Selasa, 07 Januari 2025

yohanes 5


 -teki itu sebelum Dia memberi jawabannya. 

Demikian pula halnya dengan keseluruhan tugas-Nya, 

Ia baru membukakan pengertian para murid-Nya dan 

mencurahkan Roh-Nya sesudah  penderitaan-Nya ber-

akhir dan sesudah  Ia mengenakan kembali pakaian ke-

muliaan-Nya dan kembali ke tempat-Nya semula (Luk. 

24:45-46). 

(2) Sebelum menjelaskan, Ia bertanya dulu kepada mereka 

apakah mereka bisa memahami arti perbuatan-Nya itu: 

Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? 

Dia bertanya begitu bukan saja untuk menyadarkan mere-

ka atas ketidaktahuan dan kebutuhan mereka untuk di-


 938

ajari (sebagaimana dalam Za. 4:5, 13, Tidakkah engkau 

tahu, apa arti semuanya ini? Jawabku: Tidak, tuanku!), te-

tapi juga untuk membangkitkan keinginan dan pengharap-

an mereka akan pengajaran-Nya: “Aku ingin kamu mengerti, 

dan jika kamu mau memperhatikan, Aku akan memberi-

tahukannya kepadamu.” Perhatikan, Kristus menghendaki 

supaya tanda-tanda sakramental dijelaskan dan supaya 

umat-Nya memahami makna tanda-tanda ini . Kalau 

tidak, meskipun tanda-tanda itu begitu bermakna, semua-

nya tidak akan berarti apa-apa bagi orang yang tidak dapat 

memahami maksudnya. sebab  itulah mereka diarahkan 

untuk bertanya, Apakah artinya ibadahmu ini? (Kel. 12:26). 

2.  Dasar apa yang Ia pakai untuk melandasi penjelasan-Nya itu 

(ay. 13): “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, kamu mem-

beri-Ku gelar seperti itu saat kamu berbicara kepada-Ku, dan 

katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. 

Kamu memang murid-murid-Ku dan Aku melakukan bagian-

Ku sebagai seorang guru bagimu.”  

Perhatikan: 

(1) Yesus Kristus yaitu  Guru dan Tuhan kita. Dia yaitu  

Sang Penebus dan Juruselamat kita, dan untuk menjalan-

kan peran itu, Ia pun menjadi Tuhan dan Guru kita. Dialah 

Guru kita, didaskalos – Guru dan Pembimbing kita dalam 

segala kebenaran dan peraturan yang dibutuhkan, sebagai 

seorang nabi yang mewahyukan kehendak Allah kepada 

kita. Dia yaitu  Tuhan kita, kyrios – Penguasa dan Pemilik 

kita yang berwenang dan berkuasa atas kita.  

(2) Sudah seharusnyalah para murid Kristus memanggil-Nya 

sebagai Guru dan Tuhan, bukan sekadar pujian, melain-

kan sebab  Dia memang benar yaitu  Guru dan Tuhan 

mereka. Bukan sebab  terpaksa, melainkan dengan senang 

hati. Penyair Herbert yang saleh selalu menambahkan kata 

Guruku, setiap kali beliau menyebut nama Kristus. Begitu 

pulalah ia mengungkapkan hal ini  dalam salah satu 

puisinya:  

Betapa manisnya suara Guruku, ya Guruku! 

Bagaikan wewangian meninggalkan harum semerbak bagi 

yang menciumnya, 

Injil Yohanes 13:1-17 

 939 

Begitu pula semua perkataan ini meninggalkan kandungan 

manis, keharuman tak terperikan, ya Guruku.  

(3) Memanggil Kristus Guru dan Tuhan merupakan kewajiban 

bagi kita untuk menerima dan mematuhi pengajaran yang 

Ia berikan kepada kita. sebab  itu, Kristus ingin mereka 

menerapkan ketaatan mereka terhadap sebuah perintah 

yang tidak menyenangkan darah dan daging. Jika Kristus 

yaitu  Guru dan Tuhan kita, dan benar-benar demikian 

sesuai dengan persetujuan kita, dan bila kita sering me-

manggil-Nya demikian, maka kita pun wajib bersikap hor-

mat dan jujur untuk menaati-Nya.  

3.  Pengajaran yang Ia ajarkan di sini: Kamu pun wajib saling 

membasuh kakimu (ay. 14).  

(1) Beberapa orang memahami tindakan Kristus ini  se-

cara harfiah dan berpendapat bahwa kalimat ini  me-

lembagakan sebuah ibadah yang masih berlaku di gereja, 

yaitu bahwa orang Kristen wajib saling membasuh kaki 

mereka dengan cara ibadah yang khidmat, sebagai tanda 

bahwa mereka mengasihi satu sama lain dengan kerendah-

an hati. Itulah yang dipahami oleh Ambrose yang menerap-

kannya di gereja di kota Milan. Augustinus berkata bahwa 

orang-orang Kristen yang tidak melakukan hal itu dengan 

tangan mereka, dia berharap, dapat melakukannya dengan 

hati mereka dalam kerendahan hati. Akan namun , menurut-

nya akan jauh lebih baik bila melakukan hal itu dengan ta-

ngan juga, bila ada kesempatan (sebagaimana dalam 1Tim. 

5:10). Orang Kristen tidak boleh merasa hina untuk 

melakukan perbuatan yang tidak segan dilakukan Kristus. 

Menurut Calvin, ada gereja tertentu yang hanya meniru-

niru Kristus saja dalam melakukan perayaan pembasuhan 

kaki setiap tahun pada hari Kamis namun  tidak bertindak 

sebagai pengikut-Nya, sebab tugas yang Kristus lekatkan 

dalam perbuatan itu yaitu  bersifat timbal balik, yaitu sa-

ling membasuh kaki satu sama lain. Jansenius pun me-

ngatakan bahwa hal itu dilakukan Frigidè et dissimiliter – 

dengan kaku, dan tidak seperti yang dulu dicontohkan.  

(2) Akan namun  tidak perlu diragukan lagi, tindakan itu seha-

rusnya dipahami sebagai suatu kiasan. Itu yaitu  sebuah 


 940

tanda untuk mengajar, dan tidak sakramental seperti hal-

nya Perjamuan Kudus. Itu merupakan sebuah perumpama-

an. Di dalamnya ada tiga hal yang hendak diajarkan Guru 

kita kepada kita: 

[1] Perendahan diri dengan rendah hati. Kita harus belajar 

dari sikap Guru kita untuk menjadi rendah hati (Mat. 

11:29) dan hidup dengan segala kerendahan hati. Kita 

harus memandang diri kita rendah dan menghargai 

saudara-saudara kita, dan tidak menganggap apa pun 

lebih rendah dari diri kita, kecuali dosa. Bila sesuatu 

yang merendahkan kita mendatangkan kemuliaan bagi 

Allah dan kebaikan bagi saudara-saudara kita, maka 

kita harus berkata seperti Daud (2Sam. 6:22), “Jika hal 

ini dianggap hina, aku bahkan akan menghinakan diriku 

lebih dari pada itu.” Kristus telah sering mengajari para 

murid-Nya mengenai kerendahan hati dan mereka se-

ring melupakan pengajaran-Nya itu. namun  kini Ia 

mengajari mereka dengan cara yang pastinya tidak akan 

bisa mereka lupakan lagi.  

[2] Merendahkan diri supaya bisa melayani. Saling memba-

suh kaki satu sama lain berarti membungkuk sampai 

serendah-rendahnya supaya bisa mengasihi demi ke-

baikan dan keuntungan satu sama lain, seperti yang di-

lakukan Rasul Paulus yang terkasih itu, yang sekalipun 

telah merdeka dari segala sesuatu, rela menjadikan diri-

nya sebagai pelayan dari semua. Ini juga seperti Kristus 

yang terkasih itu, yang datang bukan untuk dilayani, 

melainkan untuk melayani. Kita tidak boleh bersungut-

sungut dalam bekerja, mengambil waktu kita, dan me-

rendahkan diri kita demi kebaikan orang lain, sekalipun 

kita tidak punya kewajiban apa pun terhadap mereka 

itu, bahkan bila mereka itu bawahan kita sekalipun, 

sehingga mereka tidak akan sanggup untuk membalas 

jasa kita. Membasuh kaki seseorang yang telah berjalan 

jauh membuat orang bersangkutan merasa segar kem-

bali dan nyaman. sebab  itu, saling membasuh kaki 

satu sama lain berarti mendahulukan rasa hormat dan 

penghiburan bagi satu sama lain, melakukan sebisa 

kita untuk meninggikan nama baik saudara-saudara 

Injil Yohanes 13:1-17 

 941 

kita dan menenangkan pikiran mereka (1Kor. 10:24; Ibr. 

6:10). Tugas ini  bersifat timbal balik. Kita harus 

menerima pertolongan dari saudara-saudara kita dan 

juga berkewajiban untuk mengulurkan pertolongan ke-

pada mereka.  

[3] Kerelaan untuk melayani demi pengudusan satu sama 

lain: kamu wajib saling membasuh kakimu dari kece-

maran dosa. Inilah yang diartikan oleh Augustinus dan 

banyak orang lainnya. Kita tidak dapat saling menebus 

dosa kita, hal itu hanya dapat dilakukan oleh Kristus 

saja, namun  kita dapat saling membantu memurnikan 

diri satu sama lain dari dosa. Pertama-tama kita harus 

terlebih dahulu membasuh diri kita sendiri. Tindakan 

ini harus dimulai dari diri sendiri (Mat. 7:5), namun  tidak 

boleh berakhir sampai di situ saja. Kita harus turut ber-

duka atas kegagalan dan kebebalan saudara-saudara 

kita sendiri, lebih-lebih lagi atas kecemaran besar mere-

ka (1Kor. 5:2), dan harus membasuh kaki saudara-

saudara kita yang sudah tercemar itu dengan cucuran 

air mata. Kita harus berani menegur mereka dengan 

setia dan melakukan apa pun untuk membuat mereka 

insaf (Gal. 6:1), dan kita wajib memperingatkan mereka 

supaya tidak jatuh terbenam ke dalam lumpur. Inilah 

makna dari membasuh kaki saudara-saudara kita.  

4. Teladan yang Kristus lakukan itu mengesahkan dan menegas-

kan perintah ini : Jika Aku, Tuhan dan Gurumu telah me-

lakukan itu bagimu, kamu juga harus melakukannya satu 

sama lainnya. Alasan kuat yang mendukung pernyataan ini 

ditunjukkan-Nya dalam dua hal: 

(1) “Akulah Gurumu, dan kamu yaitu  murid-murid-Ku. Kare-

na itulah kamu harus belajar dari Aku (ay. 15), sebab da-

lam hal ini, sebagaimana juga dalam hal-hal lainnya, Aku 

telah memberi  suatu teladan kepada kamu, supaya 

kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat ke-

padamu.”  

Perhatikanlah: 

[1] Betapa Kristus yaitu  Guru yang amat baik. Dia meng-

ajar melalui teladan dan juga pengajaran. Untuk tujuan 


 942

inilah Ia datang ke dunia ini dan tinggal di antara kita, 

supaya Dia dapat memberi kita contoh dari segala 

anugerah dan tugas yang diajarkan oleh agama-Nya 

yang suci itu. Dan semua teladan itu tiada bercacat 

cela. Dengan begitu Dia membuat hukum-hukum-Nya 

lebih mudah dipahami dan lebih mulia. Kristus yaitu  

seorang panglima seperti Gideon, yang berkata kepada 

para prajuritnya, Perhatikanlah aku dan lakukanlah 

seperti yang kulakukan (Hak. 7:17). Ia seperti Abimelekh 

yang berkata, Turutilah dengan segera perbuatanku 

yang kamu lihat ini (Hak. 9:48). Dan juga seperti Kaisar 

yang memanggil para serdadunya bukan dengan sebut-

an milites – tentara, melainkan, commilitones – rekan 

tentara, dan yang perkataannya sering kali bukan Ite 

illue, melainkan Venite huc; bukan Pergilah, melainkan 

Datanglah. 

[2]  Betapa kita harus menjadi pelajar yang baik. Kita harus 

melakukan seperti yang telah Ia lakukan. Untuk itulah 

Ia memberi  teladan kepada kita, yaitu supaya kita 

bisa mencontoh perbuatan-Nya, supaya kita bisa ber-

laku sama seperti Dia di dunia ini (1Yoh. 4:17), dan 

hidup sama seperti Kristus telah hidup (1Yoh. 2:6). Tela-

dan Kristus di sini harus dicontoh terutama oleh para 

hamba Tuhan, sebab  di dalam diri mereka anugerah 

kerendahan hati dan kasih yang kudus khususnya ha-

rus tampak. Dengan berbuat seperti itulah, mereka 

akan dapat melayani kepentingan Guru mereka dengan 

lebih berhasil guna dan mencapai tujuan pelayanan me-

reka sendiri. Saat Kristus mengutus para rasul sebagai 

wakil-wakil-Nya, Ia memerintahkan kepada mereka su-

paya jangan memegahkan diri, tidak menjadi tinggi hati, 

melainkan menjadi segala-galanya bagi semua orang 

(1Kor. 9:22). Kamu harus berbuat hal yang sama terha-

dap jiwa-jiwa para pendosa yang tercemar seperti yang 

telah kuperbuat terhadap kakimu, yaitu membasuhnya. 

Sebagian orang yang menganggap pembasuhan kaki 

yang dilakukan Yesus itu terjadi pada perjamuan Pas-

kah berpendapat bahwa perbuatan ini  menunjuk-

kan sebuah peraturan dalam menerima orang yang hen-

Injil Yohanes 13:1-17 

 943 

dak mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, yaitu 

bahwa mereka terlebih dahulu harus dibasuh dan di-

bersihkan melalui pembaharuan hidup dan perilaku tak 

bercela, sebelum membawa mereka ke jalur mezbah 

Allah. Akan namun  semua orang Kristen sebenarnya 

diajarkan di sini untuk saling mengasihi satu sama lain 

dengan kerendahan hati dan melakukan perbuatan 

sama seperti yang telah dilakukan oleh Kristus tanpa 

harus diminta terlebih dahulu, dan tanpa mengharap 

imbalan. Kita tidak boleh selalu mengharapkan upah 

saat kita melakukan pelayanan kasih, serta tidak boleh 

merasa enggan menjalankannya.  

(2)  Akulah Gurumu, dan kamu yaitu  murid-murid-Ku. Kare-

na itu, janganlah kamu menganggap dirimu terlalu tinggi 

untuk melakukan hal yang telah Kuperbuat di depan 

matamu, tak peduli seberapa hina perbuatan itu tampak-

nya, sebab (ay. 16) seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari 

pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang 

mengutusnya, sekalipun dia diutus dalam segala kebesaran 

dan kuasa sebagai seorang wakil. Kristus telah menekan-

kan hal itu (Mat. 10:24-25) sebagai sebuah alasan mengapa 

mereka tidak perlu menganggap aneh jika mereka harus 

menderita seperti Dia menderita. Di sini Ia menekankan be-

tapa mereka tidak boleh berkeberatan untuk merendahkan 

diri seperti yang Ia lakukan. Apa yang menurut-Nya tidak 

terlalu hina untuk Dia lakukan, harus mereka anggap de-

mikian juga. Mungkin para murid itu diam-diam merasa 

jijik memikirkan harus saling membasuh kaki mereka, se-

bab kelihatannya hal itu tidak sesuai dengan martabat 

yang mereka harapkan akan terima sebentar lagi. Untuk 

menghilangkan pikiran seperti itu, Kristus pun mengingat-

kan mereka mengenai kedudukan mereka sebagai hamba-

Nya. Mereka tidak lebih baik daripada Guru mereka, dan 

apa yang sesuai bagi martabat-Nya pasti juga sangat sesuai 

bagi martabat mereka. Jika Ia saja rela merendahkan diri-

Nya, maka mereka tidak selayaknya meninggikan diri mere-

ka.  


 944

Perhatikan: 

[1] Kita harus berhati-hati supaya anugerah dan kerendah-

an hati Kristus dalam menghampiri kita tidak membuat 

kita menjadi sombong dan menganggap diri kita hebat, 

atau memandang rendah Dia. Kita perlu selalu diingat-

kan bahwa kita tidak lebih baik dari Tuhan kita.  

[2] Untuk menjadi serupa dengan-Nya, kita harus lebih me-

rendahkan diri lagi untuk melakukan apa pun, meng-

ikuti perbuatan-Nya yang tidak segan Dia lakukan bagi 

kita dengan merendahkan diri. Dengan merendahkan 

diri-Nya sendiri, Kristus telah menjunjung tinggi keren-

dahan hati dan mengharuskan para pengikut-Nya su-

paya tidak pernah memikirkan perbuatan apa pun yang 

terlalu hina untuk dilakukan, selain perbuatan dosa. 

Biasanya kita mencela orang yang terlalu pilih-pilih da-

lam melakukan sesuatu, namun  engkau kerjakanlah se-

baik-baiknya dan jangan memikirkan yang jelek menge-

nai perbuatan itu. sebab  demikianlah itu adanya, bah-

wa Guru kita pun mau melakukannya. Bila kita melihat 

Guru kita sendiri melayani, maka keterlaluanlah bila 

kita sendiri hanya menyuruh-nyuruh saja.  

5.  Juruselamat kita mengakhiri pembicaraan-Nya pada bagian ini 

dengan menegaskan kepada murid-murid bahwa penting bagi 

mereka untuk menaati perintah-perintah ini: Jikalau kamu 

tahu semua ini, atau, sebab  kamu sudah mengetahui semua 

ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Ke-

banyakan orang menyangka bahwa sungguh berbahagia orang 

yang naik ke kedudukan yang tinggi dan memerintah. Sedang-

kan, membasuh kaki sesama, tidak akan pernah mendatang-

kan harta benda dan kedudukan. namun , bertentangan dengan 

ini, Kristus berfirman bahwa berbahagialah orang yang mau 

membungkuk dan patuh, jikakalau kamu tahu semua ini. Per-

nyataan ini bisa dipahami sebagai suatu keraguan apakah me-

reka sudah tahu atau belum. Begitu kuatnya kecongkakan 

dalam diri mereka untuk mendirikan kerajaan duniawi, se-

hingga merupakan hal yang patut dipertanyakan apakah me-

reka bisa menerima gagasan tentang suatu kewajiban yang 

begitu bertentangan dengan kecongkakan mereka itu. Atau, 

Injil Yohanes 13:1-17 

 945 

pernyataan itu bisa dipahami begitu saja bahwa mereka me-

mang sudah tahu semua ini. sebab  sudah diberi ajaran-

ajaran yang begitu istimewa, yang disarankan oleh seorang 

teladan yang sedemikian unggul, maka untuk melengkapi 

kebahagiaan mereka, mereka perlu menerapkan ajaran-ajaran 

itu sebagaimana mestinya.  

(1) Ini berlaku bagi perintah-perintah Kristus pada umumnya. 

Perhatikanlah, walaupun sungguh bermanfaat bagi kita 

untuk mengetahui kewajiban kita, namun kita tidak akan 

berbahagia jika tidak melakukan kewajiban itu. Mengeta-

hui itu penting supaya kita bisa melakukan. Dan oleh se-

bab itu, pengetahuan yang tidak diterapkan dalam per-

buatan hanyalah sia-sia dan tidak berbuah. Bahkan, pe-

ngetahuan seperti itu akan memperparah dosa dan kehan-

curan (Luk. 12:47-48; Yak. 4:17). Mengetahui dan melaku-

kanlah yang membuktikan bahwa kita ini berasal dari 

kerajaan Kristus dan merupakan tukang-tukang bangunan 

yang bijak. Lihat Mazmur 103:17-18.  

(2)  Ini terutama berlaku bagi perintah Kristus di sini, yaitu un-

tuk rendah hati dan mau melayani. Tidak ada lagi yang 

lebih baik untuk diketahui dan bersedia diakui oleh orang 

lain selain hal ini, yaitu bahwa kita harus rendah hati. 

sebab  itulah, banyak orang mau mengakui bahwa mereka 

cepat marah dan tidak sabar, namun hanya sedikit saja 

yang mau mengakui bahwa mereka sombong, sebab ke-

sombongan merupakan dosa yang juga tidak bisa dimaaf-

kan dan sama dibencinya seperti dosa-dosa lainnya. Na-

mun, betapa sedikitnya kita menjumpai orang yang betul-

betul rendah hati, yang mau saling tunduk dan merendah, 

seperti yang amat ditegaskan oleh hukum Kristus ini! Ke-

banyakan orang tahu semua ini dengan begitu baik, se-

hingga mereka berharap agar orang lain berbuat demikian 

kepada mereka, tunduk kepada mereka, dan melayani me-

reka. Namun, mereka sendiri tidak begitu baik dalam 

melakukannya. 


 946

Pengkhianatan Yudas Diberitahukan;  

Kegundahan Para Murid 

(13:18-30) 

18 “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Ku-

pilih. namun  haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah meng-

angkat tumitnya terhadap Aku. 19 Aku mengatakannya kepadamu sekarang 

juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa 

Akulah Dia. 20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima 

orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia 

menerima Dia yang mengutus Aku.” 21 sesudah  Yesus berkata demikian Ia 

sangat terharu, lalu bersaksi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya se-

orang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” 22 Murid-murid itu meman-

dang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-

Nya. 23 Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, ber-

sandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya. 24 Kepada murid itu Simon 

Petrus memberi isyarat dan berkata: “Tanyalah siapa yang dimaksudkan-

Nya!” 25 Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-

Nya: “Tuhan, siapakah itu?” 26 Jawab Yesus: “Dialah itu, yang kepadanya 

Aku akan memberi  roti, sesudah Aku mencelupkannya.” Sesudah berkata 

demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberi nya kepada 

Yudas, anak Simon Iskariot. 27 Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia ke-

rasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: “Apa yang hendak kauper-

buat, perbuatlah dengan segera.” 28 namun  tidak ada seorang pun dari antara 

mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu 

kepada Yudas. 29 sebab  Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa 

Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau 

memberi apa-apa kepada orang miskin. 30 Yudas menerima roti itu lalu sege-

ra pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.      

Di sini diceritakan mengenai terbongkarnya rencana Yudas untuk 

mengkhianati Gurunya. Kristus telah mengetahui semua itu sedari 

awal, namun kini Ia membeberkan hal itu terlebih dulu kepada mu-

rid-murid-Nya yang sama sekali tidak pernah menyangka bahwa 

Kristus akan dikhianati, apalagi oleh salah satu dari mereka, meski-

pun Ia telah sering kali berkata demikian. Nah, di sini:  

I.  Kristus hanya mengatakan secara umum saja mengenai perkata-

an-Nya itu (ay. 18): Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Ten-

tu saja Aku tidak berpikir bahwa kamu semua akan melakukan 

hal itu, sebab Aku tahu, siapa yang telah Kupilih, dan siapa yang 

telah Kulewatkan, namun  haruslah genap nas ini: Orang yang ma-

kan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku (Mzm. 41:9). 

Sampai sejauh itu Kristus belumlah membeberkan tentang keja-

hatan macam apa dan siapakah yang akan melakukannya, namun  

pernyataan-Nya itu membangkitkan rasa ingin tahu mereka. 

Injil Yohanes 13:18-30 

 947 

1.  Dia memberi tahu mereka bahwa tidak semua di antara mere-

ka itu benar. Telah dikatakan-Nya sebelumnya (ay. 10), kamu 

sudah bersih, hanya tidak semua. Jadi di sini Dia melanjut-

kan, Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Perhatikan, si-

fat-sifat unggul yang disebut-sebut dimiliki para murid Kristus 

tidak dapat diterapkan bagi semua yang mengaku begitu. 

Firman Kristus merupakan pemilah yang memisahkan domba 

dari kambing, dan akan mengirim ke neraka ribuan orang 

yang menyombong bahwa mereka memiliki pengharapan un-

tuk masuk sorga. Bukan tentang kamu semua Aku berkata, 

murid-murid dan pengikut-pengikut-Ku. Perhatikan, selalu 

ada campuran antara orang jahat dan orang baik, bahkan da-

lam perkumpulan orang-orang yang terbaik sekalipun. Selalu 

ada seorang Yudas di antara para rasul. Keadaannya akan 

terus seperti itu sampai kita memasuki suatu perkumpulan 

yang terberkati yang di dalamnya tidak akan ada seorang pun 

yang najis atau munafik diizinkan masuk.    

2. Bahwa Kristus sendiri tahu siapa yang benar dan siapa yang 

tidak: Aku tahu, siapa yang telah Kupilih, yaitu segelintir orang 

yang dipilih dari sekian banyak yang dipanggil bersama-sama.  

Perhatikan: 

(1) Mereka yang terpilih itu dipilih sendiri oleh Kristus. Ia sen-

dirilah yang menentukan siapa-siapa yang menjadi bagian 

dalam tugas pekerjaan-Nya.  

(2)  Mereka yang terpilih itu dikenal oleh Kristus, sebab Ia tidak 

akan pernah melupakan orang-orang yang telah disentuh 

oleh kasih-Nya (2Tim. 2:19). 

3.  Dalam peristiwa pengkhianatan terhadap diri-Nya firman Allah 

digenapi, dan hal ini benar-benar menghapuskan kejutan dan 

sandungan dari peristiwa ini . Kristus menerima sese-

orang masuk ke dalam keluarganya, walaupun Dia telah me-

ngetahui dari mulanya bahwa orang ini  seorang peng-

khianat, dan Dia tidak mencegahnya menjadi seorang peng-

khianat dengan anugerah-Nya, supaya genaplah yang tertulis 

dalam Kitab Suci. Jadi, biarlah hal itu tidak menjadi batu san-

dungan bagi siapa pun. Sebab, sekalipun tindakan itu tidak 

mengurangi pelanggaran Yudas, hal itu dapat mengurangi ke-

beratan kita terhadap kejadian itu. Nas yang dirujuk itu ada-


 948

lah keluhan Daud mengenai pengkhianatan beberapa orang 

musuhnya. Para penafsir Yahudi, yang diikuti oleh para penaf-

sir kita, memahami nas itu berbicara tentang pengkhianatan 

Ahitofel, penasihat Daud, dan Grotius berpikir bahwa kemati-

an Yudas itu tampaknya seperti kematian Ahitofel. Akan te-

tapi, sebab  mazmur itu bercerita tentang penyakit Daud yang 

tidak kita temukan terjadi saat Ahitofel meninggalkan dia, 

maka pengkhianatan sebaiknya dipahami sebagai dilakukan 

oleh salah seorang temannya. Peristiwa pengkhianatan oleh 

seorang sahabat inilah yang hendak dikatakan oleh Jurusela-

mat kita mengenai Yudas. 

(1) Yudas, sebagai seorang rasul, dianugerahi hak istimewa 

yang paling tinggi: dia makan roti bersama Kristus. Yudas 

dekat dengan-Nya dan disukai oleh-Nya, menjadi salah 

satu dari sanak saudara-Nya, yang bergaul karib dengan-

Nya. Daud pun berkata mengenai kawan yang mengkhia-

natinya itu, dia makan rotiku. Hanya saja bedanya, Kristus, 

sebab  miskin, tidak memiliki roti yang bisa Ia sebut seba-

gai milik-Nya. Yang Kristus katakan hanyalah, dia makan 

roti bersama-Ku, seolah roti itu didapat-Nya dari kebaikan 

sahabat-sahabat-Nya yang melayani Dia, dan para murid-

Nya juga mendapat bagian di dalamnya, termasuk Yudas 

sendiri. Ke mana pun Kristus pergi, Yudas diterima di sana 

juga. Yudas tidak makan di antara para hamba, melainkan 

duduk di meja yang sama dengan Gurunya, makan hidang-

an yang sama, minum dari cawan yang sama, dan dalam 

segala hal makan apa yang dimakan-Nya. Dia ikut menik-

mati roti mujizat dengan-Nya, saat beberapa ketul roti itu 

dilipatgandakan. Ia juga makan perjamuan Paskah ber-

sama dengan Kristus. Perhatikan, tidak semua yang makan 

roti bersama Kristus yaitu  murid-murid sejati-Nya (1Kor. 

10:3-5).  

(2) Yudas, sebagai seorang yang murtad, bersalah atas peng-

khianatan terbusuk: dia mengangkat tumitnya terhadap 

Kristus.  

[1] Yudas meninggalkan-Nya, berbalik menentang Dia, dan 

keluar dari perkumpulan murid-murid-Nya (ay. 30).  

Injil Yohanes 13:18-30 

 949 

[2] Yudas menghina-Nya, mengibaskan debu kakinya kepa-

da Dia, merendahkan Dia dan Injil-Nya.  Bahkan, 

[3] Yudas menjadi musuh Kristus, menendang-Nya seperti 

para pegulat hendak membanting lawan mereka.   

Perhatikan, bukanlah hal aneh untuk mendapati bahwa 

orang-orang yang sepertinya kawan Kristus ternyata yaitu  

musuh-Nya yang terjahat. Mereka berpura-pura meng-

agungkan Dia, padahal maksudnya yaitu  untuk meng-

agungkan diri mereka melawan Dia. Dengan demikian, 

mereka benar-benar membuktikan diri bersalah, bukan ha-

nya sebab  tidak tahu berterima kasih, namun  juga sebab  

sudah melakukan penipuan dan pengkhianatan yang ter-

bejat. 

II. Kristus memberi alasan mengapa Dia memberi tahu mereka sebe-

lumnya mengenai pengkhianatan Yudas itu (ay. 19): “Aku menga-

takannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, sebe-

lum Yudas benar-benar mulai melaksanakan rancangannya yang 

jahat itu, supaya jika hal itu terjadi, kamu tidak akan tersandung, 

melainkan benar-benar percaya, bahwa Akulah Dia, Dia yang 

akan datang itu.”  

1.  Melalui pengetahuan-Nya yang jelas dan benar mengenai hal-

hal yang akan terjadi, dalam hal ini, dan juga dalam hal-hal 

lainnya, Kristus telah memberi  bukti yang tidak dapat di-

sanggah lagi bahwa Ia yaitu  benar Allah, yang di hadapan-

Nya segala sesuatu telanjang dan terbuka. Kristus sudah tahu 

bahwa Yudas akan mengkhianati-Nya, bahkan saat kelihatan-

nya tidak ada alasan apa pun untuk mencurigai hal semacam 

itu, sehingga dengan demikian Dia membuktikan diri-Nya ada-

lah firman yang kekal itu, yang sanggup membedakan pertim-

bangan dan pikiran hati kita. Nubuat-nubuat Perjanjian Baru 

mengenai kemurtadan di akhir zaman (2Tes. 2; 1Tim. 4, Wah-

yu) yang sedang terbukti tergenapi sekarang, merupakan se-

buah bukti bahwa tulisan-tulisan ini  memang diilhami 

oleh Allah dan meneguhkan iman kita terhadap keseluruhan 

firman-Nya dalam Kitab Suci.  

2. Dengan menggenapkan semua pertanda dan nubuatan Perjan-

jian Lama di dalam diri-Nya, Kristus membuktikan bahwa Dia 


 950

memang benar Sang Mesias, yang mengenai-Nya semua nabi 

memberi kesaksian. Begitulah ada tertulis demikian: Mesias 

harus menderita, dan Ia memang menderita tepat seperti yang 

tertulis itu (Luk. 24:25-26; Yoh. 8:28). 

III. Kristus memberi kata-kata penghiburan kepada para rasul dan 

hamba-hamba-Nya yang Ia pekerjakan untuk melayani-Nya (ay. 

20): barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku. 

Maksud dari perkataan ini  sama saja dengan yang kita 

dapati pada ayat-ayat lain, namun  tidak mudah untuk mengaitkan 

hubungan ayat-ayat ini . Kristus sebelumnya memberi tahu 

murid-murid-Nya bahwa mereka harus merendahkan diri mereka. 

“Kini,” kata-Nya, “meskipun akan ada orang-orang yang menghina 

kamu sebab  kerendahan hatimu itu, tetap saja masih akan ada 

orang-orang yang menghormatimu, dan mereka ini akan dihor-

mati sebab  itu.” Jadi, mereka yang sadar bahwa diri mereka 

dimuliakan sebab  melakukan tugas Kristus, boleh merasa puas 

bila direndahkan oleh pendapat dunia ini. Atau, Kristus hendak 

meredakan keragu-raguan orang-orang yang mungkin akan men-

jadi segan menerima para murid, hanya sebab  ada seorang peng-

khianat di antara mereka. Sebab, jika salah seorang dari mereka 

saja sudah tidak setia kepada Gurunya sendiri, kepada siapa lagi 

yang lainnya akan bersikap benar? Ex uno disce omnes – Mereka 

semua sama saja. Tidak, Kristus tidak akan membiarkan hal 

buruk menimpa mereka sebab  kejahatan Yudas, sehingga Ia pun 

membela dan mengakui mereka dan akan meninggikan siapa saja 

yang menerima mereka. Orang-orang yang telah menerima Yudas 

saat ia berkhotbah dulu, dan mungkin telah dibangun imannya 

dan bertobat sebab  khotbahnya itu, tidak boleh menyesali 

peristiwa itu walaupun akhirnya Yudas terbukti sebagai seorang 

pengkhianat, sebab bagaimanapun juga dulu dia yaitu  salah 

satu dari yang diutus oleh Kristus. Kita tidak dapat mengetahui 

sifat asli manusia, apalagi mengetahui akan jadi apa mereka itu 

nantinya, namun  kita harus menerima semua orang yang kelihat-

annya telah diutus oleh Kristus, sampai mereka menunjukkan 

yang sebaliknya. Meskipun beberapa di antara kita mungkin se-

cara tidak sadar pernah menjamu pencuri saat menerima orang 

tak dikenal, namun kita tetap harus ramah dalam menerima 

orang tak dikenal, sebab siapa tahu kita malah menjamu malai-

Injil Yohanes 13:18-30 

 951 

kat. Meski tindakan kasih kita telah diselewengkan dengan cara 

yang begitu rapi, kita tidak boleh berhenti berbuat amal kasih, 

sebab kita tidak akan pernah kehilangan upah atas setiap per-

buatan kasih kita.  

1.  Di sini kita didorong untuk menerima para hamba Allah yang 

diutus oleh Kristus: “Barangsiapa menerima orang yang Ku-

utus, meskipun dia lemah dan miskin dan dapat jatuh dalam 

godaan seperti manusia lainnya (sebab seperti juga hukum, 

Injil telah memilih manusia yang tidak sempurna sebagai imam-

imam), namun bila ia menyampaikan pesan-Ku, dipanggil dan 

ditetapkan untuk berbuat demikian, dan sebagai seorang petu-

gas membaktikan dirinya kepada firman Allah dan doa, maka 

siapa pun yang menjamunya akan disebut sebagai sahabat-Ku 

juga.”  Kristus kini hendak meninggalkan dunia ini, namun 

Dia ingin meninggalkan sebuah amanat bagi manusia supaya 

menjadi utusan-Nya untuk menyampaikan firman-Nya, dan 

setiap orang yang menerima firman itu dalam terang dan kasih 

firman itu berarti menerima Dia juga. Memercayai ajaran Kris-

tus, mematuhi hukum-Nya, dan menerima keselamatan yang 

ditawarkan dengan syarat-syaratnya sama saja dengan mene-

rima orang-orang yang telah diutus Kristus, dan pada intinya 

sama dengan menerima Yesus Kristus sendiri sebagai Tuhan.  

2.  Di sini kita didorong untuk menerima Kristus sebagai yang 

diutus oleh Allah: Barang siapa menerima Aku, yaitu menerima 

Kristus melalui para hamba-Nya, maka dia menerima Bapa 

juga, sebab mereka semua menjalankan tugas yang sama, ya-

itu membaptis dalam nama Bapa dan Anak. Atau, secara 

umum, barang siapa menerima Aku sebagai Raja dan Juru-

selamat, ia menerima Dia yang mengutus-Ku sebagai bagian 

dan kebahagiaan-Nya. Kristus diutus oleh Allah, dan sebab  

itu, memeluk agama-Nya berarti memeluk satu-satunya agama 

yang benar.  

IV. Secara lebih khusus lagi Kristus memberi tahu mereka mengenai 

rancangan yang tengah direka-reka oleh salah satu dari antara 

mereka (ay. 21): sesudah  Yesus berkata demikian, secara umum 

saja, untuk mempersiapkan mereka akan peristiwa yang lebih 

khusus lagi yang akan dibukakan-Nya, Ia pun menjadi sangat 

terharu. Ia menunjukkan perasaan-Nya itu melalui gerak-gerik 


 952

atau tanda tertentu, lalu bersaksi. Dengan sungguh-sungguh ia 

mengumumkan hal itu (cum animo testandi – dengan kesung-

guhan hati seorang saksi yang ada di bawah sumpah), “Seorang di 

antara kamu akan menyerahkan Aku, salah seorang dari kamu, 

para rasul dan pengikut-Ku selama ini.” Tidak ada yang benar-

benar dapat dinyatakan telah berkhianat terhadap-Nya selain dari 

dia yang selama ini telah mendapat kepercayaan-Nya dan yang 

telah menjadi saksi dari segala pekerjaan-Nya. Pernyataan-Nya ini 

tidak menetapkan Yudas untuk berbuat dosa, sebab walaupun 

peristiwa itu terjadi seperti yang telah dinubuatkan sebelumnya, 

namun hal itu tidak disebabkan oleh nubuatan itu. Kristus bu-

kanlah pencipta dosa, namun  mengenai dosa Yudas yang menjijik-

kan ini,  

1.  Kristus dapat mengetahuinya sejak awal, sebab apa yang ma-

sih rahasia dan belum terjadi serta terselubung dari mata se-

mua yang hidup, semuanya telanjang dan terbuka di mata 

Kristus. Dia mengetahui apa yang ada dalam hati manusia, 

bahkan lebih baik daripada manusia itu mengenali apa yang 

ada dalam dirinya sendiri (2Raj. 8:12), dan sebab  itulah Dia 

dapat melihat apa yang akan dilakukan oleh mereka. Aku telah 

mengetahui, bahwa engkau berbuat khianat sekeji-kejinya (Yes. 

48:8). 

2.  Dia memberitahukan hal ini  bukan hanya demi kebaikan 

para murid-Nya yang lain, melainkan juga demi Yudas sendiri, 

supaya dia menjadi sadar oleh peringatan ini  dan dapat 

mengelak dari jebakan si Iblis. Biasanya, para pengkhianat 

akan membatalkan rencana mereka saat ketahuan. Jadi, 

Yudas pun pastinya akan mengurungkan niatnya itu saat me-

ngetahui bahwa Gurunya ternyata telah mengetahui rancang-

annya itu. Jika tidak, maka malapetaka yang akan menimpa-

nya akan menjadi lebih buruk lagi.  

3.  Dia mengatakan hal itu dengan nada yang amat prihatin. Dia 

menjadi sangat terharu saat mengungkapkannya. Dia telah 

sering membicarakan mengenai penderitaan dan kematian-

Nya sendiri, tanpa keterharuan yang kini Ia perlihatkan saat 

Dia membicarakan pengkhianatan dan kebejatan Yudas. Hal 

itu sangat menyentuh hati nuraninya. Perhatikan, kejatuhan 

dan kegagalan para murid Kristus merupakan dukacita yang 

amat besar bagi jiwa Guru mereka. Dosa-dosa orang Kristen 

Injil Yohanes 13:18-30 

 953 

merupakan kepedihan bagi Kristus. “Masakan salah satu dari 

kalian akan mengkhianati-Ku? Kamu yang telah menerima se-

gala anugerah yang luar biasa daripada-Ku. Kamu yang Kupi-

kir layak akan selalu setia kepada-Ku, yang telah menunjuk-

kan rasa hormat yang begitu besar kepada-Ku. Kesalahan apa-

kah yang telah kamu dapati dalam diri-Ku sehingga seorang 

dari kalian sampai tega mengkhianati Aku?” Semua pikiran ini 

berkecamuk dalam hati-Nya, seperti perbuatan durhaka anak-

anak mendukakan orang-orang yang telah membesarkan dan 

mengasuh mereka (Yes. 1:2; Mzm. 95:10; Yes. 53:10). 

V.  Sesaat  itu juga para murid menjadi tersadar. Mereka tahu benar 

bahwa Guru mereka itu tidak mungkin membohongi atau mem-

permainkan mereka. sebab  itulah mereka saling berpandangan 

dengan sorot mata prihatin, bertanya-tanya siapakah gerangan 

orang yang sedang Ia bicarakan itu.  

1.  Dengan saling memandang seperti itu mereka memperlihatkan 

kegundahan yang kini mereka rasakan sebab  peringatan  

Kristus tadi. Perkataan itu begitu menakutkan mereka sam-

pai-sampai mereka tidak tahu lagi harus memandang ke arah 

mana atau harus berkata apa. Mereka melihat Guru mereka 

sedang bersusah hati, sehingga hati mereka pun ikut gundah. 

Peristiwa ini terjadi justru saat  mereka sedang dijamu dalam 

sebuah perayaan. namun  kita memang harus diajari untuk ber-

sukacita dengan gemetar seperti itu, seolah-olah kita tidak 

merasakan sukacita itu. Saat Daud meratapi pemberontakan 

yang dicetuskan oleh anaknya sendiri, seluruh pengikutnya 

ikut menangis bersama-sama dengan dia (2Sam. 15:30). Begi-

tu pula dengan murid-murid Kristus saat itu. Perhatikan, apa 

pun yang mendukakan Kristus hendaknya mendukakan pula 

semua orang kepunyaan-Nya, terutama kegagalan cemar me-

reka yang telah dipanggil dalam nama-Nya: Jika ada orang ter-

sandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita?  

2. Mereka pun berusaha mencari tahu siapa gerangan si peng-

khianat itu. Dengan muram mereka saling memandang wajah 

satu sama lain, untuk menyelidiki siapa kiranya yang wajah-

nya memerah atau menunjukkan rasa bersalah dalam hatinya 

melalui raut muka yang kacau. Akan namun , sewaktu orang-

orang yang setia memiliki hati nurani yang bersih sehingga 


 954

mereka sanggup mengangkat wajah mereka tanpa cela, orang 

yang tidak setia memiliki hati nurani yang begitu kering se-

hingga dia bahkan tidak merasa malu dan mukanya pun tidak 

merona, sehingga cara tadi tidak berhasil mengungkapkan sia-

pa si pengkhianat itu. Demikianlah Kristus membiarkan para 

murid-Nya kebingungan untuk sementara waktu supaya Dia 

dapat menguji mereka dan menjadikan mereka rendah hati, su-

paya mereka tergerak untuk menyelidiki diri mereka sendiri 

dan merasakan amarah sebab  perbuatan si Yudas yang keji 

itu. Kadang kala memang baik bagi kita untuk dibuat terpana, 

untuk mengambil jeda sejenak.  

VI. Para murid itu mendesak-desak Kristus untuk menjelaskan sen-

diri dan memberi tahu mereka siapa sebenarnya yang Ia maksud-

kan itu, sebab hanya itulah yang dapat mengurangi kepedihan 

hati mereka, sebab  setiap orang dari mereka kini berpikir bahwa 

diri mereka pun layak dicurigai, sama seperti saudara-saudara 

mereka yang lain. Tampaklah,  

1.  Dari antara semua murid itu, Yohanes-lah yang paling layak 

untuk bertanya, sebab dia yaitu  murid kesayangan dan du-

duk di sebelah Gurunya (ay. 23): Seorang di antara murid Ye-

sus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-

Nya, di sebelah kanan-Nya. Tampaknya orang itu yaitu  Yoha-

nes, dengan membandingkan pasal 21:20 dengan 21:24.  

Perhatikanlah: 

(1) Kebaikan khusus yang diberikan Kristus kepadanya. Yoha-

nes dikenal dengan ungkapan ini, bahwa dia yaitu  murid 

yang dikasihi Yesus. Dia mengasihi mereka semua (ay. 1), 

namun  Yohanes begitu istimewa bagi-Nya. Nama Yohanes 

sendiri berarti penuh rahmat. Daniel, yang dihormati mela-

lui pewahyuan-pewahyuan dalam Perjanjian Lama yang di-

terimanya, seperti halnya Yohanes dalam Perjanjian Baru, 

disebut sebagai orang yang sangat dikasihi (Dan. 9:23). 

Perhatikan, Kristus mengasihi beberapa orang di antara 

para murid-Nya lebih dari yang lainnya.   

(2) Tempat dan sikap tubuh Yohanes pada saat itu: Dia ber-

sandar dekat kepada Yesus. Beberapa orang berpendapat 

bahwa di daerah itu, orang memang biasa makan dengan 

Injil Yohanes 13:18-30 

 955 

posisi bersandar satu sama lain, yang satu bersandar pada 

yang lainnya, dan begitu seterusnya. namun , menurut saya 

ini tidak mungkin, sebab dalam posisi seperti itu mereka 

pasti tidak dapat makan atau minum dengan nyaman. 

Akan namun , apakah hal itu benar atau tidak, yang pasti 

Yohanes saat itu bersandar dekat kepada Kristus, dan hal 

itu sepertinya merupakan perwujudan rasa kasih yang 

biasa dilakukan pada masa itu. Perhatikan, dari antara 

murid-murid Kristus, ada beberapa orang yang Ia biarkan 

bersandar dekat kepada-Nya sehingga mereka bisa lebih 

leluasa bersekutu dengan-Nya dibandingkan yang lainnya. 

Bapa mengasihi Anak dan menempatkan-Nya di pangkuan-

Nya (1:18), begitu pula para orang percaya menyatu dengan 

Kristus melalui cara yang sama (17:21). Kehormatan seperti 

itu juga akan didapat oleh para orang kudus sebentar lagi, 

di pangkuan Abraham. Orang-orang yang tersungkur di 

kaki Kristus akan ditempatkan-Nya di pangkuan-Nya. 

(3) Namun Yohanes tetap merahasiakan namanya sendiri, se-

bab dia yaitu  penulis kisah ini. Dia sengaja menulis kali-

mat ini  sebagai ganti namanya, untuk menunjukkan 

bahwa dia senang dengan sebutan itu. Itulah gelar kehor-

matannya, yaitu bahwa dia yaitu  murid yang dikasihi 

Yesus, sebagaimana seorang sahabat raja ada di pelataran 

Daud dan Salomo. namun , Yohanes juga tidak mencantum-

kan namanya untuk memperlihatkan bahwa dia tidak men-

jadi besar kepala sebab  hal itu dan tidak mau menyom-

bong-nyombongkannya. Dalam sebuah perkara yang mirip, 

Paulus juga hanya berkata, aku tahu tentang seorang Kris-

ten. 

2.  Dari semua murid, Petruslah yang paling ingin tahu (ay. 24). 

Petrus, yang duduk agak jauh dari sana, mendorong Yohanes, 

dengan suatu isyarat atau sejenisnya, untuk bertanya. Pada 

dasarnya Petrus memang memiliki sifat seorang pemimpin dan 

paling cepat bertindak. Memang, bila sifat alamiah seseorang 

mendorongnya untuk berani menjawab dan bertanya, dan bila 

ia melakukannya dengan kerendahan hati dan hikmat, maka 

hal itu akan menjadikannya begitu berharga bagi pelayanan. 

Allah memberi  bakat-bakat yang berbeda, namun  supaya 

orang-orang terkemuka di gereja tidak menjadi tinggi hati dan 


 956

supaya orang-orang yang sederhana tidak menjadi tawar hati, 

di sini perlu ditunjukkan bahwa yang menjadi murid kesa-

yangan-Nya itu bukanlah Petrus, melainkan Yohanes. Keingin-

tahuan Petrus terpicu bukan saja sebab  dia ingin memasti-

kan bahwa pengkhianat itu bukanlah dia, namun  supaya de-

ngan mengetahuinya mereka bisa menarik diri dari padanya 

dan berjaga-jaga terhadapnya, dan jika mungkin, menggagal-

kan rencananya itu. Mungkin menurut kita memang baik un-

tuk mengetahui siapa dalam gereja yang hendak memperdayai 

kita, namun  biarlah kebenaran ini saja cukup, yaitu bahwa 

Kristus tahu, meskipun kita tidak. Alasan mengapa Petrus 

tidak bertanya langsung yaitu  sebab  Yohanes memiliki ke-

sempatan yang lebih baik untuk melakukannya, sebab dia di-

untungkan dengan posisi duduknya itu sehingga dapat mem-

bisikkan pertanyaan ini  ke telinga Kristus dan menerima 

jawaban yang bersifat lebih pribadi. Baik sekali jika kita me-

manfaatkan orang-orang yang dekat dengan Kristus dan me-

minta mereka mendoakan kita. Apakah kita mengenal orang 

yang bersandar dekat kepada Kristus? Marilah kita meminta 

perkataan yang baik dari mereka.  

3.  Pertanyaan pun diajukan (ay. 25): Murid yang duduk dekat Ye-

sus itu berpaling, dan sesudah  posisinya menjadi lebih nyaman 

untuk berbisik kepadanya, ia pun berkata kepada-Nya, Tuhan, 

siapakah itu? Di sini Yohanes memperlihatkan: 

(1) Rasa hormat terhadap rekan sesama murid dan isyarat 

yang telah diberikan olehnya. Meskipun Petrus tidak men-

dapat kehormatan seperti yang kini ia nikmati, Yohanes 

tidak segan-segan menanggapi isyarat yang diberikan oleh-

nya. Perhatikan, orang-orang yang ada di pangkuan Kristus 

sering kali dapat belajar sesuatu yang berguna dari mereka 

yang ada di kaki-Nya. Mereka dapat diingatkan mengenai 

sesuatu yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka. 

Yohanes bersedia membantu Petrus memuaskan keinginta-

huannya sebab  ia memang memiliki kesempatan untuk 

melakukan hal itu. Demikianlah setiap orang yang telah 

menerima suatu karunia hendaknya memakai karunia itu 

untuk kebaikan bersama (Rm. 12:6). 

(2) Penghormatan terhadap Gurunya. Dia tetap menyebut-Nya 

sebagai Tuhan, sekalipun pada saat itu dia sedang berbisik 

Injil Yohanes 13:18-30 

 957 

ke telinga Kristus. Keakraban yang ia miliki untuk berde-

katan dengan-Nya sama sekali tidak mengurangi rasa hor-

matnya terhadap Sang Guru. Kita memang wajib untuk 

tetap memakai kata-kata yang menunjukkan rasa hormat 

dan memelihara sopan santun, bahkan dalam saat teduh 

kita yang paling pribadi sekalipun, biarpun tidak ada yang 

melihatnya, sebagaimana yang harus kita lakukan dalam 

ibadah-ibadah bersama. Semakin erat persekutuan yang 

dimiliki jiwa-jiwa yang mulia dengan Kristus, semakin me-

reka menyadari betapa agungnya Dia dan betapa tidak ber-

harganya mereka (seperti dalam Kej. 18:27). 

4.  Kristus segera memberi jawaban atas pertanyaan itu, namun  

dengan cara membisikkannya ke telinga Yohanes, sebab keli-

hatannya (ay. 29) murid-murid yang lain masih tidak tahu-

menahu tentang perkara ini . Dialah itu, yang kepadanya 

Aku akan memberi  roti, psomion – sekerat, sepotong, sesu-

dah Aku mencelupkannya ke dalam saus. Lalu sesudah ber-

kata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya, sebagai-

mana yang diamati Yohanes dengan seksama, dan memberi-

kannya kepada Yudas, dan Yudas langsung menerimanya 

tanpa mencurigai maksud Kristus itu, malahan merasa senang 

dapat mencicipi roti yang nikmat itu dengan mulutnya.  

(1)  Kristus memberitahukan jati diri si pengkhianat itu melalui 

sebuah tanda. Dia bisa saja memberitahukan namanya se-

cara terang-terangan kepada Yohanes (musuh dan penen-

tang itu yaitu  Yudas, dialah si pengkhianat itu). namun , 

dengan memberi suatu tanda, Ia ingin melatih pengamatan 

Yohanes dan menegaskan bahwa para pelayan-Nya harus 

memiliki roh yang bisa mencerna dengan baik, sebab sau-

dara-saudara palsu yang harus kita waspadai tidaklah 

dikenal oleh kita melalui perkataan, melainkan melalui tan-

da. Mereka akan dikenal oleh kita dari buah-buah mereka, 

dari roh mereka. Perlu ketekunan dan kehati-hatian yang 

luar biasa supaya dapat menilai mereka dengan tepat. 

(2) Tanda itu berupa sekerat roti yang dicelup yang diberikan 

Kristus kepadanya. Tanda yang sangat tepat, sebab hal itu 

merupakan penggenapan firman (ay. 18) bahwa si peng-

khianat yaitu  dia yang makan roti bersama-sama dengan-


 958

Nya, yang pada saat itu masih merupakan rekan bagi-Nya. 

Jadi tanda itu memiliki makna dan mengajari kita, 

[1] Bahwa Kristus kadangkala memberi  sepotong roti 

celupan kepada para pengkhianat. Kekayaan, kehor-

matan, dan kesenangan yaitu  roti-roti celupan (jika 

boleh saya katakan demikian) yang kadang kala diberi-

kan Allah Sang Pemelihara ke dalam tangan orang-

orang jahat. Mungkin saja Yudas menganggap dirinya 

sebagai murid kesayangan, sebab kepadanya diberikan 

roti celupan itu, seperti yang didapat Benyamin di meja 

Yusuf, bagian yang hanya khusus bagi Yusuf saja. Se-

perti itulah kemakmuran orang-orang bebal, seperti se-

potong roti celupan yang membodohi itu, bisa membina-

sakan mereka. 

[2] Supaya kita tidak murka terhadap orang-orang yang 

kita ketahui amat jahat terhadap kita. Kristus memper-

lakukan Yudas sama baiknya seperti terhadap yang 

lainnya di meja makan saat itu, meskipun Dia tahu 

bahwa Yudas sedang merancangkan kematian-Nya. Jika 

seterumu lapar, berilah dia makan. Lakukanlah ini 

seperti Kristus juga melakukannya.  

VII. Yudas sendiri malah semakin kukuh dalam kejahatannya, dan 

bukannya menginsyafinya. Peringatan yang telah diberikan itu 

baginya yaitu  bau kematian yang mematikan, sebab sesudah  itu, 

1.  Iblis lalu menguasainya (ay. 27): Dan sesudah Yudas menerima 

roti itu, ia kerasukan Iblis: bukan untuk membuatnya sedih 

atau mengamuk, seperti yang dialami orang saat  kerasukan. 

Bukan pula untuk menjerumuskannya ke dalam api atau ke 

dalam air. Akan lebih bahagia kiranya bagi dia jika kejadian 

buruk itu yang menimpanya, atau jika saja ia tenggelam ke 

dalam danau bersama babi-babi itu. Akan namun , Iblis mera-

sukinya untuk membuat dia semakin berprasangka buruk ter-

hadap Kristus dan ajaran-Nya, untuk membuat dia meman-

dang rendah Kristus sebagai orang yang nyawa-Nya tidak ber-

harga. Iblis merasuki dia untuk mengobarkan rasa rakus da-

lam hatinya akan upah yang diperoleh dengan cara yang tidak 

Injil Yohanes 13:18-30 

 959 

benar, dan supaya dia tetap bertekad untuk melakukan apa 

pun demi mendapatkan upah itu. Akan namun ,  

(1) Bukankah sebelum itu Iblis memang sudah ada di dalam 

dirinya? Lalu kenapa kini dikatakan bahwa Iblis merasuki-

nya? Sudah dari dulunya Yudas memang seorang iblis 

(6:70), orang yang telah ditentukan untuk binasa, akan 

namun  kini si Iblis merasukinya dengan lebih hebat lagi dan 

menguasainya dengan lebih leluasa lagi. Tujuannya untuk 

mengkhianati Gurunya itu kini telah matang menjadi 

sebuah kebulatan hati. Kini roh jahat itu kembali dengan 

tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya (Luk. 11:26).  

Perhatikan: 

[1] Meskipun si Iblis ada dalam diri setiap orang durhaka 

yang melakukan pekerjaan baginya (Ef. 2:2), kadang-

kadang dia merasuki dengan cara yang lebih nyata dan 

dahsyat daripada di waktu-waktu lainnya, yaitu saat  

dia mendorong mereka untuk melakukan kejahatan 

yang amat besar, yang mencengangkan kemanusiawian 

dan hati nurani. 

[2] Para pengkhianat Kristus begitu dikuasai oleh Iblis da-

lam hati mereka. Kristus menyatakan dosa Yudas seba-

gai dosa yang lebih besar dari dosa-dosa para pengani-

aya-Nya.  

(2) Mengapa Iblis merasuki Yudas sesudah  ia menerima roti itu? 

Mungkin pada saat itu ia langsung sadar bahwa ia sudah 

ketahuan, dan hal itu membuatnya semakin ngotot untuk 

tetap menjalankan ketetapan hatinya. Memang banyak 

orang justru menjadi lebih jahat lagi sesudah  menerima 

karunia kemurahan Kristus. Mereka semakin kukuh dalam 

kubangan kesalahan mereka oleh hal yang seharusnya 

membuat mereka bertobat. Bara api yang ditimbun di atas 

kepala mereka malah semakin membuat mereka membatu, 

bukannya meleleh.   

2.  Kristus akhirnya mengusir dia dan menyerahkannya kepada 

nafsu hatinya sendiri: Maka Yesus berkata kepadanya, Apa 

yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera. Perkataan 

ini tidak bisa diartikan sebagai nasihat bagi dia untuk melaku-

kan kejahatannya ataupun untuk membenarkan dia atas per-


 960

buatannya itu. Sebaliknya, perkataan ini harus dimengerti se-

bagai:  

(1) Penyerahan Yudas ke dalam pimpinan dan kuasa Iblis. 

Kristus tahu bahwa Iblis telah merasuki Yudas dan me-

nguasainya sepenuhnya, jadi kini Ia membiarkan Yudas 

dalam keadaan yang tanpa pengharapan itu. Berbagai cara 

telah dipakai Kristus untuk menginsafkannya, namun  tidak 

membawa hasil, jadi sebab  itu, "Apa yang hendak kauper-

buat, perbuatlah dengan segera. Jika engkau memang te-

lah bertekad untuk membinasakan dirimu sendiri, maka 

lakukan saja dan rasakan sendiri akibatnya.” Perhatikan, 

saat roh jahat dibiarkan masuk, Roh Kudus akan undur 

diri. Atau, 

(2) Sebagai tantangan bagi Yudas untuk melaksanakan tin-

dakannya yang paling jahat itu: "Engkau merancangkan 

suatu kejahatan terhadap-Ku. Laksanakan saja rencana ja-

hatmu itu, silakan. Lebih cepat lebih baik, Aku tidak tidak 

takut engkau. Aku siap menghadapimu.” Perhatikan, Tu-

han kita Yesus begitu siap untuk menderita dan mati bagi 

kita, dan tidak sabar untuk segera menuntaskan tugas 

mulia-Nya itu. Kristus berkata seolah-olah maksud yang 

masih tengah dirancangkan Yudas itu sudah ia lakukan 

saat itu juga. Di mata Allah, orang-orang yang sedang ber-

tekad dan berencana untuk melakukan kejahatan dianggap 

sedang melakukan kejahatannya itu.   

3.  Orang-orang yang sedang duduk makan itu tidak mengerti 

maksud Yesus, sebab mereka tidak dapat mendengar apa yang 

Ia bisikkan ke telinga Yohanes sebelumnya (ay. 28-29): Tidak 

ada seorang pun dari antara mereka yang duduk makan itu, 

baik murid-murid maupun tamu-tamu lainnya, kecuali Yoha-

nes, mengerti apa maksud Yesus mengatakan itu kepada 

Yudas. 

(1) Mereka tidak merasa curiga bahwa Kristus berkata seperti 

itu kepada Yudas sebagai seorang pengkhianat, sebab tidak 

terpikir di benak mereka bahwa Yudas bisa sejahat itu. Per-

hatikan, ketidakwaspadaan murid-murid Kristus dalam 

menilai orang itu dapat dimaafkan. saat  mendengar hal-

hal buruk secara sepintas, kebanyakan orang langsung 

Injil Yohanes 13:18-30 

 961 

saja siap untuk berkata, si anu ini begini dan si anu itu 

begitu. namun  murid-murid Kristus telah belajar dengan 

baik untuk saling mengasihi satu sama lainnya sehingga 

mereka tidak begitu mudah mencurigai satu sama lain. 

Amal kasih tidak menyimpan kesalahan orang lain. 

(2) sebab  itulah tanpa rasa curiga macam-macam mereka 

tahu Yesus berkata begitu kepadanya sebagai seorang yang 

dipercaya atau bendahara atas urusan rumah tangga me-

reka, dan menyuruhnya untuk membelanjakan uang mere-

ka. Praduga mereka itu mengungkapkan kepada kita untuk 

kegunaan dan tujuan apa saja biasanya Tuhan Yesus kita 

mengarahkan mereka untuk memakai uang mereka yang 

jumlahnya tidak seberapa itu, dan dengan begitu mengajari 

kita bagaimana memuliakan Allah dengan harta benda 

kita. Jadi mereka berkesimpulan bahwa Yudas disuruh 

membelanjakan uang untuk: 

[1] Kepentingan ibadah: membeli apa-apa yang perlu untuk 

perayaan itu. Meskipun Yesus hanya meminjam sebuah 

ruangan untuk makan perjamuan Paskah, namun  Dia 

membeli sendiri apa-apa yang diperlukan untuk peraya-

an itu. Kita harus menghitung segala yang harus dike-

luarkan untuk membiayai apa-apa yang perlu dalam 

kepentingan ibadah kita terhadap Allah sebagai penggu-

naan uang yang baik. Lebih-lebih lagi, kita tidak layak 

bersungut-sungut saat  harus mengeluarkan uang 

saat ini, sebab  ibadah Injil kita jauh lebih ringan dan 

murah dibanding tata cara ibadah resmi di zaman dulu. 

[2] Atau untuk tujuan amal: bahwa ia harus memberi sede-

kah kepada orang miskin. Dari hal ini kita dapat melihat: 

Pertama, bahwa Tuhan Yesus kita, meskipun Ia sen-

diri harus hidup dari pemberian orang lain (Luk. 8:3), 

masih saja tetap memberi sedekah kepada orang-orang 

miskin dari sedikit uang yang Ia punyai. Sebenarnya 

masih bisa dimaafkan jika Ia tidak beramal, sebab  bu-

kan saja Dia sendiri juga miskin, namun  juga sebab  Dia 

telah banyak melakukan kebaikan dalam hal yang lain 

dan menyembuhkan banyak orang secara cuma-cuma. 

Namun demikian, untuk memberi teladan kepada kita, 


 962

Dia tetap memberi untuk membantu orang-orang mis-

kin dari sesuatu yang sebenarnya Ia miliki hanya cukup 

untuk kelangsungan rumah tangga-Nya sendiri (Ef. 

4:28).  

Kedua, bahwa saat perayaan ibadah besar dianggap 

sebagai waktu yang tepat untuk melakukan pekerjaan 

amal. Saat Dia sedang merayakan Paskah, Ia juga me-

nyuruh murid-murid-Nya menolong orang-orang mis-

kin. Limpahan kemurahan Allah yang kita rasakan ha-

rus membuat kita menjadi murah hati terhadap orang-

orang miskin.   

4. Akhirnya Yudas membulatkan tekadnya untuk tetap melak-

sanakan rancangan jahatnya terhadap Kristus: Dia segera 

pergi. Perhatikan di sini,  

(1) Kepergiannya yang terburu-buru itu: Dia lekas-lekas pergi 

dan keluar dari rumah itu, 

[1] sebab  takut kejahatannya akan semakin terbongkar di 

depan orang-orang itu, sebab jika sampai demikian, dia 

yakin mereka semua akan menyerangnya, dan habislah 

dia, atau setidaknya rencananya itu.  

[2] Dia pergi dengan rasa muak berada di dekat-dekat 

Kristus dan kumpulan para rasul-Nya. Kristus tidak 

perlu mengucilkannya, sebab dia sudah mengucilkan 

dirinya sendiri. Perhatikan, mengundurkan diri dari 

persekutuan orang-orang beriman merupakan tindakan 

nyata yang diperlihatkan orang yang tergelincir dalam 

iman, dan menjadi awal dari kemurtadan. 

[3] Dia pergi untuk melaksanakan rancangannya, untuk 

mencari orang-orang yang akan diajaknya bersekongkol, 

dan untuk menyelesaikan kesepakatannya dengan me-

reka. sebab  Iblis telah merasukinya, ia pun segera me-

rongrong Yudas supaya cepat-cepat bertindak, jangan 

sampai Yudas keburu tersadar dan bertobat.   

(2) Mengenai saat kepergiannya: Pada waktu itu hari sudah 

malam. 

[1] Meski sudah malam, yang merupakan waktu yang ku-

rang tepat untuk bekerja, Yudas tidak kesulitan meng-

hadapi dingin dan gelapnya malam, sebab  Iblis sudah

Injil Yohanes 13:31-35 

 963 

 sedemikian rupa merasukinya. Kenyataan itu hendak-

nya membuat kita merasa malu akan keengganan dan 

sikap pengecut kita dalam melayani Kristus, padahal 

para hamba si Iblis saja begitu bersungguh-sungguh 

dan berani dalam melaksanakan pekerjaan mereka. 

[2] Malam hari justru menguntungkan Yudas sebab  dia 

jadi lebih leluasa dalam beraksi secara diam-diam. Dia 

tidak mau kelihatan sedang berunding dengan para 

imam kepala, dan sebab  itulah kegelapan malam men-

jadi saat yang tepat untuk melangsungkan pekerjaan 

kegelapan itu. Orang-orang yang suka berbuat jahat 

lebih menyukai kegelapan daripada terang (Ayb. 24:13, 

dsb.).  

Kepergian Kristus Diberitahukan 

(13:31-35) 

31 Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: “Sekarang Anak Manusia diper-

muliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. 32 Jikalau Allah dipermulia-

kan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, 

dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. 33 Hai anak-anak-Ku, hanya 

sesaat  saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan 

seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku 

pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya seka-

rang juga kepada kamu. 34 Aku memberi  perintah baru kepada kamu, ya-

itu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu 

demikian pula kamu harus saling mengasihi. 35 Dengan demikian semua 

orang akan tahu, bahwa kamu yaitu  murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu 

saling mengasihi.” 

Percakapan di ata