mundur. Dia
yang telah kudus harus tetap kudus, bahkan lebih ku-
dus lagi, terus maju ke depan dan terbang ke atas, se-
perti orang yang belum mencapai apa-apa.
Ketiga, Allah-lah yang menguduskan dan membe-
narkan (2Kor. 5:5).
Keempat, saat kita berdoa meminta anugerah yang
menguduskan, kita boleh dikuatkan, sebab Kristus
pun meminta hal yang sama kepada Allah bagi kita.
(2) Sarana untuk menyampaikan anugerah ini – dalam kebe-
naran; firman-Mu yaitu kebenaran. Bukan berarti bahwa
Yang Mahakudus Allah Israel dibatasi oleh suatu sarana
tertentu, namun di dalam permufakatan tentang damai, an-
tara lain telah diputuskan dan disepakati,
[1] Bahwa semua kebenaran yang perlu harus teringkas
dan tercakup di dalam firman Allah. Pewahyuan ilahi,
seperti yang kini ada sebagai firman yang tertulis, bu-
kan saja merupakan satu-satunya kebenaran yang
murni, melainkan juga merupakan seluruh kebenaran
tanpa cela sedikit pun.
[2] Bahwa firman kebenaran ini harus menjadi sarana la-
hiriah yang biasa bagi pengudusan kita, namun bukan
pengudusan itu sendiri. Sebab jika begitu, maka firman
itu akan selalu bersifat menguduskan. Sebaliknya, fir-
man itu hanya merupakan alat yang biasa dipakai oleh
Roh untuk memulai dan meneruskan pekerjaan baik-
Nya. Firman itu benih untuk kelahiran kembali (1Ptr.
1:23), dan makanan bagi kehidupan yang baru (1Ptr.
2:1-2).
2. Sebagai hamba-hamba Allah. “Kuduskanlah mereka, pisahkan-
lah mereka bagi diri-Mu dan bagi pelayanan-Mu. Biarlah pang-
gilan kerasulan mereka disahkan di sorga.” Para nabi dikata-
kan sudah dikuduskan (Yer. 1:5). Begitu pula para imam dan
kaum Lewi. Kuduskanlah mereka, artinya,
(1) “Layakkanlah mereka bagi jabatan mereka itu, dengan anu-
gerah-anugerah Kristiani dan karunia-karunia pelayanan,
supaya mereka layak menjadi para pelayan Perjanjian
Baru.”
(2) “Pisahkanlah mereka bagi jabatan pelayanan itu (Rm. 1:1).
Aku telah memanggil mereka, dan mereka setuju. Bapa,
katakanlah Amin bagi panggilan dan persetujuan mereka
itu.”
(3) “Akuilah mereka dalam jabatan itu. Biarlah tangan-Mu se-
nantiasa menyertai mereka. Kuduskanlah mereka dengan
atau dalam kebenaran-Mu, sebagai kebenaran yang berla-
wanan dengan bayangan atau kepalsuan. Kuduskanlah
mereka senyata-nyatanya, bukan sekadar bersifat upacara
keagamaan saja seperti yang terjadi dengan para iman
Lewi melalui pengurapan dan korban. Kuduskanlah mere-
ka bagi kebenaran-Mu, bagi firman kebenaran-Mu, untuk
menjadi pemberita kebenaran-Mu kepada dunia. Sebagai-
mana para imam dikuduskan untuk melayani di mezbah,
kuduskanlah mereka juga untuk mengabarkan Injil” (1Kor.
9:13-14).
Perhatikanlah:
[1] Yesus Kristus menjadi pengantara bagi para hamba-Nya
dengan kepedulian yang mendalam. Dia menunjukkan
kepada Bapa-Nya bahwa mereka layak mendapat anu-
gerah-Nya. Mereka dipersembahkan sebagai bintang-
bintang di tangan kanan-Nya di hadapan Bapa-Nya.
[2] Hal terbesar yang perlu diminta dari Allah bagi para pe-
layan Injil yaitu supaya mereka dikuduskan, dipisah-
kan secara menyeluruh dari dunia ini, supaya mereka
membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah. Juga, su-
paya mereka mengalami sendiri dalam hati mereka
kuasa pengaruh firman yang mereka beritakan kepada
orang lain itu. Biarlah mereka memiliki Urim dan
Tumim, cahaya dan kejujuran (integritas).
II. Di sini kita mendapati dua alasan yang memperkuat permohonan
Kristus mengenai pengudusan bagi para murid-Nya:
1. Amanat yang mereka emban dari-Nya (ay. 18): “Sama seperti
Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia untuk menjadi
utusan-Mu di antara anak-anak manusia, maka kini saat Aku
dipanggil kembali, Aku pun telah mengutus mereka ke dalam
dunia sebagai wakil-wakil-Ku.” Di sini,
(1) Kristus berbicara mengenai tugas-Nya dengan penuh keya-
kinan: Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia. Pendiri
agama Kristen yang agung ini memperoleh amanat dan pe-
tunjuk dari Dia yang merupakan asal dan tujuan dari selu-
ruh agama. Dia diutus oleh Allah untuk mengatakan apa
yang telah disampaikan-Nya, untuk melakukan apa yang
telah dilakukan-Nya, dan untuk menjadi pribadi seperti
yang tampak dalam diri-Nya bagi mereka yang percaya ke-
pada-Nya. Semuanya ini menghibur hati-Nya saat Ia
menjalankan tugas-Nya, dan ini seharusnya juga meng-
hibur kita berlimpah-limpah, yang bergantung kepada-Nya.
Wewenang-Nya berasal dari atas, sebab dari sana jugalah
tugas-Nya berasal.
(2) Dia membicarakan amanat yang telah diberikan-Nya ke-
pada murid-murid-Nya dengan sukacita yang besar: “Demi-
kian pula Aku telah mengutus mereka untuk melakukan
tugas yang sama dan untuk menjalankan rancangan yang
sama,” yaitu untuk memberitakan ajaran sama yang telah
Ia beritakan, dan untuk meneguhkan bukti-bukti yang
sama dengan tanggung jawab yang sama pula. Juga, untuk
membaktikan diri kepada orang-orang setia lainnya yang
telah dipercayakan kepada mereka. Dia memberi mereka
amanat-Nya berdasarkan amanat yang diterima-Nya sen-
diri. Hal ini menguatkan jabatan mereka itu, sebab berasal
dari Kristus. Jelas ada keterkaitan erat antara amanat yang
diberikan kepada para pelayan perdamaian dengan amanat
yang diberikan kepada Sang Pengantara. Dia disebut seba-
gai Rasul (Ibr. 3:1), Pelayan (Rm. 15:8), juga Utusan, (Mal.
3:1). Hanya saja, para murid diutus sebagai para hamba,
sementara Dia yaitu Anak. Nah, di sini terlihat alasannya,
[1] Mengapa Kristus begitu memedulikan mereka dan
mengapa kepentingan mereka begitu terpatri dalam
hati-Nya? sebab Dia sendiri telah menempatkan me-
reka ke dalam suatu tugas yang sulit, yang memerlukan
banyak kecakapan untuk dapat dijalankan dengan se-
mestinya. Perhatikanlah, setiap orang yang diutus oleh
Kristus akan selalu didampingi-Nya. Dia juga akan se-
lalu memperhatikan kepentingan orang-orang yang Ia
pekerjakan. Dia akan memampukan kita untuk melaku-
kan apa yang Ia titahkan, dan akan selalu menopang
kita dalam melaksanakannya.
[2] Mengapa Ia menyerahkan mereka kepada Bapa-Nya?
Sebab Dia peduli dengan perkara mereka. Tugas mereka
merupakan kelanjutan dari tugas-Nya, seakan-akan tu-
gas itu yaitu pekerjaan tambahan yang berasal dari
tugas-Nya. Kristus menerima persembahan-persembah-
an di antara manusia (Mzm. 68:19), lalu Ia memberi
semua itu kepada manusia (Ef. 4:8), dan sebab itulah
Ia memohonkan bantuan Bapa-Nya untuk menjamin
dan meneguhkan pemberian-pemberian itu, serta mene-
gaskan pemberian-Nya bagi mereka. Bapa mengudus-
kan-Nya saat Dia mengutus-Nya ke dalam dunia (10:36).
Kini, sebab mereka juga diutus seperti halnya Dia,
maka biarlah mereka juga dikuduskan.
2. Jasa baik-Nya bagi mereka dipakai-Nya juga untuk menguat-
kan permohonan-Nya (ay. 19): Aku menguduskan diri-Ku bagi
mereka.
Di sini kita lihat:
(1) Bagaimana Kristus menempatkan diri-Nya sendiri sehu-
bungan dengan pekerjaan dan jabatan-Nya sebagai Sang
Pengantara: Aku menguduskan diri-Ku. Dia membaktikan
seluruh diri-Nya untuk menjalankan tugas-Nya dan semua
bagian di dalam tugas-Nya itu, terutama bagian yang akan
Ia lakukan kini – oleh Roh yang kekal mempersembahkan
diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang
tak bercacat. Sebagai Imam sekaligus juga Mezbah, Ia telah
menguduskan diri-Nya sendiri sebagai korban persembah-
an. Saat Dia berkata, “Ya Bapa, permuliakanlah nama-Mu –
Ya Bapa, jadilah kehendak-Mu – Ya Bapa, ke dalam tangan-
Mu Kuserahkan nyawa-Ku,” Dia membayar lunas semua
yang harus Ia tanggung. Dengan demikian, Dia telah me-
nguduskan diri-Nya sendiri. Inilah yang Dia ungkapkan
kepada Bapa-Nya, sebab pengantaraan yang dilakukan-Nya
dibuat demi kepuasaan Sang Bapa: Ia telah masuk ke da-
lam tempat yang kudus dengan membawa darah-Nya sen-
diri (Ibr. 9:12) sebagaimana seorang Imam Agung pada hari
Pendamaian, yang memercikkan darah binatang korban
dan membakar wangi-wangian di belakang tabir pada saat
yang bersamaan (Im. 16:12, 14).
(2) Rancangan jasa Kristus bagi para murid-Nya sejauh itu: se-
mua itu bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan, arti-
nya, supaya mereka mati syahid, begitulah yang ditafsirkan
sebagian orang. “Aku mengorbankan diri-Ku sendiri supaya
mereka pun dikorbankan bagi kemuliaan Allah dan bagi
kebaikan gereja.” Paulus pun membicarakan persembahan
dirinya sendiri sebagai korban (Flp. 2:17; 2Tim. 4:6). Apa
pun itu yang membuat kematian semua orang yang dika-
sihi-Nya berharga di mata TUHAN, semuanya itu berutang
kepada kematian Tuhan Yesus. Akan namun saya lebih suka
mengartikannya secara lebih umum, yaitu supaya mereka
menjadi orang-orang kudus dan hamba-hamba Allah yang
benar-benar cakap dan layak di hadapan Allah.
[1] Jabatan dalam pelayanan telah dibeli oleh darah Kris-
tus dan merupakan salah satu buah dari penebusan
yang Dia lakukan. Kebaikan dan nilai jabatan pelayan-
an disebab kan oleh jasa Kristus. Berdasarkan hukum
Taurat, para imam disucikan dengan darah lembu dan
kambing, namun para hamba Injil dikuduskan melalui
darah Yesus.
[2] Kekudusan sejati yang dimiliki oleh semua orang Kris-
ten yang saleh merupakan buah dari kematian Kristus.
Oleh kematian-Nya ini pemberian Roh Kudus ditebus
bagi kita. Dia menyerahkan diri-Nya bagi jemaat-Nya,
untuk menguduskannya (Ef. 5:25-26). Dan Dia yang
merancangkan tujuannya tentu saja merancangkan ber-
bagai sarananya juga, supaya dikuduskan oleh kebe-
naran, yaitu kebenaran yang disaksikan oleh Kristus
saat Ia datang ke dalam dunia. Demi untuk meneguh-
kan kebenaran itu pula Dia sampai rela mati. Firman
kebenaran itu mendapatkan kekuatan dan kuasa yang
menguduskan melalui kematian Kristus. Beberapa
orang menafsirkannya demikian, yaitu supaya mereka
dikuduskan dalam kebenaran, artinya benar-benar di-
kuduskan: sebab, oleh sebab Allah harus dilayani, kita
harus dikuduskan dalam roh dan kebenaran. Dan inilah
yang didoakan Kristus bagi semua orang yang menjadi
kepunyaan-Nya, sebab inilah kehendak-Nya: pengudus-
an mereka. Jadi mereka juga harus mendoakan hal
yang sama.
Doa Syafaat Kristus
(17:20-23)
20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, namun juga untuk orang-
orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; 21 supaya mereka
semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku
di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya,
bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 22 Dan Aku telah memberi
kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka
menjadi satu, sama seperti Kita yaitu satu: 23 Aku di dalam mereka dan
Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia
tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau menga-
sihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.
sesudah berdoa bagi kekudusan mereka, Kristus pun mendoakan ke-
satuan mereka. Sebab hikmat yang dari atas yaitu pertama-tama
murni, selanjutnya pendamai. Persahabatan itu memang manis jika
hal itu seperti minyak urapan di kepala Harun yang kudus, atau se-
perti embun di bukit Sion yang kudus.
Perhatikanlah:
I. Siapa yang termasuk dalam doa ini (ay. 20): “Bukan untuk mereka
ini saja, bukan hanya mereka yang kini yaitu murid-murid-Ku”
(yaitu kesebelas murid, ketujuh puluh pengikut bersama-sama
dengan yang lainnya, semua kaum lelaki dan wanita yang meng-
ikuti-Nya sewaktu Dia ada di dunia ini), “namun juga untuk orang-
orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka, baik
yang mereka beritakan langsung selagi mereka masih hidup atau
yang mereka tuliskan sebagai warisan bagi generasi mendatang.
Aku berdoa untuk mereka semua, supaya mereka semuanya men-
jadi satu dalam kehendak mereka melalui doa ini, dan sama-sama
menerima berkatnya.”
Perhatikanlah di sini:
1. Hanya orang-orang yang tertarik kepada pengantaraan yang
dilakukan oleh Kristus saja yang percaya atau akan percaya
kepada-Nya. Hal inilah yang dipakai untuk menggambarkan
mereka, dan ini sudah mencakup semua perangai dan tugas
dari seorang Kristen. Orang-orang yang hidup di zaman itu
melihat dan percaya, namun orang-orang yang hidup di zaman
berikutnya tidak melihat, namun percaya.
2. Melalui pemberitaan firmanlah jiwa-jiwa dibawa untuk percaya
kepada Kristus, dan untuk tujuan itulah Kristus memerintah-
kan supaya firman itu dituliskan. Ia juga memerintahkan su-
paya pelayanan terus berdiri tegak dan berlanjut di dalam
gereja selama gereja ada, artinya selama dunia ini ada, untuk
menumbuhkan benih.
3. Kristus benar-benar tahu dengan pasti siapa yang akan per-
caya kepada-Nya. Di sini Dia tidak berdoa sembarangan saja,
tidak hanya bergantung kepada kehendak manusia yang se-
ring kali berkhianat, yang berpura-pura telah bebas, padahal
masih hidup dalam perhambaan dengan anak-anak dosa.
Tidak begitu, Kristus justru tahu benar-benar siapa yang Ia
doakan. Perkara ini diketahui dengan kepastian yang berasal
dari tujuan dan pengetahuan ilahi. Kristus tahu siapa yang
diberikan kepada-Nya, yang ditentukan Allah untuk hidup
yang kekal, yang tercatat dalam kitab kehidupan Anak Domba,
yang akan menjadi percaya (Kis. 13:48).
4. Yesus Kristus tidak hanya menjadi Pengantara bagi para orang
percaya yang hebat dan terpandang, melainkan juga bagi yang
terlemah dan termiskin. Bukan hanya bagi orang-orang yang
akan dipekerjakan di tempat yang paling tepercaya dan terhor-
mat di dalam kerajaan-Nya, melainkan bagi semuanya, bah-
kan bagi orang-orang yang tidak dipandang sebelah mata oleh
dunia ini. Sebagaimana pemeliharaan ilahi menjangkau sam-
pai ke makhluk yang terendah, begitu pula anugerah ilahi
menjangkau orang Kristen yang termiskin. Sang Gembala yang
baik memperhatikan juga mereka yang teraniaya di antara
kawanan domba.
