Minggu, 29 Desember 2024

amsal 15


  terbesar ke-

pada sesama mereka, bagaimana melakukannya dengan berhasil, 

namun  juga aman bagi mereka. Kemudian, mereka mengatupkan 

bibir mereka (KJV: menggerakkan bibir mereka – pen.), untuk mem-

berikan perintah kepada bawahan-bawahan mereka, untuk me-

laksanakan kejahatan, serta menggenapi tipu muslihat orang 

fasik, atau menggigit bibirnya (begitu sebagian orang membaca-

nya)   sebab  kesal. saat  orang fasik merencanakan kejahatan 

terhadap orang benar, ia menggertakkan giginya terhadap dia. 

2. Mereka ini (masih seperti Iblis) berbuat semampu mereka untuk 

menyesatkan dan mengajak orang lain untuk bergabung bersama 

mereka dalam berbuat kejahatan, dengan membawa dia di jalan 

yang tidak baik, yang tidak jujur, tidak terhormat, tidak aman, 

yang membangkitkan amarah Allah, dan yang ujung-ujungnya 

akan merusak orang berdosa. Demikianlah ia bertujuan untuk 

menghancurkan sebagian orang di dunia ini dengan membawa 

mereka ke dalam masalah, dan menghancurkan sebagian yang 

lain di dunia lain dengan membawa mereka ke dalam dosa. 

Kedaulatan Pemeliharaan Ilahi, 16:31-33 

31 Rambut putih yaitu  mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebe-

naran. 

Perhatikanlah: 

1. Sudah harus menjadi kepedulian besar bagi orang yang lanjut 

usia untuk didapat pada jalan kebenaran, jalan agama dan kesa-

lehan yang sungguh-sungguh. Baik Allah maupun manusia akan 

mencari mereka di jalan itu. Orang akan berharap bahwa mereka 

yang sudah lanjut usia akan menjadi baik, bahwa kehidupan 

mereka selama bertahun-tahun pasti sudah mengajar mereka hik-

mat yang terbaik. Oleh sebab itu, hendaklah mereka ditemukan 

ada di jalan itu. Kematian akan datang. Sang Hakim akan segera 

datang. Tuhan sudah dekat. Supaya mereka bisa kedapatan da-

lam perdamaian dengan Dia, maka hendaklah mereka didapat 

pada jalan kebenaran (2Ptr. 3:14), didapati melakukan tugasnya 

(Mat. 24:46). Hendaklah orang yang lanjut usia menjadi murid-

murid yang sudah matang. Hendaklah mereka bertekun sampai 

pada akhirnya pada jalan kebenaran, yang sudah mulai mereka 

tempuh sejak dari dulu, agar mereka tetap didapat pada jalan itu. 

2. Jika orang yang lanjut usia didapat pada jalan kebenaran, usia 

mereka akan menjadi kehormatan bagi mereka. Usia lanjut, yang 

seperti itu, yaitu  terhormat, dan membuat orang menaruh hor-

mat (engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan, Im. 

19:32). namun , jika  usia lanjut didapat pada jalan kefasikan, 

maka kehormatannya terhapus, mahkotanya tercemar dan ter-

campakkan di dalam debu tanah (Yes. 65:20). Oleh   sebab  itu, 

orang yang lanjut usia, jika mau menjaga kehormatan mereka, 

harus tetap berpegang teguh pada kelurusan hati mereka, maka 

rambut uban mereka akan benar-benar menjadi mahkota bagi 

mereka. Mereka patut dihormati dua kali lipat. Anugerah yaitu  

kemuliaan di usia tua. 

32 Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai diri-

nya, melebihi orang yang merebut kota. 

Ayat ini menyarankan kepada kita keindahan sifat lemah lembut, 

yang patut dimiliki oleh kita semua, terutama oleh mereka yang 

sudah berambut putih (ay. 31).  

Amatilah: 

1. Ciri dari sifat lemah lembut. Sifat ini sabar, tidak mudah marah, 

tidak juga lekas terpancing jika  dipanas-panasi, mengambil 

waktu untuk menimbang-nimbang sebelum membiarkan amarah 

meledak, agar tidak melanggar batas-batas yang wajar. Sifat ini 

juga berarti, lambat untuk menjadi marah sehingga orang mudah 

dihentikan dan ditenangkan. Sifat ini mengajak kita untuk me-

nguasai jiwa kita sendiri, segala hasrat dan perasaan kita, dan 

semua kecenderungan hati kita, namun  terutama segala hawa 

nafsu kita, amarah kita, dengan senantiasa mengatur dan me-

ngendalikannya, dan menundukkannya secara ketat kepada per-

aturan agama dan akal sehat. Kita harus panjang sabar, sama 

seperti Allah (Nah. 1:3).  

2. Kehormatan dari sifat lemah lembut. Orang yang sudah berhasil 

dan terus mengendalikan hawa nafsunya melebihi seorang pahla-

wan, melebihi orang yang merebut kota sesudah  mengepungnya 

Kitab Amsal 16:31-33 

 347 

selama bertahun-tahun. Ia juga melebihi orang yang menakluk-

kan sebuah bangsa melalui perang yang berlangsung lama. 

Lihatlah, yang ada di sini sesungguhnya lebih dibandingkan  Alexander 

Agung atau Julius Caesar. Untuk menaklukkan diri sendiri dan 

hawa nafsu kita yang susah diatur, dibutuhkan hikmat sejati 

yang lebih besar, dan pengaturan diri yang lebih mantap, tetap, 

dan teratur dibandingkan  yang dibutuhkan untuk meraih kemenangan 

atas pasukan-pasukan musuh. Penaklukan dengan akal budi itu 

lebih mulia bagi makhluk yang berakal budi dibandingkan  penaklukan 

dengan cara biadab. Penaklukan dengan akal budi merupakan 

kemenangan yang tidak membahayakan siapa pun. Tidak ada 

nyawa ataupun harta benda yang harus dikorbankan untuk itu, 

kecuali hanya hawa-hawa nafsu yang rendah. Lebih sulit, dan 

  sebab  itu lebih mulia, untuk memadamkan pemberontakan di 

rumah dibandingkan  menghadapi serangan dari luar. Bahkan, sedemi-

kian besarnya keuntungan-keuntungan dari kelemahlembutan, 

sehingga dengannya kita lebih dari pada orang-orang yang menang. 

(16:33) 

33 Undi dibuang di pangkuan, namun  setiap keputusannya berasal dari pada 

TUHAN. 

Perhatikanlah: 

1. Pemeliharaan ilahi mengatur dan mengarahkan perkara-perkara 

yang kita anggap sepele dan kebetulan saja. Tidak ada satu hal 

pun yang terjadi secara kebetulan, dan tidak pula peristiwa diten-

tukan secara buta oleh nasib, namun  segala sesuatu terjadi   sebab  

kehendak dan kebijaksanaan Allah. Apa yang luput dari pandang-

an mata atau jamahan tangan manusia, itulah yang teramat 

dipedulikan Allah.  

2. saat  kita berseru dengan sungguh-sungguh kepada Pemelihara-

an ilahi dengan cara membuang undi, untuk memutuskan suatu 

perkara yang pada saat tertentu tidak bisa kita putuskan sama 

sekali, atau tidak bisa kita putuskan dengan baik, kita harus 

mengarahkan pandangan kepada Allah di dalamnya, dengan doa. 

Ini kita lakukan agar kita bisa mendapat keputusan yang benar 

(buanglah undi secara sempurna, KJV, 1Sam. 14:41; Kis. 1:24). 

