terbesar ke-
pada sesama mereka, bagaimana melakukannya dengan berhasil,
namun juga aman bagi mereka. Kemudian, mereka mengatupkan
bibir mereka (KJV: menggerakkan bibir mereka pen.), untuk mem-
berikan perintah kepada bawahan-bawahan mereka, untuk me-
laksanakan kejahatan, serta menggenapi tipu muslihat orang
fasik, atau menggigit bibirnya (begitu sebagian orang membaca-
nya) sebab kesal. saat orang fasik merencanakan kejahatan
terhadap orang benar, ia menggertakkan giginya terhadap dia.
2. Mereka ini (masih seperti Iblis) berbuat semampu mereka untuk
menyesatkan dan mengajak orang lain untuk bergabung bersama
mereka dalam berbuat kejahatan, dengan membawa dia di jalan
yang tidak baik, yang tidak jujur, tidak terhormat, tidak aman,
yang membangkitkan amarah Allah, dan yang ujung-ujungnya
akan merusak orang berdosa. Demikianlah ia bertujuan untuk
menghancurkan sebagian orang di dunia ini dengan membawa
mereka ke dalam masalah, dan menghancurkan sebagian yang
lain di dunia lain dengan membawa mereka ke dalam dosa.
Kedaulatan Pemeliharaan Ilahi, 16:31-33
31 Rambut putih yaitu mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebe-
naran.
Perhatikanlah:
1. Sudah harus menjadi kepedulian besar bagi orang yang lanjut
usia untuk didapat pada jalan kebenaran, jalan agama dan kesa-
lehan yang sungguh-sungguh. Baik Allah maupun manusia akan
mencari mereka di jalan itu. Orang akan berharap bahwa mereka
yang sudah lanjut usia akan menjadi baik, bahwa kehidupan
mereka selama bertahun-tahun pasti sudah mengajar mereka hik-
mat yang terbaik. Oleh sebab itu, hendaklah mereka ditemukan
ada di jalan itu. Kematian akan datang. Sang Hakim akan segera
datang. Tuhan sudah dekat. Supaya mereka bisa kedapatan da-
lam perdamaian dengan Dia, maka hendaklah mereka didapat
pada jalan kebenaran (2Ptr. 3:14), didapati melakukan tugasnya
(Mat. 24:46). Hendaklah orang yang lanjut usia menjadi murid-
murid yang sudah matang. Hendaklah mereka bertekun sampai
pada akhirnya pada jalan kebenaran, yang sudah mulai mereka
tempuh sejak dari dulu, agar mereka tetap didapat pada jalan itu.
2. Jika orang yang lanjut usia didapat pada jalan kebenaran, usia
mereka akan menjadi kehormatan bagi mereka. Usia lanjut, yang
seperti itu, yaitu terhormat, dan membuat orang menaruh hor-
mat (engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan, Im.
19:32). namun , jika usia lanjut didapat pada jalan kefasikan,
maka kehormatannya terhapus, mahkotanya tercemar dan ter-
campakkan di dalam debu tanah (Yes. 65:20). Oleh sebab itu,
orang yang lanjut usia, jika mau menjaga kehormatan mereka,
harus tetap berpegang teguh pada kelurusan hati mereka, maka
rambut uban mereka akan benar-benar menjadi mahkota bagi
mereka. Mereka patut dihormati dua kali lipat. Anugerah yaitu
kemuliaan di usia tua.
32 Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai diri-
nya, melebihi orang yang merebut kota.
Ayat ini menyarankan kepada kita keindahan sifat lemah lembut,
yang patut dimiliki oleh kita semua, terutama oleh mereka yang
sudah berambut putih (ay. 31).
Amatilah:
1. Ciri dari sifat lemah lembut. Sifat ini sabar, tidak mudah marah,
tidak juga lekas terpancing jika dipanas-panasi, mengambil
waktu untuk menimbang-nimbang sebelum membiarkan amarah
meledak, agar tidak melanggar batas-batas yang wajar. Sifat ini
juga berarti, lambat untuk menjadi marah sehingga orang mudah
dihentikan dan ditenangkan. Sifat ini mengajak kita untuk me-
nguasai jiwa kita sendiri, segala hasrat dan perasaan kita, dan
semua kecenderungan hati kita, namun terutama segala hawa
nafsu kita, amarah kita, dengan senantiasa mengatur dan me-
ngendalikannya, dan menundukkannya secara ketat kepada per-
aturan agama dan akal sehat. Kita harus panjang sabar, sama
seperti Allah (Nah. 1:3).
2. Kehormatan dari sifat lemah lembut. Orang yang sudah berhasil
dan terus mengendalikan hawa nafsunya melebihi seorang pahla-
wan, melebihi orang yang merebut kota sesudah mengepungnya
Kitab Amsal 16:31-33
347
selama bertahun-tahun. Ia juga melebihi orang yang menakluk-
kan sebuah bangsa melalui perang yang berlangsung lama.
Lihatlah, yang ada di sini sesungguhnya lebih dibandingkan Alexander
Agung atau Julius Caesar. Untuk menaklukkan diri sendiri dan
hawa nafsu kita yang susah diatur, dibutuhkan hikmat sejati
yang lebih besar, dan pengaturan diri yang lebih mantap, tetap,
dan teratur dibandingkan yang dibutuhkan untuk meraih kemenangan
atas pasukan-pasukan musuh. Penaklukan dengan akal budi itu
lebih mulia bagi makhluk yang berakal budi dibandingkan penaklukan
dengan cara biadab. Penaklukan dengan akal budi merupakan
kemenangan yang tidak membahayakan siapa pun. Tidak ada
nyawa ataupun harta benda yang harus dikorbankan untuk itu,
kecuali hanya hawa-hawa nafsu yang rendah. Lebih sulit, dan
sebab itu lebih mulia, untuk memadamkan pemberontakan di
rumah dibandingkan menghadapi serangan dari luar. Bahkan, sedemi-
kian besarnya keuntungan-keuntungan dari kelemahlembutan,
sehingga dengannya kita lebih dari pada orang-orang yang menang.
(16:33)
33 Undi dibuang di pangkuan, namun setiap keputusannya berasal dari pada
TUHAN.
Perhatikanlah:
1. Pemeliharaan ilahi mengatur dan mengarahkan perkara-perkara
yang kita anggap sepele dan kebetulan saja. Tidak ada satu hal
pun yang terjadi secara kebetulan, dan tidak pula peristiwa diten-
tukan secara buta oleh nasib, namun segala sesuatu terjadi sebab
kehendak dan kebijaksanaan Allah. Apa yang luput dari pandang-
an mata atau jamahan tangan manusia, itulah yang teramat
dipedulikan Allah.
2. saat kita berseru dengan sungguh-sungguh kepada Pemelihara-
an ilahi dengan cara membuang undi, untuk memutuskan suatu
perkara yang pada saat tertentu tidak bisa kita putuskan sama
sekali, atau tidak bisa kita putuskan dengan baik, kita harus
mengarahkan pandangan kepada Allah di dalamnya, dengan doa.
Ini kita lakukan agar kita bisa mendapat keputusan yang benar
(buanglah undi secara sempurna, KJV, 1Sam. 14:41; Kis. 1:24).
