eka. Begitu
banyak akal-akalan yang sering dipakai di dalam sidang
dan dewan, sehingga sungguh berbahagialah orang-
orang yang paling tidak memahaminya.
[2] Lihatlah betapa jauh lebih besar hal-hal yang dapat di-
lakukan oleh penyelenggaraan Allah. Husai telah meng-
atur rancangan itu dengan cakap, namun keberhasilan-
nya dipandang bersumber dari Allah, dan dari karya-
Nya dalam pikiran orang-orang yang berkepentingan:
TUHAN telah memutuskan, bahwa nasihat Ahitofel yang
baik itu digagalkan. Hendaklah dicamkan, bagi penghi-
buran semua orang yang takut akan Allah, bahwa Ia
mengalirkan semua hati manusia seperti batang air ke
mana Ia ingini, walaupun mereka itu tidak mengetahui
rancangan TUHAN. Ia berdiri dalam sidang ilahi, memi-
liki tangan yang berkuasa untuk menolak semua nasi-
hat dan suara yang menentang semua keputusan, serta
menertawakan rancangan-rancangan manusia melawan
orang yang diurapi-Nya.
Kabar yang Dikirim kepada Daud
(17:15-21)
15 Sesudah itu berkatalah Husai kepada Zadok dan kepada Abyatar, imam-
imam itu: “Ini dan itu dinasihatkan Ahitofel kepada Absalom dan kepada
para tua-tua Israel, namun ini dan itu kunasihatkan. 16 Oleh sebab itu, suruh-
lah dengan segera memberitahukan kepada Daud, demikian: Pada malam ini
janganlah bermalam di tempat-tempat penyeberangan ke padang gurun,
namun menyeberanglah dengan segera, supaya jangan raja dan seluruh rakyat
yang bersama-sama dengan dia itu ditelan habis.” 17 Yonatan dan Ahimaas
menunggu di En-Rogel, dan setiap kali ada seorang budak wanita yang
datang membawa kabar kepada mereka; dan mereka pun langsung mem-
beritahu raja Daud, sebab mereka tidak boleh dilihat memasuki kota.
18 namun seorang anak melihat mereka, lalu memberitahu Absalom. Jadi per-
gilah keduanya dengan segera, dan sampailah mereka ke rumah seseorang di
Bahurim yang mempunyai sumur di halamannya; maka turunlah mereka ke
dalamnya. 19 Kemudian wanita itu mengambil kain tudungan, memben-
tangkannya di atas mulut sumur itu dan menaburkan butir-butir gandum di
atasnya, sehingga tidak kelihatan apa-apa. 20 Sampailah orang-orang Absa-
lom kepada wanita itu di rumahnya, lalu bertanya: “Di manakah Ahi-
maas dan Yonatan?” Jawab wanita itu kepada mereka: “Mereka telah
menyeberangi sungai itu.” Kemudian mereka mencari, namun tidak mendapat-
nya, lalu pulanglah mereka ke Yerusalem. 21 sesudah orang-orang itu pergi,
keluarlah keduanya dari sumur, lalu pergi memberitahu raja Daud, kata
mereka kepada Daud: “Bersiaplah dan seberangilah dengan segera sungai ini,
sebab ini dan itu dinasihatkan Ahitofel terhadap kamu.
Kita sekarang harus meninggalkan musuh-musuh Daud yang sedang
menyenangkan diri mereka dengan bayang-bayang kemenangan yang
pasti akan mereka peroleh dengan mengikuti nasihat Husai. Dan
tidak diragukan lagi, mereka juga sedang mengirimkan panggilan
kepada semua suku Israel, untuk datang ke pertemuan umum di
tempat yang telah ditentukan, untuk menjalankan nasihat itu. Selan-
jutnya kita mendapati teman-teman Daud sedang berusaha bagai-
mana memberi tahu dia tentang semuanya ini, supaya dia dapat
mengambil langkah yang tepat. Husai memberi tahu para imam apa
yang telah disetujui di dalam rapat dewan (ay. 15). Akan namun , se-
pertinya, dia tidak yakin bahwa bisa saja nasihat Ahitofel yang di-
ikuti, dan sebab itu ia berjaga-jaga supaya jangan sampai, jika dia
tidak memanfaatkan keadaan dengan sebaik-baiknya, sang raja dan
seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia itu ditelan habis (ay.
16). Mungkin, sama seperti Husai dipanggil untuk memberikan nasi-
hat (ay. 5), demikian pula dia disuruh keluar sebelum mereka meng-
ambil keputusan (ay. 14) yang memang sejalan dengan nasihatnya.
Atau dia takut mereka akan berubah pikiran sesudahnya. Bagai-
manapun juga, sungguh baik untuk berjaga-jaga terhadap kemung-
kinan yang terburuk, dan sebab nya untuk bergegas menyelamatkan
nyawa-nyawa yang berharga itu dari jangkauan para pembinasa ini.
Begitu ketat penjaga-penjaga yang telah disiagakan oleh Absalom di
semua jalan menuju Yerusalem, sehingga mereka sangat kesusahan
untuk menyampaikan berita penting ini kepada Daud.
1. Imam-imam muda yang menjadi utusan itu terpaksa keluar dari
kota secara diam-diam, melalui En-Rogel, yang berarti, seperti
menurut sebagian penafsir, mata air seorang mata-mata. Pasti
keadaannya sungguh buruk di Yerusalem jika dua imam yang
begitu setia seperti mereka ini tidak boleh dilihat memasuki kota.
2. Petunjuk-petunjuk dikirim kepada mereka oleh seorang perem-
puan muda polos yang miskin, yang mungkin pergi ke sumur itu
dengan berpura-pura untuk mengambil air (ay. 17). Jika dia
membawa pesan itu melalui perkataan mulut, ada bahaya baginya
untuk membuat suatu kesalahan atau kekeliruan. Namun Penye-
lenggaraan ilahi dapat membuat seorang gadis yang tidak tahu
apa-apa menjadi seorang utusan yang dapat dipercaya, dan dapat
memenuhi rancangan-rancangan-Nya yang bijak melalui apa yang
bodoh bagi dunia.
3. Namun, oleh kewaspadaan mata-mata Absalom, mereka kepergok,
dan diberitahukan kepada Absalom tentang gerak-gerik mereka: Se-
orang anak melihat mereka, lalu memberitahu Absalom (ay. 18).
4. Mereka, sebab sadar sudah kepergok, melindungi diri di dalam
rumah seorang teman di Bahurim, tempat Daud baru saja beristi-
rahat sebelumnya (16:14). Di sana mereka dengan tenang bersem-
bunyi di dalam sebuah sumur, yang sekarang, pada musim pa-
nas, mungkin telah menjadi kering (ay. 18). wanita di rumah
itu dengan sangat cerdik menutupi mulut sumur dengan kain
tudungan, yang ke atasnya dia menaburkan butir-butir gandum
untuk mengeringkannya, sehingga orang-orang yang mengejar
mereka tidak tahu kalau ada sebuah sumur di sana. Sebab jika
tidak demikian, mereka pasti akan memeriksa sumur itu (ay. 19).
Sejauh ini wanita ini telah melakukan hal yang baik.
namun kita tidak tahu bagaimana membenarkan dia lebih jauh
saat ia menyembunyikan mereka dengan suatu kebohongan (ay.
20). Kita tidak boleh berbuat jahat supaya kebaikan dapat timbul
darinya. Namun demikian, dengan cara ini para utusan itu
terlindungi, dan orang-orang yang mengejar mereka digagalkan
dan kembali kepada Absalom dengan tangan hampa. Syukurlah
Absalom sesudah itu tidak menyerang para ayah dari kedua imam
itu, yaitu Zadok and Abyatar, seperti Saul menyerang Ahimelekh
sebab kebaikannya kepada Daud. Sebaliknya, Allah menahan
dia. sebab sudah dilindungi seperti itu, keduanya membawa
berita rahasia itu dengan setia kepada Daud (ay. 21), dan dengan
nasihat dari teman-temannya ini, bahwa Daud tidak boleh
menunda-nunda waktu untuk menyeberangi sungai Yordan, yang
di dekatnya ia sepertinya sekarang berada. Di sanalah, seperti
menurut sebagian penafsir, dia menuliskan Mazmur 42 dan 43,
dengan melihat ke belakang pada Yerusalem dari tanah sungai
Yordan (Mzm. 42:7).
Kematian Ahitofel; Absalom Mengejar Daud
(17:22-29)
22 Lalu bersiaplah Daud dan seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia,
dan mereka menyeberangi sungai Yordan. Pada waktu fajar tidak ada seorang
pun yang ketinggalan, yang tidak menyeberangi sungai Yordan. 23 saat
dilihat Ahitofel, bahwa nasihatnya tidak dipedulikan, dipasangnyalah pelana
keledainya, lalu berangkatlah ia ke rumahnya, ke kotanya; ia mengatur
urusan rumah tangganya, kemudian menggantung diri. Demikianlah ia mati,
lalu ia dikuburkan dalam kuburan ayahnya. 24 Maka sampailah Daud ke
Mahanaim, saat Absalom menyeberangi sungai Yordan dengan seluruh
orang Israel yang menyertainya. 25 Absalom telah mengangkat Amasa meng-
gantikan Yoab untuk mengepalai tentara. Amasa yaitu anak seorang yang
bernama Yitra, seorang Ismael yang telah memperisteri Abigal binti Nahas,
saudara wanita Zeruya ibu Yoab. 26 Lalu orang Israel dan Absalom
berkemah di tanah Gilead. 27 saat Daud tiba di Mahanaim, maka Sobi bin
Nahas, dari Raba, kota bani Amon, dan Makhir bin Amiel, dari Lodebar, dan
Barzilai, orang Gilead, dari Rogelim, membawa 28 tempat tidur, pasu, periuk
belanga, juga gandum, jelai, tepung, bertih gandum, kacang babi, kacang
merah besar, kacang merah kecil, 29 madu, dadih, kambing domba dan keju
lembu bagi Daud dan bagi rakyat yang bersama-sama dengan dia, untuk
Kitab 2 Samuel 17:22-29
851
dimakan, sebab kata mereka: “Rakyat ini tentu telah menjadi lapar, lelah dan
haus di padang gurun.”
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Perjalanan Daud dan orang-orangnya menyeberangi sungai Yor-
dan, sesuai dengan nasihat yang telah diterimanya dari teman-
temannya di Yerusalem (ay. 22). Ia, dan semua orang yang ber-
sama-sama dengannya, pergi menyeberang pada waktu malam,
tidak jelas apakah dengan perahu tambang, yang mungkin selalu
hilir mudik di sana, atau dengan menyeberangi bagian-bagian
sungai yang dangkal. namun perhatian khusus diberikan tentang
hal ini, bahwa tidak ada seorang pun yang ketinggalan. Tak
seorang pun meninggalkan Daud, sekalipun kesusahannya besar,
tak seorang pun tertinggal di belakang sebab sakit atau kelelah-
an, dan juga tak seorang pun hilang atau hanyut saat menyebe-
rangi sungai Yordan. Dalam hal ini sebagian penafsir menjadikan
Daud sebagai perlambang dari Mesias, yang berkata, pada hari
kesusahan, dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak
seorang pun yang Kubiarkan binasa. sesudah menyeberangi sungai
Yordan, Daud terus berjalan berkilo-kilo meter jauhnya menuju
Mahanaim, sebuah kota orang Lewi di dalam wilayah suku Gad,
di batas paling ujung dari wilayah suku ini , dan tidak jauh
dari Raba, kota utama orang Amon. Kota ini, yang telah dijadikan
kota kerajaan oleh Isyboset (2:8), sekarang dijadikan markas
besar oleh Daud (ay. 24). Dan sekarang Daud mempunyai waktu
untuk mengerahkan pasukan untuk melawan para pemberontak
dan memberi mereka sambutan yang hangat.
