milik Kristus dan
bukan milik Iblis. sebab itu, marilah kita memandang
diri kita sebagai penyewa dari Dia sebagai pemilik.
[2] Bahwa sekarang juga penguasa dunia ini akan dilempar-
kan keluar.
Pertama, yang dimaksud dengan penguasa dunia ini
yaitu Iblis, sebab dia menguasai manusia di dalam
dunia ini dengan hal-hal dari dunia ini. Dia yaitu pe-
nguasa kegelapan dunia ini, artinya, penguasa atas du-
nia yang gelap ini, dan juga atas orang-orang yang berja-
lan dalam kegelapan (2Kor. 4:4; Ef. 4:12).
Kedua, dikatakan bahwa ia akan dilemparkan ke
luar, dilemparkan keluar sekarang juga, sebab apa pun
yang telah dilakukan untuk memperlemah kerajaan
Iblis sampai saat itu dapat diperbuat berkat kedatangan
Kristus, sehingga boleh dikatakan bahwa hal ini
telah terjadi sekarang. Dengan mendamaikan dunia dan
Allah melalui kematian-Nya, Kristus menghancurkan
kuasa maut dan melemparkan Iblis si pembinasa ke-
luar. Dengan menarik dunia kepada Allah melalui ajar-
884
an mengenai salib-Nya, Kristus menghancurkan kuasa
dosa dan melemparkan Iblis si penipu keluar. Diremuk-
kannya tumit-Nya berarti diremukkannya kepala si ular
(Kej. 3:15). Saat antek-anteknya dibungkam, kuil-kuil
pemujaannya ditinggalkan, berhala-berhalanya ditelan-
tarkan dan kerajaan dunia ini menjadi kerajaan Kristus.
Pada saat itulah penguasa dunia ini dilemparkan keluar,
seperti yang tampak melalui penglihatan Yohanes (Why.
12:8-11), yang mengatakan bahwa hal itu dilakukan
dengan darah Anak Domba. Pengusiran roh-roh jahat
dari tubuh orang-orang oleh Kristus merupakan tanda
dari rancangan agung yang terkandung dalam seluruh
tugas-Nya. Perhatikanlah, dengan keyakinan sedalam
apa Kristus membicarakan kemenangan-Nya atas Iblis
itu. Ia menyatakan kemenangan-Nya itu seperti telah
terjadi. Bahkan, saat Ia sepertinya telah menyerahkan
diri kepada maut, Dia justru sedang menaklukkannya.
(2) Bahwa melalui kematian Kristus, jiwa-jiwa akan dipertobat-
kan, dan ini artinya Iblis dilemparkan ke luar (ay. 32): Apa-
bila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua
orang datang kepada-Ku. Ada dua hal yang harus diper-
hatikan di sini:
[1] Rancangan utama Tuhan kita Yesus, yaitu untuk mena-
rik semua orang datang kepada-Nya, bukan hanya
orang-orang Yahudi saja, yang sudah sejak lama meru-
pakan umat yang dekat dengan Allah, namun juga orang-
orang bukan-Yahudi, yang selama ini berada jauh dari
Allah. Sebab, kepada-Nyalah barang yang indah-indah
kepunyaan segala bangsa datang mengalir (Hag. 2:8),
dan kepada-Nya akan takluk bangsa-bangsa. Itulah
yang ditakutkan para musuh-Nya, yaitu bahwa dunia
akan mendatangi-Nya. Dan Ia memang akan menarik
semua orang kepada-Nya, meskipun mendapat perla-
wanan dari orang-orang itu. Perhatikanlah di sini be-
tapa Kristus benar-benar melibatkan diri untuk mem-
bawa kembali jiwa manusia. Pertama, Kristus sendirilah
yang menarik jiwa itu: Aku akan menarik. Kadang kala
pekerjaan ini digambarkan sebagai tugas dari Bapa
Injil Yohanes 12:27-36
885
(6:44), namun di sini, juga dari Sang Anak, yang merupa-
kan tangan kekuasaan Tuhan. Dia tidak menghalau me-
reka dengan kekerasan, melainkan menarik dengan tali
kesetiaan (Ho. 11:4; Yer. 31:3), menarik sekuat magnet.
Jiwa dibuat menjadi rela, namun hal itu hanya terjadi di
hari yang penuh dengan kekuatan. Kedua, kepada Kris-
tus-lah kita semua ditarik: “Aku akan menarik mereka
kepada-Ku sebagai pusat dari kesatuan mereka.” Jiwa
yang jauh dari Kristus dibawa mendekat untuk menge-
nal-Nya. Orang yang pemalu dan tidak mudah percaya
dibawa supaya mengasihi dan mempercayai-Nya. Se-
muanya ditarik kepada-Nya, ke dalam pelukan tangan-
Nya. Kini Kristus hendak pergi ke sorga, dan Dia akan
menarik hati manusia ke sana bersama-Nya.
[2] Cara tidak lazim yang Ia pakai untuk mencapai ren-
cana-Nya, yaitu dengan diangkat dari bumi. Supaya kita
tidak keliru, maka ada penjelasan mengenai mak-
sud-Nya itu (ay. 33): Ini dikatakan-Nya untuk menyata-
kan bagaimana caranya Ia akan mati, yaitu mati di kayu
salib, meskipun mereka sudah berencana dan berusaha
untuk merajam-Nya. Dia yang tersalib itu pertama-tama
dipakukan ke salib, lalu diangkat ke atas. Dia ditinggi-
kan sebagai tontonan bagi dunia, diangkat di antara
sorga dan bumi sebagai seorang yang sepertinya tidak
layak berada di kedua tempat itu. Akan namun , perkata-
an itu dimaksudkan di sini untuk menyatakan suatu
pencapaian yang mulia, ean hypsōthō – jika Aku
ditinggikan. Kristus menganggap penderitaan-Nya seba-
gai kehormatan-Nya. Dengan cara apa pun kita mati,
jika kita mati di dalam Kristus, maka kita akan
ditinggikan dari penjara ini, dari gua singa ini, ke tem-
pat yang terang dan penuh kasih. Kita harus belajar
dari Guru kita, untuk berbicara mengenai kematian
dengan kesenangan yang kudus, dan berkata, “Saat itu,
kita pasti akan ditinggikan.” Nah, penarikan seluruh
umat manusia kepada Kristus terjadi sesudah Dia diting-
gikan dari bumi.
Pertama, hal itu terjadi pada waktu yang tepat. Gere-
ja berkembang pesat sesudah kematian Kristus. Sewaktu
886
Kristus masih hidup, kita bisa membaca mengenai
ribuan orang yang diberi makan saat Dia berkhotbah,
namun sesudah kematian-Nya, kita bisa membaca tentang
ribuan orang yang bergabung ke dalam gereja-Nya ke-
tika ada khotbah. Bangsa Israel mulai bertambah ba-
nyak di Mesir sesudah kematian Yusuf.
Kedua, ditariknya seluruh umat manusia kepada
Kristus merupakan akibat mulia dari kematian-Nya.
Perhatikan, kematian Kristus mengandung kuasa yang
dahsyat dan ampuh dalam menarik jiwa-jiwa kepada-
Nya. Meskipun bagi sebagian orang salib Kristus itu me-
rupakan batu sandungan, namun bagi sebagian lainnya,
salib itu bagaikan batu yang mengandung magnet. Be-
berapa orang menghubung-hubungkan hal ini de-
ngan penangkapan banyak ikan melalui sebuah pukat.
Terangkatnya Kristus bagaikan ditebarkannya pukat itu
(Mat. 13:47-48). Atau, kematian-Nya itu juga seperti
pemasangan tiang bendera yang menarik para serdadu
untuk berkumpul bersama. Atau bahkan, hal itu bisa
diibaratkan dengan pengangkatan tiang ular tembaga di
padang gurun, yang menarik semua orang yang telah
dipagut ular tedung, segera sesudah mereka mengetahui
bahwa ular tembaga itu telah diangkat dan ada kuasa
penyembuhan di dalamnya. Oh, betapa banyaknya
orang-orang yang ditarik ke sana! Begitu pulalah ba-
nyak orang ditarik mendekat kepada Kristus saat kese-
lamatan di dalam Dia diberitakan kepada seluruh bang-
sa (lihat 3:14-15). Mungkin, posisi Kristus saat disalib-
kan juga menunjukkan hal ini , sebab tangan-Nya
terbentang, seakan-akan mengundang semua orang ke-
pada-Nya, dan tangan itu akan memeluk mereka yang
datang menghampiri-Nya. Orang-orang yang menyebab-
kan Kristus mati dengan cara hina seperti itu mengira
bahwa dengan begitu mereka telah menjauhkan seluruh
umat manusia dari-Nya, namun Iblis rupanya telah ter-
tembak oleh anak panahnya sendiri. Dari yang makan
keluar makanan.
