Beberapa tahun silam, dua anak Irlandia menjadi yatim piatu, dan gereja Katolik
Roma mencoba memasukkan mereka ke salah satu sekolah Katolik. Anak-anak
kecil itu menolak, dengan alasan mereka bukan pemeluk Katolik Roma.
Akhirnya, persoalan itu dibawa ke depan hakim. Dalam persidangan, mereka
diberi belasan pertanyaan tentang kepercayaan mereka. Anak-anak itu bisa
menjawab semuanya. Sang hakim (saya kira dia seorang Katolik Roma) akhirnya
berkata, “Yah, anak-anak ini tahu apa yang mereka yakini, dan tidak ada yang
bisa menggoyahkan mereka dari keyakinan Protestan.”
Sudah sejak lama saya rindu agar anak-anak kita mengetahui apa yang kita
percayai. Orang Katolik Roma tahu doktrin mereka. Penganut Saksi Yehova tahu
doktrin mereka. Hendaknya anak-anak kita tidak mengalami keraguan mengenai
apa itu kebenaran. Begitu banyak anak tahu semua cerita Alkitab, namun tidak
tahu doktrin-doktrin atau ajaran-ajaran berharga dari iman kita yang suci.
artikel ini bersumber dari rangkaian percakapan tentang
“apa yang kita percayai” yang diadakan di Sekolah Minggu di kapel yang saya
gembalakan. Murid-muridnya berusia antara 7 sampai 16 tahun, dan secara
umum tidak ada kesulitan memahami. Paling menarik yaitu sejumlah
pertanyaan doktrinal yang mendalam, yang ditanykan oleh anak-anak kecil itu
setelahnya.
Kami menyadari bahwa anak-anak lebih mudah memahami sesuatu yang
dijelaskan kepada mereka secara pribadi daripada membacanya lewat artikel .
Bagi anak yang lebih kecil, akan sangat membantu jika bab-bab ini dibacakan
kepada mereka.
Janji Allah yaitu : “Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian,
dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji TUHAN” (Mzm. 102:19).
Kami terdorong untuk mempublikasikan tulisan ini, mengingat belum ada
bacaan seperti ini, namun kebutuhannya begitu mendesak.
Ada beberapa hal yang perlu diingat saat membaca artikel ini:
1. Anak-anak yang menerima pengajaran ini pertama-tama ditujukan
kepada mereka yang sudah memiliki latar belakang pengetahuan tentang cerita-
cerita Alkitab.
2. Tentu ada banyak hal yang belum disampaikan dan dibahas di sini, namun
tujuannya ialah agar setiap babnya sederhana.
3. Penulis menulis sebagai seorang jemaat Baptis yang ketat dan yakin
sepenuhnya, namun doktrin-doktrin yang ditulis di sini dipegang oleh semua
orang yang percaya iman Reformed, yang secara umum disebut Calvinisme.
4. Berbagai cerita yang diberikan sejauh ingatan penulis dari apa yang
pernah didengar atau dibacanya. Jadi, mustahil untuk memeriksa keakuratan
detail ceritanya.
5. Pada akhir tiap bab ada satu atau dua saran bacaan Alkitab. Itu bukan
dimaksudkan sebagai ‘ayat bukti’, melainkan bacaan Alkitab yang menolong
untuk topik bersangkutan.
6. Meski diberi judul “Doktrin-Doktrin Alkitab dalam Penjelasan
Sederhana”, penulis sepenuhnya menyadari bahwa hanya maknanya yang dapat
dijelaskan. Sedangkan pemahaman rohani yang sejati hanya bisa diperoleh
melalui pengajaran Roh Kudus dalam hati secara pribadi.
Bertahun-tahun lalu, ada seorang pria tua terbaring sakit. Ia lelaki jahat yang
tidak percaya Allah. Di atas tempat tidurnya dia menulis “GOD IS NOWHERE”
(ALLAH TIDAK ADA).
Suatu hari, cucu perempuannya yang masih kecil masuk ke kamar untuk
menjenguknya. Anak itu baru belajar membaca, jadi kakek meminta cucunya itu
untuk mencoba membaca tulisan di atas tempat tidurnya itu. Perlahan cucunya
mulai membaca, dan begini dia membacanya: “GOD... IS... NOW... HERE”!
(ALLAH SEKARANG ADA DI SINI!)
Pria tua itu gemetar. Untuk pertama kali dia menyadari bahwa Allah itu
ada.
Hal pertama dalam agama yaitu “Aku percaya Allah.”
Bagaimana kita tahu tentang Allah?
Alkitab mengatakan (Rm. 1:20) bahwa hanya dengan memandang ciptaan-
ciptaan indah buatan Allah pun kita bisa tahu bahwa ada Pribadi yang namanya
Allah. Sungai-sungai yang mengalir, matahari terbenam yang cantik, lautan,
langit, bintang-bintang, gunung dan bukit-bukit yang menjulang – dalam
semuanya itu kita bisa melihat bahwa ada Allah. Semuanya menyerukan, “Ada
pribadi yang disebut Allah, dan Dialah yang menjadikan kami!”
Namun, di dalam Alkitablah kita bisa benar-benar mengetahui tentang
Allah. Siapa Dia? Seperti apa Dia? Apakah ada lebih dari satu Allah? Alkitab
menyediakan semua jawabannya.
Satu Allah
Barangkali kalian pernah mendengar di sekolah bahwa bangsa Yunani,
Romawi, Anglo-Saxon (Inggris Kuno), dan Viking percaya kepada bermacam-
macam dewa – Mars, Jupiter, Merkurius, Diana, Thor, Woden: dewa laki-laki,
dewi perempuan, dewa perang, dewa cinta, dewa atas berbagai hal. Alkitab
memberitahukan bahwa hanya ada satu Allah yang benar dan yang hidup.
Semua yang lain yaitu allah palsu, allah yang mati. Allah kita melihat. Dia
mendengar. Dia berbicara. Dia mengetahui. Dia Allah yang hidup.
Seperti apakah Allah?
Saya meminta sekelompok anak mencari sebanyak mungkin kata untuk
menggambarkan Allah – supaya, dari Alkitab, kita dapat mengetahui seperti apa
Dia. Dalam waktu singkat kita mendapati kata-kata berikut:
Allah itu kudus, murni, benar/adil. Dia benci dosa.
Allah itu mahakuasa. Dia bisa melakukan apapun. Dia bisa melakukan
segalanya. (Tentu, kaum Puritan biasanya mengatakan: Allah tidak bisa mati atau
berdusta).
Allah itu kekal. Kalian tahu kisah Musa dan semak yang menyala. Di situ,
Allah mengatakan kepada Musa bahwa nama-Nya “AKU yaitu AKU.” Hanya
Allah yang selalu bisa berkata begitu. Seratus tahun lalu, kamu dan saya tidak
mungkin bisa mengatakan “Aku ada.” Seratus tahun ke depan, kamu dan saya
juga tidak akan bisa berkata “Aku ada.”
Allah memiliki sifat tidak dapat berubah. Kata ini mungkin sulit. Mengapa
tidak bilang saja “Allah tak berubah”? Allah tidak sekadar tidak berubah, namun
juga bahwa Ia tidak dapat dan tidak mungkin berubah.
Allah tidak terlihat. Kita tidak dapat melihat Dia, namun Dia selalu dapat
melihat kita. Pikirkan lirik lagu anak-anak berikut:
Mata Tuhan melihat apa yang kita perbuat
baik yang baik, maupun jahat;
Oleh sebab itulah jangan berbuat jahat
karena Tuhan melihat.
Allah itu kasih. Allah itu berbelas kasih. Allah itu bijaksana. Allah itu murah hati.
