nginan orang fasik (KJV: mem-
buang harta orang fasik pen.) (ay. 3). Dari mereka, Dia mengam-
bil harta yang telah mereka peroleh secara tidak adil itu. Dia tidak
mau peduli akan harta itu. Dia tidak memandang yang kaya lebih
dibandingkan yang miskin. Kita sering melihat apa yang telah dikum-
pulkan melalui ketidakadilan manusia diserakkan oleh keadilan
Allah. Bagaimana mungkin harta kefasikan bisa mendatangkan
untung, meskipun berlimpah ruah banyaknya, jika Allah mem-
buangnya dan harta itu pun lenyap bagaikan bayang-bayang?
2. Kekayaan yang diperoleh dengan jujur akan menghasilkan sesua-
tu yang baik, sebab Allah akan memberkatinya. Kebenaran me-
nyelamatkan orang dari maut, artinya, kekayaan diperoleh, disim-
pan, dan digunakan dengan cara yang benar (kebenaran menun-
juk pada kejujuran dan kemurahan hati). Kebenaran memenuhi
tujuan dari kekayaan, yaitu untuk memelihara hidup kita dan
menjadi suatu pertahanan bagi kita. Kebenaran akan membebas-
kan orang dari penghakiman, yang ditimpakan manusia ke atas
diri mereka sendiri sebab kejahatan mereka. Kebenaran akan
sedemikian berguna sampai mampu membebaskan orang, meski-
pun bukan dari serangan maut, melainkan dari sengatnya. Dan
sebab itu, kebenaran juga membebaskan kita dari kengerian
maut. sebab TUHAN tidak membiarkan orang benar menderita
kelaparan (ay. 3), maka kebenaran mereka menyelamatkan me-
reka dari maut. Itu murni sebab anugerah Allah bagi mereka,
yang merupakan hidup sekaligus penghidupan mereka, dan yang
akan memelihara hidup mereka di dalam kelaparan. Jiwa orang
benar akan dijaga agar tetap hidup oleh firman Allah serta iman di
dalam janji-Nya, sementara singa-singa muda merana kelaparan.
4 Tangan yang lamban membuat miskin, namun tangan orang rajin menjadi-
kan kaya.
Di sini diceritakan,
1. Siapakah mereka itu, yang sekalipun kaya pasti saja akan jatuh
menjadi miskin, yaitu mereka yang lamban tangannya, yang tak
acuh dan ceroboh dalam bekerja, dan tidak mau tahu mana yang
harus didahulukan, dan tidak pernah bersemangat menggunakan
tangan mereka untuk bekerja atau mengerjakannya dengan te-
kun. Mereka yaitu orang-orang yang bekerja dengan tangan
yang penuh tipu daya (demikianlah ayat ini bisa ditafsirkan).
Orang-orang yang berpikir untuk memperkaya diri mereka dengan
jalan muslihat dan tipu daya, pada akhirnya akan menjadikan diri
mereka miskin, bukan saja sebab kutuk Allah menimpa apa
yang mereka miliki, melainkan juga sebab lenyapnya nama baik
mereka di hadapan manusia. Tidak akan ada orang yang mau
berurusan dengan orang-orang yang bekerja menggunakan tipu
daya dan yang tampak bersikap jujur dari luar saja.
2. Siapakah mereka itu, yang walaupun kini miskin akan menjadi
kaya, yaitu mereka yang rajin dan jujur, yang cermat dalam me-
ngerjakan urusan mereka, serta mengerjakan apa pun yang di-
jumpai oleh tangan mereka dengan segenap kekuatan mereka, de-
ngan cara yang jujur dan terhormat. Apa yang telah mereka miliki
punya harapan akan menjadi semakin banyak. Tangan orang
cerdik (demikian menurut beberapa orang), yaitu tangan orang-
orang yang tajam, namun tidak curang, tangan yang giat (demikian
menurut yang lain), tangan yang bekerja, pasti menghasilkan
uang. Ini juga berlaku dalam perkara rohani, seperti halnya dalam
perkara duniawi. Kemalasan dan kemunafikan mengakibatkan
kemiskinan rohani, namun mereka yang rohnya menyala-nyala dan
melayani Tuhan, sangat mungkin akan menjadi kaya dalam iman
serta kaya dalam kebajikan.
5 Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada
waktu panen membuat malu.
Di sini ada ,
1. Pujian yang layak diterima oleh mereka yang memanfaatkan ber-
bagai kesempatan mereka, yang mau bersusah payah mengum-
pulkan dan memperbanyak apa yang sudah mereka miliki, baik
untuk kepentingan jiwa maupun badan. Mereka mengumpulkan
persediaan untuk masa mendatang sampai persediaan cukup.
Mereka mengumpulkan pada musim panas, yang merupakan masa
yang tepat untuk mengumpulkan. Barangsiapa berbuat demikian,
dia anak yang berakal budi, dan itu merupakan kehormatan
baginya. Dia menggunakan akalnya bagi orangtuanya yang harus
dia pelihara, jika ada kesempatan. Dengan demikian dia menda-
tangkan nama baik kepada dirinya sendiri, keluarganya, serta
pengajaran yang diterimanya.
2. Celaan serta kesalahan yang layak ditimpakan kepada mereka
yang mengabaikan kesempatan-kesempatan ini: Siapa tidur, men-
cintai keadaan nyaman, menyia-nyiakan waktunya, dan meng-
abaikan pekerjaannya, khususnya yang tidur pada waktu panen,
saat seharusnya dia mengumpulkan persediaan untuk musim
dingin, dan melewatkan musim untuk mengumpulkan persediaan
dengan mengerjakan apa yang mestinya bisa dikerjakannya nanti,
dia ini yaitu anak yang membuat malu, sebab dia anak yang
bodoh. Dia menyiapkan malu bagi dirinya sendiri saat musim
dingin datang, dan memerciki malu ke atas teman-temannya. Ba-
rangsiapa memperoleh pengetahuan dan hikmat pada masa muda-
nya, ia mengumpulkan persediaan di musim panas, dan dia akan
memperoleh penghiburan dan kehormatan sebab kerajinannya itu.
Namun, barangsiapa menyia-nyiakan masa mudanya akan me-
nanggung rasa malu sebab kemalasannya saat dia tua nanti.
6 Berkat ada di atas kepala orang benar, namun mulut orang fasik menyembu-
nyikan kelaliman.
Di sini ditemukan,
1. Kepala orang benar dimahkotai berkat, baik dengan berkat Allah
maupun manusia. Berbagai macam berkat, berlimpah-limpah ber-
kat, akan tercurah dari atas, dan nyata-nyata akan tinggal di atas
kepala orang baik. Itu segala berkat yang sungguh-sungguh nya-
ta. Berkat tersebut tidak hanya akan dipuji-puji, namun juga dinik-
mati dengan nikmat. Berkat akan tercurah di atas kepala mereka,
sebagai mahkota untuk menghiasi serta memuliakan mereka dan
juga sebagai ketopong untuk melindungi dan mengamankan me-
reka.
2. Mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman (KJV: Mulut orang
fasik diselubungi oleh kelaliman pen.). Mulut mereka akan di-
hentikan oleh rasa malu akan kelaliman yang telah mereka per-
buat. Mereka tidak akan bisa mengemukakan alasan apa pun
juga (Ayb. 5:16). Nafas mereka akan dihentikan dengan kekerasan
yang akan diperbuat kepada mereka, saat perbuatan jahat mereka
kembali ke atas kepala mereka, dan saat kejahatan mereka di-
kembalikan kepada gigi mereka.
7 Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, namun nama orang
fasik menjadi busuk.
Baik orang benar maupun fasik, saat hari-hari mereka telah genap,
akan mati. Tidak ada perbedaan yang tampak di antara tubuh mereka
di dalam kubur. Namun demikian, ada suatu perbedaan yang besar
antara jiwa yang satu dengan yang lain dalam dunia roh. Demikian
pula ada perbedaan, atau sudah sewajarnya demikian, di antara
kenangan akan mereka, yang masih tinggal sesudah mereka pergi.
I. Orang baik pasti, dan sudah semestinya demikian, diperbincang-
kan baik-baik tentang diri mereka sesudah mereka pergi. Itu meru-
pakan salah satu berkat yang turun ke atas kepala orang benar,
bahkan sesudah kepala mereka sudah tergeletak. Orang benar me-
ninggalkan kenangan-kenangan bahagia di belakang mereka.
1. Kenangan penuh hormat terhadap orang-orang kudus saat
mereka sudah mati merupakan suatu kemuliaan bagi mereka,
khususnya mereka yang unggul dalam perbuatannya dan hi-
dupnya sangat berguna. sebab itu, nama baik mereka, yaitu
nama mereka di hadapan orang-orang baik, atas perbuatan
mereka yang baik, secara istimewa dipandang seperti minyak
yang mahal (Pkh. 7:1). Barangsiapa menghormati Allah, akan
dihargai-Nya (Mzm. 112:3, 6, 9). Sebab oleh imanlah telah di-
berikan kesaksian kepada nenek moyang kita (Ibr. 11:2), dan
sesudah mati, mereka masih dibicarakan.
2. Merupakan kewajibaan orang-orang yang masih hidup untuk
berkata: Biarlah kenangan kepadanya mendatangkan berkat,
demikianlah orang Yahudi menafsirkannya. Merupakan tata
cara bagi mereka untuk tidak boleh menyebut nama seorang
yang terkenal tanpa menambahkan: Kenangan kepada orang
benar mendatangkan berkat. Dengan senang hati kita harus
membicarakan orang-orang baik yang telah pergi dengan pe-
nuh hormat. Kita harus memuji Allah sebab mereka, dan atas
anugerah serta kasih karunia-Nya yang tampak di dalam diri
mereka, dan khususnya meneladani mereka dalam perbuatan
yang baik.
II. Orang fasik pasti dan akan dilupakan, atau dibicarakan dengan
penuh cela. saat tubuh mereka membusuk di dalam liang ku-
bur, nama mereka juga akan turut menjadi busuk. Mereka tidak
akan diawetkan sama sekali, melainkan dikubur tanpa dikenang
lagi (tidak ada sesuatu pun yang baik yang bisa diucapkan me-
ngenai mereka, sebab itu, hal terbaik yang bisa dilakukan bagi
mereka yaitu tidak mengatakan apa pun mengenai mereka).
Atau, mereka akan menjadi suatu kejijikan, dan dibicarakan de-
ngan perasaan benci. Peraturan mengenai kehormatan itu, yaitu
De mortuis nil nisi bonum Jangan mengucapkan apa pun yang
tidak baik tentang orang yang sudah mati, tidak akan mampu
melindungi mereka. Di mana kejahatan telah dikenal luas, dan
mau tidak mau dibicarakan orang, maka sudah semestinya keja-
hatan itu dibicarakan dengan rasa jijik yang amat sangat.
Ciri-ciri Hikmat dan Kebodohan,
8 Siapa bijak hati, memperhatikan perintah-perintah, namun siapa bodoh bica-
ranya, akan jatuh.
Di sini ditemukan,
1. Kehormatan dan kebahagiaan orang yang taat. Mereka akan mem-
perhatikan perintah-perintah. Mereka akan memandang bahwa
berada di bawah suatu kekuasaan, yang memberi mereka kesem-
patan berpikir dan menentukan pilihan bagi diri mereka sendiri,
yaitu suatu hak istimewa, dan sungguh-sungguh merupakan
suatu penghiburan bagi mereka. Mereka juga beranggapan bahwa
diberi tahu serta dinasihati tentang tugas mereka merupakan
suatu anugerah. Inilah kebijaksanaan mereka. Barangsiapa bijak
hati, yaitu mereka yang mudah diatur, serta yang mau dibentuk
dan dibengkokkan, akan berdiri teguh. Mereka akan menjadi
makmur, sebab mendapat nasihat yang baik.
2. Rasa malu dan kehancuran yang dialami orang-orang yang tidak
taat, yang tidak mau diperintah atau memikul kuk apa pun, yang
tidak mau diajar atau menerima nasihat apa pun. Mereka yaitu
orang-orang bodoh, sebab bertindak melawan diri serta kepen-
tingan mereka sendiri. Pada umumnya mereka yaitu orang yang
bodoh bicaranya, bodoh kata-katanya. Mereka banyak mulut,
namun penuh dengan omong kosong. Mereka membual tentang diri
mereka sendiri, meleter dengan kasar terhadap orang-orang yang
menasihati mereka (3Yoh. 10), dan berpura-pura menasihati serta
mengajarkan hukum kepada orang lain. Dari semua orang bodoh,
tidak ada yang lebih menyusahkan atau menyingkapkan lebih ba-
nyak tentang diri mereka sendiri dibandingkan orang yang bodoh bica-
ranya. Bahkan, mereka akan jatuh ke dalam dosa, ke dalam nera-
ka, sebab mereka tidak mau menerima perintah. Mereka yang
banyak omong jarang waspada dengan kaki mereka, oleh sebab
itu mereka pun tersandung dan jatuh.
9 Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, namun siapa berliku-liku jalan-
nya, akan diketahui.
Di sini diceritakan, dan kita bisa meyakininya,
1. Bahwa kesetiaan seseorang untuk tetap teguh di jalannya akan
membuatnya aman: siapa bersih kelakuannya terhadap Allah dan
manusia, yaitu yang setia kepada keduanya, yang merencanakan
seperti yang selayaknya ia lakukan, dan bersungguh-sungguh
dengan apa yang dikatakannya, aman jalannya. Dia akan aman di
dalam perlindungan ilahi serta merasa tenang di dalam rasa aman
yang kudus. Dia menapaki jalannya dengan keberanian yang di-
sertai kerendahan hati, bersenjata lengkap untuk melawan goda-
an-godaan Iblis, kesukaran dunia serta celaan manusia. Dia tahu
di mana dirinya berpijak, petunjuk apa yang diikutinya, penjaga-
an seperti apa yang mengelilinginya dan kemuliaan seperti apa
yang ditujunya. sebab itu, dia bisa berjalan terus dengan rasa
yakin dan damai yang besar (Yes. 32:17; 33:15-16). Sebagian
orang memahami bahwa berjalan dengan aman merupakan salah
satu karakter orang benar, sehingga ia berjalan dengan rasa pasti,
dan tidak berjalan ke sana kemari. Dia tidak akan berani melaku-
kan apa yang tidak diyakininya benar berdasarkan hati nuraninya
sendiri, namun dia akan memperhatikan agar jalannya bersih da-
lam segala hal.
