Selasa, 11 Februari 2025

Kejadian 24


 pasti ia akan mengucapkan perkataan yang 

lebih lembut bagi Benyamin, anak yang paling disayanginya itu. 

Tentang anak ini ia hanya melihat jauh di depan dan menubuat-

kan bahwa keturunannya akan menjadi suku yang suka ber-

perang, kuat dan berani, serta akan memperkaya diri dengan 

jarahan dari musuh-musuh mereka, bahwa mereka harus giat 

dan sibuk di dunia ini. Ia akan menjadi suku yang ditakuti oleh 

negeri-negeri tetangga mereka dan negeri-negeri lain. Pada waktu 

pagi ia memakan mangsanya, yang ia terkam dan bagi-bagikan 

pada malam sebelumnya. Pada masa-masa permulaan bangsa 

Israel, suku ini akan terkenal sebagai suku yang giat, walaupun 

banyak di antara mereka bertangan kidal (Hak. 3:15; 20:16). 

Ehud yang menjadi hakim kedua dan Saul yang menjadi raja 

pertama, berasal dari suku ini. Begitu juga pada masa-masa akhir 

kejayaan bangsa Israel, tampillah Ester dan Mordekhai. Melalui 

tangan kedua orang ini musuh-musuh orang Yahudi dihancur-

kan, dan mereka berdua juga berasal dari suku ini. Orang-orang 

Benyamin menerkam seperti serigala saat  mereka secara nekat 

mendukung tindak kejahatan orang-orang Gibea, yaitu kejahatan 

yang dilakukan oleh orang-orang yang dursila (Hak. 20:14). Rasul 

Paulus yang terkasih juga berasal dari suku ini (Rm. 11:1; Flp. 

3:5). Pada waktu pagi dari hari hidupnya, yaitu di masa mudanya, 

ia melahap mangsanya sebagai seorang penganiaya, namun pada 

waktu petang, yakni di masa tuanya, ia membagi-bagi barang ja-

rahan sebagai seorang pengkhotbah. Perhatikanlah, Tuhan  sang-

gup melaksanakan maksud-maksud-Nya melalui berbagai watak 

manusia. Orang-orang yang tertipu dan orang-orang penipu, semua 

yaitu  milik-Nya.  

Kematian Yakub  

(49:28-33) 

28 Itulah semuanya suku Israel, dua belas jumlahnya; dan itulah yang 

dikatakan ayahnya kepada mereka, saat  ia memberkati mereka; tiap-tiap 

orang diberkatinya dengan berkat yang diuntukkan kepada mereka masing-

masing. 29 Kemudian berpesanlah Yakub kepada mereka:  jika  aku nanti 

dikumpulkan kepada kaum leluhurku, kuburkanlah aku di sisi nenek mo-

yangku dalam gua yang di ladang Efron, orang Het itu, 30 dalam gua yang di 

ladang Makhpela di sebelah timur Mamre di tanah Kanaan, ladang yang telah 

dibeli Abraham dari Efron, orang Het itu, untuk menjadi kuburan milik. 31 Di 

situlah dikuburkan Abraham beserta Sara, isterinya; di situlah dikuburkan 

Ishak beserta Ribka, isterinya, 32 dan di situlah juga kukuburkan Lea; ladang 

dengan gua yang ada di sana telah dibeli dari orang Het.” 33 sesudah  Yakub 

selesai berpesan kepada anak-anaknya, ditariknyalah kakinya ke atas tempat 

berbaring dan meninggTuhan  ia, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhur-

nya. 

Di sini kita dapati, 

I. Ringkasan berkat-berkat yang diberikan kepada anak-anak Yakub 

(ay. 28). Walaupun Ruben, Simeon, dan Lewi turun derajat sebab  

kegusaran ayahnya, dikatakan bahwa ia memberkati mereka, tiap-

tiap orang diberkatinya dengan berkat yang diuntukkan kepada 

mereka masing-masing, sebab tidak seorang pun di antara mereka 

yang ditolak seperti Esau. Perhatikanlah, sekalipun Tuhan  melalui 

Firman-Nya atau tindak pemeliharaan-Nya menegur kita dengan

keras, namun selama kita masih tetap menaruh perhatian pada 

janji Tuhan , masih menempatkan diri kita di antara umat-Nya, dan 

menaruh pengharapan yang baik akan bagian di Kanaan sorgawi, 

kita harus tetap menghitung diri kita sebagai orang-orang yang 

diberkati.  

II. Tugas yang diberikan Yakub dengan sungguh-sungguh kepada 

anak-anaknya mengenai penguburannya. Ini merupakan peng-

ulangan perintah yang sebelumnya pernah diberikan kepada Yu-

suf. Lihatlah bagaimana ia berbicara tentang kematian saat  

ajalnya sedang menjelang: Aku nanti akan dikumpulkan kepada 

kaum leluhurku (ay. 29). Perhatikanlah, baiklah bagi kita untuk 

membayangkan kematian itu dengan berbagai pikiran yang me-

nyenangkan supaya kengerian kematian itu dapat disingkirkan. 