Di manakah Allah?
Suatu kali saya bertanya kepada sekelompok anak: Di mana Allah? Tiga tangan
teracung, dan ada tiga jawaban berbeda. namun , semuanya benar.
“Allah ada di surga.”
“Allah ada di mana-mana.”
“Allah ada di sini.”
Tritunggal
Kamu pasti pernah mendengar kata Tritunggal atau Trinitas. Apa artinya?
Alkitab mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah, namun di dalam Allah
yang satu itu ada tiga Pribadi: Bapa, Anak, Roh Kudus.
Allah Bapa yaitu Allah.
Allah Anak (Tuhan Yesus Kristus) yaitu Allah
Allah Roh Kudus yaitu Allah.
Banyak orang berusaha menjelaskan apa itu Tritunggal, namun tidak pernah akan
ada yang bisa menerangkannya secara sempurna. Alkisah, dulu ada seorang
pendeta yang pada waktu khotbah pagi berkata kepada jemaatnya bahwa nanti
malam dia akan menjelaskan tentang Tritunggal. Siangnya ia melihat salah
seorang diakennya yang sudah tua sedang berlutut di pinggir sungai sambil
memegang sendok. “Bapak sedang apa?” tanya pendeta itu.
“Mengosongkan sungai pakai sendok,” jawabnya.
“Tidak mungkin bisa.”
“Saya akan melakukannya, sama seperti Pak Pendeta juga dapat
menjelaskan Tritunggal nanti malam,” sahut orang tua bijak itu.
namun , meski kita tidak dapat menjelaskan atau memahaminya, kita
harus mempercayainya. Orang-orang sudah berusaha menjelaskannya.
Mengapa Irlandia memakai emblem berlambang tanaman shamrock berdaun
tiga? Alasannya, karena Patrick (biasa disebut Santo Patrick), ketika ditanya
tentang Tritunggal, memetik sehelai daun shamrock dan berkata, “Tiga dalam
satu.” Tiga daun, satu shamrock. Orang lain memakai gambaran jari: Satu jari
kita terdiri dari tulang, darah, dan kulit. Kaum Puritan menggambarkan
Tritunggal seperti matahari, sinarnya, dan panasnya. namun tak satu pun
gambaran itu benar-benar mewakili Tritunggal. Tritunggal yaitu sebuah misteri
– namun misteri yang diceritakan kepada kita dalam Alkitab.
Ada banyak hal yang saya tidak mengerti, namun saya yakini dengan teguh. Saya
percaya penuh bahwa kalau saya menekan saklar, bola lampu di langit-langit
akan menyala. Saya tahu itu. Saya yakin itu. namun saya bukan tukang listrik, jadi
saya tidak bisa menjelaskannya.
Lalu, bagaimana kita memikirkan Tritunggal? Setiap kali Bapa, Anak, atau
Roh Kudus disebut, masing-masing dikatakan sebagai Allah – meski begitu tetap
Alkitab mengatakan “Hanya satu Allah.”
Ketiganya bersatu, ada dalam satu kesatuan dan setara. Barangkali
perkataan yang paling sering dipakai berulang-ulang yaitu ‘doa berkat.’ Kamu
selalu mendengarnya di akhir tiap kebaktian. Di situ, ketiga Pribadi bersatu
bersama sebagai satu Allah: “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah
[yaitu Bapa], dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian”
(2Kor.13:14).
Juga, waktu pembaptisan, seseorang dibaptis “dalam nama (satu nama)
Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus” (Mat.28:19).
namun mungkin yang paling berguna bagi anak-anak yaitu cerita
pembaptisan Yesus di sungai Yordan. Saat itu, Allah Anak ada di dalam air. Allah
Roh Kudus terlihat turun dari langit dalam wujud merpati. Allah Bapa terdengar
suara-Nya yang berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi.” Tiga Pribadi, satu Allah.
Pada masa-masa awal gereja Kristen, ada perkataan, “Engkau mau mengenal
Tritunggal? Pergilah ke sungai Yordan.”
Hal yang luar biasa di sini yaitu bahwa Allah yang agung dan kudus mau
membuat diri-Nya dikenal oleh semua orang, dewasa dan anak-anak, laki-laki
dan perempuan. Dia menyatakan diri-Nya melalui Tuhan Yesus. Sebelum Dia
menyatakan diri, semuanya masih misteri. Misteri yaitu sesuatu yang tidak
bisa diketahui sebelum ditunjukkan kepada kita.
Seandainya sebuah cangkir emas disembunyikan di rumahmu, benda itu
dan lokasinya yaitu misteri. namun , kalau orang yang menyembunyikan,
mencongkel sepotong papan lantai di kamarmu lalu mengambil cangkir itu,
menunjukkannya kepadamu, bahkan memberikannya kepadamu, maka misteri
itu dinyatakan, disingkapkan.
Kita perlu berdoa, “Tuhan, nyatakanlah Diri-Mu kepadaku.”
Orang paling bijaksana pun tidak dapat mengetahui misteri kalau hal itu
tidak dinyatakan. Orang paling sederhana pun bisa tahu, kalau dinyatakan.
Pernah seorang anak lelaki dengan keterbelakangan mental, yang sepanjang
hidupnya hampir tidak pernah berbicara, berkata sebelum dia meninggal, “Lihat,
apa yang aku lihat? Apa yang aku lihat? Aku lihat Seseorang, dan Seseorang itu
Tiga. Tiga dalam satu, satu dalam tiga! Dan semuanya, ketiganya, untuk aku.”
Saran bacaan Alkitab
Mazmur 104 (khususnya beberapa ayat pertama). Ada juga mazmur-mazmur
lain yang serupa.
Yesaya 6.
Yesaya 40 (terutama ayat 12-26)
Matius 3:13-17.
Alkitab yaitu artikel nya Allah. Alkitab menceritakan tentang Allah kepada kita.
Seluruhnya benar dari awal sampai akhir. Ketika kamu punya artikel pelajaran
sekolah (misalnya kimia atau sejarah), tentu kamu tidak mau artikel itu ada
kesalahan.
Kita mengatakan bahwa Alkitab itu diilhamkan. “Segala tulisan yang
diilhamkan Allah ...” (2Tim.3:16). Apa maksudnya? Maksudnya bukan hanya
seperti waktu orang berkata, “Pelukis itu mendapat ilham untuk membuat
karya.” namun lebih daripada itu, maksudnya yaitu “dinafaskan Allah.” Allah
yang menafaskan / menghembuskan isi Alkitab.
Orang-orang berbeda menulis Alkitab – Musa, Samuel, Daud, Yesaya,
Matius, Markus, Lukas, Yohanes, Paulus, dan lain-lain. Jangka waktu mereka
menulis ada ratusan tahun lebih. Sebagian penulis sangat pandai, sebagian lain
orang sederhana. Namun, kata-kata mereka semua sejalan. Mereka menyatakan
otoritas khusus atas semua perkataan mereka.
Kita telah mendengar bahwa “oleh dorongan Roh Kudus orang-orang
berbicara atas nama Allah” (2Ptr. 1:21). Kata yang diterjemahkan “dorongan”
berasal dari kata yang sama untuk menggambarkan kapal didorong oleh angin.
Petrus tahu betul bagaimana kapal-kapal digerakkan di danau Galilea; dan dia
memakai kata yang sama untuk menjelaskan bagaimana dirinya (dan para
penulis Alkitab yang lainnya) digerakkan oleh Allah.
