Tampilkan postingan dengan label alkitab polemik 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label alkitab polemik 3. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 Desember 2024

alkitab polemik 3


 ritakan 

kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan 

menolak Aku” 

Tindak perbuatan di atas merupakan hak istimewa seorang Mesias seperti 

yang diramalkan dalam Yesaya 29:18; 35:5-6; 61:1-3. Meskipun keraguan 

Yohanes itu wajar sebagai reaksi dari seorang manusia biasa. Maka Yesus 

mengakhiri jawaban-Nya dengan meneguhkan agar Yohanes tidak ragu. 

Mesias telah datang. Dan segalanya pasti akan diungkapkan pada 

waktunya. 

44. Ketika Yesus bersaksi tentang diri-Nya sendiri, apakah kesaksian-

Nya itu tidak benar (Yohanes 5:31), atau benar? (Yohanes 8:14) 

(Kategori: kurang memahami konteks historis) 

Menghadapkan ayat “Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri maka 

kesaksian-Ku itu tidak benar” (Yohanes 5:31) dengan ayat “Biarpun Aku 

bersaksi tentang diri-Ku sendiri, namun kesaksian-Ku itu benar” (Yohanes 

8:14), kesannya saling bertentangan satu sama lain. Tetapi itu hanya 

terjadi jika kita tidak menghiraukan konteksnya. 

Dalam Yohanes 5, Yesus berbicara mengenai bagaimana Ia tidak dapat 

mengaku-aku diri-Nya sendiri sebagai Mesias atau Anak Tuhan, kecuali jika 

hal itu sejalan dengan firman Tuhan sendiri. Artinya klaim Yesus itu harus 

menggenapi nubuat-nubuatan yang telah disampaikan dalam Perjanjian 

Lama. Tetapi  sebab  Yesus sudah menggenapi nubuat-nubuatan itu dan 

juga sudah disaksikan oleh Yohanes Pembaptis sebagai Mesias (padahal 

Yohanes adalah seorang nabi yang juga sudah dinubuatkan sebagai orang 

yang mempersiapkan jalan bagi sang Mesias, lihat nomor 34), maka Yesus 

tentulah benar Anak Tuhan sebagaimana yang diklaim-Nya untuk diriNya 

sendiri! Yesus menunjuk kitab suci orang Yahudi, “Kitab Suci inilah yang 

bersaksi tentang diri-Ku” 

[Ini amat berbeda dengan kesaksian Quran dan Muhammad yang dianggap 

satu, tanpa saksi,  sebab  Quran adalah klaim Muhammad sendiri yang 

mengatas-namakan wahyu Tuhan. Dengan kata lain, Muhammad 

membuktikan Tuhan dan Quran dengan mulutnya; dan sebaliknya Tuhan 

dan Quran (dari mulut Muhammad) membuktikan Muhammad! Ini tentu 

amat berlainan dengan kesaksian Kitab Suci Perjanjian Lama lewat nabi-

nabi lain, diluar diri Yesus, tentang Yesus] 

Di atas semua saksi-saksi ini, Yesus memiliki saksi, saksi yang justru 

dipermasalahkan oleh orang-orang Farisi: “Akulah yang bersaksi tentang 

diri-Ku sendiri, dan juga Bapa yang mengutus Aku.” (Ayat 18). Bukankah 

Sang Bapa sendiri telah menyaksikan AnakNya dengan suara lantang dari 

langit sesaat sesudah  Yesus dibaptis oleh Yohanes, “Engkaulah Anak yang 

Kukasihi, kepadaMu-lah Aku berkenan.” (Lukas 3:22). Bahwa Yesus 

menjawab mereka, “Biarpun Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, namun 

kesaksian-Ku itu benar.” Ini dikatakan  sebab  Dia tidak berbohong, dan 

tidak bisa berbohong. Dia adalah Mesias yang tidak berdosa yang datang 

dari Tuhan. Dengan demikian semua perkataan-Nya adalah benar dan 

dapat dipercaya sepenuhnya. 

45. Ketika Yesus masuk ke Yerusalem apakah Ia membersihkan Bait 

Suci pada hari yang sama (Matius 21:12) atau pada keesokan 

harinya? (Markus 11:1-17) 

(Kategori: salah memahami maksud penulis) 

Kunci untuk memahami pertentangan di atas terletak pada cerita Matius. 

Sesekali Matius menyusun penulisannya berdasarkan topik dan bukan 

mengikuti urutan waktu. Perhatikan butir no 46 untuk lebih jelasnya. 

Dengan pemahaman ini, mungkin saja Matius hanya bermaksud 

menghubungkan upaya pembersihan bait Suci dengan masuknya Yesus ke 

Yerusalem, walau pembersihan Bait Suci memang baru dilakukan pada 

keesokan harinya. Ayat 12 menyatakan bahwa „Yesus masuk ke Bait Suci‟ 

tetapi tidak disebutkan dengan jelas apakah hal itu dilakukan sebegitu Ia 

tiba di Yerusalem. Baru pada ayat 17 dikatakan bahwa Ia meninggalkan 

Yerusalem menuju Betania dan bermalam di situ. Markus 11:11 juga 

menunjukkan bahwa Ia pergi ke Betania untuk bermalam, tetapi hal itulah 

yang dilakukan oleh Yesus setiap malam selama seminggu itu mereka 

berada di Yerusalem. 

Matius 21:23 mengatakan: “Lalu Yesus masuk ke Bait Suci” sama seperti 

pada ayat 12. Tetapi Lukas 20:1 menceritakan bahwa “pada suatu hari 

ketika Yesus…di Bait Suci”, yang mana menunjukkan waktu yang tidak 

langsung menyambung waktu pengutukan pohon ara. 

Berdasarkan keterangan di atas, kemungkinan alurnya adalah sebagai 

berikut: Yesus datang ke Bait Suci ketika Ia dielu-elukan masuk menuju ke 

Yerusalem, berkeliling di sana dan kemudian beristirahat di Betania. 

Keesokan paginya Ia mengutuk pohon ara dalam perjalanan menuju 

Yerusalem (sehingga semua daun pada pohon itu kering dan layu) lalu 

membersihkan Bait Suci ketika Ia tiba disana. Kemudian Ia kembali lagi ke 

Betania malam itu, dan mungkin  sebab  saat itu sudah hampir malam, 

pohon ara yang layu itu tidak menjadi perhatian murid-muridNya. Baru 

pada keesokan paginya mereka melihat apa yang telah terjadi pada pohon 

ara ini . 

46. Matius 21:19 mengatakan bahwa pohon yang dikutuk oleh Yesus 

menjadi kering seketika itu juga sedangkan Markus 11:20 

menyebutkan bahwa itu baru terjadi keesokan harinya? 


(Kategori: salah memahami maksud penulis) 

Perbedaan yang ada  dalam Matius dan Markus sehubungan dengan 

pohon ara yang dikutuk Yesus, perlu dilihat dari cara mereka mengurut 

materi masing-masing untuk menyusun kitabnya. Jika kita melihat teknik 

penulisan yang digunakan Matius secara umum (seperti pada nomor 45 di 

atas) ia kadang kala menyusun cerita lebih berdasarkan urutan topik per 

topik daripada menggunakan urutan kronologis waktu seperti yang 

dilakukan oleh Markus dan Lukas. 

Misalnya, dalam matius 5-7, mengenai khotbah di bukit, sangat jelas 

bahwa beberapa diantara khotbah Yesus ini  terjadi pada saat yang 

berbeda, seperti halnya khotbah/ucapan bahagia dalam Lukas 6:20-49. 

Matius cenderung mengelompokkan isi/materinya menurut tema-tema 

dalam suatu rangkaian logis. Contoh lainnya, misalnya ada  dalam 

pasal 13 mengenai sederetan perumpamaan-perumpamaan tentang 

kerajaan surga, dimana sesudah  diperkenalkan tema-nya, Matius lalu 

cenderung menceritakan perumpamaan ini  hingga kesudahannya. 

