Selasa, 07 Januari 2025

galatia filemon 7

 


yang hidup. Ia menjalani hidup yang dikudus-

kan, sesudah  ia lahir dari Allah. Dan ia hidup di dalam peng-

ertian akan hukum, sesudah  dilepaskan dari kesalahan dosa 

oleh kasih karunia yang mengampuni dan membenarkan. Dia 

telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus. Kehi-

dupan rohani kita diperoleh melalui kesatuan kita dengan 

Kristus. Di dalam Dialah kita hidup. Sebab Aku hidup dan 

kamu pun akan hidup. 

Surat Efesus 2:4-10 

 153 

2. Kita yang telah dikuburkan akan dibangkitkan (ay. 6). Di sini, 

apa yang masih belum terjadi dikatakan seolah-olah sudah 

terjadi, meskipun sebenarnya kita memang sudah dibangkit-

kan berkat persatuan kita dengan Dia, yang telah dibangkit-

kan Allah dari kematian. saat  Allah membangkitkan Kristus 

dari kematian, Ia sungguh telah membangkitkan juga semua 

orang percaya bersama dengan Kristus, sebab  Dia adalah ke-

pala bagi mereka. Dan saat  Allah mendudukkan Kristus di 

sebelah kanan-Nya di sorga, Dia telah mengangkat dan memu-

liakan mereka di dalam Kristus dan bersama Kristus, yang 

adalah Sang Pendahulu dan Kepala mereka yang telah dibang-

kitkan dan ditinggikan. Dan di dalam Kristus Yesus memberi-

kan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga bagi kita. Per-

nyataan ini dapat ditafsirkan dalam pengertian lain. Orang-

orang berdosa berguling di dalam debu, sedangkan jiwa yang 

dikuduskan duduk di sorga, dan diangkat lebih tinggi dari 

dunia ini. Dunia seakan-akan tidak ada artinya bagi mereka, 

jika dibandingkan dengan keadaan dunia yang dahulu, dan 

dibandingkan dengan dunia yang baka. Orang-orang kudus 

Allah bukan saja milik Kristus yang merdeka, melainkan juga 

menjadi penilik bersama Dia. Dengan pertolongan kasih karu-

nia-Nya, mereka telah naik bersama-sama Dia, lebih tinggi dari 

dunia ini, untuk berhubungan satu sama lain, dan mereka 

selalu menanti-nantikan hal itu. Mereka bukan hanya hamba 

yang melayani tuan-tuan yang terbaik dalam pekerjaan yang 

paling baik, melainkan juga ditinggikan supaya memerintah 

bersama Dia. Mereka duduk di takhta bersama Kristus, seba-

gaimana Dia telah duduk bersama-sama dengan Bapa-Nya di 

atas takhta-Nya. 

III. Perhatikan apa rancangan dan tujuan Allah yang besar dalam 

melakukan dan mengadakan perubahan ini. Tujuan-Nya adalah, 

1. Dalam kaitannya dengan yang lain. Supaya pada masa yang 

akan datang Ia menunjukkan, dst. (ay. 7), bahwa Dia dapat 

memberikan contoh dan bukti akan kebaikan dan rahmat-Nya 

yang besar, untuk membesarkan hati orang-orang berdosa di 

masa yang akan datang. Perhatikan, kebaikan Allah dalam 

mengubahkan dan menyelamatkan orang berdosa hingga saat 

ini sangatlah baik dalam mendorong orang lain di masa men-


 154

datang supaya berharap pada kasih karunia dan rahmat-Nya. 

Allah telah merencanakan supaya orang-orang berdosa yang 

malang dapat berbesar hati oleh hal ini. Jadi, bagaimana 

mungkin kita tidak mau berharap dari anugerah dan kebaikan 

yang sedemikian luar biasa ini, dari kekayaan kasih karunia 

yang menyebabkan adanya perubahan ini? Dalam Kristus 

Yesus, yaitu oleh dan melalui siapa Allah mencurahkan semua 

perkenan dan berkat-Nya kepada kita.  

2.  Dalam kaitannya dengan orang-orang berdosa yang telah di-

perbarui itu sendiri. sebab  kita ini buatan Allah, diciptakan 

dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, dst. 

(ay. 10). Tampak bahwa segala sesuatu adalah sebab  anuge-

rah, sebab semua keuntungan rohani yang kita peroleh ber-

asal dari Allah. Kita ini buatan Allah. Maksud Paulus yaitu, 

bahwa kita adalah ciptaan baru, bukan hanya sebagai manu-

sia, namun  sebagai orang kudus. Manusia baru adalah ciptaan 

yang baru, dan Allah adalah Penciptanya. Ini adalah sebuah 

kelahiran yang baru, dan kita dilahirkan atau diperanakkan 

oleh sebab  kehendak-Nya. Dalam Kristus Yesus, maksudnya, 

melalui apa yang telah dilakukan dan diderita oleh-Nya, dan 

melalui pengaruh dan pekerjaan Roh-Nya yang mulia. Untuk 

melakukan pekerjaan baik, dst. sesudah  sebelumnya Paulus 

menyatakan bahwa perubahan ini disebabkan oleh anugerah 

ilahi, dan bukan sebab  perbuatan kita, maka supaya ia tidak 

dikira menganggap bahwa orang tidak perlu berbuat baik, 

maka di sini ia menyatakan bahwa sekalipun perubahan itu 

bukan disebabkan oleh perbuatan (sebab  kita ini buatan 

Allah), namun di dalam ciptaan-Nya yang baru, Allah telah me-

rancang dan mempersiapkan kita untuk melakukan berbagai 

pekerjaan baik. Diciptakan untuk melakukan pekerjaan baik, 

dengan tujuan supaya kita berbuah di dalamnya. Bilamana 

Allah menanamkan aturan-aturan dasar yang baik oleh kasih 

karunia-Nya, aturan-aturan itu dimaksudkan untuk pekerjaan 

baik. Yang dipersiapkan Allah sebelumnya, maksudnya, yang 

ditetapkan dan ditunjuk. Atau, perkataan tersebut bisa dibaca 

sebagai, yang disiapkan Allah sebelumnya bagi kita, yaitu de-

ngan cara memberkati kita dengan pengetahuan akan kehen-

dak-Nya, dan dengan pertolongan Roh Kudus-Nya. Dan de-

ngan mengadakan perubahan semacam itu di dalam diri kita.

Surat Efesus 2:11-13 

 155 

 Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya, atau memuliakan 

Allah dengan perilaku yang dapat diteladani dan dengan kete-

kunan kita untuk terus ada di dalam kekudusan. 

Keadaan Jemaat Efesus 

yang pada Dasarnya Menyedihkan  

(2:11-13) 

11 sebab  itu ingatlah, bahwa dahulu kamu – sebagai orang-orang bukan Ya-

hudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka 

yang menamakan dirinya “sunat,” yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh 

tangan manusia, – 12 bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk 

kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan 

yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. 13 

namun  sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh,” sudah 

menjadi “dekat” oleh darah Kristus. 

