Tampilkan postingan dengan label samuel 25. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label samuel 25. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Januari 2025

samuel 25

 


eka. Begitu 

banyak akal-akalan yang sering dipakai di dalam sidang 

dan dewan, sehingga sungguh berbahagialah orang-

orang yang paling tidak memahaminya.  

[2] Lihatlah betapa jauh lebih besar hal-hal yang dapat di-

lakukan oleh penyelenggaraan Allah. Husai telah meng-

atur rancangan itu dengan cakap, namun keberhasilan-

nya dipandang bersumber dari Allah, dan dari karya-

Nya dalam pikiran orang-orang yang berkepentingan: 

TUHAN telah memutuskan, bahwa nasihat Ahitofel yang 

baik itu digagalkan. Hendaklah dicamkan, bagi penghi-

buran semua orang yang takut akan Allah, bahwa Ia 

mengalirkan semua hati manusia seperti batang air ke 

mana Ia ingini, walaupun mereka itu tidak mengetahui 

rancangan TUHAN. Ia berdiri dalam sidang ilahi, memi-

liki tangan yang berkuasa untuk menolak semua nasi-

hat dan suara yang menentang semua keputusan, serta 

menertawakan rancangan-rancangan manusia melawan 

orang yang diurapi-Nya.  

Kabar yang Dikirim kepada Daud 

(17:15-21) 

15 Sesudah itu berkatalah Husai kepada Zadok dan kepada Abyatar, imam-

imam itu: “Ini dan itu dinasihatkan Ahitofel kepada Absalom dan kepada 

para tua-tua Israel, namun  ini dan itu kunasihatkan. 16 Oleh sebab itu, suruh-

lah dengan segera memberitahukan kepada Daud, demikian: Pada malam ini 

janganlah bermalam di tempat-tempat penyeberangan ke padang gurun, 

namun  menyeberanglah dengan segera, supaya jangan raja dan seluruh rakyat 

yang bersama-sama dengan dia itu ditelan habis.” 17 Yonatan dan Ahimaas 

menunggu di En-Rogel, dan setiap kali ada seorang budak wanita   yang 

datang membawa kabar kepada mereka; dan mereka pun langsung mem-

beritahu raja Daud, sebab mereka tidak boleh dilihat memasuki kota.  

18 namun  seorang anak melihat mereka, lalu memberitahu Absalom. Jadi per-

gilah keduanya dengan segera, dan sampailah mereka ke rumah seseorang di 

Bahurim yang mempunyai sumur di halamannya; maka turunlah mereka ke 

dalamnya. 19 Kemudian wanita   itu mengambil kain tudungan, memben-

tangkannya di atas mulut sumur itu dan menaburkan butir-butir gandum di 

atasnya, sehingga tidak kelihatan apa-apa. 20 Sampailah orang-orang Absa-

lom kepada wanita   itu di rumahnya, lalu bertanya: “Di manakah Ahi-

maas dan Yonatan?” Jawab wanita   itu kepada mereka: “Mereka telah 

menyeberangi sungai itu.” Kemudian mereka mencari, namun  tidak mendapat-

nya, lalu pulanglah mereka ke Yerusalem. 21 sesudah  orang-orang itu pergi, 

keluarlah keduanya dari sumur, lalu pergi memberitahu raja Daud, kata 

mereka kepada Daud: “Bersiaplah dan seberangilah dengan segera sungai ini, 

sebab ini dan itu dinasihatkan Ahitofel terhadap kamu. 

Kita sekarang harus meninggalkan musuh-musuh Daud yang sedang 

menyenangkan diri mereka dengan bayang-bayang kemenangan yang 

pasti akan mereka peroleh dengan mengikuti nasihat Husai. Dan 

tidak diragukan lagi, mereka juga sedang mengirimkan panggilan 

kepada semua suku Israel, untuk datang ke pertemuan umum di 

tempat yang telah ditentukan, untuk menjalankan nasihat itu. Selan-

jutnya kita mendapati teman-teman Daud sedang berusaha bagai-

mana memberi tahu dia tentang semuanya ini, supaya dia dapat 

mengambil langkah yang tepat. Husai memberi tahu para imam apa

yang telah disetujui di dalam rapat dewan (ay. 15). Akan namun , se-

pertinya, dia tidak yakin bahwa bisa saja nasihat Ahitofel yang di-

ikuti, dan sebab  itu ia berjaga-jaga supaya jangan sampai, jika dia 

tidak memanfaatkan keadaan dengan sebaik-baiknya, sang raja dan 

seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia itu ditelan habis (ay. 

16). Mungkin, sama seperti Husai dipanggil untuk memberikan nasi-

hat (ay. 5), demikian pula dia disuruh keluar sebelum mereka meng-

ambil keputusan (ay. 14) yang memang sejalan dengan nasihatnya. 

Atau dia takut mereka akan berubah pikiran sesudahnya. Bagai-

manapun juga, sungguh baik untuk berjaga-jaga terhadap kemung-

kinan yang terburuk, dan sebab nya untuk bergegas menyelamatkan 

nyawa-nyawa yang berharga itu dari jangkauan para pembinasa ini. 

Begitu ketat penjaga-penjaga yang telah disiagakan oleh Absalom di 

semua jalan menuju Yerusalem, sehingga mereka sangat kesusahan 

untuk menyampaikan berita penting ini kepada Daud.  

1.  Imam-imam muda yang menjadi utusan itu terpaksa keluar dari 

kota secara diam-diam, melalui En-Rogel, yang berarti, seperti 

menurut sebagian penafsir, mata air seorang mata-mata. Pasti 

keadaannya sungguh buruk di Yerusalem jika  dua imam yang 

begitu setia seperti mereka ini tidak boleh dilihat memasuki kota.  

2. Petunjuk-petunjuk dikirim kepada mereka oleh seorang perem-

puan muda polos yang miskin, yang mungkin pergi ke sumur itu 

dengan berpura-pura untuk mengambil air (ay. 17). Jika dia 

membawa pesan itu melalui perkataan mulut, ada bahaya baginya 

untuk membuat suatu kesalahan atau kekeliruan. Namun Penye-

lenggaraan ilahi dapat membuat seorang gadis yang tidak tahu 

apa-apa menjadi seorang utusan yang dapat dipercaya, dan dapat 

memenuhi rancangan-rancangan-Nya yang bijak melalui apa yang 

bodoh bagi dunia.  

3.  Namun, oleh kewaspadaan mata-mata Absalom, mereka kepergok, 

dan diberitahukan kepada Absalom tentang gerak-gerik mereka: Se-

orang anak melihat mereka, lalu memberitahu Absalom (ay. 18).  

4.  Mereka, sebab  sadar sudah kepergok, melindungi diri di dalam 

rumah seorang teman di Bahurim, tempat Daud baru saja beristi-

rahat sebelumnya (16:14). Di sana mereka dengan tenang bersem-

bunyi di dalam sebuah sumur, yang sekarang, pada musim pa-

nas, mungkin telah menjadi kering (ay. 18). wanita   di rumah 

itu dengan sangat cerdik menutupi mulut sumur dengan kain 

tudungan, yang ke atasnya dia menaburkan butir-butir gandum 

untuk mengeringkannya, sehingga orang-orang yang mengejar 

mereka tidak tahu kalau ada sebuah sumur di sana. Sebab jika 

tidak demikian, mereka pasti akan memeriksa sumur itu (ay. 19). 

Sejauh ini wanita   ini  telah melakukan hal yang baik. 

namun  kita tidak tahu bagaimana membenarkan dia lebih jauh 

saat  ia menyembunyikan mereka dengan suatu kebohongan (ay. 

20). Kita tidak boleh berbuat jahat supaya kebaikan dapat timbul 

darinya. Namun demikian, dengan cara ini para utusan itu 

terlindungi, dan orang-orang yang mengejar mereka digagalkan 

dan kembali kepada Absalom dengan tangan hampa. Syukurlah 

Absalom sesudah itu tidak menyerang para ayah dari kedua imam 

itu, yaitu Zadok and Abyatar, seperti Saul menyerang Ahimelekh 

sebab  kebaikannya kepada Daud. Sebaliknya, Allah menahan 

dia. sebab  sudah dilindungi seperti itu, keduanya membawa 

berita rahasia itu dengan setia kepada Daud (ay. 21), dan dengan 

nasihat dari teman-temannya ini, bahwa Daud tidak boleh 

menunda-nunda waktu untuk menyeberangi sungai Yordan, yang 

di dekatnya ia sepertinya sekarang berada. Di sanalah, seperti 

menurut sebagian penafsir, dia menuliskan Mazmur 42 dan 43, 

dengan melihat ke belakang pada Yerusalem dari tanah sungai 

Yordan (Mzm. 42:7). 

Kematian Ahitofel; Absalom Mengejar Daud  

(17:22-29) 

22 Lalu bersiaplah Daud dan seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia, 

dan mereka menyeberangi sungai Yordan. Pada waktu fajar tidak ada seorang 

pun yang ketinggalan, yang tidak menyeberangi sungai Yordan. 23 saat  

dilihat Ahitofel, bahwa nasihatnya tidak dipedulikan, dipasangnyalah pelana 

keledainya, lalu berangkatlah ia ke rumahnya, ke kotanya; ia mengatur 

urusan rumah tangganya, kemudian menggantung diri. Demikianlah ia mati, 

lalu ia dikuburkan dalam kuburan ayahnya. 24 Maka sampailah Daud ke 

Mahanaim, saat  Absalom menyeberangi sungai Yordan dengan seluruh 

orang Israel yang menyertainya. 25 Absalom telah mengangkat Amasa meng-

gantikan Yoab untuk mengepalai tentara. Amasa yaitu  anak seorang yang 

bernama Yitra, seorang Ismael yang telah memperisteri Abigal binti Nahas, 

saudara wanita   Zeruya ibu Yoab. 26 Lalu orang Israel dan Absalom 

berkemah di tanah Gilead. 27 saat  Daud tiba di Mahanaim, maka Sobi bin 

Nahas, dari Raba, kota bani Amon, dan Makhir bin Amiel, dari Lodebar, dan 

Barzilai, orang Gilead, dari Rogelim, membawa 28 tempat tidur, pasu, periuk 

belanga, juga gandum, jelai, tepung, bertih gandum, kacang babi, kacang 

merah besar, kacang merah kecil, 29 madu, dadih, kambing domba dan keju 

lembu bagi Daud dan bagi rakyat yang bersama-sama dengan dia, untuk

Kitab 2 Samuel 17:22-29 

 851 

dimakan, sebab kata mereka: “Rakyat ini tentu telah menjadi lapar, lelah dan 

haus di padang gurun.” 

Dalam perikop ini kita mendapati,  

I.  Perjalanan Daud dan orang-orangnya menyeberangi sungai Yor-

dan, sesuai dengan nasihat yang telah diterimanya dari teman-

temannya di Yerusalem (ay. 22). Ia, dan semua orang yang ber-

sama-sama dengannya, pergi menyeberang pada waktu malam, 

tidak jelas apakah dengan perahu tambang, yang mungkin selalu 

hilir mudik di sana, atau dengan menyeberangi bagian-bagian 

sungai yang dangkal. namun  perhatian khusus diberikan tentang 

hal ini, bahwa tidak ada seorang pun yang ketinggalan. Tak 

seorang pun meninggalkan Daud, sekalipun kesusahannya besar, 

tak seorang pun tertinggal di belakang sebab  sakit atau kelelah-

an, dan juga tak seorang pun hilang atau hanyut saat  menyebe-

rangi sungai Yordan. Dalam hal ini sebagian penafsir menjadikan 

Daud sebagai perlambang dari Mesias, yang berkata, pada hari 

kesusahan, dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak 

seorang pun yang Kubiarkan binasa. sesudah  menyeberangi sungai 

Yordan, Daud terus berjalan berkilo-kilo meter jauhnya menuju 

Mahanaim, sebuah kota orang Lewi di dalam wilayah suku Gad, 

di batas paling ujung dari wilayah suku ini , dan tidak jauh 

dari Raba, kota utama orang Amon. Kota ini, yang telah dijadikan 

kota kerajaan oleh Isyboset (2:8), sekarang dijadikan markas 

besar oleh Daud (ay. 24). Dan sekarang Daud mempunyai waktu 

untuk mengerahkan pasukan untuk melawan para pemberontak 

dan memberi mereka sambutan yang hangat. 

