Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 10. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label galatia filemon 10. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 10

 


perhatian dan kelembutan, dan dengan rajin ia mencukupi dirinya 

dengan semua hal yang menyenangkan atau baik baginya, dengan 

makanan dan pakaian, dan sebagainya. Sama seperti Kristus terha-

dap jemaat, artinya, sama seperti Tuhan mengasuh dan merawat 

jemaat-Nya, di mana Ia melengkapinya dengan semua hal yang Ia 

pandang berguna atau baik baginya, dengan segala sesuatu yang 

penting bagi kebahagiaan dan kesejahteraan kekalnya. Rasul 

Paulus menambahkan, sebab  kita adalah anggota tubuh-Nya, 

dari daging dan tulang-Nya (ay. 30, KJV). Ia menunjukkan hal ini 

sebagai alasan mengapa Kristus mengasuh dan merawat jemaat-

Nya, yaitu sebab  semua yang ada di dalam jemaat adalah ang-

gota dari tubuh-Nya, yakni anggota dari tubuh rohani-Nya. Atau, 

kita ini adalah anggota yang adalah bagian dari tubuh-Nya. Segala 

kasih karunia dan kemuliaan yang dimiliki jemaat berasal dari 

Kristus, sama seperti Hawa yang diciptakan dari laki-laki itu. Na-

mun, ada yang berpendapat bahwa, perkataan ini merupakan 

suatu cara dalam tulisan-tulisan suci untuk mengungkapkan tu-

buh yang rumit dengan cara menyebutkan beberapa bagian ang-

gotanya, seperti halnya orang menyebut langit dan bumi untuk 

menggambarkan dunia, petang dan pagi untuk menggambarkan 

hari. Jadi, di sini, yang dimaksud dengan tubuh, daging, dan 

tulang, dapat kita artikan dengan Tuhan sendiri, sehingga arti 

dari ayat itu adalah bahwa kita adalah anggota-anggota tubuh 

Kristus. Sebab itu (sebab  mereka satu, sama seperti Kristus ada-

Surat Efesus 5:21-33 

 229 

lah satu dengan jemaat-Nya) laki-laki akan meninggalkan ayahnya 

dan ibunya. Rasul Paulus menunjuk kepada kata-kata Adam, 

saat  Hawa diberikan kepadanya sebagai penolong yang sepadan 

(Kej. 2:24). Kita tidak boleh mengartikan bahwa dengan perkawin-

an ini, maka kewajiban seorang laki-laki untuk hubungan-hu-

bungan dengan sesama lainnya menjadi batal. Sebaliknya, yang 

dimaksud adalah bahwa hubungan ini lebih diutamakan daripada 

semua hubungan lainnya, sebab  di dalamnya ada persatuan 

yang lebih akrab antara kedua pribadi ini daripada dengan orang 

lain, sehingga laki-laki lebih rela memilih meninggalkan orang lain 

daripada meninggalkan istrinya. Sehingga keduanya itu menjadi 

satu daging, artinya, berdasar  atas ikatan perkawinan itu. 

Rahasia ini besar (ay. 32). Kata-kata Adam yang baru disebut oleh 

Rasul Paulus, dikatakan secara harfiah mengenai sebuah per-

kawinan, namun juga mengandung arti rohani yang tersembunyi, 

yaitu berkaitan dengan persatuan antara Kristus dan jemaat-Nya, 

yang dilambangkan oleh persatuan melalui perkawinan antara 

Adam dan ibu dari kita semua. Walaupun tidak dilembagakan 

atau ditetapkan oleh Allah untuk makna ini, namun ini merupa-

kan sesuatu perlambang yang bersifat wajar dan memiliki kemi-

ripan di dalamnya, namun  yang aku maksudkan ialah hubungan 

Kristus dan jemaat.  

Sesudah semua ini, Rasul Paulus menutup bagian pembicaraan-

nya ini dengan sebuah ringkasan pendek mengenai kewajiban suami 

dan istri (ay. 33). “Bagaimanapun juga (walaupun ada arti rohani 

yang bersifat rahasia, namun arti harfiahnya jelas berkaitan dengan 

kamu semua), bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah istrimu 

seperti dirimu sendiri, dengan kasih sayang yang tulus, istimewa, luar 

biasa, dan kukuh, seperti yang kamu perbuat bagi dirimu sendiri. 

Dan istri hendaklah menghormati suaminya.” Menghormati mengan-

dung rasa kasih dan rasa hormat, yang menghasilkan keinginan 

untuk menyenangkan dan juga rasa takut, yang membangkitkan 

sebuah peringatan supaya jangan sampai menyakiti hati. Bahwa istri 

menghormati suaminya merupakan kehendak Allah dan hukum dari 

hubungan suami dan istri.  

 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  6  

Dalam pasal ini, 

I. Rasul Paulus melanjutkan nasihatnya tentang kewajiban-

kewajiban dalam hal hubungan antarsesama, yang dia telah 

mulai bahas di pasal sebelumnya. Secara khusus dia mene-

kankan tentang kewajiban anak-anak dan orangtua, dan 

kewajiban hamba-hamba dan tuan-tuan (ay. 1-9). 

II. Dia menasihati dan memberi arahan kepada orang-orang 

Kristen bagaimana bersikap sepatutnya dalam peperangan 

rohani melawan musuh-musuh jiwa mereka, dan bagaimana 

menggunakan beberapa anugerah kristiani, yang dia sampai-

kan kepada mereka sebagai perlengkapan senjata rohani 

yang sangat banyak, untuk melindungi dan membela mereka 

dalam pertempuran tersebut (ay. 10-18). 

III. Kita mendapati di sini kesimpulan surat ini, di mana dia ber-

pamitan kepada mereka, sambil meminta supaya didoakan 

oleh orang-orang percaya di Efesus, dan dia sendiri juga ber-

doa untuk mereka (ay. 19-24). 

Kewajiban Anak-anak kepada Orangtua;  

Kewajiban Hamba-hamba kepada Tuan-tuan 

(6:1-9) 

1 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, sebab  haruslah 

demikian. 2 Hormatilah ayahmu dan ibumu – ini adalah suatu perintah yang 

penting, seperti yang nyata dari janji ini: 3 supaya kamu berbahagia dan 

panjang umurmu di bumi. 4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan 

amarah di dalam hati anak-anakmu, namun  didiklah mereka di dalam ajaran 

dan nasihat Tuhan. 5 Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia 

dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat ke-

pada Kristus, 6 jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan 


 232

hati orang, namun  sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati 

melakukan kehendak Allah, 7 dan yang dengan rela menjalankan pelayanan-

nya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia. 8 Kamu 

tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia 

telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan. 9 

Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauh-

kanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di 

sorga dan Ia tidak memandang muka. 

Di sini terdapat petunjuk lebih lanjut mengenai kewajiban-kewajiban 

antarsesama, yang sangat diperinci oleh Rasul Paulus. 