Di dalam ayat-ayat ini, Rasul Paulus melanjutkan penjelasannya ten-

tang keadaan jemaat Efesus yang pada dasarnya menyedihkan. Ka-

rena itu ingatlah, dst. (ay. 11). Seolah-olah ia mengatakan, “Kamu 

harus ingat bagaimana keadaanmu sebelumnya, dan bandingkanlah 

keadaan itu dengan keadaan kalian yang sekarang, supaya kamu 

merendahkan diri, dan supaya timbul kasih dan ucapan syukurmu 

kepada Allah.” Perhatikan, orang berdosa yang telah diubahkan ha-

rus sering-sering merenungkan keadaan mereka yang semula, yang 

berdosa dan malang. Orang-orang bukan Yahudi menurut daging, 

artinya, yang hidup di dalam kebobrokan sifat mereka, dan tidak 

melakukan sunat, sebagai tanda lahiriah bahwa mereka mendapat 

bagian di dalam perjanjian anugerah. Yang disebut orang-orang tak 

bersunat oleh mereka, dst., maksudnya, “Gara-gara hal itu kamu 

ditegur dan dikecam oleh orang Yahudi yang mementingkan hal-hal 

di luar, yang menyatakan pengakuannya secara lahiriah, dan mem-

perhatikan tidak lebih daripada hukum lahiriah.” Perhatikan, orang-

orang yang hanya mengaku di bibir saja cenderung menghargai diri 

mereka terutama berdasar  hak istimewa mereka secara lahiriah, 

dan mengecam serta menghina orang lain yang tidak memiliki 

keistimewaan itu. Rasul Paulus menggambarkan malangnya keadaan 

mereka dalam beberapa hal (ay. 12). “Bahwa waktu itu, saat  kamu 

masih bukan Yahudi, dan belum diubahkan, kamu,”  

1. “Tidak memiliki Kristus, tanpa pengetahuan akan adanya Mesias, 

dan tidak memperoleh bagian dalam keselamatan di dalam Dia 


 156

atau memiliki hubungan dengan Dia.” Memang benar bahwa se-

mua orang berdosa yang belum diubahkan, semua orang yang 

tidak beriman, tidak memiliki bagian dalam keselamatan di dalam 

Kristus. Dan tentulah amat malang dan menyedihkan jika sese-

orang tidak memiliki Kristus. Tanpa Kristus, mereka, 

2. Tidak termasuk kewargaan Israel. Mereka tidak termasuk di da-

lam jemaat Kristus, dan tidak memiliki persekutuan dengan 

jemaat-Nya, sebab  persekutuan itu hanya dibatasi untuk bangsa 

Israel. Ditempatkan dalam jemaat Kristus, dan turut mendapat 

bagian bersama anggota jemaat di dalam keuntungan yang hanya 

diberikan kepada jemaat, bukanlah suatu hak istimewa yang 

biasa-biasa saja. 

3. Mereka tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang 

dijanjikan. Inti dari ketentuan mengenai kasih karunia selalu 

sama, walaupun sekarang ketentuan itu disebut sebagai ketentu-

an-ketentuan, sebab  sudah ditambahi dan diperbaiki di sepan-

jang sejarah gereja yang telah berlangsung beberapa abad. Keten-

tuan-ketentuan ini juga disebut sebagai ketentuan-ketentuan 

yang dijanjikan, sebab  ketentuan-ketentuan ini terdiri dari janji-

janji, dan secara khusus mengandung janji yang luar biasa 

tentang Mesias, dan janji tentang hidup kekal melalui Dia. Nah, 

dahulu di dalam kekafiran mereka, jemaat Efesus tidak mendapat 

bagian di dalam ketentuan ini, sebab  mereka tidak pernah diberi 

tahu ataupun diperkenalkan kepada ketentuan tersebut. Semua 

orang berdosa yang belum diperbarui asing terhadap ketentuan 

itu, sebab  mereka tidak memiliki bagian di dalamnya. Mereka 

yang tidak memiliki Kristus, dan oleh sebab nya tidak mendapat 

bagian di dalam Sang Pengantara dari ketentuan itu, tidak mem-

peroleh apa-apa dari janji-janji di dalam ketentuan itu. 

4. Mereka tidak memiliki pengharapan, maksudnya, yang melam-

paui kehidupan ini. Mereka tidak memiliki pengharapan yang 

teguh di dalam Allah, tidak memiliki pengharapan akan berkat 

yang rohani dan kekal. Mereka yang tidak memiliki Kristus, dan 

tidak mendapat bagian di dalam ketentuan itu, tidak dapat memi-

liki pengharapan yang baik. Sebab, Kristus dan ketentuan itu 

adalah dasar dan fondasi dari seluruh pengharapan Kristen. Me-

reka jauh dan terasing dari Allah, tanpa Allah di dalam dunia. 

Mereka bukannya tidak memiliki pemahaman umum tentang 

allah, sebab  mereka menyembah berhala, namun  mereka hidup

Surat Efesus 2:14-22 

 157 

tanpa memberikan penghargaan yang pantas kepada-Nya, tidak 

mengakui bahwa mereka tergantung kepada-Nya, atau secara 

khusus menaruh perhatian kepada-Nya. Arti kata itu adalah, 

orang atheis di dalam dunia, sebab  sekalipun mereka menyem-

bah banyak allah, mereka tidak memiliki Allah yang sejati. 

Rasul Paulus lebih jauh melanjutkan (ay. 13) gambaran mengenai 

perubahan menggembirakan yang terjadi di dalam diri mereka. namun  

sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh,” dst. 

Mereka dahulu jauh dari Kristus, dari jemaat-Nya, dari janji-janji, 

dari pengharapan Kristen, dan dari Allah sendiri. Dengan demikian, 

mereka jauh dari segala yang baik, bagaikan anak yang hilang di 

negeri yang jauh. Ini sudah digambarkan di ayat-ayat sebelumnya. 

Orang berdosa yang belum diubahkan menjaga jarak dengan Allah, 

dan Allah menjaga jarak dengan mereka. Dia memandang orang cong-

kak dari jauh. “namun  sekarang di dalam Kristus Yesus, dst., sesudah  

kamu diubahkan, dipersatukan dengan Kristus, dan mendapat bagi-

an di dalam Dia melalui iman, kamu dibuat menjadi dekat.” Mereka 

dibawa pulang kepada Allah, diterima dalam jemaat, disertakan ke 

dalam ketentuan itu, dan menerima semua hak istimewa yang lain 

sebagai hasil dari semuanya ini. Perhatikan, Orang kudus adalah 

umat yang dekat dengan Allah. Keselamatan menjauh dari orang-

orang fasik. namun  Allah siap sedia menolong umat-Nya, dan ini ada-

lah oleh darah Kristus, berkat penderitaan dan kematian-Nya. Tiap 

orang berdosa yang percaya berutang kepada kematian dan pengor-

banan Kristus atas kedekatannya dengan Allah, dan atas bagian yang 

dimilikinya di dalam kebaikan Allah. 

Persatuan Orang Yahudi dengan  

Orang Bukan Yahudi  

(2:14-22) 

14 sebab  Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pi-

hak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, 15 se-

bab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat 

dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya 

menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan 

damai sejahtera, 16 dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu 

tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib 

itu. 17 Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang 

“jauh” dan damai sejahtera kepada mereka yang “dekat,” 18 sebab  oleh Dia 

kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. 19 Demi-


 158

kianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan 

sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, 20 yang 

dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus seba-

gai batu penjuru. 21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, 

menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. 22 Di dalam Dia kamu juga 

turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh. 

