mun orang fasik jatuh ka-
rena kefasikannya. 6 Orang yang jujur dilepaskan oleh kebenarannya, namun
pengkhianat tertangkap oleh hawa nafsunya.
Kedua ayat ini sebenarnya sama, dan keduanya memiliki tujuan yang
serupa dengan ayat 3. Memang kebenaran-kebenaran yang ada di sini
begitu pasti dan penting, sehingga sudah sepantasnya ditekankan
berkali-kali. Marilah kita mengatur diri kita sesuai dengan pegangan-
pegangan berikut ini.
I. Bahwa jalan-jalan agama itu rata dan aman, dan dengan melaku-
kannya kita bisa menikmati keamanan yang kudus. Pegangan-
pegangan hidup tentang kejujuran dan anugerah akan menjadi:
1. Petunjuk terbaik yang menunjukkan jalan yang benar kepada
kita, dalam setiap keadaan yang penuh keraguan, ia akan mem-
beri tahu kita, Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya. Orang
yang bertindak tanpa tuntunan melihat dan mencoba jalan yang
ada tepat di hadapannya.
2. Pembebasan kita yang terbaik dari setiap jalan yang keliru: Ke-
benaran orang jujur akan menjadi senjata pertahanan mereka,
yang akan membebaskan mereka dari godaan dan ancaman
Iblis dan dunia.
II. Cara-cara fasik berbahaya dan menghancurkan: Orang fasik jatuh
ke dalam kesengsaraan dan kehancuran sebab kefasikannya sen-
diri, dan tertangkap oleh hawa nafsunya bagaikan terjerat di
dalamnya. Hai Israel, engkau menghancurkan dirimu sendiri. Dosa-
dosa mereka akan menjadi hukuman bagi mereka. Apa yang mere-
ka rencanakan untuk melindungi diri akan dipakai untuk menye-
rang mereka.
(11:7)
7 Pengharapan orang fasik gagal pada kematiannya, dan harapan orang jahat
menjadi sia-sia.
Perhatikanlah:
1. Orang fasik sekalipun, saat mereka hidup, bisa tetap yakin de-
ngan harapan mereka akan mendapatkan kebahagiaan saat
mati, atau setidaknya kebahagiaan saat masih di dunia ini. Orang
munafik menyelimuti diri mereka di dalam harapan seperti laba-
laba di dalam jaringnya. Orang duniawi mengharapkan hal-hal
besar dari kekayaannya. Dia menyebutnya banyak barang, tertim-
bun untuk bertahun-tahun lamanya, dan berharap dapat beristi-
rahat dan bersenang-senang dengan kekayaannya itu. namun
saat mati harapan mereka akan dikecewakan. Orang duniawi
harus meninggalkan dunia yang dia harap dapat terus dia diami,
dan orang munafik tidak akan mencapai dunia yang dia harap
dapat dia masuki (Ayb. 27:8).
2. Harapan orang fasik akan tenggelam dalam keputusasaan tepat
pada saat mereka berharap akan dimahkotai dengan keberhasil-
an, dan ini akan semakin membuat kesengsaraan mereka menjadi
luar biasa hebat. saat orang saleh mati, dia akan mendapatkan
lebih dari yang diharapkannya, dan semua ketakutannya hilang.
namun saat orang fasik mati, harapan-harapannya hancur ber-
keping-keping. Tepat pada hari itu gagasan-gagasan yang menye-
nangkannya musnah. Harapan-harapannya lenyap.
8 Orang benar diselamatkan dari kesukaran, lalu orang fasik menggantikan-
nya.
Seperti yang selalu terjadi dalam kematian, dan kadang-kadang juga
dalam hidup, orang benar luar biasa ditolong, sedangkan orang fasik
ditentang.
1. Orang-orang baik diselamatkan dari kesusahan yang mereka pikir
sudah mengalahkan mereka, dan kaki mereka ditegakkan di
tempat yang lapang (Mzm. 66:12; 34:20). Allah telah menemukan
cara untuk menyelamatkan umat-Nya, bahkan saat mereka te-
lah putus asa dan musuh-musuh mereka telah bersorak keme-
nangan, seakan-akan padang gurun telah mengurung mereka.
2. Orang fasik jatuh ke dalam kesengsaraan yang mereka pikir jauh
dari mereka. Bahkan kesengsaraan itu telah mereka usahakan
supaya orang benar masuk ke dalamnya. sebab itu, dengan ma-
suk sendiri ke dalam kesengsaraan itu, kelihatannya orang fasik
itu menggantikan orang benar, menjadi tebusan bagi orang benar.
Mordekhai diselamatkan dari tiang gantungan, Daniel dari liang
singa, dan Petrus dari penjara, sedangkan penganiaya-penganiaya
mereka menggantikan mereka. Bangsa Israel diselamatkan dari
Laut Merah dan orang-orang Mesirlah yang tenggelam di dalamnya.
Alangkah berharganya orang-orang kudus di mata Allah, sehingga
Dia memberikan manusia sebagai ganti mereka (Yes. 43:3-4).
Kebenaran-kebenaran Umum,
9 Dengan mulutnya orang fasik membinasakan sesama manusia, namun orang
benar diselamatkan oleh pengetahuan.
Di sini ada :
1. Kemunafikan yang merencanakan kejahatan. Bukan hanya pem-
bunuh dengan pedangnya, namun juga orang fasik (KJV: orang
munafik pen.) dengan mulutnya, membinasakan sesama manu-
sia, memikatnya masuk ke dalam dosa, atau ke dalam kejahatan,
dengan keramahan dan maksud baik yang pura-pura, yang keli-
hatannya saja bagus. Hidup dan mati dikuasai lidah, namun tidak
ada lidah yang lebih mematikan dibandingkan lidah yang merayu.
2. Kejujuran mengalahkan rancangan tersebut dan meloloskan dari
perangkap: Oleh pengetahuan tentang tipu-muslihat Iblis orang
benar diselamatkan dari perangkap yang dipasang oleh orang mu-
nafik. Para penggoda tidak akan berhasil memperdayai orang-orang
pilihan. Dengan hikmat dari Allah, kitab suci, dan hati nurani
mereka sendiri, orang benar diselamatkan dari orang-orang yang
diam-diam menunggu kesempatan untuk memperdayai dan meng-
hancurkan (Rm. 16:18-19).
10 Bila orang benar mujur, beria-rialah kota, dan bila orang fasik binasa,
gemuruhlah sorak-sorai. 11 Berkat orang jujur memperkembangkan kota,
namun mulut orang fasik meruntuhkannya.
Di sini kita perhatikan:
I. Bahwa orang baik pada umumnya sangat dikasihi oleh orang-orang
yang ada di sekitarnya, namun tidak ada yang peduli pada orang
fasik.
1. Memang benar ada beberapa orang yang memusuhi orang
benar, yang berprasangka buruk terhadap Allah dan kesaleh-
an, dan sebab itu kesal kalau melihat orang baik berkuasa
dan makmur. namun semua orang yang tidak memihak, bah-
kan yang tidak terlalu mengerti agama, mengatakan hal-hal
baik tentang orang baik. sebab itu, bila orang benar mujur,
saat mereka mengalami kemajuan dan diberi kemampuan
untuk melakukan kebaikan sesuai dengan yang mereka ingin-
kan, itu hal yang jauh lebih baik bagi semua orang yang ada di
sekitar mereka, sehingga beria-rialah kota. Demi kehormatan
kebaikan dan dorongan untuk berbuat kebaikan, dan sebab
hal itu merupakan penggenapan janji Allah, kita seharusnya
senang melihat orang-orang saleh berhasil di dunia dan mem-
peroleh nama baik.
