n ini dan membunuh komandan mereka (sekitar
tahun 22/642). Yadzdegird lari ke Khurasan di timur laut Iran dan beberapa tahun kemudian sejarah Sassania yang sangat terkenal itu berakhir
dengan sangat memalukan, ketika dia dibunuh oleh seorang bandit. Selanjutnya resistensi terhadap ekspansi Umat Beriman di dataran tinggi
Iran bersifat lokal dan sporadis; negeri Sassania secara efektif hancur.
Kamp Militer baru-yang segera menjadi kota-Basra memerankan
peran penting dalam penaklukan Dataran Tinggi Iran. Operasi yang
awal telah menyeberang Teluk Persia menuju Iran Barat dari Arab Timur ("Bahrayn" dalam beberapa sumber) dan menguasai provinsi Fars,
namun, dari Basra di lrak bagian selatanlah operasi utama ke wilayah
Dataran Tinggi Iran tersebut dimulai. Hasilnya, dalam beberapa tahun
sejumlah besar wilayah Iran diatur oleh Gubernur Basra. Dalam beberapa tahun sejak didirikan, pasukan dari Basra menekan lebih jauh ke
wilayah Zagros pusat, menguasai kota-kota kunci-lsfahan, Qashan, Qom, dan Qazwin. Dari basis ini di Iran bagian barat, tentara Basra
pada tahun-tahun berikutnya melakukan operasi ke Iran Timur. Beberapa pasukan bergerak menuju bagian timur melalui Rayy (sekarang ada
di selatan Tehran) ke Qumis, di wilayah Gorgan, dan Nishapur (pada
awal tahun 30-an/650-an) di timur laut Iran. Operasi lain dijalankan
dari Isfahan sebelah timur menuju Yazd dan akhirnya ke Iran Timur
dan Afghanistan. Herat dikalahkan sekitar tahun 30/650-651, dan dari
sana masuk ke Khurasan dari selatan (mengalahkan Marv, Sarakh, dan
Tus) dan bergerak ke bagian timur dekat Sungai Oxus, di pinggiran padang rumput Asia T engah. Banyak dari operasi ini dipimpin oleh, atau
dikirim oleh, 'Abdullah lbn 'Amir, Gubemur Basra amir al-mu'minin
ketiga, 'Urhman.
Sementara itu serangkaian operasi lain dari Basra menguasai kotakota utama dari Iran Selatan selama kekuasaan 'Uthman-termasuk
Kazerun, lstakhr, Darabgird, dan Bam. Ekspedisi selanjutnya bergerak
menuju wilayah timur ke Sijisttan yang bergunung-gunung [Sistan],
yang memulai perjuangan panjang melawan pemimpin lokal Zabulistan
(dari awal tahun 30-an/650-an dan seterusnya). Operasi bahkan juga
dikirim ke Markan yang tidak berpenduduk di wilayah pantai selatan
Iran. Ketika itu amir al-mu'minin 'Uthman terbunuh, yaitu pada 35/656,
dan mayoritas Dataran Tinggi Iran ada di bawah kontrol politik gerakan
Umat Beriman-yaitu, kebanyakan kota dan wilayah-wilayah pedesaan telah tunduk dan takluk dan setuju membayar pajak ke agen-agen
Madinah. Hanya T abaristan yang bergunung-gunung di sebelah utara,
selatan Laut Caspia, dan bagian selatan Iran yang berbatu-batu yang
masih merdeka. Namun, harus diakui bahwa di kebanyakan wilayah
dan kora-kota, khususnya yang jauh dari kota-kota gamisun kunci,
kontrol ini hanya bersifat nominal/tidak terlalu penting. Sejumlah kecil Umat Beriman Arab jarang kelihatan di berbagai bagian Dataran
Tinggi Iran; pajak (lebih baik disebut sebagai iuran tidak wajib) terus
dipungut terutama oleh kelompok Iran lokal tertentu (dihqans) yang
hanya mengubah keraatannya dari raja agung Sassania, di Ctesiphon yang jauh, kepada amir al-mu'minin dari negara baru yang berbasis di
Arab yang muncul sebagai gerakan Umat Beriman. Perubahan identitas
agama tampaknya tidak diperlukan bagi mereka dalam melakukan ini;
sampai satu setengah abad kemudian, satu eeks Kristiani menjelaskan
tentang koleksi pajak orang-orang Muslim (kecuali di area yang berbeda, Mesopotamia sebelah utara) menyebutkan bahwa kolektor pajak itu
adalah seorang Zoroaster.
Mesopotamia bagian utara (jazirah) dan Armenia sampai ke utara ditaklukkan pada masa amir aL-mu'minin 'Umar (memerintah pada
13-23/634-644) dan 'Uthman (yang memerintah pada 23-35/644-656)
oleh pasukan yang datang dari Syria dan lrak. Mosul dan kota-kota lain
di dekat Efrat benar-benar ditaklukkan oleh pasukan dari Kufa pada
masa 'Umar, dan sampai akhir abad ketujuh, Mosul masih di bawah
administrasi Kufa, bukan sebagai provinsi yang independen dengan
gubemurnya sendiri, sekalipun ia menjadi gamisun militer penting
bagi rezim yang baru itu. Tetapi mayoritas ekspansi negara ke utara,
dilakukan oleh para tentara yang dikirim dari Syria. Yang terpenting
pada front ini adalah usaha 'lyad lbn Ghanm, yang melakukan operasi
di Mesopotamia pada masa 'Umar, dan usaha Habib lbn Maslama alFihri, yang menyerang Armenia pada masa 'Uthman, masuk sampai
sejauh Erzurum dan Dvin (dekat Yerevan modern). Namun, populasi
Armenia maupun penguasa Byzantium (yang dirinya juga merupakan
keturunan Armenia) tidak siap untuk memberikan provinsi ini, dan untuk beberapa dekade masih maju mundur, hingga akhirnya resistensinya
terjawab oleh usaha-usaha gerakan Umat Beriman menaklukkan wilayah tersebut. Pola pertahanan yang seperti ini, on dan off dalam perang
juga menjadi norma sampai ke barat, sepanjang chughur atau perbatasan
antara teritori Umat Beriman dengan penguasa Byzantium di Anatolia
Selatan. Di sana amir al-mu'minin melancarkan operasi tahunan musim
panas (disebut dengan sa'ifa) melawan wilayah Byzantium, dengan garnisun utamanya ada di Hims sebagai titik pertahanan pinggir dan pos
garis tengah sebagaimana Massisa dan Tarsus sebagai katalis bagi invasi tahunan ke urara. Akhirnya, basis-basis ini menjadi titik rolak operasi
yang bertujuan menaklukkan Constantinople sendiri (674-678 dan
717-718).
Sementara itu, Umat Beriman yang telah menguasai Palestina dan
wilayah tersisa dari Syria mulai mendesak ke bagian barat menuju Mesir
dan, dari sana, menuju Afrika Utara. Tahap pertama adalah pendudukan Mesir, provinsi terkaya dari kekuasaan Byzantium dan sumber kunci
gandum bagi ibu kota Byzantium di Constantinople. Dipimpin oleh
Jenderal 'Amr lbn al-'As, yang terbukti sangat familier dengan Mesir
dari pengalaman perdagangannya sebelumnya, pasukan dari Syria ini
masuk ke Mesir pada 639. Laporan mengenai apa yang terjadi di Mesir
membingungkan; beberapa mengaitkan dengan kekalahan militer pasukan Byzantium, sementara yang lain bercerita mengenai serangkaian
negosiasi dengan Cyrus, patriach ortodoks Alexandria (yang kadang
disebut, dengan alasan yang tidak jelas, "al-Muqawqis"). Ketegangan
antara patriach ortodoks dan hierarki dan populasi Coptik, yang monophysit, mungkin merupakan salah satu faktor. Yang jelas, pada 642
Umat Beriman telah menguasai sebagian besar negeri dan mengepung
Alexandria dan diperbolehkan masuk kota secara damai. Orang-orang
Byzantium mengirim pasukan laut yang, dengan banruan populasi lokal,
secara singkat menguasai kembali Alexandria pada 645--646, tetapi restorasi mereka segera berbalik.
