cukup alasan untuk gemetar sebab  takut bahwa 

kedatangan-Nya yaitu  untuk membinasakan dunia, namun Ye-

sus memberi jaminan penuh bahwa Ia datang dengan damai, ka-

rena Ia datang untuk mempersembahkan korban, dan Ia mem-

bawa serta korban persembahan-Nya bersama diri-Nya: Engkau 

telah menyediakan tubuh bagiku. Marilah kita menguduskan diri, 

supaya kita beroleh perkenanan di dalam korban persembahan-

Nya. Perhatikanlah, orang yang datang untuk mempersembahkan 

korban haruslah datang dengan damai di hati, sebab  semua 

ibadah sejatinya tidak boleh dilaksanakan dalam keadaan hati 

yang sedang kacau. 

VI. Samuel secara khusus memperhatikan Isai dan anak-anak laki-

lakinya, sebab  kepentingannya yang sesungguhnya terletak pada 

orang-orang ini. Oleh sebab  itu, Samuel kemungkinan memberi-

tahu Isai pada waktu dirinya pertama kali tiba, dan menginap di 


 302

rumahnya. Samuel berbicara kepada semua tua-tua untuk me-

nguduskan diri, namun  ia menguduskan Isai dan anak-anaknya 

yang laki-laki dengan berdoa bersama mereka serta mengajar 

mereka. Mungkin Samuel sudah terlebih dulu mengenal mereka, 

dan tampaknya di dalam pasal 20:29, di mana kita membaca me-

ngenai upacara persembahan yang dihadiri keluarga itu,  keluarga 

Isai yaitu  keluarga yang saleh. Samuel membantu mereka di 

dalam persiapan keluarga untuk mempersembahkan korban di 

hadapan umat, dan, mungkin, memilih Daud kemudian meng-

urapinya di tengah-tengah perayaan keluarga itu, sebelum korban 

itu dipersembahkan atau sebelum perayaan pengorbanan itu di-

kuduskan. Mungkin Samuel mengadakan sendiri upacara pengor-

banannya, seperti Ayub, sebanyak jumlah mereka sekalian (Ayb. 

1:5), dan, dengan memanfaatkan peristiwa itu, memanggil mereka 

semua untuk tampil di hadapannya. saat  ada tanda-tanda sua-

tu berkat hendak dianugerahkan kepada sebuah keluarga, maka 

seluruh anggota keluarga itu harus menguduskan diri mereka 

masing-masing. 

Daud Diurapi Samuel 

(16:6-13)  

6 saat  mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: “Sung-

guh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya.” 7 namun  berfir-

manlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau pera-

wakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia 

yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, namun  TUHAN 

melihat hati.” 8 Lalu Isai memanggil Abinadab dan menyuruhnya lewat di 

depan Samuel, namun  Samuel berkata: “Orang inipun tidak dipilih TUHAN.” 9 

Kemudian Isai menyuruh Syama lewat, namun  Samuel berkata: “Orang inipun 

tidak dipilih TUHAN.” 10 Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat 

di depan Samuel, namun  Samuel berkata kepada Isai: “Semuanya ini tidak 

dipilih TUHAN.” 11 Lalu Samuel berkata kepada Isai: “Inikah anakmu semua-

nya?” Jawabnya: “Masih tinggal yang bungsu, namun  sedang menggembalakan 

kambing domba.” Kata Samuel kepada Isai: “Suruhlah memanggil dia, sebab 

kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari.” 12 Kemudian disu-

ruhnyalah menjemput dia. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya 

elok. Lalu TUHAN berfirman: “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” 13 

Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud 

di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasa-

lah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel menuju Rama. 

Jika kepada anak-anak laki-laki Isai diberitahukan bahwa Allah akan 

menyediakan bagi diri-Nya sendiri seorang raja yang akan diambil

Kitab 1 Samuel 16:6-13 

 303 

dari antara mereka (seperti firman-Nya, ay. 1), maka kita dapat meya-

kini bahwa mereka semua berusaha tampil sebaik mungkin, dan 

masing-masing berharap akan menjadi sang raja itu. Akan namun , 

pada bagian ini, kita dapat membaca, 

I. Bagaimana semua anak laki-laki yang lebih tua, yang berdiri 

begitu gagahnya, dilewati. 

