Keselamatan merupakan tujuan utama hidup di dunia dan di akhirat.
Setiap agama pada umumnya memberi petunjuk pada umatnya melalui
kitab suci yang merupakan satu-satunya landasan utama dan penuntun hidup
bagi umatnya agar bisa hidup sesuai dengan jalan yang diajarkan dalam
agama tersebut. Hal ini tujuannya adalah agar umat pemeluk agama
mendapat keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat, jasmani maupun
rohani.
Agama Kristen, dalam hal ini juga memiliki ajaran keselamatan yang
merupakan konsep dasar yang harus diikuti oleh umat Kristiani. Keselamatan
adalah hal yang sangat mudah dalam agama Kristen. Umat Kristen tidak perlu
puasa, shalat, zakat, haji, dan lain-lain seperti yang diwajibkan pada seorang
muslim. Mereka hanya cukup percaya kepada Yesus Kristus sebagai juru
selamat sekaligus pribadi Tuhan yang Maha Kasih, maka keselamatan pasti
menjadi miliknya.1
Hal ini sebanding dengan yang disebutkan dalam Al-kitab
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan dan
percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara
orang mati maka kamu akan diselamatkan ... (Roma, 10:9).” Potongan ayat tersebut merupakan salah satu rumusan iman yang paling awal akan Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan penyelamat bagi umat kristiani.
Bagi orang Kristen, Yesus Kristus adalah segala-galanya.2
Bagi orang
Kristen, selama berabad-abad, inti dari Injil dan kabar suka cita serta arti
Yesus Kristus terdapat dalam penekanan pada aspek perdamaian atau
pembebasan. Ditekankan sedemikian rupa sehingga arti Yesus dan Injilnya
tidak dilihat sebagai penyelamatan pribadi manusia, namun terutama juga demi
kesejahteraan dan keselamatan umat manusia secara menyeluruh.3
Keselamatan adalah jalan atau alat lahiriah yang biasa dipakai Roh
Kudus untuk menerapkan buah karya penyelamatan Kristus guna
mengumpulkan dan memelihara gereja-Nya. Dalam Perjanjian Baru, kosmos
berarti “...jagat raya yang teratur” (Yohanes, 17:5).4
Paulus melihat bahwa
akibat-akibat peristiwa Kristus tidak hanya menyentuh umat manusia, namun
juga ciptaan pada umumnya. Meskipun tidak mudah untuk memberi
penjelasan lebih jauh mengenai dimensi kosmis penyelamatan ini, kata-kata
Paulus ini sekarang berbunyi lagi sehubungan dengan pembicaraan yang
begitu hangat mengenai ekologi atau kalau kita berpikir mengenai akibat
keserakahan manusia, ketidakpeduliannya terhadap orang lain dan
keserakahannya pada dunia ciptaan Allah ini.5Bagaimana orang-orang itu dapat menemukan keselamatan mereka
dengan mengikuti hukum Musa, Nabi-Nabi, dan tulisan-tulisan lain
(Perjanjian Lama), tanpa menerima Dia, yang oleh orang-orang Kristen
disebut penyelamat dunia. Dalam teks Perjanjian Baru Allah menghendaki
agar “semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan dan
kebenaran karena Allah itu Esa dan Esa pula Dia yang menjadi perantara
antara Allah dan manusia” (Petrus, 5:9), yaitu manusia Yesus Kristus yang
telah menyerahkan dirinya sebagai tebusan bagi semua manusia. Para ahli
teologi Kristen dengan mudah dan tepat menyimpulkan peranan Yesus
sebagai penyelamat dunia, yaitu dunia manusia.6
Dalam mempelajari konsep keselamatan Kristen tentunya kita juga
tidak bisa dilepas dengan konsep dosa dalam agama Kristen, karena hal ini
sangat erat kaitannya dalam dunia Kekristenan. Yesus dianggap sebagai juru
selamat para jemaat Kristen yakni dengan membebaskan mereka dari dosa
asal atau disebut juga dengan dosa waris.7
Ajaran tentang dosa warisan telah dikenal dan bersumber dari AlKitab yaitu sebagaimana yang dinyatakan oleh Roma 5;12-21, sebagai
berikut:
“Sebab itu, sama seperti dosa masuk ke dalam dunia oleh satu orang,
dan oleh dosa itu juga maut, demikian itulah dosa maut telah menjalar
kepada semua orang yang telah berbuat dosa. Sebab sebelum hukum
taurat ada, telah ada dosa di dunia. namun dosa itu tidak
diperhitungkan kalau tidak ada hukum taurat. Sungguh pun demikian,
maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa, juga atas mereka yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama
seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah dari gambar dia
yang akan datang. namun karunia Allah tidaklah sama dengan
pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua
orang telah jatuh dalam maut, jika lebih besar lagi kasih karunia Allah
dan karunia-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus
Kristus ...”