Sekarang kita telah sampai di bagian terakhir dari pasal ini, yang 

mengandung sebuah penjelasan tentang hak-hak istimewa yang luar 

biasa dan hebat, yang diterima dari Kristus oleh orang Yahudi dan 

orang bukan Yahudi yang telah diubahkan. Rasul Paulus di sini me-

nunjukkan bahwa mereka yang dahulu bermusuhan, sekarang diper-

damaikan, yaitu antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi tadi-

nya ada permusuhan besar, dan begitu pula antara Allah dan setiap 

orang yang belum diperbarui. Sekarang Yesus Kristus menjadi damai 

sejahtera kita (ay. 14). Ia mengadakan damai sejahtera dan cara 

mengorbankan diri-Nya sendiri dan datang untuk memperdamaikan,  

1. Orang Yahudi dengan orang bukan Yahudi satu sama lain. Ia 

telah mempersatukan kedua pihak, dengan memperdamaikan dua 

kelompok manusia ini, yang tadinya cenderung saling menyakiti, 

saling membenci, dan saling mengecam. Yesus telah merubuhkan 

tembok pemisah, yaitu perseteruan. Tembok itu adalah hukum 

keupacaraan, yang menciptakan perselisihan yang besar itu, dan 

menjadi lambang keistimewaan orang Yahudi. Hukum ini disebut 

sebagai tembok pemisah, sebagai kiasan yang merujuk pada tem-

bok pemisah yang ada di bait Suci, yang memisahkan pelataran 

untuk orang bukan Yahudi dengan pelataran yang hanya boleh 

dimasuki oleh orang Yahudi. Jadi, dengan mati-Nya sebagai ma-

nusia Ia telah melenyapkan perseteruan itu (ay. 15, KJV), melalui 

penderitaan-Nya sebagai manusia, untuk mengangkat kuasa hu-

kum keupacaraan yang mengikat (dengan demikian, menyingkir-

kan penyebab perseteruan dan jarak antara kedua kelompok 

tersebut), yang di sini disebut sebagai hukum Taurat dengan 

segala perintah dan ketentuannya, sebab  hukum ini mencakup 

sekumpulan besar ritual dan upacara lahiriah, dan terdiri dari 

banyak ketetapan dan petunjuk mengenai sisi lahiriah dari pe-

nyembahan ilahi. Semua upacara hukum telah dibatalkan oleh 

Kristus, sebab  telah digenapi di dalam Dia. Dengan menyingkir-

kan penghalang ini, Kristus membentuk sebuah jemaat yang ter-

diri dari orang-orang percaya, baik Yahudi maupun bukan Ya-

hudi. Dengan demikian, Ia menciptakan keduanya menjadi satu 

Surat Efesus 2:14-22 

 159 

manusia baru di dalam diri-Nya. Ia membentuk kedua belah pihak 

menjadi satu kelompok yang baru, atau kumpulan umat Allah, 

mempersatukan mereka dengan diri-Nya sebagai kepala mereka, 

sesudah  mereka diperbarui oleh Roh Kudus, dan sekarang telah 

sepakat di dalam cara penyembahan yang baru menurut Injil, dan 

dengan itu mengadakan damai sejahtera antara kedua belah 

pihak yang tadinya sangat berseteru.  

2. Ada suatu permusuhan antara Allah dengan orang berdosa, baik 

Yahudi maupun bukan Yahudi, dan Kristus datang untuk meng-

hapuskan permusuhan itu, dan untuk mendamaikan keduanya 

dengan Allah (ay. 16). Dosa melahirkan perselisihan antara Allah 

dan manusia. Kristus datang untuk mengatasi perselisihan itu 

dan mengakhirinya, dengan mendamaikan orang Yahudi dan 

orang bukan Yahudi yang sekarang dikumpulkan dan dijadikan 

satu tubuh itu dengan Allah yang telah dibuat murka dan di-

musuhi. Ini dilakukan-Nya melalui salib, atau melalui pengorban-

an diri-Nya sendiri di atas kayu salib, dengan melenyapkan perse-

teruan pada salib itu. Dia, yang telah disembelih atau dikorban-

kan, melenyapkan perseteruan yang tadinya ada di antara Allah 

dan orang-orang berdosa yang malang. Rasul Paulus lebih lanjut 

menggambarkan keuntungan besar yang diperoleh kedua belah 

pihak melalui perantaraan Tuhan Yesus Kristus (ay. 17). Kristus, 

yang telah membeli damai sejahtera di atas kayu salib, datang, 

sebagian di dalam wujud diri-Nya sendiri, kepada orang Yahudi, 

yang di sini dikatakan bahwa mereka selama ini dekat, dan se-

bagian di dalam diri rasul-rasul-Nya, yang telah diutus-Nya untuk 

memberitakan Injil kepada orang bukan Yahudi, yang dikatakan 

bahwa mereka selama ini jauh, dalam pengertian yang telah dije-

laskan sebelumnya. Dan memberitakan damai sejahtera, atau 

mengungkapkan syarat-syarat untuk berdamai dengan Allah dan 

memperoleh kehidupan kekal. Perhatikan di sini, saat  para 

utusan Kristus menyampaikan pesan-pesan kebenaran-Nya, pada 

dasarnya itu sama saja seperti Dia sendiri yang melakukannya 

secara langsung. Dia dikatakan memberitakan Injil melalui mere-

ka, sehingga barangsiapa menerima mereka berarti menerima Dia, 

dan siapa merendahkan mereka (yang bertindak atas amanat-Nya, 

dan menyampaikan pesan-Nya) berarti merendahkan dan meno-

lak Kristus sendiri. Nah, yang dihasilkan oleh damai sejahtera ini 

adalah kebebasan yang dimiliki oleh baik orang Yahudi maupun 


 160

bukan Yahudi untuk datang kepada Allah (ay. 18). sebab  oleh 

Dia, di dalam nama-Nya dan oleh sebab  pengantaraan-Nya, kita 

kedua pihak beroleh jalan masuk atau izin untuk masuk ke dalam 

hadirat Allah, yang telah menjadi Bapa yang diperdamaikan 

dengan keduanya. Takhta kasih karunia didirikan bagi kita untuk 

kita hampiri, dan kebebasan untuk mendekat kepada takhta itu 

diberikan kepada kita. Jalan kita diberikan melalui Roh Kudus. 

Kristus membeli bagi kita izin untuk datang kepada Allah, sedang-

kan Roh memberi kita hati yang rindu untuk datang dan kekuat-

an untuk datang, bahkan memberikan kasih karunia agar kita 

dapat melayani Allah dalam perkenan-Nya. Perhatikan, kita men-

dekat kepada Allah, melalui Yesus Kristus, dengan pertolongan 

Roh Kudus. sesudah  jemaat Efesus diubahkan, dan memiliki kebe-

basan begitu rupa untuk menghampiri Allah, seperti halnya orang 

Yahudi, dan yang diberikan oleh Roh yang sama, mereka diberi 

tahu oleh Rasul Paulus, demikianlah kamu bukan lagi orang asing 

dan pendatang (ay. 19). Ini disebutkannya untuk mempertentang-

kan apa yang dikatakannya mengenai mereka saat  mereka 

masih kafir, bahwa sekarang mereka bukan lagi tidak termasuk 

kewargaan Israel, dan tidak lagi seperti yang cenderung dikatakan 

oleh orang Yahudi mengenai semua bangsa di bumi selain mereka 

sendiri (yaitu, bahwa mereka adalah orang asing di hadapan 

Allah), melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan 

anggota-anggota keluarga Allah, maksudnya, anggota jemaat Kris-

tus, dan berhak menerima semua keistimewaan sebagai jemaat 

Kristus. Perhatikan, di sini jemaat diibaratkan sebagai sebuah 

kota, dan setiap orang berdosa yang diubahkan bebas untuk ting-

gal di kota itu. Jemaat juga diibaratkan sebagai sebuah rumah, 

dan setiap orang berdosa yang diubahkan menjadi penghuni 

rumah itu, menjadi anggota keluarga, hamba dan anak di dalam 

rumah Allah. Di ayat 20, jemaat diumpamakan sebagai sebuah 

bangunan. Para rasul dan nabi adalah dasar dari bangunan itu. 

Mereka disebut demikian dalam pengertian sampingan, sebab  

Kristus sendirilah yang merupakan dasar yang utama. Namun 

lebih baik kita menafsirkannya sebagai ajaran yang disampaikan 

oleh para nabi Perjanjian Lama dan para rasul Perjanjian Baru. 

Kelanjutan dari pernyataan ini adalah, dengan Kristus Yesus se-

bagai batu penjuru. Di dalam Dia, baik orang Yahudi maupun 

orang bukan Yahudi bertemu, dan menjadi satu jemaat, dan Kris-

Surat Efesus 2:14-22 

 161 

tus menopang bangunan itu dengan kekuatan-Nya. Di dalam Dia 

tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, dst. (ay. 21). Semua 

orang percaya, yang membentuk seluruh bangunan itu, sebab  

dipersatukan kepada Kristus melalui iman, dan dipersatukan di 

antara mereka sendiri melalui kasih Kristen, menjadi bait Allah 

yang kudus, menjadi kumpulan yang suci, di mana di dalamnya 

ada banyak persekutuan antara Allah dan umat-Nya. Seperti di 

dalam Bait Suci, mereka menyembah dan melayani Dia, sedang-

kan Ia menampakkan diri-Nya kepada mereka. Mereka memper-

sembahkan korban rohani kepada Allah, dan Ia mencurahkan 

berkat dan perkenan-Nya kepada mereka. sebab  itu, bangunan 

ini, berdasar  sifatnya, adalah sebuah bait, bait yang kudus. 

