Minggu, 29 Desember 2024

amsal 10

 


mun  orang fasik jatuh ka-

rena kefasikannya. 6 Orang yang jujur dilepaskan oleh kebenarannya, namun  

pengkhianat tertangkap oleh hawa nafsunya. 

Kedua ayat ini sebenarnya sama, dan keduanya memiliki tujuan yang 

serupa dengan ayat 3. Memang kebenaran-kebenaran yang ada di sini 

begitu pasti dan penting, sehingga sudah sepantasnya ditekankan 

berkali-kali. Marilah kita mengatur diri kita sesuai dengan pegangan-

pegangan berikut ini. 

I. Bahwa jalan-jalan agama itu rata dan aman, dan dengan melaku-

kannya kita bisa menikmati keamanan yang kudus. Pegangan-

pegangan hidup tentang kejujuran dan anugerah akan menjadi:  

1. Petunjuk terbaik yang menunjukkan jalan yang benar kepada 

kita, dalam setiap keadaan yang penuh keraguan, ia akan mem-

beri tahu kita, “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.” Orang 

yang bertindak tanpa tuntunan melihat dan mencoba jalan yang 

ada tepat di hadapannya. 

2. Pembebasan kita yang terbaik dari setiap jalan yang keliru: Ke-

benaran orang jujur akan menjadi senjata pertahanan mereka, 

yang akan membebaskan mereka dari godaan dan ancaman 

Iblis dan dunia. 

II. Cara-cara fasik berbahaya dan menghancurkan: Orang fasik jatuh 

ke dalam kesengsaraan dan kehancuran   sebab  kefasikannya sen-

diri, dan tertangkap oleh hawa nafsunya bagaikan terjerat di 

dalamnya. Hai Israel, engkau menghancurkan dirimu sendiri. Dosa-

dosa mereka akan menjadi hukuman bagi mereka. Apa yang mere-

ka rencanakan untuk melindungi diri akan dipakai untuk menye-

rang mereka. 

(11:7) 

7 Pengharapan orang fasik gagal pada kematiannya, dan harapan orang jahat 

menjadi sia-sia. 

Perhatikanlah:  

1. Orang fasik sekalipun, saat  mereka hidup, bisa tetap yakin de-

ngan harapan mereka akan mendapatkan kebahagiaan saat  

mati, atau setidaknya kebahagiaan saat masih di dunia ini. Orang 

munafik menyelimuti diri mereka di dalam harapan seperti laba-

laba di dalam jaringnya. Orang duniawi mengharapkan hal-hal 

besar dari kekayaannya. Dia menyebutnya banyak barang, tertim-

bun untuk bertahun-tahun lamanya, dan berharap dapat beristi-

rahat dan bersenang-senang dengan kekayaannya itu. namun  

saat  mati harapan mereka akan dikecewakan. Orang duniawi 

harus meninggalkan dunia yang dia harap dapat terus dia diami, 

dan orang munafik tidak akan mencapai dunia yang dia harap 

dapat dia masuki (Ayb. 27:8). 

2. Harapan orang fasik akan tenggelam dalam keputusasaan tepat 

pada saat mereka berharap akan dimahkotai dengan keberhasil-

an, dan ini akan semakin membuat kesengsaraan mereka menjadi 

luar biasa hebat. saat  orang saleh mati, dia akan mendapatkan 

lebih dari yang diharapkannya, dan semua ketakutannya hilang. 

namun  saat  orang fasik mati, harapan-harapannya hancur ber-

keping-keping. Tepat pada hari itu gagasan-gagasan yang menye-

nangkannya musnah. Harapan-harapannya lenyap. 


8 Orang benar diselamatkan dari kesukaran, lalu orang fasik menggantikan-

nya. 

Seperti yang selalu terjadi dalam kematian, dan kadang-kadang juga 

dalam hidup, orang benar luar biasa ditolong, sedangkan orang fasik 

ditentang.  

1. Orang-orang baik diselamatkan dari kesusahan yang mereka pikir 

sudah mengalahkan mereka, dan kaki mereka ditegakkan di 

tempat yang lapang (Mzm. 66:12; 34:20). Allah telah menemukan 

cara untuk menyelamatkan umat-Nya, bahkan saat  mereka te-

lah putus asa dan musuh-musuh mereka telah bersorak keme-

nangan, seakan-akan padang gurun telah mengurung mereka. 

2. Orang fasik jatuh ke dalam kesengsaraan yang mereka pikir jauh 

dari mereka. Bahkan kesengsaraan itu telah mereka usahakan 

supaya orang benar masuk ke dalamnya.   sebab  itu, dengan ma-

suk sendiri ke dalam kesengsaraan itu, kelihatannya orang fasik 

itu menggantikan orang benar, menjadi tebusan bagi orang benar. 

Mordekhai diselamatkan dari tiang gantungan, Daniel dari liang 

singa, dan Petrus dari penjara, sedangkan penganiaya-penganiaya 

mereka menggantikan mereka. Bangsa Israel diselamatkan dari 

Laut Merah dan orang-orang Mesirlah yang tenggelam di dalamnya. 

Alangkah berharganya orang-orang kudus di mata Allah, sehingga 

Dia memberikan manusia sebagai ganti mereka (Yes. 43:3-4). 

Kebenaran-kebenaran Umum, 

9 Dengan mulutnya orang fasik membinasakan sesama manusia, namun  orang 

benar diselamatkan oleh pengetahuan. 

Di sini ada :  

1. Kemunafikan yang merencanakan kejahatan. Bukan hanya pem-

bunuh dengan pedangnya, namun juga orang fasik (KJV: orang 

munafik – pen.) dengan mulutnya, membinasakan sesama manu-

sia, memikatnya masuk ke dalam dosa, atau ke dalam kejahatan, 

dengan keramahan dan maksud baik yang pura-pura, yang keli-

hatannya saja bagus. Hidup dan mati dikuasai lidah, namun  tidak 

ada lidah yang lebih mematikan dibandingkan  lidah yang merayu. 

2. Kejujuran mengalahkan rancangan tersebut dan meloloskan dari 

perangkap: Oleh pengetahuan tentang tipu-muslihat Iblis orang 

benar diselamatkan dari perangkap yang dipasang oleh orang mu-

nafik. Para penggoda tidak akan berhasil memperdayai orang-orang 

pilihan. Dengan hikmat dari Allah, kitab suci, dan hati nurani 

mereka sendiri, orang benar diselamatkan dari orang-orang yang 

diam-diam menunggu kesempatan untuk memperdayai dan meng-

hancurkan (Rm. 16:18-19). 

10 Bila orang benar mujur, beria-rialah kota, dan bila orang fasik binasa, 

gemuruhlah sorak-sorai. 11 Berkat orang jujur memperkembangkan kota, 

namun  mulut orang fasik meruntuhkannya. 

Di sini kita perhatikan: 

I. Bahwa orang baik pada umumnya sangat dikasihi oleh orang-orang 

yang ada di sekitarnya, namun  tidak ada yang peduli pada orang 

fasik.  

1. Memang benar ada beberapa orang yang memusuhi orang 

benar, yang berprasangka buruk terhadap Allah dan kesaleh-

an, dan   sebab  itu kesal kalau melihat orang baik berkuasa 

dan makmur. namun  semua orang yang tidak memihak, bah-

kan yang tidak terlalu mengerti agama, mengatakan hal-hal 

baik tentang orang baik.   sebab  itu, bila orang benar mujur, 

saat  mereka mengalami kemajuan dan diberi kemampuan 

untuk melakukan kebaikan sesuai dengan yang mereka ingin-

kan, itu hal yang jauh lebih baik bagi semua orang yang ada di 

sekitar mereka, sehingga beria-rialah kota. Demi kehormatan 

kebaikan dan dorongan untuk berbuat kebaikan, dan   sebab  

hal itu merupakan penggenapan janji Allah, kita seharusnya 

senang melihat orang-orang saleh berhasil di dunia dan mem-

peroleh nama baik. 

