Rabu, 29 Januari 2025

muhammad dan islam 7


 au tidak, 

dia tidak mempunyai karakter yang diperlukan untuk menyelesaikan 

masalah yang dia hadapi sebagai amir al-mu'minin. Dirinya, pada masa 

sebelumnya dalam sejarah, tidak menunjukkan sesuatu yang luar biasa 

dalam hal kemiliteran atau yang lainnya, kecuali keputusannya yang 

mula-mula untuk mengikuti Nabi Muhammad dan sifat kemurahannya 

mendukung Gerakan Umat Beriman dengan hana pribadinya. Kemung￾kinan juga dia cendernng menyerahkan keputusan-keputusan penting￾nya kepada orang lain, termasuk keluarganya sendiri yang dia percaya; 

boleh jadi kepercayaannya disalahgunakan; mungkin juga dia gaga! 

untuk mengantisipasi atau bahkan uncuk mengakui ketidakpuasan dan 

ketegangan yang ada di dalam komunitas yang dia pimpin. Yang jelas, 

pemberontakan terhadap dirinya mengawali serangkaian peristiwa yang menggambarkan bahwa Umar Beriman Arab-yang kerika iru menjadi 

inti Gerakan Umat Beriman-celah terfragmentasi dalam perselisihan 

sengit dalam masalah kepemimpinan. 

Rencana Perjalanan Perang Sipil Pertama 

(35-40/656-661) 

Sekalipun kritik terhadap rezim 'Uthman muncul di beberapa tempat, 

termasuk Kufa (di mana, sebagaimana kita lihat, mereka memecat Gu￾bemur Sa'id lbn al-'As) dan Basra, namun kelompok penghasut dari 

gamisun Fustat di Mesirlah yang memainkan peranan penting dalam 

membuka peristiwa yang membawa kepada Perang Sipil Percama. Se￾telah munculnya tuntutan melawan gubernur 'Uthman di Mesir, 'Abd 

Allah lbn Abi Sach, para penghasut ini membuat jalan menuju Madi￾nah untuk berkonfrontasi dengan 'Uthman sendiri, yang datang pada 

akhir tahun 35/Mei 656. Di sana bergabung dengan mereka kelompok 

pemberontak dari Kufa dan Basra; bergabungnya kekuatan ini menun-

jukkan ada koordinasi. uncuk gerakan ini, bahkan sebelum mereka mela￾kukan protes ke Madinah. Selama beberapa minggu 'Uthman (atau para 

pendukungnya) dan musuh-musuhnya terlibat dalam negosiasi mem￾bahas keberacan acau cuduhan dari para pemberoncak atau orang-orang 

yang tidak puas ini, akan cecapi seiring dengan berjalannya wakcu, para 

pengkritiknya menjadi lebih kuat dan pendukung-pendukung 'Uchman 

campak berkurang dalam jumlah. Akhirnya, amir al-mu'minin yang telah 

berumur icu, yang cerkepung di rumahnya di Madinah, diserang dan cer￾bunuh (akhir 35/)uni 656). 

Kenyataan bahwa ami

r al-mu'minin cerbunuh di rumahnya sen￾diri oleh sekelompok perusuh yang cidak puas, menunjukkan bahwa 

'Uthman celah kehilangan dukungan yang efekcif dari umac yang celah 

lama beriman di Madinah yang, dalam suasana yang berbeda, pasti 

dapat mengisolasi pemberoncak. Tampak jelas kaum Anshar Madinah 

-yang merasa cidak nyaman karena dipinggirkan dalam masalah discri￾busi posisi yang berpengaruh dan kekayaan yang berarci oleh kaum kuac 

Quraysh-cidak Iagi condong untuk menyelamatkan 'Uthman. Ada 

pun orang-orang 'Uchman dari suku Quraysh, kebanyakan hanya sete￾ngah haci dalam membantu mempertahankan 'Uthman-baik karena 

dia celah bersikap antagonis cerhadap mereka karena kebijakannya acau 

karena mereka berkesimpulan bahwa persoalannya tidak dapac diharap￾kan uncuk dikompromikan-sebagian mungkin bahkan celah cerdorong 

uncuk melakukan pembangkangan. Termasuk Talha yang sangat am￾bisius, 'Amr dan Walid yang cersakici, dan beberapa yang lain. Janda 

Nabi yang sangat dihormaci, "!bu Umat Beriman" dalam usianya yang 

40-an, boleh jadi acau boleh jadi juga cidak mengusir keluar pemberon￾cak dengan surac perincah, akan cecapi kepucusannya untuk mening￾galkan Madinah untuk melaksanakan ibadah haji ketika pembunuhan 

hampir terjadi, menjadi jelas bahwa dirinya tidak punya hasrat untuk 

menggunakan pengaruhnya yang luar biasa di ancara Umat Beriman itu 

untuk menenangkan gelombang oposisi cerhadap 'Uchman, sekalipun 

situasi sudah sangat gawat. 'Ali Ibn Abi Talib, yang mempunyai pe-ngaruh yang lebih besar ketimbang yang lain pada penduduk Madinah, 

mungkin telah tersakiti, karena percaya dirinya lebih pantas menduduki 

kedudukan 'Uthman. Yang jelas, dia tidak mampu mencegah kematian 

'Uchman, dan beberapa sumber cidak sependapac mengenai seberapa 

keras usaha yang dia lakukan. Sulit untuk menghindari kesan bahwa 

ketika peristiwa pembunuhan tersebut terjadi, banyak pemimpin besar 

umac di Madinah sudah mengancisipasi pengunduran acau penurunan 

'Uchman dari kedudukannya dan melakukan manuver untuk menye￾lamatkan apa yang mereka pikir yang terbaik hasilnya untuk mereka 

sendiri. Boleh jadi ibeberapa dari figur ini salah perhitungan terhadap 

masalah tersebuc, dan menganjurkan pemberoncakan acau pembunuhan 

dengan harapan bahwa hal cersebuc semaca-maca akan memaksa 'Uch￾man untuk mengubah kebijakannya. 

Yang beruntung langsung dari wafatnya 'Uthman adalah 'Ali lbn 

Abi Talib, keponakan Nabi dan suami pucri Nabi, Fatimah. Dia cam￾paknya mempunyai dukungan kuat dari kaum Anshar Madinah dan 

sebagian besar kelompok yang melakukan pemberoncakan terhadap 

'Uthman, khususnya yang berasal dari Kufa. Mereka membentuk shi'at 

'Ali, "Partai 'Ali" (saat ini merupakan blok politik 'Ali semaca, akan 

tetapi kemudian menjadi bakal Shi'a, yang berpegang-dan masih ber￾pegang-pada 'Ali clan keturunannya dengan penghormatan tinggi dan 

khusus). Secelah 'Uchman cerbunuh, 'Ali menerima baiat sebagai amir 

a!-mu'minin di masjid Madinah. Namun, dia hanya mempunyai sedikit 

sekali pendukung dari anggota kelompok Quraysh lain, yang kebanyak￾an mempunyai aspirasi sendiri mengenai kepemimpinan. Figur besar 

dari suku Quraysh segera meninggalkan Madinah tanpa bersumpah setia 

kepada 'Ali-atau mengundurkan diri setelah mengucap sumpah ter￾sebut dan kemudian menolaknya-untuk berkumpul di Makkah, kota 

asal mereka. 'Aisha, walau kaget mendengar pengangkatan 'Ali (yang 

cidak dia sukai karena mempercanyakan kesuciannya beberapa tahun 

sebelumnya), tetap tinggal di Makkah setelah melakukan ibadah haji 

dan mengumpulkan saudaranya Talha dan Zubayr, yang klaimnya dia dukung. Bani Umayya yang keberulan berada di Madinah kerika 'Uth￾man wafat-khususnya Marwan, yang ketika itu merupakan Bapak Bani 

Umayya-juga meninggalkan Madinah dan berkumpul di Makkah. 

Dari Madinah, 'Ali menunjuk gubernur-gubernur baru untuk be￾berapa provinsi, dan bermaksud mengganti hampir semua gubernur 

yang melayani 'Uthman, yang kebanyakan tidak terkenal. Akan tetapi 

Makkah dan Syria menolak pernyataan 'Ali sebagai pemimpin umat. 

Di Syria, orang 'Uthman, Mu'awiya, gubernur yang sudah lama meme￾rintah, mengatakan bahwa 'Ali tidak dapat mengklaim dirinya sebagai 

penguasa sampai dia mengadili orang-orang yang membunuh 'Uthman, 

yang sekarang ada sebagai pendukungnya. 