I.  Kewajiban anak-anak kepada orangtua mereka. Marilah anak-

anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan 

kepadamu! Kewajiban besar anak-anak adalah menaati orangtua 

mereka (ay. 1). sebab  orang tua adalah alat bagi keberadaan 

mereka, Allah dan alam telah memberi mereka wewenang untuk 

memerintah, dengan ketundukan kepada Allah. Dan, jika anak-

anak mau taat kepada orang tua mereka yang saleh, mereka akan 

menjadi saleh juga seperti orang tua mereka. Ketaatan yang Allah 

tuntut dari anak-anak mereka, untuk kepentingan mereka, men-

cakup rasa hormat di dalam hati, dan juga ungkapan dan tindak-

an jasmani. Taat di dalam Tuhan. Sebagian orang mengartikan ini 

sebagai sebuah pembatasan, dan memahaminya demikian: “se-

jauh bersesuaian dengan kewajibanmu kepada Allah.“ Kita tidak 

boleh melawan Bapa kita di sorga dalam menaati orang tua kita di 

dunia, sebab  kewajiban kita kepada Allah melebihi dan melam-

paui kewajiban kita kepada semua yang lainnya. Saya lebih suka 

mengartikannya sebagai sebuah alasan: “Anak-anak, taatilah 

orang tuamu, sebab  Tuhan telah memerintahkannya. Oleh kare-

na itu taatilah mereka demi Tuhan, dan dengan mata tertuju 

kepada-Nya.“ Atau ini mungkin adalah sebuah perincian khusus 

dari kewajiban umum: “Taatilah orang tuamu, terutama dalam 

hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan. Orang tuamu mengajari 

kamu bagaimana berkelakuan yang baik, dan dalam hal ini kamu 

harus menaati mereka. Mereka mengajari kamu apa yang baik 

bagi kesehatanmu, dan mengenai hal ini kamu harus menaati me-

reka. Namun hal-hal utama yang di dalamnya kamu harus me-

naati mereka adalah hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan.“ 

Orang tua yang setia menjalani agama menyuruh anak-anak me-

reka supaya tetap hidup menurut jalan Tuhan (Kej. 18:19). Mere-

ka memerintahkan anak-anak mereka melakukan kewajiban 

Surat Efesus 6:1-9 

 233 

mereka kepada Allah, dan berhati-hati terhadap dosa-dosa yang 

paling mungkin terjadi pada anak-anak seumur mereka. Teruta-

ma dalam hal-hal inilah mereka harus berusaha supaya taat. Ada 

sebuah alasan umum yang diberikan: sebab  haruslah demikian, 

ada keadilan alamiah di dalamnya, Allah telah memerintahkan-

nya, dan itu sangat pantas bagi orang Kristen. Sudah menjadi tata 

tertib alam bahwa orangtua memerintah dan anak-anak taat. Wa-

laupun mungkin ini tampak seperti perkataan yang keras, namun 

ini adalah kewajiban, dan harus dilakukan dengan cara yang me-

nyenangkan hati Allah dan membuat Allah berkenan atas mereka. 

Untuk membuktikan hal ini Rasul Paulus mengutip hukum perin-

tah kelima, yang Kristus sama sekali tidak bermaksud membatal-

kan dan mencabutnya, malah menegaskannya, seperti yang tam-

pak saat  Dia meneguhkannya dalam Matius 15:4 dan seterus-

nya. Hormatilah ayahmu dan ibumu (ay. 2). Kata hormat menyirat-

kan penghormatan, ketaatan, dan pertolongan serta pemelihara-

an, jika hal-hal ini dibutuhkan. Rasul Paulus menambahkan, 

yang adalah perintah pertama disertai janji (KJV). Sedikit kesulitan 

timbul di sini, yang tidak boleh kita abaikan, sebab  beberapa 

orang yang membela keabsahan patung-patung mengajukan hal 

ini sebagai bukti bahwa kita tidak terikat oleh perintah kedua. Te-

tapi alasan tersebut sama sekali tidak kuat. Perintah kedua tidak 

memiliki sebuah janji khusus, melainkan hanya sebuah pernyata-

an atau tuntutan umum, yang berhubungan dengan seluruh hu-

kum Allah yang memelihara rahmat untuk beribu-ribu orang. Dan 

kemudian yang dimaksudkan dengan ayat ini bukanlah perintah 

pertama dari sepuluh perintah yang memiliki sebuah janji, sebab  

tidak ada perintah lainnya sesudah  itu yang memiliki janji, dan 

oleh sebab  itu tidak sesuai untuk dikatakan sebagai yang per-

tama. namun  artinya mungkin adalah: “Ini adalah perintah yang 

utama atau penting, dan memiliki sebuah janji. Ini adalah perin-

tah pertama pada loh kedua, dan memiliki sebuah janji.” Janjinya 

adalah, supaya kamu berbahagia, dan seterusnya (ay. 3). Perhati-

kanlah, walaupun janji dalam perintah tersebut berkaitan dengan 

tanah Kanaan, Rasul Paulus dengan ini menunjukkan bahwa janji 

ini dan janji-janji lainnya yang ada dalam Perjanjian Lama yang 

berkaitan dengan tanah Kanaan harus dipahami secara lebih 

umum. Supaya Anda tidak berpikir bahwa hanya bangsa Israel, 

yang diberi tanah Kanaan oleh Allah, yang terikat oleh perintah 


 234

kelima, di sini dia memberikan pengertian yang lebih jauh, su-

paya kamu berbahagia, dan seterusnya. Kemakmuran lahiriah 

dan umur panjang adalah berkat-berkat yang dijanjikan kepada 

orang-orang yang menaati perintah ini. Ini adalah cara supaya 

keadaan kita baik, dan anak-anak yang patuh sering kali dibalas 

dengan kemakmuran lahiriah. Memang tidak selalu demikian, ada 

juga anak-anak seperti itu yang mengalami banyak penderitaan 

dalam hidup ini. namun  ketaatan biasanya diberi balasan demi-

kian, dan, jika tidak, digantikan dengan sesuatu yang lebih baik. 

Perhatikanlah, 

(1) Injil memiliki janji-janji yang sementara sifatnya, serta juga 

janji-janji rohani. 

(2) Walaupun kekuasaan Allah cukup untuk membuat kita tetap 

mengerjakan tugas kita, namun kita boleh menghargai upah 

yang dijanjikan. Dan, 

(3) Walaupun janji itu mengandung suatu keuntungan duniawi, 

ini pun boleh dipertimbangkan sebagai alasan dan dorongan 

untuk ketaatan kita. 

II.  Kewajiban orangtua: Dan kamu, bapa-bapa (ay. 4). Atau, kamu 

para orangtua, 

(1) “Janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu. 

Walaupun Allah telah memberimu kuasa, kamu tidak boleh 

menyalahgunakan kuasa itu, mengingat bahwa anak-anakmu 

adalah, secara khusus, bagian dari dirimu sendiri, dan oleh 

sebab  itu harus diatur dengan penuh kelembutan dan kasih 

sayang. Jangan tidak sabar terhadap mereka, jangan meng-

gunakan kekerasan yang tidak sepantasnya, dan jangan mem-

berikan perintah yang kaku kepada mereka. saat  kamu 

memperingatkan mereka, saat  kamu menasihati mereka, 

saat  kamu memarahi mereka, lakukanlah dengan cara yang 

tidak membangkitkan amarah di dalam hati mereka. Dalam 

semua perkara seperti itu hadapilah mereka dengan hati-hati 

dan bijaksana, saat  berusaha mengatasi pertimbangan-per-

timbangan mereka dan memengaruhi akal budi mereka.“ 

(2) “Didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Didiklah 

dalam disiplin dengan perbaikan yang sepantasnya dan diser-

tai belas kasihan. Dan didiklah dalam pengetahuan tentang 

Surat Efesus 6:1-9 

 235 

tugas yang Allah wajibkan kepada mereka dan yang dengan-

nya mereka dapat menjadi lebih mengenal Dia. Berikanlah 

pendidikan yang baik kepada mereka.“ Kewajiban besar para 

orangtua adalah berhati-hati dalam mendidik anak-anak me-

reka. “Bukan hanya membesarkan mereka, seperti yang dila-

kukan orang-orang yang tidak berakal budi, dengan meme-

nuhi kebutuhan mereka, melainkan membesarkan mereka da-

lam ajaran dan nasihat, dengan cara yang sesuai untuk mere-

ka yang berakal budi. Bahkan, bukan hanya membesarkan 

mereka sebagai manusia, dalam ajaran dan nasihat, melain-

kan juga sebagai orang-orang Kristen, dalam nasihat Tuhan. 

Berikanlah kepada mereka pendidikan keagamaan. Ajarilah 

mereka supaya takut melakukan dosa, dan beritahulah mere-

ka tentang seluruh kewajiban mereka terhadap Allah dan buat 

mereka bersemangat tentang hal itu.“ 

III.  Kewajiban hamba-hamba. Ini juga disimpulkan dalam satu kata, 

yaitu, ketaatan. Rasul Paulus paling banyak membahas tentang 

hal ini, sebab  mengetahui adanya kebutuhan terbesar akan hal 

tersebut. Hamba-hamba ini pada umumnya adalah budak-budak. 

Perbudakan sipil bukan tidak sejalan dengan kemerdekaan kris-

tiani. Orang-orang yang adalah budak bagi manusia bisa saja 

merupakan orang bebas bagi Tuhan. “Tuanmu yang di dunia (ay. 

5), artinya, orang yang memerintah atas tubuhmu, namun tidak 

atas jiwa dan hati nuranimu. Hanya Allah saja yang berkuasa atas 

hal-hal ini.“ Nah, mengenai hamba-hamba, dia menasihatkan, 

(1) Supaya mereka taat dengan takut dan gentar. Mereka harus 

menghormati orang-orang yang berkuasa di atas mereka, takut 

membuat mereka tidak senang, dan gentar kalau-kalau mere-

ka membuat tuan mereka pantas marah dan murka. 

(2) Supaya mereka tulus dalam ketaatan mereka, dengan tulus 

hati, tidak berpura-pura taat sambil merencanakan perlawan-

an, melainkan melayani mereka dengan setia. 

(3) Mereka harus mengarahkan pandangan mereka kepada Yesus 

Kristus dalam segala pelayanan yang mereka lakukan untuk 

tuan-tuan mereka (ay. 5-7), menjalankan pelayanannya seperti 

orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia, artinya, 

bukan hanya atau terutama untuk manusia. saat  hamba-

hamba, dalam melaksanakan kewajiban sesuai pekerjaannya, 


 236

mengarahkan pandangannya kepada Kristus, ini membuat 

ketaatan mereka menjadi mulia dan layak. Pelayanan yang 

dilakukan untuk tuan mereka di dunia, dengan mengarahkan 

pandangan kepada Dia, menjadi pelayanan yang layak bagi-

Nya juga. Mengarahkan pandangan kepada Kristus berarti 

mengingat bahwa Dia melihat mereka dan sesungguhnya hadir 

bersama mereka, dan bahwa kuasa-Nya mengharuskan mere-

ka melaksanakan kewajiban sesuai kedudukan mereka dengan 

setia dan penuh kesadaran. 

(4) Mereka tidak boleh melayani tuan mereka hanya di hadapan 

mereka saja (ay. 6), yaitu hanya jika tuan mereka sedang meli-

hat mereka saja, namun  juga harus tetap bersungguh-sungguh 

dalam melaksanakan tugas mereka saat  tuan-tuan mereka 

tidak ada dan berada jauh, sebab  waktu itu Tuan mereka 

yang di sorga melihat mereka. Dan oleh sebab  itu mereka 

tidak boleh bertindak hanya untuk menyenangkan hati orang, 

seolah-olah mereka tidak peduli untuk menyenangkan hati 

Allah dan membuat Allah berkenan kepada mereka, jika mere-

ka dapat memperdayai tuan mereka. Perhatikanlah, rasa hor-

mat yang tetap kepada Tuhan Yesus Kristus akan membuat 

manusia setia dan tulus di segala keadaan hidup. 

(5) Apa yang mereka lakukan, mereka harus lakukan dengan 

senang hati. Dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, 

melayani tuan mereka seperti yang Allah kehendaki supaya 

mereka lakukan, tidak dengan enggan, atau dengan terpaksa, 

melainkan dari asas kasih untuk mereka dan urusan-urusan 

mereka. Ini berarti dengan rela menjalankan pelayanannya (ay. 

7), yang akan membuat pelayanan mereka ringan bagi diri 

mereka sendiri, menyenangkan hati bagi tuan mereka, dan 

diterima oleh Tuhan Yesus Kristus. Perlu ada kerelaan atau 

niat baik terhadap tuan mereka, niat baik terhadap keluarga 

tempat mereka bekerja, dan terutama kesiapan untuk melaku-

kan kewajiban mereka untuk Allah. Perhatikanlah, pelayanan, 

yang dilaksanakan dengan hati nurani, dan dari rasa hormat 

kepada Allah, walaupun untuk tuan yang jahat, akan diperhi-

tungkan Kristus sebagai pelayanan yang dikerjakan untuk Dia 

sendiri. 

(6)  Biarlah hamba-hamba yang setia mempercayai Allah mengenai 

upah mereka, sementara mereka melaksanakan kewajiban me-

Surat Efesus 6:1-9 

 237 

reka dengan takut, sebab  mengetahui bahwa kalau ia telah 

berbuat sesuatu yang baik (ay. 8), betapapun miskin dan hina-

nya itu, ia akan menerima balasannya dari Tuhan, artinya, 

dengan sebuah kiasan, balasan yang sama. Walaupun tuan-

nya di dunia mengabaikan atau menganiaya dia, alih-alih 

memberi dia upah, namun dia pasti akan diberi upah oleh Tu-

han Kristus, baik hamba, maupun orang merdeka, baik budak 

yang miskin maupun orang merdeka atau tuan. Kristus tidak 

memperhatikan perbedaan-perbedaan di antara manusia se-

perti ini pada saat sekarang, juga tidak akan memperhatikan-

nya dalam pengadilan akhir yang agung itu. Anda berpikir, 

“Seorang penguasa, atau seorang hakim, atau seorang menteri, 

yang melakukan tugasnya di sini, tentu akan menerima upah-

nya di sorga, namun  apalah kemampuanku, seorang hamba mis-

kin, sehingga aku dapat membuat diriku diperkenan oleh Allah.“ 

Wahai, Allah pasti akan memberi kamu upah untuk pekerjaan 

rendah dan paling hina yang dikerjakan dengan kesadaran akan 

kewajiban dan dengan mata tertuju kepada-Nya. Jadi apa lagi 

yang bisa dikatakan untuk mengajak dan mendorong hamba-

hamba supaya melakukan kewajiban mereka?  

IV. Kewajiban tuan-tuan. “Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian 

juga terhadap mereka (ay. 9), yaitu, bertindaklah dengan cara 

yang sama. Bersikap adillah terhadap mereka, seperti yang kamu 

harapkan mereka lakukan terhadap kamu. Perlihatkanlah niat 

baik dan kepedulian yang sama terhadap mereka, dan berhati-

hatilah dalam hal ini supaya Allah berkenan kepadamu.“ Perhati-

kanlah, tuan-tuan memiliki tugas untuk melaksanakan kewajiban 

mereka kepada hamba-hamba mereka yang sama ketatnya de-

ngan kewajiban hamba-hamba untuk taat dan patuh kepada me-

reka. “Jauhkanlah ancaman, anientes, yakni mengurangi ancam-

an, dan jauhkan kejahatan untuk mengancam mereka. Ingatlah 

bahwa hamba-hambamu diciptakan dari tanah yang sama dengan 

dirimu sendiri, dan oleh sebab  itu janganlah kejam dan sewe-

nang-wenang terhadap mereka, ingatlah bahwa Tuhan kamu juga 

ada di sorga (KJV).“ Beberapa salinan naskah menerjemahkannya 

sebagai Tuhan mereka dan Tuhan kamu. “Kamu memiliki Tuan 

yang harus ditaati yang menjadikan ini tugasmu, dan kamu dan 

mereka adalah sesama hamba dalam hubungan dengan Kristus. 

Kamu akan dihukum oleh Dia, bila mengabaikan tugasmu, atau 


 238

bertindak bertentangan dengan tugasmu, seperti halnya dengan 

orang lain yang keadaannya lebih rendah di dunia. Oleh sebab  

itu kamu harus menunjukkan kemurahan hati kepada orang lain, 

seperti halnya kamu berharap mendapatkan kemurahan hati dari 

Dia. Dan kamu tidak akan pernah menandingi Dia, walaupun 

kamu bisa saja terlalu keras bagi hamba-hambamu.“ Ia tidak me-

mandang muka. Seorang tuan yang kaya, hartawan, dan terhor-

mat, jika tidak adil, sewenang-wenang, dan kejam, maka kekaya-

an, harta, dan kehormatannya itu sedikit pun tidak akan mem-

buat dia lebih diperkenan oleh Allah. Allah akan meminta per-

tanggungjawaban tuan-tuan dan hamba-hamba tanpa memihak 

berdasar  perlakuan mereka satu sama lain, dan tidak akan 

mengecualikan tuan-tuan sebab  mereka lebih tinggi, atau keras 

terhadap hamba-hamba sebab  mereka lebih rendah dan hina di 

dunia. Jika baik tuan-tuan maupun hamba-hamba mau memper-

timbangkan hubungan dan kewajiban mereka kepada Allah dan 

pertanggungjawaban yang harus segera mereka berikan kepada-

Nya, mereka akan lebih berhati-hati mengenai kewajiban mereka 

satu sama lain. Demikianlah Rasul Paulus menutup nasihatnya 

mengenai kewajiban-kewajiban antarsesama. 

