Tampilkan postingan dengan label Ajaran saksi yehova. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ajaran saksi yehova. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 Desember 2025

Ajaran saksi yehova

 


Keselamatan merupakan tujuan utama hidup di dunia dan di akhirat. 

Setiap agama pada umumnya memberi  petunjuk pada umatnya melalui 

kitab suci yang merupakan satu-satunya landasan utama dan penuntun hidup 

bagi umatnya agar bisa hidup sesuai dengan jalan yang diajarkan dalam 

agama tersebut. Hal ini tujuannya adalah agar umat pemeluk agama 

mendapat  keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat, jasmani maupun 

rohani. 

Agama Kristen, dalam hal ini juga memiliki ajaran keselamatan yang 

merupakan konsep dasar yang harus diikuti oleh umat Kristiani. Keselamatan 

adalah hal yang sangat mudah dalam agama Kristen. Umat Kristen tidak perlu 

puasa, shalat, zakat, haji, dan lain-lain seperti yang diwajibkan pada seorang 

muslim. Mereka hanya cukup percaya kepada Yesus Kristus sebagai juru 

selamat sekaligus pribadi Tuhan yang Maha Kasih, maka keselamatan pasti 

menjadi miliknya.1

 Hal ini sebanding dengan yang disebutkan dalam Al-kitab 

“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan dan 

percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara 

orang mati maka kamu akan diselamatkan ... (Roma, 10:9).” Potongan ayat tersebut merupakan salah satu rumusan iman yang paling awal akan Yesus 

Kristus sebagai Tuhan dan penyelamat bagi umat kristiani. 

Bagi orang Kristen, Yesus Kristus adalah segala-galanya.2

 Bagi orang 

Kristen, selama berabad-abad, inti dari Injil dan kabar suka cita serta arti 

Yesus Kristus terdapat dalam penekanan pada aspek perdamaian atau 

pembebasan. Ditekankan sedemikian rupa sehingga arti Yesus dan Injilnya 

tidak dilihat sebagai penyelamatan pribadi manusia, namun  terutama juga demi 

kesejahteraan dan keselamatan umat manusia secara menyeluruh.3

Keselamatan adalah jalan atau alat lahiriah yang biasa dipakai Roh 

Kudus untuk menerapkan buah karya penyelamatan Kristus guna 

mengumpulkan dan memelihara gereja-Nya. Dalam Perjanjian Baru, kosmos 

berarti “...jagat raya yang teratur” (Yohanes, 17:5).4

 Paulus melihat bahwa 

akibat-akibat peristiwa Kristus tidak hanya menyentuh umat manusia, namun  

juga ciptaan pada umumnya. Meskipun tidak mudah untuk memberi  

penjelasan lebih jauh mengenai dimensi kosmis penyelamatan ini, kata-kata 

Paulus ini sekarang berbunyi lagi sehubungan dengan pembicaraan yang 

begitu hangat mengenai ekologi atau kalau kita berpikir mengenai akibat 

keserakahan manusia, ketidakpeduliannya terhadap orang lain dan 

keserakahannya pada dunia ciptaan Allah ini.5Bagaimana orang-orang itu dapat menemukan keselamatan mereka 

dengan mengikuti hukum Musa, Nabi-Nabi, dan tulisan-tulisan lain 

(Perjanjian Lama), tanpa menerima Dia, yang oleh orang-orang Kristen 

disebut penyelamat dunia. Dalam teks Perjanjian Baru Allah menghendaki 

agar “semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan dan 

kebenaran karena Allah itu Esa dan Esa pula Dia yang menjadi perantara 

antara Allah dan manusia” (Petrus, 5:9), yaitu manusia Yesus Kristus yang 

telah menyerahkan dirinya sebagai tebusan bagi semua manusia. Para ahli 

teologi Kristen dengan mudah dan tepat menyimpulkan peranan Yesus 

sebagai penyelamat dunia, yaitu dunia manusia.6

Dalam mempelajari konsep keselamatan Kristen tentunya kita juga 

tidak bisa dilepas dengan konsep dosa dalam agama Kristen, karena hal ini 

sangat erat kaitannya dalam dunia Kekristenan. Yesus dianggap sebagai juru 

selamat para jemaat Kristen yakni dengan membebaskan mereka dari dosa 

asal atau disebut juga dengan dosa waris.7

Ajaran tentang dosa warisan telah dikenal dan bersumber dari Al￾Kitab yaitu sebagaimana yang dinyatakan oleh Roma 5;12-21, sebagai 

berikut: 

“Sebab itu, sama seperti dosa masuk ke dalam dunia oleh satu orang, 

dan oleh dosa itu juga maut, demikian itulah dosa maut telah menjalar 

kepada semua orang yang telah berbuat dosa. Sebab sebelum hukum 

taurat ada, telah ada dosa di dunia. namun  dosa itu tidak 

diperhitungkan kalau tidak ada hukum taurat. Sungguh pun demikian, 

maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa, juga atas mereka yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama 

seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah dari gambar dia 

yang akan datang. namun  karunia Allah tidaklah sama dengan 

pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua 

orang telah jatuh dalam maut, jika lebih besar lagi kasih karunia Allah 

dan karunia-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus 

Kristus ...”

