Rabu, 29 Januari 2025

samuel 4


 dengan menempatkan tabut-Nya di sisi 

patung Dagon, mereka berniat untuk memberi-Nya penghor-

matan. Sebab Ia tidak disembah sama sekali jika Ia bukan 

satu-satunya yang disembah. TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu 

esa. Atau lebih tepatnya,  

2. Mereka menempatkannya di sana sebagai piala kemenangan, 

sebagai penghormatan terhadap Dagon allah mereka. Kepada 

Dagonlah mereka, tidak diragukan lagi, berniat untuk mem-

persembahkan korban agung, seperti yang mereka lakukan 

saat  mereka telah menangkap Simson (Hak. 16:23-24). Mere-

ka bermegah bahwa sama seperti dulu mereka telah menang 

atas sang jagoan Israel itu, demikian pula sekarang mereka 

menang atas Israel milik Allah. Betapa ini merupakan cela bagi 

nama Allah yang maha besar! Betapa ini merupakan penghina-

an terhadap takhta kemuliaan-Nya! Masakan tabut Allah, lam-

bang dari hadirat Allah, menjadi tawanan bagi Dagon, seorang 

ilah sampah?  

(1) Hal itu memang menjadi cela, sebab Allah mau menunjuk-

kan betapa tidak berartinya tabut perjanjian jika perjanjian 

itu sendiri dilanggar dan diabaikan. Bahkan tanda-tanda 

suci bukanlah sesuatu yang kepadanya Ia terikat, atau 

yang kepadanya kita bisa menaruh percaya.  

(2) Dan hal itu memang menjadi cela untuk sementara waktu, 

supaya Allah mendapat kemuliaan yang jauh lebih besar, 

dalam mengadakan perhitungan dengan orang-orang yang 

menghina-Nya seperti itu, dan memperoleh kehormatan 

bagi diri-Nya atas mereka. sesudah  menghukum Israel, yang 

sudah mengkhianati tabut itu, dengan menyerahkannya ke 

tangan orang Filistin, Ia selanjutnya akan berurusan de-

ngan orang-orang yang melecehkan tabut itu, dan akan 

mengambilnya kembali dari tangan mereka. Dengan demi-

kian, bahkan panas hati manusia akan menjadi syukur 

bagi-Nya. Dan Ia sedang menyatakan kemuliaan-Nya sen-

diri bahkan saat  Ia tampak mengabaikannya (Mzm. 

76:11). Dari yang makan keluar makanan. 

II. Kemenangan tabut Allah atas Dagon. Sekali lagi Dagon dibuat ja-

tuh di hadapannya. Kalaupun mereka bermaksud untuk mem-

berikan penghormatan terhadap tabut itu, Allah menunjukkan 

bahwa Ia tidak menghargai penghormatan mereka, tidak pula 

mau menerimanya. Sebab Ia ingin disembah, bukan dengan suatu 

allah lain, melainkan di atas semua allah. Ia akan menimpakan 

cela (seperti Uskup Hall mengungkapkannya) kepada orang-orang 

yang mau menandingkan diri-Nya dengan Belial. namun  mereka 

sebenarnya bermaksud untuk menghina tabut itu, dan meskipun 

selama beberapa jam Dagon berdiri di sisi tabut itu, dan ada ke-

mungkinan berdiri di atasnya, dengan tabut itu sebagai tumpuan 

kakinya. Namun keesokan paginya, saat  para penyembah Dagon 

datang untuk beribadah di kuilnya, mereka mendapati bahwa 

sorak-sorai mereka hanya berlangsung sebentar saja (Ayb. 20:5). 

1. Dagon, yaitu patungnya (sebab cuma itulah allah itu), telah 

terjatuh dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut TUHAN 

(ay. 3). Allah sebelumnya tampak sudah melupakan tabut itu, 

namun  lihatlah bagaimana sang Pemazmur berbicara tentang 

kemunculan-Nya, pada akhirnya, untuk membela kehormat-

an-Nya sendiri. sesudah  Ia membiarkan kekuatan-Nya terta-

wan, dan semuanya tampak akan hancur, lalu terjagalah Tu-

han, seperti orang yang tertidur, seperti pahlawan yang siuman 

dari mabuk anggur (Mzm. 78:59-65). Dan sebab  itu Ia mence-

gah kehancuran jemaat Yahudi yang sehabis-habisnya, sebab 

Ia kuatir disakiti hati-Nya oleh musuh (Ul. 32:26-27). Bangsa-

bangsa kafir sangat berhati-hati dalam mendirikan patung-

patung allah mereka, supaya patung-patung itu tertancap 

kuat. Nabi Yesaya mencatat hal ini (Yes. 41:7), ia menguatkan-

nya dengan paku-paku, sehingga tidak goyang. Lihat juga 

Yesaya 46:7. Sekalipun begitu, upaya-upaya untuk menguat-

kan Dagon tidak bermanfaat sama sekali. Tabut Allah menang 

atasnya di atas tumpukan sampahnya sendiri, di dalam kuil-

nya sendiri. Rebahlah ia di depan tabut itu, tepat menghadap 

tabut meskipun tabut ditempatkan di salah satu sisinya, se-

olah-olah mengakui diri kepada sang penakluk, yang kepada-

nya ia dipaksa menyerah dan memberikan penghormatan. Per-

hatikanlah, kerajaan Iblis pasti akan runtuh di hadapan kera-

jaan Kristus, kesalahan di hadapan kebenaran, kecemaran di 

hadapan kesalehan, dan kebobrokan di hadapan anugerah 

dalam hati orang percaya. saat  kepentingan-kepentingan 

agama tampak dilindas dan sudah mau tenggelam, bahkan 

pada saat itu kita bisa yakin bahwa hari kemenangannya akan 

tiba. Agunglah kebenaran, dan ia akan menang. Dagon, de-

ngan jatuh tersungkur di hadapan tabut Allah, yang merupa-

kan sikap badan yang sedang memuja, seolah-olah menyuruh 

para penyembahnya untuk memberikan penghormatan kepada 

Allah Israel, sebagai yang lebih besar dari segala allah (lih. Kel. 

18:11). 

2. Para imam, begitu mendapati berhala mereka tergeletak di lan-

tai, segera saja menegakkannya kembali di tempatnya sebelum 

diketahui orang. Sungguh bodoh dan menyedihkan untuk me-

nyembah allah seperti itu, yang, saat  jatuh, malah membu-

tuhkan pertolongan orang untuk bangun lagi. Sungguh dungu 

dan malang orang-orang yang berdoa meminta pertolongan 

kepada berhala yang malah membutuhkan pertolongan mere-

ka sendiri. Bagaimana mereka bisa menyatakan bahwa keme-

nangan mereka itu diperoleh dengan kuasa Dagon, padahal 

Dagon sendiri tidak bisa berdiri tegak di hadapan tabut Allah? 

Walaupun begitu, mereka terus menetapkan hati bahwa Da-

gon masih akan menjadi allah mereka, dan sebab  itu mereka 

menegakkannya kembali di tempatnya. Uskup Hall mencer-

mati di sini, adillah bagi Allah bahwa orang-orang yang tidak 

beroleh anugerah tidak akan beroleh kecerdasan. Dan sung-

guh perbuatan yang penuh takhayul untuk mengubah manu-

sia menjadi batang pohon dan bebatuan yang mereka sembah. 

Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya. Apakah 

yang sedang dilakukan oleh para penegak kerajaan anti-Kris-

ten pada saat ini selain sedang mengangkat Dagon, dan ber-

upaya untuk menaruhnya di tempatnya lagi, dan menyembuh-

kan luka mematikan yang sedang diderita si binatang itu? 

namun  jika gerakan pembaharuan itu yaitu  perkara Allah, 

yang di hadapannya kerajaan anti-Kristen itu mulai jatuh, 

maka kerajaan itu tidak akan menang, namun  pasti akan jatuh 

di hadapannya. 

3. Pada malam berikutnya Dagon jatuh untuk kali kedua (ay. 4). 

Mereka bangun pagi-pagi seperti biasanya, untuk menyampai-

kan permohonan-permohonan kepada allah mereka itu. Atau 

mungkin bangun lebih pagi daripada biasanya, sebab  tidak 

sabar untuk mengetahui apakah Dagon tetap berdiri pada 

malam tadi. Terkejut dan bingunglah mereka, begitu menda-

pati keadaannya lebih buruk daripada sebelumnya. Tidak jelas 

apakah bahan yang darinya patung itu terbuat mudah pecah 

atau tidak, begitulah kepala dan kedua belah tangannya 

terpenggal dan terpelanting ke ambang pintu, sehingga tidak 

ada yang tersisa selain badannya. Menurut tafsiran yang agak 

luas, hanya tersisa bagian Dagon yang berbentuk ikan. Sebab, 

seperti yang diduga oleh banyak cendekiawan, bagian atas dari 

patung ini berbentuk manusia, dan bagian bawahnya berben-

tuk ikan, seperti gambaran putri duyung. Kepada kesesatan-

kesesatan seperti itulah para penyembah berhala diserahkan. 

Betapa pikiran mereka menjadi sia-sia, dan betapa hati mere-

ka yang bodoh menjadi gelap secara menyedihkan, hingga 

mereka menyembah patung-patung, bukan hanya dari makh-

luk-makhluk ciptaan, melainkan juga dari makhluk-makhluk 

yang tidak ada, yang merupakan khayalan belaka. Nah, mon-

ster khayalan yang rusak ini, melalui kejatuhan ini, dibuat 

tampak,  

(1) Sangat menggelikan, dan pantas dihina. Sekarang Dagon 

menjadi sosok yang mungil, sesudah  kejatuhan itu memo-

tong-motong bagian tubuhnya, dan menunjukkan bagai-

mana bagian tubuhnya yang berbentuk manusia dan yang 

berbentuk ikan disatukan bersama secara buatan, yang 

tadinya mungkin dipercaya oleh para penyembahnya yang 

bodoh itu terjadi melalui suatu keajaiban!  

(2) Sangat tidak berdaya, dan tidak pantas dijadikan sesem-

bahan yang kepadanya orang berdoa dan menaruh per-

caya. Sebab dengan kehilangan kepala dan kedua belah 

tangannya, itu membuktikan bahwa ia benar-benar tidak 

mempunyai hikmat dan kekuatan, dan untuk selama-

lamanya tidak mampu menasihati atau bertindak bagi para 

penyembahnya. Inilah yang mereka dapatkan dengan 

menaruh Dagon di tempatnya lagi. Jadi, lebih baik mereka 

membiarkannya begitu saja saat  ia rebah di lantai kema-

rin. namun  orang-orang yang berseteru dengan Allah, dan 

yang mau membangun apa yang Ia robohkan (Mal. 1:4), 

mereka itu pasti tidak akan berhasil. Allah, dengan ini, 

mengagungkan tabut-Nya dan menjadikannya terhormat, 

saat  mereka mencemarkannya dan menjadikannya hina. 

Ia juga menunjukkan apa yang akan menjadi akhir dari 

segala sesuatu yang ditinggikan untuk melawan-Nya. Ber-

ikatpingganglah, namun  kamu akan hancur berkeping-keping 

(Yes. 8:9, KJV). 

4. Ambang pintu dari kuil Dagon senantiasa dipandang sebagai 

tempat yang suci, dan tidak boleh diinjak-injak (ay. 5). Sebagi-

an penafsir berpendapat bahwa kebiasaan yang penuh takha-

yul dari para penyembah Dagon ini dirujuk dalam Zefanya 1:9, 

di mana Allah mengancam akan menghukum orang-orang 

yang, dengan meniru para penyembah itu, melompati ambang 

pintu. Orang akan berpikir bahwa bukti yang tak terbantah-

kan dari kemenangan tabut Allah atas Dagon ini akan meng-

insafkan orang-orang Filistin akan kebodohan mereka dalam 

menyembah benda yang tidak berakal budi seperti itu. Dan 

bahwa mulai saat ini mereka akan memberikan penghormatan 

kepada sang penakluk. Akan namun , bukannya diperbaharui, 

mereka malah mengeras dalam penyembahan berhala mereka. 

