Minggu, 29 Desember 2024

amsal 9


 nginan orang fasik (KJV: mem-

buang harta orang fasik – pen.) (ay. 3). Dari mereka, Dia mengam-

bil harta yang telah mereka peroleh secara tidak adil itu. Dia tidak 

mau peduli akan harta itu. Dia tidak memandang yang kaya lebih 

dibandingkan  yang miskin. Kita sering melihat apa yang telah dikum-

pulkan melalui ketidakadilan manusia diserakkan oleh keadilan 

Allah. Bagaimana mungkin harta kefasikan bisa mendatangkan 

untung, meskipun berlimpah ruah banyaknya, jika Allah mem-

buangnya dan harta itu pun lenyap bagaikan bayang-bayang? 

2. Kekayaan yang diperoleh dengan jujur akan menghasilkan sesua-

tu yang baik,   sebab  Allah akan memberkatinya. Kebenaran me-

nyelamatkan orang dari maut, artinya, kekayaan diperoleh, disim-

pan, dan digunakan dengan cara yang benar (kebenaran menun-

juk pada kejujuran dan kemurahan hati). Kebenaran memenuhi 

tujuan dari kekayaan, yaitu untuk memelihara hidup kita dan 

menjadi suatu pertahanan bagi kita. Kebenaran akan membebas-

kan orang dari penghakiman, yang ditimpakan manusia ke atas 

diri mereka sendiri   sebab  kejahatan mereka. Kebenaran akan 

sedemikian berguna sampai mampu membebaskan orang, meski-

pun bukan dari serangan maut, melainkan dari sengatnya. Dan 

  sebab  itu, kebenaran juga membebaskan kita dari kengerian 

maut.   sebab  TUHAN tidak membiarkan orang benar menderita 

kelaparan (ay. 3), maka kebenaran mereka menyelamatkan me-

reka dari maut. Itu murni   sebab  anugerah Allah bagi mereka, 

yang merupakan hidup sekaligus penghidupan mereka, dan yang 

akan memelihara hidup mereka di dalam kelaparan. Jiwa orang 

benar akan dijaga agar tetap hidup oleh firman Allah serta iman di 

dalam janji-Nya, sementara singa-singa muda merana kelaparan. 


4 Tangan yang lamban membuat miskin, namun  tangan orang rajin menjadi-

kan kaya.  

Di sini diceritakan,  

1. Siapakah mereka itu, yang sekalipun kaya pasti saja akan jatuh 

menjadi miskin, yaitu mereka yang lamban tangannya, yang tak 

acuh dan ceroboh dalam bekerja, dan tidak mau tahu mana yang 

harus didahulukan, dan tidak pernah bersemangat menggunakan 

tangan mereka untuk bekerja atau mengerjakannya dengan te-

kun. Mereka yaitu  orang-orang yang bekerja dengan tangan 

yang penuh tipu daya (demikianlah ayat ini bisa ditafsirkan). 

Orang-orang yang berpikir untuk memperkaya diri mereka dengan 

jalan muslihat dan tipu daya, pada akhirnya akan menjadikan diri 

mereka miskin, bukan saja   sebab  kutuk Allah menimpa apa 

yang mereka miliki, melainkan juga   sebab  lenyapnya nama baik 

mereka di hadapan manusia. Tidak akan ada orang yang mau 

berurusan dengan orang-orang yang bekerja menggunakan tipu 

daya dan yang tampak bersikap jujur dari luar saja. 

2. Siapakah mereka itu, yang walaupun kini miskin akan menjadi 

kaya, yaitu mereka yang rajin dan jujur, yang cermat dalam me-

ngerjakan urusan mereka, serta mengerjakan apa pun yang di-

jumpai oleh tangan mereka dengan segenap kekuatan mereka, de-

ngan cara yang jujur dan terhormat. Apa yang telah mereka miliki 

punya harapan akan menjadi semakin banyak. Tangan orang 

cerdik (demikian menurut beberapa orang), yaitu tangan orang-

orang yang tajam, namun  tidak curang, tangan yang giat (demikian 

menurut yang lain), tangan yang bekerja, pasti menghasilkan 

uang. Ini juga berlaku dalam perkara rohani, seperti halnya dalam 

perkara duniawi. Kemalasan dan kemunafikan mengakibatkan 

kemiskinan rohani, namun  mereka yang rohnya menyala-nyala dan 

melayani Tuhan, sangat mungkin akan menjadi kaya dalam iman 

serta kaya dalam kebajikan.  


5 Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada 

waktu panen membuat malu. 


Di sini ada ,  

1. Pujian yang layak diterima oleh mereka yang memanfaatkan ber-

bagai kesempatan mereka, yang mau bersusah payah mengum-

pulkan dan memperbanyak apa yang sudah mereka miliki, baik 

untuk kepentingan jiwa maupun badan. Mereka mengumpulkan 

persediaan untuk masa mendatang sampai persediaan cukup. 

Mereka mengumpulkan pada musim panas, yang merupakan masa 

yang tepat untuk mengumpulkan. Barangsiapa berbuat demikian, 

dia anak yang berakal budi, dan itu merupakan kehormatan 

baginya. Dia menggunakan akalnya bagi orangtuanya yang harus 

dia pelihara, jika ada kesempatan. Dengan demikian dia menda-

tangkan nama baik kepada dirinya sendiri, keluarganya, serta 

pengajaran yang diterimanya. 

2. Celaan serta kesalahan yang layak ditimpakan kepada mereka 

yang mengabaikan kesempatan-kesempatan ini: Siapa tidur, men-

cintai keadaan nyaman, menyia-nyiakan waktunya, dan meng-

abaikan pekerjaannya, khususnya yang tidur pada waktu panen, 

saat  seharusnya dia mengumpulkan persediaan untuk musim 

dingin, dan melewatkan musim untuk mengumpulkan persediaan 

dengan mengerjakan apa yang mestinya bisa dikerjakannya nanti, 

dia ini yaitu  anak yang membuat malu,   sebab  dia anak yang 

bodoh. Dia menyiapkan malu bagi dirinya sendiri saat  musim 

dingin datang, dan memerciki malu ke atas teman-temannya. Ba-

rangsiapa memperoleh pengetahuan dan hikmat pada masa muda-

nya, ia mengumpulkan persediaan di musim panas, dan dia akan 

memperoleh penghiburan dan kehormatan   sebab  kerajinannya itu. 

Namun, barangsiapa menyia-nyiakan masa mudanya akan me-

nanggung rasa malu   sebab  kemalasannya saat  dia tua nanti.


6 Berkat ada di atas kepala orang benar, namun  mulut orang fasik menyembu-

nyikan kelaliman.  

Di sini ditemukan,  

1. Kepala orang benar dimahkotai berkat, baik dengan berkat Allah 

maupun manusia. Berbagai macam berkat, berlimpah-limpah ber-

kat, akan tercurah dari atas, dan nyata-nyata akan tinggal di atas 

kepala orang baik. Itu segala berkat yang sungguh-sungguh nya-

ta. Berkat tersebut tidak hanya akan dipuji-puji, namun  juga dinik-

mati dengan nikmat. Berkat akan tercurah di atas kepala mereka, 

sebagai mahkota untuk menghiasi serta memuliakan mereka dan 

juga sebagai ketopong untuk melindungi dan mengamankan me-

reka. 

2. Mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman (KJV: Mulut orang 

fasik diselubungi oleh kelaliman – pen.). Mulut mereka akan di-

hentikan oleh rasa malu akan kelaliman yang telah mereka per-

buat. Mereka tidak akan bisa mengemukakan alasan apa pun 

juga (Ayb. 5:16). Nafas mereka akan dihentikan dengan kekerasan 

yang akan diperbuat kepada mereka, saat perbuatan jahat mereka 

kembali ke atas kepala mereka, dan saat kejahatan mereka di-

kembalikan kepada gigi mereka. 