Sekalipun Byzantium selalu membuat ibu kotanya di Mesir di kota
Alexandria, 'Amr membangun gamisun utamanya di Fustat, di dekat monopoli Byzantium terhadap Babylon sebelumnya di Sungai Nil
(di bagian selatan Kairo modern). Fustat menjadi pusat utama Umat
Beriman dan tempat pemerintahan di Mesir dan sebagai basis, tempat di mana unruk beberapa dekade yang akan datang, 'Amr dan para
penggantinya sebagai Gubernur Mesir, 'Abdullah lbn Abi Sarh, akan
melancarkan serangan dan operasi untuk menaklukkan wilayah barat.
Pertama mereka melakukan operasi di Lybia, menundukkan Barca dan
kota-kota lain di Cyrenaica. Sampai dekade selanjutnya serangan acak dilancarkan melawan provinsi Byzantium yang ada di Afrika (ifriqiya,
sebagaimana dikenal dalam bahasa Arab)-Tunisia Modem-terapi
ororitas permanennya baru dibangun di sana pada 660-an, setelah selesai perang sipil pertama.
Pada 23/644, amir al-mu'minin 'Umar terbunuh di Madinah-dirusuk oleh seorang budak yang marah. Di tempat tidur sebelum wafatnya,
beliau menunjuk enam figur terkenal dari Quraysh sebagai semacam
komite seleksi, atau shura, dan menginstruksikan mereka untuk memilih
salah saru dari keenam figur tersebut untuk menjadi amir alrmu'minin
berikutnya. (Yang menarik, beliau mengeluarkan Anshar dari kelompok tersebut). Keenam figur rersebut semuanya merupakan pendukung
Nabi Muhammad, semuanya rerhubungan dengan beliau karena adanya
hubungan keluarga, atau hubungan perkawinan, atau keduanya, dan
semuanya dipercaya :sebagai kandidat untuk kepemimpinan gerakan
Umat Beriman. Di anrara mereka adalah keponakan Nabi Muhammad
'Ali lbn Abi Talib, yang telah menikahi purri Nabi, Fatimah, dan 'Uthman yang kaya raya, pengikut yang mula-mula dari suku yang sangat
kuat Bani Umayya yang kepadanya, sebagaimana telah kita lihat, Nabi
Muhammad juga memberikan dua putrinya, secara berturut-turut, untuk dinikahi.
Setelah beberapa hari melakukan pertimbangan, shura secara umum
memilih 'Uthman sebagai amir al-mu'minin ketiga (yang memerintah
pada 23-35/644-656); dia melanjutkan apa yang relah dilakukan 'Umar
dalam supervisinya untuk ekspansi Umat Beriman, dan banyak penaklukan terjadi di bawah pengawasannya di Afrika Utara, Iran Timur,
Armenia, dan di bagiian utara. Akan tetapi, sampai pada akhir pemerintahannya selama dua betas tahun, beliau banyak dikritik oleh Umat
Beriman, dan beliau terbunuh pada 35/656. Saya akan mendiskusikan
peristiwa ini, dan isu-isu yang ada, pada bah berikutnya. Konsolidasi dan lnstitusi-Institusi
pada Masa Ekspansi Awai
Ekspansi komunitas awal Umat Beriman keluar Arab bagian barat
melampaui wilayah-wilayah Mesir dan Afrika Utara sampai ke Iran Timur dan Asia T engah pada awal tahun 30 an/650 an melibatkan lebih
dari sekadar operasi militer saja. Bala tentara yang dikirim oleh para
komandan Umat Beriman hanyalah representasi dari jumlah terbatas
orang-orang terkenal dalam ekspansi komunitas; begitu Umat Beriman
membangun kontrol mereka terhadap wilayah tersebut, baik melalui
operasi militer ataupun melalui persuasi dengan para pemimpin lokal
untuk bergabung dengan mereka, pasukan militer itu terus bergerak,
walaupun jika berbasis di sana, tetapi paling tidak juga aktif di manamana. Selanjutnya banyak proses interaksi antara kelompok kecil Umat
Beriman Arab yang baru datang tersebut dengan populasi lokal yang
lebih besar yang kini berada di bawah pemerintahan mereka. Sayangnya, sumber-sumber tradisional, yang memberikan informasi penuh
( terkadang sating benentangan) mengenai ekspansi itu sendiri, kurang
membantu dalam proses transformasi sosial yang kompleks ini yang, terutama menghasilkan munculnya masyarakac Islam baru di Timur Dekat
secara bertahap.
Sebagaimana diketahui, Umat Beriman yang berasal usu! Arab yang
penama kali cinggal di dekat negeri-negeri tersebut muncul di dalam
sumber-sumber non-Muslim awal dalam beberapa label. Terkadang mereka dirujuk dengan kata-kata yang secara umum dipakai uncuk memberikan label atau nama kepada orang-orang nomadik, sepeni kata-kata
Yunani Sarakenoi (satu etimologi yang tidak pasti, yang diinggriskan
menjadi "Saracen") atau dalam bahasa Syria tayyaye ('Badui, nomad').
Tetapi di tempat lain mereka disebut, dalam bahasa Yunani, agarenoi
atau magaritai, atau dalam bahasa Syria, mhaggraye---dalam kedua kasus,
kata-kata yang berasal dari bahasa Arab muhajirun, yang kemudian,
menjadi satu istilah Umat Beriman yang datang ke wilayah tersebutyang menggunakan isrilah iru sendiri. Dalam bab sebelumnya, kira relah mendiskusikan konsep hijra, yang mempunyai konotasi "emigrasi'',
"bergabung (atau minta perlindungan dengan) komunitas yang saleh",
"berjuang atas nama iman", dan "mengadopsi kehidupan yang tetap
(yaitu non nomadik)". Kenyaraan bahwa orang-orang Arab baru yang
bermukim itu menyebur diri mereka sebagai muhajirun, menunjukkan
bahwa nilai ini menjadi bagian dari etos pemukiman baru ini.
Kita bisa berasumsi-<lan, sebagaimana celah kira lihar, ada buktibukti yang mendukung asumsi ini-bahwa beberapa orang lokal celah
bergabung, atau masuk dalam gerakan Umat Beriman sejak awal mulai
dan berpartisipasi di dalam membangun tata aturan baru. Tata aturan
baru arau pemerinrahan baru ini menunrur keraaran polirik kepada amir
al-mu'minin atau represematifnya-yaitu komandan lokal arau gubernur-<lan pembayaran pajak kepada rezim yang baru. Namun, perhatian
utama dari pemerintah baru ini adalah pada ketaatan terhadap hukum
Tuhan (baik dalam benruk perinrah-perinrah dari al-Qur'an, arau, bagi
Kristiani dan Yahudi, dalam bentuk hukum-hukum agama Kristiani dan
Yahudi). Dalam hal ini, Umat Beriman tahu, sangat diperlukan untuk
memastikan keselamatan mereka ketika Hari Pengadilan datang. Perhatian besar terhadap pelaksanaan secara ketat hukum Tuhan ini menjelaskan mengapa hanya karena tuduhan saja, bahwa Gubernur 'Uthba
lbn Ghazwan telah melakukan zina, sudah cukup menjadi garansi
penurunannya. T erlibat di dalam tingkah laku yang semacam itu, melanggar ajaran al-Qur'an secara jelas (misalnya Q. 24: 2-3), bukanlah
merupakan persoalan personal dari moralitas seseorang; akan tetapi hal
itu merupakan ancaman umum terhadap ciri rezim baru Umat Beriman
yang ingin ditegakkan.
