isertai dengan tanda tertentu, tidak pernah dipastikan
dengan menebak-nebak, asumsi, atau iman yang buta. Alkitab
menjelaskan pengalaman itu sebagai pengalaman yang dapat dilihat
dan didengar (Kis. 2:33). Namun fakta ini diperdebatkan dengan keras
oleh banyak gereja pada hari ini. Dalam meneliti mengapa ini terjadi,
kita diingatkan oleh kata-kata Yesus: “Aku akan minta kepada Bapa, dan
Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya
Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia
tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak
mengenal Dia. namun kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu
dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu
sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu” (Yoh. 14:16-17).
Kenyataannya, hanya Roh Kudus sendiri yang memungkinkan
kita memahami perkara-perkara Roh. jika Ia tidak hadir untuk
membimbing, sebuah komunitas iman sudah pasti terpaksa menduga-
duga, yang mengakibatkan pengajaran-pengajaran yang keliru seperti
pernyataan bahwa seseorang langsung menerima Roh Kudus begitu ia
menjadi percaya.
227
Di bawah ini yaitu beberapa kesalahpahaman umum yang
berhubungan dengan bukti baptisan Roh Kudus.
Kesalahpahaman 4
Alkitab memang memberitahukan kita bahwa kita harus bertobat dan
percaya di dalam Tuhan, agar dosa-dosa kita diampuni (Yoh. 3:18; Kis.
10:43). Ini akan memungkinkan kita menerima Roh Kudus (Kis. 2:38).
Kita percaya pada firman Tuhan apa adanya; ini bukan menipu diri
sendiri, namun menghormati firman Allah. entah kita dapat merasakan
adanya Roh Kudus atau tidak, kita semua telah menerima Roh Kudus.
ende Hu (hal. 16)
Apa kata Alkitab?
• Mengenai pengampunan dosa, tidaklah cukup seseorang
sekedar percaya dan bertobat. Bila kita membaca seluruh
Kisah Para Rasul 2:38, kita melihat bahwa pengampunan
dosa didapatkan secara langsung melalui baptisan
air. Petrus secara khusus memberitakan, “Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu
dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan
dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.
Ende Hu mengabaikan bagian terpenting dalam ayat ini,
dan sebab nya, meluputkan peran baptisan air dalam
pengampunan dosa.
• Di masa para rasul, saat Roh Kudus hujan awal masih
dicurahkan, pola yang terjadi yaitu mereka yang percaya
dalam Yesus, cepat atau lambat menerima Roh Kudus.
• Menerima Roh Kudus yaitu sebuah pengalaman yang
dapat diketahui baik si penerima maupun orang-orang lain
(Kis. 2:33).
9.3.2 Bukti dari Kisah Para Rasul
Apakah bukti menerima Roh Kudus? Jawabannya tidak dapat
ditemukan dalam keempat kitab Injil, sebab mereka hanya mencatat
janji mengenai Roh Kudus. Juga tidak ditemukan dalam surat-surat para
rasul, sebab dari Kitab Roma hingga Yudas mencatat hal-hal mengenai
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
228
kehidupan Kristen, apa yang perlu dilakukan umat percaya sesudah
mereka telah menerima Roh Kudus. Jawabannya juga tidak ditemukan
di dalam Kitab Wahyu. Jawabannya ada di Kisah Para Rasul, yang
mencatat keadaan-keadaan mengenai turunnya Roh Kudus di gereja
para rasul. Kitab ini memberikan tanda-tanda yang membuktikan
dengan pasti bahwa seseorang telah menerima Roh Kudus.
9.3.3 Berbicara dalam bahasa roh
Dari Kisah Para Rasul, kita melihat jelas bahwa tanda menerima
Roh Kudus yaitu berbahasa roh. Kata Yunani glossa (lidah) atau glossai
(lidah-lidah) digunakan dalam tulisan aslinya untuk menjelaskan
fenomena ini:1
Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata kata kata -
kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu
kepada mereka untuk berkata-kata nya.
Kisah Para Rasul 2:4
saat Petrus sedang berkata kata kata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas
semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang
percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-
cengang, sebab melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke
atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang
itu berkata kata kata -kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata
Petrus.
Kisah Para Rasul 10:44-46
Dan saat Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah
Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata kata kata -kata dalam
bahasa roh dan bernubuat.
Kisah Para Rasul 19:6
Dalam Kisah Para Rasul 10 dituliskan kejadian yang penting:
umat percaya yang disunat, menemani Petrus dalam kunjungannya
ke rumah Kornelius. Dengan terkejut mereka menyaksikan keluarga
itu menerima Roh Kudus: “sebab mereka mendengar orang-orang itu
berkata kata kata -kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kis. 10:46).
sesudah itu, saat Petrus kembali ke gereja Yerusalem, ia melaporkan
bagaimana “saat aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas
229
mereka, sama seperti dahulu ke atas kita” (Kis. 11:15), menyebutkan
pengalaman para rasul sendiri di hari Pentakosta (Kis. 15:8).
Dalam Kisah Para Rasul 8, kita menemukan Simon, yang dahulu
yaitu seorang tukang sihir, namun lalu menerima injil dan
dibaptis. Alkitab mencatat bagaimana saat ia menyaksikan jemaat di
Samaria menerima Roh Kudus melalui penumpangan tangan oleh para
rasul, ia menawarkan uang untuk mendapatkan kuasa ini:
lalu keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka
menerima Roh Kudus. saat Simon melihat, bahwa pemberian Roh
Kudus terjadi oleh sebab rasul-rasul itu menumpangkan tangannya,
ia menawarkan uang kepada mereka, serta berkata kata kata : "Berikanlah juga
kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas
seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus."
Kisah Para Rasul 8:17-19
Jadi kita melihat bahwa baptisan Roh Kudus dapat didengar dan
bukan sesuatu yang tersembunyi dan tak terlihat. Di hari Pentakosta,
baptisan ini berkuasa menarik perhatian banyak orang (Kis. 2:6). Kitab
Wahyu menyebutkan kuasa berbahasa roh dengan menyebutkannya
sebagai “desau air bah” dan “deru guruh yang dahsyat” (Why. 14:2;
19:6).
9.3.4 Penulis-Penulis Kristen yang mengetahui hubungan antara
bahasa roh dan baptisan Roh Kudus
Sejumlah penulis Kristen mengemukakan pendapat tentang
hubungan antara berbahasa roh dan baptisan Roh Kudus:
Roh Kudus dianggap sebagai karunia istimewa yang tidak selalu
menyertai baptisan dan iman. Orang-orang Samaria tidak dianggap
sebagai orang-orang yang “menerima Roh Kudus” saat mereka
“menerima firman Allah”. Mereka telah percaya dan dibaptis, namun
saat Petrus dan Yohanes pergi dan mendoakan mereka, barulah
karunia Roh diturunkan (Kis. 8:14-17). Tampak jelas bahwa beberapa
pengaruniaan atau pengalaman istimewa ini terlihat dengan kasat mata.
Hal yang sama malah muncul dengan lebih jelas lagi dalam tulisan
mengenai murid-murid Yohanes yang ditemukan Paulus di efesus
(Kis. 19:1-7). Tidak hanya mereka belum “menerima Roh Kudus” saat
mereka percaya, namun sesudah mereka dibaptis di dalam nama Kristus,
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
230
saat Paulus menumpangkan tangan kepada mereka, baru “turunlah
Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata kata kata -kata dalam
bahasa roh dan bernubuat.” (ayat 6). Di sini tampak jelas bahwa karunia
Roh dianggap sama seperti karunia penuh mujizat dalam berbahasa roh
dan bernubuat.
G. B. Stevens (hal. 433)
Iman gereja dalam Roh berasal dari pengalamannya yang nyata. Di titik
awal karir gereja, kemungkinan di hari Pentakosta, para murid menyadari
sebuah kuasa baru yang bekerja di dalam diri mereka. Perwujudannya
yang paling kentara pertama-tama yaitu glossolalia, “berbahasa roh”,
sebuah kuasa pengungkapan penuh sukacita dalam bahasa yang tidak
dapat dimengerti; dan baik mereka yang dipenuhi kuasa ini maupun
mereka yang melihat dan mendengar manifestasi ini diyakinkan akan
kuasa dari dunia yang lebih tinggi telah masuk ke dalam kehidupan
mereka, memberikan mereka kemampuan untuk berbahasa roh dan
karunia-karunia lain, yang tampaknya merupakan sesuatu yang berbeda
dari karunia biasa yang telah mereka miliki sebelumnya. Orang-orang
yang sebelumnya tampak biasa-biasa saja tiba-tiba mampu berdoa
dan berbicara dengan penuh kuasa, dan suasana hati yang tinggi yang
mereka perlihatkan saat berdoa kepada Yang Tak Kelihatan.
A.B. MacDonald (hal. 40)
Di awal studi saya mengenai Baptisan Roh Kudus, saya menyadari
bahwa dalam banyak hal mereka yang dibaptis “berbahasa roh” dan
pertanyaan yang seringkali menghinggapi pikiran saya: bila seseorang
dibaptis dengan Roh Kudus, apakah ia tidak akan berbahasa roh?
namun saya tidak melihat ada yang berbahasa roh, dan saya seringkali
bertanya-tanya, adakah orang pada hari ini yang benar-benar dibaptis
dengan Roh Kudus?
R.A. Torrey
Di bukunya yang terkenal, Leviathan, Thomas Hobbes menulis
tentang kejadian-kejadian dalam Kisah Para Rasul 8, saat orang-
orang Samaria yang telah dibaptis, mengalami “karunia-karunia itu,
yang yaitu tanda-tanda Roh Kudus, yang pada saat itu memang
menyertai semua jemaat sejati”. Ia menguraikan sifat “tanda-tanda”
itu dengan mengutip Markus 16:17-18: “mereka akan mengusir setan-
setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa
yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun
mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka;
mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu
akan sembuh.”
231
Kita melihat bahwa beberapa penulis, dan sebagai tambahan,
beberapa bapa gereja mula-mula, seperti Chrysostom, Constantinople,
Irenaeus, Tertullian, Justin Martyr, dan Origen, melihat sebuah kaitan
antara menerima Roh Kudus dengan berbahasa roh. Namun, kesan
yang diuangkapkan Hobbes dan Torrey yaitu bahwa fenomena ini
tidak lagi ada di gereja masa sekarang.
9.3.5 Para penulis Kristen yang menentang bukti berbahasa roh
Tidak semua penulis Kristen menerima hubungan antara
berbahasa roh dengan baptisan Roh Kudus, atau khususnya berbahasa
roh sebagai tanda khusus menerima Roh Kudus. Di antara penentang-
penentang yang paling keras yaitu J. Oswald Sanders.
