Tampilkan postingan dengan label doktrin roh kudus 7. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label doktrin roh kudus 7. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 Desember 2025

doktrin roh kudus 7

 


isertai dengan tanda tertentu, tidak pernah dipastikan 

dengan menebak-nebak, asumsi, atau iman yang buta. Alkitab 

menjelaskan pengalaman itu sebagai pengalaman yang dapat dilihat 

dan didengar (Kis. 2:33). Namun fakta ini diperdebatkan dengan keras 

oleh banyak gereja pada hari ini. Dalam meneliti mengapa ini terjadi, 

kita diingatkan oleh kata-kata Yesus: “Aku akan minta kepada Bapa, dan 

Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya 

Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia 

tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak 

mengenal Dia. namun  kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu 

dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu 

sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu” (Yoh. 14:16-17).

Kenyataannya, hanya Roh Kudus sendiri yang memungkinkan 

kita memahami perkara-perkara Roh. jika  Ia tidak hadir untuk 

membimbing, sebuah komunitas iman sudah pasti terpaksa menduga-

duga, yang mengakibatkan pengajaran-pengajaran yang keliru seperti 

pernyataan bahwa seseorang langsung menerima Roh Kudus begitu ia 

menjadi percaya.


227

Di bawah ini yaitu  beberapa kesalahpahaman umum yang 

berhubungan dengan bukti baptisan Roh Kudus.

Kesalahpahaman 4

Alkitab memang memberitahukan kita bahwa kita harus bertobat dan 

percaya di dalam Tuhan, agar dosa-dosa kita diampuni (Yoh. 3:18; Kis. 

10:43). Ini akan memungkinkan kita menerima Roh Kudus (Kis. 2:38). 

Kita percaya pada firman Tuhan apa adanya; ini bukan menipu diri 

sendiri, namun  menghormati firman Allah. entah kita dapat merasakan 

adanya Roh Kudus atau tidak, kita semua telah menerima Roh Kudus.

ende Hu (hal. 16)

Apa kata Alkitab?

Mengenai pengampunan dosa, tidaklah cukup seseorang

sekedar percaya dan bertobat. Bila kita membaca seluruh 

Kisah Para Rasul 2:38, kita melihat bahwa pengampunan 

dosa didapatkan secara langsung melalui baptisan 

air. Petrus secara khusus memberitakan, “Bertobatlah 

dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu 

dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan 

dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”. 

Ende Hu mengabaikan bagian terpenting dalam ayat ini, 

dan sebab nya, meluputkan peran baptisan air dalam 

pengampunan dosa.

Di masa para rasul, saat Roh Kudus hujan awal masih

dicurahkan, pola yang terjadi yaitu  mereka yang percaya 

dalam Yesus, cepat atau lambat menerima Roh Kudus.

Menerima Roh Kudus yaitu sebuah pengalaman yang

dapat diketahui baik si penerima maupun orang-orang lain 

(Kis. 2:33).

9.3.2 Bukti dari Kisah Para Rasul

Apakah bukti menerima Roh Kudus? Jawabannya tidak dapat 

ditemukan dalam keempat kitab Injil, sebab  mereka hanya mencatat 

janji mengenai Roh Kudus. Juga tidak ditemukan dalam surat-surat para 

rasul, sebab  dari Kitab Roma hingga Yudas mencatat hal-hal mengenai 

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

228

kehidupan Kristen, apa yang perlu dilakukan umat percaya sesudah  

mereka telah menerima Roh Kudus. Jawabannya juga tidak ditemukan 

di dalam Kitab Wahyu. Jawabannya ada di Kisah Para Rasul, yang 

mencatat keadaan-keadaan mengenai turunnya Roh Kudus di gereja 

para rasul. Kitab ini memberikan tanda-tanda yang membuktikan 

dengan pasti bahwa seseorang telah menerima Roh Kudus.

9.3.3 Berbicara dalam bahasa roh

Dari Kisah Para Rasul, kita melihat jelas bahwa tanda menerima 

Roh Kudus yaitu  berbahasa roh. Kata Yunani glossa (lidah) atau glossai 

(lidah-lidah) digunakan dalam tulisan aslinya untuk menjelaskan 

fenomena ini:1

Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata kata  kata -

kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu 

kepada mereka untuk berkata-kata nya.

Kisah Para Rasul 2:4

saat  Petrus sedang berkata kata  kata  demikian, turunlah Roh Kudus ke atas 

semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu.  Dan semua orang 

percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-

cengang, sebab  melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke 

atas bangsa-bangsa lain juga,  sebab mereka mendengar orang-orang 

itu berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata 

Petrus.

Kisah Para Rasul 10:44-46

Dan saat  Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah 

Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata kata  kata -kata dalam 

bahasa roh dan bernubuat.

Kisah Para Rasul 19:6

Dalam Kisah Para Rasul 10 dituliskan kejadian yang penting: 

umat percaya yang disunat, menemani Petrus dalam kunjungannya 

ke rumah Kornelius. Dengan terkejut mereka menyaksikan keluarga 

itu menerima Roh Kudus: “sebab mereka mendengar orang-orang itu 

berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kis. 10:46). 

sesudah  itu, saat  Petrus kembali ke gereja Yerusalem, ia melaporkan 

bagaimana “saat  aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas 


229

mereka, sama seperti dahulu ke atas kita” (Kis. 11:15), menyebutkan 

pengalaman para rasul sendiri di hari Pentakosta (Kis. 15:8).

Dalam Kisah Para Rasul 8, kita menemukan Simon, yang dahulu 

yaitu  seorang tukang sihir, namun  lalu  menerima injil dan 

dibaptis. Alkitab mencatat bagaimana saat ia menyaksikan jemaat di 

Samaria menerima Roh Kudus melalui penumpangan tangan oleh para 

rasul, ia menawarkan uang untuk mendapatkan kuasa ini:

lalu  keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka 

menerima Roh Kudus.  saat  Simon melihat, bahwa pemberian Roh 

Kudus terjadi oleh sebab  rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, 

ia menawarkan uang kepada mereka, serta berkata kata  kata : "Berikanlah juga 

kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas 

seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus."

Kisah Para Rasul 8:17-19

Jadi kita melihat bahwa baptisan Roh Kudus dapat didengar dan 

bukan sesuatu yang tersembunyi dan tak terlihat. Di hari Pentakosta, 

baptisan ini berkuasa menarik perhatian banyak orang (Kis. 2:6). Kitab 

Wahyu menyebutkan kuasa berbahasa roh dengan menyebutkannya 

sebagai “desau air bah” dan “deru guruh yang dahsyat” (Why. 14:2; 

19:6).

9.3.4 Penulis-Penulis Kristen yang mengetahui hubungan antara 

bahasa roh dan baptisan Roh Kudus

Sejumlah penulis Kristen mengemukakan pendapat tentang 

hubungan antara berbahasa roh dan baptisan Roh Kudus:

Roh Kudus dianggap sebagai karunia istimewa yang tidak selalu 

menyertai baptisan dan iman. Orang-orang Samaria tidak dianggap 

sebagai orang-orang yang “menerima Roh Kudus” saat mereka 

“menerima firman Allah”. Mereka telah percaya dan dibaptis, namun  

saat  Petrus dan Yohanes pergi dan mendoakan mereka, barulah 

karunia Roh diturunkan (Kis. 8:14-17). Tampak jelas bahwa beberapa 

pengaruniaan atau pengalaman istimewa ini terlihat dengan kasat mata. 

Hal yang sama malah muncul dengan lebih jelas lagi dalam tulisan 

mengenai murid-murid Yohanes yang ditemukan Paulus di efesus 

(Kis. 19:1-7). Tidak hanya mereka belum “menerima Roh Kudus” saat 

mereka percaya, namun  sesudah  mereka dibaptis di dalam nama Kristus, 

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

230

saat  Paulus menumpangkan tangan kepada mereka, baru “turunlah 

Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata kata  kata -kata dalam 

bahasa roh dan bernubuat.” (ayat 6). Di sini tampak jelas bahwa karunia 

Roh dianggap sama seperti karunia penuh mujizat dalam berbahasa roh 

dan bernubuat.

G. B. Stevens (hal. 433)

Iman gereja dalam Roh berasal dari pengalamannya yang nyata. Di titik 

awal karir gereja, kemungkinan di hari Pentakosta, para murid menyadari 

sebuah kuasa baru yang bekerja di dalam diri mereka. Perwujudannya 

yang paling kentara pertama-tama yaitu  glossolalia, “berbahasa roh”, 

sebuah kuasa pengungkapan penuh sukacita dalam bahasa yang tidak 

dapat dimengerti; dan baik mereka yang dipenuhi kuasa ini maupun 

mereka yang melihat dan mendengar manifestasi ini diyakinkan akan 

kuasa dari dunia yang lebih tinggi telah masuk ke dalam kehidupan 

mereka, memberikan mereka kemampuan untuk berbahasa roh dan 

karunia-karunia lain, yang tampaknya merupakan sesuatu yang berbeda 

dari karunia biasa yang telah mereka miliki sebelumnya. Orang-orang 

yang sebelumnya tampak biasa-biasa saja tiba-tiba mampu berdoa 

dan berbicara dengan penuh kuasa, dan suasana hati yang tinggi yang 

mereka perlihatkan saat berdoa kepada Yang Tak Kelihatan.

A.B. MacDonald (hal. 40)

Di awal studi saya mengenai Baptisan Roh Kudus, saya menyadari 

bahwa dalam banyak hal mereka yang dibaptis “berbahasa roh” dan 

pertanyaan yang seringkali menghinggapi pikiran saya: bila seseorang 

dibaptis dengan Roh Kudus, apakah ia tidak akan berbahasa roh? 

namun  saya tidak melihat ada yang berbahasa roh, dan saya seringkali 

bertanya-tanya, adakah orang pada hari ini yang benar-benar dibaptis 

dengan Roh Kudus?

R.A. Torrey

Di bukunya yang terkenal, Leviathan, Thomas Hobbes menulis 

tentang kejadian-kejadian dalam Kisah Para Rasul 8, saat  orang-

orang Samaria yang telah dibaptis, mengalami “karunia-karunia itu, 

yang yaitu  tanda-tanda Roh Kudus, yang pada saat itu memang 

menyertai semua jemaat sejati”. Ia menguraikan sifat “tanda-tanda” 

itu dengan mengutip Markus 16:17-18: “mereka akan mengusir setan-

setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa 

yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun 

mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; 

mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu 

akan sembuh.”


231

Kita melihat bahwa beberapa penulis, dan sebagai tambahan, 

beberapa bapa gereja mula-mula, seperti Chrysostom, Constantinople, 

Irenaeus, Tertullian, Justin Martyr, dan Origen, melihat sebuah kaitan 

antara menerima Roh Kudus dengan berbahasa roh. Namun, kesan 

yang diuangkapkan Hobbes dan Torrey yaitu  bahwa fenomena ini 

tidak lagi ada di gereja masa sekarang.