II. Kematian Ahitofel (ay. 23). Ia mati oleh tangannya sendiri, felo de 

se – bunuh diri. Ia menggantung diri sebab  kesal bahwa nasihat-

nya tidak diikuti. Sebab dengan demikian,  

1.  Ahitofel menganggap dirinya diremehkan, dan penghinaan 

yang tidak tertahankan ditimpakan pada nama baiknya seba-

gai orang berhikmat. Penilaiannya selalu dipakai untuk meme-

ngaruhi dewan penasihat, namun  sekarang pendapat orang lain 

dianggap lebih bijaksana dan lebih baik daripada pendapat-

nya. Hatinya yang sombong tidak dapat menahan penghinaan 

itu. Hatinya meninggi dan membesar, dan semakin sering dia 

memikirkannya semakin bergejolak kebenciannya, sampai ke-

bencian itu pada akhirnya membawanya pada keputusan yang 

nekat ini, untuk tidak ingin hidup melihat orang lain lebih 

dipilih daripada dirinya. Semua orang menganggapnya sebagai 

orang yang bijak, namun  dia menganggap dirinya sendiri seba-

gai satu-satunya orang yang bijak. Oleh sebab  itu, untuk 

membalas semua orang yang tidak sepikiran dengannya, dia 

ingin mati, supaya hikmat mati bersamanya. Dunia tidak la-

yak bagi seorang yang memberikan petunjuk ilahi seperti 

dirinya, dan sebab  itu dia akan membuat dunia tahu bagai-

mana rasanya kalau tidak ada dirinya. Lihatlah betapa orang-

orang yang menilai diri terlalu tinggi merupakan musuh yang 

sebenarnya bagi diri mereka sendiri, dan betapa besar celaka 

yang akan menimpa orang-orang yang tidak sabar menang-

gung penghinaan. Apa yang dapat mematahkan hati orang 

sombong, tidak dapat mengganggu tidur orang yang rendah 

hati.  

2.  Ahitofel menganggap dirinya terancam bahaya dan nyawanya 

di ujung tanduk. Ia menyimpulkan bahwa, oleh sebab  nasi-

hatnya tidak diikuti, maka kepentingan Absalom pasti akan 

gagal. Dan kemudian, siapa pun yang akan mendapat belas 

kasihan Daud, dia meyakini bahwa dia, yang merupakan pen-

jahat terbesar, dan yang secara khusus telah menasihati Ab-

salom untuk tidur dengan gundik-gundik ayahnya, pasti akan 

dikorbankan demi keadilan. Oleh sebab itu, untuk mencegah 

rasa malu dan kengerian dari hukuman yang akan dilaksana-

kan dengan penuh kesungguhan dan di hadapan orang ba-

nyak, Ahitofel menghukum diri sendiri. Dan, bertolak belakang 

dengan nama baiknya sebagai orang berhikmat, dengan tin-

dakannya yang terakhir ini ia memberikan penghinaan yang 

jauh lebih besar kepada dirinya sendiri daripada yang telah 

diberikan oleh dewan penasihat Absalom kepadanya. Dan ia 

berbuat sesuai dengan namanya, Ahitofel, yang berarti sau-

dara dari seorang yang bodoh. Tidak ada yang memperlihatkan 

kebodohan yang begitu besar seperti tindakan bunuh diri. 

Cermatilah, betapa dengan sengaja Ahitofel melakukannya, 

dan dengan kebencian yang sudah disimpan terhadap dirinya 

sendiri. Bukan dalam luapan amarah, namun  dengan pulang ke 

kotanya, ke rumahnya, untuk melakukannya. Anehnya, ia 

mengambil waktu untuk mempertimbangkannya, namun me-

lakukannya juga. Dan, untuk membuktikan dirinya compos 

mentis – sadar sepenuhnya, saat  dia melakukannya, dia ter-

lebih dahulu membereskan urusan rumah tangganya, mem-

buat surat wasiat sebagai seorang yang memiliki ingatan dan 

pikiran yang waras, menghitung harta bendanya, dan meng-

atur keuangannya. Namun, dia yang cukup waras dan bijak 

untuk melakukan hal ini, tidak mempunyai cukup pertim-

bangan untuk mencabut hukuman yang telah dijatuhkan atas 

lehernya sendiri oleh kesombongan dan kemarahannya, atau 

bahkan untuk menunda pelaksanaannya sampai dia melihat 

hasil dari pemberontakan Absalom. Nah, dalam hal ini kita 

dapat melihat,  

(1) Penghinaan yang ditimpakan ke atas hikmat manusia. Ia 

yang termasyhur sebab  kebijaksanaannya lebih daripada 

siapa pun, melakukan kebodohan yang luar biasa besar 

terhadap dirinya sendiri. Janganlah orang bijaksana ber-

megah sebab  kebijaksanaannya, saat  ia melihat seorang 

yang begitu dikenal memberikan petunjuk ilahi mati seperti 

orang bebal.  

(2) Kehormatan diberikan kepada keadilan Allah. saat  orang 

fasik terjerat dalam perbuatan tangannya sendiri dan terbe-

nam dalam pelubang yang dibuatnya, TUHAN telah memper-

kenalkan diri-Nya, Ia menjalankan penghakiman. Maka 

hendaklah kita berkata, higayon, sela, ini yaitu  sesuatu 

yang harus dicamkan dan direnungkan (Mzm. 7:16-17).  

(3) Doa dijawab, dan perkara yang jujur didukung bahkan oleh 

para musuhnya. Sekarang, seperti yang telah didoakan 

Daud, nasihat Ahitofel diubah menjadi kebodohan bagi diri-

nya sendiri. Dr. Lightfoot berpendapat bahwa Daud menu-

liskan Mazmur 55 pada waktu Ahitofel mengadakan per-

sepakatan untuk melawan dirinya, dan bahwa dialah orang 

yang dikeluhkan (Mzm. 55:14), yang telah menjadi orang 

yang dekat dengannya, temannya dan orang kepercayaan-

nya. Dan, jika demikian, ini yaitu  sebuah jawaban langsung 

bagi doanya dalam Kitab Mazmur itu (Mzm. 55:16): Biarlah 

maut menyergap mereka, biarlah mereka turun hidup-hidup 

ke dalam dunia orang mati! Kematian Ahitofel membawa 

keuntungan bagi kepentingan Daud. Sebab seandainya 

Ahitofel mau menerima penghinaan itu, seperti yang sering 

kali harus dilakukan oleh orang-orang yang ingin hidup di 

dunia ini, dan melanjutkan kedudukannya di samping 

Absalom, maka dia bisa saja sesudahnya memberi Absalom 

nasihat yang mungkin akan berakibat buruk bagi Daud. 

Syukurlah bahwa nafas itu dihentikan dan kepala itu di-

baringkan, sebab darinya tidak ada sesuatu yang dapat 

diharapkan selain kejahatan. Sepertinya, bukan hal biasa 

pada zaman itu untuk mempermalukan jenazah orang-

orang yang mati sebab  bunuh diri, sebab Ahitofel dikubur-

kan, dan dapat kita duga dikuburkan secara terhor-

mat, dalam kuburan ayahnya,  meskipun dia tidak pantas 

mendapatkan yang lebih baik daripada dikubur secara 

penguburan keledai (lih. Pkh. 8:10). 

III. Pemburuan Absalom terhadap ayahnya. Sekarang seluruh Israel 

ada bersamanya, seperti yang dinasihatkan oleh Husai, dan dia 

sendiri, sebagai komandan mereka, menyeberangi sungai Yor-

dan (ay. 24). Belum puas mendesak ayahnya yang baik ke tempat 

yang paling pelosok dari kerajaannya, dia bertekad untuk menge-

jarnya keluar dari dunia. Ia berkemah di tanah Gilead bersama 

dengan seluruh tentaranya, siap untuk memerangi Daud (ay. 26). 

Absalom mengangkat Amasa untuk mengepalai tentaranya (ay. 

25), yang ayah kandungnya secara lahir bernama Yeter, orang 

Ismael (1Taw. 2:17), namun  secara agama bernama Yitra (sebagai-

mana ia disebut di sini), seorang Israel. Mungkin dia tidak hanya 

memeluk agama Yahudi, namun  juga, sesudah  menikah dengan 

kerabat dekat Daud, oleh hukum negara, telah menjadi warga 

Israel, dan sebab nya disebut sebagai seorang Israel (KJV). Istri-

nya, ibu Amasa, yaitu  Abigail, saudari Daud, yang memiliki 

saudari lagi, Zeruya, yang yaitu  ibu Yoab (1Taw. 2:16), sehingga 

Amasa berkerabat dengan Daud seperti halnya Yoab. Sebagai 

penghormatan kepada keluarganya, bahkan sewaktu mengangkat 

senjata melawan ayahnya, Absalom menjadikan Amasa sebagai 

panglima dari seluruh tentaranya. Isai di sini disebut Nahas, se-

bab banyak orang mempunyai dua nama, atau mungkin ini ada-

lah nama istrinya.  

IV. Teman-teman yang dijumpai Daud di negeri yang jauh ini. Bah-

kan Sobi, seorang saudara muda dari keluarga kerajaan bani 

Amon, bersikap baik kepadanya (ay. 27). Ada kemungkinan bah-

wa dia membenci penghinaan yang telah diberikan oleh Hanun 

saudaranya kepada para utusan Daud, dan sebab  itu ia telah 

mendapat perkenanan dari Daud, yang sekarang ini dibalasnya. 

Orang-orang yang menyangka bahwa kemakmuran mereka akan 

tetap langgeng tidaklah tahu bahwa, pada suatu saat nanti, mere-

ka bisa saja membutuhkan kebaikan dari orang-orang yang seka-

rang bergantung pada belas kasihan mereka, dan mungkin akan 

senang untuk berutang budi kepada orang-orang itu. Ini merupa-

kan alasan mengapa kita harus, saat  ada kesempatan, berbuat 

baik kepada semua orang, sebab siapa memberi minum, ia sendiri 

akan diberi minum, saat  ada kebutuhan untuk itu. Makhir bin 

Amiel yaitu  orang yang membesarkan Mefiboset (9:4), sampai 

Daud membebaskan dia dari tugas itu, dan sekarang Daud diberi 

balasan atas pembebasannya ini  oleh orang yang murah hati 

itu, yang tampaknya merupakan pelindung bagi semua raja yang 

sedang kesulitan. Barzilai akan kita dengar lagi nanti. Orang-

orang ini, tergerak oleh belas kasihan terhadap Daud dan orang-

orangnya, yang sekarang sedang kelelahan sebab  perjalanan 

yang jauh, membawa kepadanya segala perlengkapan bagi rumah-

nya, yaitu tempat tidur, pasu, periuk belangga, dan persediaan 

bagi meja makannya, yaitu gandum, jelai, tepung, dan lain-lain 

(ay. 28-29). Daud tidak menyuruh mereka untuk memberi upeti, 

tidak memaksa mereka untuk membekali dirinya, apalagi men-

jarah mereka. namun  sebagai tanda dari kasih mereka yang penuh 

bakti kepadanya, dan kepedulian mereka yang tulus terhadapnya 

dalam kesulitannya sekarang ini, atas kehendak baik mereka 

sendiri, mereka membawa segala sesuatu yang dibutuhkannya 

secara berlimpah. Marilah kita belajar dari sini untuk bermurah 

hati dan mau mengulurkan tangan, sesuai dengan kemampuan 

kita, kepada semua orang yang sedang kesusahan, terutama ke-

pada para pembesar, yang bagi mereka kesusahan itu sungguh 

menyakitkan, dan kepada orang-orang baik, yang patut mendapat 

perlakuan yang lebih baik. Lihatlah bagaimana Allah kadang-

kadang memberikan penghiburan bagi umat-Nya dari orang asing, 

yang tidak mereka peroleh dari keluarga mereka sendiri. 