2. Orang-orang fasik bisa saja memiliki beberapa teman di sana
sini di antara orang-orang yang juga serupa dengan mereka,
bahkan orang-orang ini mengharapkan hal-hal yang baik bagi
mereka. Walaupun begitu, banyak dari orang-orang di sekitar
mereka menghendaki hal-hal yang buruk bagi mereka. Mereka
mungkin ditakuti, namun tidak dikasihi, sehingga bila orang
fasik binasa, gemuruhlah sorak-sorai. Semua orang senang
melihat mereka dipermalukan dan dibuat tidak berdaya, kehi-
langan kepercayaan dan kekuasaan, dan diusir keluar dari
dunia. Orang-orang berharap tidak akan ada kemalangan yang
lebih besar lagi yang menimpa kota, terlebih sebab orang
fasik berharap orang benar menggantikan mereka, pada saat
mereka, bukan orang benar, yang mengalami kesukaran (ay.
8). sebab itu biarlah rasa kehormatan menjaga kita tetap ber-
ada di jalan kebaikan, supaya kita diinginkan saat hidup dan
diratapi saat mati, dan tidak diolok-olok supaya turun pang-
gung (Ayb. 27:23; Mzm. 52:8).
II. Bahwa ada alasan yang bagus untuk ini, yaitu sebab orang-
orang baik melakukan kebaikan, sedangkan (seperti peribahasa
kuno mengatakan) dari orang fasik timbul kefasikan.
1. Orang-orang baik yaitu berkat bagi orang banyak. Vir bonus
est commune bonum. Berkat orang jujur, yaitu berkat yang di-
berikan kepada orang jujur, yang memperbesar ruang lingkup
kegunaan mereka. Oleh berkat-berkat yang dengannya mereka
memberkati sesama mereka, nasihat mereka, teladan mereka,
doa-doa mereka, dan segala contoh pelayanan mereka bagi ke-
pentingan orang banyak, oleh berkat-berkat yang Allah berikan
kepada orang lain sebab usaha-usaha mereka, oleh hal-hal
inilah maka kota diperkembangkan (atau ditinggikan), sehingga
membuatnya lebih nyaman bagi para penduduknya, dan lebih
dihargai di antara tetangganya.
2. Orang-orang fasik mengganggu orang banyak. Bukan hanya me-
rupakan beban, namun juga wabah bagi angkatan mereka. Mulut
orang fasik meruntuhkan kota. Perkataan-perkataan mereka
yang jahat merusak perilaku yang baik, dan ini cukup untuk
merusak moral kota, menghancurkan kebajikan yang ada di da-
lamnya, dan mendatangkan penghukuman Allah ke atasnya.
12 Siapa menghina sesamanya, tidak berakal budi, namun orang yang pandai,
berdiam diri. 13 Siapa mengumpat, membuka rahasia, namun siapa yang setia,
menutupi perkara.
Kitab Amsal 11:9-14
I. Di sini berdiam diri dianjurkan sebagai contoh tindakan persa-
habatan sejati dan pemeliharaannya, dan oleh sebab itu merupa-
kan bukti,
1. Kebijaksanaan: Orang yang pandai, yang menguasai dirinya,
jika dihasut akan berdiam diri, tidak membiarkan kemarahan-
nya meledak, ataupun menyulut kemarahan orang lain dengan
bahasa yang menghina atau celaan-celaan sebab kesal.
2. Ketulusan: Siapa yang setia, yang bukan hanya setia kepada
janjinya sendiri namun juga bagi kepentingan temannya, menu-
tupi segala perkara yang, jika diungkapkan, dapat menimbul-
kan prasangka buruk bagi sesamanya.
II. Di sini, menutupi perkara dengan bijaksana untuk kebaikan se-
sama dilawankan dengan dua kejahatan lidah yang sangat buruk:
1. Berbicara dengan penuh penghinaan kepada seseorang secara
langsung di hadapannya. Siapa tidak berakal budi mengungkap
kebodohannya dengan cara ini: Ia menghina sesamanya, bila ia
menyebut sesamanya itu kafir dan jahil, setidaknya dengan tu-
juan untuk menghasut dan menginjak-injak dia, seakan-akan
dia tidak cukup pantas untuk ditempatkan bersama-sama de-
ngan anjing penjaga kambing dombanya. Orang yang merendah-
kan seseorang yang dibuat dari tanah yang sama, merendahkan
dirinya sendiri.
2. Membicarakan seseorang di belakangnya dengan kedengkian.
Siapa mengumpat (KJV: membawakan dongeng pen.), me-
nyampaikan semua cerita yang yang dapat dikumpulkannya,
tidak peduli benar atau salah, dari rumah ke rumah, untuk
mencelakakan dan menimbulkan perselisihan, dan membuka
rahasia yang dipercayakan kepadanya, dia melanggar hukum-
hukum persahabatan dan percakapan, dan kehilangan semua
hak istimewanya sebagai sahabat dan teman bicara.
(11:14)
14 Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa, namun jikalau penasihat ba-
nyak, keselamatan ada.
Di sini ada ,
1. Pertanda buruk mengenai kehancuran sebuah kerajaan. Jikalau
tidak ada pimpinan (KJV: nasihat pen.), tidak meminta nasihat
sama sekali, melainkan setiap hal dikerjakan dengan gegabah,
atau tidak ada perundingan yang hati-hati untuk kebaikan ber-
sama, melainkan hanya bersekongkol demi kelompok-kelompok
dan kepentingan-kepentingan yang bercabang, maka jatuhlah
bangsa, hancur berantakan, terpecah belah, jatuh bersama-sama
sebab diadu domba, dan menjadi mangsa empuk bagi musuh-
musuh mereka bersama. Dewan penasihat perang diperlukan
dalam kegiatan-kegiatan perang, dua mata dapat melihat lebih
banyak dibandingkan satu, dan saling menasihati yaitu untuk saling
tolong.
2. Pertanda baik mengenai kemakmuran kerajaan. Jikalau penasihat
banyak, dan mereka saling memperhatikan kebutuhan satu sama
lain, dan bertindak sebagai satu kesatuan yang serasi, serta de-
ngan kepedulian terhadap kesejahteraan rakyat, maka keselamat-
an ada. Ini sebab cara-cara bijaksana yang tidak dilihat oleh se-
seorang dapat dilihat oleh yang lainnya. Dalam urusan-urusan
pribadi kita, kita akan sering mendapatkan keuntungan jika me-
minta nasihat dari banyak orang. Jika mereka sepakat dalam me-
nasihati kita, jalan kita akan lebih jelas. Jika mereka tidak sepa-
kat, sebaiknya kita mendengarkan apa yang hendak dikatakan
oleh semua pihak, supaya mampu memutuskan dengan lebih baik.
Upah Orang Benar,
15 Sangat malanglah orang yang menanggung orang lain, namun siapa mem-
benci pertanggungan, amanlah ia.