Seperti yang cenderung dilakukan orang-orang jahat dan para 

penipu, mereka makin hari makin jahat (2Tim. 3:13). Bukan-

nya memandang rendah Dagon, oleh sebab  ambang pintu 

yang memenggal kepalanya, mereka malah sudah bersiap-siap 

untuk menyembah ambang pintu itu, sebab  di situlah tempat 

kepala Dagon terpenggal. Mereka tidak akan pernah meng-

injakkan kaki di tempat di mana Dagon kehilangan kepalanya, 

dengan mempermalukan orang-orang yang menginjak-injak 

darah perjanjian dan menginjak benda yang benar-benar suci. 

Namun perbuatan yang penuh takhayul ini akan membantu 

mengabadikan ingatan akan aib Dagon. Sebab, bersama de-

ngan kebiasaan itu, alasannya pun akan diteruskan kepada 

keturunan yang akan datang. Dan anak-anak yang akan dila-

hirkan, saat  bertanya mengapa ambang pintu dari kuil 

Dagon tidak boleh diinjak-injak, akan diberi tahu bahwa 

Dagon jatuh di hadapan tabut TUHAN. Dengan demikian Allah 

akan mendapat kehormatan bahkan dari perbuatan takhayul 

mereka. Kita tidak diberi tahu apakah mereka memperbaiki 

patung yang rusak itu. Ada kemungkinan mereka memindah-

kan tabut Allah terlebih dahulu, dan kemudian menambal pa-

tung itu lagi, dan menaruhnya di tempatnya. Sebab, tampak-

nya, mereka tidak dapat menyelamatkan jiwa mereka atau 

mengatakan: “Bukankah dusta yang menjadi pegangan kita?” 

(Yes. 44:20). 

Kesusahan Orang-orang Filistin 

(5:6-12)  

6 Tangan TUHAN menekan orang-orang Asdod itu dengan berat dan Ia mem-

bingungkan mereka: Ia menghajar mereka dengan borok-borok, baik Asdod 

maupun daerahnya. 7 saat  dilihat orang-orang Asdod, bahwa demikian 

halnya, berkatalah mereka: “Tabut Allah Israel tidak boleh tinggal pada kita, 

sebab tangan-Nya keras melawan kita dan melawan Dagon, allah kita.”  

8 Sebab itu mereka memanggil berkumpul kepadanya semua raja kota orang 

Filistin dan berkata: “Apakah yang akan kita lakukan dengan tabut Allah 

Israel itu?” Lalu kata mereka: “Tabut Allah Israel harus dipindahkan ke Gat.” 

Jadi mereka memindahkan tabut Allah Israel itu ke sana. 9 namun  sesudah  

mereka memindahkannya, maka tangan TUHAN mendatangkan kegemparan 

yang sangat besar atas kota itu; Ia menghajar orang-orang kota itu, anak-

anak dan orang dewasa, sehingga timbul borok-borok pada mereka. 10 Lalu 

mereka mengantarkan tabut Allah itu ke Ekron. namun  sesampai tabut Allah 

itu di Ekron, berteriaklah orang Ekron itu, demikian: “Mereka memindahkan 

tabut Allah Israel itu kepada kita untuk mematikan kita dan bangsa kita.”  

11 Sebab itu mereka memanggil berkumpul semua raja kota orang Filistin itu 

dan berkata: “Antarkanlah tabut Allah Israel itu; biarlah itu kembali ke 

tempatnya, supaya jangan dimatikannya kita dan bangsa kita.” Sebab di 

seluruh kota itu ada kegemparan maut; tangan Allah menekan orang-orang 

di sana dengan sangat berat: 12 orang-orang yang tidak mati, dihajar dengan 

borok-borok, sehingga teriakan kota itu naik ke langit.      

Orang-orang Filistin bisa saja mengambil pelajaran dari kejatuhan 

Dagon, dan olehnya dibuat bertobat dari penyembahan berhala mere-

ka, dan merendahkan diri di hadapan Allah Israel dan mencari 

wajah-Nya. Seandainya mereka berbuat demikian, maka itu mungkin 

akan mencegah pembalasan yang dilanjutkan Allah di sini kepada 

mereka atas penghinaan-penghinaan yang dilakukan terhadap tabut-

Nya, dan atas kesetiaan mereka yang penuh keras kepala kepada 

berhala mereka, dengan menentang apa yang jelas-jelas menyatakan 

kesalahan mereka. Ya TUHAN, tangan-Mu dinaikkan, namun  mereka 

tidak melihatnya. Biarlah mereka melihat (Yes. 26:11). Dan, jika

mereka tidak mau melihat kemuliaan tangan Allah, mereka akan 

merasakan beratnya tangan Allah, sebab itulah yang dialami orang-

orang Filistin. Tangan TUHAN menekan orang-orang Asdod itu dengan 

berat (ay. 6). Ia tidak hanya menyadarkan mereka akan kebodohan 

mereka, namun  juga menghajar mereka dengan berat atas kekurang-

ajaran mereka.  

1. Ia membingungkan mereka, yaitu, Ia melenyapkan banyak orang 

dari mereka dengan kematian yang tiba-tiba, orang-orang yang, 

dapat kita duga, paling nyaring bersorak-sorak atas tertawannya 

tabut Allah. Kematian ini dibedakan dari penyakit yang menghajar 

yang lainnya. Di Gat kematian itu disebut sebagai kegemparan 

yang sangat besar (ay. 9), kegemparan maut (ay. 11). Dan dengan 

jelas dikatakan (ay. 12), bahwa orang-orang yang dihajar dengan 

borok-borok yaitu  mereka yang tidak mati oleh kegemparan yang 

lain, yang ada kemungkinan merupakan wabah penyakit. Mereka 

bermegah atas pembantaian besar-besaran yang telah diperbuat 

terhadap dengan pedang mereka di antara orang-orang Israel 

(4:10). namun  Allah membiarkan mereka tahu, bahwa meskipun Ia 

tidak memandang pantas untuk menghunus pedang Israel mela-

wan mereka (pedang itu tidak layak untuk dipakai), namun Ia 

memiliki pedang-Nya sendiri, yang dengannya Ia dapat melak-

sanakan hukuman yang tidak kalah mengerikan di antara 

mereka. Jika Ia mengasah pedang-Nya itu, dan tangan-Nya meme-

gang penghukuman, maka Ia membalas dendam kepada lawan-

Nya (Ul. 32:41-42). Perhatikanlah, orang-orang yang berseteru 

dengan Allah, tabut-Nya, dan Israel milik-Nya, tak ayal akan di-

hancurkan pada akhirnya. Jika penginsafan tidak dapat menak-

lukkan, maka kehancuranlah yang akan melakukannya.  

2. Orang-orang yang tidak dihancurkan, dihajar-Nya dengan borok-

borok (ay. 6), pada bagian tubuh mereka yang tersembunyi (ay. 9, 

KJV), begitu pedihnya hingga teriakan itu naik ke langit (ay. 12). 

Yaitu, teriakan itu dapat didengar dari kejauhan, dan mungkin, 

dalam penderitaan dan kesengsaraan mereka yang luar biasa, 

mereka berteriak, bukan kepada Dagon, melainkan kepada Allah 

di sorga. Sang pemazmur, saat  sedang berbicara tentang peng-

hukuman yang pedih atas orang-orang Filistin ini, menggambar-

kannya demikian: Allah memukul mundur para lawan-Nya, dan 

memicu  mereka mendapat cela untuk selama-lamanya (Mzm. 

78:66). Borok-borok itu, yang kita sebut wasir, dan mungkin pada 

waktu itu merupakan penyakit yang lebih pedih daripada seka-

rang, diancamkan di antara penghakiman-penghakiman yang 

akan menjadi dampak dari kutukan itu (Ul. 28:27). Penyakit itu 

menyakitkan dan juga memalukan. Penyakit yang keji untuk per-

buatan-perbuatan keji. Melalui penyakit itu Allah hendak meren-

dahkan kesombongan mereka, dan memberikan penghinaan atas 

mereka, seperti yang telah mereka lakukan atas tabut-Nya. 

Penyakit itu mewabah, dan mungkin, di antara mereka, yaitu  

penyakit baru. Asdod dihajar, dan juga daerahnya, negeri di 

sekitarnya. sebab  penghinaan terhadap ketetapan-ketetapan 

Allah, banyak di antara mereka yang lemah dan sakit, dan tidak 

sedikit yang meninggal (1Kor. 11:30). 

3. Orang-orang Asdod segera menyadari bahwa itu yaitu  perbuatan 

tangan Allah, Allah Israel (ay. 7). Dengan demikian, mereka mau 

tidak mau harus mengakui kekuatan dan kekuasaan-Nya, dan 

mengaku bahwa mereka ada dalam wilayah pemerintahan-Nya. 

Dan sekalipun begitu, mereka tidak mau meninggalkan Dagon 

dan tunduk kepada Yehova. Justru sebaliknya, sebab  sekarang 

Ia telah menyentuh tulang dan daging mereka, dan di bagian yang 

lembut, maka mereka sudah bersiap-siap untuk mengutuk-Nya di 

depan wajah-Nya. Dan bukannya berdamai dengan-Nya, dan ber-

usaha supaya tabut-Nya tinggal bersama mereka dalam hubung-

an yang baik, mereka justru ingin menyingkirkan tabut itu. 

Mereka seperti orang-orang Gerasa, yang, saat  telah kehilangan 

babi-babi mereka, mendesak Kristus supaya meninggalkan daerah 

mereka. Orang yang hatinya penuh nafsu kedagingan, saat  

menderita di bawah penghakiman-penghakiman Allah, akan lebih 

memilih, sekiranya mungkin, untuk menjauhkan Dia dari mereka 

daripada masuk ke dalam perjanjian dan persekutuan dengan-

Nya, dan menjadikan Dia Teman mereka. Demikian pula orang-

orang Asdod menetapkan hati, bahwa tabut Allah Israel tidak 

boleh tinggal pada kita.  

4. Orang-orang Asdod memutuskan untuk mengganti tempat pena-

hanan tabut itu. Majelis agung dipanggil untuk berkumpul, dan 

pertanyaan yang diajukan kepada semua raja kota yaitu , “Apa 

yang akan kita lakukan dengan tabut itu?” Dan pada akhirnya 

disepakati bahwa tabut itu harus dibawa ke Gat (ay. 8). Dengan 

congkak dan penuh takhayul, mereka menyangka bahwa kesalah-

annya ada pada tempatnya, dan bahwa tabut itu akan lebih 

senang jika ditempatkan di tempat lain, yang lebih jauh dari kuil 

Dagon. Oleh sebab  itu, bukannya mengembalikan tabut itu ke 

tempatnya sendiri, seperti yang seharusnya mereka lakukan, 

mereka malah berusaha membawanya ke tempat lain. Gat yaitu  

tempat yang ditunjuk, tempat yang terkenal dengan bangsa rak-

sasa, namun  kekuatan dan perawakan mereka tidak bisa menjadi 

pagar untuk melindungi wabah penyakit dan borok-borok. Orang-

orang dari kota itu dihajar, baik anak-anak dan orang dewasa (ay. 

9), baik orang kerdil maupun orang raksasa, semuanya sama bagi 

penghakiman-penghakiman Allah. Tak seorang pun yang begitu 

besar hingga dapat mengatasi penghakiman-penghakiman itu, 

dan tak seorang pun yang begitu kecil hingga terlewat olehnya.  

