Selasa, 07 Januari 2025

yohanes 1


cukup tebal maka penerbitan Injil  

Yohanes ini dibagi menjadi dua jilid: Injil Yohanes 1-11 dan Injil 

Yohanes 12-21. 

Matthew Henry (1662-1714) yaitu  seorang Inggris yang mulai 

menulis Tafsiran Alkitab yang terkenal ini pada usia 21 tahun. Karya-

nya ini dianggap sebagai tafsiran Alkitab yang sarat makna dan sa-

ngat terkenal di dunia. 

Kekuatan terutama terletak pada nasi-

hat praktis dan saran pastoralnya. Tafsirannya mengandung banyak 

mutiara kebenaran yang segar dan sangat tepat. Walaupun ada 

cukup banyak kecaman di dalamnya, ia sendiri sebenarnya tidak per-

nah berniat menuliskan tafsiran yang demikian, seperti yang ber-

ulang kali ditekankannya sendiri. Beberapa pakar theologi seperti 

Whitefield dan Spurgeon selalu menggunakan tafsirannya ini dan me-

rekomendasikannya kepada orang-orang untuk mereka baca. White-

field membaca seluruh tafsirannya sampai empat kali; kali terakhir 

sambil berlutut. Spurgeon berkata, “Setiap hamba Tuhan harus 

membaca seluruh tafsiran ini dengan saksama, paling sedikit satu 

kali.” 

Sejak kecil Matthew sudah terbiasa menulis renungan atau ke-

simpulan Firman Tuhan di atas kertas kecil. Namun, baru pada ta-

hun 1704 ia mulai sungguh-sungguh menulis dengan maksud me-

nerbitkan tafsiran ini . Terutama menjelang akhir hidupnya, ia 

mengabdikan diri untuk menyusun tafsiran itu.  

Buku pertama tentang Kitab Kejadian diterbitkan pada tahun 

1708 dan tafsiran tentang keempat Injil diterbitkan pada tahun 1710. 

Sebelum meninggal, ia sempat menyelesaikan tafsiran Kisah Para Ra-

sul. sesudah  kematiannya, Surat-surat dan Wahyu diselesaikan oleh 

13 orang pendeta berdasarkan catatan-catatan Matthew Henry yang 

telah disiapkannya sebelum meninggal. Edisi total seluruh kitab-

kitab diterbitkan pada tahun 1811.    

berulang kali direvisi dan dicetak ulang. 

Buku itu juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti 

bahasa Belanda, Arab, Rusia, dan kini sedang diterjemahkan ke 

dalam bahasa Telugu dan Ivrit, yaitu bahasa Ibrani modern.  

Riwayat Hidup Matthew Henry 

Matthew Henry lahir pada tahun 1662 di Inggris. saat  itu gereja 

Anglikan menjalin hubungan baik dengan gereja Roma Katolik. Yang 

memerintah pada masa itu yaitu  Raja Karel II, yang secara resmi 

diangkat sebagai kepala gereja. Raja Karel II ingin memulihkan ke-

kuasaan gereja Anglikan sehingga orang Kristen Protestan lainnya sa-

ngat dianiaya. Mereka disebut dissenter, orang yang memisahkan diri 

dari gereja resmi. 

Puncak penganiayaan itu terjadi saat  pada 24 Agustus 1662 

lebih dari dua ribu pendeta gereja Presbiterian dilarang berkhotbah 

lagi. Mereka dipecat dan jabatan mereka dianggap tidak sah.  

Pada masa yang sulit itu lahirlah Matthew Henry. Ayahnya, 

Philip Henry, yaitu  seorang pendeta dari golongan Puritan, sedang-

kan ibunya, Katherine Matthewes, seorang keturunan bangsawan. 

sebab  Katherine berasal dari keluarga kaya, sepanjang hidupnya 

Philip Henry tak perlu memikirkan uang atau bersusah payah men-

cari nafkah bagi keluarganya, sehingga ia dapat dengan sepenuh hati 

mengabdikan diri untuk pelayanannya sebagai hamba Tuhan. 

Matthew yaitu  anak kedua. Kakaknya, John, meninggal pada usia 6 

tahun sebab  penyakit campak. saat  masih balita, Matthew sendiri 

juga terserang penyakit itu dan nyaris direnggut maut. 

Dari kecilnya Matthew sudah tampak memiliki bermacam-ma-

cam bakat, sangat cerdas, dan pintar. namun  yang lebih penting lagi, 

sejak kecil ia sudah mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan 

mengakui-Nya sebagai Juruselamatnya. Usianya baru tiga tahun 

saat  ia sudah mampu membaca satu pasal dari Alkitab lalu mem-

berikan keterangan dan pesan tentang apa yang dibacanya.  

Dengan demikian Matthew sudah menyiapkan diri untuk tugas-

nya di kemudian hari, yaitu tugas pelayanan sebagai pendeta.  

Sejak masa kecilnya Matthew sudah diajarkan bahasa Ibrani, 

Yunani, dan Latin oleh ayahnya, sehingga walaupun masih sangat 

muda, ia sudah pandai membaca Alkitab dalam bahasa aslinya. 

Pada tahun 1685, saat  berusia 23 tahun, Matthew pindah ke 

London, ibu kota Inggris, untuk belajar hukum di Universitas Lon-

don. Matthew tidak berniat untuk menjadi ahli hukum, ia hanya me-

nuruti saran ayahnya dan orang lain yang berpendapat bahwa studi 

itu akan memberi  manfaat besar baginya sebab  keadaan di Ing-

gris pada masa itu tidak menentu bagi orang Kristen, khususnya 

kaum Puritan. 

Beberapa tahun kemudian Matthew kembali ke kampung hala-

mannya. Dalam hatinya ia merasa terpanggil menjadi pendeta. Kemu-

dian, ia diperbolehkan berkhotbah kepada beberapa jemaat di sekitar 

Broad Oak. Ia menyampaikan Firman Tuhan dengan penuh kuasa. 

Tidak lama sesudah  itu, ia dipanggil oleh dua jemaat, satu di London 

dan satu lagi jemaat kecil di wilayah pedalaman, yaitu Chester. Sete-

lah berdoa dengan tekun dan meminta petunjuk Tuhan, ia akhirnya 

memilih jemaat Chester, dan pada tanggal 9 Mei 1687 ia diteguhkan 

sebagai pendeta di jemaat ini . Waktu itu Matthew berusia 25 ta-

hun. 

Di Chester, Matthew Henry bertemu dengan Katharine Hard-

ware. Mereka menikah pada tanggal 19 Juli 1687. Pernikahan itu sa-

ngat harmonis dan baik sebab  didasarkan atas cinta dan iman ke-

pada Tuhan. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama satu 

setengah tahun. Katharine yang sedang hamil terkena penyakit cacar. 

Segera sesudah  melahirkan seorang anak perempuan, ia meninggal 

pada usia 25 tahun. Matthew sangat terpukul oleh dukacita ini. Anak 

Matthew dan Katherine dibaptis oleh kakeknya, yaitu Pendeta Philip, 

ayah Matthew. 

Allah menguatkan Matthew dalam dukacita yang melandanya. 

sesudah  satu tahun lebih telah berlalu, mertuanya menganjurkannya 

untuk menikah lagi. Pada Juli 1690, Matthew menikah dengan Mary 

Warburton. Tahun berikutnya, mereka diberkati dengan seorang bayi, 

yang diberi nama Elisabeth. Namun, saat baru berumur satu se-

tengah tahun, ia meninggal sebab  demam tinggi dan penyakit batuk 

rejan. Setahun kemudian mereka mendapat seorang anak perempuan 

lagi. Dan bayi ini pun meninggal, tiga minggu kemudian. Betapa 

berat dan pedih penderitaan orangtuanya. Sesudah peristiwa ini, 

Matthew memeriksa diri dengan sangat teliti apakah ada dosa dalam 

hidup atau hatinya yang menyebabkan kematian anak-anaknya. Ia 

mengakhiri catatannya sebagai berikut, “Ingatlah bahwa anak-anak 

itu diambil dari dunia yang jahat dan dibawa ke sorga. Mereka tidak 

lahir percuma dan sekarang mereka telah boleh menghuni kota Yeru-

salem yang di sorga.” 

Beberapa waktu kemudian mereka mendapat seorang anak pe-

rempuan yang bertahan hidup. Demikianlah suka dan duka silih ber-

ganti dalam kehidupan Matthew Henry. Secara keseluruhan, Matthew 

Henry mendapat 10 anak, termasuk seorang putri dari pernikahan 

pertama. 