8
Dari uraian di atas bagian yang terlihat jelas adalah bahwa kasih
karunia Allah dalam Kristus jauh lebih besar dan lebih melimpah, jika
dibandingkan dengan dosa semua orang.
Jadi, setiap manusia dinyatakan berdosa, dikarenakan dosa oleh nenek
moyang manusia yakni Adam dan Hawa. Tidak seorang pun yang
dikecualikan oleh Yesus Kristus sang penebus dosa. Segera sesudah dosa
manusia pertama, Tuhan berjanji kelak setan akan dikalahkan. Menurut AlKitab, dosa adalah suatu pemberontakan. Maka akibatnya sangat luas. Dosa
menurut Al-Kitab memiliki sifat yang umum, yang meliputi seluruh
keturunan Adam dan Hawa. Dengan cara yang bermacam-macam hal itu
diajarkan oleh Al-Kitab. Disebutkan bahwa, baik orang Yahudi (yaitu umat
Allah yang bertuhan), maupun Yunani (yaitu orang kafir yang tidak
bertuhan), mereka semua ada di bawah kuasa dosa. Bahwa semua orang yang
telah berbuat dosa telah kehilangan kemuliaan Allah9
.
Umat Kristen memberitakan bahwa keselamatan memiliki berbagai
macam istilah, ungkapan dan lambang. Injil yang diberitakan adalah “firman
yang memberi keselamatan atau damai sejahtera”, sehingga boleh saja disebut sebagai Injil keselamatan atau damai sejahtera. Umat Kristen berkata,
bahwa manusia oleh Allah melalui Yesus Kristus “diselamatkan”. Asalkan
dia mau percaya, manusia sudah ditebus dari dosa dan sudah bebas dari
kematian. Asal orang mau percaya, ia mendapat rahmat Tuhan.
Agama Kristen mengajarkan bahwa Yesus disalib untuk menebus
dosa manusia dan menyelamatkan umat manusia dari setiap dosa, baik dosa
asal maupun dosa yang dikerjakan. Selama mereka hidup, umat Kristen
percaya bahwa penyaliban Yesus adalah jaminan keselamatan bagi mereka.
Al-Kitab adalah sumber keterangan yang utama di dalam ajaran Kristen
tentang peristiwa-peristiwa penyelamatan, Al-Kitab mengantarkan atau
mengkomunikasikan bentuk dasar atau inti makna keselamatan kepada umat
Kristen.
Dalam konsep keselamatan agama Kristen, manusia mendapat
keselamatan di dunia maupun di akhirat. Umat Kristiani pada umumnya yakin
bahwa Yesus adalah Tuhan. Tuhan Yang Maha Kasih yang telah berjanji
akan mengutus seorang penebus ke dunia, yang akan menebus dosa asal
manusia serta segala akibatnya. Allah Yang Maha Kasih datang ke dunia
untuk menyelamatkan manusia dari hukuman dosa dan membebaskannya dari
dosa asal.
panjangnya.14 Saksi-Saksi Yehuwa mempercayai bahwa kematian setara
dengan tidur panjang tanpa aktivitas dan tanpa sebuah kesadaran di dalamnya.
Bagi Saksi-Saksi Yehuwa, manusia adalah jiwa sebagai gabungan
debu tanah dan nafas Allah dan hakekatnya sama dengan binatang pada
umumnya.15 Bila manusia mati, maka jiwa itu mati bersamanya. Jadi tidak
dipercayai adanya kehidupan yang kekal. Kecuali para penganut Saksi-saksi
Yehuwa yang dipilih menjadi bagian Firdaus maupun kerajaan teokratis di
bumi. Kematian di dunia adalah “tidur rohani” dan kelak orang yang
mengalami kematian ini akan menunggu hari penghakiman.
Penebusan Yesus Kristus di kayu salib ditolak oleh Saksi-saksi
Yehuwa.Yesus mati di tiang siksaan dan kemudian mati dan dibangkitkan
dalam roh saja.16 Penebusan darah Yesus ditolak dan manusia untuk
menyelamatkan diri harus dicapai dengan amal baik dan dengan menjadi
Saksi-saksi Yehuwa yang menyiarkan ajaran Saksi-saksi Yehuwa untuk
memperoleh status hidup kekal dalam kerajaan teokratis atau akan
dimusnahkan.
Ajaran tentang dosa, pertobatan, pengampunan, kasih, dan darah
Kristus dalam penebusan dosa seperti yang diajarkan Kristen diabaikan dan
diberi pengertian baru sesuai ajaran Saksi-Saksi Yehuwa. Hakekat neraka
tidak dipercayai apalagi sebagai siksaan yang kekal. Hanya ada dua pilihan di
akhirat, hidup kekal dalam kerajaan teokratis bersama Yehuwa atau
dimusnahkan.