Kemudian, kita dapat menerimanya jika  sudah diputuskan, 

dengan merasa puas bahwa tangan Allah ada di dalamnya, dan 


 348

tangan itu diarahkan oleh hikmat tak terbatas. Semua pengatur-

an Pemeliharaan ilahi yang menyangkut perkara-perkara kita ha-

ruslah kita pandang sebagai undi yang sudah ditetapkan bagi 

kita, sebagai ketentuan dari apa yang sudah kita serahkan ke-

pada Allah, dan yang harus kita terima sebagaimana mestinya.   

PASAL 17  

Dusta dan Penindasan Ditegur, 17:1-5 

(17:1) 

1 Lebih baik sekerat roti yang kering disertai dengan ketenteraman, dari pada 

makanan daging serumah disertai dengan perbantahan. 

Dalam kata-kata ini, kasih dan kedamaian dalam keluarga disaran-

kan sebagai sesuatu yang amat berperan dalam memberikan kenya-

manan hidup manusia.  

1. Orang-orang yang hidup bersatu dan tenang bukan hanya ter-

bebas dari rasa iri hati dan permusuhan, namun  juga bersaing 

secara sehat untuk saling mengasihi, dan mau membantu satu 

sama lain. Mereka hidup dengan sangat nyaman, meskipun ber-

kedudukan rendah di dunia. Mereka bekerja keras dan bersusah 

payah, walaupun setiap orangnya hanya mendapat sekerat roti, 

dan itu pun sekerat roti yang kering. Bisa saja ada kedamaian dan 

ketenangan sekalipun tidak makan tiga kali sehari, asalkan se-

mua orang sama-sama puas terhadap pemeliharaan Allah dan 

saling puas terhadap kebijaksanaan satu sama lain. Kasih yang 

kudus bisa saja didapati di dalam gubuk. 

2. Orang-orang yang hidup berseteru, yang selalu ribut dan cekcok, 

dan mencela satu sama lain, meskipun punya banyak santapan 

lezat, makanan daging serumah, hidup dengan tidak nyaman. 

Mereka tidak bisa mengharapkan berkat Allah atas mereka dan 

atas apa yang mereka miliki, dan juga tidak dapat benar-benar 

menikmati kesenangan-kesenangan mereka, apa lagi merasakan 

kedamaian dalam hati nurani mereka sendiri. Kasih akan mem-

buat manis sekerat roti yang kering, namun  perbantahan akan 


 350

membuat asam dan pahit makanan daging serumah. Sedikit saja 

ragi kebencian akan membuat khamir seluruh kesenangan. 

(17:2) 

2 Budak yang berakal budi akan berkuasa atas anak yang membuat malu, 

dan akan mendapat bagian warisan bersama-sama dengan saudara-saudara 

anak itu. 

Perhatikanlah:  

1. Penghargaan akan jasa yang sejati tidak datang melalui keduduk-

an. Semua orang setuju bahwa anak dalam keluarga lebih berhar-

ga dibandingkan  hamba (Yoh. 8:35). Namun, adakalanya terjadi bahwa 

hamba itu bijaksana, dan menjadi berkat serta pujian bagi keluar-

ga itu, sedangkan si anak yaitu  pribadi yang bodoh, dan menjadi 

beban serta aib bagi keluarganya. Eliezer, orang Damsyik itu, 

meskipun Abram tidak sanggup membayangkan ia akan menjadi 

ahli warisnya, tetap mendukung keluarga Abram, saat  ia men-

carikan istri bagi Ishak. Sementara Ismael, seorang anak, merupa-

kan aib bagi keluarganya, saat  ia mengejek Ishak. 

2. Martabat yang sejati datang oleh   sebab  jasa. Jika seorang hamba 

bijak, dan mengurus berbagai hal dengan baik, maka ia akan 

lebih dipercaya lagi, dan tidak hanya akan berkuasa bersama, 

namun  juga atas anak yang membuat malu. Sebab Allah dan alam 

sudah merancang bahwa orang bodoh akan menjadi budak orang 

bijak. Bahkan, seorang hamba yang bijak mungkin saja menda-

patkan perhatian yang begitu besar dari tuannya sehingga ia 

diberi bagian harta si anak, dan akan mendapat bagian warisan 

bersama-sama dengan saudara-saudara anak itu. 


3 Kui yaitu  untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, namun  

TUHANlah yang menguji hati. 

Perhatikanlah:  

1. Hati anak-anak manusia itu tunduk bukan hanya pada pandang-

an Allah, melainkan juga pada penghakiman-Nya: sama seperti 

kui (kuali kecil – pen.) yaitu  untuk melebur perak, baik untuk 

menguji maupun memperindah perak itu, demikian pula TUHAN 

menguji hati. Ia menyelidiki apakah hati manusia benar atau 

tidak, dan hati yang benar akan diperhalus dan dimurnikan-Nya 

(Yer. 17:10). Allah menguji hati melalui penderitaan (Mzm. 66:10-

11), dan sering kali memilih umat-Nya dalam dapur perapian itu 

(Yes. 48:10), dan menjatuhkan pilihan atas mereka. 

2. Hanya Allah-lah yang menguji hati. Manusia boleh menguji perak 

dan emas mereka dengan kui dan perapian mereka, namun  mereka 

tidak bisa menguji hati satu sama lain dengan cara seperti itu. 

Hanya Allah yang melakukan itu, sebab Dialah yang menyelidiki 

hati dan berdaulat atasnya. 


4 Orang yang berbuat jahat memperhatikan bibir jahat, seorang pendusta 

memberi telinga kepada lidah yang mencelakakan. 

Perhatikanlah:  

1. Orang-orang yang berencana berbuat jahat menyokong diri mere-

ka sendiri dengan dusta dan kebohongan: orang yang berbuat 

jahat memberi telinga, dengan amat senang hati, kepada bibir 

jahat, yang akan membenarkan dia dalam kejahatan yang dilaku-

kannya, dan kepada orang-orang yang ingin mengganggu keten-

teraman umum. Mereka dengan rakus menelan bulat-bulat segala 

fitnah dan cerita bohong, yang mencemarkan pemerintahan dan 

tatanan warga . 

2. Orang-orang yang dengan seenaknya berkata dusta senang mende-

ngar dusta-dusta itu diceritakan: seorang pendusta memberi per-

hatian kepada lidah yang penuh kebencian dan fitnah, agar ia bisa 

menyambung-nyambungkan segala kebohongannya, dan memberi-

nya sedikit banyak warna kebenaran, dan dengan demikian mendu-

kung kebohongan-kebohongannya. Orang-orang berdosa akan mem-

pererat tangan satu sama lain. Mereka memperlihatkan diri sendiri 

jahat saat  mereka berkenalan dengan orang jahat dan mencari 

bantuan dari mereka. 


5 Siapa mengolok-olok orang miskin menghina Penciptanya; siapa gembira 

  sebab  suatu kecelakaan tidak akan luput dari hukuman. 


Lihatlah di sini:  

1. Betapa besarnya dosa yang diperbuat oleh orang yang menginjak-

injak kaum miskin, yang mengejek kekurangan dan kehinaan pe-

nampilan mereka, yang mencela mereka   sebab  miskin, dan yang 

mengambil keuntungan dari kelemahan mereka untuk berlaku 

kasar dan menyakiti mereka. Mereka mengolok-olok Penciptanya, 

amat merendahkan dan menghina Dia, yang sudah menempatkan 

orang miskin dalam keadaan mereka, yang empunya mereka, 

yang merawat mereka, dan yang dapat, jika  Dia berkehendak, 

merendahkan kita ke dalam keadaan itu. Hendaklah orang-orang 

yang mencela Pencipta kaum miskin dengan cara seperti itu sadar 

bahwa mereka akan dituntut untuk bertanggung jawab atas 

perbuatan mereka itu (Mat. 25:40-41; Ams. 14:31). 

2. Betapa besarnya bahaya yang akan menjatuhkan orang-orang itu 

sendiri ke dalam kesusahan jika mereka senang melihat dan men-

dengar kesusahan-kesusahan orang lain: siapa gembira   sebab  

suatu kecelakaan, supaya ia dapat membangun di atas reruntuh-

an orang lain, dan menghibur diri dengan penghakiman-pengha-

kiman Allah yang telah dijatuhkan, hendaklah ia sadar bahwa ia 

tidak akan luput dari hukuman. Cawan itu akan ditaruh ke dalam 

tangannya (Yeh. 25:6-7). 

 

6 Mahkota orang-orang tua yaitu  anak cucu dan kehormatan anak-anak 

ialah nenek moyang mereka. 

Seperti itulah mereka, maksudnya, seperti itulah seharusnya mereka, 

dan jika mereka berperilaku terpuji, begitulah mereka adanya. 

1. yaitu  suatu kehormatan bagi orangtua saat  sudah lanjut usia 

untuk membiarkan anak-anak mereka, dan anak cucu mereka, 

bertumbuh dewasa, mengikuti jejak-jejak langkah kebajikan me-

reka. Besar harapannya mereka akan mempertahankan serta me-

majukan nama baik keluarga mereka. yaitu  suatu kehormatan 

bagi seseorang jika  ia bisa hidup sekian lama sehingga dapat 

melihat anak-anak dari anak-anaknya (Mzm. 128:6; Kej. 50:23), 

melihat rumahnya dibangun dalam diri mereka, dan melihat bah-

wa besar kemungkinan mereka akan melayani angkatan mereka

sesuai dengan kehendak Allah. Hal ini memahkotai dan menyem-

purnakan penghiburan mereka di dunia ini. 

2. yaitu  suatu kehormatan bagi anak-anak untuk mempunyai 

orangtua yang bijaksana dan saleh, dan untuk tetap bersama-

sama dengan orangtua mereka sekalipun mereka sendiri sudah 

tumbuh dewasa dan hidup mapan. Tidaklah wajar anak-anak 

yang menganggap orangtua mereka yang sudah renta sebagai be-

ban bagi mereka, dan merasa bahwa orangtua mereka hidup ter-

lalu lama. Padahal, jika anak-anak itu bijak dan baik, sungguh 

merupakan kehormatan besar bagi mereka bahwa dengan demi-

kian mereka bisa menjadi penghiburan bagi orangtua mereka di 

hari tua yang tidak menyenangkan. 

7 Orang bebal tidak layak mengucapkan kata-kata yang bagus, apalagi orang 

mulia mengucapkan kata-kata dusta. 

Di sini ada dua hal yang digambarkan sebagai suatu hal yang amat 

tidak masuk akal: 

1. Bahwa orang-orang yang tidak punya nama baik menjadi pen-

didik. Apa yang lebih tidak pantas selain bagi orang-orang bodoh, 

yang dikenal mempunyai sedikit pengertian dan kebijaksanaan, 

untuk berlagak melakukan apa yang melebihi mereka, dan yang 

tidak pernah pantas mereka lakukan? Orang bodoh, dalam amsal 

Salomo, melambangkan orang fasik, yang tidak layak mengucap-

kan kata-kata yang bagus,   sebab  perilaku hidupnya membukti-

kan kebohongan kata-katanya yang bagus itu. Apakah urusan 

mereka menyelidiki ketetapan-ketetapan Allah jika mereka mem-

benci didikan? (Mzm. 50:16). Kristus tidak mau mengizinkan roh-

roh najis untuk berkata bahwa mereka mengetahui Dia sebagai 

Anak Allah. Lihat Kisah Para Rasul 16:17-18. 

2. Tidak masuk akal jika orang yang sudah mempunyai nama baik 

yaitu  seorang penipu. Jika tidak pantas bagi orang tercela untuk 

memberanikan diri berbicara sebagai seorang filsuf atau negara-

wan,   sebab  tidak akan ada orang yang mau mendengarkan dia, 

sebab tabiatnya membuat mereka berprasangka buruk, maka 

jauh lebih tidak pantas lagi bagi seorang penguasa, bagi seseorang 

yang terhormat, untuk mengambil keuntungan dari sifatnya dan 

dari kepercayaan yang sudah diberikan kepadanya, untuk berbo-

hong, untuk menutup-nutupi sesuatu, dan melanggar perkata-

annya tanpa beban hati nurani. Berdusta tidak pantas dilakukan 

oleh siapa saja, namun  paling buruk jika dilakukan oleh seorang 

penguasa. Lihatlah, betapa rusaknya kebijakan negara pada saat 

ini, yang secara tidak langsung menyatakan bahwa para penguasa 

tidak boleh menjadi hamba bagi perkataan mereka jika itu bukan 

demi kepentingan mereka sendiri, dan Qui nescit dissimulare 

nescit regnare – Barangsiapa tidak tahu bagaimana menutup-

nutupi tidak tahu bagaimana memerintah. 

8 Hadiah suapan yaitu  seperti mestika di mata yang memberinya, ke mana 

juga ia memalingkan muka, ia beruntung. 

Maksud dari ungkapan ini yaitu  untuk menunjukkan, 

1. Bahwa orang-orang yang mempunyai uang di tangan mereka me-

nyangka bahwa mereka bisa melakukan apa saja dengannya. 

Orang-orang kaya memandang berharga uang yang sedikit jum-

lahnya bagaikan mestika, dan menghargai diri mereka sendiri 

dengannya seolah-olah itu memberi mereka bukan saja perhiasan, 

melainkan juga kekuasaan, dan seolah-olah setiap orang harus 

tunduk pada kehendak mereka, bahkan keadilan sekalipun. Ke 

mana saja mereka memalingkan muka, mereka berharap agar ber-

lian yang berkilauan ini menyilaukan mata semua orang, dan 

membuat mereka semua melakukan apa yang persis mereka ha-

rapkan dilakukan orang-orang itu untuk mendapatkannya. Uang 

sekantong akan memenangkan perkara. Bayarlah dengan uang 

yang banyak, maka kamu bisa mendapatkan apa yang kamu mau. 

2. Bahwa orang-orang yang mata duitan, dan yang mengarahkan 

hatinya kepadanya, akan melakukan apa saja untuk mendapat-

kannya: suapan yaitu  seperti mestika di mata yang menerima-

nya. Suapan mempunyai pengaruh besar pada dirinya, dan de-

ngan yakin ia akan pergi ke mana saja suapan itu mengantarnya, 

ke sana atau kemari, sekalipun itu bertentangan dengan keadilan 

dan tidak sejalan dengan dirinya sendiri. 

9 Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, namun  siapa membangkit-

bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib. 


Perhatikanlah:  

1. Jalan untuk menjaga kerukunan di antara sanak saudara dan se-

sama yaitu  dengan memandang segala sesuatunya dari segi yang 

terbaik, tidak mengatakan kepada orang lain apa yang sudah dika-

takan atau dilakukan terhadap mereka, jika  itu sama sekali 

tidak penting bagi keselamatan mereka. Juga, tidak mengindahkan 

apa yang dikatakan atau dilakukan melawan kita sendiri. Sebalik-

nya, kita harus memaafkan semua tindakan ini, dan mencari hal 

terbaik darinya. “Itu hanyalah kekhilafan,   sebab  itu abaikan 

saja. Terjadinya   sebab  kealpaan,   sebab  itu lupakan saja. Mung-

kin kamu tidak rugi sedikit pun   sebab nya, jadi janganlah kamu 

mencari gara-gara dengannya.” 

2. Membeberkan kesalahan-kesalahan berarti mengoyak-oyak cinta 

kasih, dan tidak ada hal lain yang lebih cenderung memisahkan 

sesama sahabat, dan membuat mereka berselisih, selain dengan 

membangkit-bangkit perkara yang sudah menyebabkan perselisih-

an. Sebab bukan pengulangan itu sendiri yang membuat mereka 

memanas, melainkan perkara-perkara yang dibesar-besarkan, 

dan rasa amarah berkenaan dengannya yang diungkit-ungkit dan 

dipancing-pancing. Cara terbaik untuk menjaga perdamaian ada-

lah dengan mengampuni atau melupakan. 

10 Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus 

pukulan pada orang bebal. 

Perhatikanlah: 

1. Satu kata saja sudah cukup bagi orang bijak. Teguran yang lem-

but tidak hanya akan masuk ke dalam kepala, melainkan juga ke 

dalam hati orang bijak, sehingga akan berpengaruh kuat atasnya. 

Sebab, jika satu petunjuk saja diberikan kepada hati nurani, biar-

lah hati nurani itu yang menindaklanjutinya. 

2. Pukulan-pukulan tidaklah cukup bagi orang bodoh untuk menya-

darkan ia akan kesalahan-kesalahannya, agar ia bertobat darinya, 

dan lebih berhati-hati untuk bertindak di masa depan. Orang yang 

dungu dan degil sangat jarang belajar dari kekerasan. Daud dilem-

butkan dengan seruan, engkaulah orang itu, namun  Firaun tetap 

berkeras hati sekalipun dihantam dengan semua tulah Mesir. 


11 Orang durhaka hanya mencari kejahatan, namun  terhadap dia akan disu-

ruh utusan yang kejam. 

Inilah dosa dan hukuman bagi orang jahat. 

1. Dosanya. Sungguh jahat orang yang mencari-cari segala kesem-

patan untuk memberontak melawan Allah, dan melawan peme-

rintahan yang telah ditentukan Allah atasnya, serta menentang 

dan berselisih dengan semua orang di sekelilingnya. Quærit jurgia 

– ia mencari-cari pertengkaran. Begitu menurut sebagian orang. 

Sebagian orang tergerak oleh roh pertentangan, ingin berselisih 

hanya   sebab  senang berselisih, dan akan terus menebarkan per-

musuhan di jalan-jalan mereka yang fasik, kendati dengan segala 

kekangan dan teguran yang mereka terima. Seorang pemberontak 

mencari-cari kejahatan (begitu sebagian orang membacanya), me-

lihat-lihat segala kesempatan untuk mengganggu ketenteraman 

umum. 

2. Hukumannya.   sebab  ia tidak mau disadarkan dengan cara-cara 

yang lemah lembut, terhadap dia akan disuruh utusan yang ke-

jam, semacam penghakiman yang mengerikan, sebagai utusan 

dari Allah. Para malaikat, yakni utusan-utusan Allah, akan dike-

rahkan sebagai hamba-hamba pelaksana keadilan-Nya atas orang 

itu (Mzm. 78:49). Iblis, sang malaikat maut, akan dilepaskan un-

tuk menyerangnya, dan juga utusan-utusan Iblis. Pangerannya 

akan mengutus prajurit untuk menangkap dia, dan seorang algojo 

untuk memenggal kepalanya. Orang yang menendang ke galah 

rangsang berarti menunggu pedang untuk menghunjamnya. 

Perkataan-perkataan yang Berbobot, 17:12-16 

12 Lebih baik berjumpa dengan beruang betina yang kehilangan anak, dari 

pada dengan orang bebal dengan kebodohannya. 

Perhatikanlah: 

1. Orang yang lekas marah yaitu  orang yang berperilaku seperti 

binatang. Sekalipun sewaktu-waktu ia bisa berhikmat, namun 

coba lihat kalau amarahnya tidak terkendali, ia menjadi orang 

bebal dengan kebodohannya. Bodohlah orang yang menyimpan 

amarah di dalam hatinya, dan menampakkan kegeraman pada air

 muka mereka. Ia telah melepaskan kemanusiaannya, dan sudah 

menjadi seperti beruang, beruang yang geram, beruang betina yang 

kehilangan anak. Ia gemar memuaskan segala hawa nafsu dan 

gairahnya seperti beruang betina gemar akan anak-anaknya (yang, 

meskipun jelek, yaitu  miliknya sendiri). Ia giat mengejar-ngejar-

nya seperti beruang betina mencari-cari anaknya yang hilang, dan 

luar biasa marahnya jika  ada yang menghalangi pencariannya. 

2. Ia orang yang berbahaya, bermusuhan dengan setiap orang yang 

menghalang-halangi jalannya, walaupun mereka tidak bersalah, 

sekalipun itu temannya, seperti beruang betina yang kehilangan 

anak menyangka orang pertama yang dilihatnya sebagai pen-

curinya. Ira furor brevis est – Amarah yaitu  kegilaan yang semen-

tara. Orang mungkin lebih mudah menghentikan, menghindari, 

atau berjaga-jaga terhadap seekor beruang yang marah dibandingkan  

terhadap seorang manusia yang geram dan berang. Oleh sebab 

itu, marilah kita berjaga-jaga terhadap amarah kita sendiri (su-

paya jangan amarah itu lepas kendali dan melakukan kejahatan), 

supaya dengan begitu kita menjaga kehormatan kita sendiri. Dan 

marilah kita menghindari pergaulan dengan orang-orang yang 

lekas marah, dan menjauh dari mereka saat  mereka sedang 

marah, dan dengan begitu kita menjaga keamanan kita sendiri. 

Currenti cede furori – Berilah tempat bagi murka. 

13 Siapa membalas kebaikan dengan kejahatan, kejahatan tidak akan meng-

hindar dari rumahnya. 

Orang yang penuh kebencian dan kejahatan di sini digambarkan,  

1. Sebagai orang yang tidak tahu berterimakasih kepada teman-

temannya. Sering kali ia begitu tidak tahu membalas budi dan 

tidak peka terhadap kebaikan yang dilakukan kepadanya sehing-

ga ia membalas kebaikan dengan kejahatan. Daud selalu bertemu 

dengan orang-orang yang menjadi musuhnya padahal ia menga-

sihi mereka (Mzm. 109:4). Membalas kejahatan dengan kejahatan 

yaitu  tindakan biadab layaknya binatang, namun  membalas ke-

baikan dengan kejahatan yaitu  aksi jahanam seperti Iblis. Sung-

guh rusaklah sifat orang yang,   sebab  bertekad tidak mau mem-

balas kebaikan, mau membalasnya dengan kejahatan. 

2. Sebagai orang yang tidak bersikap baik terhadap keluarganya da-

lam berbuat demikian, sebab ia mendatangkan kutuk atas keluar-

ganya. Kejahatan ini sungguh keji sehingga hukumannya tidak 

hanya ditimpakan kepada orang yang melakukannya, namun  juga 

kepada keturunannya, dan ia menimbun murka untuk mereka 

dengan berbuat kejahatan itu. Pedang tidak akan beranjak dari 

keluarga Daud,   sebab  ia membalas Uria dengan kejahatan atas 

pengabdian-pengabdian baik yang telah diberikannya. Orang-

orang Yahudi merajam Kristus   sebab  perbuatan-perbuatan-Nya 

yang baik. Oleh sebab itu, darah-Nya ditanggungkan kepada me-

reka dan kepada keturunan mereka. 


14 Memulai pertengkaran yaitu  seperti membuka jalan air; jadi undurlah 

sebelum perbantahan mulai. 

Inilah: 

1. Bahaya yang ada  pada permulaan pertengkaran. Satu kata 

panas, satu celaan yang diucapkan dengan nada kesal, satu 

tuntutan yang diucapkan dengan nada marah, satu pertentangan 

yang penuh kebencian, menimbulkan balasan yang serupa, dan 

akan dibalas lagi dengan hal yang sama, dan begitu seterusnya, 

sampai hal itu sama saja seperti membuka bendungan. jika  

air sudah mendapat saluran kecil, maka dengan sendirinya ia 

menambah lebar kebocoran itu, menghanyutkan semua yang ada 

di hadapannya, sampai kemudian tidak dapat lagi dihentikan, 

tidak dapat lagi ditahan. 

2. Peringatan baik yang disimpulkan dari sini, yaitu untuk berjaga-

jaga terhadap nyala api pertama yang menyulut pertengkaran, 

dan untuk memadamkannya begitu ia muncul. Takutlah terhadap 

es yang tengah memecah, sebab, sekali pecah, ia akan merembet 

ke mana-mana. Oleh sebab itu, undurlah darinya, bukan saat  

kita sudah melihat yang terburuk darinya, sebab mungkin sudah 

terlambat, melainkan saat pertama kita melihatnya. Obsta prin-

cipiis – Tolaklah begitu pertama kali ia muncul. Undurlah bahkan 

sebelum perbantahan mulai. Undurlah, jika mungkin, sebelum 

engkau mulai.

15 Membenarkan orang fasik dan mempersalahkan orang benar, kedua-

duanya yaitu  kekejian bagi TUHAN. 

Ini menunjukkan betapa merupakan pelanggaran bagi Allah, 

1. jika  orang-orang yang dipercaya untuk menjalankan keadilan 

umum, yaitu para hakim, para juri, para saksi, para jaksa, para 

pengacara, membebaskan orang yang bersalah atau menghukum 

orang yang tidak bersalah, atau setidak-tidaknya membantu ter-

jadinya hal itu. Hal yang demikian menggagalkan tujuan peme-

rintah, yaitu melindungi yang baik dan menghukum yang jahat 

(Rm. 13:3-4). Sama halnya juga, kita membangkitkan murka Allah 

bila kita membenarkan orang fasik, meskipun itu   sebab  merasa 

kasihan dan in favorem vitae – untuk menyelamatkan nyawa. Ini 

sama saja seperti mempersalahkan orang benar. 

2. jika  siapa saja membela dosa dan orang-orang berdosa, me-

remehkan dan mengabaikan kefasikan, atau berbantah melawan 

kebajikan dan kesalehan, dan dengan demikian membelokkan 

Jalan Tuhan yang lurus serta mengacaukan pembedaan-pembeda-

an antara yang baik dan yang jahat yang sudah ada sejak dari 

kekekalan. 


16 Apakah gunanya uang di tangan orang bebal untuk membeli hikmat, se-

dang ia tidak berakal budi? 

Di sini ada dua hal yang dibicarakan dengan rasa heran: 

1. Kebaikan Allah yang besar terhadap orang bodoh, dalam mem-

berikan uang di tangannya untuk membeli hikmat, untuk menda-

patkan pengetahuan dan anugerah agar ia layak hidup di dunia 

ini dan di dunia nanti. Kita memiliki jiwa yang berakal, sarana 

anugerah, perjuangan-perjuangan Roh, dan jalan masuk kepada 

Allah melalui doa. Kita mempunyai waktu dan kesempatan. Orang 

yang punya banyak harta (begitu sebagian orang memahaminya) 

mempunyai keuntungan-keuntungan untuk mendapatkan hikmat 

dengan cara membeli pengajaran. Orangtua, sanak saudara, ham-

ba-hamba Tuhan, dan teman-teman yang baik yaitu  orang-orang 

yang membantu kita mendapatkan hikmat. Hikmat itu uang, dan 

oleh   sebab  itu berharga, sebuah talenta. Hikmat itu yaitu  uang di 

tangan, sudah dimiliki. Firman itu dekat kepadamu. Butuh uang 

untuk mendapatkan hikmat itu. Hikmat itu demi kepentingan kita 

sendiri. Uang itu untuk mendapatkan hikmat, yaitu sesuatu yang 

paling kita perlukan,   sebab  kita orang bodoh. Beralasan bagi kita 

untuk kagum bahwa Allah sampai begitu memperhatikan kebu-

tuhan kita, dan begitu mempercayakan keuntungan-keuntungan 

seperti itu kepada kita, meskipun Ia sendiri sudah tahu bahwa 

kita tidak akan memanfaatkannya dengan benar. 

2. Kefasikan manusia yang besar, yakni diabaikannya kebaikan 

Allah dan kepentingannya sendiri, yang sangat tidak masuk akal 

dan tidak dapat dipertanggungjawabkan: ia tidak berakal budi 

(KJV: hatinya tidak terpatri kepadanya – pen.), tidak terpatri ke-

pada hikmat yang harus didapat, atau kepada uang yang bisa 

digunakan untuk mendapatkannya. Ia tidak memiliki hati, atau 

keterampilan, atau kehendak, atau keberanian untuk memanfaat-

kan keuntungan-keuntungan yang dimilikinya. Hatinya sudah 

terpatri kepada hal-hal lain, sehingga ia tidak punya hati untuk 

menjalankan kewajibannya atau memperhatikan kepentingan-ke-

pentingan besar jiwanya. Untuk apa uang dibuang-buang dan 

dihabiskan untuk orang yang begitu tidak layak menerimanya? 

Persahabatan Sejati, 17:17-19 

17 Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang sau-

dara dalam kesukaran. 

Ini menunjukkan kekuatan dari tali-tali yang membuat kita terikat 

satu sama lain, dan yang harus betul-betul kita sadari. 

1. Sahabat-sahabat haruslah saling setia setiap waktu. Jika tidak 

ada kesetiaan, maka tidak ada persahabatan sejati. Pasti akan 

ada kesetiaan jika persahabatan itu tulus dan digerakkan oleh 

asas hidup yang baik. Orang yang penuh khayal atau mementing-

kan diri sendiri di dalam persahabatan tidak akan mengasihi 

sahabatnya jika perasaan mereka tidak lagi terhibur dan kepen-

tingan mereka tidak lagi dilayani, dan oleh sebab itu perasaan 

mereka berubah-ubah mengikuti angin dan berganti-ganti meng-

ikuti cuaca. Teman yang seperti burung layang-layang akan ter-

bang menghampirimu pada musim panas, dan pergi menjauh 

pada musim dingin. Untuk teman-teman seperti itu, kita tidak

 akan merasa kehilangan. namun  jika persahabatan itu penuh ke-

bijaksanaan, kemurahan hati, dan kehangatan, jika aku menga-

sihi temanku   sebab  ia bijak, berbudi luhur, dan baik, maka se-

lama ia tetap demikian, walaupun ia jatuh miskin dan terkena 

aib, aku akan tetap mengasihinya. Kristus yaitu  Teman yang 

mengasihi setiap waktu (Yoh. 13:1) dan kita pun harus mengasihi-

Nya seperti itu (Rm. 8:35). 

2. Sesama saudara, khususnya, haruslah bersikap hati-hati dan le-

mah lembut satu sama lain di dalam penderitaan: saudara dilahir-

kan untuk membantu kakak atau adiknya yang sedang dalam ke-

susahan. Dengan mereka ia terhubung erat secara alamiah, 

supaya ia bisa lebih peka merasakan beban-beban mereka, dan 

lebih tergerak serta bersedia, seolah-olah secara naluriah, untuk 

membantu mereka. Kita harus sering kali memikirkan untuk apa 

kita dilahirkan, bukan hanya sebagai manusia, namun  juga sebagai 

saudara dan anggota keluarga tertentu. Siapa tahu, mungkin jus-

tru untuk saat yang seperti ini kita datang dalam keluarga yang 

seperti itu? Kita tidak memenuhi tujuan kita dijadikan bersaudara 

jika kita tidak melakukan kewajiban sebagai saudara. Sebagian 

orang membacanya seperti ini: seorang sahabat yang menaruh 

kasih setiap waktu terlahir sebagai (maksudnya, menjadi) saudara 

dalam kesukaran, dan harus dihargai seperti itu. 

18 Orang yang tidak berakal budi ialah dia yang membuat persetujuan, yang 

menjadi penanggung bagi sesamanya. 

Walaupun Salomo sudah memuji persahabatan di dalam kesukaran 

(ay. 17), namun janganlah ada orang, dengan berdalih ingin bermurah 

hati kepada teman-teman mereka, berlaku tidak adil terhadap keluar-

ga mereka dan memperlakukan mereka dengan tidak benar. Sebagian 

dari kewajiban kita haruslah diimbangi dengan bagian yang lain.  

Perhatikanlah: 

1. yaitu  bagian dari hikmat untuk sebisa mungkin tidak terlibat da-

lam utang, terutama jangan sekali-kali menjadi penanggung. Ada-

kalanya orang memang harus berbicara atas nama temannya jika 

temannya itu tidak ada, sampai ia sendiri datang untuk mengurusi 

permasalahannya. namun  bagaimana bila seorang teman ada di tem-

pat kejadian dan kata-katanya tidak akan didengar orang   sebab  ia 

dianggap tidak sanggup atau tidak jujur? Siapa yang mau berbicara 

atas namanya dan merasa aman? Apakah kita mau menjadi 

penanggung di hadapan temannya bagi dia? 

2. Orang-orang yang tidak berakal budi biasanya terjerat di dalam 

perangkap ini, sehingga mereka mencemarkan nama baik keluar-

ga mereka. Dan oleh sebab itu, mereka tidak layak dipercaya ter-

lalu jauh untuk mengurusi urusan-urusan mereka sendiri, me-

lainkan harus diberi bimbingan. 

19 Siapa suka bertengkar, suka juga kepada pelanggaran, siapa memewahkan 

pintunya mencari kehancuran. 

Perhatikanlah:  

1. Orang-orang yang suka bertengkar melibatkan diri dalam banyak 

kesalahan: siapa suka bertengkar, yang dalam mengurusi perkara 

duniawi suka beperkara di pengadilan, dan di dalam agama suka 

berselisih pendapat, dan di dalam percakapan umum suka memo-

tong pembicaraan dan bertengkar, yang tidak merasa baik di 

mana saja kecuali di dalam suasana panas, ia suka kepada pe-

langgaran. Sebab banyak dosa menyertai dosa itu, dan jalannya 

terjal ke bawah. Ia berpura-pura membela kebenaran, dan mem-

bela kehormatan serta haknya, namun  sebetulnya ia suka kepada 

dosa, yang dibenci Allah. 

2. Orang-orang yang berambisi dan bernafsu mencapai keinginan 

tingginya membuat diri mereka sendiri rentan terhadap banyak 

kesulitan, yang sering kali berakhir dalam kehancuran mereka: 

siapa memewahkan pintunya, membangun rumah yang megah, 

setidak-tidaknya membangun halaman depan yang bagus, untuk 

mengalahkan kecemerlangan tetangga-tetangganya, mendatang-

kan kehancuran pada dirinya sendiri. Ia bersusah payah hanya 

untuk merusak dirinya sendiri. Ia membuat pintu gerbangnya be-

gitu lebar sehingga rumah dan pekarangannya habis untuk ger-

bang itu.  

 

20 Orang yang serong hatinya tidak akan mendapat bahagia, orang yang me-

mutar-mutar lidahnya akan jatuh ke dalam celaka. 

Perhatikanlah: 

1. Menyusun rancangan-rancangan yang jahat tidak akan membawa 

keuntungan bagi kita. Kita tidak mendapat apa-apa darinya: 

orang yang serong hatinya, yang menebarkan perpecahan dan pe-

nuh dengan kebencian, jangan berharap bisa mendapat cukup 

untuk mengimbangi hilangnya ketenangan jiwa dan nama baik-

nya, dan juga ia tidak bisa mendapat kepuasan sejati di dalam-

nya. Ia tidak akan mendapat bahagia. 

2. Berkata-kata kasar akan membawa banyak kerugian bagi kita: 

orang yang memutar-mutar lidahnya, yang penuh kata-kata keji 

dan kasar, kata-kata kotor atau fitnah, akan jatuh ke dalam satu 

atau lain celaka, akan kehilangan teman-temannya, membangkit-

kan amarah musuh-musuhnya, dan mendatangkan kesusahan 

pada dirinya sendiri. Sudah banyak orang membayar dengan har-

ga yang mahal   sebab  lidah yang tidak dikekang. 


21 Siapa mendapat anak yang bebal, mendapat duka, dan ayah orang bodoh 

tidak akan bersukacita. 

Ayat ini mengungkapkan dengan amat tegas apa yang dengan amat 

peka dirasakan oleh banyak orang bijak dan baik, yaitu betapa menye-

dihkan dan menjengkelkannya mempunyai anak jahat yang bodoh.  

Lihatlah di sini: 

1. Betapa tidak pastinya perkara-perkara bagi kenyamanan tubuh 

jasmani kita, sehingga kita tidak hanya sering kali dikecewakan 

olehnya, namun  juga apa yang kita sangka dapat memberikan ke-

puasan terbesar ternyata merupakan salib terberat yang harus 

kita pikul. Ada kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahir-

kan ke dunia, namun, jika anak yang dilahirkan ternyata jahat, 

ayahnya sendiri akan berharap alangkah baiknya ia tidak pernah 

dilahirkan. Nama Absalom berarti kedamaian ayahnya, namun  jus-

tru dialah yang membawa kesukaran terbesar bagi ayahnya. 


Seharusnya keinginan untuk memiliki anak, dan kesenangan 

orangtua terhadap mereka, sedikit banyak diredakan dengan me-

nyadari bahwa mungkin saja anak-anak mereka membawa duka-

cita bagi mereka. namun , dalam hal ini sudah seharusnya keluh-

an-keluhan ayah yang menderita dibungkam, bahwa jika anaknya 

bodoh, anak yang bodoh itu lahir dari benihnya sendiri. Dan oleh 

sebab itu, ia harus memandangnya dari segi yang terbaik, dan 

menganggapnya sebagai salibnya sendiri, dan terlebih lagi   sebab  

Adam melahirkan anak dalam gambar dan rupanya sendiri. 

2. Betapa tidak bijaknya kita bila sedang menderita   sebab  satu 

kesusahan (dan itu   sebab  anak yang susah diatur, seperti juga 

  sebab  hal-hal lain) kita menjadi bersedih hati sampai lupa sega-

lanya: ayah orang bodoh begitu memasukkannya ke dalam hati 

sehingga ia tidak bersukacita dalam hal apa pun juga. Namun, itu 

salahnya sendiri. Masih ada cukup banyak sukacita untuk meng-

imbangi dukacita seperti itu sekalipun. 

22 Hati yang gembira yaitu  obat yang manjur, namun  semangat yang patah 

mengeringkan tulang. 

Perhatikanlah: 

1. Gembira itu sehat. Tuhan itu memelihara tubuh, dan sudah me-

nyiapkan persediaan baginya, bukan hanya makanan, melainkan 

juga obat-obatan. Dan di sini Dia berkata kepada kita bahwa obat 

yang terbaik yaitu  hati yang gembira, bukan hati yang kecandu-

an dengan kegembiraan yang sia-sia dan bersifat kedagingan. 

