alam per-
tobatan, mereka mencurahkan hati di hadapan Tuhan.
Mereka mencucurkan air mata yang membanjir, dan
meratap dengan tangisan yang saleh, sebab mereka
melakukannya di hadapan Tuhan dengan mata tertuju
kepada-Nya.
[2] Doa dan permohonan mereka yang paling tulus kepada
Allah memohon belas kasihan. Dalam doa, isi hati
dicurahkan di hadapan Allah (Mzm. 62:9).
[3] Pembaharuan mereka yang menyeluruh. Dengan cara
itu, orang Israel menyatakan kemauan mereka untuk
meninggalkan segala dosa mereka, dan untuk tidak lagi
mempertahankan kesukaan atau kenikmatan akan
dosa seperti bejana menikmati air yang dicurahkan ke
dalamnya. Bangsa itu bebas dan penuh dalam pengaku-
an dosa mereka, serta mantap dalam keputusan mereka
untuk membuang segala durhaka mereka. Kini Israel
telah dibasuh dari berhala-berhala mereka, demikian
kata Dr. Lightfoot.
[4] Sebagian penafsir beranggapan bahwa pencurahan air
itu menandakan sukacita mereka dalam pengharapan
akan belas kasihan Allah yang telah Samuel yakinkan
kepada mereka. Upacara ini dipakai dengan makna
ini pada hari raya Pondok Daun (Yoh. 7:37-38;
lihat juga Yes.12:3). Memahami hal ini dalam pengertian
ini , maka ayat ini seharusnya dibaca, mere-
ka menimba air sesudah berpuasa. Dalam perendahan
diri mereka itulah orang Israel menyatakan pengharap-
an mereka akan pengampunan dan perdamaian.
(2) Mereka berpuasa, menjauhkan diri dari makanan, berduka-
cita, dan dengan demikian menyatakan pertobatan dan
bakti yang penuh semangat.
(3) Mereka membuat pemakluman: Kami telah berdosa kepada
TUHAN, dengan demikian orang Israel itu memberikan ke-
muliaan kepada Allah sekaligus menanggungkan aib kepa-
da diri mereka sendiri. Jika kita mengakui dosa-dosa kita,
kita akan melihat bahwa Allah kita yaitu setia dan adil,
sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita.
3. Pada waktu itu, Samuel menghakimi orang Israel di Mizpa,
yaitu, dalam nama Allah, ia meyakinkan mereka akan mene-
rima pengampunan dosa saat mereka bertobat, dan bahwa
Allah sudah berdamai dengan mereka. Itu merupakan peng-
hakiman untuk memberikan pengampunan. Atau mungkin
juga, Samuel menerima pemberitahuan tentang orang-orang
yang tidak meninggalkan berhala-berhala mereka, dan ia pun
menghakimi mereka sesuai dengan hukum Taurat. Ia meng-
hakimi orang yang tidak mau menghakimi dirinya sendiri.
Atau, Samuel waktu itu menegakkan mahkamah peradilan di
antara mereka, dan menetapkan ketentuan dan tempatnya,
yang ia jalankan di kemudian hari sesudah itu (ay. 16). Seka-
rang Ia mulai mengatur tata aturan pelaksanaan peradilan,
dan mulai berperan sebagai hakim untuk mencegah orang
Israel kembali mengulangi dosa-dosa yang saat ini tampaknya
telah mereka tinggalkan.
Orang Israel Diserang oleh Filistin;
Doa Syafaat Samuel untuk Israel
(7:7-12)
7 saat didengar orang Filistin, bahwa orang Israel telah berkumpul di
Mizpa, majulah raja-raja kota orang Filistin mendatangi orang Israel. Serta
didengar orang Israel demikian, maka ketakutanlah mereka terhadap orang
Filistin. 8 Lalu kata orang Israel kepada Samuel: “Janganlah berhenti berseru
bagi kami kepada TUHAN, Allah kita, supaya Ia menyelamatkan kami dari
tangan orang Filistin itu.” 9 Sesudah itu Samuel mengambil seekor anak
domba yang menyusu, lalu mempersembahkan seluruhnya kepada TUHAN
sebagai korban bakaran. Dan saat Samuel berseru kepada TUHAN bagi
orang Israel, maka TUHAN menjawab dia. 10 Sedang Samuel mempersembah-
kan korban bakaran itu, majulah orang Filistin berperang melawan orang
Israel. namun pada hari itu TUHAN mengguntur dengan bunyi yang hebat ke
atas orang Filistin dan mengacaukan mereka, sehingga mereka terpukul
kalah oleh orang Israel. 11 Keluarlah orang-orang Israel dari Mizpa, mengejar
orang Filistin itu dan memukul mereka kalah sampai hilir Bet-Kar. 12 Kemudian
Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana;
ia menamainya Eben-Haezer, katanya: “Sampai di sini TUHAN menolong kita.”
Di sini diceritakan,
I. Orang Filistin menyerbu Israel (ay. 7), sebab jengkel dengan per-
temuan orang Israel untuk bertobat dan berdoa itu, seolah-olah
itu yaitu pertemuan untuk perang. Jika memang demikian
adanya, mereka berpikir yaitu bijaksana untuk keluar berperang
di luar negeri mereka sendiri. Mereka tidak memiliki alasan yang
tepat untuk kecurigaan ini. Namun, orang yang berusaha menda-
tangkan onar kepada pihak lain akan cepat sekali mengira bahwa
pihak lain sedang merancangkan keonaran atas mereka. Nah,
lihatlah di sini,
1. Betapa kejahatan terkadang tampaknya timbul dari kebaikan.
Pertemuan agamawi bangsa Israel di Mizpa mendatangkan
masalah atas mereka dari orang Filistin, dan mungkin hal itu
membuat bangsa Israel tergoda untuk berharap kalau saja
tadinya mereka tetap tinggal di rumah. Mungkin juga mereka
ingin menyalahkan Samuel sebab telah memanggil mereka
berkumpul. Akan namun , memang bisa saja kita berada di jalan
Allah dan tetap menjumpai kesusahan. Bahkan, saat orang
berdosa mulai bertobat dan memperbaharui diri, mereka harus
siap bila Iblis menghimpun seluruh kekuatannya menentang
mereka, dan memasang seluruh senjatanya untuk melawan
dan melemahkan orang itu sehebat-hebatnya. Namun,
2. Betapa kebaikan pada akhirnya muncul dari kejahatan ter-
sebut. Orang Israel tidak pernah terancam seperti pada saat
itu, yakni saat mereka sedang bertobat dan berdoa, dan
mereka tidak mempersiapkan diri menghadapi musuh seperti
waktu-waktu sebelumnya. Di lain pihak, orang Filistin belum
pernah bertindak kurang ajar seperti pada saat itu, yakni
mengadakan perang terhadap Israel pada waktu mereka se-
dang berdamai dengan Allah. Namun, Allah mengizinkan orang
Filistin melakukannya, supaya segera ada kesempatan bagi
Dia untuk memahkotai pembaharuan diri umat-Nya itu de-
ngan bukti perkenanan-Nya. Juga untuk mengukuhkan per-
kataan nabi-Nya yang telah meyakinkan bangsa Israel bahwa
jika mereka bertobat, Allah akan melepaskan mereka dari
tangan orang Filistin. Demikianlah Allah membuat angkara
manusia dan rancangan jahat musuh umat-Nya menjadi puji-
pujian bagi-Nya dan menggunakannya untuk menggenapkan
tujuan kasih karunia-Nya kepada umat-Nya (Mi. 4:11-12).
II. Dalam kesesakan ini, Israel melekat erat kepada Samuel sebagai
sahabat mereka di dalam Allah. Meskipun ia bukan tentara, juga
tidak pernah dipuji sebagai orang yang gagah perkasa, namun
sebab Israel ketakutan terhadap orang Filistin yang mereka
anggap sebagai lawan yang tidak sepadan, mereka pun memohon-
kan doa-doa Samuel untuk mereka: Janganlah berhenti berseru
bagi kami kepada TUHAN (ay. 8). Pada waktu itu, mereka tidak
bersenjata, tidak siap berperang. Mereka berkumpul untuk ber-
puasa dan berdoa, bukan untuk berperang. Oleh sebab itu, doa
dan air mata menjadi satu-satunya senjata yang sekarang tersedia
bagi banyak orang itu. Di dalamnya mereka memiliki jalan keluar.
Dan, mengetahui bahwa Samuel sangat diperkenan di sorga, de-
ngan tulus hati mereka pun memohon agar dia memanjatkan per-
mohonan bagi mereka. Orang Israel memiliki alasan untuk meng-
harapkan hal ini , sebab Samuel telah berjanji akan berdoa
untuk mereka (ay. 5), serta telah menjanjikan kelepasan dari
tangan orang Filistin (ay. 3). Lagi pula orang Israel telah menaati
Samuel dalam segala hal yang ia sampaikan kepada mereka dari
Tuhan. Demikianlah orang yang dengan tulus hati menundukkan
diri kepada Kristus sebagai pemberi hukum dan hakim tidak perlu
ragu akan mendapat perkenanan Allah melalui kepengantaraan-
Nya. Orang Israel sangat risau agar Samuel tidak berhenti berdoa
bagi mereka: segala persiapan perang dapat mereka usahakan,
namun biarlah Samuel terus-menerus berdoa, mungkin sebab
mengingat bahwa saat Musa menurunkan tangannya sedikit saja,
orang Amalek menang. Oh, betapa ini merupakan penghiburan
bagi semua orang percaya, bahwa Sang Juru syafaat kita yang
agung di atas sana tidak pernah berhenti, tidak pernah diam, se-
bab Ia senantiasa menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita!
III. Samuel menjadi pengantara kepada Allah bagi bangsa Israel, dan
ia melakukannya dengan mempersembahkan korban (ay. 9). Ia
mengambil seekor anak domba yang menyusu dan mempersem-
bahkannya sebagai korban bakaran, korban yang dibakar seluruh-
nya kepada Tuhan. Sementara korban itu sedang terbakar, ber-
sama asapnya doa-doa Samuel pun naik ke sorga. Cermatilah,
1. Samuel memanjatkan doa syafaat dengan korban persembah-
an. Kristus menjadi perantara berkat korban diri-Nya sendiri
untuk menebus dosa, dan sebab itu dan dalam segala doa,
kita harus memandang pada pengorbanan-Nya yang besar itu
supaya doa kita didengar dan diterima Allah. Persembahan
korban Samuel tanpa dibarengi dengan doanya hanya akan
menjadi bayang-bayang kosong. Sebaliknya, doa tanpa persem-
bahan korban tidak akan berhasil juga. Hal ini mengajarkan
kepada kita, betapa kita dapat mengharapkan hal-hal besar
apa pun dari Allah sebagai jawaban atas doa, saat kita me-
manjatkan doa kita dengan iman akan pengorbanan Kristus.
2. Persembahan Samuel itu yaitu korban bakaran, yang murni
dipersembahkan untuk kemuliaan Allah, yang sangat meng-
isyaratkan bahwa permohonan besar yang dipanjatkannya itu
sungguh bergantung pada kehormatan Allah. “TUHAN, demi
nama-Mu sendiri, tolonglah umat-Mu pada saat ini.” saat
kita berupaya keras untuk memuliakan Allah, kita boleh ber-
harap bahwa Dia, dalam menjawab doa kita, akan bekerja
demi kemuliaan-Nya sendiri.
3. Persembahan Samuel yaitu anak domba yang menyusu, se-
bab Allah lebih melihat ketulusan dan maksud hati kita dari-
pada ukuran maupun jumlah persembahannya. Anak domba
ini yang melambangkan Anak Domba Allah, lebih diterima
daripada ribuan domba atau lembu jantan yang diberikan
tanpa iman dan doa. Samuel bukan seorang imam, namun ia
keturunan Lewi sekaligus seorang nabi. Ini yaitu perkara
yang luar biasa, dan apa yang dilakukannya saat itu mendapat
pengarahan khusus dari Allah, dan sebab itu diterima oleh
Allah. Ini merupakan teguran terhadap para imam, kepada
mereka telah mencemari diri sendiri.
IV. Allah memberikan jawaban yang penuh dengan kemurahan hati-
Nya atas doa Samuel (ay. 9): TUHAN menjawab dia. Dia yaitu
Samuel, yang diminta dari Allah, dan banyaklah belas kasihan
yang Allah berikan kepada seorang Samuel sebagai jawaban doa.
Para pendoa seharusnya dikenal sebab berdoa, seperti Samuel di
antara orang-orang yang menyerukan nama-Nya (Mzm. 99:6).
Jawaban atas doanya merupakan jawaban yang sungguh nyata:
orang Filistin dipermalukan (ay. 10-11), dikacaukan sepenuhnya.
Dengan cara seperti ini, doa Samuel, kuasa Allah, dan kekuatan
Israel sangat ditinggikan.
1. Doa Samuel dihormati, sebab tepat pada saat ia mempersem-
bahkan korban bersama dengan doanya, pertempuran dimulai,
dan dengan cepat berbalik melawan orang Filistin. Demikian-
lah, saat ia masih berbicara, Allah sudah mendengarkannya,
dan menjawab dengan guntur (Yes. 65:24). Allah menunjukkan
bahwa doa dan persembahan Samuellah yang Ia hormati, dan
dengan demikian Ia membuat orang Israel tahu bahwa seperti
dalam urusan sebelumnya dengan orang Filistin, Ia telah meng-
hajar mereka atas keyakinan mereka yang pongah di tengah
kehadiran tabut TUHAN yang dipikul oleh dua orang imam
yang cemar, demikianlah sekarang Ia dengan penuh kemurah-
an menerima kebergantungan mereka yang rendah hati di da-
lam doa pernyataan iman dari mulut dan hati seorang nabi
yang saleh.
2. Kuasa Allah sangat dihormati, sebab Ia sendiri turun tangan
melakukannya. Ia mengacaukan orang Filistin, bukan dengan
batu-batu besar yang bisa membuat mereka terbunuh (misal-
nya Yos. 10:11), melainkan dengan guruh yang dahsyat yang
menakutkan orang-orang itu hingga merasa ngeri dan kebi-
ngungan sampai menjadi lumpuh. Maka, orang-orang Filistin
itu pun menjadi mangsa empuk bagi pedang Israel, dikacau-
kan dan dipukul kalah. Sejarawan Yosefus menambahkan,
bahwa terjadi gempa bumi saat orang-orang Filistin meng-
adakan serangan pertama, dan di banyak tempat, tanah ter-
buka menelan mereka, dan bahwa selain kengerian akibat
guruh tadi, wajah dan tangan mereka juga hangus tersambar
petir, sehingga memaksa mereka untuk berbalik melarikan
diri. sebab dihalau sampai lari tunggang-langgang oleh ta-
ngan Allah sendiri (yang tidak mereka takuti seperti ketakutan
mereka terhadap tabut-Nya dahulu [4:7]), maka,
3. Bala tentara Israel menerima kehormatan. Mereka dipakai
untuk menggenapkan kemenangan, serta merasakan kepuas-
an sebab telah menang atas para penindas mereka: Orang-
orang Israel mengejar orang Filistin itu dan memukul mereka
kalah. Betapa cepatnya mereka merasakan manfaat dari per-
tobatan, pembaharuan, dan kembalinya mereka kepada Allah!
Kini, sesudah orang Israel berpegang pada Allah, tidak ada satu
pun musuh yang dapat bertahan di hadapan mereka.
V. Samuel mendirikan tugu peringatan sebagai ucapan syukur atas
kemenangan ini, bagi kemuliaan Allah dan sebagai penyemangat
bagi Israel (ay. 12). Ia membangun Eben-Haezer, batu pertolongan.
Jika hati umat yang keras suatu saat nanti kehilangan keyakinan
akan penyelenggaraan Allah, maka batu ini akan membangkitkan
kembali kenangan akan hal ini dan membuat mereka ber-
syukur, atau tetap menjadi saksi yang berdiri menentang sikap
mereka yang tidak tahu terima kasih.
1. Tugu peringatan ini didirikan di tempat yang sama di mana
orang Israel pernah terpukul kalah oleh Filistin dua puluh
tahun yang lalu, yaitu di dekat Eben-Haezer (4:1). Dosa yang
menimbulkan kekalahan itu diampuni sebab pertobatan
mereka, dan pengampunan ini dimeteraikan oleh keme-
nangan yang jaya ini tepat di tempat mereka pernah meng-
alami kekalahan (lih. Hos. 1:10).
2. Samuel sendiri turun tangan untuk mendirikan tugu peringat-
an ini. Lewat doa, dia telah menjadi alat untuk mendapatkan
belas kasihan itu, oleh sebab itu, ia merasa dirinya berkewa-
jiban untuk membuat pengakuan penuh ucapan syukur atas
hal ini .
3. Samuel memberikan nama tugu itu dengan “Sampai di sini
TUHAN menolong kita.” Dengan nama ini ia mengucap syukur
atas apa yang telah terjadi, memberikan kemuliaan kemenang-
an ini hanya kepada Allah yang telah memberikan
kemenangan itu di samping kemurahan-kemurahan-Nya yang
terdahulu. Akan namun , Samuel juga berbicara tentang masa
depan dengan sedikit keraguan, “Sampai di sini segala sesuatu
telah berjalan dengan baik, namun kita tidak tahu apa yang
akan Allah lakukan kemudian, supaya kita berserah kepada-
Nya. Akan namun , marilah kita memuji Dia atas apa yang telah
Ia perbuat.” Perhatikanlah, permulaan belas kasihan dan kele-
pasan harus kita akui dengan rasa syukur selama kita mene-
rimanya, meskipun mungkin belum sepenuhnya, bahkan,
sekalipun persoalannya tampak tidak pasti. Oleh pertolongan
Allah aku dapat hidup sampai sekarang, kata Paulus yang
terberkati itu (Kis. 26:22).
Kekalahan Orang Filistin
(7:13-17)
13 Demikianlah orang Filistin itu ditundukkan dan tidak lagi memasuki
daerah Israel. Tangan TUHAN melawan orang Filistin seumur hidup Samuel,
14 dan kota-kota yang diambil orang Filistin dari pada Israel, kembali pula
kepada Israel, mulai dari Ekron sampai Gat; dan orang Israel merebut daerah
sekitarnya dari tangan orang Filistin. Antara orang Israel dan orang Amori
ada damai. 15 Samuel memerintah sebagai hakim atas orang Israel seumur
hidupnya. 16 Dari tahun ke tahun ia berkeliling ke Betel, Gilgal dan Mizpa,
dan memerintah atas orang Israel di segala tempat itu, 17 lalu ia kembali ke
Rama, sebab di sanalah rumahnya dan di sanalah ia memerintah atas orang
Israel; dan di sana ia mendirikan mezbah bagi TUHAN.
Di sini, terdapat catatan singkat mengenai kelanjutan pelayanan
Samuel yang baik untuk Israel. sesudah memisahkan bangsanya dari
berhala-berhala dan membawa mereka kembali kepada Allah, Samuel
berhasil membuat mereka mampu menerima manfaat lebih jauh
dengan pelayanannya. sesudah berhasil dalam hal ini , maka
dalam hal lain pun Samuel menjadi berkat yang besar bagi orang
Israel. Meski demikian, Samuel menuliskan kisahnya sendiri dengan
singkat saja. Di sini tidak diceritakan, namun tampak bahwa pada
zaman nabi Samuel, orang Israel memelihara hari raya Paskah lebih
daripada ibadah biasa (2Taw. 35:18), walaupun tabut TUHAN jauh
dari mereka dan Silo telah hancur. Tidak diragukan lagi, banyak
pekerjaan baik yang telah Samuel lakukan bagi Israel, namun di sini
kita hanya diberitahukan betapa ia telah menjadi alat yang baik
dalam,
1. Mempertahankan kedamaian rakyat (ay. 13): “Dalam zamannya,
orang Filistin tidak lagi memasuki daerah Israel, tidak lagi meng-
adakan penyerbuan atau serangan terhadap mereka. Kini orang
Filistin itu melihat bahwa Allah berperang bagi Israel dan tangan-
Nya menentang Filistin. Hal ini membuat mereka diliputi perasaan
takjub dan menahan sisa-sisa kemarahan mereka.” Bagi Israel,
Samuel merupakan seorang pelindung dan penyelamat, bukan
dengan kekuatan pedang, seperti Gideon, juga bukan dengan
tenaga lengan, seperti Simson, namun dengan kuasa doa kepada
Allah dan dengan melaksanakan karya pembaharuan di tengah
rakyat. Agama dan kesalehan yaitu jaminan keamanan terbaik
bagi suatu negara.
2. Memulihkan hak-hak masyarakat (ay. 14). Oleh pengaruh Sa-
muel, Israel memiliki keberanian untuk menuntut kembali kota-
kota yang telah direbut orang Filistin dan lama ditahan dengan
sewenang-wenang. Sementara orang Filistin, sebab tidak berani
melawan pihak yang sangat dikasihi di surga, dengan patuh
tunduk pada permintaan ini . Mereka pun bahkan mengem-
balikan Ekron dan Gat, dua ibu kota, meskipun di kemudian hari
merebutnya kembali. Sebagian penafsir beranggapan bahwa yang
dikembalikan yaitu beberapa kota kecil yang terletak di antara
Ekron dan Gat yang direbut dari tangan Filistin. Semua ini dida-
patkan Israel melalui pembaharuan diri dan agama mereka.
Mereka berkuasa atas musuh mereka dan berhasil dalam usaha-
usaha mereka. Kemudian ditambahkan, Antara orang Israel dan
orang Amori ada damai. Orang Amori yaitu orang Kanaan, sisa-
sisa penduduk asli. Bukan berarti Israel bersekutu dengan mere-
ka, namun orang Kanaan itu tinggal tenang, tidak membuat jahat
terhadap Israel seperti yang terkadang mereka lakukan dahulu.
Demikianlah jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang,
maka musuh orang itu pun didamaikan-Nya dengan dia dan tidak
memberikannya gangguan apa pun (Ams. 16:7).
3. Menata keadilan masyarakat (ay. 15-16): Ia memerintah sebagai
hakim atas orang Israel. Sebagai nabi, ia mengajarkan tanggung
jawab dan menegur rakyat atas dosa-dosa mereka, yang disebut
menghakimi (Yeh. 20:4; 22:2). Musa menghakimi Israel saat ia
memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan kepu-
tusan-keputusan Allah (Kel. 18:16). Demikianlah Samuel mengha-
kimi bangsa Israel sampai saat terakhir, bahkan sesudah Saul di-
angkat menjadi raja, Samuel pun berjanji pada mereka, saat
Saul diurapi (12:23), Aku tidak akan berhenti mengajarkan kepa-
damu jalan yang baik dan lurus. Sebagai hakim, ia menerima
perkara-perkara peradilan dari pengadilan di bawahnya dan men-
jatuhkan keputusan. Ia mengadili dan menghakimi, mengadili
para tahanan dan membebaskan atau menghukum mereka sesuai
dengan hukum Taurat. Inilah yang dia lakukan sepanjang hidup-
nya, hingga ia tua dan pensiun, lalu menyerahkan jabatan kepada
Saul. sesudah itu, Samuel menjalankan kewenangan saat ada
permintaan. Bahkan, ia juga menghakimi Agag serta Saul sendiri.
Akan namun , saat masih berada pada puncaknya, Samuel ber-
keliling demi kesejahteraan negeri, setidaknya di bagian wilayah
yang paling berada di bawah pengaruhnya. Ia memerintah di
Betel, Gilgal, dan Mizpa, semuanya milik suku Benyamin. Namun,
kediaman tetapnya berada di Rama, kota ayahnya. Di situlah ia
menghakimi Israel, dan ke sanalah orang Israel datang kepadanya
dari segala penjuru membawa permasalahan mereka (ay. 17).
4. Menjaga masyarakat tetap menjalankan agama, sebab di tempat
tinggalnya, Samuel mendirikan mezbah bagi TUHAN. Bukan de-
ngan maksud meremehkan mezbah di Nob, di Gibeon, atau di
manapun Kemah Suci berada, namun sebab keadilan pemelihara-
an ilahi telah menanduskan Silo dan belum ada tempat lain yang
dipilih bagi rakyat untuk membawa korban persembahan mereka
(Ul. 12:11). Samuel menghormati hukum Taurat yang membatasi
umat untuk berkumpul di satu tempat, oleh sebab itu, sebagai
nabi sekaligus di bawah pengarahan ilahi, ia berbuat seperti yang
pernah dilakukan bapa-bapa leluhur, yakni membangun mezbah
di tempat tinggalnya. Mezbah itu dipakai baik untuk keluarganya
sendiri maupun untuk kebaikan rakyat seluruh negeri yang
datang kepadanya. Orang-orang besar seharusnya menggunakan
kekayaan, kekuasaan, dan kepentingannya untuk mempertahan-
kan ibadah kepada Allah di tempat tinggal mereka.
PASAL 8
egala sesuatu berjalan dengan sangat baik bagi Israel di dalam
pasal sebelumnya, di bawah kepemimpinan Samuel, sehingga
menurut saya, sungguh menyedihkan bagi kita untuk menemukan
Samuel di dalam pasal ini begitu cepat menua dan melemah, dan
segala sesuatunya bergerak cepat dan berubah. Akan namun , demi-
kianlah adanya bahwa hari-hari baik jarang bertahan lama di tengah
bangsa Israel. Pada pasal ini, kita mendapati,
I. Samuel semakin renta (ay. 1).
II. Anak-anak laki-lakinya semakin merosot moralnya (ay. 2-3).
III. Orang Israel tidak puas dengan kepemimpinan yang ada dan
gelisah akan adanya perubahan, sebab
1. Orang Israel mengajukan permohonan kepada Samuel
untuk mengangkat seorang raja atas mereka (ay. 4-5).
2. Samuel membawa perkara itu kepada Allah (ay. 6).
3. Allah mengarahkan Samuel perihal jawaban yang harus
diberikan kepada orang Israel, yakni berupa teguran (ay.
7-8) dan peringatan, dengan menjabarkan segala dampak
yang akan terjadi oleh sebab perubahan kepemimpinan
ini , dan betapa hidup mereka akan dengan cepat
menjadi sulit saat berada di bawahnya (ay. 9-18).
4. Orang Israel bersikeras menuntut permohonan mereka
dikabulkan (ay. 19-20).
5. Samuel, dengan petunjuk Allah, menjanjikan bahwa per-
mohonan mereka akan segera dikabulkan (ay. 21-22).
Demikianlah sulit bagi orang untuk menyadari keadaan
mereka yang sesungguhnya sudah sejahtera.
Kejahatan Anak-anak Laki-laki Samuel
(8:1-3)
1 sesudah Samuel menjadi tua, diangkatnyalah anak-anaknya laki-laki men-
jadi hakim atas orang Israel. 2 Nama anaknya yang sulung ialah Yoel, dan
nama anaknya yang kedua ialah Abia; keduanya menjadi hakim di Bersyeba.
3 namun anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar
laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan.
Ada dua hal menyedihkan kita jumpai dalam perikop di atas, walau-
pun tidaklah aneh hal seperti ini:
1. Seorang manusia yang berbudi baik dan berguna menjadi se-
makin tua dan tidak lagi mampu melayani (ay. 1): Samuel menjadi
tua, sehingga tidak mampu menghakimi Israel seperti yang telah
dilakukannya sebelumnya. Pada saat ini, tidak tampak bahwa
usianya sudah melampaui enam puluh tahun. Memang mungkin
tidak setua itu, namun ia yaitu seorang insan yang sejak dini
sudah dipakai Tuhan, penuh dengan segala pertimbangan dan
perhatian semasa ia kecil, sehingga ini mungkin mempercepat
kelemahan akibat penuaan yang dideritanya. Buah yang paling
pertama kali matang biasanya menjadi yang paling buruk. Samuel
telah menghabiskan tenaga dan rohnya berjerih payah demi ke-
pentingan masyarakat, dan kini, jika ia berpikir ia dapat meng-
giatkan dirinya sendiri seperti pada saat-saat lainnya, salahlah ia,
sebab usia tua telah merontokkan rambutnya. Orang yang ber-
ada di masa-masa unggul usianya seharusnya sibuk mengerjakan
pekerjaan yang berkaitan dengan hidup, sebab seiring bertam-
bahnya tahun, mereka akan menemukan diri tidak mempunyai
kesempatan dan tidak mampu untuk mengerjakannya lagi.
2. Anak-anak dari seorang manusia yang berbudi baik hidup me-
nyimpang dan tidak berjalan menurut jalan ayahnya. Samuel
telah memberi anak-anak laki-lakinya pendidikan yang sangat
baik, dan mereka telah memberinya harapan yang sangat men-
janjikan dengan perbuatan mereka yang baik. Mereka pun telah
memperoleh nama yang sangat harum di Israel, sehingga Samuel
mengangkat mereka menjadi hakim, para pembantunya untuk
sementara waktu, dan sesudah itu menjadi wakilnya di Bersyeba,
yang terletak jauh dari Rama (ay. 2). Kemungkinan negeri-negeri
di bagian selatan mengajukan permohonan agar anak-anak laki-
laki Samuel dapat tinggal di sana, supaya mereka tidak perlu
berjalan jauh jika hendak membawa perkara mereka. Kita dapat
meyakini bahwa Samuel memberikan amanat kepada mereka
bukan atas dasar bahwa mereka yaitu anak-anak laki-lakinya.
Dia tidak berhasrat besar untuk menjaga kepemimpinan Israel
tetap berada di dalam keluarganya, seperti halnya Gideon, namun
atas dasar, dari yang terlihat jelas, bahwa mereka yaitu orang-
orang yang sangat layak dipercaya. Tidak ada orang lain yang
lebih pantas untuk menenteramkan sang hakim yang sudah
menua, dan menanggalkan beban dari atas bahunya, selain
(coeteris paribus – dengan menganggap segala hal lainnya setara)
anak-anak laki-lakinya sendiri, yang tidak ayal lagi dihormati
sebab nama ayah mereka, dan. Selain itu, dengan segenap
keuntungan yang sudah dimiliki saat memulai jabatan, mereka
mungkin akan menjadi orang-orang besar dalam waktu singkat
andai kata mereka tetap menjadi orang baik. Akan namun , celaka!
Anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya (ay. 3). saat
perangai mereka berkebalikan dengan ayahnya, maka hubungan
mereka dengan sosok yang sangat luhur itu, yang sesungguhnya
dapat menjadi kehormatan bagi mereka, malah menjadi aib bagi
mereka. Degeneranti genus opprobrium – Garis keturunan yang
baik menjadi cela bagi insan yang menyimpang dari padanya.
Catatlah, bahkan orang-orang yang memiliki kehormatan besar
bagi diri mereka sendiri tidak dapat mewariskan kehormatan itu
bagi anak-anak mereka. Orang-orang baik kerap kali dirundung
rasa sedih saat menyaksikan keturunan mereka tidak mengikuti
jalan yang mereka tempuh melainkan malah menginjak-injaknya,
dan, seperti kata Ayub, membongkar jalan mereka. Bahkan, ba-
nyak orang yang telah mengawali pelayanan mereka dengan sa-
ngat baik, sangat menjanjikan, dan berangkat di jalan yang benar,
sehingga para orangtua dan sahabat menaruh harapan luar biasa
pada mereka, di kemudian hari malah berbalik dan menyimpang
jalan, mendatangkan kesedihan bagi orang-orang yang seharus-
nya memperoleh sukacita dari mereka. saat anak-anak laki-laki
Samuel diangkat menjadi hakim-hakim dan ditempatkan di
tempat yang jauh dari dirinya, tabiat mereka yang sesungguhnya
pun muncul. Demikianlah,
(1) Banyak orang yang telah mengenyam pendidikan dengan
sangat baik dan berperilaku sangat luhur selama berada di
bawah pengawasan orangtua mereka, saat beranjak pergi ke
dalam dunia dan berdiri sendiri, berubah menjadi orang-orang
berperilaku buruk. Maka dari itu, biarlah tidak ada seorang-
pun yang mengandalkan dirinya atau kepunyaannya sendiri,
melainkan hanya bergantung pada anugerah Allah.
(2) Banyak orang yang berhasil hidup baik di tengah keadaan
sederhana dan penuh kepasrahan, menjadi dimanjakan oleh
jabatan dan kekuasaan. Kehormatan mengubah hati manusia,
kerap kali menuju ke arah yang lebih buruk. Memang tidak
tampak bahwa anak-anak laki-laki Samuel berperilaku sebejat
dan sekeji anak-anak laki-laki Eli, namun , apa pun yang mere-
ka lakukan, mereka tetap merupakan hakim-hakim yang ru-
sak moralnya sebab mereka mengejar laba, mengejar Mamon
yang tidak jujur, demikian ditafsirkan dalam Alkitab bahasa
Aram. Perhatikanlah, akar segala kejahatan yaitu cinta uang.
Dampak yang timbul sungguh merugikan, khususnya bagi
para hakim. Samuel sekalipun tidak pernah menerima suap
(12:3), namun anak-anak laki-lakinya menerima suap, meski
Samuel tidak ayal lagi telah memperingatkan mereka akan hal
itu saat ia mengangkat mereka menjadi hakim-hakim, dan
sebab suap itu, mereka pun memutarbalikkan keadilan. Di
dalam memutuskan persengketaan, mereka melihat kepada
suap, bukan kepada hukum, dan menanyakan siapa yang
mengajukan penawaran paling tinggi, bukan siapa yang memi-
liki kebenaran di pihaknya. Sungguh menyedihkan bagi suatu
masyarakat saat keadilan sosial, yang seharusnya memberi
keadilan, malah dibengkokkan dan menghasilkan kerugian
terbesar bagi mereka.
Orang Israel Menghendaki Seorang Raja,
Jawaban Allah kepada Israel, dan Orang Israel
Bersikeras untuk Memiliki Seorang Raja
(8:4-22)
4 Sebab itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada
Samuel di Rama 5 dan berkata kepadanya: “Engkau sudah tua dan anak-
anakmu tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja
atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain.”
6 Waktu mereka berkata: “Berikanlah kepada kami seorang raja untuk meme-
rintah kami,” perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel
kepada TUHAN. 7 TUHAN berfirman kepada Samuel: “Dengarkanlah perkata-
an bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab
bukan engkau yang mereka tolak, namun Akulah yang mereka tolak, supaya
Kitab 1 Samuel 8:4-22
151
jangan Aku menjadi raja atas mereka. 8 Tepat seperti yang dilakukan mereka
kepada-Ku sejak hari Aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari
ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada allah lain, demikianlah
juga dilakukan mereka kepadamu. 9 Oleh sebab itu dengarkanlah permintaan
mereka, hanya peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh dan beri-
tahukanlah kepada mereka apa yang menjadi hak raja yang akan memerin-
tah mereka.” 10 Dan Samuel menyampaikan segala firman TUHAN kepada
bangsa itu, yang meminta seorang raja kepadanya, 11 katanya: “Inilah yang
menjadi hak raja yang akan memerintah kamu itu: anak-anakmu laki-laki
akan diambilnya dan dipekerjakannya pada keretanya dan pada kudanya,
dan mereka akan berlari di depan keretanya; 12 ia akan menjadikan mereka
kepala pasukan seribu dan kepala pasukan lima puluh; mereka akan mem-
bajak ladangnya dan mengerjakan penuaian baginya; senjata-senjatanya dan
perkakas keretanya akan dibuat mereka. 13 Anak-anakmu wanita akan
diambilnya sebagai juru campur rempah-rempah, juru masak dan juru ma-
kanan. 14 Selanjutnya dari ladangmu, kebun anggurmu dan kebun zaitunmu
akan diambilnya yang paling baik dan akan diberikannya kepada pegawai-
pegawainya 15 dari gandummu dan hasil kebun anggurmu akan diambilnya
sepersepuluh dan akan diberikannya kepada pegawai-pegawai istananya dan
kepada pegawai-pegawainya yang lain. 16 Budak-budakmu laki-laki dan bu-
dak-budakmu wanita , ternakmu yang terbaik dan keledai-keledaimu
akan diambilnya dan dipakainya untuk pekerjaannya. 17 Dari kambing dom-
bamu akan diambilnya sepersepuluh, dan kamu sendiri akan menjadi
budaknya. 18 Pada waktu itu kamu akan berteriak sebab rajamu yang kamu
pilih itu, namun TUHAN tidak akan menjawab kamu pada waktu itu.” 19 namun
bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel dan mereka berkata:
“Tidak, harus ada raja atas kami; 20 maka kamipun akan sama seperti segala
bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami
dalam perang.” 21 Samuel mendengar segala perkataan bangsa itu, dan me-
nyampaikannya kepada TUHAN. 22 TUHAN berfirman kepada Samuel: “De-
ngarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka.”
Kemudian berkatalah Samuel kepada orang-orang Israel itu: “Pergilah, ma-
sing-masing ke kotanya.”
Dalam ayat-ayat di atas kita mendapati permulaan dari sebuah per-
kara yang seluruhnya baru dan mengejutkan, yakni penetapan suatu
pemerintahan yang berbentuk kerajaan di Israel. Mungkin gagasan
tentang hal ini sudah sering dibicarakan di antara mereka oleh
orang-orang yang merindukan perubahan dan mendambakan peme-
rintahan yang tampak hebat ini . Akan namun , kita belum men-
dapatinya sampai sekarang, saat gagasan itu secara terbuka
diajukan dan diperdebatkan. Abimelekh hanyalah sedikit lebih baik
daripada seorang raja boneka, meski ia dikatakan memerintah atas
orang Israel (Hak. 9:22), dan mungkin kejatuhannya itu menjadikan
gelar raja sebagai sesuatu yang menjijikkan di Israel untuk waktu
yang cukup lama, seperti halnya yang diperbuat Tarquinius di
tengah-tengah orang Romawi. Akan namun , jika memang demikian
yang terjadi, maka pada masa ini kejijikan itu telah sirna, dan sejum-
lah langkah berani pada bagian ini diambil menuju pembaharuan
besar-besaran, seperti yang tertulis dengan jelas. Demikianlah kita
temukan,
I. Permintaan para tua-tua Israel kepada Samuel perihal perkara ini
(ay. 4-5): Berkumpullah semua tua-tua Israel, menurut kesepakat-
an bersama, tidak dengan rusuh dan kacau, melainkan dengan
hormat oleh sebab wibawa Samuel. Mereka datang kepadanya di
rumahnya di Rama beserta permohonan mereka, yang mengan-
dung,
1. Ungkapan keluhan mereka: singkat kata, Engkau sudah tua,
dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau. Meski ada
banyak alasan yang lebih baik yang dapat diutarakan suatu
bangsa untuk meminta adanya seorang raja, yakni sebab
mereka ditindas oleh bangsa-bangsa lain atau sebab mereka
bertikai di rumah sendiri oleh sebab tidak ada seorang raja di
Israel, sebuah perkara sepele akan dimanfaatkan oleh jiwa-
jiwa pemberontak sebagai alasan untuk mendambakan sebuah
perubahan.
(1) Memang benar bahwa Samuel sudah tua, namun jika
ketuaannya itu membuat ia tidak lagi mampu berjalan ber-
keliling dan duduk lama di kursi, di lain pihak itu mem-
buatnya semakin bijaksana dan berpengalaman, dan, oleh
sebab itu, semakin tepat untuk memerintah. jika ia su-
dah tua, bukankah itu terjadi sebab ia melayani mereka?
Sungguh suatu perbuatan yang sangat tidak elok, tidak
tahu berterimakasih, dan bahkan tidak adil, untuk mem-
buangnya saat ia sudah tua, padahal ia telah menghabis-
kan hari-harinya berbuat kebaikan bagi mereka. Allah telah
menyelamatkan masa muda Samuel dari segala perbuatan
yang tercela (3:20), namun mereka malah menjadikan masa
tuanya tercela. Padahal seharusnya Samuel pantas digan-
jar dengan kehormatan yang lebih besar lagi. saat diolok-
olok sebab kelemahan dan disingkirkan sebab hal itu,
biarlah para orang tua tidak memandangnya sebagai se-
suatu yang aneh, sebab Samuel pun diperlakukan seperti
demikian.
(2) Memang benar bahwa anak-anak Samuel tidak hidup se-
perti Samuel. Mengenai hal itu, kesedihan Samuel pasti
jauh lebih besar, namun para tua-tua Israel tidak dapat ber-
kata bahwa itu yaitu kesalahannya. Tidak seperti Eli,
Samuel tidak memanjakan anak-anaknya dengan kejahat-
an mereka, melainkan siap menerima keluhan serta tegur-
an yang mengecam mereka. Dan, jika memang para
tua-tua Israel hendak mempersalahkan Samuel, kita dapat
meyakini bahwa saat dakwaan suap telah tegak atas
anak-anaknya, Samuel pasti akan membatalkan amanat
keimaman anak-anaknya itu dan menghukum mereka.
Akan namun , hal ini tidak akan memuaskan hati para tua-
tua Israel, sebab ada rancangan lain tersimpan di dalam
benak mereka.
2. Sebuah permohonan mendesak untuk mengatasi keluhan me-
reka itu, yakni dengan mengangkat seorang raja atas mereka:
Angkatlah seorang raja atas kami untuk memerintah kami,
seperti pada segala bangsa-bangsa lain. Sampai sejauh ini,
mereka sudah berlaku baik dengan tidak bangkit dan mem-
berontak melawan Samuel lalu mengangkat sendiri seorang
raja atas mereka, vi et armis – dengan kekerasan. Mereka tun-
duk kepada Samuel, seorang nabi Allah, dan dengan rendah
hati memohon agar ia melaksanakan permohonan mereka itu.
Namun, dari apa yang terkuak kemudian, tampaknya permo-
honan itu yaitu suatu permohonan jahat yang disampaikan
dengan niat buruk, sehingga Allah menjadi murka. Allah telah
merancangkan bagi mereka seorang raja, yaitu seorang yang
berkenan di hati-Nya, saat Samuel sudah meninggal dunia.
Akan namun , mereka telah bertindak mendahului firman Allah
dan memaksa untuk mempunyai seorang raja sekarang juga
saat Samuel sudah tua. Mereka telah memiliki seorang nabi
yang menghakimi atas mereka dan yang mempunyai hubung-
an langsung dengan sorga, dan dengan ini semua, mereka su-
dah menjadi bangsa yang besar dan beroleh sukacita melam-
paui segala bangsa lain, sebab tidak ada yang mempunyai
Allah yang demikian dekat kepada mereka seperti yang mereka
miliki (Ul. 4:7). Akan namun , ini tidak memuaskan mereka.
Mereka harus mempunyai seorang raja yang memerintah atas
mereka dengan segenap kemegahan dan kekuasaan yang
lahiriah, seperti pada segala bangsa-bangsa lain. Seorang nabi
miskin berjubah usang, tidak peduli betapa pun cakapnya
nabi itu di dalam memahami penglihatan-penglihatan Sang
Maha Kuasa, terlihat hina di depan mata orang-orang yang
menghakimi menurut apa yang tampak. Sebaliknya, seorang
raja berjubah kebesaran berwarna ungu, yang dikawal para
pengawal serta pejabatnya, akan tampak megah, dan inilah
yang harus mereka miliki. Mereka memahami bahwa sia-sia
saja membujuk Samuel untuk menerima tampuk pimpinan
dan kehormatan sebagai seorang raja, sehingga oleh sebab itu,
Samuel harus mengangkat seorang raja bagi mereka. Para tua-
tua Israel tidak berkata, “Berikanlah kepada kami seorang raja
yang bijaksana dan baik hati, dan yang akan memerintah
dengan lebih baik daripada anak-anak laki-lakimu,” namun ,
“Berikanlah kepada kami seorang raja,” siapa pun orangnya,
yang penting orangnya hebat. Demikianlah dengan bodohnya
mereka mencampakkan sendiri belas kasih yang mereka
miliki. Dengan dalih memajukan harga diri bangsa mereka di
hadapan bangsa-bangsa lain, mereka betul-betul menghem-
paskan diri mereka dari kedudukan yang tinggi dan menajis-
kan mahkota mereka laksana debu (KJV: dengan melemparkan-
nya ke dalam lumpur).
II. Kekesalan Samuel terhadap permohonan ini (ay. 6). Mari kita me-
nyaksikan bagaimana Samuel menanggapi permohonan ini .
1. Tindakan para tua-tua Israel itu mengiris hatinya. Mungkin ia
dibuat terkejut olehnya sebab ia tidak pernah memperkirakan
rancangan mereka itu sebelumnya, dan ini membuat hatinya
semakin sedih. Permohonan itu mengesalkan Samuel bukan
waktu mereka mengolok-oloknya sebab kelemahan dirinya
yang sudah tua dan sebab kejahatan anak-anaknya, Samuel
dapat menanggung dengan sabar segala kecaman terhadap
dirinya dan keluarga, namun itu mengesalkan Samuel, waktu
mereka berkata, Berikanlah kepada kami seorang raja untuk
memerintah kami, yang berarti mengecam Allah dan kemulia-
an-Nya.
2. Tindakan para tua-tua Israel itu membuat Samuel berlutut.
Dia tidak memberi jawab kepada mereka langsung pada saat
itu, melainkan mengambil waktu untuk mempertimbangkan
apa yang mereka ajukan dan berdoa kepada Tuhan memohon
petunjuk. Ia menghamparkan perkara itu di hadapan-Nya dan
menyerahkan semuanya kepada-Nya, sehingga dirinya pun
lega. Samuel yaitu seseorang yang giat bertekun di dalam
doa, sehingga kita diajak untuk menyatakan dalam segala hal
keinginan kita kepada Allah (Flp. 4:6). saat ada sesuatu
mengusik kita, kita berkepentingan dan berkewajiban meng-
hamparkan perkara kita di hadapan Allah. Ia mengizinkan kita
untuk bebas menemui Dia dengan rendah hati.
III. Petunjuk yang diberikan Allah kepada Samuel mengenai perkara
ini. Orang yang di tengah permasalahannya mencari Allah akan
menemukan bahwa Dia dekat dan siap mengarahkan mereka.
Allah menyampaikan kepada Samuel,
1. Firman yang akan meredakan kekesalannya. Samuel sangat
terusik dengan permohonan mereka itu. Susah hatinya saat
melihat jabatan kenabiannya sedemikian direndahkan dan
segala perbuatan baik yang telah dikerjakannya bagi Israel
dicampakkan begitu saja tanpa rasa terima kasih. Akan namun ,
Allah berfirman kepadanya bahwa ia tidak boleh terlalu memi-
kirkannya atau menerimanya dengan perasaan aneh.
(1) Samuel tidak boleh terlalu memikirkannya, bahwa mereka
merendahkan dirinya, sebab apa yang mereka lakukan itu
sama saja dengan meremehkan Allah sendiri: “Bukan
engkau saja yang mereka tolak, namun Akulah yang mereka
tolak. Aku turut merasakan penghinaan ini bersama eng-
kau” (ay. 7). Ingatlah, jika Allah juga turut berbagi
dalam penghinaan yang ditimpakan kepada kita, maka kita
pasti akan mampu menanggung semua itu dengan sabar.
Kita tidak perlu memikirkan yang buruk tentang diri kita
sendiri jika oleh sebab Dialah kita menanggung cela
(Mzm. 69:8), namun sebaliknya, kita bersukacita dan mem-
perhitungkannya sebagai suatu kehormatan (Kol. 1:24).
Samuel tidak boleh mengeluh jika mereka sudah bosan
dengan kepemimpinannya, meskipun sudah dijalankannya
dengan betapa adil dan lemah lembutnya, sebab sesung-
guhnya mereka sudah bosan dengan kepemimpinan Allah.
Inilah yang sesungguhnya tidak disukai mereka: Akulah
yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas
mereka. Allah memerintah sebagai raja atas bangsa-bangsa
(Mzm. 47:9) di seluruh dunia, namun pemerintahan Israel
dari sejak semula sampai saat ini, dengan cara yang lebih
istimewa dari segala pemerintahan yang ada, selalu bersifat
Theokrasi, yakni sebuah pemerintahan yang berada di ba-
wah pimpinan Allah. Hakim-hakim Israel mendapat pang-
gilan dan amanat langsung dari Allah, dan segala perkara
bangsa itu berada di bawah tuntunan-Nya secara istimewa.
Hukum dan peraturan beserta pelaksanaan pemerintahan-
nya, semuanya dilaksanakan menurut demikianlah Firman
Tuhan. Orang Israel bosan dengan cara ini, meski itulah
yang menjadi kehormatan dan andalan mereka di atas
segala apa pun selama mereka tetap berada bersama Allah.
Mereka jelas akan lebih terbuka untuk ditimpa malapetaka
jika mereka menimbulkan kemarahan Allah dengan
dosa, dan mereka menemukan bahwa mereka tidak dapat
dengan mudahnya melakukan pelanggaran seperti halnya
bangsa-bangsa lain. Mungkin inilah alasan sesungguhnya
di balik kehendak mereka untuk berada setara dengan
bangsa-bangsa lain di dalam kedudukannya di hadapan
Allah.
(2) Samuel tidak perlu merasa aneh atau terkejut dengan ma-
salah ini, sebab begitulah yang selalu diperbuat orang
Israel: Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku
sejak hari Aku menuntun mereka keluar Mesir sampai hari
ini, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu (ay. 8).
Orang Israel pada mulanya sangat hormat dan patuh
terhadap Samuel, sampai-sampai ia mulai berharap bahwa
mereka akan disembuhkan dari perangai lama mereka
yang tegar tengkuk. Akan namun , ia menemukan bahwa
dirinya sendiri tertipu oleh mereka, dan ia tidak boleh
terkejut akan hal itu. Mereka sudah sedari dulu bertindak
kasar terhadap pemimpin-pemimpin mereka. Lihat saja apa
yang diperbuat mereka terhadap Musa dan Harun. Bah-
kan, mereka telah meninggalkan Aku dan beribadah kepada
allah lain. Kedahsyatan kejahatan mereka ini, yakni men-
cintai allah-allah baru, membuat kejahatan mencintai pe-
mimpin-pemimpin baru ini tampak kecil. Samuel seharus-
nya sadar, bahwa kapan saja mereka akan bertindak tidak
setia, sebab mereka memang disebut pemberontak sejak
dari kandungan (Yes. 48:8). Itulah tingkah langkah mereka
dari sejak masa muda mereka (Yer. 22:21).
2. Allah menyampaikan kepada Samuel firman yang akan men-
jadi jawaban atas tuntutan mereka. Samuel tidak akan pernah
tahu apa yang harus dikatakannya jika Allah tidak
memberinya petunjuk. Andai kata ia menentang gerakan para
tua-tua Israel itu, maka tindakannya seolah-olah akan mem-
perlihatkan kesukaan yang lebih besar terhadap jabatan dan
kekuasaan daripada yang selayaknya diperlihatkan seorang
nabi, serta memperlihatkan tindakannya yang memanjakan
anak-anak laki-lakinya. Andaikata ia tunduk pada gerakan itu,
maka tindakannya seolah-olah akan terlihat seperti pengkhia-
natan terhadap amanatnya sebagai hakim, sehingga ia pun
menjadi terlibat dengan semua hal buruk yang dibawa oleh
perubahan itu. Harun berdosa dengan mengabulkan perminta-
an orang Israel saat mereka berkata, Buatlah untuk kami
allah. Maka dari itu, Samuel tidak berani menuruti permintaan
mereka pada waktu mereka berkata, Angkatlah seorang raja
atas kami, namun ia, dengan penuh keyakinan, memberi mere-
ka jawaban yang diberikan Allah bagi mereka.
(1) Samuel harus berkata kepada mereka bahwa mereka akan
mempunyai seorang raja. Dengarlah permintaan mereka (ay.
7), dan sekali lagi (ay. 9). Ini bukan berarti bahwa Allah
berkenan dengan permohonan mereka, melainkan, seperti
halnya Allah terkadang menghajar kita dalam kasih, demi-
kian pula halnya pada kali lain Allah mengabulkan permo-
honan kita dalam amarah, dan inilah yang dilakukan-Nya
pada kesempatan ini. saat orang Israel berkata, Berilah
kepada kami seorang raja dan pemuka-pemuka, Dia mem-
berikan mereka seorang raja dalam murka-Nya (lih. Hos.
13:10-11), sembari Ia memberikan burung puyuh kepada
mereka (Mzm. 106:15; Mzm. 78:26-29). Allah memerin-
tahkan Samuel untuk memenuhi keinginan mereka dalam
perkara ini,
[1] Agar mereka dihajar oleh tongkat mereka sendiri, dan
dapat merasakan perbedaan antara pemerintahan-Nya
dan pemerintahan seorang raja. Biarlah mereka tahu
rasa (lih. 2Taw. 12:8). Dalam waktu singkat, tampaklah
betapa keadaan mereka di bawah pemerintahan Raja
Saul dalam segala hal lebih buruk daripada saat
mereka berada di bawah pimpinan Samuel.
[2] Untuk mencegah sesuatu yang lebih buruk terjadi.
Andai kata permohonan mereka tidak dikabulkan, me-
reka bisa saja memberontak terhadap Samuel atau
beramai-ramai memberontak terhadap agama mereka
dan mengakui allah-allah bangsa lain, supaya mereka
bisa mempunyai raja-raja seperti bangsa-bangsa lain
itu. Supaya hal itu tidak terjadi, biarlah mereka mem-
punyai seorang raja.
[3] Allah tahu bagaimana membawa kemuliaan bagi diri-
Nya sendiri dari keadaan itu, dan bagaimana menjalan-
kan rancangan-Nya sendiri yang bijaksana bahkan me-
lalui rencana-rencana pikiran mereka yang bodoh.
(2) Namun demikian, Samuel harus mengatakan kepada mere-
ka, sebagai bahan pertimbangan, bahwa pada waktu mere-
ka mempunyai seorang raja, mereka akan segera merasa
muak dengannya, dan, saat mereka menyesali pilihan
mereka, semuanya sudah terlambat. Inilah yang Samuel
harus peringatkan kepada mereka dengan sungguh-sung-
guh (ay. 9), bahwa, jika mereka mempunyai seorang
raja yang memerintah atas mereka, seperti raja-raja dari
timur memerintah atas rakyatnya, maka mereka akan
menemukan bahwa kuk yang harus dipikul amat berat.
Mereka hanya menatap kemegahan atau kegemerlapan
seorang raja, dan berpikir bahwa semua itu akan membuat
bangsa mereka besar dan terhormat di mata bangsa-bang-
sa lain, dan akan mendatangkan kengerian kepada seteru-
seteru mereka. namun Samuel harus memperingatkan me-
reka untuk mempertimbangkan bagaimana mereka akan
menanggung harga dari kemegahan itu, dan bagaimana
mereka akan tahan terhadap kuasa semena-mena seperti
yang dimiliki raja-raja bangsa lain. Perhatikanlah, orang
yang menetapkan hatinya dengan berlebihan atas segala
sesuatu di dunia ini, demi meredakan hawa nafsunya,
harus mempertimbangkan keburukan serta kebaikan yang
menyertainya, dan menimbang yang satu di atas yang lain
masak-masak di dalam pikiran mereka. Orang yang tunduk
kepada pemerintahan dunia dan kedagingan telah diberi-
tahu dengan jelas, betapa semuanya itu yaitu tuan yang
kejam, dan betapa kuasa dosa itu sangat keji dan semena-
mena. Namun demikian, mereka hendak menukar pemerin-
tahan Allah demi semuanya itu.
