Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 13

 


ut-

pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati (Kis. 22:3-4). Semua 

ini cukup untuk membuat percaya diri seorang Yahudi yang 

angkuh, dan cukup baginya untuk memperoleh pembenaran. 

Namun, 

II.  Rasul Paulus memberitahukan kita di sini betapa ia memandang 

kecil semuanya ini, dibandingkan dengan kepentingannya di da-

lam Kristus dan segala pengharapannya dalam Dia: namun  apa 

yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap 

rugi sebab  Kristus (ay. 7). Artinya, hal-hal yang dulunya diang-

gapnya sebagai keuntungan saat  ia masih menjadi orang Farisi 

dan yang sebelum itu diperhitungkannya, kini ia anggap rugi ka-

rena Kristus. “Aku seharusnya menganggap diriku rugi tidak ter-

katakan, sebab  dengan melekat padanya, aku telah kehilangan 

bagianku di dalam Yesus Kristus.” Ia menganggap semuanya itu 

sebagai kerugian. Tidak saja tidak cukup untuk memperkaya diri-

nya, namun  juga pasti membuat miskin dan menghancurkannya 

jika ia mempercayakan diri kepada hal-hal itu dan bukannya 

kepada Kristus. Amatilah, Rasul Paulus tidak menganjurkan me-

reka untuk melakukan apa pun selain yang dilakukannya, untuk 

tidak meninggalkan apa pun selain yang ditinggalkannya, dan un-


 310

tuk tidak mengambil bahaya apa pun seperti yang telah dilaku-

kannya sebelumnya terhadap jiwanya yang tidak dapat mati. 

Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, sebab  pengenalan akan 

Kristus Yesus, Tuhanku (ay. 8). Di sini Rasul Paulus menjelaskan 

perihal dirinya. 

1.  Ia mengatakan apa yang sangat didamba-dambakannya dan di-

kejar-kejarnya, yaitu pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhan-

nya, pengenalan dan pengalaman pribadi dalam hidup percaya-

nya kepada Kristus sebagai Tuhan. Bukan sekadar tahu dan 

menduga-duga saja, melainkan sungguh-sungguh mengenal 

Dia secara pribadi. Demikianlah pengenalan atau pengetahuan 

adakalanya diartikan sebagai iman: hamba-Ku itu, sebagai 

orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hik-

matnya (Yes. 53:11; KJV: oleh pengetahuan). Itulah keunggulan 

dari hikmat atau pengetahuan. Ada keunggulan yang berlim-

pah dan mengatasi segalanya yang terdapat di dalam ajaran 

Kristus atau agama Kristen, melebihi semua pengetahuan ten-

tang alam dan kehebatan hikmat manusia. Sebab, ajaran Kris-

tus itu sesuai untuk menjawab perkara orang-orang berdosa 

yang telah jatuh, dan melengkapi mereka dengan segala yang 

mereka butuhkan serta semua yang bisa mereka inginkan dan 

harapkan, dengan segala hikmat dan kasih karunia yang me-

nyelamatkan. 

2.  Ia menunjukkan bagaimana ia telah melepaskan hak-hak isti-

mewanya sebagai orang Yahudi dan Farisi: Malahan, secara 

kudus ungkapannya ini timbul dengan perasaan menang dan 

hati yang terangkat tinggi, alla men oun ge kai. Ada lima kata 

yang dipakai dalam naskah aslinya: Sesungguhnya segala se-

suatu bahkan kuanggap rugi. Sebelum ini ia berbicara tentang 

hal-hal itu, yakni hak-hak istimewanya sebagai orang Yahudi. 

Di sini ia berbicara tentang segala sesuatu, semua kesenangan 

duniawi dan hak-hak istimewa lahiriah apa saja, hal-hal seje-

nisnya atau apa pun yang dapat bersaing dengan Kristus 

untuk bertakhta di hatinya, ataupun seolah-olah layak untuk 

itu. Ia berkata bahwa ia menganggap semuanya itu sebagai 

kerugian belaka. Namun orang mungkin bertanya, “Apakah ia 

tetap berpendirian sama dan tidak menyesal sebab  mening-

galkan semua itu?” Tidak, sebab sekarang ia berbicara menge-

nai keadaannya saat ini: Malahan segala sesuatu kuanggap

Surat Filipi 3:9-14 

 311 

 rugi. Namun dapat juga dikatakan, “Memang mudah berkata 

demikian, namun  apa yang akan dilakukannya saat  mengha-

dapi cobaan?” Rasul Paulus mengatakan kepada kita bahwa ia 

sendiri bertindak sesuai dengan perkiraan itu. Oleh sebab  

Dialah aku telah melepaskan semuanya itu. Ia telah meninggal-

kan seluruh kehormatan dan hal-hal menguntungkan sebagai 

orang Yahudi dan Farisi, serta menyerahkan diri kepada 

semua penghinaan dan penderitaan yang menyertai pengaku-

an imannya dan pemberitaan Injil. saat  baru mulai menja-

lankan hidup Kekristenan, ia mempertaruhkan segalanya dan 

kehilangan semuanya demi hak-hak istimewa sebagai orang 

Kristen. Bahkan, bukan saja menganggap semua itu sebagai 

kerugian, ia malah menganggapnya sampah, skybala, yaitu 

sisa-sisa makanan yang dilemparkan kepada anjing. Semua-

nya itu tidak saja tidak berharga dibandingkan dengan Kris-

tus, namun  juga teramat rendah jika dibandingkan dengan-

Nya. Perhatikanlah, Perjanjian Baru tidak pernah berbicara 

tentang anugerah yang menyelamatkan dengan istilah yang 

merendahkan. Sebaliknya, anugerah itu digambarkan sebagai 

buah dari Roh Ilahi dan citra atau gambaran Allah di dalam 

jiwa manusia, sebagai suatu sifat Ilahi dan keturunan Allah. 

Iman seperti ini disebut iman yang sangat berharga, sedang-

kan sifat lemah lembut sangat berharga di mata Allah (1Ptr. 

3:4; 2Ptr. 1:1, dst.) 

Perhatian, Harapan, dan Tujuan Rasul Paulus  

(3:9-14) 

9 dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri sebab  mentaati 

hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran sebab  kepercayaan kepada 

Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasar  kepercayaan. 

10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan 

persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan 

Dia dalam kematian-Nya, 11 supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari 

antara orang mati. 12 Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau 

telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga 

menangkapnya, sebab  akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. 13 Sau-

dara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkap-

nya, namun  ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku 

dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, 14 dan berlari-lari 

kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah 

dalam Kristus Yesus.  


 312

Sekarang kita sudah tahu apa yang telah ditinggalkan Rasul Paulus. 

Sekarang marilah kita lihat apa yang telah dipegangnya dan diperta-

hankannya dengan gigih, yaitu Kristus dan sorga. Hatinya terpatri 

pada kedua keistimewaan dalam agama Kristen ini. 

I.  Di dalam hatinya ada Kristus sebagai kebenarannya. Hal ini di-

gambarkan melalui beberapa contoh. 

1. Ia rindu mendapatkan Kristus. Ia menganggap diri sangat 

beruntung bila memiliki bagian di dalam Kristus dan kebenar-

an-Nya, dan jika Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamatnya: 

supaya aku memperoleh Kristus. Ia seperti seorang pelari yang 

ingin memenangkan hadiah, atau seorang pelaut yang men-

jadikan pelabuhan sebagai tujuannya. Ungkapan ini menyirat-

kan bahwa kita perlu berusaha keras supaya mendapatkan 

dan mengikuti Dia, dan segala sesuatu tidak ada artinya demi 

memperoleh Dia. 