Peperangan Rohani 

(6:10-18) 

10 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kua-

sa-Nya. 11 Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu da-

pat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; 12 sebab  perjuangan kita bukan-

lah melawan darah dan daging, namun  melawan pemerintah-pemerintah, 

melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap 

ini, melawan roh-roh jahat di udara. 13 Sebab itu ambillah seluruh perleng-

kapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari 

yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesua-

tu. 14 Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirah-

kan keadilan, 15 kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil 

damai sejahtera; 16 dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab 

dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si 

jahat, 17 dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman 

Allah, 18 dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam 

Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak 

putus-putusnya untuk segala orang Kudus. 

Inilah nasihat umum untuk tetap teguh dalam perjalanan kristiani 

kita, dan untuk memberi semangat dalam peperangan kristiani kita. 

Bukankah kehidupan kita merupakan suatu peperangan? Memang 

Surat Efesus 6:10-18 

 239 

demikian, sebab  kita bergumul dengan malapetaka-malapetaka yang 

banyak terjadi dalam hidup manusia. Bukankah agama kita merupa-

kan suatu peperangan yang biasa-biasa saja? Memang demikian, ka-

rena kita bergumul dengan lawan-lawan yang memiliki kuasa gelap, 

dan dengan banyak musuh yang hendak menjauhkan kita dari Allah 

dan sorga. Kita memiliki musuh-musuh yang harus kita perangi, 

seorang pemimpin yang untuk-Nya kita berperang, panji yang di 

bawahnya kita berperang, dan aturan-aturan perang khusus yang 

harus kita gunakan untuk mengatur diri kita sendiri. “Akhirnya (ay. 

10), abdikanlah dirimu untuk mengerjakan pekerjaan dan kewajiban-

mu sebagai prajurit-prajurit Kristen.“ Nah, seorang prajurit diharus-

kan berhati kuat dan dipersenjatai dengan baik. Jika orang-orang 

Kristen menjadi prajurit Yesus Kristus, 

I. Mereka harus mengerti bahwa mereka harus berhati kuat. Hal ini 

ditentukan di sini: Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, dan 

seterusnya. Orang-orang yang harus berjuang dalam banyak se-

kali pertempuran, dan yang, dalam perjalanan mereka ke sorga, 

harus menerobos setiap penghalang, dengan kekuatan pedang, 

memerlukan banyak keberanian. Oleh sebab  itu hendaklah kamu 

kuat, kuat dalam melayani, kuat dalam menanggung penderitaan, 

kuat dalam bertempur. Sekalipun seorang prajurit dipersenjatai 

dengan sangat baik secara jasmani, namun  jika di dalam batinnya 

dia tidak memiliki hati yang baik, maka perlengkapan senjatanya 

hanya akan sedikit bermanfaat baginya. Perhatikanlah, kekuatan 

rohani dan keberanian sangat perlu untuk peperangan rohani 

kita. Kuatlah di dalam Tuhan, dalam perkara-Nya dan untuk ke-

pentingan-Nya, atau lebih tepatnya dalam kekuatan-Nya. Kita 

tidak memiliki cukup kekuatan dari diri kita sendiri. Keberanian 

alamiah kita benar-benar pengecut, dan kekuatan alamiah kita 

benar-benar lemah, namun seluruh kecukupan kita berasal dari 

Allah. Dalam kekuatan-Nya kita harus maju dan terus maju. 

Dengan tindakan-tindakan iman, kita harus menimba anugerah 

dan pertolongan dari sorga untuk memampukan kita melakukan 

hal yang kita sendiri tidak dapat melakukannya, dalam pekerjaan 

dan peperangan kristiani kita. Kita harus bangkit untuk menolak 

godaan dengan bergantung kepada kecukupan Allah yang sem-

purna dan kekuatan-Nya yang mahakuasa. 


 240

II. Mereka harus dipersenjatai dengan baik: “Kenakanlah seluruh per-

lengkapan senjata Allah (ay. 11), pergunakanlah seluruh perleng-

kapan pertahanan dan persenjataan yang layak untuk memukul 

mundur godaan dan tipu muslihat Iblis. Dapatkan dan terapkan 

seluruh anugerah kristiani, seluruh perlengkapan senjata, sehing-

ga tidak ada bagian yang telanjang dan terbuka bagi musuh.“ 

Perhatikanlah, orang-orang yang ingin dapat memiliki anugerah 

sejati harus bertujuan mendapatkan semua anugerah, seluruh 

perlengkapan senjata. Ini disebut perlengkapan senjata Allah, 

sebab  Dia-lah yang mempersiapkan dan melimpahkannya. Kita 

tidak memiliki perlengkapan senjata sendiri yang akan menjadi 

senjata ampuh dalam masa pencobaan. Tidak ada yang akan 

membuat kita berdiri teguh selain perlengkapan senjata Allah. 

Perlengkapan senjata ini dipersiapkan untuk kita, namun kita 

harus mengenakannya. Artinya, kita harus berdoa meminta anu-

gerah, kita harus menggunakan anugerah yang diberikan kepada 

kita, dan mengeluarkannya dalam bentuk tindakan dan pelak-

sanaan pada saat diperlukan. Alasan yang diberikan mengapa 

orang Kristen harus seluruhnya dipersenjatai adalah supaya 

kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis. Supaya kita 

dapat menahan, dan menanggulangi, meskipun Iblis menyerang 

dengan segala usaha, baik dengan kekuatan maupun tipu daya, 

segala kebohongan yang dia sajikan kepada kita, semua perang-

kap yang dia pasang untuk kita, dan seluruh akal bulusnya ter-

hadap kita. Rasul Paulus menguraikan hal ini dengan panjang 

lebar di sini, dan menunjukkan, 

1.  Apa bahaya yang kita hadapi, dan apa gunanya kita harus 

mengenakan seluruh perlengkapan senjata, mengingat musuh 

seperti apa yang harus kita hadapi, yaitu Iblis dan seluruh 

kuasa kegelapan. sebab  perjuangan kita bukanlah melawan 

darah dan daging, dan seterusnya (ay. 12). Pertempuran yang 

untuknya kita harus mempersiapkan diri bukanlah melawan 

musuh dalam bentuk manusia biasa, bukan sekadar melawan 

manusia yang terdiri dari darah dan daging, atau melawan 

sifat cemar kita sendiri saja, melainkan melawan beberapa 

tingkatan roh-roh jahat, yang memiliki sebuah pemerintahan 

yang mereka jalankan di dunia ini. 

Surat Efesus 6:10-18 

 241 

(1) Kita harus berhadapan dengan musuh yang licik, musuh 

yang menggunakan tipu daya dan muslihat, seperti pada 

ayat 11. Dia memiliki seribu cara untuk memperdayai jiwa 

yang goyah. sebab  itu dia disebut seekor ular sebab  keli-

cikannya, seekor ular tua, berpengalaman dalam keahlian 

dan keterampilan menggoda. 

(2) Dia adalah musuh yang kuat: Pemerintah-pemerintah, dan 

penguasa-penguasa, dan penghulu-penghulu. Mereka ba-

nyak, mereka kuat, dan berkuasa dalam bangsa-bangsa ka-

fir yang masih dalam kegelapan. Bagian-bagian dunia yang 

gelap adalah tempat kerajaan Iblis. Ya, mereka merampas 

kekuasaan penguasa-penguasa atas seluruh manusia yang 

masih dalam keadaan berdosa dan tidak mengerti. Kerajaan 

Iblis adalah kerajaan kegelapan, sedangkan kerajaan Kristus 

adalah kerajaan terang. 

(3) Mereka adalah musuh-musuh rohani. Kejahatan rohani di 

tempat-tempat tinggi (KJV), atau roh-roh jahat, seperti terje-

mahan sebagian orang (termasuk terjemahan LAI). Iblis 

adalah roh, roh yang jahat, dan bahaya yang kita hadapi 

lebih besar dari musuh-musuh kita sebab  mereka tidak 

terlihat, dan menyerang kita sebelum kita sadar tentang 

mereka. Setan-setan adalah roh-roh jahat, dan mereka ter-

utama menggganggu orang-orang kudus dengan, dan 

menghasut mereka supaya melakukan, kejahatan-kejahat-

an rohani, kesombongan, kedengkian, kebencian, dan se-

bagainya. Musuh-musuh ini dikatakan ada di udara (KJV: di 

tempat-tempat tinggi), atau di angkasa, demikianlah kata 

yang dipakai, menduduki langit (seperti yang dikatakan 

orang) seluruhnya, atau menyebar di udara antara bumi 

dan bintang-bintang, udara sebagai tempat asal setan-se-

tan menyerang kita. Atau artinya bisa juga, “Perjuangan 

kita mengenai tempat-tempat sorgawi atau hal-hal sorga-

wi,“ demikianlah tafsiran kuno. Musuh-musuh kita ber-

juang untuk mencegah kenaikan kita ke sorga, untuk men-

jauhkan kita dari berkat-berkat sorgawi dan untuk meng-

halangi persekutuan kita dengan sorga. Mereka menyerang 

kita dalam hal-hal yang merupakan milik jiwa kita, dan 

berusaha merusak gambaran sorgawi di dalam hati kita. 