II. Kematian Ahitofel (ay. 23). Ia mati oleh tangannya sendiri, felo de
se – bunuh diri. Ia menggantung diri sebab kesal bahwa nasihat-
nya tidak diikuti. Sebab dengan demikian,
1. Ahitofel menganggap dirinya diremehkan, dan penghinaan
yang tidak tertahankan ditimpakan pada nama baiknya seba-
gai orang berhikmat. Penilaiannya selalu dipakai untuk meme-
ngaruhi dewan penasihat, namun sekarang pendapat orang lain
dianggap lebih bijaksana dan lebih baik daripada pendapat-
nya. Hatinya yang sombong tidak dapat menahan penghinaan
itu. Hatinya meninggi dan membesar, dan semakin sering dia
memikirkannya semakin bergejolak kebenciannya, sampai ke-
bencian itu pada akhirnya membawanya pada keputusan yang
nekat ini, untuk tidak ingin hidup melihat orang lain lebih
dipilih daripada dirinya. Semua orang menganggapnya sebagai
orang yang bijak, namun dia menganggap dirinya sendiri seba-
gai satu-satunya orang yang bijak. Oleh sebab itu, untuk
membalas semua orang yang tidak sepikiran dengannya, dia
ingin mati, supaya hikmat mati bersamanya. Dunia tidak la-
yak bagi seorang yang memberikan petunjuk ilahi seperti
dirinya, dan sebab itu dia akan membuat dunia tahu bagai-
mana rasanya kalau tidak ada dirinya. Lihatlah betapa orang-
orang yang menilai diri terlalu tinggi merupakan musuh yang
sebenarnya bagi diri mereka sendiri, dan betapa besar celaka
yang akan menimpa orang-orang yang tidak sabar menang-
gung penghinaan. Apa yang dapat mematahkan hati orang
sombong, tidak dapat mengganggu tidur orang yang rendah
hati.
2. Ahitofel menganggap dirinya terancam bahaya dan nyawanya
di ujung tanduk. Ia menyimpulkan bahwa, oleh sebab nasi-
hatnya tidak diikuti, maka kepentingan Absalom pasti akan
gagal. Dan kemudian, siapa pun yang akan mendapat belas
kasihan Daud, dia meyakini bahwa dia, yang merupakan pen-
jahat terbesar, dan yang secara khusus telah menasihati Ab-
salom untuk tidur dengan gundik-gundik ayahnya, pasti akan
dikorbankan demi keadilan. Oleh sebab itu, untuk mencegah
rasa malu dan kengerian dari hukuman yang akan dilaksana-
kan dengan penuh kesungguhan dan di hadapan orang ba-
nyak, Ahitofel menghukum diri sendiri. Dan, bertolak belakang
dengan nama baiknya sebagai orang berhikmat, dengan tin-
dakannya yang terakhir ini ia memberikan penghinaan yang
jauh lebih besar kepada dirinya sendiri daripada yang telah
diberikan oleh dewan penasihat Absalom kepadanya. Dan ia
berbuat sesuai dengan namanya, Ahitofel, yang berarti sau-
dara dari seorang yang bodoh. Tidak ada yang memperlihatkan
kebodohan yang begitu besar seperti tindakan bunuh diri.
Cermatilah, betapa dengan sengaja Ahitofel melakukannya,
dan dengan kebencian yang sudah disimpan terhadap dirinya
sendiri. Bukan dalam luapan amarah, namun dengan pulang ke
kotanya, ke rumahnya, untuk melakukannya. Anehnya, ia
mengambil waktu untuk mempertimbangkannya, namun me-
lakukannya juga. Dan, untuk membuktikan dirinya compos
mentis – sadar sepenuhnya, saat dia melakukannya, dia ter-
lebih dahulu membereskan urusan rumah tangganya, mem-
buat surat wasiat sebagai seorang yang memiliki ingatan dan
pikiran yang waras, menghitung harta bendanya, dan meng-
atur keuangannya. Namun, dia yang cukup waras dan bijak
untuk melakukan hal ini, tidak mempunyai cukup pertim-
bangan untuk mencabut hukuman yang telah dijatuhkan atas
lehernya sendiri oleh kesombongan dan kemarahannya, atau
bahkan untuk menunda pelaksanaannya sampai dia melihat
hasil dari pemberontakan Absalom. Nah, dalam hal ini kita
dapat melihat,
(1) Penghinaan yang ditimpakan ke atas hikmat manusia. Ia
yang termasyhur sebab kebijaksanaannya lebih daripada
siapa pun, melakukan kebodohan yang luar biasa besar
terhadap dirinya sendiri. Janganlah orang bijaksana ber-
megah sebab kebijaksanaannya, saat ia melihat seorang
yang begitu dikenal memberikan petunjuk ilahi mati seperti
orang bebal.
(2) Kehormatan diberikan kepada keadilan Allah. saat orang
fasik terjerat dalam perbuatan tangannya sendiri dan terbe-
nam dalam pelubang yang dibuatnya, TUHAN telah memper-
kenalkan diri-Nya, Ia menjalankan penghakiman. Maka
hendaklah kita berkata, higayon, sela, ini yaitu sesuatu
yang harus dicamkan dan direnungkan (Mzm. 7:16-17).
(3) Doa dijawab, dan perkara yang jujur didukung bahkan oleh
para musuhnya. Sekarang, seperti yang telah didoakan
Daud, nasihat Ahitofel diubah menjadi kebodohan bagi diri-
nya sendiri. Dr. Lightfoot berpendapat bahwa Daud menu-
liskan Mazmur 55 pada waktu Ahitofel mengadakan per-
sepakatan untuk melawan dirinya, dan bahwa dialah orang
yang dikeluhkan (Mzm. 55:14), yang telah menjadi orang
yang dekat dengannya, temannya dan orang kepercayaan-
nya. Dan, jika demikian, ini yaitu sebuah jawaban langsung
bagi doanya dalam Kitab Mazmur itu (Mzm. 55:16): Biarlah
maut menyergap mereka, biarlah mereka turun hidup-hidup
ke dalam dunia orang mati! Kematian Ahitofel membawa
keuntungan bagi kepentingan Daud. Sebab seandainya
Ahitofel mau menerima penghinaan itu, seperti yang sering
kali harus dilakukan oleh orang-orang yang ingin hidup di
dunia ini, dan melanjutkan kedudukannya di samping
Absalom, maka dia bisa saja sesudahnya memberi Absalom
nasihat yang mungkin akan berakibat buruk bagi Daud.
Syukurlah bahwa nafas itu dihentikan dan kepala itu di-
baringkan, sebab darinya tidak ada sesuatu yang dapat
diharapkan selain kejahatan. Sepertinya, bukan hal biasa
pada zaman itu untuk mempermalukan jenazah orang-
orang yang mati sebab bunuh diri, sebab Ahitofel dikubur-
kan, dan dapat kita duga dikuburkan secara terhor-
mat, dalam kuburan ayahnya, meskipun dia tidak pantas
mendapatkan yang lebih baik daripada dikubur secara
penguburan keledai (lih. Pkh. 8:10).
III. Pemburuan Absalom terhadap ayahnya. Sekarang seluruh Israel
ada bersamanya, seperti yang dinasihatkan oleh Husai, dan dia
sendiri, sebagai komandan mereka, menyeberangi sungai Yor-
dan (ay. 24). Belum puas mendesak ayahnya yang baik ke tempat
yang paling pelosok dari kerajaannya, dia bertekad untuk menge-
jarnya keluar dari dunia. Ia berkemah di tanah Gilead bersama
dengan seluruh tentaranya, siap untuk memerangi Daud (ay. 26).
Absalom mengangkat Amasa untuk mengepalai tentaranya (ay.
25), yang ayah kandungnya secara lahir bernama Yeter, orang
Ismael (1Taw. 2:17), namun secara agama bernama Yitra (sebagai-
mana ia disebut di sini), seorang Israel. Mungkin dia tidak hanya
memeluk agama Yahudi, namun juga, sesudah menikah dengan
kerabat dekat Daud, oleh hukum negara, telah menjadi warga
Israel, dan sebab nya disebut sebagai seorang Israel (KJV). Istri-
nya, ibu Amasa, yaitu Abigail, saudari Daud, yang memiliki
saudari lagi, Zeruya, yang yaitu ibu Yoab (1Taw. 2:16), sehingga
Amasa berkerabat dengan Daud seperti halnya Yoab. Sebagai
penghormatan kepada keluarganya, bahkan sewaktu mengangkat
senjata melawan ayahnya, Absalom menjadikan Amasa sebagai
panglima dari seluruh tentaranya. Isai di sini disebut Nahas, se-
bab banyak orang mempunyai dua nama, atau mungkin ini ada-
lah nama istrinya.
IV. Teman-teman yang dijumpai Daud di negeri yang jauh ini. Bah-
kan Sobi, seorang saudara muda dari keluarga kerajaan bani
Amon, bersikap baik kepadanya (ay. 27). Ada kemungkinan bah-
wa dia membenci penghinaan yang telah diberikan oleh Hanun
saudaranya kepada para utusan Daud, dan sebab itu ia telah
mendapat perkenanan dari Daud, yang sekarang ini dibalasnya.
Orang-orang yang menyangka bahwa kemakmuran mereka akan
tetap langgeng tidaklah tahu bahwa, pada suatu saat nanti, mere-
ka bisa saja membutuhkan kebaikan dari orang-orang yang seka-
rang bergantung pada belas kasihan mereka, dan mungkin akan
senang untuk berutang budi kepada orang-orang itu. Ini merupa-
kan alasan mengapa kita harus, saat ada kesempatan, berbuat
baik kepada semua orang, sebab siapa memberi minum, ia sendiri
akan diberi minum, saat ada kebutuhan untuk itu. Makhir bin
Amiel yaitu orang yang membesarkan Mefiboset (9:4), sampai
Daud membebaskan dia dari tugas itu, dan sekarang Daud diberi
balasan atas pembebasannya ini oleh orang yang murah hati
itu, yang tampaknya merupakan pelindung bagi semua raja yang
sedang kesulitan. Barzilai akan kita dengar lagi nanti. Orang-
orang ini, tergerak oleh belas kasihan terhadap Daud dan orang-
orangnya, yang sekarang sedang kelelahan sebab perjalanan
yang jauh, membawa kepadanya segala perlengkapan bagi rumah-
nya, yaitu tempat tidur, pasu, periuk belangga, dan persediaan
bagi meja makannya, yaitu gandum, jelai, tepung, dan lain-lain
(ay. 28-29). Daud tidak menyuruh mereka untuk memberi upeti,
tidak memaksa mereka untuk membekali dirinya, apalagi men-
jarah mereka. namun sebagai tanda dari kasih mereka yang penuh
bakti kepadanya, dan kepedulian mereka yang tulus terhadapnya
dalam kesulitannya sekarang ini, atas kehendak baik mereka
sendiri, mereka membawa segala sesuatu yang dibutuhkannya
secara berlimpah. Marilah kita belajar dari sini untuk bermurah
hati dan mau mengulurkan tangan, sesuai dengan kemampuan
kita, kepada semua orang yang sedang kesusahan, terutama ke-
pada para pembesar, yang bagi mereka kesusahan itu sungguh
menyakitkan, dan kepada orang-orang baik, yang patut mendapat
perlakuan yang lebih baik. Lihatlah bagaimana Allah kadang-
kadang memberikan penghiburan bagi umat-Nya dari orang asing,
yang tidak mereka peroleh dari keluarga mereka sendiri.