1. Eliab, anak yang tertua, secara khusus menjadi yang pertama 

diperhadapkan kepada Samuel, kemungkinan dengan hanya 

didampingi Isai seorang diri, dan Samuel berpikir bahwa Eliab-

lah sang raja itu: Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri 

yang diurapi-Nya (ay. 6). Para nabi sendiri, meskipun mereka 

bicara di bawah panduan Allah, masih juga bisa melakukan 

kesalahan layaknya manusia lain, seperti yang dilakukan pula 

oleh Natan (2Sam. 7:3). Akan namun , Allah memperbaiki kesa-

lahan sang nabi dengan sebuah bisikan rahasia ke dalam 

pikirannya: Janganlah pandang parasnya (ay. 7). Sungguh 

aneh bahwa Samuel, yang telah dikecewakan sedemikian rupa 

oleh Saul, yang paras serta perawakannya membuatnya tam-

pak unggul di mata manusia, masih juga begitu tergesa-gesa 

menilai seorang manusia dengan cara serupa. jika  Allah 

hendak menyenangkan manusia, maka Ia akan memilih 

seorang yang elok perawakannya, namun , jika  Ia menghen-

daki seorang yang berkenan di hati-Nya, maka orang itu tidak 

akan dipilih-Nya berdasar  apa yang kelihatan. Manusia 

menghakimi menurut apa yang dilihatnya, namun  Allah tidak 

demikian (Yes. 11:3). Tuhan melihat hati, artinya, 

(1) Allah mengenal hati dengan baik. Kita dapat mengetahui 

rupa manusia, namun  Allah dapat mengetahui pribadi ma-

nusia yang sesungguhnya. Manusia melihat pada mata 

(demikianlah kata aslinya), dan bersuka atas kecemerlang-

an dan kegairahan yang dipancarkannya, namun  Allah meli-

hat hati, dan mengetahui pikiran dan niat hati itu. 

(2) Allah menghakimi manusia menurut hati. Kecondongan 

hati yang luhur, kudus dan baik, mendatangkan pujian 

bagi kita di mata Allah dan sangat berharga di mata-Nya 

(1Ptr. 3:4), bukan penampakan yang gagah, atau kekuatan 

serta kegagahan tubuh. Marilah kita senantiasa mengingat 


 304

bahwa keindahan sejati yaitu  di dalam diri kita, yaitu ma-

nusia batiniah kita, dan marilah kita menghakimi manusia, 

sejauh kemampuan kita, menurut hati dan budi pekerti 

dan bukan rupanya. 

2. Pada waktu Eliab disisihkan, maka Abinadab dan Syamanya 

serta empat anak laki-laki Isai yang lain, seluruhnya tujuh 

anak, ditampilkan di depan Samuel untuk dipertimbangkan 

menurut maksud kehadirannya. Akan namun  Samuel, yang 

tidak bertindak lebih hati-hati daripada saat  ia menerima 

petunjuk Allah pertama kali, menolak mereka semua: Semua-

nya ini tidak dipilih Tuhan (ay. 8, 10). Manusia mewariskan 

kehormatan serta kekayaan kepada para anak laki-laki menu-

rut tuanya usia serta urutan kelahiran, namun  Allah tidak de-

mikian. Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda. 

Andaikan pilihan raja itu diserahkan sepenuhnya kepada 

Samuel atau Isai, maka pasti salah satu dari anak laki-laki ini 

sudah terpilih. Akan namun , Allah hendak membesarkan ke-

daulatan-Nya dengan tidak memilih orang-orang yang unggul 

dan malah menetapkan orang-orang lain yang lebih hina. 

II. Bagaimana Daud pada akhirnya dipilih. Ia merupakan anak 

bungsu dari semua anak laki-laki Isai. Namanya berarti terkasih, 

sebab  ia yaitu  gambaran Sang Anak yang Terkasih. Perhatikan, 

1. Bagaimana ia berada di padang untuk menggembalakan kam-

bing domba (ay. 11), dan dibiarkan tinggal di sana, meski ada 

upacara dan perayaan korban di rumah ayahnya. Anak bung-

su biasanya menjadi anak yang dimanja di tengah keluarga, 

namun  tampaknya, Daud menjadi yang paling tidak dihiraukan 

dari semua anak laki-laki Isai, entah sebab  mereka tidak 

menyadari atau tidak menghargai pribadi Daud yang sungguh 

luhur. Banyak orang hebat tersembunyi di balik keterasingan 

serta kehinaan, dan Allah memang kerap memuliakan orang-

orang yang dihina sesamanya dan memberi penghormatan 

khusus kepada anggota-anggota yang tidak mulia. Anak Daud 

yaitu  Dia yang dihina manusia, Batu yang dibuang oleh 

tukang-tukang bangunan, namun demikian, nama-Nya menjadi 

nama di atas segala nama. Daud diambil dari tempat domba-

domba yang menyusui untuk menggembalakan Yakub (Mzm. 

Kitab 1 Samuel 16:6-13 

 305 

78:71), seperti halnya Musa sendiri diambil saat  tengah 

menggembalakan kawanan ternak milik Yitro, suatu tanda 

kerendahan hati serta keuletan Daud, dua sifat yang dengan 

senang hati hendak dimuliakan Allah. Kita pasti berpikir bah-

wa hidup ketentaraan merupakan hidup yang terbaik untuk 

mempersiapkan seseorang menerima kuasa sebagai raja, namun  

di mata Allah, hidup penggembalaan, yakni hidup yang meng-

utamakan perenungan dan persekutuan dengan Allah, men-

jadi yang terbaik untuk tujuan itu, sebab  bersama hidup 

penggembalaan ini , terdapat sejumlah karunia Roh yang 

penting untuk mengemban amanat kerajaan ini. Daud tengah 

menggembalakan kambing domba, padahal saat itu sedang 

ada upacara mempersembahkan korban. Sungguh, ada belas 

kasihan yang melampaui persembahan. 

2. Bagaimana Samuel bersikeras menginginkan Daud dijemput: 

“Kita tidak akan duduk makan sebelum ia datang kemari. (Mung-

kin ini bukan saat perayaan korban, namun  saat bersantap biasa) 

jika  semua anak laki-laki Isai telah ditolak, maka orang ini 

pastilah sang raja itu.” Daud yang tidak diniatkan sama sekali 

untuk ikut duduk di meja makan malah sekarang menjadi yang 

dinantikan kehadirannya sebagai tamu utama. saat  Allah 

hendak meninggikan orang yang hina, siapakah yang dapat 

mencegahnya? 

3. Bagaimana penampilan Daud saat  ia datang. Tidak ada pen-

jelasan mengenai pakaian Daud. Namun pastilah ia berpakai-

an menurut pekerjaannya, hina dan kasar, seperti layaknya 

pakaian para gembala, dan ia pun tidak berganti pakaian 

seperti halnya Yusuf (Kej. 41:14). Namun, ia mempunyai paras 

yang sungguh polos, tidak gagah seperti Saul, melainkan ma-

nis dan elok: Ia kemerah-merahan, matanya indah dan paras-

nya elok (ay. 12), maksudnya, warna kulitnya cemerlang, sinar 

matanya menawan, dan wajahnya memesona. Penampakan 

Daud sungguh luar biasa, dan ada sesuatu di dalam rupanya 

yang sangat memikat. Meskipun ia sama sekali tidak menge-

nakan apa pun untuk membuat dirinya lebih sedap dipan-

dang, bahkan pekerjaannya terpapar sinar matahari dan 

angin, namun alam menjaga apa yang merupakan bagiannya, 

dan melalui keelokan parasnya, keluhuran perangai dan budi 

baiknya pun terpancar. Mungkin wajah Daud yang kemerah-


 306

merahan sebab  rasa malu sewaktu diperhadapkan kepada 

Samuel dan saat  diterima Samuel dengan rasa hormat yang 

mengherankan, membuatnya tampak lebih ganteng. 

4. Pengurapan Daud. Tuhan berfirman kepada Samuel di telinga-

nya, seperti yang dilakukan-Nya sebelumnya (9:15), bahwa 

inilah dia yang harus diurapi olehnya (ay. 12). Samuel tidak 

berkeberatan terhadap rendahnya pendidikan Daud, kemuda-

annya, atau kurang dihargainya ia di mata keluarganya sen-

diri, namun , dengan mematuhi perintah Allah, Samuel meng-

ambil tabung tanduk minyaknya lalu mengurapi Daud (ay. 13), 

dan dengan ini menyatakan, 

(1) Penetapan pemerintahan oleh Allah, sesudah  kematian Saul, 

dan dengan ini Allah memberi jaminan penuh kepada 

Daud. Bukan berarti Daud pada saat ini mendapat kuasa 

sebagai raja, melainkan hal itu dijanjikan akan dianugerah-

kan kepadanya bila waktunya telah tiba. 

