tahankan oleh kebanyakan orang. Nah, sudah jelas bahwa,
1. Reputasi terbaik yaitu reputasi yang menyertai kebajikan dan
ketakwaan yang sungguh-sungguh, dan perilaku hidup yang
bijaksana: setiap orang akan dipuji oleh semua orang yang bijak-
sana dan baik, sesuai dengan penilaian Allah sendiri, yang kita
yakini sesuai dengan kebenaran, bukan menurut kekayaan atau
kedudukannya, keahlian dan kelihaiannya, melainkan seimbang
dengan akal budinya, kejujuran dari rancangan-rancangannya,
dan sarana-sarana yang dipilih dengan bijak untuk menjalankan
semua rancangan itu.
2. Celaan terburuk yaitu celaan yang mengikuti kefasikan dan
yang menentang apa yang baik. Orang yang serong hatinya, yang
menyimpang ke jalan-jalan yang berliku, dan terus berjalan de-
ngan lancang di dalamnya, akan dihina. Allah Sang Pemelihara
akan membawanya pada kemiskinan dan kenistaan, dan semua
orang yang memiliki rasa hormat yang benar akan merendahkan
dia sebagai orang yang tak layak untuk diajak berhubungan dan
tidak pantas untuk dipercaya, sebagai cela dan aib bagi umat ma-
nusia.
9 Lebih baik menjadi orang kecil, namun bekerja untuk diri sendiri, dari pada
berlagak orang besar, namun kekurangan makan.
Perhatikanlah:
1. yaitu kebodohan dari sebagian orang bahwa mereka mengidam-
idamkan untuk menjadi sosok yang besar di luar rumah, mempu-
nyai kedudukan, berlagak besar, menjadi orang penting, namun
kekurangan kebutuhan-kebutuhan pokok di rumah. Dan, jika
utang-utang mereka dibayar, yang tinggal pada mereka tidaklah
senilai dengan sepotong roti. Malah, mungkin, mereka akan me-
nahan-nahan perut mereka agar bisa menaruh roti itu di pung-
gung mereka, supaya mereka bisa kelihatan sangat gembira,
sebab di hari cerah akan berdatangan burung-burung yang elok.
2. Keadaan dan tabiat yang lebih baik yaitu pada orang-orang yang
sudah merasa puas berada dalam lingkungan yang lebih rendah,
di mana mereka dihina sebab sederhananya pakaian mereka dan
rendahnya jabatan mereka. Dalam keadaan demikian, mereka
tidak hanya mampu membeli kebutuhan-kebutuhan pokok, me-
lainkan juga berbagai kemudahan hidup di rumah mereka sendiri,
bukan hanya roti, melainkan juga pelayan yang melayani mereka
dan mengerjakan sebagian dari pekerjaan-pekerjaan mereka. Kita
harus menjadi orang yang mampu mengatur diri agar bisa hidup
secara berkelimpahan dan nyaman di rumah, dan tidak bertindak
seperti orang yang tidak mau membeli banyak kebutuhan hanya
supaya bisa tampil mentereng di luar rumah, sekalipun ia tidak
mempunyai biaya untuk menjaga penampilannya, dan hatinya
tidak merendah sekalipun keadaannya rendah.
10 Orang benar memperhatikan hidup hewannya, namun belas kasihan orang
fasik itu kejam.
Lihatlah di sini:
1. Sampai seberapa besar orang baik akan menunjukkan belas ka-
sihan. Ia tidak hanya berbelas kasihan terhadap keadaan-keada-
an manusia yang terendah, namun juga bahkan memperhatikan
hidup hewannya, bukan hanya sebab hewan itu yaitu pelayan-
nya, melainkan juga sebab hewan itu yaitu ciptaan Allah, dan
sebab ia ingin hidup menuruti Pemeliharaan ilahi, yang menye-
lamatkan manusia dan hewan. Hewan-hewan yang ada pada kita
haruslah kita pelihara, harus diberi makanan dan istirahat yang
nyaman, dan sekali-sekali tidak boleh disiksa atau diperlakukan
dengan sewenang-wenang. Bileam ditegur sebab memukuli kele-
dainya. Hukum Taurat memberi perhatian pada lembu-lembu.
Oleh sebab itu, orang yang tidak berlaku adil pada hewan bukan-
lah orang benar. Orang-orang yang berlaku kejam dan biadab ter-
hadap hewan membuktikan dan membenarkan bahwa di dalam
diri mereka ada suatu kebiasaan yang biadab dan ikut andil da-
lam membuat makhluk-makhluk ciptaan mengeluh (Rm. 8:22).
2. Sampai seberapa jauh orang fasik tidak menunjukkan belas ka-
sihan. Bahkan belas kasihannya kejam. Kasih sayang alami yang
ada pada dirinya itu, sebagai manusia, sudah terhilang, dan, oleh
kuasa kebobrokan, berubah menjadi kekerasan hati. Bahkan apa
yang ingin mereka lakukan sebagai perbuatan belas kasihan
sungguh kejam, seperti tekad Pilatus berkenaan dengan Kristus
yang tidak bersalah, aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-
Nya. Kebaikan yang pura-pura mereka perbuat hanyalah untuk
menutupi kekejaman-kekejaman yang sudah mereka niatkan.
11 Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan, namun siapa
mengejar barang yang sia-sia, tidak berakal budi.
Perhatikanlah:
1. yaitu hikmat manusia untuk mengurusi urusan mereka dan
mengikuti panggilan mereka dengan jujur, sebab itulah cara yang
benar, dengan berkat Allah, untuk mencari mata pencaharian:
siapa mengerjakan tanahnya, entah dia pemiliknya atau penyewa
saja, yang setia pada perkataannya dan bersedia untuk bekerja
keras, sekalipun ia tidak menambah harta sebab nya (lagi pula,
apa perlunya itu?), ia akan kenyang dengan makanan. Ia akan
mendapat makanan yang enak bagi dirinya sendiri dan bagi
keluarganya. Cukup untuk membuatnya bisa menjalankan tugas-
tugasnya di dunia dengan nyaman. Dalam perkataan murka se-
kalipun terkandung belas kasihan, engkau akan mencari makan-
anmu, meskipun itu dengan berpeluh. Kain tidak diberi izin untuk
ini (Kej. 4:12). Sibukkanlah dirimu, itulah cara yang benar untuk
merasa tenang. Jagalah tokomu, maka tokomu akan menjagamu.
Engkau akan memakan hasil jerih payah tanganmu.
2. Bodohlah manusia jika mereka melalaikan urusan mereka.
Orang-orang yang berbuat demikian berarti tidak berakal budi,
sebab mereka akan jatuh ke tangan teman-teman yang malas,
dan akan mengikuti mereka di dalam jalan-jalan mereka yang
jahat. Lalu, pada akhirnya, mereka pun kekurangan makanan, se-
tidak-tidaknya makanan mereka sendiri, dan membuat diri mere-
ka menjadi beban bagi orang lain, memakan makanan dari mulut
orang lain.
12 Orang fasik mengingini jala orang jahat, namun akar orang benar menda-
tangkan hasil.
Lihatlah di sini:
1. Apa yang dipedulikan dan dituju orang fasik. Ia ingin berbuat
jahat: ia mengingini jala orang jahat. Oh, seandainya saja aku
licik seperti orang jahat, akan kupermainkan orang-orang yang
berurusan denganku. Seandainya saja aku memiliki keahliannya
dalam menipu, seandainya aku dapat membalas dendam pada
satu orang saja yang kubenci dengan cara yang berhasil seperti
yang dapat dilakukan orang jahat itu! Ia menginginkan kubu,
atau benteng pertahanan, dari orang jahat (begitu sebagian orang
membaca ayat ini), untuk melakukan kejahatan dengan aman,
supaya kejahatan itu tidak berbalik menimpanya.