5. Dalam pengantaraan-Nya, Yesus Kristus benar-benar memper-
hatikan sisa-sisa terpilih yang bahkan belum terlahir ke dunia
ini, yaitu angkatan yang akan datang (Mzm. 22:31), domba-
domba lain yang harus Dia tuntun. Sebelum mereka terbentuk
dalam kandungan Ia sudah mengenal mereka (Yer. 1:5), dan
doa-doa bagi mereka sudah dipanjatkan ke sorga sebelumnya,
oleh Dia yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemu-
dian, dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak
ada menjadi ada.
II. Apa yang dimaksudkan dalam doa ini (ay. 21): supaya mereka se-
mua menjadi satu. Hal yang sama telah dikatakan sebelumnya (ay.
11), supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita, dan hal ini
diucapkan sekali lagi (ay. 22). Hati Kristus begitu terbeban dengan
perkara ini . Beberapa orang berpendapat bahwa kesatuan
yang didoakan pada ayat 11 terutama ditujukan kepada para mu-
rid sebagai hamba dan rasul, supaya mereka menjadi satu dalam
kesaksian mereka mengenai Kristus. Menurut mereka yang ber-
pendapat demikian, keserasian di antara para pemberita Injil dan
keselarasan dari para pengkhotbah Injil yang mula-mula yaitu
berkat doa ini. Biarlah mereka tidak hanya menjadi satu hati,
namun juga satu mulut, untuk membicarakan pokok yang sama.
Kesatuan para pelayan Injil menjadi keindahan dan kekuatan per-
kara Injil itu sendiri. namun jelaslah bahwa kesatuan yang didoa-
kan di ayat 21 ini berlaku bagi semua orang percaya. Itulah doa
Kristus bagi semua orang milik-Nya, dan kita boleh merasa yakin
bahwa doa itu yaitu doa yang terjawab – supaya mereka semua
menjadi satu, satu di dalam Kita (ay. 21), sama seperti Kita yaitu
satu (ay. 22), dijadikan sempurna menjadi satu (ay. 23). Hal ini
mencakup tiga hal:
1. Supaya mereka dipersatukan dalam satu tubuh. “Ya Bapa,
pandanglah mereka sebagai satu kesatuan, dan sahkanlah
persepakatan agung itu, yang olehnya mereka terpadu menjadi
satu jemaat. Meskipun mereka tinggal di tempat-tempat yang
berjauhan, dari satu ujung langit ke ujung lainnya, dan di
zaman yang berbeda-beda, dari permulaan waktu sampai pada
kesudahannya, sehingga mereka tidak saling mengenal atau
berhubungan secara pribadi, namun biarlah mereka menjadi
satu di dalam Aku sebagai pemimpin utama mereka.” Saat
Kristus mati, Dia juga berdoa seperti itu, untuk mengumpul-
kan dan mempersatukan mereka (11:52; Ef. 1:10).
2. Supaya mereka semua digerakkan oleh satu Roh. Hal ini tersi-
rat dengan jelas di sini – supaya mereka menjadi satu di dalam
Kita. Kesatuan dengan Bapa dan Anak diperoleh dan dipeli-
hara hanya dengan melalui Roh Kudus. Siapa yang mengikat-
kan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia (1Kor.
6:17). Biarlah mereka semua diberi cap dengan gambaran dan
salinan yang sama, serta dipengaruhi oleh kuasa yang sama.
3. Supaya mereka semua bersekutu dalam ikatan kasih sayang,
semuanya menjadi satu hati. Supaya mereka semua menjadi
satu,
(1) Dalam pertimbangan dan perasaan. Bukan dalam segala
sesuatu sampai ke hal yang kecil-kecil – sebab ini tidaklah
mungkin dan juga tidak perlu, melainkan dalam perkara-
perkara besar mengenai Allah, dan di dalam diri mereka
sendiri, melalui perantaraan doa ini, mereka semua berse-
pakat bahwa kebaikan Allah lebih baik daripada hidup.
Kemudian bahwa dosa yaitu kejahatan yang paling bu-
ruk, dan Kristus yaitu sahabat yang terbaik. Juga bahwa
ada kehidupan lain sesudah kehidupan yang sekarang ber-
lalu, dan hal-hal semacam itu.
(2) Dalam perangai dan kecenderungan bertingkah laku. Se-
mua orang yang telah dikuduskan memiliki sifat dan gam-
baran ilahi yang sama. Kini mereka semua memiliki hati
yang baru, dan hati mereka itu menjadi satu.
(3) Mereka semuanya menjadi satu dalam segala rencana dan
tujuan mereka. Setiap orang Kristen yang saleh, selama
mereka memiliki kesalehan itu, selalu memusatkan pan-
dangannya kepada kemuliaan Allah sebagai tujuannya
yang tertinggi, dan kemuliaan sorga sebagai tujuan per-
buatannya yang utama.
(4) Mereka semua menjadi satu dalam kerinduan dan doa me-
reka. Meski perkataan dan cara pengungkapan mereka ber-
beda-beda, mereka mendoakan hal-hal yang sama, sebab
mereka telah menerima Roh sama yang menjadikan mereka
anak Allah dan menuruti perintah yang sama.
(5) Mereka semua menjadi satu dalam kasih dan sayang. Se-
tiap orang Kristen sejati memiliki kecenderungan dalam
dirinya untuk mengasihi semua orang Kristen sejati lain-
nya. Apa yang didoakan Kristus di sini yaitu terciptanya
persekutuan orang-orang kudus yang kita akui dan perca-
yai: persekutuan yang dimiliki semua orang percaya de-
ngan Allah, dan kesatuan mereka yang erat dengan seluruh
orang-orang kudus di bumi dan sorga (1Yoh. 1:3). Akan
namun , doa Kristus ini belum akan dipenuhi dengan sem-
purna sampai semua orang kudus masuk sorga, sebab ha-
nya pada saat itulah mereka akan dibuat sempurna men-
jadi satu (ay. 23; Ef. 4:13).
III. Apa yang ditegaskan oleh Kristus sebagai dasar untuk memper-
kuat permohonan ini .
Ada tiga hal:
1. Kesatuan yang ada di antara Bapa dan Anak, yang terus me-
nerus disebutkan (ay. 11, 21-23).
(1) Memang benar bahwa Bapa dan Anak itu yaitu satu, satu
dalam kodrat dan hakikat, setara dalam kuasa dan kemu-
liaan, satu dalam kasih sayang yang timbal balik. Bapa
mengasihi Anak, dan Anak selalu menyenangkan hati Bapa.
Mereka satu dalam rancangan dan pekerjaan. Keeratan
kesatuan mereka digambarkan dalam kata-kata berikut ini,
“Engkau di dalam Aku, dan Aku di dalam Engkau.” Dia
sering menyebutkan hal ini sebagai kekuatan untuk meno-
pang-Nya saat mengalami berbagai penderitaan-Nya di
bumi ini, saat musuh-musuh-Nya bersiap-siap menerjang
Dia dan kawan-kawan-Nya menjauhkan diri dari-Nya. Te-
tapi Dia tetap ada di dalam Bapa, dan Bapa di dalam-Nya.
(2) Kesatuan antara Bapa dan Anak itu ditekankan dalam doa
Kristus bagi kesatuan murid-murid-Nya,
[1] Sebagai pola bagaimana mereka harus menjadi satu. Ini
menunjukkan betapa Ia sangat rindu agar mereka ber-
satu. Orang-orang percaya yaitu satu sampai pada
batas-batas tertentu sebagaimana Allah dan Kristus
yaitu satu, sebab,
Pertama, kesatuan di antara orang-orang percaya
merupakan kesatuan yang sangat erat dan dekat. Mere-
ka dipersatukan oleh suatu sifat ilahi, oleh kuasa anu-
gerah ilahi, sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan
ilahi.
Kedua, kesatuan itu yaitu kesatuan yang kudus di
dalam Roh Kudus, untuk tujuan-tujuan yang kudus.
Bukan sebuah perkumpulan politik yang bertujuan du-
niawi.
Ketiga, pada akhirnya, kesatuan itu yaitu , dan
akan, menjadi sempurna. Bapa dan Anak memiliki sifat-
sifat (atribut), ciri-ciri dan kesempurnaan yang sama.
