Selasa, 07 Januari 2025

yohanes 20


 e situ, yaitu, tubuh Yesus yang telah 

mati. Teks bahasa Inggris menuliskan Yesus saja (tanpa kata 

mayat), dan menurut sebagian orang, penyebutan Yesus di sini 

menunjukkan arti persatuan tak terpisahkan antara sifat (natur) 

ilahi dan manusia-Nya. Bahkan mayat yang tidak bernyawa itu 

pun tetap Yesus – seorang Juruselamat, sebab kematian-Nya ada-

lah kehidupan kita. Yesus tetap sama (Ibr. 13:8). Di sanalah 

mereka meletakkan-Nya sebab  hari itu yaitu  hari persiapan.  

1.  Perhatikanlah di sini rasa hormat orang-orang Yahudi terha-

dap hari sabat, dan juga terhadap hari persiapan. Sebelum 

sabat Paskah berlangsung, mereka memiliki satu hari penuh 

untuk persiapan. Hari ini  sudah dilanggar oleh para 

imam kepala yang menyebut diri mereka sebagai gereja, namun  

dijalani dengan penuh hormat oleh murid-murid Kristus, yang 

dicap berbahaya bagi gereja. Kejadian seperti itu memang 

lumrah terjadi. 

(1) Mereka tidak mau menunda pemakaman sampai hari sa-

bat, sebab hari sabat harus menjadi hari yang dikuduskan 

untuk beristirahat dan bersukacita, dan sebab  itu kegiat-

an kerja dan dukacita penguburan sama sekali tidak pan-

tas. 

(2) Mereka tidak mau terlalu sore melakukannya di hari per-

siapan menyambut sabat. Apa yang harus dilakukan sebe-

lum senja menjelang sabat datang hendaknya dituntaskan 

sehingga tidak mencemari waktu sabat atau membuat kita 

tidak layak bagi kebaktian sabat.   

2.  Perhatikanlah bagaimana mereka memilih kubur di dekat sana 

demi kenyamanan. Kubur yang mereka pakai itu dekat saja. 

Jika saja mereka punya lebih banyak waktu, mungkin mereka 

akan membawa mayat Yesus ke Betania dan menguburkan 

Dia di sana, di tengah kawan-kawan-Nya. Dan saya yakin bah-

wa Dia berhak dikuburkan di kuburan utama, di antara ku-

bur-kubur keturunan Daud, melebihi raja-raja Yehuda mana 

pun. Akan namun , semua telah diatur (oleh Allah) supaya Dia 

dibaringkan saja di kuburan dekat tempat Dia disalibkan,  

(1) Sebab Dia hanya akan tinggal di sana untuk sesaat saja, 

seperti menginap di sebuah penginapan, dan sebab  itulah 

Dia mengambil saja tempat pertama yang sudah tersedia 

dengan sendirinya.  

(2) Sebab kubur itu baru. Orang-orang yang mempersiapkan 

kubur itu sama sekali tidak tahu siapa yang akan mema-

kainya untuk pertama kali, namun  jangkauan hikmat Allah 

jauh melebihi pengertian kita, dan Dia bisa memakai kita 

beserta semua yang kita punya sesuai dengan perkenanan-

Nya. 

(3) Di sini kita diajarkan untuk tidak terlalu rewel mengenai 

tempat di mana kita akan dimakamkan nanti. Saat seba-

tang pohon roboh, mengapa ia tidak boleh rebah? Sebab 

itu, Kristus pun dikuburkan di makam yang dekat-dekat 

saja. Iman akan janji mengenai Kanaanlah yang mendorong 

para leluhur untuk menginginkan supaya jenazah mereka 

dibawa ke sana untuk dikuburkan. Akan namun  kini, kare-

na janji itu sudah digantikan dengan yang lebih baik, ke-

inginan seperti itu pun ikut berlalu.  

Jadi demikianlah, mayat Kristus disemayamkan di da-

lam sebuah kubur yang sunyi dan dingin, tanpa upacara 

besar-besaran. Di sanalah terletak jaminan atas pembebas-

an segenap utang kita, sehingga saat Dia dilepaskan, kita 

juga akan bebas. Di sanalah Surya Kebenaran itu terbenam 

untuk sementara, supaya Dia dapat terbit lagi dalam ke-

muliaan yang lebih besar, dan tidak akan pernah terbenam 

lagi. Di sanalah terbaring seorang yang tampaknya telah 

menjadi tawanan maut, namun  yang pada kenyataannya 

justru telah menaklukkan sang maut itu, sebab maut telah 

tergeletak binasa di dalam sana dan kubur telah ditakluk-

kan. Syukur kepada Allah, yang telah memberi  kepada 

kita kemenangan. 

 

 

 

PASAL  20  

enulis Injil ini, meskipun ia tidak memulai Injilnya seperti penu-

lis-penulis Injil yang lain, namun ia menutupnya sama seperti 

mereka, dengan kisah kebangkitan Kristus. Yang diceritakan di sini 

bukan mengenai kebangkitan itu sendiri, sebab  tidak seorang pun 

dari mereka menggambarkan bagaimana Dia bangkit, melainkan me-

ngenai bukti-bukti akan kebangkitan itu, yang menunjukkan bahwa 

Dia memang telah bangkit. Bukti-bukti kebangkitan Kristus, yang 

kita dapati dalam pasal ini, yaitu : 

I.    Bukti-bukti yang langsung ditemukan di kubur.  

1. Kubur itu didapati kosong, dan kain kapannya sudah ter-

gulung rapi (ay. 1-10).  

2.  Dua orang malaikat menampakkan diri kepada Maria 

Magdalena di kubur (ay. 11-13).  

3.  Kristus sendiri menampakkan diri kepadanya (ay. 14-18).  

II. Bukti-bukti yang didapati sesudah  itu dalam pertemuan-perte-

muan para rasul.  

1.  Pada satu waktu, pada malam di hari yang sama saat  

Kristus bangkit, sewaktu Tomas tidak ada (ay. 19-25).  

2.  Pada waktu lain, pada malam ketujuh, saat  Tomas ada 

bersama-sama dengan mereka (ay. 26-31). Yang disampai-

kan di sini oleh penulis Injil ini sebagian besar merupa-

kan apa yang dilewatkan oleh semua penulis Injil yang 

lain. 


Kebangkitan 

(20:1-10)  

1 Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar saat  hari masih gelap, per-

gilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil 

dari kubur. 2 Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain 

yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: “Tuhan telah diambil orang 

dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” 3 Maka berang-

katlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. 4 Keduanya berlari bersama-

sama, namun  murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga 

lebih dahulu sampai di kubur. 5 Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain 

kapan terletak di tanah; akan namun  ia tidak masuk ke dalam. 6 Maka 

datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. 

Ia melihat kain kapan terletak di tanah, 7 sedang kain peluh yang tadinya ada 

di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, namun  agak di samping di 

tempat yang lain dan sudah tergulung. 8 Maka masuklah juga murid yang 

lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. 9 

Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, 

bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati. 10 Lalu pulanglah kedua 

murid itu ke rumah.  

Tidak ada hal lain yang bukti pentingnya lebih ingin ditunjukkan oleh 

para rasul selain perihal kebangkitan Guru mereka,  

1. sebab  kebangkitan yaitu  apa yang diserukan-Nya sendiri seba-

gai bukti yang terakhir dan yang paling meyakinkan akan jati diri-

Nya sebagai Mesias. Orang-orang yang tidak mau percaya pada 

tanda-tanda lain diminta untuk memperhatikan tanda nabi Yu-

nus ini. Dan sebab  itu, musuh-musuh paling gencar berusaha 

untuk menekan agar tanda ini jangan sampai diketahui orang, 

sebab  semuanya bergantung pada hal ini, dan, jika memang Dia 

bangkit, maka mereka bukan hanya para pembunuh, melainkan 

juga para pembunuh Mesias.  

2.  sebab  pada kebangkitan inilah bergantung seluruh tugas yang 

harus dilaksanakan-Nya bagi penebusan dan keselamatan kita. 

Jika Dia memberi  hidup-Nya sebagai tebusan, dan tidak 

mengambilnya kembali, maka hidup yang diberikan-Nya itu tidak 

tampak diterima sebagai korban pemuasan dosa. Jika Dia ditahan 

sebab  utang kita, dan tetap tergeletak sebab nya, maka kita 

akan binasa (1Kor. 15:17).  

3.  sebab  Dia tidak pernah menunjukkan diri-Nya hidup sesudah  ke-

bangkitan-Nya kepada seluruh bangsa (Kis. 10:40-41). Kita pasti 

akan berkata, “Biarlah kematian-Nya yang memalukan itu diraha-

siakan, dan kebangkitan-Nya yang mulia itu ditunjukkan kepada 

semua orang.” Namun, rancangan Allah tidaklah sama dengan

rancangan kita, dan Dia sudah mengaturnya sedemikian rupa 

bahwa kematian Kristus harus diperlihatkan di bawah matahari, 

dan begitu pula bahwa matahari itu menjadi merah padam dan 

menyembunyikan wajahnya pada saat kematian-Nya. namun  buk-

ti-bukti kebangkitan-Nya harus ditunjukkan sebagai kebaikan 

hanya kepada teman-teman khusus-Nya, dan oleh mereka harus 

diberitakan kepada dunia, supaya berbahagialah mereka yang 

tidak melihat namun percaya. Cara pembuktian itu ditunjukkan 

sedemikian rupa sehingga memberi  kepuasan yang penuh 

bagi orang-orang saleh yang cenderung mau menerima ajaran dan 

hukum Kristus, dan pada saat yang sama juga meninggalkan 

ruang bagi orang-orang yang bersikap masa bodoh dan tetap ber-

sikeras dalam ketidakpercayaan mereka untuk merasa keberatan 

dengan bukti itu. Dan ini merupakan pengujian yang adil, yang 

disesuaikan dengan keadaan orang-orang yang sedang diuji.  

Dalam ayat-ayat di atas kita menapaki langkah pertama me-

nuju bukti kebangkitan Kristus, yaitu bahwa kubur itu ditemu-

kan kosong. Ia tidak ada di sini, dan, jika demikian, mereka harus 

memberi tahu kita di mana Dia atau kita harus menyimpulkan 

bahwa Dia sudah bangkit. 

I.   Maria Magdalena, saat  tiba di kubur, mendapati bahwa batu 

telah diambil dari kubur. Penulis Injil ini tidak menyebutkan pe-

rempuan-perempuan lain yang pergi bersama Maria Magdalena, 

namun  hanya menyebutkan dia di sini, sebab  dialah yang paling 

giat dan bersemangat untuk mengunjungi kubur ini, dan di dalam 

dirinya tampak rasa kasih yang paling besar. Dan rasa kasihnya 

ini dikobarkan oleh alasan yang baik, dengan mengingat perkara-

perkara besar yang telah diperbuat Kristus baginya. Dosanya yang 

banyak telah diampuni, sebab  ia banyak berbuat kasih. Ia sudah 

menunjukkan kasih sayangnya kepada-Nya saat  Dia masih 

hidup, mendengarkan ajaran-Nya, dan melayani Dia dengan keka-

yaannya (Luk. 8:2-3). Tidak tampak di sini bahwa dia mempunyai 

suatu urusan pada saat itu di Yerusalem, kecuali untuk mela-

yani-Nya, sebab kaum perempuan tidak diwajibkan untuk pergi 

ke perayaan itu, dan mungkin dia beserta teman-temannya meng-

ikuti-Nya dari jarak yang lebih dekat, seperti Elisa mengikuti Elia, 

sebab  sekarang mereka tahu bahwa Guru mereka akan segera 

diambil dari pada mereka (2Raj. 2:1-6). Banyaknya contoh peng-

hormatan yang terus diberikan Maria Magdalena kepada-Nya 

pada saat dan sesudah  kematian-Nya membuktikan ketulusan ka-

sihnya. Perhatikanlah, jika kasih kepada Kristus itu tulus, maka 

kasih itu akan tetap. Kasihnya kepada Kristus kuat seperti maut, 

maut di kayu salib, sebab kasih itu berdiri mendampingi salib. 

Kasihnya gigih seperti dunia orang mati, sebab kasih itu membuat-

nya mengunjungi kubur, dan tidak terhalang oleh kengerian-ke-

ngeriannya.     

1.  Ia pergi ke kubur itu untuk membasuh mayat-Nya dengan air 

matanya, sebab ia pergi ke kubur untuk menangis di sana, dan 

untuk mengurapi-Nya dengan minyak yang sudah dipersiap-

kannya. Kubur yaitu  rumah yang tidak mau dikunjungi 

orang. Mereka yang bebas di antara orang mati, dipisahkan 

dari orang hidup, dan pasti sebab  kasih sayang yang begitu 

luar biasa kepada seseorang jika kita sampai terdorong untuk 

merawat kuburnya baik-baik. Kubur yaitu  sesuatu yang me-

nakutkan, terutama bagi kaum perempuan yang lemah dan 

mudah takut. Dapatkah dia, yang tidak mempunyai cukup ke-

kuatan untuk menggulingkan batu itu, menganggap dirinya 

mampu memasuki kubur itu? Agama Yahudi melarang orang 

untuk berurusan dengan kubur dan mayat melebihi apa yang 

seperlunya. Dengan mengunjungi kubur Kristus, Maria mem-

buat dirinya, dan mungkin juga para murid, bisa dicurigai 

mempunyai rencana untuk mencuri-Nya. Terus, pelayanan se-

perti apakah yang sesungguhnya dapat diberikannya kepada 

Kristus dengan berbuat demikian? Namun, kasihnya men-

jawab keberatan-keberatan ini, dan beribu-ribu keberatan lain 

yang serupa.  

Perhatikanlah:  

(1) Kita harus berusaha memberi  penghormatan kepada 

Kristus dalam hal-hal di mana kita masih belum bisa mem-

berikan manfaat bagi-Nya.  

(2)  Kasih kepada Kristus akan menyingkirkan kengerian maut 

dan kubur. Jika kita tidak dapat datang kepada Kristus ke-

cuali melalui lembah kekelaman itu, maka bahkan di da-

lam lembah itu sekalipun, jika kita mengasihi-Nya, kita 

tidak akan takut bahaya.  

2.  Ia pergi sesegera mungkin, sebab  ia datang,  

(1) Pada hari pertama minggu itu, segera sesudah  hari Sabat le-

wat, sebab  dia begitu rindu, bukan untuk menjual gandum 

dan menawarkan terigu (seperti dalam Am. 8:5), melainkan 

untuk berada di kubur. Orang-orang yang mengasihi Kris-

tus akan memanfaatkan kesempatan pertama untuk mem-

buktikan rasa hormat mereka kepada-Nya. Ini merupakan 

Sabat Kristen yang pertama, dan dia memulainya dengan 

mencari Kristus seperti yang sudah seharusnya demikian. 

Dia sudah menghabiskan hari sebelumnya dengan menge-

nang karya penciptaan, dan sebab  itu dia beristirahat. 

namun  sekarang dia sedang menyelidiki karya penebusan, 

dan sebab  itu dia mengunjungi Kristus, yaitu Dia yang 

disalibkan.  

(2) Ia datang pagi-pagi benar, saat  hari masih gelap. Begitu 

paginya dia berangkat. Perhatikanlah, orang-orang yang 

ingin mencari Kristus agar bisa mendapatkan-Nya harus 

mencari-Nya sedari dini, yakni:  

[1] Mencari-Nya dengan segala kerinduan hati, begitu 

inginnya sampai membuat mereka terjaga dari tidur, 

bangun pagi-pagi benar sebab  takut kehilangan Dia.  

[2] Mencari-Nya dengan rajin. Kita harus menyangkal diri 

dan tidak mau berhenti dalam mengejar Kristus.  

[3] Mencari-Nya sejak dini, saat hari masih pagi sekali, 

pagi-pagi benar setiap hari. Pada waktu pagi Engkau 

mendengar seruanku. Hari yang dimulai seperti itu 

dengan sendirinya pasti akan diakhiri dengan baik pula. 

Orang-orang yang dengan rajin mencari-cari Kristus 

saat  hari masih gelap akan diberi terang tentang Dia, 

yang akan bersinar semakin cemerlang.   

3. Ia mendapati batu itu telah diambil, yang sebelumnya dilihat-

nya digulingkan ke pintu kubur itu. Nah, ini merupakan,  

(1) Suatu kejutan baginya, sebab  dia tidak begitu menduga 

itu akan terjadi. Kristus yang disalibkan yaitu  sumber ke-

hidupan. Kubur-Nya merupakan salah satu sumur kesela-

matan. Jika kita datang kepada sumur itu dengan iman, 

maka meskipun bagi hati yang duniawi sumur itu akan 

menjadi mata air yang tertutup, kita akan menemukan 

batunya telah terguling (seperti dalam Kej. 29:10), dan 

dapat dengan bebas menikmati penghiburan-penghiburan 

yang ditawarkannya. Penghiburan-penghiburan yang me-

ngejutkan merupakan dorongan-dorongan yang sering di-

berikan kepada mereka yang mencari-Nya sejak dini.  

(2)  Suatu permulaan dari penemuan yang mulia. Tuhan telah 

bangkit, meskipun pada mulanya dia tidak memahaminya 

seperti itu.  

Perhatikanlah:  

[1] Orang-orang yang paling setia mengikuti Kristus, dan 

yang paling rajin dalam mencari-Nya, biasanya yang 

pertama diberi tahu tentang hal-hal yang paling indah 

mengenai anugerah ilahi. Maria Magdalena, yang meng-

ikuti Kristus sampai saat terakhir Dia dipermalukan, 

menjumpai-Nya pertama kali saat  Dia ditinggikan.  

[2] Allah biasanya mengungkapkan diri-Nya dan penghi-

buran-penghiburan-Nya kepada kita secara bertahap, 

untuk membangkitkan pengharapan-pengharapan kita 

dan untuk mendorong kita agar terus mencari lagi. 

II.  sesudah  mendapati batu itu sudah diambil, dia bergegas kembali 

kepada Petrus dan Yohanes, yang mungkin tinggal bersama di 

ujung kota itu, yang tidak jauh dari situ, dan memberitahukan 

mereka mengenai hal ini: “Tuhan telah diambil orang dari kubur-

nya,” sambil merasa kesal sebab  menurutnya Dia layak menda-

patkan kehormatan untuk dimakamkan di kubur yang pantas, 

“dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan, atau di mana kami 

harus menemukan-Nya, agar kami dapat memberi-Nya penghor-

matan kami yang terakhir.”  

Perhatikanlah di sini:  

1.  Gagasan apa yang ada dalam pikiran Maria mengenai kejadi-

an-kejadian yang tampak sekarang. Dia mendapati batu itu 

sudah tidak ada, melongok ke dalam kubur, dan melihatnya 

kosong. Nah, orang akan menyangka bahwa pemikiran per-

tama yang muncul dengan sendirinya yaitu , pasti Tuhan su-

dah bangkit. sebab  kapan saja saat  Dia memberi tahu me-

reka bahwa Dia harus disalibkan, yang baru saja dilihatnya 

sudah digenapi, Dia selalu menambahkan dengan segera bah-

wa pada hari ketiga Dia akan bangkit kembali. Bagaimana bisa 

Maria yang merasakan gempa bumi dahsyat yang terjadi ke-

tika dia mendatangi kubur itu, atau saat  bersiap-siap hen-

dak mendatanginya, dan kemudian melihat kuburnya kosong, 

sama sekali tidak timbul pemikiran di dalam kepalanya ten-

tang kebangkitan? Wah, bagaimana mungkin tidak ada pikir-

an, tidak ada kecurigaan mengenai kebangkitan-Nya? Jadi, 

tampaknya batu yang sudah dipindahkan itu, yang diambil 

dan diletakkan di tempat yang sangat jauh, diartikannya de-

ngan macam-macam. Perhatikanlah, saat  kita merenungkan 

perbuatan kita sendiri yang kita lakukan pada hari berkabut 

dan hari kegelapan, kita akan terheran-heran dengan kebo-

dohan dan kelalaian kita, bahwa kita sampai bisa melewatkan 

pemikiran-pemikiran yang kemudian tampak jelas, dan bagai-

mana pemikiran-pemikiran itu berada begitu jauh dari kita 

saat  kita mempunyai kesempatan untuk memikirkannya. Ia 

mengartikannya demikian, “Tuhan telah diambil orang.” Entah 

imam-imam kepala yang telah mengambil-Nya, untuk meletak-

kan-Nya di tempat yang lebih buruk, atau Yusuf dan Nikode-

mus yang telah melakukannya, sesudah  mereka berpikir-pikir 

kembali, untuk menghindari niat jahat orang-orang Yahudi. 

Apa pun yang disangkakannya, tampaknya dia sangat kesal 

dan terganggu sebab  mayat-Nya sudah tidak ada. Padahal, 

jika saja dia memahaminya dengan benar, tidak ada hal lain 

yang lebih membahagiakan daripada ini. Perhatikanlah, orang-

orang percaya yang lemah sering kali menjadikan sesuatu 

sebagai alasan bagi mereka untuk mengeluh, padahal sebenar-

nya justru hal itu merupakan alasan yang tepat bagi mereka 

untuk berharap dan bersukacita. Kita berkeluh kesah sebab  

barang ini atau barang itu yang memberi  kenyamanan ke-

pada kita kini diambil, dan kita tidak tahu bagaimana menda-

patkannya kembali. Padahal sebenarnya diambilnya barang-

barang yang dapat memberi kita kenyamanan hidup yang fana 

itu, yang kita tangisi, yaitu  untuk membangkitkan kenya-

manan rohani kita, yang di dalamnya kita juga harus bersuka-

cita.  

2.  Apa yang diceritakannya mengenai hal itu kepada Petrus dan 

Yohanes. Ia tidak terus menyimpan duka itu di dalam hatinya 

sendiri, namun  membagikannya kepada teman-temannya. Per-

hatikanlah, berbagi dukacita merupakan suatu cara yang baik 

bagaimana kita memanfaatkan persekutuan kita dengan 

orang-orang kudus lainnya. Amatilah, Petrus, meskipun dia 

sudah menyangkal Gurunya, tidak meninggalkan teman-

teman Gurunya. Dengan ini tampaklah ketulusan pertobatan-

nya, bahwa dia bersekutu dengan murid yang dikasihi Yesus. 

Dan murid-murid yang tetap menjaga kedekatan mereka 

dengannya seperti sebelumnya, kendati dengan kejatuhannya, 

mengajar kita untuk memulihkan orang-orang yang sudah 

bersalah dengan roh yang lemah lembut. Jika Allah sudah 

menerima mereka pada saat mereka bertobat, mengapa kita 

tidak?   

III. Petrus dan Yohanes bergegas pergi secepat mungkin ke kubur, 

untuk membuktikan sendiri kebenaran dari apa yang diberitahu-

kan kepada mereka, dan untuk melihat apakah mereka bisa men-

dapatkan penemuan-penemuan baru (ay. 3-4). Sebagian orang 

berpikir bahwa murid-murid yang lain berada bersama-sama 

dengan Petrus dan Yohanes saat  berita itu disampaikan, sebab  

mereka menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid 

(Luk. 24:9). Sebagian yang lain berpendapat bahwa Maria Magda-

lena menceritakan kisahnya hanya kepada Petrus dan Yohanes, 

dan bahwa perempuan-perempuan yang lain menceritakan kisah 

mereka kepada murid-murid yang lain. Walaupun begitu, tidak 

seorang pun dari mereka yang pergi ke kubur kecuali Petrus dan 

Yohanes, yang merupakan dua dari tiga murid Kristus yang per-

tama, yang sering kali dibedakan dari murid-murid yang lain de-

ngan kebaikan-kebaikan khusus. Perhatikanlah, yaitu  hal yang 

baik jika   orang yang diberi kehormatan-kehormatan sebagai 

murid melebihi orang lain, bertindak lebih giat daripada orang 

lain dalam melakukan kewajiban-kewajiban sebagai murid, dan 

lebih bersedia menanggung segala penderitaan serta menghadapi 

mara bahaya dalam melakukan pekerjaan baik.  

1.  Lihatlah di sini bagaimana kita harus memanfaatkan peng-

alaman dan pengamatan-pengamatan orang lain. saat  Maria 

memberi tahu mereka apa yang telah dilihatnya, mereka tidak 

mau percaya pada perkataannya begitu saja, namun  langsung 

pergi dan melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri. Ada-

kah orang lain memberi tahu kita tentang penghiburan dan 

keuntungan yang mereka dapatkan dalam mengikuti ketetap-

an-ketetapan ibadah? Kalau begitu, marilah kita mengikutinya 

sendiri supaya kita dapat membuktikan kebenarannya. Mari 

datang dan lihatlah betapa baiknya mendekat kepada Allah.  

2.  Lihatlah betapa kita harus mau berbagi dengan teman-teman 

kita dalam segala kekhawatiran dan ketakutan mereka. Petrus 

dan Yohanes bergegas pergi ke kubur, supaya mereka dapat 

memberi  jawaban yang memuaskan kepada Maria atas 

kecemasannya. Kita tidak boleh bersungut-sungut jika   kita 

harus bersusah payah untuk membantu dan menghibur para 

pengikut Kristus yang lemah dan mudah takut.  

3.  Lihatlah betapa kita harus bergegas dalam berbuat baik, dan 

bersegera melakukan tugas yang mulia. Petrus dan Yohanes 

tidak mengindahkan kenyamanan ataupun kegentingan ke-

adaan mereka, namun  langsung berlari ke kubur, supaya mere-

ka dapat menunjukkan kuatnya semangat dan rasa kasih me-

reka, dan supaya tidak ada sedikit pun waktu yang terbuang 

sia-sia. Jika kita sedang menjalankan perintah-perintah Allah, 

kita harus berlari di jalan itu.  

4. Lihatlah betapa baiknya jika kita mempunyai teman-teman 

yang baik dalam melakukan perbuatan yang baik. Mungkin 

tidak satu pun dari kedua murid itu yang berani pergi ke 

kubur sendirian, namun, sebab  mereka pergi berdua, mereka 

tidak merasakan kesulitan apa-apa dalam melakukannya 

(Pkh. 4:9).  

5. Lihatlah betapa patut dipujinya persaingan yang terjadi di an-

tara murid-murid Kristus, dalam berjuang untuk mengungguli 

dan melebihi yang lain dalam perbuatan baik. Bukan merupa-

kan suatu pelanggaran atau ketidaksopanan bagi Yohanes, 

meskipun ia lebih muda, untuk berlari mendahului Petrus, 

dan sampai di tujuan sebelum dia. Kita harus melakukan yang 

terbaik, dan tidak boleh iri terhadap orang lain yang dapat me-

lakukannya dengan lebih baik, ataupun merendahkan orang 

lain yang sudah berbuat semampu mereka namun tertinggal di 

belakang kita.  

(1) Dia yang sampai terlebih dulu dalam pertandingan ini ada-

lah murid yang dikasihi Yesus secara khusus, dan yang ka-

rena itu mengasihi Yesus secara khusus pula. Perhatikan-

lah, jika kita merasakan kasih Kristus kepada kita, maka 

itu akan mengobarkan kasih di dalam diri kita kepada-Nya 

lagi, dan akan membuat kita unggul dalam hal kebaikan. 

Kasih Kristus akan menahan kita lebih daripada apa pun 

untuk melaksanakan kewajiban secara penuh.  

(2) Yang sampai belakangan yaitu  Petrus, yang telah me-

nyangkal Gurunya, dan yang sedang merasa malu serta 

berdukacita sebab nya, dan ini menghambatnya seperti be-

ban yang berat. Perasaan bersalah mengekang kita, dan 

menghalangi kemajuan kita dalam melayani Allah. jika   

hati nurani terganggu, kita kehilangan tempat berpijak.   

IV. Petrus dan Yohanes, sesudah  sampai di kubur, terus mencari tahu, 

namun hanya sedikit yang ditemukannya.  

1.  Yohanes tidak masuk lebih dalam daripada Maria Magdalena. 

(1) Ia memiliki rasa penasaran untuk melihat kubur itu lebih 

dalam lagi, dan ia mendapatinya kosong. Ia menjenguk ke 

dalam. Orang yang ingin mendapatkan pengetahuan akan 

Kristus harus merunduk dan menjenguk ke dalam, harus 

dengan rendah hati berserah kepada wewenang pewahyuan 

ilahi, dan harus melihat dengan rasa ingin tahu.  

(2)  Namun, ia tidak mempunyai keberanian untuk pergi ke da-

lam kubur. Perasaan yang paling berkobar-kobar pun tidak 

selalu disertai dengan tekad yang bulat. Banyak orang 

tangkas dalam mengikuti pertandingan agama, namun me-

reka tidak gigih berjuang dalam pertempuran-pertempur-

annya.   

2.  Petrus, meskipun dia tiba terakhir, masuk ke dalam terlebih 

dulu, dan menemukan apa yang terjadi lebih saksama dari-

pada yang sudah didapatkan Yohanes (ay. 6-7). Meskipun 

Yohanes berlari mendahuluinya, ia tidak berbalik kembali ka-

rena itu, atau langsung berhenti dan berdiam diri, namun  ber-

usaha menyusulnya secepat mungkin. Dan, sementara Yoha-

nes sedang melihat-lihat ke dalam dengan sangat hati-hati, 

Petrus datang, dan dengan penuh keberanian masuk ke dalam 

kubur itu.  

(1) Amatilah di sini keberanian Petrus, dan bagaimana Allah 

membagikan karunia-karunia-Nya dengan berbagai cara. 

Yohanes dapat berlari mendahului Petrus, namun  Petrus da-

pat bertindak lebih berani daripada Yohanes. Jarang kita 

bisa mengatakan tentang orang-orang yang sama, seperti 

apa yang dikatakan Daud secara puitis tentang Saul dan 

Yonatan, bahwa mereka lebih cepat dari burung rajawali, 

namun lebih kuat dari singa (2Sam. 1:23). Sebagian murid 

bertindak cepat, dan mereka berguna untuk mendorong 

murid-murid lain yang lamban. Sebagian yang lain berani, 

dan mereka berguna untuk memberanikan murid-murid 

lain yang takut-takut. Ada rupa-rupa karunia, namun  satu 

Roh. Keberanian Petrus untuk masuk ke dalam kubur 

dapat mengajar kita,  

[1] Bahwa orang-orang yang dengan tulus dan sungguh-

sungguh mencari Kristus tidak boleh menakut-nakuti 

diri mereka sendiri dengan berbagai macam kekhawatir-

an dan khayalan yang bodoh: “Ada singa di jalan, ada 

hantu di kuburan.”  

[2] Bahwa orang-orang Kristen yang baik tidak perlu takut 

terhadap kuburan, sebab  Kristus telah terbaring di da-

lamnya. Sebab bagi mereka, tidak ada satu hal pun di 

dalamnya yang menakutkan. Kuburan bukanlah lubang 

kebinasaan, dan cacing-cacing di dalamnya bukanlah 

cacing-cacing yang tidak akan pernah mati. Oleh sebab  

itu, marilah kita tidak memanjakan, melainkan justru 

menaklukkan, ketakutan yang cenderung menghantui 

kita saat  melihat mayat, atau saat  berada sendirian 

di kuburan. Dan, sebab  kita pun tidak lama lagi pasti 

akan mati dan berada di dalam kubur, maka marilah 

kita mengakrabkan diri dengan kematian dan kuburan, 

sebagai saudara-saudara kita yang dekat (Ayb. 17:14).  

[3] Kita harus rela pergi melewati kuburan menuju pada 

Kristus. Melalui jalan itulah Dia pergi kepada kemulia-

an-Nya, dan demikian pula kita seharusnya. Jika kita 

tidak bisa melihat wajah Allah dan tetap hidup, maka 

baiklah kita mati daripada tidak pernah melihat wajah-

Nya itu sama sekali (Ayb. 19:25, dst.) 

(2) Perhatikanlah letak benda-benda yang ditemukannya di 

dalam kubur.  

[1] Kristus telah meninggalkan kain kapan-Nya di sana. 

Dengan pakaian apa Dia menampakkan diri kepada 

murid-murid-Nya kita tidak diberi tahu, namun  Dia tidak 

pernah tampak dalam kain kapan, seperti yang biasa 

dibayangkan orang-orang tentang hantu. Tidak, Dia 

menyingkirkannya,  

Pertama, sebab  Dia bangkit untuk tidak mati lagi, 

maut tidak berkuasa lagi atas Dia (Rm. 6:9). Lazarus ke-

luar dari kuburnya dengan tetap berpakaian kain ka-

pan, sebab  dia harus memakainya lagi nanti. namun  

Kristus, bangkit kepada kehidupan kekal, keluar dari 

kubur dengan bebas tanpa harus memakainya lagi.  

Kedua, sebab  akan dipakaikan jubah kemuliaan, 

Dia menyingkirkan pakaian rongsokan ini. Di dalam Fir-

daus, pakaian tidak akan diperlukan lagi seperti halnya 

di bumi. Nabi yang akan naik ke sorga menanggalkan 

jubahnya.  

Ketiga, saat  kita dibangkitkan dari kematian dosa 

kepada hidup kebenaran, kita harus meninggalkan kain 

kapan kita, harus menanggalkan segala kerusakan kita.  

Keempat, Kristus meninggalkan kain kapan itu di 

kubur, seolah-olah, untuk kita gunakan jika kubur 

akan menjadi tempat tidur bagi orang-orang kudus. De-

ngan demikian, Dia telah memasang seprai di tempat 

tidur itu, dan mempersiapkannya bagi kita. Dan kain 

peluh itu dengan sendirinya bermanfaat bagi orang-

orang yang berduka yang ditinggalkan, untuk mengha-

pus air mata mereka.  

[2] Kain kapan itu ditemukan dalam keadaan yang sangat 

rapi, yang merupakan bukti bahwa mayat-Nya tidak di-

curi orang saat  para penjaga sedang tidur. Para pen-

curi kuburan dikenal dengan perbuatan mereka yang 

mengambil kain kapan dan membiarkan mayatnya. Te-

tapi tidak ada [sebelum adanya praktik-praktik paham 

kebangkitan kembali masa kini] yang pernah mengam-

bil mayat dan membiarkan kain kapannya, terutama 

jika   kain itu yaitu  kain lenan yang bagus dan baru 

(Mrk. 15:46). Siapa saja pasti lebih ingin membawa 

mayat yang berpakaian daripada yang telanjang. Atau, 

seandainya pun para pencuri itu meninggalkan kain 

kapan itu, tidaklah mungkin mereka akan bersusah-

susah menyediakan waktu untuk melipat kain itu.   

(3) Lihatlah bagaimana keberanian Petrus mendorong Yoha-

nes. Kini dia memberanikan diri dan ikut masuk ke dalam 

kubur itu (ay. 8), lalu ia melihatnya dan percaya. Bukan 

sekadar percaya pada apa yang dikatakan Maria, bahwa 

mayat itu sudah tidak ada (sebab jika ia hanya percaya 

pada apa yang dilihatnya, apa nilai tambahnya bagi dia?), 

namun  juga ia mulai percaya bahwa Yesus bangkit dan 

hidup kembali, meskipun imannya pada waktu itu, masih 

lemah dan goyah.    

[1] Yohanes mengikuti Petrus dalam memberanikan diri. 

Tampaknya, dia tidak akan berani masuk ke dalam 

kubur itu seandainya Petrus tidak masuk terlebih da-

hulu. Perhatikanlah, yaitu  baik jika kita dibuat berani 

melakukan perbuatan baik oleh keberanian orang lain. 

Ketakutan terhadap kesulitan dan bahaya akan tersing-

kirkan bila melihat tekad serta keberanian orang lain. 

Mungkin kecepatan Yohanes telah membuat Petrus ber-

lari dengan lebih kencang, dan sekarang keberanian 

Petrus membuat Yohanes berani melangkah lebih jauh. 

Tindakan keduanya saling mendorong apa yang akan 

diperbuat oleh yang satu atau yang lainnya. Meskipun 

Petrus baru saja jatuh ke dalam aib sebagai pembelot, 

dan Yohanes telah diberi kehormatan dengan diangkat 

menjadi orang kepercayaan-Nya (Kristus telah menye-

rahkan ibu-Nya kepadanya), namun Yohanes tidak 

hanya tetap berteman dengan Petrus, namun  juga tidak 

merasa hina untuk mengikutinya.  

[2] Namun, tampaknya, Yohanes lebih dahulu percaya dari-

pada Petrus. Petrus melihat dan bertanya-tanya dalam 

hatinya (Luk. 24:12), namun Yohanes melihat dan 

percaya. Pikiran yang cenderung merenungkan segala 

sesuatu mungkin lebih cepat menerima bukti kebenar-

an ilahi daripada pikiran yang cenderung untuk bertin-

dak. Namun, apakah yang menjadi alasannya sehingga 

hati mereka begitu lamban untuk percaya? Penulis Injil 

ini mengatakannya kepada kita (ay. 9), sebab selama itu 

mereka belum mengerti isi Kitab Suci, maksudnya, me-

reka tidak mempertimbangkan, menerapkan, dan me-

ngembangkan dengan benar, apa yang mereka ketahui 

tentang Kitab Suci, bahwa Dia harus bangkit dari an-

tara orang mati. Perjanjian Lama berbicara tentang 

kebangkitan Mesias. Mereka memercayai-Nya sebagai 

Mesias, dan Dia sendiri sudah sering kali memberi tahu 

mereka bahwa, menurut kitab-kitab Perjanjian Lama, 

Dia harus bangkit kembali. Namun, pikiran mereka 

tidak cukup tanggap untuk menjelaskan kejadian-keja-

dian yang tampak di hadapan mereka ini. Amatilah di 

sini,  

Pertama, betapa lambannya murid-murid itu sendiri, 

pada awalnya, untuk percaya pada kebangkitan Kristus, 

dan ini meneguhkan kesaksian yang akan mereka beri-

kan sesudah  itu dengan begitu yakin. Sebab, dengan ke-

lambanan mereka untuk percaya, tampak bahwa mere-

ka tidak mudah percaya begitu saja dengan hal itu, dan 

juga mereka bukanlah orang-orang polos yang langsung 

percaya pada setiap kata yang diucapkan. Seandainya 

mereka berencana memajukan kepentingan mereka 

sendiri dengan peristiwa itu, maka mereka pasti dengan 

semangat yang menggebu-gebu akan lekas percaya 

pada tanda pertama yang membuktikannya. Mereka 

akan membangkitkan dan mendukung pengharapan 

satu sama lain, dan akan mempersiapkan pikiran 

orang-orang yang mengikuti mereka untuk menerima 

kabar mengenai kebangkitan itu. Namun, sebaliknya, 

kita mendapati bahwa segala pengharapan mereka kan-

das, bagi mereka kejadian itu merupakan hal yang 

aneh, dan sama sekali jauh dari pikiran mereka. Petrus 

dan Yohanes pada awalnya begitu berhati-hati untuk 

memercayainya, sehingga tidak ada hal lain kecuali 

bukti yang paling meyakinkan yang bisa membuat me-

reka percaya, dan di kemudian hari, bukti-bukti seperti 

inilah yang membuat mereka memberi  kesaksian 

penuh tentang kebangkitan itu. Dengan ini tampak bah-

wa mereka bukan hanya orang-orang yang jujur, yang 

tidak akan menipu orang lain, melainkan juga orang-

orang yang sangat berhati-hati, yang tidak akan mem-

biarkan diri mereka sendiri diperdayai.  

Kedua, apa alasan kelambanan mereka untuk per-

caya itu. Sebab, selama itu mereka belum mengerti isi 

Kitab Suci. Ini tampaknya merupakan pengakuan penu-

lis Injil ini akan kesalahannya sendiri, di antara murid-

murid yang lain. Ia tidak berkata, “Sebab selama itu 

Yesus belum menampakkan diri kepada mereka, belum 

menunjukkan kepada mereka tangan dan lambung-

Nya,” melainkan, “Sebab selama itu Dia belum mem-

buka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab 

Suci” (Luk. 24:44-45), sebab  Kitab Suci yaitu  firman 

yang paling teguh yang telah disampaikan oleh para 

nabi.   

3. Petrus dan Yohanes tidak meneruskan penyelidikan mereka 

lebih lanjut, namun  menghentikannya, sambil merasa terom-

bang-ambing antara iman dan ketidakpercayaan (ay. 10): Lalu 

pulanglah kedua murid itu, tanpa menjadi lebih bijak, ke ru-

mah, pros heautous – kepada teman-teman mereka sendiri, dan 

murid-murid yang lain pulang ke tempat penginapan mereka 

masing-masing, sebab  mereka tidak mempunyai rumah di 

Yerusalem. Mereka pergi,  

(1)  sebab  takut dicurigai mempunyai rencana untuk mencuri 

mayat-Nya, atau dituduh melakukannya sebab  sekarang 

mayat itu sudah tidak ada. Bukannya berusaha mengem-

bangkan iman, mereka justru hanya peduli melindungi diri 

sendiri, dan berpindah tempat demi keamanan mereka sen-

diri. Dalam masa-masa yang sulit dan berbahaya, sungguh 

susah bahkan bagi orang-orang yang baik sekalipun untuk 

tetap melanjutkan pekerjaan mereka dengan tekad yang 

sudah seharusnya mereka miliki.  

(2) sebab  mereka kebingungan, dan tidak tahu apa yang ha-

rus diperbuat selanjutnya, atau apa yang harus dilakukan 

dengan semua yang telah mereka lihat itu. Dan oleh sebab 

itu, sebab  mereka tidak berani tinggal di kubur, mereka 

memutuskan untuk pulang, dan menunggu sampai Allah 

menyatakan hal itu juga kepada mereka. Ini menggambar-

kan kelemahan mereka pada saat itu.  

(3) Mungkin saja bahwa murid-murid yang lain sedang ber-

kumpul bersama-sama. Kepada merekalah Petrus dan 

Yohanes kembali, untuk melaporkan apa yang telah mere-

ka temukan dan untuk membahas dengan mereka apa 

yang harus dilakukan. Dan, mungkin, sekarang mereka 

menetapkan akan bertemu pada malam harinya, saat  

Kristus mendatangi mereka. Dapat diamati di sini bahwa 

sebelum Petrus dan Yohanes sampai di kubur itu, ada satu 

orang malaikat yang menampakkan diri di sana, menggu-

lingkan batunya, membuat takut para penjaga, dan meng-

hibur perempuan-perempuan yang datang. Segera sesudah  

mereka pergi dari kubur, Maria Magdalena di sini melihat 

dua orang malaikat di kubur itu (ay. 12), namun saat  

Petrus dan Yohanes sampai di kubur, dan masuk ke da-

lamnya, mereka tidak melihat satu orang malaikat pun. 

Apa yang harus kita katakan tentang ini? Di manakah ma-

laikat-malaikat itu saat  Petrus dan Yohanes berada di 

kubur, yang sebelum dan sesudahnya menampakkan diri 

di sana?  

[1]  Para malaikat dapat menampakkan diri dan menghilang 

sesuka hati mereka, sesuai dengan perintah-perintah 

dan petunjuk-petunjuk yang diberikan kepada mereka. 

Mereka mungkin, dan memang sesungguhnya, berada 

di tempat mereka berada secara tidak terlihat. Bahkan 

tampaknya pada saat yang sama, mereka mungkin da-

pat dilihat oleh yang satu dan tidak oleh yang lain (Bil. 

22:23; 2Raj. 6:17). Kita sudah berbuat lancang jika kita 

bertanya-tanya bagaimana mereka bisa membuat diri 

mereka terlihat, lalu tidak terlihat, dan kemudian terli-

hat lagi. namun  kenyataan bahwa mereka melakukan 

hal itu sudah jelas dari kisah ini.  

[2] Kebaikan ini ditunjukkan kepada orang-orang yang 

mencari Kristus sejak dini dan secara terus-menerus, 

dan merupakan imbalan bagi mereka yang datang per-

tama kali dan yang tinggal paling akhir. namun  kebaikan 

ini tidak diberikan kepada mereka yang berkunjung 

hanya sepintas lalu. 

[3] Para rasul tidak akan menerima perintah-perintah un-

tuk mereka dari para malaikat pada saat itu, melainkan 

dari Roh anugerah (Ibr. 2:5). 

Kebangkitan  

(20:11-18) 

11 namun  Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia 

menjenguk ke dalam kubur itu, 12 dan tampaklah olehnya dua orang malai-

kat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di 

sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. 13 Kata malaikat-malaikat itu 

kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: 

“Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” 14 

Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri 

di situ, namun  ia tidak tahu, bahwa itu yaitu  Yesus. 15 Kata Yesus kepada-

nya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria 

menyangka orang itu yaitu  penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: 

“Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana 

tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” 16 Kata Yesus ke-

padanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa 

Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru. 17 Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau 

memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, namun  pergilah kepada 

saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku 

akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” 18 

Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat 

Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya. 

Markus mengatakan kepada kita bahwa Kristus pertama kali menam-

pakkan diri kepada Maria Magdalena (Mrk. 16:9). Penampakan itu 

diceritakan secara panjang lebar di sini, dan di dalamnya kita dapat 

memperhatikan, 

I.  Keteguhan dan kesungguhan kasih sayang Maria Magdalena ter-

hadap Tuhan Yesus (ay. 11). 

1.  Ia tetap tinggal di kubur, sesudah  Petrus dan Yohanes pergi, ka-

rena di sanalah Tuannya terbaring, dan di sanalah kemung-

kinan besar dia dapat mendengar suatu kabar mengenai Dia.  

Perhatikanlah:  

(1)  Di mana ada kasih yang sejati terhadap Kristus, di situ ada 

kesetiaan yang teguh kepada-Nya, dan tekad hati yang 

bulat untuk terus melekat kepada-Nya. Perempuan yang 

baik ini, meskipun telah kehilangan Kristus, namun, dari-

pada disangka meninggalkan Dia, ingin tetap tinggal di 

samping kubur-Nya demi Dia, dan terus berada di dalam 

kasih-Nya sekalipun ia telah kehilangan penghiburan dari 

kasih-Nya itu.  

(2) Di mana ada keinginan yang sungguh-sungguh untuk me-

ngenal Kristus, di situ akan ada penggunaan sarana penge-

tahuan secara terus-menerus (Hos. 6:2-3), pada hari yang 

ketiga Ia akan membangkitkan kita. Dan kita akan menge-

tahui arti kebangkitan itu, jika kita tetap ingin mengetahui-

nya, seperti yang diperbuat Maria di sini.  

2.  Ia tinggal di sana sambil menangis, dan air mata ini berbicara 

dengan lantang akan kasih sayangnya terhadap Tuannya. 

Orang-orang yang telah kehilangan Kristus mempunyai alasan 

untuk menangis. Ia menangis bila mengingat penderitaan-pen-

deritaan-Nya yang begitu pahit. Ia menangis untuk kematian-

Nya, dan untuk kehilangan yang diderita olehnya, oleh teman-

temannya, dan oleh bangsanya sebab  kematian-Nya itu. Ia 

menangis bila membayangkan ia harus pulang tanpa-Nya, me-

nangis sebab  sekarang ia tidak mendapati mayat-Nya. Orang-

orang yang mencari Kristus harus mencari-Nya dengan cemas 

(Luk. 2:48), harus menangis, bukan untuk Dia melainkan 

untuk diri mereka sendiri.  

3. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, agar mata-

nya dapat mempengaruhi hatinya. saat  kita sedang mencari 

sesuatu yang hilang, kita terus-menerus melihat kembali ke 

tempat kita terakhir kali meninggalkan sesuatu yang hilang 

itu, dan berharap akan menemukannya di sana. Ia akan men-

cari sebanyak tujuh kali, tanpa mau tahu kecuali bahwa pada 

akhirnya dia boleh mendapatkan sedikit banyak pengharapan.  

Perhatikanlah:  

(1) Tangisan tidak boleh menghalang-halangi pencarian. 

Meskipun ia menangis, ia menjenguk ke dalam kubur. 

(2) Orang-orang yang kemungkinan akan menemukan apa 

yang mereka cari yaitu  mereka yang mencari dengan 

tulus, yang mencari dengan cucuran air mata.  

II.  Dilihatnya dua orang malaikat di kubur itu (ay. 12).  

Perhatikanlah di sini: 

1.  Gambaran tentang pribadi-pribadi yang dilihatnya. Mereka 

yaitu  dua orang malaikat berpakaian putih, yang sedang du-

duk (mungkin di atas bongkahan batu) yang seorang di sebe-

lah kepala, dan yang lain di sebelah kaki, di tempat mayat itu.  

Di sini kita melihat: 

(1) Sifat mereka. Mereka yaitu  para malaikat, para utusan 

dari sorga, yang diutus untuk melakukan suatu tugas, 

pada kesempatan yang besar ini:  

[1] Untuk memuliakan Anak dan untuk menyemarakkan 

khidmat kebangkitan-Nya. Kini Anak Allah akan dibawa 

kembali ke dalam dunia, dan para malaikat mempunyai 

tugas untuk mengiringi-Nya, seperti yang mereka laku-

kan pada saat kelahiran-Nya (Ibr. 1:6).  

[2] Untuk menghibur orang-orang kudus. Untuk menyam-

paikan kata-kata penghiburan bagi mereka yang sedang 

berdukacita, dan, dengan memberitahukan kepada me-

reka bahwa Tuhan telah bangkit, untuk mempersiapkan 

hati mereka saat  mereka melihat-Nya.  

(2) Jumlah mereka: dua, bukan sejumlah besar bala tentara 

sorga, untuk menyanyikan kidung pujian, melainkan ha-

nya dua, untuk memberi  kesaksian. sebab  atas kete-

rangan dua orang saksi, perkara ini tidak disangsikan.  