Konsep keselamatan Saksi-Saksi Yehuwa tidak semata-mata dipegang
penuh oleh Yesus Kristus melainkan adanya keterlibatan Tuhan Yehuwa. Hal
ini sangat berbeda dengan konsep teologi yang dipercayai oleh Kristen
mainstream yang sangat percaya bahwa otoritas penyelamat manusia
dipegang penuh oleh Tuhan Yesus Kristus. Oleh sebab adanya suatu
perbedaan konsep keselamatan dalam Kekristenan, khususnya Kristen SaksiSaksi Yehuwa, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam
lagi mengenai bagaimanakah pemahaman konsep keselamatan menurut
pandangan Kristen Saksi-Saksi Yehuwa, dengan judul Konsep Keselamatan
dalam Pandangan Saksi-Saksi Yehuwa (Studi Terhadap Ajaran Saksi-Saksi
Yehuwa di Yogyakarta).
B. Rumusan Masalah
Setelah membahas latar belakang di atas, maka penulis mencoba
untuk membuat rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep keselamatan dalam pandangan Kristen Saksi-Saksi
Yehuwa?
2. Apakah konsep keselamatan dalam perspektif Saksi-Saksi Yehuwa
bertentangan dengan Kristen mainstream?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dalam penulisan skripsi tentang konsep keselamatan dalam Saksisaksi Yehuwa ini penulis memiliki beberapa tujuan yang akan dicapai, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pandangan Kristen Saksi Yehuwa mengenai
konsep Keselamatan.
b. Untuk mengetahui sejauh mana pemaknaan tentang konsep
Keselamatan dalam Kristen Saksi-Saksi Yehuwa, sejalan atau
bertentangan dengan Al-Kitab.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan secara teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi
sumbangsih dan menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai
sekte dalam dunia Kekristenan yang ada di Indonesia, khususnya
kajian mengenai Saksi-Saksi Yehuwa di Yogyakarta.
b. Kegunaan secara praktis
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
rujukan dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis.
Sedangkan bagi penulis semoga tulisan ini menjadi hasil yang baik dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan selama di bangku kuliah
ke dalam karya yang nyata dan dapat diterima sebagai syarat untuk
mendapat gelar sarjana Theologi Islam (S.Th.I).
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah istilah lain dari kajian bahan pustaka
(literature review). Melihat pengertian tersebut, maka sesuai dengan pokok
masalah yang sudah ada, sebenarnya sudah banyak buku-buku yang
menjelaskan tentang keselamatan dalam agama Kristen. Di antaranya adalah
sebagai berikut:
C. Groenen, dalam karyanya yang berjudul Soteriologi Al-Kitabiah,
membahas tentang refleksi keselamatan yang diwartakan umat Kristen yang
didasarkan pada Al-Kitab tentang penyelamatan manusia dari dosa.17 Dalam
karya tersebut jelas bahwa penulis hanya membahas mengenai refleksi
keselamatan umat Kristen terhadap manusia dari dosa, sedangkan dalam
karya ini penulis akan mengungkapkan bagaimanakah konsep keselamatan
yang ditawarkan oleh Kristen aliran Saksi-Saksi Yehuwa.
Dalam salah satu skripsi mahasiswi Ushuluddin Sa‟atus Saidah yang
berjudul Sekte Dalam Agama Kristen Protestan (Studi Pola Penyebaran dan
Strategi Bertahan Saksi-saksi Yehuwa di Yogyakarta) dijelaskan bahwa
Saksi-Saksi Yehuwa bukanlah agama yang baru melainkan Ia berawal dari
kelompok belajar Al-Kitab pada tahun 1870-an yang menamakan diri mereka dengan sebutan siswa-siswa Al-Kitab. Selain temuan tersebut dalam
penelitian ini dijelaskan juga bahwa Saksi-saksi Yehuwa melaksanakan
dakwah dengan cara meyakinkan calon Jemaat dengan pembahasan Al-Kitab
dan berdiskusi bersama. Mereka sering menyampaikan ajaran-ajaran Al-Kitab
dari rumah ke rumah, selain itu juga di tempat-tempat umum seperti pom
bensin, rumah sakit, kampus dan lain-lainnya. Dakwah tersebut dilakukan
dengan cara yang lembut dan tanpa paksaan dari pihak pendakwah (SaksiSaksi Yehuwa).18 Dalam karya tersebut ada kesamaan objek kajian (SaksiSaksi Yehuwa) seperti yang akan penulis paparkan dalam penelitian ini.
Namun jika diamati lebih dalam lagi, di sini penulis akan lebih fokus kepada
konsep keselamatan dalam Saksi-saksi Yehuwa, sedangkan dalam karya
tersebut lebih menekankan dalam proses penyebaran dan syiar Saksi-Saksi
Yehuwa.
Di dalam karya Umi Hanik, yang berjudul Yesus Juru Selamat dan
Nabi Muhammad Pemberi Syafa‟at (Studi Komparatif Kristen dan Islam),
dibahas tentang Yesus Kristus memberi jalan keselamatan dan do‟a
syafaat sebuah karya penebusannya kepada umat manusia, dan Nabi
Muhammad pemberi syafa‟at yang berupa penyelamatan yang bertujuan
menghindarkan manusia dari dosa.19 Karya tersebut mencoba untuk
membandingkan posisi Yesus dan Nabi Muhammad SAW. dalam peran
mereka sebagai juru selamat dan juga pemberi Syafaat bagi umatnya masing-masing. Sedangkan dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan pada
peran Yesus menurut Saksi-saksi Yehuwa dalam konsep keselamatan.