Begitu pula halnya dengan orang-orang percaya saat
mereka dikuduskan, dan bila anugerah disempurnakan
dalam kemuliaan, mereka pun akan saling bersesuaian
satu dengan yang lainnya, dan semuanya diubahkan
menjadi gambaran yang serupa.
[2] Sebagai pusat kesatuan itu: supaya mereka satu di
dalam Kita, semuanya menjadi satu di dalam kesatuan
Kita. Hanya ada satu Allah dan satu Pengantara. Dalam
hal ini semua orang percaya yaitu satu, yaitu bahwa
mereka sepakat untuk mengandalkan kebaikan dari
satu-satunya Allah ini sebagai kebahagiaan mereka,
serta mengandalkan jasa satu-satunya Pengantara ter-
sebut sebagai kebenaran mereka. Kelompok orang yang
tidak berpusat kepada Allah sebagai tujuan, dan Kristus
sebagai jalan, bukanlah suatu kesatuan, melainkan per-
sekongkolan. Semua orang yang benar-benar disatukan
dengan Allah dan Kristus, yang yaitu satu, akan se-
gera dipersatukan satu dengan yang lainnya.
[3] Sebagai sebuah alasan yang kuat untuk kesatuan itu.
Sang Pencipta dan Penebus yaitu satu dalam kepen-
tingan dan rancangan Mereka. Akan namun , untuk apa
Mereka menjadi seperti itu jika semua orang percaya
tidak menjadi satu tubuh dengan Kristus dan tidak
bersama-sama menerima anugerah demi anugerah dari-
Nya, padahal Ia telah menerimanya bagi mereka? Ren-
cana Kristus yaitu untuk mengurangi umat manusia
yang memberontak terhadap Allah. “Ya Bapa,” kata-Nya,
“biarlah semua orang percaya menjadi satu, supaya di
dalam satu tubuh mereka dapat diperdamaikan” (Ef.
2:15-16). Hal ini mengacu pada penyatuan orang
Yahudi dan bukan Yahudi di dalam gereja. Inilah mis-
teri agung itu, bahwa orang-orang bukan Yahudi akan
turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh
(Ef. 3:6). Menurut saya, inilah yang terutama dimaksud-
kan oleh doa Kristus ini, sebab inilah salah satu hal
besar yang menjadi tujuan-Nya melalui kematian-Nya.
Dan saya bertanya-tanya mengapa tidak ada seorang
penafsir pun yang pernah saya temui mengartikannya
demikian. “Ya Bapa, biarkanlah orang-orang bukan-Ya-
hudi yang percaya dipersatukan dengan orang-orang
Yahudi yang percaya, dan ciptakanlah keduanya men-
jadi satu manusia baru.” Kata-kata “Aku di dalam mere-
ka, dan Engkau di dalam Aku” menunjukkan betapa
perlunya kesatuan itu, bukan saja bagi keindahan, te-
tapi juga bagi keberadaan gereja-Nya itu sendiri.
Pertama, kesatuan dengan Kristus: Aku di dalam
mereka. Kristus berdiam di dalam hati orang-orang per-
caya, dan ini merupakan hidup dan jiwa dari manusia
baru itu.
Kedua, kesatuan dengan Allah melalui Dia. “Engkau
di dalam Aku, perbuatlah demikian juga dengan ada di
dalam mereka melalui Aku.”
Ketiga, kesatuan satu dengan yang lainnya yang
ditimbulkan dari hal ini: supaya mereka sempurna men-
jadi satu oleh sebab nya. Kita menjadi lengkap di dalam
Dia.
2. Rancangan Kristus dalam menyampaikan terang dan anu-
gerah-Nya kepada mereka (ay. 22): “Kemuliaan yang Engkau
berikan kepada-Ku, sebagai orang kepercayaan atau saluran
penyampaian, telah Kuberikan kepada mereka sesuai dengan
kehendak-Mu, dengan tujuan supaya mereka menjadi satu,
sama seperti Kita yaitu satu. Dengan demikian, supaya ja-
nganlah semua pemberian itu menjadi sia-sia jika mereka
tidak menjadi satu.” Nah, pemberian-pemberian ini ada-
lah:
(1) Semua yang disalurkan kepada para rasul dan perintis ge-
reja yang pertama. Kemuliaan sebagai utusan Allah bagi
dunia ini, kemuliaan dalam mengerjakan mujizat, kemulia-
an dalam mengumpulkan sebuah jemaat dari dunia ini,
dan mendirikan takhta kerajaan Allah di antara manusia,
semua kemuliaan seperti ini diberikan kepada Kristus, dan
sebagian kehormatan itu Dia curahkan kepada mereka saat
Ia mengutus mereka untuk menjadikan semua bangsa mu-
rid-Nya. Atau,
(2) Semua yang diberikan tanpa kecuali kepada semua orang
percaya. Kemuliaan sebab berada di dalam kovenan de-
ngan Allah dan diterima oleh-Nya, didekap di pangkuan-
Nya, dan dirancang untuk menempati kedudukan di sebe-
lah kanan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan Bapa ke-
pada Sang Penebus, dan Ia meneguhkan semuanya itu ke-
pada semua orang yang ditebus-Nya.
[1] Dia berkata bahwa Dia telah memberi kemuliaan itu
kepada mereka, sebab Dia telah memaksudkannya bagi
mereka, menyiapkannya dan memastikan bahwa mere-
ka mendapatkannya saat mereka percaya bahwa janji-
janji Kristus merupakan pemberian-pemberian yang
benar-benar nyata.
[2] Kemuliaan itu diberikan kepada-Nya supaya Dia mem-
berikannya lagi kepada mereka. Kemuliaan itu diper-
cayakan kepada-Nya untuk mereka, dan Kristus setia
kepada Dia yang telah menunjuk-Nya untuk melakukan
tugas ini .
[3] Dia memberi nya kepada mereka supaya mereka men-
jadi satu.
Pertama, untuk memberi mereka hak istimewa akan
kesatuan itu, yaitu supaya melalui hubungan mereka
dengan satu-satunya Allah Bapa, dan satu-satunya
Tuhan Yesus Kristus, mereka dapat menjadi benar-be-
nar satu. Pemberian Roh, yaitu kemuliaan agung yang
diberikan Bapa kepada Anak, harus diberikan oleh-Nya
kepada semua orang percaya, supaya dengan begitu
mereka semua menjadi satu, sebab Dia mengerjakan
semuanya dalam semua orang (1Kor. 12:4, dst.).
Kedua, untuk melibatkan mereka supaya bertekun
melaksanakan kewajiban bersatu itu. Berdasarkan
kesepakatan dan persekutuan mereka untuk percaya
akan satu pengakuan iman dan satu kovenan, satu Roh
dan satu Alkitab, serta berdasarkan apa yang mereka
miliki dalam satu Allah dan satu Kristus, dan atas apa
yang mereka harapkan di dalam satu sorga, mereka da-
pat menjadi satu pikiran dan satu pendapat. Kemuliaan
duniawi menimbulkan perselisihan di antara manusia,
sebab jika sebagian berhasil, maka yang lainnya mero-
sot. sebab itulah, selama para murid masih memim-
pikan kerajaan yang bersifat fana, mereka akan terus
berselisih. Akan namun , kehormatan rohani diberikan
dengan merata kepada semua pengikut Kristus, mereka
semua dibuat menjadi suatu kerajaan, dan menjadi
imam-imam bagi Allah, sehingga tidak ada celah untuk
berlomba-lomba atau saling bersaing. Semakin terpe-
sona orang-orang Kristen dengan kemuliaan yang dibe-
rikan Kristus kepada mereka, semakin berkurang juga
hasrat mereka akan kemuliaan yang fana dan sia-sia.
Akibatnya, kecenderungan untuk berselisih pun ku-
rang.
3. Bagi permohonan-Nya itu, Kristus mengemukakan alasan bah-
wa pengaruh yang akan ditimbulkan oleh kesatuan mereka itu
terhadap orang lain akan sangat membahagiakan, dan akan
menimbulkan kebaikan bagi orang banyak. Hal ini dite-
kankan-Nya dua kali (ay. 21): supaya dunia percaya, bahwa
Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan lagi (ay. 23): Agar
dunia tahu, sebab tanpa pengetahuan, iman yang sejati tidak
akan muncul. Orang-orang percaya harus tahu apa yang
mereka percayai dan mengapa atau dengan alasan apa mereka
mempercayai hal itu. Orang-orang yang percaya dengan sem-
barangan saja bisa membahayakan diri mereka sendiri. Nah,
di sini Kristus menunjukkan,
(1) Maksud baik-Nya terhadap dunia umat manusia secara ke-
seluruhan. Dalam hal ini Dia sepikiran dengan Bapa-Nya,
sama seperti dalam segala hal lainnya, yaitu Dia menghen-
daki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh
pengetahuan akan kebenaran (1Tim. 2:4; 2Ptr. 3:9). sebab
itulah, sudah menjadi kehendak-Nya supaya segala sarana
yang mungkin digunakan dapat dipakai, dan tidak ada
yang sia-sia, untuk menyakinkan dunia akan dosa dan
mempertobatkannya. Kita tidak tahu siapa saja yang dipi-
lih, namun kita harus berusaha semampu kita untuk me-
nyampaikan keselamatan kepada sebanyak mungkin
orang, serta berhati-hati supaya tidak melakukan apa pun
yang bisa menghalangi keselamatan mereka itu.
(2) Buah baik yang ditimbulkan oleh kesatuan gereja. Hal itu
akan menjadi bukti kebenaran sejati dari Kekristenan dan
menjadi sarana untuk membawa banyak orang untuk me-
meluknya juga.
[1] Secara umum, kesatuan itu akan menyatakan nama
baik Kekristenan kepada dunia, dan menimbulkan pen-
dapat yang baik di dalam pikiran orang-orang yang
tidak percaya kepada Kekristenan. Pertama, terbentuk-
nya satu kesatuan tubuh orang-orang Kristen melalui
piagam kesepakatan Injil akan sangat mengangkat
derajat Kekristenan. Saat dunia melihat betapa banyak-
nya jumlah anak-anak dunia yang terpanggil keluar
dari keluarga mereka, dibedakan dari yang lainnya, dan
diubahkan dari keadaan mereka yang sebelumnya, saat
mereka melihat perkumpulan ini terangkat tinggi oleh
pemberitaan yang mereka anggap kebodohan, serta
diteguhkan oleh mujizat dari pemeliharaan dan anuge-
rah ilahi, dan betapa mengagumkannya perkumpulan
ini terbentuk dan terpelihara, mereka pasti akan
berkata, Kami mau mengikuti kamu, sebab telah kami
lihat, bahwa Allah menyertai kamu. Kedua, penyatuan
orang-orang Kristen di dalam kasih sayang merupakan
keindahan pengakuan iman mereka, dan hal itu mena-
rik orang lain untuk bergabung dengan mereka, seba-
gaimana kasih yang ada di antara orang-orang Kristen
yang mula-mula (Kis. 2:42-43; 4:32-33). Bila Kekristen-
an tidak menimbulkan perseteruan di antara anggota-
anggotanya, melainkan meredam segenap perselisihan,
atau bila Kekristenan mendinginkan amarah yang pa-
nas, dan melembutkan kekasaran, serta menjadikan
manusia pengasih dan baik hati, ramah dan murah hati
kepada semua orang, giat untuk mempertahankan dan
menciptakan kedamaian dalam semua hubungan dan
masyarakat, maka hal ini semua akan menjadikan Ke-
kristenan terpandang di mata pemeluk atau pemerhati
kepercayaan alamiah.
[2] Secara khusus, kesatuan gereja akan menimbulkan pe-
mikiran yang baik dalam benak manusia,
Pertama, mengenai Kristus: Mereka akan tahu dan
percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Melalui kesatuan itu, akan tampak bahwa Kristus di-
utus oleh Allah, dan bahwa ajaran-Nya itu bersifat ilahi.
Melalui kesatuan itu, akan tampak bahwa agama-Nya
berhasil menggabungkan banyak orang yang memiliki
beragam kecakapan, macam-macam sifat dan keter-
tarikan yang berbeda-beda, ke dalam satu kesatuan
tubuh berdasarkan iman, dengan satu hati yang dire-
katkan oleh kasih. Tentu saja Dia diutus oleh Allah
yang penuh kuasa, yang membentuk hati mereka seka-
lian. Dialah Allah yang penuh kasih dan damai. Saat
para penyembah Allah menjadi satu, tampak jelas bah-
wa Dia itu satu adanya, dan nama-Nya pun satu.
Kedua, mengenai orang-orang Kristen: Mereka akan
tahu bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti
Engkau mengasihi Aku.
Di sini kita lihat:
1. Hak istimewa yang dimiliki oleh orang-orang per-
caya: Bapa sendiri mengasihi mereka dengan kasih
yang serupa dengan kasih-Nya terhadap Anak-Nya,
sebab mereka semua dikasihi di dalam Dia dengan
kasih yang kekal.
2. Bukti bahwa mereka memang memiliki hak istimewa
ini, yaitu dengan menjadi satunya mereka. Akan
tampak bahwa Allah mengasihi kita, jika kita meng-
amalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, se-
bab bilamana kasih Allah telah dicurahkan di dalam
hati, maka kasih itu akan mengubah hati dengan
gambaran yang serupa. Lihatlah betapa baik dam-
pak yang akan ditimbulkan terhadap dunia jika me-
reka tahu betul betapa semua orang Kristen yang
saleh sungguh dikasihi oleh Allah. Orang Yahudi pu-
nya sebuah pepatah, Jika saja dunia tahu betapa
berharganya orang-orang benar itu, dunia pasti akan
memagari mereka dengan mutiara. Jadi, kita harus
lebih lagi mengasihi orang-orang yang dikasihi Allah
dengan berlimpah-limpah.
Doa Syafaat Kristus
(17:24-26)
24 Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada
bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku,
agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-
Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. 25 Ya Bapa
yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, namun Aku mengenal
Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; 26
dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan
memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di
dalam mereka dan Aku di dalam mereka.
Di sini ada :
I. Sebuah permohonan supaya semua orang yang diberikan kepada
Kristus dipermuliakan (ay. 24), bukan hanya para rasul saja,
melainkan juga semua orang percaya: Ya Bapa, Aku mau supaya
mereka juga berada bersama-sama dengan Aku.
Perhatikanlah:
1. Kaitan antara permintaan yang ini dengan permintaan-per-
mintaan sebelumnya. Dia telah berdoa supaya Allah berkenan
untuk memelihara, menguduskan dan mempersatukan mere-
ka, dan kini Dia berdoa supaya Allah bersedia untuk memah-
kotai mereka juga dengan kemuliaan. Dengan cara seperti
inilah kita harus berdoa, pertama berdoa bagi anugerah, ke-
mudian berdoa bagi kemuliaan (Mzm. 84:12), sebab dengan
cara seperti itulah Allah memberi apa yang kita mintakan itu.
Tentu saja Allah yang bijaksana tidak akan datang seperti
orang bodoh yang membangun rumah di atas pasir, jadi Dia
tidak akan mempermuliakan orang-orang yang belum diku-
duskan. Allah juga tidak seperti orang bodoh yang mulai mem-
bangun apa yang tidak mungkin ia selesaikan, jadi Dia tidak
akan menguduskan orang-orang tanpa juga mempermuliakan
mereka.
2. Cara memanjatkan permohonan itu: “Ya Bapa, Aku mau.” Se-
perti yang telah Ia lakukan sebelumnya, di sini Ia juga me-
manggil Allah dengan sebutan Bapa, sehingga kita pun harus
melakukan hal yang sama. Akan namun , saat Dia mengatakan,
thelō – “Aku mau,” Dia menggunakan suatu ungkapan bahasa
yang khusus dapat digunakan oleh Dia sendiri, yang tidak se-
layaknya dipakai oleh para pemohon yang biasa, sebab ung-
kapan ini hanya layak dipakai oleh Dia yang telah mem-
bayar lunas apa yang Ia doakan tadi. Sebab,
(1) Permohonan ini secara umum menunjukkan kewe-
nangan-Nya untuk menaikkan doa perantaraan kepada
Allah. Firman-Nya disertai dengan kuasa di sorga, maupun
di bumi. Dia memasuki tempat suci dengan darah-Nya sen-
diri, sehingga doa syafaat-Nya itu tentu saja pasti terjawab.
Dia melakukan tindakan pengantaraan sebagai seorang
Raja, sebab Dia sendiri bertindak sebagai Imam di atas
takhta-Nya (seperti Melkisedek), yakni sebagai seorang Raja
sekaligus Imam.
(2) Permintaan itu juga menegaskan kewenangan istimewa-
Nya atas perkara ini: Dia memiliki kuasa untuk memberi-
kan hidup yang kekal (ay. 2), dan sesuai dengan kuasa-Nya
itu, Ia pun berkata, “Ya Bapa, Aku mau.” Kini Dia memang
sedang mengambil rupa seorang hamba, namun kuasa itu
akan diperlihatkan dengan lebih gemilang lagi saat Dia
datang kembali untuk kedua kalinya di dalam kemuliaan
seorang hakim, yang akan berkata, “Mari, hai kamu yang
diberkati.” Jadi dengan mengarahkan pandangan-Nya ke
sana, Ia pun kini berkata, “Ya Bapa, Aku mau.”
3. Permintaan itu sendiri, yaitu supaya semua orang pilihan pada
akhirnya akan datang kepada-Nya di sorga untuk menyaksi-
kan kemuliaan-Nya dan untuk mengambil bagian di dalam ke-
muliaan itu.
Sekarang, perhatikanlah di sini:
(1) Gagasan atau pemikiran apa yang mendasari pengharapan
kita akan sorga? Atas dasar apakah kebahagiaan itu ter-
bentuk? Ada tiga hal arti dari sorga:
[1] Sorga berarti di mana Kristus berada: Di mana Aku ada.
Ke dalam firdauslah jiwa Kristus pergi saat Ia mati. Ke
langit ketigalah jiwa dan raga-Nya pergi sewaktu Dia
naik ke sorga. Di mana Aku ada, untuk sementara mau-
pun untuk selamanya. Di dunia ini kita hanyalah in
transitu – dalam persinggahan sementara, namun di sorga
kita benar-benar akan berada untuk selama-lamanya.
Begitulah yang dikehendaki Kristus, dan sebab nya kita
pun harus demikian juga.
[2] Sorga berarti berada bersama-sama dengan-Nya di
mana Dia berada. Ini bukanlah sekadar sebuah peng-
ulangan, namun menegaskan bahwa kita bukan saja
akan berada di tempat yang sama di mana Ia berada
yang penuh dengan kebahagiaan, melainkan juga bah-
wa kebahagiaan di tempat itu ada sebab keberadaan-
Nya di sana. Inilah sukacita yang penuh itu. Sorga yang
sebenar-benarnya yaitu bersama-sama dengan Kris-
tus, ditemani oleh-Nya, dan bersekutu dengan-Nya di
sana (Flp. 1:23).
[3] Sorga berarti memandang kemuliaan-Nya, yang telah di-
berikan Bapa kepada-Nya.
Perhatikanlah:
Pertama, kemuliaan Sang Penebus yaitu kesilauan
sorga. Kemuliaan yang menyilaukan mata para malaikat
sehingga mereka harus menutupi wajah mereka yaitu
kemuliaan Kristus itu (12:41). Anak Domba itu yaitu
lampu di Yerusalem baru (Why. 21:23). Kristus akan
datang dalam kemuliaan Bapa-Nya, sebab Ia yaitu
cahaya kemuliaan Allah. Di sorga Allah menunjukkan
kemuliaan-Nya, sebagaimana Ia menunjukkan anuge-
rah-Nya di bumi ini melalui Kristus. “Bapa telah mem-
berikan kemuliaan kepada-Ku,” meskipun Dia kini ma-
sih ada di dalam keadaan yang hina. Akan namun , per-
kataan-Nya itu memang benar, dan akan terlihat seben-
tar lagi.
Kedua, kebahagiaan orang-orang yang telah ditebus
terjadi saat mereka menyaksikan kemuliaan itu. Mereka
akan melihat langsung diri-Nya yang mulia itu. Dari
dalam badanku juga aku akan memandang Allah (Ayb.
19:26-27, TL). Mereka akan menyaksikan dan mengerti
sejelas-jelasnya tugas-Nya yang mulia itu, sebab pada
saat itu tugas ini akan telah selesai dituntaskan.
Mereka akan dapat melongok ke dalam sumber-sumber
kasih dari mana semua curahan anugerah mengalir.
Mereka akan memiliki dan memancarkan kemuliaan
Kristus (Uxor fulget radiis mariti – Istri bersinar dengan
pancaran terang suaminya). Mereka akan terlihat sama
seperti Dia: mereka akan diubah menjadi serupa dengan
gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.
(2) Atas dasar apa kita berharap akan sorga: tidak lain selain
dari pengantaraan dan syafaat Kristus, sebab Dia telah ber-
kata, Ya Bapa, aku mau. Pengudusan kita merupakan buk-
ti bagi kita, sebab siapa yang memiliki pengharapan ini di
dalam dirinya menyucikan dirinya sendiri. Akan namun , yang
menjadi hak kita yaitu kehendak Kristus, sebab oleh ka-
rena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan (Ibr.
10:10). Di sini Kristus berbicara seolah-olah Dia belum
menganggap kebahagiaan-Nya sendiri lengkap jika orang-
orang pilihan-Nya tidak turut ambil bagian dalam kebaha-
giaan-Nya itu, sebab yang menyempurnakan pemimpin ke-
selamatan kita yaitu dibawanya banyak orang kepada
kemuliaan (Ibr. 2:10).
4. Pernyataan yang dipakai sebagai alasan untuk mendukung
permintaan ini: sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum du-
nia dijadikan.
Inilah alasannya:
(1) Mengapa Dia sendiri menanti-nantikan kemuliaan itu. Eng-
kau akan memberi nya kepada-Ku, sebab Engkau me-
ngasihi Aku. Kehormatan dan kuasa yang diberikan kepada
Anak sebagai Sang Pengantara didasari oleh kasih Bapa
kepada-Nya (5:20): Bapa mengasihi Anak, dan sangat ber-
kenan dengan semua pekerjaan-Nya, dan sebab itulah Ia
telah memberi segala sesuatu ke dalam tangan-Nya.
Dan, sebab perkara ini telah dirancangkan oleh hikmat
ilahi sejak kekekalan, maka dikatakan bahwa Bapa menga-
sihi-Nya sebagai Pengantara sebelum dunia dijadikan. Atau,
(2) Mengapa Dia berharap bahwa orang-orang yang telah dibe-
rikan kepada-Nya akan bersama-sama dengan Dia dan tu-
rut ambil bagian di dalam kemuliaan-Nya: “Engkau menga-
sihi Aku, dan mereka di dalam Aku, dan Engkau tidak bisa
menolak apa yang Kuminta bagi mereka.”
II. Penutup dari doa itu, yang dirancang untuk meneguhkan semua
permintaan bagi para murid, terutama permintaan yang terakhir,
yaitu supaya mereka dipermuliakan. Ada dua hal yang Ia tekan-
kan dan himbau dalam bagian penutup ini :
1. Sikap hormat-Nya terhadap Bapa-Nya (ay. 25).
Perhatikanlah:
(1) Panggilan hormat yang Dia pakai untuk memanggil Allah:
Ya Bapa yang adil. Saat Dia berdoa supaya mereka diku-
duskan, Dia memanggil-Nya Bapa yang Kudus. Sewaktu
Dia berdoa supaya mereka dipermuliakan, Dia memanggil-
Nya Bapa yang adil, sebab mahkota kebenaran akan dika-
runiakan oleh Hakim yang adil. Oleh sebab keadilan Allah-
lah, maka semua jasa yang dijanjikan Bapa dan yang diba-
yar lunas oleh Sang Anak, dikaruniakan kepada kita.
(2) Perangai yang Ia lekatkan kepada dunia yang ada di dalam
kejahatan: Dunia tidak mengenal Engkau. Perhatikanlah,
ketidaktahuan mengenai Allah tersebar di antara umat ma-
nusia. Inilah kegelapan yang menguasai mereka. Sekarang,
inilah yang ditekankan di sini:
[1] Untuk menunjukkan bahwa murid-murid ini membu-
tuhkan pertolongan anugerah khusus, baik sebab hal
ini sungguh diperlukan oleh pekerjaan mereka –
yaitu bahwa mereka harus membawa dunia yang tidak
mengenal Allah supaya mengenal Dia – maupun sebab
kesulitan pekerjaan mereka – yaitu bahwa mereka ha-
rus membawa terang kepada orang-orang yang mem-
berontak terhadap terang itu. sebab itu, peliharalah
mereka.