 

PASAL 18  

asal ini mengisahkan akhir dari pemberontakan serta hidup 

Absalom, dan dengan demikian memberi jalan bagi Daud untuk 

kembali kepada takhtanya, sementara pasal berikutnya menghantar 

Daud kembali kepada takhtanya dalam damai dan kemenangan. 

Dalam pasal ini kita mendapati, 

I. Persiapan Daud untuk menghadapi para pemberontak (ay. 1-5). 

II. Kekalahan telak tentara Absalom dan terseraknya mereka 

(ay. 6-8). 

III. Kematian Absalom dan penguburannya (ay. 9-18). 

IV. Penyampaian berita kepada Daud, yang menunggu di Maha-

naim (ay. 19-32). 

V. Ratapan pahit Daud untuk Absalom (ay. 33). 

Persiapan Perang 

(18:1-8) 

1 Daud memeriksa barisan tentara yang bersama-sama dengan dia, kemudi-

an ia mengangkat kepala pasukan seribu dan kepala pasukan seratus atas 

mereka. 2 Lalu Daud menyuruh tentara itu maju berperang, sepertiga di 

bawah perintah Yoab, sepertiga lagi di bawah perintah Abisai, anak Zeruya, 

adik Yoab, dan sepertiga lainnya di bawah perintah Itai, orang Gat itu. Lalu 

berkatalah raja kepada rakyat: “Aku juga akan maju berperang bersama-

sama dengan kamu.” 3 namun  tentara itu berkata: “Janganlah tuanku maju 

berperang; sebab jika  kami terpaksa melarikan diri, maka mereka tidak 

akan menghiraukan kami; bahkan sekalipun mati separuh dari pada kami, 

mereka tidak akan menghiraukan kami; namun  tuanku sama harganya 

dengan sepuluh ribu orang dari pada kami. Sebab itu, yaitu  lebih baik, 

bahwa tuanku bersedia menolong kami dari kota.” 4 Kemudian berkatalah 

raja kepada mereka: “Apa yang kamu pandang baik akan kuperbuat.” Lalu 

berdirilah raja di sisi pintu gerbang dan seluruh tentara itu berjalan ke luar, 

beratus-ratus dan beribu-ribu. 5 Dan raja memerintahkan kepada Yoab, 

Abisai dan Itai, demikian: “Perlakukanlah Absalom, orang muda itu dengan 

lunak sebab  aku.” Dan seluruh tentara mendengar, saat  raja memberi 

perintah itu kepada semua kepala pasukan mengenai Absalom. 6 Lalu tentara 

itu maju ke padang menyerang orang Israel, dan terjadilah pertempuran di 

hutan Efraim. 7 Tentara Israel terpukul kalah di sana oleh orang-orang Daud, 

dan pada hari itu terjadilah di sana pertumpahan darah yang dahsyat: dua 

puluh ribu orang tewas. 8 Kemudian pertempuran meluas dari sana meliputi 

seluruh daerah itu, dan hutan itu memakan lebih banyak orang di antara 

tentara dari pada yang dimakan pedang pada hari itu. 

Bagaimana Daud dapat mengerahkan pasukan di tempat ini, dan 

bala bantuan seperti apa yang dikirim kepadanya, tidak disampaikan 

kepada kita. Kemungkinan ada banyak tentara dari seluruh daerah 

Israel, setidaknya dari suku-suku terdekat, yang datang untuk mem-

bantu Daud, sehingga perlahan-lahan ia mampu menghimpun ke-

kuatan untuk menghadapi Absalom, seperti yang sudah diperkirakan 

Ahitofel sebelumnya. Sekarang, dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Tentara Daud dihitung dan dihimpun (ay. 1-2). Tak ayal lagi, 

Daud telah menyerahkan perkaranya kepada Allah melalui doa, 

sebab  itulah yang menjadi kelegaan baginya dalam segala pen-

deritaannya. Sesudah itu, Daud pun menghitung tentaranya. 

Yosefus mengatakan bahwa jumlah pasukan Daud, seluruhnya, 

hanya sebanyak 4.000 orang. Semuanya ini dibagi-baginya men-

jadi beberapa pasukan seribu dan pasukan serratus. Kepada ma-

sing-masing pasukan ini ditetapkannya kepala-kepala, dan di-

aturnya, seperti biasa dilakukan, menjadi pasukan sayap kanan, 

pasukan sayap kiri, dan pasukan tengah. Dua pasukan dipercaya-

kannya kepada dua panglimanya yang sudah tua dan berpeng-

alaman, yakni Yoab dan Abisai, sementara pasukan ketiga diper-

cayakannya kepada sahabat barunya, Itai. Susunan yang baik serta 

kepemimpinan yang baik terkadang sama menguntungkannya bagi 

suatu pasukan seperti jumlah tentara yang besar. Hikmat mengajar 

kita untuk mempergunakan kekuatan kita dengan sebaik-baiknya, 

dan mengerahkannya sampai sehabis-habisnya. 

II. Daud berhasil diyakinkan untuk tidak pergi ke medan perang. 

Orang yang telah meyakinkan Absalom untuk maju berperang, 

dan lebih memuaskan kesombongannya daripada kebijaksanaan-

nya, yaitu  seorang sahabat palsu. Sahabat-sahabat sejati Daud 

tidak akan membiarkannya maju berperang, mengingat apa yang 

telah disampaikan kepada mereka perihal rencana Ahitofel untuk 

menewaskan raja sendiri. Daud menunjukkan kasihnya kepada

 para sahabatnya itu dengan bersedia maju berperang bersama-

sama dengan mereka (ay. 2). Mereka menunjukkan kasih mereka 

kepadanya dengan menolak usulan ini . Janganlah kita 

menganggap sebagai penghinaan jika  kita ditentang demi ke-

baikan kita sendiri, dan oleh orang-orang yang dengan berbuat 

demikian memperhitungkan kepentingan kita. 

1. Mereka sama sekali tidak menghendaki Daud untuk menem-

patkan dirinya dalam bahaya, sebab  (kata mereka) tuanku 

sama harganya dengan sepuluh ribu orang dari pada kami. 

Demikianlah para pemimpin harus dihargai oleh rakyat mere-

ka, dan demi keamanan para pemimpin ini , rakyat harus 

bersedia menempatkan diri mereka sendiri dalam bahaya. 

2. Mereka tidak mau memuaskan pihak musuh sampai sebegitu 

jauh, sebab musuh akan lebih bersukaria atas kematian Daud 

daripada atas kekalahan seluruh pasukannya. 

3. Daud bisa lebih bermanfaat bagi mereka dengan tetap tinggal 

di kota, bersama dengan sejumlah pasukannya, sehingga ia 

dapat mengirim bala bantuan dari sana. Bantuan besar bisa 

saja datang dari mereka yang berada di tempat yang tidak 

berbahaya. Sang raja menerima alasan mereka, dan mengubah 

rencananya (ay. 4): Apa yang kamu pandang baik akan kuper-

buat. Sikap keras kepala terhadap pendirian kita bukanlah tin-

dakan yang bijaksana. Sebaliknya, bersedialah mendengarkan 

alasan, bahkan yang berasal dari bawahan kita, dan bersedia-

lah diyakinkan oleh saran mereka jika  hal itu tampaknya 

demi kebaikan kita. Apa pun yang mendasari kebijaksanaan 

orang-orang Daud ini, penyelenggaraan Allah dengan penuh 

hikmat telah mengatur supaya Daud tidak berada di medan 

perang. sebab  jika demikian, kelembutan hatinya tentu akan 

timbul untuk menyelamatkan nyawa Absalom, yang telah 

ditentukan Allah untuk dibinasakan. 

III. Amanat yang diberikan Daud mengenai Absalom (ay. 5). saat  

pasukannya telah dihimpun dan, menurut Yosefus, barisannya 

telah diatur, Daud menguatkan mereka dan berdoa bagi mereka, 

namun  bersamaan dengan itu ia juga memerintahkan semua orang 

untuk berhati-hati supaya tidak menyakiti Absalom sama sekali. 

Betapa Daud membalas kejahatan dengan kebaikan! Absalom 

menghendaki agar Daud saja yang mati, sementara Daud meng-

hendaki agar Absalom saja yang dibiarkan hidup. Betapa kehen-

dak kedua orang ini saling bertentangan! Tidak pernah ada 

kebencian yang tidak wajar terhadap seorang ayah sehebat yang 

ada dalam diri Absalom, tidak pernah pula ada kasih yang wajar 

terhadap seorang anak sebesar yang ada dalam diri Daud. 

Masing-masing berbuat dengan sebaik-baiknya, dan memperlihat-

kan apa yang mampu dilakukan manusia. Yaitu, seberapa buruk-

nya seorang anak dapat mendurhakai ayah yang teramat baik, 

dan seberapa baiknya seorang ayah dapat mengasihi anak yang 

teramat jahat. Seolah-olah hal ini dirancang untuk menggambar-

kan kemiripan dari kefasikan manusia terhadap Allah dan belas 

kasihan Allah terhadap manusia. Sulit bagi kita untuk mengata-

kan mana yang lebih mengherankan. “Perlakukanlah dengan 

lunak,” perintah Daud, “Absalom, orang muda itu, dengan segala 

cara, sebab  aku. Ia yaitu  seorang pemuda, masih gegabah dan 

tidak berpikir panjang, sehingga ia harus dimaklumi sebab  

usianya. Dia kepunyaanku, orang yang aku kasihi. jika  kalian 

mengasihi aku, janganlah sakiti dia.” Amanat ini menyiratkan 

harapan Daud yang kuat akan kemenangannya. sebab  memiliki 

kepentingan yang baik dan Allah yang baik, Daud tidak ragu 

bahwa Absalom akan berada di bawah belas kasihan mereka, 

sehingga ia menyuruh mereka untuk memperlakukan anaknya itu 

dengan lunak, membiarkannya hidup dan menjaganya untuk 

diadili olehnya.  

Uskup Hall berbicara panjang lebar mengenai hal ini sebagai 

berikut: “Apa artinya kasih yang tidak pada tempatnya ini? Belas 

kasihan yang tidak sepantasnya diberikan ini? Memperlakukan 

seorang pengkhianat dengan lunak? Dari semua pengkhianat, 

seorang anak laki-laki sendiri? Dari semua anak laki-laki, Absa-

lom? Anak kesayangan yang durhaka dari seorang ayah yang 

begitu baik itu? Semuanya ini, demi engkau Daud, sementara 

mahkotamu, dan darahmu, diburu olehnya? Demi siapakah ia 

harus diburu, jika ia harus tetap dibiarkan hidup demi engkau? 

