Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 29

  


diri dalam pertemuan-pertemuan jemaat sebab mereka tidak 

diperbolehkan untuk berbicara), namun  sebaliknya mereka boleh 

dan seharusnya mengajar, yaitu, melalui teladan dan hidup 

yang baik. sebab  itu perhatikanlah, orang-orang yang tindak-

an-tindakan dan tingkah lakunya kudus dengan sendirinya 

merupakan guru-guru akan hal-hal yang baik. Dan selain ini, 

mereka boleh dan seharusnya juga mengajar dengan memberi 

ajaran-ajaran agama di rumah, dan secara pribadi. Inilah 

perkataan Lemuel, raja Masa, yang diajarkan ibunya kepada-

nya. Perempuan seperti itu dipuji, Ia membuka mulutnya de-

ngan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya 

(Ams. 31:1, 26). Cakap mengajarkan hal-hal yang baik berla-

wanan dengan mengajarkan hal-hal yang buruk, atau hal yang 

tidak berharga dan sia-sia, tidak berguna atau tidak memiliki 

kecenderungan yang baik, dongeng-dongeng nenek-nenek tua 

atau perkataan-perkataan dan pandangan-pandangan yang 

takhayul. Berlawanan dengan hal-hal ini, peran mereka adalah 

menjadi guru akan hal-hal yang baik, dan mereka boleh ditu-

gaskan untuk itu. 

3. Ada pelajaran-pelajaran untuk perempuan-perempuan muda 

juga, yang harus diajarkan oleh perempuan-perempuan tua, 

dengan memberi petunjuk dan menasihati mereka dalam ke-

wajiban-kewajiban agama sesuai dengan umur mereka. Untuk 

Surat Titus 2:1-10 

 763 

mengajarkan hal-hal seperti itu, perempuan-perempuan yang 

tua sering memiliki kesempatan yang lebih baik daripada laki-

laki, bahkan daripada hamba-hamba Tuhan. Oleh sebab  itu 

mereka harus lebih baik dalam memberikan petunjuk kepada 

perempuan-perempuan muda, terutama perempuan-perem-

puan muda yang sudah menikah, sebab  Rasul Paulus ber-

bicara tentang tugas-tugas mereka kepada suami dan anak-

anak mereka. Perempuan-perempuan muda ini harus diajar 

oleh perempuan-perempuan yang lebih tua, 

(1) Supaya memiliki sifat pribadi yang baik: Sederhana (KJV) 

dan hidup bijaksana, berlawanan dengan kesia-siaan dan 

kecerobohan yang mengancam perempuan-perempuan 

yang lebih muda. Mereka harus bijaksana dalam pertim-

bangan-pertimbangan mereka dan sederhana dalam kege-

maran-kegemaran dan tingkah laku mereka. Bijaksana dan 

suci selaras satu sama lain. Ada banyak orang yang mem-

buka diri mereka terhadap godaan-godaan yang membina-

sakan sebab  sesuatu yang pada mulanya mungkin hanya 

tidak bijaksana. Amsal 2:11, Kebijaksanaan akan meme-

lihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau. Suci juga 

selaras dengan rajin mengatur rumah tangganya. Dina, keti-

ka dia pergi mengunjungi perempuan-perempuan di negeri 

itu, kehilangan kesuciannya. Orang-orang yang mengang-

gap rumahnya sebagai penjara, dikhawatirkan, merasa 

bahwa kesucian mereka adalah belenggu bagi mereka. 

Tentu saja ada, dan akan ada, keperluan-keperluan untuk 

pergi meninggalkan rumah. namun  sifat suka berkeluyuran 

untuk bersenang-senang dan berkumpul dengan teman-

teman, dengan mengabaikan urusan-urusan rumah tang-

ga, atau sebab  tidak betah berada di rumahnya sendiri, 

adalah kejahatan yang disengaja, yang biasanya disertai 

dengan kejahatan lain, atau menyebabkan kejahatan lain 

sesudah itu. 1 Timotius 5:13-14, Lagipula dengan keluar 

masuk rumah orang, mereka membiasakan diri bermalas-

malas dan bukan hanya bermalas-malas saja, namun  juga 

meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan 

hal-hal yang tidak pantas. Urusan mereka adalah memim-

pin rumah tangganya, dan mereka seharusnya tidak mem-

beri kesempatan kepada musuh untuk menjelek-jelekkan 


 764

mereka. Baik hati, secara umum, berlawanan dengan se-

mua kejahatan, dan terutama, tahu menempatkan diri, 

baik, suka menolong, dan murah hati. Seperti Dorkas, 

banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Kata itu 

dapat juga, seperti anggapan sebagian orang, memiliki arti 

yang lebih khusus. Yaitu seseorang yang memiliki jiwa dan 

sifat yang lembut namun  periang, tidak cemberut atau se-

ngit, tidak mencela, tidak cerewet dan menyakiti hati siapa 

pun, tidak memiliki watak yang menyusahkan atau mem-

buat resah, gelisah dengan dirinya sendiri dan orang-orang 

di sekitarnya. Sebaliknya, dia memiliki sifat yang baik dan 

perilaku yang menyenangkan, dan juga suka menolong 

dengan nasihat dan jerih-payahnya. Dengan cara demikian 

dia mendirikan rumahnya, dan ia berbuat baik kepada sua-

minya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. Demi-

kianlah sifat pribadi mereka sederhana, bijaksana, suci, 

rajin mengatur rumah tangganya, dan baik hati. Dan, 

(2) Tugas mereka dalam hubungan dengan orang lain: menga-

sihi suami, dan taat kepada suaminya, dan di mana ada 

cinta sejati, di situ tidak ada perintah yang sulit. Allah, 

pada hakikatnya, dan menurut kehendak-Nya, telah mene-

tapkan kepatuhan ini: Aku tidak mengizinkan perempuan 

mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-

laki (1Tim. 2:12). Dan alasannya ditambahkan: sebab  

Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. 

Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan 

itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa (ay. 13-14). 

Dia terjatuh terlebih dahulu, dan menjadi sarana untuk 

menggoda suaminya. Dia diberikan untuk menjadi seorang 

penolong, namun  terbukti sebagai seorang penghalang yang 

paling menyedihkan, bahkan menjadi alat kejatuhan dan 

kehancuran Adam. berdasar  hal inilah ikatan penak-

lukan tersebut ditegaskan, dan diikatkan lebih erat pada 

Hawa (Kej. 3:16): Engkau akan berahi kepada suamimu dan 

ia akan berkuasa atasmu. Ini bisa saja tidak semudah se-

belumnya. Oleh sebab  itu hal tersebut diperintahkan dua 

kali. Pertama dalam keadaan tidak berdosa, saat  kepa-

tuhan ditetapkan sebab  hakikat, Adam diciptakan terlebih 

dahulu dan kemudian Hawa, dan si perempuan diambil 

Surat Titus 2:1-10 

 765 

dari si laki-laki. Dan lalu sebab  kejatuhan ke dalam dosa, 

si perempuan adalah yang pertama melakukan pelanggar-

an, dan menggoda si laki-laki. Nah, sejak itulah menjadi 

yang harus tunduk itu tidak begitu mudah dan nyaman, 

sebab  menjadi bagian dari hukuman dalam perkaranya 

itu. Namun meskipun demikian, melalui Kristus hal ini me-

rupakan suatu keadaan yang dikuduskan. Efesus 5:22-23, 

Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tu-

han, yang sama saja seperti mengakui kekuasaan Tuhan 

dalam diri mereka, yang citra-Nya mereka kenakan, sebab  

suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah 

kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Allah 

menghendaki supaya wewenang Kristus atas jemaat ditun-

jukkan dalam wewenang suami atas isteri. Kristus adalah 

kepala jemaat, yang harus melindungi dan menyelamatkan 

jemaat, menyediakan segala yang baik baginya, dan melin-

dungi atau melepaskannya dari yang jahat. Demikian pula 

halnya suami atas isteri, harus menjaganya dari perlaku-

an-perlakuan buruk, dan menyediakan segala sesuatu 

yang dia butuhkan sepantasnya, sesuai kemampuan. Oleh 

sebab  itu, sama seperti jemaat tunduk kepada Kristus, 

demikian pula hendaknya isteri-isteri, tunduklah kepada 

suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan (Kol. 