Selama 25 tahun Matthew Henry melayani jemaatnya di Chester. 

Ia sering mendapat panggilan dari jemaat-jemaat di London untuk 

melayani di sana, namun  berulang kali ia menolak panggilan ini  

sebab  merasa terlalu terikat kepada jemaat di Chester. Namun 

akhirnya, ia yakin bahwa Allah sendiri telah memanggilnya untuk 

menjadi hamba Tuhan di London, dan sebab  itu ia menyerah kepada 

kehendak Allah.  

Pada akhir hidupnya, Matthew Henry terkena penyakit diabetes, 

sehingga sering merasa letih dan lemah. Sejak masa muda, ia bekerja 

dari pagi buta sampai larut malam, namun  menjelang akhir hayatnya 

ia tidak mampu lagi. Ia sering mengeluh sebab  kesehatannya yang 

semakin menurun. 

Pada bulan Juni 1714 ia berkhotbah satu kali lagi di Chester, 

tempat pelayanannya yang dulu. Ia berkhotbah tentang Ibrani 4:9, 

“Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat 

Allah.” Ia seolah-olah menyadari bahwa hari Minggu itu merupakan 

hari Minggu terakhir baginya di dunia ini. Secara khusus ia mene-

kankan hal perhentian di sorga supaya anak-anak Allah dapat me-

nikmati kebersamaan dengan Tuhan.  

Sekembalinya ke London, ia merasa kurang sehat. Malam itu ia 

sulit tidur dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia dipenuhi 

rasa damai dan menulis pesan terakhirnya: “Kehidupan orang yang 

mengabdikan diri bagi pelayanan Tuhan merupakan hidup yang pa-

ling menyenangkan dan penuh penghiburan.” Ia mengembuskan na-

fas terakhir pada tanggal 22 Juni 1714, dan dimakamkan tiga hari 

kemudian di Chester. Nas dalam kebaktian pemakamannya diambil 

dari Matius 25:21, “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali 

perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah 

setia dalam perkara kecil, aku akan memberi  kepadamu tanggung 

jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam keba-

hagiaan tuanmu.” 

 

PASAL 12  

isah yang kita dapati di akhir pasal sebelumnya sangatlah me-

nyedihkan, yaitu tentang penghinaan yang dilontarkan terhadap 

Tuhan kita Yesus Kristus. Ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi mendak-

wa-Nya sebagai pengkhianat terhadap agama mereka. Mereka men-

deranya dengan segala macam cacian hinaan sedapat mereka. namun  

kisah dalam pasal ini menyeimbangkan keadaan itu dengan menceri-

takan tentang penghormatan yang diberikan kepada Sang Penebus, 

kendati dengan semua celaan yang dilontarkan kepada Dia itu. Demi-

kianlah  kedua keadaan itu dipertentangkan satu sama lain. Marilah 

kita lihat penghormatan apa yang dicurahkan ke atas kepala Tuhan 

Yesus, bahkan saat  Dia sedang direndahkan sedemikian rupa.  

I. Maria memberi  penghormatan kepada-Nya dengan meng-

urapi kaki-Nya pada saat makan malam di Betania (ay. 1-11)   

II. Rakyat jelata memberi  penghormatan kepada-Nya mela-

lui seruan sukacita mereka, saat Ia memasuki kota Yerusa-

lem dengan menunggangi seekor keledai (ay. 12-19).  

III. Orang-orang Yunani memberi  penghormatan mereka de-

ngan mencari Dia sebab  sangat rindu untuk menemui-Nya 

(ay. 20-26).  

IV. Allah Bapa menghormati-Nya melalui sebuah suara dari sor-

ga yang menyatakan kesaksian tentang Dia (ay. 27-36).  

V. Kristus juga dihormati oleh nabi-nabi dalam Perjanjian 

Lama, yang telah menubuatkan ketidakpercayaan orang-

orang yang telah mendengar berita tentang Dia (ay. 37-41).  

VI. Dia mendapatkan kehormatan dari beberapa pemimpin be-

sar yang bersaksi untuk Dia melalui hati nurani mereka, se-

kalipun mereka tidak berani mengakui hal itu (ay. 42–43). 


VII. Dia menyatakan kehormatan-Nya sendiri dengan mengu-

mandangkan amanat ilahi yang diterima-Nya dan dengan 

menegaskan tugas yang diemban-Nya di dunia ini (ay. 44-

50). 

Maria Mengurapi Kaki Kristus; Kemunafikan Yudas; 

Kemarahan Imam-imam Kepala 

(12:1-11) 

1 Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Laza-

rus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. 2 Di situ diadakan per-

jamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut 

makan dengan Yesus yaitu  Lazarus. 3 Maka Maria mengambil setengah kati 

minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus 

dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh 

rumah itu. 4 namun  Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang 

akan segera menyerahkan Dia, berkata: 5 “Mengapa minyak narwastu ini 

tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang mis-

kin?” 6 Hal itu dikatakannya bukan sebab  ia memperhatikan nasib orang-

orang miskin, melainkan sebab  ia yaitu  seorang pencuri; ia sering meng-

ambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. 7 Maka kata Yesus: 

“Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. 8 sebab  

orang-orang miskin selalu ada pada kamu, namun  Aku tidak akan selalu ada 

pada kamu.” 9 Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di 

sana dan mereka datang bukan hanya sebab  Yesus, melainkan juga untuk 

melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. 10 Lalu 

imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, 11 sebab ka-

rena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada 

Yesus. 

Dalam ayat-ayat di atas diceritakan mengenai: 

I.  Kunjungan bersahabat yang dilakukan Tuhan Yesus terhadap ka-

wan-kawan-Nya di Betania (ay. 1). Enam hari sebelum Paskah, Dia 

keluar dari wilayah-Nya untuk mampir ke Betania, sebuah kota 

yang menurut perhitungan para ahli, begitu dekat letaknya de-

ngan Yerusalem sampai rasanya tidak ada bedanya bagi Dia 

untuk berada dalam lingkaran kematian. Dia singgah di sana, di 

rumah kawan-Nya Lazarus, yang baru saja dibangkitkan-Nya dari 

kematian. Kedatangan-Nya ke Betania dapat dianggap: 

1.  Sebagai pengantar untuk hari Paskah yang hendak Ia rayakan. 

Paskah ini dijadikan acuan waktu dalam menggambarkan 

waktu kedatangan-Nya, yaitu enam hari sebelum Paskah. Se-

belum hari Paskah tiba, orang-orang saleh memang biasanya

Injil Yohanes 12:1-11 

 837 

 meluangkan waktu untuk mempersiapkan diri mereka dalam 

menyambut hari yang penuh khidmat itu. Demikian pula yang 

diperbuat Tuhan Yesus supaya Ia dapat menggenapkan selu-

ruh kehendak Allah. Melalui teladan-Nya itu, Ia telah mengajari 

kita supaya mempersiapkan diri untuk menyambut Paskah 

Injil dengan khidmat. Marilah kita dengarkan suara yang ber-

seru-seru, Persiapkanlah jalan bagi Tuhan.   

2.  Sebagai tanda kesukarelaan-Nya untuk menampakkan diri di 

hadapan murka para musuh-Nya. Kini saat  saat-Nya telah 

tiba, Ia mendekat ke dalam jangkauan mereka dan menyerah-

kan diri-Nya kepada mereka secara sukarela, meskipun Dia 

telah membuktikan bahwa Ia bisa saja meloloskan diri dengan 

mudah dari semua jebakan mereka.  

Perhatikan:  

(1) Tuhan kita Yesus menanggung penderitaan-Nya secara su-

karela. Nyawa-Nya tidaklah direnggut dengan paksa dari 

Dia, melainkan diserahkan-Nya sendiri. Sungguh, Aku da-

tang. Sebagaimana kekuatan para penganiaya-Nya tidak 

mampu mengalahkan Dia, begitu pula kelicikan mereka 

tidaklah mampu mengecoh-Nya. Dia mati sebab  dia berse-

dia untuk mati.  

(2) Memang ada saatnya kita diperbolehkan untuk berusaha 

melindungi dan menyelamatkan diri, namun  ada saatnya 

pula kita dipanggil untuk mempertaruhkan nyawa kita 

demi kepentingan Allah, sebagaimana Rasul Paulus, saat  

ia pergi sebagai tawanan Roh ke Yerusalem.  