Walaupun kematian akan memisahkan kita dari anak-anak dan 

kekasih-kekasih kita di dalam dunia ini, kematian itu juga akan 

mengumpulkan kita dengan leluhur-leluhur dan sahabat-sahabat 

kita di dunia yang lain. Mungkin Yakub mengucapkan hal ini 

tentang kematiannya sebagai alasan mengapa anak-anaknya 

harus menguburkan dia di Kanaan, sebab ia berkata,  jika  

aku nanti dikumpulkan kepada kaum leluhurku, rohku akan pergi 

kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, 

sebab  itu kuburkanlah aku di sisi nenek moyangku, Abraham 

dan Ishak, serta istri-istri mereka” (ay. 31).  

1. Hatinya sangat tertuju ke sana, bukan sebab  kasih sayang 

alamiah terhadap tanah kelahirannya melainkan sebab  pe-

gangan imannya terhadap janji Tuhan , bahwa pada waktunya 

nanti Kanaan akan menjadi tanah pusaka bagi keturunannya. 

sebab  itulah, ia terus memelihara ingatan akan tanah yang 

dijanjikan itu dalam diri anak-anaknya. Untuk itu, ia tidak 

saja menginginkan agar pengenalan anak-anaknya akan janji 

itu terus diperbaharui melalui perjalanan ke tanah Kanaan, 

melainkan juga agar kerinduan dan pengharapan mereka akan 

janji itu terus terpelihara.  

2. Yakub menjelaskan tanah tempat itu dengan terperinci, baik 

mengenai keadaan maupun mengenai pembeliannya oleh 

Abraham sebagai tempat pekuburan (ay. 30-32). Ia khawatir 

kalau-kalau anak-anaknya, sesudah  menetap selama tujuh 

belas tahun di Mesir, melupakan tanah Kanaan dan tempat 

pekuburan kaum leluhur mereka di sana. Ia juga khawatir 

kalau-kalau orang Kanaan mempersoalkan haknya atas tanah 

itu. Itulah sebabnya walaupun sedang berbaring di ambang 

kematian, ia menggambarkan hal itu panjang lebar berikut 

asal-usul tanah yang diperoleh melalui pembelian yang sah. Ia 

tidak saja ingin mencegah timbulnya kesalahan di kemudian 

hari, namun  juga ingin menunjukkan betapa ia sangat menaruh 

perhatian atas negeri itu. Perhatikanlah, haruslah menjadi 

saat-saat yang paling menyenangkan bagi orang-orang kudus 

yang sedang mendekati kematian untuk memusatkan pikiran 

mereka kepada Kanaan sorgawi serta perhentian yang mereka 

harapkan sesudah  kematian.  

III. Kematian Yakub (ay. 33). sesudah  ia selesai memberi  berkat-

berkat dan pesan-pesannya (keduanya termasuk dalam perintah 

kepada anak-anaknya) dan selesai menyampaikan wasiatnya, ia 

melangkah menuju kematiannya sendiri. 

1. Yakub mengambil sikap tubuh untuk meninggal. sesudah  ia 

duduk di pinggir tempat tidurnya untuk memberkati anak-

anaknya (Roh nubuat memberi  minyak baru untuk lampu-

nya yang hampir padam, Dan. 10:19), dan sesudah  semuanya 

selesai, ia menarik kakinya ke atas tempat ia berbaring, supaya 

ia dapat berbaring dengan baik. Bukan saja seperti orang yang 

dengan sabar tunduk pada hantaman kematian itu, melainkan 

juga seperti orang yang dengan penuh sukacita menenangkan 

diri untuk beristirahat sementara ia sedang dalam kelelahan. 

Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu tidur.  

2. Dengan perasaan bebas Yakub menyerahkan nyawanya ke 

dalam tangan Tuhan , Bapa segala roh, dan meninggTuhan  ia.  

3. Jiwanya yang telah terpisah pergi menuju tempat perhimpun-

an roh-roh yang setia. sesudah  mereka dipisahkan dari beban 

tubuh jasmani ini, mereka berada dalam keadaan sukacita 

dan kebahagiaan. Dikatakan bahwa ia dikumpulkan kepada 

kaum leluhurnya. Perhatikanlah, jika umat Tuhan  juga yaitu  

orang-orang kekasih kita, maka kematian akan mengumpul-

kan kita dengan mereka. 

 

PASAL 50  

Dalam pasal ini kita membaca perihal,  

I.  Persiapan penguburan Yakub (ay. 1-6). 

II. Penguburan itu sendiri (ay. 7-14). 

III. Perundingan antara Yusuf dan saudara-saudaranya sesudah  

kematian Yakub (ay. 15-21). 

IV. Umur dan kematian Yusuf (ay. 22-26). 

Dengan demikian Kitab Kejadian yang diawali dengan asal-usul 

terang dan kehidupan, tidak diakhiri dengan apa pun selain kemati-

an dan kegelapan. Begitu sedihnya perubahan yang ditimbulkan oleh 

dosa.  