Haruskah penyebab pertikaian menjadi alasan dari belas kasih-

an? Bahkan orangtua yang paling kudus sekalipun dapat bersa-

lah atas kelembutan hati yang membahayakan, dan tindakan me-

manjakan yang mematikan. Namun demikian, bukankah tindak-

an ini dilakukan untuk melambangkan belas kasihan yang tiada 

terhingga dari sang Raja dan Penebus Israel yang sejati, yang ber-

doa bagi orang-orang yang menganiaya-Nya, bagi para pembu-

nuh-Nya, ya Bapa, ampunilah mereka? Perlakukanlah mereka 

dengan lunak sebab  Aku.” saat  Allah mendatangkan penderita-

an untuk memperbaiki kesalahan anak-anak-Nya, amanat ini pun 

turut serta, “Perlakukanlah mereka dengan lunak sebab  Aku,” 

sebab Dia tahu keadaan diri kita. 

IV. Kemenangan telak diraih atas tentara Absalom. Pertempuran itu 

berlangsung di hutan Efraim (ay. 6), yang dinamakan demikian 

oleh sebab  suatu tindakan orang Efraim yang layak dikenang di 

sana, meskipun letaknya berada di dalam wilayah suku Gad. 

Daud menilai tepat jika  pasukannya menghadapi musuh di 

tempat yang agak jauh, sebelum mereka tiba di Mahanaim, su-

paya ia tidak mendatangkan malapetaka ke atas kota yang 

dengan begitu baik telah menampungnya. Perkara itu akan diten-

tukan melalui sebuah pertempuran yang telah diatur. Yosefus 

menggambarkan pertempuran ini  sebagai pertempuran yang 

sangat sengit, namun  pada akhirnya pasukan pemberontak ber-

hasil ditaklukkan sepenuhnya, dan dua puluh ribu orang dari 

mereka pun tewas (ay. 7). Sekarang mereka menderita dengan 

sepantasnya oleh sebab  pengkhianatan terhadap raja mereka 

yang sah, sebab  kegusaran mereka di bawah pemerintahan yang 

begitu baik, dan sebab  sikap hina mereka yang tidak tahu ber-

terima kasih kepada seorang pemimpin yang begitu bijak. Lebih 

lanjut, mereka telah merasakan arti dari mengangkat senjata bagi 

seorang perampas kekuasaan, yang dengan ciuman dan rangkul-

annya telah menggiring mereka kepada kebinasaan mereka 

sendiri. Sekarang di manakah imbalan, kedudukan, dan hari-hari 

keemasan yang sangat mereka harap-harapkan dari Absalom? 

Sekarang mereka memahami arti dari bermufakat melawan 

TUHAN dan yang diurapi-Nya, dan arti dari berniat memutuskan 

belenggu-belenggu-Nya. Dan supaya mereka dapat melihat bahwa 

Allah-lah yang bertempur melawan mereka, 

1. Mereka ditaklukkan oleh sedikit orang, yakni satu pasukan, 

yang dalam segala kemungkinan jauh lebih sedikit jumlahnya 

daripada mereka. 

2. Melalui upaya melarikan diri yang mereka harap dapat menye-

lamatkan nyawa mereka, mereka malah menewaskan diri me-

reka sendiri. Hutan itu, yang mereka datangi sebagai tempat 

berlindung, memakan lebih banyak orang di antara tentara dari 

pada yang dimakan pedang, agar mereka dapat melihat bah-

wa, saat  mereka menyangka diri mereka aman dari pasukan 

Daud, dan berkata, sesungguhnya, kepahitan maut telah lewat, 

keadilan Allah terus mengejar mereka dan tidak membiarkan 

mereka tetap hidup. Tempat perlindungan apa yang dapat 

ditemukan para pemberontak dari pembalasan ilahi? Lubang 

dan rawa-rawa, tunggul pohon dan semak belukar, dan, seper-

ti dipahami dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram, binatang-

binatang buas di hutan itu, mungkin telah mendatangkan 

maut bagi sejumlah besar tentara Israel yang terserak dan 

hilang arah, di samping dua puluh ribu orang yang tewas oleh 

pedang. Allah dalam hal ini bertempur untuk Daud, namun 

juga bertempur melawan Daud, sebab  semua orang yang 

ditewaskan ini yaitu  rakyatnya sendiri, sehingga kepentingan 

bersama dari kerajaannya pun dilemahkan oleh pembantaian 

ini. Orang-orang Romawi tidak mengizinkan adanya sorak-

sorai untuk kemenangan dalam perang saudara. 

Kematian Absalom 

(18:9-18) 

9 Kebetulan Absalom bertemu dengan orang-orang Daud. Adapun Absalom 

menunggangi bagal. saat  bagal itu lewat di bawah jalinan dahan-dahan 

pohon tarbantin yang besar, tersangkutlah kepalanya pada pohon tarbantin 

itu, sehingga ia tergantung antara langit dan bumi, sedang bagal yang 

dikendarainya berlari terus. 10 Seseorang melihatnya, lalu memberitahu Yoab, 

katanya: “Aku melihat Absalom tergantung pada pohon tarbantin.” 11 Yoab 

berkata kepada orang yang memberitahu kepadanya itu: “Apa? Jika engkau 

melihatnya, mengapa engkau tidak membanting dia ke tanah di tempat itu 

juga? Maka selayaknya aku memberi engkau sepuluh syikal perak dan satu 

ikat pinggang.” 12 namun  orang itu berkata kepada Yoab: “Sekalipun aku 

mendapat seribu syikal perak di telapak tanganku, takkan aku menjamah 

anak raja itu, sebab di depan telinga kamilah raja memberi perintah kepada-

mu dan kepada Abisai dan kepada Itai, katanya: Lindungilah Absalom orang 

muda itu, sebab  aku. 13 Sebaliknya, jika aku mencabut nyawanya dengan 

khianat tidak ada sesuatu pun yang tinggal tersembunyi kepada raja – maka 

engkau akan menjauhkan diri.” 14 namun  Yoab berkata: “Aku tidak mau mem-

buang-buang waktu dengan kau seperti ini.” Lalu diambilnyalah tiga lembing 

dalam tangannya dan ditikamkannya ke dada Absalom, sedang ia masih 

hidup di tengah-tengah dahan pohon tarbantin itu. 15 Kemudian sepuluh bu-

jang, pembawa senjata Yoab, mengelilingi Absalom, lalu memukul dan 

membunuh dia. 16 Sesudah itu Yoab meniup sangkakala, sehingga tentara 

berhenti mengejar orang Israel; sebab Yoab mau menahan tentaranya itu.  

17 Lalu mereka mengambil mayat Absalom dan melemparkannya ke dalam 

lobang yang besar di hutan itu, kemudian mereka mendirikan di atasnya

Kitab 2 Samuel 18:9-18 

 863 

timbunan batu yang sangat besar. Dan seluruh orang Israel melarikan diri, 

masing-masing ke kemahnya. 18 Sewaktu hidupnya Absalom telah mendiri-

kan bagi dirinya sendiri tugu yang sekarang ada di Lembah Raja, sebab 

katanya: “Aku tidak ada anak laki-laki untuk melanjutkan ingatan kepada 

namaku.” Dan ia telah menamai tugu itu menurut namanya sendiri; sebab 

itu sampai hari ini tugu itu dinamai orang: tugu peringatan Absalom. 

Pada perikop ini, Absalom sama sekali kehabisan, pertama-tama 

akalnya, kemudian nyawanya. Ia yang mengawali pertempuran de-

ngan harapan besar akan menang atas Daud sendiri, yang andai 

berhasil dikalahkannya tidak akan diperlakukannya dengan lunak, 

sekarang merasa kalang kabut saat  bertemu dengan orang-orang 

Daud (ay. 9). Meskipun mereka dilarang menyakitinya, Absalom tidak 

berani menatap wajah mereka. Sebaliknya, saat  tahu bahwa mere-

ka ada di dekatnya, ia memacu bagalnya dan melaju sekencang-ken-

cangnya, tak peduli apa yang ada di hadapannya, dan dengan demi-

kian bergegas menuju kebinasaannya sendiri. Demikianlah yang lari 

dari kekejutan akan jatuh ke dalam pelubang, dan yang naik dari 

pelubang akan tertangkap dalam jerat (Yer. 48:44). Daud hendak 

membiarkan Absalom hidup, namun  keadilan ilahi menjatuhkan hu-

kuman kepadanya sebagai seorang pengkhianat, dan memastikan 

hukuman itu dilaksanakan – bahwa ia tergantung di lehernya, di-

tangkap hidup-hidup, dibelah perutnya, dan jasadnya dicampakkan 

dengan hina. 

I. Absalom tergantung di lehernya. Sewaktu mengendarai bagalnya 

dengan begitu kencang dan nekat, di bawah jalinan dahan-dahan 

pohon tarbantin yang besar, yang menggelantung rendah dan 

tidak pernah dipotong, lalu entah ranting-ranting yang berpilin-

pilin atau dahan pohon tarbantin yang bercabang, menahan 

kepala Absalom sehingga tersangkut. Kepalanya tersangkut entah 

di bagian leher atau, seperti menurut sebagian penafsir, pada 

rambutnya yang panjang, yang telah begitu menjadi kesombong-

annya, dan sekarang dengan sepantasnya dijadikan tali gantung-

an baginya. Di sanalah ia tergantung, dengan begitu terperanjat 

hingga ia tidak bisa mempergunakan tangannya untuk menolong 

dirinya sendiri, atau dengan begitu terjerat hingga tangannya 

tidak bisa menolong dirinya, sehingga semakin ia berusaha lepas, 

semakin ia terjerat. Ini menjadikannya sasaran empuk bagi orang-

orang Daud, dan ia merasakan kengerian dan kehinaan sewaktu 

menyaksikan dirinya tidak berdaya seperti itu, sedang ia tidak 

bisa berbuat apa-apa untuk meloloskan diri, tidak bisa melawan 

ataupun melarikan diri. Mengenai peristiwa ini, cermatilah, 

1. Bahwa bagal yang dikendarainya berlari terus, seakan-akan 

merasa bahagia bisa terlepas dari beban yang seperti dirinya, 

dan menyerahkan beban ini  kepada pohon yang memalu-

kan itu. Demikianlah segala makhluk sama-sama mengeluh di 

bawah kebobrokan manusia, dan akan segera dimerdekakan 

dari beban ini  (Rm. 8:21-22). 

2. Bahwa ia tergantung antara langit dan bumi, sebagai orang 

yang tidak layak untuk keduanya, dan dicampakkan oleh ke-

duanya. Bumi tidak sudi mempertahankannya, langit tidak 

sudi mengambilnya, maka neraka pun mengangakan mulut-

nya untuk menerimanya. 

3. Bahwa kejadian ini sungguh mengejutkan dan tidak biasa. 

Pantaslah jika yang demikian itu terjadi, sebab  kejahatan Ab-

salom begitu dahsyat. Andai kata, di dalam pelariannya, bagal-

nya menjatuhkan dirinya lalu meninggalkannya sekarat di 

tanah, sampai orang-orang Daud tiba dan kemudian mengha-

bisinya, kematian pun tetap akan mendatanginya. Akan namun , 

takdir ini akan menjadi terlalu biasa bagi seorang penjahat 

yang begitu tidak biasa. Dalam perkara ini, seperti halnya 

dalam perkara pemberontak-pemberontak lain, yaitu Datan 

dan Abiram, Allah hendak menjadikan sesuatu yang belum 

pernah terjadi, supaya dapat dipahami bahwa orang ini telah 

menista TUHAN (Bil. 16:29-30). Di tempat inilah Absalom ter-

gantung, in terrorem – untuk menakut-nakuti anak-anak agar 

tidak membangkang kepada orangtua mereka (lih. Ams. 30:17). 