Cara Allah memakai para penulis Alkitab tidak sama seperti kalian
memakai komputer untuk mengetik. Komputer tidak tahu apa yang diketik dan
tidak merasakan apapun. Sedangkan para penulis Alkitab tahu apa yang mereka
tulis, dan Paulus tidak menulis seperti yang ditulis Petrus, dan Petrus juga tidak
menulis seperti Yohanes. namun Allah memastikan bahwa kata-kata yang dipakai
tepat seperti yang Dia mau.
Kita juga menggunakan kata “ketidakbersalahan” untuk menggambarkan
Alkitab. Artinya lebih dari sekadar bahwa Alkitab itu benar, namun juga bahwa
tidak mungkin ada yang salah di dalam Alkitab (meskipun tentu ada hal-hal yang
tidak dapat kita mengerti).
Kelak kalian akan sering mendengar orang-orang mengatakan bahwa
Alkitab tidak benar. Mungkin guru sekolah, mungkin temanmu. Namun, amat
sangat penting bagi kita untuk berpegang teguh pada kebenaran Alkitab. Halnya
sesederhana. ini: Kalau Allah sudah berbaik hati memberi kita sebuah kitab
tentang diri-Nya, maka Dia pasti akan memastikan tidak ada kesalahan di
dalamnya.
Begitu sering orang berbicara tentang pertentangan-pertentangan antara
isi Alkitab sendiri. Kata mereka, “Ayat ini berkata begini, sedangkan ayat lain
mengatakan yang sama sekali berbeda.”
Biar saya gambarkan dengan sebuah cerita. Pada tahun-tahun awal
pelayanan saya sebagai pendeta, dua remaja perempuan di gereja mengirimi
saya kartu pos. Mereka pergi liburan bersama, dan menginap di tempat yang
sama. Kedua kartu pos mereka ditulis pada hari yang sama, dikirim di hari yang
sama, juga tiba bersamaan. Yang satu isinya, “Ini hari yang indah. Mataharinya
cerah.” Yang lain isinya, “Hari ini hujan.” Keduanya anak yang jujur. Kenapa
tulisan mereka berbeda, namun keduanya sama-sama benar? Pasti kalian bisa
memikirkan berbagai kemungkinan jawaban. Begitu jugalah halnya dengan
Firman Allah.
Pernahkah kamu perhatikan betapa Tuhan Yesus selalu berbicara tentang
Alkitab dengan penuh hormat? Kata-Nya, “Kitab Suci tidak dapat dibatalkan”
(Yoh. 10:35). Waktu pertama kali berkhotbah, Dia mengutip Kitab Suci untuk
memperkenalkan diri-Nya (Luk. 4:16-21). Waktu melawan Iblis, Dia memakai
Kitab Suci sebagai senjata-Nya (Luk. 4:1-12). Dia juga mengutip Kitab Suci untuk
mengajar para pendengar-Nya (Yoh. 6:25-34) dan membungkam musuh-musuh-
Nya (Mat. 15:1-9). Bahkan saat di salib, Tuhan Yesus mengutip Kitab Suci (Mat.
27:46). Dan ketika Ia bangkit dari kematian, Ia tetap berbicara tentang Kitab Suci
Perjanjian Lama (Luk. 24:27).
Barangkali, cerita-cerita Alkitab yang orang-orang di sekolah biasanya
tidak percayai yaitu tentang Adam dan Hawa, Nuh dan bahteranya, tentang
istri Lot berubah menjadi tiang garam, atau Yunus di dalam perut ikan. Sangat
menariknya, Yesus sendiri mengambil cerita-cerita itu dan menggunakannya
sebagai cerita yang benar-benar terjadi! (Mat. 19:4-5, Luk. 17:26-27, Luk. 10:12,
Mat. 12:39-41).
Mungkin akan ada anak yang bertanya, “Apa itu Apokrifa?” Apokrifa
yaitu sejumlah kitab-kitab kuno yang ditulis semasa Alkitab ditulis, namun kitab-
kitab itu tidak pernah benar-benar diperhitungkan sebagai bagian dari Alkitab.
Alkitab kita terdiri dari 39 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru.
Kalian akan mendapati bahwa seringkali di dalam kitab Perjanjian Baru, ayat
Perjanjian Lama dikutip dengan perkataan “Allah berfirman,” atau “Roh Kudus
berfirman,” namun Apokrifa tidak pernah dikutip.
Alkitab kita mula-mula ditulis dalam bahasa Ibrani dan Yunani, namun kita
bersyukur kepada Allah karena ada terjemahan yang baik dalam bahasa
Indonesia dan bahasa-bahasa lain yang kita mengerti. Mungkin kalian pernah
membaca cerita tentang William Tyndale yang menghabiskan waktu berjam-jam
menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. Tuturnya, dia ingin anak petani
yang paling tidak terpelajar pun bisa memahami Alkitab sama seperti orang
terpelajar. Betapa indahnya kasih orang ini, duduk sendirian bertahun-tahun di
kamar lotengnya, bekerja siang malam hingga kita bisa memiliki Alkitab bahasa
Inggris. Pada akhirnya, dia ditangkap, dicekik, dan dibakar. (Karena waktu itu
Alkitab tidak boleh diterjemahkan dalam bahasa lain). Menjadi pengkhotbah
terkenal yang didengar ratusan orang itu satu hal, namun menyendiri di tempat
tersembunyi, menerjemahkan Alkitab dengan susah payah, itu lain hal.
Kita bersyukur atas Alkitab dalam bahasa kita. Ingatlah masa-masa dulu
ketika seorang petani menjual segerobak penuh jerami demi membeli selembar
halaman Alkitab!
Kita juga pernah mendengar ada orang-orang yang berjuang sampai mati
karena mempertahankan fakta bahwa Alkitab itu benar. Namun, mereka belum
pernah membacanya.
Seorang gadis kecil menerima sebuah Alkitab. Di halaman depannya dia
menulis:
Ya Pengajar Ilahi. Tuhan perahmat.
Tetaplah Kau dekat;
Ajariku mengasihi Firman kudus-Mu
dan berjumpa Juruselamat di situ.
(Himne “Father of Mercies, in Thy Word)
Dan benar, gadis kecil itu berjumpa dengan Juruselamatnya di situ. Biarlah kita
membacanya, mencintainya, dan di atas segalanya, menemukan Tuhan Yesus di
situ.
Ini doa yang bagus saat membaca Alkitab: “Singkapkanlah mataku, supaya
aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu” (Mzm. 119:18).
Saran bacaan Alkitab
Mazmur 19
Mazmur 119 (suatu bagian atau seluruhnya)
Segala sesuatu diciptakan oleh Allah. Suatu kali ada seorang anak lelaki kecil
ditanya, “Apa kamu tahu apa artinya ‘mencipta’?”
“Tahu,” jawabnya, “Menjadikan sesuatu dari tidak ada menjadi ada.”
Jawaban yang bagus.
Kalau seorang bapak membuat meja, dia butuh apa saja? Kayu, lem, paku,
alat-alat. Kalau seorang ibu membuat kue, dia butuh apa saja? Tepung, gula,
mentega, telur, dan pemanggang. Allah menjadikan segala sesuatu dari yang
tadinya tidak ada. Itulah penciptaan.
Mudah saja bagi Allah menciptakan segala sesuatu. Dia melakukannya
hanya dengan berbicara. Alkitab mengatakan, “Dia berfirman, dan semuanya
jadi.” (berfirman = mengucapkan). Begitulah dalam kitab Kejadian (“kitab asal
mula”) kita berulang kali membaca: “Tuhan berfirman, Jadilah ... Dan ... itu jadi.”
Allah menciptakan segala sesuatu dalam enam hari.
