Selasa, 07 Januari 2025

yohanes 3

 


milik Kristus dan 

bukan milik Iblis. sebab  itu, marilah kita memandang 

diri kita sebagai penyewa dari Dia sebagai pemilik.  

[2] Bahwa sekarang juga penguasa dunia ini akan dilempar-

kan keluar.  

Pertama, yang dimaksud dengan penguasa dunia ini 

yaitu  Iblis, sebab dia menguasai manusia di dalam 

dunia ini dengan hal-hal dari dunia ini. Dia yaitu  pe-

nguasa kegelapan dunia ini, artinya, penguasa atas du-

nia yang gelap ini, dan juga atas orang-orang yang berja-

lan dalam kegelapan (2Kor. 4:4; Ef. 4:12).  

Kedua, dikatakan bahwa ia akan dilemparkan ke 

luar, dilemparkan keluar sekarang juga, sebab apa pun 

yang telah dilakukan untuk memperlemah kerajaan 

Iblis sampai saat itu dapat diperbuat berkat kedatangan 

Kristus, sehingga boleh dikatakan bahwa hal ini  

telah terjadi sekarang. Dengan mendamaikan dunia dan 

Allah melalui kematian-Nya, Kristus menghancurkan 

kuasa maut dan melemparkan Iblis si pembinasa ke-

luar. Dengan menarik dunia kepada Allah melalui ajar-


 884

an mengenai salib-Nya, Kristus menghancurkan kuasa 

dosa dan melemparkan Iblis si penipu keluar. Diremuk-

kannya tumit-Nya berarti diremukkannya kepala si ular 

(Kej. 3:15).  Saat antek-anteknya dibungkam, kuil-kuil 

pemujaannya ditinggalkan, berhala-berhalanya ditelan-

tarkan dan kerajaan dunia ini menjadi kerajaan Kristus. 

Pada saat itulah penguasa dunia ini dilemparkan keluar, 

seperti yang tampak melalui penglihatan Yohanes (Why. 

12:8-11), yang mengatakan bahwa hal itu dilakukan 

dengan darah Anak Domba. Pengusiran roh-roh jahat 

dari tubuh orang-orang oleh Kristus merupakan tanda 

dari rancangan agung yang terkandung dalam seluruh 

tugas-Nya. Perhatikanlah, dengan keyakinan sedalam 

apa Kristus membicarakan kemenangan-Nya atas Iblis 

itu. Ia menyatakan kemenangan-Nya itu seperti telah 

terjadi. Bahkan, saat Ia sepertinya telah menyerahkan 

diri kepada maut, Dia justru sedang menaklukkannya.  

(2) Bahwa melalui kematian Kristus, jiwa-jiwa akan dipertobat-

kan, dan ini artinya Iblis dilemparkan ke luar (ay. 32): Apa-

bila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua 

orang datang kepada-Ku. Ada dua hal yang harus diper-

hatikan di sini:  

[1] Rancangan utama Tuhan kita Yesus, yaitu untuk mena-

rik semua orang datang kepada-Nya, bukan hanya 

orang-orang Yahudi saja, yang sudah sejak lama meru-

pakan umat yang dekat dengan Allah, namun  juga orang-

orang bukan-Yahudi, yang selama ini berada jauh dari 

Allah. Sebab, kepada-Nyalah barang yang indah-indah 

kepunyaan segala bangsa datang mengalir (Hag. 2:8), 

dan kepada-Nya akan takluk bangsa-bangsa. Itulah 

yang ditakutkan para musuh-Nya, yaitu bahwa dunia 

akan mendatangi-Nya. Dan Ia memang akan menarik 

semua orang kepada-Nya, meskipun mendapat perla-

wanan dari orang-orang itu. Perhatikanlah di sini be-

tapa Kristus benar-benar melibatkan diri untuk mem-

bawa kembali jiwa manusia. Pertama, Kristus sendirilah 

yang menarik jiwa itu: Aku akan menarik. Kadang kala 

pekerjaan ini digambarkan sebagai tugas dari Bapa 

Injil Yohanes 12:27-36 

 885 

(6:44), namun  di sini, juga dari Sang Anak, yang merupa-

kan tangan kekuasaan Tuhan. Dia tidak menghalau me-

reka dengan kekerasan, melainkan menarik dengan tali 

kesetiaan (Ho. 11:4; Yer. 31:3), menarik sekuat magnet. 

Jiwa dibuat menjadi rela, namun  hal itu hanya terjadi di 

hari yang penuh dengan kekuatan. Kedua, kepada Kris-

tus-lah kita semua ditarik: “Aku akan menarik mereka 

kepada-Ku sebagai pusat dari kesatuan mereka.” Jiwa 

yang jauh dari Kristus dibawa mendekat untuk menge-

nal-Nya. Orang yang pemalu dan tidak mudah percaya 

dibawa supaya mengasihi dan mempercayai-Nya. Se-

muanya ditarik kepada-Nya, ke dalam pelukan tangan-

Nya. Kini Kristus hendak pergi ke sorga, dan Dia akan 

menarik hati manusia ke sana bersama-Nya.  

[2] Cara tidak lazim yang Ia pakai untuk mencapai ren-

cana-Nya, yaitu dengan diangkat dari bumi. Supaya kita 

tidak keliru, maka ada  penjelasan mengenai mak-

sud-Nya itu (ay. 33): Ini dikatakan-Nya untuk menyata-

kan bagaimana caranya Ia akan mati, yaitu mati di kayu 

salib, meskipun mereka sudah berencana dan berusaha 

untuk merajam-Nya. Dia yang tersalib itu pertama-tama 

dipakukan ke salib, lalu diangkat ke atas. Dia ditinggi-

kan sebagai tontonan bagi dunia, diangkat di antara 

sorga dan bumi sebagai seorang yang sepertinya tidak 

layak berada di kedua tempat itu. Akan namun , perkata-

an itu dimaksudkan di sini untuk menyatakan suatu 

pencapaian yang mulia, ean hypsōthō – jika   Aku 

ditinggikan. Kristus menganggap penderitaan-Nya seba-

gai kehormatan-Nya. Dengan cara apa pun kita mati, 

jika   kita mati di dalam Kristus, maka kita akan 

ditinggikan dari penjara ini, dari gua singa ini, ke tem-

pat yang terang dan penuh kasih. Kita harus belajar 

dari Guru kita, untuk berbicara mengenai kematian 

dengan kesenangan yang kudus, dan berkata, “Saat itu, 

kita pasti akan ditinggikan.” Nah, penarikan seluruh 

umat manusia kepada Kristus terjadi sesudah  Dia diting-

gikan dari bumi. 

Pertama, hal itu terjadi pada waktu yang tepat. Gere-

ja berkembang pesat sesudah  kematian Kristus. Sewaktu 


 886

Kristus masih hidup, kita bisa membaca mengenai 

ribuan orang yang diberi makan saat  Dia berkhotbah, 

namun  sesudah  kematian-Nya, kita bisa membaca tentang 

ribuan orang yang bergabung ke dalam gereja-Nya ke-

tika ada khotbah. Bangsa Israel mulai bertambah ba-

nyak di Mesir sesudah  kematian Yusuf.   

Kedua, ditariknya seluruh umat manusia kepada 

Kristus merupakan akibat mulia dari kematian-Nya. 

Perhatikan, kematian Kristus mengandung kuasa yang 

dahsyat dan ampuh dalam menarik jiwa-jiwa kepada-

Nya. Meskipun bagi sebagian orang salib Kristus itu me-

rupakan batu sandungan, namun  bagi sebagian lainnya, 

salib itu bagaikan batu yang mengandung magnet. Be-

berapa orang menghubung-hubungkan hal ini  de-

ngan penangkapan banyak ikan melalui sebuah pukat. 

Terangkatnya Kristus bagaikan ditebarkannya pukat itu 

(Mat. 13:47-48). Atau, kematian-Nya itu juga seperti 

pemasangan tiang bendera yang menarik para serdadu 

untuk berkumpul bersama. Atau bahkan, hal itu bisa 

diibaratkan dengan pengangkatan tiang ular tembaga di 

padang gurun, yang menarik semua orang yang telah 

dipagut ular tedung, segera sesudah  mereka mengetahui 

bahwa ular tembaga itu telah diangkat dan ada kuasa 

penyembuhan di dalamnya. Oh, betapa banyaknya 

orang-orang yang ditarik ke sana! Begitu pulalah ba-

nyak orang ditarik mendekat kepada Kristus saat kese-

lamatan di dalam Dia diberitakan kepada seluruh bang-

sa (lihat 3:14-15). Mungkin, posisi Kristus saat disalib-

kan juga menunjukkan hal ini , sebab tangan-Nya 

terbentang, seakan-akan mengundang semua orang ke-

pada-Nya, dan tangan itu akan memeluk mereka yang 

datang menghampiri-Nya. Orang-orang yang menyebab-

kan Kristus mati dengan cara hina seperti itu mengira 

bahwa dengan begitu mereka telah menjauhkan seluruh 

umat manusia dari-Nya, namun  Iblis rupanya telah ter-

tembak oleh anak panahnya sendiri. Dari yang makan 

keluar makanan. 

Injil Yohanes 12:27-36 

 887 

V. Keberatan dan gerutuan orang-orang terhadap apa yang Ia kata-

kan itu (ay. 34). Meskipun mereka telah mendengar suara dari 

sorga dan kata-kata penuh kemuliaan yang keluar dari mulut 

Kristus, mereka tetap saja berkeberatan dan mencari gara-gara 

untuk bertengkar dengan-Nya. Kristus telah menyebut diri-Nya 

sebagai Anak Manusia (ay. 23), yang telah mereka pahami sebagai 

salah satu julukan bagi Mesias (Dan. 7:13). Dia juga mengatakan 

bahwa Anak Manusia harus ditinggikan, yang dapat mereka 

pahami sebagai penanda kematian-Nya, dan barangkali Kristus 

sendiri pun telah menerangkannya demikian. Beberapa orang 

menduga bahwa Ia mengulangi apa yang telah Ia katakan itu ke-

pada Nikodemus (3:14): demikian juga Anak Manusia harus diting-

gikan. Nah, untuk menentang perkataan-Nya itu,  

1.  Mereka mengemukakan ayat-ayat dalam Perjanjian Lama yang 

berbicara tentang kekekalan Mesias, bahwa Ia tidak mungkin 

disingkirkan begitu saja di tengah-tengah masa hidup-Nya, 

sebab Dia seharusnya menjadi seorang imam untuk selama-

lamanya (Mzm. 110:4), dan seorang raja untuk selama-lama-

nya  (Mzm. 89:30, dsb.), dan bahwa Ia seharusnya memiliki 

umur panjang untuk seterusnya dan selama-lamanya dan 

tahun-tahun hidupnya kiranya sampai turun-temurun (Mzm. 

21:5; 61:7). Berdasarkan semuanya ini mereka menyimpulkan 

bahwa Mesias tidak akan mati. Begitulah, pengetahuan hebat 

yang ada dalam firman Allah, bila hati tidak dikuduskan, bisa 

diselewengkan untuk dijadikan dalih atas ketidakpercayaan, 

dan dipakai untuk menentang Kekristenan dengan perleng-

kapan Kekristenan itu sendiri. Penyelewengan mereka akan 

Kitab Suci, untuk menentang apa yang telah dikatakan oleh 

Kristus itu akan terlihat jelas bila kita mempertimbangkan,  

(1) Bahwa, saat mereka memakai firman Allah untuk mem-

buktikan bahwa Mesias akan tetap hidup selama-lamanya, 

mereka tidak mengindahkan bagian lain dari firman Allah 

yang menyatakan tentang kematian dan penderitaan Me-

sias. Jika mereka telah mendengar dari hukum Taurat bah-

wa Mesias tetap hidup selama-lamanya, masakan mereka 

tidak pernah mendengar juga dari hukum Taurat bahwa 

Mesias akan disingkirkan (Dan. 9:26) dan bahwa Ia akan 

menyerahkan nyawanya ke dalam maut (Yes. 53:12), bah-


 888

kan lebih khusus lagi, bahwa tangan dan kaki-Nya akan di-

tusuk? Lalu mengapa kini mereka menganggap ditinggikan-

nya Anak Manusia sebagai sebuah hal yang tidak masuk 

akal? Perhatikan, kita sering kali membuat kesalahan yang 

besar dan berusaha membenarkan kekeliruan itu dengan 

dalih yang diambil dari firman Allah, dengan memecah-me-

cahkan hal-hal yang sudah Allah rangkai menjadi satu di 

dalam firman-Nya, dan menentang sebuah kebenaran de-

ngan berpura-pura membela kebenaran yang lainnya. Kita 

telah mendengar bagian Injil yang menerangkan tentang 

anugerah yang cuma-cuma, dan kita juga sudah mende-

ngar bagian lain yang mengemukakan tentang kewajiban, 

dan kita harus menerima kedua hal ini  serta tidak 

boleh mencerai-beraikannya, atau membuat keduanya sa-

ling bertentangan. 

(2) Bahwa, saat mereka menentang apa yang Kristus katakan 

mengenai penderitaan Anak Manusia, mereka mengabaikan 

apa yang dikatakan-Nya tentang kemuliaan dan kehormat-

an-Nya. Jika mereka telah mendengar dari hukum Taurat 

bahwa Kristus tetap hidup selama-lamanya, masakan me-

reka tidak pernah mendengar Tuhan Yesus berkata bahwa 

Ia akan dimuliakan, dan bahwa Dia akan menghasilkan ba-

nyak buah dan menarik semua manusia kepada-Nya? Bu-

kankah Dia baru saja menjanjikan kehormatan abadi bagi 

para pengikut-Nya, yang berarti bahwa Ia akan hidup un-

tuk selama-lamanya? namun  mereka mengabaikan hal itu. 

Begitulah para penentang yang tidak jujur biasanya hanya 

menentang suatu bagian dari pendapat lawan mereka, 

padahal jika mereka memahami pendapat itu seutuh-utuh-

nya, pastilah mereka tidak dapat lagi menyanggahnya. Di 

dalam pengajaran Kristus memang ada  beberapa per-

nyataan yang kelihatannya bertentangan namun  sesungguh-

nya bersetujuan, dan ini menjadi batu sandungan bagi 

orang-orang yang berpikiran sesat – misalnya, Kristus disa-

libkan, namun  pada saat yang bersamaan, dimuliakan; di-

tinggikan dari bumi, namun  dengan begitu justru menarik 

semua orang datang kepada-Nya.  

2.  Lalu mereka bertanya, Siapakah Anak Manusia itu? Mereka 

menanyakan ini bukan sebab  mereka ingin diajar, namun  de-

Injil Yohanes 12:27-36 

 889 

ngan nada mengejek dan melecehkan, seakan-akan kini me-

reka telah berhasil memojokkan Kristus dan mengalahkan-

Nya. “Engkau berkata, Anak Manusia harus mati, dan kami 

telah membuktikan bahwa Mesias tidak mati, jadi kalau be-

gitu, di mana letak sifat Mesias-Mu itu? Anak Manusia macam 

begini, yang Kaupakai untuk menyebut diri-Mu sendiri, tidak-

lah mungkin Mesias. Jadi lebih baik Kau mulai cari kebohong-

an yang lain saja.” Nah, hal yang membuat mereka berpra-

sangka buruk terhadap Kristus yaitu  keadaan-Nya yang se-

derhana dan miskin. Mereka lebih suka tidak mempunyai se-

orang Kristus sama sekali daripada memiliki seorang Kristus 

yang menderita.  

VI. Jawaban yang Kristus berikan terhadap keberatan mereka itu, 

atau lebih tepatnya, apa yang Ia katakan mengenai keberatan me-

reka itu. Keberatan yang mereka ajukan itu tidak lain yaitu  

sebuah gerutuan, yang jika mereka mau, bisa mereka jawab sen-

diri saja dengan mudahnya: manusia mati, namun  jiwanya kekal 

dan hidup selama-lamanya, begitu juga Anak Manusia. sebab  

itulah, daripada meladeni kebodohan mereka, Kristus lebih memi-

lih untuk melayangkan peringatan keras bagi mereka agar was-

pada supaya tidak menyia-nyiakan kesempatan yang mereka pu-

nya dengan melontarkan gerutuan remeh yang tidak berguna se-

perti itu (ay. 35-36): “Hanya sedikit waktu lagi, sedikit saja, terang 

ada di antara kamu. sebab  itu, jadilah bijak demi kebaikan diri-

mu sendiri, selama terang itu ada padamu, percayalah kepada-

nya.” 

1.  Secara garis besar, di sini kita dapat mengamati  

(1) Kepedulian Kristus terhadap jiwa-jiwa manusia, dan 

hasrat-Nya akan kesejahteraan jiwa mereka itu. Lihatlah di 

sini, betapa lembutnya Ia memperingatkan orang-orang 

yang begitu bernafsu untuk menentang-Nya! Bahkan saat 

Ia menghadapi para pendosa yang menentang-Nya, Dia 

tetap mengusahakan keselamatan mereka (Ams. 29:10). 

(2) Cara yang Ia pakai untuk menghadapi mereka, dengan 

lemah lembut menuntun orang yang suka melawan (2Tim. 

2:25).  Seandainya hati nurani manusia menjadi waspada 

sebab  kepedulian mereka terhadap keadaan kekekalan 


 890

mereka, dan seandainya mereka menyadari betapa sedikit-

nya waktu yang mereka miliki sehingga mereka tidak boleh 

menyia-nyiakannya, pastilah mereka tidak akan mem-

buang waktu dan pikiran mereka yang mulia itu dengan 

hanya menggerutu saja.  

2.  Secara khusus, di sini bisa kita dapati,  

(1) Keuntungan yang mereka miliki dengan keberadaan Kristus 

dan Injil-Nya di tengah-tengah mereka, yang hanya akan 

mereka nikmati dalam waktu yang singkat dan tidak pasti: 

Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. 

Kristus yaitu  terang itu. Beberapa penulis kuno menduga 

bahwa dengan menyebut diri-Nya sebagai terang, Dia sebe-

narnya telah diam-diam menjawab keberatan mereka itu. 

Kematian-Nya di atas kayu salib tetap sejalan dengan kehi-

dupan yang harus Ia miliki untuk selama-lamanya itu, 

sebagaimana kelangsungan matahari, sekalipun harus 

terbenam setiap kali malam menjelang. Keberlangsungan 

kerajaan Kristus diperbandingkan dengan kelangsungan 

matahari dan bulan (Mzm. 72:17; 89:37-38). Pengaturan 

tata surya oleh Allah tidak akan berubah-ubah, namun  

matahari dan bulan tetap terbenam dan terhalang sinarnya 

setiap kali terjadi gerhana. Begitu pula Kristus, sang Men-

tari Kebenaran itu hidup untuk selama-lamanya, namun  te-

tap harus diselimuti penderitaan, dan tinggal sedikit lagi 

waktu yang tersisa bagi-Nya untuk tetap berada di bawah 

cakrawala ini. Nah, 

[1] Terang itu ada di antara orang-orang Yahudi saat itu, 

sebab secara jasmaniah, Kristus ada di antara mereka. 

Mereka dapat mendengar khotbah-Nya dan melihat 

mujizat-mujizat yang Ia lakukan. Bagi kita, firman Allah 

bagaikan terang yang bersinar di tempat yang gelap.  

[2] Hanya sebentar lagi saja terang itu ada di antara me-

reka. Tidak lama lagi Kristus akan meninggalkan me-

reka. Gereja jasmaniah mereka itu akan hancur lebur 

dan kerajaan Allah akan direnggut dari mereka, lalu 

Israel akan dilanda kebutaan dan kesukaran. Perhati-

kan, kita sebaiknya menyadari bahwa hanya sebentar 

saja terang itu ada bersama-sama kita. Waktu kita sedi-

Injil Yohanes 12:27-36 

 891 

kit dan mungkin tidak akan ada banyak kesempatan 

lagi. Kaki dian akan segera disingkirkan. Setidaknya, 

kita pasti akan segera tersingkir. Memang hanya sedikit 

waktu lagi terang kehidupan ada di antara kita, hanya 

sedikit waktu lagi terang Injil ada di antara kita, hari 

anugerah, sarana-sarana anugerah dan Roh anugerah, 

hanya sedikit waktu lagi. 

(2) Peringatan yang diberikan kepada mereka supaya meman-

faatkan sebaik-baiknya hak istimewa yang sedang mereka 

nikmati itu, sebab ada bahaya mereka akan kehilangan 

semuanya itu: Selama terang itu ada padamu, percayalah 

kepadanya, sebagaimana para pelancong yang bergegas-

gegas menempuh perjalanan mereka supaya tidak kema-

laman di perjalanan, sebab bepergian di malam hari tidak-

lah menyenangkan dan juga tidak aman. “Ayolah,” kata 

mereka, “marilah kita bergegas-gegas dan terus maju selagi 

hari masih terang.” Demikianlah kita harus sebijaksana itu 

demi jiwa kita yang sedang berjalan menuju kekekalan.  

Perhatikan:  

[1] Berjalan terus menuju sorga, dan semakin mendekati-

nya, dengan menjadi lebih layak untuk masuk ke 

dalamnya haruslah menjadi tujuan utama kita dalam 

hidup ini. Hidup kita hanya satu hari siang saja pan-

jangnya, dan kita punya waktu satu hari siang saja 

untuk melakukan perjalanan kita.  

[2] Waktu yang paling baik untuk bepergian yaitu  selagi 

hari masih terang. Siang hari yaitu  saat yang tepat 

untuk bekerja, sedangkan malam hari yaitu  waktu 

untuk beristirahat. Waktu yang tepat untuk memper-

oleh anugerah yaitu  selagi firman yang penuh dengan 

anugerah itu sedang diberitakan kepada kita, dan selagi 

Roh anugerah sedang bergumul dengan kita. Maka dari 

itu, sekaranglah waktu yang tepat untuk bergiat.  

[3] Dengan demikian kita harus berusaha untuk meman-

faatkan kesempatan yang kita miliki, jangan sampai 

hari siang itu berakhir sebelum kita bisa menuntaskan 

semua pekerjaan dan perjalanan kita: “Supaya kegelap-

an jangan menguasai kamu, supaya kamu tidak sampai 


 892

kehilangan kesempatanmu dan tidak lagi dapat mem-

perolehnya kembali, dan sebab nya tidak dapat lagi me-

nunaikan tugasmu.” Lalu kegelapan pun datang, yaitu 

ketidakmampuan untuk menyelamatkan diri sebab  ke-

adaan para pendosa yang begitu terpuruk di bawah ku-

tukan. Jika pekerjaan tidak dapat diselesaikan pada 

saat itu, maka pekerjaan itu tidak akan pernah selesai 

untuk selama-lamanya.   

(3)  Keadaan menyedihkan dari orang-orang yang telah meno-

lak Injil dan kehilangan masa anugerahnya. Mereka berja-

lan dalam kegelapan, dan tidak tahu ke mana mereka per-

gi, atau tempat macam apa yang mereka tuju. Mereka tidak 

mengenali jalan yang mereka sedang tempuh itu, dan tidak 

bisa tahu akhir dari perjalanan itu. Orang yang tidak me-

miliki terang Injil dan tidak mengenal arahan dan bimbing-

annya biasanya berkelana tanpa arah, terombang-ambing 

dalam kesalahan, kekeliruan, dan ribuan jalan yang beng-

kok, tanpa menyadari semuanya itu. Coba saja kesamping-

kan bimbingan pengajaran Kristen, maka kita tidak akan 

lagi mengetahui perbedaan antara hal yang baik dan bu-

ruk. Orang yang sedang berjalan menuju kebinasaan tidak 

menyadari bahaya itu, sebab ia seperti sedang tertidur atau 

menari-nari di tepi jurang. 

(4) Kewajiban dan kepentingan besar yang kita semua harus 

simpulkan dari semuanya itu (ay. 36): Percayalah kepada 

terang itu, selama terang itu ada padamu. Orang-orang Ya-

hudi memiliki kehadiran Kristus di antara mereka pada 

saat itu, jadi biarlah mereka memanfaatkan kesempatan 

yang ada itu. Kemudian mereka juga mendapatkan kesem-

patan pertama dari tawaran Injil yang disodorkan kepada 

mereka oleh para rasul ke mana pun para rasul itu pergi. 

Kini, pernyataan Kristus itu merupakan sebuah peringatan 

bagi mereka supaya tidak menolak kesempatan itu, melain-

kan menerimanya selagi tawaran itu masih berlaku bagi 

mereka. Hal yang sama pun dikatakan Kristus kepada se-

mua orang yang menikmati Injil.  

Injil Yohanes 12:27-36 

 893 

Perhatikan: 

[1]  Sudah menjadi kewajiban setiap dari kita untuk per-

caya kepada terang Injil, untuk menerimanya sebagai 

terang ilahi, untuk menerima kebenaran-kebenaran 

yang terkandung di dalamnya, sebab Injil yaitu  terang 

bagi mata kita. Kita juga harus mengikuti bimbingan-

nya, sebab Injil yaitu  pelita bagi kaki kita. Kristus ada-

lah Terang itu, dan kita harus percaya kepada-Nya se-

bagaimana Ia telah dinyatakan kepada kita, yaitu seba-

gai Terang sejati yang tidak akan menipu kita, Terang 

yang pasti yang tidak akan menyesatkan kita. 

[2] Kita berkewajiban untuk menunaikan kewajiban itu se-

lagi terang itu masih ada bersama-sama dengan kita, 

untuk berpegang teguh pada Kristus selagi kita memi-

liki Injil untuk menunjukkan jalan kepada-Nya dan 

mengarahkan kita ke jalan itu.   

[3] Orang-orang yang mempercayai Terang itu akan disebut 

anak-anak terang. Mereka akan diakui sebagai orang-

orang Kristen, yang disebut anak-anak terang (Luk. 

16:8; Ef. 5:8) dan anak-anak siang (1Tes. 5:5). Orang-

orang yang memiliki Allah sebagai Bapa mereka meru-

pakan anak-anak terang, sebab Allah yaitu  terang. 

Mereka diperanakkan dari atas dan merupakan pewaris 

sorga, juga merupakan anak-anak terang, sebab sorga 

itu terang.  

VII. Pengunduran diri Kristus dari hadapan mereka, segera sesudah  

itu:  Sesudah berkata demikian, Yesus tidak mengatakan apa-apa 

lagi pada waktu itu, namun  membiarkan mereka menimbang-

nimbang perkataan-Nya, lalu Ia pun pergi bersembunyi dari antara 

mereka. Dia melakukan itu semua,  

1.  Untuk menyakinkan dan membangunkan mereka. Jika me-

reka tidak menghiraukan apa yang telah Ia katakan, Dia tidak 

mau lagi mengatakan hal-hal lain kepada mereka. Mereka 

terikat dengan ketidakpercayaan mereka sendiri, seperti bani 

Efraim dengan berhala-berhala mereka. Biarkan mereka saja. 

Perhatikan, Kristus memang layak menarik sarana anugerah-


 894

Nya dari orang-orang yang menentang-Nya dan menyembunyi-

kan wajah-Nya dari angkatan yang bengkok (Ul. 32:20).   

2. Demi keselamatan-Nya sendiri. Dia menyembunyikan diri ter-

hadap angkara murka mereka, dengan mengundurkan diri, 

kemungkinannya ke Betania, tempat Ia menginap. Dari se-

mua ini bisa disimpulkan bahwa apa yang Ia katakan tam-

paknya telah membuat orang-orang itu menjadi gusar dan 

marah. Mereka menjadi lebih buruk oleh sesuatu yang seha-

rusnya justru bisa membuat mereka lebih baik.  

Ketidakpercayaan Orang Banyak 

(12:37-41) 

37 Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata 

mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya, 38 supaya genaplah 

firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Tuhan, siapakah yang percaya 

kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan 

dinyatakan?” 39 sebab  itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah 

berkata juga: 40 “Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, 

supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, 

lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.” 41 Hal ini dikatakan 

oleh Yesaya, sebab  ia telah melihat kemuliaan-Nya dan telah berkata-kata 

tentang Dia. 

 

Di sini diceritakan tentang penghormatan yang diberikan kepada 

Tuhan kita Yesus oleh nabi-nabi Perjanjian Lama, yang menubuat-

kan dan meratapi kedegilan banyak orang yang tidak mau percaya 

kepada-Nya. Memang sangat disayangkan dan merupakan sebuah 

kedukaan bagi Kristus saat  melihat pengajaran-Nya tidak begitu 

diterima dan banyak ditentang. Namun, keheranan dan aib ini terha-

pus dan tidak mengecewakan Kristus, sebab dengan demikian, fir-

man Allah digenapi. Ada dua hal yang dikatakan di sini mengenai 

orang-orang yang keras hati itu, dan keduanya sudah dinubuatkan 

oleh Nabi Yesaya, yaitu bahwa mereka tidak percaya, dan bahwa 

mereka tidak dapat percaya.  

I.  Mereka tidak percaya (ay. 37): Meskipun Yesus mengadakan begitu 

banyak mujizat di depan mata mereka, sehingga orang pasti me-

ngira semua itu dapat meyakinkan mereka, namun mereka tetap 

tidak percaya kepada-Nya, malah justru menentang-Nya. 

Injil Yohanes 12:37-41 

 895 

Perhatikanlah:  

1.  Betapa melimpahnya sarana untuk meyakinkan mereka yang 

diulurkan oleh Kristus: Dia mengadakan mujizat-mujizat, be-

gitu banyaknya. Kata tosauta sēmeia yang dipakai di sini ber-

arti begitu banyak dan begitu hebat. Hal ini mengacu kepada 

seluruh mujizat yang telah Ia lakukan sebelumnya. Bahkan, 

saat itu pun orang-orang buta dan orang-orang timpang masih 

saja berdatangan kepada-Nya di Bait Allah itu, dan mereka 

disembuhkan-Nya (Mat. 21:14). Mujizat-mujizat-Nya itu meru-

pakan bukti yang sangat kuat akan amanat yang diemban-

Nya, dan Dia mengandalkan bukti-bukti ini . Di sini ada 

dua hal yang ditekankan Kristus mengenai mujizat-mujizat-

Nya itu:  

(1)  Jumlahnya, banyak – berbeda-beda dan bermacam-ma-

cam. Banyak dan sering kali Ia ulangi, dan setiap mujizat 

baru selalu meneguhkan kenyataan dari mujizat-mujizat 

lain yang telah mendahuluinya. Banyaknya mujizat yang Ia 

lakukan bukan saja menjadi bukti dari kuasa-Nya yang 

tidak pernah surut, namun  juga memberi  lebih banyak 

kesempatan bagi orang untuk menelaah mujizat-mujizat 

ini . Jika memang ada kecurangan di dalam mujizat-

mujizat ini , rasanya mustahil jika hal itu tidak per-

nah terendus atau dipergoki orang.  Lagi pula, semua muji-

zat-Nya itu menyatakan belas kasihan, sehingga semakin 

banyak mujizat yang dilakukan berarti semakin banyak 

kebaikan yang diberikan.  

(2) Kemasyhuran mujizat-mujizat-Nya itu. Dia mengadakan se-

mua mujizat itu secara terang-terangan di hadapan mereka. 

Bukan dilakukan dari jarak jauh atau secara sembunyi-

sembunyi, melainkan disaksikan oleh banyak orang dan 

dilihat oleh mata kepala mereka sendiri.  

2.  Ketidakampuhan saran-sarana untuk meyakinkan mereka itu. 

Namun mereka tidak percaya kepada-Nya. Mereka tidak dapat 

menyangkal bukti-bukti yang telah mereka dapati, namun  tetap 

tidak mau mengakuinya. Perhatikan, sarana peneguhan iman 

yang paling banyak jumlahnya dan paling besar kuasanya pun 

tidak akan mampu menumbuhkan iman di dalam hati manu-


 896

sia yang telah dikuasai prasangka busuk. Mereka melihat, 

namun  tidak percaya.  

3.  Penggenapan firman Allah dalam semua kejadian itu (ay. 38): 

Supaya genaplah firman yang disampaikan oleh Nabi Yesaya. 

Bukan berarti bahwa orang-orang Yahudi yang degil ini me-

mang berencana untuk menggenapi firman Allah (mereka lebih 

suka berangan-angan tentang ayat-ayat Kitab Suci yang berbi-

cara mengenai putra-putra gereja terbaik akan tergenapi da-

lam diri mereka), melainkan bahwa peristiwa itu terjadi sesuai 

dengan apa yang telah dinubuatkan sebelumnya, supaya (ut 

for ita ut) genaplah firman yang disampaikan oleh Nabi Yesaya. 

Semakin mustahil sebuah peristiwa untuk terjadi, semakin 

nyata campur tangan ilahi dalam menubuatkan hal ini . 

Tidak seorang pun pernah menyangka bahwa kerajaan Mesias 

yang begitu disokong oleh bukti-bukti yang meyakinkan itu 

ternyata akan begitu sengitnya ditentang oleh orang-orang 

Yahudi. sebab  itu, ketidakpercayaan mereka itu disebut seba-

gai suatu keajaiban yang menakjubkan (Yes. 29:14). Kristus 

sendiri pun merasa heran akan semua itu, namun  itulah yang 

dinubuatkan oleh Yesaya (Yes. 53:1), dan kini hal itu telah ter-

genapi.  

Perhatikanlah:  

(1) Di sini Injil disebut sebagai berita mereka: Siapakah yang 

percaya, te akon hemon – yang kami dengar, yang telah 

kami dengar dari Allah, dan yang telah kamu sekalian de-

ngar dari kami. Pemberitaan kita yaitu  berita yang kita 

bawa, seperti berita tentang kejadian-kejadian nyata, atau 

berita tentang keputusan dalam dewan pemerintahan.  

(2) Telah dinubuatkan bahwa meskipun berita ini dibawa ke-

pada banyak orang, hanya sedikit saja dari antara mereka 

yang dapat dibujuk untuk mengindahkannya. Banyak 

orang yang mendengarnya, namun  hanya sedikit yang mem-

perhatikannya dan menerimanya: Siapa yang percaya ter-

hadap berita itu? Ada beberapa di sana dan beberapa di 

sini, namun  bukan orang-orang yang terpandang. Bukan 

orang yang pandai, bukan orang yang mulia, sebab bagi 

mereka, berita itu masih kurang meyakinkan.   

Injil Yohanes 12:37-41 

 897 

(3) Kenyataan bahwa hanya sedikit saja yang percaya kepada 

pemberitaan Injil dikatakan di sini sebagai sesuatu yang 

harus diratapi dengan amat sangat. Tambahan kata Tuhan 

di sini diambil dari Septuaginta, namun  tidak ada dalam ba-

hasa Ibrani, dan penambahan kata itu menunjukkan lapor-

an menyedihkan yang dibawa ke hadapan Allah oleh para 

utusan-Nya mengenai sambutan dingin orang-orang terha-

dap pemberitaan mereka, seperti saat hamba itu kembali 

dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya (Luk. 

14:21).  

(4) Alasan mengapa orang-orang tidak mempercayai pemberi-

taan Injil yaitu  sebab  tangan kekuasaan Tuhan tidak di-

nyatakan kepada mereka, dan hal itu terjadi sebab  me-

reka tidak mau mengenal dan berserah kepada anugerah 

Allah. Mereka tidak mengalami kebaikan dan persekutuan 

dari kematian dan kebangkitan Kristus, yang di dalamnya 

tangan kekuasaan Tuhan itu dinyatakan. Mereka melihat 

mujizat-mujizat Kristus, namun  tidak melihat tangan kekua-

saan Tuhan dinyatakan di dalam mujizat-mujizat ini .   

II.  Mereka tidak dapat percaya. Mereka tidak dapat percaya sebab 

Yesaya telah berkata juga, Ia telah membutakan mata mereka. Per-

nyataan itu sulit sekali dipahami, siapa yang dapat menjelaskan-

nya? Kita yakin bahwa Allah benar-benar adil dan penuh belas 

kasihan, dan sebab  itu kita tidak bisa berpikir bahwa ada ke-

mandulan untuk melakukan hal yang baik yang berasal dari kebi-

jaksanaan-kebijaksanaan Allah, sampai mereka harus ada di ba-

wah kejahatan yang mematikan. Di dalam kedaulatan-Nya, Allah 

tidak mungkin menghalangi seorang pun untuk melakukan hal 

yang baik, namun  di sini dikatakan, Mereka tidak dapat percaya. 

Augustinus, dalam usahanya untuk menjelaskan perkataan itu, 

mengungkapkan bahwa dirinya dilanda ketakutan yang kudus 

saat mencoba menyelidiki misteri ini. Justa sunt judicia ejus, sed 

occulta – Penghakiman-Nya selalu adil, namun  tersembunyi.  

1. Mereka tidak dapat percaya. Artinya, mereka tidak mau per-

caya. Mereka begitu tegar tengkuk dalam kedegilan mereka, 

begitulah yang dipahami oleh bapa gereja Yohanes Krisostom 

dan Augustinus. Krisostom memberi  contoh-contoh yang 

berbeda dari firman Allah mengenai kemandulan seperti itu, 


 898

yang menunjukkan kehendak yang teguh dalam menolak, se-

perti dalam Kejadian 37:4, mereka tidak mau menyapanya de-

ngan ramah (lihat juga Yohanes 7:7). Ini merupakan kemandul-

an moral, seperti moral orang-orang yang membiasakan diri 

berbuat jahat (Yer. 13:23). Akan namun , 

2.  Mereka tidak dapat percaya sebab Yesaya telah berkata, Ia te-

lah membutakan mata mereka. Di sinilah kesulitan pemaham-

an itu semakin bertambah. Sudah jelas Allah bukanlah pen-

cipta dosa, akan namun ,  

(1) Kadang kala tangan Allah yang penuh dengan kebenaran 

juga diakui sebagai penyebab kebutaan dan kekerasan hati 

orang-orang yang tetap tidak mau percaya dan tidak sudi 

bertobat. Dengan cara ini mereka layak dihukum sebab  

menolak terang ilahi dan sebab  memberontak terhadap 

hukum ilahi. Jika Allah menahan anugerah-Nya sebab  di-

lecehkan dan membiarkan manusia dikuasai oleh nafsu 

mereka, jika Ia mengizinkan roh jahat untuk bekerja atas 

diri orang-orang yang menolak Roh yang baik, dan jika da-

lam tindakan pemeliharaan-Nya Dia menghalangi jalan 

para pendosa dengan batu sandungan yang meneguhkan 

prasangka mereka, maka dengan begitu Dia membutakan 

mata mereka dan mengeraskan hati mereka.  Inilah bentuk-

bentuk penghakiman rohani itu, yaitu seperti Allah menye-

rahkan orang-orang bukan Yahudi yang menyembah ber-

hala kepada hawa nafsu yang memalukan, dan menyerah-

kan orang-orang Kristen yang sudah merosot moralnya 

kepada kesesatan yang tidak berujung. Perhatikanlah cara 

pertobatan yang tersirat di sini, dan juga langkah-langkah 

yang perlu dilewati di dalamnya.  

[1] Orang-orang berdosa dibawa untuk melihat dengan 

mata mereka, untuk mencerna kenyataan dari perkara-

perkara ilahi dan memahami hal-hal ini .  

[2] Untuk mengerti dengan hati mereka, untuk menerapkan 

hal-hal ini  pada diri mereka sendiri. Bukan hanya 

menyetujuinya saja, namun  juga menerima dan melaku-

kannya.  

[3] Untuk diubahkan melalui pertobatan, dan akhirnya ber-

balik dari dosa menuju kepada Kristus, dari dunia dan 

Injil Yohanes 12:37-41 

 899 

kedagingan menuju kepada Allah sebagai bagian dan 

kebahagiaan mereka.  

[4] Kemudian Allah akan menyembuhkan mereka, akan 

membenarkan dan menguduskan mereka, akan meng-

ampuni dosa-dosa mereka yang seperti luka yang masih 

menganga, dan mematikan kebejatan mereka yang 

merongrong bagaikan sebuah penyakit. namun  bila Allah 

menahan anugerah-Nya, maka tidak satu pun langkah 

di atas tadi akan terlaksana. Pengasingan pikiran dari 

dan penolakan terhadap Allah dan kehidupan ilahi akan 

terus berakar menjadi kebencian yang mendarah daging 

dan tidak akan bisa dipadamkan lagi, sehingga mereka 

pun tidak lagi memiliki pengharapan. 

(2) Kebutaan dan kekerasan hati sebagai hukuman tertera di 

dalam firman Allah untuk mengancam orang-orang yang 

terus saja bersikeras dalam kejahatan, dan peringatan me-

ngenai hal ini terutama ditujukan terhadap gereja dan 

bangsa Yahudi. Seluruh pekerjaan Allah telah diketahui 

dari sejak semula oleh Dia, begitu juga seluruh pekerjaan 

kita. Kristus sudah tahu sejak semula, siapa yang akan 

mengkhianati-Nya, dan Ia pun membeberkan hal itu (6:70). 

Hal ini merupakan peneguhan atas kebenaran nubuatan-

nubuatan firman Allah. Dengan begitu, ketidakpercayaan 

orang-orang Yahudi pun bahkan dapat dipakai sebagai alat 

untuk memperkuat iman kita. Hal itu juga dimaksudkan 

sebagai peringatan bagi orang-orang tertentu agar bersikap 

waspada, supaya jangan berlaku atas kamu apa yang telah 

dikatakan dalam kitab nabi-nabi (Kis. 13:40). 

(3) Apa yang telah Allah katakan pastilah akan terjadi, dan 

sebab  itulah, sebagai akibatnya, dapat dikatakan bahwa 

sebab  itu mereka tidak dapat percaya, sebab Allah telah 

mengatakan demikian melalui para nabi. Begitu dahsyat-

nya pengetahuan Allah sampai-sampai apa yang Ia tidak 

dapat ditipu dengan apa yang dinubuatkan-Nya, dan begitu 

benarnya kebenaran-Nya sampai-sampai Ia tidak dapat 

menipu melalui apa yang dinubuatkan-Nya. Dengan demi-

kian, Kitab Suci tidak dapat dipatahkan. Namun perlu di-

perhatikan bahwa nubuatan itu tidak menyebutkan nama 

orang-orang tertentu sehingga bunyinya tidak seperti ini, 


 900

“Maka dari itu si anu dan si anu tidak dapat percaya, sebab 

Yesaya telah berkata demikian,” namun  hal itu ditujukan 

kepada bangsa Yahudi sebagai satu tubuh, sebab mereka 

akan bersikeras dalam ketidaksetiaan mereka sampai kota-

kota telah lengang dan sunyi sepi, tidak ada lagi yang men-

diami, sebagaimana yang terjadi sesudah  itu (Yes. 6:11-12). 

Akan namun , masih ada sisanya yang selamat (Yes. 6:13, di 

situ masih tinggal sepersepuluh dari mereka), yang mem-

buat pintu pengharapan masih cukup terbuka bagi orang-

orang tertentu, supaya setiap orang dapat berkata, tidak-

kah aku masih memiliki kesempatan untuk menjadi salah 

satu dari sisa yang terselamatkan itu?     

Terakhir, sesudah  mengutip nubuatan itu, sang penulis 

Injil menunjukkan (ay. 41) bahwa hal itu dimaksudkan me-

ngenai masa yang lebih jauh ke depan dari masa saat  

Nabi Yesaya masih hidup, dan terutama mengacu kepada 

zaman Mesias: Hal ini dikatakan oleh Yesaya, sebab  ia 

telah melihat kemuliaan-Nya dan telah berkata-kata tentang 

Dia.  

1.  Dalam nubuatan itu kita bisa membaca bahwa hal ini 

dikatakan kepada Yesaya (Yes. 6:8-9). namun  di sini, kita 

diberi tahu bahwa hal itu dikatakan oleh Yesaya untuk 

tujuan ini , sebab sebagai seorang nabi, ia hanya 

mengatakan hal-hal yang telah diberitahukan terlebih 

dahulu kepadanya, dan setiap hal yang telah dikatakan 

kepadanya itu selalu ia ulangi kepada orang-orang yang 

harus ia beri tahu (Yes. 21:10).  

2.  Penglihatan yang disaksikan oleh Yesaya waktu itu ada-

lah mengenai kemuliaan Allah, dan di sini diartikan se-

bagai penglihatannya mengenai kemuliaan Yesus Kris-

tus: Dia melihat kemuliaan-Nya. Dengan demikian, 

Yesus Kristus setara dengan Bapa dalam hal kuasa dan 

kemuliaan, dan pujian terhadap Kristus juga sama de-

ngan pujian terhadap Bapa. Kristus sudah memiliki ke-

muliaan bahkan sebelum dunia dijadikan, dan Yesaya 

melihat hal itu.  

3.  Saat itu dikatakan bahwa Nabi Yesaya sedang berkata-

kata tentang Dia. Sepertinya hal itu dikatakan mengenai 

sang nabi sendiri (sebab kepadanyalah diberikan ama-

Injil Yohanes 12:42-43 

 901 

nat dan perintah), namun  di sini dikatakan bahwa hal itu 

dikatakan mengenai diri Kristus, sebab sebagaimana 

seluruh nabi bersaksi tentang Dia, mereka pun merupa-

kan perlambangan bagi diri-Nya. Nubuatan ini dikata-

kan oleh mereka tentang Yesus, yaitu bahwa kedatang-

an-Nya bukan saja tidak akan ditanggapi oleh banyak 

orang, melainkan menjadi bau kematian yang memati-

kan bagi mereka. Mungkin ada keberatan demikian, 

bahwa jika pengajaran-Nya itu berasal dari sorga, 

mengapa orang-orang Yahudi tidak mempercayainya? 

namun  inilah jawabannya: Hal itu terjadi bukan sebab  

kurangnya bukti, namun  sebab  hati mereka menjadi 

keras, dan telinga mereka berat mendengar. Nubuatan 

itu mengatakan bahwa Kristus akan dimuliakan melalui 

kehancuran banyak orang yang tidak percaya, serta 

juga  melalui keselamatan sisa-sisa yang percaya.  

Para Pemimpin yang Bersifat Pengecut 

(12:42-43) 

42 Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepada-Nya, namun  

oleh sebab  orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, 

supaya mereka jangan dikucilkan. 43 Sebab mereka lebih suka akan kehor-

matan manusia dari pada kehormatan Allah. 

Kristus menerima secuil kehormatan dari para pemimpin itu: sebab 

mereka percaya kepada-Nya, menjadi yakin bahwa Dia diutus oleh 

Allah dan menerima pengajaran-Nya sebagai pengajaran ilahi. namun  

penghormatan yang mereka berikan itu tidaklah mencukupi, sebab 

mereka tidak memiliki keberanian untuk mengakui iman mereka 

akan Dia. Banyak orang mengaku-ngaku mengasihi Kristus, namun  

sebenarnya kasih mereka tidaklah sebesar yang mereka akui itu. 

Sebaliknya, pemimpin-pemimpin ini memang mengasihi Kristus, 

namun  tidak bersedia mengakui sebanyak kasih yang mereka rasakan. 

Lihatlah di sini betapa kerasnya keyakinan dan kejahatan bergumul 

dalam diri para pemimpin ini.  

I.  Lihatlah bagaimana kuasa firman Allah meyakinkan diri orang-

orang yang dikuasainya, yang tidak berkeras hati menutup mata 

mereka terhadap terang. Mereka percaya kepada-Nya seperti 


 902

Nikodemus, menerima-Nya sebagai seorang guru yang diutus oleh 

Allah. Perhatikan, kebenaran Injil mungkin bekerja dalam hati 

nurani manusia lebih banyak daripada yang kita sadari. Banyak 

orang mengakui kebenaran Injil dalam hati mereka, sekalipun 

mereka malu mengakuinya di luar. Mungkin saja pemimpin-pe-

mimpin utama itu sungguh-sungguh percaya, meskipun mereka 

lemah dan memiliki iman seperti buluh yang terkulai. Perhatikan, 

mungkin saja ada lebih banyak orang baik dari yang selama ini 

kita duga. Elia juga mengira dia sendirian saja, padahal Allah 

memiliki tujuh ribu penyembah-Nya yang setia di Israel. Beberapa 

orang memiliki hati yang lebih baik daripada yang terlihat dari 

luar. Kesalahan mereka diketahui, namun  pertobatan mereka tidak. 

Kebaikan seseorang mungkin tersembunyi oleh kelemahan yang 

walaupun salah, masih dapat diampuni, yang telah ia benar-

benar sesali.  Kerajaan Allah datang sama sekali tanpa tanda-tan-

da lahiriah, begitu pula tidak semua orang benar memiliki ke-

mampuan untuk terlihat benar.     

II.  Lihatlah bagaimana kuatnya kuasa dunia dalam membekap ke-

yakinan orang-orang itu. Mereka percaya kepada Kristus, namun  

mereka pun tidak mau mengakui Kristus sebab  takut akan diku-

cilkan oleh orang-orang Farisi yang memiliki wewenang untuk 

memperlakukan mereka dengan semena-mena. Perhatikanlah di 

sini,  

1.  Letak kegagalan dan kesalahan mereka: Mereka tidak meng-

akui Kristus. Perhatikan, iman yang penuh dengan ketakutan 

dan rasa malu untuk menampakkan diri patut dipertanyakan 

ketulusannya, sebab orang-orang yang percaya dalam hati me-

reka haruslah mengaku dengan mulut mereka juga (Rm. 10:9).  

2.  Apa yang mereka takuti: supaya mereka jangan dikucilkan, se-

suatu yang mereka anggap dapat membawa aib dan menghan-

curkan mereka. Seolah-olah dikucilkan dari tempat ibadah 

(sinagoge) yang telah ditinggalkan Allah dan menjadi tempat 

bercokolnya jemaah Iblis yaitu  sesuatu yang membahayakan.  

3.  Alasan dari ketakutan mereka itu: Mereka lebih suka akan 

kehormatan manusia, lebih memilih hal itu bagaikan sebuah 

harta yang jauh lebih berharga, dan mengejarnya seolah-olah 

hal itu akan mendatangkan hal yang lebih baik daripada ke-

hormatan Allah. Sikap seperti itu sama saja dengan penyem-

Injil Yohanes 12:42-43 

 903 

bahan berhala, sebagaimana mereka yang memuja dan me-

nyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya (Rm. 1:25). 

Mereka membandingkan kehormatan manusia dan kehormat-

an Allah, dan sesudah  menimbang-nimbang, lebih memilih yang 

pertama.  

(1) Mereka menempatkan kehormatan manusia dalam satu sisi 

neraca, dan menimbang-nimbang betapa baiknya memberi-

kan penghormatan kepada manusia dan menyegani penda-

pat orang-orang Farisi, dan menerima kehormatan dari ma-

nusia, dipuji oleh imam-imam kepala dan ditinggikan oleh 

rakyat sebagai putra-putra gereja, gereja Yahudi. sebab  

itulah, mereka tidak mau mengakui Kristus, sebab kalau 

begitu mereka akan mencemari nama baik kaum Farisi dan 

kehilangan nama baik mereka sendiri, dan dengan demi-

kian menghalangi kenaikan jabatan mereka. Lagi pula, 

nama baik para pengikut Kristus sudah ternoda dan dipan-

dang hina, dan hal seperti itu tidak dapat ditanggung oleh 

orang-orang yang gila hormat. Sebenarnya, bisa jadi mere-

ka akan lebih berani jika saja mereka dapat saling menge-

tahui pikiran satu sama lain. Akan namun , setiap pemimpin 

ini  mengira bahwa jika dia memperlihatkan keberpi-

hakannya terhadap Kristus secara terang-terangan, maka 

dia akan harus berjuang sendirian tanpa dibela oleh se-

orang pun juga. Padahal, jika saja satu orang cukup berani 

untuk buka suara, dia pasti mendapati lebih banyak sekutu 

daripada yang pernah ia duga sebelumnya.  

(2) Mereka menaruh kehormatan Allah di sisi neraca yang sa-

tunya lagi. Mereka sadar bahwa dengan mengakui Kristus, 

mereka menghormati Allah, sekaligus mendapatkan kehor-

matan dari Allah, dan bahwa Dia akan berkenan kepada 

mereka dan berkata, Baik sekali perbuatanmu itu. Akan 

namun ,  

(3) Mereka lebih memilih kehormatan manusia, dan hal itu 

menjungkirbalikkan neraca tadi. Akal sehat berhasil 

melampaui iman, membuat mereka berpikir bahwa lebih 

menyenangkan untuk terlihat benar menurut pendapat 

orang-orang Farisi daripada diterima oleh Allah. Perhati-

kan, cinta akan kehormatan manusia merupakan prasang-

ka yang menghalangi kekuasaan dan ibadah agama dan 


 904

kesalehan. Banyak orang tidak dapat melihat kemuliaan 

Allah sebab  terlalu menginginkan dan mendewa-dewakan 

pujian dari manusia. Bila cinta akan kehormatan manusia 

dicari sebagai suatu kebaikan, maka orang akan menjadi 

munafik saat  agama sedang ada di atas angin dan diper-

alat untuk mendapatkan kehormatan itu. Sebagai prinsip 

utama dari kejahatan, cinta akan kehormatan manusia 

akan membuat orang menjadi murtad saat agama sedang 

terpuruk dan kehilangan kehormatannya, seperti pada saat 

itu (Rm. 2:29).   

Percakapan Terakhir Kristus  

dengan Orang-orang Yahudi 

(12:44-50) 

44 namun  Yesus berseru kata-Nya: “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan 

percaya kepada-Ku, namun  kepada Dia, yang telah mengutus Aku; 45 dan 

barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. 46 Aku 

telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang per-

caya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. 47 Dan jikalau seorang 

mendengar perkataan-Ku, namun  tidak melakukannya, Aku tidak menjadi 

hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan 

untuk menyelamatkannya. 48 Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima 

perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, 

itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. 49 Sebab Aku ber-

kata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, namun  Bapa, yang mengutus Aku, 

Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku 

katakan dan Aku sampaikan. 50 Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu ada-

lah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya 

sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku."  

 

Di sini diceritakan tentang kehormatan yang bukannya direka-reka 

sendiri oleh Kristus, namun  yang dinyatakan kepada-Nya dalam ama-

nat dan tugas-Nya di dunia ini. Mungkin perkataan dalam ayat-ayat 

di atas terjadi tidak pada hari yang sama dengan perbincangan sebe-

lumnya (sebab Dia pergi dari mereka, ay. 36), melainkan pada suatu 

waktu sesudah  itu, saat  Ia sekali lagi menampakkan diri di hadapan 

khayalak ramai. Sebagaimana dicatat oleh sang penulis Injil ini, per-

kataan itu merupakan khotbah perpisahan-Nya dengan orang-orang 

Yahudi, dan juga perbincangan terakhir-Nya di depan orang banyak. 

Perbincangan-Nya yang selanjutnya terjadi secara pribadi dengan 

murid-murid-Nya saja. Nah, perhatikanlah bagaimana Tuhan kita 

Yesus menyampaikan kata-kata perpisahan-Nya: Yesus berseru. Bu-

Injil Yohanes 12:44-50 

 905 

kankah hikmat berseru-seru (Ams. 8:1), berseru nyaring? (Ams. 1:20). 

Suara-Nya yang meninggi dan nyaring itu menegaskan,  

1.  Keberanian-Nya dalam berbicara. Meskipun mereka tidak memi-

liki keberanian untuk mengakui iman terhadap pengajaran-Nya 

secara terang-terangan, Dia tetap berani mengumandangkan 

pengajaran-Nya itu. Jika mereka merasa malu sebab  semua itu, 

Dia tidak begitu, melainkan meneguhkan hati seperti keteguhan 

gunung batu (Yes. 50:7).  

2.  Kesungguhan-Nya dalam berbicara. Dia berseru seperti seorang 

yang sungguh-sungguh dan teguh, serta sepenuh hati dalam apa 

yang Ia katakan. Dia bukan saja bersedia menyampaikan Injil 

Allah kepada mereka, namun  juga bahkan rela menyerahkan nya-

wa-Nya sendiri.   

3.  Kerinduan-Nya supaya semua orang mengindahkan apa yang Ia 

katakan itu. sebab  itu yaitu  kali terakhir penyampaian Injil-

Nya secara langsung oleh Dia sendiri, Ia pun menyerukan, “Ba-

rang siapa mau mendengarkan Aku, biarlah mereka datang seka-

rang.” Jadi, kesimpulan apa yang bisa diambil dari keseluruhan 

perkara ini , dari ringkasan penutup seluruh percakapan-

percakapan Kristus ini? Intinya banyak serupa dengan yang di-

perhadapkan kepada Musa (Ul. 30:15): Ingatlah, aku menghadap-

kan kepadamu pada hari ini kehidupan dan kematian. Jadi di sini, 

Kristus berpamitan dari Bait Allah dengan sungguh-sungguh 

menyampaikan tiga hal: – 

I.  Hak-hak istimewa dan martabat orang-orang yang percaya. Hal ini 

mendorong kita untuk percaya kepada Kristus dan mengakui 

iman kita secara terang-terangan. Kita tidak sepatutnya merasa 

malu untuk menjalankannya atau mengakuinya, sebab,   

1.  Dengan percaya kepada Kristus, kita telah dibawa ke dalam 

pengenalan mulia akan Allah (ay. 44-45): Barangsiapa percaya 

kepada-Ku, dan dengan begitu melihat Aku, percaya kepada 

Dia yang telah mengutus Aku, dan dengan demikian juga meli-

hat Dia. Orang yang percaya kepada Kristus,  

(1) Tidak percaya kepada seorang manusia biasa saja, seperti 

Dia dulu tampak demikian adanya dan dianggap demikian 

oleh orang pada umumnya, melainkan percaya kepada Dia 


 906

yang yaitu  Anak Allah, yang setara dengan Bapa dalam 

hal kuasa dan kemuliaan. Atau lebih tepat lagi, 

(2) Imannya tidak berakhir dalam diri Kristus saja, melainkan 

melalui Dia terus berlanjut sampai kepada Bapa, yang 

mengutus-Nya. Bapa itu yang menjadi tujuan akhir perja-

lanan kita melalui Kristus. Ajaran Kristus dipercayai dan 

diterima sebagai kebenaran Allah. Peristirahatan jiwa yang 

percaya ada di dalam Allah melalui Kristus sebagai Sang 

Pengantara. Jiwa berserah kepada Kristus supaya diper-

sembahkan ke hadapan Allah. Kekristenan tidak terbentuk 

dari filsafat atau politik, melainkan murni oleh keilahian 

saja. Hal ini digambarkan dalam ayat 45. Barangsiapa meli-

hat Aku (yang sama artinya dengan percaya kepada-Nya, 

sebab iman yaitu  mata bagi jiwa), melihat Dia yang meng-

utus Aku. Sewaktu kita mengenal Kristus, kita juga menge-

nal Allah. Sebab: 

[1]  Allah menyatakan diri-Nya melalui wajah Kristus (2Kor. 

4:6), yang merupakan gambar wujud Allah (Ibr. 1:3).  

[2] Semua orang yang memandang Kristus dengan iman 

akan dipimpin oleh-Nya untuk mengenal Allah, yang te-

lah Kristus nyatakan kepada kita melalui firman dan 

Roh-Nya. Kristus, sebagai Allah, merupakan gambar 

wujud Bapa-Nya. namun , Kristus, sebagai Sang Pengan-

tara, merupakan wakil Bapa-Nya dalam berhubungan 

dengan manusia, sebagai terang, hukum, dan kasih 

ilahi yang disampaikan kepada kita di dalam dan mela-

lui-Nya. sebab  itu, dengan melihat Dia (yaitu, saat kita 

memandang-Nya sebagai Penyelamat, Raja dan Tuhan 

dalam kaitannya dengan penebusan yang Ia jalankan), 

kita melihat dan memandang Bapa sebagai pemilik, 

penguasa, dan pelindung kita, berkaitan dengan pencip-

taan yang Ia lakukan: sebab Allah berkenan mengulur-

kan tangan kepada manusia yang sudah jatuh ke dalam 

dosa melalui seorang Pengantara.  

2.  Dengan demikian kita dibawa untuk menikmati kesukaan be-

sar (ay. 46): Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, 

supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, baik orang Ya-

Injil Yohanes 12:44-50 

 907 

hudi maupun bukan Yahudi, jangan tinggal di dalam kegelap-

an.  

Perhatikanlah:  

(1) Sifat atau karakter Kristus: Aku telah datang ke dalam du-

nia sebagai terang, untuk menjadi terang bagi dunia. Hal 

ini menyiratkan bahwa Dia sudah memiliki suatu keber-

adaan atau wujud, dan keberadaan-Nya itu yaitu  sebagai 

terang, bahkan sebelum Dia datang ke dunia ini, sebagai-

mana mentari yang sudah terang bahkan sebelum ia terbit. 

Para nabi dan rasul dijadikan terang bagi dunia ini, namun  

hanya Kristuslah yang datang ke dunia ini sebagai terang, 

sebab sebelumnya, Ia juga sudah menjadi terang di dunia 

atas (3:19).  

(2) Penghiburan bagi orang-orang Kristen: Mereka tidak lagi 

tinggal dalam kegelapan.  

[1] Mereka tidak terus ada di bawah kegelapan yang selama 

ini menguasai mereka sudah sejak dari dulunya, sebab 

kini mereka menjadi terang di dalam Tuhan. Dulu mere-

ka tidak memiliki penghiburan, sukacita, ataupun peng-

harapan sejati, namun  mereka tidak terus berada dalam 

keadaan seperti itu, sebab terang sudah terbit bagi me-

reka.  

[2] Betapapun gelapnya kesukaran, kegelisahan atau ke-

takutan yang mungkin harus mereka hadapi sesudah  itu, 

mereka tidak akan lama bergumul di dalamnya, sebab  

pemeliharaan Allah ada bersama mereka.  

[3] Mereka sudah diselamatkan dari kegelapan yang tidak 

berkesudahan itu, yang berlangsung selama-lamanya, 

yaitu kegelapan pekat tanpa setitik pun cahaya atau 

pun pengharapan di dalamnya.  

II.  Marabahaya yang mengintai orang-orang yang tidak percaya, yang 

menjadi peringatan keras supaya mereka tidak terus menge-

raskan hati dalam ketidakpercayaan mereka itu (ay. 47-48): “Dan 

jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, namun  tidak melaku-

kannya, Aku tidak menjadi hakimnya, bukan Aku, dan tidak seka-

rang, sebab nanti Aku dianggap tidak adil sebab  menjadi hakim 

atas perkara-Ku sendiri. Akan namun , janganlah ada orang degil 


 908

yang mengira bahwa dia akan lolos dari hukuman, sebab 

sekalipun Aku tidak akan menjadi hakimnya, ada hakim lain yang 

akan melakukan itu.” Demikianlah di sini terungkap bencana yang 

akan menimpa orang yang tidak percaya.  

Perhatikanlah:  

1. Orang-orang macam apa yang ketidakpercayaannya akan 

dihukum berat: Orang-orang yang mendengar perkataan Kris-

tus, namun  tidak mempercayai perkataan-Nya itu.  Orang-orang 

yang tidak pernah atau tidak dapat mendengar Injil tidak akan 

dihakimi atas dosa ketidakpercayaan, sebab setiap orang akan 

dihakimi berdasarkan terang yang dianugerahkan kepadanya: 

Orang-orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan dihakimi 

tanpa hukum Taurat. Orang-orang yang akan menjadi sasaran 

empuk penghukuman besar ini ialah mereka yang telah 

mendengar atau dapat mendengar Injil, namun  menampiknya.  

2. Kejahatan apa yang dituduhkan sebab  kedegilan mereka: 

tidak menerima perkataan Kristus, yang diartikan sebagai (ay. 

48) penolakan terhadap Kristus, ho atheton eme. Kejahatan ini 

diartikan sebagai penolakan yang dilakukan dengan penuh 

penghinaan dan kebencian. Di mana pun panji Injil dikibar-

kan, sikap yang setengah-setengah tidak akan diterima. Jika 

tidak menjadi pengikutnya, maka orang itu dianggap sebagai 

musuhnya. 

3.  Kesabaran dan ketabahan yang luar biasa dari Tuhan kita 

Yesus, yang Ia tunjukkan kepada orang-orang yang merendah-

kan-Nya saat Dia turun ke bumi ini: Aku tidak menjadi 

hakimnya, tidak sekarang. Perhatikan, Kristus tidak pernah 

terburu-buru atau dengan gegabah menindak orang-orang 

yang menampik tawaran pertama dari anugerah-Nya, melain-

kan terus menunggu dengan sabar. Dia tidak menghantam 

para penentang-Nya saat itu juga, dan tidak pernah memanjat-

kan doa pengantaraan untuk menentang bangsa Israel seba-

gaimana yang pernah dilakukan Elia. Meskipun Kristus me-

miliki wewenang untuk menghakimi, Dia menunda pelaksana-

annya, sebab Dia masih memiliki sebuah tugas yang harus Ia 

tuntaskan terlebih dahulu, yaitu menyelamatkan dunia ini, 

yang berarti: 

Injil Yohanes 12:44-50 

 909 

(1) Sepenuhnya menyelamatkan orang-orang yang telah diberi-

kan kepada-Nya sebelum Dia datang untuk menghakimi 

umat manusia yang sudah merosot ini.   

(2)  Menawarkan keselamatan kepada seluruh dunia, dan lebih 

jauh lagi, menyelamatkan jiwa orang banyak. Jika ada yang 

pada akhirnya tidak terselamatkan, maka hal itu disebab-

kan oleh kesalahan mereka sendiri. Kristus hendak meng-

hapus dosa dengan mengorbankan diri-Nya sendiri. sebab  

itu, kini pelaksanaan kuasa seorang hakim tidaklah sejalan 

dengan tugas-Nya ini. Dalam kehinaan-Nya, hak pengha-

kiman-Nya terenggut (Kis. 8:33; dalam TB dikatakan, “Da-

lam kehinaan-Nya, berlangsunglah hukuman-Nya.” – pen.). 

Hal ini  ditunda untuk sementara waktu.  

4. Penghakiman yang sudah pasti akan menimpa orang-orang 

yang tidak percaya dan tidak mungkin terelakkan lagi pada 

hari besar itu, yaitu hari pada waktu disingkapkannya peng-

hakiman Allah yang adil: ketidakpercayaan pasti menjadi se-

buah dosa yang terkutuk. Beberapa orang mengira bahwa, 

saat Kristus berkata, Aku tidak menghakimi seorang pun, Dia 

sebenarnya bermaksud untuk mengatakan bahwa mereka 

memang telah berada di bawah hukuman. Dengan begitu, 

tidak perlu lagi penghakiman, sebab mereka telah mendatang-

kan penghakiman itu bagi diri mereka sendiri. Tidak perlu 

dilangsungkan hukuman, sebab mereka sudah membinasakan 

diri mereka sendiri. Tentu saja penghakiman apa pun tidak 

akan memihak mereka (Ibr. 2:3). Kristus tidak perlu tampil 

sebagai pendakwa mereka sebab mereka sudah pasti akan 

sengsara jika Ia tidak tampil menjadi pembela mereka. Akan 

namun , Dia tetap membeberkan secara terus terang kepada me-

reka kapan dan di mana mereka akan dimintai pertanggung-

jawaban.  

(1) Sudah ada seorang hakim bagi mereka. Tidak ada yang 

lebih mengerikan daripada kesabaran yang telah disia-

siakan dan anugerah yang telah diinjak-injak. Meskipun 

belas kasih