Kesalahpahaman 5
saat tiga ribu orang dipenuhi dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta,
kita tidak mempunyai catatan mengenai karunia seperti itu (yaitu
berbahasa roh). Itu juga tidak disebutkan saat lima ribu orang menjadi
jemaat mula-mula, juga tidak disebutkan saat Roh Kudus diturunkan
ke orang-orang Samaria dalam Kisah Para Rasul 8. Sepanjang masa
pelayanan Paulus seperti yang dicatat dalam Kisah Para Rasul, tidak
pernah disebutkan karunia yang menyertai kuasa Roh Kudus, kecuali
pada kejadian dalam Gereja Korintus.
J. Oswald Sanders (hal. 73)
Apa kata Alkitab?
• Kitab Kisah Para Rasul tidak mencatat 3000 orang percaya
yang dibaptis pada hari Pentakosta, “dipenuhi oleh Roh
Kudus”. sebab itu tidak ada alasan bagi Lukas, penulis
Kisah Para Rasul, untuk menulis mereka berbahasa roh.
• Orang-orang percaya di Samaria menerima Roh Kudus
saat Petrus dan Yohanes pergi mengunjungi mereka,
berdoa dan menumpangkan tangan kepada mereka.
Walaupun Alkitab tidak secara hurufiah menyebutkan
bahwa mereka berbahasa roh, kita dapat menyimpulkan ini
terjadi saat kita membaca: “saat Simon melihat, bahwa
pemberian Roh Kudus terjadi oleh sebab rasul-rasul itu
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
232
menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada
mereka, serta berkata kata kata : ‘Berikanlah juga kepadaku kuasa itu,
supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang,
ia boleh menerima Roh Kudus. ‘ ” (Kis. 8:18-19). Kata-kata
Simon menunjukkan bahwa ia menyaksikan sesuatu yang
kasat mata dan secara langsung.
• Petrus sendiri telah menerima Roh Kudus di hari
Pentakosta, dan lalu melihat pencurahan Roh Kudus
pada Kornelius sekeluarga, dan berdasarkan pengalaman-
pengalamannya ini, Petrus memastikan bahwa murid-murid
di Samaria juga telah menerima Roh Kudus. Tidak masuk
akal baginya untuk memakai kriteria lain, selain dari
berbahasa roh, untuk mengambil kesimpulan itu.
• saat Kornelius dan keluarganya menerima Roh Kudus,
orang-orang percaya yang bersunat yang mengikuti Petrus
melihat mereka menerima Roh Kudus, “sebab mereka
mendengar orang-orang itu berkata kata kata -kata dalam bahasa roh
dan memuliakan Allah” (Kis. 10:46).
• saat Petrus kembali ke Yerusalem untuk melaporkan
tentang Kornelius dan keluarganya, ia bersaksi, “saat aku
mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama
seperti dahulu ke atas kita” (Kis. 11:15).
• Kitab Kisah Para Rasul tidak mencatat seluruh kejadian
mengenai penerimaan Roh Kudus oleh orang-orang percaya,
namun menampilkan sebuah ikhtisar. Contohnya, ia tidak
mencatat kapan dan di mana 3000 jemaat baru dalam
Kisah Para Rasul 2 menerima Roh Kudus, atau 5000 jemaat
di Kisah Para Rasul 5. namun apakah itu berarti mereka
tidak menerima Roh Kudus dan langsung berbahasa roh di
sana, atau di lalu hari? Contohnya pada Kisah Para
Rasul 9:17 yang mencatat bahwa Saulus menerima Roh
Kudus, namun tidak secara khusus menyebutkan bahwa ia
berbahasa roh. Namun saat kita membaca suratnya kepada
gereja Korintus, tampak jelas bahwa ia berbahasa roh:
“Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah
yang berdoa, namun akal budiku tidak turut berdoa… Aku
mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata kata kata -kata
dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua.” (1Kor.
14:14, 18).
233
Kesalahpahaman 6
Penghilangan (untuk menyebutkan berbahasa roh) secara khusus
menarik perhatian dalam surat kepada jemaat di efesus, yang diberitakan
daftar karunia dari Kristus yang telah naik ke surga untuk membangun
Gereja-Nya. Walaupun Kitab Roma ditulis lebih dahulu dan memberikan
referensi khusus untuk pelayanan, namun tidak ada referensi tentang
“berbahasa roh”. Apakah tidak ada berbahasa roh pada hari ini? Kita
tidak akan secara dogmatis menyatakan bahwa perwujudan karunia
ini tidak mungkin terjadi pada hari ini, namun kita akan berkata kata kata bahwa
pada kebanyakan kasus di mana dinyatakan demikian, akan melanggar
keadaan yang diterapkan untuk melakukannya sebab memberikan
banyak bukti bahwa itu yaitu kepura-puraan dan tidak murni.
J. Oswald Sanders (hal. 73)
Apa kata Alkitab?
• Gereja-gereja di Efesus dan Roma kemungkinan besar
telah lama berdiri saat masa penginjilan Paulus yang ke-
tiga dan ke-empat (Kis. 19:1-10; Kis. 28:16-31). sebab
itu mereka tentu mengetahui pengajaran dasar bahwa
berbahasa roh yaitu bukti menerima Roh Kudus, maka
Paulus tidak melihat perlunya mengajarkan hal itu dalam
surat-suratnya kepada kedua gereja ini. Tujuan penulisan
surat kepada jemaat Efesus, sesungguhnya yaitu untuk
menyorot pekerjaan Kristus dalam kehidupan umat
percaya; dan tujuan penulisan surat kepada jemaat Roma
yaitu untuk mengemukakan masalah pembenaran oleh
iman dan perlunya pepegang hukum sesudah pembenaran
(Rm. 3:31).
• Berbahasa roh yang menyertai baptisan Roh Kudus
yaitu untuk membangun diri sendiri (1Kor. 14:4), bukan
untuk membangun gereja secara keseluruhan. sebab
itu berbahasa roh tidak disebutkan dalam daftar karunia
rohani yang dapat membangun gereja-gereja di Efesus dan
Roma, atau di gereja mana pun. Contohnya, saat Paulus
membicarakan sejumlah karunia-karunia tertentu dalam
1 Korintus 12, karunia-karunia yang ia sebutkan yaitu
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
234
karunia yang membangun jemaat: “kepada tiap-tiap orang
dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama”
(1Kor. 12:7). Satu karunia yang secara khusus disebutkan
yaitu “karunia untuk berkata kata kata -kata dengan bahasa roh”
(1Kor. 12:10), yang merupakan karunia khusus berkata kata kata -
kata dengan bahasa roh dan perlu diterjemahkan. Karunia
ini tidak dapat disamakan dengan berbahasa roh, yang
merupakan bukti menerima Roh Kudus dan membangun
orang yang menerimanya (1Kor. 14:4). Bahasa roh yang
diucapkan dalam doa pribadi kepada Allah tidak perlu
diterjemahkan (1Kor. 14:2, 28) sebab Roh sendiri yang
berdoa bagi orang percaya dengan “keluhan-keluhan yang
tidak terucapkan.” (Rm. 8:26-27).
• Karunia-karunia rohani yang disebutkan dalam Surat
Efesus merujuk pada peran-peran pelayanan yang sekali
lagi, membangun gereja secara umum: “Dan Ia-lah yang
memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik
pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan
pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang
kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh
Kristus” (Ef. 4:11-12). Tidak ada alasan bagi Paulus untuk
membahas bahasa roh yang fungsinya untuk membangun
diri sendiri.
• Menurut Sanders, kejadian berbahasa roh hari ini
yaitu “kepura-puraan dan tidak murni”, namun ia tidak
menyediakan penjelasan mengapa demikian, atau apa
keuntungan yang mungkin didapat dari praktik demikian.
Namun jika memang ada kejadian-kejadian “bahasa
roh yang pura-pura”, perhatian kita haruslah untuk
menyingkapkan sumbernya. Ini yaitu seturut dengan
nasihat Penatua Yohanes: “Saudara-saudaraku yang kekasih,
janganlah percaya akan setiap roh, namun ujilah roh-roh
itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-
nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia”
(1Yoh. 4:1). Nabi-nabi palsu juga dapat melakukan tanda
dan mujizat untuk menyesatkan orang-orang pilihan (Mat.
24:4 dst.; 1Yoh. 4:1 dst.). Bila kita tidak dapat membedakan
apa yang berasal dari Allah dan apa yang bukan berasal dari
Allah, ujungnya kita mungkin tidak lagi percaya dengan
kuasa Allah dan berhenti berdoa memohon Roh Kudus.
235
Kesalahpahaman 7
Bagaimana dengan doktrin yang sekarang telah meluas, bahwa begitu
banyak orang Kristen belum pernah menerima baptisan Roh Kudus,
dan semuanya harus mencarinya sampai mereka mengalaminya? Yang
saya dapat katakan, yaitu pengajaran seperti itu tidak berasal dari
Perjanjian Baru, dan penyebaran ajaran ini membawa banyak orang
ke dalam belenggu dan kegelapan. Kesalahan ini mungkin disebabkan
sebab mencampuradukkan kepenuhan Roh Kudus dengan baptisan
Roh Kudus, namun terlebih lagi, saya rasa, sebab keinginan untuk
menghubungkan yang satu dengan yang lain, yaitu berkat karunia Roh
dengan karunia berbahasa roh.
W. Graham Scroggie (hal. 14)
Apa kata Alkitab?
• Pengajaran untuk mencari dan berdoa memohon Roh Kudus
secara pribadi diajarkan oleh Tuhan Yesus (Luk. 11:9-13;
Kis. 1:4-5) dan dilakukan oleh gereja masa awal (Kis. 1:14;
2:1; 8:14-17; 19:1-7). Jauh dari hidup dalam belenggu dan
kegelapan seperti yang dinyatakan Scroggie, mereka yang
mencari Roh Kudus dengan jalan ini akan mendapatkan
upah kemerdekaan sejati (Rm. 8:1-2) dan jaminan untuk
masuk ke dalam kerajaan Allah (Yoh. 3:5).
• Pernyataan Scroggie menunjukkan kesalahpahaman
mendasar atas apa yang disebut sebagai baptisan Roh Kudus
dan kepenuhan Roh Kudus, sifat dan tujuan berbahasa roh.
Kesalahpahaman 8
Secara kebetulan, hal yang jelas-jelas menunjukkan bahwa manifestasi
Roh merupakan hal yang tidak biasa atau pengalaman yang kadangkala
terjadi yaitu saat Petrus terkejut melihat pencurahan Roh Kudus pada
bangsa-bangsa lain seperti yang terjadi pada orang-orang Yahudi.
