dengan menempatkan tabut-Nya di sisi
patung Dagon, mereka berniat untuk memberi-Nya penghor-
matan. Sebab Ia tidak disembah sama sekali jika Ia bukan
satu-satunya yang disembah. TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu
esa. Atau lebih tepatnya,
2. Mereka menempatkannya di sana sebagai piala kemenangan,
sebagai penghormatan terhadap Dagon allah mereka. Kepada
Dagonlah mereka, tidak diragukan lagi, berniat untuk mem-
persembahkan korban agung, seperti yang mereka lakukan
saat mereka telah menangkap Simson (Hak. 16:23-24). Mere-
ka bermegah bahwa sama seperti dulu mereka telah menang
atas sang jagoan Israel itu, demikian pula sekarang mereka
menang atas Israel milik Allah. Betapa ini merupakan cela bagi
nama Allah yang maha besar! Betapa ini merupakan penghina-
an terhadap takhta kemuliaan-Nya! Masakan tabut Allah, lam-
bang dari hadirat Allah, menjadi tawanan bagi Dagon, seorang
ilah sampah?
(1) Hal itu memang menjadi cela, sebab Allah mau menunjuk-
kan betapa tidak berartinya tabut perjanjian jika perjanjian
itu sendiri dilanggar dan diabaikan. Bahkan tanda-tanda
suci bukanlah sesuatu yang kepadanya Ia terikat, atau
yang kepadanya kita bisa menaruh percaya.
(2) Dan hal itu memang menjadi cela untuk sementara waktu,
supaya Allah mendapat kemuliaan yang jauh lebih besar,
dalam mengadakan perhitungan dengan orang-orang yang
menghina-Nya seperti itu, dan memperoleh kehormatan
bagi diri-Nya atas mereka. sesudah menghukum Israel, yang
sudah mengkhianati tabut itu, dengan menyerahkannya ke
tangan orang Filistin, Ia selanjutnya akan berurusan de-
ngan orang-orang yang melecehkan tabut itu, dan akan
mengambilnya kembali dari tangan mereka. Dengan demi-
kian, bahkan panas hati manusia akan menjadi syukur
bagi-Nya. Dan Ia sedang menyatakan kemuliaan-Nya sen-
diri bahkan saat Ia tampak mengabaikannya (Mzm.
76:11). Dari yang makan keluar makanan.
II. Kemenangan tabut Allah atas Dagon. Sekali lagi Dagon dibuat ja-
tuh di hadapannya. Kalaupun mereka bermaksud untuk mem-
berikan penghormatan terhadap tabut itu, Allah menunjukkan
bahwa Ia tidak menghargai penghormatan mereka, tidak pula
mau menerimanya. Sebab Ia ingin disembah, bukan dengan suatu
allah lain, melainkan di atas semua allah. Ia akan menimpakan
cela (seperti Uskup Hall mengungkapkannya) kepada orang-orang
yang mau menandingkan diri-Nya dengan Belial. namun mereka
sebenarnya bermaksud untuk menghina tabut itu, dan meskipun
selama beberapa jam Dagon berdiri di sisi tabut itu, dan ada ke-
mungkinan berdiri di atasnya, dengan tabut itu sebagai tumpuan
kakinya. Namun keesokan paginya, saat para penyembah Dagon
datang untuk beribadah di kuilnya, mereka mendapati bahwa
sorak-sorai mereka hanya berlangsung sebentar saja (Ayb. 20:5).
1. Dagon, yaitu patungnya (sebab cuma itulah allah itu), telah
terjatuh dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut TUHAN
(ay. 3). Allah sebelumnya tampak sudah melupakan tabut itu,
namun lihatlah bagaimana sang Pemazmur berbicara tentang
kemunculan-Nya, pada akhirnya, untuk membela kehormat-
an-Nya sendiri. sesudah Ia membiarkan kekuatan-Nya terta-
wan, dan semuanya tampak akan hancur, lalu terjagalah Tu-
han, seperti orang yang tertidur, seperti pahlawan yang siuman
dari mabuk anggur (Mzm. 78:59-65). Dan sebab itu Ia mence-
gah kehancuran jemaat Yahudi yang sehabis-habisnya, sebab
Ia kuatir disakiti hati-Nya oleh musuh (Ul. 32:26-27). Bangsa-
bangsa kafir sangat berhati-hati dalam mendirikan patung-
patung allah mereka, supaya patung-patung itu tertancap
kuat. Nabi Yesaya mencatat hal ini (Yes. 41:7), ia menguatkan-
nya dengan paku-paku, sehingga tidak goyang. Lihat juga
Yesaya 46:7. Sekalipun begitu, upaya-upaya untuk menguat-
kan Dagon tidak bermanfaat sama sekali. Tabut Allah menang
atasnya di atas tumpukan sampahnya sendiri, di dalam kuil-
nya sendiri. Rebahlah ia di depan tabut itu, tepat menghadap
tabut meskipun tabut ditempatkan di salah satu sisinya, se-
olah-olah mengakui diri kepada sang penakluk, yang kepada-
nya ia dipaksa menyerah dan memberikan penghormatan. Per-
hatikanlah, kerajaan Iblis pasti akan runtuh di hadapan kera-
jaan Kristus, kesalahan di hadapan kebenaran, kecemaran di
hadapan kesalehan, dan kebobrokan di hadapan anugerah
dalam hati orang percaya. saat kepentingan-kepentingan
agama tampak dilindas dan sudah mau tenggelam, bahkan
pada saat itu kita bisa yakin bahwa hari kemenangannya akan
tiba. Agunglah kebenaran, dan ia akan menang. Dagon, de-
ngan jatuh tersungkur di hadapan tabut Allah, yang merupa-
kan sikap badan yang sedang memuja, seolah-olah menyuruh
para penyembahnya untuk memberikan penghormatan kepada
Allah Israel, sebagai yang lebih besar dari segala allah (lih. Kel.
18:11).
2. Para imam, begitu mendapati berhala mereka tergeletak di lan-
tai, segera saja menegakkannya kembali di tempatnya sebelum
diketahui orang. Sungguh bodoh dan menyedihkan untuk me-
nyembah allah seperti itu, yang, saat jatuh, malah membu-
tuhkan pertolongan orang untuk bangun lagi. Sungguh dungu
dan malang orang-orang yang berdoa meminta pertolongan
kepada berhala yang malah membutuhkan pertolongan mere-
ka sendiri. Bagaimana mereka bisa menyatakan bahwa keme-
nangan mereka itu diperoleh dengan kuasa Dagon, padahal
Dagon sendiri tidak bisa berdiri tegak di hadapan tabut Allah?
Walaupun begitu, mereka terus menetapkan hati bahwa Da-
gon masih akan menjadi allah mereka, dan sebab itu mereka
menegakkannya kembali di tempatnya. Uskup Hall mencer-
mati di sini, adillah bagi Allah bahwa orang-orang yang tidak
beroleh anugerah tidak akan beroleh kecerdasan. Dan sung-
guh perbuatan yang penuh takhayul untuk mengubah manu-
sia menjadi batang pohon dan bebatuan yang mereka sembah.
Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya. Apakah
yang sedang dilakukan oleh para penegak kerajaan anti-Kris-
ten pada saat ini selain sedang mengangkat Dagon, dan ber-
upaya untuk menaruhnya di tempatnya lagi, dan menyembuh-
kan luka mematikan yang sedang diderita si binatang itu?
namun jika gerakan pembaharuan itu yaitu perkara Allah,
yang di hadapannya kerajaan anti-Kristen itu mulai jatuh,
maka kerajaan itu tidak akan menang, namun pasti akan jatuh
di hadapannya.
3. Pada malam berikutnya Dagon jatuh untuk kali kedua (ay. 4).
Mereka bangun pagi-pagi seperti biasanya, untuk menyampai-
kan permohonan-permohonan kepada allah mereka itu. Atau
mungkin bangun lebih pagi daripada biasanya, sebab tidak
sabar untuk mengetahui apakah Dagon tetap berdiri pada
malam tadi. Terkejut dan bingunglah mereka, begitu menda-
pati keadaannya lebih buruk daripada sebelumnya. Tidak jelas
apakah bahan yang darinya patung itu terbuat mudah pecah
atau tidak, begitulah kepala dan kedua belah tangannya
terpenggal dan terpelanting ke ambang pintu, sehingga tidak
ada yang tersisa selain badannya. Menurut tafsiran yang agak
luas, hanya tersisa bagian Dagon yang berbentuk ikan. Sebab,
seperti yang diduga oleh banyak cendekiawan, bagian atas dari
patung ini berbentuk manusia, dan bagian bawahnya berben-
tuk ikan, seperti gambaran putri duyung. Kepada kesesatan-
kesesatan seperti itulah para penyembah berhala diserahkan.
Betapa pikiran mereka menjadi sia-sia, dan betapa hati mere-
ka yang bodoh menjadi gelap secara menyedihkan, hingga
mereka menyembah patung-patung, bukan hanya dari makh-
luk-makhluk ciptaan, melainkan juga dari makhluk-makhluk
yang tidak ada, yang merupakan khayalan belaka. Nah, mon-
ster khayalan yang rusak ini, melalui kejatuhan ini, dibuat
tampak,
(1) Sangat menggelikan, dan pantas dihina. Sekarang Dagon
menjadi sosok yang mungil, sesudah kejatuhan itu memo-
tong-motong bagian tubuhnya, dan menunjukkan bagai-
mana bagian tubuhnya yang berbentuk manusia dan yang
berbentuk ikan disatukan bersama secara buatan, yang
tadinya mungkin dipercaya oleh para penyembahnya yang
bodoh itu terjadi melalui suatu keajaiban!
(2) Sangat tidak berdaya, dan tidak pantas dijadikan sesem-
bahan yang kepadanya orang berdoa dan menaruh per-
caya. Sebab dengan kehilangan kepala dan kedua belah
tangannya, itu membuktikan bahwa ia benar-benar tidak
mempunyai hikmat dan kekuatan, dan untuk selama-
lamanya tidak mampu menasihati atau bertindak bagi para
penyembahnya. Inilah yang mereka dapatkan dengan
menaruh Dagon di tempatnya lagi. Jadi, lebih baik mereka
membiarkannya begitu saja saat ia rebah di lantai kema-
rin. namun orang-orang yang berseteru dengan Allah, dan
yang mau membangun apa yang Ia robohkan (Mal. 1:4),
mereka itu pasti tidak akan berhasil. Allah, dengan ini,
mengagungkan tabut-Nya dan menjadikannya terhormat,
saat mereka mencemarkannya dan menjadikannya hina.
Ia juga menunjukkan apa yang akan menjadi akhir dari
segala sesuatu yang ditinggikan untuk melawan-Nya. Ber-
ikatpingganglah, namun kamu akan hancur berkeping-keping
(Yes. 8:9, KJV).
4. Ambang pintu dari kuil Dagon senantiasa dipandang sebagai
tempat yang suci, dan tidak boleh diinjak-injak (ay. 5). Sebagi-
an penafsir berpendapat bahwa kebiasaan yang penuh takha-
yul dari para penyembah Dagon ini dirujuk dalam Zefanya 1:9,
di mana Allah mengancam akan menghukum orang-orang
yang, dengan meniru para penyembah itu, melompati ambang
pintu. Orang akan berpikir bahwa bukti yang tak terbantah-
kan dari kemenangan tabut Allah atas Dagon ini akan meng-
insafkan orang-orang Filistin akan kebodohan mereka dalam
menyembah benda yang tidak berakal budi seperti itu. Dan
bahwa mulai saat ini mereka akan memberikan penghormatan
kepada sang penakluk. Akan namun , bukannya diperbaharui,
mereka malah mengeras dalam penyembahan berhala mereka.
Seperti yang cenderung dilakukan orang-orang jahat dan para
penipu, mereka makin hari makin jahat (2Tim. 3:13). Bukan-
nya memandang rendah Dagon, oleh sebab ambang pintu
yang memenggal kepalanya, mereka malah sudah bersiap-siap
untuk menyembah ambang pintu itu, sebab di situlah tempat
kepala Dagon terpenggal. Mereka tidak akan pernah meng-
injakkan kaki di tempat di mana Dagon kehilangan kepalanya,
dengan mempermalukan orang-orang yang menginjak-injak
darah perjanjian dan menginjak benda yang benar-benar suci.
Namun perbuatan yang penuh takhayul ini akan membantu
mengabadikan ingatan akan aib Dagon. Sebab, bersama de-
ngan kebiasaan itu, alasannya pun akan diteruskan kepada
keturunan yang akan datang. Dan anak-anak yang akan dila-
hirkan, saat bertanya mengapa ambang pintu dari kuil
Dagon tidak boleh diinjak-injak, akan diberi tahu bahwa
Dagon jatuh di hadapan tabut TUHAN. Dengan demikian Allah
akan mendapat kehormatan bahkan dari perbuatan takhayul
mereka. Kita tidak diberi tahu apakah mereka memperbaiki
patung yang rusak itu. Ada kemungkinan mereka memindah-
kan tabut Allah terlebih dahulu, dan kemudian menambal pa-
tung itu lagi, dan menaruhnya di tempatnya. Sebab, tampak-
nya, mereka tidak dapat menyelamatkan jiwa mereka atau
mengatakan: “Bukankah dusta yang menjadi pegangan kita?”
(Yes. 44:20).
Kesusahan Orang-orang Filistin
(5:6-12)
6 Tangan TUHAN menekan orang-orang Asdod itu dengan berat dan Ia mem-
bingungkan mereka: Ia menghajar mereka dengan borok-borok, baik Asdod
maupun daerahnya. 7 saat dilihat orang-orang Asdod, bahwa demikian
halnya, berkatalah mereka: “Tabut Allah Israel tidak boleh tinggal pada kita,
sebab tangan-Nya keras melawan kita dan melawan Dagon, allah kita.”
8 Sebab itu mereka memanggil berkumpul kepadanya semua raja kota orang
Filistin dan berkata: “Apakah yang akan kita lakukan dengan tabut Allah
Israel itu?” Lalu kata mereka: “Tabut Allah Israel harus dipindahkan ke Gat.”
Jadi mereka memindahkan tabut Allah Israel itu ke sana. 9 namun sesudah
mereka memindahkannya, maka tangan TUHAN mendatangkan kegemparan
yang sangat besar atas kota itu; Ia menghajar orang-orang kota itu, anak-
anak dan orang dewasa, sehingga timbul borok-borok pada mereka. 10 Lalu
mereka mengantarkan tabut Allah itu ke Ekron. namun sesampai tabut Allah
itu di Ekron, berteriaklah orang Ekron itu, demikian: “Mereka memindahkan
tabut Allah Israel itu kepada kita untuk mematikan kita dan bangsa kita.”
11 Sebab itu mereka memanggil berkumpul semua raja kota orang Filistin itu
dan berkata: “Antarkanlah tabut Allah Israel itu; biarlah itu kembali ke
tempatnya, supaya jangan dimatikannya kita dan bangsa kita.” Sebab di
seluruh kota itu ada kegemparan maut; tangan Allah menekan orang-orang
di sana dengan sangat berat: 12 orang-orang yang tidak mati, dihajar dengan
borok-borok, sehingga teriakan kota itu naik ke langit.
Orang-orang Filistin bisa saja mengambil pelajaran dari kejatuhan
Dagon, dan olehnya dibuat bertobat dari penyembahan berhala mere-
ka, dan merendahkan diri di hadapan Allah Israel dan mencari
wajah-Nya. Seandainya mereka berbuat demikian, maka itu mungkin
akan mencegah pembalasan yang dilanjutkan Allah di sini kepada
mereka atas penghinaan-penghinaan yang dilakukan terhadap tabut-
Nya, dan atas kesetiaan mereka yang penuh keras kepala kepada
berhala mereka, dengan menentang apa yang jelas-jelas menyatakan
kesalahan mereka. Ya TUHAN, tangan-Mu dinaikkan, namun mereka
tidak melihatnya. Biarlah mereka melihat (Yes. 26:11). Dan, jika
mereka tidak mau melihat kemuliaan tangan Allah, mereka akan
merasakan beratnya tangan Allah, sebab itulah yang dialami orang-
orang Filistin. Tangan TUHAN menekan orang-orang Asdod itu dengan
berat (ay. 6). Ia tidak hanya menyadarkan mereka akan kebodohan
mereka, namun juga menghajar mereka dengan berat atas kekurang-
ajaran mereka.
1. Ia membingungkan mereka, yaitu, Ia melenyapkan banyak orang
dari mereka dengan kematian yang tiba-tiba, orang-orang yang,
dapat kita duga, paling nyaring bersorak-sorak atas tertawannya
tabut Allah. Kematian ini dibedakan dari penyakit yang menghajar
yang lainnya. Di Gat kematian itu disebut sebagai kegemparan
yang sangat besar (ay. 9), kegemparan maut (ay. 11). Dan dengan
jelas dikatakan (ay. 12), bahwa orang-orang yang dihajar dengan
borok-borok yaitu mereka yang tidak mati oleh kegemparan yang
lain, yang ada kemungkinan merupakan wabah penyakit. Mereka
bermegah atas pembantaian besar-besaran yang telah diperbuat
terhadap dengan pedang mereka di antara orang-orang Israel
(4:10). namun Allah membiarkan mereka tahu, bahwa meskipun Ia
tidak memandang pantas untuk menghunus pedang Israel mela-
wan mereka (pedang itu tidak layak untuk dipakai), namun Ia
memiliki pedang-Nya sendiri, yang dengannya Ia dapat melak-
sanakan hukuman yang tidak kalah mengerikan di antara
mereka. Jika Ia mengasah pedang-Nya itu, dan tangan-Nya meme-
gang penghukuman, maka Ia membalas dendam kepada lawan-
Nya (Ul. 32:41-42). Perhatikanlah, orang-orang yang berseteru
dengan Allah, tabut-Nya, dan Israel milik-Nya, tak ayal akan di-
hancurkan pada akhirnya. Jika penginsafan tidak dapat menak-
lukkan, maka kehancuranlah yang akan melakukannya.
2. Orang-orang yang tidak dihancurkan, dihajar-Nya dengan borok-
borok (ay. 6), pada bagian tubuh mereka yang tersembunyi (ay. 9,
KJV), begitu pedihnya hingga teriakan itu naik ke langit (ay. 12).
Yaitu, teriakan itu dapat didengar dari kejauhan, dan mungkin,
dalam penderitaan dan kesengsaraan mereka yang luar biasa,
mereka berteriak, bukan kepada Dagon, melainkan kepada Allah
di sorga. Sang pemazmur, saat sedang berbicara tentang peng-
hukuman yang pedih atas orang-orang Filistin ini, menggambar-
kannya demikian: Allah memukul mundur para lawan-Nya, dan
memicu mereka mendapat cela untuk selama-lamanya (Mzm.
78:66). Borok-borok itu, yang kita sebut wasir, dan mungkin pada
waktu itu merupakan penyakit yang lebih pedih daripada seka-
rang, diancamkan di antara penghakiman-penghakiman yang
akan menjadi dampak dari kutukan itu (Ul. 28:27). Penyakit itu
menyakitkan dan juga memalukan. Penyakit yang keji untuk per-
buatan-perbuatan keji. Melalui penyakit itu Allah hendak meren-
dahkan kesombongan mereka, dan memberikan penghinaan atas
mereka, seperti yang telah mereka lakukan atas tabut-Nya.
Penyakit itu mewabah, dan mungkin, di antara mereka, yaitu
penyakit baru. Asdod dihajar, dan juga daerahnya, negeri di
sekitarnya. sebab penghinaan terhadap ketetapan-ketetapan
Allah, banyak di antara mereka yang lemah dan sakit, dan tidak
sedikit yang meninggal (1Kor. 11:30).
3. Orang-orang Asdod segera menyadari bahwa itu yaitu perbuatan
tangan Allah, Allah Israel (ay. 7). Dengan demikian, mereka mau
tidak mau harus mengakui kekuatan dan kekuasaan-Nya, dan
mengaku bahwa mereka ada dalam wilayah pemerintahan-Nya.
Dan sekalipun begitu, mereka tidak mau meninggalkan Dagon
dan tunduk kepada Yehova. Justru sebaliknya, sebab sekarang
Ia telah menyentuh tulang dan daging mereka, dan di bagian yang
lembut, maka mereka sudah bersiap-siap untuk mengutuk-Nya di
depan wajah-Nya. Dan bukannya berdamai dengan-Nya, dan ber-
usaha supaya tabut-Nya tinggal bersama mereka dalam hubung-
an yang baik, mereka justru ingin menyingkirkan tabut itu.
Mereka seperti orang-orang Gerasa, yang, saat telah kehilangan
babi-babi mereka, mendesak Kristus supaya meninggalkan daerah
mereka. Orang yang hatinya penuh nafsu kedagingan, saat
menderita di bawah penghakiman-penghakiman Allah, akan lebih
memilih, sekiranya mungkin, untuk menjauhkan Dia dari mereka
daripada masuk ke dalam perjanjian dan persekutuan dengan-
Nya, dan menjadikan Dia Teman mereka. Demikian pula orang-
orang Asdod menetapkan hati, bahwa tabut Allah Israel tidak
boleh tinggal pada kita.
4. Orang-orang Asdod memutuskan untuk mengganti tempat pena-
hanan tabut itu. Majelis agung dipanggil untuk berkumpul, dan
pertanyaan yang diajukan kepada semua raja kota yaitu , “Apa
yang akan kita lakukan dengan tabut itu?” Dan pada akhirnya
disepakati bahwa tabut itu harus dibawa ke Gat (ay. 8). Dengan
congkak dan penuh takhayul, mereka menyangka bahwa kesalah-
annya ada pada tempatnya, dan bahwa tabut itu akan lebih
senang jika ditempatkan di tempat lain, yang lebih jauh dari kuil
Dagon. Oleh sebab itu, bukannya mengembalikan tabut itu ke
tempatnya sendiri, seperti yang seharusnya mereka lakukan,
mereka malah berusaha membawanya ke tempat lain. Gat yaitu
tempat yang ditunjuk, tempat yang terkenal dengan bangsa rak-
sasa, namun kekuatan dan perawakan mereka tidak bisa menjadi
pagar untuk melindungi wabah penyakit dan borok-borok. Orang-
orang dari kota itu dihajar, baik anak-anak dan orang dewasa (ay.
9), baik orang kerdil maupun orang raksasa, semuanya sama bagi
penghakiman-penghakiman Allah. Tak seorang pun yang begitu
besar hingga dapat mengatasi penghakiman-penghakiman itu,
dan tak seorang pun yang begitu kecil hingga terlewat olehnya.
5. Mereka semua pada akhirnya dibuat kepayahan oleh tabut itu,
dan sangat ingin menyingkirkannya. Tabut itu dibawa dari Gat ke
Ekron, dan, sebab datang atas perintah majelis, orang-orang
Ekron tidak dapat menolaknya, namun sangat geram terhadap para
pembesar mereka sebab mengirimkan pemberian yang memati-
kan seperti itu kepada mereka (ay. 10): Mereka memindahkan
tabut Allah Israel itu kepada kita untuk mematikan kita dan bang-
sa kita. Tabut itu mempunyai loh-loh batu hukum di dalamnya,
dan tidak ada hal lain yang lebih diinginkan oleh orang-orang
Israel yang setia selain firman Allah sebab bagi mereka firman
Allah yaitu bau kehidupan yang menghidupkan. namun bagi
orang-orang Filistin yang tidak bersunat, yang bersikeras dalam
permusuhan terhadap Allah, tidak ada hal lain yang lebih me-
ngerikan atau tidak diinginkan selain firman Allah. Bagi mereka
firman Allah yaitu bau kematian yang mematikan. Sidang umum
segera digelar, untuk berunding tentang mengantar tabut Allah
Israel itu kembali ke tempatnya (ay. 11). Sementara mereka berun-
ding tentangnya, tangan Allah melaksanakan pekerjaan. Rancang-
an-rancangan mereka untuk menghindar dari penghakiman itu
justru hanya menyebarkan penghakiman itu. Banyak dari antara
mereka jatuh dan mati. Lebih banyak lagi yang mengamuk kesa-
kitan sebab borok-borok (ay. 12). Apa yang harus mereka laku-
kan? Sorak-sorak mereka atas penawanan tabut itu segera ber-
ubah menjadi ratapan, dan mereka begitu ingin menyingkirkan-
nya sama seperti dulu mereka begitu ingin merebutnya. Perhati-
kanlah, Allah dapat dengan mudah membuat Yerusalem menjadi
batu yang berat bagi semua orang yang mengangkatnya (Za. 12:3).
Orang-orang yang berperang melawan Allah akan segera menda-
pat pelajaran, dan, pada awal atau akhir, akan dibuat mengetahui
bahwa tak satu pun orang yang mengeraskan hatinya melawan
Allah akan berhasil. Kekayaan yang diperoleh dari penipuan dan
ketidakadilan, terutama apa yang diperoleh dengan mencemarkan
barang yang kudus dan merampas Allah, meskipun ditelan dengan
rakus, dan dikunyah seperti sepotong roti yang manis, pastilah
akan dimuntahkan lagi. Sebab, sebelum itu terjadi, si pendosa
tidak akan mengenal ketenangan dalam batinnya (Ayb. 20:15-20).
PASAL 6
alam pasal ini kita mendapati kembalinya tabut TUHAN ke
tanah Israel. Ke sanalah kita sekarang mengiringinya dengan
senang hati, dan amatilah,
I. Bagaimana orang-orang Filistin menyingkirkan tabut itu,
melalui nasihat para imam mereka (ay. 1-11), dengan per-
sembahan-persembahan yang mahal untuk Allah Israel,
untuk membuat tebusan atas dosa mereka (ay. 3-5). Dan
sekalipun begitu, mereka merancang untuk membawa tabut
itu kembali, kecuali sang Penyelenggara mengarahkan lem-
bu-lembu yang mengangkutnya, bertentangan dengan naluri
mereka, untuk pergi ke tanah Israel (ay. 8-9).
II. Bagaimana orang-orang Israel menyambut tabut itu.
1. Dengan penuh sukacita dan korban-korban pujian (ay. 12-
18).
2. Dengan rasa penasaran yang berlebihan hingga lancang
untuk melihat ke dalam tabut itu. Akibatnya banyak dari
mereka dihantam mati, dan sebab mereka merasa ngeri,
mereka mengirimkan tabut itu ke kota lain (ay. 19-21).
Tabut TUHAN di Antara Orang-orang Filistin
(6:1-9)
1 sesudah tujuh bulan lamanya tabut TUHAN itu ada di daerah orang Filistin,
2 maka orang Filistin itu memanggil para imam dan para petenung, lalu
berkata kepada mereka: “Apakah yang harus kami lakukan dengan tabut
TUHAN itu? Beritahukanlah kepada kami, bagaimana kami harus mengan-
tarkannya kembali ke tempatnya.” 3 Lalu kata mereka: “jika kamu meng-
antarkan tabut Allah Israel itu, maka janganlah kamu mengantarkannya
dengan tangan hampa, melainkan haruslah kamu membayar tebusan salah
kepada-Nya; maka kamu akan menjadi sembuh dan kamu akan mengetahui,
mengapa tangan-Nya tidak undur dari padamu.” 4 Sesudah itu bertanyalah
mereka: “Apakah tebusan salah yang harus kami bayar kepada-Nya?” Jawab
mereka: “Menurut jumlah raja-raja kota orang Filistin, lima borok emas dan
lima tikus emas, sebab tulah yang sama menimpa kamu sekalian dan raja-
raja kotamu. 5 Jadi buatlah gambar borok-borokmu dan gambar tikus yang
merusak tanahmu, dan sampaikanlah hormatmu kepada Allah Israel. Mung-
kin Ia akan mengangkat dari padamu, dari pada allahmu dan dari pada
tanahmu tangan-Nya yang menekan dengan berat. 6 Mengapa kamu berkeras
hati, sama seperti orang Mesir dan Firaun berkeras hati? Bukankah mereka
membiarkan bangsa itu pergi, saat Ia mempermain-mainkan mereka?
7 Oleh sebab itu ambillah dan siapkanlah sebuah kereta baru dengan dua
ekor lembu yang menyusui, yang belum pernah kena kuk, pasanglah kedua
lembu itu pada kereta, namun bawalah anak-anaknya kembali ke rumah,
supaya jangan mengikutinya lagi. 8 Kemudian ambillah tabut TUHAN, muat-
kanlah itu ke atas kereta dan letakkanlah benda-benda emas, yang harus
kamu bayar kepada-Nya sebagai tebusan salah, ke dalam suatu peti di sisi-
nya. Dan biarkanlah tabut itu pergi. 9 Perhatikanlah: jika tabut itu
mengambil jalan ke daerahnya, ke Bet-Semes, maka Dialah itu yang telah
mendatangkan malapetaka yang hebat ini kepada kita. Dan jika tidak, maka
kita mengetahui, bahwa bukanlah tangan-Nya yang telah menimpa kita;
kebetulan saja hal itu terjadi kepada kita.”
Kata-kata pertama dari pasal ini memberi tahu kita berapa lama
penawanan tabut TUHAN berlanjut. Selama tujuh bulan lamanya
tabut TUHAN itu ada di daerah orang Filistin. Di ladang orang Filistin
(demikian dalam bahasa aslinya), yang dari sini sebagian penafsir
berkesimpulan bahwa, sesudah mencobanya di semua kota mereka,
dan mendapati bahwa tabut itu menjadi tulah bagi penduduk tiap-
tiap kota, mereka pada akhirnya mengantarkannya ke ladang ter-
buka. Di atas ladang itu bermunculanlah tikus-tikus dari tanah da-
lam jumlah yang sangat banyak, dan menghancurkan gandum yang
sudah hampir matang dan merusak tanah itu. Dengan tulah pengha-
kiman itulah mereka ditimpa (ay. 5), dan sekalipun begitu peng-
hakiman itu tidak disebutkan dalam pasal sebelumnya. Demikianlah
Allah membiarkan mereka tahu bahwa di mana saja mereka mem-
bawa tabut itu, selama mereka membawanya sebagai tawanan,
mereka akan mendapatinya sebagai kutukan bagi mereka. Terkutuk-
lah engkau di kota dan terkutuklah engkau di ladang (Ul. 28:16). Akan
namun , sebagian besar penfasir mengartikannya, sama seperti kita, di
daerah orang Filistin. Nah,
1. Tujuh bulan lamanya Israel dihukum dengan ketidakhadiran ta-
but TUHAN, tanda istimewa dari hadirat Allah itu. Betapa hampa
Kemah Pertemuan terlihat tanpanya! Betapa kota yang kudus
sekarang menjadi reruntuhan, dan tanah suci menjadi padang
belantara! Tidak diragukan lagi, itu yaitu saat yang menyedih-
kan bagi orang-orang baik di antara mereka, terutama bagi Sa-
muel. namun mereka memiliki hal ini untuk menghibur diri mere-
ka, seperti yang kita miliki dalam kesusahan serupa, saat
penghiburan dari ketetapan-ketetapan ibadah bersama diambil
dari kita, bahwa, di mana pun tabut TUHAN berada, TUHAN ada
di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga. Dan
dengan iman dan doa kita bisa masuk dengan berani untuk
menemui-Nya di sana. Kita bisa tetap dekat dengan Allah, saat
tabut-Nya ada di tempat yang jauh.
2. Tujuh bulan lamanya orang-orang Filistin dihukum dengan keha-
diran tabut TUHAN. Selama itulah tabut TUHAN menjadi tulah
bagi mereka, sebab mereka tidak mau mengembalikannya dengan
lebih cepat. Perhatikanlah, orang-orang berdosa memperpanjang
kesengsaraan-kesengsaraan mereka sendiri dengan berkeras ke-
pala dan menolak untuk berpisah dengan dosa-dosa mereka.
Tulah-tulah Mesir akan kurang dari sepuluh seandainya hati
Firaun tidak mengeras dan membiarkan bangsa Israel pergi.
namun pada akhirnya diputuskan bahwa tabut itu harus dikem-
balikan. Tidak ada obat penawar, mereka akan binasa jika tetap
menahannya.
I. Para imam dan para petenung dimintai petunjuk tentang pemu-
langan tabut itu (ay. 2). Mereka dianggap sebagai orang-orang
yang paling mengenal aturan-aturan hikmat dan juga upacara-
upacara penyembahan dan penebusan. sebab orang Israel ada-
lah tetangga mereka, dan termasyhur di atas segala bangsa de-
ngan ketetapan-ketetapan agama mereka, maka tidak diragukan
lagi para imam dan petenung itu ingin mengenal hukum-hukum
dan kebiasaan mereka. Oleh sebab itu pantaslah untuk bertanya
kepada mereka, apakah yang harus kami lakukan dengan tabut
TUHAN itu? Segala bangsa mempunyai rasa hormat terhadap para
imam mereka, sebagai orang-orang yang menyimpan pengetahuan
dalam bibirnya. Adakah orang-orang Filistin mempunyai para
petenung? Kita pun mempunyai hamba-hamba Tuhan, yang ke-
pada mereka kita harus bertanya bagaimana kita harus datang
menghadap Tuhan dan sujud menyembah di hadapan Allah yang
maha tinggi.
II. Para imam dan para petenung itu memberi nasihat dengan sepe-
nuhnya, dan tampak bersuara bulat di dalamnya. Sungguh meng-
herankan bahwa mereka, sebagai teman bagi negeri mereka, tidak
memberi nasihat ex officio – secara resmi, sebelum diminta.
1. Mereka menegaskan kepada rakyat bahwa tabut itu harus di-
kembalikan lagi, dengan mengambil contoh Firaun dan orang
Mesir (ay. 6). Sebagian orang, ada kemungkinan, enggan me-
nyerahkannya, dan ingin mencoba menahan tabut itu selama
beberapa waktu lagi. Kepada merekalah para imam dan pete-
nung ini bertanya: Mengapa kamu berkeras hati, sama seperti
orang Mesir dan Firaun berkeras hati? Tampaknya mereka
mengenal baik sejarah tentang Musa, dan dapat mengutip
peristiwa-peristiwa berkaitan yang bisa dijadikan pelajaran.
Dengan cara yang baik seperti itulah kita harus memanfaat-
kan catatan-catatan yang tetap tinggal tentang penghakiman-
penghakiman Allah atas para pendosa yang keras kepala. Dari
catatan itu kita harus belajar menerima peringatan untuk
tidak mengeraskan hati kita seperti para pendosa itu. Jauh
lebih murah untuk belajar dari pengalaman orang lain dari-
pada belajar dari pengalaman kita sendiri. Orang Mesir pada
akhirnya dipaksa untuk membiarkan bangsa Israel pergi. Oleh
sebab itu, biarlah orang Filistin menyerah pada waktunya
untuk membiarkan tabut TUHAN pergi.
2. Para imam dan para petenung itu menasihati bahwa, saat
mengantarkan kembali tabut itu, mereka harus membawa
tebusan salah bersamanya (ay. 3). Mereka mungkin tahu sifat-
sifat dari allah-allah bangsa lain, namun mengenai Allah bangsa
Israel, mereka tahu Ia yaitu Allah yang pencemburu, dan
betapa ketatnya Ia dalam menuntut korban penghapus dosa
dan tebusan salah dari umat-Nya sendiri. Oleh sebab itu,
sebab mereka mendapati betapa Ia sangat membenci peng-
hinaan yang dilakukan mereka dengan menahan tabut-Nya,
maka orang-orang yang berseteru dengan-Nya seperti itu
haruslah membayar tebusan salah kepada-Nya, dan mereka
tidak dapat berharap untuk disembuhkan dengan syarat-sya-
rat lain. Keadilan yang dilukai menuntut penebusan. Sejauh
itu sajalah terang alami mengajar manusia. namun saat
mereka mulai merancang seperti apa penebusan itu, pikiran
mereka menjadi sia-sia secara menyedihkan. namun orang-
orang yang telah menindas kebenaran dengan kelaliman,
dengan dosa yang disengaja, seperti yang dilakukan orang-
orang Filistin terhadap tabut TUHAN (Rm. 1:18), mereka itu
dapat menyimpulkan bahwa mereka tidak dapat berdamai
dengan Dia yang sudah mereka jahati seperti itu selain melalui
korban penghapus dosa. Dan kita orang Kristen tahu bahwa
hanya ada satu orang yang dapat menghapus dosa.
3. Para imam dan para petenung itu memerintahkan supaya
tebusan salah ini menjadi tanda pengakuan atas hukuman
terhadap kejahatan mereka. Melalui tebusan salah ini mereka
mengakui diri untuk menerima aib atas mereka sebagai orang-
orang yang ditaklukkan dan menyerah, dan bersalah di hadap-
an Allah. Dengan begitu mereka dapat menyampaikan hormat
mereka kepada Allah Israel sebagai Penakluk mereka yang
perkasa dan Penuntut balas yang maha adil (ay. 5). Mereka
harus membuat gambar borok-borok, yaitu, bengkak-bengkak
dan luka-luka yang sudah mereka derita, dan dengan demi-
kian mengabadikan cela dari penyakit yang memalukan itu
melalui tindakan dan perbuatan mereka sendiri (Mzm. 78:66).
Mereka juga harus membuat gambar tikus yang merusak
tanah mereka, dan dengan begitu mengakui kemahakuasaan
Allah Israel, yang dapat menghajar dan merendahkan mereka,
bahkan pada hari kemenangan mereka, melalui binatang yang
begitu kecil dan menjijikkan. Gambar-gambar ini haruslah
dibuat dari emas, logam yang paling mulia, untuk menyiratkan
bahwa mereka dengan senang hati ingin berdamai dengan
Allah Israel berapa pun harga yang harus dibayar, dan tidak
akan menganggap emas, banyak emas tua, terlalu mahal un-
tuk itu. Borok-borok emas itu harus berjumlah lima, menurut
jumlah raja-raja kota, yang, ada kemungkinan, semuanya
menderita borok-borok itu, dan bersedia untuk mengakuinya
demikian. Disarankan bahwa tikus emas itu berjumlah lima
juga, namun , sebab seluruh negeri dijangkiti olehnya, maka
tampaknya, sesudah dipikirkan kembali, mereka mengirim lebih
banyak tikus emas, menurut jumlah segala kota, baik kota-kota
yang berkubu maupun dusun-dusun sekitarnya (ay. 18). Para
imam mereka mengingatkan mereka bahwa tulah yang sama
menimpa mereka sekalian. Mereka tidak dapat menyalahkan
satu sama lain, sebab mereka semua bersalah, dan hal ini
diberitahukan kepada mereka secara jelas melalui tulah yang
menimpa mereka semua. Tawaran mereka untuk mempersem-
bahkan tebusan salah atas pelanggaran mereka cukup sesuai
dengan pewahyuan ilahi pada waktu itu. namun mengirimkan
hal-hal seperti ini sebagai tebusan salah sangatlah asing, dan
menunjukkan betapa mereka benar-benar tidak mengetahui
cara-cara pendamaian yang ditetapkan oleh hukum Musa.
Sebab dari semula sudah tampak bahwa darahlah, dan bukan
emas, yang membuat tebusan bagi jiwa.
4. Para imam dan para petenung itu mendorong mereka untuk
berharap bahwa dengan cara seperti itulah mereka boleh ber-
harap akan berhasil menyingkir dari tulah itu: Kamu akan
menjadi sembuh (ay. 3). Sebab, tampaknya, penyakit itu ber-
sikeras menolak semua cara penyembuhan yang sudah di-
resepkan oleh tabib-tabib mereka. “Oleh sebab itu, biarlah
mereka mengantar kembali tabut itu, dan pada saat itu,” kata
mereka, “Kamu akan mengetahui, mengapa tangan-Nya tidak
undur dari padamu. Yaitu, pada saat itulah akan tampak apa-
kah sebab kamu menahan tabut itu hingga kamu mendapat
tulah seperti itu. Sebab, jika benar adanya, maka sesudah
kamu menyerahkan tabut itu, tulah itu akan berhenti.” Allah
kadang-kadang membiarkan umat-Nya mengadakan pengujian
seperti itu, untuk mencari tahu apakah pembaharuan diri
akan menjadi kelepasan bagi mereka. Ujilah Aku, firman
TUHAN semesta alam (Mal. 3:10; Hag. 2:19-20). Namun mere-
ka berbicara dengan ragu-ragu (ay. 5): Mungkin Ia akan meng-
angkat dari padamu tangan-Nya yang menekan dengan berat.
Seolah-olah sekarang mereka mulai berpikir bahwa peng-
hakiman itu bisa saja datang dari tangan Allah, dan sekalipun
begitu tidak dapat disingkirkan dengan segera sesudah tabut
itu dikembalikan. Bagaimanapun juga, itu yaitu cara yang
paling besar kemungkinannya untuk memperoleh belas kasih-
an. Singkirkan penyebabnya, maka akibatnya akan berhenti.
5. Namun para imam dan para petenung itu juga menyuruh me-
reka untuk mengadakan pengujian lebih jauh, untuk mencari
tahu apakah tangan Allah Israel yang telah menghajar mereka
dengan tulah-tulah ini atau bukan. Mereka harus, sebagai
penghormatan terhadap tabut itu, menaruhnya di atas kereta
atau kendaraan pengangkut yang baru, untuk ditarik oleh dua
ekor lembu yang menyusui, yang memiliki anak-anak yang
menyusu pada mereka setiap hari (ay. 7). Kedua lembu itu
haruslah tidak terbiasa menarik kereta, dan selalu ingin pu-
lang, baik sebab ingin kembali ke kandang di mana mereka
diberi makan maupun demi anak-anak yang sedang mereka
susui. Selain itu, kedua lembu itu sama sekali tidak mengenal
jalan menuju tanah Israel. Tak seorang pun boleh memimpin
atau menggiring mereka, namun mereka harus mengambil jalan
mereka sendiri, supaya, dengan segala alasan, orang akan me-
nyangka, mereka pasti akan mengambil jalan pulang. Maksud
mereka, jika Allah Israel, satu-satunya Allah yang mampu
berbuat demikian, sesudah semua mujizat lain yang dikerjakan-
Nya, tidak mau mengerjakan mujizat lagi, dan melalui kuasa
yang tak terlihat tidak memimpin lembu-lembu ini, berten-
tangan dengan naluri dan kecenderungan alami mereka, ke
tanah Israel, dan khususnya ke Bet-Semes, maka mereka pun
akan menarik kembali ucapan mereka sebelumnya. Mereka
akan percaya bahwa bukan tangan Allahlah yang menghajar
mereka, melainkan kebetulan saja hal itu terjadi kepada mere-
ka (ay. 8-9). Demikianlah Allah membiarkan diri-Nya dicobai
dan diperintah, walaupun sebelumnya Ia telah dihina, oleh
orang-orang Filistin yang tidak bersunat ini. Bersediakah me-
reka jika kehormatan Dagon, allah mereka, dipertaruhkan
dalam masalah seperti ini? Lihatlah betapa orang-orang jahat
bersedia menyingkirkan keyakinan-keyakinan mereka akan
tangan Allah atas mereka, dan percaya, saat mereka sedang
dalam kesulitan, bahwa kebetulan saja hal itu terjadi kepada
mereka. Jika demikian, tongkat hajaran yang harus mereka
dengar dan beri perhatian, sungguh tidak mempunyai suara.
Pengembalian Tabut TUHAN
(6:10-18)
10 Demikianlah diperbuat orang-orang itu. Mereka mengambil dua ekor
lembu yang menyusui, dipasangnya pada kereta, namun anak-anaknya di-
tahan di rumah. 11 Mereka meletakkan tabut TUHAN ke atas kereta, juga peti
berisi tikus-tikus emas dan gambar benjol-benjol mereka. 12 Lembu-lembu itu
langsung mengikuti jalan yang ke Bet-Semes; melalui satu jalan raya, sambil
menguak dengan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, sedang raja-raja
kota orang Filistin itu berjalan di belakangnya sampai ke daerah Bet-Semes.
13 Orang-orang Bet-Semes sedang menuai gandum di lembah. saat mereka
mengangkat muka, maka tampaklah kepada mereka tabut itu, lalu bersuka-
citalah mereka melihatnya. 14 Kereta itu sampai ke ladang Yosua, orang Bet-
Semes itu, dan berhenti di sana. Di sana ada batu besar. Mereka membelah
kayu kereta itu dan mereka mempersembahkan lembu-lembu sebagai korban
bakaran kepada TUHAN. 15 Orang-orang suku Lewi menurunkan tabut
TUHAN dengan peti yang ada di sebelahnya, yang di dalamnya ada benda-
benda emas itu, lalu menaruhnya di atas batu besar itu, dan pada hari itu
orang-orang Bet-Semes mempersembahkan korban bakaran dan korban
sembelihan kepada TUHAN. 16 saat kelima raja kota orang Filistin melihat
hal itu, pulanglah mereka ke Ekron pada hari itu juga. 17 Inilah benjol-benjol
emas yang dibayar orang Filistin kepada TUHAN sebagai tebusan salah: dari
Asdod satu, dari Gaza satu, dari Askelon satu, dari Gat satu, dari Ekron satu;
18 lagi tikus-tikus emas menurut jumlah segala kota orang Filistin kepunyaan
kelima raja kota itu, baik kota-kota yang berkubu maupun dusun-dusun
sekitarnya; dan batu besar, yang di atasnya diletakkan mereka tabut TUHAN,
di ladang Yosua, orang Bet-Semes itu, yaitu saksi sampai hari ini.