(2) Penyampaian karunia dan anugerah oleh Allah untuk me-

layakkan Daud mengemban jabatan pemerintahan ini  

dan untuk menjadikannya sebagai gambaran dari Dia yang 

akan menjadi Mesias, Yang Diurapi, yang menerima Roh, 

tidak dengan batas tertentu, melainkan tanpa batas. Daud 

dikatakan diurapi di tengah-tengah saudara-saudaranya, 

yang mungkin tidak memahami makna tindakan itu sebagai 

pengangkatan Daud kepada jabatan pemerintahan, sehing-

ga tidak merasa iri hati kepada Daud seperti halnya sau-

dara-saudara Yusuf. Hal ini sebab  mereka tidak menyaksi-

kan lebih lanjut ada tanda kemuliaan disematkan kepada-

nya, bahkan sebuah jubah beraneka warna pun sama sekali 

tidak dikenakan kepadanya. Namun demikian, Uskup 

Patrick membacanya sebagai berikut, Samuel mengurapi 

Daud dari tengah-tengah saudara-saudaranya, artinya, Sa-

muel memisahkan dan mengkhususkan Daud dari yang 

lain, dan secara pribadi mengurapinya, namun  dengan perin-

tah untuk merahasikan hal ini dan tidak memberitahu sau-

dara-saudaranya. sebab , seperti yang akan kita baca kemu-

dian (17:28), tampaknya Eliab tidak mengetahui apa pun 

tentang peristiwa ini. Menurut perhitungan, pada saat di-

urapi, Daud berusia sekitar dua puluh tahun. Jika benar 

demikian, maka kesusahan yang ditimpakan Saul kepada-

Kitab 1 Samuel 16:14-23 

 307 

nya berlangsung sepuluh tahun, sebab  Daud berusia tiga 

puluh tahun pada waktu Saul mati. Dr. Lightfoot menduga 

bahwa Daud berusia sekitar dua puluh lima tahun, sehingga 

kesusahannya itu berlangsung selama lima tahun. 

5. Sukacita yang didatangkan oleh pengurapan ini: Sejak hari itu 

dan seterusnya berkuasalah roh Tuhan atas Daud (ay. 13). 

Pengurapan Daud bukanlah suatu upacara yang tidak ber-

makna, namun  ada kuasa Allah yang menyertai penahbisan 

ini , sehingga Daud menemukan bahwa di dalam dirinya, 

bertambahlah hikmat, keberanian, dan kepeduliannya terha-

dap rakyat, beserta segala sesuatu persyaratan yang harus 

dimiliki seorang raja, meskipun tampilan luarnya sama sekali 

tidak bertambah. Ini membuat hatinya sungguh yakin, bahwa 

penetapannya itu berasal dari Allah. Bukti yang terkuat dari 

penetapan kita sejak semula ke dalam kerajaan kemuliaan 

yaitu  pemeteraian kita oleh Roh perjanjian serta pengalaman 

kita akan karya kasih karunia di dalam hati kita masing-

masing. Beberapa penafsir menduga bahwa keberanian Daud 

membunuh singa dan beruang, serta keterampilannya yang 

luar biasa di dalam memainkan alat musik, merupakan dam-

pak serta bukti berkuasanya Roh Allah atas dirinya. Namun 

demikian, jelas bahwa Roh Allah ini membuat Daud menjadi 

sang pemazmur yang anggun di Israel (2Sam. 23:1). sesudah  

mengurapi Daud, Samuel kembali dengan tenteram ke Rama, 

dan kita tidak pernah lagi membaca tentangnya kecuali satu 

kali lagi (19:18) sebelum kematiannya. Kini, Samuel mengun-

durkan diri untuk meninggal dalam damai, sebab  matanya 

telah melihat keselamatan, yaitu tongkat kerajaan telah di-

bawa kembali ke suku Yehuda.  

Saul Diganggu oleh Roh Jahat  

(16:14-23)  

14 namun  Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu 

oleh roh jahat yang dari pada TUHAN. 15 Lalu berkatalah hamba-hamba Saul 

kepadanya: “Ketahuilah, roh jahat yang dari pada Allah mengganggu engkau; 

16 baiklah tuanku menitahkan hamba-hambamu yang di depanmu ini men-

cari seorang yang pandai main kecapi. jika  roh jahat yang dari pada Allah 

itu hinggap padamu, haruslah ia main kecapi, maka engkau merasa nya-

man.” 17 Berkatalah Saul kepada hamba-hambanya itu: “Carilah bagiku se-

orang yang dapat main kecapi dengan baik, dan bawalah dia kepadaku.”  