2. Apa yang dipedulikan dan dituju orang baik: akarnya mendatang-
kan hasil, dan merupakan kekuatan serta kemantapannya, dan
itulah yang diinginkannya, untuk berbuat baik, dan untuk dite-
guhkan serta ditetapkan dalam berbuat baik. Orang fasik hanya
menginginkan jala untuk memancing bagi dirinya sendiri. Orang
benar ingin mendatangkan hasil bagi keuntungan orang lain dan
demi kemuliaan Allah (Rm. 14:6).
Kebenaran dan Kepalsuan,
13 Orang jahat terjerat oleh pelanggaran bibirnya, namun orang benar dapat
keluar dari kesukaran.
Lihatlah di sini:
1. Orang fasik melilit diri mereka sendiri di dalam permasalahan
sebab kebodohan mereka, saat Allah secara adil membiarkan
mereka berbuat semau mereka sendiri. Mereka sering kali terjerat
oleh pelanggaran bibir mereka, dan tenggorokan mereka terputus
oleh sebab lidah mereka sendiri. Dengan menghujat kemuliaan,
mereka membuat diri mereka sendiri rentan untuk diperhadapkan
pada keadilan umum. Dengan mengucapkan kata-kata yang me-
nusuk, mereka cepat dibenci orang secara pribadi, digugat dengan
dakwaan fitnah, dan orang-orang mengambil tindakan untuk me-
lawan mereka oleh sebab perkataan-perkataan mereka. Banyak
orang sudah membayar harga yang amat mahal di dunia ini oleh
sebab pelanggaran bibir mereka, dan telah merasakan cambukan
pada punggung mereka sebab tidak bisa mengekang lidah mere-
ka (Mzm. 64:9).
2. Orang benar melepaskan diri dari masalah oleh hikmat mereka
sendiri, saat Allah di dalam rahmat-Nya datang untuk menolong
mereka: orang benar dapat keluar dari masalah-masalah yang ke
dalamnya orang fasik tanpa pikir panjang menjerumuskan diri
mereka sendiri. Ditunjukkan di sini bahwa orang benar bisa saja
tertimpa masalah. Namun, jika ia jatuh, tidaklah sampai ter-
geletak (Mzm. 34:20).
14 Setiap orang dikenyangkan dengan kebaikan oleh sebab buah perkataan,
dan orang mendapat balasan dari pada yang dikerjakan tangannya.
Di sini kita diyakinkan, untuk menyemangati kita dalam setiap per-
kataan dan pekerjaan yang baik,
1. Bahwa kata-kata yang baik sekalipun akan menghasilkan sesuatu
yang baik (ay. 14): setiap orang akan dikenyangkan dengan ke-
baikan (maksudnya, ia akan mendapat penghiburan pada saat ini,
kegembiraan batin yang sungguh-sungguh memuaskan itu) oleh
sebab buah perkataannya, oleh sebab kebaikan yang dilakukan-
nya melalui perkataannya yang saleh dan nasihatnya yang bijak-
sana. Sewaktu kita sedang mengajar orang lain, kita sendiri bisa
belajar, dan memakan roti kehidupan yang kita pecah-pecahkan
bagi orang lain.
2. Bahwa pekerjaan-pekerjaan baik, terlebih jauh lagi, akan menda-
pat imbalan secara berkelimpahan: semua yang dikerjakan tangan
orang dalam berkarya dan bekerja di dalam kasih, semua yang
telah dilakukannya demi kemuliaan Allah dan kebaikan angkat-
annya, akan dibalaskan kepadanya, dan ia akan menuai sebagai-
mana ia telah menabur. Atau ini dapat dipahami sebagai aturan
keadilan secara umum. Allah akan membalas setiap orang menu-
rut perbuatannya (Rm. 2:6).
15 Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, namun siapa mende-
ngarkan nasihat, ia bijak.
Lihatlah di sini:
1. Apa yang menghalang-halangi orang bodoh untuk menjadi bijak-
sana: jalannya lurus dalam anggapannya sendiri. Ia berpikir bah-
wa ia benar dalam segala hal yang diperbuatnya, dan oleh sebab
itu tidak pernah meminta nasihat, sebab ia tidak sadar bahwa ia
memerlukannya. Ia yakin bahwa ia tahu jalannya, dan pasti tidak
tersesat, dan oleh sebab itu tidak pernah mencari tahu jalan itu.
Pedoman yang dipegangnya yaitu melakukan apa yang lurus
dalam anggapannya sendiri, berjalan menuruti hatinya. Quicquid
libet, licet Ia menjadikan kehendaknya sebagai hukum bagi diri-
nya. Orang bodoh yaitu orang yang diatur oleh matanya, dan
bukan oleh hati nuraninya.
2. Apa yang menghalang-halangi orang bijak untuk menjadi bodoh.
Ia bersedia dinasihati, ingin mendapatkan nasihat, dan mende-
ngarkan nasihat, sebab berhati-hati dengan penilaiannya sendiri
dan menghargai bimbingan dari orang-orang yang bijak dan baik.
Bijaklah orang (suatu pertanda bahwa ia bijak, dan besar ke-
mungkinan baginya untuk terus menjadi bijak) yang telinganya
selalu terbuka untuk mendengarkan nasihat yang baik.
16 Bodohlah yang menyatakan sakit hatinya sesaat itu juga, namun bijak,
yang mengabaikan cemooh.
Perhatikanlah:
1. Amarah yaitu kebodohan: orang bodoh dikenal melalui amarah-
nya (begitu sebagian orang membaca ayat ini). Bukan berarti
bahwa orang bijak tidak boleh marah jika ada alasan yang
benar untuk itu, namun ia dapat mengendalikan dan menuntun
amarahnya dengan baik, ia menjadi tuan atas amarahnya, se-
dangkan amarah orang bodoh menjadi tuan atas dirinya. Orang
yang, jika dipanas-panasi, meradang lalu mengucapkan kata-
kata dan melakukan perbuatan yang tidak santun, yang amarah-
nya mengubah air mukanya, membuatnya berang dan lupa diri,
tentulah Nabal namanya dan bebal orangnya. Kegeraman orang
bodoh tampak di siang hari. Ia memperlihatkannya secara terang-
terangan, tanpa peduli siapa pun yang sedang bersamanya. Atau,
kemarahannya tampak pada hari ia dipanas-panasi. Ia tidak
dapat menunda waktu untuk menunjukkan kebencian-kebencian-
nya. Orang yang cepat marah, yang cepat terbakar sebab percik-
an api sedikit saja, tidak mempunyai aturan yang seharusnya
mereka miliki atas jiwa mereka sendiri.
2. Kelemahlembutan yaitu hikmat: bijak, yang mengabaikan cemooh.
(1) Ia menutupi amarah yang ada dalam dadanya. saat jiwanya
bergejolak, dan hatinya menjadi panas, ia seolah-olah menjaga
mulutnya dengan kekang, dan menahan kebencian-kebenci-
annya, dengan meredam dan melemahkannya. Marah yaitu
aib, dan, meskipun orang bijak tidak bisa sepenuhnya bebas
dari rasa marah, namun ia merasa malu bila sampai marah,
sehingga ia menghardik kemarahan itu, dan tidak membiarkan
roh jahat berbicara.