Umat Beriman membangun sejumlah institusi yang khas yang menjadi instrumen dalam membangun pemerintahannya, dan tata aturan
sosial yang ada bersamanya, di atas landasan yang kuat dan permanen.
lnstitusi paling pen ting dari semua institusi itu adalah amir al-mu' minin
atau "Panglima/Jenderal Umat Beriman". Penciptaan institusi ini se-cara efektif menginstitusionalkan pandangan bahwa seluruh komunitas Umat Beriman secara politis harus bersatu, dan karenanya harus
mempunyai seorang pemimpin. Namun, perlu menjadi pertimbangan
juga mengenai sejauh mana kontrol tersebuc dapac dilakukan oleh para
panglima tersebut. Sumber-sumber tradisional jelas melebih-lebihkan
hal ini; mereka bukan hanya menggambarkan atau menyebut amir almu'minin sebagai bertanggung jawab uncuk pelepasan sejumlah pasukan tentara di bawah berbagai komandan, akan tetapi kadang-kadang
sumber tersebut menyebutkan bahwa secara jelas semua keputusan dari
komandan tersebut yang dibuat di lapangan, sekalipun dalam masalah
taktis, seperti bagaimana menangani koca-koca yang dikepung, harus
dirujuk kembali kepada amir al-mu'minin untuk disetujui atau dikonsultasikan. Karena kondisi komunikasi ketika itu, supervisi yang mendetail
seperti ini oleh amir al-mu'minin tidaklah masuk akal. Di sisi lain, kita
benar-benar yakin bahwa gerakan ekspansi ini mempunyai misi utama,
atau bahwa pergantian amir al-mu'minin memang memformulasikan
kebijakan dan membuat keputusan yang mempunyai kepentingan strategis, bahkan jika persoalan takcis diserahkan sebagai otonomi panglimanya di lapangan. Kenyacaan bahwa amir al-mu'minin kadang-kadang
melakukan koordinasi mengenai aktivitas pasukan militer di berbagai
front, menunjukkan bahwa bahkan fase ekspansi militer yang mulamula dilakukan untuk merealisasikan satu tujuan tertentu. Jauh lebih
penting lagi, sebagai ukuran sejauh mana kontrol pusat dilakukan oleh
amir al-mu'minin adalah kenyataan bahwa mereka melakukan rocasi
acau penggantian jenderal dan juga gubernur-gubernur provinsi, secara
reguler. Tambahan lagi, para jenderal dan gubemur yang diberhentikan
dari jabatannya hampir selalu turun tanpa resistensi. Sumber-sumber
tradisional memberi kita daftar reguler mengenai jenderal-jenderal atau
gubernur-gubernur yang bertanggung jawab atas berbagai provinsi tahun per tahun, dan penunjukkan semacam itu biasanya dikonfirmasi
oleh bukti koin yang membuktikan dengan jelas bahwa gubemur tertentu itu menjabat pada waktu tertentu. Seorang penulis sejarah yangsedikit koncemporer, Sebeos, juga menjelaskan bahwa para gubernur
berkonsulcasi dengan amir al-mu'minin di Madinah untuk suacu persoalan kebijakan penting. Semua ini dibangun tanpa ragu bahwa beberapa
unit sentralisasi otoritas dan hierarki komando memang ada di dalam
rezim baru Umat Beriman, bahkan pada awal-awal cahun.
lnstitusi lain yang juga sangat penting adalah tencara yang kuat,
yang muncul percama pada masa Perang Ridda. Berkaitan erat dengan
tentara-bahkan, dalam beberapa ha! berkaitan dengan status profesional tencara yang semakin meningkac-adalah institusi yang disebut
dengan diwan. Diwan awalnya diciptakan di bawah amir al-mu'minin
'Umar sebagai dafcar yang mencatat para Umat Beriman yang berhak
menerima pembagian kekayaan atau penerimaan pajak yang mulai
berjalan di Madinah. Para penerima, awalnya termasuk mereka yang
bukan di dalam tentara (terutama janda-janda Nabi Muhammad). tetapi kebanyakan yang ada di dalam diwan peringkat pertama adalah para
tentara, yang berhak atas alokasi pembayaran reguler-levelnya tergantung pada seberapa awal mereka bergabung. Seiring dengan berjalannya
waktu, diwan menjadi ekslusif sebagai dahar gaji militer; akhimya, kata
diwan dicerapkan pada cabang lain sistem birokrasi yang baru lahir, yang
berarci "departemen pemerintah"; oleh karenanya kica mulai melihat
referensi mengenai arsip umum/int.emational relations (diwan rasa'il) clan
administrasi pajak tanah (diwan al-kharaj). Amir al-mu'minin juga membangun beberapa hal yang disebut dengan barid, atau sistem kurir resmi,
yang lewat lembaga ini mereka menerima laporan dari para gubernur
clan pengintai di lapangan.
Berkaitan erat dengan munculnya tentara, yaitu institusi seperti pemukiman khusus bagi Umat Beriman yang dibangun untuk mereka sendiri, sering kali di sebelah (atau kadang, di dalam) koca-koca yang ada.
Pemukiman ini terkadang disebut dengan bahasa Arab amsar (mufrodnya misr). biasanya diartikan sebagai "kota-kota gamisun". Terjemahan
ini hanya benar sebagian saja; kata misr memang campaknya berasal dari
kata Arab Selacan kuno yang berarti "pasukan ekspedisi", clan amsar adalah pasukan ekspedisi Umac Beriman di luar Arab di mana mereka
percama kali tinggal dalam kamp. Namun, sekalipun mereka mungkin
mulai sebagai garnisun, amsar menjadi lebih dari sekadar itu. Amsar
segera dipenuhi, bukan hanya oleh para cencara, cetapi juga keluarga
centara, dengan Umat Beriman lain dari Arab yang bukan tencara, dan
mungkin juga orang-orang lokal yang bergabung dengan gerakan Umat
Beriman. Secara fundamencal pemukiman baru ini, yang cerpisah dari
koca, merupakan ekspresi dari perhacian Umac Beriman akan kehidupan saleh dan benar-saru perhatian yang membawa mereka uncuk
melakukan isolasi diri dari masyarakat sekitar yang, sekalipun monoteis,
akan tetapi tidak cukup kecat dalam menjaga tingkah laku mereka, atau
dalam melaksanakan ibadah keagamaan untuk disebuc sebagai Umac
Beriman yang benar. lsolasi yang dipaksakan ini dapat membantu menjelaskan mengapa sejumlah kecil Umat Beriman Arab yang berpegang
teguh pada ajaran al-Qur'an tidak musnah dengan adanya akulturasi ke
dalam populasi lokal yang lebih luas.
Beberapa amsar tumbuh menjadi koca-koca besar dan akhimya menjadi pusat tempat kebudayaan Islam baru dikenal dan dari sana tersebar
ke wilayah sekitar-suatu perkembangan yang hanya terjadi beberapa
dekade setelah mereka bermukim. Sumber-sumber tradisional misalnya
menyinggung terbentuknya beberapa amsar---di lrak, Kufa (dekat Hira)
dan Basra (dekat Ubulla), dan di Mesir Fustat ("Kairo Kuno"). Anehnya, kica cidak mempunyai referensi uncuk pemukiman baru seperci
yang ada di dekat Damaskus, Hims, Jerusalem, atau kota-kota lain di
Syria, yang menunjukkan bahwa Umat Beriman mungkin bercempat
tinggal di dalam tempat tingga yang ada di kota-kota ini, yang mungkin sebagian celah dihindari atau ditinggalkan oleh penghuni Kriscianinya. Di sisi lain, bukti arkeologis cerbaik dari pemukiman tersebut
datang dari Syria Selatan-peninggalan yang digali dari Ayla (di zaman
modern Aqaba, Yordania), diperkirakan tertanggal pada masa amir almu'minin ketiga, 'Uthman (yang memerintah pada 23-35/644-656) dan
yang jelasnya berada di pintu gerbang kota Romawi-Byzantium, Aelana. Reruntuhan Ayla membuka kenyataan bahwa pemukiman-pemukiman
tersebut dengan sangat hati-hati didirikan menurut rencana orthogonal, tidak merusak kamp-kamp atau shantytowns (pemukiman yang
mempunyai bangunan kecil yang dibuat, biasanya, tanpa fondasi). Ayla
mempunyai rancangan segi empat dengan empac pintu pagar satu di
tengah-tengah masing-masing dinding, dan menara-menara yang di·
bangun dilecakkan secara reguler bersama-sama dengan tembok luar,
juga rancangan jalan yang siscematis-satu desain yang diadaptasi dari
kamp-kamp yang dibangun orang-orang Romawi Byzantium di Levant.