 308

18 Lalu jawab salah seorang hamba itu, katanya: “Sesungguhnya, aku telah 

melihat salah seorang anak laki-laki Isai, orang Betlehem itu, yang pandai 

main kecapi. Ia seorang pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit, yang 

pandai bicara, elok perawakannya; dan TUHAN menyertai dia.” 19 Kemudian 

Saul mengirim suruhan kepada Isai dengan pesan: “Suruhlah kepadaku 

anakmu Daud, yang ada pada kambing domba itu.” 20 Lalu Isai mengambil 

seekor keledai yang dimuati roti, sekirbat anggur dan seekor anak kambing, 

maka dikirimkannyalah itu kepada Saul dengan perantaraan Daud, anaknya. 

21 Demikianlah Daud sampai kepada Saul dan menjadi pelayannya. Saul 

sangat mengasihinya, dan ia menjadi pembawa senjatanya. 22 Sebab itu Saul 

menyuruh orang kepada Isai mengatakan: “Biarkanlah Daud tetap menjadi 

pelayanku, sebab aku suka kepadanya.” 23 Dan setiap kali jika  roh yang 

dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan 

memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur 

dari padanya.  

Pada bagian ini, kita membaca tentang kejatuhan Saul dan kebang-

kitan Daud. 

I. Saul menjadi kengerian bagi dirinya sendiri (ay. 14): Roh Tuhan 

telah mundur daripada Saul. Oleh sebab  Saul telah meninggalkan 

Allah dan tanggung jawabnya kepada-Nya, maka Allah, di dalam 

penghakiman-Nya yang adil, menarik dari Saul pertolongan Roh-

Nya yang baik, yang telah menuntun, menggelorakan, serta me-

nguatkan Saul di dalam menjalankan pemerintahan serta pepe-

rangannya. Saul kehilangan seluruh sifat baik di dalam dirinya. 

Inilah akibat dari perbuatannya yang menolak Allah, dan bukti 

Allah telah menolak dia. Kini, Allah menarik kasih setia-Nya dari-

pada Saul seperti difirmankan Allah sendiri (2Sam. 7:15). Demi-

kianlah, saat  Roh Tuhan meninggalkan kita, maka semua 

kebaikan pun lenyap. saat  manusia mendukakan dan mema-

damkan Roh Allah oleh dosa yang diperbuat dengan sengaja, 

maka Roh Allah itu akan pergi, dan tidak akan selalu bergumul 

bagi kita. Akibat dari perbuatan Saul ini yaitu  sekarang ia di-

ganggu oleh roh jahat yang dari pada Tuhan. Orang yang mengusir 

Roh Allah yang baik untuk pergi dari diri mereka, tentu akan 

menjadi mangsa roh jahat. Jika Allah dan anugerah-Nya tidak 

memerintah atas kita, maka dosa dan Setanlah yang akan ber-

kuasa atas kita. Iblis, atas seizin Allah, mengganggu Saul dan 

membuatnya ketakutan melalui kesakitan tubuhnya serta kegeli-

sahan pikirannya. Saul menjadi resah, jengkel, cemas, gugup 

serta mudah berprasangka, dan sesekali terkejut dan gemetaran. 

Menurut Yosefus, Saul sewaktu-waktu merasa seperti tersedak 

atau dicekik, dan kesurupan sebab  kejang-kejang. Ini membuat 

Kitab 1 Samuel 16:14-23 

 309 

dirinya tidak layak menjadi raja, tergesa-gesa dalam memberi 

keputusan, menjadi kehinaan di mata seterunya serta beban bagi 

semua orang di sekelilingnya. 

II. Daud menjadi tabib bagi Saul, dan dengan cara ini, ia dibawa ke 

dalam istana, sebagai tabib yang membantu Saul menghadapi 

masa-masa terberat kesakitannya, saat  tidak ada seorang pun 

yang dapat menolongnya. Daud baru saja ditahbiskan secara pri-

badi sebagai raja bagi kerajaan itu, sehingga alangkah berguna-

nya bagi dirinya untuk pergi ke istana dan menyaksikan dunia 

ini . Dan ia dibawa masuk ke lingkup kerajaan tanpa ada 

rancangan dari dirinya sendiri maupun dari sahabat-sahabatnya. 