Di Makkah, 'Aisha mengumpulkan orang-orang Quraysh yang pa￾ling menentang 'Ali yang menuntut balas aras pembunuhan 'Uthman, 

walaupun kenyaraannya mereka tidak melakukan sesuatu pun untuk 

mencegah pembunuhan tersebut. Mereka juga berkumpul mengadakan 

musyawarah (shura) untuk menentukan siapa yang harus memimpin 

umat. Bukan hanya Talha dan Zubayr, tapi juga anak-anak 'Uthman 

yang mulai tumbuh besar dan juga beberapa anggota kaum Quraysh 

yang kuat, bergabung dengan oposisi, termasuk gubernur lama Yaman 

pada zaman 'Uthman, yang datang dengan banyak harta kekayaan. Me￾reka memutuskan pergi ke Basra pada 36/0ktober 656 untuk mengga￾lang kekuatan sebelum menyerang 'Ali. Sesampainya di Basra, mereka 

berperang dengan gubernur 'Ali dan tentaranya dan berhasil mengambil 

alih kora. 

'Ali memutuskan untuk berkonfrontasi dengan mereka. Dia me• 

ngirim putranya Hasan, bersama dengan orang Kufa yang memimpin 

pembunuhan cerhadap 'Uthman, Malik 'al Ashcar" al-Nakha'i, menuju 

Kufa untuk menyelamatkan Kufa dari gubernur 'Ali, Abu Musa, yang 

sekalipun saleh capi hanya mendukung 'Ali separuh hati. Di sana Ha￾san menggalang cencara Kufa uncuk bergabung dengan 'Ali, yang celah 

sampai dan membuac perkemahan di cimur koca. Kecika kekuacan 'Ali 

siap, dia melakukan serangan ke Basra. Kedua tenrara, 'Ali maupun musuh-musuhnya dari Makkah, adalah mulcisuku, dan kebanyakan suku 

itu mempunyai anggoca di kedua tencara cersebuc, sebagian mendukung 

'Ali dan sebagian mendukung 'Aisha dan pengikutnya. Hal ini me￾nimbulkan rasa sungkan dari para cencara; dicambah lagi, pada masing￾masing centara terdapat orang-orang yang berpikir bahwa adalah salah 

memerangi Umat Beriman lain secara cerbuka. Akhirnya mereka mun￾dur dan menolak uncuk mendukung salah sacu dari kedua pihak. Perang 

yang sebenarnya (disebuc Perang Jamal karena pusac cempac berperang 

adalah di sekicar unca yang membawa keluarga 'Aisha) terjadi tidak 

jauh dari Basra, dan memakan banyak korban dari kedua belah pihak. 

Akan cecapi pasukan 'Ali memimpin hari icu, Talha serta Zubayr cer￾bunuh. 'Ali segera menguasai Basra ( walaupun cecap merupakan pusac 

kuac sencimen pro-'Uthman dalam beberapa cahun); dia juga mengirim 

'Aisha kembali ke Madinah dengan inscruksi cegas agar dirinya menja￾uh dari politik. Sejumlah tokoh Makkah yang terkenal di dalam tencara 

'Aisha lolos dari penangkapan, sebagian besar dari mereka akhirnya ber￾satu dengan Mu'awiyah dari Bani Umayya, yang cetap berada di Syria. 

'Ali akhimya kembali ke Kufa, yang menjadi basis ucama aktivicasnya. 

Gubernur-gubemur pilihan 'Ali yang menggancikan orang-orang 

'Uchman memberi kita gambaran mengenai tujuan rezimnya. Jika 

'Uthman sangat bersandar kepada orang-orangnya dari Bani Umayya, 

'Ali bersandar pada kaum Anshar Madinah yang dia kirim sebagai gu￾bernur ke Madinah,. Mesir, Kufa, dan Basra sebelum Perang Jamal, dan 

anggoca klannya Bani Hasyim (dipilih sebagai gubernur untuk Yaman, 

Basra setelah Perang Jamal, dan Makkah). (Pengecualian utama adalah 

dua anggoca suku Quraysh yang sangat loyal cerhadap 'Ali; Muhammad 

lbn Abi Bakr dikirim sebagai pengganci ke Mesir, dan orang Quraysh la￾innya menjadi gubemur di Arab bagian timur.) Diduga bahwanya ada￾lah untuk mengembalikan Gerakan Umat Beriman dan Negara, sekali 

lagi di tangan mereka-mereka, yang dalam pandangannya akan memim￾pin sesuai dengan spirit Nabi yang menekankan pada kesalehan. Hal itu 

dimaksudkan sebagai peralihan pencing dari kepemimpinan dan kebi-

jakan 'Uthman, yang sering dikritik sebagai tidak saleh, yang bersandar 

pada orang-orangnya dari suku Quraysh-Bani Umayya-yang lama 

mempunyai resitensi terhadap misi Nabi Muhammad dan komitment￾nya untuk misi tersebut masih diragukan 'Ali (dan juga Kaum Anshar}. 

'Ali paling cidak kini celah mengoncrol Hijaz, lrak, dan Mesir (se￾kalipun kemudian di wilayah yang cerakhir muncul kelompok separatis 

kuat yang menuncut balas dendam atas kematian 'Uthman, dan memi￾sahkan diri dari gubemur 'Ali}. Sekarang perhatian Ali certuju kepada 

oposisi yang keras dari Mu'awiyya, yang hampir selama dua puluh tahun 

menjadi gubemur Syria dan yang tidak tunduk mengakui 'Ali sebagai 

amir al-mu'minin. Pasukan 'Ali mengajak Mu'awiyya uncuk cunduk, 

akan cecapi Mu'awiyya cahu bahwa mengakui 'Ali berarci pemecatan 

dirinya sebagai gubemur di Syria. Lebih jauh lagi, dari suduc pandang 

Mu'awiyya, aklamasi 'Ali sebagai amir al-mu'rninin oleh kelompok Ma￾dinah yang telah membunuh pengikut 'Uthman, adalah tidak sah. 

Semencara 'Ali menuduh Mu'awiyya yang lambac bergabung dengan 

gerakan sebagai orang beriman separuh haci, dan orang yang terlibac da￾lam rezim 'Uchman yang "worldly minded". Mu'awiyyah juga menuding 

bahwa pendukung 'Ali masuk sebagai pemberontak atau pembunuh itu 

sendiri, yang cidak pemah dihukum oleh 'Ali sekalipun mereka bersalah 

dengan dosa yang tidak cerampunkan karena membunuh sesama Umat 

Beriman. Tidak mengherankan bahwa sejumlah Umac Beriman awal 

yang terkenal, seperti pemimpin yang menaklukkan lrak, Sa'id lbn Abi 

Waqqas, memucuskan bahwa mereka cidak dapac kembali dengan sikap 

yang jelas, adil, dan masuk akal, maka mereka kemudian mundur meng￾asingkan diri selama Perang Sipil Pertama. 

Posisi policik Mu'awiyya diperkuac pada akhir cahun 36/awal 657 

dengan keputusan untuk beraliansi dengan 'Amr Ibn al-'As. Keduanya 

bukan sekutu alamiah. 'Amr sakit hati melawan 'Umayya sejak 'Uth￾man memecatnya dari kegubemuran Mesir, dan ada kecurigaan para 

pemberoncak yang berasal dari Mesir sebagian diinisiasi oleh 'Amr. 

Akan tecapi 'Amr juga cahu bahwa 'Ali, yang kebijakannya menjadi tampakkan pegangan para Anshar Madinah dan keluarga Hasyim, tidak 

akan pemah seruju untuk menjadikannya sebagai bagian dari adminis￾trasinya. Salah satu harapannya untuk meraih kembali kegubernuran 

di Mesir adalah bersekutu dengan Mu'awiyya, dan itu dia lakukan seka￾rang, untuk memastikan bahwa dia akan memerintah lagi. Untungnya, 

bagi Mu'awiyya, perpecahan di antara para serdadu Umat Beriman 

Arab di Mesir, berarti bahwa gubemur-gubemur 'Ali di sana akan sibuk 

dan tidak dalam posisi yang bisa mengancam basis Mu'awiyya di Syria, 

paling tidak ketika itu. Tugas 'Amr adalah memastikan bahwa hal itu 

tidak pemah terjadi. 

Pada akhir 36/Mei 657, 'Ali mengumpulkan tentaranya di Kufa dan 

melakukan operasi milicer menghadapi Mu'awiyya uncuk memaksanya 

tunduk. Sementara di Syria, Mu'awwiya juga mengumpulkan tentara￾nya dan bergerak menuju Efrat untuk memblokir pergerakan 'Ali. Tak 

satu pemimpin pun. yang mendapatkan dukungan kuat dari umatnya, 

karena banyak yang berada di dalam dua kubu cersebut, yang berpikir 

bahwa adalah salah bagi Umat Beriman untuk berperang satu sama lain 

dalam perang terbuka. Kedua tentara saling mendekat satu sama lain 

pada bulan Juni, di dekat kota Siffin di Efrat, antara Raqqa dan Aleppo. 