(2) Ia meredam panas hati yang sengaja ditimbulkan orang lain
padanya, penghinaan yang dilakukan terhadapnya, mengabai-
kannya, mengabaikannya sebisa-bisanya, agar ia tidak melam-
piaskan kebencian-kebenciannya terlampau jauh. yaitu ke-
baikan bagi diri kita sendiri, dan membantu menenangkan
pikiran kita sendiri, jika kita memperingan dan mengampuni
kesalahan-kesalahan dan penghinaan-penghinaan yang di-
tujukan kepada kita. Ini lebih baik dibandingkan membesar-besar-
kan semua itu dan melakukan sesuatu yang buruk darinya,
sebagaimana yang cenderung kita lakukan.
17 Siapa mengatakan kebenaran, menyatakan apa yang adil, namun saksi dus-
ta menyatakan tipu daya.
Inilah:
1. Saksi yang setia sebagai hal yang dipuji dari orang jujur. Orang
yang punya kesadaran hati nurani untuk mengatakan kebenaran
dan menceritakan segala sesuatu secara adil, sejauh yang diketa-
huinya, entah dalam memberikan penilaian atau percakapan bia-
sa, entah disumpah atau tidak, ia menyatakan apa yang adil. Ia
memperlihatkan bahwa dirinya diatur dan digerakkan oleh asas-
asas dan hukum-hukum kebenaran, dan ia memajukan keadilan
dengan memberikan kehormatan kepadanya, dan membantu da-
lam menjalankannya.
2. Saksi dusta sebagai hal yang dikutuk dari si penipu. Saksi dusta
menyatakan tipu daya, bukan saja sebab hati nuraninya sudah
tidak bekerja lagi saat ia menipu orang-orang yang berurusan
dengan dia, namun juga sebab betapa besarnya kesenangan yang
dirasakannya dalam menipu. Ia telah kerasukan roh pendusta
(Yer. 9:3-5). Kita semua berkepentingan untuk memenuhi diri kita
dengan kengerian dan kebencian terhadap dosa berdusta (Mzm.
119:163), dan dikuasai oleh asas kejujuran.
18 Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, namun lidah
orang bijak mendatangkan kesembuhan.
Lidah yaitu kematian atau kehidupan, racun atau obat, tergantung
bagaimana penggunaannya.
1. Ada kata-kata yang menyayat dan membunuh, yang seperti tikam-
an pedang. Kata-kata yang menghina membuat sedih jiwa-jiwa
yang mendengarkannya, dan menusuk sampai ke ulu hati mere-
ka. Fitnah, seperti pedang, melukai nama baik orang-orang yang
difitnah, dan mungkin tidak bisa disembuhkan. Bisik-bisik dan
prasangka-prasangka jahat, seperti pedang, membelah dan me-
mutuskan tali-tali kasih dan persahabatan, dan memisahkan
orang-orang yang selama ini sudah saling mengasihi.
2. Ada kata-kata yang mengobati dan menyembuhkan: lidah orang
bijak mendatangkan kesembuhan, membalut luka-luka yang telah
digoreskan oleh lidah yang memfitnah, menjadikan semuanya
utuh kembali, memulihkan kedamaian, menyelaraskan perbeda-
an-perbedaan, dan menciptakan kerukunan. Hikmat akan mene-
mukan obat-obat yang tepat untuk kejahatan-kejahatan yang di-
buat oleh fitnah dan kata-kata jahat.
19 Bibir yang mengatakan kebenaran tetap untuk selama-lamanya, namun
lidah dusta hanya untuk sekejap mata.
Biarlah dicamkan, bagi kehormatan kebenaran, perkara yang sakral itu,
1. Bahwa, jika kebenaran diucapkan, ia akan menjadikan semuanya
baik, dan, siapa pun yang mungkin merasa tidak nyaman dan
marah sebab nya, ia akan tetap berdiri tegak. Agunglah kebenar-
an itu, dan pasti akan menang. Apa yang benar akan selalu be-
nar. Kita dapat berpegang padanya, dan tidak perlu takut akan
ditentang dan dipermalukan.
2. Bahwa, jika kebenaran disangkal, tetap saja pada waktunya ia
akan terungkap. Lidah dusta, yang menggambarkan segala sesua-
tu dengan warna-warna palsu, hanya untuk sekejap mata. Dusta
itu akan disanggah. Si pendusta, saat maju untuk diperiksa,
akan didapati memiliki sejumlah cerita, dan berubah-ubah me-
ngenai dirinya sendiri, tidak seperti orang yang mengatakan kebe-
naran. Kemudian, saat ia didapati berdusta, ia tidak akan bisa
mencapai tujuannya atau mendapatkan pujian sesudah itu. Kebe-
naran mungkin saja terselimuti kabut, namun ia akan muncul
dalam terang. Oleh sebab itu, orang-orang yang menjadikan dusta
sebagai tempat perlindungan mereka akan mendapatinya sebagai
tempat perlindungan yang penuh dusta.
Perkataan-perkataan yang Berbobot,
20 Tipu daya ada di dalam hati orang yang merencanakan kejahatan, namun
orang yang menasihatkan kesejahteraan mendapat sukacita.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang merancangkan kejahatan pasti berusaha, un-
tuk mencapai kejahatan itu, mencari tahu bagaimana memper-
dayai orang lain. Namun, pada akhirnya, akan terbukti bahwa
mereka menipu diri mereka sendiri. Orang-orang yang merencana-
kan kejahatan, dengan berpura-pura ingin bersahabat, hatinya
dipenuhi dengan kejahatan ini dan keuntungan serta kepuasan
lain yang akan mereka peroleh melalui rencana itu, namun semua
itu menipu. Sekalipun mereka merencanakannya dengan begitu
licik, para penipu pasti akan tertipu.
2. Orang-orang yang mencari kebaikan bagi sesama, yang meng-
usahakan hal-hal yang membawa damai, dan memberikan nasi-
hat yang mendatangkan damai, yang memajukan usaha-usaha
untuk menyembuhkan dan merancangkan cara-cara untuk me-
nyembuhkan, dan, sesuai dengan pengaruh mereka, memajukan
kesejahteraan umum. Selain itu, mereka tidak hanya akan men-
dapat pujian, namun juga penghiburan dari perbuatan mereka itu.
Mereka akan beroleh sukacita dan keberhasilan, mungkin mele-
bihi apa yang mereka harapkan. Berbahagialah orang yang mem-
bawa damai.
21 Orang benar tidak akan ditimpa oleh bencana apa pun, namun orang fasik
akan senantiasa celaka.
Perhatikanlah:
1. Kesalehan pasti mendatangkan perlindungan. Jika orang melaku-
kan kebenaran dengan tulus, maka Allah yang benar sudah
mengerahkan kuasa-Nya agar tidak ada kejahatan yang menimpa
mereka. Allah, dengan kuasa anugerah-Nya di dalam diri mereka,
yaitu asas keadilan itu, menjaga mereka dari kejahatan dosa.
Dengan demikian, meskipun mereka dicobai, mereka tidak akan
kalah oleh pencobaan itu. Walaupun mereka mungkin saja ter-
kena masalah, banyak masalah, namun bagi mereka semuanya
itu tidak akan mendatangkan kejahatan, walaupun kejahatan itu
bisa terjadi pada orang lain (Mzm. 91:10), sebab semuanya akan
dibuat bekerja demi kebaikan mereka.