2. Bahwa ketidakjujuran seseorang akan membuatnya merasa malu:
Siapa berliku-liku jalannya, yaitu dia yang berpaling ke jalan yang
bengkok, yang menyembunyikan maksudnya terhadap Allah dan
manusia, yang melihat ke satu jalan namun mengikuti yang lain,
meskipun untuk sementara waktu bisa menyamarkan dirinya,
dan meloloskan dirinya, pada akhirnya jati diri sebenarnya akan
terkuak. Meskipun jarang, kadang-kadang dia mengkhianati diri-
nya sendiri. Namun paling tidak, Allah akan menyingkapkan ke-
benarannya di hari yang besar itu. Siapa berliku-liku jalannya,
documento erit akan menjadi contoh, sebagai peringatan bagi
yang lain. Demikian menurut beberapa orang.
10 Siapa mengedipkan mata, menyebabkan kesusahan, siapa bodoh bicara-
nya, akan jatuh.
Di sini dikatakan bahwa kejahatan akan mengikuti,
1. Pendosa yang pandai, penuh rencana, dan pandai menyamarkan
diri: Siapa mengedipkan mata, seolah-olah tidak peduli dengan
engkau, padahal pada saat yang sama dia mencari kesempatan
untuk membalas kita dengan kejahatan, yang memberi tanda ke-
pada antek-anteknya kapan mereka harus masuk untuk mem-
bantunya melaksanakan niat jahatnya, yang dilakukan dengan
trik dan rancangan busuk, akan menyebabkan kesusahan baik
bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Kecerdikan bukan alasan
untuk melakukan kejahatan. Jadi, pendosa harus memilih untuk
bertobat atau melakukan kejahatan yang lebih besar, memilih
untuk menyesalinya atau binasa olehnya.
2. Pendosa yang sudah dikenal, tolol dan membongkar kejahatannya
sendiri: yaitu orang yang bodoh bicaranya, yang dosanya akan
dihakimi, akan jatuh, sebagaimana dikatakan sebelumnya (ay. 8).
Namun demikian dia tidak lebih berbahaya dibandingkan yang
satunya, dan meskipun dia menghancurkan dirinya sendiri, dia
tidak mendatangkan dukacita yang besar seperti yang diperbuat
oleh orang yang mengedipkan mata. Anjing yang menggigit tidak
selalu menggonggong.
11 Mulut orang benar yaitu sumber kehidupan, namun mulut orang fasik
menyembunyikan kelaliman.
Perhatikan di sini,
1. Betapa rajinnya orang yang baik melakukan kebaikan dengan
menyampaikan kebaikannya: Mulutnya, saluran keluar bagi isi
pikirannya, yaitu sumber kehidupan. Mulutnya merupakan sua-
tu mata air yang terus mengalir. Dari dalamnya mengalir perkata-
an yang baik untuk membangun orang lain, bagaikan aliran su-
ngai yang membasahi tanah dan menjadikannya subur. Mulutnya
mendatangkan penghiburan bagi mereka, bagaikan aliran sungai
yang memuaskan dahaga seorang pengembara yang letih. Mulut-
nya bagaikan sumber kehidupan, yang murni dan jernih, bukan
saja tidak beracun, melainkan juga tidak tercemari oleh perkataan
yang jahat.
2. Betapa rajinnya orang yang fasik berbuat buruk dengan menyem-
bunyikan kebusukannya: Mulut orang fasik menyembunyikan ke-
laliman, menyembunyikan rancangan kejahatan dengan menga-
ku-ngaku sebagai sahabat, supaya kejahatannya bisa dilaksana-
kan dengan lebih aman dan mendatangkan hasil lebih besar, se-
bagaimana Yoab mencium lalu membunuh, dan Yudas mencium
lalu mengkhianati. Inilah dosanya, yang mendatangkan hukuman
(ay. 6): Mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman. Apa yang
diperolehnya dengan kelaliman akan diambil darinya dengan kela-
liman pula (Ayb. 5:4-5).
12 Kebencian menimbulkan pertengkaran, namun kasih menutupi segala pe-
langgaran.
Di sini ada ,
1. Sang perusak yang luar biasa, yaitu kejahatan. Bahkan saat
tidak terjadi pertengkaran, kebencian mencari-cari kesempatan,
mengaduk-aduknya, lalu menimbulkannya dan melakukan peker-
jaan setan. Mereka yaitu orang-orang yang sangat jahat, yang
memperoleh kesenangan dengan mengadu domba sesama mereka
dengan cerita dongeng, dugaan tanpa dasar, dan fitnah. Mereka
mengembuskan percikan api percekcokan yang telah lama terpen-
dam sehingga berkobar, dan dengan kegirangan tiada tara, mere-
ka menghangatkan tangan di situ.
2. Sang pendamai yang luar biasa, yaitu kasih, yang menutupi segala
pelanggaran, yaitu, kejahatan di antara sesama yang mendatang-
kan pertengkaran. Kasih tidak mengumandangkan pelanggaran
dan membesar-besarkannya, namun justru menutupi dan mema-
damkannya sebisa mungkin. Kasih akan memaafkan pelanggaran
yang kita lakukan sebab kekeliruan dan kecerobohan. saat
kita bisa berkata bahwa kita tidak berniat buruk, namun itu meru-
pakan kesalahan yang disebabkan oleh ketidaktelitian, dan kita
sungguh-sungguh mengasihi teman kita, maka kasih akan menu-
tupinya. Kasih juga akan mengabaikan kejahatan yang ditujukan
kepada kita, dan dengan demikian menutupinya, dan mendatang-
kan sesuatu yang baik darinya. Dengan demikian pertengkaran
bisa dicegah, atau, seandainya pertengkaran telah dimulai, maka
kedamaian bisa dipulihkan dan dikembalikan dengan cepat. Ra-
sul Petrus mengutip hal ini (1Ptr. 4:8). Kasih menutupi banyak
sekali dosa.
13 Di bibir orang berpengertian ada hikmat, namun pentung tersedia bagi
punggung orang yang tidak berakal budi.
Perhatikan,
1. Hikmat dan kasih karunia merupakan kehormatan bagi orang
baik: Di bibir orang berpengertian, yaitu pengertian baik yang di-
miliki seseorang sehingga ia melakukan perintah, ada hik-
mat. Artinya, hikmat bisa ditemukan di dalamnya, sehingga de-
ngan begitu, di dalam dirinya dia menyimpan harta yang baik,
yang berasal dari hikmat. Dan dari situ bisa ditarik manfaat bagi
orang lain. Merupakan suatu kehormatan bagi seseorang jika dia
memiliki hikmat. Namun demikian, lebih besar lagi kehormatan-
nya itu jika dia menjadikan orang lain berhikmat.
2. Kebodohan dan dosa mempermalukan orang jahat: Pentung terse-
dia bagi punggung orang yang tidak berakal budi yaitu orang
yang ingin memiliki hati. Dia menyodorkan dirinya pada cambuk
hati nuraninya sendiri, pada pecut lidahnya, pada celaan hakim,
dan pada penghakiman Allah yang benar. Mereka yang dengan
bodoh dan sengaja terus berjalan di jalan-jalan yang jahat sedang
menyiapkan pentung bagi diri mereka sendiri, dan ini akan men-
jadi aib bagi mereka untuk selamanya.
14 Orang bijak menyimpan pengetahuan, namun mulut orang bodoh yaitu
kebinasaan yang mengancam.
Perhatikan:
1. Orang bijak itu berhikmat, sebab mereka menimbun pengetahu-
an yang berguna, yang akan memelihara mereka. sebab itu
hikmat ada di bibir mereka (ay. 13), sebab hikmat tersimpan
di dalam hati mereka. Hikmat keluar dari perbendaharaan di
mana mereka mengeluarkan harta yang baru dan lama, seperti
tuan rumah yang baik. Pengetahuan apa pun yang mungkin ber-
guna pada suatu waktu nanti harus kita simpan, sebab kita tidak
tahu kapan kita akan memerlukannya. Kita harus terus menyim-
pan pengetahuan selama kita hidup, dan memastikan bahwa kita
menyimpannya baik-baik, sehingga kita tidak perlu mencarinya
saat menginginkannya.
2. Kebodohan orang fasik yaitu bahwa mereka menyimpan kejahat-
an di dalam hati mereka, yang telah siap untuk dilontarkan di da-
lam segala perkataan mereka, dan menimbulkan kengerian serta
kehancuran baik bagi mereka maupun orang lain. Mereka mencin-
tai segala perkataan yang mengacaukan (Mzm. 52:6), dan ini yang
paling penting bagi mereka. Mulut mereka yaitu kebinasaan
yang mengancam, panah yang tajam berupa kata-kata yang pahit
selalu tersedia di tangan mereka untuk dilemparkan.
15 Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya, namun yang menjadi kebi-
nasaan bagi orang melarat ialah kemiskinan.
Ayat ini bisa dipahami dari dua sisi:
1. Sebagai alasan mengapa kita harus rajin bekerja, yaitu supaya
kita bisa menghindari ketidaknyamanan yang menenggelamkan
serta menyusahkan yang selalu menyertai kemiskinan. Dan de-
ngan begitu kita bisa menikmati keuntungan dan penghiburan
yang dimiliki oleh mereka yang pernah hidup di muka bumi sebe-
lum kita. Berjerih payah sungguh-sungguh merupakan cara un-
tuk memberi kenyamanan bagi kita serta keluarga kita. Atau,
lebih tepatnya,
2. Sebagai gambaran dari kesalahan yang umum dilakukan baik oleh
orang kaya maupun miskin mengenai keadaan jasmani mereka.
(1) Orang kaya mengira mereka berbahagia sebab kaya. Namun
itulah kesalahan mereka: Kota yang kuat bagi orang kaya,
menurut sangkaannya, ialah hartanya, padahal kekayaan ter-
lalu lemah dan sama sekali tidak cukup mampu melindungi
mereka dari buruknya kejahatan. Akan terbukti bahwa mereka
tidak seaman yang mereka sangka. Bahkan, kekayaan mereka
justru malah akan menonjolkan keberadaan mereka.
(2) Orang melarat menyangka mereka binasa sebab mereka mis-
kin. Namun, itulah kesalahan mereka: yang menjadi kebina-
saan bagi orang melarat ialah kemiskinan. Kemiskinan me-
nenggelamkan semangat mereka, dan menghancurkan peng-
hiburan mereka. Padahal bisa saja seseorang hidup dengan
sangat nyaman meskipun hanya memiliki sedikit, yaitu apa-
bila dia merasa cukup dengan yang sedikit itu dan terus men-
jaga akal sehatnya, serta hidup oleh iman.
16 Upah pekerjaan orang benar membawa kepada kehidupan, penghasilan
orang fasik membawa kepada dosa.
Di sini Salomo meneguhkan apa yang dikatakan oleh ayahnya (Mzm.
37:16), Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang ber-
limpah-limpah pada orang fasik.
1. Mungkin orang benar tidak memperoleh lebih dari apa yang di-
usahakannya dengan susah payah. Dia hanya makan hasil peker-
jaan tangannya, namun pekerjaan itu membawa kepada kehidupan.
Dia tidak menginginkan apa pun selain penghidupan yang jujur,
tidak ingin menjadi kaya dan besar, namun sekadar hidup dan
menafkahi keluarganya. Tidak juga berarti bahwa pekerjaannya
cenderung hanya mencukupi kehidupannya sendiri, namun dia
akan memampukan dirinya untuk melakukan yang baik bagi
orang lain. Dia bekerja supaya dia dapat membagikan sesuatu (Ef.
4:28). Semua yang diperbuatnya mendatangkan sesuatu yang
baik. Atau ini bisa berarti pekerjaan rohaninya. Dia berjerih payah
di dalam pekerjaan yang membawa kepada kehidupan kekal. Dia
menabur dalam Roh, supaya dia bisa menuai hidup yang kekal.
2. Mungkin kekayaan orang fasik tidak berasal dari apa yang di-
kerjakannya, melainkan datang dengan mudah, namun condong
kepada dosa. Dia memakai kekayaan itu untuk memuaskan dan
membangkitkan nafsu, kesombongan, dan kemewahannya. Keka-
yaan itu akan melukainya dan keadaannya tidak menjadi baik.
Dia menderita dan menjadi keras olehnya di dalam jalan-jalannya
yang jahat. Segala sesuatu di dunia ini bisa menjadi baik atau
jahat, mendatangkan kehidupan atau kematian, tergantung ba-
gaimana mereka digunakan, dan bagaimana mereka yang memi-
likinya.
17 Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, namun siapa meng-
abaikan teguran, tersesat.
Perhatikan di sini:
1. Bahwa orang yang benar tidak hanya menerima pengajaran, namun
juga menyimpannya. Mereka tidak membiarkannya terlepas be-
gitu saja sebab ceroboh, seperti yang dilakukan oleh kebanyakan
orang. Mereka tidak membiarkannya jatuh ke tangan orang-orang
yang akan merampasnya. Mereka mengindahkan didikan baik-
baik, menjaganya agar tetap murni dan utuh, untuk mereka gu-
nakan sendiri, supaya dengan itu mereka bisa menguasai diri me-
reka sendiri, menyimpannya demi kepentingan orang lain, supaya
bisa mengajar orang-orang tersebut. Barangsiapa berbuat demi-
kian akan menuju jalan kehidupan, yaitu jalan yang disertai peng-
hiburan sejati dan menuju kehidupan kekal.
2. Bahwa orang yang salah bukan hanya tidak menerima pengajar-
an, melainkan juga berketetapan serta berkehendak untuk meno-
laknya saat pengajaran itu ditawarkan kepada mereka. Mereka
tidak mau diajar tentang kewajiban mereka sebab pengajaran itu
menyingkapkan kesalahan mereka. Mereka sangat membenci
pengajaran yang mengandung teguran, dan jelas mereka keliru.
Ini merupakan tanda bahwa penilaian mereka keliru, dan mereka
memiliki pemahaman yang keliru tentang apa yang baik dan apa
yang jahat. Itu sebabnya perilaku mereka juga sesat. Seorang
pengembara yang tersesat, yang tidak mau diberi tahu akan keke-
liruannya serta ditunjukkan jalan yang benar, pasti akan tetap
tersesat, dan terus-menerus tersesat. Jelas dia telah kehilangan
jalan kehidupan.
Penggunaan yang Benar terhadap Lidah,
18 Siapa menyembunyikan kebencian, dusta bibirnya; siapa mengumpat
yaitu orang bebal. (KJV: Siapa menyembunyikan kebencian dengan bibir
yang berdusta, dan siapa memfitnah, yaitu orang bebal pen.)
Perhatikan di sini bahwa kejahatan merupakan perbuatan bodoh dan
fasik.
1. Memang demikian, saat kejahatan ditutupi oleh kata-kata ma-
nis dan penyamaran: Siapa yang menyembunyikan kebencian de-
ngan bibir yang berdusta, meskipun menganggap dirinya sendiri
cerdik, yaitu orang bebal. Sebab, jika sampai tersingkap keben-
ciannya itu, maka dia akan menderita malu di depan orang lain
dan kehilangan kesempatan untuk memuaskan kejahatannya.
Bibir yang berdusta sendiri saja sudah buruk, apa lagi jika dipakai
sebagai selubung kejahatan, ada bahaya khusus di dalamnya. Na-
mun bodohlah orang yang menyangka bisa menyembunyikan apa
pun dari Allah.
2. Bukan berarti lebih baik kejahatan dinyatakan melalui perkataan
yang licik dan penuh muslihat: siapa memfitnah yaitu orang
bebal juga, sebab cepat atau lambat Allah akan memunculkan
kebenaran itu seperti terang yang hendak ditutupinya, dan Allah
juga akan menemukan cara untuk menyingkirkan fitnah itu.
19 Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, namun siapa yang menahan
bibirnya, berakal budi.
Di sini kita dinasihati sehubungan dengan penguasaan lidah, yang
wajib dimiliki orang Kristen.
1. yaitu baik jika kita sedikit berkata-kata, sebab di dalam
banyak bicara pasti ada pelanggaran, atau dosa tidak akan ber-
henti. Biasanya, barangsiapa banyak bicara, banyak melantur.
Dan di antara banyaknya kata-kata, mau tidak mau pasti ada
perkataan yang sia-sia, yang harus segera mereka pertanggung-
jawabkan. Siapa yang senang mendengar diri mereka sendiri
berbicara tidak memikirkan apa yang harus mereka lakukan se-
bagai tanda pertobatan. sebab hanya akan ada sedikit pertobat-
an, dan cepat atau lambat akan demikian, di mana ada pelanggar-
an terjadi.
2. sebab itu, yaitu baik jika kita menutup mulut seperti dengan
kekang: Siapa menahan bibirnya, yang sering memeriksa dirinya
sendiri, menekan apa yang dipikirkannya dan menahannya su-
paya tidak diketahui, dialah orang yang berakal budi. Itu merupa-
kan bukti akan hikmatnya, dan di situ dia mendapatkan keda-
maian. Perkataan yang sedikit cepat dilupakan (Am. 5:13; Yak.
1:19).
20 Lidah orang benar seperti perak pilihan, namun pikiran orang fasik sedikit
nilainya. 21 Bibir orang benar menggembalakan banyak orang, namun orang
bodoh mati sebab kurang akal budi.
Di sini kita diajar bagaimana cara menghargai orang. Bukan sebab
kekayaan serta kedudukan mereka di dunia, melainkan sebab per-
buatan baik mereka.
I. Orang-orang yang baik yaitu orang-orang yang berguna. Meski-
pun di dunia ini mereka miskin dan hina dan tidak memiliki kekua-
saan dan kekayaan yang bisa dipakai untuk melakukan kebaikan,
namun demikian, selama mereka mempunyai mulut untuk ber-
bicara, maka mereka yaitu orang yang bernilai dan berguna. Oleh
sebab itu, kita harus menghargai orang-orang yang takut akan
Allah, sebab dari perbendaharaan mereka yang baik mereka me-
ngeluarkan hal-hal yang baik.
1. Mulut mereka menjadikan mereka bernilai: Lidah orang benar
seperti perak pilihan. Mereka yaitu orang yang tulus, bebas
dari noda kesalahan dan rancangan yang jahat. Firman Allah
diumpamakan sebagai perak yang dimurnikan (Mzm. 12:7),
sebab firman Allah bisa diandalkan, demikian pula perkataan
orang benar. Perkataan mereka memiliki bobot dan nilai, dan
akan memperkaya mereka yang mendengarnya dengan meng-
gunakan hikmat, dan perkataan itu lebih baik dibandingkan perak
pilihan.
2. Mulut mereka membuat mereka berguna: Bibir orang benar
menggembalakan banyak orang (KJV: memberi makan banyak
orang pen.), sebab mereka penuh dengan firman Allah, yang
merupakan roti hidup, dan pengajaran sehat yang memba-
ngun jiwa. Perkataan yang saleh yaitu makanan rohani bagi
orang yang membutuhkan dan yang lapar.
II. Orang-orang yang jahat yaitu orang-orang yang tidak berguna.
1. Orang tidak bisa memperoleh apa-apa yang baik dari mereka:
pikiran orang fasik sedikit nilainya, oleh sebab itu apa yang
tercurah keluar dari pikirannya tidak banyak berharga. Prinsip
yang dianutnya, gagasannya, pemikirannya, rencana-rencana-
nya, dan segala sesuatu yang ada padanya serta memenga-
ruhinya, bersifat duniawi dan penuh kedagingan. sebab nya,
semua itu tidak ada nilainya. Siapa yang berasal dari bumi,
berkata-kata dalam bahasa bumi, ia tidak memahami ataupun
menikmati hal-hal yang berasal dari Allah (Yoh. 3:31; 1Kor.
2:14). Meskipun orang fasik tidak memahami hal-hal rohani
sebagaimana orang benar, ia berpura-pura demikian, dan
bersyukur kepada Allah bahwa hatinya baik. Namun, Dia yang
menyelidiki hati berkata sebaliknya: Hatinya tidak bernilai.
2. Orang tidak bisa berbuat baik terhadap mereka. Sementara
banyak orang diberi makan oleh bibir orang benar, orang bodoh
mati sebab kurang akal budi. Dan mereka memang bodoh, ka-
rena mati kekurangan sesuatu yang sebenarnya bisa mereka
peroleh dengan mudah. Orang bodoh mati sebab kekurangan
hati (demikianlah arti kata itu). Mereka binasa sebab keku-
rangan pertimbangan dan jawaban. Mereka tidak memiliki hati
untuk melakukan apa yang baik bagi diri mereka sendiri. Se-
mentara orang benar memberi makan orang lain, orang bodoh
kelaparan sendiri.
Kebanyakan orang menaruh hatinya sedemikian rupa pada kekayaan
dunia. Namun, biasanya mereka keliru, baik di dalam hal yang mere-
ka inginkan maupun di dalam cara mereka mengharapkannya. Kare-
na itu, di sini kita diberi tahu,
1. Bahwa kekayaan yang sungguh-sungguh pantas dicari yaitu bu-
kan sekadar memiliki harta yang berlimpah, melainkan memiliki-
nya tanpa disertai kesusahan, tanpa disertai rasa gelisah untuk
mencari dan menyimpannya, tanpa disertai rasa cemas saat me-
nikmatinya, tanpa disertai kesedihan yang menyiksa saat kehi-
langan kekayaan itu, tanpa disertai perasaan bersalah gara-gara
menyalahgunakannya. Dengan kata lain, untuk memilikinya se-
kaligus memiliki hati untuk menikmatinya, berbuat baik melalui-
nya serta melayani Allah dengan sukacita dan hati gembira saat
menggunakannya.
2. Dari mana asal kekayaan yang pantas dicari ini semestinya diha-
rapkan, yaitu bukan dengan bekerja bagaikan sapi perah di dunia
(Mzm. 127:2), melainkan melalui berkat Tuhan. Berkat Tuhanlah
yang menjadikan kaya dan tidak menambahi dengan kesusahan.
Apa yang berasal dari kasih Allah disertai dengan karunia Allah,
untuk menjaga jiwa dari nafsu yang bergejolak. Kalau tidak demi-
kian, maka kekayaan itu biasanya mendorong orang untuk me-
lampiaskan nafsunya. Pemazmur telah mengatakan (ay. 4), Ta-
ngan orang rajin menjadikan kaya, sebagai suatu cara, namun di
sini dia mengatakan bahwa kekayaan yaitu berkat Tuhan. Na-
mun demikian, berkat ada pada tangan orang rajin. Ini juga ber-
laku dalam hal kekayaan rohani. Kita harus rajin agar bisa mem-
perolehnya, namun segala kemuliaan dari apa yang telah dicapai
harus diakui sebagai berkat dan anugerah Allah (Ul. 8:17-18).
Di sini diceritakan,
1. Dosa begitu penuh dengan pelanggaran: Berlaku cemar yaitu
sama seperti tertawa bagi orang bebal. Tindakan tersebut sama
wajar dan sama menyenangkannya seperti halnya tertawa bagi
orang lain. Kejahatan yaitu Ishaknya (demikianlah arti kata itu
di sini). Kejahatan yaitu kesukaannya, kekasihnya, dan di da-
lamnya dia mencari kesenangan. Dia membuat dosa menjadi
bahan tertawaan. saat diperingatkan agar tidak berbuat dosa,
mengingat hukum Allah serta bagaimana murka-Nya terhadap
dosa, dia malah mencemooh nasihat itu, dan menertawakan tom-
bak yang sudah teracung. sesudah berbuat dosa, bukannya ber-
duka, dia justru membual akan hal itu, mencemooh teguran, dan
menertawakan dakwaan hati nuraninya sendiri (14:9).
2. Hikmat sungguh bijaksana, sebab di dalamnya ada bukti
akan keunggulannya. Kebijaksanaannya diungkapkan dalam diri-
nya sendiri, dan pujian ini sudah cukup tinggi. saat memuji
orang yang pandai, kita tidak perlu berkata-kata lebih banyak
dibandingkan , Dia yaitu orang pandai. Dia memiliki hikmat. Dia begi-
tu bijak sehingga tidak melakukan muslihat, atau jika dia, sebab
alpa, tidak sengaja melakukan kesalahan terhadap orang lain,
maka dia cukup bijak sehingga tidak menjadikan masalah itu se-
bagai bahan olok-olok. Atau, untuk menyatakan bahwa hikmat
memang sungguh-sungguh bijak, mari kita baca ayat ini demi-
kian: Sebagaimana melakukan kecemaran merupakan suatu kege-
maran bagi orang bodoh, demikian juga memiliki hikmat dan me-
nunjukkannya merupakan suatu kegemaran bagi orang pandai.
Sebagaimana orang fasik bisa berpura-pura mendapatkan kese-
nangan di dalam kebebasannya serta kenikmatan dosa, demikian
pula orang baik mendapatkan kesenangan di masa sekarang, se-
lain kesenangan di masa akan datang, di dalam segala pembatas-
an dan kegiatan-kegiatan ibadah agama, malahan, kesenangan
orang baik itu lebih banyak dan lebih baik.
Di sini dikatakan, dan sekali lagi dikatakan, kepada orang benar
bahwa mereka akan berbahagia, dan kepada orang jahat, bahwa
celakalah mereka. Dan hal ini diperhadapkan satu sama lain, agar
dapat diperbandingkan.
I. Akan terjadi kepada orang fasik seburuk apa yang bisa mereka
takutkan, dan kepada orang benar akan terjadi sebaik apa yang
mampu mereka harapkan.
1. Memang benar bahwa terkadang orang fasik merasakan dirinya
melambung tinggi di dalam kejahatan mereka dengan peng-
harapan sia-sia yang akan menyesatkan mereka. Namun di lain
waktu, tidak ada lain yang mereka rasakan selain dihantui oleh
rasa gentar, dan kegentaran itu akan menimpa mereka. saat
mereka sedang merasa sedemikian tertekan, Allah yang mere-
ka bangkitkan kemarahan-Nya itu akan menjadi sama mena-
kutkannya dengan anggapan mereka tentang Dia. Sebesar
kegentaran mereka, demikianlah besarnya amarah-Mu (Mzm.
90:11, KJV). Orang fasik gentar terhadap hukuman dosa, namun
mereka tidak memiliki hikmat untuk memanfaatkan rasa
gentar itu dengan mencari cara untuk meloloskan diri. sebab
itu, apa yang mereka takutkan akan menimpa mereka, dan
kengerian mereka saat ini sungguh akan menjadi siksaan
mereka di masa mendatang.
2. Memang benar bahwa terkadang orang benar merasa takut,
namun keinginan mereka yaitu supaya mereka berkenan
kepada Allah dan berbahagia di dalam Dia. Oleh sebab itu
keinginan mereka akan diluluskan. Menurut iman merekalah,
bukan menurut ketakutan mereka, keinginan itu akan diberi-
kan kepada mereka (Mzm. 37:4).
II. Kesejahteraan orang fasik akan cepat berlalu, namun kebahagiaan
orang benar tidak akan berakhir (ay. 25). Orang fasik membuat
keributan, menyibukkan diri mereka sendiri dan orang lain,
seperti taufan yang mengancam untuk merobohkan apa saja yang
ada di hadapannya. Namun seperti taufan melanda, mereka pun
segera pergi, dan berlalu tanpa pernah kembali lagi, lenyaplah
mereka. Segala sesuatu di sekitar mereka menjadi sunyi dan gem-
bira saat badai telah berakhir (Mzm. 37:10, 36; Ayb. 20:5). Se-
baliknya, orang benar tidak menonjolkan diri. Mereka bersem-
bunyi, seperti alas, yang terletak di bawah dan tidak tampak. Na-
mun, keputusan mereka teguh untuk berpegang pada Allah. Me-
reka kokoh dalam kebajikan, dan akan menjadi alas yang abadi,
sama sekali tidak tergoyahkan. Barangsiapa kudus akan tetap
kudus dan tetap gembira. Pengharapannya dibangun di atas ka-
rang, sehingga tidak terguncangkan oleh badai (Mat. 7:24). Orang
benar yaitu sokoguru dunia (demikianlah menurut beberapa
orang). Dunia berdiri sebab mereka. Dari tunggul itulah akan
keluar tunas yang kudus.
Kebahagiaan Orang Benar,
26 Seperti cuka bagi gigi dan asap bagi mata, demikian si pemalas bagi orang
yang menyuruhnya.
Perhatikan:
1. Barangsiapa malas, yang mencintai kenyamanan mereka dan
tidak bisa mengarahkan pikiran mereka untuk melakukan peker-
jaan apa pun, tidak layak dipekerjakan, apalagi diutus untuk
menyampaikan pesan, sebab mereka tidak akan menyampaikan
pesan itu dengan segala kepedulian ataupun bergegas kembali.
sebab itu, orang-orang yang demikian sangat tidak pantas men-
jadi hamba, pembawa pesan Kristus. Dia tidak akan mengutus
para pemalas ke ladang tuaian-Nya.
2. Barangsiapa memercayakan suatu urusan kepada orang-orang
yang demikian, ia akan diliputi dengan rasa bersalah yang men-
dalam sebab kelalaian ini. Ia akan jengkel dan putus asa bila
menaruh kepercayaan kepada orang-orang seperti itu. Bagi tuan-
nya, seorang hamba yang malas amat sangat tidak menyenangkan
dan mendatangkan masalah, seperti cuka bagi gigi dan asap bagi
mata. Ia membangkitkan murka tuannya, bagaikan cuka mem-
buat gigi ngilu, dan menyebabkan tuannya sedih melihat usaha-
nya terabaikan dan habis, bagaikan asap membuat mata mena-
ngis.
27 Takut akan TUHAN memperpanjang umur, namun tahun-tahun orang fasik
diperpendek. 28 Harapan orang benar akan menjadi sukacita, namun harapan
orang fasik menjadi sia-sia.
Perhatikan:
1. Ibadah agama memperpanjang umur orang dan memahkotai peng-
harapan mereka. Siapakah orang yang menyukai hidup? Biarlah
dia takut kepada Allah, dan hal itu akan mengamankan dia dari
banyak hal yang akan membahayakan hidupnya, dan mem-
berinya umur yang cukup di dunia ini serta hidup kekal di dunia
yang lain. Takut akan Allah akan menambahkan hari-hari lebih
dari yang diharapkan, dan akan menambahkan hari-hari itu
tanpa akhir, serta memperpanjang umur sampai pada kekekalan.
Siapakah dia yang akan melihat hari-hari yang baik? Biarlah dia
menjadi saleh, supaya hari-harinya tidak saja akan menjadi
banyak, namun juga bahagia, sangat bahagia, serta sangat banyak,
sebab harapan orang benar akan menjadi sukacita. Mereka akan
memiliki apa yang mereka harapkan, yang membuat mereka tak
terkatakan puasnya. Mereka menaruh harapan mereka pada se-
suatu yang ada di masa depan dan tidak tampak (Rm. 8:24-
25), bukan pada apa yang mereka miliki saat ini, melainkan pada
apa yang mereka harapkan. Dan pengharapan mereka akan se-
gera menampakkan buahnya, dan itulah yang akan menjadi suka-
cita kekal mereka. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan
tuanmu.
2. Kejahatan memperpendek usia orang, dan menghancurkan peng-
harapan mereka: Tahun-tahun orang fasik, yang dihabiskan untuk
menikmati dosa dan perkara dunia, akan diperpendek. Tebanglah
pohon yang hidup di tanah dengan percuma. Selain itu, bagai-
manapun orang fasik menjanjikan kenikmatan atau kebahagiaan
terhadap dirinya sendiri, baik di dunia ini maupun di dunia yang
lain, dia akan kecewa. sebab keinginan orang fasik akan lenyap.
Pengharapannya akan berganti menjadi keputusasaan yang tidak
ada habisnya.
29 Jalan TUHAN yaitu perlindungan bagi orang yang tulus, namun kebina-
saan bagi orang yang berbuat jahat. 30 Orang benar tidak terombang-ambing
untuk selama-lamanya, namun orang fasik tidak akan mendiami negeri.
Kedua ayat ini memiliki tujuan yang sama dengan kedua ayat sebe-
lumnya, yaitu menunjukkan kebahagiaan orang saleh dan keseng-
saraan orang fasik. Hal ini perlu dicamkan kepada kita, sebab kita
begitu enggan memercayai serta merenungkannya.
1. Kekuatan dan keteguhan mengikuti kesetiaan: Jalan Tuhan (pe-
meliharaan Tuhan, atau jalan yang dilalui-Nya untuk mengham-
piri kita) yaitu kekuatan bagi orang benar, jalan-Nya meneguh-
kan orang itu bahwa dia memang benar. Segala yang diperbuat
Allah dengan orang ini, baik dalam suka maupun duka, turut
memberinya semangat untuk mengerjakan tugasnya dan menghi-
dupkan dia untuk melawan rasa tawar hatinya. Atau jalan Tuhan
(jalan kesalehan, yaitu yang di dalamnya Dia menyuruh kita ber-
jalan) yaitu kekuatan bagi orang benar. Semakin kita mendekati
jalan itu, hati kita menjadi semakin lapang agar mampu melalui-
nya. Dengan demikian, semakin cocok pula kita baik untuk mela-
yani maupun menderita. Nurani yang baik, yang dijaga agar tetap
murni dari dosa, memberi orang keberanian dalam situasi yang
penuh bahaya. Sedangkan kerajinan senantiasa dalam menger-
jakan tugas membuat pekerjaan seseorang tetap ringan di dalam
saat-saat yang sibuk. Semakin banyak kita bekerja bagi Allah,
semakin mampu pula kita mengerjakannya (Ayb. 17:9). Sukacita
Allah, yang hanya bisa dijumpai di jalan Allah, yaitu perlindung-
an kita (KJV: kekuatan kita pen.) (Neh. 8:11). Oleh sebab itu
orang benar tidak akan terombang-ambing. Barangsiapa memiliki
kebaikan yang teguh, ia memiliki kedamaian dan kebahagiaan
yang teguh pula, yang tidak bisa dirampas dari mereka. Mereka
memiliki alas yang abadi (ay. 25).
2. Kehancuran dan kebinasaan merupakan akibat pasti dari keja-
hatan. Tidak saja orang fasik tidak mewarisi bumi, meskipun
mereka menimbun harta mereka di dalamnya, namun mereka juga
tidak akan mendiami bumi. Penghakiman Allah akan mencabut
mereka keluar. Kebinasaan, yang pasti dan berlangsung dengan
cepat, tersedia bagi orang yang berbuat jahat. Kebinasaan itu dise-
babkan oleh hadirat Allah dan kemuliaan kuasa-Nya. Bukan itu
saja, jalan Allah, yang menjadi kekuatan orang benar, akan meng-
hanguskan dan menjadi kengerian bagi orang yang berbuat jahat.
Injil yang sama, yang bagi seseorang menjadi bau kehidupan yang
menghidupkan, bagi yang lain yaitu bau kematian yang memati-
kan. Pemeliharaan yang sama, seperti halnya matahari yang
sama, melembutkan yang satu dan mengeraskan yang lain (Hos.
14:10).
31 Mulut orang benar mengeluarkan hikmat, namun lidah bercabang akan di-
kerat. 32 Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, namun mulut
orang fasik hanya tahu tipu muslihat.
Seperti pada ayat sebelumnya, di sini dikatakan bahwa manusia di-
hakimi, lalu dibenarkan atau dihukum, tergantung pada perkataan
mereka (Mat. 12:37).
1. Perkataan yang diucapkan dengan bijak dan baik oleh seseorang
merupakan bukti sekaligus pujian terhadap hikmat dan kebaikan
yang dimilikinya. saat berbicara, orang yang baik mengeluarkan
hikmat bagi keuntungan orang lain. Allah memberinya hikmat se-
bagai upah akan kebenarannya (Pkh. 2:26), dan sebagai rasa te-
rima kasihnya atas pemberian itu dan juga sebagai balasan
kepada Sang Pemberi, dia melakukan kebaikan dengan hikmat
itu. Dan dengan perkataannya yang bijak dan saleh, dia memba-
ngun banyak orang. Dia tahu akan hal yang menyenangkan, per-
kataan apa yang akan menyenangkan hati Tuhan ( sebab itu dia
berusaha untuk lebih dari sekadar melakukan kewajibannya). Dia
juga tahu apa yang akan bisa diterima dengan baik oleh pem-
bicara ataupun pendengar. Apa yang cocok baginya dan meng-
untungkan pendengarnya, itulah yang akan dikatakannya.
2. Dosalah yang diperkatakan dengan fasik oleh orang fasik, dan
dosanya akan menghancurkan dirinya. Mulut orang jahat hanya
tahu tipu muslihat, yaitu apa yang tidak menyenangkan hati
Tuhan dan membangkitkan amarah orang yang bercakap-cakap
dengan dia. Apa akibatnya? Lidah yang bercabang akan dikerat,
seperti halnya lidah yang manis (Mzm. 12:4).
Peribahasa-peribahasa Penting, 11:1-2
(11:1)
1 Neraca serong yaitu kekejian bagi TUHAN, namun Ia berkenan akan batu
timbangan yang tepat.
Sebagaimana ibadah agama kepada Allah yaitu bagian dari kebe-
naran universal (berlaku atas semua orang di segala tempat dan za-
man), sehingga orang yang tidak taat beribadah bukanlah orang yang
jujur, demikian pula melakukan kebenaran kepada manusia yaitu
bagian dari ibadah agama yang sejati, sebab orang yang tidak jujur
bukanlah orang yang saleh, dan janganlah dia berharap kebaktian-
nya diterima oleh Allah. sebab ,
1. Tidak ada yang lebih menghina Allah dibandingkan berlaku curang
dalam perdagangan. Yang dimaksud dengan neraca serong di sini
yaitu segala macam perbuatan yang tidak adil dan curang dalam
berurusan dengan siapa pun. Semua perbuatan itu merupakan
kekejian bagi TUHAN, dan orang-orang yang menggunakan tipu
daya yang terkutuk semacam itu untuk maju yaitu keji bagi-
Nya. Perbuatan demikian yaitu penghinaan terhadap keadilan,
yang pendukungnya yaitu Allah. Perbuatan tersebut juga meru-
pakan tindak kejahatan terhadap sesama kita, yang pelindungnya
yaitu Allah. Manusia menganggap sepele penipuan seperti itu,
dan berpikir bukanlah dosa kalau mendapatkan uang dengan
cara itu. Perbuatan itu tidak diketahui orang lain, sehingga mere-
ka tidak merasa bersalah. Noda bukanlah noda kalau belum dite-
mukan (Hos. 12:8-9). namun kecurangan yang tidak ketahuan
tidak kurang keji bagi Allah, yang akan menuntut balas orang-
orang yang menipu saudaranya.
2. Tidak ada yang lebih menyenangkan hati Allah dibandingkan cara ber-
bisnis yang adil dan jujur, dan tidak ada yang lebih penting dari-
pada itu yang dapat membuat kita dan kebaktian-kebaktian kita
diterima oleh-Nya: Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat.
Allah sendiri bertindak dengan batu timbangan yang tepat, dan
memegang timbangan penghakiman dengan tangan yang lurus,
dan sebab itu senang dengan orang-orang yang meneladani Dia
dalam hal ini. sebab itu, menggunakan neraca secara tidak jujur
sambil berpura-pura melakukan yang benar setepat mungkin
merupakan kekejian yang besar bagi Allah.
2 Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, namun hikmat ada pada orang
yang rendah hati.
Perhatikanlah:
1. Bagaimana orang yang meninggikan diri di sini direndahkan, dan
penghinaan diberikan kepadanya. Jikalau keangkuhan tiba, tiba
juga cemooh. Keangkuhan yaitu dosa yang sudah sepantasnya
membuat manusia merasa malu. Suatu hal yang memalukan jika
seorang manusia angkuh, padahal dia berasal dari tanah, hidup
berdasarkan sedekah orang, bergantung pada Allah, dan telah
kehilangan semua yang dia miliki. Ini yaitu dosa yang membuat
orang lain berteriak dengan rasa malu dan memandang dengan
hina. Orang yang sombong membuat dirinya sendiri rendah. Ini
yaitu dosa yang sering membuat Allah merendahkan manusia,
seperti yang Dia lakukan terhadap Raja Nebukadnezar dan Hero-
des, saat aib mengikuti kejayaan mereka yang sia-sia. Allah me-
nentang orang yang congkak, melawan mereka, dan menghadang
mereka, dalam segala hal yang mereka bangga-banggakan (Yes.
2:11, dst.).
2. Bagaimana orang yang merendahkan dirinya di sini ditinggikan,
dan pujian diberikan kepadanya sebab perilakunya itu. Sebagai-
mana kebodohan ada pada orang yang angkuh, dan dia akan
mendapat malu, demikian pula hikmat ada pada orang yang ren-
dah hati, dan dia akan mendapat kehormatan. Hikmat manusia
mendatangkan penghargaan baginya dan membuat wajahnya ber-
cahaya di hadapan manusia. Jika ada yang begitu hina sehingga
menginjak-injak orang yang rendah hati, Allah akan memberi
orang yang rendah hati itu anugerah yang akan menjadi kemulia-
an mereka. Kalau kita mempertimbangkan betapa aman, tenang,
dan tenteramnya orang-orang yang memiliki jiwa yang rendah
hati, persekutuan seperti apa yang mereka miliki dengan Allah
dan penghiburan yang ada dalam diri mereka sendiri, kita akan
mengatakan, hikmat ada pada orang yang rendah hati.
Keuntungan-keuntungan Orang Benar, 11:3-8
(11:3)
3 Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, namun pengkhianat dirusak
oleh kecurangannya.
Allah berjanji akan menuntun orang jujur, dan mengancam akan
menghancurkan para pengkhianat, namun bukan itu saja. Supaya kita
bisa benar-benar lebih yakin akan kedua hal ini, di sini digambarkan
seolah-olah sifat alami yang ada dalam kedua hal tersebutlah yang
dengan sendirinya mendatangkan akibat itu.
1. Ketulusan orang jujur itu sendiri yang akan menuntunnya dalam
melakukan kewajibannya dan mengerjakan keselamatannya. Pe-
gangan-pegangan hidupnya tetap, peraturannya pasti, dan oleh
sebab itu jalannya rata. Ketulusannya membuat dia kokoh, dan
dia tidak perlu putar haluan setiap kali arah angin berubah, ka-
rena dia tidak memiliki tujuan lain selain menjaga hati nuraninya
tetap bersih. Ketulusan dan kejujuran akan mengawal manusia
(Mzm. 25:21).
2. Kejahatan orang jahat sendiri yang akan menghancurkannya.
Sebagaimana kejujuran orang baik akan menjadi perlindungan-
nya, walaupun dia selalu terancam bahaya, demikian pula kese-
satan orang-orang berdosa akan menghancurkan mereka, walau-
pun mereka pikir sangat terlindung. Mereka akan jatuh ke dalam
lubang yang mereka gali sendiri (5:22).
(11:4)
4 Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, namun kebenaran melepaskan
orang dari maut.
Perhatikanlah:
1. Hari kematian akan menjadi hari kemurkaan. Hari itu membawa
berita akan kemurkaan Allah. Oleh sebab itu sesudah Musa mere-
nungkan kefanaan manusia, dia kemudian mengambil kesem-
patan untuk mengagumi kekuatan murka Allah (Mzm. 90:11). Itu
yaitu utang dosa, bukan kepada alam, melainkan kepada keadil-
an Allah. Penghakiman sesudah kematian, itulah hari kemurkaan
(Why. 6:17).
2. Kekayaan tidak akan berguna bagi manusia di hari itu. Itu tidak
akan menangkis pukulannya atau meringankan rasa sakitnya,
apalagi menyingkirkan sengatannya. Jadi apa keuntungannya
benda-benda yang diberikan oleh dunia ini? Pada hari pengha-
kiman umum itu, kekayaan lebih sering mengungkap kejahatan
mereka dibandingkan melindungi mereka (Yeh. 7:19).
3. Hanya kebenaran yang dapat melepaskan orang dari kejahatan
maut. Hati nurani yang bersih akan membuat kematian terasa
nyaman, dan menyingkirkan kengeriannya. Hanya orang benar
yang memiliki hak istimewa untuk tidak disakiti oleh kematian
kedua, dan juga tidak begitu menderita sebab kematian pertama.
(11:5-6)
5 Jalan orang saleh diratakan oleh kebenarannya, na