Tampilkan postingan dengan label yohanes 14. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label yohanes 14. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

yohanes 14


 mundur. Dia 

yang telah kudus harus tetap kudus, bahkan lebih ku-

dus lagi, terus maju ke depan dan terbang ke atas, se-

perti orang yang belum mencapai apa-apa. 

Ketiga, Allah-lah yang menguduskan dan membe-

narkan (2Kor. 5:5). 

Keempat, saat kita berdoa meminta anugerah yang 

menguduskan, kita boleh dikuatkan, sebab  Kristus 

pun meminta hal yang sama kepada Allah bagi kita. 

(2) Sarana untuk menyampaikan anugerah ini – dalam kebe-

naran; firman-Mu yaitu  kebenaran. Bukan berarti bahwa 

Yang Mahakudus Allah Israel dibatasi oleh suatu sarana 

tertentu, namun  di dalam permufakatan tentang damai, an-

tara lain telah diputuskan dan disepakati, 

[1] Bahwa semua kebenaran yang perlu harus teringkas 

dan tercakup di dalam firman Allah. Pewahyuan ilahi, 

seperti yang kini ada sebagai firman yang tertulis, bu-

kan saja merupakan satu-satunya kebenaran yang 

murni, melainkan juga merupakan seluruh kebenaran 

tanpa cela sedikit pun.  

[2] Bahwa firman kebenaran ini harus menjadi sarana la-

hiriah yang biasa bagi pengudusan kita, namun  bukan 

pengudusan itu sendiri. Sebab jika begitu, maka firman 

itu akan selalu bersifat menguduskan. Sebaliknya, fir-

man itu hanya merupakan alat yang biasa dipakai oleh 

Roh untuk memulai dan meneruskan pekerjaan baik-

Nya. Firman itu benih untuk kelahiran kembali (1Ptr. 

1:23), dan makanan bagi kehidupan yang baru (1Ptr. 

2:1-2). 

2. Sebagai hamba-hamba Allah. “Kuduskanlah mereka, pisahkan-

lah mereka bagi diri-Mu dan bagi pelayanan-Mu. Biarlah pang-

gilan kerasulan mereka disahkan di sorga.” Para nabi dikata-

kan sudah dikuduskan (Yer. 1:5). Begitu pula para imam dan 

kaum Lewi. Kuduskanlah mereka, artinya,  

(1) “Layakkanlah mereka bagi jabatan mereka itu, dengan anu-

gerah-anugerah Kristiani dan karunia-karunia pelayanan, 

supaya mereka layak menjadi para pelayan Perjanjian 

Baru.” 

(2)  “Pisahkanlah mereka bagi jabatan pelayanan itu (Rm. 1:1). 

Aku telah memanggil mereka, dan mereka setuju. Bapa, 

katakanlah Amin bagi panggilan dan persetujuan mereka 

itu.”  

(3) “Akuilah mereka dalam jabatan itu. Biarlah tangan-Mu se-

nantiasa menyertai mereka. Kuduskanlah mereka dengan 

atau dalam kebenaran-Mu, sebagai kebenaran yang berla-

wanan dengan bayangan atau kepalsuan. Kuduskanlah 

mereka senyata-nyatanya, bukan sekadar bersifat upacara 

keagamaan saja seperti yang terjadi dengan para iman

Lewi melalui pengurapan dan korban. Kuduskanlah mere-

ka bagi kebenaran-Mu, bagi firman kebenaran-Mu, untuk 



menjadi pemberita kebenaran-Mu kepada dunia. Sebagai-

mana para imam dikuduskan untuk melayani di mezbah, 

kuduskanlah mereka juga untuk mengabarkan Injil” (1Kor. 

9:13-14).  

Perhatikanlah:  

[1]  Yesus Kristus menjadi pengantara bagi para hamba-Nya 

dengan kepedulian yang mendalam. Dia menunjukkan 

kepada Bapa-Nya bahwa mereka layak mendapat anu-

gerah-Nya. Mereka dipersembahkan sebagai bintang-

bintang di tangan kanan-Nya di hadapan Bapa-Nya.  

[2]  Hal terbesar yang perlu diminta dari Allah bagi para pe-

layan Injil yaitu  supaya mereka dikuduskan, dipisah-

kan secara menyeluruh dari dunia ini, supaya mereka 

membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah. Juga, su-

paya mereka mengalami sendiri dalam hati mereka 

kuasa pengaruh firman yang mereka beritakan kepada 

orang lain itu. Biarlah mereka memiliki Urim dan 

Tumim, cahaya dan kejujuran (integritas). 

II.  Di sini kita mendapati dua alasan yang memperkuat permohonan 

Kristus mengenai pengudusan bagi para murid-Nya: 

1.  Amanat yang mereka emban dari-Nya (ay. 18): “Sama seperti 

Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia untuk menjadi 

utusan-Mu di antara anak-anak manusia, maka kini saat Aku 

dipanggil kembali, Aku pun telah mengutus mereka ke dalam 

dunia sebagai wakil-wakil-Ku.” Di sini, 

(1) Kristus berbicara mengenai tugas-Nya dengan penuh keya-

kinan: Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia. Pendiri 

agama Kristen yang agung ini memperoleh amanat dan pe-

tunjuk dari Dia yang merupakan asal dan tujuan dari selu-

ruh agama. Dia diutus oleh Allah untuk mengatakan apa 

yang telah disampaikan-Nya, untuk melakukan apa yang 

telah dilakukan-Nya, dan untuk menjadi pribadi seperti 

yang tampak dalam diri-Nya bagi mereka yang percaya ke-

pada-Nya. Semuanya ini menghibur hati-Nya saat  Ia 

menjalankan tugas-Nya, dan ini seharusnya juga meng-

hibur kita berlimpah-limpah, yang bergantung kepada-Nya. 

Wewenang-Nya berasal dari atas, sebab dari sana jugalah 

tugas-Nya berasal.  

(2) Dia membicarakan amanat yang telah diberikan-Nya ke-

pada murid-murid-Nya dengan sukacita yang besar: “Demi-

kian pula Aku telah mengutus mereka untuk melakukan 

tugas yang sama dan untuk menjalankan rancangan yang 

sama,” yaitu untuk memberitakan ajaran sama yang telah 

Ia beritakan, dan untuk meneguhkan bukti-bukti yang 

sama dengan tanggung jawab yang sama pula. Juga, untuk 

membaktikan diri kepada orang-orang setia lainnya yang 

telah dipercayakan  kepada mereka. Dia memberi mereka 

amanat-Nya berdasarkan amanat yang diterima-Nya sen-

diri. Hal ini menguatkan jabatan mereka itu, sebab berasal 

dari Kristus. Jelas ada keterkaitan erat antara amanat yang 

diberikan kepada para pelayan perdamaian dengan amanat 

yang diberikan kepada Sang Pengantara. Dia disebut seba-

gai Rasul (Ibr. 3:1), Pelayan (Rm. 15:8), juga Utusan, (Mal. 

3:1). Hanya saja, para murid diutus sebagai para hamba, 

sementara Dia yaitu  Anak. Nah, di sini terlihat alasannya,  

[1] Mengapa Kristus begitu memedulikan mereka dan 

mengapa kepentingan mereka begitu terpatri dalam 

hati-Nya? sebab  Dia sendiri telah menempatkan me-

reka ke dalam suatu tugas yang sulit, yang memerlukan 

banyak kecakapan untuk dapat dijalankan dengan se-

mestinya. Perhatikanlah, setiap orang yang diutus oleh 

Kristus akan selalu didampingi-Nya. Dia juga akan se-

lalu memperhatikan kepentingan orang-orang yang Ia 

pekerjakan. Dia akan memampukan kita untuk melaku-

kan apa yang Ia titahkan, dan akan selalu menopang 

kita dalam melaksanakannya. 

[2] Mengapa Ia menyerahkan mereka kepada Bapa-Nya? 

Sebab Dia peduli dengan perkara mereka. Tugas mereka 

merupakan kelanjutan dari tugas-Nya, seakan-akan tu-

gas itu yaitu  pekerjaan tambahan yang berasal dari 

tugas-Nya. Kristus menerima persembahan-persembah-

an di antara manusia (Mzm. 68:19), lalu Ia memberi  

semua itu kepada manusia (Ef. 4:8), dan sebab  itulah 

Ia memohonkan bantuan Bapa-Nya untuk menjamin 

dan meneguhkan pemberian-pemberian itu, serta mene-

gaskan pemberian-Nya bagi mereka. Bapa mengudus-

kan-Nya saat Dia mengutus-Nya ke dalam dunia (10:36). 

