Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 28


 nan Paulus. Ia tidak mengabaikan tem-

pat-tempat yang sudah pernah dikunjunginya, namun  mening-

galkan beberapa orang supaya memupuk tanaman yang masih 

muda itu dan melanjutkan apa yang telah dimulai. 

3. Kerendahan hati Paulus. Ia tidak merasa terhina saat  diban-

tu di dalam melakukan pekerjaannya, sekalipun oleh orang-

orang yang tidak menduduki jabatan setinggi dirinya dalam 

pelayanan, atau tidak memiliki karunia sebesar dan selengkap 

dirinya. Demi Injil dapat disebarluaskan dan demi kebaikan 

jiwa-jiwa, ia rela menggunakan tangan orang lain dalam peker-

jaan Injil. Ini merupakan sebuah contoh yang sangat tepat 

bagi para pelayan Tuhan akan semangat dan kerajinan yang 


 736

menyala-nyala, dan akan kesetiaan serta perhatian terhadap 

kawanan domba, baik mereka hadir atau tidak, hidup atau se-

dang menghadapi mati, bahwa mereka harus menyediakan 

makanan rohani dan penghiburan bagi jemaat mereka, sejauh 

kemampuan mereka. Di sini kita juga dapat memperhatikan, 

4. Bahwa Titus, sekalipun jabatannya lebih rendah daripada se-

orang rasul, namun kedudukannya melebihi seorang gembala 

atau penilik biasa, yang diberi tugas khusus untuk mengurus 

jemaat-jemaat tertentu. Titus memiliki kedudukan yang lebih 

tinggi, sebab  ia bertugas mengangkat gembala-gembala biasa 

semacam itu di mana diperlukan. Ia mengatur segala sesuatu 

pada awalnya, lalu pergi ke tempat lain untuk melakukan pe-

layanan serupa, sesuai dengan apa yang diperlukan di sana. 

Titus bukan hanya seorang pelayan gereja secara umum (seba-

gaimana halnya para pelayan yang lain), melainkan juga se-

orang pelayan bagi semua orang. Para pelayan Tuhan yang 

lain memiliki kuasa yang biasa, dan secara actu primo, mela-

yani di mana saja sesuai dengan panggilan dan kesempatan 

yang ada. Namun, para penginjil seperti Titus, memiliki kuasa 

secara actu secundo et exercito, dan dapat melakukan pelayan-

an mereka ke mana pun mereka pergi, dan memiliki hak un-

tuk mengurus jemaat. Mereka benar-benar berada di mana 

saja di dalam lingkup kekuasaan atau wilayah kepenilikan me-

reka, dan berhak untuk memberi arahan dan perintah di 

antara para pelayan dan gembala biasa. Di mana seorang rasul 

dapat bertindak sebagai seorang rasul, di situ seorang peng-

injil dapat bertindak sebagai penginjil. sebab  para penginjil 

mengerjakan pekerjaan Tuhan, sama seperti para rasul (1Kor. 

16:10), dengan cara yang serupa, yaitu tidak tetap dan ber-

pindah-pindah. Di Kreta ini Titus hanya berada kadang-ka-

dang saja, dan untuk waktu singkat. Paulus menghendaki su-

paya Titus cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan yang diting-

galkan untuknya, lalu datang menjumpai Paulus di Nikopolis, 

di mana ia hendak tinggal selama musim dingin. sesudah  itu, 

Titus diutus ke Korintus, dan turut menyertai Rasul Paulus di 

Roma. Kemudian dari situ Titus diutus ke Dalmatia. Itulah 

terakhir kalinya kita membaca tentang Titus di dalam firman, 

sehingga dari situ, tampak bahwa Titus bukanlah seorang 

pemimpin jemaat yang tetap. Titus meninggalkan Kreta, dan 

Surat Titus 1:5 

 737 

kita tidak mendapati bahwa ia kembali lagi ke sana. Namun, 

kuasa apakah yang dimiliki oleh Paulus atau Titus di sini? 

Tidakkah yang mereka kerjakan merupakan suatu pelanggar-

an terhadap hak-hak para pemerintah sipil? Sama sekali tidak. 

Mereka datang bukan untuk mencampuri urusan sipil siapa-

siapa. Siapakah yang telah mengangkat aku menjadi hakim 

atau pengantara atas kamu? (Luk. 12:14). Pekerjaan Paulus 

dan Titus bersifat rohani, dilakukan dengan cara meyakinkan 

dan membujuk, sedikit pun tidak mencampuri, atau merugi-

kan, atau melemahkan kekuasaan para pembesar, namun  jus-

tru meneguhkan dan menguatkannya. Apa yang masih perlu 

diatur ini bukanlah peraturan yang dibuat atau dikeluarkan 

oleh para penguasa, melainkan ketetapan-ketetapan yang ilahi 

dan rohani, serta rancangan-rancangan yang memiliki tujuan 

rohani, diturunkan dari Kristus yang adalah Raja dan Kepala 

gereja. Untuk mengatur hal-hal inilah Titus ditinggalkan. Se-

lain itu, perhatikan bahwa bukanlah suatu hal yang mudah 

untuk membangun jemaat dan menyempurnakan mereka. 

Paulus sendiri sudah berjerih payah di sini, namun  masih saja 

ada hal-hal yang perlu diatur. Bentuk jemaat ini masih belum 

teratur, masih perlu dipotong dan disesuaikan, sampai ben-

tuknya menjadi benar. Dan saat  bentuknya sudah baik, me-

reka masih harus dipertahankan dan dijaga supaya keadannya 

tetap demikian. Yang terbaik cenderung mudah membusuk 

dan menjadi berantakan. Para pelayan Tuhan harus memban-

tu melawan terjadinya hal ini, membetulkan apa yang keliru, 

dan menyediakan apa yang masih perlu. Secara umum, inilah 

pekerjaan Titus di Kreta. Dan,  

II. Secara khusus. Menetapkan penatua-penatua di setiap kota, yaitu 

para pelayan, yang sebagian besar dipilih dari orang-orang yang 

sudah tua dan merupakan orang-orang Kristen yang paling berpe-

ngetahuan dan berpengalaman. Atau, bisa saja usianya lebih 

muda, namun  memiliki perilaku dan sopan santun yang baik dan 

berwibawa. Orang-orang seperti ini harus diangkat saat  jumlah 

orang Kristen sudah cukup banyak, seperti yang biasa terjadi di 

kota-kota yang lebih besar. Sekalipun begitu, di desa-desa juga 

bisa terdapat penatua jika jumlah orang Kristen di sana cukup 

untuk itu. Para penilik atau penatua ini harus memelihara dan 


 738

bertanggung jawab secara tetap atas jemaat, menggembalakan 

dan memimpin mereka, serta melaksanakan seluruh tugas dan 

tanggung jawab penggembalaan di dalam jemaat dan bagi jemaat. 

Terkadang kata ini juga dipakai secara lebih luas untuk menyebut 

orang-orang yang memegang jabatan gerejawi di dalam jemaat, 

sehingga para rasul juga merupakan penilik atau penatua (1Ptr. 

5:1). Namun di sini kata ini dimaksudkan untuk menyebut para 

gembala tetap yang biasa, yaitu mereka yang dengan jerih payah 

berkhotbah dan mengajar, dan memimpin gereja-gereja dalam 

Tuhan. Demikianlah yang dijelaskan di sini di sepanjang pasal ini. 

Oleh beberapa orang, kata penilik dipakai dalam artian yang sama 

dengan kata sacerdos, dan diterjemahkan sebagai imam, suatu 

istilah yang tidak dikenakan pada para pelayan Injil kecuali seba-

gai kiasan atau perlambang, sebab  dikatakan bahwa seluruh 

umat Allah telah dibuat menjadi kerajaan dan imam-imam bagi 

Allah (hiereis, bukan presbytterous), untuk mempersembahkan 

korban rohani berupa doa, puji-pujian, dan sedekah. Namun 

sebenarnya kita tidak memiliki imam di bawah ketetapan Injil, 

selain Kristus saja. Dialah Imam Besar yang kita akui (Ibr. 3:1), 

yang mempersembahkan diri-Nya sebagai korban kepada Allah 

bagi kita, dan melalui pengorbanan-Nya, hidup selama-lamanya 

untuk bersyafaat bagi kita. Jadi, para penilik di sini bukanlah 

imam dalam arti sebenarnya, yang bertugas untuk mempersem-

bahkan korban, baik korban secara simbolis atau korban yang 

sesungguhnya, melainkan hanyalah pelayan Injil, yang bertugas 

melaksanakan semua ketetapan Kristus, dan menggembalakan je-

maat Allah, sebab  merekalah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi 

penilik atas mereka. Perhatikan, 

1. Suatu jemaat di mana di dalamnya tidak terdapat pelayanan 

yang tetap dan mapan adalah jemaat yang tidak sempurna 

dan mengalami kekurangan.  

2. Di mana jumlah orang percaya mencukupi, maka di situ peni-

lik atau penatua harus diangkat. Keberadaan mereka untuk 

selanjutnya dalam jemaat sama pentingnya dengan saat  me-

reka diangkat, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi 

pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai 

mereka semua telah mencapai kedewasaan penuh di dalam 

Kristus, sampai genap jumlah orang-orang pilihan Allah yang 

dipanggil dan dipersatukan kepada Kristus dalam satu tubuh, 

Surat Titus 1:5 

 739 

mencapai tingkat pertumbuhan dan kekuatan mereka secara 

penuh, serta mencapai ukuran kasih karunia yang layak dan 

telah ditetapkan bagi mereka (Ef. 4:12-13). Inilah pekerjaan 

yang harus dilakukan dan akan terus dilakukan sampai akhir 

zaman. Itu sebabnya sarana yang telah ditetapkan dan diper-

lukan untuk itu harus terus ada. Betapa besar puji-pujian 

yang layak diberikan kepada Allah, sebab  Dia telah menetap-

kan jabatan semacam itu! Betapa besar rasa syukur orang-

orang yang menikmati keuntungan dari penetapan jabatan itu! 

Betapa kasihannya orang-orang yang tidak menikmatinya dan 

betapa mereka memerlukan doa kita! Mintalah kepada tuan 

yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja 

untuk tuaian itu. Iman timbul dari pendengaran, dan dipelihara, 

dijaga, serta menghasilkan buah melalui pendengaran pula. 

Ketidaktahuan dan kemerosotan, membusuknya kebaikan dan 

bertambahnya kejahatan, bersumber dari kurangnya pelayan-

an yang memberikan pengajaran dan dorongan. Dalam keada-

an seperti itulah Titus ditinggalkan di Kreta, supaya ia meng-

atur apa yang masih perlu diatur dan supaya ia menetapkan 

penatua-penatua di setiap kota. Namun, ini harus dilakukan 

oleh Titus, bukan secara ad libitum, atau menurut kehendak-

nya atau pemikirannya sendiri, melainkan menurut petunjuk 

rasuli.  

III. Peraturan mengenai pelaksanaannya. Seperti yang telah kupesan-

kan kepadamu, yaitu mungkin saat  Paulus hendak berangkat 

meninggalkan Titus, dan disampaikan di depan orang lain serta 

didengar oleh mereka. saat  berkata demikian, barangkali Paulus 

mengacu kepada jemaat, lebih demi kepentingan mereka daripada 

demi Titus sendiri. Tujuannya ialah supaya mereka lebih mau 

tunduk dan taat kepada Titus, dengan mengetahui dan melihat 

bahwa segala tindak tanduknya dijamin dan didukung oleh 

persetujuan dan wewenang rasuli. Sebagaimana di bawah Hukum 

Taurat segala sesuatu harus dilakukan menurut pola yang telah 

ditunjukkan kepada Musa di atas gunung, maka begitu pula di 

bawah hukum Injil segala sesuatu harus diatur dan ditetapkan 

sesuai dengan petunjuk Kristus, dan juga petunjuk para kepala 

pelayan-Nya, yang sudah pasti dituntun oleh Kristus. Segala 

macam tradisi dan ciptaan manusia tidak boleh dibawa masuk ke 


 740

dalam gereja Allah. Tujuan dari segala ketetapan Kristus perlu, 

bahkan harus, dilaksanakan dengan saksama, menurut ketetap-

an umum firman. Namun tidak ada yang boleh mengganti apa-

apa dalam hal pokok iman atau penyembahan, atau peraturan 

dan ketetapan, dari gereja-gereja. Jika seorang penginjil saja tidak 

boleh berbuat apa-apa selain dari apa yang telah ditentukan, apa 

lagi orang lain. Gereja adalah rumah Allah, dan merupakan kewe-

nangan-Nyalah untuk menetapkan para pemangku jabatan dan 

segala ketetapan di dalamnya, sesuka hati-Nya. Kata seperti di 

sini mengacu pada persyaratan dan ciri-ciri penatua yang harus 

ditetapkan oleh Titus, “menetapkan penatua-penatua di setiap 

kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu, yaitu seperti yang 

sudah pernah kujelaskan dan akan kutunjukkan sekali lagi ke-

padamu di sini dengan lebih terperinci,” yang dilakukan oleh 

Paulus dari ayat 6 sampai 9.  

Persyaratan Seorang Penilik Jemaat;  

Perlunya Teguran yang Tegas  

(1:6-16) 

6 yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu isteri, 

yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh sebab  hidup 

tidak senonoh atau hidup tidak tertib. 7 Sebab sebagai pengatur rumah Allah 

seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pem-

berang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, 8 melainkan suka 

memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat 

menguasai diri 9 dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai 

dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasar  

ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya. 10 sebab  

sudah banyak orang hidup tidak tertib, terutama di antara mereka yang 

berpegang pada hukum sunat. Dengan omongan yang sia-sia mereka menye-

satkan pikiran. 11 Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, sebab  

mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak 

untuk mendapat untung yang memalukan. 12 Seorang dari kalangan mereka, 

nabi mereka sendiri, pernah berkata: "Dasar orang Kreta pembohong, bina-

tang buas, pelahap yang malas." 13 Kesaksian itu benar. sebab  itu tegorlah 

mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman, 14 dan tidak 

lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia 

yang berpaling dari kebenaran. 15 Bagi orang suci semuanya suci; namun  bagi 

orang najis dan bagi orang tidak beriman suatu pun tidak ada yang suci, 

sebab  baik akal maupun suara hati mereka najis. 16 Mereka mengaku 

mengenal Allah, namun  dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia. 

Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik.

Surat Titus 1:6-16 

 741 

Di sini Rasul Paulus memberikan arahan kepada Titus mengenai 

penahbisan. Ia menunjukkan siapa yang harus diangkat oleh Titus, 

dan siapa yang tidak. 

I. Mengenai siapa yang harus ditahbiskan Titus. Paulus menjelaskan 

persyaratan dan kebajikan yang terkandung dalam diri mereka. 

Hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan dan perilaku mereka, 

dan yang berkaitan dengan pengajaran mereka. Yang pertama 

terdapat di ayat 6, 7, dan 8, sedangkan yang terakhir ada di ayat 9. 

1. Persyaratan seorang penilik jemaat berkenaan dengan kehi-

dupan dan perilaku mereka yaitu, 

(1) Secara umum. Yakni orang-orang yang tak bercacat. Bukan 

berarti sama sekali tidak bercela, sebab  tidak ada orang 

yang demikian, sebab tidak ada orang yang hidup dan tidak 

berbuat dosa. Begitu pula bukan orang yang sama sekali 

tidak dapat dipersalahkan, sebab  ini jarang terjadi dan 

sukar. Kristus sendiri dan para rasulnya pernah diper-

salahkan, sekalipun tuduhan itu tidak layak bagi mereka. 

Pada diri Kristus jelas tidak ada yang dapat dipersalahkan, 

sedangkan para rasulnya tidak seperti yang dituduhkan 

oleh musuh-musuh mereka. Namun artinya ialah, seorang 

penilik jemaat tidak boleh seorang yang dikuasai oleh sifat 

buruk, namun  justru dikenal sebagai orang baik, bahkan 

oleh orang-orang luar. Ia tidak memiliki kesalahan yang be-

sar atau memalukan, sebab  hal itu akan mendatangkan 

kecaman atas jabatan kudus tersebut. Ia tidak boleh se-

orang yang demikian.  

(2) Secara khusus. 

[1] Disebutkan ciri-ciri dalam hal hubungan keluarga. Se-

cara pribadi, ia harus memiliki hubungan pernikahan 

yang kudus, yang mempunyai hanya satu isteri. Ada 

gereja yang menetapkan bahwa seorang penilik jemaat 

tidak boleh mempunyai istri, namun  tidak demikian sejak 

mulanya. Pernikahan adalah ketetapan yang tidak men-

jadi halangan dalam pekerjaan atau panggilan apa pun. 

Tidakkah kami mempunyai hak, kata Paulus, untuk 

membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, 

seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-sau-


 742

dara Tuhan? (1Kor. 9:5). Melarang orang kawin adalah 

salah satu ajaran yang keliru dari gereja yang anti-

kristus (1Tim. 4:3). Bukan berarti para pelayan Tuhan 

harus menikah. Bukan begitu maksudnya, namun  mem-

punyai hanya satu isteri harus diartikan bahwa ia tidak 

menceraikan istrinya dan menikahi yang lain (seperti 

yang sudah terlalu lazim terjadi di antara golongan 

bersunat, bahkan gara-gara alasan yang sepele). Atau, 

mempunyai hanya satu isteri, maksudnya, pada saat 

yang sama, yaitu tidak beristeri dua atau lebih dari 

satu. Bukan berarti ia tidak boleh mengambil istri yang 

baru sesudah  kehilangan istrinya, melainkan di dalam 

pernikahannya, ia hanya boleh memiliki satu istri saja, 

bukan dua atau lebih, seperti praktik berdosa yang 

sudah terlalu lazim pada zaman itu, dengan menirukan 

secara keliru apa yang dilakukan oleh bapa-bapa lelu-

hur, padahal, Tuhan kita mengajarkan supaya kita ber-

ubah dari kebiasaan yang jahat ini. Siapa pun pelaku-

nya, poligami adalah perbuatan yang amoral, begitu 

pula dengan menjalin hubungan dengan perempuan 

sundal atau memiliki selir di samping istri sah. Dosa 

semacam itu, atau perilaku tak senonoh apa saja, harus 

benar-benar jauh dari orang-orang yang hendak men-

duduki jabatan yang begitu kudus. Mengenai anak-

anak seorang penilik jemaat, anak-anaknya hidup 

beriman, taat dan baik, dibesarkan dalam iman Kristen 

yang sejati, dan hidup menurut iman tersebut, setidak-

nya sejauh yang mampu diperbuat oleh orangtuanya. 

Anak-anak yang kudus dan saleh menjadi kehormatan 

bagi para pelayan Tuhan, dan itu menjadi ibadah me-

reka. Tidak dapat dituduh sebab  hidup tidak senonoh 

atau hidup tidak tertib. Seorang penilik jemaat tidak 

boleh sampai mendapat tuduhan sebab  benar-benar 

melakukan, namun  juga jangan sampai menciptakan 

kesempatan dan alasan untuk dituduh. Sebab, orang 

yang paling tidak bersalah pun dapat difitnah. Mereka 

harus waspada supaya jangan ada alasan bagi mereka 

untuk dituduh seperti itu. Anak-anak yang sangat ber-

iman, taat, dan menguasai perilakunya akan menjadi 

Surat Titus 1:6-16 

 743 

tanda yang baik akan adanya iman dan ketekunan 

orangtua yang telah mendidik dan mengajar mereka 

sedemikian rupa. Dari kesetiaannya dalam perkara yang 

lebih kecil, orang bisa terdorong untuk mempercayakan 

kepadanya perkara yang lebih besar, yaitu untuk meng-

atur dan memimpin jemaat Allah. Dasar dari persyarat-

an ini tampak dari sifat jabatannya (ay. 7), sebab seba-

gai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus 

tidak bercacat. Mereka yang dahulunya disebut para 

pelayan atau atau penatua, dalam ayat ini disebut de-

ngan penilik, dan dengan begitu mereka tidak memiliki 

pejabat gereja di atas mereka. Pekerjaan Titus di sini 

sudah jelas, yaitu hanya sesekali dan jangka waktunya 

pendek saja, seperti yang sudah disebutkan sebelum-

nya. sesudah  mengangkat para penatua dan mengatur 

kedudukan mereka, Titus pergi dan meninggalkan se-

muanya (sejauh apa yang tampak di dalam Kitab Suci) 

di tangan para penatua itu, yang oleh Rasul Paulus di 

sini disebut sebagai penilik jemaat dan pengatur rumah 

Allah. Kita tidak membaca di dalam tulisan-tulisan Ki-

tab Suci tentang adanya pengganti Titus di Kreta, namun  

kepada para penatua itu dipercayakan secara penuh 

tugas untuk menggembalakan, mengatur, dan meng-

awasi kawanan mereka. Mereka tidak kekurangan we-

wenang yang mereka butuhkan untuk melanjutkan iba-

dah dan pelayanan Injil di tengah-tengah jemaat, dan 

terus melakukannya hingga ke abad-abad selanjutnya. 

Nah, dengan menjadi penilik jemaat atas kawanan itu, 

serta harus menjadi teladan bagi mereka, dan menjadi 

pengatur rumah Allah untuk mengurus berbagai kepen-

tingan di dalam rumah-Nya, serta menyediakan dan 

memberikan hal-hal yang dibutuhkan kepada jemaat, 

maka ada alasan yang sangat kuat supaya kepribadian 

mereka jernih dan baik, supaya mereka tidak bercacat. 

Harus bagaimana lagi, jika tidak ingin agama dirugikan, 

pekerjaan mereka terhambat, dan jiwa-jiwa celaka serta 

terancam, padahal seharusnya mereka justru disela-

matkan? Berikut ini adalah persyaratan yang berkaitan 

dengan hal itu.  


 744

[2] Hal-hal yang lebih mutlak dijabarkan.  

 Pertama, secara negatif, yaitu menunjukkan apa 

yang tidak boleh ada pada diri seorang penatua atau 

penilik jemaat. Tidak angkuh. Larangan ini memiliki ca-

kupan yang luas, termasuk congkak, atau kesombong-

an yang berlebihan akan kemampuan dan hal-hal yang 

dimiliki, dan berlebihan menilai diri sendiri, cinta diri, 

dan mementingkan diri sendiri, menganggap dirinya se-

bagai pusat dari segala sesuatu. Juga, keyakinan ber-

lebihan terhadap diri sendiri serta mengandalkan diri 

sendiri, menyenangkan diri sendiri, meremehkan atau 

memanfaatkan orang lain. Juga, sombong, keras ke-

pala, suka melawan, kaku, berkeras untuk mengikuti 

kehendak dan caranya sendiri, atau bebal seperti Nabal. 

Begitulah para penafsir telah mengartikan istilah ini. 

Merupakan suatu kehormatan besar bagi seorang pela-

yan jika ia tidak memiliki sifat-sifat demikian, bersedia 

untuk bertanya dan meminta nasihat, siap untuk tun-

duk dengan rendah hati pada pikiran dan kehendak 

orang lain, sejauh hal itu masuk akal. Bagi semua 

orang ia menjadi segala-galanya, supaya sedapat mung-

kin ia memenangkan beberapa orang dari antara mere-

ka. Bukan pemberang, mē orgilon, bukan seorang yang 

lekas naik darah, cepat dan mudah untuk terpancing 

dan dibuat marah. Betapa tidak pantasnya orang-orang 

yang tidak dapat menguasai dirinya sendiri, atau me-

nguasai nafsu mereka yang bergejolak dan tidak tertib, 

untuk memimpin suatu jemaat! Seorang pelayan harus-

lah lemah lembut, ramah, dan sabar terhadap semua 

orang. Bukan peminum. Tidak ada kecaman yang lebih 

besar bagi seorang pelayan daripada sebutan sebagai 

seorang peminum, yang menyukai minuman keras, dan 

membiarkan diri secara tidak pantas bebas hidup demi-

kian, dengan terus minum anggur atau minuman keras 

sampai badannya dihangatkan oleh anggur. Penggunaan 

anggur yang dilakukan dengan tepat dan secukupnya, 

seperti halnya ciptaan Allah lainnya yang baik, tidak 

dilarang. Tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pen-

cernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah, kata 

Surat Titus 1:6-16 

 745 

Paulus kepada Timotius (1Tim. 5:23). Namun minum-

minum secara berlebihan adalah hal yang memalukan 

bagi siapa saja, khususnya bagi seorang pelayan Tuhan. 

Air anggur menghilangkan daya pikir, menjadikan ma-

nusia seperti binatang. Yang paling tepat di sini adalah 

nasihat Rasul Paulus, yaitu janganlah kamu mabuk oleh 

anggur, sebab  anggur menimbulkan hawa nafsu, namun  

hendaklah kamu penuh dengan Roh (Ef. 5:18). Jangan-

lah sampai berlebihan, namun  sangat mudah untuk 

menjadi berlebihan. sebab  itu, berhati-hatilah supaya 

jangan sampai menjadi terlalu merapat pada batasnya. 

Bukan pemarah, memiliki perilaku yang suka berteng-

kar atau cekcok, suka mencelakai atau bertindak berda-

sarkan dendam, dengan sikap kejam atau sikap kasar 

yang tidak semestinya. Tidak serakah, tidak mengejar 

keuntungan semata. Ini maksudnya bukan menolak im-

balan yang pantas atas jerih payah mereka untuk me-

menuhi kebutuhan pokok secara layak, melainkan agar 

mereka tidak menjadikan keuntungan sebagai tujuan 

mereka yang pertama dan yang terutama. Mereka tidak 

boleh masuk ke dunia pelayanan atau menjalankan 

pelayanan dengan pandangan-pandangan duniawi yang 

rendah. Tidak ada yang lebih tidak pantas bagi seorang 

pelayan Tuhan daripada sikap yang lebih mengutama-

kan dunia, sebab  seharusnya seorang pelayan meng-

arahkan pandangannya sendiri dan pandangan orang 

lain ke sorga. Keserakahan ini disebut sebagai keun-

tungan yang kotor (KJV), sebab  sifatnya mencemari jiwa 

yang mencintai harta atau mengejarnya dengan rakus, 

seolah-olah harta itu lebih diinginkan melebihi manfaat-

nya sendiri. Demikianlah sifat-sifat negati yang tidak 

boleh ada pada seorang penilik jemaat. Namun,  

 Kedua, secara positif, seorang penilik jemaat harus 

memiliki sifat-sifat (ay. 8), suka memberi tumpangan, se-

bagai bukti bahwa ia tidak serakah, namun  mau mema-

kai apa yang dimilikinya untuk tujuan-tujuan yang 

terbaik. Ia tidak menimbun bagi dirinya sendiri sampai 

tidak rela memberi demi kebaikan orang lain. Menerima 

dan menjamu orang asing (seperti yang tersirat dari kata 


 746

yang digunakan). Ini adalah sebuah pelayanan kasih 

yang luar biasa dan diperlukan, khususnya di masa-

masa yang sukar dan penuh tekanan, saat  orang 

Kristen terpaksa melarikan diri dan mengembara untuk 

berlindung dari aniaya dan musuh, atau saat  mereka 

sedang melakukan perjalanan ke sana kemari dan tidak 

ada penginapan seperti di zaman kita. sebab  itu, me-

nerima dan menjamu orang-orang kudus sungguh me-

rupakan hal yang baik dan berkenan kepada Allah. 

Semangat dan perbuatan semacam itu, dilakukan se-

suai kesanggupan dan kesempatan yang ada, sangatlah 

pantas sehingga harus menjadi teladan akan perbuatan 

baik. Suka akan yang baik, atau orang yang baik. Para 

pelayan Tuhan harus menjadi teladan dalam kedua hal 

tersebut. Ini akan menunjukkan secara terang-terangan 

bahwa mereka adalah orang yang saleh dan memiliki 

keserupaan dengan Allah dan Guru mereka, Yesus Kris-

tus. Berbuatlah baik kepada semua orang, namun  ter-

utama kepada kawan-kawan kita seiman, yaitu orang-

orang yang mulia di muka bumi, yang harus selalu 

menjadi kesukaan kita. Bijaksana, atau waspada, se-

perti yang tampak dari kata yang dipakai, yang merupa-

kan suatu anugerah yang harus ada di dalam diri 

seorang pelayan, baik untuk kegiatan pelayanan mau-

pun untuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Se-

orang penilik jemaat haruslah seorang pengatur yang 

bijaksana, seorang yang tidak gegabah, atau bodoh, 

atau ceroboh, namun  mampu mengendalikan dengan 

baik nafsu dan perasaannya. Adil di dalam hal-hal yang 

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, memiliki kebe-

naran moral, dan keadilan dalam menangani persoalan, 

dengan memberikan kepada semua orang apa yang se-

harusnya. Saleh, dalam hal-hal yang berkenaan dengan 

agama, seorang yang menghormati dan menyembah 

Allah, memiliki perilaku yang rohani dan sorgawi. Dapat 

menguasai diri. Kata ini berasal dari kata yang memiliki 

makna kekuatan, dan menandakan seseorang yang da-

pat menguasai nafsu dan kesenangannya, atau sanggup 

membatasi serta menahan diri dari hal-hal yang diper-

Surat Titus 1:6-16 

 747 

bolehkan, untuk maksud baik. Tidak ada hal-hal yang 

lebih pantas bagi seorang pelayan Tuhan daripada hal-

hal semacam ini, yaitu kebijaksanaan, penguasaan diri, 

keadilan, dan kesalehan – bijaksana dalam menghormati 

dirinya sendiri, adil dan benar terhadap semua orang, 

dan kudus di hadapan Allah. Demikianlah penjelasan 

mengenai persyaratan tentang kehidupan dan perilaku 

seorang pelayan Tuhan, secara relatif dan secara mutlak, 

secara negatif dan secara positif, apa yang tidak boleh 

dan apa yang harus dilakukan atau dimilikinya. 

2. Mengenai pengajaran, 

(1) Di sini diceritakan tentang tugas seorang penilik jemaat. Ber-

pegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan 

ajaran yang sehat, tetap melekat pada ajaran Kristus, yaitu 

firman kasih karunia-Nya, berpaut pada ajaran itu, menurut 

semua petunjuk yang telah diterimanya. Ia harus berpegang 

teguh pada ajaran itu di dalam keyakinan dan pengakuan 

imannya sendiri, serta saat  mengajar orang lain. Perhati-

kanlah, 

[1] Firman Allah, yang disingkapkan di dalam Kitab Suci, 

adalah firman yang benar dan tidak bisa keliru. Firman-

Nya adalah Amin, Saksi yang setia dan benar, sedang-

kan Roh-Nya menuntun penulis firman itu. Oleh dorong-

an Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah. 

[2] Para pelayan Tuhan harus berpegang teguh pada firman 

yang setia itu di dalam pengajaran dan kehidupan mere-

ka. Aku telah memelihara iman, itulah penghiburan Pau-

lus (2Tim. 4:7), dan tidak lalai memberitakan seluruh mak-

sud Allah, di situlah terletak kesetiaannya (Kis. 20:27). 

(2) Inilah tujuannya. Supaya ia sanggup menasihati orang ber-

dasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-

penentangnya, untuk mengajak dan menarik orang lain 

kepada iman yang sejati, dan meyakinkan orang-orang 

yang berpikiran sebaliknya. Bagaimana mungkin seorang 

penilik jemaat dapat melakukan hal ini, jika ia sendiri tidak 

yakin atau tidak kokoh, tidak berpegang pada firman yang 

setia dan ajaran sehat yang seharusnya menjadi pokok 

ajaran ini, dan merupakan sarana serta dasar untuk meya-


 748

kinkan orang-orang yang menentang kebenaran? Di sini 

secara ringkas kita melihat betapa luar biasanya tugas 

pelayanan itu, yakni untuk menasihati mereka yang mau 

mengetahui dan melakukan tugas mereka, dan meyakin-

kan orang-orang yang menentang. Keduanya harus dilaku-

kan dengan ajaran sehat, maksudnya, melalui pengajaran 

yang dapat dipahami, dengan kesaksian dan penjelasan 

yang alkitabiah, yang adalah firman kebenaran yang tidak 

dapat keliru, yang dapat, serta harus, diandalkan oleh se-

mua orang, dapat memuaskan serta menentukan kehidup-

an semua orang. Demikianlah penjelasan mengenai persya-

ratan bagi para penatua yang harus ditahbiskan oleh Titus. 

II. Daftar Rasul Paulus menunjukkan siapa saja yang harus ditolak 

atau dihindari oleh Titus, yaitu orang-orang yang memiliki ciri-ciri 

yang berbeda dengan yang pertama. Mereka ini disebutkan seba-

gai alasan supaya Titus memperhatikan persyaratan bagi seorang 

pelayan Tuhan, seperti yang telah dinasihatkan oleh Paulus, 

mengapa seorang pelayan harus demikian, dan hanya boleh yang 

demikian, yaitu seperti yang telah dipaparkan oleh Paulus. Alas-

an-alasan yang Paulus sebutkan diambilnya baik dari guru-guru 

maupun para pendengar yang bertabiat tidak baik yang ada di 

antara jemaat (ay. 10, sampai selesai). 

1. Dari guru-guru yang tidak baik. 

(1) Penjelasan mengenai guru-guru palsu. Mereka hidup tidak 

tertib, keras kepala dan haus akan kekuasaan, tidak mau 

diatur dan tidak taat (seperti yang ditafsirkan beberapa 

orang), tidak mau menerima atau tunduk pada petunjuk 

dan peraturan yang harus ada di dalam gereja, serta tidak 

sabar terhadap kepemimpinan yang baik dan ajaran sehat. 

Dengan omongan yang sia-sia mereka menyesatkan pikiran. 

Mereka menyombongkan diri mereka sendiri sebagai orang 

yang bijaksana, padahal sebenarnya bodoh. Dari situ mere-

ka menjadi besar mulut, terjebak ke dalam berbagai kesa-

lahan dan kekeliruan. Dan mereka menggemarinya, dan 

malah dengan tekun dan rajin menarik orang lain ke dalam 

kesalahan yang sama. Ada banyak orang-orang semacam 

itu, terutama di antara mereka yang berpegang pada hukum 

Surat Titus 1:6-16 

 749 

sunat, berpura-pura sebagai seorang petobat, setidaknya 

dari kalangan Yahudi, namun  mencampuradukkan ajaran 

Yahudi dan Kristen menjadi satu, sehingga malah mem-

buat sebuah campuran yang rusak. Mereka inilah guru-

guru palsu itu. 

(2) Di sini diceritakan petunjuk Rasul Paulus mengenai cara 

menghadapi guru-guru palsu ini (ay. 11). Orang-orang se-

macam itu harus ditutup mulutnya, bukan dengan kekuatan 

lahiriah (Titus tidak memiliki kuasa semacam itu, dan ini 

juga bukan cara Injil), melainkan dengan bantahan dan 

alasan yang kuat, dengan menunjukkan kesalahan mereka 

kepada mereka, sesaat pun tidak mau mundur terhadap me-

reka. Jika ada orang-orang yang benar-benar tidak mau 

tunduk, sehingga merusak kedamaian di dalam jemaat, 

serta membengkokkan jemaat yang lain, maka teguran ha-

rus dilakukan, sebagai cara terakhir untuk membetulkan 

kesalahan dan mencegah banyak orang terluka. Perhati-

kan, pelayan Tuhan yang setia harus menentang para pem-

berontak pada waktu yang tepat, sebab , sesudah  kebodoh-

an mereka nyata bagi semua orang, sudah pasti mereka 

tidak akan lebih maju. 

(3) Alasan-alasan untuk hal ini diberikan di sini. 

[1] sebab  akibat-akibat dari kesalahan mereka itu memati-

kan. Mereka mengacau banyak keluarga dengan meng-

ajarkan yang tidak-tidak (yakni, kewajiban sunat, kewa-

jiban menaati hukum Musa, dsb.), sehingga menyesatkan 

Injil dan jiwa-jiwa manusia, bukan hanya beberapa orang 

saja, melainkan juga banyak keluarga dengan seluruh 

anggotanya. Tidak adil jika para rasul dituduh telah me-

ngacaukan seluruh dunia. Justru patut bagi guru-guru 

palsu ini untuk dituduhkan demikian, sebab  mereka 

menarik banyak orang dari iman yang sejati menuju ke-

hancuran. Orang-orang seperti ini harus ditutup mulut-

nya, khususnya jika mengingat,  

[2] Tujuan dari perbuatan mereka yang rendah, yaitu untuk 

mendapat untung yang memalukan, dengan cara mela-

yani kepentingan duniawi di balik topeng agama. Akar 

segala kejahatan ialah cinta uang. Yang paling tepat 

bagi orang-orang semacam itu adalah ditolak, dibantah, 


 750

dan dipermalukan, oleh ajaran yang sehat serta dasar-

dasar dari firman. Demikianlah penjelasan tentang alas-

an-alasan mengenai guru-guru yang tidak baik. 

III. Alasan yang mengacu pada umat atau para pendengar mereka, 

yang digambarkan menurut kesaksian kuno yang disampaikan 

mengenai mereka. 

1. Di sini diceritakan tentang adanya saksi (ay. 12). Seorang dari 

kalangan mereka, nabi mereka sendiri, maksudnya, salah satu 

dari orang Kreta, bukan orang Yahudi, yaitu Epimenides, se-

orang penyair Yunani, yang kemungkinan besar memang menge-

tahui dan bukan sedang memfitnah mereka. Nabi mereka sen-

diri. Begitulah pandangan terhadap para penyair Yunani, yang 

menuliskan ramalan-ramalan ilahi. Mereka kerap kali mem-

berikan kesaksian yang menentang kebejatan-kebejatan bangsa 

itu: Aratus, Epimenides, dan yang lainnya di kalangan Yunani. 

Horatius, Juvenal, dan Persius, di kalangan orang Romawi. 

Mereka ini begitu cerdik dalam menghadapi berbagai kebejatan.  

2. Di sini diceritakan isi kesaksiannya. Krētes aei pseustai, kaka 

theria, gasteres argai – Dasar orang Kreta pembohong, binatang 

buas, pelahap yang malas. Bahkan di dalam peribahasa, orang 

Kreta sudah terkenal dengan kepalsuan dan kebohongannya. 

Kretizein, bertingkah seperti orang Kreta, atau berdusta, sama 

artinya. Mereka juga diumpamakan sebagai binatang buas 

atas sifat mereka yang licik, suka menyakiti, dan liar. Mereka 

disebut pula sebagai pelahap yang malas atas kemalasan dan 

kesukaan mereka akan hal-hal yang tidak senonoh, lebih 

senang makan daripada bekerja dan mencari nafkah dari pe-

kerjaan yang jujur. Perhatikan, berbagai kebejatan demikian 

yang begitu rendah sehingga dikecam oleh orang kafir sekali-

pun, harus jauh dari orang Kristen. Kepalsuan dan dusta, 

kekejaman dan kecerdikan yang menjijikkan, segala perbuatan 

yang keji dan tidak senonoh, bersama pengangguran dan 

kemalasan, adalah dosa-dosa yang dikecam oleh terang alam. 

sebab  hal-hal inilah orang-orang Kreta dihujat oleh para 

penyair mereka sendiri.  

3. Di sini Rasul Paulus sendiri membenarkan hal ini (ay. 13). Ke-

saksian itu benar. Rasul Paulus telah melihat begitu banyak 

bukti tentang tabiat mereka itu. Beberapa bangsa cenderung 

Surat Titus 1:6-16 

 751 

memiliki watak yang lebih condong pada kejahatan daripada 

bangsa lainnya. Umumnya orang-orang Kreta juga seperti yang 

digambarkan di sini, yaitu malas, buruk sifatnya, penuh kepal-

suan dan penipu, seperti yang dibenarkan oleh Rasul Paulus 

sendiri. Dari situ,  

4. Ia mengajar Titus bagaimana cara menghadapi mereka. sebab  

itu tegorlah mereka dengan tegas. saat  Paulus menulis ke-

pada Timotius, ia menyuruh Timotius supaya mengajar dengan 

lemah lembut. Namun sekarang, saat  menulis kepada Titus, 

ia menyuruhnya supaya menegur mereka dengan tegas. Ada-

nya perbedaan ini mungkin disebabkan oleh sifat Timotius dan 

Titus yang berlainan. Barangkali Timotius memiliki watak yang 

keras, dan tegurannya cenderung tajam, dan sebab  itu 

Paulus menyuruhnya supaya menegur dengan lemah lembut. 