2. Orang-orang fasik bisa saja memiliki beberapa teman di sana 

sini di antara orang-orang yang juga serupa dengan mereka, 

bahkan orang-orang ini mengharapkan hal-hal yang baik bagi 

mereka. Walaupun begitu, banyak dari orang-orang di sekitar 

mereka menghendaki hal-hal yang buruk bagi mereka. Mereka 

mungkin ditakuti, namun  tidak dikasihi, sehingga bila orang 

fasik binasa, gemuruhlah sorak-sorai. Semua orang senang 

melihat mereka dipermalukan dan dibuat tidak berdaya, kehi-

langan kepercayaan dan kekuasaan, dan diusir keluar dari 

dunia. Orang-orang berharap tidak akan ada kemalangan yang 

lebih besar lagi yang menimpa kota, terlebih   sebab  orang 

fasik berharap orang benar menggantikan mereka, pada saat 

mereka, bukan orang benar, yang mengalami kesukaran (ay. 

8).   sebab  itu biarlah rasa kehormatan menjaga kita tetap ber-

ada di jalan kebaikan, supaya kita diinginkan saat  hidup dan 

diratapi saat  mati, dan tidak diolok-olok supaya turun pang-

gung (Ayb. 27:23; Mzm. 52:8). 

II. Bahwa ada alasan yang bagus untuk ini, yaitu   sebab  orang-

orang baik melakukan kebaikan, sedangkan (seperti peribahasa 

kuno mengatakan) dari orang fasik timbul kefasikan. 

1.  Orang-orang baik yaitu  berkat bagi orang banyak. Vir bonus 

est commune bonum. Berkat orang jujur, yaitu berkat yang di-

berikan kepada orang jujur, yang memperbesar ruang lingkup 

kegunaan mereka. Oleh berkat-berkat yang dengannya mereka 

memberkati sesama mereka, nasihat mereka, teladan mereka, 

doa-doa mereka, dan segala contoh pelayanan mereka bagi ke-

pentingan orang banyak, oleh berkat-berkat yang Allah berikan 

kepada orang lain   sebab  usaha-usaha mereka, oleh hal-hal 

inilah maka kota diperkembangkan (atau ditinggikan), sehingga 

membuatnya lebih nyaman bagi para penduduknya, dan lebih 

dihargai di antara tetangganya.  

2. Orang-orang fasik mengganggu orang banyak. Bukan hanya me-

rupakan beban, namun  juga wabah bagi angkatan mereka. Mulut 

orang fasik meruntuhkan kota. Perkataan-perkataan mereka 

yang jahat merusak perilaku yang baik, dan ini cukup untuk 

merusak moral kota, menghancurkan kebajikan yang ada di da-

lamnya, dan mendatangkan penghukuman Allah ke atasnya. 

12 Siapa menghina sesamanya, tidak berakal budi, namun  orang yang pandai, 

berdiam diri. 13 Siapa mengumpat, membuka rahasia, namun  siapa yang setia, 

menutupi perkara. 

Kitab Amsal 11:9-14 

I. Di sini berdiam diri dianjurkan sebagai contoh tindakan persa-

habatan sejati dan pemeliharaannya, dan oleh   sebab  itu merupa-

kan bukti,  

1. Kebijaksanaan: Orang yang pandai, yang menguasai dirinya, 

jika dihasut akan berdiam diri, tidak membiarkan kemarahan-

nya meledak, ataupun menyulut kemarahan orang lain dengan 

bahasa yang menghina atau celaan-celaan   sebab  kesal. 

2. Ketulusan: Siapa yang setia, yang bukan hanya setia kepada 

janjinya sendiri namun  juga bagi kepentingan temannya, menu-

tupi segala perkara yang, jika diungkapkan, dapat menimbul-

kan prasangka buruk bagi sesamanya. 

II. Di sini, menutupi perkara dengan bijaksana untuk kebaikan se-

sama dilawankan dengan dua kejahatan lidah yang sangat buruk: 

1. Berbicara dengan penuh penghinaan kepada seseorang secara 

langsung di hadapannya. Siapa tidak berakal budi mengungkap 

kebodohannya dengan cara ini: Ia menghina sesamanya, bila ia 

menyebut sesamanya itu kafir dan jahil, setidaknya dengan tu-

juan untuk menghasut dan menginjak-injak dia, seakan-akan 

dia tidak cukup pantas untuk ditempatkan bersama-sama de-

ngan anjing penjaga kambing dombanya. Orang yang merendah-

kan seseorang yang dibuat dari tanah yang sama, merendahkan 

dirinya sendiri.  

2. Membicarakan seseorang di belakangnya dengan kedengkian. 

Siapa mengumpat (KJV: membawakan dongeng – pen.), me-

nyampaikan semua cerita yang yang dapat dikumpulkannya, 

tidak peduli benar atau salah, dari rumah ke rumah, untuk 

mencelakakan dan menimbulkan perselisihan, dan membuka 

rahasia yang dipercayakan kepadanya, dia melanggar hukum-

hukum persahabatan dan percakapan, dan kehilangan semua 

hak istimewanya sebagai sahabat dan teman bicara. 

(11:14) 

14 Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa, namun  jikalau penasihat ba-

nyak, keselamatan ada. 

Di sini ada ,  

1. Pertanda buruk mengenai kehancuran sebuah kerajaan. Jikalau 

tidak ada pimpinan (KJV: nasihat – pen.), tidak meminta nasihat 

sama sekali, melainkan setiap hal dikerjakan dengan gegabah, 

atau tidak ada perundingan yang hati-hati untuk kebaikan ber-

sama, melainkan hanya bersekongkol demi kelompok-kelompok 

dan kepentingan-kepentingan yang bercabang, maka jatuhlah 

bangsa, hancur berantakan, terpecah belah, jatuh bersama-sama 

  sebab  diadu domba, dan menjadi mangsa empuk bagi musuh-

musuh mereka bersama. Dewan penasihat perang diperlukan 

dalam kegiatan-kegiatan perang, dua mata dapat melihat lebih 

banyak dibandingkan  satu, dan saling menasihati yaitu  untuk saling 

tolong. 

2. Pertanda baik mengenai kemakmuran kerajaan. Jikalau penasihat 

banyak, dan mereka saling memperhatikan kebutuhan satu sama 

lain, dan bertindak sebagai satu kesatuan yang serasi, serta de-

ngan kepedulian terhadap kesejahteraan rakyat, maka keselamat-

an ada. Ini   sebab  cara-cara bijaksana yang tidak dilihat oleh se-

seorang dapat dilihat oleh yang lainnya. Dalam urusan-urusan 

pribadi kita, kita akan sering mendapatkan keuntungan jika me-

minta nasihat dari banyak orang. Jika mereka sepakat dalam me-

nasihati kita, jalan kita akan lebih jelas. Jika mereka tidak sepa-

kat, sebaiknya kita mendengarkan apa yang hendak dikatakan 

oleh semua pihak, supaya mampu memutuskan dengan lebih baik. 

Upah Orang Benar, 

15 Sangat malanglah orang yang menanggung orang lain, namun  siapa mem-

benci pertanggungan, amanlah ia. 