7 Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, namun  nama orang 

fasik menjadi busuk.  

Baik orang benar maupun fasik, saat  hari-hari mereka telah genap, 

akan mati. Tidak ada perbedaan yang tampak di antara tubuh mereka 

di dalam kubur. Namun demikian, ada suatu perbedaan yang besar 

antara jiwa yang satu dengan yang lain dalam dunia roh. Demikian 

pula ada  perbedaan, atau sudah sewajarnya demikian, di antara 

kenangan akan mereka, yang masih tinggal sesudah  mereka pergi.  

I.   Orang baik pasti, dan sudah semestinya demikian, diperbincang-

kan baik-baik tentang diri mereka sesudah  mereka pergi. Itu meru-

pakan salah satu berkat yang turun ke atas kepala orang benar, 

bahkan sesudah  kepala mereka sudah tergeletak. Orang benar me-

ninggalkan kenangan-kenangan bahagia di belakang mereka. 

1. Kenangan penuh hormat terhadap orang-orang kudus saat  

mereka sudah mati merupakan suatu kemuliaan bagi mereka, 

khususnya mereka yang unggul dalam perbuatannya dan hi-

dupnya sangat berguna.   sebab  itu, nama baik mereka, yaitu 

nama mereka di hadapan orang-orang baik, atas perbuatan 

mereka yang baik, secara istimewa dipandang seperti minyak 

yang mahal (Pkh. 7:1). Barangsiapa menghormati Allah, akan 

dihargai-Nya (Mzm. 112:3, 6, 9). Sebab oleh imanlah telah di-

berikan kesaksian kepada nenek moyang kita (Ibr. 11:2), dan 

sesudah  mati, mereka masih dibicarakan. 

2. Merupakan kewajibaan orang-orang yang masih hidup untuk 

berkata: “Biarlah kenangan kepadanya mendatangkan berkat,” 

demikianlah orang Yahudi menafsirkannya. Merupakan tata 

cara bagi mereka untuk tidak boleh menyebut nama seorang 

yang terkenal tanpa menambahkan: Kenangan kepada orang 

benar mendatangkan berkat. Dengan senang hati kita harus 

membicarakan orang-orang baik yang telah pergi dengan pe-

nuh hormat. Kita harus memuji Allah   sebab  mereka, dan atas 

anugerah serta kasih karunia-Nya yang tampak di dalam diri 

mereka, dan khususnya meneladani mereka dalam perbuatan 

yang baik. 

II. Orang fasik pasti dan akan dilupakan, atau dibicarakan dengan 

penuh cela. saat  tubuh mereka membusuk di dalam liang ku-

bur, nama mereka juga akan turut menjadi busuk. Mereka tidak 

akan diawetkan sama sekali, melainkan dikubur tanpa dikenang 

lagi (tidak ada sesuatu pun yang baik yang bisa diucapkan me-

ngenai mereka,   sebab  itu, hal terbaik yang bisa dilakukan bagi 

mereka yaitu  tidak mengatakan apa pun mengenai mereka). 

Atau, mereka akan menjadi suatu kejijikan, dan dibicarakan de-

ngan perasaan benci. Peraturan mengenai kehormatan itu, yaitu 

De mortuis nil nisi bonum – Jangan mengucapkan apa pun yang 

tidak baik tentang orang yang sudah mati, tidak akan mampu 

melindungi mereka. Di mana kejahatan telah dikenal luas, dan 

mau tidak mau dibicarakan orang, maka sudah semestinya keja-

hatan itu dibicarakan dengan rasa jijik yang amat sangat. 

Ciri-ciri Hikmat dan Kebodohan, 

8 Siapa bijak hati, memperhatikan perintah-perintah, namun  siapa bodoh bica-

ranya, akan jatuh. 

Di sini ditemukan, 

1. Kehormatan dan kebahagiaan orang yang taat. Mereka akan mem-

perhatikan perintah-perintah. Mereka akan memandang bahwa 

berada di bawah suatu kekuasaan, yang memberi mereka kesem-

patan berpikir dan menentukan pilihan bagi diri mereka sendiri, 

yaitu  suatu hak istimewa, dan sungguh-sungguh merupakan 

suatu penghiburan bagi mereka. Mereka juga beranggapan bahwa 

diberi tahu serta dinasihati tentang tugas mereka merupakan 

suatu anugerah. Inilah kebijaksanaan mereka. Barangsiapa bijak 

hati, yaitu mereka yang mudah diatur, serta yang mau dibentuk 

dan dibengkokkan, akan berdiri teguh. Mereka akan menjadi 

makmur,   sebab  mendapat nasihat yang baik.  

2.  Rasa malu dan kehancuran yang dialami orang-orang yang tidak 

taat, yang tidak mau diperintah atau memikul kuk apa pun, yang 

tidak mau diajar atau menerima nasihat apa pun. Mereka yaitu  

orang-orang bodoh,   sebab  bertindak melawan diri serta kepen-

tingan mereka sendiri. Pada umumnya mereka yaitu  orang yang 

bodoh bicaranya, bodoh kata-katanya. Mereka banyak mulut, 

namun  penuh dengan omong kosong. Mereka membual tentang diri 

mereka sendiri, meleter dengan kasar terhadap orang-orang yang 

menasihati mereka (3Yoh. 10), dan berpura-pura menasihati serta 

mengajarkan hukum kepada orang lain. Dari semua orang bodoh, 

tidak ada yang lebih menyusahkan atau menyingkapkan lebih ba-

nyak tentang diri mereka sendiri dibandingkan  orang yang bodoh bica-

ranya. Bahkan, mereka akan jatuh ke dalam dosa, ke dalam nera-

ka,   sebab  mereka tidak mau menerima perintah. Mereka yang 

banyak omong jarang waspada dengan kaki mereka, oleh   sebab  

itu mereka pun tersandung dan jatuh.  

9 Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, namun  siapa berliku-liku jalan-

nya, akan diketahui. 

Di sini diceritakan, dan kita bisa meyakininya, 

1. Bahwa kesetiaan seseorang untuk tetap teguh di jalannya akan 

membuatnya aman: siapa bersih kelakuannya terhadap Allah dan 

manusia, yaitu yang setia kepada keduanya, yang merencanakan 

seperti yang selayaknya ia lakukan, dan bersungguh-sungguh 

dengan apa yang dikatakannya, aman jalannya. Dia akan aman di 

dalam perlindungan ilahi serta merasa tenang di dalam rasa aman 

yang kudus. Dia menapaki jalannya dengan keberanian yang di-

sertai kerendahan hati, bersenjata lengkap untuk melawan goda-

an-godaan Iblis, kesukaran dunia serta celaan manusia. Dia tahu 

di mana dirinya berpijak, petunjuk apa yang diikutinya, penjaga-

an seperti apa yang mengelilinginya dan kemuliaan seperti apa 

yang ditujunya.   sebab  itu, dia bisa berjalan terus dengan rasa 

yakin dan damai yang besar (Yes. 32:17; 33:15-16). Sebagian 

orang memahami bahwa berjalan dengan aman merupakan salah 

satu karakter orang benar, sehingga ia berjalan dengan rasa pasti, 

dan tidak berjalan ke sana kemari. Dia tidak akan berani melaku-

kan apa yang tidak diyakininya benar berdasarkan hati nuraninya 

sendiri, namun  dia akan memperhatikan agar jalannya bersih da-

lam segala hal.  

2.  Bahwa ketidakjujuran seseorang akan membuatnya merasa malu: 

Siapa berliku-liku jalannya, yaitu dia yang berpaling ke jalan yang 

bengkok, yang menyembunyikan maksudnya terhadap Allah dan 

manusia, yang melihat ke satu jalan namun  mengikuti yang lain, 

meskipun untuk sementara waktu bisa menyamarkan dirinya, 

dan meloloskan dirinya, pada akhirnya jati diri sebenarnya akan 

terkuak. Meskipun jarang, kadang-kadang dia mengkhianati diri-

nya sendiri. Namun paling tidak, Allah akan menyingkapkan ke-

benarannya di hari yang besar itu. Siapa berliku-liku jalannya, 

documento erit – akan menjadi contoh, sebagai peringatan bagi 

yang lain. Demikian menurut beberapa orang. 

10 Siapa mengedipkan mata, menyebabkan kesusahan, siapa bodoh bicara-

nya, akan jatuh. 

Di sini dikatakan bahwa kejahatan akan mengikuti, 

1. Pendosa yang pandai, penuh rencana, dan pandai menyamarkan 

diri: Siapa mengedipkan mata, seolah-olah tidak peduli dengan 

engkau, padahal pada saat yang sama dia mencari kesempatan 

untuk membalas kita dengan kejahatan, yang memberi tanda ke-

pada antek-anteknya kapan mereka harus masuk untuk mem-

bantunya melaksanakan niat jahatnya, yang dilakukan dengan 

trik dan rancangan busuk, akan menyebabkan kesusahan baik 

bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Kecerdikan bukan alasan 

untuk melakukan kejahatan. Jadi, pendosa harus memilih untuk 

bertobat atau melakukan kejahatan yang lebih besar, memilih 

untuk menyesalinya atau binasa olehnya.  

2.  Pendosa yang sudah dikenal, tolol dan membongkar kejahatannya 

sendiri: yaitu orang yang bodoh bicaranya, yang dosanya akan 

dihakimi, akan jatuh, sebagaimana dikatakan sebelumnya (ay. 8). 

Namun demikian dia tidak lebih berbahaya dibandingkan yang 

satunya, dan meskipun dia menghancurkan dirinya sendiri, dia 

tidak mendatangkan dukacita yang besar seperti yang diperbuat 

oleh orang yang mengedipkan mata. Anjing yang menggigit tidak 

selalu menggonggong. 

11 Mulut orang benar yaitu  sumber kehidupan, namun  mulut orang fasik 

menyembunyikan kelaliman. 

Perhatikan di sini, 

1. Betapa rajinnya orang yang baik melakukan kebaikan dengan 

menyampaikan kebaikannya: Mulutnya, saluran keluar bagi isi 

pikirannya, yaitu  sumber kehidupan. Mulutnya merupakan sua-

tu mata air yang terus mengalir. Dari dalamnya mengalir perkata-

an yang baik untuk membangun orang lain, bagaikan aliran su-

ngai yang membasahi tanah dan menjadikannya subur. Mulutnya 

mendatangkan penghiburan bagi mereka, bagaikan aliran sungai 

yang memuaskan dahaga seorang pengembara yang letih. Mulut-

nya bagaikan sumber kehidupan, yang murni dan jernih, bukan 

saja tidak beracun, melainkan juga tidak tercemari oleh perkataan 

yang jahat.  

2.  Betapa rajinnya orang yang fasik berbuat buruk dengan menyem-

bunyikan kebusukannya: Mulut orang fasik menyembunyikan ke-

laliman, menyembunyikan rancangan kejahatan dengan menga-

ku-ngaku sebagai sahabat, supaya kejahatannya bisa dilaksana-

kan dengan lebih aman dan mendatangkan hasil lebih besar, se-

bagaimana Yoab mencium lalu membunuh, dan Yudas mencium 

lalu mengkhianati. Inilah dosanya, yang mendatangkan hukuman 

(ay. 6): Mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman. Apa yang 

diperolehnya dengan kelaliman akan diambil darinya dengan kela-

liman pula (Ayb. 5:4-5). 

12 Kebencian menimbulkan pertengkaran, namun  kasih menutupi segala pe-

langgaran. 

Di sini ada , 

1. Sang perusak yang luar biasa, yaitu kejahatan. Bahkan saat  

tidak terjadi pertengkaran, kebencian mencari-cari kesempatan, 

mengaduk-aduknya, lalu menimbulkannya dan melakukan peker-

jaan setan. Mereka yaitu  orang-orang yang sangat jahat, yang 

memperoleh kesenangan dengan mengadu domba sesama mereka 

dengan cerita dongeng, dugaan tanpa dasar, dan fitnah. Mereka 

mengembuskan percikan api percekcokan yang telah lama terpen-

dam sehingga berkobar, dan dengan kegirangan tiada tara, mere-

ka menghangatkan tangan di situ.  

2.  Sang pendamai yang luar biasa, yaitu kasih, yang menutupi segala 

pelanggaran, yaitu, kejahatan di antara sesama yang mendatang-

kan pertengkaran. Kasih tidak mengumandangkan pelanggaran 

dan membesar-besarkannya, namun  justru menutupi dan mema-

damkannya sebisa mungkin. Kasih akan memaafkan pelanggaran 

yang kita lakukan   sebab  kekeliruan dan kecerobohan. saat  

kita bisa berkata bahwa kita tidak berniat buruk, namun  itu meru-

pakan kesalahan yang disebabkan oleh ketidaktelitian, dan kita 

sungguh-sungguh mengasihi teman kita, maka kasih akan menu-

tupinya. Kasih juga akan mengabaikan kejahatan yang ditujukan 

kepada kita, dan dengan demikian menutupinya, dan mendatang-

kan sesuatu yang baik darinya. Dengan demikian pertengkaran 

bisa dicegah, atau, seandainya pertengkaran telah dimulai, maka 

kedamaian bisa dipulihkan dan dikembalikan dengan cepat. Ra-

sul Petrus mengutip hal ini (1Ptr. 4:8). Kasih menutupi banyak 

sekali dosa. 

13 Di bibir orang berpengertian ada  hikmat, namun  pentung tersedia bagi 

punggung orang yang tidak berakal budi. 

Perhatikan, 

1. Hikmat dan kasih karunia merupakan kehormatan bagi orang 

baik: Di bibir orang berpengertian, yaitu pengertian baik yang di-

miliki seseorang sehingga ia melakukan perintah, ada  hik-

mat. Artinya, hikmat bisa ditemukan di dalamnya, sehingga de-

ngan begitu, di dalam dirinya dia menyimpan harta yang baik, 

yang berasal dari hikmat. Dan dari situ bisa ditarik manfaat bagi 

orang lain. Merupakan suatu kehormatan bagi seseorang jika dia 

memiliki hikmat. Namun demikian, lebih besar lagi kehormatan-

nya itu jika dia menjadikan orang lain berhikmat.  

2.  Kebodohan dan dosa mempermalukan orang jahat: Pentung terse-

dia bagi punggung orang yang tidak berakal budi – yaitu orang 

yang ingin memiliki hati. Dia menyodorkan dirinya pada cambuk 

hati nuraninya sendiri, pada pecut lidahnya, pada celaan hakim, 

dan pada penghakiman Allah yang benar. Mereka yang dengan 

bodoh dan sengaja terus berjalan di jalan-jalan yang jahat sedang 

menyiapkan pentung bagi diri mereka sendiri, dan ini akan men-

jadi aib bagi mereka untuk selamanya. 

14 Orang bijak menyimpan pengetahuan, namun  mulut orang bodoh yaitu  

kebinasaan yang mengancam. 

Perhatikan: 

1. Orang bijak itu berhikmat,   sebab  mereka menimbun pengetahu-

an yang berguna, yang akan memelihara mereka.   sebab  itu 

hikmat ada  di bibir mereka (ay. 13), sebab hikmat tersimpan 

di dalam hati mereka. Hikmat keluar dari perbendaharaan di 

mana mereka mengeluarkan harta yang baru dan lama, seperti 

tuan rumah yang baik. Pengetahuan apa pun yang mungkin ber-

guna pada suatu waktu nanti harus kita simpan,   sebab  kita tidak 

tahu kapan kita akan memerlukannya. Kita harus terus menyim-

pan pengetahuan selama kita hidup, dan memastikan bahwa kita 

menyimpannya baik-baik, sehingga kita tidak perlu mencarinya 

saat  menginginkannya.  

2.  Kebodohan orang fasik yaitu  bahwa mereka menyimpan kejahat-

an di dalam hati mereka, yang telah siap untuk dilontarkan di da-

lam segala perkataan mereka, dan menimbulkan kengerian serta 

kehancuran baik bagi mereka maupun orang lain. Mereka mencin-

tai segala perkataan yang mengacaukan (Mzm. 52:6), dan ini yang 

paling penting bagi mereka. Mulut mereka yaitu  kebinasaan 

yang mengancam, panah yang tajam berupa kata-kata yang pahit 

selalu tersedia di tangan mereka untuk dilemparkan. 


15 Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya, namun  yang menjadi kebi-

nasaan bagi orang melarat ialah kemiskinan. 


Ayat ini bisa dipahami dari dua sisi: 

1. Sebagai alasan mengapa kita harus rajin bekerja, yaitu supaya 

kita bisa menghindari ketidaknyamanan yang menenggelamkan 

serta menyusahkan yang selalu menyertai kemiskinan. Dan de-

ngan begitu kita bisa menikmati keuntungan dan penghiburan 

yang dimiliki oleh mereka yang pernah hidup di muka bumi sebe-

lum kita. Berjerih payah sungguh-sungguh merupakan cara un-

tuk memberi kenyamanan bagi kita serta keluarga kita. Atau, 

lebih tepatnya,  

2. Sebagai gambaran dari kesalahan yang umum dilakukan baik oleh 

orang kaya maupun miskin mengenai keadaan jasmani mereka.  

(1) Orang kaya mengira mereka berbahagia   sebab  kaya. Namun 

itulah kesalahan mereka: Kota yang kuat bagi orang kaya, 

menurut sangkaannya, ialah hartanya, padahal kekayaan ter-

lalu lemah dan sama sekali tidak cukup mampu melindungi 

mereka dari buruknya kejahatan. Akan terbukti bahwa mereka 

tidak seaman yang mereka sangka. Bahkan, kekayaan mereka 

justru malah akan menonjolkan keberadaan mereka. 

(2) Orang melarat menyangka mereka binasa   sebab  mereka mis-

kin. Namun, itulah kesalahan mereka: yang menjadi kebina-

saan bagi orang melarat ialah kemiskinan. Kemiskinan me-

nenggelamkan semangat mereka, dan menghancurkan peng-

hiburan mereka. Padahal bisa saja seseorang hidup dengan 

sangat nyaman meskipun hanya memiliki sedikit, yaitu apa-

bila dia merasa cukup dengan yang sedikit itu dan terus men-

jaga akal sehatnya, serta hidup oleh iman. 


16 Upah pekerjaan orang benar membawa kepada kehidupan, penghasilan 

orang fasik membawa kepada dosa. 

Di sini Salomo meneguhkan apa yang dikatakan oleh ayahnya (Mzm. 

37:16), Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang ber-

limpah-limpah pada orang fasik.

1. Mungkin orang benar tidak memperoleh lebih dari apa yang di-

usahakannya dengan susah payah. Dia hanya makan hasil peker-

jaan tangannya, namun  pekerjaan itu membawa kepada kehidupan. 

Dia tidak menginginkan apa pun selain penghidupan yang jujur, 


 

tidak ingin menjadi kaya dan besar, namun  sekadar hidup dan 

menafkahi keluarganya. Tidak juga berarti bahwa pekerjaannya 

cenderung hanya mencukupi kehidupannya sendiri, namun  dia 

akan memampukan dirinya untuk melakukan yang baik bagi 

orang lain. Dia bekerja supaya dia dapat membagikan sesuatu (Ef. 

4:28). Semua yang diperbuatnya mendatangkan sesuatu yang 

baik. Atau ini bisa berarti pekerjaan rohaninya. Dia berjerih payah 

di dalam pekerjaan yang membawa kepada kehidupan kekal. Dia 

menabur dalam Roh, supaya dia bisa menuai hidup yang kekal.  

2. Mungkin kekayaan orang fasik tidak berasal dari apa yang di-

kerjakannya, melainkan datang dengan mudah, namun  condong 

kepada dosa. Dia memakai kekayaan itu untuk memuaskan dan 

membangkitkan nafsu, kesombongan, dan kemewahannya. Keka-

yaan itu akan melukainya dan keadaannya tidak menjadi baik. 

Dia menderita dan menjadi keras olehnya di dalam jalan-jalannya 

yang jahat. Segala sesuatu di dunia ini bisa menjadi baik atau 

jahat, mendatangkan kehidupan atau kematian, tergantung ba-

gaimana mereka digunakan, dan bagaimana mereka yang memi-

likinya. 


17 Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, namun  siapa meng-

abaikan teguran, tersesat. 

Perhatikan di sini: 

1. Bahwa orang yang benar tidak hanya menerima pengajaran, namun  

juga menyimpannya. Mereka tidak membiarkannya terlepas be-

gitu saja   sebab  ceroboh, seperti yang dilakukan oleh kebanyakan 

orang. Mereka tidak membiarkannya jatuh ke tangan orang-orang 

yang akan merampasnya. Mereka mengindahkan didikan baik-

baik, menjaganya agar tetap murni dan utuh, untuk mereka gu-

nakan sendiri, supaya dengan itu mereka bisa menguasai diri me-

reka sendiri, menyimpannya demi kepentingan orang lain, supaya 

bisa mengajar orang-orang tersebut. Barangsiapa berbuat demi-

kian akan menuju jalan kehidupan, yaitu jalan yang disertai peng-

hiburan sejati dan menuju kehidupan kekal.  

2. Bahwa orang yang salah bukan hanya tidak menerima pengajar-

an, melainkan juga berketetapan serta berkehendak untuk meno-

laknya saat  pengajaran itu ditawarkan kepada mereka. Mereka

 tidak mau diajar tentang kewajiban mereka   sebab  pengajaran itu 

menyingkapkan kesalahan mereka. Mereka sangat membenci 

pengajaran yang mengandung teguran, dan jelas mereka keliru. 

Ini merupakan tanda bahwa penilaian mereka keliru, dan mereka 

memiliki pemahaman yang keliru tentang apa yang baik dan apa 

yang jahat. Itu sebabnya perilaku mereka juga sesat. Seorang 

pengembara yang tersesat, yang tidak mau diberi tahu akan keke-

liruannya serta ditunjukkan jalan yang benar, pasti akan tetap 

tersesat, dan terus-menerus tersesat. Jelas dia telah kehilangan 

jalan kehidupan. 

Penggunaan yang Benar terhadap Lidah, 

18 Siapa menyembunyikan kebencian, dusta bibirnya; siapa mengumpat 

yaitu  orang bebal. (KJV: Siapa menyembunyikan kebencian dengan bibir 

yang berdusta, dan siapa memfitnah, yaitu  orang bebal – pen.) 

Perhatikan di sini bahwa kejahatan merupakan perbuatan bodoh dan 

fasik. 

1. Memang demikian, saat  kejahatan ditutupi oleh kata-kata ma-

nis dan penyamaran: Siapa yang menyembunyikan kebencian de-

ngan bibir yang berdusta, meskipun menganggap dirinya sendiri 

cerdik, yaitu  orang bebal. Sebab, jika sampai tersingkap keben-

ciannya itu, maka dia akan menderita malu di depan orang lain 

dan kehilangan kesempatan untuk memuaskan kejahatannya. 

Bibir yang berdusta sendiri saja sudah buruk, apa lagi jika dipakai 

sebagai selubung kejahatan, ada bahaya khusus di dalamnya. Na-

mun bodohlah orang yang menyangka bisa menyembunyikan apa 

pun dari Allah.  

2.  Bukan berarti lebih baik kejahatan dinyatakan melalui perkataan 

yang licik dan penuh muslihat: siapa memfitnah yaitu  orang 

bebal juga,   sebab  cepat atau lambat Allah akan memunculkan 

kebenaran itu seperti terang yang hendak ditutupinya, dan Allah 

juga akan menemukan cara untuk menyingkirkan fitnah itu. 


19 Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, namun  siapa yang menahan 

bibirnya, berakal budi. 


Di sini kita dinasihati sehubungan dengan penguasaan lidah, yang 

wajib dimiliki orang Kristen. 

1. yaitu  baik jika  kita sedikit berkata-kata,   sebab  di dalam 

banyak bicara pasti ada pelanggaran, atau dosa tidak akan ber-

henti. Biasanya, barangsiapa banyak bicara, banyak melantur. 

Dan di antara banyaknya kata-kata, mau tidak mau pasti ada 

perkataan yang sia-sia, yang harus segera mereka pertanggung-

jawabkan. Siapa yang senang mendengar diri mereka sendiri 

berbicara tidak memikirkan apa yang harus mereka lakukan se-

bagai tanda pertobatan.   sebab  hanya akan ada sedikit pertobat-

an, dan cepat atau lambat akan demikian, di mana ada pelanggar-

an terjadi. 

2.   sebab  itu, yaitu  baik jika kita menutup mulut seperti dengan 

kekang: Siapa menahan bibirnya, yang sering memeriksa dirinya 

sendiri, menekan apa yang dipikirkannya dan menahannya su-

paya tidak diketahui, dialah orang yang berakal budi. Itu merupa-

kan bukti akan hikmatnya, dan di situ dia mendapatkan keda-

maian. Perkataan yang sedikit cepat dilupakan (Am. 5:13; Yak. 

1:19). 


20 Lidah orang benar seperti perak pilihan, namun  pikiran orang fasik sedikit 

nilainya. 21 Bibir orang benar menggembalakan banyak orang, namun  orang 

bodoh mati   sebab  kurang akal budi. 

Di sini kita diajar bagaimana cara menghargai orang. Bukan   sebab  

kekayaan serta kedudukan mereka di dunia, melainkan   sebab  per-

buatan baik mereka. 

I.   Orang-orang yang baik yaitu  orang-orang yang berguna. Meski-

pun di dunia ini mereka miskin dan hina dan tidak memiliki kekua-

saan dan kekayaan yang bisa dipakai untuk melakukan kebaikan, 

namun demikian, selama mereka mempunyai mulut untuk ber-

bicara, maka mereka yaitu  orang yang bernilai dan berguna. Oleh 

  sebab  itu, kita harus menghargai orang-orang yang takut akan 

Allah,   sebab  dari perbendaharaan mereka yang baik mereka me-

ngeluarkan hal-hal yang baik. 

1. Mulut mereka menjadikan mereka bernilai: Lidah orang benar 

seperti perak pilihan. Mereka yaitu  orang yang tulus, bebas 

dari noda kesalahan dan rancangan yang jahat. Firman Allah 

diumpamakan sebagai perak yang dimurnikan (Mzm. 12:7), 

  sebab  firman Allah bisa diandalkan, demikian pula perkataan 

orang benar. Perkataan mereka memiliki bobot dan nilai, dan 

akan memperkaya mereka yang mendengarnya dengan meng-

gunakan hikmat, dan perkataan itu lebih baik dibandingkan  perak 

pilihan. 

2. Mulut mereka membuat mereka berguna: Bibir orang benar 

menggembalakan banyak orang (KJV: memberi makan banyak 

orang – pen.),   sebab  mereka penuh dengan firman Allah, yang 

merupakan roti hidup, dan pengajaran sehat yang memba-

ngun jiwa. Perkataan yang saleh yaitu  makanan rohani bagi 

orang yang membutuhkan dan yang lapar. 

II.   Orang-orang yang jahat yaitu  orang-orang yang tidak berguna. 

1. Orang tidak bisa memperoleh apa-apa yang baik dari mereka: 

pikiran orang fasik sedikit nilainya, oleh   sebab  itu apa yang 

tercurah keluar dari pikirannya tidak banyak berharga. Prinsip 

yang dianutnya, gagasannya, pemikirannya, rencana-rencana-

nya, dan segala sesuatu yang ada padanya serta memenga-

ruhinya, bersifat duniawi dan penuh kedagingan.   sebab nya, 

semua itu tidak ada nilainya. Siapa yang berasal dari bumi, 

berkata-kata dalam bahasa bumi, ia tidak memahami ataupun 

menikmati hal-hal yang berasal dari Allah (Yoh. 3:31; 1Kor. 

2:14). Meskipun orang fasik tidak memahami hal-hal rohani 

sebagaimana orang benar, ia berpura-pura demikian, dan 

bersyukur kepada Allah bahwa hatinya baik. Namun, Dia yang 

menyelidiki hati berkata sebaliknya: “Hatinya tidak bernilai.” 

2. Orang tidak bisa berbuat baik terhadap mereka. Sementara 

banyak orang diberi makan oleh bibir orang benar, orang bodoh 

mati   sebab  kurang akal budi. Dan mereka memang bodoh, ka-

rena mati kekurangan sesuatu yang sebenarnya bisa mereka 

peroleh dengan mudah. Orang bodoh mati   sebab  kekurangan 

hati (demikianlah arti kata itu). Mereka binasa   sebab  keku-

rangan pertimbangan dan jawaban. Mereka tidak memiliki hati 

untuk melakukan apa yang baik bagi diri mereka sendiri. Se-

mentara orang benar memberi makan orang lain, orang bodoh 

kelaparan sendiri. 

Kebanyakan orang menaruh hatinya sedemikian rupa pada kekayaan 

dunia. Namun, biasanya mereka keliru, baik di dalam hal yang mere-

ka inginkan maupun di dalam cara mereka mengharapkannya. Kare-

na itu, di sini kita diberi tahu, 

1. Bahwa kekayaan yang sungguh-sungguh pantas dicari yaitu  bu-

kan sekadar memiliki harta yang berlimpah, melainkan memiliki-

nya tanpa disertai kesusahan, tanpa disertai rasa gelisah untuk 

mencari dan menyimpannya, tanpa disertai rasa cemas saat  me-

nikmatinya, tanpa disertai kesedihan yang menyiksa saat  kehi-

langan kekayaan itu, tanpa disertai perasaan bersalah gara-gara 

menyalahgunakannya. Dengan kata lain, untuk memilikinya se-

kaligus memiliki hati untuk menikmatinya, berbuat baik melalui-

nya serta melayani Allah dengan sukacita dan hati gembira saat  

menggunakannya. 

2. Dari mana asal kekayaan yang pantas dicari ini semestinya diha-

rapkan, yaitu bukan dengan bekerja bagaikan sapi perah di dunia 

(Mzm. 127:2), melainkan melalui berkat Tuhan. Berkat Tuhanlah 

yang menjadikan kaya dan tidak menambahi dengan kesusahan. 

Apa yang berasal dari kasih Allah disertai dengan karunia Allah, 

untuk menjaga jiwa dari nafsu yang bergejolak. Kalau tidak demi-

kian, maka kekayaan itu biasanya mendorong orang untuk me-

lampiaskan nafsunya. Pemazmur telah mengatakan (ay. 4), Ta-

ngan orang rajin menjadikan kaya, sebagai suatu cara, namun  di 

sini dia mengatakan bahwa kekayaan yaitu  berkat Tuhan. Na-

mun demikian, berkat ada pada tangan orang rajin. Ini juga ber-

laku dalam hal kekayaan rohani. Kita harus rajin agar bisa mem-

perolehnya, namun segala kemuliaan dari apa yang telah dicapai 

harus diakui sebagai berkat dan anugerah Allah (Ul. 8:17-18). 



Di sini diceritakan, 

1. Dosa begitu penuh dengan pelanggaran: Berlaku cemar yaitu  

sama seperti tertawa bagi orang bebal. Tindakan tersebut sama 

wajar dan sama menyenangkannya seperti halnya tertawa bagi 

orang lain. Kejahatan yaitu  Ishaknya (demikianlah arti kata itu 

di sini). Kejahatan yaitu  kesukaannya, kekasihnya, dan di da-

lamnya dia mencari kesenangan. Dia membuat dosa menjadi 

bahan tertawaan. saat  diperingatkan agar tidak berbuat dosa, 

mengingat hukum Allah serta bagaimana murka-Nya terhadap 

dosa, dia malah mencemooh nasihat itu, dan menertawakan tom-

bak yang sudah teracung. sesudah  berbuat dosa, bukannya ber-

duka, dia justru membual akan hal itu, mencemooh teguran, dan 

menertawakan dakwaan hati nuraninya sendiri (14:9). 

2. Hikmat sungguh bijaksana,   sebab  di dalamnya ada  bukti 

akan keunggulannya. Kebijaksanaannya diungkapkan dalam diri-

nya sendiri, dan pujian ini sudah cukup tinggi. saat  memuji 

orang yang pandai, kita tidak perlu berkata-kata lebih banyak 

dibandingkan , “Dia yaitu  orang pandai. Dia memiliki hikmat. Dia begi-

tu bijak sehingga tidak melakukan muslihat, atau jika dia,   sebab  

alpa, tidak sengaja melakukan kesalahan terhadap orang lain, 

maka dia cukup bijak sehingga tidak menjadikan masalah itu se-

bagai bahan olok-olok.” Atau, untuk menyatakan bahwa hikmat 

memang sungguh-sungguh bijak, mari kita baca ayat ini demi-

kian: Sebagaimana melakukan kecemaran merupakan suatu kege-

maran bagi orang bodoh, demikian juga memiliki hikmat dan me-

nunjukkannya merupakan suatu kegemaran bagi orang pandai. 

Sebagaimana orang fasik bisa berpura-pura mendapatkan kese-

nangan di dalam kebebasannya serta kenikmatan dosa, demikian 

pula orang baik mendapatkan kesenangan di masa sekarang, se-

lain kesenangan di masa akan datang, di dalam segala pembatas-

an dan kegiatan-kegiatan ibadah agama, malahan, kesenangan 

orang baik itu lebih banyak dan lebih baik. 


Di sini dikatakan, dan sekali lagi dikatakan, kepada orang benar 

bahwa mereka akan berbahagia, dan kepada orang jahat, bahwa 

celakalah mereka. Dan hal ini diperhadapkan satu sama lain, agar 

dapat diperbandingkan. 

I.  Akan terjadi kepada orang fasik seburuk apa yang bisa mereka 

takutkan, dan kepada orang benar akan terjadi sebaik apa yang 

mampu mereka harapkan. 

1. Memang benar bahwa terkadang orang fasik merasakan dirinya 

melambung tinggi di dalam kejahatan mereka dengan peng-

harapan sia-sia yang akan menyesatkan mereka. Namun di lain 

waktu, tidak ada lain yang mereka rasakan selain dihantui oleh 

rasa gentar, dan kegentaran itu akan menimpa mereka. saat  

mereka sedang merasa sedemikian tertekan, Allah yang mere-

ka bangkitkan kemarahan-Nya itu akan menjadi sama mena-

kutkannya dengan anggapan mereka tentang Dia. Sebesar 

kegentaran mereka, demikianlah besarnya amarah-Mu (Mzm. 

90:11, KJV). Orang fasik gentar terhadap hukuman dosa, namun  

mereka tidak memiliki hikmat untuk memanfaatkan rasa 

gentar itu dengan mencari cara untuk meloloskan diri.   sebab  

itu, apa yang mereka takutkan akan menimpa mereka, dan 

kengerian mereka saat ini sungguh akan menjadi siksaan 

mereka di masa mendatang. 

2. Memang benar bahwa terkadang orang benar merasa takut, 

namun keinginan mereka yaitu  supaya mereka berkenan 

kepada Allah dan berbahagia di dalam Dia. Oleh   sebab  itu 

keinginan mereka akan diluluskan. Menurut iman merekalah, 

bukan menurut ketakutan mereka, keinginan itu akan diberi-

kan kepada mereka (Mzm. 37:4). 

II. Kesejahteraan orang fasik akan cepat berlalu, namun  kebahagiaan 

orang benar tidak akan berakhir (ay. 25). Orang fasik membuat 

keributan, menyibukkan diri mereka sendiri dan orang lain, 

seperti taufan yang mengancam untuk merobohkan apa saja yang 

ada di hadapannya. Namun seperti taufan melanda, mereka pun 

segera pergi, dan berlalu tanpa pernah kembali lagi, lenyaplah 

mereka. Segala sesuatu di sekitar mereka menjadi sunyi dan gem-

bira saat  badai telah berakhir (Mzm. 37:10, 36; Ayb. 20:5). Se-

baliknya, orang benar tidak menonjolkan diri. Mereka bersem-

bunyi, seperti alas, yang terletak di bawah dan tidak tampak. Na-

mun, keputusan mereka teguh untuk berpegang pada Allah. Me-

reka kokoh dalam kebajikan, dan akan menjadi alas yang abadi, 

sama sekali tidak tergoyahkan. Barangsiapa kudus akan tetap 

kudus dan tetap gembira. Pengharapannya dibangun di atas ka-

rang, sehingga tidak terguncangkan oleh badai (Mat. 7:24). Orang 

benar yaitu  sokoguru dunia (demikianlah menurut beberapa 

orang). Dunia berdiri   sebab  mereka. Dari tunggul itulah akan 

keluar tunas yang kudus. 

Kebahagiaan Orang Benar, 

26 Seperti cuka bagi gigi dan asap bagi mata, demikian si pemalas bagi orang 

yang menyuruhnya. 

Perhatikan: 

1. Barangsiapa malas, yang mencintai kenyamanan mereka dan 

tidak bisa mengarahkan pikiran mereka untuk melakukan peker-

jaan apa pun, tidak layak dipekerjakan, apalagi diutus untuk 

menyampaikan pesan,   sebab  mereka tidak akan menyampaikan 

pesan itu dengan segala kepedulian ataupun bergegas kembali. 

  sebab  itu, orang-orang yang demikian sangat tidak pantas men-

jadi hamba, pembawa pesan Kristus. Dia tidak akan mengutus 

para pemalas ke ladang tuaian-Nya. 

2. Barangsiapa memercayakan suatu urusan kepada orang-orang 

yang demikian, ia akan diliputi dengan rasa bersalah yang men-

dalam   sebab  kelalaian ini. Ia akan jengkel dan putus asa bila 

menaruh kepercayaan kepada orang-orang seperti itu. Bagi tuan-

nya, seorang hamba yang malas amat sangat tidak menyenangkan 

dan mendatangkan masalah, seperti cuka bagi gigi dan asap bagi 

mata. Ia membangkitkan murka tuannya, bagaikan cuka mem-

buat gigi ngilu, dan menyebabkan tuannya sedih melihat usaha-

nya terabaikan dan habis, bagaikan asap membuat mata mena-

ngis. 


27 Takut akan TUHAN memperpanjang umur, namun  tahun-tahun orang fasik 

diperpendek. 28 Harapan orang benar akan menjadi sukacita, namun  harapan 

orang fasik menjadi sia-sia. 


Perhatikan: 

1. Ibadah agama memperpanjang umur orang dan memahkotai peng-

harapan mereka. Siapakah orang yang menyukai hidup? Biarlah 

dia takut kepada Allah, dan hal itu akan mengamankan dia dari 

banyak hal yang akan membahayakan hidupnya, dan mem-

berinya umur yang cukup di dunia ini serta hidup kekal di dunia 

yang lain. Takut akan Allah akan menambahkan hari-hari lebih 

dari yang diharapkan, dan akan menambahkan hari-hari itu 

tanpa akhir, serta memperpanjang umur sampai pada kekekalan. 

Siapakah dia yang akan melihat hari-hari yang baik? Biarlah dia 

menjadi saleh, supaya hari-harinya tidak saja akan menjadi 

banyak, namun  juga bahagia, sangat bahagia, serta sangat banyak, 

  sebab  harapan orang benar akan menjadi sukacita. Mereka akan 

memiliki apa yang mereka harapkan, yang membuat mereka tak 

terkatakan puasnya. Mereka menaruh harapan mereka pada se-

suatu yang ada  di masa depan dan tidak tampak (Rm. 8:24-

25), bukan pada apa yang mereka miliki saat ini, melainkan pada 

apa yang mereka harapkan. Dan pengharapan mereka akan se-

gera menampakkan buahnya, dan itulah yang akan menjadi suka-

cita kekal mereka. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan 

tuanmu. 

2. Kejahatan memperpendek usia orang, dan menghancurkan peng-

harapan mereka: Tahun-tahun orang fasik, yang dihabiskan untuk 

menikmati dosa dan perkara dunia, akan diperpendek. Tebanglah 

pohon yang hidup di tanah dengan percuma. Selain itu, bagai-

manapun orang fasik menjanjikan kenikmatan atau kebahagiaan 

terhadap dirinya sendiri, baik di dunia ini maupun di dunia yang 

lain, dia akan kecewa.   sebab  keinginan orang fasik akan lenyap. 

Pengharapannya akan berganti menjadi keputusasaan yang tidak 

ada habisnya. 


29 Jalan TUHAN yaitu  perlindungan bagi orang yang tulus, namun  kebina-

saan bagi orang yang berbuat jahat. 30 Orang benar tidak terombang-ambing 

untuk selama-lamanya, namun  orang fasik tidak akan mendiami negeri. 

Kedua ayat ini memiliki tujuan yang sama dengan kedua ayat sebe-

lumnya, yaitu menunjukkan kebahagiaan orang saleh dan keseng-


saraan orang fasik. Hal ini perlu dicamkan kepada kita,   sebab  kita 

begitu enggan memercayai serta merenungkannya. 

1. Kekuatan dan keteguhan mengikuti kesetiaan: Jalan Tuhan (pe-

meliharaan Tuhan, atau jalan yang dilalui-Nya untuk mengham-

piri kita) yaitu  kekuatan bagi orang benar, jalan-Nya meneguh-

kan orang itu bahwa dia memang benar. Segala yang diperbuat 

Allah dengan orang ini, baik dalam suka maupun duka, turut 

memberinya semangat untuk mengerjakan tugasnya dan menghi-

dupkan dia untuk melawan rasa tawar hatinya. Atau jalan Tuhan 

(jalan kesalehan, yaitu yang di dalamnya Dia menyuruh kita ber-

jalan) yaitu  kekuatan bagi orang benar. Semakin kita mendekati 

jalan itu, hati kita menjadi semakin lapang agar mampu melalui-

nya. Dengan demikian, semakin cocok pula kita baik untuk mela-

yani maupun menderita. Nurani yang baik, yang dijaga agar tetap 

murni dari dosa, memberi orang keberanian dalam situasi yang 

penuh bahaya. Sedangkan kerajinan senantiasa dalam menger-

jakan tugas membuat pekerjaan seseorang tetap ringan di dalam 

saat-saat yang sibuk. Semakin banyak kita bekerja bagi Allah, 

semakin mampu pula kita mengerjakannya (Ayb. 17:9). Sukacita 

Allah, yang hanya bisa dijumpai di jalan Allah, yaitu  perlindung-

an kita (KJV: kekuatan kita – pen.) (Neh. 8:11). Oleh   sebab  itu 

orang benar tidak akan terombang-ambing. Barangsiapa memiliki 

kebaikan yang teguh, ia memiliki kedamaian dan kebahagiaan 

yang teguh pula, yang tidak bisa dirampas dari mereka. Mereka 

memiliki alas yang abadi (ay. 25). 

2. Kehancuran dan kebinasaan merupakan akibat pasti dari keja-

hatan. Tidak saja orang fasik tidak mewarisi bumi, meskipun 

mereka menimbun harta mereka di dalamnya, namun  mereka juga 

tidak akan mendiami bumi. Penghakiman Allah akan mencabut 

mereka keluar. Kebinasaan, yang pasti dan berlangsung dengan 

cepat, tersedia bagi orang yang berbuat jahat. Kebinasaan itu dise-

babkan oleh hadirat Allah dan kemuliaan kuasa-Nya. Bukan itu 

saja, jalan Allah, yang menjadi kekuatan orang benar, akan meng-

hanguskan dan menjadi kengerian bagi orang yang berbuat jahat. 

Injil yang sama, yang bagi seseorang menjadi bau kehidupan yang 

menghidupkan, bagi yang lain yaitu  bau kematian yang memati-

kan. Pemeliharaan yang sama, seperti halnya matahari yang 

sama, melembutkan yang satu dan mengeraskan yang lain (Hos. 

14:10). 



31 Mulut orang benar mengeluarkan hikmat, namun  lidah bercabang akan di-

kerat. 32 Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, namun  mulut 

orang fasik hanya tahu tipu muslihat. 

Seperti pada ayat sebelumnya, di sini dikatakan bahwa manusia di-

hakimi, lalu dibenarkan atau dihukum, tergantung pada perkataan 

mereka (Mat. 12:37). 

1. Perkataan yang diucapkan dengan bijak dan baik oleh seseorang 

merupakan bukti sekaligus pujian terhadap hikmat dan kebaikan 

yang dimilikinya. saat  berbicara, orang yang baik mengeluarkan 

hikmat bagi keuntungan orang lain. Allah memberinya hikmat se-

bagai upah akan kebenarannya (Pkh. 2:26), dan sebagai rasa te-

rima kasihnya atas pemberian itu dan juga sebagai balasan 

kepada Sang Pemberi, dia melakukan kebaikan dengan hikmat 

itu. Dan dengan perkataannya yang bijak dan saleh, dia memba-

ngun banyak orang. Dia tahu akan hal yang menyenangkan, per-

kataan apa yang akan menyenangkan hati Tuhan (  sebab  itu dia 

berusaha untuk lebih dari sekadar melakukan kewajibannya). Dia 

juga tahu apa yang akan bisa diterima dengan baik oleh pem-

bicara ataupun pendengar. Apa yang cocok baginya dan meng-

untungkan pendengarnya, itulah yang akan dikatakannya. 

2. Dosalah yang diperkatakan dengan fasik oleh orang fasik, dan 

dosanya akan menghancurkan dirinya. Mulut orang jahat hanya 

tahu tipu muslihat, yaitu apa yang tidak menyenangkan hati 

Tuhan dan membangkitkan amarah orang yang bercakap-cakap 

dengan dia. Apa akibatnya? Lidah yang bercabang akan dikerat, 

seperti halnya lidah yang manis (Mzm. 12:4).   

 

 


Peribahasa-peribahasa Penting, 11:1-2 

(11:1) 

1 Neraca serong yaitu  kekejian bagi TUHAN, namun  Ia berkenan akan batu 

timbangan yang tepat. 