Selain itu, karya Joni Irsyadi yang berjudul Peran Yesus Kristus dan
Nabi Muhammad dalam Sistem Peradilan Tuhan (Studi Komparatif Islam dan
Kristen), membahas tentang kepercayaan umat Kristiani dalam sistem
peradilan Tuhan yang mencerminkan suatu keadilan yang sukar dijumpai
dalam keadilan di dunia. Sedangkan Nabi Muhammad SAW. mengajarkan
syafa‟at, artinya memohon pertolongan kepada Allah SWT. agar manusia
dimintakan syafa‟at itu, diampuni dosanya oleh Allah SWT.20 Jika
dibandingkan dengan karya Joni Irsyadi di atas maka sangat jelas perbedaan
kajian yang akan diteliti oleh penulis, bahwa dalam penelitian ini penulis
akan membahas mengenai konsep keselamatan Kristen Saksi-Saksi Yehuwa
dan tanpa menggunakan studi komparatif dengan agama lain.
Dari sebagian besar kajian pustaka yang telah penulis baca
kebanyakan karya membahas hanya sebatas konsep perkembangan pemikiran
tentang Yesus Kristus pada umat Kristiani sebagai penyelamat manusia, dan
juga tidak spesifik membahas tentang konsep keselamatan dalam pandangan
Kristen Saksi-Saksi Yehuwa. Oleh sebab itu, bisa dikatakan bahwa penulisan
karya ini belum banyak dibahas dan ditulis oleh peneliti sebelumnya.
Konsep Keselamatan dalam Pandangan Saksi-Saksi Yehuwa ini akan
secara khusus dan fokus membahas tentang aspek bagaimana pemahaman
konsep keselamatan dalam Kristen Saksi-Saksi Yehuwa. Menurut hemat penulis, bahasan tema tersebut sangat penting untuk dilakukan karena dari
beberapa kajian pustaka yang telah dilakukan oleh penulis kajian mengenai
Kristen Saksi-Saksi Yehuwa sangatlah sedikit sekali, terkhusus pada
pembahasan mengenai konsep keselamatannya. Selain itu dalam konsep
keselamatan dalam Saksi-Saksi Yehuwa ini memiliki sumber dan
interpretasi yang berbeda dengan Al-Kitab pada umumnya. Oleh sebab itu,
perlu kiranya untuk diteliti lebih lanjut mengenai perbedaan tersebut.
E. Kerangka Teori
Di dalam dunia Kristologi, konsep keselamatan merupakan salah satu
isu utama dan menempati kedudukan yang sentral dalam dogma dan teologi
Kristen. Studi teologi untuk hal keselamatan disebut soteriologi –yaitu
tentang bagaimana keselamatan dapat dicapai dan apa saja yang
mempengaruhi keselamatan, dan hasilnya. Keselamatan juga disebut sebagai
“pelepasan” atau “penebusan” dari dosa dan pengaruh dosa.
Keselamatan berasal dari anugerah Allah. Perjanjian Lama
menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya adalah berdosa, dan
menceritakan tentang perjanjian yang diberikan Tuhan kepada umat pilihan.
Perjanjiannya termasuk Perjanjian kepada Abraham, yaitu bahwa melalui
Abraham semua bangsa di bumi akan diberkati. Tuhan menunjukkan karya
penyelamatannya di sepanjang sejarah Israel dan juga menjanjikan Mesias
yang akan menyelamatkan manusia dari kuasa dan hukuman dosa. Sosok Mesias tersebut dipenuhi oleh Yesus yang akhirnya mengalahkan seluruh
karya Iblis, termasuk penderitaan, penyakit, dan kematian.
Berbagai konsep di atas juga ditegaskan oleh beberapa tokoh Kristen
mainstream (protestan dan Katolik) di antaranya adalah Santo Paulus dan
Martin Luther. Santo Paulus dalam teorinya yang mengungkapkan bahwa
Yesus orang Nasaret adalah “Mesias” anak Allah yang dijanjikan, diutus oleh
Allah ke dunia dalam “kegenapan waktu” untuk memenuhi janji-Nya kepada
umat-Nya, Israel (2 Kor. 1:18–22; 6:2; Gal. 4:4). Dalam surat-surat Paulus,
digunakan beberapa tema Al-Kitab untuk menunjuk aspek yang berbeda dari
keselamatan yang telah dianugerahkan oleh Kristus bagi orang yang percaya.
Tema pokok yang dipakai Paulus untuk menggambarkan karya Kristus
tentang penebusan mencakup: pertama, “pengorbanan” dari kesalahan atas
dosa manusia; kedua, “perdamaian” dari murka Allah yang suci terhadap
ciptaan-Nya yang berdosa; ketiga, “rekonsiliasi” atau perdamaian dengan
Tuhan; keempat, “penebusan” dari kutukan dan penghukuman hukum Taurat;
dan kelima, “kemenangan” atas dosa, kematian, dan semua kekuatan yang
menentang kerajaan Allah.
Bahwa Paulus memahami kematian Kristus sebagai pengorbanan bagi
dosa tidak dapat disangkal lagi. Dalam 1 Korintus 15:3, Paulus menyatakan
bahwa Kristus mati “untuk dosa-dosa kita”. Dalam bagian lain, ia
mengatakan bahwa Allah mengutus Anak-Nya sendiri ”yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa” (Rom. 8:3). Paulus juga mengajarkan
bahwa kematian Kristus adalah pendamaian terhadap murka Allah. Dalam
kesucian-Nya, Allah membenci dosa. Akan namun , Injil mengatakan bahwa
Allah dengan penuh kasih telah mendamaikan murka-Nya melalui kematian
Anak-Nya sendiri (Rom. 3:25; 5:9 - 10; 2 Kor. 5:21). Karya penebusan
Kristus juga merupakan karya rekonsiliasi.24 Bisa disimpulkan bahwa melalui
kematian-Nya, Kristus telah melepaskan semua rintangan terhadap
pendamaian orang berdosa dengan Allah.
Injil, menurut Santo Paulus, dapat diringkas sebagai berita mulia dari
pemenuhan Allah akan janji-Nya atas keselamatan bagi umat-Nya di dalam
Kristus. Pesan pokok dari ajaran Paulus adalah keselamatan melalui Kristus
yang disalibkan dan dibangkitkan. Kristus telah menyediakan penebusan atas
dosa-dosa umat-Nya yang memberi jawaban atas setiap aspek dari keadaan
berdosa mereka. Melalui persekutuan iman dengan Kristus, orang percaya
menikmati kebaikan dari karya penebusan ini. Mereka yang ada di dalam
Kristus menikmati status baru, yaitu diterima secara cuma-cuma oleh Allah,
walaupun mereka tidak layak sebagai orang-orang berdosa. Mereka juga
memperoleh anugerah hidup yang taat kepada “hukum Kristus” melalui
pekerjaan Roh Kudus. Dan mereka mengetahui anugerah yang ada sekarang
serta kemuliaan yang akan datang, ketika “buah pertama” dari keselamatan di
dalam Kristus akan dikeluarkan dalam tuaian eskatoligis dari keikutsertaan
secara penuh dalam kemenangan kebangkitan Kristus. Kemudian hal di atas berbeda dengan Teori yang disebutkan oleh
Martin Luther dalam Teologi keselamatannya. Dia meyakini bahwa tidak ada
keselamatan di luar Yesus Kristus, bahkan lebih sempit lagi yakni tidak ada
keselamatan di luar gereja. Akan namun sekalipun terdapat perbedaan konsep
keselamatan antara Katolik dengan Protestan, keduanya tetap percaya bahwa
pemegang otoritas juru selamat yang utama adalah Yesus Kristus.
Teori yang diungkapkan oleh Santo Paulus dan Martin Luther di atas
akan penulis gunakan sebagai bahan untuk menganalisis tentang bagaimana
dan mengapa ajaran konsep Keselamatan dalam perspektif Saksi-Saksi
Yehuwa berbeda dengan Kristen mainstream.
Kegiatan observasi ini dilakukan oleh penulis untuk
memperoleh data tentang perilaku manusia seperti dalam
kenyataanya secara langsung tanpa pengaturan-pengaturan tertentu.
Dengan observasi, akan diperoleh gambaran yang lebih jelas lagi
mengenai kehidupan sosial dari objek kajian penelitian. Selain hasil
tersebut dengan melakukan penelitian penulis juga akan memperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang masalah dan petunjuk-petunjuk
tentang cara memecahkan permasalahan.Dalam penelitian ini
observasi dilakukan oleh penulis dengan cara mendatangi
perhimpunan Saksi-saksi Yehuwa yang berlokasi di Yogyakarta
pada hari Minggu dalam acara kebaktian dan hari Kamis dalam
rangka Sekolahan Pelayanan Teokratis dan juga melakukan dialog
individu dengan pengurus dan penetua Saksi-Saksi Yehuwa di
Yogyakarta. Oleh sebab itu, penelitian ini bisa dikatakan dengan
penelitian terlibat, karena penulis melaksanakan observasi dan
terlibat dalam beberapa acara kebaktian yang diadakan oleh lembaga
Saksi-Saksi Yehuwa agar mendapat data yang kongkrit dari
objek penelitian. Akan namun keterlibatan penulis hanya sebatas
peneliti saja tidak sampai pada prosesi menjadi jemaat Saksi-Saksi
Yehuwa yang sebenarnya.
b. Interview
Interview atau sering juga disebut dengan wawancara
merupakan sebuah teknik pengumpulan informasi yang dilakukan
untuk memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab melalui
kontak langsung dengan narasumber yang ditentukan.28 Wawancara
ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang terkandung dalam
pikiran dan hati narasumber, tentang bagaimana pandangannya
tentang dunia dan yang belum bisa diketahui dengan jalan observasi.
Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan ketua dan penetua
Saksi-Saksi Yehuwa di Yogyakarta. Selain mewawancarai penetua
dan ketua, penulis juga mewawancarai sejumlah anggota Saksi-Saksi
Yehuwa. Dalam seleksi untuk menentukan informan dari anggota,
penulis secara acak memilih beberapa anggota jemaat Saksi-Saksi
Yehuwa.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan
Teologis. Pendekatan Teologis merupakan pendekatan yang sifatnya
normatif dan deduktif terhadap agama, dan memiliki ciri yang tekstual
dan kitabi.30 Pendekatan ini digunakan penulis untuk mengumpulkan
bukti-bukti data tekstual dan teologis melalui teks-teks suci (Al-Kitab)
sebagai pedoman utama bagi Kristen mainstream, Al-Kitab terjemahan
baru yang digunakan sebagai landasan teologis Saksi-Saksi Yehuwa,
serta berbagai tulisan yang berkaitan tema konsep keselamatan dalam
Saksi-Saksi Yehuwa sekaligus sebagai alat untuk menganalisis
permasalahan dalam skripsi ini.
5. Analisis Data
Skripsi ini merupakan karya tulis ilmiah yang bersifat kualitatif,
maka pada hasil akhirnya diharuskan dengan adanya sebuah analisis data
yang berfungsi untuk upaya menjelaskan dan menafsirkan data-data yang sudah dideskripsikan untuk mendapat pemahaman-pemahaman dan
pengertian yang sesuai dengan tema Penelitian
Analisis data merupakan sebuah proses penyederhanaan data
dalam bentuk yang lebih mudah difahami dan diinterpretasikan. Dalam
menganalisis data penelitian ini digunakan deskripsi analisis yang artinya
setelah dianalisis kemudian dituangkan dalam bentuk pemaparan yang
sesuai dengan keadaan objek yang sebenarnya diteliti.
Berdasarkan sifat pentingnya analisis data di atas maka dalam
penulisan skripsi ini penulis mendeskripsikan terdahulu mengenai
peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan data penelitian baik
berupa tulisan, ucapan, perilaku, yang telah didapat dari hasil wawancara,
observasi, dan dokumentasi bersama beberapa sumber yang berkaitan
dengan penganut Saksi-saksi Yehuwa di Yogyakarta.
Setelah semua data terkumpul maka data tersebut akan diolah dan
diklasifikasikan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang
mengekspresikan, mendeskripsikan dan mengeksplorasi fakta-fakta
tertentu dan diwujudkan sebagai data analisis.
Karena penulisan skripsi ini tergolong dalam metode kualitatif,
maka analisis data dan juga penyajian data berjalan secara beriringan
dengan pengumpulan data serta reduksi data. Dalam penyajian data dapat
diverivikasikan pertanyaan yang mempertajam arah penelitian, agar
dapat dilakukan kembali pengumpulan data pelengkap sesuai dengan
verifikasi tersebut. Pada model analisis demikian peneliti harus waspada
terhadap aliran dan mekanisme data yang diterima oleh penulis.
G. Sistematika Pembahasan
Seluruh pembahasan dalam skripsi ini akan dijelaskan dalam bab per
bab sesuai dengan pokok permasalahan masing-masing, sebagai tahapan
untuk menjawab rumusan masalah diatas.
Bab Pertama, membahas mengenai Pendahuluan, yang berisi tentang
latar belakang masalah yang merupakan bentuk deskripsi tentang beberapa
faktor yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti serta tertarik untuk
membahas permasalahan dalam penelitian. Rumusan masalah memuat
beberapa poin permasalahan yang perlu untuk diteliti, hal ini biasanya
berbentuk pernyataan ataupun pertanyaan. Tujuan dan kegunaan penelitian
disesuaikan dengan pokok permasalahan serta manfaat yang diharapkan dari
hasil penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka, memberi penjelasan
bahwa masalah yang akan diteliti merupakan betul-betul original dan belum
pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Metodologi penelitian
yakni penjelasan secara metodologis mulai dari teknis hingga langkahlangkah yang akan ditempuh dalam kegiatan pengumpulan data dan analisis
data yang terkait dengan penelitian. Kemudian yang terakhir adalah
sistematika penulisan yang berfungsi sebagai guide klasifikasi data serta
sistematika yang ditetapkan pokok masalah yang akan diteliti. Hal tersebut
digunakan untuk mempermudah para pembaca dalam memahami isi dari apa
yang penulis paparkan di bab-bab berikutnya.
