ah. namun ini belum seberapa.
(3) Untuk memperkuat godaan itu,
[1] Ia berpura-pura amat sangat menyayanginya melebihi
pria mana pun: Itulah sebabnya, sebab ada makanan
di mejaku, aku keluar menyongsong engkau, sebab tidak
ada teman lain di dunia ini yang begitu pantas men-
dapatkannya selain engkau (ay. 15). Engkaulah orang-
nya yang sengaja kucari, sungguh-sungguh kucari-cari,
dan aku datang sendiri, tidak mau menyuruh seorang
hamba. Tentu saja teruna itu tidak bisa menolak mene-
maninya, sebab ia begitu menghargai kehadirannya,
dan mau bersusah payah seperti ini untuk mendapat-
kan kebaikan hatinya. Orang-orang berdosa bersusah
payah untuk melakukan kejahatan, dan menjadi seperti
singa yang mengaum-ngaum itu. Mereka berjalan keli-
ling mencari orang yang dapat ditelannya, namun ber-
pura-pura hanya ingin meminta tolong.
[2] Dia ingin agar orang menganggap bahwa Allah Sang Pe-
melihara sendiri menyetujui perbuatannya dalam memi-
lih teruna itu untuk menemaninya. Sebab, begitu cepat-
nya dia menemukan orang yang dicari-carinya!
2. Dia merayunya untuk tidur dengannya. Mereka akan duduk
untuk makan dan minum, dan kemudian bangun untuk ber-
main, bermain permainan nakal, dan sudah ada tempat tidur
yang siap untuk mereka, di mana segala sesuatunya ditata un-
tuk menyenangkan si teruna itu. Untuk menyenangkan mata-
nya, telah dibentangkannya permadani di atas tempat tidur-
nya, yang amat halus dan indah. Tidak pernah dilihatnya yang
seperti itu. Untuk menyenangkan sentuhannya, kain untuk
tempat tidur itu bukanlah buatan lokal. Kain ini didatangkan
dari jauh dan dibeli dengan harga mahal. Kain itu kain lenan
Kitab Amsal 7:6-23
141
beraneka warna dari Mesir (ay. 16). Untuk memuaskan pen-
ciumannya, pembaringan itu ditaburi dengan berbagai wewa-
ngian yang harum semerbak (ay. 17). Oleh sebab itu, datang-
lah dan marilah kita memuaskan berahi (ay. 18; KJV: memuas-
kan cinta pen.). Memuaskan cinta katanya? Memuaskan
nafsu mungkin, nafsu kebinatangan. namun sungguh sayang
bahwa nama cinta sampai disalahgunakan sedemikian rupa.
Cinta sejati berasal dari sorga. Yang ini berasal dari neraka.
Bagaimana mungkin mereka berpura-pura menikmati diri sen-
diri dan berbagi asmara satu sama lain, jika sebenarnya mere-
ka menghancurkan diri sendiri dan satu sama lain?
3. Dia sudah menyiapkan jawaban untuk menanggapi keberatan
yang mungkin diajukan teruna itu mengenai bahaya dari per-
buatan itu. Bukankah dia istri orang, dan bagaimana jika sua-
minya menangkap basah mereka berzinah? Ia akan membuat
mereka membayar sangat mahal untuk permainan mereka,
dan lalu di manakah letak penghiburan pada cinta mereka?
Jangan takut, kata wanita itu, orang baik itu tidak di
rumah (ay. 19, KJV). Ia tidak menyebutnya suaminya, sebab ia
meninggalkan teman hidup masa mudanya dan melupakan
perjanjian Allahnya. namun menyebutnya orang baik di rumah
itu, yang dengannya aku sudah bosan. Demikian pulalah istri
Potifar, saat berbicara tentang suaminya, tidak mau menye-
butnya suaminya, namun cuma menyebutnya dia (Kej. 39:14).
Oleh sebab itu, kita perlu memberi perhatian pada pujian
Sara, bahwa ia berbicara dengan hormat tentang suaminya,
dengan memanggilnya tuan. wanita sundal itu senang
bahwa suaminya tidak ada di rumah, dan oleh sebab itu ia
sedih jika tidak ada yang menemani. sebab itu dia akan ber-
buat bebas dengan siapa saja yang bisa menemaninya, sebab
ia tidak sedang diawasi suaminya, dan suaminya pun tidak
akan pernah tahu. namun , akankah suaminya kembali dengan
cepat? Tidak: Ia sedang dalam perjalanan jauh, dan pasti tidak
akan kembali dengan tiba-tiba. Ia sudah menetapkan kapan
akan kembali, dan tidak pernah pulang lebih awal dari yang
sudah ditetapkannya. Sekantong uang dibawanya, entah,
(1) Untuk ditukarkan, untuk membeli barang-barang, dan ia
tidak akan kembali sampai ia membelanjakan semuanya.
Sayang sekali bahwa orang yang rajin dan jujur sampai
142
dimanfaatkan sedemikian rupa, dan kepergiannya untuk
mencari nafkah, demi kebaikan keluarganya, disalahguna-
kan untuk mengambil untung. Atau,
(2) Untuk dihabiskan dan dipakai bersenang-senang. Entah
adil atau tidak, wanita itu menyindir secara tidak lang-
sung bahwa dia yaitu seorang suami yang buruk. Begitu-
lah dia ingin menggambarkan suaminya, sebab dia sudah
memutuskan untuk menjadi istri yang buruk, dan harus
memakainya sebagai dalih. Alasan ini sering kali diajukan
tanpa dasar, dan tidak pernah memadai. Suamiku suka
mencari kesenangan, dan memboroskan harta bendanya di
luar (katanya), lantas mengapa aku tidak boleh melaku-
kan hal yang sama di rumah?
IV. Tentang keberhasilan godaan ini. Dengan menjanjikan teruna itu
segala sesuatu yang menyenangkan, dan untuk menikmatinya
tanpa khawatir akan mendapat hukuman, dia berhasil mencapai
tujuannya (ay. 21). Tampaknya, pemuda itu, meskipun sangat
polos, tidak mempunyai rancangan jahat apa pun, sebab kalau
tidak, hanya dengan sebuah kata, sebuah isyarat, dan sebuah
kedipan ia pasti akan tergoda, dan semua kata yang bertele-tele
ini tidak akan perlu. namun meskipun pemuda itu tidak berniat
melakukan hal seperti itu, bahkan, di dalam hati nuraninya ingin
menentangnya, namun dengan berbagai-bagai bujukan ia merayu
orang muda itu. Kebejatan-kebejatannya pada akhirnya menang
atas keyakinan-keyakinannya, dan tekad-tekadnya tidak cukup
kuat untuk bertahan melawan serangan-serangan yang licik se-
perti ini. Dengan kelicinan bibir ia menggodanya. Pemuda itu tidak
dapat menutup telinganya untuk tidak mendengarkan perayu
seperti itu, namun menyerahkan diri untuk menjadi tawanannya.
Pelayan-pelayan hikmat, yang menyerukan kepentingannya, dan
yang didukung oleh akal budi, dan yang mengundang manusia
untuk menikmati kesenangan-kesenangan yang sejati dan ilahi,
mendapati telinga manusia tertutup rapat dan tidak mau men-
dengarkan mereka. Dan dengan semua bujukannya, mereka tidak
bisa memaksa manusia untuk datang. namun seperti itulah ke-
kuasaan dosa di dalam hati manusia, bahwa godaan-godaannya
segera menang melalui kebohongan dan sanjungan. Dengan rasa
kasihan yang seperti apa Salomo di sini memandang anak muda
Kitab Amsal 7:6-23
143
yang bodoh ini, saat dia melihatnya mengikuti wanita sun-
dal itu!
(1) Dia menganggapnya sudah habis. Ah, kasihan! Dia binasa. Dia
pergi ke tempat jagal (sebab rumah kenajisan yaitu rumah
jagal bagi jiwa-jiwa yang berharga). Sebuah anak panah akan
segera menembus hatinya. sebab pergi keluar tanpa tutup
pelindung dada, ia akan menerima luka yang akan menda-
tangkan kematian baginya (ay. 23). Itu yaitu hidupnya, hi-
dupnya yang berharga, kini dibuang tanpa bisa diperoleh kem-
bali. Ia benar-benar lenyap tanpa bekas. Hati nuraninya rusak.
Sebuah pintu terbuka bagi semua kekejian lainnya, dan ini
pasti akan berakhir dengan penghukuman kekal baginya.
(2) Apa yang membuat kasusnya lebih menyedihkan lagi yaitu
bahwa dia sendiri tidak sadar akan kesengsaraan dan bahaya
yang mengancamnya. Ia pergi dengan mata tertutup, bahkan,
ia melangkah menuju kehancurannya sambil tertawa-tawa.
Seekor lembu menyangka ia dituntun ke padang rumput keti-
ka sedang dibawa ke tempat penjagalan. Orang bodoh (mak-
sudnya, si pemabuk, sebab, dari semua orang berdosa, para
pemabuklah yang paling bodoh) dibawa kepada belenggu untuk
dihukum, dan tidak merasakan aibnya, namun pergi ke sana
seolah-olah ingin menonton sandiwara. Burung yang dengan
cepat menuju perangkap hanya melihat umpan, dan menjanji-
kan dirinya akan mengecap sedikit makanan enak darinya,
dan tidak sadar bahwa hidupnya terancam. Demikian pulalah
dengan anak muda yang tidak sadar dan tidak waspada ini, ia
tidak memimpikan apa pun selain kesenangan-kesenangan
yang akan dirasakannya dalam pelukan si pelacur, padahal
sebenarnya ia sedang berlari langsung menuju kepada kehan-
curannya. Walaupun di sini Salomo tidak memberi tahu kita
bahwa ia menjatuhkan hukuman kepada pelacur murahan ini,
namun tidak ada alasan bagi kita untuk berpikir bahwa ia
tidak menjatuhkannya, sebab ia sendiri begitu terusik dengan
kejahatan yang dilakukannya, dan amat geram terhadapnya.
144
Godaan Orang Muda
(7:24-27)
24 Oleh sebab itu, hai anak-anak, dengarkanlah aku, perhatikanlah perkata-
an mulutku. 25 Janganlah hatimu membelok ke jalan-jalan wanita itu,
dan janganlah menyesatkan dirimu di jalan-jalannya. 26 sebab banyaklah
orang yang gugur ditewaskannya, sangat besarlah jumlah orang yang dibu-
nuhnya. 27 Rumahnya yaitu jalan ke dunia orang mati, yang menurun ke
ruangan-ruangan maut.
Di sini kita mendapati penerapan dari cerita sebelumnya: Oleh sebab
itu, dengarkanlah aku, dan janganlah dengarkan penggoda-penggoda
seperti itu (ay. 24). Sendengkanlah telinga kepada ayahmu, dan bu-
kan kepada seorang musuh.
1. Camkanlah nasihat baik jika sedang disampaikan kepadamu.
Janganlah hatimu membelok ke jalan-jalan wanita itu (ay. 25).
Janganlah pernah meninggalkan jalan-jalan kebajikan, meskipun
sesak dan sempit, sunyi dan mendaki, demi jalan wanita
sundal, meskipun hijau, luas, dan penuh dengan banyak teman.
Jangan hanya menjaga kakimu dari jalan-jalan itu, namun juga
bahkan hatimu janganlah sampai condong kepadanya. Jangan
pernah menyimpan kecenderungan ke jalan ini, atau berpikiran
lain selain merasa jijik terhadap perbuatan-perbuatan fasik seperti
ini. Biarlah akal budi, hati nurani, dan rasa takut akan Allah me-
merintah di dalam hati, menegur kecondongan-kecondongan hawa
nafsu berahi. Jika engkau melangkah di jalannya, di jalan-jalan
mana saja yang mengarah pada dosa ini, maka engkau tersesat,
engkau sudah menyimpang dari jalan yang benar, jalan yang
aman. Oleh sebab itu berjaga-jagalah, janganlah menyesatkan diri-
mu, supaya jangan engkau terus berkelana tanpa henti.
2. Camkanlah peringatan yang pantas jika sedang disampaikan
kepadamu.
(1) Tengoklah ke belakang, dan lihatlah kejahatan apa yang telah
diperbuat oleh dosa ini. wanita sundal itu tidak saja su-
dah merusak satu orang di sini dan satu orang di sana, namun
juga banyaklah orang yang gugur ditewaskannya. Ribuan
orang sudah binasa, sekarang dan selama-lamanya, oleh kare-
na dosa ini. Dan orang-orang itu bukan hanya anak-anak
muda yang lemah dan polos, seperti teruna yang baru dibica-
rakannya tadi, namun juga sangat besarlah jumlah orang yang
dibunuhnya (ay. 26; KJV: banyak orang kuat telah dibunuhnya
Kitab Amsal 7:24-27
145
pen.). Dalam hal ini, mungkin, Salomo terutama melihat pada
Simson, yang terbunuh oleh dosa ini, dan mungkin pada Daud
juga, yang melalui dosa ini mendatangkan pedang yang meng-
hancurkan keluarganya, meskipun Tuhan sudah mencabutnya
sampai sejauh ini, sehingga Salomo sendiri tidak akan mati.
Mereka ini bukan saja orang-orang yang kuat secara jasmani,
melainkan juga terkenal akan hikmat dan keberaniannya,
namun hawa nafsu kedagingan mereka menang atas mereka.
Merataplah, hai pohon sanobar, sebab sudah rebah pohon aras.
Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-
hatilah supaya ia jangan jatuh.
(2) Tataplah ke depan dengan mata iman, dan lihatlah apa yang
ada di akhir jalan itu (ay. 27). Rumahnya, meskipun berbalut
permadani yang begitu megah dan indah, dan disebut rumah
kesenangan, yaitu jalan ke dunia orang mati. Ruangan-ruang-
annya yaitu anak tangga yang turun menuju ruangan-ruangan
maut dan kegelapan kekal. Cawan persundalan akan segera
berganti dengan cawan kegentaran. Api-api hawa nafsu, jika
tidak dipadamkan dengan pertobatan dan pengendalian diri,
akan membakar kita sampai ke neraka yang paling dalam. Oleh
sebab itu, gentarlah dan jangan berbuat dosa.
PASAL 8
irman (atau perkataan) Allah mempunyai dua sisi, dan, di dalam
kedua pengertiannya, merupakan hikmat. Sebab firman (atau
kata) tanpa hikmat sedikit nilainya, dan hikmat tanpa firman (atau
kata) sedikit manfaatnya. Nah,
I. Pewahyuan ilahi merupakan firman (kata) dan hikmat Allah,
dan agama yang murni serta tidak cemar yang dibangun di
atasnya. Tentang pewahyuan itulah Salomo berbicara di sini,
dengan menyarankannya kepada kita sebagai perkataan yang
benar dan patut diterima sepenuhnya (ay. 1-21). Allah, mela-
lui pewahyuan-Nya, mendidik, memerintah, dan memberkati
anak-anak manusia.
II. Sang Penebus yaitu Firman dan hikmat kekal, Sang Logos.
Dialah Sang Hikmat yang berbicara kepada anak-anak ma-
nusia pada bagian awal pasal ini. Semua pewahyuan ilahi
turun melalui tangan-Nya, dan berpusat pada-Nya. namun
tentang Dia sebagai Hikmat secara pribadilah, yaitu pribadi
kedua dalam ke-Allah-an, Salomo berbicara di sini, menurut
pandangan banyak orang di zaman dulu (ay. 22-31). Salomo
menutup dengan mengulang kembali pesannya kepada anak-
anak manusia untuk memperhatikan suara Allah dengan
tanggap di dalam firman-Nya (ay. 32-36).
Undangan Hikmat
(8:1-11)
1 Bukankah hikmat berseru-seru, dan kepandaian memperdengarkan suara-
nya? 2 Di atas tempat-tempat yang tinggi di tepi jalan, di persimpangan jalan-
jalan, di sanalah ia berdiri, 3 di samping pintu-pintu gerbang, di depan kota,
pada jalan masuk, ia berseru dengan nyaring: 4 Hai para pria, kepadamulah
aku berseru, kepada anak-anak manusia kutujukan suaraku. 5 Hai orang
F
148
yang tak berpengalaman, tuntutlah kecerdasan, hai orang bebal, mengertilah
dalam hatimu. 6 Dengarlah, sebab aku akan mengatakan perkara-perkara
yang dalam dan akan membuka bibirku tentang perkara-perkara yang tepat.
7 sebab lidahku mengatakan kebenaran, dan kefasikan yaitu kekejian bagi
bibirku. 8 Segala perkataan mulutku yaitu adil, tidak ada yang belat-belit
atau serong. 9 Semuanya itu jelas bagi yang cerdas, lurus bagi yang berpe-
ngetahuan. 10 Terimalah didikanku, lebih dari pada perak, dan pengetahuan
lebih dari pada emas pilihan. 11 sebab hikmat lebih berharga dari pada per-
mata, apa pun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya.
Kehendak Allah yang dinyatakan kepada kita untuk keselamatan
kita, di sini digambarkan sebagian besar sebagai suatu hal yang mu-
dah diketahui dan dipahami, sehingga tidak ada orang yang bisa
berdalih atas ketidaktahuan atau kesalahan mereka. Kehendak itu
juga digambarkan sebagai suatu hal yang layak dipeluk, sehingga
tidak ada orang yang bisa berdalih atas kecerobohan dan ketidak-
percayaan mereka.
I. Hal-hal yang dinyatakan itu mudah untuk diketahui, sebab se-
muanya diperuntukkan bagi kita dan bagi anak-anak kita (Ul.
29:29), dan kita tidak perlu terbang membubung tinggi ke langit,
atau menyelam di kedalaman-kedalaman laut, untuk mendapat-
kan pengetahuan akan semua itu (Ul. 30:11), sebab semuanya
sudah dibukakan dan diberitakan sedikit banyak melalui karya-
karya penciptaan (Mzm. 19:2). Secara lebih penuh, melalui hati
nurani manusia dan melalui pemikiran-pemikiran dan aturan-
aturan kekal tentang kebaikan dan kejahatan, dan terlebih jelas
lagi seperti yang disampaikan melalui Musa dan para nabi.
Biarlah kita mendengarkan mereka. Ajaran-ajaran hikmat dapat
diketahui dengan mudah, sebab,
1. Ajaran-ajaran itu diserukan dengan nyaring (ay. 1): bukankah
hikmat berseru-seru? Ya, ia berseru-seru dengan nyaring, dan
tidak menahan-nahan (Yes. 58:1). Ia memperdengarkan suara-
nya, seperti orang yang bersungguh-sungguh dan ingin dide-
ngar. Yesus berdiri dan berseru (Yoh. 7:37). Kutukan-kutukan
dan berkat-berkat dibacakan dengan suara nyaring oleh
orang-orang Lewi (Ul. 27:14). Hati manusia sendiri kadang-
kadang berbicara dengan nyaring kepada mereka. Adakalanya
hati nurani berteriak-teriak, dan ada kalanya berbisik-bisik.
2. Ajaran-ajaran itu diserukan dari ketinggian (ay. 2): di atas tem-
pat-tempat yang tinggi, di sanalah ia berdiri. Dari atas Gunung
Sinailah hukum Taurat diberikan, dan Kristus mengurai-
Kitab Amsal 8:1-11
149
kannya dalam khotbah di bukit. sebab itu, jika kita mere-
mehkan pewahyuan ilahi, maka itu berarti kita sungguh ber-
paling dari Dia yang berbicara dari sorga, sebuah tempat yang
memang tinggi (Ibr. 12:25). wanita sundal berbicara se-
cara sembunyi-sembunyi, mantra-mantra orang kafir diucap-
kan dengan bibir komat-kamit, namun Hikmat berbicara secara
terang-terangan. Kebenaran tidak mencari tempat di sudut-
sudut, namun dengan senang hati datang kepada terang.
3. Ajaran-ajaran itu diserukan di pusat-pusat keramaian, di mana
banyak orang berkumpul bersama-sama, semakin banyak
semakin baik. Yesus mengajar di rumah-rumah ibadat dan di
Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul (Yoh. 18:20).
Setiap orang yang lewat di jalan, dari kalangan atau golongan
apa pun dia, dapat mengetahui apa yang baik dan apa yang
dituntut Tuhan darinya, jika itu bukan sebab kesalahannya
sendiri. Tidak ada kata atau bahasa yang di dalamnya suara
Hikmat tidak terdengar. Penemuan-penemuan dan petunjuk-
petunjuknya diberikan kepada semua orang tanpa pandang
bulu. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!
4. Ajaran-ajaran itu diserukan di tempat yang paling membutuh-
kannya. Ajaran-ajaran itu dimaksudkan sebagai pemandu
jalan kita, dan oleh sebab itu diberitakan di persimpangan
jalan-jalan, tempat bertemunya banyak arah, sehingga para
pelancong, jika mereka mau bertanya, dapat ditunjukkan
mana jalan yang benar, tepat pada saat mereka bingung harus
ke mana. Pada saat itu engkau akan mendengar perkataan ini
dari belakangmu: Inilah jalannya (Yes. 30:21). Orang bodoh
tidak mengetahui jalan ke kota (Pkh. 10:15), dan oleh sebab itu
Hikmat berdiri siap untuk menuntunnya, berdiri di samping
pintu-pintu gerbang, di depan kota, siap memberi tahu dia di
mana rumah si pelihat itu (1Sam. 9:18). Bahkan, ia mengikuti
orang sampai ke rumah mereka, dan berseru-seru kepada
mereka pada jalan masuk, sambil berkata, damai sejahtera
bagi rumah ini; dan jikalau di situ ada orang yang layak
menerima damai sejahtera, maka salam itu pasti akan tinggal
atasnya. Hamba-hamba Allah ditunjuk untuk bersaksi kepada
orang-orang baik di depan umum maupun dari rumah ke
rumah. Hati nurani mereka sendiri mengikuti mereka dengan
peringatan-peringatan ke mana saja mereka pergi, yang pasti
150
dapat mereka dengarkan selama mereka masih mempunyai
kepala dan hati, yang merupakan hukum bagi diri mereka
sendiri.
5. Ajaran-ajaran itu ditujukan kepada anak-anak manusia.
Biasanya kita cenderung memperhatikan pembicaraan yang di
dalamnya kita mendengar diri kita disebut, dan seandainya
tidak demikian, kita pasti akan mengabaikannya. Oleh sebab
itu Hikmat berbicara kepada kita: Hai para pria (KJV: hai umat
manusia pen.), kepadamulah aku berseru (ay. 4), bukan
kepada para malaikat (mereka tidak memerlukan pengajaran-
pengajaran ini), bukan kepada setan-setan (mereka sudah
melanggarnya), bukan juga kepada binatang-binatang (mereka
tidak mampu memahaminya), namun kepadamu, hai umat ma-
nusia, yang berpengetahuan melebihi binatang-binatang di
bumi dan dijadikan lebih bijak dibandingkan burung-burung di
udara. Kepadamulah hukum ini diberikan, kepadamulah per-
kataan undangan ini ditujukan, nasihat ini disampaikan. Ku-
tujukan suaraku kepada anak-anak manusia, yang berkepen-
tingan untuk menerima pengajaran, dan yang olehnya, sangka
orang, suaranya akan disambut dengan sangat baik. Bukan
hanya kepadamu saja, hai orang-orang Yahudi, hikmat ber-
seru-seru. Juga bukan kepadamu, hai orang-orang terhormat!
Bukan kepadamu, hai guru-guru agama! Melainkan kepada-
mu, hai manusia! Hai anak-anak manusia! Bahkan yang
terhina di antaramu.
6. Ajaran-ajaran itu dirancang untuk membuat mereka bijaksana
(ay. 5). Ajaran-ajaran itu tidak hanya diperhitungkan bagi
orang yang mampu menerima hikmat saja, melainkan juga
bagi orang-orang berdosa, manusia yang jatuh, orang-orang
bodoh, yang memerlukannya, dan yang akan binasa tanpanya:
Hai orang yang tak berpengalaman, tuntutlah kecerdasan (KJV:
Hai orang naif, mengertilah hikmat pen.). Meskipun engkau
begitu tidak berpengalaman, Hikmat akan menerimamu seba-
gai murid-muridnya, dan bukan hanya itu, melainkan juga,
jika engkau mau diperintah olehnya, ia akan berusaha mem-
buatmu mengerti dalam hatimu. saat orang-orang berdosa
meninggalkan dosa-dosa mereka, dan menjadi sungguh-sung-
guh saleh, maka pada saat itulah orang yang tidak berpeng-
alaman memahami hikmat.
Kitab Amsal 8:1-11
151
II. Hal-hal yang dinyatakan itu patut diketahui, patut diterima de-
ngan sepenuhnya. Kita berkepentingan untuk mendengarkannya,
sebab,
1. Hal-hal itu tak terkira harganya. Semua itu merupakan per-
kara-perkara yang dalam (ay. 6), perkara-perkara yang mulia,
begitulah kata yang dipakai di sini. Meskipun hal-hal itu
disesuaikan dengan kemampuan terendah, namun di dalam-
nya terkandung sesuatu yang akan menjadi penghiburan bagi
orang-orang besar. Hal-hal itu merupakan perkara-perkara
ilahi dan sorgawi, yang begitu dalam sehingga, jika dibanding-
kan dengannya, semua pembelajaran yang lain hanyalah
seperti permainan anak-anak. Hal-hal yang berhubungan de-
ngan Allah yang kekal, dengan jiwa yang tidak bisa mati, dan
dengan keadaan abadi sudah pasti merupakan perkara-per-
kara yang dalam.
2. Hal-hal itu adil tanpa terbantahkan, dan mengandung bukti
mengenai kebaikannya sendiri di dalamnya. Itu yaitu per-
kara-perkara yang tepat (ay. 6), semuanya adil (ay. 8), dan
tidak ada yang belat-belit atau serong di dalamnya. Semua
pernyataan dan petunjuk dari agama wahyu sesuai dengan,
dan merupakan penyempurnaan dari, terang dan hukum
alam. Di dalamnya tidak ada yang menyulitkan kita, yang
memaksakan kekangan-kekangan yang tidak semestinya. Di
dalamnya juga tidak ada yang tidak pantas bagi hakikat ma-
nusia yang bermartabat dan mempunyai kebebasan, tidak ada
yang memberi kita alasan untuk mengeluhkannya. Semua
ajaran Allah mengenai segala hal itu tepat.
3. Ajaran-ajaran Hikmat itu benar tanpa bisa diragukan lagi.
Ajaran-ajaran Hikmat, yang di atasnya hukum-hukumnya di-
bangun, yaitu sedemikian rupa sehingga padanya kita dapat
mempertaruhkan jiwa kita yang tidak bisa mati: lidahku me-
ngatakan kebenaran (ay. 7), kebenaran yang sepenuhnya, dan
hanya kebenaran, sebab ia merupakan kesaksian bagi selu-
ruh dunia. Setiap firman Allah itu benar. Di dalamnya bahkan
tidak ada sedikit pun kepalsuan-kepalsuan rohani, dan kita
juga tidak akan ditipu dalam apa yang diberitahukan kepada
kita demi kebaikan kita sendiri. Kristus yaitu saksi yang
setia, yaitu kebenaran itu sendiri. Kefasikan (yakni, dusta)
yaitu kekejian bagi bibir-Nya. Perhatikanlah, dusta yaitu
152
kefasikan, dan kita tidak saja harus menahan diri darinya,
namun juga itu harus menjadi kekejian bagi kita, dan kita ha-
rus menjauhkannya dari apa yang kita katakan, sebab dusta
itu jauh dari apa yang dikatakan Allah kepada kita. Firman-
Nya kepada kita yaitu ya dan amin. Jadi janganlah perkata-
an kita menjadi ya dan tidak.
4. Ajaran-ajaran Hikmat itu secara menakjubkan dapat diterima
dan disetujui oleh orang-orang yang menjalaninya dengan be-
nar, yang memahaminya dengan benar, yang penghakiman-
penghakimannya tidak dibutakan dan dibuat berat sebelah
oleh dunia dan kedagingan. Oleh orang-orang yang tidak ber-
ada di bawah kuasa prasangka, yang memiliki pengetahuan
tentang Allah, dan yang pengertiannya telah dibukakan-Nya.
Oleh orang-orang yang mencari pengetahuan tanpa memihak,
yang bersusah payah untuk mendapatkannya, dan yang telah
menemukannya di dalam pencarian-pencarian yang sudah
mereka lakukan selama ini. Bagi mereka,
(1) Semua hal itu jelas, dan tidak sulit untuk dipahami. Jika
sebuah kitab dimeteraikan, itu hanya bagi orang-orang
yang memilih untuk bersikap masa bodoh. Jika Injil kita
tersembunyi, itu tersembunyi bagi orang-orang yang terhi-
lang. namun , bagi orang-orang yang menjauhi kejahatan,
yang merupakan akal budi itu sendiri, yang memiliki peng-
ertian yang baik seperti pada orang-orang yang melakukan
perintah-perintah-Nya, maka bagi mereka semua hal itu
jelas dan tidak ada satu pun yang sulit di dalamnya. Jalan
agama yaitu jalan raya, dan para pengembara, meskipun
pandir, tidak akan tersesat di dalamnya (Yes. 35:8, KJV).
Oleh sebab itu, pihak-pihak tertentu yang melarang orang
awam membaca Kitab Suci dengan dalih bahwa mereka
tidak dapat memahaminya berarti melakukan kejahatan
besar, sebab Kitab Suci itu jelas bagi orang biasa.
(2) Semua hal itu lurus, dan tidak susah bagi orang untuk
tunduk kepadanya. Mereka yang mengenali perkara-per-
kara yang berbeda, yang mengetahui mana yang baik dan
mana yang jahat, akan siap menuruti semua tuntutan
Hikmat yang lurus. Dan sebab itu, tanpa menggerutu atau
berbantah, mereka akan mengatur diri mereka dengannya.
Kitab Amsal 8:12-21
153
III. Dari semuanya ini Salomo menyimpulkan bahwa pengetahuan
yang benar akan hal-hal tersebut, sebegitu rupa sehingga meng-
ubah kita sepenuhnya menjadi serupa dengan hal-hal tersebut,
haruslah diutamakan melebihi semua harta dunia ini (ay. 10-11):
terimalah didikanku, lebih dari pada perak. Didikan tidak saja
harus didengar, namun juga diterima. Kita harus menyambutnya,
menerima pengaruh-pengaruhnya, dan taat kepada perintahnya.
Dan terimalah ini lebih dari pada emas, maksudnya,
1. Kita harus lebih mengutamakan agama dibandingkan kekayaan,
dan memandang agama sedemikian rupa sehingga, jika kita
memiliki pengetahuan dan rasa takut akan Allah di dalam hati
kita, maka kita benar-benar lebih berbahagia dan lebih
diperlengkapi untuk setiap keadaan hidup dibandingkan jika kita
mempunyai perak dan emas yang begitu banyak. Hikmat itu
pada dirinya sendiri lebih berharga dari pada permata, dan
oleh sebab itu kita pun harus memandangnya demikian. Hik-
mat akan membuat kita lebih berharga, akan memberi kita
bagian yang lebih baik. Tunjukkanlah hikmat, maka ia akan
menjadi perhiasan yang lebih baik dibandingkan batu permata dan
batu-batu yang paling berharga. Apa pun yang dapat kita
impikan dan harapkan dari kekayaan dunia ini, jika kita me-
milikinya, tidaklah berharga jika dibandingkan dengan keun-
tungan-keuntungan yang menyertai kesalehan yang sungguh-
sungguh.
2. Kita harus mati bagi kekayaan dunia ini, agar kita dapat lebih
dekat dan lebih sungguh-sungguh hidup mengabdikan diri
untuk urusan agama. Kita harus menerima didikan sebagai
hal yang utama, dan kemudian tidak usah peduli apakah kita
menerima perak atau tidak. Bahkan, kita tidak boleh mene-
rima perak sebagai bagian dan imbalan kita, sebab orang kaya
menerima segala yang baik sewaktu hidupnya.
Keuntungan-keuntungan Hikmat
(8:12-21)
12 Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku menda-
pat pengetahuan dan kebijaksanaan. 13 Takut akan TUHAN ialah membenci
kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang
jahat, dan mulut penuh tipu muslihat. 14 Padaku ada nasihat dan pertim-
bangan, akulah pengertian, padakulah kekuatan. 15 sebab aku para raja me-
merintah, dan para pembesar menetapkan keadilan. 16 sebab aku para pem-
154
besar berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim di bumi. 17 Aku
mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku
akan mendapatkan daku. 18 Kekayaan dan kehormatan ada padaku, juga har-
ta yang tetap dan keadilan. 19 Buahku lebih berharga dari pada emas, bahkan
dari pada emas tua, hasilku lebih dari pada perak pilihan. 20 Aku berjalan
pada jalan kebenaran, di tengah-tengah jalan keadilan, 21 supaya kuwariskan
harta kepada yang mengasihi aku, dan kuisi penuh perbendaharaan mereka.
Hikmat di sini yaitu Kristus, yang di dalam Dia tersembunyi segala
harta hikmat dan pengetahuan. Hikmat itu yaitu Kristus di dalam
firman dan Kristus di dalam hati, bukan hanya Kristus yang dinyata-
kan kepada kita, melainkan juga Kristus yang dinyatakan di dalam
diri kita. Hikmat itu yaitu firman Allah, yang mencakup seluruh
pewahyuan ilahi. Hikmat itu yaitu Allah Sang Firman, yang di
dalam Dia segala pewahyuan ilahi berpusat. Hikmat itu yaitu jiwa
yang dibentuk oleh firman. Hikmat itu yaitu Kristus yang dibentuk
di dalam jiwa. Hikmat itu yaitu agama dalam kemurnian dan kua-
sanya. Hal-hal yang mulia dibicarakan di sini mengenai pribadi yang
ulung ini, perkara yang unggul ini.
I. Hikmat ilahi mengisi kepala manusia dengan hal-hal yang baik
(ay. 12): Aku, Hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan
(KJV: tinggal bersama-sama dengan kebijaksanaan pen.), bukan
dengan kebijaksanaan badani (hikmat yang dari atas bertentang-
an dengan kebijaksanaan itu, 2Kor. 1:12), melainkan dengan
kebijaksanaan yang sejati, yang bermanfaat untuk mengatur
perilaku baik. Hikmat orang bijaksana yang mengerti jalannya
sendiri dan yang dalam semua keadaan merupakan hal terpenting
untuk berhasil. Kecerdikan si ular, yang digunakan bukan hanya
untuk menjaga diri dari bahaya, melainkan juga untuk membim-
bing dalam berbuat baik. Hikmat tinggal bersama-sama dengan
kebijaksanaan. Sebab, kebijaksanaan yaitu buah dari agama
dan merupakan perhiasannya. Dan melalui bantuan Kitab Suci,
ada lebih banyak temuan yang cerdik, baik untuk memahami
dengan benar pemeliharaan-pemeliharaan Allah dan menggagal-
kan rancangan-rancangan Iblis dengan berhasil maupun untuk
berbuat baik pada masa hidup kita. Semua ini tidak pernah di-
temukan melalui pengetahuan para filsuf atau ajaran politik para
negarawan. Kita dapat menerapkannya kepada Kristus sendiri. Ia
tinggal bersama-sama dengan kebijaksanaan, sebab seluruh pe-
kerjaan-Nya yaitu hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia,
Kitab Amsal 8:12-21
155
dan di dalamnya Allah melimpahkan kepada kita segala hikmat
dan pengertian. Kristus mendapat pengetahuan tentang temuan
yang besar itu, dan temuan itu menuntut harga yang sangat mahal
bagi-Nya, yakni keselamatan manusia, melalui korban pemuasan
dosa yang dipersembahkan-Nya, sebuah sarana yang mengagum-
kan. Sementara kita mendapatkan banyak temuan untuk meng-
hancurkan diri kita sendiri, Ia mendapatkan satu temuan untuk
memulihkan kita. Perjanjian anugerah diatur dengan begitu baik
dalam segala hal sehingga mau tidak mau kita harus menyimpul-
kan bahwa Dia yang mengaturnya tinggal bersama-sama dengan
kebijaksanaan.
II. Hikmat ilahi mengisi hati manusia dengan hal-hal yang baik (ay.
13). Agama yang benar, yang mengandung rasa takut akan Tuhan,
yang merupakan hikmat yang sudah disarankan sebelumnya,
mengajar orang,
1. Untuk membenci semua dosa sebagai sesuatu yang tidak ber-
kenan bagi Allah dan yang merusak jiwa: takut akan TUHAN
ialah membenci kejahatan, tingkah laku yang jahat, membenci
dosa sebagai dosa, dan oleh sebab itu membenci segala jalan
dusta. Di mana ada rasa hormat terhadap Allah, di situ ada
rasa ngeri terhadap dosa, sebagai sesuatu yang jahat, sebagai
kejahatan semata-mata.
2. Secara khusus untuk membenci kesombongan dan hawa naf-
su, dua dosa umum dan berbahaya itu. Keangkuhan diri, ke-
sombongan dan kecongkakan, yaitu dosa-dosa yang dibenci
Kristus, dan dengan demikian harus dibenci oleh semua orang
yang memiliki Roh Kristus. Setiap orang membencinya dalam
diri orang lain, namun kita harus membencinya dalam diri kita
sendiri. Mulut penuh tipu muslihat (KJV: mulut yang cenderung
membantah pen.), yang bawaannya marah-marah kepada
orang lain, dibenci Allah, sebab hal itu sungguh merupakan
musuh bagi kedamaian umat manusia, dan oleh sebab itu kita
harus membencinya. Biarlah dikatakan orang untuk menda-
tangkan kehormatan bagi agama bahwa, betapapun dituduh
secara tidak adil, agama sama sekali tidak bermaksud mem-
buat orang congkak dan membenci orang lain. sebab itu,
tidak ada hal lain lagi yang langsung bertentangan dengan
agama selain keangkuhan dan hawa nafsu. Juga, tidak ada
156
hal lain yang lebih diajarkannya kepada kita untuk kita benci
selain keangkuhan dan hawa nafsu.
III. Hikmat ilahi mempunyai pengaruh yang besar terhadap masalah-
masalah umum dan tatanan warga yang baik (ay. 14).
Kristus, sebagai Allah, memiliki kekuatan dan hikmat. Hikmat
dan keperkasaan yaitu kepunyaan-Nya. Sebagai Penebus, Dia
yaitu hikmat Allah dan kekuatan Allah. Bagi semua orang
kepunyaan-Nya, Dia dijadikan oleh Allah baik sebagai kekuatan
maupun hikmat. Di dalam Dia kekuatan dan hikmat itu tersimpan
bagi kita, supaya kita mengetahui dan melakukan kewajiban kita.
Dia yaitu penasihat ajaib, dan Dia memberikan anugerah yang
merupakan satu-satunya kebijaksanaan yang benar itu. Dia
sendirilah pengertian itu, dan pada-Nya ada kekuatan bagi semua
orang yang menguatkan diri mereka di dalam Dia. Agama yang
benar memberi orang nasihat terbaik dalam segala permasalahan
yang sulit, dan membantu menerangi jalan mereka. Di mana saja
Hikmat ilahi berada, ia memberikan pengertian, ia memiliki
kekuatan. Ia akan menjadi apa saja yang kita perlukan, baik da-
lam pelayanan maupun dalam penderitaan. jika firman Allah
diam dengan segala kekayaannya, maka ia membuat manusia
sempurna dan memperlengkapi dia sepenuhnya untuk setiap per-
kataan dan perbuatan baik. yaitu para raja, para pembesar, dan
para hakim yang paling membutuhkan hikmat dan kekuatan,
nasihat dan keberanian dibandingkan orang-orang lain, supaya
mereka dapat menggunakan kepercayaan-kepercayaan yang di-
berikan kepada mereka dengan benar, dan agar mereka dapat
menjadi berkat bagi orang-orang yang ada di bawah tanggung
jawab mereka. Dan oleh sebab itu, Hikmat berkata, sebab aku
para raja memerintah (ay. 15-16), maksudnya,
1. Pemerintahan sipil yaitu ketetapan ilahi, dan orang-orang
yang dipercayakan untuk menjalankannya mendapat mandat
dari Kristus. Salah satu tugas dari jabatan-Nya sebagai Raja
yaitu melalui Dia para raja memerintah. Kepada-Nya telah
diserahkan segala penghakiman, dan dari Dialah kekuasaan
mereka berasal. Mereka memerintah sebab Dia, dan oleh
sebab itu harus memerintah untuk-Nya.
2. Apa pun kemampuan yang dimiliki oleh para raja atau para
pembesar, mereka berutang budi kepada anugerah Kristus
Kitab Amsal 8:12-21
157
untuk itu. Dia memberi mereka roh untuk memerintah, dan
mereka tidak mempunyai apa-apa, tidak mempunyai keahlian,
tidak mempunyai asas-asas keadilan, selain dari apa yang
dikaruniakan-Nya kepada mereka. Keputusan dari Allah ada di
bibir raja. Jadi, raja-raja harus menjadi bagi rakyat mereka
sebagaimana Ia menjadikan mereka.
3. Agama amat berperan sebagai penguat dan pendukung peme-
rintahan sipil. Agama mengajarkan kepada rakyat kewajiban-
kewajiban mereka, dan oleh sebab nya raja-raja memerintah
atas mereka dengan lebih mudah. Agama mengajarkan kepada
para raja kewajiban mereka, dan oleh sebab nya raja-raja me-
merintah sebagaimana mestinya. Mereka menetapkan keadilan,
jika mereka memerintah dengan takut akan Allah. Orang-
orang yang memerintah dengan baik yaitu mereka yang bisa
diperintah oleh agama.
IV. Hikmat ilahi akan membuat semua orang yang menerima dan
memeluknya berbahagia, sungguh-sungguh berbahagia.
1. Mereka akan berbahagia di dalam kasih Kristus. Sebab, Dialah
yang berkata, Aku mengasihi orang yang mengasihi Aku (ay.
17). Orang-orang yang mengasihi Tuhan Yesus Kristus dengan
tulus akan dikasihi-Nya dengan kasih yang khusus dan
istimewa: Ia akan mengasihi mereka dan menyatakan diri-Nya
kepada mereka.
2. Mereka akan berbahagia dalam keberhasilan mereka mencari
Dia: Orang yang tekun mencari Aku, yang berusaha mengenal-
Ku dan mencari kepentingan di dalam diri-Ku, berarti men-
cari-Ku sejak dini, maksudnya, mencari-Ku dengan sungguh-
sungguh, mencari-Ku terlebih dahulu sebelum mencari-cari
yang lain, memulai sejak dini pada masa muda mereka untuk
mencari-Ku, mereka akan mendapatkan apa yang mereka
cari. Kristus akan menjadi milik mereka, dan mereka akan
menjadi milik-Nya. Ia tidak pernah berkata, carilah dengan
sia-sia.
3. Mereka akan berbahagia dalam kekayaan duniawi, atau dalam
suatu hal yang lebih baik secara tak terhingga.
(1) Mereka akan mendapatkan banyak kekayaan dan kehor-
matan sebagaimana yang dipandang baik oleh Hikmat
Kekal bagi mereka (ay. 18). Kekayaan dan kehormatan ada
158
pada Kristus, maksudnya, Ia memilikinya untuk diberikan,
dan cocok tidaknya hal itu diberikan kepada kita haruslah
kita serahkan kepada-Nya. Agama kadang-kadang mem-
bantu membuat orang menjadi kaya dan besar di dunia ini,
memberi mereka nama baik, dan dengan demikian menam-
bah harta kekayaan mereka. Kekayaan-kekayaan yang di-
berikan Hikmat kepada orang-orang yang dikasihinya mem-
punyai dua keuntungan sebagai berikut:
[1] Bahwa itu yaitu kekayaan dan keadilan, kekayaan
yang didapatkan dengan jujur, bukan dengan penipuan
dan penindasan, melainkan dengan cara-cara biasa, dan
kekayaan yang digunakan untuk berderma, sebab amal
disebut dengan keadilan. Orang-orang yang mendapat-
kan kekayaan mereka dari berkat Allah atas ketekunan
mereka, dan yang mempunyai hati untuk berbuat baik
dengannya, mempunyai kekayaan dan keadilan.
[2] Bahwa oleh sebab itu, kekayaan ini yaitu harta yang
tetap (KJV: kekayaan yang bertahan lama pen.). Keka-
yaan yang diperoleh dengan kesombongan akan keber-
hasilan pribadi akan cepat berkurang, namun kekayaan
yang diperoleh secara halal akan bisa dipakai dengan
baik dan diwariskan kepada anak cucu. Dan apa yang
dihabiskan dengan baik dalam perbuatan-perbuatan sa-
leh dan kasih berarti digunakan untuk kepentingan
yang terbaik, dan dengan demikian akan tetap berta-
han. Sebab teman-teman yang kita dapat dengan mem-
pergunakan Mamon yang tidak jujur, saat kita gagal,
akan menerima kita di dalam kemah abadi (Luk. 16:9).
Harta itu masih akan ditemukan sesudah berhari-hari
lamanya, selama hari-hari dalam kehidupan kekal.
(2) Mereka akan mendapatkan apa yang jauh lebih baik secara
tak terhingga, jika mereka tidak memiliki kekayaan dan
kehormatan di dunia ini (ay. 19): Buahku lebih berharga
dari pada emas, dan akan menjadi simpanan yang lebih
baik, akan lebih bernilai dan lebih sedikit memakan tem-
pat, dan hasilku lebih dari pada perak pilihan, akan lebih
mahal harganya. Kita dapat meyakinkan diri kita sendiri
bahwa bukan saja hasil-hasil Hikmat pada akhirnya, me-
Kitab Amsal 8:12-21
159
lainkan juga apa yang diperolehnya untuk sementara wak-
tu, bukan hanya buahnya, melainkan juga hasilnya, yaitu
lebih berharga dibandingkan yang terbaik yang kita miliki atau
yang hilang dari kita di dunia ini.
4. Mereka akan berbahagia di dalam anugerah Allah sekarang.
Anugerah Allah itu akan menjadi pembimbing mereka di jalan
yang baik (ay. 20). Inilah buah hikmat yang lebih berharga dari
pada emas itu, dari pada emas tua. Ia membimbing kita di
jalan kebenaran, menunjukkan kepada kita jalan itu, dan ber-
jalan mendahului kita di dalamnya. Jalan yang diinginkan
Allah untuk kita lalui dan yang pasti akan membawa kita ke-
pada tujuan yang kita inginkan. Anugerah Allah itu memimpin
di tengah-tengah jalan keadilan, dan menyelamatkan kita
sehingga tidak menyimpang ke kiri atau ke kanan. In medio
virtus Kebajikan terletak di tengah-tengah. Kristus dengan Roh-
Nya menuntun orang-orang percaya ke dalam seluruh kebenar-
an, dan dengan demikian memimpin mereka di jalan kebenaran,
sehingga mereka pun hidup menurut Roh.
5. Mereka akan berbahagia di dalam kemuliaan Allah pada masa
yang akan datang (ay. 21). Oleh sebab itu, Hikmat berjalan
pada jalan kebenaran, bukan hanya agar ia dapat menjaga
teman-temannya di jalan kewajiban dan ketaatan, melainkan
juga agar ia dapat mewariskan harta kepada mereka dan
mengisi penuh perbendaharaan mereka, yang tidak dapat
dilakukan dengan harta benda dunia ini, atau dengan apa saja
selain Allah dan sorga. Kebahagiaan orang-orang yang menga-
sihi Allah, dan yang mengabdikan diri mereka untuk melayani-
Nya, yaitu kebahagiaan yang sesungguh-sungguhnya dan
yang memberi kepuasan sejati.
(1) Kebahagiaan itu yaitu kebahagiaan yang hakiki. Itu ada-
lah inti dari kebahagiaan itu sendiri. Itu yaitu kebahagia-
an yang akan terus ada dengan sendirinya oleh dirinya sen-
diri, dan berdiri sendiri, tanpa dukungan-dukungan yang
bersifat kebetulan, yang datang dari luar untuk menambah
kebahagiaannya. Perkara-perkara rohani dan kekal yaitu
satu-satunya perkara yang nyata dan yang merupakan inti.
Sukacita di dalam Allah yaitu sukacita yang sesungguh-
sungguhnya, kokoh dan mempunyai landasan yang baik.
160
Janji-janji Allah yaitu pengikat bagi mereka yang ber-
sukacita di dalam Dia, Kristus yaitu jaminan mereka, dan
baik janji-janji Allah maupun Kristus sungguh-sungguh
yang mereka perlukan. Mereka mewarisi harta. Maksud-
nya, warisan mereka untuk masa yang akan datang ber-
sifat pokok, yang sungguh-sungguh merupakan harta wa-
risan. Warisan itu yaitu kemuliaan yang melebihi segala-
galanya. Warisan itu yaitu harta (Ibr. 10:34). Segala keba-
hagiaan mereka yaitu kebahagiaan yang mereka dapat-
kan sebagai ahli waris. Kebahagiaan itu didasarkan atas
kedudukan mereka sebagai anak.
(2) Kebahagiaan itu memuaskan. Kebahagiaan itu tidak hanya
akan mengisi tangan mereka, namun juga mengisi penuh
perbendaharaan mereka, tidak hanya memelihara mereka,
namun juga membuat mereka kaya. Hal-hal dari dunia ini
dapat mengisi perut manusia (Mzm. 17:14), namun tidak
perbendaharaan mereka, sebab semua itu pada dirinya
sendiri tidak dapat menyimpan barang untuk bertahun-
tahun lamanya. Mungkin mereka akan kehilangan semua-
nya itu pada malam ini juga. namun sekalipun perbenda-
haraan jiwa begitu luas, masih ada banyak harta di dalam
Allah, di dalam Kristus, dan di dalam sorga untuk mengisi-
nya. Dalam janji-janji Hikmat, orang-orang percaya mem-
punyai barang-barang yang tertimbun, bukan untuk ber-
hari-hari dan bertahun-tahun, namun untuk selama-lama-
nya. Oleh sebab itu, buahnya lebih berharga dari pada
emas.
Hikmat Kekal dan Ilahi
(8:22-31)
22 TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai
perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. 23 Sudah pada zaman purba-
kala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada. 24 Sebelum air
samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat
dengan air. 25 Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada
bukit-bukit aku telah lahir; 26 sebelum Ia membuat bumi dengan padang-pa-
dangnya atau debu dataran yang pertama. 27 saat Ia mempersiapkan langit,
aku di sana, saat Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera
raya, 28 saat Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera
raya meluap dengan deras, 29 saat Ia menentukan batas kepada laut, su-
paya air jangan melanggar titah-Nya, dan saat Ia menetapkan dasar-dasar
bumi, 30 aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku men-
Kitab Amsal 8:22-31
161
jadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; 31 aku
bermain-main di atas muka bumi-Nya dan anak-anak manusia menjadi kese-
nanganku.
Bahwa seorang pribadi yang berakal dan ilahilah yang berbicara di
sini tampak sangat jelas, dan bahwa pribadi itu tidak hanya dimak-
sudkan sebagai sifat pokok dari hakikat ilahi, sebab Hikmat di sini
memiliki sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan seorang pribadi. Tam-
pak jelas di sini bahwa pribadi yang berakal dan ilahi ini tidak lain
dan tidak bukan yaitu Anak Allah sendiri. Hal-hal utama yang
dibicarakan tentang hikmat di sini dihubungkan dengan-Nya dalam
kitab-kitab lain, dan kita harus menjelaskan kitab suci dengan kitab
suci itu sendiri. Salomo sendiri mungkin hanya bermaksud memberi-
kan pujian bagi hikmat sebab hikmat merupakan sifat Allah, yang
dengannya Ia menjadikan dunia dan mengaturnya, dan ia menyaran-
kan umat manusia agar mempelajari hikmat yang bisa menjadi milik
mereka itu. Namun, Roh Allah, yang memberitahukan apa yang
ditulisnya, membawanya sedemikian rupa, sebagaimana yang sering
terjadi pada Daud, untuk menuliskan ungkapan-ungkapan yang
tidak akan sesuai untuk diterapkan bagi orang lain selain bagi Anak
Allah, dan untuk mengantarkan kita ke dalam pengetahuan tentang
perkara-perkara besar mengenai Dia. Semua pewahyuan ilahi yaitu
wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, dan di
sini kita diberi tahu siapa Dia dan apa, sebagai Allah, yang diran-
cangkan bagi-Nya dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan kekal untuk
menjadi Pengantara antara Allah dan manusia. Penjelasan terbaik
untuk ayat-ayat ini kita dapati dalam empat ayat pertama dari Injil
Yohanes. Pada mulanya yaitu Firman, dst.
