Selasa, 07 Januari 2025

yohanes 4


 an menang atas penghakiman untuk beberapa 

saat lamanya, tetap saja akan ada penghakiman yang tidak 

berbelas kasihan.  


 910

(2) Penghakiman akhir mereka ditunda sampai akhir zaman 

tiba. Hari penghakiman itulah yang di sini dicamkan Kris-

tus bagi semua orang yang tidak percaya, sebagai balasan 

atas segala penghinaan yang telah mereka lontarkan 

kepada-Nya. Keadilan ilahi telah menetapkan suatu hari, 

dan menambahkan penghukuman pada hari ini , se-

bagaimana yang digambarkan dalam Matius 26:64.  

(3) Pada saat itu, mereka akan dihakimi oleh firman Kristus: 

Firman yang telah Kukatakan, yang telah kamu pandang 

remeh itu, itulah yang akan menjadi hakim semua orang 

yang tidak percaya di akhir zaman nanti, sebagaimana para 

rasul dan para pemberita firman Kristus dikatakan akan 

ikut menghakimi juga (Luk. 22:30). Firman Kristus akan 

menghakimi orang-orang yang tidak percaya dengan dua 

cara: 

[1] Sebagai bukti yang akan menghukum kejahatan me-

reka. Setiap kata yang diucapkan oleh Kristus, setiap 

khotbah, setiap alasan, setiap tawaran baik, akan 

diungkapkan sebagai kesaksian melawan orang-orang 

yang meremehkan perkataan-Nya.  

[2] Sebagai sebuah peraturan yang mendatangkan mala-

petaka bagi mereka. Mereka akan dihakimi sesuai de-

ngan kovenan yang telah dibuat dan diberitakan oleh 

Kristus.  Perkataan Kristus berikut ini, siapa yang tidak 

percaya akan dihukum, akan menghakimi seluruh 

orang-orang yang tidak percaya ke dalam kebinasaan 

yang kekal, dan masih banyak lagi perkataan yang 

serupa dengan itu.  

III. Pernyataan tegas mengenai wewenang yang dimiliki Kristus dalam 

menuntut iman kita dan mengharuskan kita untuk menerima 

pengajaran-Nya mengingat pedihnya penghukuman itu (ay. 49-

50), yang di dalamnya terkandung,  

1.  Amanat yang diterima Tuhan kita Yesus dari Bapa, untuk me-

nyampaikan ajaran-Nya kepada dunia ini (ay. 49): Aku ber-

kata-kata bukan dari diri-Ku sendiri sebagai seorang manusia, 

bahkan sebagai seorang manusia biasa, namun  Bapa-lah yang 

memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku 

Injil Yohanes 12:44-50 

 911 

katakan. Hal ini sama dengan apa yang Ia katakan dalam pa-

sal 7:16.  Ajaran-Ku, 

(1) Tidak berasal dari diri-Ku sendiri, sebab Aku berkata-kata 

bukan dari diri-Ku sendiri. Sebagai Anak Manusia, Kristus 

tidak membicarakan hal-hal yang disusun atau dihasilkan 

oleh pemikiran manusia. Sebagai Anak Allah, Dia tidak 

bertindak terpisah atau sendirian saja, akan namun  yang 

Dia katakan berasal dari kebijaksanaan-kebijaksanaan da-

mai sejahtera. Sebagai Pengantara, kedatangan-Nya ke da-

lam dunia ini dilakukan secara sukarela dan dengan perse-

tujuan penuh dari-Nya, namun  tidak sembarangan begitu 

saja dan tidak berdasarkan pikiran-Nya saja. Akan namun ,  

(2)  Bapa-Nya yang mengutus Dia. Allah Bapa memberi-Nya, 

[1] Amanat-Nya. Allah mengutus Dia sebagai alat dan wa-

kil-Nya untuk menyelesaikan masalah di antara Allah 

dengan manusia, untuk mengadakan suatu perjanjian 

damai secara langsung dan membereskan urusan itu.  

[2] Arahan-arahan-Nya, yang disebutkan di sini sebagai 

perintah, sebab arahan-arahan ini  serupa dengan 

yang biasa diberikan kepada seorang duta, bukan saja 

untuk mengarahkannya mengenai hal-hal yang boleh ia 

ungkapkan, namun  juga mengenai hal-hal yang harus Ia 

ucapkan. Kepada seorang utusan kovenan dipercayakan 

sebuah tugas yang harus Ia kerjakan. Perhatikan, sebe-

lum mengajarkan ketaatan kepada kita, Tuhan Yesus 

kita belajar bersikap taat terlebih dahulu, sekalipun Dia 

yaitu  Sang Anak itu sendiri. Tuhan Allah memberi 

perintah kepada Adam yang pertama, dan ia mencelaka-

kan kita dengan ketidaktaatannya. Lalu, Allah memberi 

perintah kepada Adam yang kedua, dan Ia menyelamat-

kan kita melalui ketaatan-Nya. Allah memberi perintah 

kepada-Nya tentang apa yang harus Ia katakan dan apa 

yang harus Ia sampaikan. Kedua kata ini menunjuk 

pada hal yang sama, untuk menegaskan bahwa setiap 

kata mengandung hikmat ilahi. Para nabi Perjanjian 

Lama kadang kala berbicara dari diri mereka sendiri, 

namun  Kristus berbicara oleh Roh di segala waktu. Bebe-

rapa orang mencoba membuat perbedaan: Kristus diberi 


 912

arahan mengenai apa yang harus Ia katakan dalam 

khotbah-khotbah-Nya, dan mengenai apa yang harus Ia 

sampaikan dalam perbincangan-perbincangan yang le-

bih bersifat pribadi. Beberapa orang lainnya mengarti-

kannya demikian: Kristus diberi arahan tentang apa 

yang harus Ia katakan dalam khotbah-Nya saat itu, dan 

tentang apa yang harus Ia sampaikan dalam pengha-

kiman yang akan Ia lakukan di akhir zaman nanti, se-

bab Ia mendapat tugas dan petunjuk untuk melakukan 

keduanya.   

2.  Maksud, rancangan, dan arah dari amanat ini : Aku tahu, 

bahwa perintah-Nya itu yaitu  hidup yang kekal (ay. 50). 

Amanat yang diberikan kepada Kristus mengarah kepada 

keadaan kekal dari anak-anak manusia, dan ditujukan bagi 

kehidupan dan kebahagiaan kekal mereka dalam keadaan ter-

sebut: Perintah yang diberikan kepada Kristus sebagai seorang 

nabi yaitu  untuk menyatakan hidup yang kekal (1Yoh. 5:11). 

Kuasa yang diberikan kepada Kristus sebagai seorang raja 

yaitu  untuk memberi  hidup yang kekal itu (17:2). Dengan 

demikian, perintah yang diberikan kepada-Nya yaitu  hidup 

yang kekal. Mengenai hal ini, Kristus berkata bahwa Ia menge-

tahuinya: “Sungguh Aku tahu,” yang menunjukkan betapa 

gembira dan yakinnya Dia dalam menjalankan semua usaha-

Nya itu, sebab Ia tahu betul bahwa Ia sedang menunaikan 

suatu tugas yang baik, yang akan menghasilkan buah dalam 

kehidupan yang kekal. Perkataan-Nya itu juga menunjukkan 

bahwa orang-orang yang menolak Kristus dan firman-Nya 

memang layak untuk binasa. Orang-orang yang tidak menaati 

Kristus membenci hidup yang kekal dan menolaknya. Dengan 

begitu, bukan hanya perkataan Kristus saja yang akan meng-

hakimi mereka, namun  juga perkataan mereka sendiri. Begitu-

lah kebinasaan mereka, mereka sendiri yang memutuskan de-

mikian. Kalau sudah begini, siapakah yang sanggup meluput-

kan diri dari kebinasaan itu?   

3.  Kepatuhan Kristus dalam menjalankan amanat dan perintah 

yang diberikan kepada-Nya, dan tindakan-Nya yang seturut 

dengan amanat dan perintah itu: Apa pun yang Aku sampai-

kan, semuanya sebagaimana yang dikatakan Bapa kepada-Ku. 

Kristus benar-benar mengenal kebijaksanaan-kebijaksanaan 

Injil Yohanes 12:44-50 

 913 

Allah, dan Ia setia menyatakan semuanya kepada anak-anak 

manusia, sebanyak yang telah diperintahkan Allah, dan tidak 

menahan-nahan apa pun yang akan membawa kebaikan bagi 

mereka. Sebagaimana saksi yang setia menyelamatkan jiwa-

jiwa, demikianlah yang diperbuat-Nya. Dia menyampaikan 

kebenaran, seluruh kebenaran, tiada lain selain dari kebenar-

an.  

Perhatikan:  

(1) Hal ini sungguh mendorong iman: Bila kita memahami per-

kataan Kristus dengan benar, kita pasti tidak ragu lagi un-

tuk mempertaruhkan keselamatan jiwa kita kepada per-

kataan-perkataan-Nya itu.  

(2) Hal ini  yaitu  sebuah contoh yang agung mengenai 

ketaatan. Kristus mengatakan segala sesuatu tepat seperti 

yang telah diperintahkan kepada-Nya, dan kita pun harus 

begitu. Dia menyampaikan apa yang telah Bapa firmankan 

kepada-Nya, dan kita pun harus seperti itu (4:20). Dari 

semua kehormatan yang pernah Ia terima, inilah kehormat-

an yang paling Ia junjung tinggi, yaitu bahwa Ia mengata-

kan apa yang telah difirmankan Bapa kepada-Nya, dan 

menyampaikan semua itu tepat dengan cara yang diperin-

tahkan kepada-Nya. Inilah kemuliaan-Nya, bahwa sebagai 

Anak, Ia setia terhadap Dia yang mengutus-Nya. sebab  

itu, kita pun harus memberi  kemuliaan yang layak Ia 

terima dengan cara mempercayai setiap perkataan-Nya 

dengan sungguh-sungguh, dan sepenuhnya menundukkan 

jiwa kita pada perkataan-Nya itu. 

PASAL 1 3  

etelah selesai berbicara kepada orang banyak, dengan “menang-

gung bantahan dari pihak orang-orang berdosa,” Sang Jurusela-

mat kita kini terlibat dalam percakapan pribadi dengan sahabat-sa-

habat-Nya, yang Ia maksudkan sebagai penghiburan bagi para orang 

kudus. Maka dari itu, di sini kita dapat membaca tentang apa yang 

terjadi di antara Dia dan para murid-Nya yang akan dipercaya untuk 

menangani segala urusan rumah tangga-Nya bila Ia telah pergi ke 

negeri yang jauh nanti. Ia pun memperlengkapi mereka dengan peng-

arahan dan penghiburan yang diperlukan. sebab  saat-Nya akan 

segera tiba, Ia pun bergiat mengatur segala urusan di dalam rumah-

Nya. Dalam pasal ini:   

I. Ia membasuh kaki murid-murid-Nya (ay. 1-17).  

II. Ia memberitahukan siapa yang akan mengkhianati-Nya (ay. 

18-30).  

III. Ia mengajari mereka akan ajaran agung mengenai kematian-

Nya sendiri, dan akan tugas besar untuk saling mengasihi 

(ay. 31-35).  

IV. Ia memberitahukan bahwa Petrus akan menyangkal-Nya (ay. 

36-38). 

Kristus Membasuh Kaki Murid-murid-Nya; 

Perlunya Bersikap Patuh 

(13:1-17) 

1 Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa 

saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti 

Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia menga-

sihi mereka sampai kepada kesudahannya. 2 Mereka sedang makan bersama, 

dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, 


 916

untuk mengkhianati Dia. 3 Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan 

segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali ke-

pada Allah.4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia meng-

ambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, 5 kemu-

dian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki 

murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-

Nya itu. 6 Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: 

“Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” 7 Jawab Yesus kepadanya: “Apa 

yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, namun  engkau akan mengerti-

nya kelak.” 8 Kata Petrus kepada-Nya: “Engkau tidak akan membasuh kakiku 

sampai selama-lamanya.” Jawab Yesus: “Jikalau Aku tidak membasuh eng-

kau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” 9 Kata Simon Petrus ke-

pada-Nya: “Tuhan, jangan hanya kakiku saja, namun  juga tangan dan kepala-

ku!” 10 Kata Yesus kepadanya: “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah mem-

basuh diri lagi selain membasuh kakinya, sebab  ia sudah bersih seluruh-

nya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.” 11 Sebab Ia tahu, siapa 

yang akan menyerahkan Dia. sebab  itu Ia berkata: “Tidak semua kamu ber-

sih.” 12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan 

kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengertikah kamu 

apa yang telah Kuperbuat kepadamu? 13 Kamu menyebut Aku Guru dan 

Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. 14 

Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang yaitu  Tuhan dan Gurumu, 

maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; 15 sebab Aku telah mem-

berikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti 

yang telah Kuperbuat kepadamu. 16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya 

seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang 

utusan dari pada dia yang mengutusnya. 17 Jikalau kamu tahu semua ini, 

maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.  

Para penafsir Injil umumnya sepakat bahwa pembasuhan kaki para 

murid oleh Kristus dan percakapan yang mengiringi kejadian itu ter-

jadi pada malam yang sama saat Ia dikhianati, pada malam saat Ia 

sedang makan paskah dan menetapkan Perjamuan Kudus. Akan 

namun , mereka berbeda pendapat mengenai kapan tepatnya hal itu 

terjadi, apakah sebelum perayaan khidmat itu dimulai ataukah sesu-

dahnya, ataukah di antara perjamuan makan Paskah dan penetapan 

Perjamuan Kudus. Penulis Injil Yohanes ini, sebab  begitu tekunnya 

mengumpulkan perikop-perikop yang dihilangkan oleh para penulis 

Injil lainnya, telah menghilangkan bagian-bagian lain yang telah 

dicatat mereka, sehingga agak sulit untuk merangkaikan kembali 

semuanya itu menjadi satu. Jika begitu kejadiannya, kita menduga 

bahwa Yudas pergi (ay. 30) untuk menyuruh orang-orang yang akan 

menahan Tuhan Yesus di taman supaya segera bersiap-siap. Akan 

namun  Dr. Lightfoot jelas-jelas berangggapan bahwa semua peristiwa 

ini , bahkan seluruh peristiwa yang dicatat sampai akhir pasal 

14, dilakukan dan dikatakan tidak pada waktu perjamuan Paskah, 

sebab di sini dikatakan (ay. 1) bahwa semuanya terjadi sebelum hari 

raya Paskah mulai. Sebaliknya, menurut beliau, semuanya itu terjadi 

Injil Yohanes 13:1-17 

 917 

pada perjamuan makan di Betania, dua hari sebelum Paskah (yang 

bisa kita baca kisahnya dalam Matius 26:2-6), di mana saat  itu 

Maria mengurapi kepala Kristus untuk yang kedua kalinya dengan 

minyak narwastu yang tersisa di buli-buli miliknya. Atau juga, mung-

kin saja semua itu terjadi pada waktu perjamuan malam lain 

sebelum paskah, namun  bukan seperti yang diadakan di rumah Simon 

si kusta, melainkan di salah satu tempat persinggahan Kristus sen-

diri, di mana Dia hanya ditemani oleh para murid-Nya sehingga bisa 

lebih leluasa bersama mereka. 

Dalam ayat-ayat di atas kita mendapati kisah mengenai pemba-

suhan kaki murid-murid oleh Kristus. Tindakan itu merupakan 

sebuah perbuatan yang biasa saja dan tidak dapat dianggap sebagai 

suatu mujizat, kecuali kalau kita memandangnya sebagai mujizat ke-

rendahan hati. Maria baru saja mengurapi kepala-Nya, dan kini, su-

paya tindakan-Nya dalam merestui urapan Maria itu tidak dianggap 

sebagai sebuah kesombongan, Kristus pun mengimbanginya dengan 

sebuah tindakan yang merendahkan diri. namun , mengapa Kristus 

melakukan itu?  Jika kaki para murid itu memang perlu dibersihkan, 

mereka bisa membasuhnya sendiri. Seorang yang bijak tidak akan 

melakukan sesuatu hal yang janggal dan tidak lumrah, kecuali ada 

alasan dan pertimbangan yang baik di baliknya. Kita yakin bahwa 

tindakan ini  bukanlah sekedar ulah atau keisengan belaka. 

Tidak begitu, justru tindakan khidmat itu dilakukan dengan amat 

bersungguh-sungguh. Ada empat alasan yang ditegaskan di sini 

mengapa Kristus melakukannya:  

1.  Supaya Ia dapat menyaksikan kasih-Nya terhadap murid-murid-

Nya (ay. 1-2).  

2.  Supaya Ia dapat mencontohkan kerendahan hati dan kerelaan-

Nya dalam merendahkan diri (ay. 3-5).  

3.  Supaya Ia dapat melambangkan pembasuhan rohani, seperti yang 

kemudian disinggung dalam pembicaraan-Nya dengan Petrus (ay. 

6-11).  

4.  Supaya Ia dapat memberi  sebuah teladan bagi mereka (ay. 12-

17). Keempat alasan ini  menguasai seluruh penggambaran 

kisah ini. 

I.  Kristus membasuh kaki murid-murid-Nya supaya Ia dapat mem-

buktikan kasih-Nya yang besar terhadap mereka. Ia mengasihi 

mereka sampai kepada kesudahannya (ay. 1-2).  


 918

1.  Di sini, dipaparkan sebuah kebenaran yang tidak perlu diragu-

kan lagi. Tuhan kita Yesus, sama seperti Ia senantiasa menga-

sihi murid-murid-Nya, demikianlah sekarang Ia mengasihi me-

reka sampai kepada kesudahannya (ay. 1). 

(1)  Kasih-Nya ini sungguh terbukti benar bagi para murid yang 

telah mengikuti-Nya secara langsung, terutama kedua be-

las murid itu. Mereka yaitu  kepunyaan-Nya di dunia ini, 

keluarga-Nya, murid-murid-Nya, sahabat karib-Nya. Anak-

anak yang sesungguhnya memang tidak dimiliki-Nya, namun  

Ia telah mengangkat mereka sebagai anak-anak-Nya sen-

diri. Jadi Dia memiliki keluarga-Nya itu di dunia yang lain 

ini, namun  Ia tinggalkan mereka untuk sementara waktu, 

supaya mereka mengurusi milik-Nya yang ada di dunia ini. 

Ia menyayangi mereka dan memanggil mereka ke dalam 

persekutuan dengan-Nya, bergaul karib dengan mereka, 

selalu lembut terhadap mereka, menghibur dan memper-

hatikan kepentingan mereka. Ia mengizinkan mereka ber-

gaul secara leluasa dengan-Nya, dan Ia memaklumi kele-

mahan mereka. Dia mengasihi mereka sampai kepada ke-

sudahannya, dan terus mengasihi mereka seumur hidup-

Nya, bahkan sampai Ia bangkit kembali. Tidak sekali pun 

Ia melepaskan kasih dan kebaikan-Nya dari mereka. Meski-

pun kemudian ada orang-orang hebat yang turut meng-

ikuti-Nya, Kristus tidak pernah melupakan teman-teman 

lama-Nya hanya untuk menyediakan tempat bagi teman-

teman baru-Nya. Sebaliknya, Ia terus setia mengasihi para 

penjala ikan yang miskin itu. Mereka memang lemah dan 

dangkal dalam pengetahuan serta tata krama, juga bodoh 

dan mudah lupa. Akan namun , sekalipun sering menegur 

mereka, Ia tidak pernah berhenti mengasihi dan memper-

hatikan mereka.  

(2) Kasih-Nya itu juga berlaku bagi seluruh orang percaya, se-

bab kedua belas bapa gereja itu mewakili seluruh suku 

bangsa Israel rohani kepunyaan Allah.  

Perhatikan: 

[1] Tuhan kita Yesus memiliki sejumlah umat di dunia ini. 

Mereka ini yaitu  milik kepunyaan-Nya sendiri, sebab 

mereka diberikan kepada-Nya oleh Sang Bapa. Kristus 

Injil Yohanes 13:1-17 

 919 

telah membeli mereka dengan harga yang amat mahal, 

dan Dia telah memilah-milah mereka bagi diri-Nya sen-

diri. Kepunyaan-Nya, sebab mereka telah mengabdikan 

diri mereka bagi-Nya sebagai umat-Nya yang istimewa.  

Milik kepunyaan-Nya. Bila kata itu dipakai saat mem-

bicarakan orang lain yang tidak menerima-Nya, kata 

yang dipakai yaitu  tous idious – orang-orang milik ke-

punyaan-Nya sendiri, seperti seorang istri dan anak-

anak yaitu  kepunyaan seorang lelaki, sebab  ia memi-

liki hubungan tetap yang erat dengan mereka.  

[2] Kristus sungguh teramat mengasihi orang-orang milik 

kepunyaan-Nya yang ada di dunia ini. saat  menyerah-

kan diri-Nya untuk menebus mereka, Dia masih menga-

sihi mereka dengan kasih sejati. Dia masih tetap menga-

sihi mereka dengan kasih setia-Nya saat  Ia menerima 

mereka untuk bersekutu dengan-Nya. Meskipun mereka 

ada di dunia ini, sebuah dunia yang gelap dan jauh, pe-

nuh dengan dosa dan kebejatan, Ia masih tetap saja 

mengasihi mereka. Sebentar lagi Dia akan pergi kepada 

kepunyaan-Nya yang ada di sorga, tempat roh orang-

orang benar disempurnakan, namun  kelihatan-Nya dia 

justru lebih mempedulikan nasib orang-orang kepunya-

an-Nya yang masih ada di dunia ini, sebab merekalah 

yang paling membutuhkan pemeliharaan-Nya: anak 

yang sakit-sakitanlah yang biasanya paling membutuh-

kan perhatian. 

[3] Mereka yang dikasihi-Nya, dikasihi-Nya sampai kepada 

kesudahannya. Dia selalu setia mengasihi umat-Nya. 

Kasih-Nya selalu tetap. Dia mengasihi dengan kasih 

yang kekal (Yer. 31:3), kekal dalam segala rancangan-

Nya sampai pada keberlangsungannya. Tidak ada satu 

hal pun yang dapat memisahkan orang percaya dari 

kasih Kristus. Dia mengasihi orang-orang kepunyaan-

Nya, eis telos – dengan cara yang sempurna, sebab Ia 

akan menyempurnakan segala yang baik bagi mereka 

dan akan membawa mereka ke dunia di mana ada  

kasih yang sempurna.  

2. Kristus menyatakan kasih-Nya kepada mereka dengan mem-

basuh kaki mereka, sebagaimana wanita saleh itu (Luk. 7:38) 


 920

menunjukkan kasihnya terhadap-Nya dengan membasuh dan 

menyeka kaki-Nya. Dengan demikian Ia hendak menunjukkan 

bahwa kasih-Nya kepada mereka bukan saja tetap adanya, 

namun  juga disertai dengan kerelaan untuk merendahkan diri, 

– bahwa dalam menunjukkan kasih-Nya itu Ia rela merendah-

kan diri-Nya, – dan bahwa kemuliaan yang tampak saat Ia 

ditinggikan, yang segera akan Ia masuki kini, tidak akan 

menghalangi segala kebaikan yang Ia maksudkan bagi orang-

orang pilihan-Nya. Demikianlah Ia hendak meneguhkan janji 

yang telah Ia berikan kepada seluruh orang kudus, bahwa Ia 

akan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan 

datang melayani mereka (Luk. 12:37), akan meninggikan mere-

ka dengan kehormatan yang besar dan mengherankan, seperti 

seorang tuan melayani hamba-hambanya. Para murid itu baru 

saja menunjukkan lemahnya kasih mereka terhadap Dia, 

dengan bersungut-sungut atas minyak narwastu yang dicu-

rahkan di atas kepala-Nya itu (Mat. 26:8). Akan namun , Dia kini 

justru membuktikan kasih-Nya terhadap mereka. Kelemahan 

kita memang kalah dan lenyap oleh kebaikan Kristus.  

3. Dia memilih waktu itu untuk membasuh kaki mereka, yaitu 

sesaat sebelum Paskah terakhir-Nya, sebab  dua alasan: 

(1) sebab  Ia tahu bahwa saat-Nya telah tiba kini, saat yang 

telah lama Ia tunggu-tunggu, saat untuk beralih dari dunia 

ini kepada Bapa.  

Perhatikanlah di sini:  

[1] Perubahan yang akan segera terjadi pada Tuhan kita 

Yesus: Dia akan beralih dari dunia ini. Hal ini dimulai 

pada saat kematian-Nya, namun  baru tuntas sepenuhnya 

pada saat kenaikan-Nya. Sebagaimana Kristus sendiri, 

begitu pula dengan semua orang percaya, berkat perse-

kutuan dengan-Nya, mereka akan meninggalkan tubuh 

jasmani mereka saat mereka beralih dari dunia ini un-

tuk pergi kepada Bapa dan berada bersama-sama de-

ngan Tuhan. Ini merupakan keberangkatan untuk ke-

luar dari dunia ini, dunia yang jahat dan mencelakakan 

ini, yang tidak setia dan tidak beriman ini – dunia yang 

penuh dengan pekerjaan berat, susah payah, dan goda-

an – lembah air mata ini. Keberangkatan ini merupakan 

Injil Yohanes 13:1-17 

 921 

kepergian kepada Bapa, untuk memandang Bapa dari 

segala roh dan menikmati kehadiran bersama Dia. 

[2]  Waktu perubahan itu: Saat-Nya sudah tiba. Saat seperti 

itu kadang kala disebut sebagai saat si musuh (Luk. 

22:53), saat kemenangan mereka. Kadangkala juga di-

katakan sebagai saat-Nya, saat kemenangan-Nya, saat 

yang telah Ia nanti-nantikan sejak lama. Waktu pen-

deritaan-Nya telah ditetapkan bahkan sampai jamnya, 

dan hal itu berlangsung hanya sejam lamanya.  

[3] Pengetahuan-Nya mengenai saat itu sebelum waktunya 

tiba: Dia tahu bahwa saat-Nya sudah tiba. Dari awal Ia 

sudah tahu bahwa saat seperti itu akan datang dan 

kapan waktunya, dan kini Ia tahu bahwa saat itu sudah 

datang. Kita tidak tahu kapan saat kita akan tiba, jadi 

sebab  itu apa yang biasanya kita harus lakukan untuk 

mempersiapkan waktu kita itu tidak boleh sampai ter-

bengkalai. Sebaliknya juga, saat melalui banyak tanda 

kita mengetahui bahwa saat kita telah tiba, kita harus 

bergiat melakukan persiapan yang sungguh-sungguh, 

sebagaimana yang dilakukan Guru kita (2Ptr. 3:14). 

sesudah  Kristus mengetahui bahwa Ia harus segera per-

gi, Ia pun membasuh kaki murid-murid-Nya, supaya, se-

bagaimana kepala-Nya sendiri baru saja diurapi untuk 

mengingat hari penguburan-Nya, begitu pula kaki mere-

ka dibasuh untuk mengingat hari pengudusan mereka 

melalui turunnya Roh Kudus lima puluh hari kemu-

dian, sebagaimana para imam dibasuh (Im. 8:6). Saat 

kita melihat bahwa hari keberangkatan kita telah kian 

mendekat, kita harus melakukan yang terbaik bagi 

orang-orang yang akan kita tinggalkan.  

(2) Sebab Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas 

Iskariot untuk mengkhianati Dia (ay. 2). Bila dicerna dengan 

cermat, kata-kata ini  dapat dianggap,  

[1]  Sebagai penelusuran asal-muasal pengkhianatan Yu-

das. Jelaslah dosa dengan sifat yang demikian ini sudah 

pasti mengandung citra dan gambaran Iblis. Kita tidak 

bisa mengerti jalan masuk seperti apa yang dimiliki Iblis 

untuk merasuki hati manusia, dengan cara seperti apa 


 922

Iblis membidik panah-panah penyesatannya, dan bagai-

mana dia mencampuradukkan semua itu dengan pikir-

an-pikiran yang terkandung dalam hati. Akan namun , 

ada beberapa dosa tertentu yang sungguh-sungguh ce-

marnya sampai tidak perlu lagi dipancing sedikit pun 

dengan godaan dunia ataupun kedagingan, sehingga 

jelas sekali tampak bahwa Iblislah yang mengerami 

benih-benih dosa itu di dalam hati yang bersedia mau 

menjadi tempat bertumbuhnya benih-benih itu. Sikap 

Yudas yang mengkhianati seorang Guru seperti Kristus 

dengan cara murahan dan tanpa memerlukan banyak 

hasutan tega melakukannya merupakan sikap memu-

suhi Allah  yang terang-terangan, yang tidak mungkin 

dilontarkan oleh siapa pun selain Iblis sendiri, yang 

mengira bahwa dengan begitu ia telah membinasakan 

kerajaan Sang Penebus, padahal sesungguhnya, justru 

kerajaannya sendirilah yang hancur.  

[2] Sebagai peneguhan alasan mengapa kini Kristus mem-

basuh kaki murid-murid-Nya.  

Pertama, oleh sebab  Yudas telah bertekad untuk 

mengkhianati-Nya, maka saat kematian-Nya pastilah 

sudah di ambang pintu. Jika hal itu memang telah di-

putuskan, maka mudah saja untuk mengamini perkata-

an Rasul Paulus, darahku sudah mulai dicurahkan seba-

gai persembahan. Perhatikan, semakin kita menyadari 

betapa kejamnya musuh-musuh terhadap kita, maka 

semakin giat pula kita harus bersiap menghadapi ke-

mungkinan yang terburuk.  

Kedua, sebab  kini Yudas sudah masuk dalam jerat 

dan Iblis tengah mengincar Petrus dan murid-murid 

lainnya (Luk. 22:31), Kristus pun ingin membentengi 

orang-orang kepunyaan-Nya itu dari serangan Iblis. 

Saat si serigala telah merenggut salah satu dari kawan-

an domba, maka sudah waktunya bagi sang gembala 

untuk menjagai sisanya. Obat penawar racun harus 

segera dioleskan saat radang sudah mulai menyerang.  

Dr. Lightfoot mengamati bahwa para murid sudah bela-

jar dari Yudas sikap bersungut-sungut saat ia melaku-

kannya saat  Kristus diurapi (bdk. 12:4 dst. dengan 

Injil Yohanes 13:1-17 

 923 

Mat. 26:8). Kini, agar mereka tidak bertindak lebih bu-

ruk lagi, Kristus pun membentengi mereka melalui se-

buah pelajaran mengenai kerendahan hati, supaya me-

reka dapat mempertahankan diri dari serangannya yang 

paling mencelakakan itu.  

Ketiga, Yudas, yang kini sedang mereka-reka peng-

khianatannya, yaitu  salah satu dari kedua belas mu-

rid. Di sini Kristus hendak menunjukkan bahwa Dia 

tidak berencana untuk mengusir mereka semua hanya 

sebab  kesalahan satu orang. Meskipun salah seorang 

dari kumpulan mereka itu telah kerasukan setan dan 

menjadi seorang pengkhianat, mereka tidak harus me-

nanggung akibat buruk sebab  perbuatannya itu. 

Kristus tetap saja mengasihi gereja-Nya, sekalipun ada 

orang-orang munafik di dalamnya. Dia tetap berbaik 

hati kepada murid-murid-Nya meskipun Dia tahu bah-

wa di antara mereka ada seorang Yudas. 

II.  Kristus membasuh kaki murid-murid-Nya untuk memberi teladan 

mengenai kerendahan hati-Nya yang luar biasa. Ia menunjukkan 

betapa Dia rela merendahkan diri-Nya dan membiarkan seluruh 

dunia tahu betapa rendahnya Dia mau membungkuk demi untuk 

mengasihi orang-orang kepunyaan-Nya. Hal ini ditegaskan dalam 

ayat 3-5. Mengetahui, dan kini benar-benar mempertimbangkan, 

dan mungkin juga memperbincangkan kehormatan-Nya sebagai 

Sang Pengantara dan memberitahukan kawan-kawan-Nya bahwa 

Bapa telah memberi  segalanya ke dalam tangan-Nya, Ia pun 

bangkit dari tempat duduk-Nya. Lalu, diiringi rasa terkejut tak 

terkira dari semua orang di situ, yang bertanya-tanya apa gerang-

an yang akan Ia lakukan, Ia pun membasuh kaki murid-murid-Nya 

itu.  

1. Di sini digambarkan bagaimana Tuhan Yesus sungguh-sung-

guh ditinggikan. Hal-hal mulia dikatakan di sini mengenai 

Kristus sebagai Pengantara.  

(1) Bapa telah menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangan-

Nya. Bapa telah memberi  hak kepemilikan dan kuasa 

atas segalanya, sebagai pemilik sorga dan bumi, dalam 

menjalankan rancangan-rancangan agung dari tugas yang 


 924

diemban-Nya (Mat. 11:27). Penyelesaian dan penengahan 

segala persoalan di antara Allah dan manusia diserahkan 

ke dalam tangan-Nya sebagai Sang Pengantara dan Peng-

adil Agung. Juga, segala urusan penyelenggaraan kerajaan 

Allah di tengah-tengah manusia, dalam segala bentuknya, 

diserahkan kepada-Nya. Dengan demikian, segala tindakan 

pemerintahan maupun penghakiman akan dilaksanakan 

melalui tangan-Nya, sebab Dia-lah pewaris dari segala 

sesuatu yang ada.   

(2) Ia datang dari Allah. Hal ini menyiratkan bahwa Dia telah 

ada bersama-sama dengan Allah dari sejak semula. Ia me-

miliki wujud dan kemuliaan, bukan saja sebelum Dia dila-

hirkan ke dunia ini, namun  juga bahkan sebelum dunia ini 

dijadikan. Ia datang ke dunia ini sebagai utusan Allah, de-

ngan mengemban amanat dari-Nya. Dia datang dari Allah 

sebagai Anak Allah dan yang diutus oleh Allah. Nabi-nabi 

dalam Perjanjian Lama dibangkitkan dan dipekerjakan bagi 

Allah, namun  Kristus datang langsung dari-Nya.   

(3) Dia pergi kepada Allah, untuk dimuliakan bersama-sama 

dengan Allah dengan kemuliaan yang sama yang telah Ia 

miliki bersama-sama dengan Allah sejak kekekalan. Apa 

yang berasal dari Allah akan kembali kepada Allah. Orang-

orang yang dilahirkan dari sorga pasti akan kembali menu-

ju ke sana. Sebagaimana Kristus datang dari Allah untuk 

menjadi wakil Allah di dunia ini, demikian pula Dia pergi 

kepada Allah untuk menjadi wakil kita di sorga. Memba-

yangkan betapa Ia sangat disambut di sorga merupakan se-

buah penghiburan bagi kita: Dia dibawa mendekat kepada 

Yang Lanjut Usianya itu (Dan. 7:13). Lalu dikatakan ke-

pada-Nya, Duduklah di sebelah kanan-Ku (Mzm. 110:1). 

(4) Dia mengetahui semuanya ini. Dia tidak seperti anak raja 

yang ada di buaian bayi, yang tidak tahu menahu tentang 

kehormatan yang ia miliki sejak lahir. Juga tidak seperti 

Musa, yang tidak tahu bahwa mukanya bercahaya. Tidak, 

Dia tahu betul tentang segala kehormatan yang Ia miliki 

pada waktu Ia dimuliakan nantinya. Namun demikian, Ia 

tetap rela merendahkan diri sebegitu rupanya. Akan namun , 

mengapa Ia merendahkan diri-Nya di sini?  

Injil Yohanes 13:1-17 

 925 

[1] Sebagai dorongan bagi-Nya supaya cepat-cepat mem-

berikan pengajaran dan amanat yang harus Ia tinggal-

kan bagi para murid-Nya, sebab sebentar lagi saatnya 

segera tiba bagi-Nya untuk berpisah dengan mereka 

dan ditinggikan, sehingga tidak bisa lagi bercakap-ca-

kap seperti biasanya dengan mereka (ay. 1).  

[2] Ia membasuh kaki mereka, sebab  hal ini  bisa 

menopang Dia dan membantu Dia melewati pengalaman 

menyakitkan itu dengan senang hati. Yudas sudah 

mulai mengkhianati-Nya dan Ia sendiri pun mengetahui 

hal itu. Ia tahu apa akibatnya. Akan namun , sebab  Dia 

tahu bahwa Dia datang dari Allah dan harus kembali 

kepada Allah, Dia pun tidak mundur, melainkan maju 

terus dengan sukacita. 

[3] Perbuatan-Nya membasuh kaki murid-murid itu tam-

paknya membingkai tindakan kerendahan hatinya dan 

membuatnya semakin mengagumkan. Dalam Kitab 

Suci, alasan-alasan tindakan anugerah ilahi terkadang 

digambarkan sebagai hal yang aneh dan mengherankan 

(seperti dalam Yes. 57:17-18; Hos. 2:13-14). Begitu pula 

di sini, sesuatu yang seharusnya menjadi alasan untuk 

memegahkan diri justru dipakai-Nya untuk merendah-

kan diri-Nya. Demikianlah, pikiran Allah tidaklah sama 

seperti pikiran kita. Bandingkanlah hal ini dengan peri-

kop-perikop yang mengemukakan contoh-contoh paling 

jelas mengenai anugerah yang merendahkan diri mela-

lui berbagai penampakan kemuliaan ilahi (seperti dalam 

Mzm. 68:4-5; Yes. 57:15; 66:1-2). 

2.  Di sini ada  kerelaan Kristus dalam merendahkan diri-Nya 

sekalipun penampakan kemuliaan ilahi itu. Yesus telah me-

ngetahui kemuliaan-Nya sendiri sebagai Allah dan wewenang 

serta kuasanya sebagai Sang Pengantara. Pastilah orang tidak 

akan heran bila sesudah  itu bangunlah Yesus dan menanggal-

kan jubah-Nya yang biasa, lalu meminta jubah kebesaran, me-

nyuruh mereka supaya menjaga jarak dengan-Nya dan sujud 

menyembah-Nya. Akan namun , yang Ia lakukan justru sebalik-

nya. Saat Ia menyadari semua itu, Ia justru memberi  

sebuah teladan kerendahan hati. Perhatikan, keyakinan teguh 

akan sorga dan kebahagiaan yang ditopang dengan dasar yang 


 926

benar tidak akan membuat seseorang menjadi sombong, me-

lainkan akan membuatnya tetap rendah hati. Orang-orang 

yang hendak menjadi serupa dengan Kristus dan turut ambil 

bagian dalam Roh-Nya, harus terus belajar untuk merendah-

kan hati mereka di tengah-tengah kemuliaan yang mereka 

capai. Untuk menunjukkan kerendahan hati-Nya, kini Ia mem-

basuh kaki murid-murid-Nya.  

(1) Tindakan itu sungguh rendah dan menghamba, biasa ha-

nya dilakukan oleh pelayan yang paling rendah keduduk-

annya. Hambamu ini (kata Abigail) ingin menjadi budak 

yang membasuh kaki para hamba tuanku itu. Biarlah aku 

melayani di tempat terendah (1Sam. 25:41). Seandainya 

saja Kristus hanya membasuh tangan atau wajah mereka, 

maka hal itu saja sudah merupakan kerendahan hati yang 

besar (Elisa hanya mencucurkan air pembasuh ke tangan 

Elia, 2Raj. 3:11), jadi apa lagi kalau Ia sampai membung-

kuk sedemikian rupa, ini sungguh melampaui kekaguman 

kita. Dengan begitu Ia hendak mengajari kita supaya tidak 

pernah berpikir bahwa suatu pekerjaan terlalu rendah un-

tuk kita lakukan, bila pekerjaan itu dapat memuliakan 

Allah dan mendatangkan kebaikan bagi saudara-saudara 

kita. 

(2) Terlebih lagi, kerendahan hati-Nya itu sungguh amat luar 

biasa, sebab itu dilakukan-Nya terhadap para murid-Nya, 

orang-orang dari kalangan bawah yang tidak ada harganya, 

yang tidak peduli dengan tubuh mereka sendiri. Mungkin 

kaki mereka pun jarang dicuci, dan pasti sangat kotor.  Da-

lam hubungan dengan Dia, mereka itu hanya murid-murid-

Nya, para hamba-Nya. Merekalah yang seharusnya mem-

basuh kaki-Nya, sebab mereka bergantung dan berharap 

dari Dia. Banyak orang  melakukan hal-hal rendah untuk 

menjilat atasan mereka. Mereka merendahkan diri supaya 

bisa melaju, dan menghamba supaya bisa menanjak. Kare-

na itu, pastilah perbuatan Kristus terhadap murid-murid-

Nya ini bukanlah suatu tindakan pamer atau menjilat, me-

lainkan murni kerendahan hati.  

(3) Yesus bangun dari duduk-Nya untuk membasuh kaki mu-

rid-murid-Nya itu. Meskipun KJV menerjemahkan (ay. 2) 

makan malam hendak berakhir, sebaiknya ini dibaca seba-

Injil Yohanes 13:1-17 

 927 

gai makan malam sedang diadakan [bdk. TB: mereka se-

dang makan bersama – pen.] atau saat  Ia sedang makan 

malam, sebab sesudah  membasuh kaki murid-murid, Ia 

duduk kembali (ay. 12), dan kita mendapati-Nya mencelup-

kan roti (ay. 26). Dengan demikian, Ia membasuh kaki me-

reka di sela-sela makan malam-Nya, yang hendak meng-

ajari kita agar, 

[1] Bila kita dipanggil untuk melayani Allah atau sesama 

pada saat kita sedang makan, jangan sampai kita meng-

anggap hal itu sebagai gangguan atau ketidaknyaman-

an, namun  hendaklah kita menjunjung tinggi tugas kita 

lebih dari makanan kita (4:34). Kristus tidak bersedia 

meninggalkan khotbah-Nya untuk melayani kerabat 

dekat-Nya (Mrk. 3:33), namun  rela meninggalkan makan 

malam-Nya untuk menunjukkan kasih-Nya terhadap 

murid-murid-Nya.  

[2] Jangan terlalu mendewa-dewakan makanan jasmani 

kita. Membasuh kaki yang kotor pastinya dapat mele-

nyapkan selera makan seseorang, namun  Kristus tetap 

saja melakukannya, bukan supaya kita boleh seenak-

nya bersikap kasar dan jorok (sebab kebersihan dan 

kesalehan itu seia sekata), melainkan untuk mengajari 

kita supaya tidak terlalu rewel atau pilih-pilih, melain-

kan mematikan kesenangan tubuh dan selera makan, 

dan menempatkan sopan santun pada tempatnya, tan-

pa harus melebih-lebihkannya.  

(4)  Untuk melakukannya, Ia pun mengenakan pakaian seperti 

seorang hamba: Dia menanggalkan jubah-Nya yang longgar 

supaya bisa melayani dengan lebih leluasa. Kita harus 

menjalankan tugas kita dengan tidak memiliki keinginan 

untuk memegahkan diri, melainkan rela menanggung 

perih. Kita harus melepaskan segala sesuatu yang mungkin 

dapat membuat kita besar kepala atau merintangi maksud 

kita dalam melakukan apa yang harus kita perbuat, harus 

mempersiapkan akal budi kita, sebagaimana orang-orang 

yang menunaikan tugas mereka dengan sungguh-sungguh.  

(5) Kristus membasuh kaki mereka dengan upacara yang se-

sederhana mungkin. Ia menjalankan setiap bagian pelayan-


 928

an-Nya itu dengan cermat, tanpa melewatkan seorang pun 

dari mereka. Dia melakukannya sedemikian rupa, seolah-

olah Dia memang sudah terbiasa melayani. Dia melakukan-

nya seorang diri dan tidak dibantu oleh siapa pun. Dia 

mengikatkan sehelai kain lenan di pinggang-Nya sebagai-

mana pelayan mengenakan serbet pada tangannya atau 

memakai celemek. Ia menuangkan air ke sebuah basi dari 

tempayan-tempayan yang tersedia di sana (2:6), kemudian 

membasuh kaki mereka. sesudah  itu, untuk menuntaskan 

tindakan-Nya, Ia lalu menyeka kaki mereka. Sebagian 

orang berpendapat bahwa Dia tidaklah membasuh kaki 

mereka semua, melainkan hanya empat atau lima orang 

dari antara mereka saja, sebab begitu pun sudah cukup 

untuk menunjukkan tujuan-Nya itu. namun  saya tidak me-

lihat bukti yang mendukung dugaan ini , sebab setiap 

kali Dia melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda, di 

tempat-tempat lain dalam Injil, hal itu selalu diperhatikan 

oleh si penulis Injil. Pembasuhan kaki seluruh murid-Nya 

tanpa mengecualikan seorang pun dari antara mereka itu 

mengajari kita tentang amal kasih yang besar dan menye-

luruh bagi semua murid Kristus, bahkan yang terkecil 

sekalipun.  

(6) Tidak ada tanda-tanda bahwa Kristus melewatkan kaki 

Yudas, sebab ia juga ada di sana (ay. 26). Memang sudah 

menjadi sifat seorang janda yang benar-benar janda untuk 

membasuh kaki saudara-saudara seimannya (1Tim. 5:10), 

dan hal ini mendatangkan penghiburan. namun  di sini, 

Yesus yang terkasih bahkan lebih dari itu, Ia membasuh 

kaki seorang pendosa, yang terbejat dari segala pendosa, 

yang terjahat yang pernah melawan Dia, yang pada saat itu 

sedang berikhtiar untuk mengkhianati-Nya.  

Banyak penafsir menganggap bahwa pembasuhan kaki 

yang dilakukan Kristus ini merupakan gambaran keselu-

ruhan tugas-Nya. Kristus tahu bahwa Dia setara dengan 

Allah dan segala sesuatu yaitu  kepunyaan-Nya, akan te-

tapi Dia bangkit dari takhta-Nya yang penuh kemuliaan, 

menanggalkan jubah-Nya yang penuh cahaya, lalu membe-

batkan sifat kita pada diri-Nya sendiri dengan cara meng-

ambil rupa sebagai seorang hamba. Ia datang bukan untuk 

Injil Yohanes 13:1-17 

 929 

dilayani, melainkan untuk melayani, menumpahkan darah-

Nya, memberi  nyawa-Nya dan dengan begitu Ia mem-

persiapkan bejana pembasuhan untuk membersihkan kita 

dari dosa-dosa kita (Why. 1:5).  

III. Kristus membasuh kaki murid-murid-Nya untuk menandakan 

pembasuhan diri mereka secara rohani dan penyucian jiwa mere-

ka dari kecemaran yang diakibatkan oleh dosa. Hal ini dinyatakan 

dengan jelas dalam percakapan-Nya dengan Petrus mengenai hal 

ini  (ay. 6-11), yang di dalamnya bisa kita amati:  

1.  Keterkejutan Petrus sewaktu ia melihat Gurunya hendak mela-

kukan perbuatan yang merendahkan diri itu (ay. 6): Maka 

sampailah Ia kepada Simon Petrus, dengan kain lenan dan 

basi-Nya, dan menyuruh Petrus supaya menjulurkan kakinya 

untuk dibasuh. Krisostom berpendapat bahwa Yesus pertama-

tama membasuh kaki Yudas yang pasti saja langsung mene-

rima kehormatan itu, dan senang melihat Gurunya mau me-

rendahkan diri-Nya sedemikian rupa. Akan namun , kemungkin-

an besar saat  Kristus berkeliling melakukan pelayanan-Nya 

ini (sebagaimana yang dimaksudkan oleh kalimat Dia mulai 

membasuh, ay. 5), Ia justru melakukannya pada Petrus terle-

bih dahulu, sebab  jika mereka tidak mendengar penjelasan 

yang diutarakan-Nya kepada Petrus, mereka juga akan mela-

rang-Nya membasuh kaki mereka. Akan namun , entah betul 

Kristus menghampiri Petrus terlebih dahulu atau tidak, yang 

pasti Petrus amat tertegun dengan apa yang hendak diperbuat 

Kristus sewaktu Ia datang menghampirinya: “Tuhan, (kata 

Petrus) Engkau hendak membasuh kakiku?” Di sini pribadi-

pribadi ditekankan, Engkau dan aku, dan penempatan kata-

katanya pun bisa diamati, sy mou – apa, Engkau (hendak mem-

basuh) kakiku? Tu mihi lavas pedes? Quid est tu? Quid est 

mihi? Cogitanda sunt potius quam dicenda – Engkau hendak 

membasuh kakiku? Apa maksudnya dengan Engkau? Apa arti-

nya bagiku? Hal-hal seperti ini lebih baik direnungkan saja 

daripada diutarakan. Mengapa Engkau, Tuhan dan Guru kami, 

yang kami kenal dan yakini sebagai Anak Allah, dan Sang 

Juruselamat dan Penguasa dunia, mau melakukan hal itu un-

tuk aku, cacing yang tidak berharga ini, seorang manusia ber-

dosa, oh Tuhan? Masakan tangan yang sentuhannya telah 


 930

menahirkan orang kusta, mencelikkan orang buta, dan mem-

bangkitkan orang mati itu akan membasuh kakiku? Begitulah 

yang diartikan oleh Theophylact, dan oleh Dr. Taylor yang 

mengutip darinya. Petrus pasti akan sangat bersedia untuk 

merebut basi dan kain lenan itu, dan membasuh kaki Guru-

nya, dan merasa bangga akan kehormatan untuk melakukan-

nya (Luk. 17:7-8). “Hal itu pasti wajar dan biasa saja. Akan te-

tapi, bila Guruku-lah yang membasuh kakiku, hal itu benar-

benar tidak pada tempatnya, dan aku tidak dapat memahami-

nya. Inikah cara manusia?” Perhatikan, segala tindakan Kris-

tus untuk merendahkan diri, terutama untuk menghampiri 

kita dan memperhatikan kita dengan anugerah-Nya, memang 

layak membuat kita terkagum-kagum (14:22). Siapakah aku 

ini, TUHAN Allah? Dan siapakah kaum keluargaku?  

2.  Jawaban yang langsung diberikan Kristus terhadap pertanya-

an yang penuh dengan keterkejutan itu. Setidaknya, jawaban 

ini dapat meredakan keberatan Petrus (ay. 7): Apa yang Kuper-

buat, engkau tidak tahu sekarang, namun  engkau akan mengerti-

nya kelak. Inilah dua alasan mengapa Petrus harus tunduk 

menerima apa yang Kristus lakukan itu: – 

(1) sebab  saat itu Petrus masih belum mengerti mengenai tin-

dakan itu, tidak semestinya ia menentang apa yang tidak ia 

mengerti. Sebaliknya ia harus berserah kepada kehendak 

dan hikmat Dia yang sanggup mengemukakan alasan baik 

bagi setiap perkataan dan perbuatan-Nya. Kristus hendak 

mengajari Petrus untuk bersikap patuh: “Apa yang Kuper-

buat, engkau tidak tahu sekarang, dan sebab  itu engkau 

tidak layak untuk menghakimi apa yang Kulakukan itu, 

namun  harus percaya bahwa hal itu baik adanya sebab  

Aku-lah yang melakukannya.” Perhatikan, kesadaran me-

ngenai ketidaktahuan dan ketidaksanggupan kita dalam 

menilai apa yang Allah perbuat seharusnya membuat kita 

tidak gegabah mengkritik tindakan-tindakan yang Ia laku-

kan (Ibr. 11:8). 

(2) sebab  ada sesuatu yang patut direnungkan di dalamnya, 

yang maknanya harus diketahui Petrus nanti: “Kelak eng-

kau akan mengerti mengapa engkau perlu dibasuh, yaitu 

pada saat engkau bersalah dalam dosa besar sebab  me-

nyangkal Aku.” Begitulah yang diartikan sebagian orang. 

Injil Yohanes 13:1-17 

 931 

“Engkau akan mengerti nanti, saat engkau, dalam melak-

sanakan jabatanmu sebagai rasul, harus bekerja memba-

suh anak-anak asuhanmu dari dosa dan kecemaran dunia 

ini.” Begitulah yang diartikan oleh Dr. Hammond.  

Perhatikan: 

[1] Tuhan kita Yesus melakukan banyak hal yang makna-

nya tidak dimengerti pada saat itu, bahkan oleh murid-

murid-Nya sendiri. Akan namun , mereka akan mema-

haminya kelak. Mengapa Ia menjadi manusia bagi kita, 

mengapa Ia rela menjadi yang terhina bagi kita, dan 

mengapa Ia bersedia menjalani hidup seperti kita dan 

menyerahkan nyawa-Nya, baru dapat dimengerti di 

kemudian hari. saat  itu, nyatalah bahwa semua itu 

memang tugas-Nya (Ibr. 2:17). Tindakan-tindakan pe-

meliharaan ilahi yang terjadi kemudian menjelaskan ke-

jadian-kejadian yang terjadi sebelumnya. Saat itu kita 

dapat memahami berkah yang tersembunyi dalam keja-

dian-kejadian yang tampaknya begitu menyedihkan, 

dan melihat bahwa jalan yang kita kira berputar-putar 

itu ternyata jalan yang terbaik. 

[2]  Pembasuhan kaki murid-murid yang dilakukan Kristus 

memiliki makna tersendiri yang tidak dapat mereka 

mengerti sampai sesudah nya, yaitu saat Kristus mene-

rangkan bahwa hal itu merupakan contoh pembasuhan 

yang melambangkan kelahiran kembali. Mereka baru 

bisa memahaminya saat  Roh Kudus dicurahkan ke 

atas mereka dari langit. Kita harus membiarkan Kristus 

bertindak dengan cara-Nya sendiri, baik dalam ibadah 

maupun pemeliharaan-Nya, dan sesudah  itu kita pasti 

mendapati bahwa tindakannya itu yaitu  yang terbaik. 

3.  Sekalipun begitu, Petrus masih merasa enggan dan menolak 

membiarkan Kristus membasuh kakinya (ay. 8): “Engkau tidak 

akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya. Tidak, tidak 

akan pernah.” Begitulah yang tertulis dalam teks asli. Kalimat 

Petrus itu menunjukkan tekad yang benar-benar tidak dapat 

diganggu-gugat lagi.  


 932

Di sini: 

(1) Terlihat adanya kerendahan hati dan kesederhanaan. Tam-

paknya Petrus memang memiliki rasa hormat yang begitu 

besar terhadap Sang Guru, dan ia memang benar-benar 

menghormati-Nya (Luk. 5:8). Demikianlah, banyak orang 

tertipu bahwa mereka sudah melakukan kebaikan dengan 

merendahkan diri (Kol. 2:18, 23), padahal tindakan pe-

nyangkalan diri yang pura-pura seperti ini tidak dimaksud-

kan maupun diterima oleh Kristus sendiri, sebab  

(2) Di balik keinginan untuk mempertontonkan kerendahan 

hati seperti itu terselubung ketidaktaatan terhadap kehen-

dak Tuhan Yesus: “Aku akan membasuh kakimu,” kata 

Kristus. “Tidak, Engkau tidak boleh melakukannya,” jawab 

Petrus, “sebab hal itu tidak layak diperbuat.” Dengan be-

gitu, Petrus berkelakuan seolah-olah ia lebih bijaksana 

daripada Kristus. Hal seperti ini bukanlah kerendahan hati, 

melainkan ketidakpercayaan, sebab hal itu berarti menolak 

tawaran Injil, seakan-akan terlalu besar untuk kita atau 

terlalu muluk untuk dipercaya.   

4.  Kristus bersikeras membasuh kakinya dan memberi  alasan 

yang baik kepada Petrus mengapa ia harus membiarkan-Nya: 

Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat 

bagian dalam Aku. Pernyataan ini  dapat dianggap, 

(1)  Sebagai peringatan keras atas ketidaktaatan: “Jikalau Aku 

tidak membasuh engkau, jika engkau terus saja keras ke-

pala menolaknya dan tidak mau tunduk kepada kehendak 

Gurumu dalam hal yang sepele seperti ini, engkau tidak 

akan diakui sebagai salah seorang dari murid-murid-Ku, 

melainkan layak dikucilkan dan dikeluarkan sebab  tidak 

mematuhi perintah.” Begitulah beberapa penulis kuno 

mengartikannya. Jika Petrus menganggap diri lebih bijak 

daripada Gurunya dan membantah perintah yang seharus-

nya ia patuhi, maka hal itu sama saja artinya dengan mem-

batalkan kesetiaannya dan berkata sebagaimana yang di-

katakan orang-orang saat menggerutu, “Bagian apakah kita 

dapat dari pada Daud, dari Anak Daud?” Jika demikian, 

itulah bencana yang akan menimpa dia, yaitu bahwa dia 

tidak akan mendapat bagian dalam Kristus. Biarlah dia 

Injil Yohanes 13:1-17 

 933 

tidak lagi bertingkah buruk seperti itu, sebab mendengar-

kan lebih baik daripada korban sembelihan (1Sam. 15:22). 

Atau, 

(2) Sebagai pernyataan mengenai perlunya pembasuhan roha-

ni, dan beginilah artinya menurut pemahaman saya: “Jika 

Aku tidak membasuh jiwamu dari kecemaran dosa, Engkau 

tidak mendapat bagian dalam Aku, tidak memiliki kepen-

tingan apa pun di dalam-Ku, tidak mempunyai persekutu-

an dengan-Ku dan tidak akan mendapat berkat dari-Ku.” 

Perhatikan, orang-orang yang memiliki bagian dalam Kris-

tus hanyalah mereka yang telah dibasuh secara rohani 

oleh-Nya. 

[1] Memiliki bagian dalam atau dengan Kristus merupakan 

segenap kebahagiaan yang dinikmati oleh seorang Kris-

ten, sebagai orang yang telah beroleh bagian dalam 

Kristus (Ibr. 3:14). Dia mendapat bagian dalam hak-hak 

istimewa yang tidak ternilai harganya, yang berasal dari 

persekutuan dan hubungan dengan-Nya. Memiliki ba-

gian yang baik itulah yang merupakan satu-satunya hal 

yang diperlukan.  

[2] Kristus perlu membasuh kita supaya kita mendapat 

bagian di dalam-Nya. Kristus membenarkan dan me-

nguduskan semua orang yang dimiliki dan diselamat-

kan-Nya, dan ini dilakukan-Nya saat  membasuh me-

reka. Kita tidak dapat ambil bagian dalam kemuliaan-

Nya jika kita tidak mengambil bagian dalam jasa dan 

kebenaran-Nya, serta dalam Roh dan anugerah-Nya.    

5.  Permintaan Petrus yang sungguh-sungguh, lebih daripada se-

kadar berserah diri, untuk dibasuh oleh Kristus (ay. 9). Jika 

maksudnya memang demikian, Tuhan, jangan hanya basuh 

kakiku saja, namun  juga tangan dan kepalaku! Betapa cepatnya 

Petrus berubah pikiran. Saat kesalahpahamannya diluruskan, 

tekad yang tadinya keliru pun segera diubah. Hendaklah kita 

juga tidak begitu keras kepala dalam tekad kita (kecuali tekad 

kita dalam mengikut Kristus), sebab bisa saja kita segera da-

pat melihat alasan untuk menariknya kembali. Sebaliknya, 

biarlah kita selalu berhati-hati dalam menentukan tujuan yang 

hendak kita capai dengan segala upaya kita.  


 934

Perhatikanlah:  

(1) Betapa sigapnya Petrus untuk menarik kembali apa yang 

telah dikatakannya: “Tuhan, betapa bodohnya aku sebab  

berbicara gegabah seperti tadi!” Dia segera menerima tin-

dakan itu begitu tampak bagi dia bahwa Kristus membasuh 

kakinya sebab  Ia mau menunjukkan wewenang dan anu-

gerah-Nya. Di lain pihak, ia tidak menyukainya bila itu 

tampak bagi dia sebagai tindakan yang hanya akan meren-

dahkan Kristus.  