2. Kefasikan pasti membawa kehancuran. Orang-orang yang hidup
dengan menghina Allah dan manusia, yang bertekad melakukan
kejahatan, dengan kejahatan pula mereka akan ditimpa. Mereka
akan menjadi lebih jahat, akan penuh dengan rupa-rupa kelaliman
(Rm. 1:29). Atau, mereka akan dibuat sengsara dengan kejahatan-
kejahatan yang akan menimpa mereka. Orang-orang yang ber-
suka di dalam kejahatan pasti akan dihentikan. Sebagian orang
membaca seluruh ayat itu seperti ini, tidak akan ada kejahatan
yang menimpa orang benar, sekalipun orang fasik penuh dengan
kejahatan dan kebencian melawan mereka. Mereka akan aman di
bawah perlindungan Sorga, sekalipun neraka sendiri menyerang
mereka.
22 Orang yang dusta bibirnya yaitu kekejian bagi TUHAN, namun orang yang
berlaku setia dikenan-Nya.
Di sini kita diajar,
1. Untuk membenci dusta dan menjauhkan diri sejauh mungkin
darinya, sebab dusta merupakan kekejian bagi Tuhan, dan
orang-orang yang berkata dusta akan dipandang menjijikkan di
mata-Nya, bukan hanya sebab dusta merupakan pelanggaran
terhadap hukum-Nya, melainkan juga sebab itu menghancurkan
warga .
2. Untuk menjadikan kebenaran sebagai kesadaran hati nurani, bu-
kan hanya dalam kata-kata saja, melainkan juga dalam semua
tindakan kita, sebab orang-orang yang berlaku benar dan tulus
dalam semua urusan mereka yaitu orang-orang yang dikenan-
Nya, dan Dia amat bergirang dengan mereka. Kita senang ber-
cakap-cakap, dan bergaul, dengan orang-orang yang jujur dan
yang dapat kita percayai. Oleh sebab itu, marilah kita menjadi
orang-orang seperti itu, agar kita mendapatkan perkenanan baik
dari Allah maupun manusia.
23 Orang yang bijak menyembunyikan pengetahuannya, namun hati orang
bebal menyeru-nyerukan kebodohan.
Perhatikanlah:
1. Orang yang berhikmat tidak ingin menggembar-gemborkan hik-
matnya, dan merupakan kehormatannya bahwa ia tidak demi-
kian. Ia menyampaikan pengetahuannya jika itu dapat mem-
bangun orang lain, namun menyembunyikannya jika dengan
menunjukkannya maka itu hanya akan membawa pujian bagi
dirinya sendiri. Orang yang berpengetahuan, jika mereka bijak-
sana, akan berhati-hati untuk menghindari segala sesuatu yang
cenderung pada tindakan pamer diri, dan tidak akan memanfaat-
kan segala kesempatan untuk memamerkan apa yang sudah me-
reka pelajari dan baca, namun hanya menggunakannya untuk tu-
juan-tujuan yang baik, lalu membiarkan pekerjaan mereka sendiri
memuji mereka. Ars est celare artem Kesempurnaan keahlian
yaitu tahu menyembunyikannya.
2. Orang yang bodoh tidak bisa menghindar untuk menyatakan ke-
bodohannya sendiri, dan merupakan aib bagi dirinya bahwa ia
tidak dapat menghindarinya: hati orang bebal, dengan kata-kata
dan tindakan-tindakan mereka yang bodoh, menyeru-nyerukan
kebodohan. Entah mereka tidak ingin menyembunyikannya, kare-
na begitu sedikitnya kesadaran yang mereka miliki akan kebaikan
dan kejahatan, kehormatan dan kehinaan, atau mereka tidak
tahu cara untuk menyembunyikannya, sebab begitu sedikitnya
kebijaksanaan yang mereka miliki untuk mengatur diri mereka
sendiri
24 Tangan orang rajin memegang kekuasaan, namun kemalasan mengakibat-
kan kerja paksa.
Perhatikanlah:
1. Kerajinan yaitu jalan untuk memperoleh kedudukan. Salomo
mengangkat Yerobeam sebab ia melihat bahwa Yerobeam yaitu
seorang pemuda yang rajin bekerja, dan tangkas mengurusi urus-
annya (1Raj. 11:28). Orang yang bersusah payah untuk belajar
dan bersedia melayani, dengan berbuat demikian akan mendapat-
kan kepentingan dan nama baik yang sedemikian rupa sehingga
akan menempatkan mereka untuk menjadi pengawas bagi semua
orang di sekeliling mereka. Dengan sarana ini banyak orang telah
menanjak secara menakjubkan. Orang yang telah setia dalam
sedikit hal akan dijadikan penguasa atas banyak hal. Para pena-
tua, yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar, patut
dihormati dua kali lipat. Orang-orang yang rajin saat muda akan
mendapatkan apa yang dapat membuat mereka mampu untuk
memerintah, dan dengan demikian untuk beristirahat saat me-
reka sudah tua.
2. Keserampangan yaitu jalan menuju perbudakan: kemalasan dan
kecerobohan, atau lebih tepatnya penipu (sebab demikianlah yang
diartikan dari kata itu), mengakibatkan kerja paksa. Orang-orang
yang sebab tidak mau bersusah payah menggeluti panggilan
mereka dengan jujur, hidup dalam tipu muslihat dan gelagat yang
tidak jujur, yaitu orang yang nista dan miskin, dan akan tetap
demikian. Orang-orang yang rajin dan jujur saat masih belajar
akan bisa menjadi pemimpin. namun orang-orang yang tidak demi-
kian yaitu orang-orang bodoh yang, di sepanjang hidup mereka,
akan selalu menjadi hamba bagi orang yang bijak hati.
25 Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, namun perkataan yang baik
menggembirakan dia.
Inilah:
1. Sebab dan akibat dari kesedihan. Kesedihan yaitu kekuatiran
dalam hati. Kesedihan merupakan beban kecemasan, ketakutan,
dan dukacita pada jiwa manusia, yang menekannya, dan mem-
buatnya tidak mampu mengerahkan tenaga untuk melakukan apa
yang harus dilakukan, atau mengumpulkan kekuatan untuk
menanggung apa yang harus ditanggung. Kesedihan membuatnya
terbungkuk, melemahkan dan menenggelamkannya. Orang-orang
yang tertindas seperti itu tidak dapat melakukan kewajiban atau
mendapat penghiburan dari hubungan, keadaan, atau perkataan
apa pun. Oleh sebab itu, orang-orang yang cenderung bersedih
hati harus berjaga-jaga dan berdoa melawannya.
2. Kesembuhannya: perkataan yang baik dari Allah, yang diterapkan
dengan iman, menggembirakan dia. Seperti perkataan Serahkan-
lah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau!
Perkataan yang baik dari Allah, khususnya Injil, dirancang untuk
menggembirakan hati yang letih lesu dan berbeban berat (Mat.
11:28). Hamba-hamba Tuhan haruslah membantu mendatangkan
sukacita ini.
26 Orang benar mendapati tempat penggembalaannya, namun jalan orang fasik
menyesatkan mereka sendiri.
Lihatlah di sini:
1. Bahwa orang baik berbuat baik bagi diri mereka sendiri. Sebab,
mereka memiliki watak yang unggul, dan menyimpan bagi diri
mereka sendiri bagian yang unggul, dan di dalam keduanya me-
reka unggul atas orang lain: orang benar lebih berkelimpahan dari-
pada sesamanya (begitu arti tersiratnya). Ia lebih kaya, meskipun
bukan dalam harta dunia ini, melainkan dalam anugerah-anuge-
rah dan penghiburan-penghiburan Roh, yang merupakan kekaya-
an sebenarnya. Di dalam agama ada keunggulan yang sejati.