Mengenai Anak Allah amatilah di sini:
I. Kepribadian-Nya dan keberadaan-Nya yang tersendiri. Ia satu de-
ngan Bapa dan sehakikat dengan Dia, namun merupakan pribadi
tersendiri, yang dimiliki TUHAN (ay. 22, KJV), yang dibentuk (ay.
23), dilahirkan (ay. 24-25), dan yang ada serta-Nya (ay. 30), sebab
Dia yaitu gambar wujud Allah (Ibr. 1:3).
II. Kekekalan-Nya. Dia dilahirkan dari Bapa, sebab Tuhan memiliki-
Nya, sebagai Anak-Nya sendiri, Anak yang dikasihi-Nya, dan
membawa Dia di pangkuan-Nya. Dia dilahirkan sebagai Anak
tunggal Bapa, dan ini sebelum dunia ada, yang teramat sangat
162
ditekankan di sini. Firman itu kekal, dan sudah ada sebelum
dunia ada, sebelum permulaan waktu. sebab nya, itu pasti ber-
arti bahwa Firman berasal dari kekekalan. TUHAN telah memiliki-
Nya pada permulaan pekerjaan-Nya, pada permulaan kebijak-
sanaan-kebijaksanaan (atau tujuan-tujuan) kekal-Nya, sebab se-
mua itu ada sebelum perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu
kala. Pekerjaan-Nya di sini memang tidak memiliki awal, sebab
tujuan-tujuan Allah itu pada dirinya yaitu kekal seperti halnya
Allah sendiri, namun Allah berbicara kepada kita dalam bahasa
kita sendiri. Hikmat menjelaskan dirinya sendiri (ay. 23): sudah
pada zaman purbakala aku dibentuk. Anak Allah, dalam kebijak-
sanaan-kebijaksanaan Allah yang kekal, dirancang dan diangkat
menjadi hikmat dan kuasa Bapa, terang dan hidup, dan semua di
dalam semua, baik dalam penciptaan maupun dalam penebusan
dunia. Bahwa Ia dilahirkan ke dalam keberadaan-Nya, dan diben-
tuk dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan ilahi yang berkenaan de-
ngan jabatan-Nya, sebelum dunia dijadikan, di sini diketengahkan
dalam ungkapan-ungkapan yang amat beragam, hampir sama de-
ngan ungkapan-ungkapan yang melaluinya kekekalan Allah sen-
diri diungkapkan. Sebelum gunung-gunung dilahirkan (Mzm. 90:2).
1. Sebelum bumi ada, dan bumi itu dijadikan pada awal mula,
sebelum manusia diciptakan. Oleh sebab itu, Adam kedua su-
dah ada sebelum Adam yang pertama, sebab Adam yang per-
tama dijadikan dari debu tanah di bumi, sedangkan Adam yang
kedua sudah ada sebelum bumi ada, dan oleh sebab itu bukan
dari bumi (Yoh. 3:31).
2. Sebelum ada lautan (ay. 24), sebelum air samudera raya ada,
yang di dalamnya air-air dikumpulkan bersama-sama, sebelum
ada mata air yang menyemburkan semua air itu, sebelum ada
samudra raya yang di atasnya Roh Allah melayang-layang un-
tuk menghasilkan karya ciptaan yang dapat dilihat (Kej. 1:2).
3. Sebelum ada gunung-gunung, gunung-gunung yang kekal (ay.
25). Elifas, untuk meyakinkan Ayub akan ketidakmampuan-
nya untuk menghakimi kebijaksanaan-kebijaksanaan ilahi,
bertanya kepadanya, (Ayb. 15:7), Apakah engkau dijadikan
lebih dahulu dari pada bukit-bukit? Tidak, tidak demikian.
namun lebih dahulu dari pada bukit-bukit, Sang Firman kekal
sudah lahir.
Kitab Amsal 8:22-31
163
4. Sebelum ada belahan-belahan dunia yang dapat dihuni, yang
diolah oleh manusia, dan dituai buah-buahnya (ay. 26), padang-
padang di lembah dan dataran, yang baginya gunung-gunung
seperti tembok, yang merupakan debu dunia yang tertinggi;
debu dunia yang pertama (menurut sebagian orang), atom-atom
yang menyusun beberapa belahan dunia; bagian debu yang uta-
ma atau pokok, begitu ayat ini bisa dibaca, dan dipahami se-
bagai manusia, yang diciptakan dari debu tanah dan yang me-
rupakan debu, namun debu yang utama, debu yang dihidupkan,
debu yang dipoles. Sang Firman kekal sudah ada sebelum ma-
nusia dijadikan, sebab di dalam Dialah ada hidup manusia.
III. Peranan-Nya dalam menjadikan dunia. Dia tidak hanya sudah
ada sebelum dunia ada, namun juga hadir, bukan sebagai penon-
ton, melainkan sebagai perancang, saat dunia dijadikan. Allah
membungkam dan merendahkan Ayub dengan bertanya kepada-
nya, Di manakah engkau, saat Aku meletakkan dasar bumi? Si-
apakah yang telah menetapkan ukurannya? (Ayb. 38:4, dst.).
Apakah engkau Sang Firman dan Hikmat kekal itu, yang merupa-
kan pengatur utama dari perkara yang agung itu? Bukan. Engkau
cuma anak kemarin sore. namun di sini Anak Allah, dengan meru-
juk, tampaknya, pada percakapan antara Allah Ayub, menyatakan
diri-Nya sudah terlibat dalam hal yang untuknya Ayub tidak bisa
mengaku menjadi saksi dan pekerja, yakni penciptaan dunia. Oleh
Dia Allah telah menjadikan alam semesta (Ef. 3:9; Ibr. 1:2; Kol.
1:16).
1. saat , pada hari pertama penciptaan, pada awal mula waktu,
Allah berkata, Jadilah terang, dan dengan berfirman men-
jadikannya. Hikmat kekal inilah Sang Firman yang berkuasa
itu: Pada waktu itu Aku di sana, saat Ia mempersiapkan la-
ngit, sumber dari cahaya itu, yang, apa pun itu adanya, meru-
pakan hal yang pokok, yang terpenting, yang ada di sana.
2. Dia pun sama berperannya saat , pada hari kedua, Ia mem-
bentangkan cakrawala, wilayah yang teramat luas itu, dan
menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya (ay.
27), mengelilinginya dari segala arah dengan tirai itu, dengan
tabir itu. Atau mungkin ini merujuk pada tatanan dan cara
yang tepat yang digunakan Allah untuk membingkai semua
bagian alam semesta, seperti pekerja memberi tanda pada kar-
164
yanya dengan garis dan lingkaran. Pekerjaan itu sama sekali
tidak melenceng dari rencananya, yang dibentuk di dalam akal
budi yang kekal.
3. Dia juga ikut bekerja pada hari ketiga, saat air yang di atas
langit dikumpulkan bersama-sama dengan menetapkan awan-
awan di atas, dan