Di sini kita diajarkan:
1. Secara umum, kita tidak boleh menggunakan harta benda kita se-
suka hati kita. Dia yang memberikannya kepada kita memiliki
kuasa untuk memerintahkan bagaimana kita harus mengguna-
kannya, sebab itu bukan milik kita sendiri. Kita hanyalah peng-
urus. Lebih jauh, dalam hukum-Nya Allah memperhatikan kepen-
tingan-kepentingan kita dan mengajar kita bahwa perbuatan baik
harus dimulai dari diri kita atau dari dalam rumah kita sendiri,
namun tidak boleh berhenti di sana. Ada pengurusan rumah tang-
ga yang baik yang merupakan sifat baik yang ilahi, dan kebijak-
Kitab Amsal 11:15-19
sanaan dalam mengatur urusan-urusan kita yang merupakan ba-
gian dari sifat orang baik (Mzm. 112:5). Setiap orang harus adil
terhadap keluarganya, sebab kalau tidak maka dia tidak setia
dengan tugasnya sebagai seorang pengurus rumah tangga yang
baik.
2. Secara khusus, kita tidak boleh setuju begitu saja menjadi pen-
jamin bagi orang lain secara gegabah,
(1) sebab ada bahaya hal itu akan membawa kita ke dalam kesu-
litan, dan menyulitkan keluarga kita juga sesudah kita mening-
gal. Orang yang menanggung orang lain, sebab diminta oleh
seseorang dan berjanji untuk terikat bagi orang itu, mungkin
sebab dia mengenal orang itu dan berpikir bahwa dia tahu
keadaan orang itu namun kemudian terbukti salah, maka
sangat malanglah dia. Contritione conteretur Dia pasti akan
hancur lebur secara menyedihkan sebab nya, dan mungkin
menjadi bangkrut. Tuhan Yesus menanggung kita saat kita
belum mengenal Dia, bahkan saat kita masih menjadi mu-
suh-Nya, dan Dia mengalami kemalangan sebab nya. TUHAN
berkehendak meremukkan dia.
(2) sebab orang yang menolak segala jenis pertanggungan tetap
memiliki pijakan yang kokoh. Seseorang dapat memiliki pijak-
an yang kokoh jika berhati-hati untuk tidak melibatkan diri
dalam urusan yang melebihi kemampuannya, supaya dia tidak
perlu meminta orang lain untuk dibelenggu bagi dia.
16 wanita yang baik hati beroleh hormat; sedangkan seorang penindas
beroleh kekayaan.
Di sini:
1. Seorang penindas (KJV: laki-laki yang kuat pen.) diperbolehkan
beroleh kekayaan. Orang-orang yang sibuk di dunia, yang memi-
liki semangat dan minat yang tinggi, dan mampu menang mela-
wan semua orang yang menghalangi mereka, kemungkinan besar
akan mempertahankan apa yang telah mereka miliki dan menda-
patkan lebih banyak lagi. Sementara itu orang-orang yang lemah
dimangsa oleh semua orang di sekitar mereka.
2. wanita yang baik hati pastilah sangat berhati-hati dalam me-
melihara nama baiknya, demi kebijaksanaan dan kesederhanaan,
kerendahan hati dan kebaikan, serta semua kebaikan-kebaikan
lainnya yang merupakan perhiasan sejati wanita . Sama hal-
nya seperti laki-laki yang kuat melindungi harta bendanya. De-
ngan cara yang serupa, wanita yang benar-benar baik hati
akan mampu melindungi kehormatan mereka dengan kebijaksa-
naan dan kelakuan baik mereka. wanita yang baik hati sama
terhormatnya dengan laki-laki yang berani, dan kehormatannya
sama pastinya.
17 Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, namun orang yang
kejam menyiksa badannya sendiri.
Sudah menjadi pegangan umum, bahwa setiap orang yaitu untuk
dirinya sendiri. Proximus egomet mihi Tidak ada yang lebih dekat
denganku dibandingkan diriku sendiri. Nah, jika ini dimengerti dengan
benar, akan menjadi alasan bagi kita untuk menghargai watak-watak
yang baik dalam diri kita dan menyalibkan watak-watak yang buruk.
Dalam penghiburan di masa sekarang pun, kita yaitu sahabat atau
musuh bagi diri kita sendiri, tergantung pada apakah kita diatur oleh
pegangan-pegangan dasar keagamaan atau tidak.
1. Orang yang murah hati, lembut, dan menyenangkan berbuat baik
kepada diri sendiri, memudahkan diri sendiri dan menjaga dirinya
tetap demikian. Dia senang melakukan tugasnya, dan ikut meri-
ngankan beban orang-orang yang baginya bagaikan diri sendiri,
sebab kita yaitu sesama anggota. Orang yang menyirami orang
lain dengan hal-hal baiknya yang fana, akan mendapati bahwa
Allah akan menyirami dia dengan berkat-berkat-Nya yang rohani,
yang akan mengerjakan yang terbaik bagi jiwanya sendiri. Lihat-
lah Yesaya 58:7 dan seterusnya. jika engkau tidak menyem-
bunyikan diri terhadap saudaramu sendiri, melainkan melakukan
yang baik kepada orang lain seperti untuk dirimu sendiri, jika
engkau menggunakan dirimu untuk berbuat baik dan menyerah-
kan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri, engkau
akan berbuat baik kepada jiwamu sendiri, sebab Tuhan akan
memuaskan hatimu dan membaharui kekuatanmu. Sebagian orang
menganggapnya bagian dari sifat orang yang murah hati, bahwa
dia banyak menghasilkan manfaat dari dirinya sendiri. Sifatnya
yang cenderung murah hati terhadap orang lain itu akan mem-
bantu dia melakukan yang sesuai bagi dirinya sendiri juga, dan
menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya. Diri (KJV:
jiwa pen.) dapat kita pahami sebagai manusia batiniah, sebagai-
mana Rasul Paulus menyebutnya, sehingga ayat ini mengajar kita
bahwa tindakan murah hati yang utama dan agung yaitu me-
nyediakan penyangga-penyangga yang baik bagi jiwa kita sendiri
yang diperlukan bagi kehidupan rohani kita.
2. Orang yang kejam, suka memberontak, dan bertabiat buruk, me-
nyiksa badannya sendiri, dan sebab itu dosanya menjadi hukum-
an baginya. Dia kelaparan dan mati sebab menginginkan apa
yang dia miliki, sebab dia tidak memiliki hati untuk mengguna-
kan apa yang dimilikinya, baik untuk kebaikan orang lain maupun
bagi kebaikannya sendiri. Dia menjengkelkan bagi sanak saudara-
nya yang terdekat, yang yaitu tubuhnya sendiri dan yang seha-
rusnya demikian (Ef. 5:29). Iri hati, kebencian, dan keserakahan
dunia membusukkan tulang dan menghabiskan daging.
18 Orang fasik membuat laba yang sia-sia, namun siapa menabur kebenaran,
mendapat pahala yang tetap.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang berdosa menimpakan tipu daya yang paling memati-
kan ke atas diri mereka sendiri: Orang fasik membuat laba yang
sia-sia, membangun rumah bagi dirinya sendiri di atas pasir, yang
akan memperdayai dia saat badai datang. Ia berjanji pada diri
sendiri akan mendapatkan sesuatu dengan dosanya, namun itu
tidak akan pernah didapatkannya. Dosa itu bahkan akan me-
menggal lehernya sambil tersenyum kepadanya. Dosa menipu aku
dan oleh perintah itu ia membunuh aku.
2. Orang-orang kudus menyimpan perlindungan terbaik bagi diri
mereka sendiri: Orang yang menabur kebenaran, yang memang
baik, dan selalu berusaha melakukan kebaikan, dengan meng-
arahkan pandangan kepada imbalan di masa depan, akan memi-
liki pahala yang tetap. Pahala itu pasti bagi dia, sepasti yang da-
pat diberikan oleh kebenaran kekal. Jika tidak lalai menabur be-
nih, maka panen pun tidak akan gagal (Gal. 6:8).
19 Siapa berpegang pada kebenaran yang sejati, menuju hidup, namun siapa
mengejar kejahatan, menuju kematian.
Di sini ditunjukkan bahwa bukan hanya melalui penghakiman ilahi
maka kebenaran akan berujung pada kehidupan, dan kejahatan ber-
ujung pada kematian, namun juga sebab kodratnya, maka kebenaran
itu memiliki kecenderungan langsung yang mengarah kepada kehi-
dupan dan kejahatan kepada kematian.
1. Kekudusan sejati yaitu kebahagiaan sejati. Kekudusan sejati
merupakan persiapan, jaminan, dan kesungguhan untuk men-
dapatkan kebahagiaan sejati. Kebenaran mencondongkan, meng-
atur, dan memimpin jiwa menuju hidup.
2. Dengan cara yang sama, orang-orang yang memanjakan dirinya
dalam dosa membuat diri mereka pantas untuk menerima kehan-
curan. Semakin keras seseorang dalam pencarian-pencariannya
yang penuh dosa, semakin tajam kecondongannya kepada kehan-
curannya sendiri. Dia membangunkan kehancurannya saat tam-
pak tidur, dan mempercepatnya saat tampak berlambat-lambat.
Peribahasa-peribahasa Penting, 11:20-23
20 Orang yang serong hatinya yaitu kekejian bagi TUHAN, namun orang yang
tak bercela, jalannya dikenan-Nya.
Penting bagi kita untuk mengetahui apa yang Allah benci dan apa
yang Allah senangi, supaya kita bisa mengatur diri sesuai dengan-
Nya, menghindari hal-hal yang tidak disukai-Nya dan mengabdikan
diri untuk menyenangkan hati-Nya. Nah, di sini kita diberi tahu,
1. Bahwa tidak ada yang lebih menyakiti hati Allah dibandingkan kemu-
nafikan dan bermuka dua. Itulah arti dari kata yang kita terje-
mahkan menjadi tipu muslihat, yaitu berpura-pura berlaku adil
namun bermaksud jahat, berjalan di jalan-jalan yang berbelit-belit,
supaya tidak ketahuan. Orang yang serong hatinya bertindak ber-
lawanan dengan apa yang baik, sambil mengakui apa yang baik,
dan yang seperti itu yaitu kekejian bagi TUHAN, lebih dibandingkan
orang-orang berdosa mana pun (Yes. 65:5).
2. Bahwa tidak ada yang lebih menyenangkan hati Allah dibandingkan
ketulusan dan kejujuran: Orang yang tak bercela, yang tujuan
dan tindakannya jujur, yang perilakunya di dunia dikuasai oleh
ketulusan dan kemurnian dari Allah, bukan oleh hikmat duniawi,
mereka inilah yang disenangi oleh Allah, bahkan Allah membang-
gakan mereka (Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub?)
dan ingin supaya kita mengagumi mereka. Lihat, inilah seorang
Israel sejati.
21 Sungguh, orang jahat tidak akan luput dari hukuman, namun keturunan
orang benar akan diselamatkan.
Perhatikanlah:
1. Persekongkolan dalam dosa pasti akan dicerai-beraikan, dan tidak
akan membantu melindungi orang-orang berdosa: Walaupun ber-
gandengan tangan (KJV), walaupun banyak yang sepakat untuk
bersama-sama memelihara kejahatan melalui perbuatan mereka,
dan berjanji untuk saling mendukung dalam membela kejahatan
melawan semua serangan hikmat dan keadilan, walaupun mereka
bersekutu untuk mendukung dan menyebarluaskan kejahatan,
walaupun keturunan orang jahat mengikuti jejak orangtua mere-
ka yang jahat, dan bertekad memelihara kebiasaan mereka de-
ngan cara melanggar agama, namun semua ini tidak akan melin-
dungi mereka dari keadilan Allah. Mereka tidak akan dianggap
tidak bersalah. Keadilan Allah tidak akan membenarkan mereka
jika mereka beralasan bahwa apa yang mereka lakukan itu yaitu
sesuai dengan apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang dan
sesuai dengan apa yang dilakukan oleh kelompok mereka. Mereka
tidak akan luput dari hukuman. Lihatlah air bah yang menimpa
seluruh dunia yang dihuni orang-orang yang fasik. Jumlah dan
kekuatan mereka, serta kesepakatan mereka dalam berbuat dosa,
tidak akan bermanfaat bagi mereka saat hari pembalasan tiba.
2. Bahwa pewaris-pewaris agama pasti akan diberkati: Keturunan
orang benar, yang mengikuti jejak kebenaran mereka, walaupun
mereka bisa saja jatuh ke dalam kesulitan, pada waktunya akan
diselamatkan. Walaupun mungkin saja keadilan datang perlahan
untuk menghukum orang jahat, dan belas kasihan datang per-
lahan untuk menyelamatkan orang benar, namun keduanya pasti
akan datang. Terkadang keturunan orang benar, walaupun mereka
sendiri bukan orang benar, diselamatkan demi pendahulu mereka
yang saleh, seperti yang sering dialami Israel dan keturunan Daud.
22 Seperti anting-anting emas di jungur babi, demikianlah wanita cantik
yang tidak susila.
Di sini kita harus memahami susila sebagai agama dan anugerah,
suatu selera dan rasa suka yang sungguh-sungguh (demikianlah arti
kata tersebut) pada kehormatan dan kesenangan yang menyertai ke-
bajikan tanpa noda. Maka wanita yang tidak susila berarti se-
orang wanita dengan perilaku yang bebas dan tidak tahu aturan.
Lalu perhatikanlah:
1. Di sini memang benar bahwa kecantikan atau keelokan jasmani
itu seperti anting-anting emas, sesuatu yang sangat berharga, dan
kalau ada hikmat dan anugerah yang melindungi dari godaannya,
maka itu merupakan perhiasan yang sangat baik. Gratior est
pulchro veniens de corpore virtus Kebajikan tampil istimewa dan
agung saat disertai kecantikan. namun wanita yang bodoh dan
tidak susila, dengan sikap yang menganggap remeh, cocok diban-
dingkan dengan seekor babi, walaupun dia sangat cantik. Dia ber-
kubang dalam lumpur hawa nafsu yang kotor, yang mencemarkan
pikiran dan hati nurani, dan walaupun dimandikan akan kembali
lagi ke situ.
2. Sayang kalau kecantikan itu sangat disalahgunakan, seperti yang
dilakukan orang-orang yang kecantikannya tidak disertai keso-
panan. Kecantikan itu seperti pemberian yang tidak tepat untuk
mereka, sangat tidak pada tempatnya, seperti anting-anting emas
di jungur babi, yang dipakainya untuk membongkar timbunan
kotoran. Jika kecantikan tidak dikawal oleh kebajikan, maka ke-
bajikan menjadi rentan oleh sebab kecantikan. Ini boleh diterap-
kan pada semua karunia dan kelebihan jasmani lainnya. Sayang
jika orang memiliki karunia dan kelebihan jasmani namun tidak
memiliki kebijaksanaan untuk menggunakannya dengan baik.
23 Keinginan orang benar mendatangkan bahagia semata-mata, harapan
orang fasik mendatangkan murka.
Ayat ini mengajar kita apa keinginan dan harapan orang benar dan
orang fasik, dan bagaimana jadinya nanti, apa yang mereka inginkan
dan apa yang akan mereka dapatkan.
1. Orang benar menginginkan bahagia, bahagia semata-mata (KJV:
yang baik semata-mata pen.). Segala yang mereka inginkan ada-
lah semua orang di sekitar mereka baik-baik saja. Mereka tidak
mengharapkan penderitaan bagi siapa pun, melainkan kebahagia-
an bagi semua orang. Kalau untuk mereka sendiri, keinginan
mereka bukanlah memuaskan nafsu jahat mana pun, melainkan
mendapatkan perkenan dari Allah yang baik dan memelihara keda-
maian hati nurani yang bersih. Dan kebahagiaan yang akan mereka
dapatkan yaitu kebahagiaan yang mereka inginkan (Mzm. 37:4).
2. Orang fasik menginginkan kemurkaan. Mereka menginginkan hari
bencana, supaya penghakiman Allah dapat memuaskan nafsu
dan dendam mereka, menyingkirkan orang-orang yang mengha-
langi mereka, dan supaya mereka bisa mendapatkan keuntungan
bagi diri mereka sendiri dengan memancing di air yang keruh.
Namun, murkalah yang akan mereka dapatkan, dan malapetaka
bagi mereka. Mereka mengharapkan dan menginginkan kejahatan
bagi orang lain, namun kejahatan itu justru berbalik menimpa
mereka sendiri. sebab mereka senang sekali mengutuk, mereka
akan mendapatkan kutuk yang cukup.
24 Ada yang menyebar harta, namun bertambah kaya, ada yang menghemat
secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.
Perhatikanlah:
1. Mungkin saja seseorang semakin kaya dengan menggunakan apa
yang dia miliki dengan bijaksana, menabur dalam pekerjaan-
pekerjaan kesalehan, berbuat amal, dan bermurah hati, namun
bertambah kaya. Bahkan, dengan cara itulah orang dapat bertam-
bah kaya, seperti jagung bertambah banyak dengan ditabur.
Dengan menggunakan apa yang kita miliki dengan sukacita, jiwa
kita disegarkan, dan dengan demikian dipersiapkan untuk peker-
jaan-pekerjaan yang harus kita lakukan, dengan mengurus apa
yang kita miliki dengan teliti sehingga bertambah banyak. Cara
itu mendatangkan nama baik yang ikut menambah kekayaan.
Tapi bertambahnya kekayaan itu terutama harus diakui sebagai
berasal dari Tuhan. Dia memberkati tangan yang memberi, se-
hingga membuatnya menjadi tangan yang memperoleh (2Kor.
9:10). Berilah, dan kamu akan diberi.
2. Mungkin saja seseorang menjadi miskin sebab menyimpan-nyim-
pan apa yang dia miliki, menghemat secara luar biasa, tidak melu-
nasi utang-utang yang sepantasnya dibayar, tidak membantu
orang miskin, tidak menyediakan secara memadai untuk keluar-
ga, tidak mau membuat pengeluaran-pengeluaran yang perlu un-
tuk pemeliharaan harta benda. Itu membuatnya selalu kekurang-
an (KJV: mengarah kepada kemiskinan pen.). Cara itu mengekang
kepandaian dan kerajinan manusia, melemahkan kepentingan me-
reka, menghancurkan nama baik mereka, dan membuat mereka
kehilangan berkat Allah. Lagi pula, walaupun manusia selalu me-
nyimpan apa yang mereka miliki, jika Allah menghancurkan dan
merusaknya, maka tidak akan ada yang tersisa (Hag. 1:6, 9). Api
yang tidak ditiup akan menghabiskannya.
25 Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum,
ia sendiri akan diberi minum.
Melakukan perbuatan amal itu sangat bertolak belakang dengan
pikiran biasa, dan perbuatan memberi justru akan membebaskan
kita. sebab itu kita perlu betul-betul menekankan kepada diri sen-
diri betapa melakukan kebaikan kepada orang lain itu yaitu untuk
keuntungan kita sendiri, seperti sebelumnya (ay. 17).
1. Dengan melakukan kebaikan, kita akan mendapatkan penghibur-
an di dalam hati kita: Siapa banyak memberi berkat, yang jiwanya
suka memberkati, yang berdoa bagi orang-orang kesusahan dan
memenuhi kebutuhan mereka, yang menyebarkan berkat dengan
bibir yang memberkati dan tangan yang murah hati, jiwa seperti
itu diberi kelimpahan dengan sukacita sejati dan diperkaya de-
ngan lebih banyak anugerah.
2. Kita akan memperoleh balasan dari Allah dan manusia: Siapa
memberi minum orang lain dengan aliran-aliran pemberiannya, ia
sendiri akan diberi minum. Allah pasti akan membalasnya dengan
embun, dengan curahan yang banyak, dari berkat-Nya, yang akan
Dia curahkan, sampai berkelimpahan (Mal. 3:10). Orang yang me-
miliki rasa terima kasih akan membalas pemberiannya itu jika
ada kesempatan. Orang yang murah hatinya akan beroleh kemu-
rahan, dan orang yang baik akan diperlakukan dengan baik.
3. Kita akan terus dimampukan untuk melakukan yang lebih baik
lagi: Siapa memberi minum, dia bahkan akan menjadi seperti hujan
(demikian beberapa orang mengartikannya). Dia akan diisi kem-
bali, seperti awan yang kembali sesudah hujan, dan akan berguna
dan diterima lagi, seperti hujan bagi rumput yang baru dipotong.
Siapa mengajar akan belajar (demikianlah bahasa Aramaik menaf-
sirkannya). Barangsiapa menggunakan pengetahuannya untuk
mengajar orang lain akan diajar sendiri oleh Allah. Kepada orang
yang memiliki dan menggunakan apa yang dimilikinya, akan di-
beri lebih banyak lagi.
26 Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, namun berkat turun di atas ke-
pala orang yang menjual gandum.
Lihatlah di sini:
1. Bagaimana kita harus menggunakan karunia pemberian Allah.
Kita tidak boleh menimbunnya untuk keuntungan kita sendiri,
supaya kita diperkaya olehnya, melainkan harus mengeluarkan-
nya untuk kepentingan orang lain, supaya mereka bisa terbantu
dan terpelihara olehnya. Itu yaitu dosa, jika seseorang menahan
gandum saat sedang mahal dan langka, dengan harapan akan
terus bertambah mahal, untuk mempertahankan dan menaikkan
pasaran, saat harga sudah sangat tinggi sehingga orang miskin
menderita sebab nya. Pada saat seperti itu, orang-orang yang me-
miliki persediaan gandum sendiri wajib memperhatikan orang
miskin, dan bersedia menjual dengan harga pasar, merasa puas
dengan keuntungan yang biasa-biasa saja, dan tidak bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan dari penghakiman Allah. Itu
yaitu contoh perbuatan amal yang mulia dan besar jika orang
menyimpan persediaan yang diperlukan melakukannya untuk
membantu mempertahankan harga pasar supaya tetap rendah
saat harga bahan pokok meningkat terlalu banyak.
2. Bagaimana kita harus menghargai suara orang banyak. Kita tidak
boleh menganggap suara orang banyak itu sebagai suatu hal yang
tidak penting dan tidak perlu diperhatikan, entah kita menerima
maksud dan perkataan yang buruk ataupun baik dari sesama
kita, doa-doa mereka atau kutuk-kutuk mereka. Di sini kita diajar
supaya takut kepada kutuk-kutuk mereka, dan mendahulukan
keuntungan kita sendiri dibandingkan mendatangkan kutuk-kutuk
tersebut, dan mengharapkan berkat-berkat mereka, dan dengan
pengorbanan tertentu membeli berkat-berkat tersebut. Kadang-
kadang benar, vox populi est vox Dei suara rakyat yaitu suara
Allah.
27 Siapa mengejar kebaikan, berusaha untuk dikenan orang, namun siapa
mengejar kejahatan akan ditimpa kejahatan.
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang rajin melakukan kebaikan di dunia membuat
diri mereka dikasihi baik oleh Allah maupun manusia. Siapa
bangun pagi-pagi untuk apa yang baik (demikianlah maksudnya),
yang mencari kesempatan untuk melayani teman-temannya dan
membantu orang-orang miskin, dan memeras tenaga untuk itu,
berusaha untuk dikenan orang (KJV: mendapatkan perkenanan
pen.). Semua orang yang di sekitarnya menyukai dia, dan menga-
takan hal-hal baik tentang dia, dan akan siap melakukan ke-
baikan baginya. Dan lebih baik dari itu lagi, lebih baik dari hidup,
dia memperoleh kasih setia Allah.
2. Orang-orang yang rajin melakukan kejahatan sedang memper-
siapkan kehancuran untuk diri mereka sendiri: Akan ditimpa
kejahatan. Suatu saat mereka akan menerima balasan yang sama
dengan perbuatan mereka sendiri. Selain itu, perhatikanlah, me-
ngejar kejahatan di sini dilawankan dengan mengejar kebaikan,
sebab orang yang tidak melakukan kebaikan sedang melakukan
hal yang merugikan.
28 Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh; namun orang
benar akan tumbuh seperti daun muda.
Perhatikanlah:
1. Kekayaan kita akan mengecewakan kita saat sedang sangat
membutuhkan: Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya,
seakan-akan kekayaannya itu dapat menjamin dia diperkenan
oleh Allah, dan menjadi perlindungan dan bagian bagi dirinya,
akan jatuh. Seperti orang yang meletakkan beban tubuhnya pada
buluh yang patah, buluh itu bukan hanya akan mengecewakan
dia, namun juga mengenai tangannya dan menusuk dia.
2. Kebenaran kita akan bermanfaat bagi kita saat kekayaan kita
tidak menolong: Orang benar kemudian akan tumbuh seperti daun
muda, daun muda kebenaran, seperti pohon yang daunnya tidak
akan layu (Mzm. 1:3). Bahkan dalam kematian, saat kekayaan
tidak menolong manusia, tulang-tulang orang benar akan segar
seperti tumbuh-tumbuhan muda (Yes. 66:14, TL). saat orang-
orang yang berakar pada dunia layu, orang-orang yang dicangkok-
kan pada Kristus dan turut mendapat bagian dalam akar dan
getahnya akan berbuah dan berkembang.
29 Siapa yang mengacaukan rumah tangganya akan menangkap angin; orang
bodoh akan menjadi budak orang bijak.
Di sini dua sikap berlebihan dalam mengatur urusan keluarga dike-
cam dan akibat-akibat buruknya dinubuatkan:
1. Kehati-hatian dan kebijaksanaan duniawi di satu sisi. Ada sebagi-
an orang yang sebab ketekunan yang berlebihan dalam mengejar
dunia merasa gelisah tentang usaha mereka, resah dengan keru-
gian-kerugian mereka, bersikap keras terhadap pelayan-pelayan
mereka, kikir terhadap keluarga mereka, sampai mengacaukan ru-
mah tangganya dan terus membuat kesal semua orang yang ada
di sekitar mereka. Sementara itu, ada lagi sebagian orang lain lagi
yang berpikir bahwa mereka bisa mengadakan beberapa perubah-
an untuk diri mereka sendiri, dan memperoleh atau menyimpan,
dengan mendukung kelompok-kelompok dan permusuhan-permu-
suhan dalam keluarga mereka. Semua ini benar-benar mengacau-
kan rumah tangga mereka. Mereka semua akan kecewa, sebab
mereka akan menangkap angin. Semua yang akan mereka dapat-
kan dengan taktik-taktik ini bukan hanya hampa dan tidak ber-
harga bagaikan angin, namun juga keributan dan kesusahan, ke-
sia-siaan dan kekesalan.
2. Kecerobohan dan kurangnya kebijaksanaan umum di sisi lain.
Orang yang bodoh dalam usahanya, yang tidak memperhatikan
usahanya ataupun mengerjakannya dengan canggung, yang tidak
memiliki rencana dan pertimbangan, bukan hanya kehilangan
nama baik dan kepentingannya, namun juga menjadi budak orang
bijak. Dia jatuh miskin dan dipaksa bekerja untuk memper-
tahankan hidup, sementara orang-orang yang mengatur usahanya
dengan bijaksana menanjak, dan memperoleh kuasa atas orang
yang bodoh itu, dan orang-orang lain yang seperti dia. Masuk
akal, dan sangat pantas, jika orang bodoh harus menjadi budak
orang bijak. Dan berdasarkan alasan tersebut, dan juga alasan-
alasan lain, kita wajib menyerahkan keinginan-keinginan kita ke-
pada kehendak Allah, dan menundukkan diri kepada-Nya, sebab
kita yaitu orang-orang bodoh sedangkan Dia memiliki kebijak-
sanaan yang tidak terbatas.
30 Hasil orang benar yaitu pohon kehidupan, dan siapa bijak, mengambil
hati orang.
Ayat ini menunjukkan bahwa berkat-berkat orang baik, terutama
orang-orang yang sangat bijaksana, sangat baik bagi tempat-tempat
di mana mereka tinggal, dan oleh sebab itu sangat dihargai.
1. Orang benar itu bagaikan pohon kehidupan. Hasil kesalehan dan
kebaikan mereka kepada sesama, pengajaran-pengajaran mereka,
teguran-teguran mereka, teladan-teladan mereka, dan doa-doa
mereka, kepentingan mereka di sorga, dan pengaruh mereka di
bumi, yaitu seperti buah-buah pohon kehidupan, berharga dan
berguna. Buah-buah kehidupan itu ikut menopang dan memeli-
hara kehidupan rohani banyak orang. Mereka yaitu perhiasan
firdaus, gereja Allah di bumi, yang berpihak kepada kepentingan-
Nya.
2. Orang bijak yaitu orang yang lebih. Mereka bagaikan pohon
pengetahuan, tidak terlarang namun menguasai pengetahuan.
Siapa bijak, dengan menyampaikan kebijaksanaannya, mengambil
hati orang (KJV: memenangkan jiwa-jiwa pen.), memenangkan
hati mereka sehingga membuat mereka mengasihi Allah dan ke-
kudusan, dan dengan demikian berhasil mengajak mereka ikut
dalam kepentingan-kepentingan kerajaan Allah di antara manu-
sia. Dikatakan bahwa orang bijak menuntun banyak orang kepada
kebenaran (Dan. 12:3), dan itu sama dengan memenangkan jiwa-
jiwa di sini. Orang-orang yang menjadi percaya sebab Abraham
disebut sebagai orang-orang yang diperoleh mereka (Kej. 12:5; KJV:
jiwa-jiwa yang mereka dapatkan pen.). Barangsiapa mau meme-
nangkan jiwa-jiwa perlu memiliki kebijaksanaan untuk mengetahui
bagaimana cara berurusan dengan mereka, dan barangsiapa ber-
hasil memenangkan jiwa-jiwa menunjukkan bahwa mereka bijak.
31 Kalau orang benar menerima balasan di atas bumi, lebih-lebih orang fasik
dan orang berdosa!
Ini, saya pikir, yaitu satu-satunya amsal Salomo yang diawali de-
ngan nada menuntut perhatian, Camkanlah! (KJV), yang menyiratkan
bahwa amsal ini bukan hanya mengandung kebenaran yang nyata,
yang dapat dilihat, namun juga kebenaran yang unggul, yang dengan
begitu harus dipertimbangkan.
1. Beberapa orang memahami kedua bagian ayat itu berbicara ten-
tang balasan sebab tidak mendapat perkenanan: Orang benar,
jika mereka melakukan kesalahan, akan dihukum atas kesalahan
mereka di dunia ini. Terlebih lagi orang fasik akan dihukum atas
kesalahan mereka yang dilakukan bukan sebab kelemahan me-
lainkan sebab kesombongan. Jika penghakiman dimulai di ru-
mah Allah, apa jadinya dengan orang-orang fasik? (1Ptr. 4:17-18;
Luk. 23:31).
2. Saya lebih suka memahaminya sebagai balasan berupa penghar-
gaan bagi orang benar dan hukuman bagi orang berdosa. Marilah
kita memperhatikan imbalan yang ditetapkan Allah Pemelihara.
Ada beberapa balasan di atas bumi, di dunia ini, dan dalam hal-
hal yang ada di dunia ini, yang membuktikan bahwa sesungguh-
nya ada Allah yang memberi keadilan di bumi (Mzm. 58:12), namun
itu tidak terjadi pada semua orang. Banyak dosa yang tidak
dihukum di bumi, dan ibadah yang tidak mendapat upah, yang
menandakan bahwa ada penghakiman yang akan datang, dan
akan ada balasan yang lebih sesuai dan sepenuhnya di masa yang
akan datang. Sering kali orang benar menerima balasan atas kebe-
naran mereka di sini di atas bumi, walaupun itu bukan balasan
yang utama, apalagi upah satu-satunya yang dimaksudkan untuk
mereka atau diharapkan oleh mereka itu. namun apa pun yang
dijanjikan firman Allah kepada mereka, atau apa pun yang diang-
gap baik bagi mereka menurut kebijaksanaan Allah, akan mereka
dapatkan di atas bumi. Demikian pula orang fasik dan orang
berdosa, bangsa-bangsa, keluarga-keluarga, orang-orang tertentu,
terkadang benar-benar dihukum dalam hidup ini. Dan jika orang
benar, yang tidak pantas menerima upah terkecil sekalipun, men-
dapatkan bagian dari balasan mereka di sini di atas bumi, maka
terlebih lagi orang fasik, yang pantas menerima hukuman ter-
berat, pasti mendapatkan bagian hukuman mereka di atas bumi,
sebagai jaminan atas hukuman yang lebih berat yang akan
datang. Oleh sebab itu, biarlah kamu marah, namun jangan ber-
buat dosa. Jika orang yang pantas memperoleh dua sorga tidak
mendapatkan apa-apa, maka terlebih lagi orang yang pantas
memperoleh dua neraka akan mendapatkan keduanya.
Keuntungan-keuntungan Orang Benar, 12:1-12
(12:1)
1 Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; namun siapa membenci
teguran, yaitu dungu.
Di sini kita diajar untuk menguji apakah kita sudah beroleh anuge-
rah atau tidak dengan bertanya pada diri kita bagaimana kita me-
nanggapi sarana anugerah.
1. Orang-orang yang sudah beroleh anugerah dan mencintainya akan
senang dengan semua didikan yang diberikan kepada mereka me-
lalui nasihat, peringatan, atau teguran, melalui firman atau peme-
liharaan Allah. Mereka akan menghargai pendidikan yang baik,
dan tidak menganggapnya sebagai kesulitan, melainkan kebaha-
giaan, untuk menjalani disiplin yang ketat dan bijaksana. Orang-
orang yang senang melayani dengan setia, yang menghargai pela-
yanannya itu, dan menjalankannya dengan senang hati, menun-
jukkan bahwa mereka mencintai pengetahuan.
2. Orang-orang yang merasa terhina jika diberitahukan kesalahan-
kesalahannya, dan merasa dikekang kebebasannya jika diingat-
kan akan kewajiban mereka, menunjukkan diri sebagai orang
yang bukan hanya kosong dari anugerah, melainkan juga tidak
punya akal sehat sama sekali. Siapa membenci teguran bukan
hanya dungu, melainkan juga seperti binatang (KJV), seperti kuda
dan bagal yang tidak mempunyai akal budi, atau seperti lembu
yang menendang-nendang galah. Orang-orang yang ingin hidup di
dalam keluarga dan warga yang longgar, di mana mereka
bisa berbuat semau mereka tanpa ditegur, yang melumpuhkan
perasaan-perasaan bersalah dalam hati nurani mereka sendiri,
dan menganggap sebagai musuh orang-orang yang memberi tahu
mereka kebenaran, yaitu orang yang berperilaku seperti bina-
tang yang dimaksudkan di sini.
2 Orang baik dikenan TUHAN, namun si penipu dihukum-Nya.
Perhatikanlah:
1. Keadaan kita yang sebenarnya bergantung pada bagaimana hu-
bungan kita dengan Allah. Orang-orang yang berbahagia, yang
benar-benar berbahagia, dan yang selama-lamanya berbahagia,
yaitu orang yang dikenan TUHAN, meskipun dunia memandang
mereka dengan kening berkerut, dan mereka hanya sedikit dike-
nan oleh manusia. Sebab perkenanan Allah yaitu hidup, dan itu
yaitu sumber dari segala kebaikan. Pada sisi lain, sungguh seng-
sara orang-orang yang dihukum-Nya, betapapun manusia me-
nyanjung mereka dan bersorak-sorak bagi mereka. Siapa yang
dihukum-Nya, dihukum-Nya sampai pada kematian yang kedua.
2. Hubungan kita dengan Allah bergantung kepada bagaimana hu-
bungan kita dengan manusia, bagaimana perilaku kita di dunia
ini. Bapa kita menghakimi anak-anak-Nya terutama melalui per-
buatan mereka terhadap satu sama lain. Oleh sebab itu, orang
baik, yang berbelas kasihan, murah hati, dan berbuat baik, me-
narik perkenanan Tuhan dengan doa-doanya. namun , orang yang
penuh kebencian, yang merancang kefasikan terhadap sesama-
nya, akan dihukum-Nya sebagai orang yang tak layak mendapat
tempat dalam kerajaan-Nya.
3 Orang tidak akan tetap tegak sebab kefasikan, namun akar orang benar
tidak akan goncang.
Perhatikanlah:
1. Walaupun orang dapat membuat diri sendiri maju dengan kelicik-
an-kelicikan dosa, mereka tidak bisa membuat diri mereka aman
dan tenang dengan kelicikan-kelicikan seperti itu. Sekalipun me-
reka bisa mendapatkan tanah yang luas, mereka tidak bisa men-
dapatkan tempat yang tetap untuk berdiam selama-lamanya:
orang tidak akan tetap tegak sebab kefasikan. Mungkin kefasikan
dapat mengangkatnya ke tempat-tempat yang tinggi, namun tem-
pat-tempat itu licin (Mzm. 73:18). Kemakmuran yang dihasilkan
oleh dosa dibangun di atas pasir, sehingga sebentar saja ia akan
lenyap.
2. Meskipun orang baik mungkin hanya mempunyai sedikit harta
duniawi, namun yang sedikit itu akan tetap ada, dan apa yang di-
peroleh dengan jujur akan bertahan dengan baik: akar orang
benar tidak akan goncang, sekalipun ranting-ranting mereka da-
pat goyah. Orang-orang yang di dalam iman berakar pada Kristus
terpancang dengan teguh. Di dalam Dia, penghiburan dan keba-
hagiaan mereka berakar begitu dalam sehingga tidak akan pernah
tercabut.
4 Isteri yang cakap yaitu mahkota suaminya, namun yang membuat malu
yaitu seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya.
Perhatikanlah:
1. Orang yang diberkati dengan istri yang baik yaitu orang yang
berbahagia seolah-olah ia duduk di atas takhta, sebab istrinya
sudah seperti mahkota baginya. Isteri yang cakap, yang saleh dan
bijaksana, terampil dan rajin, yang giat bekerja demi kebaikan
keluarganya dan memperhatikan urusan-urusan rumah tangga-
nya dengan cermat, yang menjalankan kewajibannya dalam segala
hal berdasarkan kesadaran hati nurani, seorang istri yang hidup
di dalam roh, yang dapat menanggung salib tanpa berkeluh ke-
sah, istri seperti itu mengakui suaminya sebagai kepalanya, dan
oleh sebab itu, ia yaitu mahkota bagi suaminya. Ia bukan hanya
pujian dan kehormatan bagi suaminya, seperti mahkota yang me-
rupakan hiasan, namun juga mendukung dan mempertahankan
kewenangan suaminya di dalam keluarganya, seperti mahkota
yang merupakan lambang kekuasaan. Ia tunduk dan setia ter-
hadapnya, dan melalui teladannya mengajar anak-anak dan ham-
ba-hamba suaminya untuk berlaku demikian juga.
2. Orang dengan istri yang berkarakter buruk memiliki hidup yang
sengsara, seolah-olah ia hidup di keranjang sampah. Sebab istri-
nya tidak lebih baik dibandingkan penyakit yang membusukkan tulang-
nya, penyakit yang tak dapat disembuhkan, dan selain itu dia
membuat malu suaminya. Istri yang bodoh dan malas, boros dan
jalang, penuh hawa nafsu dan bermulut tajam, menghancurkan
nama baik maupun penghiburan suaminya. Jika suaminya pergi
jauh, kepalanya tertunduk, sebab kesalahan-kesalahan istrinya
menjadi cela baginya. Jika ia sedang menyendiri, hatinya menjadi
muram. Ia senantiasa gelisah. Ini merupakan penderitaan yang
banyak menggerogoti jiwa-jiwa.
5 Rancangan orang benar yaitu adil, tujuan orang fasik memperdaya.
Perhatikanlah:
1. Firman Allah menyelidiki pikiran-pikiran dan niat-niat hati, dan
kemudian menghakimi pikiran dan niat hati tersebut. Kita keliru
jika menyangka bahwa pikiran-pikiran itu bebas. Tidak, semua
pikiran dan niat hati berada di bawah pengawasan ilahi, dan oleh
sebab itu di bawah kekuasaan ilahi.
2. Kita harus mengawasi pikiran-pikiran dan niat-niat hati kita sen-
diri, dan menghakimi diri kita sendiri dengannya. Sebab itulah
yang pertama-tama terlahir dari jiwa, itulah yang menyibakkan
sebagian besar gambar dan rupanya. Pikiran-pikiran yang benar
yaitu bukti-bukti terbaik bagi orang benar, sebab tidak ada hal
lain yang membuktikan kefasikan seseorang secara lebih jelas
selain rencana-rencana dan rancangan-rancangan yang fasik.
Mungkin saja di dalam pikiran orang baik ada saran-saran
yang buruk, namun ia tidak menurutinya, dan tidak menyimpan-
nya sampai matang sehingga terwujud dalam rencana-rencana
dan tekad-tekad yang jahat.
3. yaitu kehormatan bagi seseorang untuk mempunyai maksud
yang jujur dan memiliki pikiran-pikiran yang benar, meskipun
mungkin ada perkataan atau tindakannya yang salah tempat, sa-
lah waktu, atau setidak-tidaknya disalahmengerti. namun merupa-
kan aib bagi orang untuk selalu memangsa orang lain, untuk ber-
buat curang, dengan tipu muslihat dan rancangan, dan bukan
hanya dengan tangan yang terulur panjang, melainkan juga de-
ngan kecurangan yang ingin menjangkau apa yang tidak terjang-
kau.
6 Perkataan orang fasik menghadang darah, namun mulut orang jujur menye-
lamatkan orang.
Dalam ayat sebelumnya, pikiran-pikiran orang fasik dan orang benar
dibandingkan. Di sini perkataan-perkataan mereka yang dibanding-
kan, dan perkataan-perkataan yang diucapkan mulut itu meluap dari
hati.
1. Orang fasik berkata jahat kepada tetangga-tetangganya. Dan
sungguh fasik orang-orang yang perkataannya menghadang da-
rah. Lidah mereka laksana pedang bagi orang-orang yang meng-
halangi jalan mereka, bagi orang-orang baik yang mereka benci
dan aniaya. Lihatlah satu contohnya dalam Lukas 20:20-21.
2. Orang baik memberi bantuan kepada tetangga-tetangganya de-
ngan ucapan mereka: mulut orang jujur siap terbuka untuk orang-
orang yang tertindas (31:8), untuk membela mereka, untuk ber-
saksi bagi mereka, dan dengan demikian untuk menyelamatkan
mereka, khususnya mereka yang dihadang oleh orang fasik.
Adakalanya orang melakukan suatu perbuatan yang sangat baik
dengan satu perkataan baik.
7 Orang fasik dijatuhkan sehingga mereka tidak ada lagi, namun rumah orang
benar berdiri tetap.
Di sini kita diajar seperti sebelumnya (ay. 3 dan 10:25, 30),
1. Bahwa sorak-sorai orang fasik hanya sebentar saja. Mungkin saja
mereka berjaya untuk sementara waktu, namun sebentar lagi
mereka akan dijatuhkan sehingga mereka tidak ada lagi. Permasa-
lahan mereka mendatangkan kejatuhan bagi mereka, dan orang-
orang yang dulu pamer secara besar-besaran kini hilang lenyap,
dan tempat mereka pun sudah tidak mengenal mereka lagi. Buat-
lah orang fasik berpaling, maka mereka tidak ada lagi. Mereka ber-
diri di tempat yang begitu licin sehingga sedikit saja sentuhan per-
masalahan sudah membuat mereka terjatuh, seperti apel-apel
dari Sodom, yang tampak sedap dipandang mata, namun begitu
disentuh akan jatuh ke tanah.
2. Bahwa kemakmuran orang benar memiliki dasar yang baik dan
akan tetap ada. Kematian akan memindahkan mereka, namun ru-
mah mereka akan berdiri tetap, keluarga mereka akan dipertahan-
kan, dan angkatan orang jujur akan diberkati.
8 Setiap orang dipuji seimbang dengan akal budinya, namun orang yang serong
hatinya, akan dihina.
Di sini kita diberi tahu dari mana kita harus mengharapkan nama
baik. Nama baik yaitu apa yang dipandang paling tinggi dan amat
diper