Suatu deskripsi mengenai layout misr mula-mula yang ditemukan di
dalam sumber-sumber cradisional kica-yang menjelaskan mengenai
pemukiman Kufa-berbicara mengenai penempatan secara reguler jalan-jalan seputar ten.gah segi empat tersebut, dengan suku tertentu
dilokasikan pada lokasi tertentu dengan jalan (sesuatu yang kita tidak
bisa kecahui dari reruntuhan arkeologis Ayla). Namun, kelihatan bahwa rancangan asli Kufa telah terlalu dipenuhi oleh masuknya Umac
Beriman dalam jumlah besar yang datang dari Arab pada tahun setelah
penaklukan lrak, dengan demikian rancangan asli kota tersebut harus
dimodifikasi beberapa kali.
Bahasa yang digunakan dalam pemukiman baru ini adalah bahasa
Arab, di mana pun mereka berlokasi. Bahasa Arab, tentu saja, merupakan bahasa asli Umac Beriman Arab, baik tentara maupun bukan, yang
beremigrasi ke Fertile Crescent; bahasa Arab juga merupakan bahasa
al-Qur'an dan bahasa ketika shalat jemaah dilaksanakan. Lebih jauh
lagi, beberapa Umat Beriman lokal mungkin berbicara bahasa Arab
juga; karena bahasa Arab celah tersebar beberapa abad sebelum Islam
dari pinggiran padang pasir sampai ke wilayah pertanian yang ada di
Syria Selatan dan lraik Selatan, bahkan sampai ke Padang Pasir Mesir
Selatan. Tentu saja, kebanyakan amsar berlokasi di area yang berbahasa
lain; beberapa populasi negeri di Syria dan lrak berbicara dalam bahasa
Aramaic; mayoritas populasi sekitar Fuscat di Mesir berbicara Coptic; dan di kota-kota Syria, di mana Umat Beriman telah menduduki kota-kota yang ditinggalkan (seperti di Damaskus atau Hims) dari pada
membangun pemukiman baru (sebagaimana di Ayla), beberapa populasi
kota berbicara bahasa Yunani. Di Dataran Tinggi Iran, pos-pos awal seperti lstakhr ( utara Shiraz) atau Marv adalah pulau-pulau yang berbahasa Arab di tempat di mana orang-orang berbicara bahasa Iran yang beraneka. lsolasi bahasa dari pemukiman Umat Beriman yang mula-mula,
sebagaimana juga keterpisahan moral dan kesalehan mereka, membantu
Umat Beriman untuk mempertahankan perasaan keberbedaan mereka
clan menghindari akulturasi pada dekade sebelum mereka mengembangkan rasa keterpisahan sama sekali antara mereka sendiri sebagai pengakuan agama monoteistik yang terpisah sebagai Muslim clan selanjutnya
membantu perkembangan budaya Islam yang baru yang kendaraan bahasanya adalah Arab.
Ada beberapa hal yang menjadi perhatian rezim Umat Beriman di
tempat-tempat yang baru saja ditaklukkan. Mereka tentu saja berusaha
mempertahankan tata aturan publik, baik di pemukiman itu sendiri maupun di sekitamya, paling tidak bukan hanya karena koleksi pajak tergantung pada hal itu. Pemukiman atau koloni-koloni baru Umat Beriman ini dipimpin oleh seorang gubemur yang bertanggung jawab secara
langsung kepada amir al-mu'minin. Awalnya, para gubemur merupakan
komandan yang sama dengan yang membawa pasukan militer Umat
Beriman di wilayah tersebut, sehingga pemerintahan dari pemukiman
tersebut sangat bemuansa militer. Dengan berjalannya waktu, minat gubemur menjadi kurang bersifat militer secara ketat; sebagai tambahan,
gubemur juga mempunyai perhatian sendiri pada pengumpulan pajak,
dengan menjaga tata aturan sosial sesuai dengan hukum Tuhan, dan
dengan memberikan keadilan dalam komunitas. Awalnya, beberapa
fungsi ini diberikan kepada berbagai individu, dengan seorang gubemur
militer (amir, "komandan") sekaligus sebagai gubemur keuangan atau
agen pajak ('amil). Di dalam amsar yang baru, para gubemur menjalankan keadilan (papirus Mesir menunjukkan para gubemur melakukan
hal ini); menekankan tingkah laku yang saleh dan pantas, termasuk dis-rribusi upah yang dibayarkan unruk pada serdadu dan penerima lainnya,
dan mengorganisasi serta mengirim hasil pajak, yang dibagikan dengan
Madinah. Dalam kasus di mana pemukiman merupakan basis operasi
milirer yang aktif di lapangan, gubemur juga berkewajiban mendistribusikan kekayaan yang dibawa oleh pasukan rersebur, rermasuk budak
dan binatang temak, sebagaimana kekayaan-kekayaan lain, sebagai
pembagian yang dipesan unruk amir al-mu'minin dan harus dikirim ke
Madinah. Di dalam negeri, para gubernur mempunyai perhatian pada
pengumpulan pajak, yang dapar dilaksanakan hanya jika distrik yang
dapat ditarik pajak aman. Papirus dari Mesir menunjukkan bahwa perselisihan lokal terkadang dirujuk ke gubemur, tetapi di dalam berbagai
kasus, ajudikasi berada di tangan bawahan seperti pimpinan lokal.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa selama awal dekade pemerintahan
Umat Beriman, dalam negeri kebanyakan dibiarkan mengelola sendiri,
di bawah arahan para pimpinan lokal kota atau kepala-kepala suku,
yang mengorganisasi pembayaran pajak secara periodik kepada penguasa. Ada beberapa referensi tidak jelas mengenai Umat Beriman (khususunya para pemimpin besar Quraysh) yang menjadi kaya karena kontrol
mereka atas distrik yang luas; hal ini kebanyakan merupakan daerahdaerah yang ditinggalkan oleh pemilik sebelumnya. Namun, tampaknya
tidak banyak Umat Beriman Arab yang tinggal di tempat terbuka pada
awal-awal tahun in.i-yang lebih mungkin, mereka yang telah memperoleh kekayaan dari desa tetap terkluster di kora-kota atau kota-kota
kecil dan semaca-mata memanen kekayaan dari apa yang mereka miliki
sebagai tuan tanah yang tidak tinggal di sana. Tidak juga jelas sejauh
mana populasi dan komunitas desa yang tetap tinggal di tempat selama
rransisi ke penguasa Umat Beriman pada awal-awal rahun setelah pergantian penguasa. Beberapa sumber menyebutkan mengenai relokasi
orang-orang tertentu ke tempat baru, biasanya untuk menduduki atau
menempati kembali saru kota yang awalnya resisten dan secara paksa
diraklukkan. Tripoli pada masa Libanon modem, misalnya, yang telah
dikepung selama beberapa tahun karena melakukan resistensi secara keras, akhimya dievakuasi oleh kapal-kapal Byzantium, yang kemudian
ditempatkan kembali bersama dengan umat Y ahudi---dari mana, tidak
dijelaskan-oleh Gubemur Syria masa 'Uthman, yaitu Mu'awiyya. Hal
ini dapat berarti bahwa orang-orang Yahudi dipandang loyal terhadap
pemerintah-atau mungkin semata-mata merefleksikan ketidakinginan
amir al-mu'minin bahwa orang-orang Kristiani menjadi populasi kembali
di kota tempat orang-orang Byzantium telah diusir dengan sangat sulit.
