air yang di bawah langit dengan meneguh-
kan mata air samudera raya, yang meluapkan air-air itu (ay.
28), dan dengan menjaga batas-batas laut, yang merupakan
wadah bagi air-air itu (ay. 29). Hal ini berbicara banyak tentang
kehormatan dari Hikmat yang kekal ini, sebab melalui contoh
ini Allah membuktikan diri-Nya sebagai Allah yang harus amat
sangat ditakuti (Yer. 5:22), bahwa Ia membuat pantai pasir
sebagai perbatasan bagi laut, agar tanah kering dapat terus
muncul di atas air, dan cocok untuk didiami manusia. Dengan
demikian Ia menetapkan dasar bumi. Betapa mampu dan be-
tapa pantasnya Anak Allah menjadi Juruselamat dunia, sebab
Dialah Penciptanya!
IV. Kepuasan tak terhingga yang dirasakan Bapa di dalam Dia, dan
Dia di dalam Bapa (ay. 30): Aku ada serta-Nya sebagai anak kesa-
yangan. Sama seperti melalui kelahiran kekal Dia dilahirkan dari
Bapa, demikian pula melalui kebijaksanaan kekal Dia ada serta-
Nya. Ini menunjukkan, bukan hanya kasih tak terhingga dari
Bapa kepada Anak, yang sebab itu disebut Anak-Nya yang keka-
sih (Kol. 1:13), melainkan juga kesadaran dan pengertian timbal
balik di antara mereka mengenai karya penebusan manusia, yang
harus dikerjakan oleh Sang Anak, dan yang tentangnya permu-
fakatan tentang damai ada di antara mereka berdua (Za. 6:13). Dia
yaitu alumnus patris murid Bapa, kalau boleh saya mengata-
kannya, yang dididik sejak dari kekekalan untuk melakukan
pelayanan itu, yang pada waktunya, pada kegenapan waktu, ha-
rus dilalui-Nya, dan dalam hal itu Ia dilindungi dan dibimbing
secara khusus oleh Bapa. Dialah hamba-Ku yang Kupegang (Yes.
42:1). Ia melakukan apa yang dilihat-Nya dilakukan Bapa (Yoh.
5:19), menyenangkan Bapa-Nya, mencari kemuliaan-Nya, berbuat
sesuai dengan perintah yang diterima-Nya dari Bapa-Nya, dan
semua ini dilakukan-Nya sebagai anak kesayangan-Nya. Setiap
hari Dia menjadi kesenangan Bapa (orang pilihan-Ku, yang kepa-
Kitab Amsal 8:22-31
165
da-Nya Aku berkenan, kata Allah, Yes. 42:1), dan Dia juga senan-
tiasa bermain-main di hadapan-Nya. Ini dapat dipahami entah,
1. Sebagai kegembiraan tak terhingga yang dimiliki oleh pribadi-
pribadi Tritunggal yang penuh berkat itu satu terhadap yang
lain. Kegembiraan ini mengandung kebahagiaan hakikat ilahi.
Atau,
2. Sebagai kesenangan yang dirasakan Bapa dengan pekerjaan-
pekerjaan Sang Anak, saat Ia menjadikan dunia. Allah meli-
hat segala sesuatu yang dijadikan Sang Anak, dan, sungguh itu
amat baik, itu menyenangkan-Nya, dan oleh sebab itu Anak-
Nya setiap hari, hari demi hari, selama enam hari penciptaan,
berdasarkan hal itu, menjadi kesenangan-Nya (Kel. 39:43).
Dan Sang Anak juga bersukacita di hadapan-Nya sebab kein-
dahan dan keselarasan seluruh penciptaan (Mzm. 104:31).
Atau,
3. Sebagai kepuasan yang mereka miliki satu terhadap yang lain,
dengan merujuk pada karya besar penebusan manusia. Bapa
bersuka di dalam Anak, sebagai Pengantara antara Dia dan
manusia, dan amat berkenan terhadap apa yang diusulkan-
Nya (Mat. 3:17), dan oleh sebab itu mengasihi-Nya sebab Dia
bersedia memberikan nyawa-Nya untuk domba-domba-Nya.
Allah percaya kepada-Nya bahwa Dia akan menuntaskan pe-
kerjaan-Nya, dan tidak akan gagal atau kabur. Sang Anak juga
senantiasa bermain-main di hadapan-Nya, bersuka untuk me-
lakukan kehendak-Nya (Mzm. 40:9), sangat setia kepada pe-
kerjaan-Nya, benar-benar puas dengan pekerjaan itu. Dan,
saat pekerjaan-Nya harus dijalankan, Dia mengungkapkan-
nya dengan amat puas sama seperti sebelum-sebelumnya, de-
ngan berkata, Sungguh, Aku datang untuk melakukan seperti
ada tertulis dalam gulungan kitab tentang Aku.
V. Kepedulian-Nya yang besar terhadap umat manusia (ay. 31). Hik-
mat bersukacita, bukan pada hasil-hasil bumi yang kaya, atau
harta karun yang tersembunyi di dalam perut-perutnya, melain-
kan terlebih pada bagian-bagiannya yang bisa dihuni (ay. 31, KJV),
sebab anak-anak manusia menjadi kesenangannya. Bukan hanya
dalam penciptaan manusia saja Allah berbicara dengan nada
gembira (Kej. 1:26), baiklah Kita menjadikan manusia, melainkan
juga dalam penebusan dan keselamatan manusia. Anak Allah
166
telah dipilih sebelum dunia dijadikan, untuk melakukan pekerjaan
besar itu (1Ptr. 1:20). Umat sisa dari anak-anak manusia diberi-
kan kepada-Nya untuk dibawa, melalui anugerah-Nya, kepada ke-
muliaan-Nya, dan mereka ini yaitu orang-orang yang membuat-
Nya bersuka. Jemaat-Nya yaitu bagian dari bumi-Nya yang bisa
dihuni, yang dibuat menjadi bisa dihuni untuk-Nya, agar TUHAN
Allah dapat berdiam bahkan di antara orang-orang yang sebelum-
nya sudah memberontak. Dalam hal inilah Ia bersuka, dengan
harapan akan melihat keturunan-Nya. Walaupun Ia sudah meli-
hat terlebih dahulu semua kesulitan yang akan dijumpai-Nya da-
lam pekerjaan-Nya, yakni pelayanan-pelayanan dan penderitaan-
penderitaan yang harus dilalui-Nya, namun, sebab semua itu
akan mendatangkan kemuliaan bagi Bapa-Nya dan keselamatan
bagi anak-anak manusia yang diberikan kepada-Nya, Dia menan-
tikannya dengan kepuasan yang teramat sangat yang bisa diba-
yangkan. Dalam hal ini, kita mendapatkan semua dorongan yang
dapat kita inginkan untuk datang kepada-Nya, dan bisa meng-
andalkan Dia untuk mendapatkan semua keuntungan yang di-
rancangkan bagi kita melalui pekerjaan-Nya yang mulia.
Nasihat Hikmat
(8:32-36)
32 Oleh sebab itu, hai anak-anak, dengarkanlah aku, sebab berbahagialah
mereka yang memelihara jalan-jalanku. 33 Dengarkanlah didikan, maka kamu
menjadi bijak; janganlah mengabaikannya. 34 Berbahagialah orang yang men-
dengarkan daku, yang setiap hari menunggu pada pintuku, yang menjaga
tiang pintu gerbangku. 35 sebab siapa mendapatkan aku, mendapatkan hi-
dup, dan TUHAN berkenan akan dia. 36 namun siapa tidak mendapatkan aku,
merugikan dirinya; semua orang yang membenci aku, mencintai maut.