Keunggulan itu memuliakan orang, mengilhami mereka dengan
pegangan-pegangan yang baik dan menjadikan mereka berarti.
Keunggulan itu yaitu keunggulan yang mahal harganya dalam
pandangan Allah, yang yaitu Sang Hakim sejati yang unggul.
Bisa saja sesamanya menjadi orang hebat di dunia ini, dan mung-
kin lebih disanjung, namun orang benar memiliki nilai yang hakiki
atau sejati di dalam dirinya.
2. Bahwa orang fasik berbuat jahat bagi diri mereka sendiri. Mereka
berjalan di jalan yang menyesatkan mereka sendiri. Bagi mereka
jalan itu tidak hanya tampak menyenangkan, namun juga benar.
Jalan itu begitu nikmat bagi darah dan daging sehingga sebab
itu mereka menyanjung diri mereka sendiri dengan pemikiran
bahwa jalan itu tidak mungkin salah. Akan namun , mereka tidak
akan mencapai tujuan yang ingin mereka capai, atau menikmati
kebaikan yang mereka harapkan. Semua itu menipu. Dan oleh
sebab itu orang benar lebih bijaksana dan lebih berbahagia dari-
pada sesamanya, yang pada saat ini merendahkannya dan meng-
injak-injak dia.
27 Orang malas tidak akan menangkap buruannya, namun orang rajin akan
memperoleh harta yang berharga.
Inilah:
1. Apa yang dapat membuat kita membenci kemalasan dan penipu-
an, sebab kata yang digunakan di sini, sama seperti sebelumnya,
menandakan keduanya: orang malas dan pendusta memanggang
daging, namun yang dipanggangnya itu bukanlah apa yang dia
tangkap dari berburu. Bukan, itu yaitu apa yang ditangkap
orang lain dengan susah payah, dan ia hidup dari hasil kerja
keras mereka, seperti lebah jantan di sarangnya. Atau, jika orang
malas dan pendusta menangkap apa saja dari buruannya (sebab
jarang pemburu yang bisa menjadi pekerja), mereka tidak me-
manggangnya sesudah mereka menangkapnya. Mereka tidak me-
rasakan penghiburan dalam memakannya. Mungkin Allah di da-
lam pemeliharaan-Nya membuat mereka tidak mampu menikmati-
nya.
2. Apa yang dapat membuat kita mencintai kerajinan dan kejujuran,
bahwa harta orang rajin, meskipun mungkin tidak banyak, namun
berharga. Hartanya itu datang dari berkat Allah. Ia mendapatkan
penghiburan di dalamnya. Hartanya mendatangkan kebaikan
baginya, dan bagi keluarganya. Apa yang dimilikinya itu yaitu
makanannya sendiri setiap hari, bukan makanan yang keluar dari
mulut orang lain, dan oleh sebab itu ia melihat bahwa Allah mem-
berikannya kepadanya sebagai jawaban atas doanya.
28 Di jalan kebenaran ada hidup, namun jalan kemurtadan menuju maut.
Jalan agama disarankan kepada kita di sini,
1. Sebagai jalan yang lurus, jelas, dan mudah. Jalan agama yaitu
jalan kebenaran. Perintah-perintah Allah (pedoman yang harus
kita pegang) itu semuanya kudus, adil, dan baik. Di dalam agama
ada akal budi yang benar dan keadilan. Agama yaitu jalan
raya, jalan yang telah dipersiapkan Allah bagi kita (Yes. 35:8).
Agama yaitu jalan raya, jalan raya sang raja, jalan raya Sang
Raja segala raja, jalan yang sudah ditempuh sebelum kita oleh
semua orang kudus, jalan lama yang baik, yang penuh dengan
jejak langkah kawanan domba.
2. Sebagai jalan yang aman, menyenangkan, dan nyaman.
(1) Hidup tidak hanya ada di ujungnya, namun juga di tengah-
tengahnya. Segala penghiburan dan kepuasan yang sejati. Per-
kenanan Allah, yang lebih baik dibandingkan hidup. Roh, yang ada-
lah hidup itu sendiri.
(2) Di dalamnya tidak hanya ada hidup, namun juga hidup
yang sedemikian rupa sehingga tidak ada maut di situ, tidak
ada dukacita duniawi yang mendatangkan maut, dan jalan itu
yaitu jalan kecil menuju sukacita dan hidup kita sekarang.
Tiada akhir bagi hidup yang ada di jalan kebenaran itu.
Di dunia ini ada hidup, namun juga ada maut. namun
di jalan kebenaran ada hidup, dan tidak ada maut, hidup
dan keabadian belaka.
1 Anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya, namun seorang pencemooh
tidak mendengarkan hardikan.
Di antara anak-anak dari orangtua yang sama, bukanlah hal baru
jika sebagiannya bisa diharapkan, sementara yang lainnya justru ke-
balikannya. Sekarang di sini kita diajar untuk membedakan mereka.
1. Ada harapan besar bagi anak-anak yang memiliki rasa hormat ter-
hadap orangtua mereka dan bersedia dinasihati dan diperingat-
kan oleh mereka. Bijaklah, dan akan menjadi jauh lebih bijak lagi,
anak yang mendengarkan didikan ayahnya, yang berkeinginan
untuk mendengarkannya, memperhatikannya, dan menurutinya,
dan tidak hanya mendengarnya sekilas, masuk telinga kanan lalu
keluar telinga kiri.
2. Hanya ada sedikit harapan bagi orang-orang yang bukan saja tidak
mau mendengarkan hardikan dengan sabar, namun juga tidak sudi
tunduk pada peraturan, dan mencemooh orang-orang yang masih
bersedia memperhatikan mereka. Bagaimana orang bisa memper-
baiki kesalahan jika ia sendiri tidak mau diberi tahu kesalahan-
nya, dan malah menganggap musuh orang-orang yang mau ber-
buat baik seperti itu kepada mereka?
2 Dari buah mulutnya seseorang akan makan yang baik, namun nafsu seorang
pengkhianat ialah melakukan kelaliman.
Perhatikanlah:
1. Jika apa yang keluar dari dalam lubuk hati yaitu baik, dan dari
perbendaharaan yang baik, maka ia akan berbalik dengan mem-
bawa keuntungan. Penghiburan dan kepuasan batin akan men-
jadi makanan sehari-hari. Bahkan, hal itu akan menjadi pesta
yang abadi bagi orang-orang yang senang dengan perkataan yang
baik untuk membangun.
2. Kekerasan yang dilakukan akan berbalik menimpa orang yang
melakukannya: nafsu seorang pengkhianat yang menyimpan dan
merancangkan kejahatan, dan melampiaskannya dengan perkata-
an dan perbuatan, ialah melakukan kelaliman. Perut mereka akan
dipenuhi dengan kelaliman. Balaskanlah kepadanya, sama seperti
dia juga membalaskan (Why. 18:6). Setiap orang akan meminum
apa yang direbusnya, menelan apa yang dikatakannya. sebab
menurut ucapan kita, kita akan dibenarkan atau dihukum (Mat.
12:37). Buah yang kita hasilkan, itulah yang akan kita makan
(Rm. 6:21-22).
3 Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir,
akan ditimpa kebinasaan.