Kita telah membahas ekspansi Umat Beriman pada tahun setelah wafat
Nabi Muhammad clan menjelaskan beberapa institusi dan inovasi yang
dilakukan bersamaan dengan proses ini. Kita juga telah menjelaskan
karakter ekspansi ini, dengan argumentasi bahwa penekanan sumbersumber pada dimensi militer dari ekspansi itu justru telah mengaburkan
hakikat dari gerakan reformasi monoteistik yang orang-orang lokal
hanya punya alasan kecil untuk resisten, karena secara doktriner bukan
tidak dapat ditoleransi bagi mereka. Hal ini boleh jadi mengapa, dengan
melihat rekaman arkeologis, kebanyakan penduduk lokal masuk ke
dalam kekuasaan Umat Beriman dengan sedikit resistensi. Aksi militer
yang harus dilakukan oleh Umat Beriman ketika itu, mungkin tujuan
utamanya adalah untuk melawan gamisun clan centara kuat Byzantium
clan Sassania. Kebanyakan sumber berbicara mengenai pemberontakan
besar, pengepungan gamisun besar, clan beberapa operasi clan penumpahan darah pada masa transisi, akan tetapi, seberapa pun luasnya,
ha! ini tampaknya se:gera berakhir; pengarang Kristiani Bar Penkaye,
menulis pada 681 atau 682, bahwa masa Mu'awiyya (yang memerintah
pada 41-60/661-680)-hampir dua puluh tahun setelah Umat Beriman
berkuasa di Syria clan lrak-sebagai satu masa yang penuh dengan keadilan, kedamaian, kesejahteraan, clan toleransi agama.
Arsitek ekspansi ini-amir al-mu'minin yang mula-mula---dan Umat
Beriman secara umum, tampak mempunyai tujuan membangun tata
aturan baru dan saleh yang sesuai dengan hukum Tuhan, sebagaimana yang mereka pahami-khususnya dalam benruk Qur'anik. Keinginan
mereka unruk membangun kerajaan yang saleh yang dibimbing Tuhan
mungkin dapat dilihat sebagai satu pemberontakan melawan apa yang
mereka pandang sebagai dosa menyeluruh kekaisaran Byzantium dan
Sassania, yang terefleksi di dalam kepercayaan para pengikurnya, yang
oleh Umat Beriman dipandang sebagai doktrin yang salah (seperti,
dalam kasus Byzantium, ajaran mengenai Trinitas). Di sisi lain, ambisi
Umat Beriman untuk membangun hukum Tuhan di seluruh dunia-dengan penaklukan jika diperlukan-dapat dipandang sebagai kelanjutan
dari, atau analog dengan, ideologi penaklukan dunia yang, sebagaimana
kita lihat, merupakan bagian dari tradisi kekaisaran Byzantium dan Sassania.
T enru saja terda.pat juga insentif material yang sangat kuat selama
ekspansi Umat Beriman; harapan memperoleh materi mungkin telah
membuat orang ikut terjun dalam gerakan tersebut, dan keuntungan
material tak diragukan lagi membantu mengeraskan keterikatan individu kepada gerakan tersebut. Akan tetapi faktor material ini tidak cukup
dengan sendirinya untuk menjelaskan ekspansi tersebut. Satu ha!, insentif material itu selalu ada, tetapi hanya menyumbang kepada gerakan
ekspansi yang tiba-tiba ketika dirempatkan di dalam konteks ideologi
yang terorganisasi yang ada di dalam gerakan Umat Beriman. Memang,
insentif materi dalam ekspansi tak terhindarkan terikat dengan ideologi yang ada di balik gerakan Umat Beriman itu, dengan demikian
kedua dimensi itu sating komplementer dan bukan bertentangan. Umat
Beriman termotivasi oleh komitmen agama akan tetapi juga melihat
keuntungan material yang datang dengan ekspansi sebagai konsekuensi
logis-atau konsekuensi yang diatur T uhan-dari kesusksesan mereka
di dalam menciptakan tata aturan baru yang saleh. Dalam pandangan
mereka, membanjimya kekayaan bersamaan dengan penaklukan dan
ekspansi dipandang sebagai rahmat Tuhan kepada mereka karena telah
mengikuti aturan-Nya.
Ambisi Umat Beriman untuk menyebarkan firman T uhan seluas mungkin tampaknya merupakan hal yang sangat penting, terlihat dengan keyakinan mereka bahwa Hari Pengadilan sudah dekat. Perasaan
akan harapan apokaliptik ini---di mana, mungkin, mereka mengikuti
kepemimpinan Nabi Muhammad sendiri-menjadikan persoalan menciptakan tata aturan yang saleh menjadi penting, sehingga dengan
demikian, ketika Hari Akhir datang, mereka terhitung di antara Umat
Beriman yang akan masuk surga. Hal ini boleh jadi juga menjelaskan
keinginan awal Umac Beriman untuk memperluas wilayahnya ke Jerusalem, di mana beberapa skenario apokaliptik menggambarkannya
sebagai tempat akan berlangsungnya kejadian Hari Pengadilan. Mereka
mungkin juga percaya bahwa amir aJ..mu'minin, sebagai pimpinan komunitas ini yang mendedikasikan diri demi merealisasi firman Tuhan, akan
memenuhi peranannya sebagai "penguasa terakhir" yang diharapkan,
pada Hari Akhir itu, akan menyerahkan kekuasaan duniawi ini kepada
Tuhan.
D
alam generasi setelah Nabi Muhammad saw. wafat pada 632 Masehi (yaitu dari sekitar tahun 31/650 sampai 73/692), Umat Beriman
secara internal terpecah akibat pertentangan pahit seputar masalah
kepemimpinan. Perdebatan ini khususnya muncul di dalam dua periode pertentangan terbuka antara para pemimpin Arab Gerakan Umat
Bedman, yang dapat kita sebut dengan Perang Sipil Pertama dan Kedua (tahun 35-40/656-661 dan tahun 60-73/680-692, berturut-rurut).
Karena kebanyakan tokoh kunci dalam peristiwa ini sebenarnya sating
berhubungan satu sama lain, baik hubungan darah maupun hubungan
pemikahan, Perang Sipil-khususnya yang Pertama-merupakan suatu
perdebatan dalam keluarga yang sangat luas dan pahit. Hilangnya persatuan yang termanifestasi dalam Perang Sipil merupakan peristiwa yang
sangat menyakitkan bagi kaum Muslimin sampai sekarang. Bagi keba-nyakan orang zaman sekarang, adalah sesuatu hal yang sangat memprihatinkan ketika para sahabat nabi yang telah bekerja saling bahu-membahu
selama dua dekade--d.an dengan kesuksesan yang menonjol---dalam menyebarkan firman Tuhan dan menegakkan hukum Tuhan di bumi, kini
harus terpecah belah. T radisi akhir kaum Muslimin, yang menjelaskan
kondisi yang memalukan ini, menyebut peristiwa ini sebagai fitan (tunggal, fitruih), satu kata dalam al-Qur'an yang berarti "godaan"---dalam hal
ini, godaan untuk memperoleh suatu kekuasaan pribadi serta keuntungan
duniawi dengan mengorbankan persoalan komunal dan spiritual. Tidak
terlalu jelas kapan istillah ini penama digunakan, tetapi kemungkinan dimulai pada Perang Sipil Awai tersebut.