Di sini kita mendapati penerapan dari perbincangan mengenai Hik-
mat. Rancangan dan tujuannya yaitu untuk membuat kita semua
tunduk sepenuhnya kepada hukum-hukum agama, untuk membuat
kita bijaksana dan baik, tidak untuk mengisi kepala kita dengan
rekaan-rekaan, atau lidah kita dengan sengketa-sengketa, namun un-
tuk meluruskan apa yang salah dalam hati dan hidup kita. Untuk
mencapai hal ini, di sini ada ,
I. Sebuah nasihat untuk mendengarkan dan mematuhi suara Hik-
mat, untuk memperhatikan dan mengikuti didikan-didikan yang
baik yang diberikan firman Allah kepada kita, dan di dalam didik-
an-didikan itu mengenali suara Kristus, sebagaimana domba me-
ngenali suara gembalanya.
1. Kita harus menjadi pendengar-pendengar firman yang rajin.
Sebab bagaimana kita bisa percaya kepada Dia yang belum
pernah kita dengar? Hai anak-anak, dengarkanlah aku (ay.
32). Bacalah firman yang tertulis, duduklah di bawah firman
yang disampaikan, pujilah Allah untuk firman yang ditulis dan
diberitakan itu, dan dengarkanlah Dia berbicara kepadamu di
dalamnya. Biarlah anak-anak bertumbuh dewasa, dan apa
yang mereka dengarkan pada waktu itu, ada kemungkinan,
akan menghiasi dan mengatur perilaku mereka sepanjang
hidup mereka. Biarlah anak-anak Hikmat membenarkan Hik-
mat dengan mendengarkannya dan menunjukkan diri mereka
sebagai anak-anaknya yang sesungguhnya. Kita harus mende-
ngarkan perkataan Hikmat,
(1) Dengan berserah diri, dan dengan hati yang rela (ay. 33):
Dengarkanlah didikan, dan janganlah mengabaikannya,
entah sebagai sesuatu yang tidak engkau perlukan atau
sesuatu yang tidak engkau sukai. Didikan itu ditawarkan
kepadamu sebagai kebaikan, dan engkau sendirilah yang
akan rugi jika engkau mengabaikannya. Siapa menolak
nasihat Allah, ia menolaknya untuk melawan dirinya sen-
diri (Luk. 7:30). Janganlah mengabaikannya sekarang, su-
paya jangan engkau tidak mendapatkan tawaran lagi.
(2) Secara tetap, dan dengan penuh perhatian. Kita harus
mendengarkan Hikmat sedemikian rupa sehingga setiap
hari kita harus menunggu pada pintunya, seperti pengemis
yang meminta sedekah, seperti pelanggan dan orang sakit
yang menantikan nasihat. Kita harus menunggunya seba-
gai hamba, dengan kerendahan hati, kesabaran, dan kese-
diaan untuk taat, di tiang pintu gerbangnya. Lihatlah di sini
betapa baiknya rumah yang dijaga oleh Hikmat, sebab di
situ tiada hari tanpa sedekah. Betapa bagusnya sekolah
yang didirikannya, sebab di situ tiada hari tanpa belajar.
Selama kita mempunyai pekerjaan-pekerjaan Allah di
depan mata kita, dan firman-Nya di tangan kita, maka kita
dapat mendengarkan Hikmat setiap hari, dan menerima
didikan darinya. Lihatlah di sini betapa semua murid Kris-
tus dituntut untuk memberikan perhatian dengan patuh
dan rajin. Mereka harus menunggu pada pintu.
[1] Kita harus meraih segala kesempatan untuk mendapat-
kan pengetahuan dan anugerah, dan harus masuk, ser-
ta tetap berada, di dalam persekutuan dengan Allah
secara tetap dan terus-menerus.
[2] Kita harus bersikap sangat rendah hati dalam memper-
hatikan didikan-didikan ilahi, dan dengan senang hati
duduk di mana saja, sekalipun di tempat yang paling
hina, asalkan bisa mendengarkannya, seperti Daud, yang
dengan senang hati mau menjadi penjaga pintu di rumah
Allah.
[3] Kita harus menaikkan harapan-harapan kita untuk
mendapatkan didikan-didikan ini, dan mendengarkan-
nya dengan hati-hati, dengan sabar, dan dengan tekun.
Kita harus berjaga-jaga dan menunggu, seperti orang
banyak yang mendengarkan Kristus, yang terpikat pada-
Nya dan ingin mendengarkan Dia, seperti yang dikata-
kan dalam bahasa aslinya dalam Lukas 19:48, dan
Lukas 21:38, banyak orang datang pagi-pagi untuk men-
dengarkan Dia.
2. Kita harus menjadi pekerja-pekerja yang cermat, sebab kita
mendapat berkat hanya dengan melakukan perbuatan baik.
Mendengarkan perkataan Hikmat saja tidaklah cukup, kita
juga harus memelihara jalan-jalannya (ay. 32), melakukan se-
gala sesuatu yang ditetapkannya, tetap berada di dalam batas-
batas jalannya, dan tidak melanggarnya, mengikuti jejak-jejak
langkahnya, terus berjalan dan bertahan di dalamnya. De-
ngarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak. Biarlah itu
menjadi sarana untuk menjadikanmu bijak dalam mengatur
perilakumu. Apa yang kita ketahui percuma saja jika tidak
menjadikan kita bijak (ay. 33).
II. Jaminan kebahagiaan bagi semua orang yang benar-benar men-
dengarkan Hikmat. Berbahagialah mereka (ay. 32), dan sekali lagi
berbahagialah (ay. 34). Sungguh berbahagia orang-orang yang
berjaga-jaga dan menunggu pada pintu Hikmat. Bahkan, dengan
hadir di sana saja sudah merupakan kebahagiaan bagi mereka.
Itulah tempat terbaik bagi mereka. Sungguh berbahagia orang-
orang yang menunggu di sana, sebab mereka tidak akan dibiar-
kan menunggu lama. Biarlah mereka terus mengetok-ngetok,
maka sebentar lagi pintu akan dibukakan bagi mereka. Mereka
sedang mencari Hikmat, dan mereka akan mendapatkan apa yang
mereka cari. namun akankah Hikmat itu membuat mereka menjadi
lebih baik jika mereka mendapatkannya? Ya (ay. 35): siapa men-
dapatkan aku, mendapatkan hidup, yaitu, semua kebahagiaan,
semua kebaikan yang diperlukan atau yang dapat diinginkannya.
Ia mendapatkan hidup di dalam anugerah itu, yang merupakan
dasar dari kehidupan rohani dan janji akan kehidupan kekal. Ia
mendapatkan hidup, sebab TUHAN berkenan akan dia, dan per-
kenanan-Nya yaitu hidup. Jika raja memberikan perkenanannya
kepada anak yang bijak, terlebih lagi Raja segala raja akan mem-
berikan perkenanan-Nya. Kristus yaitu Hikmat, dan barangsiapa
yang mendapatkan Kristus, yang memiliki kepentingan di dalam
Dia, mendapatkan hidup. Sebab Kristus yaitu hidup bagi semua
orang percaya. Barangsiapa memiliki Anak Allah, ia memiliki hidup,
hidup kekal, dan dia akan mendapatkan perkenanan TUHAN, yang
amat berkenan kepada semua orang yang ada di dalam Kristus.
Kita tidak akan dapat memperoleh perkenanan Allah, kecuali kita
mendapatkan Kristus dan didapati di dalam Dia.
III. Hukuman ditimpakan kepada semua orang yang menolak Hikmat
dan tawaran-tawarannya (ay. 36). Mereka dibiarkan menghancur-
kan diri mereka sendiri, dan Hikmat tidak akan menghalang-ha-
langi mereka, sebab mereka telah mengabaikan semua nasihat-
nya.
1. Kejahatan mereka sangatlah besar. Mereka berdosa terhadap
Hikmat, memberontak melawan terang dan hukum-hukum-
nya, mengacaukan rancangan-rancangannya, dan dengan ke-
bodohan mereka menyakiti hatinya. Mereka berdosa terhadap
Kristus. Mereka menghina wewenang-Nya, dan melakukan per-
buatan-perbuatan yang bertentangan dengan semua tujuan
dari kehidupan dan kematian-Nya. Hal ini dipandang sebagai
kebencian terhadap Hikmat, kebencian terhadap Kristus. Me-
reka yang tidak mau Dia memerintah atas mereka yaitu mu-
suh-musuh-Nya. Adakah yang tampak lebih buruk selain mem-
benci Dia yang merupakan pusat dari segala keindahan dan
sumber dari segala kebaikan, Dia yang yaitu kasih itu sendiri?
2. Hukuman yang akan mereka dapatkan sangatlah adil, sebab
mereka dengan sengaja mendatangkannya ke atas diri mereka
sendiri.
(1) Orang-orang yang membangkitkan amarah Kristus melaku-
kan kesalahan terbesar pada diri mereka sendiri. Mereka
merugikan diri mereka sendiri. Mereka melukai hati nurani
mereka sendiri, mendatangkan aib dan noda pada jiwa me-
reka sendiri, yang membuat mereka menjijikkan di mata
Allah, dan tidak layak bersekutu dengan-Nya. Mereka me-
nipu diri mereka sendiri, mengganggu diri mereka sendiri,
dan menghancurkan diri mereka sendiri. Dosa yaitu ke-
rugian bagi jiwa.
(2) Orang-orang yang menentang Kristus, mencintai kehancur-
an mereka sendiri: semua orang yang membenci Aku, mencin-
tai maut. Mereka mencintai apa yang akan mendatangkan
maut bagi mereka, dan menjauhkan sesuatu yang akan
mendatangkan hidup bagi mereka. Orang-orang berdosa itu
mati sebab mereka akan mati, yang membuat mereka tidak
dapat berdalih, membuat penghukuman mereka semakin
tak tertahankan lagi, dan akan membenarkan Allah untuk
selama-lamanya dalam menghakimi. Hai Israel, engkau telah
menghancurkan dirimu sendiri.
PASAL 9
ristus dan dosa yaitu dua musuh yang saling bersaing mem-
perebutkan jiwa manusia, dan di sini kita diberi tahu bagaimana
keduanya berusaha membujuknya, untuk dapat menduduki tempat
terdalam dan terutama di dalamnya. Maksud dari gambaran ini ada-
lah untuk memperhadapkan kepada kita hidup dan mati, kebaikan
dan kejahatan. Tidak ada yang diperlukan lagi selain penjelasan yang
adil mengenai pokok permasalahannya untuk menentukan bagi kita
mana yang harus kita pilih, dan untuk membuat kita menyerahkan
hati kita. Kristus dan dosa digambarkan sebagai pihak yang ingin
memberikan penghiburan bagi jiwa, dan mengundang jiwa itu untuk
menerima penghiburan tersebut. Mengenai keduanya, kita diberi
tahu apa hasil akhirnya. sebab permasalahannya sudah sedemikian
dipaparkan di hadapan kita, maka marilah kita mempertimbangkan,
menerima nasihat, dan menyuarakan apa yang kita pikirkan. Oleh
sebab itu, kita berkepentingan untuk menghargai jiwa kita sendiri,
sebab kita melihat ada pergulatan yang demikian gigih untuk mem-
perebutkannya.
I. Kristus, dengan nama Hikmat, mengundang kita untuk me-
nerima penghiburan-Nya, dan dengan demikian untuk me-
ngenal dan bersekutu dengan Dia (ay. 1-6). Dan sesudah me-
nubuatkan adanya tanggapan yang berbeda-beda terhadap
undangan-Nya (ay. 7-9), Ia menunjukkan, secara singkat, apa
yang dituntut-Nya dari kita (ay. 10) dan apa yang dirancang-
kan-Nya bagi kita (ay. 11), dan kemudian menyerahkan kepada
kita untuk memilih mana yang akan kita lakukan (ay. 12).
II. Dosa, yang digambarkan sebagai seorang wanita bodoh,
merayu kita untuk menerima penghiburannya, dan (ay. 13-
16) berpura-pura bahwa penghiburannya itu amat menawan
hati (ay. 17). namun Salomo memberi tahu kita apa akibatnya
nanti (ay. 18). Sekarang, pada hari ini, pilihlah mana yang
ingin engkau dekati.
Undangan Hikmat
(9:1-12)
1 Hikmat telah mendirikan rumahnya, menegakkan ketujuh tiangnya, 2 memo-
tong ternak sembelihannya, mencampur anggurnya, dan menyediakan hidang-
annya. 3 Pelayan-pelayan wanita telah disuruhnya berseru-seru di atas
tempat-tempat yang tinggi di kota: 4 Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah
ke mari; dan kepada yang tidak berakal budi katanya: 5 Marilah, makanlah
rotiku, dan minumlah anggur yang telah kucampur; 6 buanglah kebodohan,
maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian. 7 Siapa mendidik se-
orang pencemooh, mendatangkan cemooh kepada dirinya sendiri, dan siapa
mengecam orang fasik, mendapat cela. 8 Janganlah mengecam seorang pen-
cemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka eng-
kau akan dikasihinya, 9 berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih
bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah. 10 Permu-
laan hikmat yaitu takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus yaitu
pengertian. 11 sebab oleh aku umurmu diperpanjang, dan tahun-tahun hidup-
mu ditambah. 12 Jikalau engkau bijak, kebijakanmu itu bagimu sendiri, jikalau
engkau mencemooh, engkau sendirilah orang yang akan menanggungnya.
Hikmat di sini diperkenalkan sebagai ratu yang megah dan murah
hati, amat agung dan sangat royal. Firman Allah itu yaitu Hikmat
ini, yang di dalamnya Allah menyatakan kehendak baik-Nya terhadap
manusia. Allah Sang Firman yaitu Hikmat ini, yang kepada-Nya
Bapa telah menyerahkan seluruh penghakiman. Dia yang, dalam pa-
sal sebelumnya, menunjukkan semarak dan kemuliaan-Nya sebagai
Pencipta dunia, di sini memperlihatkan anugerah dan kebaikan-Nya
sebagai Penebus dunia. Kata yang digunakan di sini jamak, Hikmat-
hikmat. Sebab, di dalam Kristus tersembunyi segala harta hikmat,
dan dalam pekerjaan-Nya tampaklah pelbagai ragam hikmat Allah
yang tersembunyi dan rahasia.
Sekarang amatilah di sini:
I. Melimpahnya persediaan yang sudah dipersiapkan oleh Hikmat
untuk menerima semua orang yang mau menjadi murid-murid-
nya. Hal ini digambarkan dengan perumpamaan tentang sebuah
pesta yang mewah, yang dari sini, ada kemungkinan, Juruselamat
kita meminjam perumpamaan-perumpamaan yang di dalamnya Ia
membandingkan Kerajaan Sorga dengan perjamuan besar (Mat.