sebab  jemaat merupakan tempat di mana Allah telah memilih 

untuk menaruh nama-Nya, dan jemaat menjadi bait yang seperti 

itu oleh kasih karunia dan kekuatan yang diturunkan dari-Nya 

sendiri – di dalam Tuhan. sebab  dibangun di atas Kristus sebagai 

batu fondasinya, dan dipersatukan di dalam Kristus sebagai batu 

penjurunya, pada akhirnya jemaat secara keseluruhan akan di-

permuliakan di dalam Dia sebagai batu penutup: Di dalam Dia 

kamu juga turut dibangunkan, dst. (ay. 22). Perhatikan, bukan 

hanya jemaat secara keseluruhan yang disebut sebagai bait Allah, 

namun  juga jemaat yang berdiri sendiri. Dan bahkan setiap orang 

percaya yang sejati adalah bait Allah yang hidup, menjadi tempat 

kediaman Allah, di dalam Roh. Sekarang Allah berdiam di dalam 

diri setiap orang percaya, sebab  mereka telah menjadi bait Allah 

melalui pekerjaan Roh yang mulia. Sekarang Dia tinggal di dalam 

mereka, supaya ini menjadi jaminan bahwa mereka tinggal ber-

sama dengan Dia sampai pada kekekalan. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  3  

Pasal ini terdiri dari dua bagian, 

I. Mengenai penuturan Paulus kepada jemaat Efesus perihal 

dirinya sendiri, saat  dia diangkat oleh Allah menjadi rasul 

bagi kaum bukan Yahudi (ay. 1-13).  

II. Mengenai doanya yang saleh dan penuh kasih sayang yang ia 

panjatkan kepada Allah bagi jemaat Efesus (ay. 14-21). 

Dapat kita amati bahwa sepertinya sudah menjadi kebiasaan 

Rasul Paulus untuk menggabungkan arahan dan nasihatnya dengan 

doa syafaat dan doa kepada Allah bagi orang-orang yang dikiriminya 

surat, sebab dia tahu betul bahwa semua arahan dan pengajarannya 

akan sia-sia belaka, kecuali jika Allah turun tangan dan menjadikan 

semuanya itu bermanfaat. Ini merupakan contoh yang harus ditela-

dani oleh semua pelayan Kristus, yaitu berdoa dengan sungguh-

sungguh supaya pekerjaan Roh ilahi yang ampuh selalu menyertai 

pelayanan mereka dan memahkotai mereka dengan keberhasilan.  

Penderitaan Paulus;  

Pengangkatan Paulus sebagai Rasul;  

Jerih Payah Paulus sebagai Rasul  

(3:1-13) 

1 Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan sebab  Kristus 

Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah 2 – memang kamu 

telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang 

dipercayakan kepadaku sebab  kamu, 3 yaitu bagaimana rahasianya dinyata-

kan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan 

singkat. 4 jika kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya 

pengertianku akan rahasia Kristus, 5 yang pada zaman angkatan-angkatan

dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, namun  yang sekarang 

dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus, 


 164

6 yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, sebab  Berita Injil, turut menjadi 

ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang 

diberikan dalam Kristus Yesus. 7 Dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya 

menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku 

sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya. 8 Kepadaku, yang paling hina di antara 

segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberi-

takan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak ter-

duga itu, 9 dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia 

yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala 

sesuatu, 10 supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hik-

mat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga, 

11 sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus 

Yesus, Tuhan kita. 12 Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk 

kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya. 13 

Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati melihat 

kesesakanku sebab  kamu, sebab  kesesakanku itu adalah kemuliaanmu. 

Di sini kita mendapati penuturan Paulus kepada jemaat Efesus me-

ngenai dirinya sendiri, bahwa dia diangkat Allah menjadi rasul bagi 

kaum bukan Yahudi. 

I. Kita dapat mengamati bahwa dia memberi tahu mereka mengenai 

kesesakan dan penderitaan yang dia hadapi oleh sebab  jabatan 

itu (ay. 1). Anak kalimat pertama mengacu pada pasal sebelum-

nya, dan dapat diartikan dengan salah satu dari dua cara berikut:  

1.  “Itulah sebabnya, yaitu bahwa akibat memberitakan pengajar-

an yang terkandung dalam pasal sebelumnya, dan mengukuh-

kan bahwa hak-hak istimewa besar Injil tidak hanya diperun-

tukkan bagi kaum Yahudi, namun  juga bagi kaum bukan 

Yahudi yang percaya, meskipun mereka tidak disunat. Oleh 

sebab itulah kini aku dipenjarakan, namun  sebagai orang yang 

dipenjarakan sebab  Yesus Kristus, sebab aku menderita da-

lam perkara-Nya dan bagi kepentingan-Nya, dan terus menjadi 

hamba-Nya yang setia dan menikmati perlindungan dan peme-

liharaan istimewa-Nya, sementara aku menderita demikian 

bagi-Nya.” Perhatikanlah, para hamba Kristus, jika mereka di-

penjarakan, menjadi tawanan-Nya, dan Dia tidaklah membenci 

tawanan-Nya. Dia tidak pernah berpikir buruk tentang mereka 

sebab  pandangan buruk dunia mengenai mereka atau perla-

kuan jahat yang mereka terima. Paulus melekat kepada Kris-

tus, dan Kristus mengakuinya saat  dia dipenjarakan. Untuk 

kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kaum Yahudi 

menganiaya dan memenjarakannya sebab  dia merupakan 

rasul bagi kaum bukan Yahudi dan memberitakan Injil kepada 

Surat Efesus 3:1-13 

 165 

mereka. Dari sini kita dapat belajar bahwa para hamba Kristus 

yang setia wajib menyebarkan kebenaran-Nya yang sakral, 

sekalipun hal itu tidaklah menyenangkan bagi sebagian orang, 

dan apa pun derita yang harus mereka tanggung sebab  

berbuat demikian. Atau,  

2.  Kata-kata itu dapat juga diartikan: “Itulah sebabnya, yaitu oleh 

sebab  kamu bukan lagi orang asing dan pendatang (2:19), 

melainkan dipersatukan dengan Kristus dan diterima ke dalam 

persekutuan dengan jemaat-Nya, aku ini, Paulus, orang yang 

dipenjarakan sebab  Kristus Yesus, berdoa supaya kamu di-

mampukan untuk berperilaku sebagaimana orang-orang yang 

dikasihi Allah dan menerima bagian dari hak istimewa itu.” 

Untuk tujuan inilah kita mendapatinya mengungkapkan pera-

saannya di ayat 14, saat  dia meneruskan pokok pembicara-

an yang telah dimulainya di ayat pertama, sesudah  menyelip-

kan beberapa ayat lain yang sedikit menyimpang dari pokok 

utama tadi. Perhatikanlah, orang-orang yang sudah menerima 

karunia dan tanda-tanda perkenanan dari Allah tetap perlu 

berdoa, supaya mereka terus memperbaiki diri dan maju, serta 

terus bertindak seperti selayaknya. Jadi, dengan mencermati 

bagaimana Paulus sungguh-sungguh berdoa kepada Allah bagi 

jemaat Efesus, saat  dia ada dalam penjara, kita harus bela-

jar bahwa hendaknya tidak ada satu pun kesesakan yang 

membuat kita begitu mengasihani diri sendiri sampai-sampai 

mengabaikan kebutuhan orang lain dalam permohonan kita 

kepada Allah. Sekali lagi Paulus berbicara mengenai kesesak-

an-kesesakannya: Sebab itu aku minta kepadamu, supaya 

kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku sebab  kamu, 

sebab  kesesakanku itu adalah kemuliaanmu, (ay. 13). saat  

dia ada di penjara, dia sangat menderita di sana. Akan namun , 

sekalipun dia menderita oleh sebab  mereka, dia tidak ingin 

menawarkan hati mereka, sebab dia melihat bahwa Allah telah 

melakukan banyak hal besar bagi mereka melalui pelayanan-

nya. Betapa besar kepeduliannya terhadap jemaat di Efesus 

ini! Rasul Paulus tampaknya lebih khawatir bahwa mereka 

akan menjadi tawar hati sebab  kesesakannya, melebihi kepri-

hatinannya mengenai penderitaannya sendiri. Untuk mence-

gah hal itu, dia pun mengatakan bahwa kesesakannya adalah 

kemuliaan mereka dan tidak patut membuat mereka tawar 


 166

hati, jika saja mereka benar-benar mencermati intinya, yaitu 

bahwa mereka memiliki alasan untuk bermegah dan bersuka-

cita. Sebab, hal ini terbukti merupakan penghormatan yang 

besar dari Allah untuk mereka, yaitu bahwa Dia bukan saja 

mengutus para rasul-Nya untuk memberitakan Injil kepada 

mereka, namun  juga bahkan untuk menderita bagi mereka dan 

untuk meneguhkan kebenaran yang mereka sampaikan mela-

lui penganiayaan yang mereka derita. Perhatikanlah, bukan 

hanya para hamba Kristus yang setia saja yang memiliki 

alasan istimewa untuk bersukacita dan bermegah saat  

mereka menderita sebab  memajukan Injil, melainkan para 

jemaat mereka juga. 

II. Rasul Paulus memberi tahu mereka mengenai bagaimana Allah 

telah menetapkan dia bagi jabatan itu, dan bagaimana ia dilayak-

kan dan diperlengkapi untuk tugas tersebut melalui pewahyuan 

istimewa yang dinyatakan Allah bagi dia.  

1.  Allah menunjuknya ke dalam jabatan itu: memang kamu telah 

mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, 

yang dipercayakan kepadaku sebab  kamu (ay. 2). Mereka pas-

tinya telah mendengar hal itu, sebab  itulah dia tidak memiliki 

sedikit pun keraguan saat membicarakannya. Eige terkadang 

merupakan sebuah kata penegas, sehingga kita bisa juga 

mengartikannya, oleh sebab  kamu telah mendengar, dst. Di 

sini dia menyebut Injil sebagai kasih karunia Allah (sebagai-

mana di bagian-bagian lainnya), sebab Injil merupakan pem-

berian kasih karunia ilahi bagi manusia berdosa, dan segala 

jalinan penuh karunia yang dibuatnya beserta kabar baik yang 

dikandungnya, berasal dari kasih karunia Allah yang melim-

pah. Injil juga merupakan alat dahsyat dalam genggaman ta-

ngan Roh, yang dipakai Allah untuk mengerjakan kasih karu-

nia dalam jiwa-jiwa manusia. Paulus membicarakan tentang 

tugas penyelenggaraan kasih karunia yang diberikan kepada-

nya ini, yaitu bahwa dia diberi wewenang dan diutus oleh 

Allah untuk menyelenggarakan pengajaran Injil, terutama un-

tuk melayani orang-orang bukan-Yahudi: sebab  kamu. Sekali 

lagi, dengan menyinggung-nyinggung mengenai Injil, dia ber-

kata, dari Injil itu aku telah menjadi pelayannya, dst. (ay. 7). 

Sekali lagi, di sini pun dia menegaskan wewenangnya. Dia 

Surat Efesus 3:1-13 

 167 

telah dijadikan pelayan, dia tidak menjadikan dirinya sendiri 

demikian, dia tidak mengambil kehormatan itu sendiri bagi 

dirinya. Juga, dia dijadikan pelayan menurut pemberian kasih 

karunia Allah, yang dianugerahkan kepadanya. Allah memper-

lengkapi dan mempersiapkannya bagi pekerjaan-Nya. Dan, da-

lam melaksanakan pekerjaan itu, Allah membantunya dengan 

memberinya semua talenta dan karunia yang diperlukan, baik 

yang biasa maupun yang luar biasa, dan semuanya itu sesuai 

dengan pengerjaan kuasa-Nya, terutama dalam dirinya, dan 

juga dalam diri banyak orang lain yang diinjilinya. Dengan sa-

rana inilah jerih payahnya di antara mereka memperoleh ke-

berhasilan. Perhatikanlah, saat  Allah memanggil orang, Ia 

melengkapi mereka untuk itu, dan Ia melakukannya dengan 

kuasa yang dahsyat. Pengerjaan kuasa ilahi mengiringi pem-

berian karunia ilahi.  

2.  Sebagaimana Allah telah mengangkatnya untuk jabatan itu, 

demikian pula Ia memperlengkapinya untuk memenuhi syarat 

bagi jabatan itu, melalui suatu pewahyuan istimewa yang 

dinyatakan-Nya kepada dia. Paulus menyebutkan misteri yang 

dinyatakan kepadanya maupun pewahyuan mengenainya.  

(1) Misteri yang dinyatakan itu adalah bahwa orang-orang bu-

kan Yahudi, sebab  Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris 

dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang 

diberikan dalam Kristus Yesus (ay. 6). Artinya, mereka akan 

turut menjadi ahli-ahli waris dari warisan sorgawi bersama 

dengan orang-orang Yahudi yang percaya, dan bahwa me-

reka akan menjadi anggota dari tubuh rohani yang sama, 

diterima dalam jemaat Kristus, dan mendapat bagian da-

lam janji-janji Injil, sebagaimana orang-orang Yahudi, ter-

utama dalam janji agung mengenai Roh. Semuanya ini ter-

jadi dalam Kristus, melalui penyatuan dengan Kristus, 

dalam siapa seluruh janji adalah ya dan amin. Dan juga ka-

rena Berita Injil, artinya, dalam masa Injil, sebagaimana be-

berapa orang mengartikannya. Atau, sebab  Injil yang diberi-

takan kepada mereka, yang merupakan alat dan sarana 

besar yang dipakai Allah untuk mengerjakan iman di dalam 

Kristus, sebagaimana diartikan beberapa orang lainnya. Ini 

merupakan kebenaran besar yang dinyatakan kepada para 

rasul, yaitu bahwa Allah hendak memanggil semua umat 


 168

bukan Yahudi ke dalam keselamatan melalui iman di dalam 

Kristus, dan semua itu tanpa pekerjaan hukum Taurat.  

(2) Mengenai pewahyuan kebenaran inilah dia berbicara (ay. 3-

5). Di sini kita dapat mencermati bahwa penyatuan bangsa 

Yahudi dengan bukan Yahudi dalam gereja Injil merupakan 

sebuah rahasia, rahasia yang amat besar, yang dirancang 

oleh hikmat Allah sebelum dunia dijadikan, namun  yang 

tidak sepenuhnya dapat dimengerti selama berabad-abad, 

sampai nubuatan-nubuatan mengenainya digenapi. Hal ini 

disebut misteri atau rahasia, sebab beberapa keadaan dan 

keistimewaannya (misalnya waktu, cara, dan sarana pe-

nyelenggaraannya) disembunyikan dan terselubung dalam 

hati Allah, sampai rahasia itu dinyatakan dengan wahyu 

langsung kepada hambanya itu (lihat Kis. 26:16-18). Dan 

rahasia itu disebut rahasia Kristus, sebab  Dia-lah yang 

mengungkapkannya (Gal. 1:12), dan sebab  rahasia itu 

begitu terkait dengan-Nya. Mengenai hal ini, Rasul Paulus 

sudah menyinggungnya di atas, atau sedikit sebelum itu, 

yaitu di pasal-pasal sebelumnya. jika kamu membaca-

nya, atau, seperti yang juga bisa ditafsirkan, dan disimak 

(memang tidak cukup bila kita hanya membaca Kitab Suci 

tanpa menyimaknya dan merenungkannya dengan sung-

guh-sungguh dan mengindahkan apa yang kita baca itu), 

kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan 

rahasia Kristus. Dengan cara itu mereka dapat mengerti 

bagaimana Allah telah melayakkan dan memperlengkapi-

nya untuk menjadi seorang rasul bagi orang-orang bukan 

Yahudi, yang bagi mereka mungkin merupakan tanda bukti 

wewenang ilahinya. Rahasia ini, katanya, pada zaman ang-

katan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak 

manusia, namun  yang sekarang dinyatakan di dalam Roh 

kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus (ay. 5). 

Artinya, “Rahasia itu tidak sepenuhnya dibukakan dengan 

jelas pada zaman sebelum Kristus seperti yang kini dinya-

takan kepada para nabi di angkatan ini, nabi-nabi Perjanji-

an Baru, yang diilhami dan diajar langsung oleh Roh.” Ma-

rilah kita cermati, bahwa pertobatan bangsa bukan Yahudi 

ke dalam iman pada Kristus merupakan rahasia yang sa-

ngat indah, dan kita harus memuji Allah sebab nya. Bisa 

Surat Efesus 3:1-13 

 169 

kita bayangkan orang-orang yang telah begitu lama ada da-

lam kegelapan, dan begitu jauh, kemudian diterangi de-

ngan cahaya yang menakjubkan dan ditarik mendekat. 

