h memakai dia untuk menyelamatkan mereka. Ini
seperti yang diperbuat Musa (Kis. 7:25). namun mereka mengusir
dia, dan dengan licik,
1. Menyalahkan Simson atas apa yang telah dia lakukan ter-
hadap orang Filistin, seolah-olah ia telah melakukan kejahatan
besar terhadap mereka. Balasan-balasan yang tidak setimpal
seperti itu sering kali diterima oleh orang-orang yang telah
melakukan pekerjaan terbaik tak terbayangkan bagi negeri
mereka. Demikian pula Yesus Tuhan kita melakukan banyak
perbuatan baik, dan untuk perbuatan-perbuatan-Nya itu me-
reka mau merajam-Nya.
2. Mereka memohon kepada Simsonsupaya ia mengizinkan me-
reka mengikatnya, dan menyerahkan dia kepada orang Filistin.
Orang-orang hina yang pengecut dan tidak tahu berterima
kasih! Mereka senang dengan belenggu mereka dan mencintai
perhambaan! Demikian pula orang-orang Yahudi menyerahkan
Juruselamat kita, dengan dalih takut kalau-kalau orang Roma
datang dan merebut tempat dan negeri mereka. Dengan roh
perbudakan yang menjijikkan mereka beralasan, tidakkah
kauketahui, bahwa orang Filistin berkuasa atas kita? Dan
salah siapakah itu? Mereka tahu bahwa orang Filistin tidak
berhak untuk berkuasa atas mereka, tidak pula mereka akan
memperbudak diri terhadap orang Filistin seandainya mereka
tidak terlebih dahulu memperbudak diri dengan melakukan
apa yang jahat.
III. Simson tanpa perlawanan menyerahkan diri untuk diikat oleh
orang-orang sebangsanya, dan diserahkan ke dalam tangan mu-
suh-musuhnya yang geram (ay. 12-13). Nah, ia bisa saja menga-
lahkan mereka dengan mudah, dan tetap berada dalam gua di
bukit batu melawan ketiga ribu orang ini, dan tak seorang pun
dari mereka dapat, atau berani, mengangkat tangan untuk me-
nyerangnya. namun ia tunduk dengan sabar,
1.supaya ia bisa menjadi teladan kelemahlembutan, yang ber-
campur dengan kekuatan dan keberanian yang besar. Sebagai
orang yang menguasai dirinya sendiri, ia tahu bagaimana me-
nyerah dan juga bagaimana menaklukkan.
2.supaya , dengan diserahkan kepada orang Filistin, ia dapat
memiliki kesempatan untuk mengadakan pembantaian be-
sar-besaran di antara mereka.
3.supaya ia dapat menjadi perlambang Kristus, yang, sesudah
menunjukkan apa yang dapat dilakukan-Nya, dengan menja-
tuhkan orang-orang yang datang untuk menangkap-Nya, me-
nyerahkan diri untuk diikat dan dibawa seperti anak domba ke
pembantaian. Simson membenarkan dirinya sendiri atas apa
yang telah dia lakukan terhadap orang Filistin: “Seperti mereka
memperlakukan aku, demikianlah aku memperlakukan mereka.
Itu tindakan keadilan yang pantas, dan mereka tidak boleh
membalasnya kepadaku, sebab merekalah yang memulai.” Ia
mengadakan perjanjian dengan orang-orang Yehuda bahwa,
jika ia menyerahkan diri ke dalam tangan mereka, mereka
sendiri tidak boleh menyerangnya, sebab jika demikian ia akan
tergoda untuk menyerang mereka, yang sangat enggan dilaku-
kannya. Hal ini mereka janjikan kepadanya (ay. 13), dan kemu-
dian ia menyerahkan diri. Orang-orang Yehuda, sebab meng-
khianatinya, pada dasarnya yaitu orang-orang yang mem-
bunuhnya. Mereka sendiri tidak mau membunuhnya, namun
mereka melakukan apa yang lebih buruk. Mereka menyerahkan
dia ke dalam tangan orang-orang Filistin yang tidak bersunat,
yang mereka ketahui akan melakukan yang lebih buruk dari-
pada membunuhnya. Orang-orang Filistin akan melecehkan
dan menyiksa dia sampai mati. Mungkin mereka berpikir, se-
perti yang, menurut sebagian penafsir, dipikirkan Yudas saat
mengkhianati Kristus, bahwa dengan kekuatannya yang besar
ia akan membebaskan dirinya sendiri dari tangan mereka. Te-
tapi bukan salah mereka jika ia menyerahkan dirinya sendiri.
Dan, sekalipun mereka menyangka bahwa ia akan berbuat
demikian, mereka seharusnya mempertimbangkan hal ini,
bahwa ia dapat dan akan membebaskan mereka juga, kalau
saja mereka mau mendukungnya dan menjadikan dia pemim-
pin mereka. Sudah sepantasnya kesengsaraan orang diperpan-
jang, jika hanya untuk membantu musuh-musuh besar mere-
ka, mereka bersedia melecehkan sahabat terbaik mereka.
Tidak pernah ada orang-orang begitu hilang akal seperti mere-
ka yang memperlakukan Juruselamat kita yang terberkati
dengan cara seperti itu.
IV. Simson mendapat kemenangan melawan orang Filistin, sekalipun
ia diserahkan ke dalam tangan mereka, diikat erat-erat dengan
dua tali baru. Orang-orang Filistin, saat sudah mendapat Sim-
son dalam tangan mereka, mendatangi dia dengan bersorak-sorak
(ay. 14), begitu girang atas keberhasilan mereka, dan mengolok-
olok dia. Seandainya Allah tidak mengikat tangan orang-orang
Filistin itu lebih erat daripada orang-orang Yehuda mengikat
tangan Simson, mereka pasti sudah memanahnya, seperti yang
dilakukan para pemanah mereka kepada Saul, untuk mengenyah-
kan dia segera, daripada meneriaki dia, dan memberinya waktu
untuk menolong diri. namun rasa aman dan kegirangan mereka
yaitu pertanda dari kehancuran mereka. saat mereka menyo-
raki dia seperti orang sekarat, sebab merasa yakin semuanya su-
dah ada di tangan mereka, pada saat itu pula Roh TUHAN datang
atas dia, datang dengan perkasa atas Simson, mengilhaminya
dengan kekuatan dan ketetapan hati yang luar biasa. sesudah
semangatnya dibakar seperti itu,
1. Ia segera melepaskan belenggu-belenggunya. Dua tali baru itu
langsung putus dengan sekali hentakan, dan meleleh (demi-
kian dalam bahasa aslinya) dari tangannya. Tidak diragukan
lagi, sangat keheranan dan ketakutan orang-orang yang sudah
menyoraki dia tadi. Sorak-sorak mereka pun berubah menjadi
jeritan. Cermatilah, saat Roh TUHAN datang atas dia, tali-tali
di tangannya lepas. Di mana ada Roh Allah, di situ ada kemer-
dekaan, dan benar-benar merdekalah orang-orang yang dimer-
dekakan seperti itu. oleh Roh Allah. Ini melambangkan ke-
bangkitan Kristus oleh kuasa Roh kekudusan. Dalam kebang-
kitan itu, Kristus melepaskan segala pengikat maut, dan tali-
talinya, yaitu kain kafan, jatuh dari tangan-Nya dengan sen-
dirinya, seperti kain kafan Lazarus, sebab tidak mungkin
Juruselamat yang perkasa tetap berada di dalam bungkusan
kafan. Demikianlah Ia menang atas kuasa-kuasa kegelapan
yang menyoraki Dia, yang tadinya seolah-olah yakin sudah
menang atas Dia.
2. Simson membuat kehancuran besar di antara orang-orang Filis-
tin, yang semuanya berkumpul di sekelilingnya untuk meng-
olok-oloknya (ay. 15). Lihatlah betapa buruknya ia dipersenjatai.
Ia tidak memiliki senjata yang lebih baik selain tulang
rahang keledai, dan sekalipun begitu, betapa besar hukuman
yang dilaksanakannya dengan senjata itu! Ia tidak pernah
melepaskan senjata itu dari tangannya sebelum ia menum-
bangkan seribu orang Filistin dengannya pada saat itu juga.
Dengan begitu tergenapilah janji ini, bahwa satu orang saja
dari pada kamu dapat mengejar seribu orang (Yos. 23:10).
Tulang rahang yaitu benda yang tidak nyaman untuk dipe-
gang, dan, orang akan berpikir, dapat dengan mudah direbut
dari tangannya. Dan beberapa pukulan seperti yang dilakukan
Simson dengannya bisa saja membuatnya hancur dan patah.
Namun demikian, tulang rahang itu tetap melekat sampai
pada akhirnya. Seandainya itu yaitu tulang rahang singa,
khususnya singa yang telah dibunuhnya sendiri, maka tulang
rahang itu bisa saja meninggikan angan-angannya dan mem-
buat dia berpikir bahwa ia lebih menakutkan. namun meng-
ambil tulang dari binatang yang hina itu berarti melakukan
perbuatan-perbuatan yang ajaib melalui apa yang bodoh bagi
dunia,supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah
itu berasal dari Allah, bukan dari manusia. Salah satu prajurit
istimewa Daud membunuh tiga ratus orang Filistin sekaligus,
namun itu dengan sebuah tombak (1Taw. 11:11). Prajurit yang
lain membunuh mereka sampai tangannya lesu dan tinggal
melekat pada pedangnya (2Sam. 23:10). namun mereka semua-
nya masih kalah dari Simson. Adakah yang dianggap terlalu
sulit, terlalu susah, untuk dilakukan oleh orang yang atasnya
Roh Tuhan datang dengan penuh kuasa? Dengan Allah akan
kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa. Sungguh
mengherankan bahwa orang-orang Yehuda tidak datang saat
itu untuk membantunya. Para pengecut bisa menghajar
musuh yang jatuh. namun Simson harus menjadi perlambang
dari Dia yang seorang diri melakukan pengirikan.
V. Simson merayakan kemenangannya sendiri, sebab orang-orang
Yehuda bahkan tidak mau bersorak untuknya. Ia menggubah se-
buah nyanyian singkat, yang dia nyanyikan untuk dirinya sendiri,
sebab anak-anak perempuan Israel tidak datang menemuinya,
seperti yang mereka perbuat terhadap Saul nantinya, untuk ber-
nyanyi, untuk alasan yang lebih besar, yaitu Simson telah mem-
bunuh seribu musuh. Lirik lagu ini yaitu , dengan tulang rahang
keledai, tumpukan demi tumpukan, telah kubunuh seribu orang (ay.
16, KJV). Dalam bahasa Ibrani, kata yang sama (khamor) berarti
keladai dan juga tumpukan. Dengan begitu, ini yaitu permainan
kata yang elok, dan menggambarkan orang-orang Filistin yang
jatuh tanpa perlawanan seperti keledai. Simson juga memberikan
nama pada tempat itu, untuk mengabadikan cela orang Filistin
(ay. 17). Ramat Lehi, diacungkannya tulang rahang. Namun ia
tidak memegahkan diri dengan membawa tulang itu ke sana ke-
mari untuk dipamerkan, namun membuangnya sesudah ia selesai
memakainya. Betapa sedikitnya barang peninggalan dihargai pada
waktu itu.
Dahaga Simson Dilegakan
(15:18-20)
18 saat ia sangat haus, berserulah ia kepada TUHAN: “Oleh tangan hamba-
Mu ini telah Kauberikan kemenangan yang besar itu, masakan sekarang aku
akan mati kehausan dan jatuh ke dalam tangan orang-orang yang tidak
bersunat itu!” 19 lalu Allah membelah liang batu yang di Lehi itu, dan
keluarlah air dari situ. Ia minum, lalu menjadi kuat dan segar kembali.
Sebab itu dinamailah mata air itu Mata Air Penyeru, yang sampai sekarang
masih ada di Lehi. 20 Ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel dalam
zaman orang Filistin, dua puluh tahun lamanya.
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Kesusahan yang menimpa Simson sesudah perbuatan yang besar
ini (ay. 18): Ia sangat haus. Itu yaitu dampak alami dari panas
hebat yang dirasakannya, dan susah payah yang dijalaninya.
Semangatnya membakar dia, memakan habis dirinya, dan mem-
buatnya lupa diri, hingga, saat ia memiliki waktu untuk ber-
henti sejenak, ia mendapati dirinya kehabisan tenaga sebab ke-
kurangan air, dan sudah mau pingsan. Mungkin ada campur
tangan Allah yang istimewa, seperti juga dalam seluruh perkara
itu. Allah dengan ini hendak mencegah dia membangga-bangga-
kan kekuatan dan pencapaian-pencapaiannya yang besar. Allah
membiarkan dia tahu bahwa ia hanyalah seorang manusia, dan
tidak luput dari malapetaka-malapetaka yang biasa menimpa
manusia. Yosefus (sejarawan Yahudi abad ke-1) berpendapat,
bahwa keadaan itu dimaksudkan untuk menghukum Simson ka-
rena tidak mengakui Allah dan campur tangan-Nya dalam keme-
nangan yang sudah diperolehnya itu, namun mengambil semua
pujian untuk dirinya sendiri: Seribu orang kupukul. sebab seka-
rang ia hampir mati sebab kehausan, ia menjadi sadar dan yakin
bahwa tangannya sendiri tidak akan dapat menyelamatkannya
tanpa campur tangan Allah. Simson sudah banyak minum dari
darah orang-orang Filistin, namun darah tidak akan pernah me-
muaskan dahaga manusia. Pemeliharaan ilahi mengatur begitu
rupa hingga tidak ada air di dekat Simson, dan ia begitu kelelahan
hingga tidak bisa pergi jauh untuk mencari air. sebab sekarang
ia tampil sebagai penakluk, pikir kita, seharusnya orang-orang
Yehuda datang menemuinya dengan roti dan anggur, seperti yang
dilakukan Melkisedek saat menemui Abram, untuk menebus
kejahatan yang telah mereka lakukan terhadapnya. namun mereka
tidak ambil peduli terhadap sang pembebas mereka itu, yang
hampir binasa sebab ketiadaan air. Demikianlah, penghinaan-
penghinaan terbesar sering kali dilayangkan kepada orang-orang
yang melakukan pelayanan-pelayanan terbesar. Kristus di kayu
salib berkata, Aku haus.
II. Doa Simson kepada Allah dalam kesusahan ini. Orang-orang yang
lupa menghadap Allah dengan pujian-pujian mereka mungkin
akan dipaksa untuk menghadap-Nya dengan doa-doa mereka.
Penderitaan sering kali dikirim untuk membawa orang-orang yang
tidak tahu berterima kasih datang kepada Allah. Dua hal yang
diserukan Simson kepada Allah dalam doa ini,
1. Pengalaman yang dialaminya akan kuasa dan kebaikan Allah
dalam keberhasilannya belum lama ini: Oleh tangan hamba-Mu
ini telah Kauberikan kemenangan yang besar itu. Ia mengakui
dirinya sebagai hamba Allah dalam apa yang sudah dilakukan-
nya: “Tuhan, tidakkah Engkau mau mengakui hamba-Mu yang
malang ini, yang telah menguras tenaga untuk melayani-Mu?
Aku kepunyaan-Mu, selamatkanlah aku.” Ia menyebut keme-
nangannya sebagai pembebasan yang besar (KJV). Sebab, sean-
dainya Allah tidak menolongnya, ia bukan hanya tidak akan
menaklukkan orang Filistin, namun juga akan dimakan habis
oleh mereka. Ia mengakui bahwa kemenangan itu berasal dari
Allah, dan sekarang memperbaiki kesalahannya sebab meng-
anggap kemenangan itu terjadi berkat dirinya. Dan hal ini dise-
rukannya dalam kesesakannya sekarang. Perhatikanlah, peng-
alaman-pengalaman akan kuasa dan kebaikan Allah di masa
lalu yaitu hal yang bagus untuk diserukan dalam doa untuk
meminta rahmat selanjutnya. “Tuhan, Engkau sudah sering
membebaskan, masihkah Engkau akan membebaskan? (2Kor.
1:10). Engkau sudah memulai, tidakkah Engkau akan mengak-
hiri? Engkau sudah melakukan hal yang lebih besar, tidakkah
Engkau akan melakukan hal yang lebih kecil?” (Mzm. 56:14).
2. Keadaannya sekarang yang rentan pada serangan musuh-
musuhnya: “Susaha jangan sampai aku jatuh ke dalam tangan
orang-orang yang tidak bersunat, sehingga mereka bersorak-
sorak kemenangan, dan mengabarkan itu di Gat, dan di lorong-
lorong Askelon. Bukankah akan membawa cela bagi Allah jika
jagoan-Nya menjadi mangsa yang empuk bagi orang-orang
yang tidak bersunat?” Seruan-seruan yang terbaik yaitu
seruan-seruan yang berpusat pada kemuliaan Allah.
III. Kelegaan yang dikirimkan Allah kepada Simson tepat pada wak-
tunya. Allah mendengar doanya, dan mengirimkan air kepadanya,
entah dari tulang rahang itu atau dari dalam tanah melalui tulang
rahang itu (ay. 19). Tulang yang telah dipakainya sebagai alat
untuk melayani Allah, dipakai Allah, untuk memberinya imbalan,
sebagai alat untuk memberinya persediaan. namun saya lebih
cenderung sependapat dengan tafsiran yang agak luas: Allah mem-
belah liang batu yang di Lehi itu. Tempat dilakukannya tindakan
ini disebut Lehi, nama yang diambil dari tulang rahang. Bahkan
sebelum tindakan itu dilakukan, kita mendapatinya disebut demi-
kian (ay. 9, 14). Dan di sana, di padang itu, atau bukit, atau lem-
bah, atau apa pun itu, yang disebut demikian, Allah membuka
mata air secara tiba-tiba dan tepat pada waktunya di dekat Sim-
son, dan membuat air terpancar darinya secara melimpah, yang
untuk seterusnya menjadi sumber air. Dari air yang segar ini ia
minum, dan ia menjadi segar kembali. Kita harus lebih bersyukur
atas rahmat air, kalau saja kita merenungkan betapa susahnya
hidup kita tanpanya. Dan kelegaan yang dialami Simson ini ha-
ruslah menjadi contoh yang mendorong kita untuk menaruh per-
caya kepada Allah, dan mencari-Nya, sebab, jika Ia berkehendak,
Ia dapat membuat sungai-sungai memancar di atas bukit-bukit
yang gundul (lihat Yes. 41:17-18).
IV. Peringatan akan peristiwa ini, melalui nama yang diberikan Sim-
son untuk mata air yang baru ini, En-hakore, Mata Air Penyeru.
Dengan begitu, ia melestarikan ingatan akan kesusahannya
sendiri, yang menyebabkan dia berseru, dan juga akan perkenan-
an Allah kepadanya, sebagai jawaban atas seruannya itu. Banyak
mata air penghiburan dibukakan Allah untuk umat-Nya, yang
pantas disebut dengan nama ini. Mata air penghiburan itu yaitu
mata air penyeru. Simson sudah memberi nama pada tempat yang
menandakan dirinya sebagai orang hebat dan berkemenangan,
Ramat Lehi, diacungkannya tulang rahang. namun di sini ia mem-
berinya nama lain, yang menandakan dirinya sebagai orang yang
berkebutuhan dan bergantung.
V. Kelanjutan pemerintahan Simson sesudah pencapaian-pencapaian
ini (ay. 20). Pada akhirnya orang Israel tunduk kepada dia yang
telah mereka khianati. Sekarang tidak bisa dibantah lagi bahwa
Allah menyertai dia, sehingga mulai saat ini mereka semua meng-
akui dia dan diperintah olehnya sebagai hakim mereka. Batu yang
dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.
Tersirat bahwa Israel pada saat itu ada dalam keadaan terpuruk,
sebab pemerintahan bangsa itu dihitung berdasar zaman
orang Filistin. Meskipun demikian, suatu rahmat bagi Israel bah-
wa, sekalipun mereka ditindas oleh musuh asing, namun mereka
memiliki seorang hakim yang menjaga ketertiban dan mencegah
mereka menghancurkan satu sama lain. Dua puluh tahun peme-
rintahannya berlanjut, sesuai dengan kebiasaan pemerintahan
para hakim. namun tentang rincian-rinciannya kita tidak menda-
patkan gambaran, selain pada awal pemerintahannya dalam pasal
ini, dan pada akhir pemerintahannya dalam pasal selanjutnya.
PASAL 16
ang kita amati sebelumnya, nama Simson berarti matahari kecil
(sol parvus). Kita sudah melihat matahari ini terbit dengan
sangat terang, dan cahaya paginya kuat dan cemerlang. Dan sebab
tidak ada yang tampak menghalanginya, kita anggap juga bahwa
cahaya tengah harinya pun sama berkilaunya, selama ia menjadi
hakim atas Israel selama dua puluh tahun. namun cerita dalam pasal
ini memberi kita gambaran yang begitu menyedihkan tentang petang
harinya, yang tidak memberikan pujian bagi harinya. Matahari kecil
ini terbenam di bawah awan, dan sekalipun begitu, tepat pada saat
terbenamnya, memancarkan cahaya yang begitu kuat dan berkilau
hingga membuatnya bahkan menjadi perlambang Kristus, yang
melakukan penaklukan melalui kematian. Dalam pasal ini,
I. Simson terancam bahaya besar melalui hubungan akrabnya
dengan seorang perempuan sundal, dan lolos darinya dengan
susah payah (ay. 1-3).
II. Simson dihancurkan sama sekali oleh hubungan akrabnya
dengan seorang perempuan sundal lain, Delila. Amatilah,
1. Bagaimana ia jatuh ke dalam pelukan perempuan sundal
itu oleh hawa nafsunya sendiri (ay. 4).
2. Bagaimana ia dikhianati melalui perempuan sundal itu
oleh musuh-musuh bebuyutannya, orang Filistin, yang,
(1) Melalui perempuan sundal itu, pada akhirnya mengeta-
hui dari Simson di mana letak kekuatannya (ay. 5-17).
(2) lalu mereka merampas kekuatannya dari dia,
dengan mencukur rambut kenazirannya dari kepala-
nya (ay. 18-20).
(3) lalu mereka menangkap dia, membutakannya,
memenjarakannya, melecehkannya, dan, pada sebuah
upacara perayaan, membuatnya menjadi bahan tonton-
an (ay. 21-25). Akan namun , pada akhirnya, ia mengada-
kan pembalasan terhadap mereka dengan merobohkan
gedung pertunjukan hingga jatuh menimpa kepala me-
reka, dan dengan begitu mati bersama mereka (ay. 26-
31).
Pelarian Simson dari Gaza
(16:1-3)
1 Pada suatu kali, saat Simson pergi ke Gaza, dilihatnya di sana seorang
perempuan sundal, lalu menghampiri dia. 2 saat diberitahukan kepada
orang-orang Gaza: “Simson telah datang ke sini,” maka mereka mengepung
tempat itu dan siap menghadang dia semalam-malaman itu di pintu gerbang
kota, namun semalam-malaman itu mereka tidak berbuat apa-apa, sebab
pikirnya: “Nanti pada waktu fajar kita akan membunuh dia.” 3 namun Simson
tidur di situ sampai tengah malam. Pada waktu tengah malam bangunlah ia,
dipegangnya kedua daun pintu gerbang kota itu dan kedua tiang pintu, di-
cabutnyalah semuanya beserta palangnya, diletakkannya di atas kedua
bahunya, lalu semuanya itu diangkatnya ke puncak gunung yang berhadap-
an dengan Hebron.
Dalam perikop ini kita mendapati,
1. Dosa Simson (ay. 1). Diambilnya seorang Filistin oleh Simson se-
bagai istri, pada permulaan masanya, sedikit banyak dapat di-
maafkan. namun menyatukan diri dengan seorang perempuan
sundal yang kebetulan dilihatnya di antara orang-orang Filistin
yaitu tindakan yang begitu mencemarkan kehormatannya seba-
gai orang Israel, sebagai seorang nazir, hingga wajah kita tidak
bisa tidak pasti merah padam sebab malu saat membaca kisah
ini. Janganlah kabarkan itu di Gat. Kecemaran yang keji ini mem-
buat wajah yang penuh rahmat dari orang nazir ini lebih hitam
dari pada jelaga (Rat. 4:7-8). Kita tidak mendapati bahwa Simson
memiliki suatu urusan di Gaza. Jika ia pergi ke sana untuk
mencari perempuan sundal, maka orang akan berharap bahwa,
seburuk apa pun keadaan yang sebenarnya, semoga kiranya tidak
ada perempuan sundal di antara anak-anak perempuan Israel.
Sebagian penafsir berpendapat bahwa ia pergi ke sana untuk
mengamati bagaimana keadaan orang-orang Filistin,supaya ia
bisa memperoleh beberapa keuntungan melawan mereka. Jika
benar demikian, maka ia melupakan urusannya, mengabaikan-
nya, dan dengan begitu jatuh ke dalam jerat ini. Dosanya dimulai
dari matanya, yang dengannya ia seharusnya membuat kovenan.
Ia melihat di sana seseorang yang berpakaian sundal, dan nafsu
yang dikandung, melahirkan dosa. Simson menghampiri dia.
2. Bahaya yang mengintai Simson. Diberitahukan kepada para
hakim di Gaza, mungkin oleh perempuan sundal itu sendiri yang
berkhianat, bahwa Simson sedang ada di kota (ay. 2). Mungkin
Simson datang dengan menyamar, atau datang pada petang hari,
dan masuk ke sebuah penginapan atau tempat umum, yang
kebetulan dijaga oleh perempuan sundal ini. sesudah mendengar
kabar itu, pintu-pintu gerbang kota ditutup, para penjaga berjaga-
jaga, semua orang tetap tenang,supaya Simson tidak mencurigai
adanya bahaya. Sekarang mereka menyangka sudah menahan
dia, dan tidak ragu lagi kematiannya pasti tiba keesokan pagi. Oh,
semoga saja semua orang yang menuruti nafsu-nafsu inderawi
mereka dalam kemabukan, kecemaran, atau hawa nafsu keda-
gingan apa saja, mau melihat diri mereka dikelilingi, dicegat, dan
ditandai untuk kehancuran seperti itu, oleh musuh-musuh rohani
mereka! Semakin cepat mereka tidur, dan semakin aman mereka
merasa, semakin besarlah bahaya yang mengancam mereka.
3. Pelarian Simson (ay. 3). Ia bangun pada tengah malam, mungkin
dibangunkan oleh sebuah mimpi, saat berbaring di atas tempat
tidur (Ayb. 33:15), oleh malaikat pelindungnya, atau lebih tepat-
nya oleh teguran-teguran hati nuraninya sendiri. Kita berharap ia
bangun dengan perasaan jijik yang penuh pertobatan akan dosa
yang diperbuatnya sekarang, dan akan dirinya sendiri sebab
dosa itu. Dan ia bangun dengan tekad yang penuh kesalehan
untuk tidak mengulanginya lagi. Ia bangun dalam ketakutan akan
bahaya yang sedang mengintainya, hingga ia seperti orang yang
tidur di atas tiang. Ia bangun dengan pikiran-pikiran seperti ini:
“Apakah ini pembaringan yang pantas untuk dipakai tidur oleh
seorang nazir? Akankah bait suci Allah yang hidup dicemarkan
seperti itu? Dapatkah aku aman di bawah kesalahan ini?” Sung-
guh buruk bahwa ia berbaring tanpa teguran-teguran seperti itu.
namun akan lebih buruk lagi seandainya ia tetap berbaring di
bawah teguran-teguran itu. Segera saja ia menuju gerbang kota,
mungkin sebab mendapati para penjaga sedang tertidur, sebab
jika tidak, ia pasti akan membuat mereka tidur untuk yang ter-
akhir kali. Ia tidak berhenti sejenak untuk membuka gerbang-ger-
bang itu, namun langsung mencabut daun-daun pintunya, mem-
bawanya, semuanya beserta palangnya, yang sangat lebar dan
kuat, dan sangat berat. Dibawanya semuanya itu di atas kedua
bahunya sejauh beberapa kilometer, sampai ke puncak gunung.
Dengan cara ini ia mau menghina usaha mereka untuk mengu-
rungnya dengan gerbang-gerbang dan palang-palang. Dengan
begitu, ia bermaksud untuk menunjukkan dirinya lebih me-
nakutkan bagi orang-orang Filistin, dan lebih diterima oleh bang-
sanya. Dengan demikian, ia memberikan bukti akan kekuatan
besar yang telah diberikan Allah kepadanya dan menjadi perlam-
bang akan kemenangan Kristus atas maut dan kubur. Kristus
tidak hanya menggulingkan batu dari pintu kubur, dan dengan
begitu keluar sendiri, namun juga membawa gerbang-gerbang
kubur, semuanya beserta palangnya. Dengan demikian Ia mening-
galkan kubur, untuk selama-lamanya, sebagai penjara terbuka
bagi semua orang yang menjadi milik-Nya. Alam maut tidak akan,
dan tidak bisa, senantiasa menahan mereka. Hai maut, di mana-
kah sengatmu? Di manakah gerbang-gerbangmu? Puji syukur
kepada Dia yang tidak hanya memperoleh kemenangan bagi diri-
Nya sendiri, namun juga memberikan kepada kita kemenangan itu!
Pengkhianatan Delila
(16:4-17)
4 Sesudah itu Simson jatuh cinta kepada seorang perempuan dari lembah
Sorek yang namanya Delila. 5 Lalu datanglah raja-raja kota orang Filistin
kepada perempuan itu sambil berkata: “Cobalah bujuk dia untuk mengetahui
sebab apakah kekuatannya demikian besar, dan dengan apakah kami dapat
mengalahkan dia dan mengikat dia untuk menundukkannya. Maka kami
masing-masing akan memberikan seribu seratus uang perak kepadamu.”
6 Lalu berkatalah Delila kepada Simson: “Ceritakanlah kiranya kepadaku, ka-
rena apakah kekuatanmu demikian besar, dan dengan apakah engkau harus
diikat untuk ditundukkan?” 7 Jawab Simson kepadanya: “Jika aku diikat de-
ngan tujuh tali busur yang baru, yang belum kering, maka aku akan menjadi
lemah dan menjadi seperti orang lain mana pun juga.” 8 Lalu raja-raja kota
orang Filistin membawa tujuh tali busur yang baru yang belum kering ke-
pada perempuan itu dan ia mengikat Simson dengan tali-tali itu, 9 sedang di
kamarnya ada orang bersiap-siap. lalu berserulah perempuan itu kepa-
danya: “Orang-orang Filistin menyergap engkau, Simson!” namun ia memu-
tuskan tali-tali busur itu seperti tali rami yang terbakar putus, jika kena
api. Dan tidaklah ketahuan di mana duduk kekuatannya itu. 10 lalu
berkatalah Delila kepada Simson: “Sesungguhnya engkau telah mempermain-
mainkan dan membohongi aku. Sekarang ceritakanlah kiranya kepadaku
dengan apa engkau dapat diikat.” 11 Jawabnya kepadanya: “Jika aku diikat
erat-erat dengan tali baru, yang belum terpakai untuk pekerjaan apa pun,
maka aku akan menjadi lemah dan menjadi seperti orang lain mana pun
juga.” 12 lalu Delila mengambil tali baru, diikatnyalah dia dengan tali-
tali itu dan berseru kepadanya: “Orang-orang Filistin menyergap engkau,
Simson!” – di kamar ada orang bersiap-siap – namun tali-tali itu diputuskan-
nya tanggal dari tangannya seperti benang saja. 13 Berkatalah Delila kepada
Simson: “Sampai sekarang engkau telah mempermain-mainkan dan mem-
bohongi aku. Ceritakanlah kepadaku dengan apakah engkau dapat diikat.”
Jawabnya kepadanya: “Kalau engkau menenun ketujuh rambut jalinku ber-
sama-sama dengan lungsin lalu mengokohkannya dengan patok, maka aku
akan menjadi lemah dan menjadi seperti orang lain mana pun juga.” 14 Ke-
mudian perempuan itu mengokohkan lagi tenunan itu dengan patok, lalu
berserulah ia kepadanya: “Orang-orang Filistin menyergap engkau, Simson.”
namun saat ia terjaga dari tidurnya, disentaknya lepas patok tenunan dan
lungsin itu. 15 Berkatalah perempuan itu kepadanya: “Bagaimana mungkin
engkau berkata: Aku cinta kepadamu, padahal hatimu tidak tertuju kepada-
ku? Sekarang telah tiga kali engkau mempermain-mainkan aku dan tidak
mau menceritakan kepadaku, sebab apakah kekuatanmu demikian besar.”
16 Lalu sesudah perempuan itu berhari-hari merengek-rengek kepadanya dan
terus mendesak-desak dia, ia tidak dapat lagi menahan hati, sehingga ia mau
mati rasanya. 17 Maka diceritakannyalah kepadanya segala isi hatinya, kata-
nya: “Kepalaku tidak pernah kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan
iartikel aku ini seorang nazir Allah. Jika kepalaku dicukur, maka kekuatanku
akan lenyap dari padaku, dan aku menjadi lemah dan sama seperti orang-
orang lain.”
Anak yang pernah terbakar akan takut pada api. Namun Simson,
yang memiliki kekuatan melebihi kekuatan seorang laki-laki,
dalam hal ini tidak berbuat lebih bijak daripada seorang anak kecil.
Sebab, meskipun sudah lebih dari satu kali ia dibawa ke puncak
kejahatan dan bahaya oleh cinta terhadap perempuan dan nafsu
terhadap mereka, namun ia tidak mau juga belajar dari peringatan.
Sebaliknya, di sini ia kembali terjerat oleh perangkap yang sama, dan
kali yang ketiga ini ia membayar untuk semuanya. Salomo tampak
merujuk secara khusus kepada cerita Simson ini saat , dalam peri-
ngatannya terhadap kecemaran, ia memberikan gambaran ini tentang
perempuan sundal (Ams. 7:26), bahwa banyaklah orang yang gugur
ditewaskannya, sangat besarlah jumlah orang yang dibunuhnya. Dan
(Ams. 6:26) bahwa seorang sundal memburu nyawa yang berharga.
Perempuan jahat ini, yang membawa Simson pada kehancuran, di
sini bernama Delila, sebuah nama yang tercela. Nama itu pantas di-
pakai untuk mengungkapkan seseorang, atau sesuatu, yang meng-
gunakan sanjungan atau kepalsuan untuk mendatangkan masalah
dan kehancuran atas orang-orang yang menjadi mangsanya. Lihatlah
di sini,
I. Perasaan Simson terhadap Delila: Simson jatuh cinta kepadanya
(ay. 4). Sebagian penafsir berpendapat bahwa Delila yaitu istri-
nya, namun kalau memang begitu, ia pasti akan membawa Delila
ke rumahnya sendiri. Sebagian yang lain berpendapat bahwa ia
merayu Delila untuk dijadikan istri. namun ada terlalu banyak
alasan untuk curiga bahwa perasaan sayangnya terhadap Delila
itu hanya nafsu saja, dan bahwa ia tinggal bersamanya dalam
kecemaran. Tidaklah pasti apakah Delila yaitu orang Israel atau
orang Filistin. Kalaupun ia orang Israel, yang hampir tidak mung-
kin, ia memiliki hati orang Filistin.
II. Raja-raja kota orang Filistin mengambil kesempatan dari Delila
untuk mengkhianati Simson (ay. 5).
1. Mereka mengatakan kepada Delila, bahwa mereka berencana
merendahkan Simson atau menundukkannya. Mereka berjanji
tidak akan menyakiti Simson, hanya menaklukkan diasupaya
tidak menyakiti mereka lagi. Tampaknya mereka memang me-
nepati janji ini sepenuh hati, hingga bahkan saat ia sudah
ada dalam kekuasaan mereka, mereka tidak mau membunuh-
nya, sekalipun pisau yang mencukur rambutnya dengan cepat
dan mudah bisa saja memotong tenggorokannya.
2. Apa yang mereka inginkan dari semuanya itu yaitu untuk
mengetahui di mana letak kekuatan Simson yang besar itu,
dan dengan cara apa ia bisa diikat. Mungkin mereka memba-
yangkan ia memiliki suatu mantra atau jimat yang selalu
dibawa, yang dengan kekuatannya ia melakukan hal-hal besar
ini. Mereka tidak ragu bahwa, jika mereka bisa mendapatkan
mantra atau jimat ini darinya, maka ia akan bisa dikendali-
kan. Oleh sebab itu, sebab sebelumnya mereka sudah mem-
punyai cukup alasan untuk mengetahui di mana titik lemah-
nya, mereka berharap dapat menebak teka-tekinya untuk kali
kedua dengan membajak dengan lembu betinanya. Mereka
memanfaatkan Delila untuk memperoleh jawaban teka-teki itu
dari Simson. Mereka membujuk Delila betapa besarnya ke-
baikan hatinya itu bagi mereka, dan mungkin juga meyakin-
kan dia bahwa itu tidak ada hal-hal buruk akan terjadi baik
kepada Simson maupun kepada dia.
3. Untuk pekerjaan ini mereka menawarkan imbalan yang tinggi.
Mereka berjanji, setiap orang akan memberinya 1.100 keping
perak, semuanya berjumlah 5.500, yang sama dengan sekian
banyak syikal. Dengan inilah Delila diupah untuk mengkhia-
nati orang yang pura-pura dicintainya. Lihatlah betapa me-
ngerikannya kefasikan yang berakar dari cinta uang. Juru-
selamat kita yang terberkati dikhianati seperti itu oleh orang
yang disebut-Nya sebagai teman, dan dengan sebuah ciuman
pula, demi uang kotor. Tidak heran jika orang-orang sundal,
seperti Delila, berlaku curang. Orang-orang yang kehilangan
kejujuran mereka dalam satu hal, akan kehilangan kejujuran
mereka dalam hal lain.
III. Cara-cara yang dipakai Simson untuk mendiamkan Delila dari
waktu ke waktu, dan untuk memegang rahasianya untuk waktu
yang lama. Delila bertanya kepadanya sebab apakah kekuatan-
nya demikian besar, dan apakah mungkin Simson diikat dan di-
tundukkan (ay. 6), dengan berpura-pura bahwa ia hanya ingin
susaha Simson memuaskan rasa ingin tahunya dalam hal yang
satu itu. Pikirnya, mustahil Simson dapat diikat kecuali dengan
pesonanya.
1. saat Delila mendesaknya terus-menerus, Simson memberi-
tahukan kepadanya,
(1) Bahwa ia dapat diikat dengan tujuh tali busur yang baru
(ay. 7). Percobaan itu dilakukan (ay. 8), namun tidak ber-
hasil. Simson memutuskan tali-tali busur itu seperti tali rami
yang terbakar putus, jika kena api (ay. 9).
(2) saat Delila masih terus mendesak (ay. 10), Simson mem-
beri tahu dia bahwa dengan dua tali baru, ia bisa dikekang
dan dihambat dengan begitu rupa hingga ia dapat dita-
ngani dengan mudah seperti orang lain (ay. 11). Percobaan
ini pun dilakukan, namun gagal. Tali-tali baru itu diputus-
kannya tanggal dari tangannya seperti benang saja (ay. 12).
(3) saat Delila masih merengek-rengek kepadanya untuk me-
nyampaikan rahasia itu, dan menegurnya atas tindakannya
yang tidak baik, sebab sudah mempermainkannya begitu
lama, Simson lalu memberi tahu dia bahwa ketujuh
rambut jalinnya akan membuat perubahan besar dalam
dirinya (ay. 13). Jawaban ini hampir tepat dibandingkan
jawaban-jawaban sebelumnya, namun masih tidak berhasil
juga. Kekuatannya tampak terletak pada rambutnya, sebab
saat percobaan itu dilakukan, hanya dengan kekuatan
rambutnya, disentaknya lepas patok tenunan dan lungsin itu.
2. Dalam semua percobaan ini, sulit untuk dikatakan apakah
terlihat lebih banyak kelemahan Simson atau kefasikan Delila.
(1) Adakah yang lebih jahat daripada desakan Delila yang
tidak kenal lelah dan tidak masuk akal, untuk meminta
Simson menyingkapkan rahasia yang diketahuinya akan
membahayakan hidup Simson, jika rahasia itu tersimpan
pada orang lain selain dirinya sendiri? Adakah yang lebih
hina dan curang, lebih palsu dan khianat, selain Delila
yang membaringkan kepala Simson di pangkuannya, seba-
gai orang yang dikasihinya, dan pada saat yang sama me-
rancang untuk mengkhianatinya dengan menyerahkannya
kepada orang-orang yang membencinya mati-matian?
(2) Adakah yang lebih lemah daripada Simson yang terus
meladeni orang yang, begitu jelas dilihatnya, bermaksud
jahat kepadanya? Bahwa Simson mau terus saja mende-
ngarkan permintaan yang demikian lancang untuk waktu
yang begitu lama, dengan maksud untuk mencelakai diri-
nya sendiri? Bahwa saat Simson menyadari ada orang-
orang yang menunggu-nunggu dirinya di dalam kamar, dan
hendak menangkapnya kalau bisa, ia tidak segera keluar
dari kamar itu, dengan menetapkan hati untuk tidak per-
nah masuk ke dalamnya lagi? Bahkan, mengapa Simson
masih saja kembali membaringkan kepalanya di atas pang-
kuan perempuan itu, padahal sudah sering kali ia diba-
ngunkan dengan tanda bahaya itu, orang-orang Filistin
menyergap engkau, Simson? Sukar dibayangkan ada orang
sedemikian dungu sepenuh-penuhnya dan sama sekali
tidak waras lagi seperti Simson saat itu. namun , persundal-
an yaitu salah satu hal yang menghilangkan daya pikir.
Sulit untuk mengatakan apa maksud Simson dengan mem-
biarkan Delila mencoba begitu sering apakah ia bisa mele-
mahkan dan menundukkannya. Sebagian penafsir berpen-
dapat bahwa Simson sendiri tidak tahu pasti di mana letak
kekuatannya, namun , dari apa yang tampak, ia benar-benar
tahu. Sebab, saat ia memberi tahu Delila apa yang benar
benar akan melumpuhkannya, dikatakan, diceritakannya-
lah kepadanya segala isi hatinya. Tampaknya, ia bermak-
sud untuk berkelakar dengan Delila, untuk menguji apa-
kah Delila bisa menghentikan permintaannya dengan can-
daan, untuk mengacaukan orang yang bersiap-siap hendak
mempermainkan mereka. namun sungguh tidak bijak bah-
wa ia tidak meninggalkan medan pertempuran segera sete-
lah ia sadar tidak dapat bertahan.
IV. Penyingkapan yang pada akhirnya dibuat Simson tentang rahasia
besar ini. Dan, jika penyingkapan itu terbukti mematikan baginya,
itu salah dia sendiri, yang berkuasa untuk menjaga rahasianya
dari orang yang jelas-jelas mencoba menghancurkannya. Sebab
percumalah jaring dibentangkan di depan mata segala yang ber-
sayap, namun di depan mata Simson jaring itu dibentangkan, dan
sekalipun begitu ia terjerat di dalamnya. Seandainya Simson tidak
buta sebelum orang-orang Filistin mencungkil matanya, ia mung-
kin akan melihat dirinya dikhianati. Delila berarti orang yang
menghabiskan, demikianlah ia bagi Simson. Amatilah,
1. Bagaimana Delila menggodanya, dengan mengatakan kepada-
nya bahwa ia tidak percaya Simson mencintainya, kecuali Sim-
son mau menuruti kemauannya dalam hal ini (ay. 15): Bagai-
mana mungkin engkau berkata: Aku cinta kepadamu, padahal
hatimu tidak tertuju kepadaku? Yaitu, “jika engkau tidak dapat
mempercayakan isi hatimu kepadaku?” Kekasih yang dimabuk
asmara tidak tahan jika cinta mereka dipertanyakan. Mereka
akan melakukan apa saja daripada ketulusan mereka dicuri-
gai. Itulah sebabnya di sini Delila mengambil keuntungan dari
kekasih yang bodoh ini. Maafkan saya sebab menyebutnya
demikian. Bujukan ini memang didasarkan atas kebenaran
yang luhur, bahwa orang yang mendapatkan cinta kita bukan-
lah orang yang kepadanya kita berkata-kata baik atau berha-
rap baik, melainkan orang yang mendapatkan hati kita. Itulah
cinta tanpa kepura-puraan. namun hanya kepalsuan dan san-
jungan setinggi langit saja jika kita berkata bahwa kita men-
cintai seseorang, namun hati kita tidak tertuju kepadanya.
Bagaimana kita bisa berkata bahwa kita mencintai saudara
kita, yang kita lihat, atau Allah, yang tidak kita lihat, jika hati
kita tidak tertuju kepadanya? Delila terus merengek-rengek
kepada Simson selama berhari-hari, sehingga Simson tidak
tahan lagi hidup bersamanya (ay. 16). Lantas mengapa Simson
tidak meninggalkannya pada saat itu? Itu disebabkan Simson
terpikat kepadanya oleh apa yang secara keliru disebut sebagai
kekuatan cinta, padahal sesungguhnya hanyalah nafsu. Nafsu
ini menyihir dan memabukkan Simson dengan sempurna, dan
melalui kekuatannya lihatlah,
2. Bagaimana Delila menaklukkannya (ay. 17): Diceritakannyalah
kepadanya segala isi hatinya. Allah membiarkan Simson mela-
kukan hal bodoh ini, untuk menghukumnya sebab sudah
menuruti hawa nafsu yang cemar. Malaikat yang menubuat-
kan kelahirannya tidak berkata apa-apa tentang kekuatannya
yang besar, namun hanya bahwa ia akan menjadi orang nazir,
dan secara khusus kepalanya takkan kena pisau cukur (13:5).
Penaziran atau penyerahan dirinya sebagai orang nazir kepada
Allah akan menjadi kekuatannya, sebab ia akan dikuatkan
dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan Roh yang beker-
ja dengan kuat di dalam dirinya. Dengan begitu, kekuatannya,
melalui janji ilahi, dan bukan secara alami, dapat menjadi
gambaran dan bayangan dari kekuatan rohani orang-orang
percaya (Kol. 1:11, 29). Itulah sebabnya lambang penazirannya
(yaitu rambutnya – pen.) yaitu jaminan kekuatannya. Jika ia
kehilangan lambang penazirannya itu, maka ia tahu bahwa ia
kehilangan kekuatannya. “Jika aku dicukur, maka aku tidak
lagi menjadi orang nazir, dan pada saat itu kekuatanku akan
hilang.” Kekuatan tubuh jasmaninya sangat bergantung pada
rambutnya itu, padahal secara alami hanya biasa-biasa saja.
Hal ini mengajar kita untuk mengagungkan ketetapan-ketetap-
an ilahi, dan mengharapkan anugerah Allah, serta keberlanjut-
annya, hanya dalam penggunaan sarana-sarana anugerah
yang dengannya Ia telah menetapkan kita untuk datang meng-
hadap kepada-Nya. Sarana-sarana anugerah itu yaitu fir-
man, sakramen-sakramen, dan doa. Dalam bejana-bejana ta-
nah liat inilah tersimpan harta karun ini.
Simson Dikhianati
(16:18-21)
18 saat dilihat Delila, bahwa segala isi hatinya telah diceritakannya kepada-
nya, disuruhnyalah memanggil raja-raja kota orang Filistin, katanya: “Sekali
ini lagi datanglah ke mari, sebab ia telah menceritakan segala isi hatinya
kepadaku.” Lalu datanglah raja-raja kota orang Filistin itu kepadanya sambil
membawa uang itu. 19 Sesudah itu dibujuknya Simson tidur di pangkuannya,
lalu dipanggilnya seorang dan disuruhnya mencukur ketujuh rambut jalin-
nya, sehingga mulailah Simson ditundukkan oleh perempuan itu, sebab
kekuatannya telah lenyap dari padanya. 20 Lalu berserulah perempuan itu:
“Orang Filistin menyergap engkau, Simson!” Maka terjagalah ia dari tidurnya
serta katanya: “Seperti yang sudah-sudah, aku akan bebas dan akan meron-
ta lepas.” namun tidaklah diketahuinya, bahwa TUHAN telah meninggalkan
dia. 21 Orang Filistin itu menangkap dia, mencungkil kedua matanya dan
membawanya ke Gaza. Di situ ia dibelenggu dengan dua rantai tembaga dan
pekerjaannya di penjara ialah menggiling.
Kita mendapati dalam perikop ini akibat-akibat yang mematikan dari
kebodohan Simson dalam membocorkan kekuatannya sendiri. Ia
segera membayar mahal untuk itu. Perempuan jalang yaitu lobang
yang dalam. Orang yang dimurkai TUHAN akan terperosok ke dalam-
nya. Dalam lobang itu Simson tenggelam. Amatilah,
1. Bagaimana cara Delila untuk memastikansupaya uang itu diba-
yarkan kepadanya. Sekarang ia tahu, dari cara berbicara Simson,
bahwa telah diceritakannya kepadanya segala isi hatinya. Kemu-
dian ia memanggil raja-raja kota orang Filistin yang mengupahnya
untuk melakukan pekerjaan hina ini. namun mereka harus me-
mastikan untuk membawa uang itu di tangan mereka (ay. 18, KJV).
Upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat dibayarkan sebagai-
mana mestinya, tanpa diketahui Simson. Sungguh menyedihkan
melihat salah seorang yang paling gagah berani di dunia pada
waktu itu dijual dan dibeli, seperti anak domba ke pembantaian.
Betapa kejadian ini menodai segala kemuliaan manusia, dan
melarang orang yang paling kuat sekalipun untuk memegahkan
kekuatannya!
2. Cara apa yang dipakai Delila untuk menyerahkan Simson kepada
mereka sesuai dengan tawaran. Banyak orang di dunia ini, untuk
seperseratus dari jumlah yang diberikan kepada Delila di sini,
mau menjual orang yang mereka akui sangat mereka hormati.
Janganlah percaya kepada teman, janganlah mengandalkan diri
kepada kawan. Lihatlah betapa curangnya cara yang diambil
Delila (ay. 19): Dibujuknya Simson tidur di pangkuannya. Yosefus
berkata, Delila memberinya suatu minuman yang memabukkan,
yang membuatnya tertidur. Candu apa yang mungkin dicelupkan-
nya secara diam-diam ke dalam cangkir Simson, kita tidak tahu.
namun kita tidak dapat menduga bahwa dengan sadar Simson mau
meminum anggur atau minuman keras, sebab itu akan meng-
hilangkan kenazirannya, sama seperti kalau rambutnya dicukur.
Delila pura-pura berlaku sangat manis saat ia sedang merancang
kejahatan luar biasa,supaya ia dapat membuat Simson tertidur.
Lihatlah akibat-akibat yang mematikan dari rasa aman. Iblis meng-
hancurkan manusia dengan meninabobokan mereka, membuai
mereka dengan pikiran yang baik tentang keamanan mereka sen-
diri. Dengan begitu ia membuat mereka tidak memikirkan apa
pun dan tidak takut pada apa pun. lalu ia merampas ke-
kuatan dan kehormatan mereka, dan menjadikan mereka sebagai
tawanan untuk menuruti kehendaknya. saat kita tidur, musuh-
musuh rohani kita tidak tidur. saat Simson tidur, Delila menyu-
ruh seseorang untuk mencukur rambutnya, yang dilakukan orang
itu dengan begitu pelan dan begitu cepat hingga tidak memba-
ngunkan Simson, namun jelas bahwa ia tertimpa masalah. Bahkan
dalam tidurnya, rohnya jelas-jelas tenggelam sebab nya. Menurut
saya, kita dapat menduga bahwa seandainya kejahatan ini
dilakukan kepadanya dalam tidurnya oleh seseorang yang jahat,
maka akibat aneh seperti ini tidak akan terjadi pada dirinya,
kecuali dirinya sendiri ikut berperan dalam menimbulkan kejahat-
an itu, seperti yang dilakukannya di sini. sebab itu, kefasikan-
nya sendirilah yang menghajarnya. Itu yaitu kesalahannya, se-
bab jika tidak, ia pasti tidak akan celaka seperti itu.
3. Betapa Simson sendiri tidak begitu peduli akan kejadian itu (ay.
20). Tidak bisa tidak, ia pasti kehilangan rambutnya begitu ia
terbangun, dan sekalipun begitu ia berkata, “Seperti yang sudah-
sudah, aku akan bebas dan akan meronta lepas sesudah tidur.”
Atau, “seperti yang sudah-sudah, saat orang-orang Filistin me-
nyergapku, aku akan berhasil menghadapi mereka.” Mungkin ia
menyangka bahwa ia akan bebas dan meronta lepas dengan lebih
mudah, dan bahwa kepalanya akan terasa lebih ringan, sebab
sekarang rambutnya sudah dicukur. Tak terlintas dalam pikiran-
nya bahwa beban kesalahan jauh lebih berat daripada beban
rambut. Ia segera mendapati suatu perubahan dalam dirinya, kita
memiliki alasan untuk berpikir demikian. Sekalipun begitu,
tidaklah diketahuinya, bahwa TUHAN telah meninggalkan dia. Ia
tidak mempertimbangkan bahwa inilah alasan dari perubahan itu.
Perhatikanlah, banyak orang telah kehilangan hadirat Allah yang
penuh perkenanan, namun mereka tidak menyadarinya. Mereka
telah menyulut murka Allah hingga Ia menarik diri dari mereka,
namun mereka tidak sadar akan kehilangan yang mereka derita,
tidak pula pernah mengeluhkannya. Jiwa mereka menjadi lemas
dan lemah, pemberian-pemberian mereka menjadi layu, dan
segala sesuatu menjadi berantakan bagi mereka. Namun demi-
kian, mereka tidak mengaitkan hal ini dengan penyebab yang
sebenarnya, yaitu bahwa Allah telah meninggalkan mereka. Tidak
pula mereka ambil peduli untuk berdamai dengan-Nya atau men-
dapatkan kembali perkenanan-Nya. saat Allah telah meninggal-
kan kita, kita tidak bisa berbuat seperti yang sudah-sudah.
4. Keuntungan-keuntungan apa yang segera dimanfaatkan oleh
orang-orang Filistin terhadap Simson (ay. 21). Orang-orang Filistin
membawa Simson sesudah Allah meninggalkan dia. Orang-orang
yang sudah membuat diri mereka terlempar dari perlindungan
Allah akan menjadi mangsa yang empuk bagi musuh-musuh
mereka. Jika kita tidur di atas pangkuan hawa nafsu kita, maka
kita pasti akan terbangun di tangan orang-orang Filistin. Ada
kemungkinan bahwa orang-orang Filistin telah berjanji kepada
Delila untuk tidak membunuhnya, namun mereka menggunakan
cara yang berhasil untuk melumpuhkannya. Hal pertama yang
mereka lakukan, sesudah ia jatuh ke tangan mereka, dan mereka
mendapati bahwa mereka dapat mengendalikannya, yaitu men-
cungkil kedua matanya, dengan membakarnya dengan api, menu-
rut terjemahan bahasa Arab. Pikir mereka, matanya tidak akan
pernah kembali lagi, sedangkan rambutnya bisa saja akan tum-
buh lagi, dan bahwa tangan yang paling kuat sekalipun tidak
akan bisa berbuat apa-apa tanpa kedua mata yang menuntunnya.
Oleh sebab itu, jika mereka membutakan dia sekarang, maka
mereka membutakannya untuk selama-lamanya. Matanya yaitu
pintu masuk bagi dosanya. Ia melihat seorang perempuan sundal
di Gaza, lalu menghampirinya (ay. 1), dan sekarang hukumannya
dimulai dari matanya. sebab sekarang orang-orang Filistin telah
membutakan dia, maka ia memiliki waktu untuk mengingat
bagaimana hawa nafsunya sendiri telah membutakannya. Obat
pelindung terbaik bagi mata yaitu memalingkannya dari melihat
kesia-siaan. Mereka membawanya ke Gaza,supaya ia bisa terlihat
lemah di tempat di mana ia belum lama ini telah memberikan
bukti-bukti yang begitu rupa akan kekuatannya (ay. 3). Dan su-
paya di sana ia bisa menjadi bahan olok-olok untuk orang-orang
yang telah dibuatnya ngeri terhadap dirinya. Mereka membeleng-
gunya dengan dua rantai tembaga, sementara sebelumnya ia di-
belenggu dengan tali-tali kejahatannya sendiri. Dan pekerjaannya
di penjara ialah menggiling. Ia bekerja dalam penjara mereka,
entah untuk mendatangkan keuntungan bagi mereka atau seba-
gai hukuman baginya, atau untuk kedua-duanya. Demikian pula
Iblis, melalui para pendosa, membutakan pikiran orang-orang yang
tidak percaya, dan dengan begitu memperbudak mereka, dan
mengurung mereka dalam kepentingan-kepentingannya. Simson
yang malang, betapa engkau telah jatuh! Betapa kehormatanmu
terbaring dalam debu! Betapa kemuliaan dan perlindungan Israel
telah menjadi budak dan kemenangan orang-orang Filistin!
Mahkota telah jatuh dari kepalanya. Wahai dia, sebab dia telah
berbuat dosa. Hendaklah semua orang mengambil pelajaran dari
kejatuhan Simson untuk menjaga kemurnian mereka dengan
hati-hati, dan untuk berjaga-jaga terhadap segala nafsu kedaging-
an. Segala kemuliaan kita hilang, dan perlindungan kita mening-
galkan kita, saat perjanjian kita untuk memisahkan diri bagi
Allah, sebagai seorang nazir rohani, dinajiskan.
Kematian Simson;
Kemenangan Simson dalam Kematian
(16:22-31)
22 namun rambutnya mulai tumbuh pula sesudah dicukur. 23 Sesudah itu
berkumpullah raja-raja kota orang Filistin untuk mengadakan perayaan
korban sembelihan yang besar kepada Dagon, allah mereka, dan untuk ber-
sukaria; kata mereka: “Telah diserahkan oleh allah kita ke dalam tangan kita
Simson, musuh kita.” 24 Dan saat orang banyak melihat Simson, mereka
memuji allah mereka, sambil berseru: “Telah diserahkan oleh allah kita ke
dalam tangan kita musuh kita, perusak tanah kita, dan yang membunuh
banyak teman kita.” 25 saat hati mereka riang gembira, berkatalah mereka:
“Panggillah Simson untuk melawak bagi kita.” Simson dipanggil dari penjara,
lalu ia melawak di depan mereka, lalu mereka menyuruh dia berdiri di
antara tiang-tiang. 26 Berkatalah Simson kepada anak yang menuntun dia:
“Lepaskan aku dan biarkanlah aku meraba-raba tiang-tiang penyangga ru-
mah ini,supaya aku dapat bersandar padanya.” 27 Adapun gedung itu penuh
dengan laki-laki dan perempuan; segala raja kota orang Filistin ada di sana,
dan di atas sotoh ada kira-kira tiga ribu orang laki-laki dan perempuan, yang
menonton lawak Simson itu. 28 Berserulah Simson kepada TUHAN, katanya:
“Ya Tuhan ALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekali
ini saja, ya Allah,supaya dengan satu pembalasan juga kubalaskan kedua
mataku itu kepada orang Filistin.” 29 lalu Simson merangkul kedua
tiang yang paling tengah, penyangga rumah itu, lalu bertopang kepada tiang
yang satu dengan tangan kanannya dan kepada tiang yang lain dengan
tangan kirinya. 30 Berkatalah Simson: “Biarlah kiranya aku mati bersama-
sama orang Filistin ini.” Lalu membungkuklah ia sekuat-kuatnya, maka
rubuhlah rumah itu menimpa raja-raja kota itu dan seluruh orang banyak
yang ada di dalamnya. Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih
banyak dari pada yang dibunuhnya pada waktu hidupnya. 31 Sesudah itu
datanglah ke sana saudara-saudaranya dan seluruh keluarganya, mereka
mengangkat dia dan membawanya dari sana, lalu menguburkannya di antara
Zora dan Esytaol di dalam kubur Manoah, ayahnya. Dia memerintah sebagai
hakim atas orang Israel dua puluh tahun lamanya.
Meskipun babak terakhir dari kehidupan Simson penuh kehinaan,
dan orang berharap ada tudung yang ditarik untuk menutupinya,
namun gambaran yang diberikan di sini tentang kematiannya dapat
dipakai untuk mengurangi, meskipun tidak menghapuskan sama
sekali, cela dari hidupnya itu. Sebab ada kehormatan dalam kema-
tiannya. Tidak diragukan lagi bahwa ia sangat menyesal atas dosa-
nya, atas penghinaan yang dilakukannya melalui dosa itu terhadap
Allah, dan atas hilangnya kehormatan yang telah diberikan Allah
kepadanya sebab perbuatannya sendiri. namun tanda bahwa Allah
sudah berdamai dengannya tampak,
1. Dari kembalinya tanda kenazirannya (ay. 22): Rambutnya mulai
tumbuh pula sesudah dicukur, yaitu, setebal dan sepanjang seperti
saat dipotong. Ada kemungkinan bahwa ucapan syukur orang-
orang Filistin secara bersama-sama kepada Dagon tidak ditunda
untuk waktu yang lama, dan sebelum itu rambut Simson sudah
tumbuh seperti itu. Melalui pertumbuhan rambutnya itu, dan
gambaran khusus mengenainya, tampak bahwa pertumbuhan
rambut itu luar biasa, dan dirancang sebagai pertanda khusus
dari kembalinya perkenanan Allah kepada Simson sesudah perto-
batannya. Sebab pertumbuhan rambutnya bukanlah penyebab
atau tanda dari kembalinya kekuatannnya, melainkan tidak lebih
hanya sebagai lambang penazirannya. Pertumbuhan rambut itu
merupakan tanda bahwa Allah menerimanya sebagai orang nazir
kembali, sesudah gangguan itu, tanpa upacara-upacara yang dite-
tapkan untuk memulihkan seorang nazir yang telah melanggar,
yang pada saat itu tidak sempat dilakukan Simson (Bil. 6:9).
Sungguh mengherankan bahwa orang-orang Filistin, yang men-
cengkeram Simson dalam tangan mereka, tidak cemburu pada
rambutnya yang bertumbuh lagi, dan tidak memotongnya. namun
mungkin mereka mau kekuatannya yang besar kembali kepada-
nya,supaya mereka bisa membuatnya bekerja jauh lebih banyak
lagi. Selain itu, sekarang ia buta, jadi mereka tidak takut akan
disakiti olehnya.
2. Tanda bahwa Allah sudah berdamai dengan Simson tampak dari
dipakainya Simson oleh Allah untuk menghancuran musuh-
musuh umat-Nya. Dan itu terjadi pada saat yang paling tepat un-
tuk membela kehormatan Allah, dan bukan secara langsung
untuk membela dan membebaskan Israel. Amatilah,
I. Betapa dengan kurang ajar orang-orang Filistin menghina Allah
Israel,
1. Melalui korban-korban yang mereka persembahkan kepada
dewa Dagon, seteru-Nya. Dagon ini mereka sebut sebagai allah
mereka, allah buatan mereka sendiri, yang digambarkan de-
ngan sebuah patung, yang bagian atasnya berbentuk manusia,
dan bagian bawahnya berbentuk ikan, makhluk khayalan se-
mata-mata. Namun bisa-bisanya benda itu mereka tinggikan
untuk melawan Allah yang benar dan hidup. Ilah jadi-jadian
inilah yang mereka anggap memberi mereka keberhasilan (ay.
23-24): Telah diserahkan oleh allah kita ke dalam tangan kita
Simson, musuh kita, perusak tanah kita. Demikianlah mereka
bermimpi, meskipun allah mereka itu tidak dapat berbuat
kebaikan ataupun kejahatan. Mereka tahu bahwa Delila telah
mengkhianati Simson, dan mereka telah membayarnya untuk
melakukan itu. Namun mereka memberi pujian atas keber-
hasilan itu kepada allah mereka, dan hati mereka menjadi
yakin akan kuasanya untuk melindungi mereka. Segala bang-
sa mau berjalan masing-masing seperti itu demi nama allah
mereka. Mereka mau memberi allah mereka pujian atas penca-
paian-pencapaian mereka. Masakan kita sendiri tidak mau
memberikan penghormatan ini kepada Allah kita, yang keraja-
an-Nya berkuasa atas segala sesuatu? Namun, menimbang be-
tapa jahat cara-cara yang mereka pakai untuk membuat Simson
jatuh ke tangan mereka, harus diakui bahwa hanya ilah sam-
pah seperti Dagonlah yang pantas dijadikan pelindung kejahat-
an. Korban-korban dipersembahkan, dan kidung-kidung pujian
dinyanyikan, pada hari ucapan syukur bersama, untuk keme-
nangan yang diperoleh atas satu orang ini. Ada ungkapan-ung-
kapan sukacita yang besar pada waktu itu, dan semuanya demi
kehormatan Dagon. Jauh lebih beralasan bagi kita untuk mem-
berikan pujian atas semua keberhasilan kita kepada Allah kita.
Syukur bagi Allah, yang dalam