Persiapan Penguburan Yakub 

(50:1-6) 

1 Lalu Yusuf merebahkan dirinya mendekap muka ayahnya serta menangisi 

dan mencium dia. 2 Dan Yusuf memerintahkan kepada tabib-tabib, yaitu 

hamba-hambanya, untuk merempah-rempahi mayat ayahnya; maka tabib-

tabib itu merempah-rempahi mayat Israel. 3 Hal itu memerlukan empat 

puluh hari lamanya, sebab demikianlah lamanya waktu yang diperlukan 

untuk merempah-rempahi, dan orang Mesir menangisi dia tujuh puluh hari 

lamanya. 4 sesudah  lewat hari-hari penangisan itu, berkatalah Yusuf kepada 

seisi istana Firaun:  Jika kiranya aku mendapat kasihmu, katakanlah 

kepada Firaun, 5 bahwa ayahku telah menyuruh aku bersumpah, katanya: 

Tidak lama lagi aku akan mati; dalam kuburku yang telah kugali di tanah 

Kanaan, di situlah kaukuburkan aku. Oleh sebab itu, izinkanlah aku pergi ke 

sana, supaya aku menguburkan ayahku; kemudian aku akan kembali.” 6 

Lalu berkatalah Firaun:  Pergilah ke sana dan kuburkanlah ayahmu itu, 

seperti yang telah disuruhnya engkau bersumpah.”  

Dalam perikop di atas, Yusuf memberi penghormatan terakhir kepada 

ayahnya yang telah meninggal,

1. Dengan tangisan serta ciuman, dan dengan semua ungkapan ka-

sih sayang yang indah-indah dari seorang anak kepada ayahnya. 

Ia berpamitan dengan tubuh yang baru meninggal itu (ay. 1). Mes-

kipun Yakub memang sudah tua serta lemah dan yang seharus-

nya mati secara alamiah, juga walaupun ia tergolong miskin dan 

menjadi beban tetap bagi anaknya Yusuf, Yusuf memiliki rasa 

kasih sayang yang mendalam terhadap ayah yang dikasihinya. Ia 

sangat merasa kehilangan seorang ayah yang sangat bijaksana, 

saleh, dan pendoa. Perhatikanlah, sebab  merupakan suatu ke-

hormatan untuk diratapi saat  meninggal, maka wajiblah bagi 

orang-orang yang masih hidup untuk meratapi orang-orang yang 

telah berjasa bagi hidup mereka, walaupun adakalanya mereka 

hidup lebih lama dibandingkan jasa-jasa yang pernah mereka berikan. 

Jiwa yang telah pergi tidak lagi dapat dijangkau dengan air mata 

dan ciuman kita, namun dalam hal ini sungguh tepat untuk 

menunjukkan rasa hormat kita kepada tubuh yang malang itu, 

yang kita harapkan akan mengalami kebangkitan yang mulia dan 

penuh sukacita. Dengan demikian Yusuf menunjukkan imannya 

di dalam Tuhan  dan kasihnya terhadap ayahnya dengan cara men-

ciumi bibirnya yang pucat dan dingin itu. Dengan begitu ia 

memberi  ucapan selamat jalan yang penuh kasih. Mungkin 

anak-anak Yakub lainnya juga melakukan hal yang sama. Tidak 

diragukan lagi bahwa hati mereka tersentuh oleh kata-kata yang 

telah diucapkan Yakub menjelang kematiannya.  

2. Yusuf memerintahkan supaya mayat itu dirempah-rempahi (ay. 

2), bukan saja sebab  ia mati di negeri Mesir dan hal itu telah 

menjadi suatu kebiasaan bagi orang-orang Mesir, namun  juga 

sebab  mayat Yakub akan dibawa ke negeri Kanaan yang jauh se-

hingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai ke 

sana. Itulah sebabnya mayat Yakub perlu diawetkan guna meng-

hambat terjadinya pembusukan. Lihatlah betapa hinanya tubuh 

kita saat  jiwa telah meninggalkannya. Tanpa bantuan seni tata 

rias, usaha keras, dan perhatian penuh, dalam waktu singkat 

mayat itu akan berbau busuk. Jika tubuh sudah mati selama 

empat hari, mayat itu sungguh berbau menyengat.  

3. Yusuf mengadakan upacara peratapan yang khidmat bagi ayah-

nya (ay. 3). Diperlukan waktu empat puluh hari untuk merempah-

rempahi mayat itu. Dalam hal ini orang-orang Mesir (kata orang) 

memiliki keterampilan seni tata rias yang sangat tinggi untuk 

Kitab Kejadian 50:1-6 

 889 

mengawetkan bagian-bagian wajah sehingga wajah itu akan tam-

pak tetap seperti keadaan semula. Sepanjang waktu ini dan ditam-

bah dengan tiga puluh hari lagi, sehingga genap menjadi tujuh pu-

luh hari, mereka selalu membatasi pembicaraan dan duduk diam. 

Juga, bila pergi keluar, mereka tampil sebagai peratap-peratap 

yang setia sesuai kebiasaan peradaban negeri itu. Bahkan banyak 

di antara orang-orang Mesir yang begitu menaruh rasa hormat 

kepada Yusuf (berkat jasanya kepada raja dan negara yang pada 

saat itu masih segar dalam ingatan mereka) ikut meratapi kemati-

an ayahnya. Bagi kita, jika  orang menangis sebaiknya kita 

juga ikut menangis. Sekitar sepuluh minggu orang-orang Mesir 

menangisi Yakub. Perhatikanlah, apa yang telah mereka lakukan 

dengan berlebih-lebihan itu, harus kita lakukan dengan penuh 

ketulusan tanpa berpura-pura, menangislah dengan orang yang 

menangis, dan merataplah dengan orang yang meratap, seolah-

olah kita yaitu  anggota keluarga mereka.  