3.  Sebagai pernyataan kebaikan hati-Nya terhadap kawan-ka-

wan-Nya di Betania, yang begitu Ia sayangi. Juga, sebab  se-

bentar lagi Ia akan dipisahkan dari mereka. Kunjungan itu 

merupakan kunjungan perpisahan. Dia datang untuk berpa-

mitan dengan mereka, dan untuk memberi  kata-kata peng-

hiburan supaya mereka siap dalam menghadapi hari pencoba-

an yang kini tengah mendekat. Perhatikan, meskipun Kristus 

pergi dari umat-Nya untuk sementara waktu, Ia akan menun-

jukkan kepada mereka bahwa Ia pergi dalam kasih, bukan 

dalam kemarahan. Di sini, Betania digambarkan sebagai tem-

pat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang 

mati. Mujizat yang dilakukan di sana membuat tempat itu 


 838

menjadi masyhur dan dihormati orang-orang. Kristus datang 

ke sana untuk melihat seberapa jauh orang-orang sudah 

membuat kemajuan sesudah  menyaksikan mujizat ini . Se-

bab, di mana saja Kristus melakukan mujizat dan memperli-

hatkan tanda-tanda kebaikan-Nya, Ia akan selalu terus mem-

perhatikan tempat itu, untuk melihat apakah tujuan pekerja-

an-Nya di sana telah tercapai. Di mana pun Ia menabur secara 

berkelimpahan, Ia akan selalu mengawasi apakah benih-benih 

itu kemudian tumbuh dan muncul kembali atau tidak.    

II.  Sambutan baik yang ditunjukkan oleh kawan-kawan-Nya di sana: 

Di situ diadakan perjamuan untuk Dia (ay. 2), sebuah perjamuan 

besar, sebuah pesta. Patut dipertanyakan apakah perjamuan itu 

sama dengan yang dicatat dalam Matius 26:6 dan seterusnya, ya-

itu yang diadakan di rumah Simon. Kebanyakan penafsir Injil me-

ngira demikian, sebab inti cerita dan banyak keadaan dari kedua 

kisah itu bersesuaian. Akan namun , pesta itu dikatakan berlang-

sung dua hari sebelum Paskah, sedangkan yang ini dilakukan 

enam hari sebelumnya. Lagi pula, tidak mungkin kalau Marta 

melayani di tempat yang bukan rumahnya sendiri. sebab  itulah, 

saya cenderung setuju dengan pendapat Dr. Lightfoot, yaitu bah-

wa kedua pesta itu berbeda: yang dicatat dalam Matius terjadi 

pada hari ketiga di minggu Paskah, sedangkan yang diceritakan di 

sini terjadi pada hari ketujuh di minggu sebelumnya, yang meru-

pakan hari Sabat orang Yahudi, semalam sebelum Ia masuk ke 

Yerusalem dengan menunggang keledai. Yang pertama disebutkan 

tadi diadakan di rumah Simon, sedangkan yang kini diceritakan 

diselenggarakan di rumah Lazarus.  Kedua perjamuan ini yaitu  

penyambutan bagi Kristus yang dilakukan dengan paling khidmat 

dan terang-terangan, dan mungkin saja Maria menunjukkan rasa 

hormatnya di kedua kesempatan itu. Minyak narwastu yang 

tersisa sesudah  ia memakai setengah katinya (ay. 3) untuk meng-

urapi Yesus dalam kesempatan pertama, dia habiskan semuanya 

pada kali kedua ini, seperti yang dicatat dalam Markus 14:3. 

Marilah kita menyimak kisah penyambutan ini.  

1.  Mereka mengadakan perjamuan malam bagi Dia, sebab bagi 

mereka, makan malam yaitu  hidangan yang terbaik. Mereka 

mengadakan perjamuan ini  sebagai tanda penghormatan 

dan rasa syukur mereka, sebab pesta biasanya diadakan seba-

Injil Yohanes 12:1-11 

 839 

gai tanda persahabatan. Juga, supaya mereka memperoleh ke-

sempatan untuk bisa leluasa bercengkerama dengan-Nya, se-

bab pesta biasanya diadakan demi kebersamaan. Secara tidak 

langsung mungkin untuk menunjuk ke perjamuan-perjamuan 

yang diadakan untuk menyambut-Nya sewaktu Dia menjelma 

menjadi manusia, Kristus berjanji bahwa Ia akan makan ber-

sama-sama dengan orang-orang yang mau membukakan pintu 

hati mereka bagi-Nya (Why. 3:20).  

2.  Marta melayani. Ia sendirilah yang menunggui meja, sebagai 

tanda penghormatan yang besar kepada Sang Guru. Meskipun 

Marta yaitu  seorang yang terpandang, dia tidak segan-segan 

melayani, saat  Kristus duduk makan. Kita pun harus begitu. 

Saat kita harus merendahkan diri demi kemuliaan Kristus, 

hendaknya kita tidak menganggap bentuk pelayanan apa pun 

sebagai sebuah hal yang remeh atau terlalu rendah untuk 

dilakukan. Sebelumnya, Kristus telah menegur Marta sebab  

terlalu sibuk melayani. Akan namun , teguran itu tidak mem-

buatnya berhenti melayani, sebagaimana beberapa orang ter-

tentu yang cepat sekali marah dan tidak mau lagi melakukan 

hal yang sama sesudah  mereka ditegur mengenai hal itu. Tidak 

begitu dengan Marta. Dia tetap saja melayani, namun bukan 

di tempat yang jauh-jauh, melainkan di sekitar tempat di 

mana ia masih bisa mendengar perkataan Kristus yang penuh 

rahmat, sebagaimana pelayan-pelayan Salomo yang menurut 

Ratu Syeba, amat beruntung sebab  mereka dapat terus ber-

dekatan dengan Salomo untuk mendengarkan hikmatnya. 

Lebih baik menjadi seorang pelayan di meja Kristus daripada 

menjadi seorang tamu di meja raja.   

3.  Lazarus merupakan salah seorang yang turut makan. Hal itu 

membuktikan kebenaran dalam kebangkitannya, sebagaimana 

yang didapati dalam kebangkitan Kristus sendiri, yaitu ada 

orang-orang yang telah makan dan minum bersama-sama de-

ngan Dia (Kis. 10:41). Lazarus tidak mengasingkan diri ke 

padang gurun sesudah  ia dibangkitkan, dan bukannya seakan-

akan sebab  sudah mengunjungi dunia lain, maka dia harus 

jadi pertapa sesudah kebangkitannya itu. Tidak begitu. Dia 

tetap saja bergaul dengan orang-orang, seperti yang dilakukan 

orang lainnya. Dia turut makan, sebagai tugu peringatan akan 

mujizat yang telah dibuat Kristus. Orang-orang yang telah di-


 840

bangkitkan oleh Kristus ke dalam kehidupan rohani akan di-

berikan tempat bersama-sama dengan Dia (Ef. 2:5-6). 

III. Penghormatan khusus yang ditunjukkan Maria terhadap-Nya, 

lebih dari yang lainnya, yaitu dengan mengurapi kaki Kristus de-

ngan minyak yang harum (ay. 3). Maria mengambil setengah kati 

minyak narwastu murni yang mahal harganya, yang selama ini 

mungkin sengaja ia simpan untuk keperluannya sendiri. Akan 

namun , kematian dan kebangkitan kakak lelakinya membuatnya 

tidak lagi mementingkan pemakaian barang-barang seperti itu 

bagi dirinya sendiri, dan dengan minyak inilah dia mengurapi kaki 

Yesus. Lalu, untuk lebih menyembah Kristus dan merendahkan 

dirinya sendiri, ia pun menyeka kaki Yesus dengan rambutnya. 

Tindakannya itu disaksikan oleh semua orang yang hadir di sana 

pada saat itu, sebab bau minyak semerbak di seluruh rumah itu 

(Ams. 27:16). 

1.  Jelas sekali Maria memaksudkan hal ini sebagai tanda kasih-

nya terhadap Kristus, yang telah menunjukkan kasih-Nya ter-

hadap dia dan keluarganya. sebab  itulah, dia pun rela mem-

berikan apa yang ia miliki. Nah, melalui tindakannya itu, 

Maria menunjukkan bahwa kasihnya terhadap Kristus itu me-

rupakan  

(1)  Kasih yang murah hati. Demi melayani Kristus dengan se-

baik-baiknya, Maria rela mengorbankan hartanya, bahkan 

begitu tulus mencari-cari kesempatan untuk melakukan 

hal itu, padahal kebanyakan orang justru lebih sering 

menghindar dari perbuatan ini . Jika dia memiliki se-

suatu yang lebih berharga dari benda-benda lainnya, maka 

pastilah ia akan menyerahkannya demi menghormati 

Kristus.  Perhatikan, orang-orang yang benar-benar menga-

sihi Kristus lebih dari dunia ini pasti bersedia menyerah-

kan segala yang terbaik dari yang mereka miliki bagi Dia.  