Bab Kedua, akan dibahas pengertian umum mengenai Saksi-Saksi
Yehuwa di Yogyakarta, untuk memudahkan dalam pembahasan topik tersebut
maka dalam tulisan ini akan dipaparkan menjadi beberapa sub bab bahasan
diantaranya adalah: pengertian tentang Saksi-Saksi Yehuwa, sejarah
berdirinya Saksi-Saksi Yehuwa di Yogyakarta, jemaat Saksi-saksi Yehuwa,
ajaran-ajaran yang diyakini oleh Saksi-saksi Yehuwa.
Bab Ketiga, memuat jawaban dari rumusan masalah yang pertama
dari penelitian ini yakni mengenai konsep keselamatan dalam pandangan
Kristen Saksi-Saksi Yehuwa. Pada bab ini akan dipaparkan beberapa sub bab,
yaitu: konsep dosa menurut Saksi-Saksi Yehuwa, konsep kematian menurut
Saksi-Saksi Yehuwa, dan yang terakhir adalah konsep keselamatan dalam
Saksi-Saksi Yehuwa.
Bab Keempat, berisi tentang jawaban dari rumusan massalah yang
kedua dari penelitian yakni tentang apakah konsep keselamatan dalam
perspektif Saksi-Saksi Yehuwa bertentangan dengan konsep keselamatan
yang diimani oleh Kristen mainstream.
Bab Kelima, merupakan penutup yang berisi kesimpulan di mana
penulis akan menyimpulkan beberapa poin penting yang merupakan hasil dari
penelitian dari awal hingga akhir. Selain itu berisi tentang saran-saran yang
dapat menunjang kesempurnaan penulisan skripsi ini. Setelah memberi penjelasan mengenai konsep keselamatan dalam
Saksi-saksi Yehuwa di Yogyakarta di atas, maka untuk memberi
kelengkapan bahasan dalam skripsi ini, perlu diberikan kristalisasi dalam
keseluruhan pembahasannya. Untuk itu, pada bab Penutup ini akan dimuat
kesimpulan yang telah tertangkap dalam beberapa uraian sebelumnya.
Kesimpulannya sebagaimana tertulis di bawah ini:
1. Keselamatan menurut Saksi-Saksi Yehuwa merupakan anugerah Yehuwa
yang semua manusia sebenarnya mendapat haknya untuk selamat dari
dosa yang berimbas kepada kematian, dengan catatan mereka harus
menaati segala yang diperintahkan oleh Yehuwa dan Kristus. Dosa dalam
pandangan Saksi-Saksi Yehuwa merupakan suatu penolakan manusia
pertama yaitu Adam dan Hawa terhadap karunia kebenaran yang telah
diberikan oleh Yehuwa. Namun, Adam sebagai manusia pertama telah
melanggar perjanjian dengan Yehuwa melalui melalui penolakan
terhadap apa yang diberikan oleh Yehuwa dan lebih menuruti hasutan
iblis yang menjelma menjadi ular. Sehingga kejadian tersebut
mengakibatkan manusia pertama itu terperosok dalam dosa yang berupa
kematian. Dosa akan kematian ini akan terjadi tidak hanya terhadap
Adam saja, namun juga kepada semua keturunan dari Adam. Oleh sebab adanya suatu doktrin bahwa semua manusia keturunan Adam berdosa,
maka Allah Yehuwa yang Mahakasih menyiapkan suatu strategi
penyelamatan terhadap semua manusia di bumi agar mendapat
keselamatan dan kekekalan hidup di bumi firdaus. Keselamatan menurut
Saksi-Saksi Yehuwa merupakan dipulihkannya kehidupan sempurna dan
hubungan dengan Allah yang pernah dinikmati Adam dan Hawa di taman
Eden sebelum mereka berdosa.
2. Pada dasarnya, Saksi-Saksi Yehuwa adalah agama yang berakar pada
satu sumber yang sama dengan Kristen mainstream yakni Al-Kitab
dengan segala tradisi yang berkembang di dalamnya. Namun dalam
faktanya Saksi-Saksi Yehuwa memiliki penafsiran dan pemahaman
teologis yang berbeda dengan agama Kristen mainstream, pemahaman
tersebut meliputi konsep ketuhanan, dosa, eskatologi, seteorologi
(keselamatan). Hal ini diwujudkan dengan diterbitkannya Al-Kitab yang
baru sesuai dengan interpretasi Saksi-Saksi Yehuwa. Selain itu,
perkembangan ajaran keselamatan dalam agama Saksi-Saksi Yehuwa
berbeda dengan konsep keselamatan dalam Kristen mainstream. Letak
perbedaanya adalah jika Kristen mainstream menitikberatkan otoritas
yang dapat menyelamatkan manusia dipegang penuh oleh Yesus Kristus
dengan segala konsekuensinya. Sedangkan Saksi-Saksi Yehuwa percaya
bahwa otoritas penyelamat bagi manusia bukan hanya Yesus Kristus saja
akan namun juga dari Kehendak Yehuwa. Selain itu, Kristen mainstream
tetap percaya dengan adanya surga dan neraka sebagai kelanjutan kehidupan manusia di akhirat. Sedangkan Saksi-Saksi Yehuwa secara
teologis tidak mengajarkan adanya konsep surga dan neraka.