8

Dari uraian di atas bagian yang terlihat jelas adalah bahwa kasih 

karunia Allah dalam Kristus jauh lebih besar dan lebih melimpah, jika 

dibandingkan dengan dosa semua orang. 

Jadi, setiap manusia dinyatakan berdosa, dikarenakan dosa oleh nenek 

moyang manusia yakni Adam dan Hawa. Tidak seorang pun yang 

dikecualikan oleh Yesus Kristus sang penebus dosa. Segera sesudah dosa 

manusia pertama, Tuhan berjanji kelak setan akan dikalahkan. Menurut Al￾Kitab, dosa adalah suatu pemberontakan. Maka akibatnya sangat luas. Dosa 

menurut Al-Kitab memiliki sifat yang umum, yang meliputi seluruh 

keturunan Adam dan Hawa. Dengan cara yang bermacam-macam hal itu 

diajarkan oleh Al-Kitab. Disebutkan bahwa, baik orang Yahudi (yaitu umat 

Allah yang bertuhan), maupun Yunani (yaitu orang kafir yang tidak 

bertuhan), mereka semua ada di bawah kuasa dosa. Bahwa semua orang yang 

telah berbuat dosa telah kehilangan kemuliaan Allah9

.

Umat Kristen memberitakan bahwa keselamatan memiliki  berbagai 

macam istilah, ungkapan dan lambang. Injil yang diberitakan adalah “firman 

yang memberi  keselamatan atau damai sejahtera”, sehingga boleh saja  disebut sebagai Injil keselamatan atau damai sejahtera. Umat Kristen berkata, 

bahwa manusia oleh Allah melalui Yesus Kristus “diselamatkan”. Asalkan 

dia mau percaya, manusia sudah ditebus dari dosa dan sudah bebas dari 

kematian. Asal orang mau percaya, ia mendapat  rahmat Tuhan.

Agama Kristen mengajarkan bahwa Yesus disalib untuk menebus 

dosa manusia dan menyelamatkan umat manusia dari setiap dosa, baik dosa 

asal maupun dosa yang dikerjakan. Selama mereka hidup, umat Kristen 

percaya bahwa penyaliban Yesus adalah jaminan keselamatan bagi mereka.

Al-Kitab adalah sumber keterangan yang utama di dalam ajaran Kristen 

tentang peristiwa-peristiwa penyelamatan, Al-Kitab mengantarkan atau 

mengkomunikasikan bentuk dasar atau inti makna keselamatan kepada umat 

Kristen. 

Dalam konsep keselamatan agama Kristen, manusia mendapat  

keselamatan di dunia maupun di akhirat. Umat Kristiani pada umumnya yakin 

bahwa Yesus adalah Tuhan. Tuhan Yang Maha Kasih yang telah berjanji 

akan mengutus seorang penebus ke dunia, yang akan menebus dosa asal 

manusia serta segala akibatnya. Allah Yang Maha Kasih datang ke dunia 

untuk menyelamatkan manusia dari hukuman dosa dan membebaskannya dari 

dosa asal.

panjangnya.14 Saksi-Saksi Yehuwa mempercayai bahwa kematian setara 

dengan tidur panjang tanpa aktivitas dan tanpa sebuah kesadaran di dalamnya. 

Bagi Saksi-Saksi Yehuwa, manusia adalah jiwa sebagai gabungan 

debu tanah dan nafas Allah dan hakekatnya sama dengan binatang pada 

umumnya.15 Bila manusia mati, maka jiwa itu mati bersamanya. Jadi tidak 

dipercayai adanya kehidupan yang kekal. Kecuali para penganut Saksi-saksi 

Yehuwa yang dipilih menjadi bagian Firdaus maupun kerajaan teokratis di 

bumi. Kematian di dunia adalah “tidur rohani” dan kelak orang yang 

mengalami kematian ini akan menunggu hari penghakiman. 

Penebusan Yesus Kristus di kayu salib ditolak oleh Saksi-saksi 

Yehuwa.Yesus mati di tiang siksaan dan kemudian mati dan dibangkitkan 

dalam roh saja.16 Penebusan darah Yesus ditolak dan manusia untuk 

menyelamatkan diri harus dicapai dengan amal baik dan dengan menjadi 

Saksi-saksi Yehuwa yang menyiarkan ajaran Saksi-saksi Yehuwa untuk 

memperoleh status hidup kekal dalam kerajaan teokratis atau akan 

dimusnahkan. 

Ajaran tentang dosa, pertobatan, pengampunan, kasih, dan darah 

Kristus dalam penebusan dosa seperti yang diajarkan Kristen diabaikan dan 

diberi pengertian baru sesuai ajaran Saksi-Saksi Yehuwa. Hakekat neraka

tidak dipercayai apalagi sebagai siksaan yang kekal. Hanya ada dua pilihan di 

akhirat, hidup kekal dalam kerajaan teokratis bersama Yehuwa atau 

dimusnahkan. 

Konsep keselamatan Saksi-Saksi Yehuwa tidak semata-mata dipegang 

penuh oleh Yesus Kristus melainkan adanya keterlibatan Tuhan Yehuwa. Hal 

ini sangat berbeda dengan konsep teologi yang dipercayai oleh Kristen 

mainstream yang sangat percaya bahwa otoritas penyelamat manusia 

dipegang penuh oleh Tuhan Yesus Kristus. Oleh sebab adanya suatu 

perbedaan konsep keselamatan dalam Kekristenan, khususnya Kristen Saksi￾Saksi Yehuwa, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam 

lagi mengenai bagaimanakah pemahaman konsep keselamatan menurut 

pandangan Kristen Saksi-Saksi Yehuwa, dengan judul Konsep Keselamatan 

dalam Pandangan Saksi-Saksi Yehuwa (Studi Terhadap Ajaran Saksi-Saksi 

Yehuwa di Yogyakarta). 

B. Rumusan Masalah 

Setelah membahas latar belakang di atas, maka penulis mencoba 

untuk membuat rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini. 

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah 

sebagai berikut: 

1. Bagaimana konsep keselamatan dalam pandangan Kristen Saksi-Saksi 

Yehuwa? 

2. Apakah konsep keselamatan dalam perspektif Saksi-Saksi Yehuwa 

bertentangan dengan Kristen mainstream?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 

Dalam penulisan skripsi tentang konsep keselamatan dalam Saksi￾saksi Yehuwa ini penulis memiliki  beberapa tujuan yang akan dicapai, di 

antaranya adalah sebagai berikut: 

1. Tujuan Penelitian 

a. Untuk mengetahui pandangan Kristen Saksi Yehuwa mengenai 

konsep Keselamatan. 

b. Untuk mengetahui sejauh mana pemaknaan tentang konsep 

Keselamatan dalam Kristen Saksi-Saksi Yehuwa, sejalan atau 

bertentangan dengan Al-Kitab.

2. Kegunaan Penelitian 

a. Kegunaan secara teoritis 

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi  

sumbangsih dan menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai 

sekte dalam dunia Kekristenan yang ada di Indonesia, khususnya 

kajian mengenai Saksi-Saksi Yehuwa di Yogyakarta. 

b. Kegunaan secara praktis 

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan 

rujukan dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis. 

Sedangkan bagi penulis semoga tulisan ini menjadi hasil yang baik dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan selama di bangku kuliah 

ke dalam karya yang nyata dan dapat diterima sebagai syarat untuk 

mendapat  gelar sarjana Theologi Islam (S.Th.I). 

D. Tinjauan Pustaka 

Tinjauan pustaka adalah istilah lain dari kajian bahan pustaka 

(literature review). Melihat pengertian tersebut, maka sesuai dengan pokok 

masalah yang sudah ada, sebenarnya sudah banyak buku-buku yang 

menjelaskan tentang keselamatan dalam agama Kristen. Di antaranya adalah 

sebagai berikut: 

C. Groenen, dalam karyanya yang berjudul Soteriologi Al-Kitabiah, 

membahas tentang refleksi keselamatan yang diwartakan umat Kristen yang 

didasarkan pada Al-Kitab tentang penyelamatan manusia dari dosa.17 Dalam 

karya tersebut jelas bahwa penulis hanya membahas mengenai refleksi 

keselamatan umat Kristen terhadap manusia dari dosa, sedangkan dalam 

karya ini penulis akan mengungkapkan bagaimanakah konsep keselamatan 

yang ditawarkan oleh Kristen aliran Saksi-Saksi Yehuwa. 

Dalam salah satu skripsi mahasiswi Ushuluddin Sa‟atus Saidah yang 

berjudul Sekte Dalam Agama Kristen Protestan (Studi Pola Penyebaran dan 

Strategi Bertahan Saksi-saksi Yehuwa di Yogyakarta) dijelaskan bahwa 

Saksi-Saksi Yehuwa bukanlah agama yang baru melainkan Ia berawal dari 

kelompok belajar Al-Kitab pada tahun 1870-an yang menamakan diri mereka dengan sebutan siswa-siswa Al-Kitab. Selain temuan tersebut dalam 

penelitian ini dijelaskan juga bahwa Saksi-saksi Yehuwa melaksanakan 

dakwah dengan cara meyakinkan calon Jemaat dengan pembahasan Al-Kitab 

dan berdiskusi bersama. Mereka sering menyampaikan ajaran-ajaran Al-Kitab 

dari rumah ke rumah, selain itu juga di tempat-tempat umum seperti pom 

bensin, rumah sakit, kampus dan lain-lainnya. Dakwah tersebut dilakukan 

dengan cara yang lembut dan tanpa paksaan dari pihak pendakwah (Saksi￾Saksi Yehuwa).18 Dalam karya tersebut ada kesamaan objek kajian (Saksi￾Saksi Yehuwa) seperti yang akan penulis paparkan dalam penelitian ini. 

Namun jika diamati lebih dalam lagi, di sini penulis akan lebih fokus kepada 

konsep keselamatan dalam Saksi-saksi Yehuwa, sedangkan dalam karya 

tersebut lebih menekankan dalam proses penyebaran dan syiar Saksi-Saksi 

Yehuwa. 

Di dalam karya Umi Hanik, yang berjudul Yesus Juru Selamat dan 

Nabi Muhammad Pemberi Syafa‟at (Studi Komparatif Kristen dan Islam), 

dibahas tentang Yesus Kristus memberi  jalan keselamatan dan do‟a 

syafaat sebuah karya penebusannya kepada umat manusia, dan Nabi 

Muhammad pemberi syafa‟at yang berupa penyelamatan yang bertujuan 

menghindarkan manusia dari dosa.19 Karya tersebut mencoba untuk 

membandingkan posisi Yesus dan Nabi Muhammad SAW. dalam peran 

mereka sebagai juru selamat dan juga pemberi Syafaat bagi umatnya masing-masing. Sedangkan dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan pada 

peran Yesus menurut Saksi-saksi Yehuwa dalam konsep keselamatan. 

Selain itu, karya Joni Irsyadi yang berjudul Peran Yesus Kristus dan 

Nabi Muhammad dalam Sistem Peradilan Tuhan (Studi Komparatif Islam dan 

Kristen), membahas tentang kepercayaan umat Kristiani dalam sistem 

peradilan Tuhan yang mencerminkan suatu keadilan yang sukar dijumpai 

dalam keadilan di dunia. Sedangkan Nabi Muhammad SAW. mengajarkan 

syafa‟at, artinya memohon pertolongan kepada Allah SWT. agar manusia 

dimintakan syafa‟at itu, diampuni dosanya oleh Allah SWT.20 Jika 

dibandingkan dengan karya Joni Irsyadi di atas maka sangat jelas perbedaan 

kajian yang akan diteliti oleh penulis, bahwa dalam penelitian ini penulis 

akan membahas mengenai konsep keselamatan Kristen Saksi-Saksi Yehuwa 

dan tanpa menggunakan studi komparatif dengan agama lain. 

Dari sebagian besar kajian pustaka yang telah penulis baca 

kebanyakan karya membahas hanya sebatas konsep perkembangan pemikiran 

tentang Yesus Kristus pada umat Kristiani sebagai penyelamat manusia, dan 

juga tidak spesifik membahas tentang konsep keselamatan dalam pandangan 

Kristen Saksi-Saksi Yehuwa. Oleh sebab itu, bisa dikatakan bahwa penulisan 

karya ini belum banyak dibahas dan ditulis oleh peneliti sebelumnya. 

Konsep Keselamatan dalam Pandangan Saksi-Saksi Yehuwa ini akan 

secara khusus dan fokus membahas tentang aspek bagaimana pemahaman 

konsep keselamatan dalam Kristen Saksi-Saksi Yehuwa. Menurut hemat penulis, bahasan tema tersebut sangat penting untuk dilakukan karena dari 

beberapa kajian pustaka yang telah dilakukan oleh penulis kajian mengenai 

Kristen Saksi-Saksi Yehuwa sangatlah sedikit sekali, terkhusus pada 

pembahasan mengenai konsep keselamatannya. Selain itu dalam konsep 

keselamatan dalam Saksi-Saksi Yehuwa ini memiliki  sumber dan 

interpretasi yang berbeda dengan Al-Kitab pada umumnya. Oleh sebab itu, 

perlu kiranya untuk diteliti lebih lanjut mengenai perbedaan tersebut. 

E. Kerangka Teori 

Di dalam dunia Kristologi, konsep keselamatan merupakan salah satu 

isu utama dan menempati kedudukan yang sentral dalam dogma dan teologi 

Kristen. Studi teologi untuk hal keselamatan disebut soteriologi –yaitu 

tentang bagaimana keselamatan dapat dicapai dan apa saja yang 

mempengaruhi keselamatan, dan hasilnya. Keselamatan juga disebut sebagai 

“pelepasan” atau “penebusan” dari dosa dan pengaruh dosa.

Keselamatan berasal dari anugerah Allah. Perjanjian Lama 

menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya adalah berdosa, dan 

menceritakan tentang perjanjian yang diberikan Tuhan kepada umat pilihan. 

Perjanjiannya termasuk Perjanjian kepada Abraham, yaitu bahwa melalui 

Abraham semua bangsa di bumi akan diberkati. Tuhan menunjukkan karya 

penyelamatannya di sepanjang sejarah Israel dan juga menjanjikan Mesias 

yang akan menyelamatkan manusia dari kuasa dan hukuman dosa. Sosok  Mesias tersebut dipenuhi oleh Yesus yang akhirnya mengalahkan seluruh 

karya Iblis, termasuk penderitaan, penyakit, dan kematian.

Berbagai konsep di atas juga ditegaskan oleh beberapa tokoh Kristen 

mainstream (protestan dan Katolik) di antaranya adalah Santo Paulus dan 

Martin Luther. Santo Paulus dalam teorinya yang mengungkapkan bahwa 

Yesus orang Nasaret adalah “Mesias” anak Allah yang dijanjikan, diutus oleh 

Allah ke dunia dalam “kegenapan waktu” untuk memenuhi janji-Nya kepada 

umat-Nya, Israel (2 Kor. 1:18–22; 6:2; Gal. 4:4). Dalam surat-surat Paulus, 

digunakan beberapa tema Al-Kitab untuk menunjuk aspek yang berbeda dari 

keselamatan yang telah dianugerahkan oleh Kristus bagi orang yang percaya. 

Tema pokok yang dipakai Paulus untuk menggambarkan karya Kristus 

tentang penebusan mencakup: pertama, “pengorbanan” dari kesalahan atas 

dosa manusia; kedua, “perdamaian” dari murka Allah yang suci terhadap 

ciptaan-Nya yang berdosa; ketiga, “rekonsiliasi” atau perdamaian dengan 

Tuhan; keempat, “penebusan” dari kutukan dan penghukuman hukum Taurat; 

dan kelima, “kemenangan” atas dosa, kematian, dan semua kekuatan yang 

menentang kerajaan Allah.

Bahwa Paulus memahami kematian Kristus sebagai pengorbanan bagi 

dosa tidak dapat disangkal lagi. Dalam 1 Korintus 15:3, Paulus menyatakan 

bahwa Kristus mati “untuk dosa-dosa kita”. Dalam bagian lain, ia 

mengatakan bahwa Allah mengutus Anak-Nya sendiri ”yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa” (Rom. 8:3). Paulus juga mengajarkan 

bahwa kematian Kristus adalah pendamaian terhadap murka Allah. Dalam 

kesucian-Nya, Allah membenci dosa. Akan namun , Injil mengatakan bahwa 

Allah dengan penuh kasih telah mendamaikan murka-Nya melalui kematian 

Anak-Nya sendiri (Rom. 3:25; 5:9 - 10; 2 Kor. 5:21). Karya penebusan 

Kristus juga merupakan karya rekonsiliasi.24 Bisa disimpulkan bahwa melalui 

kematian-Nya, Kristus telah melepaskan semua rintangan terhadap 

pendamaian orang berdosa dengan Allah. 

Injil, menurut Santo Paulus, dapat diringkas sebagai berita mulia dari 

pemenuhan Allah akan janji-Nya atas keselamatan bagi umat-Nya di dalam 

Kristus. Pesan pokok dari ajaran Paulus adalah keselamatan melalui Kristus 

yang disalibkan dan dibangkitkan. Kristus telah menyediakan penebusan atas 

dosa-dosa umat-Nya yang memberi jawaban atas setiap aspek dari keadaan 

berdosa mereka. Melalui persekutuan iman dengan Kristus, orang percaya 

menikmati kebaikan dari karya penebusan ini. Mereka yang ada di dalam 

Kristus menikmati status baru, yaitu diterima secara cuma-cuma oleh Allah, 

walaupun mereka tidak layak sebagai orang-orang berdosa. Mereka juga 

memperoleh anugerah hidup yang taat kepada “hukum Kristus” melalui 

pekerjaan Roh Kudus. Dan mereka mengetahui anugerah yang ada sekarang 

serta kemuliaan yang akan datang, ketika “buah pertama” dari keselamatan di 

dalam Kristus akan dikeluarkan dalam tuaian eskatoligis dari keikutsertaan 

secara penuh dalam kemenangan kebangkitan Kristus. Kemudian hal di atas berbeda dengan Teori yang disebutkan oleh 

Martin Luther dalam Teologi keselamatannya. Dia meyakini bahwa tidak ada 

keselamatan di luar Yesus Kristus, bahkan lebih sempit lagi yakni tidak ada 

keselamatan di luar gereja. Akan namun  sekalipun terdapat perbedaan konsep 

keselamatan antara Katolik dengan Protestan, keduanya tetap percaya bahwa 

pemegang otoritas juru selamat yang utama adalah Yesus Kristus. 

Teori yang diungkapkan oleh Santo Paulus dan Martin Luther di atas 

akan penulis gunakan sebagai bahan untuk menganalisis tentang bagaimana 

dan mengapa ajaran konsep Keselamatan dalam perspektif Saksi-Saksi 

Yehuwa berbeda dengan Kristen mainstream. 

Kegiatan observasi ini dilakukan oleh penulis untuk 

memperoleh data tentang perilaku manusia seperti dalam 

kenyataanya secara langsung tanpa pengaturan-pengaturan tertentu. 

Dengan observasi, akan diperoleh gambaran yang lebih jelas lagi 

mengenai kehidupan sosial dari objek kajian penelitian. Selain hasil 

tersebut dengan melakukan penelitian penulis juga akan memperoleh 

gambaran yang lebih jelas tentang masalah dan petunjuk-petunjuk 

tentang cara memecahkan permasalahan.Dalam penelitian ini 

observasi dilakukan oleh penulis dengan cara mendatangi 

perhimpunan Saksi-saksi Yehuwa yang berlokasi di Yogyakarta 

pada hari Minggu dalam acara kebaktian dan hari Kamis dalam 

rangka Sekolahan Pelayanan Teokratis dan juga melakukan dialog 

individu dengan pengurus dan penetua Saksi-Saksi Yehuwa di 

Yogyakarta. Oleh sebab itu, penelitian ini bisa dikatakan dengan

penelitian terlibat, karena penulis melaksanakan observasi dan 

terlibat dalam beberapa acara kebaktian yang diadakan oleh lembaga 

Saksi-Saksi Yehuwa agar mendapat  data yang kongkrit dari 

objek penelitian. Akan namun  keterlibatan penulis hanya sebatas 

peneliti saja tidak sampai pada prosesi menjadi jemaat Saksi-Saksi 

Yehuwa yang sebenarnya. 

b. Interview 

Interview atau sering juga disebut dengan wawancara 

merupakan sebuah teknik pengumpulan informasi yang dilakukan 

untuk memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab melalui 

kontak langsung dengan narasumber yang ditentukan.28 Wawancara 

ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang terkandung dalam 

pikiran dan hati narasumber, tentang bagaimana pandangannya 

tentang dunia dan yang belum bisa diketahui dengan jalan observasi. 

Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan ketua dan penetua 

Saksi-Saksi Yehuwa di Yogyakarta. Selain mewawancarai penetua 

dan ketua, penulis juga mewawancarai sejumlah anggota Saksi-Saksi 

Yehuwa. Dalam seleksi untuk menentukan informan dari anggota, 

penulis secara acak memilih beberapa anggota jemaat Saksi-Saksi 

Yehuwa. 

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan 

Teologis. Pendekatan Teologis merupakan pendekatan yang sifatnya 

normatif dan deduktif terhadap agama, dan memiliki  ciri yang tekstual 

dan kitabi.30 Pendekatan ini digunakan penulis untuk mengumpulkan 

bukti-bukti data tekstual dan teologis melalui teks-teks suci (Al-Kitab) 

sebagai pedoman utama bagi Kristen mainstream, Al-Kitab terjemahan 

baru yang digunakan sebagai landasan teologis Saksi-Saksi Yehuwa, 

serta berbagai tulisan yang berkaitan tema konsep keselamatan dalam 

Saksi-Saksi Yehuwa sekaligus sebagai alat untuk menganalisis 

permasalahan dalam skripsi ini. 

5. Analisis Data 

Skripsi ini merupakan karya tulis ilmiah yang bersifat kualitatif,

maka pada hasil akhirnya diharuskan dengan adanya sebuah analisis data 

yang berfungsi untuk upaya menjelaskan dan menafsirkan data-data yang sudah dideskripsikan untuk mendapat  pemahaman-pemahaman dan 

pengertian yang sesuai dengan tema Penelitian

Analisis data merupakan sebuah proses penyederhanaan data 

dalam bentuk yang lebih mudah difahami dan diinterpretasikan. Dalam 

menganalisis data penelitian ini digunakan deskripsi analisis yang artinya 

setelah dianalisis kemudian dituangkan dalam bentuk pemaparan yang 

sesuai dengan keadaan objek yang sebenarnya diteliti. 

Berdasarkan sifat pentingnya analisis data di atas maka dalam 

penulisan skripsi ini penulis mendeskripsikan terdahulu mengenai 

peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan data penelitian baik 

berupa tulisan, ucapan, perilaku, yang telah didapat dari hasil wawancara, 

observasi, dan dokumentasi bersama beberapa sumber yang berkaitan 

dengan penganut Saksi-saksi Yehuwa di Yogyakarta. 

Setelah semua data terkumpul maka data tersebut akan diolah dan 

diklasifikasikan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang 

mengekspresikan, mendeskripsikan dan mengeksplorasi fakta-fakta 

tertentu dan diwujudkan sebagai data analisis. 

Karena penulisan skripsi ini tergolong dalam metode kualitatif, 

maka analisis data dan juga penyajian data berjalan secara beriringan 

dengan pengumpulan data serta reduksi data. Dalam penyajian data dapat 

diverivikasikan pertanyaan yang mempertajam arah penelitian, agar 

dapat dilakukan kembali pengumpulan data pelengkap sesuai dengan

verifikasi tersebut. Pada model analisis demikian peneliti harus waspada 

terhadap aliran dan mekanisme data yang diterima oleh penulis. 

G. Sistematika Pembahasan 

Seluruh pembahasan dalam skripsi ini akan dijelaskan dalam bab per 

bab sesuai dengan pokok permasalahan masing-masing, sebagai tahapan 

untuk menjawab rumusan masalah diatas. 

Bab Pertama, membahas mengenai Pendahuluan, yang berisi tentang 

latar belakang masalah yang merupakan bentuk deskripsi tentang beberapa 

faktor yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti serta tertarik untuk 

membahas permasalahan dalam penelitian. Rumusan masalah memuat 

beberapa poin permasalahan yang perlu untuk diteliti, hal ini biasanya 

berbentuk pernyataan ataupun pertanyaan. Tujuan dan kegunaan penelitian 

disesuaikan dengan pokok permasalahan serta manfaat yang diharapkan dari 

hasil penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka, memberi  penjelasan 

bahwa masalah yang akan diteliti merupakan betul-betul original dan belum 

pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Metodologi penelitian 

yakni penjelasan secara metodologis mulai dari teknis hingga langkah￾langkah yang akan ditempuh dalam kegiatan pengumpulan data dan analisis 

data yang terkait dengan penelitian. Kemudian yang terakhir adalah 

sistematika penulisan yang berfungsi sebagai guide klasifikasi data serta 

sistematika yang ditetapkan pokok masalah yang akan diteliti. Hal tersebut 

digunakan untuk mempermudah para pembaca dalam memahami isi dari apa 

yang penulis paparkan di bab-bab berikutnya. 

Bab Kedua, akan dibahas pengertian umum mengenai Saksi-Saksi 

Yehuwa di Yogyakarta, untuk memudahkan dalam pembahasan topik tersebut 

maka dalam tulisan ini akan dipaparkan menjadi beberapa sub bab bahasan 

diantaranya adalah: pengertian tentang Saksi-Saksi Yehuwa, sejarah 

berdirinya Saksi-Saksi Yehuwa di Yogyakarta, jemaat Saksi-saksi Yehuwa, 

ajaran-ajaran yang diyakini oleh Saksi-saksi Yehuwa. 

Bab Ketiga, memuat jawaban dari rumusan masalah yang pertama 

dari penelitian ini yakni mengenai konsep keselamatan dalam pandangan 

Kristen Saksi-Saksi Yehuwa. Pada bab ini akan dipaparkan beberapa sub bab, 

yaitu: konsep dosa menurut Saksi-Saksi Yehuwa, konsep kematian menurut 

Saksi-Saksi Yehuwa, dan yang terakhir adalah konsep keselamatan dalam 

Saksi-Saksi Yehuwa. 

Bab Keempat, berisi tentang jawaban dari rumusan massalah yang 

kedua dari penelitian yakni tentang apakah konsep keselamatan dalam 

perspektif Saksi-Saksi Yehuwa bertentangan dengan konsep keselamatan 

yang diimani oleh Kristen mainstream.

Bab Kelima, merupakan penutup yang berisi kesimpulan di mana 

penulis akan menyimpulkan beberapa poin penting yang merupakan hasil dari 

penelitian dari awal hingga akhir. Selain itu berisi tentang saran-saran yang 

dapat menunjang kesempurnaan penulisan skripsi ini. Setelah memberi  penjelasan mengenai konsep keselamatan dalam 

Saksi-saksi Yehuwa di Yogyakarta di atas, maka untuk memberi  

kelengkapan bahasan dalam skripsi ini, perlu diberikan kristalisasi dalam 

keseluruhan pembahasannya. Untuk itu, pada bab Penutup ini akan dimuat 

kesimpulan yang telah tertangkap dalam beberapa uraian sebelumnya. 

Kesimpulannya sebagaimana tertulis di bawah ini: 

1. Keselamatan menurut Saksi-Saksi Yehuwa merupakan anugerah Yehuwa 

yang semua manusia sebenarnya mendapat  haknya untuk selamat dari 

dosa yang berimbas kepada kematian, dengan catatan mereka harus 

menaati segala yang diperintahkan oleh Yehuwa dan Kristus. Dosa dalam 

pandangan Saksi-Saksi Yehuwa merupakan suatu penolakan manusia 

pertama yaitu Adam dan Hawa terhadap karunia kebenaran yang telah 

diberikan oleh Yehuwa. Namun, Adam sebagai manusia pertama telah 

melanggar perjanjian dengan Yehuwa melalui melalui penolakan 

terhadap apa yang diberikan oleh Yehuwa dan lebih menuruti hasutan 

iblis yang menjelma menjadi ular. Sehingga kejadian tersebut 

mengakibatkan manusia pertama itu terperosok dalam dosa yang berupa 

kematian. Dosa akan kematian ini akan terjadi tidak hanya terhadap 

Adam saja, namun juga kepada semua keturunan dari Adam. Oleh sebab adanya suatu doktrin bahwa semua manusia keturunan Adam berdosa, 

maka Allah Yehuwa yang Mahakasih menyiapkan suatu strategi 

penyelamatan terhadap semua manusia di bumi agar mendapat  

keselamatan dan kekekalan hidup di bumi firdaus. Keselamatan menurut 

Saksi-Saksi Yehuwa merupakan dipulihkannya kehidupan sempurna dan 

hubungan dengan Allah yang pernah dinikmati Adam dan Hawa di taman 

Eden sebelum mereka berdosa. 

2. Pada dasarnya, Saksi-Saksi Yehuwa adalah agama yang berakar pada 

satu sumber yang sama dengan Kristen mainstream yakni Al-Kitab 

dengan segala tradisi yang berkembang di dalamnya. Namun dalam 

faktanya Saksi-Saksi Yehuwa memiliki  penafsiran dan pemahaman 

teologis yang berbeda dengan agama Kristen mainstream, pemahaman 

tersebut meliputi konsep ketuhanan, dosa, eskatologi, seteorologi 

(keselamatan). Hal ini diwujudkan dengan diterbitkannya Al-Kitab yang 

baru sesuai dengan interpretasi Saksi-Saksi Yehuwa. Selain itu, 

perkembangan ajaran keselamatan dalam agama Saksi-Saksi Yehuwa 

berbeda dengan konsep keselamatan dalam Kristen mainstream. Letak 

perbedaanya adalah jika Kristen mainstream menitikberatkan otoritas 

yang dapat menyelamatkan manusia dipegang penuh oleh Yesus Kristus 

dengan segala konsekuensinya. Sedangkan Saksi-Saksi Yehuwa percaya 

bahwa otoritas penyelamat bagi manusia bukan hanya Yesus Kristus saja 

akan namun  juga dari Kehendak Yehuwa. Selain itu, Kristen mainstream 

tetap percaya dengan adanya surga dan neraka sebagai kelanjutan kehidupan manusia di akhirat. Sedangkan Saksi-Saksi Yehuwa secara 

teologis tidak mengajarkan adanya konsep surga dan neraka. 

B. Saran-saran 

Setelah memperhatikan uraian-uraian dalam kesimpulan di atas, 

penyusun akan memberi  saran-saran dengan harapan depat menjadi 

manfaat bagi pembaca skripsi ini. Saran-saran yang dapat diberikan 

sebagaimana tertera di bawah ini: 

1. Buku dan karya-karya mengenai Saksi-Saksi Yehuwa di perpustakaan 

UIN Sunan Kalijaga masih tergolong minim. Maka, hal ini bisa dijadikan 

kesempatan bagi para peneliti berikutnya untuk menulis tentang Saksi￾Saksi Yehuwa. Karena dalam faktanya, Saksi-Saksi Yehuwa secara 

teologis memiliki perbedaan dengan tradisi Kristen mainstream. 

Misalnya, sistem kepercayaan mengenai Allah, konsep surga dan neraka, 

darah, dll. Masalah tersebut dapat dijadikan fokus pembahasan pada 

penelitian berikutnya. 

2. Perlu diakui bahwa peneliti belum bisa sempurna dalam menganalisis 

dengan menggunakan teori yang ada. Oleh sebab itu, diharapkan ada 

peneliti berikutnya yang dapat menyempurnakan penelitian ini. Terlebih 

pada konsep keselamatan dalam Saksi-Saksi Yehuwa. Karena diakui, 

peneliti belum cukup cermat dalam memahami betapa peliknya konsep 

yang ditawarkan. 3. Bagi Mahasiswa, disarankan agar segala permasalahan mengenai konsep 

keselamatan dalam ajaran doktrin agama-agama dunia masih menuai 

berbagai misteri yang perlu untuk dikaji lebih lanjut dalam bentuk 

diskursus ataupun tulisan-tulisan ilmiah agar menjadi titik terang bagi 

para penimba ilmu dan masyarakat beragama. 

4. Bagi para pemeluk agama Kristen dan Saksi-Saksi Yehuwa dianjurkan 

untuk saling memahami segala perbedaan pandangan terhadap sumber 

yang sama yakni Al-Kitab. Hal ini perlu dilakukan karena hanya dengan 

usaha toleransi beragama, doktrin keagamaan dapat terjaga dan 

diaplikasikan secara hikmat tanpa merasa superior diri kita adalah 

superior serta yang lain adalah inferior. 

C. Kata Penutup 

Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini, maka penyusun 

mengucapkan kalimat syukur dengan dengan ucapan Alhamdulillahi rabbil 

„alamiin. Hanya berkat rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya penulisan skripsi ini 

dapat terselesaikan walaupun dari segi waktu kurang sesuai dengan target 

yang diinginkan oleh penulis. Dengan demikian, telah selesai salah satu 

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Theologi Islam. 

Meskipun demikian, skripsi yang ada di tangan pembaca yang 

budiman ini bukanlah final dari pengembaraan intelektual penyusun. 

Demikian juga, skripsi ini tidak akan pernah menutup semua diskursus yang 

bertalian dengan tema yang diangkat oleh skripsi ini. Alih-alih memberi  jawaban yang dikehendaki, skripsi ini justru akan membuka ruang diskusi 

baru untuk merajut makna dan pengertian dalam mengawali pencarian 

kebenaran yang justru ingin dicari oleh penyusun dalam skripsi ini. 

Skripsi yang ada di hadapan pembaca sekarang ini adalah buah dari 

dialektika intelektual yang penyusun alami selama menimba ilmu di 

almamater tercinta UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam konteks itulah 

penyusun sadar bahwa hasil dari proses tersebut memberi  pengertian baru 

bahwa setiap hasil pemikiran tidak mungkin memiliki kualitas kesempurnaan, 

karena kesempurnaan hanya memiliki segala kesempurnaan itu sendiri. 

Terlepas dari berbagai kesalahan dan kritikan yang ikut memberi  

warna bagi skripsi ini, penyusun yakin bahwa hal itu tidak akan mengurangi 

maksud penyusun untuk memberi  yang terbaik dari kualitas diri yang 

penyusun miliki. 

Usaha-usaha yang maksimal ini tentu tidak dimaksudkan untuk 

menolak dan mengeliminir kritikan dan opini yang akan ditujukan kepada 

skripsi ini. Penyusun sadar bahwa hal itu merupakan proses dialektika yang 

harus tetap berlanjut sampai kapan pun. Dengan demikian, penyusun 

membuka tangan bagi siapa pun yang berminat untuk memberi  

sumbangsih dan kritikannya demi kebaikan skripsi ini kembali. 

Akhirnya, dengan pertolongan dan rahmat Allah yang Maha Pengasih, 

penyusun berharap skripsi ini dapat memberi  manfaat bagi kebaikan 

penyusun sendiri maupun kebaikan di dunia pendidikan pada umumnya. 

Semoga kekurangan baik yang implisit maupun eksplisit yang terwujud dalam skripsi ini tidak menjadikan penyusun terjebak pada situasi kedosaan 

yang baru. Amin.