Selasa, 03 Desember 2024

hadist politik 2


 elenceng dari ketentuan yang ada maka ia pun boleh dipecat atau 

diberhentikan dari jabatannya.

9. Dasar munculnya negara dan kekuasaan di dalam Islam semata-mata 

merupakan urusan manusia yang berpotensi salah dan benar sehingga 

warga  diberi kesempatan untuk menerima dan menolak, ridha 

atau mengutuk apa yang dilakukan oleh para penguasa.77 sebab nya, 

pemerintahan di dalam Islam tidak terlepas dari pantauan rakyat. Jika 

penguasa melakukan kesalahan maka rakyat berhak menasehatinya. 

saat  Abu Bakar menjadi khalifah, ia meminta kepada warga nya 

agar mengawasi kinerjanya. Beliau meminta agar didukung bila 

melakukan kebaikan, dan diluruskan bila melakukan kekeliruan.78 

Abu Bakar mengakui bahwa dirinya tidak mampu memimpin para 

sahabat persis dengan cara Nabi memimpin mereka sebab  ia 

menyadari bahwa Nabi tidak akan dibiarkan oleh Allah melakukan 

kesalahan, sementara dirinya tidak demikian. Kebiasaan Abu Bakar 

saat  menjabat sebagai khalifah, setiap ada masalah pasti mencari 

solusinya di dalam al-Qur’an. Kalau ia menemukan solusinya maka ia 

pun kemudian menyelesaikan masalah ini . namun  bila tidak ada 

solusinya di dalam al-Qur’an maka ia kemudian mencari dalam hadis; 

dan bila ia menemukan solusinya dalam hadis maka ia menyelesaikan 

masalah ini  dengan hadis itu. namun  jika masalah yang dimaksud 

tidak ditemukan baik dalam al-Qur’an maupun dalam hadis maka ia 

menanyakan kepada para sahabat apakah Nabi pernah menyelesaikan 

persoalan yang sama. Jika tidak ada yang tahu bahwa Nabi pernah 

menyelesaikan masalah yang sama maka pada saat itulah Abu 

Bakar mengumpulkan semua sahabat untuk bermusyawarah guna 

menyelesaikan masalah yang ada.

10. Nabi sebagai pembawa risalah dan suri teladan telah memberi  

banyak contoh yang kesemuanya menunjukkan bahwa seorang 

penguasa tidak lebih dari rakyatnya. Itulah sesungguhnya yang telah 

diajarkan oleh Islam sejak abad ke 7 M sebagai cara untuk mencegah 

kesewenangan dalam menjalankan roda pemerintahan. Hal yang 

paling menarik yaitu  kebesaran jiwa Nabi yang ditunjukkan kepada 

para sahabat dengan keridaannya menerima saran dan masukan 

yang disampaikan kepadanya. Padahal beliau yaitu  Nabi jika saja 

ia mau bersikap otoriter dan tidak mau peduli dengan pandangan 

para sahabat maka ia pun dapat melakukannya; dan tidak ada yang 

dapat menghalanginya namun  lagi-lagi Nabi tidak melakukan itu. 

Seperti inilah sesungguhnya yang harus dicontoh dan dibumikan 

oleh para pemimpin dewasa ini sebagai bentuk penerjemahan dan 

niat baik untuk bersatu dengan warga  dalam menentukan setiap 

kebijakan. 

11. Bila pemikiran di atas direnungi lebih dalam lagi maka akan 

nampak jelas satu model “fasisme baru”80 yan g menganggap adanya 

sekelompok orang mengklaim dirinya memiliki keistimewaan 

dan kemampuan yang tidak dimiliki kelompok lain sehingga 

hasilnya jelas bahwa umat ini tidak memiliki hak sedikit pun untuk 

mempermasalahkan para pemimpinnya, padahal di satu sisi umat 

ini kata Nabi tidak mungkin bersatu dalam kesalahan dan kesesatan. 

Penjelasan ini  mengisyaratkan bahwa kekuasaan di dalam Islam 

bersifat sipil sehingga selain Nabi, kesemuanya berpotensi melakukan 

80 Fasisme sebagai suatu paham lahir dan berpengaruh di Italia antara tahun 1922-1944. Paham ini 

menolak adanya negara hukum yang demokratis dan menolak hak-hak kemerdekaan manusia, 

tidak ada pembagian kekuasaan yang mencegah tindakan sewenang-wenang. Pemimpin yang 

memegang kekuasaan yaitu  Duce, pemimpin atas Capodel Governo. Ciri dari negara fasis yaitu  

otoriter, totaliter, dan corforatif, tidak mengenal hukum yang menjamin kemerdekaan hukum 

dan politik dari warga negaranya. Lihat Ayi Sofyan, Etika Politik Islam, 

kesalahan termasuk para pemimpin harus diluruskan dan dinasehati 

bila melakukan kesalahan.

12. Pemimpin yaitu  bagian dari orang-orang yang beriman sehingga 

dibolehkan bagi mereka apa yang dibolehkan oleh Allah kepada 

orang-orang yang beriman. Begitupula sebaliknya haram bagi seorang 

pemimpin apa yang diharamkan oleh Allah kepada orang-orang 

yang beriman. Maka dari itu, bila seorang pemimpin menyatakan 

berlakunya suatu kebijakan yang bertentangan dengan aturan-aturan 

Allah maka warga  wajib memberi  nasehat kepada mereka 

dan menyatakan protes dan ketidakpatuhan terhadap kebijakan itu. 

Ketidakpatuhan warga  kepada seorang pemimpin dapat saja 

terjadi bila mereka melenceng dari nilai-nilai kepatutan yang telah 

digariskan oleh agama.

13. Pemimpin dalam pandangan Islam bukan manusia suci sebab  

kekuasaan yang ada padanya hanya sebatas amanah yang mesti dijaga 

dan dijalankan dengan baik. Seperti itulah yang dipahami Umar bin 

Abdul Aziz saat  diangkat sebagai khalifah oleh orang-orang Islam. 