Dalam perikop ini kita diberi tahu,
I. Bagaimana orang-orang Filistin menyingkirkan tabut itu (ay. 10-
11). Mereka dibuat senang berpisah dengannya sama seperti sebe-
lumnya mereka dibuat senang mengambilnya. Sama seperti Allah
telah mengeluarkan Israel dari rumah perbudakan, demikian pula
sekarang Ia mengambil keluar tabut dari penawanannya, dengan
cara yang luar biasa hingga orang Mesir bersukacita, saat
mereka keluar (Mzm. 105:38).
1. Orang-orang Filistin itu tidak menerima uang atau bayaran
sebagai tebusan untuk tabut itu, seperti yang mereka harap-
kan, bahkan di luar tebusan seorang raja. Demikian pula di-
nubuatkan tentang Koresh (Yes. 45:13), dialah yang akan me-
lepaskan orang-orang-Ku yang ada dalam pembuangan, tanpa
bayaran dan tanpa suap. Bahkan sebaliknya,
2. Orang-orang Filistin itu memberikan perhiasan emas, seperti
yang diberikan orang Mesir kepada orang Israel, supaya tabut
itu disingkirkan dari mereka. Demikianlah tabut yang dibawa
ke tanah orang Filistin, sebagai piala kemenangan mereka,
membawa kembali bersamanya piala-pialanya kemenangannya
sendiri, beserta tugu peringatan yang abadi tentang aib orang-
orang Filistin. Perhatikanlah, Allah tidak akan dikalahkan da-
lam kemuliaan-Nya, pada akhirnya, oleh keberhasilan musuh-
musuh jemaat melawan tabut-Nya. namun Ia akan mendapat-
kan bagi diri-Nya kehormatan dari orang-orang yang berusaha
menghina Dia.
II. Bagaimana lembu-lembu itu membawa tabut TUHAN ke tanah
Israel (ay. 12). Lembu-lembu itu langsung mengikuti jalan yang ke
Bet-Semes, kota berikutnya di tanah Israel, dan kota para imam,
dengan tidak menyimpang. Ini yaitu contoh yang menakjubkan
dari kuasa Allah atas binatang-binatang, dan bila dilihat dari
segala segi, sungguh merupakan sebuah mujizat, bahwa ternak
yang tidak terbiasa kena kuk dapat menarik kereta dengan begitu
mulus, begitu teratur, dan terus maju ke depan. Bahwa, tanpa
seorang pengendara, kedua lembu itu mau saja meninggalkan
kandang mereka, padahal biasanya semua makhluk jinak pastilah
ingin tinggal tetap di situ. Mereka juga mau meninggalkan anak-
anak mereka sendiri, yang tentu saja pastilah mereka sayangi
secara alami. Juga, merupakan mujizat, bahwa tanpa seorang
pembimbing, kedua lembu itu dapat menempuh jalan lurus ke
Bet-Semes, kota sejauh tiga belas atau enam belas kilometer,
tidak pernah kehilangan arah, tidak pernah menyimpang ke
ladang untuk memberi makan diri mereka sendiri, atau kembali
pulang untuk memberi makan anak-anak mereka. Kedua lembu
itu pergi sambil menguak untuk anak-anak mereka, yang dengan
ini tampak bahwa mereka belum melupakan anak-anak mereka,
namun secara alami peka akan kesedihan sebab meninggalkan
anak-anak mereka. Kuasa dari Allah pencipta alam, oleh sebab
itu, tampak jauh lebih besar, dalam mengatasi salah satu naluri
alamiah yang paling kuat. Kedua lembu ini, menurut Dr. Light-
foot, mengetahui pemilik mereka, Pemilik mereka yang agung
(Yes. 1:3), yang tidak dikenal Hofni dan Pinehas. Dan kalau boleh
saya tambahkan, kedua lembu itu membawa pulang tabut TUHAN
untuk mempermalukan kebodohan orang Israel, yang tidak ber-
usaha untuk membawanya pulang. Penyelenggaraan Allah menge-
nal gerak-gerik bahkan dari binatang-binatang, dan memenuhi
tujuan-tujuan-Nya sendiri melalui mereka. Raja-raja kota orang
Filistin, tidak diragukan lagi bersama rombongannya masing-ma-
sing, mengikuti kedua lembu itu dengan terkagum-kagum akan
kuasa Allah Israel. Dengan demikianlah orang-orang yang me-
nyangka sudah menang atas tabut TUHAN dibuat mengikuti tabut
itu seperti pelayan-pelayan.
III. Bagaimana tabut itu disambut di tanah Israel: Orang-orang Bet-
Semes sedang menuai gandum (ay. 13). Mereka terus saja melaku-
kan pekerjaan duniawi mereka, dan tidak ambil peduli terhadap
tabut itu, tidak mencari tahu apa yang telah terjadi dengannya.
Seandainya mereka mencari tahu, ada kemungkinan mereka
mendapat kabar sebelumnya tentang kedatangan tabut itu, dan
pergi untuk menyongsongnya, dan mengantarnya ke perbatasan
wilayah mereka sendiri. namun mereka sama tak acuhnya dengan
orang-orang yang memapani rumah mereka sendiri dan membiar-
kan rumah Allah tetap menjadi reruntuhan. Perhatikanlah, Allah
pada waktu-Nya sendiri akan mewujudkan pembebasan jemaat-
Nya, bukan hanya meskipun jemaat-Nya diperangi oleh musuh-
musuhnya, melainkan juga meskipun jemaat-Nya diabaikan oleh
sahabat-sahabatnya. Sebagian penafsir mencermati bahwa tabut
yang kembali itu mendapati orang-orang Bet-Semes tidak sedang
bermalas-malasan atau bermain-main di pinggir jalan, namun
sedang sibuk, menuai gandum di ladang mereka, dan bekerja de-
ngan baik. Demikian pula kabar tentang kelahiran Kristus dibawa
kepada para gembala saat mereka sedang menjaga kawanan
ternak mereka pada waktu malam. Iblis mengunjungi orang-orang
yang malas dengan godaan-godaannya, sedangkan Allah mengun-
jungi orang-orang yang rajin dengan perkenanan-perkenanan-
Nya. Tangan tak terlihat yang sama yang mengarahkan lembu-
lembu itu ke tanah Israel, membawa mereka ke ladang Yosua. Di
ladang itu lembu-lembu itu berdiri, menurut sebagian penafsir
demi pemiliknya. Mereka menduga bahwa sebab pemilik ladang
itu yaitu orang yang sangat baik, maka Allah bermaksud
memberikan kehormatan ini kepadanya. Saya lebih berpendapat
bahwa itu demi batu besar yang ada di ladang itu, yang merupa-
kan tempat yang nyaman untuk menaruh tabut itu, seperti yang
dibicarakan dalam ayat 14-15, 18. Nah,
1. saat para penuai gandum melihat tabut itu, bersukacitalah
mereka (ay. 13). Sukacita mereka untuk tabut itu lebih besar
daripada sukacita panen, dan sebab itu mereka meninggal-
kan pekerjaan mereka untuk menyambutnya. saat TUHAN
memulihkan tabut-Nya yang ditawan, mereka seperti orang-
orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut mereka penuh
dengan tertawa (Mzm. 126:1-2). Meskipun mereka tidak mem-
punyai cukup semangat dan keberanian untuk berusaha
menyelamatkan atau menebusnya, namun, saat tabut itu
benar-benar datang, mereka menyambutnya dengan sepenuh
hati. Perhatikanlah, kembalinya tabut TUHAN, dan dihidup-
kannya kembali ketetapan-ketetapan ibadah yang kudus, sete-
lah melewati hari-hari yang penuh kekangan dan kesusahan,
tidak bisa tidak pasti menjadi pokok sukacita yang besar bagi
setiap orang Israel yang setia.
2. Orang-orang Bet-Semes mempersembahkan lembu-lembu itu
sebagai korban bakaran, bagi kehormatan Allah, dan meng-
gunakan kayu kereta sebagai bahan bakarnya (ay. 14). Mung-
kin orang-orang Filistin meniatkan kedua lembu ini, saat
mengirimkannya, untuk menjadi bagian dari tebusan salah
mereka, untuk mengadakan pendamaian (ay. 3, 7). Apa pun
itu, orang-orang Bet-Semes memandang pantas untuk meng-
gunakan kedua lembu itu seperti ini, sebab kedua lembu itu
sama sekali tidak pantas digunakan untuk keperluan lain.
Kereta itu tidak akan pernah membawa barang biasa lagi,
sebab ia telah membawa lambang suci dari hadirat ilahi. Dan
lembu-lembu itu sudah berada di bawah bimbingan yang lang-
sung dari sorga hingga Allah, seperti yang tampak dalam peng-
gambarannya, sudah memberikan tuntutan atasnya. Kedua
lembu itu yaitu hamba-hamba bagi-Nya, dan sebab itu
harus menjadi korban-korban persembahan untuk-Nya. Dan
tidak diragukan lagi kedua lembu itu diterima, meskipun
mereka betina, walaupun, menurut hukum yang ketat, setiap
korban bakaran haruslah jantan.
3. Orang-orang Bet-Semes menyimpan tabut itu, bersama peti
perhiasan yang dipersembahkan oleh orang-orang Filistin, di
atas batu besar di ladang terbuka, tempat yang dingin untuk
tabut TUHAN dan tempat yang sangat hina. Namun lebih baik
begitu daripada di kuil Dagon, atau di tangan orang-orang
Filistin. Alangkah indahnya melihat tabut TUHAN ada di tem-
pat kediamannya dalam segala suasana yang khidmat dan
megah. namun lebih baik menaruhnya di atas batu besar, dan
di ladang kayu, daripada di luarnya. Keagungan yang hakiki
dari ketetapan-ketetapan ibadah tidak boleh berkurang di
mata kita sebab hina dan miskinnya tempat di mana ketetap-
an-ketetapan itu dijalankan. Sama seperti dibakarnya kereta
dan lembu-lembu yang membawa pulang tabut itu dapat ditaf-
sirkan sebagai sesuatu yang menandakan harapan-harapan
mereka bahwa tabut itu tidak boleh dibawa pergi lagi dari ta-
nah Israel, demikian pula didirikannya tabut itu di atas batu
besar dapat menandakan harapan-harapan mereka bahwa
tabut itu akan didirikan lagi di atas dasar yang teguh. Jemaat
didirikan di atas batu karang.
4. Mereka mempersembahkan korban-korban syukur kepada
Allah, menurut sebagian penafsir di atas batu besar itu, namun
lebih mungkin di atas mezbah tanah yang dibuat untuk keper-
luan itu (ay. 15). sebab perkaranya luar biasa, maka hukum
untuk mempersembahkan di atas mezbah di pelataran Kemah
Pertemuan dapat ditiadakan, dan itu lebih mudah sebab
sekarang Silo sudah diruntuhkan. Allah sendiri telah mening-
galkannya, dan tabut TUHAN, yang merupakan kemuliaannya
yang utama, ada pada mereka di sini. Bet-Semes, meskipun
terletak dalam milik pusaka suku Dan, namun yaitu milik
Yehuda, sehingga dibawanya tabut ini secara tak terduga di
sini merupakan pertanda bahwa tabut itu dirancang untuk
menetap di situ, seiring berjalannya waktu. Sebab, saat Allah
menolak kemah Yusuf, Ia memilih suku Yehuda (Mzm. 78:67-
68). Bet-Semes yaitu salah satu kota yang ditetapkan dari
milik pusaka Yehuda untuk anak-anak Harun (Yos. 21:16). Ke
mana lagi tabut itu harus pergi selain ke kota para imam? Dan
sungguh baik bahwa mereka mempunyai kaum suci yang siap
sedia (sebab meskipun mereka di sini disebut orang-orang
suku Lewi (ay. 15), namun tampaknya mereka yaitu para
imam) baik untuk menurunkan tabut itu maupun untuk
mempersembahkan korban-korban.
5. Raja-raja kota orang Filistin kembali ke Ekron, dengan ter-
kagum-kagum, dapat kita duga, mengenai apa yang telah
mereka lihat tentang kemuliaan Allah dan semangat orang-
orang Israel. Namun sekalipun begitu, tidak juga mereka insaf
dari penyembahan terhadap Dagon. Sebab betapa jarang suatu
bangsa menukarkan allahnya, meskipun itu sebenarnya bukan
allah! (Yer. 2:11). Meskipun mereka tidak bisa tidak pasti
berpikir bahwa Allah Israel itu mulia sebab kekudusan-Nya,
dan menakutkan sebab perbuatan-Nya yang masyhur, namun
mereka menetapkan hati untuk berpikir bahwa Baal-zebub,
dewa Ekron, masihlah sebaik Allah Israel. Dan kepada Baal-
zebublah hati mereka akan melekat, sebab dia yaitu milik
mereka.
6. Perhatian khusus tentang batu besar itu, yang tetap berada di
tempat yang sama. Di sanalah batu itu berada sampai hari ini
(ay. 18), sebab batu itu tetap menjadi tugu peringatan yang
abadi akan peristiwa besar ini. Batu itu berguna untuk menyo-
kong sejarah nenek moyang, yang melaluinya peristiwa besar
itu diteruskan kepada keturunan yang akan datang. Para
bapak akan berkata kepada anak-anak mereka, “Ini yaitu
batu yang di atasnya tabut TUHAN ditaruh saat tabut itu
keluar dari tangan orang-orang Filistin, sesuatu yang tidak
pernah boleh dilupakan.”
Tabut TUHAN di Bet-Semes
(6:19-21)
19 Dan Ia membunuh beberapa orang Bet-Semes, sebab mereka melihat ke
dalam tabut TUHAN; Ia membunuh tujuh puluh orang dari rakyat itu. Rakyat
itu berkabung, sebab TUHAN telah menghajar mereka dengan dahsyatnya.
20 Dan orang-orang Bet-Semes berkata: “Siapakah yang tahan berdiri di ha-
dapan TUHAN, Allah yang kudus ini? Kepada siapakah Ia akan berangkat me-
ninggalkan kita?” 21 Lalu mereka mengirim utusan kepada penduduk Kiryat-
Yearim dengan pesan: “Orang Filistin telah mengembalikan tabut TUHAN;
datanglah dan angkutlah itu kepadamu.”
Dalam perikop ini diceritakan tentang,
1. Dosa orang-orang Bet-Semes: Mereka melihat ke dalam tabut
TUHAN (ay. 19). Semua orang Israel sudah mendengar hal-hal
besar yang dikatakan tentang tabut itu, dan sudah dipenuhi rasa
hormat yang mendalam terhadapnya. namun mereka sudah diberi
tahu bahwa tabut itu tersimpan di dalam tabir, dan bahkan imam
besar sendiri pun tidak boleh melihatnya kecuali setahun sekali,
dan itu pun melalui asap ukupan. Sebab kita cenderung meng-
ingini apa yang dilarang, mungkin hal ini membuat banyak orang
berkata bahwa mereka akan berbuat apa saja untuk melihatnya.
Sebagian dari orang-orang Bet-Semes ini, dapat kita duga, untuk
alasan itu, bersukacita melihat tabut itu (ay. 13) lebih daripada
demi rakyat. Namun ini tidak membuat mereka puas. Mereka bisa
melihatnya, namun mereka ingin berbuat lebih jauh. Mereka mau
menanggalkan penutupnya, yang ada kemungkinan dipaku atau
disekrup, dan melihat ke dalam tabut itu, dengan dalih untuk
melihat apakah orang-orang Filistin telah mengambil dua loh batu
darinya, atau telah merusaknya dengan suatu cara. namun sebe-
narnya mereka ingin memuaskan rasa penasaran mereka sendiri
yang berdosa, yang menerobos ke dalam perkara-perkara yang
dipandang Allah pantas untuk disembunyikan dari mereka. Per-
hatikanlah, yaitu suatu penghinaan yang besar bagi Allah jika
orang-orang yang congkak ingin tahu dan mencampuri perkara-
perkara rahasia yang bukan milik mereka (Ul. 29:29; Kol. 2:18).
Kita semua dihancurkan oleh keinginan akan pengetahuan yang
terlarang. Apa yang membuat tindakan melihat ke dalam tabut ini
menjadi dosa besar yaitu bahwa tindakan itu timbul dari pikiran
yang rendah dan hina tentang tabut TUHAN. Keakraban mereka
dengan tabut itu dalam kesempatan ini menumbuhkan sikap
kurang ajar dan tidak hormat. Mungkin mereka menyalahguna-
kan jabatan mereka sebagai imam. namun martabat dari jabatan
pelayanan sama sekali tidak bisa dijadikan alasan untuk itu,
malah justru memperparah perlakuan yang ceroboh dan tidak
hormat terhadap barang-barang yang kudus. Mereka seharusnya,
melalui teladan mereka, mengajar orang lain untuk menjaga jarak
dan melihat tabut itu dengan kegentaran yang kudus. Mungkin
mereka menyalahgunakan sambutan baik yang telah mereka beri-
kan kepada tabut itu, dan korban-korban yang sekarang mereka
persembahkan untuk menerimanya pulang. Untuk semua yang
telah mereka lakukan itu, mereka pikir bahwa tabut itu berutang
budi kepada mereka, dan mereka diperbolehkan untuk mendapat-
kan ganti rugi dengan diberi kepuasan untuk melihat ke dalam-
nya. namun janganlah seorang pun berpikir, bahwa pelayanan
yang dilakukannya untuk Allah dapat membenarkan dia untuk
bertindak tidak hormat atau kurang ajar terhadap perkara-per-
kara Allah. Atau ada kemungkinan bahwa mereka menyalahguna-
kan keadaan-keadaan hina yang di dalamnya tabut itu sekarang
berada, yang baru keluar dari tawanan, dan belum menetap.
sebab sekarang tabut itu berdiri di atas batu yang dingin, mere-
ka menyangka bahwa mereka bisa bebas memperlakukannya. Me-
reka pasti tidak akan mendapat kesempatan lagi untuk menjadi
akrab dengannya seperti sekarang ini. yaitu suatu penghinaan
terhadap Allah jika kita memandang rendah ketetapan-ketetapan-
Nya, sebab hinanya cara pelaksanaannya. Seandainya mereka
melihat tabut itu dengan mata yang mengerti, dan tidak meng-
hakimi semata-mata melalui tampilan lahiriah, maka pastilah
mereka akan tahu bahwa tabut itu tidak pernah bersinar sedemi-
kian agungnya seperti saat itu. Tabut itu telah menang atas
orang-orang Filistin, dan keluar dari rumah perbudakannya de-
ngan kekuatannya sendiri, seperti Kristus keluar dari kubur.
Seandainya mereka mempertimbangkan hal ini, mereka tidak
akan melihat ke dalamnya seperti itu, sebagai peti biasa.
2. Hukuman kepada mereka atas dosa ini: Ia membunuh beberapa
orang Bet-Semes, banyak dari mereka, dengan dahsyatnya.
Betapa cemburunya Allah bagi kehormatan tabut-Nya! Ia tidak
akan membiarkannya dicemarkan. Jangan sesat! Allah tidak mem-
biarkan diri-Nya dipermainkan. Orang-orang yang tidak mau takut
akan kebaikan-Nya, dan memanfaatkan tanda-tanda anugerah-
Nya dengan hormat, akan dibuat merasakan keadilan-Nya, dan
tenggelam di bawah tanda-tanda murka-Nya. Orang-orang yang
ingin mencampuri apa yang terlarang, dan datang terlalu dekat
dengan api kudus, akan mendapati bahwa mereka sendirilah yang
akan menanggung akibatnya. Ia membunuh 50.070 orang. Pen-
jelasan tentang jumlah orang yang dibunuh ini diungkapkan
dengan cara yang sangat tidak biasa dalam bahasa aslinya. Selain
ketidakmungkinan bahwa ada begitu banyak orang yang bersalah
dan begitu banyak orang yang dibunuh, hal ini membuat banyak
cendekiawan mempertanyakan apakah kita sudah memahami
perkara ini dengan benar. Dalam bahasa aslinya dikatakan, Ia
membunuh dari (atau di antara) rakyat itu tujuh puluh orang, lima
puluh ribu orang. Alkitab terjemahan bahasa Asyur dan Arab
membacanya, lima ribu tujuh puluh orang. Alkitab terjemahan
bahasa Aram membacanya, tujuh puluh orang tua-tua, dan lima
puluh ribu rakyat biasa. Tujuh puluh orang senilai 50.000 orang,
demikian menurut sebagian penafsir, sebab mereka yaitu para
imam. Sebagian yang lain berpendapat bahwa ketujuh puluh orang
itu yaitu orang-orang Bet-Semes yang dibunuh sebab melihat ke
dalam tabut, sedangkan 50.000 orang itu yaitu orang-orang yang
dibunuh oleh tabut TUHAN, di tanah orang Filistin. Ia membunuh
tujuh puluh orang, yaitu, lima puluh dari seribu, yaitu satu perdua
puluh, pemusnahan paling tidak seperdua puluh dari penduduk,
demikian sebagian penafsir yang lain lagi memahaminya. Septua-
ginta (Perjanjian Lama terjemahan bahasa Yunani – pen.) mem-
bacanya sama seperti kita (KJV), Ia membunuh lima puluh ribu tujuh
puluh orang. Yosefus (sejarawan Yahudi abad ke-1 M – pen.) ber-
kata bahwa hanya tujuh puluh orang yang dibunuh.
3. Kengerian yang melanda orang-orang Bet-Semes oleh hantaman
yang berat ini. Mereka berkata, dan sudah sepantasnya, siapakah
yang tahan berdiri di hadapan TUHAN, Allah yang kudus ini? (ay.
20). Sebagian penafsir berpendapat bahwa ini mengungkapkan
sungut-sungut mereka melawan Allah, seolah-olah Ia telah mem-
perlakukan mereka dengan keras dan tidak adil. Bukannya ber-
seteru dengan diri mereka sendiri dan dosa-dosa mereka, mereka
malah berseteru dengan Allah dan penghakiman-penghakiman-
Nya. Seperti Daud menjadi marah, dalam keadaan yang tidak jauh
berbeda (2Sam. 6:8-9). Saya lebih berpendapat bahwa itu menyi-
ratkan pemujaan mereka yang penuh kegentaran dan penghor-
matan terhadap Allah, sebagai Tuhan Allah, sebagai Tuhan Allah
yang kudus, dan sebagai Allah yang di hadapan-Nya tak seorang
pun tahan berdiri. Hal ini mereka simpulkan dari penghakiman
yang dahsyat itu, “Siapakah yang tahan berdiri di hadapan Allah
pemilik tabut ini?” Berdiri di hadapan Allah untuk menyembah
Dia, terpujilah nama-Nya, bukanlah hal yang mustahil. Kita mela-
lui Kristus diundang, didorong, dan dimampukan untuk melaku-
kannya. namun berdiri di hadapan Allah untuk berseteru dengan-
Nya, kita tidak mampu. Siapakah yang tahan berdiri di hadapan
takhta kemuliaan-Nya secara langsung, dan melihat kepadanya
sepenuhnya? (1Tim. 6:16). Siapakah yang tahan berdiri di hadap-
an pengadilan keadilan-Nya yang tak dapat dibengkokkan, dan
dapat membenarkan dirinya di sana? (Mzm. 130:3; 143:2). Siapa-
kah yang tahan berdiri di hadapan lengan kuasa-Nya yang tersu-
lut murka, dan mengelak ataupun menanggung hantaman-han-
tamannya? (Mzm. 76:8).