(3) Pakaian mereka: mereka berpakaian putih, yang menunjuk-

kan:  

[1] Kemurnian dan kekudusan mereka. saat  manusia-

manusia terbaik yang berdiri di hadapan para malaikat, 

dibandingkan dengan mereka, tampaklah bahwa manu-

sia itu mengenakan pakaian yang kotor (Za. 3:3), namun  

para malaikat sama sekali tidak bercela. Seperti itulah 

orang-orang kudus yang sudah dimuliakan, saat  nan-

tinya mereka menjadi serupa dengan malaikat, akan 

berjalan bersama Kristus dengan berpakaian putih.  

[2] Kemuliaan mereka, dan pemuliaan yang mereka laku-

kan, pada kesempatan ini. Pakaian putih yang dengan-

nya mereka menampakkan diri melambangkan terang-

nya alam yang ke dalamnya Kristus kini telah dibang-

kitkan. 

(4) Sikap tubuh dan tempat mereka: mereka duduk, seolah-

olah, sedang beristirahat di kubur Kristus. sebab  malai-

kat, meskipun mereka tidak perlu memulihkan diri, ber-

utang kepada Kristus atas keberadaan mereka. Malaikat-

malaikat ini masuk ke dalam kubur, untuk mengajar kita 

agar tidak takut terhadap kubur, atau berpikir bahwa kare-

na kita akan beristirahat di dalamnya untuk sementara 

waktu, maka itu akan mengurangi nilai kekekalan kita. 

Tidak, persoalannya sudah ditentukan sedemikian rupa 

sehingga kubur tidaklah jauh dari jalan kita menuju sorga. 

Ini juga menunjukkan bahwa para malaikat diserahi tugas 

untuk menyertai orang-orang kudus, bukan hanya pada 

saat kematian mereka, untuk membawa jiwa mereka ke 

pangkuan Abraham, melainkan juga pada hari penghakim-

an agung itu, untuk membangkitkan tubuh mereka (Mat. 

24:31). Para malaikat pengawal ini (dan malaikat disebut 

sebagai penjaga, Dan. 4:23), yang menguasai kubur itu, 

sesudah  mereka membuat takut penjaga-penjaga yang sebe-

lumnya ditempatkan di sana oleh para musuh, melam-

bangkan kemenangan Kristus atas kuasa-kuasa kegelapan, 

dengan menaklukkan dan membabat habis mereka. Demi-

kianlah Mikhael dan malaikat-malaikatnya lebih daripada 

pemenang. Duduknya mereka dengan menghadap satu 

sama lain, yang satu di sebelah kepala, dan yang lain di se-

belah kaki di tempat mayat-Nya, melambangkan perhatian 

mereka terhadap seluruh tubuh Kristus, baik itu tubuh 

rohaniah maupun tubuh alami-Nya, dari ujung kepala 

sampai ujung kaki. Ini juga dapat mengingatkan kita akan 

dua kerub, yang ditempatkan pada kedua ujung tutup 

pendamaian, yang saling berhadapan satu sama lain (Kel. 

25:18). Kristus yang disalibkan yaitu  korban pendamaian 

agung, yang pada ujung kepala dan kaki-Nya ada  dua 

kerub ini, bukan dengan pedang yang menyala-nyala untuk 

menghalangi kita dari jalan kehidupan, melainkan sebagai 

para utusan yang menyambut kita untuk membimbing kita 

kepada jalan kehidupan itu.  

2.  Pertanyaan mereka yang penuh belas kasihan tentang alasan 

kesedihan Maria Magdalena (ay. 13): “Ibu, mengapa engkau 

menangis?”  

Pertanyaan ini merupakan:  

(1) Suatu teguran atas tangisannya: “Mengapa engkau mena-

ngis, sedangkan engkau mempunyai alasan untuk bersu-

kacita?” Kebanyakan banjir air mata kita akan mengering 

jika   kita melakukan penyelidikan seperti ini, yaitu men-

cari tahu apa yang menjadi sumbernya. Mengapa engkau 

tertekan?  

(2) Pertanyaan itu dirancang untuk menunjukkan betapa be-

sarnya kepedulian para malaikat terhadap dukacita orang-

orang kudus, sebab  malaikat-malaikat itu ditugasi untuk 

memberi  penghiburan kepada mereka. Orang-orang 

Kristen juga harus bersimpati seperti itu satu terhadap 

yang lain. 

(3)  Pertanyaan itu hanya sebagai kesempatan untuk memberi 

tahu dia apa yang akan mengubah ratapannya menjadi 

nyanyian, yang akan membuka kain kabungnya, dan meng-

ikat pinggangnya dengan sukacita. 

3. Penjelasan menyedihkan yang diberikannya kepada mereka 

mengenai dukacita yang sedang dirasakannya: Tuhanku telah 

diambil orang, dan aku datang untuk mengurapi mayat-Nya 

yang terberkati, dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan. 

Cerita yang sama yang sudah dikatakannya di dalam ayat 2. 

Di dalamnya kita dapat melihat:  

(1) Kelemahan imannya. Seandainya dia memiliki iman sebe-

sar biji sesawi, maka gunung ini pasti akan berpindah. Na-

mun, sering kali kita membuat diri kita cemas dengan ke-

khawatiran-kekhawatiran yang tidak ada gunanya dan de-

ngan kesulitan-kesulitan yang kita bayangkan sendiri, yang 

oleh iman akan terungkap nanti bahwa berbagai kesukaran 

itu ternyata membawa keuntungan bagi kita. Banyak orang 

baik mengeluhkan awan-awan hitam dan kegelapan yang 

meliputi mereka, padahal inilah cara-cara anugerah yang 

memang mereka perlukan untuk membuat mereka rendah 

hati, untuk mematikan dosa-dosa mereka, dan untuk 

membuat Kristus disayangi oleh mereka. 

(2) Kekuatan kasihnya. Orang-orang yang memiliki kasih sa-

yang sejati terhadap Kristus pasti merasakan penderitaan 

yang sangat besar jika   mereka kehilangan tanda-tanda 

penghiburan dari kasih-Nya di dalam jiwa mereka, atau ke-

hilangan kesempatan-kesempatan penghiburan untuk ber-

cakap-cakap dengan-Nya, dan untuk memberi-Nya peng-

hormatan, di dalam ibadah-ibadah yang sudah ditetapkan-

Nya. Pencarian Maria Magdalena tidak terganggu oleh 

penglihatan yang mengejutkan itu, dan juga tidak merasa 

puas dengan kehormatan yang diperolehnya dengan peng-

lihatan itu. Sebaliknya, tetap saja dia mengalunkan lagu 

yang sama: “Tuhanku telah diambil orang.” Penglihatan 

akan para malaikat dan senyuman mereka tidak akan cu-

kup tanpa penglihatan akan Kristus dan senyuman Allah di 

dalam Dia. Bahkan, penglihatan akan para malaikat itu 

justru lebih membuat dia terus bertanya-tanya tentang 

Kristus. Semua makhluk, bahkan yang paling istimewa dan 

yang paling kita sayangi pun, harus dipakai sebagai sara-

na, namun  hanya sebagai sarana, untuk membuat kita lebih 

mengenal Allah di dalam Kristus. Para malaikat bertanya 

kepadanya, “Mengapa engkau menangis?” “Aku mempunyai 

cukup alasan untuk menangis,” katanya, “sebab  Tuhanku 

telah diambil orang, dan, seperti Mikha, apakah lagi yang 

masih tinggal padaku? Apakah engkau bertanya, mengapa 

aku menangis? Kekasihku sudah pergi, lenyap.” Perhati-

kanlah, tidak seorang pun yang tahu, kecuali mereka yang 

mengalaminya, betapa berdukanya jiwa yang ditinggalkan, 

yang sebelumnya sudah merasakan bukti-bukti penghibur-

an kasih Allah di dalam Kristus, yang sebelumnya sudah 

memiliki segala pengharapan akan sorga, namun  yang seka-

rang telah kehilangan semuanya itu, dan berjalan di dalam 

kegelapan. Siapa yang akan memulihkan semangat yang 

patah seperti ini?   

III. Penampakan Kristus kepadanya saat  dia sedang berbicara de-

ngan malaikat-malaikat itu, dan sedang memberitahukan kepada 

mereka permasalahannya. Sebelum mereka memberinya jawaban, 

Kristus sendiri turun tangan, untuk memuaskan pencariannya, 

sebab Allah sekarang berbicara kepada kita melalui Anak-Nya. 

Tidak ada yang lain kecuali Dia sendiri yang dapat membimbing 

kita kepada-Nya. Maria dengan senang hati ingin mengetahui di 

mana Tuannya, dan lihatlah, Dia berada di sebelah kanannya.  


Perhatikanlah:  

1.  Orang yang tidak akan puas dengan hal apa pun kecuali de-

ngan penglihatan akan Kristus akan dipuaskan pula dengan 

hal itu. Dia tidak pernah berkata kepada jiwa yang mencari-

Nya, “Engkau akan mencari-Ku dengan sia-sia.” “Kristuskah 

yang ingin engkau miliki? Kalau begitu, Kristuslah yang akan 

engkau dapatkan.”  

2.  Kristus, dalam menyatakan diri-Nya kepada orang-orang yang 

mencari-Nya, sering kali berbuat melebihi apa yang mereka 

harapkan. Maria rindu melihat mayat Kristus, dan mengeluh 

sebab  ia kehilangan mayat itu, namun lihatlah, ia melihat-

Nya hidup. Demikianlah Dia berbuat bagi umat-Nya yang ber-

doa melebihi apa yang dapat mereka minta atau pikirkan. 

Dalam penampakan Kristus kepada Maria ini perhatikanlah:  

(1) Bagaimana Dia pada awalnya menyembunyikan diri-Nya 

dari Maria. 

[1] Dia berdiri seperti orang biasa, dan Maria pun melihat-

Nya seperti itu (ay. 14). Maria berdiri sambil mengha-

rapkan jawaban dari para malaikat atas keluhannya. 

Dan entah sebab  melihat bayangan atau mendengar 

langkah kaki seseorang yang ada di belakangnya, dia 

menoleh ke belakang dan menghentikan pembicaraan-

nya dengan malaikat-malaikat itu, dan melihat Yesus 

berdiri di situ, orang yang sedang dicari-carinya, namun  

ia tidak tahu, bahwa itu yaitu  Yesus.  

Perhatikanlah:  

Pertama, TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang 

patah hati (Mzm. 34:19), lebih dekat daripada yang me-

reka sadari. Orang-orang yang mencari Kristus, meski-

pun mereka tidak melihat-Nya, boleh yakin bahwa Dia 

tidak jauh dari mereka.  

Kedua, orang-orang yang dengan tekun mencari 

Tuhan akan menoleh ke segala arah dalam pencarian 

mereka akan Dia. Maria menoleh ke belakang, dengan 

berharap akan menemukan sesuatu. Beberapa penulis 

kuno berpendapat bahwa Maria terdorong untuk meli-

hat ke belakang sebab  malaikat-malaikat itu bangun, 

dan memberi  penyembahan mereka kepada Tuhan 


 1382

Yesus, yang terlebih dulu mereka lihat sebelum Maria, 

dan sebab  itulah ia menoleh ke belakang untuk meli-

hat siapakah yang mereka hormati dengan sedemikian 

dalamnya. Namun, seandainya memang demikian, 

tidaklah mungkin Maria mengira-Nya sebagai penunggu 

taman. Oleh sebab  itu, lebih tepatnya, keinginannya 

yang sungguh-sungguh dalam mencari Kristuslah yang 

membuatnya menoleh ke segala arah.  

Ketiga, Kristus sering kali dekat dengan umat-Nya, 

dan mereka tidak menyadarinya. Ia tidak tahu, bahwa 

itu yaitu  Yesus, bukan sebab  Dia menampakkan diri 

dalam rupa yang lain, melainkan entah sebab  Maria 

melihat-Nya secara sepintas lalu, dan, sebab  matanya 

sedang gelisah melihat ke sana sini, dia tidak dapat 

membedakan dengan begitu baik, atau sebab  ada se-

suatu yang menghalangi matanya, sehingga Maria tidak 

dapat mengenal Dia, seperti yang terjadi pada mata 

kedua murid itu (Luk. 24:16).  

[2]  Kristus mengajukan pertanyaan yang biasa kepadanya, 

dan dia pun menjawab-Nya demikian (ay. 15).  

Pertama, pertanyaan yang diajukan Kristus kepada-

nya cukup wajar, dan siapa saja pasti akan menanya-

kannya dalam keadaan ini: “Ibu, mengapa engkau mena-

ngis? Siapakah yang engkau cari? Ada keperluan apa 

sehingga engkau berada di kebun ini pagi-pagi sekali? 

Untuk apakah semua keributan dan kegaduhan ini?” 

Mungkin perkataan ini diucapkan dengan nada agak 

kasar, seperti Yusuf yang berbicara kepada saudara-

saudaranya saat  dia sedang menyamar, sebelum dia 

memberitahukan kepada mereka siapa dirinya. Tam-

paknya, ini yaitu  perkataan pertama yang diucapkan 

Kristus sesudah  kebangkitan-Nya: “Mengapa engkau me-

nangis? Aku telah bangkit.” Kebangkitan Kristus sang-

gup untuk menenangkan semua dukacita kita, untuk 

menghentikan cucuran, dan mengeringkan sumber, air 

mata kita. Perhatikanlah di sini, Kristus memberi  

perhatian,  

1. Terhadap dukacita dan pencarian umat-Nya. Meng-

apa engkau menangis? Dia menampung air mata 

mereka dan mencatatnya di dalam kitab-Nya.  

2. Terhadap kepedulian dan pencarian umat-Nya. “Si-

apakah yang engkau cari, dan apakah yang ingin 

kaudapati?” Walaupun Dia sudah tahu bahwa mere-

ka sedang mencari-Nya, Dia ingin mengetahuinya 

dari mulut mereka sendiri. Mereka harus memberi 

tahu Dia siapa yang mereka cari.  

Kedua, tanggapan yang dia berikan kepada-Nya cu-

kup wajar. Ia tidak memberi-Nya jawaban langsung, te-

tapi, seolah-olah dia berkata, “Mengapa Engkau meng-

olok-olok aku, dan memarahiku sebab  aku mencucur-

kan air mata? Engkau tahu mengapa aku menangis, 

dan siapa yang aku cari.” Dan oleh sebab itu, sebab  

menyangka Dia penunggu taman, orang yang dipekerja-

kan Yusuf untuk merapikan dan menjaga tamannya, 

yang, pikirnya, datang ke sana sepagi ini untuk bekerja, 

dia berkata, “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, 

tolong katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan 

Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.”  

Perhatikanlah di sini:  

1. Kesalahan pengertiannya. Ia menyangka Yesus Tu-

han kita sebagai penunggu taman, mungkin sebab  

Dia bertanya apa haknya untuk berada di sana. Per-

hatikanlah, jiwa-jiwa yang kesusahan, pada hari 

berkabut dan hari kegelapan, cenderung salah 

menggambarkan Kristus bagi diri mereka sendiri, 

dan salah mengartikan cara-cara yang dipakai-Nya 

dalam pemeliharaan dan anugerah-Nya.  

2.  Kesungguhan kasih sayangnya. Lihatlah bagaimana 

dia bertekad di dalam hatinya untuk menemukan 

Kristus. Ia bertanya kepada siapa saja yang ditemui-

nya, seperti seorang mempelai yang cemas, “Apakah 

kamu melihat jantung hatiku?” Ia berbicara dengan 

hormat kepada orang yang dianggapnya sebagai pe-

nunggu taman, dan memanggilnya Tuan, dengan 

berharap akan mendapatkan informasi darinya me-

ngenai kekasihnya. saat  berbicara mengenai Kris-

tus, ia tidak menyebutkan nama-Nya, namun  hanya 

berkata, “Jikalau tuan yang mengambil Dia.” Tanpa 

banyak pikir, ia beranggapan bahwa penunggu ta-

man ini tahu betul mengenai Yesus sama seperti dia, 

dan sebab  itu penunggu taman ini pasti tahu siapa 

yang dimaksudkannya. Bukti lain yang menunjuk-

kan kekuatan kasih sayangnya yaitu  bahwa, di 

mana pun Dia dibaringkan, ia akan berusaha me-

mindahkan-Nya. Mayat seperti itu, dengan berbagai 

rempah-rempah yang mengelilinginya, pasti terlalu 

berat untuk dibawanya sendiri. Namun, kasih yang 

sejati selalu merasa bahwa ia sanggup berbuat jauh 

me