Beliau mengatakan: “wahai sekalian manusia, aku ini yaitu  salah 

satu dari kalian, hanya Allah membebaniku suatu hal yang lebih berat 

daripada kamu sekalian”.82 Bahkan sebagian pakar menganggap seorang 

khalifah tidak lebih sebagai orang yang disewa (ajir) oleh warga  

untuk menjalankan tugas tertentu. Abu Muslim al-Khaulani seorang 

ulama fiqh dari kalangan tabi’in datang bertamu kepada khalifah 

Muawiah bin Abi Sufyan. Beliau mengatakan: keselamatan atasmu 

wahai ajir. Orang yang berada di tempat itu mengatakan wahai Abu 

Muslim katakan kepada khalifah, keselematan atasmu wahai amir 

(raja). namun  Abu Muslim tetap saja mengatakan: keselamatan atasmu 

wahai ajir. Sehingga Muawiah mengatakan kepada semua yang hadir, 

biarkan Abu Muslim mengatakan hal itu, sebab  ia lebih tahu apa 

yang ia ucapkan.83  

14. Seorang pemimpin tidak diangkat untuk menzalimi rakyat apalagi 

memperbudak dan bersenang-senang di atas penderitaan mereka. 

Pemimpimn diangkat agar dapat menegakkan hukum-hukum Allah 

secara adil tanpa tebang pilih atau pilih kasih. Semua harus tahu 

bahwa tidak satu pun tindakan yang menyalahi aturan-aturan Tuhan 

kecuali pasti dipertanggungjawabkan di akhirat. Kalau saja mereka 

di dunia dapat mengelak dari hukuman yang semestinya ia dapatkan 

sebab  kelihaian dan kepandaiannya maka di akhirat ia tidak akan 

lolos dari hukuman Allah SWT. yang Maha Tahu dan Kuasa atas 

segalanya.


HADIS TENTANG

MENASEHATI SEORANG PEMIMPIN

 

Dari Abu Hurairah, berkata: Nabi bersabda: Sesungguhnya Allah 

redha tiga hal untukmu, dan murka tiga hal untukmu. Allah redha 

untukmu untuk menyembahnya dan tidak mensekutukan-Nya, 

dan berpegang teguh kepada tali-Nya dan tidak bercerai-berai, 

dan engkau memberi  nasehat kepada siapa yang telah Allah 

amanahkan suatu tugas untuk urusanmu, dan Allah murka 

padamu dari perkataan ini dan itu, membuang harta, dan banyak 

bertanya/meminta.

 َ

Dari an-Nu’man bin Basyir mengatakan: Nabi bersabda: Tiga 

hal dimana hati seorang Muslim tidak dengki. Ikhlas beramal 

sebab  Allah, menasehati para penguasa, dan senantiasa bersama 

orang-orang Muslim; dan sesungguhnya ajakan/dakwah mereka 

meliputi di belakang mereka.

 َ

Dari Tami Addari, mengatakan: Nabi bersabda: Sesungguhnya 

agama itu yaitu  nasehat, sesungguhnya agama itu yaitu  

nasehat, sesungguhnya agama itu yaitu  nasehat. Lalu ada yang 

bertanya: untuk siapa wahai baginda Nabi. Nabi mengatakan: 

untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk rasul-Nya, untuk para ulama/

pemimpin orang-orang mukmin, dan untuk semuanya. 

 َ

Dari Thariq, mengatakan: telah datang seorang lelaki kepada Nabi 

lalu bertanya kepadanya: manakah jihad yang paling baik? Nabi 

berkata: Perkataan hak yang diucapkan/disampaikan kepada 

seorang penguasa yang curang/zalim.

Makna dan Kandungan Hadis

1. Berdasar pada hadis ini  di atas, Allah redha terhadap hamba-Nya 

dengan tiga hal, 1) Allah redha dengan hanya menyembah kepada-

Nya dan tidak mensekutukan-Nya, 2) berpegang teguh kepada 

aturan-aturan-Nya dan tidak meremehkan atau mengabaikannya, 

3) senantiasa memberi  nasehat kepada para pemimpin yang 

diberikan amanah untuk menangani urusan manusia. Sebaliknya 

Allah murka terhadap tiga hal, 1) perkataan yang tidak jelas 

kebenarannya sehingga menimbulkan prasangka yang tidak-tidak 

seperti menggunjing, hasud, iri hati, dan dengki, 2) membuang harta 

dengan hura-hura dan mubazir sebab  tidak mendatangkan manfaat, 

3) serta banyak bertanya atau meminta dengan tidak mau berusaha 

dan bekerja. 

2. Bekerja dengan penuh ikhlas dan semata-mata sebab  Allah.

3. Senantiasa saling menasehati termasuk kepada para pemimpin. saat  

Abu Bakar menjadi khalifah ia lalu mengatakan: akau telah menjadi 

pemimpin kalian namun  bukanlah aku yang terbaik, jika aku berbuat 

baik maka bantulah aku, namun  jika aku melakukan kesalahan maka 

luruskan dan nasehatilah aku.

4. Agama yaitu  nasehat untuk semuanya baik yang dipimpin maupun 

yang memimpin tanpa kecuali. saat  Umar bin Khattab jadi 

pemimpin lalu ada seorang yang berkata kepadanya: bertakwalah 

kamu wahai amirul mukminin kepada Allah, sesaat  itu ada sahabat 

mengatakan kepada orang ini : beraninya kamu mengatakan 

hal itu kepada amirul mukminin. Umar bin Khattab mengatakan 

kepadanya: biarkan saja ia mengatakan apa yang ia mau. Lalu Umar 

pun mengatakan kepada semuanya: tidak ada kebaikan yang kamu   

miliki jika ada sesuatu namun  engkau tidak mengatakannya, dan tidak 

ada kebaikan yang kami miliki jika kami tidak mau mendengar apa 

yang kalian katakan.