3:18), seperti yang sesuai dengan hukum Kristus, dan un-

tuk kemuliaan Dia dan Bapa. Namun, yang dituntut itu 

bukanlah ketundukan yang mutlak, atau tidak terbatas, 

atau ketundukan seperti seorang budak, melainkan ketun-

dukan yang penuh kasih, untuk menghindari kekacauan 

atau kebingungan, dan untuk memajukan seluruh tujuan 

hubungan tersebut. Jadi, berkenaan dengan suami, istri-

istri harus diberi petunjuk dalam hal kewajiban-kewajiban 

mereka akan kasih dan ketundukan kepada suami mereka. 

Dan mengasihi anak-anaknya, bukan dengan suatu kasih 

sayang alami saja, melainkan suatu kasih sayang yang 

rohani, suatu kasih yang memancar dari hati yang kudus, 

yang dikuduskan dan diatur oleh firman. Bukan suatu 

kasih yang bodoh, yang menuruti mereka dalam hal yang 

jahat, lalai menegur dan memperbaiki kesalahan sebagai-

mana seharusnya saat  dibutuhkan, melainkan suatu 


 766

kasih kristiani yang mengikuti aturan, yang tampak de-

ngan mendidik mereka agar saleh, membentuk hidup dan 

tingkah laku mereka supaya benar, memelihara jiwa-jiwa 

mereka seperti halnya tubuh-tubuh mereka, memelihara 

kesejahteraan rohani mereka seperti halnya kesejahteraan 

duniawi mereka, dan yang terutama dan paling penting 

adalah yang rohani. Alasannya ditambahkan: agar firman 

Allah jangan dihujat orang. Kegagalan-kegagalan dalam 

kewajiban-kewajiban seperti itu akan sangat mendatang-

kan celaan bagi Kekristenan. “Apakah hal-hal seperti ini 

lebih baik menurut agama baru mereka ini?” Pertanyaan 

ini akan siap dilontarkan oleh orang-orang yang tidak per-

caya. Firman Allah dan Injil Kristus itu sendiri murni, ung-

gul, dan mulia. Dan keunggulannya itu harus dinyatakan 

dan terlihat dalam kehidupan dan perilaku orang-orang 

yang mengaku mempercayainya, terutama dalam hal kewa-

jiban-kewajiban mereka dalam hubungan dengan orang 

lain. Kegagalan-kegagalan dalam hal ini mendatangkan aib. 

Roma 2:24, Sebab oleh sebab  kamulah nama Allah dihujat 

di antara bangsa-bangsa lain. Mereka akan segera menga-

takan, “Nilailah Allah seperti apa Dia itu, berdasar  

hamba-hamba-Nya ini, dan seperti apa firman, dan ajaran, 

dan agama-Nya, berdasar  pengikut-pengikut-Nya ini.” 

Dengan cara demikian Kristus akan mendapat luka di 

rumah sahabat-sahabat-Nya. Demikianlah mengenai kewa-

jiban perempuan-perempuan muda. 

4. Inilah kewajiban orang-orang muda. Mereka cenderung tidak 

sabar dan mudah marah, kurang pertimbangan dan tergesa-

gesa. Oleh sebab  itu mereka harus benar-benar dituntut dan 

dinasihati supaya penuh pertimbangan, tidak gegabah. Mereka 

harus dengar-dengaran dan patuh, tidak keras hati dan keras 

kepala, rendah hati dan lemah lembut, tidak sombong dan 

angkuh. Sebab, ada banyak orang muda yang jatuh lebih 

sebab  keangkuhan daripada sebab  dosa lain mana pun. 

Orang muda harus berperilaku terhormat dan bijaksana dalam 

sikap dan tingkah laku mereka, dengan menggabungkan ke-

sungguhan orang tua dengan semangat dan kekuatan remaja. 

Ini akan membuat tahun-tahun masa lebih muda pun berhasil 

mencapai tujuan yang baik, dan menghasilkan bahan renung-

Surat Titus 2:1-10 

 767 

an yang menghibur saat  hari-hari buruk datang. Itu akan 

mencegah banyak dosa dan kesedihan, dan meletakkan dasar 

untuk melakukan dan menikmati banyak hal yang baik. Orang-

orang seperti itu tidak akan mengeluh pada akhirnya, melain-

kan mendapatkan kedamaian dan penghiburan dalam kemati-

an, dan sesudah  kematian itu, mahkota kehidupan yang mulia. 

5. Dengan petunjuk-petunjuk kepada Titus ini, mengenai apa yang 

harus dia ajarkan kepada orang lain, laki-laki dan perempuan 

yang tua, dan laki-laki dan perempuan yang lebih muda (Titus 

sendiri pada saat itu mungkin adalah seorang laki-laki muda 

juga), Rasul Paulus menyisipkan beberapa petunjuk untuk Titus 

sendiri. Dia tidak dapat mengharapkan betul-betul berhasil 

mengajar orang lain, jika dia sendiri tidak memiliki sikap yang 

baik, baik dalam perilaku maupun dalam pengajaran. 

(1) Inilah petunjuk untuk perilakunya: Jadikanlah dirimu sen-

diri suatu teladan dalam berbuat baik (ay. 7). Tanpa ini, dia 

akan meruntuhkan dengan tangan yang satu apa yang dia 

bangun dengan tangan lainnya. Perhatikanlah, orang-orang 

yang mengkhotbahkan perbuatan baik harus menjadi 

teladan perbuatan baik juga. Pengajaran yang baik harus 

diiringi dengan hidup yang baik. Jadi, bagaimanakah eng-

kau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar 

dirimu sendiri? Kekurangan dalam hal ini merupakan noda 

dan rintangan yang sangat besar. Dalam segala hal. Bebe-

rapa orang mengartikannya melebihi segala hal, atau 

melebihi semua orang. Memberi petunjuk kepada orang lain 

dalam hal-hal khusus mengenai kewajiban mereka itu 

perlu, dan, melebihi segala sesuatu, perlu ada teladan, ter-

utama yang berasal dari sang guru itu sendiri. Dengan 

demikian baik pengajaran maupun pengaruh lebih dapat 

berjalan selaras. “Perlihatkanlah kepada mereka gambaran 

yang hidup tentang kebajikan dan kemurahan hati dalam 

hidupmu yang harus ada dalam hidup mereka. Teladan 

dapat mengajarkan dan juga menekankan pentingnya hal-

hal yang diajarkan. saat  mereka melihat kemurnian dan 

kehormatan, kesederhanaan dan hidup yang seluruhnya 

baik, pada dirimu, maka mereka dapat lebih mudah dime-

nangkan dan diajak menerapkannya sendiri. Mereka dapat 

menjadi saleh dan kudus, bijaksana dan berbudi, seperti 


 768

kamu.” Hamba-hamba Tuhan harus menjadi teladan untuk 

anggota-anggota jemaatnya, dan orang-orang yang meng-

ikuti mereka, seperti mereka mengikuti Kristus. Dan inilah 

petunjuk, 

(2) Untuk pengajaran dan ajarannya, dan juga untuk hidup-

nya: Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh da-

lam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberi-

taanmu sehingga lawan menjadi malu, sebab  tidak ada 

hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita (ay. 

7-8). Mereka harus menunjukkan bahwa tujuan pengajar-

an mereka adalah semata-mata untuk memuliakan Allah, 

memajukan kepentingan Kristus dan kerajaan-Nya, serta 

meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan jiwa-jiwa. 