Perhatikan: 

[1] Orang baik tidak akan segan mengakui kesalahannya 

begitu melihat kesalahan mereka.  

[2] Cepat ataupun lambat, Kristus akan membuat semua 

orang menjadi sepikir dengan-Nya.  

(2)  Betapa Petrus bersikeras menginginkan untuk memperoleh 

anugerah Kristus yang memurnikan itu dan seluruh penga-

ruhnya, bahkan agar dicurahkan juga ke atas tangan dan 

kepalanya. Perhatikan, menjadi terpisah dari Kristus dan 

dikeluarkan sehingga tidak memperoleh bagian di dalam-

Nya merupakan malapetaka yang paling menakutkan di 

mata orang-orang yang telah diterangi hatinya, sebab mere-

ka takut hal ini akan membuat mereka terpengaruh untuk 

tega berbuat apa saja. Ketakutan akan hal ini hendaknya 

membawa kita untuk lebih bersungguh-sungguh lagi de-

ngan Allah di dalam doa, supaya Ia membasuh, membenar-

kan dan menguduskan kita. “Tuhan, janganlah kiranya 

aku tercerabut daripada-Mu. Layakkanlah aku bagi-Mu, 

melalui pembasuhan-Mu yang memperbaharui hidup itu. 

Tuhan, jangan hanya membasuh kakiku dari segala kece-

maran yang menempel di sana, namun  basuhlah juga tangan 

dan kepalaku dari segala kecemaran besar yang melekat di 

sana, dan dari kotoran yang tak tampak yang dikeluarkan 

oleh keringat tubuh itu sendiri.” Perhatikan, siapa yang be-

nar-benar hendak dikuduskan, pasti ingin dikuduskan se-

luruhnya, untuk menjadi manusia yang utuh sepenuhnya, 

dengan semua bagian tubuh dan kekuatannya dimurnikan 

(1Tes. 5:23). 

Injil Yohanes 13:1-17 

 935 

6.  Penjelasan lebih lanjut yang diberikan Kristus mengenai tanda 

ini, yang melambangkan pembasuhan rohani.  

(1) Dengan menunjuk kepada murid-murid yang setia kepada-

Nya itu (ay. 10): Barangsiapa telah mandi dan membasuh 

seluruh tubuhnya di tempat pemandian (seperti yang se-

ring dilakukan di daerah itu), saat ia kembali lagi ke ru-

mahnya, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh 

kakinya, sebab  tangan dan kepalanya telah bersih, dan 

yang kotor hanyalah kakinya, sebab tadi ia pulang ke ru-

mah berjalan kaki. Petrus berlaku sangat berlebihan dalam 

kedua hal yang dilakukannya. Pada mulanya dia tidak mau 

membiarkan Kristus membasuh kakinya, dan kini dia me-

lupakan apa yang telah Kristus perbuat baginya sewaktu ia 

dibaptis oleh-Nya, sehingga ia meminta-Nya untuk memba-

suh lagi tangan dan kepalanya. Kini Kristus memberinya 

pengertian bahwa kakinyalah yang harus dibasuh, namun  

tangan dan kepalanya tidak perlu.  

[1] Lihatlah betapa besarnya penghiburan dan hak isti-

mewa orang-orang yang telah dibenarkan. Mereka telah 

dibasuh oleh Kristus, dan menjadi bersih seluruhnya, 

yang artinya, mereka telah diterima oleh Allah berdasar-

kan anugerah, seolah-olah mereka memang bersih. 

Lalu, jika mereka berbuat salah dan bertobat dari kesa-

lahannya itu, mereka tidak perlu dikuduskan sekali 

lagi, sebab kalau begitu, berarti orang harus sering di-

baptis. Bukti dari keadaan yang telah dibenarkan itu 

bisa saja masih samar, begitu pula penghiburannya 

bisa saja masih tertunda, namun  ketentuan mengenai hal 

itu tidak dihapuskan. Kita boleh punya kesempatan 

untuk bertobat setiap hari, namun  karunia-karunia dan 

panggilan Allah tidak akan pernah dibatalkan. Hati bisa 

saja dibersihkan dan dipercantik, namun  tetap saja ma-

sih menjadi kerajaan si Iblis. Akan namun , jika hati itu 

dibasuh, hati itu akan menjadi milik Kristus dan Ia 

tidak akan pernah melepaskannya.   

[2] Lihatlah di sini bagaimana kewaspadaan diperlukan se-

tiap waktu oleh orang-orang yang dibenarkan melalui 

anugerah. Mereka perlu membasuh kaki mereka, untuk 


 936

membersihkan diri dari kesalahan akibat pelanggaran 

dan kecerobohan yang mereka lakukan setiap hari, de-

ngan bertobat kembali sambil percaya akan kuasa da-

rah Kristus. Kita juga harus selalu membasuh kaki kita 

dengan cara mewaspadai segala sesuatu yang mence-

markan, sebab kita harus terus membersihkan jalan 

kita, dan membersihkan kaki kita dengan cara menjaga-

nya (Mzm. 119:9). Saat para imam disucikan, mereka 

dibasuh dengan air. sesudah  itu, sekalipun mereka tidak 

perlu dibasuh seluruh badan lagi, mereka tetap harus 

membasuh kaki dan tangannya dalam sebuah bejana 

setiap kali mereka hendak melayani, supaya mereka 

jangan mati (Kel. 30:19-20). Segala persiapan yang di-

buat untuk menyucikan kita hendaknya tidak menjadi-

kan kita menjadi bebas, melainkan menjadi lebih was-

pada. Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengo-

torkannya pula? Kita harus melawan godaan hari ini 

dengan pengampunan yang sudah kita terima kemarin.  

(2) Dengan menyinggung Yudas: Juga kamu sudah bersih, ha-

nya tidak semua (ay. 10-11). Dia menyatakan bahwa mu-

rid-murid-Nya bersih, bersih sebab  firman yang telah Ia 

katakan kepada mereka (15:3). Dia sendiri membasuh me-

reka dan berkata, kamu sudah bersih. namun  Kristus mem-

buat perkecualian bagi Yudas: tidak semua. Mereka semua 

memang telah dibaptis, termasuk Yudas, namun  tidak se-

mua bersih. Memang banyak yang memiliki tanda, namun  

tanpa apa yang dimaksudkan oleh tanda itu.  

Perhatikan: 

[1] Bahkan di antara orang-orang yang disebut sebagai mu-

rid-murid Kristus dan mengaku memiliki hubungan de-

ngan Dia pun masih ada sebagian yang tidak bersih 

(Ams. 30:12). 

[2] Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya dan siapa yang 

bukan (2Tim. 2:19). Mata Kristus dapat membedakan 

orang yang berharga dari orang yang bejat, yang bersih 

dari yang najis. 

[3] Saat orang-orang yang sebelumnya mengaku-ngaku se-

bagai murid Kristus kemudian terbukti sebagai peng-

Injil Yohanes 13:1-17 

 937 

khianat, maka kemurtadan mereka membuktikan ke-

munafikan mereka selama itu. 

[4] Kristus melihat, Ia perlu memberi tahu mereka bahwa 

tidak semua dari mereka itu bersih, supaya kita dapat 

menelaah diri kita masing-masing (Bukan aku ya, Tu-

han? Apakah aku termasuk di antara mereka yang tahir 

namun  sesungguhnya tidak bersih?), supaya saat orang-

orang munafik ketahuan, hal itu tidak akan menge-

jutkan atau menjadi batu sandungan bagi kita.  

IV. Kristus membasuh kaki murid-murid-Nya untuk memberi kita se-

buah teladan. Inilah penjelasan yang Ia berikan mengenai per-

buatan-Nya itu, sesudah  Ia selesai melakukannya (ay. 12-17).  

Perhatikanlah: 

1.  Dengan khidmatnya Ia menjelaskan kepada mereka makna 

dari apa yang telah Ia lakukan itu (ay. 12): Sesudah Ia mem-

basuh kaki mereka, Ia berkata, Mengertikah kamu apa yang 

telah Kuperbuat kepadamu?  

(1) Dia sengaja menunda penjelasan itu sampai Ia selesai de-

ngan tindakan-Nya itu, 

[1] Untuk menguji ketaatan dan kepatuhan sepenuhnya 

dari mereka. Mereka tidak perlu mengetahui apa yang 

Ia perbuat sampai pada saatnya nanti, supaya mereka 

belajar untuk berserah dalam kehendak-Nya selama 

belum memahami alasan di balik kehendak-Nya itu. 

[2]  Sebab memang sudah sewajarnya untuk menyelesaikan 

dahulu teka