IV. Penyampaian segala pikiran Allah kepada mereka oleh Samuel
dengan penuh setia (ay. 10). Samuel menyampaikan segala firman
TUHAN kepada bangsa itu, betapa pun itu membuat dirinya kesal,
sebab ia mengartikan permohonan mereka itu sebagai sebuah
penolakan terhadap dirinya dan membandingkannya sebagai tin-
dakan mengabdi terhadap allah-allah lain. Ia kesal, sebab harus
mengabulkan permohonan mereka andaikan mereka tetap ber-
sikeras akan hal itu. Namun demikian, segala pertimbangan yang
telah disampaikan Allah mewajibkan Samuel untuk menyampai-
kan kepada mereka sejumlah dampak tertentu yang akan terjadi
akibat pilihan itu, sehingga jika masih ada sedikit akal sehat
di dalam diri mereka, itu bisa saja membuat mereka mempertim-
bangkan segala sesuatunya kembali demi kebaikan mereka
sendiri, dan mereka pun akan mengurungkan niat itu dan memo-
hon terus berada di bawah pemerintahan Allah seperti sebelum-
nya. Dengan saksama dan dengan sangat terperinci, di hadapan
orang Israel Samuel membentangkan bukan apa yang umumnya
menjadi hak seorang raja, melainkan apa yang menjadi perilaku
raja yang akan memerintah atas mereka (KJV), menurut apa yang
biasanya terjadi pada bangsa-bangsa lain (ay. 11). Samuel tidak
berbicara (seperti dijelaskan Uskup Patrick) mengenai hak seorang
raja yang adil dan benar, sebab hak itu sudah dijelaskan di
dalam bagian dari hukum Musa mengenai tanggung jawab se-
orang raja. Sebaliknya, Samuel berbicara mengenai hak raja seba-
gaimana yang dimiliki oleh raja-raja pada bangsa-bangsa lain.
Inilah yang menjadi perilaku raja, artinya, “demikianlah ia harus
menyokong kehormatannya dengan harga berupa segala sesuatu
yang sangat engkau sayangi, dan demikianlah ia akan menyalah-
gunakan kekuasaannya, layaknya orang-orang yang berkuasa
cenderung berbuat seperti itu. Dan, sebab bala tentara ada di
tangannya, mau tidak mau, engkau harus tunduk terhadapnya.”
1. jika mereka hendak mempunyai seorang raja seperti yang
dimiliki bangsa-bangsa lain, biarlah mereka mempertimbang-
kan, bahwa
(1) Raja itu harus mempunyai serombongan pengiring yang be-
sar, barisan pembantu yang akan menantikannya, sejum-
lah pengurus yang akan merawat kereta dan kudanya, para
pahlawan untuk berkuda bersamanya, dan tentara pejalan
kaki yang berlari di depan keretanya. Inilah yang menjadi
kemegahan utama para pemimpin bangsa serta kemuliaan
sia-sia para orang besar, yaitu untuk mempunyai begitu
banyak abdi. Dari manakah sang raja itu akan memperoleh
semua ini? “Sudah tentu, raja itu akan mengambil anak-
anakmu laki-laki, yang terlahir sebagai orang bebas, me-
ngenyam pendidikan tentang kebebasan, dan yang kini ada
pada engkau untuk engkau mintai bantuan, dan anak-
anakmu laki-laki itu akan ... dipekerjakannya” (ay. 11). Me-
reka harus menantikannya dan siap sedia terhadap pang-
gilannya. Orang yang sudah terbiasa bekerja bagi orangtua
mereka dan bagi diri mereka sendiri, kini harus bekerja
bagi raja itu, membajak ladangnya dan mengerjakan pe-
nuaian baginya (ay. 12), dan juga harus menganggap hal
itu sebagai kehormatan bagi mereka (ay. 16). Hal ini akan
membawa perubahan besar-besaran.
(2) Raja itu harus menyuguhkan hidangan yang mewah. Ia
tidak akan berpuas hati jika hanya bersantap korban
persembahan bersama tetangganya, seperti yang biasa di-
lakukan Samuel (9:13), namun di hadapannya harus terhi-
dang aneka santapan lezat, daging giling, penganan manis,
dan saus sedap, dan siapakah yang harus mempersiapkan
ini semua baginya? “Sudah tentu, raja itu akan mengambil
anak-anakmu wanita , yang paling cemerlang dan ca-
kap, yang engkau harapkan akan lebih suka mengurusi
rumah dan meja santapan mereka sendiri. Dan, tidak pe-
duli apakah engkau rela atau tidak, mereka harus menjadi
juru campur rempah-rempah, juru masak, juru makanan,
serta apa pun itu bagi raja itu.”
(3) “Raja itu harus mempunyai bala tentara yang siap sedia
sebagai para penjaga dan pengawal. Dan anak-anak laki-
lakimu, bukannya menjadi para tua-tua di kota-kotamu
dan hidup dengan tenteram dan hormat di rumah-rumah
mereka, harus menjadi kepala pasukan seribu dan kepala
pasukan lima puluh, dan harus menerima perintah menu-
rut apa yang dipandang baik oleh sang penguasa.”
(4) “Engkau akan mendapati, bahwa raja itu akan mempunyai
banyak orang kesukaannya, yang, sesudah dimuliakan dan
diangkat menjadi orang terhormat, akan diberi kekayaan
olehnya. Ia akan memberikan mereka daerah dan tempat
tinggal yang layak dengan segala kemuliaan. Dan bagai-
mana lagi raja itu dapat melakukan semuanya itu kecuali
dari milik warisanmu? (ay. 14). Ladangmu dan kebun ang-
gurmu, yang diwariskan kepadamu dari nenek moyangmu,
dan yang engkau harap akan engkau wariskan kepada
keturunanmu, akan diambilnya, bahkan yang paling baik
dari semua itu. Terlebih lagi, ia tidak hanya akan meng-
ambil semua itu bagi dirinya sendiri (engkau mungkin bisa
lebih mengerti jika inilah yang terjadi), namun semua itu
akan diberikannya kepada pegawai-pegawainya, yang akan
menjadi tuan atasmu dan yang akan memerintah atas jerih
lelahmu. Bagaimana, apakah engkau suka dengan semua
hal itu?”
(5) “Raja itu harus memperoleh pendapatan yang besar untuk
memelihara kemegahan dan kekuasaannya, dan dari ma-
nakah ia akan memperolehnya selain dari dirimu? Ia akan
mengambil sepersepuluh dari hasil kebunmu (ay. 15) dan
dari ternakmu (ay. 17). Padahal persepuluhan pertama dan
persepuluhan ganda yang telah ditetapkan hukum Allah
untuk mendukung jemaat-Nya, engkau pikir sudah cukup
memberatkanmu sehingga engkau bersungut-sungut un-
tuk memenuhinya. Akan namun , jika engkau mempunyai
seorang raja, harus ada persepuluhan lain yang berasal
dari harta bendamu, yang akan ditarik dengan lebih keras
lagi demi menyokong kemuliaan kerajaan. Pertimbangkan
harga yang harus dibayar untuk memperoleh kemegahan
ini , dan pikirkan apakah itu setimpal.”
2. Semua ini akan menjadi sumber kesedihan mereka, dan,
(1) Mereka tidak akan mempunyai siapa pun selain Allah seba-
gai tempat untuk berkeluh kesah. Sekali waktu mereka
mengeluh kepada sang raja, dan mendapat jawaban, menu-
rut perilaku raja ini , tanggunganmu memang berat,
namun aku akan menambah tanggungan kamu (1Raj. 12:11).
(2) Pada waktu mereka mengeluh kepada Allah, Ia tidak akan
menjawab mereka (ay. 18). Sepatutnyalah mereka tidak
berharap bahwa Tuhan akan menjawab mereka, sebab
selain selama ini mereka telah menjadi tuli terhadap pang-
gilan dan peringatan-Nya, perkara ini secara khusus mere-
ka datangkan kepada diri mereka sendiri dengan menolak
Dia dan dengan tidak mempercayai firman-Nya tentang apa
yang akan terjadi di kemudian hari terkait hal itu. Perhati-
kanlah, saat kita membawa diri kita sendiri masuk ke
dalam masalah oleh pelbagai keinginan serta rancangan
kita di luar ketetapan-Nya, maka kita sesungguhnya telah
kehilangan penghiburan dari doa dan kebaikan dari perto-
longan Allah. Dan jika Allah tidak mau mengasihani kita,
maka terpaksalah kita harus mencari penghiburan dalam
tangan kita sendiri, dan itu sama saja dengan petaka bagi
kita.
V. Kebebalan orang Israel dengan tuntutan mereka (ay. 19-20).
Orang menyangka, penjelasan tentang segala macam akibat ini,
yang berasal dari Allah sendiri yang tidak bisa menipu dengan
firman-Nya dan tidak bisa tertipu dalam pengetahuan-Nya, pasti
akan mampu meyakinkan orang Israel untuk membatalkan tun-
tutan mereka itu. Akan namun , hati mereka sudah tetap pada
perkara itu, entah itu benar atau salah, baik atau jahat: “Harus
ada raja atas kami, apa pun penjelasan yang disampaikan Allah
atau Samuel. Kita harus mempunyai seorang raja, apa pun harga-
nya, dan apa pun masalah yang kita datangkan kepada diri kita
sendiri ataupun anak-anak kita oleh sebab nya.” Saksikan kebo-
dohan mereka.
1. Mereka menjadi tuli terhadap penjelasan yang masuk akal
serta menjadi buta bagi kepentingan mereka. Mereka tidak
dapat menjawab sejumlah alasan yang disampaikan Samuel
yang menentang tindakan mereka, pun tidak dapat menyang-
kal kebenaran perkataannya itu, namun mereka malah menjadi
semakin sengit dan semakin kasar dalam mengajukan tuntut-
an mereka. Sebelumnya, mereka berkata, “Kami mohon, ang-
katlah seorang raja,” namun kini mereka menuntut, “Harus ada
raja atas kami. Ya, kami harus mempunyai seorang raja, kare-
na kami akan mempunyai seorang raja, dan kami tidak sudi
menerima selain daripada itu.” Saksikan kejanggalan dari
hawa nafsu yang tidak terkendali, dan bagaimana hal itu me-
rampok akal sehat dari dalam diri manusia.
2. Mereka tidak bisa bersabar menantikan waktu Allah. Allah
telah menunjukkan kepada mereka di dalam hukum-Nya bah-
wa, pada waktunya nanti, Israel akan mempunyai seorang raja
(Ul. 17:14-15). Mungkin mereka sedikit banyak merasa waktu-
nya sudah dekat, namun mereka terburu-buru dalam bertin-
dak: “Kami, pada hari yang kami tentukan sendiri, akan mem-
punyai raja ini untuk memerintah atas kami.” Andaikan mere-
ka dapat menunggu sepuluh atau dua belas tahun lagi, mere-
ka akan mempunyai Daud, seorang raja yang diberikan Allah
di dalam anugerah-Nya, sehingga segala kekacauan yang me-
nyertai pengangkatan Saul ini tidak perlu terjadi. Keputusan
yang mendadak dan keinginan yang menggebu-gebu akan
berujung kepada pertobatan yang lama dan perlahan-lahan.
3. Tujuan mereka untuk mempunyai seorang raja tidak lagi ha-
nya, seperti sebelumnya, agar mereka menjadi setara dengan
segala bangsa-bangsa lain, dan sama-sama mempunyai se-
orang raja yang sampai sejauh ini telah diangkat Allah atas
mereka, namun agar mereka mempunyai seseorang yang akan
menghakimi mereka, dan memimpin di depan mereka saat
mereka maju ke medan perang, dan bertempur bagi mereka.
Orang-orang bodoh dan dungu! Bagaimana mungkin mereka
mengharapkan suatu peperangan yang berlangsung lebih baik
bagi mereka melebihi perang yang terakhir kali, yang dituntas-
kan melalui doa Samuel dan guntur Allah? (7:10). Apakah
kemenangan sampai sejauh ini sudah menjadi sesuatu yang
terlalu pasti bagi mereka? Dan apakah, sebab itu, mereka
ingin mencoba berperang dengan ketidakpastian yang setara
dengan bangsa-bangsa lain? Mereka seolah-olah sudah muak
dengan keuntungan yang mereka miliki. Lihat apa yang
terjadi? Raja pertama mereka tewas di dalam perang, semen-
tara tidak ada satu pun hakim-hakim tewas dengan cara demi-
kian. Begitu pula dengan Yosia, salah satu raja terakhir dan
terbaik yang pernah mereka miliki.
VI. Pembubaran orang Israel dengan sebuah jawaban bahwa mereka
segera akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.
1. Samuel menyampaikan segala perkataan bangsa itu di telinga
Tuhan (ay. 21, KJV). Allah sesungguhnya sudah mengetahui
semuanya itu dengan sempurna meskipun tanpa laporan dari
Samuel, namun demikianlah Samuel menjalankan perannya
dengan setia sebagai seorang nabi antara Allah dan Israel. Ia
mengembalikan segala jawaban kepada Dia yang telah meng-
utus dirinya, dan demikian ia menantikan Allah untuk mem-
peroleh petunjuk lebih lanjut. Allah memahami sepenuhnya
segala perkara yang menjadi kepedulian maupun keraguan
kita, namun Allah menghendaki untuk mengetahuinya langsung
dari kita. Penyampaian segala perkataan bangsa itu oleh
Samuel di telinga Tuhan menunjukkan, bahwa hal itu dilaku-
kannya secara pribadi, sebab orang Israel tidak merasa terbe-
ban untuk turut bersamanya di dalam doa kepada Allah untuk
memohon petunjuk dalam perkara ini. Hal ini juga menyirat-
kan keintiman kudus yang Allah hadirkan bagi umat-Nya me-
lalui kasih karunia-Nya: umat-Nya itu berbicara di telinga
Tuhan, seperti seseorang yang berbisik di telinga sahabatnya.
Di dalam persekutuan mereka dengan Allah, ada makanan
yang tidak dikenal dunia (Yoh. 4:32).
2. Allah memberi petunjuk bahwa bangsa Israel akan mempunyai
seorang raja, sebab mereka dengan bebalnya begitu meng-
inginkan hal itu (ay. 22): “Angkatlah seorang raja bagi mereka,
dan lihatlah apakah mereka akan mendapatkan yang terbaik
darinya, dan biar mereka tahu rasa jika kemegahan dan kuasa
yang begitu didamba-dambakan ada di tengah pemerintahan
mereka itu berubah menjadi tulah dan beban bagi mereka
sendiri.” Sebab itu Ia membiarkan mereka dalam kedegilan hati
mereka. Samuel menyampaikan firman Allah ini kepada orang
Israel, dan kemudian menyuruh mereka pulang untuk saat ini,
masing-masing ke kotanya, sebab perkara penunjukkan raja
ini harus diserahkan kepada Allah, dan tidak ada lagi yang
dapat mereka kerjakan. saat Allah menetapkan bahwa saat-
nya sudah tiba untuk menyampaikan keputusan itu kepada
Samuel, mereka akan mendengar lebih lanjut dari Samuel.
Untuk saat ini, biarlah mereka menjadi tenang dan menanti-
kan kelanjutannya.
PASAL 9
amuel telah berjanji kepada Israel, janji dari Allah, bahwa mereka
akan memiliki seorang raja. Namun, sangatlah aneh bahwa kabar
selanjutnya bukanlah tentang calon-calon yang dipersiapkan bagi
pemerintahan, yang membangkitkan gairah umat, atau rakyat meng-
usulkan sendiri nama-nama yang diunggulkan kepada Samuel, dan
melaluinya, kepada Allah. Mengapa tidak ada pemimpin dari suku
Yehuda, siapa pun dia, yang mencari calon raja itu, dengan meng-
ingat Yakub telah mewariskan tongkat kerajaan kepada suku ter-
sebut? Tidak adakah seorang pria pemberani dari Israel yang berkata,
“Aku yang cocok menjadi raja, jika Allah memilih aku?” Tidak, tidak
ada satupun yang tampil, entah hal itu sebab suatu perasaan
kurang memenuhi syarat atau suatu kerendahan hati yang terpuji,
saya tidak tahu. Namun yang pasti inilah yang terjadi yang hampir
tidak bisa disejajarkan dalam sejarah kerajaan mana pun. Sebuah
mahkota, mahkota yang sedemikian rupa, telah disediakan, namun
tidak ada yang tertarik untuk melamarnya. Kebanyakan pemerintah-
an dimulai dengan ambisi dari seorang pemimpin untuk memerintah,
namun Israel malah sebaliknya dimulai dari ambisi rakyat untuk
diperintah. Seandainya ada dari tua-tua yang mengajukan permohon-
an meminta seorang raja lalu mengajukan diri sendiri untuk menjadi
raja, maka saya harus mencurigai bahwa ambisi orang ini telah
menjadi dasar dari permohonan itu. Namun kini hal itu tidaklah
terjadi dan mereka patut dipuji. Allah, dengan hukum-Nya, telah
bertindak untuk memilih raja mereka (Ul. 17:15), dan mereka semua
tetap diam, sampai mereka mendengar dari sorga, dan dalam pasal
ini memang mereka melakukannya. Pasal ini menjadi awal dari kisah
Saul, raja mereka yang pertama, melalui langkah-langkah aneh Sang
Penyelenggara. Ia membawa Saul kepada Samuel untuk diurapi
secara khusus, untuk dipersiapkan menjadi raja melalui undian dan
diumumkan kepada umat, yang dikisahkan dalam pasal berikut.
Dalam pasal ini kita membaca,
I. Sebuah penjelasan singkat tentang orangtua Saul dan pri-
badinya (ay. 1-2).
II. Sebuah kisah panjang dan khusus perihal Saul dibawa ke-
pada Samuel, yang sebelumnya tidak dikenalnya sama sekali.
1. Allah, melalui penyataan, telah memberi tahu Samuel
untuk menantikan Saul (ay. 15-16).
2. Allah, melalui penyelenggaraan, memimpin Saul kepada Sa-
muel.
(1) saat Saul disuruh ayahnya mencari keledai-keledai
betina ayahnya, ia kehilangan jalan (ay. 3-5).
(2) Oleh nasihat bujangnya, ia memutuskan untuk men-
cari nasihat kepada Samuel (ay. 6-10).
(3) Oleh petunjuk dari gadis-gadis muda, dia akhirnya
menemukan Samuel (ay. 11-14).
(4) Samuel, sesudah sebelumnya diberi tahu Allah tentang
Saul (ay. 17), memperlakukannya dengan hormat di
pintu gerbang (ay. 18-21), di ruang makan (ay. 22-24),
dan akhirnya dalam pertemuan secara pribadi, di
mana Samuel mempersiapkan dia untuk mendengar
kabar yang mengejutkan bahwa dia harus menjadi
raja (ay. 25-27). Dan permulaan ini akan menjadi
pengharapan dan sesuatu yang menjanjikan seandai-
nya tidak terjadi dosa umat yang menjadi penyebab
perkara yang besar ini.
Orangtua Saul
(9:1-2)
1 Ada seorang dari daerah Benyamin, namanya Kish bin Abiel, bin Zeror, bin
Bekhorat, bin Afiah, seorang suku Benyamin, seorang yang berada. 2 Orang
ini ada anaknya laki-laki, namanya Saul, seorang muda yang elok rupanya;
tidak ada seorang pun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya:
dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya.
Di sini kita diberi tahu,
1. Saul berasal dari sebuah keluarga yang baik (ay. 1). Ia berasal
dari suku Benyamin. Demikian pula Saulus dari Perjanjian Baru,
yang juga disebut Paulus, dan dia menyebutnya sebagai kehor-
matannya, sebab Benyamin yaitu yang paling disukai (Rm. 11:1;
Flp. 3:5). Suku ini telah berkurang jumlahnya menjadi sa-
ngat kecil akibat perang yang mematikan dengan Gibea, di mana
dengan susah payah bangsa Israel harus menyediakan istri-istri
bagi 600 orang pria malang yang masih tersisa dari suku yang
mengecil ini , yang di sini disebut, dengan alasan yang
baik, suku yang terkecil di Israel (ay. 21). Saul muncul sebagai
sebuah akar yang keluar dari tanah yang kering. Suku ini ,
kendati kecil jumlahnya, yaitu yang pertama dalam hal marta-
bat, oleh Allah kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan
penghormatan khusus (1Kor. 12:24). Ayahnya bernama Kish, se-
orang yang berada (KJV: seorang yang berkuasa), atau, seperti
tafsiran luasnya, di dalam segala sesuatu, dalam keberanian jiwa,
dalam kekuatan tubuh, dalam kekayaan. sebab seluruh tanah
bagian suku Benyamin hanya dibagi-bagi di antara 600 orang
laki-laki, maka dapat kita duga warisan mereka itu jauh lebih
besar daripada warisan yang diperoleh keluarga-keluarga dari
suku-suku lain, dan ini suatu keuntungan yang sedikit menolong
dalam menyeimbangkan kerugian dari kecilnya jumlah mereka.