PASAL 18
asal ini mengisahkan akhir dari pemberontakan serta hidup
Absalom, dan dengan demikian memberi jalan bagi Daud untuk
kembali kepada takhtanya, sementara pasal berikutnya menghantar
Daud kembali kepada takhtanya dalam damai dan kemenangan.
Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Persiapan Daud untuk menghadapi para pemberontak (ay. 1-5).
II. Kekalahan telak tentara Absalom dan terseraknya mereka
(ay. 6-8).
III. Kematian Absalom dan penguburannya (ay. 9-18).
IV. Penyampaian berita kepada Daud, yang menunggu di Maha-
naim (ay. 19-32).
V. Ratapan pahit Daud untuk Absalom (ay. 33).
Persiapan Perang
(18:1-8)
1 Daud memeriksa barisan tentara yang bersama-sama dengan dia, kemudi-
an ia mengangkat kepala pasukan seribu dan kepala pasukan seratus atas
mereka. 2 Lalu Daud menyuruh tentara itu maju berperang, sepertiga di
bawah perintah Yoab, sepertiga lagi di bawah perintah Abisai, anak Zeruya,
adik Yoab, dan sepertiga lainnya di bawah perintah Itai, orang Gat itu. Lalu
berkatalah raja kepada rakyat: “Aku juga akan maju berperang bersama-
sama dengan kamu.” 3 namun tentara itu berkata: “Janganlah tuanku maju
berperang; sebab jika kami terpaksa melarikan diri, maka mereka tidak
akan menghiraukan kami; bahkan sekalipun mati separuh dari pada kami,
mereka tidak akan menghiraukan kami; namun tuanku sama harganya
dengan sepuluh ribu orang dari pada kami. Sebab itu, yaitu lebih baik,
bahwa tuanku bersedia menolong kami dari kota.” 4 Kemudian berkatalah
raja kepada mereka: “Apa yang kamu pandang baik akan kuperbuat.” Lalu
berdirilah raja di sisi pintu gerbang dan seluruh tentara itu berjalan ke luar,
beratus-ratus dan beribu-ribu. 5 Dan raja memerintahkan kepada Yoab,
Abisai dan Itai, demikian: “Perlakukanlah Absalom, orang muda itu dengan
lunak sebab aku.” Dan seluruh tentara mendengar, saat raja memberi
perintah itu kepada semua kepala pasukan mengenai Absalom. 6 Lalu tentara
itu maju ke padang menyerang orang Israel, dan terjadilah pertempuran di
hutan Efraim. 7 Tentara Israel terpukul kalah di sana oleh orang-orang Daud,
dan pada hari itu terjadilah di sana pertumpahan darah yang dahsyat: dua
puluh ribu orang tewas. 8 Kemudian pertempuran meluas dari sana meliputi
seluruh daerah itu, dan hutan itu memakan lebih banyak orang di antara
tentara dari pada yang dimakan pedang pada hari itu.
Bagaimana Daud dapat mengerahkan pasukan di tempat ini, dan
bala bantuan seperti apa yang dikirim kepadanya, tidak disampaikan
kepada kita. Kemungkinan ada banyak tentara dari seluruh daerah
Israel, setidaknya dari suku-suku terdekat, yang datang untuk mem-
bantu Daud, sehingga perlahan-lahan ia mampu menghimpun ke-
kuatan untuk menghadapi Absalom, seperti yang sudah diperkirakan
Ahitofel sebelumnya. Sekarang, dalam perikop ini kita mendapati,
I. Tentara Daud dihitung dan dihimpun (ay. 1-2). Tak ayal lagi,
Daud telah menyerahkan perkaranya kepada Allah melalui doa,
sebab itulah yang menjadi kelegaan baginya dalam segala pen-
deritaannya. Sesudah itu, Daud pun menghitung tentaranya.
Yosefus mengatakan bahwa jumlah pasukan Daud, seluruhnya,
hanya sebanyak 4.000 orang. Semuanya ini dibagi-baginya men-
jadi beberapa pasukan seribu dan pasukan serratus. Kepada ma-
sing-masing pasukan ini ditetapkannya kepala-kepala, dan di-
aturnya, seperti biasa dilakukan, menjadi pasukan sayap kanan,
pasukan sayap kiri, dan pasukan tengah. Dua pasukan dipercaya-
kannya kepada dua panglimanya yang sudah tua dan berpeng-
alaman, yakni Yoab dan Abisai, sementara pasukan ketiga diper-
cayakannya kepada sahabat barunya, Itai. Susunan yang baik serta
kepemimpinan yang baik terkadang sama menguntungkannya bagi
suatu pasukan seperti jumlah tentara yang besar. Hikmat mengajar
kita untuk mempergunakan kekuatan kita dengan sebaik-baiknya,
dan mengerahkannya sampai sehabis-habisnya.
II. Daud berhasil diyakinkan untuk tidak pergi ke medan perang.
Orang yang telah meyakinkan Absalom untuk maju berperang,
dan lebih memuaskan kesombongannya daripada kebijaksanaan-
nya, yaitu seorang sahabat palsu. Sahabat-sahabat sejati Daud
tidak akan membiarkannya maju berperang, mengingat apa yang
telah disampaikan kepada mereka perihal rencana Ahitofel untuk
menewaskan raja sendiri. Daud menunjukkan kasihnya kepada
para sahabatnya itu dengan bersedia maju berperang bersama-
sama dengan mereka (ay. 2). Mereka menunjukkan kasih mereka
kepadanya dengan menolak usulan ini . Janganlah kita
menganggap sebagai penghinaan jika kita ditentang demi ke-
baikan kita sendiri, dan oleh orang-orang yang dengan berbuat
demikian memperhitungkan kepentingan kita.
1. Mereka sama sekali tidak menghendaki Daud untuk menem-
patkan dirinya dalam bahaya, sebab (kata mereka) tuanku
sama harganya dengan sepuluh ribu orang dari pada kami.
Demikianlah para pemimpin harus dihargai oleh rakyat mere-
ka, dan demi keamanan para pemimpin ini , rakyat harus
bersedia menempatkan diri mereka sendiri dalam bahaya.
2. Mereka tidak mau memuaskan pihak musuh sampai sebegitu
jauh, sebab musuh akan lebih bersukaria atas kematian Daud
daripada atas kekalahan seluruh pasukannya.
3. Daud bisa lebih bermanfaat bagi mereka dengan tetap tinggal
di kota, bersama dengan sejumlah pasukannya, sehingga ia
dapat mengirim bala bantuan dari sana. Bantuan besar bisa
saja datang dari mereka yang berada di tempat yang tidak
berbahaya. Sang raja menerima alasan mereka, dan mengubah
rencananya (ay. 4): Apa yang kamu pandang baik akan kuper-
buat. Sikap keras kepala terhadap pendirian kita bukanlah tin-
dakan yang bijaksana. Sebaliknya, bersedialah mendengarkan
alasan, bahkan yang berasal dari bawahan kita, dan bersedia-
lah diyakinkan oleh saran mereka jika hal itu tampaknya
demi kebaikan kita. Apa pun yang mendasari kebijaksanaan
orang-orang Daud ini, penyelenggaraan Allah dengan penuh
hikmat telah mengatur supaya Daud tidak berada di medan
perang. sebab jika demikian, kelembutan hatinya tentu akan
timbul untuk menyelamatkan nyawa Absalom, yang telah
ditentukan Allah untuk dibinasakan.
III. Amanat yang diberikan Daud mengenai Absalom (ay. 5). saat
pasukannya telah dihimpun dan, menurut Yosefus, barisannya
telah diatur, Daud menguatkan mereka dan berdoa bagi mereka,
namun bersamaan dengan itu ia juga memerintahkan semua orang
untuk berhati-hati supaya tidak menyakiti Absalom sama sekali.
Betapa Daud membalas kejahatan dengan kebaikan! Absalom
menghendaki agar Daud saja yang mati, sementara Daud meng-
hendaki agar Absalom saja yang dibiarkan hidup. Betapa kehen-
dak kedua orang ini saling bertentangan! Tidak pernah ada
kebencian yang tidak wajar terhadap seorang ayah sehebat yang
ada dalam diri Absalom, tidak pernah pula ada kasih yang wajar
terhadap seorang anak sebesar yang ada dalam diri Daud.
Masing-masing berbuat dengan sebaik-baiknya, dan memperlihat-
kan apa yang mampu dilakukan manusia. Yaitu, seberapa buruk-
nya seorang anak dapat mendurhakai ayah yang teramat baik,
dan seberapa baiknya seorang ayah dapat mengasihi anak yang
teramat jahat. Seolah-olah hal ini dirancang untuk menggambar-
kan kemiripan dari kefasikan manusia terhadap Allah dan belas
kasihan Allah terhadap manusia. Sulit bagi kita untuk mengata-
kan mana yang lebih mengherankan. “Perlakukanlah dengan
lunak,” perintah Daud, “Absalom, orang muda itu, dengan segala
cara, sebab aku. Ia yaitu seorang pemuda, masih gegabah dan
tidak berpikir panjang, sehingga ia harus dimaklumi sebab
usianya. Dia kepunyaanku, orang yang aku kasihi. jika kalian
mengasihi aku, janganlah sakiti dia.” Amanat ini menyiratkan
harapan Daud yang kuat akan kemenangannya. sebab memiliki
kepentingan yang baik dan Allah yang baik, Daud tidak ragu
bahwa Absalom akan berada di bawah belas kasihan mereka,
sehingga ia menyuruh mereka untuk memperlakukan anaknya itu
dengan lunak, membiarkannya hidup dan menjaganya untuk
diadili olehnya.
Uskup Hall berbicara panjang lebar mengenai hal ini sebagai
berikut: “Apa artinya kasih yang tidak pada tempatnya ini? Belas
kasihan yang tidak sepantasnya diberikan ini? Memperlakukan
seorang pengkhianat dengan lunak? Dari semua pengkhianat,
seorang anak laki-laki sendiri? Dari semua anak laki-laki, Absa-
lom? Anak kesayangan yang durhaka dari seorang ayah yang
begitu baik itu? Semuanya ini, demi engkau Daud, sementara
mahkotamu, dan darahmu, diburu olehnya? Demi siapakah ia
harus diburu, jika ia harus tetap dibiarkan hidup demi engkau?
Haruskah penyebab pertikaian menjadi alasan dari belas kasih-
an? Bahkan orangtua yang paling kudus sekalipun dapat bersa-
lah atas kelembutan hati yang membahayakan, dan tindakan me-
manjakan yang mematikan. Namun demikian, bukankah tindak-
an ini dilakukan untuk melambangkan belas kasihan yang tiada
terhingga dari sang Raja dan Penebus Israel yang sejati, yang ber-
doa bagi orang-orang yang menganiaya-Nya, bagi para pembu-
nuh-Nya, ya Bapa, ampunilah mereka? Perlakukanlah mereka
dengan lunak sebab Aku.” saat Allah mendatangkan penderita-
an untuk memperbaiki kesalahan anak-anak-Nya, amanat ini pun
turut serta, “Perlakukanlah mereka dengan lunak sebab Aku,”
sebab Dia tahu keadaan diri kita.
IV. Kemenangan telak diraih atas tentara Absalom. Pertempuran itu
berlangsung di hutan Efraim (ay. 6), yang dinamakan demikian
oleh sebab suatu tindakan orang Efraim yang layak dikenang di
sana, meskipun letaknya berada di dalam wilayah suku Gad.
Daud menilai tepat jika pasukannya menghadapi musuh di
tempat yang agak jauh, sebelum mereka tiba di Mahanaim, su-
paya ia tidak mendatangkan malapetaka ke atas kota yang
dengan begitu baik telah menampungnya. Perkara itu akan diten-
tukan melalui sebuah pertempuran yang telah diatur. Yosefus
menggambarkan pertempuran ini sebagai pertempuran yang
sangat sengit, namun pada akhirnya pasukan pemberontak ber-
hasil ditaklukkan sepenuhnya, dan dua puluh ribu orang dari
mereka pun tewas (ay. 7). Sekarang mereka menderita dengan
sepantasnya oleh sebab pengkhianatan terhadap raja mereka
yang sah, sebab kegusaran mereka di bawah pemerintahan yang
begitu baik, dan sebab sikap hina mereka yang tidak tahu ber-
terima kasih kepada seorang pemimpin yang begitu bijak. Lebih
lanjut, mereka telah merasakan arti dari mengangkat senjata bagi
seorang perampas kekuasaan, yang dengan ciuman dan rangkul-
annya telah menggiring mereka kepada kebinasaan mereka
sendiri. Sekarang di manakah imbalan, kedudukan, dan hari-hari
keemasan yang sangat mereka harap-harapkan dari Absalom?
Sekarang mereka memahami arti dari bermufakat melawan
TUHAN dan yang diurapi-Nya, dan arti dari berniat memutuskan
belenggu-belenggu-Nya. Dan supaya mereka dapat melihat bahwa
Allah-lah yang bertempur melawan mereka,
1. Mereka ditaklukkan oleh sedikit orang, yakni satu pasukan,
yang dalam segala kemungkinan jauh lebih sedikit jumlahnya
daripada mereka.
2. Melalui upaya melarikan diri yang mereka harap dapat menye-
lamatkan nyawa mereka, mereka malah menewaskan diri me-
reka sendiri. Hutan itu, yang mereka datangi sebagai tempat
berlindung, memakan lebih banyak orang di antara tentara dari
pada yang dimakan pedang, agar mereka dapat melihat bah-
wa, saat mereka menyangka diri mereka aman dari pasukan
Daud, dan berkata, sesungguhnya, kepahitan maut telah lewat,
keadilan Allah terus mengejar mereka dan tidak membiarkan
mereka tetap hidup. Tempat perlindungan apa yang dapat
ditemukan para pemberontak dari pembalasan ilahi? Lubang
dan rawa-rawa, tunggul pohon dan semak belukar, dan, seper-
ti dipahami dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram, binatang-
binatang buas di hutan itu, mungkin telah mendatangkan
maut bagi sejumlah besar tentara Israel yang terserak dan
hilang arah, di samping dua puluh ribu orang yang tewas oleh
pedang. Allah dalam hal ini bertempur untuk Daud, namun
juga bertempur melawan Daud, sebab semua orang yang
ditewaskan ini yaitu rakyatnya sendiri, sehingga kepentingan
bersama dari kerajaannya pun dilemahkan oleh pembantaian
ini. Orang-orang Romawi tidak mengizinkan adanya sorak-
sorai untuk kemenangan dalam perang saudara.
Kematian Absalom
(18:9-18)
9 Kebetulan Absalom bertemu dengan orang-orang Daud. Adapun Absalom
menunggangi bagal. saat bagal itu lewat di bawah jalinan dahan-dahan
pohon tarbantin yang besar, tersangkutlah kepalanya pada pohon tarbantin
itu, sehingga ia tergantung antara langit dan bumi, sedang bagal yang
dikendarainya berlari terus. 10 Seseorang melihatnya, lalu memberitahu Yoab,
katanya: “Aku melihat Absalom tergantung pada pohon tarbantin.” 11 Yoab
berkata kepada orang yang memberitahu kepadanya itu: “Apa? Jika engkau
melihatnya, mengapa engkau tidak membanting dia ke tanah di tempat itu
juga? Maka selayaknya aku memberi engkau sepuluh syikal perak dan satu
ikat pinggang.” 12 namun orang itu berkata kepada Yoab: “Sekalipun aku
mendapat seribu syikal perak di telapak tanganku, takkan aku menjamah
anak raja itu, sebab di depan telinga kamilah raja memberi perintah kepada-
mu dan kepada Abisai dan kepada Itai, katanya: Lindungilah Absalom orang
muda itu, sebab aku. 13 Sebaliknya, jika aku mencabut nyawanya dengan
khianat tidak ada sesuatu pun yang tinggal tersembunyi kepada raja – maka
engkau akan menjauhkan diri.” 14 namun Yoab berkata: “Aku tidak mau mem-
buang-buang waktu dengan kau seperti ini.” Lalu diambilnyalah tiga lembing
dalam tangannya dan ditikamkannya ke dada Absalom, sedang ia masih
hidup di tengah-tengah dahan pohon tarbantin itu. 15 Kemudian sepuluh bu-
jang, pembawa senjata Yoab, mengelilingi Absalom, lalu memukul dan
membunuh dia. 16 Sesudah itu Yoab meniup sangkakala, sehingga tentara
berhenti mengejar orang Israel; sebab Yoab mau menahan tentaranya itu.
17 Lalu mereka mengambil mayat Absalom dan melemparkannya ke dalam
lobang yang besar di hutan itu, kemudian mereka mendirikan di atasnya
Kitab 2 Samuel 18:9-18
863
timbunan batu yang sangat besar. Dan seluruh orang Israel melarikan diri,
masing-masing ke kemahnya. 18 Sewaktu hidupnya Absalom telah mendiri-
kan bagi dirinya sendiri tugu yang sekarang ada di Lembah Raja, sebab
katanya: “Aku tidak ada anak laki-laki untuk melanjutkan ingatan kepada
namaku.” Dan ia telah menamai tugu itu menurut namanya sendiri; sebab
itu sampai hari ini tugu itu dinamai orang: tugu peringatan Absalom.
Pada perikop ini, Absalom sama sekali kehabisan, pertama-tama
akalnya, kemudian nyawanya. Ia yang mengawali pertempuran de-
ngan harapan besar akan menang atas Daud sendiri, yang andai
berhasil dikalahkannya tidak akan diperlakukannya dengan lunak,
sekarang merasa kalang kabut saat bertemu dengan orang-orang
Daud (ay. 9). Meskipun mereka dilarang menyakitinya, Absalom tidak
berani menatap wajah mereka. Sebaliknya, saat tahu bahwa mere-
ka ada di dekatnya, ia memacu bagalnya dan melaju sekencang-ken-
cangnya, tak peduli apa yang ada di hadapannya, dan dengan demi-
kian bergegas menuju kebinasaannya sendiri. Demikianlah yang lari
dari kekejutan akan jatuh ke dalam pelubang, dan yang naik dari
pelubang akan tertangkap dalam jerat (Yer. 48:44). Daud hendak
membiarkan Absalom hidup, namun keadilan ilahi menjatuhkan hu-
kuman kepadanya sebagai seorang pengkhianat, dan memastikan
hukuman itu dilaksanakan – bahwa ia tergantung di lehernya, di-
tangkap hidup-hidup, dibelah perutnya, dan jasadnya dicampakkan
dengan hina.
I. Absalom tergantung di lehernya. Sewaktu mengendarai bagalnya
dengan begitu kencang dan nekat, di bawah jalinan dahan-dahan
pohon tarbantin yang besar, yang menggelantung rendah dan
tidak pernah dipotong, lalu entah ranting-ranting yang berpilin-
pilin atau dahan pohon tarbantin yang bercabang, menahan
kepala Absalom sehingga tersangkut. Kepalanya tersangkut entah
di bagian leher atau, seperti menurut sebagian penafsir, pada
rambutnya yang panjang, yang telah begitu menjadi kesombong-
annya, dan sekarang dengan sepantasnya dijadikan tali gantung-
an baginya. Di sanalah ia tergantung, dengan begitu terperanjat
hingga ia tidak bisa mempergunakan tangannya untuk menolong
dirinya sendiri, atau dengan begitu terjerat hingga tangannya
tidak bisa menolong dirinya, sehingga semakin ia berusaha lepas,
semakin ia terjerat. Ini menjadikannya sasaran empuk bagi orang-
orang Daud, dan ia merasakan kengerian dan kehinaan sewaktu
menyaksikan dirinya tidak berdaya seperti itu, sedang ia tidak
bisa berbuat apa-apa untuk meloloskan diri, tidak bisa melawan
ataupun melarikan diri. Mengenai peristiwa ini, cermatilah,
1. Bahwa bagal yang dikendarainya berlari terus, seakan-akan
merasa bahagia bisa terlepas dari beban yang seperti dirinya,
dan menyerahkan beban ini kepada pohon yang memalu-
kan itu. Demikianlah segala makhluk sama-sama mengeluh di
bawah kebobrokan manusia, dan akan segera dimerdekakan
dari beban ini (Rm. 8:21-22).
2. Bahwa ia tergantung antara langit dan bumi, sebagai orang
yang tidak layak untuk keduanya, dan dicampakkan oleh ke-
duanya. Bumi tidak sudi mempertahankannya, langit tidak
sudi mengambilnya, maka neraka pun mengangakan mulut-
nya untuk menerimanya.
3. Bahwa kejadian ini sungguh mengejutkan dan tidak biasa.
Pantaslah jika yang demikian itu terjadi, sebab kejahatan Ab-
salom begitu dahsyat. Andai kata, di dalam pelariannya, bagal-
nya menjatuhkan dirinya lalu meninggalkannya sekarat di
tanah, sampai orang-orang Daud tiba dan kemudian mengha-
bisinya, kematian pun tetap akan mendatanginya. Akan namun ,
takdir ini akan menjadi terlalu biasa bagi seorang penjahat
yang begitu tidak biasa. Dalam perkara ini, seperti halnya
dalam perkara pemberontak-pemberontak lain, yaitu Datan
dan Abiram, Allah hendak menjadikan sesuatu yang belum
pernah terjadi, supaya dapat dipahami bahwa orang ini telah
menista TUHAN (Bil. 16:29-30). Di tempat inilah Absalom ter-
gantung, in terrorem – untuk menakut-nakuti anak-anak agar
tidak membangkang kepada orangtua mereka (lih. Ams. 30:17).
II. Absalom ditangkap hidup-hidup oleh salah seorang hamba Daud,
yang lekas pergi dan memberi tahu Yoab dalam keadaan seperti
apa ia menemukan sang kepala pemberontak itu (ay. 10). Demi-
kianlah Absalom tergantung untuk menjadi sebuah tontonan, dan
juga sebuah sasaran, supaya orang-orang benar dapat melihatnya
dan menertawakannya (Mzm. 52:8). Sementara itu, ia merasakan
kemarahan lebih lanjut dalam hatinya, yakni bahwa dari semua
sahabat yang telah dibujuk dan diandalkannya, dan yang diya-
kininya akan membela kepentingannya, tak seorang pun ada di
dekatnya untuk melepaskannya, meskipun ia sudah tergantung
cukup lama untuk dilepaskan. Yoab memarahi hamba Daud itu
sebab tidak menghabisi Absalom (ay. 11), dengan berkata ke-
padanya, bahwa andai kata sang hamba telah mendaratkan
hantaman mematikan itu, tentu ia akan menghadiahinya dengan
sepuluh syikal perak dan satu ikat pinggang, yaitu jabatan kepala
pasukan, yang kemungkinan ditandai lewat pemberian sebuah
sabuk atau ikat pinggang (lih. Yes. 22:21). Namun hamba Daud
itu, meskipun cukup gigih menentang Absalom, membenarkan diri
dengan tidak membunuhnya: “Menghabisinya!” serunya, “sama se-
kali tidak akan kuperbuat. Kepalaku ini yang akan menjadi taruh-
annya. Engkau sendiri menjadi saksi dari amanat raja perihal
anaknya itu (ay. 12), dan, berdasar perkataanmu, tentu eng-
kau akan menjadi orang yang menuntutku andai kata aku meng-
habisinya” (ay. 13). Barang siapa mencintai pengkhianatan, mem-
benci sang pengkhianat. Yoab tidak dapat menyangkal kenyataan
ini, dan juga tidak bisa menyalahkan orang itu atas kehati-
hatiannya, sehingga ia tidak menjawabnya, namun segera memutus
perdebatan itu, dengan alasan tergesa-gesa (ay. 14): Aku tidak
mau membuang-buang waktu dengan kau seperti ini. Para atasan
harus mempertimbangkan suatu teguran dengan masak-masak
sebelum menyampaikannya, supaya jangan mereka menjadi malu
sesudah nya, dan mendapati diri mereka tidak mampu memper-
baikinya.
III. Kalau boleh saya mengatakannya Absalom dibelah perutnya lalu
dipotong-potong menjadi empat bagian, seperti yang biasa dilaku-
kan terhadap para pengkhianat. Dikoyak-koyakkanlah dirinya
dengan begitu menyedihkan sedang ia tergantung di sana, dan
menjemput ajal dengan menyaksikan segala kengeriannya dan
merasakan segala kesakitannya.
1. Yoab menancapkan tiga buah lembing ke tubuh Absalom, yang
tak ayal lagi membuatnya merasakan kesakitan hebat, sedang
ia masih hidup di tengah-tengah dahan pohon tarbantin itu (ay.
14). Saya tidak tahu apakah Yoab dapat dibenarkan atas pe-
langgaran langsung terhadap perintah pimpinannya ini. Apakah
ini yang dinamakan memperlakukan orang muda itu dengan
lunak? Apakah Daud akan memperbolehkannya melakukan per-
buatan itu andai kata dirinya berada di sana? Namun demikian,
hal ini dapat dikatakan untuk Yoab, bahwa meskipun ia telah
melanggar perintah dari seorang ayah yang terlalu penyayang,
ia telah melakukan pengabdian yang nyata baik terhadap raja
maupun negerinya, yang kesejahteraannya tentu akan teran-
cam bahaya andaikan ia tidak berbuat hal itu. Salus populi
suprema lex – Keamanan rakyat yaitu hukum yang utama.
2. Para bujang Yoab, yang berjumlah sepuluh orang, memukuli
Absalom sebelum ia akhirnya tewas (ay. 15). Mereka menge-
rumuninya, membuat satu lingkaran mengelilinginya dengan
menyorakinya, lalu memukul dan membunuh dia. Demikianlah
akan binasa segala musuh-Mu, ya TUHAN! Sesudah itu, Yoab
meniup sangkakala untuk menarik mundur pasukannya (ay.
16). Bahaya telah lewat dengan matinya Absalom. Rakyat akan
segera kembali menyatakan kesetiaan mereka kepada Daud,
sehingga takkan lagi darah tertumpah. Tidak ada tawanan
yang dibawa, untuk diadili sebagai pengkhianat dan dijadikan
contoh. Biarlah masing-masing orang kembali ke kemahnya.
Mereka semua yaitu rakyat sang raja, rakyatnya yang baik
sekali lagi.
IV. Jasad Absalom dicampakkan dengan hina (ay. 17-18): Mereka
melemparkannya ke dalam lobang yang besar di hutan itu. Mereka
tidak mau membawa jasad itu kepada ayahnya sebab keadaan
jasad itu hanya akan menambah kesedihannya, mereka juga tidak
mau menyimpannya untuk dimakamkan, sesuai dengan kedu-
dukannya. Sebaliknya, mereka melemparkan jasad itu ke dalam
lubang yang ada di dekatnya dengan rasa amarah. Sekarang, di
manakah keelokan Absalom yang sudah begitu dibangga-bangga-
kannya dan yang telah membuatnya begitu dikagumi itu? Di
manakah segala rencananya yang penuh angan-angan, dan segala
istana yang telah dibangunnya di atas angin? Pikiran-pikirannya
telah binasa, dan dirinya pun ikut binasa bersamanya. Lebih
lanjut, untuk memperlihatkan betapa berat kejahatannya menim-
pa tulang-tulangnya, seperti diucapkan nabi Yehezkiel (Yeh. 32:27,
KJV), mereka mendirikan di atasnya timbunan batu yang sangat
besar, untuk dijadikan tugu peringatan akan kejahatannya, dan
untuk menandakan bahwa ia seharusnya dilempari batu layaknya
seorang anak pembangkang (Ul. 21:21). Para musafir mengatakan
bahwa tempat ini mendapat perhatian khusus sampai pada
hari ini, dan bahwa lazim bagi orang-orang yang lewat untuk
melemparkan sebuah batu ke atas timbunan batu ini, sambil
mengucapkan perkataan yang isi pokoknya sebagai berikut: Ter-
kutuklah ingatan akan Absalom sang pembangkang, dan terkutuk-
lah selama-lamanya semua anak jahat yang bangkit untuk mem-
bangkang terhadap orangtua mereka. Untuk memperparah ke-
hinaan dari penguburan Absalom ini, sang penulis kitab juga
mencatat tentang sebuah tugu yang telah didirikan Absalom di
lembah Kidron, dekat Yerusalem, untuk menjadi sebuah tugu
peringatan bagi dirinya sendiri, dan untuk melanjutkan ingatan
kepada namanya (ay. 18). Ada kemungkinan bahwa di kaki tugu
inilah Absalom berencana dimakamkan. Betapa orang-orang som-
bong memenuhi kepala mereka dengan rencana-rencana yang bo-
doh dan sepele! Dan betapa banyak orang begitu peduli terhadap
penguburan jenazah mereka, pada waktu mereka mati, sementara
mereka sama sekali tidak peduli terhadap apa yang akan dialami
jiwa mereka yang berharga! Absalom memiliki tiga orang anak
laki-laki (14:27), namun tampaknya pada saat ini tidak seorang
anak pun tertinggal padanya. Allah telah mengambil mereka se-
mua lewat kematian. Dan sudah sepantasnya seorang anak pem-
bangkang ditetapkan tidak mempunyai anak. Untuk mengganti
kehilangan itu, Absalom mendirikan tugu di Lembah Raja ini
sebagai peringatan. Namun demikian, dalam hal ini pun Penye-
lenggaraan Allah menentang rencananya, sehingga timbunan
batu-batu kasarlah yang menjadi tugu peringatan dirinya, bukan
tugu pualam yang didirikannya ini. Demikianlah, barangsiapa me-
ninggikan diri, ia akan direndahkan. Yang menjadi keinginan
Absalom yaitu agar namanya dikenang, dan memang ini yang
terjadi, sehingga kehinaannya diingat selama-lamanya. Ia tidak
terima dengan ketidaktenaran anak-anak Daud lainnya, yang
tentang mereka tidak tercatat apa pun selain nama mereka saja.
Sebaliknya, ia ingin menjadi termasyhur, dan sebab itu dengan
adil dijadikan termasyhur sebab kehinaannya selama-lamanya.
Tugu itu akan menyandang nama Absalom, namun bukan sebagai
pujian baginya. Tugu itu telah dirancang bagi kemuliaan Absalom,
namun ternyata menjadi kebodohannya.
Dukacita Daud bagi Absalom
(18:19-33)
19 Kemudian berkatalah Ahimaas bin Zadok: “Biarlah aku berlari menyampai-
kan kabar yang baik itu kepada raja, bahwa TUHAN telah memberi keadilan
kepadanya dengan melepaskan dia dari tangan musuhnya.” 20 namun ber-
katalah Yoab kepadanya: “Pada hari ini bukan engkau yang menjadi pem-
bawa kabar, pada hari lain boleh engkau yang menyampaikan kabar, namun
pada hari ini engkau tidak akan menyampaikan kabar sebab anak raja su-
dah mati.” 21 Lalu berkatalah Yoab kepada seorang Etiopia: “Pergilah, beri-
tahukanlah kepada raja apa yang kaulihat.” Orang Etiopia itu sujud me-
nyembah kepada Yoab, lalu berlari pergi. 22 namun berkatalah sekali lagi
Ahimaas bin Zadok kepada Yoab: “Apa pun yang terjadi, izinkanlah juga aku
berlari pergi menyusul orang Etiopia itu.” namun kata Yoab: “Mengapa juga
engkau mau berlari pergi, anakku? Apakah engkau membawa kabar yang
menguntungkanmu?” 23 Jawabnya: “Apa pun yang terjadi, aku mau berlari
pergi.” Lalu berkatalah Yoab kepadanya: “Kalau demikian larilah.” Maka
berlarilah Ahimaas mengambil jalan dari Lembah Yordan, sehingga ia men-
dahului orang Etiopia itu. 24 Adapun Daud duduk di antara kedua pintu ger-
bang sedang penjaga naik ke sotoh pintu gerbang itu, di atas tembok. saat
ia melayangkan pandangnya, dilihatnyalah orang datang berlari, seorang diri
saja. 25 Berserulah penjaga memberitahu raja, lalu raja berkata: “Jika ia
seorang diri, maka kabar yang baiklah disampaikannya.” Sementara orang
itu mendekat, 26 penjaga itu melihat seorang lain datang berlari, lalu penjaga
itu menyerukan kepada penunggu pintu gerbang, katanya: “Lihat, ada lagi
orang datang berlari, seorang diri.” Berkatalah raja: “Itu pun pembawa kabar
yang baik.” 27 Sesudah itu berkatalah penjaga: “Aku lihat cara berlari orang
yang pertama itu seperti cara berlari Ahimaas bin Zadok.” Berkatalah raja:
“Itu orang baik, ia datang membawa kabar yang baik.” 28 Lalu Ahimaas
berseru, katanya kepada raja: “Selamat!” Kemudian sujudlah ia menyembah
kepada raja dengan mukanya ke tanah serta berkata: “Terpujilah TUHAN,
Allahmu, yang telah menyerahkan orang-orang yang menggerakkan tangan-
nya melawan tuanku raja.” 29 Lalu bertanyalah raja: “Selamatkah Absalom,
orang muda itu?” Jawab Ahimaas: “Aku melihat keributan yang besar, saat
Yoab menyuruh pergi hamba raja, hambamu ini, namun aku tidak tahu apa
itu.” 30 Kemudian berkatalah raja: “Pergilah ke samping, berdirilah di sini.” Ia
pergi ke samping dan tinggal berdiri. 31 Maka datanglah orang Etiopia itu.
Kata orang Etiopia itu: “Tuanku raja mendapat kabar yang baik, sebab
TUHAN telah memberi keadilan kepadamu pada hari ini dengan melepaskan
tuanku dari tangan semua orang yang bangkit menentang tuanku.” 32 namun
bertanyalah raja kepada orang Etiopia itu: “Selamatkah Absalom, orang
muda itu?” Jawab orang Etiopia itu: “Biarlah seperti orang muda itu musuh
tuanku raja dan semua orang yang bangkit menentang tuanku untuk ber-
buat jahat.” 33 Maka terkejutlah raja dan dengan sedih ia naik ke anjung
pintu gerbang lalu menangis. Dan beginilah perkataannya sambil berjalan:
“Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom! Ah, kalau aku mati mengganti-
kan engkau, Absalom, anakku, anakku!”
Hidup Absalom telah berakhir, dan sekarang kepada kita disampaikan,
I. Bagaimana Daud diberi tahu mengenai hal itu. Daud tetap tinggal
di kota Mahanaim, yang terletak beberapa kilometer dari hutan
tempat berlangsungnya pertempuran, dan di bagian paling ujung
negeri itu. Semua tentara Absalom yang terserak berlari pulang
menuju sungai Yordan, yang arahnya berlawanan dengan Maha-
naim, sehingga para pengawal Daud tidak bisa mengetahui jalan-
nya pertempuran, sampai seorang utusan datang membawa kabar
mengenai hasil perang, yang hendak didengar sang raja yang
duduk di pintu gerbang (ay. 24).
1. Kusyi yaitu orang yang disuruh Yoab untuk membawa berita
itu (ay. 21, KJV), seorang Etiopia, demikianlah arti namanya,
dan sebagian penafsir berpendapat bahwa ia memang terlahir
demikian, seorang kulit hitam yang menjadi pelayan Yoab. Ada
kemungkinan bahwa ia yaitu salah satu dari sepuluh bujang
yang telah membantu menghabisi Absalom (ay. 15), seperti
menurut sebagian penafsir, meskipun berbahaya bagi salah
satu dari bujang-bujang itu untuk membawa kabar ini
kepada Daud. Sebab bisa saja nasibnya sama seperti orang-
orang yang melaporkan kematian Saul, dan juga kematian
Isyboset, kepada Daud.
2. Ahimaas, sang imam muda yang termasuk salah satu orang
yang membawa kabar mengenai gerak-gerik Absalom kepada
Daud (17:17), sungguh bersemangat untuk menjadi pembawa
kabar ini. Betapa ia hanyut dalam sukacita sebab mendung
ini telah berlalu. Biarlah ia pergi dan menyampaikan kepada
sang raja, bahwa TUHAN telah memberi keadilan kepadanya
dengan melepaskan dia dari tangan musuhnya (ay. 19). Inilah
yang menjadi kerinduannya, bukan sebab ia berharap men-
dapatkan imbalan, ia jauh di atas pikiran rendah ini, melain-
kan terlebih sebab ia ingin memperoleh kesenangan dan ke-
puasan dengan menyampaikan kabar baik ini kepada sang
raja yang dikasihinya. Yoab mengenal Daud lebih baik dari-
pada Ahimaas mengenal rajanya itu, dan Yoab tahu persis
bahwa kabar tentang kematian Absalom, yang harus menjadi
penutup dari kabar ini , akan merusak kegembiraan yang
dihadirkan oleh semua kabar lainnya. Yoab pun terlalu me-
ngasihi Ahimaas untuk membiarkannya menjadi pembawa
kabar itu (ay. 20), yang lebih pantas disampaikan oleh seorang
pesuruh daripada seorang imam. Akan namun , sesudah orang
Etiopia itu pergi, Ahimaas memohon dengan sangat untuk
diizinkan pergi dan berlari menyusulnya, dan sesudah terus
mendesak, ia pun akhirnya diizinkan pergi (ay. 22-23). Orang
mungkin merasa heran, mengapa Ahimaas begitu menghen-
daki tugas ini, padahal sudah ada orang lain yang diutus me-
lakukannya.
(1) Mungkin Ahimaas ingin menunjukkan kecepatannya. Meli-
hat bagaimana beratnya orang Etiopia itu berlari, dan bahwa
jalan yang dipilihnya lebih buruk, meskipun itu jalan ter-
dekat, muncul dalam benak Ahimaas untuk memperlihatkan
seberapa cepat ia dapat berlari, dan bahwa ia dapat menem-
puh jalan terjauh namun tetap dapat mengalahkan si orang
Etiopia. Tidak ada pujian berarti dapat disampaikan kepada
seorang imam yang mampu berlari cepat, namun mungkin
Ahimaas merasa bangga akan hal itu.
(2) Mungkin Ahimaas ingin turut pergi sebab ia hendak ber-
sikap bijak dan lembut terhadap sang raja. Ia tahu bahwa
dirinya dapat sampai sebelum orang Etiopia itu. Oleh sebab
itu, ia ingin mempersiapkan raja, lewat sebuah laporan yang
samar dan tidak terperinci, untuk mendengar kebenaran
yang jelas dari si orang Etiopia, yang telah diperintahkan
untuk menyampaikannya kepada sang raja. jika berita
buruk memang harus datang, alangkah baiknya jika
berita itu datang secara bertahap, dan dengan demikian
dapat diterima dengan lebih baik.
3. Kedua orang itu terlihat oleh penjaga pintu gerbang Maha-
naim, pertama-tama Ahimaas (ay. 24), sebab walaupun orang
Etiopia itu sebelumnya memimpin di depan, Ahimaas tak lama
kemudian mampu melewatinya. Akan namun , beberapa saat
sesudah nya, orang Etiopia itu pun muncul (ay. 26).
(1) saat raja mendengar ada orang datang berlari seorang
diri saja, ia berkesimpulan bahwa orang itu yaitu seorang
pembawa kabar (ay. 25): Jika ia seorang diri, maka kabar
yang baiklah disampaikannya. sebab seandainya mereka
telah dikalahkan, dan sedang berlari dari musuh, tentu
akan ada banyak orang yang datang.
(2) saat Daud mendengar bahwa yang datang yaitu Ahi-
maas, ia berkesimpulan bahwa Ahimaas membawa kabar
baik (ay. 27). Tampaknya Ahimaas ini begitu tersohor kare-
na cara berlarinya, sehingga dari jauh saja ia sudah dapat
dikenali lewat cara berlarinya itu. Dan ia begitu terkenal
sebagai orang baik, hingga diterima begitu saja bahwa apa-
bila Ahimaas yang menjadi pembawa kabar, maka kabar
yang dibawanya pastilah baik: Itu orang baik, yang gigih
mendukung kepentingan raja, sehingga tidak akan mem-
bawa kabar buruk. Sungguh menggembirakan bahwa kabar
baik Injil harus selalu dibawa oleh orang-orang baik pula.
Betapa kedatangan para pembawa kabar ini harus kita
sambut dengan baik oleh sebab kabar yang mereka bawa!
4. Ahimaas sangat bersemangat untuk mengumandangkan ke-
menangan mereka (ay. 28), dengan berseru dari kejauhan,
“Damai, keadaan sudah damai.” Damai sesudah perang, yang
dua kali lipat menggembirakan. “Selamat, tuanku raja! Bahaya
telah berlalu, dan kita dapat kembali, jika raja berkenan,
ke Yerusalem.” Dan, sewaktu Ahimaas datang mendekat,
disampaikanlah berita itu kepada raja dengan lebih terperinci.
“Orang-orang yang menggerakkan tangannya melawan tuanku
raja telah ditumpas semuanya.” Lebih lanjut, layaknya seorang
imam, sembari memberi sukacita akan hal itu kepada raja,
Ahimaas memberi kepada Allah kemuliaan dari kemenangan
itu, Allah atas damai dan perang, Allah atas keselamatan dan
kemenangan: “Terpujilah TUHAN, Allahmu, yang telah menger-
jakan hal ini bagimu, sebagai Allahmu, sesuai dengan janji-
janji yang telah dibuat-Nya untuk mengokohkan takhtamu”
(7:16). Sewaktu mengucapkan perkataan ini, Ahimaas sujud
dengan mukanya ke tanah, bukan hanya sebagai penghormat-
an terhadap raja, melainkan juga sebagai pemujaan yang pe-
nuh kerendahan hati terhadap Allah, yang nama-Nya dia puji
untuk keberhasilan ini. Dengan mengarahkan Daud untuk
bersyukur kepada Allah seperti itu atas kemenangannya,
Ahimaas mempersiapkan rajanya terhadap datangnya berita
yang akan mengurangi sukacita kemenangan itu. Semakin
hati kita terpatri dan dilapangkan untuk bersyukur kepada
Allah atas segala kemurahan yang kita terima, semakin siap
kita untuk menanggung dengan sabar segala kesengsaraan
yang turut menyertai kemurahan itu. Daud yang malang
yaitu seorang ayah yang sungguh baik, sampai-sampai ia
lupa bahwa dirinya yaitu seorang raja. Oleh sebab itu, ia
tidak dapat bersukacita atas berita kemenangan ini ,
sampai ia mengetahui, selamatkah Absalom, orang muda itu,
yang untuknya hatinya tampak berdebar-debar, hampir seperti
hati Eli, dalam keadaan serupa, sewaktu menanti-nantikan
tabut Allah. Ahimaas segera menyadari apa yang telah disam-
paikan Yoab kepadanya, bahwa kematian sang anak laki-laki
raja akan membuat kabar pada hari itu menjadi sangat tidak
mengenakkan, sehingga di dalam laporannya, Ahimaas mem-
biarkan perkara itu tetap samar. Lebih lanjut, meskipun
Ahimaas memberi celah bagi Daud untuk mencurigai apa yang
terjadi terhadap Absalom, namun, supaya guntur itu tidak
datang terlalu mendadak menyambar sang raja malang yang
sedang kebingungan, ia mengarahkan perhatian sang raja
kepada pembawa kabar berikutnya, yang mereka lihat tengah
datang, untuk memperoleh keterangan yang lebih terperinci
tentangnya. “saat Yoab menyuruh pergi hamba raja yakni
orang Etiopia itu, dan hambamu ini, untuk menyampaikan beri-
ta ini , aku melihat keributan yang besar, yang disebab-
kan oleh sesuatu yang luar biasa, seperti yang akan segera
engkau dengar. Akan namun , tidak ada yang dapat kukatakan
mengenai hal itu. Aku sudah menyampaikan berita yang men-
jadi bagianku. Orang Etiopia itu lebih mampu daripada aku
untuk menjelaskannya kepadamu. Aku tidak akan menjadi
pembawa kabar jahat, tidak pula akan akan berlagak menge-
tahui sesuatu yang tidak dapat kujelaskan dengan sempurna.”
Oleh sebab itu, Ahimaas diminta tinggal sampai orang Etiopia
itu tiba (ay. 30), dan pada saat inilah, dapat kita duga, Ahi-
maas menyampaikan kabar yang lebih terperinci perihal keme-
nangan itu kepada raja, yang memang menjadi keperluannya
saat datang.
5. Orang Etiopia itu, sang utusan yang lamban, terbukti menjadi
pembawa kabar yang pasti, dan selain membenarkan berita
kemenangan yang telah disampaikan Ahimaas – TUHAN telah
memberi keadilan kepadamu dengan melepaskan tuanku dari
tangan semua orang yang bangkit menentang tuanku (ay. 31) –
ia juga menjawab pertanyaan raja perihal Absalom (ay. 32).
Selamatkah ia? tanya Daud. “Ya,” jawab orang Etiopia itu, “ia
selamat di dalam kuburnya.” namun orang Etiopia itu menyam-
paikan berita ini dengan begitu hati-hati sehingga, betapa
pun tidak mengenakkannya berita itu, sang pembawa berita
tidak dapat dipersalahkan. Ia tidak memberi tahu Daud dengan
terus terang bahwa Absalom telah dibiarkan tergantung, lalu
dihabisi dan dikubur di bawah timbunan batu. Ia hanya me-
nyampaikan bahwa nasib Absalom sama dengan nasib yang
diharapkannya menimpa semua pengkhianat yang telah mela-
wan raja, mahkota dan kehormatannya: “Biarlah seperti orang
muda itu musuh tuanku raja, siapa pun itu, dan semua orang
yang bangkit menentang tuanku untuk berbuat jahat. Tidak ada
hal yang lebih buruk yang perlu kuharapkan untuk mereka.”
II. Bagaimana Daud menerima berita ini . Ia melupakan semua
sukacita dari kelepasannya, dan begitu terpukul oleh berita duka-
cita tentang kematian Absalom (ay. 33). Segera sesudah memahami
melalui jawaban orang Etiopia itu bahwa Absalom telah mati,
Daud tidak lagi mengajukan satu pertanyaan pun, namun jatuh ke
dalam ratap tangis yang hebat, undur dari kumpulan orang itu,
kemudian mencampakkan dirinya ke dalam nestapa. Sementara
ia berjalan naik menuju kamarnya, terdengarlah perkataannya
ini, “Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom! Malangnya
nasibmu! Aku meratapimu. Betapa engkau telah tiada! Ah, kalau
aku mati menggantikan engkau, tentu engkau masih tetap hidup
pada hari ini” (demikian ditambahkan dalam Alkitab terjemahan
bahasa Aram). “Oh Absalom, anakku, anakku!” Saya berharap
dapat menemukan alasan untuk berpikir bahwa perkataan Daud
ini timbul dari sebuah kekhawatiran terhadap keadaan Absalom
di alam kekekalan, dan bahwa alasan di balik harapannya untuk
mati menggantikannya yaitu sebab ia memiliki pengharapan
kuat akan keselamatannya sendiri, dan akan pertobatan Absalom,
andaikan anaknya itu tetap hidup. Akan namun , tampaknya per-
kataan ini lebih cenderung diucapkan dengan gegabah dan
dalam perasaan yang bergejolak, dan itu merupakan kelemahan
Daud. Daud harus dipersalahkan,
1. sebab memperlihatkan rasa sayang yang begitu besar ter-
hadap seorang anak yang kurang ajar, hanya sebab anaknya
itu berparas elok dan cerdik, yang dengan sepantasnya telah
ditinggalkan oleh Allah dan manusia.
2. sebab berbantah, bukan hanya dengan penyelenggaraan
ilahi, yang ketentuan-ketentuan-Nya seharusnya dia terima
dengan berdiam diri, melainkan juga dengan keadilan ilahi,
yang penghakiman-penghakiman-Nya seharusnya dipuja dan
ditaatinya. Lihat bagaimana Bildad meyakinkan Ayub dengan
alasan yang kuat (Ayb. 8:3-4), jikalau anak-anakmu telah
berbuat dosa terhadap Dia, maka Ia telah membiarkan mereka
dikuasai oleh pelanggaran mereka, sehingga engkau pun harus
pasrah, sebab masakan Allah membengkokkan keadilan? (lih.
Im. 10:3).
3. sebab melawan keadilan bangsa Israel, yang telah dipercaya-
kan kepadanya sebagai raja untuk ditegakkan, dan yang seha-
rusnya didahulukannya, bersama kepentingan-kepentingan
umum lain, di atas kasih sayang kepada keluarganya.
4. sebab memandang hina belas kasih yang telah diperolehnya
melalui kelepasannya, dan kelepasan keluarga serta kerajaan-
nya, dari rancangan keji Absalom, seolah-seolah kelepasan itu
bukanlah suatu rahmat, bukan pula sesuatu yang pantas
disyukuri, sebab telah merenggut nyawa Absalom.
5. sebab menuruti gejolak perasaan, dan berbicara lewat bibir-
nya dengan tidak bijaksana. Pada saat ini, ia lupa akan akal
sehatnya sendiri saat menghadapi kematian anaknya yang
lain (Dapatkah aku mengembalikannya lagi?) dan akan tekad-
nya untuk menahan mulutnya dengan kekang saat hatinya
bergejolak dalam dirinya. Begitu pula ia lupa akan tindakan-
nya pada kesempatan lain, saat ia menenangkan jiwanya
seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya. Orang-orang
terbaik sekalipun tidak selalu berada dalam suasana hati yang
sama baiknya. Apa yang terlalu kita kasihi, cenderung terlalu
kita ratapi. Oleh sebab itu, dalam kasih sayang terhadap siapa
saja, berhikmatlah bagi kita untuk menguasai jiwa kita dan
mengendalikan diri kita kuat-kuat, saat apa yang sungguh
kita sayangi direnggut dari kita. Para pecundang beranggapan
bahwa mereka berhak untuk berbicara. Namun sedikit saja
kata yang terucap, pasti harus segera dibetulkan. Orang yang
bertobat dan sabar menanggung penderitaan duduk sendirian
dan berdiam diri (Rat. 3:28), atau lebih baik lagi, bersama-
sama dengan Ayub akan berkata, terpujilah nama TUHAN.
PASAL 19
alam pasal sebelumnya, kita meninggalkan tentara Daud dalam
kemenangan, namun Daud sendiri bersimbah air mata. Seka-
rang dalam pasal ini kita mendapati,
I. Daud kembali merasa tenang, sesudah dibujuk oleh Yoab (ay.
1-8).
II. Daud kembali kepada kerajaannya dari pembuangannya pada
saat ini.
1. Orang-orang Israel merasa tergerak untuk membawanya
kembali (ay. 9-10).
2. Orang-orang Yehuda diminta oleh para utusan Daud un-
tuk membawanya pulang (ay. 11-14), dan mereka melaku-
kannya (ay. 15).
III. sesudah raja sampai di tepi sungai Yordan, pengkhianatan
Simei diampuni (ay. 16-23), kegagalan Mefiboset dimaafkan
(ay. 24-30), dan kebaikan Barzilai diakui dengan penuh
syukur, dan dibalaskan kepada putranya (ay. 31-39).
IV. Orang-orang Israel bertengkar dengan orang-orang Yehuda,
sebab orang-orang Yehuda tidak mengundang orang-orang
Israel untuk mengikuti upacara kembalinya raja ke kerajaan-
nya. Hal ini mengakibatkan sebuah pemberontakan baru,
yang penjelasannya akan kita temui dalam pasal berikutnya
(ay. 40-43).
Yoab Menegur Daud
(19:1-8)
1 Lalu diberitahukanlah kepada Yoab: “Ketahuilah, raja menangis dan berka-
bung sebab Absalom.” 2 Pada hari itulah kemenangan menjadi perkabungan
bagi seluruh tentara, sebab pada hari itu tentara itu mendengar orang ber-
kata: “Raja bersusah hati sebab anaknya.” 3 Sebab itu tentara itu masuk
kota dengan diam-diam pada hari itu, seperti tentara yang kena malu kem-
bali dengan diam-diam sebab melarikan diri dari pertempuran. 4 Raja me-
nyelubungi mukanya, dan dengan suara nyaring merataplah raja: “Anakku
Absalom, Absalom, anakku, anakku!” 5 Lalu masuklah Yoab menghadap raja
di kediamannya serta berkata: “Pada hari ini engkau mempermalukan semua
hambamu, yang telah menyelamatkan nyawamu pada hari ini dan nyawa
anak-anakmu laki-laki dan wanita dan nyawa isteri-isterimu dan nyawa
gundik-gundikmu, 6 dengan mencintai orang-orang yang benci kepadamu,
dan dengan membenci orang-orang yang cinta kepadamu! sebab pada hari
ini engkau menunjukkan bahwa panglima-panglima dan anak buah tidak
berarti apa-apa bagimu. Bahkan aku mengerti pada hari ini, bahwa seandai-
nya Absalom masih hidup dan kami semua mati pada hari ini, maka hal itu
kaupandang baik. Oleh sebab itu, bangunlah, pergilah ke luar dan berbicara-
lah menenangkan hati orang-orangmu. Sebab aku bersumpah demi TUHAN,
jika engkau tidak keluar, maka seorang pun tidak akan ada yang tinggal
bersama-sama dengan engkau pada malam ini; dan hal ini berarti celaka
bagimu melebihi segala celaka yang telah kaualami sejak kecilmu sampai
sekarang.” 8 Lalu bangunlah raja dan duduk di pintu gerbang. Maka diberita-
hukanlah kepada seluruh rakyat, demikian: “Ketahuilah, raja duduk di pintu
gerbang.” Kemudian datanglah seluruh rakyat itu menghadap raja. Adapun
orang Israel sudah melarikan diri, masing-masing ke kemahnya.
Segera sesudah para utusan membawa kabar tentang kekalahan dan
kematian Absalom ke istana di Mahanaim, Yoab dan tentaranya yang
berjaya pun tiba di tempat itu, untuk menyemarakkan kemenangan
raja dan siap menerima perintah-perintahnya lebih lanjut. Sekarang
dalam perikop ini kita diberi tahu,
I. Betapa rakyat merasa kecewa dan kegembiraan mereka menjadi
surut mendapati raja meratap atas kematian Absalom, yang
mereka anggap sebagai tanda ketidaksenangan sang raja kepada
mereka atas apa yang telah mereka perbuat. Padahal, mereka
mengharapkan dia menyongsong mereka dengan sukacita dan
syukur atas pekerjaan mereka yang baik: Lalu diberitahukanlah
hal itu kepada Yoab (ay. 1). Berita tentang hal ini datang
melalui tentara (ay. 2), raja bersusah hati sebab anaknya. Rakyat
akan manaruh perhatian khusus terhadap apa yang dikatakan
dan dilakukan oleh pemimpin mereka. Semakin banyak mata
yang tertuju pada kita, dan semakin besar pengaruh kita, maka
semakin kita perlu berbicara dan bertindak dengan bijaksana dan
betul-betul mengendalikan perasaan kita. saat datang ke kota,
mereka mendapati sang raja sedang meratap sendirian (ay. 4). Ia
menyelubungi mukanya, bahkan tidak mau menengadah, atau
memberi perhatian terhadap para panglima saat mereka datang
menemaninya. Tidak bisa tidak, mereka pasti terkejut mendapati,
1. Bagaimana sang raja menunjukkan perasaannya, yang seha-
rusnya membuatnya malu, dan yang akan berusaha ditahan
dan disembunyikannya seandainya dia mau menjaga nama
baiknya sebagai orang yang berani. Nama baiknya itu telah
berkurang sebab ia dengan hina dikuasai oleh gejolak pera-
saan yang begitu tidak masuk akal. Atau seandainya raja mau
menjaga pengaruhnya atas rakyat, yang akan dirusak sebab
ia tidak menyokong apa yang mereka lakukan dalam semangat
untuk membela kehormatannya dan keselamatan bersama.
Namun lihatlah bagaimana dia menyatakan kesedihan-
nya: Dengan suara nyaring merataplah raja: Anakku Absalom,
Absalom, anakku, anakku. “Para hambaku telah pulang semua
dengan selamat, namun di manakah anakku? Ia mati. Dan,
sebab mati di dalam dosa, aku takut dia terhilang untuk
selamanya. Sekarang aku tidak dapat berkata, aku yang akan
pergi kepadanya, sebab rohku tidak akan dikumpulkan ber-
sama dengan orang-orang berdosa seperti itu. Apa yang harus
dilakukan untukmu, Absalom! anakku, anakku!”
2. Bagaimana Daud memperpanjang kedukaannya, bahkan sam-
pai para tentara datang menghadap kepadanya, yang pasti
beberapa saat sesudah dia menerima kabar yang pertama. Se-
andainya dia berpuas diri saja dalam melampiaskan kesedih-
annya selama satu atau dua jam sesudah pertama kali men-
dengar kabar ini , maka itu dapat dimaklumi. namun me-
lanjutkan kesedihan sampai selama itu hanya untuk seorang
putra yang begitu jahat seperti Absalom, sebagaimana Yakub
untuk seorang putra yang begitu baik seperti Yusuf, dengan
bertekad untuk berkabung sampai ia turun ke dunia orang
mati, dan menodai kemenangannya dengan air matanya,
sangatlah tidak bijaksana dan tidak pantas. Sekarang lihatlah
bagaimana hal ini dipandang buruk oleh rakyat. Mereka segan
untuk menyalahkan raja, sebab segala sesuatu yang dilaku-
kan raja dianggap baik oleh seluruh rakyat (3:36), namun mere-
ka memandangnya sebagai sesuatu yang sangat mempermalu-
kan mereka. Kemenangan menjadi perkabungan bagi seluruh
tentara (ay. 2). Mereka masuk kota seperti tentara yang kena
malu (ay. 3). Sebagai penghormatan terhadap pemimpin mere-
ka, mereka tidak mau bersukacita atas apa yang mereka lihat
begitu mendukakan hatinya. Namun mau tidak mau, mereka
juga merasa tidak nyaman sebab harus menyembunyikan
sukacita mereka seperti itu. Para atasan tidak boleh menyu-
sahkan para bawahan mereka seperti ini.
II. Betapa dengan tegas dan keras Yoab menegur Daud atas kelaku-
annya yang tidak bijaksana dalam keadaan genting seperti ini.
Daud tidak pernah lebih membutuhkan hati rakyatnya seperti
sekarang ini, tidak pula ia lebih berkepentingan untuk mengokoh-
kan pengaruhnya dalam rasa kasih mereka. Oleh sebab itu, apa
pun yang cenderung membuat mereka tidak enak hati sekarang
yaitu hal yang paling tidak bijaksana yang dapat dia lakukan,
dan kesalahan terbesar yang tak terbayangkan terhadap teman-
temannya yang setia kepadanya. Itulah sebabnya Yoab menegur
dia (ay. 5-7). Yoab menyampaikan alasan yang sangat kuat,
namun tidak dengan rasa hormat dan segan seperti yang sudah
semestinya dia berikan kepada rajanya. Pantaskah berkata ke-
pada seorang raja, engkau jahat? Perkara yang gamblang bisa saja
diserukan dengan baik kepada atasan kita, dan mereka boleh saja
ditegur atas kesalahan yang mereka perbuat, namun hal itu tidak
boleh dilakukan dengan kasar dan kurang ajar. Daud memang
perlu disadarkan dan diperingatkan, dan Yoab tidak mau mem-
buang-buang waktu dengan dia. jika para atasan melakukan
hal yang bodoh, janganlah mereka merasa heran atau sakit hati
jika bawahan mereka memberi tahu mereka tentang hal ini ,
mungkin dengan cara yang terlalu terus terang.
1. Yoab mengagung-agungkan pengabdian para tentara Daud:
“Pada hari ini semua hambamu telah menyelamatkan nyawa-
mu, dan sebab nya pantas untuk diperhatikan. Dan jika mere-
ka tidak diperhatikan, pantaslah bagi mereka untuk merasa
tidak senang dengan hal itu.” Tersirat bahwa Absalom, yang
dihormati Daud dengan air matanya, telah berupaya menghan-
curkan dirinya dan keluarganya, sementara orang-orang yang
diremehkannya melalui tangisnya yaitu mereka yang telah
berusaha menjaga dirinya dan semua yang dikasihinya dari
kehancuran. Kejahatan-kejahatan besar terhadap raja telah
timbul akibat jasa-jasa besar yang diremehkan.
2. Yoab memperparah tindakan Daud yang telah mematahkan
semangat mereka: “Engkau mempermalukan semua hambamu.
Sebab, sementara mereka telah menunjukkan penghargaan
yang begitu besar terhadap nyawamu, engkau tidak menun-
jukkan penghargaan sama sekali terhadap nyawa mereka.
Sebaliknya, engkau lebih memilih anak muda yang manja dan
jahat, seorang pengkhianat yang penuh dusta terhadap raja
dan negerinya, yang dengan bahagia telah kita singkirkan,
daripada semua penasihatmu yang bijaksana, para kepala
pasukanmu yang berani, dan rakyatmu yang setia. Apa yang
lebih tidak masuk akal daripada mencintai lawanmu dan
membenci kawanmu?”
3. Yoab menasihati Daud untuk segera menunjukkan diri di
hadapan para tentaranya, untuk tersenyum kepada mereka,
menyambut mereka pulang, mengucapkan selamat atas keber-
hasilan mereka, dan berterima kasih atas pengabdian mereka.
Bahkan orang-orang yang menerima perintah berharap untuk
diberi ucapan terima kasih saat mereka telah menjalankan
perintah itu dengan baik, dan memang seharusnya demikian.
4. Yoab mengancam Daud dengan pemberontakan lain jika Daud
tidak mau melakukannya, dengan menyiratkan bahwa dari-
pada melayani seorang raja yang tidak tahu berterima kasih
seperti itu, dia sendiri akan memimpin suatu pemberontakan
terhadap raja itu. Dengan demikian, begitu yakin Yoab akan
pengaruhnya atas rakyat, “Seorang pun tidak akan ada yang
tinggal bersama-sama dengan engkau. Jika aku pergi, maka
mereka juga akan pergi. Engkau sekarang tidak mempunyai
alasan apa-apa untuk berkabung. Akan namun , jika engkau
bersikeras, maka aku akan memberimu suatu alasan untuk
berkabung (sebagaimana Yosefus mengungkapkannya), perka-
bungan yang nyata dan lebih getir.”
III. Betapa Daud menerima teguran dan nasihat yang diberikan ke-
padanya itu dengan bijaksana dan lembut (ay. 8). Ia menepiskan
kesedihannya, mengurapi kepalanya, dan membasuh wajahnya,
supaya dia tidak terlihat sedang berkabung. Lalu ia pun pergi
memperlihatkan diri di depan orang banyak di pintu gerbang,
yaitu semacam balai kota. Ke tempat inilah rakyat berbondong-
bondong mendatanginya untuk bersyukur atas keselamatan diri-
nya dan diri mereka. Dengan demikian, semuanya pun baik-baik
saja. Perhatikanlah, saat kita disadarkan akan suatu kesalahan,
kita harus memperbaikinya, meskipun kita diberi tahu tentang
kesalahan itu oleh bawahan kita, dan secara tidak sopan, atau
dengan luapan amarah.
Daud Kembali ke Yordan
(19:9-15)
9 Seluruh rakyat dari semua suku Israel berbantah-bantah, katanya: “Raja
telah melepaskan kita dari tangan musuh kita, dialah yang telah menyela-
matkan kita dari tangan orang Filistin. Dan sekarang ia sudah melarikan diri
dari dalam negeri sebab Absalom; 10 namun Absalom yang telah kita urapi
untuk memerintah kita, sudah mati dalam pertempuran. Maka sekarang,
mengapa kamu berdiam diri dengan tidak membawa raja kembali?” 11 Raja
Daud telah menyuruh orang kepada Zadok dan Abyatar, imam-imam itu, de-
ngan pesan: “Berbicaralah kepada para tua-tua Yehuda, demikian: Mengapa
kamu menjadi yang terakhir untuk membawa raja kembali ke istananya?”
Sebab perkataan seluruh Israel telah sampai kepada raja. 12 “Kamulah sau-
dara-saudaraku, kamulah darah dagingku; mengapa kamu menjadi yang
terakhir untuk membawa raja kembali? 13 Dan kepada Amasa haruslah kamu
katakan: Bukankah engkau darah dagingku? Beginilah kiranya Allah meng-
hukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika engkau tidak tetap menjadi
panglimaku menggantikan Yoab.” 14 Demikianlah dibelokkannya hati semua
orang Yehuda secara serentak, sehingga mereka menyuruh menyampaikan
kepada raja pesan ini: “Kembalilah, tuanku dan semua anak buahmu.”
15 Lalu berangkatlah raja pulang dan sampailah ia ke tepi sungai Yordan.
Sementara itu orang Yehuda telah sampai ke Gilgal untuk menyongsong raja
dan untuk membawa raja menyeberang sungai Yordan.
Aneh sekali bahwa Daud, sesudah kekalahan pasukan Absalom dan
terseraknya mereka, tidak segera berangkat kembali ke Yerusalem
secepat mungkin, untuk menduduki kembali ibu kotanya, sementara
para pemberontak sedang kalang kabut dan sebelum mereka dapat
menghimpun kekuatan kembali. Apa alasan untuk membawa Daud
kembali? Tidak dapatkah dia kembali sendiri dengan tentara yang
berjaya yang ada padanya di Gilead? Tentu dia dapat, tidak diragu-
kan lagi. Akan namun ,
1. Daud mau kembali sebagai seorang raja, atas kehendak dan per-
setujuan bulat dari rakyat, dan bukan sebagai seorang penakluk
yang memaksa masuk. Ia ingin mengembalikan kemerdekaan
mereka, dan bukan mengambil kesempatan untuk merebut hati
mereka, atau menerobos masuk menduduki negeri mereka.
2. Ia ingin kembali dengan damai dan aman, dan yakin bahwa dia
tidak akan menemui kesulitan atau perlawanan pada saat kem-
bali. Oleh sebab nya, ia ingin yakin betul bahwa rakyat senang
menerimanya sebelum dia bangkit bergerak.
3. Ia ingin kembali secara terhormat, sesuai dengan kedudukannya,
dan sebab itu ingin kembali, bukan sebagai kepala pasukannya,
melainkan dalam pelukan rakyatnya. Sebab raja yang mempunyai
hikmat dan kebaikan untuk menjadikan dirinya kesayangan rak-
yatnya, tanp