9.3.5 Para penulis Kristen yang menentang bukti berbahasa roh  

Tidak semua penulis Kristen menerima hubungan antara 

berbahasa roh dengan baptisan Roh Kudus, atau khususnya berbahasa 

roh sebagai tanda khusus menerima Roh Kudus. Di antara penentang-

penentang yang paling keras yaitu  J. Oswald Sanders.

Kesalahpahaman 5

saat  tiga ribu orang dipenuhi dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta, 

kita tidak mempunyai catatan mengenai karunia seperti itu (yaitu 

berbahasa roh). Itu juga tidak disebutkan saat  lima ribu orang menjadi 

jemaat mula-mula, juga tidak disebutkan saat  Roh Kudus diturunkan 

ke orang-orang Samaria dalam Kisah Para Rasul 8. Sepanjang masa 

pelayanan Paulus seperti yang dicatat dalam Kisah Para Rasul, tidak 

pernah disebutkan karunia yang menyertai kuasa Roh Kudus, kecuali 

pada kejadian dalam Gereja Korintus.

J. Oswald Sanders (hal. 73)

Apa kata Alkitab?

Kitab Kisah Para Rasul tidak mencatat 3000 orang percaya

yang dibaptis pada hari Pentakosta, “dipenuhi oleh Roh 

Kudus”. sebab  itu tidak ada alasan bagi Lukas, penulis 

Kisah Para Rasul, untuk menulis mereka berbahasa roh.

Orang-orang percaya di Samaria menerima Roh Kudus

saat  Petrus dan Yohanes pergi mengunjungi mereka, 

berdoa dan menumpangkan tangan kepada mereka. 

Walaupun Alkitab tidak secara hurufiah menyebutkan 

bahwa mereka berbahasa roh, kita dapat menyimpulkan ini 

terjadi saat  kita membaca: “saat  Simon melihat, bahwa 

pemberian Roh Kudus terjadi oleh sebab  rasul-rasul itu 

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

232

menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada 

mereka, serta berkata kata  kata : ‘Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, 

supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, 

ia boleh menerima Roh Kudus. ‘ ” (Kis. 8:18-19). Kata-kata 

Simon menunjukkan bahwa ia menyaksikan sesuatu yang 

kasat mata dan secara langsung.

Petrus sendiri telah menerima Roh Kudus di hari

Pentakosta, dan lalu  melihat pencurahan Roh Kudus 

pada Kornelius sekeluarga, dan berdasarkan pengalaman-

pengalamannya ini, Petrus memastikan bahwa murid-murid 

di Samaria juga telah menerima Roh Kudus. Tidak masuk 

akal baginya untuk memakai  kriteria lain, selain dari 

berbahasa roh, untuk mengambil kesimpulan itu.

saat Kornelius dan keluarganya menerima Roh Kudus,

orang-orang percaya yang bersunat yang mengikuti Petrus 

melihat mereka menerima Roh Kudus, “sebab mereka 

mendengar orang-orang itu berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh 

dan memuliakan Allah” (Kis. 10:46).

saat Petrus kembali ke Yerusalem untuk melaporkan

tentang Kornelius dan keluarganya, ia bersaksi, “saat  aku 

mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama 

seperti dahulu ke atas kita” (Kis. 11:15).

Kitab Kisah Para Rasul tidak mencatat seluruh kejadian

mengenai penerimaan Roh Kudus oleh orang-orang percaya, 

namun menampilkan sebuah ikhtisar. Contohnya, ia tidak 

mencatat kapan dan di mana 3000 jemaat baru dalam 

Kisah Para Rasul 2 menerima Roh Kudus, atau 5000 jemaat 

di Kisah Para Rasul 5. namun  apakah itu berarti mereka 

tidak menerima Roh Kudus dan langsung berbahasa roh di 

sana, atau di lalu  hari? Contohnya pada Kisah Para 

Rasul 9:17 yang mencatat bahwa Saulus menerima Roh 

Kudus, namun  tidak secara khusus menyebutkan bahwa ia 

berbahasa roh. Namun saat kita membaca suratnya kepada 

gereja Korintus, tampak jelas bahwa ia berbahasa roh: 

“Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah 

yang berdoa, namun  akal budiku tidak turut berdoa… Aku 

mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata kata  kata -kata 

dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua.” (1Kor. 

14:14, 18).


233

Kesalahpahaman 6

Penghilangan (untuk menyebutkan berbahasa roh) secara khusus 

menarik perhatian dalam surat kepada jemaat di efesus, yang diberitakan 

daftar karunia dari Kristus yang telah naik ke surga untuk membangun 

Gereja-Nya. Walaupun Kitab Roma ditulis lebih dahulu dan memberikan 

referensi khusus untuk pelayanan, namun  tidak ada referensi tentang 

“berbahasa roh”. Apakah tidak ada berbahasa roh pada hari ini? Kita 

tidak akan secara dogmatis menyatakan bahwa perwujudan karunia 

ini tidak mungkin terjadi pada hari ini, namun  kita akan berkata kata  kata  bahwa 

pada kebanyakan kasus di mana dinyatakan demikian, akan melanggar 

keadaan yang diterapkan untuk melakukannya sebab  memberikan 

banyak bukti bahwa itu yaitu  kepura-puraan dan tidak murni.

J. Oswald Sanders (hal. 73)

Apa kata Alkitab?

Gereja-gereja di Efesus dan Roma kemungkinan besar

telah lama berdiri saat masa penginjilan Paulus yang ke-

tiga dan ke-empat (Kis. 19:1-10; Kis. 28:16-31). sebab  

itu mereka tentu mengetahui pengajaran dasar bahwa 

berbahasa roh yaitu  bukti menerima Roh Kudus, maka 

Paulus tidak melihat perlunya mengajarkan hal itu dalam 

surat-suratnya kepada kedua gereja ini. Tujuan penulisan 

surat kepada jemaat Efesus, sesungguhnya yaitu  untuk 

menyorot pekerjaan Kristus dalam kehidupan umat 

percaya; dan tujuan penulisan surat kepada jemaat Roma 

yaitu  untuk mengemukakan masalah pembenaran oleh 

iman dan perlunya pepegang hukum sesudah  pembenaran 

(Rm. 3:31).

Berbahasa roh yang menyertai baptisan Roh Kudus

yaitu  untuk membangun diri sendiri (1Kor. 14:4), bukan 

untuk membangun gereja secara keseluruhan. sebab  

itu berbahasa roh tidak disebutkan dalam daftar karunia 

rohani yang dapat membangun gereja-gereja di Efesus dan 

Roma, atau di gereja mana pun. Contohnya, saat  Paulus 

membicarakan sejumlah karunia-karunia tertentu dalam 

1 Korintus 12, karunia-karunia yang ia sebutkan yaitu  

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

234

karunia yang membangun jemaat: “kepada tiap-tiap orang 

dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama” 

(1Kor. 12:7). Satu karunia yang secara khusus disebutkan 

yaitu  “karunia untuk berkata kata  kata -kata dengan bahasa roh” 

(1Kor. 12:10), yang merupakan karunia khusus berkata kata  kata -

kata dengan bahasa roh dan perlu diterjemahkan. Karunia 

ini tidak dapat disamakan dengan berbahasa roh, yang 

merupakan bukti menerima Roh Kudus dan membangun 

orang yang menerimanya (1Kor. 14:4). Bahasa roh yang 

diucapkan dalam doa pribadi kepada Allah tidak perlu 

diterjemahkan (1Kor. 14:2, 28) sebab  Roh sendiri yang 

berdoa bagi orang percaya dengan “keluhan-keluhan yang 

tidak terucapkan.” (Rm. 8:26-27).

Karunia-karunia rohani yang disebutkan dalam Surat

Efesus merujuk pada peran-peran pelayanan yang sekali 

lagi, membangun gereja secara umum: “Dan Ia-lah yang 

memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik 

pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan 

pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang 

kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh 

Kristus” (Ef. 4:11-12). Tidak ada alasan bagi Paulus untuk 

membahas bahasa roh yang fungsinya untuk membangun 

diri sendiri.

Menurut Sanders, kejadian berbahasa roh hari ini

yaitu  “kepura-puraan dan tidak murni”, namun  ia tidak 

menyediakan penjelasan mengapa demikian, atau apa 

keuntungan yang mungkin didapat dari praktik demikian. 

Namun jika  memang ada kejadian-kejadian “bahasa 

roh yang pura-pura”, perhatian kita haruslah untuk 

menyingkapkan sumbernya. Ini yaitu  seturut dengan 

nasihat Penatua Yohanes: “Saudara-saudaraku yang kekasih, 

janganlah percaya akan setiap roh, namun  ujilah roh-roh 

itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-

nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia” 

(1Yoh. 4:1). Nabi-nabi palsu juga dapat melakukan tanda 

dan mujizat untuk menyesatkan orang-orang pilihan (Mat. 

24:4 dst.; 1Yoh. 4:1 dst.). Bila kita tidak dapat membedakan 

apa yang berasal dari Allah dan apa yang bukan berasal dari 

Allah, ujungnya kita mungkin tidak lagi percaya dengan 

kuasa Allah dan berhenti berdoa memohon Roh Kudus.


235

Kesalahpahaman 7

Bagaimana dengan doktrin yang sekarang telah meluas, bahwa begitu 

banyak orang Kristen belum pernah menerima baptisan Roh Kudus, 

dan semuanya harus mencarinya sampai mereka mengalaminya? Yang 

saya dapat katakan, yaitu  pengajaran seperti itu tidak berasal dari 

Perjanjian Baru, dan penyebaran ajaran ini membawa banyak orang 

ke dalam belenggu dan kegelapan. Kesalahan ini mungkin disebabkan 

sebab  mencampuradukkan kepenuhan Roh Kudus dengan baptisan 

Roh Kudus, namun  terlebih lagi, saya rasa, sebab  keinginan untuk 

menghubungkan yang satu dengan yang lain, yaitu berkat karunia Roh 

dengan karunia berbahasa roh.

W. Graham Scroggie (hal. 14)

Apa kata Alkitab?

Pengajaran untuk mencari dan berdoa memohon Roh Kudus

secara pribadi diajarkan oleh Tuhan Yesus (Luk. 11:9-13; 

Kis. 1:4-5) dan dilakukan oleh gereja masa awal (Kis. 1:14; 

2:1; 8:14-17; 19:1-7). Jauh dari hidup dalam belenggu dan 

kegelapan seperti yang dinyatakan Scroggie, mereka yang 

mencari Roh Kudus dengan jalan ini akan mendapatkan 

upah kemerdekaan sejati (Rm. 8:1-2) dan jaminan untuk 

masuk ke dalam kerajaan Allah (Yoh. 3:5).

Pernyataan Scroggie menunjukkan kesalahpahaman

mendasar atas apa yang disebut sebagai baptisan Roh Kudus 

dan kepenuhan Roh Kudus, sifat dan tujuan berbahasa roh.