2. Betapa bagusnya tubuh dan paras Saul (ay. 2). Tidak disebutkan
di sini tentang hikmat atau kebajikannya, pendidikan atau kesa-
lehannya, atau pencapaian apa pun dalam hal akal budi, selain
bahwa dia yaitu seorang yang tinggi perawakannya, seorang
yang tampan, yang elok rupanya, dan bagus penampilannya. Dia
juga anggun, dan selaras dalam semuanya: tidak ada seorang pun
dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya. Dan,
seakan-akan alam telah menandainya untuk unggul dan melebihi
orang lain, ia lebih tinggi dari bahu ke atas daripada siapa pun,
cocok sebagai tandingan para raksasa Gat, orang-orang gagah
perkasa dari Filistin. Pada waktu Allah memilih seorang raja yang
berkenan di hatinya, Ia menjatuhkan pilihan kepada seseorang
yang sama sekali tidak luar biasa dalam hal tinggi perawakannya,
atau tampan dalam parasnya, melainkan yang bersih dan baik
hatinya (16:7, 12). namun saat Ia memilih seorang raja yang
berkenan di hati umat, yang semata-mata hanya menginginkan
kebesaran dan kemegahan, maka Ia menjatuhkan pilihan kepada
lelaki yang tinggi besar ini, yang seandainya pun tidak mem-
punyai sifat-sifat yang baik, tetap saja masih terlihat hebat. Tidak
tampak bahwa ia unggul dalam hal kekuatan seperti dalam hal
perawakan. Samson unggul dalam hal kekuatan, namun ia dire-
mehkan, diikat dan diserahkan ke dalam tangan orang Filistin.
sebab itu, adillah jika sekarang ini orang Israel dikalahkan juga
dengan seseorang yang, kendati tingginya tidak lazim, namun
lemah seperti orang biasa lainnya. Mereka ingin memiliki seorang
raja seperti bangsa-bangsa lain, dan bangsa-bangsa umumnya
memilih orang yang gagah perawakannya sebagai raja mereka.
Saul Mencari Keledai-keledai Betina Ayahnya;
Saul Pergi Mencari Samuel
(9:3-10)
3 Kish, ayah Saul itu, kehilangan keledai-keledai betinanya. Sebab itu ber-
katalah Kish kepada Saul, anaknya: “Ambillah salah seorang bujang, bersiap-
lah dan pergilah mencari keledai-keledai itu.” 4 Lalu mereka berjalan melalui
pegunungan Efraim; juga mereka berjalan melalui tanah Salisa, namun tidak
menemuinya. Kemudian mereka berjalan melalui tanah Sahalim, namun
keledai-keledai itu tidak ada; kemudian mereka berjalan melalui tanah
Benyamin, namun tidak menemuinya. 5 saat mereka sampai ke tanah Zuf,
berkatalah Saul kepada bujangnya yang bersama-sama dengan dia: “Mari,
kita pulang. Nanti ayahku tidak lagi memikirkan keledai-keledai itu, namun
kuatir mengenai kita.” 6 namun orang ini berkata kepadanya: “Tunggu, di kota
ini ada seorang abdi Allah, seorang yang terhormat; segala yang dikatakan-
nya pasti terjadi. Marilah kita pergi ke sana sekarang juga, mungkin ia dapat
memberitahukan kepada kita tentang perjalanan yang kita tempuh ini.”
7 Jawab Saul kepada bujangnya itu: “namun kalau kita pergi, apakah yang
kita bawa kepada orang itu? Sebab roti di kantong kita telah habis, dan tidak
ada pemberian untuk dibawa kepada abdi Allah itu. Apakah yang ada pada
kita?” 8 Jawab bujang itu pula kepada Saul: “Masih ada padaku seperempat
syikal perak; itu dapat aku berikan kepada abdi Allah itu, maka ia akan
memberitahukan kepada kita tentang perjalanan kita.” 9 – Dahulu di antara
orang Israel, jika seseorang pergi menanyakan petunjuk Allah, ia berkata
begini: “Mari kita pergi kepada pelihat,“ sebab nabi yang sekarang ini
disebutkan dahulu pelihat. – 10 Kemudian berkatalah Saul kepada bujangnya
itu: “Pikiranmu itu baik. Mari kita pergi.” Maka pergilah mereka ke kota, ke
tempat abdi Allah itu.
Dalam perikop di atas kita menemukan,
I. Seorang pria hebat muncul dari permulaan yang kecil. Tidak tam-
pak bahwa Saul memiliki kedudukan tinggi sama sekali, atau
menduduki suatu tempat terhormat atau terpercaya, hingga dia
dipilih sebagai raja Israel. Kebanyakan orang yang beranjak maju
ke kedudukan tinggi biasanya menanjak secara bertahap, namun
Saul, dari tingkatan yang sejajar dengan orang-orang biasa lang-
sung melesat ke takhta kerajaan. Mengikuti perkataan Hana, Ia
menegakkan orang yang hina dari dalam debu, ... untuk mendu-
dukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat
dia memiliki kursi kehormatan (1Sam. 2:8). Saul, sepertinya, ken-
dati dia sendiri sudah menikah dan memiliki anak-anak yang
telah bertumbuh besar, tetap tinggal di dalam rumah ayahnya
dan tunduk kepadanya. Kenaikan pangkat datang bukan sebab
kebetulan atau kesempatan yang dibuat manusia, namun Allah
yang menjadi Hakimnya.
II. Sebuah peristiwa yang besar muncul dari kejadian-kejadian yang
kecil. Betapa rendahnya sejarah dimulai! Sesudah menelusuri
jejak Saul kepada mahkota kerajaan, kita menemukan dia mula-
mula dipekerjakan sama rendahnya dengan siapa pun yang kita
temui dipanggil untuk suatu kedudukan tinggi.
1. Ayah Saul menyuruh dia dengan salah satu pelayannya untuk
mencari beberapa keledai betina yang hilang. Mungkin mereka
tidak punya cara lain selain memberi tahu orang-orang bahwa
ada sejumlah keledai betina yang tersasar atau dicuri dari
tanah Kish orang Benyamin. Mereka memiliki hukum yang
baik yang mewajibkan orang membawa kembali seekor lembu
atau keledai yang kesasar, namun ditakutkan bahwa hukum
ini , seperti hukum-hukum yang baik lainnya, sudah
diabaikan dan dilupakan. Sangat mudah melihat di sini bahwa
orang-orang yang tahu akan kehilangan sesuatu perlu ber-
sikap bijaksana untuk mencari apa yang hilang, sehingga
orang janganlah merasa diri hina untuk mencari tahu keadaan
dari kawanan ternaknya, dan anak-anaknya harus tampil un-
tuk melayani kepentingan orangtua mereka. Saul siap pergi
untuk mencari keledai-keledai itu (ay. 3-4). Kesediaannya un-
tuk menjaga keledai harus dianggap bukan sebab kerendah-
an hatinya, melainkan sebab begitulah kesederhanaan dan
kesahajaan kehidupan pada waktu itu. namun ketaatannya
kepada sang bapak patut dipuji. Pernahkah engkau melihat
orang yang cakap dalam pekerjaannya, dan penurut kepada
atasannya, yang bersedia untuk membungkuk dan bersusah-
payah? Ia berbuat seperti Saul yang bertahan sampai ditinggi-
kan. Pelayan Kish bisa setia hanya sebagai seorang hamba,
namun Saul sebagai seorang anak, harus bekerja sebab itu
tugasnya, dan sebab itu dia disuruh pergi bersama bujang-
nya. Saul dan bujangnya melakukan perjalanan jauh, mung-
kin dengan berjalan kaki, untuk mencari keledai-keledai yang
hilang, namun tidak membuahkan hasil: mereka tidak juga
menemukan ternaknya. Ia kehilangan apa yang dicarinya,
namun tidak ada alasan untuk mengeluh sebab kecewa, sebab
dia menemukan kerajaan, yang tidak pernah diimpikannya.
2. saat dia tidak dapat menemukan kawanan ternak itu, dia
memutuskan untuk kembali kepada ayahnya (ay. 5), sebab
memikirkan kekhawatiran ayahnya, mengingat kalau mereka
pergi lebih lama, ayahnya yang tua itu akan mulai takut,
seperti ketakutan Yakub akan Yusuf, bahwa binatang buas
telah melahap mereka atau kejahatan telah menimpa mereka.
Ayahnya tidak lagi memikirkan keledai-keledai itu, sehingga
besarnya perhatiannya terhadap kita, ia kuatir mengenai kita.
Anak-anak haruslah hati-hati agar mereka tidak sampai
membuat orangtua mereka bersedih atau ketakutan.
3. Bujangnya mengusulkan sebab , sepertinya (dia lebih menge-
nal hal-hal keagamaan daripada tuannya) bahwa, sebab me-
reka sekarang berada di Rama, mereka seharusnya pergi
kepada Samuel, dan mencari nasihatnya dalam urusan yang
penting ini. Amatilah,
(1) Mereka berada dekat dengan kota di mana Samuel tinggal,
dan terpikir oleh mereka untuk mencarinya (ay. 6): di kota
ini ada seorang abdi Allah. Perhatikanlah, di mana pun kita
berada kita seharusnya memanfaatkan kesempatan untuk
berkenalan dengan orang-orang yang baik dan bijaksana.
namun ada banyak orang akan mencari seorang abdi Allah,
jika ia berpapasan di jalan mereka, dan mereka tidak akan
mundur sebelum mendapatkan hikmatnya.
(2) Sang bujang berbicara dengan sangat hormat tentang
Samuel, kendati dia tidak kenal Samuel secara pribadi, dan
hanya tahu sebab Samuel sangat terkenal: seorang abdi
Allah, seorang yang terhormat. Perhatikanlah, para hamba
Allah yaitu orang-orang yang terhormat, dan seharusnya
demikian di pemandangan kita. Pengenalan akan perkara-
perkara Allah dan pelayanan kepada kerajaan Allah sung-
guh-sungguh memberi kehormatan yang sejati kepada
manusia, dan menjadikan mereka orang-orang besar. Ini-
lah kehormatan yang diperoleh Samuel, sebagai seorang
abdi Allah, bahwa segala yang dikatakannya pasti ter-
jadi. Hal ini sudah dapat dilihat sejak dia menjadi seorang
nabi muda (3:19), dan tidak ada satu pun dari firman-Nya
itu yang dibiarkan-Nya gugur. Dan hal ini masih tetap
berlaku.
(3) Mereka sepakat untuk mencari nasihat dari dia, mungkin ia
dapat memberitahukan kepada kita tentang perjalanan yang
kita tempuh ini. Yang hendak mereka cari dari sang abdi
Allah ini yaitu untuk memberi tahu apakah mereka harus
pulang, atau, jika ada harapan untuk menemukan kawan-
an ternak itu, jalan mana yang harus mereka tempuh.
Sungguh suatu urusan kecil untuk mempekerjaan seorang
nabi! Seandainya saja mereka berkata, “Biarkan saja ka-
wanan ternak yang hilang itu, dan sekarang sebab kita
berada begitu dekat dengan abdi Allah, mari kita pergi dan
belajar dari dia pengetahuan yang baik tentang Allah, mari
kita bertanya kepada dia bagaimana kita dapat mengatur
perilaku kita dengan benar dan menyelidiki hukum dari
mulutnya, sebab mungkin kita tidak akan memiliki lagi
kesempatan yang baik ini, sehingga perjalanan kita tidak
menjadi sia-sia.” Jika ini yang mereka inginkan dari sang
abdi Allah itu, maka itulah usulan yang seharusnya ada di
dalam diri orang Israel. Namun tindakan mereka yang
membuat nubuatan, yang yaitu kemuliaan