Di sini kita diajarkan:  

1. Secara umum, kita tidak boleh menggunakan harta benda kita se-

suka hati kita. Dia yang memberikannya kepada kita memiliki 

kuasa  untuk memerintahkan bagaimana kita harus mengguna-

kannya,   sebab  itu bukan milik kita sendiri. Kita hanyalah peng-

urus. Lebih jauh, dalam hukum-Nya Allah memperhatikan kepen-

tingan-kepentingan kita dan mengajar kita bahwa perbuatan baik 

harus dimulai dari diri kita atau dari dalam rumah kita sendiri, 

namun  tidak boleh berhenti di sana. Ada pengurusan rumah tang-

ga yang baik yang merupakan sifat baik yang ilahi, dan kebijak-

Kitab Amsal 11:15-19 

sanaan dalam mengatur urusan-urusan kita yang merupakan ba-

gian dari sifat orang baik (Mzm. 112:5). Setiap orang harus adil 

terhadap keluarganya,   sebab  kalau tidak maka dia tidak setia 

dengan tugasnya sebagai seorang pengurus rumah tangga yang 

baik. 

2. Secara khusus, kita tidak boleh setuju begitu saja menjadi pen-

jamin bagi orang lain secara gegabah, 

(1)   sebab  ada bahaya hal itu akan membawa kita ke dalam kesu-

litan, dan menyulitkan keluarga kita juga sesudah  kita mening-

gal. Orang yang menanggung orang lain,   sebab  diminta oleh 

seseorang dan berjanji untuk terikat bagi orang itu, mungkin 

  sebab  dia mengenal orang itu dan berpikir bahwa dia tahu 

keadaan orang itu namun  kemudian terbukti salah, maka 

sangat malanglah dia. Contritione conteretur – Dia pasti akan 

hancur lebur secara menyedihkan   sebab nya, dan mungkin 

menjadi bangkrut. Tuhan Yesus menanggung kita saat  kita 

belum mengenal Dia, bahkan saat  kita masih menjadi mu-

suh-Nya, dan Dia mengalami kemalangan   sebab nya. TUHAN 

berkehendak meremukkan dia.  

(2)   sebab  orang yang menolak segala jenis pertanggungan tetap 

memiliki pijakan yang kokoh. Seseorang dapat memiliki pijak-

an yang kokoh jika berhati-hati untuk tidak melibatkan diri 

dalam urusan yang melebihi kemampuannya, supaya dia tidak 

perlu meminta orang lain untuk dibelenggu bagi dia. 


16 wanita  yang baik hati beroleh hormat; sedangkan seorang penindas 

beroleh kekayaan. 

Di sini:  

1. Seorang penindas (KJV: laki-laki yang kuat – pen.) diperbolehkan 

beroleh kekayaan. Orang-orang yang sibuk di dunia, yang memi-

liki semangat dan minat yang tinggi, dan mampu menang mela-

wan semua orang yang menghalangi mereka, kemungkinan besar 

akan mempertahankan apa yang telah mereka miliki dan menda-

patkan lebih banyak lagi. Sementara itu orang-orang yang lemah 

dimangsa oleh semua orang di sekitar mereka. 

2. wanita  yang baik hati pastilah sangat berhati-hati dalam me-

melihara nama baiknya, demi kebijaksanaan dan kesederhanaan, 

kerendahan hati dan kebaikan, serta semua kebaikan-kebaikan 

lainnya yang merupakan perhiasan sejati wanita . Sama hal-

nya seperti laki-laki yang kuat melindungi harta bendanya. De-

ngan cara yang serupa, wanita  yang benar-benar baik hati 

akan mampu melindungi kehormatan mereka dengan kebijaksa-

naan dan kelakuan baik mereka. wanita  yang baik hati sama 

terhormatnya dengan laki-laki yang berani, dan kehormatannya 

sama pastinya. 

17 Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, namun  orang yang 

kejam menyiksa badannya sendiri. 

Sudah menjadi pegangan umum, bahwa setiap orang yaitu  untuk 

dirinya sendiri. Proximus egomet mihi – Tidak ada yang lebih dekat 

denganku dibandingkan  diriku sendiri. Nah, jika ini dimengerti dengan 

benar, akan menjadi alasan bagi kita untuk menghargai watak-watak 

yang baik dalam diri kita dan menyalibkan watak-watak yang buruk. 

Dalam penghiburan di masa sekarang pun, kita yaitu  sahabat atau 

musuh bagi diri kita sendiri, tergantung pada apakah kita diatur oleh 

pegangan-pegangan dasar keagamaan atau tidak.  

1. Orang yang murah hati, lembut, dan menyenangkan berbuat baik 

kepada diri sendiri, memudahkan diri sendiri dan menjaga dirinya 

tetap demikian. Dia senang melakukan tugasnya, dan ikut meri-

ngankan beban orang-orang yang baginya bagaikan diri sendiri, 

  sebab  kita yaitu  sesama anggota. Orang yang menyirami orang 

lain dengan hal-hal baiknya yang fana, akan mendapati bahwa 

Allah akan menyirami dia dengan berkat-berkat-Nya yang rohani, 

yang akan mengerjakan yang terbaik bagi jiwanya sendiri. Lihat-

lah Yesaya 58:7 dan seterusnya. jika  engkau tidak menyem-

bunyikan diri terhadap saudaramu sendiri, melainkan melakukan 

yang baik kepada orang lain seperti untuk dirimu sendiri, jika  

engkau menggunakan dirimu untuk berbuat baik dan menyerah-

kan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri, engkau 

akan berbuat baik kepada jiwamu sendiri,   sebab  Tuhan akan 

memuaskan hatimu dan membaharui kekuatanmu. Sebagian orang 

menganggapnya bagian dari sifat orang yang murah hati, bahwa 

dia banyak menghasilkan manfaat dari dirinya sendiri. Sifatnya 

yang cenderung murah hati terhadap orang lain itu akan mem-

bantu dia melakukan yang sesuai bagi dirinya sendiri juga, dan 

menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya. Diri (KJV: 

jiwa – pen.) dapat kita pahami sebagai manusia batiniah, sebagai-

mana Rasul Paulus menyebutnya, sehingga ayat ini mengajar kita 

bahwa tindakan murah hati yang utama dan agung yaitu  me-

nyediakan penyangga-penyangga yang baik bagi jiwa kita sendiri 

yang diperlukan bagi kehidupan rohani kita. 

2. Orang yang kejam, suka memberontak, dan bertabiat buruk, me-

nyiksa badannya sendiri, dan   sebab  itu dosanya menjadi hukum-

an baginya. Dia kelaparan dan mati   sebab  menginginkan apa 

yang dia miliki,   sebab  dia tidak memiliki hati untuk mengguna-

kan apa yang dimilikinya, baik untuk kebaikan orang lain maupun 

bagi kebaikannya sendiri. Dia menjengkelkan bagi sanak saudara-

nya yang terdekat, yang yaitu  tubuhnya sendiri dan yang seha-

rusnya demikian (Ef. 5:29). Iri hati, kebencian, dan keserakahan 

dunia membusukkan tulang dan menghabiskan daging. 


18 Orang fasik membuat laba yang sia-sia, namun  siapa menabur kebenaran, 

mendapat pahala yang tetap. 

Perhatikanlah:  

1. Orang-orang berdosa menimpakan tipu daya yang paling memati-

kan ke atas diri mereka sendiri: Orang fasik membuat laba yang 

sia-sia, membangun rumah bagi dirinya sendiri di atas pasir, yang 

akan memperdayai dia saat  badai datang. Ia berjanji pada diri 

sendiri akan mendapatkan sesuatu dengan dosanya, namun  itu 

tidak akan pernah didapatkannya. Dosa itu bahkan akan me-

menggal lehernya sambil tersenyum kepadanya. Dosa menipu aku 

dan oleh perintah itu ia membunuh aku. 