Sedangkan jika kita membaca kisah di atas dari sudut pandang Markus, 

kita akan melihat kisahnya secara kronologis. Dalam kitab Markus 

diceritakan bahwa Yesus pergi ke Bait Suci pada hari Minggu dan kembali 

lagi ke sana pada keesokan Seninnya. Dari markus 11:11-19 jelas 

dinyatakan bahwa Yesus tidak mengusir para pedagang melainkan sampai 

hari senin, sesudah  ia mengutuk pohon ara (ayat 12-14). 

Kesimpulannya, Matius merasa bahwa ia lebih efektif mengelompokkan 

secara topikal perbuatan-perbuatan yang dilakukan pada minggu siang 

dengan pengamatan awal pada Senin siang. Sedangkan Markus memilih 

untuk menuliskan alur cerita berdasarkan kronologisnya. Jadi perbedaan-

perbedaan di atas bukan merupakan pertentangan, melainkan hanya 

menunjukkan perbedaan gaya yang penulis gunakan dalam menyusun 

kitab mereka masing-masing. 

47. Dalam Matius 26:48-50 dikatakan Yudas datang dan mencium 

Yesus, sedangkan dalam Yohanes 18:3-12 disebutkan Yudas tidak 

dapat mendekati Yesus untuk menciumnya? 

(Kategori: salah mengutip ayat) 

Tampaknya pertanyaan Shabbir di atas telah ditampilkan sebagai sebuah 

pertentangan semu,  sebab  tidak satupun ayat dalam Yohanes yang 

menyatakan (seperti yang dikemukakan oleh Shabbir) bahwa Yudas tidak 

dapat berada dekat-dekat dengan Yesus sehingga tidak dapat mencium-

Nya. Tidak dapat berada di dekat Yesus itu tidak ada hubungannya dengan 

apakah ia jadi mencium Yesus atau tidak. Tampaknya Shabbir terlalu 

memaksakan pertanyaan di atas. Bahwa Yohanes tidak menyebutkan 

sebuah ciuman, bukan berarti bahwa Yudas tidak menggunakan sebuah 

ciuman. Kita sering menemukan dalam kitab Injil bahwa ada penulis yang 

dengan sengaja menuliskan informasi tertentu sedangkan yang lainnya 

tidak. Tetapi itu tidak berarti bahwa keduanya bertentangan, melainkan 

sebagai saksi mata, mereka melihat peristiwa dari maksud pandangan yang 

lain, sehingga mereka menuliskan kesaksian-kesaksian berdasarkan apa 

yang mereka pandang penting untuk dituliskan. 

48. Apakah Petrus menyangkal Yesus tiga kali sebelum ayam berkokok 

(Yohanes 13:38) atau menyangkal tiga kali sebelum ayam berkokok 

dua kali? (Markus 14:30,72) 

(Kategori: penemuan naskah yang lebih tua) 

Tuduhan di atas menyatakan pertentangan mengenai perkataan Yesus 

kepada Petrus, mana yang benar, “sebelum ayam berkokok, engkau telah 

menyangkal Aku tiga kali” ataukah “sebelum ayam berkokok dua kali, 

engkau telah menyangkal Aku tiga kali”. Masalah ini sebenarnya terletak 

pada fakta naskah-naskah. Mari kita simak. 

Matius 26:33-35, 74-75, “sebelum ayam berkokok engkau telah 

menyangkal Aku tiga kali.” 

Lukas 22:31-34, 60-62, “hari ini ayam tidak akan berkokok sebelum 

engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku.” 

Yohanes 13:38, “sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku 

tiga kali.” 

Dengan melihat kutipan di atas, maka terlihat bahwa ayat dalam Markus 

berbeda sendiri. Namun beberapa naskah Markus yang tua memang tidak 

memuat kata-kata tentang berkokoknya ayam untuk pertama kali seperti 

yang dicantumkan dalam terjemahan King James (ayat 14:68). 

Penjelasan yang masuk akal adalah bahwa kokok ayam yang pertama 

(dalam terjemahan King James) memang merupakan kata tambahan, 

tetapi kata yang lain, yaitu “kedua kali” (dalam ayat 30 dan 72) merupakan 

kata aslinya seperti yang ada  dalam Alkitab terjemahan New 

International. Se-ekor ayam dapat saja )dan seringkali) berkokok lebih dari 

satu kali, sekali ia berkokok. Maka dalam hal ini tidak ada pertentangan 

mutlak. Sebab kokok ayam yang pertama dan yang kedua bisa berentetan, 

dan Petrus teringat akan perkataan Yesus ketika ayam berkokok yang 

kedua kali. Jika kita mendengar ayam telah berkokok dua kali, tentu itu 

berarti ada kokok ayam yang pertama kali. Dalam hal ini, Markus hanya 

memberi  informasi tanbahan dibandingkan penulis kitab Injil lainnya. 

49. Apakah Yesus memikul salib-Nya sendiri (Yohanes 19:17) atau 

tidak? (Matius 27:31-32) 

(Kategori: salah mengartikan ayat, atau ayat dicocokkan dengan 

pertimbangan sempit) 

Yohanes 19:17 menyatakan bahwa Yesus memikul 

salib-Nya sendiri ke tempat yang bernama “tempat 

tengkorak”. Sedangkan Matius 27:31-32 

mengatakan bahwa Ia disalibkan di Golgota tetapi 

Simon dari Kirene-lah yang dipaksa untuk memikul 

salib-Nya menuju ke Golgota. 

Markus 15:20-21 sama dengan Matius memberi  

informasi tambahan bahwa Yesus mulai memikul 

salib sejak dari istana Pilatus (Praetorium). 

Sedangkan Simon, ia sedang berjalan dari luar kota 

melintasi jalan yang dilalui oleh Yesus yang sedang 

memikul salib. Ini menunjukkan bahwa Yesus telah 

melalui jalan yang cukup jauh, mulai dari tempat Pilatus sampai di jalan 

ini . Saat itu, kondisi Yesus teramat lemah akibat dicambuk dan 

disiksa, dan Ia tidak sanggup lagi membawa salib yang berat sehingga Ia 

terjatuh atau hampir tak mampu berjalan ke depan. Melihat hal ini, seorang 

pasukan kemudian memaksa Simon untuk menggantikan Yesus 

membawakan salib-Nya. Lukas 23:26 juga sepakat menyatakan bahwa 

Simon ditahan untuk ganti memikul salib Yesus, sementara Yesus 

dibebaskan dari pikulan. Dengan demikian tidak ada pertentangan, Yesus 

yang memulai memikul salib tetapi kemudian Simon yang mengambil alih 

di tengah-tengah perjalanan, sampai ke tempat tujuan. 

 

 

50. Apakah Yesus mati sebelum tirai Bait Tuhan terbelah dua (Matius 

27:50-51; Markus 15:37-38) atau sesudah nya? (Lukas 23:45-46) 

(Kategori: salah mengartikan ayat) 

sesudah  membaca tiga ayat dalam Matius 27:50-51, Markus 15:37-38 dan 

Lukas 23:45-46, tidak jelas pada bagian mana Shabbir menemukan 

pertentangan. Ketiga ayat diatas menunjuk kepada fakta bahwa pada saat 

Yesus wafat maka tirai Bait Tuhan terbelah dua. Apakah hanya  sebab  

Matius dan Markus menceritakan peristiwa kematian Yesus lebih dulu 

daripada terbelahnya tirai Bait Tuhan, sedangkan Lukas sebaliknya, maka 

ayat-ayat di atas dapat dianggap saling bertentangan? Justru Matius 

menggambarkan bahwa kedua peristiwa ini terjadi “bersamaan” dan kedua 

penulis lainnya tidak menyangkal hal ini. 

Mereka semua setuju bahwa dua peristiwa di atas terjadi secara 

berbarengan dan justru menjadi alasan yang kuat;  sebab  tirai Bait Tuhan 

ini  melambangkan batas pemisahan antara Tuhan dan manusia. 

Ketika tirai ini  terkoyak dengan matinya sang Mesias, maka manusia 

kini memiliki kembali kesempatan untuk tidak dipisahkan (yang dulu 

terhilang oleh pengusiran terhadap Adam dari hadirat Tuhan di taman 

Eden) dan kini dipersatukan kembali dengan Tuhan. 

51. Apakah Yesus mengatakan segala sesuatu secara terbuka kepada 

semua orang (Yohanes 18:20) ataukah Ia hanya terbuka untuk 

murid-murid-Nya? (Markus 4:34, Matius 13:10-11) 

(Kategori: salah memahami konteks historis) 

Alasan orang-orang mengatakan bahwa Yesus bertentangan dalam hal 

berkata-kata secara tersembunyi atau terus terang, khususnya yang 

berhubungan dengan perumpamaan, adalah  sebab  kekurangpahaman 

mereka terhadap isi cerita serta budaya yang mendasarinya. 

Jawaban pertanyaan ini membutuhkan pengetahuan yang melatarbelakangi 

cerita ini, dan saya berharap penjelasan ringkas saya disini dapat 

dimengerti. 

Pertama, apa itu perumpamaan? Perumpamaan adalah sebuah cerita untuk 

menjelaskan, menekankan atau mengilustrasikan suatu pengajaran, tetapi 

bukan pengajaran itu sendiri. Yesus adalah Rabi (Guru) Yahudi. Dalam 

tulisan para Rabi ada ada  hampir 4000 perumpamaan. Dan sebagai 

seorang Rabi, Yesus juga melakukan tradisi seperti ini, Ia menginstruksikan 

ajaran-Nya melalui perumpamaan. Yesus menggunakan cerita yang kaya 

yang diketahui oleh orang-orang Yahudi tentang tanaman, binatang dan 

lain-lain. Oleh  sebab  itu perumpamaan-perumpamaan Yesus mudah 

dimengerti oleh para pendengar-Nya. Perumpamaan-perumpamaan itu 

bukan saja kaya imajinasi tetapi juga halus, sehingga bisa dimengerti oleh 

orang-orang awam, tetapi pada saat yang sama mensita dan memutar-

mutar otak para sarjana demi mendapatkan arti yang sedalam dan 

seluasnya untuk perumpamaan. Jadi Yesus seringkali memperjelas dan 

memperlebar arti sebuah perumpamaan kepada para pengikut dan murid-

murid terdekat-Nya untuk menjawab keingintahuan mereka atau untuk 

menginstruksikan pemahaman ajaran-ajaran yang lebih jauh lagi kepada 

mereka, sebagaimana layaknya seorang guru Yahudi. 


Hal ini dapat dilihat dari Markus 33-34, yang menyebutkan, “Dalam banyak 

perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka 

(orang banyak) sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa 

perumpamaan (untuk menjelaskan, menekankan, atau mengilustrasikan 

pengajaran) Ia tidak dapat berkata-kata kepada mereka. Tetapi kepada 

murid-murid-Nya ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri 

(mengajarkan lebih banyak lagi supaya mereka dapat lebih mengerti 

dibandingkan orang-orang banyak pada saat itu).” 

Artinya, perumpamaan bukanlah ajaran rahasia, dan juga bukan 

merupakan pengetahuan yang hanya dapat diketahui oleh sebagian orang 

yang benar-benar ingin mengetahui. Sangat tidak masuk akal (dan tidak 

memiliki dasar sejarah) jika dikatakan bahwa Yesus membingungkan orang 

banyak. Dia berkeliling berkhotbah dan memberi  pengajaran dan 

peristah kepada orang banyak. Jadi ketika Yesus diadili, mengenai ajaran-

Nya (Yohanes 18:20), maka Ia layak berkata, “Aku selalu mengajar di 

rumah-rumah ibadat dan di Bait Tuhan, tempat semua orang Yahudi 

berkumpul; Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi.” Dan Yesus 

benar. Dia tidak melempar batu sembunyi tangan. 

Banyak menyenangi ajaran Yesus  sebab  banyak ajaran moral dan 

perumpamaan yang bagus di dalamnya, tetapi tidak banyak orang yang 

mau mengikuti-Nya  sebab  harga yang harus dibayarkan terlalu mahal 

(lihat Lukas 9:57-61, 14:25-27,33). Dan hal inilah yang baru saja dipahami 

oleh para pengikut-Nya  sebab  mereka benar-benar mengikut Yesus. 

Rahasia kerajaan surga adalah seperti yang dikatakan dan dijelaskan 

kepada murid-murid-Nya dalam Matius 13:10-11: “Maka datanglah murid-

murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: Mengapa Engkau berkata-kata 

kepada mereka dalam perumpamaan? Jawab Yesus: Kepadamu diberi 

karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka 

tidak. Rahasia ini  intinya ialah bahwa Yesus adalah Tuhan, Yesus 

adalah Raja, Yesus adalah Mesias, Yesus adalah tokoh yang dibicarakan 

oleh para nabi, Yesus adalah Juruselamat umat manusia, Yesus adalah 

wahyu terbesar dari Tuhan, Dialah Alfa dan Omega (Wahyu 21:6-8, 22:12-

16), dan Dialah satu-satunya jalan menuju Bapa di surga (Yohanes 3:36, 

Roma 6:23). 

Firman-Nya bukan saja menyelamatkan manusia tetapi juga untuk 

menghakimi mereka yang “mendengar tetapi tidak mengerti, melihat tetapi 

tidak menanggapi” (Matius 13:14) terhadap mereka yang tidak mau 

mengerti dan bertobat serta tunduk kepada Tuhan. 

52. Apakah Yesus sudah disalibkan (Markus 15:23) atau masih berada 

di tempat Pilatus (Yohanes 19:14) pada jam enam ketika peristiwa 

penyaliban terjadi? 


(Kategori: salah memahami konteks historis) 

Jawaban paling mudah untuk pertanyaan di atas adalah dengan memahami 

bahwa para penulis kitab Injil sinoptik (Matius, Markus dan Lukas) 

menggunakan sistem bilangan waktu yang berbeda dengan yang digunakan 

oleh Yohanes. Para penulis Injil sinoptik memakai sistem tradisional Ibrani, 

dimana jam mulai dihitung sejak matahari terbit (Jadi jam awal harinya 

kurang lebih pukul enam menurut perhitungan modern). Itu berarti bahwa 

penyaliban Yesus yang dilakukan sekitar jam tiga menurut sistem tradisi 

Ibrani, adalah sama dengan pukul sembilan pagi waktu perhitungan 

modern. 

Sebaliknya, Yohanes menggunakan sistem perhitungan jam menurut 

orang-orang Romawi, yang satu harinya dihitung mulai dari tengah malam 

sampai tengah malam berikutnya, seperti yang kita lakukan saat ini. Pliny 

the Elder (Natural History 2.77) dan Macrobius (Saturnalia 1.3) dapat 

memberi  informasi lebih banyak mengenai hal ini. jadi penyaliban Yesus 

yang dilaksanakan pada pukul tiga menurut perhitungan jam Ibrani, adalah 

sama dengan jam 9.00 pagi menurut hitungan jam Romawi. 

Jawaban di atas bukan asal memelintir, melainkan benar-benar bahwa 

Yohanes menggunakan sistem hitungan waktu cara Romawi, walaupun ia 

adalah orang Ibrani sama seperti Matius, Markus dan Lukas. Injil Yohanes 

ditulis sesudah  ketiga Injil sebelumnya ditulis, yaitu sekitar tahun 90 M. 

pada saat itu Yohanes sedang tinggal di Efesus, yang menjadi ibukota 

propinsi Roma di Asia, sehingga ia menjadi terbiasa menggunakan hitungan 

waktu berdasarkan cara orang-orang Roma. Bukti lebih jauh dapat 

ditemukan dalam tulisan Yohanes 20:19, “Ketika hari sudah malam pada 

hari pertama minggu itu.” Itu berarti hari Minggu malam, sedangkan 

menurut orang Ibrani itu adalah hari berikutnya,  sebab  sebuah hari, 

menurut mereka, dimulai pada saat matahari terbenam. 