II. Absalom ditangkap hidup-hidup oleh salah seorang hamba Daud, 

yang lekas pergi dan memberi tahu Yoab dalam keadaan seperti 

apa ia menemukan sang kepala pemberontak itu (ay. 10). Demi-

kianlah Absalom tergantung untuk menjadi sebuah tontonan, dan 

juga sebuah sasaran, supaya orang-orang benar dapat melihatnya 

dan menertawakannya (Mzm. 52:8). Sementara itu, ia merasakan 

kemarahan lebih lanjut dalam hatinya, yakni bahwa dari semua 

sahabat yang telah dibujuk dan diandalkannya, dan yang diya-

kininya akan membela kepentingannya, tak seorang pun ada di 

dekatnya untuk melepaskannya, meskipun ia sudah tergantung 

cukup lama untuk dilepaskan. Yoab memarahi hamba Daud itu

sebab  tidak menghabisi Absalom (ay. 11), dengan berkata ke-

padanya, bahwa andai kata sang hamba telah mendaratkan 

hantaman mematikan itu, tentu ia akan menghadiahinya dengan 

sepuluh syikal perak dan satu ikat pinggang, yaitu jabatan kepala 

pasukan, yang kemungkinan ditandai lewat pemberian sebuah 

sabuk atau ikat pinggang (lih. Yes. 22:21). Namun hamba Daud 

itu, meskipun cukup gigih menentang Absalom, membenarkan diri 

dengan tidak membunuhnya: “Menghabisinya!” serunya, “sama se-

kali tidak akan kuperbuat. Kepalaku ini yang akan menjadi taruh-

annya. Engkau sendiri menjadi saksi dari amanat raja perihal 

anaknya itu (ay. 12), dan, berdasar  perkataanmu, tentu eng-

kau akan menjadi orang yang menuntutku andai kata aku meng-

habisinya” (ay. 13). Barang siapa mencintai pengkhianatan, mem-

benci sang pengkhianat. Yoab tidak dapat menyangkal kenyataan 

ini, dan juga tidak bisa menyalahkan orang itu atas kehati-

hatiannya, sehingga ia tidak menjawabnya, namun  segera memutus 

perdebatan itu, dengan alasan tergesa-gesa (ay. 14): Aku tidak 

mau membuang-buang waktu dengan kau seperti ini. Para atasan 

harus mempertimbangkan suatu teguran dengan masak-masak 

sebelum menyampaikannya, supaya jangan mereka menjadi malu 

sesudah nya, dan mendapati diri mereka tidak mampu memper-

baikinya. 

III. Kalau boleh saya mengatakannya Absalom dibelah perutnya lalu 

dipotong-potong menjadi empat bagian, seperti yang biasa dilaku-

kan terhadap para pengkhianat. Dikoyak-koyakkanlah dirinya 

dengan begitu menyedihkan sedang ia tergantung di sana, dan 

menjemput ajal dengan menyaksikan segala kengeriannya dan 

merasakan segala kesakitannya. 

1. Yoab menancapkan tiga buah lembing ke tubuh Absalom, yang 

tak ayal lagi membuatnya merasakan kesakitan hebat, sedang 

ia masih hidup di tengah-tengah dahan pohon tarbantin itu (ay. 

14). Saya tidak tahu apakah Yoab dapat dibenarkan atas pe-

langgaran langsung terhadap perintah pimpinannya ini. Apakah 

ini yang dinamakan memperlakukan orang muda itu dengan 

lunak? Apakah Daud akan memperbolehkannya melakukan per-

buatan itu andai kata dirinya berada di sana? Namun demikian, 

hal ini dapat dikatakan untuk Yoab, bahwa meskipun ia telah 

melanggar perintah dari seorang ayah yang terlalu penyayang, 

ia telah melakukan pengabdian yang nyata baik terhadap raja 

maupun negerinya, yang kesejahteraannya tentu akan teran-

cam bahaya andaikan ia tidak berbuat hal itu. Salus populi 

suprema lex – Keamanan rakyat yaitu  hukum yang utama. 

2. Para bujang Yoab, yang berjumlah sepuluh orang, memukuli 

Absalom sebelum ia akhirnya tewas (ay. 15). Mereka menge-

rumuninya, membuat satu lingkaran mengelilinginya dengan 

menyorakinya, lalu memukul dan membunuh dia. Demikianlah 

akan binasa segala musuh-Mu, ya TUHAN! Sesudah itu, Yoab 

meniup sangkakala untuk menarik mundur pasukannya (ay. 

16). Bahaya telah lewat dengan matinya Absalom. Rakyat akan 

segera kembali menyatakan kesetiaan mereka kepada Daud, 

sehingga takkan lagi darah tertumpah. Tidak ada tawanan 

yang dibawa, untuk diadili sebagai pengkhianat dan dijadikan 

contoh. Biarlah masing-masing orang kembali ke kemahnya. 

Mereka semua yaitu  rakyat sang raja, rakyatnya yang baik 

sekali lagi. 

IV. Jasad Absalom dicampakkan dengan hina (ay. 17-18): Mereka 

melemparkannya ke dalam lobang yang besar di hutan itu. Mereka 

tidak mau membawa jasad itu kepada ayahnya sebab  keadaan 

jasad itu hanya akan menambah kesedihannya, mereka juga tidak 

mau menyimpannya untuk dimakamkan, sesuai dengan kedu-

dukannya. Sebaliknya, mereka melemparkan jasad itu ke dalam 

lubang yang ada di dekatnya dengan rasa amarah. Sekarang, di 

manakah keelokan Absalom yang sudah begitu dibangga-bangga-

kannya dan yang telah membuatnya begitu dikagumi itu? Di 

manakah segala rencananya yang penuh angan-angan, dan segala 

istana yang telah dibangunnya di atas angin? Pikiran-pikirannya 

telah binasa, dan dirinya pun ikut binasa bersamanya. Lebih 

lanjut, untuk memperlihatkan betapa berat kejahatannya menim-

pa tulang-tulangnya, seperti diucapkan nabi Yehezkiel (Yeh. 32:27, 

KJV), mereka mendirikan di atasnya timbunan batu yang sangat 

besar, untuk dijadikan tugu peringatan akan kejahatannya, dan 

untuk menandakan bahwa ia seharusnya dilempari batu layaknya 

seorang anak pembangkang (Ul. 21:21). Para musafir mengatakan 

bahwa tempat ini  mendapat perhatian khusus sampai pada 

hari ini, dan bahwa lazim bagi orang-orang yang lewat untuk 

melemparkan sebuah batu ke atas timbunan batu ini, sambil 

mengucapkan perkataan yang isi pokoknya sebagai berikut: Ter-

kutuklah ingatan akan Absalom sang pembangkang, dan terkutuk-

lah selama-lamanya semua anak jahat yang bangkit untuk mem-

bangkang terhadap orangtua mereka. Untuk memperparah ke-

hinaan dari penguburan Absalom ini, sang penulis kitab juga 

mencatat tentang sebuah tugu yang telah didirikan Absalom di 

lembah Kidron, dekat Yerusalem, untuk menjadi sebuah tugu 

peringatan bagi dirinya sendiri, dan untuk melanjutkan ingatan 

kepada  namanya (ay. 18). Ada kemungkinan bahwa di kaki tugu 

inilah Absalom berencana dimakamkan. Betapa orang-orang som-

bong memenuhi kepala mereka dengan rencana-rencana yang bo-

doh dan sepele! Dan betapa banyak orang begitu peduli terhadap 

penguburan jenazah mereka, pada waktu mereka mati, sementara 

mereka sama sekali tidak peduli terhadap apa yang akan dialami 

jiwa mereka yang berharga! Absalom memiliki tiga orang anak 

laki-laki (14:27), namun  tampaknya pada saat ini tidak seorang 

anak pun tertinggal padanya. Allah telah mengambil mereka se-

mua lewat kematian. Dan sudah sepantasnya seorang anak pem-

bangkang ditetapkan tidak mempunyai anak. Untuk mengganti 

kehilangan itu, Absalom mendirikan tugu di Lembah Raja ini 

sebagai peringatan. Namun demikian, dalam hal ini pun Penye-

lenggaraan Allah menentang rencananya, sehingga timbunan 

batu-batu kasarlah yang menjadi tugu peringatan dirinya, bukan 

tugu pualam yang didirikannya ini. Demikianlah, barangsiapa me-

ninggikan diri, ia akan direndahkan. Yang menjadi keinginan 

Absalom yaitu  agar namanya dikenang, dan memang ini yang 

terjadi, sehingga kehinaannya diingat selama-lamanya. Ia tidak 

terima dengan ketidaktenaran anak-anak Daud lainnya, yang 

tentang mereka tidak tercatat apa pun selain nama mereka saja. 

Sebaliknya, ia ingin menjadi termasyhur, dan sebab  itu dengan 

adil dijadikan termasyhur sebab  kehinaannya selama-lamanya. 

Tugu itu akan menyandang nama Absalom, namun  bukan sebagai 

pujian baginya. Tugu itu telah dirancang bagi kemuliaan Absalom, 

namun  ternyata menjadi kebodohannya. 

Dukacita Daud bagi Absalom 

(18:19-33) 

19 Kemudian berkatalah Ahimaas bin Zadok: “Biarlah aku berlari menyampai-

kan kabar yang baik itu kepada raja, bahwa TUHAN telah memberi keadilan 

kepadanya dengan melepaskan dia dari tangan musuhnya.” 20 namun  ber-

katalah Yoab kepadanya: “Pada hari ini bukan engkau yang menjadi pem-

bawa kabar, pada hari lain boleh engkau yang menyampaikan kabar, namun  

pada hari ini engkau tidak akan menyampaikan kabar sebab  anak raja su-

dah mati.” 21 Lalu berkatalah Yoab kepada seorang Etiopia: “Pergilah, beri-

tahukanlah kepada raja apa yang kaulihat.” Orang Etiopia itu sujud me-

nyembah kepada Yoab, lalu berlari pergi. 22 namun  berkatalah sekali lagi 

Ahimaas bin Zadok kepada Yoab: “Apa pun yang terjadi, izinkanlah juga aku 

berlari pergi menyusul orang Etiopia itu.” namun  kata Yoab: “Mengapa juga 

engkau mau berlari pergi, anakku? Apakah engkau membawa kabar yang 

menguntungkanmu?” 23 Jawabnya: “Apa pun yang terjadi, aku mau berlari 

pergi.” Lalu berkatalah Yoab kepadanya: “Kalau demikian larilah.” Maka 

berlarilah Ahimaas mengambil jalan dari Lembah Yordan, sehingga ia men-

dahului orang Etiopia itu. 24 Adapun Daud duduk di antara kedua pintu ger-

bang sedang penjaga naik ke sotoh pintu gerbang itu, di atas tembok. saat  

ia melayangkan pandangnya, dilihatnyalah orang datang berlari, seorang diri 

saja. 25 Berserulah penjaga memberitahu raja, lalu raja berkata: “Jika ia 

seorang diri, maka kabar yang baiklah disampaikannya.” Sementara orang 

itu mendekat, 26 penjaga itu melihat seorang lain datang berlari, lalu penjaga 

itu menyerukan kepada penunggu pintu gerbang, katanya: “Lihat, ada lagi 

orang datang berlari, seorang diri.” Berkatalah raja: “Itu pun pembawa kabar 

yang baik.” 27 Sesudah itu berkatalah penjaga: “Aku lihat cara berlari orang 

yang pertama itu seperti cara berlari Ahimaas bin Zadok.” Berkatalah raja: 

“Itu orang baik, ia datang membawa kabar yang baik.” 28 Lalu Ahimaas 

berseru, katanya kepada raja: “Selamat!” Kemudian sujudlah ia menyembah 

kepada raja dengan mukanya ke tanah serta berkata: “Terpujilah TUHAN, 

Allahmu, yang telah menyerahkan orang-orang yang menggerakkan tangan-

nya melawan tuanku raja.” 29 Lalu bertanyalah raja: “Selamatkah Absalom, 

orang muda itu?” Jawab Ahimaas: “Aku melihat keributan yang besar, saat  

Yoab menyuruh pergi hamba raja, hambamu ini, namun  aku tidak tahu apa 

itu.” 30 Kemudian berkatalah raja: “Pergilah ke samping, berdirilah di sini.” Ia 

pergi ke samping dan tinggal berdiri. 31 Maka datanglah orang Etiopia itu. 