Periode panjang perang tanpa tujuan dan negosiasi tanpa hasil cerjadi 

antara kedua pemimpin. Perang terbuka akhimya terjadi di Safar pada 

37/akhir Juli 657 dan berakhir dalam beberapa hari, dengan kehancur￾an berat. Akhimya, kekuacan Mu'awiyya muncul suatu pagi dengan 

sebuah salinan al-Qur'an di atas bayonet, suatu tanda yang dipahami 

oleh tentara 'Ali sebagai suatu permohonan untuk berhenti berperang 

dan membiarkan pertengkaran diselesaikan dengan prinsip-prinsip al￾Qur'an-yang, apa pun kecidaksetujuan mereka, adalah sesuatu yang 

menyatukan mereka berdua. Perang terhenti ketika itu. Di kamp 'Ali, 

mereka yang separuh hati mendukung pandangan untuk berperang me￾lawan Mu'awiyya di garis depan, kini memaksa 'Ali untuk melakukan 

negosiasi, sementara yang lain bersikukuh bahwa Ali harus terus berca￾han, karena mereka merasa dirinya di ujung kemenangan. Mereka yang memilih negosiasi berhasil. 'Ali walaupun enggan, menyetujui untuk 

menyelesaikan penenrangan dengan arbitrase, yang dilaksanakan di 

tempat yang netral dalam beberapa bulan ke depan. 'Ali juga dengan 

enggan menerima tuntutan pendukungnya agar dirinya menunjuk Abu 

Musa al-Ash'ari, yang sebelumnya adalah gubemumya di Kufa, sebagai 

negosiatomya. Pengikut 'Ali terkesan oleh kesalehan Abu Musa, akan 

tecapi 'Ali tanpa ragu pasti akan memilih seseorang yang, tidak seperti 

Abu Musa, orang yang mendukungnya tanpa pamrih. Mu'awiyya me￾nunjuk 'Amr lbn al-'As sebagai negosiatomya. 

Perpecahan di kubu pendudung 'Ali semakin parah, begitu 'Ali me￾ngirim operasi militernya kembali ke lrak. Sekalipun mayoritas masih 

setuju dengan keputusannya untuk tunduk kepada rival kepemimpin￾annya dengan arbitrase, ada sekelompok kecil yang vokal menolak ide 

arbitrase itu. Mungkin mereka khawatir akan diadili karena melakukan 

pembunuhan terhadap 'Uthman, minoritas ini berargumentasi bahwa 

dengan menyetujui a.rbitrase, 'Ali, telah membuat keputusan di luar 

yang dikehendaki T uhan-yaitu, di luar yang dikehendaki serdadu yang 

ikut berperang "di jalan T uhan"---dan membuat keputusan menurut 

kepentingan manusia, yaitu arbitrator. Hal ini, kata mereka, merupakan 

dosa besar, dan mereka meminta 'Ali untuk benobat atas dosa tersebut. 

Untuk mengekspresikan pandangan mereka, mereka mulai menyebar 

luaskan slogan, "tidak ada keputusan atau hukum kecuali hukum Tu￾han!" Umat Beriman yang sangat saleh ini berdedikasi untuk secara 

ketat bertingkah laku benar sesuai dengan al-Qur'an dan menuntut ke￾salehan tersebut dari pemimpinnya. Dalam pandangan mereka, dengan 

menerima arbitrase, 'Ali clan para pengikutnya bukan hanya berhenti 

sebagai pemimpin, tecapi bahkan dianggap telah meninggalkan iman 

itu sendiri, dan harus diperangi sebagai orang yang tidak beriman. Se￾telah beberapa waktu mereka mundur dari tentara 'Ali clan bermarkas 

di Nahrawan, agak jauh dari Kufa. Mereka kemudian dikenal dengan 

Khawarij ("mereka yang keluar"), sekalipun kepentingan penggunaan 

nama tersebut tidak begiru jelas. Mungkin mereka merasa terpilih kare-na mereka "pergi keluar" dari kamp 'Ali; atau dengan membatalkan so￾lidaritas mereka dengan 'Ali, mereka merasa harus meninggalkan Umat 

Beriman; atau mungkin nama mereka adalah referensi yang lebih positif 

sebagai "datang menuju jalan Tuhan" (misalnya Q. 60: 1). 

Para arbitrator berkumpul di Dumar al-Janda! di sebelah utara Arab 

antara Syria dan lrak pada akhir tahun 37/musim Semi 658. Detail me￾ngenai perdebatan mereka tidak terlalu jelas, tetapi tampaknya mereka 

mencoba untuk menempatkan persoalan kepemimpinan Umat Beriman 

dengan merujuk pada al-Qur'an. Sebagai tahap pertama, mereka setuju 

bahwa 'Uthman telah terbunuh secara tidak adil, namun mereka tidak 

bisa mencapai persetujuan lebih jauh clan terpecah, clan mengajak ber￾temu shura lain dari para Umat Beriman untuk memuruskan siapa yang 

harus menjadi amir al-mu'minin. Apakah keputusan ini merupakan hasil 

dari sebuah trik oleh negosiator Mu'awiyah, 'Amr, sebagaimana diklaim 

oleh sumber-sumber yang pro 'Ali, atau bukan, merupakan hal yang 

sulir dipastikan. Te·tapi, apa pun otoritasnya, pengumuman mengenai 

keputusan ini mempunyai dampak besar. Mu'awiyya dan pengikutnya 

kini yakin bahwa diri mereka benar dalam menuntut balas dendam atas 

terbunuhnya 'Uthman, khususnya melawan 'Ali dan pengikumya, yang 

didalamnya terdapat para pembunuh itu. Lebih jauh lagi, Mu'awiyya￾tak lama sesudah itu-mengklaim sebagai amir al-mu'minin di Syria. 

Posisi 'Ali sebagai amir mu'minin di lain pihak, direndahkan, dengan 

has ii arbitrase terse but, karena itu 'Ali segera menolaknya dan menga￾jak pendukungnya di Kufa untuk bersiap melakukan protes, sekali lagi, 

untuk melawan Mu'awiyya di Syria. 

Akan tetapi sebelum melakukan hal itu, 'Ali harus membuat kese￾pakatan dengan Khawatij yang berkumpul di Nahrawan. Orang-orang 

yang merasa paling saleh ini, setelah mundur dari pasukan 'Ali sebagai 

protes terhadap tindakan clan kebijakannya, kini memandang setiap 

orang yang mengakui kepemimpinan 'Ali sebagai sama berdosanya clan, 

karenanya boleh dibunuh sebagai murtad, eks Umat Beriman. Sejum￾lah orang di seputar Kufa telah banyak mengalami hal tersebut, dan cencara 'Ali cidak mau melakukan operasi baru melawan Mu'awiyya, 

dan meninggalkan keluarga mereka cak cerjaga di Kufa, kecuali kaum 

Khawarij dikalahkan atau dilenyapkan. 'Ali, sekali lagi berusaha keras 

untuk menjaga keseciaan Khawarij, yang semuanya dicolak oleh para 

pemimpin Khawarij-sekalipun banyak individu yang menerima ta￾waran cersebut dan secara diam-diam mundur dari barisan Khawarij. 

Oipenuhi dengan rasa kesalehan yang cinggi dan yakin bahwa 'Ali dan 

orang-orangnya celah murcad, Khawarij yang masih ada merasa bahwa 

mereka cidak mempunyai pilihan lain kecuali melakukan penyerangan 

melawan 'Ali dan orang-orangnya sampai mereka mengalahkan "umat 

cidak beriman" icu, acau mereka menerima nasib mereka sebagai martir 

di jalan Allah, sebagaimana mereka menyebucnya. Mereka menyerang 

'Ali yang kekuatannya lebih besar dan hampir semuanya dilumpuhkan. 

(akhir cahun 37/Mei 658). 

Khawarij biasanya disebuc sebagai "sekce percama" dalam Islam, seo￾lah mereka adalah penyimpangan dari prinsip-prinsip asal yang diusung 

oleh Umac Beriman pada zaman Nabi Muhammad. Tetapi sebenamya, 

kesalehan dan milicansi Khawarij awal ini merepresencasikan suatu 

kehidupan yang bermocivasi kesalehan asal, dalam bencuknya yang 

paling mumi dari Gerakan Umac Beriman. Oleh karenanya mereka 

dapat dipandang sebagai wakil terbaik dari generasi sesudah Nabi wafat 

Muhammad yang mengikuci prinsip•prinsip asal dari Gerakan Umac 

Beriman pada zaman hidup Nabi Muhammad, sekalipun mereka mengi￾kuci bentuk ektrem dari prinsip-prinsip ini, karena Nabi sendiri campak 

lebih fleksibel dan praktis ketimbang mereka dalam menghadapi mu￾suh-musuhnya. Mungkin juga-walaupun bukcinya cerbacas-incensi￾cas komicmen mereka berakar pada keyakinan bahwa Umac Beriman 

adalah kelompok terdepan dalam menegakkan kerajaan T uhan di bumi, 

sebagai persiapan untuk hari Pengadilan Akhir yang segera akan datang 

( acau, melalui cindakan mereka, celah datang). 