Oleh sebab  itu kita harus berjaga-jaga terhadap mereka. 


 242

Kita memerlukan iman dalam peperangan kristiani kita, 

sebab  kita memiliki musuh-musuh rohani yang harus 

dihadapi, dan iman dalam pekerjaan kristiani kita, sebab  

kita memiliki kekuatan rohani yang harus diperoleh. Jadi, 

itulah bahaya yang kamu hadapi. 

2. Kewajiban kita adalah mengambil dan mengenakan seluruh 

perlengkapan senjata Allah, dan lalu berdiri teguh, dan mela-

wan musuh-musuh kita. 

(1) Kita harus mengadakan perlawanan (ay. 13). Kita tidak bo-

leh menyerah kepada daya pikat dan serangan Iblis, me-

lainkan melawannya. Iblis dikatakan bangkit melawan kita 

(1Taw. 21:1). Jika dia bangkit melawan kita, kita harus 

bangkit melawan dia. Tetapkan hati, dan jalan terus, untuk 

melawan Iblis. Iblis adalah si jahat, dan kerajaannya ada-

lah kerajaan dosa. Bangkit melawan Iblis berarti berjuang 

melawan dosa. Supaya kamu dapat mengadakan perlawan-

an pada hari yang jahat itu, pada hari pencobaan, atau 

penderitaan menyakitkan apa pun. 

(2) Kita harus berdiri teguh. Dan tetap berdiri, sesudah kamu 

menyelesaikan segala sesuatu. Kita harus bertekad, dengan 

anugerah Allah, tidak akan menyerah kepada Iblis. Lawan-

lah dia, maka dia akan lari. Jika kita tidak mempercayai 

perkara kita, atau pemimpin kita, atau perlengkapan sen-

jata kita, maka kita memberi dia keuntungan. Urusan kita 

saat ini adalah melawan serangan Iblis, dan bertahan ter-

hadap serangan itu. Dan kemudian, sesudah  menyelesaikan 

segala sesuatu yang wajib dilakukan oleh prajurit-prajurit 

Yesus Kristus yang baik, peperangan kita akan selesai, dan 

kita akhirnya akan menang. 

(3)  Kita harus berdiri dengan dipersenjatai, dan hal inilah yang 

paling banyak dibahas di sini. Inilah orang Kristen dengan 

perlengkapan senjata yang lengkap, dan perlengkapan sen-

jatanya bersifat ilahi: Perlengkapan senjata Allah, perleng-

kapan senjata terang (Rm. 13:12). Senjata-senjata keadilan 

(2Kor. 6:7). Rasul Paulus memerincikan perlengkapan sen-

jata ini, baik untuk menyerang maupun bertahan. Ikat 

pinggang atau sabuk militer, baju zirah (KJV: penutup 

dada), penutup kaki (atau sepatu prajurit), perisai, keto-

Surat Efesus 6:10-18 

 243 

pong, dan pedang. Tampak bahwa, di antara semua itu, 

tidak ada yang untuk punggung. Jika kita membelakangi 

musuh, kita tidak terlindung. 

[1] Kebenaran atau ketulusan adalah ikat pinggang kita 

(ay. 14). Dinubuatkan tentang Kristus (Yes. 11:5) bahwa 

Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetia-

an, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang. 

Apa yang menjadi ikat pinggang Kristus harus menjadi 

ikat pinggang semua orang Kristen juga. Allah meng-

inginkan kebenaran, yaitu, ketulusan, di dalam batin. 

Ini adalah kekuatan di pinggang kita, yang mengikat 

semua perlengkapan senjata lainnya, dan oleh sebab  

itu disebutkan pertama. Saya tidak tahu bahwa ada 

agama tanpa ketulusan. Sebagian orang memahaminya 

sebagai ajaran kebenaran-kebenaran Injil. Kebenaran-

kebenaran itu harus melekat kepada kita seperti ikat 

pinggang melekat pada pinggang (Yer. 13:11). Ini akan 

mengendalikan diri kita dari kebebasan tanpa agama 

dan tanpa moral, seperti ikat pinggang mengendalikan 

dan menahan tubuh. Ini adalah ikat pinggang prajurit 

Kristen. Tanpa mengenakan ikat pinggang ini, dia tidak 

mendapatkan berkat. 

[2] Keadilan harus menjadi baju zirah kita. Baju zirah meng-

amankan organ-organ tubuh yang penting, melindungi 

jantung atau hati. Keadilan Kristus yang dilekatkan ke-

pada kita merupakan baju zirah kita terhadap panah-

panah murka ilahi. Keadilan Kristus yang tertanam di 

dalam diri kita adalah baju zirah kita untuk memben-

tengi hati terhadap serangan-serangan yang dilancarkan 

Iblis terhadap kita. Rasul Paulus menjelaskan hal ini 

dalam 1 Tesalonika 5:8, Berbajuzirahkan iman dan kasih. 

Iman dan kasih merangkum seluruh anugerah kristiani, 

sebab  dengan iman kita dipersatukan dengan Kristus 

dan dengan kasih dipersatukan dengan saudara-sau-

dara kita. Hal-hal ini akan menunjukkan ketaatan yang 

tekun dalam melakukan kewajiban kita kepada Allah, 

dan berperilaku yang baik terhadap manusia, dalam 

segala tugas keadilan, kebenaran, dan kebaikan kepada 

sesama. 


 244

[3] Ketetapan hati harus menjadi seperti penutup bagi kaki 

kita. Kakimu berkasutkan kerelaan (KJV: kesiapan) untuk 

memberitakan Injil damai sejahtera (ay. 15). Sepatu, 

atau penutup kaki dari tembaga, atau yang seperti itu, 

dahulu merupakan bagian dari perlengkapan senjata 

militer (1Sam. 17:6). Penggunaannya adalah untuk me-

lindungi kaki dari perangkap, dan kayu-kayu tajam, 

yang biasa diletakkan tersembunyi di jalan, untuk 

menghalangi barisan musuh, sebab  orang-orang yang 

jatuh di atasnya tidak dapat berbaris. Kerelaan (KJV: 

kesiapan) untuk memberitakan Injil damai sejahtera me-

nyiratkan keadaan hati yang siap dan memiliki tekad, 

untuk setia kepada Injil dan tunduk kepadanya. Ini 

akan memampukan kita untuk berjalan dengan lang-

kah yang tetap dalam jalan agama, biarpun ada kesulit-

an-kesulitan dan bahaya-bahaya di dalamnya. Disebut 

Injil damai sejahtera sebab  membawa segala macam 

perdamaian, perdamaian dengan Allah, dengan diri kita 

sendiri, dan dengan satu sama lain. Ini juga bisa berarti 

menyiapkan jalan bagi penyambutan Injil, yaitu perto-

batan. Inilah yang harus menjadi kasut bagi kaki kita, 

sebab  dengan hidup dalam pertobatan kita dipersenja-

tai terhadap godaan untuk berbuat dosa, dan rancang-

an-rancangan musuh besar kita. Dr. Whitby berpikir ini 

mungkin adalah pengertian kata-kata tersebut: “Supaya 

kamu siap bertempur, kenakanlah kasut Injil damai 

sejahtera, berusaha keras memiliki pikiran yang suka 

damai dan tenang seperti yang diminta dalam Injil. Ja-

nganlah mudah dihasut, atau mudah bertengkar, me-

lainkan tunjukkanlah segala kelembutan dan segala 

kesabaran kepada semua orang. Dan ini pasti akan me-

lindungi kamu dari banyak godaan dan penganiayaan 

hebat, seperti sepatu tembaga yang melindungi prajurit-

prajurit dari perangkap-perangkap itu,“ dan sebagainya. 

[4] Iman harus menjadi perisai kita. Dalam segala keadaan 

(KJV: di atas segalanya), atau yang paling utama, per-

gunakanlah perisai iman (ay. 16). Ini lebih perlu dari-

pada yang mana pun di antara hal-hal tersebut. Iman 

adalah segala-galanya bagi kita dalam masa pencobaan. 