5. Mereka semua pada akhirnya dibuat kepayahan oleh tabut itu, 

dan sangat ingin menyingkirkannya. Tabut itu dibawa dari Gat ke 

Ekron, dan, sebab  datang atas perintah majelis, orang-orang 

Ekron tidak dapat menolaknya, namun  sangat geram terhadap para 

pembesar mereka sebab  mengirimkan pemberian yang memati-

kan seperti itu kepada mereka (ay. 10): Mereka memindahkan 

tabut Allah Israel itu kepada kita untuk mematikan kita dan bang-

sa kita. Tabut itu mempunyai loh-loh batu hukum di dalamnya, 

dan tidak ada hal lain yang lebih diinginkan oleh orang-orang 

Israel yang setia selain firman Allah sebab  bagi mereka firman 

Allah yaitu  bau kehidupan yang menghidupkan. namun  bagi 

orang-orang Filistin yang tidak bersunat, yang bersikeras dalam 

permusuhan terhadap Allah, tidak ada hal lain yang lebih me-

ngerikan atau tidak diinginkan selain firman Allah. Bagi mereka 

firman Allah yaitu  bau kematian yang mematikan. Sidang umum 

segera digelar, untuk berunding tentang mengantar tabut Allah 

Israel itu kembali ke tempatnya (ay. 11). Sementara mereka berun-

ding tentangnya, tangan Allah melaksanakan pekerjaan. Rancang-

an-rancangan mereka untuk menghindar dari penghakiman itu 

justru hanya menyebarkan penghakiman itu. Banyak dari antara 

mereka jatuh dan mati. Lebih banyak lagi yang mengamuk kesa-

kitan sebab  borok-borok (ay. 12). Apa yang harus mereka laku-

kan? Sorak-sorak mereka atas penawanan tabut itu segera ber-

ubah menjadi ratapan, dan mereka begitu ingin menyingkirkan-

nya sama seperti dulu mereka begitu ingin merebutnya. Perhati-

kanlah, Allah dapat dengan mudah membuat Yerusalem menjadi 

batu yang berat bagi semua orang yang mengangkatnya (Za. 12:3). 

Orang-orang yang berperang melawan Allah akan segera menda-

pat pelajaran, dan, pada awal atau akhir, akan dibuat mengetahui 

bahwa tak satu pun orang yang mengeraskan hatinya melawan 

Allah akan berhasil. Kekayaan yang diperoleh dari penipuan dan 

ketidakadilan, terutama apa yang diperoleh dengan mencemarkan 

barang yang kudus dan merampas Allah, meskipun ditelan dengan 

rakus, dan dikunyah seperti sepotong roti yang manis, pastilah 

akan dimuntahkan lagi. Sebab, sebelum itu terjadi, si pendosa 

tidak akan mengenal ketenangan dalam batinnya (Ayb. 20:15-20). 

 

 

 

 

PASAL  6  

alam pasal ini kita mendapati kembalinya tabut TUHAN ke 

tanah Israel. Ke sanalah kita sekarang mengiringinya dengan 

senang hati, dan amatilah,  

I. Bagaimana orang-orang Filistin menyingkirkan tabut itu, 

melalui nasihat para imam mereka (ay. 1-11), dengan per-

sembahan-persembahan yang mahal untuk Allah Israel, 

untuk membuat tebusan atas dosa mereka (ay. 3-5). Dan 

sekalipun begitu, mereka merancang untuk membawa tabut 

itu kembali, kecuali sang Penyelenggara mengarahkan lem-

bu-lembu yang mengangkutnya, bertentangan dengan naluri 

mereka, untuk pergi ke tanah Israel (ay. 8-9).  

II. Bagaimana orang-orang Israel menyambut tabut itu. 

1.  Dengan penuh sukacita dan korban-korban pujian (ay. 12-

18).  

2.  Dengan rasa penasaran yang berlebihan hingga lancang 

untuk melihat ke dalam tabut itu. Akibatnya banyak dari 

mereka dihantam mati, dan sebab  mereka merasa ngeri, 

mereka mengirimkan tabut itu ke kota lain (ay. 19-21). 

Tabut TUHAN di Antara Orang-orang Filistin 

(6:1-9)  

1 sesudah  tujuh bulan lamanya tabut TUHAN itu ada di daerah orang Filistin, 

2 maka orang Filistin itu memanggil para imam dan para petenung, lalu 

berkata kepada mereka: “Apakah yang harus kami lakukan dengan tabut 

TUHAN itu? Beritahukanlah kepada kami, bagaimana kami harus mengan-

tarkannya kembali ke tempatnya.” 3 Lalu kata mereka: “jika  kamu meng-

antarkan tabut Allah Israel itu, maka janganlah kamu mengantarkannya 

dengan tangan hampa, melainkan haruslah kamu membayar tebusan salah 

kepada-Nya; maka kamu akan menjadi sembuh dan kamu akan mengetahui, 

mengapa tangan-Nya tidak undur dari padamu.” 4 Sesudah itu bertanyalah 

mereka: “Apakah tebusan salah yang harus kami bayar kepada-Nya?” Jawab 

mereka: “Menurut jumlah raja-raja kota orang Filistin, lima borok emas dan 

lima tikus emas, sebab tulah yang sama menimpa kamu sekalian dan raja-

raja kotamu. 5 Jadi buatlah gambar borok-borokmu dan gambar tikus yang 

merusak tanahmu, dan sampaikanlah hormatmu kepada Allah Israel. Mung-

kin Ia akan mengangkat dari padamu, dari pada allahmu dan dari pada 

tanahmu tangan-Nya yang menekan dengan berat. 6 Mengapa kamu berkeras 

hati, sama seperti orang Mesir dan Firaun berkeras hati? Bukankah mereka 

membiarkan bangsa itu pergi, saat  Ia mempermain-mainkan mereka?  

7 Oleh sebab itu ambillah dan siapkanlah sebuah kereta baru dengan dua 

ekor lembu yang menyusui, yang belum pernah kena kuk, pasanglah kedua 

lembu itu pada kereta, namun  bawalah anak-anaknya kembali ke rumah, 

supaya jangan mengikutinya lagi. 8 Kemudian ambillah tabut TUHAN, muat-

kanlah itu ke atas kereta dan letakkanlah benda-benda emas, yang harus 

kamu bayar kepada-Nya sebagai tebusan salah, ke dalam suatu peti di sisi-

nya. Dan biarkanlah tabut itu pergi. 9 Perhatikanlah: jika  tabut itu 

mengambil jalan ke daerahnya, ke Bet-Semes, maka Dialah itu yang telah 

mendatangkan malapetaka yang hebat ini kepada kita. Dan jika tidak, maka 

kita mengetahui, bahwa bukanlah tangan-Nya yang telah menimpa kita; 

kebetulan saja hal itu terjadi kepada kita.” 

Kata-kata pertama dari pasal ini memberi tahu kita berapa lama 

penawanan tabut TUHAN berlanjut. Selama tujuh bulan lamanya 

tabut TUHAN itu ada di daerah orang Filistin. Di ladang orang Filistin 

(demikian dalam bahasa aslinya), yang dari sini sebagian penafsir 

berkesimpulan bahwa, sesudah  mencobanya di semua kota mereka, 

dan mendapati bahwa tabut itu menjadi tulah bagi penduduk tiap-

tiap kota, mereka pada akhirnya mengantarkannya ke ladang ter-

buka. Di atas ladang itu bermunculanlah tikus-tikus dari tanah da-

lam jumlah yang sangat banyak, dan menghancurkan gandum yang 

sudah hampir matang dan merusak tanah itu. Dengan tulah pengha-

kiman itulah mereka ditimpa (ay. 5), dan sekalipun begitu peng-

hakiman itu tidak disebutkan dalam pasal sebelumnya. Demikianlah 

Allah membiarkan mereka tahu bahwa di mana saja mereka mem-

bawa tabut itu, selama mereka membawanya sebagai tawanan, 

mereka akan mendapatinya sebagai kutukan bagi mereka. Terkutuk-

lah engkau di kota dan terkutuklah engkau di ladang (Ul. 28:16). Akan 

namun , sebagian besar penfasir mengartikannya, sama seperti kita, di 

daerah orang Filistin. Nah,  

1.  Tujuh bulan lamanya Israel dihukum dengan ketidakhadiran ta-

but TUHAN, tanda istimewa dari hadirat Allah itu. Betapa hampa 

Kemah Pertemuan terlihat tanpanya! Betapa kota yang kudus 

sekarang menjadi reruntuhan, dan tanah suci menjadi padang 

belantara! Tidak diragukan lagi, itu yaitu  saat yang menyedih-

kan bagi orang-orang baik di antara mereka, terutama bagi Sa-

muel. namun  mereka memiliki hal ini untuk menghibur diri mere-

ka, seperti yang kita miliki dalam kesusahan serupa, saat  

penghiburan dari ketetapan-ketetapan ibadah bersama diambil 

dari kita, bahwa, di mana pun tabut TUHAN berada, TUHAN ada 

di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga. Dan 

dengan iman dan doa kita bisa masuk dengan berani untuk 

menemui-Nya di sana. Kita bisa tetap dekat dengan Allah, saat  

tabut-Nya ada di tempat yang jauh.  

2. Tujuh bulan lamanya orang-orang Filistin dihukum dengan keha-

diran tabut TUHAN. Selama itulah tabut TUHAN menjadi tulah 

bagi mereka, sebab mereka tidak mau mengembalikannya dengan 

lebih cepat. Perhatikanlah, orang-orang berdosa memperpanjang 

kesengsaraan-kesengsaraan mereka sendiri dengan berkeras ke-

pala dan menolak untuk berpisah dengan dosa-dosa mereka. 

Tulah-tulah Mesir akan kurang dari sepuluh seandainya hati 

Firaun tidak mengeras dan membiarkan bangsa Israel pergi. 

namun  pada akhirnya diputuskan bahwa tabut itu harus dikem-

balikan. Tidak ada obat penawar, mereka akan binasa jika tetap 

menahannya. 

I. Para imam dan para petenung dimintai petunjuk tentang pemu-

langan tabut itu (ay. 2). Mereka dianggap sebagai orang-orang 

yang paling mengenal aturan-aturan hikmat dan juga upacara-

upacara penyembahan dan penebusan. sebab  orang Israel ada-

lah tetangga mereka, dan termasyhur di atas segala bangsa de-

ngan ketetapan-ketetapan agama mereka, maka tidak diragukan 

lagi para imam dan petenung itu ingin mengenal hukum-hukum 

dan kebiasaan mereka. Oleh sebab itu pantaslah untuk bertanya 

kepada mereka, apakah yang harus kami lakukan dengan tabut 

TUHAN itu? Segala bangsa mempunyai rasa hormat terhadap para 

imam mereka, sebagai orang-orang yang menyimpan pengetahuan 

dalam bibirnya. Adakah orang-orang Filistin mempunyai para 

petenung? Kita pun mempunyai hamba-hamba Tuhan, yang ke-

pada mereka kita harus bertanya bagaimana kita harus datang 

menghadap Tuhan dan sujud menyembah di hadapan Allah yang 

maha tinggi. 

II. Para imam dan para petenung itu memberi nasihat dengan sepe-

nuhnya, dan tampak bersuara bulat di dalamnya. Sungguh meng-

herankan bahwa mereka, sebagai teman bagi negeri mereka, tidak 

memberi nasihat ex officio – secara resmi, sebelum diminta.  

1. Mereka menegaskan kepada rakyat bahwa tabut itu harus di-

kembalikan lagi, dengan mengambil contoh Firaun dan orang 

Mesir (ay. 6). Sebagian orang, ada kemungkinan, enggan me-

nyerahkannya, dan ingin mencoba menahan tabut itu selama 

beberapa waktu lagi. Kepada merekalah para imam dan pete-

nung ini bertanya: Mengapa kamu berkeras hati, sama seperti 

orang Mesir dan Firaun berkeras hati? Tampaknya mereka 

mengenal baik sejarah tentang Musa, dan dapat mengutip 

peristiwa-peristiwa berkaitan yang bisa dijadikan pelajaran. 

Dengan cara yang baik seperti itulah kita harus memanfaat-

kan catatan-catatan yang tetap tinggal tentang penghakiman-

penghakiman Allah atas para pendosa yang keras kepala. Dari 

catatan itu kita harus belajar menerima peringatan untuk 

tidak mengeraskan hati kita seperti para pendosa itu. Jauh 

lebih murah untuk belajar dari pengalaman orang lain dari-

pada belajar dari pengalaman kita sendiri. Orang Mesir pada 

akhirnya dipaksa untuk membiarkan bangsa Israel pergi. Oleh 

sebab itu, biarlah orang Filistin menyerah pada waktunya 

untuk membiarkan tabut TUHAN pergi.  

2. Para imam dan para petenung itu menasihati bahwa, saat  

mengantarkan kembali tabut itu, mereka harus membawa 

tebusan salah bersamanya (ay. 3). Mereka mungkin tahu sifat-

sifat dari allah-allah bangsa lain, namun  mengenai Allah bangsa 

Israel, mereka tahu Ia yaitu  Allah yang pencemburu, dan 

betapa ketatnya Ia dalam menuntut korban penghapus dosa 

dan tebusan salah dari umat-Nya sendiri. Oleh sebab itu, 

sebab  mereka mendapati betapa Ia sangat membenci peng-

hinaan yang dilakukan mereka dengan menahan tabut-Nya, 

maka orang-orang yang berseteru dengan-Nya seperti itu 

haruslah membayar tebusan salah kepada-Nya, dan mereka 

tidak dapat berharap untuk disembuhkan dengan syarat-sya-

rat lain. Keadilan yang dilukai menuntut penebusan. Sejauh 

itu sajalah terang alami mengajar manusia. namun  saat  

mereka mulai merancang seperti apa penebusan itu, pikiran 

mereka menjadi sia-sia secara menyedihkan. namun  orang-

orang yang telah menindas kebenaran dengan kelaliman, 

dengan dosa yang disengaja, seperti yang dilakukan orang-

orang Filistin terhadap tabut TUHAN (Rm. 1:18), mereka itu 

dapat menyimpulkan bahwa mereka tidak dapat berdamai 

dengan Dia yang sudah mereka jahati seperti itu selain melalui 

korban penghapus dosa. Dan kita orang Kristen tahu bahwa 

hanya ada satu orang yang dapat menghapus dosa.  

3. Para imam dan para petenung itu memerintahkan supaya 

tebusan salah ini menjadi tanda pengakuan atas hukuman 

terhadap kejahatan mereka. Melalui tebusan salah ini mereka 

mengakui diri untuk menerima aib atas mereka sebagai orang-

orang yang ditaklukkan dan menyerah, dan bersalah di hadap-

an Allah. Dengan begitu mereka dapat menyampaikan hormat 

mereka kepada Allah Israel sebagai Penakluk mereka yang 

perkasa dan Penuntut balas yang maha adil (ay. 5). Mereka 

harus membuat gambar borok-borok, yaitu, bengkak-bengkak 

dan luka-luka yang sudah mereka derita, dan dengan demi-

kian mengabadikan cela dari penyakit yang memalukan itu 

melalui tindakan dan perbuatan mereka sendiri (Mzm. 78:66). 

Mereka juga harus membuat gambar tikus yang merusak 

tanah mereka, dan dengan begitu mengakui kemahakuasaan 

Allah Israel, yang dapat menghajar dan merendahkan mereka, 

bahkan pada hari kemenangan mereka, melalui binatang yang 

begitu kecil dan menjijikkan. Gambar-gambar ini haruslah 

dibuat dari emas, logam yang paling mulia, untuk menyiratkan 

bahwa mereka dengan senang hati ingin berdamai dengan 

Allah Israel berapa pun harga yang harus dibayar, dan tidak 

akan menganggap emas, banyak emas tua, terlalu mahal un-

tuk itu. Borok-borok emas itu harus berjumlah lima, menurut 

jumlah raja-raja kota, yang, ada kemungkinan, semuanya 

menderita borok-borok itu, dan bersedia untuk mengakuinya 

demikian. Disarankan bahwa tikus emas itu berjumlah lima 

juga, namun , sebab  seluruh negeri dijangkiti olehnya, maka 

tampaknya, sesudah  dipikirkan kembali, mereka mengirim lebih 

banyak tikus emas, menurut jumlah segala kota, baik kota-kota 

yang berkubu maupun dusun-dusun sekitarnya (ay. 18). Para 

imam mereka mengingatkan mereka bahwa tulah yang sama 

menimpa mereka sekalian. Mereka tidak dapat menyalahkan 

satu sama lain, sebab mereka semua bersalah, dan hal ini 

diberitahukan kepada mereka secara jelas melalui tulah yang 

menimpa mereka semua. Tawaran mereka untuk mempersem-

bahkan tebusan salah atas pelanggaran mereka cukup sesuai 

dengan pewahyuan ilahi pada waktu itu. namun  mengirimkan 

hal-hal seperti ini sebagai tebusan salah sangatlah asing, dan 

menunjukkan betapa mereka benar-benar tidak mengetahui 

cara-cara pendamaian yang ditetapkan oleh hukum Musa. 

Sebab dari semula sudah tampak bahwa darahlah, dan bukan 

emas, yang membuat tebusan bagi jiwa.  

4. Para imam dan para petenung itu mendorong mereka untuk 

berharap bahwa dengan cara seperti itulah mereka boleh ber-

harap akan berhasil menyingkir dari tulah itu: Kamu akan 

menjadi sembuh (ay. 3). Sebab, tampaknya, penyakit itu ber-

sikeras menolak semua cara penyembuhan yang sudah di-

resepkan oleh tabib-tabib mereka. “Oleh sebab itu, biarlah 

mereka mengantar kembali tabut itu, dan pada saat itu,” kata 

mereka, “Kamu akan mengetahui, mengapa tangan-Nya tidak 

undur dari padamu. Yaitu, pada saat itulah akan tampak apa-

kah sebab  kamu menahan tabut itu hingga kamu mendapat 

tulah seperti itu. Sebab, jika benar adanya, maka sesudah  

kamu menyerahkan tabut itu, tulah itu akan berhenti.” Allah 

kadang-kadang membiarkan umat-Nya mengadakan pengujian 

seperti itu, untuk mencari tahu apakah pembaharuan diri 

akan menjadi kelepasan bagi mereka. Ujilah Aku, firman 

TUHAN semesta alam (Mal. 3:10; Hag. 2:19-20). Namun mere-

ka berbicara dengan ragu-ragu (ay. 5): Mungkin Ia akan meng-

angkat dari padamu tangan-Nya yang menekan dengan berat. 

Seolah-olah sekarang mereka mulai berpikir bahwa peng-

hakiman itu bisa saja datang dari tangan Allah, dan sekalipun 

begitu tidak dapat disingkirkan dengan segera sesudah  tabut 

itu dikembalikan. Bagaimanapun juga, itu yaitu  cara yang 

paling besar kemungkinannya untuk memperoleh belas kasih-

an. Singkirkan penyebabnya, maka akibatnya akan berhenti.  

5. Namun para imam dan para petenung itu juga menyuruh me-

reka untuk mengadakan pengujian lebih jauh, untuk mencari 

tahu apakah tangan Allah Israel yang telah menghajar mereka 

dengan tulah-tulah ini atau bukan. Mereka harus, sebagai 

penghormatan terhadap tabut itu, menaruhnya di atas kereta 

atau kendaraan pengangkut yang baru, untuk ditarik oleh dua

 ekor lembu yang menyusui, yang memiliki anak-anak yang 

menyusu pada mereka setiap hari (ay. 7). Kedua lembu itu 

haruslah tidak terbiasa menarik kereta, dan selalu ingin pu-

lang, baik sebab  ingin kembali ke kandang di mana mereka 

diberi makan maupun demi anak-anak yang sedang mereka 

susui. Selain itu, kedua lembu itu sama sekali tidak mengenal 

jalan menuju tanah Israel. Tak seorang pun boleh memimpin 

atau menggiring mereka, namun  mereka harus mengambil jalan 

mereka sendiri, supaya, dengan segala alasan, orang akan me-

nyangka, mereka pasti akan mengambil jalan pulang. Maksud 

mereka, jika Allah Israel, satu-satunya Allah yang mampu 

berbuat demikian, sesudah  semua mujizat lain yang dikerjakan-

Nya, tidak mau mengerjakan mujizat lagi, dan melalui kuasa 

yang tak terlihat tidak memimpin lembu-lembu ini, berten-

tangan dengan naluri dan kecenderungan alami mereka, ke 

tanah Israel, dan khususnya ke Bet-Semes,  maka mereka pun 

akan menarik kembali ucapan mereka sebelumnya. Mereka 

akan percaya bahwa bukan tangan Allahlah yang menghajar 

mereka, melainkan kebetulan saja hal itu terjadi kepada mere-

ka (ay. 8-9). Demikianlah Allah membiarkan diri-Nya dicobai 

dan diperintah, walaupun sebelumnya Ia telah dihina, oleh 

orang-orang Filistin yang tidak bersunat ini. Bersediakah me-

reka jika kehormatan Dagon, allah mereka, dipertaruhkan 

dalam masalah seperti ini? Lihatlah betapa orang-orang jahat 

bersedia menyingkirkan keyakinan-keyakinan mereka akan 

tangan Allah atas mereka, dan percaya, saat  mereka sedang 

dalam kesulitan, bahwa kebetulan saja hal itu terjadi kepada 

mereka. Jika demikian, tongkat hajaran yang harus mereka 

dengar dan beri perhatian, sungguh tidak mempunyai suara.  

Pengembalian Tabut TUHAN 

(6:10-18)  

10 Demikianlah diperbuat orang-orang itu. Mereka mengambil dua ekor 

lembu yang menyusui, dipasangnya pada kereta, namun  anak-anaknya di-

tahan di rumah. 11 Mereka meletakkan tabut TUHAN ke atas kereta, juga peti 

berisi tikus-tikus emas dan gambar benjol-benjol mereka. 12 Lembu-lembu itu 

langsung mengikuti jalan yang ke Bet-Semes; melalui satu jalan raya, sambil 

menguak dengan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, sedang raja-raja 

kota orang Filistin itu berjalan di belakangnya sampai ke daerah Bet-Semes. 

13 Orang-orang Bet-Semes sedang menuai gandum di lembah. saat  mereka 

mengangkat muka, maka tampaklah kepada mereka tabut itu, lalu bersuka-

citalah mereka melihatnya. 14 Kereta itu sampai ke ladang Yosua, orang Bet-

Semes itu, dan berhenti di sana. Di sana ada batu besar. Mereka membelah 

kayu kereta itu dan mereka mempersembahkan lembu-lembu sebagai korban 

bakaran kepada TUHAN. 15 Orang-orang suku Lewi menurunkan tabut 

TUHAN dengan peti yang ada di sebelahnya, yang di dalamnya ada benda-

benda emas itu, lalu menaruhnya di atas batu besar itu, dan pada hari itu 

orang-orang Bet-Semes mempersembahkan korban bakaran dan korban 

sembelihan kepada TUHAN. 16 saat  kelima raja kota orang Filistin melihat 

hal itu, pulanglah mereka ke Ekron pada hari itu juga. 17 Inilah benjol-benjol 

emas yang dibayar orang Filistin kepada TUHAN sebagai tebusan salah: dari 

Asdod satu, dari Gaza satu, dari Askelon satu, dari Gat satu, dari Ekron satu; 

18 lagi tikus-tikus emas menurut jumlah segala kota orang Filistin kepunyaan 

kelima raja kota itu, baik kota-kota yang berkubu maupun dusun-dusun 

sekitarnya; dan batu besar, yang di atasnya diletakkan mereka tabut TUHAN, 

di ladang Yosua, orang Bet-Semes itu, yaitu  saksi sampai hari ini.     

Dalam perikop ini kita diberi tahu, 

I. Bagaimana orang-orang Filistin menyingkirkan tabut itu (ay. 10-

11). Mereka dibuat senang berpisah dengannya sama seperti sebe-

lumnya mereka dibuat senang mengambilnya. Sama seperti Allah 

telah mengeluarkan Israel dari rumah perbudakan, demikian pula 

sekarang Ia mengambil keluar tabut dari penawanannya, dengan 

cara yang luar biasa hingga orang Mesir bersukacita, saat  

mereka keluar (Mzm. 105:38).  

1. Orang-orang Filistin itu tidak menerima uang atau bayaran 

sebagai tebusan untuk tabut itu, seperti yang mereka harap-

kan, bahkan di luar tebusan seorang raja. Demikian pula di-

nubuatkan tentang Koresh (Yes. 45:13), dialah yang akan me-

lepaskan orang-orang-Ku yang ada dalam pembuangan, tanpa 

bayaran dan tanpa suap. Bahkan sebaliknya,  

2. Orang-orang Filistin itu memberikan perhiasan emas, seperti 

yang diberikan orang Mesir kepada orang Israel, supaya tabut 

itu disingkirkan dari mereka. Demikianlah tabut yang dibawa 

ke tanah orang Filistin, sebagai piala kemenangan mereka, 

membawa kembali bersamanya piala-pialanya kemenangannya 

sendiri, beserta tugu peringatan yang abadi tentang aib orang-

orang Filistin. Perhatikanlah, Allah tidak akan dikalahkan da-

lam kemuliaan-Nya, pada akhirnya, oleh keberhasilan musuh-

musuh jemaat melawan tabut-Nya. namun  Ia akan mendapat-

kan bagi diri-Nya kehormatan dari orang-orang yang berusaha 

menghina Dia. 

II. Bagaimana lembu-lembu itu membawa tabut TUHAN ke tanah 

Israel (ay. 12). Lembu-lembu itu langsung mengikuti jalan yang ke 

Bet-Semes, kota berikutnya di tanah Israel, dan kota para imam, 

dengan tidak menyimpang. Ini yaitu  contoh yang menakjubkan 

dari kuasa Allah atas binatang-binatang, dan bila dilihat dari 

segala segi, sungguh merupakan sebuah mujizat, bahwa ternak 

yang tidak terbiasa kena kuk dapat menarik kereta dengan begitu 

mulus, begitu teratur, dan terus maju ke depan. Bahwa, tanpa 

seorang pengendara, kedua lembu itu mau saja meninggalkan 

kandang mereka, padahal biasanya semua makhluk jinak pastilah 

ingin tinggal tetap di situ. Mereka juga mau meninggalkan anak-

anak mereka sendiri, yang tentu saja pastilah mereka sayangi 

secara alami. Juga, merupakan mujizat, bahwa tanpa seorang 

pembimbing, kedua lembu itu dapat menempuh jalan lurus ke 

Bet-Semes, kota sejauh tiga belas atau enam belas kilometer, 

tidak pernah kehilangan arah, tidak pernah menyimpang ke 

ladang untuk memberi makan diri mereka sendiri, atau kembali 

pulang untuk memberi makan anak-anak mereka. Kedua lembu 

itu pergi sambil menguak untuk anak-anak mereka, yang dengan 

ini tampak bahwa mereka belum melupakan anak-anak mereka, 

namun  secara alami peka akan kesedihan sebab  meninggalkan 

anak-anak mereka. Kuasa dari Allah pencipta alam, oleh sebab  

itu, tampak jauh lebih besar, dalam mengatasi salah satu naluri 

alamiah yang paling kuat. Kedua lembu ini, menurut Dr. Light-

foot, mengetahui pemilik mereka, Pemilik mereka yang agung 

(Yes. 1:3), yang tidak dikenal Hofni dan Pinehas. Dan kalau boleh 

saya tambahkan, kedua lembu itu membawa pulang tabut TUHAN 

untuk mempermalukan kebodohan orang Israel, yang tidak ber-

usaha untuk membawanya pulang. Penyelenggaraan Allah menge-

nal gerak-gerik bahkan dari binatang-binatang, dan memenuhi 

tujuan-tujuan-Nya sendiri melalui mereka. Raja-raja kota orang 

Filistin, tidak diragukan lagi bersama rombongannya masing-ma-

sing, mengikuti kedua lembu itu dengan terkagum-kagum akan 

kuasa Allah Israel. Dengan demikianlah orang-orang yang me-

nyangka sudah menang atas tabut TUHAN dibuat mengikuti tabut 

itu seperti pelayan-pelayan. 

III. Bagaimana tabut itu disambut di tanah Israel: Orang-orang Bet-

Semes sedang menuai gandum (ay. 13). Mereka terus saja melaku-

kan pekerjaan duniawi mereka, dan tidak ambil peduli terhadap 

tabut itu, tidak mencari tahu apa yang telah terjadi dengannya. 

Seandainya mereka mencari tahu, ada kemungkinan mereka 

mendapat kabar sebelumnya tentang kedatangan tabut itu, dan 

pergi untuk menyongsongnya, dan mengantarnya ke perbatasan 

wilayah mereka sendiri. namun  mereka sama tak acuhnya dengan 

orang-orang yang memapani rumah mereka sendiri dan membiar-

kan rumah Allah tetap menjadi reruntuhan. Perhatikanlah, Allah 

pada waktu-Nya sendiri akan mewujudkan pembebasan jemaat-

Nya, bukan hanya meskipun jemaat-Nya diperangi oleh musuh-

musuhnya, melainkan juga meskipun jemaat-Nya diabaikan oleh 

sahabat-sahabatnya. Sebagian penafsir mencermati bahwa tabut 

yang kembali itu mendapati orang-orang Bet-Semes tidak sedang 

bermalas-malasan atau bermain-main di pinggir jalan, namun  

sedang sibuk, menuai gandum di ladang mereka, dan bekerja de-

ngan baik. Demikian pula kabar tentang kelahiran Kristus dibawa 

kepada para gembala saat  mereka sedang menjaga kawanan 

ternak mereka pada waktu malam. Iblis mengunjungi orang-orang 

yang malas dengan godaan-godaannya, sedangkan Allah mengun-

jungi orang-orang yang rajin dengan perkenanan-perkenanan-

Nya. Tangan tak terlihat yang sama yang mengarahkan lembu-

lembu itu ke tanah Israel, membawa mereka ke ladang Yosua. Di 

ladang itu lembu-lembu itu berdiri, menurut sebagian penafsir 

demi pemiliknya. Mereka menduga bahwa sebab  pemilik ladang 

itu yaitu  orang yang sangat baik, maka Allah bermaksud 

memberikan kehormatan ini kepadanya. Saya lebih berpendapat 

bahwa itu demi batu besar yang ada di ladang itu, yang merupa-

kan tempat yang nyaman untuk menaruh tabut itu, seperti yang 

dibicarakan dalam ayat 14-15, 18. Nah,  

1.  saat  para penuai gandum melihat tabut itu, bersukacitalah 

mereka (ay. 13). Sukacita mereka untuk tabut itu lebih besar 

daripada sukacita panen, dan sebab  itu mereka meninggal-

kan pekerjaan mereka untuk menyambutnya. saat  TUHAN 

memulihkan tabut-Nya yang ditawan, mereka seperti orang-

orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut mereka penuh 

dengan tertawa (Mzm. 126:1-2). Meskipun mereka tidak mem-

punyai cukup semangat dan keberanian untuk berusaha 

menyelamatkan atau menebusnya, namun, saat  tabut itu 

benar-benar datang, mereka menyambutnya dengan sepenuh 

hati. Perhatikanlah, kembalinya tabut TUHAN, dan dihidup-

kannya kembali ketetapan-ketetapan ibadah yang kudus, sete-

lah melewati hari-hari yang penuh kekangan dan kesusahan, 

tidak bisa tidak pasti menjadi pokok sukacita yang besar bagi 

setiap orang Israel yang setia.  

2. Orang-orang Bet-Semes mempersembahkan lembu-lembu itu 

sebagai korban bakaran, bagi kehormatan Allah, dan meng-

gunakan kayu kereta sebagai bahan bakarnya (ay. 14). Mung-

kin orang-orang Filistin meniatkan kedua lembu ini, saat  

mengirimkannya, untuk menjadi bagian dari tebusan salah 

mereka, untuk mengadakan pendamaian (ay. 3, 7). Apa pun 

itu, orang-orang Bet-Semes memandang pantas untuk meng-

gunakan kedua lembu itu seperti ini, sebab kedua lembu itu 

sama sekali tidak pantas digunakan untuk keperluan lain. 

Kereta itu tidak akan pernah membawa barang biasa lagi, 

sebab ia telah membawa lambang suci dari hadirat ilahi. Dan 

lembu-lembu itu sudah berada di bawah bimbingan yang lang-

sung dari sorga hingga Allah, seperti yang tampak dalam peng-

gambarannya, sudah memberikan tuntutan atasnya. Kedua 

lembu itu yaitu  hamba-hamba bagi-Nya, dan sebab  itu 

harus menjadi korban-korban persembahan untuk-Nya. Dan 

tidak diragukan lagi kedua lembu itu diterima, meskipun 

mereka betina, walaupun, menurut hukum yang ketat, setiap 

korban bakaran haruslah jantan.  

3. Orang-orang Bet-Semes menyimpan tabut itu, bersama peti 

perhiasan yang dipersembahkan oleh orang-orang Filistin, di 

atas batu besar di ladang terbuka, tempat yang dingin untuk 

tabut TUHAN dan tempat yang sangat hina. Namun lebih baik 

begitu daripada di kuil Dagon, atau di tangan orang-orang 

Filistin. Alangkah indahnya melihat tabut TUHAN ada di tem-

pat kediamannya dalam segala suasana yang khidmat dan 

megah. namun  lebih baik menaruhnya di atas batu besar, dan 

di ladang kayu, daripada di luarnya. Keagungan yang hakiki 

dari ketetapan-ketetapan ibadah tidak boleh berkurang di 

mata kita sebab  hina dan miskinnya tempat di mana ketetap-

an-ketetapan itu dijalankan. Sama seperti dibakarnya kereta 

dan lembu-lembu yang membawa pulang tabut itu dapat ditaf-

sirkan sebagai sesuatu yang menandakan harapan-harapan 

mereka bahwa tabut itu tidak boleh dibawa pergi lagi dari ta-

nah Israel, demikian pula didirikannya tabut itu di atas batu 

besar dapat menandakan harapan-harapan mereka bahwa 

tabut itu akan didirikan lagi di atas dasar yang teguh. Jemaat 

didirikan di atas batu karang.  

4. Mereka mempersembahkan korban-korban syukur kepada 

Allah, menurut sebagian penafsir di atas batu besar itu, namun  

lebih mungkin di atas mezbah tanah yang dibuat untuk keper-

luan itu (ay. 15). sebab  perkaranya luar biasa, maka hukum 

untuk mempersembahkan di atas mezbah di pelataran Kemah 

Pertemuan dapat ditiadakan, dan itu lebih mudah sebab  

sekarang Silo sudah diruntuhkan. Allah sendiri telah mening-

galkannya, dan tabut TUHAN, yang merupakan kemuliaannya 

yang utama, ada pada mereka di sini. Bet-Semes, meskipun 

terletak dalam milik pusaka suku Dan, namun yaitu  milik 

Yehuda, sehingga dibawanya tabut ini secara tak terduga di 

sini merupakan pertanda bahwa tabut itu dirancang untuk 

menetap di situ, seiring berjalannya waktu. Sebab, saat  Allah 

menolak kemah Yusuf, Ia memilih suku Yehuda (Mzm. 78:67-

68). Bet-Semes yaitu  salah satu kota yang ditetapkan dari 

milik pusaka Yehuda untuk anak-anak Harun (Yos. 21:16). Ke 

mana lagi tabut itu harus pergi selain ke kota para imam? Dan 

sungguh baik bahwa mereka mempunyai kaum suci yang siap 

sedia (sebab meskipun mereka di sini disebut orang-orang 

suku Lewi (ay. 15), namun tampaknya mereka yaitu  para 

imam) baik untuk menurunkan tabut itu maupun untuk 

mempersembahkan korban-korban.  

5. Raja-raja kota orang Filistin kembali ke Ekron, dengan ter-

kagum-kagum, dapat kita duga, mengenai apa yang telah 

mereka lihat tentang kemuliaan Allah dan semangat orang-

orang Israel. Namun sekalipun begitu, tidak juga mereka insaf 

dari penyembahan terhadap Dagon. Sebab betapa jarang suatu 

bangsa menukarkan allahnya, meskipun itu sebenarnya bukan 

allah! (Yer. 2:11). Meskipun mereka tidak bisa tidak pasti 

berpikir bahwa Allah Israel itu mulia sebab  kekudusan-Nya, 

dan menakutkan sebab  perbuatan-Nya yang masyhur, namun 

mereka menetapkan hati untuk berpikir bahwa Baal-zebub, 

dewa Ekron, masihlah sebaik Allah Israel. Dan kepada Baal-

zebublah hati mereka akan melekat, sebab dia yaitu  milik 

mereka. 

6. Perhatian khusus tentang batu besar itu, yang tetap berada di 

tempat yang sama. Di sanalah batu itu berada sampai hari ini 

(ay. 18), sebab batu itu tetap menjadi tugu peringatan yang 

abadi akan peristiwa besar ini. Batu itu berguna untuk menyo-

kong sejarah nenek moyang, yang melaluinya peristiwa besar 

itu diteruskan kepada keturunan yang akan datang. Para 

bapak akan berkata kepada anak-anak mereka, “Ini yaitu  

batu yang di atasnya tabut TUHAN ditaruh saat  tabut itu 

keluar dari tangan orang-orang Filistin, sesuatu yang tidak 

pernah boleh dilupakan.” 

Tabut TUHAN di Bet-Semes 

(6:19-21)  

19 Dan Ia membunuh beberapa orang Bet-Semes, sebab  mereka melihat ke 

dalam tabut TUHAN; Ia membunuh tujuh puluh orang dari rakyat itu. Rakyat 

itu berkabung, sebab  TUHAN telah menghajar mereka dengan dahsyatnya. 

20 Dan orang-orang Bet-Semes berkata: “Siapakah yang tahan berdiri di ha-

dapan TUHAN, Allah yang kudus ini? Kepada siapakah Ia akan berangkat me-

ninggalkan kita?” 21 Lalu mereka mengirim utusan kepada penduduk Kiryat-

Yearim dengan pesan: “Orang Filistin telah mengembalikan tabut TUHAN; 

datanglah dan angkutlah itu kepadamu.” 

Dalam perikop ini diceritakan tentang,  

1. Dosa orang-orang Bet-Semes: Mereka melihat ke dalam tabut 

TUHAN (ay. 19). Semua orang Israel sudah mendengar hal-hal 

besar yang dikatakan tentang tabut itu, dan sudah dipenuhi rasa 

hormat yang mendalam terhadapnya. namun  mereka sudah diberi 

tahu bahwa tabut itu tersimpan di dalam tabir, dan bahkan imam 

besar sendiri pun tidak boleh melihatnya kecuali setahun sekali, 

dan itu pun melalui asap ukupan. Sebab kita cenderung meng-

ingini apa yang dilarang, mungkin hal ini membuat banyak orang 

berkata bahwa mereka akan berbuat apa saja untuk melihatnya. 

Sebagian dari orang-orang Bet-Semes ini, dapat kita duga, untuk 

alasan itu, bersukacita melihat tabut itu (ay. 13) lebih daripada 

demi rakyat. Namun ini tidak membuat mereka puas. Mereka bisa 

melihatnya, namun  mereka ingin berbuat lebih jauh. Mereka mau 

menanggalkan penutupnya, yang ada kemungkinan dipaku atau 

disekrup, dan melihat ke dalam tabut itu, dengan dalih untuk 

melihat apakah orang-orang Filistin telah mengambil dua loh batu 

darinya, atau telah merusaknya dengan suatu cara. namun  sebe-

narnya mereka ingin memuaskan rasa penasaran mereka sendiri 

yang berdosa, yang menerobos ke dalam perkara-perkara yang 

dipandang Allah pantas untuk disembunyikan dari mereka. Per-

hatikanlah, yaitu  suatu penghinaan yang besar bagi Allah jika 

orang-orang yang congkak ingin tahu dan mencampuri perkara-

perkara rahasia yang bukan milik mereka (Ul. 29:29; Kol. 2:18). 

Kita semua dihancurkan oleh keinginan akan pengetahuan yang 

terlarang. Apa yang membuat tindakan melihat ke dalam tabut ini 

menjadi dosa besar yaitu  bahwa tindakan itu timbul dari pikiran 

yang rendah dan hina tentang tabut TUHAN. Keakraban mereka 

dengan tabut itu dalam kesempatan ini menumbuhkan sikap 

kurang ajar dan tidak hormat. Mungkin mereka menyalahguna-

kan jabatan mereka sebagai imam. namun  martabat dari jabatan 

pelayanan sama sekali tidak bisa dijadikan alasan untuk itu, 

malah justru memperparah perlakuan yang ceroboh dan tidak 

hormat terhadap barang-barang yang kudus. Mereka seharusnya, 

melalui teladan mereka, mengajar orang lain untuk menjaga jarak 

dan melihat tabut itu dengan kegentaran yang kudus. Mungkin 

mereka menyalahgunakan sambutan baik yang telah mereka beri-

kan kepada tabut itu, dan korban-korban yang sekarang mereka 

persembahkan untuk menerimanya pulang. Untuk semua yang 

telah mereka lakukan itu, mereka pikir bahwa tabut itu berutang 

budi kepada mereka, dan mereka diperbolehkan untuk mendapat-

kan ganti rugi dengan diberi kepuasan untuk melihat ke dalam-

nya. namun  janganlah seorang pun berpikir, bahwa pelayanan 

yang dilakukannya untuk Allah dapat membenarkan dia untuk 

bertindak tidak hormat atau kurang ajar terhadap perkara-per-

kara Allah. Atau ada kemungkinan bahwa mereka menyalahguna-

kan keadaan-keadaan hina yang di dalamnya tabut itu sekarang 

berada, yang baru keluar dari tawanan, dan belum menetap. 

sebab  sekarang tabut itu berdiri di atas batu yang dingin, mere-

ka menyangka bahwa mereka bisa bebas memperlakukannya. Me-

reka pasti tidak akan mendapat kesempatan lagi untuk menjadi 

akrab dengannya seperti sekarang ini. yaitu  suatu penghinaan 

terhadap Allah jika kita memandang rendah ketetapan-ketetapan-

Nya, sebab  hinanya cara pelaksanaannya. Seandainya mereka 

melihat tabut itu dengan mata yang mengerti, dan tidak meng-

hakimi semata-mata melalui tampilan lahiriah, maka pastilah 

mereka akan tahu bahwa tabut itu tidak pernah bersinar sedemi-

kian agungnya seperti saat itu. Tabut itu telah menang atas 

orang-orang Filistin, dan keluar dari rumah perbudakannya de-

ngan kekuatannya sendiri, seperti Kristus keluar dari kubur. 

Seandainya mereka mempertimbangkan hal ini, mereka tidak 

akan melihat ke dalamnya seperti itu, sebagai peti biasa.  

2. Hukuman kepada mereka atas dosa ini: Ia membunuh beberapa 

orang Bet-Semes, banyak dari mereka, dengan dahsyatnya. 

Betapa cemburunya Allah bagi kehormatan tabut-Nya! Ia tidak 

akan membiarkannya dicemarkan. Jangan sesat! Allah tidak mem-

biarkan diri-Nya dipermainkan. Orang-orang yang tidak mau takut 

akan kebaikan-Nya, dan memanfaatkan tanda-tanda anugerah-

Nya dengan hormat, akan dibuat merasakan keadilan-Nya, dan 

tenggelam di bawah tanda-tanda murka-Nya. Orang-orang yang 

ingin mencampuri apa yang terlarang, dan datang terlalu dekat 

dengan api kudus, akan mendapati bahwa mereka sendirilah yang 

akan menanggung akibatnya. Ia membunuh 50.070 orang. Pen-

jelasan tentang jumlah orang yang dibunuh ini diungkapkan 

dengan cara yang sangat tidak biasa dalam bahasa aslinya. Selain 

ketidakmungkinan bahwa ada begitu banyak orang yang bersalah 

dan begitu banyak orang yang dibunuh, hal ini membuat banyak 

cendekiawan mempertanyakan apakah kita sudah memahami 

perkara ini dengan benar. Dalam bahasa aslinya dikatakan, Ia 

membunuh dari (atau di antara) rakyat itu tujuh puluh orang, lima 

puluh ribu orang. Alkitab terjemahan bahasa Asyur dan Arab 

membacanya, lima ribu tujuh puluh orang. Alkitab terjemahan 

bahasa Aram membacanya, tujuh puluh orang tua-tua, dan lima 

puluh ribu rakyat biasa. Tujuh puluh orang senilai 50.000 orang, 

demikian menurut sebagian penafsir, sebab mereka yaitu  para 

imam. Sebagian yang lain berpendapat bahwa ketujuh puluh orang 

itu yaitu  orang-orang Bet-Semes yang dibunuh sebab  melihat ke 

dalam tabut, sedangkan 50.000 orang itu yaitu  orang-orang yang 

dibunuh oleh tabut TUHAN, di tanah orang Filistin. Ia membunuh 

tujuh puluh orang, yaitu, lima puluh dari seribu, yaitu satu perdua 

puluh, pemusnahan paling tidak seperdua puluh dari penduduk, 

demikian sebagian penafsir yang lain lagi memahaminya. Septua-

ginta (Perjanjian Lama terjemahan bahasa Yunani – pen.) mem-

bacanya sama seperti kita (KJV), Ia membunuh lima puluh ribu tujuh 

puluh orang. Yosefus (sejarawan Yahudi abad ke-1 M – pen.) ber-

kata bahwa hanya tujuh puluh orang yang dibunuh.  

3. Kengerian yang melanda orang-orang Bet-Semes oleh hantaman 

yang berat ini. Mereka berkata, dan sudah sepantasnya, siapakah 

yang tahan berdiri di hadapan TUHAN, Allah yang kudus ini? (ay. 

20). Sebagian penafsir berpendapat bahwa ini mengungkapkan 

sungut-sungut mereka melawan Allah, seolah-olah Ia telah mem-

perlakukan mereka dengan keras dan tidak adil. Bukannya ber-

seteru dengan diri mereka sendiri dan dosa-dosa mereka, mereka 

malah berseteru dengan Allah dan penghakiman-penghakiman-

Nya. Seperti Daud menjadi marah, dalam keadaan yang tidak jauh 

berbeda (2Sam. 6:8-9). Saya lebih berpendapat bahwa itu menyi-

ratkan pemujaan mereka yang penuh kegentaran dan penghor-

matan terhadap Allah, sebagai Tuhan Allah, sebagai Tuhan Allah 

yang kudus, dan sebagai Allah yang di hadapan-Nya tak seorang 

pun tahan berdiri. Hal ini mereka simpulkan dari penghakiman 

yang dahsyat itu, “Siapakah yang tahan berdiri di hadapan Allah 

pemilik tabut ini?” Berdiri di hadapan Allah untuk menyembah 

Dia, terpujilah nama-Nya, bukanlah hal yang mustahil. Kita mela-

lui Kristus diundang, didorong, dan dimampukan untuk melaku-

kannya. namun  berdiri di hadapan Allah untuk berseteru dengan-

Nya, kita tidak mampu. Siapakah yang tahan berdiri di hadapan 

takhta kemuliaan-Nya secara langsung, dan melihat kepadanya 

sepenuhnya? (1Tim. 6:16). Siapakah yang tahan berdiri di hadap-

an pengadilan keadilan-Nya yang tak dapat dibengkokkan, dan 

dapat membenarkan dirinya di sana? (Mzm. 130:3; 143:2). Siapa-

kah yang tahan berdiri di hadapan lengan kuasa-Nya yang tersu-

lut murka, dan mengelak ataupun menanggung hantaman-han-

tamannya? (Mzm. 76:8).  