B. Saran-saran
Setelah memperhatikan uraian-uraian dalam kesimpulan di atas,
penyusun akan memberi saran-saran dengan harapan depat menjadi
manfaat bagi pembaca skripsi ini. Saran-saran yang dapat diberikan
sebagaimana tertera di bawah ini:
1. Buku dan karya-karya mengenai Saksi-Saksi Yehuwa di perpustakaan
UIN Sunan Kalijaga masih tergolong minim. Maka, hal ini bisa dijadikan
kesempatan bagi para peneliti berikutnya untuk menulis tentang SaksiSaksi Yehuwa. Karena dalam faktanya, Saksi-Saksi Yehuwa secara
teologis memiliki perbedaan dengan tradisi Kristen mainstream.
Misalnya, sistem kepercayaan mengenai Allah, konsep surga dan neraka,
darah, dll. Masalah tersebut dapat dijadikan fokus pembahasan pada
penelitian berikutnya.
2. Perlu diakui bahwa peneliti belum bisa sempurna dalam menganalisis
dengan menggunakan teori yang ada. Oleh sebab itu, diharapkan ada
peneliti berikutnya yang dapat menyempurnakan penelitian ini. Terlebih
pada konsep keselamatan dalam Saksi-Saksi Yehuwa. Karena diakui,
peneliti belum cukup cermat dalam memahami betapa peliknya konsep
yang ditawarkan. 3. Bagi Mahasiswa, disarankan agar segala permasalahan mengenai konsep
keselamatan dalam ajaran doktrin agama-agama dunia masih menuai
berbagai misteri yang perlu untuk dikaji lebih lanjut dalam bentuk
diskursus ataupun tulisan-tulisan ilmiah agar menjadi titik terang bagi
para penimba ilmu dan masyarakat beragama.
4. Bagi para pemeluk agama Kristen dan Saksi-Saksi Yehuwa dianjurkan
untuk saling memahami segala perbedaan pandangan terhadap sumber
yang sama yakni Al-Kitab. Hal ini perlu dilakukan karena hanya dengan
usaha toleransi beragama, doktrin keagamaan dapat terjaga dan
diaplikasikan secara hikmat tanpa merasa superior diri kita adalah
superior serta yang lain adalah inferior.
C. Kata Penutup
Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini, maka penyusun
mengucapkan kalimat syukur dengan dengan ucapan Alhamdulillahi rabbil
„alamiin. Hanya berkat rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan walaupun dari segi waktu kurang sesuai dengan target
yang diinginkan oleh penulis. Dengan demikian, telah selesai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Theologi Islam.
Meskipun demikian, skripsi yang ada di tangan pembaca yang
budiman ini bukanlah final dari pengembaraan intelektual penyusun.
Demikian juga, skripsi ini tidak akan pernah menutup semua diskursus yang
bertalian dengan tema yang diangkat oleh skripsi ini. Alih-alih memberi jawaban yang dikehendaki, skripsi ini justru akan membuka ruang diskusi
baru untuk merajut makna dan pengertian dalam mengawali pencarian
kebenaran yang justru ingin dicari oleh penyusun dalam skripsi ini.
Skripsi yang ada di hadapan pembaca sekarang ini adalah buah dari
dialektika intelektual yang penyusun alami selama menimba ilmu di
almamater tercinta UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam konteks itulah
penyusun sadar bahwa hasil dari proses tersebut memberi pengertian baru
bahwa setiap hasil pemikiran tidak mungkin memiliki kualitas kesempurnaan,
karena kesempurnaan hanya memiliki segala kesempurnaan itu sendiri.
Terlepas dari berbagai kesalahan dan kritikan yang ikut memberi
warna bagi skripsi ini, penyusun yakin bahwa hal itu tidak akan mengurangi
maksud penyusun untuk memberi yang terbaik dari kualitas diri yang
penyusun miliki.
Usaha-usaha yang maksimal ini tentu tidak dimaksudkan untuk
menolak dan mengeliminir kritikan dan opini yang akan ditujukan kepada
skripsi ini. Penyusun sadar bahwa hal itu merupakan proses dialektika yang
harus tetap berlanjut sampai kapan pun. Dengan demikian, penyusun
membuka tangan bagi siapa pun yang berminat untuk memberi
sumbangsih dan kritikannya demi kebaikan skripsi ini kembali.
Akhirnya, dengan pertolongan dan rahmat Allah yang Maha Pengasih,
penyusun berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kebaikan
penyusun sendiri maupun kebaikan di dunia pendidikan pada umumnya.
Semoga kekurangan baik yang implisit maupun eksplisit yang terwujud dalam skripsi ini tidak menjadikan penyusun terjebak pada situasi kedosaan
yang baru. Amin.





.jpg)