Mengapa Petrus terheran-heran jika pengalaman berbahasa roh ini
merupakan pengalaman umum orang Kristen? Ingatlah bahwa banyak
orang dari bangsa lain telah menjadi percaya di antara masa Pentakosta
dan kunjungan Petrus kepada keluarga Kornelius, seperti Nikolaus dari
Anthiokia dan sida-sida ethiopia (Kis. 6:5; 8:36-39). Bila ‘pengalaman
baptisan Roh Kudus’ ini yaitu hal yang umum terjadi, Petrus tentu
telah melihat banyak orang dari bangsa lain berbahasa roh seperti juga
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
236
orang-orang Samaria dan Yahudi. Itu akan membuat keterkejutannya
dengan apa yang terjadi di rumah Kornelius tidak berarti. Bagaimana
ia dapat lupa bila Pentakosta telah menjadi pengalaman umum orang-
orang percaya?
John H. Pickford (hal. 18)
Apa kata Alkitab?
• Berbahasa roh yaitu perwujudan utama yang meyertai
pencurahan Roh Kudus di masa para rasul, seperti yang
telah diilustrasikan dalam catatan di Kisah Para Rasul. Ini
yaitu pengalaman mendasar orang-orang percaya (ref.
Kis. 10:47; 11:15).
• Kornelius dan keluarganya yaitu jemaat pertama dari
kalangan bangsa-bangsa lain (Kis. 11:1, 18), dan bukan
‘orang-orang lain’ seperti yang disebutkan Pickford.
• Nikolaus dari Anthiokia yaitu orang yang belum lama
masuk ke dalam agama Yahudi (Kis. 6:5) dan termasuk
di antara tujuh murid “yang penuh oleh Roh Kudus”, yang
ditunjuk untuk melayani meja (Kis. 6:3-6). Sida-sida
Ethiopia juga bukan dari bangsa lain sebab kita melihat
bahwa ia pergi ke Yerusalem untuk beribadah (Kis. 8:27).
Jadi ia kemungkinan besar merupakan orang yang baru
masuk ke dalam agama Yahudi. Hal yang penting yaitu , kita
tidak melihat adanya keberatan atau ekspresi keterkejutan
dari orang-orang Kristen Yahudi saat kedua jenis orang ini
menerima injil.
• Pada Kisah Para Rasul 8:1-25, kita melihat Filipus (dan
lalu juga Petrus dan Yohanes) mengabarkan injil
kepada orang-orang Samaria, menggenapi nubuat Yesus
(Kis. 1:8). Sekali lagi, kita melihat bahwa pertobatan
mereka kepada Kristus tidak memicu keberatan dari
orang-orang Kristen bangsa Yahudi, seperti dalam kasus
Kornelius. Orang-orang Samaria juga merupakan bangsa
Yahudi (ref. Yoh. 4:9), bukan bangsa lain. Mereka berasal
dari keturunan yang sama dengan bangsa Yahudi (lihat Yoh.
4:12), menyembah Allah yang sejati, membaca lima kitab
pertama dalam Perjanjian Lama, dan memegang tradisi-
tradisi keagamaan yang sama, misalnya persunatan2.
• Petrus dan jemaat-jemaat dari kalangan bersunat yang
menyertai dia terkejut dan terheran-heran, bukan sebab
237
Roh Kudus turun, namun sebab itu terjadi pada keluarga
bukan Yahudi: “Dan semua orang percaya dari golongan
bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang,
sebab melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke
atas bangsa-bangsa lain juga” (Kis. 10:45). Petrus dapat
melihat bahwa penebusan Allah sekarang telah diberikan
juga kepada bangsa-bangsa lain dan segera membaptis
mereka (Kis. 10:47-48). Saat Petrus kembali ke Yerusalem
dan bertemu dengan tentangan-tentangan dari kalangan
bersunat – yaitu bangsa Yahudi (Kis. 11:2), ia membela
tindakannya itu dengan menjelaskan tentang apa yang
telah terjadi. Merasa puas dengan laporan Petrus, mereka
“Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan
pertobatan yang memimpin kepada hidup” (Kis. 11:18).
Kesalahpahaman 9
Berbahasa roh dikaruniakan sebagai sebuah tanda (Kis. 2:7-8; 1Kor.
14:22). Perjanjian Baru menunjukkan bahwa tanda-tanda yang menyertai
pengaruniaan Roh Kudus itu bersifat sementara… Tidak ada yang
setara dengan pengalaman berbahasa roh modern di Alkitab… Paulus
memberikan penjelasan mengenai pengalaman-pengalaman ini seperti
yang kita lihat dalam gerakan berbahasa roh. Ia menyiratkan adanya
kehilangan kendali emosional.
John H. Pickford (hal. 40-41)
Apa kata Alkitab?
• Ayat-ayat Alkitab yang disebutkan Pickford tidak
memberikan bukti yang menunjukkan bahwa berbahasa
roh yaitu tanda yang bersifat sementara.
• Dalam suratnya kepada jemaat Korintus, kita melihat
bahwa Paulus bersyukur kepada Allah sebab dia “berkata kata kata -
kata dalam bahasa roh” lebih daripada mereka. Selanjutnya,
dia memberitahu mereka untuk tidak melarangnya (1Kor.
14:18, 39).
• Tidak ada bukti di dalam Alkitab yang menunjukkan
bahwa Paulus pernah menjelaskan bahwa berbahasa roh
berhubungkan dengan kehilangan kendali emosional. Selain
itu, alasan Pickford tidak sesuai dengan penjelasan Paulus
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
238
mengenai kebiasaannya sendiri (1Kor. 14:18) dan pesannya
untuk tidak melarang berbahasa roh (1Kor. 14:39). Hal
ini juga menimbulkan pertanyaan: apakah pengalaman
Pentakosta hanyalah sekadar pengalaman emosional?
Kesalahpahaman 10
Teriakan-teriakan dan jingkat-jingkatan kegilaan nabi-nabi Baal
dalam usaha mereka yang gila-gilaan saat memohon lidah-lidah api
mengingatkan salah satu penderitaan yang menantikan mereka yang
menerima pengalaman baptisan ini (1Raj. 18:22-28). Orang akan
tergerak untuk mengomentari fanatisme seperti itu dengan kata-kata
elia, “Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung,
mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan
belum terjaga”.
John H. Pickford (Hal. 26)
Apa kata Alkitab?
• Pickford melontarkan sebuah analogi yang sangat
disesalkan. Kita tidak mungkin memperbandingkan nabi-
nabi Baal yang berteriak-teriak kepada allah-allah palsu
mereka dengan orang-orang Kristen yang memohon Roh
Kudus kepada Allah yang sejati.
• Saat kita membaca pendapat Pickford, kita diingatkan pada
peringatan keras Yesus: “Sebab itu Aku berkata kata kata kepadamu:
Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, namun hujat
terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. jika seorang
mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan
diampuni, namun jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak
akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan
datangpun tidak” (Mat. 12:31-32).
Kesalahpahaman 11
Untuk memenuhi janji Allah, Roh Kudus diberikan kepada mereka yang
percaya, sehingga mereka berbahasa roh. Hari ini, ada banyak hal
yang dapat membuktikan kebenaran injil. sebab itu mujizat, berbahasa
roh, dan sebagainya tidak lagi diperlukan seperti di masa para rasul…
239
Berbahasa roh seperti yang dicatat dalam Alkitab yaitu pengalaman
orang-0rang kudus di masa awal. Hari ini kita tidak lagi perlu mencari
pengalaman seperti itu.
Wang Mingdao
Apa kata Alkitab?
• Di masa hujan awal, Allah memberikan Roh Kudus kepada
mereka yang percaya. Dengan jalan ini, ia menggenapi janji
yang pernah ia ucapkan melalui Nabi Yoel (Yoel 2:28-32)
dan Yesus (Mrk. 16:16-17). Umat percaya di masa sekarang,
yaitu masa hujan akhir ini, masih dapat memperoleh
penggenapan janji ini.
• Berbahasa roh yaitu bukti menerima Roh Kudus (Kis.
10:44-46). berkata kata kata bahwa berbahasa roh tidak lagi
diperlukan, sama saja dengan berkata kata kata bahwa orang tidak
perlu menerima Roh Kudus.
9.3.6 Tanda-tanda yang dapat dilihat dan didengar
Walaupun berbahasa roh yaitu bukti utama menerima Roh
Kudus, Alkitab juga menandakan bahwa seringkali ada tanda-tanda
yang dapat dilihat yang menyertai berbahasa roh. Ini digambarkan
dengan baik oleh kejadian-kejadian yang dicatat pada Kisah Para
Rasul 2. Di hari Pentakosta, beberapa orang Yahudi yang menyaksikan
murid-murid Yesus menerima Roh Kudus, mengolok-olok mereka
dengan berkata kata kata , “Mereka sedang mabuk oleh anggur manis” (Kis.
2:13). Mereka mendengar murid-murid berdoa dalam bahasa roh
dan menyaksikan sesuatu yang dapat mereka lihat sehingga mereka
segera menyimpulkan bahwa murid-murid itu sedang mabuk. Maka
Petrus menyangkal hal ini, dengan berkata kata kata , “Orang-orang ini tidak
mabuk seperti yang kamu sangka, sebab hari baru pukul sembilan”
(Kis. 2:15). Ia melanjutkannya dengan menyampaikan khotbah untuk
membuktikan bahwa apa yang mereka lihat yaitu penggenapan
nubuat Nabi Yoel (Yoel 2:28-32) dan perwujudan kemuliaan Yesus
Kristus. Saat menyampaikan pencurahan Roh Kudus oleh Yesus, Petrus
memberitahukan mereka, “Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan
kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka
dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini” (Kis. 2:33).
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
240
Di masa hujan akhir sekarang ini, kita sungguh patut bersyukur
bahwa kita dapat mengalami kuasa dan pencurahan Roh Kudus yang
sama. Menerima Roh Kudus dapat dilihat dan didengar, sama seperti
pada hari Pentakosta. Namun sayangnya banyak orang menyangkal
dan bahkan mengolok-olok karunia Allah.
Yesus pernah memberitahukan Nikodemus bahwa ia harus
dilahirkan kembali. Nikodemus tidak mengerti pengajaran ini, merasa
bingung, dan bertanya, “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan,
kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya
dan dilahirkan lagi” (Yoh. 3:4).
Yesus lalu menjelaskan, “Apa yang dilahirkan dari daging, yaitu
daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, yaitu roh” (Yoh. 3:6).
Nikodemus masih belum dapat mengerti dan bertanya-tanya
kelahiran seperti apa yang dimaksud Yesus. Maka Tuhan menjelaskan
lebih lanjut, dengan memakai analogi angin untuk menjelaskan
seperti apakah dilahirkan dari Roh melalui baptisan Roh Kudus:
“Janganlah engkau heran, sebab Aku berkata kata kata kepadamu: Kamu
harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau
mendengar bunyinya, namun engkau tidak tahu dari mana ia datang
atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang
lahir dari Roh” (Yoh. 3:7-8). Di ayat-ayat ini, kata berbahasa Yunani
pneuma digunakan untuk menyebutkan “angin” dan “Roh”3.