Injil Yohanes 12:27-36
887
V. Keberatan dan gerutuan orang-orang terhadap apa yang Ia kata-
kan itu (ay. 34). Meskipun mereka telah mendengar suara dari
sorga dan kata-kata penuh kemuliaan yang keluar dari mulut
Kristus, mereka tetap saja berkeberatan dan mencari gara-gara
untuk bertengkar dengan-Nya. Kristus telah menyebut diri-Nya
sebagai Anak Manusia (ay. 23), yang telah mereka pahami sebagai
salah satu julukan bagi Mesias (Dan. 7:13). Dia juga mengatakan
bahwa Anak Manusia harus ditinggikan, yang dapat mereka
pahami sebagai penanda kematian-Nya, dan barangkali Kristus
sendiri pun telah menerangkannya demikian. Beberapa orang
menduga bahwa Ia mengulangi apa yang telah Ia katakan itu ke-
pada Nikodemus (3:14): demikian juga Anak Manusia harus diting-
gikan. Nah, untuk menentang perkataan-Nya itu,
1. Mereka mengemukakan ayat-ayat dalam Perjanjian Lama yang
berbicara tentang kekekalan Mesias, bahwa Ia tidak mungkin
disingkirkan begitu saja di tengah-tengah masa hidup-Nya,
sebab Dia seharusnya menjadi seorang imam untuk selama-
lamanya (Mzm. 110:4), dan seorang raja untuk selama-lama-
nya (Mzm. 89:30, dsb.), dan bahwa Ia seharusnya memiliki
umur panjang untuk seterusnya dan selama-lamanya dan
tahun-tahun hidupnya kiranya sampai turun-temurun (Mzm.
21:5; 61:7). Berdasarkan semuanya ini mereka menyimpulkan
bahwa Mesias tidak akan mati. Begitulah, pengetahuan hebat
yang ada dalam firman Allah, bila hati tidak dikuduskan, bisa
diselewengkan untuk dijadikan dalih atas ketidakpercayaan,
dan dipakai untuk menentang Kekristenan dengan perleng-
kapan Kekristenan itu sendiri. Penyelewengan mereka akan
Kitab Suci, untuk menentang apa yang telah dikatakan oleh
Kristus itu akan terlihat jelas bila kita mempertimbangkan,
(1) Bahwa, saat mereka memakai firman Allah untuk mem-
buktikan bahwa Mesias akan tetap hidup selama-lamanya,
mereka tidak mengindahkan bagian lain dari firman Allah
yang menyatakan tentang kematian dan penderitaan Me-
sias. Jika mereka telah mendengar dari hukum Taurat bah-
wa Mesias tetap hidup selama-lamanya, masakan mereka
tidak pernah mendengar juga dari hukum Taurat bahwa
Mesias akan disingkirkan (Dan. 9:26) dan bahwa Ia akan
menyerahkan nyawanya ke dalam maut (Yes. 53:12), bah-
888
kan lebih khusus lagi, bahwa tangan dan kaki-Nya akan di-
tusuk? Lalu mengapa kini mereka menganggap ditinggikan-
nya Anak Manusia sebagai sebuah hal yang tidak masuk
akal? Perhatikan, kita sering kali membuat kesalahan yang
besar dan berusaha membenarkan kekeliruan itu dengan
dalih yang diambil dari firman Allah, dengan memecah-me-
cahkan hal-hal yang sudah Allah rangkai menjadi satu di
dalam firman-Nya, dan menentang sebuah kebenaran de-
ngan berpura-pura membela kebenaran yang lainnya. Kita
telah mendengar bagian Injil yang menerangkan tentang
anugerah yang cuma-cuma, dan kita juga sudah mende-
ngar bagian lain yang mengemukakan tentang kewajiban,
dan kita harus menerima kedua hal ini serta tidak
boleh mencerai-beraikannya, atau membuat keduanya sa-
ling bertentangan.
(2) Bahwa, saat mereka menentang apa yang Kristus katakan
mengenai penderitaan Anak Manusia, mereka mengabaikan
apa yang dikatakan-Nya tentang kemuliaan dan kehormat-
an-Nya. Jika mereka telah mendengar dari hukum Taurat
bahwa Kristus tetap hidup selama-lamanya, masakan me-
reka tidak pernah mendengar Tuhan Yesus berkata bahwa
Ia akan dimuliakan, dan bahwa Dia akan menghasilkan ba-
nyak buah dan menarik semua manusia kepada-Nya? Bu-
kankah Dia baru saja menjanjikan kehormatan abadi bagi
para pengikut-Nya, yang berarti bahwa Ia akan hidup un-
tuk selama-lamanya? namun mereka mengabaikan hal itu.
Begitulah para penentang yang tidak jujur biasanya hanya
menentang suatu bagian dari pendapat lawan mereka,
padahal jika mereka memahami pendapat itu seutuh-utuh-
nya, pastilah mereka tidak dapat lagi menyanggahnya. Di
dalam pengajaran Kristus memang ada beberapa per-
nyataan yang kelihatannya bertentangan namun sesungguh-
nya bersetujuan, dan ini menjadi batu sandungan bagi
orang-orang yang berpikiran sesat – misalnya, Kristus disa-
libkan, namun pada saat yang bersamaan, dimuliakan; di-
tinggikan dari bumi, namun dengan begitu justru menarik
semua orang datang kepada-Nya.
2. Lalu mereka bertanya, Siapakah Anak Manusia itu? Mereka
menanyakan ini bukan sebab mereka ingin diajar, namun de-
Injil Yohanes 12:27-36
889
ngan nada mengejek dan melecehkan, seakan-akan kini me-
reka telah berhasil memojokkan Kristus dan mengalahkan-
Nya. “Engkau berkata, Anak Manusia harus mati, dan kami
telah membuktikan bahwa Mesias tidak mati, jadi kalau be-
gitu, di mana letak sifat Mesias-Mu itu? Anak Manusia macam
begini, yang Kaupakai untuk menyebut diri-Mu sendiri, tidak-
lah mungkin Mesias. Jadi lebih baik Kau mulai cari kebohong-
an yang lain saja.” Nah, hal yang membuat mereka berpra-
sangka buruk terhadap Kristus yaitu keadaan-Nya yang se-
derhana dan miskin. Mereka lebih suka tidak mempunyai se-
orang Kristus sama sekali daripada memiliki seorang Kristus
yang menderita.
VI. Jawaban yang Kristus berikan terhadap keberatan mereka itu,
atau lebih tepatnya, apa yang Ia katakan mengenai keberatan me-
reka itu. Keberatan yang mereka ajukan itu tidak lain yaitu
sebuah gerutuan, yang jika mereka mau, bisa mereka jawab sen-
diri saja dengan mudahnya: manusia mati, namun jiwanya kekal
dan hidup selama-lamanya, begitu juga Anak Manusia. sebab
itulah, daripada meladeni kebodohan mereka, Kristus lebih memi-
lih untuk melayangkan peringatan keras bagi mereka agar was-
pada supaya tidak menyia-nyiakan kesempatan yang mereka pu-
nya dengan melontarkan gerutuan remeh yang tidak berguna se-
perti itu (ay. 35-36): “Hanya sedikit waktu lagi, sedikit saja, terang
ada di antara kamu. sebab itu, jadilah bijak demi kebaikan diri-
mu sendiri, selama terang itu ada padamu, percayalah kepada-
nya.”
1. Secara garis besar, di sini kita dapat mengamati
(1) Kepedulian Kristus terhadap jiwa-jiwa manusia, dan
hasrat-Nya akan kesejahteraan jiwa mereka itu. Lihatlah di
sini, betapa lembutnya Ia memperingatkan orang-orang
yang begitu bernafsu untuk menentang-Nya! Bahkan saat
Ia menghadapi para pendosa yang menentang-Nya, Dia
tetap mengusahakan keselamatan mereka (Ams. 29:10).
(2) Cara yang Ia pakai untuk menghadapi mereka, dengan
lemah lembut menuntun orang yang suka melawan (2Tim.
2:25). Seandainya hati nurani manusia menjadi waspada
sebab kepedulian mereka terhadap keadaan kekekalan
890
mereka, dan seandainya mereka menyadari betapa sedikit-
nya waktu yang mereka miliki sehingga mereka tidak boleh
menyia-nyiakannya, pastilah mereka tidak akan mem-
buang waktu dan pikiran mereka yang mulia itu dengan
hanya menggerutu saja.
2. Secara khusus, di sini bisa kita dapati,
(1) Keuntungan yang mereka miliki dengan keberadaan Kristus
dan Injil-Nya di tengah-tengah mereka, yang hanya akan
mereka nikmati dalam waktu yang singkat dan tidak pasti:
Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu.
Kristus yaitu terang itu. Beberapa penulis kuno menduga
bahwa dengan menyebut diri-Nya sebagai terang, Dia sebe-
narnya telah diam-diam menjawab keberatan mereka itu.
Kematian-Nya di atas kayu salib tetap sejalan dengan kehi-
dupan yang harus Ia miliki untuk selama-lamanya itu,
sebagaimana kelangsungan matahari, sekalipun harus
terbenam setiap kali malam menjelang. Keberlangsungan
kerajaan Kristus diperbandingkan dengan kelangsungan
matahari dan bulan (Mzm. 72:17; 89:37-38). Pengaturan
tata surya oleh Allah tidak akan berubah-ubah, namun
matahari dan bulan tetap terbenam dan terhalang sinarnya
setiap kali terjadi gerhana. Begitu pula Kristus, sang Men-
tari Kebenaran itu hidup untuk selama-lamanya, namun te-
tap harus diselimuti penderitaan, dan tinggal sedikit lagi
waktu yang tersisa bagi-Nya untuk tetap berada di bawah
cakrawala ini. Nah,
[1] Terang itu ada di antara orang-orang Yahudi saat itu,
sebab secara jasmaniah, Kristus ada di antara mereka.
Mereka dapat mendengar khotbah-Nya dan melihat
mujizat-mujizat yang Ia lakukan. Bagi kita, firman Allah
bagaikan terang yang bersinar di tempat yang gelap.
[2] Hanya sebentar lagi saja terang itu ada di antara me-
reka. Tidak lama lagi Kristus akan meninggalkan me-
reka. Gereja jasmaniah mereka itu akan hancur lebur
dan kerajaan Allah akan direnggut dari mereka, lalu
Israel akan dilanda kebutaan dan kesukaran. Perhati-
kan, kita sebaiknya menyadari bahwa hanya sebentar
saja terang itu ada bersama-sama kita. Waktu kita sedi-
Injil Yohanes 12:27-36
891
kit dan mungkin tidak akan ada banyak kesempatan
lagi. Kaki dian akan segera disingkirkan. Setidaknya,
kita pasti akan segera tersingkir. Memang hanya sedikit
waktu lagi terang kehidupan ada di antara kita, hanya
sedikit waktu lagi terang Injil ada di antara kita, hari
anugerah, sarana-sarana anugerah dan Roh anugerah,
hanya sedikit waktu lagi.
(2) Peringatan yang diberikan kepada mereka supaya meman-
faatkan sebaik-baiknya hak istimewa yang sedang mereka
nikmati itu, sebab ada bahaya mereka akan kehilangan
semuanya itu: Selama terang itu ada padamu, percayalah
kepadanya, sebagaimana para pelancong yang bergegas-
gegas menempuh perjalanan mereka supaya tidak kema-
laman di perjalanan, sebab bepergian di malam hari tidak-
lah menyenangkan dan juga tidak aman. “Ayolah,” kata
mereka, “marilah kita bergegas-gegas dan terus maju selagi
hari masih terang.” Demikianlah kita harus sebijaksana itu
demi jiwa kita yang sedang berjalan menuju kekekalan.
Perhatikan:
[1] Berjalan terus menuju sorga, dan semakin mendekati-
nya, dengan menjadi lebih layak untuk masuk ke
dalamnya haruslah menjadi tujuan utama kita dalam
hidup ini. Hidup kita hanya satu hari siang saja pan-
jangnya, dan kita punya waktu satu hari siang saja
untuk melakukan perjalanan kita.
[2] Waktu yang paling baik untuk bepergian yaitu selagi
hari masih terang. Siang hari yaitu saat yang tepat
untuk bekerja, sedangkan malam hari yaitu waktu
untuk beristirahat. Waktu yang tepat untuk memper-
oleh anugerah yaitu selagi firman yang penuh dengan
anugerah itu sedang diberitakan kepada kita, dan selagi
Roh anugerah sedang bergumul dengan kita. Maka dari
itu, sekaranglah waktu yang tepat untuk bergiat.
[3] Dengan demikian kita harus berusaha untuk meman-
faatkan kesempatan yang kita miliki, jangan sampai
hari siang itu berakhir sebelum kita bisa menuntaskan
semua pekerjaan dan perjalanan kita: “Supaya kegelap-
an jangan menguasai kamu, supaya kamu tidak sampai
892
kehilangan kesempatanmu dan tidak lagi dapat mem-
perolehnya kembali, dan sebab nya tidak dapat lagi me-
nunaikan tugasmu.” Lalu kegelapan pun datang, yaitu
ketidakmampuan untuk menyelamatkan diri sebab ke-
adaan para pendosa yang begitu terpuruk di bawah ku-
tukan. Jika pekerjaan tidak dapat diselesaikan pada
saat itu, maka pekerjaan itu tidak akan pernah selesai
untuk selama-lamanya.
(3) Keadaan menyedihkan dari orang-orang yang telah meno-
lak Injil dan kehilangan masa anugerahnya. Mereka berja-
lan dalam kegelapan, dan tidak tahu ke mana mereka per-
gi, atau tempat macam apa yang mereka tuju. Mereka tidak
mengenali jalan yang mereka sedang tempuh itu, dan tidak
bisa tahu akhir dari perjalanan itu. Orang yang tidak me-
miliki terang Injil dan tidak mengenal arahan dan bimbing-
annya biasanya berkelana tanpa arah, terombang-ambing
dalam kesalahan, kekeliruan, dan ribuan jalan yang beng-
kok, tanpa menyadari semuanya itu. Coba saja kesamping-
kan bimbingan pengajaran Kristen, maka kita tidak akan
lagi mengetahui perbedaan antara hal yang baik dan bu-
ruk. Orang yang sedang berjalan menuju kebinasaan tidak
menyadari bahaya itu, sebab ia seperti sedang tertidur atau
menari-nari di tepi jurang.
(4) Kewajiban dan kepentingan besar yang kita semua harus
simpulkan dari semuanya itu (ay. 36): Percayalah kepada
terang itu, selama terang itu ada padamu. Orang-orang Ya-
hudi memiliki kehadiran Kristus di antara mereka pada
saat itu, jadi biarlah mereka memanfaatkan kesempatan
yang ada itu. Kemudian mereka juga mendapatkan kesem-
patan pertama dari tawaran Injil yang disodorkan kepada
mereka oleh para rasul ke mana pun para rasul itu pergi.
Kini, pernyataan Kristus itu merupakan sebuah peringatan
bagi mereka supaya tidak menolak kesempatan itu, melain-
kan menerimanya selagi tawaran itu masih berlaku bagi
mereka. Hal yang sama pun dikatakan Kristus kepada se-
mua orang yang menikmati Injil.
Injil Yohanes 12:27-36
893
Perhatikan:
[1] Sudah menjadi kewajiban setiap dari kita untuk per-
caya kepada terang Injil, untuk menerimanya sebagai
terang ilahi, untuk menerima kebenaran-kebenaran
yang terkandung di dalamnya, sebab Injil yaitu terang
bagi mata kita. Kita juga harus mengikuti bimbingan-
nya, sebab Injil yaitu pelita bagi kaki kita. Kristus ada-
lah Terang itu, dan kita harus percaya kepada-Nya se-
bagaimana Ia telah dinyatakan kepada kita, yaitu seba-
gai Terang sejati yang tidak akan menipu kita, Terang
yang pasti yang tidak akan menyesatkan kita.
[2] Kita berkewajiban untuk menunaikan kewajiban itu se-
lagi terang itu masih ada bersama-sama dengan kita,
untuk berpegang teguh pada Kristus selagi kita memi-
liki Injil untuk menunjukkan jalan kepada-Nya dan
mengarahkan kita ke jalan itu.
[3] Orang-orang yang mempercayai Terang itu akan disebut
anak-anak terang. Mereka akan diakui sebagai orang-
orang Kristen, yang disebut anak-anak terang (Luk.
16:8; Ef. 5:8) dan anak-anak siang (1Tes. 5:5). Orang-
orang yang memiliki Allah sebagai Bapa mereka meru-
pakan anak-anak terang, sebab Allah yaitu terang.
Mereka diperanakkan dari atas dan merupakan pewaris
sorga, juga merupakan anak-anak terang, sebab sorga
itu terang.
VII. Pengunduran diri Kristus dari hadapan mereka, segera sesudah
itu: Sesudah berkata demikian, Yesus tidak mengatakan apa-apa
lagi pada waktu itu, namun membiarkan mereka menimbang-
nimbang perkataan-Nya, lalu Ia pun pergi bersembunyi dari antara
mereka. Dia melakukan itu semua,
1. Untuk menyakinkan dan membangunkan mereka. Jika me-
reka tidak menghiraukan apa yang telah Ia katakan, Dia tidak
mau lagi mengatakan hal-hal lain kepada mereka. Mereka
terikat dengan ketidakpercayaan mereka sendiri, seperti bani
Efraim dengan berhala-berhala mereka. Biarkan mereka saja.
Perhatikan, Kristus memang layak menarik sarana anugerah-
894
Nya dari orang-orang yang menentang-Nya dan menyembunyi-
kan wajah-Nya dari angkatan yang bengkok (Ul. 32:20).
2. Demi keselamatan-Nya sendiri. Dia menyembunyikan diri ter-
hadap angkara murka mereka, dengan mengundurkan diri,
kemungkinannya ke Betania, tempat Ia menginap. Dari se-
mua ini bisa disimpulkan bahwa apa yang Ia katakan tam-
paknya telah membuat orang-orang itu menjadi gusar dan
marah. Mereka menjadi lebih buruk oleh sesuatu yang seha-
rusnya justru bisa membuat mereka lebih baik.
Ketidakpercayaan Orang Banyak
(12:37-41)
37 Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata
mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya, 38 supaya genaplah
firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Tuhan, siapakah yang percaya
kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan
dinyatakan?” 39 sebab itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah
berkata juga: 40 “Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka,
supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati,
lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.” 41 Hal ini dikatakan
oleh Yesaya, sebab ia telah melihat kemuliaan-Nya dan telah berkata-kata
tentang Dia.
Di sini diceritakan tentang penghormatan yang diberikan kepada
Tuhan kita Yesus oleh nabi-nabi Perjanjian Lama, yang menubuat-
kan dan meratapi kedegilan banyak orang yang tidak mau percaya
kepada-Nya. Memang sangat disayangkan dan merupakan sebuah
kedukaan bagi Kristus saat melihat pengajaran-Nya tidak begitu
diterima dan banyak ditentang. Namun, keheranan dan aib ini terha-
pus dan tidak mengecewakan Kristus, sebab dengan demikian, fir-
man Allah digenapi. Ada dua hal yang dikatakan di sini mengenai
orang-orang yang keras hati itu, dan keduanya sudah dinubuatkan
oleh Nabi Yesaya, yaitu bahwa mereka tidak percaya, dan bahwa
mereka tidak dapat percaya.
I. Mereka tidak percaya (ay. 37): Meskipun Yesus mengadakan begitu
banyak mujizat di depan mata mereka, sehingga orang pasti me-
ngira semua itu dapat meyakinkan mereka, namun mereka tetap
tidak percaya kepada-Nya, malah justru menentang-Nya.
Injil Yohanes 12:37-41
895
Perhatikanlah:
1. Betapa melimpahnya sarana untuk meyakinkan mereka yang
diulurkan oleh Kristus: Dia mengadakan mujizat-mujizat, be-
gitu banyaknya. Kata tosauta sēmeia yang dipakai di sini ber-
arti begitu banyak dan begitu hebat. Hal ini mengacu kepada
seluruh mujizat yang telah Ia lakukan sebelumnya. Bahkan,
saat itu pun orang-orang buta dan orang-orang timpang masih
saja berdatangan kepada-Nya di Bait Allah itu, dan mereka
disembuhkan-Nya (Mat. 21:14). Mujizat-mujizat-Nya itu meru-
pakan bukti yang sangat kuat akan amanat yang diemban-
Nya, dan Dia mengandalkan bukti-bukti ini . Di sini ada
dua hal yang ditekankan Kristus mengenai mujizat-mujizat-
Nya itu:
(1) Jumlahnya, banyak – berbeda-beda dan bermacam-ma-
cam. Banyak dan sering kali Ia ulangi, dan setiap mujizat
baru selalu meneguhkan kenyataan dari mujizat-mujizat
lain yang telah mendahuluinya. Banyaknya mujizat yang Ia
lakukan bukan saja menjadi bukti dari kuasa-Nya yang
tidak pernah surut, namun juga memberi lebih banyak
kesempatan bagi orang untuk menelaah mujizat-mujizat
ini . Jika memang ada kecurangan di dalam mujizat-
mujizat ini , rasanya mustahil jika hal itu tidak per-
nah terendus atau dipergoki orang. Lagi pula, semua muji-
zat-Nya itu menyatakan belas kasihan, sehingga semakin
banyak mujizat yang dilakukan berarti semakin banyak
kebaikan yang diberikan.
(2) Kemasyhuran mujizat-mujizat-Nya itu. Dia mengadakan se-
mua mujizat itu secara terang-terangan di hadapan mereka.
Bukan dilakukan dari jarak jauh atau secara sembunyi-
sembunyi, melainkan disaksikan oleh banyak orang dan
dilihat oleh mata kepala mereka sendiri.
2. Ketidakampuhan saran-sarana untuk meyakinkan mereka itu.
Namun mereka tidak percaya kepada-Nya. Mereka tidak dapat
menyangkal bukti-bukti yang telah mereka dapati, namun tetap
tidak mau mengakuinya. Perhatikan, sarana peneguhan iman
yang paling banyak jumlahnya dan paling besar kuasanya pun
tidak akan mampu menumbuhkan iman di dalam hati manu-
896
sia yang telah dikuasai prasangka busuk. Mereka melihat,
namun tidak percaya.
3. Penggenapan firman Allah dalam semua kejadian itu (ay. 38):
Supaya genaplah firman yang disampaikan oleh Nabi Yesaya.
Bukan berarti bahwa orang-orang Yahudi yang degil ini me-
mang berencana untuk menggenapi firman Allah (mereka lebih
suka berangan-angan tentang ayat-ayat Kitab Suci yang berbi-
cara mengenai putra-putra gereja terbaik akan tergenapi da-
lam diri mereka), melainkan bahwa peristiwa itu terjadi sesuai
dengan apa yang telah dinubuatkan sebelumnya, supaya (ut
for ita ut) genaplah firman yang disampaikan oleh Nabi Yesaya.
Semakin mustahil sebuah peristiwa untuk terjadi, semakin
nyata campur tangan ilahi dalam menubuatkan hal ini .
Tidak seorang pun pernah menyangka bahwa kerajaan Mesias
yang begitu disokong oleh bukti-bukti yang meyakinkan itu
ternyata akan begitu sengitnya ditentang oleh orang-orang
Yahudi. sebab itu, ketidakpercayaan mereka itu disebut seba-
gai suatu keajaiban yang menakjubkan (Yes. 29:14). Kristus
sendiri pun merasa heran akan semua itu, namun itulah yang
dinubuatkan oleh Yesaya (Yes. 53:1), dan kini hal itu telah ter-
genapi.
Perhatikanlah:
(1) Di sini Injil disebut sebagai berita mereka: Siapakah yang
percaya, te akon hemon – yang kami dengar, yang telah
kami dengar dari Allah, dan yang telah kamu sekalian de-
ngar dari kami. Pemberitaan kita yaitu berita yang kita
bawa, seperti berita tentang kejadian-kejadian nyata, atau
berita tentang keputusan dalam dewan pemerintahan.