Kata orang Etiopia itu: “Tuanku raja mendapat kabar yang baik, sebab 

TUHAN telah memberi keadilan kepadamu pada hari ini dengan melepaskan 

tuanku dari tangan semua orang yang bangkit menentang tuanku.” 32 namun  

bertanyalah raja kepada orang Etiopia itu: “Selamatkah Absalom, orang 

muda itu?” Jawab orang Etiopia itu: “Biarlah seperti orang muda itu musuh 

tuanku raja dan semua orang yang bangkit menentang tuanku untuk ber-

buat jahat.” 33 Maka terkejutlah raja dan dengan sedih ia naik ke anjung 

pintu gerbang lalu menangis. Dan beginilah perkataannya sambil berjalan: 

“Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom! Ah, kalau aku mati mengganti-

kan engkau, Absalom, anakku, anakku!” 

Hidup Absalom telah berakhir, dan sekarang kepada kita disampaikan, 

I. Bagaimana Daud diberi tahu mengenai hal itu. Daud tetap tinggal 

di kota Mahanaim, yang terletak beberapa kilometer dari hutan 

tempat berlangsungnya pertempuran, dan di bagian paling ujung

 negeri itu. Semua tentara Absalom yang terserak berlari pulang 

menuju sungai Yordan, yang arahnya berlawanan dengan Maha-

naim, sehingga para pengawal Daud tidak bisa mengetahui jalan-

nya pertempuran, sampai seorang utusan datang membawa kabar 

mengenai hasil perang, yang hendak didengar sang raja yang 

duduk di pintu gerbang (ay. 24). 

1. Kusyi yaitu  orang yang disuruh Yoab untuk membawa berita 

itu (ay. 21, KJV), seorang Etiopia, demikianlah arti namanya, 

dan sebagian penafsir berpendapat bahwa ia memang terlahir 

demikian, seorang kulit hitam yang menjadi pelayan Yoab. Ada 

kemungkinan bahwa ia yaitu  salah satu dari sepuluh bujang 

yang telah membantu menghabisi Absalom (ay. 15), seperti 

menurut sebagian penafsir, meskipun berbahaya bagi salah 

satu dari bujang-bujang itu untuk membawa kabar ini  

kepada Daud. Sebab bisa saja nasibnya sama seperti orang-

orang yang melaporkan kematian Saul, dan juga kematian 

Isyboset, kepada Daud. 

2. Ahimaas, sang imam muda yang termasuk salah satu orang 

yang membawa kabar mengenai gerak-gerik Absalom kepada 

Daud (17:17), sungguh bersemangat untuk menjadi pembawa 

kabar ini. Betapa ia hanyut dalam sukacita sebab  mendung 

ini telah berlalu. Biarlah ia pergi dan menyampaikan kepada 

sang raja, bahwa TUHAN telah memberi keadilan kepadanya 

dengan melepaskan dia dari tangan musuhnya (ay. 19). Inilah 

yang menjadi kerinduannya, bukan sebab  ia berharap men-

dapatkan imbalan, ia jauh di atas pikiran rendah ini, melain-

kan terlebih sebab  ia ingin memperoleh kesenangan dan ke-

puasan dengan menyampaikan kabar baik ini kepada sang 

raja yang dikasihinya. Yoab mengenal Daud lebih baik dari-

pada Ahimaas mengenal rajanya itu, dan Yoab tahu persis 

bahwa kabar tentang kematian Absalom, yang harus menjadi 

penutup dari kabar ini , akan merusak kegembiraan yang 

dihadirkan oleh semua kabar lainnya. Yoab pun terlalu me-

ngasihi Ahimaas untuk membiarkannya menjadi pembawa 

kabar itu (ay. 20), yang lebih pantas disampaikan oleh seorang 

pesuruh daripada seorang imam. Akan namun , sesudah  orang 

Etiopia itu pergi, Ahimaas memohon dengan sangat untuk 

diizinkan pergi dan berlari menyusulnya, dan sesudah  terus 

mendesak, ia pun akhirnya diizinkan pergi (ay. 22-23). Orang 

mungkin merasa heran, mengapa Ahimaas begitu menghen-

daki tugas ini, padahal sudah ada orang lain yang diutus me-

lakukannya. 

(1) Mungkin Ahimaas ingin menunjukkan kecepatannya. Meli-

hat bagaimana beratnya orang Etiopia itu berlari, dan bahwa 

jalan yang dipilihnya lebih buruk, meskipun itu jalan ter-

dekat, muncul dalam benak Ahimaas untuk memperlihatkan 

seberapa cepat ia dapat berlari, dan bahwa ia dapat menem-

puh jalan terjauh namun tetap dapat mengalahkan si orang 

Etiopia. Tidak ada pujian berarti dapat disampaikan kepada 

seorang imam yang mampu berlari cepat, namun mungkin 

Ahimaas merasa bangga akan hal itu. 

(2) Mungkin Ahimaas ingin turut pergi sebab  ia hendak ber-

sikap bijak dan lembut terhadap sang raja. Ia tahu bahwa 

dirinya dapat sampai sebelum orang Etiopia itu. Oleh sebab  

itu, ia ingin mempersiapkan raja, lewat sebuah laporan yang 

samar dan tidak terperinci, untuk mendengar kebenaran 

yang jelas dari si orang Etiopia, yang telah diperintahkan 

untuk menyampaikannya kepada sang raja. jika  berita 

buruk memang harus datang, alangkah baiknya jika  

berita itu datang secara bertahap, dan dengan demikian 

dapat diterima dengan lebih baik. 

3. Kedua orang itu terlihat oleh penjaga pintu gerbang Maha-

naim, pertama-tama Ahimaas (ay. 24), sebab  walaupun orang 

Etiopia itu sebelumnya memimpin di depan, Ahimaas tak lama 

kemudian mampu melewatinya. Akan namun , beberapa saat 

sesudah nya, orang Etiopia itu pun muncul (ay. 26). 

(1) saat  raja mendengar ada orang datang berlari seorang 

diri saja, ia berkesimpulan bahwa orang itu yaitu  seorang 

pembawa kabar (ay. 25): Jika ia seorang diri, maka kabar 

yang baiklah disampaikannya. sebab  seandainya mereka 

telah dikalahkan, dan sedang berlari dari musuh, tentu 

akan ada banyak orang yang datang. 

(2) saat  Daud mendengar bahwa yang datang yaitu  Ahi-

maas, ia berkesimpulan bahwa Ahimaas membawa kabar 

baik (ay. 27). Tampaknya Ahimaas ini begitu tersohor kare-

na cara berlarinya, sehingga dari jauh saja ia sudah dapat 

dikenali lewat cara berlarinya itu. Dan ia begitu terkenal 

sebagai orang baik, hingga diterima begitu saja bahwa apa-

bila Ahimaas yang menjadi pembawa kabar, maka kabar 

yang dibawanya pastilah baik: Itu orang baik, yang gigih 

mendukung kepentingan raja, sehingga tidak akan mem-

bawa kabar buruk. Sungguh menggembirakan bahwa kabar 

baik Injil harus selalu dibawa oleh orang-orang baik pula. 

Betapa kedatangan para pembawa kabar ini harus kita 

sambut dengan baik oleh sebab  kabar yang mereka bawa! 

4. Ahimaas sangat bersemangat untuk mengumandangkan ke-

menangan mereka (ay. 28), dengan berseru dari kejauhan, 

“Damai, keadaan sudah damai.” Damai sesudah  perang, yang 

dua kali lipat menggembirakan. “Selamat, tuanku raja! Bahaya 

telah berlalu, dan kita dapat kembali, jika  raja berkenan, 

ke Yerusalem.” Dan, sewaktu Ahimaas datang mendekat, 

disampaikanlah berita itu kepada raja dengan lebih terperinci. 

“Orang-orang yang menggerakkan tangannya melawan tuanku 

raja telah ditumpas semuanya.” Lebih lanjut, layaknya seorang 

imam, sembari memberi sukacita akan hal itu kepada raja, 

Ahimaas memberi kepada Allah kemuliaan dari kemenangan 

itu, Allah atas damai dan perang, Allah atas keselamatan dan 

kemenangan: “Terpujilah TUHAN, Allahmu, yang telah menger-

jakan hal ini bagimu, sebagai Allahmu, sesuai dengan janji-

janji yang telah dibuat-Nya untuk mengokohkan takhtamu” 

(7:16). Sewaktu mengucapkan perkataan ini, Ahimaas sujud 

dengan mukanya ke tanah, bukan hanya sebagai penghormat-

an terhadap raja, melainkan juga sebagai pemujaan yang pe-

nuh kerendahan hati terhadap Allah, yang nama-Nya dia puji 

untuk keberhasilan ini. Dengan mengarahkan Daud untuk 

bersyukur kepada Allah seperti itu atas kemenangannya, 

Ahimaas mempersiapkan rajanya terhadap datangnya berita 

yang akan mengurangi sukacita kemenangan itu. Semakin 

hati kita terpatri dan dilapangkan untuk bersyukur kepada 

Allah atas segala kemurahan yang kita terima, semakin siap 

kita untuk menanggung dengan sabar segala kesengsaraan 

yang turut menyertai kemurahan itu. Daud yang malang 

yaitu  seorang ayah yang sungguh baik, sampai-sampai ia 

lupa bahwa dirinya yaitu  seorang raja. Oleh sebab  itu, ia 

tidak dapat bersukacita atas berita kemenangan ini , 

sampai ia mengetahui, selamatkah Absalom, orang muda itu, 

yang untuknya hatinya tampak berdebar-debar, hampir seperti 

hati Eli, dalam keadaan serupa, sewaktu menanti-nantikan 

tabut Allah. Ahimaas segera menyadari apa yang telah disam-

paikan Yoab kepadanya, bahwa kematian sang anak laki-laki 

raja akan membuat kabar pada hari itu menjadi sangat tidak 

mengenakkan, sehingga di dalam laporannya, Ahimaas mem-

biarkan perkara itu tetap samar. Lebih lanjut, meskipun 

Ahimaas memberi celah bagi Daud untuk mencurigai apa yang 

terjadi terhadap Absalom, namun, supaya guntur itu tidak 

datang terlalu mendadak menyambar sang raja malang yang 

sedang kebingungan, ia mengarahkan perhatian sang raja 

kepada pembawa kabar berikutnya, yang mereka lihat tengah 

datang, untuk memperoleh keterangan yang lebih terperinci 

tentangnya. “saat  Yoab menyuruh pergi hamba raja yakni 

orang Etiopia itu, dan hambamu ini, untuk menyampaikan beri-

ta ini , aku melihat keributan yang besar, yang disebab-

kan oleh sesuatu yang luar biasa, seperti yang akan segera 

engkau dengar. Akan namun , tidak ada yang dapat kukatakan 

mengenai hal itu. Aku sudah menyampaikan berita yang men-

jadi bagianku. Orang Etiopia itu lebih mampu daripada aku 

untuk menjelaskannya kepadamu. Aku tidak akan menjadi 

pembawa kabar jahat, tidak pula akan akan berlagak menge-

tahui sesuatu yang tidak dapat kujelaskan dengan sempurna.” 