Perkataan Yesus ini mengungkapkan bahwa:
• Roh Kudus seperti angin yang bertiup ke mana ia kehendaki.
Tidak ada orang yang dapat mengendalikan atau mencegah
pekerjaan Roh.
• Sama seperti mata manusia yang tidak dapat melihat angin,
mata manusia juga tidak dapat melihat Roh Kudus: dari
mana Ia datang, atau ke mana Ia pergi.
• Saat angin bertiup, kita dapat mendengar suaranya, dan
kita dapat melihat gerakan benda-benda yang ditiupnya.
Begitu juga, saat Roh Kudus memenuhi seseorang, kita
mendengar ia berbahasa roh dan melihat gerakan tubuh
yang diilhamkan oleh Roh Kudus.
Singkatnya, kata-kata Yesus menunjukkan bahwa baptisan
Roh Kudus disertai oleh tanda-tanda yang kelihatan dan juga dapat
didengar.
241
9.4 Fungsi berbahasa roh
Berbahasa roh mempunyai empat fungsi penting: sebagai
perantara, sebagai tanda bagi orang-orang yang belum percaya, untuk
membangun diri sendiri, dan untuk membangun jemaat.
9.4.1 Perantara
Sebagai orang Kristen, kita semua mempunyai kelemahan. Di
antaranya: ketidakmampuan untuk memahami atau memenuhi
kehendak Allah (Rm. 11:33), merasa lemah rohani, dibelenggu oleh
keinginan-keinginan daging, dan meninggalkan Allah. Di saat-saat
seperti itu, kita seringkali tidak tahu bagaimana berdoa, atau apa
yang mau didoakan. Bahasa akal manusia juga mempunyai batasan-
batasan: kita dapat berdoa dengan akal budi manusia, namun kita
semua pernah mengalami saat saat kata-kata tidak lagi cukup untuk
menyampaikan pikiran dan perasaan kita yang paling dalam kepada
Allah. Untungnya, sebab kemurahan-Nya, Allah memberikan kita Roh
Kudus untuk membantu kita berdoa.
Begitu juga, Roh menolong kita dalam kelemahan. Kita tidak tahu
apakah yang sepatutnya kita doakan, namun Roh Kudus sendiri-lah
yang menjadi perantara bagi kita dengan keluhan-keluhan yang tak
terucapkan. Ia yang menyelidiki hati manusia, mengetahui maksud
Roh itu, sebab Roh itu berdoa bagi orang-orang percaya sesuai dengan
kehendak Allah (Rm. 8:26-27).
Di sini Paulus memakai kata Yunani sunantilambano
untuk “membantu”. Kata ini berarti “berdiri di sisi untuk membantu
mengangkat”, “bantu memikul”, dan “membantu secara umum”4. Roh
menolong kita untuk berdoa dengan mendoakan kita, sesuai dengan
kehendak Allah, dengan bahasa yang melampaui kata-kata manusia.
Allah mengetahui pikiran Roh dan menerima perantaraan-Nya. sebab
itu jika kita berdoa dalam bahasa roh, kita yakin Allah mendengar
doa-doa kita (1Yoh. 5:14-15).
Mereka yang telah menerima Roh Kudus dan mengalami
berbahasa roh akan mengerti nilai dorongan Alkitab untuk “berdoalah
dalam Roh Kudus” (Yudas 20) dan “Berdoalah setiap waktu di dalam
Roh” (Ef. 6:18). Doa dalam Roh mempunyai kuasa untuk mendekatkan
kita kepada Allah.
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
242
Namun doa dalam bahasa roh tidak menghilangkan perlunya
berdoa dalam pengertian manusia. Paulus berkata kata kata , “Sebab jika aku
berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, namun akal
budiku tidak turut berdoa. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku
akan berdoa dengan rohku, namun aku akan berdoa juga dengan akal
budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, namun aku
akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.” (1Kor. 14:14-
15). Kedua jenis doa ini mempunyai fungsinya masing-masing dalam
ibadah.
9.4.2 Tanda bagi orang-orang yang belum percaya
sebab itu karunia bahasa roh yaitu tanda, bukan untuk orang yang
beriman.
1 Korintus 14:22
Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka
akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara
dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka.
Markus 16:17
Kata Yunani “tanda”, semeion, seringkali digunakan dalam
konteks mujizat dan tanda keajaiban5. Ini kata yang sangat cocok
digunakan berhubungan dengan berbahasa roh, sebab berbahasa roh
dimaksudkan untuk bersaksi kepada orang-orang tidak percaya bahwa
seseorang telah menerima Roh Kudus, dan Allah menyertai orang itu
(1Yoh. 3:24).
Kita melihat kuasa atas tanda ini dalam menyadarkan orang-orang
Yahudi yang ada di Yerusalem untuk menantikan hari Pentakosta.
Tanda ini menarik perhatian banyak orang kepada murid-murid yang
sedang berdoa berbahasa roh. Pada awalnya mereka merasa takjub
dan keheranan, namun segera lalu mereka mengerti bahwa
murid-murid itu telah menerima baptisan Roh Kudus. Akibatnya,
mereka bertobat, percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat mereka,
dan dibaptis untuk mendapatkan pengampunan dosa (Kis. 2:5-7,
37-41). Berbahasa roh membuktikan kepada orang-orang Yahudi
bahwa nubuat-nubuat mengenai Roh Kudus telah digenapi. Berbahasa
roh juga memberikan kesaksian bahwa Yesus Kristus telah bangkit
dari kematian dan naik ke surga. sebab itu, dengan berani Petrus
menyatakan: “Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu
243
kami semua yaitu saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan
Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-
Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.” (Kis. 2:32-33). Paulus juga
menambahkan, “namun andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka
sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu”
(1Kor. 15:14).
9.4.3 Membangun Diri sendiri
Bahasa roh yang diutarakan melalui pengilhaman Roh Kudus
bukanlah bahasa duniawi; bahasa ini yaitu bahasa surgawi atau bahasa
rohani, dan membangun orang yang memakai nya: “Siapa yang
berkata kata kata -kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, namun
siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat” (1Kor. 14:4). Berbahasa
roh mempunyai kuasa untuk mengangkat dan mengubahnya.
Ada orang-orang Kristen yang menganggap bahwa membangun
diri sendiri itu egois dan berpendapat bahwa lebih mulia mencari
karunia-karunia yang dapat membangun gereja. Namun Yesus
mengajarkan kita sebaliknya, seperti yang dapat kita lihat dalam
kejadian yang melibatkan Marta dan Maria (Luk. 10:38-42). Sementara
Marta sibuk melayani Yesus, Maria duduk dengan tenang di kaki Yesus
untuk mendengarkan ajaran-ajaran-Nya. Saat Marta mengeluhkan hal
ini kepada Tuhan, Ia berkata kata kata kepadanya bahwa Maria telah mengambil
pilihan yang lebih baik (Luk. 10:38-42). Di sini, pelajaran yang dapat
dipetik bagi umat percaya yaitu , walaupun tentu saja melayani
Allah itu penting, namun membangun diri sendiri juga tidak kalah
pentingnya.
Kita melihat pelajaran ini diterapkan oleh Rasul Paulus, yang
menulis: “namun aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya,
supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan
aku sendiri ditolak.” (1Kor. 9:27). Prinsipnya, bila seseorang ingin
membangun gereja, pertama-tama ia harus membangun dirinya sendiri
terlebih dahulu (Rm. 2:29). Paulus menghabiskan seluruh hidupnya
melayani orang lain untuk “menggenapkan dalam dagingku apa yang
kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat”
(Kol. 1:24), namun ia berhati-hati agar ia sendiri tidak mengabaikan
pembangunan rohaninya sendiri.
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
244
Kesalahpahaman 12
Seorang penulis berkebangsaan Jepang, Kurosaki Koukichi,
berpendapat bahwa beberapa orang Kristen memegang pandangan
seperti ini mengenai berbahasa roh: “Ia yang dipimpin oleh Roh Kudus
mengucapkan misteri-misteri di dalam Roh, sebab itu tidak ada orang
yang dapat memahaminya. sebab itu, orang yang berbahasa roh
berbicara hanya kepada Allah.”
Si penulis menyatakan bahwa mereka yang memegang pandangan
seperti itu tidak mungkin: mengetahui pikiran dan motivasi seseorang
yang berbahasa roh; mengerti apakah baptisan Roh Kudus; mengalami
sendiri berbahasa roh.
Apa kata Alkitab?
• Berbahasa roh yaitu bukti utama baptisan Roh
Kudus. Bahasa roh diucapkan sebab Roh Kudus yang
menggerakkannya; bukan sebuah akting atau tipuan.
• Orang yang berbahasa roh, berbicara kepada Allah, dan
bukan kepada manusia. Namun ini bukan berarti ia tidak
memperlihatkan kepedulian apa pun kepada yang lain,
dan pernyataan demikian tidak konsisten dengan harapan
Paulus agar semua umat percaya berbahasa roh (ref. 1Kor.
14:5).
• Penulis kemungkinan besar mengelirukan berbahasa roh
dengan ucapan bahasa roh untuk berkata kata kata -kata (lihat bagian
9.5 “Karunia Roh Kudus yang membangun gereja”).
• Walaupun orang yang berbahasa roh tidak dapat dimengerti
oleh orang lain atau dirinya sendiri, doa berbahasa roh
tetap mempunyai arti.
Kesalahpahaman 13
[Mengacu pada 1Kor 14:4] Barangsiapa berbahasa roh membangun
dirinya sendiri, namun barangsiapa bernubuat membangun jemaat…
Orang-orang yang mempunyai kasih akan melakukan yang terakhir.
Kurosaki Koukichi
245
Apa kata Alkitab?
• Baptisan Roh Kudus yang dibuktikan dengan berbahasa
roh, yaitu syarat mendasar untuk mendapatkan
keselamatan. Berbahasa roh menguntungkan orang
percaya melalui pembangunan diri sendiri. Barulah jika
kita mendapatkan karunia ini, kita dapat mulai mencari
karunia-karunia lain yang membangun jemaat, seperti
karunia bernubuat.
• Pendapat penulis benar, jika secara khusus ditujukan
pada keadaan gereja Korintus, namun kata-kata Paulus
tidak cocok untuk diterapkan pada umat Kristen secara
umum.