2. Orang-orang kudus menyimpan perlindungan terbaik bagi diri 

mereka sendiri: Orang yang menabur kebenaran, yang memang 

baik, dan selalu berusaha melakukan kebaikan, dengan meng-

arahkan pandangan kepada imbalan di masa depan, akan memi-

liki pahala yang tetap. Pahala itu pasti bagi dia, sepasti yang da-

pat diberikan oleh kebenaran kekal. Jika tidak lalai menabur be-

nih, maka panen pun tidak akan gagal (Gal. 6:8). 

19 Siapa berpegang pada kebenaran yang sejati, menuju hidup, namun  siapa 

mengejar kejahatan, menuju kematian. 

Di sini ditunjukkan bahwa bukan hanya melalui penghakiman ilahi 

maka kebenaran akan berujung pada kehidupan, dan kejahatan ber-

ujung pada kematian, namun  juga   sebab  kodratnya, maka kebenaran 

itu memiliki kecenderungan langsung yang mengarah kepada kehi-

dupan dan kejahatan kepada kematian.  

1. Kekudusan sejati yaitu  kebahagiaan sejati. Kekudusan sejati 

merupakan persiapan, jaminan, dan kesungguhan untuk men-

dapatkan kebahagiaan sejati. Kebenaran mencondongkan, meng-

atur, dan memimpin jiwa menuju hidup. 

2. Dengan cara yang sama, orang-orang yang memanjakan dirinya 

dalam dosa membuat diri mereka pantas untuk menerima kehan-

curan. Semakin keras seseorang dalam pencarian-pencariannya 

yang penuh dosa, semakin tajam kecondongannya kepada kehan-

curannya sendiri. Dia membangunkan kehancurannya saat  tam-

pak tidur, dan mempercepatnya saat  tampak berlambat-lambat. 

Peribahasa-peribahasa Penting, 11:20-23 

20 Orang yang serong hatinya yaitu  kekejian bagi TUHAN, namun  orang yang 

tak bercela, jalannya dikenan-Nya. 

Penting bagi kita untuk mengetahui apa yang Allah benci dan apa 

yang Allah senangi, supaya kita bisa mengatur diri sesuai dengan-

Nya, menghindari hal-hal yang tidak disukai-Nya dan mengabdikan 

diri untuk menyenangkan hati-Nya. Nah, di sini kita diberi tahu,  

1. Bahwa tidak ada yang lebih menyakiti hati Allah dibandingkan  kemu-

nafikan dan bermuka dua. Itulah arti dari kata yang kita terje-

mahkan menjadi tipu muslihat, yaitu berpura-pura berlaku adil 

namun  bermaksud jahat, berjalan di jalan-jalan yang berbelit-belit, 

supaya tidak ketahuan. Orang yang serong hatinya bertindak ber-

lawanan dengan apa yang baik, sambil mengakui apa yang baik, 

 dan yang seperti itu yaitu  kekejian bagi TUHAN, lebih dibandingkan  

orang-orang berdosa mana pun (Yes. 65:5). 

2. Bahwa tidak ada yang lebih menyenangkan hati Allah dibandingkan  

ketulusan dan kejujuran: Orang yang tak bercela, yang tujuan 

dan tindakannya jujur, yang perilakunya di dunia dikuasai oleh 

ketulusan dan kemurnian dari Allah, bukan oleh hikmat duniawi, 

mereka inilah yang disenangi oleh Allah, bahkan Allah membang-

gakan mereka (Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub?) 

dan ingin supaya kita mengagumi mereka. Lihat, inilah seorang 

Israel sejati. 

21 Sungguh, orang jahat tidak akan luput dari hukuman, namun  keturunan 

orang benar akan diselamatkan. 

Perhatikanlah:  

1. Persekongkolan dalam dosa pasti akan dicerai-beraikan, dan tidak 

akan membantu melindungi orang-orang berdosa: Walaupun ber-

gandengan tangan (KJV), walaupun banyak yang sepakat untuk 

bersama-sama memelihara kejahatan melalui perbuatan mereka, 

dan berjanji untuk saling mendukung dalam membela kejahatan 

melawan semua serangan hikmat dan keadilan, walaupun mereka 

bersekutu untuk mendukung dan menyebarluaskan kejahatan, 

walaupun keturunan orang jahat mengikuti jejak orangtua mere-

ka yang jahat, dan bertekad memelihara kebiasaan mereka de-

ngan cara melanggar agama, namun semua ini tidak akan melin-

dungi mereka dari keadilan Allah. Mereka tidak akan dianggap 

tidak bersalah. Keadilan Allah tidak akan membenarkan mereka 

jika mereka beralasan bahwa apa yang mereka lakukan itu yaitu  

sesuai dengan apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang dan 

sesuai dengan apa yang dilakukan oleh kelompok mereka. Mereka 

tidak akan luput dari hukuman. Lihatlah air bah yang menimpa 

seluruh dunia yang dihuni orang-orang yang fasik. Jumlah dan 

kekuatan mereka, serta kesepakatan mereka dalam berbuat dosa, 

tidak akan bermanfaat bagi mereka saat  hari pembalasan tiba. 

2. Bahwa pewaris-pewaris agama pasti akan diberkati: Keturunan 

orang benar, yang mengikuti jejak kebenaran mereka, walaupun 

mereka bisa saja jatuh ke dalam kesulitan, pada waktunya akan 

diselamatkan. Walaupun mungkin saja keadilan datang perlahan 

untuk menghukum orang jahat, dan belas kasihan datang per-

lahan untuk menyelamatkan orang benar, namun keduanya pasti 

akan datang. Terkadang keturunan orang benar, walaupun mereka 

sendiri bukan orang benar, diselamatkan demi pendahulu mereka 

yang saleh, seperti yang sering dialami Israel dan keturunan Daud. 

22 Seperti anting-anting emas di jungur babi, demikianlah wanita  cantik 

yang tidak susila. 

Di sini kita harus memahami susila sebagai agama dan anugerah, 

suatu selera dan rasa suka yang sungguh-sungguh (demikianlah arti 

kata tersebut) pada kehormatan dan kesenangan yang menyertai ke-

bajikan tanpa noda. Maka wanita  yang tidak susila berarti se-

orang wanita  dengan perilaku yang bebas dan tidak tahu aturan.  

Lalu perhatikanlah: 

1. Di sini memang benar bahwa kecantikan atau keelokan jasmani 

itu seperti anting-anting emas, sesuatu yang sangat berharga, dan 

kalau ada hikmat dan anugerah yang melindungi dari godaannya, 

maka itu merupakan perhiasan yang sangat baik. Gratior est 

pulchro veniens de corpore virtus – Kebajikan tampil istimewa dan 

agung saat disertai kecantikan. namun  wanita  yang bodoh dan 

tidak susila, dengan sikap yang menganggap remeh, cocok diban-

dingkan dengan seekor babi, walaupun dia sangat cantik. Dia ber-

kubang dalam lumpur hawa nafsu yang kotor, yang mencemarkan 

pikiran dan hati nurani, dan walaupun dimandikan akan kembali 

lagi ke situ. 

2. Sayang kalau kecantikan itu sangat disalahgunakan, seperti yang 

dilakukan orang-orang yang kecantikannya tidak disertai keso-

panan. Kecantikan itu seperti pemberian yang tidak tepat untuk 

mereka, sangat tidak pada tempatnya, seperti anting-anting emas 

di jungur babi, yang dipakainya untuk membongkar timbunan 

kotoran. Jika kecantikan tidak dikawal oleh kebajikan, maka ke-

bajikan menjadi rentan oleh   sebab  kecantikan. Ini boleh diterap-

kan pada semua karunia dan kelebihan jasmani lainnya. Sayang 

jika orang memiliki karunia dan kelebihan jasmani namun  tidak 

memiliki kebijaksanaan untuk menggunakannya dengan baik. 

23 Keinginan orang benar mendatangkan bahagia semata-mata, harapan 

orang fasik mendatangkan murka. 