Oleh sebab itu, Ahimaas diminta tinggal sampai orang Etiopia 

itu tiba (ay. 30), dan pada saat inilah, dapat kita duga, Ahi-

maas menyampaikan kabar yang lebih terperinci perihal keme-

nangan itu kepada raja, yang memang menjadi keperluannya 

saat  datang. 

5. Orang Etiopia itu, sang utusan yang lamban, terbukti menjadi 

pembawa kabar yang pasti, dan selain membenarkan berita 

kemenangan yang telah disampaikan Ahimaas – TUHAN telah 

memberi keadilan kepadamu dengan melepaskan tuanku dari 

tangan semua orang yang bangkit menentang tuanku (ay. 31) – 

ia juga menjawab pertanyaan raja perihal Absalom (ay. 32). 

Selamatkah ia? tanya Daud. “Ya,” jawab orang Etiopia itu, “ia 

selamat di dalam kuburnya.” namun  orang Etiopia itu menyam-

paikan berita ini  dengan begitu hati-hati sehingga, betapa 

pun tidak mengenakkannya berita itu, sang pembawa berita 

tidak dapat dipersalahkan. Ia tidak memberi tahu Daud dengan 

terus terang bahwa Absalom telah dibiarkan tergantung, lalu 

dihabisi dan dikubur di bawah timbunan batu. Ia hanya me-

nyampaikan bahwa nasib Absalom sama dengan nasib yang 

diharapkannya menimpa semua pengkhianat yang telah mela-

wan raja, mahkota dan kehormatannya: “Biarlah seperti orang 

muda itu musuh tuanku raja, siapa pun itu, dan semua orang 

yang bangkit menentang tuanku untuk berbuat jahat. Tidak ada 

hal yang lebih buruk yang perlu kuharapkan untuk mereka.” 

II. Bagaimana Daud menerima berita ini . Ia melupakan semua 

sukacita dari kelepasannya, dan begitu terpukul oleh berita duka-

cita tentang kematian Absalom (ay. 33). Segera sesudah  memahami 

melalui jawaban orang Etiopia itu bahwa Absalom telah mati, 

Daud tidak lagi mengajukan satu pertanyaan pun, namun  jatuh ke 

dalam ratap tangis yang hebat, undur dari kumpulan orang itu, 

kemudian mencampakkan dirinya ke dalam nestapa. Sementara 

ia berjalan naik menuju kamarnya, terdengarlah perkataannya 

ini, “Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom! Malangnya 

nasibmu! Aku meratapimu. Betapa engkau telah tiada! Ah, kalau 

aku mati menggantikan engkau, tentu engkau masih tetap hidup 

pada hari ini” (demikian ditambahkan dalam Alkitab terjemahan 

bahasa Aram). “Oh Absalom, anakku, anakku!” Saya berharap 

dapat menemukan alasan untuk berpikir bahwa perkataan Daud 

ini timbul dari sebuah kekhawatiran terhadap keadaan Absalom 

di alam kekekalan, dan bahwa alasan di balik harapannya untuk 

mati menggantikannya yaitu  sebab  ia memiliki pengharapan 

kuat akan keselamatannya sendiri, dan akan pertobatan Absalom, 

andaikan anaknya itu tetap hidup. Akan namun , tampaknya per-

kataan ini  lebih cenderung diucapkan dengan gegabah dan 

dalam perasaan yang bergejolak, dan itu merupakan kelemahan 

Daud. Daud harus dipersalahkan, 

1. sebab  memperlihatkan rasa sayang yang begitu besar ter-

hadap seorang anak yang kurang ajar, hanya sebab  anaknya 

itu berparas elok dan cerdik, yang dengan sepantasnya telah 

ditinggalkan oleh Allah dan manusia. 

2. sebab  berbantah, bukan hanya dengan penyelenggaraan 

ilahi, yang ketentuan-ketentuan-Nya seharusnya dia terima 

dengan berdiam diri, melainkan juga dengan keadilan ilahi, 

yang penghakiman-penghakiman-Nya seharusnya dipuja dan 

ditaatinya. Lihat bagaimana Bildad meyakinkan Ayub dengan 

alasan yang kuat (Ayb. 8:3-4), jikalau anak-anakmu telah 

berbuat dosa terhadap Dia, maka Ia telah membiarkan mereka 

dikuasai oleh pelanggaran mereka, sehingga engkau pun harus 

pasrah, sebab masakan Allah membengkokkan keadilan? (lih. 

Im. 10:3). 

3. sebab  melawan keadilan bangsa Israel, yang telah dipercaya-

kan kepadanya sebagai raja untuk ditegakkan, dan yang seha-

rusnya didahulukannya, bersama kepentingan-kepentingan 

umum lain, di atas kasih sayang kepada keluarganya. 

4. sebab  memandang hina belas kasih yang telah diperolehnya 

melalui kelepasannya, dan kelepasan keluarga serta kerajaan-

nya, dari rancangan keji Absalom, seolah-seolah kelepasan itu 

bukanlah suatu rahmat, bukan pula sesuatu yang pantas 

disyukuri, sebab  telah merenggut nyawa Absalom. 

5. sebab  menuruti gejolak perasaan, dan berbicara lewat bibir-

nya dengan tidak bijaksana. Pada saat ini, ia lupa akan akal 

sehatnya sendiri saat  menghadapi kematian anaknya yang 

lain (Dapatkah aku mengembalikannya lagi?) dan akan tekad-

nya untuk menahan mulutnya dengan kekang saat  hatinya 

bergejolak dalam dirinya. Begitu pula ia lupa akan tindakan-

nya pada kesempatan lain, saat  ia menenangkan jiwanya 

seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya. Orang-orang 

terbaik sekalipun tidak selalu berada dalam suasana hati yang 

sama baiknya. Apa yang terlalu kita kasihi, cenderung terlalu 

kita ratapi. Oleh sebab itu, dalam kasih sayang terhadap siapa 

saja, berhikmatlah bagi kita untuk menguasai jiwa kita dan 

mengendalikan diri kita kuat-kuat, saat  apa yang sungguh 

kita sayangi direnggut dari kita. Para pecundang beranggapan 

bahwa mereka berhak untuk berbicara. Namun sedikit saja 

kata yang terucap, pasti harus segera dibetulkan. Orang yang 

bertobat dan sabar menanggung penderitaan duduk sendirian 

dan berdiam diri (Rat. 3:28), atau lebih baik lagi, bersama-

sama dengan Ayub akan berkata, terpujilah nama TUHAN. 

 

 

 

PASAL 19  

alam pasal sebelumnya, kita meninggalkan tentara Daud dalam 

kemenangan, namun Daud sendiri bersimbah air mata. Seka-

rang dalam pasal ini kita mendapati,  

I.  Daud kembali merasa tenang, sesudah  dibujuk oleh Yoab (ay. 

1-8).  

II. Daud kembali kepada kerajaannya dari pembuangannya pada 

saat ini.  

1.  Orang-orang Israel merasa tergerak untuk membawanya 

kembali (ay. 9-10).  

2.  Orang-orang Yehuda diminta oleh para utusan Daud un-

tuk membawanya pulang (ay. 11-14), dan mereka melaku-

kannya (ay. 15).  

III. sesudah  raja sampai di tepi sungai Yordan, pengkhianatan 

Simei diampuni (ay. 16-23), kegagalan Mefiboset dimaafkan 

(ay. 24-30), dan kebaikan Barzilai diakui dengan penuh 

syukur, dan dibalaskan kepada putranya (ay. 31-39).  

IV. Orang-orang Israel bertengkar dengan orang-orang Yehuda, 

sebab  orang-orang Yehuda tidak mengundang orang-orang 

Israel untuk mengikuti upacara kembalinya raja ke kerajaan-

nya. Hal ini mengakibatkan sebuah pemberontakan baru, 

yang penjelasannya akan kita temui dalam pasal berikutnya 

(ay. 40-43). 

Yoab Menegur Daud 

(19:1-8) 

1 Lalu diberitahukanlah kepada Yoab: “Ketahuilah, raja menangis dan berka-

bung sebab  Absalom.” 2 Pada hari itulah kemenangan menjadi perkabungan 

bagi seluruh tentara, sebab pada hari itu tentara itu mendengar orang ber-

kata: “Raja bersusah hati sebab  anaknya.” 3 Sebab itu tentara itu masuk 

kota dengan diam-diam pada hari itu, seperti tentara yang kena malu kem-

bali dengan diam-diam sebab  melarikan diri dari pertempuran. 4 Raja me-

nyelubungi mukanya, dan dengan suara nyaring merataplah raja: “Anakku 

Absalom, Absalom, anakku, anakku!” 5 Lalu masuklah Yoab menghadap raja 

di kediamannya serta berkata: “Pada hari ini engkau mempermalukan semua 

hambamu, yang telah menyelamatkan nyawamu pada hari ini dan nyawa 

anak-anakmu laki-laki dan wanita   dan nyawa isteri-isterimu dan nyawa 

gundik-gundikmu, 6 dengan mencintai orang-orang yang benci kepadamu, 

dan dengan membenci orang-orang yang cinta kepadamu! sebab  pada hari 

ini engkau menunjukkan bahwa panglima-panglima dan anak buah tidak 

berarti apa-apa bagimu. Bahkan aku mengerti pada hari ini, bahwa seandai-

nya Absalom masih hidup dan kami semua mati pada hari ini, maka hal itu 

kaupandang baik. Oleh sebab itu, bangunlah, pergilah ke luar dan berbicara-

lah menenangkan hati orang-orangmu. Sebab aku bersumpah demi TUHAN, 

jika  engkau tidak keluar, maka seorang pun tidak akan ada yang tinggal 

bersama-sama dengan engkau pada malam ini; dan hal ini berarti celaka 

bagimu melebihi segala celaka yang telah kaualami sejak kecilmu sampai 

sekarang.” 8 Lalu bangunlah raja dan duduk di pintu gerbang. Maka diberita-

hukanlah kepada seluruh rakyat, demikian: “Ketahuilah, raja duduk di pintu 

gerbang.” Kemudian datanglah seluruh rakyat itu menghadap raja. Adapun 

orang Israel sudah melarikan diri, masing-masing ke kemahnya. 

Segera sesudah  para utusan membawa kabar tentang kekalahan dan 

kematian Absalom ke istana di Mahanaim, Yoab dan tentaranya yang 

berjaya pun tiba di tempat itu, untuk menyemarakkan kemenangan 

raja dan siap menerima perintah-perintahnya lebih lanjut. Sekarang 

dalam perikop ini kita diberi tahu,  

I. Betapa rakyat merasa kecewa dan kegembiraan mereka menjadi 

surut mendapati raja meratap atas kematian Absalom, yang 

mereka anggap sebagai tanda ketidaksenangan sang raja kepada 

mereka atas apa yang telah  mereka perbuat. Padahal, mereka 

mengharapkan dia menyongsong mereka dengan sukacita dan 

syukur atas pekerjaan mereka yang baik: Lalu diberitahukanlah 

hal itu kepada Yoab (ay. 1). Berita tentang hal ini  datang 

melalui tentara (ay. 2), raja bersusah hati sebab  anaknya. Rakyat 

akan manaruh perhatian khusus terhadap apa yang dikatakan 

dan dilakukan oleh pemimpin mereka. Semakin banyak mata 

yang tertuju pada kita, dan semakin besar pengaruh kita, maka 

semakin kita perlu berbicara dan bertindak dengan bijaksana dan 

betul-betul mengendalikan perasaan kita. saat  datang ke kota, 

mereka mendapati sang raja sedang meratap sendirian (ay. 4). Ia 

menyelubungi mukanya, bahkan tidak mau menengadah, atau

 memberi perhatian terhadap para panglima saat  mereka datang 

menemaninya. Tidak bisa tidak, mereka pasti terkejut mendapati,  

1. Bagaimana sang raja menunjukkan perasaannya, yang seha-

rusnya membuatnya malu, dan yang akan berusaha ditahan 

dan disembunyikannya seandainya dia mau menjaga nama 

baiknya sebagai orang yang berani. Nama baiknya itu telah 

berkurang sebab  ia dengan hina dikuasai oleh gejolak pera-

saan yang begitu tidak masuk akal. Atau seandainya raja mau 

menjaga pengaruhnya atas rakyat, yang akan dirusak sebab  

ia tidak menyokong apa yang mereka lakukan dalam semangat 

untuk membela kehormatannya dan keselamatan bersama. 