Perhatikanlah:
1. Menjaga bibir berarti menjaga jiwa. Orang yang berhati-hati, yang
berpikir dua kali sebelum berbicara satu kali, yang jika ada pikir-
an jahat menekapkan tangan pada mulutnya untuk menahannya,
yang mengekang lidahnya kuat-kuat, dan menggenggam kekang
itu erat-erat, ia memelihara nyawanya dari banyak kesalahan dan
juga kesedihan. Dan ia menyelamatkan dirinya dari banyak cela-
an pahit terhadap dirinya sendiri, dan dari celaan-celaan orang
lain terhadap dia.
2. Sudah banyak orang yang hancur sebab lidah yang tidak dijaga:
siapa yang lebar bibir, untuk mengeluarkan quod in buccam
venerit apa saja yang ingin dikeluarkannya, yang suka menghar-
dik, menyentak-nyentak, membuat keributan, dan berbicara de-
ngan seenaknya sehingga menentang Allah maupun manusia, ia
akan ditimpa kebinasaan. Perbuatannya itu akan membinasakan
nama baiknya, kepentingannya, penghiburannya, dan jiwanya un-
tuk selama-lamanya (Yak. 3:6).
4 Hati si pemalas penuh keinginan, namun sia-sia, sedangkan hati orang rajin
diberi kelimpahan.
Inilah:
1. Kesengsaraan dan kehinaan si pemalas. Lihatlah betapa bodoh
dan konyolnya mereka. Mereka menginginkan keuntungan-keun-
tungan yang didapat oleh orang rajin, namun mereka membenci
jerih payah yang dilakukan orang rajin. Mereka mendambakan
segala sesuatu yang bisa didambakan, namun tidak mau mengerja-
kan apa pun yang harus dikerjakan. Oleh sebab itu, sebagai aki-
batnya, mereka tidak mendapatkan apa-apa. Sebab, orang yang
tidak mau bekerja akan kelaparan, dan janganlah ia makan (2Tes.
3:10). Keinginan si pemalas, yang seharusnya menggugah sema-
ngatnya, justru membuatnya tersiksa, yang seharusnya membuat
dia sibuk, justru membuatnya selalu gelisah. Sebenarnya, semua
itu justru merupakan kerja yang lebih keras dibandingkan pekerjaan
itu sendiri.
2. Kebahagiaan dan kehormatan orang yang rajin: hati mereka diberi
kelimpahan. Mereka akan mendapatkan kelimpahan, dan akan
menikmatinya dengan nyaman, dan dengan lebih nyaman lagi
sebab itu merupakan buah dari ketekunan mereka. Hal ini benar
terutama dalam perkara-perkara rohani. Orang-orang yang hanya
duduk malas membayangkan yang enak-enak tidak tahu akan
keuntungan-keuntungan dari agama. Sedangkan orang-orang yang
bersusah payah melayani Allah mendapatkan kesenangan maupun
keuntungan darinya.
5 Orang benar benci kepada dusta, namun orang fasik memalukan dan mem-
burukkan diri.
Perhatikanlah:
1. jika anugerah Allah bertakhta, dosa menjadi sesuatu yang
menjijikkan. yaitu watak yang sudah tidak diragukan lagi pada
setiap orang benar bahwa ia benci kepada dusta (maksudnya, se-
mua dosa, sebab setiap dosa yaitu dusta, dan khususnya semua
penipuan dan kebohongan dalam perdagangan dan percakapan).
Bukan saja ia tidak akan berdusta, namun juga ia membenci dusta,
yang dilandasi dengan cinta kebenaran dan keadilan yang sudah
berurat akar dan bertakhta di dalam dirinya dan dalam kepatuh-
annya terhadap Allah.
2. jika dosa bertakhta, maka orang menjadi menjijikkan. Jika
kedua matanya dibuka dan hati nuraninya digugah, ia akan jijik
kepada dirinya sendiri, ia akan membenci dirinya dan dengan me-
nyesal duduk dalam debu dan abu. Namun bagaimanapun juga, ia
menjijikkan bagi Allah dan semua orang baik. Terutama lagi, ia
menjadikan dirinya menjijikkan dengan berdusta, yang lebih di-
benci dibandingkan apa pun. Dan, meskipun mungkin ia menyangka
bisa menanganinya untuk sementara waktu, namun ia akan mem-
burukkan diri dan terhina pada akhirnya, dan akan malu menun-
jukkan wajahnya (Dan. 12:2).
6 Kebenaran menjaga orang yang saleh jalannya, namun kefasikan mencelaka-
kan orang berdosa.
Lihatlah di sini:
1. Orang-orang kudus dilindungi dari kehancuran. Orang-orang
yang saleh jalannya, yang berniat jujur dalam segala tindak-tan-
duk mereka, yang dengan kesadaran hati nurani taat pada
aturan-aturan yang suci dan kekal tentang keadilan, yang dengan
tulus hati berurusan baik dengan Allah maupun dengan manusia,
kejujuran dan kesetiaan mereka akan menjagai mereka dari goda-
an-godaan Iblis, yang tidak akan menang atas mereka, dari cela-
an-celaan dan kejahatan-kejahatan orang fasik, yang tidak akan
mencengkeram mereka, sehingga mereka tidak akan celaka (Mzm.
25:21).
Hic murus aheneus esto, nil conscire sibi.
Jadikanlah kejujuran sebagai benteng pertahananmu yang kokoh
berdiri tegar menjaga kemurnian hati nuranimu.
2. Orang-orang berdosa ditentukan untuk binasa. Kefasikan orang-
orang fasik akan menjatuhkan mereka pada akhirnya, dan mere-
ka terbelenggu di dalam kefasikan itu selagi mereka hidup. Dicela-
kah atau dihancurkankah mereka? Kefasikan mereka sendirilah
yang mencela mereka, yang menghancurkan mereka. Mereka sen-
dirilah yang akan menanggungnya.
7 Ada orang yang berlagak kaya, namun tidak mempunyai apa-apa, ada pula
yang berpura-pura miskin, namun hartanya banyak.
Pengamatan ini bisa diterapkan,
I. Pada harta duniawi manusia. Dunia ini yaitu suatu kebohongan
besar, bukan hanya hal-hal dari dunia, melainkan juga manusia-
manusia dunia. Semua manusia pembohong. Inilah contoh tentang
dua kejahatan berat yang diperbuat di bawah matahari:
1. Sebagian orang yang sebenarnya miskin dipandang kaya, dan
benar-benar disangka demikian. Mereka berbelanja dan meng-
habiskan uang seolah-olah mereka kaya, mereka sibuk ke
sana kemari dan senang pamer ini itu seolah-olah mereka
menyimpan harta karun, padahal mungkin, jika mereka harus
melunasi semua utang mereka, harta mereka tidaklah sampai
seribu rupiah. Ini yaitu dosa, dan akan mendatangkan cela.
Oleh sebab hal ini banyak orang menghancurkan keluarga-
nya dan mendatangkan cela pada agama yang diakui dipeluk-
nya. Orang-orang yang hidup melebihi apa yang mereka miliki
seperti itu memilih tunduk pada keangkuhan mereka sendiri
dibandingkan pada pemeliharaan Allah, dan hidup mereka
pun akan berakhir sebab kengkuhan mereka itu.
2. Sebagian orang yang sebenarnya kaya dipandang miskin, dan
benar-benar disangka demikian, sebab mereka hidup kotor
dan hina di bawah apa yang sudah diberikan Allah kepada me-
reka, dan lebih memilih memendamnya dibandingkan mengguna-
kannya (Pkh. 6:1-2). Dalam hal ini ada perasaan tidak
bersyukur kepada Allah, ketidakadilan terhadap keluarga dan
sesama, dan kekikiran terhadap kaum miskin.
II. Pada keadaan rohani mereka. Anugerah yaitu harta kekayaan
jiwa. Itulah kekayaan yang sesungguhnya. Namun demikian, ma-
nusia biasanya salah memandang diri mereka sendiri, entah de-
ngan sengaja atau sebab kekeliruan dan ketidaktahuan mereka
sendiri.
1. Ada banyak orang munafik yang lancang, yang sebenarnya
miskin dan kosong dari anugerah, namun menganggap diri
sendiri kaya, dan tidak mau diyakinkan akan kemiskinan me-
reka, atau berpura-pura menjadi kaya, dan tidak mau meng-
akui kemiskinan mereka.
2. Ada banyak orang Kristen yang penakut dan gemetar, yang kaya
secara rohani dan penuh dengan anugerah, namun menganggap
diri sendiri miskin, dan tidak mau diyakinkan bahwa mereka
kaya, atau setidak-tidaknya, tidak mau mengakuinya. Dengan
segala keraguan dan ketakutan mereka, segala keluhan dan ke-
sedihan mereka, mereka menjadikan diri mereka sendiri miskin.
Kesalahan yang pertama di atas akan menghancurkan orang
pada akhirnya, sedangkan kesalahan yang kedua ini akan meng-
gelisahkan orang selama mereka hidup.
8 Kekayaan yaitu tebusan nyawa seseorang, namun orang miskin tidak akan
mendengar ancaman.
Kita cenderung menilai kebahagiaan manusia, setidaknya di dunia
ini, melalui kekayaan mereka, bahwa mereka berbahagia atau tidak
bergantung pada banyak sedikitnya kekayaan duniawi yang mereka
miliki. Namun, Salomo di sini menunjukkan betapa penilaian ini me-
rupakan kesalahan parah, supaya kita bisa menerima dengan baik
keadaan miskin, dan tidak mendambakan kekayaan bagi diri kita
sendiri atau iri hati terhadap orang-orang yang hidupnya berkelim-
pahan.
1. Orang-orang yang kaya memang dihormati oleh sebagian orang
sebab kekayaan mereka, namun, untuk mengimbanginya, oleh
sebagian yang lain mereka dicemburui dan diserang, dan nyawa
mereka menjadi terancam, dan sebab itu mereka terpaksa mem-
berikan tebusan dengan kekayaan-kekayaan mereka. Janganlah
bunuh kami, sebab kami masih mempunyai perbekalan tersem-
bunyi di luar kota (Yer. 41:8). Di bawah pemerintahan sebagian
penguasa yang lalim, menjadi kaya sudah merupakan kejahatan.
Dan betapa sedikit saja manusia harus berterima kasih pada
kekayaannya jika kekayaan itu hanya digunakan untuk menebus
nyawanya, yang tidak akan terancam seandainya ia tidak kaya!
2. Orang-orang yang miskin direndahkan dan diabaikan oleh sebagi-
an orang, yang seharusnya menjadi teman-teman mereka, na-
mun, untuk mengimbanginya, mereka juga direndahkan dan di-
abaikan oleh orang lain yang bisa saja menjadi musuh-musuh
mereka seandainya ada barang berharga yang mereka miliki:
orang miskin tidak akan mendengar ancaman, tidak akan dicela,
dihardik, didakwa, atau ditimpa kesulitan, seperti halnya dengan
orang kaya. Sebab, tidak ada orang yang memandang layak untuk
memperhatikan mereka. saat orang-orang Yahudi yang kaya
dibawa sebagai tawanan ke Babel, orang miskin dari negeri itu di-
tinggalkan (2Raj. 25:12). Cantabit vacuus coram latrone viator
jika seorang pelancong dihadang perampok, ia akan gembira
sebab tidak ada banyak barang padanya.
9 Terang orang benar bercahaya gemilang, sedangkan pelita orang fasik padam.
Inilah:
1. Penghiburan bagi orang-orang yang baik semakin bertumbuh dan
tetap untuk selama-lamanya: terang orang benar bercahaya gemi-
lang, maksudnya, terang itu bertambah besar, dan membuat me-
reka gembira. Bahkan kemakmuran lahiriah mereka yaitu suka-
cita mereka, dan terlebih lagi karunia-karunia, anugerah-anuge-
rah, dan penghiburan-penghiburan itu, yang dengannya jiwa me-
reka diterangi. Semuanya itu bercahaya kian bertambah terang
(4:18). Roh yaitu cahaya mereka, dan Ia memberi mereka suka-
cita yang penuh, dan bergirang untuk berbuat baik kepada mereka.
2. Penghiburan bagi orang-orang yang jahat layu dan mati: pelita
orang fasik bersinar redup dan lemah. Pelita itu tampak menye-
dihkan, seperti lilin kecil di dalam kendi, dan akan segera padam
meninggalkan kegelapan yang teramat pekat (Yes. 50:11). Terang
orang benar seperti terang matahari, yang mungkin tertutup
gerhana dan diliputi awan, namun akan terus memancar. Terang
orang fasik seperti terang yang mereka nyalakan sendiri, yang
akan segera redup dan mudah dipadamkan.
10 Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, namun mereka yang men-
dengarkan nasihat mempunyai hikmat.
Perhatikanlah:
1. Keangkuhan yang bodoh cepat mendatangkan perselisihan. Mau
tahukah engkau dari mana datangnya sengketa dan pertengkar-
an? Sengketa dan pertengkaran datang dari akar kepahitan ini.
Hawa-hawa nafsu lain (amarah, iri hati, dan ketamakan) bisa
menyebabkan perselisihan, namun dari semuanya keangkuhanlah
penyebab yang terbesar. Keangkuhan sendirilah yang akan mene-
barkan perpecahan, tanpa perlu bantuan apa pun. Keangkuhan
membuat orang tidak sabar menghadapi pertentangan dalam hal
pendapat atau keinginan mereka, tidak sabar menghadapi per-
saingan dan permusuhan, tidak sabar menghadapi penghinaan,
atau apa pun yang tampak seperti tindakan meremehkan. Keang-
kuhan membuat orang tidak sabar dalam mencapai kesepakatan,
namun lebih memilih mengundurkan diri, sebab kesombongan
untuk mempertahankan suatu hak dan kebenaran tertentu pada
pihak mereka. Dari semua inilah timbul petengkaran-pertengkar-
an di antara sanak saudara dan sesama, pertengkaran-perteng-
karan di antara bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan, di antara
jemaat-jemaat dan persekutuan-persekutuan Kristen. Manusia
ingin membalas dendam dan tidak mau mengampuni, sebab me-
reka angkuh.
2. Orang-orang yang rendah hati dan menebarkan kedamaian berarti
berhikmat dan mendengarkan nasihat. Orang-orang yang mau
meminta dan menerima nasihat, yang mau bertanya pada suara
hati mereka sendiri, pada Alkitab mereka, hamba-hamba Tuhan
yang melayani mereka, teman-teman mereka, dan tidak mau ber-
buat sesuatu dengan gegabah, berarti berhikmat. Seperti dalam
hal-hal lain, begitu pula dalam hal ini, mereka mau merendahkan
diri, mau membungkuk dan tunduk, demi menjaga ketenangan
dan mencegah pertengkaran.
11 Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, namun siapa mengumpulkan
sedikit demi sedikit, menjadi kaya.
Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan akan bertahan tergantung ba-
gaimana ia didapat dan dipakai.
1. Apa yang didapat dengan cara yang jahat tidak akan pernah mem-
berikan manfaat, sebab kutuk yang menyertainya akan membo-
roskannya, dan kecenderungan-kecenderungan jahat yang sama
yang mencondongkan manusia memakai jalan-jalan dosa untuk
memperoleh yang nyaman, mencondongkan mereka pada jalan-
jalan dosa yang serupa untuk hidup boros: harta yang cepat diper-
oleh (KJV: harta yang diperoleh dengan kesia-siaan pen.) akan
habis dalam kesia-siaan, dan kemudian akan berkurang. Apa
yang didapat dengan pekerjaan-pekerjaan yang tidak halal, atau
yang tidak layak dikerjakan oleh orang-orang Kristen, seperti
pekerjaan yang hanya dikerjakan untuk memuaskan keangkuhan
dan kemewahan, yang diperoleh dengan berjudi atau bermain
sandiwara, bisa dengan benar dikatakan sebagai harta yang diper-
oleh dengan kesia-siaan, sama seperti harta yang diperoleh de-
ngan menipu dan berbohong, dan akan berkurang. De male
quæsitis vix gaudet tertius hæres Harta yang diperoleh dengan
cara yang jahat hampir tidak bisa lagi dinikmati sesudah tiga
turunan.
2. Apa yang didapat dengan ketekunan dan kejujuran akan semakin
bertambah, bukannya berkurang. Harta itu akan melangsungkan
kehidupan, akan diwariskan, dan akan berkelimpahan. Siapa be-
kerja keras, dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangan-
nya sendiri, akan bertambah kaya, sehingga ia dapat membagikan
sesuatu kepada orang yang berkekurangan (Ef. 4:28). Dan, sekali-
pun ia membagikannya, hartanya kian hari kian bertambah.
12 Harapan yang tertunda menyedihkan hati, namun keinginan yang terpenuhi
yaitu pohon kehidupan.
Perhatikanlah:
1. Tidak ada yang lebih menyedihkan selain sebuah pengharapan
tinggi yang dikecewakan, meskipun bukan sebab pengharapan
itu ditolak, melainkan sebab ditunda waktu pemenuhannya:
harapan yang tertunda menyedihkan hati dan membuatnya me-
rana, cepat kesal dan marah-marah. namun harapan yang hancur
membunuh hati, dan semakin tinggi harapan dipupuk, semakin
pedih kekecewaan yang akan dirasakannya. Oleh sebab itu, kita
berhikmat jika kita tidak menjanjikan kepada diri sendiri bahwa
perkara-perkara besar akan diberikan kepada kita dari makhluk
ciptaan. Janganlah menumbuhkan dalam diri kita harapan-ha-
rapan apa pun yang sia-sia dari dunia ini, supaya jangan kita
menumpuk hal-hal yang nanti hanya akan membuat kita kesal.
Dan jika kita benar-benar mengharapkan sesuatu, marilah kita
siap-siap kecewa, supaya, jika memang demikian adanya, itu
akan terasa lebih ringan. Juga, janganlah kita tergesa-gesa dalam
berharap.
2. Tidak ada hal lain yang lebih memuaskan hati selain menikmati
apa yang, pada akhirnya, sudah lama kita harap-harapkan dan
nanti-nantikan: keinginan yang terpenuhi membuat orang serasa
berada di dalam Firdaus, taman yang penuh kenikmatan, sebab
itu yaitu pohon kehidupan. Kesengsaraan kekal orang fasik akan
bertambah berat dengan hancurnya harapan-harapan mereka.
Sebaliknya, kebahagiaan sorgawi akan lebih disambut oleh orang-
orang kudus, sebab itulah yang sudah mereka rindu-rindukan
dengan sungguh-sungguh sebagai puncak dari harapan-harapan
mereka.
13 Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, namun siapa
taat kepada perintah, akan menerima balasan.
Inilah:
1. Tabiat dari orang yang sudah ditentukan untuk binasa: siapa me-
remehkan firman Allah, dan tidak peduli dengannya, tidak meng-
hormatinya, atau tidak mau diatur olehnya, pasti akan menang-
gung akibatnya, sebab ia meremehkan apa yang merupakan satu-
satunya sarana untuk menyembuhkan penyakit yang menghan-
curkan, dan membuat dirinya mengundang murka ilahi yang
pasti akan menghancurkannya. Orang-orang yang lebih memilih
tuntutan-tuntutan hawa nafsu dibandingkan perintah-perintah ilahi,
serta bujukan-bujukan dunia dan kedagingan dibandingkan janji-janji
dan penghiburan-penghiburan dari Allah, berarti meremehkan
firman-Nya, sebab mereka lebih mengutamakan perkara-perkara
yang bersaing dengan firman Allah. Dan sudah sewajarnya ini
membawa kehancuran pada diri mereka sendiri: mereka sudah
diperingatkan, namun tidak mau mendengar.
2. Tabiat orang yang pasti akan berbahagia: siapa taat kepada perin-
tah, yang takut akan Allah, menghormati kewenangan-Nya, meng-
hargai firman-Nya, takut berbuat sesuatu yang tidak menyenang-
kan Allah dan mendatangkan hukuman-hukuman yang menyertai
perintah itu, tidak hanya akan terhindar dari kehancuran, namun
juga akan menerima balasan untuk rasa takutnya yang saleh.
Orang yang berpegang pada perintah mendapat upah yang besar.
(13:14)
14 Ajaran orang bijak yaitu sumber kehidupan, sehingga orang terhindar
dari jerat-jerat maut.
Ajaran orang bijak (KJV: hukum orang bijak pen.) dan orang benar di
sini dapat kita pahami sebagai asas-asas dan aturan-aturan yang
dengannya mereka mengatur diri mereka sendiri, atau (yang artinya
sama saja) didikan-didikan yang mereka berikan kepada orang lain,
yang harus berlaku sebagai hukum untuk semua orang di sekeliling
mereka. Dan jika memang demikian adanya, maka
1. Didikan-didikan itu senantiasa akan menjadi sumber penghibur-
an dan kepuasan, sebagai sumber kehidupan, yang mengalirkan
aliran-aliran air hidup. Semakin ketat kita menjalankan aturan-
aturan itu, semakin berhasil kita menjaga damai bagi diri kita
sendiri.
2. Didikan-didikan itu akan senantiasa melindungi kita dari godaan-
godaan Iblis. Orang-orang yang mengikuti tuntutan-tuntutan dari
hukum ini akan menjauhkan diri dari jerat-jerat dosa, dan dengan
demikian dari jerat-jerat maut, yang siap menjerumuskan orang-
orang yang meninggalkan hukum orang bijak.
15 Akal budi yang baik mendatangkan karunia, namun jalan pengkhianat-
pengkhianat mencelakakan mereka.
Jika kita tidak hanya melihat hasil akhirnya, namun juga jalannya,
maka kita akan mendapati bahwa agama itu mempunyai keuntung-
an, sebab,
1. Jalan orang-orang kudus itu enak dan menyenangkan: akal budi
yang baik mendatangkan perkenanan Allah dan manusia. Juru-
selamat kita bertumbuh di dalam perkenanan itu saat Ia makin
bertambah besar dan bertambah hikmat. Orang-orang yang ber-
perilaku bijaksana, dan mengatur perkataan mereka dengan
benar dalam segala hal, yang melayani Kristus dalam kebenaran,
damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus, berkenan pada
Allah dan dihormati oleh manusia (Rm. 14:17-18). Dan betapa nya-
mannya orang men