Pembunuhan di N.ahrawan merupakan suacu kemenangan yang me￾makan banyak biaya bagi 'Ali. Dia dapat menyelamatkan markas besar-nya di Kufa, tetapi pembunuhan terhadap seribu lima ratus Khawarij, 

yang di antara mereka adalah sejumlah Umat Beriman yang mula-mula, 

yang sangat dikenal dengan contoh kesalehannya, telah melemah￾kan klaim moral 'Ali untuk memimpin umat. Lebih jauh lagi, setelah 

perang, pasukan 'AH di Kufa menyatakan keengganan mereka untuk 

melakukan operasi baru melawan Mu'awiyya yang di dalam pasukannya 

(sebagaimana diketahui dari perang Siffin) ada orang-orang yang bera￾sal dari suku mereka sendiri. 'Ali dipaksa tetap di Kufa clan mempertim￾bangkan pilihannya. 

Pilihan ini menjadi semakin terbatas. Posisi Mu'awiyya, tertandai 

dengan deklarasi dari para arbitrator di Dumat al-Janda! dan pengakuan 

orang-orang Syria sebagai amir al-mu'minin, kemudian diperkuat lagi 

dengan perkembangan di Mesir. Di sana, sebagaimana telah kita lihat, 

gubernur 'Ali, Muhammad lbn Abi Bakr menghadapi sejumlah tentara 

(yang semakin tumbuh) yang tetap dipenuhi dengan rasa dendam atas 

pembunuhan 'Uthman, dan oleh karenanya enggan untuk mengakui 

kepemimpinan 'Ali. Mengetahui bahwa 'Ali dipenuhi oleh orang-orang 

Khawarij, Mu'awiyya mengirim 'Amr lbn al-'As dengan pasukan tenta￾ra kuat menuju Mesir. Gabungan kekuatan dengan orang-orang Mesir 

ini menentang 'Ali dan menghancurkan tentara Muhammad lbn Abi 

Bakr. Gubemur 'Ali ditangkap clan kemudian dibunuh. Pada awal 38/ 

Agustus 658, Mesir sekali lagi jatuh ke tangan 'Amr lbn al-'As, penak￾luk sebelumnya, clan solid ada di bawah kamp Mu'awiyya. 

Pihak 'Ali juga mulai memperlihatkan tanda-tanda kegagalan. Pem￾berontakan atau pembunuhan yang terjadi dekat Basra bisa ditak· 

lukkan, akan tetapi memperlihatkan erosi dukungannya di lrak; dan 

perdebatan semenra·ra tapi tajam dengan keponakannya 'Abd Allah lbn 

al-'Abbas, yang dukungannya sangat penting untuk dirinya clan kepa￾danya dia hampir tidak bisa jauh, memperlihatkan (sebagaimana juga 

sejumlah episode lain) tendensi 'Ali untuk membuat marah orang clan 

menghakimi secara salah terhadap situasi yang ada. Kualitas yang se￾macam ini merupakan alasan utama atas kegagalannya untuk memper-oleh pengakuan (bahkan dari orang-orang kaum Qurayshnya sendiri) 

berbarengan dengan ambisinya dan peranannya yang mula-mula dalam 

komunitas Umat Beriman. 

Para arbitrator bertemu untuk kedua kalinya di bulan Sha'ban 38/ 

Januari 659, atas permincaan Mu'awiyya, di Adhruh (sekarang Yordania 

bagian selatan). Akan tetapi karena 'Ali telah memecat arbirracomya, 

Abu Musa al-Ash'ari,. setelah ronde penama, maka pertemuan ini be￾nar-benar merupakan. manuver public-'Yelation yang dibuat Mu'awiyya. 

Di dalam pertemuan itu, negosiacor Mu'awiyya, 'Amr lbn al-'As, me￾lakukan trik cerhadap Abu Musa yang saleh dengan mendeklarasikan 

bahwa dia menyetujui 'Ali turun sebagai amir al-mu'minin dengan per￾kiraan mereka setuju bahwa kedua lawan harus sama-sama dicurunkan; 

akan cetapi begitu Abu Musa mengucapkan pemyataan tersebut, 'Amr 

berdiri dan mendeklarasikan pengakuannya atas Mu'awiyya untuk po￾sisi tersebut. Namun, apa pun keuntungan propaganda yang diperoleh 

Mu'awiyya dalam episode ini, rampaknya cidak berpengaruh ke bawah 

Mu'awiyya mulai mengambil inisiatif melawan 'Ali. Dia mulai mengi￾rim panai penyerang dari Syria ke wilayah Efrat clan ke Arab Utara, clan 

berharap memenangkan kelompok yang ada di bawah kontrol 'Ali, atau 

mereka yang cetap nerral (38/659). 'Ali juga mengirim beberapa penye￾rang ke Efrat akan tetapi tampaknya telah dikuasai duluan pada periode 

38-40/659--661 karena konfrontasinya clengan Khawarij. Beberapa Kha￾warij yang telah berkumpul di Nahrawan telah bubar sebelum perang, 

dan sebagian dari mereka terus mengganggu Irak Selatan dan Pusar. Di 

clorong-bukan hanya oleh sekelompok kecil orang-orang salehnya te• 

tapi juga oleh keinginan untuk membalas clenclam orang-orangnya clan 

Khawarij pendukungnya yang jatuh di Nahrawan-mereka menuncut 

bahwa orang-orang yang menolak 'Ali sebagai tidak saleh, bahkan ka￾clang membunuh orang yang clipanclang murtacl, yaitu siapa saja yang 

menolak bergabung dengan mereka. 'Ali dapat menekan gerakan yang 

muncul ini, akan tetapi pembunuhan cerhadap lebih banyak kaum Kha￾warij hanya memperdalam permusuhan mereka yang masih tersisa. Kini Mu'awiya melepas pasukannya bergerak menuju Arab di bawah 

pimpinan jenderal Busr lbn Abi Artat, yang melakukan operasi melalui 

Hijaz menuju Yaman dan Hadramaur. Apakah laporan mengenai keru￾sakan yang dibuat Busr selama operasinya ini dapat dipercaya atau ti· 

dak, atau apakah mereka termasuk sebagai anti Mu'awiyya propaganda, 

masih tidak jelas; tidak jelas juga apakah 'Ali mengambil bagian pen· 

ting untuk menghadapi ini. T erapi operasi ini menyebabkan pengusiran 

gubernur-gubernur 'Ali dan membuat semua kora besar dari wilayah 

ini-bukan hanya kora-kora yang secara simbolis suci, yaitu Makkah 

dan Madinah, tetapi juga Ta'if, Tabala, Najran, San'a', dan lain-lain￾ada di bawah kontrol Mu'awiyya. 

Posisi 'Ali kini menjadi sangat tidak baik; kontrolnya hanya terbatas 

pada lrak, dan bahkan di sana dia dihujani oposisi yang terus menerus 

dari Khawarij yang tersisa dan pendukung yang setengah hati. Namun, 

ketika dia berusaha menggalang kekuatannya untuk melakukan opera￾si me la wan Syria, d!ia diserang dan jaruh di Masj id Kufa oleh seorang 

pembunuh Khawarij (Ramadan 40nanuari 661). 'Ali membayar harga 

mahal untuk hubungan lama yang tidak bahagia dengan pendukung￾pendukungnya yang awalnya sangat saleh ini. 

Setelah wafatnya 'Ali, pengikutnya di Kufa mengakui putranya 

Hasan lbn 'Ali sebagai pemimpin dan amir al-mu'minin. Terapi Ha￾san tidak mempunyai ambisi seperti bapaknya, dia duduk pasif di 

Kufa menunggu perkembangan, ketimbang melakukan operasi mela￾wan Mu'awiyya. Dia menjalin korespondensi dengan Mu'awiyya tanpa 

tujuan, yang sementara itu mengumpulkan tentaranya sendiri. Segera 

Mu'awiyya dengan bala tentaranya melakukan operasi ke Efrat dan 

membuka perjanjian dengan Hasan untuk turun; Hasan setuju untuk 

mengakui Mu'awiyya sebagai amir al-mu'minin, dengan pengganti beru￾pa uang pensiun seumur hidup yang memungkinkannya untuk menik￾mari hubungan cintanya, sejak itu dia ridak pemah bermain polirik lagi. 

Mu'awiyya diakui oleh orang-orang Kufa pada Rabi II tahun 41/ Agus￾tus 661. Kecuali beberapa orang Khawarij yang ridak secuju, kembali 

Umat Beriman bersatu di bawah satu amir al-mu'minin. Perang Sipil Pertama telah melibatkan isu ekonomi dan isu praktis 

lainnya, akan tetapi secara fundamental merupakan debat mengenai 

siapa pemimpin masa depan Umat Beriman, khususnya yang berhu· 

bungan dengan isu-isu kesalehan dan moralitas. Dalam perjuangan 

berat setelah wafat 'Uthman, masing-masing kelompok mendasarkan 

klaimnya pada kriteria yang berbeda mengenai apa kepemimpinan yang 

tepat bagi Umat Beriman. 

Kriteria paling penting, di mana seluruh kelompok dan penantang 

mencoba untuk menarik massa, adalah kesalehan, yang merefleksikan 

kepercayaan terpenting Gerakan Umat Beriman itu sendiri. Ekspresi 

nilai terdalam dari ini ditemukan di antara kaum Khawarij, karena bagi 

mereka kesalehan bukanlah semata-mata kriteria penting, kesalehan 

adalah satu·satunya kriteria utama. Dalam pandangan mereka, hanya 

orang yang paling saleh yang boleh memimpin, dan mereka menolak 

keras semua pertimbangan hubungan darah, suku, atau status sosial. 

Siapa pun pemimpin, yang di mata mereka dipandang sebagai berdosa, 

harus bertobat atau diturunkan dari pemerintahan, karena mengikuti 

pemimpin yang berdosa adalah dosa yang menjadikan seseorang tidak 

layak menjadi anggota Umat Beriman dan membahayakan hidup seseo￾rang pada kehidupan yang akan datang. 

Kelompok lain cenderung mengombinasikan kesalehan dengan kri· 

teria lain. Banyak orang beriman saleh yang menghubungkannya de￾ngan pandangan men.genai "yang diutamakan" (sabiqa)-yaitu, mereka 

merasa bahwa umat dapat dengan baik dipimpin oleh orang yang telah 

berada di antara pendukung pertama Nabi Muhammad dan setia, kare· 

na mereka memahami dengan lebih baik bagaimana memimpin umat 

sesuai dengan cita-cita Nabi Muhammad, ketimbang yang lain. Mu￾hajirin awal yang terkenal seperti Talha lbn 'Ubayd Allah, Zubayr Ibn 

al-'Awwam, 'Abd al-Rahman Ibn 'Awf, dan 'Ammar lbn Yassir masuk 

dalam kriteria ini, juga beberapa Anshar Madinah, dan semua amir al￾mu'minin yang awal-Abu Bakr, 'Umar, 'Uthman dan 'Ali-mempu· 

nyai mandat yang mengesankan dalam hal ini. !tu adalah klaim yang di-arahkan, khususnya dalam melawan mereka yang menencang Nabi, acau 

bergabung dengan Nabi hanya pada akhir karier Nabi, seperci beberapa 

orang dari Bani Umayya. 

Kriceria keciga dari kepemimpinan yang muncul pada saac-saac awal 

adalah sedarah dengan Rasul. 'Ali sebagai keponakan Rasul dan anak 

menantu, diajukan oleh tradisi yang datang kemudian yang mengklaim 

hal cersebuc secara paksa, sekalipun dia cidak berhubungan lebih dekac 

kecimbang keponakan rasul yang lain, seperci 'Abdullah lbn Abbas. Di 

sisi lain, hubungan darah 'Ali yang dekac dengan Nabi Muhammad jelas 

tidak memengaruhi kebanyakan komunicas untuk mengucamakan dia 

dibanding ciga pendahulunya, dengan demikian percimbangan lain harus 

menjadi sesuacu yang lebih utama dalam pikiran mereka. Lebih jauh lagi, 

di beberapa tempat al-Qur'an menekankan bahwa hubungan dengan se￾sama umat lebih berbobot ketimbang hubungan darah ( misal Q. 9: 23). 

Akhimya terdapac orang-orang yang menegaskan klaim kepemim￾pinan berdasarkan iPada keefektifan dalam hal-hal praktis, pelayanan 

terhadap Gerakan Umat Beriman, dan pengakuan oleh anggota komu￾nicas. Beberapa mencaci klaim ini semata-mata sebagai satu penutup 

terhadap perebucan kekuasaan oleh mereka yang tidak punya kualifikasi 

"riil" dari yang telah disebuckan di muka, seperti 'Amr lbn al-'As atau 

Mu'awiyya lbn Abi Sufyan, yang lambat masuk menjadi anggota Gerak￾an Umat Beriman clan kadang cidak atau kurang menjadi model kesa￾lehan. T ecapi mereka punya argumen kuac bahwa pada akhir hayacnya, 

Nabi sendiri telah melakukan kebijakan "conciliation of hearts", di mana 

beliau bahkan memberi beberapa musuhnya yang jahat suatu posisi 

penting. Kebijakan ini, yang juga diikuti oleh Abu Bakr, berdasarkan 

kepada pengakuan akan kenyataan, bahwa Gerakan Umat Beriman, 

jika ingin sukses di dunia, perlu dipimpin orang-orang yang tegas yang 

punya kapasitas praktis untuk memimpin. Ada seseorang yang memberi 

saran kepada 'Umar di cempat tidurnya sebelum wafac, agar dia menun￾juk putranya yang bernama 'Abd Allah yang sangac dihormaci karena 

kesalehannya, sebagai penggantinya, cetapi 'Umar menjawab, "bagai-

mana bisa aku menunjuk seseorang yang menceraikan iscrinya saja cidak 

bisa?" Dalam membuat pernyataan ini, dia menyuarakan bukan hanya 

keputusannya sendiri mengenai karakter putranya, tetapi juga sentimen 

beberapa orang yang mengetahui bahwa kecegasan personal merupakan 

syarac penting dalam kepemimpinan yang berhasil. 

TEKS AL-QUR'AN 9 (TA WBA): 23-24 

Wahai orang-orang Beriman! Janganlah engkau mengambil 

orangcuamu dan saudaramu sebagai teman jika mereka memilih 

kafir ketirnbang berirnan. Barang siapa di antara kamu berada 

dekac dengan mereka, mereka inilah orang-orang penindas. Ka￾takanlah, jika orangtuamu, anak-anakmu, dan saudara-saudararnu 

dan pasangan-pasanganrnu dan suku serta kekayaanrnu yang karnu 

peroleh dan perdagangan yang kecidakhaci-haciannya engkau ca￾kuti itu lebih dekat kepadarnu ketirnbang Tuhan dan rasul-Nya 

dan jihad di Jalan-Nya [yaitu, atas narna-Nya), rnaka tunggulah 

sampai Tuhan membawa Kepucusan-Nya. Karena Dia cidak mem￾ber! pecunjuk kepada orang-orang yang berdosa. 

Kenyacaan bahwa kesalehan merupakan ciri yang paling utama dar· 

Gerakan Umat Beriman mula-mula, membantu menjelaskan mengapa 

Perang Sipil Percama merupakan peristiwa yang begitu traumatik bagi 

Umac Beriman. Umat Beriman menghadapi halangan acau masalah 

lain yang membuac scres-kekalahan milicer serius oleh cencara negara￾negara yang cidak saleh, misalnya-tetapi Umat Beriman menanggapi 

ha! ini dengan ancusiasme clan semangat cinggi serta rasa percaya diri 

yang kuat, sekalipun halangan atau masalah itu dipandang sebagai su￾atu tanda bahwa mereka cidak lagi menikmati sepenuhnya kebaikan 

Tuhan. Tampaknya mereka tidak merasakannya, mungkin sebagian 

karena al-Qur'an sendiri jelas mengatakan bahwa yang taat hams mela￾wan yang tidak beriman, dan oleh karenanya beberapa halangan tidak bisa dielakkan, dan justru mendorong Umat Beriman untuk berusaha 

lebih keras. Namun, Perang Sipil Percama itu berbeda. Perang itu tidak 

hanya memecah belah Umat Beriman; perang icu memecah anggotanya 

pada isu identitas komunal sebagai fokus, yaitu persoalan kesalehan 

atau moralitas. Mereka secara terbuka berbeda pendapat mengenai 

apakah 'Uthman berbuat adil atau tidak; dan setelah pembunuhannya, 

mereka bahkan berdebat lebih tajam mengenai apakah yang terlibat 

dalam pembunuhan dan aktor ucama lain telah bercindak sesuai dengan 

moral! Lebih jauh lagi, canpa memandang di pihak mana seseorang ber￾diri dalam persoalan pembunuhan 'Uthman, bahwa pemimpin utama 

umat-seseorang yang harus bermoral baik dari segala sisi-harus tidak 

diragukan lagi moralitasnya, karena seseorang tidak akan dapat meng￾klaim bahwa 'Uthman dan 'Ali itu tanpa dosa. Hanya kemudian, sete· 

lah satu generasi atau lebih, umat tak lagi merasakan sakitnya Perang 

Sipil Pertama, dan mulai sadar akan bahaya fragmentasi umat, yang 

dengan berbagai upaya berusaha menekankan bahwa satu pihak atau 

yang lain salah. Umat mulai mempertimbangkan keduanya, 'Uthman 

dan 'Ali (bersama dengan Abu Bakr dan 'Umar) sebagai rashidun, "yang 

mendapat petunjuk yang benar", yang kepemimpinannya diakui sebagai 

valid oleh setiap orang. 