(2) Kasih yang rendah hati. Maria tidak hanya mencurahkan 

minyak narwastu miliknya itu bagi Kristus, namun  juga me-

nuangkan minyak itu dengan tangannya sendiri, padahal 

dia bisa saja menyuruh salah seorang pelayannya untuk 

melakukan itu. Bukan itu saja, dia juga tidak mengurapi 

kepala Kristus, seperti yang lazim dilakukan, melainkan 

Injil Yohanes 12:1-11 

 841 

kaki-Nya. Kasih yang sejati tidak akan segan memberi  

atau melakukan apa pun, untuk menghormati Kristus. Bila 

teringat akan apa yang telah dilakukan dan dikorbankan 

oleh Kristus bagi kita, maka kita amatlah tidak tahu ber-

terima kasih jika menganggap sebuah tindakan terlalu su-

sah untuk dilakukan, atau terlalu hina untuk dikerjakan, 

sementara kita tahu bahwa dengan tindakan itu Kristus 

dapat dipermuliakan.  

(3) Kasih yang memercayai. Ada iman di balik kasih yang di-

tunjukkan Maria itu, yaitu iman bahwa Yesus yaitu  

Mesias, Sang Kristus, Yang Diurapi, yang, sebagai Imam 

dan Raja, juga diurapi sebagaimana Harun dan Daud. Per-

hatikan, Yang Diurapi Allah harus menjadi Yang Diurapi 

bagi kita. Bukankah Allah telah mengurapi-Nya dengan mi-

nyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman seku-

tu-Nya? Marilah kita juga mengurapi-Nya dengan kasih 

sayang yang melebihi rasa kasih kita terhadap hal-hal lain-

nya. Dengan mengakui Kristus sebagai Raja kita, kita juga 

harus mengikuti rencana Allah, mengangkat Dia yang telah 

Allah urapi sebagai Pemimpin kita (Hos. 1:11).     

2.  Bau minyak yang semerbak di seluruh rumah itu menunjukkan 

pada kita,  

(1) Bahwa orang-orang yang menyambut Kristus dalam hati 

dan rumah mereka membawa bau yang amat harum ma-

suk ke dalam hati dan rumah mereka itu. Kehadiran Kris-

tus membawa serta wangi-wangian yang menyukakan hati.  

(2) Penghormatan yang diberikan kepada Kristus merupakan 

penghiburan bagi semua kawan dan pengikut-Nya. Peng-

hormatan itu yaitu  persembahan yang berupa bau yang 

manis bagi Alah dan orang-orang saleh.     

IV. Ketidaksenangan Yudas terhadap pemujaan atau tanda penghor-

matan Maria terhadap Kristus ini  (ay. 4-5).  

Perhatikanlah di sini: 

1.  Orang yang bersungut-sungut atas tindakan Maria tadi yaitu  

Yudas, seorang dari murid-murid Yesus. Akan namun , itu bukan 

sifat seluruh murid-Nya. Ia hanyalah salah seorang dari bi-

langan mereka. Memang tidak aneh bila orang-orang yang pa-


 842

ling jahat menyamar di balik pengakuan iman mereka yang 

terbaik. Banyak orang berpura-pura mengaku mengenal Kris-

tus, padahal mereka sama sekali tidak mengasihi-Nya. Yudas 

yaitu  seorang rasul, seorang pengkhotbah Injil, namun  ia ma-

lah berkeberatan dan mencela perbuatan yang menunjukkan 

kasih sayang dan pengabdian yang tulus seperti yang dilaku-

kan Maria tadi. Perhatikan, menyedihkan sekali jika kehidup-

an agama dan semangat yang kudus malah dicerca dan ditolak 

oleh orang-orang yang justru seharusnya mendorong dan me-

nyokong semuanya itu. namun , dia memang orang yang akan 

segera menyerahkan Kristus. Perhatikan, kasih yang telah 

mendingin terhadap Kristus dan kebencian tersembunyi terha-

dap kesalehan yang tulus, bila muncul dalam diri penganut 

agama, maka ini menjadi pertanda buruk akan terjadinya ke-

murtadan. Orang-orang munafik yang biasanya tidak mudah 

tergelincir sebab  godaan-godaan duniawi, justru lebih mudah 

jatuh oleh sebab  godaan-godaan yang lebih besar daripada 

itu.  

2. Kedok yang dipakai Yudas untuk menutupi ketidaksenangan-

nya itu (ay. 5): “Mengapa minyak narwastu ini, yang seharus-

nya dipakai untuk perbuatan saleh, tidak dijual saja seharga 

tiga ratus dinar” (yaitu setara dengan gaji seorang pekerja sela-

ma 300 hari), “dan uangnya diberikan kepada orang miskin?”  

(1) Di sini ada  kebusukan yang begitu terselubung rapi, 

sebab Iblis pun dapat menyamar sebagai malaikat terang. 

(2) Di sini juga ada  hikmat duniawi yang mencela sema-

ngat saleh sebagai kesembronoan dan keborosan. Orang-

orang yang suka meninggikan diri sendiri dengan nilai-nilai 

duniawi mereka dan merendahkan kesalehan orang lain, 

berarti memiliki roh Yudas dalam diri mereka, lebih besar 

daripada yang mereka kira.  

(3) Di sini, rasa amal terhadap orang miskin dijadikan alasan 

untuk menentang kesalehan yang ditujukan kepada 

Kristus dan dijadikan kedok untuk menyembunyikan keta-

makan. Banyak orang mencari-cari alasan untuk tidak 

memberi  sedekah dengan berpura-pura sedang me-

ngumpulkan harta mereka dulu untuk bersedekah nanti. 

Padahal, awan-awan saja rela mencurahkan butir-butir hu-

jan yang terkandung di dalamnya sampai habis. Yudas ber-

Injil Yohanes 12:1-11 

 843 

tanya, Mengapa uangnya tidak diberikan kepada orang-

orang miskin saja? Jawabannya mudah saja, sebab minyak 

narwastu itu lebih layak dicurahkan bagi Tuhan Yesus. 

Perhatikan, kita tidak boleh gegabah menghakimi tindakan 

orang lain sebagai tindakan yang tidak layak diterima ha-

nya sebab  mereka melakukannya dengan cara yang ber-

beda dan bukan dengan cara yang kita setujui. Kalau kita 

melakukan demikian, ini seolah-olah setiap perbuatan yang 

tidak sesuai dengan perasaan dan ukuran kita itu memang 

buruk dan tidak layak. Orang-orang yang sombong me-

mang cenderung menganggap remeh orang lain yang tidak 

menghiraukan saran mereka.  

3.  Kemunafikan Yudas tercium dan terbongkar di sini (ay. 6). Ini-

lah pendapat sang penulis Injil yang diilhami oleh Dia yang 

menyelidiki hati manusia: Hal itu dikatakannya bukan sebab  

ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, seperti yang pura-

pura ia lakukan, melainkan sebab  ia yaitu  seorang pencuri; 

ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipe-

gangnya.  

(1) Keberatan Yudas itu tidak didasari oleh kepeduliannya un-

tuk beramal: Bukan sebab  ia memperhatikan nasib orang-

orang miskin. Dia tidak memiliki belas kasihan terhadap 

mereka, sama sekali tidak peduli kepada mereka: baginya, 

orang-orang miskin hanyalah sekedar alat untuk menda-

patkan keinginannya, dengan cara berpura-pura memper-

hatikan mereka. Begitu pulalah, beberapa orang berjuang 

keras demi kekuasaan gereja, sementara yang lainnya demi 

mempertahankan kemurnian gereja, padahal boleh jadi hal 

itu terjadi bukan sebab  mereka memperhatikan nasib ge-

reja. Mereka tidak peduli kepentingan gereja mau teng-

gelam atau hanyut. Mereka hanya memperalat semua itu 

demi keuntungan diri sendiri. Simeon dan Lewi berpura-

pura mengagungkan sunat, namun  bukan sebab  mereka 

memperhatikan meterai kovenan, sebagaimana Yehu tidak 

memperhatikan Tuhan semesta alam saat ia berkata, lihat 

bagaimana giatku untuk Tuhan. 

(2)  Keberatan Yudas itu justru muncul sebab  ketamakannya. 

Kenyataannya yaitu , dia lebih menginginkan minyak nar-


 844

wastu yang dipersembahkan untuk Guru-nya itu supaya 

dijual saja, lalu uangnya dapat dimasukkan ke dalam kas 

yang ia pegang, dan sesudah  itu ia tahu apa yang akan dila-

kukannya.  

Perhatikanlah:  

[1]  Yudas yaitu  bendahara dalam rumah tangga Kristus, 

sehingga beberapa orang beranggapan bahwa sebab  

itulah dia dipanggil Iskariot, yang berarti si pemegang 

kas (secara harfiah: pembawa kantong).  

Pertama, lihatlah bagaimana keadaan Yesus dan 

para murid-Nya dalam menjalani kehidupan mereka 

saat itu. Begitu sederhananya hidup mereka. Mereka 

tidak memiliki peternakan ataupun harta benda, lum-

bung ataupun gudang, melainkan hanya sebuah kan-

tong, atau, seperti yang diartikan sebagian orang, se-

buah kotak atau peti.  Mereka menggunakannya sebagai 

tempat untuk menyimpan uang dalam jumlah yang 

secukupnya saja untuk kepentingan mereka, dan bila 

ada kelebihan, memberi nya kepada orang-orang 

miskin. Benda itulah yang mereka bawa-bawa ke mana 

pun mereka pergi. Omnia mea mecum porto – Aku mem-

bawa seluruh hartaku bersamaku. Kantong ini diisi dari 

pemberian-pemberian orang-orang saleh, dan Sang 

Guru beserta para murid-Nya memiliki semuanya ber-

sama-sama. Biarlah hal ini mengurangi penghargaan 

kita akan kekayaan duniawi dan mematikan diri kita 

terhadap hal-hal atau tata cara lahiriah, dan membuat 

kita rela untuk hidup dengan sederhana ataupun men-

derita, bila hal ini memang menjadi bagian kita, sebab 

Guru kita pun mengalaminya juga. Demi kita, dia rela 

jadi miskin.  

Kedua, lihatlah siapa yang menjadi bendahara bagi 

uang mereka yang jumlahnya sedikit itu. Yudas, dialah 

orang yang memegang uang kas itu. Tugasnya yaitu  

menerima dan mengeluarkan uang, dan kita tidak men-

dapati bahwa dia memberi  laporan belanja yang dia 

lakukan. Yudas ditunjuk untuk melakukan tugas itu, 

sebab : 

Injil Yohanes 12:1-11 

 845 

1.  Dia yang terendah dan terkecil di antara semua mu-

rid lainnya. Bukan Petrus atau Yohanes yang dijadi-

kan bendahara (sekalipun jabatan itu memerlukan 

kepercayaan dan mendatangkan keuntungan), me-

lainkan Yudas, yang terendah di antara mereka. Per-

hatikan, pekerjaan-pekerjaan duniawi itu menyim-

pang dari dan juga mengganggu pelayanan Injil 

(1Kor. 6:4). Para pelayan utama dalam kerajaan 

Kristus menolak untuk mengurusi hal-hal yang ber-

kenaan dengan pendapatan (Kis. 6:2).  

2.  Atau, bisa juga sebab  dia memang menginginkan 

jabatan itu. Hatinya terpaut dengan pekerjaan me-

nangani uang, dan sebab  itu kas itu diserahkan ke-

padanya  

(1) Sebagai sebuah kebaikan untuk menyenangkan 

hatinya, dan dengan begitu mewajibkannya un-

tuk bersikap setia terhadap Guru-nya. Biasanya, 

rakyat membenci pemerintah sebab  keinginan 

mereka diabaikan. namun  Yudas tidak memiliki 

alasan untuk mengeluh seperti itu. Kantong dia 

pilih, dan kantong pula yang didapatnya. Atau 

juga,  

(2) Sebagai penghakiman atasnya, untuk menghu-

kumnya atas kejahatannya yang tersembunyi. 

Apa yang dipercayakan ke dalam tangannya akan 

menjadi jebakan yang menjeratnya. Perhatikan, 

kecenderungan kuat untuk melakukan sebuah 

dosa, yang bersumber dari dalam diri sendiri, se-

ring dihukum dengan godaan-godaan kuat dari 

luar untuk melakukan dosa itu. Tidak ada alasan 

yang kuat bagi kita untuk menggemari uang atau 

membangga-banggakannya, sebab sehebat-he-

batnya diri kita, kita ini hanyalah bendahara 

atasnya saja. Saat itu, yang menjadi pemegang 

uang kas yaitu  Yudas, seorang dengan sifat 

yang jahat, yang dilahirkan untuk digantung 

(maaf atas ungkapan ini). Orang bebal akan dibi-

nasakan oleh kelalaiannya [diterjemahkan dari 


 846

TB, Ams. 1:32; KJV: kemakmuran orang bebal 

membinasakan mereka – pen.]. 

[2] Sebagai orang yang dipercaya memegang uang kas, Yu-

das yaitu  seorang pencuri, artinya, dia memiliki sifat 

yang suka mencuri. Kecintaan terhadap uang sudah 

dianggap sebagai pencurian, sebagaimana kemarahan 

dan balas dendam dianggap sebagai pembunuhan. Atau 

mungkin, dia benar-benar telah menyalahgunakan 

uang Gurunya itu dan memakai apa yang seharusnya 

dimiliki bersama untuk kepentingannya sendiri. Malah, 

menurut dugaan sebagian orang, saat itu pun dia se-

dang berusaha mengisi kantongnya sendiri, lalu kabur 

dan meninggalkan Gurunya, sebab ia sudah sering 

mendengar-Nya berkata-kata mengenai banyak masalah 

yang akan segera melanda, yang sama sekali tidak ingin 

ia hadapi. Perhatikan, orang-orang yang dipercaya me-

ngelola uang untuk kepentingan umum harus memiliki 

prinsip keadilan dan kejujuran yang teguh, supaya ta-

ngan mereka tidak ternoda. Ada sebagian orang yang 

iseng mencurangi pemerintah, gereja, atau negara, dan 

jika kecurangan tadi melibatkan pencurian, maka dosa 

pencurian dan hukuman bagi pencurinya itu tidak bisa 

lagi dipandang sebelah mata. Merampok masyarakat 

merupakan dosa besar, sebab  kepentingan masyarakat 

lebih utama daripada perseorangan. sesudah  mengkhia-

nati kepercayaan yang diberikan kepadanya, tidak lama 

kemudian Yudas mengkhianati Gurunya sendiri.      

V. Pembelaan Kristus terhadap tindakan Maria itu (ay. 7-8): Biarkan-

lah dia. Di sini Ia menegaskan penerimaan-Nya terhadap kebaikan 

Maria (meskipun Kristus telah mematikan diri terhadap segala 

kesenangan lahiriah, namun, oleh sebab  itu yaitu  tanda mak-

sud baik dari Maria, maka Dia pun memperlihatkan kesenangan 

hati-Nya terhadap maksud baiknya itu). Ia tidak ingin Maria di-

ganggu oleh sebab  tindakannya itu: Maafkanlah dia, begitulah 

kalimat Yesus tadi dapat diartikan. “Maklumilah dia kali ini saja. 

Jika ini suatu kekeliruan, maka ini yaitu  kekeliruan yang terjadi 

sebab  kasihnya.” Perhatikan, Kristus tidak akan membiarkan se-

orang pun mencela atau membuat tawar hati orang yang bermak-

Injil Yohanes 12:1-11 

 847 

sud menyenangkan hati-Nya dengan tulus, meskipun tindakan 

mereka itu mungkin tidak begitu bijaksana (Rm. 14:3). Meskipun 

kita tidak akan melakukan apa yang mereka lakukan, biarkanlah 

mereka.  

Untuk membenarkan Maria:  

1.  Kristus mengemukakan alasan bagus dari tindakan Maria 

tadi, yang tidak disadari oleh orang-orang yang mencelanya: 

dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Atau, Dia 

melakukannya untuk memperingati pengurapan jasad-Ku, begi-

tulah pendapat Dr. Hammond. “Engkau tentunya tidak segan-

segan membiarkan minyak dipakai untuk mengurapi mayat 

teman-temanmu, atau mengusulkan supaya minyaknya dijual 

saja dan diberikan kepada orang-orang miskin. Nah, peng-

urapan ini dimaksudkan untuk tujuan seperti itu, atau seti-

daknya bisa diartikan demikian, sebab hari penguburan-Ku 

sudah hampir tiba, dan sekarang dia telah mengurapi tubuh 

yang sudah seperti mayat.”   

Perhatikan: 

(1)  Tuhan kita Yesus banyak dan sering memikirkan kematian 

dan penguburan diri-Nya sendiri. Kta pun sebaiknya be-

gitu.  

