an menang atas penghakiman untuk beberapa
saat lamanya, tetap saja akan ada penghakiman yang tidak
berbelas kasihan.
910
(2) Penghakiman akhir mereka ditunda sampai akhir zaman
tiba. Hari penghakiman itulah yang di sini dicamkan Kris-
tus bagi semua orang yang tidak percaya, sebagai balasan
atas segala penghinaan yang telah mereka lontarkan
kepada-Nya. Keadilan ilahi telah menetapkan suatu hari,
dan menambahkan penghukuman pada hari ini , se-
bagaimana yang digambarkan dalam Matius 26:64.
(3) Pada saat itu, mereka akan dihakimi oleh firman Kristus:
Firman yang telah Kukatakan, yang telah kamu pandang
remeh itu, itulah yang akan menjadi hakim semua orang
yang tidak percaya di akhir zaman nanti, sebagaimana para
rasul dan para pemberita firman Kristus dikatakan akan
ikut menghakimi juga (Luk. 22:30). Firman Kristus akan
menghakimi orang-orang yang tidak percaya dengan dua
cara:
[1] Sebagai bukti yang akan menghukum kejahatan me-
reka. Setiap kata yang diucapkan oleh Kristus, setiap
khotbah, setiap alasan, setiap tawaran baik, akan
diungkapkan sebagai kesaksian melawan orang-orang
yang meremehkan perkataan-Nya.
[2] Sebagai sebuah peraturan yang mendatangkan mala-
petaka bagi mereka. Mereka akan dihakimi sesuai de-
ngan kovenan yang telah dibuat dan diberitakan oleh
Kristus. Perkataan Kristus berikut ini, siapa yang tidak
percaya akan dihukum, akan menghakimi seluruh
orang-orang yang tidak percaya ke dalam kebinasaan
yang kekal, dan masih banyak lagi perkataan yang
serupa dengan itu.
III. Pernyataan tegas mengenai wewenang yang dimiliki Kristus dalam
menuntut iman kita dan mengharuskan kita untuk menerima
pengajaran-Nya mengingat pedihnya penghukuman itu (ay. 49-
50), yang di dalamnya terkandung,
1. Amanat yang diterima Tuhan kita Yesus dari Bapa, untuk me-
nyampaikan ajaran-Nya kepada dunia ini (ay. 49): Aku ber-
kata-kata bukan dari diri-Ku sendiri sebagai seorang manusia,
bahkan sebagai seorang manusia biasa, namun Bapa-lah yang
memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku
Injil Yohanes 12:44-50
911
katakan. Hal ini sama dengan apa yang Ia katakan dalam pa-
sal 7:16. Ajaran-Ku,
(1) Tidak berasal dari diri-Ku sendiri, sebab Aku berkata-kata
bukan dari diri-Ku sendiri. Sebagai Anak Manusia, Kristus
tidak membicarakan hal-hal yang disusun atau dihasilkan
oleh pemikiran manusia. Sebagai Anak Allah, Dia tidak
bertindak terpisah atau sendirian saja, akan namun yang
Dia katakan berasal dari kebijaksanaan-kebijaksanaan da-
mai sejahtera. Sebagai Pengantara, kedatangan-Nya ke da-
lam dunia ini dilakukan secara sukarela dan dengan perse-
tujuan penuh dari-Nya, namun tidak sembarangan begitu
saja dan tidak berdasarkan pikiran-Nya saja. Akan namun ,
(2) Bapa-Nya yang mengutus Dia. Allah Bapa memberi-Nya,
[1] Amanat-Nya. Allah mengutus Dia sebagai alat dan wa-
kil-Nya untuk menyelesaikan masalah di antara Allah
dengan manusia, untuk mengadakan suatu perjanjian
damai secara langsung dan membereskan urusan itu.
[2] Arahan-arahan-Nya, yang disebutkan di sini sebagai
perintah, sebab arahan-arahan ini serupa dengan
yang biasa diberikan kepada seorang duta, bukan saja
untuk mengarahkannya mengenai hal-hal yang boleh ia
ungkapkan, namun juga mengenai hal-hal yang harus Ia
ucapkan. Kepada seorang utusan kovenan dipercayakan
sebuah tugas yang harus Ia kerjakan. Perhatikan, sebe-
lum mengajarkan ketaatan kepada kita, Tuhan Yesus
kita belajar bersikap taat terlebih dahulu, sekalipun Dia
yaitu Sang Anak itu sendiri. Tuhan Allah memberi
perintah kepada Adam yang pertama, dan ia mencelaka-
kan kita dengan ketidaktaatannya. Lalu, Allah memberi
perintah kepada Adam yang kedua, dan Ia menyelamat-
kan kita melalui ketaatan-Nya. Allah memberi perintah
kepada-Nya tentang apa yang harus Ia katakan dan apa
yang harus Ia sampaikan. Kedua kata ini menunjuk
pada hal yang sama, untuk menegaskan bahwa setiap
kata mengandung hikmat ilahi. Para nabi Perjanjian
Lama kadang kala berbicara dari diri mereka sendiri,
namun Kristus berbicara oleh Roh di segala waktu. Bebe-
rapa orang mencoba membuat perbedaan: Kristus diberi
912
arahan mengenai apa yang harus Ia katakan dalam
khotbah-khotbah-Nya, dan mengenai apa yang harus Ia
sampaikan dalam perbincangan-perbincangan yang le-
bih bersifat pribadi. Beberapa orang lainnya mengarti-
kannya demikian: Kristus diberi arahan tentang apa
yang harus Ia katakan dalam khotbah-Nya saat itu, dan
tentang apa yang harus Ia sampaikan dalam pengha-
kiman yang akan Ia lakukan di akhir zaman nanti, se-
bab Ia mendapat tugas dan petunjuk untuk melakukan
keduanya.
2. Maksud, rancangan, dan arah dari amanat ini : Aku tahu,
bahwa perintah-Nya itu yaitu hidup yang kekal (ay. 50).
Amanat yang diberikan kepada Kristus mengarah kepada
keadaan kekal dari anak-anak manusia, dan ditujukan bagi
kehidupan dan kebahagiaan kekal mereka dalam keadaan ter-
sebut: Perintah yang diberikan kepada Kristus sebagai seorang
nabi yaitu untuk menyatakan hidup yang kekal (1Yoh. 5:11).
Kuasa yang diberikan kepada Kristus sebagai seorang raja
yaitu untuk memberi hidup yang kekal itu (17:2). Dengan
demikian, perintah yang diberikan kepada-Nya yaitu hidup
yang kekal. Mengenai hal ini, Kristus berkata bahwa Ia menge-
tahuinya: “Sungguh Aku tahu,” yang menunjukkan betapa
gembira dan yakinnya Dia dalam menjalankan semua usaha-
Nya itu, sebab Ia tahu betul bahwa Ia sedang menunaikan
suatu tugas yang baik, yang akan menghasilkan buah dalam
kehidupan yang kekal. Perkataan-Nya itu juga menunjukkan
bahwa orang-orang yang menolak Kristus dan firman-Nya
memang layak untuk binasa. Orang-orang yang tidak menaati
Kristus membenci hidup yang kekal dan menolaknya. Dengan
begitu, bukan hanya perkataan Kristus saja yang akan meng-
hakimi mereka, namun juga perkataan mereka sendiri. Begitu-
lah kebinasaan mereka, mereka sendiri yang memutuskan de-
mikian. Kalau sudah begini, siapakah yang sanggup meluput-
kan diri dari kebinasaan itu?
3. Kepatuhan Kristus dalam menjalankan amanat dan perintah
yang diberikan kepada-Nya, dan tindakan-Nya yang seturut
dengan amanat dan perintah itu: Apa pun yang Aku sampai-
kan, semuanya sebagaimana yang dikatakan Bapa kepada-Ku.
Kristus benar-benar mengenal kebijaksanaan-kebijaksanaan
Injil Yohanes 12:44-50
913
Allah, dan Ia setia menyatakan semuanya kepada anak-anak
manusia, sebanyak yang telah diperintahkan Allah, dan tidak
menahan-nahan apa pun yang akan membawa kebaikan bagi
mereka. Sebagaimana saksi yang setia menyelamatkan jiwa-
jiwa, demikianlah yang diperbuat-Nya. Dia menyampaikan
kebenaran, seluruh kebenaran, tiada lain selain dari kebenar-
an.
Perhatikan:
(1) Hal ini sungguh mendorong iman: Bila kita memahami per-
kataan Kristus dengan benar, kita pasti tidak ragu lagi un-
tuk mempertaruhkan keselamatan jiwa kita kepada per-
kataan-perkataan-Nya itu.
(2) Hal ini yaitu sebuah contoh yang agung mengenai
ketaatan. Kristus mengatakan segala sesuatu tepat seperti
yang telah diperintahkan kepada-Nya, dan kita pun harus
begitu. Dia menyampaikan apa yang telah Bapa firmankan
kepada-Nya, dan kita pun harus seperti itu (4:20). Dari
semua kehormatan yang pernah Ia terima, inilah kehormat-
an yang paling Ia junjung tinggi, yaitu bahwa Ia mengata-
kan apa yang telah difirmankan Bapa kepada-Nya, dan
menyampaikan semua itu tepat dengan cara yang diperin-
tahkan kepada-Nya. Inilah kemuliaan-Nya, bahwa sebagai
Anak, Ia setia terhadap Dia yang mengutus-Nya. sebab
itu, kita pun harus memberi kemuliaan yang layak Ia
terima dengan cara mempercayai setiap perkataan-Nya
dengan sungguh-sungguh, dan sepenuhnya menundukkan
jiwa kita pada perkataan-Nya itu.
PASAL 1 3
etelah selesai berbicara kepada orang banyak, dengan “menang-
gung bantahan dari pihak orang-orang berdosa,” Sang Jurusela-
mat kita kini terlibat dalam percakapan pribadi dengan sahabat-sa-
habat-Nya, yang Ia maksudkan sebagai penghiburan bagi para orang
kudus. Maka dari itu, di sini kita dapat membaca tentang apa yang
terjadi di antara Dia dan para murid-Nya yang akan dipercaya untuk
menangani segala urusan rumah tangga-Nya bila Ia telah pergi ke
negeri yang jauh nanti. Ia pun memperlengkapi mereka dengan peng-
arahan dan penghiburan yang diperlukan. sebab saat-Nya akan
segera tiba, Ia pun bergiat mengatur segala urusan di dalam rumah-
Nya. Dalam pasal ini:
I. Ia membasuh kaki murid-murid-Nya (ay. 1-17).
II. Ia memberitahukan siapa yang akan mengkhianati-Nya (ay.
18-30).
III. Ia mengajari mereka akan ajaran agung mengenai kematian-
Nya sendiri, dan akan tugas besar untuk saling mengasihi
(ay. 31-35).
IV. Ia memberitahukan bahwa Petrus akan menyangkal-Nya (ay.
36-38).
Kristus Membasuh Kaki Murid-murid-Nya;
Perlunya Bersikap Patuh
(13:1-17)
1 Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa
saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti
Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia menga-
sihi mereka sampai kepada kesudahannya. 2 Mereka sedang makan bersama,
dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon,
S
916
untuk mengkhianati Dia. 3 Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan
segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali ke-
pada Allah.4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia meng-
ambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, 5 kemu-
dian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki
murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-
Nya itu. 6 Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya:
“Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” 7 Jawab Yesus kepadanya: “Apa
yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, namun engkau akan mengerti-
nya kelak.” 8 Kata Petrus kepada-Nya: “Engkau tidak akan membasuh kakiku
sampai selama-lamanya.” Jawab Yesus: “Jikalau Aku tidak membasuh eng-
kau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” 9 Kata Simon Petrus ke-
pada-Nya: “Tuhan, jangan hanya kakiku saja, namun juga tangan dan kepala-
ku!” 10 Kata Yesus kepadanya: “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah mem-
basuh diri lagi selain membasuh kakinya, sebab ia sudah bersih seluruh-
nya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.” 11 Sebab Ia tahu, siapa
yang akan menyerahkan Dia. sebab itu Ia berkata: “Tidak semua kamu ber-
sih.” 12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan
kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengertikah kamu
apa yang telah Kuperbuat kepadamu? 13 Kamu menyebut Aku Guru dan
Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. 14
Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang yaitu Tuhan dan Gurumu,
maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; 15 sebab Aku telah mem-
berikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti
yang telah Kuperbuat kepadamu. 16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang
utusan dari pada dia yang mengutusnya. 17 Jikalau kamu tahu semua ini,
maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.
Para penafsir Injil umumnya sepakat bahwa pembasuhan kaki para
murid oleh Kristus dan percakapan yang mengiringi kejadian itu ter-
jadi pada malam yang sama saat Ia dikhianati, pada malam saat Ia
sedang makan paskah dan menetapkan Perjamuan Kudus. Akan
namun , mereka berbeda pendapat mengenai kapan tepatnya hal itu
terjadi, apakah sebelum perayaan khidmat itu dimulai ataukah sesu-
dahnya, ataukah di antara perjamuan makan Paskah dan penetapan
Perjamuan Kudus. Penulis Injil Yohanes ini, sebab begitu tekunnya
mengumpulkan perikop-perikop yang dihilangkan oleh para penulis
Injil lainnya, telah menghilangkan bagian-bagian lain yang telah
dicatat mereka, sehingga agak sulit untuk merangkaikan kembali
semuanya itu menjadi satu. Jika begitu kejadiannya, kita menduga
bahwa Yudas pergi (ay. 30) untuk menyuruh orang-orang yang akan
menahan Tuhan Yesus di taman supaya segera bersiap-siap. Akan
namun Dr. Lightfoot jelas-jelas berangggapan bahwa semua peristiwa
ini , bahkan seluruh peristiwa yang dicatat sampai akhir pasal
14, dilakukan dan dikatakan tidak pada waktu perjamuan Paskah,
sebab di sini dikatakan (ay. 1) bahwa semuanya terjadi sebelum hari
raya Paskah mulai. Sebaliknya, menurut beliau, semuanya itu terjadi
Injil Yohanes 13:1-17
917
pada perjamuan makan di Betania, dua hari sebelum Paskah (yang
bisa kita baca kisahnya dalam Matius 26:2-6), di mana saat itu
Maria mengurapi kepala Kristus untuk yang kedua kalinya dengan
minyak narwastu yang tersisa di buli-buli miliknya. Atau juga, mung-
kin saja semua itu terjadi pada waktu perjamuan malam lain
sebelum paskah, namun bukan seperti yang diadakan di rumah Simon
si kusta, melainkan di salah satu tempat persinggahan Kristus sen-
diri, di mana Dia hanya ditemani oleh para murid-Nya sehingga bisa
lebih leluasa bersama mereka.
Dalam ayat-ayat di atas kita mendapati kisah mengenai pemba-
suhan kaki murid-murid oleh Kristus. Tindakan itu merupakan
sebuah perbuatan yang biasa saja dan tidak dapat dianggap sebagai
suatu mujizat, kecuali kalau kita memandangnya sebagai mujizat ke-
rendahan hati. Maria baru saja mengurapi kepala-Nya, dan kini, su-
paya tindakan-Nya dalam merestui urapan Maria itu tidak dianggap
sebagai sebuah kesombongan, Kristus pun mengimbanginya dengan
sebuah tindakan yang merendahkan diri. namun , mengapa Kristus
melakukan itu? Jika kaki para murid itu memang perlu dibersihkan,
mereka bisa membasuhnya sendiri. Seorang yang bijak tidak akan
melakukan sesuatu hal yang janggal dan tidak lumrah, kecuali ada
alasan dan pertimbangan yang baik di baliknya. Kita yakin bahwa
tindakan ini bukanlah sekedar ulah atau keisengan belaka.
Tidak begitu, justru tindakan khidmat itu dilakukan dengan amat
bersungguh-sungguh. Ada empat alasan yang ditegaskan di sini
mengapa Kristus melakukannya:
1. Supaya Ia dapat menyaksikan kasih-Nya terhadap murid-murid-
Nya (ay. 1-2).
2. Supaya Ia dapat mencontohkan kerendahan hati dan kerelaan-
Nya dalam merendahkan diri (ay. 3-5).
3. Supaya Ia dapat melambangkan pembasuhan rohani, seperti yang
kemudian disinggung dalam pembicaraan-Nya dengan Petrus (ay.
6-11).
4. Supaya Ia dapat memberi sebuah teladan bagi mereka (ay. 12-
17). Keempat alasan ini menguasai seluruh penggambaran
kisah ini.
I. Kristus membasuh kaki murid-murid-Nya supaya Ia dapat mem-
buktikan kasih-Nya yang besar terhadap mereka. Ia mengasihi
mereka sampai kepada kesudahannya (ay. 1-2).