(2) Telah dinubuatkan bahwa meskipun berita ini dibawa ke-
pada banyak orang, hanya sedikit saja dari antara mereka
yang dapat dibujuk untuk mengindahkannya. Banyak
orang yang mendengarnya, namun hanya sedikit yang mem-
perhatikannya dan menerimanya: Siapa yang percaya ter-
hadap berita itu? Ada beberapa di sana dan beberapa di
sini, namun bukan orang-orang yang terpandang. Bukan
orang yang pandai, bukan orang yang mulia, sebab bagi
mereka, berita itu masih kurang meyakinkan.
Injil Yohanes 12:37-41
897
(3) Kenyataan bahwa hanya sedikit saja yang percaya kepada
pemberitaan Injil dikatakan di sini sebagai sesuatu yang
harus diratapi dengan amat sangat. Tambahan kata Tuhan
di sini diambil dari Septuaginta, namun tidak ada dalam ba-
hasa Ibrani, dan penambahan kata itu menunjukkan lapor-
an menyedihkan yang dibawa ke hadapan Allah oleh para
utusan-Nya mengenai sambutan dingin orang-orang terha-
dap pemberitaan mereka, seperti saat hamba itu kembali
dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya (Luk.
14:21).
(4) Alasan mengapa orang-orang tidak mempercayai pemberi-
taan Injil yaitu sebab tangan kekuasaan Tuhan tidak di-
nyatakan kepada mereka, dan hal itu terjadi sebab me-
reka tidak mau mengenal dan berserah kepada anugerah
Allah. Mereka tidak mengalami kebaikan dan persekutuan
dari kematian dan kebangkitan Kristus, yang di dalamnya
tangan kekuasaan Tuhan itu dinyatakan. Mereka melihat
mujizat-mujizat Kristus, namun tidak melihat tangan kekua-
saan Tuhan dinyatakan di dalam mujizat-mujizat ini .
II. Mereka tidak dapat percaya. Mereka tidak dapat percaya sebab
Yesaya telah berkata juga, Ia telah membutakan mata mereka. Per-
nyataan itu sulit sekali dipahami, siapa yang dapat menjelaskan-
nya? Kita yakin bahwa Allah benar-benar adil dan penuh belas
kasihan, dan sebab itu kita tidak bisa berpikir bahwa ada ke-
mandulan untuk melakukan hal yang baik yang berasal dari kebi-
jaksanaan-kebijaksanaan Allah, sampai mereka harus ada di ba-
wah kejahatan yang mematikan. Di dalam kedaulatan-Nya, Allah
tidak mungkin menghalangi seorang pun untuk melakukan hal
yang baik, namun di sini dikatakan, Mereka tidak dapat percaya.
Augustinus, dalam usahanya untuk menjelaskan perkataan itu,
mengungkapkan bahwa dirinya dilanda ketakutan yang kudus
saat mencoba menyelidiki misteri ini. Justa sunt judicia ejus, sed
occulta – Penghakiman-Nya selalu adil, namun tersembunyi.
1. Mereka tidak dapat percaya. Artinya, mereka tidak mau per-
caya. Mereka begitu tegar tengkuk dalam kedegilan mereka,
begitulah yang dipahami oleh bapa gereja Yohanes Krisostom
dan Augustinus. Krisostom memberi contoh-contoh yang
berbeda dari firman Allah mengenai kemandulan seperti itu,
898
yang menunjukkan kehendak yang teguh dalam menolak, se-
perti dalam Kejadian 37:4, mereka tidak mau menyapanya de-
ngan ramah (lihat juga Yohanes 7:7). Ini merupakan kemandul-
an moral, seperti moral orang-orang yang membiasakan diri
berbuat jahat (Yer. 13:23). Akan namun ,
2. Mereka tidak dapat percaya sebab Yesaya telah berkata, Ia te-
lah membutakan mata mereka. Di sinilah kesulitan pemaham-
an itu semakin bertambah. Sudah jelas Allah bukanlah pen-
cipta dosa, akan namun ,
(1) Kadang kala tangan Allah yang penuh dengan kebenaran
juga diakui sebagai penyebab kebutaan dan kekerasan hati
orang-orang yang tetap tidak mau percaya dan tidak sudi
bertobat. Dengan cara ini mereka layak dihukum sebab
menolak terang ilahi dan sebab memberontak terhadap
hukum ilahi. Jika Allah menahan anugerah-Nya sebab di-
lecehkan dan membiarkan manusia dikuasai oleh nafsu
mereka, jika Ia mengizinkan roh jahat untuk bekerja atas
diri orang-orang yang menolak Roh yang baik, dan jika da-
lam tindakan pemeliharaan-Nya Dia menghalangi jalan
para pendosa dengan batu sandungan yang meneguhkan
prasangka mereka, maka dengan begitu Dia membutakan
mata mereka dan mengeraskan hati mereka. Inilah bentuk-
bentuk penghakiman rohani itu, yaitu seperti Allah menye-
rahkan orang-orang bukan Yahudi yang menyembah ber-
hala kepada hawa nafsu yang memalukan, dan menyerah-
kan orang-orang Kristen yang sudah merosot moralnya
kepada kesesatan yang tidak berujung. Perhatikanlah cara
pertobatan yang tersirat di sini, dan juga langkah-langkah
yang perlu dilewati di dalamnya.
[1] Orang-orang berdosa dibawa untuk melihat dengan
mata mereka, untuk mencerna kenyataan dari perkara-
perkara ilahi dan memahami hal-hal ini .
[2] Untuk mengerti dengan hati mereka, untuk menerapkan
hal-hal ini pada diri mereka sendiri. Bukan hanya
menyetujuinya saja, namun juga menerima dan melaku-
kannya.
[3] Untuk diubahkan melalui pertobatan, dan akhirnya ber-
balik dari dosa menuju kepada Kristus, dari dunia dan
Injil Yohanes 12:37-41
899
kedagingan menuju kepada Allah sebagai bagian dan
kebahagiaan mereka.
[4] Kemudian Allah akan menyembuhkan mereka, akan
membenarkan dan menguduskan mereka, akan meng-
ampuni dosa-dosa mereka yang seperti luka yang masih
menganga, dan mematikan kebejatan mereka yang
merongrong bagaikan sebuah penyakit. namun bila Allah
menahan anugerah-Nya, maka tidak satu pun langkah
di atas tadi akan terlaksana. Pengasingan pikiran dari
dan penolakan terhadap Allah dan kehidupan ilahi akan
terus berakar menjadi kebencian yang mendarah daging
dan tidak akan bisa dipadamkan lagi, sehingga mereka
pun tidak lagi memiliki pengharapan.
(2) Kebutaan dan kekerasan hati sebagai hukuman tertera di
dalam firman Allah untuk mengancam orang-orang yang
terus saja bersikeras dalam kejahatan, dan peringatan me-
ngenai hal ini terutama ditujukan terhadap gereja dan
bangsa Yahudi. Seluruh pekerjaan Allah telah diketahui
dari sejak semula oleh Dia, begitu juga seluruh pekerjaan
kita. Kristus sudah tahu sejak semula, siapa yang akan
mengkhianati-Nya, dan Ia pun membeberkan hal itu (6:70).
Hal ini merupakan peneguhan atas kebenaran nubuatan-
nubuatan firman Allah. Dengan begitu, ketidakpercayaan
orang-orang Yahudi pun bahkan dapat dipakai sebagai alat
untuk memperkuat iman kita. Hal itu juga dimaksudkan
sebagai peringatan bagi orang-orang tertentu agar bersikap
waspada, supaya jangan berlaku atas kamu apa yang telah
dikatakan dalam kitab nabi-nabi (Kis. 13:40).
(3) Apa yang telah Allah katakan pastilah akan terjadi, dan
sebab itulah, sebagai akibatnya, dapat dikatakan bahwa
sebab itu mereka tidak dapat percaya, sebab Allah telah
mengatakan demikian melalui para nabi. Begitu dahsyat-
nya pengetahuan Allah sampai-sampai apa yang Ia tidak
dapat ditipu dengan apa yang dinubuatkan-Nya, dan begitu
benarnya kebenaran-Nya sampai-sampai Ia tidak dapat
menipu melalui apa yang dinubuatkan-Nya. Dengan demi-
kian, Kitab Suci tidak dapat dipatahkan. Namun perlu di-
perhatikan bahwa nubuatan itu tidak menyebutkan nama
orang-orang tertentu sehingga bunyinya tidak seperti ini,
900
“Maka dari itu si anu dan si anu tidak dapat percaya, sebab
Yesaya telah berkata demikian,” namun hal itu ditujukan
kepada bangsa Yahudi sebagai satu tubuh, sebab mereka
akan bersikeras dalam ketidaksetiaan mereka sampai kota-
kota telah lengang dan sunyi sepi, tidak ada lagi yang men-
diami, sebagaimana yang terjadi sesudah itu (Yes. 6:11-12).
Akan namun , masih ada sisanya yang selamat (Yes. 6:13, di
situ masih tinggal sepersepuluh dari mereka), yang mem-
buat pintu pengharapan masih cukup terbuka bagi orang-
orang tertentu, supaya setiap orang dapat berkata, tidak-
kah aku masih memiliki kesempatan untuk menjadi salah
satu dari sisa yang terselamatkan itu?
Terakhir, sesudah mengutip nubuatan itu, sang penulis
Injil menunjukkan (ay. 41) bahwa hal itu dimaksudkan me-
ngenai masa yang lebih jauh ke depan dari masa saat
Nabi Yesaya masih hidup, dan terutama mengacu kepada
zaman Mesias: Hal ini dikatakan oleh Yesaya, sebab ia
telah melihat kemuliaan-Nya dan telah berkata-kata tentang
Dia.
1. Dalam nubuatan itu kita bisa membaca bahwa hal ini
dikatakan kepada Yesaya (Yes. 6:8-9). namun di sini, kita
diberi tahu bahwa hal itu dikatakan oleh Yesaya untuk
tujuan ini , sebab sebagai seorang nabi, ia hanya
mengatakan hal-hal yang telah diberitahukan terlebih
dahulu kepadanya, dan setiap hal yang telah dikatakan
kepadanya itu selalu ia ulangi kepada orang-orang yang
harus ia beri tahu (Yes. 21:10).
2. Penglihatan yang disaksikan oleh Yesaya waktu itu ada-
lah mengenai kemuliaan Allah, dan di sini diartikan se-
bagai penglihatannya mengenai kemuliaan Yesus Kris-
tus: Dia melihat kemuliaan-Nya. Dengan demikian,
Yesus Kristus setara dengan Bapa dalam hal kuasa dan
kemuliaan, dan pujian terhadap Kristus juga sama de-
ngan pujian terhadap Bapa. Kristus sudah memiliki ke-
muliaan bahkan sebelum dunia dijadikan, dan Yesaya
melihat hal itu.
3. Saat itu dikatakan bahwa Nabi Yesaya sedang berkata-
kata tentang Dia. Sepertinya hal itu dikatakan mengenai
sang nabi sendiri (sebab kepadanyalah diberikan ama-
Injil Yohanes 12:42-43
901
nat dan perintah), namun di sini dikatakan bahwa hal itu
dikatakan mengenai diri Kristus, sebab sebagaimana
seluruh nabi bersaksi tentang Dia, mereka pun merupa-
kan perlambangan bagi diri-Nya. Nubuatan ini dikata-
kan oleh mereka tentang Yesus, yaitu bahwa kedatang-
an-Nya bukan saja tidak akan ditanggapi oleh banyak
orang, melainkan menjadi bau kematian yang memati-
kan bagi mereka. Mungkin ada keberatan demikian,
bahwa jika pengajaran-Nya itu berasal dari sorga,
mengapa orang-orang Yahudi tidak mempercayainya?
namun inilah jawabannya: Hal itu terjadi bukan sebab
kurangnya bukti, namun sebab hati mereka menjadi
keras, dan telinga mereka berat mendengar. Nubuatan
itu mengatakan bahwa Kristus akan dimuliakan melalui
kehancuran banyak orang yang tidak percaya, serta
juga melalui keselamatan sisa-sisa yang percaya.
Para Pemimpin yang Bersifat Pengecut
(12:42-43)
42 Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepada-Nya, namun
oleh sebab orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang,
supaya mereka jangan dikucilkan. 43 Sebab mereka lebih suka akan kehor-
matan manusia dari pada kehormatan Allah.
Kristus menerima secuil kehormatan dari para pemimpin itu: sebab
mereka percaya kepada-Nya, menjadi yakin bahwa Dia diutus oleh
Allah dan menerima pengajaran-Nya sebagai pengajaran ilahi. namun
penghormatan yang mereka berikan itu tidaklah mencukupi, sebab
mereka tidak memiliki keberanian untuk mengakui iman mereka
akan Dia. Banyak orang mengaku-ngaku mengasihi Kristus, namun
sebenarnya kasih mereka tidaklah sebesar yang mereka akui itu.
Sebaliknya, pemimpin-pemimpin ini memang mengasihi Kristus,
namun tidak bersedia mengakui sebanyak kasih yang mereka rasakan.
Lihatlah di sini betapa kerasnya keyakinan dan kejahatan bergumul
dalam diri para pemimpin ini.
I. Lihatlah bagaimana kuasa firman Allah meyakinkan diri orang-
orang yang dikuasainya, yang tidak berkeras hati menutup mata
mereka terhadap terang. Mereka percaya kepada-Nya seperti
902
Nikodemus, menerima-Nya sebagai seorang guru yang diutus oleh
Allah. Perhatikan, kebenaran Injil mungkin bekerja dalam hati
nurani manusia lebih banyak daripada yang kita sadari. Banyak
orang mengakui kebenaran Injil dalam hati mereka, sekalipun
mereka malu mengakuinya di luar. Mungkin saja pemimpin-pe-
mimpin utama itu sungguh-sungguh percaya, meskipun mereka
lemah dan memiliki iman seperti buluh yang terkulai. Perhatikan,
mungkin saja ada lebih banyak orang baik dari yang selama ini
kita duga. Elia juga mengira dia sendirian saja, padahal Allah
memiliki tujuh ribu penyembah-Nya yang setia di Israel. Beberapa
orang memiliki hati yang lebih baik daripada yang terlihat dari
luar. Kesalahan mereka diketahui, namun pertobatan mereka tidak.
Kebaikan seseorang mungkin tersembunyi oleh kelemahan yang
walaupun salah, masih dapat diampuni, yang telah ia benar-
benar sesali. Kerajaan Allah datang sama sekali tanpa tanda-tan-
da lahiriah, begitu pula tidak semua orang benar memiliki ke-
mampuan untuk terlihat benar.
II. Lihatlah bagaimana kuatnya kuasa dunia dalam membekap ke-
yakinan orang-orang itu. Mereka percaya kepada Kristus, namun
mereka pun tidak mau mengakui Kristus sebab takut akan diku-
cilkan oleh orang-orang Farisi yang memiliki wewenang untuk
memperlakukan mereka dengan semena-mena. Perhatikanlah di
sini,
1. Letak kegagalan dan kesalahan mereka: Mereka tidak meng-
akui Kristus. Perhatikan, iman yang penuh dengan ketakutan
dan rasa malu untuk menampakkan diri patut dipertanyakan
ketulusannya, sebab orang-orang yang percaya dalam hati me-
reka haruslah mengaku dengan mulut mereka juga (Rm. 10:9).
2. Apa yang mereka takuti: supaya mereka jangan dikucilkan, se-
suatu yang mereka anggap dapat membawa aib dan menghan-
curkan mereka. Seolah-olah dikucilkan dari tempat ibadah
(sinagoge) yang telah ditinggalkan Allah dan menjadi tempat
bercokolnya jemaah Iblis yaitu sesuatu yang membahayakan.
3. Alasan dari ketakutan mereka itu: Mereka lebih suka akan
kehormatan manusia, lebih memilih hal itu bagaikan sebuah
harta yang jauh lebih berharga, dan mengejarnya seolah-olah
hal itu akan mendatangkan hal yang lebih baik daripada ke-
hormatan Allah. Sikap seperti itu sama saja dengan penyem-
Injil Yohanes 12:42-43
903
bahan berhala, sebagaimana mereka yang memuja dan me-
nyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya (Rm. 1:25).
Mereka membandingkan kehormatan manusia dan kehormat-
an Allah, dan sesudah menimbang-nimbang, lebih memilih yang
pertama.
(1) Mereka menempatkan kehormatan manusia dalam satu sisi
neraca, dan menimbang-nimbang betapa baiknya memberi-
kan penghormatan kepada manusia dan menyegani penda-
pat orang-orang Farisi, dan menerima kehormatan dari ma-
nusia, dipuji oleh imam-imam kepala dan ditinggikan oleh
rakyat sebagai putra-putra gereja, gereja Yahudi. sebab
itulah, mereka tidak mau mengakui Kristus, sebab kalau
begitu mereka akan mencemari nama baik kaum Farisi dan
kehilangan nama baik mereka sendiri, dan dengan demi-
kian menghalangi kenaikan jabatan mereka. Lagi pula,
nama baik para pengikut Kristus sudah ternoda dan dipan-
dang hina, dan hal seperti itu tidak dapat ditanggung oleh
orang-orang yang gila hormat. Sebenarnya, bisa jadi mere-
ka akan lebih berani jika saja mereka dapat saling menge-
tahui pikiran satu sama lain. Akan namun , setiap pemimpin
ini mengira bahwa jika dia memperlihatkan keberpi-
hakannya terhadap Kristus secara terang-terangan, maka
dia akan harus berjuang sendirian tanpa dibela oleh se-
orang pun juga. Padahal, jika saja satu orang cukup berani
untuk buka suara, dia pasti mendapati lebih banyak sekutu
daripada yang pernah ia duga sebelumnya.
(2) Mereka menaruh kehormatan Allah di sisi neraca yang sa-
tunya lagi. Mereka sadar bahwa dengan mengakui Kristus,
mereka menghormati Allah, sekaligus mendapatkan kehor-
matan dari Allah, dan bahwa Dia akan berkenan kepada
mereka dan berkata, Baik sekali perbuatanmu itu. Akan
namun ,
(3) Mereka lebih memilih kehormatan manusia, dan hal itu
menjungkirbalikkan neraca tadi. Akal sehat berhasil
melampaui iman, membuat mereka berpikir bahwa lebih
menyenangkan untuk terlihat benar menurut pendapat
orang-orang Farisi daripada diterima oleh Allah. Perhati-
kan, cinta akan kehormatan manusia merupakan prasang-
ka yang menghalangi kekuasaan dan ibadah agama dan
904
kesalehan. Banyak orang tidak dapat melihat kemuliaan
Allah sebab terlalu menginginkan dan mendewa-dewakan
pujian dari manusia. Bila cinta akan kehormatan manusia
dicari sebagai suatu kebaikan, maka orang akan menjadi
munafik saat agama sedang ada di atas angin dan diper-
alat untuk mendapatkan kehormatan itu. Sebagai prinsip
utama dari kejahatan, cinta akan kehormatan manusia
akan membuat orang menjadi murtad saat agama sedang
terpuruk dan kehilangan kehormatannya, seperti pada saat
itu (Rm. 2:29).
Percakapan Terakhir Kristus
dengan Orang-orang Yahudi
(12:44-50)
44 namun Yesus berseru kata-Nya: “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan
percaya kepada-Ku, namun kepada Dia, yang telah mengutus Aku; 45 dan
barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. 46 Aku
telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang per-
caya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. 47 Dan jikalau seorang
mendengar perkataan-Ku, namun tidak melakukannya, Aku tidak menjadi
hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan
untuk menyelamatkannya. 48 Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima
perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan,
itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. 49 Sebab Aku ber-
kata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, namun Bapa, yang mengutus Aku,
Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku
katakan dan Aku sampaikan. 50 Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu ada-
lah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya
sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku."
Di sini diceritakan tentang kehormatan yang bukannya direka-reka
sendiri oleh Kristus, namun yang dinyatakan kepada-Nya dalam ama-
nat dan tugas-Nya di dunia ini. Mungkin perkataan dalam ayat-ayat
di atas terjadi tidak pada hari yang sama dengan perbincangan sebe-
lumnya (sebab Dia pergi dari mereka, ay. 36), melainkan pada suatu
waktu sesudah itu, saat Ia sekali lagi menampakkan diri di hadapan
khayalak ramai. Sebagaimana dicatat oleh sang penulis Injil ini, per-
kataan itu merupakan khotbah perpisahan-Nya dengan orang-orang
Yahudi, dan juga perbincangan terakhir-Nya di depan orang banyak.
Perbincangan-Nya yang selanjutnya terjadi secara pribadi dengan
murid-murid-Nya saja. Nah, perhatikanlah bagaimana Tuhan kita
Yesus menyampaikan kata-kata perpisahan-Nya: Yesus berseru. Bu-
Injil Yohanes 12:44-50
905
kankah hikmat berseru-seru (Ams. 8:1), berseru nyaring? (Ams. 1:20).
Suara-Nya yang meninggi dan nyaring itu menegaskan,
1. Keberanian-Nya dalam berbicara. Meskipun mereka tidak memi-
liki keberanian untuk mengakui iman terhadap pengajaran-Nya
secara terang-terangan, Dia tetap berani mengumandangkan
pengajaran-Nya itu. Jika mereka merasa malu sebab semua itu,
Dia tidak begitu, melainkan meneguhkan hati seperti keteguhan
gunung batu (Yes. 50:7).
2. Kesungguhan-Nya dalam berbicara. Dia berseru seperti seorang
yang sungguh-sungguh dan teguh, serta sepenuh hati dalam apa
yang Ia katakan. Dia bukan saja bersedia menyampaikan Injil
Allah kepada mereka, namun juga bahkan rela menyerahkan nya-
wa-Nya sendiri.
3. Kerinduan-Nya supaya semua orang mengindahkan apa yang Ia
katakan itu. sebab itu yaitu kali terakhir penyampaian Injil-
Nya secara langsung oleh Dia sendiri, Ia pun menyerukan, “Ba-
rang siapa mau mendengarkan Aku, biarlah mereka datang seka-
rang.” Jadi, kesimpulan apa yang bisa diambil dari keseluruhan
perkara ini , dari ringkasan penutup seluruh percakapan-
percakapan Kristus ini? Intinya banyak serupa dengan yang di-
perhadapkan kepada Musa (Ul. 30:15): Ingatlah, aku menghadap-
kan kepadamu pada hari ini kehidupan dan kematian. Jadi di sini,
Kristus berpamitan dari Bait Allah dengan sungguh-sungguh
menyampaikan tiga hal: –
I. Hak-hak istimewa dan martabat orang-orang yang percaya. Hal ini
mendorong kita untuk percaya kepada Kristus dan mengakui
iman kita secara terang-terangan. Kita tidak sepatutnya merasa
malu untuk menjalankannya atau mengakuinya, sebab,
1. Dengan percaya kepada Kristus, kita telah dibawa ke dalam
pengenalan mulia akan Allah (ay. 44-45): Barangsiapa percaya
kepada-Ku, dan dengan begitu melihat Aku, percaya kepada
Dia yang telah mengutus Aku, dan dengan demikian juga meli-
hat Dia. Orang yang percaya kepada Kristus,
(1) Tidak percaya kepada seorang manusia biasa saja, seperti
Dia dulu tampak demikian adanya dan dianggap demikian
oleh orang pada umumnya, melainkan percaya kepada Dia
906
yang yaitu Anak Allah, yang setara dengan Bapa dalam
hal kuasa dan kemuliaan. Atau lebih tepat lagi,
(2) Imannya tidak berakhir dalam diri Kristus saja, melainkan
melalui Dia terus berlanjut sampai kepada Bapa, yang
mengutus-Nya. Bapa itu yang menjadi tujuan akhir perja-
lanan kita melalui Kristus. Ajaran Kristus dipercayai dan
diterima sebagai kebenaran Allah. Peristirahatan jiwa yang
percaya ada di dalam Allah melalui Kristus sebagai Sang
Pengantara. Jiwa berserah kepada Kristus supaya diper-
sembahkan ke hadapan Allah. Kekristenan tidak terbentuk
dari filsafat atau politik, melainkan murni oleh keilahian
saja. Hal ini digambarkan dalam ayat 45. Barangsiapa meli-
hat Aku (yang sama artinya dengan percaya kepada-Nya,
sebab iman yaitu mata bagi jiwa), melihat Dia yang meng-
utus Aku. Sewaktu kita mengenal Kristus, kita juga menge-
nal Allah. Sebab:
[1] Allah menyatakan diri-Nya melalui wajah Kristus (2Kor.
4:6), yang merupakan gambar wujud Allah (Ibr. 1:3).
[2] Semua orang yang memandang Kristus dengan iman
akan dipimpin oleh-Nya untuk mengenal Allah, yang te-
lah Kristus nyatakan kepada kita melalui firman dan
Roh-Nya. Kristus, sebagai Allah, merupakan gambar
wujud Bapa-Nya. namun , Kristus, sebagai Sang Pengan-
tara, merupakan wakil Bapa-Nya dalam berhubungan
dengan manusia, sebagai terang, hukum, dan kasih
ilahi yang disampaikan kepada kita di dalam dan mela-
lui-Nya. sebab itu, dengan melihat Dia (yaitu, saat kita
memandang-Nya sebagai Penyelamat, Raja dan Tuhan
dalam kaitannya dengan penebusan yang Ia jalankan),
kita melihat dan memandang Bapa sebagai pemilik,
penguasa, dan pelindung kita, berkaitan dengan pencip-
taan yang Ia lakukan: sebab Allah berkenan mengulur-
kan tangan kepada manusia yang sudah jatuh ke dalam
dosa melalui seorang Pengantara.
2. Dengan demikian kita dibawa untuk menikmati kesukaan be-
sar (ay. 46): Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, baik orang Ya-
Injil Yohanes 12:44-50
907
hudi maupun bukan Yahudi, jangan tinggal di dalam kegelap-
an.
Perhatikanlah:
(1) Sifat atau karakter Kristus: Aku telah datang ke dalam du-
nia sebagai terang, untuk menjadi terang bagi dunia. Hal
ini menyiratkan bahwa Dia sudah memiliki suatu keber-
adaan atau wujud, dan keberadaan-Nya itu yaitu sebagai
terang, bahkan sebelum Dia datang ke dunia ini, sebagai-
mana mentari yang sudah terang bahkan sebelum ia terbit.
Para nabi dan rasul dijadikan terang bagi dunia ini, namun
hanya Kristuslah yang datang ke dunia ini sebagai terang,
sebab sebelumnya, Ia juga sudah menjadi terang di dunia
atas (3:19).
(2) Penghiburan bagi orang-orang Kristen: Mereka tidak lagi
tinggal dalam kegelapan.
[1] Mereka tidak terus ada di bawah kegelapan yang selama
ini menguasai mereka sudah sejak dari dulunya, sebab
kini mereka menjadi terang di dalam Tuhan. Dulu mere-
ka tidak memiliki penghiburan, sukacita, ataupun peng-
harapan sejati, namun mereka tidak terus berada dalam
keadaan seperti itu, sebab terang sudah terbit bagi me-
reka.
[2] Betapapun gelapnya kesukaran, kegelisahan atau ke-
takutan yang mungkin harus mereka hadapi sesudah itu,
mereka tidak akan lama bergumul di dalamnya, sebab
pemeliharaan Allah ada bersama mereka.
[3] Mereka sudah diselamatkan dari kegelapan yang tidak
berkesudahan itu, yang berlangsung selama-lamanya,
yaitu kegelapan pekat tanpa setitik pun cahaya atau
pun pengharapan di dalamnya.
II. Marabahaya yang mengintai orang-orang yang tidak percaya, yang
menjadi peringatan keras supaya mereka tidak terus menge-
raskan hati dalam ketidakpercayaan mereka itu (ay. 47-48): “Dan
jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, namun tidak melaku-
kannya, Aku tidak menjadi hakimnya, bukan Aku, dan tidak seka-
rang, sebab nanti Aku dianggap tidak adil sebab menjadi hakim
atas perkara-Ku sendiri. Akan namun , janganlah ada orang degil
908
yang mengira bahwa dia akan lolos dari hukuman, sebab
sekalipun Aku tidak akan menjadi hakimnya, ada hakim lain yang
akan melakukan itu.” Demikianlah di sini terungkap bencana yang
akan menimpa orang yang tidak percaya.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang macam apa yang ketidakpercayaannya akan
dihukum berat: Orang-orang yang mendengar perkataan Kris-
tus, namun tidak mempercayai perkataan-Nya itu. Orang-orang
yang tidak pernah atau tidak dapat mendengar Injil tidak akan
dihakimi atas dosa ketidakpercayaan, sebab setiap orang akan
dihakimi berdasarkan terang yang dianugerahkan kepadanya:
Orang-orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan dihakimi
tanpa hukum Taurat. Orang-orang yang akan menjadi sasaran
empuk penghukuman besar ini ialah mereka yang telah
mendengar atau dapat mendengar Injil, namun menampiknya.
2. Kejahatan apa yang dituduhkan sebab kedegilan mereka:
tidak menerima perkataan Kristus, yang diartikan sebagai (ay.
48) penolakan terhadap Kristus, ho atheton eme. Kejahatan ini
diartikan sebagai penolakan yang dilakukan dengan penuh
penghinaan dan kebencian. Di mana pun panji Injil dikibar-
kan, sikap yang setengah-setengah tidak akan diterima. Jika
tidak menjadi pengikutnya, maka orang itu dianggap sebagai
musuhnya.
3. Kesabaran dan ketabahan yang luar biasa dari Tuhan kita
Yesus, yang Ia tunjukkan kepada orang-orang yang merendah-
kan-Nya saat Dia turun ke bumi ini: Aku tidak menjadi
hakimnya, tidak sekarang. Perhatikan, Kristus tidak pernah
terburu-buru atau dengan gegabah menindak orang-orang
yang menampik tawaran pertama dari anugerah-Nya, melain-
kan terus menunggu dengan sabar. Dia tidak menghantam
para penentang-Nya saat itu juga, dan tidak pernah memanjat-
kan doa pengantaraan untuk menentang bangsa Israel seba-
gaimana yang pernah dilakukan Elia. Meskipun Kristus me-
miliki wewenang untuk menghakimi, Dia menunda pelaksana-
annya, sebab Dia masih memiliki sebuah tugas yang harus Ia
tuntaskan terlebih dahulu, yaitu menyelamatkan dunia ini,
yang berarti:
Injil Yohanes 12:44-50
909
(1) Sepenuhnya menyelamatkan orang-orang yang telah diberi-
kan kepada-Nya sebelum Dia datang untuk menghakimi
umat manusia yang sudah merosot ini.
(2) Menawarkan keselamatan kepada seluruh dunia, dan lebih
jauh lagi, menyelamatkan jiwa orang banyak. Jika ada yang
pada akhirnya tidak terselamatkan, maka hal itu disebab-
kan oleh kesalahan mereka sendiri. Kristus hendak meng-
hapus dosa dengan mengorbankan diri-Nya sendiri. sebab
itu, kini pelaksanaan kuasa seorang hakim tidaklah sejalan
dengan tugas-Nya ini. Dalam kehinaan-Nya, hak pengha-
kiman-Nya terenggut (Kis. 8:33; dalam TB dikatakan, “Da-
lam kehinaan-Nya, berlangsunglah hukuman-Nya.” – pen.).
Hal ini ditunda untuk sementara waktu.
4. Penghakiman yang sudah pasti akan menimpa orang-orang
yang tidak percaya dan tidak mungkin terelakkan lagi pada
hari besar itu, yaitu hari pada waktu disingkapkannya peng-
hakiman Allah yang adil: ketidakpercayaan pasti menjadi se-
buah dosa yang terkutuk. Beberapa orang mengira bahwa,
saat Kristus berkata, Aku tidak menghakimi seorang pun, Dia
sebenarnya bermaksud untuk mengatakan bahwa mereka
memang telah berada di bawah hukuman. Dengan begitu,
tidak perlu lagi penghakiman, sebab mereka telah mendatang-
kan penghakiman itu bagi diri mereka sendiri. Tidak perlu
dilangsungkan hukuman, sebab mereka sudah membinasakan
diri mereka sendiri. Tentu saja penghakiman apa pun tidak
akan memihak mereka (Ibr. 2:3). Kristus tidak perlu tampil
sebagai pendakwa mereka sebab mereka sudah pasti akan
sengsara jika Ia tidak tampil menjadi pembela mereka. Akan
namun , Dia tetap membeberkan secara terus terang kepada me-
reka kapan dan di mana mereka akan dimintai pertanggung-
jawaban.
(1) Sudah ada seorang hakim bagi mereka. Tidak ada yang
lebih mengerikan daripada kesabaran yang telah disia-
siakan dan anugerah yang telah diinjak-injak. Meskipun
belas kasih