• Jemaat Korintus telah menerima baptisan Roh Kudus
dan berbahasa roh; sebagian jemaatnya juga mempunyai
karunia-karunia khusus dalam berkata kata kata -kata dalam
bahasa roh. Namun, masalahnya yaitu mereka kurang
mengasihi dan memakai karunia-karunia berbahasa
roh mereka dengan cara-cara yang menonjolkan karunia
mereka, sehingga membuat kekacauan di dalam gereja.
sebab itu Paulus menulis 1 Korintus 12 hingga 14 untuk
mengingatkan mereka mengenai kasih sebagai dasar atas
segala karunia yang membangun jemaat.
• Dalam 1 Korintus 14, Paulus memberikan sebuah tata
aturan kepada gereja mengenai penggunaan bahasa roh di
saat beribadah: mereka yang berkata kata kata -kata dalam bahasa
roh hanya melakukannya jika ada yang mengartikannya.
Lebih lanjut, mereka harus melakukannya dengan tertib.
jika tidak ada yang mengartikan, mereka sebaiknya
memakai karunia berbahasa roh dalam doa untuk
membangun diri.
• Di pasal 14, Paulus juga mendesak gereja Korintus untuk
mengambil langkah yang lebih jauh dalam mengejar
karunia bernubuat. Karunia ini memampukan seseorang
untuk menyampaikan pesan Allah dalam kata-kata yang
dimengerti manusia melalui pengilhaman Roh Kudus.
Ini membangun jemaat, dan sebab itu “lebih berharga”
daripada karunia berbahasa roh.
• Membaca pasal 14, kita mengerti bahwa ada peran untuk
semuanya: doa berbahasa roh yang digunakan dalam doa
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
246
untuk membangun diri sendiri, karunia khusus dalam
bahasa roh untuk berkata kata kata -kata, dan karunia bernubuat.
9.4.4 Membangun gereja
Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu
berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu:
yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau
karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, namun
semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. Jika ada yang
berkata kata kata -kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya
tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk
menafsirkannya. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya,
hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya
boleh berkata kata kata -kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.
1 Korintus 14:26-28
Saat kita berdoa dalam bahasa roh, kita berbicara kepada Allah,
bukan manusia. Tidak ada orang yang mengerti bahasa roh, termasuk
orang yang berdoa memakai nya (1Kor. 14:2). Namun jika
dibutuhkan, Allah mengaruniakan karunia kepada orang percaya
untuk mengartikan bahasa roh (1Kor. 12:10) sehingga orang-orang
dapat mengerti dan dibangun. 1 Korintus 12 dan 14 membicarakan
mengenai karunia Roh Kudus yang membangun jemaat. Termasuk di
dalamnya yaitu “berkata kata kata -kata dengan bahasa roh” dan “menafsirkan
bahasa roh” (1Kor. 12:10).
Sayangnya, di Gereja Korintus, jemaat tidak memakai karunia
rohani mereka dengan sepatutnya: mereka memakai karunia
rohani berbahasa roh untuk berbicara kepada jemaat, walaupun tidak
ada yang menafsirkannya. sebab itu Paulus menegur mereka, dengan
berkata kata kata , “Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong… dan tidak
mencari keuntungan diri sendiri” (1Kor. 13:4-5), dan menambahkan
bahwa kasih mengejar “kepentingan orang banyak” (1Kor. 10:33).
Paulus mengajarkan kepada mereka, walaupun mereka berkumpul
untuk beribadah, mereka harus melakukan segala hal untuk kebaikan
bersama:
Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan
sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan
247
Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa
roh, namun semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun.
1 Korintus 14:26
Aku suka, supaya kamu semua berkata kata kata -kata dengan bahasa roh,
namun lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang
bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata kata kata -kata dengan
bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga
Jemaat dapat dibangun.
1 Korintus 14:5
sebab itu siapa yang berkata kata kata -kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa,
supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya.
1 Korintus 14:13
sebab itu kita perlu memperhatikan, walaupun karunia
bernubuat dapat membangun jemaat, berkata kata kata -kata dalam bahasa
roh, jika ditafsirkan, juga dapat membangun jemaat. Paulus
memberikan tata aturan yang jelas kepada Gereja Korintus mengenai
penggunaan bahasa roh saat ibadah gereja, untuk memastikan ibadah
berjalan dengan tertib dan sopan.
9.5. Karunia Roh Kudus yang membangun gereja
Di masa sekarang, banyak gereja percaya bahwa berdoa dalam
bahasa roh hanyalah satu dari serangkaian karunia rohani, bukan
sebagai bukti menerima baptisan Roh Kudus. sebab itu mereka
cenderung berpendapat bahwa mereka telah mempunyai Roh Kudus,
walaupun tidak berdoa dalam bahasa roh.
Berdoa dalam bahasa roh tentunya yaitu sebuah karunia rohani,
sebab seseorang tidak dilahirkan dengan kemampuan itu, dan ia
juga tidak mempelajarinya. Namun banyak orang tidak menyadari
bahwa Alkitab membicarakan dua jenis bahasa roh: 1) bahasa roh
yang diberikan kepada semua orang saat menerima baptisan Roh
Kudus; dan 2) “berkata kata kata -kata dalam bahasa roh” untuk berkhotbah,
yang merupakan karunia khusus yang diberikan Allah sesuai dengan
kehendak-Nya (1Kor. 12:11). Karunia kedua ini yaitu “untuk
kepentingan bersama” (1Kor. 12:7), dan itu berarti untuk membangun
jemaat secara keseluruhan. Sejumlah besar penulis dan gereja Kristen
telah lama salah menafsirkan Alkitab, mengira bahwa kedua jenis
bahasa roh ini sama.
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
248
Kita akan menyelidiki beberapa pendapat yang dikemukakan
oleh penulis-penulis Kristen, untuk menghilangkan kesalahpahaman
seputar kedua jenis bahasa roh ini.
Kesalahpahaman 14
Penelitian atas 1 Korintus pasal 12 dan 14 menunjukkan bahwa
berbahasa roh yaitu karunia terakhir, terendah dan tidak perlu secara
khusus dikejar, sebab kegunaannya sangat sedikit. Berbahasa roh
tidak akan dijelaskan seperti demikian jika tanda ini merupakan
tanda khusus menerima baptisan Roh Kudus. Nubuat menempati urutan
yang lebih tinggi dan paling patut dikejar sebab karunia ini dimaksudkan
untuk membangun jemaat. “aku lebih suka mengucapkan lima kata yang
dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu
kata dengan bahasa roh” kata Paulus. Karunia berbahasa roh tidak
diturunkan kepada semua orang-orang kudus, dan ini tampak jelas dari
pertanyaan, “Adakah mereka semua berkata kata kata -kata dalam bahasa roh?”,
yang jawabannya yaitu “Tidak.”
J. Oswald Sanders (hal. 73)
Apa kata Alkitab?
• Sanders dengan keliru menyamakan karunia berbahasa
roh yang diberikan kepada setiap orang percaya yang telah
menerima Roh Kudus dengan karunia “berkata kata kata -kata dengan
bahasa roh” untuk menyampaikan khotbah. Karunia yang
pertama yaitu tanda khusus baptisan Roh Kudus (Kis.
10:44-46), sementara karunia yang terakhir yaitu salah
satu dari sekian banyak karunia rohani yang diberikan
Allah untuk membangun gereja dan jemaat, dan diberikan
seturut dengan kehendak-Nya (1Kor. 12:8-10). Maka semua
yang telah menerima baptisan Roh Kudus akan dapat
berbahasa roh, namun tidak semuanya mempunyai karunia
khusus untuk berkata kata kata -kata, yaitu berkhotbah, dalam bahasa
roh.
• Di pasal 12 dan 14 dalam 1 Korintus, kita melihat bahwa
bahasa roh yang disebut Sanders sebagai “karunia terakhir,
terendah” dan dituliskan bersama dengan “karunia untuk
menafsirkan bahasa roh” (1Kor. 12:10, 30; 1Kor 14:26-28),
sebenarnya yaitu bahasa roh untuk berkhotbah. Karunia
249
ini berjalan bersamaan dengan karunia menafsirkan bahasa
roh untuk membangun gereja.
• saat Paulus melontarkan pertanyaan-pertanyaan retorik:
“Adakah mereka semua berkata kata kata -kata dalam bahasa roh?” dan
“untuk menafsirkan bahasa roh?” (1Kor. 12:30), ia sedang
menjelaskan bahwa tidak semua orang akan mempunyai
karunia khusus untuk berkhotbah dalam bahasa roh.
• Paulus mendorong kita untuk secara khusus mengejar
karunia bernubuat (1Kor. 14:1, 39): untuk menyampaikan
pesan Allah dalam kata-kata pengertian manusia melalui
pengilhaman Roh Kudus. Karunia ini yaitu untuk
membangun jemaat. Namun ia juga mengingatkan bahwa
ada peran di dalam gereja untuk berkata kata kata -kata dalam bahasa
roh, yang jika disertai dengan penafsiran, juga dapat
membangun jemaat (1Kor. 14:5, 12-13).
• Dalam 1 Korintus 14, Paulus menunjukkan bahwa ada sebuah
peran baik untuk bahasa roh dan kata-kata pengertian
manusia: “Aku akan berdoa dengan rohku, namun aku akan
berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan
memuji dengan rohku, namun aku akan menyanyi dan memuji
juga dengan akal budiku” (1Kor. 14:15). Ia menambahkan,
bahwa walaupun ia dapat memilih di antara keduanya, ia
lebih suka berkata kata kata -kata dalam pengertian manusia saat
mengajar di depan jemaat, sebab ia merasa bahwa ini
memberikan lebih banyak manfaat kepada jemaat. Maka
ia berkata kata kata , “Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa
aku berkata kata kata -kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu
semua” (1Kor. 14:18-19).
Kesalahpahaman 15
Tanda ini [merujuk pada karunia berbahasa roh] bersifat sementara.
Di dalam pengajaran tentang karunia-karunia di 1 Korintus 12, Paulus
menyebutkan karunia berbahasa roh dan lalu menegaskan bahwa
“bahasa roh akan berhenti” (1Kor. 13:8). Ia menutup pasal itu dengan
menunjukkan bahwa berbahasa roh akan berlalu pada masa ia hidup,
“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih,
dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1Kor. 13:13).
John H. Pickford (hal. 22).
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
250
Apa kata Alkitab?
• Berbahasa roh, jauh dari sifat sementara, yaitu pengalaman
yang terus berlanjut. Karunia ini diwujudkan terus menerus
oleh setiap orang percaya yang telah menerima Roh Kudus.
Paulus sendiri menyatakan bahwa ia berkata kata kata -kata dengan
bahasa roh lebih daripada jemaat Korintus (1Kor. 14:8).
Dan mengajarkan jemaat agar tidak melarangnya (1Kor.
14:39).