4. Yusuf meminta izin dan memperoleh izin dari Firaun untuk pergi ke 

Kanaan guna menghadiri penguburan ayahnya di sana (ay. 4-6). 

(1) Merupakan suatu bentuk rasa hormat yang perlu ditunjukkan 

Yusuf kepada Firaun bahwa ia tidak akan pergi tanpa memper-

oleh izinnya. Patut diduga bahwa meskipun tugasnya untuk me-

ngelola masalah gandum sudah lama berakhir, ia masih tetap 

menjabat sebagai perdana menteri negara. Itulah sebabnya ia 

tidak dapat meninggalkan tugasnya begitu saja tanpa izin Firaun.  

(2) Sesuai tata krama, dengan hormat ia meminta kesediaan bebe-

rapa anggota keluarga kerajaan atau beberapa pejabat istana 

untuk memohonkan izin baginya dari Firaun. Ini yaitu  kare-

na selama hari-hari perkabungan ia tidak boleh menghadap 

singgasana Firaun atau sebab  ia tidak terlampau berani meng-

ajukan permohonan bagi kepentingannya sendiri. Perhatikan-

lah, kerendahan hati merupakan perhiasan yang sangat indah 

bagi kemuliaan.  

(3) Ia memberi  alasan bahwa ayahnya telah menyuruhnya 

bersumpah untuk menguburkan dia di Kanaan (ay. 5). Alasan 

itu bukanlah alasan yang timbul dari kesombongan atau dari 

pikiran yang datang dengan tiba-tiba, melainkan alasan yang 

timbul dari rasa hormatnya terhadap tugas mutlak yang di-

inginkan ayahnya. Semua bangsa sama berpendapat bahwa 

sumpah harus dilaksanakan dan pesan terakhir orang yang 

sudah mati harus diperhatikan.  

(4) Ia berjanji untuk kembali: Aku akan kembali. saat  kita kem-

bali ke rumah dari memakamkan anggota keluarga, kita ber-

kata,  Kami telah meninggalkan mereka di belakang.” namun , 

jika roh mereka telah pergi ke rumah Bapa sorgawi, kita dapat 

berkata dengan lebih beralasan lagi,  Mereka telah meninggal-

kan kami di belakang.”  

(5) Ia memperoleh izin Firaun (ay. 6): Pergilah ke sana dan kubur-

kanlah ayahmu itu. Firaun menghendaki pekerjaannya dapat 

bertahan lama, namun  pelayanan Kristus harus lebih didahulu-

kan. Oleh sebab  itu Kristus tidak memperbolehkan orang 

yang bekerja bagi-Nya untuk pergi dulu menguburkan ayah-

nya. Tidak, Biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang 

mati mereka (Mat. 8:22). 

Penguburan Yakub 

(50:7-14) 

7 Lalu berjalanlah Yusuf ke sana untuk menguburkan ayahnya, dan 

bersama-sama dengan dia berjalanlah semua pegawai Firaun, para tua-tua 

dari istananya, dan semua tua-tua dari tanah Mesir, 8 serta seisi rumah 

Yusuf juga, saudara-saudaranya dan seisi rumah ayahnya; hanya anak-

anaknya serta kambing domba dan lembu sapinya ditinggalkan mereka di 

tanah Gosyen. 9 Baik kereta maupun orang-orang berkuda turut pergi ke 

sana bersama-sama dengan dia, sehingga iring-iringan itu sangat besar. 10 

sesudah  mereka sampai ke Goren-Haatad, yang di seberang sungai Yordan, 

maka mereka mengadakan di situ ratapan yang sangat sedih dan riuh; dan 

Yusuf mengadakan perkabungan tujuh hari lamanya sebab  ayahnya itu. 11 

saat  penduduk negeri itu, orang-orang Kanaan, melihat perkabungan di 

Goren-Haatad itu, berkatalah mereka:  Inilah perkabungan orang Mesir yang 

amat riuh.” Itulah sebabnya tempat itu dinamai Abel-Mizraim, yang letaknya 

di seberang Yordan. 12 Anak-anak Yakub melakukan kepadanya, seperti yang 

dipesankannya kepada mereka. 13 Anak-anaknya mengangkut dia ke tanah 

Kanaan, dan mereka menguburkan dia dalam gua di ladang Makhpela yang 

telah dibeli Abraham dari Efron, orang Het itu, untuk menjadi kuburan milik, 

yaitu ladang yang di sebelah timur Mamre. 14 sesudah  ayahnya dikuburkan, 

pulanglah Yusuf ke Mesir, dia dan saudara-saudaranya dan semua orang 

yang turut pergi ke sana bersama-sama dengan dia untuk menguburkan 

ayahnya itu. 

Di sini kita membaca sebuah catatan perihal penguburan Yakub. 