5. Jihad yang paling baik yaitu  nasehat yang disampaikan kepada 

pemimpin yang zalim. Imam Ibnu Hazm mengatakan: seorang 

pemimpin memang wajib ditaati selama ia memimpin dengan 

berpijak kepada nilai-nilai kepatutan yakni al-Qur’an dan hadis, dan 

saat  ia melenceng dari nilai-nilai kepatutan dan itu tidak mungkin 

dapat dicegah kecuali diberhentikan maka ia pun harus diberhentikan 

dan diganti dengan yang lain.90 Semua itu dilakukan sebab  pada 

prinsipnya seorang pemimpin dalam Islam bukanlah manusia yang 

terjaga dari kesalahan (ma’sum) namun  ia yaitu  manusia biasa 

sehingga ia pun tidak luput dari kesalahan dan tanggung jawab.

6. Sebagian pakar mengklasifikasikan jihad ke dalam empat bagian 

yaitu jihad dengan hati, jihad dengan lisan, jihad dengan tangan, 

dan jihad dengan pedang.91 Jihad di dalam Islam hanya dibolehkan 

saat  melakukan perlawanan demi menjaga kemaslahatan termasuk 

akidah dan kebebasan. Pemaknaan jihad di dalam Islam sangat luas 

dan monolitik. namun  secara sederhana jihad dapat diartikan sebagai 

usaha secara penuh yang dikerahkan oleh seseorang dalam melakukan 

perbaikan. Dengan dasar itu, mengajak seseorang ke jalan yang benar 

dengan tulus dan lemah lembut yaitu  jihad. Melakukan perbaikan 

di bidang pendidikan dan kebudayaan yaitu  jihad. Melakukan 

perbaikan peningkatan ekonomi dan sosial warga  yaitu  jihad. 

Berbuat baik kepada kedua orang tua, anak dan isteri yaitu  jihad. 

memberi  perhatian terhadap kehidupan sosial warga  yaitu  

jihad. Mengajak kepada kebenaran serta mencegah kemungkaran 

yaitu  jihad. Berbuat baik dan berlaku adil kepada non Muslim yang 

tidak memerangi orang Islam yaitu  jihad. Bahkan berbuat baik dan 

berlaku lemah lembut terhadap hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan 

dan hal-hal yang natural yaitu  jihad. 

7. Semua aktivitas yang dilakukan dalam semua lini kehidupan selama 

berorientasi pada hal-hal positif, baik terkait dengan kehidupan dunia 

maupun terkait dengan kehidupan akhirat kesemuanya dianggap 

sebagai jihad di jalan Allah. Allah SWT saat  memaknai jihad 

(jihad besar) yang dimaksud yaitu  jihad dengan al-Qur’an, dan 

bukan jihad dengan kekerasan apalagi peperangan. Allah berfirman: 

“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah 

terhadap mereka dengan al-Quran dengan jihad yang besar”. (Qs. al-

Furqan: 52). Bahkan al-Qur’an saat  berbicara tentang jihad, yang 

ditonjolkan yaitu  justru jihad yang erat kaitannya dengan jiwa serta 

selalu mendahulukan model jihad dengan harta. Allah berfirman: 

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada 

jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan 

memberi pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin), mereka 

itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh 

ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia”.(Qs. Al-Anfal: 74). 


HADIS TENTANG

MENGERITIK SEORANG PEMIMPIN

َ

Dari Said al-Khudri, Nabi bersabda: Tidaklah seorang di antara 

kalian menghinakan dirinya. Mereka berkata: bagaimana hal itu 

terjadi? Nabi mengatakan: Mereka melihat sesuatu yang janggal 

(sesuai hukum Allah) tapi ia tidak mengatakan yang sesungguhnya, 

lalu ia bertemu dengan Allah (mati); dan ia membiarkan hal 

itu. Allah mengatakan kepadanya: Apa yang membuatmu diam 

sehingga tidak mengatakan yang sesungguhnya? Ia mengatakan: 

takut terhadap manusia. Lalu Allah mengatakan: Semestinya 

engkau lebih takut kepada-Ku.

َ

Dari Huzaifah, ia mengatakan: Nabi bersabda: Tidak layak 

bagi seorang Muslim menghinakan dirinya. Mereka bertanya: 

bagaimana hal itu terjadi wahai baginda Nabi? Beliau mengatakan: 

Berbuat sesuatu yang membahayakan padahal ia tidak mampu 

memikul/menghadapinya.

َ

Dari Ummu Salamah, isteri Nabi, mengatakan: Nabi bersabda: 

Akan ada orang-orang yang memerintah di tengah-tengah kalian, 

di antara mereka ada yang kalian suka, dan ada yang kalian benci. 

Maka barangsiapa yang mengingkari dengan hatinya maka 

sungguh ia telah terbebas. Dan barangsiapa yang membenci 

maka ia selamat. namun  bagaimana dengan yang redha dan 

mengikutinya? Mereka bertanya: wahai baginda Nabi, apakah 

boleh kami perangi mereka. Nabi mengatakan: tidak, selama 

mereka mengerjakan shalat. 


Makna dan Kandungan Hadis

1. Berdasar pada hadis di atas dapat dipahami bahwa salah satu bentuk 

menghinakan diri sendiri yaitu  saat  melihat sesuatu yang janggal 

namun  tidak mengatakan yang sesungguhnya. Di hari kemudian, orang 

seperti ini akan ditanya oleh Allah tentang alasan mengapa ia diam 

saja. Lalu hamba itu mengatakan: sebab  takut kepada mereka. Lalu 

Allah mengatakan kepadanya: semestinya engkau lebih takut kepada-

Ku.

2. Termasuk menghinakan diri yaitu  saat  meminta suatu jabatan 

yang sesungguhnya ia sendiri tidak pantas dengan jabatan itu; dan 

itu dianggap sebagai sesuatu yang sangat membahayakan. sebab  

itu, jauh-jauh sebelumnya Nabi sudah menyampaikan bahwa nanti 

akan ada orang yang memerintah di tengah-tengah kalian, ada yang 

kalian suka, dan ada yang kalian benci. Penguasa yang tidak berlaku 

adil mesti diingkari walau dengan hati sebab  dengan begitu ia telah 

terbebas. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang suka dan ridha 

dengan semua itu, apakah boleh diperangi? Nabi menjawab bahwa 

mereka tidak boleh diperangi selama mereka mengerjakan shalat.

3. Menyampaikan aspirasi kepada pemerintah yaitu  hal yang 

baik dalam Islam. sebab nya, seorang penguasa atau rezim yang 

dikritik oleh warga nya semestinya berterima kasih dan mau 

mendengarkan dengan lapang dada. saat  Umar bin Khattab pertama 

kali menyampaikan pidatonya pasca diangkat menjadi Khalifah 

kaum muslimin, tiba-tiba ada seorang badui langsung angkat bicara 

di depan Umar dengan mengatakan: Wahai Umar, berlaku adillah 

kepada kami, kalau engkau tidak berlaku adil maka akulah orang yang 

pertama akan menebas lehermu dengan pedangku ini. Para sahabat 

yang hadir saat itu ingin memukul badui tadi sebab  kelancangannya 

kepada Umar. namun  Umar sebagai pemimpin yang sangat bijak justru 

mengatakan: biarkan saja dia mengatakan apa yang mau dikatakan, 

tidak ada kebaikan yang kalian miliki jika ada sesuatu yang tidak 

baik kamu lihat dalam diriku/kepemimpinanku lalu engkau tidak 

    

mengatakannya kepadaku. Begitu juga, aku (Umar) tidak memiliki 

kebajikan jika aku tidak mau mendengar apa yang engkau katakan.

4. warga  diberi hak untuk melakukan kontrol terhadap kinerja 

seorang pemimpin, bahkan mengeritiknya bila perlu namun  dengan 

cara-cara yang konstruktif, tidak dengan menjelek-jelekkan apalagi 

sampai menghujat. Kritik dan kontrol yang dilakukan oleh warga  

terhadap kinerja pemerintah tentu saja merupakan hal yang sangat 

penting dilakukan terutama jika terjadi penyalahgunaan wewenang, 

kecurangan dalam memimpin, terjadi korupsi atau sogok-menyogok. 

Kritikan ini  dapat melalui media massa atau lembaga-lembaga 

resmi seperti majlis permusyawaratan rakyat, mahkamah, muktamar, 

atau dengan seminar dengan catatan tidak memicu  terjadinya 

fitnah, kekacauan dan pemberontakan terhadap negara demi menjaga 

keamanan agar tidak terjadi pertumpahan darah. 

5. Dalam konteks demokrasi, mengeritik pemimpin merupakan suatu 

hal yang lumrah bahkan dilindungi oleh undang-undang seperti di 

Indonesia. namun  kritikan yang disampaikan juga tetap harus sesuai 

dengan aturan yang berlaku, tidak dengan cara caci maki misalnya, 

atau justru bertujuan untuk provokasi dan ingin menjatuhkan. 

Islam secara khusus memberi  hak kepada setiap orang untuk 

menyampaikan aspirasinya bahkan nasehatnya kepada pemerintah, 

namun  dengan cara yang santun tidak dengan caci maki apalagi 

menghina dan sebagainya.

6. Di dalam Islam, melarang penguasa untuk berbuat zalim merupakan 

bagian dari dakwah Islam. Namun demikian nasehat-nasehat ini  

tidak boleh disampaikan secara anarkis dan membabi buta. Al-Qur’an 

sendiri memberi contoh saat  misalnya Nabi Musa dan Nabi Harun 

yang telah diperintah oleh Allah untuk mengajak Fir’aun kepada jalan 

yang benar dengan cara-cara yang lembut padahal Fir’an jelas-jelas 

seorang raja yang sangat bengis bahkan mengaku sebagai Tuhan. 

Maka dari itu, mengeritik pemerintah boleh-boleh saja namun  dengan 

kritikan yang konstruktif bukan kritikan yang destruktif. Itulah 

sebabnya mengapa di dalam Islam, agama disebut sebagai nasehat 

sebab  sesungguhnya ia datang untuk membahagiakan manusia. 

saat  para sahabat bertanya kepada Nabi, untuk siapa nasehat itu. 

Nabi menjelaskan bahwa agama yaitu  nasehat untuk Allah, rasul-

Nya, untuk orang-orang beriman, dan untuk semuanya.

7. Menasehati pemimpin sesungguhnya merupakan bagian dari 

partisipasi positif dalam membangun suatu kebijakan dan tata kelola 

pemerintahan. sebab  itu, dalam banyak referensi disebutkan bahwa 

Abu Bakar misalnya saat  pertama kali dilantik sebagai pemimpin 

kaum muslimin menggantikan Nabi. Beliau mengatakan: Aku 

bukanlah orang yang terbaik di antara kalian, aku hanyalah mengikuti 

apa-apa yang telah digagas oleh Nabi, sebab  itu bila ada sesuatu 

yang tidak baik yang engkau lihat nanti dalam kepemimpinanku 

maka aku mohon engkau luruskan. Begitu juga jika nanti dalam 

kepemimpinanku hal-hal baik yang aku lakukan maka aku mohon 

engkau membantu dan mendukungku.

8. saat  seorang pemimpin selalu terbuka untuk mendengar dan 

menerima masukan dari rakyatnya maka itu yaitu  pertanda kebaikan. 

Begitu juga sebaliknya warga  yang dengan senang hati selalu 

memberi masukan dan kritikan yang konstruktif yaitu  pertanda 

sebagai warga  yang memiliki kepedulian untuk senantiasa maju 

dan berkembang; dan semua itu dikategorikan sebagai bagian kerja 

sama dalam hal kebaikan yang dianjurkan di dalam al-Qur’an. 