• Kata-kata Paulus: “bahasa roh akan berhenti” (1Kor. 13:8),
tidak mengacu pada berhentinya bahasa roh pada masa ia
hidup, namun pada saat Yesus datang kembali. Ini yaitu
saat orang-orang percaya akan bertemu dengan Allah muka
dengan muka, dan sebab itu, tidak lagi perlu berbahasa
roh.
• Hingga kelak Yesus datang kembali, karunia-karunia rohani,
termasuk berbahasa roh, akan terus mempunyai peranan
yang penting. Alkitab mengajarkan kita bahwa saat Ia
datang kembali, bahasa roh akan berhenti, seperti juga
karunia bernubuat dan pengetahuan, memberikan jalan
kepada “yang sempurna” (1Kor. 13:8-12).
• Paulus menjelaskan mengenai kasih sebab ini yaitu
masalah khusus yang dihadapi Gereja Korintus. Jemaat
mempunyai karunia-karunia rohani yang berbeda-beda,
termasuk karunia untuk berkata kata kata -kata dengan bahasa roh,
namun sayangnya tidak dilakukan dengan kasih. Kepada
mereka, Paulus mengingatkan bahwa kasih lebih besar
daripada bahasa roh, dan kasih itu tidak berkesudahan.
Saat berkata-kata hal ini, ia tidak bermaksud bahwa hanya
kasih yang dibutuhkan, atau berbahasa roh sama sekali
tidak diperlukan, namun yang ia maksudkan, keduanya
harus berjalan beriringan.
Kesalahpahaman 16
Menghadapi pertanyaan mengenai bahasa roh, Paulus menunjukkan
bahwa karunia ini yaitu karunia yang kecil dan terbatas (1Kor. 14:1,
4, 19, 22; 12:29, 30).
John H. Pickford (hal. 40)
251
Apa kata Alkitab?
• Tidak seperti Pickford, Alkitab tidak memberikan referensi
apa-apa mengenai karunia-karunia “kecil”: semuanya
dibutuhkan untuk membangun jemaat (1Kor. 12:7-11, 29,
30). Paulus memberikan analogi tubuh manusia dan gereja
yang seluruh jemaatnya mempunyai peran masing-masing,
dan perlu bekerja sama untuk mencapai kebaikan bersama
(1Kor. 12:14-22; Ef. 4:16).
• Walaupun Paulus mendorong jemaat Gereja Korintus
untuk mengejar karunia bernubuat, ia juga membicarakan
tentang perlunya berbahasa roh (1Kor. 14:18, 39). Ia tidak
meninggikan satu karunia dan merendahkan yang lain.
Malah ia mendorong mereka untuk berbahasa roh, namun
menambahkan bahwa mereka harus mengejar karunia-
karunia lainnya, seperti bernubuat, yang dapat membangun
jemaat (1Kor. 14:4-5).
9.6 Penafsiran Alkitab dari 1 Korintus 14
Orang-orang Kristen yang meyakini bahwa berbahasa roh yaitu
salah satu karunia yang kurang penting dari sekian banyak karunia
rohani, seringkali mengutip 1 Korintus pasal 12 dan 14. Namun
jika kita membaca pasal-pasal ini dengan hati-hati, kita melihat
bahwa Paulus membedakan dengan jelas antara berbahasa roh yang
menandakan baptisan Roh Kudus dengan karunia khusus untuk
berkata kata kata -kata dalam bahasa roh.
Jadi jika kita ulangi, ada karunia berbahasa roh yang menyertai
baptisan Roh Kudus, dan merupakan tanda baptisan Roh Kudus (Kis.
2:4; 10:44-46; 19:6). Bila tanda ini tidak ada, kita dapat menyimpulkan
bahwa seseorang belum menerima Roh Kudus. Paulus merujuk pada
karunia ini saat ia membicarakan dirinya sendiri “berdoa dengan
bahasa roh” (1Kor. 14:14) atau “berdoa dengan rohku” (1Kor. 14:15).
Bahasa roh diucapkan kepada Allah, dan bukan kepada manusia, dan
sebab itu tidak membutuhkan penafsiran. Tidak ada orang yang
dapat mengerti bahasa roh, yang berdoa dalam roh pun tidak (1Kor.
14:2). Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahasa ini: mengucapkan
hal-hal yang rahasia (1Kor. 14:2), membangun orang yang berdoa
memakai nya (1Kor. 14:4), dan tanda bagi orang-orang yang belum
percaya (1Kor. 14:22).
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
252
Kedua, ada jenis berbahasa roh yang berbeda untuk berkhotbah.
Bahasa roh ini diucapkan kepada jemaat dan merupakan karunia
khusus yang bertujuan untuk mengajar dan membangun jemaat.
Bahasa roh ini harus ditafsirkan untuk mengetahui artinya (1Kor.
14:27).
Namun seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jemaat Gereja
Korintus memakai karunia berbahasa roh mereka dengan tidak
sepatutnya. Contohnya, mereka berkata kata kata -kata dalam bahasa roh kepada
jemaat, walaupun tidak ada yang menafsirkannya. sebab itu Paulus
menulis 1 Korintus pasal 14 untuk menegur praktik mereka yang tidak
tertib. Di pasal ini, ia menyebutkan hal-hal ini:
• Orang yang bernubuat, yaitu yang menyampaikan pesan
Allah dengan kata-kata manusia melalui pengilhaman Roh
Kudus untuk membangun jemaat, lebih besar daripada
orang yang berkata kata kata -kata dalam bahasa roh namun tidak ada
yang menafsirkannya (1Kor. 14:4-5).
• Bahasa roh yang disampaikan kepada jemaat tidak dapat
membangun siapapun jika tidak ditafsirkan (1Kor.
14:6).
• Alat-alat musik saja menghasilkan bunyi-bunyi yang
berbeda, sehingga yang mendengar dapat mengetahui
sebuah lagu (1Kor. 14:7).
• Bila sebuah nafiri tidak menghasilkan bunyi yang terang,
tidak ada orang yang bersiap-siap berperang (1Kor. 14:8).
• Bila seseorang berkata kata kata -kata dalam bahasa roh kepada
jemaat tanpa ada yang menafsirkan, tidak ada orang yang
dapat mengerti apa yang ia sampaikan; itu akan menjadi
seperti orang yang berkata kata kata -kata ke udara (1Kor. 14:9).
• Ada banyak macam bahasa di dunia, semuanya mempunyai
artinya sendiri-sendiri. Mereka yang tidak mengerti bahasa
itu menjadi seperti orang-orang asing di hadapan orang
yang berbicara, begitu juga sebaliknya (1Kor. 14:10-11).
• Di dalam gereja, lebih baik mengucapkan lima kata yang
dapat dimengerti ketimbang beribu-ribu kata dalam bahasa
roh (1Kor. 14:19).
• Bila orang tidak percaya melihat jemaat berkumpul di
gereja dan berkata kata kata -kata dalam bahasa roh satu sama lain,
mereka akan melihatnya sebagai kegilaan (1Kor. 14:23).
• Di gereja, segala hal harus dilakukan untuk membangun,
dan berbahasa roh tidak terkecuali (1Kor. 14:12, 26).
253
• Karunia nabi takluk kepada nabi. Allah tidak menghendaki
kekacauan, namun damai sejahtera (1Kor. 14:32-33).
berkata kata kata -kata dalam bahasa roh untuk berkhotbah yaitu salah satu
dari antara banyak karunia rohani, yang bertujuan untuk membangun
jemaat. Roh Kudus mencurahkan karunia ini kepada siapa yang Ia
kehendaki (1Kor. 12:8-11); tidak semua orang yang mempunyai Roh
Kudus akan mendapatkannya. sebab itu, saat Paulus menyebutkan
karunia ini, ia membicarakannya berhubungan dengan karunia-
karunia lain, khususnya karunia untuk menafsirkan bahasa roh (1Kor.
14:26-27; 1Kor. 12:10, 28, 30). Ini secara jelas memisahkannya dari
bahasa roh yang menandai baptisan Roh Kudus.
Jemaat Gereja Korintus menyalahgunakan karunia-karunia
rohani mereka, dengan memakai nya untuk menonjolkan diri
mereka di hadapan orang-orang. sebab itu di pasal yang sama, paulus
menyampaikan tata aturan berikut ini dalam hal penggunaan bahasa
roh saat beribadah:
• Hanya dua, atau paling banyak, tiga orang berkata kata kata -kata
dalam bahasa roh (ayat 27).
• Jemaat bergiliran saat berkata kata kata -kata dalam bahasa roh
(ayat 27).
• Bahasa roh harus ditafsirkan (ayat 27).
• Bila tidak ada yang menafsirkan, orang harus tetap diam di
gereja, menahan diri berkata kata kata -kata dalam bahasa roh kepada
jemaat. Ia hanya boleh “berkata kata kata -kata kepada dirinya sendiri
dan kepada Allah” (ayat 28).
Karunia “berkata kata kata -kata dalam bahasa roh” memungkinkan
seseorang berbicara kepada jemaat saat ada yang menafsirkannya
(1Kor. 14:27-28). Namun pada beberapa kesempatan mungkin
seseorang tiba-tiba didorong oleh Roh Kudus untuk menyampaikan
pesan dari Allah (ref. Ayb. 32:17-22; Yer. 20:9). Pada saat demikian,
Allah akan menunjuk seseorang untuk menafsirkannya, mungkin orang
itu sendiri, mungkin orang lain. Paulus menasihati, di kesempatan
seperti itu, pembicara pertama yang berbahasa roh harus diam
untuk memungkinkan orang yang menafsirkannya berbicara. Dengan
demikian, jemaat dapat bernubuat secara bergiliran sehingga semua
orang dapat belajar dan terbangun (1Kor. 14:30-31).
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
254
Paulus menulis kepada jemaat Korintus, menasihati mereka
untuk menjaga ketertiban saat jemaat berkumpul sehingga segala
sesuatu dapat dilakukan untuk membangun (1Kor. 14:26). Ia berkata kata kata ,
“Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi. Sebab Allah tidak menghendaki
kekacauan, namun damai sejahtera… Segala sesuatu harus berlangsung
dengan sopan dan teratur” (1Kor. 14:32-33, 40). Namun Paulus tidak
menginginkan mereka salah paham dan tidak menyukai, atau bahkan
melarang berkata kata kata -kata dalam bahasa roh. sebab itu ia menambahkan,
“Janganlah melarang orang yang berkata kata kata -kata dengan bahasa roh”
(1Kor. 14:39). Ia juga membagikan pengalamannya sendiri kepada
mereka: “Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah
yang berdoa… Aku akan berdoa dengan rohku… Aku mengucap syukur
kepada Allah, bahwa aku berkata kata kata -kata dengan bahasa roh lebih dari
pada kamu semua.” (1Kor. 14:14-15, 18).
Kesalahpahaman 17
Ada banyak perkumpulan kharismatik yang katanya jemaatnya
dipenuhi Roh Kudus, namun semuanya tampak tidak tertib. Kalau
mereka tidak berteriak-teriak dengan keras, mereka menyanyi-nyanyi
dengan keras, menyebutnya nyanyian roh. Lalu ada di antara mereka
yang memperlihatkan ketidaktertiban yang lebih kecil, dengan secara
bersamaan berbahasa roh saat beribadah atau berbahasa roh dalam
kelompok kecil. Dapatkah keadaan seperti ini ditemukan dalam Alkitab?
Bahkan di pasal 14 dalam 1 Korintus, yang banyak mendiskusikan
masalah berbahasa roh, berbahasa roh saat beribadah tidak dianjurkan.
Hanya dua, atau paling banyak tiga orang yang boleh berbicara, dan
mereka harus melakukannya bergiliran dengan diikuti oleh orang yang
menafsirkan. Begitu juga kita membaca di ayat 33, “Sebab Allah tidak
menghendaki kekacauan, namun damai sejahtera”. Kekacauan bukan
berasal dari Allah, dan kita harus mengingat bahwa Allah kita yaitu
Allah damai sejahtera.
ende Hu (hal. 7-8)
Apa kata Alkitab?
• Tentu ada masalah dalam ketertiban jika jemaat
berteriak-teriak histeris secara emosional di gereja. Namun
kita perlu mengakui bahwa ada beberapa tindakan yang
murni diilhamkan oleh Roh Kudus.
255
• Fenomena menyanyi dalam roh dicatat dalam Alkitab:
Paulus berkata kata kata , “aku akan menyanyi dan memuji dengan
rohku” (1Kor. 14:15). Ia juga mengajarkan kita untuk
“berkata kata kata -kata[lah] seorang kepada yang lain dalam mazmur,
kidung puji-pujian dan nyanyian rohani” (Ef. 5:19; ref. Kol.
3:16). Menyanyi dalam roh dimungkinkan oleh Roh Kudus
dan bukan tanda kekacauan.
• saat Paulus menasihati gereja untuk hanya mengizinkan
dua atau tiga orang berbicara dalam bahasa roh (1Kor.
14:27), ia sedang membicarakan penggunaan bahasa roh
untuk berkhotbah, bukan bahasa roh dalam doa pribadi.
Kita tidak akan berpikir untuk membatasi jumlah orang
percaya yang berdoa bersama di gereja dengan bahasa
pengertian manusia, begitu juga kita tidak membatasi
jumlah orang yang berdoa dalam bahasa roh.
• Tulisan “Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, namun
damai sejahtera” oleh Paulus, ditujukan kepada Gereja
Korintus yang tidak tertib dalam beribadah, yang terjadi
sebab mereka memakai bahasa roh untuk berkhotbah
kepada jemaat tanpa ada yang menafsirkannya, dan mereka
tidak bergiliran.
• Paulus tidak pernah melarang berbahasa roh. Apa yang ia
lakukan yaitu memberikan sebuah tata aturan kepada
gereja untuk memakai karunia ini dengan sepatutnya.
Dengan hati-hati ia berkata kata kata , “Janganlah melarang orang
yang berkata kata kata -kata dengan bahasa roh” (1Kor. 14:39).
9.7 Pengalaman Pentakosta
Pentakosta, yang juga disebut sebagai hari raya “Tujuh Minggu”
(ref. Kel. 34:22; Ul. 16:10), menandai berakhirnya panen. Pada bahasa
Yunani, Pentakosta berarti “ke-50”, sebab Pentakosta jatuh pada hari
ke-50 sesudah Paskah, dihitung dari hari ke-2 perayaan itu (Im. 23:15-
17)6. Di masa itu, perayaan ini yaitu perayaan yang paling semarak
dan membawa orang-orang Yahudi dari segala penjuru dunia bersama-
sama berkumpul di Yerusalem. Allah memilih Pentakosta pertama
sesudah kebangkitan dan kenaikan Kristus untuk mencurahkan Roh
Kudus-Nya yang kudus kepada orang-orang perjanjian baru. Dengan
demikian, Pentakosta mendapatkan makna dan kepentingan yang
baru.
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
256
Berbahasa roh yaitu sebuah tanda yang dramatis, membuat
orang-orang Yahudi dari berbagai penjuru dunia terheran-heran dan
ingin melihat apa yang sedang terjadi. Ini menyediakan kesempatan
yang baik bagi Petrus untuk bersaksi bahwa pencurahan Roh Kudus,
yang baru saja mereka saksikan, terjadi sebab Yesus Kristus yang telah
mereka salibkan telah bangkit dan dimuliakan (Kis. 2:22-23, 30-33).
Dengan demikian, injil keselamatan sampai pada pendengar pertama
yang dimaksud (yaitu Yerusalem), sesuai dengan rencana Allah (Kis.
1:8).
Kesalahpahaman 18
Banyak gereja melihat ayat-ayat pada Kisah Para Rasul 2:1-13
sebagai sebuah kejadian saat murid-murid Yesus tidak berbicara
dalam bahasa roh, namun dalam bahasa-bahasa asing, menyatakan
bahwa inilah yang didengar orang-orang Yahudi yang datang ke
Yerusalem. Mereka juga menyimpulkan bahwa orang-orang Kristen
yang pada hari ini mengaku berbicara dalam bahasa roh, mengucapkan
bahasa yang tidak dapat dimengerti, jadi pengalaman ini berbeda
dengan pengalaman Pentakosta di masa para rasul.
Apa kata Alkitab?
saat Roh Kudus turun pada hari Pentakosta, walaupun bahasa
yang diucapkan para rasul dapat dimengerti, kita dapat menyimpulkan
itu bukan bahasa-bahasa asing sebab beberapa alasan ini:
• Kita melihat Roh Kudus memenuhi murid-murid Yesus dan
menggerakkan mereka untuk “berkata kata kata -kata dalam bahasa-
bahasa lain” (Kis. 2:4). lalu Paulus menjelaskan
bahasa roh sebagai mengucapkan hal-hal yang rahasia
kepada Allah (1Kor. 14:2). Namun bahasa roh membawa
pesan yang mempunyai arti yang dapat diungkapkan
jika ditafsirkan (1Kor 14:27-28). Apa yang terjadi di
hari Pentakosta yaitu , Allah memberikan kemampuan
untuk menafsirkan bahasa roh kepada orang-orang Yahudi
yang mendengarnya. Ini membuat mereka mendengarkan
para murid Yesus “berkata kata kata -kata dalam bahasa [kita] sendiri
tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah”
257
(Kis. 2:11). Ini yaitu pekerjaan yang dilakukan Roh Kudus
dalam memberikan tanda kepada orang-orang Yahudi
(1Kor. 14:22). Pekerjaan ini menghasilkan pertobatan
mereka: hati nurani mereka tersentuh, mereka bertobat,
dan dibaptis di dalam nama Yesus Kristus (Kis. 2:37-41).
• Kemampuan untuk menafsirkan bahasa roh yaitu sebuah
karunia yang diberikah oleh Allah sesuai dengan kehendak-
Nya (1Kor. 12:10-11, 30; 14:26-28). Kadang-kadang karunia
ini diberikan sebagai karunia yang bersifat sementara
jika diperlukan agar orang dapat mendengar dan
mengerti isi pesan khusus dari Allah. Ini yaitu apa yang
dialami oleh orang-orang Yahudi di hari Pentakosta. Kita
juga melihat bagaimana orang-orang percaya dari bangsa
Yahudi yang datang ke rumah Kornelius menerima karunia
yang sama: Roh Kudus membuat mereka mendengar
Kornelius dan keluarganya “berkata kata kata -kata dalam bahasa roh
dan memuliakan Allah” (Kis. 10:44-46).
• Dari pengalaman kita mengetahui bahwa saat sekelompok
orang, walaupun hanya kelompok kecil, berbicara sekaligus,
orang-orang lain mengalami kesulitan untuk mendengar
dan mengerti apa yang sedang diucapkan. Kesulitan ini
menjadi sangat besar saat ini terjadi pada kelompok
yang berjumlah besar. Di hari Pentakosta, ada 120 orang
murid yang dipenuhi oleh Roh Kudus, semuanya berbahasa
roh di saat yang sama. Campuran suara-suara dan tingkat
kebisingan yang terjadi mungkin sangat besar. Namun yang
mengejutkan, di tengah-tengah keadaan seperti itu orang-
orang Yahudi yang datang ke Yerusalem dari sekitar 15
negara, mendengar murid-murid berbicara dengan bahasa
negara mereka masing-masing (Kis. 2:8). Tidak hanya itu,
mereka dapat memahami isi pesan itu, yaitu “perbuatan-
perbuatan besar yang dilakukan Allah” (Kis. 2:11).
• Terdapat hal yang menarik pada catatan “orang-orang
Yahudi yang saleh” (Kis. 2:5). Ini yaitu orang-orang saleh
yang telinganya dibuka oleh Allah sehingga dapat mengerti
bahasa roh dalam bentuk bahasa mereka sendiri (Kis. 2:5-
12). Sebaliknya, ada “orang lain” (Kis. 2:13) yang tidak
mengerti apa yang sedang diucapkan murid-murid, dan
mengejek mereka sebagai orang-orang yang sedang mabuk.
sebab itu kita dapat menyimpulkan bahwa bila bahasa roh
yang diucapkan murid-murid yaitu bahasa-bahasa asing,
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
258
maka baik orang-orang Yahudi yang saleh maupun orang-
orang ini tentu dapat mengerti apa yang sedang diucapkan
murid-murid Yesus.
Kesalahpahaman 19
Di hari Pentakosta, perlu dicatat bahwa bahasa itu bukanlah bahasa
yang tidak dikenali, namun dalam beberapa bahasa dari berbagai negara
yang berkumpul pada saat itu. Sejauh yang dituliskan dalam Alkitab, ini
tidak pernah terjadi lagi.
J. Oswald Sanders (hal 72)
Kesalahpahaman 20
Karunia berbahasa roh pada hari Pentakosta yaitu bahasa tertentu
dari orang-orang tertentu untuk menyampaikan injil kepada mereka (Kis.
2:6-11). Pentakosta berdiri sendiri. Baptisan Roh Kudus tidak pernah
dimaksudkan sebagai pengalaman yang berulang.
John H. Pickford (hal 12 dan 14).
Kesalahpahaman 21
[Mengacu pada Kisah Para Rasul 2:1-4] saat orang-orang percaya
dipenuhi oleh Roh Kudus, mereka berbicara dengan bahasa lain.