4. Keinginan orang-orang Bet-Semes, dalam hal ini, untuk menying-

kirkan tabut itu. Mereka bertanya, kepada siapakah Ia akan 

berangkat meninggalkan kita? (ay. 20). Seharusnya mereka ber-

tanya, “Bagaimana kita dapat berdamai dengan-Nya, dan menda-

patkan kembali perkenanan-Nya?” (Mi. 6:6-7). Namun, mereka 

mulai merasa kepayahan oleh tabut itu seperti orang-orang Filis-

tin sebelumnya, padahal, seandainya mereka memperlakukannya 

dengan hormat sebagaimana mestinya, siapa tahu tabut itu dapat 

tinggal di antara mereka, dan mereka semua diberkati oleh sebab  

tabut itu? namun  demikianlah, saat  firman Allah bekerja dengan 

kengerian pada hati nurani para pendosa, maka mereka, bukan-

nya mempersalahkan dan mempermalukan diri sendiri, justru 

berselisih dengan firman itu, dan menjauhkannya dari mereka 

(Yer. 6:10). Mereka mengirim para utusan kepada para tua-tua 

Kiryat-Yearim, sebuah kota kuat yang lebih jauh letaknya di 

negeri itu, dan memohon mereka untuk datang dan mengangkut 

tabut itu ke sana (ay. 21). Mereka tidak berani menyentuh tabut 

itu untuk membawanya ke sana sendiri, namun  berdiri menjauh 

darinya sebagai benda yang berbahaya. Demikianlah orang-orang 

bodoh lari dari satu tindakan yang berlebihan ke tindakan lain 

yang berlebihan, dari keberanian yang lancang ke rasa malu yang 

memperbudak. Kiryat-Yearim, yaitu kota kayu, yaitu  milik 

Yehuda (Yos. 15:9, 60). Kota itu terletak di jalan dari Bet-Semes 

ke Silo, sehingga saat  mereka mengirim para utusan untuk 

mengangkut tabut itu, dapat kita duga, mereka bermaksud su-

paya para tua-tua di Silo mengangkutnya dari sana, namun  Allah 

bermaksud lain. Demikianlah tabut itu dibawa dari kota ke kota, 

dan rakyat pun tidak ada yang peduli dengannya, yang menjadi 

tanda, bahwa tidak ada raja di Israel. 

 

 

 

 

PASAL  7  

Di dalam pasal ini diceritakan tentang, 

I. Meredupnya kemuliaan tabut TUHAN sebab  tersembunyi di 

Kiryat-Yearim bertahun-tahun lamanya (ay. 1-2). 

II. Munculnya kejayaan Samuel dalam pelayanannya di masya-

rakat untuk kebaikan Israel. Bagi bangsa itulah ia dibangkit-

kan sebagai hakim, dan ia merupakan orang terakhir yang 

menyandang gelar ini . Pasal ini memberikan seluruh 

catatan yang kita miliki mengenai Samuel saat  ia berada 

pada masa puncak hidupnya. Keterangan yang kita miliki 

sebelumnya yaitu  tentang masa kecilnya (ps. 2-3), dan sete-

lah itu tentang masa tuanya (8:1). Dalam pasal ini kita dapati 

Samuel giat dalam,  

1. Membaharui bangsa Israel dari penyembahan berhala me-

reka (ay. 3-4). 

2. Membangkitkan kembali agama penyembahan kepada Tu-

han Allah di antara bangsa itu (ay. 5-6). 

3. Berdoa bagi mereka untuk melawan penyerbuan orang 

Filistin (ay. 7-9). Allah menjawab doanya dengan mem-

berikan kemenangan yang jaya atas Filistin (ay. 10-11). 

4. Mendirikan tugu peringatan sebagai ucapan syukur atas 

kemenangan ini  (ay. 12). 

5. Memanfaatkan kemenangan itu (ay. 13-14). 

6. Menjalankan tugas hakim atas bangsa itu (ay. 15-17).  

Untuk hal-hal inilah Allah mempersiapkan Samuel di masa-

masa awal saat  Ia memberikan anugerah-Nya kepada dia. 


Tabut TUHAN di Kiryat-Yearim 

(7:1-2) 

1 Lalu orang-orang Kiryat-Yearim datang, mereka mengangkut tabut TUHAN itu 

dan membawanya ke dalam rumah Abinadab yang di atas bukit. Dan Eleazar, 

anaknya, mereka kuduskan untuk menjaga tabut TUHAN itu. 2 Sejak saat 

tabut itu tinggal di Kiryat-Yearim berlalulah waktu yang cukup lama, yakni dua 

puluh tahun, dan seluruh kaum Israel mengeluh kepada TUHAN. 

Dalam bagian ini kita harus mengiring tabut ke Kiryat-Yearim, dan 

lantas meninggalkannya di sana. Kita tidak mendengar apa-apa lagi 

tentangnya, kecuali hanya sekali dalam pasal 14:18, yaitu saat  

Daud menjemputnya dari situ kira-kira empat puluh tahun kemudian 

(1Taw. 13:6). 

I. Dengan senang hati kita mengantarkan tabut itu ke sana, sebab 

oleh sebab  kebodohan sendiri orang Bet-Semes menjadikannya 

sebuah beban, padahal tabut itu seharusnya dapat menjadi ber-

kat. Dengan gembira kita melihat tabut itu berada di antara 

orang-orang yang memandangnya sebagai bau kehidupan yang 

menghidupkan, sebab di segala tempat belakangan ini tabut itu 

telah menjadi bau kematian yang mematikan. Nah, 

1. Dengan riang gembira, orang Kiryat-Yearim membawanya ke 

tengah-tengah mereka (ay.1). Orang-orang Kiryat-Yearim da-

tang, demikian dikatakan pada kalimat pertama, lalu mereka 

mengangkut tabut TUHAN itu. Tetangga mereka, yakni orang 

Bet-Semes, tidak lebih senang untuk menyingkirkannya dari-

pada untuk menerimanya, sebab mereka tahu betul bahwa 

pembunuhan yang terjadi di Bet-Semes sebab  tabut itu bu-

kanlah perbuatan kekuasaan yang sewenang-wenang, melain-

kan tindakan keadilan yang memang diperlukan, dan orang 

yang menderita sebab  tabut itu harus menyalahkan diri 

mereka sendiri, bukan tabutnya. Kita dapat bersandar kepada 

firman yang telah diucapkan Allah (Yer. 26:6), janganlah kamu 

menimbulkan sakit hati-Ku ..., supaya jangan Aku mendatang-

kan malapetaka kepadamu. Perhatikan, penghakiman Allah 

atas orang-orang yang melanggar hukum dan ketetapan-Nya 

tidak seharusnya membuat kita takut pada hukum dan kete-

tapan-Nya, melainkan takut untuk melanggarnya dan mem-

perlakukannya secara keliru. 

2. Dengan hati-hati warga Kiryat-Yearim memberikan penyam-

butan yang patut bagi tabut itu di tengah mereka, sebagai 

tamu yang diterima dengan kasih yang tulus, dan sebagai 

tamu yang dihormati dengan rasa segan dan penghargaan. 

(1) Mereka menyediakan tempat yang layak untuk menerima 

tabut itu. Mereka tidak mempunyai bangunan umum yang 

dapat diperindah oleh tabut ini , namun  meletakkannya 

di rumah Abinadab yang terletak di dataran tertinggi, dan 

kemungkinan merupakan rumah terbaik di kota mereka. 

Atau, mungkin pemilik rumah ini  merupakan orang 

paling terkenal oleh kesalehannya, dan sangat menghor-

mati tabut itu. Orang-orang Bet-Semes membiarkannya di 

luar di atas batu di padang terbuka, dan sekalipun itu me-

rupakan kota para imam, tidak seorang pun menerimanya 

di dalam rumah. Akan namun , orang-orang Kiryat-Yearim, 

meskipun mereka hanya rakyat Israel biasa, justru mem-

berinya ruang khusus di dalam rumah, dan tentu saja 

dalam ruangan termewah di rumah ini , di mana tabut 

itu dibawa. Perhatikanlah, 

[1] Allah akan menemukan tempat perhentian bagi tabut-

Nya. Jika ada yang menolak tabut itu, maka akan ada 

orang lain yang hatinya tergerak untuk menerimanya. 

[2] Bukan hal baru bagi tabut TUHAN didesak ke dalam ru-

mah pribadi. Kristus dan para rasul-Nya berkhotbah dari 

rumah ke rumah saat  tidak ada tempat umum yang 

menerima mereka. 

[3] Terkadang, para imam dipermalukan dan dikalahkan 

dalam hal agama oleh orang Israel biasa. 

(2) Orang Kiryat-Yearim menyediakan orang yang layak untuk 

mengurus tabut itu. Eleazar, anaknya, mereka kuduskan 

untuk menjaga tabut TUHAN itu. Bukan ayahnya, mungkin 

sebab  ia sudah renta dan lemah, atau sebab  ia harus 

mengurus rumah tangga dan keluarganya, sehingga orang 

tidak akan menariknya dari tanggung jawab itu. namun  

anaknya, yang kemungkinan merupakan seorang pemuda 

yang saleh dan taat, serta giat mengejar hal-hal yang 

terbaik. Tugasnya ialah untuk menjaga tabut itu, bukan 

hanya agar tidak direbut oleh orang Filistin yang jahat, 

namun  juga agar tidak disentuh atau diperiksa oleh orang-

orang Israel yang penasaran. Ia harus menjaga ruangan 

tempat tabut itu tetap bersih dan layak, supaya meski ter-

letak di tempat yang tersembunyi, tabut itu tidak tampak 

seperti benda terabaikan tanpa terurus. Tampaknya, Elea-

zar ini bukan orang Lewi, apalagi dari keturunan Harun. 

Lagi pula, hal itu juga tidak perlu, sebab di sini tidak ada 

mezbah untuk korban maupun ukupan. Sepertinya mung-

kin hanya ada segelintir orang Israel yang saleh akan 

datang dan berdoa di hadapan tabut, dan untuk mereka ini 

Eleazar siap melayani dan membantu. Untuk tujuan inilah 

ia dikuduskan, artinya, atas persetujuannya sendiri, orang 

Kiryat-Yearim menugasinya untuk menjadikan pekerjaan 

itu sebagai tanggung jawabnya, dan untuk tetap terus 

menjalankannya. Mereka memisahkan dia untuk tugas 

atas tabut itu atas nama seluruh warga kota. Hal ini tidak-

lah lazim, namun  dapat dimaklumi oleh sebab  adanya te-

kanan pada saat itu. saat  tabut baru saja terlepas dari 

penawanan, kita tidak bisa mengharapkannya untuk lang-

sung berada dalam keadaannya yang khidmat seperti 

biasa. Sebaliknya kita harus menerima keadaan dan mela-

kukan yang terbaik dengan apa yang ada.  

II. Namun demikian, berat bagi kita untuk membiarkan tabut tetap 

di Kiryat-Yearim. Kita berharap tabut bisa berada di Silo lagi, 

namun  tempat itu telah ditanduskan (Yer. 7:14), atau setidaknya di 

Nob, atau Gibeon, atau di mana pun Kemah Suci dan mezbah 

berada. Namun, tampaknya tabut itu harus tergeletak seperti itu 

di sana sebab  tidak ada orang-orang yang peduli untuk 

kepentingan rakyat sehingga membawanya ke tempat yang layak. 

1. Untuk waktu yang lama, sangat lama, tabut itu tetap berada di 

sana. Lebih dari empat puluh tahun ia berada di tengah 

hutan, tempat pribadi yang terpencil dan tersembunyi, jarang 

dikunjungi dan hampir-hampir tidak dihiraukan (ay. 2). Sejak 

saat tabut itu tinggal di Kiryat-Yearim, berlalulah waktu yang 

cukup lama, hingga Daud menjemputnya dari sana. Sungguh 

aneh bahwa selama Samuel memerintah, tabut itu tidak per-

nah dibawa ke tempatnya yang maha kudus. Ini merupakan 

bukti merosotnya semangat yang kudus di antara mereka. 

Allah membiarkan hal itu terjadi untuk menghukum mereka 

sebab  telah mengabaikan tabut TUHAN saat  tabut itu 

masih berada di tempatnya. Juga, Ia hendak menunjukkan 

bahwa tekanan besar yang ditimpakan kepada tabut itu tidak 

lain yaitu  gambaran Kristus dan keselamatan yang akan 

datang yang tidak tergoncangkan (Ibr. 9:23; 12:27). Sungguh 

peristiwa ini  menjadi teguran terhadap para imam, yaitu 

bahwa tidak seorang pun dari mereka yang dikuduskan untuk 

menjaga tabut TUHAN. 

2. Dua puluh tahun pun berlalu, hingga bangsa Israel sadar 

akan ketiadaan tabut itu. Septuaginta menerjemahkannya 

agak lebih jelas daripada Alkitab kita: Ada dua puluh tahun 

lamanya, dan yakni saat  seluruh bangsa Israel kembali 

mencari Tuhan. Begitu lamanya tabut itu tinggal tersembunyi, 

dan orang Israel tidak peka akan permasalahan ini . Me-

reka juga tidak pernah mencari tahu tentangnya, bagaimana 

keadaannya. Padahal, sementara tabut tidak ada di dalam 

Kemah Suci, tanda hadirat Allah yang istimewa itu juga tidak 

ada, dan mereka juga tidak dapat memelihara hari pendamai-

an sebagaimana mestinya. Mereka sudah merasa cukup de-

ngan adanya mezbah tanpa keberadaan tabut. Begitu mudah-

nya orang-orang yang mengaku beriman di bibir saja untuk 

merasa puas dengan tindakan-tindakan ibadah yang lahiriah 

tanpa tanda kehadiran maupun perkenanan Allah. Namun, 

pada akhirnya orang Israel merenungkan diri mereka dan 

mulai meratap kepada Tuhan. Mungkin saja, mereka tergerak 

melakukan hal itu oleh sebab  khotbah Samuel, yang melalui-

nya Roh Allah turut bekerja secara luar biasa. Sekarang se-

mua orang di seluruh Israel tergerak untuk bertobat dan 

membaharui diri, dan mereka pun mulai memandang kepada 

dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia (Za. 

12:10). Menurut Dr. Lightfoot, ini merupakan peristiwa dan 

masa yang sama luar biasanya dengan kejadian mana pun 

yang kita baca dalam Alkitab. Pertobatan besar ini setara 

seperti di dalam Kisah Para Rasul 2 dan 3. Perhatikanlah, 

(1) Orang-orang yang mengerti betapa bernilainya hukum-hukum 

dan ketetapan Allah akan menganggap ketiadaan hukum dan 

ketetapan itu sebagai hal yang sangat patut diratapi. 

(2) Penyesalan dan pertobatan sejati dimulai dengan meratap 

kepada Tuhan. Kita harus peka bahwa dengan dosa, kita 

telah mendorong-Nya untuk menarik diri, dan kita binasa 

jika tetap berada dalam keadaan jauh dari Allah. Kita tidak 

akan merasa tenteram selama kita belum mendapat kem-

bali perkenanan-Nya dan melihat-Nya kembali lagi kepada 

kita. yaitu  lebih baik bagi orang Israel saat  mereka 

kehilangan tabut dan meratapinya, daripada saat  mereka 

memiliki tabut itu dan mengintip ke dalamnya atau me-

nyombongkan diri sebab nya. Lebih baik melihat orang me-

rindu di tengah kurangnya sarana anugerah daripada 

merasa tidak peduli di tengah limpahnya sarana anugerah. 

Tabut TUHAN di Kiryat-Yearim  

(7:3-6) 

3 Lalu berkatalah Samuel kepada seluruh kaum Israel demikian: “Jika kamu 

berbalik kepada TUHAN dengan segenap hati, maka jauhkanlah para allah 

asing dan para Asytoret dari tengah-tengahmu dan tujukan hatimu kepada 

TUHAN dan beribadahlah hanya kepada-Nya; maka Ia akan melepaskan 

kamu dari tangan orang Filistin.” 4 Kemudian orang-orang Israel menjauhkan 

para Baal dan para Asytoret dan beribadah hanya kepada TUHAN. 5 Lalu 

berkatalah Samuel: “Kumpulkanlah segenap orang Israel ke Mizpa; maka aku 

akan berdoa untuk kamu kepada TUHAN.” 6 sesudah  berkumpul di Mizpa, 

mereka menimba air dan mencurahkannya di hadapan TUHAN. Mereka juga 

berpuasa pada hari itu dan berkata di sana: “Kami telah berdosa kepada 

TUHAN.” Dan Samuel menghakimi orang Israel di Mizpa.   

Mungkin kita juga bertanya-tanya di mana Samuel berada dan apa 

yang dia lakukan selama ini, sebab  sejak pasal 4:1, kita tidak 

mendengar namanya disebut-sebut. Bukan berarti bahwa Samuel 

tidak peduli, namun  pekerjaannya di tengah umatnya tidak disebutkan 

hingga tampak buahnya. saat  Samuel melihat bahwa mereka mulai 

mengeluh kepada Tuhan, ia pun menempa selagi logam masih panas. 

Sebagai hamba Allah yang setia dan saudara yang setia bagi Israel, ia 

berusaha keras melakukan dua hal ini untuk mereka: 

I. Ia berjuang untuk memisahkan orang Israel dari berhala mereka, 

sebab  dari situlah pembaharuan harus dimulai. Ia berkata ke-

pada seluruh kaum Israel (ay. 3), tampaknya dengan pergi dari 

satu tempat ke tempat lain sebagai pengkhotbah keliling sebab 

tidak dikatakan bahwa mereka dikumpulkan bersama-sama

 hingga ayat 5. Ke mana pun Samuel pergi, inilah nasihatnya, 

“Jika kamu berbalik kepada TUHAN dengan segenap hati, seperti 

yang tampak hendak kamu lakukan dengan ratapanmu sebab  

telah meninggalkan Dia dan sebab  kepergian-Nya darimu, maka 

ketahuilah bahwa, 

1. Kamu harus meninggalkan dan membuang segala berhalamu, 

jauhkanlah para allah asing, sebab  Allahmu tidak menghen-

daki adanya saingan. Jauhkanlah berhala itu darimu, tiap 

orang dari berhalanya masing-masing, bahkan jauhkanlah 

mereka dari tengah-tengahmu, lakukan apa yang engkau bisa 

di tempat-tempat kediamanmu untuk menyingkirkan berhala-

berhala itu dari negeri ini. Singkirkan Baal, dewa asing itu, 

dan Asytoret, dewi asing itu,” sebab orang Israel juga memiliki 

yang berhala-berhala ini . Nama Asytoret disebutkan 

secara khusus sebab  itu merupakan berhala yang paling 

dikasihi, dan kepadanya orang Israel paling setia. Perhatikan, 

pertobatan sejati menghunjam dosa yang sangat digemari, dan 

dengan tekad serta keputusan yang tidak biasa, pertobatan 

akan menyingkirkan dosa ini , yakni dosa yang paling 

merintangi kita.  

2. “Kamu harus sungguh-sungguh kembali kepada Allah, dan 

lakukanlah itu dengan pertimbangan penuh serta kebulatan 

hati yang teguh, sebab  keduanya dibutuhkan dalam memper-

siapkan hati, mengarahkan, menujukan, dan menetapkan hati 

kepada Tuhan. 

3. Kamu harus mempersembahkan diri seutuhnya bagi Allah, 

bagi Dia dan tidak ada yang lain. Kepada Dia haruslah engkau 

beribadah, kalau tidak demikian, kamu sama sekali tidak ber-

ibadah kepada-Nya dan tidak menyenangkan Dia.  

4. Inilah satu-satunya jalan, cara yang pasti menuju kemakmur-

an dan kelepasan. Pilihlah jalan ini, maka Ia akan melepaskan 

kamu dari tangan orang Filistin. Sebab, Ia menyerahkan kamu 

ke tangan mereka sebab  kamu meninggalkan Dia dan ber-

ibadah kepada allah lain.” 

Inilah tujuan khotbah Samuel, dan dampaknya sangat me-

ngagumkan (ay. 4): orang-orang Israel menjauhkan para Baal 

dan Asytoret, bukan hanya berhenti menyembah mereka, te-

tapi juga menghancurkan patung-patung mereka, meruntuh-

kan mezbah-mezbah mereka, dan mengabaikan mereka sepe-

nuhnya. Apakah lagi sangkut pautku dengan berhala-berhala? 

(Hos. 14:9; Yes. 30:22). 

II. Samuel berusaha keras untuk mengikatkan mereka selamanya 

kepada Allah dan beribadah kepada-Nya. sesudah  ia membuat 

mereka memiliki pikiran yang baik, ia melakukan semua yang ia 

mampu untuk mempertahankan mereka dalam keadaan itu. 

1. Ia mengumpulkan segenap orang Israel, setidaknya para tua-

tua mereka sebagai wakil, untuk menemuinya di Mizpa (ay. 5), 

di situ ia berjanji untuk berdoa bagi mereka. Tidak sia-sia 

mereka datang dari pelosok paling terpencil di negeri mereka 

untuk bergabung dengan Samuel mencari perkenanan Allah. 

Perhatikanlah, para hamba Tuhan harus berdoa bagi orang 

yang mendengar khotbah mereka, agar oleh anugerah-Nya, 

Allah membuat khotbah itu berdampak. Dan, saat  kita ber-

kumpul dalam pertemuan ibadah bersama, kita harus meng-

ingat bahwa keperluan kita di situ bukan hanya untuk mende-

ngar khotbah namun  juga untuk turut dalam doa bersama. 

Samuel berdoa bagi orang Israel agar oleh anugerah Allah me-

reka dapat meninggalkan berhala-berhala mereka, dan kemu-

dian, oleh penyelenggaraan Allah, mereka dapat diselamatkan 

dari tangan orang Filistin. Para hamba Tuhan akan lebih 

menguntungkan umatnya jika mereka berdoa lebih banyak 

bagi mereka. 

2. Orang Israel menaati panggilan Samuel. Mereka bukan hanya 

datang ke pertemuan itu, namun  juga mematuhi tujuan dari 

pertemuan ini  dan tampak sangat bersedia (ay. 6). 

(1) Mereka menimba air dan mencurahkannya di hadapan 

TUHAN, yang menandakan:  

[1] Kerendahan diri dan penyesalan mereka akan dosa, 

mengakui diri mereka seperti air yang tercurah ke ta-

nah, yang tidak dapat dikumpulkan lagi (2Sam. 14:14), 

begitu rendah, begitu merana di hadapan Allah (Mzm. 

22:15). Alkitab bahasa Aram menuliskan, D