Surat Efesus 6:10-18 

 245 

Baju zirah melindungi organ-organ penting, namun de-

ngan perisai kita berputar ke segala arah. Inilah keme-

nangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Kita harus 

sepenuhnya yakin pada kebenaran seluruh janji dan 

ancaman Allah, sebab  iman yang demikianlah yang sa-

ngat berguna melawan godaan. Pertimbangkanlah iman 

sebagai dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan 

dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat, dan 

iman akan tampak memiliki manfaat yang mengagum-

kan untuk tujuan ini. Iman, seperti halnya menerima 

Kristus dan manfaat-manfaat penebusan, juga memper-

oleh anugerah dari-Nya, dan iman adalah seperti se-

buah perisai, sejenis pertahanan yang berlaku untuk 

apa saja. Musuh kita Iblis di sini disebut si jahat. Dia 

jahat dari dalam dirinya sendiri, dan dia berusaha keras 

membuat kita menjadi jahat. Godaan-godaannya dise-

but panah, sebab  melaju dengan sangat cepat dan 

tidak terlihat, dan menimbulkan luka yang dalam pada 

jiwa. Disebut panah api, dengan mengibaratkan panah 

beracun yang biasanya membuat panas bagian-bagian 

yang dilukainya, dan oleh sebab  itu disebut demikian, 

seperti ular dengan sengatan beracun disebut ular api. 

Godaan-godaan hebat yang membuat jiwa terbakar api 

neraka, adalah panah-panah yang Iblis tembakkan ke 

arah kita. Iman adalah perisai yang dengannya kita ha-

rus memadamkan panah-panah api ini, saat  kita 

akan menerima panah-panah tersebut, dan dengan 

demikian melumpuhkan panah-panah itu, supaya tidak 

bisa mengenai kita, atau setidaknya tidak bisa melukai 

kita. Perhatikanlah, iman, yang bertindak berdasar  

firman Allah dan menerapkannya, yang bertindak ber-

dasarkan anugerah Kristus dan mendayagunakannya, 

memadamkan panah-panah godaan. 

[5] Keselamatan harus menjadi ketopong kita (ay. 17), yaitu 

pengharapan yang tertuju kepada keselamatan, demi-

kian menurut 1 Tesalonika 5:8. Ketopong melindungi 

kepala. Pengharapan yang baik akan keselamatan, yang 

memiliki dasar yang baik dan dibangun dengan baik, 

akan menyucikan jiwa dan menjaganya supaya tidak di-


 246

cemarkan oleh Iblis, dan akan menenangkan jiwa dan 

menjaganya supaya tidak diganggu dan disiksa oleh 

Iblis. Iblis hendak menggoda kita supaya putus asa, te-

tapi pengharapan yang baik membuat kita tetap percaya 

di dalam Allah, dan bersukacita di dalam Dia. 

[6] Firman Allah adalah pedang Roh. Pedang adalah bagian 

yang sangat penting dan berguna dari perlengkapan 

seorang prajurit. Firman Allah sangat penting, dan 

memiliki manfaat yang sangat besar bagi orang Kristen, 

untuk bertahan dalam peperangan rohani dan berhasil 

di dalamnya. Firman Allah disebut pedang Roh, sebab  

didiktekan oleh Roh dan Dia membuatnya berhasil dan 

sangat kuat, dan lebih tajam dari pada pedang bermata 

dua. Seperti pedang Goliat, tidak ada tandingannya. 

Dengan pedang ini kita menyerang si penyerang. Per-

nyataan-pernyataan Alkitab adalah pernyataan-pernya-

taan yang paling penuh kuasa untuk menolak godaan. 

Kristus sendiri menolak godaan Iblis dengan “Ada 

tertulis“ (Mat. 4:4, 6-7, 10). Firman Allah, yang tersim-

pan di dalam hati, akan melindungi dari dosa (Mzm. 

119:11), dan akan melumpuhkan dan mematikan hawa 

nafsu dan kebejatan yang tersembunyi di situ. 

[7] Doa harus mengaitkan semua bagian lain dari perleng-

kapan senjata kristiani kita (ay. 18). Kita harus mengga-

bungkan doa dengan semua anugerah ini, supaya bisa 

bertahan melawan musuh-musuh rohani, yaitu dengan 

sungguh-sungguh memohon pertolongan dan bantuan 

Allah, saat diperlukan. Dan kita harus senantiasa ber-

doa. Bukan seolah-olah kita tidak perlu lagi melakukan 

apa pun yang lain kecuali berdoa, sebab  kita juga 

mempunyai tugas-tugas keagamaan lainnya dan tugas-

tugas sesuai kedudukan kita masing-masing di dunia, 

yang harus dilakukan pada tempat dan waktunya. Se-

baliknya, kita harus memelihara waktu-waktu doa yang 

tetap, dan terus-menerus melakukannya. Kita harus 

berdoa pada segala kesempatan, dan sesering keperluan 

kita dan orang lain membutuhkan kita untuk berdoa. 

Kita harus selalu memelihara kecondongan untuk ber-

doa, dan harus memadukan doa seruan permohonan 

Surat Efesus 6:10-18 

 247 

yang singkat, tiba-tiba, dan langsung dari hati dengan 

tugas-tugas lain, dan dengan urusan biasa. Walaupun 

doa yang tetap dan khidmat terkadang mungkin tidak 

dapat dilakukan (seperti saat  ada tugas-tugas lain 

yang harus dikerjakan), namun seruan spontan yang 

saleh tidak pernah demikian. Kita harus berdoa dalam 

segala doa dan permohonan. Dengan segala macam doa: 

di depan umum, pribadi, dan rahasia, bersama-sama 

dan sendiri, khidmat dan tiba-tiba. Dengan seluruh ba-

gian doa: pengakuan dosa, permohonan belas kasihan, 

dan pengucapan syukur untuk anugerah-anugerah yang 

telah diterima. Kita harus berdoa di dalam Roh. Roh kita 

harus digunakan dalam tugas tersebut, dan kita harus 

melakukannya dengan anugerah dari Roh Allah yang 

baik. Kita harus berjaga-jaga di dalam doa, berusaha 

keras mempertahankan hati kita dalam sikap doa, dan 

mengambil semua kesempatan, dan memanfaatkan se-

gala kesempatan, untuk tugas tersebut. Kita harus ber-

jaga-jaga terhadap segala dorongan hati kita sendiri ter-

hadap tugas tersebut. saat  Allah mengatakan: “Cari-

lah wajah-Ku,“ hati kita harus tunduk (Mzm. 27:8). Ini 

harus kita lakukan dengan tak putus-putusnya. Kita 

harus mematuhi kewajiban untuk berdoa, apa pun 

perubahan yang mungkin terjadi pada keadaan lahiriah 

kita. Dan kita harus tetap demikian selama kita hidup di 

dunia. Kita harus tekun dalam doa yang khusus,  tidak 

mempersingkatnya, saat  hati kita ingin berpanjang 

lebar, dan ada waktu yang tepat untuk itu, dan kita 

membutuhkannya. Kita harus tekun juga dalam permin-

taan-permintaan khusus, walaupun kita sedang meng-

alami kekecewaan dan penolakan. Dan kita harus ber-

doa dengan permohonan, bukan hanya untuk diri kita 

sendiri saja, melainkan untuk segala orang kudus, kare-

na kita adalah sesama anggota. Perhatikanlah, tidak 

ada orang yang betul-betul kudus dan ada dalam ke-

adaan yang sangat baik di dunia ini, dan sebab  itu me-

reka membutuhkan doa kita, dan mereka harus mem-

perolehnya. Rasul Paulus melanjutkan dari sini untuk 

menyimpulkan isi surat ini. 


 248

Kesimpulan 

(6:19-24) 

19 juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikarunia-

kan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan 

rahasia Injil, 20 yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah 

supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya 

aku berbicara. 21 Supaya kamu juga mengetahui keadaan dan hal ihwalku, 

maka Tikhikus, saudara kita yang kekasih dan pelayan yang setia di dalam 

Tuhan, akan memberitahukan semuanya kepada kamu. 22 Dengan maksud 

inilah ia kusuruh kepadamu, yaitu supaya kamu tahu hal ihwal kami dan 

supaya ia menghibur hatimu. 23 Damai sejahtera dan kasih dengan iman dari 

Allah, Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai sekalian saudara. 24 

Kasih karunia menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus 

Kristus dengan kasih yang tidak binasa. 

Di sini, 

I. Dia ingin mereka berdoa untuknya (ay. 19). sesudah  menyebutkan 

permohonan untuk segala orang kudus, dia menempatkan dirinya 

sebagai salah satu dari orang-orang kudus itu. Kita harus berdoa 

untuk semua orang kudus, dan terutama untuk hamba-hamba 

Allah yang setia. Saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya 

firman Tuhan mengalir dan dimuliakan. Amatilah apa yang dia 

ingin mereka doakan untuk dia: “Supaya kepadaku dikaruniakan 

perkataan yang benar. Supaya aku dilapangkan dari hal-hal yang 

mengekangku saat ini, dan dengan demikian memiliki kebebasan 

untuk menyebarluaskan iman kepada Kristus. Supaya aku memi-

liki kemampuan untuk menyatakan maksudku dengan cara yang 

sesuai dan pantas. Dan dengan keberanian, jika aku membuka 

mulutku, yaitu, supaya aku dapat menyampaikan seluruh kebijak-

sanaan Allah, tanpa sedikit pun rasa takut, rasa malu, atau sikap 

memihak yang tercela.“ Memberitakan rahasia Injil, beberapa 

orang memahaminya sebagai bagian Injil yang berkaitan dengan 

panggilan untuk orang-orang bukan Yahudi, yang sampai saat 

itu, sebagai sebuah rahasia, tersembunyi. namun  seluruh Injil 

adalah sebuah rahasia, sampai diungkapkan oleh wahyu ilahi, 

dan pekerjaan hamba-hamba Kristus adalah memberitakannya. 

Perhatikanlah, Paulus memiliki penguasaan bahasa yang sangat 

baik. Mereka memanggil dia Hermes, sebab  dia adalah pembicara 

utama (Kis. 14:12), namun  walaupun demikian dia ingin agar te-

man-temannya meminta dari Allah karunia perkataan untuk dia. 

Dia adalah seseorang yang sangat berani, dan sering membuat

Surat Efesus 6:19-24 

 249 

dirinya menonjol sebab  hal itu, namun dia ingin agar mereka 

berdoa supaya Allah memberi dia keberanian. Dia tahu apa yang 

harus dikatakan seperti orang lain mana pun, namun dia ingin 

agar mereka berdoa untuk dia, supaya dia dapat berbicara seba-

gaimana seharusnya dia berbicara. Alasan yang menguatkan per-

mintaannya adalah bahwa untuk kepentingan Injil dia telah 

menjadi utusan yang dipenjarakan (ay. 20). Dia dianiaya dan di-

penjarakan sebab  memberitakan Injil. Namun, meskipun demi-

kian, dia melanjutkan misi sebagai utusan yang dipercayakan 

kepadanya oleh Kristus, dan tetap memberitakannya. Amatilah, 

1. Bukanlah hal baru bagi hamba-hamba Kristus jika mereka di-

penjarakan. 

2. Sulit bagi mereka untuk berbicara dengan berani saat  mere-

ka ada dalam keadaan demikian. 

3. Hamba-hamba yang terbaik dan paling cemerlang memerlukan 

dan dapat menerima keuntungan dari doa orang-orang Kristen 

yang baik. Oleh sebab  itu mereka sungguh-sungguh meminta su-

paya didoakan. sesudah  meminta mereka untuk berdoa baginya, 

II. Paulus meminta mereka menerima Tikhikus (ay. 21-22). Dia me-

ngirim Tikhikus dengan surat ini, supaya Tikhikus dapat memberi 

tahu mereka apa yang sudah disampaikan kepada jemaat-jemaat 

lain, yaitu, bagaimana keadaannya, dan apa yang dia lakukan, 

bagaimana dia diperlakukan oleh orang-orang Romawi di penjara, 

dan bagaimana dia bersikap dalam keadaannya saat ini. Hamba-

hamba yang baik menginginkan supaya teman-teman Kristen 

mereka mengetahui keadaan mereka, supaya teman-teman itu 

juga tahu keadaan teman-teman mereka, sebab  dengan cara ini 

mereka dapat saling membantu dengan lebih baik melalui doa-

doa. Dan supaya ia menghibur hatimu, dengan memberikan kabar 

tentang penderitaan-penderitaannya, tentang penyebabnya, dan 

tentang ketenangan pikiran dan perilakunya selama menderita. 

Dengan demikian ia dapat mencegah mereka kehilangan sema-

ngat sebab  kesengsaraannya, dan bahkan, ia bisa menyampai-

kan rasa sukacita dan syukur kepada mereka. Dia memberi tahu 

mereka bahwa Tikhikus adalah saudara kita yang kekasih dan 

pelayan yang setia di dalam Tuhan. Dia adalah seorang Kristen 

yang tulus, dan sebab nya seorang saudara di dalam Kristus. Dia 

adalah seorang pelayan yang setia dalam pekerjaan Kristus, dan 


 250

sangat dikasihi oleh Paulus. Ini membuat kasih Paulus untuk 

orang-orang Kristen di Efesus ini lebih tampak lagi, yaitu bahwa 

dia rela berpisah saat itu dengan seorang teman yang sangat 

akrab dan dikasihinya untuk kepentingan mereka. Ia bersedia 

melakukannya, padahal ia sangat senang dengan dan memerlu-

kan Tikhikus untuk menemaninya. Namun hamba Yesus Kristus 

yang setia biasanya lebih mengutamakan kebaikan orang banyak 

daripada kepentingan perorangan atau pribadi mereka sendiri. 

III. Dia mengakhiri dengan keinginan-keinginan dan doa-doa yang 

baik untuk mereka, dan bukan hanya untuk mereka saja, melain-

kan untuk semua saudara (ay. 23-24). Ucapan berkatnya yang 

biasa adalah, Kasih karunia dan damai sejahtera, namun  di sini 

menjadi, Damai sejahtera dan kasih dengan iman. Damai sejah-

tera harus kita pahami sebagai segala macam perdamaian, yaitu 

damai dengan Allah, damai dengan hati nurani, damai di antara 

umat sendiri. Dan segala kemakmuran lahiriah tercakup dalam 

kata tersebut. Seolah-olah dia mengatakan: “Aku menginginkan 

agar kebahagiaanmu terus berlanjut dan bertambah-tambah.” 

Dan kasih dengan iman. Ini menjelaskan sebagian dari apa yang 

dia maksudkan dengan kasih karunia pada ayat selanjutnya. Bu-

kan hanya kasih karunia yang tersedia, atau kasih dan kemurah-

an hati Allah, melainkan kasih karunia yang mengalir, kasih 

karunia Roh yang mengalir dari asas ilahi itu, iman dan kasih 

termasuk semua yang lainnya. Kelanjutan dan pertambahan dari 

hal-hal inilah yang dia inginkan bagi mereka, yang sudah dimulai 

di dalam diri mereka. Selanjutnya, Dari Allah, Bapa, dan seterus-

nya. Segala kasih karunia dan berkat-berkat diperoleh orang-

orang kudus dari Allah, melalui jasa dan perantaraan Yesus Kris-

tus Tuhan kita. Ucapan berkat penutup ini lebih luas daripada 

yang sebelumnya, sebab  dalam ucapan tersebut dia berdoa un-

tuk semua orang percaya sejati di Efesus, dan di semua tempat 

lain mana pun. Sifat sejati semua orang kudus adalah mengasihi 

Tuhan kita Yesus Kristus. Kasih kita kepada Kristus tidak dapat 

diterima, kecuali jika tulus. Sungguh, tidak ada kasih kepada 

Kristus, betapapun manusia berpura-pura, jika tidak ada ketulus-

an. Ayat itu dapat dibaca sebagai: Kasih karunia menyertai semua 

orang yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dalam ketidak-

binasaan (KJV: dalam ketulusan) (ay. 24). Orang-orang demikian 

Surat Efesus 6:19-24 

 251 

akan terus mengasihi Dia, tidak dirusakkan oleh segala macam 

godaan apa pun. Kasihnya kepada Dia tidak dicemarkan oleh 

hawa nafsu yang bertentangan, atau kasih kepada apa pun yang 

tidak menyenangkan hati-Nya. Kasih karunia, yaitu, kemurahan 

hati Allah, dan segala yang baik (rohani dan duniawi), yaitu hasil 

dari kasih karunia, sedang dan akan menyertai semua orang yang 

mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus seperti itu. Dan keinginan 

dan doa setiap orang yang mengasihi Kristus adalah, atau seha-

rusnya adalah, supaya semua kawan Kristennya dapat seperti itu. 

Amin, terjadilah demikian. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

T A F S I R A N  M A T T H E W  H E N R Y  

Surat  

Filipi 

   

 

  

 

 

 

 

 

 

TAFSIRAN  

SURAT FILIPI  


ilipi adalah sebuah kota utama di kawasan barat Makedonia, 

prōtē tēs meridos tēs Makedonias polis (Kis. 16:12). Nama kota ini 

diambil dari nama Filipus, raja terkenal dari Makedonia, yang mem-

perbaiki dan memperindah kota itu, dan di kemudian hari dijadikan 

sebagai salah satu wilayah jajahan Romawi. Tidak jauh dari kota ini 

terletak Campi Philippici, tempat luar biasa yang menjadi terkenal 

sebagai ajang pertempuran antara Julius Caesar dan Pompei Agung, 

dan juga antara Agustus dan Antonius di satu pihak melawan 

Cassius dan Brutus di pihak lain. Namun, bagi orang-orang Kristen, 

kota itu menjadi kota yang paling istimewa sebab  surat kerasulan 

ini, yang ditulis oleh Rasul Paulus saat  ia menjadi tahanan penjara 

di kota Roma pada tahun 62 Masehi. Tampaknya Rasul Paulus 

menaruh kebaikan hati yang khusus bagi jemaat di Filipi ini, di mana 

ia sendiri telah menjadi alat dalam menanam benih-benih untuk 

membangun jemaat. Walaupun ia harus memelihara semua jemaat, 

menurut surat ini, namun ia memiliki kepedulian khusus, bagaikan 

seorang bapa yang lemah lembut, bagi jemaat ini. Bagi orang-orang 

yang kepada mereka Allah telah mengutus kita untuk melakukan 

suatu pekerjaan baik, kita harus giat dan sepenuhnya terlibat dalam 

mengusahakan yang lebih baik lagi. Rasul Paulus menganggap mere-

ka seperti anak-anaknya sendiri, dan sesudah  memperanakkan mereka 

melalui Injil itu, ia sangat ingin untuk mengasuh dan merawat mereka 

dengan Injil yang sama pula.  


 256

I. Rasul Paulus telah dipanggil dengan cara yang luar biasa untuk 

memberitakan Injil di Filipi (Kis. 16:9). saat  itu ia mendapat 

penglihatan pada waktu malam, ada seorang Makedonia berdiri di 

situ dan berseru kepadanya, katanya: “Menyeberanglah ke mari 

dan tolonglah kami!” Ia melihat bahwa Allah berjalan di hadapan-

nya, dan menjadi terdorong untuk menggunakan segala macam 

sarana untuk melaksanakan pekerjaan baik yang telah dimulai di 

antara mereka, serta membangun di atas dasar yang telah diletak-

kan.  

II. Di Filipi Rasul Paulus harus menghadapi kesukaran yang luar 

biasa. Ia disesah dan dilemparkan ke dalam penjara (Kis. 16:23-

24). Namun, ia tidak mengurangi kebaikannya kepada tempat itu 

sebab  kesukaran yang ia jumpai di sana. Kita tidak boleh me-

ngurangi kasih kita kepada sahabat-sahabat kita sebab  perlaku-

an buruk yang ditimpakan oleh musuh kepada kita.  

III. Pada mulanya jemaat di sana sangat kecil. Dimulai dengan Lidia 

yang bertobat dan percaya, kemudian si kepala penjara, dan bebe-

rapa orang lagi. Walaupun demikian, hal itu tidak mengecilkan 

hati sang rasul. Jika yang baik tidak dapat dilakukan terlebih da-

hulu, hal itu dapat dilakukan kemudian, dan pekerjaan terakhir 

akan menjadi lebih berlimpah-limpah. Kita tidak boleh berkecil 

hati melihat permulaan yang kecil.  

IV. Tampaknya, dari banyak bagian di dalam surat kerasulan ini, 

dapat dilihat bahwa jemaat Filipi bertumbuh menjadi jemaat yang 

berhasil, dan khususnya para saudara di sana menjadi sangat 

baik kepada Rasul Paulus. Ia telah menuai harta duniawi mereka, 

dan mengembalikannya dengan harta rohani. Ia mengakui telah 

menerima pemberian yang dikirimkan kepadanya (4:18), semen-

tara pada waktu itu tidak ada satu pun jemaat lain yang meng-

adakan pembicaraan mengenai memberi dan menerima (4:15). Di 

dalam surat kerasulan ini ia memberikan kepada mereka upah 

nabi dan rasul, yang jauh lebih berharga daripada beribu-ribu 

emas dan perak.  

 

 

PASAL  1  

asul Paulus memulai pasal ini dengan pesan pembukaan dan 

doa berkat (ay. 1-2). Ia mengucap syukur atas orang-orang kudus 

di Filipi (ay. 3-6). Ia menyatakan kasih sayang dan kepeduliannya 

yang besar atas kesejahteraan rohani mereka (ay. 7-8). Ia berdoa bagi 

mereka (ay. 9-11). Kepeduliannya supaya mereka jangan sampai 

merasa gusar atas penderitaannya (ay. 12-20). Kesiapannya untuk 

mempermuliakan Kristus melalui kehidupan dan kematiannya (ay. 

21-26), dan kemudian ia menutup pasal ini dengan nasihat ganda 

supaya mereka tetap teguh (ay. 27-30). 

Doa Berkat Kerasulan 

(1:1-2)  

1. Dari Paulus dan Timotius, hamba-hamba Kristus Yesus, kepada semua 

orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi, dengan para penilik jemaat dan 

diaken. 2 Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari 

Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. 

Di sini kita dapati kata pembukaan dan doa berkat. Amatilah,  

I. Orang-orang yang menulis surat kerasulan ini, yaitu Paulus dan 

Timotius. Walaupun Paulus sendiri yang memperoleh pewahyuan 

ilahi, ia mengikutsertakan Timotius bersamanya, untuk menun-

jukkan kerendahan hatinya dan memberikan kehormatan kepada 

Timotius. Mereka yang sudah berusia lanjut, kuat, dan terkenal, 

harus menaruh rasa hormat serta mendukung nama baik orang-

orang yang lebih muda dan lebih lemah, serta yang kurang 

dikenal. Hamba-hamba Kristus Yesus, tidak saja dalam hubungan 

secara umum dengan Kristus sebagai murid-murid-Nya, namun  


 258

juga dalam pekerjaan pelayanan yang bersifat khusus, yaitu 

sebagai seorang rasul dan pemberita Injil. Amatilah, kehormatan 

tertinggi dari seorang rasul terbesar dan pelayan-pelayan Tuhan 

yang paling terkenal adalah menjadi hamba-hamba Yesus Kristus. 

Bukan menjadi tuan-tuan atas jemaat, melainkan menjadi 

hamba-hamba Kristus. Amatilah, 

II. Orang-orang yang menjadi tujuan surat itu. 

1. Kepada semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi. Rasul 

Paulus menyebutkan jemaat terlebih dahulu daripada para 

pelayan jemaat, sebab para pelayan itu ada untuk kepentingan 

jemaat, demi kemajuan dan manfaat rohaniah mereka. Bukan 

jemaat untuk para pelayan gereja, untuk keagungan mereka, 

kekuasaan mereka, dan kekayaan mereka. Bukan sebab  kami 

mau memerintahkan apa yang harus kamu percayai.... Sebalik-

nya, kami mau turut bekerja untuk sukacitamu (2Kor. 1:24). 

Mereka ini bukan saja hamba-hamba Kristus, melainkan juga 

hamba-hamba jemaat untuk kepentingan-Nya. Dan diri kami 

sebagai hambamu sebab  kehendak Yesus (2Kor. 4:5). Perhati-

kanlah, orang-orang Kristen di sini disebut sebagai orang-

orang kudus, dipisahkan untuk Allah, atau dikuduskan oleh 

Roh-Nya, baik melalui pengakuan yang dapat disaksikan oleh 

orang lain maupun melalui kekudusan mereka yang sebenar-

nya.