 

53. Dua orang penjahat yang disalibkan bersama Yesus, apakah 

mereka turut menghujat Yesus (Markus 15:32) atau tidak? (Lukas 

23:43) 

(Kategori: terlalu mengartikan ayat secara hurufiah) 

Pertentangan semu di atas mempertanyakan apakah dari dua orang 

penjahat yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus, kedua-duanya ikut 

menghujat atau hanya salah satunya saja. Markus 15:23 mengatakan 

bahwa kedua-duanya menghujat, sedangkan Lukas 23:43 mengatakan, 

yang satu menghujat dan yang lainnya membela Yesus. Tidak sulit untuk 

melihat apa yang sedang terjadi pada saat itu. Pada awalnya memang 

kedua penjahat itu sama-sama menghujat Yesus, tetapi sesudah  Yesus 

berdoa kepada Bapa-Nya, “Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak 

tahu apa yang mereka perbuat,” salah satu di antara mereka langsung 

tersentuh hatinya dan berubah pikiran dan bertobat di atas kayu salib, 

sedangkan yang lainnya tetap sikapnya terus menghujat. 

Ada sebuah pelajaran yang dapat kita tarik dari peristiwa ini yaitu bahwa 

Tuhan mengijinkan kita untuk bertobat setiap saat, tidak peduli kejahatan 

atau dosa apapun yang kita perbuat. Kedua penjahat ini merupakan 

gambaran bagi kita semua. Beberapa diantara kita ketika berhadapan 

dengan Kristus terus saja menolak dan menghujat Dia, sedangkan yang 

lainnya mengakui bahwa mereka adalah orang berdosa dan meminta 

ampun kepada-Nya. Kabar baiknya adalah bahwa sama seperti penjahat di 

kayu salib ini, kita dapat diampuni dan dibebaskan dari kesalahan kita, 

bahkan ketika sedang „menghadapi kematian‟ sekalipun. 

54. Apakah Yesus naik ke surga/Firdaus pada hari yang sama dengan 

peristiwa penyaliban (Lukas 23:43) atau dua hari sesudah  

penyaliban? (Yohanes 20:17) 

(Kategori: salah memahami cara Tuhan bekerja dalam sejarah) 

 

Anggapan bahwa Yesus bertentangan (atau kitab Injil 

saling bertentangan) dalam hal naik ke surga atau 

tidaknya sesudah  kematian-Nya di kayu salib adalah 

berdasarkan asumsi yang terkait dengan „Firdaus‟, 

disamping masalah kontekstualisasi. 

Yesus berkata kepada penjahat yang disalibkan, 

“Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku 

di dalam firdaus.” Ini tentu benar walaupun penjahat itu mati pada hari 

yang sama di bumi ini, tetapi di Firdaus “hari ini” dapat berarti hari apa 

saja di bumi,  sebab  waktu di alam akhirat lain dimensinya dari waktu 

dunia. 

Yesus berkata kepada Maria Magdalena (Alkitab terjemahan King James), 

bahwa Ia belum “naik” kepada Bapa-Nya, tetapi kata ini  dapat juga 

berarti Ia belum “pulang” kepada Bapa-Nya. 

Sebelum bumi ini terbentuk Yesus ada bersama-sama dengan Tuhan, dan 

Ia adalah Tuhan (Yohanes 1 dan Filipi 2:6-11). Tetapi kemudian Ia 

meninggalkan seluruh kemuliaan-Nya dan menjadi manusia sepenuhnya 

sekaligus Tuhan sepenuhnya di dalam dunia. Selanjutnya, Tuhan 

mengangkat Yesus ke tempat yang maha tinggi sekali lagi, dan duduk di 

sebelah kanan-Nya (Kisah Para Rasul 7:56). Dengan dimensi waktu dan 

ruang dan massa yang berbeda pada diri Yesus sekarang ini, maka 

perkataan-Nya, “Aku belum pergi kepada Bapa” tidak menghilangkan 

kemungkinan bahwa Ia berada di surga pada saat antara kematian dan 

kebangkitan-Nya menurut “waktu manusia” (walaupun surga tidak memiliki 

ikatan waktu). Saya akan berikan satu kalimat analogi untuk menjelaskan 

hal ini meskipun tidak bisa sempurna: saya pergi ke rumah asal saya dan 

tempat dimana saya tumbuh tanpa harus kembali ke sana. Kembali disini 

berarti saya pindah dan tinggal di tempat asal saya. 

Tetapi untuk pemahaman yang lebih tepat tentang ayat ini, kita harus 

berurusan dengan konteksnya. Ayat “Janganlah kamu memegang Aku, 

sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-

saudara-Ku…” dalam konteksnya dapat berarti, “Jangan menahan Aku, 

Maria – Aku belum meninggalkanmu. Kamu masih akan melihat-Ku lagi. 

Tetapi sekarang, Aku ingin kamu pergi dan memberitahukan kepada murid-

murid-Ku bahwa Aku akan segera pergi kepada BapaKu, tetapi belum 

sekarang ini.” 

Baik dalam agama Islam maupun Kristen percaya kepada kebangkitan dari 

tubuh, dan hidup di alam perantara. Lukas menyatakan bahwa Yesus telah 

mati dan Roh-Nya naik ke Firdaus (bandingkan dengan ayat 46). Tetapi, 

Yohanes mengatakan bahwa tubuh Yesus dibangkitkan dari kematian, dan 

dalam keadaan seperti itu Ia belum naik kepada bapa-Nya. Faktor waktulah 

yang membuat pernyataan di atas terkesan paradox, tetapi sesungguhnya 

kedua ayat ini  tidak saling bertentangan. 

 

55. Paulus dalam perjalanannya ke Damaskus melihat cahaya dari 

langit dan mendengar sebuah suara. Apakah orang-orang yang ikut 

bersamanya juga mendengar suara itu (Kisah Para Rasul 9:7) atau 

tidak? (Kisah Para Rasul 22:9) 


 

(Kategori: salah paham tentang penggunaan 

bahasa Yunani atau ayat dipahami secara sempit) 

Walaupun kata Yunani yang persis sama digunakan 

untuk kedua kejadian ini (yaitu akouo) namun ia 

mempunyai 2 makna yang berbeda, yaitu 

mendengar (suaranya) dan mendengarkan 

(pesannya). Jadi penjelasannya menjadi jelas, 

bahwa para pesertanya Paulus mendengar sesuatu 

namun tidak memahami apa yang dikatakan. 

Paulus sebaliknya, mendengarkannya dan 

memahaminya. Tak ada kontradiksi apapun. 

56. Ketika Paulus melihat cahaya dan jatuh ke tanah, apakah teman-

teman seperjalanannya juga jatuh (Kisah Para Rasul 26:14) atau 

tidak jatuh ke tanah? (Kisah Para Rasul 9:7) 

(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Yunani atau ayat dipahami 

secara sempit) 

(Kita tidak tahu kenapa Shabbir mau memaksakan kesimpulan bahwa ayat 

dalam Kisah Para Rasul 9:7 harus menegaskan “jatuh” atau “tidak-

jatuhnya” teman-teman seperjalanan Paulus). Kisah Para Rasul 26:14 

menyebutkan bahwa mereka semua jatuh ke tanah ketika ada cahaya 

memancar ke sekeliling, sebelum terdengar suara. Sebaliknya Kisah Para 

Rasul 9:7 hanya mengatakan bahwa teman-teman Saulus „termangu-

mangu/tidak dapat berkata-kata‟ sesudah  suara itu terdengar (tidak ada 

urusannya dengan jatuh-tidaknya). Tetapi  sebab  mereka memang jatuh 

tanpa ada ayat yang menyanggahnya, maka ada cukup waktu bagi mereka 

untuk berdiri sementara suara itu berbicara kepada Saulus, apalagi  sebab  

perkataan suara itu tidak ditujukan kepada mereka dan tidak ada artinya 

apa-apa bagi mereka. Sebaliknya bagi Saulus, ia tahu bahwa suara 

ini  ditujukan kepadanya sehingga ia menjadi takut dan tiba-tiba 

tersadar bahwa ia telah begitu lama menyiksa dan membunuh para 

pengikut Tuhan. Sebelumnya ia berpikir bahwa ia melayani Tuhan dengan 

membunuh mereka, padahal kenyataannya tidak. Kesadaran yang 

menakutkan seperti inilah yang membuat orang termasuk Saulus, tetap 

tersungkur di tanah lebih lama dibandingkan teman-temannya. 