Mengenai penguburan raja-raja Yehuda biasanya hanya dikatakan 

begini, Mereka mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek 

moyang mereka di kota Daud. namun  , pemakaman bapa bangsa 

ini digambarkan dengan panjang lebar dan lengkap untuk menunjuk-

kan bahwa Tuhan  berbuat lebih banyak kepadanya lebih dari yang 

diharapkannya (ia telah mengatakan lebih dari sekali tentang turun 

ke dunia orang mati dalam dukacita sebab  kehilangan anak-anak-

nya. Namun lihatlah, sekarang ia mati dalam kehormatan dan di-

antar ke kubur oleh semua anaknya). Juga sebab  pesan-pesan dan 

perintahnya kepada anak-anaknya mengenai penguburannya telah 

diberikan dan diperhatikan di dalam iman serta dalam pengharapan 

akan tanah Kanaan yang ada di bumi ini maupun tanah Kanaan 

yang sorgawi. Nah, 

1. Penguburan ini yaitu  penguburan kenegaraan. Ia diantar ke 

kubur bukan saja oleh anggota keluarganya sendiri, melainkan 

juga oleh semua pegawai Firaun, dan semua orang besar kerajaan 

itu. Mereka semua ingin menunjukkan rasa terima kasih mereka 

kepada Yusuf dan menunjukkan rasa hormat mereka kepada 

ayahnya sebab  dia, serta memberi  penghormatan atas kema-

tian ayahnya. Walaupun orang-orang Mesir tidak menyukai 

orang-orang Ibrani dan memandang rendah derajat mereka 

(43:32), sekarang mereka telah mengenal orang-orang Ibrani de-

ngan lebih baik dan mulai menghormati mereka. Yakub tua yang 

baik itu telah berusaha membawa diri dengan baik di antara 

mereka sehingga ia berhasil memperoleh rasa segan dan hormat 

dari mereka semua. Perhatikanlah, orang-orang percaya harus 

berusaha keras dengan penuh hikmat dan kasih untuk menying-

kirkan prasangka yang telah tertanam tentang diri mereka sebab  

orang-orang tidak mengenal mereka. Banyak kereta dan orang-

orang berkuda yang pergi bersama mereka. Orang-orang itu tidak 

mengiringi sampai jarak tertentu saja, namun  ikut pergi bersama 

mereka. Perhatikanlah, kekhidmatan penguburan yang begitu ter-

tib sesuai dengan keadaan orang yang meninggal merupakan hal 

yang sangat patut dipuji, dan janganlah sampai terlepas dari mulut 

kita ucapan: Untuk apa pemborosan ini? (lih. Kis. 8:2; Luk. 12:2).  

2. Penguburan itu merupakan penguburan yang penuh kesedihan 

(ay. 10-11). Penduduk negeri Kanaan yang melihat perkabungan 

itu memperhatikan bahwa perkabungan itu yaitu  perkabungan 

yang memilukan dan riuh. Perhatikanlah, kematian orang-orang 

baik merupakan kehilangan besar bagi negeri mana pun juga dan 

harus diratapi dengan sangat. Stefanus yang mati sebagai martir 

diratapi dengan sangat oleh orang-orang saleh yang menguburkan 

mayatnya. Tempat orang-orang meratapi Yakub dengan sedih dan 

riuh itu diberi nama Abel-Mizraim, lembah perkabungan orang-

orang Mesir, yang menjadi suatu kesaksian bagi angkatan-angkat-

an keturunan orang Mesir berikutnya yang kemudian menindas 

keturunan Yakub yang sebenarnya sangat dihormati oleh nenek 

moyang mereka.  

Yusuf Menghibur Saudara-saudaranya 

(50:15-21) 

15 saat  saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, 

berkatalah mereka:  Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalas-

kan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan 

kepadanya.” 16 Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada 

Yusuf:  Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan: 17 Beginilah harus kamu 

katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu 

dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka seka-

rang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Tuhan  ayah-

mu.” Lalu menangislah Yusuf, saat  orang berkata demikian kepadanya. 18 

Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta ber-

kata:  Kami datang untuk menjadi budakmu.” 19 namun  Yusuf berkata kepada 

mereka:  Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Tuhan ? 20 Memang 

kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, namun  Tuhan  telah me-

reka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang 

terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. 21 

Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-

anakmu juga.” Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati 

mereka dengan perkataannya. 

Di sini kita membaca bagaimana hubungan yang baik antara Yusuf 

dan saudara-saudaranya diatur sesudah  kematian ayah mereka. Yusuf 

tinggal di istana, di ibu kota kerajaan, sedangkan saudara-saudara-

nya tinggal di Gosyen, di kawasan pedesaan terpencil. Namun mereka 

tetap memelihara saling pengertian yang baik di antara mereka dan 

saling mengasihi satu sama lain, yang merupakan kehormatan bagi 

Yusuf dan kepentingan bagi saudara-saudaranya itu. Perhatikanlah, 

saat  Tuhan  Sang Pemelihara mengambil orang tua melalui kematian, 

maka harus diambil cara terbaik guna mencegah perbantahan di 

antara anak-anak (yang sering terjadi yaitu  soal pembagian waris-

an), serta untuk menjaga hubungan saling kenal dan saling menga-

sihi supaya mereka tetap bersatu meskipun pusat pengikat persatu-

an itu telah pergi. 

I. Dengan penuh kerendahan hati saudara-saudara Yusuf mengaju-

kan permohonan kepada dia untuk mendapatkan kemurahannya.

1. Mereka mulai merasa curiga terhadap Yusuf. Bukan sebab  ia 

telah melakukan sesuatu terhadap mereka, melainkan sebab  

rasa bersalah yang menghantui hati nurani mereka. Juga 

sebab  ketidakmampuan mereka untuk mengampuni dan 

melupakan masa lalu, sehingga mereka curiga akan ketulusan 

dan ketetapan hati Yusuf untuk terus mengasihi mereka (ay. 

15): Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita. Sementara ayah 

mereka masih hidup, mereka merasa aman di bawah bayang-

bayang ayah mereka. namun  sekarang, saat  ayah mereka telah 

tiada, mereka mengkhawatirkan hal terburuk yang akan dilaku-

kan Yusuf. Perhatikanlah, hati nurani yang merasa bersalah 

membuat orang terus merasa ketakutan, meskipun tidak ada 

yang perlu ditakutkan, dan membuat mereka mencurigai setiap 

orang, seperti halnya Kain (4:14). Siapa yang bebas dari rasa 

takut harus berusaha menjaga hidup mereka tanpa kesalahan. 

Jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai 

keberanian percaya untuk mendekati Tuhan  dan sesama kita.  

2. Mereka merendahkan diri di hadapannya, mengakui kesalah-

an-kesalahan mereka, dan memohon ampun kepadanya. Mere-

ka melakukan hal itu melalui seorang pengantara (ay. 17), dan 

juga dengan berhadapan muka (ay. 18). Nah, sesudah  matahari 

dan bulan tenggelam, sebelas bintang sujud menyembah ke-

pada Yusuf, untuk mewujudkan mimpinya. Mereka berbicara 

tentang semua kejahatan yang telah mereka perbuat kepada-

nya di masa lalu dengan sebuah penyesalan baru: Ampunilah 

kiranya kesalahan saudara-saudaramu. Mereka sujud di de-

pan Yusuf dan menyerahkan diri mereka kepada belas kasih-

annya: Kami yaitu  budak-budakmu. Dengan demikian kita 

harus meratapi dosa-dosa yang telah kita lakukan di waktu 

lampau, walaupun dosa-dosa itu kita harapkan telah diam-

puni melalui anugerah Tuhan . Dan saat  kita berdoa memohon 

pengampunan Tuhan , kita juga harus berjanji menjadi hamba-

hamba-Nya. 

3. Mereka memberi  alasan tentang hubungan mereka dengan 

Yakub dan Tuhan  Yakub.  

(1) Hubungan dengan Yakub. Mereka menekankan bahwa Ya-

kub telah berpesan supaya mereka melakukan penyerahan 

ini. Yakub melakukan ini sebab  ia mempertanyakan apa-

kah mereka akan melaksanakan kewajiban mereka untuk 

merendahkan hati mereka, dan bukan sebab  ia memper-

tanyakan apakah Yusuf mau melaksanakan kewajibannya 

untuk mengampuni mereka. Masuk akal bahwa Yakub 

tidak mengharapkan agar Yusuf berbaik hati kepada mere-

ka kecuali mereka sendiri melayakkan diri untuk menerima 

kebaikannya (ay. 16): Ayahmu telah berpesan. Dengan de-

mikian, saat  kita merendahkan hati kita kepada Kristus 

melalui iman dan pertobatan, kita dapat memberi alasan 

bahwa yang kita lakukan ini yaitu  pesan atau perintah 

dari Bapa-Nya, dan Bapa kita juga.  

(2) Hubungan dengan Tuhan  Yakub. Mereka memberi  alasan 

(ay. 17), Kami yaitu  hamba-hamba Tuhan  ayahmu. Bukan 

saja anak dari Yakub, melainkan juga penyembah-penyem-

bah Yehova. Perhatikanlah, walaupun kita harus selalu siap 

mengampuni semua orang yang telah menyakiti kita, secara 

khusus kita harus berhati-hati untuk tidak menaruh den-

dam kepada hamba-hamba Tuhan  dari ayah kita. Dengan 

demikian, kita harus selalu memperlakukan mereka dengan 

baik hati, sebab kita dan mereka memiliki Tuhan yang sama.  

II. Dengan penuh belas kasihan Yusuf menegaskan perdamaian dan 

kasihnya kepada mereka. (ay. 17). Lalu menangislah Yusuf, saat  

orang berkata demikian kepadanya. Air matanya yang tercurah 

yaitu  air mata kepedihan sebab  kecurigaan mereka kepadanya, 

dan juga air mata rasa haru atas penyerahan diri mereka. Dalam 

jawabannya,  

1. Yusuf meminta mereka memandang kepada Tuhan  untuk perto-

batan mereka (ay. 19): Aku inikah pengganti Tuhan ? Dalam 

kerendahan hatinya yang besar, ia menganggap mereka me-

nunjukkan rasa hormat yang berlebihan, seolah-olah semua 

kebahagiaan mereka tergantung pada kebaikannya. Jadi ia 

merasa perlu berkata kepada mereka, seperti Petrus berkata 

kepada Kornelius,  Bangunlah, aku hanya manusia saja. Da-

maikan dirimu dengan Tuhan  terlebih dahulu, maka kamu 

akan melihat betapa mudahnya berdamai dengan diriku.” Per-

hatikanlah, saat  kita memohon pengampunan dari orang-

orang yang telah kita sakiti, kita harus berhati-hati supaya 

tidak menempatkan mereka sebagai Tuhan  dengan cara merasa 

lebih takut terhadap murka mereka dan memohon kebaikan 

hati mereka lebih dari pada Tuhan .  Aku inikah pengganti Tuhan , 

yang hanya di dalam tangan-Nya ada hak pembalasan itu? 