Ayat ini mengajar kita apa keinginan dan harapan orang benar dan 

orang fasik, dan bagaimana jadinya nanti, apa yang mereka inginkan 

dan apa yang akan mereka dapatkan.  

1. Orang benar menginginkan bahagia, bahagia semata-mata (KJV: 

yang baik semata-mata – pen.). Segala yang mereka inginkan ada-

lah semua orang di sekitar mereka baik-baik saja. Mereka tidak 

mengharapkan penderitaan bagi siapa pun, melainkan kebahagia-

an bagi semua orang. Kalau untuk mereka sendiri, keinginan 

mereka bukanlah memuaskan nafsu jahat mana pun, melainkan 

mendapatkan perkenan dari Allah yang baik dan memelihara keda-

maian hati nurani yang bersih. Dan kebahagiaan yang akan mereka 

dapatkan yaitu  kebahagiaan yang mereka inginkan (Mzm. 37:4). 

2. Orang fasik menginginkan kemurkaan. Mereka menginginkan hari 

bencana, supaya penghakiman Allah dapat memuaskan nafsu 

dan dendam mereka, menyingkirkan orang-orang yang mengha-

langi mereka, dan supaya mereka bisa mendapatkan keuntungan 

bagi diri mereka sendiri dengan memancing di air yang keruh. 

Namun, murkalah yang akan mereka dapatkan, dan malapetaka 

bagi mereka. Mereka mengharapkan dan menginginkan kejahatan 

bagi orang lain, namun kejahatan itu justru berbalik menimpa 

mereka sendiri.   sebab  mereka senang sekali mengutuk, mereka 

akan mendapatkan kutuk yang cukup. 


24 Ada yang menyebar harta, namun  bertambah kaya, ada yang menghemat 

secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. 

Perhatikanlah:  

1. Mungkin saja seseorang semakin kaya dengan menggunakan apa 

yang dia miliki dengan bijaksana, menabur dalam pekerjaan-

pekerjaan kesalehan, berbuat amal, dan bermurah hati, namun 

bertambah kaya. Bahkan, dengan cara itulah orang dapat bertam-

bah kaya, seperti jagung bertambah banyak dengan ditabur. 

Dengan menggunakan apa yang kita miliki dengan sukacita, jiwa 

kita disegarkan, dan dengan demikian dipersiapkan untuk peker-

jaan-pekerjaan yang harus kita lakukan, dengan mengurus apa 

yang kita miliki dengan teliti sehingga bertambah banyak. Cara 

itu mendatangkan nama baik yang ikut menambah kekayaan. 

Tapi bertambahnya kekayaan itu terutama harus diakui sebagai 

berasal dari Tuhan. Dia memberkati tangan yang memberi, se-

hingga membuatnya menjadi tangan yang memperoleh (2Kor. 

9:10). Berilah, dan kamu akan diberi. 

2. Mungkin saja seseorang menjadi miskin   sebab  menyimpan-nyim-

pan apa yang dia miliki, menghemat secara luar biasa, tidak melu-

nasi utang-utang yang sepantasnya dibayar, tidak membantu 

orang miskin, tidak menyediakan secara memadai untuk keluar-

ga, tidak mau membuat pengeluaran-pengeluaran yang perlu un-

tuk pemeliharaan harta benda. Itu membuatnya selalu kekurang-

an (KJV: mengarah kepada kemiskinan – pen.). Cara itu mengekang 

kepandaian dan kerajinan manusia, melemahkan kepentingan me-

reka, menghancurkan nama baik mereka, dan membuat mereka 

kehilangan berkat Allah. Lagi pula, walaupun manusia selalu me-

nyimpan apa yang mereka miliki, jika Allah menghancurkan dan 

merusaknya, maka tidak akan ada yang tersisa (Hag. 1:6, 9). Api 

yang tidak ditiup akan menghabiskannya. 


25 Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, 

ia sendiri akan diberi minum. 

Melakukan perbuatan amal itu sangat bertolak belakang dengan 

pikiran biasa, dan perbuatan memberi justru akan membebaskan 

kita.   sebab  itu kita perlu betul-betul menekankan kepada diri sen-

diri betapa melakukan kebaikan kepada orang lain itu yaitu  untuk 

keuntungan kita sendiri, seperti sebelumnya (ay. 17).  

1. Dengan melakukan kebaikan, kita akan mendapatkan penghibur-

an di dalam hati kita: Siapa banyak memberi berkat, yang jiwanya 

suka memberkati, yang berdoa bagi orang-orang kesusahan dan 

memenuhi kebutuhan mereka, yang menyebarkan berkat dengan 

bibir yang memberkati dan tangan yang murah hati, jiwa seperti 

itu diberi kelimpahan dengan sukacita sejati dan diperkaya de-

ngan lebih banyak anugerah. 

2. Kita akan memperoleh balasan dari Allah dan manusia: Siapa 

memberi minum orang lain dengan aliran-aliran pemberiannya, ia 

sendiri akan diberi minum. Allah pasti akan membalasnya dengan 

embun, dengan curahan yang banyak, dari berkat-Nya, yang akan 

Dia curahkan, sampai berkelimpahan (Mal. 3:10). Orang yang me-

miliki rasa terima kasih akan membalas pemberiannya itu jika 

ada kesempatan. Orang yang murah hatinya akan beroleh kemu-

rahan, dan orang yang baik akan diperlakukan dengan baik. 

3. Kita akan terus dimampukan untuk melakukan yang lebih baik 

lagi: Siapa memberi minum, dia bahkan akan menjadi seperti hujan 

(demikian beberapa orang mengartikannya). Dia akan diisi kem-

bali, seperti awan yang kembali sesudah  hujan, dan akan berguna 

dan diterima lagi, seperti hujan bagi rumput yang baru dipotong. 

Siapa mengajar akan belajar (demikianlah bahasa Aramaik menaf-

sirkannya). Barangsiapa menggunakan pengetahuannya untuk 

mengajar orang lain akan diajar sendiri oleh Allah. Kepada orang 

yang memiliki dan menggunakan apa yang dimilikinya, akan di-

beri lebih banyak lagi. 


26 Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, namun  berkat turun di atas ke-

pala orang yang menjual gandum. 

Lihatlah di sini:  

1. Bagaimana kita harus menggunakan karunia pemberian Allah. 

Kita tidak boleh menimbunnya untuk keuntungan kita sendiri, 

supaya kita diperkaya olehnya, melainkan harus mengeluarkan-

nya untuk kepentingan orang lain, supaya mereka bisa terbantu 

dan terpelihara olehnya. Itu yaitu  dosa, jika seseorang menahan 

gandum saat  sedang mahal dan langka, dengan harapan akan 

terus bertambah mahal, untuk mempertahankan dan menaikkan 

pasaran, saat  harga sudah sangat tinggi sehingga orang miskin 

menderita   sebab nya. Pada saat seperti itu, orang-orang yang me-

miliki persediaan gandum sendiri wajib memperhatikan orang 

miskin, dan bersedia menjual dengan harga pasar, merasa puas 

dengan keuntungan yang biasa-biasa saja, dan tidak bertujuan 

untuk mendapatkan keuntungan dari penghakiman Allah. Itu 

yaitu  contoh perbuatan amal yang mulia dan besar jika orang 

menyimpan persediaan yang diperlukan melakukannya untuk 

membantu mempertahankan harga pasar supaya tetap rendah 

saat  harga bahan pokok meningkat terlalu banyak. 