Kesalahpahaman 8

Secara kebetulan, hal yang jelas-jelas menunjukkan bahwa manifestasi 

Roh merupakan hal yang tidak biasa atau pengalaman yang kadangkala 

terjadi yaitu  saat Petrus terkejut melihat pencurahan Roh Kudus pada 

bangsa-bangsa lain seperti yang terjadi pada orang-orang Yahudi. 

Mengapa Petrus terheran-heran jika  pengalaman berbahasa roh ini 

merupakan pengalaman umum orang Kristen? Ingatlah bahwa banyak 

orang dari bangsa lain telah menjadi percaya di antara masa Pentakosta 

dan kunjungan Petrus kepada keluarga Kornelius, seperti Nikolaus dari 

Anthiokia dan sida-sida ethiopia (Kis. 6:5; 8:36-39). Bila ‘pengalaman 

baptisan Roh Kudus’ ini yaitu  hal yang umum terjadi, Petrus tentu 

telah melihat banyak orang dari bangsa lain berbahasa roh seperti juga 

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

236

orang-orang Samaria dan Yahudi. Itu akan membuat keterkejutannya 

dengan apa yang terjadi di rumah Kornelius tidak berarti. Bagaimana 

ia dapat lupa bila Pentakosta telah menjadi pengalaman umum orang-

orang percaya?

John H. Pickford (hal. 18)

Apa kata Alkitab?

Berbahasa roh yaitu perwujudan utama yang meyertai

pencurahan Roh Kudus di masa para rasul, seperti yang 

telah diilustrasikan dalam catatan di Kisah Para Rasul. Ini 

yaitu  pengalaman mendasar orang-orang percaya (ref. 

Kis. 10:47; 11:15).

Kornelius dan keluarganya yaitu jemaat pertama dari

kalangan bangsa-bangsa lain (Kis. 11:1, 18), dan bukan 

‘orang-orang lain’ seperti yang disebutkan Pickford.

Nikolaus dari Anthiokia yaitu orang yang belum lama

masuk ke dalam agama Yahudi (Kis. 6:5) dan termasuk 

di antara tujuh murid “yang penuh oleh Roh Kudus”, yang 

ditunjuk untuk melayani meja (Kis. 6:3-6). Sida-sida 

Ethiopia juga bukan dari bangsa lain sebab  kita melihat 

bahwa ia pergi ke Yerusalem untuk beribadah (Kis. 8:27). 

Jadi ia kemungkinan besar merupakan orang yang baru 

masuk ke dalam agama Yahudi. Hal yang penting yaitu , kita 

tidak melihat adanya keberatan atau ekspresi keterkejutan 

dari orang-orang Kristen Yahudi saat kedua jenis orang ini 

menerima injil.

Pada Kisah Para Rasul 8:1-25, kita melihat Filipus (dan

lalu  juga Petrus dan Yohanes) mengabarkan injil 

kepada orang-orang Samaria, menggenapi nubuat Yesus 

(Kis. 1:8). Sekali lagi, kita melihat bahwa pertobatan 

mereka kepada Kristus tidak memicu keberatan dari 

orang-orang Kristen bangsa Yahudi, seperti dalam kasus 

Kornelius. Orang-orang Samaria juga merupakan bangsa 

Yahudi (ref. Yoh. 4:9), bukan bangsa lain. Mereka berasal 

dari keturunan yang sama dengan bangsa Yahudi (lihat Yoh. 

4:12), menyembah Allah yang sejati, membaca lima kitab 

pertama dalam Perjanjian Lama, dan memegang tradisi-

tradisi keagamaan yang sama, misalnya persunatan2.

Petrus dan jemaat-jemaat dari kalangan bersunat yang

menyertai dia terkejut dan terheran-heran, bukan sebab  


237

Roh Kudus turun, namun  sebab  itu terjadi pada keluarga 

bukan Yahudi: “Dan semua orang percaya dari golongan 

bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, 

sebab  melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke 

atas bangsa-bangsa lain juga” (Kis. 10:45). Petrus dapat 

melihat bahwa penebusan Allah sekarang telah diberikan 

juga kepada bangsa-bangsa lain dan segera membaptis 

mereka (Kis. 10:47-48). Saat Petrus kembali ke Yerusalem 

dan bertemu dengan tentangan-tentangan dari kalangan 

bersunat – yaitu bangsa Yahudi (Kis. 11:2), ia membela 

tindakannya itu dengan menjelaskan tentang apa yang 

telah terjadi. Merasa puas dengan laporan Petrus, mereka 

“Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan 

pertobatan yang memimpin kepada hidup” (Kis. 11:18).

Kesalahpahaman 9

Berbahasa roh dikaruniakan sebagai sebuah tanda (Kis. 2:7-8; 1Kor. 

14:22). Perjanjian Baru menunjukkan bahwa tanda-tanda yang menyertai 

pengaruniaan Roh Kudus itu bersifat sementara… Tidak ada yang 

setara dengan pengalaman berbahasa roh modern di Alkitab… Paulus 

memberikan penjelasan mengenai pengalaman-pengalaman ini seperti 

yang kita lihat dalam gerakan berbahasa roh. Ia menyiratkan adanya 

kehilangan kendali emosional.

John H. Pickford (hal. 40-41)

Apa kata Alkitab?

Ayat-ayat Alkitab yang disebutkan Pickford tidak

memberikan bukti yang menunjukkan bahwa berbahasa 

roh yaitu  tanda yang bersifat sementara.

Dalam suratnya kepada jemaat Korintus, kita melihat

bahwa Paulus bersyukur kepada Allah sebab  dia “berkata kata  kata -

kata dalam bahasa roh” lebih daripada mereka. Selanjutnya, 

dia memberitahu mereka untuk tidak melarangnya (1Kor. 

14:18, 39).

Tidak ada bukti di dalam Alkitab yang menunjukkan

bahwa Paulus pernah menjelaskan bahwa berbahasa roh 

berhubungkan dengan kehilangan kendali emosional. Selain 

itu, alasan Pickford tidak sesuai dengan penjelasan Paulus 

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

238

mengenai kebiasaannya sendiri (1Kor. 14:18) dan pesannya 

untuk tidak melarang berbahasa roh (1Kor. 14:39). Hal 

ini juga menimbulkan pertanyaan: apakah pengalaman 

Pentakosta hanyalah sekadar pengalaman emosional?

Kesalahpahaman 10

Teriakan-teriakan dan jingkat-jingkatan kegilaan nabi-nabi Baal 

dalam usaha mereka yang gila-gilaan saat memohon lidah-lidah api 

mengingatkan salah satu penderitaan yang menantikan mereka yang 

menerima pengalaman baptisan ini (1Raj. 18:22-28). Orang akan 

tergerak untuk mengomentari fanatisme seperti itu dengan kata-kata 

elia, “Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, 

mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan 

belum terjaga”.

John H. Pickford (Hal. 26)

Apa kata Alkitab?

Pickford melontarkan sebuah analogi yang sangat

disesalkan. Kita tidak mungkin memperbandingkan nabi-

nabi Baal yang berteriak-teriak kepada allah-allah palsu 

mereka dengan orang-orang Kristen yang memohon Roh 

Kudus kepada Allah yang sejati.

Saat kita membaca pendapat Pickford, kita diingatkan pada

peringatan keras Yesus: “Sebab itu Aku berkata kata  kata  kepadamu: 

Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, namun  hujat 

terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. jika  seorang 

mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan 

diampuni, namun  jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak 

akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan 

datangpun tidak” (Mat. 12:31-32).

Kesalahpahaman 11

Untuk memenuhi janji Allah, Roh Kudus diberikan kepada mereka yang 

percaya, sehingga mereka berbahasa roh. Hari ini, ada banyak hal 

yang dapat membuktikan kebenaran injil. sebab  itu mujizat, berbahasa 

roh, dan sebagainya tidak lagi diperlukan seperti di masa para rasul… 


239

Berbahasa roh seperti yang dicatat dalam Alkitab yaitu  pengalaman 

orang-0rang kudus di masa awal. Hari ini kita tidak lagi perlu mencari 

pengalaman seperti itu.

Wang Mingdao

Apa kata Alkitab?

Di masa hujan awal, Allah memberikan Roh Kudus kepada

mereka yang percaya. Dengan jalan ini, ia menggenapi janji 

yang pernah ia ucapkan melalui Nabi Yoel (Yoel 2:28-32) 

dan Yesus (Mrk. 16:16-17). Umat percaya di masa sekarang, 

yaitu masa hujan akhir ini, masih dapat memperoleh 

penggenapan janji ini.

Berbahasa roh yaitu bukti menerima Roh Kudus (Kis.

10:44-46). berkata kata  kata  bahwa berbahasa roh tidak lagi 

diperlukan, sama saja dengan berkata kata  kata  bahwa orang tidak 

perlu menerima Roh Kudus.

9.3.6 Tanda-tanda yang dapat dilihat dan didengar

Walaupun berbahasa roh yaitu  bukti utama menerima Roh 

Kudus, Alkitab juga menandakan bahwa seringkali ada tanda-tanda 

yang dapat dilihat yang menyertai berbahasa roh. Ini digambarkan 

dengan baik oleh kejadian-kejadian yang dicatat pada Kisah Para 

Rasul 2. Di hari Pentakosta, beberapa orang Yahudi yang menyaksikan 

murid-murid Yesus menerima Roh Kudus, mengolok-olok mereka 

dengan berkata kata  kata , “Mereka sedang mabuk oleh anggur manis” (Kis. 

2:13). Mereka mendengar murid-murid berdoa dalam bahasa roh 

dan menyaksikan sesuatu yang dapat mereka lihat sehingga mereka 

segera menyimpulkan bahwa murid-murid itu sedang mabuk. Maka 

Petrus menyangkal hal ini, dengan berkata kata  kata , “Orang-orang ini tidak 

mabuk seperti yang kamu sangka, sebab  hari baru pukul sembilan” 

(Kis. 2:15). Ia melanjutkannya dengan menyampaikan khotbah untuk 

membuktikan bahwa apa yang mereka lihat yaitu  penggenapan 

nubuat Nabi Yoel (Yoel 2:28-32) dan perwujudan kemuliaan Yesus 

Kristus. Saat menyampaikan pencurahan Roh Kudus oleh Yesus, Petrus 

memberitahukan mereka, “Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan 

kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka 

dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini” (Kis. 2:33).

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

240

Di masa hujan akhir sekarang ini, kita sungguh patut bersyukur 

bahwa kita dapat mengalami kuasa dan pencurahan Roh Kudus yang 

sama. Menerima Roh Kudus dapat dilihat dan didengar, sama seperti 

pada hari Pentakosta. Namun sayangnya banyak orang menyangkal 

dan bahkan mengolok-olok karunia Allah.

Yesus pernah memberitahukan Nikodemus bahwa ia harus 

dilahirkan kembali. Nikodemus tidak mengerti pengajaran ini, merasa 

bingung, dan bertanya, “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, 

kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya 

dan dilahirkan lagi” (Yoh. 3:4).

Yesus lalu menjelaskan, “Apa yang dilahirkan dari daging, yaitu  

daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, yaitu  roh” (Yoh. 3:6).

Nikodemus masih belum dapat mengerti dan bertanya-tanya 

kelahiran seperti apa yang dimaksud Yesus. Maka Tuhan menjelaskan 

lebih lanjut, dengan memakai  analogi angin untuk menjelaskan 

seperti apakah dilahirkan dari Roh melalui baptisan Roh Kudus: 

“Janganlah engkau heran, sebab  Aku berkata kata  kata  kepadamu: Kamu 

harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau 

mendengar bunyinya, namun  engkau tidak tahu dari mana ia datang 

atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang 

lahir dari Roh” (Yoh. 3:7-8). Di ayat-ayat ini, kata berbahasa Yunani 

pneuma digunakan untuk menyebutkan “angin” dan “Roh”3.

Perkataan Yesus ini mengungkapkan bahwa:

Roh Kudus seperti angin yang bertiup ke mana ia kehendaki.

Tidak ada orang yang dapat mengendalikan atau mencegah 

pekerjaan Roh.

Sama seperti mata manusia yang tidak dapat melihat angin,

mata manusia juga tidak dapat melihat Roh Kudus: dari 

mana Ia datang, atau ke mana Ia pergi.

Saat angin bertiup, kita dapat mendengar suaranya, dan

kita dapat melihat gerakan benda-benda yang ditiupnya. 

Begitu juga, saat Roh Kudus memenuhi seseorang, kita 

mendengar ia berbahasa roh dan melihat gerakan tubuh 

yang diilhamkan oleh Roh Kudus.

Singkatnya, kata-kata Yesus menunjukkan bahwa baptisan 

Roh Kudus disertai oleh tanda-tanda yang kelihatan dan juga dapat 

didengar.


241

9.4 Fungsi berbahasa roh

Berbahasa roh mempunyai empat fungsi penting: sebagai 

perantara, sebagai tanda bagi orang-orang yang belum percaya, untuk 

membangun diri sendiri, dan untuk membangun jemaat.

9.4.1 Perantara

Sebagai orang Kristen, kita semua mempunyai kelemahan. Di 

antaranya: ketidakmampuan untuk memahami atau memenuhi 

kehendak Allah (Rm. 11:33), merasa lemah rohani, dibelenggu oleh 

keinginan-keinginan daging, dan meninggalkan Allah. Di saat-saat 

seperti itu, kita seringkali tidak tahu bagaimana berdoa, atau apa 

yang mau didoakan. Bahasa akal manusia juga mempunyai batasan-

batasan: kita dapat berdoa dengan akal budi manusia, namun  kita 

semua pernah mengalami saat saat  kata-kata tidak lagi cukup untuk 

menyampaikan pikiran dan perasaan kita yang paling dalam kepada 

Allah. Untungnya, sebab  kemurahan-Nya, Allah memberikan kita Roh 

Kudus untuk membantu kita berdoa.

Begitu juga, Roh menolong kita dalam kelemahan. Kita tidak tahu 

apakah yang sepatutnya kita doakan, namun  Roh Kudus sendiri-lah 

yang menjadi perantara bagi kita dengan keluhan-keluhan yang tak 

terucapkan. Ia yang menyelidiki hati manusia, mengetahui maksud 

Roh itu, sebab  Roh itu berdoa bagi orang-orang percaya sesuai dengan 

kehendak Allah (Rm. 8:26-27).

Di sini Paulus memakai  kata Yunani sunantilambano 

untuk “membantu”. Kata ini berarti “berdiri di sisi untuk membantu 

mengangkat”, “bantu memikul”, dan “membantu secara umum”4. Roh 

menolong kita untuk berdoa dengan mendoakan kita, sesuai dengan 

kehendak Allah, dengan bahasa yang melampaui kata-kata manusia. 

Allah mengetahui pikiran Roh dan menerima perantaraan-Nya. sebab  

itu jika  kita berdoa dalam bahasa roh, kita yakin Allah mendengar 

doa-doa kita (1Yoh. 5:14-15).

Mereka yang telah menerima Roh Kudus dan mengalami 

berbahasa roh akan mengerti nilai dorongan Alkitab untuk “berdoalah 

dalam Roh Kudus” (Yudas 20) dan “Berdoalah setiap waktu di dalam 

Roh” (Ef. 6:18). Doa dalam Roh mempunyai kuasa untuk mendekatkan 

kita kepada Allah.

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

242

Namun doa dalam bahasa roh tidak menghilangkan perlunya 

berdoa dalam pengertian manusia. Paulus berkata kata  kata , “Sebab jika aku 

berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, namun  akal 

budiku tidak turut berdoa. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku 

akan berdoa dengan rohku, namun  aku akan berdoa juga dengan akal 

budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, namun  aku 

akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.” (1Kor. 14:14-

15). Kedua jenis doa ini mempunyai fungsinya masing-masing dalam 

ibadah.

9.4.2 Tanda bagi orang-orang yang belum percaya

sebab  itu karunia bahasa roh yaitu  tanda, bukan untuk orang yang 

beriman.

1 Korintus 14:22

Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka 

akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara 

dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka.

Markus 16:17

Kata Yunani “tanda”, semeion, seringkali digunakan dalam 

konteks mujizat dan tanda keajaiban5. Ini kata yang sangat cocok 

digunakan berhubungan dengan berbahasa roh, sebab  berbahasa roh 

dimaksudkan untuk bersaksi kepada orang-orang tidak percaya bahwa 

seseorang telah menerima Roh Kudus, dan Allah menyertai orang itu 

(1Yoh. 3:24).

Kita melihat kuasa atas tanda ini dalam menyadarkan orang-orang 

Yahudi yang ada di Yerusalem untuk menantikan hari Pentakosta. 

Tanda ini menarik perhatian banyak orang kepada murid-murid yang 

sedang berdoa berbahasa roh. Pada awalnya mereka merasa takjub 

dan keheranan, namun  segera lalu  mereka mengerti bahwa 

murid-murid itu telah menerima baptisan Roh Kudus. Akibatnya, 

mereka bertobat, percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat mereka, 

dan dibaptis untuk mendapatkan pengampunan dosa (Kis. 2:5-7, 

37-41). Berbahasa roh membuktikan kepada orang-orang Yahudi 

bahwa nubuat-nubuat mengenai Roh Kudus telah digenapi. Berbahasa 

roh juga memberikan kesaksian bahwa Yesus Kristus telah bangkit 

dari kematian dan naik ke surga. sebab  itu, dengan berani Petrus 

menyatakan: “Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu 


243

kami semua yaitu  saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan 

Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-

Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.” (Kis. 2:32-33). Paulus juga 

menambahkan, “namun  andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka 

sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” 

(1Kor. 15:14).

9.4.3 Membangun Diri sendiri

Bahasa roh yang diutarakan melalui pengilhaman Roh Kudus 

bukanlah bahasa duniawi; bahasa ini yaitu  bahasa surgawi atau bahasa 

rohani, dan membangun orang yang memakai nya: “Siapa yang 

berkata kata  kata -kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, namun  

siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat” (1Kor. 14:4). Berbahasa 

roh mempunyai kuasa untuk mengangkat dan mengubahnya.

Ada orang-orang Kristen yang menganggap bahwa membangun 

diri sendiri itu egois dan berpendapat bahwa lebih mulia mencari 

karunia-karunia yang dapat membangun gereja. Namun Yesus 

mengajarkan kita sebaliknya, seperti yang dapat kita lihat dalam 

kejadian yang melibatkan Marta dan Maria (Luk. 10:38-42). Sementara 

Marta sibuk melayani Yesus, Maria duduk dengan tenang di kaki Yesus 

untuk mendengarkan ajaran-ajaran-Nya. Saat Marta mengeluhkan hal 

ini kepada Tuhan, Ia berkata kata  kata  kepadanya bahwa Maria telah mengambil 

pilihan yang lebih baik (Luk. 10:38-42). Di sini, pelajaran yang dapat 

dipetik bagi umat percaya yaitu , walaupun tentu saja melayani 

Allah itu penting, namun membangun diri sendiri juga tidak kalah 

pentingnya.

Kita melihat pelajaran ini diterapkan oleh Rasul Paulus, yang 

menulis: “namun  aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, 

supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan 

aku sendiri ditolak.” (1Kor. 9:27). Prinsipnya, bila seseorang ingin 

membangun gereja, pertama-tama ia harus membangun dirinya sendiri 

terlebih dahulu (Rm. 2:29). Paulus menghabiskan seluruh hidupnya 

melayani orang lain untuk “menggenapkan dalam dagingku apa yang 

kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat” 

(Kol. 1:24), namun ia berhati-hati agar ia sendiri tidak mengabaikan 

pembangunan rohaninya sendiri.

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

244

Kesalahpahaman 12

Seorang penulis berkebangsaan Jepang, Kurosaki Koukichi, 

berpendapat bahwa beberapa orang Kristen memegang pandangan 

seperti ini mengenai berbahasa roh: “Ia yang dipimpin oleh Roh Kudus 

mengucapkan misteri-misteri di dalam Roh, sebab  itu tidak ada orang 

yang dapat memahaminya. sebab  itu, orang yang berbahasa roh 

berbicara hanya kepada Allah.”

Si penulis menyatakan bahwa mereka yang memegang pandangan 

seperti itu tidak mungkin: mengetahui pikiran dan motivasi seseorang 

yang berbahasa roh; mengerti apakah baptisan Roh Kudus; mengalami 

sendiri berbahasa roh.

Apa kata Alkitab?

Berbahasa roh yaitu bukti utama baptisan Roh

Kudus. Bahasa roh diucapkan sebab  Roh Kudus yang 

menggerakkannya; bukan sebuah akting atau tipuan.

Orang yang berbahasa roh, berbicara kepada Allah, dan

bukan kepada manusia. Namun ini bukan berarti ia tidak 

memperlihatkan kepedulian apa pun kepada yang lain, 

dan pernyataan demikian tidak konsisten dengan harapan 

Paulus agar semua umat percaya berbahasa roh (ref. 1Kor. 

14:5).

Penulis kemungkinan besar mengelirukan berbahasa roh

dengan ucapan bahasa roh untuk berkata kata  kata -kata (lihat bagian 

9.5 “Karunia Roh Kudus yang membangun gereja”).

Walaupun orang yang berbahasa roh tidak dapat dimengerti

oleh orang lain atau dirinya sendiri, doa berbahasa roh 

tetap mempunyai arti.

Kesalahpahaman 13

[Mengacu pada 1Kor 14:4] Barangsiapa berbahasa roh membangun 

dirinya sendiri, namun  barangsiapa bernubuat membangun jemaat… 

Orang-orang yang mempunyai kasih akan melakukan yang terakhir.

Kurosaki Koukichi


245

Apa kata Alkitab?

Baptisan Roh Kudus yang dibuktikan dengan berbahasa

roh, yaitu  syarat mendasar untuk mendapatkan 

keselamatan. Berbahasa roh menguntungkan orang 

percaya melalui pembangunan diri sendiri. Barulah jika  

kita mendapatkan karunia ini, kita dapat mulai mencari 

karunia-karunia lain yang membangun jemaat, seperti 

karunia bernubuat.

Pendapat penulis benar, jika secara khusus ditujukan

pada keadaan gereja Korintus, namun kata-kata Paulus 

tidak cocok untuk diterapkan pada umat Kristen secara 

umum.

Jemaat Korintus telah menerima baptisan Roh Kudus

dan berbahasa roh; sebagian jemaatnya juga mempunyai 

karunia-karunia khusus dalam berkata kata  kata -kata dalam 

bahasa roh. Namun, masalahnya yaitu  mereka kurang 

mengasihi dan memakai  karunia-karunia berbahasa 

roh mereka dengan cara-cara yang menonjolkan karunia 

mereka, sehingga membuat kekacauan di dalam gereja. 

sebab  itu Paulus menulis 1 Korintus 12 hingga 14 untuk 

mengingatkan mereka mengenai kasih sebagai dasar atas 

segala karunia yang membangun jemaat.

Dalam 1 Korintus 14, Paulus memberikan sebuah tata

aturan kepada gereja mengenai penggunaan bahasa roh di 

saat beribadah: mereka yang berkata kata  kata -kata dalam bahasa 

roh hanya melakukannya jika  ada yang mengartikannya. 

Lebih lanjut, mereka harus melakukannya dengan tertib. 

jika  tidak ada yang mengartikan, mereka sebaiknya 

memakai  karunia berbahasa roh dalam doa untuk 

membangun diri.

Di pasal 14, Paulus juga mendesak gereja Korintus untuk

mengambil langkah yang lebih jauh dalam mengejar 

karunia bernubuat. Karunia ini memampukan seseorang 

untuk menyampaikan pesan Allah dalam kata-kata yang 

dimengerti manusia melalui pengilhaman Roh Kudus. 

Ini membangun jemaat, dan sebab  itu “lebih berharga” 

daripada karunia berbahasa roh.

Membaca pasal 14, kita mengerti bahwa ada peran untuk

semuanya: doa berbahasa roh yang digunakan dalam doa 

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

246

untuk membangun diri sendiri, karunia khusus dalam 

bahasa roh untuk berkata kata  kata -kata, dan karunia bernubuat.

9.4.4 Membangun gereja

Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu 

berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: 

yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau 

karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, namun  

semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. Jika ada yang 

berkata kata  kata -kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya 

tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk 

menafsirkannya. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, 

hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya 

boleh berkata kata  kata -kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.

1 Korintus 14:26-28

Saat kita berdoa dalam bahasa roh, kita berbicara kepada Allah, 

bukan manusia. Tidak ada orang yang mengerti bahasa roh, termasuk 

orang yang berdoa memakai nya (1Kor. 14:2). Namun jika  

dibutuhkan, Allah mengaruniakan karunia kepada orang percaya 

untuk mengartikan bahasa roh (1Kor. 12:10) sehingga orang-orang 

dapat mengerti dan dibangun. 1 Korintus  12 dan 14 membicarakan 

mengenai karunia Roh Kudus yang membangun jemaat. Termasuk di 

dalamnya yaitu  “berkata kata  kata -kata dengan bahasa roh” dan “menafsirkan 

bahasa roh” (1Kor. 12:10).

Sayangnya, di Gereja Korintus, jemaat tidak memakai  karunia 

rohani mereka dengan sepatutnya: mereka memakai  karunia 

rohani berbahasa roh untuk berbicara kepada jemaat, walaupun tidak 

ada yang menafsirkannya. sebab  itu Paulus menegur mereka, dengan 

berkata kata  kata , “Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong… dan tidak 

mencari keuntungan diri sendiri” (1Kor. 13:4-5), dan menambahkan 

bahwa kasih mengejar “kepentingan orang banyak” (1Kor. 10:33). 

Paulus mengajarkan kepada mereka, walaupun mereka berkumpul 

untuk beribadah, mereka harus melakukan segala hal untuk kebaikan 

bersama:

Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan 

sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan 


247

Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa 

roh, namun  semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun.

1 Korintus 14:26

Aku suka, supaya kamu semua berkata kata  kata -kata dengan bahasa roh, 

namun  lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang 

bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata kata  kata -kata dengan 

bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga 

Jemaat dapat dibangun.

1 Korintus 14:5

sebab  itu siapa yang berkata kata  kata -kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, 

supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya.

1 Korintus 14:13

sebab  itu kita perlu memperhatikan, walaupun karunia 

bernubuat dapat membangun jemaat, berkata kata  kata -kata dalam bahasa 

roh, jika  ditafsirkan, juga dapat membangun jemaat. Paulus 

memberikan tata aturan yang jelas kepada Gereja Korintus mengenai 

penggunaan bahasa roh saat ibadah gereja, untuk memastikan ibadah 

berjalan dengan tertib dan sopan.

9.5. Karunia Roh Kudus yang membangun gereja

Di masa sekarang, banyak gereja percaya bahwa berdoa dalam 

bahasa roh hanyalah satu dari serangkaian karunia rohani, bukan 

sebagai bukti menerima baptisan Roh Kudus. sebab  itu mereka 

cenderung berpendapat bahwa mereka telah mempunyai Roh Kudus, 

walaupun tidak berdoa dalam bahasa roh.

Berdoa dalam bahasa roh tentunya yaitu  sebuah karunia rohani, 

sebab  seseorang tidak dilahirkan dengan kemampuan itu, dan ia 

juga tidak mempelajarinya. Namun banyak orang tidak menyadari 

bahwa Alkitab membicarakan dua jenis bahasa roh: 1) bahasa roh 

yang diberikan kepada semua orang saat menerima baptisan Roh 

Kudus; dan 2) “berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh” untuk berkhotbah, 

yang merupakan karunia khusus yang diberikan Allah sesuai dengan 

kehendak-Nya (1Kor. 12:11). Karunia kedua ini yaitu  “untuk 

kepentingan bersama” (1Kor. 12:7), dan itu berarti untuk membangun 

jemaat secara keseluruhan. Sejumlah besar penulis dan gereja Kristen 

telah lama salah menafsirkan Alkitab, mengira bahwa kedua jenis 

bahasa roh ini sama.

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

248

Kita akan menyelidiki beberapa pendapat yang dikemukakan 

oleh penulis-penulis Kristen, untuk menghilangkan kesalahpahaman 

seputar kedua jenis bahasa roh ini.

Kesalahpahaman 14

Penelitian atas 1 Korintus pasal 12 dan 14 menunjukkan bahwa 

berbahasa roh yaitu  karunia terakhir, terendah dan tidak perlu secara 

khusus dikejar, sebab  kegunaannya sangat sedikit. Berbahasa roh 

tidak akan dijelaskan seperti demikian jika  tanda ini merupakan 

tanda khusus menerima baptisan Roh Kudus. Nubuat menempati urutan 

yang lebih tinggi dan paling patut dikejar sebab  karunia ini dimaksudkan 

untuk membangun jemaat. “aku lebih suka mengucapkan lima kata yang 

dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu 

kata dengan bahasa roh” kata Paulus. Karunia berbahasa roh tidak 

diturunkan kepada semua orang-orang kudus, dan ini tampak jelas dari 

pertanyaan, “Adakah mereka semua berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh?”, 

yang jawabannya yaitu  “Tidak.”

J. Oswald Sanders (hal. 73)

Apa kata Alkitab?

Sanders dengan keliru menyamakan karunia berbahasa

roh yang diberikan kepada setiap orang percaya yang telah 

menerima Roh Kudus dengan karunia “berkata kata  kata -kata dengan 

bahasa roh” untuk menyampaikan khotbah. Karunia yang 

pertama yaitu  tanda khusus baptisan Roh Kudus (Kis. 

10:44-46), sementara karunia yang terakhir yaitu  salah 

satu dari sekian banyak karunia rohani yang diberikan 

Allah untuk membangun gereja dan jemaat, dan diberikan 

seturut dengan kehendak-Nya (1Kor. 12:8-10). Maka semua 

yang telah menerima baptisan Roh Kudus akan dapat 

berbahasa roh, namun  tidak semuanya mempunyai karunia 

khusus untuk berkata kata  kata -kata, yaitu berkhotbah, dalam bahasa 

roh.

Di pasal 12 dan 14 dalam 1 Korintus, kita melihat bahwa

bahasa roh yang disebut Sanders sebagai “karunia terakhir, 

terendah” dan dituliskan bersama dengan “karunia untuk 

menafsirkan bahasa roh” (1Kor. 12:10, 30; 1Kor 14:26-28), 

sebenarnya yaitu  bahasa roh untuk berkhotbah. Karunia 


249

ini berjalan bersamaan dengan karunia menafsirkan bahasa 

roh untuk membangun gereja.

saat Paulus melontarkan pertanyaan-pertanyaan retorik:

“Adakah mereka semua berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh?” dan 

“untuk menafsirkan bahasa roh?” (1Kor. 12:30), ia sedang 

menjelaskan bahwa tidak semua orang akan mempunyai 

karunia khusus untuk berkhotbah dalam bahasa roh.

Paulus mendorong kita untuk secara khusus mengejar

karunia bernubuat (1Kor. 14:1, 39): untuk menyampaikan 

pesan Allah dalam kata-kata pengertian manusia melalui 

pengilhaman Roh Kudus. Karunia ini yaitu  untuk 

membangun jemaat. Namun ia juga mengingatkan bahwa 

ada peran di dalam gereja untuk berkata kata  kata -kata dalam bahasa 

roh, yang jika  disertai dengan penafsiran, juga dapat 

membangun jemaat (1Kor. 14:5, 12-13).

Dalam 1 Korintus 14, Paulus menunjukkan bahwa ada sebuah

peran baik untuk bahasa roh dan kata-kata pengertian 

manusia: “Aku akan berdoa dengan rohku, namun  aku akan 

berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan 

memuji dengan rohku, namun  aku akan menyanyi dan memuji 

juga dengan akal budiku” (1Kor. 14:15). Ia menambahkan, 

bahwa walaupun ia dapat memilih di antara keduanya, ia 

lebih suka berkata kata  kata -kata dalam pengertian manusia saat 

mengajar di depan jemaat, sebab  ia merasa bahwa ini 

memberikan lebih banyak manfaat kepada jemaat. Maka 

ia berkata kata  kata , “Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa 

aku berkata kata  kata -kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu 

semua” (1Kor. 14:18-19).

Kesalahpahaman 15

Tanda ini [merujuk pada karunia berbahasa roh] bersifat sementara. 

Di dalam pengajaran tentang karunia-karunia di 1 Korintus 12, Paulus 

menyebutkan karunia berbahasa roh dan lalu  menegaskan bahwa 

“bahasa roh akan berhenti” (1Kor. 13:8). Ia menutup pasal itu dengan 

menunjukkan bahwa berbahasa roh akan berlalu pada masa ia hidup, 

“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, 

dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1Kor. 13:13).

John H. Pickford (hal. 22).

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

250

Apa kata Alkitab?

Berbahasa roh, jauh dari sifat sementara, yaitu pengalaman

yang terus berlanjut. Karunia ini diwujudkan terus menerus 

oleh setiap orang percaya yang telah menerima Roh Kudus. 

Paulus sendiri menyatakan bahwa ia berkata kata  kata -kata dengan 

bahasa roh lebih daripada jemaat Korintus (1Kor. 14:8). 

Dan mengajarkan jemaat agar tidak melarangnya (1Kor. 

14:39).

Kata-kata Paulus: “bahasa roh akan berhenti” (1Kor. 13:8),

tidak mengacu pada berhentinya bahasa roh pada masa ia 

hidup, namun  pada saat Yesus datang kembali. Ini yaitu  

saat orang-orang percaya akan bertemu dengan Allah muka 

dengan muka, dan sebab  itu, tidak lagi perlu berbahasa 

roh.

Hingga kelak Yesus datang kembali, karunia-karunia rohani,

termasuk berbahasa roh, akan terus mempunyai peranan 

yang penting. Alkitab mengajarkan kita bahwa saat Ia 

datang kembali, bahasa roh akan berhenti, seperti juga 

karunia bernubuat dan pengetahuan, memberikan jalan 

kepada “yang sempurna” (1Kor. 13:8-12).

Paulus menjelaskan mengenai kasih sebab ini yaitu

masalah khusus yang dihadapi Gereja Korintus. Jemaat 

mempunyai karunia-karunia rohani yang berbeda-beda, 

termasuk karunia untuk berkata kata  kata -kata dengan bahasa roh, 

namun  sayangnya tidak dilakukan dengan kasih. Kepada 

mereka, Paulus mengingatkan bahwa kasih lebih besar 

daripada bahasa roh, dan kasih itu tidak berkesudahan. 

Saat berkata-kata  hal ini, ia tidak bermaksud bahwa hanya 

kasih yang dibutuhkan, atau berbahasa roh sama sekali 

tidak diperlukan, namun  yang ia maksudkan, keduanya 

harus berjalan beriringan.

Kesalahpahaman 16

Menghadapi pertanyaan mengenai bahasa roh, Paulus menunjukkan 

bahwa karunia ini yaitu  karunia yang kecil dan terbatas (1Kor. 14:1, 

4, 19, 22; 12:29, 30).

John H. Pickford (hal. 40)


251

Apa kata Alkitab?

Tidak seperti Pickford, Alkitab tidak memberikan referensi

apa-apa mengenai karunia-karunia “kecil”: semuanya 

dibutuhkan untuk membangun jemaat (1Kor. 12:7-11, 29, 

30). Paulus memberikan analogi tubuh manusia dan gereja 

yang seluruh jemaatnya mempunyai peran masing-masing, 

dan perlu bekerja sama untuk mencapai kebaikan bersama 

(1Kor. 12:14-22; Ef. 4:16).

Walaupun Paulus mendorong jemaat Gereja Korintus

untuk mengejar karunia bernubuat, ia juga membicarakan 

tentang perlunya berbahasa roh (1Kor. 14:18, 39). Ia tidak 

meninggikan satu karunia dan merendahkan yang lain. 

Malah ia mendorong mereka untuk berbahasa roh, namun  

menambahkan bahwa mereka harus mengejar karunia-

karunia lainnya, seperti bernubuat, yang dapat membangun 

jemaat (1Kor. 14:4-5).

9.6 Penafsiran Alkitab dari 1 Korintus 14

Orang-orang Kristen yang meyakini bahwa berbahasa roh yaitu  

salah satu karunia yang kurang penting dari sekian banyak karunia 

rohani, seringkali mengutip 1 Korintus pasal 12 dan 14. Namun 

jika  kita membaca pasal-pasal ini dengan hati-hati, kita melihat 

bahwa Paulus membedakan dengan jelas antara berbahasa roh yang 

menandakan baptisan Roh Kudus dengan karunia khusus untuk 

berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh.

Jadi jika  kita ulangi, ada karunia berbahasa roh yang menyertai 

baptisan Roh Kudus, dan merupakan tanda baptisan Roh Kudus (Kis. 

2:4; 10:44-46; 19:6). Bila tanda ini tidak ada, kita dapat menyimpulkan 

bahwa seseorang belum menerima Roh Kudus. Paulus merujuk pada 

karunia ini saat ia membicarakan dirinya sendiri “berdoa dengan 

bahasa roh” (1Kor. 14:14) atau “berdoa dengan rohku” (1Kor. 14:15). 

Bahasa roh diucapkan kepada Allah, dan bukan kepada manusia, dan 

sebab  itu tidak membutuhkan penafsiran. Tidak ada orang yang 

dapat mengerti bahasa roh, yang berdoa dalam roh pun tidak (1Kor. 

14:2). Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahasa ini: mengucapkan 

hal-hal yang rahasia (1Kor. 14:2), membangun orang yang berdoa 

memakai nya (1Kor. 14:4), dan tanda bagi orang-orang yang belum 

percaya (1Kor. 14:22).

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

252

Kedua, ada jenis berbahasa roh yang berbeda untuk berkhotbah. 

Bahasa roh ini diucapkan kepada jemaat dan merupakan karunia 

khusus yang bertujuan untuk mengajar dan membangun jemaat. 

Bahasa roh ini harus ditafsirkan untuk mengetahui artinya (1Kor. 

14:27).

Namun seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jemaat Gereja 

Korintus memakai  karunia berbahasa roh mereka dengan tidak 

sepatutnya. Contohnya, mereka berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh kepada 

jemaat, walaupun tidak ada yang menafsirkannya. sebab  itu Paulus 

menulis 1 Korintus pasal 14 untuk menegur praktik mereka yang tidak 

tertib. Di pasal ini, ia menyebutkan hal-hal ini:

Orang yang bernubuat, yaitu yang menyampaikan pesan

Allah dengan kata-kata manusia melalui pengilhaman Roh 

Kudus untuk membangun jemaat, lebih besar daripada 

orang yang berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh namun  tidak ada 

yang menafsirkannya (1Kor. 14:4-5).

Bahasa roh yang disampaikan kepada jemaat tidak dapat

membangun siapapun jika  tidak ditafsirkan (1Kor. 

14:6).

Alat-alat musik saja menghasilkan bunyi-bunyi yang

berbeda, sehingga yang mendengar dapat mengetahui 

sebuah lagu (1Kor. 14:7).

Bila sebuah nafiri tidak menghasilkan bunyi yang terang,

tidak ada orang yang bersiap-siap berperang (1Kor. 14:8).

Bila seseorang berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh kepada

jemaat tanpa ada yang menafsirkan, tidak ada orang yang 

dapat mengerti apa yang ia sampaikan; itu akan menjadi 

seperti orang yang berkata kata  kata -kata ke udara (1Kor. 14:9).

Ada banyak macam bahasa di dunia, semuanya mempunyai

artinya sendiri-sendiri. Mereka yang tidak mengerti bahasa 

itu menjadi seperti orang-orang asing di hadapan orang 

yang berbicara, begitu juga sebaliknya (1Kor. 14:10-11).

Di dalam gereja, lebih baik mengucapkan lima kata yang

dapat dimengerti ketimbang beribu-ribu kata dalam bahasa 

roh (1Kor. 14:19).

Bila orang tidak percaya melihat jemaat berkumpul di

gereja dan berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh satu sama lain, 

mereka akan melihatnya sebagai kegilaan (1Kor. 14:23).

Di gereja, segala hal harus dilakukan untuk membangun,

dan berbahasa roh tidak terkecuali (1Kor. 14:12, 26).


253

Karunia nabi takluk kepada nabi. Allah tidak menghendaki

kekacauan, namun  damai sejahtera (1Kor. 14:32-33).

berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh untuk berkhotbah yaitu  salah satu 

dari antara banyak karunia rohani, yang bertujuan untuk membangun 

jemaat. Roh Kudus mencurahkan karunia ini kepada siapa yang Ia 

kehendaki (1Kor. 12:8-11); tidak semua orang yang mempunyai Roh 

Kudus akan mendapatkannya. sebab  itu, saat  Paulus menyebutkan 

karunia ini, ia membicarakannya berhubungan dengan karunia-

karunia lain, khususnya karunia untuk menafsirkan bahasa roh (1Kor. 

14:26-27; 1Kor. 12:10, 28, 30). Ini secara jelas memisahkannya dari 

bahasa roh yang menandai baptisan Roh Kudus.

Jemaat Gereja Korintus menyalahgunakan karunia-karunia 

rohani mereka, dengan memakai nya untuk menonjolkan diri 

mereka di hadapan orang-orang. sebab  itu di pasal yang sama, paulus 

menyampaikan tata aturan berikut ini dalam hal penggunaan bahasa 

roh saat beribadah:

Hanya dua, atau paling banyak, tiga orang berkata kata  kata -kata

dalam bahasa roh (ayat 27).

Jemaat bergiliran saat berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh

(ayat 27).

Bahasa roh harus ditafsirkan (ayat 27).

Bila tidak ada yang menafsirkan, orang harus tetap diam di

gereja, menahan diri berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh kepada 

jemaat. Ia hanya boleh “berkata kata  kata -kata kepada dirinya sendiri 

dan kepada Allah” (ayat 28).

Karunia “berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh” memungkinkan 

seseorang berbicara kepada jemaat saat  ada yang menafsirkannya 

(1Kor. 14:27-28). Namun pada beberapa kesempatan mungkin 

seseorang tiba-tiba didorong oleh Roh Kudus untuk menyampaikan 

pesan dari Allah (ref. Ayb. 32:17-22; Yer. 20:9). Pada saat demikian, 

Allah akan menunjuk seseorang untuk menafsirkannya, mungkin orang 

itu sendiri, mungkin orang lain. Paulus menasihati, di kesempatan 

seperti itu, pembicara pertama yang berbahasa roh harus diam 

untuk memungkinkan orang yang menafsirkannya berbicara. Dengan 

demikian, jemaat dapat bernubuat secara bergiliran sehingga semua 

orang dapat belajar dan terbangun (1Kor. 14:30-31).

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

254

Paulus menulis kepada jemaat Korintus, menasihati mereka 

untuk menjaga ketertiban saat  jemaat berkumpul sehingga segala 

sesuatu dapat dilakukan untuk membangun (1Kor. 14:26). Ia berkata kata  kata , 

“Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi. Sebab Allah tidak menghendaki 

kekacauan, namun  damai sejahtera… Segala sesuatu harus berlangsung 

dengan sopan dan teratur” (1Kor. 14:32-33, 40). Namun Paulus tidak 

menginginkan mereka salah paham dan tidak menyukai, atau bahkan 

melarang berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh. sebab  itu ia menambahkan, 

“Janganlah melarang orang yang berkata kata  kata -kata dengan bahasa roh” 

(1Kor. 14:39). Ia juga membagikan pengalamannya sendiri kepada 

mereka: “Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah 

yang berdoa… Aku akan berdoa dengan rohku… Aku mengucap syukur 

kepada Allah, bahwa aku berkata kata  kata -kata dengan bahasa roh lebih dari 

pada kamu semua.” (1Kor. 14:14-15, 18).

Kesalahpahaman 17

Ada banyak perkumpulan kharismatik yang katanya jemaatnya 

dipenuhi Roh Kudus, namun  semuanya tampak tidak tertib. Kalau 

mereka tidak berteriak-teriak dengan keras, mereka menyanyi-nyanyi 

dengan keras, menyebutnya nyanyian roh. Lalu ada di antara mereka 

yang memperlihatkan ketidaktertiban yang lebih kecil, dengan secara 

bersamaan berbahasa roh saat beribadah atau berbahasa roh dalam 

kelompok kecil. Dapatkah keadaan seperti ini ditemukan dalam Alkitab? 

Bahkan di pasal 14 dalam 1 Korintus, yang banyak mendiskusikan 

masalah berbahasa roh, berbahasa roh saat beribadah tidak dianjurkan. 

Hanya dua, atau paling banyak tiga orang yang boleh berbicara, dan 

mereka harus melakukannya bergiliran dengan diikuti oleh orang yang 

menafsirkan. Begitu juga kita membaca di ayat 33, “Sebab Allah tidak 

menghendaki kekacauan, namun  damai sejahtera”. Kekacauan bukan 

berasal dari Allah, dan kita harus mengingat bahwa Allah kita yaitu  

Allah damai sejahtera.

ende Hu (hal. 7-8)

Apa kata Alkitab?

Tentu ada masalah dalam ketertiban jika jemaat

berteriak-teriak histeris secara emosional di gereja. Namun 

kita perlu mengakui bahwa ada beberapa tindakan yang 

murni diilhamkan oleh Roh Kudus.


255

Fenomena menyanyi dalam roh dicatat dalam Alkitab:

Paulus berkata kata  kata , “aku akan menyanyi dan memuji dengan 

rohku” (1Kor. 14:15). Ia juga mengajarkan kita untuk 

“berkata kata  kata -kata[lah] seorang kepada yang lain dalam mazmur,

kidung puji-pujian dan nyanyian rohani” (Ef. 5:19; ref. Kol. 

3:16). Menyanyi dalam roh dimungkinkan oleh Roh Kudus 

dan bukan tanda kekacauan.

saat Paulus menasihati gereja untuk hanya mengizinkan

dua atau tiga orang berbicara dalam bahasa roh (1Kor. 

14:27), ia sedang membicarakan penggunaan bahasa roh 

untuk berkhotbah, bukan bahasa roh dalam doa pribadi. 

Kita tidak akan berpikir untuk membatasi jumlah orang 

percaya yang berdoa bersama di gereja dengan bahasa 

pengertian manusia, begitu juga kita tidak membatasi 

jumlah orang yang berdoa dalam bahasa roh.

Tulisan “Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, namun

damai sejahtera” oleh Paulus, ditujukan kepada Gereja 

Korintus yang tidak tertib dalam beribadah, yang terjadi 

sebab  mereka memakai  bahasa roh untuk berkhotbah 

kepada jemaat tanpa ada yang menafsirkannya, dan mereka 

tidak bergiliran.

Paulus tidak pernah melarang berbahasa roh. Apa yang ia

lakukan yaitu  memberikan sebuah tata aturan kepada 

gereja untuk memakai  karunia ini dengan sepatutnya. 

Dengan hati-hati ia berkata kata  kata , “Janganlah melarang orang 

yang berkata kata  kata -kata dengan bahasa roh” (1Kor. 14:39).

9.7 Pengalaman Pentakosta

Pentakosta, yang juga disebut sebagai hari raya “Tujuh Minggu” 

(ref. Kel. 34:22; Ul. 16:10), menandai berakhirnya panen. Pada bahasa 

Yunani, Pentakosta berarti “ke-50”, sebab  Pentakosta jatuh pada hari 

ke-50 sesudah  Paskah, dihitung dari hari ke-2 perayaan itu (Im. 23:15-

17)6. Di masa itu, perayaan ini yaitu  perayaan yang paling semarak 

dan membawa orang-orang Yahudi dari segala penjuru dunia bersama-

sama berkumpul di Yerusalem. Allah memilih Pentakosta pertama 

sesudah  kebangkitan dan kenaikan Kristus untuk mencurahkan Roh 

Kudus-Nya yang kudus kepada orang-orang perjanjian baru. Dengan 

demikian, Pentakosta mendapatkan makna dan kepentingan yang 

baru.

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

256

Berbahasa roh yaitu  sebuah tanda yang dramatis, membuat 

orang-orang Yahudi dari berbagai penjuru dunia terheran-heran dan 

ingin melihat apa yang sedang terjadi. Ini menyediakan kesempatan 

yang baik bagi Petrus untuk bersaksi bahwa pencurahan Roh Kudus, 

yang baru saja mereka saksikan, terjadi sebab  Yesus Kristus yang telah 

mereka salibkan telah bangkit dan dimuliakan (Kis. 2:22-23, 30-33). 

Dengan demikian, injil keselamatan sampai pada pendengar pertama 

yang dimaksud (yaitu Yerusalem), sesuai dengan rencana Allah (Kis. 

1:8).

Kesalahpahaman 18

Banyak gereja melihat ayat-ayat pada Kisah Para Rasul 2:1-13 

sebagai sebuah kejadian saat  murid-murid Yesus tidak berbicara 

dalam bahasa roh, namun  dalam bahasa-bahasa asing, menyatakan 

bahwa inilah yang didengar orang-orang Yahudi yang datang ke 

Yerusalem. Mereka juga menyimpulkan bahwa orang-orang Kristen 

yang pada hari ini mengaku berbicara dalam bahasa roh, mengucapkan 

bahasa yang tidak dapat dimengerti, jadi pengalaman ini berbeda 

dengan pengalaman Pentakosta di masa para rasul.

Apa kata Alkitab?

saat  Roh Kudus turun pada hari Pentakosta, walaupun bahasa 

yang diucapkan para rasul dapat dimengerti, kita dapat menyimpulkan 

itu bukan bahasa-bahasa asing sebab  beberapa alasan ini:

Kita melihat Roh Kudus memenuhi murid-murid Yesus dan

menggerakkan mereka untuk “berkata kata  kata -kata dalam bahasa-

bahasa lain” (Kis. 2:4). lalu  Paulus menjelaskan 

bahasa roh sebagai mengucapkan hal-hal yang rahasia 

kepada Allah (1Kor. 14:2). Namun bahasa roh membawa 

pesan yang mempunyai arti yang dapat diungkapkan 

jika  ditafsirkan (1Kor 14:27-28). Apa yang terjadi di 

hari Pentakosta yaitu , Allah memberikan kemampuan 

untuk menafsirkan bahasa roh kepada orang-orang Yahudi 

yang mendengarnya. Ini membuat mereka mendengarkan 

para murid Yesus “berkata kata  kata -kata dalam bahasa [kita] sendiri

tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” 


257

(Kis. 2:11). Ini yaitu  pekerjaan yang dilakukan Roh Kudus 

dalam memberikan tanda kepada orang-orang Yahudi 

(1Kor. 14:22). Pekerjaan ini menghasilkan pertobatan 

mereka: hati nurani mereka tersentuh, mereka bertobat, 

dan dibaptis di dalam nama Yesus Kristus (Kis. 2:37-41).

Kemampuan untuk menafsirkan bahasa roh yaitu sebuah

karunia yang diberikah oleh Allah sesuai dengan kehendak-

Nya (1Kor. 12:10-11, 30; 14:26-28). Kadang-kadang karunia 

ini diberikan sebagai karunia yang bersifat sementara 

jika  diperlukan agar orang dapat mendengar dan 

mengerti isi pesan khusus dari Allah. Ini yaitu  apa yang 

dialami oleh orang-orang Yahudi di hari Pentakosta. Kita 

juga melihat bagaimana orang-orang percaya dari bangsa 

Yahudi yang datang ke rumah Kornelius menerima karunia 

yang sama: Roh Kudus membuat mereka mendengar 

Kornelius dan keluarganya “berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh 

dan memuliakan Allah” (Kis. 10:44-46).

Dari pengalaman kita mengetahui bahwa saat sekelompok

orang, walaupun hanya kelompok kecil, berbicara sekaligus, 

orang-orang lain mengalami kesulitan untuk mendengar 

dan mengerti apa yang sedang diucapkan. Kesulitan ini 

menjadi sangat besar saat  ini terjadi pada kelompok 

yang berjumlah besar. Di hari Pentakosta, ada 120 orang 

murid yang dipenuhi oleh Roh Kudus, semuanya berbahasa 

roh di saat yang sama. Campuran suara-suara dan tingkat 

kebisingan yang terjadi mungkin sangat besar. Namun yang 

mengejutkan, di tengah-tengah keadaan seperti itu orang-

orang Yahudi yang datang ke Yerusalem dari sekitar 15 

negara, mendengar murid-murid berbicara dengan bahasa 

negara mereka masing-masing (Kis. 2:8). Tidak hanya itu, 

mereka dapat memahami isi pesan itu, yaitu “perbuatan-

perbuatan besar yang dilakukan Allah” (Kis. 2:11).

Terdapat hal yang menarik pada catatan “orang-orang

Yahudi yang saleh” (Kis. 2:5). Ini yaitu  orang-orang saleh 

yang telinganya dibuka oleh Allah sehingga dapat mengerti 

bahasa roh dalam bentuk bahasa mereka sendiri (Kis. 2:5-

12). Sebaliknya, ada “orang lain” (Kis. 2:13) yang tidak 

mengerti apa yang sedang diucapkan murid-murid, dan 

mengejek mereka sebagai orang-orang yang sedang mabuk. 

sebab  itu kita dapat menyimpulkan bahwa bila bahasa roh 

yang diucapkan murid-murid yaitu  bahasa-bahasa asing, 

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

258

maka baik orang-orang Yahudi yang saleh maupun orang-

orang ini tentu dapat mengerti apa yang sedang diucapkan 

murid-murid Yesus.

Kesalahpahaman 19

Di hari Pentakosta, perlu dicatat bahwa bahasa itu bukanlah bahasa 

yang tidak dikenali, namun  dalam beberapa bahasa dari berbagai negara 

yang berkumpul pada saat itu. Sejauh yang dituliskan dalam Alkitab, ini 

tidak pernah terjadi lagi.

J. Oswald Sanders (hal 72)

Kesalahpahaman 20

Karunia berbahasa roh pada hari Pentakosta yaitu  bahasa tertentu 

dari orang-orang tertentu untuk menyampaikan injil kepada mereka (Kis. 

2:6-11). Pentakosta berdiri sendiri. Baptisan Roh Kudus tidak pernah 

dimaksudkan sebagai pengalaman yang berulang.

John H. Pickford (hal 12 dan 14).