4. Keinginan orang-orang Bet-Semes, dalam hal ini, untuk menying-
kirkan tabut itu. Mereka bertanya, kepada siapakah Ia akan
berangkat meninggalkan kita? (ay. 20). Seharusnya mereka ber-
tanya, “Bagaimana kita dapat berdamai dengan-Nya, dan menda-
patkan kembali perkenanan-Nya?” (Mi. 6:6-7). Namun, mereka
mulai merasa kepayahan oleh tabut itu seperti orang-orang Filis-
tin sebelumnya, padahal, seandainya mereka memperlakukannya
dengan hormat sebagaimana mestinya, siapa tahu tabut itu dapat
tinggal di antara mereka, dan mereka semua diberkati oleh sebab
tabut itu? namun demikianlah, saat firman Allah bekerja dengan
kengerian pada hati nurani para pendosa, maka mereka, bukan-
nya mempersalahkan dan mempermalukan diri sendiri, justru
berselisih dengan firman itu, dan menjauhkannya dari mereka
(Yer. 6:10). Mereka mengirim para utusan kepada para tua-tua
Kiryat-Yearim, sebuah kota kuat yang lebih jauh letaknya di
negeri itu, dan memohon mereka untuk datang dan mengangkut
tabut itu ke sana (ay. 21). Mereka tidak berani menyentuh tabut
itu untuk membawanya ke sana sendiri, namun berdiri menjauh
darinya sebagai benda yang berbahaya. Demikianlah orang-orang
bodoh lari dari satu tindakan yang berlebihan ke tindakan lain
yang berlebihan, dari keberanian yang lancang ke rasa malu yang
memperbudak. Kiryat-Yearim, yaitu kota kayu, yaitu milik
Yehuda (Yos. 15:9, 60). Kota itu terletak di jalan dari Bet-Semes
ke Silo, sehingga saat mereka mengirim para utusan untuk
mengangkut tabut itu, dapat kita duga, mereka bermaksud su-
paya para tua-tua di Silo mengangkutnya dari sana, namun Allah
bermaksud lain. Demikianlah tabut itu dibawa dari kota ke kota,
dan rakyat pun tidak ada yang peduli dengannya, yang menjadi
tanda, bahwa tidak ada raja di Israel.
PASAL 7
Di dalam pasal ini diceritakan tentang,
I. Meredupnya kemuliaan tabut TUHAN sebab tersembunyi di
Kiryat-Yearim bertahun-tahun lamanya (ay. 1-2).
II. Munculnya kejayaan Samuel dalam pelayanannya di masya-
rakat untuk kebaikan Israel. Bagi bangsa itulah ia dibangkit-
kan sebagai hakim, dan ia merupakan orang terakhir yang
menyandang gelar ini . Pasal ini memberikan seluruh
catatan yang kita miliki mengenai Samuel saat ia berada
pada masa puncak hidupnya. Keterangan yang kita miliki
sebelumnya yaitu tentang masa kecilnya (ps. 2-3), dan sete-
lah itu tentang masa tuanya (8:1). Dalam pasal ini kita dapati
Samuel giat dalam,
1. Membaharui bangsa Israel dari penyembahan berhala me-
reka (ay. 3-4).
2. Membangkitkan kembali agama penyembahan kepada Tu-
han Allah di antara bangsa itu (ay. 5-6).
3. Berdoa bagi mereka untuk melawan penyerbuan orang
Filistin (ay. 7-9). Allah menjawab doanya dengan mem-
berikan kemenangan yang jaya atas Filistin (ay. 10-11).
4. Mendirikan tugu peringatan sebagai ucapan syukur atas
kemenangan ini (ay. 12).
5. Memanfaatkan kemenangan itu (ay. 13-14).
6. Menjalankan tugas hakim atas bangsa itu (ay. 15-17).
Untuk hal-hal inilah Allah mempersiapkan Samuel di masa-
masa awal saat Ia memberikan anugerah-Nya kepada dia.
Tabut TUHAN di Kiryat-Yearim
(7:1-2)
1 Lalu orang-orang Kiryat-Yearim datang, mereka mengangkut tabut TUHAN itu
dan membawanya ke dalam rumah Abinadab yang di atas bukit. Dan Eleazar,
anaknya, mereka kuduskan untuk menjaga tabut TUHAN itu. 2 Sejak saat
tabut itu tinggal di Kiryat-Yearim berlalulah waktu yang cukup lama, yakni dua
puluh tahun, dan seluruh kaum Israel mengeluh kepada TUHAN.
Dalam bagian ini kita harus mengiring tabut ke Kiryat-Yearim, dan
lantas meninggalkannya di sana. Kita tidak mendengar apa-apa lagi
tentangnya, kecuali hanya sekali dalam pasal 14:18, yaitu saat
Daud menjemputnya dari situ kira-kira empat puluh tahun kemudian
(1Taw. 13:6).
I. Dengan senang hati kita mengantarkan tabut itu ke sana, sebab
oleh sebab kebodohan sendiri orang Bet-Semes menjadikannya
sebuah beban, padahal tabut itu seharusnya dapat menjadi ber-
kat. Dengan gembira kita melihat tabut itu berada di antara
orang-orang yang memandangnya sebagai bau kehidupan yang
menghidupkan, sebab di segala tempat belakangan ini tabut itu
telah menjadi bau kematian yang mematikan. Nah,
1. Dengan riang gembira, orang Kiryat-Yearim membawanya ke
tengah-tengah mereka (ay.1). Orang-orang Kiryat-Yearim da-
tang, demikian dikatakan pada kalimat pertama, lalu mereka
mengangkut tabut TUHAN itu. Tetangga mereka, yakni orang
Bet-Semes, tidak lebih senang untuk menyingkirkannya dari-
pada untuk menerimanya, sebab mereka tahu betul bahwa
pembunuhan yang terjadi di Bet-Semes sebab tabut itu bu-
kanlah perbuatan kekuasaan yang sewenang-wenang, melain-
kan tindakan keadilan yang memang diperlukan, dan orang
yang menderita sebab tabut itu harus menyalahkan diri
mereka sendiri, bukan tabutnya. Kita dapat bersandar kepada
firman yang telah diucapkan Allah (Yer. 26:6), janganlah kamu
menimbulkan sakit hati-Ku ..., supaya jangan Aku mendatang-
kan malapetaka kepadamu. Perhatikan, penghakiman Allah
atas orang-orang yang melanggar hukum dan ketetapan-Nya
tidak seharusnya membuat kita takut pada hukum dan kete-
tapan-Nya, melainkan takut untuk melanggarnya dan mem-
perlakukannya secara keliru.
2. Dengan hati-hati warga Kiryat-Yearim memberikan penyam-
butan yang patut bagi tabut itu di tengah mereka, sebagai
tamu yang diterima dengan kasih yang tulus, dan sebagai
tamu yang dihormati dengan rasa segan dan penghargaan.
(1) Mereka menyediakan tempat yang layak untuk menerima
tabut itu. Mereka tidak mempunyai bangunan umum yang
dapat diperindah oleh tabut ini , namun meletakkannya
di rumah Abinadab yang terletak di dataran tertinggi, dan
kemungkinan merupakan rumah terbaik di kota mereka.
Atau, mungkin pemilik rumah ini merupakan orang
paling terkenal oleh kesalehannya, dan sangat menghor-
mati tabut itu. Orang-orang Bet-Semes membiarkannya di
luar di atas batu di padang terbuka, dan sekalipun itu me-
rupakan kota para imam, tidak seorang pun menerimanya
di dalam rumah. Akan namun , orang-orang Kiryat-Yearim,
meskipun mereka hanya rakyat Israel biasa, justru mem-
berinya ruang khusus di dalam rumah, dan tentu saja
dalam ruangan termewah di rumah ini , di mana tabut
itu dibawa. Perhatikanlah,
[1] Allah akan menemukan tempat perhentian bagi tabut-
Nya. Jika ada yang menolak tabut itu, maka akan ada
orang lain yang hatinya tergerak untuk menerimanya.
[2] Bukan hal baru bagi tabut TUHAN didesak ke dalam ru-
mah pribadi. Kristus dan para rasul-Nya berkhotbah dari
rumah ke rumah saat tidak ada tempat umum yang
menerima mereka.
[3] Terkadang, para imam dipermalukan dan dikalahkan
dalam hal agama oleh orang Israel biasa.
(2) Orang Kiryat-Yearim menyediakan orang yang layak untuk
mengurus tabut itu. Eleazar, anaknya, mereka kuduskan
untuk menjaga tabut TUHAN itu. Bukan ayahnya, mungkin
sebab ia sudah renta dan lemah, atau sebab ia harus
mengurus rumah tangga dan keluarganya, sehingga orang
tidak akan menariknya dari tanggung jawab itu. namun
anaknya, yang kemungkinan merupakan seorang pemuda
yang saleh dan taat, serta giat mengejar hal-hal yang
terbaik. Tugasnya ialah untuk menjaga tabut itu, bukan
hanya agar tidak direbut oleh orang Filistin yang jahat,
namun juga agar tidak disentuh atau diperiksa oleh orang-
orang Israel yang penasaran. Ia harus menjaga ruangan
tempat tabut itu tetap bersih dan layak, supaya meski ter-
letak di tempat yang tersembunyi, tabut itu tidak tampak
seperti benda terabaikan tanpa terurus. Tampaknya, Elea-
zar ini bukan orang Lewi, apalagi dari keturunan Harun.
Lagi pula, hal itu juga tidak perlu, sebab di sini tidak ada
mezbah untuk korban maupun ukupan. Sepertinya mung-
kin hanya ada segelintir orang Israel yang saleh akan
datang dan berdoa di hadapan tabut, dan untuk mereka ini
Eleazar siap melayani dan membantu. Untuk tujuan inilah
ia dikuduskan, artinya, atas persetujuannya sendiri, orang
Kiryat-Yearim menugasinya untuk menjadikan pekerjaan
itu sebagai tanggung jawabnya, dan untuk tetap terus
menjalankannya. Mereka memisahkan dia untuk tugas
atas tabut itu atas nama seluruh warga kota. Hal ini tidak-
lah lazim, namun dapat dimaklumi oleh sebab adanya te-
kanan pada saat itu. saat tabut baru saja terlepas dari
penawanan, kita tidak bisa mengharapkannya untuk lang-
sung berada dalam keadaannya yang khidmat seperti
biasa. Sebaliknya kita harus menerima keadaan dan mela-
kukan yang terbaik dengan apa yang ada.
II. Namun demikian, berat bagi kita untuk membiarkan tabut tetap
di Kiryat-Yearim. Kita berharap tabut bisa berada di Silo lagi,
namun tempat itu telah ditanduskan (Yer. 7:14), atau setidaknya di
Nob, atau Gibeon, atau di mana pun Kemah Suci dan mezbah
berada. Namun, tampaknya tabut itu harus tergeletak seperti itu
di sana sebab tidak ada orang-orang yang peduli untuk
kepentingan rakyat sehingga membawanya ke tempat yang layak.
1. Untuk waktu yang lama, sangat lama, tabut itu tetap berada di
sana. Lebih dari empat puluh tahun ia berada di tengah
hutan, tempat pribadi yang terpencil dan tersembunyi, jarang
dikunjungi dan hampir-hampir tidak dihiraukan (ay. 2). Sejak
saat tabut itu tinggal di Kiryat-Yearim, berlalulah waktu yang
cukup lama, hingga Daud menjemputnya dari sana. Sungguh
aneh bahwa selama Samuel memerintah, tabut itu tidak per-
nah dibawa ke tempatnya yang maha kudus. Ini merupakan
bukti merosotnya semangat yang kudus di antara mereka.
Allah membiarkan hal itu terjadi untuk menghukum mereka
sebab telah mengabaikan tabut TUHAN saat tabut itu
masih berada di tempatnya. Juga, Ia hendak menunjukkan
bahwa tekanan besar yang ditimpakan kepada tabut itu tidak
lain yaitu gambaran Kristus dan keselamatan yang akan
datang yang tidak tergoncangkan (Ibr. 9:23; 12:27). Sungguh
peristiwa ini menjadi teguran terhadap para imam, yaitu
bahwa tidak seorang pun dari mereka yang dikuduskan untuk
menjaga tabut TUHAN.
2. Dua puluh tahun pun berlalu, hingga bangsa Israel sadar
akan ketiadaan tabut itu. Septuaginta menerjemahkannya
agak lebih jelas daripada Alkitab kita: Ada dua puluh tahun
lamanya, dan yakni saat seluruh bangsa Israel kembali
mencari Tuhan. Begitu lamanya tabut itu tinggal tersembunyi,
dan orang Israel tidak peka akan permasalahan ini . Me-
reka juga tidak pernah mencari tahu tentangnya, bagaimana
keadaannya. Padahal, sementara tabut tidak ada di dalam
Kemah Suci, tanda hadirat Allah yang istimewa itu juga tidak
ada, dan mereka juga tidak dapat memelihara hari pendamai-
an sebagaimana mestinya. Mereka sudah merasa cukup de-
ngan adanya mezbah tanpa keberadaan tabut. Begitu mudah-
nya orang-orang yang mengaku beriman di bibir saja untuk
merasa puas dengan tindakan-tindakan ibadah yang lahiriah
tanpa tanda kehadiran maupun perkenanan Allah. Namun,
pada akhirnya orang Israel merenungkan diri mereka dan
mulai meratap kepada Tuhan. Mungkin saja, mereka tergerak
melakukan hal itu oleh sebab khotbah Samuel, yang melalui-
nya Roh Allah turut bekerja secara luar biasa. Sekarang se-
mua orang di seluruh Israel tergerak untuk bertobat dan
membaharui diri, dan mereka pun mulai memandang kepada
dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia (Za.
12:10). Menurut Dr. Lightfoot, ini merupakan peristiwa dan
masa yang sama luar biasanya dengan kejadian mana pun
yang kita baca dalam Alkitab. Pertobatan besar ini setara
seperti di dalam Kisah Para Rasul 2 dan 3. Perhatikanlah,
(1) Orang-orang yang mengerti betapa bernilainya hukum-hukum
dan ketetapan Allah akan menganggap ketiadaan hukum dan
ketetapan itu sebagai hal yang sangat patut diratapi.
(2) Penyesalan dan pertobatan sejati dimulai dengan meratap
kepada Tuhan. Kita harus peka bahwa dengan dosa, kita
telah mendorong-Nya untuk menarik diri, dan kita binasa
jika tetap berada dalam keadaan jauh dari Allah. Kita tidak
akan merasa tenteram selama kita belum mendapat kem-
bali perkenanan-Nya dan melihat-Nya kembali lagi kepada
kita. yaitu lebih baik bagi orang Israel saat mereka
kehilangan tabut dan meratapinya, daripada saat mereka
memiliki tabut itu dan mengintip ke dalamnya atau me-
nyombongkan diri sebab nya. Lebih baik melihat orang me-
rindu di tengah kurangnya sarana anugerah daripada
merasa tidak peduli di tengah limpahnya sarana anugerah.
Tabut TUHAN di Kiryat-Yearim
(7:3-6)
3 Lalu berkatalah Samuel kepada seluruh kaum Israel demikian: “Jika kamu
berbalik kepada TUHAN dengan segenap hati, maka jauhkanlah para allah
asing dan para Asytoret dari tengah-tengahmu dan tujukan hatimu kepada
TUHAN dan beribadahlah hanya kepada-Nya; maka Ia akan melepaskan
kamu dari tangan orang Filistin.” 4 Kemudian orang-orang Israel menjauhkan
para Baal dan para Asytoret dan beribadah hanya kepada TUHAN. 5 Lalu
berkatalah Samuel: “Kumpulkanlah segenap orang Israel ke Mizpa; maka aku
akan berdoa untuk kamu kepada TUHAN.” 6 sesudah berkumpul di Mizpa,
mereka menimba air dan mencurahkannya di hadapan TUHAN. Mereka juga
berpuasa pada hari itu dan berkata di sana: “Kami telah berdosa kepada
TUHAN.” Dan Samuel menghakimi orang Israel di Mizpa.
Mungkin kita juga bertanya-tanya di mana Samuel berada dan apa
yang dia lakukan selama ini, sebab sejak pasal 4:1, kita tidak
mendengar namanya disebut-sebut. Bukan berarti bahwa Samuel
tidak peduli, namun pekerjaannya di tengah umatnya tidak disebutkan
hingga tampak buahnya. saat Samuel melihat bahwa mereka mulai
mengeluh kepada Tuhan, ia pun menempa selagi logam masih panas.
Sebagai hamba Allah yang setia dan saudara yang setia bagi Israel, ia
berusaha keras melakukan dua hal ini untuk mereka:
I. Ia berjuang untuk memisahkan orang Israel dari berhala mereka,
sebab dari situlah pembaharuan harus dimulai. Ia berkata ke-
pada seluruh kaum Israel (ay. 3), tampaknya dengan pergi dari
satu tempat ke tempat lain sebagai pengkhotbah keliling sebab
tidak dikatakan bahwa mereka dikumpulkan bersama-sama
hingga ayat 5. Ke mana pun Samuel pergi, inilah nasihatnya,
“Jika kamu berbalik kepada TUHAN dengan segenap hati, seperti
yang tampak hendak kamu lakukan dengan ratapanmu sebab
telah meninggalkan Dia dan sebab kepergian-Nya darimu, maka
ketahuilah bahwa,
1. Kamu harus meninggalkan dan membuang segala berhalamu,
jauhkanlah para allah asing, sebab Allahmu tidak menghen-
daki adanya saingan. Jauhkanlah berhala itu darimu, tiap
orang dari berhalanya masing-masing, bahkan jauhkanlah
mereka dari tengah-tengahmu, lakukan apa yang engkau bisa
di tempat-tempat kediamanmu untuk menyingkirkan berhala-
berhala itu dari negeri ini. Singkirkan Baal, dewa asing itu,
dan Asytoret, dewi asing itu,” sebab orang Israel juga memiliki
yang berhala-berhala ini . Nama Asytoret disebutkan
secara khusus sebab itu merupakan berhala yang paling
dikasihi, dan kepadanya orang Israel paling setia. Perhatikan,
pertobatan sejati menghunjam dosa yang sangat digemari, dan
dengan tekad serta keputusan yang tidak biasa, pertobatan
akan menyingkirkan dosa ini , yakni dosa yang paling
merintangi kita.
2. “Kamu harus sungguh-sungguh kembali kepada Allah, dan
lakukanlah itu dengan pertimbangan penuh serta kebulatan
hati yang teguh, sebab keduanya dibutuhkan dalam memper-
siapkan hati, mengarahkan, menujukan, dan menetapkan hati
kepada Tuhan.
3. Kamu harus mempersembahkan diri seutuhnya bagi Allah,
bagi Dia dan tidak ada yang lain. Kepada Dia haruslah engkau
beribadah, kalau tidak demikian, kamu sama sekali tidak ber-
ibadah kepada-Nya dan tidak menyenangkan Dia.
4. Inilah satu-satunya jalan, cara yang pasti menuju kemakmur-
an dan kelepasan. Pilihlah jalan ini, maka Ia akan melepaskan
kamu dari tangan orang Filistin. Sebab, Ia menyerahkan kamu
ke tangan mereka sebab kamu meninggalkan Dia dan ber-
ibadah kepada allah lain.”
Inilah tujuan khotbah Samuel, dan dampaknya sangat me-
ngagumkan (ay. 4): orang-orang Israel menjauhkan para Baal
dan Asytoret, bukan hanya berhenti menyembah mereka, te-
tapi juga menghancurkan patung-patung mereka, meruntuh-
kan mezbah-mezbah mereka, dan mengabaikan mereka sepe-
nuhnya. Apakah lagi sangkut pautku dengan berhala-berhala?
(Hos. 14:9; Yes. 30:22).
II. Samuel berusaha keras untuk mengikatkan mereka selamanya
kepada Allah dan beribadah kepada-Nya. sesudah ia membuat
mereka memiliki pikiran yang baik, ia melakukan semua yang ia
mampu untuk mempertahankan mereka dalam keadaan itu.
1. Ia mengumpulkan segenap orang Israel, setidaknya para tua-
tua mereka sebagai wakil, untuk menemuinya di Mizpa (ay. 5),
di situ ia berjanji untuk berdoa bagi mereka. Tidak sia-sia
mereka datang dari pelosok paling terpencil di negeri mereka
untuk bergabung dengan Samuel mencari perkenanan Allah.
Perhatikanlah, para hamba Tuhan harus berdoa bagi orang
yang mendengar khotbah mereka, agar oleh anugerah-Nya,
Allah membuat khotbah itu berdampak. Dan, saat kita ber-
kumpul dalam pertemuan ibadah bersama, kita harus meng-
ingat bahwa keperluan kita di situ bukan hanya untuk mende-
ngar khotbah namun juga untuk turut dalam doa bersama.
Samuel berdoa bagi orang Israel agar oleh anugerah Allah me-
reka dapat meninggalkan berhala-berhala mereka, dan kemu-
dian, oleh penyelenggaraan Allah, mereka dapat diselamatkan
dari tangan orang Filistin. Para hamba Tuhan akan lebih
menguntungkan umatnya jika mereka berdoa lebih banyak
bagi mereka.
2. Orang Israel menaati panggilan Samuel. Mereka bukan hanya
datang ke pertemuan itu, namun juga mematuhi tujuan dari
pertemuan ini dan tampak sangat bersedia (ay. 6).
(1) Mereka menimba air dan mencurahkannya di hadapan
TUHAN, yang menandakan:
[1] Kerendahan diri dan penyesalan mereka akan dosa,
mengakui diri mereka seperti air yang tercurah ke ta-
nah, yang tidak dapat dikumpulkan lagi (2Sam. 14:14),
begitu rendah, begitu merana di hadapan Allah (Mzm.
22:15). Alkitab bahasa Aram menuliskan, D