Juga bahwa jabatan ini tidak diterima ataupun dijalankan 

dengan pandangan-pandangan duniawi, bukan sebab  am-

bisi ataupun ketamakan, melainkan dengan suatu sasaran 

yang murni untuk tujuan-tujuan rohani. Oleh sebab  itu, 

dalam pemberitaan mereka, pameran kecerdasan atau 

peranan, atau pengetahuan atau kefasihan berpidato ma-

nusia, tidak boleh diandalkan. namun  perkataan yang sehat 

harus digunakan, yaitu yang tidak bercela. Bahasa Alkitab, 

sejauh dan sebaik mungkin, digunakan dalam menyatakan 

kebenaran-kebenaran Alkitab. Inilah pemberitaan yang 

sehat, yang tidak bercela. Kita mendapati lebih dari sekali 

kewajiban-kewajiban seorang hamba Tuhan ini diberikan 

bersama-sama. 1 Timotius 4:16, Awasilah dirimu sendiri 

dan awasilah ajaranmu, dan ayat 12 dari pasal yang sama, 

Jangan seorang pun menganggap engkau rendah sebab  

engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, 

dalam perkataanmu. Dalam perkataanmu, sebagai seorang 

Kristen, yang terhormat, sungguh-sungguh, dan berguna 

untuk mendatangkan perbaikan. Dan dalam pemberita-

anmu, supaya merupakan firman Allah yang murni, atau 

sesuai dengannya atau berdasar  itu. Demikianlah hal 

menjadi teladan dalam perkataan. Dan dalam tingkah laku, 

hiduplah sesuai dengan ajaran. Dengan berbuat demikian 

engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang 

mendengar engkau. Dalam 2 Timotius 3:10, namun  engkau 

telah mengikuti ajaranku, cara hidupku (kata rasul yang 

Surat Titus 2:1-10 

 769 

sama), betapa sesuai satu sama lain. Dan seharusnya 

demikian pula yang lain, pengajaran mereka harus sesuai 

dengan firman, dan hidup mereka sesuai dengan pengajar-

an mereka. Inilah hamba Tuhan yang sejati dan baik. 1 

Tesalonika 2:9-10. Sementara kami bekerja siang malam, 

supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara 

kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. Kamu 

adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan 

tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang per-

caya. Ini harus diperhatikan, seperti yang ditunjukkan 

kata-kata selanjutnya, yang merupakan, 

(3) Alasan, baik untuk hidup hamba Tuhan yang sempurna 

maupun pemberitaannya yang penting dan sehat: Sehingga 

lawan menjadi malu, sebab  tidak ada hal-hal buruk yang 

dapat mereka sebarkan tentang kita. Lawan akan mencari 

kesempatan untuk mencela, dan akan berusaha supaya 

mereka dapat menemukan apa pun yang salah pada ajaran 

atau hidupnya. namun , jika keduanya benar dan baik, 

maka hamba-hamba Tuhan yang seperti itu dapat melawan 

fitnah itu sendiri. Musuh-musuh itu tidak akan dapat me-

ngatakan hal buruk apa pun yang mengena, dan dengan 

demikian menjadi malu dengan perlawanan mereka. Perha-

tikanlah, hamba-hamba Tuhan yang setia akan mempunyai 

musuh-musuh yang menunggu mereka ragu-ragu, yang 

akan berusaha keras menemukan atau menggali keku-

rangan dalam pengajaran atau perilaku mereka. Oleh 

sebab  itulah mereka perlu lebih berhati-hati, supaya tidak 

ada alasan yang tepat yang dapat ditemukan untuk mela-

wan mereka. Perlawanan dan fitnah mungkin tidak dapat 

dihindari. Orang-orang dengan pikiran yang rusak akan 

menolak kebenaran, dan sering mencela para pemberita 

dan pemeluk kebenaran itu. namun  biarlah para pemberita 

dan pemeluk kebenaran itu melihat supaya dengan berbuat 

baik mereka membungkamkan kepicikan orang-orang yang 

bodoh; supaya mereka, yang memfitnah mereka sebab  

hidup mereka yang saleh dalam Kristus, menjadi malu 

sebab  fitnahan mereka itu. Ini adalah petunjuk untuk 

Titus sendiri, dan juga mengenai kewajiban-kewajiban dari 


 770

orang-orang merdeka, laki-laki dan perempuan, tua dan 

muda. Lalu selanjutnya, 

6. Petunjuk yang berkaitan dengan hamba-hamba. Hamba-ham-

ba tidak boleh berpikir bahwa keadaan mereka yang hina dan 

rendah membuat mereka tidak mendapatkan perhatian Allah 

atau bebas dari kewajiban-kewajiban dari hukum-hukum-Nya. 

Atau bahwa, sebab  mereka adalah hamba manusia, maka 

mereka dibebaskan dari tugas melayani Allah. Tidak. Hamba-

hamba harus mengetahui dan melakukan kewajiban mereka 

kepada tuan-tuan mereka di bumi, namun dengan mata ter-

tuju kepada Tuan mereka di sorga. Dan Titus tidak boleh 

hanya mengajar dan memperingatkan tuan-tuan di bumi ten-

tang kewajiban-kewajiban mereka, melainkan juga hamba-

hamba tentang kewajiban-kewajiban mereka, baik dalam peng-

ajarannya di depan umum maupun dalam nasihat-nasihatnya 

secara pribadi. Hamba-hamba harus mengikuti ketetapan-ke-

tetapan Allah untuk mendapatkan pengajaran dan penghibur-

an, seperti halnya tuan-tuan sendiri. Dalam petunjuk untuk 

Titus ini terdapat kewajiban-kewajiban itu sendiri, yang harus 

dia nasihatkan kepada hamba-hamba, dan sebuah pertim-

bangan yang sangat penting yang dengannya dia harus men-

desak supaya kewajiban-kewajiban itu dilaksanakan. 

(1) Kewajiban-kewajiban itu sendiri adalah ini:  

[1] Taat kepada tuannya (ay. 9). Ini adalah kewajiban uta-

ma, yang dengannya mereka digambarkan. Roma 6:16, 

Kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati. 

Harus ada ketundukan di dalam batin serta rasa 

hormat dan takzim yang penuh ketaatan dalam akal 

dan pikiran. “Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang 

kepada-Ku itu, kasih sayang penuh ketaatan yang eng-

kau tunjukkan kepada-Ku, dengan perwujudan-perwu-

judan dan pernyataan-pernyataan yang sepantasnya se-

cara lahiriah, dalam melakukan apa yang Kuperintah-

kan kepadamu?” Ini harus ada dalam diri hamba-ham-

ba. Kehendak mereka harus tunduk kepada kehendak 

tuan mereka, dan waktu dan usaha mereka harus 

tunduk kepada pengaturan dan perintah tuan mereka. 

1 Petrus 2:18, Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah 

Surat Titus 2:1-10 

 771 

dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja 

kepada yang baik dan peramah, namun  juga kepada yang 

bengis. Kewajiban tersebut berasal dari kehendak Allah, 

dan dari hubungan yang di dalamnya Dia telah menem-

patkan kewajiban tersebut menurut pemeliharaan-Nya, 

dan bukan sebab  sifat orangnya. Jika dia adalah se-

orang tuan, maka kewajiban-kewajiban seorang hamba 

harus dilakukan untuk dia sebagai tuan. Oleh sebab  

itu hamba-hamba harus dinasihati supaya patuh ke-

pada tuan mereka sendiri. Dan, 

[2] Dalam segala hal dan berkenan kepada mereka (KJV: 

sungguh-sungguh menyenangkan hati mereka dalam 

segala hal), dalam segala hal yang sesuai hukum, dan 

yang pantas untuk mereka perintahkan, atau setidak-

nya yang tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan 

mereka yang agung dan lebih tinggi. Kita tidak boleh 

mengartikannya sebagai perintah untuk menaati atau 

menyenangkan hati mereka secara mutlak, tanpa batas 

apa pun, melainkan selalu dengan suatu sikap yang 

hati-hati terhadap hak Allah, yang sama sekali tidak 

boleh dilanggar. Jika perintah-Nya dan perintah tuan di 

bumi bersaing atau bertentangan, maka kita diajarkan 

untuk lebih taat kepada Allah daripada manusia. Na-

mun hamba-hamba harus memiliki alasan-alasan yang 

baik dalam hal ini, bahwa memang ada suatu ketidak-

sesuaian dari perintah tuan mereka, jika tidak maka 

mereka tidak dapat dibenarkan. Dan bukan hanya 

kehendak Allah saja yang harus menjadi ukuran untuk 

ketaatan seorang hamba, melainkan untuk alasannya 

juga. Semuanya harus dikerjakan dengan rasa hormat 

kepada-Nya, sebab  wewenang-Nya, dan terutama dan 

terpenting untuk menyenangkan hati-Nya (Kol. 3:22-

24). Dengan melayani tuan di bumi menurut kehendak 

Kristus, Dia dilayani, dan yang demikian itu akan di-

beri-Nya imbalan yang sesuai. Namun bagaimana cara-

nya hamba-hamba menyenangkan tuan mereka dalam 

segala hal dengan tidak menjadi orang yang menye-

nangkan manusia saja? Jawaban, Orang yang menye-

nangkan manusia saja, dalam pengertian yang salah, 


 772

adalah orang yang hanya, atau terutama, memperhati-

kan manusia saja, dalam mengerjakan apa yang mereka 

kerjakan, dengan mengabaikan Allah, atau menempat-

kan Allah lebih rendah daripada manusia. saat  ke-

hendak manusia tetap dijalankan, walaupun berten-

tangan dengan kehendak Allah, atau kesenangan ma-

nusia lebih diperhatikan daripada kesenangan-Nya, ke-

tika hal ini dapat memuaskan mereka, bahwa tuan di 

bumi dibuat senang, walaupun Allah dibuat tidak se-

nang, atau saat  lebih banyak kepedulian, atau lebih 

banyak kepuasan, diperoleh jika manusia dibuat se-

nang daripada jika Allah yang dibuat senang, ini berarti 

menyenangkan manusia dengan berbuat dosa. Hal ini 

harus diwaspadai oleh semua orang. Efesus 6:5-7, “Hai 

hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan 

takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti 

kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan 

mereka saja untuk menyenangkan hati orang (yaitu 

hanya mencari perkenanan manusia atau takut akan 

kemarahannya), namun  sebagai hamba-hamba Kristus 

yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, 

dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seper-

ti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manu-

sia.” Bukan terutama untuk manusia, melainkan untuk 

Kristus, yang menghendaki, dan akan memberikan 

upah bagi setiap kebaikan yang dilakukan, baik dalam 

keadaan terbelenggu maupun dalam keadaan bebas. 

Oleh sebab  itu perhatikanlah, kemerdekaan Kristen 

tidak bertentangan dengan menjadi hamba dan tunduk 

kepada manusia. Orang-orang boleh melayani manusia, 

namun menjadi hamba-hamba Kristus. Hal-hal ini tidak 

bertentangan, namun bersifat lebih rendah, sejauh 

melayani manusia itu seturut dengan kehendak Kristus 

dan untuk kepentingan-Nya. Kristus datang bukan un-

tuk menghancurkan atau merugikan tatanan dan per-

bedaan-perbedaan dalam masyarakat. Adakah engkau 

hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! 

(1Kor. 7:21). Janganlah hal ini menggelisahkanmu, se-

olah-olah itu adalah suatu keadaan yang tidak pantas 

Surat Titus 2:1-10 

 773 

bagi seorang Kristen, atau seolah-olah orang yang di-

panggil dalam keadaan demikian kurang berkenan 

kepada Allah. Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh 

Tuhan dalam pelayanan-Nya adalah orang bebas, milik 

Tuhan. Bukan bebas dari pelayanan itu, melainkan be-

bas di dalamnya, bebas secara rohani, walaupun tidak 

dalam kewajiban di dalam masyarakat. Demikian pula 

orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya. 

Dia terikat kepada-Nya, walaupun dia tidak tunduk ke-

pada manusia mana pun. Oleh sebab  itu maka, hamba 

atau orang merdeka, semua adalah satu di dalam Kris-

tus Yesus. sebab  itu hamba-hamba tidak boleh menye-

sali atau merasa terganggu dengan keadaan mereka, 

melainkan setia dan gembira di tempat di mana Allah 

telah menempatkan mereka, dengan berjuang untuk 

berkenan kepada tuan-tuan mereka dalam segala hal. 

Mungkin sulit jika berada di bawah Nabal yang kasar, 

namun  hal itu harus diusahakan sebisa mungkin. 

[3] Jangan membantah. Jangan melawan mereka, atau ber-

selisih dengan mereka. Jangan berkata-kata kepada 

mereka dengan bahasa yang tidak sopan atau meman-

cing amarah. Ayub mengeluh tentang budaknya, bahwa 

kalau dia memanggil budaknya, ia tidak menyahut. Itu 

adalah kesalahan dengan cara yang lain: Non respon-

dere pro convitio est – Sikap diam seperti itu adalah 

penghinaan. namun  di sini sikap diam itu merupakan 

sikap hormat, lebih suka menerima omelan atau tegur-

an dengan sikap diam yang rendah hati, tidak memberi 

jawaban yang penuh percaya diri atau berani. saat  

sadar akan suatu kesalahan, meremehkan atau mem-

benarkannya berarti menggandakan kesalahan ter-

sebut. Namun sikap tidak membantah ini tidak menca-

kup meredakan kegeraman dengan jawaban yang lemah 

lembut saat  waktu dan keadaan mengizinkan. Tuan-

tuan yang baik dan bijaksana akan siap mendengarkan 

dan melakukan yang benar. namun  menjawab dengan 

tidak pada tempatnya, atau dengan sikap yang tidak 

pantas, atau, menjawab saat  perkaranya tidak mem-

perbolehkan adanya alasan, sikap bebas atau penuh 


 774

percaya diri, menunjukkan kurangnya kerendahan hati 

dan kelemahlembutan, yang harus ada dalam hubung-

an seperti itu. 

[4] Jangan curang namun  hendaklah selalu tulus dan setia. 

Ini adalah suatu sifat dasar luar biasa lain lagi dari 

hamba-hamba yang baik, yaitu jujur. Mereka tidak per-

nah mengambil milik tuan mereka untuk mereka pergu-

nakan sendiri, atau memboroskan barang-barang yang 

dipercayakan kepada mereka, artinya berbuat curang 

(KJV: mencuri). Mereka harus adil dan benar, dan me-

lakukan untuk tuan-tuan mereka seperti yang mereka 

mau, dan seperti yang seharusnya dilakukan untuk diri 

mereka sendiri. Amsal 28:24, Siapa merampasi ayah 

dan ibunya dan menyangka bahwa itu bukan suatu 

pelanggaran, ia sendiri adalah kawan si perusak. Dia 

akan siap bergabung dengan si perusak itu. Jadi memi-

liki pikiran-pikiran seperti itu, yang meremehkan per-

buatan mengambil apa yang bukan hak, walaupun itu 

dari orangtua atau tuan, kemungkinan besar akan 

mengeraskan hati nurani sehingga bertindak lebih jauh 

lagi. Itu jahat, dan cenderung bertambah jahat. Anggap 

saja, bahwa si tuan keras dan ketat, hampir tidak 

mengadakan persediaan yang cukup untuk hamba-

hamba. Namun mereka tidak boleh membenarkan diri 

sendiri lalu mengambil sendiri bagian mereka. Mereka 

harus menanggung nasib mereka, dengan mempercaya-

kan perkara mereka kepada Allah supaya membenarkan 

dan menyediakan kebutuhan mereka. Saya tidak ber-

bicara tentang perkara-perkara yang melampaui batas, 

misalnya terpaksa mencuri untuk mempertahankan 

hidup, untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan da-

sar yang berhak dimiliki si hamba. Jangan curang namun  

hendaklah selalu tulus dan setia. Bukan hanya tidak 

boleh mencuri atau memboroskan, malahan harus ber-

usaha melipatgandakan harta benda tuannya, dan me-

ningkatkan kemakmuran dan perkembangannya, de-

ngan segenap kemampuan. Barangsiapa tidak mening-

katkan talenta tuannya dituduh tidak setia, walaupun 

dia tidak pernah menggelapkan atau menghilangkan-

Surat Titus 2:1-10 

 775 

nya. Kesetiaan dalam diri seorang hamba terletak pada 

kesiapan, ketepatan waktu, dan ketelitian dalam melak-

sanakan perintah-perintah tuannya. Dia menjaga raha-

sia-rahasia tuannya dan menuruti nasihat-nasihatnya, 

mengatur urusan-urusannya dengan baik, dan menge-

lola dengan cermat, dan mendapatkan sebanyak mung-

kin keuntungan yang adil bagi tuannya sejauh dia 

mampu. Dia memperhatikan dengan baik hal-hal yang 

dipercayakan tuannya kepadanya, dan mencegah, se-

jauh dia mampu, segala perampasan, kerugian, atau 

kerusakan. Ini adalah suatu cara untuk membawa ber-

kat kepada dirinya sendiri, sedangkan cara yang seba-

liknya sering membawa kejatuhan menyeluruh. Dan 

jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapa-

kah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepada-

mu? (Luk. 16:12). Demikianlah mengenai kewajiban-

kewajiban itu sendiri, yang harus dinasihatkan kepada 

hamba-hamba. Kemudian, 

(2) Inilah pertimbangan yang harus dipakai Titus untuk mene-

gakkan kewajiban-kewajiban itu: Supaya dengan demikian 

mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juru-

selamat kita. Artinya, supaya mereka dapat membuat Injil 

dan agama kudus Kristus dipandang baik oleh orang-orang 

di luar jemaat, dengan kelemahlembutan, kerendahan hati, 

ketaatan, dan kesetiaan mereka dalam segala hal. Bahkan 

hamba-hamba sekalipun, walaupun mereka pikir orang-

orang seperti mereka tidak ada apa-apanya, hina dina, 

tidak ada yang bisa mereka perbuat untuk dapat membawa 

nama baik bagi Kekristenan, atau memuliakan ajaran Kris-

tus, dan menampilkan keunggulan-keunggulan kebenaran 

dan jalan-jalan-Nya, Namun, jika mereka melakukan kewa-

jiban mereka dengan hati-hati, itu akan membawa kemu-

liaan bagi Allah dan pujian bagi agama. Tuan-tuan yang 

tidak percaya Kristus akan berpikiran baik tentang jalan 

Kristen yang dihina itu, yang dicela di mana-mana, saat  

mereka menemukan bahwa hamba-hamba mereka yang 

Kristen lebih baik daripada hamba-hamba mereka yang 

lain, lebih taat dan tunduk, berlaku benar dan setia, dan 

lebih rajin dalam bekerja. Agama sejati merupakan kehor-

matan bagi orang-orang yang memeluknya, dan mereka ha-

rus menjaga supaya mereka tidak melakukan apa pun yang 

mempermalukannya, melainkan lebih memuliakannya da-

lam segala sesuatu yang mereka sanggup kerjakan. Terang 

kita harus bersinar di antara manusia, supaya mereka, 

sebab  melihat perbuatan-perbuatan baik kita, dapat me-

muliakan Bapa kita yang ada di sorga. Dan demikianlah 

petunjuk-petunjuk Rasul Paulus kepada Titus, mengenai 

pelaksanaan jabatannya, berkaitan dengan beberapa ma-

cam orang. 

Sifat dan Tujuan Injil; Kecenderungan Kudus Injil;  

Sifat Penebusan Kristus 

(2:11-14) 

11 sebab  kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah 

nyata. 12 Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keingin-

an-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di 

dalam dunia sekarang ini 13 dengan menantikan penggenapan pengharapan 

kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar 

dan Juruselamat kita Yesus Kristus, 14 yang telah menyerahkan diri-Nya bagi 

kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk mengudus-

kan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat 

baik. 

Di sini kita mendapati alasan-alasan atau pertimbangan-pertimbang-

an yang mendasari penekanan petunjuk-petunjuk sebelumnya, yang 

diambil dari sifat dan maksud Injil, dan tujuan kematian Kristus. 

I. Dari sifat dan maksud Injil. Hendaklah orang-orang muda dan 

tua, laki-laki dan perempuan, tuan-tuan dan hamba-hamba, dan 

Titus sendiri, hendaklah segala macam orang melakukan kewajib-

an mereka masing-masing, sebab  inilah sasaran dan urusan 

Kekristenan yang sesungguhnya, untuk memberi petunjuk, dan 

membantu, dan membentuk tiap-tiap orang, yang memiliki 

macam-macam perbedaan dan hubungan, supaya memiliki suatu 

sikap dan tingkah laku yang benar. Untuk hal ini, 

1. Mereka ditempatkan di bawah pengaturan kasih karunia Allah, 

demikianlah Injil disebut (Ef. 3:2). Injil disebut kasih karunia 

sebab  asal sumbernya, yaitu anugerah cuma-cuma dan ke-

hendak baik Allah, bukan sebab  perbuatan baik atau jasa 

apa pun pada diri sang ciptaan. Injil mewujudkan dan menya-

takan kehendak baik ini dengan suatu cara yang agung dan 

gilang-gemilang, dan merupakan sarana untuk menyampaikan 

dan mengerjakan kasih karunia di dalam hati orang-orang 

percaya. Nah, kasih karunia itu mewajibkan dan mendatang-

kan kebaikan: Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi, 

namun  serahkanlah dirimu kepada Allah, sebab  kamu tidak 

berada di bawah hukum Taurat, namun  di bawah kasih karunia 

(Rm. 6:12-14). Kasih Kristus yang menguasai kami bukan 

untuk hidup bagi diri sendiri, melainkan bagi Dia (2Kor. 5:14-

15). Jika tidak menghasilkan ini, kasih karunia diterima de-

ngan sia-sia. 

2. Kasih karunia Injil ini menyelamatkan (mengungkapkan dan 

menawarkan keselamatan kepada orang-orang berdosa dan 

menjamin keselamatan itu bagi orang-orang yang percaya). Ini 

adalah keselamatan dari dosa dan murka, dari kematian dan 

neraka. sebab nya Injil disebut firman hidup. Injil membawa 

kepada iman, dan dengan demikian membawa kepada hidup, 

yaitu hidup yang kudus saat ini dan hidup yang penuh keba-

hagiaan nanti. Hukum Taurat adalah pelayanan kematian, 

namun  Injil adalah pelayanan hidup dan damai sejahtera. Oleh 

sebab  itu Injil harus diterima seperti keselamatan (aturan-

aturannya dipelihara, perintah-perintahnya ditaati), supaya tu-

juannya dapat dicapai, yaitu keselamatan jiwa. Dan akan lebih 

tidak termaafkan lagi orang-orang yang menyia-nyiakan kasih 

karunia Allah yang membawa keselamatan ini sekarang, sebab , 

3. Kasih karunia itu sudah nyata, atau bersinar lebih jelas dan 

terang daripada sebelumnya. Pengaturan yang lama tergolong 

suram dan ditutupi bayang-bayang, sedangkan pengaturan 

yang ini merupakan terang yang jelas dan bersinar. Dan kare-

na sekarang pengaturan itu lebih terang, maka lebih tersebar 

luas juga. sebab , 

4. Kasih karunia itu sudah nyata bagi semua manusia. Bukan 

hanya bagi bangsa Yahudi saja, seperti kemuliaan Allah yang 

tampak di gunung Sinai bagi umat khusus itu, dan tidak 

tampak bagi semua orang lainnya. Kasih karunia Injil terbuka 

bagi semua orang, dan semua orang diundang untuk datang 

dan ikut mengambil manfaatnya, orang-orang bukan Yahudi 

dan juga orang-orang Yahudi. Pemberitaannya bebas dan 

umum: Jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Beritakanlah Injil 


 778

kepada segala makhluk. Batasnya sudah dibongkar, sekarang 

tidak ada lagi pagar seperti sebelumnya. Pemberitaan tentang 

Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiam-

kan (KJV: dirahasiakan) berabad-abad lamanya, namun  yang 

sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah 

yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada 

segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan 

iman (Rm. 16:25-26). Pengajaran tentang kasih karunia dan 

keselamatan oleh Injil adalah untuk semua orang dari segala 

pangkat dan keadaan (budak-budak dan hamba-hamba, dan 

juga tuan-tuan), oleh sebab  itu mengajak dan mendorong se-

mua orang untuk menerima dan mempercayainya, dan hidup 

sesuai dengannya, dengan memuliakannya dalam segala hal. 

5. Penyataan Injil ini adalah untuk mendidik dan bukan sebagai 

keterangan dan petunjuk saja, seperti yang diberikan seorang 

guru sekolah kepada pelajar-pelajarnya, melainkan sebagai 

aturan dan perintah, seperti seorang raja memberikan hukum-

hukum kepada warga negaranya. Injil mengatur apa yang 

harus dijauhi dan apa yang harus diikuti, apa yang harus di-

hindari dan apa yang harus dilakukan. Injil bukan hanya un-

tuk perenungan saja, atau terutama untuk itu, melainkan 

untuk dilakukan dan untuk mengatur hidup yang benar. Injil 

mengajar kita, 

(1) Untuk meninggalkan dosa: Meninggalkan kefasikan dan 

keinginan-keinginan duniawi, meninggalkan dan tidak lagi 

berhubungan dengan hal-hal tersebut seperti dahulu. 

Kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, 

harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebina-

saannya. Artinya, segala hal yang termasuk dosa di sini 

dibagi menjadi kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi. 

“Buanglah kefasikan dan kekafiran, segala ketidakpercaya-

an, pengabaian, atau penghinaan terhadap Yang Ilahi, ti-

dak mengasihi-Nya, tidak takut kepada-Nya, tidak percaya 

kepada Dia, tidak patuh kepada-Nya seperti yang seharus-

nya kita lakukan, mengabaikan ketetapan-ketetapan-Nya, 

meremehkan ibadah kepada-Nya, mencemarkan nama atau 

hari-Nya. Jadi tinggalkanlah kefasikan (bencilah dan sing-

kirkanlah itu), dan keinginan-keinginan duniawi, segala 

keinginan dan kesukaan yang buruk dan jahat yang ber-

kuasa dalam diri manusia duniawi, dan yang mengerjakan 

hal-hal duniawi, keinginan daging dan keinginan mata serta 

keangkuhan hidup, segala hawa nafsu dan percabulan, ke-

inginan-keinginan dan cita-cita yang tamak, yang lebih 

mencari dan menghargai pujian dari manusia daripada 

pujian dari Allah. Tinggalkanlah semua ini.” Perilaku yang 

penuh hawa nafsu duniawi tidak cocok dengan panggilan 

sorgawi. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah 

menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan ke-

inginannya. Mereka telah melakukannya dengan ikatan 

kovenan dan janji, dan telah sejak awal dan terus berhasil 

melakukannya dalam tindakan. Mereka terus berusaha, 

membersihkan diri mereka agar semakin bersih dari segala 

kecemaran daging dan roh. Demikianlah Injil pertama-tama 

melarang hal yang jahat, supaya meninggalkan dosa, dan 

kemudian,                                

(2) Menyadarkan orang tentang hal yang baik: Hidup bijak-

sana, adil dan beribadah, dan seterusnya. Agama bukan 

hanya berupa larangan-larangan atau hal-hal yang negatif 

saja. Harus ada melakukan perbuatan baik selain men-

jauhkan diri dari kejahatan, dan dalam melakukan kedua-

nyalah ketulusan dibuktikan dan Injil dimuliakan. Kita 

harus hidup bijaksana berkenaan dengan diri kita sendiri, 

menguasai kegemaran-kegemaran dan hasrat-hasrat kita 

sebagaimana mestinya, dengan menjaga batas-batas sikap 

yang wajar dan sederhana, dengan menghindari segala 

perbuatan yang berlebihan dan melewati batas. Dan kita 

harus bersikap adil terhadap semua orang, dengan mem-

berikan segala hak mereka, dan tidak melukai siapa pun. 

Kita harus melakukan kebaikan kepada orang lain, sesuai 

dengan kemampuan kita dan kebutuhan mereka. Ini rupa-

nya bagian dari keadilan dan kebenaran, sebab  kita tidak 

dilahirkan untuk diri kita sendiri saja, dan oleh sebab  itu 

tidak boleh hidup untuk diri kita sendiri saja. Kita adalah 

anggota satu sama lain, dan hendaklah tiap-tiap orang men-

cari keuntungan orang lain (1Kor. 10:24;12:25). Orang ba-

nyak, pada khususnya, yang mencakup kepentingan se-

mua orang, harus diperhatikan oleh semua orang. Pemen-

tingan diri sendiri adalah semacam ketidakadilan. Pemen-

tingan diri itu merampok dari orang lain bagian yang men-

jadi hak mereka. Maka betapa terpujinya tingkah laku yang 

adil dan benar! Sikap seperti itu menjaga dan memajukan 

semua kepentingan, bukan hanya yang khusus saja, na-

mun juga yang umum dan untuk orang banyak, dan 

dengan demikian ikut membantu tercapainya perdamaian 

dan kebahagiaan dunia. Oleh sebab  itu hiduplah dengan 

adil dan bijaksana. Dan hidup beribadah kepada Allah, da-

lam kewajiban-kewajiban ibadah dan pelayanan kepada-

Nya. Penghormatan-penghormatan kepada-Nya sungguh-

sungguh harus dilakukan melalui segala sesuatu. Jika 

engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau 

melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu 

untuk kemuliaan Allah (1Kor. 10:31). Kewajiban-kewajiban 

perorangan dan kewajiban dalam hubungan dengan orang 

lain harus dikerjakan dalam ketaatan kepada perintah-pe-

rintah-Nya, dengan tujuan yang sepantasnya untuk menye-

nangkan dan memuliakan Dia, berdasar  asas-asas ka-

sih dan takut yang kudus kepada-Nya. Namun ada juga 

suatu kewajiban yang jelas dan langsung yang menjadi 

utang kita kepada Allah, yaitu mempercayai dan mengakui 

keberadaan dan kesempurnaan-Nya, dengan memberikan 

kepada-Nya penyembahan dan penghormatan secara bati-

niah dan lahiriah. Kita harus mengasihi Dia, takut akan 

Dia, dan percaya kepada Dia, bergantung kepada-Nya, dan 

mempersembahkan diri kita kepada-Nya, mematuhi semua 

kewajiban dan ketetapan agama yang telah Dia tentukan, 

berdoa kepada-Nya, memuji Dia, dan merenungkan firman 

dan perbuatan-perbuatan-Nya. Inilah hidup beribadah, de-

ngan memandang dan datang kepada Allah, sesuai dengan 

keadaan kita sekarang, bukan secara langsung, melainkan 

dengan cara sebagaimana Dia telah menyatakan diri-Nya 

sendiri di dalam Kristus. Demikianlah Injil menuntun dan 

menghendaki. Datang kepada Allah dengan cara lain apa 

saja, yaitu, melalui orang-orang kudus atau para malaikat, 

adalah tidak sesuai, bahkan bertentangan dengan peratur-

an dan perintah Injil. Semua komunikasi dari Allah kepada 

kita adalah melalui Anak-Nya, dan tanggapan-tanggapan 

kita pun harus melalui Dia juga. Allah di dalam Kristus 

harus kita pandang sebagai tujuan pengharapan dan pe-

nyembahan kita. Demikianlah kita harus melatih diri kita 

sendiri untuk hidup beribadah. Tanpa hidup beribadah, 

tidak mungkin kita memuliakan Injil, yang mengajarkan 

dan menuntut perilaku yang demikian. Perilaku hidup yang 

sesuai dengan Injil haruslah perilaku hidup yang saleh, 

dengan menunjukkan kasih dan rasa takut dan penghor-

matan kita kepada Allah, pengharapan dan kepercayaan 

dan keyakinan kita di dalam Dia, seperti yang dinyatakan 

di dalam Anak-Nya. Kitalah orang-orang bersunat (yang di 

dalam kebenaran memiliki hal yang disiratkan oleh sakra-

men itu), yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah 

dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-

hal lahiriah. Lihatlah betapa sederhananya tujuan dari 

kewajiban kita itu. Tujuan itu dituangkan dalam sedikit 

kata, meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan du-

niawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah 

di dalam dunia sekarang ini. Injil mengajar kita bukan 

hanya bagaimana mempercayai dan mengharapkan yang 

baik, namun juga hidup yang baik, yang sesuai dengan 

iman dan pengharapan itu di dunia sekarang ini, dan 

sebagai orang-orang yang menantikan dunia yang lain yang 

lebih baik. Ada dunia yang sekarang ini, dan ada juga yang 

akan datang. Sekarang ini adalah waktu dan tempat pen-

cobaan kita, dan Injil mengajar kita untuk hidup dengan 

baik di sini, namun itu bukan keadaan terakhir kita, me-

lainkan dengan mata yang terutama tertuju kepada masa 

depan. Injil mengajar kita supaya dalam segala hal, 

(3) Menantikan kemuliaan suatu dunia yang lain. Hidup seder-

hana, adil dan beribadah di dunia ini adalah persiapan 

untuk itu. Menantikan penggenapan pengharapan kita yang 

penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Maha-

besar dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Pengharapan, 

sebagai ungkapan singkat, menyatakan sesuatu yang diha-

rapkan, yaitu, sorga dan kebahagiaan terbesar di dalam-

nya, yang sungguh-sungguh disebut pengharapan, sebab  

itu adalah sesuatu yang besar yang kita nantikan dan rin-

dukan dan tunggu-tunggu. Dan disebut pengharapan yang 

penuh bahagia, sebab , saat  hal itu dicapai, kita akan

sungguh-sungguh bahagia untuk selama-lamanya. Dan 

penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Jurusela-

mat kita Yesus Kristus. Ini menunjukkan waktu penggenap-

an pengharapan kita serta kepastian dan kebesarannya. Itu 

akan terjadi pada waktu kedatangan Kristus yang kedua 

kali, saat  Dia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan 

dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus (Luk. 

9:26). Dalam kemuliaan-Nya sendiri yang telah Dia miliki 

sebelum dunia ini ada, dan kemuliaan Bapa-Nya dengan 

menjadi gambar wujud Allah, dan sebagai Allah-manusia, 

pemimpin dan Hakim yang diutus Allah. Dan malaikat-

malaikat kudus, sebagai hamba-hamba-Nya dan pejabat-

pejabat-Nya yang mulia. Kedatangan-Nya yang pertama da-

lam kehinaan, untuk memenuhi tuntutan keadilan dan 

membelikan kebahagiaan. Kedatangan-Nya yang kedua 

akan terjadi dalam kemuliaan, untuk menempatkan dan 

menetapkan umat-Nya di dalamnya. Kristus hanya satu 

kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa 

banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya 

sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerah-

kan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia (Ibr. 

9:28). Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus 

Kristus. Mereka bukanlah dua subyek melainkan hanya 

satu, seperti yang tampak dengan digunakannya kata 

sandang tunggal, tou megalou Theou kai Sōtēros, bukan kai 

tou Sōtēros, dan demikian pula kai diterjemahkan dalam 1 

Korintus 15:24, Bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada 

Allah Bapa (KJV: kepada Allah, yaitu Bapa), tō Theō kai 

Patri. Jadi Kristus adalah Allah yang Mahabesar, bukan 

sebagai kiasan, seperti hakim-hakim dan yang lainnya 

terkadang disebut allah-allah, atau tampil dan bertindak 

dalam nama Allah, melainkan secara tepat dan sungguh-

sungguh benar adalah Allah yang benar (1Yoh. 5:20), Allah 

yang Perkasa (Yes. 9:5), yang walaupun dalam rupa Allah, 

tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai 

milik yang harus dipertahankan (Flp. 2:6). Pada keda-

tangan-Nya yang kedua Dia akan memberi upah kepada 

hamba-hamba-Nya, dan membawa mereka kepada kemu-

liaan bersama-sama dengan Dia. Perhatikanlah, 

[1] Ada suatu pengharapan umum yang penuh bahagia un-

tuk semua orang Kristen sejati di dunia lain. Jika hanya 

dalam hidup ini saja mereka memiliki pengharapan di 

dalam Kristus, maka mereka adalah orang-orang yang 

paling malang dari segala manusia (1Kor. 15:19). Yang 

dimaksudkan dengan pengharapan adalah sesuatu yang 

diharapkan, yaitu, Kristus sendiri, yang disebut dasar 

pengharapan kita (1Tim. 1:1, KJV: pengharapan kita), dan 

kebahagiaan di dalam dan melalui Dia, yaitu kekayaan 

kemuliaan (Ef. 1:18), sehingga sudah sepantasnya dise-

but di sini sebagai pengharapan yang penuh bahagia. 

[2] Tujuan Injil adalah untuk membangkitkan semua orang 

menuju suatu hidup yang baik melalui pengharapan 

yang penuh bahagia ini. Siapkanlah akal budimu, was-

padalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya 

atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada 

waktu penyataan Yesus Kristus (1Ptr. 1:13). Untuk 

maksud yang sama di sini, Meninggalkan kefasikan dan 

keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup 

bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang 

ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita 

yang penuh bahagia, bukan sebagai prajurit upahan, 

melainkan sebagai orang Kristen yang patuh dan penuh 

rasa syukur. Betapa suci dan salehnya kamu harus 

hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat 

kedatangan hari Allah (2Ptr. 3:11-12). Menantikan dan 

mempercepat, artinya mengharapkan dan dengan rajin 

bersiap-siap untuk itu. 

[3] Pada dan di dalam penampakan Kristus yang penuh ke-

muliaan itulah pengharapan orang-orang Kristen yang 

penuh bahagia itu akan tercapai, sebab  yang akan 

menjadi kebahagiaan tertinggi mereka adalah ini, ber-

ada bersama-sama dengan Dia, dan memandang kemu-

liaan-Nya (Yoh. 17:24). Kemuliaan Allah yang Mahabe-

sar dan Juruselamat kita akan memancar seperti mata-

hari. Walaupun dalam menjalankan kekuasaan-Nya 

sebagai Hakim Dia akan tampil sebagai Anak Manusia, 

namun Dia akan dinyatakan sebagai Anak Allah juga 

secara besar-besaran. Keilahian, yang di bumi banyak 

diselubungi, nantinya akan bersinar-sinar seperti mata-

hari dengan kekuatannya. Oleh sebab  itu pekerjaan 

dan tujuan Injil adalah untuk membangkitkan hati su-

paya menanti-nantikan penampakan Kristus yang ke-

dua kalinya ini. Kita dilahirkan kembali kepada suatu 

hidup yang penuh pengharapan (1Ptr. 1:3, KJV: pengha-

rapan yang hidup), berbalik untuk melayani Allah yang 

hidup dan yang benar, dan untuk menantikan kedatang-

an Anak-Nya dari sorga (1Tes. 1:9-10). Orang Kristen 

ditandai dengan ini, menanti-nantikan tuannya (Luk. 

12:36), merindukan kedatangan-Nya (2Tim.4:8). Maka 

marilah kita menantikan pengharapan ini. Hendaklah 

pinggang kita tetap berikat dan pelita kita tetap menya-

la, dan hendaklah kita sama seperti orang-orang yang 

menanti-nantikan tuannya. Hari dan jamnya tidak kita 

ketahui, namun Ia yang akan datang, sudah akan ada, 

tanpa menangguhkan kedatangan-Nya (Ibr. 10:37). 

[4] Penghiburan dan sukacita bagi orang Kristen adalah 

bahwa Juruselamat mereka adalah Allah yang Mahabe-

sar, dan akan menyatakan diri-Nya dengan penuh ke-

muliaan pada waktu kedatangan-Nya yang kedua kali. 

Kekuasaan dan kasih, kebesaran dan rahmat, nanti 

akan tampak sekaligus dalam kemuliaan tertinggi, se-

hingga mendatangkan kengerian dan kebingungan bagi 

orang-orang jahat, namun  mendatangkan kemenangan 

dan kegirangan selamanya bagi orang-orang saleh. Se-

andainya Dia bukan Allah yang Mahabesar seperti itu, 

dan bukan sungguh-sungguh manusia, Dia tidak dapat 

menjadi Juruselamat mereka, ataupun pengharapan 

mereka. Demikianlah mengenai pertimbangan-pertim-

bangan untuk menjalankan segala macam petunjuk 

untuk kewajiban mereka masing-masing berdasar  

sifat dan tujuan Injil. Dan seiring dengan ini ada alasan 

lain yang berkaitan, yaitu, 

II. Dari tujuan kematian Kristus: Yang telah menyerahkan diri-Nya 

bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan un-

tuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sen-

diri, yang rajin berbuat baik (ay. 14). Membawa kita kepada keku-

dusan dan kebahagiaan adalah tujuan kematian Kristus, dan juga 

cakupan dari ajaran-Nya. Di sini terdapat, 

1. Pembayar keselamatan, yaitu Yesus Kristus, Allah yang Maha-

besar dan Juruselamat kita itu, yang menyelamatkan bukan 

hanya sebagai Allah saja, dan terlebih lagi bukan hanya seba-

gai manusia saja, melainkan sebagai Allah-manusia, dua 

kodrat dalam satu Pribadi. Manusia, supaya Dia dapat taat, 

dan menderita, dan mati, untuk manusia, dan menjadi layak 

untuk bertindak terhadapnya dan membelanya. Dan Allah, 

supaya Dia dapat menyangga kodrat kemanusiaan-Nya, dan 

membuat perbuatan-perbuatan-Nya berharga dan berhasil, 

dan memperoleh penghormatan yang layak bagi kebenaran-

kebenaran dan kehormatan ilahi, dan juga kebaikan ciptaan-

Nya, dan membuat kebaikan ciptaan-Nya itu untuk kemuliaan 

Tuhan. Yang demikian itu pantas bagi kita. Dan ini adalah, 

2. Harga penebusan kita. Yang telah menyerahkan diri-Nya. Sang 

Bapa menyerahkan Dia, namun Dia sendiri juga menyerahkan 

diri-Nya. Dan, sebab  diberikan dengan cuma-cuma dan suka-

rela, dan juga sebab  agungnya persembahan itu, maka per-

sembahan itu layak dan pantas. Bapa mengasihi Aku, oleh 

sebab  Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kem-

bali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan 

Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri (Yoh. 10:17-

18). Demikian juga dalam Yohanes 17:19, “Aku menguduskan 

diri-Ku bagi mereka, atau memisahkan dan mengkhususkan 

diri-Ku untuk pekerjaan ini, untuk menjadi imam sekaligus 

korban persembahan untuk Allah bagi dosa-dosa manusia.” 

Kodrat manusia-Nya menjadi persembahan, dan kodrat ilahi-

Nya menjadi mezbah, yang menguduskan pemberian, dan 

seluruhnya adalah tindakan si Pribadi itu. Dia telah menyerah-

kan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia (1Tim. 2:6). 

Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir 

untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya. Dia adalah imam 

dan korban persembahan juga. Kamu telah ditebus, bukan 

dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau 

emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kris-

tus (1Ptr. 1:18-19), yang disebut darah Anak-Nya (Kis. 20:28, 

KJV: darah Allah), yaitu darah Dia yang adalah Allah.

3. Orang-orang yang menerima: Bagi kita, kita orang-orang ber-

dosa yang malang dan akan binasa, yang menjauh dari Allah, 

dan memberontak terhadap Dia. Dia menyerahkan diri-Nya 

bagi kita, bukan hanya untuk kebaikan kita, namun juga 

untuk menggantikan kita. Mesias dibunuh, bukan untuk diri-

Nya sendiri, melainkan untuk kita. Kristus telah mati, Ia yang 

benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia mem-

bawa kita kepada Allah (1Ptr. 3:18). Dia yang tidak mengenal 

dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa sebab  kita (sebuah per-

sembahan dan korban untuk dosa), supaya dalam Dia kita 

dibenarkan oleh Allah (2Kor. 5:21). Perendahan diri dan kemu-

rahan hati yang sangat indah! Dia mengasihi kita, dan telah 

menyerahkan diri-Nya bagi kita. Apa yang dapat kita lakukan 

selain mengasihi Dia dan menyerahkan diri kita kepada-Nya? 

Terutama jika kita mempertimbangkan, 

4. Tujuan Dia menyerahkan diri-Nya bagi kita, 

(1) Untuk membebaskan kita dari segala kejahatan. Ini sesuai 

dengan pelajaran pertama, yaitu meninggalkan kefasikan 

dan keinginan-keinginan duniawi. Kristus menyerahkan 

diri-Nya untuk membebaskan kita dari hal-hal ini, sebab  

itu tinggalkanlah semua itu. Mengasihi dosa dan hidup di 

dalamnya berarti menginjak-injak darah yang membebas-

kan, merendahkan dan menolak salah satu manfaat terbe-

sarnya, dan bertindak melawan tujuannya. Namun bagai-

mana kesengsaraan Kristus yang singkat dapat membebas-

kan kita dari segala kejahatan? Jawabannya adalah, kare-

na kemuliaan pribadi-Nya yang tidak terbatas. Dia, yang 

adalah Allah, menderita sengsara, walaupun bukan sebagai 

Allah. Tindakan-tindakan dan sifat-sifat kedua kodrat itu 

berkaitan dengan pribadi-Nya. Allah membeli atau mene-

bus jemaat-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri (Kis. 20:28, 

KJV: darah-Nya sendiri). Jika pembayaran dapat dilakukan 

sekaligus, maka tidak perlu penderitaan selamanya. Makh-

luk ciptaan semata tidak dapat melakukan ini, sebab  

sifatnya yang terbatas, namun  Allah-manusia dapat. Inilah 

alasan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus 

Kristus, telah menyerahkan diri-Nya bagi kita. Oleh satu kor-

ban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya 

mereka yang Ia kuduskan (Ibr. 9:25-26; 10:14). Dia tidak 

perlu mempersembahkan diri-Nya berkali-kali, dan Dia pun 

tidak dapat ditahan oleh kematian, sesudah  Dia menjalani-

nya satu kali. Akhir dan buah yang membahagiakan dari 

kematian Kristus, pembebasan dari segala kejahatan! Kris-

tus mati untuk ini. Dan, 

(2) Untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-

Nya sendiri. Ini memperkuat pelajaran kedua: Hidup bijak-

sana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini. 

Kristus mati untuk menguduskan dan menghapus dosa, 

yaitu untuk menghasilkan anugerah, menyembuhkan sifat 

dasar, dan juga untuk membebaskan dari kesalahan dan 

penghukuman. Dia menyerahkan diri-Nya bagi jemaat-Nya, 

untuk menyucikannya. Demikianlah Dia menjadikan bagi 

diri-Nya suatu umat, yaitu dengan menguduskan mereka. 

Dengan cara demikianlah mereka dibedakan dari dunia 

yang ada dalam kejahatan. Mereka dilahirkan dari Allah, 

dan disesuaikan dengan Dia, memakai rupa-Nya, kudus se-

perti Bapa mereka di sorga kudus. Perhatikanlah, pembe-

basan dari dosa dan pengudusan sifat dasar berjalan ber-

iringan, dan keduanya menghasilkan suatu umat khusus 

bagi Allah: bebas dari kesalahan dan penghukuman, bebas 

dari kuasa hawa nafsu, dan jiwa dikuduskan oleh Roh. 

Inilah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa 

yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri. Dan, 

(3) Rajin berbuat baik. Umat khusus ini, sebab  mereka dibuat 

demikian oleh anugerah yang menguduskan mereka, maka 

mereka pun harus terlihat demikian, dengan melakukan 

kebaikan, dan rajin melakukannya. Perhatikanlah, Injil bu-

kanlah suatu pengajaran tentang keburukan moral, me-

lainkan kekudusan dan hidup yang baik. Kita ditebus dari 

cara hidup kita yang sia-sia, untuk melayani Allah dalam 

kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup 

kita. Maka marilah kita memperhatikan supaya kita ber-

buat baik, dan rajin melakukannya. Hanya jagalah supaya 

kerajinan itu dipandu oleh pengetahuan dan dihidupkan 

oleh kasih, diarahkan kepada kemuliaan Allah, dan selalu 

dalam hal yang baik. Dan demikianlah petunjuk tentang 

alasan kewajiban-kewajiban, berdasar  tujuan kematian 

Kristus. 

Nasihat untuk Berbagai Kewajiban  

(2:15) 

15 Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan se-

gala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap