e situ, yaitu, tubuh Yesus yang telah
mati. Teks bahasa Inggris menuliskan Yesus saja (tanpa kata
mayat), dan menurut sebagian orang, penyebutan Yesus di sini
menunjukkan arti persatuan tak terpisahkan antara sifat (natur)
ilahi dan manusia-Nya. Bahkan mayat yang tidak bernyawa itu
pun tetap Yesus – seorang Juruselamat, sebab kematian-Nya ada-
lah kehidupan kita. Yesus tetap sama (Ibr. 13:8). Di sanalah
mereka meletakkan-Nya sebab hari itu yaitu hari persiapan.
1. Perhatikanlah di sini rasa hormat orang-orang Yahudi terha-
dap hari sabat, dan juga terhadap hari persiapan. Sebelum
sabat Paskah berlangsung, mereka memiliki satu hari penuh
untuk persiapan. Hari ini sudah dilanggar oleh para
imam kepala yang menyebut diri mereka sebagai gereja, namun
dijalani dengan penuh hormat oleh murid-murid Kristus, yang
dicap berbahaya bagi gereja. Kejadian seperti itu memang
lumrah terjadi.
(1) Mereka tidak mau menunda pemakaman sampai hari sa-
bat, sebab hari sabat harus menjadi hari yang dikuduskan
untuk beristirahat dan bersukacita, dan sebab itu kegiat-
an kerja dan dukacita penguburan sama sekali tidak pan-
tas.
(2) Mereka tidak mau terlalu sore melakukannya di hari per-
siapan menyambut sabat. Apa yang harus dilakukan sebe-
lum senja menjelang sabat datang hendaknya dituntaskan
sehingga tidak mencemari waktu sabat atau membuat kita
tidak layak bagi kebaktian sabat.
2. Perhatikanlah bagaimana mereka memilih kubur di dekat sana
demi kenyamanan. Kubur yang mereka pakai itu dekat saja.
Jika saja mereka punya lebih banyak waktu, mungkin mereka
akan membawa mayat Yesus ke Betania dan menguburkan
Dia di sana, di tengah kawan-kawan-Nya. Dan saya yakin bah-
wa Dia berhak dikuburkan di kuburan utama, di antara ku-
bur-kubur keturunan Daud, melebihi raja-raja Yehuda mana
pun. Akan namun , semua telah diatur (oleh Allah) supaya Dia
dibaringkan saja di kuburan dekat tempat Dia disalibkan,
(1) Sebab Dia hanya akan tinggal di sana untuk sesaat saja,
seperti menginap di sebuah penginapan, dan sebab itulah
Dia mengambil saja tempat pertama yang sudah tersedia
dengan sendirinya.
(2) Sebab kubur itu baru. Orang-orang yang mempersiapkan
kubur itu sama sekali tidak tahu siapa yang akan mema-
kainya untuk pertama kali, namun jangkauan hikmat Allah
jauh melebihi pengertian kita, dan Dia bisa memakai kita
beserta semua yang kita punya sesuai dengan perkenanan-
Nya.
(3) Di sini kita diajarkan untuk tidak terlalu rewel mengenai
tempat di mana kita akan dimakamkan nanti. Saat seba-
tang pohon roboh, mengapa ia tidak boleh rebah? Sebab
itu, Kristus pun dikuburkan di makam yang dekat-dekat
saja. Iman akan janji mengenai Kanaanlah yang mendorong
para leluhur untuk menginginkan supaya jenazah mereka
dibawa ke sana untuk dikuburkan. Akan namun kini, kare-
na janji itu sudah digantikan dengan yang lebih baik, ke-
inginan seperti itu pun ikut berlalu.
Jadi demikianlah, mayat Kristus disemayamkan di da-
lam sebuah kubur yang sunyi dan dingin, tanpa upacara
besar-besaran. Di sanalah terletak jaminan atas pembebas-
an segenap utang kita, sehingga saat Dia dilepaskan, kita
juga akan bebas. Di sanalah Surya Kebenaran itu terbenam
untuk sementara, supaya Dia dapat terbit lagi dalam ke-
muliaan yang lebih besar, dan tidak akan pernah terbenam
lagi. Di sanalah terbaring seorang yang tampaknya telah
menjadi tawanan maut, namun yang pada kenyataannya
justru telah menaklukkan sang maut itu, sebab maut telah
tergeletak binasa di dalam sana dan kubur telah ditakluk-
kan. Syukur kepada Allah, yang telah memberi kepada
kita kemenangan.
PASAL 20
enulis Injil ini, meskipun ia tidak memulai Injilnya seperti penu-
lis-penulis Injil yang lain, namun ia menutupnya sama seperti
mereka, dengan kisah kebangkitan Kristus. Yang diceritakan di sini
bukan mengenai kebangkitan itu sendiri, sebab tidak seorang pun
dari mereka menggambarkan bagaimana Dia bangkit, melainkan me-
ngenai bukti-bukti akan kebangkitan itu, yang menunjukkan bahwa
Dia memang telah bangkit. Bukti-bukti kebangkitan Kristus, yang
kita dapati dalam pasal ini, yaitu :
I. Bukti-bukti yang langsung ditemukan di kubur.
1. Kubur itu didapati kosong, dan kain kapannya sudah ter-
gulung rapi (ay. 1-10).
2. Dua orang malaikat menampakkan diri kepada Maria
Magdalena di kubur (ay. 11-13).
3. Kristus sendiri menampakkan diri kepadanya (ay. 14-18).
II. Bukti-bukti yang didapati sesudah itu dalam pertemuan-perte-
muan para rasul.
1. Pada satu waktu, pada malam di hari yang sama saat
Kristus bangkit, sewaktu Tomas tidak ada (ay. 19-25).
2. Pada waktu lain, pada malam ketujuh, saat Tomas ada
bersama-sama dengan mereka (ay. 26-31). Yang disampai-
kan di sini oleh penulis Injil ini sebagian besar merupa-
kan apa yang dilewatkan oleh semua penulis Injil yang
lain.
Kebangkitan
(20:1-10)
1 Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar saat hari masih gelap, per-
gilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil
dari kubur. 2 Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain
yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: “Tuhan telah diambil orang
dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” 3 Maka berang-
katlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. 4 Keduanya berlari bersama-
sama, namun murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga
lebih dahulu sampai di kubur. 5 Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain
kapan terletak di tanah; akan namun ia tidak masuk ke dalam. 6 Maka
datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu.
Ia melihat kain kapan terletak di tanah, 7 sedang kain peluh yang tadinya ada
di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, namun agak di samping di
tempat yang lain dan sudah tergulung. 8 Maka masuklah juga murid yang
lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. 9
Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan,
bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati. 10 Lalu pulanglah kedua
murid itu ke rumah.
Tidak ada hal lain yang bukti pentingnya lebih ingin ditunjukkan oleh
para rasul selain perihal kebangkitan Guru mereka,
1. sebab kebangkitan yaitu apa yang diserukan-Nya sendiri seba-
gai bukti yang terakhir dan yang paling meyakinkan akan jati diri-
Nya sebagai Mesias. Orang-orang yang tidak mau percaya pada
tanda-tanda lain diminta untuk memperhatikan tanda nabi Yu-
nus ini. Dan sebab itu, musuh-musuh paling gencar berusaha
untuk menekan agar tanda ini jangan sampai diketahui orang,
sebab semuanya bergantung pada hal ini, dan, jika memang Dia
bangkit, maka mereka bukan hanya para pembunuh, melainkan
juga para pembunuh Mesias.
2. sebab pada kebangkitan inilah bergantung seluruh tugas yang
harus dilaksanakan-Nya bagi penebusan dan keselamatan kita.
Jika Dia memberi hidup-Nya sebagai tebusan, dan tidak
mengambilnya kembali, maka hidup yang diberikan-Nya itu tidak
tampak diterima sebagai korban pemuasan dosa. Jika Dia ditahan
sebab utang kita, dan tetap tergeletak sebab nya, maka kita
akan binasa (1Kor. 15:17).
3. sebab Dia tidak pernah menunjukkan diri-Nya hidup sesudah ke-
bangkitan-Nya kepada seluruh bangsa (Kis. 10:40-41). Kita pasti
akan berkata, “Biarlah kematian-Nya yang memalukan itu diraha-
siakan, dan kebangkitan-Nya yang mulia itu ditunjukkan kepada
semua orang.” Namun, rancangan Allah tidaklah sama dengan
rancangan kita, dan Dia sudah mengaturnya sedemikian rupa
bahwa kematian Kristus harus diperlihatkan di bawah matahari,
dan begitu pula bahwa matahari itu menjadi merah padam dan
menyembunyikan wajahnya pada saat kematian-Nya. namun buk-
ti-bukti kebangkitan-Nya harus ditunjukkan sebagai kebaikan
hanya kepada teman-teman khusus-Nya, dan oleh mereka harus
diberitakan kepada dunia, supaya berbahagialah mereka yang
tidak melihat namun percaya. Cara pembuktian itu ditunjukkan
sedemikian rupa sehingga memberi kepuasan yang penuh
bagi orang-orang saleh yang cenderung mau menerima ajaran dan
hukum Kristus, dan pada saat yang sama juga meninggalkan
ruang bagi orang-orang yang bersikap masa bodoh dan tetap ber-
sikeras dalam ketidakpercayaan mereka untuk merasa keberatan
dengan bukti itu. Dan ini merupakan pengujian yang adil, yang
disesuaikan dengan keadaan orang-orang yang sedang diuji.
Dalam ayat-ayat di atas kita menapaki langkah pertama me-
nuju bukti kebangkitan Kristus, yaitu bahwa kubur itu ditemu-
kan kosong. Ia tidak ada di sini, dan, jika demikian, mereka harus
memberi tahu kita di mana Dia atau kita harus menyimpulkan
bahwa Dia sudah bangkit.
I. Maria Magdalena, saat tiba di kubur, mendapati bahwa batu
telah diambil dari kubur. Penulis Injil ini tidak menyebutkan pe-
rempuan-perempuan lain yang pergi bersama Maria Magdalena,
namun hanya menyebutkan dia di sini, sebab dialah yang paling
giat dan bersemangat untuk mengunjungi kubur ini, dan di dalam
dirinya tampak rasa kasih yang paling besar. Dan rasa kasihnya
ini dikobarkan oleh alasan yang baik, dengan mengingat perkara-
perkara besar yang telah diperbuat Kristus baginya. Dosanya yang
banyak telah diampuni, sebab ia banyak berbuat kasih. Ia sudah
menunjukkan kasih sayangnya kepada-Nya saat Dia masih
hidup, mendengarkan ajaran-Nya, dan melayani Dia dengan keka-
yaannya (Luk. 8:2-3). Tidak tampak di sini bahwa dia mempunyai
suatu urusan pada saat itu di Yerusalem, kecuali untuk mela-
yani-Nya, sebab kaum perempuan tidak diwajibkan untuk pergi
ke perayaan itu, dan mungkin dia beserta teman-temannya meng-
ikuti-Nya dari jarak yang lebih dekat, seperti Elisa mengikuti Elia,
sebab sekarang mereka tahu bahwa Guru mereka akan segera
diambil dari pada mereka (2Raj. 2:1-6). Banyaknya contoh peng-
hormatan yang terus diberikan Maria Magdalena kepada-Nya
pada saat dan sesudah kematian-Nya membuktikan ketulusan ka-
sihnya. Perhatikanlah, jika kasih kepada Kristus itu tulus, maka
kasih itu akan tetap. Kasihnya kepada Kristus kuat seperti maut,
maut di kayu salib, sebab kasih itu berdiri mendampingi salib.
Kasihnya gigih seperti dunia orang mati, sebab kasih itu membuat-
nya mengunjungi kubur, dan tidak terhalang oleh kengerian-ke-
ngeriannya.
1. Ia pergi ke kubur itu untuk membasuh mayat-Nya dengan air
matanya, sebab ia pergi ke kubur untuk menangis di sana, dan
untuk mengurapi-Nya dengan minyak yang sudah dipersiap-
kannya. Kubur yaitu rumah yang tidak mau dikunjungi
orang. Mereka yang bebas di antara orang mati, dipisahkan
dari orang hidup, dan pasti sebab kasih sayang yang begitu
luar biasa kepada seseorang jika kita sampai terdorong untuk
merawat kuburnya baik-baik. Kubur yaitu sesuatu yang me-
nakutkan, terutama bagi kaum perempuan yang lemah dan
mudah takut. Dapatkah dia, yang tidak mempunyai cukup ke-
kuatan untuk menggulingkan batu itu, menganggap dirinya
mampu memasuki kubur itu? Agama Yahudi melarang orang
untuk berurusan dengan kubur dan mayat melebihi apa yang
seperlunya. Dengan mengunjungi kubur Kristus, Maria mem-
buat dirinya, dan mungkin juga para murid, bisa dicurigai
mempunyai rencana untuk mencuri-Nya. Terus, pelayanan se-
perti apakah yang sesungguhnya dapat diberikannya kepada
Kristus dengan berbuat demikian? Namun, kasihnya men-
jawab keberatan-keberatan ini, dan beribu-ribu keberatan lain
yang serupa.
Perhatikanlah:
(1) Kita harus berusaha memberi penghormatan kepada
Kristus dalam hal-hal di mana kita masih belum bisa mem-
berikan manfaat bagi-Nya.
(2) Kasih kepada Kristus akan menyingkirkan kengerian maut
dan kubur. Jika kita tidak dapat datang kepada Kristus ke-
cuali melalui lembah kekelaman itu, maka bahkan di da-
lam lembah itu sekalipun, jika kita mengasihi-Nya, kita
tidak akan takut bahaya.
2. Ia pergi sesegera mungkin, sebab ia datang,
(1) Pada hari pertama minggu itu, segera sesudah hari Sabat le-
wat, sebab dia begitu rindu, bukan untuk menjual gandum
dan menawarkan terigu (seperti dalam Am. 8:5), melainkan
untuk berada di kubur. Orang-orang yang mengasihi Kris-
tus akan memanfaatkan kesempatan pertama untuk mem-
buktikan rasa hormat mereka kepada-Nya. Ini merupakan
Sabat Kristen yang pertama, dan dia memulainya dengan
mencari Kristus seperti yang sudah seharusnya demikian.
Dia sudah menghabiskan hari sebelumnya dengan menge-
nang karya penciptaan, dan sebab itu dia beristirahat.
namun sekarang dia sedang menyelidiki karya penebusan,
dan sebab itu dia mengunjungi Kristus, yaitu Dia yang
disalibkan.
(2) Ia datang pagi-pagi benar, saat hari masih gelap. Begitu
paginya dia berangkat. Perhatikanlah, orang-orang yang
ingin mencari Kristus agar bisa mendapatkan-Nya harus
mencari-Nya sedari dini, yakni:
[1] Mencari-Nya dengan segala kerinduan hati, begitu
inginnya sampai membuat mereka terjaga dari tidur,
bangun pagi-pagi benar sebab takut kehilangan Dia.
[2] Mencari-Nya dengan rajin. Kita harus menyangkal diri
dan tidak mau berhenti dalam mengejar Kristus.
[3] Mencari-Nya sejak dini, saat hari masih pagi sekali,
pagi-pagi benar setiap hari. Pada waktu pagi Engkau
mendengar seruanku. Hari yang dimulai seperti itu
dengan sendirinya pasti akan diakhiri dengan baik pula.
Orang-orang yang dengan rajin mencari-cari Kristus
saat hari masih gelap akan diberi terang tentang Dia,
yang akan bersinar semakin cemerlang.
3. Ia mendapati batu itu telah diambil, yang sebelumnya dilihat-
nya digulingkan ke pintu kubur itu. Nah, ini merupakan,
(1) Suatu kejutan baginya, sebab dia tidak begitu menduga
itu akan terjadi. Kristus yang disalibkan yaitu sumber ke-
hidupan. Kubur-Nya merupakan salah satu sumur kesela-
matan. Jika kita datang kepada sumur itu dengan iman,
maka meskipun bagi hati yang duniawi sumur itu akan
menjadi mata air yang tertutup, kita akan menemukan
batunya telah terguling (seperti dalam Kej. 29:10), dan
dapat dengan bebas menikmati penghiburan-penghiburan
yang ditawarkannya. Penghiburan-penghiburan yang me-
ngejutkan merupakan dorongan-dorongan yang sering di-
berikan kepada mereka yang mencari-Nya sejak dini.
(2) Suatu permulaan dari penemuan yang mulia. Tuhan telah
bangkit, meskipun pada mulanya dia tidak memahaminya
seperti itu.
Perhatikanlah:
[1] Orang-orang yang paling setia mengikuti Kristus, dan
yang paling rajin dalam mencari-Nya, biasanya yang
pertama diberi tahu tentang hal-hal yang paling indah
mengenai anugerah ilahi. Maria Magdalena, yang meng-
ikuti Kristus sampai saat terakhir Dia dipermalukan,
menjumpai-Nya pertama kali saat Dia ditinggikan.
[2] Allah biasanya mengungkapkan diri-Nya dan penghi-
buran-penghiburan-Nya kepada kita secara bertahap,
untuk membangkitkan pengharapan-pengharapan kita
dan untuk mendorong kita agar terus mencari lagi.
II. sesudah mendapati batu itu sudah diambil, dia bergegas kembali
kepada Petrus dan Yohanes, yang mungkin tinggal bersama di
ujung kota itu, yang tidak jauh dari situ, dan memberitahukan
mereka mengenai hal ini: “Tuhan telah diambil orang dari kubur-
nya,” sambil merasa kesal sebab menurutnya Dia layak menda-
patkan kehormatan untuk dimakamkan di kubur yang pantas,
“dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan, atau di mana kami
harus menemukan-Nya, agar kami dapat memberi-Nya penghor-
matan kami yang terakhir.”
Perhatikanlah di sini:
1. Gagasan apa yang ada dalam pikiran Maria mengenai kejadi-
an-kejadian yang tampak sekarang. Dia mendapati batu itu
sudah tidak ada, melongok ke dalam kubur, dan melihatnya
kosong. Nah, orang akan menyangka bahwa pemikiran per-
tama yang muncul dengan sendirinya yaitu , pasti Tuhan su-
dah bangkit. sebab kapan saja saat Dia memberi tahu me-
reka bahwa Dia harus disalibkan, yang baru saja dilihatnya
sudah digenapi, Dia selalu menambahkan dengan segera bah-
wa pada hari ketiga Dia akan bangkit kembali. Bagaimana bisa
Maria yang merasakan gempa bumi dahsyat yang terjadi ke-
tika dia mendatangi kubur itu, atau saat bersiap-siap hen-
dak mendatanginya, dan kemudian melihat kuburnya kosong,
sama sekali tidak timbul pemikiran di dalam kepalanya ten-
tang kebangkitan? Wah, bagaimana mungkin tidak ada pikir-
an, tidak ada kecurigaan mengenai kebangkitan-Nya? Jadi,
tampaknya batu yang sudah dipindahkan itu, yang diambil
dan diletakkan di tempat yang sangat jauh, diartikannya de-
ngan macam-macam. Perhatikanlah, saat kita merenungkan
perbuatan kita sendiri yang kita lakukan pada hari berkabut
dan hari kegelapan, kita akan terheran-heran dengan kebo-
dohan dan kelalaian kita, bahwa kita sampai bisa melewatkan
pemikiran-pemikiran yang kemudian tampak jelas, dan bagai-
mana pemikiran-pemikiran itu berada begitu jauh dari kita
saat kita mempunyai kesempatan untuk memikirkannya. Ia
mengartikannya demikian, “Tuhan telah diambil orang.” Entah
imam-imam kepala yang telah mengambil-Nya, untuk meletak-
kan-Nya di tempat yang lebih buruk, atau Yusuf dan Nikode-
mus yang telah melakukannya, sesudah mereka berpikir-pikir
kembali, untuk menghindari niat jahat orang-orang Yahudi.
Apa pun yang disangkakannya, tampaknya dia sangat kesal
dan terganggu sebab mayat-Nya sudah tidak ada. Padahal,
jika saja dia memahaminya dengan benar, tidak ada hal lain
yang lebih membahagiakan daripada ini. Perhatikanlah, orang-
orang percaya yang lemah sering kali menjadikan sesuatu
sebagai alasan bagi mereka untuk mengeluh, padahal sebenar-
nya justru hal itu merupakan alasan yang tepat bagi mereka
untuk berharap dan bersukacita. Kita berkeluh kesah sebab
barang ini atau barang itu yang memberi kenyamanan ke-
pada kita kini diambil, dan kita tidak tahu bagaimana menda-
patkannya kembali. Padahal sebenarnya diambilnya barang-
barang yang dapat memberi kita kenyamanan hidup yang fana
itu, yang kita tangisi, yaitu untuk membangkitkan kenya-
manan rohani kita, yang di dalamnya kita juga harus bersuka-
cita.
2. Apa yang diceritakannya mengenai hal itu kepada Petrus dan
Yohanes. Ia tidak terus menyimpan duka itu di dalam hatinya
sendiri, namun membagikannya kepada teman-temannya. Per-
hatikanlah, berbagi dukacita merupakan suatu cara yang baik
bagaimana kita memanfaatkan persekutuan kita dengan
orang-orang kudus lainnya. Amatilah, Petrus, meskipun dia
sudah menyangkal Gurunya, tidak meninggalkan teman-
teman Gurunya. Dengan ini tampaklah ketulusan pertobatan-
nya, bahwa dia bersekutu dengan murid yang dikasihi Yesus.
Dan murid-murid yang tetap menjaga kedekatan mereka
dengannya seperti sebelumnya, kendati dengan kejatuhannya,
mengajar kita untuk memulihkan orang-orang yang sudah
bersalah dengan roh yang lemah lembut. Jika Allah sudah
menerima mereka pada saat mereka bertobat, mengapa kita
tidak?
III. Petrus dan Yohanes bergegas pergi secepat mungkin ke kubur,
untuk membuktikan sendiri kebenaran dari apa yang diberitahu-
kan kepada mereka, dan untuk melihat apakah mereka bisa men-
dapatkan penemuan-penemuan baru (ay. 3-4). Sebagian orang
berpikir bahwa murid-murid yang lain berada bersama-sama
dengan Petrus dan Yohanes saat berita itu disampaikan, sebab
mereka menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid
(Luk. 24:9). Sebagian yang lain berpendapat bahwa Maria Magda-
lena menceritakan kisahnya hanya kepada Petrus dan Yohanes,
dan bahwa perempuan-perempuan yang lain menceritakan kisah
mereka kepada murid-murid yang lain. Walaupun begitu, tidak
seorang pun dari mereka yang pergi ke kubur kecuali Petrus dan
Yohanes, yang merupakan dua dari tiga murid Kristus yang per-
tama, yang sering kali dibedakan dari murid-murid yang lain de-
ngan kebaikan-kebaikan khusus. Perhatikanlah, yaitu hal yang
baik jika orang yang diberi kehormatan-kehormatan sebagai
murid melebihi orang lain, bertindak lebih giat daripada orang
lain dalam melakukan kewajiban-kewajiban sebagai murid, dan
lebih bersedia menanggung segala penderitaan serta menghadapi
mara bahaya dalam melakukan pekerjaan baik.
1. Lihatlah di sini bagaimana kita harus memanfaatkan peng-
alaman dan pengamatan-pengamatan orang lain. saat Maria
memberi tahu mereka apa yang telah dilihatnya, mereka tidak
mau percaya pada perkataannya begitu saja, namun langsung
pergi dan melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri. Ada-
kah orang lain memberi tahu kita tentang penghiburan dan
keuntungan yang mereka dapatkan dalam mengikuti ketetap-
an-ketetapan ibadah? Kalau begitu, marilah kita mengikutinya
sendiri supaya kita dapat membuktikan kebenarannya. Mari
datang dan lihatlah betapa baiknya mendekat kepada Allah.
2. Lihatlah betapa kita harus mau berbagi dengan teman-teman
kita dalam segala kekhawatiran dan ketakutan mereka. Petrus
dan Yohanes bergegas pergi ke kubur, supaya mereka dapat
memberi jawaban yang memuaskan kepada Maria atas
kecemasannya. Kita tidak boleh bersungut-sungut jika kita
harus bersusah payah untuk membantu dan menghibur para
pengikut Kristus yang lemah dan mudah takut.
3. Lihatlah betapa kita harus bergegas dalam berbuat baik, dan
bersegera melakukan tugas yang mulia. Petrus dan Yohanes
tidak mengindahkan kenyamanan ataupun kegentingan ke-
adaan mereka, namun langsung berlari ke kubur, supaya mere-
ka dapat menunjukkan kuatnya semangat dan rasa kasih me-
reka, dan supaya tidak ada sedikit pun waktu yang terbuang
sia-sia. Jika kita sedang menjalankan perintah-perintah Allah,
kita harus berlari di jalan itu.
4. Lihatlah betapa baiknya jika kita mempunyai teman-teman
yang baik dalam melakukan perbuatan yang baik. Mungkin
tidak satu pun dari kedua murid itu yang berani pergi ke
kubur sendirian, namun, sebab mereka pergi berdua, mereka
tidak merasakan kesulitan apa-apa dalam melakukannya
(Pkh. 4:9).
5. Lihatlah betapa patut dipujinya persaingan yang terjadi di an-
tara murid-murid Kristus, dalam berjuang untuk mengungguli
dan melebihi yang lain dalam perbuatan baik. Bukan merupa-
kan suatu pelanggaran atau ketidaksopanan bagi Yohanes,
meskipun ia lebih muda, untuk berlari mendahului Petrus,
dan sampai di tujuan sebelum dia. Kita harus melakukan yang
terbaik, dan tidak boleh iri terhadap orang lain yang dapat me-
lakukannya dengan lebih baik, ataupun merendahkan orang
lain yang sudah berbuat semampu mereka namun tertinggal di
belakang kita.
(1) Dia yang sampai terlebih dulu dalam pertandingan ini ada-
lah murid yang dikasihi Yesus secara khusus, dan yang ka-
rena itu mengasihi Yesus secara khusus pula. Perhatikan-
lah, jika kita merasakan kasih Kristus kepada kita, maka
itu akan mengobarkan kasih di dalam diri kita kepada-Nya
lagi, dan akan membuat kita unggul dalam hal kebaikan.
Kasih Kristus akan menahan kita lebih daripada apa pun
untuk melaksanakan kewajiban secara penuh.
(2) Yang sampai belakangan yaitu Petrus, yang telah me-
nyangkal Gurunya, dan yang sedang merasa malu serta
berdukacita sebab nya, dan ini menghambatnya seperti be-
ban yang berat. Perasaan bersalah mengekang kita, dan
menghalangi kemajuan kita dalam melayani Allah. jika
hati nurani terganggu, kita kehilangan tempat berpijak.
IV. Petrus dan Yohanes, sesudah sampai di kubur, terus mencari tahu,
namun hanya sedikit yang ditemukannya.
1. Yohanes tidak masuk lebih dalam daripada Maria Magdalena.
(1) Ia memiliki rasa penasaran untuk melihat kubur itu lebih
dalam lagi, dan ia mendapatinya kosong. Ia menjenguk ke
dalam. Orang yang ingin mendapatkan pengetahuan akan
Kristus harus merunduk dan menjenguk ke dalam, harus
dengan rendah hati berserah kepada wewenang pewahyuan
ilahi, dan harus melihat dengan rasa ingin tahu.
(2) Namun, ia tidak mempunyai keberanian untuk pergi ke da-
lam kubur. Perasaan yang paling berkobar-kobar pun tidak
selalu disertai dengan tekad yang bulat. Banyak orang
tangkas dalam mengikuti pertandingan agama, namun me-
reka tidak gigih berjuang dalam pertempuran-pertempur-
annya.
2. Petrus, meskipun dia tiba terakhir, masuk ke dalam terlebih
dulu, dan menemukan apa yang terjadi lebih saksama dari-
pada yang sudah didapatkan Yohanes (ay. 6-7). Meskipun
Yohanes berlari mendahuluinya, ia tidak berbalik kembali ka-
rena itu, atau langsung berhenti dan berdiam diri, namun ber-
usaha menyusulnya secepat mungkin. Dan, sementara Yoha-
nes sedang melihat-lihat ke dalam dengan sangat hati-hati,
Petrus datang, dan dengan penuh keberanian masuk ke dalam
kubur itu.
(1) Amatilah di sini keberanian Petrus, dan bagaimana Allah
membagikan karunia-karunia-Nya dengan berbagai cara.
Yohanes dapat berlari mendahului Petrus, namun Petrus da-
pat bertindak lebih berani daripada Yohanes. Jarang kita
bisa mengatakan tentang orang-orang yang sama, seperti
apa yang dikatakan Daud secara puitis tentang Saul dan
Yonatan, bahwa mereka lebih cepat dari burung rajawali,
namun lebih kuat dari singa (2Sam. 1:23). Sebagian murid
bertindak cepat, dan mereka berguna untuk mendorong
murid-murid lain yang lamban. Sebagian yang lain berani,
dan mereka berguna untuk memberanikan murid-murid
lain yang takut-takut. Ada rupa-rupa karunia, namun satu
Roh. Keberanian Petrus untuk masuk ke dalam kubur
dapat mengajar kita,
[1] Bahwa orang-orang yang dengan tulus dan sungguh-
sungguh mencari Kristus tidak boleh menakut-nakuti
diri mereka sendiri dengan berbagai macam kekhawatir-
an dan khayalan yang bodoh: “Ada singa di jalan, ada
hantu di kuburan.”
[2] Bahwa orang-orang Kristen yang baik tidak perlu takut
terhadap kuburan, sebab Kristus telah terbaring di da-
lamnya. Sebab bagi mereka, tidak ada satu hal pun di
dalamnya yang menakutkan. Kuburan bukanlah lubang
kebinasaan, dan cacing-cacing di dalamnya bukanlah
cacing-cacing yang tidak akan pernah mati. Oleh sebab
itu, marilah kita tidak memanjakan, melainkan justru
menaklukkan, ketakutan yang cenderung menghantui
kita saat melihat mayat, atau saat berada sendirian
di kuburan. Dan, sebab kita pun tidak lama lagi pasti
akan mati dan berada di dalam kubur, maka marilah
kita mengakrabkan diri dengan kematian dan kuburan,
sebagai saudara-saudara kita yang dekat (Ayb. 17:14).
[3] Kita harus rela pergi melewati kuburan menuju pada
Kristus. Melalui jalan itulah Dia pergi kepada kemulia-
an-Nya, dan demikian pula kita seharusnya. Jika kita
tidak bisa melihat wajah Allah dan tetap hidup, maka
baiklah kita mati daripada tidak pernah melihat wajah-
Nya itu sama sekali (Ayb. 19:25, dst.)
(2) Perhatikanlah letak benda-benda yang ditemukannya di
dalam kubur.
[1] Kristus telah meninggalkan kain kapan-Nya di sana.
Dengan pakaian apa Dia menampakkan diri kepada
murid-murid-Nya kita tidak diberi tahu, namun Dia tidak
pernah tampak dalam kain kapan, seperti yang biasa
dibayangkan orang-orang tentang hantu. Tidak, Dia
menyingkirkannya,
Pertama, sebab Dia bangkit untuk tidak mati lagi,
maut tidak berkuasa lagi atas Dia (Rm. 6:9). Lazarus ke-
luar dari kuburnya dengan tetap berpakaian kain ka-
pan, sebab dia harus memakainya lagi nanti. namun
Kristus, bangkit kepada kehidupan kekal, keluar dari
kubur dengan bebas tanpa harus memakainya lagi.
Kedua, sebab akan dipakaikan jubah kemuliaan,
Dia menyingkirkan pakaian rongsokan ini. Di dalam Fir-
daus, pakaian tidak akan diperlukan lagi seperti halnya
di bumi. Nabi yang akan naik ke sorga menanggalkan
jubahnya.
Ketiga, saat kita dibangkitkan dari kematian dosa
kepada hidup kebenaran, kita harus meninggalkan kain
kapan kita, harus menanggalkan segala kerusakan kita.
Keempat, Kristus meninggalkan kain kapan itu di
kubur, seolah-olah, untuk kita gunakan jika kubur
akan menjadi tempat tidur bagi orang-orang kudus. De-
ngan demikian, Dia telah memasang seprai di tempat
tidur itu, dan mempersiapkannya bagi kita. Dan kain
peluh itu dengan sendirinya bermanfaat bagi orang-
orang yang berduka yang ditinggalkan, untuk mengha-
pus air mata mereka.
[2] Kain kapan itu ditemukan dalam keadaan yang sangat
rapi, yang merupakan bukti bahwa mayat-Nya tidak di-
curi orang saat para penjaga sedang tidur. Para pen-
curi kuburan dikenal dengan perbuatan mereka yang
mengambil kain kapan dan membiarkan mayatnya. Te-
tapi tidak ada [sebelum adanya praktik-praktik paham
kebangkitan kembali masa kini] yang pernah mengam-
bil mayat dan membiarkan kain kapannya, terutama
jika kain itu yaitu kain lenan yang bagus dan baru
(Mrk. 15:46). Siapa saja pasti lebih ingin membawa
mayat yang berpakaian daripada yang telanjang. Atau,
seandainya pun para pencuri itu meninggalkan kain
kapan itu, tidaklah mungkin mereka akan bersusah-
susah menyediakan waktu untuk melipat kain itu.
(3) Lihatlah bagaimana keberanian Petrus mendorong Yoha-
nes. Kini dia memberanikan diri dan ikut masuk ke dalam
kubur itu (ay. 8), lalu ia melihatnya dan percaya. Bukan
sekadar percaya pada apa yang dikatakan Maria, bahwa
mayat itu sudah tidak ada (sebab jika ia hanya percaya
pada apa yang dilihatnya, apa nilai tambahnya bagi dia?),
namun juga ia mulai percaya bahwa Yesus bangkit dan
hidup kembali, meskipun imannya pada waktu itu, masih
lemah dan goyah.
[1] Yohanes mengikuti Petrus dalam memberanikan diri.
Tampaknya, dia tidak akan berani masuk ke dalam
kubur itu seandainya Petrus tidak masuk terlebih da-
hulu. Perhatikanlah, yaitu baik jika kita dibuat berani
melakukan perbuatan baik oleh keberanian orang lain.
Ketakutan terhadap kesulitan dan bahaya akan tersing-
kirkan bila melihat tekad serta keberanian orang lain.
Mungkin kecepatan Yohanes telah membuat Petrus ber-
lari dengan lebih kencang, dan sekarang keberanian
Petrus membuat Yohanes berani melangkah lebih jauh.
Tindakan keduanya saling mendorong apa yang akan
diperbuat oleh yang satu atau yang lainnya. Meskipun
Petrus baru saja jatuh ke dalam aib sebagai pembelot,
dan Yohanes telah diberi kehormatan dengan diangkat
menjadi orang kepercayaan-Nya (Kristus telah menye-
rahkan ibu-Nya kepadanya), namun Yohanes tidak
hanya tetap berteman dengan Petrus, namun juga tidak
merasa hina untuk mengikutinya.
[2] Namun, tampaknya, Yohanes lebih dahulu percaya dari-
pada Petrus. Petrus melihat dan bertanya-tanya dalam
hatinya (Luk. 24:12), namun Yohanes melihat dan
percaya. Pikiran yang cenderung merenungkan segala
sesuatu mungkin lebih cepat menerima bukti kebenar-
an ilahi daripada pikiran yang cenderung untuk bertin-
dak. Namun, apakah yang menjadi alasannya sehingga
hati mereka begitu lamban untuk percaya? Penulis Injil
ini mengatakannya kepada kita (ay. 9), sebab selama itu
mereka belum mengerti isi Kitab Suci, maksudnya, me-
reka tidak mempertimbangkan, menerapkan, dan me-
ngembangkan dengan benar, apa yang mereka ketahui
tentang Kitab Suci, bahwa Dia harus bangkit dari an-
tara orang mati. Perjanjian Lama berbicara tentang
kebangkitan Mesias. Mereka memercayai-Nya sebagai
Mesias, dan Dia sendiri sudah sering kali memberi tahu
mereka bahwa, menurut kitab-kitab Perjanjian Lama,
Dia harus bangkit kembali. Namun, pikiran mereka
tidak cukup tanggap untuk menjelaskan kejadian-keja-
dian yang tampak di hadapan mereka ini. Amatilah di
sini,
Pertama, betapa lambannya murid-murid itu sendiri,
pada awalnya, untuk percaya pada kebangkitan Kristus,
dan ini meneguhkan kesaksian yang akan mereka beri-
kan sesudah itu dengan begitu yakin. Sebab, dengan ke-
lambanan mereka untuk percaya, tampak bahwa mere-
ka tidak mudah percaya begitu saja dengan hal itu, dan
juga mereka bukanlah orang-orang polos yang langsung
percaya pada setiap kata yang diucapkan. Seandainya
mereka berencana memajukan kepentingan mereka
sendiri dengan peristiwa itu, maka mereka pasti dengan
semangat yang menggebu-gebu akan lekas percaya
pada tanda pertama yang membuktikannya. Mereka
akan membangkitkan dan mendukung pengharapan
satu sama lain, dan akan mempersiapkan pikiran
orang-orang yang mengikuti mereka untuk menerima
kabar mengenai kebangkitan itu. Namun, sebaliknya,
kita mendapati bahwa segala pengharapan mereka kan-
das, bagi mereka kejadian itu merupakan hal yang
aneh, dan sama sekali jauh dari pikiran mereka. Petrus
dan Yohanes pada awalnya begitu berhati-hati untuk
memercayainya, sehingga tidak ada hal lain kecuali
bukti yang paling meyakinkan yang bisa membuat me-
reka percaya, dan di kemudian hari, bukti-bukti seperti
inilah yang membuat mereka memberi kesaksian
penuh tentang kebangkitan itu. Dengan ini tampak bah-
wa mereka bukan hanya orang-orang yang jujur, yang
tidak akan menipu orang lain, melainkan juga orang-
orang yang sangat berhati-hati, yang tidak akan mem-
biarkan diri mereka sendiri diperdayai.
Kedua, apa alasan kelambanan mereka untuk per-
caya itu. Sebab, selama itu mereka belum mengerti isi
Kitab Suci. Ini tampaknya merupakan pengakuan penu-
lis Injil ini akan kesalahannya sendiri, di antara murid-
murid yang lain. Ia tidak berkata, “Sebab selama itu
Yesus belum menampakkan diri kepada mereka, belum
menunjukkan kepada mereka tangan dan lambung-
Nya,” melainkan, “Sebab selama itu Dia belum mem-
buka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab
Suci” (Luk. 24:44-45), sebab Kitab Suci yaitu firman
yang paling teguh yang telah disampaikan oleh para
nabi.
3. Petrus dan Yohanes tidak meneruskan penyelidikan mereka
lebih lanjut, namun menghentikannya, sambil merasa terom-
bang-ambing antara iman dan ketidakpercayaan (ay. 10): Lalu
pulanglah kedua murid itu, tanpa menjadi lebih bijak, ke ru-
mah, pros heautous – kepada teman-teman mereka sendiri, dan
murid-murid yang lain pulang ke tempat penginapan mereka
masing-masing, sebab mereka tidak mempunyai rumah di
Yerusalem. Mereka pergi,
(1) sebab takut dicurigai mempunyai rencana untuk mencuri
mayat-Nya, atau dituduh melakukannya sebab sekarang
mayat itu sudah tidak ada. Bukannya berusaha mengem-
bangkan iman, mereka justru hanya peduli melindungi diri
sendiri, dan berpindah tempat demi keamanan mereka sen-
diri. Dalam masa-masa yang sulit dan berbahaya, sungguh
susah bahkan bagi orang-orang yang baik sekalipun untuk
tetap melanjutkan pekerjaan mereka dengan tekad yang
sudah seharusnya mereka miliki.
(2) sebab mereka kebingungan, dan tidak tahu apa yang ha-
rus diperbuat selanjutnya, atau apa yang harus dilakukan
dengan semua yang telah mereka lihat itu. Dan oleh sebab
itu, sebab mereka tidak berani tinggal di kubur, mereka
memutuskan untuk pulang, dan menunggu sampai Allah
menyatakan hal itu juga kepada mereka. Ini menggambar-
kan kelemahan mereka pada saat itu.
(3) Mungkin saja bahwa murid-murid yang lain sedang ber-
kumpul bersama-sama. Kepada merekalah Petrus dan
Yohanes kembali, untuk melaporkan apa yang telah mere-
ka temukan dan untuk membahas dengan mereka apa
yang harus dilakukan. Dan, mungkin, sekarang mereka
menetapkan akan bertemu pada malam harinya, saat
Kristus mendatangi mereka. Dapat diamati di sini bahwa
sebelum Petrus dan Yohanes sampai di kubur itu, ada satu
orang malaikat yang menampakkan diri di sana, menggu-
lingkan batunya, membuat takut para penjaga, dan meng-
hibur perempuan-perempuan yang datang. Segera sesudah
mereka pergi dari kubur, Maria Magdalena di sini melihat
dua orang malaikat di kubur itu (ay. 12), namun saat
Petrus dan Yohanes sampai di kubur, dan masuk ke da-
lamnya, mereka tidak melihat satu orang malaikat pun.
Apa yang harus kita katakan tentang ini? Di manakah ma-
laikat-malaikat itu saat Petrus dan Yohanes berada di
kubur, yang sebelum dan sesudahnya menampakkan diri
di sana?
[1] Para malaikat dapat menampakkan diri dan menghilang
sesuka hati mereka, sesuai dengan perintah-perintah
dan petunjuk-petunjuk yang diberikan kepada mereka.
Mereka mungkin, dan memang sesungguhnya, berada
di tempat mereka berada secara tidak terlihat. Bahkan
tampaknya pada saat yang sama, mereka mungkin da-
pat dilihat oleh yang satu dan tidak oleh yang lain (Bil.
22:23; 2Raj. 6:17). Kita sudah berbuat lancang jika kita
bertanya-tanya bagaimana mereka bisa membuat diri
mereka terlihat, lalu tidak terlihat, dan kemudian terli-
hat lagi. namun kenyataan bahwa mereka melakukan
hal itu sudah jelas dari kisah ini.
[2] Kebaikan ini ditunjukkan kepada orang-orang yang
mencari Kristus sejak dini dan secara terus-menerus,
dan merupakan imbalan bagi mereka yang datang per-
tama kali dan yang tinggal paling akhir. namun kebaikan
ini tidak diberikan kepada mereka yang berkunjung
hanya sepintas lalu.
[3] Para rasul tidak akan menerima perintah-perintah un-
tuk mereka dari para malaikat pada saat itu, melainkan
dari Roh anugerah (Ibr. 2:5).
Kebangkitan
(20:11-18)
11 namun Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia
menjenguk ke dalam kubur itu, 12 dan tampaklah olehnya dua orang malai-
kat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di
sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. 13 Kata malaikat-malaikat itu
kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka:
“Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” 14
Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri
di situ, namun ia tidak tahu, bahwa itu yaitu Yesus. 15 Kata Yesus kepada-
nya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria
menyangka orang itu yaitu penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya:
“Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana
tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” 16 Kata Yesus ke-
padanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa
Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru. 17 Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau
memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, namun pergilah kepada
saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku
akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” 18
Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat
Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
Markus mengatakan kepada kita bahwa Kristus pertama kali menam-
pakkan diri kepada Maria Magdalena (Mrk. 16:9). Penampakan itu
diceritakan secara panjang lebar di sini, dan di dalamnya kita dapat
memperhatikan,
I. Keteguhan dan kesungguhan kasih sayang Maria Magdalena ter-
hadap Tuhan Yesus (ay. 11).
1. Ia tetap tinggal di kubur, sesudah Petrus dan Yohanes pergi, ka-
rena di sanalah Tuannya terbaring, dan di sanalah kemung-
kinan besar dia dapat mendengar suatu kabar mengenai Dia.
Perhatikanlah:
(1) Di mana ada kasih yang sejati terhadap Kristus, di situ ada
kesetiaan yang teguh kepada-Nya, dan tekad hati yang
bulat untuk terus melekat kepada-Nya. Perempuan yang
baik ini, meskipun telah kehilangan Kristus, namun, dari-
pada disangka meninggalkan Dia, ingin tetap tinggal di
samping kubur-Nya demi Dia, dan terus berada di dalam
kasih-Nya sekalipun ia telah kehilangan penghiburan dari
kasih-Nya itu.
(2) Di mana ada keinginan yang sungguh-sungguh untuk me-
ngenal Kristus, di situ akan ada penggunaan sarana penge-
tahuan secara terus-menerus (Hos. 6:2-3), pada hari yang
ketiga Ia akan membangkitkan kita. Dan kita akan menge-
tahui arti kebangkitan itu, jika kita tetap ingin mengetahui-
nya, seperti yang diperbuat Maria di sini.
2. Ia tinggal di sana sambil menangis, dan air mata ini berbicara
dengan lantang akan kasih sayangnya terhadap Tuannya.
Orang-orang yang telah kehilangan Kristus mempunyai alasan
untuk menangis. Ia menangis bila mengingat penderitaan-pen-
deritaan-Nya yang begitu pahit. Ia menangis untuk kematian-
Nya, dan untuk kehilangan yang diderita olehnya, oleh teman-
temannya, dan oleh bangsanya sebab kematian-Nya itu. Ia
menangis bila membayangkan ia harus pulang tanpa-Nya, me-
nangis sebab sekarang ia tidak mendapati mayat-Nya. Orang-
orang yang mencari Kristus harus mencari-Nya dengan cemas
(Luk. 2:48), harus menangis, bukan untuk Dia melainkan
untuk diri mereka sendiri.
3. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, agar mata-
nya dapat mempengaruhi hatinya. saat kita sedang mencari
sesuatu yang hilang, kita terus-menerus melihat kembali ke
tempat kita terakhir kali meninggalkan sesuatu yang hilang
itu, dan berharap akan menemukannya di sana. Ia akan men-
cari sebanyak tujuh kali, tanpa mau tahu kecuali bahwa pada
akhirnya dia boleh mendapatkan sedikit banyak pengharapan.
Perhatikanlah:
(1) Tangisan tidak boleh menghalang-halangi pencarian.
Meskipun ia menangis, ia menjenguk ke dalam kubur.
(2) Orang-orang yang kemungkinan akan menemukan apa
yang mereka cari yaitu mereka yang mencari dengan
tulus, yang mencari dengan cucuran air mata.
II. Dilihatnya dua orang malaikat di kubur itu (ay. 12).
Perhatikanlah di sini:
1. Gambaran tentang pribadi-pribadi yang dilihatnya. Mereka
yaitu dua orang malaikat berpakaian putih, yang sedang du-
duk (mungkin di atas bongkahan batu) yang seorang di sebe-
lah kepala, dan yang lain di sebelah kaki, di tempat mayat itu.
Di sini kita melihat:
(1) Sifat mereka. Mereka yaitu para malaikat, para utusan
dari sorga, yang diutus untuk melakukan suatu tugas,
pada kesempatan yang besar ini:
[1] Untuk memuliakan Anak dan untuk menyemarakkan
khidmat kebangkitan-Nya. Kini Anak Allah akan dibawa
kembali ke dalam dunia, dan para malaikat mempunyai
tugas untuk mengiringi-Nya, seperti yang mereka laku-
kan pada saat kelahiran-Nya (Ibr. 1:6).
[2] Untuk menghibur orang-orang kudus. Untuk menyam-
paikan kata-kata penghiburan bagi mereka yang sedang
berdukacita, dan, dengan memberitahukan kepada me-
reka bahwa Tuhan telah bangkit, untuk mempersiapkan
hati mereka saat mereka melihat-Nya.
(2) Jumlah mereka: dua, bukan sejumlah besar bala tentara
sorga, untuk menyanyikan kidung pujian, melainkan ha-
nya dua, untuk memberi kesaksian. sebab atas kete-
rangan dua orang saksi, perkara ini tidak disangsikan.
(3) Pakaian mereka: mereka berpakaian putih, yang menunjuk-
kan:
[1] Kemurnian dan kekudusan mereka. saat manusia-
manusia terbaik yang berdiri di hadapan para malaikat,
dibandingkan dengan mereka, tampaklah bahwa manu-
sia itu mengenakan pakaian yang kotor (Za. 3:3), namun
para malaikat sama sekali tidak bercela. Seperti itulah
orang-orang kudus yang sudah dimuliakan, saat nan-
tinya mereka menjadi serupa dengan malaikat, akan
berjalan bersama Kristus dengan berpakaian putih.
[2] Kemuliaan mereka, dan pemuliaan yang mereka laku-
kan, pada kesempatan ini. Pakaian putih yang dengan-
nya mereka menampakkan diri melambangkan terang-
nya alam yang ke dalamnya Kristus kini telah dibang-
kitkan.
(4) Sikap tubuh dan tempat mereka: mereka duduk, seolah-
olah, sedang beristirahat di kubur Kristus. sebab malai-
kat, meskipun mereka tidak perlu memulihkan diri, ber-
utang kepada Kristus atas keberadaan mereka. Malaikat-
malaikat ini masuk ke dalam kubur, untuk mengajar kita
agar tidak takut terhadap kubur, atau berpikir bahwa kare-
na kita akan beristirahat di dalamnya untuk sementara
waktu, maka itu akan mengurangi nilai kekekalan kita.
Tidak, persoalannya sudah ditentukan sedemikian rupa
sehingga kubur tidaklah jauh dari jalan kita menuju sorga.
Ini juga menunjukkan bahwa para malaikat diserahi tugas
untuk menyertai orang-orang kudus, bukan hanya pada
saat kematian mereka, untuk membawa jiwa mereka ke
pangkuan Abraham, melainkan juga pada hari penghakim-
an agung itu, untuk membangkitkan tubuh mereka (Mat.
24:31). Para malaikat pengawal ini (dan malaikat disebut
sebagai penjaga, Dan. 4:23), yang menguasai kubur itu,
sesudah mereka membuat takut penjaga-penjaga yang sebe-
lumnya ditempatkan di sana oleh para musuh, melam-
bangkan kemenangan Kristus atas kuasa-kuasa kegelapan,
dengan menaklukkan dan membabat habis mereka. Demi-
kianlah Mikhael dan malaikat-malaikatnya lebih daripada
pemenang. Duduknya mereka dengan menghadap satu
sama lain, yang satu di sebelah kepala, dan yang lain di se-
belah kaki di tempat mayat-Nya, melambangkan perhatian
mereka terhadap seluruh tubuh Kristus, baik itu tubuh
rohaniah maupun tubuh alami-Nya, dari ujung kepala
sampai ujung kaki. Ini juga dapat mengingatkan kita akan
dua kerub, yang ditempatkan pada kedua ujung tutup
pendamaian, yang saling berhadapan satu sama lain (Kel.
25:18). Kristus yang disalibkan yaitu korban pendamaian
agung, yang pada ujung kepala dan kaki-Nya ada dua
kerub ini, bukan dengan pedang yang menyala-nyala untuk
menghalangi kita dari jalan kehidupan, melainkan sebagai
para utusan yang menyambut kita untuk membimbing kita
kepada jalan kehidupan itu.
2. Pertanyaan mereka yang penuh belas kasihan tentang alasan
kesedihan Maria Magdalena (ay. 13): “Ibu, mengapa engkau
menangis?”
Pertanyaan ini merupakan:
(1) Suatu teguran atas tangisannya: “Mengapa engkau mena-
ngis, sedangkan engkau mempunyai alasan untuk bersu-
kacita?” Kebanyakan banjir air mata kita akan mengering
jika kita melakukan penyelidikan seperti ini, yaitu men-
cari tahu apa yang menjadi sumbernya. Mengapa engkau
tertekan?
(2) Pertanyaan itu dirancang untuk menunjukkan betapa be-
sarnya kepedulian para malaikat terhadap dukacita orang-
orang kudus, sebab malaikat-malaikat itu ditugasi untuk
memberi penghiburan kepada mereka. Orang-orang
Kristen juga harus bersimpati seperti itu satu terhadap
yang lain.
(3) Pertanyaan itu hanya sebagai kesempatan untuk memberi
tahu dia apa yang akan mengubah ratapannya menjadi
nyanyian, yang akan membuka kain kabungnya, dan meng-
ikat pinggangnya dengan sukacita.
3. Penjelasan menyedihkan yang diberikannya kepada mereka
mengenai dukacita yang sedang dirasakannya: Tuhanku telah
diambil orang, dan aku datang untuk mengurapi mayat-Nya
yang terberkati, dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.
Cerita yang sama yang sudah dikatakannya di dalam ayat 2.
Di dalamnya kita dapat melihat:
(1) Kelemahan imannya. Seandainya dia memiliki iman sebe-
sar biji sesawi, maka gunung ini pasti akan berpindah. Na-
mun, sering kali kita membuat diri kita cemas dengan ke-
khawatiran-kekhawatiran yang tidak ada gunanya dan de-
ngan kesulitan-kesulitan yang kita bayangkan sendiri, yang
oleh iman akan terungkap nanti bahwa berbagai kesukaran
itu ternyata membawa keuntungan bagi kita. Banyak orang
baik mengeluhkan awan-awan hitam dan kegelapan yang
meliputi mereka, padahal inilah cara-cara anugerah yang
memang mereka perlukan untuk membuat mereka rendah
hati, untuk mematikan dosa-dosa mereka, dan untuk
membuat Kristus disayangi oleh mereka.
(2) Kekuatan kasihnya. Orang-orang yang memiliki kasih sa-
yang sejati terhadap Kristus pasti merasakan penderitaan
yang sangat besar jika mereka kehilangan tanda-tanda
penghiburan dari kasih-Nya di dalam jiwa mereka, atau ke-
hilangan kesempatan-kesempatan penghiburan untuk ber-
cakap-cakap dengan-Nya, dan untuk memberi-Nya peng-
hormatan, di dalam ibadah-ibadah yang sudah ditetapkan-
Nya. Pencarian Maria Magdalena tidak terganggu oleh
penglihatan yang mengejutkan itu, dan juga tidak merasa
puas dengan kehormatan yang diperolehnya dengan peng-
lihatan itu. Sebaliknya, tetap saja dia mengalunkan lagu
yang sama: “Tuhanku telah diambil orang.” Penglihatan
akan para malaikat dan senyuman mereka tidak akan cu-
kup tanpa penglihatan akan Kristus dan senyuman Allah di
dalam Dia. Bahkan, penglihatan akan para malaikat itu
justru lebih membuat dia terus bertanya-tanya tentang
Kristus. Semua makhluk, bahkan yang paling istimewa dan
yang paling kita sayangi pun, harus dipakai sebagai sara-
na, namun hanya sebagai sarana, untuk membuat kita lebih
mengenal Allah di dalam Kristus. Para malaikat bertanya
kepadanya, “Mengapa engkau menangis?” “Aku mempunyai
cukup alasan untuk menangis,” katanya, “sebab Tuhanku
telah diambil orang, dan, seperti Mikha, apakah lagi yang
masih tinggal padaku? Apakah engkau bertanya, mengapa
aku menangis? Kekasihku sudah pergi, lenyap.” Perhati-
kanlah, tidak seorang pun yang tahu, kecuali mereka yang
mengalaminya, betapa berdukanya jiwa yang ditinggalkan,
yang sebelumnya sudah merasakan bukti-bukti penghibur-
an kasih Allah di dalam Kristus, yang sebelumnya sudah
memiliki segala pengharapan akan sorga, namun yang seka-
rang telah kehilangan semuanya itu, dan berjalan di dalam
kegelapan. Siapa yang akan memulihkan semangat yang
patah seperti ini?
III. Penampakan Kristus kepadanya saat dia sedang berbicara de-
ngan malaikat-malaikat itu, dan sedang memberitahukan kepada
mereka permasalahannya. Sebelum mereka memberinya jawaban,
Kristus sendiri turun tangan, untuk memuaskan pencariannya,
sebab Allah sekarang berbicara kepada kita melalui Anak-Nya.