Kini, sebab  mereka juga diutus seperti halnya Dia, 

maka biarlah mereka juga dikuduskan.  

2. Jasa baik-Nya bagi mereka dipakai-Nya juga untuk menguat-

kan permohonan-Nya (ay. 19): Aku menguduskan diri-Ku bagi 

mereka.  

Di sini kita lihat:  

(1) Bagaimana Kristus menempatkan diri-Nya sendiri sehu-

bungan dengan pekerjaan dan jabatan-Nya sebagai Sang 

Pengantara: Aku menguduskan diri-Ku. Dia membaktikan 

seluruh diri-Nya untuk menjalankan tugas-Nya dan semua 

bagian di dalam tugas-Nya itu, terutama bagian yang akan 

Ia lakukan kini – oleh Roh yang kekal mempersembahkan 

diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang 

tak bercacat. Sebagai Imam sekaligus juga Mezbah, Ia telah 

menguduskan diri-Nya sendiri sebagai korban persembah-

an. Saat Dia berkata, “Ya Bapa, permuliakanlah nama-Mu – 

Ya Bapa, jadilah kehendak-Mu – Ya Bapa, ke dalam tangan-

Mu Kuserahkan nyawa-Ku,” Dia membayar lunas semua 

yang harus Ia tanggung. Dengan demikian, Dia telah me-

nguduskan diri-Nya sendiri. Inilah yang Dia ungkapkan 

kepada Bapa-Nya, sebab pengantaraan yang dilakukan-Nya 

dibuat demi kepuasaan Sang Bapa: Ia telah masuk ke da-

lam tempat yang kudus dengan membawa darah-Nya sen-

diri (Ibr. 9:12) sebagaimana seorang Imam Agung pada hari 

Pendamaian, yang memercikkan darah binatang korban 

dan membakar wangi-wangian di belakang tabir pada saat 

yang bersamaan (Im. 16:12, 14). 

(2) Rancangan jasa Kristus bagi para murid-Nya sejauh itu: se-

mua itu bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan, arti-

nya, supaya mereka mati syahid, begitulah yang ditafsirkan 

sebagian orang. “Aku mengorbankan diri-Ku sendiri supaya 

mereka pun dikorbankan bagi kemuliaan Allah dan bagi 

kebaikan gereja.” Paulus pun membicarakan persembahan 

dirinya sendiri sebagai korban (Flp. 2:17; 2Tim. 4:6). Apa 

pun itu yang membuat kematian semua orang yang dika-

sihi-Nya berharga di mata TUHAN, semuanya itu berutang 

kepada kematian Tuhan Yesus. Akan namun  saya lebih suka 

mengartikannya secara lebih umum, yaitu supaya mereka 

menjadi orang-orang kudus dan hamba-hamba Allah yang 

benar-benar cakap dan layak di hadapan Allah.  

[1]  Jabatan dalam pelayanan telah dibeli oleh darah Kris-

tus dan merupakan salah satu buah dari penebusan 

yang Dia lakukan. Kebaikan dan nilai jabatan pelayan-

an disebab kan oleh jasa Kristus. Berdasarkan hukum 

Taurat, para imam disucikan dengan darah lembu dan 

kambing, namun  para hamba Injil dikuduskan melalui 

darah Yesus. 

[2] Kekudusan sejati yang dimiliki oleh semua orang Kris-

ten yang saleh merupakan buah dari kematian Kristus. 

Oleh kematian-Nya ini pemberian Roh Kudus ditebus 

bagi kita. Dia menyerahkan diri-Nya bagi jemaat-Nya, 

untuk menguduskannya (Ef. 5:25-26). Dan Dia yang 

merancangkan tujuannya tentu saja merancangkan ber-

bagai sarananya juga, supaya dikuduskan oleh kebe-

naran, yaitu kebenaran yang disaksikan oleh Kristus 

saat Ia datang ke dalam dunia. Demi untuk meneguh-

kan kebenaran itu pula Dia sampai rela mati. Firman 

kebenaran itu mendapatkan kekuatan dan kuasa yang 

menguduskan melalui kematian Kristus. Beberapa 

orang menafsirkannya demikian, yaitu supaya mereka 

dikuduskan dalam kebenaran, artinya benar-benar di-

kuduskan: sebab, oleh sebab  Allah harus dilayani, kita 

harus dikuduskan dalam roh dan kebenaran. Dan inilah 

yang didoakan Kristus bagi semua orang yang menjadi 

kepunyaan-Nya, sebab inilah kehendak-Nya: pengudus-

an mereka. Jadi mereka juga harus mendoakan hal 

yang sama.  

Doa Syafaat Kristus 

(17:20-23) 

20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, namun  juga untuk orang-

orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; 21 supaya mereka 

semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku 

di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, 


bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 22 Dan Aku telah memberi  

kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka 

menjadi satu, sama seperti Kita yaitu  satu: 23 Aku di dalam mereka dan 

Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia 

tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau menga-

sihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. 

sesudah  berdoa bagi kekudusan mereka, Kristus pun mendoakan ke-

satuan mereka. Sebab hikmat yang dari atas yaitu  pertama-tama 

murni, selanjutnya pendamai. Persahabatan itu memang manis jika 

hal itu seperti minyak urapan di kepala Harun yang kudus, atau se-

perti embun di bukit Sion yang kudus.  

Perhatikanlah: 

I.  Siapa yang termasuk dalam doa ini (ay. 20): “Bukan untuk mereka 

ini saja, bukan hanya mereka yang kini yaitu  murid-murid-Ku” 

(yaitu kesebelas murid, ketujuh puluh pengikut bersama-sama 

dengan yang lainnya, semua kaum lelaki dan wanita yang meng-

ikuti-Nya sewaktu Dia ada di dunia ini), “namun  juga untuk orang-

orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka, baik 

yang mereka beritakan langsung selagi mereka masih hidup atau 

yang mereka tuliskan sebagai warisan bagi generasi mendatang. 

Aku berdoa untuk mereka semua, supaya mereka semuanya men-

jadi satu dalam kehendak mereka melalui doa ini, dan sama-sama 

menerima berkatnya.”  

Perhatikanlah di sini:  

1.  Hanya orang-orang yang tertarik kepada pengantaraan yang 

dilakukan oleh Kristus saja yang percaya atau akan percaya 

kepada-Nya. Hal inilah yang dipakai untuk menggambarkan 

mereka, dan ini sudah mencakup semua perangai dan tugas 

dari seorang Kristen. Orang-orang yang hidup di zaman itu 

melihat dan percaya, namun  orang-orang yang hidup di zaman 

berikutnya tidak melihat, namun percaya. 

2.  Melalui pemberitaan firmanlah jiwa-jiwa dibawa untuk percaya 

kepada Kristus, dan untuk tujuan itulah Kristus memerintah-

kan supaya firman itu dituliskan. Ia juga memerintahkan su-

paya pelayanan terus berdiri tegak dan berlanjut di dalam 

gereja selama gereja ada, artinya selama dunia ini ada, untuk 

menumbuhkan benih. 



3. Kristus benar-benar tahu dengan pasti siapa yang akan per-

caya kepada-Nya. Di sini Dia tidak berdoa sembarangan saja, 

tidak hanya bergantung kepada kehendak manusia yang se-

ring kali berkhianat, yang berpura-pura telah bebas, padahal 

masih hidup dalam perhambaan dengan anak-anak dosa. 

Tidak begitu, Kristus justru tahu benar-benar siapa yang Ia 

doakan. Perkara ini diketahui dengan kepastian yang berasal 

dari tujuan dan pengetahuan ilahi. Kristus tahu siapa yang 

diberikan kepada-Nya, yang ditentukan Allah untuk hidup 

yang kekal, yang tercatat dalam kitab kehidupan Anak Domba, 

yang akan menjadi percaya (Kis. 13:48).  

4.  Yesus Kristus tidak hanya menjadi Pengantara bagi para orang 

percaya yang hebat dan terpandang, melainkan juga bagi yang 

terlemah dan termiskin. Bukan hanya bagi orang-orang yang 

akan dipekerjakan di tempat yang paling tepercaya dan terhor-

mat di dalam kerajaan-Nya, melainkan bagi semuanya, bah-

kan bagi orang-orang yang tidak dipandang sebelah mata oleh 

dunia ini. Sebagaimana pemeliharaan ilahi menjangkau sam-

pai ke makhluk yang terendah, begitu pula anugerah ilahi 

menjangkau orang Kristen yang termiskin. Sang Gembala yang 

baik memperhatikan juga mereka yang teraniaya di antara 

kawanan domba. 