Maka dari itu, hendaklah kita belajar untuk tidak berputus 

asa menghadapi yang terburuk, atau orang-orang yang 

terjahat, dan bangsa-bangsa yang terbebal. Tidak ada yang 

terlalu sulit untuk dilakukan oleh kasih karunia ilahi: tak 

ada satu pun yang dianggap tidak layak ditawari kasih ka-

runia Allah yang besar. Dan betapa besarnya kepentingan 

kita dalam perkara ini, bukan hanya sebab  kita hidup di 

zaman saat  rahasia itu dinyatakan, namun  terutama kare-

na kita merupakan bagian dari bangsa-bangsa yang dulu-

nya merupakan orang asing dan hidup dalam penyembah-

an berhala yang menjijikkan. Akan namun , kini kita dite-

rangi dengan Injil yang kekal dan mengambil bagian dalam 

janji-janjinya! 

III. Rasul Paulus memberi tahu mereka bagaimana dia dipekerjakan 

dalam jabatan ini, yang berkaitan dengan orang-orang bukan Ya-

hudi dan seluruh manusia. 

1. Berkaitan dengan orang-orang bukan Yahudi, dia memberita-

kan kepada mereka kekayaan Kristus yang tidak terduga itu 

(ay. 8). Perhatikanlah dalam ayat ini betapa dengan penuh ke-

rendahan hati ia berbicara mengenai dirinya, dan betapa ia me-

ninggikan Yesus Kristus saat  berbicara mengenai diri-Nya.  

(1) Betapa dengan kerendahan hati ia berbicara mengenai 

dirinya: Aku yang paling hina di antara segala orang kudus. 

Rasul Paulus, yang merupakan pemimpin para rasul, 

menyebut dirinya yang paling hina dari segala orang kudus. 

Maksudnya adalah sebab  dulu dia merupakan penganiaya 

pengikut Kristus. Dalam penilaiannya mengenai dirinya 

sendiri, dia adalah yang terkecil. Apa lagi yang lebih hina 

dari yang paling hina? Untuk menempatkan dirinya seren-

dah mungkin, dia pun menyebut dirinya sehina mungkin. 

Perhatikanlah, orang-orang yang diangkat Allah dalam pe-

kerjaan terhormat, dijadikannya rendah dan hina dalam 

pengertian mereka sendiri. Dan, saat  Allah mengarunia-

kan kasih karunianya kepada yang rendah hati, maka 


 170

dicurahkan-Nya pula segala kasih karunia yang lain. Anda 

mungkin juga bisa mencermati betapa berbedanya cara Ra-

sul Paulus membicarakan dirinya sendiri dan jabatannya. 

Sementara dia meninggikan jabatannya, dia malah meren-

dahkan dirinya sendiri. Amatilah, seorang pelayan setia 

Kristus bisa sangat rendah hati dan menganggap dirinya 

hina sementara ia menganggap tinggi dan membicarakan 

jabatannya yang suci dengan penuh hormat. 

(2) Betapa penuh hormatnya dia membicarakan tentang Yesus 

Kristus: kekayaan Kristus yang tidak terduga itu. Ada harta 

besar berupa belas kasihan, kasih karunia, dan kasih, yang 

tersimpan dalam diri Kristus Yesus, dan itu bagi bangsa 

Yahudi maupun bukan Yahudi. Atau, kekayaan Injil yang 

disebutkan di sini sebagai kekayaan Kristus ialah kekayaan 

yang dibelikan atau ditebus oleh Kristus dan diberikannya 

kepada semua orang percaya. Kekayaan itu tidak terduga 

dan tidak ada habis-habisnya. Hikmat manusia tidak akan 

mampu menyelaminya, dan manusia tidak bisa menying-

kapnya selain dengan pewahyuan. Nah, tugas dan kewajib-

an Rasul Paulus adalah untuk memberitakan kepada 

orang-orang bukan Yahudi tentang kekayaan Kristus yang 

tidak terduga ini. Dan hal ini merupakan suatu kebaikan 

yang amat dihargainya dan dianggapnya sebagai kehormat-

an besar: “Kepadaku telah dianugerahkan kasih karunia ini. 

Kebaikan istimewa ini telah dianugerahkan Allah kepada 

makhluk yang hina seperti aku ini.” Dan ini merupakan 

kebaikan yang tak terhingga bagi bangsa bukan Yahudi, 

bahwa kepada mereka diberitakan kekayaan Kristus yang 

tidak terduga. Meski banyak orang tetap miskin dan tidak 

diperkaya akan kekayaan ini, namun tetap merupakan 

sebuah kebaikan bahwa hal itu diberitakan di antara kita, 

ditawarkan kepada kita. Dan jika kita tidak diperkaya 

sebab nya, itu merupakan kesalahan kita sendiri. 

2.  Berkaitan dengan segenap manusia (ay. 9). Pekerjaan dan ke-

wajibannya ialah untuk menyatakan (untuk mengumandang-

kan dan memberitahukan kepada seisi dunia) apa isinya tugas 

penyelenggaraan rahasia (yaitu orang-orang bukan Yahudi 

yang sampai saat itu terasing dari jemaat, akan dipersatukan 

ke dalamnya) yang telah berabad-abad tersembunyi dalam 

Surat Efesus 3:1-13 

 171 

Allah (dirahasiakan seturut dengan maksud-Nya), yang men-

ciptakan segala sesuatu melalui Yesus Kristus, sebagaimana 

tercantum dalam Yohanes 1:3, Segala sesuatu dijadikan oleh 

Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari 

segala yang telah dijadikan. Oleh sebab  itu, tidaklah meng-

herankan jika Dia menyelamatkan baik bangsa Yahudi mau-

pun bangsa bukan Yahudi, sebab Dia adalah pencipta kedua-

nya. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa Dia 

sanggup menyelenggarakan tugas penebusan mereka, dengan 

melihat bahwa Dia juga sanggup menunaikan tugas besar pen-

ciptaan. Memang benar bahwa baik penciptaan pertama, keti-

ka Allah menciptakan segalanya menjadi ada, maupun pencip-

taan baru, saat  para pendosa dijadikan ciptaan baru melalui 

kasih karunia pertobatan, merupakan perbuatan Allah melalui 

Yesus Kristus. Rasul Paulus menambahkan, supaya sekarang 

oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada 

pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga (ay. 

10). Inilah salah satu maksud Allah dalam menyatakan raha-

sia ini, yaitu agar para malaikat terang, yang memiliki hak isti-

mewa mengatur pemerintah-pemerintah dan penguasa-pe-

nguasa dunia, dan yang dianugerahi kuasa besar untuk 

melaksanakan kehendak Allah di bumi ini (meskipun tempat 

tinggal mereka adalah di sorga) dapat mengetahui, melalui apa 

yang terjadi dalam jemaat, apa yang telah dilakukan di dalam 

dan olehnya, pelbagai ragam hikmat Allah. Artinya, bermacam-

macam cara Allah menyelenggarakan banyak hal dengan hik-

mat-Nya, atau mengenai hikmat-Nya yang dinyatakan dalam 

banyak cara dan metode yang dipakai-Nya dalam mengatur 

jemaat-Nya di beberapa zaman, dan terutama dalam menerima 

kaum bukan Yahudi ke dalamnya. Malaikat-malaikat suci ini, 

yang menyelidiki rahasia penebusan Kristus, pastinya mem-

perhatikan bagian dari rahasia ini, yaitu kekayaan Kristus 

yang tak terduga ini yang dikabarkan di antara bangsa bukan 

Yahudi. Dan hal ini sesuai dengan maksud abadi, yang telah 

dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (ay. 11). 