918
1. Di sini, dipaparkan sebuah kebenaran yang tidak perlu diragu-
kan lagi. Tuhan kita Yesus, sama seperti Ia senantiasa menga-
sihi murid-murid-Nya, demikianlah sekarang Ia mengasihi me-
reka sampai kepada kesudahannya (ay. 1).
(1) Kasih-Nya ini sungguh terbukti benar bagi para murid yang
telah mengikuti-Nya secara langsung, terutama kedua be-
las murid itu. Mereka yaitu kepunyaan-Nya di dunia ini,
keluarga-Nya, murid-murid-Nya, sahabat karib-Nya. Anak-
anak yang sesungguhnya memang tidak dimiliki-Nya, namun
Ia telah mengangkat mereka sebagai anak-anak-Nya sen-
diri. Jadi Dia memiliki keluarga-Nya itu di dunia yang lain
ini, namun Ia tinggalkan mereka untuk sementara waktu,
supaya mereka mengurusi milik-Nya yang ada di dunia ini.
Ia menyayangi mereka dan memanggil mereka ke dalam
persekutuan dengan-Nya, bergaul karib dengan mereka,
selalu lembut terhadap mereka, menghibur dan memper-
hatikan kepentingan mereka. Ia mengizinkan mereka ber-
gaul secara leluasa dengan-Nya, dan Ia memaklumi kele-
mahan mereka. Dia mengasihi mereka sampai kepada ke-
sudahannya, dan terus mengasihi mereka seumur hidup-
Nya, bahkan sampai Ia bangkit kembali. Tidak sekali pun
Ia melepaskan kasih dan kebaikan-Nya dari mereka. Meski-
pun kemudian ada orang-orang hebat yang turut meng-
ikuti-Nya, Kristus tidak pernah melupakan teman-teman
lama-Nya hanya untuk menyediakan tempat bagi teman-
teman baru-Nya. Sebaliknya, Ia terus setia mengasihi para
penjala ikan yang miskin itu. Mereka memang lemah dan
dangkal dalam pengetahuan serta tata krama, juga bodoh
dan mudah lupa. Akan namun , sekalipun sering menegur
mereka, Ia tidak pernah berhenti mengasihi dan memper-
hatikan mereka.
(2) Kasih-Nya itu juga berlaku bagi seluruh orang percaya, se-
bab kedua belas bapa gereja itu mewakili seluruh suku
bangsa Israel rohani kepunyaan Allah.
Perhatikan:
[1] Tuhan kita Yesus memiliki sejumlah umat di dunia ini.
Mereka ini yaitu milik kepunyaan-Nya sendiri, sebab
mereka diberikan kepada-Nya oleh Sang Bapa. Kristus
Injil Yohanes 13:1-17
919
telah membeli mereka dengan harga yang amat mahal,
dan Dia telah memilah-milah mereka bagi diri-Nya sen-
diri. Kepunyaan-Nya, sebab mereka telah mengabdikan
diri mereka bagi-Nya sebagai umat-Nya yang istimewa.
Milik kepunyaan-Nya. Bila kata itu dipakai saat mem-
bicarakan orang lain yang tidak menerima-Nya, kata
yang dipakai yaitu tous idious – orang-orang milik ke-
punyaan-Nya sendiri, seperti seorang istri dan anak-
anak yaitu kepunyaan seorang lelaki, sebab ia memi-
liki hubungan tetap yang erat dengan mereka.
[2] Kristus sungguh teramat mengasihi orang-orang milik
kepunyaan-Nya yang ada di dunia ini. saat menyerah-
kan diri-Nya untuk menebus mereka, Dia masih menga-
sihi mereka dengan kasih sejati. Dia masih tetap menga-
sihi mereka dengan kasih setia-Nya saat Ia menerima
mereka untuk bersekutu dengan-Nya. Meskipun mereka
ada di dunia ini, sebuah dunia yang gelap dan jauh, pe-
nuh dengan dosa dan kebejatan, Ia masih tetap saja
mengasihi mereka. Sebentar lagi Dia akan pergi kepada
kepunyaan-Nya yang ada di sorga, tempat roh orang-
orang benar disempurnakan, namun kelihatan-Nya dia
justru lebih mempedulikan nasib orang-orang kepunya-
an-Nya yang masih ada di dunia ini, sebab merekalah
yang paling membutuhkan pemeliharaan-Nya: anak
yang sakit-sakitanlah yang biasanya paling membutuh-
kan perhatian.
[3] Mereka yang dikasihi-Nya, dikasihi-Nya sampai kepada
kesudahannya. Dia selalu setia mengasihi umat-Nya.
Kasih-Nya selalu tetap. Dia mengasihi dengan kasih
yang kekal (Yer. 31:3), kekal dalam segala rancangan-
Nya sampai pada keberlangsungannya. Tidak ada satu
hal pun yang dapat memisahkan orang percaya dari
kasih Kristus. Dia mengasihi orang-orang kepunyaan-
Nya, eis telos – dengan cara yang sempurna, sebab Ia
akan menyempurnakan segala yang baik bagi mereka
dan akan membawa mereka ke dunia di mana ada
kasih yang sempurna.
2. Kristus menyatakan kasih-Nya kepada mereka dengan mem-
basuh kaki mereka, sebagaimana wanita saleh itu (Luk. 7:38)
920
menunjukkan kasihnya terhadap-Nya dengan membasuh dan
menyeka kaki-Nya. Dengan demikian Ia hendak menunjukkan
bahwa kasih-Nya kepada mereka bukan saja tetap adanya,
namun juga disertai dengan kerelaan untuk merendahkan diri,
– bahwa dalam menunjukkan kasih-Nya itu Ia rela merendah-
kan diri-Nya, – dan bahwa kemuliaan yang tampak saat Ia
ditinggikan, yang segera akan Ia masuki kini, tidak akan
menghalangi segala kebaikan yang Ia maksudkan bagi orang-
orang pilihan-Nya. Demikianlah Ia hendak meneguhkan janji
yang telah Ia berikan kepada seluruh orang kudus, bahwa Ia
akan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan
datang melayani mereka (Luk. 12:37), akan meninggikan mere-
ka dengan kehormatan yang besar dan mengherankan, seperti
seorang tuan melayani hamba-hambanya. Para murid itu baru
saja menunjukkan lemahnya kasih mereka terhadap Dia,
dengan bersungut-sungut atas minyak narwastu yang dicu-
rahkan di atas kepala-Nya itu (Mat. 26:8). Akan namun , Dia kini
justru membuktikan kasih-Nya terhadap mereka. Kelemahan
kita memang kalah dan lenyap oleh kebaikan Kristus.
3. Dia memilih waktu itu untuk membasuh kaki mereka, yaitu
sesaat sebelum Paskah terakhir-Nya, sebab dua alasan:
(1) sebab Ia tahu bahwa saat-Nya telah tiba kini, saat yang
telah lama Ia tunggu-tunggu, saat untuk beralih dari dunia
ini kepada Bapa.
Perhatikanlah di sini:
[1] Perubahan yang akan segera terjadi pada Tuhan kita
Yesus: Dia akan beralih dari dunia ini. Hal ini dimulai
pada saat kematian-Nya, namun baru tuntas sepenuhnya
pada saat kenaikan-Nya. Sebagaimana Kristus sendiri,
begitu pula dengan semua orang percaya, berkat perse-
kutuan dengan-Nya, mereka akan meninggalkan tubuh
jasmani mereka saat mereka beralih dari dunia ini un-
tuk pergi kepada Bapa dan berada bersama-sama de-
ngan Tuhan. Ini merupakan keberangkatan untuk ke-
luar dari dunia ini, dunia yang jahat dan mencelakakan
ini, yang tidak setia dan tidak beriman ini – dunia yang
penuh dengan pekerjaan berat, susah payah, dan goda-
an – lembah air mata ini. Keberangkatan ini merupakan
Injil Yohanes 13:1-17
921
kepergian kepada Bapa, untuk memandang Bapa dari
segala roh dan menikmati kehadiran bersama Dia.
[2] Waktu perubahan itu: Saat-Nya sudah tiba. Saat seperti
itu kadang kala disebut sebagai saat si musuh (Luk.
22:53), saat kemenangan mereka. Kadangkala juga di-
katakan sebagai saat-Nya, saat kemenangan-Nya, saat
yang telah Ia nanti-nantikan sejak lama. Waktu pen-
deritaan-Nya telah ditetapkan bahkan sampai jamnya,
dan hal itu berlangsung hanya sejam lamanya.
[3] Pengetahuan-Nya mengenai saat itu sebelum waktunya
tiba: Dia tahu bahwa saat-Nya sudah tiba. Dari awal Ia
sudah tahu bahwa saat seperti itu akan datang dan
kapan waktunya, dan kini Ia tahu bahwa saat itu sudah
datang. Kita tidak tahu kapan saat kita akan tiba, jadi
sebab itu apa yang biasanya kita harus lakukan untuk
mempersiapkan waktu kita itu tidak boleh sampai ter-
bengkalai. Sebaliknya juga, saat melalui banyak tanda
kita mengetahui bahwa saat kita telah tiba, kita harus
bergiat melakukan persiapan yang sungguh-sungguh,
sebagaimana yang dilakukan Guru kita (2Ptr. 3:14).
sesudah Kristus mengetahui bahwa Ia harus segera per-
gi, Ia pun membasuh kaki murid-murid-Nya, supaya, se-
bagaimana kepala-Nya sendiri baru saja diurapi untuk
mengingat hari penguburan-Nya, begitu pula kaki mere-
ka dibasuh untuk mengingat hari pengudusan mereka
melalui turunnya Roh Kudus lima puluh hari kemu-
dian, sebagaimana para imam dibasuh (Im. 8:6). Saat
kita melihat bahwa hari keberangkatan kita telah kian
mendekat, kita harus melakukan yang terbaik bagi
orang-orang yang akan kita tinggalkan.
(2) Sebab Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas
Iskariot untuk mengkhianati Dia (ay. 2). Bila dicerna dengan
cermat, kata-kata ini dapat dianggap,
[1] Sebagai penelusuran asal-muasal pengkhianatan Yu-
das. Jelaslah dosa dengan sifat yang demikian ini sudah
pasti mengandung citra dan gambaran Iblis. Kita tidak
bisa mengerti jalan masuk seperti apa yang dimiliki Iblis
untuk merasuki hati manusia, dengan cara seperti apa
922
Iblis membidik panah-panah penyesatannya, dan bagai-
mana dia mencampuradukkan semua itu dengan pikir-
an-pikiran yang terkandung dalam hati. Akan namun ,
ada beberapa dosa tertentu yang sungguh-sungguh ce-
marnya sampai tidak perlu lagi dipancing sedikit pun
dengan godaan dunia ataupun kedagingan, sehingga
jelas sekali tampak bahwa Iblislah yang mengerami
benih-benih dosa itu di dalam hati yang bersedia mau
menjadi tempat bertumbuhnya benih-benih itu. Sikap
Yudas yang mengkhianati seorang Guru seperti Kristus
dengan cara murahan dan tanpa memerlukan banyak
hasutan tega melakukannya merupakan sikap memu-
suhi Allah yang terang-terangan, yang tidak mungkin
dilontarkan oleh siapa pun selain Iblis sendiri, yang
mengira bahwa dengan begitu ia telah membinasakan
kerajaan Sang Penebus, padahal sesungguhnya, justru
kerajaannya sendirilah yang hancur.
[2] Sebagai peneguhan alasan mengapa kini Kristus mem-
basuh kaki murid-murid-Nya.
Pertama, oleh sebab Yudas telah bertekad untuk
mengkhianati-Nya, maka saat kematian-Nya pastilah
sudah di ambang pintu. Jika hal itu memang telah di-
putuskan, maka mudah saja untuk mengamini perkata-
an Rasul Paulus, darahku sudah mulai dicurahkan seba-
gai persembahan. Perhatikan, semakin kita menyadari
betapa kejamnya musuh-musuh terhadap kita, maka
semakin giat pula kita harus bersiap menghadapi ke-
mungkinan yang terburuk.
Kedua, sebab kini Yudas sudah masuk dalam jerat
dan Iblis tengah mengincar Petrus dan murid-murid
lainnya (Luk. 22:31), Kristus pun ingin membentengi
orang-orang kepunyaan-Nya itu dari serangan Iblis.
Saat si serigala telah merenggut salah satu dari kawan-
an domba, maka sudah waktunya bagi sang gembala
untuk menjagai sisanya. Obat penawar racun harus
segera dioleskan saat radang sudah mulai menyerang.
Dr. Lightfoot mengamati bahwa para murid sudah bela-
jar dari Yudas sikap bersungut-sungut saat ia melaku-
kannya saat Kristus diurapi (bdk. 12:4 dst. dengan
Injil Yohanes 13:1-17
923
Mat. 26:8). Kini, agar mereka tidak bertindak lebih bu-
ruk lagi, Kristus pun membentengi mereka melalui se-
buah pelajaran mengenai kerendahan hati, supaya me-
reka dapat mempertahankan diri dari serangannya yang
paling mencelakakan itu.
Ketiga, Yudas, yang kini sedang mereka-reka peng-
khianatannya, yaitu salah satu dari kedua belas mu-
rid. Di sini Kristus hendak menunjukkan bahwa Dia
tidak berencana untuk mengusir mereka semua hanya
sebab kesalahan satu orang. Meskipun salah seorang
dari kumpulan mereka itu telah kerasukan setan dan
menjadi seorang pengkhianat, mereka tidak harus me-
nanggung akibat buruk sebab perbuatannya itu.
Kristus tetap saja mengasihi gereja-Nya, sekalipun ada
orang-orang munafik di dalamnya. Dia tetap berbaik
hati kepada murid-murid-Nya meskipun Dia tahu bah-
wa di antara mereka ada seorang Yudas.
II. Kristus membasuh kaki murid-murid-Nya untuk memberi teladan
mengenai kerendahan hati-Nya yang luar biasa. Ia menunjukkan
betapa Dia rela merendahkan diri-Nya dan membiarkan seluruh
dunia tahu betapa rendahnya Dia mau membungkuk demi untuk
mengasihi orang-orang kepunyaan-Nya. Hal ini ditegaskan dalam
ayat 3-5. Mengetahui, dan kini benar-benar mempertimbangkan,
dan mungkin juga memperbincangkan kehormatan-Nya sebagai
Sang Pengantara dan memberitahukan kawan-kawan-Nya bahwa
Bapa telah memberi segalanya ke dalam tangan-Nya, Ia pun
bangkit dari tempat duduk-Nya. Lalu, diiringi rasa terkejut tak
terkira dari semua orang di situ, yang bertanya-tanya apa gerang-
an yang akan Ia lakukan, Ia pun membasuh kaki murid-murid-Nya
itu.
1. Di sini digambarkan bagaimana Tuhan Yesus sungguh-sung-
guh ditinggikan. Hal-hal mulia dikatakan di sini mengenai
Kristus sebagai Pengantara.
(1) Bapa telah menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangan-
Nya. Bapa telah memberi hak kepemilikan dan kuasa
atas segalanya, sebagai pemilik sorga dan bumi, dalam
menjalankan rancangan-rancangan agung dari tugas yang
924
diemban-Nya (Mat. 11:27). Penyelesaian dan penengahan
segala persoalan di antara Allah dan manusia diserahkan
ke dalam tangan-Nya sebagai Sang Pengantara dan Peng-
adil Agung. Juga, segala urusan penyelenggaraan kerajaan
Allah di tengah-tengah manusia, dalam segala bentuknya,
diserahkan kepada-Nya. Dengan demikian, segala tindakan
pemerintahan maupun penghakiman akan dilaksanakan
melalui tangan-Nya, sebab Dia-lah pewaris dari segala
sesuatu yang ada.
(2) Ia datang dari Allah. Hal ini menyiratkan bahwa Dia telah
ada bersama-sama dengan Allah dari sejak semula. Ia me-
miliki wujud dan kemuliaan, bukan saja sebelum Dia dila-
hirkan ke dunia ini, namun juga bahkan sebelum dunia ini
dijadikan. Ia datang ke dunia ini sebagai utusan Allah, de-
ngan mengemban amanat dari-Nya. Dia datang dari Allah
sebagai Anak Allah dan yang diutus oleh Allah. Nabi-nabi
dalam Perjanjian Lama dibangkitkan dan dipekerjakan bagi
Allah, namun Kristus datang langsung dari-Nya.
(3) Dia pergi kepada Allah, untuk dimuliakan bersama-sama
dengan Allah dengan kemuliaan yang sama yang telah Ia
miliki bersama-sama dengan Allah sejak kekekalan. Apa
yang berasal dari Allah akan kembali kepada Allah. Orang-
orang yang dilahirkan dari sorga pasti akan kembali menu-
ju ke sana. Sebagaimana Kristus datang dari Allah untuk
menjadi wakil Allah di dunia ini, demikian pula Dia pergi
kepada Allah untuk menjadi wakil kita di sorga. Memba-
yangkan betapa Ia sangat disambut di sorga merupakan se-
buah penghiburan bagi kita: Dia dibawa mendekat kepada
Yang Lanjut Usianya itu (Dan. 7:13). Lalu dikatakan ke-
pada-Nya, Duduklah di sebelah kanan-Ku (Mzm. 110:1).
(4) Dia mengetahui semuanya ini. Dia tidak seperti anak raja
yang ada di buaian bayi, yang tidak tahu menahu tentang
kehormatan yang ia miliki sejak lahir. Juga tidak seperti
Musa, yang tidak tahu bahwa mukanya bercahaya. Tidak,
Dia tahu betul tentang segala kehormatan yang Ia miliki
pada waktu Ia dimuliakan nantinya. Namun demikian, Ia
tetap rela merendahkan diri sebegitu rupanya. Akan namun ,
mengapa Ia merendahkan diri-Nya di sini?
Injil Yohanes 13:1-17
925
[1] Sebagai dorongan bagi-Nya supaya cepat-cepat mem-
berikan pengajaran dan amanat yang harus Ia tinggal-
kan bagi para murid-Nya, sebab sebentar lagi saatnya
segera tiba bagi-Nya untuk berpisah dengan mereka
dan ditinggikan, sehingga tidak bisa lagi bercakap-ca-
kap seperti biasanya dengan mereka (ay. 1).
[2] Ia membasuh kaki mereka, sebab hal ini bisa
menopang Dia dan membantu Dia melewati pengalaman
menyakitkan itu dengan senang hati. Yudas sudah
mulai mengkhianati-Nya dan Ia sendiri pun mengetahui
hal itu. Ia tahu apa akibatnya. Akan namun , sebab Dia
tahu bahwa Dia datang dari Allah dan harus kembali
kepada Allah, Dia pun tidak mundur, melainkan maju
terus dengan sukacita.
[3] Perbuatan-Nya membasuh kaki murid-murid itu tam-
paknya membingkai tindakan kerendahan hatinya dan
membuatnya semakin mengagumkan. Dalam Kitab
Suci, alasan-alasan tindakan anugerah ilahi terkadang
digambarkan sebagai hal yang aneh dan mengherankan
(seperti dalam Yes. 57:17-18; Hos. 2:13-14). Begitu pula
di sini, sesuatu yang seharusnya menjadi alasan untuk
memegahkan diri justru dipakai-Nya untuk merendah-
kan diri-Nya. Demikianlah, pikiran Allah tidaklah sama
seperti pikiran kita. Bandingkanlah hal ini dengan peri-
kop-perikop yang mengemukakan contoh-contoh paling
jelas mengenai anugerah yang merendahkan diri mela-
lui berbagai penampakan kemuliaan ilahi (seperti dalam
Mzm. 68:4-5; Yes. 57:15; 66:1-2).
2. Di sini ada kerelaan Kristus dalam merendahkan diri-Nya
sekalipun penampakan kemuliaan ilahi itu. Yesus telah me-
ngetahui kemuliaan-Nya sendiri sebagai Allah dan wewenang
serta kuasanya sebagai Sang Pengantara. Pastilah orang tidak
akan heran bila sesudah itu bangunlah Yesus dan menanggal-
kan jubah-Nya yang biasa, lalu meminta jubah kebesaran, me-
nyuruh mereka supaya menjaga jarak dengan-Nya dan sujud
menyembah-Nya. Akan namun , yang Ia lakukan justru sebalik-
nya. Saat Ia menyadari semua itu, Ia justru memberi
sebuah teladan kerendahan hati. Perhatikan, keyakinan teguh
akan sorga dan kebahagiaan yang ditopang dengan dasar yang
926
benar tidak akan membuat seseorang menjadi sombong, me-
lainkan akan membuatnya tetap rendah hati. Orang-orang
yang hendak menjadi serupa dengan Kristus dan turut ambil
bagian dalam Roh-Nya, harus terus belajar untuk merendah-
kan hati mereka di tengah-tengah kemuliaan yang mereka
capai. Untuk menunjukkan kerendahan hati-Nya, kini Ia mem-
basuh kaki murid-murid-Nya.
(1) Tindakan itu sungguh rendah dan menghamba, biasa ha-
nya dilakukan oleh pelayan yang paling rendah keduduk-
annya. Hambamu ini (kata Abigail) ingin menjadi budak
yang membasuh kaki para hamba tuanku itu. Biarlah aku
melayani di tempat terendah (1Sam. 25:41). Seandainya
saja Kristus hanya membasuh tangan atau wajah mereka,
maka hal itu saja sudah merupakan kerendahan hati yang
besar (Elisa hanya mencucurkan air pembasuh ke tangan
Elia, 2Raj. 3:11), jadi apa lagi kalau Ia sampai membung-
kuk sedemikian rupa, ini sungguh melampaui kekaguman
kita. Dengan begitu Ia hendak mengajari kita supaya tidak
pernah berpikir bahwa suatu pekerjaan terlalu rendah un-
tuk kita lakukan, bila pekerjaan itu dapat memuliakan
Allah dan mendatangkan kebaikan bagi saudara-saudara
kita.
(2) Terlebih lagi, kerendahan hati-Nya itu sungguh amat luar
biasa, sebab itu dilakukan-Nya terhadap para murid-Nya,
orang-orang dari kalangan bawah yang tidak ada harganya,
yang tidak peduli dengan tubuh mereka sendiri. Mungkin
kaki mereka pun jarang dicuci, dan pasti sangat kotor. Da-
lam hubungan dengan Dia, mereka itu hanya murid-murid-
Nya, para hamba-Nya. Merekalah yang seharusnya mem-
basuh kaki-Nya, sebab mereka bergantung dan berharap
dari Dia. Banyak orang melakukan hal-hal rendah untuk
menjilat atasan mereka. Mereka merendahkan diri supaya
bisa melaju, dan menghamba supaya bisa menanjak. Kare-
na itu, pastilah perbuatan Kristus terhadap murid-murid-
Nya ini bukanlah suatu tindakan pamer atau menjilat, me-
lainkan murni kerendahan hati.
(3) Yesus bangun dari duduk-Nya untuk membasuh kaki mu-
rid-murid-Nya itu. Meskipun KJV menerjemahkan (ay. 2)
makan malam hendak berakhir, sebaiknya ini dibaca seba-
Injil Yohanes 13:1-17
927
gai makan malam sedang diadakan [bdk. TB: mereka se-
dang makan bersama – pen.] atau saat Ia sedang makan
malam, sebab sesudah membasuh kaki murid-murid, Ia
duduk kembali (ay. 12), dan kita mendapati-Nya mencelup-
kan roti (ay. 26). Dengan demikian, Ia membasuh kaki me-
reka di sela-sela makan malam-Nya, yang hendak meng-
ajari kita agar,
[1] Bila kita dipanggil untuk melayani Allah atau sesama
pada saat kita sedang makan, jangan sampai kita meng-
anggap hal itu sebagai gangguan atau ketidaknyaman-
an, namun hendaklah kita menjunjung tinggi tugas kita
lebih dari makanan kita (4:34). Kristus tidak bersedia
meninggalkan khotbah-Nya untuk melayani kerabat
dekat-Nya (Mrk. 3:33), namun rela meninggalkan makan
malam-Nya untuk menunjukkan kasih-Nya terhadap
murid-murid-Nya.
[2] Jangan terlalu mendewa-dewakan makanan jasmani
kita. Membasuh kaki yang kotor pastinya dapat mele-
nyapkan selera makan seseorang, namun Kristus tetap
saja melakukannya, bukan supaya kita boleh seenak-
nya bersikap kasar dan jorok (sebab kebersihan dan
kesalehan itu seia sekata), melainkan untuk mengajari
kita supaya tidak terlalu rewel atau pilih-pilih, melain-
kan mematikan kesenangan tubuh dan selera makan,
dan menempatkan sopan santun pada tempatnya, tan-
pa harus melebih-lebihkannya.
(4) Untuk melakukannya, Ia pun mengenakan pakaian seperti
seorang hamba: Dia menanggalkan jubah-Nya yang longgar
supaya bisa melayani dengan lebih leluasa. Kita harus
menjalankan tugas kita dengan tidak memiliki keinginan
untuk memegahkan diri, melainkan rela menanggung
perih. Kita harus melepaskan segala sesuatu yang mungkin
dapat membuat kita besar kepala atau merintangi maksud
kita dalam melakukan apa yang harus kita perbuat, harus
mempersiapkan akal budi kita, sebagaimana orang-orang
yang menunaikan tugas mereka dengan sungguh-sungguh.
(5) Kristus membasuh kaki mereka dengan upacara yang se-
sederhana mungkin. Ia menjalankan setiap bagian pelayan-
928
an-Nya itu dengan cermat, tanpa melewatkan seorang pun
dari mereka. Dia melakukannya sedemikian rupa, seolah-
olah Dia memang sudah terbiasa melayani. Dia melakukan-
nya seorang diri dan tidak dibantu oleh siapa pun. Dia
mengikatkan sehelai kain lenan di pinggang-Nya sebagai-
mana pelayan mengenakan serbet pada tangannya atau
memakai celemek. Ia menuangkan air ke sebuah basi dari
tempayan-tempayan yang tersedia di sana (2:6), kemudian
membasuh kaki mereka. sesudah itu, untuk menuntaskan
tindakan-Nya, Ia lalu menyeka kaki mereka. Sebagian
orang berpendapat bahwa Dia tidaklah membasuh kaki
mereka semua, melainkan hanya empat atau lima orang
dari antara mereka saja, sebab begitu pun sudah cukup
untuk menunjukkan tujuan-Nya itu. namun saya tidak me-
lihat bukti yang mendukung dugaan ini , sebab setiap
kali Dia melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda, di
tempat-tempat lain dalam Injil, hal itu selalu diperhatikan
oleh si penulis Injil. Pembasuhan kaki seluruh murid-Nya
tanpa mengecualikan seorang pun dari antara mereka itu
mengajari kita tentang amal kasih yang besar dan menye-
luruh bagi semua murid Kristus, bahkan yang terkecil
sekalipun.
(6) Tidak ada tanda-tanda bahwa Kristus melewatkan kaki
Yudas, sebab ia juga ada di sana (ay. 26). Memang sudah
menjadi sifat seorang janda yang benar-benar janda untuk
membasuh kaki saudara-saudara seimannya (1Tim. 5:10),
dan hal ini mendatangkan penghiburan. namun di sini,
Yesus yang terkasih bahkan lebih dari itu, Ia membasuh
kaki seorang pendosa, yang terbejat dari segala pendosa,
yang terjahat yang pernah melawan Dia, yang pada saat itu
sedang berikhtiar untuk mengkhianati-Nya.
Banyak penafsir menganggap bahwa pembasuhan kaki
yang dilakukan Kristus ini merupakan gambaran keselu-
ruhan tugas-Nya. Kristus tahu bahwa Dia setara dengan
Allah dan segala sesuatu yaitu kepunyaan-Nya, akan te-
tapi Dia bangkit dari takhta-Nya yang penuh kemuliaan,
menanggalkan jubah-Nya yang penuh cahaya, lalu membe-
batkan sifat kita pada diri-Nya sendiri dengan cara meng-
ambil rupa sebagai seorang hamba. Ia datang bukan untuk
Injil Yohanes 13:1-17
929
dilayani, melainkan untuk melayani, menumpahkan darah-
Nya, memberi nyawa-Nya dan dengan begitu Ia mem-
persiapkan bejana pembasuhan untuk membersihkan kita
dari dosa-dosa kita (Why. 1:5).
III. Kristus membasuh kaki murid-murid-Nya untuk menandakan
pembasuhan diri mereka secara rohani dan penyucian jiwa mere-
ka dari kecemaran yang diakibatkan oleh dosa. Hal ini dinyatakan
dengan jelas dalam percakapan-Nya dengan Petrus mengenai hal
ini (ay. 6-11), yang di dalamnya bisa kita amati:
1. Keterkejutan Petrus sewaktu ia melihat Gurunya hendak mela-
kukan perbuatan yang merendahkan diri itu (ay. 6): Maka
sampailah Ia kepada Simon Petrus, dengan kain lenan dan
basi-Nya, dan menyuruh Petrus supaya menjulurkan kakinya
untuk dibasuh. Krisostom berpendapat bahwa Yesus pertama-
tama membasuh kaki Yudas yang pasti saja langsung mene-
rima kehormatan itu, dan senang melihat Gurunya mau me-
rendahkan diri-Nya sedemikian rupa. Akan namun , kemungkin-
an besar saat Kristus berkeliling melakukan pelayanan-Nya
ini (sebagaimana yang dimaksudkan oleh kalimat Dia mulai
membasuh, ay. 5), Ia justru melakukannya pada Petrus terle-
bih dahulu, sebab jika mereka tidak mendengar penjelasan
yang diutarakan-Nya kepada Petrus, mereka juga akan mela-
rang-Nya membasuh kaki mereka. Akan namun , entah betul
Kristus menghampiri Petrus terlebih dahulu atau tidak, yang
pasti Petrus amat tertegun dengan apa yang hendak diperbuat
Kristus sewaktu Ia datang menghampirinya: “Tuhan, (kata
Petrus) Engkau hendak membasuh kakiku?” Di sini pribadi-
pribadi ditekankan, Engkau dan aku, dan penempatan kata-
katanya pun bisa diamati, sy mou – apa, Engkau (hendak mem-
basuh) kakiku? Tu mihi lavas pedes? Quid est tu? Quid est
mihi? Cogitanda sunt potius quam dicenda – Engkau hendak
membasuh kakiku? Apa maksudnya dengan Engkau? Apa arti-
nya bagiku? Hal-hal seperti ini lebih baik direnungkan saja
daripada diutarakan. Mengapa Engkau, Tuhan dan Guru kami,
yang kami kenal dan yakini sebagai Anak Allah, dan Sang
Juruselamat dan Penguasa dunia, mau melakukan hal itu un-
tuk aku, cacing yang tidak berharga ini, seorang manusia ber-
dosa, oh Tuhan? Masakan tangan yang sentuhannya telah
930
menahirkan orang kusta, mencelikkan orang buta, dan mem-
bangkitkan orang mati itu akan membasuh kakiku? Begitulah
yang diartikan oleh Theophylact, dan oleh Dr. Taylor yang
mengutip darinya. Petrus pasti akan sangat bersedia untuk
merebut basi dan kain lenan itu, dan membasuh kaki Guru-
nya, dan merasa bangga akan kehormatan untuk melakukan-
nya (Luk. 17:7-8). “Hal itu pasti wajar dan biasa saja. Akan te-
tapi, bila Guruku-lah yang membasuh kakiku, hal itu benar-
benar tidak pada tempatnya, dan aku tidak dapat memahami-
nya. Inikah cara manusia?” Perhatikan, segala tindakan Kris-
tus untuk merendahkan diri, terutama untuk menghampiri
kita dan memperhatikan kita dengan anugerah-Nya, memang
layak membuat kita terkagum-kagum (14:22). Siapakah aku
ini, TUHAN Allah? Dan siapakah kaum keluargaku?
2. Jawaban yang langsung diberikan Kristus terhadap pertanya-
an yang penuh dengan keterkejutan itu. Setidaknya, jawaban
ini dapat meredakan keberatan Petrus (ay. 7): Apa yang Kuper-
buat, engkau tidak tahu sekarang, namun engkau akan mengerti-
nya kelak. Inilah dua alasan mengapa Petrus harus tunduk
menerima apa yang Kristus lakukan itu: –
(1) sebab saat itu Petrus masih belum mengerti mengenai tin-
dakan itu, tidak semestinya ia menentang apa yang tidak ia
mengerti. Sebaliknya ia harus berserah kepada kehendak
dan hikmat Dia yang sanggup mengemukakan alasan baik
bagi setiap perkataan dan perbuatan-Nya. Kristus hendak
mengajari Petrus untuk bersikap patuh: “Apa yang Kuper-
buat, engkau tidak tahu sekarang, dan sebab itu engkau
tidak layak untuk menghakimi apa yang Kulakukan itu,
namun harus percaya bahwa hal itu baik adanya sebab
Aku-lah yang melakukannya.” Perhatikan, kesadaran me-
ngenai ketidaktahuan dan ketidaksanggupan kita dalam
menilai apa yang Allah perbuat seharusnya membuat kita
tidak gegabah mengkritik tindakan-tindakan yang Ia laku-
kan (Ibr. 11:8).
(2) sebab ada sesuatu yang patut direnungkan di dalamnya,
yang maknanya harus diketahui Petrus nanti: “Kelak eng-
kau akan mengerti mengapa engkau perlu dibasuh, yaitu
pada saat engkau bersalah dalam dosa besar sebab me-
nyangkal Aku.” Begitulah yang diartikan sebagian orang.
Injil Yohanes 13:1-17
931
“Engkau akan mengerti nanti, saat engkau, dalam melak-
sanakan jabatanmu sebagai rasul, harus bekerja memba-
suh anak-anak asuhanmu dari dosa dan kecemaran dunia
ini.” Begitulah yang diartikan oleh Dr. Hammond.
Perhatikan:
[1] Tuhan kita Yesus melakukan banyak hal yang makna-
nya tidak dimengerti pada saat itu, bahkan oleh murid-
murid-Nya sendiri. Akan namun , mereka akan mema-
haminya kelak. Mengapa Ia menjadi manusia bagi kita,
mengapa Ia rela menjadi yang terhina bagi kita, dan
mengapa Ia bersedia menjalani hidup seperti kita dan
menyerahkan nyawa-Nya, baru dapat dimengerti di
kemudian hari. saat itu, nyatalah bahwa semua itu
memang tugas-Nya (Ibr. 2:17). Tindakan-tindakan pe-
meliharaan ilahi yang terjadi kemudian menjelaskan ke-
jadian-kejadian yang terjadi sebelumnya. Saat itu kita
dapat memahami berkah yang tersembunyi dalam keja-
dian-kejadian yang tampaknya begitu menyedihkan,
dan melihat bahwa jalan yang kita kira berputar-putar
itu ternyata jalan yang terbaik.
[2] Pembasuhan kaki murid-murid yang dilakukan Kristus
memiliki makna tersendiri yang tidak dapat mereka
mengerti sampai sesudah nya, yaitu saat Kristus mene-
rangkan bahwa hal itu merupakan contoh pembasuhan
yang melambangkan kelahiran kembali. Mereka baru
bisa memahaminya saat Roh Kudus dicurahkan ke
atas mereka dari langit. Kita harus membiarkan Kristus
bertindak dengan cara-Nya sendiri, baik dalam ibadah
maupun pemeliharaan-Nya, dan sesudah itu kita pasti
mendapati bahwa tindakannya itu yaitu yang terbaik.
3. Sekalipun begitu, Petrus masih merasa enggan dan menolak
membiarkan Kristus membasuh kakinya (ay. 8): “Engkau tidak
akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya. Tidak, tidak
akan pernah.” Begitulah yang tertulis dalam teks asli. Kalimat
Petrus itu menunjukkan tekad yang benar-benar tidak dapat
diganggu-gugat lagi.
932
Di sini:
(1) Terlihat adanya kerendahan hati dan kesederhanaan. Tam-
paknya Petrus memang memiliki rasa hormat yang begitu
besar terhadap Sang Guru, dan ia memang benar-benar
menghormati-Nya (Luk. 5:8). Demikianlah, banyak orang
tertipu bahwa mereka sudah melakukan kebaikan dengan
merendahkan diri (Kol. 2:18, 23), padahal tindakan pe-
nyangkalan diri yang pura-pura seperti ini tidak dimaksud-
kan maupun diterima oleh Kristus sendiri, sebab
(2) Di balik keinginan untuk mempertontonkan kerendahan
hati seperti itu terselubung ketidaktaatan terhadap kehen-
dak Tuhan Yesus: “Aku akan membasuh kakimu,” kata
Kristus. “Tidak, Engkau tidak boleh melakukannya,” jawab
Petrus, “sebab hal itu tidak layak diperbuat.” Dengan be-
gitu, Petrus berkelakuan seolah-olah ia lebih bijaksana
daripada Kristus. Hal seperti ini bukanlah kerendahan hati,
melainkan ketidakpercayaan, sebab hal itu berarti menolak
tawaran Injil, seakan-akan terlalu besar untuk kita atau
terlalu muluk untuk dipercaya.
4. Kristus bersikeras membasuh kakinya dan memberi alasan
yang baik kepada Petrus mengapa ia harus membiarkan-Nya:
Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat
bagian dalam Aku. Pernyataan ini dapat dianggap,
(1) Sebagai peringatan keras atas ketidaktaatan: “Jikalau Aku
tidak membasuh engkau, jika engkau terus saja keras ke-
pala menolaknya dan tidak mau tunduk kepada kehendak
Gurumu dalam hal yang sepele seperti ini, engkau tidak
akan diakui sebagai salah seorang dari murid-murid-Ku,
melainkan layak dikucilkan dan dikeluarkan sebab tidak
mematuhi perintah.” Begitulah beberapa penulis kuno
mengartikannya. Jika Petrus menganggap diri lebih bijak
daripada Gurunya dan membantah perintah yang seharus-
nya ia patuhi, maka hal itu sama saja artinya dengan mem-
batalkan kesetiaannya dan berkata sebagaimana yang di-
katakan orang-orang saat menggerutu, “Bagian apakah kita
dapat dari pada Daud, dari Anak Daud?” Jika demikian,
itulah bencana yang akan menimpa dia, yaitu bahwa dia
tidak akan mendapat bagian dalam Kristus. Biarlah dia
Injil Yohanes 13:1-17
933
tidak lagi bertingkah buruk seperti itu, sebab mendengar-
kan lebih baik daripada korban sembelihan (1Sam. 15:22).
Atau,
(2) Sebagai pernyataan mengenai perlunya pembasuhan roha-
ni, dan beginilah artinya menurut pemahaman saya: “Jika
Aku tidak membasuh jiwamu dari kecemaran dosa, Engkau
tidak mendapat bagian dalam Aku, tidak memiliki kepen-
tingan apa pun di dalam-Ku, tidak mempunyai persekutu-
an dengan-Ku dan tidak akan mendapat berkat dari-Ku.”
Perhatikan, orang-orang yang memiliki bagian dalam Kris-
tus hanyalah mereka yang telah dibasuh secara rohani
oleh-Nya.
[1] Memiliki bagian dalam atau dengan Kristus merupakan
segenap kebahagiaan yang dinikmati oleh seorang Kris-
ten, sebagai orang yang telah beroleh bagian dalam
Kristus (Ibr. 3:14). Dia mendapat bagian dalam hak-hak
istimewa yang tidak ternilai harganya, yang berasal dari
persekutuan dan hubungan dengan-Nya. Memiliki ba-
gian yang baik itulah yang merupakan satu-satunya hal
yang diperlukan.
[2] Kristus perlu membasuh kita supaya kita mendapat
bagian di dalam-Nya. Kristus membenarkan dan me-
nguduskan semua orang yang dimiliki dan diselamat-
kan-Nya, dan ini dilakukan-Nya saat membasuh me-
reka. Kita tidak dapat ambil bagian dalam kemuliaan-
Nya jika kita tidak mengambil bagian dalam jasa dan
kebenaran-Nya, serta dalam Roh dan anugerah-Nya.
5. Permintaan Petrus yang sungguh-sungguh, lebih daripada se-
kadar berserah diri, untuk dibasuh oleh Kristus (ay. 9). Jika
maksudnya memang demikian, Tuhan, jangan hanya basuh
kakiku saja, namun juga tangan dan kepalaku! Betapa cepatnya
Petrus berubah pikiran. Saat kesalahpahamannya diluruskan,
tekad yang tadinya keliru pun segera diubah. Hendaklah kita
juga tidak begitu keras kepala dalam tekad kita (kecuali tekad
kita dalam mengikut Kristus), sebab bisa saja kita segera da-
pat melihat alasan untuk menariknya kembali. Sebaliknya,
biarlah kita selalu berhati-hati dalam menentukan tujuan yang
hendak kita capai dengan segala upaya kita.
934
Perhatikanlah:
(1) Betapa sigapnya Petrus untuk menarik kembali apa yang
telah dikatakannya: “Tuhan, betapa bodohnya aku sebab
berbicara gegabah seperti tadi!” Dia segera menerima tin-
dakan itu begitu tampak bagi dia bahwa Kristus membasuh
kakinya sebab Ia mau menunjukkan wewenang dan anu-
gerah-Nya. Di lain pihak, ia tidak menyukainya bila itu
tampak bagi dia sebagai tindakan yang hanya akan meren-
dahkan Kristus.
Perhatikan:
[1] Orang baik tidak akan segan mengakui kesalahannya
begitu melihat kesalahan mereka.
[2] Cepat ataupun lambat, Kristus akan membuat semua
orang menjadi sepikir dengan-Nya.
(2) Betapa Petrus bersikeras menginginkan untuk memperoleh
anugerah Kristus yang memurnikan itu dan seluruh penga-
ruhnya, bahkan agar dicurahkan juga ke atas tangan dan
kepalanya. Perhatikan, menjadi terpisah dari Kristus dan
dikeluarkan sehingga tidak memperoleh bagian di dalam-
Nya merupakan malapetaka yang paling menakutkan di
mata orang-orang yang telah diterangi hatinya, sebab mere-
ka takut hal ini akan membuat mereka terpengaruh untuk
tega berbuat apa saja. Ketakutan akan hal ini hendaknya
membawa kita untuk lebih bersungguh-sungguh lagi de-
ngan Allah di dalam doa, supaya Ia membasuh, membenar-
kan dan menguduskan kita. “Tuhan, janganlah kiranya
aku tercerabut daripada-Mu. Layakkanlah aku bagi-Mu,
melalui pembasuhan-Mu yang memperbaharui hidup itu.
Tuhan, jangan hanya membasuh kakiku dari segala kece-
maran yang menempel di sana, namun basuhlah juga tangan
dan kepalaku dari segala kecemaran besar yang melekat di
sana, dan dari kotoran yang tak tampak yang dikeluarkan
oleh keringat tubuh itu sendiri.” Perhatikan, siapa yang be-
nar-benar hendak dikuduskan, pasti ingin dikuduskan se-
luruhnya, untuk menjadi manusia yang utuh sepenuhnya,
dengan semua bagian tubuh dan kekuatannya dimurnikan
(1Tes. 5:23).
Injil Yohanes 13:1-17
935
6. Penjelasan lebih lanjut yang diberikan Kristus mengenai tanda
ini, yang melambangkan pembasuhan rohani.
(1) Dengan menunjuk kepada murid-murid yang setia kepada-
Nya itu (ay. 10): Barangsiapa telah mandi dan membasuh
seluruh tubuhnya di tempat pemandian (seperti yang se-
ring dilakukan di daerah itu), saat ia kembali lagi ke ru-
mahnya, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh
kakinya, sebab tangan dan kepalanya telah bersih, dan
yang kotor hanyalah kakinya, sebab tadi ia pulang ke ru-
mah berjalan kaki. Petrus berlaku sangat berlebihan dalam
kedua hal yang dilakukannya. Pada mulanya dia tidak mau
membiarkan Kristus membasuh kakinya, dan kini dia me-
lupakan apa yang telah Kristus perbuat baginya sewaktu ia
dibaptis oleh-Nya, sehingga ia meminta-Nya untuk memba-
suh lagi tangan dan kepalanya. Kini Kristus memberinya
pengertian bahwa kakinyalah yang harus dibasuh, namun
tangan dan kepalanya tidak perlu.
[1] Lihatlah betapa besarnya penghiburan dan hak isti-
mewa orang-orang yang telah dibenarkan. Mereka telah
dibasuh oleh Kristus, dan menjadi bersih seluruhnya,
yang artinya, mereka telah diterima oleh Allah berdasar-
kan anugerah, seolah-olah mereka memang bersih.
Lalu, jika mereka berbuat salah dan bertobat dari kesa-
lahannya itu, mereka tidak perlu dikuduskan sekali
lagi, sebab kalau begitu, berarti orang harus sering di-
baptis. Bukti dari keadaan yang telah dibenarkan itu
bisa saja masih samar, begitu pula penghiburannya
bisa saja masih tertunda, namun ketentuan mengenai hal
itu tidak dihapuskan. Kita boleh punya kesempatan
untuk bertobat setiap hari, namun karunia-karunia dan
panggilan Allah tidak akan pernah dibatalkan. Hati bisa
saja dibersihkan dan dipercantik, namun tetap saja ma-
sih menjadi kerajaan si Iblis. Akan namun , jika hati itu
dibasuh, hati itu akan menjadi milik Kristus dan Ia
tidak akan pernah melepaskannya.
[2] Lihatlah di sini bagaimana kewaspadaan diperlukan se-
tiap waktu oleh orang-orang yang dibenarkan melalui
anugerah. Mereka perlu membasuh kaki mereka, untuk
936
membersihkan diri dari kesalahan akibat pelanggaran
dan kecerobohan yang mereka lakukan setiap hari, de-
ngan bertobat kembali sambil percaya akan kuasa da-
rah Kristus. Kita juga harus selalu membasuh kaki kita
dengan cara mewaspadai segala sesuatu yang mence-
markan, sebab kita harus terus membersihkan jalan
kita, dan membersihkan kaki kita dengan cara menjaga-
nya (Mzm. 119:9). Saat para imam disucikan, mereka
dibasuh dengan air. sesudah itu, sekalipun mereka tidak
perlu dibasuh seluruh badan lagi, mereka tetap harus
membasuh kaki dan tangannya dalam sebuah bejana
setiap kali mereka hendak melayani, supaya mereka
jangan mati (Kel. 30:19-20). Segala persiapan yang di-
buat untuk menyucikan kita hendaknya tidak menjadi-
kan kita menjadi bebas, melainkan menjadi lebih was-
pada. Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengo-
torkannya pula? Kita harus melawan godaan hari ini
dengan pengampunan yang sudah kita terima kemarin.
(2) Dengan menyinggung Yudas: Juga kamu sudah bersih, ha-
nya tidak semua (ay. 10-11). Dia menyatakan bahwa mu-
rid-murid-Nya bersih, bersih sebab firman yang telah Ia
katakan kepada mereka (15:3). Dia sendiri membasuh me-
reka dan berkata, kamu sudah bersih. namun Kristus mem-
buat perkecualian bagi Yudas: tidak semua. Mereka semua
memang telah dibaptis, termasuk Yudas, namun tidak se-
mua bersih. Memang banyak yang memiliki tanda, namun
tanpa apa yang dimaksudkan oleh tanda itu.
Perhatikan:
[1] Bahkan di antara orang-orang yang disebut sebagai mu-
rid-murid Kristus dan mengaku memiliki hubungan de-
ngan Dia pun masih ada sebagian yang tidak bersih
(Ams. 30:12).
[2] Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya dan siapa yang
bukan (2Tim. 2:19). Mata Kristus dapat membedakan
orang yang berharga dari orang yang bejat, yang bersih
dari yang najis.
[3] Saat orang-orang yang sebelumnya mengaku-ngaku se-
bagai murid Kristus kemudian terbukti sebagai peng-
Injil Yohanes 13:1-17
937
khianat, maka kemurtadan mereka membuktikan ke-
munafikan mereka selama itu.
[4] Kristus melihat, Ia perlu memberi tahu mereka bahwa
tidak semua dari mereka itu bersih, supaya kita dapat
menelaah diri kita masing-masing (Bukan aku ya, Tu-
han? Apakah aku termasuk di antara mereka yang tahir
namun sesungguhnya tidak bersih?), supaya saat orang-
orang munafik ketahuan, hal itu tidak akan menge-
jutkan atau menjadi batu sandungan bagi kita.
IV. Kristus membasuh kaki murid-murid-Nya untuk memberi kita se-
buah teladan. Inilah penjelasan yang Ia berikan mengenai per-
buatan-Nya itu, sesudah Ia selesai melakukannya (ay. 12-17).
Perhatikanlah:
1. Dengan khidmatnya Ia menjelaskan kepada mereka makna
dari apa yang telah Ia lakukan itu (ay. 12): Sesudah Ia mem-
basuh kaki mereka, Ia berkata, Mengertikah kamu apa yang
telah Kuperbuat kepadamu?
(1) Dia sengaja menunda penjelasan itu sampai Ia selesai de-
ngan tindakan-Nya itu,
[1] Untuk menguji ketaatan dan kepatuhan sepenuhnya
dari mereka. Mereka tidak perlu mengetahui apa yang
Ia perbuat sampai pada saatnya nanti, supaya mereka
belajar untuk berserah dalam kehendak-Nya selama
belum memahami alasan di balik kehendak-Nya itu.
[2] Sebab memang sudah sewajarnya untuk menyelesaikan
dahulu teka