Dalam keadaan kesurupan, mereka mengucapkan bahasa-bahasa dari
negara-negara lain yang mereka sendiri tidak mengerti, namun dimengerti
oleh orang-orang dari bangsa mereka masing-masing… sesudah hari
Pentakosta, fenomena bahasa roh terjadi di Gereja Korintus dan tempat-
tempat lain. Walaupun mereka juga “berkata kata kata -kata dalam bahasa roh”,
ini bukan lagi fenomena Pentakosta, sebab fenomena ini bukan tanda
yang selalu menyertai pencurahan Roh Kudus, namun sebuah fenomena
yang telah berakhir. sebab itu, mereka yang berharap membangkitkan
kembali mujizat khusus ini di masa sekarang, telah keliru menganggap
bahwa ketiadaan mujizat ini menandakan tidak adanya Roh Kudus.
Mereka telah keliru memahami arti sesungguhnya dari pencurahan Roh
Kudus. Roh Kudus yang telah turun pada hari Pentakosta masih terus
bersama kita hingga hari ini.
Kurosaki Koukichi
259
Pendapat para penulis di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
• Di hari Pentakosta, murid-murid mengucapkan bahasa-
bahasa yang berbeda dari negara-negara asal orang-orang
Yahudi yang datang ke Yerusalem.
• saat murid-murid berbicara dengan bahasa-bahasa asing,
mereka ada dalam keadaan kesurupan.
• Fenomena pada hari Pentakosta yaitu perwujudan khusus
pencurahan Roh Kudus.
• Roh Kudus yang dicurahkan pada hari Pentakosta terus
tinggal bersama orang-orang Kristen hingga hari ini.
• Kita tidak bisa menyamakan ketiadaan tanda berbahasa
roh dengan ketiadaan Roh Kudus.
• Pengalaman berbahasa roh di masa sekarang berbeda sama
sekali dengan fenomena di hari Pentakosta.
Apa kata Alkitab?
• Murid-murid Yesus berkata kata kata -kata dalam bahasa roh, bukan
bahasa-bahasa asing. Orang-orang Yahudi dari negara-
negara lain mengerti apa yang mereka ucapkan sebab
Allah memberikan mereka karunia sementara untuk
menafsirkannya. Kejadian serupa terjadi saat rumah
tangga Kornelius menerima Roh Kudus, dan orang-orang
percaya dari bangsa Yahudi mendengar mereka “berkata kata kata -
kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kis.
10:46).
• saat murid-murid Yesus berkata kata kata -kata dalam bahasa roh,
mereka tidak sedang berada dalam keadaan “kesurupan”.
Sebaliknya, pikiran mereka sadar dan jernih, sebab mereka
menyadari bahwa orang-orang di sekeliling mereka merasa
takjub dan sebagian ada yang mengejek-ejek mereka (Kis.
2:5-8; 13-15).
• Berbahasa roh yaitu tanda pasti bahwa seseorang telah
menerima Roh Kudus (Kis. 10:46). Bahasa roh tidak selalu
harus dapat dimengerti (1Kor. 14:2). saat jemaat Efesus
berbahasa roh, tidak ada tanda-tanda bahwa ada orang
yang mengerti bahasa itu, namun mereka dipastikan telah
menerima Roh Kudus (Kis. 19:1-6).
• Pencurahan Roh Kudus menjadi fenomena yang umum
terjadi, setiap kali disertai dengan berbahasa roh. Ini
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
260
menjadi tema utama injil seperti yang diberitakan para
rasul. Contohnya, Petrus mendesak orang-orang Yahudi
untuk bertobat dan dibaptis agar mereka juga dapat
menerima karunia ini (Kis. 2:38).
• Ada lima kejadian baptisan Roh Kudus dicatat dalam Kisah
Para Rasul (Kis. 2:4; 8:17; 9:17; 10:44; 19:6), menunjukkan
bahwa pengalaman Pentakosta terulang, membuktikan
bahwa ini bukanlah kejadian khusus.
9.8 Karunia menafsiran bahasa roh
Karunia menafsirkan bahasa roh dapat ditemukan di antara umat
percaya di gereja sejati hari ini. jika kita melihat di dalam Alkitab
dan pada pengalaman-pengalaman jemaat Gereja Yesus Sejati, kita
melihat bahwa ada beberapa cara Roh Kudus membuat seseorang
mengerti bahasa roh:
• Seperti pada kejadian yang dialami orang-orang Yahudi
yang saleh di hari Pentakosta, Allah membuat orang yang
mendengar dapat mendengar bahasa roh dengan bahasa
mereka sendiri.
• Allah menyingkapkan arti bahasa roh kepada pendengar
sesudah ia yang berbicara selesai mengutarakannya.
• Orang yang berkata kata kata -kata dalam bahasa roh tidak mengerti
artinya pada saat ia mengucapkannya, namun lalu
Allah membuatnya mampu menafsirkan pesan itu.
• Orang menafsirkan sesudah ia berbicara dalam bahasa roh,
kalimat per kalimat.
• Orang yang berkata kata kata -kata dalam bahasa roh mengerti apa
yang sedang ia katakan, namun mengetahui bahwa Roh Kudus
akan menggerakkan orang lain untuk menafsirkannya.
Dalam kejadian seperti ini, orang yang menafsirkannya
akan datang ke muka untuk mengartikan pesan berbahasa
roh. Pesan yang disampaikan akan sama persis dengan apa
yang dipahami oleh orang yang berbicara dalam bahasa
roh.
• Orang yang berbicara dalam bahasa roh tidak mengerti
artinya, namun Allah menggerakkan orang kedua untuk
menafsirkannya.
261
9.9 Kesaksian jemaat Gereja Yesus Sejati
9.9.1 Kesaksian 1
Kesaksian ini mengenai Saudara Chen Ahgui dari Desa Boai,
Propinsi Heping di Taichung, Taiwan. Saudara Chen jatuh sakit
sebab tetanus pada tanggal 26 Juli 1959 dan tidak dapat bangkit
dari tempat tidurnya. Walaupun ia dirawat oleh tiga dokter berbeda,
mereka tidak berhasil mengobatinya. Pada akhirnya ia memutuskan
untuk menghentikan pengobatan medis, dan berdoa kepada Allah
memohon belas kasihan dan kesembuhan. Di saat yang sama, gereja
mendoakannya.
Pada saat sebuah sesi doa, seorang saudari bernama Lin Qiuju
menafsirkan bahasa rohnya sendiri dalam dialek asli suku Taiwan
pegunungan. Pesannya yaitu : “Ada dosa dalam kelompok ini.”
Mendengar ini, jemaat bertobat. Namun doa-doa untuk Saudara Chen
tetap tak terjawab.
Pada sesi doa lain, Saudari Lin sekali lagi menafsirkan bahasa
rohnya, berkata kata kata , “Di antara yang berdoa ada orang yang telah melakukan
dosa mematikan. Orang ini harus diusir. Ia tidak boleh turut berdoa.”
saat hal ini diselidiki, pesan ini terbukti benar; mereka mendapati
seseorang di antara mereka telah melakukan dosa. Gereja menuruti
Roh Kudus dan memberhentikan keanggotaan orang ini.
saat mereka berdoa kembali untuk Saudara Chen, ia mulai
membaik: pernapasan, air muka dan keadaannya secara umum mulai
pulih. Lalu pada saat sesi doa pagi, Saudari Lin menafsirkan bahasa
roh untuk menyampaikan pesan kepada Saudara Chen: “Sekarang
kamu akan disembuhkan dari sakitmu.” Sejak hari itu, Saudara Chen
mengalami pemulihan yang cepat: ia dapat makan, duduk, berdiri, dan
akhirnya dapat berjalan. Tidak lama lalu ia sembuh total.
9.9.2 Kesaksian 2
Di tahun 1927, saat Gereja Yesus Sejati baru didirikan di Taiwan,
jemaat Taichung mengadakan kebaktian mereka di lantai atas sebuah
tempat usaha milik Penatua Filemon Kuo. Pada saat itu, hanya ada
sedikit pendeta, sehingga gereja menugaskan jemaat untuk bergiliran
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
262
menyampaikan khotbah. sesudah kebaktian, pendeta-pendeta akan
memberikan komentar kepada jemaat yang berkhotbah.
Pada hari Sabat siang, seorang saudara bernama Yang Guichuan
baru saja selesai menyampaikan khotbah dan sedang turun dari
mimbar, dan tiba-tiba ia didorong oleh Roh Kudus untuk berkata kata kata -kata
dalam bahasa roh kepada Diaken Qian. Saudara Yang berbicara dengan
tegas dan penting, menunjuk jarinya ke arah Diaken Qian dengan
sikap seperti orang menegur. Namun Saudara Yang tidak mengerti apa
yang sedang ia katakan, dan ia juga tidak mengerti apa yang sedang ia
lakukan.
sesudah Saudara Yang selesai berbicara, Diaken Qian berdiri
dan berkata kata kata kepada jemaat, “Apa yang baru saja saya dengar yaitu
sebuah pesan dalam dialek Fujian. Saudara Yang berkata kata kata kepada saya,
‘walaupun kamu ada di Taiwan, hatimu ada di Fujian. Kamu harus
menginjil di Taiwan dengan sepenuh hati!’”.
Saudara Yang yaitu orang asli Taiwan, dan tidak dapat berbicara
dialek Fujian. Tambah lagi, saat ia berbicara kepada Diaken Qian,
jemaat mendengarnya berbicara dalam bahasa roh. Namun Roh Kudus
menggerakkan Diaken Qian mendengar bahasa roh itu sebagai bahasa
dialeknya sendiri. Jemaat lalu mengerti bahwa Diaken Qian, yang
berasal dari Fujian, China, merasa rindu dengan kampung halaman,
sehingga tidak dapat memusatkan perhatian pada pelayanan di gereja.
Roh Kudus menegurnya, mengingatkannya untuk tetap waspada dan
menyelesaikan tugas dari Tuhan. Mendengar pesan ini, Diaken Qian
dengan rendah hati bertobat dan menjadi lebih giat dalam melakukan
pekerjaan Allah.
9.9.3 Kesaksian 3
Pada suatu sore di tahun 1927, Taichung, Taiwan, Penatua Gideon
Huang sedang memimpin kebaktian. Di penghujung kebaktian, jemaat
berlutut untuk berdoa memohon Roh Kudus. Saudara Yang Guichuan
dipenuhi oleh Roh Kudus dan berkata kata kata -kata dalam bahasa roh. Ia
mengerti makna bahasa roh ini, namun mengetahui bahwa Allah akan
menetapkan orang lain untuk menafsirkannya. sesudah doa selesai,
orang yang mendengar dan mengerti bahasa roh itu merasa Roh Kudus
mendesaknya untuk menafsirkan, namun tidak





.jpeg)