1. Terang
2. Cakrawala dan awan
3. Tanah kering dan tumbuh-tumbuhan
4. Matahari, bulan, bintang-bintang
5. Binatang laut dan burung
6. Binatang darat dan manusia
Semuanya langsung terjadi ketika. Dan tidak ada kesalahan; tidak perlu uji coba
berkali-kali. Segalanya sempurna.
Pada hari ketujuh, Allah beristirahat. Itu sebabnya Dia memberikan hari
Sabat (satu dari tujuh hari) sebagai satu hari untuk beristirahat di mana kita
berhenti bekerja dan bermain. Mengapa sekarang kita menggunakan hari
Minggu, bukan Sabtu? Karena Minggulah hari ketika Yesus bangkit dari
kematian, dan pada zaman para rasul, hari istirahat diubah dari hari ketujuh
menjadi hari pertama. Namun, sejak semula, yang penting yaitu ada satu hari
di antara tujuh hari (untuk beristirahat).
Kebanyakan anak pasti tahu, ada orang-orang yang tidak percaya bahwa
dunia diciptakan oleh Allah. Mereka pikir dunia terjadi begitu saja. Seorang
matematikawan terkenal asal Jerman, Athanasius Kircher, suatu hari kedatangan
seorang tamu yang seperti itu. Kircher menaruh sebuah bola dunia di pojok
ruang tamu sehingga si tamu mau tidak mau pasti melihatnya. Segera saja tamu
itu bertanya, “Dari mana Bapak dapat bola dunia yang bagus itu? Siapa gerangan
yang membuatnya?”
“Tidak ada,” jawab Kircher, “bola itu jadi begitu saja.”
Tamunya tentu saja tercengang mendengar jawaban itu dan hanya
menatap Kircher.
“Yah,” kata matematikawan yang terkenal itu, “Kamu heran kalau orang
bilang bola dunia kecil ini jadi begitu saja, lalu bagaimana pikirmu mengenai
dunia sebesar dan seindah ini, apakah itu terjadi begitu saja?”
Di sekolah mungkin kamu diajari bahwa manusia tidak diciptakan, namun
berasal dari hewan. Pemikiran ini disebut Evolusi. Alkitab jelas mengajarkan
bahwa Allah menciptakan Adam dari tanah, dan Hawa diciptakan dari tulang
rusuk Adam. Dalam artikel yang kecil ini, kita tidak mungkin bisa menjawab semua
serangan terhadap kisah penciptaan dalam Alkitab, namun kita akan
menyinggung beberapa hal saja:
1. Evolusi hanyalah sebuah teori. Teori ini belum pernah terbukti. Banyak
ilmuwan terkemuka (dulu maupun sekarang) yaitu orang Kristen dan mereka
pun sepenuhnya percaya apa kata Alkitab tentang penciptaan.
2. Alkitab bukan artikel sains, dan kita setuju bahwa banyak hal tidak dicatat di
Alkitab. namun di dalamnya tidak ada kesalahan. Tak ada yang bertentangan
dengan sains yang benar. Tugas ilmuwan yang sejati yaitu mengamati,
menuliskan apa yang diamati, dan menarik kesimpulan dari situ. Sedangkan
Alkitab yaitu tempat di mana seorang sejarawan menulis apa yang telah terjadi
di masa silam. Tidak ada seorang ilmuwan pun yang ada saat itu untuk
mengamati penciptaan. namun Allah ada di sana saat itu.
3. Kita tidak melihat evolusi terjadi saat ini. Kuda-kuda yang berkualitas lebih
bagus dapat dikembang-biakkan, namun tidak pernah ada kuda berubah menjadi
sapi, atau babi menjadi domba.
Orang-orang di segala zaman, di segala kebudayaan, di berbagai-bagai
negara, dapat mengerti betapa indahnya kisah penciptaan oleh Allah. Bahkan
anak-anak kecil dapat memahaminya. Betapa besarnya Allah! Alangkah indah
dunia yang Dia jadikan! Betapa baik sang Pencipta!
Dan sungguh mengagumkan bahwa kita bisa berbicara dengan sang
Pencipta hebat ini lewat doa! Allah yang mahabesar ini mencintai umat-Nya.
Sekali waktu, pada malam cerah berbintang, orang memandang langit dengan
takjub dan berkata, “Jika aku merenungkan langit dan benda-benda di atas sana,
yang Engkau buat, bulan dan bintang-bintang, karya jari-jari-Mu, apakah
manusia itu? ...” Dan mereka merasakan, “Allah yang mahabesar ini yaitu
Juruselamatku dan Sahabatku.”
Saran bacaan Alkitab
Kejadian 1
Kejadian 2
Mazmur 8
Mazmur 33:1-9
Ada sebuah cerita tentang sebuah jam yang tidak berputar. “Coba tunggu
beberapa hari, dan kita lihat lagi nanti,” saran orang. Tapi jam itu tetap tidak
berputar. “Mesinnya perlu diberi pelumas.” Lalu dicoba, namun jam itu tetap
tidak berputar. Segala cara dicoba: “Goyangkan keras-keras”; “Pindahkan ke
tempat lain,” dan lain-lain. Akhirnya, jam itu dibawa ke toko yang menjualnya.
“Kita harus mengembalikannya ke pembuatnya,” kata yang punya toko.
Kemudian jam itu dikirim kembali dari si pembuat jam dengan satu catatan saja:
“Mesin dalamnya perlu diganti. Pernya rusak.”
Itulah gambaran tentang manusia! Kita menemui banyak cerita
mengerikan: kriminal, pembunuhan, kekerasan, perampokan, dan lain-lain, dan
segala cara sudah dicoba untuk menghentikannya: pendidikan, lebih banyak
sekolah, lebih banyak polisi, rumah-rumah tahanan, penjara – namun manusia
tetap sama jahatnya seperti sebelum-sebelumnya! Mengapa? Karena ada yang
salah di hati mereka; pikiran, kehendak, perasaan, dan pengertian mereka
seluruhnya salah. Manusia yaitu pendosa.
Dalam istilah Alkitab, manusia sudah jatuh. Manusia tidak seperti ketika
pertama kali dia diciptakan. Dulu Allah menciptakan manusia dalam keadaan
sempurna. Dia membuat mereka dari debu tanah. Dia memberi mereka jiwa.
Dia menjadikan mereka berbeda dari semua hewan. Di Taman Eden manusia
belum jatuh. Mereka bahagia, tenang, menikmati persatuan dengan
Penciptanya.
Kemudian terjadilah Kejatuhan. Seorang anak laki-laki, saat ditanya apa
artinya Kejatuhan, memberikan jawaban sederhana tapi bagus: “Adam jatuh
dari baik menjadi jahat.” Kita semua sudah jatuh dalam diri Adam; Adam yaitu
“kepala kita semua.” Kamu ingat ketika Goliat dan Daud bertarung, Goliat
berkata, “Tidak usah seluruh tentara bertempur. Kalian pilih satu orang untuk
mewakilimu; aku sendiri akan mewakili Filistin. Daud menjadi ‘kepala’
/perwakilan Israel (artinya seluruh orang Israel ada ‘di dalam dirinya’); Goliat
menjadi ‘kepala’ orang Filistin (artinya semua orang Filistin ada ‘di dalam
dirinya’). Daud menang, berarti seluruh Israel menang. Goliat kalah, jadi seluruh
Filistin kalah. Kita ada di dalam Adam; kita bertempur, kita kalah, kita jatuh.
Maka “dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan melalui dosa itu
masuk juga maut, dan demikianlah maut itu menjalar kepada semua orang,
karena semua orang telah berbuat dosa” (Rm. 5:12). Inilah doktrin atau ajaran
dasar Kristen tentang “dosa asal.”