5. Dalam pengantaraan-Nya, Yesus Kristus benar-benar memper-

hatikan sisa-sisa terpilih yang bahkan belum terlahir ke dunia 

ini, yaitu angkatan yang akan datang (Mzm. 22:31), domba-

domba lain yang harus Dia tuntun. Sebelum mereka terbentuk 

dalam kandungan Ia sudah mengenal mereka (Yer. 1:5), dan 

doa-doa bagi mereka sudah dipanjatkan ke sorga sebelumnya, 

oleh Dia yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemu-

dian, dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak 

ada menjadi ada. 

II.  Apa yang dimaksudkan dalam doa ini (ay. 21): supaya mereka se-

mua menjadi satu. Hal yang sama telah dikatakan sebelumnya (ay. 

11), supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita, dan hal ini 

diucapkan sekali lagi (ay. 22). Hati Kristus begitu terbeban dengan 

perkara ini . Beberapa orang berpendapat bahwa kesatuan 

yang didoakan pada ayat 11 terutama ditujukan kepada para mu-

rid sebagai hamba dan rasul, supaya mereka menjadi satu dalam 

kesaksian mereka mengenai Kristus. Menurut mereka yang ber-

pendapat demikian, keserasian di antara para pemberita Injil dan 

keselarasan dari para pengkhotbah Injil yang mula-mula yaitu  

berkat doa ini. Biarlah mereka tidak hanya menjadi satu hati, 

namun  juga satu mulut, untuk membicarakan pokok yang sama. 

Kesatuan para pelayan Injil menjadi keindahan dan kekuatan per-

kara Injil itu sendiri. namun  jelaslah bahwa kesatuan yang didoa-

kan di ayat 21 ini berlaku bagi semua orang percaya. Itulah doa 

Kristus bagi semua orang milik-Nya, dan kita boleh merasa yakin 

bahwa doa itu yaitu  doa yang terjawab – supaya mereka semua 

menjadi satu, satu di dalam Kita (ay. 21), sama seperti Kita yaitu  

satu (ay. 22), dijadikan sempurna menjadi satu (ay. 23). Hal ini 

mencakup tiga hal:  

1.  Supaya mereka dipersatukan dalam satu tubuh. “Ya Bapa, 

pandanglah mereka sebagai satu kesatuan, dan sahkanlah 

persepakatan agung itu, yang olehnya mereka terpadu menjadi 

satu jemaat. Meskipun mereka tinggal di tempat-tempat yang 

berjauhan, dari satu ujung langit ke ujung lainnya, dan di 

zaman yang berbeda-beda, dari permulaan waktu sampai pada 

kesudahannya, sehingga mereka tidak saling mengenal atau 

berhubungan secara pribadi, namun  biarlah mereka menjadi 

satu di dalam Aku sebagai pemimpin utama mereka.” Saat 

Kristus mati, Dia juga berdoa seperti itu, untuk mengumpul-

kan dan mempersatukan mereka (11:52; Ef. 1:10). 

2.  Supaya mereka semua digerakkan oleh satu Roh. Hal ini tersi-

rat dengan jelas di sini – supaya mereka menjadi satu di dalam 

Kita. Kesatuan dengan Bapa dan Anak diperoleh dan dipeli-

hara hanya dengan melalui Roh Kudus. Siapa yang mengikat-

kan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia (1Kor. 

6:17). Biarlah mereka semua diberi cap dengan gambaran dan 

salinan yang sama, serta dipengaruhi oleh kuasa yang sama.  

3.  Supaya mereka semua bersekutu dalam ikatan kasih sayang, 

semuanya menjadi satu hati. Supaya mereka semua menjadi 

satu,  

(1) Dalam pertimbangan dan perasaan. Bukan dalam segala 

sesuatu sampai ke hal yang kecil-kecil – sebab ini tidaklah 

mungkin dan juga tidak perlu, melainkan dalam perkara-

perkara besar mengenai Allah, dan di dalam diri mereka 

sendiri, melalui perantaraan doa ini, mereka semua berse-

pakat bahwa kebaikan Allah lebih baik daripada hidup. 

Kemudian bahwa dosa yaitu  kejahatan yang paling bu-

ruk, dan Kristus yaitu  sahabat yang terbaik. Juga bahwa 

ada kehidupan lain sesudah  kehidupan yang sekarang ber-

lalu, dan hal-hal semacam itu.  

(2) Dalam perangai dan kecenderungan bertingkah laku. Se-

mua orang yang telah dikuduskan memiliki sifat dan gam-

baran ilahi yang sama. Kini mereka semua memiliki hati 

yang baru, dan hati mereka itu menjadi satu.  

(3) Mereka semuanya menjadi satu dalam segala rencana dan 

tujuan mereka. Setiap orang Kristen yang saleh, selama 

mereka memiliki kesalehan itu, selalu memusatkan pan-

dangannya kepada kemuliaan Allah sebagai tujuannya 

yang tertinggi, dan kemuliaan sorga sebagai tujuan per-

buatannya yang utama.  

(4) Mereka semua menjadi satu dalam kerinduan dan doa me-

reka. Meski perkataan dan cara pengungkapan mereka ber-

beda-beda, mereka mendoakan hal-hal yang sama, sebab 

mereka telah menerima Roh sama yang menjadikan mereka 

anak Allah dan menuruti perintah yang sama.  

(5) Mereka semua menjadi satu dalam kasih dan sayang. Se-

tiap orang Kristen sejati memiliki kecenderungan dalam 

dirinya untuk mengasihi semua orang Kristen sejati lain-

nya. Apa yang didoakan Kristus di sini yaitu  terciptanya 

persekutuan orang-orang kudus yang kita akui dan perca-

yai: persekutuan yang dimiliki semua orang percaya de-

ngan Allah, dan kesatuan mereka yang erat dengan seluruh 

orang-orang kudus di bumi dan sorga (1Yoh. 1:3). Akan 

namun , doa Kristus ini belum akan dipenuhi dengan sem-

purna sampai semua orang kudus masuk sorga, sebab ha-

nya pada saat itulah mereka akan dibuat sempurna men-

jadi satu (ay. 23; Ef. 4:13). 

III. Apa yang ditegaskan oleh Kristus sebagai dasar untuk memper-

kuat permohonan ini .  


Ada tiga hal: 

1.  Kesatuan yang ada di antara Bapa dan Anak, yang terus me-

nerus disebutkan (ay. 11, 21-23).  

(1)  Memang benar bahwa Bapa dan Anak itu yaitu  satu, satu 

dalam kodrat dan hakikat, setara dalam kuasa dan kemu-

liaan, satu dalam kasih sayang yang timbal balik. Bapa 

mengasihi Anak, dan Anak selalu menyenangkan hati Bapa. 

Mereka satu dalam rancangan dan pekerjaan. Keeratan 

kesatuan mereka digambarkan dalam kata-kata berikut ini, 

“Engkau di dalam Aku, dan Aku di dalam Engkau.” Dia 

sering menyebutkan hal ini sebagai kekuatan untuk meno-

pang-Nya saat mengalami berbagai penderitaan-Nya di 

bumi ini, saat musuh-musuh-Nya bersiap-siap menerjang 

Dia dan kawan-kawan-Nya menjauhkan diri dari-Nya. Te-

tapi Dia tetap ada di dalam Bapa, dan Bapa di dalam-Nya.  

(2) Kesatuan antara Bapa dan Anak itu ditekankan dalam doa 

Kristus bagi kesatuan murid-murid-Nya,  

[1]  Sebagai pola bagaimana mereka harus menjadi satu. Ini 

menunjukkan betapa Ia sangat rindu agar mereka ber-

satu. Orang-orang percaya yaitu  satu sampai pada 

batas-batas tertentu sebagaimana Allah dan Kristus 

yaitu  satu, sebab, 

Pertama, kesatuan di antara orang-orang percaya 

merupakan kesatuan yang sangat erat dan dekat. Mere-

ka dipersatukan oleh suatu sifat ilahi, oleh kuasa anu-

gerah ilahi, sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan 

ilahi.  

Kedua, kesatuan itu yaitu  kesatuan yang kudus di 

dalam Roh Kudus, untuk tujuan-tujuan yang kudus. 

Bukan sebuah perkumpulan politik yang bertujuan du-

niawi.  

Ketiga, pada akhirnya, kesatuan itu yaitu , dan 

akan, menjadi sempurna. Bapa dan Anak memiliki sifat-

sifat (atribut), ciri-ciri dan kesempurnaan yang sama. 