2.  Supaya ia berada dalam Dia (ay. 9), seperti si pembunuh yang 

berada di dalam kota perlindungan, tempat ia aman dari balas 

dendam penuntut darah (Bil. 35:25). Atau ini juga merujuk 

kepada keadaan di pengadilan. Demikianlah kita harus dida-

pati oleh Hakim ada dalam keadaan berdamai dengan Dia 

(2Ptr. 3:14). Kita akan binasa tanpa kebenaran saat  berada 

di hadapan Allah, sebab kita adalah orang yang bersalah. Di 

dalam Yesus Kristus tersedia kebenaran bagi kita, dan itu 

kebenaran yang mutlak dan sempurna. Tidak seorang pun 

dapat memperoleh kepentingan atau manfaat dari kebenaran 

itu, selain mereka yang tidak mengandalkan diri sendiri, dan 

menjadi percaya kepada-Nya dengan sepenuh hati. “Bukan 

dengan kebenaranku sendiri sebab  mentaati hukum Taurat, 

tidak berpikir bahwa pengamalan hukum secara lahiriah dan 

perbuatan-perbuatan baikku dapat menebus semua perbuat-

an-perbuatan jahatku, atau bahwa dengan menghitung semua 

perbuatan demikian aku dapat menyeimbangkan perhitungan 

dengan Allah. Tidak, kebenaran yang kuandalkan adalah ke-

percayaan kepada Kristus. Bukan kebenaran menurut hukum 

Taurat, melainkan kebenaran Injili, yaitu kebenaran yang 

Allah anugerahkan berdasar  kepercayaan, yang ditetapkan 

dan ditahbiskan oleh Allah. Tuhan Yesus Kristus adalah 

TUHAN Keadilan kita (Yes. 45:24; Yer. 23:6). Seandainya Dia 

Surat Filipi 3:9-14 

 313 

bukan Allah, Ia tidak akan menjadi Keadilan kita. Keunggulan 

luar biasa sifat Ilahi begitu menghargai dan menyebut penderi-

taan-Nya sebagai kebajikan yang luhur sampai cukup untuk 

menghapus dosa seluruh isi dunia, dan membawa keadilan 

yang berlaku bagi semua orang yang percaya. Iman merupa-

kan sarana yang telah ditetapkan Allah bagi kita untuk men-

dapat bagian dan manfaat yang menyelamatkan di dalam pe-

nebusan yang diperoleh-Nya melalui penumpahan darah-Nya. 

Bagian dan keselamatan itu diperoleh sebab  iman, dalam 

darah-Nya (Rm. 3:25).  

3.  Supaya ia mengenal Kristus (ay. 10): Yang kukehendaki ialah 

mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan da-

lam penderitaan-Nya. Iman disebut hikmat (atau pengetahuan 

atau pengenalan – pen.) (Yes. 53:11). Di sini, mengenal Dia 

berarti percaya kepada-Nya. Ini merupakan hikmat atau pe-

ngenalan berdasar  pengalaman tentang kuasa kebang-

kitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, atau mera-

sakan kuasa dan kebajikan yang mengubahkan dari hal-hal 

ini. Amatilah, Rasul Paulus luar biasa sangat ingin dikudus-

kan serta dibenarkan. Ia rindu mengenal kuasa kematian dan 

kebangkitan Kristus yang membunuh dosa di dalam dirinya, 

serta membangkitkannya ke dalam hidup yang baru, saat  ia 

menerima manfaat dari kematian dan kebangkitan Kristus 

dalam membenarkan dirinya. 

4.  Supaya ia dapat menjadi serupa dengan-Nya, dan ini juga 

mencakup pengudusannya. Dengan demikian kita juga men-

jadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya saat  kita mati 

terhadap dosa, sama seperti Kristus telah mati bagi dosa. 

saat  kita disalibkan bersama Kristus, kehendak daging dan 

keinginan duniawi kita dipadamkan, dan dalam salib Tuhan 

kita Yesus Kristus dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi 

dunia. Inilah keserupaan kita dengan kematian-Nya.  

II.  Rasul Paulus memandang sorga sebagai kebahagiaannya: supaya 

aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati (ay. 11). 

1. Di sini, kebahagiaan sorgawi disebut kebangkitan dari antara 

orang mati, sebab meskipun jiwa orang percaya saat  mening-

galkan dunia ini akan langsung berada bersama Kristus, 

namun kebahagiaan mereka belumlah sempurna sampai ke-


 314

pada kebangkitan semua orang mati pada akhir zaman, saat  

jiwa dan tubuh akan dimuliakan bersama-sama. Anastasis 

adakalanya berarti masa depan. Inilah yang dinanti-nantikan 

oleh Rasul Paulus dan ingin dicapainya. Akan terjadi kebang-

kitan orang-orang fasik, yang akan bangkit untuk mengalami 

kehinaan dan kengerian yang kekal. Kita harus menjaga agar 

terhindar dari hal ini. Sebaliknya, kebangkitan penuh sukacita 

dan kemuliaan orang-orang kudus disebut kebangkitan kat’ 

exochēn – penuh kebesaran, sebab  merupakan kebajikan me-

lalui kebangkitan Kristus, yang adalah Kepala dan Buah Su-

lung bagi mereka. Sementara itu, orang fasik akan bangkit 

hanya sebab  kuasa Kristus yang bertindak sebagai hakim 

mereka. Bagi orang-orang kudus, ini akan benar-benar men-

jadi kebangkitan, pulang kembali kepada kebahagiaan, kehi-

dupan, dan kemuliaan. Sebaliknya, kebangkitan orang fasik 

adalah kebangkitan dari kubur untuk kembali kepada kemati-

an kedua. Bagi orang-orang kudus, ini disebut kebangkitan 

orang-orang benar, dan bangkit untuk hidup yang kekal (Yoh. 

5:29). Mereka dianggap layak untuk mendapat bagian dalam 

dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang 

mati (Luk. 20:35). 

2. Rasul Paulus berusaha keras menuju kebangkitan penuh su-

kacita ini. Ia bersedia melakukan apa pun, atau menderita apa 

pun, supaya dapat memperoleh kebangkitan itu. Pengharapan 

dan pandangan akan hal itu membuat dia begitu berani dan 

tabah luar biasa dalam melewati semua kesulitan yang diha-

dapinya dalam melaksanakan tugasnya. Ia berbicara seolah-

olah ia sedang menghadapi bahaya akan kehilangan dan tidak 

memperolehnya. Ketakutan kudus akan kehilangan atau gagal 

mencapai sesuatu merupakan sarana yang sangat baik untuk 

terus bertekun. Amatilah, kerinduannya untuk didapati ber-

ada di dalam Kristus adalah dengan tujuan mengalami ke-

bangkitan dari antara orang mati. Paulus tidak berharap mem-

perolehnya melalui kebajikan dan kebenarannya sendiri, namun  

melalui kebajikan dan kebenaran Yesus Kristus. “Kiranya aku 

didapati berada di dalam Kristus, supaya aku beroleh kebang-

kitan dari antara orang mati, didapati sebagai orang yang per-

caya kepada-Nya, dan memperoleh bagian di dalam Dia mela-

lui iman.” Amatilah, 

Surat Filipi 3:9-14 

 315 

(1) Ia menganggap dirinya tidak sempurna dan sedang diuji: 

Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah 

sempurna (ay. 12). Amatilah, orang-orang terbaik di dunia 

tidak akan segan-segan segera mengakui ketidaksempur-

naannya di dunia saat ini. Kita belum mencapainya dan 

belum sempurna. Masih terdapat banyak kekurangan da-

lam hal kewajiban, anugerah, dan penghiburan kita. Jika 

Paulus saja belum mencapai kesempurnaan (padahal ia 

telah mencapai puncak kekudusan yang begitu tinggi), apa-

lagi kita. Ia berkata lagi, Saudara-saudara, aku sendiri 

tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya (ay. 

13), ou logizomai. “Aku membuat penilaian ini, dan demi-

kianlah aku beradu pikiran dengan diri sendiri.” Amatilah, 

orang-orang yang menyangka bahwa mereka memiliki cu-

kup banyak kasih karunia justru membuktikan bahwa 

mereka hanya memiliki sedikit, atau bahkan tidak memi-

likinya sama sekali. sebab  di mana ada kasih karunia se-

jati, di situ ada kerinduan akan lebih banyak kasih karu-

nia, dan desakan terus menuju penyempurnaan kasih ka-

runia. 

(2) Tindakan Rasul Paulus saat  menyadari hal ini. Mengingat 

bahwa ia belum mencapainya dan belum menangkapnya, ia 

pun mendesak maju, “Aku mengejarnya (ay. 12), diōkō – 

aku mengejar sekuat tenaga, bagaikan dalam perlombaan. 

Aku berusaha keras memperoleh lebih banyak kasih karu-

nia dan berbuat lebih baik, serta tidak pernah berpikir bah-

wa aku telah berbuat cukup banyak: kalau-kalau aku da-

pat juga menangkapnya, sebab  akupun telah ditangkap 

oleh Kristus Yesus.” Amatilah, 

[1] Dari mana kasih karunia kita berasal, yaitu sebab  di-

tangkap oleh Kristus Yesus. Bukan sebab  kitalah yang 

menangkap Kristus terlebih dahulu, melainkan sebab  

Dia menangkap kita. Inilah kebahagiaan dan keselamat-

an kita. Kita mengasihi, sebab  Allah lebih dahulu me-

ngasihi kita (1Yoh. 4:19). Bukan sebab  kita terus me-

nangkap Kristus, melainkan sebab  Dia terus menang-

kap kita sehingga kita tetap aman. Kita dipelihara da-

lam kekuatan Allah sebab  iman sementara menantikan 

keselamatan (1Ptr. 1:5). Amatilah, 


 316

[2] Apa sebenarnya kebahagiaan sorgawi: ini berarti me-

nangkapnya, sebab  kita pun telah ditangkap oleh Kris-

tus Yesus (KJV: untuk menangkap sesuatu yang untuk-

nya kita ditangkap oleh Kristus – pen.). saat  Kristus 

menangkap kita, tujuannya adalah untuk membawa 

kita ke sorga, dan menangkap apa yang membuat-Nya 

menangkap kita adalah untuk mencapai kesempurnaan 

dari kebahagiaan kita. Selanjutnya ia menambahkan, 

namun  ini yang kulakukan (inilah yang menjadi kerindu-

an dan kepedulian terbesarnya): aku melupakan apa 

yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada 

apa yang di hadapanku (ay. 13). Memang merupakan 

dosa untuk melupakan dosa-dosa dan rahmat masa 

lampau yang seharusnya diingat agar senantiasa me-

nyesalinya dan bersyukur kepada Allah. Namun Paulus 

melupakan hal-hal pada masa lampau supaya tidak 

merasa puas dengan kasih karunia yang diterimanya 

pada saat sekarang. Ia masih mengharapkan lebih dan 

lebih lagi. Oleh sebab  itu ia mengarahkan diri kepada 

apa yang di hadapannya, epekteinomenos, meraih diri 

ke depan sambil terus mengarah kepada tujuannya. Ini 

mengungkapkan suatu kepedulian yang teramat sangat 

sungguh-sungguh. 

(3) Tujuan utama Rasul Paulus dalam semua tindakan ini: 

Aku berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, 

yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (ay. 

14). Ia berlari-lari kepada tujuan. Sama seperti orang yang 

mengikuti perlombaan tidak pernah berhenti sebelum 

mencapai akhir, namun  terus berlari maju secepat mungkin, 

demikian juga orang-orang yang mendambakan sorga 

harus terus berlari-lari kepada tujuan di dalam kerinduan 

serta pengharapan kudus, senantiasa berusaha keras dan 

mempersiapkan diri. Semakin kita ingin bertumbuh dewasa 

untuk mencapai sorga, semakin cepat kita harus mendesak 

maju kepada tujuan. Di sini, sorga disebut tujuan, sebab 

itulah yang tujuan pandangan setiap orang Kristen yang 

baik, sama seperti pemanah memusatkan perhatian ke-

pada sasaran yang ditujunya. Untuk memperoleh hadiah, 

yaitu panggilan sorgawi. Amatilah, panggilan orang Kristen

Surat Filipi 3:15-16 

 317 

 merupakan panggilan sorgawi yang berasal dari sorga, yang 

adalah sumber panggilan itu. Panggilan itu menuju ke sor-

ga yang merupakan arah tujuannya. Sorga adalah hadiah, 

yaitu panggilan sorgawi, to brabeion, hadiah yang kita pere-

butkan, yang kita kejar, dan yang kita pergumulkan. Itu 

sesuatu yang menjadi sasaran kita dalam segala sesuatu 

yang kita lakukan dan yang akan menjadi hadiah bagi 

semua jerih payah kita. Sungguh amat berguna dalam per-

jalanan Kekristenan kita untuk tetap mengarahkan pan-

dangan kepada sorga. Hal ini pantas untuk menentukan 

langkah dalam semua pelayanan kita, dan untuk menggai-

rahkan kita di setiap langkah yang kita ambil. Dan sorga 

itu dari Allah, yang dari-Nya kita harus mengharapkannya. 

Karunia Allah ialah hidup yang kekal (Rm. 6:23), namun  

hanya di dalam Kristus Yesus. Harus melalui tangan 

Kristus karunia itu sampai kepada kita, sebab  ia diperoleh 

untuk kita oleh-Nya. Tidak ada jalan untuk mencapai sorga 

sebagai tempat tinggal kita selain melalui Kristus yang 

adalah Jalan kita. 

Peringatan dan Nasihat 

(3:15-16) 

15 sebab  itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau 

lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga 

kepadamu. 16 namun  baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita 

lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh. 

sesudah  mengajukan diri sebagai teladan, Paulus mendorong jemaat 

Filipi mengikuti jalan itu. Biarlah pikiran yang sama yang terdapat 

pada Paulus yang terpuji itu juga menjadi pikiran kita. Di sini kita 

melihat bagaimana kecondongan pikirannya. Kiranya kita juga ber-

pikiran sama, dan menetapkan hati kita kepada Kristus serta sorga 

seperti dirinya. 

1.  Ia menunjukkan bahwa di dalam hal inilah semua orang Kristen 

yang baik memiliki kesamaan, yakni menempatkan Kristus di atas 

segalanya dan mengarahkan hati kepada dunia yang lain. Inilah 

tujuan yang ingin kita capai. Sebesar apa pun perbedaan orang-

orang Kristen dalam hal pendapat mereka tentang hal-hal lain, di 

dalam hal ini mereka sependapat, yakni bahwa Kristus merupa-


 318

kan segalanya bagi orang Kristen, dan bahwa mendapatkan Kris-

tus dan didapati berada di dalam Dia mencakup kebahagiaan 

kita, baik di sini maupun di dunia sesudah ini. Oleh sebab itu, 

biarlah kita berjalan menurut aturan yang sama, dan memper-

hatikan hal yang sama. sesudah  menjadikan Kristus segalanya 

bagi kita, hidup adalah Kristus. Marilah kita sehati berlari-lari 

kepada tujuan dan menjadikan sorga tujuan akhir kita. 

2. Inilah alasan tepat mengapa orang-orang Kristen yang berbeda 

pendapat dalam hal-hal lebih kecil harus saling menghargai, se-

bab mereka sependapat dalam hal yang utama: “Jikalau lain pikir-

anmu tentang salah satu hal, yaitu jika kamu berbeda pendapat 

satu sama lain, dan tidak sependapat dalam hal makanan, waktu, 

dan hal-hal lain di dalam hukum orang Yahudi, janganlah kamu 

saling menghakimi sementara kamu semua sekarang bersatu di 

dalam Kristus sebagai pusatmu dan berharap bertemu di sorga 

sebagai rumahmu. Mengenai perbedaan-perbedaan lainnya, ja-

nganlah terlampau mempersoalkannya, sebab  hal itu akan dinya-

takan Allah juga kepadamu. Di dalam hal apa pun kamu berbeda 

pendapat, kamu harus menunggu sampai Allah memberimu 

pengertian yang lebih jelas, yang akan dilakukan-Nya pada wak-

tu-Nya. Sementara itu, sejauh tingkat pengertian yang telah kamu 

capai, kamu harus berjalan bersama-sama menurut jalan Allah, 

bersatu di dalam semua hal baik yang kamu sepakati, kemudian 

menantikan penjelasan lebih lanjut mengenai perbedaan-perbeda-

an kecil yang ada di antara kamu.” 

Rasul Paulus Menekankan Teladannya  

(3:17-21) 

17 Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hi-

dup sama seperti kami yang menjadi teladanmu. 18 sebab , seperti yang telah 

kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil 

menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. 19 Kesudah-

an mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan 

mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada per-

kara duniawi. 20 sebab  kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ 

juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, 21 yang 

akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya 

yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu 

kepada diri-Nya. 

Ia mengakhiri pasal ini dengan peringatan dan nasihat. 

Surat Filipi 3:17-21 

 319 

I.  Ia memperingatkan mereka agar tidak mengikuti contoh para pe-

nyesat dan guru-guru palsu (ay. 18-19): Seperti yang telah kerap 

kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang 

sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib 

Kristus. Amatilah, 

1.  Banyak orang yang menggunakan nama Kristus sebenarnya 

adalah musuh-musuh salib Kristus, termasuk musuh terha-

dap rancangan dan tujuannya. Dibanding pengakuan mereka, 

hidup mereka merupakan bukti yang lebih jelas tentang siapa 

mereka sebenarnya. Dari buahnyalah kamu akan mengenal 

mereka (Mat. 7:20). Rasul Paulus memperingatkan mereka ter-

hadap orang-orang seperti itu. 

(1)  Dengan sangat sering: telah kerap kali kukatakan kepadamu. 

Kita begitu sedikit memperhatikan peringatan-peringatan 

yang diberikan kepada kita, sehingga kita perlu diperingat-

kan berulang kali. Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah 

berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu (ay. 1). 

(2)  Dengan penuh perasaan dan kasih sayang: kunyatakan 

pula sekarang sambil menangis. Paulus adalah pengkhot-

bah yang sering menangis di saat-saat yang tepat, seperti 

Yeremia sang nabi yang sering menangis. Amatilah, khot-

bah lama dapat saja disampaikan dengan perasaan baru. 

Apa yang sering kita katakan boleh kita katakan lagi asal 

disampaikan sepenuh hati, dan kita sendiri berada di ba-

wah kendalinya. 

2.  Rasul Paulus menyebutkan orang-orang macam apa yang me-

rupakan seteru salib Kristus. 

(1)  Mereka menjadikan perut mereka sebagai Tuhan. Mereka 

tidak memikirkan apa pun selain selera-selera nafsu jas-

mani belaka. Hal ini merupakan berhala yang keji dan 

memalukan bagi siapa pun, terutama bagi orang Kristen, 

sebab  mereka mengorbankan perkenan Allah, ketenteram-

an hati nurani, dan kebahagiaan kekal demi hal tersebut. 

Orang-orang gelojoh dan para pemabuk menjadikan perut 

mereka sebagai Tuhan, dan seluruh perhatian mereka 

hanyalah mengenyangkan perut dan menyediakan biaya 

untuk itu. Kalau orang-orang baik mengarahkan perhatian 

kepada Allah, para penggemar makanan dan minuman ini 


 320

mengarahkan perhatian kepada selera-selera nafsu mereka. 

Mengenai orang-orang seperti ini, Rasul Paulus berkata, 

orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, 

namun  melayani perut mereka sendiri (Rm. 16:18). 

(2)  Mereka bermegah di dalam aib mereka. Mereka tidak saja 

berdosa, namun  juga membangga-banggakan dan bermegah 

di dalam hal yang seharusnya mereka merasa malu. Dosa 

merupakan aib bagi orang berdosa, terutama jika di-

banggakan. “Mereka menghargai diri sendiri dengan apa 

yang merupakan cela dan aib bagi mereka.” 

(3)  Mereka hanya peduli pada hal-hal duniawi. Kristus datang 

dengan salib-Nya disalibkan untuk menyalibkan dunia bagi 

kita dan kita bagi dunia. Mereka yang hanya peduli pada 

hal-hal duniawi justru menentang salib Kristus dan tujuan 

agungnya. Mereka sangat menyukai hal-hal duniawi namun  

tidak menyukai hal-hal rohani dan sorgawi. Mereka meng-

arahkan hati dan perasaan kepada hal-hal duniawi. Mereka 

sangat menyukainya, bahkan tergila-gila kepadanya, serta 

mengandalkan dan memuaskan diri dengannya. Rasul Pau-

lus menyebutkan sifat orang-orang seperti ini untuk me-

nunjukkan betapa bodohnya jika orang Kristen meng-

ikuti teladan atau disesatkan oleh mereka. Selain itu, un-

tuk mencegah kita berbuat seperti itu, ia menyebutkan 

malapetaka yang akan menimpa mereka. 

(4)  Hidup mereka akan berakhir dalam kebinasaan. Cara hi-

dup mereka tampak menyenangkan, namun maut dan ne-

raka ada di ujungnya. Buah apakah yang kamu petik dari 

padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu 

sekarang, sebab  kesudahan semuanya itu ialah kematian 

(Rm. 6:21). Sungguh berbahaya untuk mengikuti jalan 

mereka, sebab  turun menuju jurang. Jadi jangan memilih 

jalan mereka, sebab  kita mempunyai alasan untuk merasa 

takut terhadap kesudahannya. Boleh jadi Rasul Paulus 

merujuk kepada kehancuran bangsa Yahudi. 

II.  Ia mengajukan diri sendiri dan saudara-saudara seimannya seba-

gai teladan, sebagai kebalikan dari contoh-contoh yang buruk ini: 

Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, 

yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu (ay. 17). 

Surat Filipi 3:17-21 

 321 

Perhatikanlah mereka untuk kaujadikan pola hidupmu. Ia menje-

laskan perihal dirinya sendiri untuk menuntun perhatian mereka 

terhadap Kristus dan sorga: sebab  kewargaan kita adalah di 

dalam sorga (ay. 20). Amatilah, orang-orang Kristen yang baik, 

bahkan sementara mereka masih hidup di bumi, memiliki kewar-

gaan di sorga. Kewarganegaraan mereka ada di sana, politeuma. 

Rasul Paulus seakan-akan berkata, kita bertalian dengan dunia 

itu dan merupakan warganegara Yerusalem Baru. Bukan dunia 

ini, melainkan sorgalah tempat tinggal kita. Di sanalah hak-hak 

istimewa dan urusan kita berada. Dan, mengingat bahwa kewar-

ganegaraan kita adalah di sana, maka di situ jugalah kewargaan 

kita. sebab  bertalian dengan dunia itu, kita harus menjaga hu-

bungan kita dengannya. Kehidupan orang Kristen adalah di sorga, 

tempat kepala dan rumahnya berada, yang ingin ditempatinya 

segera. Ia memikirkan perkara yang di atas. Di mana hatinya ber-

ada, di situlah kewargaannya juga berada. Rasul Paulus mende-

sak jemaat Filipi untuk mengikuti teladannya dan para pelayan 

Kristus yang lain. “Wah, mengapa,” mereka mungkin saja berkata, 

“kalian semua hanyalah sekumpulan orang-orang yang miskin, 

dibenci, dan dianiaya, yang tidak ada apa-apanya dan tidak ber-

guna bagi dunia. Siapa pula yang mau mengikuti kalian?” “Tidak,” 

katanya, “namun  kewargaan kita adalah di sorga. Kita memiliki 

pertalian dekat dan kerinduan dengan dunia lain itu, dan tidak 

seburuk dan sehina seperti yang dikatakan orang.” Sungguh baik 

untuk bersekutu dengan orang-orang yang bersekutu dengan 

Kristus, dan sewarga dengan orang-orang yang memiliki kewarga-

an di sorga. 

1.  Sebab kita mencari Juruselamat dari sorga: dari situ juga kita 

menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Ia tidak 

berada di sini. Ia telah naik ke sorga dan memasuki ruang 

mahakudus di belakang tirai bagi kita. Kita menantikan keda-

tangan-Nya yang kedua dari sana untuk menghimpun semua 

warga Yerusalem Baru kepada-Nya. 

2.  Sebab pada kedatangan Kristus yang kedua, kita menantikan 

dengan pengharapan pasti untuk hidup bahagia dan dalam 

kemuliaan di sana. Ada alasan yang tepat bagi kita untuk 

memiliki kewargaan di sorga, yaitu bahwa tidak saja sebab  

sekarang ini Kristus telah berada di sana, namun  juga sebab  

kita berharap ke sana segera: yang akan mengubah tubuh kita 


 322

yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia 

(ay. 21). Bagi tubuh orang-orang kudus disediakan kemuliaan 

yang akan dianugerahkan pada saat kebangkitan. Sekarang 

ini, tubuh manusia tidak lebih dari tubuh yang hina, to sōma 

tēs tapeinōseōs hēmōn – tubuh aib kita. Tubuh ini muncul dan 

berasal dari tanah, dikeluarkan dari tanah, takluk terhadap 

banyak penyakit, dan kematian pada akhirnya. Selain itu, 

tubuh sering kali menjadi kesempatan dan sarana untuk ber-

buat berbagai jenis dosa, yang disebut tubuh maut (Rm. 7:24). 

Atau, ini juga dapat diartikan sebagai kebusukannya saat  

terbaring di dalam kubur. Pada hari kebangkitan, tubuh itu 

didapati sebagai tubuh yang hina, telah berubah busuk, dan 

menjadi debu tanah. Dan debu kembali menjadi tanah seperti 

semula (Pkh. 12:7). Namun, tubuh itu juga akan diubahkan 

menjadi tubuh kemuliaan, dan tidak saja dihidupkan kembali, 

namun  juga dibangkitkan untuk memperoleh keuntungan yang 

sangat besar. Amatilah, 

(1)  Contoh dari perubahan tubuh ini, yakni tubuh kemuliaan 

Kristus. Pada waktu Dia dipermuliakan di atas gunung, 

wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya 

menjadi putih bersinar seperti terang (Mat. 17:2). Ia naik ke 

sorga dalam tubuh itu, supaya dapat menguasai warisan 

dalam natur kita, dan tidak saja menjadi yang pertama 

bangkit dari antara orang mati, namun  juga yang pertama 

dari anak-anak Allah yang telah dibangkitkan. Kita akan 

menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, 

Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak sau-

dara (Rm. 8:29). 

(2)  Kuasa yang mengerjakan perubahan ini: menurut kuasa-

Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-

Nya. Terdapat kuasa dengan daya yang luar biasa, betapa 

hebat kuasa-Nya, serta kekuatan kuasa-Nya (Ef. 1:19). 

Sungguh melegakan bagi kita sebab  Ia mampu menak-

lukkan segala sesuatu kepada diri-Nya. Cepat atau lambat, 

Ia akan menarik semuanya ke dalam kepentingan-Nya. Dan 

kebangkitan itu akan dikerjakan oleh kuasa ini. Ia akan 

Kubangkitkan pada akhir zaman (Yoh. 6:44). Biarlah hal ini 

menegaskan kepercayaan kita akan kebangkitan, supaya 

kita tidak saja memiliki firman Tuhan yang meyakinkan 

Surat Filipi 3:17-21 

 323 

kita bahwa hal itu akan terjadi, namun  juga supaya kita 

mengerti kuasa Allah yang dapat mengadakannya (Mat. 

22:29). Kebangkitan Kristus merupakan contoh kuasa Ilahi 

yang gilang-gemilang, dan oleh sebab itu Ia dinyatakan oleh 

kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah 

Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita (Rm. 

1:4). Seperti itu jugalah kebangkitan kita akan terjadi. Dan 

kebangkitan-Nya merupakan bukti tak tergoyahkan dan 

pola bagi kita. sesudah  itu, semua seteru kerajaan Sang Pe-

nebus akan ditaklukkan sepenuhnya. Bukan saja dia yang 

berkuasa atas maut, yakni Iblis (Ibr. 2:14), namun  juga mu-

suh yang terakhir, yang dibinasakan, yakni maut (1Kor. 

15:26), akan ditelan dalam kemenangan (1Kor. 15:54). 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  4  

alam pasal ini kita mendapati nasihat-nasihat untuk menjalan-

kan sejumlah kewajiban kristiani, seperti berteguh hati, sehati 

dan sepikiran, bersukacita, dan seterusnya (ay. 1-9). Selain itu, ada 

juga pengakuan Rasul Paulus yang penuh syukur atas kebaikan 

jemaat Filipi terhadapnya, dengan mengungkapkan rasa senangnya 

untuk menerima barang-barang yang mereka kirim kepadanya (ay. 

10-19). Ia menutup surat ini dengan pujian, salam, dan berkat (ay. 

20-23). 

Berbagai Macam Nasihat 

(4:1-9)  

1 sebab  itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, suka-

citaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai sau-

dara-saudaraku yang kekasih! 2 Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, 

supaya sehati sepikir dalam Tuhan. 3 Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sun-

sugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. sebab  mereka telah berjuang 

dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan ka-

wan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab 

kehidupan. 4 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: 

Bersukacitalah! 5 Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan 

sudah dekat! 6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, 

namun  nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa

dan permohonan dengan ucapan syukur. 7 Damai sejahtera Allah, yang me-

lampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus 

Yesus. 8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang 

mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang 

sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah 

semuanya itu. 9 Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu 

terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat 

padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai 

kamu. 


 326

Rasul Paulus memulai pasal ini dengan nasihat-nasihat untuk men-

jalankan berbagai kewajiban kristiani. 

I.  Supaya kita berdiri teguh di dalam iman Kristen yang kita akui 

(ay. 1). Hal ini disimpulkan dari bagian penutup pasal sebelum-

nya: sebab  itu, berdirilah juga dengan teguh, dst. Mengingat 

kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan kita menantikan 

Juruselamat yang akan datang dari sana dan membawa kita ke 

sana, maka berdirilah dengan teguh. Perhatikanlah, harapan dan 

penantian yang penuh iman akan hidup kekal haruslah meng-

gugah kita untuk teguh, mantap, dan tidak goyah dalam perjalan-

an hidup Kristen kita. Amatilah di sini, 

1.  Sapaan-sapaan Paulus yang sangat mesra: Saudara-saudara 

yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkota-

ku. Dan lagi, hai saudara-saudaraku yang kekasih! Begitulah 

ia mengungkapkan rasa senang dan kebaikan hatinya ter-

hadap mereka, supaya nasihat-nasihat yang disampaikannya 

kepada mereka bisa membawa hasil yang jauh lebih baik lagi. 

Ia menganggap mereka sebagai saudara-saudaranya, walau-

pun ia seorang rasul besar. Kita semua adalah saudara. Ada 

perbedaan-perbedaan dalam hal karunia, anugerah, dan 

pencapaian. Namun, sebab  sudah diperbaharui oleh Roh 

yang sama, menurut gambar yang sama, kita semua bersau-

dara, sebagai anak-anak dari Orangtua yang sama, walaupun 

umur, perawakan, dan warna kulit kita berbeda. Sebagai se-

sama saudara,  

(1)  Ia mengasihi mereka, dan sangat mengasihi mereka: Sau-

dara-saudara yang kukasihi. Dan lagi, saudara-saudaraku 

yang kekasih. Sudah selayaknya hamba-hamba Tuhan dan 

orang-orang Kristen bersikap ramah dan hangat satu ter-

hadap yang lain. Di mana ada hubungan persaudaraan, di 

situ harus ada kasih persaudaraan.  

(2)  Ia mengasihi mereka dan rindu pada mereka, rindu melihat 

mereka dan mendengar kabar dari mereka, rindu akan 

kesejahteraan mereka dan sungguh-sungguh mengingin-

kannya. Betapa aku dengan kasih mesra Kristus Yesus 

merindukan kamu sekalian (1:8).  

Surat Filipi 4:1-9 

 327 

(3)  Ia mengasihi mereka dan bersukacita di dalam mereka. Me-

reka adalah sukacitanya. Baginya tidak ada sukacita yang 

lebih besar daripada mendengar tentang kesehatan dan ke-

sejahteraan rohani mereka. Aku sangat bersukacita, bahwa 

aku mendapati, bahwa separuh dari anak-anakmu hidup 

dalam kebenaran (2Yoh. 1:4; 3Yoh. 1:4).  

(4)  Ia mengasihi mereka dan bermegah di dalam mereka. Mere-

ka adalah mahkotanya dan juga sukacitanya. Paulus begitu 

senang dengan bukti-bukti dari ketulusan iman dan ke-

taatan mereka ini, sehingga bahkan orang yang congkak 

dan selalu ingin menjadi yang terdepan pun, yang akan se-

nang jika diberi tanda-tanda kehormatan, tidak akan me-

rasa sesenang Paulus di sini. Semua ini adalah jalan untuk 

mempersiapkan Paulus pada penghormatan yang lebih 

besar lagi. 

2.  Nasihat itu sendiri: Berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan. 

Sekarang mereka sudah ada di dalam Kristus, dan sebab  itu 

mereka harus berdiri teguh di dalam Dia, mantap dan kokoh 

dalam berjalan dengan-Nya, dan tetap dekat dan setia sampai 

pada akhirnya. Atau, berdiri dengan teguh dalam Tuhan berarti 

berdiri dengan teguh dalam kekuatan dan anugerah-Nya, de-

ngan tidak mengandalkan diri dan mengakui ketidakberdaya-

an kita. Kita harus kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan 

kuasa-Nya (Ef. 6:10). “Maka berdirilah dengan teguh, sebagai-

mana yang sudah kamu lakukan sampai sekarang. Berdirilah 

dengan teguh sampai pada akhirnya, sehingga engkau menjadi 

saudara-saudara yang kukasihi, sukacitaku dan mahkotaku. 

Maka berdirilah dengan teguh sebagai orang-orang yang 

kesejahteraan dan ketekunannya sangat aku pedulikan.” 

II.  Ia menasihati mereka supaya sehati sepikir dan saling membantu 

(ay. 2-3): Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati 

sepikir dalam Tuhan. Nasihat ini ditujukan kepada orang-orang 

tertentu. Adakalanya perlu untuk menerapkan perintah-perintah 

umum dari Injil kepada orang-orang dan perkara-perkara terten-

tu. Tampaknya Euodia dan Sintikhe berselisih paham, entah satu 

dengan yang lain atau mereka dengan jemaat. Entah sebab  

masalah sipil (mungkin mereka terlibat dalam tuntutan pengadil-

an) atau sebab  masalah agama, atau mungkin mereka berbeda 


 328

pendapat dan perasaan. “Tolonglah,” pinta Rasul Paulus, “ajaklah 

mereka supaya sehati sepikir dalam Tuhan, supaya menjaga 

damai sejahtera dan hidup dalam kasih, supaya sepikiran satu 

sama lain, bukannya saling menyanggah dan menentang, dan su-

paya sepikiran dengan semua orang lain dalam jemaat, bukannya 

bertindak melawan mereka.” Lalu ia menasihati supaya mereka 

saling membantu (ay. 3), dan nasihat ini juga ditujukannya ke-

pada orang-orang tertentu: Bahkan, kuminta kepadamu juga, 

temanku yang setia. Siapa orang yang dia sebut sebagai temanku 

yang setia ini tidaklah pasti (dalam terjemahan KJV – pen.). Menu-

rut sebagian orang, dia adalah Epafroditus, yang diduga merupa-

kan salah satu gembala dari jemaat di Filipi. Menurut sebagian 

yang lain, dia adalah seorang wanita yang kebaikannya sudah 

tersohor, mungkin istri Paulus, sebab  ia menasihati temannya 

yang setia ini untuk menolong perempuan-perempuan yang telah 

berjuang dengannya (KJV). Siapa pun teman setia Rasul Paulus, ia 

harus menjadi teman setia bagi teman-temannya juga. Tampak-

nya, ada perempuan-perempuan yang berjuang dengan Paulus 

dalam pekabaran Injil. Bukan dalam pelayanan umum (sebab 

Rasul Paulus jelas-jelas melarangnya, 1Tim. 2:12, aku tidak meng-

izinkan perempuan mengajar), melainkan dalam menjamu para 

hamba Tuhan, menjenguk orang sakit, memberi tahu orang yang 

tidak tahu, dan menginsafkan orang yang salah jalan. Dengan 

demikian, kaum perempuan bisa membantu hamba-hamba Tu-

han dalam pekerjaan Injil. Sekarang, tegas Rasul Paulus, tolong-

lah mereka. Siapa yang menolong orang lain harus ditolong juga 

jika ada kesempatan. “Tolonglah mereka, yaitu bergabunglah 

bersama mereka, kuatkanlah tangan mereka, besarkanlah hati 

mereka dalam menghadapi kesulian-kesulitan.” Bersama-sama 

dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain. Paulus 

berbaik hati terhadap semua kawan sekerjanya. Dan, sebagai-

mana ia sudah merasakan manfaat dari bantuan mereka, ia me-

nyimpulkan betapa mereka akan terhibur jika mendapat bantuan 

dari orang lain. Tentang kawan-kawan sekerjanya, Rasul Paulus 

berkata, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan. 

Entah mereka dipilih Allah sejak dari kekekalan, atau mereka 

tercatat dan terdaftar dalam kumpulan dan persekutuan yang 

menjadi milik orang yang mempunyai hak istimewa akan hidup 

kekal. Ini merujuk pada kebiasaan bangsa Yahudi dan bukan 

Surat Filipi 4:1-9 

 329 

Yahudi waktu itu yang melakukan pendaftaran diri untuk menjadi 

penduduk atau orang-orang merdeka di suatu kota Romawi. 

Demikianlah kita membaca tentang nama-nama mereka yang ada 

terdaftar di sorga (Luk. 10:20), yang tidak akan terhapus dari kitab 

kehidupan (Why. 3:5), dan yang namanya tertulis di dalam kitab 

kehidupan Anak Domba (Why. 21:27). Perhatikanlah, ada kitab 

kehidupan. Dalam kitab itu ada nama-nama, dan bukan hanya 

ciri-ciri dan syarat-syarat saja. Kita tidak dapat menyelidiki isi 

kitab itu, atau mengetahui nama-nama siapa saja yang tertulis di 

dalamnya. Akan namun , dengan penilaian yang didasari kasih, kita 

bisa menyimpulkan bahwa siapa yang bekerja dalam pekabaran 

Injil, dan setia pada kepentingan Kristus dan jiwa-jiwa, maka 

nama-nama mereka terdaftar dalam kitab kehidupan.  

III. Ia menasihati supaya mereka bersukacita dan bergembira dengan 

hati yang kudus di dalam Allah: Bersukacitalah senantiasa dalam 

Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (ay. 4). Segala suka-

cita kita harus bertumpu pada Allah. Dan pikiran-pikiran kita 

tentang Allah haruslah pikiran-pikiran yang menyenangkan. Ber-

gembiralah sebab  TUHAN (Mzm. 37:4). jika bertambah banyak 

pikiran dalam batin kita (pikiran-pikiran yang mendukakan dan 

menyiksa), penghiburan-Nya menyenangkan jiwa kita (Mzm. 

94:19), dan renungan kita pun manis kedengaran kepada-Nya 

(Mzm. 104:34). Perhatikanlah, sudah menjadi kewajiban dan hak 

istimewa kita untuk bersukacita di dalam Allah, dan bersukacita 

di dalam Dia senantiasa, pada segala waktu, dalam segala keada-

an, bahkan pada saat kita menderita untuk Dia, atau menjadi 

susah oleh sebab  Dia. Kita tidak boleh berpikiran buruk tentang 

Dia atau jalan-jalan-Nya saat  kita mengalami kesulitan-kesulit-

an dalam melayani Dia. Pada Allah ada kecukupan yang dapat 

membuat kita bersukacita dalam kondisi yang terburuk 

sekalipun di bumi ini. Rasul Paulus sudah mengatakan ini sebe-

lumnya (3:1): Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam 

Tuhan. Dan di sini ia mengatakannya lagi, bersukacitalah senan-

tiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Suka-

cita dalam Allah adalah kewajiban yang besar dampaknya dalam 

kehidupan kristiani. Dan orang-orang Kristen perlu diingatkan 

berulang kali akan hal bersukacita itu. Jika orang baik tidak 

selamanya bisa bergembira, itu salah mereka sendiri.  


 330

IV. Di sini kita dinasihati untuk bersikap ramah dan lembut, dan ber-

sikap baik terhadap saudara-saudara kita: “Hendaklah kebaikan 

hatimu diketahui semua orang (ay. 5). Dalam hal-hal yang tidak 

begitu penting, janganlah bersikap berlebih-lebihan. Hindarilah 

sikap ingin benar sendiri dan bermusuhan. Nilailah satu sama 

lain dengan kasih.” Kata to epieikes berarti kecenderungan baik 

terhadap orang lain. Dan sikap kebaikan hati ini dijelaskan dalam 

Roma 14. Sebagian orang memahaminya sebagai hal bersabar me-

nanggung penderitaan, atau menikmati kebaikan duniawi secara 

terkendali. Dan jika demikian, itu sangat sesuai dengan ayat beri-

kutnya (ay. 6). Alasannya adalah, Tuhan sudah dekat! Renungan 

akan dekatnya kedatangan Tuan kita, dan pertanggungjawaban 

kita yang terakhir, haruslah menahan kita untuk tidak memukuli 

sesama hamba, menopang kita di bawah penderitaan-penderitaan 

yang tengah kita alami, dan mengendalikan kesukaan-kesukaan 

kita pada kenikmatan lahiriah. “Ia akan mengadakan pembalasan 

terhadap musuh-musuhmu, dan memberi upah atas kesabaran-

mu.”  

V. Di sini ada peringatan terhadap kekhawatiran yang menggelisah-

kan (ay. 6): Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun 

juga – mēden merimnate. Ini ungkapan yang sama seperti yang 

terdapat dalam Matius 6:25, janganlah kuatir akan hidupmu, yaitu 

hindarilah kecemasan dan pikiran yang mengganggu tentang ke-

butuhan-kebutuhan dan kesulitan-kesulitan hidup. Amatilah, su-

dah menjadi kewajiban dan kepentingan orang-orang Kristen un-

tuk hidup tanpa kekhawatiran. Khawatir untuk bertekun adalah 

kewajiban kita, dan itu berarti membuat perkiraan secara bijak 

dan memberikan perhatian sebagaimana mestinya. namun  ada ke-

khawatiran sebab  kita ragu-ragu dan tidak percaya, dan itu ada-

lah dosa dan kebodohan kita, yang hanya akan merisaukan dan 

mengganggu pikiran. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang 

apa pun juga, sehingga dengan kekhawatiranmu itu kamu tidak 

mempercayai Allah dan membuat diri sendiri tidak layak untuk 

melayani-Nya.”    

VI. Sebagai penangkal ampuh melawan kekhawatiran yang menggeli-

sahkan, Rasul Paulus menyarankan supaya kita berdoa senan-

tiasa: Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah 

Surat Filipi 4:1-9 

 331 

dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Perhatikan-

lah,  

1.  Kita tidak hanya harus memelihara waktu-waktu untuk ber-

doa, namun  juga harus berdoa setiap ada keperluan: Dalam se-

gala hal dengan doa. saat  apa saja membebani roh kita, kita 

harus menenangkan pikiran kita dengan doa. saat  urusan-

urusan kita menjadi kacau atau gelisah, kita harus mencari 

petunjuk dan dukungan.  

2.  Kita harus memadukan ucapan syukur dengan segala doa dan 

permohonan kita. Kita tidak hanya harus mencari persediaan-

persediaan kebutuhan, namun  juga harus memiliki tanda te-

rima rahmat. Jika kita mensyukuri apa yang kita punya, maka 

itu menunjukkan bahwa kita mempunyai kecondongan pikiran 

yang benar, dan ini merupakan alasan yang kuat untuk ber-

kat-berkat yang lebih banyak lagi. 

3. Doa berarti mempersembahkan keinginan-keinginan kita ke-

pada Allah, atau memberitahukannya kepada Dia: Nyatakan-

lah keinginanmu kepada Allah. Bukan berarti bahwa Allah per-

lu diberi tahu kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keingin-

an kita, sebab Ia mengetahuinya secara lebih baik daripada 

yang bisa kita katakan kepada-Nya. namun  Ia ingin mengeta-

huinya dari kita, dan mau supaya kita menunjukkan perhatian 

dan kepedulian kita, mengungkapkan penghargaan kita terha-

dap rahmat-Nya dan rasa kebergantungan kita kepada-Nya.  

4.  Dampak dari hal ini adalah bahwa damai sejahtera Allah akan 

memelihara hati kita (ay. 7). Damai sejahtera Allah, yaitu peng-

hiburan yang kita rasakan sebab  kita didamaikan dengan 

Allah dan mempunyai kepentingan dalam kebaikan-Nya. Ha-

rapan akan berkat sorgawi dan keinginan untuk menikmati 

hadirat Allah di akhirat, yang melampaui segala akal, adalah 

kebaikan terbesar yang nilainya tidak terkatakan. Itu tidak 

pernah timbul di dalam hati manusia (1Kor. 2:9). Damai sejah-

tera ini akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus 

Yesus. Damai sejahtera itu akan menjaga kita untuk tidak 

berdosa di bawah permasalahan-permasalahan kita, dan tidak 

tenggelam di dalamnya. Damai sejahtera itu akan membuat 

kita tetap tenang dan terkendali, tidak diombang-ambingkan 

amarah, namun  mendapat kepuasan batin. Yang hatinya teguh 


 332

Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia per-

caya (Yes. 26:3). 

VII. Kita dinasihati untuk memperoleh dan menjaga nama baik, 

nama untuk hal-hal yang baik yang ada pada Allah dan orang-

orang baik: Semua yang benar, semua yang mulia (ay. 8). Kita 

harus memperhatikan supaya perkataan dan perbuatan kita 

benar, dan perilaku kita sopan dan pantas, sesuai dengan tem-

pat dan keadaan hidup kita. Semua yang adil, semua yang suci – 

yang sesuai dengan kaidah-kaidah keadilan dan kebenaran 

dalam berhubungan dengan orang lain, tanpa adanya ketidak-

murnian dan campuran dengan dosa. Semua yang manis, semua 

yang sedap didengar, yaitu semua yang menyenangkan. Itu akan 

membuat kita dicintai orang lain, dan mereka pun akan menga-

takan serta memikirkan yang baik-baik tentang kita. Semua 

yang disebut kebajikan dan patut dipuji – apa saja yang betul-

betul bajik dan layak dipuji. Amatilah,  

1.  Rasul Paulus ingin supaya orang-orang Kristen mempelajari 

apa saja yang baik dari sesama mereka yang kafir: “Semua 

yang disebut kebajikan, pikirkanlah semuanya itu – tirulah 

apa yang betul-betul unggul pada mereka, dan janganlah 

sampai mereka melebihi kamu dalam kebaikan apa saja.” 

Kita tidak boleh malu mempelajari hal baik apa saja dari 

orang-orang jahat, atau orang-orang yang tidak memiliki ber-

bagai keuntungan seperti kita.  

2.  Kebajikan terpuji dengan sendirinya, dan akan dipuji. Kita 

harus hidup dalam semua jalan kebajikan, dan tinggal di 

dalamnya. Maka, entah datang dari manusia atau tidak, puji-

an akan datang dari Allah (Rm. 2:29). 

Dalam kesemuanya ini, Rasul Paulus menawarkan dirinya kepada 

mereka sebagai teladan (ay. 9): Apa yang telah kamu pelajari dan apa 

yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa 

yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Perhatikanlah, ajaran 

dan kehidupan Paulus adalah dua hal yang sejalan. Apa yang mereka 

lihat padanya adalah sama dengan apa yang mereka dengar darinya. 

Ia bisa mengajukan dirinya dan juga ajarannya untuk mereka con-

toh. Kata-kata kita kepada orang lain akan bertambah kuat jika 

kita bisa meminta mereka untuk melihat apa yang ada pada kita. 

Surat Filipi 4:10-19 

 333 

Dan inilah cara supaya Allah, sumber damai sejahtera, menyertai kita 

sekalian – yaitu dengan senantiasa menjalankan kewajiban kita ke-

pada-Nya. Tuhan beserta kita selama kita beserta Dia. 

Kebaikan Jemaat Diakui;  

Hal Mencukupkan Diri secara Kristiani  

(4:10-19)  

10 Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan 

perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatian-

mu, namun  tidak ada kesempatan bagimu. 11 Kukatakan ini bukanlah sebab  

kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keada-

an. 12 Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam 

segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan 

rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik 

dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. 13 Segala perkara 

dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. 14 Namun 

baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesu-

sahanku. 15 Kamu sendiri tahu juga, hai orang-orang Filipi; pada waktu aku 

baru mulai mengabarkan Injil, saat  aku berangkat dari Makedonia, tidak 

ada satu jemaat pun yang mengadakan perhitungan hutang dan piutang 

dengan aku selain dari pada kamu. 16 sebab  di Tesalonika pun kamu telah 

satu dua kali mengirimkan bantuan kepadaku. 17 namun  yang kuutamakan 

bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar 

keuntunganmu. 18 Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, 

malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, sebab  aku telah menerima 

kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban 

yang disukai dan yang berkenan kepada Allah. 19 Allahku akan memenuhi se-

gala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus 

Yesus.  

Dalam ayat-ayat ini kita mendapati pengakuan Rasul Paulus yang 

penuh syukur atas kebaikan jemaat Filipi dalam mengirimkan pem-

berian kepada dia untuk kebutuhan hidupnya, sebab pada saat itu ia 

tengah menjadi tahanan di Roma. Dan di sini, 

I. Rasul Paulus mengambil kesempatan untuk mengakui kebaikan-

kebaikan yang dulu mereka berikan kepadanya, dan menyebut-

kan semua kebaikan itu (ay. 15-16). Paulus mempunyai jiwa yang 

berterima kasih. Sebab walaupun apa yang dilakukan teman-

temannya untuk dia bukan apa-apa jika dibandingkan dengan 

apa yang pantas didapatkannya dari mereka dan apa yang me-

mang wajib mereka lakukan, namun ia membicarakan kebaikan-

kebaikan mereka seolah-olah itu merupakan suatu bentuk kemu-

rahan hati. Padahal sebenarnya itu lebih tepat disebut utang yang


 334

memang sudah sepantasnya mereka bayarkan. Kalaupun sean-

dainya tiap-tiap dari mereka menyumbangkan setengah dari harta 

kekayaan mereka kepadanya, itu belumlah cukup, sebab  mereka 

bahkan berutang jiwa mereka sendiri kepadanya. Walaupun be-

gitu, saat  mereka mengirimkan hadiah yang kecil untuk dia, 

betapa ia menerimanya dengan baik hati, betapa ia menyebutkan-

nya dengan penuh syukur, bahkan dalam surat ini, yang akan 

tercatat untuk seterusnya, dan dibacakan di jemaat-jemaat, dari 

zaman ke zaman. Sehingga di mana saja surat ini dibacakan, apa 

yang mereka lakukan terhadap Paulus ini akan dibacakan sebagai 

kenang-kenangan akan mereka. Sesungguhnya belum pernah ada 

hadiah yang dibalas dengan begitu baik. Ia mengingatkan mereka 

bahwa pada waktu ia baru mulai mengabarkan Injil, tidak ada satu 

jemaat pun yang mengadakan perhitungan hutang dan piutang 

dengan dia selain dari pada mereka (ay. 15). Mereka tidak hanya 

mengurusnya dengan baik selama ia berada bersama-sama de-

ngan mereka, namun  juga saat  ia berangkat dari Makedonia, me-

reka mengirimkan tanda-tanda kebaikan hati mereka kepadanya. 

Dan ini dilakukan saat  tidak ada jemaat lain yang melakukan-

nya. Selain mereka, tidak ada jemaat lain yang mengirimnya ba-

rang-barang jasmani, sebagai balasan atas perkara-perkara ro-

hani yang sudah mereka tuai darinya. Dalam beramal, kita cende-

rung bertanya dan membandingkan dengan apa yang dilakukan 

orang lain. namun  jemaat Filipi tidak pernah berpikir begitu. Dan 

kehormatan mereka bertambah jauh lebih besar lagi sebab  mere-

ka merupakan satu-satunya jemaat yang sedemikian adil dan 

murah hati. Di Tesalonika pun (sesudah  Paulus berangkat dari 

Makedonia) kamu telah satu dua kali mengirimkan bantuan ke-

padaku (ay. 16, KJV: mengirimkan apa yang kubutuhkan – pen.). 

Perhatikanlah,  

1. Hanya sedikit yang mereka kirimkan. Mereka hanya mengirim-

kan apa yang dibutuhkannya, cuma hal-hal yang dia perlu-

kan. Mungkin kiriman itu sesuai dengan kemampuan mereka, 

dan Paulus pun tidak menginginkan barang-barang yang ber-

lebihan atau mewah.  

2. Sungguh suatu hal yang sangat indah melihat orang-orang 

yang dilimpahi Allah dengan karunia-karunia anugerah-Nya, 

juga berlimpah dalam membalas kembali karunia-karunia itu 

dengan penuh syukur kepada umat-Nya dan hamba-hamba-

Surat Filipi 4:10-19 

 335 

Nya, sesuai dengan kemampuan mereka dan kebutuhan umat 

dan hamba-hamba Allah: Kamu telah satu dua kali mengirim-

kan bantuan. Banyak orang berdalih sudah beramal sebab  

mereka sudah memberi satu kali. Mengapa harus beramal 

lagi? namun  jemaat di Filipi telah memberi satu dua kali. Mere-

ka sering kali melegakan dan menyegarkan Paulus dalam 

kebutuhan-kebutuhannya. Dia menyebutkan kebaikan mereka 

yang dulu ini bukan hanya sebab  rasa terima kasih, melain-

kan juga untuk membesarkan hati mereka.  

II. Paulus memaafkan pengabaian mereka belakangan ini. Tampak-

nya selama beberapa waktu mereka tidak menanyakan kabarnya, 

atau mengirimkan pemberian apa pun kepadanya. namun  akhir-

nya pikiran dan perasaan mereka bertumbuh kembali untuk dia 

(ay. 10), seperti pohon di musim semi, yang sepanjang musim 

dingin kelihatan sudah mati. Nah, untuk meneladani Tuannya 

yang agung, bukannya menegur mereka sebab  sudah mengabai-

kannya, Rasul Paulus memaafkan mereka dengan suatu alasan: 

Memang selalu ada perhatianmu, namun  tidak ada kesempatan 

bagimu. namun  bagaimana mungkin mereka tidak mempunyai 

kesempatan, kalau mereka sudah menetapkan hati untuk mela-

kukannya? Mereka bisa saja dengan sengaja mengirimkan se-

orang utusan. namun  Rasul Paulus mau berpikiran baik tentang 

mereka, bahwa mereka akan melakukannya kalau ada kesempat-

an yang baik. Betapa berlawanannya perilaku ini dengan perilaku 

banyak orang terhadap teman-teman mereka. Bagi banyak orang, 

ketidakpedulian yang sebenarnya bisa dimaafkan, dibenci dengan 

sangat keji. namun  di sini, Paulus justru memaafkan apa yang 

cukup beralasan untuk dibencinya.  

III. Paulus memuj