Latar Belakang Perang Sipil Pertama
Sebagaimana kita ketahui, pada saat Nabi wafat pada tahun 11/632,
Umat Beriman di Madinah sepakat mengakui Abu Bakar sebagai
pemimpin polirik mereka. Tindakan ini bukan saja menyelamatkan
suksesi tetapi juga menginstitusionalisasi pandangan bahwa Umat Beriman tetap harus satu, sebagai komunitas yang saru. Kita juga mencatat
bahwa Abu Bakar digantikan oleh 'Umar lbn al-Khattab (memerintah
tahun 13-23/634-6440) dan kemudian diganti oleh 'Uthman lbn 'Affan (memerintah pada 23-35/644-656) dan bagaimana di bawah kepemimpinan mereka ini gerakan ekspansi besar penama Gerakan Umat
Beriman itu rerjadi. Hampir ridak diragukan lagi bahwa, para pemimpin
pertama komunitas ini semuanya diakui oleh Umat Beriman, karena,
ketika mereka dipilih, mereka semua merupakan wujud nyata dari nilainilai utama yang memang didedikasikan Umat Beriman. Umat Beriman
pada saat ini benar-benar masih satu rujuan dan pandangan, dan ketiga
orang-orang yang terpilih untuk memimpin mereka itu sudah sangat
dekat dengan Nabi sejak awal kariemya. Mereka yang memegang posisi
kepemimpinan menerima gelar amir al-mu'minin, "Commander of Believers", saru gelar yang akan saya jelaskan lebih jauh sekarangSuksesi yang tampaknya lancar ini hendaknya cidak membuac kica
berkesimpulan bahwa, persoalan kepemimpinan merupakan sesuacu
yang sederhana, sek.alipun pada zaman icu. Sacu hal yang perlu diingat,
bahwa al-Qur'an campak sama sekali cidak menaruh perhacian dengan
persoalan kepemimpinan temporal ini. Al-Qur'an cidak memberikan
secara eksplisit petunjuk apa pun mengenai bagaimana suksesi itu harus
direncanakan, cidak pula menyebuckan syarat-syarac kepemimpinan
umac. Tidak juga, campaknya, Nabi Muhammad secara jelas mendesain seseorang untuk menggancikannya. Oleh karenanya hal itu bukan
merupakan suacu persoalan yang langsung bagi Umat Beriman awal
uncuk menencukan acau memucuskan apa arcinya kepemimpinan umac
itu, apalagi siapa yang harus menjadi dan bagaimana seleksi harus
dilakukan, dan bahkan sebenarnya masing-masing dari keciga amir a1-
mu'minin itu dipilih dengan cara yang berbeda. Sebagaimana kica lihat,
Abu Bakr diaklamasi sebagai pemimpin pada saac percemuan yang melibackan banyak kaum Muhajirin dan Anshar. 'Umar dipilih sebagai penggantinya oleh Abu Bakar pada saat beliau di tempat tidur sebelum wafat. 'Umar sebelum wafatnya, mengajukan enam nama pemimpin umat
dan menginscruksikan mereka uncuk bercemu sebagai suacu majelis
(shura) dan sampai kepada satu kesepakacan di mana salah sacu dari mereka hacus menjadi penggantinya. (Untuk memberikan para panisipan
dalam pertemuan tersebuc suacu insencif uncuk menghindari jalan buncu, dia juga meninggalkan inscruksi bahwa jika mereka tidak mencapai
kesepakacan dalam beberapa hari, maka yang berada dalam minoritas
harus dibunuh.) Sej1umlah laporan juga menunjukkan bahwa mungkin
beberapa orang menolak untuk mengakui salah sacu acau pemimpin
atau lainnya dari pemimpin Umat Beriman yang baru itu secelah pemilihan. Kebanyakan laporan tersebut melibackan keponakan dan anak
menantu Nabi, 'Ali lbn Abi Talib, sekalipun tidak jelas berapa banyak
dari mereka yang nantinya menjadi pendukung klaim sebagai kecurunan
'Ali. Ada juga laporan yang meliback.an orang lain.
Akan tetapi, kenyataan bahwa Abu Bakar, 'Umar, dan 'Uthman, masing-masing menerima dukungan luas dalam suksesi icu, memungkinkan kita uncuk mengambil beberapa kesimpulan mengenai apa yang
secara umum menjadi perhatian Umat Beriman awal dalam memilih
pemimpin mereka. Ketiganya merupakan sahabat dekat Nabi semasa
hidup beliau, dan dedikasi mereka uncuk Gerakan Umac Beriman cidak
diragukan. Sekalipun semuanya berasal dari kaum Quraysh dan merupakan kaum Muhajirin Makkah (sebagaimana juga kebanyakan pengikuc
Nabi yang awal), masing-masing berasal dari klan Quraysh yang berbeda, dan cak sacu pun yang berasal dari klan Nabi, yaicu Bani Hasyim.
Oiterimanya mereka oleh umat awal secara luas menunjukkan bahwa
Umat Beriman secara umum belum melihat kriteria geneologi atau garis
kecurunan sempit, di luar keanggocaan Quraysh mereka, sebagai suatu
fakcor yang menentukan dalam memilih pemimpin mereka-sangat
berbeda dengan cradisi sosial Arab. Akan tetapi, hubungan dekat (per·
sahabatan) dengan Nabi Muhammad clan reputasi kesalehan clan tingkah laku baik campaknya menjadi perhacian ucama mereka.
Kurang lebih konsiscensi dukungan Umat Beriman kepada Abu
Bakr, 'Umar, and, 'Uthman, selama cahun-tahun percama pemerincahannya, difasilicasi oleh kenyataan bahwa selama sekitar 20 tahun Umat
Beriman menikmati kesuksesan duniawi yang luar biasa, yang mungkin
di luar yang diimpikan setiap orang. Sebagaimana kica lihat, selama
masa ini mereka mengalahkan musuh-musuh mereka di Arab clan memperluas kehadiran mereka di wilayah-wilayah baru yang dengan cepac,
pasci akan mendorong banyak orang uncuk mengacakan bahwa T uhan,
memang berada di pihak mereka, clan bahwa cujuan mereka menegakkan cata aturan umum berdasarkan pada pemahaman mereka mengenai
firman T uhan, sebenarnya sesuai dengan kehendak T uhan. Kesuksesan
besar seperti icu, yang membawa bagi mereka sumber-sumber daya,
tanah, clan budak-budak, kemungkinan memudahkan mereka untuk
mengabaikan gangguan atau keluhan apa pun-apalagi untuk memikirkannya, yang dalam konceks sukses yang diberikan T uhan semacam itu,
mungkin bukan hanya tidak penting tetapi juga nista. Namun, suasana tampak berubah selama kekuasaan 'Uchman. Keridakpuasan umar dengan kepemimpinan 'Uchman menjadi semakin akut, dimulai sekitar
tahun 30/650-51-yaitu, sekitar dua puluh tahun setelah Nabi wafat.
Sejumlah faktor praktis dapat dikemukakan untuk menjelaskan keregangan di antara Umar Beriman yang semakin meningkar ini. Sampai
awal tahun 30-an/650-an, Umat Beriman harus meninggalkan amsar
mereka untuk melakukan penyerbuan dan penaklukan, dan wilayah
yang harus diserbu atau ditaklukkan adalah wilayah yang kurang berkembang, kurang maju, dan oleh karenanya kurang kaya dalam warisan
atau hal-hal yang berharga dibanding wilayah kaya Syria, lrak, dan
Mesir yang telah ditaklukkan sebelumnya. Banyak juga para pendatang
yang datang ke amsar sebagai muhajirin yang harus membagi uang saku
di antara mereka. Ada beberapa indikasi bahwa para gubemur mencoba
untuk menghapus uang saku sama sekali, clan tentu saja hal ini membawa kepada suatu kondisi yang sangat tidak nyaman.
Hal lain yang memprihatinkan adalah yang berkairan dengan disposisi penaklukan wilayah-wilayah. Tak lama setelah penaklukan, muncul
penentangan antara para serdadu yang ikut dalam operasi penaklukan
dengan amir al-mu'minin 'Umar mengenai isu ini. Para serdadu ingin
bahwa semua wilayah rampasan perang itu dibagi untuk mereka, dan
hanya seperlima seperti tradisi yang ada yang disisakan untuk amir aLmu'minin; mereka menunjuk kepada ayat al-Qur'an 8: 41, clan pada
pembagian Nabi mengenai wilayah Khaibar sebagai jaminan untuk
klaim mereka. 'Umar clan kemudian juga 'Uthman, di sisi lain, berargumentasi bahwa wilayah rampasan/penaklukan yang penghuninya masih
ada di sana-yang di kebanyakan distrik masih mayoritas-berbeda
dengan harta rampasan perang biasa yang menjadi milik serdadu clan
menjadi kekayaan kolektif seluruh masyarakat; para penghuni wilayah
tersebut harus tetap berada di sana akan tetapi harus membayar pajak
agar bermanfaat bagi semua Umat Beriman. Hanya tanah-tanah terlarang saja dalam pandangan mereka, yang menjadi kekayaan yang harus
dibagi di antara para serdadu. Akan tetapi gambaran tersebut tidak jelas; beberapa cempat memperoleh kesepakaran ad hoc dengan penakluk-penakluknya, dan sumber-sumber memberikan berica yang sangat
bertentangan clan meragukan mengenai bagaimana kepemilikan lahan
clan pajak sebenarnya dikembangkan.
TEKS AL-QUR'AN 8 (ANFAL): 41
Ketahuilan bahwa apa pun yang kamu ambil sebagai harta kekayaan/rampasan, seperlimanya adalah untuk Allah clan rasul-Nya
clan kerabat dekat clan yatim piatu clan orang miskin serta Ibn
sabil ... "(istilah terakhir, biasanya dianikan sebagai "orang yang
clalam perjalanan", di interpretasikan oleh beberapa sebagai Umat
Beriman yang miskin atau muhajirun yang miskin. lmplikasinya
adalah empat perlima yang ticlak diperuntukkan untuk Allah dan
rasul-Nya-atau kemudian, bagi negara---ha rus jatuh ke penakluk
sebagai harta kekayaan. )
Selain ketegangan mengenai pembagian wilayah, lebih jauh ada semacam ketidaksukaan di antara serdadu dalam penaklukan (clan dengan
berjalannya waktu, anak-anak para serdadu tersebut), karena beberapa
individu yang pun ya hubungan baik dari suku Quraysh, seperci T alha
lbn 'Ubaydallah dan Zubayr lbn al-'Awwam, muncul sebagai pemilik
lahan yang kaya raya. Tetapi, hat ini didapat dari hadiah yang diberikan oleh khalifah atau karena berbagai transaksi real estate ( cermasuk
berdagang untuk properti di Arab), dan bukan karena mereka ikut serta
di dalam penaklukan. Salah satu gubernur 'Uthman di Irak, Sa'id lbn al
-'As, membuat marah serdadu karena dalam khotbahnya menunjuk lrak
sebagai "a garden for Quraysh"; arogansinya menghasilkan pemberoncakan arau pembelotan-yang dipimpin oleh seorang tokoh penaklukan di
sana, Malik al-Ashtar al-Nakha'l-yang akhimya menyebabkan Sa'id
dikeluarkan dari kota oleh orang-orang Kufans.
Problem praktis lain yang dihadapi amir al-mu'minin, khususnya masa 'Uthman, adalah mengenai manajeman kekuasaan jarak jauh.
Begitu wilayah yang dikontrol oleh Umat Beriman itu tumbuh, supervisi oleh komandan militer jarak jauh, terhadap gubemur, subgubemur,
para agen pajak, dan kadang kegoncangan amsar sendiri yang memiliki
campuran populasi dari kalangan suku, menjadi semakin menancang.
Lebih jauh lagi, hal ini terjadi pada saat inti Gerakan Umat Beriman
yang berasal dari Makkah dan Madinah, sedang mengalami perubahan,
dan begitu masa berlalu, semakin banyak Umac Beriman yang mengenal
Nabi, wafat, dan banyak yang lainnya menjadi terlalu cua untuk akcif
sebagai komandan militer atau gubernur. 'Uthman dan bawahan utamanya harus melihat kepada generasi yang lebih muda dari Umat Beriman
uncuk memegang pos-pos pencing; akan cecapi kualifikasi dan komicmen generasi muda Umat Beriman ini kurang jelas bagi orang-orang di
sekitamya. Memang, salah satu tuntucan yang muncul melawan 'Uthman adalah keterlibatan "generasi muda" dalam menduduki pos-pos
pencing.
Selain persoalan-persoalan praktis ini, mungkin ada faktor lain
yang berkaitan dengan realitas sosial dan ekonomi yang menimbulkan
ketegangan di antara Umat Beriman, hanya saja hal ini tidak banyak
direkam. Hal ini boleh jadi cermasuk ketidaksetujuan sosial di ancara
para kepala suku yang sekarang hidup dekat amsar. Kaum yang tinggal
sebelumnya dari amsar itu, mereka sendiri telah disibukkan atau dibanjiri dengan sejumlah gelombang imigran dari Arab, cermasuk petarung
dan keluarga baru dari mereka yang sudah ada di sana. Juga adanya
kompetisi di antara pemimpin individual maupun kelompok suku untuk
mendapatkan pengaruh dari komandan lokal acau gubernur, perdebatan dalam persoalan pembayaran dan keuntungan yang dicerima (acau
tuntutan pelayanan militer) untuk Negara, dan perdebatan-perdebatan
yang muncul dari kepala-kepala suku mengenai akses yang berbeda kepada aktivitas ekonomi pribadi, perdagangan, atau kerajinan.
Yang juga sangac pencing adalah perasaan yang cumbuh di ancara
Kaum Ansor Madinah dan beberapa Umac Beriman Arab lainnya, khususnya pemeluk Islam awal yang asatnya sangat rendah hati, bahwa
perkara-perkara (dan juga keuntungan finansiat) dari Negara baru ini
makin lama makin dikuasai oleh anggota Quraysh yang kuat. Abu Bakr
tetah mengikuti dengan ketat kebijakan yang dilakukan oteh Nabi datam beberapa tahun terakhir beliau dalam memberikan pos-pos penting
untuk orang-orang Makkah yang awalnya merupakan musuh paling
sengit-yaitu yang dikenat dengan kebijakan "conciliation of hearts" yang
tetah membuat marah beberapa pengikut awat beliau. Penunjukkan
Abu Bakr terhadap Khalid Ibn at-Walid, 'Amr lbn al' As, dan Yazid lbn
Abi Sufyan, yang semuanya telah bergabung dengan Gerakan Umat
Beriman pada masa akhir hidup Nabi, dapat dilihat sebagai contoh
dari hat tersebut di ar:as. Datam pengukuhannya, 'Umar memoderatkan
kebijakan ini, dan untuk penunjukan yang penting tebih berdasarkan
pada mereka yang tetah menjadi umat Nabi lebih dahutu; dia memecat
beberapa orang, seperti Khalid lbn Walid, yang dia pandang tebih memperhatikan urusan duniawi. Akan tetapi kebijakan itu hampir sama sekali tidak konsisten dalam hat ini; dia mengembalikan 'Amr lbn al-'As,
yang secara tuas dikenat akan orientasi duniawinya, sebagai Gubernur
Mesir setelah dia menaktukkannya.
Dan sama pentingnya dengan isu-isu praktis ini, adatah bahwa ketegangan internal yang memengaruhi Umat Beriman pada tahun 30
-an/650-an juga berkisar pada persoatan kesalehan dan bagaimana hat
itu berkaitan dengan kepemimpinan umat. Kompetisi mengenai wilayah, pembayaran, status, dan pengaruh adatah penting bukan karena
persoatan itu sendiri, akan tetapi, khususnya, karena Umat Beriman
melihat datam hat ini indikasi bahwa beberapa pemimpin mereka tidak
bertingkah taku sesuai dengan prinsip-prinsip kesatehan ( termasuk pertakuan yang sama terhadap semua Umat Beriman) yang merupakan perhatian utama dari Gerakan Umat Beriman. Perbedaan dalam status atau
pengaruh atau kekayaan merupakan sesuatu yang sangat mengganggu,
akan tetapi masyarakat tetah lama terbiasa dengan hat seperti itu; yang
tidak dapat ditoteransi oleh banyak Umat Beriman tampaknya adatah pemikiran bahwa pemimpin mereka harus serba membolehkan atau
tidak kaku dalam mencoba menghilangkan atau mengurangi ketidaksamaan itu, atau lebih buruk lagi, harus aktif terlibat di dalam sifat pilih
kasih, memberi beberapa Umat Beriman keberuntungan di atas yang
lain. Persoalan itu memuncak ketika masa amir al-mu'minin ketiga, 'Uthman, yang mengakibatkan, sebagaimana akan kita lihat, pembunuhan
terhadap dirinya.
Sejumlah kebijalkan 'Uthman tampaknya telah memunculkan oposisi tajam. Salah satu tuntutan yang ditentang adalah bahwa dia,
'Uthman, lebih mengutamakan anggota keluarganya, Bani Umayah,
untuk posisi penting (dan mungkin menguntungkan) seperti gubernurgubernur kunci. Misalnya, dia mengganti dua gubernur di lrak yang
merupakan sahabat Nabi yang sangat dikenal, dan pahlawan dalam
penaklukan Sa'ad lbn Abi Waqqas dan Abu Musa al-Ash'ari, dengan
saudara sepupunya Walid lbn 'Uqba dan saudaranya yang lain, 'Abd
Allah lbn 'Amir lbn Kurayz (yang juga dianugerahi 'Uthman kebun
kunna yang luas di sekitar wilayahnya). Ketika Walid lbn 'Uqba dipaksa untuk turun secara tidak honnat (karena mabuk), 'Uthman menggantinya dengan Bani Umayya lain, keponakan keduanya Sa'id lbn
al-'As. Dia juga menarik gubernuran Mesir dari tangan 'Amir lbn al-'As
yang sangat mengesankan-yang telah menaklukkannya dan kemudian
mengatur semua urusannya, dan juga sangat dikenal dengan pasukan
tencaranya-dan menggancinya dengan 'Abd Allah lbn Abi Sach, kakak angkac dan teman dekat 'Uthman dan keluarganya. Gubernur yang
baru ini mungkin diperintah uncuk mengetatkan kontrol pusac terhadap
keuangan Mesir, yang telah memengaruhi popularitasnya, karena penghasilan yang awalnya dikembalikan ke provinsi, diteruskan ke Madinah.