Sementara itu, mungkin Titus orangnya lebih lembut, sehingga 

Paulus memberinya semangat dan menyuruhnya untuk me-

negur dengan tegas. Atau, mungkin ini lebih disebab kan ada-

nya perbedaan masalah dan orang-orangnya. Orang-orang 

yang harus dihadapi Timotius sifatnya lebih lembut, sehingga 

ia harus menegur mereka dengan lemah lembut. Sedangkan 

Titus harus menghadapi orang-orang yang lebih kasar dan 

tidak berpendidikan, sehingga ia harus menegur mereka de-

ngan tegas. Kejahatan mereka banyak dan menjijikkan, serta 

dilakukan tanpa rasa malu dan seenaknya sendiri, sehingga 

harus dihadapi dengan setimpal. Dalam memberikan teguran, 

harus ada perbedaan antara dosa yang satu dengan yang lain. 

Beberapa dosa sifatnya lebih menjijikkan dan keji, atau dila-

kukan secara terang-terangan dan penuh keberanian, sehing-

ga lebih menghina Allah serta lebih membahayakan dan meru-

gikan manusia. Selain itu, harus dibedakan pula antara orang 

berdosa yang satu dengan yang lain. Beberapa orang wataknya 

lebih lembut dan mau taat, cenderung lebih mudah dihadapi 

dengan kelemahlembutan, dan akan menjadi tertekan dan 

kecewa jika diperlakukan terlalu kasar atau keras. Sementara 

itu, yang lain wataknya lebih bandel dan keras kepala, sehing-

ga perlu ditegur dengan kata-kata yang lebih tajam supaya 

mereka menjadi malu dan bertobat. sebab  itu, diperlukan 

hikmat untuk memutuskan dan menetapkan teguran mana 

yang pantas, supaya mendatangkan hasil yang terbaik. Tun-


 752

jukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, se-

dangkan kepada yang lain selamatkanlah mereka dengan rasa 

takut, merampas mereka dari api (Yud. 1:22-23). Dosa dan ke-

bejatan orang Kreta banyak, besar, dan sudah menjadi kebiasa-

an. sebab  itulah mereka harus ditegur dengan tegas. Namun 

supaya petunjuk ini tidak disalahartikan tujuannya, maka,  

5. Di sini tujuannya dicantumkan, yaitu supaya mereka menjadi 

sehat dalam iman (ay. 14), dan tidak lagi mengindahkan do-

ngeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang ber-

paling dari kebenaran. Maksudnya, supaya mereka sungguh-

sungguh diubahkan dari sifat dan perilaku yang begitu jahat, 

sebagaimana orang-orang Kreta hidup pada mulanya, dan 

menunjukkan perubahan itu. Selain itu, juga supaya mereka 

tidak melekat atau menyanjung (seperti yang sangat mungkin 

akan dilakukan oleh beberapa orang yang telah dipertobatkan) 

adat istiadat Yahudi dan takhayul orang-orang Farisi, yang 

cenderung akan membuat mereka semakin jauh dari Injil, 

serta kebenaran Injil yang sehat dan utuh. Perhatikanlah, 

(1)  Teguran yang paling tegas harus ditujukan demi kebaikan 

orang yang ditegur. Teguran itu tidak boleh dimaksudkan 

untuk menyakiti, atau disebab kan kebencian, atau niat 

jahat, melainkan oleh sebab  kasih. Bukan untuk memuas-

kan kesombongan, nafsu, atau kekejian di dalam diri orang 

yang menegur, melainkan untuk merebut kembali dan 

mengubahkan kesalahan serta orang yang bersalah itu. 

(2)  Kesehatan iman adalah hal yang sangat diinginkan dan 

diperlukan. Kesehatan iman merupakan kesehatan dan 

kekuatan bagi jiwa, berkenan kepada Allah, menyenangkan 

bagi orang Kristen, serta membuat orang bergembira dan 

tekun dalam menjalankan tugasnya. 

(3) Cara khusus agar tetap sehat di dalam iman adalah dengan 

memalingkan telinga dari dongeng-dongeng dan segala 

rekaan manusia, jangan sibuk dengan dongeng dan silsilah 

yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan per-

soalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang 

diberikan Allah dalam iman (1Tim. 1:4). sebab  itu (4:7), 

jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah 

dirimu beribadah. Rekaan dan cara-cara manusia menyem-

bah Allah bertentangan dengan kebenaran dan kesalehan. 

Surat Titus 1:6-16 

 753 

Upacara dan ritual Yahudi pada awalnya merupakan kete-

tapan ilahi, namun  sesudah  intinya digenapi dan masa serta 

kegunaannya berlalu, sekarang hanya menjadi perintah 

manusia yang tidak mengandung kuasa. Ritual ini seka-

rang bukan saja tidak sejalan, namun  juga sudah berbalik 

dari kebenaran, yaitu kebenaran Injil yang murni dan 

penyembahan rohani, yang ditetapkan oleh Kristus sendiri 

dan bukan oleh pelayanan secara jasmaniah di bawah hu-

kum Taurat.  

(4) Sungguh merupakan keputusan yang sangat menakutkan 

jika orang sampai berpaling dari kebenaran dan meninggal-

kan Kristus demi Musa, jika orang sampai meninggalkan 

penyembahan Injil yang rohani demi ketetapan-ketetapan 

daging hukum Taurat, atau juga sampai meninggalkan 

hukum dan ketetapan ilahi yang sejati demi ciptaan dan 

rancangan manusia. Siapakah yang telah mempesona kamu 

(kata Paulus kepada orang-orang Galatia [3:1, 3]), sehingga 

kamu tidak menaati kebenaran? Kamu telah mulai dengan 

Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam 

daging? Demikianlah sesudah  menunjukkan maksud dari 

teguran yang keras terhadap orang-orang Kreta yang jahat 

dan bejat, yaitu supaya mereka sehat dalam iman, dan 

tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan 

hukum-hukum manusia, maka 

6. Paulus memberikan alasan untuk ini di dalam dua ayat ter-

akhir, berdasar  kemerdekaan dari keharusan untuk me-

naati hukum Taurat, yang kita miliki oleh sebab  Injil, dan 

dari kejahatan serta ancaman roh Yahudi yang kita peroleh di 

bawah pengaturan Kristen. Bagi orang Kristen yang baik dan 

sehat imannya, dan sebab  itu telah disucikan, semuanya 

suci. Makanan dan minuman, serta hal-hal semacam itu yang 

dilarang menurut hukum Taurat (yang masih terus ditaati oleh 

beberapa orang), sekarang semua ini tidak lagi dibeda-beda-

kan, semuanya suci (diperbolehkan dan bebas untuk diguna-

kan). namun  bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman 

suatu pun tidak ada yang suci. Hal-hal yang baik dan diper-

bolehkan menurut hukum mereka salahgunakan dan mereka 

jadikan sebagai dosa. Mereka justru mengisap racun dari apa 

yang menghasilkan madu bagi orang lain. sebab  pikiran dan 


 754

hati nurani mereka, yaitu indra utama mereka, telah menjadi 

najis, maka segala perbuatan mereka pun turut ternoda. 

Korban orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN (Ams. 15:8). 

Dan pelita orang fasik adalah dosa (21:4) (KJV: pekerjaan orang 

fasik – pen.), maksudnya bukan sifat pekerjaan itu sendiri, 

melainkan saat  pekerjaan itu dikerjakan olehnya. Kedaging-

an di dalam pikiran dan hati mencemarkan seluruh hasil 

pekerjaan tangan. 

Bantahan. Namun bukankah para penganut agama Yahudi ini (se-

bagaimana Anda menyebut mereka) adalah orang-orang yang beriba-

dah, dan berbicara yang baik tentang Allah, dan Kristus, dan kebenar-

an hidup? Haruskah mereka dikecam dengan begitu keras? Jawaban. 

Mereka mengaku mengenal Allah, namun  dengan perbuatan mereka, 

mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup 

berbuat sesuatu yang baik (ay. 16). Ada banyak orang yang melalui 

perkataan dan lidahnya mengaku mengenal Allah, namun  dengan ke-

hidupan dan perilaku mereka, mereka menyangkal dan menolak Dia. 

Perbuatan mereka bertentangan dengan pengakuan mereka. Mereka 

datang kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapan-

mu sebagai umat-Ku, mereka mendengar apa yang kauucapkan, namun  

mereka tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta 

kasih, namun  hati mereka mengejar keuntungan yang haram (Yeh. 

33:31). Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu 

yang baik. Rasul Paulus, yang menyuruh Titus untuk menegur de-

ngan tegas, sendiri menegur dengan tegas. Ia melontarkan perkataan 

yang sangat keras kepada mereka, namun tidak diragukan lagi bah-

wa perkataannya itu tidak lebih keras daripada keadaan mereka dan 

apa yang mereka butuhkan. Keji – bdelyktoi, sudah sepantasnya jika 

Allah dan orang baik harus memalingkan tatapan mereka dari orang-

orang ini, sebab mereka ini memuakkan serta menjijikkan. Dan dur-

haka – apeitheis, tidak dapat diyakinkan dan tidak percaya. Mereka 

dapat melakukan berbagai hal, namun  perbuatan mereka tidak berasal 

dari ketaatan pada iman, atau pada perintah, atau justru melakukan 

hal yang bertentangan dengan apa yang diperintahkan. Tidak sang-

gup berbuat sesuatu yang baik, tidak memiliki kemampuan atau 

kesadaran untuk melakukan apa pun yang benar. Lihatlah betapa 

malangnya keadaan orang-orang munafik, dari luarnya tampak saleh, 

namun  tidak memiliki kuasa. Namun marilah kita jangan lekas melem-

parkan tuduhan ini pada orang lain sebelum memeriksa bahwa kita 

Surat Titus 1:6-16 

 755 

sendiri tidak demikian, bahwa di dalam kita tidak ada hati yang jahat 

dan yang tidak percaya oleh sebab  murtad dari Allah yang hidup, 

melainkan bahwa kita suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, 

penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus 

untuk memuliakan dan memuji Allah (Fil. 1:10-11). 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  2  

i sini Rasul Paulus memberikan petunjuk umum kepada Titus 

untuk menjalankan tugasnya dengan setia (ay. 1), dan secara 

khusus berkenaan dengan beberapa macam orang (ay. 2-10). Rasul 

Paulus juga menyertakan alasan-alasan untuk petunjuk-petunjuknya 

itu, serta alasan untuk petunjuk-petunjuk lain berikutnya (ay. 11-

14), dan diakhiri dengan sebuah petunjuk yang mengandung ring-

kasan dari semua petunjuknya (ay. 15). 

Kewajiban-kewajiban Setiap Orang 

(2:1-10) 

1 namun  engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat:  

2 Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat 

dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. 3 Demikian juga perempuan-

perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beriba-

dah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, namun  cakap meng-

ajarkan hal-hal yang baik 4 dan dengan demikian mendidik perempuan-

perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, 5 hidup bijaksana 

dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suami-

nya, agar firman Allah jangan dihujat orang. 6 Demikian juga orang-orang 

muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal 7 

dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah 

engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, 8 sehat dan 

tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, sebab  

tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita. 9 Hamba-

hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan ke-

pada mereka, jangan membantah, 10 jangan curang, namun  hendaklah selalu 

tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memulia-

kan ajaran Allah, Juruselamat kita. 

Inilah hal ketiga yang menjadi pokok pembahasan surat ini. Dalam 

pasal sebelumnya, Rasul Paulus sudah memberi petunjuk kepada 

Titus mengenai soal-soal pengaturan, dan supaya dia mengatur hal-


 758

hal yang masih perlu diatur dalam jemaat-jemaat. Sekarang, di sini 

dia menasihati Titus, 

I. Secara umum, supaya dia melaksanakan tugasnya sendiri dengan 

setia. Walaupun dia sudah menahbiskan beberapa orang lain 

untuk berkhotbah, namun hal itu tidak akan membebaskan dia 

dari tugasnya untuk berkhotbah. Dia juga tidak boleh hanya 

mengurus hamba-hamba Tuhan dan penatua-penatua saja, namun  

juga harus mengajar orang-orang Kristen secara pribadi dalam hal 

kewajiban-kewajiban mereka. Kata penghubung namun  di sini 

menunjuk kembali kepada guru-guru sesat, yang menyemburkan 

dongeng-dongeng, hal-hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat. 

Berlawanan dengan mereka, katanya, “namun  engkau, beritakan-

lah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat, yang sesuai 

dengan firman, yang murni dan tidak bercela, yang menyehatkan 

dan menguatkan bagi kehidupan kekal.” Perhatikanlah, 

1. Ajaran yang benar dari Injil adalah ajaran yang sehat, isinya 

baik dan berguna. Ajaran-ajaran itu sendiri baik dan kudus, 

dan membuat orang-orang yang mempercayainya baik dan ku-

dus juga. Ajaran-ajaran itu membuat mereka layak dan berse-

mangat melayani Allah. 

2. Hamba-hamba Tuhan harus berhati-hati supaya hanya meng-

ajarkan kebenaran-kebenaran yang demikian. Jika percakap-

an biasa orang Kristen saja harus tidak kotor, baik untuk mem-

bangun, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih 

karunia (Ef. 4:29), terlebih lagi khotbah hamba-hamba Tuhan 

haruslah seperti itu. Demikianlah Rasul Paulus menasihati 

Titus secara umum, dan lalu, 

II. Secara khusus dan rinci dia menyuruh Titus supaya mengguna-

kan ajaran yang sehat ini untuk secara khusus mengajari bebe-

rapa macam orang, dari ayat 2-10. Hamba-hamba Tuhan tidak 

boleh membicarakan hal-hal hanya secara umum, namun  harus 

membagi-bagikan ajaran itu kepada setiap orang sesuai bagian-

nya, yang sesuai dengan umurnya, atau tempatnya, atau keadaan 

hidupnya. Pengajaran mereka harus rinci dan mudah dilaksana-

kan. Mereka harus mengajar orang-orang tentang kewajiban me-

reka, dan harus mengajar semua dan setiap orang tentang kewa-

jibannya. Inilah sebuah petunjuk kristiani yang sangat unggul, 

Surat Titus 2:1-10 

 759 

sesuai untuk orang tua dan orang muda, untuk laki-laki dan pe-

rempuan, untuk si pengkhotbah sendiri dan untuk hamba-hamba 

Tuhan. 

1. Untuk laki-laki yang tua. Sebagian orang mengartikan laki-laki 

yang tua sebagai para penatua berdasar  jabatannya, ter-

masuk diaken-diaken, dan sebagainya. namun  ini lebih tepat 

diartikan sebagai tua dalam hal umur. Murid-murid Kristus 

yang tua harus menjaga tingkah laku mereka dalam segala hal 

sesuai dengan ajaran kristiani. Laki-laki yang tua hendaklah 

hidup sederhana, janganlah berpikir bahwa kemerosotan tu-

buh jasmani, yang mereka rasakan di usia tua, bisa memberi 

mereka alasan untuk berbuat melewati batas dan tidak perlu 

sabar, padahal hal-hal demikian perlu mereka atasi. Mereka 

harus menjaga batas-batas dalam berbagai hal, baik untuk 

kesehatan maupun kepantasan, untuk nasihat dan teladan 

bagi orang-orang yang lebih muda. Terhormat, sikap sembrono 

atau main-main tidak pantas bagi siapa pun, namun  terutama 

bagi orang-orang yang tua. Mereka seharusnya sabar dan te-

nang, terhormat dalam kebiasaan, perkataan, dan tingkah 

laku. Terlalu menyolok dalam berpakaian, ceroboh dan som-

bong dalam bertingkah laku, betapa tidak pantasnya pada 

umur mereka! Bijaksana (KJV: dapat mengendalikan diri), 

tenang dan hati-hati, orang yang mengendalikan dengan baik 

keinginan dan kesenangan-kesenangannya, sehingga tidak 

mudah terdorong olah hal-hal tersebut untuk melakukan apa 

pun yang jahat atau tidak pantas. Sehat dalam iman, tulus 

dan setia, tetap berpegang kepada kebenaran Injil, tidak ter-

gila-gila pada hal-hal baru, ataupun mudah bergabung dengan 

pandangan-pandangan atau kelompok-kelompok yang rusak, 

ataupun dialihkan oleh dongeng-dongeng atau adat istiadat 

Yahudi atau kepikunan rabi mereka. Orang-orang yang ber-

umur banyak seharusnya memiliki banyak kemurahan hati 

dan kebaikan, batinnya semakin diperbaharui dan lebih 

diperbaharui lagi sementara tubuhnya mengalami kemerosot-

an. Dalam kebaikan kepada sesama. Ini cocok digabungkan 

dengan iman, yang bekerja dengan kasih, dan harus terlihat 

dalam kasih, yaitu kasih kepada Allah dan manusia, serta 

sehat di dalamnya. Kasih itu harus merupakan kasih yang 

tulus, tanpa kepura-puraan, yaitu kasih kepada Allah sebab  


 760

diri-Nya sendiri, dan kepada manusia demi Allah. Kewajiban-

kewajiban dari loh batu kedua harus dilakukan berdasar  

kewajiban-kewajiban dari loh batu pertama. Kasih kepada ma-

nusia sebagai umat manusia, dan kepada orang-orang kudus 

sebagai orang-orang yang sangat unggul di bumi, yang atas 

mereka kita harus bersukacita. Dan kasih itu harus setiap 

saat, dalam kesengsaraan maupun kemakmuran. Jadi harus 

ada sikap yang sehat di dalam kebaikan atau kasih. Dan 

dalam ketekunan (KJV: kesabaran). Orang-orang yang sudah 

tua cenderung rewel, banyak mengeluh, dan mudah marah, 

dan oleh sebab  itu perlu waspada terhadap kelemahan-kele-

mahan dan godaan-godaan seperti itu. Iman, kasih, dan kesa-

baran adalah tiga anugerah kristiani yang utama, dan menjadi 

sehat di dalam hal-hal ini merupakan kesempurnaan Injil. Ada 

kesabaran dalam bertekun dan kesabaran dalam menunggu, 

keduanya harus dipelihara. Sabar menghadapi perbuatan-per-

buatan jahat dengan cara yang pantas, dan dengan puas 

mengharapkan yang baik sampai kita layak untuk mendapat-

kannya, dan sampai itu diberikan kepada kita, dengan men-

jadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran 

mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah. Demikian-

lah mengenai laki-laki yang tua. 

2. Untuk perempuan-perempuan yang tua. Mereka ini juga harus 

diajarkan dan diperingatkan. Sebagian orang mengartikan pe-

rempuan-perempuan yang tua ini sebagai diaken-diaken pe-

rempuan, yang kebanyakan ditugaskan untuk mengurus 

orang miskin dan merawat orang sakit, namun  lebih baik diarti-

kan (sebagaimana kami menerjemahkannya) sebagai semua 

perempuan tua pemeluk iman Kristen. Mereka harus hidup 

sebagai orang-orang beribadah: baik laki-laki maupun perem-

puan harus menyelaraskan tingkah laku mereka dengan peng-

akuan iman mereka. Kebajikan-kebajikan yang disebutkan 

sebelumnya itu (kesederhanaan, perilaku terhormat, kebijak-

sanaan, sehat dalam iman, kasih kepada sesama, dan ketekun-

an), yang dianjurkan kepada laki-laki yang tua, tidak hanya 

pantas untuk mereka saja, namun  juga dapat diterapkan ke-

pada kedua jenis kelamin, dan harus diperhatikan oleh perem-

puan-perempuan tua seperti halnya laki-laki. Kaum perem-

puan harus mendengarkan dan mempelajari kewajiban mereka 

Surat Titus 2:1-10 

 761 

dari firman, seperti halnya laki-laki. Tidak ada satu jalan kese-

lamatan untuk satu jenis kelamin atau semacamnya, dan satu 

jalan keselamatan lainnya untuk jenis kelamin yang lainnya, 

melainkan keduanya harus mempelajari dan menerapkan hal-

hal yang sama, baik sebagai orang-orang yang tua maupun 

sebagai orang Kristen. Kebajikan-kebajikan dan kewajiban-ke-

wajiban tersebut bersifat umum. Demikian juga (seperti halnya 

laki-laki) perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka 

hidup sebagai orang-orang beribadah. Atau seperti yang sepan-

tasnya dan layak untuk orang-orang kudus, seperti yang mere-

ka akui mengenai diri mereka dan seperti yang seharusnya, 

dengan menjaga kelakukan yang baik dan saleh dan kepantas-

an dalam berpakaian dan bersikap, dalam penampilan dan 

perkataan, dan seluruh tingkah laku mereka. Dan ini bermula 

dari pegangan dan kebiasaan kudus di dalam batin, yang 

mempengaruhi dan mengatur perilaku lahiriah setiap saat. 

Perhatikanlah, walaupun ayat Alkitab yang jelas tidak ditemu-

kan, atau tidak dapat diajukan, untuk setiap perkataan, atau 

penampilan, atau kebiasaan secara khusus, namun ada 

ketentuan-ketentuan umum yang mana segala sesuatu harus 

diatur sesuai dengannya, seperti 1 Korintus 10:31, lakukanlah 

semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Dan Filipi 4:8, semua 

yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang 

suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua 

yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya 

itu. Dan di sini, segala sesuatu apa pun yang sesuai atau tidak 

sesuai dengan kekudusan membentuk suatu ukuran dan 

aturan tingkah laku yang harus diperhatikan. Jangan mem-

fitnah, mē diabolous, Jangan menjadi pemfitnah atau penabur 

perselisihan, dengan mencemarkan nama baik dan menjelek-

jelekkan sesama mereka. Ini suatu kesalahan yang besar dan 

terlalu umum terjadi. Bukan hanya senang bicara, namun 

membicarakan hal-hal buruk, mengenai orang-orang, dan me-

mecah-belah teman-teman akrab. Seorang pemfitnah adalah 

orang yang lidahnya dinyalakan oleh api neraka. Begitu ba-

nyak, dan begitu segera, orang-orang ini melakukan pekerjaan 

Iblis, sehingga sebab nya nama Iblis diberikan kepada orang-

orang seperti itu. Ini adalah dosa yang bertentangan dengan 

kewajiban-kewajiban agung, yaitu kasih, keadilan, dan per-


 762

samaan hak antara satu sama lain. Dosa ini sering kali lahir 

dari kedengkian dan kebencian, atau iri hati, dan alasan-alas-

an jahat semacam itu, yang harus dihindari juga seperti aki-

batnya. Jangan menjadi hamba anggur. Kata tersebut menun-

jukkan kecanduan sedemikian rupa sehingga berada di bawah 

kekuatan dan kekuasaan anggur atau minuman keras. Ini 

tidak pantas dan buruk sekali pada siapa pun, namun  terutama 

pada jenis kelamin dan usia ini, dan terlalu banyak ditemui di 

antara orang-orang Yunani di masa dan tempat itu. Betapa 

tidak sopan dan memalukannya, merusak dan menghancur-

kan kemurnian tubuh dan pikiran! Sungguh teladan dan 

kecenderungan yang sangat buruk, tidak pantas untuk hal 

yang sudah pasti merupakan tugas ibu-ibu yang sudah tua, 

yaitu cakap mengajarkan hal-hal yang baik! Bukan menjadi 

pengkhotbah-pengkhotbah di hadapan orang banyak, yang 

dilarang (1Kor. 14:34, Perempuan-perempuan harus berdiam