Begitu pula halnya dengan orang-orang percaya saat  

mereka dikuduskan, dan bila anugerah disempurnakan 

dalam kemuliaan, mereka pun akan saling bersesuaian 

satu dengan yang lainnya, dan semuanya diubahkan 

menjadi gambaran yang serupa.  

[2] Sebagai pusat kesatuan itu: supaya mereka satu di 

dalam Kita, semuanya menjadi satu di dalam kesatuan 

Kita. Hanya ada satu Allah dan satu Pengantara. Dalam 

hal ini semua orang  percaya yaitu  satu, yaitu bahwa 

mereka sepakat untuk mengandalkan kebaikan dari 

satu-satunya Allah ini sebagai kebahagiaan mereka, 

serta mengandalkan jasa satu-satunya Pengantara ter-

sebut sebagai kebenaran mereka. Kelompok orang yang 

tidak berpusat kepada Allah sebagai tujuan, dan Kristus 

sebagai jalan, bukanlah suatu kesatuan, melainkan per-

sekongkolan. Semua orang yang benar-benar disatukan 

dengan Allah dan Kristus, yang yaitu  satu, akan se-

gera dipersatukan satu dengan yang lainnya.  

[3] Sebagai sebuah alasan yang kuat untuk kesatuan itu. 

Sang Pencipta dan Penebus yaitu  satu dalam kepen-

tingan dan rancangan Mereka. Akan namun , untuk apa 

Mereka menjadi seperti itu jika semua orang percaya 

tidak menjadi satu tubuh dengan Kristus dan tidak 

bersama-sama menerima anugerah demi anugerah dari-

Nya, padahal Ia telah menerimanya bagi mereka? Ren-

cana Kristus yaitu  untuk mengurangi umat manusia 

yang memberontak terhadap Allah. “Ya Bapa,” kata-Nya, 

“biarlah semua orang percaya menjadi satu, supaya di 

dalam satu tubuh mereka dapat diperdamaikan” (Ef. 

2:15-16). Hal ini mengacu pada penyatuan orang 

Yahudi dan bukan Yahudi di dalam gereja. Inilah mis-

teri agung itu, bahwa orang-orang bukan Yahudi akan 

turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh 

(Ef. 3:6). Menurut saya, inilah yang terutama dimaksud-

kan oleh doa Kristus ini, sebab inilah salah satu hal 

besar yang menjadi tujuan-Nya melalui kematian-Nya. 

Dan saya bertanya-tanya mengapa tidak ada seorang 

penafsir pun yang pernah saya temui mengartikannya 

demikian. “Ya Bapa, biarkanlah orang-orang bukan-Ya-

hudi yang percaya dipersatukan dengan orang-orang 

Yahudi yang percaya, dan ciptakanlah keduanya men-

jadi satu manusia baru.” Kata-kata “Aku di dalam mere-

ka, dan Engkau di dalam Aku” menunjukkan betapa 

perlunya kesatuan itu, bukan saja bagi keindahan, te-

tapi juga bagi keberadaan gereja-Nya itu sendiri.  

Pertama, kesatuan dengan Kristus: Aku di dalam 

mereka. Kristus berdiam di dalam hati orang-orang per-

caya, dan ini merupakan hidup dan jiwa dari manusia 

baru itu.  

Kedua, kesatuan dengan Allah melalui Dia. “Engkau 

di dalam Aku, perbuatlah demikian juga dengan ada di 

dalam mereka melalui Aku.”  

Ketiga, kesatuan satu dengan yang lainnya yang 

ditimbulkan dari hal ini: supaya mereka sempurna men-

jadi satu oleh sebab nya. Kita menjadi lengkap di dalam 

Dia.  

2. Rancangan Kristus dalam menyampaikan terang dan anu-

gerah-Nya kepada mereka (ay. 22): “Kemuliaan yang Engkau 

berikan kepada-Ku, sebagai orang kepercayaan atau saluran 

penyampaian, telah Kuberikan kepada mereka sesuai dengan 

kehendak-Mu, dengan tujuan supaya mereka menjadi satu, 

sama seperti Kita yaitu  satu. Dengan demikian, supaya ja-

nganlah semua pemberian itu menjadi sia-sia jika mereka 

tidak menjadi satu.” Nah, pemberian-pemberian ini  ada-

lah:  

(1) Semua yang disalurkan kepada para rasul dan perintis ge-

reja yang pertama. Kemuliaan sebagai utusan Allah bagi 

dunia ini, kemuliaan dalam mengerjakan mujizat, kemulia-

an dalam mengumpulkan sebuah jemaat dari dunia ini, 

dan mendirikan takhta kerajaan Allah di antara manusia, 

semua kemuliaan seperti ini diberikan kepada Kristus, dan 

sebagian kehormatan itu Dia curahkan kepada mereka saat 

Ia mengutus mereka untuk menjadikan semua bangsa mu-

rid-Nya.  Atau,  

(2)  Semua yang diberikan tanpa kecuali kepada semua orang 

percaya. Kemuliaan sebab  berada di dalam kovenan de-

ngan Allah dan diterima oleh-Nya, didekap di pangkuan-

Nya, dan dirancang untuk menempati kedudukan di sebe-

lah kanan-Nya, yaitu  kemuliaan yang diberikan Bapa ke-

pada Sang Penebus, dan Ia meneguhkan semuanya itu ke-

pada semua orang yang ditebus-Nya.  

[1] Dia berkata bahwa Dia telah memberi  kemuliaan itu 

kepada mereka, sebab Dia telah memaksudkannya bagi 

mereka, menyiapkannya dan memastikan bahwa mere-

ka mendapatkannya saat  mereka percaya bahwa janji-

janji Kristus merupakan pemberian-pemberian yang 

benar-benar nyata.  

[2] Kemuliaan itu diberikan kepada-Nya supaya Dia mem-

berikannya lagi kepada mereka. Kemuliaan itu diper-

cayakan kepada-Nya untuk mereka, dan Kristus setia 

kepada Dia yang telah menunjuk-Nya untuk melakukan 

tugas ini .  

[3] Dia memberi nya kepada mereka supaya mereka men-

jadi satu.  

Pertama, untuk memberi mereka hak istimewa akan 

kesatuan itu, yaitu supaya melalui hubungan mereka 

dengan satu-satunya Allah Bapa, dan satu-satunya 

Tuhan Yesus Kristus, mereka dapat menjadi benar-be-

nar satu. Pemberian Roh, yaitu kemuliaan agung yang 

diberikan Bapa kepada Anak, harus diberikan oleh-Nya 

kepada semua orang percaya, supaya dengan begitu 

mereka semua menjadi satu, sebab Dia mengerjakan 

semuanya dalam semua orang (1Kor. 12:4, dst.).  

Kedua, untuk melibatkan  mereka supaya bertekun 

melaksanakan kewajiban bersatu itu. Berdasarkan 

kesepakatan dan persekutuan mereka untuk percaya 

akan satu pengakuan iman dan satu kovenan, satu Roh 

dan satu Alkitab, serta berdasarkan apa yang mereka 

miliki dalam satu Allah dan satu Kristus, dan atas apa 

yang mereka harapkan di dalam satu sorga, mereka da-

pat menjadi satu pikiran dan satu pendapat. Kemuliaan 

duniawi menimbulkan perselisihan di antara manusia, 

sebab jika sebagian berhasil, maka yang lainnya mero-

sot. sebab  itulah, selama para murid masih memim-

pikan kerajaan yang bersifat fana, mereka akan terus 

berselisih. Akan namun , kehormatan rohani diberikan 

dengan merata kepada semua pengikut Kristus, mereka 

semua dibuat menjadi suatu kerajaan, dan menjadi 

imam-imam bagi Allah, sehingga tidak ada celah untuk 

berlomba-lomba atau saling bersaing. Semakin terpe-

sona orang-orang Kristen dengan kemuliaan yang dibe-

rikan Kristus kepada mereka, semakin berkurang juga 

hasrat mereka akan kemuliaan yang fana dan sia-sia. 

Akibatnya, kecenderungan untuk berselisih pun ku-

rang.  

3.  Bagi permohonan-Nya itu, Kristus mengemukakan alasan bah-

wa pengaruh yang akan ditimbulkan oleh kesatuan mereka itu 

terhadap orang lain akan sangat membahagiakan, dan akan 

menimbulkan kebaikan bagi orang banyak. Hal ini  dite-

kankan-Nya dua kali (ay. 21): supaya dunia percaya, bahwa 

Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan lagi (ay. 23): Agar 

dunia tahu, sebab tanpa pengetahuan, iman yang sejati tidak 

akan muncul. Orang-orang percaya harus tahu apa yang 

mereka percayai dan mengapa atau dengan alasan apa mereka 

mempercayai hal itu. Orang-orang yang percaya dengan sem-

barangan saja bisa membahayakan diri mereka sendiri. Nah, 

di sini Kristus menunjukkan, 

(1) Maksud baik-Nya terhadap dunia umat manusia secara ke-

seluruhan. Dalam hal ini Dia sepikiran dengan Bapa-Nya, 

sama seperti dalam segala hal lainnya, yaitu Dia menghen-

daki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh 

pengetahuan akan kebenaran (1Tim. 2:4; 2Ptr. 3:9). sebab  

itulah, sudah menjadi kehendak-Nya supaya segala sarana 

yang mungkin digunakan dapat dipakai, dan tidak ada 

yang sia-sia, untuk menyakinkan dunia akan dosa dan 

mempertobatkannya. Kita tidak tahu siapa saja yang dipi-

lih, namun  kita harus berusaha semampu kita untuk me-

nyampaikan keselamatan kepada sebanyak mungkin 

orang, serta berhati-hati supaya tidak melakukan apa pun 

yang bisa menghalangi keselamatan mereka itu. 

(2) Buah baik yang ditimbulkan oleh kesatuan gereja. Hal itu 

akan menjadi bukti kebenaran sejati dari Kekristenan dan 

menjadi sarana untuk membawa banyak orang untuk me-

meluknya juga. 

[1] Secara umum, kesatuan itu akan menyatakan nama 

baik Kekristenan kepada dunia, dan menimbulkan pen-

dapat yang baik di dalam pikiran orang-orang yang 

tidak percaya kepada Kekristenan. Pertama, terbentuk-

nya satu kesatuan tubuh orang-orang Kristen melalui 

piagam kesepakatan Injil akan sangat mengangkat 

derajat Kekristenan. Saat dunia melihat betapa banyak-

nya jumlah anak-anak dunia yang terpanggil keluar 

dari keluarga mereka, dibedakan dari yang lainnya, dan 

diubahkan dari keadaan mereka yang sebelumnya, saat 

mereka melihat perkumpulan ini terangkat tinggi oleh 

pemberitaan yang mereka anggap kebodohan, serta 

diteguhkan oleh mujizat dari pemeliharaan dan anuge-

rah ilahi, dan betapa mengagumkannya perkumpulan 

ini  terbentuk dan terpelihara, mereka pasti akan 

berkata, Kami mau mengikuti kamu, sebab telah kami 

lihat, bahwa Allah menyertai kamu. Kedua, penyatuan 

orang-orang Kristen di dalam kasih sayang merupakan 

keindahan pengakuan iman mereka, dan hal itu mena-

rik orang lain untuk bergabung dengan mereka, seba-

gaimana kasih yang ada di antara orang-orang Kristen 

yang mula-mula (Kis. 2:42-43; 4:32-33). Bila Kekristen-

an tidak menimbulkan perseteruan di antara anggota-

anggotanya, melainkan meredam segenap perselisihan, 

atau bila Kekristenan mendinginkan amarah yang pa-

nas, dan melembutkan kekasaran, serta menjadikan 

manusia pengasih dan baik hati, ramah dan murah hati 

kepada semua orang, giat untuk mempertahankan dan 

menciptakan kedamaian dalam semua hubungan dan 

masyarakat, maka hal ini semua akan menjadikan Ke-

kristenan terpandang di mata pemeluk atau pemerhati 

kepercayaan alamiah. 

[2] Secara khusus, kesatuan gereja akan menimbulkan pe-

mikiran yang baik dalam benak manusia,  

Pertama, mengenai Kristus: Mereka akan tahu dan 

percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 

Melalui kesatuan itu, akan tampak bahwa Kristus di-

utus oleh Allah, dan bahwa ajaran-Nya itu bersifat ilahi. 

Melalui kesatuan itu, akan tampak bahwa agama-Nya 

berhasil menggabungkan banyak orang yang memiliki 

beragam kecakapan, macam-macam sifat dan keter-

tarikan yang berbeda-beda, ke dalam satu kesatuan 

tubuh berdasarkan iman, dengan satu hati yang dire-

katkan oleh kasih. Tentu saja Dia diutus oleh Allah 

yang penuh kuasa, yang membentuk hati mereka seka-

lian. Dialah Allah yang penuh kasih dan damai. Saat 

para penyembah Allah menjadi satu, tampak jelas bah-

wa Dia itu satu adanya, dan nama-Nya pun satu.  

Kedua, mengenai orang-orang Kristen: Mereka akan 

tahu bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti 

Engkau mengasihi Aku.  

Di sini kita lihat:  

1.  Hak istimewa yang dimiliki oleh orang-orang per-

caya: Bapa sendiri mengasihi mereka dengan kasih 

yang serupa dengan kasih-Nya terhadap Anak-Nya, 

sebab mereka semua dikasihi di dalam Dia dengan 

kasih yang kekal.  

2.  Bukti bahwa mereka memang memiliki hak istimewa 

ini, yaitu dengan menjadi satunya mereka. Akan 

tampak bahwa Allah mengasihi kita, jika kita meng-

amalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, se-

bab bilamana kasih Allah telah dicurahkan di dalam 

hati, maka kasih itu akan mengubah hati dengan 

gambaran yang serupa. Lihatlah betapa baik dam-

pak yang akan ditimbulkan terhadap dunia jika me-

reka tahu betul betapa semua orang Kristen yang 

saleh sungguh dikasihi oleh Allah. Orang Yahudi pu-

nya sebuah pepatah, Jika saja dunia tahu betapa 

berharganya orang-orang benar itu, dunia pasti akan 

memagari mereka dengan mutiara. Jadi, kita harus 

lebih lagi mengasihi orang-orang yang dikasihi Allah 

dengan berlimpah-limpah.  



Doa Syafaat Kristus 

(17:24-26) 

24 Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada 

bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, 

agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-

Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. 25 Ya Bapa 

yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, namun  Aku mengenal 

Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; 26 

dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan 

memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di 

dalam mereka dan Aku di dalam mereka. 

Di sini ada : 

I.  Sebuah permohonan supaya semua orang yang diberikan kepada 

Kristus dipermuliakan (ay. 24), bukan hanya para rasul saja, 

melainkan juga semua orang percaya: Ya Bapa, Aku mau supaya 

mereka juga berada bersama-sama dengan Aku.  

Perhatikanlah: 

1. Kaitan antara permintaan yang ini dengan permintaan-per-

mintaan sebelumnya. Dia telah berdoa supaya Allah berkenan 

untuk memelihara, menguduskan dan mempersatukan mere-

ka, dan kini Dia berdoa supaya Allah bersedia untuk memah-

kotai mereka juga dengan kemuliaan. Dengan cara seperti 

inilah kita harus berdoa, pertama berdoa bagi anugerah, ke-

mudian berdoa bagi kemuliaan (Mzm. 84:12), sebab dengan 

cara seperti itulah Allah memberi apa yang kita mintakan itu. 

Tentu saja Allah yang bijaksana tidak akan datang seperti 

orang bodoh yang membangun rumah di atas pasir, jadi Dia 

tidak akan mempermuliakan orang-orang yang belum diku-

duskan. Allah juga tidak seperti orang bodoh yang mulai mem-

bangun apa yang tidak mungkin ia selesaikan, jadi Dia tidak 

akan menguduskan orang-orang tanpa juga mempermuliakan 

mereka.  

2. Cara memanjatkan permohonan itu: “Ya Bapa, Aku mau.” Se-

perti yang telah Ia lakukan sebelumnya, di sini Ia juga me-

manggil Allah dengan sebutan Bapa, sehingga kita pun harus 

melakukan hal yang sama. Akan namun , saat Dia mengatakan, 

thelō – “Aku mau,” Dia menggunakan suatu ungkapan bahasa 

yang khusus dapat digunakan oleh Dia sendiri, yang tidak se-

layaknya dipakai oleh para pemohon yang biasa, sebab  ung-

kapan ini  hanya layak dipakai oleh Dia yang telah mem-

bayar lunas apa yang Ia doakan tadi. Sebab, 

(1) Permohonan ini  secara umum menunjukkan kewe-

nangan-Nya untuk menaikkan doa perantaraan kepada 

Allah. Firman-Nya disertai dengan kuasa di sorga, maupun 

di bumi. Dia memasuki tempat suci dengan darah-Nya sen-

diri, sehingga doa syafaat-Nya itu tentu saja pasti terjawab. 

Dia melakukan tindakan pengantaraan sebagai seorang 

Raja, sebab Dia sendiri bertindak sebagai Imam di atas 

takhta-Nya (seperti Melkisedek), yakni sebagai seorang Raja 

sekaligus Imam.  

(2)  Permintaan itu juga menegaskan kewenangan istimewa-

Nya atas perkara ini: Dia memiliki kuasa untuk memberi-

kan hidup yang kekal (ay. 2), dan sesuai dengan kuasa-Nya 

itu, Ia pun berkata, “Ya Bapa, Aku mau.” Kini Dia memang 

sedang mengambil rupa seorang hamba, namun  kuasa itu 

akan diperlihatkan dengan lebih gemilang lagi saat Dia 

datang kembali untuk kedua kalinya di dalam kemuliaan 

seorang hakim, yang akan berkata, “Mari, hai kamu yang 

diberkati.” Jadi dengan mengarahkan pandangan-Nya ke 

sana, Ia pun kini berkata, “Ya Bapa, Aku mau.”  

3.  Permintaan itu sendiri, yaitu supaya semua orang pilihan pada 

akhirnya akan datang kepada-Nya di sorga untuk menyaksi-

kan kemuliaan-Nya dan untuk mengambil bagian di dalam ke-

muliaan itu.  

Sekarang, perhatikanlah di sini:  

(1)  Gagasan atau pemikiran apa yang mendasari pengharapan 

kita akan sorga? Atas dasar apakah kebahagiaan itu ter-

bentuk? Ada tiga hal arti dari sorga:  

[1]  Sorga berarti di mana Kristus berada: Di mana Aku ada. 

Ke dalam firdauslah jiwa Kristus pergi saat Ia mati. Ke 

langit ketigalah jiwa dan raga-Nya pergi sewaktu Dia 

naik ke sorga. Di mana Aku ada, untuk sementara mau-

pun untuk selamanya. Di dunia ini kita hanyalah in 

transitu – dalam persinggahan sementara, namun  di sorga 

kita benar-benar akan berada untuk selama-lamanya. 

Begitulah yang dikehendaki Kristus, dan sebab nya kita 

pun harus demikian juga. 

[2] Sorga berarti berada bersama-sama dengan-Nya di 

mana Dia berada. Ini bukanlah sekadar sebuah  peng-

ulangan, namun  menegaskan bahwa kita bukan saja 

akan berada di tempat yang sama di mana Ia berada 

yang penuh dengan kebahagiaan, melainkan juga bah-

wa kebahagiaan di tempat itu ada sebab  keberadaan-

Nya di sana. Inilah sukacita yang penuh itu. Sorga yang 

sebenar-benarnya yaitu  bersama-sama dengan Kris-

tus, ditemani oleh-Nya, dan bersekutu dengan-Nya di 

sana (Flp. 1:23). 

[3] Sorga berarti memandang kemuliaan-Nya, yang telah di-

berikan Bapa kepada-Nya.  

Perhatikanlah: 

Pertama, kemuliaan Sang Penebus yaitu  kesilauan 

sorga. Kemuliaan yang menyilaukan mata para malaikat 

sehingga mereka harus menutupi wajah mereka yaitu  

kemuliaan Kristus itu (12:41). Anak Domba itu yaitu  

lampu di Yerusalem baru (Why. 21:23). Kristus akan 

datang dalam kemuliaan Bapa-Nya, sebab Ia yaitu  

cahaya kemuliaan Allah. Di sorga Allah menunjukkan 

kemuliaan-Nya, sebagaimana Ia menunjukkan anuge-

rah-Nya di bumi ini melalui Kristus. “Bapa telah mem-

berikan kemuliaan kepada-Ku,” meskipun Dia kini ma-

sih ada di dalam keadaan yang hina. Akan namun , per-

kataan-Nya itu memang benar, dan akan terlihat seben-

tar lagi. 

Kedua, kebahagiaan orang-orang yang telah ditebus 

terjadi saat mereka menyaksikan kemuliaan itu. Mereka 

akan melihat langsung diri-Nya yang mulia itu. Dari 

dalam badanku juga aku akan memandang Allah (Ayb. 

19:26-27, TL). Mereka akan menyaksikan dan mengerti 

sejelas-jelasnya tugas-Nya yang mulia itu, sebab pada 

saat itu tugas ini  akan telah selesai dituntaskan. 

Mereka akan dapat melongok ke dalam sumber-sumber 

kasih dari mana semua curahan anugerah mengalir. 

Mereka akan memiliki dan memancarkan kemuliaan 

Kristus (Uxor fulget radiis mariti – Istri bersinar dengan 

pancaran terang suaminya). Mereka akan terlihat sama 

seperti Dia: mereka akan diubah menjadi serupa dengan 

gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar. 

(2)  Atas dasar apa kita berharap akan sorga: tidak lain selain 

dari pengantaraan dan syafaat Kristus, sebab Dia telah ber-

kata, Ya Bapa, aku mau. Pengudusan kita merupakan buk-

ti bagi kita, sebab siapa yang memiliki pengharapan ini di 

dalam dirinya menyucikan dirinya sendiri. Akan namun , yang 

menjadi hak kita yaitu  kehendak Kristus, sebab oleh ka-

rena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan (Ibr. 

10:10). Di sini Kristus berbicara seolah-olah Dia belum 

menganggap kebahagiaan-Nya sendiri lengkap jika orang-

orang pilihan-Nya tidak turut ambil bagian dalam kebaha-

giaan-Nya itu, sebab yang menyempurnakan pemimpin ke-

selamatan kita yaitu  dibawanya banyak orang kepada 

kemuliaan (Ibr. 2:10). 

4.  Pernyataan yang dipakai sebagai alasan untuk mendukung 

permintaan ini: sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum du-

nia dijadikan.  

Inilah alasannya: 

(1) Mengapa Dia sendiri menanti-nantikan kemuliaan itu. Eng-

kau akan memberi nya kepada-Ku, sebab Engkau me-

ngasihi Aku. Kehormatan dan kuasa yang diberikan kepada 

Anak sebagai Sang Pengantara didasari oleh kasih Bapa 

kepada-Nya (5:20): Bapa mengasihi Anak, dan sangat ber-

kenan dengan semua pekerjaan-Nya, dan sebab  itulah Ia 

telah memberi  segala sesuatu ke dalam tangan-Nya. 

Dan, sebab  perkara ini telah dirancangkan oleh hikmat 

ilahi sejak kekekalan, maka dikatakan bahwa Bapa menga-

sihi-Nya sebagai Pengantara sebelum dunia dijadikan. Atau, 

(2) Mengapa Dia berharap bahwa orang-orang yang telah dibe-

rikan kepada-Nya akan bersama-sama dengan Dia dan tu-

rut ambil bagian di dalam kemuliaan-Nya: “Engkau menga-

sihi Aku, dan mereka di dalam Aku, dan Engkau tidak bisa 

menolak apa yang Kuminta bagi mereka.”  

II.  Penutup dari doa itu, yang dirancang untuk meneguhkan semua 

permintaan bagi para murid, terutama permintaan yang terakhir, 

yaitu supaya mereka dipermuliakan. Ada dua hal yang Ia tekan-

kan dan himbau dalam bagian penutup ini :  

1.  Sikap hormat-Nya terhadap Bapa-Nya (ay. 25).  

Perhatikanlah: 

(1)  Panggilan hormat yang Dia pakai untuk memanggil Allah: 

Ya Bapa yang adil. Saat Dia berdoa supaya mereka diku-

duskan, Dia memanggil-Nya Bapa yang Kudus. Sewaktu 

Dia berdoa supaya mereka dipermuliakan, Dia memanggil-

Nya Bapa yang adil, sebab mahkota kebenaran akan dika-

runiakan oleh Hakim yang adil. Oleh sebab  keadilan Allah-

lah, maka semua jasa yang dijanjikan Bapa dan yang diba-

yar lunas oleh Sang Anak, dikaruniakan kepada kita.  

(2) Perangai yang Ia lekatkan kepada dunia yang ada di dalam 

kejahatan: Dunia tidak mengenal Engkau. Perhatikanlah, 

ketidaktahuan mengenai Allah tersebar di antara umat ma-

nusia. Inilah kegelapan yang menguasai mereka. Sekarang, 

inilah yang ditekankan di sini: 

[1] Untuk menunjukkan bahwa murid-murid ini membu-

tuhkan pertolongan anugerah khusus, baik sebab  hal 

ini  sungguh diperlukan oleh pekerjaan mereka – 

yaitu bahwa mereka harus membawa dunia yang tidak 

mengenal Allah supaya mengenal Dia – maupun sebab  

kesulitan pekerjaan mereka – yaitu bahwa mereka ha-

rus membawa terang kepada orang-orang yang mem-

berontak terhadap terang itu. sebab  itu, peliharalah 

mereka.  

[2] Untuk menunjukkan bahwa mereka layak menerima 

lagi berkat istimewa, sebab mereka memiliki pengenalan 

akan Allah yang tidak dimiliki dunia.  

(3) Alasan yang Ia tekankan untuk mendukung diri-Nya sen-

diri: namun  Aku mengenal Engkau. Kristus sungguh menge-

nal Bapa, dan tidak ada seorang pun yang mengenal Bapa 

seperti Dia. Dia tahu mengapa Ia melakukan tugas per-

utusan-Nya. Dia mengenal pikiran Bapa-Nya di dalam 

segala hal. sebab  itulah, di dalam doa ini, Dia datang ke-

pada Bapa dengan penuh keyakinan, seperti yang biasa 

kita lakukan saat datang menghampiri orang yang kita ke-

nal dengan baik. Di sini Kristus memohonkan berkat bagi 

orang-orang kepunyaan-Nya. Mungkin orang akan mengira 

bahwa saat Ia mengajukan permohonan-Nya tadi, sesudah  

Ia mengatakan, dunia tidak mengenal Engkau, Ia akan me-

lanjutkannya dengan berkata, namun  mereka mengenal Eng-

kau. namun  Dia tidak berkata begitu, sebab pengenalan me-

reka bukanlah sesuatu yang pantas untuk dibangga-bang-

gakan. Sebaliknya, Dia berkata, namun  Aku mengenal Eng-

kau, yang menegaskan bahwa tidak ada hal apa pun di 

dalam diri kita yang melayakkan kita untuk mendapatkan 

kebaikan Allah. Semua kepentingan yang kita dapat dari 

Allah dan hubungan kita dengan-Nya berasal dari dan ber-

gantung pada apa yang telah dilakukan Kristus dan pada 

hubungan-Nya dengan Allah. Kita tidak layak, namun  Kris-

tus layak.  

(4)  Alasan yang Ia tekankan mengenai murid-murid-Nya: dan 

mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus 

Aku, dan 

[1] Dengan demikian mereka telah dibedakan dari dunia 

yang tidak percaya. Saat orang banyak yang didatangi 

oleh Kristus dan ditawari anugerah-Nya tidak mau per-

caya bahwa Allah yang telah mengutus Dia, para murid 

ini mengetahui dan memercayai hal ini , dan tidak 

malu untuk mengakuinya. Perhatikanlah, mengenal 

dan percaya kepada Yesus Kristus di tengah-tengah du-

nia yang terus berkubang dalam ketidaktahuan dan 

ketidakpercayaan yaitu  sesuatu yang sangat berkenan 

di hadapan Allah dan akan diberi imbalan dengan se-

buah mahkota kemuliaan yang tiada taranya. Iman 

yang luar biasa akan menimbulkan berkat-berkat ke-

baikan yang istimewa pula. 

[2] Dengan kepercayaan mereka itu, mereka ambil bagian 

dalam pengantaraan Kristus dan berbagi keuntungan 

yang timbul dari pengenalan-Nya akan Bapa: “Aku me-

ngenal Engkau, dengan akrab dan sempurna. Sedang-

kan mereka ini, meski belum mengenal Engkau demi-

kian dan belum mampu mengenal Engkau seperti Aku, 

mereka telah mengetahui bahwa Engkaulah yang telah 

mengutus Aku. Mereka telah mengetahui apa yang diha-

ruskan bagi mereka untuk mereka ketahui, mereka te

lah mengenal Sang Pencipta di dalam diri Sang Pene-

bus.” Dengan mengetahui bahwa Kristus diutus oleh 

Allah, maka mereka telah mengenal Bapa di dalam Dia, 

dan diperkenalkan kepada Bapa melalui Dia. Oleh kare-

na itu, “Ya Bapa, peliharalah mereka demi Aku.”  

 2. Rasa hormat-Nya terhadap para murid-Nya (ay. 26): “Aku telah 

memimpin mereka kepada pengenalan akan Engkau, dan akan 

melakukannya lebih dan lebih lagi, dengan maksud yang baik 

dan mulia ini, yaitu supaya kasih yang Engkau berikan ke-

pada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.”  

Perhatikanlah di sini: 

(1)  Apa yang telah Kristus lakukan untuk mereka: Aku telah 

memberitahukan nama-Mu kepada mereka. 

[1] Ia telah melakukannya bagi orang-orang yang setia 

mengikuti-Nya saat itu. Selama Dia bersama-sama de-

ngan mereka, Dia bertekun memberitahukan nama 

Bapa-Nya kepada mereka, dan menimbulkan kekagum-

an terhadap nama Bapa-Nya itu di dalam diri mereka. 

Semua khotbah dan mujizat-Nya bertujuan untuk me-

masyhurkan kehormatan Bapa-Nya dan untuk menye-

barluaskan pengenalan akan Dia (1:18).  

[2] Dia juga telah memberitahukan nama Bapa kepada se-

mua orang lain yang percaya kepada-Nya. Mereka tidak 

akan dibuat percaya kepada Kristus seandainya mereka 

tidak terlebih dahulu diberitahukan mengenai nama 

Bapa-Nya.  

Perhatikanlah: 

Pertama, kita berutang kepada Kristus atas segala 

pengenalan yang kita miliki mengenai nama Bapa. Dia-

lah yang menyatakannya dan membukakan pengertian 

kita untuk menerima pewahyuan ini . 

Kedua, orang-orang yang dimintakan Kristus untuk 

mendapatkan kebaikan dari Allah terlebih dahulu di-

bimbing-Nya ke dalam pengenalan akan Allah.  

(2)  Apa yang masih hendak Ia lakukan bagi mereka: Aku akan 

memberitahukannya. Kepada murid-murid-Nya Ia beren-

cana untuk memberi petunjuk lebih lanjut lagi sesudah  

kebangkitan-Nya (Kis. 1:3), dan membawa mereka ke dalam 

pengenalan yang lebih dalam lagi mengenai perkara-per-

kara ilahi melalui pencurahan Roh sesudah  kenaikan-Nya. 

Sedangkan kepada semua orang percaya, yang hatinya te-

lah Ia sinari, Ia akan menyinari mereka lebih dan lebih lagi. 

Di setiap tempat di mana Kristus telah menyatakan nama 

Bapa-Nya, Ia akan menyatakannya lagi, sebab setiap orang 

yang mempunyai, kepadanya akan diberi. Memang, orang-

orang yang mengenal Allah perlu dan rindu mengenal-Nya 

lebih dalam lagi. sebab  itu, tepatlah untuk memohonkan 

hal ini bagi mereka: “Bapa, akui dan berkatilah mereka, 

sebab mereka akan mengakui dan menghormati Engkau.”  

(3)  Apa yang Ia maksudkan dengan semua permintaan-Nya ini: 

bukan untuk memenuhi benak mereka dengan rasa pena-

saran, atau melengkapi mereka dengan bahan perbincang-

an untuk dipercakapkan di antara orang-orang terpelajar, 

melainkan untuk mengamankan dan mewujudkan kebaha-

giaan sejati mereka di dalam dua hal: 

[1] Persekutuan dengan Allah: “Oleh sebab  itu Aku telah 

memberi mereka pengenalan akan nama-Mu, akan se-

mua hal yang telah Engkau pakai untuk membuat diri-

Mu dikenal, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-

Ku bukan saja disampaikan kepada mereka, namun  juga 

ada di dalam mereka, yang artinya:  

Pertama, “Biarlah mereka memiliki buah-buah kasih 

itu untuk pengudusan mereka, biarlah Roh kasih-Mu 

yang telah memenuhi Aku itu, juga ada di dalam mere-

ka.” Kristus memberitahukan nama Bapa-Nya kepada 

orang-orang percaya, supaya saat  terang ilahi itu 

tertanam di dalam benak mereka, kasih ilahi pun tercu-

rah di dalam hati mereka, supaya dengan begitu ada 

pikiran kudus di dalam diri mereka yang memerintah 

dan membatasi mereka. Dan dengan demikian, mereka 

boleh turut ambil bagian dalam perkara ilahi. Saat ka-

sih Allah terhadap kita datang menghampiri untuk ting-

gal di dalam kita, hal itu seperti daya tarik magnet yang 

menarik jarum supaya bergerak menuju lubangnya. 

Kasih itu menarik jiwa mendekat kepada Allah dengan 

kasih sayang yang murni dan saleh. Kasih sayang yang 

demikian ini bagaikan roh bagi kehidupan yang ilahi di 

dalam jiwa.  