Perhatikanlah, bagi orang yang telah direncanakan Allah untuk 

dipakai melayani-Nya, penyelenggaraan-Nya jalan beriringan de-

ngan anugerah-Nya untuk mempersiapkan dan melayakkan orang 

itu. Saul telah menjadi gila, dan hamba-hambanya cukup jujur 

dan berani untuk memberitahu Saul penyebab kegilaannya itu 

(ay. 15), yakni roh jahat, yang bukan datang secara kebetulan, 

melainkan dari pada Allah dan penyelenggaraan-Nya, untuk 

mengganggu engkau. Sekarang,  

1. Penawar yang disarankan oleh hamba-hamba Saul untuk 

membuatnya lega yaitu  musik (ay. 16): “Baiklah kita mencari 

seorang yang pandai main kecapi untuk membuat engkau 

merasa nyaman.” Bukankah mereka ini akan menjadi saha-

bat-sahabat Saul yang lebih baik andai kata mereka menya-

rankan Saul, sebab  roh jahat itu berasal dari Tuhan, untuk 

bertekun mencari damai dengan Allah melalui pertobatan 

sejati? yaitu  lebih baik bila mereka menyarankan dia memin-

ta Samuel datang untuk berdoa bersamanya dan menjadi 

pengantara bagi dirinya dengan Allah! Jikalau ini yang diper-

buat, maka tidak hanya Saul akan merasa lega dan nyaman, 

namun  Roh Allah yang baik itu pun juga pasti akan kembali 

kepadanya. Akan namun , apa yang ada di benak hamba-hamba 

Saul itu yaitu  sekadar untuk membuatnya gembira, supaya 

dengan kegembiraan ini dirinya pun sembuh. Banyak orang 

yang hati nuraninya tersadar dan tergugah atas kesalahan me-

reka, dihancurkan oleh cara-cara seperti ini, cara-cara yang 

menenggelamkan perhatian jiwa ke dalam kesenangan indra. 

Akan namun , hamba-hamba Saul ini tidak sepenuhnya bersa-


 310

lah jika menyarankan musik sebagai sarana untuk membantu 

menyukacitakan roh, andai kata mereka juga meminta seorang 

nabi untuk datang dan memberi petunjuk yang baik bagi Saul. 

Lebih lanjut (seperti diutarakan Uskup Hall), hamba-hamba 

Saul ini telah bertindak baik dengan tidak mengutus seorang 

juru tenung atau orang pintar untuk datang dan mengucap-

kan mantra-mantranya untuk mengusir roh jahat itu. Perbuat-

an sangat keji ini masih dikerjakan oleh sebagian orang yang 

menyandang nama Kristen, yang meminta nasihat Setan di 

tengah kesulitan mereka dan menjadikan neraka sebagai tem-

pat perlindungan. Sungguh suatu mujizat kasih karunia Allah 

jika  orang-orang yang mengadakan kesepakatan dengan 

Iblis seperti ini akan dapat melepaskan diri dari padanya. 

2. Salah satu hamba Saul mengajukan nama Daud kepada Saul 

sebagai orang yang tepat untuk pekerjaan ini. Sama sekali 

tidak dibayangkannya, bahwa Daud inilah orang yang dimak-

sud Samuel saat  berkata kepada Saul tentang orang lain, 

yang lebih baik daripada dirinya, yang akan memegang jabat-

an raja atas Israel (15:28). Sungguh, pribadi Daud dikemu-

kakan dengan begitu luhur oleh hamba Saul ini (ay. 18), bah-

wa Daud tidak hanya tepat untuk pekerjaan ini sebagai orang 

yang elok perawakannya dan pandai bermain kecapi, namun  

juga seorang yang pemberani dan bertabiat mulia, pahlawan 

yang gagah perkasa, dan berhikmat dalam segala perkara, 

layak untuk dipekerjakan, dan yang memahkotai sifatnya, 

Tuhan menyertai dia. Melalui perkataan ini, terlihat bahwa 

Daud, yang sesudah  diurapi kembali menggembalakan ternak 

tanpa ada bekas minyak urapan tertinggal di atas kepalanya, 

begitu berhati-hati untuk merahasiakan pengurapan dirinya. 