Kemudian, kita dapat menerimanya jika sudah diputuskan,
dengan merasa puas bahwa tangan Allah ada di dalamnya, dan
348
tangan itu diarahkan oleh hikmat tak terbatas. Semua pengatur-
an Pemeliharaan ilahi yang menyangkut perkara-perkara kita ha-
ruslah kita pandang sebagai undi yang sudah ditetapkan bagi
kita, sebagai ketentuan dari apa yang sudah kita serahkan ke-
pada Allah, dan yang harus kita terima sebagaimana mestinya.
PASAL 17
Dusta dan Penindasan Ditegur, 17:1-5
(17:1)
1 Lebih baik sekerat roti yang kering disertai dengan ketenteraman, dari pada
makanan daging serumah disertai dengan perbantahan.
Dalam kata-kata ini, kasih dan kedamaian dalam keluarga disaran-
kan sebagai sesuatu yang amat berperan dalam memberikan kenya-
manan hidup manusia.
1. Orang-orang yang hidup bersatu dan tenang bukan hanya ter-
bebas dari rasa iri hati dan permusuhan, namun juga bersaing
secara sehat untuk saling mengasihi, dan mau membantu satu
sama lain. Mereka hidup dengan sangat nyaman, meskipun ber-
kedudukan rendah di dunia. Mereka bekerja keras dan bersusah
payah, walaupun setiap orangnya hanya mendapat sekerat roti,
dan itu pun sekerat roti yang kering. Bisa saja ada kedamaian dan
ketenangan sekalipun tidak makan tiga kali sehari, asalkan se-
mua orang sama-sama puas terhadap pemeliharaan Allah dan
saling puas terhadap kebijaksanaan satu sama lain. Kasih yang
kudus bisa saja didapati di dalam gubuk.
2. Orang-orang yang hidup berseteru, yang selalu ribut dan cekcok,
dan mencela satu sama lain, meskipun punya banyak santapan
lezat, makanan daging serumah, hidup dengan tidak nyaman.
Mereka tidak bisa mengharapkan berkat Allah atas mereka dan
atas apa yang mereka miliki, dan juga tidak dapat benar-benar
menikmati kesenangan-kesenangan mereka, apa lagi merasakan
kedamaian dalam hati nurani mereka sendiri. Kasih akan mem-
buat manis sekerat roti yang kering, namun perbantahan akan
350
membuat asam dan pahit makanan daging serumah. Sedikit saja
ragi kebencian akan membuat khamir seluruh kesenangan.
(17:2)
2 Budak yang berakal budi akan berkuasa atas anak yang membuat malu,
dan akan mendapat bagian warisan bersama-sama dengan saudara-saudara
anak itu.
Perhatikanlah:
1. Penghargaan akan jasa yang sejati tidak datang melalui keduduk-
an. Semua orang setuju bahwa anak dalam keluarga lebih berhar-
ga dibandingkan hamba (Yoh. 8:35). Namun, adakalanya terjadi bahwa
hamba itu bijaksana, dan menjadi berkat serta pujian bagi keluar-
ga itu, sedangkan si anak yaitu pribadi yang bodoh, dan menjadi
beban serta aib bagi keluarganya. Eliezer, orang Damsyik itu,
meskipun Abram tidak sanggup membayangkan ia akan menjadi
ahli warisnya, tetap mendukung keluarga Abram, saat ia men-
carikan istri bagi Ishak. Sementara Ismael, seorang anak, merupa-
kan aib bagi keluarganya, saat ia mengejek Ishak.
2. Martabat yang sejati datang oleh sebab jasa. Jika seorang hamba
bijak, dan mengurus berbagai hal dengan baik, maka ia akan
lebih dipercaya lagi, dan tidak hanya akan berkuasa bersama,
namun juga atas anak yang membuat malu. Sebab Allah dan alam
sudah merancang bahwa orang bodoh akan menjadi budak orang
bijak. Bahkan, seorang hamba yang bijak mungkin saja menda-
patkan perhatian yang begitu besar dari tuannya sehingga ia
diberi bagian harta si anak, dan akan mendapat bagian warisan
bersama-sama dengan saudara-saudara anak itu.
3 Kui yaitu untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, namun
TUHANlah yang menguji hati.
Perhatikanlah:
1. Hati anak-anak manusia itu tunduk bukan hanya pada pandang-
an Allah, melainkan juga pada penghakiman-Nya: sama seperti
kui (kuali kecil pen.) yaitu untuk melebur perak, baik untuk
menguji maupun memperindah perak itu, demikian pula TUHAN
menguji hati. Ia menyelidiki apakah hati manusia benar atau
tidak, dan hati yang benar akan diperhalus dan dimurnikan-Nya
(Yer. 17:10). Allah menguji hati melalui penderitaan (Mzm. 66:10-
11), dan sering kali memilih umat-Nya dalam dapur perapian itu
(Yes. 48:10), dan menjatuhkan pilihan atas mereka.
2. Hanya Allah-lah yang menguji hati. Manusia boleh menguji perak
dan emas mereka dengan kui dan perapian mereka, namun mereka
tidak bisa menguji hati satu sama lain dengan cara seperti itu.
Hanya Allah yang melakukan itu, sebab Dialah yang menyelidiki
hati dan berdaulat atasnya.
4 Orang yang berbuat jahat memperhatikan bibir jahat, seorang pendusta
memberi telinga kepada lidah yang mencelakakan.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang berencana berbuat jahat menyokong diri mere-
ka sendiri dengan dusta dan kebohongan: orang yang berbuat
jahat memberi telinga, dengan amat senang hati, kepada bibir
jahat, yang akan membenarkan dia dalam kejahatan yang dilaku-
kannya, dan kepada orang-orang yang ingin mengganggu keten-
teraman umum. Mereka dengan rakus menelan bulat-bulat segala
fitnah dan cerita bohong, yang mencemarkan pemerintahan dan
tatanan warga .
2. Orang-orang yang dengan seenaknya berkata dusta senang mende-
ngar dusta-dusta itu diceritakan: seorang pendusta memberi per-
hatian kepada lidah yang penuh kebencian dan fitnah, agar ia bisa
menyambung-nyambungkan segala kebohongannya, dan memberi-
nya sedikit banyak warna kebenaran, dan dengan demikian mendu-
kung kebohongan-kebohongannya. Orang-orang berdosa akan mem-
pererat tangan satu sama lain. Mereka memperlihatkan diri sendiri
jahat saat mereka berkenalan dengan orang jahat dan mencari
bantuan dari mereka.
5 Siapa mengolok-olok orang miskin menghina Penciptanya; siapa gembira
sebab suatu kecelakaan tidak akan luput dari hukuman.
Lihatlah di sini:
1. Betapa besarnya dosa yang diperbuat oleh orang yang menginjak-
injak kaum miskin, yang mengejek kekurangan dan kehinaan pe-
nampilan mereka, yang mencela mereka sebab miskin, dan yang
mengambil keuntungan dari kelemahan mereka untuk berlaku
kasar dan menyakiti mereka. Mereka mengolok-olok Penciptanya,
amat merendahkan dan menghina Dia, yang sudah menempatkan
orang miskin dalam keadaan mereka, yang empunya mereka,
yang merawat mereka, dan yang dapat, jika Dia berkehendak,
merendahkan kita ke dalam keadaan itu. Hendaklah orang-orang
yang mencela Pencipta kaum miskin dengan cara seperti itu sadar
bahwa mereka akan dituntut untuk bertanggung jawab atas
perbuatan mereka itu (Mat. 25:40-41; Ams. 14:31).