(Haley, hal 359) 

57. Apakah suara itu memberitahukan Paulus apa yang harus 

dikerjakannya, ketika ia masih berbaring di tanah (Kisah Para Rasul 

26:16-18), ataukah ia diperintahkan untuk pergi ke Damaskus untuk 

mengetahui apa yang harus ia kerjakan? (Kisah Para Rasul 9:7, 

22:10) 

(Kategori: salah memahami konteks historis) 

Seperti yang kita baca dengan jelas pada Kisah Para Rasul 9 dan 22, Paulus 

memang diberitahukan tugas-tugasnya di Damaskus. Tetapi dalam Kisah 

Para Rasul 26, konteksnya berbeda. Pada bagian ini, tampak bahwa Paulus 

tidak mempermasalahkan kronologis atau urutan tempat kejadian,  sebab  

ia telah berbicara kepada orang-orang yang telah mendengar ceritanya. 

Dalam Kisah Para Rasul 9:1-31, Lukas, penulis kitab Kisah Para Rasul 

menceritakan tentang pertobatan Saulus. 

58. Apakah 24.000 orang Israel mati  sebab  tulah di Sitim (Bilangan 

25:1,9) atau hanya 23.000 orang? (1 Korintus 10:8) 

(Kategori: salah merujukkan cerita yang satu dengan yang lain) 

Pertentangan di sini mempermasalahkan mengenai jumlah orang Israel 

yang mati  sebab  tulah yang terjadi di Sitim (yang dalam pamflet Shabbir 

salah menyebutnya sebagai Sitin). Kitab Bilangan 25:1-9 dan 1 Korintus 

10:8 dianggap saling bertolak belakang. Namun Shabbir telah menunjuk 

tulah yang keliru dalam hal ini. 

Jika Shabbir telah membaca konteks dalam 1 Korintus 10, ia akan melihat 

bahwa Paulus menunjuk kepada tulah yang terjadi dalam Keluaran 32:28, 

yang terjadi di gunung Sinai dan bukan seperti yang disebutkan dalam 

Bilangan 25, yang terjadi di Sitim, diantara orang-orang Moab. Jika ragu-

ragu, coba baca ayat ke-7 dari 1 Korintus 10, yang mengutip praktis sama 

dengan Keluaran 32:6, “Sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan 

minum, kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.” 

Sekarang, mungkin masih dipersoalkan, dalam Keluaran 32 dikatakan 

bahwa jumlah orang Israel yang mati adalah 3.000 orang (ayat 28), seperti 

ada pertentangan baru dalam hal ini, tetapi sebenarnya mudah diluruskan 

jika kita baca ayat selanjutnya. 3.000 orang yang mati itu (ayat 28) adalah 

mereka yang mati  sebab  pedang. Tetapi kejadian ini masih diikuti lagi 

dengan tulah yang Tuhan kirimkan kepada mereka yang menentang Dia 

dalam ayat 35, “Demikianlah TUHAN menulahi bangsa itu,  sebab  mereka 

telah menyuruh membuat anak lembu buatan Harun.” Tulah inilah yang 

ditunjuk oleh Paulus dalam 1 Korintus 10:8. 

(Geisler/Howe 1992:458-459). 

59. Apakah keluarga Yakub yang pindah ke Mesir berjumlah 70 orang 

(Kejadian 46:27) atau hanya 74 orang? (Kisah Para Rasul 7:14) 

(Kategori: salah memahami konteks historis) 

Pertentangan semu di atas menyangkut jumlah anggota keluarga Yakub 

yang pindah ke Mesir. Menurut Shabbir, ke-dua ayat dalam Kejadian 46:1-

http://www.buktisaksi.com | Hal  56 

 

27 dan Kisah Para Rasul 7:14 saling bertentangan, padahal tidak, keduanya 

sama-sama benar. Dalam kitab Kejadian 46:27 disebutkan, jumlah 

keturunan Yakub yang ikut pindah ke Mesir adalah 66 orang seperti yang 

disebutkan pada ayat 26. Hal ini disebabkan  sebab  Yehuda beserta kedua 

anaknya telah berada di Mesir. Sedangkan yang disebutkan dalam ayat 27 

adalah jumlah seluruh anggota keluarga Yakub, termasuk Yusuf beserta 

kedua anaknya dan Yehuda, sehingga semuanya berjumlah 70 orang. 

Jumlah ini menunjuk kepada jumlah anggota keluarga Yakub yang akhirnya 

tinggal di Mesir dan bukannya anggota keluarga yang berangkat 

bersamanya ke Mesir. 

Dalam kitab Septuaginta dan Gulungan Kitab laut Mati, jumlah yang 

disebutkan adalah 75 orang. Jumlah ini menunjuk kepada tiga orang cucu 

dan dua orang cicit dari Yusuf yang disebutkan dalam Bilangan 26:28-37, 

dan pada bagian akhir Septuaginta nama mereka ditulis seperti yang 

tertulis dalam Kejadian 46:20. Oleh  sebab  itu Kisah Para Rasul 7:14 yang 

mengutip ucapan Stefanus sebelum ia mati adalah benar  sebab  ia merujuk 

kepada Septuaginta. 

60. Apakah Yudas membeli sebuah lading dengan uang kotor hasil 

pengkhianatannya terhadap Yesus (Kisah Para Rasul 1:18) atau ia 

melemparkan uang ini  ke dalam Bait Tuhan? (Matius 27:5) 

(Kategori: salah memahami maksud penulis) 

Pertentangan semu di atas menanyakan, “Apa yang dilakukan oleh Yudas 

dengan uang hasil mengkhianati Yesus?” Kisah Para Rasul 1:18 

menyatakan bahwa Yudas membeli sebidang tanah, sedangkan dalam 

Matius 27:5 dikatakan bahwa uang itu dilempar ke dalam Bait Tuhan yang 

kemudian digunakan oleh para imam-imam untuk membeli sebidang tanah. 

Tetapi dengan sedikit penyidikan, ternyata kalimat dalam ayat yang satu 

merupakan ringkasan dari kalimat ayat lainnya. 

 

Matius 27:1-10 menggambarkan secara detail peristiwa yang terjadi pada 

pengkhianatan Yudas terhadap Yesus, serta keabsahannya sebagai bagian 

dari penggenapan Kitab Suci. Khususnya, Matius mengutip Kitab Zakharia 

11:12-13 yang dianggap sebagai penjelasan dari nubuatan yang ada  

dalam kitab Yeremia 19:1-13 dan 32:6-9. 

Sedangkan dalam Kisah Para Rasul 1:18-19, Lukas menggambarkan 

kesimpulan ringkas yang telah diketahui oleh orang banyak, sebagai 

penjelasan dari ucapan Petrus di kalangan orang-orang percaya (situasi 

yang sama juga terjadi pada pertanyaan nomor 57). Ilustrasi keadaan ini 

dapat dilihat pada ayat 19 yang mengatakan, “Hal itu diketahui oleh semua 

penduduk Yerusalem.” 


Amat mungkin bahwa kitab Injil telah beredar di antara orang-orang 

percaya pada saat Lukas menulis. Dengan demikian Lukas tidak perlu 

menjelaskan panjang lebar mengenai fakta-fakta kematian Yudas.  