Walaupun begitu, karya Roh Allah yang ditandai oleh minyak 

urapan itu tidaklah bisa disembunyikan, malah membuat 

Daud bersinar cemerlang di tengah keterasingan, sehingga 

semua orang di sekitarnya dengan kagum menyaksikan pikir-

an Daud yang tiba-tiba menjadi penuh hikmat. Daud, meski 

mengenakan pakaian gembala, telah menjadi seorang yang 

bijaksana, seorang pahlawan, dan segala yang agung. Kema-

syhurannya segera terdengar di telinga kerajaan, sebab  Saul 

memang menaruh perhatian kepada orang-orang muda seperti 

Kitab 1 Samuel 16:14-23 

 311 

itu (14:52). saat  Roh Allah hinggap atas seseorang, maka Ia 

akan membuat wajah orang itu bersinar. 

3. Daud dengan ini diutus untuk datang ke istana. Dari apa yang 

tertulis, 

(1) Ayahnya sungguh rela berpisah dengan dirinya dengan 

mengirim Daud segera dan menyertakan hadiah untuk 

Saul (ay. 20). Sesuai kebiasaan pada masa itu, pemberian 

ini  berupa roti dan anggur (bdk. 10:3-4), sehingga 

pantas diterima sebab  menunjukkan hormat dan kesetia-

an pengirimnya. Isai, yang mengetahui bahwa anak laki-

lakinya Daud telah dirancang untuk menjadi raja, mungkin 

menyadari bahwa Penyelenggaraan Allah sampai sejauh ini 

telah melayakkan Daud untuk mengemban jabatan terse-

but, sehingga ia tidak memaksakan Penyelenggaraan Allah 

untuk mengutus Daud ke istana tanpa ada panggilan dari 

sana. Dengan sukacita ia bersedia tunduk kepada Penye-

lenggaraan Allah saja, saat  ia menyaksikan Allah melalui 

penyelenggaraan-Nya sendiri dengan jelas membawa Daud 

ke istana. Beberapa penafsir menduga bahwa saat  Isai 

menerima pesan, Suruhlah kepadaku anakmu Daud, ia mu-

lai merasa takut kalau-kalau Saul telah mengetahui peng-

urapan Daud sebagai raja, sehingga mengutusnya datang 

untuk melakukan yang jahat kepadanya. sebab  takutnya, 

Isai menyertakan sejumlah pemberian ini  untuk me-

lunakkan hati Saul. Akan namun , orang yang datang mem-

bawa pesan Saul, siapa pun dirinya, tampaknya menjelas-

kan kepada Isai maksud pemanggilan Daud ini . 

(2) Saul menjadi begitu baik kepada Daud (ay. 21), ia sangat 

mengasihinya, dan menghendaki agar ia menjadi pembawa 

senjatanya, dan bertolak belakang dengan perilaku para 

raja (8:11) meminta izin ayahnya untuk menjadikannya 

sebagai pelayan tetap baginya (ay. 22): Biarkanlah Daud, 

aku mohon, tetap menjadi pelayanku (KJV). Beralasan bagi 

Saul untuk menghormati Daud, sebab  Daud telah mem-

bantunya sedemikian rupa melalui permainan kecapinya 

(ay. 23). Meskipun yang disebutkan hanyalah permainan 

kecapi, namun tampaknya, menurut catatan Yosefus, Daud 

juga menambahkan suara dan menyanyikan mazmur, ke-

mungkinan mazmur kudus, nyanyian-nyanyian pujian, 


 312

bersama iringan kecapinya. Permainan musik Daud men-

jadi obat bagi Saul. 

[1] Musik secara alamiah mampu menenangkan dan meng-

gugah jiwa, saat  jiwa itu terganggu atau bersedih. 

Elisa pun mempergunakan musik untuk menenangkan 

jiwanya (2Raj. 3:15). Pada beberapa orang, musik ber-

pengaruh serta berdampak lebih besar daripada pada 

orang lain, dan Saul kemungkinan termasuk ke dalam 

kelompok orang ini. Bukan berarti musik itu memikat si 

roh jahat, namun  musik itu menenteramkan jiwa Saul dan 

meredakan kekacauan yang ditimbulkan roh binatang di 

dalam dirinya, yang dipakai Setan untuk berkuasa atas-

nya. Berkas sinar matahari (menurut perbandingan cen-

dekiawan Bochart) tidak dapat dipotong oleh sebilah 

pedang, dipadamkan oleh air, atau dihempaskan oleh 

angin, namun  dengan menutup daun penutup jendela, 

berkas sinar matahari itu dapat dicegah masuk ke dalam 

ruangan. Musik tidak berkuasa atas Iblis, namun  musik 

dapat menutup celah yang dipakai Iblis untuk menyusup 

ke dalam pikiran. 

[2] Musik yang dimainkan Daud sungguh luar biasa dan 

menjadi suatu kasih setia bagi dirinya, sehingga ia men-

jadi termasyhur di lingkungan kerajaan sebagai seorang 

yang disertai Tuhan. Dalam perkara ini, Allah membuat 

penampilan Daud bermain musik menjadi lebih berhasil 

daripada orang lain yang berbuat hal serupa. Bahkan 

saat  sudah menyimpan rasa permusuhan terhadap 

Daud, Saul tetap mengakui, bahwa tidak ada orang lain 

yang dapat bermain kecapi seterampil Daud (19:9-10), 

dan ini menjadikannya semakin murka terhadap Daud. 

Sungguh menyedihkan bahwa musik, yang dapat diper-

gunakan sedemikian rupa demi keluhuran jiwa, telah 

disalahgunakan manusia untuk menyokong kesia-siaan 

dan kemewahan. Manusia telah menjadikan musik se-

bagai sesuatu yang menjauhkan hati manusia dari 

Allah dan dari perkara-perkara yang penting bagi hidup. 

Andai kata musik disalahgunakan seperti ini, maka 

yang justru terusir keluar yaitu  Roh Allah yang baik, 

dan bukan roh jahat. 

PASAL 17  

aud yaitu  orang yang Allah bersuka untuk memberikan kehor-

matan kepadanya, sebab dia yaitu  seorang yang dekat di hati-

Nya. Kita telah membaca di dalam pasal sebelumnya, sesudah dia 

diurapi, bagaimana Penyelenggaraan Allah menjadikan dia terkenal di 

istana. Kita membaca dalam pasal ini bagaimana Penyelenggaraan 

Allah menjadikannya jauh lebih terkenal di dalam perkemahan, dan, 

melalui keduanya, tidak hanya menandainya sebagai seorang yang 

agung, namun  juga melayakkannya untuk takhta yang telah dipersiap-

kan baginya. Di dalam istana dia hanyalah seorang tabib Saul. namun  

di dalam perkemahan, ia seorang juara Israel. Di sana dia sungguh-

sungguh berperang dan mengalahkan Goliat orang Gat. Dalam kisah 

ini amatilah,  

I. Betapa gagah perkasanya sosok Goliat, dan betapa beraninya 

dia menantang para tentara Israel (ay. 1-11).  

II. Betapa hinanya sosok Daud saat  Penyelenggaraan Allah 

membawanya masuk ke dalam pasukan (ay. 12-30).  

III. Kekuatan yang tak seimbang yang dipunyai oleh Daud untuk 

menghadapi orang Filistin ini (ay. 31-39).  

IV. Dengan ketetapan iman Daud menghadapi Goliat (ay. 40-47).  

V. Kemenangan mulia yang diperoleh Daud atas Goliat dengan 

sebuah umban dan sebuah batu di tangannya, dan keuntung-

an yang didapat Israel atas orang-orang Filistin (ay. 48-54).  

VI. Perhatian besar yang diberikan kepada Daud di istana (ay. 

55-58).  


 314

Tantangan Goliat kepada Israel 

(17:1-11) 

1 Orang Filistin mengumpulkan tentaranya untuk berperang; mereka ber-

kumpul di Sokho yang di tanah Yehuda dan berkemah antara Sokho dan 

Azeka di Efes-Damim. 2 Saul dan orang-orang Israel juga berkumpul dan 

berkemah di Lembah Tarbantin; mereka mengatur barisan perangnya berha-

dapan dengan orang Filistin. 3 Orang Filistin berdiri di bukit sebelah sini dan 

orang Israel berdiri di bukit sebelah sana, dan lembah ada di antara mereka. 

4 Lalu tampillah keluar seorang pendekar dari tentara orang Filistin. Nama-

nya Goliat, dari Gat. Tingginya enam hasta sejengkal. 5 Ketopong tembaga 

ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah 

ini lima ribu syikal tembaga. 6 Dia memakai penutup