2. Betapa besarnya bahaya yang akan menjatuhkan orang-orang itu
sendiri ke dalam kesusahan jika mereka senang melihat dan men-
dengar kesusahan-kesusahan orang lain: siapa gembira sebab
suatu kecelakaan, supaya ia dapat membangun di atas reruntuh-
an orang lain, dan menghibur diri dengan penghakiman-pengha-
kiman Allah yang telah dijatuhkan, hendaklah ia sadar bahwa ia
tidak akan luput dari hukuman. Cawan itu akan ditaruh ke dalam
tangannya (Yeh. 25:6-7).
6 Mahkota orang-orang tua yaitu anak cucu dan kehormatan anak-anak
ialah nenek moyang mereka.
Seperti itulah mereka, maksudnya, seperti itulah seharusnya mereka,
dan jika mereka berperilaku terpuji, begitulah mereka adanya.
1. yaitu suatu kehormatan bagi orangtua saat sudah lanjut usia
untuk membiarkan anak-anak mereka, dan anak cucu mereka,
bertumbuh dewasa, mengikuti jejak-jejak langkah kebajikan me-
reka. Besar harapannya mereka akan mempertahankan serta me-
majukan nama baik keluarga mereka. yaitu suatu kehormatan
bagi seseorang jika ia bisa hidup sekian lama sehingga dapat
melihat anak-anak dari anak-anaknya (Mzm. 128:6; Kej. 50:23),
melihat rumahnya dibangun dalam diri mereka, dan melihat bah-
wa besar kemungkinan mereka akan melayani angkatan mereka
sesuai dengan kehendak Allah. Hal ini memahkotai dan menyem-
purnakan penghiburan mereka di dunia ini.
2. yaitu suatu kehormatan bagi anak-anak untuk mempunyai
orangtua yang bijaksana dan saleh, dan untuk tetap bersama-
sama dengan orangtua mereka sekalipun mereka sendiri sudah
tumbuh dewasa dan hidup mapan. Tidaklah wajar anak-anak
yang menganggap orangtua mereka yang sudah renta sebagai be-
ban bagi mereka, dan merasa bahwa orangtua mereka hidup ter-
lalu lama. Padahal, jika anak-anak itu bijak dan baik, sungguh
merupakan kehormatan besar bagi mereka bahwa dengan demi-
kian mereka bisa menjadi penghiburan bagi orangtua mereka di
hari tua yang tidak menyenangkan.
7 Orang bebal tidak layak mengucapkan kata-kata yang bagus, apalagi orang
mulia mengucapkan kata-kata dusta.
Di sini ada dua hal yang digambarkan sebagai suatu hal yang amat
tidak masuk akal:
1. Bahwa orang-orang yang tidak punya nama baik menjadi pen-
didik. Apa yang lebih tidak pantas selain bagi orang-orang bodoh,
yang dikenal mempunyai sedikit pengertian dan kebijaksanaan,
untuk berlagak melakukan apa yang melebihi mereka, dan yang
tidak pernah pantas mereka lakukan? Orang bodoh, dalam amsal
Salomo, melambangkan orang fasik, yang tidak layak mengucap-
kan kata-kata yang bagus, sebab perilaku hidupnya membukti-
kan kebohongan kata-katanya yang bagus itu. Apakah urusan
mereka menyelidiki ketetapan-ketetapan Allah jika mereka mem-
benci didikan? (Mzm. 50:16). Kristus tidak mau mengizinkan roh-
roh najis untuk berkata bahwa mereka mengetahui Dia sebagai
Anak Allah. Lihat Kisah Para Rasul 16:17-18.
2. Tidak masuk akal jika orang yang sudah mempunyai nama baik
yaitu seorang penipu. Jika tidak pantas bagi orang tercela untuk
memberanikan diri berbicara sebagai seorang filsuf atau negara-
wan, sebab tidak akan ada orang yang mau mendengarkan dia,
sebab tabiatnya membuat mereka berprasangka buruk, maka
jauh lebih tidak pantas lagi bagi seorang penguasa, bagi seseorang
yang terhormat, untuk mengambil keuntungan dari sifatnya dan
dari kepercayaan yang sudah diberikan kepadanya, untuk berbo-
hong, untuk menutup-nutupi sesuatu, dan melanggar perkata-
annya tanpa beban hati nurani. Berdusta tidak pantas dilakukan
oleh siapa saja, namun paling buruk jika dilakukan oleh seorang
penguasa. Lihatlah, betapa rusaknya kebijakan negara pada saat
ini, yang secara tidak langsung menyatakan bahwa para penguasa
tidak boleh menjadi hamba bagi perkataan mereka jika itu bukan
demi kepentingan mereka sendiri, dan Qui nescit dissimulare
nescit regnare Barangsiapa tidak tahu bagaimana menutup-
nutupi tidak tahu bagaimana memerintah.
8 Hadiah suapan yaitu seperti mestika di mata yang memberinya, ke mana
juga ia memalingkan muka, ia beruntung.
Maksud dari ungkapan ini yaitu untuk menunjukkan,
1. Bahwa orang-orang yang mempunyai uang di tangan mereka me-
nyangka bahwa mereka bisa melakukan apa saja dengannya.
Orang-orang kaya memandang berharga uang yang sedikit jum-
lahnya bagaikan mestika, dan menghargai diri mereka sendiri
dengannya seolah-olah itu memberi mereka bukan saja perhiasan,
melainkan juga kekuasaan, dan seolah-olah setiap orang harus
tunduk pada kehendak mereka, bahkan keadilan sekalipun. Ke
mana saja mereka memalingkan muka, mereka berharap agar ber-
lian yang berkilauan ini menyilaukan mata semua orang, dan
membuat mereka semua melakukan apa yang persis mereka ha-
rapkan dilakukan orang-orang itu untuk mendapatkannya. Uang
sekantong akan memenangkan perkara. Bayarlah dengan uang
yang banyak, maka kamu bisa mendapatkan apa yang kamu mau.
2. Bahwa orang-orang yang mata duitan, dan yang mengarahkan
hatinya kepadanya, akan melakukan apa saja untuk mendapat-
kannya: suapan yaitu seperti mestika di mata yang menerima-
nya. Suapan mempunyai pengaruh besar pada dirinya, dan de-
ngan yakin ia akan pergi ke mana saja suapan itu mengantarnya,
ke sana atau kemari, sekalipun itu bertentangan dengan keadilan
dan tidak sejalan dengan dirinya sendiri.
9 Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, namun siapa membangkit-
bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib.
Perhatikanlah:
1. Jalan untuk menjaga kerukunan di antara sanak saudara dan se-
sama yaitu dengan memandang segala sesuatunya dari segi yang
terbaik, tidak mengatakan kepada orang lain apa yang sudah dika-
takan atau dilakukan terhadap mereka, jika itu sama sekali
tidak penting bagi keselamatan mereka. Juga, tidak mengindahkan
apa yang dikatakan atau dilakukan melawan kita sendiri. Sebalik-
nya, kita harus memaafkan semua tindakan ini, dan mencari hal
terbaik darinya. Itu hanyalah kekhilafan, sebab itu abaikan
saja. Terjadinya sebab kealpaan, sebab itu lupakan saja. Mung-
kin kamu tidak rugi sedikit pun sebab nya, jadi janganlah kamu
mencari gara-gara dengannya.
2. Membeberkan kesalahan-kesalahan berarti mengoyak-oyak cinta
kasih, dan tidak ada hal lain yang lebih cenderung memisahkan
sesama sahabat, dan membuat mereka berselisih, selain dengan
membangkit-bangkit perkara yang sudah menyebabkan perselisih-
an. Sebab bukan pengulangan itu sendiri yang membuat mereka
memanas, melainkan perkara-perkara yang dibesar-besarkan,
dan rasa amarah berkenaan dengannya yang diungkit-ungkit dan
dipancing-pancing. Cara terbaik untuk menjaga perdamaian ada-
lah dengan mengampuni atau melupakan.
10 Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus
pukulan pada orang bebal.
Perhatikanlah:
1. Satu kata saja sudah cukup bagi orang bijak. Teguran yang lem-
but tidak hanya akan masuk ke dalam kepala, melainkan juga ke
dalam hati orang bijak, sehingga akan berpengaruh kuat atasnya.
Sebab, jika satu petunjuk saja diberikan kepada hati nurani, biar-
lah hati nurani itu yang menindaklanjutinya.
2. Pukulan-pukulan tidaklah cukup bagi orang bodoh untuk menya-
darkan ia akan kesalahan-kesalahannya, agar ia bertobat darinya,
dan lebih berhati-hati untuk bertindak di masa depan. Orang yang
dungu dan degil sangat jarang belajar dari kekerasan. Daud dilem-
butkan dengan seruan, engkaulah orang itu, namun Firaun tetap
berkeras hati sekalipun dihantam dengan semua tulah Mesir.
11 Orang durhaka hanya mencari kejahatan, namun terhadap dia akan disu-
ruh utusan yang kejam.
Inilah dosa dan hukuman bagi orang jahat.
1. Dosanya. Sungguh jahat orang yang mencari-cari segala kesem-
patan untuk memberontak melawan Allah, dan melawan peme-
rintahan yang telah ditentukan Allah atasnya, serta menentang
dan berselisih dengan semua orang di sekelilingnya. Quærit jurgia
ia mencari-cari pertengkaran. Begitu menurut sebagian orang.
Sebagian orang tergerak oleh roh pertentangan, ingin berselisih
hanya sebab senang berselisih, dan akan terus menebarkan per-
musuhan di jalan-jalan mereka yang fasik, kendati dengan segala
kekangan dan teguran yang mereka terima. Seorang pemberontak
mencari-cari kejahatan (begitu sebagian orang membacanya), me-
lihat-lihat segala kesempatan untuk mengganggu ketenteraman
umum.
2. Hukumannya. sebab ia tidak mau disadarkan dengan cara-cara
yang lemah lembut, terhadap dia akan disuruh utusan yang ke-
jam, semacam penghakiman yang mengerikan, sebagai utusan
dari Allah. Para malaikat, yakni utusan-utusan Allah, akan dike-
rahkan sebagai hamba-hamba pelaksana keadilan-Nya atas orang
itu (Mzm. 78:49). Iblis, sang malaikat maut, akan dilepaskan un-
tuk menyerangnya, dan juga utusan-utusan Iblis. Pangerannya
akan mengutus prajurit untuk menangkap dia, dan seorang algojo
untuk memenggal kepalanya. Orang yang menendang ke galah
rangsang berarti menunggu pedang untuk menghunjamnya.
Perkataan-perkataan yang Berbobot, 17:12-16
12 Lebih baik berjumpa dengan beruang betina yang kehilangan anak, dari
pada dengan orang bebal dengan kebodohannya.
Perhatikanlah:
1. Orang yang lekas marah yaitu orang yang berperilaku seperti
binatang. Sekalipun sewaktu-waktu ia bisa berhikmat, namun
coba lihat kalau amarahnya tidak terkendali, ia menjadi orang
bebal dengan kebodohannya. Bodohlah orang yang menyimpan
amarah di dalam hatinya, dan menampakkan kegeraman pada air
muka mereka. Ia telah melepaskan kemanusiaannya, dan sudah
menjadi seperti beruang, beruang yang geram, beruang betina yang
kehilangan anak. Ia gemar memuaskan segala hawa nafsu dan
gairahnya seperti beruang betina gemar akan anak-anaknya (yang,
meskipun jelek, yaitu miliknya sendiri). Ia giat mengejar-ngejar-
nya seperti beruang betina mencari-cari anaknya yang hilang, dan
luar biasa marahnya jika ada yang menghalangi pencariannya.
2. Ia orang yang berbahaya, bermusuhan dengan setiap orang yang
menghalang-halangi jalannya, walaupun mereka tidak bersalah,
sekalipun itu temannya, seperti beruang betina yang kehilangan
anak menyangka orang pertama yang dilihatnya sebagai pen-
curinya. Ira furor brevis est Amarah yaitu kegilaan yang semen-
tara. Orang mungkin lebih mudah menghentikan, menghindari,
atau berjaga-jaga terhadap seekor beruang yang marah dibandingkan
terhadap seorang manusia yang geram dan berang. Oleh sebab
itu, marilah kita berjaga-jaga terhadap amarah kita sendiri (su-
paya jangan amarah itu lepas kendali dan melakukan kejahatan),
supaya dengan begitu kita menjaga kehormatan kita sendiri. Dan
marilah kita menghindari pergaulan dengan orang-orang yang
lekas marah, dan menjauh dari mereka saat mereka sedang
marah, dan dengan begitu kita menjaga keamanan kita sendiri.
Currenti cede furori Berilah tempat bagi murka.
13 Siapa membalas kebaikan dengan kejahatan, kejahatan tidak akan meng-
hindar dari rumahnya.
Orang yang penuh kebencian dan kejahatan di sini digambarkan,
1. Sebagai orang yang tidak tahu berterimakasih kepada teman-
temannya. Sering kali ia begitu tidak tahu membalas budi dan
tidak peka terhadap kebaikan yang dilakukan kepadanya sehing-
ga ia membalas kebaikan dengan kejahatan. Daud selalu bertemu
dengan orang-orang yang menjadi musuhnya padahal ia menga-
sihi mereka (Mzm. 109:4). Membalas kejahatan dengan kejahatan
yaitu tindakan biadab layaknya binatang, namun membalas ke-
baikan dengan kejahatan yaitu aksi jahanam seperti Iblis. Sung-
guh rusaklah sifat orang yang, sebab bertekad tidak mau mem-
balas kebaikan, mau membalasnya dengan kejahatan.
2. Sebagai orang yang tidak bersikap baik terhadap keluarganya da-
lam berbuat demikian, sebab ia mendatangkan kutuk atas keluar-
ganya. Kejahatan ini sungguh keji sehingga hukumannya tidak
hanya ditimpakan kepada orang yang melakukannya, namun juga
kepada keturunannya, dan ia menimbun murka untuk mereka
dengan berbuat kejahatan itu. Pedang tidak akan beranjak dari
keluarga Daud, sebab ia membalas Uria dengan kejahatan atas
pengabdian-pengabdian baik yang telah diberikannya. Orang-
orang Yahudi merajam Kristus sebab perbuatan-perbuatan-Nya
yang baik. Oleh sebab itu, darah-Nya ditanggungkan kepada me-
reka dan kepada keturunan mereka.
14 Memulai pertengkaran yaitu seperti membuka jalan air; jadi undurlah
sebelum perbantahan mulai.
Inilah:
1. Bahaya yang ada pada permulaan pertengkaran. Satu kata
panas, satu celaan yang diucapkan dengan nada kesal, satu
tuntutan yang diucapkan dengan nada marah, satu pertentangan
yang penuh kebencian, menimbulkan balasan yang serupa, dan
akan dibalas lagi dengan hal yang sama, dan begitu seterusnya,
sampai hal itu sama saja seperti membuka bendungan. jika
air sudah mendapat saluran kecil, maka dengan sendirinya ia
menambah lebar kebocoran itu, menghanyutkan semua yang ada
di hadapannya, sampai kemudian tidak dapat lagi dihentikan,
tidak dapat lagi ditahan.
2. Peringatan baik yang disimpulkan dari sini, yaitu untuk berjaga-
jaga terhadap nyala api pertama yang menyulut pertengkaran,
dan untuk memadamkannya begitu ia muncul. Takutlah terhadap
es yang tengah memecah, sebab, sekali pecah, ia akan merembet
ke mana-mana. Oleh sebab itu, undurlah darinya, bukan saat
kita sudah melihat yang terburuk darinya, sebab mungkin sudah
terlambat, melainkan saat pertama kita melihatnya. Obsta prin-
cipiis Tolaklah begitu pertama kali ia muncul. Undurlah bahkan
sebelum perbantahan mulai. Undurlah, jika mungkin, sebelum
engkau mulai.
15 Membenarkan orang fasik dan mempersalahkan orang benar, kedua-
duanya yaitu kekejian bagi TUHAN.
Ini menunjukkan betapa merupakan pelanggaran bagi Allah,
1. jika orang-orang yang dipercaya untuk menjalankan keadilan
umum, yaitu para hakim, para juri, para saksi, para jaksa, para
pengacara, membebaskan orang yang bersalah atau menghukum
orang yang tidak bersalah, atau setidak-tidaknya membantu ter-
jadinya hal itu. Hal yang demikian menggagalkan tujuan peme-
rintah, yaitu melindungi yang baik dan menghukum yang jahat
(Rm. 13:3-4). Sama halnya juga, kita membangkitkan murka Allah
bila kita membenarkan orang fasik, meskipun itu sebab merasa
kasihan dan in favorem vitae untuk menyelamatkan nyawa. Ini
sama saja seperti mempersalahkan orang benar.
2. jika siapa saja membela dosa dan orang-orang berdosa, me-
remehkan dan mengabaikan kefasikan, atau berbantah melawan
kebajikan dan kesalehan, dan dengan demikian membelokkan
Jalan Tuhan yang lurus serta mengacaukan pembedaan-pembeda-
an antara yang baik dan yang jahat yang sudah ada sejak dari
kekekalan.
16 Apakah gunanya uang di tangan orang bebal untuk membeli hikmat, se-
dang ia tidak berakal budi?
Di sini ada dua hal yang dibicarakan dengan rasa heran:
1. Kebaikan Allah yang besar terhadap orang bodoh, dalam mem-
berikan uang di tangannya untuk membeli hikmat, untuk menda-
patkan pengetahuan dan anugerah agar ia layak hidup di dunia
ini dan di dunia nanti. Kita memiliki jiwa yang berakal, sarana
anugerah, perjuangan-perjuangan Roh, dan jalan masuk kepada
Allah melalui doa. Kita mempunyai waktu dan kesempatan. Orang
yang punya banyak harta (begitu sebagian orang memahaminya)
mempunyai keuntungan-keuntungan untuk mendapatkan hikmat
dengan cara membeli pengajaran. Orangtua, sanak saudara, ham-
ba-hamba Tuhan, dan teman-teman yang baik yaitu orang-orang
yang membantu kita mendapatkan hikmat. Hikmat itu uang, dan
oleh sebab itu berharga, sebuah talenta. Hikmat itu yaitu uang di
tangan, sudah dimiliki. Firman itu dekat kepadamu. Butuh uang
untuk mendapatkan hikmat itu. Hikmat itu demi kepentingan kita
sendiri. Uang itu untuk mendapatkan hikmat, yaitu sesuatu yang
paling kita perlukan, sebab kita orang bodoh. Beralasan bagi kita
untuk kagum bahwa Allah sampai begitu memperhatikan kebu-
tuhan kita, dan begitu mempercayakan keuntungan-keuntungan
seperti itu kepada kita, meskipun Ia sendiri sudah tahu bahwa
kita tidak akan memanfaatkannya dengan benar.
2. Kefasikan manusia yang besar, yakni diabaikannya kebaikan
Allah dan kepentingannya sendiri, yang sangat tidak masuk akal
dan tidak dapat dipertanggungjawabkan: ia tidak berakal budi
(KJV: hatinya tidak terpatri kepadanya pen.), tidak terpatri ke-
pada hikmat yang harus didapat, atau kepada uang yang bisa
digunakan untuk mendapatkannya. Ia tidak memiliki hati, atau
keterampilan, atau kehendak, atau keberanian untuk memanfaat-
kan keuntungan-keuntungan yang dimilikinya. Hatinya sudah
terpatri kepada hal-hal lain, sehingga ia tidak punya hati untuk
menjalankan kewajibannya atau memperhatikan kepentingan-ke-
pentingan besar jiwanya. Untuk apa uang dibuang-buang dan
dihabiskan untuk orang yang begitu tidak layak menerimanya?
Persahabatan Sejati, 17:17-19
17 Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang sau-
dara dalam kesukaran.
Ini menunjukkan kekuatan dari tali-tali yang membuat kita terikat
satu sama lain, dan yang harus betul-betul kita sadari.
1. Sahabat-sahabat haruslah saling setia setiap waktu. Jika tidak
ada kesetiaan, maka tidak ada persahabatan sejati. Pasti akan
ada kesetiaan jika persahabatan itu tulus dan digerakkan oleh
asas hidup yang baik. Orang yang penuh khayal atau mementing-
kan diri sendiri di dalam persahabatan tidak akan mengasihi
sahabatnya jika perasaan mereka tidak lagi terhibur dan kepen-
tingan mereka tidak lagi dilayani, dan oleh sebab itu perasaan
mereka berubah-ubah mengikuti angin dan berganti-ganti meng-
ikuti cuaca. Teman yang seperti burung layang-layang akan ter-
bang menghampirimu pada musim panas, dan pergi menjauh
pada musim dingin. Untuk teman-teman seperti itu, kita tidak
akan merasa kehilangan. namun jika persahabatan itu penuh ke-
bijaksanaan, kemurahan hati, dan kehangatan, jika aku menga-
sihi temanku sebab ia bijak, berbudi luhur, dan baik, maka se-
lama ia tetap demikian, walaupun ia jatuh miskin dan terkena
aib, aku akan tetap mengasihinya. Kristus yaitu Teman yang
mengasihi setiap waktu (Yoh. 13:1) dan kita pun harus mengasihi-
Nya seperti itu (Rm. 8:35).
2. Sesama saudara, khususnya, haruslah bersikap hati-hati dan le-
mah lembut satu sama lain di dalam penderitaan: saudara dilahir-
kan untuk membantu kakak atau adiknya yang sedang dalam ke-
susahan. Dengan mereka ia terhubung erat secara alamiah,
supaya ia bisa lebih peka merasakan beban-beban mereka, dan
lebih tergerak serta bersedia, seolah-olah secara naluriah, untuk
membantu mereka. Kita harus sering kali memikirkan untuk apa
kita dilahirkan, bukan hanya sebagai manusia, namun juga sebagai
saudara dan anggota keluarga tertentu. Siapa tahu, mungkin jus-
tru untuk saat yang seperti ini kita datang dalam keluarga yang
seperti itu? Kita tidak memenuhi tujuan kita dijadikan bersaudara
jika kita tidak melakukan kewajiban sebagai saudara. Sebagian
orang membacanya seperti ini: seorang sahabat yang menaruh
kasih setiap waktu terlahir sebagai (maksudnya, menjadi) saudara
dalam kesukaran, dan harus dihargai seperti itu.
18 Orang yang tidak berakal budi ialah dia yang membuat persetujuan, yang
menjadi penanggung bagi sesamanya.
Walaupun Salomo sudah memuji persahabatan di dalam kesukaran
(ay. 17), namun janganlah ada orang, dengan berdalih ingin bermurah
hati kepada teman-teman mereka, berlaku tidak adil terhadap keluar-
ga mereka dan memperlakukan mereka dengan tidak benar. Sebagian
dari kewajiban kita haruslah diimbangi dengan bagian yang lain.
Perhatikanlah:
1. yaitu bagian dari hikmat untuk sebisa mungkin tidak terlibat da-
lam utang, terutama jangan sekali-kali menjadi penanggung. Ada-
kalanya orang memang harus berbicara atas nama temannya jika
temannya itu tidak ada, sampai ia sendiri datang untuk mengurusi
permasalahannya. namun bagaimana bila seorang teman ada di tem-
pat kejadian dan kata-katanya tidak akan didengar orang sebab ia
dianggap tidak sanggup atau tidak jujur? Siapa yang mau berbicara
atas namanya dan merasa aman? Apakah kita mau menjadi
penanggung di hadapan temannya bagi dia?
2. Orang-orang yang tidak berakal budi biasanya terjerat di dalam
perangkap ini, sehingga mereka mencemarkan nama baik keluar-
ga mereka. Dan oleh sebab itu, mereka tidak layak dipercaya ter-
lalu jauh untuk mengurusi urusan-urusan mereka sendiri, me-
lainkan harus diberi bimbingan.
19 Siapa suka bertengkar, suka juga kepada pelanggaran, siapa memewahkan
pintunya mencari kehancuran.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang suka bertengkar melibatkan diri dalam banyak
kesalahan: siapa suka bertengkar, yang dalam mengurusi perkara
duniawi suka beperkara di pengadilan, dan di dalam agama suka
berselisih pendapat, dan di dalam percakapan umum suka memo-
tong pembicaraan dan bertengkar, yang tidak merasa baik di
mana saja kecuali di dalam suasana panas, ia suka kepada pe-
langgaran. Sebab banyak dosa menyertai dosa itu, dan jalannya
terjal ke bawah. Ia berpura-pura membela kebenaran, dan mem-
bela kehormatan serta haknya, namun sebetulnya ia suka kepada
dosa, yang dibenci Allah.
2. Orang-orang yang berambisi dan bernafsu mencapai keinginan
tingginya membuat diri mereka sendiri rentan terhadap banyak
kesulitan, yang sering kali berakhir dalam kehancuran mereka:
siapa memewahkan pintunya, membangun rumah yang megah,
setidak-tidaknya membangun halaman depan yang bagus, untuk
mengalahkan kecemerlangan tetangga-tetangganya, mendatang-
kan kehancuran pada dirinya sendiri. Ia bersusah payah hanya
untuk merusak dirinya sendiri. Ia membuat pintu gerbangnya be-
gitu lebar sehingga rumah dan pekarangannya habis untuk ger-
bang itu.
20 Orang yang serong hatinya tidak akan mendapat bahagia, orang yang me-
mutar-mutar lidahnya akan jatuh ke dalam celaka.
Perhatikanlah:
1. Menyusun rancangan-rancangan yang jahat tidak akan membawa
keuntungan bagi kita. Kita tidak mendapat apa-apa darinya:
orang yang serong hatinya, yang menebarkan perpecahan dan pe-
nuh dengan kebencian, jangan berharap bisa mendapat cukup
untuk mengimbangi hilangnya ketenangan jiwa dan nama baik-
nya, dan juga ia tidak bisa mendapat kepuasan sejati di dalam-
nya. Ia tidak akan mendapat bahagia.
2. Berkata-kata kasar akan membawa banyak kerugian bagi kita:
orang yang memutar-mutar lidahnya, yang penuh kata-kata keji
dan kasar, kata-kata kotor atau fitnah, akan jatuh ke dalam satu
atau lain celaka, akan kehilangan teman-temannya, membangkit-
kan amarah musuh-musuhnya, dan mendatangkan kesusahan
pada dirinya sendiri. Sudah banyak orang membayar dengan har-
ga yang mahal sebab lidah yang tidak dikekang.
21 Siapa mendapat anak yang bebal, mendapat duka, dan ayah orang bodoh
tidak akan bersukacita.
Ayat ini mengungkapkan dengan amat tegas apa yang dengan amat
peka dirasakan oleh banyak orang bijak dan baik, yaitu betapa menye-
dihkan dan menjengkelkannya mempunyai anak jahat yang bodoh.
Lihatlah di sini:
1. Betapa tidak pastinya perkara-perkara bagi kenyamanan tubuh
jasmani kita, sehingga kita tidak hanya sering kali dikecewakan
olehnya, namun juga apa yang kita sangka dapat memberikan ke-
puasan terbesar ternyata merupakan salib terberat yang harus
kita pikul. Ada kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahir-
kan ke dunia, namun, jika anak yang dilahirkan ternyata jahat,
ayahnya sendiri akan berharap alangkah baiknya ia tidak pernah
dilahirkan. Nama Absalom berarti kedamaian ayahnya, namun jus-
tru dialah yang membawa kesukaran terbesar bagi ayahnya.
Seharusnya keinginan untuk memiliki anak, dan kesenangan
orangtua terhadap mereka, sedikit banyak diredakan dengan me-
nyadari bahwa mungkin saja anak-anak mereka membawa duka-
cita bagi mereka. namun , dalam hal ini sudah seharusnya keluh-
an-keluhan ayah yang menderita dibungkam, bahwa jika anaknya
bodoh, anak yang bodoh itu lahir dari benihnya sendiri. Dan oleh
sebab itu, ia harus memandangnya dari segi yang terbaik, dan
menganggapnya sebagai salibnya sendiri, dan terlebih lagi sebab
Adam melahirkan anak dalam gambar dan rupanya sendiri.
2. Betapa tidak bijaknya kita bila sedang menderita sebab satu
kesusahan (dan itu sebab anak yang susah diatur, seperti juga
sebab hal-hal lain) kita menjadi bersedih hati sampai lupa sega-
lanya: ayah orang bodoh begitu memasukkannya ke dalam hati
sehingga ia tidak bersukacita dalam hal apa pun juga. Namun, itu
salahnya sendiri. Masih ada cukup banyak sukacita untuk meng-
imbangi dukacita seperti itu sekalipun.
22 Hati yang gembira yaitu obat yang manjur, namun semangat yang patah
mengeringkan tulang.
Perhatikanlah:
1. Gembira itu sehat. Tuhan itu memelihara tubuh, dan sudah me-
nyiapkan persediaan baginya, bukan hanya makanan, melainkan
juga obat-obatan. Dan di sini Dia berkata kepada kita bahwa obat
yang terbaik yaitu hati yang gembira, bukan hati yang kecandu-
an dengan kegembiraan yang sia-sia dan bersifat kedagingan.
Salomo sendiri berkata tentang kegembiraan seperti itu, bahwa
itu bukanlah obat, melainkan kegilaan. Itu bukan makanan, me-
lainkan racun. Apa gunanya itu? namun yang dimaksudkannya
yaitu hati yang bersukacita di dalam Allah, dan yang melayani-
Nya dengan gembira, dan kemudian merasakan penghiburan dari
kesenangan-kesenangan lahiriah dan terutama penghiburan dari
percakapan yang menyenangkan. Sungguh merupakan rahmat
yang besar bahwa Allah memberi kita izin untuk bergembira dan
alasan untuk bergembira, terutama jika dengan anugerah-Nya Ia
memberi kita hati untuk bergembira. Ini baik seperti obat (begitu
sebagian orang membaca ayat ini). Ini akan membuat tubuh ada
dalam keadaan yang baik dan dapat bekerja dengan lebih baik.
Atau, itu membawa kebaikan seperti halnya obat bagi tubuh, de-
ngan membuatnya enak dan sehat untuk bekerja. namun , jika ke-
gembiraan yaitu obat (dengan memahaminya sebagai hiburan
dan liburan), maka itu harus digunakan dengan hemat, hanya bila
ada kesempatan, dan jangan dijadikan sebagai makanan, namun
harus digunakan seperti obat, sub regimine sebagai pengobatan
yang diatur penggunaannya, dan dibuat sesuai dengan aturan.
2. Kesedihan-kesedihan pikiran sering kali berpengaruh besar pada
sakitnya tubuh: semangat yang patah, yang tenggelam oleh be-
ban-beban penderitaan, dan terutama hati nurani yang terluka
oleh perasaan bersalah dan ketakutan akan murka, mengeringkan
tulang, menyerap kelembapannya sampai ke akar-akarnya, mengi-
kis habis sumsum-sumsumnya, dan menyisakan tulang-belulang
belaka pada tubuh. Oleh sebab itu, kita harus berjaga-jaga dan
berdoa melawan segala kecondongan untuk bersedih hati, sebab
semua kecondongan itu membawa kita ke dalam kesusahan dan
juga pencobaan.
23 Orang fasik menerima hadiah suapan dari pundi-pundi untuk membelok-
kan jalan hukum.
Lihatlah di sini:
1. Betapa jahatnya suapan itu: sungguh fasik orang yang mau
menerima hadiah suapan untuk memberikan kesaksian, putusan,
atau penghakiman palsu. saat ia menerimanya, ia menjadi malu
sebab nya, sebab ia menerima suap itu dengan serahasia mung-
kin, dari pundi-pundi yang diketahuinya sudah dipersiapkan bagi-
nya. Hadiah suapan itu disembunyikan dengan begitu rapi, dan
begitu licik sehingga, jika bisa, ia akan menyembunyikannya dari
hati nuraninya sendiri. Hadiah suapan diterima dari pundi-pundi
orang fasik (begitu sebagian orang membaca ayat ini). Sebab
jahatlah orang yang memberi suap, seperti juga orang yang mene-
rimanya.
2. Betapa dahsyatnya suap itu. Suap itu begitu kuat sampai-sampai
membengkokkan jalan hukum. Jalan keadilan tidak saja terham-
bat, namun juga berubah menjadi ketidakadilan. Dan kesalahan-
kesalahan terbesar dilakukan dengan dalih berbuat benar.
)
24 Pandangan orang berpengertian tertuju pada hikmat, namun mata orang
bebal melayang sampai ke ujung bumi.
Perhatikanlah:
1. Harus dipandang cerdas orang yang tidak hanya memiliki hikmat,
namun juga yang siap menggunakannya jika ada kesempatan
untuk itu. Dia menaruh hikmat di hadapannya (KJV), seperti ke-
mudi dan kompas untuk mengarahkan jalannya, dan pandangan-
nya selalu tertuju padanya, seperti orang yang sedang menulis
tulisannya. Ia memilikinya di hadapan dia. Hikmat itu tidak harus
dicari, namun diam di dekatnya.
2. Orang yang pikirannya kacau, yang suka melantur dan melayang-
layang ke mana-mana, tidak akan pernah layak untuk melakukan
pekerjaan yang mantap. Sungguh bodoh, dan tidak ada gunanya,
orang yang matanya melayang sampai ke ujung bumi, yang melihat
ke sini, ke sana, dan ke mana-mana, ke mana saja kecuali ke tem-
pat seharusnya ia melihat, yang tidak dapat menetapkan pikiran-
pikirannya pada satu topik atau yang tidak berusaha mencapai
satu tujuan dengan cara yang tetap. saat pikirannya harus ter-
pusat pada pelajaran dan pekerjaan, pikiran itu dipenuhi dengan
seribu satu macam hal yang asing dan tidak bersangkut paut.
25 Anak yang bebal menyakiti hati ayahnya, dan memedihkan hati ibunya.
Amatilah:
1. Anak-anak yang jahat yaitu penderitaan bagi kedua orangtua
mereka. Mereka menimbulkan amarah pada ayahnya (begitu yang
diartikan oleh kata itu), sebab meremehkan kewenangannya, te-
tapi menimbulkan kepedihan dan kepahitan bagi ibunya, sebab
menyalahgunakan kelembutannya. Oleh sebab itu, ibu dan ayah,
yang menderita bersama-sama, harus saling menghibur untuk me-
nguatkan satu sama lain di dalam penderitaan itu, dan berusaha
menjadikannya semudah mungkin. Sang ibu meredakan amarah
sang ayah, dan sang ayah meringankan kepedihan sang ibu.
2. Bahwa Salomo sering kali mengulangi kata-kata ini, mungkin ka-
rena itu terjadi pada dirinya sendiri. Namun, bagaimanapun juga,
hal itu biasa terjadi pada siapa saja.
26 Mengenakan denda orang benar yaitu salah, memukul orang mulia pun
tidak patut.
Dalam perbedaan-perbedaan yang terjadi antara hakim dan rakyat,
dan perbedaan-perbedaan seperti itu sering timbul,
1. Hendaknya para hakim memastikan bahwa mereka tidak pernah
mengenakan denda orang benar, bahwa mereka tidak sekali pun
menjadi kengerian bagi perbuatan-perbuatan baik, sebab hal itu
berarti mereka menyalahgunakan kekuasaan mereka dan meng-
khianati kepercayaan besar yang sudah diberikan kepada mereka.
Perbuatan itu salah, yakni, sangat jahat, dan akan berujung pada
hal-hal yang tidak baik, apa pun tujuan yang mereka ingin capai
dalam melakukannya. jika para raja menjadi penguasa-pe-
nguasa yang lalim dan penganiaya-penganiaya, takhta mereka
tidak akan berdiri dengan mudah atau teguh.
2. Hendaknya rakyat memastikan bahwa mereka tidak mencari-cari
kesalahan pada pemerintah dalam melaksanakan tugasnya, sebab
sungguh jahat memukul orang mulia, dengan mencemarkan peme-
rintahan mereka atau dengan sembunyi-sembunyi berusaha me-
nyerang mereka, seperti yang diperbuat oleh kesepuluh suku
Israel yang memberontak dengan mencela Salomo sebab membe-
bankan pajak yang sesungguhnya memang diperlukan. Sebagian
orang membaca bagian ini demikian, dan juga janganlah memukul
orang mulia sebab ia berbuat adil. Para hakim harus berjaga-jaga
agar tidak seorang pun yang berada di bawah penghakiman mere-
ka menderita sebab berbuat baik. Juga orangtua janganlah mem-
bangkitkan amarah di dalam hati anak-anak mereka dengan tegur-
an-teguran yang tidak pada tempatnya.
27 Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpeng-
ertian berkepala dingin. 28 Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia
berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya.
Dua cara seseorang dapat menunjukkan dirinya sebagai orang bijak:
1. Dengan temperamen yang baik dan manis serta ketenangan pikir-
an: orang yang berpengertian berkepala dingin, mempunyai jiwa
yang berharga (itulah kata yang digunakan. Orang demikian mem-
perhatikan baik-baik jiwanya, agar menjadi sebagaimana mestinya,
dan dengan begitu menjaganya tetap sehat, tenang pada dirinya
sendiri dan menyenangkan bagi orang lain. Roh yang penuh anuge-
rah yaitu roh yang mulia. Roh seperti ini menjadikan orang me-
nyenangkan, lebih baik dari tetangganya. Ia berjiwa dingin (begitu
sebagian orang membacanya), tidak panas sebab amarah, dan
juga tidak berang dan mengamuk oleh desakan perasaan yang
rusak, namun tetap tenang dan diam. Kepala yang dingin dan hati
yang hangat yaitu perpaduan yang mengagumkan.
2. Dengan mengekang lidahnya baik-baik.
(1) Orang bijak akan sedikit mengeluarkan kata-kata, sebab ta-
kut salah berbicara: orang yang berpengetahuan, dan yang
bertujuan untuk berbuat baik dengannya, akan berhati-hati
saat ia berbicara, dan akan berbicara langsung pada pokok
permasalahannya. Ia akan sedikit berbicara supaya bisa meng-
ambil waktu untuk menimbang-nimbang. Ia menahan perkata-
annya, sebab perkataan itu lebih baik ditahan dibandingkan dike-
luarkan dengan cara tidak baik.
(2) Hal ini biasanya dipandang sebagai petunjuk pasti akan ada-
nya hikmat, yaitu bahwa orang bodoh bisa disangka bijak se-
andainya ia cukup cerdik untuk mengekang lidahnya, untuk
mendengar, melihat, dan sedikit berkata-kata. Jika orang bo-
doh berdiam diri, orang yang baik hati akan menyangka dia
bijak, sebab tidak ada yang bertentangan yang kelihatan. Ka-
lau ia diam, ia dikira sedang mencermati apa yang dikatakan
orang lain, belajar dari pengalaman, dan bertanya-tanya dalam
hati apa yang hendak dikatakannya, agar ia bisa mengatakan
hal-hal yang bersangkut paut. Lihatlah betapa mudahnya men-
dapat pujian dari orang lain dan memperdaya mereka. namun
jika orang bodoh berdiam diri, Allah tahu hatinya, dan tahu
kebodohan yang bersarang di sana. Bagi-Nya pikiran yaitu
perkataan, dan oleh sebab itu tidak mungkin Dia keliru dalam
penghakiman-Nya atas manusia.
1 Orang yang menyendiri, mencari keinginannya, amarahnya meledak ter-
hadap setiap pertimbangan.
Bahasa aslinya di sini sulit, dan dipahami secara berbeda-beda.
1. Sebagian orang memandangnya sebagai teguran terhadap orang
yang suka menyendiri. jika orang bermegah dalam menyendiri
dari kehangatan dan pergaulan dengan orang lain, bermegah
dalam menentang segala sesuatu yang dikemukakan sebelum
mereka, dan mengedepankan gagasan-gagasan baru milik mereka
sendiri, yang, meskipun begitu tidak masuk akal, mereka tetap
pegang erat-erat, itu berarti bahwa mereka hanya memuaskan ke-
inginan mereka atau hawa nafsu mereka untuk bermegah diri se-
cara sia-sia. Dan mereka mencari-cari serta mencampuri apa yang
sesungguhnya bukan urusan mereka. Orang seperti itu mencari
sesuai dengan keinginannya, selalu mencampuri setiap urusan
orang, dan berlagak menjatuhkan penghakiman atas perkara se-
tiap orang. Dia suka bermuram durja dan tinggi hati. Begitulah
pada umumnya orang-orang yang keras hati dan angkuh, dan de-
ngan berbuat demikian mereka justru membuat diri mereka ko-
nyol dan menyusahkan orang lain.
2. Dalam terjemahan KJV yang kita miliki, ayat ini tampak dipan-
dang sebagai dorongan agar orang bertekun mencari hikmat. Jika
kita ingin memperoleh pengetahuan atau anugerah, kita harus
menginginkannya, sebagaimana kita menginginkan apa yang kita
perlukan dan apa yang akan membawa keuntungan besar bagi
kita (1Kor. 12:31). Kita harus menyendiri (KJV: memisahkan diri
pen.) dari segala sesuatu yang akan membuat kita menyimpang
dari usaha pencarian itu, atau menghambat kita di dalam mela-
kukannya. Kita harus mengundurkan diri dari hiruk-pikuknya ke-
sia-siaan dunia ini, kemudian mencari dan memanfaatkan segala
sarana dan didikan hikmat. Kita harus rela bersusah payah dan
mencoba segala cara untuk memperbaiki diri kita sendiri, menge-
nal beraneka macam pendapat, agar kita dapat menguji segala
sesuatu dan berpegang teguh pada apa yang baik.
2 Orang bebal tidak suka kepada pengertian, hanya suka membeberkan isi
hatinya.
Orang bebal bisa saja berpura-pura mengerti, dan mencari serta me-
manfaatkan sarana-sarana untuk mendapatkan pengertian, namun ,
1. Hatinya tidak benar-benar bersuka di dalamnya. Itu hanya untuk
menyenangkan teman-temannya atau mendatangkan pujian bagi
dirinya. Ia tidak menyukai bukunya, atau pekerjaannya, atau
Alkitabnya, atau doa-doanya. Ia lebih ingin menjadi orang bodoh
yang terus bermain-main. Orang yang tidak bersuka di dalam
didikan atau agama tidak akan mendapatkan apa-apa baik dari
didikan maupun agama. Orang tidak akan mengalami kemajuan
dalam hal didikan dan agama, jika ia memandangnya sebagai be-
ban dan pekerjaan yang membosankan.
2. Ia tidak mempunyai maksud baik di dalamnya, namun hanya suka
membeberkan isi hatinya, agar ada yang bisa dipamerkannya, ada
sesuatu untuk menutup-nutupi kebodohannya, supaya ia tampak
lebih baik, sebab ia suka mendengar dirinya sendiri berbicara.
3 Bila kefasikan datang, datanglah juga penghinaan dan cela disertai cemooh.
Ayat ini bisa mempunyai pengertian ganda:
1. Bahwa orang fasik suka mencemooh, dan mencela orang lain. Bila
orang fasik datang ke dalam suatu kumpulan apa saja, datang ke
ajaran-ajaran hikmat atau ke dalam jemaat-jemaat untuk beriba-
dah, maka datanglah juga penghinaan terhadap Allah, terhadap
umat-Nya dan hamba-hamba-Nya, dan terhadap segala sesuatu
yang dikatakan dan dilakukan. Tidak ada hal lain yang bisa kita
harapkan dari orang-orang yang cemar selain bahwa mereka akan
menjadi pencemooh. Mereka akan menjadi cela dan cemooh. Mere-
ka akan mengolok-olok dan mengejek segala sesuatu yang sung-
guh-sungguh dan penting. namun janganlah orang bijak dan baik
memedulikannya, sebab ada pepatah kuno yang berkata, kefasik-
an seperti itu timbul dari orang fasik.
2. Bahwa orang fasik itu memalukan, dan mendatangkan penghina-
an atas diri mereka sendiri, sebab Allah telah berkata bahwa
orang-orang yang menghina Dia akan dipan