2. Bagaimana kita harus menghargai suara orang banyak. Kita tidak 

boleh menganggap suara orang banyak itu sebagai suatu hal yang 

tidak penting dan tidak perlu diperhatikan, entah kita menerima 

maksud dan perkataan yang buruk ataupun baik dari sesama 

kita, doa-doa mereka atau kutuk-kutuk mereka. Di sini kita diajar 

supaya takut kepada kutuk-kutuk mereka, dan mendahulukan 

keuntungan kita sendiri dibandingkan  mendatangkan kutuk-kutuk 

tersebut, dan mengharapkan berkat-berkat mereka, dan dengan 

pengorbanan tertentu membeli berkat-berkat tersebut. Kadang-

kadang benar, vox populi est vox Dei – suara rakyat yaitu  suara 

Allah. 


27 Siapa mengejar kebaikan, berusaha untuk dikenan orang, namun  siapa 

mengejar kejahatan akan ditimpa kejahatan. 

Perhatikanlah:  

1. Orang-orang yang rajin melakukan kebaikan di dunia membuat 

diri mereka dikasihi baik oleh Allah maupun manusia. Siapa 

bangun pagi-pagi untuk apa yang baik (demikianlah maksudnya), 

yang mencari kesempatan untuk melayani teman-temannya dan 

membantu orang-orang miskin, dan memeras tenaga untuk itu, 

berusaha untuk dikenan orang (KJV: mendapatkan perkenanan – 

pen.). Semua orang yang di sekitarnya menyukai dia, dan menga-

takan hal-hal baik tentang dia, dan akan siap melakukan ke-

baikan baginya. Dan lebih baik dari itu lagi, lebih baik dari hidup, 

dia memperoleh kasih setia Allah. 

2. Orang-orang yang rajin melakukan kejahatan sedang memper-

siapkan kehancuran untuk diri mereka sendiri: Akan ditimpa 

kejahatan. Suatu saat mereka akan menerima balasan yang sama 

dengan perbuatan mereka sendiri. Selain itu, perhatikanlah, me-

ngejar kejahatan di sini dilawankan dengan mengejar kebaikan,


   sebab  orang yang tidak melakukan kebaikan sedang melakukan 

hal yang merugikan. 

28 Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh; namun  orang 

benar akan tumbuh seperti daun muda. 

Perhatikanlah:  

1. Kekayaan kita akan mengecewakan kita saat  sedang sangat 

membutuhkan: Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya, 

seakan-akan kekayaannya itu dapat menjamin dia diperkenan 

oleh Allah, dan menjadi perlindungan dan bagian bagi dirinya, 

akan jatuh. Seperti orang yang meletakkan beban tubuhnya pada 

buluh yang patah, buluh itu bukan hanya akan mengecewakan 

dia, namun  juga mengenai tangannya dan menusuk dia. 

2. Kebenaran kita akan bermanfaat bagi kita saat  kekayaan kita 

tidak menolong: Orang benar kemudian akan tumbuh seperti daun 

muda, daun muda kebenaran, seperti pohon yang daunnya tidak 

akan layu (Mzm. 1:3). Bahkan dalam kematian, saat  kekayaan 

tidak menolong manusia, tulang-tulang orang benar akan segar 

seperti tumbuh-tumbuhan muda (Yes. 66:14, TL). saat  orang-

orang yang berakar pada dunia layu, orang-orang yang dicangkok-

kan pada Kristus dan turut mendapat bagian dalam akar dan 

getahnya akan berbuah dan berkembang. 

29 Siapa yang mengacaukan rumah tangganya akan menangkap angin; orang 

bodoh akan menjadi budak orang bijak. 

Di sini dua sikap berlebihan dalam mengatur urusan keluarga dike-

cam dan akibat-akibat buruknya dinubuatkan:  

1. Kehati-hatian dan kebijaksanaan duniawi di satu sisi. Ada sebagi-

an orang yang   sebab  ketekunan yang berlebihan dalam mengejar 

dunia merasa gelisah tentang usaha mereka, resah dengan keru-

gian-kerugian mereka, bersikap keras terhadap pelayan-pelayan 

mereka, kikir terhadap keluarga mereka, sampai mengacaukan ru-

mah tangganya dan terus membuat kesal semua orang yang ada 

di sekitar mereka. Sementara itu, ada lagi sebagian orang lain lagi 

yang berpikir bahwa mereka bisa mengadakan beberapa perubah-

an untuk diri mereka sendiri, dan memperoleh atau menyimpan, 

dengan mendukung kelompok-kelompok dan permusuhan-permu-

suhan dalam keluarga mereka. Semua ini benar-benar mengacau-

kan rumah tangga mereka. Mereka semua akan kecewa,   sebab  

mereka akan menangkap angin. Semua yang akan mereka dapat-

kan dengan taktik-taktik ini bukan hanya hampa dan tidak ber-

harga bagaikan angin, namun  juga keributan dan kesusahan, ke-

sia-siaan dan kekesalan. 

2. Kecerobohan dan kurangnya kebijaksanaan umum di sisi lain. 

Orang yang bodoh dalam usahanya, yang tidak memperhatikan 

usahanya ataupun mengerjakannya dengan canggung, yang tidak 

memiliki rencana dan pertimbangan, bukan hanya kehilangan 

nama baik dan kepentingannya, namun  juga menjadi budak orang 

bijak. Dia jatuh miskin dan dipaksa bekerja untuk memper-

tahankan hidup, sementara orang-orang yang mengatur usahanya 

dengan bijaksana menanjak, dan memperoleh kuasa atas orang 

yang bodoh itu, dan orang-orang lain yang seperti dia. Masuk 

akal, dan sangat pantas, jika orang bodoh harus menjadi budak 

orang bijak. Dan berdasarkan alasan tersebut, dan juga alasan-

alasan lain, kita wajib menyerahkan keinginan-keinginan kita ke-

pada kehendak Allah, dan menundukkan diri kepada-Nya,   sebab  

kita yaitu  orang-orang bodoh sedangkan Dia memiliki kebijak-

sanaan yang tidak terbatas. 

30 Hasil orang benar yaitu  pohon kehidupan, dan siapa bijak, mengambil 

hati orang. 

Ayat ini menunjukkan bahwa berkat-berkat orang baik, terutama 

orang-orang yang sangat bijaksana, sangat baik bagi tempat-tempat 

di mana mereka tinggal, dan oleh   sebab  itu sangat dihargai.  

1. Orang benar itu bagaikan pohon kehidupan. Hasil kesalehan dan 

kebaikan mereka kepada sesama, pengajaran-pengajaran mereka, 

teguran-teguran mereka, teladan-teladan mereka, dan doa-doa 

mereka, kepentingan mereka di sorga, dan pengaruh mereka di 

bumi, yaitu  seperti buah-buah pohon kehidupan, berharga dan 

berguna. Buah-buah kehidupan itu ikut menopang dan memeli-

hara kehidupan rohani banyak orang. Mereka yaitu  perhiasan 

firdaus, gereja Allah di bumi, yang berpihak kepada kepentingan-

Nya. 

2. Orang bijak yaitu  orang yang lebih. Mereka bagaikan pohon 

pengetahuan, tidak terlarang namun  menguasai pengetahuan. 

Siapa bijak, dengan menyampaikan kebijaksanaannya, mengambil 

hati orang (KJV: memenangkan jiwa-jiwa – pen.), memenangkan 

hati mereka sehingga membuat mereka mengasihi Allah dan ke-

kudusan, dan dengan demikian berhasil mengajak mereka ikut 

dalam kepentingan-kepentingan kerajaan Allah di antara manu-

sia. Dikatakan bahwa orang bijak menuntun banyak orang kepada 

kebenaran (Dan. 12:3), dan itu sama dengan memenangkan jiwa-

jiwa di sini. Orang-orang yang menjadi percaya   sebab  Abraham 

disebut sebagai orang-orang yang diperoleh mereka (Kej. 12:5; KJV: 

jiwa-jiwa yang mereka dapatkan – pen.). Barangsiapa mau meme-

nangkan jiwa-jiwa perlu memiliki kebijaksanaan untuk mengetahui 

bagaimana cara berurusan dengan mereka, dan barangsiapa ber-

hasil memenangkan jiwa-jiwa menunjukkan bahwa mereka bijak. 

31 Kalau orang benar menerima balasan di atas bumi, lebih-lebih orang fasik 

dan orang berdosa! 

Ini, saya pikir, yaitu  satu-satunya amsal Salomo yang diawali de-

ngan nada menuntut perhatian, Camkanlah! (KJV), yang menyiratkan 

bahwa amsal ini bukan hanya mengandung kebenaran yang nyata, 

yang dapat dilihat, namun  juga kebenaran yang unggul, yang dengan 

begitu harus dipertimbangkan.  

1. Beberapa orang memahami kedua bagian ayat itu berbicara ten-

tang balasan   sebab  tidak mendapat perkenanan: Orang benar, 

jika mereka melakukan kesalahan, akan dihukum atas kesalahan 

mereka di dunia ini. Terlebih lagi orang fasik akan dihukum atas 

kesalahan mereka yang dilakukan bukan   sebab  kelemahan me-

lainkan   sebab  kesombongan. Jika penghakiman dimulai di ru-

mah Allah, apa jadinya dengan orang-orang fasik? (1Ptr. 4:17-18; 

Luk. 23:31). 

2. Saya lebih suka memahaminya sebagai balasan berupa penghar-

gaan bagi orang benar dan hukuman bagi orang berdosa. Marilah 

kita memperhatikan imbalan yang ditetapkan Allah Pemelihara. 

Ada beberapa balasan di atas bumi, di dunia ini, dan dalam hal-

hal yang ada di dunia ini, yang membuktikan bahwa sesungguh-

nya ada Allah yang memberi keadilan di bumi (Mzm. 58:12), namun  

itu tidak terjadi pada semua orang. Banyak dosa yang tidak 

dihukum di bumi, dan ibadah yang tidak mendapat upah, yang 

menandakan bahwa ada penghakiman yang akan datang, dan 

akan ada balasan yang lebih sesuai dan sepenuhnya di masa yang 

akan datang. Sering kali orang benar menerima balasan atas kebe-

naran mereka di sini di atas bumi, walaupun itu bukan balasan 

yang utama, apalagi upah satu-satunya yang dimaksudkan untuk 

mereka atau diharapkan oleh mereka itu. namun  apa pun yang 

dijanjikan firman Allah kepada mereka, atau apa pun yang diang-

gap baik bagi mereka menurut kebijaksanaan Allah, akan mereka 

dapatkan di atas bumi. Demikian pula orang fasik dan orang 

berdosa, bangsa-bangsa, keluarga-keluarga, orang-orang tertentu, 

terkadang benar-benar dihukum dalam hidup ini. Dan jika orang 

benar, yang tidak pantas menerima upah terkecil sekalipun, men-

dapatkan bagian dari balasan mereka di sini di atas bumi, maka 

terlebih lagi orang fasik, yang pantas menerima hukuman ter-

berat, pasti mendapatkan bagian hukuman mereka di atas bumi, 

sebagai jaminan atas hukuman yang lebih berat yang akan 

datang. Oleh   sebab  itu, biarlah kamu marah, namun  jangan ber-

buat dosa. Jika orang yang pantas memperoleh dua sorga tidak 

mendapatkan apa-apa, maka terlebih lagi orang yang pantas 

memperoleh dua neraka akan mendapatkan keduanya.   


Keuntungan-keuntungan Orang Benar, 12:1-12 

(12:1) 

1 Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; namun  siapa membenci 

teguran, yaitu  dungu. 

Di sini kita diajar untuk menguji apakah kita sudah beroleh anuge-

rah atau tidak dengan bertanya pada diri kita bagaimana kita me-

nanggapi sarana anugerah.  

1. Orang-orang yang sudah beroleh anugerah dan mencintainya akan 

senang dengan semua didikan yang diberikan kepada mereka me-

lalui nasihat, peringatan, atau teguran, melalui firman atau peme-

liharaan Allah. Mereka akan menghargai pendidikan yang baik, 

dan tidak menganggapnya sebagai kesulitan, melainkan kebaha-

giaan, untuk menjalani disiplin yang ketat dan bijaksana. Orang-

orang yang senang melayani dengan setia, yang menghargai pela-

yanannya itu, dan menjalankannya dengan senang hati, menun-

jukkan bahwa mereka mencintai pengetahuan. 

2. Orang-orang yang merasa terhina jika diberitahukan kesalahan-

kesalahannya, dan merasa dikekang kebebasannya jika diingat-

kan akan kewajiban mereka, menunjukkan diri sebagai orang 

yang bukan hanya kosong dari anugerah, melainkan juga tidak 

punya akal sehat sama sekali. Siapa membenci teguran bukan 

hanya dungu, melainkan juga seperti binatang (KJV), seperti kuda 

dan bagal yang tidak mempunyai akal budi, atau seperti lembu 

yang menendang-nendang galah. Orang-orang yang ingin hidup di 

dalam keluarga dan warga  yang longgar, di mana mereka 

bisa berbuat semau mereka tanpa ditegur, yang melumpuhkan 

perasaan-perasaan bersalah dalam hati nurani mereka sendiri, 

dan menganggap sebagai musuh orang-orang yang memberi tahu 

mereka kebenaran, yaitu  orang yang berperilaku seperti bina-

tang yang dimaksudkan di sini. 

2 Orang baik dikenan TUHAN, namun  si penipu dihukum-Nya. 

Perhatikanlah:  

1. Keadaan kita yang sebenarnya bergantung pada bagaimana hu-

bungan kita dengan Allah. Orang-orang yang berbahagia, yang 

benar-benar berbahagia, dan yang selama-lamanya berbahagia, 

yaitu  orang yang dikenan TUHAN, meskipun dunia memandang 

mereka dengan kening berkerut, dan mereka hanya sedikit dike-

nan oleh manusia. Sebab perkenanan Allah yaitu  hidup, dan itu 

yaitu  sumber dari segala kebaikan. Pada sisi lain, sungguh seng-

sara orang-orang yang dihukum-Nya, betapapun manusia me-

nyanjung mereka dan bersorak-sorak bagi mereka. Siapa yang 

dihukum-Nya, dihukum-Nya sampai pada kematian yang kedua. 

2. Hubungan kita dengan Allah bergantung kepada bagaimana hu-

bungan kita dengan manusia, bagaimana perilaku kita di dunia 

ini. Bapa kita menghakimi anak-anak-Nya terutama melalui per-

buatan mereka terhadap satu sama lain. Oleh sebab itu, orang 

baik, yang berbelas kasihan, murah hati, dan berbuat baik, me-

narik perkenanan Tuhan dengan doa-doanya. namun , orang yang 

penuh kebencian, yang merancang kefasikan terhadap sesama-

nya, akan dihukum-Nya sebagai orang yang tak layak mendapat 

tempat dalam kerajaan-Nya. 

3 Orang tidak akan tetap tegak   sebab  kefasikan, namun  akar orang benar 

tidak akan goncang. 

Perhatikanlah:  

1. Walaupun orang dapat membuat diri sendiri maju dengan kelicik-

an-kelicikan dosa, mereka tidak bisa membuat diri mereka aman 

dan tenang dengan kelicikan-kelicikan seperti itu. Sekalipun me-

reka bisa mendapatkan tanah yang luas, mereka tidak bisa men-

dapatkan tempat yang tetap untuk berdiam selama-lamanya: 

orang tidak akan tetap tegak   sebab  kefasikan. Mungkin kefasikan

 dapat mengangkatnya ke tempat-tempat yang tinggi, namun tem-

pat-tempat itu licin (Mzm. 73:18). Kemakmuran yang dihasilkan 

oleh dosa dibangun di atas pasir, sehingga sebentar saja ia akan 

lenyap. 