Kita terlahir ke dunia sebagai orang berdosa. Hati kita sudah rusak, maka
selama kita bertumbuh besar, kita berdosa dalam kata-kata, pikiran, dan
perbuatan. Kita tidak mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran, jiwa, dan
kekuatan. Kita bukan menjadi orang berdosa karena berbuat dosa. Justru
sebaliknya, kita berbuat dosa karena kita memang orang berdosa. “Dosa yaitu
pelanggaran hukum Allah.” Allah sudah memberi kita sebuah hukum yang baik
dan kudus – Sepuluh Perintah. Kita melanggarnya. Kita bersalah. Dan kita layak
menerima hukuman kekal.
Karena kita sudah berodsa, maka kita harus mati (dan setelah kematian,
ada penghakiman). “Upah dosa ialah maut.” Dahulu ada orang menggambar
rancang bangun sebuah kota baru yang sangat bagus – sebuah kota ideal.
“Tapi, di mana kantor polisinya?” tanya seorang pengunjung.
Dia menerima jawaban diiringi senyum, “Nanti tidak akan perlu polisi di
lingkungan yang indah ini.”
“Tapi gereja juga tidak ada,” pengunjung itu bersikeras.
Sekali lagi senyuman, “Tidak akan ada yang ingin ke gereja nanti pada
waktunya kota ini dibangun.
namun , pengunjung itu tidak menyerah. “Kenapa tidak ada kuburan?”
Hening. Tidak ada jawaban untuk pertanyaan ini.
Kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan diri sendiri. Kita tidak bisa
menolong diri sendiri. Kita bersalah dan tanpa harapan. Kita seperti jam tadi –
perlu diganti dalamnya. Ada cerita tentang seorang anak lelaki berkulit hitam
yang jatuh ke lubang. Malam semakin dekat, begitu pula bahaya-bahayanya
seperti binatang buas. Anak itu tidak bisa keluar. Dia gemetar ketakutan.
Sekelompok warga lokal datang berkerumun. Yang satu berkata, “Bodoh sekali,
kenapa bisa jatuh.” Yang lain mengatakan dia pasti anak nakal, bermain-main di
dekat lubang. Yang ketiga menyuruhnya keluar dengan cara yang sama seperti
dia masuk (tentunya anak itu tidak bisa). Yang lain menyodorkan tongkat untuk
berpegangan, namun tongkat itu patah. Yang paling parah, bahkan ada yang
menceramahi dia supaya kalau dia bisa keluar, tidak boleh jatuh lagi! Malam
semakin dekat – sampai akhirnya seorang penduduk setempat yang sangat kuat
dan baik hati terjun sendiri ke dalam lubang, mengangkat anak itu, dan
mengeluarkannya.
Kebutuhan kita teramat sangat besar, kita memerlukan Tuhan Yesus untuk
melakukan semuanya bagi kita.
Mungkin ada yang pernah dengar cerita “Gadis Pelayan Kecil dari
Skotlandia”. Seorang pendeta kenamaan asal Skotlandia sedang memimpin
ibadah di rumah tempatnya menginap. Dia bertanya apakah semua sudah
berkumpul. “Ya,” jawab orang-orang, “Kecuali seorang gadis pelayan. Dia ada di
dapur. Bocah itu tidak akan mengerti. Dia tidak bisa baca tulis.”
Pendeta bersikeras supaya anak itu diajak. Ketika pendeta itu
menanyainya sejumlah pertanyaan, ternyata gadis kecil itu tidak tahu apa-apa
tentang agama. Sebelum pergi, sang pendeta mengajarinya berdoa, “Tuhan,
tunjukkanlah kepadaku siapa diriku.”
Beberapa waktu kemudian, ketika pendeta tersebut berkunjung ke rumah
itu lagi, didapatinya si gadis pelayan sedang gundah dan tertekan. Saat ditanya
kenapa, ternyata dia dibebani oleh rasa berdosa dan bersalah di hadapan Allah
yang kudus. Doanya telah dijawab. Sekarang, pendeta itu berbicara kepadanya
tentang Tuhan Yesus, dan sebelum pergi dia mengajarinya doa yang lain, “Tuhan,
tunjukkanlah kepadaku siapa diri-Mu.”
Tak sampai bertahun-tahun lamanya kedua orang itu bertemu lagi.
Seorang wanita muda yang anggun, penuh sukacita karena keselamatan dari
Allah, memperkenalkan dirinya kepada pendeta itu dan menceritakan
bagaimana doanya yang kedua telah dijawab, dan Yesus menjadi
Juruselamatnya yang berharga.
Saran bacaan Alkitab
Kejadian 3
Roma 1:18-32
Roma 3:9-20, 23
saat Tuhan Yesus mengendarai keledai masuk ke Yerusalem, orang-orang
mengucapkan suatu pertanyaan penting, “SIAPAKAH DIA INI?” Kita memang
perlu tahu jawabannya. Siapakah Yesus dulu? Siapakah Yesus sekarang?
1. Waktu Dia ada di bumi dulu itu, Dia bukan orang biasa. Dia yaitu Allah, dulu
maupun sekarang. Dia mahakuasa. Dia bisa melakukan apapun.
Sebelum datang bumi, sebelum lahir di Betlehem, Yesus tinggal sebagai
Allah di surga. Dua lirik lagu anak-anak berikut ini menggambarkannya:
Dia turun ke bumi dari Surga,
Dia yang yaitu Allah dan Tuhan atas segala.
Yesus, yang tinggal di atas langit
telah turun menjadi Manusia dan mati.
2. Dia sungguh benar-benar seorang manusia. Dia dilahirkan. Meski tanpa ayah
jasmani, Dia punya ibu yang seorang manusia, yaitu Maria. Dia merasakan lapar,
sakit, lelah (waktu di sumur kota Samaria). Dia menangis (di kubur Lazarus). Dia
tidur (waktu di buritan kapal).
3. Dia sepenuhnya bersih dan bebas dari dosa. Alkitab berkata, “Saleh [ESV:
kudus], tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa” (Ibr.
7:26). Dia tidak pernah berbuat salah sedikit pun, baik dalam perbuatan,
perkataan, maupun pikiran.
Dia bisa dicobai, namun tidak dapat berbua dosa (sempurna, tidak mungkin
bersalah). Kehidupan-Nya sebagai manusia tidak pernah terpisah dari kodrat
atau keberadaan-Nya sebagai Allah.
Waktu kita dicobai, kita sering berbuat dosa. Kita seperti lingkaran-
lingkaran air di antara bebatuan karang di tepi laut; kelihatannya begitu jernih,
namun kalau kamu mengambil sebatang kayu dan mengaduknya sedikit saja,
genangan itu langsung keruh dan gelap. Tuhan Yesus tidak begitu. Ketika Iblis
datang membawa sebatang kayu dan mengaduk, tidak ada yang menjadi keruh
pada Yesus.
Pilatus berusaha keras, namun dia tidak mendapati kesalahan apapun pada
Yesus.
Tentara Romawi di kaki salib berkata, “Sungguh Dia ini orang benar.”
Bahkan Iblis pun tak dapat menemukan cacat dan kesalahan.
Ketika Allah Bapa memandang dari Surga, Ia berkata, “Inilah Anak-Ku yang
Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan.” Anak-Nya yang terkasih telah menggenapi
hukum Taurat-Nya secara sempurna.
Kadang anak-anak bertanya, “Bagaimana kita bisa yakin kalau Yesus
sungguh-sungguh Allah?”
1. Pertama, ada banyak ayat yang dengan jelas mengatakan bahwa Dia Allah
(ingat lagu: “Alkitab memberi tahu saya begitu”). Contohnya, “Pada mulanya
yaitu Firman [yaitu Tuhan Yesus], Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan
Firman itu yaitu Allah” (Yoh.1:1). “Mesias dalam keadaan-Nya sebagai
manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia yaitu Allah yang harus dipuji
sampai selama-lamanya” (Rm. 9:5). “namun tentang Anak Ia berkata: "Takhta-
Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya” (Ibr. 1:8).
Pernah seorang lelaki bertanya, “Kalau Yesus benar-benar Allah, mengapa
Alkitab tidak mengatakannya demikian?”
Ia ditanya balik, jelas seperti apa yang dia harapkan. Jawabnya, “Kira-kira
seperti, Dia Allah yang benar.”
Saat itu juga ditunjukkan kepadanya 1Yoh. 5:20, yang berbicara tentang
Yesus. Di situ tertulis, “Dia yaitu Allah yang benar.”
2. Namun, bahkan selain itu:
Yesus harus disembah – dan yang boleh disembah hanya Allah. Kita berdoa
kepada Yesus – dan yang bisa menerima doa hanya Allah. Yesus mengadakan
mukjizat-mukjizat ajaib – menjadi bukti bahwa Dia Allah. Kebangkitan-Nya
yaitu bukti bahwa Dia Allah – hanya manusia yang yaitu Allah yang bisa
bangkit dengan kuasa-Nya sendiri.
Ada lirik lagu yang berkata:
Kubersaksi bahwa Kristus itu Allah
Pada umat-Nya Dia peduli
Kepada-Nya aku berdoa
dan Dia telah mendengar doaku
-- Joseph Hart
Meski Yesus mati, Dia bangkit lagi lalu kembali ke Surga. Dia ada di sana
sekarang, masih sebagai seorang Manusia sungguhan, namun telah “dimahkotai
dengan kemuliaan dan hormat” untuk selama-lamanya.
Ada yang berkata, “Aku percaya Yesus seorang Manusia yang baik, namun
aku tidak bisa percaya bahwa Dia itu Allah.” Waduh, hanya ada satu pilihan, tidak
bisa kedua-duanya. Percaya atau tidak percaya? Jika Yesus sendiri mengatakan
diri-Nya Allah, maka seandainya ternyata Dia bukan Allah, berarti dia bukan
orang baik.
Seperti orang-orang majus, kita akan mengajukan pertanyaan berikut lagi,
“DI MANAKAH DIA?” Kita ingin menemukan-Nya, mengenal-Nya, serta
menyembah dan mengasihi-Nya.
JADI, MENURUTMU SIAPAKAH KRISTUS ITU?
Saran bacaan Alkitab
Matius 1:18-25; dan pasal 2 berisi kisah tentang kelahiran Yesus, juga Luk.
1:26-38 dan Luk. 2.
Mazmur 45 dan 72; Yoh. 1:1-14; Ibr. 1-2
Seluruh Injil Yohanes menekankan bahwa Yesus yaitu Allah.
Dulu ada sajak pendek yang dipelajari anak-anak di sekolah:
Siapa pernah melihat angin?
Engkau tidak, aku pun tidak.
Dalam Alkitab, Roh Kudus diibaratkan seperti angin. Kamu tidak bisa melihat
angin bertiup, namun saat hari berangin kamu bisa melihat akibat-akibat dari
angin. Topi terbang di jalanan, asap berputar, tutup tong sampah melayang.
Angin punya kekuatan dahsyat. Kadang ada berita bahwa mobil tertiup angin
sampai keluar dari jalan.
Namun, ada dua hal penting yang harus selalu kita ingat; dua hal yang
sering terlupakan:
1. Roh Kudus yaitu seorang Pribadi – bukan cuma suatu perasaan atau tenaga.
Ini sangat penting.
Dalam Alkitab, hal-hal tentang Roh Kudus dijelaskan dengan kata-kata
yang hanya bisa dikenakan pada seseorang atau seorang pribadi. (Misalnya,
tidak bisa menyebut-Nya dengan kata ganti yang digunakan untuk benda atau
hewan, seperti kata ganti “it” dalam bahasa Inggris). Sebagai contoh:
Dia mengasihi – Roma 15:30
Dia berduka – Efesus 4:30
Dia dibohongi – Kis. 5:3
Dia menegur – Yohanes 16:8
Dia memberi – 1 Korintus 12:8-11
Dia menjadi saksi – 1 Yohanes 5:7
Dia mengetahui – 1 Korintus 2:11, 12:8; Yohanes 14:26
Orang bisa berdosa terhadap Roh Kudus – Matius 12:32-33
2. Roh Kudus yaitu Pribadi yang Ilahi. Dia yaitu Allah. Dia kekal. Dia tahu
segala sesuatu (mahatahu). Dia bisa segalanya (mahakuasa). Dia ada di mana-
mana (mahahadir).
Pada akhir tiap kebaktian kamu tentu mendengar pendeta mengucapkan
doa berkat, “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah Bapa, dan
persekutuan Roh Kudus, menyertai kamu sekalian ... “ Di situ, Allah Roh Kudus
disertakan dengan Allah Bapa dan Allah Anak – dan Ketiga-tiganya satu Allah.
Ketika seseorang dibaptis, dia dibaptis dalam nama (bukan dalam “nama-
nama” [jamak]) Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus. Lagi-lagi Roh Kudus disertakan
dengan Allah Bapa dan Allah Anak.
Kita juga diperingatkan tentang bahaya menghujat Roh Kudus. Yang bisa
dikenai hujat hanyalah Pribadi yang yaitu Allah. Misalnya, kalau kamu
mengumpati pemimpin gereja yang paling tinggi atau paling suci, itu perbuatan
yang jahat, namun bukan hujat. “Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni,
namun hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni” (Mat. 12:31).
Karena itu, kita juga boleh berdoa kepada Roh Kudus, dan tentunya itu
dosa seandainya Dia bukan Allah.
Kamu tahu cerita serius tentang Ananias dan Safira (Kis. 5), bagaimana
mereka berdua dihukum mati karena berbohong. Ayat 3 dengan jelas
mengatakan mereka “mendustai Roh Kudus”; ayat 4 menambahkan, “Engkau
bukan mendustai manusia, namun mendustai Allah.”
Ada banyak nama yang diberikan untuk Roh Kudus. Kadang Dia disebut
“Merpati suci, atau Merpati surgawi” – karena penampakan-Nya pada waktu
Yesus dibaptis; Dia juga disebut Sang Penghibur ilahi. Ia sering dipanggil ‘Roh
Kudus’.
Peristiwa yang biasanya kita ingat berkenaan dengan Roh Kudus yaitu
Hari Pentakosta. Di Kis. 2 diceritakan bagaimana Roh Kudus turun (seperti lidah-
lidah api) ke atas para murid, dan saat mereka berkhotbah dengan kuasa, 3000
orang hatinya sangat terharu [tertusuk] (oleh karena Roh Kudus), lalu bertobat,
percaya kepada Tuhan Yesus, dan memberi diri dibaptis. Sesudah itu teruslah
“mereka bertekun.”
Perlu kita jelaskan: Hari Pentakosta bukanlah permulaan / pertama kalinya
Roh Kudus ada (sama seperti hari kelahiran Yesus bukanlah awal mula Dia ada).
Sejak dulu, Roh Kudus tidak pernah tidak ada. Dia hadir saat penciptaan. Dia
sudah ada sebelum penciptaan. Hari Pentakosta yaitu saat di mana Dia,
dengan cara istimewa, menunjukkan kekuatan-Nya yang mahakuasa.
Roh Kudus, selain aktif dalam penciptaan, juga aktif dalam kebangkitan
Tuhan Yesus. namun ada tiga karya istimewa Roh Kudus:
1. Kelahiran Tuhan Yesus. Bagaimana mungkin Yesus lahir dari seorang perawan?
Maria sendiri bertanya, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi?” Malaikat
menjawabnya, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi
akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut
kudus, Anak Allah” (Luk. 1:35).
Kita tidak berusaha menjelaskannya; kita mempercayainya.
2. Pengilhaman Alkitab. “Oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas
nama Allah” (2Ptr. 1:21).
3. Karya anugerah di dalam hati. Kita tidak tahu apa-apa sebelum Roh Kudus
mengerjakan kelahiran baru dalam hati kita. Ini sepenuhnya pekerjaan Roh
Kudus, yang memberikan kehidupan yang sesuai kehendak Allah.
Setelah itu Dia meneruskan pekerjaan yang sudah dimulai-Nya. Dia memimpin.
Dia mengajar. Dia menolong dalam doa. Dia menghibur. Dia memberi pengertian
tentang Kitab Suci. Dia menyingkapan Yesus kepada kita.
Kita sangat memerlukan Roh Kudus untuk bekerja dalam diri kita terus-
menerus. Tanpa Dia, kita tidak tahu apa-apa.
Betapa murah hatinya Tuhan Yesus menyuruh kita berdoa meminta
karunia Roh Kudus. Dia memberi contoh seorang ayah yang baik, lalu bertanya:
Kalau seorang anak kecil ingin makan sepotong roti karena lapar, masakan
ayahnya memberi dia sebuah batu? Atau kalau anak itu minta ikan, masakan
ayahnya memberi dia ular? Atau, kalau dia minta telur, masa ayahnya memberi
dia kalajengking? Selanjutnya Tuhan Yesus memberi pesan yang indah ini:
“Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-
anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada
mereka yang meminta kepada-Nya” (Luk. 11:13)
Saran bacaan Alkitab
Yohanes 14:16-27
Yohanes 16:6-15
Kalian sering mendengar kata “pemilihan” (Allah) dan mungkin bingung dengan
maksudnya. Atau di sekolah orang berkata, “Kamu percaya pemilihan di
gerejamu.” Benar, kita percaya itu. Apapun kata orang, Alkitab penuh dengan hal
pemilihan. Saya ingat beberapa tahun lalu seorang anak lelaki, yang percaya
penuh bahwa Alkitab yaitu Firman Allah, berkata kepada saya, “Aku sungguh
tidak percaya soal pemilihan.” Jawab saya, “Coba, bacalah Roma 9.” Dia
membacanya, lalu berkata, “Kuakui aku tidak mengerti, tapi memang pemilihan
tertulis di situ, dengan sangat jelas.”
Apa itu pemilihan? Sebelum Allah menjadikan dunia, Dia tahu manusia
akan berdosa sehingga pantas dihukum. namun dalam kasih-Nya, Allah memilih
orang-orang tertentu dari seluruh umat manusia dan menetapkan bahwa
mereka akan selamat dari dosa, dan pada akhirnya masuk ke surga.
Kita melihat adanya pemilihan dalam sepanjang Alkitab. Ada banyak
penduduk di tanah Ur, namun Allah berbicara hanya kepada satu orang, yaitu
Abraham. Abraham punya dua anak, Ishak dan Ismael, namun Ishak yang dipilih.
Ishak punya dua anak, Yakub dan Esau, namun hanya Yakub yang dipilih.
Selalu seperti itu. Sebagai contoh, suatu ketika di suatu daerah yang
namanya Black Country tinggallah dua anak lelaki. Keduanya sebaya dan sekelas.
Nama mereka pun sama, yaitu George Rose. Jadi, yang satu disebut George Rose
A, dan satunya lagi George Rose B. Setelah tamat sekolah, mereka putus kontak
selama bertahun-tahun. Suatu hari keduanya bertemu. George Rose yang satu
hendak berangkat ke arena pacuan untuk pasang taruhan, yang lainnya pergi
berkhotbah.
Seringkali orang berkata, “Kalau begitu pemilihan tidak adil!” Namun,
Alkitab menyatakannya demikian: Jika Allah menghendaki, Dia bisa saja tidak
memilih siapa pun. Dia bisa menghukum semuanya. Lagipula, tidak ada seorang
pun yang akan memilih Allah dengan kehendaknya sendiri. Pemilihan tidak
menutup kesempatan bagi siapa pun; dosa merekalah yang melakukannya.
Pemilihan justru menolong jutaan orang untuk masuk.
Saat berbicara tentang pemilihan, Alkitab selalu menyebutnya sebagai
pemilihan yang penuh anugerah, yaitu anugerah ajaib dari Allah Mahakuasa
dalam memilih orang-orang berdosa supaya mereka kelak masuk surga. Seorang
pengkhotbah terkenal dari Amerika pernah ditanya, “APA ITU ANUGERAH?” Dia
menjawab seperti berikut. Jika seorang gelandangan datang ke rumahku, lalu
aku memberinya makan enak dan kasur yang nyaman untuk menginap, itu
namanya kebaikan. Tapi kalau kemudian gelandangan itu mencuri harta
bendaku, lalu malam berikutnya aku tetap memberi dia makan enak dan kasur
yang nyaman, itulah anugerah. (“Anugerah ialah kebaikan Allah secara cuma-
cuma terhadap seseorang yang terus-menerus melakukan perbuatan yang
salah.”)
Barangkali ada anak yang bertanya, “Bagaimana aku tahu aku dipilih atau
tidak?” Allah, dalam Firman-Nya, selalu menyatukan pemilihan dan panggilan.
“Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku (pemilihan)”, kata Yesus, “akan datang
kepada-Ku” (panggilan) (Yoh.6:37). “Berbahagialah orang yang Engkau pilih
(pemilihan) dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu
(panggilan)” (Mzm. 65:5). Orang-orang yang dipilih Allah untuk hidup bersama-
Nya untuk selama-lamanya, akan dipanggil-Nya pada waktunya. Satu demi satu
mereka dibuat merasakan betapa mereka memerlukan Tuhan Yesus, dan datang
kepada-Nya untuk memohon agar diselamatkan. Setiap orang berdosa yang
membutuhkan pasti diundang dan disambut. “Marilah kepada-Ku, semua yang
letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
Maka perintahnya ialah: “Berusahalah sungguh-sungguh, supaya
panggilan dan pilihanmu makin teguh” (demikian urutannya) (2Ptr. 1:10).
Apakah aku dipanggil oleh anugerah Allah? Sudahkah Dia menyadarkanku
bahwa aku berdosa dan apa yang aku perlukan? Sudahkah aku datang kepada
Tuhan Yesus dengan segala resiko? Apakah Dia menjadi satu-satunya
harapanku? Kalau begitu, jika aku dipanggil, berarti aku dipilih.
Penjelasan terbaik yang pernah kami dengar yaitu seperti ini. Di
Skotlandia, sejumlah kecil orang saleh berusaha mencari jawaban atas
pertanyaan ini: Bagaimana aku tahu apakah Allah memilihku atau tidak?
Bagaimana aku tahu apakah aku orang pilihan?” Akhirnya, seorang tentara tua
diminta berbicara. Inilah jawabannya:
“Kalian semua tahu aku ini tentara yang sudah tua. Karena itu, aku
mendapat tunjangan pensiun tiap bulan. Maka aku yakin di London ada sebuah
artikel besar berisi nama-nama setiap pensiunan tentara yang menerima
tunjangan pensiun. Aku belum pernah ke London. Aku belum pernah melihat
artikel itu atau namaku di situ. Tapi, karena tiap bulan uang pensiun datang, aku
tahu pasti namaku ada situ.”
Lalu lanjutnya: “Demikianlah, aku percaya ada sebuah artikel di surga, kitab
kehidupan yang ditulis oleh Sang Anak Domba, yang berisi nama-nama orang
pilihan. Aku belum pernah naik ke surga. Aku belum pernah melihat artikel itu
ataupun membaca namaku di sana. Tapi, karena dari waktu ke waktu, berkat
ilahi mengalir ke dalam jiwaku, maka aku tahu pasti namaku ada di sana.”
Aliran-aliran kasih aku susuri
kembali ke Allah sang sumbernya,
Dalam rahmat ajaib-Nya kulihat
kasih kekal-Nya kepadaku
Saran bacaan Alkitab
Roma 8:28-39
Roma 9:6-24
Efesus 1, khususnya bagian pertama
Bertahun-tahun lalu, di suatu negeri yang jauh, ada orang menjual burung-
burung bagus. Burung-burung itu berusaha kabur dari sangkar besar tempat
mereka dikurung, namun tidak bisa. Suatu hari, datanglah seorang pria
berpenampilan rapi. Dia bertanya berapa harga burung-burung itu. Yang
mengejutkan, dia bilang akan membeli semuanya. namun , lebih mengagetkan
lagi, ketika dia sudah bayar, dia membuka pintu sangkar itu dan membiarkan
semua burung pergi terbang. (Dia berkata, “Aku pernah dipenjara!”)
Itulah penebusan. Penebusan artinya “membebaskan dengan membayar
harganya.” Pria tadi membayar harganya. Burung-burung itu sah menjadi
miliknya. Lalu dia membebaskan mereka.
Tuhan Yesus datang dari Surga ke Bumi untuk menebus umat-Nya (yaitu
orang-orang yang sudah dipilih Allah). Mereka tadinya dipenjara oleh dosa dan
Iblis. Yesus datang untuk membebaskan mereka. Ada lirik lagu anak yang
menjelaskannya dengan bagus:
Tiada lain yang cukup
untuk membayar harga dosa;
Hanya dia yang bisa membuka gerbang-gerbang
dari Surga, dan membawa kita masuk.
Tuhan Yesus menebus umat-Nya dengan cara mati bagi mereka. Dengan
kematian-Nya Dia membayar harga tebusan. Pernahkah kamu perhatikan bahwa
kitab-kitab Injil sebagian besarnya didominasi oleh cerita tentang kematian
Tuhan Yesus? Dia datang untuk memberitahu orang-orang tentang Allah; Dia
datang untuk mengajar; Dia datang untuk memberi teladan. namun , yang paling
utama, Dia datang untuk mati.
Banyak anak-anak tidak dapat mengerti kenapa Allah tidak mengampuni
umat-Nya begitu saja tanpa harus Anak-Nya menanggung kematian sekejam itu
di kayu salib. Bertahun-tahun lalu ada seorang hamba Tuhan berkhotbah dari
Efesus 1:7, “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan,
yaitu pengampunan dosa.” Ia menceritakan suatu kejadian waktu ia masih kecil.
Suatu hari ia menggotong papan kayu panjang. Lalu seseorang berteriak
memanggilnya, “George!” Spontan ia berbalik, dan kayu itu menghantam
jendela. Segera ia berlari menghampiri ayahnya dan berkata, “Maafkan aku,
Ayah. Aku minta maaf.”
“Pasti ayah memaafkanmu, Nak,” jawab ayahnya, “tapi ada yang harus
membayar untuk jendela itu.”
Allah tidak mengampuni tanpa memuaskan kekudusan dan keadilan-Nya.
Namun, bagaimana keadilan Allah dipuaskan ketika Yesus mati? Mungkin kamu
bertanya, “Apa hubungannya Yesus mati di salib dan dosa diampuni atau
dihapuskan?”
Ada cerita lama tentang dua anak lelaki yang bersahabat karib. Saat
beranjak dewasa, mereka berpisah, dan selama bertahun-tahun tidak bertemu
sama sekali. Suatu hari, mereka berjumpa lagi dalam situasi yang ganjil. Yang
satu menjadi hakim. Yang lainnya seorang penjahat yang sedang diadili di
pengadilan. Kasusnya disidangkan, dan si penjahat ini nyata-nyata bersalah. Apa
yang bisa dilakukan sang hakim? Dapatkah dia menyatakan tidak masalah
karena orang itu temannya? Hakim yang benar dan adil tidak mungkin akan
berbuat begitu. Lalu terjadilah sesuatu yang menarik. Hakim memvonis
penjahat itu bersalah. Dia menyebutkan jumlah denda yang sangat berat yang
harus dibayar oleh si penjahat itu (dan pria malang itu tidak sanggup
membayarnya). Kemudian hakim bangkit dari kursinya, berdiri di samping kawan
lamanya, si penjahat itu, dan berkata, “Aku akan membayarkan dendamu.” Maka
hakim itu sendiri membayar dendanya, dan penjahat itu pun bebas.
Dosa harus dihukum. namun Tuhan Yesus begitu menyayangi umat-Nya
hingga Dia membayarkan hutang kita, Dia menanggung hukuman kita, Dia mati
menggantikan kita, kalau tidak, kitalah yang seharusnya dihukum mati.
Dia melihat betapa jahatnya manusia itu,
Dia tahu Allah pasti menghukum dosa,
Maka bagi umat-Nya Yesus berkata,
‘Biar Akulah yang menanggung hukumannya.’
- Himne “Jesus Who Lives Above the Sky”
Itulah penebusan – satu-satunya cara untuk selamat, satu-satunya jalan ke
Surga.
Jadi, kita memikirkan kasih Yesus yang luar biasa dalam kematian-Nya bagi
umat-Nya. Kita memikirkan penderitaan mengerikan yang ditanggung-Nya saat
dipakukan di kayu salib. Kita memikirkan segala dukacita-Nya yang sangat besar,
yaitu merasakan beban dosa-dosa umat-Nya sekaligus murka Bapa-Nya. Dan
kita tahu dengan mencurahkan darah-Nya yang mahal, Dia menghapuskan dosa
umat-Nya untuk selama-lamanya. Dia mati supaya kita boleh hidup.
Saran bacaan Alkitab
Cerita tentang kematian Tuhan Yesus: Matius 26–27; Markus 14–15; Lukas
22–23; Yohanes 18–19.
Baca juga Yesaya 53 dan hampir di semua bagian Surat Ibrani.
Beberapa tahun silam, seorang pemuda sedang memberitakan Injil. Salah satu
yang mendengarnya, seorang ateis, menyampaikan sehelai catatan untuknya:
“Apa keistimewaan agamamu yang tidak ada pada agama-agama lain?” dan di
bawahnya ada daftar panjang: Agama Buddha, Islam, Konghucu, Hindu,
Marxisme, dan lain-lain.
Pemuda itu diam beberapa saat, lalu menulis jawabannya: “SEBUAH
KUBUR KOSONG.”
Kita memiliki fakta ajaib ini – terlepas dari apapun kepercayaan atau
perasaan orang – fakta bahwa “Tuhan sungguh bangkit.” Seseorang pernah
berkata bahwa kebangkitan yaitu “fakta paling terbukti benar dalam sejarah.”
Bagaimana pun juga, dapat dipastikan bahwa bukti kebangkitan Tuhan Yesus
sama banyaknya dengan (atau bahkan lebih daripada) bukti datangnya Julius
Caesar di Britania tahun 55 SM.
Kamu semua tahu ceritanya bagaimana Yesus bangkit dari kematian –
tub