Antara Dua Perang Sipil (40-60/661-680) 

Kemunculan terakhir Mu'awiyya sebagai sacu-sacunya amir al-mu'minin 

pada cahun 40/661---0isebut sebagai "tahun berkumpul bersama" ('am 

al-}amaah) oleh tradisi Muslim-mengantar kepada dua dekade yang 

relatif tenang. Selama periode ini Umat Beriman, sekali lagi, memaling· 

kan perhatian mereka kepada implementasi tujuan gerakan meluaskan 

tata aturan T uhan dan memastikan tata aturan yang benar di wilayah￾wilayah yang ada di bawah kontrol mereka. 

Mu'awiyya menunjuk sebagai gubernur, orang-orang yang loyal ke￾padanya dan kapasitasnya mengatasi persoalan provinsi yang kadang cergoncang, merupakan ha! yang cidak perlu dipercanyakan lagi. Keba￾nyakan mereka berasal dari Bani Umayya, seperti keponakan keduanya 

Marwan lbn al-Hakam dan Sa'id lbn 'As, rival yang dia hadapkan satu 

sama lain dalam jabacannya sebagai gubemur Madinah, acau 'Abd 

Allah lbn 'Amir, yang punya hubungan jauh yang merupakan guber￾nur pertamanya di Basra. Gubemur-gubemur lainnya bukan dari Bani 

'Umayya, cecapi diseleksi karena alasan khusus. Dia mempercayakan 

Makkah kepada Khalid lbn al-'As yang cerkenal, dari klan Makzum 

dari suku Quraysh, yang celah menjadi gubemur pada masa 'Umar di 

sana dan sangat disukai di kota itu. Mesir, secara alamiah, ada di tangan 

'Amr lbn al-'As (dari klan Sahm suku Quraysh), yang dengan perse￾cujuan Mu'awiyya menunjuk keponakannya yang muda 'Uqbah lbn 

Nafi' (dari klan Fihr suku Quraysh) menduduki dan memerintah Afrika 

Utara. Mughira lbn Shu'ba, pemuda Thaqif (dari suku TaiO ditunjuk 

menjadi Gubemur Kufa; sebagai pengikut (dan pengawal) Rasul, dalam 

beberapa ha! dia mempunyai karakcer yang tidak mengenakkan, akan 

tetapi Mu'awiyya tidak meragukan kapasitasnya, kekukuhannya, dan 

dukungannya yang dapat dipercaya. Tetapi penunjukkan paling mena￾rik dari Mu'awiyya adalah Ziyad lbn Abihi ("Ziyad, anak bapaknya"), 

salah seorang yang asal usu! orangtuanya diragukan akan cetapi mempu￾nyai keterampilan eksekucif dan finansial yang hebat, yang tumbuh di 

lingkungan suku Thaqif di Taif. Dia telah menjadi pendukung 'Ali yang 

kuac dalam perang sipil, yang walaupun relacif muda, celah dicunjuk 'Ali 

sebagai gubemumya di provinsi Fars karena kemampuannya yang ce￾merlang. Secelah 'Ali wafat, Ziyad tetap di Fars dan mengontrol semua 

perbendaharaan provinsi dan untuk beberapa waktu terpisah atau jauh 

dari Mu'awiyya. Mu'awiyya akhirnya dapac menundukkannya dengan 

mengakuinya sebagai secengah saudaranya ( yaitu sebagai anak dari 

bapaknya sendiri, Abu Sufyan, yang sekarang sudah berada di kubur 

dan tidak dapat mengelak). Sikap murah haci ini bagus bagi Mu'awiy￾ya, yang menunjuk Ziyad-selanjutnya dikenal sebagai Ziyad lbn Abi 

Sufyan-sebagai Gubemur Basra, menggantikan Ibn 'Amir pada tahun 45/665; kemudian Ziyad ditunjuk menjadi gubernur Kufa juga, sehingga 

dia menguasai seluruh bagian timur kekuasaan. Dia melakukannya de￾ngan sangat efektif, dan Mu'awiyya tidak pemah menyesali keputusan￾nya. 

Gubemur kunci dari Mu'awiyah melakukan supervisi keberlanjutan 

daerah taklukkan menjadi wilayah-wilayah baru. Pada saat ini, institusi￾institusi rezim Umat Beriman telah matang untuk menjadi sesuatu yang 

merupakan ciri suatu Negara-bukan hanya tentara yang kuat, tetapi 

juga jaringan pengumpul pajak, kantor diplomat, dan birokrasi yang 

sederhana. Dengan demikian, karakter penaklukan setelah tahun 660 

juga berbeda dalam beberapa ha! dengan penaklukan-penaklukan sebe￾lumnya dari tahun 630-an sampai 640-an. Yang terpenting, penaklukan 

-penaklukan pada awal-awal tahun tersebut didorong oleh keinginan 

yang membakar Umat Beriman untuk mengganti apa yang terlihat 

sebagi bersifat dunai wi, yaitu rezim Byzantium dan Sassania Iran yang 

penuh dosa, dan untuk membangun tata aturan baru yang saleh yang di￾dedikasikan untuk menaati hukum T uhan. Penaklukan yang mula-mula 

mempunyai motivasi yang utama, tetapi sayangnya dilakukan secara 

sementara, untuk m.erespons perkembangan yang tidak dapat diprediksi 

di berbagai front; dan kita bisa mengatakan bahwa rezim embrio yang 

ada di Madinah yang memberikan arah yang tersentalisasi, dikalahkan 

oleh militer yang ada di sana. Di sisi lain, pada masa Mu'awiyah dan 

seterusnya, penaklukan lambat laun menjadi lebih terlembaga dan 

menjadi rutin. Tentara yang kuat kini beroperasi dari sejumlah basis 

yang dibangun dengan baik dan tepat-amsar (kota), khususnya Hims, 

Fustat, Kufa, dan Basra-tempat tentara kembali beristirahat pada akhir 

musim operasi; dan operasi ketika itu kebanyakan dilakukan secara 

umum (terjadwal) dan untuk durasi yang telah ditentukan sebelumnya 

(biasanya 6 atau 12 bulan). Walaupun tujuan menyebarluaskan hukum 

Tuhan-melakukan "jihad atas nama Tuhan" (jihad fi sabil Allah)-dan 

untuk menegakkan rezim yang saleh bagi Umat Beriman tetap menjadi 

sesuatu yang penting, operasi baru ini juga didorong oleh kebutuhan prakcis Negara cerhadap aliran dana dan harca rampasan uncuk me￾menuhi pembayaran gaji dan pensiun cencara. Pendeknya, mulai masa 

Mu'awiyya penaklukan menjadi kurang sebagai ekspresi dorongan moral 

agama yang bersifat klharismacik, sebagaimana hal icu yang terjadi pada 

beberapa tahun pertama Gerakan Umat Beriman, dan lebih merupakan 

kebijakan Negara yang terorganisasi. Perubahan ini terjadi bersamaan 

dengan hilangnya, secara perlahan, sahabat-sahabat terakhir yang be￾nar-benar memahami Nabi. 

Front penting dari ekspansi baru selama periode ini adalah di Afrika 

Utara. Di bawah 'Umar dan 'Uthman, tentara Umat Beriman terba￾ngun kuat sampai barat sejauh Tripolitania di Libya. Akan tecapi di 

samping kemenangan-kemenangan yang luar biasa sampai jauh ke ba￾rat, mereka hanya melakukan penyerangan pendek ke Provincia Afrika 

wilayah Byzantium (sekicar Tunisia modern). Selama masa Mu'awiyya, 

tentara masuk lebih jauh ke barat clan membangun misr baru di Qay￾rawan (50/670), yang dalam cahun-tahun berikucnya menjadi bukan 

hanya sebagai titik utama gerakan militer untuk invasi ke sebelah barat 

Maghrib, akan tetapi juga mempakan pusat ekonomi clan budaya. Di 

sana awalnya terdapat kehidupan bersama yang rukun dengan orang￾orang Berber Kristen dari suku Awraba di Gunung Aures yang dipim￾pin oleh Kusayla (atau Kasila), dan kemungkinan mereka bergabung 

dengan Gerakan Umat Beriman. Akan tetapi beberapa saat kemudian, 

dengan dipilihnya kembali 'Uqbah lbn Nafi' (pada tahun 62/681 segera 

sesudah Mu'awiyya wafat) ada perubahan kebijakan, yang menimbul￾kan peperangan antara orang-orang Berber dengan Umat Beriman 

Arab. Awalnya hal ini tidak berjalan baik, 'Uqbah lbn Nafi' terbunuh 

di dekat Bikra, clan Umac Beriman nyaris dipaksa uncuk meninggalkan 

misr barunya di Qayrawan, cecapi akhirnya Kusayla kalah. Resistensi 

terhadap ekspansi Umat Beriman oleh penduduk Berber terns berlang￾sung sampai beberapa tahun, tetapi pembangunan Qayrawan berperan 

banyak dalam konsolidasi kehadiran Umac Beriman di bagian cimur 

Maghrib; selanjutnya penyerangan yang dilakukan secara teratur di area ini menjadi sumber penting bagi pendaparan kekayaan, khususnya bu￾dak, bagi kekuasaan Umayya. 

Semenrara itu, gerakan ekspansi lain juga dilakukan di sebelah ti￾mur, secara adminisrrasi ada di bawah Basra dan Kufa. 'Abd Allah lbn 

'Amir melepaskan rentaranya ke Sisran dan menaklukkan kembali 

Zaranj dan kemudian Kabul, akan retapi kemudian resistensi semakin 

ketat. Penggantinya di Basra, Ziyad, mengabaikan Sistan yang kering, 

clan sebaliknya berkonsentrasi pada perluasan menuju wilayah-wilayah 

yang lebih kaya di dan sekitar Khurasan. Dia mengirim beberapa operasi 

militer ke bagian timur misr di Marv melawan Hephthalites atau White 

Huns (orang-orang nomadik yang tinggal di sepanjang Sungai Oxus), 

clan akhirnya mengirim lima puluh ribu orang dari Basra unruk tinggal 

menetap di Marv, memperkuat batalion di sana. Tindakan Ziyad juga 

harus dilihat dalam konteks perhatiannya untuk menstabilisasi Basra 

dan memperkuat kontrol di sana dan di Kufa; Basra khususnya telah 

penuh dengan para emigran yang darang dari Arab, dengan demikian 

transfer para perarung membantu mengurangi keramaian dan ketegang￾an yang berkaitan dengan iru, di kota tersebut. Di samping menekan 

jumlah kemunculan Khawarij, dia juga mempertimbangkan untuk me￾rasionalkan (mungkin juga mengurangi?) bayaran rentara di Basra dan 

Kufa, dan untuk mereorganisasi tempat tinggal mereka agar dapat me￾ningkatkan kapasitasnya di dalam mengatur kota. Setelah Ziyad wafat 

pada 53/673, anaknya dan kemudian menjadi pengganrinya sebagai gu￾bemur Basra, "Ubayd Allah lbn Ziyad, menjalankan politik yang sama. 

Wilayah ekspansi terakhir selama kekuasaan Mu'awiyya adalah ke 

arah utara, melawan pemerintahan Byzantium. Di samping operasi 

reguler-hampir setiap tahun-musim panas ke Anatolia, Mu'awiyya 

mengirim tentaranya paling tidak dua kali dalam usaha untuk meng￾ambil alih ibu kota Byzantium, Constantinopel. Yang pertama (tahun 

49/669) kembali dengan cepat, akan tetapi yang kedua, yang berko￾ordinasi dengan serangan angkaran laut, mengepung kora selama riga 

tahun (54-57/674-677) sebelum akhimya menyerah. Di angkatan laut cerdepan, Arwad (luar pancai Syria) dan Rhodes dapac dikuasai kecika 

icu (53/673), dan Crete juga diserang. 

Akan tecapi di bawah permukaan yang relacif tenang yang ada se￾masa pemerincahan Mu'awiyya ini, kecidaksecujuan fundamencal di 

anrara Umac Beriman-khususnya di ancara mereka yang berasal dari 

elite Arab Barat yang berpengaruh-tecap tidak terselesaikan. Kadang 

masalah icu muncul di permukaan, seperci misalnya konfroncasi yang 

cerjadi ancara para gubemur Mu'awiyya di Kufa dengan kelompok yang 

cidak puas (malcontents) yang dipimpin oleh Hujr lbn 'Adi al-Kindi. 

Hujr clan para pengikutnya, yang sebelumnya merupakan pendukung 

'Ali, keberacan dengan prakcik para gubernur Mu'awiyya, Mughira clan 

Ziyad, karena memberi maafkepada 'Uchman dan mengucuk 'Ali kecika 

melakukan pelayanan di masjid. (Kebijakan mengutuk musuh-yang 

disebuc dengan sabb----dimulai 'Ali selama perang sipil, tecapi Mu'awiy￾ya dan pendukungnya cerlalu senang uncuk menanggapi ha! ini dengan 

baik.) Hujr dan kelompoknya mengincerupsi para gubemur dan menye￾rang mereka dengan bacu uncuk mengekspresikan kecidaksukaan mere￾ka; mereka akhirnya dilemahkan clan dikirim kembali ke Mu'awiyya di 

Syria, cempat Hujr clan beberapa yang lain dieksekusi. Sekalipun relatif 

pendek episodenya, dikerahui bahwa isu mengenai Perang Sipil Perra￾ma-khususnya persoalan kesalehan 'Uthman clan apakah pembunuh￾nya telah diadili clan legitimasi klaim 'Ali untuk memimpin umat-ma￾sih cidak cerselesaikan dan tecap menjadi laten. 

Munculnya Hujr juga mungkin berkaitan dengan isu-isu lain yang 

lebih berkaitan dengan persoalan duniawi. Satu berita yang berkaitan, 

yang diculis oleh ahli sejarah Byzantium abad kesembilan, Theophanes, 

menyebuckan bahwa Mu'awiyya mengurani gaji para serdadu di lrak 

dan menaikan yang di Syria. Sekalipun tidak didukung oleh sumber 

lain, laporan ini bersifat sugestif clan masuk aka!. Barangkali kebijakan 

ini, kalau memang benar merupakan kebijakan, adalah semata-mata 

usaha Mu'awiyya unruk memberikan ganjaran kepada cencara Syria 

yang cetap loyal kepadanya selama perang sipil clan memberi hukuman pada serdadu lrak yang mendukung 'Ali. Acau barangkali Mu'awiyya 

(yang, sebagaimana telah kica ketahui, melancarkan paling cidak dua 

usaha untuk mengambil Conscantinople dari orang-orang Byzantium) 

berpikir bahwa cancangan ucama yang dihadapi Umat Beriman, setelah 

Dinasci Sassanid jacuh, adalah berkompecisi dengan Byzantium dan 

dengan demikian mengadopsi kebijakan dalam ha! penggajian untuk 

menekankan pencingnya front cerdepan Byzancium dan uncuk membe￾rikan ganjaran kepada para serdadu yang berperang di sana. Yang jelas, 

kebijakan semacam icu membuac serdadu merasa cidak puas dan menja￾di alasan untuk memberontak. 

Kekuasaan Mu'awiyya juga ditandai oleh ketegangan-ketegangan 

lain. Dia campaknya memperoleh banyak asec acau kekayaan di Madi￾nah dan tempac lain, kadang dengan cara yang membuat pemilik sebe￾lumnya merasa dicuri dan marah. Tampaknya ini semua dia gunakan 

sebagai investasi; salah sacu laporan menunjukkan bahwa dia mempu￾nyai beberapa perkebunan di Yamama yang dikerjakan oleh empac ribu 

budak, dan beberapa dam atau sumber air yang bertuliskan inskripsi 

yang menyinggung dirinya. Semua yang sekarang masih ada di Madinah 

dan Taif, merepresencasikan peninggalan dari kerja keras dirinya untuk 

mengembangkan miliknya. Tampaknya banyak komunitas merasa iri 

dan keberatan, khususnya orang-orang Quraysh atau orang-orang Ma￾dinah yang orangtuanya menjadi sahabat dekat Nabi Muhammad, dan 

yang oleh karenanya berpikir bahwa ha! itu seharusnya menjadi kekaya￾an yang bermanfaat atau dimiliki oleh rezim Umat Beriman, akan tetapi 

mereka sadar bahwa itu telah menjadi peninggalan. 

Layak untuk ditegaskan lagi dalam hal ini, Gerakan Umat Beriman 

awal mempunyai kualitas yang bersifat ekumenis yang mengakomodasi 

-sebagai tambahan bagi orang-orang Arab yang mengikuti hukum al￾Qur'an-orang-orang Yahudi dan khususnya (tampaknya) orang-orang 

Kristiani yang mempunyai komitmen yang sama untuk hidup secara 

benar/baik/saleh. Secara umum diasumsikan bahwa administrasi pa￾jak pada era Mu'awiyya banyak dikerjakan oleh orang-orang Kristiani Syria acau (di Mesir) para juru culis Copcik dan di lrak oleh juru culis 

Zoroaster dari Aramaen atau Persia. Ketua adminiscrasi Mu'awiyya 

adalah seorang Krisciani Syria, Sergius (dalam bahasa Arab Sarjun) lbn 

Mansur. (Anaknya John-John Damascus-nantinya akan melayani 

Bani Umayya dalam kapasitas yang sama dengan sebelum diakui sebagai 

orang suci dari gereja Byzantium (Saint of Byzantin Church). Orang￾orang Krisciani telah ikut berpartisipasi bahkan sampai dalam pada 

operasi militer Umac Beriman. Mu'awiyya sendiri, sejak awal masanya 

di Syria, celah membangun ikacan dengan suku Kalb yang kuac yang 

mendominasi wilayah padang rumput Syria, satu suku yang telah lama 

menjadi penganut Kristiani monophysite. Untuk memperkuat aliansi, 

dia menikahi Maysun, anak perempuan Krisciani dari pimpinan suku 

Kalb, Malik lbn Bahdal, dan tentara Kalb membentuk kontingen pen￾ting dalam militemya, menerima gaji yang besar atas pelayanan mereka. 

Sebagaimana akan kita lihat, banyak tentara di dalam bala tentara Syria 

Bani Umayya, bahkan selama Perang Sipil Kedua, masih terdiri dari 

orang-orang Kristiani. Pendeta Me.sopotamia utara, John bar Penkaye, 

yang menulis pada sekitar tahun 67/687, catacan sejarah awal ajaran 

Nabi Muhammad dan Gerakan Umac Beriman dan bagaimana mereka 

melakukan perluasan :seciap tahun; dia mencatat bahwa di antara Umat 

Beriman ada "orang-orang Kristiani, yang tidak sedikit jumlahnya", dari 

berbagai denominasi. 

"Kecerbukaan" relacif dari Gerakan Umac Beriman terhadap parcisi￾pasi umat Krisciani (dan, mungkin Yahudi dan Zoroascer?) dengan de￾mikian tampaknya berlanjut sampai lebih dari abad ketujuh. Mu'awiyya 

masih memilih untuk bergaya sendiri sebagai amir mu'minin, "koman￾dan Umat Beriman", sebagaimana sejumlah inskripsi menunjukkan 

hal itu, dan beberapa dokumen papirus sampai pada pertengahan abad 

pertama setelah hijrah/abad ketujuh masehi, menunjuk kepada "Juri￾diksi Umat Beriman" (qada' al-mu'minin). Akan tetapi tidak ada doku￾men yang menujukkan bahwa elite pimpinan, atau orang-orang secara 

umum, berhenti beridentitas terbuka sebagai Umat Beriman, menjadi orang yang beridentitas lebih sempit yaitu "Muslim" yang berbeda de￾ngan umat beragama monoteis lainnya. Perubahan ini, sebagaimana 

akan kita lihat, tidalk akan terjadi sampai setelah Perang Sipil Kedua. 

Perang Sipil Kedua ( 60-73/680-692) 

Sekalipun Mu'awiyya muncul pada tahun 40/66 sebagai pemenang 

Perang Sipil Pertama, pertanyaan mendasar mengenai kepemimpinan 

yang telah menjadi isu ketika perang tidak pemah benar-benar terse￾lesaikan. Namun secara temporal menjadi kontroversial dan diperde￾batkan dengan adanya kenyataan bahwa kandidat logis untuk kepe· 

mimpinan ketika itu direduksi menjadi satu saja. T etapi saat Mu'awiyya 

wafat pada bulan Rajah 60/April 680, ketegangan yang terus ada, yang 

memecah belah elite pemimpin di antara Umat Beriman dengan cepat 

mendidih ke permukaaan. Berharap untuk mencapai suksesi yang aman, 

Mu'awiyya, dalam tahun-tahun terakhimya mengeluarkan keputusan, 

mengangkat anaknya Yazid lbn Mu'awiyya sebagai pewarisnya. Yazid 

bukan tidak mungkin sebagai kandidat; dia memimpin salah satu ope￾rasi Mu'awiyya melawan Constantinople clan anak dari istri Mysun dari 

suku Kalbite dari Mu'awiyya, sehingga dia disukai dari kedua sisi itu 

oleh tentara Syria. Hanya ada sedikit keberatan terhadap penunjuk￾kannya sebagai pewarisnya kecuali dari beberapa anggota elite Arab, 

yang sebagiannya berinspirasi untuk memimpin sendiri komunitasnya. 

Arcinya, secara signifikan, semuanya adalah orang-orang Quraysh, dan 

semuanya, kecuali satu, adalah anak amir alrmu'minin sebelumnya, 

atau seseorang yang mengklaim posisi itu sejak Perang Sipil Percama: 

'Abd Allah Jbn al-Zubayr, Husayn lbn 'Ali, 'Abd al-Rahman Jbn Abi 

Bakr, 'Abd Allah lbn 'Umar, dan 'Abd Allah Jbn al-'Abbas. Setelah 

Mu'awiyya wafat, tiga yang terakhir mengakui Yazid sebagai amir air 

mu'minin; tampaknya oposisi mereka ditujukan terutama adalah terha￾dap keinginan Muawiyya, untuk mendapatkan baiat loyalitas terhadap 

sumpah Yazid di muka, dan bukan terhadap Y azid sendiri. T erapi Hu-

sayn lbn 'Ali clan 'Abd Allah lbn al-Zubayr menolak mengakui Yazid. 

Pergi menjauh dari Madinah untuk menolak gubemur Umayya di sana, 

mereka mencari kesucian di tempat suci haram di Makkah. 

Di Kufa, orang-orang yang awalnya mendukung 'Ali clan mengha￾rap kematian Muawiyyan, menulis kepada anak termuda 'Ali, Husyan 

di Makkah, mengundangnya untuk datang ke Kufa, di mana, mereka 

meyakinkannya, bahwa dia akan mendapatkan dukungan kuat di dalam 

usaha menjadi amir al-mu'minin. (Sebagaimana kita lihac sebelumnya, 

kakak tertuanya Hasan telah mengundurkan diri dari persoalan poli￾tik pada akhir Perang Sipil Pertama.) Dalam ha! ini kita dapat mulai 

menunjuk orang-orang yang loyal pada 'Ali clan keturunannya sebagai 

"kaum Shi'ah" sekalipun pada awal nya "partai 'Ali/kelompok 'Ali" (da￾lam bahasa Arab Shi' at 'Ali) belum mengembangkan doktrin teologinya 

sebagaimana yang ditemukan dalam aliran Shi' ah. 

Dalam menyiapkan jalan menuju amir al-mu'minin, Husayn mengi￾rim ke Kufa keponakannya Muslim lbn 'Aqil lbn Abi Talib, yang diteri￾ma dengan hangat oleh kaum Shi'ah di sana; dia tinggal di rumah salah 

satu pimpinan Shi'ah di Kufa, seorang yang bemama Mukhtar lbn Abi 

'Ubayd. Akan tetapi gubernur Bani Umayya, 'Ubayd Allah lbn Ziyad, 

mengetahui rencananya, clan bisa menangkap Muslim, yang kemudian 

dieksekusi karena melakukan konspirasi melawan rezim pemerintah. 

Husayn telah berangkat menuju Kufa bersama sekelompok kecil 

saudaranya sebelum berita mengenai penangkapan Muslim sampai kepa￾danya. Di luar Kufa, kelompok kecilnya dikalahkan oleh tentara 'Ubayd 

Allah, yang dikirim untuk mencarinya. Negosiasi yang dilakukan selama 

beberapa minggu gagal; Husayn menolak mengakui Y azid sebagai amir 

al-mu'minin, clan dia juga tidak mau mundur, sementara 'Ubayd Allah 

tidak juga mengizinkan dia masuk ke kota. Akhirnya, perang terjadi di 

Karbala, 75 kilo meter dari sebelah utara Kufa, tempat Husayn clan ham￾pir semua pengikutnya dikalahkan (Muharram 10, 61/0ktober 10/680). 

Eksekusi terhadap revolusi kecil ini merupakan tugas mudah bagi pa￾sukan 'Ubayd Allah yang jauh lebih besar, tetapi mempunyai konseku-ensi yang cerus dikenang. Walaupun dalam wakcu pendek celah mampu 

menghilangkan salah sacu rival Yazid dari lapangan, cecapi pembunuhan 

terhadap Husa