Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 8


 atkan kemuliaan kepada-Nya. Saat kita datang untuk 

meminta kasih karunia dari Allah, kita harus memberi-Nya kemulia-

an. Bagi Dialah kemuliaan dalam jemaat Kristus Yesus. saat  me-

naikkan kemuliaan bagi Allah, kita mengakui seluruh kehebatan dan 


 178

kesempurnaan-Nya, sebab kemuliaan merupakan kemilau dan hasil 

dari kedua hal itu. Perhatikanlah, singgasana pujian bagi Allah ada di 

dalam jemaat. Sedikit pujian yang diterima Allah dari dunia ini ber-

asal dari jemaat, kumpulan suci yang dibentuk bagi kemuliaan Allah, 

yang setiap anggotanya, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, ber-

sama-sama menunaikan tugas memuji Allah ini. Sang Pengantara 

puji-pujian ini adalah Yesus Kristus. Semua karunia Allah disalurkan 

kepada kita melalui tangan Kristus, dan semua puji-pujian kita 

sampai kepada Allah melalui tangan yang sama. Dan dengan begitu 

Allah harus dan akan dipuji turun-temurun sampai selama-lamanya, 

sebab Dia akan selalu memiliki jemaat yang memuji-Nya dan akan 

selalu menerima penghormatan itu dari jemaat-Nya. Amin. Jadilah 

demikian, dan memang akan terjadi demikian.  

 

 

PASAL  4  

ita sudah melewati bagian awal dari surat ini, yang terdiri atas 

sejumlah kebenaran penting tentang ajaran-ajaran Kristen, yang 

termuat dalam tiga pasal sebelumnya. Sekarang kita memasuki bagi-

an akhirnya, yang di dalamnya terdapat nasihat-nasihat yang paling 

berbobot dan sungguh-sungguh yang bisa diberikan. Kita dapat men-

cermati bahwa dalam surat ini, sebagaimana dalam sebagian besar 

surat-surat Paulus, bagian awalnya bersifat pengajaran, dan dituju-

kan untuk memberi tahu pikiran manusia tentang kebenaran-kebe-

naran dan ajaran-ajaran Injil yang agung, sedangkan bagian akhir-

nya bersifat penerapan, dan dimaksudkan untuk membimbing kehi-

dupan dan perilaku orang. Sebab, semua orang Kristen wajib berusa-

ha untuk lurus dalam iman, dan tertib dalam hidup dan perbuatan. 

Dalam apa yang dikatakan sebelumnya, kita sudah mendengar ten-

tang hak-hak istimewa orang Kristen, yang memberikan penghiburan 

bagi kita. Dalam apa yang dikatakan selanjutnya, kita akan mende-

ngar tentang kewajiban-kewajiban orang Kristen, dan apa yang dike-

hendaki oleh Tuhan Allah kita dari kita, menimbang hak-hak isti-

mewa yang sudah dianugerahkan-Nya kepada kita itu. Cara terbaik 

untuk memahami rahasia-rahasia dan ikut ambil bagian dalam hak-

hak istimewa yang sudah kita baca sebelumnya adalah dengan 

menjalankan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan kepada kita 

selanjutnya dengan kesadaran hati nurani. Sama halnya, pada sisi 

lain, jika kita dengan sungguh-sungguh merenungkan dan percaya 

akan ajaran-ajaran yang sudah diajarkan kepada kita dalam pasal-

pasal sebelumnya, maka itu akan menjadi dasar yang baik bagi kita 

untuk mulai menjalankan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan 

dalam pasal-pasal selanjutnya. Iman dan perbuatan kristiani saling 


 180

berdampingan. Dalam pasal ini, kita mendapati berbagai macam 

nasihat untuk menjalankan kewajiban-kewajiban yang penting. 

I.   Nasihat yang lebih umum (ay. 1).  

II.  Nasihat untuk saling mengasihi, bersatu, dan rukun, beserta 

sarana dan dorongan yang tepat untuk mengusahakannya (ay. 

2-16).  

III. Nasihat untuk memiliki kemurnian kristiani dan hidup kudus. 

Kedua-duanya dijelaskan secara lebih umum (ay. 17-24), dan 

dalam sejumlah contoh khusus (ay. 25, sampai selesai). 

Keberpadanan Hidup Ditegaskan 

(4:1)  

1 Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan sebab  

Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadan-

an dengan panggilan itu. 

Ini merupakan nasihat umum untuk hidup sesuai dengan iman Kris-

ten yang kita akui. Pada waktu itu Paulus sedang menjadi tahanan di 

Roma. Dan ia adalah orang yang dipenjarakan sebab  Tuhan, atau di 

dalam Tuhan, yang artinya sungguh untuk Tuhan. Mengenai hal ini, 

lihat pasal 3:1. Paulus menyebutkan hal ini berulang kali, untuk me-

nunjukkan bahwa ia tidak malu dengan belenggu yang menahannya, 

sebab  tahu betul bahwa ia menderita bukan sebagai penjahat. Juga, 

supaya apa yang ditulisnya kepada jemaat bisa terasa lebih lembut 

dan memberikan suatu hasil tertentu. Itu merupakan ajaran yang ia 

pikir layak untuk ditanggung, dan sebab  itu tentu mereka harus 

memandangnya layak untuk mereka perhatikan dengan sungguh-

sungguh dan mereka jalankan sebagai kewajiban. Di sini kita men-

dapati permohonan dari seorang tahanan yang malang, salah seorang 

tahanan Kristus: “Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang 

dipenjarakan sebab  Tuhan,” dst. Menimbang apa yang sudah dilaku-

kan Allah untukmu, dan ke dalam kedudukan dan keadaan apa Ia 

sudah memanggil kamu, seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya, 

maka sekarang aku datang kepadamu dengan sebuah permintaan 

yang tulus (bukan untuk melegakanku, atau menggunakan kepen-

tinganmu untuk membebaskanku, hal pertama yang cenderung di-

minta oleh tahanan yang malang dari sahabat-sahabatnya, melain-

kan) supaya kamu mau membuktikan diri sebagai orang-orang Kris-

Surat Efesus 4:2-16 

 181 

ten yang baik, dan hidup sesuai dengan pengakuan dan panggilan-

mu. Supaya hidupmu berpadanan, sesuai, pantas, selaras dengan 

kondisi membahagiakan yang ke dalamnya anugerah Allah 

telah membawa kamu, kamu yang telah dipertobatkan-Nya dari keka-

firan kepada Kekristenan. Perhatikanlah, orang-orang Kristen harus 

menyesuaikan diri dengan Injil yang olehnya mereka dipanggil, dan 

dengan kemuliaan yang ke dalamnya mereka dipanggil. Kedua-dua-

nya adalah panggilan hidup mereka. Kita disebut orang-orang Kris-

ten, maka kita harus menyesuaikan diri dengan sebutan itu, dan 

hidup seperti orang-orang Kristen. Kita dipanggil kepada kerajaan 

dan kemuliaan Allah. Oleh sebab nya, kerajaan dan kemuliaan itu 

haruslah kita pikirkan, dan kita harus hidup seperti orang yang layak 

menjadi ahli warisnya.   

Nasihat Supaya Bersatu;  

Alasan-alasan untuk Bersatu  

(4:2-16)  

2 Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkan-

lah kasihmu dalam hal saling membantu. 3 Dan berusahalah memelihara ke-

satuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: 4 satu tubuh, dan satu Roh, seba-

gaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung 

dalam panggilanmu, 5 satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, 6 satu Allah dan 

Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam 

semua. 7 namun  kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karu-

nia menurut ukuran pemberian Kristus. 8 Itulah sebabnya kata nas: “Tatkala 

Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan 

pemberian-pemberian kepada manusia.” 9 Bukankah “Ia telah naik” berarti, 

bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? 10 Ia yang 

telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, 

untuk memenuhkan segala sesuatu. 11 Dan Ialah yang memberikan baik 

rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gem-

bala-gembala dan pengajar-pengajar, 12 untuk memperlengkapi orang-orang 

kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, 13 sam-

pai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar 

tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang se-

suai dengan kepenuhan Kristus, 14 sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang 

diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan pal-

su manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, 15 namun  dengan 

teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam 

segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. 16 Dari pada-Nyalah 

seluruh tubuh, – yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan 

semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota – mene-

rima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih. 

Dalam perikop ini Rasul Paulus melanjutkan dengan nasihat-nasihat 

yang lebih khusus. Dua nasihat dijabarkannya dalam pasal ini: su-


 182

paya bersatu dan mengasihi, dan supaya hidup murni dan kudus, 

yang harus sungguh-sungguh diusahakan oleh orang Kristen. Kita 

tidak hidup berpadanan dengan panggilan kita jika kita tidak menjadi 

kawan-kawan yang setia bagi semua orang Kristen, dan menjadi 

musuh bebuyutan bagi semua dosa.  

Bagian ini berisi nasihat untuk saling mengasihi, bersatu, dan 

rukun beserta sarana dan dorongan yang tepat untuk mengusahakan-

nya. Tidak ada hal lain yang ditekankan kepada kita secara lebih sung-

guh-sungguh dalam Kitab Suci selain hal ini. Kasih adalah hukum 

Kerajaan Kristus, pelajaran di perguruan-Nya, dan pakaian kebesaran 

keluarga-Nya. Perhatikanlah,  

I.  Sarana kesatuan: rendah hati, lemah lembut, sabar, dan menun-

jukkan kasih dalam hal saling membantu (ay. 3). Rendah hati di 

sini berarti menganggap diri sendiri kecil, yang berlawanan de-

ngan kesombongan. Lemah lembut berarti sikap jiwa yang unggul, 

yang membuat orang tidak mau memanas-manasi orang lain, dan 

tidak mudah dipanas-panasi atau merasa tersinggung oleh kele-

mahan-kelemahan mereka. Lemah lembut berlawanan dengan 

kebencian dan kekesalan yang penuh amarah. Sabar berarti ta-

bah menghadapi perlakuan orang lain yang menyakiti, tanpa ber-

niat membalas dendam. Menunjukkan kasih dalam hal saling 

membantu berarti menanggung kelemahan orang lain berdasar  

asas kasih, sehingga kita tidak berhenti mengasihi mereka oleh 

sebab  kelemahan-kelemahan ini. Orang-orang Kristen yang ter-

baik perlu saling menanggung beban, dan mengambil yang terbaik 

dari satu sama lain, menggugah satu sama lain untuk berbuat 

baik, dan bukan memancing amarah. Dalam diri kita sendiri, ada 

banyak hal yang sulit untuk kita maafkan. Dan sebab  itu, 

janganlah kita menganggapnya kelewatan jika kita menemukan 

dalam diri orang lain hal yang sukar untuk kita maafkan. Sebalik-

nya, kita harus mengampuni mereka sebagaimana kita mengam-

puni diri kita sendiri. Nah, tanpa semuanya ini, kesatuan tidak 

bisa dijaga. Langkah pertama menuju kesatuan adalah kerendah-

an hati. Tanpa kerendahan hati, tidak akan ada kelemahlembut-

an, kesabaran, atau hal saling membantu. Dan tanpa semuanya 

ini, tidak akan ada kesatuan. Kesombongan dan amarah meng-

hancurkan kedamaian, dan menimbulkan segala kejahatan. Seba-

liknya, kerendahan hati dan kelemahlembutan mengembalikan 

Surat Efesus 4:2-16 

 183 

kedamaian, dan menjaganya. Keangkuhan hanya menimbulkan 

pertengkaran, namun  kerendahan hati menimbulkan kasih. Sema-

kin kita rendah hati, semakin kita sehati dan sepikiran. Kita tidak 

hidup dengan cara yang berpadanan dengan panggilan hidup kita 

jika kita tidak lemah lembut dan rendah hati. Sebab Dia yang 

oleh-Nya kita dipanggil, Dia yang kepada-Nya kita dipanggil, ter-

kenal akan kelemahlembutan dan kerendahan hati-Nya, dan telah 

memerintahkan kita untuk belajar dari-Nya dalam hal ini. 

II.  Hakikat dari kesatuan yang ditetapkan Rasul Paulus itu: kesatu-

an Roh (ay. 3). Pusat kesatuan kristiani terdapat di dalam hati 

atau roh. Kesatuan itu tidak terdapat pada satu rangkaian pemi-

kiran, atau satu bentuk dan cara ibadah, melainkan pada satu 

hati dan satu jiwa. Kesatuan hati dan kasih sayang ini bisa dika-

takan berasal dari Roh Allah. Kesatuan itu dikerjakan oleh-Nya, 

dan merupakan salah satu buah Roh. Inilah yang harus berusaha 

kita jaga. Berusaha adalah sebuah kata Injili. Kita harus meng-

usahakannya sekuat tenaga. Jika orang lain mengajak kita ber-

tengkar, kita harus berusaha sedapat mungkin untuk tidak ber-

tengkar dengannya. Jika orang lain merendahkan dan membenci 

kita, kita tidak boleh merendahkan dan membencinya. Oleh ikatan 

damai sejahtera. Damai sejahtera adalah suatu ikatan, sebab  

menyatukan orang-orang dan membuat mereka bersikap ramah 

satu terhadap yang lain. Kecenderungan hati dan perilaku yang 

cinta damai mengikat orang-orang Kristen bersama-sama, sedang-

kan perselisihan dan pertikaian mencerai-beraikan hati dan kasih 

sayang mereka. Sejumlah besar lidi, kalau diikat bersama-sama, 

akan menjadi kuat. Ikatan damai sejahtera adalah kekuatan dari 

suatu kumpulan. Bukan berarti bahwa semua orang baik, dan 

semua anggota masyarakat, harus sama dalam segala hal, sama 

besar, sama perasaan, dan sama penilaian. Itu tidak terbayang-

kan. namun  ikatan damai sejahtera menyatukan mereka semua, 

kendati mereka berbeda-beda. Dalam seikat sapu lidi, besar dan 

kuat masing-masing lidi itu berbeda-beda. Akan namun , jika 

mereka diikat bersama-sama oleh satu ikatan, mereka lebih kuat 

dari apa saja, bahkan dari yang paling besar dan paling kuat 

sekalipun di antara mereka.  


 184

III. Alasan-alasan yang tepat untuk mengusahakan kesatuan dan ke-

rukunan kristiani ini. Rasul Paulus menekankan sejumlah alasan, 

untuk mengajak kita agar mengusahakannya. 

1.  Lihatlah betapa banyak macam kesatuan yang penuh dengan 

sukacita dan kemuliaan iman Kristen yang kita akui. Harus 

ada satu hati. Sebab ada satu tubuh, dan satu Roh (ay. 4). 

Kalau dalam satu tubuh ada dua hati, bagaimana jadinya? 

Jika hanya ada satu tubuh, maka semua yang menjadi milik 

tubuh itu harus mempunyai satu hati. Gereja yang am adalah 

satu tubuh rohani Kristus, dan semua orang Kristen yang baik 

hanya merupakan satu tubuh saja, yang dipadukan oleh satu 

peraturan, yaitu peraturan Injil, dihidupkan oleh satu Roh, 

Roh Kudus yang sama yang dengan segala karunia dan 

anugerah-Nya menggerakkan, menghidupkan, dan mengatur 

tubuh itu. Jika kita menjadi milik Kristus, kita semua dihidup-

kan oleh Roh yang satu dan sama, dan sebab  itu kita harus-

lah satu. Sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu peng-

harapan yang terkandung dalam panggilanmu. Pengharapan 

disebutkan di sini sebab  apa yang menjadi sasarannya, apa 

yang diharapkan, yaitu harta pusaka sorgawi. Untuk mengha-

rapkan harta itulah kita dipanggil. Semua orang Kristen di-

panggil untuk memperoleh pengharapan akan hidup kekal 

yang sama. Ada satu Kristus yang di dalam-Nya mereka semua 

berharap, dan satu sorga yang mereka semua harapkan. Oleh 

sebab  itu, mereka harus satu hati. Satu Tuhan (ay. 5), yaitu 

Kristus, Kepala jemaat, yang kepada-Nya, menurut ketetapan 

Allah, semua orang Kristen langsung tunduk. Satu iman, yaitu 

Injil, yang berisi ajaran iman Kristen. Atau, anugerah iman 

yang sama (iman di dalam Kristus) yang dengannya semua 

orang Kristen diselamatkan. Satu baptisan, yang melaluinya 

kita mengakui iman kita, dengan dibaptis dalam nama Bapa, 

Anak, dan Roh Kudus, dan dengan demikian satu perjanjian 

sakramen yang sama, yang di dalamnya kita mengikat diri 

pada Kristus Tuhan. Satu Allah dan Bapa dari semua (ay. 6). 

Satu Allah, yang mengakui semua anggota jemaat yang sejati 

sebagai anak-anak-Nya. Sebab Dia adalah Bapa dari semua 

anggota jemaat itu melalui hubungan khusus, sebagaimana 

halnya Dia adalah Bapa dari semua manusia melalui pencipta-

an. Dan Dia di atas semua, oleh kodrat-Nya, dan berkenaan 

Surat Efesus 4:2-16 

 185 

dengan kesempurnaan-kesempurnaan yang mulia dari sifat-

Nya, sebab  Dia berkuasa atas semua makhluk dan terutama 

atas jemaat-Nya. Dan oleh semua, melalui pemeliharaan-Nya Ia 

menopang dan memerintah mereka. Dan di dalam semua, da-

lam semua orang percaya, yang di dalam mereka Ia berdiam 

seperti di dalam bait kudus-Nya, dengan Roh dan anugerah 

istimewa-Nya. Maka, kalau apa yang satu itu ada banyak ma-

cam, sayang kalau tidak ditambahkan satu lagi, yaitu satu 

hati, atau satu jiwa.  

2. Lihatlah beragamnya pemberian yang sudah dianugerahkan 

Kristus kepada orang-orang Kristen: namun  kepada kita ma-

sing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukur-

an pemberian Kristus. Walaupun anggota-anggota jemaat Kris-

tus sepakat dalam begitu banyak hal, ada beberapa hal yang 

di dalamnya mereka berbeda. namun  janganlah ini menum-

buhkan perbedaan kasih sayang di antara mereka, sebab  

semuanya berasal dari Pencipta yang sama dan murah hati, 

dan dimaksudkan untuk tujuan-tujuan agung yang sama. Ke-

pada tiap-tiap dari kita sebagai orang-orang Kristen diberikan 

kasih karunia, suatu pemberian kasih karunia, dalam jenis 

atau kadar-kadar tertentu, untuk membantu satu sama lain. 

Dan kepada tiap-tiap dari kita sebagai hamba-hamba Tuhan 

diberikan kasih karunia. Kepada sebagian orang, karunia itu 

diberikan dalam kadar yang lebih besar, kepada yang lain da-

lam kadar yang lebih kecil. Berbeda-bedanya pemberian ham-

ba-hamba Kristus ternyata membuka peluang besar bagi per-

selisihan di antara jemaat Kristen mula-mula: yang satu meng-

aku golongan Paulus, yang lain golongan Apolos. Rasul Paulus 

menunjukkan bahwa tidak ada alasan apa-apa bagi mereka 

untuk berselisih tentang pemberian-pemberian itu, namun  ada 

banyak alasan untuk sepakat dalam memakainya bersama-

sama, untuk membangun semua. sebab  semua diberikan me-

nurut ukuran pemberian Kristus, sesuai dengan ukuran yang 

tampak paling baik untuk diberikan Kristus kepada tiap-tiap 

orang. Amatilah, semua hamba Tuhan, dan semua anggota 

Kristus, berutang kepada-Nya atas segala pemberian dan ka-

sih karunia yang mereka miliki. Dan ini merupakan alasan 

yang baik mengapa kita harus saling mengasihi, sebab  ke-

pada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia. 


 186

Semua orang yang telah diberikan kasih karunia oleh Kristus, 

dan mereka yang telah menerima pemberian-pemberian-Nya, 

harus saling mengasihi (meskipun mereka tidak sama-sama 

besar, berbeda-beda nama, dan berbeda-beda perasaan). Rasul 

Paulus lalu mengambil kesempatan untuk menyebutkan se-

cara khusus beberapa pemberian yang dianugerahkan Kristus. 

Dan bahwa pemberian-pemberian itu dianugerahkan oleh 

Kristus ditunjukkan Paulus melalui kata-kata Daud di mana 

ia menubuatkan hal ini tentang Kristus (Mzm. 68:19), yang 

kata nas (ay. 8), yaitu kata sang pemazmur, “Tatkala Ia naik ke 

tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan 

pemberian-pemberian kepada manusia.” Daud menubuatkan 

kenaikan Kristus. Dan Rasul Paulus menguraikannya di sini, 

dan dalam tiga ayat berikutnya. Tatkala Ia naik ke tempat 

tinggi. Kita dapat memahami tempat yang tinggi ini, berdasar-

kan uraian Rasul Paulus, baik sebagai tempat ke mana Ia naik 

dalam kodrat manusia-Nya, yaitu sorga tertinggi, maupun 

khususnya sebagai keadaan yang ke dalamnya Ia diangkat, 

sebab  saat  itu Ia sangat ditinggikan dan sangat dimuliakan 

oleh Bapa-Nya. Marilah kita menetapkan hati untuk mere-

nungkan kenaikan Yesus Kristus. Bahwa Juruselamat kita 

yang terberkati itu, sesudah  bangkit dari antara orang mati, 

naik ke sorga, di mana Ia duduk di sebelah kanan Yang Mulia 

di tempat tinggi, yang melengkapi bukti bahwa Ia adalah Anak 

Allah. Sebagaimana para penakluk besar, saat  menaiki kere-

ta kemenangan mereka, biasa diiringi oleh tawanan-tawanan 

yang paling ternama yang diseret dalam belenggu, dan ingin 

menebarkan keroyalan dan kemurahan hati mereka kepada 

para prajurit dan para penonton lain yang melihat kemenang-

an mereka, demikian pula Kristus, saat  naik ke sorga, seba-

gai Penakluk yang berkemenangan, membawa tawanan-tawan-

an. Ini adalah ungkapan yang dipakai dalam Perjanjian Lama 

untuk menandakan suatu penaklukan atas musuh-musuh, 

terutama atas musuh-musuh yang sebelumnya sudah mem-

bawa tawanan-tawanan lain (lihat Hak. 5:12). Di sini pena-

wanan diartikan sebagai tawanan-tawanan, dan menandakan 

semua musuh rohani kita, yang sebelumnya membawa kita 

sebagai tawanan. Ia menaklukkan mereka yang telah menak-

lukkan kita, seperti dosa, Iblis, dan maut. Sungguh, Ia sudah 

Surat Efesus 4:2-16 

 187 

menang atas semuanya ini di kayu salib. namun  kemenangan 

itu dilengkapi pada saat kenaikan-Nya, saat  Ia menjadi 

Tuhan atas segalanya, dan memegang kunci alam maut di 

tangan-Nya. Ia memberikan pemberian-pemberian kepada ma-

nusia. Dalam Mazmur dikatakan, Engkau telah menerima per-

sembahan-persembahan di antara manusia (KJV: untuk manu-

sia). Ia menerima untuk mereka, supaya bisa memberikan ba-

nyak pemberian dan kasih karunia kepada mereka. Secara 

khusus, Ia memperkaya murid-murid-Nya dengan karunia Roh 

Kudus. Rasul Paulus, dengan berbicara tentang kenaikan Kris-

tus seperti itu, memperhatikan bahwa Kristus juga telah turun 

(ay. 9). Seolah-olah ia berkata, “saat  berbicara tentang ke-

naikan Kristus, Daud menyiratkan pengetahuannya tentang 

perendahan diri Kristus di bumi. Sebab, saat  dikatakan 

bahwa Ia naik, tersirat bahwa Ia terlebih dahulu turun. Sebab 

apa itu naik kalau bukan bukti untuk menunjukkan bahwa Ia 

sudah turun?” Ke bagian bumi yang paling bawah. Ini mung-

kin merujuk pada penjelmaan-Nya sebagai manusia, sesuai 

dengan Mazmur Daud (Mzm. 139:15), tulang-tulangku tidak 

terlindung bagi-Mu, saat  aku dijadikan di tempat yang tersem-

bunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling 

bawah. Atau merujuk pada penguburan-Nya, sesuai dengan 

Mazmur 63:10, orang-orang yang berikhtiar mencabut nyawa-

ku, akan masuk ke bagian-bagian bumi yang paling bawah. 

Daud menyebut kematian Kristus (menurut beberapa bapa 

gereja) sebagai turunnya Dia ke bagian bumi yang paling 

bawah. Ia turun ke bumi dalam penjelmaan-Nya sebagai ma-

nusia. Ia juga turun ke bumi dalam penguburan-Nya. Seperti 

Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demi-

kian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga 

hari tiga malam. Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik 

jauh lebih tinggi dari pada semua langit (ay. 10), jauh lebih 

tinggi dari udara dan langit berbintang (yang kasat mata), ke 

dalam sorga tertinggi. Untuk memenuhkan segala sesuatu, me-

menuhkan semua anggota jemaat-Nya, dengan segala pem-

berian dan kasih karunia yang sesuai dengan keadaan dan 

kedudukan masing-masing. Perhatikanlah, Tuhan kita meren-

dahkan diri terlebih dahulu, baru kemudian ditinggikan. Ia 

turun terlebih dahulu, baru kemudian naik. Selanjutnya Rasul 


 188

Paulus memberi tahu kita apa pemberian-pemberian yang di-

berikan Kristus pada saat kenaikan-Nya: Dan Ialah yang mem-

berikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, dst. (ay. 11). Sung-

guh, Ia sudah mengutus sebagian dari orang-orang ini sebe-

lum kenaikan-Nya (Mat. 10:1-5). namun  kemudian satu orang 

ditambahkan lagi (Kis. 1:26). Dan mereka semua ditahbiskan 

pada jabatan mereka secara lebih khidmat, dan diteguhkan di 

depan umum, melalui pencurahan Roh Kudus secara kasat 

mata oleh Kristus atas mereka dengan cara dan ukuran yang 

luar biasa. Perhatikanlah, pemberian agung yang diberikan 

Kristus kepada jemaat pada saat kenaikan-Nya adalah pela-

yanan damai sejahtera dan pendamaian. Karunia pelayanan 

adalah buah dari kenaikan Kristus. Dan hamba-hamba Tuhan 

mempunyai karunia yang beraneka ragam, yang kesemuanya 

diberikan kepada mereka oleh Tuhan Yesus. Para pekerja yang 

diberikan Kristus kepada jemaat-Nya ada dua macam. Yang 

pertama, para pekerja yang luar biasa, yang diangkat ke jabat-

an yang lebih tinggi di dalam jemaat. Mereka inilah rasul-rasul, 

nabi-nabi, dan pemberita-pemberita Injil. Yang terutama dari 

mereka adalah para rasul. Mereka ini dipanggil langsung oleh 

Kristus, dilengkapi-Nya dengan karunia-karunia yang luar 

biasa dan kuasa untuk mengadakan mujizat, beserta kemam-

puan untuk tidak bisa keliru dalam menyampaikan kebenar-

an-Nya. Dan, sebab  mereka merupakan saksi-saksi dari muji-

zat-mujizat dan pengajaran-Nya, Ia mengutus mereka untuk 

menyebarkan Injil dan menanam serta mengatur jemaat-je-

maat. Nabi-nabi tampaknya adalah mereka yang menjelaskan 

tulisan-tulisan Perjanjian Lama, dan menubuatkan hal-hal 

yang akan datang. Pemberita-pemberita Injil adalah mereka 

yang ditahbiskan (2Tim. 1:6), yang dibawa oleh para rasul se-

bagai kawan-kawan seperjalanan (Gal. 2:1), dan yang mereka 

utus untuk mengurus dan memantapkan jemaat-jemaat yang 

sudah ditanam oleh para rasul sendiri (Kis. 19:22). Dan, 

sebab  tidak terpaku pada satu tempat tertentu, mereka harus 

terus bekerja sampai dipanggil kembali oleh para rasul (2Tim. 

4:9). Yang kedua, hamba-hamba Tuhan yang biasa, yang be-

kerja dalam ruang lingkup yang lebih rendah dan lebih sempit, 

seperti gembala-gembala dan pengajar-pengajar. Menurut se-

bagian orang, dua sebutan ini menandakan satu jabatan, yang 

Surat Efesus 4:2-16 

 189 

menyiratkan bahwa kewajiban memimpin dan mengajar terca-

kup di dalamnya. Menurut sebagian yang lain, yang dimak-

sudkan dengan dua sebutan itu adalah dua jabatan yang 

berbeda, yang kedua-duanya bersifat biasa, dan akan selalu 

dipakai di dalam jemaat. Gembala-gembala adalah mereka 

yang ditetapkan sebagai kepala dari jemaat-jemaat tertentu, 

dengan maksud untuk membimbing, mengajar, dan memberi 

mereka makan dengan cara yang ditetapkan oleh Kristus. Me-

reka ini juga sering disebut sebagai para penilik jemaat dan 

penatua. Dan pengajar-pengajar adalah mereka yang pekerja-

annya juga memberitakan Injil dan mengajar orang dengan 

cara memberi nasihat. Kita melihat di sini bahwa adalah hak 

istimewa Kristuslah untuk menunjuk siapa pekerja dan apa 

jabatan yang dikehendaki-Nya di dalam jemaat-Nya. Dan be-

tapa kayanya jemaat, yang sejak awal mempunyai para pekerja 

yang begitu beragam, dan masih mempunyai pemberian-pem-

berian yang begitu beragam! Betapa baiknya Kristus kepada 

jemaat-Nya! Betapa Ia penuh perhatian dan peduli untuk 

membangunnya! saat  naik, Ia mendapatkan karunia Roh 

Kudus. Karunia-karunia Roh Kudus itu bermacam-macam. Ada 

karunia yang lebih besar, ada yang lebih kecil. namun  semuanya 

demi kebaikan tubuh jemaat, yang membawa kita pada alasan 

ketiga.  

3. Alasan ini didasarkan atas maksud dan tujuan Kristus yang 

agung dalam memberikan pemberian-pemberian kepada ma-

nusia. Pemberian-pemberian Kristus dimaksudkan demi ke-

baikan jemaat-Nya, dan untuk memajukan kerajaan serta ke-

pentingan-Nya di antara manusia. Semuanya ini dimaksudkan 

untuk satu tujuan bersama, dan sebab  itu merupakan alasan 

yang baik mengapa semua orang Kristen harus hidup rukun 

dalam kasih persaudaraan, dan tidak saling iri hati terhadap 

pemberian orang lain. Semuanya untuk memperlengkapi orang-

orang kudus (ay. 12). Maksudnya, sesuai dengan makna dalam 

bahasa aslinya, supaya orang yang sudah kacau-balau sebab  

dosa bisa kembali hidup secara rohani dan teratur, dan kemu-

dian semua itu untuk menguatkan, meneguhkan, dan me-

majukan mereka dalam kehidupan itu, sehingga tiap-tiap dari 

mereka, dalam kedudukan dan tugas masing-masing, bisa 

menyumbangkan sesuatu demi kebaikan semua. Bagi pekerja-


 190

an pelayanan, atau bagi pekerjaan penyampaian, yaitu supaya 

mereka menyampaikan ajaran-ajaran Injil, dan berhasil menja-

lankan apa yang menjadi bagian pelayanan mereka. Bagi pem-

bangunan tubuh Kristus, yaitu untuk membangun jemaat, 

yang merupakan tubuh mistis atau rohani Kristus, dengan 

meningkatkan pemberian-pemberian dan menambah anggota-

anggota baru. Semuanya dimaksudkan untuk mempersiapkan 

kita bagi sorga: Sampai kita semua telah mencapai, dst. (ay. 

13). Sebagian dari pemberian-pemberian dan pekerjaan-peker-

jaan yang sudah dibicarakan sebelumnya harus diteruskan di 

dalam jemaat sampai orang-orang kudus menjadi sempurna, 

yang tidak akan terjadi sampai mereka semua telah mencapai 

kesatuan iman (sampai semua orang percaya yang sungguh-

sungguh berkumpul bersama-sama, melalui iman yang mulia 

yang sama itu) dan mencapai pengetahuan yang benar tentang 

Anak Allah. Yang harus kita pahami dengan pengetahuan ini 

bukan semata-mata pengetahuan yang bersifat mereka-reka, 

atau pengakuan yang asal-asalan akan Kristus sebagai Anak 

Allah dan Pengantara yang agung, melainkan pengetahuan 

dan pengakuan yang disertai dengan penghayatan dan perasa-

an, dengan segala hormat, kepercayaan, dan kepatuhan yang 

sepatutnya diberikan. Sampai mereka semua mencapai kede-

wasaan penuh, sampai segala pemberian dan kasih karunia 

kita bertumbuh penuh, dan bebas dari segala kelemahan yang 

bersifat kekanak-kanakan yang masih melingkupi kita di 

dunia sekarang ini. Dan sampai mereka semua mencapai ting-

kat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, se-

hingga mereka menjadi orang-orang Kristen yang betul-betul 

dewasa dan matang dalam segala kasih karunia yang berasal 

dari kepenuhan Kristus. Atau, sesuai tingkat pertumbuhan 

yang diperlukan untuk mencapai kepenuhan Kristus, yaitu 

untuk melengkapi tubuh mistis-Nya. Nah, kita tidak akan per-

nah menjadi manusia sempurna sampai kita berada di dunia 

yang sempurna. Ada kepenuhan di dalam Kristus, kepenuhan 

yang berasal dari-Nya. Ukuran tertentu dari kepenuhan itu, 

dan tingkat pertumbuhannya, ditentukan oleh hikmat Allah 

untuk setiap orang percaya, dan kita tidak pernah mencapai 

tingkat itu sebelum sampai di sorga. Anak-anak Allah, selama 

berada di dunia ini, terus bertumbuh. Menurut Dr. Lightfoot, 

Surat Efesus 4:2-16 

 191 

Rasul Paulus di sini berbicara tentang orang-orang Yahudi dan 

bukan Yahudi yang terjalin dalam kesatuan iman dan penge-

tahuan akan Anak Allah, sehingga tercipta manusia yang sem-

purna, dan mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai de-

ngan kepenuhan Kristus. Rasul Paulus lebih jauh menun-

jukkan, dalam ayat 14-16, apa maksud Allah dalam ketetap-

an-ketetapan kudus-Nya, dan apa seharusnya dampak dari 

semua itu bagi kita. Seperti,  

(1)  Bahwa kita bukan lagi anak-anak, dst. (ay. 14). Maksudnya, 

supaya kita tidak lagi menjadi anak-anak dalam pengetahu-

an, lemah dalam iman, dan goyah dalam penilaian-penilaian 

kita, mudah menyerah setiap kali ada godaan, mengikuti 

kesenangan hati orang, dan mau saja menuruti orang. 

Anak-anak mudah ditipu. Kita harus memperhatikan ini, 

dan berjaga-jaga supaya tidak mudah diombang-ambing-

kan, seperti kapal tanpa pemberat, seperti awan-awan di 

udara, oleh rupa-rupa ajaran yang tidak ada kebenaran 

dan isi di dalamnya namun  kosong belaka dan buyar sendiri 

ke mana-mana, dan sebab  itu ibarat angin saja. Oleh 

permainan palsu manusia. Ini bahasa kiasan yang diambil 

tentang pemain sulap, dan menandakan kelicikan peng-

goda-penggoda yang jahat. Dan oleh kelicikan mereka, yang 

dimaksudkan adalah kelihaian mereka dalam menemukan 

cara-cara untuk menggoda dan menipu. Sebab selanjutnya 

dikatakan, yang dengannya mereka menyesatkan, seperti 

orang yang menunggu di balik semak-semak untuk me-

merangkap mereka yang lemah, dan menjauhkan mereka 

dari kebenaran. Perhatikanlah, pasti sangat jahat dan fasik 

orang yang sampai berniat menggoda dan menipu orang 

lain ke dalam ajaran-ajaran palsu dan kesesatan-kesesat-

an. Rasul Paulus menggambarkan mereka di sini sebagai 

orang-orang rendah, yang menggunakan segala macam 

cara dan kelicikan Iblis untuk mencapai tujuan mereka itu. 

Cara terbaik yang bisa kita pakai untuk membentengi diri 

dari orang-orang seperti itu adalah dengan mempelajari 

sabda-sabda yang kudus, dan berdoa meminta pencerahan 

dan anugerah Roh Kristus, supaya kita tahu kebenaran 

yang ada di dalam Yesus, dan teguh di dalamnya.  


 192

(2) Bahwa kita harus mengatakan kebenaran di dalam kasih 

(ay. 15, KJV), atau mengikuti kebenaran di dalam kasih, 

atau bersikap tulus di dalam kasih terhadap sesama orang 

Kristen. Sementara kita teguh berpegang pada ajaran Kris-

tus, yang merupakan kebenaran, kita harus hidup di dalam 

kasih satu terhadap yang lain. Kasih adalah sesuatu yang 

unggul. namun  kita harus berusaha menjaga kebenaran 

bersama-sama dengan kasih. Kebenaran adalah suatu hal 

yang unggul. Namun kita diharuskan untuk mengatakan-

nya di dalam kasih, dan bukan dalam pertikaian. Kedua-

nya ini harus berjalan bersama-sama, yaitu kebenaran dan 

damai sejahtera.  

(3) Bahwa kita harus bertumbuh di dalam segala hal ke arah 

Kristus. Ke arah Kristus, sehingga berakar lebih dalam di 

dalam Dia. Di dalam segala hal, dalam pengetahuan, kasih, 

iman, dan semua bagian dari manusia baru. Kita harus 

bertumbuh menjadi dewasa, sebagai lawan dari menjadi 

anak-anak. Orang-orang Kristen yang bertambah baik ada-

lah mereka yang bertumbuh ke arah Kristus. Semakin kita 

bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus, iman di dalam 

Dia, kasih kepada-Nya, dan kebergantungan pada-Nya, se-

makin kita akan berkembang dalam setiap kasih karunia. 

Dia adalah Kepala, dan sebab  itu kita harus bertumbuh, 

supaya dengan begitu kita dapat menghormati Kepala kita. 

Pertumbuhan kristiani membawa kemuliaan bagi Kristus.  

(4) Kita harus saling membantu dan menolong, sebagai ang-

gota-anggota dari tubuh yang sama (ay. 16). Di sini Rasul 

Paulus membuat perbandingan antara tubuh alami dan 

tubuh mistis Kristus, tubuh yang Kepalanya adalah Kris-

tus. Dan ia mencermati bahwa sebagaimana sesama ang-

gota tubuh harus bersatu dan berhubungan satu dengan 

yang lain, supaya mereka bertumbuh dan berkembang, 

demikian pula harus ada kasih dan kesatuan, beserta 

buah-buahnya yang semestinya, di antara orang-orang 

Kristen, supaya mereka berkembang secara rohani dan 

bertumbuh di dalam kasih karunia. Dari pada-Nyalah (ya-

itu dari Kristus Kepala mereka, yang memberikan pengaruh 

dan makanan untuk bertumbuh kepada tiap-tiap anggota), 

seluruh tubuh, – yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu 

Surat Efesus 4:2-16 

 193 

(di mana mereka disatukan secara teratur dan teguh, de-

ngan setiap orang menempati tempat dan kedudukannya 

masing-masing) oleh pelayanan semua bagiannya (oleh 

bantuan yang diberikan setiap bagian, dengan disatukan 

seperti itu, kepada keseluruhan, atau oleh Roh, iman, ka-

sih, sakramen-sakramen, dst., yang seperti pembuluh da-

rah di dalam tubuh berfungsi untuk menyatukan orang-

orang Kristen dengan Kristus Kepala mereka, dan dengan 

satu sama lain sebagai sesama anggota), sesuai dengan 

kadar pekerjaan tiap-tiap anggota (maksudnya, menurut 

sebagian orang, sesuai dengan kuasa yang dikerahkan Roh 

Kudus untuk membuat sarana yang ditunjuk Allah berhasil 

mencapai tujuan agung ini, dengan tingkat yang dianggap 

Kristus cukup dan pantas untuk setiap anggota, sesuai 

dengan kedudukan dan tugas masing-masing di dalam 

tubuh. Atau, menurut sebagian yang lain, sesuai dengan 

kuasa Kristus, yang sebagai Kepala, memengaruhi dan 

menghidupkan setiap anggota. Atau, menurut pekerjaan 

yang berhasil dari setiap anggota dalam menyampaikan ke-

pada orang lain apa yang sudah diterimanya, pertumbuhan 

diberikan kepada mereka semua menurut kadar masing-

masing, dan sesuai dengan keadaan tiap-tiap anggota) – 

menerima pertumbuhannya, pertumbuhan yang sesuai un-

tuk tubuh. Perhatikanlah, tiap-tiap orang Kristen menerima 

pemberian dan kasih karunia dari Kristus demi kebaikan 

dan keuntungan seluruh tubuh. Tiap-tiap anggota memba-

ngun dirinya dalam kasih. Kita dapat memahami ini dengan 

dua cara: Bahwa semua anggota tubuh jemaat dapat mem-

peroleh kasih terhadap Kristus dan terhadap satu sama 

lain dalam tingkat yang lebih tinggi. Atau, bahwa mereka 

digerakkan untuk bertindak dengan cara yang sudah di-

sebutkan berdasar  kasih kepada Kristus dan kepada 

satu sama lain. Perhatikanlah, saling mengasihi di antara 

orang-orang Kristen sangat membantu pertumbuhan ro-

hani. Di dalam kasihlah tubuh membangun dirinya sendiri, 

sedangkan kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan 

itu tidak dapat bertahan.   


 194

Nasihat Supaya Hidup Murni dan Kudus;  

Peringatan-peringatan terhadap Dosa dan  

Supaya Jangan Mendukakan Roh Kudus  

(4:17-32)  

17 Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: 

Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah de-

ngan pikirannya yang sia-sia 18 dan pengertiannya yang gelap, jauh dari 

hidup persekutuan dengan Allah, sebab  kebodohan yang ada di dalam 

mereka dan sebab  kedegilan hati mereka. 19 Perasaan mereka telah tumpul, 

sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan 

dengan serakah segala macam kecemaran. 20 namun  kamu bukan demikian. 

Kamu telah belajar mengenal Kristus. 21 sebab  kamu telah mendengar 

tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang 

nyata dalam Yesus, 22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan 

kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui 

kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, 23 supaya kamu dibaharui 

di dalam roh dan pikiranmu, 24 dan mengenakan manusia baru, yang telah 

diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan 

yang sesungguhnya. 25 sebab  itu buanglah dusta dan berkatalah benar 

seorang kepada yang lain, sebab  kita adalah sesama anggota. 26 jika 

kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari 

terbenam, sebelum padam amarahmu 27 dan janganlah beri kesempatan 

kepada Iblis. 28 Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, namun  baiklah 

ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya 

sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkeku-

rangan. 29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, namun  pakai-

lah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka 

yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. 30 Dan janganlah kamu men-

dukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari 

penyelamatan. 31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan 

fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. 

32 namun  hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih 

mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah 

mengampuni kamu. 

sesudah  menyampaikan nasihatnya dalam ayat-ayat sebelumnya su-

paya jemaat saling mengasihi, bersatu, dan rukun, dalam ayat-ayat 

ini Rasul Paulus memberikan sebuah nasihat supaya hati dan hidup 

orang Kristen murni dan kudus. Kemurnian dan kekudusan ini di-

bicarakan secara lebih umum dalam ayat 17-24, dan dalam beberapa 

contoh khusus dalam ayat 25-32. Nasihat ini didahului dengan 

penuh kesungguhan: “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepa-

damu di dalam Tuhan. Maksudnya, menimbang masalah yang dijelas-

kan di atas, melihat kamu sebagai anggota-anggota tubuh Kristus 

dan ikut ambil bagian dalam pemberian-pemberian-Nya, hal ini aku 

tekankan pada hati nuranimu, dan aku tegaskan sebagai kewajiban-

mu di dalam nama Tuhan, berdasar  wewenangku yang berasal 

dari-Nya.” Pikirkanlah,  

Surat Efesus 4:17-32 

 195 

I.  Nasihat yang lebih umum mengenai kemurnian dan kekudusan 

hati dan hidup. 

1.  Nasihat itu dimulai seperti ini, “Jangan hidup lagi sama seperti 

orang-orang yang tidak mengenal Allah – bahwa untuk waktu 

ke depan, kamu jangan lagi hidup dan bertingkah laku seperti 

orang-orang kafir yang tidak insaf dan tidak bertobat, yang 

sepenuhnya dipimpin oleh pikiran yang memikirkan perkara 

yang sia-sia, yaitu berhala-berhala dan harta duniawi mereka, 

hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat bagi jiwa mereka, 

dan yang akan mengecewakan harapan-harapan mereka.” 

Bangsa-bangsa bukan Yahudi yang sudah bertobat tidak boleh 

hidup seperti bangsa-bangsa bukan Yahudi yang belum ber-

tobat. Meskipun hidup di antara mereka, bangsa-bangsa bu-

kan Yahudi yang sudah bertobat tidak boleh hidup seperti 

mereka. Di sini,  

(1)  Rasul Paulus mengambil kesempatan untuk menggambar-

kan kefasikan dunia kafir, yang darinya orang-orang Kris-

ten yang diperbaharui direbut seperti kayu dari api yang 

membakar.  

[1] Pengertian mereka gelap (ay. 18). Mereka tidak mempu-

nyai pengetahuan yang menyelamatkan. Bahkan, mere-

ka tidak tahu banyak hal tentang Allah yang bisa saja 

mereka ketahui melalui terang alam. Mereka berdiam 

dalam kegelapan, dan mereka menyukainya daripada 

terang. Dan sebab  kebodohan, mereka jauh dari hidup 

persekutuan dengan Allah. Mereka terasing dari hidup 

kudus, dan tidak suka serta benci terhadapnya. Pada-

hal hidup kudus bukan saja merupakan cara hidup 

yang dituntut Allah dan yang membuat-Nya berkenan, 

yang melaluinya kita hidup untuk Dia, namun  juga hidup 

yang menyerupai Allah sendiri, dalam kemurnian-Nya, 

kebajikan-Nya, kebenaran-Nya, dan kebaikan-Nya. Si-

kap mereka yang masa bodoh merupakan penyebab dari 

keterasingan mereka dari persekutuan dengan Allah ini, 

di mana persekutuan ini dimulai di dalam terang dan 

pengetahuan. Sikap yang cenderung tidak mau tahu dan 

masa bodoh itu merusak hidup beragama dan kesalehan. 

Dan apa yang menyebabkan mereka bersikap masa 


 196

bodoh seperti itu? Itu sebab  kedegilan atau kekerasan 

hati mereka. Bukan sebab  Allah tidak menyatakan diri-

Nya kepada mereka melalui karya-karya-Nya, melain-

kan sebab  mereka tidak mau menerima pancaran-pan-

caran terang ilahi yang memberi pengajaran. Mereka 

tidak tahu sebab  tidak mau tahu. Ketidaktahuan mere-

ka timbul dari kedegilan dan kekerasan hati mereka, 

sebab  mereka menolak terang dan semua sarana pen-

cerahan dan pengetahuan.  

[2] Hati nurani mereka bejat dan kering: Perasaan mereka 

telah tumpul (ay. 19). Mereka tidak merasa berdosa, 

tidak juga sadar akan kesengsaraan dan bahaya yang 

akan menimpa sebab  dosa mereka. Sehingga mereka 

menyerahkan diri kepada hawa nafsu. Mereka terlena 

dalam hawa nafsu yang kotor. Dan, dengan menyerah-

kan diri pada kuasa hawa nafsu ini, mereka menjadi 

budak dan hamba dari dosa dan Iblis, mengerjakan de-

ngan serakah segala macam kecemaran. Sudah menjadi 

kebiasaan mereka untuk mengerjakan segala macam 

kecemaran, bahkan dosa-dosa yang paling tidak wajar 

dan mencengangkan, dan itu dilakukan dengan nafsu 

yang tak terpuaskan. Perhatikanlah, jika hati nurani 

sudah kering kerontang, maka dosa dilakukan tanpa 

mengenal lagi batas-batas. jika mereka memancang-

kan hati untuk memuaskan hawa nafsu, apa lagi yang 

dapat diharapkan selain kecemaran dan percabulan 

yang paling najis, dan bahwa perbuatan mereka yang 

menjijikkan itu akan bertumpuk? Ini merupakan ciri-

ciri bangsa-bangsa bukan Yahudi. Akan namun ,  

(2) Orang-orang Kristen ini harus membedakan diri dari bang-

sa-bangsa bukan Yahudi yang seperti itu: Bukan itu yang 

kamu pelajari dari Kristus (ay. 20, KJV). Ayat itu bisa juga 

dibaca demikian, namun  kamu bukan demikian. Kamu telah 

belajar mengenal Kristus. Orang yang sudah belajar menge-

nal Kristus diselamatkan dari kegelapan dan kenajisan 

yang melingkupi orang lain. Dan, seiring bertambahnya 

pengenalan mereka, mereka wajib untuk hidup lebih baik 

daripada orang lain. Ini merupakan alasan yang baik untuk 

menentang dosa, bahwa bukan itu yang kita pelajari dari 

Surat Efesus 4:17-32 

 197 

Kristus. Pelajarilah Kristus! Adakah Kristus itu sebuah 

buku, pelajaran, cara, atau keahlian? Yang dimaksudkan 

di sini adalah, “Bukan itu yang kamu pelajari dari Kekris-

tenan, yaitu ajaran-ajaran Kristus dan pedoman-pedoman 

hidup yang ditetapkan oleh-Nya, yaitu tidak berbuat seperti 

apa yang diperbuat oleh orang lain. Seperti itulah adanya, 

atau sebab , kamu telah mendengar tentang Dia (ay. 21), 

telah mendengar ajaran-Nya yang diberitakan oleh kami, 

dan menerima pengajaran di dalam Dia, di dalam batin dan 

dengan berhasil, oleh Roh-Nya.” Kristus adalah pelajaran. 

Kita harus mempelajari Kristus. Dan Kristus adalah Guru. 

Kita diajar oleh-Nya. Menurut kebenaran yang nyata dalam 

Yesus. Ini bisa dipahami dengan dua cara: entah “Kamu 

sudah diajarkan kebenaran yang sesungguhnya, sebagai-

mana yang dipegang oleh Kristus sendiri, baik dalam ajar-

an-Nya maupun dalam hidup-Nya.” Atau seperti ini, “Kebe-

naran sudah menanamkan kesan yang sedemikian rupa 

dalam hatimu, menurut ukuranmu, sebagaimana demikian 

dalam hati Yesus.” Kebenaran Kristus tampil dalam kein-

dahan dan kuasanya, jika ia tampil sebagaimana di 

dalam Yesus.   

2.  Bagian lain dari nasihat umum itu tampak dalam kata-kata 

selanjutnya, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan 

kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, dst. 

(ay. 22-24). “Ini adalah bagian besar dari ajaran yang sudah 

diajarkan kepada kamu, dan yang sudah kamu pelajari.” Di 

sini Rasul Paulus berbicara dalam bahasa kiasan tentang pa-

kaian. Kaidah-kaidah, kebiasaan-kebiasaan, dan kecenderung-

an-kecenderungan jiwa harus diubah, sebelum bisa terjadi 

perubahan hidup yang menyelamatkan. Harus ada pengudus-

an, yang terdiri atas dua hal:  

(1) Manusia lama harus ditanggalkan. Sifat yang bobrok dise-

but manusia, sebab , seperti tubuh manusia, sifat itu ter-

diri atas bagian-bagian yang beragam, yang saling mendu-

kung dan menguatkan. Dari manusia lamalah, Adam yang 

lama, kita mendapatkan sifat itu. Sifat itu merasuk ke 

dalam tulang-tulang, dan kita membawanya bersama kita 

ke dalam dunia. Sifat itu halus seperti manusia lama, te-


 198

tapi dalam diri semua orang kudus kepunyaan Allah, sifat 

itu melemah dan layu seperti manusia lama, siap untuk 

mati. Sifat itu dikatakan bobrok. Sebab dosa di dalam jiwa 

merusakkan kemampuannya untuk berpikir dan merasa. 

Dan, jika tidak dimatikan, dosa itu bertambah buruk 

setiap hari, dan dengan demikian akan menghancurkan. 

Oleh nafsunya yang menyesatkan. Segala kecenderungan 

dan keinginan yang berdosa adalah nafsu yang menyesat-

kan. Nafsu-nafsu itu menjanjikan kebahagiaan kepada ma-

nusia, namun  justru membuatnya semakin sengsara, dan 

jika tidak ditundukkan dan dimatikan akan mengkhianati 

mereka dengan membawa mereka pada kebinasaan. Oleh 

sebab itu, semuanya ini harus ditanggalkan seperti pakai-

an lama yang sudah malu kita pakai. Itu semua harus 

ditundukkan dan dimatikan. Nafsu-nafsu ini menang mela-

wan mereka dalam kehidupan mereka yang dahulu, yaitu 

selagi mereka belum diperbaharui dan hidup dalam keada-

an tidak mengenal Allah.  

(2) Manusia baru harus dikenakan. Menyingkirkan kaidah-

kaidah yang bobrok saja tidak cukup, kita juga harus 

dihidupkan oleh kaidah-kaidah yang penuh rahmat. Kita 

harus memeluk kaidah-kaidah itu, menerapkannya, dan 

menuliskannya dalam hati kita. Berhenti melakukan keja-

hatan saja tidak cukup, kita juga harus belajar berbuat 

baik. “Supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu 

(ay. 23). Maksudnya, gunakanlah sarana yang tepat dan 

sudah ditetapkan supaya pikiranmu, yang adalah roh, 

makin lama makin diperbaharui.” Dan supaya kamu me-

ngenakan manusia baru (ay. 24). Yang dimaksudkan de-

ngan manusia baru adalah sifat baru, makhluk baru, yang 

dihidupkan oleh sebuah kaidah baru, yaitu anugerah yang 

memperbaharui, yang memampukan manusia untuk men-

jalani hidup baru, hidup dalam kebajikan dan kekudusan 

yang dituntut oleh kekristenan. Manusia baru ini dicipta-

kan, atau dihasilkan dari kekacauan dan kehampaan, oleh 

kekuatan Allah yang mahakuasa, yang karya-Nya sungguh 

unggul dan indah. Menurut kehendak Allah, dengan meniru 

Dia, dan dengan mengikuti contoh dan teladan yang agung 

itu. Hilangnya citra Allah pada jiwa merupakan keberdosa-

Surat Efesus 4:17-32 

 199 

an dan kesengsaraan manusia dalam keadaannya yang ja-

tuh. Dan keserupaan yang dimiliki jiwa dengan Allah 

adalah keindahan, kemuliaan, dan kebahagiaan makhluk 

baru. Di dalam kebenaran, dalam hubungan dengan sesa-

ma manusia, yang mencakup semua kewajiban yang terda-

pat dalam loh batu kedua. Dan dalam kekudusan, dalam 

hubungan dengan Allah, yang menandakan ketaatan tulus 

terhadap perintah-perintah yang terdapat dalam loh batu 

pertama. Kekudusan yang sesungguhnya, yang berlawanan 

dengan kekudusan orang Yahudi yang bersifat lahiriah dan 

keupacaraan. Dikatakan bahwa kita harus mengenakan 

manusia baru ini saat , dalam menggunakan semua sa-

rana yang sudah ditentukan Allah, kita berusaha mencon-

toh sifat ilahi ini, makhluk baru ini. Inilah nasihat umum 

mengenai kemurnian dan kekudusan hati dan hidup.  

II.  Rasul Paulus melanjutkan ke beberapa hal yang lebih khusus. 

sebab  hal-hal yang umum biasanya tidak begitu berdampak, kita 

diberi tahu bagian-bagian tertentu yang mana dari manusia lama 

yang harus dimatikan, kain kotor dari sifat lama yang harus 

ditanggalkan itu, dan perhiasan-perhiasan khas apa dari manusia 

baru yang dengannya kita harus menghiasi pengakuan iman Kris-

ten kita.  

1.  Waspadalah terhadap dusta, dan selalu berusahalah berkata 

benar (ay. 25): “sebab  itu, sebab  kamu sudah tahu betul 

kewajibanmu, dan diwajibkan untuk melaksanakannya, biar-

lah tampak dalam perilakumu di masa depan, bahwa ada per-

ubahan yang besar dan nyata yang dikerjakan dalam dirimu, 

khususnya dengan membuang dusta.” Bangsa-bangsa kafir sa-

ngat bersalah atas dosa ini, dengan menegaskan bahwa dusta 

yang bermanfaat itu lebih baik daripada kebenaran yang me-

nyakitkan. Dan sebab  itu, Rasul Paulus menasihati mereka 

untuk berhenti berdusta, berhenti melakukan apa saja yang 

bertentangan dengan kebenaran. Ini adalah bagian dari manu-

sia lama yang harus ditanggalkan. Dan bagian dari manusia 

baru yang harus dikenakan yang berlawanan dengannya ada-

lah berkata benar dalam semua percakapan kita dengan orang 

lain. Merupakan ciri-ciri umat Allah bahwa mereka adalah 

anak-anak yang tidak mau berdusta, yang tidak berani ber-


 200

dusta, yang membenci dan tidak menyukai dusta. Semua 

orang yang beroleh anugerah berkata benar dengan kesadaran 

hati nurani, tidak mau sengaja berdusta demi mendapatkan 

keuntungan besar bagi diri mereka sendiri. Alasan yang diberi-

kan di sini untuk berkata jujur adalah, sebab  kita adalah 

sesama anggota. Kebenaran adalah utang yang harus kita 

bayar satu terhadap yang lain. Dan, jika kita saling mengasihi, 

kita tidak akan menipu atau berbohong satu terhadap yang 

lain. Kita termasuk dalam satu perkumpulan atau tubuh, dan 

kepalsuan atau dusta cenderung mencerai-beraikannya. Oleh 

sebab  itu, kita harus menghindarinya dan berkata benar. 

Amatilah, berdusta adalah dosa yang sangat besar, suatu pe-

langgaran khusus terhadap kewajiban-kewajiban yang meng-

ikat orang-orang Kristen, dan sangat melukai serta merugikan 

perkumpulan Kristen.  

2. “Waspadalah terhadap kemarahan dan amarah yang tak ter-

kendali. jika kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat 

dosa” (ay. 26). Ini dipinjam dari terjemahan Septuaginta (Per-

janjian Lama terjemahan bahasa Yunani – pen.) dari Mazmur 

4:5, di mana kita mengartikannya, biarlah kamu marah, namun  

jangan berbuat dosa. Di sini diberikan kelonggaran yang mu-

dah, sebab seperti itulah kita harus memandangnya, bukan 

sebagai perintah. Biarlah kamu marah. Kita cukup mudah 

marah, Allah tahu itu. namun  kita cukup kesulitan untuk tidak 

melanggar batasan ini, namun  jangan berbuat dosa. “Jika ada 

alasan yang bisa diterima bagimu untuk marah, usahakanlah 

untuk tidak berbuat dosa dalam amarahmu itu. Dan sebab  

itu, waspadalah terhadap kemarahan yang berlebihan.” Ada 

orang bilang, kalau memang kita boleh marah namun  tidak 

boleh berdosa, maka jangan marah terhadap apa-apa kecuali 

terhadap dosa. Dan kita harus lebih menginginkan kemuliaan 

Allah daripada kepentingan atau nama baik kita sendiri. Satu 

dosa besar dan umum dalam amarah adalah membiarkannya 

memanas menjadi kegeraman, dan membiarkan kegeraman itu 

mendekam di dalam hati. Oleh sebab itulah di sini kita diperi-

ngatkan terhadap amarah. “Jika kamu tersulut amarah dan 

jiwamu menjadi sangat resah, dan jika kamu dengan pahit 

hati membenci penghinaan apa saja yang sudah diberikan ke-

padamu, maka sebelum malam tiba, tenangkan dan diamkan 

Surat Efesus 4:17-32 

 201 

jiwamu. Berdamailah dengan orang yang sudah berbuat salah 

terhadapmu, dan biarlah semuanya menjadi baik-baik kem-

bali: Janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarah-

mu. Jika amarah memanas menjadi kegeraman dan kepahitan

roh, oh pastikanlah engkau segera menekannya.” Amatilah, 

walaupun amarah dengan sendirinya tidak berdosa, namun 

ada bahaya yang sangat besar bahwa amarah itu akan men-

jadi dosa jika tidak diwaspadai dengan hati-hati dan ditekan 

dengan segera. Dan sebab  itu, walaupun bisa saja timbul 

dalam dada seorang bijak, amarah hanya menetap dalam dada 

orang bodoh. Dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis (ay. 

27). Orang yang terus memendam kegeraman dan amarah 

yang berdosa membiarkan Iblis masuk ke dalam hati mereka, 

dan membiarkannya mengambil keuntungan atas diri mereka, 

sampai ia membawa mereka pada kebencian, rancangan-ran-

cangan jahat, dst. “Dan janganlah beri kesempatan kepada 

pemfitnah atau pendakwa palsu” (begitulah sebagian orang 

membaca ayat itu). Maksudnya, “janganlah pasang telinga 

kepada para pembisik, penggunjing, dan pemfitnah.”  

3. Di sini kita diperingatkan terhadap dosa mencuri, yaitu pe-

langgaran terhadap perintah kedelapan, dan dinasihati supaya 

bekerja dengan jujur dan beramal: Orang yang mencuri, ja-

nganlah ia mencuri lagi (ay. 28). Ini merupakan peringatan ter-

hadap segala macam perbuatan salah, yang dilakukan dengan 

kekerasan ataupun penipuan. “Hendaklah kamu yang saat  

masih dalam keadaan tidak mengenal Allah, bersalah atas ke-

jahatan besar ini, tidak lagi melakukannya.” namun  kita tidak 

hanya harus berjaga-jaga terhadap dosa, melainkan juga de-

ngan kesadaran hati nurani harus banyak-banyak melakukan 

kewajiban yang berlawanan dengan itu. Bukan hanya tidak 

mencuri, namun  baiklah ia bekerja keras dan melakukan peker-

jaan yang baik dengan tangannya sendiri. Kemalasan mem-

buat orang menjadi pencuri. Begitulah menurut Krisostomus 

(uskup Konstantinopel, abad keempat – pen.), To gar kleptein 

argias estin – Mencuri adalah akibat dari kemalasan. Orang 

yang tidak mau bekerja, dan malu meminta-minta, membuka 

diri lebar-lebar pada godaan-godaan untuk mencuri. Oleh 

sebab itu, orang harus tekun dan rajin, bukan dengan cara 

yang terlarang, melainkan dalam panggilan hidup yang jujur. 


 202

Melakukan pekerjaan yang baik. Bekerja, dengan cara yang 

jujur, akan menjauhkan orang dari godaan untuk berbuat 

salah. namun  ada alasan lain mengapa orang harus rajin, yaitu 

supaya mereka mampu berbuat suatu kebaikan, dan juga 

supaya mereka terhindar dari godaan: Supaya ia dapat mem-

bagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Mereka 

harus berusaha bukan hanya supaya mereka sendiri hidup, 

dan hidup dengan jujur, melainkan juga supaya mereka bisa 

membagikan sesuatu untuk menutupi orang yang berkeku-

rangan. Amatilah, bahkan orang yang mendapat penghasilan 

dari pekerjaan mereka harus beramal dari sedikit yang mereka 

punya kepada orang-orang yang tidak bisa bekerja. Begitu 

penting dan tetap berlakunya kewajiban beramal kepada kaum 

miskin ini sehingga bahkan para pekerja dan hamba pun, dan 

mereka yang hanya mempunyai sedikit, harus menyumbang-

kan sedikit harta mereka itu ke dalam perbendaharaan. Allah 

harus mendapat apa yang layak didapat-Nya, dan kaum mis-

kin adalah pihak penerima untuk Dia. Cermatilah lebih jauh, 

amal yang akan mendapat perkenanan Allah bukanlah hasil 

dari ketidakbenaran dan perampasan, melainkan dari kejujur-

an dan ketekunan. Allah membenci perampasan dan kecurang-

an.  

4. Di sini kita diperingatkan terhadap perkataan kotor, dan di-

bimbing kepada perkataan yang berguna dan membangun (ay. 

29). Perkataan atau pembicaraan yang kotor dan najis itu 

beracun dan menular, seperti daging yang tengik dan busuk. 

Perkataan seperti itu timbul dari, dan banyak membuktikan, 

kebobrokan dalam hati pembicaranya, dan cenderung meru-

sakkan pikiran dan perilaku orang lain yang mendengarnya. 

Oleh sebab  itu, orang-orang Kristen harus waspada terhadap 

segala macam pembicaraan seperti itu. Secara umum, perkata-

an seperti itu bisa dipahami sebagai semua hal yang menyulut 

hawa nafsu dan amarah orang lain. Ki