(2)  Rancangan ilahi sering kali memberi  kesempatan yang 

begitu baik bagi orang-orang Kristen yang taat, demikian 

pula Roh anugerah sering kali menyentuh hati mereka se-

demikian dalamnya sampai-sampai mereka tidak tahan 

untuk mengungkapkan sukacita kudus yang bahkan jauh 

lebih mengena dan lebih menakjubkan dari yang bisa mere-

ka bayangkan sebelumnya.  

(3)  Anugerah Kristus selalu memberi pujian kepada perkataan 

saleh dan tindakan dari orang-orang benar. Anugerah itu 

bukan saja menjadikan sesuatu yang terbaik dari kekeliru-

an itu, namun  juga membuat yang baik menjadi paling baik.  

2. Kristus mengemukakan sebuah jawaban yang memuaskan un-

tuk menanggapi keberatan yang diajukan Yudas tadi (ay. 8).  

(1) Sudah diatur dalam kerajaan Sang Pemelihara bahwa 

orang-orang miskin selalu ada pada kita, yaitu mereka yang 

layak menerima derma (Ul. 15:11). Orang-orang yang demi-


 848

kian ini akan selalu ada selama kebodohan dan kesukaran 

masih ada di dunia yang bobrok ini.  

(2) Kerajaan anugerah sudah mengatur bahwa Gereja tidak 

akan selalu memiliki hadirat Yesus Kristus secara lahiriah: 

“Aku tidak akan selalu ada pada kamu, melainkan hanya 

sesaat saja.” Perhatikan, saat dua kewajiban datang secara 

bersamaan, kita membutuhkan hikmat untuk mengetahui 

yang mana yang harus didahulukan, dan semua itu tergan-

tung dari keadaan di sekeliling kita. Kesempatan harus di-

manfaatkan, dan yang harus didahulukan yaitu  kesem-

patan yang kelihatannya tidak akan berlangsung lama, 

serta cepat sekali melayang pergi. Kewajiban yang dapat di-

lakukan kapan saja harus ditunda demi untuk menuntas-

kan kewajiban lainnya yang hanya dapat dilakukan saat ini 

juga.  

VI. Perhatian khalayak umum terhadap keberadaan Kristus pada per-

jamuan di Betania ini  (ay. 9): Sejumlah besar orang Yahudi 

mendengar, bahwa Yesus ada di sana, sebab Ia menjadi buah 

bibir di seluruh kota, sehingga mereka datang berbondong-bon-

dong ke sana. Lebih-lebih sebab  sebelumnya Ia tampak menarik 

diri, dan kini tampil lagi bagaikan mentari yang kembali muncul 

dari balik awan kelam.  

1.  Mereka datang untuk melihat Kristus, yang nama-Nya sangat 

dipermuliakan dan diagungkan oleh sebab  mujizat yang Ia 

lakukan saat membangkitkan Lazarus beberapa waktu sebe-

lumnya. Mereka datang bukan untuk mendengarkan-Nya, te-

tapi sekadar ingin memuaskan rasa penasaran mereka saja 

dengan melihat-Nya di Betania, sebab  mereka khawatir bah-

wa Ia tidak akan menampakkan diri lagi di depan umum pada 

hari Paskah itu, seperti yang dulu sering Ia lakukan. Mereka 

tidak datang untuk menangkap atau memata-matai-Nya, mes-

kipun pemerintah sudah menyatakan-Nya sebagai buronan, 

melainkan untuk melihat-Nya dan menunjukkan rasa hormat 

mereka kepada-Nya. Perhatikan, Kristus tetap akan dipermu-

liakan melalui kasih yang ditunjukkan oleh sebagian orang, 

sekalipun musuh-musuh-Nya terus berusaha untuk memfit-

nah-Nya. Setiap kali orang banyak mengetahui keberadaan 

Kristus, mereka akan datang kepada-Nya. Perhatikan, di mana 

Injil Yohanes 12:1-11 

 849 

ada seorang raja, di sana ada pula singgasana. Di mana pun 

Kristus berada, bangsa-bangsa akan datang kepada-Nya (Luk. 

17:37).  

2.  Mereka datang untuk melihat sebuah pemandangan yang pas-

tinya sangat menarik untuk disaksikan, yaitu melihat Lazarus 

dan Kristus bersama-sama. Beberapa datang untuk meneguh-

kan iman mereka terhadap Kristus, mungkin supaya dapat 

mendengarkan kisah itu langsung dari mulut Lazarus. Bebe-

rapa lainnya datang semata-mata untuk memuaskan rasa 

penasaran mereka, supaya mereka dapat berkoar-koar bahwa 

mereka telah melihat seorang manusia yang telah mati dan 

hidup kembali. Demikianlah Lazarus hanya menjadi semacam 

tontonan di hari raya itu, bagi mereka yang senang menghabis-

kan waktu mereka dengan bergunjing dan mendengarkan hal-

hal baru, seperti orang-orang Atena. Mungkin juga beberapa 

orang datang untuk menanyai Lazarus mengenai keadaan 

orang mati, untuk mendengar berita dari dunia lain. Bahkan 

kita sendiri pun mungkin rela membuang-buang waktu sejam 

untuk bercakap-cakap dengan Lazarus. Akan namun , jika ada 

orang datang dengan tujuan seperti itu, Lazarus mungkin ha-

nya bungkam dan tidak menceritakan perjalanannya itu ke-

pada mereka. Setidaknya, Alkitab tidak mengatakan apa-apa 

mengenai itu, dan kita tidak seharusnya berkeinginan untuk 

mengetahui lebih jauh dari apa yang telah tertulis. namun  

Tuhan kita Yesus ada di sana, dan Ia yang lebih layak ditanyai 

dibandingkan dengan Lazarus. Jika kita tidak mau mende-

ngarkan Musa dan para nabi lain, serta Kristus dan para 

rasul, jika kita tidak mengindahkan apa yang mereka katakan 

kepada kita mengenai dunia yang lain itu, kita juga tidak akan 

menjadi yakin sekalipun Lazarus telah bangkit dari antara 

orang mati. Kita sudah memiliki nubuatan yang lebih meya-

kinkan.  

VII. Angkara murka para imam kepala melihat kemajuan pesat yang 

dicapai oleh Tuhan kita Yesus, dan rencana mereka untuk meng-

hancurkannya (ay. 10-11): Mereka bermufakat (atau bersekong-

kol) mencari cara untuk membunuh Lazarus juga, sebab sebab  

dialah (yaitu sebab  apa yang telah diperbuat baginya, dan 


 850

bukan sebab  apa yang telah ia katakan atau perbuat), banyak 

orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.  

Perhatikanlah di sini:  

1.  Betapa sia-sianya segala usaha yang telah mereka tempuh 

untuk melawan Kristus sejauh itu. Mereka telah mengupaya-

kan segala cara untuk memisahkan orang-orang dari-Nya dan 

menghasut mereka supaya melawan Dia. Namun, tetap saja 

banyak orang Yahudi, yang merupakan tetangga mereka sen-

diri, bawahan mereka, pengagum mereka, malah begitu ter-

pukau dengan bukti kuat dari mujizat-mujizat Kristus sampai 

meninggalkan kepentingan para imam dan tidak lagi memihak 

mereka. Orang-orang itu tidak lagi patuh terhadap kekuasaan 

mereka yang semena-mena, namun  percaya kepada Yesus. Dan 

semuanya ini terjadi oleh sebab  Lazarus. Kebangkitan Laza-

rus menghidupkan kembali iman mereka dan meyakinkan 

mereka bahwa Yesus yaitu  sungguh-sungguh Mesias yang 

memiliki kehidupan dalam diri-Nya sendiri, dan berkuasa 

memberi  kehidupan itu. Mujizat ini  meneguhkan ke-

percayaan mereka terhadap mujizat-mujizat-Nya yang lain, 

yang telah mereka dengar diperbuat-Nya di Galilea. Jika mem-

bangkitkan orang mati saja Ia sanggup, adakah hal lain yang 

mustahil Ia lakukan?    

2.  Betapa konyol dan tidak masuk akalnya kesepakatan yang 

mereka buat itu, yaitu bahwa Lazarus harus dibunuh. Inilah 

contoh dari luapan amarah yang begitu keji. Mereka bagaikan 

lembu hutan kena jaring, murka dan buas serta membabi-

buta. Hal itu menandakan bahwa mereka tidak takut akan 

Allah dan tidak menghormati seorang pun.  

Sebab:  

(1)  Jika saja mereka takut akan Allah, tidak mungkin mereka 

hendak melakukan tindakan yang menentang-Nya seperti 

itu. Allah menghendaki supaya Lazarus hidup kembali me-

lalui sebuah mujizat, namun  mereka justru menginginkan 

dia mati melalui sebuah kejahatan. Mereka berseru, En-

yahkan orang ini! Ia tidak layak hidup!, padahal Allah baru 

saja mengirimnya kembali ke atas muka bumi ini dan de-

ngan begitu menunjukkan bahwa dia memang layak hi-

dup. Jadi, tindakan mereka itu tidak lain dari menentang 

Injil Yohanes 12:1-11 

 851 

Allah. Mereka ingin membunuh Lazarus dan menantang 

kuasa ilahi untuk membangkitkannya lagi, seolah-olah 

mereka mampu bersaing dengan Allah dan sanggup ber-

seteru dengan Raja di atas segala raja. Siapa yang empu-

nya kunci maut dan kuburan, Allah ataukah mereka? O 

cæca malitia! Christus qui suscitare potuit mortuum, non 

possit occisum – Kefasikan yang buta mengira Kristus, yang 

sanggup membangkitkan orang yang telah mati secara 

alamiah, tidak sanggup membangkitkan orang yang mati di-

bunuh! (Agustinus dalam loc). Lazarus menjadi sasaran 

kebencian mereka yang menyala-nyala itu, sebab  Allah 

telah meninggikannya melalui tanda kasih-Nya yang isti-

mewa, seolah-olah mereka kini tersinggung sebab  kemati-

an dan neraka sudah mencemari komplotan mereka, se-

hingga mereka pun bertekad untuk menindak keras se-

mua orang yang meninggalkan kelompok mereka. Rasanya 

wajar jika orang kini berpikir bahwa seharusnya mereka 

justru sepakat untuk mencari cara supaya dapat bergaul 

akrab dengan Lazarus dan keluarganya, supaya melalui 

pengantaraan keluarga itu, mereka dapat diperdamaikan 

dengan Kristus yang telah mereka aniaya. namun , ilah za-

man ini telah membutakan pikiran mereka.  

(2) Jika saja mereka menghormati manusia, mereka tidak 

akan bertindak tidak adil sedemikian terhadap Lazarus, 

seorang yang tidak bersalah dan tidak bisa dikenai tuduh-

an kejahatan apa pun. Jadi, belenggu apa lagi yang bisa 

cukup kuat untuk mengikat orang-orang seperti ini, yang 

begitu mudahnya memutuskan tali keadilan, sekalipun be-

gitu kudus, dan melanggar hukum umum yang bahkan 

alam sendiri pun telah mengajarkannya? Namun, mereka 

berpikir bahwa kekuasaan mereka yang semena-mena dan 

pandangan-pandangan takhayul yang mereka miliki sudah 

cukup bagi mereka, seperti yang terjadi dalam gereja ter-

tentu, dan ini bukan saja disalahgunakan untuk membe-

narkan, melainkan juga untuk mentahbiskan dan meng-

agungkan para bajingan busuk. 


 852

Kristus Memasuki Yerusalem 

(12:12-19) 

12 Keesokan harinya saat  orang banyak yang datang merayakan pesta men-

dengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, 13 mereka 

mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-

seru: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja 

Israel!”14 Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya, 

seperti ada tertulis: 15 “Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu 

datang, duduk di atas seekor anak keledai.” 16 Mula-mula murid-murid Yesus 

tidak mengerti akan hal itu, namun  sesudah Yesus dimuliakan, teringatlah 

mereka, bahwa nas itu mengenai Dia, dan bahwa mereka telah melakukan-

nya juga untuk Dia.17 Orang banyak yang bersama-sama dengan Dia saat  

Ia memanggil Lazarus keluar dari kubur dan membangkitkannya dari antara 

orang mati, memberi kesaksian tentang Dia. 18 Sebab itu orang banyak itu 

pergi menyongsong Dia, sebab  mereka mendengar, bahwa Ia yang membuat 

mujizat itu. 19 Maka kata orang-orang Farisi seorang kepada yang lain: 

“Kamu lihat sendiri, bahwa kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, selu-

ruh dunia datang mengikuti Dia.”   

Kisah mengenai kedatangan Kristus ke Yerusalem dalam suasana pe-

nuh kemenangan ini dicatat oleh semua penulis Injil, sebagai sebuah 

kisah yang layak dicermati secara khusus. Di dalam kisah ini kita 

bisa amati,   

I.  Penghormatan yang diberikan rakyat jelata kepada Kristus (ay. 

12-13).  

Kita diberitahukan di sini:  

1.  Siapa mereka itu yang memberi  penghormatan ini kepada-

Nya: orang banyak, ochlos polys – sekerumunan orang banyak 

yang datang ke sana untuk merayakan Paskah. Bukan pendu-

duk Yerusalem, melainkan orang-orang dari daerah pinggiran 

yang datang dari jauh untuk beribadah pada hari raya terse-

but. Semakin dekat Bait Allah dari Tuhan, semakin jauh pula 

dari Tuhan Bait itu. Orang-orang yang menghormati Kristus 

yaitu  mereka yang datang dari jauh untuk merayakan Pas-

kah.  

(1) Mungkin mereka telah mendengarkan khotbah Kristus di 

daerah asal mereka dan menjadi pengagum-Nya di sana, 

sehingga kini mereka begitu ingin menunjukkan penghor-

matan mereka terhadap-Nya di Yerusalem, tempat yang 

mereka tahu penuh dengan musuh-musuh-Nya. Perhati-

kan, orang yang sungguh-sungguh menghargai dan me-

muja Kristus tidak akan merasa malu untuk mengakui-Nya

Injil Yohanes 12:12-19 

 853 

 di hadapan siapa pun juga, sejauh hal itu mendatangkan 

kemuliaan bagi-Nya.  

(2) Mungkin mereka yaitu  orang-orang Yahudi yang amat 

saleh dan datang ke sana sebelum hari raya tiba supaya 

mereka bisa menyucikan diri mereka terlebih dahulu, yaitu 

mereka yang lebih mementingkan kerohanian dibanding-

kan orang-orang lainnya. Mereka inilah yang begitu berse-

mangat untuk menghormati Kristus. Perhatikan, semakin 

besar perhatian orang terhadap Allah dan agama secara 

umum, maka semakin baik pula sikap mereka dalam me-

nyambut Kristus dan agama-Nya, yang tidaklah bersifat 

merusak melainkan menyempurnakan ibadah dan peratur-

an yang telah ditetapkan sebelumnya. Orang-orang yang 

datang untuk bertemu dengan Kristus itu bukanlah para 

penguasa atau pembesar, melainkan rakyat jelata. Bebe-

rapa orang mungkin akan menyebut mereka segerombolon 

orang yang kacau balau, namun  Kristus telah memilih apa 

yang lemah dan bodoh (1Kor. 1:27), dan Ia lebih dipermu-

liakan oleh orang banyak itu daripada oleh kehebatan para 

pengikut-Nya. Sebab, Ia menilai manusia berdasarkan jiwa 

mereka dan bukan sebab  nama besar atau gelar kehor-

matan yang mereka miliki.  

2. Kapan mereka melakukan tindakan itu: Mereka mendengar, 

bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem. Me-

reka telah menanyakan tentang-Nya (11:55-56): Akan datang 

jugakah Ia ke pesta? Kini mereka mendengar bahwa Ia akan 

datang, sebab tidak seorang pun yang mencari Kristus ber-

akhir dengan sia-sia. Nah, saat  mendengar bahwa Ia akan 

datang, mereka pun segera bersiap-siap untuk menyambut-

Nya dengan selayak mungkin. Perhatikan, kabar baik tentang 

kedatangan Kristus dan kerajaan-Nya hendaknya mengingat-

kan kita untuk bergiat melakukan pekerjaan kita yang harus 

kita tuntaskan pada saat itu juga. Israel harus bersiap-siap 

untuk bertemu dengan Allah mereka (Am. 4:12), dan gadis-

gadis harus bersiap-siap menyongsong sang mempelai pria.    

3.  Cara yang mereka pakai untuk memberi  penghormatan 

itu. Mereka tidak memiliki kunci-kunci gerbang kota untuk di-

serahkan kepada-Nya, ataupun pedang dan tombak untuk di-

giring di depan-Nya, tidak juga musik yang indah untuk me-


 854

ngiringi kedatangan-Nya, namun  mereka memberi  segala 

yang mereka punyai. Bahkan kerumunan orang yang seder-

hana ini pun dapat memberi  sekilas kemiripan mengenai 

sambutan meriah yang dilihat Yohanes di depan takhta dan 

Anak Domba (Why. 7:9-10). Meskipun orang-orang itu tidak se-

dang ada di hadapan sebuah takhta raja pada saat itu, mereka 

ada di depan Anak Domba, Anak Domba Paskah yang kini, 

sesuai dengan adat dan kebiasaan mereka, dipisahkan empat 

hari sebelum perayaan, untuk kemudian dikorbankan bagi 

kita. Mengenai kumpulan orang banyak yang menyanyikan 

pujian sorgawi itu dikatakan,    

(1)  Bahwa mereka memegang daun-daun palem, seperti halnya 

rakyat jelata di Yerusalem yang melambai-lambaikan ran-

ting-ranting pohon palem. Sedari dulu, pohon palem telah 

menjadi lambang kemenangan dan kejayaan. Cicero [penu-

lis Romawi abad pertama SM – pen.] menyebut orang yang 

telah memenangi banyak penghargaan sebagai plurimarum 

palmarum homo – orang yang berpalem banyak. Saat itu, 

Kristus akan segera menaklukkan segala penguasa dan ke-

kuasaan melalui kematian-Nya, dan sebab  itulah Ia layak 

disambut dengan daun-daun palem. Meski Ia terlihat se-

olah sedang terbelenggu dalam kekang, namun  Ia dapat 

berlaku seperti Ia telah melepaskan diri dari kekang itu. 

Akan namun , bukan hanya itu saja. Dibawanya ranting-ran-

ting palem juga merupakan bagian dari upacara pesta hari 

raya Pondok Daun bagi Tuhan (Im. 23:40; Neh. 8:15), dan 

di sini mereka memakainya untuk mengungkapkan suka-

cita mereka dalam menyambut kedatangan Tuhan Yesus. 

Hal ini menegaskan bahwa seluruh pesta dan perayaan 

selalu mengacu kepada Injil-Nya dan digenapi oleh Injil-Nya 

itu, terutama yang berkaitan dengan pesta hari raya Pon-

dok Daun ini  (Za. 14:16). 

(2)  Bahwa mereka berseru dengan suara nyaring, Keselamatan 

bagi Allah kita (Why. 7:10). Begitu pula di sini, mereka ber-

seru-seru di hadapan-Nya, sebagaimana yang biasa orang 

lakukan dalam setiap penyambutan umum, Hosana! Diber-

katilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel! 

Hosana berarti keselamatan. Kalimat itu dikutip dari Maz-

mur 118:25-26. Lihatlah bagaimana orang banyak ini 

Injil Yohanes 12:12-19 

 855 

begitu mengenal firman Allah, dan begitu tepat menerap-

kan firman ini  kepada Sang Mesias. Pikiran-pikiran 

mulia mengenai Kristus memang paling tepat diungkapkan 

melalui perkataan-perkataan yang tercantum dalam firman 

Allah. Nah, melalui seruan mereka itu,  

[1] Mereka mengakui Tuhan kita Yesus sebagai Raja Israel, 

yang datang dalam nama Tuhan. Meskipun kini Dia ada 

dalam keadaan yang miskin dan hina, namun , berke-

balikan dengan pandangan para ahli Taurat yang mele-

cehkan Sang Mesias, mereka justru mengakui-Nya 

sebagai Raja, yang berbicara mengenai martabat dan 

kehormatan-Nya, yang harus kita puja. Seruan itu ber-

bicara mengenai pemerintahan dan kuasa-Nya, yang ke-

padanya kita harus tunduk. Mereka mengakui-Nya se-

bagai, 

Pertama, seorang Raja yang benar, yang datang da-

lam nama Tuhan (Mzm. 2:6), yang diutus Allah, bukan 

hanya sebagai seorang Nabi, namun  juga sebagai Raja.   

Kedua, seorang Raja yang telah dijanjikan dan su-

dah lama dinanti-nantikan, Mesias Sang Pangeran, se-

bab Dialah Raja Israel. Sesuai dengan terang yang me-

reka miliki, mereka pun menyatakan-Nya sebagai Raja 

Israel di jalan-jalan Yerusalem, dan sebab  mereka sen-

diri yaitu  orang-orang Israel, dengan demikian mereka 

menegaskan-Nya sebagai Raja mereka.  

[2] Dengan sepenuh hati mereka mengucapkan selamat 

bagi kerajaan-Nya, yang merupakan arti dari kata ho-

sana. Semoga Raja Israel makmur, sebagaimana seruan 

kepada Salomo saat dilantik, Hidup raja Salomo (1Raj. 

1:39). Dengan menyerukan hosana, mereka mendoakan 

tiga hal: 

Pertama, supaya kerajaan-Nya datang, berupa te-

rang dan pengetahuan akan kerajaan itu, dan dalam 

kuasa dan kedahsyatannya. Semoga Allah mempercepat 

pekerjaan Injil.  

Kedua, supaya kerajaan-Nya menaklukkan musuh, 

dan selalu mengalami kemenangan dalam setiap rin-

tangan (Why. 6:2).  


 856

Ketiga, supaya kerajaan-Nya terus berlanjut. Hosana 

berarti, Semoga Raja hidup selamanya. Semoga keraja-

an-Nya tidak akan pernah hancur, meskipun diganggu 

(Mzm. 72:17).  

[3] Mereka menyambut-Nya masuk ke kota Yerusalem: 

“Sambutlah Dia yang telah datang. Kami sungguh ber-

sukacita melihat-Nya. Datanglah Engkau yang terberkati 

oleh Tuhan, supaya kami dapat melimpahkan berkat 

kami bagi Dia yang telah memberkati kami.” Penyam-

butan ini serupa dengan (Mzm. 24:7-9), Angkatlah ke-

palamu, hai pintu-pintu gerbang. Demikianlah setiap dari 

kita harus menyambut Kristus ke dalam hati kita, yang 

artinya, kita harus memuji-Nya dan bergembira di da-

lam Dia. Sebagaimana kita hendaknya merasa sangat 

senang dengan keberadaan dan sifat-sifat Allah serta 

hubungan-Nya dengan kita, demikian pula kita hendak-

nya bersukacita dengan pribadi dan amanat Tuhan 

Yesus, serta tugas-Nya sebagai Sang Pengantara di 

antara kita dan Allah. Iman berseru, Diberkatilah Dia 

yang datang. 

II. Sikap tubuh Kristus dalam menerima penghormatan yang diberi-

kan untuk-Nya itu (ay. 14): Yesus menemukan, atau memperoleh, 

seekor keledai muda, lalu Ia naik ke atasnya. Menaiki keledai 

seorang diri menunjukkan kesederhanaan dan kerendahan hati-

Nya, sementara kerumunan orang di sekeliling-Nya menyerukan 

Hosana.  

1.  Cara seperti ini lebih dari yang biasa Ia lakukan. Yesus biasa-

nya bepergian dengan berjalan kaki, namun  kini Ia mengendarai 

sesuatu. Meskipun para pengikut-Nya harus bersedia hidup 

dengan cara sederhana dan tidak terpengaruh oleh hal-hal 

yang kelihatannya hebat, mereka tetap diperkenankan meng-

gunakan tenaga hewan dalam pekerjaan mereka, sebagaimana 

Allah telah mengaruniakan kepada manusia hak untuk ber-

kuasa melalui kovenan yang Ia buat dengan Nuh dan anak-

anaknya.  

2.  Sekalipun begitu, cara itu pun masih jauh lebih sederhana da-

ripada yang biasa dilakukan para pembesar di dunia ini. Jika 

Kristus hendak membuat kedatangan-Nya ke Yerusalem bagai-

Injil Yohanes 12:12-19 

 857 

kan kedatangan seorang pembesar, maka seharusnya Ia me-

ngendarai tandu seperti milik Salomo (Kid. 3:9-10), yang tiang-

tiangnya dibuatnya dari perak, sandarannya dari emas, dan 

empat duduknya berwarna ungu. Akan namun , bila kita meni-

liknya dari sudut pandang duniawi, tampil dalam keadaan 

seperti ini lebih mirip aib dibanding kehormatan yang seharus-

nya dimiliki Raja Israel, sebab hal itu akan membuat-Nya 

seperti ingin terlihat hebat, namun  tidak tahu bagaimana 

caranya. Kerajaan-Nya bukanlah dari dunia ini, dan sebab  

itu, tidak tampil dalam kebesaran secara lahiriah. Kini Ia me-

mang sedang merendahkan diri-Nya, namun  dalam penglihatan 

yang dialami Yohanes, Kristus terlihat