Tidak, aku akan menyerahkan kamu ke dalam belas kasihan-

Nya.” Orang-orang yang melakukan pembalasan sendiri sebe-

narnya telah merampas kedudukan dan hak Tuhan  (Rm. 12:19).  

2. Yusuf memperingan kesalahan mereka, sebab  ia melihat ke-

baikan besar yang dikerjakan Tuhan  dengan begitu indah dari 

peristiwa itu. Walaupun kenyataan itu tidak akan mengurangi 

rasa sesal mereka atas dosa mereka, hal itu akan membuat 

dirinya lebih rela mengampuni mereka (ay. 20). Memang kamu 

telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku (untuk meng-

gagalkan mimpi-mimpinya), namun  Tuhan  telah mereka-rekakan-

nya untuk kebaikan, supaya Tuhan  dapat mewujudkan mimpi-

mimpinya, dan menjadikan Yusuf sebagai berkat besar bagi 

keluarganya, lebih dibandingkan jika dia tetap dalam keadaannya 

yang semula. Perhatikanlah, saat  Tuhan  memakai  tin-

dakan orang untuk mewujudkan rencana-Nya, biasanya Ia 

memaksudkan sesuatu bagi sesuatu yang lain, bahkan dengan 

cara yang bertentangan, dan sekalipun demikian, rencana 

Tuhan  akan tinggal tetap (lih. Yes. 10:7). Sekali lagi, Tuhan  sering 

membuat kebaikan dari sesuatu yang jahat. Ia mewujudkan 

rancangan-rancangan tindakan pemeliharaan-Nya melalui dosa-

dosa manusia. Bukan sebab  Tuhan  yaitu  perancang dosa. 

Sekali-kali janganlah kita berpikir demikian. Sebaliknya, 

kebijaksanaan-Nya yang tidak terhingga itu begitu melampaui 

semua kejadian yang ada di dunia ini dan mengarahkan se-

mua rangkaian peristiwa sehingga pada akhirnya kejadian itu 

membawa pujian bagi Dia, sekalipun pada awalnya akan mem-

bawa penghinaan bagi Dia. Lihat misalnya Kristus yang dihu-

kum mati (Kis. 2:23). Hal ini tidak membuat tingkat keber-

dosaan dari dosa menjadi berkurang, atau orang-orang ber-

dosa berkurang hukumannya. Sebaliknya, semuanya itu akan 

menunjukkan betapa mulianya hikmat Tuhan  itu.  

3. Yusuf meyakinkan mereka bahwa ia akan terus berbuat baik 

kepada mereka: Jangan takut, aku akan menanggung makan-

mu dan makan anak-anakmu juga (ay. 21). Lihatlah betapa 

unggulnya roh Yusuf, dan kita dapat belajar darinya untuk 

membalas kejahatan dengan kebaikan. Ia tidak mengatakan 

bahwa mereka sudah berperilaku baik dan ia akan berbuat

baik kepada mereka jika mereka juga akan berbuat baik. 

Tidak, ia tidak ingin membuat mereka menjadi gelisah atau 

membuat dirinya tampak menaruh rasa curiga terhadap mere-

ka, walaupun mereka telah mencurigai dirinya. Ia menghibur-

kan mereka, dan untuk menghentikan semua ketakutan mere-

ka, ia menenangkan hati mereka dengan perkataannya. Per-

hatikanlah, semangat yang hancur harus ditopang dan diberi 

semangat. Orang-orang yang kita kasihi dan ampuni tidak 

boleh hanya kita perlakukan dengan baik, namun  juga kita 

tenangkan dengan perkataan kita.  

Kematian Yusuf 

(50:22-26) 

22 Adapun Yusuf, ia tetap tinggal di Mesir beserta kaum keluarganya; dan 

Yusuf hidup seratus sepuluh tahun. 23 Jadi Yusuf sempat melihat anak cucu 

Efraim sampai keturunan yang ketiga; juga anak-anak Makhir, anak 

Manasye, lahir di pangkuan Yusuf. 24 Berkatalah Yusuf kepada saudara-

saudaranya:  Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Tuhan  akan memperhati-

kan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah 

dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub.” 25 Lalu 

Yusuf menyuruh anak-anak Israel bersumpah, katanya:  Tentu Tuhan  akan 

memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus membawa tulang-

tulangku dari sini.” 26 Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh 

tahun. Mayatnya dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir. 

Di sini kita membaca perihal:  

I. Kelangsungan umur Yusuf di negeri Mesir. Ia hidup sampai sera-

tus sepuluh tahun (ay. 22). sesudah  menghormati ayahnya, hidup-

nya cukup panjang di negeri yang pada saat sekarang diberikan 

Tuhan  kepadanya. Sungguh suatu belas kasihan yang besar bagi 

keluarganya bahwa Tuhan  mengaruniakannya umur yang begitu 

panjang untuk mendukung dan menghibur mereka.  

II. Pertumbuhan keluarga Yusuf. Ia hidup untuk melihat anak-anak 

dari cicit-cicitnya yang diturunkan oleh kedua anaknya (ay. 23). 

Mungkin ia juga melihat kedua anaknya yang akhirnya diakui 

dengan sungguh-sungguh sebagai kepala suku dari suku-suku 

yang berbeda dan setara dengan semua saudara-saudaranya. 

Sungguh sangat menghibur hati orangtua yang sudah lanjut usia 

saat  mereka dapat menyaksikan keturunannya dalam keadaan

berhasil, khususnya jika dengan itu mereka dapat melihat damai 

sejahtera atas Israel (Mzm. 128:6).  

III. Pesan terakhir dan wasiat Yusuf disampaikan di hadapan sau-

dara-saudaranya saat  ia melihat saat kematiannya sudah men-

dekat. Mungkin beberapa dari saudara-saudaranya sudah ada 

yang meninggal, sebab beberapa orang di antara mereka umurnya 

lebih tua dibandingkan dirinya. Jadi di hadapan saudara-sau-

daranya yang masih hidup dan di hadapan anak-anak dari sau-

dara-saudaranya yang sudah mati dan yang sekarang mewakili 

saudara-saudaranya atas nama ayah-ayah mereka, Yusuf menga-

takan hal-hal ini, 

1. Yusuf menghibur mereka dengan jaminan bahwa mereka akan 

kembali ke negeri Kanaan pada waktunya: Tentu Tuhan  akan 

memperhatikan kamu. Untuk tujuan inilah Yakub berkata 

kepadanya (lih. 48:21). Demikianlah, kita harus menghibur 

orang lain dengan penghiburan yang sama yang kita alami dari 

Tuhan . Kita harus membersarkan hati mereka untuk merasa 

tenang dengan berpegang pada janji-janji yang telah menjadi 

penopang kita selama ini. Oleh kuasa Tuhan , Yusuf menjadi 

pelindung dan pemelihara saudara-saudaranya. sebab  itu, 

bagaimana jadinya mereka kini saat ia akan mati segera? 

Wahai, biarlah ini menjadi penghiburan mereka, Tentu Tuhan  

akan memperhatikan kamu. Lawatan-lawatan Tuhan  yang penuh 

rahmat akan menjadi pelipur saat kita kehilangan teman-teman 

baik kita. Mereka mati, namun  kita bisa hidup, dan hidup de-

ngan rasa terhibur, jika karunia dan hadirat Tuhan  ada ber-

sama kita. Yusuf memohon mereka untuk yakin, bahwa Tuhan  

akan membawa mereka keluar dari negeri ini, dan sebab  itu,  

(1) Mereka jangan pernah berharap untuk menetap di negeri 

Mesir, juga jangan menganggap negeri itu sebagai tempat 

perhentian mereka selama-lamanya. Mereka harus meng-

arahkan hati mereka kepada tanah yang telah dijanjikan 

dan menyebutnya sebagai rumah mereka.  

(2) Mereka tidak boleh takut dimusnahkan atau dihancurkan 

di negeri Mesir. Mungkin Yusuf melihat dari kejauhan per-

lakuan jahat yang akan mereka hadapi di sana sesudah  

kematiannya. Itulah sebabnya ia menyampaikan kata-kata 

yang membesarkan hati mereka:  Tuhan  akan membawa 

kamu dengan penuh kemenangan keluar dari negeri ini pada 

akhirnya.” Di sini matanya tertuju pada janji itu (15:13-14), 

dan dalam nama Tuhan  ia meyakinkan mereka akan pengge-

napan janji itu.  

2. Demi pengakuan imannya sendiri dan untuk meneguhkan 

iman mereka, Yusuf meminta mereka untuk tidak mengubur-

kan mayatnya sampai tiba harinya, yakni hari yang mulia itu, 

saat  mereka tinggal menetap di tanah perjanjian (ay. 25). 

Yusuf meminta mereka berjanji dengan sebuah sumpah bahwa 

mereka akan menguburkan mayatnya di negeri Kanaan. Di 

Mesir, orang menguburkan para pembesar mereka dengan 

penuh penghormatan dan kemegahan, namun  Yusuf lebih me-

nyukai penguburan yang sangat bermakna di negeri Kanaan. 

Pelaksanaan pesan itu tertunda sampai hampir 200 tahun 

sebelum terjadi peristiwa yang luar biasa di negeri Mesir. 

Dengan demikian, sebab  iman Yusuf akan kebangkitan dan 

janji tentang negeri Kanaan, ia memberi pesan tentang tulang-

tulangnya (Ibr. 11:22). Ia mati di negeri Mesir, namun  membiar-

kan tulang-tulangnya sebagai jaminan bahwa Tuhan  pasti akan 

melawat Israel dan akan membawa mereka ke negeri Kanaan.  

IV. Kematian Yusuf dan pengawetan mayatnya untuk dikuburkan di 

Kanaan (ay. 26). Mayatnya ditaruh di dalam peti mati di Mesir, 

namun tidak dikuburkan sampai anak-anaknya menerima tanah 

pusaka mereka di Kanaan (Yos. 24:32). Perhatikanlah,  

1. jika  jiwa yang terpisah sebab  kematian kembali menuju 

tempat perhentian bersama Tuhan , maka tidaklah menjadi 

masalah apakah tubuh yang telah ditinggalkan itu sama sekali 

tidak dapat, atau tidak segera, menemukan tempat peristira-

hatannya di dalam kubur.  

2. Namun, perhatian patut diberikan kepada tubuh orang-orang 

kudus, dalam keyakinan akan kebangkitan mereka. Sebab, 

ada kovenan dengan debu tanah itu, yang selalu akan diingat, 

dan ada perintah yang diberikan mengenai tulang-tulang itu.