Di Syria, 'Uthman menempatkan kegubernuran di bawah tangan keturunannya yang muda Mu'awiyya lbn Abi Sufyan. Diakui, dia memang
telah dicunjuk oleh 'Umar, tetapi 'Uthman meningkatkan kekuasaannya dengan memberinya kontrol atas garnisun ucama di Hims dan juga
Damaskus. Para pengkritik 'Uthman melihat tanda-tanda sikap pilih kasih sebagai kegagalan moral dalam dirinya. Dikarakan bahwa 'Urhman, sebagai amir al-mu'minin, hanya mencoba memastikan konrrol
ketat atas persoalan-persoalan pemerintahan yang semakin kompleks
dengan mempercayakannya kepada individu, yang sebagai keluarga,
renru mempunyai pengaruh personal kuat. Tidak dikerahui mana dari
motivasi ini yang menjadi motivasi utama 'Uthman, akan retapi perlu
dicatat bahwa 'Uthman mendistribusikan tanah dari wilayah taklukannya, bukan hanya untuk keluarga kerurunan Umayahnya saja, akan tetapi juga kepada pemimpin-pemimpin penting dari berbagai kelompok,
termasuk beberapa pemimpin penaklukan, seperti Jarir lbn 'Abd Allah
dan Sa'ad lbn Abi Waqqas. 'Uthman tidak tuli dengan keluhan-keluhan mengenai ketidaksalehan; dia juga bisa memecat keluarganya yang
dicurigai berbuat jahat; sebagaimana kita telah lihat, saudara sepupunya
Walid lbn 'Uqba dipecat sebagai Gubemur Kufa (dan dihukum cam·
buk) karena meminum anggur, yang menimbulkan atau menanamkan
permusuhan di antara 'Uthman dan keluarga Walid, walaupun dia
mempunyai hubungan keluarga secara dekat.
Akan tetapi, 'Uthman juga dikritik karena persoalan yang tidak berkaitan dengan perolehan duniawi dan dugaan tersebut menggarisbawahi
kenyaraan bahwa dia, terutama bersalah karena kegagalan moralnyaketidaksalehannya-yaitu ketika menjabat sebagai amir al-mu'minin, dia
diharapkan oleh Umat Beriman menjadi paragon kesalehan. Beberapa
cataran di dalam sumber rradisional menjelaskan sedikir perubahan dalam ritual ibadah haji yang dibuat 'Uthman. Di samping rampak tidak
signifikan, hal-hal tersebut dan juga kenyataan bahwa al-Qur'an sendiri
tidak jelas berbicara mengenai bagaimana melakukan ibadah haji (sebagaimana juga dalam detail kebanyakan ritual), perubahan ini tampaknya menimbulkan kekhawatiran beberapa orang, mungkin karena ritual
haji telah diakui oleh Rasul sendiri. Akan tetapi, salah satu "inovasi"
'Uthman paling penting boleh jadi adalah keputusannya untuk mengodifikasi eeks al-Qur'an.
Cerira mengenai hal ini banyak dan membingungkan; beberapa ula-ma berpendapar bahwa reks al-Qur'an sebagaimana kica punya relah dikodifikasi ketika Nabi Muhammad wafat, tetapi banyak laporan mengatakan mengenai bagian-bagian wahyu yang dikoleksi orang-orang dan
hanya dihafal oleh mereka, atau dalam selebaran, dan salinan yang dirulis secara parsial. Salah satu cabang rradisi berpegang bahwa 'Uthman
meminta sekelompok sahabat yang dipimpin oleh Zayd lbn Thabit un·
ruk mengumpulkan dan membandingkan semua salinan al-Qur'an dan
menyiapkan saru teks tunggal. Hal ini memunculkan oposisi, mungkin
bukan karena prosedur iru sendiri, retapi karena sekali Qur'anic "Vulgata" (versi resmi) itu ditetapkan, 'Uthman akan mengirim salinannya
kepada amsar utama dengan perintah bahwa mereka harus menggunakannya di sana, mengganrikan yang versi regional yang dipandang sebagai otentik oleh pengikut-pengikutnya, dan bahwa salinan sebelumnya
diharuskan untuk dibakar. Di samping itu, beberapa versi al-Qur'an
yang lebih dulu ada-misalnya, yang berasosiasi dengan pembaca alQur'an yang terdahulu, lbn Mas'ud (wafat 33/653) di Kufa, Ubay lbn
Ka'b (wafat 29/649 atau 34/654) di Syria, dan Abu Musa al-Ash'ari
( wafat 42/662) di Basra, di antara yang lainnya, yang salinan (atau hafalannya) tidak dapat dihapus. Ada juga salinan sebagian atau seluruh alQur'an di tangan para janda Nabi dan janda Abu Bakr, 'Umar, 'Ali, dan
sahabat lain. lbn Mas'ud diberitakan menolak menghancurkan salinan
miliknya ketika vulgata 'Uthman datang di Kufa. T etapi dalam beberapa kasus, bacaan-bacaan para sahabat yang telah mengajar mereka yang
ada di sekitar mere.ka bagaimana cara membaca teks dengan mudah,
dapat bertahan di dalam hafalan mereka clan disalin lagi, sekalipun
jika kodifikasi yang asli itu dihancurkan. (Sisa-sisa dari kodifikasi ini
tampaknya masih ada di dalam kompilasi bacaan al-Qur'an yang sedikit
berbeda yang diakui, yang nantinya membentuk bagian ilmu membaca
al-Qur'an).
Semua faktor ini, telah menjadi salah saru penyebab munculnya
banjir kritik melawan tingkah laku 'Uthman sebagai amir al-mu'minin.
Oposisi terbuka terhadap pemerintahannya tampak terjadi pertama kali di amsar Fuscac di Mesir, dan Kufa, serca Basra di lrak. Kelompok
pemberoncak dari kota-kota tersebut melakukan protes ke Madinah dan
berkonfroncasi dengan 'Uthman sendiri. Sumber-sumber cradisional
Muslim memberi kica laporan panjang mengenai perisciwa kerusuhan
cersebuc, yang selanjutnya, kica sebuc dengan Perang Sipil percama;
sumber-sumber kita merujuk peristiwa ini sebagai fima penama, menggunakan peyoracif, kaca yang ada di dalam al-Qur'an yang aninya "godaan" (oleh keuncungan duniawi). Tujuan dari semua laporan ini ada
dua, untuk menunjukkan kesalahan 'Uchman, acau uncuk membebaskan dia dari tuduhan itu (mengagungkannya), (atau, sama juga, memberikan penilaian moral bagi orang-orang yang cerlibac dalam perisciwa
cersebuc). Oleh karena icu sulic, jika bukan cidak mungkin, uncuk
mencapai keputusan yang jelas tentang tanggung jawab relatif yang dimiliki para pelaku melalui banyaknya gugatan clan gugatan balik akibat
laporan ini. Tecapi kita bisa memahami dengan jelas inci dari perisciwa
yang cerjadi, individu dan kelompok yang cerlibat, dan isu utama yang
muncul dalam laporan tersebut canpa tendensi untuk setuju.
Hal ini campak jelas dalam evaluasi terhadap peran 'Uthman dalam
perisciwa-perisciwa inn: entah dia terlibat acau tidak dalam inovasi yang
kontroversial atau bersalah dalam hal moral, secara nyata at