Tidak ada yang lain kecuali Dia sendiri yang dapat membimbing
kita kepada-Nya. Maria dengan senang hati ingin mengetahui di
mana Tuannya, dan lihatlah, Dia berada di sebelah kanannya.
Perhatikanlah:
1. Orang yang tidak akan puas dengan hal apa pun kecuali de-
ngan penglihatan akan Kristus akan dipuaskan pula dengan
hal itu. Dia tidak pernah berkata kepada jiwa yang mencari-
Nya, “Engkau akan mencari-Ku dengan sia-sia.” “Kristuskah
yang ingin engkau miliki? Kalau begitu, Kristuslah yang akan
engkau dapatkan.”
2. Kristus, dalam menyatakan diri-Nya kepada orang-orang yang
mencari-Nya, sering kali berbuat melebihi apa yang mereka
harapkan. Maria rindu melihat mayat Kristus, dan mengeluh
sebab ia kehilangan mayat itu, namun lihatlah, ia melihat-
Nya hidup. Demikianlah Dia berbuat bagi umat-Nya yang ber-
doa melebihi apa yang dapat mereka minta atau pikirkan.
Dalam penampakan Kristus kepada Maria ini perhatikanlah:
(1) Bagaimana Dia pada awalnya menyembunyikan diri-Nya
dari Maria.
[1] Dia berdiri seperti orang biasa, dan Maria pun melihat-
Nya seperti itu (ay. 14). Maria berdiri sambil mengha-
rapkan jawaban dari para malaikat atas keluhannya.
Dan entah sebab melihat bayangan atau mendengar
langkah kaki seseorang yang ada di belakangnya, dia
menoleh ke belakang dan menghentikan pembicaraan-
nya dengan malaikat-malaikat itu, dan melihat Yesus
berdiri di situ, orang yang sedang dicari-carinya, namun
ia tidak tahu, bahwa itu yaitu Yesus.
Perhatikanlah:
Pertama, TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang
patah hati (Mzm. 34:19), lebih dekat daripada yang me-
reka sadari. Orang-orang yang mencari Kristus, meski-
pun mereka tidak melihat-Nya, boleh yakin bahwa Dia
tidak jauh dari mereka.
Kedua, orang-orang yang dengan tekun mencari
Tuhan akan menoleh ke segala arah dalam pencarian
mereka akan Dia. Maria menoleh ke belakang, dengan
berharap akan menemukan sesuatu. Beberapa penulis
kuno berpendapat bahwa Maria terdorong untuk meli-
hat ke belakang sebab malaikat-malaikat itu bangun,
dan memberi penyembahan mereka kepada Tuhan
1382
Yesus, yang terlebih dulu mereka lihat sebelum Maria,
dan sebab itulah ia menoleh ke belakang untuk meli-
hat siapakah yang mereka hormati dengan sedemikian
dalamnya. Namun, seandainya memang demikian,
tidaklah mungkin Maria mengira-Nya sebagai penunggu
taman. Oleh sebab itu, lebih tepatnya, keinginannya
yang sungguh-sungguh dalam mencari Kristuslah yang
membuatnya menoleh ke segala arah.
Ketiga, Kristus sering kali dekat dengan umat-Nya,
dan mereka tidak menyadarinya. Ia tidak tahu, bahwa
itu yaitu Yesus, bukan sebab Dia menampakkan diri
dalam rupa yang lain, melainkan entah sebab Maria
melihat-Nya secara sepintas lalu, dan, sebab matanya
sedang gelisah melihat ke sana sini, dia tidak dapat
membedakan dengan begitu baik, atau sebab ada se-
suatu yang menghalangi matanya, sehingga Maria tidak
dapat mengenal Dia, seperti yang terjadi pada mata
kedua murid itu (Luk. 24:16).
[2] Kristus mengajukan pertanyaan yang biasa kepadanya,
dan dia pun menjawab-Nya demikian (ay. 15).
Pertama, pertanyaan yang diajukan Kristus kepada-
nya cukup wajar, dan siapa saja pasti akan menanya-
kannya dalam keadaan ini: “Ibu, mengapa engkau mena-
ngis? Siapakah yang engkau cari? Ada keperluan apa
sehingga engkau berada di kebun ini pagi-pagi sekali?
Untuk apakah semua keributan dan kegaduhan ini?”
Mungkin perkataan ini diucapkan dengan nada agak
kasar, seperti Yusuf yang berbicara kepada saudara-
saudaranya saat dia sedang menyamar, sebelum dia
memberitahukan kepada mereka siapa dirinya. Tam-
paknya, ini yaitu perkataan pertama yang diucapkan
Kristus sesudah kebangkitan-Nya: “Mengapa engkau me-
nangis? Aku telah bangkit.” Kebangkitan Kristus sang-
gup untuk menenangkan semua dukacita kita, untuk
menghentikan cucuran, dan mengeringkan sumber, air
mata kita. Perhatikanlah di sini, Kristus memberi
perhatian,
1. Terhadap dukacita dan pencarian umat-Nya. Meng-
apa engkau menangis? Dia menampung air mata
mereka dan mencatatnya di dalam kitab-Nya.
2. Terhadap kepedulian dan pencarian umat-Nya. “Si-
apakah yang engkau cari, dan apakah yang ingin
kaudapati?” Walaupun Dia sudah tahu bahwa mere-
ka sedang mencari-Nya, Dia ingin mengetahuinya
dari mulut mereka sendiri. Mereka harus memberi
tahu Dia siapa yang mereka cari.
Kedua, tanggapan yang dia berikan kepada-Nya cu-
kup wajar. Ia tidak memberi-Nya jawaban langsung, te-
tapi, seolah-olah dia berkata, “Mengapa Engkau meng-
olok-olok aku, dan memarahiku sebab aku mencucur-
kan air mata? Engkau tahu mengapa aku menangis,
dan siapa yang aku cari.” Dan oleh sebab itu, sebab
menyangka Dia penunggu taman, orang yang dipekerja-
kan Yusuf untuk merapikan dan menjaga tamannya,
yang, pikirnya, datang ke sana sepagi ini untuk bekerja,
dia berkata, “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia,
tolong katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan
Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.”
Perhatikanlah di sini:
1. Kesalahan pengertiannya. Ia menyangka Yesus Tu-
han kita sebagai penunggu taman, mungkin sebab
Dia bertanya apa haknya untuk berada di sana. Per-
hatikanlah, jiwa-jiwa yang kesusahan, pada hari
berkabut dan hari kegelapan, cenderung salah
menggambarkan Kristus bagi diri mereka sendiri,
dan salah mengartikan cara-cara yang dipakai-Nya
dalam pemeliharaan dan anugerah-Nya.
2. Kesungguhan kasih sayangnya. Lihatlah bagaimana
dia bertekad di dalam hatinya untuk menemukan
Kristus. Ia bertanya kepada siapa saja yang ditemui-
nya, seperti seorang mempelai yang cemas, “Apakah
kamu melihat jantung hatiku?” Ia berbicara dengan
hormat kepada orang yang dianggapnya sebagai pe-
nunggu taman, dan memanggilnya Tuan, dengan
berharap akan mendapatkan informasi darinya me-
ngenai kekasihnya. saat berbicara mengenai Kris-
tus, ia tidak menyebutkan nama-Nya, namun hanya
berkata, “Jikalau tuan yang mengambil Dia.” Tanpa
banyak pikir, ia beranggapan bahwa penunggu ta-
man ini tahu betul mengenai Yesus sama seperti dia,
dan sebab itu penunggu taman ini pasti tahu siapa
yang dimaksudkannya. Bukti lain yang menunjuk-
kan kekuatan kasih sayangnya yaitu bahwa, di
mana pun Dia dibaringkan, ia akan berusaha me-
mindahkan-Nya. Mayat seperti itu, dengan berbagai
rempah-rempah yang mengelilinginya, pasti terlalu
berat untuk dibawanya sendiri. Namun, kasih yang
sejati selalu merasa bahwa ia sanggup berbuat jauh
me