Namun lihatlah bagaimana dia menyatakan kesedihan-

nya: Dengan suara nyaring merataplah raja: Anakku Absalom, 

Absalom, anakku, anakku. “Para hambaku telah pulang semua 

dengan selamat, namun  di manakah anakku? Ia mati. Dan, 

sebab  mati di dalam dosa, aku takut dia terhilang untuk 

selamanya. Sekarang aku tidak dapat berkata, aku yang akan 

pergi kepadanya, sebab rohku tidak akan dikumpulkan ber-

sama dengan orang-orang berdosa seperti itu. Apa yang harus 

dilakukan untukmu, Absalom! anakku, anakku!”  

2. Bagaimana Daud memperpanjang kedukaannya, bahkan sam-

pai para tentara datang menghadap kepadanya, yang pasti 

beberapa saat sesudah  dia menerima kabar yang pertama. Se-

andainya dia berpuas diri saja dalam melampiaskan kesedih-

annya selama satu atau dua jam sesudah  pertama kali men-

dengar kabar ini , maka itu dapat dimaklumi. namun  me-

lanjutkan kesedihan sampai selama itu hanya untuk seorang 

putra yang begitu jahat seperti Absalom, sebagaimana Yakub 

untuk seorang putra yang begitu baik seperti Yusuf, dengan 

bertekad untuk berkabung sampai ia turun ke dunia orang 

mati, dan menodai kemenangannya dengan air matanya, 

sangatlah tidak bijaksana dan tidak pantas. Sekarang lihatlah 

bagaimana hal ini dipandang buruk oleh rakyat. Mereka segan 

untuk menyalahkan raja, sebab segala sesuatu yang dilaku-

kan raja dianggap baik oleh seluruh rakyat (3:36), namun  mere-

ka memandangnya sebagai sesuatu yang sangat mempermalu-

kan mereka. Kemenangan menjadi perkabungan bagi seluruh 

tentara (ay. 2). Mereka masuk kota seperti tentara yang kena 

malu (ay. 3). Sebagai penghormatan terhadap pemimpin mere-

ka, mereka tidak mau bersukacita atas apa yang mereka lihat 

begitu mendukakan hatinya. Namun mau tidak mau, mereka 

juga merasa tidak nyaman sebab  harus menyembunyikan 

sukacita mereka seperti itu. Para atasan tidak boleh menyu-

sahkan para bawahan mereka seperti ini.  

II. Betapa dengan tegas dan keras Yoab menegur Daud atas kelaku-

annya yang tidak bijaksana dalam keadaan genting seperti ini. 

Daud tidak pernah lebih membutuhkan hati rakyatnya seperti 

sekarang ini, tidak pula ia lebih berkepentingan untuk mengokoh-

kan pengaruhnya dalam rasa kasih mereka. Oleh sebab  itu, apa 

pun yang cenderung membuat mereka tidak enak hati sekarang 

yaitu  hal yang paling tidak bijaksana yang dapat dia lakukan, 

dan kesalahan terbesar yang tak terbayangkan terhadap teman-

temannya yang setia kepadanya. Itulah sebabnya Yoab menegur 

dia (ay. 5-7). Yoab menyampaikan alasan yang sangat kuat, 

namun tidak dengan rasa hormat dan segan seperti yang sudah 

semestinya dia berikan kepada rajanya. Pantaskah berkata ke-

pada seorang raja, engkau jahat? Perkara yang gamblang bisa saja 

diserukan dengan baik kepada atasan kita, dan mereka boleh saja 

ditegur atas kesalahan yang mereka perbuat, namun  hal itu tidak 

boleh dilakukan dengan kasar dan kurang ajar. Daud memang 

perlu disadarkan dan diperingatkan, dan Yoab tidak mau mem-

buang-buang waktu dengan dia. jika  para atasan melakukan 

hal yang bodoh, janganlah mereka merasa heran atau sakit hati 

jika bawahan mereka memberi tahu mereka tentang hal ini , 

mungkin dengan cara yang terlalu terus terang.  

1. Yoab mengagung-agungkan pengabdian para tentara Daud: 

“Pada hari ini semua hambamu telah menyelamatkan nyawa-

mu, dan sebab nya pantas untuk diperhatikan. Dan jika mere-

ka tidak diperhatikan, pantaslah bagi mereka untuk merasa 

tidak senang dengan hal itu.” Tersirat bahwa Absalom, yang 

dihormati Daud dengan air matanya, telah berupaya menghan-

curkan dirinya dan keluarganya, sementara orang-orang yang 

diremehkannya melalui tangisnya yaitu  mereka yang telah 

berusaha menjaga dirinya dan semua yang dikasihinya dari 

kehancuran. Kejahatan-kejahatan besar terhadap raja telah 

timbul akibat jasa-jasa besar yang diremehkan.  

2. Yoab memperparah tindakan Daud yang telah mematahkan 

semangat mereka: “Engkau mempermalukan semua hambamu.  

Sebab, sementara mereka telah menunjukkan penghargaan 

yang begitu besar terhadap nyawamu, engkau tidak menun-

jukkan penghargaan sama sekali terhadap nyawa mereka. 

Sebaliknya, engkau lebih memilih anak muda yang manja dan 

jahat, seorang pengkhianat yang penuh dusta terhadap raja 

dan negerinya, yang dengan bahagia telah kita singkirkan, 

daripada semua penasihatmu yang bijaksana, para kepala 

pasukanmu yang berani, dan rakyatmu yang setia. Apa yang 

lebih tidak masuk akal daripada mencintai lawanmu dan 

membenci kawanmu?”  

3. Yoab menasihati Daud untuk segera menunjukkan diri di 

hadapan para tentaranya, untuk tersenyum kepada mereka, 

menyambut mereka pulang, mengucapkan selamat atas keber-

hasilan mereka, dan berterima kasih atas pengabdian mereka. 

Bahkan orang-orang yang menerima perintah berharap untuk 

diberi ucapan terima kasih saat  mereka telah menjalankan 

perintah itu dengan baik, dan memang seharusnya demikian.  

4. Yoab mengancam Daud dengan pemberontakan lain jika Daud 

tidak mau melakukannya, dengan menyiratkan bahwa dari-

pada melayani seorang raja yang tidak tahu berterima kasih 

seperti itu, dia sendiri akan memimpin suatu pemberontakan 

terhadap raja itu. Dengan demikian, begitu yakin Yoab akan 

pengaruhnya atas rakyat, “Seorang pun tidak akan ada yang 

tinggal bersama-sama dengan engkau. Jika aku pergi, maka 

mereka juga akan pergi. Engkau sekarang tidak mempunyai 

alasan apa-apa untuk berkabung. Akan namun , jika engkau 

bersikeras, maka aku akan memberimu suatu alasan untuk 

berkabung (sebagaimana Yosefus mengungkapkannya), perka-

bungan yang nyata dan lebih getir.”  

III. Betapa Daud menerima teguran dan nasihat yang diberikan ke-

padanya itu dengan bijaksana dan lembut (ay. 8). Ia menepiskan 

kesedihannya, mengurapi kepalanya, dan membasuh wajahnya, 

supaya dia tidak terlihat sedang berkabung. Lalu ia pun pergi 

memperlihatkan diri di depan orang banyak di pintu gerbang, 

yaitu semacam balai kota. Ke tempat inilah rakyat berbondong-

bondong mendatanginya untuk bersyukur atas keselamatan diri-

nya dan diri mereka. Dengan demikian, semuanya pun baik-baik 

saja. Perhatikanlah, saat  kita disadarkan akan suatu kesalahan, 

kita harus memperbaikinya, meskipun kita diberi tahu tentang 

kesalahan itu oleh bawahan kita, dan secara tidak sopan, atau 

dengan luapan amarah.  

Daud Kembali ke Yordan 

(19:9-15) 

9 Seluruh rakyat dari semua suku Israel berbantah-bantah, katanya: “Raja 

telah melepaskan kita dari tangan musuh kita, dialah yang telah menyela-

matkan kita dari tangan orang Filistin. Dan sekarang ia sudah melarikan diri 

dari dalam negeri sebab  Absalom; 10 namun  Absalom yang telah kita urapi 

untuk memerintah kita, sudah mati dalam pertempuran. Maka sekarang, 

mengapa kamu berdiam diri dengan tidak membawa raja kembali?” 11 Raja 

Daud telah menyuruh orang kepada Zadok dan Abyatar, imam-imam itu, de-

ngan pesan: “Berbicaralah kepada para tua-tua Yehuda, demikian: Mengapa 

kamu menjadi yang terakhir untuk membawa raja kembali ke istananya?” 

Sebab perkataan seluruh Israel telah sampai kepada raja. 12 “Kamulah sau-

dara-saudaraku, kamulah darah dagingku; mengapa kamu menjadi yang 

terakhir untuk membawa raja kembali? 13 Dan kepada Amasa haruslah kamu 

katakan: Bukankah engkau darah dagingku? Beginilah kiranya Allah meng-

hukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika engkau tidak tetap menjadi 

panglimaku menggantikan Yoab.” 14 Demikianlah dibelokkannya hati semua 

orang Yehuda secara serentak, sehingga mereka menyuruh menyampaikan 

kepada raja pesan ini: “Kembalilah, tuanku dan semua anak buahmu.”  

15 Lalu berangkatlah raja pulang dan sampailah ia ke tepi sungai Yordan. 

Sementara itu orang Yehuda telah sampai ke Gilgal untuk menyongsong raja 

dan untuk membawa raja menyeberang sungai Yordan. 

Aneh sekali bahwa Daud, sesudah  kekalahan pasukan Absalom dan 

terseraknya mereka, tidak segera berangkat kembali ke Yerusalem 

secepat mungkin, untuk menduduki kembali ibu kotanya, sementara 

para pemberontak sedang kalang kabut dan sebelum mereka dapat 

menghimpun kekuatan kembali. Apa alasan untuk membawa Daud 

kembali? Tidak dapatkah dia kembali sendiri dengan tentara yang 

berjaya yang ada padanya di Gilead? Tentu dia dapat, tidak diragu-

kan lagi. Akan namun ,  

1. Daud mau kembali sebagai seorang raja, atas kehendak dan per-

setujuan bulat dari rakyat, dan bukan sebagai seorang penakluk 

yang memaksa masuk. Ia ingin mengembalikan kemerdekaan 

mereka, dan bukan mengambil kesempatan untuk merebut hati 

mereka, atau menerobos masuk menduduki negeri mereka. 

2. Ia ingin kembali dengan damai dan aman, dan yakin bahwa dia 

tidak akan menemui kesulitan atau perlawanan pada saat kem-

bali. Oleh sebab nya, ia ingin yakin betul bahwa rakyat senang 

menerimanya sebelum dia bangkit bergerak.  

3.  Ia ingin kembali secara terhormat, sesuai dengan kedudukannya, 

dan sebab  itu ingin kembali, bukan sebagai kepala pasukannya, 

melainkan dalam pelukan rakyatnya. Sebab raja yang mempunyai 

hikmat dan kebaikan untuk menjadikan dirinya kesayangan rak-

yatnya, tanp