Sebagaimana ibadah agama kepada Allah yaitu  bagian dari kebe-

naran universal (berlaku atas semua orang di segala tempat dan za-

man), sehingga orang yang tidak taat beribadah bukanlah orang yang 

jujur, demikian pula melakukan kebenaran kepada manusia yaitu  

bagian dari ibadah agama yang sejati,   sebab  orang yang tidak jujur 

bukanlah orang yang saleh, dan janganlah dia berharap kebaktian-

nya diterima oleh Allah.   sebab ,  

1. Tidak ada yang lebih menghina Allah dibandingkan  berlaku curang 

dalam perdagangan. Yang dimaksud dengan neraca serong di sini 

yaitu  segala macam perbuatan yang tidak adil dan curang dalam 

berurusan dengan siapa pun. Semua perbuatan itu merupakan 

kekejian bagi TUHAN, dan orang-orang yang menggunakan tipu 

daya yang terkutuk semacam itu untuk maju yaitu  keji bagi-

Nya. Perbuatan demikian yaitu  penghinaan terhadap keadilan, 

yang pendukungnya yaitu  Allah. Perbuatan tersebut juga meru-

pakan tindak kejahatan terhadap sesama kita, yang pelindungnya 

yaitu  Allah. Manusia menganggap sepele penipuan seperti itu, 

dan berpikir bukanlah dosa kalau mendapatkan uang dengan 

cara itu. Perbuatan itu tidak diketahui orang lain, sehingga mere-

ka tidak merasa bersalah. Noda bukanlah noda kalau belum dite-

mukan (Hos. 12:8-9). namun  kecurangan yang tidak ketahuan 

tidak kurang keji bagi Allah, yang akan menuntut balas orang-

orang yang menipu saudaranya. 

2. Tidak ada yang lebih menyenangkan hati Allah dibandingkan  cara ber-

bisnis yang adil dan jujur, dan tidak ada yang lebih penting dari-

pada itu yang dapat membuat kita dan kebaktian-kebaktian kita 

diterima oleh-Nya: Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat. 

Allah sendiri bertindak dengan batu timbangan yang tepat, dan 

memegang timbangan penghakiman dengan tangan yang lurus, 

dan   sebab  itu senang dengan orang-orang yang meneladani Dia 

dalam hal ini.   sebab  itu, menggunakan neraca secara tidak jujur 

sambil berpura-pura melakukan yang benar setepat mungkin 

merupakan kekejian yang besar bagi Allah. 

2 Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, namun  hikmat ada pada orang 

yang rendah hati. 

Perhatikanlah:  

1. Bagaimana orang yang meninggikan diri di sini direndahkan, dan 

penghinaan diberikan kepadanya. Jikalau keangkuhan tiba, tiba 

juga cemooh. Keangkuhan yaitu  dosa yang sudah sepantasnya 

membuat manusia merasa malu. Suatu hal yang memalukan jika 

seorang manusia angkuh, padahal dia berasal dari tanah, hidup 

berdasarkan sedekah orang, bergantung pada Allah, dan telah 

kehilangan semua yang dia miliki. Ini yaitu  dosa yang membuat 

orang lain berteriak dengan rasa malu dan memandang dengan 

hina. Orang yang sombong membuat dirinya sendiri rendah. Ini 

yaitu  dosa yang sering membuat Allah merendahkan manusia, 

seperti yang Dia lakukan terhadap Raja Nebukadnezar dan Hero-

des, saat aib mengikuti kejayaan mereka yang sia-sia. Allah me-

nentang orang yang congkak, melawan mereka, dan menghadang 

mereka, dalam segala hal yang mereka bangga-banggakan (Yes. 

2:11, dst.). 

2. Bagaimana orang yang merendahkan dirinya di sini ditinggikan, 

dan pujian diberikan kepadanya   sebab  perilakunya itu. Sebagai-

mana kebodohan ada pada orang yang angkuh, dan dia akan 

mendapat malu, demikian pula hikmat ada pada orang yang ren-

dah hati, dan dia akan mendapat kehormatan. Hikmat manusia 

mendatangkan penghargaan baginya dan membuat wajahnya ber-

cahaya di hadapan manusia. Jika ada yang begitu hina sehingga 

menginjak-injak orang yang rendah hati, Allah akan memberi

 orang yang rendah hati itu anugerah yang akan menjadi kemulia-

an mereka. Kalau kita mempertimbangkan betapa aman, tenang, 

dan tenteramnya orang-orang yang memiliki jiwa yang rendah 

hati, persekutuan seperti apa yang mereka miliki dengan Allah 

dan penghiburan yang ada dalam diri mereka sendiri, kita akan 

mengatakan, hikmat ada pada orang yang rendah hati. 

 

Keuntungan-keuntungan Orang Benar, 11:3-8 

(11:3) 

3 Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, namun  pengkhianat dirusak 

oleh kecurangannya. 

Allah berjanji akan menuntun orang jujur, dan mengancam akan 

menghancurkan para pengkhianat, namun  bukan itu saja. Supaya kita 

bisa benar-benar lebih yakin akan kedua hal ini, di sini digambarkan 

seolah-olah sifat alami yang ada dalam kedua hal tersebutlah yang 

dengan sendirinya mendatangkan akibat itu.  

1. Ketulusan orang jujur itu sendiri yang akan menuntunnya dalam 

melakukan kewajibannya dan mengerjakan keselamatannya. Pe-

gangan-pegangan hidupnya tetap, peraturannya pasti, dan oleh 

  sebab  itu jalannya rata. Ketulusannya membuat dia kokoh, dan 

dia tidak perlu putar haluan setiap kali arah angin berubah, ka-

rena dia tidak memiliki tujuan lain selain menjaga hati nuraninya 

tetap bersih. Ketulusan dan kejujuran akan mengawal manusia 

(Mzm. 25:21). 

2. Kejahatan orang jahat sendiri yang akan menghancurkannya. 

Sebagaimana kejujuran orang baik akan menjadi perlindungan-

nya, walaupun dia selalu terancam bahaya, demikian pula kese-

satan orang-orang berdosa akan menghancurkan mereka, walau-

pun mereka pikir sangat terlindung. Mereka akan jatuh ke dalam 

lubang yang mereka gali sendiri (5:22). 

(11:4) 

4 Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, namun  kebenaran melepaskan 

orang dari maut. 

Perhatikanlah:  

1. Hari kematian akan menjadi hari kemurkaan. Hari itu membawa 

berita akan kemurkaan Allah. Oleh   sebab  itu sesudah  Musa mere-

nungkan kefanaan manusia, dia kemudian mengambil kesem-

patan untuk mengagumi kekuatan murka Allah (Mzm. 90:11). Itu 

yaitu  utang dosa, bukan kepada alam, melainkan kepada keadil-

an Allah. Penghakiman sesudah  kematian, itulah hari kemurkaan 

(Why. 6:17). 

2. Kekayaan tidak akan berguna bagi manusia di hari itu. Itu tidak 

akan menangkis pukulannya atau meringankan rasa sakitnya, 

apalagi menyingkirkan sengatannya. Jadi apa keuntungannya 

benda-benda yang diberikan oleh dunia ini? Pada hari pengha-

kiman umum itu, kekayaan lebih sering mengungkap kejahatan 

mereka dibandingkan  melindungi mereka (Yeh. 7:19). 

3. Hanya kebenaran yang dapat melepaskan orang dari kejahatan 

maut. Hati nurani yang bersih akan membuat kematian terasa 

nyaman, dan menyingkirkan kengeriannya. Hanya orang benar 

yang memiliki hak istimewa untuk tidak disakiti oleh kematian 

kedua, dan juga tidak begitu menderita   sebab  kematian pertama. 

(11:5-6) 

5 Jalan orang saleh diratakan oleh kebenarannya, na