Kesalahpahaman 21

[Mengacu pada Kisah Para Rasul 2:1-4] saat  orang-orang percaya 

dipenuhi oleh Roh Kudus, mereka berbicara dengan bahasa lain. 

Dalam keadaan kesurupan, mereka mengucapkan bahasa-bahasa dari 

negara-negara lain yang mereka sendiri tidak mengerti, namun  dimengerti 

oleh orang-orang dari bangsa mereka masing-masing… sesudah  hari 

Pentakosta, fenomena bahasa roh terjadi di Gereja Korintus dan tempat-

tempat lain. Walaupun mereka juga “berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh”, 

ini bukan lagi fenomena Pentakosta, sebab  fenomena ini bukan tanda 

yang selalu menyertai pencurahan Roh Kudus, namun  sebuah fenomena 

yang telah berakhir. sebab  itu, mereka yang berharap membangkitkan 

kembali mujizat khusus ini di masa sekarang, telah keliru menganggap 

bahwa ketiadaan mujizat ini menandakan tidak adanya Roh Kudus. 

Mereka telah keliru memahami arti sesungguhnya dari pencurahan Roh 

Kudus. Roh Kudus yang telah turun pada hari Pentakosta masih terus 

bersama kita hingga hari ini.

Kurosaki Koukichi


259

Pendapat para penulis di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Di hari Pentakosta, murid-murid mengucapkan bahasa-

bahasa yang berbeda dari negara-negara asal orang-orang 

Yahudi yang datang ke Yerusalem.

saat murid-murid berbicara dengan bahasa-bahasa asing,

mereka ada dalam keadaan kesurupan.

Fenomena pada hari Pentakosta yaitu perwujudan khusus

pencurahan Roh Kudus.

Roh Kudus yang dicurahkan pada hari Pentakosta terus

tinggal bersama orang-orang Kristen hingga hari ini.

Kita tidak bisa menyamakan ketiadaan tanda berbahasa

roh dengan ketiadaan Roh Kudus.

Pengalaman berbahasa roh di masa sekarang berbeda sama

sekali dengan fenomena di hari Pentakosta.

Apa kata Alkitab?

Murid-murid Yesus berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh, bukan

bahasa-bahasa asing. Orang-orang Yahudi dari negara-

negara lain mengerti apa yang mereka ucapkan sebab  

Allah memberikan mereka karunia sementara untuk 

menafsirkannya. Kejadian serupa terjadi saat  rumah 

tangga Kornelius menerima Roh Kudus, dan orang-orang 

percaya dari bangsa Yahudi mendengar mereka “berkata kata  kata -

kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kis. 

10:46).

saat murid-murid Yesus berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh,

mereka tidak sedang berada dalam keadaan “kesurupan”. 

Sebaliknya, pikiran mereka sadar dan jernih, sebab  mereka 

menyadari bahwa orang-orang di sekeliling mereka merasa 

takjub dan sebagian ada yang mengejek-ejek mereka (Kis. 

2:5-8; 13-15).

Berbahasa roh yaitu tanda pasti bahwa seseorang telah

menerima Roh Kudus (Kis. 10:46). Bahasa roh tidak selalu 

harus dapat dimengerti (1Kor. 14:2). saat  jemaat Efesus 

berbahasa roh, tidak ada tanda-tanda bahwa ada orang 

yang mengerti bahasa itu, namun  mereka dipastikan telah 

menerima Roh Kudus (Kis. 19:1-6).

Pencurahan Roh Kudus menjadi fenomena yang umum

terjadi, setiap kali disertai dengan berbahasa roh. Ini 

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

260

menjadi tema utama injil seperti yang diberitakan para 

rasul. Contohnya, Petrus mendesak orang-orang Yahudi 

untuk bertobat dan dibaptis agar mereka juga dapat 

menerima karunia ini (Kis. 2:38).

Ada lima kejadian baptisan Roh Kudus dicatat dalam Kisah

Para Rasul (Kis. 2:4; 8:17; 9:17; 10:44; 19:6), menunjukkan 

bahwa pengalaman Pentakosta terulang, membuktikan 

bahwa ini bukanlah kejadian khusus.

9.8 Karunia menafsiran bahasa roh

Karunia menafsirkan bahasa roh dapat ditemukan di antara umat 

percaya di gereja sejati hari ini. jika  kita melihat di dalam Alkitab 

dan pada pengalaman-pengalaman jemaat Gereja Yesus Sejati, kita 

melihat bahwa ada beberapa cara Roh Kudus membuat seseorang 

mengerti bahasa roh:

Seperti pada kejadian yang dialami orang-orang Yahudi

yang saleh di hari Pentakosta, Allah membuat orang yang 

mendengar dapat mendengar bahasa roh dengan bahasa 

mereka sendiri.

Allah menyingkapkan arti bahasa roh kepada pendengar

sesudah  ia yang berbicara selesai mengutarakannya.

Orang yang berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh tidak mengerti

artinya pada saat ia mengucapkannya, namun  lalu  

Allah membuatnya mampu menafsirkan pesan itu.

Orang menafsirkan sesudah ia berbicara dalam bahasa roh,

kalimat per kalimat.

Orang yang berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh mengerti apa

yang sedang ia katakan, namun  mengetahui bahwa Roh Kudus 

akan menggerakkan orang lain untuk menafsirkannya. 

Dalam kejadian seperti ini, orang yang menafsirkannya 

akan datang ke muka untuk mengartikan pesan berbahasa 

roh. Pesan yang disampaikan akan sama persis dengan apa 

yang dipahami oleh orang yang berbicara dalam bahasa 

roh.

Orang yang berbicara dalam bahasa roh tidak mengerti

artinya, namun  Allah menggerakkan orang kedua untuk 

menafsirkannya.


261

9.9 Kesaksian jemaat Gereja Yesus Sejati

9.9.1 Kesaksian 1

Kesaksian ini mengenai Saudara Chen Ahgui dari Desa Boai, 

Propinsi Heping di Taichung, Taiwan. Saudara Chen jatuh sakit 

sebab  tetanus pada tanggal 26 Juli 1959 dan tidak dapat bangkit 

dari tempat tidurnya. Walaupun ia dirawat oleh tiga dokter berbeda, 

mereka tidak berhasil mengobatinya. Pada akhirnya ia memutuskan 

untuk menghentikan pengobatan medis, dan berdoa kepada Allah 

memohon belas kasihan dan kesembuhan. Di saat yang sama, gereja 

mendoakannya.

Pada saat sebuah sesi doa, seorang saudari bernama Lin Qiuju 

menafsirkan bahasa rohnya sendiri dalam dialek asli suku Taiwan 

pegunungan. Pesannya yaitu : “Ada dosa dalam kelompok ini.” 

Mendengar ini, jemaat bertobat. Namun doa-doa untuk Saudara Chen 

tetap tak terjawab.

Pada sesi doa lain, Saudari Lin sekali lagi menafsirkan bahasa 

rohnya, berkata kata  kata , “Di antara yang berdoa ada orang yang telah melakukan 

dosa mematikan. Orang ini harus diusir. Ia tidak boleh turut berdoa.” 

saat  hal ini diselidiki, pesan ini terbukti benar; mereka mendapati 

seseorang di antara mereka telah melakukan dosa. Gereja menuruti 

Roh Kudus dan memberhentikan keanggotaan orang ini.

saat  mereka berdoa kembali untuk Saudara Chen, ia mulai 

membaik: pernapasan, air muka dan keadaannya secara umum mulai 

pulih. Lalu pada saat sesi doa pagi, Saudari Lin menafsirkan bahasa 

roh untuk menyampaikan pesan kepada Saudara Chen: “Sekarang 

kamu akan disembuhkan dari sakitmu.” Sejak hari itu, Saudara Chen 

mengalami pemulihan yang cepat: ia dapat makan, duduk, berdiri, dan 

akhirnya dapat berjalan. Tidak lama lalu  ia sembuh total.

9.9.2 Kesaksian 2

Di tahun 1927, saat  Gereja Yesus Sejati baru didirikan di Taiwan, 

jemaat Taichung mengadakan kebaktian mereka di lantai atas sebuah 

tempat usaha milik Penatua Filemon Kuo. Pada saat itu, hanya ada 

sedikit pendeta, sehingga gereja menugaskan jemaat untuk bergiliran 

Bab 9: Baptisan Roh Kudus

262

menyampaikan khotbah. sesudah  kebaktian, pendeta-pendeta akan 

memberikan komentar kepada jemaat yang berkhotbah.

Pada hari Sabat siang, seorang saudara bernama Yang Guichuan 

baru saja selesai menyampaikan khotbah dan sedang turun dari 

mimbar, dan tiba-tiba ia didorong oleh Roh Kudus untuk berkata kata  kata -kata 

dalam bahasa roh kepada Diaken Qian. Saudara Yang berbicara dengan 

tegas dan penting, menunjuk jarinya ke arah Diaken Qian dengan 

sikap seperti orang menegur. Namun Saudara Yang tidak mengerti apa 

yang sedang ia katakan, dan ia juga tidak mengerti apa yang sedang ia 

lakukan.

sesudah  Saudara Yang selesai berbicara, Diaken Qian berdiri 

dan berkata kata  kata  kepada jemaat, “Apa yang baru saja saya dengar yaitu  

sebuah pesan dalam dialek Fujian. Saudara Yang berkata kata  kata  kepada saya, 

‘walaupun kamu ada di Taiwan, hatimu ada di Fujian. Kamu harus 

menginjil di Taiwan dengan sepenuh hati!’”.

Saudara Yang yaitu  orang asli Taiwan, dan tidak dapat berbicara 

dialek Fujian. Tambah lagi, saat ia berbicara kepada Diaken Qian, 

jemaat mendengarnya berbicara dalam bahasa roh. Namun Roh Kudus 

menggerakkan Diaken Qian mendengar bahasa roh itu sebagai bahasa 

dialeknya sendiri. Jemaat lalu  mengerti bahwa Diaken Qian, yang 

berasal dari Fujian, China, merasa rindu dengan kampung halaman, 

sehingga tidak dapat memusatkan perhatian pada pelayanan di gereja. 

Roh Kudus menegurnya, mengingatkannya untuk tetap waspada dan 

menyelesaikan tugas dari Tuhan. Mendengar pesan ini, Diaken Qian 

dengan rendah hati bertobat dan menjadi lebih giat dalam melakukan 

pekerjaan Allah.

9.9.3 Kesaksian 3

Pada suatu sore di tahun 1927, Taichung, Taiwan, Penatua Gideon 

Huang sedang memimpin kebaktian. Di penghujung kebaktian, jemaat 

berlutut untuk berdoa memohon Roh Kudus. Saudara Yang Guichuan 

dipenuhi oleh Roh Kudus dan berkata kata  kata -kata dalam bahasa roh. Ia 

mengerti makna bahasa roh ini, namun  mengetahui bahwa Allah akan 

menetapkan orang lain untuk menafsirkannya. sesudah  doa selesai, 

orang yang mendengar dan mengerti bahasa roh itu merasa Roh Kudus 

mendesaknya untuk menafsirkan, namun  tidak