Salomo sendiri berkata tentang kegembiraan seperti itu, bahwa 

itu bukanlah obat, melainkan kegilaan. Itu bukan makanan, me-

lainkan racun. Apa gunanya itu? namun  yang dimaksudkannya 

yaitu  hati yang bersukacita di dalam Allah, dan yang melayani-

Nya dengan gembira, dan kemudian merasakan penghiburan dari 

kesenangan-kesenangan lahiriah dan terutama penghiburan dari 

percakapan yang menyenangkan. Sungguh merupakan rahmat 

yang besar bahwa Allah memberi kita izin untuk bergembira dan 

alasan untuk bergembira, terutama jika dengan anugerah-Nya Ia 

memberi kita hati untuk bergembira. Ini baik seperti obat (begitu 

sebagian orang membaca ayat ini). Ini akan membuat tubuh ada 

dalam keadaan yang baik dan dapat bekerja dengan lebih baik. 

Atau, itu membawa kebaikan seperti halnya obat bagi tubuh, de-

ngan membuatnya enak dan sehat untuk bekerja. namun , jika ke-

gembiraan yaitu  obat (dengan memahaminya sebagai hiburan 

dan liburan), maka itu harus digunakan dengan hemat, hanya bila 

ada kesempatan, dan jangan dijadikan sebagai makanan, namun  

harus digunakan seperti obat, sub regimine – sebagai pengobatan 

yang diatur penggunaannya, dan dibuat sesuai dengan aturan. 

2. Kesedihan-kesedihan pikiran sering kali berpengaruh besar pada 

sakitnya tubuh: semangat yang patah, yang tenggelam oleh be-

ban-beban penderitaan, dan terutama hati nurani yang terluka 

oleh perasaan bersalah dan ketakutan akan murka, mengeringkan 

tulang, menyerap kelembapannya sampai ke akar-akarnya, mengi-

kis habis sumsum-sumsumnya, dan menyisakan tulang-belulang 

belaka pada tubuh. Oleh sebab itu, kita harus berjaga-jaga dan 

berdoa melawan segala kecondongan untuk bersedih hati, sebab 

semua kecondongan itu membawa kita ke dalam kesusahan dan 

juga pencobaan. 


23 Orang fasik menerima hadiah suapan dari pundi-pundi untuk membelok-

kan jalan hukum. 

Lihatlah di sini: 

1. Betapa jahatnya suapan itu: sungguh fasik orang yang mau 

menerima hadiah suapan untuk memberikan kesaksian, putusan, 

atau penghakiman palsu. saat  ia menerimanya, ia menjadi malu 

  sebab nya, sebab ia menerima suap itu dengan serahasia mung-

kin, dari pundi-pundi yang diketahuinya sudah dipersiapkan bagi-

nya. Hadiah suapan itu disembunyikan dengan begitu rapi, dan 

begitu licik sehingga, jika bisa, ia akan menyembunyikannya dari 

hati nuraninya sendiri. Hadiah suapan diterima dari pundi-pundi 

orang fasik (begitu sebagian orang membaca ayat ini). Sebab 

jahatlah orang yang memberi suap, seperti juga orang yang mene-

rimanya. 

2. Betapa dahsyatnya suap itu. Suap itu begitu kuat sampai-sampai 

membengkokkan jalan hukum. Jalan keadilan tidak saja terham-

bat, namun  juga berubah menjadi ketidakadilan. Dan kesalahan-

kesalahan terbesar dilakukan dengan dalih berbuat benar. 

)

24 Pandangan orang berpengertian tertuju pada hikmat, namun  mata orang 

bebal melayang sampai ke ujung bumi. 

Perhatikanlah: 

1. Harus dipandang cerdas orang yang tidak hanya memiliki hikmat, 

namun  juga yang siap menggunakannya jika  ada kesempatan 

untuk itu. Dia menaruh hikmat di hadapannya (KJV), seperti ke-

mudi dan kompas untuk mengarahkan jalannya, dan pandangan-

nya selalu tertuju padanya, seperti orang yang sedang menulis 

tulisannya. Ia memilikinya di hadapan dia. Hikmat itu tidak harus 

dicari, namun  diam di dekatnya. 

2. Orang yang pikirannya kacau, yang suka melantur dan melayang-

layang ke mana-mana, tidak akan pernah layak untuk melakukan 

pekerjaan yang mantap. Sungguh bodoh, dan tidak ada gunanya, 

orang yang matanya melayang sampai ke ujung bumi, yang melihat 

ke sini, ke sana, dan ke mana-mana, ke mana saja kecuali ke tem-

pat seharusnya ia melihat, yang tidak dapat menetapkan pikiran-

pikirannya pada satu topik atau yang tidak berusaha mencapai 

satu tujuan dengan cara yang tetap. saat  pikirannya harus ter-

pusat pada pelajaran dan pekerjaan, pikiran itu dipenuhi dengan 

seribu satu macam hal yang asing dan tidak bersangkut paut. 

25 Anak yang bebal menyakiti hati ayahnya, dan memedihkan hati ibunya. 

Amatilah: 

1. Anak-anak yang jahat yaitu  penderitaan bagi kedua orangtua 

mereka. Mereka menimbulkan amarah pada ayahnya (begitu yang 

diartikan oleh kata itu),   sebab  meremehkan kewenangannya, te-

tapi menimbulkan kepedihan dan kepahitan bagi ibunya,   sebab  

menyalahgunakan kelembutannya. Oleh   sebab  itu, ibu dan ayah, 

yang menderita bersama-sama, harus saling menghibur untuk me-

nguatkan satu sama lain di dalam penderitaan itu, dan berusaha 

menjadikannya semudah mungkin. Sang ibu meredakan amarah 

sang ayah, dan sang ayah meringankan kepedihan sang ibu. 

2. Bahwa Salomo sering kali mengulangi kata-kata ini, mungkin ka-

rena itu terjadi pada dirinya sendiri. Namun, bagaimanapun juga, 

hal itu biasa terjadi pada siapa saja. 


26 Mengenakan denda orang benar yaitu  salah, memukul orang mulia pun 

tidak patut. 

Dalam perbedaan-perbedaan yang terjadi antara hakim dan rakyat, 

dan perbedaan-perbedaan seperti itu sering timbul, 

1. Hendaknya para hakim memastikan bahwa mereka tidak pernah 

mengenakan denda orang benar, bahwa mereka tidak sekali pun 

menjadi kengerian bagi perbuatan-perbuatan baik, sebab hal itu 

berarti mereka menyalahgunakan kekuasaan mereka dan meng-

khianati kepercayaan besar yang sudah diberikan kepada mereka. 

Perbuatan itu salah, yakni, sangat jahat, dan akan berujung pada 

hal-hal yang tidak baik, apa pun tujuan yang mereka ingin capai 

dalam melakukannya. jika  para raja menjadi penguasa-pe-

nguasa yang lalim dan penganiaya-penganiaya, takhta mereka 

tidak akan berdiri dengan mudah atau teguh. 

2. Hendaknya rakyat memastikan bahwa mereka tidak mencari-cari 

kesalahan pada pemerintah dalam melaksanakan tugasnya, sebab 

sungguh jahat memukul orang mulia, dengan mencemarkan peme-

rintahan mereka atau dengan sembunyi-sembunyi berusaha me-

nyerang mereka, seperti yang diperbuat oleh kesepuluh suku 

Israel yang memberontak dengan mencela Salomo   sebab  membe-

bankan pajak yang sesungguhnya memang diperlukan. Sebagian 

orang membaca bagian ini demikian, dan juga janganlah memukul 

orang mulia   sebab  ia berbuat adil. Para hakim harus berjaga-jaga 

agar tidak seorang pun yang berada di bawah penghakiman mere-

ka menderita   sebab  berbuat baik. Juga orangtua janganlah mem-

bangkitkan amarah di dalam hati anak-anak mereka dengan tegur-

an-teguran yang tidak pada tempatnya. 


27 Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpeng-

ertian berkepala dingin. 28 Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia 

berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya. 

Dua cara seseorang dapat menunjukkan dirinya sebagai orang bijak: 

1. Dengan temperamen yang baik dan manis serta ketenangan pikir-

an: orang yang berpengertian berkepala dingin, mempunyai jiwa 

yang berharga (itulah kata yang digunakan. Orang demikian mem-

perhatikan baik-baik jiwanya, agar menjadi sebagaimana mestinya, 

dan dengan begitu menjaganya tetap sehat, tenang pada dirinya 

sendiri dan menyenangkan bagi orang lain. Roh yang penuh anuge-

rah yaitu  roh yang mulia. Roh seperti ini menjadikan orang me-

nyenangkan, lebih baik dari tetangganya. Ia berjiwa dingin (begitu 

sebagian orang membacanya), tidak panas   sebab  amarah, dan 

juga tidak berang dan mengamuk oleh desakan perasaan yang 

rusak, namun  tetap tenang dan diam. Kepala yang dingin dan hati 

yang hangat yaitu  perpaduan yang mengagumkan. 

2. Dengan mengekang lidahnya baik-baik.  

(1) Orang bijak akan sedikit mengeluarkan kata-kata,   sebab  ta-

kut salah berbicara: orang yang berpengetahuan, dan yang 

bertujuan untuk berbuat baik dengannya, akan berhati-hati 

saat  ia berbicara, dan akan berbicara langsung pada pokok 

permasalahannya. Ia akan sedikit berbicara supaya bisa meng-

ambil waktu untuk menimbang-nimbang. Ia menahan perkata-

annya,   sebab  perkataan itu lebih baik ditahan dibandingkan  dike-

luarkan dengan cara tidak baik.  

(2) Hal ini biasanya dipandang sebagai petunjuk pasti akan ada-

nya hikmat, yaitu bahwa orang bodoh bisa disangka bijak se-

andainya ia cukup cerdik untuk mengekang lidahnya, untuk 

mendengar, melihat, dan sedikit berkata-kata. Jika orang bo-

doh berdiam diri, orang yang baik hati akan menyangka dia 

bijak,   sebab  tidak ada yang bertentangan yang kelihatan. Ka-

lau ia diam, ia dikira sedang mencermati apa yang dikatakan 

orang lain, belajar dari pengalaman, dan bertanya-tanya dalam 

hati apa yang hendak dikatakannya, agar ia bisa mengatakan 

hal-hal yang bersangkut paut. Lihatlah betapa mudahnya men-

dapat pujian dari orang lain dan memperdaya mereka. namun  

jika  orang bodoh berdiam diri, Allah tahu hatinya, dan tahu 

kebodohan yang bersarang di sana. Bagi-Nya pikiran yaitu  

perkataan, dan oleh sebab itu tidak mungkin Dia keliru dalam 

penghakiman-Nya atas manusia.   


1 Orang yang menyendiri, mencari keinginannya, amarahnya meledak ter-

hadap setiap pertimbangan. 

Bahasa aslinya di sini sulit, dan dipahami secara berbeda-beda.  

1. Sebagian orang memandangnya sebagai teguran terhadap orang 

yang suka menyendiri. jika  orang bermegah dalam menyendiri 

dari kehangatan dan pergaulan dengan orang lain, bermegah 

dalam menentang segala sesuatu yang dikemukakan sebelum 

mereka, dan mengedepankan gagasan-gagasan baru milik mereka 

sendiri, yang, meskipun begitu tidak masuk akal, mereka tetap 

pegang erat-erat, itu berarti bahwa mereka hanya memuaskan ke-

inginan mereka atau hawa nafsu mereka untuk bermegah diri se-

cara sia-sia. Dan mereka mencari-cari serta mencampuri apa yang 

sesungguhnya bukan urusan mereka. Orang seperti itu mencari 

sesuai dengan keinginannya, selalu mencampuri setiap urusan 

orang, dan berlagak menjatuhkan penghakiman atas perkara se-

tiap orang. Dia suka bermuram durja dan tinggi hati. Begitulah 

pada umumnya orang-orang yang keras hati dan angkuh, dan de-

ngan berbuat demikian mereka justru membuat diri mereka ko-

nyol dan menyusahkan orang lain. 

2. Dalam terjemahan KJV yang kita miliki, ayat ini tampak dipan-

dang sebagai dorongan agar orang bertekun mencari hikmat. Jika 

kita ingin memperoleh pengetahuan atau anugerah, kita harus 

menginginkannya, sebagaimana kita menginginkan apa yang kita 

perlukan dan apa yang akan membawa keuntungan besar bagi 

kita (1Kor. 12:31). Kita harus menyendiri (KJV: memisahkan diri – 

pen.) dari segala sesuatu yang akan membuat kita menyimpang 

dari usaha pencarian itu, atau menghambat kita di dalam mela-

kukannya. Kita harus mengundurkan diri dari hiruk-pikuknya ke-

sia-siaan dunia ini, kemudian mencari dan memanfaatkan segala 

sarana dan didikan hikmat. Kita harus rela bersusah payah dan 

mencoba segala cara untuk memperbaiki diri kita sendiri, menge-

nal beraneka macam pendapat, agar kita dapat menguji segala 

sesuatu dan berpegang teguh pada apa yang baik. 

2 Orang bebal tidak suka kepada pengertian, hanya suka membeberkan isi 

hatinya. 

Orang bebal bisa saja berpura-pura mengerti, dan mencari serta me-

manfaatkan sarana-sarana untuk mendapatkan pengertian, namun ,  

1. Hatinya tidak benar-benar bersuka di dalamnya. Itu hanya untuk 

menyenangkan teman-temannya atau mendatangkan pujian bagi 

dirinya. Ia tidak menyukai bukunya, atau pekerjaannya, atau 

Alkitabnya, atau doa-doanya. Ia lebih ingin menjadi orang bodoh 

yang terus bermain-main. Orang yang tidak bersuka di dalam 

didikan atau agama tidak akan mendapatkan apa-apa baik dari 

didikan maupun agama. Orang tidak akan mengalami kemajuan 

dalam hal didikan dan agama, jika ia memandangnya sebagai be-

ban dan pekerjaan yang membosankan. 

2. Ia tidak mempunyai maksud baik di dalamnya, namun  hanya suka 

membeberkan isi hatinya, agar ada yang bisa dipamerkannya, ada 

sesuatu untuk menutup-nutupi kebodohannya, supaya ia tampak 

lebih baik,   sebab  ia suka mendengar dirinya sendiri berbicara. 

3 Bila kefasikan datang, datanglah juga penghinaan dan cela disertai cemooh. 

Ayat ini bisa mempunyai pengertian ganda:  

1. Bahwa orang fasik suka mencemooh, dan mencela orang lain. Bila 

orang fasik datang ke dalam suatu kumpulan apa saja, datang ke 

ajaran-ajaran hikmat atau ke dalam jemaat-jemaat untuk beriba-

dah, maka datanglah juga penghinaan terhadap Allah, terhadap 

umat-Nya dan hamba-hamba-Nya, dan terhadap segala sesuatu 

yang dikatakan dan dilakukan. Tidak ada hal lain yang bisa kita 

harapkan dari orang-orang yang cemar selain bahwa mereka akan 

menjadi pencemooh. Mereka akan menjadi cela dan cemooh. Mere-

ka akan mengolok-olok dan mengejek segala sesuatu yang sung-

guh-sungguh dan penting. namun  janganlah orang bijak dan baik 

memedulikannya, sebab ada pepatah kuno yang berkata, kefasik-

an seperti itu timbul dari orang fasik. 

2. Bahwa orang fasik itu memalukan, dan mendatangkan penghina-

an atas diri mereka sendiri, sebab Allah telah berkata bahwa 

orang-orang yang menghina Dia akan dipan