[2] Untuk menunjukkan bahwa mereka layak menerima
lagi berkat istimewa, sebab mereka memiliki pengenalan
akan Allah yang tidak dimiliki dunia.
(3) Alasan yang Ia tekankan untuk mendukung diri-Nya sen-
diri: namun Aku mengenal Engkau. Kristus sungguh menge-
nal Bapa, dan tidak ada seorang pun yang mengenal Bapa
seperti Dia. Dia tahu mengapa Ia melakukan tugas per-
utusan-Nya. Dia mengenal pikiran Bapa-Nya di dalam
segala hal. sebab itulah, di dalam doa ini, Dia datang ke-
pada Bapa dengan penuh keyakinan, seperti yang biasa
kita lakukan saat datang menghampiri orang yang kita ke-
nal dengan baik. Di sini Kristus memohonkan berkat bagi
orang-orang kepunyaan-Nya. Mungkin orang akan mengira
bahwa saat Ia mengajukan permohonan-Nya tadi, sesudah
Ia mengatakan, dunia tidak mengenal Engkau, Ia akan me-
lanjutkannya dengan berkata, namun mereka mengenal Eng-
kau. namun Dia tidak berkata begitu, sebab pengenalan me-
reka bukanlah sesuatu yang pantas untuk dibangga-bang-
gakan. Sebaliknya, Dia berkata, namun Aku mengenal Eng-
kau, yang menegaskan bahwa tidak ada hal apa pun di
dalam diri kita yang melayakkan kita untuk mendapatkan
kebaikan Allah. Semua kepentingan yang kita dapat dari
Allah dan hubungan kita dengan-Nya berasal dari dan ber-
gantung pada apa yang telah dilakukan Kristus dan pada
hubungan-Nya dengan Allah. Kita tidak layak, namun Kris-
tus layak.
(4) Alasan yang Ia tekankan mengenai murid-murid-Nya: dan
mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus
Aku, dan
[1] Dengan demikian mereka telah dibedakan dari dunia
yang tidak percaya. Saat orang banyak yang didatangi
oleh Kristus dan ditawari anugerah-Nya tidak mau per-
caya bahwa Allah yang telah mengutus Dia, para murid
ini mengetahui dan memercayai hal ini , dan tidak
malu untuk mengakuinya. Perhatikanlah, mengenal
dan percaya kepada Yesus Kristus di tengah-tengah du-
nia yang terus berkubang dalam ketidaktahuan dan
ketidakpercayaan yaitu sesuatu yang sangat berkenan
di hadapan Allah dan akan diberi imbalan dengan se-
buah mahkota kemuliaan yang tiada taranya. Iman
yang luar biasa akan menimbulkan berkat-berkat ke-
baikan yang istimewa pula.
[2] Dengan kepercayaan mereka itu, mereka ambil bagian
dalam pengantaraan Kristus dan berbagi keuntungan
yang timbul dari pengenalan-Nya akan Bapa: “Aku me-
ngenal Engkau, dengan akrab dan sempurna. Sedang-
kan mereka ini, meski belum mengenal Engkau demi-
kian dan belum mampu mengenal Engkau seperti Aku,
mereka telah mengetahui bahwa Engkaulah yang telah
mengutus Aku. Mereka telah mengetahui apa yang diha-
ruskan bagi mereka untuk mereka ketahui, mereka te
lah mengenal Sang Pencipta di dalam diri Sang Pene-
bus.” Dengan mengetahui bahwa Kristus diutus oleh
Allah, maka mereka telah mengenal Bapa di dalam Dia,
dan diperkenalkan kepada Bapa melalui Dia. Oleh kare-
na itu, “Ya Bapa, peliharalah mereka demi Aku.”
2. Rasa hormat-Nya terhadap para murid-Nya (ay. 26): “Aku telah
memimpin mereka kepada pengenalan akan Engkau, dan akan
melakukannya lebih dan lebih lagi, dengan maksud yang baik
dan mulia ini, yaitu supaya kasih yang Engkau berikan ke-
pada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.”
Perhatikanlah di sini:
(1) Apa yang telah Kristus lakukan untuk mereka: Aku telah
memberitahukan nama-Mu kepada mereka.
[1] Ia telah melakukannya bagi orang-orang yang setia
mengikuti-Nya saat itu. Selama Dia bersama-sama de-
ngan mereka, Dia bertekun memberitahukan nama
Bapa-Nya kepada mereka, dan menimbulkan kekagum-
an terhadap nama Bapa-Nya itu di dalam diri mereka.
Semua khotbah dan mujizat-Nya bertujuan untuk me-
masyhurkan kehormatan Bapa-Nya dan untuk menye-
barluaskan pengenalan akan Dia (1:18).
[2] Dia juga telah memberitahukan nama Bapa kepada se-
mua orang lain yang percaya kepada-Nya. Mereka tidak
akan dibuat percaya kepada Kristus seandainya mereka
tidak terlebih dahulu diberitahukan mengenai nama
Bapa-Nya.
Perhatikanlah:
Pertama, kita berutang kepada Kristus atas segala
pengenalan yang kita miliki mengenai nama Bapa. Dia-
lah yang menyatakannya dan membukakan pengertian
kita untuk menerima pewahyuan ini .
Kedua, orang-orang yang dimintakan Kristus untuk
mendapatkan kebaikan dari Allah terlebih dahulu di-
bimbing-Nya ke dalam pengenalan akan Allah.
(2) Apa yang masih hendak Ia lakukan bagi mereka: Aku akan
memberitahukannya. Kepada murid-murid-Nya Ia beren-
cana untuk memberi petunjuk lebih lanjut lagi sesudah
kebangkitan-Nya (Kis. 1:3), dan membawa mereka ke dalam
pengenalan yang lebih dalam lagi mengenai perkara-per-
kara ilahi melalui pencurahan Roh sesudah kenaikan-Nya.
Sedangkan kepada semua orang percaya, yang hatinya te-
lah Ia sinari, Ia akan menyinari mereka lebih dan lebih lagi.
Di setiap tempat di mana Kristus telah menyatakan nama
Bapa-Nya, Ia akan menyatakannya lagi, sebab setiap orang
yang mempunyai, kepadanya akan diberi. Memang, orang-
orang yang mengenal Allah perlu dan rindu mengenal-Nya
lebih dalam lagi. sebab itu, tepatlah untuk memohonkan
hal ini bagi mereka: “Bapa, akui dan berkatilah mereka,
sebab mereka akan mengakui dan menghormati Engkau.”
(3) Apa yang Ia maksudkan dengan semua permintaan-Nya ini:
bukan untuk memenuhi benak mereka dengan rasa pena-
saran, atau melengkapi mereka dengan bahan perbincang-
an untuk dipercakapkan di antara orang-orang terpelajar,
melainkan untuk mengamankan dan mewujudkan kebaha-
giaan sejati mereka di dalam dua hal:
[1] Persekutuan dengan Allah: “Oleh sebab itu Aku telah
memberi mereka pengenalan akan nama-Mu, akan se-
mua hal yang telah Engkau pakai untuk membuat diri-
Mu dikenal, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-
Ku bukan saja disampaikan kepada mereka, namun juga
ada di dalam mereka, yang artinya:
Pertama, “Biarlah mereka memiliki buah-buah kasih
itu untuk pengudusan mereka, biarlah Roh kasih-Mu
yang telah memenuhi Aku itu, juga ada di dalam mere-
ka.” Kristus memberitahukan nama Bapa-Nya kepada
orang-orang percaya, supaya saat terang ilahi itu
tertanam di dalam benak mereka, kasih ilahi pun tercu-
rah di dalam hati mereka, supaya dengan begitu ada
pikiran kudus di dalam diri mereka yang memerintah
dan membatasi mereka. Dan dengan demikian, mereka
boleh turut ambil bagian dalam perkara ilahi. Saat ka-
sih Allah terhadap kita datang menghampiri untuk ting-
gal di dalam kita, hal itu seperti daya tarik magnet yang
menarik jarum supaya bergerak menuju lubangnya.
Kasih itu menarik jiwa mendekat kepada Allah dengan
kasih sayang yang murni dan saleh. Kasih sayang yang
demikian ini bagaikan roh bagi kehidupan yang ilahi di
dalam jiwa.
Kedua, “Biarlah mereka mengecap dan menikmati
kasih itu supaya mereka dihiburkan. Biarlah mereka
tidak hanya tertarik kepada kasih Allah saat nama
Allah diberitahukan kepada mereka, namun , melalui
pemberitahuan lebih lanjut lagi, mereka juga mendapat-
kan penghiburan dari ketertarikan mereka itu, supaya
mereka tidak hanya mengenal Allah, melainkan juga
mengetahui bahwa mereka sudah mengenal Dia” (1Yoh.
2:3, TL). Kasih Allah yang telah dicurahkan di dalam hati
kitalah yang memenuhi hati itu dengan sukacita (Rm.
5:3, 5). Allah telah menyediakan kasih itu supaya kita
tidak hanya dipuaskan oleh kebaikan kasih-Nya saja,
namun juga dipenuhi olehnya. Dengan demikian, kita
dapat menjalani kehidupan yang sepenuh-penuhnya di
dalam Tuhan dan dalam persekutuan dengan-Nya. Ini-
lah yang harus kita doakan, inilah yang harus terus kita
kejar. Jika kita sudah memilikinya, kita harus ber-
terima kasih kepada Kristus. Jika kita tidak memiliki-
nya, maka itu yaitu kesalahan kita sendiri.
[2] Persekutuan dengan Kristus sebagai kelanjutan dari
semua itu: Dan Aku di dalam mereka. Tidak ada cara
lain untuk memasuki kasih Allah selain melalui Kristus.
Kita juga tidak dapat mempertahankan keberadaan kita
di dalam kasih itu selain dengan tinggal di dalam Kris-
tus, yaitu membiarkan-Nya tinggal di dalam kita. Kita
tidak dapat merasakan dan memahami kasih itu kecuali
kita mengalami Kristus berdiam di dalam kita, yaitu
Roh Kristus ada di dalam hati kita. Keberadaan Kristus
di dalam kitalah yang merupakan satu-satunya peng-
harapan akan kemuliaan yang tidak akan mempermalu-
kan kita (Kol. 1:27). Seluruh persekutuan kita dengan
Allah, kasih-Nya yang menerima kita dan balasan kasih
kita kepada-Nya, terjadi melalui tangan Tuhan Yesus,
dan penghiburan yang terjadi akibat semuanya itu ada-
lah berkat Dia semata. Sebelumnya Kristus baru saja
mengatakan, Aku di dalam mereka (ay. 23), dan di sini
Ia mengulanginya lagi (meskipun tanpa mengulanginya
pun maknanya sudah jelas), dan doa-Nya ditutup de-
ngan kata-kata ini , untuk menunjukkan betapa
rindunya hati Kristus akan hal ini . Semua permo-
honan-Nya berpusat pada hal ini , dan dengan per-
kataan inilah doa-doa Kristus, Anak Daud itu, diakhiri:
“Aku di dalam mereka. Biarkanlah Aku memiliki hal ini,
dan tidak ada lagi yang Aku inginkan.” Kemuliaan Sang
Penebus berdiam di dalam orang-orang yang ditebus:
Itulah tempat perhentian-Nya selama-lamanya, dan Dia
mengingininya. sebab itu, marilah kita sungguh-sung-
guh berusaha untuk bersekutu dengan Kristus, supaya
kita boleh menikmati penghiburan dari pengantaraan-
Nya. Doa-Nya yang ini ada akhirnya, namun pengantara-
an-Nya itu akan terus dilakukan-Nya selamanya.
PASAL 18
ampai sekarang, penulis Injil ini tidak banyak mencatat tentang
riwayat Kristus. Ia sekadar mencatat apa yang dibutuhkan untuk
memperkenalkan pembicaraan-pembicaraan-Nya. Namun, kini saat
kematian Yesus sudah semakin dekat, ia menjadi begitu terperinci
dalam menggambarkan keadaan yang berkaitan dengan kesengsara-
an-Nya. Bahkan menggambarkan pula beberapa hal yang diabaikan
penulis-penulis Injil yang lain, terutama perkataan-perkataan-Nya.
Betapa para pengikut-Nya sama sekali tidak merasa malu akan salib-
Nya dan tidak berusaha menyembunyikannya. Bahkan, melalui per-
kataan dan tulisan, mereka giat mempermaklumkannya dan sangat
bersukacita sebab nya. Pasal ini menceritakan:
I. Bagaimana Kristus ditangkap di taman dan menyerahkan diri
sebagai seorang tawanan (ay. 1-12).
II. Bagaimana Ia diperlakukan dengan kasar dan kejam di is-
tana Imam Besar, dan bagaimana Petrus, yang saat itu, me-
nyangkali Dia (ay. 13-27).
III. Bagaimana Ia didakwa di hadapan Pilatus dan diperiksa oleh-
nya, lalu bersama Barabas dijadikan pilihan untuk dibebas-
kan guna menyukakan hati orang banyak, dan ternyata Ia
tidak dipilih (ay. 28-40).
Penangkapan Kristus
(18:1-12)
1 sesudah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-
sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron.
Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan
murid-murid-Nya. 2 Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu,
sebab Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya. 3 Maka da-
tanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga
Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi leng-
kap dengan lentera, suluh dan senjata. 4 Maka Yesus, yang tahu semua yang
akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: “Siapa-
kah yang kamu cari?” 5 Jawab mereka: “Yesus dari Nazaret.” Kata-Nya ke-
pada mereka: “Akulah Dia.” Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ
bersama-sama mereka. 6 saat Ia berkata kepada mereka: “Akulah Dia,”
mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. 7 Maka Ia bertanya pula: “Siapakah
yang kamu cari?” Kata mereka: “Yesus dari Nazaret.” 8 Jawab Yesus: “Telah
kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah me-
reka ini pergi.” 9 Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah
dikatakan-Nya: “Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak se-
orang pun yang Kubiarkan binasa.” 10 Lalu Simon Petrus, yang membawa
pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar
dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. 11 Kata Yesus
kepada Petrus: “Sarungkanlah pedangmu; bukankah Aku harus minum ca-
wan yang diberikan Bapa kepada-Ku?” 12 Maka pasukan prajurit serta per-
wiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap
Yesus dan membelenggu Dia.
Sekarang tibalah saatnya Sang Pemimpin keselamatan kita, yang di-
buat sempurna melalui berbagai penderitaan, harus menghadapi mu-
suh. Di sini kita membaca saat Dia memasuki pengalaman ini .
Hari pembalasan ada di dalam hati-Nya dan tahun segala orang
tebusan-Nya pun telah sampai, dan tangan-Nya sendiri yang menger-
jakan keselamatan itu, sebab Ia tidak mempunyai banyak waktu lagi.
Baiklah kita menyimpang ke sana dan melihat penglihatan yang hebat
ini.
I. Bak pahlawan yang gagah perkasa, Yesus Tuhan kita menjadi
yang pertama maju ke medan perang (ay. 1-2). sesudah Yesus me-
ngatakan semuanya itu, sesudah Ia menyampaikan pengajaran-
Nya, menaikkan doa, dan dengan demikian mengakhiri kesaksi-
an-Nya, Ia tidak mau membuang-buang waktu. Sebaliknya, Ia se-
gera bergegas keluar dari rumah itu, ke luar kota. Ia berjalan di
bawah terang cahaya bulan, sebab hari raya Paskah selalu dira-
yakan pada saat bulan purnama. Ia pergi bersama-sama dengan
murid-murid-Nya (bersebelas, sebab Yudas justru sedang dipeker-
jakan oleh orang lain). Dan mereka pergi ke seberang sungai
Kidron, yang mengalir di antara Yerusalem dan Bukit Zaitun. Di
situ ada suatu taman, bukan milik-Nya, namun milik beberapa sa-
habat-Nya yang mengizinkan Dia menggunakan taman itu dengan
bebas.
Perhatikanlah:
1. Bahwa Yesus Tuhan kita memasuki berbagai penderitaan-Nya
sesudah Ia mengatakan semuanya itu, sama seperti yang telah
dicatat oleh Matius, sesudah Ia menyelesaikan segala pengajar-
an-Nya (Mat. 26:1).
Di sini hal ini berarti:
(1) Bahwa Yesus Tuhan kita mengerjakan pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab-