Rabu, 29 Januari 2025

samuel 8


s amuel dikirim kepada 

Saul dengan kabar yang berat, dan membiarkan Saul tahu bahwa 

korban orang fasik yaitu  kekejian bagi TUHAN, apalagi kalau ia 

membawa korban itu, seperti yang dilakukan Saul, dengan 

maksud jahat. 

1. Samuel menunjukkan kepada Saul apa yang memperparah 

kejahatannya, dan berkata kepada raja ini, hai orang dursila, 

yang tidak pantas diucapkan siapa saja selain nabi Tuhan 

(Ayb. 34:18). Samuel mendakwa Saul telah menjadi musuh 

bagi dirinya sendiri dan kepentingannya. Perbuatanmu itu bo-

doh, dan memberontak kepada Allah dan pemerintahan-Nya. 


 244

“Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, perintah 

yang dengannya Ia bermaksud untuk menguji ketaatanmu.” 

Perhatikanlah, orang-orang yang tidak menaati perintah-perin-

tah Allah berbuat bodoh bagi diri mereka sendiri. Dosa yaitu  

kebodohan, dan para pendosa yaitu  orang-orang yang paling 

bodoh.  

2. Samuel membacakan hukuman Saul (ay. 14): “Kerajaanmu 

tidak akan tetap untuk waktu yang lama bagimu atau keluar-

gamu. Allah mengarahkan pandangan-Nya kepada orang lain, 

seorang yang berkenan di hati-Nya, dan tidak seperti engkau, 

yang maunya menuruti kehendak dan jalanmu sendiri.” Hu-

kuman itu pada dasarnya sama dengan mené tekél, hanya saja 

sekarang tampak masih ada ruang bagi Saul untuk bertobat, 

yang atas pertobatan itu hukuman ini akan dibatalkan. Akan 

namun , sesudah  tindakan Saul selanjutnya yang tidak taat, 

hukuman itu tidak dapat diubah lagi (15:29). Dan sekarang, 

seribu kali lebih baik ia tetap hidup tanpa dikenal orang sam-

bil menggembalakan keledai-keledainya, daripada naik takhta 

lalu turun takhta dengan begitu cepat. namun  bukankah ini 

terlalu keras, menjatuhkan hukuman yang begitu berat ke 

atas Saul dan keluarganya sebab  satu kesalahan, kesalahan 

yang tampak begitu kecil, yang sebenarnya ada banyak 

alasannya yang dapat ia ajukan? Tidak, TUHAN itu adil dalam 

segala jalan-Nya dan tidak menjahati siapa pun, supaya ter-

nyata Ia adil dalam putusan- Nya, dan bersih dalam penghu-

kuman-Nya. Melalui hal ini, 

(1) Allah menunjukkan bahwa tidak ada dosa yang kecil, se-

bab tidak ada allah yang kecil yang terhadapnya kita ber-

dosa. namun  bahwa setiap dosa membuat kita kehilangan 

kerajaan sorgawi, dan itu bisa saja terjadi pada kita.  

(2) Allah menunjukkan bahwa ketidaktaatan terhadap perin-

tah yang jelas, meskipun dalam perkara kecil, sangatlah 

menyulut murka-Nya, seperti dalam perkara orangtua per-

tama kita, (Adam dan Hawa – pen.).  

(3) Allah memperingatkan kita untuk berjaga-jaga terhadap 

roh kita, sebab apa yang bagi manusia mungkin tampak 

hanya sebagai pelanggaran kecil, namun bagi Dia yang me-

ngetahui dari dasar pegangan apa dan dengan maksud apa

Kitab 1 Samuel 13:15-23 

 245 

 perbuatan itu dilakukan, pelanggaran itu tampak sebagai 

kejahatan yang keji. 

(4) Allah, dalam menolak Saul sebab  kesalahan yang kelihat-

annya kecil, mempertentangkannya dengan, seolah-olah 

sebagai pembanding, kemilau rahmat-Nya dalam mengam-

puni dosa-dosa besar seperti dosa-dosa Daud, Manasye, 

dan lain-lain.  

(5) Kita dengan ini diajar betapa pentingnya menantikan Allah 

kita senantiasa. Saul kehilangan kerajaannya sebab  tidak 

bersabar selama dua atau tiga jam. 

Keadaan Hina Orang-orang Israel 

(13:15-23)  

15 Kemudian berangkatlah Samuel dan pergi dari Gilgal ke Gibea Benyamin. 

namun  Saul memeriksa barisan rakyat yang ada bersama-sama dengan dia 

itu: kira-kira enam ratus orang banyaknya. 16 Saul dan Yonatan, anaknya, 

dan rakyat yang ada bersama-sama dengan mereka, tinggal di Geba-Benya-

min, sedang orang Filistin berkemah di Mikhmas. 17 Maka keluarlah orang-

orang penjarah dari perkemahan orang Filistin dalam tiga gerombolan: ge-

rombolan yang satu mengambil jalan ke Ofra, ke daerah Syual; 18 gerombolan 

yang kedua mengambil jalan ke Bet-Horon, dan gerombolan yang satu lagi 

mengambil jalan ke perbatasan yang menghadap ke lembah Zeboim arah ke 

padang gurun. 19 Seorang tukang besi tidak terdapat di seluruh negeri Israel, 

sebab orang Filistin berkata: “Jangan-jangan orang Ibrani membuat pedang 

atau tombak.” 20 Jadi semua orang Israel harus pergi kepada orang Filistin 

untuk mengasah mata bajaknya, beliungnya, kapaknya atau aritnya masing-

masing – 21 adapun bayarannya ialah dua pertiga syikal untuk mata bajak 

dan beliung, dan sepertiga syikal untuk mengasah kapak dan untuk mema-

sang kusa – 22 sehingga pada hari pertempuran itu sebilah pedang atau lem-

bing pun tidak terdapat pada seluruh rakyat yang ada bersama Saul dan 

Yonatan. namun  Saul dan Yonatan, anaknya itu, masih mempunyainya.  

23 Dan suatu pasukan pengawal orang Filistin telah keluar ke pelintasan 

gunung di Mikhmas. 

Dalam perikop ini,  

1. Samuel pergi dalam amarah. Saul sudah meninggikan dirinya 

sendiri, dan sekarang ia dibiarkan sendiri: Berangkatlah Samuel 

dan pergi dari Gilgal (ay. 15), dan tidak tampak bahwa ia berdoa 

dengan Saul atau memberinya petunjuk. Namun dengan pergi ke 

Gibea Benyamin, yang yaitu  kota Saul, Samuel mengisyaratkan 

bahwa bahwa ia tidak sepenuhnya meninggalkan Saul, namun  

menunggu untuk berbuat kebaikan kepadanya di lain waktu. 

Atau ia pergi ke perkampungan para nabi di sana, untuk berdoa 


 246

bagi Saul saat  ia tidak menganggap pantas untuk berdoa ber-

samanya.  

2. Saul pergi menyusulnya ke Gibea, dan di sana menghimpun pa-

sukannya, dan mendapati jumlah keseluruhannya hanya enam 

ratus orang (ay. 15-16). Demikianlah mereka, sebab  dosa mere-

ka, menjadi berkurang dan direndahkan.  

3. Orang-orang Filistin memorak-porandakan negeri itu, dan memak-

sa semua wilayah di dekatnya membayar upeti. Pasukan tentara 

mereka, atau pos penjagaan (seperti yang disebut dalam tafsiran 

yang agak luas, ay. 23), berkemah di pelintasan yang menguntung-

kan di Mikhmas. namun  dari sana mereka mengirimkan tiga gerom-

bolan atau pasukan terpisah yang mengambil sejumlah jalan yang 

berbeda, untuk menjarah negeri itu, dan mendapatkan persediaan 

untuk tentara mereka (ay. 17-18). Oleh orang-orang Filistin ini 

tanah Israel dibuat ketakutan dan dimiskinkan, dan orang-orang 

Filistin dibuat bersemangat dan diperkaya. Inilah yang didatang-

kan dosa Israel ke atas mereka (Yes. 42:24).  

4. Orang-orang Israel yang maju ke medan pertempuran bersama 

Saul tidak bersenjata, hanya membawa umban (ketapel) dan pen-

tungan, tidak ada pedang atau lembing di antara mereka semua, 

kecuali Saul dan Yonatan sendiri yang memilikinya (ay. 19, 22). 

Lihatlah di sini,  

(1) Betapa cerdiknya orang-orang Filistin, saat  memegang ke-

kuasaan di tangan, mereka berbuat sesuka hati terhadap Is-

rael. Mereka merobohkan semua toko pandai besi dan memin-

dahkan para pandai besi ke negeri mereka sendiri. Mereka 

melarang orang Israel, di bawah ancaman hukuman-hukuman 

yang berat, untuk berdagang atau menguasai keahlian kerajin-

an tembaga atau besi, meskipun orang Israel mempunyai tam-

bang tembaga dan besi yang kaya (Ul. 8:9). Tambang tembaga 

dan besi itu begitu melimpah hingga dikatakan tentang Asyer, 

biarlah dari besi dan dari tembaga palang pintumu (Ul. 33:25). 

Inilah kelicikan yang dilakukan oleh orang-orang Filistin, 

sebab dengan begitu mereka mencegah orang Israel membuat 

senjata-senjata perang sendiri, yang sebab nya mereka tidak 

dapat berlatih perang dan tidak mempunyai perlengkapan 

senjata saat  dibutuhkan. Tidak hanya itu, namun  juga orang 

Filistin membuat orang Israel bergantung pada mereka bahkan 

untuk alat-alat pertanian. Orang Israel harus pergi kepada 

Kitab 1 Samuel 13:15-23 

 247 

orang Filistin, yaitu, kepada pasukan pendudukan mereka 

yang satu atau yang lain, yang tersebar di negeri itu, untuk 

mengerjakan semua pekerjaan besi mereka. Dan orang Israel 

tidak boleh melakukan lebih daripada menggunakan sebuah 

alat pengikir saja (ay. 20-21, KJV). Dan tidak diragukan lagi 

bahwa para pandai besi orang Filistin menyodorkan tagihan-

tagihan yang panjang kepada orang Israel untuk membayar 

pekerjaan yang dilakukan.  

(2) Betapa Saul tidak cakap dalam memerintah, sebab ia tidak, 

pada awal pemerintahannya, menetapkan hati untuk meng-

atasi masalah ini. Samuel tidak melakukannya, namun  itu sa-

ngat bisa dimaklumi. Ia berperang dengan pasukan bersenjata 

lain. Guntur dan kilat, sebagai jawaban untuk doanya, yaitu  

baginya pengganti pedang dan lembing. namun  Saul, yang 

mengaku sebagai raja seperti para raja bangsa-bangsa lain, 

meninggalkan para prajuritnya tanpa pedang dan lembing, dan 

tidak ambil peduli untuk memberi mereka perlengkapan per-

senjataan, padahal ia bisa saja memberikannya dari jarahan 

orang Amon yang ia ditaklukkan pada awal pemerintahannya. 

Ini suatu tindakan kelalaian yang tidak bisa dimaafkan sama 

sekali.  

(3) Betapa malas dan hinanya orang Israel, yang mau saja diper-

dayai orang Filistin seperti itu, dan tidak mempunyai pikiran 

atau semangat untuk menolong diri mereka sendiri. Sebelum-

nya, sangatlah buruk keadaan mereka saat  perisai ataupun 

tombak tidak terlihat di antara empat puluh ribu orang di Israel 

(Hak. 5:8). Dan sekarang pun tidak lebih baik keadaan mere-

ka, saat  tidak pernah ada seorang Israel pun yang menya-

rungkan pedang di pinggangnya selain raja dan anaknya, se-

orang prajurit pun tidak, ataupun seorang kesatria. Pasti me-

reka direndahkan seperti ini, atau mulai menjadi demikian, 

pada masa Samuel, sebab kita tidak pernah mendapati dia 

memegang pedang atau lembing di tangannya. Seandainya 

mereka tidak berkecil hati, mereka tidak akan dilucuti dari 

senjata mereka. namun  dosalah yang membuat mereka telan-

jang hingga menanggung malu. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL 14  

ita meninggalkan pasukan Israel dalam keadaan yang sangat 

buruk, pada penutup pasal sebelumnya. Kita tidak melihat da-

lam diri mereka ada hikmat, kekuatan, ataupun kebaikan, yang 

dapat memberi kita alasan untuk menantikan hal lain selain bahwa 

mereka semua akan dilenyapkan oleh tentara Filistin. Namun di sini 

kita mendapati kuasa yang tak terhingga itu, yang bekerja tanpa 

sarana-sarana, dan kebaikan yang tak terhingga itu, yang memberi 

tanpa menuntut jasa, dipermuliakan dalam perubahan yang mem-

bahagiakan dari urusan-ursan mereka, sehingga perkataan Samuel 

masih dapat digenapi: “TUHAN tidak akan membuang umat-Nya, 

sebab nama-Nya yang besar” (12:22). Dalam pasal ini kita mendapati,  

I. Pasukan orang Filistin diinjak-injak, dan dikalahkan dengan 

sorak kemenangan, oleh iman dan keberanian Yonatan, yang 

tanpa diketahui ayahnya (ay. 1-3), hanya bersama pembawa 

senjatanya, mengadakan serangan yang penuh keberanian 

terhadap mereka, dengan membesarkan hatinya dalam 

Tuhan Allahnya (ay. 4-7). Yonatan menantang tentara Filistin 

(ay. 8-12), dan, sesudah  mereka menerima tantangan itu, ia 

menyerang mereka dengan begitu geram. Atau lebih tepatnya 

dengan iman yang begitu besar, hingga membuat mereka 

melarikan diri, dan melawan satu sama lain (ay. 13-15). Hal 

ini memberi peluang kepada Saul dan para pasukannya, ber-

sama orang-orang Israel lain, untuk melanjutkan serangan 

itu, dan memperoleh kemenangan (ay. 16-23).  

II. Pasukan Israel dibuat kesusahan dan kebingungan oleh ke-

gegabahan dan kebodohan Saul, yang menyuruh rakyat 

untuk tidak makan sampai malam. Hal ini,  

1. Membuat Yonatan melakukan pelanggaran (ay. 24-30).  


 250

2. Merupakan godaan bagi rakyat, saat  waktu puasa mere-

ka berakhir, untuk makan daging dengan darahnya (ay. 

31-35). Kesalahan Yonatan, sebab  ketidaktahuan, bisa 

saja membawa kematian baginya, namun  rakyat menye-

lamatkannya (ay. 36-46). 

III. Pada bagian penutup kita mendapati penjelasan umum ten-

tang perbuatan-perbuatan Saul yang gagah perkasa (ay. 47-

48) dan tentang keluarganya (ay. 49-52). 

Yonatan Mengalahkan Orang-orang Filistin 

(14:1-15)  

1 Pada suatu hari Yonatan bin Saul berkata kepada bujang pembawa 

senjatanya: “Mari kita menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang Filis-

tin yang di sebelah sana.” namun  tidak diberitahukannya hal itu kepada ayah-

nya. 2 Adapun Saul duduk di ujung Gibea di bawah pohon delima yang di 

Migron. Dan rakyat yang ada bersama-sama dengan dia itu, kira-kira enam 

ratus orang banyaknya. 3 Ahia, anak Ahitub, saudara Ikabod, anak Pinehas, 

anak Eli, imam TUHAN di Silo, dialah yang memakai baju efod pada waktu 

itu. namun  rakyat tidak tahu tentang perginya Yonatan itu. 4 Di antara pelin-

tasan-pelintasan bukit, yang dicoba Yonatan menyeberanginya ke arah 

pasukan pengawal orang Filistin, ada ujung bukit batu di sebelah sini dan 

ada ujung bukit batu di sebelah sana: yang satu bernama Bozes, yang lain 

bernama Sene. 5 Ujung yang satu berdiri di sebelah utara di tentangan Mikh-

mas, yang lain di sebelah selatan di tentangan Geba. 6 Berkatalah Yonatan 

kepada bujang pembawa senjatanya itu: “Mari kita menyeberang ke dekat 

pasukan pengawal orang-orang yang tidak bersunat ini. Mungkin TUHAN 

akan bertindak untuk kita, sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, 

baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang.” 7 Lalu jawab 

pembawa senjatanya itu kepadanya: “Lakukanlah niat hatimu itu; sungguh, 

aku sepakat.” 8 Kata Yonatan: “Perhatikan, kita menyeberang ke dekat orang-

orang itu dan memperlihatkan diri kepada mereka. 9 jika  kata mereka 

kepada kita begini: Berhentilah, sampai kami datang padamu, maka kita 

tinggal berdiri di tempat kita dan tidak naik mendapatkan mereka, 10 namun  

jika  kata mereka begini: Naiklah ke mari, maka kita akan naik, sebab 

kalau demikian TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tangan kita. 

Itulah tandanya bagi kita.” 11 saat  mereka keduanya memperlihatkan diri 

kepada pasukan pengawal orang Filistin, berkatalah orang Filistin itu: “Lihat, 

orang-orang Ibrani keluar dari lobang-lobang tempat mereka bersembunyi.”  

12 Orang-orang dari pasukan pengawal itu berseru kepada Yonatan dan pem-

bawa senjatanya, katanya: “Naiklah ke mari, maka kami akan menghajar 

kamu.” Lalu kata Yonatan kepada pembawa senjatanya: “Naiklah mengikuti 

aku, sebab TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Israel.” 

13 Maka naiklah Yonatan merangkak ke atas, dengan diikuti oleh pembawa sen-

jatanya. Orang-orang itu tewas terparang oleh Yonatan, sedang pembawa sen-

jatanya membunuh mereka dari belakangnya. 14 Kekalahan yang pertama ini, 

yang ditimbulkan Yonatan dan pembawa senjatanya itu, besarnya kira-kira dua 

puluh orang dalam jarak kira-kira setengah alur dari sepembajakan ladang.  

15 Lalu timbullah kegentaran di perkemahan, di padang dan di antara seluruh 

Kitab 1 Samuel 14:1-15 

 251 

rakyat. Juga pasukan pengawal dan penjarah-penjarah itu gentar, dan bumi 

gemetar, sehingga menjadi kegentaran yang dari Allah. 

Kita di sini harus memberi perhatian, 

I.   Tentang kebaikan Allah dalam menahan orang-orang Filistin, 

yang mempunyai pasukan besar yang gagah berani di medan per-

tempuran, hingga mereka tidak menyerang segelintir orang yang 

penakut dan gemetar yang ada bersama Saul, yang bisa saja 

mereka habisi sesaat  dengan mudah. Kuasa yang tak terlihatlah 

yang menetapkan batas-batas pada musuh-musuh jemaat, dan 

tidak membiarkan mereka melakukan sesuatu, yang kita pikir 

bisa saja mereka lakukan tanpa penghalang. 

II. Tentang kelemahan Saul, yang di sini tampak kehilangan akal, 

dan tidak dapat menolong dirinya sendiri.  

1. Saul memasang kemahnya di bawah pohon, dan hanya mem-

punyai enam ratus orang bersamanya (ay. 2). Di manakah 

sekarang ketiga ribu orang yang sudah dia pilih, dan yang 

kepada mereka ia begitu menaruh keyakinan (13:2)? Orang-

orang yang terlalu ia andalkan meninggalkannya saat  ia ter-

amat membutuhkan mereka. Ia tidak berani tinggal di Gibea, 

namun  pergi ke suatu tempat yang terpencil, di bagian paling 

ujung kota itu, di bawah pohon delima. Di bawah Rimon (demi-

kian kata yang dipakai), Ha-Rimon, Rimon yang di dekat Gibea 

itu, yang dalam bukit-bukit batunya bersembunyi enam ratus 

orang dari suku Benyamin yang melarikan diri (Hak. 20:47). 

Sebagian penafsir berpendapat bahwa di sanalah Saul berlin-

dung. Begitu rendah dan hinanya rohnya, sebab sekarang ia 

telah jatuh di bawah murka Allah. Setiap jam ia tinggal me-

nantikan orang-orang Filistin datang untuk menyerangnya, 

dan dengan begitu ancaman Samuel digenapi (13:14). Orang-

orang yang melihat diri mereka terlempar dari perlindungan 

Allah tidak dapat berpikir bahwa mereka aman.  

2. Sekarang Saul menyuruh untuk memanggil seorang imam, 

dan untuk membawa baju efod, seorang imam dari Silo, dan 

baju efod dari Kiryat-Yearim (ay. 3, 18). Saul pernah melaku-

kan pelanggaran dengan mempersembahkan korban sendiri 

(13:9). Sekarang ia bertekad untuk tidak pernah jatuh ke 

dalam kesalahan itu lagi. Oleh sebab  itu ia menyuruh untuk 


 252

memanggil seorang imam, dan berharap supaya perkaranya 

dengan Allah Yang Mahakuasa dapat diselesaikan tanpa tun-

tutan-tuntutan melalui suatu pembaharuan tertentu, seperti 

yang dilakukan banyak orang yang hatinya tidak merendah 

dan tidak diubahkan. Samuel, seorang nabi Tuhan, telah me-

ninggalkannya, namun  ia berpikir bahwa ia dapat menutupi 

kehilangan itu dengan memerintahkan Ahia, seorang imam 

Tuhan, untuk melayani dia. Ahia tidak akan membuat Saul 

menunggu untuknya atau menegurnya, seperti yang telah 

dilakukan Samuel, namun  akan melakukan tepat seperti yang 

diperintahkan Saul kepadanya (ay. 18-19). Banyak orang 

senang mempunyai hamba-hamba Tuhan yang mau menjadi 

seperti yang mereka inginkan, dan menubuatkan hal-hal yang 

manis untuk mereka. Dan sanjungan mereka terhadap ham-

ba-hamba Tuhan sebab  mereka yaitu  imam, mereka harap, 

akan menebus permusuhan mereka dengan hamba-hamba 

Tuhan yang berlaku setia dan terang-terangan terhadap mere-

ka. Saul juga ingin supaya baju efod (KJV: tabut Allah) dibawa, 

mungkin untuk menegur Samuel, yang pada masa pemerin-

tahannya, sepanjang yang bisa disaksikan, tidak pernah 

menggunakannya untuk kepentingan umum. Atau dengan ha-

rapan bahwa hal ini akan menutupi kekurangan dari pasukan 

Saul. Orang akan menduga bahwa mereka tidak akan pernah 

membawa tabut Allah ke dalam perkemahan lagi, sebab, pada 

kali terakhir, tabut itu bukan saja tidak menyelamatkan mere-

ka, namun  juga ia sendiri jatuh ke tangan orang Filistin. namun  

sudah biasa bagi orang-orang yang telah kehilangan makna 

sejati dari agama untuk lebih menyukai bayang-bayangnya, 

seperti di sini seorang raja yang ditinggalkan merayu seorang 

imam yang ditinggalkan. 

III. Tentang keberanian dan kesalehan Yonatan, anak Saul, yang jauh 

lebih pantas daripada ayahnya untuk mengenakan mahkota. 

“Anak bandel yang manis (menurut Uskup Hall) dari seorang ayah 

yang suka marah-marah.” 

1. Yonatan menetapkan hati untuk pergi secara incognito – tanpa 

diketahui siapa pun, ke dalam perkemahan orang Filistin. Ia 

tidak memberitahukan rancangannya kepada ayahnya, sebab 

ia tahu bahwa ayahnya akan melarangnya. Tidak pula ia 

Kitab 1 Samuel 14:1-15 

 253 

memberitahukannya kepada rakyat, sebab ia tahu mereka 

semua akan mengecilkan hatinya. sebab  ia menetapkan hati 

untuk tidak mengindahkan keberatan-keberatan mereka, 

maka ia memutuskan untuk tidak mendengarkan mereka, 

atau meminta nasihat mereka (ay. 1, 3). Tidak pula ia memiliki 

pandangan yang begitu tinggi terhadap imam hingga meminta 

petunjuk darinya. namun , sebab  sadar akan dorongan ilahi 

yang menggerakkan dia untuk melakukannya, maka ia mem-

buang diri ke dalam cengkeraman bahaya, berharap dapat ber-

bakti bagi negerinya. Jalan masuk ke perkemahan musuh 

digambarkan (ay. 4-5) sebagai jalan yang luar biasa sulit, dan 

kubu-kubu alami mereka tidak dapat ditembus, namun hal ini 

tidak mengecilkan hatinya. Keras dan tajamnya bebatuan ha-

nya mengeraskan dan menguatkan tekadnya. Jiwa-jiwa yang 

besar dan rela berkoban dibuat bergejolak oleh perlawanan, 

dan merasakan kesenangan dalam menerobosnya. 

2. Yonatan membesarkan hati pembawa senjatanya, seorang 

muda yang mengiringi dia, untuk ikut bersamanya dalam usa-

ha yang penuh keberanian itu (ay. 6): “Mari kita bertaruh nya-

wa, dan menyeberang ke dekat pasukan pengawal musuh, dan 

mencoba apa yang dapat kita lakukan untuk membuat mereka 

kebingungan.” Lihatlah dari mana Yonatan mendapat dorong-

an semangat.  

(1) “Mereka itu tidak bersunat, dan tidak memiliki meterai 

perjanjian dalam daging mereka, seperti yang kita miliki. 

Jangan takut, kita akan baik-baik saja saat  berhadapan 

dengan mereka, sebab mereka tidak berada di bawah per-

lindungan perjanjian Allah seperti kita, tidak dapat menye-

but-Nya sebagai milik mereka seperti kita, melalui tanda 

sunat.” Jika orang-orang yang menjadi musuh bagi kita 

juga menjadi orang asing bagi Allah, maka kita tidak perlu 

takut kepada mereka.  

(2) “Allah mampu membuat kita berdua menang atas tentara 

mereka yang tak terhitung jumlahnya. Sebab bagi TUHAN 

tidak sukar, tidak ada batasan bagi Yang Kudus dari Israel, 

namun  bagi-Nya sama saja menolong baik dengan banyak 

orang maupun dengan sedikit orang.” Ini yaitu  kebenaran 

yang dengan mudah diakui secara umum, bahwa bagi Yang 

Mahakuasa sama saja apa pun alat-alat yang dipakai un-


 254

tuk bekerja. Namun demikian, tidak begitu mudah untuk 

menerapkannya pada masalah tertentu. saat  kita hanya 

berjumlah sedikit dan lemah, dan pada saat itu kita per-

caya bahwa Allah tidak hanya dapat menyelamatkan kita, 

namun  juga menyelamatkan melalui kita, maka ini yaitu  

contoh iman, yang, di mana pun itu, akan memberikan 

kesaksian yang baik. Hendaklah hal ini menguatkan orang 

lemah dan membesarkan hati orang yang penakut. Hen-

daklah hal ini diserukan kepada Allah untuk menguatkan 

permohonan-permohonan kita, dan kepada diri kita sendiri 

untuk membungkam ketakutan-ketakutan kita: Bagi Allah 

tiada bedanya untuk menolong dengan banyak orang 

ataupun dengan orang yang tidak kuat (2Taw. 14:11, KJV). 

(3) “Siapa tahu bahwa Dia yang dapat memakai kita untuk 

kemuliaan-Nya, akan melakukannya? Mungkin TUHAN 

akan bertindak untuk kita, bertindak bersama kita, menger-

jakan suatu tanda atau mujizat bagi kita.” Demikian dalam 

terjemahan bahasa Aram. Kita dapat membesarkan hati 

kita sendiri dengan harapan bahwa Allah akan tampil bagi 

kita, saat kita kehilangan keyakinan. Iman yang giat beker-

ja akan memberanikan diri untuk bertindak jauh dalam 

membela kepentingan Allah, sekalipun itu hanya berdasar-

kan kata mungkin. Pembawa senjata Yonatan, atau kesa-

trianya, seolah-olah ia sudah belajar untuk membawa bu-

kan hanya senjatanya, melainkan juga hatinya, berjanji 

untuk mendampinginya dan mengikutinya ke mana saja ia 

pergi (ay. 7). Beralasan bagi kita untuk berpikir bahwa 

Yonatan merasakan dorongan dan pengaruh ilahi yang 

membuatnya melakukan petualangan yang penuh kebe-

ranian ini, ditambah dorongan semangat dari bujangnya. 

Jika tidak demikian, bahaya yang begitu besar itu dapat 

membuat dia mencobai Allah daripada menaruh percaya 

kepada-Nya. Mungkin ia benar-benar mengindahkan per-

kataan Yosua itu (Yos. 23:10), satu orang saja dari pada 

kamu dapat mengejar seribu orang, yang dipinjam dari 

Musa (Ul. 32:30). 

3. Betapa pun berani tekadnya, Yonatan menetapkan hati untuk 

mengikuti sang Penyelenggara dalam bertindak, yang, dia per-

caya, akan membimbingnya dengan mata-Nya (Mzm. 32:8). 

Kitab 1 Samuel 14:1-15 

 255 

Oleh sebab  itu ia mau memperhatikan sang Penyelenggara 

ilahi dengan hati-hati dan menerima petunjuk-petunjuk dari 

sang Penyelenggara. Lihatlah bagaimana ia berserah diri 

kepada sang Penyelenggara, dan menetapkan hati untuk 

dituntun oleh-Nya. Katanya kepada orang kepercayaannya, 

“Marilah kita akan menunjukkan diri kepada musuh, tidak 

perlu takut berhadapan muka dengan mereka (ay. 8). Pada 

saat itu, jika mereka begitu berhati-hati hingga menyuruh kita 

diam di tempat, maka kita tidak akan maju lebih jauh lagi. 

Kita akan memandangnya sebagai isyarat dari sang Penyeleng-

gara bahwa Ia ingin supaya kita menunggu dan membela diri 

saja, dan bersiap-siap sebaik mungkin untuk memberi mereka 

sambutan hangat (ay. 9). Akan namun , jika mereka begitu 

congkak hingga menantang kita, dan prajurit penjaga pertama 

yang kita temui menyuruh kita untuk maju, maka kita akan 

terus maju, dan mengadakan serangan secepat mungkin. 

Sebab dari situ kita menyimpulkan dengan pasti bahwa sudah 

menjadi kehendak Allah bagi kita untuk bertindak dengan 

menyerang, dan tidak ragu bahwa Ia akan mendampingi kita” 

(ay. 10). Dengan ketentuan ini, Yonatan menyatakan, sambil 

percaya dengan teguh, seperti yang seharusnya kita semua 

lakukan,  

(1) Bahwa Allah mengatur hati dan lidah semua manusia, 

bahkan orang-orang yang tidak mengenal-Nya, dan tidak 

pula mengindahkan-Nya. Dia memenuhi tujuan-tujuan-Nya 

sendiri melalui mereka, meskipun mereka tidak bermaksud 

begitu dan tidak juga berpikir demikian. Yonatan tahu 

bahwa Allah dapat menyingkapkan pikiran-Nya kepada dia 

jika Allah berkenan. Dan, sebab  Yonatan bergantung 

pada-Nya, maka Allah pun melakukannya, baik itu melalui 

mulut seorang Filistin maupun mulut seorang imam, 

keduanya sama saja.  

(2) Bahwa Allah akan, dengan satu atau lain cara, membim-

bing langkah-langkah orang yang mengakui Dia dalam 

segala laku mereka, dan yang meminta petunjuk kepada-

Nya, dengan niat hati sepenuhnya untuk mengikuti petun-

juk-Nya. Ada kalanya kita mendapat penghiburan terbesar 

dalam suatu tindakan yang sedikit sekali ada peran kita di 


 256

dalamnya, yang dengan cara tak terduga, namun  dapat kita 

amati, Ia mengarahkan kita ke sana.  

4. Sang Penyelenggara memberi Yonatan tanda yang diharapkan-

nya, dan Yonatan menindaklanjuti petunjuk yang diberikan 

itu. Yonatan dan pembawa senjatanya tidak mengejutkan 

orang-orang Filistin saat  mereka sedang tertidur, namun  

menunjukkan diri mereka kepada orang-orang Filistin di siang 

bolong (ay. 11). Para penjaga orang Filistin,  

(1) Meremehkan mereka, mencela mereka sebab  sikap penge-

cut banyak orang Israel, dan memandang mereka sebagai 

tentara cacing: Lihat, orang-orang Ibrani keluar dari lobang-

lobang mereka. Jika sebagian prajurit Kristus bersikap 

pengecut, maka sebagian prajurit lain yang pemberani bisa 

terkena getahnya dan ikut dicap pengecut.  

(2) Orang-orang Filistin menantang mereka (ay. 12, KJV): Naik-

lah ke mari, maka kami akan menunjukkan kepadamu se-

suatu, seolah-olah Yonatan dan pembawa senjatanya 

datang seperti anak kecil untuk menonton mereka. namun  

yang dimaksudkan yaitu , seperti Goliat (17:44), bahwa 

orang-orang Filistin akan memberikan daging mereka kepada 

burung-burung di udara. Orang-orang Filistin mengolok-olok 

mereka, tanpa ragu bahwa mereka akan menjadikan 

Yonatan dan pembawa senjatanya sebagai mangsa. Hal ini 

membuat Yonatan semakin berani, dan ia menyemangati 

bujangnya juga. Sebelumnya ia merasa tidak pasti (ay. 6): 

Mungkin TUHAN akan bertindak untuk kita. namun  sekarang 

ia menjadi yakin (ay. 12): TUHAN telah menyerahkan mere-

ka, bukan ke dalam tangan kita sebab  ia tidak mencari 

kemuliaannya sendiri, melainkan ke dalam tangan orang 

Israel, sebab tidak ada hal lain yang ditujunya selain ke-

baikan rakyat. Dengan imannya yang sudah dikuatkan 

seperti itu, kesulitan apa pun tidak akan dapat mengha-

langinya. Ia merangkak naik ke atas (ay. 13), tanpa pelin-

dung badan satu pun, tidak ada yang menyokongnya selain 

bujangnya sendiri. Tidak pula ia mempunyai kemungkinan 

selamat secara manusiawi selain maut di hadapannya. 

5. Keberhasilan yang luar biasa dari usaha yang penuh keberani-

an ini. Orang-orang Filistin, bukannya menyerang Yonatan, 

Kitab 1 Samuel 14:1-15 

 257 

untuk membunuhnya, atau menangkapnya sebagai tahanan, 

justru jatuh di hadapannya (ay. 13) tanpa dapat dijelaskan, 

begitu ia menghantam mereka. Mereka jatuh, yaitu,  

(1) Banyak dari mereka dibunuh oleh Yonatan dan pembawa 

senjatanya (ay. 14). Dua puluh orang Filistin tewas dalam 

sekejap. Bukan nama Yonatan yang membuat mereka 

menyerah begitu saja, melainkan tangan dan lengan kanan 

Allah yang membuat dia memperoleh kemenangan ini. Mes-

kipun sebagian penafsir berpendapat bahwa nama Yonatan 

sudah menjadi nama yang mengerikan bagi mereka, sebab 

ia telah memukul kalah salah satu pasukan pendudukan 

mereka (13:3).  

(2) Orang-orang Filistin yang tersisa dibuat melarikan diri, dan 

menyerang satu sama lain (ay. 15): Timbullah kegentaran di 

perkemahan. Tidak terlihat apa yang memicu  mereka 

takut. Padahal mereka begitu banyak, berani, dan berada 

di tempat yang menguntungkan. Orang-orang Israel telah 

melarikan diri di hadapan mereka. Tidak ada musuh yang 

maju melawan mereka, selain satu orang laki-laki dan 

bujangnya. Sekalipun begitu, mereka bergoncangan seperti 

dedaunan yang ringan. Ketakutan itu menimpa semua 

orang Filistin. Mereka semua gemetar. Bahkan penjarah-

penjarah, orang-orang yang paling berani dan berhasrat 

untuk maju ke depan, ikut ketakutan seperti yang lain. 

Sendi-sendi mereka seperti mau lepas, dan lutut mereka 

beradu satu sama lain sebab  gemetaran. Sekalipun begitu, 

tak seorang pun dari mereka dapat berkata mengapa atau 

ada apa. Ini yang disebut kegentaran yang dari Allah (demi-

kian kalimat aslinya), yang menandakan bukan hanya, se-

perti kita mengartikannya (KJV), kegentaran yang sangat 

hebat, yang tidak dapat mereka lawan atau mereka jelas-

kan, melainkan juga kegentaran yang adikodrati, dan da-

tang langsung dari tangan Allah. Dia yang menciptakan 

hati, tahu bagaimana membuatnya gemetar. Untuk meleng-

kapi kebingungan itu, bahkan bumi pun gemetar, dan 

membuat mereka merasa takut bahwa bumi mau ikut teng-

gelam bersama mereka. Orang-orang yang tidak mau takut 

kepada Allah yang kekal, dapat dibuat-Nya takut kepada 

bayangan (lih. Ams. 21:1; Yes. 33:14). 


 258

Orang-orang Filistin Dihancurkan 

(14:16-23)  

16 saat  peninjau-peninjau Saul di Gibea Benyamin melihat hal itu – dan 

sesungguhnya, orang ramai seperti ombak berjalan ke sana ke mari – 17 ber-

katalah Saul kepada tentara yang bersama-sama dengan dia itu: “Periksalah 

barisan dan lihatlah siapa yang pergi dari pada kita.” Mereka memeriksa 

barisan, dan ternyata Yonatan dan pembawa senjatanya tidak ada. 18 Lalu 

kata Saul kepada Ahia: “Bawalah baju efod ke mari.” sebab  pada waktu itu 

dialah yang memakai baju efod di antara orang Israel. 19 namun  sedang Saul 

berbicara kepada imam itu, maka kian lama kian bertambahlah keributan di 

perkemahan orang Filistin, sehingga Saul berkata pula kepada imam itu: 

“Biarlah!” 20 Kemudian berkumpullah Saul dan seluruh rakyat yang bersama-

sama dengan dia itu; dan saat  mereka sampai ke tempat pertempuran, 

tampaklah setiap orang menikam temannya dengan pedang, suatu huru-hara 

yang sangat besar. 21 Lagipula orang-orang Ibrani yang telah lama tinggal 

pada orang Filistin dan yang telah ikut maju dalam tentara mereka, mereka 

juga berbalik untuk bergabung dengan orang-orang Israel yang ada bersama-

sama dengan Saul dan Yonatan. 22 Bahkan, saat  semua orang Israel yang 

telah bersembunyi di pegunungan Efraim, mendengar bahwa orang Filistin 

telah lari, orang-orang itu pun bergabung dengan mereka dalam pertempur-

an. 23 Demikianlah TUHAN menyelamatkan orang Israel pada hari itu. Per-

tempuran itu meluas sampai lewat Bet-Awen. 

Kita mendapati dalam perikop ini bagaimana keuntungan-keuntung-

an luar biasa yang diperoleh Yonatan dan pembawa senjatanya atas 

orang-orang Filistin ditindaklanjuti dan dimanfaatkan. 

I. Orang-orang Filistin, oleh kuasa Allah, dibuat menyerang satu 

sama lain. Mereka meleleh seperti salju di tengah matahari, dan 

mereka terus menghantam satu sama lain (ay. 16. KJV), sebab (ay. 

20) setiap orang menikam temannya dengan pedang. saat  me-

larikan diri sebab  takut, bukannya berbalik kepada orang-orang 

yang mengejar mereka, mereka malah menganggap teman-teman 

sendiri yang menghalangi jalan sebagai musuh, dan menghajar 

mereka. Tadinya orang-orang Filistin merasa sangat aman, sebab 

semua pedang dan tombak ada di tangan mereka. Israel tidak 

punya apa-apa selain Saul dan Yonatan. namun  sekarang Allah 

menunjukkan kepada mereka kebodohan dari keyakinan itu, 

dengan membuat pedang dan tombak mereka sendiri menjadi alat 

kehancuran mereka, dan lebih mematikan di tangan mereka sen-

diri daripada seandainya ada di tangan Israel. Lihatlah hal serupa 

yang dilakukan dalam Hakim-hakim 7:22 dan 2 Tawarikh 20:23. 

Kitab 1 Samuel 14:16-23 

 259 

II.  Orang-orang Israel dengan ini dibuat bangkit melawan musuh-

musuhnya itu. 

1. Kejadian itu segera diberitahukan oleh peninjau-peninjau 

Saul, yaitu mereka yang bertugas menjadi prajurit penjaga di 

Gibea (ay. 16). Mereka sadar bahwa pasukan musuh sedang 

kacau balau, dan ada terjadi pembantaian besar-besaran di 

sana. Namun demikian, sesudah  diselidiki, mereka mendapati 

bahwa tak satu pun pasukan mereka ada di sana, selain 

Yonatan dan bujangnya (ay. 17). Tidak diragukan lagi kejadian 

ini membuat mereka bersemangat, dan meyakinkan mereka 

bahwa itu tidak lain dari perbuatan Tuhan, sebab  menyaksi-

kan perbuatan manusia tidak dapat melakukan apa yang 

dapat dilakukan oleh kedua orang itu melawan pasukan yang 

besar. 

2. Saul mulai bertanya kepada Allah, namun  segera berhenti. Roh-

nya belum merendah begitu jauh hingga mau meminta petun-

juk dari Samuel, meskipun, ada kemungkinan, Samuel ada di 

dekatnya. Sebab kita membaca (13:15) bahwa Samuel telah 

datang ke Gibea Benyamin. namun  Saul menyuruh membawa 

baju efod (ay. 18, KJV: tabut Allah), sebab ia ingin tahu apakah 

akan aman baginya untuk menyerang orang Filistin, saat  

mereka melihat musuh sedang kacau balau. Banyak orang 

mau meminta petunjuk dari Allah tentang keselamatan mere-

ka, namun  tidak pernah mau mencari petunjuk dari-Nya ten-

tang kewajiban mereka. Akan namun , sebab  melihat melalui 

pengintai-pengintainya bahwa keributan di perkemahan mu-

suh itu kian lama kian bertambah, maka ia memerintahkan 

imam yang sedang bertugas untuk berhenti sesaat : “Biarlah 

(ay. 19), jangan minta petunjuk lagi, jangan lagi menunggu 

jawaban.” Saul memang sangat tidak bijak jika (seperti menu-

rut sebagian penafsir) ia melarang imam itu untuk mengang-

kat tangan berdoa. Sebab saat  Yosua sedang berperang 

dengan orang Amalek, Musa terus mengangkat tangannya. 

namun  lebih tepatnya itu yaitu  larangan kepada sang imam 

untuk bertanya kepada Tuhan, entah,  

(1) sebab  sekarang Saul berpikir bahwa ia tidak membutuh-

kan jawaban, sebab perkaranya sudah cukup jelas. Walau-

pun begitu, semakin jelas bahwa Allah-lah yang melakukan 


 260

semuanya, semakin banyak alasan baginya untuk mencari 

tahu apakah Allah akan memberinya izin untuk melakukan 

apa saja. Atau,  

(2) sebab  sekarang Saul tidak mau menunggu jawaban. Ia 

sedang begitu tergesa-gesa untuk melawan musuh yang 

sedang jatuh, hingga ia tidak mau menunggu sampai 

ibadahnya berakhir, atau mendengar jawaban apa yang 

akan diberikan Allah kepadanya. Hal kecil akan mengalih-

kan orang yang pikirannya sia-sia dan bersifat kedagingan 

dari kegiatan-kegiatan ibadah. Siapa yang percaya tidak 

akan tergesa-gesa, tergesa-gesa seperti ini, atau mengang-

gap suatu pekerjaan begitu mendesak hingga tidak mem-

beri waktu untuk mengikutsertakan Allah dengannya. 

3. Saul, dan seluruh pasukan kecil yang dimilikinya, mengada-

kan serangan gencar terhadap musuh. Dan semua orang ber-

seru bersama-sama (demikian arti dari kata itu, ay. 20), sebab 

tidak ada nafiri perak yang dengannya Allah menetapkan mere-

ka untuk membunyikan tanda bahaya pada hari pertempuran 

(Bil. 10:9). Mereka memanggil orang-orang untuk berkumpul 

dengan berteriak, dan jumlah mereka tidak begitu besar hingga 

mereka dapat berkumpul dengan segera. Sekarang mereka 

tampak gagah berani saat  pekerjaan itu diserahkan ke 

tangan mereka. Yesus Tuhan kita telah menaklukkan musuh-

musuh rohani kita, mengalahkan mereka habis-habisan dan 

menyerakkan mereka, hingga kita betul-betul pengecut jika 

tidak mau mengangkat senjata, saat  tugas kita hanyalah 

untuk mengejar kemenangan itu dan membagi jarahan. 

4. Setiap orang Ibrani, bahkan mereka yang paling tidak disangka 

akan melakukannya, sekarang berbalik melawan orang Filistin.  

(1) Orang-orang Israel yang sebelumnya sudah meninggalkan 

pasukan dan bergabung dengan musuh, dan berperang 

bersama orang Filistin, sekarang berbalik menghajar me-

reka (ay. 21). Sebagian penafsir berpendapat bahwa orang-

orang Israel ini  yaitu  mereka yang telah dibawa per-

gi sebagai tawanan oleh musuh, namun  sekarang mereka 

berbalik menjadi duri dalam daging bagi musuh. namun  

lebih tepatnya, tampaknya mereka bergabung dengan 

orang Filistin secara sukarela. Akan namun , sebab  seka-

Kitab 1 Samuel 14:24-35 

 261 

rang mereka melihat musuh jatuh, hati mereka sebagai 

orang Israel kembali pulih, dan mereka melakukan per-

buatan-perbuatan gagah perkasa untuk negeri mereka. 

(2) Orang-orang Israel yang sudah melarikan diri dari pasukan 

mereka, dan bersembunyi di gunung-gunung, kembali ke 

tempat-tempat tugas mereka, dan bergabung dengan para 

pengejar (ay. 22). Mereka berharap bahwa dengan sema-

ngat mereka yang besar dan campur tangan mereka, kare-

na sekarang bahaya sudah berakhir dan kemenangan su-

dah pasti, mereka dapat menebus sikap pengecut mereka 

sebelumnya. Kemunculan mereka sekarang tidak begitu 

memberikan banyak pujian bagi mereka, namun  akan mem-

berikan lebih banyak cela bagi mereka jika mereka tidak 

muncul. Sungguh lalai dan lemah hati orang-orang yang 

tidak mau bertindak untuk membela kepentingan Allah 

saat  mereka menyaksikan pekerjaan-Nya berkemenangan 

dan benar. Demikianlah semua tangan bekerja melawan 

orang Filistin, dan tiap orang membunuh sebanyak orang 

yang dapat dibunuhnya, tanpa pedang atau lembing. Namun 

dikatakan (ay. 23), TUHAN menyelamatkan orang Israel pada 

hari itu. Ia melakukannya melalui mereka, sebab tanpa Dia, 

mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Keselamatan yaitu  

dari TUHAN. 

Sumpah Saul yang Gegabah 

(14:24-35)  

24 saat  orang-orang Israel terdesak pada hari itu, Saul menyuruh rakyat 

mengucapkan kutuk, katanya: “Terkutuklah orang yang memakan sesuatu 

sebelum matahari terbenam dan sebelum aku membalas dendam terhadap 

musuhku.” Sebab itu tidak ada seorang pun dari rakyat yang memakan 

sesuatu. 25 Dan seluruh orang itu sampailah ke suatu hutan dan di sana ada 

madu di tanah. 26 saat  rakyat sampai ke hutan itu, tampaklah ada di sana 

madu meleleh, namun  tidak ada seorang pun yang mencedoknya ke mulutnya 

dengan tangan, sebab rakyat takut kepada sumpah itu. 27 namun  Yonatan 

tidak mendengar, bahwa ayahnya telah menyuruh rakyat bersumpah. Ia 

mengulurkan tongkat yang ada di tangannya dan mencelupkan ujungnya ke 

dalam sarang madu; kemudian ia mencedoknya ke mulutnya dengan tangan, 

lalu matanya menjadi terang lagi. 28 Dan seorang dari rakyat berbicara, 

katanya: “Ayahmu telah menyuruh rakyat bersumpah dengan bersungguh-

sungguh, katanya: Terkutuklah orang yang memakan sesuatu pada hari ini; 

sebab itu rakyat letih lesu.” 29 Lalu kata Yonatan: “Ayahku mencelakakan 

negeri; coba lihat, bagaimana terangnya mataku, sesudah  aku merasai sedikit 

dari madu ini. 30 Apalagi, jika sekiranya rakyat pada hari ini boleh makan 


 262

dengan bebas dari jarahan musuhnya, yang telah didapatnya! namun  seka-

rang tidaklah besar kekalahan di antara orang Filistin.” 31 Dan pada hari itu 

mereka memukul kalah orang Filistin dari Mikhmas sampai ke Ayalon. 

Rakyat sudah sangat letih lesu, 32 sebab itu rakyat menyambar jarahan; 

mereka mengambil kambing domba, lembu dan anak lembu, menyembelih-

nya begitu saja di atas tanah, dan memakannya dengan darahnya. 33 Lalu 

diberitahukanlah kepada Saul, demikian: “Lihat, rakyat berdosa terhadap 

TUHAN dengan memakannya dengan darahnya.” Dan ia berkata: “Kamu ber-

buat khianat; gulingkanlah sekarang juga sebuah batu besar ke mari.”  

34 Kata Saul pula: “Berserak-seraklah di antara rakyat dan katakan kepada 

mereka: Setiap orang harus membawa lembunya atau dombanya kepadaku; 

sembelihlah itu di sini, maka kamu boleh memakannya. namun  janganlah 

berdosa terhadap TUHAN dengan memakannya dengan darahnya.” Lalu 

setiap orang dari seluruh rakyat membawa serta pada malam itu lembunya, 

dan mereka menyembelihnya di sana. 35 Saul mendirikan mezbah bagi 

TUHAN; inilah mezbah yang mula-mula sekali didirikannya bagi TUHAN. 

Kita mendapati dalam perikop ini sebuah penjelasan tentang kese-

sakan orang-orang Israel, bahkan pada hari kemenangan mereka. 

Demikianlah segala sukacita pada saat ini bercampur dengan 

penderitaan-penderitaan. Dan halangan-halangan seperti itu banyak 

dijumpai oleh banyak perkara yang baik, bahkan saat  perkara itu 

tampak sangat berhasil, sebab  kesalahan dalam mengelola alat-

alatnya. 

I. Saul melarang rakyat, dengan ancaman terkena kutuk, untuk 

mengecap makanan apa saja pada hari itu (ay. 24). Di sini kita 

akan menganggap,  

1. Bahwa sebagai raja ia berkuasa untuk memberikan larangan 

ini kepada para prajuritnya, dan mengikat larangan itu dengan 

kutukan. Oleh sebab  itu, mereka menuruti larangan itu, dan 

sebegitu jauh Allah mengakui larangan itu hingga menying-

kapkan, melalui undi, bahwa Yonatan yaitu  penjahat yang 

telah turut campur dalam barang yang terkutuk meskipun 

sebab  tidak tahu. Itulah sebabnya Allah tidak mau dimintai 

petunjuk oleh mereka pada saat itu.  

2. Bahwa Saul melakukannya dengan niat baik, supaya jangan 

sampai rakyat, yang mungkin selama beberapa waktu hanya 

bisa makan sedikit, saat  menemukan persediaan makanan 

yang berlimpah di perkemahan orang Filistin yang ditinggal-

kan, akan melahapnya dengan rakus, dan dengan begitu kehi-

langan waktu untuk mengejar musuh. Ada kemungkinan, 

sebagian dari mereka melahap makanan dengan begitu rupa 

Kitab 1 Samuel 14:24-35 

 263 

hingga mereka tidak layak untuk bekerja lagi pada hari itu. 

Untuk mencegah hal ini, Saul melarang mereka untuk menge-

cap makanan apa saja, dan menempatkan dirinya sendiri, ada 

kemungkinan, di bawah kekangan yang sama. Namun demi-

kian, dengan membuat perintah yang keras ini, Saul,  

(1) Tidak cakap dalam memerintah dan sangat tidak bijak. 

Sebab, meskipun mungkin ia dapat menghemat waktu, na-

mun ia kehilangan kekuatan untuk mengejar musuh.  

(2) Dengan membuat perintah itu Saul bertindak sok berkua-

sa, dan tidak memikirkan kehendak orang lain, dan lebih 

buruk daripada memberangus mulut lembu yang sedang 

mengirik. Melarang mereka untuk berpesta pora akan men-

jadi tindakan yang terpuji, namun  melarang mereka bahkan 

untuk tidak mengecap makanan juga, padahal mereka 

sangat lapar, sungguh tindakan yang biadab.  

(3) Menegaskan larangan dengan kutuk dan sumpah yaitu  

perbuatan yang tidak saleh. Tidakkah ia mempunyai hu-

kuman yang lebih ringan daripada melaknat orang demi 

menyokong peraturan ketentaraannya? Kematian untuk 

kejahatan seperti itu sungguh keterlaluan, namun  terutama 

kematian dengan kutukan. Sekalipun atasan dapat mene-

gur dan memperbaiki, mereka tidak boleh mengutuk ba-

wahan mereka. Pedoman kita yaitu , berkatilah dan jangan 

mengutuk. saat  Daud berbicara tentang seorang musuh-

nya yang cinta kepada kutuk, mungkin yang dia maksud-

kan yaitu  Saul (Mzm. 109:17-18).  

II. Rakyat melaksanakan perintahnya, namun  ada banyak kesulitan 

yang menyertainya.  

1. Para prajurit mengalami banyak godaan. Sebab, dalam menge-

jar musuh mereka, mereka kebetulan melewati sebuah hutan 

yang begitu penuh dengan madu liar hingga menetes dari pe-

pohonan. Mungkin orang-orang Filistin, dalam pelarian mere-

ka, telah membuka sarang-sarang madu itu untuk menyegar-

kan diri, dan meninggalkannya menetes begitu saja. Kanaan 

mengalir dengan madu, dan ini buktinya. Orang Israel terbiasa 

mengisap madu dari bukit batu, gunung batu yang keras (Ul. 

32:13). Namun sekarang, sebab  takut pada Saul itu, mereka 


 264

sama sekali tidak dapat mengecap madu (ay. 25-26). Orang-

orang yang layak disebut sebagai orang Israel yaitu  mereka 

yang dapat menyangkal diri dan nafsu makan mereka. Bahkan 

saat  mereka sedang sangat ingin makan, dan saat  kenik-

matan-kenikmatan indrawi sangat menggoda, sebab  takut 

pada kesalahan dan kutukan, dan meja makan menjadi jerat. 

Janganlah pernah kita makan, apalagi berpesta, tanpa rasa 

takut.  

2. Yonatan jatuh ke dalam kutukan itu sebab  ketidaktahuan. Ia 

tidak mendengar tentang perintah yang dikeluarkan ayahnya. 

Sebab, sesudah  mendobrak garis pertempuran dengan berani, 

ia kemudian terus mengejar musuh, dan sebab  itu sewajar-

nya dapat dipandang sebagai orang yang dibebaskan dari 

perintah itu dan tidak dimaksudkan di dalamnya. namun  

tampaknya perintah itu tetap diterima sebagai perintah, dan 

Yonatan sendiri pun tidak berkeberatan, bahwa perintah itu 

berlaku juga untuknya, meskipun ia tidak hadir saat  perin-

tah itu diberikan. Yonatan, sebab  tidak mengetahui adanya 

bahaya dalam tindakannya, mengambil sepotong sarang 

madu, pada ujung tongkatnya, dan mengisapnya (ay. 27), dan 

merasa segar olehnya: Matanya menjadi terang lagi, padahal 

sebelumnya mulai redup sebab  lapar dan letih. Wajahnya 

terlihat gembira dan ceria, sebab keceriaan wajahnya itu dapat 

dilihat oleh orang yang berdiri di dekatnya (ay. 29): Lihat, 

bagaimana terangnya mataku. Ia tidak memikirkan adanya 

bahaya, tidak pula takut akan bahaya apa pun, sampai salah 

seorang dari rakyat memberi tahu dia perintah itu, dan pada 

saat itu ia mendapati dirinya dalam jerat. Banyak anak yang 

baik terjerat dan tertimpa kesusahan seperti itu, dalam lebih 

dari satu cara, oleh kegegabahan seorang ayah yang berpikiran 

pendek. Seperti yang terjadi pada Yonatan, ia kehilangan mah-

kota yang menjadi warisannya sebab  kebodohan ayahnya. 

Mungkin kejadian ini merupakan pertanda buruk baginya. 

3. Para prajurit merasa letih lesu dan menjadi lemah dalam me-

ngejar orang Filistin. Yonatan sudah tahu bahwa ini akan 

menjadi akibat dari larangan itu. Semangat mereka akan ken-

dor, dan kekuatan mereka akan hilang, sebab  kekurangan 

asupan makanan. Begitulah sifat tubuh kita, ia cepat menjadi 

tidak layak untuk bekerja jika tidak diberi persediaan makan-

Kitab 1 Samuel 14:24-35 

 265 

an yang baru. Pekerjaan sehari-hari tidak dapat dilakukan 

tanpa makanan sehari-hari, yang diberikan kepada kita de-

ngan penuh kemurahan hati oleh Bapa kita di sorga. Makan-

anlah yang menyegarkan hati manusia. Yonatan dapat berpikir 

dengan lebih baik, jika sekiranya rakyat boleh makan dengan 

bebas, akan ada pembantaian yang jauh lebih besar (ay. 30, 

KJV). namun , seperti yang terjadi, mereka sangat letih lesu, 

terlalu kelelahan (demikian dalam terjemahan bahasa Aram), 

dan mulai lebih memikirkan makanan mereka daripada peker-

jaan mereka.  

4. Dampak terburuk dari semuanya ini yaitu  bahwa pada 

petang hari, saat  larangan itu dicabut dan mereka boleh 

makan kembali, mereka begitu rakus dan bersemangat untuk 

makan hingga memakan daging dengan darahnya, yang jelas-

jelas bertentangan dengan hukum Allah (ay. 32). Orang makan 

dua piring berarti lapar, demikian kita berkata, namun  kalau 

tiga piring berarti rakus. Demikian pula yang terjadi di sini. 

Mereka tidak mau menunggu hewan disembelih lebih dahulu 

secara layak (sebab mereka menyembelih ternak itu di atas 

tanah, dan tidak menggantungnya, seperti yang biasa mereka 

lakukan, supaya seluruh darahnya keluar habis). Atau mereka 

tidak mau menunggu daging hewan dibumbui sebagaimana 

mestinya, namun  dengan rakus melahapnya sebelum daging itu 

direbus atau dipanggang setengah matang (ay. 32). Saul, 

sesudah  diberi tahu tentang pelanggaran itu, menegur mereka 

atas dosa itu (ay. 33): Kamu berbuat khianat. namun  ia tidak, 

seperti yang seharusnya ia lakukan, mencela dirinya sendiri 

sebagai orang yang turut mengakibatkan pelanggaran itu 

terjadi, dan memicu  umat TUHAN melakukan pelanggar-

an. Untuk menghentikan ketidaktertiban ini, Saul memerin-

tahkan mereka untuk mendirikan sebuah batu besar di ha-

dapannya. Lalu ia menyuruh semua orang yang mempunyai 

ternak, untuk keperluan mereka pada saat itu, untuk mem-

bawanya ke batu itu, dan menyembelihnya di depan matanya 

di atas batu itu (ay. 33). Rakyat pun berbuat demikian (ay. 34). 

Betapa dengan mudah mereka dikekang dan diperbaharui 

saat  raja mereka turun tangan untuk melakukan bagiannya. 

Kalau saja para hakim mau menggunakan kuasa mereka se-

perti yang seharusnya, maka rakyat akan dibuat menjadi lebih 


 266

baik, dan itu dapat dilakukan dengan lebih mudah daripada 

yang dibayangkan. 

III. Pada kesempatan ini Saul mendirikan sebuah mezbah (ay. 35), 

supaya ia dapat mempersembahkan korban, untuk mengucap 

syukur atas terhadap kemenangan yang sudah mereka peroleh, 

atau untuk mengadakan pendamaian atas dosa yang telah men-

jadi kesalahan mereka. Inilah mezbah yang mula-mula sekali di-

dirikannya, dan mungkin ia ingat kepada batu besar yang digu-

lingkan untuk dipakai menyembelih hewan itu, lalu mengubahnya 

menjadi mezbah. Sebab kalau tidak, tidak akan terpikir olehnya 

untuk menggulingkan batu itu. Saul sedang berpaling dari Allah, 

dan sekalipun begitu ia sekarang mulai mendirikan mezbah-

mezbah, sebab ia sangat bersemangat, seperti kebanyakan orang, 

untuk menjalankan ibadah secara lahiriah, walaupun ia memung-

kiri kuasanya, Israel telah melupakan Pembuatnya dan telah men-

dirikan istana-istana, lihat Hos. 8:14. Sebagian penafsir membaca-

nya, ia mulai membangun mezbah itu. Ia meletakkan batu per-

tama, namun  begitu terburu-buru untuk mengejar kemenangannya 

hingga ia tidak bisa tinggal untuk menyelesaikannya. 

Yonatan Dihukum Mati; Yonatan Diselamatkan 

(14:36-46)  

36 Lagi kata Saul: “Marilah kita pada malam ini mengejar orang Filistin dan 

menjarahi mereka sampai fajar menyingsing dan janganlah kita biarkan 

hidup seorang pun dari mereka.” Jawab mereka itu: “Perbuatlah apa yang 

kaupandang baik.” namun  imam berkata: “Marilah kita dahulu tampil meng-

hadap Allah di sini.” 37 Saul bertanya kepada Allah: “Bolehkah aku mengejar 

orang Filistin itu? Akan Kauserahkankah mereka ke dalam tangan orang 

Israel?” namun  pada hari itu Ia tidak menjawab Saul. 38 Lalu kata Saul: 

“Datanglah ke mari, kamu segala pemuka rakyat; berusahalah mengetahui 

apa sebab dosa ini terjadi pada hari ini. 39 Sebab demi TUHAN yang hidup, 

yang menyelamatkan orang Israel, sekalipun itu disebabkan oleh Yonatan, 

anakku, maka ia pasti akan mati.” namun  seorang pun dari seluruh rakyat 

tidak ada yang menjawabnya. 40 Kemudian berkatalah ia kepada seluruh 

orang Israel: “Kamu berdiri di sebelah yang satu dan aku serta anakku Yona-

tan akan berdiri di sebelah yang lain.” Lalu jawab rakyat kepada Saul: “Per-

buatlah apa yang kaupandang baik.” 41 Lalu berkatalah Saul: “Ya, TUHAN, 

Allah Israel, mengapa Engkau tidak menjawab hamba-Mu pada hari ini? Jika 

kesalahan itu ada padaku atau pada anakku Yonatan, ya TUHAN, Allah 

Israel, tunjukkanlah kiranya Urim; namun  jika kesalahan itu ada pada umat-

Mu Israel, tunjukkanlah Tumim.” Lalu didapati Yonatan dan Saul, namun  

rakyat itu terluput. 42 Kata Saul: “Buanglah undi antara aku dan anakku 

Yonatan.” Lalu didapati Yonatan. 43 Kata Saul kepada Yonatan: “Beritahu-

Kitab 1 Samuel 14:36-46 

 267 

kanlah kepadaku apa yang telah kauperbuat.” Lalu Yonatan memberitahu-

kan kepadanya, katanya: “Memang, aku telah merasai sedikit madu dengan 

ujung tongkat yang ada di tanganku. Aku bersedia untuk mati.” 44 Kata Saul: 

“Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu. 

Sesungguhnya, Yonatan, engkau harus mati.” 45 namun  rakyat berkata ke-

pada Saul: “Masakan Yonatan harus mati, dia yang telah mendapat keme-

nangan yang besar ini di Israel? Jauhlah yang demikian! Demi TUHAN yang 

hidup, sehelai rambut pun dari kepalanya takkan jatuh ke bumi! Sebab 

dengan pertolongan Allah juga dilakukannya hal itu pada hari ini.” Demikian-

lah rakyat membebaskan Yonatan, sehingga ia tidak harus mati. 46 Maka 

pulanglah Saul sesudah  mengejar orang Filistin, dan orang Filistin itu pun 

kembali ke tempat kediamannya. 

Dalam perikop ini kita mendapati,  

I.  Saul bermegah melawan orang Filistin. Ia mengusulkan, segera 

sesudah  para prajuritnya selesai makan malam, untuk mengejar 

orang Filistin sepanjang malam, dan tidak membiarkan hidup 

seorang pun dari mereka (ay. 36). Di sini ia menunjukkan sema-

ngat yang besar, namun  kurang bijak. Sebab tentaranya, yang kele-

lahan seperti itu, tidak akan sanggup melewatkan tidur semalam 

sama seperti mereka tidak sanggup melewatkan makan malam. 

namun  sudah biasa bagi orang-orang yang gegabah dan bodoh 

untuk tidak mengindahkan siapa pun selain diri sendiri. Dan, 

supaya dapat menuruti kemauan sendiri, mereka tidak peduli 

dengan kesusahan-kesusahan yang mereka timpakan kepada 

orang-orang yang ada di bawah mereka. Sekalipun begitu, rakyat 

begitu patuh kepada raja mereka hingga sama sekali tidak mau 

menentang usulan itu, namun  menetapkan hati untuk memanfaat-

kannya dengan sebaik-baiknya. Jika ia mau melanjutkan penge-

jaran itu, maka mereka akan mengikutinya: Perbuatlah apa yang 

kaupandang baik. Hanya sang imam yang berpikir bahwa sebaik-

nya mereka melanjutkan dengan ibadah-ibadah yang dihentikan 

secara tiba-tiba sebelumnya (ay. 19), dan meminta petunjuk dari 

Allah: Marilah kita dahulu tampil menghadap Allah di sini. Para 

raja dan pembesar memerlukan orang-orang di sekeliling mereka 

yang mau mengingatkan mereka seperti itu ke mana saja mereka 

pergi, yaitu untuk mengikutsertakan Allah bersama mereka. saat  

sang imam mengusulkannya, Saul sebab  malu tidak dapat meno-

lak usulan itu, namun  meminta petunjuk dari Allah (ay. 37): “Boleh-

kah aku mengejar orang Filistin itu? Dan akankah aku berhasil?” 


 268

II. Saul menemukan kesalahan Yonatan anaknya. Dan selebihnya 

dari perikop ini bercerita sepenuhnya tentang Yonatan. saat  ia 

diadili, orang-orang Filistin melarikan diri. Kita tidak tahu keja-

hatan apa yang akan diakibatkan oleh ketetapan yang dibuat 

dengan gegabah. 

1. Allah, dengan memberikan isyarat akan murka-Nya, membuat 

Saul menyelidiki barang yang terkutuk. saat  ia meminta 

petunjuk ilahi, melalui sang imam, Allah tidak menjawabnya 

(ay. 37). Perhatikanlah, saat  Allah menolak doa-doa kita, kita 

berkepentingan untuk mencari tahu dosa apa yang telah 

menyulut-Nya untuk berbuat demikian. Mari kita cari tahu apa 

sebab dosa ini terjadi (ay. 38). Sebab telinga Allah tidak berat 

untuk mendengar, namun  dosalah yang memisahkan antara 

kita dan Dia. Jika Allah menolak doa kita, beralasan bagi kita 

untuk curiga bahwa itu disebabkan oleh suatu kesalahan yang 

menyangkut hati kita. Dan kita berkepentingan untuk mencari 

tahu kesalahan itu, supaya kita dapat menyingkirkannya, 

dapat meninggalkannya, dan mematikannya. Saul bersumpah 

demi Penciptanya, bahwa siapa saja yang menjadi Akhan yang 

menyusahkan perkemahan itu, dengan memakan buah terla-

rang, pasti akan mati, meskipun itu yaitu  Yonatan sendiri, 

meskipun orang itu begitu disayang olehnya dan oleh rakyat. 

Tak terbersit dalam pikirannya bahwa Yonatanlah orangnya 

(ay. 39): Ia pasti akan mati, kutukan itu akan dilaksanakan 

atas Yonatan. namun  tak seorang pun dari rakyat menjawab-

nya, yaitu, tak seorang pun dari orang-orang yang mengetahui 

bahwa Yonatan telah melanggar perintah itu mau memberi-

tahukan apa yang terjadi kepada Saul. 

2. Yonatan didapati sebagai pelakunya melalui undi. Saul ingin 

supaya diadakan undi antara dia dan Yonatan pada satu sisi, 

dan rakyat pada sisi lain, mungkin sebab  ia yakin akan keti-

dakbersalahan Yonatan dalam perkara ini, sama seperti akan 

ketidakbersalahannya sendiri (ay. 40). Rakyat, sebab  melihat 

Saul sedang memanas oleh amarah, tidak berani membantah 

apa saja yang ia usulkan, namun  menerimanya: Perbuatlah apa 

yang kaupandang baik. Sebelum membuang undi, Saul berdoa 

supaya Allah mau memberikan undi yang sempurna (ay. 41, 

KJV), yaitu, menyingkapkan perkara ini dengan sepenuhnya. 

Atau, seperti dalam tafsiran yang agak luas, supaya Allah mau 

Kitab 1 Samuel 14:36-46 

 269 

menunjukkan siapa yang tidak bersalah. Dalam doa ini ter-

kandung suatu keinginan untuk mendapatkan keadilan yang 

tidak berpihak. Para hakim harus menginginkan supaya kebe-

naran terungkap, siapa pun yang akan menderita sebab nya. 

Undi harus dilempar dengan doa, sebab undi yaitu  seruan 

yang khidmat kepada sang Penyelenggara. Melalui undi kita 

memohon kepada Allah untuk mengarahkan dan menentukan 

kita (Kis. 1:24). Itulah sebabnya sebagian orang mengutuk 

permainan-permainan yang semata-mata mengandalkan undi 

atau sesuatu yang kebetulan, sebab  itu berarti terlalu lan-

cang bermain-main dengan hal yang kudus. Yonatan pada ak-

hirnya didapati (ay. 42). Dengan ini sang Penyelenggara ber-

maksud untuk menyetujui dan menyokong pihak berwenang 

yang sah, dan memberikan penghormatan pada penegakan 

keadilan dalam masyarakat. Sang Penyelenggara menyediakan 

cara lain untuk menyelamatkan orang yang tidak melakukan 

sesuatu yang pantas mendapat hukuman mati. 

3. Yonatan secara terus terang mengakui kenyataannya, dan 

Saul, dengan kutukan yang penuh amarah, menjatuhkan hu-

kuman atasnya. Yonatan tidak menyangkal kebenarannya, 

tidak pula berusaha menyembunyikannya, hanya saja ia ber-

pikir bahwa sungguh berat kalau ia harus mati sebab nya (ay. 

43). Wajar saja jika ia mau membela diri, bahwa ia sama sekali 

tidak tahu hukum itu, atau bisa juga ia meminta balasan atas 

jasanya. namun  ia tidak melakukan itu, dan hanya tunduk 

pada ketentuan hukuman itu dengan jiwa besar: “Terjadilah 

kehendak Allah dan kehendak ayahku.” Dengan demikian ia 

sendiri menunjukkan keberanian yang besar dalam menerima 

utusan-utusan maut, sama seperti dalam mengirimkan mere-

ka di antara orang-orang Filistin. Dalam beberapa perkara, 

menyerah yaitu  sama beraninya dengan melawan dalam 

perkara-perkara lain. Saul tidak melunak oleh kepatuhan 

Yonatan sebagai anak, tidak pula oleh sulitnya perkara Yona-

tan. namun  sebagai seorang yang ingin dipandang memegang 

teguh perkataannya, dan terlebih lagi sumpahnya, sekalipun 

itu mengikatnya untuk melakukan hal yang paling berat, ia 

memberikan hukuman kepada Yonatan dengan kutukan lain 

(ay. 44): “Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan 


 270

lebih lagi dari pada itu jika aku tidak melaksanakan hukuman 

atasmu, sebab sesungguhnya, Yonatan, engkau harus mati.”  

(1) Saul menjatuhkan hukuman ini dengan terlalu tergesa-

gesa, tanpa meminta bimbingan ilahi. Yonatan mempunyai 

pembelaan yang sangat baik untuk menghentikan pengha-

kiman itu. Apa yang telah dilakukannya tidaklah malum in 

se – mengandung kejahatan di dalamnya. Dan, mengenai la-

rangan itu, ia tidak mengetahuinya, sehingga ia tidak bisa 

didakwa atas pemberontakan atau ketidaktaatan.  

(2) Saul menjatuhkan hukuman ini dalam amarah. Kalaupun 

Yonatan pantas mati, sudah sepatutnya seorang hakim, 

apalagi seorang ayah, menjatuhkan hukuman dengan pe-

nuh kelembutan dan belas kasihan, dan bukan dengan 

perasaan menang seperti itu, seperti orang yang betul-betul 

tidak berperikemanusiaan dan tidak mempunyai kasih 

sayang alami. Keadilan direndahkan jika  ditegakkan 

dengan murka dan kepahitan.  

(3) Saul menyokong hukuman itu dengan sebuah kutukan 

atas dirinya sendiri, jika ia tidak melihat hukuman itu di-

laksanakan. Dan kutukan ini benar-benar berbalik menim-

pa dirinya sendiri. Yonatan terluput, namun  Allah menghu-

kum Saul, bahkan lebih lagi daripada itu. Sebab ia ditolak 

oleh Allah dan dilaknat. Janganlah seorang pun dalam ke-

sempatan apa saja berani menggunakan kutukan-kutukan 

seperti ini, supaya jangan sampai Allah mengucapkan amin 

untuk menyetujuinya, dan membuat mereka tergelincir 

sebab  lidah mereka (Mzm. 64:9). Batu ini akan berbalik 

melindas orang yang menggulingkannya. Namun beralasan 

bagi kita untuk berpikir bahwa dari lubuk hatinya yang ter-

dalam, Saul merasa kasihan kepada Yonatan, hingga ia 

benar-benar menghukum dirinya sendiri, dan dengan sa-

ngat adil, saat  ia tampak begitu keras terhadap Yonatan. 

Allah membuatnya merasakan penderitaan dari maklumat-

nya sendiri yang dibuatnya secara tergesa-gesa, agar ia 

takut untuk mengulangi kesalahan serupa. Melalui semua 

kejadian yang menyusahkan ini, Allah juga menghajar Saul 

sebab  kelancangannya dalam mempersembahkan korban 

tanpa Samuel. Perjalanan yang dimulai dengan begitu 

buruk tidak dapat berakhir tanpa sejumlah teguran. 

Kitab 1 Samuel 14:36-46 

 271 

4. Rakyat menyelamatkan Yonatan dari tangan ayahnya (ay. 45). 

Sampai sejauh ini mereka sudah mengungkapkan kepatuhan 

mereka yang sangat besar kepada Saul. Apa yang tampak baik 

bagi Saul mereka ikuti (ay. 36, 40). Akan namun , saat  Yona-

tan berada dalam bahaya, perkataan Saul tidak lagi menjadi 

hukum bagi mereka. Sebaliknya, dengan semangat yang me-

nyala-nyala mereka menentang pelaksanaan hukumannya: 

“Masakan Yonatan harus mati, dia yang yaitu  berkat bagi 

negerinya, dan kesayangan dari negerinya? Masakan nyawa 

itu dikorbankan demi tetek bengek hukum dan kehormatan, 

sedangkan nyawa itu dengan begitu berani sudah diperhadap-

kan pada bahaya demi kepentingan masyarakat, dan kepada 

nyawa itu kita berutang nyawa kita dan kemenangan-keme-

nangan kita? Tidak, kami tidak akan duduk diam dan melihat 

dia, yang dengan penuh kesukaan diberi kehormatan oleh 

Allah, diperlakukan seperti itu.” Sungguh baik melihat orang-

orang Israel bersemangat untuk melindungi mereka yang telah 

dijadikan Allah sebagai alat-alat kebaikan masyarakat. Saul 

telah bersumpah bahwa Yonatan harus mati, namun  mereka 

mempertentangkan sumpah mereka dengan sumpah Saul, dan 

bersumpah bahwa Yonatan tidak akan mati: “Demi TUHAN 

yang hidup, bukan hanya kepalanya, melainkan juga sehelai 

rambut pun dari kepalanya takkan jatuh ke bumi.” Mereka 

tidak menyelamatkan Yonatan dengan kekerasan, melainkan 

dengan akal budi dan ketetapan hati. Dan Yosefus (sejarawan 

Yahudi – pen.) berkata bahwa mereka berdoa kepada Allah 

supaya Yonatan dilepaskan dari kutukan itu. Mereka berseru 

kepada Saul bahwa dengan pertolongan Allah juga Yonatan 

melakukan hal itu pada hari ini. Yaitu, “Yonatan telah meng-

akui kepentingan Allah, dan Allah telah mengakui usaha-usa-

hanya. Dan sebab  itu nyawanya terlalu berharga untuk dikor-

bankan hanya demi memenuhi sumpah.” Kita dapat menduga 

bahwa Saul belum benar-benar melupakan kedudukannya se-

bagai ayah, namun  bahwa ia pun ingin menyelamatkan Yonatan, 

dan ingin supaya apa yang tidak akan dilakukannya sendiri 

menjadi terlaksana. Dan orang yang memahami hati seorang 

ayah tidak tahu bagaimana menyalahkan Saul. 

5. Rancangan melawan orang-orang Filistin dibatalkan oleh keja-

dian ini (ay. 46): Pulanglah Saul sesudah  mengejar orang Filistin, 


 272

dan dengan begitu hilanglah kesempatan untuk menuntaskan 

kemenangan itu. saat  perisai-perisai Israel berbenturan satu 

sama lain, keselamatan dan kepentingan rakyat mengalami 

kerugian sebab nya. 

Orang Amalek Dihancurkan 

(14:47-52)  

47 sesudah  Saul mendapat jabatan raja atas Israel, maka berperanglah ia ke 

segala penjuru melawan segala musuhnya: melawan Moab, bani Amon, 

Edom, raja-raja negeri Zoba dan orang Filistin. Dan ke mana pun ia pergi, ia 

selalu mendapat kemenangan. 48 Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang 

gagah perkasa, memukul kalah orang Amalek, dan melepaskan Israel dari 

tangan orang-orang yang merampasi mereka. 49 Anak-anak lelaki Saul ialah 

Yonatan, Yiswi dan Malkisua. Nama kedua anaknya yang wanita  : yang 

tertua bernama Merab, yang termuda bernama Mikhal. 50 Isteri Saul bernama 

Ahinoam, anak Ahimaas. Panglima tentaranya bernama Abner, anak Ner, 

paman Saul. 51 Kish, ayah Saul, dan Ner, ayah Abner, yaitu  anak-anak 

Abiel. 52 Hebat peperangan melawan orang Filistin selama zaman Saul. Dan 

semua pahlawan dan orang gagah perkasa, yang dilihat Saul, dikumpulkan-

nya kepadanya. 

Dalam perikop ini kita mendapati penjelasan umum tentang istana 

Saul dan perkemahannya.  

1. Tentang istana dan keluarganya, nama anak-anaknya yang laki-

laki dan wanita   (ay. 49), nama istrinya dan saudara sepupu-

nya yang menjadi panglima tentaranya (ay. 50). Istri Saul yang 

lain disebutkan dalam 2 Samuel 21:8, yakni Rizpa, istri kedua, 

dan anak-anak yang dimiliki Saul darinya.  

2. Tentang perkemahan dan tindakan-tindakan ketentaraannya. 

(1) Bagaimana ia mengerahkan tentaranya: Dan semua pahlawan 

dan orang gagah perkasa, yang dilihat Saul, yang luar biasa 

cocok untuk berperang, dikumpulkannya kepadanya (ay. 52), 

seperti yang sudah diberitahukan Samuel kepada rakyat ten-

tang hak raja yang akan memerintah mereka (8:11). Dan, jika 

ia harus memiliki pasukan tetap, maka ia bertindak bijak de-

ngan memenuhi pasukan itu dengan orang-orang yang paling 

cakap yang dapat dipilihnya.  

(2) Bagaimana ia mempekerjakan tentaranya. Ia menjaga negeri-

nya dari serangan musuh-musuhnya di segala penjuru, dan 

mencegah serbuan masuk mereka (ay. 47-48). Diduga bahwa 

Saul hanya bertindak dengan membela diri melawan orang-

Kitab 1 Samuel 14:47-52 

 273 

orang yang biasa menyerang perbatasan Israel. Dan ke mana 

pun ia pergi, saat  ada kebutuhan untuk itu, ia selalu menda-

pat kemenangan (KJV: ia menyusahkan mereka), dengan meng-

halang-halangi dan mengecewakan mereka. namun  musuh-mu-

suh yang paling susah dihadapinya yaitu  orang Filistin, dan 

hebat peperangan melawan orang Filistin selama zaman Saul 

(ay. 52). Sedikit saja alasan yang dimiliki Saul untuk bermegah 

akan martabat rajawinya, tidak pula negeri-negeri tetangganya 

mempunyai alasan untuk iri terhadapnya, sebab sedikit saja ia 

menikmati hidupnya sesudah  ia menjabat sebagai raja. Ia tidak 

dapat menyusahkan musuh-musuhnya tanpa menyusahkan 

dirinya sendiri. Itulah duri-duri yang melapisi mahkota. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PASAL 1 5  

alam pasal ini Saul secara pasti dan untuk seterusnya ditolak 

sebagai raja sebab  ketidaktaatannya kepada perintah Allah, 

yakni dengan tidak menumpas orang Amalek sampai tuntas. Melalui 

peperangan dan kemenangan-kemenangannya, Saul berharap dapat 

membesarkan dan mengabadikan nama serta kehormatannya sen-

diri. Namun, dengan kesalahannya dalam mengelola peperangan dan 

kemenangan ini , ia menghancurkan dirinya sendiri dan meng-

hempaskan kehormatannya ke dalam debu. Di pasal ini terdapat, 

I. Mandat yang diberikan Allah kepada Saul untuk memusnah-

kan orang Amalek, dengan perintah untuk menghabiskan 

mereka tanpa sisa (ay. 1-3). 

II. Persiapan Saul untuk melakukan serbuan ini  (ay. 4-6). 

III. Keberhasilan Saul, dan tugas yang hanya dilaksanakannya 

sebagian (ay. 7-9). 

IV. Pengujian terhadap Saul oleh Samuel, serta hukuman yang 

dijatuhkan terhadap dia, sekalipun banyak alasannya untuk 

memohon ampun (ay. 10-31) 

V. Pembunuhan Raja Agag (ay. 32-33). 

VI. Perpisahan terakhir Samuel dengan Saul (ay. 34-35). 

Orang Amalek Dihancurkan 

(15:1-9) 

1 Berkatalah Samuel kepada Saul: “Aku telah diutus oleh TUHAN untuk 

mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya; oleh sebab itu, 

dengarkanlah bunyi firman TUHAN. 2 Beginilah firman TUHAN semesta alam: 

Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, 

sebab  orang Amalek menghalang-halangi mereka, saat  orang Israel pergi 

dari Mesir. 3 Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah 

segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. 


 276

Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun wanita  , kanak-kanak maupun 

anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai.”  

4 Lalu Saul memanggil rakyat berkumpul dan memeriksa barisan mereka di 

Telaim: ada dua ratus ribu orang pasukan berjalan kaki dan sepuluh ribu 

orang Yehuda. 5 sesudah  Saul sampai ke kota orang Amalek, disuruhnyalah 

orang-orang menghadang di lembah. 6 Berkatalah Saul kepada orang Keni: 

“Berangkatlah, menjauhlah, pergilah dari tengah-tengah orang Amalek, 

supaya jangan kulenyapkan kamu bersama-sama dengan mereka. Bukankah 

kamu telah menunjukkan persahabatanmu kepada semua orang Israel, 

saat  mereka pergi dari Mesir?” Sesudah itu menjauhlah orang Keni dari 

tengah-tengah orang Amalek. 7 Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mu-

lai dari Hawila sampai ke Syur, yang di sebelah timur Mesir. 8 Agag, raja 

orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, namun  segenap rakyatnya ditum-

pasnya dengan mata pedang. 9 namun  Saul dan rakyat itu menyelamatkan 

Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula 

anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semua-

nya itu. namun  segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah 

yang ditumpas mereka. 

Dalam ayat-ayat di atas, 

I. Samuel, dalam nama Allah, dengan sungguh-sungguh meminta 

Saul untuk taat kepada perintah Allah. Dengan jelas ia juga 

menyatakan bahwa sekarang ia hendak menguji Saul dalam satu 

perkara khusus, untuk menguji apakah ia akan taat atau tidak 

(ay. 1). Ujian ketaatan yang dinyatakan secara terang-terangan ini 

sungguh memperberat ketidaktaatan Saul. 

1. Samuel mengingatkan Saul akan apa yang telah Allah perbuat 

baginya: “Aku telah diutus oleh TUHAN untuk mengurapi eng-

kau menjadi raja. Allah-lah yang memberikan kuasamu itu 

kepada engkau, sebab  itu Ia mengharapkan agar engkau 

menggunakan kekuasaanmu itu bagi Dia. Ia mengenakan ke-

hormatan kepadamu, maka sekarang engkau harus berusaha 

menjunjung kehormatan-Nya. Ia menjadikan engkau raja atas 

Israel, maka sekarang engkau harus membela perkara Israel 

dan menuntut balas atas persengketaan mereka. Engkau 

diberi wewenang untuk memerintah Israel, namun  ketahuilah 

bahwa engkau tunduk kepada Allah Israel dan harus diperin-

tah oleh-Nya.” Naiknya kedudukan orang jauh lebih mengha-

ruskan mereka untuk semakin taat, bukannya membebaskan 

mereka dari ketaatan kepada Allah. Samuel sendiri yang telah 

ditugaskan untuk mengurapi Saul, sebab  itu, dialah yang 

lebih sesuai untuk diutus menyampaikan perintah-perintah 

ini  kepadanya. 

Kitab 1 Samuel 15:1-9 

 277 

2. Secara umum, Samuel mengatakan kepada Saul bahwa dalam 

hal ini, Saul terikat kepada apa pun yang Allah perintahkan 

kepada dia untuk dilakukan: Oleh sebab itu, dengarkanlah 

bunyi firman TUHAN. Perhatikan, kemurahan Allah atas kita 

meletakkan tanggung jawab yang kuat atas kita untuk me-

naati Dia. Kemurahan ini harus kita balas (Mzm. 116:12). 

II. Samuel menunjuk Saul untuk suatu tugas khusus. Dalam tugas 

ini, sekarang ia harus menyatakan ketaatan kepada Allah lebih 

dari segala yang pernah ia lakukan sebelumnya. Samuel men-

dasarkan perintah ini  atas otoritas Allah: Beginilah firman 

TUHAN semesta alam, TUHAN atas seluruh semesta, atas seluruh 

bala tentara Israel. Samuel juga memberi Saul alasan di balik 

perintah ini , supaya kekerasan yang harus ia gunakan tidak 

terlihat sukar: Aku ingat apa yang telah diperbuat orang Amalek 

terhadap orang Israel (ay. 2, KJV). Sejak dahulu kala, Allah berse-

teru dengan orang Amalek, sebab  perbuatan jahat yang mereka 

lakukan kepada umat-Nya Israel saat  Ia membawa mereka 

keluar dari Mesir. Ceritanya terdapat dalam Keluaran 17:8, dan 

kejahatan ini  diperparah seperti dalam Ulangan 25:18. 

Dengan kejam, Amalek menghantam barisan Israel yang paling 

belakang dan tidak takut akan Allah. Maka Allah pun bersumpah 

untuk berperang melawan Amalek turun temurun, dan seiring 

berjalannya waktu, Ia akan menghapuskan sama sekali ingatan 

kepada Amalek. Untuk tugas inilah sekarang Saul ditunjuk (ay. 

3): Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek. Kini Israel 

sudah kuat, dan takaran kedurjanaan orang Amalek sudah pe-

nuh. Sekarang pergilah dan tumpaslah bangsa yang telah dikhu-

suskan itu.” Dengan jelas, Samuel memerintahkan untuk mem-

bunuh dan membantai semua yang ada di hadapannya, laki-laki 

maupun wanita  , kanak-kanak maupun anak-anak yang me-

nyusu, dan jangan menyayangkan nyawa mereka sebab  kasihan. 

Juga lembu maupun domba, unta maupun keledai, dan jangan 

menyayangkan mereka sebab  keserakahan. Perhatikanlah, 

1. Kejahatan yang diperbuat kepada Israel umat Allah akan di-

balaskan, cepat atau lambat, khususnya perlawanan kepada 

mereka saat mereka keluar dari Mesir. 


 278

2. Sering kali Allah lama bersabar terhadap orang-orang yang di-

tentukan untuk dihancurkan. Hukuman yang diberikan tidak 

dilaksanakan dengan segera. 

3. Meskipun Ia lama bersabar, ia tidak akan menahannya sela-

manya. Pada akhirnya, tahun pembalasan atas pertikaian ter-

hadap Israel akan tiba. Keadilan ilahi memukul secara per-

lahan, namun  pasti. 

4. Semakin lama penghukuman ditunda berkali-kali, semakin 

berat penghukuman itu saat  datang. 

5. Allah memilih alat yang paling tepat untuk melakukan peker-

jaan-Nya. Ini merupakan pekerjaan yang sadis, maka Saullah 

yang harus melakukannya, sebab ia kasar dan bengis. 

III. Kemudian, Saul mengumpulkan pasukannya dan menyerbu ne-

geri Amalek. Tentara yang sangat besar dibawanya ke medan pe-

rang (ay. 4): dua ratus ribu orang pasukan berjalan kaki. Dahulu, 

saat  menghadapi orang Filistin, ia hanya memiliki enam ratus 

pasukan, dan keberhasilannya tidak pasti (13:15). Namun, kini 

saat harus menyerang Amalek dengan perintah langsung dari 

sorga, dan ia yakin akan kemenangannya, ia memiliki ribuan pra-

jurit siap dihimpun. Akan namun , seperti pada waktu-waktu sebe-

lumnya, sekarang bukan saat kehormatan bagi suku Yehuda un-

tuk pasukannya dihitung tersendiri, sebab  jumlahnya memalu-

kan, hanya sedikit (apa pun alasannya), yaitu seperdua puluh 

dari keseluruhan jumlah pasukan Israel. Hanya ada sepuluh ribu 

orang Yehuda, sementara sepuluh suku yang lain (kecuali Lewi) 

membawa dua ratus ribu orang ke medan perang. Hari kehormat-

an suku Yehuda mendekat, namun  belum tiba. Saul menghitung 

mereka di Telaim, artinya anak-anak domba. Ia menghitung mere-

ka seperti anak domba (menurut versi Alkitab bahasa Latin), 

menghitung mereka sesuai anak domba Paskah (menurut Alkitab 

bahasa Aram), yakni sepuluh orang setiap satu ekor anak domba. 

Ini merupakan cara penghitungan yang diterapkan oleh orang 

Yahudi di negeri mereka di kemudian hari. Saul mengerahkan 

seluruh pasukannya ke kota orang Amalek, yang merupakan ibu 

kota mereka (ay. 5), dengan tujuan memancing orang Amalek 

untuk berperang. 

Kitab 1 Samuel 15:1-9 

 279 

IV. Saul memberikan nasihat bersahabat kepada orang Keni untuk 

memisahkan diri dari tengah orang Amalek, tempat mereka mene-

tap selagi pembantaian itu dilaksanakan (ay. 6). Dalam hal ini, ia 

melakukannya dengan bijak dan saleh, dan kemungkinan ber-

dasarkan arahan dari Samuel. Orang Keni yaitu  keluarga dan 

sanak Yitro, mertua Musa. Mereka tinggal dalam kemah-kemah, 

sehingga memudahkan mereka pada tiap kesempatan untuk ber-

pindah tempat ke tanah-tanah lain yang tidak berpemilik. Banyak 

orang Keni pada waktu itu tinggal di antara orang Amalek. Di 

sana, sekalipun diam dalam kemah, mereka dilindungi oleh alam, 

sebab mereka menaruh sarangnya di atas bukit batu, sebagai 

orang-orang tangguh yang bisa hidup di mana saja dan dalam 

kubu-kubu yang mengesankan (Bil. 24:21). Sebelumnya, Bileam 

telah menubuatkan bahwa mereka akan dibinasakan (Bil. 24:22). 

Akan namun , Saul tidak boleh menghancurkan mereka, sebalikn