Beberapa orang menerjemahkan kata-kata kata prothesin tōn 

aiōnōn sebagai Sesuai dengan maksud terdahulu yang 

ditetapkan-Nya bagi segala zaman, dst. Begitulah penafsiran 

Dr. Whitby dan kawan-kawan. “Pada zaman mula-mula,” kata 


 172

Dr. Whitby, “hikmat-Nya menganggap layak untuk menjanji-

kan seorang Penyelamat bagi Adam yang telah jatuh. Di zaman 

kedua, untuk melambangkan dan mewakili-Nya di hadapan 

bangsa Yahudi melalui orang-orang, ibadah, dan korban yang 

kudus. Dan, pada zaman Mesias atau zaman terakhir, untuk 

menyatakan diri-Nya kepada bangsa Yahudi dan memberita-

kan tentang diri-Nya kepada kaum bukan Yahudi.” Ada juga 

yang mengartikannya, sesuai dengan terjemahan kami, seba-

gai tujuan kekal yang dimaksudkan Allah untuk dilakukan di 

dalam dan melalui Yesus Kristus, yaitu keseluruhan perbuat-

an-Nya dalam perkara besar penebusan manusia sesuai de-

ngan keputusan abadi-Nya mengenai hal itu. sesudah  menye-

butkan Tuhan kita Yesus Kristus, Rasul Paulus menambahkan 

mengenai dia, Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan 

masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita 

kepada-Nya (ay. 12). Artinya, “Oleh (atau melalui) Dia kita me-

miliki kebebasan untuk membuka pikiran kita dengan leluasa 

kepada Allah, seperti kepada seorang Bapa, dan dengan keya-

kinan teguh bahwa kita akan didengarkan dan diterima oleh-

Nya. Dan semuanya ini adalah dengan melalui iman kita ke-

pada-Nya, sebagai Pengantara dan Penasihat Agung kita.” Kita 

bisa datang dengan keberanian dan kerendahan hati untuk 

mendengar dari Allah, yakin bahwa kengerian kutuk telah 

dicabut, dan kita dapat mengharapkan kabar baik yang meng-

hiburkan hati dari-Nya. Kita bisa memiliki jalan masuk untuk 

berbicara kepada Allah dengan penuh keyakinan, sebab kita 

tahu bahwa kita memiliki seorang Pengantara antara Allah dan 

kita, dan seorang Pembela yang Agung di hadapan Bapa. 

Doa Rasul Paulus  

(3:14-21) 

14 Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, 15 yang dari pada-Nya semua 

turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. 16 Aku 

berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan me-

neguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, 17 sehingga oleh imanmu 

Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam 

kasih. 18 Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang ku-

dus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan 

dalamnya kasih Kristus, 19 dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia me-

lampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam

Surat Efesus 3:14-21 

 173 

seluruh kepenuhan Allah. 20 Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih 

banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari 

kuasa yang bekerja di dalam kita, 21 bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat 

dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin. 

Kini kita sampai di bagian kedua pasal ini, yang memuat doa Paulus 

yang penuh kesalehan dan kasih sayang kepada Allah bagi jemaat 

Efesus yang dikasihinya. Itulah sebabnya. Ungkapan ini bisa saja 

merujuk ke ayat sebelumnya, supaya kamu jangan tawar hati, dst., 

atau lebih tepat lagi, di sini Rasul Paulus melanjutkan apa yang telah 

dimulainya di ayat pertama, sebab sesudah  itu ia teralihkan oleh hal-

hal lainnya. Perhatikanlah, 

I. Kepada siapa ia berdoa, yaitu kepada Allah, sebagai Bapa Tuhan 

kita Yesus Kristus, yang mengenai ini lihat pasal 1:3. 

II. Sikap tubuhnya dalam doa, yang merendahkan diri dan penuh 

hormat: Aku sujud. Perhatikan, saat  kita mendekatkan diri 

kepada Allah, kita harus menghormati-Nya di dalam hati kita dan 

mengungkapkan rasa hormat itu melalui perilaku dan sikap 

tubuh yang paling layak. Di sini, sesudah  menyebut-nyebut Kris-

tus, dia tidak bisa melewatkan kesempatan untuk mengungkap-

kan pujian penuh kasihnya (ay. 15). Seluruh jemaat bergantung 

kepada Tuhan Yesus Kristus: yang dari pada-Nya semua turunan 

yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. Umat 

Yahudi terbiasa menyombongkan Abraham sebagai bapa mereka, 

namun  kini umat Yahudi dan bukan Yahudi keduanya memperoleh 

namanya dari Kristus (begitulah yang diartikan beberapa orang), 

sementara yang lainnya mengartikannya sebagai para orang 

kudus di sorga, yang mengenakan mahkota kemuliaan, dan para 

orang kudus di dunia ini, yang meneruskan pekerjaan kasih 

karunia di sini. Keduanya membentuk sebuah keluarga, sebuah 

rumah tangga, dan dari-Nyalah mereka dinamakan Kristen, sebab 

mereka memang mengakui ketergantungan dan hubungan mere-

ka dengan Kristus.  

III. Apa yang dimintakan Rasul Paulus dari Allah bagi kawan-kawan-

nya ini, yaitu berkat-berkat rohani, yang merupakan berkat ter-

baik, dan yang harus sungguh-sungguh dicari dan didoakan oleh 

setiap dari kita, baik bagi kita sendiri maupun bagi kawan-kawan 

kita. 


 174

1.  Kekuatan rohani bagi pekerjaan dan tugas yang untuknya me-

reka dipanggil dan yang mereka kerjakan: supaya Ia, menurut 

kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan, dst. Batin manusia 

adalah hati atau jiwa. Dikuatkan dan diteguhkan berarti diper-

kokoh lebih-lebih lagi daripada keadaan mereka saat itu. Su-

paya dikaruniai dengan kasih karunia yang melimpah dan ber-

bagai kecakapan rohani untuk menunaikan tugas mereka, 

menahan godaan, menanggung penganiayaan, dst. Dan Rasul 

Paulus berdoa supaya hal itu terjadi menurut kekayaan kemu-

liaan-Nya, atau menurut kekayaan-Nya yang mulia, sesuai 

dengan kelimpahan kasih karunia, belas kasihan, dan kuasa, 

yang ada di dalam Allah dan merupakan kemuliaan-Nya. Dan 

semuanya ini terjadi oleh Roh-Nya, yang mengerjakan lang-

sung kasih karunia di dalam jiwa-jiwa umat Allah. Perhatikan-

lah dari hal-hal ini, bahwa kekuatan dari Roh Allah dalam 

batin manusia adalah kekuatan yang terbaik dan yang paling 

diinginkan, kekuatan dalam jiwa, kekuatan dalam iman dan 

kasih karunia lainnya. Kekuatan itu juga merupakan kekuat-

an untuk melayani Allah dan melaksanakan tugas kita, serta 

untuk bertekun dalam cara hidup kristiani kita dengan kete-

guhan dan sukacita. Lalu, marilah kita cermati lebih lanjut 

bahwa sebagaimana pekerjaan kasih karunia telah dimulai, 

maka pekerjaan itu juga terus dilanjutkan dan dilaksanakan 

oleh Roh Allah yang terberkati.  

2.  Supaya Kristus diam dalam hati mereka (ay. 17). Kristus dika-

takan berdiam dalam umat-Nya, dan Dia selalu ada bersama 

mereka melalui campur tangan dan karya-Nya yang penuh 

kasih karunia. Perhatikanlah, memiliki Kristus yang diam da-

lam hati kita amatlah menyenangkan, dan jika hukum Kristus 

memang terukir di sana dan kasih Kristus melimpah di sana, 

maka berarti Kristus berdiam di sana. Kristus adalah peng-

huni jiwa setiap orang Kristen yang saleh. Di mana Roh-Nya 

tinggal, di sanalah Dia pun tinggal. Dan Dia berdiam di hati 

manusia melalui iman, melalui penerapan iman yang terus-

menerus terhadap Dia. Iman membuka pintu jiwa untuk dapat 

menerima Kristus. Iman menyambut-Nya dan berserah pada-

Nya. Melalui iman, kita dipersatukan dengan Kristus dan me-

miliki kepentingan di dalam-Nya.  

Surat Efesus 3:14-21 

 175 

3.  Pembaharuan kasih sayang yang saleh dalam jiwa: Sehingga 

kamu berakar serta berdasar di dalam kasih, diteguhkan da-

lam kasihmu terhadap Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, 

dan terhadap seluruh orang kudus, yang dikasihi oleh Tuhan 

kita Yesus Kristus. Banyak orang mengasihi Allah dan para 

pelayan-Nya, namun dengan kasih yang seperti kilat, seperti 

suara gemerisik duri-duri tanaman di bawah pot, bunyinya 

nyaring namun  segera hilang. Kita harus benar-benar meng-

inginkan supaya kasih sayang tertanam dalam diri kita, se-

hingga kita berakar dan berdasar dalam kasih. Beberapa orang 

memahaminya sebagai keadaan di mana mereka mantap 

merasakan kasih Allah terhadap mereka, yang akan mengo-

barkan kasih suci mereka kepada-Nya dan terhadap satu 

sama lain. Betapa menyenangkannya memiliki perasaan man-

tap mengenai kasih Allah dan Kristus terhadap jiwa kita, se-

hingga kita dapat berkata bersama-sama Rasul Paulus setiap 

waktu, Dia mengasihiku! Nah, cara terbaik untuk memperta-

hankannya adalah dengan berhati-hati menjaga kasih yang 

menyala-nyala terhadap Allah dalam jiwa kita. Ini akan men-

jadi bukti kasih Allah kepada kita. Kita mengasihi, sebab  

Allah lebih dahulu mengasihi kita. Untuk tujuan ini Paulus 

berdoa,  

4.  Supaya mereka mengenal kasih Yesus Kristus. Semakin dalam 

pengenalan kita mengenai kasih Kristus terhadap kita, maka 

semakin dalam pula kasih yang kita limpahkan bagi-Nya dan 

bagi orang-orang milik-Nya, demi kepentingan-Nya: supaya 

kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat mema-

hami, dst (ay. 18-19), yaitu, lebih jelas untuk mengerti dan 

teguh percaya kasih Kristus yang ajaib kepada umat-Nya, yang 

juga sedikit banyak dimengerti dan dipercayai oleh para orang 

kudus, dan akan lebih-lebih lagi dimengerti dan dipercayai 

nantinya. Orang-orang Kristen tidak boleh berambisi mengerti 

lebih banyak daripada segala orang kudus, namun  berpuas diri 

dengan apa yang dibukakan Allah kepada mereka sebagai-

mana yang biasa Ia lakukan terhadap orang-orang yang me-

ngasihi-Nya dan takut akan nama-Nya. Kita harus rindu un-

tuk mengerti bersama-sama dengan segala orang kudus, me-

ngetahui sama banyaknya seperti yang diperbolehkan kepada 

para orang kudus di dunia ini. Kita harus bergiat untuk men-


 176

dapatkan berkat-berkat rohani itu, namun  janganlah berniat 

untuk melebihi jabatan orang-orang kudus lain. Jelas terlihat 

betapa Rasul Paulus begitu mengagungkan kasih Kristus. 

Betapa hebatnya ukuran kasih penebusan itu: lebarnya, dan 

panjangnya, dan dalamnya, dan tingginya. Dengan menyebut-

kan ukuran-ukuran ini, Rasul Paulus ingin menggambarkan 

kebesaran kasih Kristus, kekayaan kasih-Nya yang tidak ter-

duga itu, yang tingginya seperti langit, dalamnya melebihi 

dunia orang mati, lebih panjang dari pada bumi, dan lebih luas 

dari pada samudera (Ayb. 11:8-9). Beberapa orang menggam-

barkan keistimewaan-keistimewaan tersebut demikian: luas-

nya bisa kita pahami sebagai jangkauannya ke segala zaman, 

bangsa, dan kedudukan manusia. Panjangnya adalah keber-

langsungannya yang kekal. Dalamnya sampai mencapai ke-

adaan yang paling rendah, yang ditujukan untuk menyelamat-

kan orang-orang yang sudah terjerumus ke kedalaman dosa 

dan sengsara. Tingginya adalah kesanggupan kasih itu untuk 

mengangkat kita ke atas dan menganugerahi kita dengan ke-

bahagiaan dan kemuliaan sorgawi. Kita harus rindu untuk 

memahami kasih ini, sebab sudah menjadi ciri seluruh orang 

kudus untuk menerapkan kasih ini, sebab  mereka semua 

memiliki kepuasan dan iman dalam kasih Kristus: dan dapat 

mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahu-

an (ay. 19). Jika kasih itu melampaui segala pengetahuan, ba-

gaimana kita bisa mengenalnya? Kita harus berdoa dan ber-

usaha mengenalnya, sekalipun usaha-usaha yang terbaik 

tidak akan dapat membuat seorang pun mampu memahami-

nya secara penuh. Kasih itu, dengan segenap kepenuhannya, 

melampaui segala pengetahuan. Meski kasih Kristus dapat 

dirasakan dan dikenal oleh orang-orang Kristen lebih daripada 

kaum awam, tetap saja kasih itu tidak dapat dipahami secara 

penuh di bumi ini.  

5. Paulus berdoa supaya mereka dipenuhi di dalam seluruh kepe-

nuhan Allah. Doa ini merupakan ungkapan yang sangat tinggi: 

kita tidak boleh lancang memakainya jika saja kita tidak me-

nemukannya di Kitab Suci. Bunyinya mirip dengan ungkapan-

ungkapan lain, seperti mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 

dan menjadi sempurna seperti Bapa kita yang di sorga adalah 

sempurna. Kita tidak boleh memahaminya sebagai kepenuhan 

Surat Efesus 3:14-21 

 177 

Allah dalam diri-Nya sendiri, melainkan kepenuhan-Nya seba-

gai Allah dalam perjanjian-Nya dengan kita, sebagai Allah bagi 

umat-Nya. Kepenuhan seperti inilah yang hendak dianugerah-

kan Allah kepada siapa pun yang bersedia menerimanya seba-

nyak yang mereka bisa, disertai dengan segala talenta dan 

kasih karunia yang dipandang-Nya perlu. Orang-orang yang 

menerima kasih karunia demi kasih karunia dari kepenuhan 

Kristus boleh dibilang sudah dipenuhi di dalam seluruh kepe-

nuhan Allah, berdasar  kemampuan mereka, yang semua-

nya ditujukan supaya mereka dapat mencapai tingkat tertinggi 

dari pengetahuan dan kenikmatan Allah, dan menjadi benar-

benar serupa dengan-Nya.  

Rasul Paulus menutup pasal ini dengan doksologi (ay. 20-21). Me-

nutup doa-doa kita dengan puji-pujian adalah tindakan yang layak. 

Juruselamat kita yang terberkati telah mengajari kita untuk berbuat 

demikian. Perhatikanlah bagaimana Rasul Paulus menggambarkan 

Allah, dan bagaimana dia menaikkan kemuliaan bagi-Nya. Dia meng-

gambarkan-Nya sebagai Allah yang dapat melakukan jauh lebih 

banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan. Kepenuhan kasih 

karunia dan belas kasihan Allah itu tidak ada habis-habisnya, tidak 

dapat ditimba sampai kering oleh doa-doa segala orang kudus. Apa 

pun yang kita minta, atau terpikir untuk meminta, Allah masih tetap 

bisa melakukan lebih, jauh lebih lagi, dan jauh lebih dan lebih lagi 

dengan melimpah. Buka mulutmu selebar mungkin, Dia tetap akan 

memenuhinya. Perhatikanlah, saat berseru memohon kepada Allah 

kita harus mendorong iman kita dengan mengingat-ingat kuasa-Nya 

yang mahamencukupi dan dahsyat. Seperti yang ternyata dari kuasa 

yang bekerja di dalam kita. Seolah-olah dia berkata, kita sudah 

memiliki bukti kuasa Allah ini, yaitu dalam segala yang telah 

dikerjakan-Nya di dalam dan bagi kita, sesudah  menggerakkan kita 

oleh kasih karunia-Nya dan mengembalikan kita kepada-Nya. Kuasa 

yang masih bekerja bagi para orang kudus itu sesuai dengan kuasa 

yang telah bekerja di dalam mereka. Di mana pun Allah mengarunia-

kan kepenuhan-Nya, Dia memberikannya supaya mereka mengalami 

kuasa-Nya. sesudah  menggambarkan Allah seperti itu, Rasul Paulus 

lalu memanj