22:2; Luk. 14:16). Dan demikianlah perjamuan itu dinubuatkan
(Yes. 25:6). Ini seperti perjamuan yang diadakan Ahasyweros un-
tuk memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya. Demikian
pula anugerah Injil diperhadapkan kepada kita dalam ketetapan
perjamuan Tuhan. Untuk menyambut orang-orang yang diun-
dangnya,
1. Disediakan sebuah istana yang megah (ay. 1). Hikmat, sebab
tidak menemukan rumah yang cukup luas untuk semua
tamunya, sengaja membangun satu rumah lagi, dan, untuk
memperkuat dan memperindah rumah itu, ia telah menegak-
kan ketujuh tiangnya, yang menjadikannya sangat kokoh, dan
tampak amat megah. Sorga yaitu rumah yang sudah diba-
ngun Hikmat untuk menjamu semua tamunya yang dipanggil
untuk merayakan perjamuan kawin Anak Domba. Itulah ru-
mah Bapanya, di mana ada banyak tempat tinggal (istana),
dan ke sana ia telah pergi untuk menyiapkan tempat bagi kita.
Ia telah menggantungkan bumi dalam kehampaan, jadi di
dalamnya tidak ada kota yang abadi. namun sorga yaitu kota
yang memiliki fondasi, memiliki tiang-tiang. Jemaat yaitu
rumah Hikmat, ia mengundang tamu-tamunya untuk masuk,
dengan didukung oleh kuasa dan janji Allah, seperti oleh tujuh
tiang. Ada kemungkinan Salomo merujuk pada bait Allah yang
baru saja dibangunnya sendiri untuk keperluan agama, dan ke
sanalah ia ingin mengajak orang untuk menenangkan diri,
baik dalam menyembah Allah maupun dalam menerima didik-
an-didikan Hikmat. Menurut sebagian orang, rumah yang di-
maksudkan di sini yaitu sekolah-sekolah para nabi.
2. Dipersiapkan sebuah perjamuan yang mewah (ay. 2): ia telah
memotong ternak sembelihannya. Ia telah mencampur anggur-
nya. Berlimpah-limpah makanan dan minuman telah disedia-
kan, dan semuanya dari jenis terbaik. Ia telah memotong kor-
bannya (begitulah kata yang digunakan di sini). Perjamuan itu
mewah, namun suci, perjamuan untuk menikmati daging
korban. Kristus telah mempersembahkan diri-Nya sebagai kor-
ban untuk kita, dan daging-Nyalah yang benar-benar makanan
dan darah-Nyalah yang benar-benar minuman. Perjamuan
Tuhan yaitu pesta pendamaian dan sukacita atas korban
penebusan. Anggur itu dicampur dengan sesuatu yang lebih
kaya dibandingkan anggur itu sendiri, untuk menjadikannya lebih
dibandingkan minuman dan aroma biasa. Ia telah rampung me-
nyiapkan hidangannya dengan segala kepuasan yang dapat
diinginkan jiwa, yaitu kebenaran dan anugerah, kedamaian
dan sukacita, jaminan-jaminan akan kasih Allah, penghibur-
an-penghiburan Roh, dan segala janji serta pertanda kehidup-
an kekal. Cermatilah, semua itu yaitu perbuatan Hikmat
sendiri, dialah yang memotong ternak sembelihannya, dialah
yang mencampur anggurnya, yang menandakan baik itu kasih
Kristus, yang mengadakan persediaan itu (Ia tidak menyerah-
kannya kepada orang lain, namun mengerjakannya dengan
tangan-Nya sendiri), dan menyiapkannya dengan luar biasa.
Apa yang dipersiapkan oleh Hikmat sendiri pasti akan meme-
nuhi tujuannya secara tepat.
II. Undangan yang penuh rahmat yang telah diberikannya, bukan
kepada teman-teman tertentu, melainkan kepada semua orang,
untuk datang dan ambil bagian dalam semua yang telah disedia-
kan ini.
1. Dia mempekerjakan hamba-hambanya untuk menyebarkan
undangan itu ke sekeliling negeri: pelayan-pelayan wanita
telah disuruhnya (ay. 3). Hamba-hamba Injil diberi mandat dan
perintah untuk mengumumkan persiapan-persiapan yang
telah dibuat Allah, di dalam kovenan kekal, bagi semua orang
yang bersedia memenuhi persyaratan-persyaratannya. Mereka,
dengan kemurnian seorang gadis, tidak merusak diri mereka
sendiri atau firman Allah, dan dengan menjalankan secara
tepat apa yang diperintahkan kepada mereka, harus meng-
undang semua orang yang mereka jumpai, bahkan di semua
jalan dan lintasan, untuk datang dan berpesta bersama-sama
dengan Hikmat, sebab segala sesuatu sudah siap (Luk. 14:23).
2. Ia sendiri berseru-seru di atas tempat-tempat yang tinggi di
kota, sungguh-sungguh menginginkan kesejahteraan anak-
anak manusia, dan berduka melihat mereka menolak segala
belas kasihan bagi diri mereka sendiri demi berhala yang sia-
sia. Yesus Tuhan kita yaitu Pemberita bagi Injil-Nya sendiri.
Sesudah mengutus murid-murid-Nya, Ia mengikuti mereka
untuk meneguhkan apa yang mereka katakan. Bahkan, Injil
itu mula-mula diberitakan oleh Tuhan (Ibr. 2:3). Dia berdiri,
dan berseru, marilah kepada-Ku. Kita sudah melihat siapa
yang diundang.
Sekarang marilah kita amati:
(1) Kepada siapa undangan itu ditujukan: siapa yang tak ber-
pengalaman dan yang tidak berakal budi (ay. 4). Jika kita
ingin mengadakan perjamuan, maka dari semua jenis
orang, yang tidak boleh kita pedulikan untuk diundang,
apalagi sampai membujuk-bujuk, yaitu kawanan orang-
orang yang seperti itu. Sebaliknya, lebih baik kita memilih
para ahli pikir dan kaum terpelajar, agar kita bisa mende-
ngar hikmat mereka dan mendapat manfaat dari percakapan
dengan mereka di meja makan. Apakah aku butuh orang
gila? namun Hikmat justru mengajak orang-orang seperti
itu, sebab apa yang diberikannya yaitu apa yang paling
mereka butuhkan, dan kesejahteraan merekalah yang di-
carinya, dan yang ditujunya, dalam membuat persiapan
dan undangan itu. Orang yang tak berpengalaman diun-
dang, agar ia menjadi bijaksana, dan orang yang tidak pu-
nya hati (begitulah kata yang digunakan di sini) hendaklah
ia datang ke sana, maka ia akan mendapatkannya. Persiap-
an-persiapan itu lebih berkaitan dengan tubuh dibandingkan
makanan, dan dirancangkan bagi kesembuhan yang paling
berharga dan paling diinginkan, yaitu kesembuhan akal
budi. Undangan ini ditujukan kepada umum, kepada siapa
saja, tanpa kecuali, selain mereka yang mengecualikan diri
mereka sendiri. Sekalipun mereka begitu bodoh, namun,
[1] Mereka akan disambut.
[2] Mereka dapat ditolong. Mereka tidak akan direndahkan
atau dibuat putus harapan. Juruselamat kita datang
bukan untuk memanggil orang benar, namun orang ber-
dosa, bukan orang yang bijaksana menurut pandangan
mereka sendiri, yang menyangka bahwa mereka melihat
(Yoh. 9:41), namun orang yang tak berpengalaman, yang
sadar akan ketidaktahuan mereka dan malu sebab nya,
dan orang yang bersedia menjadi bodoh, supaya ia ber-
hikmat (1Kor. 3:18).
(2) Apa isi undangan itu.
[1] Kita diundang ke rumah Hikmat: singgahlah ke mari.
Saya katakan kita, sebab siapakah di antara kita yang
tidak mau mengaku memiliki sifat orang yang diundang
itu, yang tak berpengalaman dan tidak berakal budi?
Pintu-pintu Hikmat tetap terbuka bagi orang-orang se-
perti itu, dan ia ingin bercakap-cakap sebentar dengan
mereka, satu kata demi kebaikan mereka, dan ia pun
tidak mempunyai rancangan lain bagi mereka.
[2] Kita diundang ke mejanya (ay. 5): marilah, makanlah
rotiku, maksudnya, kecaplah kenikmatan-kenikmatan
sejati yang hanya ditemukan dalam pengetahuan dan
rasa takut akan Allah. Dengan menjalankan iman yang
didasarkan atas janji-janji Injil, dengan menerapkannya
kepada diri kita sendiri dan menerima penghiburan-
penghiburannya, itu berarti kita telah makan, kita telah
berpesta menikmati segala persediaan yang telah dibuat
Kristus bagi jiwa-jiwa yang miskin. Apa yang kita ma-
kan dan kita minum menguntungkan diri kita sendiri,
kita disehatkan dan disegarkan olehnya. Demikian pula
yang dilakukan terhadap jiwa kita oleh firman Allah. Di
dalamnya ada makanan dan minuman bagi orang-orang
yang berakal budi.
(3) Apa yang dituntut dari orang-orang yang bisa mendapatkan
keuntungan dari undangan ini (ay. 6).
[1] Mereka harus memutuskan segala pergaulan yang bu-
ruk: Buanglah kebodohan, janganlah bergaul dengan
orang bodoh, janganlah mengikuti jalan-jalan mereka,
janganlah bersekutu dengan pekerjaan-pekerjaan kege-
lapan, atau dengan orang-orang yang berurusan dengan
pekerjaan-pekerjaan semacam itu. Langkah pertama
menuju kebajikan yaitu menghindari perbuatan tercela,
dan oleh sebab itu menghindari orang-orang tercela.
Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan.
[2] Mereka harus bangun dan bangkit dari antara orang
mati. Mereka harus hidup, bukan dalam kesenangan
(sebab orang-orang yang berbuat demikian berarti su-
dah mati selagi mereka hidup), melainkan untuk mela-
yani Allah. Sebab hanya orang-orang yang melakukan
itulah yang benar-benar hidup, hidup untuk suatu
tujuan. Janganlah sekadar hidup seperti hewan, seper-
ti binatang, namun sekarang, pada saat ini juga, hidup-
lah seperti manusia. Hiduplah maka kamu akan hidup.
Hiduplah secara rohani, maka kamu akan hidup secara
kekal (Ef. 5:14).
[3] Mereka harus memilih jalan-jalan Hikmat, dan tetap ber-
ada di dalamnya: Ikutilah jalan pengertian. Aturlah diri-
mu mulai dari saat ini dengan aturan-aturan agama dan
akal budi. Meninggalkan orang bodoh saja tidak cukup,
kita juga harus bergabung dengan orang-orang yang ber-
jalan di dalam hikmat, dan berjalan di dalam semangat
dan langkah-langkah yang sama.
III. Didikan-didikan yang diberikan Hikmat kepada pelayan-pelayan
wanita yang diutusnya untuk menyampaikan undangan, ke-
pada hamba-hamba Tuhan dan orang lain, yang di tempat mereka
masing-masing sedang berusaha melayani kepentingan-kepen-
tingan dan rancangan-rancangannya. Ia memberi tahu mereka,
1. Apa pekerjaan yang harus mereka lakukan, bukan hanya
memberitahukan secara umum persiapan-persiapan yang su-
dah dibuat bagi jiwa-jiwa, dan memberikan tawaran untuk itu
secara umum, namun mereka juga harus mengalamatkan
orang-orang secara pribadi, harus memberitahukan kesalah-
an-kesalahan mereka. Tegurlah, kecamlah (ay. 7-8). Mereka
harus mendidik orang-orang itu bagaimana cara memperbaiki
diri ajarilah (ay. 9). Firman Allah, dan sebab itu juga pela-
yanan firman itu, dimaksudkan untuk mengajar, untuk menya-
takan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk men-
didik orang dalam kebenaran.
2. Jenis-jenis orang seperti apa yang akan mereka jumpai, dan
bagaimana mereka harus menghadapi orang-orang itu, dan
keberhasilan seperti apa yang bisa mereka harapkan.
(1) Mereka akan berjumpa dengan beberapa pencemooh dan
orang fasik yang akan mengejek para utusan Tuhan, dan
memperlakukan mereka dengan kasar, akan menertawa-
kan dan mengolok-olok orang yang mengundang mereka ke
perjamuan Tuhan, seperti yang sudah mereka lakukan
(2Taw. 30:10), dan akan menyiksa mereka (Mat. 22:6). Dan,
meskipun mereka tidak dilarang untuk mengundang orang-
orang yang tak berpengalaman ke dalam rumah Hikmat,
namun mereka disarankan untuk tidak memaksakan un-
dangan itu dengan cara menegur dan mengecam mereka.
Janganlah mengecam seorang pencemooh. Janganlah melem-
parkan mutiara ini kepada babi (Mat. 7:6). Demikian pulalah
yang dikatakan Kristus tentang orang-orang Farisi, biarkan-
lah mereka itu (Mat. 15:14). Janganlah menegur mereka,
[1] Dalam menilai mereka, sebab orang-orang yang meng-
olok-olok sarana yang sudah mereka miliki sudah kehi-
langan kebaikan untuk mendapatkan sarana-sarana
selanjutnya. Barangsiapa yang cemar seperti itu, biarlah
ia terus cemar. Barangsiapa bersekutu dengan berhala-
berhala, biarkanlah dia. Lihatlah, kami berpaling kepada
bangsa-bangsa lain.
[2] Dalam bersikap bijak terhadap dirimu sendiri. sebab ,
jika engkau menegur mereka, pertama, Jerih payahmu
akan sia-sia, dan dengan demikian mendatangkan ce-
mooh kepada dirimu sendiri sebab kekecewaan itu.
Kedua, Engkau membuat mereka kesal. Sekalipun eng-
kau melakukannya dengan begitu bijak dan begitu lem-
but, jika engkau terus melakukannya, mereka akan
membencimu, mereka akan menimpakan celaan-celaan
kepadamu, dan mengatakan segala hal yang jahat yang
dapat mereka katakan tentangmu, dan dengan demi-
kian engkau akan mendapatkan aib. Oleh sebab itu,
lebih baik engkau tidak mencampuri urusan mereka, se-
bab teguran-teguranmu kemungkinan akan lebih men-
datangkan keburukan dibandingkan kebaikan.
(2) Mereka akan berjumpa dengan orang lain yang bijaksana,
baik, dan adil. Syukur kepada Allah, tidak semua orang
yaitu pencemooh. Kita akan berjumpa dengan beberapa
orang yang begitu bijak bagi diri mereka sendiri, begitu adil
terhadap diri mereka sendiri, sehingga mereka bersedia dan
senang untuk diajar. jika kita berjumpa dengan orang-
orang seperti itu,
[1] Jika ada kesempatan, kita harus menegur mereka.
Sebab orang-orang bijak tidaklah bijak dengan sempur-
na, namun selalu ada yang perlu ditegur dalam diri mere-
ka. Kita tidak boleh mengabaikan kesalahan-kesalahan
siapa saja hanya sebab kita menghormati kebijaksana-
annya, dan orang bijak juga tidak boleh berpikir bahwa
hikmat meluputkannya dari teguran saat ia mengata-
kan atau melakukan sesuatu yang bodoh. Sebaliknya,
semakin besar hikmat yang dimiliki orang, semakin dia
seharusnya ingin ditunjukkan kelemahannya, sebab
sedikit kebodohan merupakan noda besar bagi orang
yang terkenal akan hikmat dan kehormatannya.
[2] Dengan teguran-teguran kita, kita harus memberi mere-
ka nasihat, dan harus mengajar mereka (ay. 9).
[3] Kita dapat berharap bahwa tindakan kita itu akan
dipandang sebagai tindakan kasih (Mzm. 141:5). Orang
bijak akan menganggap sebagai teman mereka yang
berhubungan dengan dia apa adanya: Tegurlah orang
seperti itu, maka engkau akan dikasihinya sebab cara-
mu yang terus terang, ia akan berterima kasih kepada-
mu, dan menginginkan engkau untuk melakukan ke-
baikan yang sama pada lain waktu, jika ada kesempatan
untuk itu. yaitu contoh besar dari hikmat bahwa ia
menerima teguran dengan baik, sama seperti ia mem-
berikannya.
[4] sebab diterima dengan baik, teguran itu akan mem-
bawa kebaikan, dan mencapai tujuannya. Orang bijak
akan menjadi lebih bijak sebab teguran-teguran dan
didikan-didikan yang diberikan kepadanya. Pengetahu-
annya akan bertambah, ia akan semakin banyak bela-
jar, dan dengan demikian bertumbuh di dalam anuge-
rah. Janganlah orang berpikir bahwa mereka terlalu
bijak untuk belajar, atau begitu baik sehingga tidak per-
lu menjadi lebih baik lagi, dan oleh sebab itu tidak perlu
diajar. Kita harus terus maju, dan terus mengejar pe-
ngetahuan sampai kita menjadi manusia sempurna.
Berilah orang bijak (begitu dalam bahasa aslinya), beri-
lah dia nasihat, berilah dia teguran, berilah dia peng-
hiburan, maka ia akan menjadi lebih bijak. Berilah dia
kesempatan (menurut versi Septuaginta), kesempatan
untuk menunjukkan hikmatnya, maka ia akan menun-
jukkannya, dan tindakan-tindakan hikmat akan mem-
perkuat kebiasaan-kebiasaan untuk menunjukkan hik-
mat itu.
IV. Nasihat-nasihat yang diberikannya kepada orang-orang yang di-
undang, yang harus ditanamkan kepada mereka oleh pelayan-
pelayan wanita nya.
1. Biarlah mereka mengetahui apa sebenarnya yang ada di dalam
hikmat yang sejati itu, dan jamuan apa yang akan mereka
dapatkan di meja Hikmat (ay. 10).
(1) Hati harus memegang rasa takut akan Allah. Itulah permu-
laan hikmat. Penghormatan terhadap keagungan Allah, dan
kengerian terhadap murka-Nya, yaitu rasa takut akan
Allah yang merupakan permulaan, langkah pertama, me-
nuju agama yang benar, yang dari sini timbul semua hal
lain yang menjadi contoh dari agama yang benar. Rasa ta-
kut ini bisa saja menyiksa pada mulanya, akan namun ka-
sih, secara berangsur-angsur, akan mengusir rasa tersiksa
itu.
(2) Kepala harus diisi dengan pengetahuan tentang perkara-
perkara mengenai Allah. Mengenal perkara-perkara yang
kudus (kata yang digunakan di sini jamak) yaitu pengerti-
an, perkara-perkara yang berhubungan dengan pelayanan
terhadap Allah (semua itu disebut sebagai perkara-perkara
yang kudus), yang berhubungan dengan pengudusan kita
sendiri. Teguran disebut sebagai barang yang kudus (Mat.
7:6). Atau pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang ku-
dus, yang diajarkan oleh para nabi yang kudus, pengetahu-
an tentang perkara-perkara yang dibicarakan orang-orang
kudus oleh dorongan Roh Kudus. Inilah pengertian. Inilah
pengertian yang terbaik dan paling berguna, yang akan sa-
ngat bermanfaat bagi kita, dan akan mendatangkan hal ter-
baik.
2. Biarlah mereka mengetahui apa keuntungan-keuntungan dari
hikmat ini (ay. 11): sebab oleh aku umurmu diperpanjang.
Hikmat akan membantu menyehatkan tubuhmu, dan dengan
demikian tahun-tahun hidupmu di bumi akan ditambah, se-
dangkan kebodohan dan ketamakan manusia akan memper-
singkat hari-hari mereka. Hikmat akan membawamu ke sorga,
dan di sana hari-harimu akan diperpanjang in infinitum tak
terhingga, dan tahun-tahun hidupmu akan ditambah sampai
seterusnya. Tidak ada hikmat yang sejati selain di dalam jalan
agama, dan tidak ada hidup yang sejati selain di ujung jalan
itu.
3. Biarlah mereka mengetahui apa akibat dari perbuatan mereka
dengan memilih atau menolak tawaran yang baik ini (ay. 12).
Inilah,
(1) Kebahagiaan orang-orang yang memeluknya: Jikalau eng-
kau bijak, kebijakanmu itu bagimu sendiri. Engkau sendiri
yang akan diuntungkan olehnya, bukan Hikmat. Manusia
tidak bisa menguntungkan bagi Allah. Demi kebaikan kita
sendirilah kita dibujuk seperti itu. Engkau tidak akan me-
ninggalkan keuntungan itu kepada orang lain (sebagai-
mana kita meninggalkan harta duniawi kita saat kita
mati, yang oleh sebab itu disebut sebagai harta orang lain,
Luk. 16:12), namun engkau akan membawanya serta ke da-
lam dunia lain. Orang-orang yang bijak bagi jiwa mereka
sendiri berarti bijak bagi diri mereka sendiri, sebab jiwa
yaitu inti dari manusia itu sendiri. Dan juga, tidak ada
orang yang akan berusaha mencari kepentingan yang sejati
bagi diri mereka sendiri selain mereka yang benar-benar
beragama. Untuk mencapai maksud ini, kita disarankan
untuk datang kepada Allah, supaya kita dipulihkan dari
apa yang merupakan kebodohan dan kemerosotan kita. Hal
ini membuat kita sibuk mengerjakan apa yang paling
menguntungkan di dunia ini, dan membuat kita berhak
mendapatkan apa yang jauh lebih menguntungkan di
dunia yang akan datang.
(2) Aib dan kehancuran yang menimpa orang-orang yang me-
remehkannya: Jikalau engkau mencemooh tawaran Hik-
mat, engkau sendirilah orang yang akan menanggungnya.
[1] Engkau akan menanggung kesalahannya. Orang-orang
yang baik harus bersyukur kepada Allah, namun orang-
orang yang fasik harus mempersalahkan diri mereka
sendiri. Apa yang menimpa orang fasik itu tidak terjadi
sebab Allah (Dia bukan pencipta dosa). Iblis hanya bisa
menggoda, namun tidak bisa memaksa. Teman-teman
yang fasik hanyalah alat-alatnya. sebab itu, semua ke-
salahan pastilah ada pada si orang berdosa itu sendiri.
[2] Engkau akan menanggung kerugian dari apa yang eng-
kau cemooh itu. Itu akan menghancurkan dirimu sen-
diri. Darahmu akan ditanggungkan ke atas kepalamu
sendiri, dan pertimbangan tentang hal ini akan memper-
buruk penghukumanmu: Anakku, ingatlah, bahwa eng-
kau sudah diberi tawaran yang baik ini, namun engkau
tidak mau menerimanya. Engkau punya kesempatan
untuk hidup, namun engkau lebih memilih maut.
Undangan Orang Bodoh
(9:13-18)
13 wanita bebal cerewet, sangat tidak berpengalaman ia, dan tidak tahu
malu. 14 Ia duduk di depan pintu rumahnya di atas kursi di tempat-tempat
yang tinggi di kota, 15 dan orang-orang yang berlalu di jalan, yang lurus
jalannya diundangnya dengan kata-kata: 16 Siapa yang tak berpengalaman,
singgahlah ke mari; dan kepada orang yang tidak berakal budi katanya: 17
Air curian manis, dan roti yang dimakan dengan sembunyi-sembunyi lezat
rasanya. 18 namun orang itu tidak tahu, bahwa di sana ada arwah-arwah dan
bahwa orang-orang yang diundangnya ada di dalam dunia orang mati.
Kita sudah mendengar apa yang dikatakan Kristus untuk menggugah
hati kita agar mengasihi Allah dan mencintai kesalehan, dan orang
akan menyangka bahwa seluruh dunia pasti akan mengikuti-Nya.
Namun, di sini kita diberi tahu betapa giatnya si penggoda menggoda
jiwa-jiwa yang tidak waspada ke dalam jalan-jalan dosa, dan sebagian
besar ia mencapai tujuannya, sedangkan bujukan Hikmat tidak ber-
hasil.
Sekarang amatilah:
I. Siapa si penggoda itu seorang wanita bebal, kebebalan itu
sendiri, bertentangan dengan Hikmat. Saya pribadi berpendapat
bahwa yang terutama dimaksudkan dengan wanita bebal di
sini yaitu kenikmatan badani (ay. 13). Sebab, kenikmatan itu
yaitu musuh besar bagi kebajikan dan merupakan jalan masuk
bagi perbuatan tercela. Kenikmatan itu mencemarkan dan meru-
sakkan akal budi, melemahkan hati nurani, dan memadamkan
pijar-pijar rasa bersalah, lebih dibandingkan apa pun. Si penggoda ini
di sini digambarkan sebagai,
1. Sangat tidak berpengetahuan: sangat tidak berpengalaman ia,
dan tidak tahu malu, maksudnya, ia tidak memiliki alasan
yang cukup kuat untuk ditawarkan. jika ia berkuasa di
dalam jiwa, ia akan menguras semua pengetahuan tentang
perkara-perkara yang kudus. Dan semuanya itu akan hilang
dan terlupakan. Persundalan, anggur, dan air anggur meng-
hilangkan daya pikir. Semua itu membuat manusia menjadi
bodoh, dan membodoh-bodohi mereka.
2. Sangat gigih. Semakin sedikit hal yang masuk akal yang dapat
ditawarkannya, semakin ganas dan mendesak-desak dia, dan
ia sering kali mencapai tujuannya sebab kelakuannya yang
kurang ajar itu. Ia cerewet dan berisik (ay. 13), senantiasa
menghantui anak-anak muda dengan rayuan-rayuannya. Ia
duduk di depan pintu rumahnya (ay. 14), untuk melihat-lihat
mangsa, tidak seperti Abraham yang duduk di depan pintu
tendanya, untuk mencari-cari kesempatan berbuat baik. Ia
duduk di atas kursi (di atas takhta, begitu yang diartikan kata
itu) di tempat-tempat yang tinggi di kota, seolah-olah ia berwe-
nang memberikan hukum, dan kita semua yaitu orang yang
berhutang kepada daging, supaya hidup menurut daging. Juga,
seolah-olah ia punya nama besar dan dihormati, sehingga
menganggap diri layak menduduki tempat-tempat yang tinggi
di kota. Dan mungkin dia berhasil mendapatkan hati lebih
banyak orang dengan berpura-pura menjadi seorang rupawan
dibandingkan seorang yang menyenangkan. Bukankah semua
orang berpangkat dan terpandang di dunia (katanya) mem-
biarkan diri mereka sendiri bertindak sebebas-bebasnya mele-
bihi apa yang diperbolehkan oleh hukum-hukum kebajikan
yang ketat? Jadi mengapa engkau sendiri harus merendahkan
dirimu sampai sejauh itu sehingga engkau dikekang oleh hu-
kum-hukum itu? Demikianlah si penggoda berpura-pura tam-
pak baik dan agung.
II. Siapa saja yang digoda anak-anak muda yang berpendidikan
baik. Atas kehancuran mereka inilah ia akan teramat sangat ber-
megah.
Perhatikanlah:
1. Apa sifat mereka yang sebenarnya. Mereka yaitu orang-orang
yang berlalu di jalan (ay. 15), yang telah dididik di jalan-jalan
agama dan kebajikan. Mereka telah memulai hidup dengan
baik-baik dan penuh pengharapan. Tampaknya mereka sudah
ditakdirkan dan dirancang untuk kebaikan, dan tidak (seperti
orang muda itu, 7:8) melangkah menuju rumah wanita
semacam itu. Orang-orang seperti inilah yang ingin dimangsa
si wanita bebal itu, yang ingin dijeratnya. Ia mengguna-
kan segala kelicikannya, segala pesonanya, untuk menyesat-
kan mereka. Jika mereka lurus jalannya, dan tidak mau meno-
leh ke arahnya, ia akan terus memanggil-manggil mereka.
Begitu mendesaknya godaan-godaan ini.
2. Bagaimana ia menggambarkan mereka. Ia menyebut mereka
tak berpengalaman dan tidak berakal budi, dan oleh sebab itu
membujuk mereka untuk datang ke sekolahnya, agar mereka
disembuhkan dari kekangan-kekangan dan bentuk-bentuk
lahiriah agama mereka. Beginilah cara orang mementaskannya
di atas panggung (sebuah penjelasan yang begitu dekat dengan
bagian ini). Di situ seorang pemuda yang bijaksana, yang su-
dah dididik dalam kebajikan, yaitu orang bodoh dalam sandi-
wara itu, dan alur ceritanya dibuat untuk menjadikan dia se-
bagai orang neraka, yang tujuh kali lebih jahat dibandingkan teman-
temannya yang cemar, dengan dalih memoles dan memperha-
lus seleranya, dan menggambarkannya sebagai seorang yang
cerdas dan jenaka dan juga rupawan. Apa yang pantas didak-
wakan terhadap dosa dan ketidaksalehan (ay. 4), bahwa itu
yaitu kebodohan, di sini secara sangat tidak pantas diputar-
balikkan sebagai jalan-jalan kebajikan. namun pada suatu hari
akan terungkap siapa yang bodoh.
III. Apa godaannya (ay. 17): air curian manis. Godaan itu mengarah
pada air dan roti, sedangkan Hikmat mengantar pada hewan yang
telah disembelihnya dan anggur yang telah dicampurnya. Namun
demikian, roti dan air sudah cukup bagi orang-orang yang lapar
dan haus. Dan ini digambarkan sebagai sesuatu yang lebih manis
dan menyenangkan dibandingkan biasanya, sebab itu yaitu air curian
dan roti yang dimakan dengan sembunyi-sembunyi, dengan rasa
takut akan ketahuan. Kenikmatan-kenikmatan dari hawa nafsu
yang terlarang dimegah-megahkan sebagai sesuatu yang lebih
menyukakan hati dibandingkan kenikmatan-kenikmatan dari kasih
yang menurut peraturan. Begitu pula, keuntungan yang diperoleh
dengan cara tidak jujur lebih dipilih dibandingkan keuntungan yang
didapat secara adil. Nah, hal ini tidak hanya menunjukkan peng-
hinaan yang lancang, melainkan juga tantangan yang kurang ajar,
1. Terhadap hukum Allah, sebab air itu lebih manis sebab di-
curi, dan didapat dengan melanggar batas pagar perintah ilahi.
Nitimur in vetitum Kita lebih condong kepada apa yang dila-
rang. Roh pertentangan ini kita warisi dari orangtua kita yang
pertama, yang mengganggap pohon terlarang sebagai pohon
yang menarik hati dari semua pohon yang lain.
2. Terhadap kutukan Allah. Roti itu dimakan dengan sembunyi-
sembunyi, sebab takut ketahuan dan mendapat hukuman.
Begitulah, orang berdosa berbangga sebab sebegitu jauh ia
telah membungkam rasa bersalahnya, dan bermegah atasnya,
sehingga, kendati dengan rasa takut itu, ia berani berbuat
dosa. Selain itu, ia membuat dirinya percaya bahwa, sebab
dimakan dengan sembunyi-sembunyi, maka itu tidak akan
pernah diketahui atau diperhitungkan. Manis dan menyenang-
kan yaitu ciri khas umpan. namun , melalui apa yang ditun-
jukkan oleh si penggoda sendiri, umpan itu tampak begitu
ganjil, dan pasti akan lenyap, sehingga sungguh mengheran-
kan bagaimana mungkin umpan itu berpengaruh pada orang
yang mengaku berakal budi.
IV. Sebuah penawar yang manjur untuk melawan godaan ini, dalam
kata-kata yang sedikit (ay. 18). Orang yang sudah begitu jauh dari
akal budi sehingga terseret oleh rayuan-rayuan ini, tanpa sepe-
ngetahuannya, dituntun kepada kehancurannya sendiri yang tak
dapat dihindari: ia tidak tahu, tidak mau percaya, tidak memper-
timbangkan, dan si penggoda tidak mau membiarkan dia tahu,
bahwa di sana ada arwah-arwah, bahwa orang-orang yang hidup
dalam kenikmatan itu sudah mati selagi mereka hidup, mati
sebab pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa. Kengerian-kenge-
rian menyertai segala kenikmatan ini seperti kengerian-kengerian
terhadap maut itu sendiri. Di sana ada orang-orang raksasa
Refaim. Inilah yang menghancurkan orang-orang berdosa di dunia
lama, orang-orang raksasa yang ada di bumi pada waktu itu.
Orang-orang yang diundangnya, yang dijamu dengan air curian
itu, tidak hanya berada di jalan raya menuju ke neraka dan ber-
diri di tepiannya, namun juga sudah berada di dalam dunia orang
mati, di bawah kuasa dosa, ditawan oleh Iblis untuk menuruti
kehendaknya, dan senantiasa dicambuk oleh kengerian-kengerian
di dalam hati nurani mereka sendiri, yang merupakan neraka di
atas bumi. Dunia Iblis yaitu dunia orang mati. Dosa yang tidak
disesali yaitu kehancuran yang tak terpulihkan. Itu sudah me-
rupakan lubang kebinasaan tanpa dasar. Demikianlah Salomo
menunjukkan kailnya. Dan orang-orang yang percaya kepadanya
tidak akan berusaha mendekati umpannya.
PASAL 10
ingga sekarang kita masih ada dalam bagian pendahuluan kitab
Amsal. Sekarang amsal-amsal baru dimulai. Amsal-amsal ini
pendek, namun kalimatnya berbobot. Kebanyakan di antaranya meru-
pakan distikon, dua kalimat dalam satu ayat, dan saling menjelaskan
satu sama lain. Namun demikian, ayat-ayat tersebut jarang ada kait-
annya, apalagi memiliki alur cerita. sebab itu, dalam pasal-pasal ini
kita tidak perlu berusaha merangkum isinya. Setiap amsal lebih
cocok berdiri sendiri. Tujuan amsal-amsal ini yaitu untuk memper-
hadapkan kepada kita apa yang baik dan apa yang jahat, berkat dan
kutuk. Banyak di antara amsal-amsal ini dalam pasal sekarang ini
berkaitan dengan penguasaan lidah, sebab tanpa penguasaan lidah,
sia-sialah ibadah kita.
Perkataan yang Berbobot,
1 Amsal-amsal Salomo. Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada
ayahnya, namun anak yang bebal yaitu kedukaan bagi ibunya.
Dalam ayat ini, Salomo yang berbicara kepada kita seperti kepada
anak-anak, menyatakan betapa kebahagiaan para orangtua, baik
orangtua kandung, pemimpin negara, maupun pemimpin rohani, sa-
ngat bergantung pada perilaku yang baik dari orang-orang yang berada
di bawah tanggung jawab mereka.
Ini merupakan alasan:
1. Mengapa orangtua harus sungguh-sungguh mengajar anak-anak
mereka dengan baik dan mendidik mereka dalam ajaran agama.
jika pengajaran tersebut mendapatkan hasil seperti yang dike-
hendaki, maka mereka sendiri juga yang akan terhibur sebab -
nya. Seandainya pun tidak, mereka akan tetap merasa terhibur di
tengah kesukaran mereka, sebab telah melakukan kewajiban
dan jerih payah mereka untuk itu.
2. Mengapa anak-anak harus berperilaku bijaksana dan baik, serta
hidup sesuai dengan ajaran yang telah mereka terima, sehingga
mereka bisa menyenangkan hati orangtua mereka, dan bukannya
membuat mereka sedih.
Perhatikan:
(1) Orang-orang muda yang saleh dan bijaksana akan semakin
terhibur bahwa oleh sebab kebaikan mereka, mereka melaku-
kan sesuatu sebagai imbalan bagi orangtua mereka atas se-
mua pemeliharaan dan jerih payah yang telah orangtua mere-
ka tanggung bersama anak-anak mereka. Orang-orang muda
juga akan merasakan ini bila mereka menyenangkan orangtua
mereka di masa tua yang suram, pada saat mereka sangat
membutuhkannya. Merupakan kewajiban orangtua pula un-
tuk bersukacita sebab anak-anak mereka bijaksana serta
baik perbuatannya, meskipun kebijaksanaan dan perbuatan
baik anak-anak mereka jauh melebihi apa yang mereka miliki.
(2) Orang-orang yang berperilaku buruk akan semakin merasa
bersalah bahwa oleh sebab kejahatan mereka, mereka mendu-
kakan orang-orang yang semestinya bersukacita sebab mere-
ka. Mereka juga menjadi beban, khususnya bagi ibu mereka
yang malang, yang telah melahirkan mereka dengan susah pa-
yah, dan kesusahan itu semakin parah lagi bila mereka meli-
hat anak-anak mereka berlaku jahat dan keji.
2 Harta benda yang diperoleh dengan kefasikan tidak berguna, namun kebe-
naran menyelamatkan orang dari maut. 3 TUHAN tidak membiarkan orang
benar menderita kelaparan, namun keinginan orang fasik ditolak-Nya.
Kedua ayat ini memiliki tujuan yang sama, dan ayat yang terakhir
bisa merupakan alasan bagi ayat sebelumnya.
1. Kekayaan yang diperoleh seseorang dengan cara tidak adil tidak
akan mendatangkan keuntungan baginya, sebab Allah akan
menghancurkannya: Harta benda yang diperoleh dengan kefasik-
an tidak berguna (ay. 2). Harta orang fasik, apalagi yang diperoleh
melalui tindak kejahatan, meskipun sangat banyak jumlahnya
dan disimpan di tempat yang sangat aman serta disembunyikan,
tidak berguna. saat hendak ditimbang untung ruginya, maka
keuntungan yang diperoleh dari harta itu sama sekali tidak akan
sebanding dengan kerugian yang disebabkan oleh kejahatan yang
dilakukan (Mat. 16:26). Harta itu tidak ada untungnya bagi jiwa.
Harta tersebut tidak bisa membeli penghiburan atau kebahagiaan
sejati. Kekayaan itu tidak akan ada gunanya bagi seseorang saat
mati, atau saat ia dihakimi pada hari yang besar itu. Alasannya
yaitu sebab Allah menolak kei