61. Apakah Yudas mati dengan cara gantung diri (Matius 27:5) atau 

jatuh tertelungkup dan perutnya terbelah sehingga semua isi 

perutnya tertumpah keluar? (Kisah Para Rasul 1:18) 

(Kategori: ayat diartikan secara sempit) 

Kontradiksi “semu” ini berkaitan dengan kenyataan bahwa dalam kitabnya 

Matius menyebutkan Yudas mati gantung diri, sedangkan Kisah Para Rasul 

1:18, Lukas mengatakan bahwa Yudas mati dengan cara jatuh tertelungkup 

sehingga semua isi perutnya tumpah keluar. Kendati demikian kedua 

pernyataan ini sama-sama benar. 

Matius 27:1-10 menyatakan dalam fakta lurus bahwa yudas mati 

menggantung diri. Di sisi lain, Lukas dalam tulisannya pada Kisah para 

Rasul 1:18-19 memperkaya kesan kepada para pembacanya dengan 

lanjutan ceritanya,  sebab  sesungguhnya semua orang pada saat itu sudah 

tahu dan tidak menyangkal bahwa Yudas mati gantung diri. Menurut cerita 

tradisi, Yudas gantung diri di tepi tebing yang curam, di atas Lembah 

Hinnom. Tetapi tali yang menggantungnya akhirnya putus dan Yudas pun 

jatuh ke bawah seperti yang digambarkan oleh Lukas. 

62. Apakah “Tanah Darah” yang dibeli Yudas dinamakan demikian 

 sebab  para imam-imam membelinya dengan uang darah (Matius 

27:8) atau  sebab  kematian yang berdarah bagi Yudas? (Kisah Para 

Rasul 1:19) 

(Kategori: salah memahami tulisan) 

Shabbir mempertanyakan tanah tempat Yudas mati dikubur dinamakan 

tanah darah? Matius 27:8 mengatakan alasannya adalah  sebab  tanah itu 

dibeli dengan uang darah, sedangkan menurut Shabbir dalam Kisah Para 

Rasul 1:19 menyebutkan bahwa tanah ini  dinamakan demikian 

 sebab  darah Yudas tertumpah dalam kematiannya. 

Lihatlah bahwa kedua ayat di atas sama-sama setuju bahwa tanah itu dibeli 

dengan uang darah. Pada permulaan ayatnya, Kisah Para Rasul 1:18-19 

mengatakan, “Yudas ini telah membeli sebidang tanah dengan upah 

kejahatannya.” Jadi, asumsinya tanah itu dibeli dengan uang darah, 

kemudian ditambahkan kesan oleh penulis atas apa yang telah terjadi 

terhadap Yudas yang menemui kematiannya di atas tanah itu. 


63. Bagaimana mungkin korban tebusan Kristus yang diberikan bagi 

semua manusia (Markus 10:45; 1 Timotius 2:5-6), adalah juga 

merupakan korban tebusan dari orang fasik? (Amsal 21:18) 

(Kategori: salah memahami cara Tuhan bekerja dalam historis) 

Pertentangan ini mempertanyakan, “Siapa yang menjadi korban tebusan 

dan untuk siapa?” Shabbir menggunakan ayat dalam Markus 10:45 dan 1 

Timotius 2:5-6 untuk menunjukkan bahwa Yesus telah menjadi tebusan 

bagi semua orang. Lalu ayat ini dibandingkan dengan Amsal 21:18, yang 

menyebutkan, “Orang fasik dipakai sebagai tebusan bagi orang benar, dan 

pengkhianat sebagai ganti orang jujur.” 

Sebenarnya tidak ada pertentangan dalam kedua ayat di atas  sebab  

korban tebusan yang dibicarakan berbeda. Korban tebusan merupakan 

bayaran dari seseorang terhadap pihak lain. Korban ini dapat saja diberikan 

oleh orang baik kepada orang lain seperti yang dilakukan Kristus bagi 

dunia, atau bisa juga dari orang jahat sebagai bayaran atas kejahatan yang 

telah dilakukannya kepada orang lain, seperti yang kita lihat dalam Amsal 

di atas. 

Shabbir menggunakan ayat dalam Markus dan 1 Timotius sebagai dasar 

asumsi bahwa Yesus itu baik dan  sebab  itu tidak seharusnya dijadikan 

korban tebusan bagi orang jahat. Shabbir merefleksikan ajaran Islam yang 

membantah seseorang dapat menebus kesalahan orang lain atau menjadi 

korban bagi kesalahan orang lain. SALAH! Shabbir tidak seharusnya 

memaksakan interpretasi Alkitab menurut ajaran Islam. Alkitab 

membuktikan Maha Kasihnya Tuhan (yang tidak dibuktikan oleh tuhan-

tuhan lain, kecuali meng-klaim saja) dengan menunjukkan bahwa Kristus 

telah menjadi tebusan bagi orang berdosa. Galatia 3:13-14 dan 1 Petrus 

2:23-25 mengatakan bahwa Yesus menjadi terkutuk  sebab  kita. Oleh 

 sebab  itu Yesus telah menggenapi bahkan Amsal di atas sekalipun. 

Sekali lagi perkiraan Shabbir disini keluar dari konteks ayat yang 

dipermasalahkan. Markus 10:45 mengutip perkataan Yesus, yang sekaligus 

menubuatkan waktu kematian-Nya yang akan segera datang dan alasan 

kematian-Nya, yaitu bahwa Ia akan menjadi korban pembayaran untuk 

menebus semua dosa manusia. Dalam 1 Timotius 2:5-6, Paulus 

menyatakan, melalui korban penebusan dosa yang Tuhan berikan, yaitu 

melalui pengantara Yesus, dan korban kematianNya di kayu salib, Tuhan 

sekali lagi menjembatani hubunganNya dengan manusia. 

Sedangkan Amsal 21:18 berbicara mengenai tebusan yang berbeda, yang 

dibayarkan Tuhan (melalui Mesir) pada saat keluarnya bangsa Israel dari 

Mesir; sebagaimana diterangkan dalam kitab Yesaya, khususnya pasal 43:3 

(dengan penerangan ayat 16 dan 17). 


 

“Sebab Akulah YAHWEH, Tuhanmu, Yang Mahakudus, Tuhan Israel, 

Juruselamatmu. Aku menebus engkau dengan Mesir dan memberi  

Etiopia dan Syeba sebagai gantimu.” 

 

64. Apakah semua isi Kitab Suci bermanfaat (2 Timotius 3:16) atau 

tidak? (Ibrani 7:18) 

(Kategori: salah memahami cara Tuhan bekerja dalam sejarah) 

Tuduhan kontradiksi telah dikenakan kepada Alkitab yang mengatakan 

bahwa seluruh isi Kitab Suci bermanfaat; sementara ayat lain menyebutkan 

bahwa hukum sebelumnya adalah tidak kuat dan tidak berguna. 

Permasalahan disini adalah masalah kontekstual tentang Perjanjian Lama 

dan Perjanjian Baru, yang berkembang  sebab  kurang memahami apa yang 

dijanjikan Tuhan waktu berfirman lewat para nabi. 

Kami merasa perlu untuk menjelaskan hal-hal yang melatarbelakangi 

ucapan ini kepada para pembaca yang awam terhadap Alkitab sehingga 

dapat lebih memahami maksudnya. Sebagai ilustrasi, kami akan 

merujukkan pertanyaan di atas dengan pertanyaan nomor 92 yang 

memperlihatkan betapa kaya arti dari sejumlah kata-kata Ibrani yang 

digunakan dalam Alkitab (yaitu kata Ibrani „niham‟ yang berarti berubah 

pikiran, menyesal, bertobat atau dukacita) 

Firman Tuhan berasal daripada-Nya saja, dan tentu bermanfaat untuk 

mengajar, menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk 

mendidik orang dalam kebenaran, seperti yang dicantumkan dalam 2 

Timotius. Ini merupakan pernyataan umum yang menunjuk kepada semua 

perkara yang datangnya dari Tuhan. 

Ibrani 7 secara khusus berbicara mengenai suatu hukum yang berlaku bagi 

sebuah masyarakat pada suatu masa yang spesifik dan terbatas, tentang 

sistem pengorbanan Kemah Musa, kemudian dalam Bait Suci di Yerusalem. 

Tuhan meneguhkan dalam suatu Kontrak atau Perjanjian dengan umat-

Nya, Israel, sebuah sistem dimana mereka diharuskan untuk 

mempersembahkan korban, binatang yang disembelih, agar Tuhan 

mengampuni dosa-dosa mereka; khususnya apa yang Tuhan sebut sebagai 

“korban  sebab  dosa” dan “korban kesalahan” dalam Kitab Imamat pasal 4-

6. 

Konsep substitusi “korban yang mati sebagai pengganti” ini adalah hal yang 

asing bagi Islam, namun adalah sangat mendasar bagi umat Yahudi dan 

Kristen. Penebusan dosa harus dilakukan. Dosa harus dihukum. Hukum 

Tuhan yang kudus dan adil adalah “upah dosa adalah maut”. Harga upah 

itu harus dibayar! Ada yang harus mati untuk membayar upah itu. Dan 

tidak ada pengampunan dosa tanpa adanya cucuran darah (yang 

melambangkan maut itu),  sebab  Tuhan menuntut keadilan mutlak. Bila 

Tuhan hanya mengampuni dengan menutup mata saja terhadap dosa, itu 

akan tidak adil sama sekali. Minta pengampunan saja tidak cukup harganya 

untuk membayar “upah dosa”, melainkan harus tetap dibayar dengan 

nyawa/kematian, yang dilambangkan dalam sebuah korban (binatang), 

yaitu berupa korban-penebusan. 

Sistem penebusan dosa seperti ini diutarakan dalam Perjanjian Lama 

sebanyak 79 kali! Dimana darah binatang yang menjadi korban penebusan 

sementara (yang harus dilakukan berulang kali terus-menerus), yang kelak 

akan digantikan secara permanen dengan “darah Anak Domba” sebagai 

Perjanjian Baru dari Tuhan. Yaitu darah Yesus Kristus untuk penebusan 

dosa manusia, sekali dan selamanya. Maka Tuhan berfirman, 

“Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku 

akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, 

bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang 

mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa 

mereka keluar dari tanah Mesir” (ketika Tuhan pertama kali mengadakan 

Perjanjian kepada bangsa Israel di Gunung Sinai sesudah  diselamatkan dari 

kejaran bangsa Mesir) 

“Tetapi beginilah Perjanjian (Baru) yang Kuadakan dengan kaum Israel 

sesudah waktu itu, Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan 

menuliskannya dalam hati mereka” (Yeremia 31:31-33). Perjanjian Baru ini 

akan membayar harga satu kali untuk selamanya atas dosa-dosa manusia 

(Ibrani 7:27), bukan seperti Perjanjian Lama yang mengharuskan 

pembayaran berulang-ulang dari domba atau binatang lain. 

Tuhan berfirman pula dalam Perjanjian Lama mengenai Mesias, 

Juruselamat yang akan melakukan penebusan dosa ini  (dalam 

Perjanjian Baru). Seorang Mesias yang bukan berasal dari Imamat Lewi, 

tetapi seorang yang sempurna yang berasal dari suku Yehuda yang akan 

menjadi imam bagi Tuhan. Orang sempurna itu, yaitu Mesias, akan menjadi 

korban pengganti itu yang akan membayar sekaligus harga sepenuhnya, 

sehingga Dia-lah yang dapat menghampiri Tuhan, bukan berdasarkan 

keturunan (seperti Imamat Lewi) tetapi berdasarkan kesempurnaan-Nya 

sendiri. Jika orang-orang mengikuti Mesias ini dan menerima bayaran 

penebusan dari hukuman dosanya, maka Tuhan akan menuliskan hukum 

Taurat dalam hati dan pikiran mereka, dan Tuhan dapat menyalurkan belas 

kasihan-Nya sepenuhnya kepada mereka,  sebab  tuntutan Hukum 

Keadilan-nya (“upah dosa ialah maut”) telah dipenuhi oleh Yesus sebagai 

korban sembelihan di atas kayu salib. Oleh  sebab  itu semua orang yang 

percaya kepada-Nya kini dapat menghampiri Tuhan,  sebab  Tuhan ingin 

memiliki hubungan intim dengan ciptaan-Nya (Kejadian 3:8-11) tetapi 

hanya dosalah yang menghalangi itu terjadi. 

Kalau membaca seluruh Perjanjian Lama dengan teliti hal ini dapat 

dimengerti. Semua isi Alkitab memang berguna, termasuk semua 

penjelasan tentang sistem korban sembelihan. Namun Tuhan juga berjanji 

untuk membuat perjanjian baru dengan umat-Nya yaitu bahwa korban 

hewan yang kurang sempurna akan diganti dengan korban sempurna, 

Mesias, Yesus itu. Korban hewan dalam Hukum Taurat hanya bersifat 

sementara menantikan korban yang sempurna yang membawa 

keselamatan bagi semua yang percaya kepada-Nya, (lihat Galatia 3:19-25; 

Ibrani 9:11-28). 

Banyak kitab menggambarkan Sang Mesias yang datang dengan membawa 

perjanjian baru. Dalam hal ini, Tuhan menjadikan Yesus “sebagai korban 

penebusan dosa” dan dikatakan, “Sesungguhnya, penyakit kitalah yang 

ditanggungnya, dan kesengsaraan kita dipikulnya, padahal kita mengira dia 

kena tulah, dipukul dan ditindas Tuhan. Tetapi dia tertikam oleh  sebab  

pemberontakan kita, dia diremukkan oleh  sebab  kejahatan kita; ganjaran 

yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya.” (Lihat 

Yesaya 53). 

Anda dapat saja membayar harga dosa-dosa anda – harganya adalah maut 

yang kekal. Dengan kata lain, Anda akan mati sebagai bayaran atas dosa-

dosa Anda dan masuk ke api jahanam neraka yang kekal. Atau,  sebab  

kasih Tuhan, Anda dapat meminta Sang Mesias untuk membayarkan harga 

ini  sebagai pengganti bagi Anda. Inilah yang akan membuat Anda 

berdamai dengan Tuhan. Tuhan akan mengizinkan Anda masuk surga yang 

kekal  sebab  keadilan-Nya sudah dipuaskan. Yohanes Pembaptis telah 

berseru ketika ia melihat Yesus Mesias, “Lihatlah Anak Domba Tuhan, yang 

menghapus dosa dunia.” Melalui korban kematian-Nya, sistem 

pengorbanan lama yang mengorbankan binatang terus-menerus menjadi 

tidak berlaku lagi  sebab  sudah tergenapi. 

Yohanes juga mengatakan, “Barangsiapa percaya kepada Anak (Yesus), ia 

beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia 

tidak akan melihat hidup, melainkan murka Tuhan tetap ada di atasnya.” 

(Yohanes 1:29; 3:36). 

Pengikut-pengikut Yesus telah berjalan di dalam „janji yang baru‟ dan yakin 

bahwa darah Yesus telah menebus segala dosa mereka. Mereka tidak hidup 

di bawah „janji lama‟ yang dibuat Tuhan dengan orang-orang Israel di 

Gunung Sinai. Di dalam hidup di bawah „janji baru‟ ini, para pengikut Yesus 

tetap memiliki hukum yang mengatur. Isinya tetap berhubungan dengan 

apa yang telah tertulis dalam Perjanjian Lama, tetapi tentunya dalam 

konteks yang baru, yaitu yang telah digenapi di dalam Yesus Kristus. Jadi 

jelas ada kesinambungan, penyingkapan dan pembaharuan dari kedua 

„janji‟ ini  – baru dan lama. Dengan demikian jelas bahwa kitab suci 

bermanfaat untuk dipelajari, untuk mengetahui dari mana kita berasal dan 

kemana kita akan pergi. 

Catatan: Pararel dengan isu yang ditampilkan Shabbir di atas, tidakkah Al 

Qur‟an terang-terangan memposisikan Yesus sebagai legislative, pembuat 

Undang-Undang Ilahi? Sebab siapakah Dia yang boleh menjungkir-balikkan 

Hukum Tuhan, “yang haram menjadi halal”? (Surat 3:49-50). [DAN  sebab  

Islam menolak konsep penebusan dosa, maka bagaimanakah teologi Islam 

harus memberi jawab terhadap kontradiksi sifat-sifat Tuhan yang 

Mahakasih (yang mengampuni dosa umatNya), tetapi juga sekaligus Maha-

adil (tidak bisa mengampuni,  sebab  setiap dosa harus dihukum demi 

keadilan-Nya). Hanya konsep substitusilah (penebusan oleh korban 

pengganti) yang dapat menjembatani ketegangan antara kasih-Nya dan 

Adil-Nya!]. 

65. Tulisan apa yang sebenarnya ada  di atas salib Yesus,  sebab  

(baik Matius 27:37, Markus 15:26, Lukas 22:38 dan Yohanes 19:19) 

semuanya menuliskannya secara berlainan? 

(Kategori: salah membaca ayat) 

Pertentangan semu di atas timbul dari pertanyaan, “Apa sebenarnya yang 

tertulis di atas kayu salib?”  sebab  ayat-ayat di dalam Matius 27:37, 

Markus 15:26, Lukas 23:38 dan Yohanes 19:19 menuliskan kalimat yang 

berbeda-beda tentang tulisan di atas kayu salib Yesus. Tetapi hal ini 

sebenarnya dapat dengan mudah dipahami jika kita membaca ayat 

Yohanes 19:20, yang berbunyi: 

“Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat dimana 

Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam 

bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani.” 

Adalah menarik bahwa Pilatus dikatakan yang menuliskan teks ini , 

dan bisa saja tulisan ini  ditulis dalam berbagai bahasa yang dikuasai 

oleh Pilatus. Tetapi, inti tuduhan yang dikenakan kepada Yesus untuk apa 

Dia disalibkan, adalah tuduhan, bahwa Yesus mengklaim diriNya sebagai 

“Raja Orang Yahudi”. Ini ada  dalam semua kitab Injil secara jelas. Jika 

kita tidak mengerti kunci tuduhan ini, mungkin kita akan terjebak ke dalam 

sebuah pertentangan, tetapi kenyataannya tidak demikian. Untuk 

penjelasan lebih lanjut, silahkan perhatikan penjelasan Archer. (Archer 

1982:345-346). 

66. Apakah Herodes yang ingin membunuh Yohanes Pembaptis (Matius 

14:5) atau istrinya, Herodias? (Markus 6:20) 


(Kategori: salah memahami maksud penulis) 

Kontradiksi semu di atas menunjuk pada perkiraan Shabbir, “Apakah 

Herodes ingin membunuh Yohanes Pembaptis atau tidak?” Shabbir 

menggunakan Matius 14:5 sebagai ayat pendukung untuk membuktikan 

bahwa Herodes berniat membunuh Yohanes, sedangkan Markus 6:20 

membuktikan bahwa Herodes tidak ingin membunuhnya. Padahal cerita 

pada kedua ayat di atas saling melengkapi. 

Jika kita baca seluruh kisah dalam Matius 14:1-11 dan Markus 6:14-29, 

maka sejauh yang kita baca di dalamnya tidak ada  pertentangan 

apapun. Mencari-cari pertentangan demikian sama saja dengan mencari-

cari permasalahan seperti pertanyaan pada nomor 50. Pada kedua pasal di 

atas, kita baca bahwa Herodes memerintahkan untuk memenjarakan 

Yohanes Pembaptis atas desakan dan pengaruh istrinya, Herodias. Jadi 

jelas pengaruh itulah yang menjadi faktor penting atas dipenggalnya kepala 

Yohanes Pembabtis. Markus menuliskan cerita ini lebih mendetail 

dibandingkan kitab Matius yang ditulis belakangan.  sebab  itu Matius tidak 

mau membuang-buang waktu dengan menceritakan hal-hal yang telah 

diketahui sebelumnya melalui kitab Markus. Hal lainnya yang perlu 

diperhatikan juga, Markus tidak mengatakan dalam kitabnya, bahwa 

Herodes tidak mau membunuh Yohanes, tetapi disebutkan bahwa Herodes 

menyimpan ketakutan kepadanya,  sebab  Yohanes adalah orang yang 

benar dan suci, dan ditambahkan lagi oleh Matius,  sebab  Yohanes 

mempunyai pengaruh besar diantara banyak orang. 

67. Apakah murid Yesus yang kesepuluh dari dua belas orang murid-

murid-Nya bernama Tadeus (Matius 10:1-4; Markus 3:13-19) ataukah 

Yudas anak Yakobus? (Lukas 6:12-16) 

(Kategori: salah memahami konteks historis) 

Kedua ayat diatas sama-sama benar. Pada masa itu sudah biasa bagi 

orang-orang Yahudi menggunakan lebih dari satu nama. Misalnya, Simon 

atau Kefas, dipanggil juga Petrus (Markus 3:16) dan Saulus dipanggil juga 

Paulus (Kisah Para Rasul 13:9). Tak ada bukti pemakaian nama tunggal 

secara eksklusif sampai diganti dengan nama lain. Kedua nama mereka 

dapat tetap digunakan secara bergantian. 

 

 

68. Apakah pria yang Yesus lihat sedang duduk di rumah cukai, yang 

kemudian dipanggil menjadi murid-Nya itu, bernama Matius (Matius 

9:9) atau Lewi? (Markus 2:14; Lukas 5:27) 

(Kategori: salah memahami konteks historis) 

Jawaban pertanyaan diatas persis sama dengan pertanyaan sebelumnya, 

dimana kedua ayat ini  sama-sama benar. Matius dipanggil juga Lewi 

seperti yang dikatakan kedua ayat di atas. 

Adalah menarik mengetahui bahwa Shabbir Ally pernah juga melakukan 

kebiasaan semacam ini. dalam persiapan perdebatan di Birmingham, 

Inggris pada bulan Februari 1998, ia tanpa merasa bersalah menggunakan 

nama samaran (Abdul Abu Saffiyah, yang artinya Abdul, ayah dari Saffiyah, 

nama anak perempuannya) untuk mengelabui lawan berdebatnya, yaitu 

Jay Smith. Dengan menyembunyikan identitasnya itu, ia menolak persiapan 

yang telah dilakukan sah oleh Bapak Smith. Jadi, sementara dia boleh 

bermain dengan nama ganda, kini ia menuduhnya sebagai kontradiksi 

ketika berhadapan dengan nama ganda yang terjadi pada orang-orang 

Palestina di abad pertama. Padahal praktek di zaman itu, mereka dapat 

menggunakan hal itu secara legal dan tidak mencurangi siapapun. 

Adalah absah menggunakan nama alternatif secara jujur. Tetapi dalam 

kecurangan dan praktek penipuan seperti yang dilakukan Mr. Ally Shabbir 

di atas, hanyalah menunjukkan adanya kaitan munafik bila masih juga 

mengajukan dua pertanyaan seperti di atas. 

69. Apakah Yesus disalibkan pada siang hari sesudah  perjamuan Paskah 

(Markus 14:12-17) atau pada siang hari sebelum perjamuan Paskah? 

(Yohanes 13:1,30,29,18:28) 

(Kategori: salah memahami konteks historis) 

Yesus disalibkan pada siang hari sebelum perjamuan Paskah. Alasan 

Markus seolah-olah mengatakan bahwa peristiwa penyaliban itu terjadi 

sesudah  perjamuan Paskah, hanyalah merupakan masalah budaya dan 

kontekstualisasinya. 

Bukti kencang dalam kit