2. Meskipun orang baik mungkin hanya mempunyai sedikit harta 

duniawi, namun  yang sedikit itu akan tetap ada, dan apa yang di-

peroleh dengan jujur akan bertahan dengan baik: akar orang 

benar tidak akan goncang, sekalipun ranting-ranting mereka da-

pat goyah. Orang-orang yang di dalam iman berakar pada Kristus 

terpancang dengan teguh. Di dalam Dia, penghiburan dan keba-

hagiaan mereka berakar begitu dalam sehingga tidak akan pernah 

tercabut. 

4 Isteri yang cakap yaitu  mahkota suaminya, namun  yang membuat malu 

yaitu  seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya. 

Perhatikanlah:  

1. Orang yang diberkati dengan istri yang baik yaitu  orang yang 

berbahagia seolah-olah ia duduk di atas takhta, sebab istrinya 

sudah seperti mahkota baginya. Isteri yang cakap, yang saleh dan 

bijaksana, terampil dan rajin, yang giat bekerja demi kebaikan 

keluarganya dan memperhatikan urusan-urusan rumah tangga-

nya dengan cermat, yang menjalankan kewajibannya dalam segala 

hal berdasarkan kesadaran hati nurani, seorang istri yang hidup 

di dalam roh, yang dapat menanggung salib tanpa berkeluh ke-

sah, istri seperti itu mengakui suaminya sebagai kepalanya, dan 

oleh sebab itu, ia yaitu  mahkota bagi suaminya. Ia bukan hanya 

pujian dan kehormatan bagi suaminya, seperti mahkota yang me-

rupakan hiasan, namun  juga mendukung dan mempertahankan 

kewenangan suaminya di dalam keluarganya, seperti mahkota 

yang merupakan lambang kekuasaan. Ia tunduk dan setia ter-

hadapnya, dan melalui teladannya mengajar anak-anak dan ham-

ba-hamba suaminya untuk berlaku demikian juga. 

2. Orang dengan istri yang berkarakter buruk memiliki hidup yang 

sengsara, seolah-olah ia hidup di keranjang sampah. Sebab istri-

nya tidak lebih baik dibandingkan  penyakit yang membusukkan tulang-

nya, penyakit yang tak dapat disembuhkan, dan selain itu dia 

membuat malu suaminya. Istri yang bodoh dan malas, boros dan 

jalang, penuh hawa nafsu dan bermulut tajam, menghancurkan 

nama baik maupun penghiburan suaminya. Jika suaminya pergi 

jauh, kepalanya tertunduk, sebab kesalahan-kesalahan istrinya 

menjadi cela baginya. Jika ia sedang menyendiri, hatinya menjadi 

muram. Ia senantiasa gelisah. Ini merupakan penderitaan yang 

banyak menggerogoti jiwa-jiwa. 

5 Rancangan orang benar yaitu  adil, tujuan orang fasik memperdaya. 

Perhatikanlah:  

1. Firman Allah menyelidiki pikiran-pikiran dan niat-niat hati, dan 

kemudian menghakimi pikiran dan niat hati tersebut. Kita keliru 

jika menyangka bahwa pikiran-pikiran itu bebas. Tidak, semua 

pikiran dan niat hati berada di bawah pengawasan ilahi, dan oleh 

sebab itu di bawah kekuasaan ilahi. 

2. Kita harus mengawasi pikiran-pikiran dan niat-niat hati kita sen-

diri, dan menghakimi diri kita sendiri dengannya. Sebab itulah 

yang pertama-tama terlahir dari jiwa, itulah yang menyibakkan 

sebagian besar gambar dan rupanya. Pikiran-pikiran yang benar 

yaitu  bukti-bukti terbaik bagi orang benar, sebab tidak ada hal 

lain yang membuktikan kefasikan seseorang secara lebih jelas 

selain rencana-rencana dan rancangan-rancangan yang fasik. 

Mungkin saja di dalam pikiran orang baik ada  saran-saran 

yang buruk, namun  ia tidak menurutinya, dan tidak menyimpan-

nya sampai matang sehingga terwujud dalam rencana-rencana 

dan tekad-tekad yang jahat. 

3. yaitu  kehormatan bagi seseorang untuk mempunyai maksud 

yang jujur dan memiliki pikiran-pikiran yang benar, meskipun 

mungkin ada perkataan atau tindakannya yang salah tempat, sa-

lah waktu, atau setidak-tidaknya disalahmengerti. namun  merupa-

kan aib bagi orang untuk selalu memangsa orang lain, untuk ber-

buat curang, dengan tipu muslihat dan rancangan, dan bukan 

hanya dengan tangan yang terulur panjang, melainkan juga de-

ngan kecurangan yang ingin menjangkau apa yang tidak terjang-

kau. 

6 Perkataan orang fasik menghadang darah, namun  mulut orang jujur menye-

lamatkan orang. 

Dalam ayat sebelumnya, pikiran-pikiran orang fasik dan orang benar 

dibandingkan. Di sini perkataan-perkataan mereka yang dibanding-

kan, dan perkataan-perkataan yang diucapkan mulut itu meluap dari 

hati. 

1. Orang fasik berkata jahat kepada tetangga-tetangganya. Dan 

sungguh fasik orang-orang yang perkataannya menghadang da-

rah. Lidah mereka laksana pedang bagi orang-orang yang meng-

halangi jalan mereka, bagi orang-orang baik yang mereka benci 

dan aniaya. Lihatlah satu contohnya dalam Lukas 20:20-21. 

2. Orang baik memberi bantuan kepada tetangga-tetangganya de-

ngan ucapan mereka: mulut orang jujur siap terbuka untuk orang-

orang yang tertindas (31:8), untuk membela mereka, untuk ber-

saksi bagi mereka, dan dengan demikian untuk menyelamatkan 

mereka, khususnya mereka yang dihadang oleh orang fasik. 

Adakalanya orang melakukan suatu perbuatan yang sangat baik 

dengan satu perkataan baik. 

7 Orang fasik dijatuhkan sehingga mereka tidak ada lagi, namun  rumah orang 

benar berdiri tetap. 

Di sini kita diajar seperti sebelumnya (ay. 3 dan 10:25, 30), 

1. Bahwa sorak-sorai orang fasik hanya sebentar saja. Mungkin saja 

mereka berjaya untuk sementara waktu, namun sebentar lagi 

mereka akan dijatuhkan sehingga mereka tidak ada lagi. Permasa-

lahan mereka mendatangkan kejatuhan bagi mereka, dan orang-

orang yang dulu pamer secara besar-besaran kini hilang lenyap, 

dan tempat mereka pun sudah tidak mengenal mereka lagi. Buat-

lah orang fasik berpaling, maka mereka tidak ada lagi. Mereka ber-

diri di tempat yang begitu licin sehingga sedikit saja sentuhan per-

masalahan sudah membuat mereka terjatuh, seperti apel-apel 

dari Sodom, yang tampak sedap dipandang mata, namun  begitu 

disentuh akan jatuh ke tanah. 

2. Bahwa kemakmuran orang benar memiliki dasar yang baik dan 

akan tetap ada. Kematian akan memindahkan mereka, namun  ru-

mah mereka akan berdiri tetap, keluarga mereka akan dipertahan-

kan, dan angkatan orang jujur akan diberkati. 

8 Setiap orang dipuji seimbang dengan akal budinya, namun  orang yang serong 

hatinya, akan dihina. 

Di sini kita diberi tahu dari mana kita harus mengharapkan nama 

baik. Nama baik yaitu  apa yang dipandang paling tinggi dan amat 

diper