Kedua, “Biarlah mereka mengecap dan menikmati 

kasih itu supaya mereka dihiburkan. Biarlah mereka 

tidak hanya tertarik kepada kasih Allah saat  nama 

Allah diberitahukan kepada mereka, namun , melalui 

pemberitahuan lebih lanjut lagi, mereka juga mendapat-

kan penghiburan dari ketertarikan mereka itu, supaya 

mereka tidak hanya mengenal Allah, melainkan juga 

mengetahui bahwa mereka sudah mengenal Dia” (1Yoh. 

2:3, TL). Kasih Allah yang telah dicurahkan di dalam hati 

kitalah yang memenuhi hati itu dengan sukacita (Rm. 

5:3, 5). Allah telah menyediakan kasih itu supaya kita 

tidak hanya dipuaskan oleh kebaikan kasih-Nya saja, 

namun  juga dipenuhi olehnya. Dengan demikian, kita 

dapat menjalani kehidupan yang sepenuh-penuhnya di 

dalam Tuhan dan dalam persekutuan dengan-Nya. Ini-

lah yang harus kita doakan, inilah yang harus terus kita 

kejar. Jika kita sudah memilikinya, kita harus ber-

terima kasih kepada Kristus. Jika kita tidak memiliki-

nya, maka itu yaitu  kesalahan kita sendiri.  

[2] Persekutuan dengan Kristus sebagai kelanjutan dari 

semua itu: Dan Aku di dalam mereka. Tidak ada cara 

lain untuk memasuki kasih Allah selain melalui Kristus. 

Kita juga tidak dapat mempertahankan keberadaan kita 

di dalam kasih itu selain dengan tinggal di dalam Kris-

tus, yaitu membiarkan-Nya tinggal di dalam kita. Kita 

tidak dapat merasakan dan memahami kasih itu kecuali 

kita mengalami Kristus berdiam di dalam kita, yaitu 

Roh Kristus ada di dalam hati kita. Keberadaan Kristus 

di dalam kitalah yang merupakan satu-satunya peng-

harapan akan kemuliaan yang tidak akan mempermalu-

kan kita (Kol. 1:27). Seluruh persekutuan kita dengan 

Allah, kasih-Nya yang menerima kita dan balasan kasih 

kita kepada-Nya, terjadi melalui tangan Tuhan Yesus, 

dan penghiburan yang terjadi akibat semuanya itu ada-

lah berkat Dia semata. Sebelumnya Kristus baru saja  

mengatakan, Aku di dalam mereka (ay. 23), dan di sini 

Ia mengulanginya lagi (meskipun tanpa mengulanginya 

pun maknanya sudah jelas), dan doa-Nya ditutup de-

ngan kata-kata ini , untuk menunjukkan betapa 

rindunya hati Kristus akan hal ini . Semua permo-

honan-Nya berpusat pada hal ini , dan dengan per-

kataan inilah doa-doa Kristus, Anak Daud itu, diakhiri: 

“Aku di dalam mereka. Biarkanlah Aku memiliki hal ini, 

dan tidak ada lagi yang Aku inginkan.” Kemuliaan Sang 

Penebus berdiam di dalam orang-orang yang ditebus: 

Itulah tempat perhentian-Nya selama-lamanya, dan Dia 

mengingininya. sebab  itu, marilah kita sungguh-sung-

guh berusaha untuk bersekutu dengan Kristus, supaya 

kita boleh menikmati penghiburan dari pengantaraan-

Nya. Doa-Nya yang ini ada akhirnya, namun  pengantara-

an-Nya itu akan terus dilakukan-Nya selamanya.  

 

 

 

 

PASAL 18  

ampai sekarang, penulis Injil ini tidak banyak mencatat tentang 

riwayat Kristus. Ia sekadar mencatat apa yang dibutuhkan untuk 

memperkenalkan pembicaraan-pembicaraan-Nya. Namun, kini saat 

kematian Yesus sudah semakin dekat, ia menjadi begitu terperinci 

dalam menggambarkan keadaan yang berkaitan dengan kesengsara-

an-Nya. Bahkan menggambarkan pula beberapa hal yang diabaikan 

penulis-penulis Injil yang lain, terutama perkataan-perkataan-Nya. 

Betapa para pengikut-Nya sama sekali tidak merasa malu akan salib-

Nya dan tidak berusaha menyembunyikannya. Bahkan, melalui per-

kataan dan tulisan, mereka giat mempermaklumkannya dan sangat 

bersukacita sebab nya. Pasal ini menceritakan: 

I. Bagaimana Kristus ditangkap di taman dan menyerahkan diri 

sebagai seorang tawanan (ay. 1-12).  

II. Bagaimana Ia diperlakukan dengan kasar dan kejam di is-

tana Imam Besar, dan bagaimana Petrus, yang saat itu, me-

nyangkali Dia (ay. 13-27).  

III. Bagaimana Ia didakwa di hadapan Pilatus dan diperiksa oleh-

nya, lalu bersama Barabas dijadikan pilihan untuk dibebas-

kan guna menyukakan hati orang banyak, dan ternyata Ia 

tidak dipilih (ay. 28-40). 

Penangkapan Kristus  

(18:1-12)  

1 sesudah  Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-

sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. 

Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan 

murid-murid-Nya. 2 Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, 

sebab  Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya. 3 Maka da-

tanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga 

Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi leng-

kap dengan lentera, suluh dan senjata. 4 Maka Yesus, yang tahu semua yang 

akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: “Siapa-

kah yang kamu cari?” 5 Jawab mereka: “Yesus dari Nazaret.” Kata-Nya ke-

pada mereka: “Akulah Dia.” Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ 

bersama-sama mereka. 6 saat  Ia berkata kepada mereka: “Akulah Dia,” 

mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. 7 Maka Ia bertanya pula: “Siapakah 

yang kamu cari?” Kata mereka: “Yesus dari Nazaret.” 8 Jawab Yesus: “Telah 

kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah me-

reka ini pergi.” 9 Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah 

dikatakan-Nya: “Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak se-

orang pun yang Kubiarkan binasa.” 10 Lalu Simon Petrus, yang membawa 

pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar 

dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. 11 Kata Yesus 

kepada Petrus: “Sarungkanlah pedangmu; bukankah Aku harus minum ca-

wan yang diberikan Bapa kepada-Ku?” 12 Maka pasukan prajurit serta per-

wiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap 

Yesus dan membelenggu Dia. 

Sekarang tibalah saatnya Sang Pemimpin keselamatan kita, yang di-

buat sempurna melalui berbagai penderitaan, harus menghadapi mu-

suh. Di sini kita membaca saat Dia memasuki pengalaman ini . 

Hari pembalasan ada di dalam hati-Nya dan tahun segala orang 

tebusan-Nya pun telah sampai, dan tangan-Nya sendiri yang menger-

jakan keselamatan itu, sebab Ia tidak mempunyai banyak waktu lagi. 

Baiklah kita menyimpang ke sana dan melihat penglihatan yang hebat 

ini. 

I.  Bak pahlawan yang gagah perkasa, Yesus Tuhan kita menjadi 

yang pertama maju ke medan perang (ay. 1-2). sesudah  Yesus me-

ngatakan semuanya itu, sesudah  Ia menyampaikan pengajaran-

Nya, menaikkan doa, dan dengan demikian mengakhiri kesaksi-

an-Nya, Ia tidak mau membuang-buang waktu. Sebaliknya, Ia se-

gera bergegas keluar dari rumah itu, ke luar kota. Ia berjalan di 

bawah terang cahaya bulan, sebab  hari raya Paskah selalu dira-

yakan pada saat bulan purnama. Ia pergi bersama-sama dengan 

murid-murid-Nya (bersebelas, sebab  Yudas justru sedang dipeker-

jakan oleh orang lain). Dan mereka pergi ke seberang sungai 

Kidron, yang mengalir di antara Yerusalem dan Bukit Zaitun. Di 

situ ada suatu taman, bukan milik-Nya, namun  milik beberapa sa-

habat-Nya yang mengizinkan Dia menggunakan taman itu dengan 

bebas.

Perhatikanlah: 

1. Bahwa Yesus Tuhan kita memasuki berbagai penderitaan-Nya 

sesudah  Ia mengatakan semuanya itu, sama seperti yang telah 

dicatat oleh Matius, sesudah  Ia menyelesaikan segala pengajar-

an-Nya (Mat. 26:1).  

Di sini hal ini berarti: 

(1) Bahwa Yesus Tuhan kita mengerjakan pekerjaan yang 

menjadi tanggung jawab-