cara yang benar dimungkinkan untuk menderita ka-
rena Kristus. Sebab bagi kamu dikaruniakan bukan saja untuk
percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk
Dia (ay. 29). Di sini ada dua karunia berharga yang diberikan, dan
keduanya sebab Kristus:
1. Untuk percaya kepada-Nya. Iman adalah karunia Allah oleh
sebab Kristus, yang menebus bagi kita bukan saja kebahagia-
Surat Filipi 1:27-30
283
an yang menjadi tujuan iman itu, melainkan juga kasih karu-
nia dari iman itu sendiri. Jadi, kemampuan atau kecenderung-
an untuk percaya itu berasal dari Allah.
2. Untuk menderita bagi kepentingan Kristus juga merupakan
karunia yang sangat berharga. Itu suatu kehormatan dan ke-
untungan yang besar. Sebab, dengan menderita bagi Kristus,
kita dapat menjadi sangat berguna bagi kemuliaan Allah, yang
menjadi tujuan dari penciptaan kita. Penderitaan itu juga
mendorong dan menegaskan iman orang lain. Juga ada upah
besar yang menyertainya, Berbahagialah kamu jika kamu di-
aniaya, sebab upahmu besar di sorga (Mat. 5:11-12). Dan jika
kita menderita dengan Dia, kita pun akan ikut memerintah
dengan Dia (2Tim. 2:12). Jika kita menderita penghinaan dan
kerugian untuk Kristus, kita harus menganggapnya sebagai
sebuah karunia yang besar, oleh sebab itu kita harus meng-
hargainya. Dalam penderitaan kita harus selalu menunjukkan
penguasaan diri yang tulus seperti yang dilakukan para martir
dan para pengaku iman (ay. 30). Dalam pergumulan yang
sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang
sekarang kamu dengar tentang aku, yaitu, menderita dengan
cara yang sama seperti yang kamu lihat dan dengar tentang
aku yang menderita. Bukan saja soal penderitaan itu sendiri,
melainkan alasan dari penderitaan itu, dan bukan saja alasan
dari penderitaan itu, melainkan juga semangat yang membuat
kita menjadi martir. Dapat saja seseorang menderita sebab
alasan yang salah, dan sebab itu pantaslah jika ia menderita.
Atau, dapat juga orang menderita sebab alasan yang baik,
namun dengan pemikiran yang salah, sehingga penderitaannya
itu kehilangan nilainya.
PASAL 2
ebih jauh Rasul Paulus melanjutkan dengan nasihat-nasihat
untuk melakukan beberapa kewajiban, yaitu supaya jemaat Filipi
sehati sepikir dan rendah hati, yang ditekankannya berdasar
teladan Kristus (ay. 1-11), supaya mereka rajin dan bersungguh-
sungguh di dalam kehidupan Kristen (ay. 12-13), dan menghiasi
pengakuan iman Kristen mereka dengan beberapa perilaku yang
pantas (ay. 14-18). sesudah itu Paulus menutup dengan menyebutkan
dan memberikan pujian tersendiri terhadap dua orang pelayan Tuhan
yang baik, yaitu Timotius dan Epafroditus, yang dia tetapkan untuk
diutus kepada jemaat di Filipi (ay. 19-30).
Anjuran mengenai Kasih Persaudaraan;
Kemuliaan dan Teladan Kristus
(2:1-11)
1 Jadi sebab dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada perse-
kutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, 2 sebab itu sempurna-
kanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu
kasih, satu jiwa, satu tujuan, 3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri
atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang
seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; 4 dan
janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri,
namun kepentingan orang lain juga. 5 Hendaklah kamu dalam hidupmu ber-
sama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus
Yesus, 6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan
dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah
mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia. 8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia
telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di
kayu salib. 9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengarunia-
kan kepada-Nya nama di atas segala nama, 10 supaya dalam nama Yesus
bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang
L
286
ada di bawah bumi, 11 dan segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tu-
han, bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Dalam pasal ini, Rasul Paulus melanjutkan pembahasannya yang ter-
henti di pasal sebelumnya, dengan nasihat lebih jauh mengenai ke-
wajiban-kewajiban Kristen. Paulus banyak menekankan supaya me-
reka sehati sepikir dan rendah hati, dengan menirukan teladan Tu-
han Yesus, yang merupakan teladan agung dalam hal kerendahan
hati dan kasih. Di sini kita dapat amati,
I. Pedoman agung Injil yang disampaikan kepada kita, yaitu supaya
kita saling mengasihi. Ini adalah hukum kerajaan Kristus, pelajar-
an dari sekolah-Nya, lambang keluarga-Nya. Hukum ini digambar-
kan oleh Paulus (ay. 2) sebagai menjadi sehati sepikir, dalam satu
kasih, satu jiwa, satu tujuan. Kita menjadi sehati sepikir saat
kita berada dalam satu kasih. Orang Kristen harus menjadi satu
di dalam perasaan, sekalipun mereka bisa tidak sepaham. Inilah
yang selalu menjadi kekuatan mereka, dan selalu menjadi kewa-
jiban mereka. Cara ini pulalah yang paling mungkin membuat
mereka memahami sesuatu dengan lebih baik. Dalam satu kasih.
Perhatikan, sebagaimana kasih yang wajib kita tunjukkan kepada
orang lain, maka demikian pula mereka terikat untuk menunjuk-
kannya kepada kita. Kasih Kristen harus berupa kasih yang tim-
bal balik. Kasihilah, dan engkau akan dikasihi. Satu jiwa, satu
tujuan. Tidak berselisih dan bertentangan, atau melaksanakan
kepentingannya sendiri-sendiri, namun bersama-sama sepakat di
dalam perkara-perkara besar yang dari Allah, serta menjaga per-
satuan Roh di dalam perbedaan-perbedaan yang lain. Perhatikan
di sini,
1. Betapa luar biasa mendesaknya kewajiban tersebut. Paulus
sangat mendesak jemaat Filipi, sebab mengetahui bahwa hal
itu akan menjadi bukti yang luar biasa akan ketulusan kita,
dan menjadi sarana yang luar biasa untuk memelihara dan
membangun tubuh Kristus. Inilah alasan supaya mereka me-
miliki kasih persaudaraan,
(1) sebab dalam Kristus ada nasihat (KJV; penghiburan) Per-
nahkah kamu mengalami penghiburan dalam Kristus? Tun-
jukkanlah pengalaman itu dengan saling mengasihi. Kein-
dahan yang kita dapati di dalam ajaran Kristus haruslah
Surat Filipi 2:1-11
287
memperindah roh kita. Apakah kita mengharapkan penghi-
buran di dalam Kristus? Jika kita tidak mau kecewa, maka
kita harus saling mengasihi. Jika kita tidak memperoleh
penghiburan dalam Kristus, di mana lagi kita bisa mengha-
rapkannya? Barangsiapa memiliki bagian di dalam Kristus,
ia juga memiliki penghiburan di dalam Dia, yaitu penghi-
buran atau dorongan yang kuat dan abadi (Ibr. 6:18; 2Tes.
2:16). sebab itulah, mereka harus saling mengasihi.
(2) Penghiburan kasih. Jika ada penghiburan di dalam kasih
Kristen, di dalam kasih Allah kepadamu, di dalam kasihmu
kepada Allah, atau di dalam kasih saudara-saudaramu ke-
pada kami, maka dengan mempertimbangkan semua ini,
hendaklah kamu sehati sepikir. jika kamu sudah mene-
mukan penghiburan itu, jika kamu mau mencarinya, jika
kamu sungguh percaya bahwa anugerah kasih adalah anu-
gerah yang menghibur, maka berlimpah-limpahlah dengan
penghiburan itu.
(3) Persekutuan Roh. Jikalau memang ada persekutuan de-
ngan Allah dan Kristus melalui Roh, persekutuan orang-
orang kudus sebab dihidupkan dan digerakkan oleh satu
Roh yang sama, maka hendaklah kamu sehati sepikir. Se-
bab kasih Kristen dan sikap sehati sepikir akan meme-
lihara persekutuan kita dengan Allah dan dengan sesama.
(4) Ada kasih mesra dan belas kasihan, di dalam Allah dan
Kristus, kepadamu. Jika kamu mengharapkan manfaat
dari belas kasihan Allah kepada dirimu sendiri, maka kamu
harus menunjukkan belas kasihan satu sama lain. jika
memang ada belas kasihan di antara pengikut-pengikut
Kristus, jika semua orang yang dikuduskan cenderung me-
miliki rasa iba yang kudus, maka tunjukkanlah itu dengan
cara seperti ini. Betapa kuatnya semua pernyataan ini!
Orang akan memandang bahwa semua ini cukup untuk
menjinakkan hati yang paling buas, serta melembutkan
hati yang paling keras.
(5) Alasan lain yang dinyatakan Paulus ialah bahwa hal itu
akan menjadi penghiburan baginya: sempurnakanlah suka-
citaku. Melihat jemaat sehati sepikir dan hidup di dalam
kasih merupakan sukacita bagi para pelayan Tuhan. Sela-
ma ini ia telah dipakai untuk membawa mereka menemu-
288
kan anugerah Kristus dan kasih Allah. Sekarang, katanya,
jika kamu telah memperoleh manfaat sebab mengikuti
Injil Kristus, jika kamu memperoleh penghiburan di da-
lamnya, atau keuntungan darinya, maka sempurnakanlah
sukacita dari pelayanmu yang hina ini, yang telah mem-
beritakan Injil kepadamu.
2. Paulus mengemukakan beberapa cara untuk mewujudkan hal
itu.
(1) Jangan mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang
sia-sia (ay. 3). Tidak ada musuh yang lebih besar bagi kasih
Kristen selain kesombongan dan nafsu. Jika kita melaku-
kan segala sesuatu dengan menentang saudara-saudara
kita, maka ini sama dengan melakukannya sambil mencari
kepentingan sendiri. jika kita melakukannya sambil
pamer, maka ini berarti melakukannya sambil mencari
puji-pujian yang sia-sia. Kedua hal ini merusak kasih
Kristen dan menyalakan ketegangan yang tidak kristiani.
Kristus datang untuk melenyapkan segala perseteruan.
sebab itu jangan sampai ada roh pertentangan di antara
orang Kristen. Kristus datang untuk merendahkan hati
kita, sebab itu jangan sampai ada roh kesombongan di
antara kita.
(2) Kita harus dengan rendah hati menganggap yang lain lebih
utama dari pada diri kita sendiri. Kita harus keras terhadap
kesalahan kita sendiri dan penuh kasih saat menghakimi
orang lain. Cepat dalam mengenali kekurangan dan kesa-
lahan kita sendiri, namun sigap untuk mengabaikan dan
membiarkan kekurangan orang lain. Kita harus mengang-
gap kebaikan yang ada pada diri orang lain melebihi ke-
baikan yang ada pada diri kita sendiri. sebab kitalah yang
paling mengetahui bahwa diri kita tidak layak dan tidak
sempurna.
(3) Kita harus menaruh perhatian pada kepentingan orang
lain, bukan dengan rasa ingin tahu dan mau menghakimi,
atau seperti orang yang suka mencampuri urusan orang
lain, melainkan dengan kasih dan bela rasa kristiani. Ja-
nganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentinga-
nnya sendiri, namun kepentingan orang lain juga (ay. 4). Roh
Surat Filipi 2:1-11
289
yang mementingkan diri sendiri merusak kasih Kristen.
Kita tidak boleh hanya memedulikan nama baik, kenya-
manan, dan keamanan kita sendiri, namun juga harus
peduli hal-hal tersebut pada diri orang lain. Kita juga harus
bersukacita akan keberhasilan orang lain dengan tulus,
sama seperti keberhasilan kita sendiri. Kita harus menga-
sihi sesama kita seperti kita mengasihi diri sendiri, dan
menjadikan masalah mereka seperti masalah kita sendiri.
II. Di sini ada sebuah pola Injil yang dikemukakan supaya kita tiru,
dan itu merupakan teladan Tuhan kita Yesus Kristus. Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan
yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (ay. 5). Perhatikan, orang
Kristen harus memiliki pikiran Kristus. Kita harus memiliki
kehidupan yang menyerupai kehidupan-Nya, jika kita ingin
memperoleh manfaat dari kematian-Nya. Jika orang tidak memiliki
Roh Kristus, ia bukan milik Kristus (Rm. 8:9). Nah, seperti apakah
pikiran Kristus itu? Dia luar biasa rendah hati, dan inilah yang
khususnya harus kita pelajari dari Dia. Belajarlah pada-Ku,
sebab Aku lemah lembut dan rendah hati (Mat. 11:29). jika
kita rendah hati, tentulah kita menjadi sehati sepikir. Dan jika
kita seperti Kristus, tentulah kita akan rendah hati. Kita harus
melangkah di dalam roh yang sama dan di dalam jejak yang sama
dengan Tuhan Yesus, yang merendahkan diri sampai menderita
dan mati bagi kita. Bukan hanya untuk memuaskan keadilan
Allah dan membayar harga untuk membebaskan kita, melainkan
juga untuk memberi teladan bagi kita, supaya kita dapat meng-
ikuti jejak-Nya. Nah, di sini kita temukan dua kodrat dan dua
keadaan Tuhan kita Yesus. Dapat dilihat bahwa Rasul Paulus,
sesudah mendapat kesempatan untuk membicarakan Tuhan Yesus
serta pikiran yang ada di dalam diri-Nya, menggunakan kesem-
patan itu untuk lebih jauh lagi membicarakan pribadi-Nya, dan
memberikan gambaran khusus tentang diri-Nya. Ini adalah topik
yang menyenangkan, dan seorang pelayan Injil tidak boleh ber-
anggapan bahwa ia tidak punya kesempatan saat menjumpai
kesempatan itu. Setiap kesempatan yang cocok harus segera di-
manfaatkan.
1. Di sini diceritakan tentang dua kodrat Kristus, yaitu kodrat
ilahi-Nya dan kodrat manusiawi-Nya.
290
(1) Berikut adalah kodrat ilahi-Nya. Yang walaupun dalam
rupa Allah (ay. 6), memiliki kodrat ilahi, sebagai Anak Allah
yang tunggal dan kekal. Ini sejalan dengan Yohanes 1:1.
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah. Ini sama maknanya dengan menjadi gambar
Allah yang tidak kelihatan (Kol. 1:15), dan cahaya kemulia-
an Allah dan gambar wujud Allah (Ibr. 1:3). Ia tidak meng-
anggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang
harus dipertahankan (KJV: sebagai perampokan pen.).
Kristus tidak berpikir diri-Nya bersalah telah merebut apa
yang bukan milik-Nya, atau pura-pura memiliki hak orang
lain. Ia berkata, Aku dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30).
Berpura-pura setara dengan Allah, atau mengaku diri satu
dengan Allah merupakan perampokan terbesar yang dapat
dilakukan oleh manusia biasa atau makhluk biasa yang
mana pun. Bagi manusia, ini adalah merampok Allah, bu-
kan mengenai persepuluhan dan persembahan, melainkan
mengenai hak-Nya sebagai Allah (Mal. 3:8). Beberapa orang
menafsirkan dalam rupa Allah en morphē Theou hyparchōn,
sebagai penampakan-Nya dalam kemuliaan ilahi yang agung
kepada nenek moyang dan kepada orang Yahudi di dalam
Perjanjian Lama, yang sering kali disebut sebagai kemuliaan
dan Shekinah. Kata ini digunakan dengan makna tersebut
oleh Septuaginta, dan di dalam Perjanjian Baru. Kristus
menampakkan diri kepada kedua murid itu, en hetera
morphē dalam rupa yang lain (Mrk. 16:12). Metemorphōthē
Ia berubah rupa di hadapan mereka (Mat. 17:2). Dan Ia
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai
milik yang harus dipertahankan. Ia tidak mencengkeram
dengan serakah, ataupun mengingini dan berusaha supaya
terlihat ada di dalam kemuliaan itu. Ia mengesampingkan
kemegahan keadaan-Nya yang sebelumnya saat Ia berada
di muka bumi, yang dianggap sebagai suatu pernyataan
tersendiri, ouk harpagmon hēgēsato. Vid. Bishop Bull's Def.
cap. 2 sect. 4 et alibi, dan Whitby in loc.
(2) Kodrat manusiawi-Nya. Ia menjadi sama dengan manusia,
dan dalam keadaan sebagai manusia. Ia sungguh dan
sepenuhnya manusia, mendapat bagian dalam darah dan
daging kita, tampil dalam kodrat dan kebiasaan manusia.
Surat Filipi 2:1-11
291
Dan Dia mengambil kodrat manusia dengan sukarela. Itu
merupakan tindakan-Nya sendiri, dan dilakukan dengan
persetujuan-Nya sendiri. Kita tidak dapat berkata demikian
mengenai bagian kita di dalam kodrat manusia. Di sini Ia
mengosongkan diri-Nya sendiri, melepaskan diri dari kehor-
matan dan kemuliaan dunia atas, serta dari keadaan-Nya
yang sebelumnya, untuk mengenakan pada diri-Nya sendiri
kain kotor berupa kodrat manusia. Dalam segala hal Dia
sama dengan kita (Ibr. 2:7).
2. Di sini diceritakan tentang dua keadaan Kristus, yaitu peren-
dahan dan peninggian-Nya.
(1) Keadaan-Nya yang direndahkan. Kristus tidak hanya meng-
ambil rupa dan keadaan seorang manusia, namun juga rupa
seorang hamba, yaitu, manusia yang hina. Kristus bukan
hanya hamba Allah yang sudah dipilih oleh Allah, melain-
kan juga datang untuk melayani manusia, dan hidup di
antara mereka sebagai seorang yang melayani di dalam
keadaan hina dan rendah. Orang akan menyangka bahwa
jika Tuhan Yesus menjadi manusia, tentulah Ia akan men-
jadi seorang pangeran, dan tampil dalam kemegahan. Na-
mun justru sebaliknya: Ia mengambil rupa seorang hamba.
Yesus dibesarkan secara sederhana, mungkin turut me-
ngerjakan pekerjaan orang yang dianggap sebagai ayah-
Nya. Seluruh hidup-Nya adalah hidup yang sangat rendah,
hina, miskin, dan nista. Ia tidak memiliki tempat untuk
meletakkan kepala-Nya, hidup dari sedekah, seorang yang
penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan,
tidak tampil dengan kemegahan lahiriah, atau memiliki
tanda yang membedakan-Nya dari orang lain. Inilah keada-
an rendah dari hidup-Nya. Namun tahapan yang paling
rendah dalam kehinaan-Nya adalah kematian-Nya di kayu
salib. Ia taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu
salib. Ia tidak hanya menderita, namun juga sepenuhnya
taat secara sukarela. Ia merendahkan diri di bawah hukum
yang mengatasi-Nya sebagai Pengantara, dan oleh hukum
itu Dia ditetapkan untuk mati. Aku berkuasa memberikan
nyawa-Ku dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah
tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku (Yoh. 10:18). Dan Dia
292
takluk kepada hukum Taurat (Gal. 4:4). Ada sebuah pene-
kanan terhadap cara kematian-Nya, yang mengandung di
dalamnya segala keadaan yang mungkin yang merendah-
kan diri-Nya. Bahkan sampai mati di kayu salib, sebuah
kematian yang terkutuk, menyakitkan, dan memalukan,
sebuah kematian yang dinyatakan terkutuk oleh hukum
Taurat (Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib).
Kematian yang penuh rasa sakit perih, tubuh dipaku sam-
pai menembus bagian-bagian saraf (tangan dan kaki), dan
seluruh berat badan-Nya tergantung pada kayu salib. Dan
ini merupakan kematian seorang penjahat dan seorang bu-
dak, bukan seorang yang merdeka, dipertontonkan di depan
umum. Begitu direndahkannya Yesus yang mulia itu.
(2) Peninggian-Nya. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan
Dia. Dia ditinggikan sebagai upah sebab telah direndahkan.
sebab Dia merendahkan diri-Nya, maka Allah meninggikan
Dia. Dan Allah sangat meninggikan Dia, hyperypsōse, meng-
angkat Dia tinggi melampaui segalanya. Allah meninggikan
seluruh Pribadi-Nya, baik dalam kodrat-Nya yang manusia-
wi maupun yang ilahi. sebab Dia dikatakan berada dalam
rupa Allah sekaligus dalam keadaan sebagai manusia.
Sehubungan dengan kodrat ilahi-Nya, maka peninggian-
Nya hanya berupa pengakuan atas semua hak-Nya, atau
untuk penunjukkan dan penampilan kemuliaan yang Dia
miliki di hadirat Bapa sebelum dunia ada (Yoh. 17:5), bukan
pemerolehan akan kemuliaan yang baru. sebab itulah
dikatakan bahwa Bapa sendiri juga ditinggikan. Jadi, pe-
ninggian yang sesuai adalah berkenaan dengan kodrat
manusiawi-Nya, yang sebenarnya mampu dilakukan-Nya
sendiri, walaupun sebab ada hubungan dengan kodrat
ilahi-Nya. Di sini peninggian-Nya terdiri dari hormat dan
kuasa. Berupa hormat, supaya Dia memiliki nama di atas
segala nama, suatu gelar kehormatan yang melebihi segala
makhluk, manusia dan malaikat. Dan berupa kuasa, yaitu
supaya semua bertekuk lutut di hadapan-Nya. Seluruh
makhluk harus tunduk kepada-Nya: segala yang ada di
langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah
bumi, para penghuni sorga dan bumi, yang hidup dan yang
mati. Dalam nama Yesus, bukan pada bunyi nama terse-
Surat Filipi 2:12-13
293
but, melainkan pada kekuasaan Yesus. Semua harus mem-
berikan penghormatan dengan khidmat. Selain itu, supaya
segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan, setiap
bangsa dan bahasa harus secara terbuka mengakui keraja-
an semesta yang dimiliki Sang Penebus yang ditinggikan,
dan bahwa kepada-Nya telah diberikan segala kuasa di
sorga dan di bumi (Mat. 28:18). Perhatikan betapa luar
biasa luasnya kerajaan Kristus. Kerajaan-Nya menjangkau
sorga dan bumi, mencakup setiap makhluk di kedua tem-
pat itu, termasuk malaikat dan manusia, dan orang mati
maupun yang hidup. Bagi kemuliaan Allah, Bapa. Amatilah,
adalah bagi kemuliaan Allah, Bapa, bahwa Yesus Kristus
diakui sebagai Tuhan. Sebab, merupakan kehendak-Nyalah
supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mere-
ka menghormati Bapa (Yoh. 5:23). Penghormatan apa pun
yang diberikan kepada Kristus tertuju juga kepada Bapa.
Barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang
mengutus Aku (Mat. 10:40).
Ibadah yang Diamalkan
(2:12-13)
12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; sebab itu
tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja
seperti waktu aku masih hadir, namun terlebih pula sekarang waktu aku tidak
hadir, 13 sebab Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan
maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.
I. Paulus menyerukan kepada jemaat Filipi supaya rajin dan ber-
sungguh-sungguh di dalam kehidupan Kristen. Kerjakan kesela-
matanmu. Keselamatan itu adalah keselamatan jiwa kita (1Ptr.
1:9) dan merupakan keselamatan kita yang abadi (Ibr. 5:9), dan
mengandung pembebasan dari semua kejahatan yang telah ditim-
bulkan oleh dosa pada diri kita dan yang diperhadapkan oleh
dosa kepada kita. Keselamatan ini juga mengandung semua yang
baik dan apa pun yang dibutuhkan untuk mewujudkan seutuh-
nya kebahagiaan kita di masa akan datang. Perhatikan, menjadi
kepedulian bagi kita melebihi segala hal apa pun untuk menjamin
kesejahteraan jiwa kita. Apa pun yang terjadi, marilah kita mem-
perhatikan kepentingan-kepentingan terbaik kita. Itu adalah
294
keselamatan kita sendiri, keselamatan jiwa kita sendiri. Bukan
tugas kita untuk menghakimi orang lain. Sudah cukup banyak
yang harus kita lakukan untuk menjaga diri sendiri. Sekalipun
kita harus membantu mewujudkan keselamatan orang banyak
(Yud. 1:3) semampu kita, kita sama sekali tidak boleh mengabai-
kan keselamatan kita sendiri. Kita wajib mengerjakan keselamat-
an kita, katergazesthe. Kata ini bermakna mengerjakan sesuatu
dengan saksama, dan melakukannya dengan berjerih payah.
Perhatikan, kita harus rajin dalam menggunakan segala sarana
yang mengarah pada keselamatan kita. Kita tidak boleh hanya
mengerjakan keselamatan kita secara asal-asalan, namun harus
mengerjakannya dengan segala daya upaya, dengan mengerjakan
apa saja yang perlu dilakukan, dan bertekun di dalamnya sampai
akhir. Keselamatan merupakan hal besar yang harus kita pikir-
kan, dan kita harus mengarahkan hati kita kepadanya. Kita tidak
dapat memperoleh keselamatan tanpa adanya kepedulian dan
ketekunan yang luar biasa. Paulus menambahkan, dengan takut
dan gentar, maksudnya, dengan luar biasa saksama dan hati-hati.
Gemetar, sebab takut jangan sampai engkau bertindak keliru
dan gagal memperolehnya. Lakukanlah segala sesuatu dengan
saksama di dalam ibadah dengan cara yang terbaik, dan takutlah
jangan sampai di dalam segala keuntungan yang kamu miliki,
kamu malah dianggap ketinggalan (Ibr. 4:1). Rasa takut sangat
baik untuk menjaga dan menghindarkan diri dari kejahatan.
II. Paulus mendesak begini sebab mempertimbangkan betapa mere-
ka selalu sigap untuk menaati Injil. Kamu senantiasa taat ... bu-
kan saja seperti waktu aku masih hadir, namun terlebih pula seka-
rang waktu aku tidak hadir (ay. 12). Kamu selalu mau menaati
setiap kehendak Allah yang ditunjukkan, dan itu kamu lakukan
baik saat aku hadir maupun tidak hadir. Kamu menunjukkan
bahwa penghargaan kepada Kristus dan pemeliharaan jiwamu
lebih diutamakan di dalam dirimu dibandingkan dengan meng-
hormati apa pun yang lain. Mereka tidak hanya merasa kagum
dan hormat saat Rasul Paulus hadir, namun terlebih lagi waktu
ia tidak hadir. Dan sebab Allahlah yang mengerjakan di dalam
kamu, maka sungguh-sungguh kerjakanlah keselamatanmu. Be-
kerjalah, sebab Dia bekerja. Seharusnya ini mendorong kita
untuk melakukan yang terbaik, sebab usaha kita tidak akan
Surat Filipi 2:14-18
295
menjadi sia-sia. Allah siap untuk mencurahkan anugerah-Nya,
dan menolong usaha yang kita lakukan dengan setia. Perhatikan,
walaupun kita harus mengerahkan segala daya upaya sehebat-
hebatnya dalam mengerjakan keselamatan kita, kita tetap harus
terus, dan semakin, bergantung pada kasih karunia Allah. Kasih
karunia-Nya bekerja di dalam diri kita dengan cara yang pas un-
tuk keadaan kita, dan sesuai dengan segala upaya kita. namun ,
pekerjaan kasih karunia Allah di dalam diri kita sama sekali tidak
boleh dijadikan dalih, sebab pekerjaan Allah bertujuan untuk
menggerakkan dan mendorong kita supaya berusaha. Dan kerja-
kanlah keselamatan kita dengan takut dan gentar, sebab Dia
bekerja di dalam kamu. Semua pekerjaan kita bergantung pada
pekerjaan-Nya di dalam diri kita. Jangan mencari perkara dengan
Allah dengan bersikap mengabaikan dan menunda-nunda, supaya
jangan kamu membuat Dia marah dan menahan pertolongan-Nya,
sehingga semua usahamu menjadi sia-sia. Bekerjalah dengan
takut, sebab Dia bekerja menurut kerelaan-Nya. Kemauan mau-
pun pekerjaan: Allahlah yang memberikan seluruh kemampuan.
Kasih karunia Allahlah yang mencondongkan kemauan kita ke-
pada apa yang baik, lalu memampukan kita untuk mengerja-
kannya, dan bertindak sesuai dengan asas-asas yang kita miliki.
Segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukan-
nya bagi kami (Yes. 26:12). Menurut kerelaan-Nya. sebab kita
tidak memiliki kekuatan, maka tidak ada jasa di dalam diri kita.
sebab kita tidak dapat bertindak tanpa kasih karunia Allah,
maka kita tidak dapat menuntutnya, atau mengaku-ngaku layak
menerimanya. Oleh sebab kehendak Allah yang baik bagi kita,
maka Ia melakukan pekerjaan-Nya yang baik di dalam diri kita.
Dan Dia tidak terikat pada ciptaan-Nya, melainkan pada janji-Nya
yang penuh kemurahan.
Ibadah yang Diamalkan
(2:14-18)
14 Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berban-
tah-bantahan, 15 supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-
anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hati-
nya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti
bintang-bintang di dunia, 16 sambil berpegang pada firman kehidupan, agar
aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba
296
dan tidak percuma bersusah-susah. 17 namun sekalipun darahku dicurahkan
pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita
dengan kamu sekalian. 18 Dan kamu juga harus bersukacita demikian dan
bersukacitalah dengan aku.
Rasul Paulus menasihati mereka di dalam ayat-ayat ini supaya meng-
hiasi pengakuan iman Kristen mereka dengan sifat dan perilaku yang
pantas, dalam beberapa hal.
1. Dengan ketaatan yang riang hati kepada semua perintah Allah
(ay. 14). Lakukanlah segala sesuatu, lakukan setiap bagian kewa-
jibanmu, dengan tidak bersungut-sungut. Lakukanlah, dan jangan
mencari-cari kesalahan mengenainya. Urusilah pekerjaanmu, dan
janganlah bertengkar dengannya. Perintah Allah diberikan su-
paya ditaati, bukan untuk diperbantahkan. Ini menghiasi iman
kita dengan luar biasa, dan menunjukkan bahwa kita melayani
seorang Tuan yang baik, yang melayani-Nya adalah sebuah kebe-
basan dan bekerja bagi-Nya itu sendiri merupakan suatu upah.
2. Dengan hidup damai dan penuh kasih satu sama lain. Lakukan
segala sesuatu dengan tidak berbantah-bantahan, bertengkar, dan
berdebat satu dengan yang lain. sebab sering kali terang kebe-
naran dan hidup keagamaan hilang di tengah-tengah kepanasan
dan kabut perbantahan.
3. Dengan perilaku yang tidak beraib terhadap semua orang (ay. 15).
Supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak
Allah yang tidak bercela. Supaya engkau jangan melukai siapa
pun di dalam perkataan atau perbuatan, dan berbuat salah ke-
pada orang lain. Kita harus berusaha bukan hanya supaya kita
tidak bernoda, melainkan juga tidak beraib. Tidak hanya supaya
kita jangan mencederai, namun juga supaya jangan kita dicurigai
dalam hal itu. Tiada beraib dan tulus. Begitulah beberapa orang
mengartikannya. Tiada beraib di hadapan manusia, dan tulus
terhadap Allah. Anak-anak Allah. Barangsiapa memiliki hubungan
semacam itu, dan dikenan dengan pemberian hak istimewa yang
seperti itu, patutlah ia menjadi orang yang tiada beraib dan tiada
bernoda. Anak-anak Allah harus berbeda dengan anak-anak
manusia. Tidak bercela amōmēta. Momus adalah seorang dewa
Yunani yang banyak maunya, yang disebutkan oleh Hesiod dan
Lucian. Ia tidak mengerjakan apa-apa, selain hanya menyalahkan
semua orang dan segala sesuatu. Dari namanyalah, maka semua
orang yang suka mengeluh tentang orang lain dan mengecam
Surat Filipi 2:14-18
297
pekerjaan mereka disebut sebagai Momi. Arti dari ungkapan ini
ialah, Hiduplah dengan sedemikian berhati-hati supaya jangan
Momus beroleh kesempatan untuk menunjukkan keberatannya
terhadapmu, sehingga pengecam yang paling kejam pun tidak
mendapati kesalahan pada dirimu. Kita harus memiliki tujuan
dan berusaha bukan hanya supaya kita masuk ke sorga, melain-
kan supaya kita masuk ke sana tanpa noda. Dan, seperti Deme-
trius, tentang dia semua orang memberi kesaksian yang baik,
malah kebenaran sendiri memberi kesaksian yang demikian (3Yoh.
1:12). Di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang
sesat ini. Yaitu, di antara orang kafir, dan orang-orang yang tidak
ber-Tuhan. Perhatikan, di mana tidak ada agama yang sejati,
hanya sedikit yang dapat diharapkan selain dari kebengkokan dan
kesesatan. jika orang-orang yang di antara mereka kita hidup
semakin bengkok dan sesat, dan semakin cenderung mencari-cari
kesalahan, maka semakin kita harus berhati-hati untuk menjaga
diri tidak beraib dan tidak bernoda. Abraham dan Lot tidak boleh
berkelahi, sebab orang Kanaan dan orang Feris diam di negeri itu
(Kej. 13:7). Sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti
bintang-bintang di dunia. Kristus adalah terang dunia, sedangkan
orang Kristen yang baik adalah terang di dalam dunia. Di mana
pun Allah memunculkan orang baik, di tempat itu Dia menyala-
kan terang. Atau, ini dapat dibaca sebagai perintah: bercahayalah
di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia. Bandingkan
dengan Matius 5:16. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya
di depan orang. Orang Kristen harus berusaha supaya tidak ha-
nya berkenan kepada Allah, namun juga disukai orang lain, sehing-
ga mereka juga dapat memuliakan Allah. Mereka harus bercahaya
sekaligus tulus. Sambil berpegang pada (KJV: menyampaikan) fir-
man kehidupan (ay. 16). Injil disebut firman kehidupan sebab
menyingkapkan dan memberikan kepada kita hidup kekal melalui
Yesus Kristus. Kuasa maut telah dipatahkan dan hidup yang tidak
dapat binasa telah didatangkan oleh Injil (2Tim. 1:10). Menjadi
tugas kitalah untuk tidak saja berpegang, namun juga menyampai-
kan firman kehidupan. Bukan hanya memegangnya teguh demi
keuntungan kita sendiri, melainkan juga menyampaikannya demi
keuntungan orang lain, menjulurkannya seperti kaki dian yang
menjulurkan pelita, sehingga bermanfaat bagi sekelilingnya. Atau,
seperti benda-benda penerang di langit, yang menebarkan penga-
298
ruh jauh ke mana-mana. Dikatakan Paulus bahwa inilah yang
menjadi sukacitanya, Agar aku dapat bermegah pada hari Kris-
tus. Bukan hanya bermegah sebab kamu teguh, melainkan juga
sebab kamu berguna. Paulus mau supaya jemaat Filipi meng-
anggap jerih payahnya mendapat upah yang pantas, dan bahwa ia
tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah.
Perhatikan,
(1) Pekerjaan pelayanan membutuhkan penyerahan diri seseorang
seutuhnya. Semua yang ada di dalam diri kita, biarpun sedikit
harus dipekerjakan di dalam pelayanan, seperti di dalam ber-
lomba dan bersusah-susah. Berlomba melambangkan kekuat-
an dan keperkasaan, dan gerak yang terus maju. Susah payah
melambangkan ketekunan dan pelaksanaan secara cermat.
(2) Merupakan sukacita besar bagi para pelayan Tuhan saat
melihat bahwa mereka tidak percuma berlomba dan tidak per-
cuma bersusah-susah, dan itu akan menjadi sukacita mereka
pada hari Kristus, saat orang-orang yang mereka menang-
kan menjadi mahkota mereka. Sebab siapakah pengharapan
kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di
hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya,
kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan
sukacita kami (1Tes. 2:19-20). Rasul Paulus tidak hanya ber-
lomba dan bersusah-susah bagi mereka dengan sepenuh hati,
namun juga menunjukkan bahwa dia siap menderita demi ke-
baikan mereka (ay. 17). namun sekalipun darahku dicurahkan
pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku
bersukacita dengan kamu sekalian. Dia merasa berbahagia
jika ia menjunjung kehormatan Kristus, membangun je-
maat, dan mewujudkan kesejahteraan jiwa manusia, sekali-
pun itu dilakukan tidak hanya dengan membahayakan, namun
juga dengan menyerahkan nyawanya. Ia rela menjadi persem-
bahan di atas mezbah mereka, untuk melayani iman umat
pilihan Allah. Kalau Paulus saja merasa berharga untuk mela-
yani jemaat dengan mencurahkan darahnya, masakan kita
menganggap terlalu berlebihan jika kita harus berjerih payah
sedikit? Tidakkah layak bagi kita untuk berusaha, mengingat
Paulus sendiri sampai mempertaruhkan nyawanya sendiri?
Sekalipun darahku dicurahkan, seperti anggur dalam korban
curahan, spendomai. Mengenai diriku, darahku sudah mulai
Surat Filipi 2:19-30
299
dicurahkan (2Tim. 4:6). Ia dapat bersukacita untuk memeteraikan
ajarannya dengan darahnya (ay. 18). Dan kamu juga harus
bersukacita demikian dan bersukacitalah dengan aku. Allah mau
supaya orang-orang Kristen yang baik banyak bersukacita. Dan
barangsiapa bergembira atas para pelayan Tuhan yang baik,
memiliki sangat banyak alasan untuk bersukacita dan bergembira
bersama mereka. Jika pelayan Tuhan mengasihi jemaat, dan mau
berkorban dan dikorbankan demi kesejahteraan mereka, maka
jemaat memiliki alasan untuk mengasihi pelayan Tuhan itu dan
bersukacita dengan dia.
Pujian untuk Timotius dan Epafroditus
(2:19-30)
19 namun dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirimkan Timotius kepada-
mu, supaya tenang juga hatiku oleh kabar tentang hal ihwalmu. 20 sebab
tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan aku dan yang begitu
bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu; 21 sebab semuanya
mencari kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus. 22 Kamu
tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku da-
lam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya. 23 Dialah
yang kuharap untuk kukirimkan dengan segera, sesudah jelas bagiku
bagaimana jalannya perkaraku; 24 namun dalam Tuhan aku percaya, bahwa
aku sendiri pun akan segera datang. 25 Sementara itu kuanggap perlu mengi-
rimkan Epafroditus kepadamu, yaitu saudaraku dan teman sekerja serta
teman seperjuanganku, yang kamu utus untuk melayani aku dalam keper-
luanku. 26 sebab ia sangat rindu kepada kamu sekalian dan susah juga
hatinya, sebab kamu mendengar bahwa ia sakit. 27 Memang benar ia sakit
dan nyaris mati, namun Allah mengasihani dia, dan bukan hanya dia saja,
melainkan aku juga, supaya dukacitaku jangan bertambah-tambah. 28 Itulah
sebabnya aku lebih cepat mengirimkan dia, supaya bila kamu melihat dia,
kamu dapat bersukacita pula dan berkurang dukacitaku. 29 Jadi sambutlah
dia dalam Tuhan dengan segala sukacita dan hormatilah orang-orang seperti
dia. 30 Sebab oleh sebab pekerjaan Kristus ia nyaris mati dan ia memper-
taruhkan jiwanya untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayan-
anmu kepadaku.
Secara khusus Paulus berbicara tentang dua orang pelayan Tuhan
yang baik. Sekalipun dia sendiri adalah seorang rasul besar, dan
telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua, namun ia menyem-
patkan diri untuk berbicara dengan penuh hormat mengenai mereka
yang jauh lebih rendah kedudukannya daripada dia.
I. Paulus berbicara tentang Timotius, yang ia rencanakan untuk
diutus kepada jemaat Filipi, supaya ia bisa mengetahui keadaan
300
mereka. Lihatlah bagaimana Paulus peduli terhadap para jemaat,
dan betapa ia terhibur jika mereka dalam keadaan baik. Ia
merasa menderita saat sudah beberapa lama tidak mendengar
kabar mereka, sehingga berniat mengutus Timotius untuk men-
cari tahu dan membawa kabar untuknya. sebab tak ada seorang
padaku, yang sehati dan sepikir dengan aku dan yang begitu
bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu. Sebaliknya,
Timotius memiliki karakter yang sedemikian. Tidak diragukan
lagi, ada banyak pelayan Tuhan yang baik, yang memperhatikan
jiwa orang-orang yang mereka injili. Namun tidak ada yang
sebanding dengan Timotius, seorang dengan roh yang unggul dan
berhati lembut. Yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan
kepentinganmu (KJV: Yang secara alami memperhatikan kepenting-
anmu pen.). Perhatikan, sangat baik bagi kita jika kewajiban
kita menjadi sesuatu yang kita kerjakan secara alami. Timotius
dikenal sebagai anak rohani Paulus yang mulia, dan ia hidup
dengan roh yang sama dan jejak langkah yang sama. Secara
alami, artinya, tulus, dan bukan hanya berpura-pura. Dengan
hati yang rela dan pandangan yang lurus, sangat selaras dengan
isi pikiran Paulus. Perhatikan,
1. Merupakan kewajiban para pelayan Tuhan untuk memperhati-
kan kepentingan jemaat mereka dan peduli terhadap kesejah-
teraan jemaat. Sebab bukan hartamu yang kucari, melainkan
kamu sendiri (2Kor. 12:14).
2. Jarang sekali untuk menemukan seseorang yang melakukan-
nya secara alami, yaitu orang yang sangat luar biasa dan ber-
beda di antara saudara-saudaranya. Sebab semuanya mencari
kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus (ay.
21). Apakah Paulus terlalu terburu-buru dalam mengatakan
hal ini, seperti Daud yang berkata, bahwa semua manusia
pembohong? (Mzm. 116:11) Apakah sejak semula sudah begitu
lazimnya kebobrokan di antara para pelayan Tuhan, sehingga
tidak ada satu pun di antara mereka yang memedulikan ke-
pentingan jemaat mereka? Kita tidak boleh mengartikannya
demikian. Maksud Paulus adalah secara umum. Semua, arti-
nya sebagian besar, atau semua, jika dibandingkan dengan
Timotius. Perhatikan, mencari kepentingan kita sendiri sam-
pai-sampai mengabaikan Yesus Kristus adalah dosa yang sa-
ngat besar, dan sangat lazim terjadi di kalangan orang Kristen
Surat Filipi 2:19-30
301
dan para pelayan Tuhan. Banyak yang lebih memilih kehor-
matan, kenyamanan, dan keamanan mereka sendiri daripada
kebenaran, kekudusan, dan kewajiban. Mereka lebih memilih
hal-hal yang menyenangkan dan mendatangkan nama baik
bagi mereka, daripada perkara-perkara tentang kerajaan Kris-
tus, kehormatan, dan kepentingan-Nya di dunia. Namun Timo-
tius sama sekali tidak seperti itu. Kamu tahu bahwa kesetia-
annya telah teruji (ay. 22). Ia adalah seorang yang telah teruji,
telah menunaikan tugas pelayanannya (2Tim. 4:5), dan setia
dalam segala perkara yang terjadi padanya. Semua jemaat
yang dikenal olehnya mengetahui bukti mengenai dirinya. Ia
adalah seorang yang sangat baik, sebagaimana tampaknya,
dan melayani Kristus dengan cara sedemikian hingga berkenan
pada Allah dan dihormati oleh manusia (Rm. 14:18). Kamu
tidak hanya mengetahui namanya dan wajahnya, namun juga
bukti mengenai dirinya, dan telah mengalami kasih dan kese-
tiaannya selama ia melayani kalian, bahwa ia telah menolong
aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong
bapanya. Ia adalah asisten Paulus di berbagai tempat di mana
Paulus memberitakan Injil. Ia melayani bersama Paulus di
dalam Injil, dengan segala hormat sebagaimana wajib diberi-
kan oleh seorang anak kepada bapanya, dan dengan segenap
kasih dan kegembiraan yang dapat dilakukan seorang anak
kepada bapanya. Pelayanan mereka bersama disertai dengan
sikap hormat yang besar di satu pihak, dan kelembutan serta
kebaikan di pihak yang lain. Ini sungguh sebuah teladan yang
mengagumkan bagaimana pelayan Tuhan yang lebih tua dan
lebih muda dipersatukan di dalam pelayanan yang sama. Pau-
lus berencana mengutus Timotius segera: Dialah yang kuharap
untuk kukirimkan dengan segera, sesudah jelas bagiku bagai-
mana jalannya perkaraku (ay. 23). Saat itu Paulus adalah se-
orang tawanan, dan tidak tahu apa yang akan terjadi. Namun,
sesuai dengan apa yang ternyata terjadi, Paulus mengutus
Timotius. Bahkan, ia berharap untuk datang sendiri (ay. 24).
namun dalam Tuhan aku percaya, bahwa aku sendiri pun akan
segera datang. Paulus berharap supaya dia akan segera dibe-
baskan, dan dapat mengunjungi mereka. Paulus mengingin-
kan kebebasannya, bukan supaya ia dapat bersenang-senang,
melainkan supaya ia dapat berbuat baik. Dalam Tuhan aku
302
percaya. Ia mengungkapkan pengharapan dan keyakinannya
bahwa ia akan berjumpa dengan mereka, sambil dengan pe-
nuh kerendahan hati bergantung dan tunduk pada kehendak
ilahi. (Lihat Kis. 18:21; 1Kor. 4:19; Yak. 4:15; dan Ibr. 6:3).
II. Paulus berbicara mengenai Epafroditus, yang disebutnya sebagai
saudaranya, dan teman sekerja serta teman seperjuangannya,
saudaranya di dalam Kristus, kepada siapa ia menaruh kasih
yang besar. Epafroditus adalah rekan sekerja Paulus dan ber-
sama-sama menderita bagi Injil, yang tunduk pada pekerjaan dan
kesukaran yang sama dengan dirinya. Epafroditus merupakan
utusan jemaat Filipi, yang tadinya mereka utus kepada Paulus,
mungkin untuk meminta nasihat kepadanya tentang beberapa
persoalan mengenai jemaat mereka, atau untuk membawakan ha-
diah dari mereka untuk menolong Paulus, sebab Paulus menam-
bahkan, yang kamu utus untuk melayani aku dalam keperluanku.
Agaknya Epafroditus adalah orang yang sama dengan yang dise-
but Epafras (Kol. 4:12). Ia sungguh rindu untuk datang kepada
jemaat Filipi, dan Paulus mau supaya ia melakukannya. Tampak-
nya,
1. Epafroditus dulu menderita sakit. Mereka mendengar bahwa ia
sakit (ay. 26). Dan memang benar ia sakit dan nyaris mati (ay.
27). Penyakit adalah kemalangan yang umum menimpa semua
orang, termasuk orang-orang baik dan para pelayan Tuhan.
Namun, mengapa Rasul Paulus tidak menyembuhkan dia,
padahal Paulus dianugerahi kuasa untuk menyembuhkan
penyakit, dan juga membangkitkan orang mati? (Kis. 20:10).
Mungkin ini sebab karunia tersebut bertujuan untuk menjadi
tanda bagi orang lain, dan untuk menegaskan kebenaran Injil,
sehingga tidak perlu dipraktikkan di antara sesama pelayan
Tuhan. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang per-
caya: mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit,
dan orang itu akan sembuh (Mrk. 16:17-18). Mungkin juga
mereka tidak memiliki kuasa itu setiap saat, dan tidak dapat
menggunakannya sesuka hati, kecuali hanya sewaktu ada tu-
juan besar yang hendak dicapai melalui karunia tersebut, dan
sewaktu Allah memandang tepat untuk hal itu. Ini terkecuali
bagi Kristus, yang memiliki Roh tidak terbatas.
Surat Filipi 2:19-30
303
2. Jemaat Filipi saat itu sangat sedih mendengar bahwa Epafro-
ditus sakit. Mereka sangat tertekan, seperti halnya Paulus,
saat mendengar kabar tentang hal itu. Sebab tampaknya,
Epafroditus adalah orang yang sangat mereka hormati dan
kasihi, dan dianggap cocok dipilih untuk diutus kepada Rasul
Paulus.
3. Allah berkenan untuk menyembuhkan dan menyelamatkan
Epafroditus. namun Allah mengasihani dia (ay. 27). Rasul
Paulus mengakui bahwa itu merupakan belas kasihan yang
luar biasa bagi dirinya sendiri, dan juga bagi Epafroditus dan
yang lain. Meskipun saat itu jemaat diberkati dengan karu-
nia-karunia yang luar biasa, mereka bahkan masih dapat ke-
hilangan seorang pelayan yang baik. Paulus sangat tersentuh
saat memikirkan suatu kehilangan yang begitu besar: supa-
ya dukacitaku jangan bertambah-tambah, artinya, Supaya ja-
ngan selain dukacitaku sendiri sebab dipenjara, aku ber-
dukacita sebab kematiannya. Atau, mungkin pelayan Tuhan
yang baik lainnya juga ada yang baru saja meninggal, sehingga
membuat ia sangat bersedih. Dan jika Epafroditus mati
sekarang, itu akan membuat ia bersedih lagi, dan bertambah-
tambah dukacitanya.
4. Epafroditus ingin mengunjungi jemaat di Filipi, supaya ia da-
pat terhibur oleh orang-orang yang berdukacita untuknya keti-
ka dia sakit. Supaya bila kamu melihat dia, kamu dapat ber-
sukacita pula (ay. 28), supaya kamu sendiri dapat melihat
betapa pulih kesehatannya, dan sebab itu betapa kamu ha-
rus mengucap syukur dan bersukacita mengenai keadaannya.
Epafroditus sendiri merasa senang dapat menghibur mereka
dengan kehadiran seorang sahabat yang terkasih.
5. Paulus minta mereka untuk menunjukkan penghargaan dan
kasih kepada Epafroditus. Jadi sambutlah dia dalam Tuhan
dengan segala sukacita dan hormatilah orang-orang seperti dia.
Pandanglah orang-orang yang seperti ini berharga, yang me-
nyala-nyala dan setia, dan kiranya mereka sangat dikasihi dan
dihormati. Tunjukkanlah sukacita dan rasa hormatmu dengan
segala ungkapan kasih yang terdalam dan kata-kata yang
baik. Agaknya Epafroditus ditimpa penyakit saat sedang
melakukan pekerjaan Allah: Sebab oleh sebab pekerjaan Kris-
tus ia nyaris mati dan ia mempertaruhkan jiwanya untuk me-
304
menuhi apa yang masih kurang dalam pelayanan mereka
kepada dia. Rasul Paulus tidak menyalahkan Epafroditus ka-
rena bersikap gegabah dan membahayakan nyawanya, namun
justru beranggapan bahwa jemaat harus lebih lagi mengasihi
Epafroditus sebab nya. Perhatikan,
(1) Barangsiapa sungguh-sungguh mengasihi Kristus, dan tulus
dalam mengurus kepentingan kerajaan-Nya, akan meng-
anggap sangat pantas bagi mereka untuk membahayakan
kesehatan dan hidup mereka demi melayani Dia dan mem-
bangun jemaat-Nya.
(2) Jemaat harus menerima Epafroditus dengan sukacita, se-
bagai orang yang baru sembuh dari sakit. Sungguh meng-
harukan bila kita memikirkan segala rahmat dikembalikan
lagi kepada kita sesudah bahaya disingkirkan dari kita, dan
pada saat itu, segala rahmat itu akan lebih dihargai dan
dimanfaatkan. Apa yang diberikan kepada kita sebagai
jawaban doa haruslah diterima dengan rasa syukur dan
sukacita yang besar.
PASAL 3
i dalam pasal ini Rasul Paulus memperingatkan jemaat Filipi
akan para penyesat yang memaksakan ajaran agama Yahudi
(ay. 1-3), dan ia mengajukan dirinya sendiri sebagai contoh. Di sini ia
menyebut satu per satu hak istimewanya sebagai orang Yahudi, yang
ditolaknya sendiri (ay. 4-8). Ia juga menggambarkan pilihannya sen-
diri (ay. 9-16), dan mengakhiri pasal ini dengan nasihat agar mereka
waspada terhadap orang-orang fasik, dan mengikuti teladannya (ay.
17-21).
Gambaran tentang Orang Kristen Sejati
(3:1-3)
1 Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan. Menuliskan
hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepada-
mu. 2 Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-
pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu, 3
sebab kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan
bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal
lahiriah.
Meskipun setia dan berkembang, jemaat Filipi sepertinya diganggu
oleh guru-guru pendukung agama Yahudi yang berusaha keras me-
melihara hukum Musa, dan mencampuradukkan ketaatan terhadap
hukum itu dengan ajaran Kristus serta penetapan-Nya. Rasul Paulus
mengawali pasal ini dengan peringatan akan para penyesat ini.
I. Ia menasihati mereka agar bersukacita di dalam Tuhan (ay. 1),
agar merasa puas dengan bagian yang mereka miliki di dalam Dia
dan manfaat yang mereka harapkan dari-Nya. Bersukacita di
dalam Kristus Yesus merupakan watak dan perilaku orang-orang
D
306
Kristen sejati. Semakin kita merasa terhibur dengan agama kita,
semakin kita akan melekat kepadanya. Semakin kita bersukacita
di dalam Kristus, semakin kita akan bersedia untuk melakukan
kehendak-Nya serta menderita bagi-Nya, dan semakin kecil ba-
haya kita ditarik menjauh dari-Nya. Sebab sukacita sebab
TUHAN itulah perlindunganmu! (Neh. 8:11).
II. Ia memperingatkan mereka agar waspada terhadap para guru
palsu itu: Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku
dan memberi kepastian kepadamu, yakni hal-hal yang sama yang
sudah pernah aku beritakan kepadamu. Rasul Paulus seakan-
akan berkata, Apa yang telah disampaikan ke telingamu akan di-
sampaikan ke matamu: apa yang sebelum ini pernah kukatakan,
akan dituliskan sekarang. Ini untuk menunjukkan bahwa pen-
dapatku masih sama. Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah
berat bagiku. Amatilah,
1. Para pelayan Tuhan tidak boleh menganggap apa pun terlampau
berat, jika mereka mempunyai alasan untuk percaya bahwa
hal itu aman dan mendatangkan perbaikan kepada jemaat.
2. Sungguh baik jika kita sering mendengar kebenaran yang
sama, untuk menghidupkan kembali ingatan kita dan me-
nguatkan kesan dari hal-hal yang penting. Sungguh merupa-
kan rasa ingin tahu yang ceroboh jika orang senantiasa
ingin mendengar hal baru. Di sini ia memberikan peringatan
yang mereka butuhkan: Hati-hatilah terhadap anjing-anjing (ay.
2). Nabi Yesaya menyebut para nabi palsu sebagai anjing-
anjing bisu (Yes. 56:10), dan sepertinya di sini Rasul Paulus
merujuk kepada ayat tersebut. Anjing-anjing, bersikap jahat
kepada orang-orang yang percaya kepada Injil Kristus, dan
menggonggong serta menggigit mereka. Mereka menganjurkan
perbuatan baik untuk menentang iman kepada Kristus.
Namun, Rasul Paulus menyebut mereka pekerja-pekerja jahat.
Mereka membanggakan diri sebagai orang-orang yang ber-
sunat, namun ia menyebut mereka penyunat-penyunat palsu.
Mereka mengoyak dan mencabik-cabik jemaat Kristus sampai
hancur lebur, atau meributkan upacara yang sudah ditinggal-
kan, yakni pemotongan kelopak kulit semata, yang sebenarnya
tidak penting.
Surat Filipi 3:4-8
307
III. Rasul Paulus menggambarkan ciri orang-orang Kristen sejati,
yang benar-benar bersunat, yaitu secara rohani, umat Allah yang
istimewa, yang terikat dalam perjanjian dengan-Nya seperti orang
Israel dari Perjanjian Lama: sebab kitalah orang-orang bersunat,
yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus
dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Di sini kita
melihat ciri:
1. Mereka beribadah di dalam Roh Allah, yang berlawanan de-
ngan ketetapan-ketetapan lahiriah dari Perjanjian Lama, yang
terdiri atas makanan, minuman, dan berbagai jenis pemba-
suhan, dan sebagainya. Kekristenan membebaskan kita dari
hal-hal tersebut dan mengajari kita untuk menjalankan semua
kewajiban serta ibadah agama kepada Allah secara batiniah.
Kita harus menyembah Allah dalam roh (Yoh. 4:24). Tujuan
karya agama tidak lebih dari sejauh mana hati terlibat di
dalamnya. Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan
segenap hatimu seperti untuk Tuhan. Kita harus menyembah
Allah di dalam kekuatan dan kasih karunia Roh Allah, yang
merupakan ciri khas Injil, yakni pelayanan Roh (2Kor 3:8).
2. Mereka bermegah dalam Kristus Yesus, dan bukan di dalam
hak-hak istimewa jemaat Yahudi, atau apa pun dalam hal-hal
yang diberikan jemaat Kristen, yang sekadar kesenangan dan
kepuasan lahiriah belaka. Mereka bermegah dalam hubungan
mereka dengan Kristus dan bagian mereka di dalam Dia. Allah
mewajibkan orang Israel untuk bermegah di hadapan-Nya di
Bait-Nya, namun sekarang, saat yang merupakan hakikat
itu sendiri telah datang, maka semua bayangan pun ditiada-
kan, dan kita harus bermegah di dalam Kristus Yesus saja.
3. Mereka tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, pada se-
gala upacara dan perbuatan lahiriah. Kita harus berhenti
mengandalkan kemampuan sendiri, supaya membangun di
atas Yesus Kristus saja, dasar yang kekal. Keyakinan dan juga
sukacita kita harus sepenuhnya di dalam Dia.
Penolakan terhadap Keyakinan Semu
(3:4-8)
4 Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal
lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-
308
hal lahiriah, aku lebih lagi: 5 disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel,
dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum
Taurat aku orang Farisi, 6 tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang
kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat. 7 namun apa
yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi sebab
Kristus. 8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, sebab pengenalan akan
Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh sebab
Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus,
Di sini Rasul Paulus mengemukakan dirinya sebagai teladan dalam
hal mempercayakan diri kepada Kristus semata, dan bukan dalam
hak-hak istimewanya sebagai orang Israel.
I. Ia menunjukkan apa yang bisa dibanggakannya sebagai seorang
Yahudi dan Farisi. Janganlah ada yang berpikir bahwa Rasul
Paulus membenci hal-hal ini (seperti yang biasa dilakukan orang),
sebab ia tidak bermegah diri di dalam hal-hal tersebut. Tidak,
seandainya ia mau bermegah dan mengandalkan hal lahiriah, ia
memiliki banyak alasan seperti siapa saja: Jika ada orang lain
menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku
lebih lagi (ay. 4). Ia memiliki semua yang bisa dibanggakan seperti
orang Yahudi lain.
1. Hak-hak istimewanya menurut kelahiran. Ia bukanlah penga-
nut agama Yahudi sebab beralih ke agama itu, melainkan
orang Israel asli: dari bangsa Israel. Dan, ia dari suku Benya-
min, suku tempat Bait Suci berdiri, yang setia kepada Yehuda
saat semua suku lain memberontak. Benyamin merupakan
anak kesayangan ayahnya, jadi ini adalah suku kesayangan
juga. Orang Ibrani asli, orang Israel dari kedua sisi, baik dari
sisi ayah maupun ibu, dari generasi ke generasi. Tidak seorang
pun dari leluhurnya menikah dengan orang bukan Yahudi.
2. Ia bisa saja membanggakan hubungannya dengan jemaat dan
perjanjian, sebab ia disunat pada hari kedelapan. Ia memiliki
tanda perjanjian Allah di tubuhnya dan disunat tepat pada
hari yang telah ditentukan Allah.
3. Dalam hal pendidikan, ia seorang Farisi, yang dididik oleh
Gamaliel, seorang pakar hukum Taurat. Ia seorang sarjana
dalam semua bidang pembelajaran orang Yahudi, dan diajar
sesuai dengan hukum-hukum nenek moyangnya (Kis. 22:3). Ia
seorang Farisi, keturunan orang Farisi (Kis. 23:6), dan hidup
Surat Filipi 3:4-8
309
sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling keras
dalam agama mereka (Kis. 26:5).
4. Perilakunya tidak tercela: tentang kebenaran dalam mentaati
hukum Taurat aku tidak bercacat. Sejauh menyangkut uraian
orang Farisi tentang hukum Taurat, dan juga isinya serta
pengamalan lahiriahnya, ia tidak pernah melakukan pelang-
garan terhadapnya dan tidak dapat dipersalahkan oleh siapa
pun.
5. Ia sangat giat bagi agamanya. Sama seperti ia mengakui aga-
ma itu dengan ketat, dengan menyandang gelar dan memiliki
tabiat sebagai seorang Farisi, ia juga menganiaya mereka yang
dianggapnya sebagai musuh agamanya itu. Tentang kegiatan
aku penganiaya jemaat.
6. Ia menunjukkan bahwa ia sangat bersungguh-sungguh de-
ngan agamanya, meskipun semangatnya itu tanpa pengetahu-
an untuk menuntun dan mengatur pelaksanaannya: aku men-
jadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu
semua pada waktu ini. Dan aku telah menganiaya pengik