     

HADIS TENTANG 

PATUH TERHADAP PEMIMPIN 

 َ

Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda: Akan ada 

pemerintah yang akan menangani urusanmu sesudah ku, maka 

akan menjabat urusanmu orang baik dengan kebaikannya, dan 

orang jahat dengan kejahatannya, maka dengar dan taatlah kepada 

mereka selama kebijakan mereka sesuai dengan kebenaran, dan 

shalatlah di belakang mereka. Jika mereka berbuat baik, maka 

kebaikan itu untukmu dan untuknya, dan jika mereka berbuat 

salah maka salah itu untukmu dan dosanya untuk mereka.


Dari Annawwas bin Sam’an, berkata. Nabi bersabda: Tidak ada 

ketaatan bagi seseorang yang mendurhakai Tuhan.

 

Dari Anas, bahwasanya Nabi mengatakan kepada Abu Zar: Wahai 

Abu Zar, dengar dan patuhlah kepada pemimpin walau ia yaitu  

seorang budak Habasyi yang kepalanya (rambutnya) seperti 

anggur kering.

ْ

Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: Barangsiapa yang mentaatiku 

maka sungguh ia taat kepada Allah, dan barangsiapa yang 

mendurhakaiku maka sungguh ia telah mendurhakai Allah. 

Dan barangsiapa yang mentaati raja maka ia mentaatiku; dan 

barangsiapa yang mendurhakai raja maka ia mendurhakaiku.

 

Dari Ibnu Umar, Nabi bersabda: Patuh dan taat atas seorang 

Muslim terhadap apa yang ia suka dan yang ia benci, kecuali 


jika ia diperintah melakukan maksiat, maka jika ia diperintah 

melakukan maksiat maka tidak ada kepatuhan dan ketaatan.

 َ

Dari Ibnu Abbas, dari Nabi. Beliau bersabda: Barangsiapa yang 

melihat sesuatu yang ia tidak suka dari pemimpinnya maka 

hendaklah ia bersabar, karna tidak seorang pun yang memisahkan 

diri dari orang banyak (kelompok) lalu ia mati kecuali matinya 

mati jahiliah. 

Makna dan Kandungan Hadis

1. Hadis di atas menjelaskan bahwa suatu saat  akan ada seseorang 

yang memimpin dengan baik, dan adapula yang memimpin tidak baik. 

Mereka tetap harus didengar dan ditaati selama kebijakan mereka 

sesuai dengan kebenaran, termasuk shalat di belakang mereka. 

Kebaikan yang mereka lakukan untuk semua orang, sedangkan 

kesalahan yang mereka lakukan dosanya untuk mereka sendiri. 

Ketaatan terhadap perintah Nabi merupakan bagian dari ketaatan 

kepada Allah, begitu pula sebaliknya menyalahi perintah Nabi sama 

dengan menyalahi perintah Allah. sebab  itu, dalam pandangan Islam, 

mentaati pemimpin sama dengan mentaati Nabi selama mereka tidak 

memerintahkan hal-hal yang bertentangan dengan agama. Berbeda 

jika mereka memerintahkan hal-hal yang dilarang oleh agama maka 

tidak ada kepatuhan dan ketaatan bagi mereka. saat  tidak ada 

ketaatan bukan berarti harus memberontak, namun  mereka harus 

dinasehati dengan sabar dan dengan kepala dingin agar mereka insaf; 

atau diberhentikan dari jabatannya jika memang tidak ada lagi cara 

dan solusi lain.

2. Pemimpin yang adil dan bijaksana harus ditaati dan dibantu oleh 

warga nya termasuk saat  ada kelompok atau oknum yang 

mencoba untuk melakukan hal-hal yang tidak baik kepadanya seperti 

melakukan tindakan huru-hara, mengadu domba, atau memberontak.

3. Salah satu hak seorang pemimpin yang adil yaitu  memberi  

kehidupan yang cukup baginya dan keluarganya. Dalam riwayat 

disebutkan bahwa saat  Abu Bakar menjadi khalifah, pada awalnya 

beliau sering ke pasar untuk menjual pakaian, lalu ketemu dengan 

Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Keduanya bertanya 

kepada Abu Bakar, mau ke mana? Beliau mengatakan: mau ke pasar. 

Keduanya mengatakan: untuk apa, bukankah engkau sekarang sudah 

jadi pemimpin? Beliau mengatakan: dari mana aku menghidupi 

keluargaku. Keduanya mengatakan: pergilah agar kami dapat 

memberimu sesuatu yang dapat menghidupi keluargamu. sebab  

sesuatu yang diberikan kepadanya belum dapat mencukupi diri dan 

kelurganya sehingga ia pun meminta agar ditambah; dan kemudian 

menjadilah pemberian itu 500 dirham.101 Pemberian yang didapatkan 

Abu Bakar sempat berhenti pada awal pemerintahan Umar bin 

Khattab, namun  hal itu tidak berlangsung lama, apalagi sesudah  para 

sahabat yang lain melakukan koordinasi sehingga pemberian itu 

berlanjut kembali walau jumlahnya sedikit agak berbeda dengan 

sebelumnya.

4. Termasuk hak seorang pemimpin di dalam Islam yaitu  memberi  

nasehat kepada mereka dan memintanya agar senantiasa menegakkan 

amar ma’ruf nahi munkar, sebab  agama memang yaitu  nasehat 

seperti yang dinyatakan oleh Nabi. Salah satu kelebihan yang diberikan 

oleh Allah kepada umat ini yaitu  sebab  senantiasa menegakkan 

amar ma’ruf nahi munkar seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an 

ayat 110 surat Ali Imran. 


HADIS TENTANG

PEMIMPIN BERTANGGUNGJAWAB 

ATAS YANG DIPIMPINNYA

 َ

Dari Abdullah bin Umar, dari Nabi. Beliau bersabda: Setiap dari 

kamu yaitu  pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggungjawab 

atas yang dipimpinnya, pemerintah yaitu  pemimpin atas 

warga  dan bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. 

Seorang lelaki yaitu  pemimpin di tengah keluarganya dan 

ia bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. Seorang isteri 

yaitu  pemimpin di rumah suaminya dan anak-anaknya dan ia 

bertanggungjawab atas suami dan yang dipimpinnya. Seorang 

hamba (sahaya) yaitu  pemimpin terhadap harta majikannya, 

  

dan ia bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. Setiap dari 

kamu yaitu  pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggungjawab 

atas yang dipimpinnya.

 َ

Dari Ibnu Umar, ia berkata: aku telah mendengar Nabi 

bersabda: Setiap dari kamu yaitu  pemimpin, setiap pemimpin 

bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. Seorang penguasa 

yaitu  pemimpin dan ia bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. 

Seorang lelaki yaitu  pemimpin dalam keluarganya, dan ia 

bertanggungjawab atas yang dipimpinnya, Seorang perempuan 

yaitu  pemimpin di rumah suaminya dan ia bertanggungjawab 

atas yang dipimpinnya. Seorang pembantu yaitu  pemimpin 

terhadap harta majikannya, dan ia bertanggungjawab atas yang 

dipimpinnya. Setiap dari kamu yaitu  pemimpin, dan setiap 

pemimpin bertanggungjawab atas yang dipimpinnya.

Makna dan Kandungan Hadis

1. Berdasar pada hadis ini  di atas dapat dipahami bahwa setiap 

orang dalam hidup ini yaitu  pemimpin; dan setiap pemimpin 

bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. sebab  itu seorang 

kepala keluarga yaitu  pemimpin di tengah keluarganya, dan ia 

pun bertanggungjawab atas keluarganya, bahkan seorang isteri 

yaitu  pemimpin di rumah suami dan anak-anaknya, dan ia pun 

bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. Begitu juga seorang 

kepala negara yaitu  pemimpin di tengah warga nya, dan ia 

pun bertanggungjawab atas seluruh rakyatnya.

2. Terkait dengan stabilitas keamanan dalam suatu negara, orang yang 

paling bertanggung jawab yaitu  kepala negara; dan tanggung jawab 

ini  harus dijalankan sesuai dengan kaedah hukum Islam bahwa: 

tasarrufu al-imami ala ar-ra’iyati manutun bi al-maslahah. Artinya 

setiap kebijakan pemerintah terhadap rakyatnya harus berdasar  

kemaslahatan. Selain itu, presiden dalam pandangan Islam yaitu  

orang yang paling bertanggung jawab mengawasi segala yang 

berkaitan dengan kehidupan beragama, juga bertanggung jawab atas 

kesejahteraan rakyatnya.

3. Dalam Islam, presiden juga bertanggung jawab penuh dalam 

menjalankan roda pemerintahan bersama dengan para kabinetnya. 

sebab nya, posisi menteri tidak lebih dari pembantu-pembantu 

presiden dalam menyukseskan tugas-tugasnya, sehingga bila ada di 

antara mereka yang melakukan kesalahan maka bisa saja diganti 

oleh presiden. Mereka bertanggung jawab atas kesalahannya kepada 

presiden, sebab  memang mereka secara institusi berkewajiban 

tunduk kepada presiden seperti halnya pegawai-pegawai pemerintah 

lainnnya.

4. Dalam Islam, pemerintah diwajibkan untuk menyiapkan lapangan 

kerja dan memberi  peluang sebanyak-banyaknya kepada rakyatnya 

yang menganggur baik yang muslim maupun yang non muslim. 

memberi  hak-hak primer yang dapat mensejahterahkan hidup 

dan kehidupan setiap elemen warga  merupakan salah satu 

kewajiban pemerintah, sebab  tugas pokoknya yaitu  bekerja untuk 

kemaslahatan rakyat sehingga mereka bisa hidup dalam kondisi yang 

lebih baik. Pemerintah yaitu  pelindung warga  dan bertanggung 

jawab atas semua bentuk dinamika sosial dan dinamika pembangunan 

yang terjadi di tengah-tengah mereka.

      

HADIS TENTANG

PEMIMPIN YANG ADIL, LEMBUT,

DAN BIJAKSANA


Dari Abu Said al-Khudri, Nabi bersabda: Sesungguhnya orang 

yang paling dicintai oleh Allah di hari kemudian, dan paling dekat 

tempat duduknya dari-Ku yaitu  seorang pemimpin yang adil. 

Dan sesungguhnya orang yang paling dibenci oleh Allah di hari 

kemudian, dan siksaannya sangat pedih yaitu  pemimpin yang 

curang.

َ

Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: Tujuh golongan yang akan 

dinaungi oleh Allah di hari kiamat dimana tidak ada naungan 

pada hari itu kecuali naungan-Nya. 1) pemimpin yang adil, 2) 

seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada 

Allah, 3) seorang lelaki yang mengingat Allah dalam kesunyian 

sambil menetes air matanya, 4) seorang lelaki yang hatinya selalu 

terpaut dengan masjid, 5) dua orang lelaki yang bersahabat sebab  

Allah, 6) seorang lelaki yang diajak berbuat zina oleh seorang 

perempuan yang cantik dan berpangkat, lalu ia mengatakan: aku 

takut kepada Allah, 7) dan seorang lelaki yang bersedekah lalu 

ia merahasiakan sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang 

dilakukan oleh tangan kanannya. 

 َ

Dari Abdullah bin Amru, Nabi bersabda: Sesungguhnya orang-

orang yang berlaku adil di dunia, kelak di akhirat akan berada 

di atas mimbar yang terbuat dari berlian di depan Allah sebab  

dengan keadilannya di dunia.

َ

Dari Abdullah bin Amru bin Ash, Nabi bersabda: Sesungguhnya 

orang-oarng yang berlaku adil di sisi Allah akan berada di atas 

mimbar yang dipenuhi cahaya, yaitu orang-orang yang berlaku 

adil dalam kekuasaannya, keluarganya, dan apa yang mereka 

jabat.

ِ

Dari Ibnu Abbas berkata: Nabi bersabda: Seorang pemimpin yang 

berlaku adil sehari saja jauh lebih mulia daripada beribadah 60 

tahun. Dan hukuman yang ditegakkan dengan benar di muka 

bumi akan jauh lebih mulia daripada hujan selama 40 tahun.

Makna dan Kandungan Hadis

1. Berdasar pada hadis di atas dapat dipahami bahwa orang yang paling 

dicintai, paling dimuliakan, dan diberi naungan oleh Allah di hari 

kemudian yaitu  pemimpin yang adil. Sebaliknya orang yang paling 

dibenci oleh Allah dan akan disiksa dengan siksaan yang sangat pedih 

yaitu  pemimpin yang curang.

2. Salah satu kemuliaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin kata Nabi 

yaitu  saat  mereka memimpin dengan penuh rasa adil, sehari saja 

berlaku adil akan jauh lebih mulia daripada beribadah 60 tahun, 

termasuk saat  mereka menegakkan hukum secara benar dan 

proporsional akan jauh lebih mulia daripada hujan selama 40 tahun.

3. Seorang pemimpin harus memiliki prinsip serta komitmen yang kuat 

terhadap tegaknya keadilan. Di samping itu seorang pemimpin harus 

selalu bersikap bijaksana. sebab nya sebelum memutuskan suatu 

perkara atau mengambil suatu tindakan maka sebaiknya ia berlapang 

dada untuk menerima masukan dan saran agar segala keputusannya 

tetap dapat diterima sebab  sesuai dengan kemaslahatan rakyat.

     

HADIS TENTANG 

PEMIMPIN SEBAGAI PELINDUNG 

warga 

 َ

Dari Abu hurairah, dari Nabi. Beliau bersabda: Sesungguhnya 

pemimpin itu yaitu  perisai, mereka berperang dari belakangnya, 

dan merasa kuat dengannya. Jika pemimpin itu memerintahkan 

untuk bertakwa kepada Allah; dan ia berlaku adil maka bagi 

mereka pahala. namun  jika mereka memerintahkan selainnya 

(bukan hal yang baik) maka mereka mendapatkan dosa dari 

perintah itu.

Makna dan Kandungan Hadis

1. Berdasar pada hadis di atas dapat dipahami bahwa salah satu tugas 

pokok seorang pemimpin dalam Islam yaitu  sebagai pelindung 

bagi warga nya. sebab nya rakyat selalu berkaca dan bahkan 

penuh harap terhadap pemimpinnya. Presiden sebagai orang yang 

bertanggung jawab penuh terhadap rakyatnya termasuk dalam hal 

memberi  perlindungan kepada mereka seperti yang disinyalir 

oleh para ulama. Dalam konteks ini, Al-Mawardi memaparkan bahwa 

salah satu kewajiban pemerintah dalam Islam yaitu  memberi  

perlindungan kepada rakyatnya (himayatulbaidah) agar mereka 

merasa aman baik pada diri mereka maupun pada hartanya terutama 

saat  mereka melakukan perjalanan. 

2. Salah satu tugas penting kepala negara di dalam Islam yaitu  

memberi jaminan keamanan kepada seluruh rakyatnya dalam semua 

asfek kehidupan termasuk mereka yang berada di luar negaranya. 

Kepala negara harus mampu memberi  perlindungan kepada 

mereka serta dapat mengembalikan hak-haknya bila terjadi ketidak-

adilan. Indikasinya dalam Islam yaitu  saat  Nabi memasuki kota 

Makkah dengan tujuan berziarah dan bukan untuk memerangi 

orang-orang Quraiys. Namun sesudah  penduduk Makkah berkumpul 

untuk menghalangi Nabi maka diutuslah Usman bin Affan untuk 

memberitahukan mereka bahwa Nabi datang bukan untuk memerangi 

mereka, namun  datang untuk menziarahi Baitullah. Lalu keluarlah 

Usman menuju kota Makkah untuk menyampaikan kepada kaum 

Qurais bahwa Nabi datang untuk berziarah. Tapi ternyata mereka 

menolak tujuan itu dengan mengatakan: bila engkau wahai Usman 

ingin tawaf di Ka’bah maka silahkan saja, namun  Muhammad untuk 

tahun ini tidak boleh melakukannya. Usman mengatakan: aku tidak 

akan melakukan tawaf kecuali Nabi juga melakukannya. Maka 

ditahanlah Usman oleh Quraiys sebab  pernyataannya itu. Tidak 

lama kemudian, berita penahanan sampai kepada Nabi bahwa Usman 

telah dibunuh oleh kaum Quraiys sehingga beliau pun mengatakan: 

kita tidak boleh tinggal diam sampai kita memerangi mereka. Beliau 

mengajak para sahabatnya untuk dibaiat yang kemudian dikenal 

dengan baiuturridwan. Para sahabat berjanji untuk tidak lari dari 

peperangan. Kendati semuanya sudah siap, namun ternyata ada berita 

baru yang didengar oleh Nabi bahwa sesungguhnya Usman tidaklah 

terbunuh.

3. Dalam Islam, pemerintah juga dapat memberi  perlindungan 

kepada warganya dengan cara memberlakukan warga negara lain 

seperti halnya mereka memberlakukan warganya (al-Muamalatu bil 

mitsli). Jadi bila penindasan terjadi pada diri seorang warga maka 

orang-orang Islam pun juga dapat melakukan hal yang sama pada 

warga mereka agar mereka menghentikan penindasan ini . 

Dalam sejarah disebutkan bahwa Nabi pernah mengutus pasukan yang 

dikepalai oleh Abdullah bin Jahs untuk memantau kekuatan Quraiys. 

Dalam tugas itu, sahabat yang bernama Saad bin Abi Wakkas dan 

Utbah bin Gazwan juga ikut, namun keduanya ditahan oleh Quraiys. 

Abdullah bin Jahs saat  bertemu dengan Quraiys dan terjadi perang, 

beliau pun berhasil menahan dua orang Quraiys dan dibawa kepada 

Nabi, sehingga kaum Quraiys mengutus delegasinya kepada Nabi agar 

kedua lelaki ini  dilepaskan, namun  Nabi tidak melepaskannya. 

Nabi mengatakan: kami tidak akan melepaskannya kecuali engkau 

juga melepaskan kedua sahabat kami -Saad dan Utbah- sebab  kami 

menghawatirkan keselamatan keduanya. Bila engkau membunuh 

keduanya, kami pun akan membunuh kedua temanmu itu. Akhirnya 

Saad dan Utbah dilepaskan oleh mereka, dan Nabi pun melepaskan 

kedua teman mereka.

4. Dalam Islam, seorang kepala negara tidak hanya berkewajiban 

memberi  perlindungan kepada warganya yang muslim yang 

berada di negara lain, namun  juga meliputi warganya yang non Muslim. 

Hal ini  dijelaskan oleh para ulama bahwa pemerintah dalam hal 

ini diminta untuk memberi  pertolongan kepada warganya yang 

non Muslim, baik mereka berada dalam wilayahnya maupun yang 

berada di luar wilayahnya.Apa yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah 

yaitu  salah satu contoh konkret yaitu saat  bangsa Tartar menguasai 

daerah Syam. Ibnu Taimiyah mendatangi Katlusyah sebagai raja 

Tartar agar melepaskan semua tahanan. Lalu panglima Tartar pun 

melepaskan tawanan orang-orang Islam saja sehingga Ibnu Taimiyah 

mengatakan kepada mereka: Yang harus dilepaskan yaitu  semua 

tawanan, baik yang Muslim maupun yang non Muslim seperti Yahudi 

atau Nasrani sebab  mereka juga termasuk tanggungjawab kami. 

Mereka harus dibebaskan, dan kami tidak akan membiarkan mereka 

menjadi tawanan. sebab  Ibnu Taimiyah tetap menuntut agar semua 

tawanan dibebaskan tanpa kecuali, akhirnya mereka pun melepaskan 

semua tawanan termasuk warga negara Islam yang non Muslim.115

5. Perlindungan diplomatik yang dipunyai oleh setiap negara merupakan 

hal alami dari adanya tanggung jawab atas setiap bencana atau 

mudharat yang menimpa seorang warga negara yang ada di negara 

lain. Dalam konteks ini, bila sebuah negara menggunakan haknya 

untuk memberi  perlindungan kepada salah satu warganya maka 

hal ini  terbangun atas dasar tanggung jawab internasional. 

Hanya saja hak ini  terkadang tidak digunakan oleh sebuah 

negara kecuali dengan adanya tanggung jawab tadi sebagai salah satu 

bentuk implementasi dari tanggung jawabnya sebagai pemerintah 

dalam sebuah negara. Apa yang ditegaskan oleh syariat Islam terkait 

dengan masalah perlindungan diplomatik, sekalipun di satu sisi sejalan 

dengan hukum Internasional terkait dengan hak setiap negara untuk 

memberi  perlindungan diplomatik sebagai salah satu kewajiban 

yang harus dilakukan kepada warganya yang terkena musibah di 

negara lain. Bila negara tidak memberi  solusi kepada mereka sesuai 

dengan hukum yang berlaku di negara yang bersangkutan, namun  dalam 

Islam hal ini  merupakan hak warga sehingga pemerintah tidak 

dapat menghindar untuk tidak memberi  perlindungan kepada 

mereka, sebab  itu yaitu  suatu hal yang dipandang wajib dan mesti 

dilakukan oleh pemerintah. sebab nya, dalam kondisi seperti itu, 

rakyat berhak menuntut negaranya agar memberi  perlindungan 

seperti yang ditegaskan para ulama Islam seperti Almawardi. Inilah 

sebuah titik perbedaan dengan hukum Internasiaonal, di mana 

hak memberi  perlindungan diplomatik yaitu  hak negara dan 

bukan rakyat, sehingga dengan demikian negara dalam hal ini bisa 

saja tidak memberi  perlindungan ini  kepada warganya yang 

mengalami masalah di negara lain. Begitupula seorang warga dalam 

hal ini tidak punya hak untuk memaksa negaranya agar memberi  

perlindungan kepadanya sebab  dasar dari perlindungan itu sendiri 

menurut hukum internasional yaitu  hak khusus setiap negara dan 

bukan hak rakyat, tidak seperti yang dijelaskan di dalam literatur fikhi 

Islam.

 

 َ

Dari Abu Hurairah, ia mengatakan: suatu hari aku bersama Nabi 

ke pasar lalu beliau ke penjual baju lalu membeli celana dengan 

harga empat dirham. Penduduk pasar memiliki petugas yang 

menimbang barang. Lalu Nabi mengatakan kepadanya: aku yang 

menimbang. Lalu penimbang mengatakan: perkataan belum 

pernah aku dengar dari seorang pun. Abu Hurairah mengatakan: 

cukuplah bagimu kebodohan dan kekasaran dalam agamamu. 

Tidakkah engaku kenal Nabimu? Lalu orang itu membuang 

timbangan sambil melompat untuk mencium tangan Nabi. Tapi 

Nabi menarik tangannya seraya mengatakan: apa-apaan ini? 

Hal seperti ini hanya dilakukan oleh orang-orang ajam terhadap 

rajanya, dan aku ini bukan raja. Aku ini sama dengan kamu, 

lalu Nabi menimbang, lalu beliau mengambil celana ini . 

Abu Hurairah mengatakan: aku ingin membawakannya, tapi 

Nabi mengatakan: yang punya barang lebih berhak membawa 

belanjanya, kecuali seorang yang lemah yang tidak mampu maka 

dapat dibantu oleh saudaranya yang Muslim. Abu Hurairah 

mengatakan: wahai baginda Nabi, apakah engkau juga memakai 

celana panjang. Nabi mengatakan: tentu saja, dalam perjalanan 

atau bukan, di malam hari atau di siang hari. Aku diperintah 

untuk menutup aurat dan terkadang tidak ada yang bisa aku 

pakai kecuali celana itu.

 َ

Rasulullah dalam perjalanan bersama sahabatnya. saat  tiba 

waktu menyiapkan makanan dengan menyembelih seekor 

kambing. Di antara sahabat mengatakan: biar saya yang sembelih. 

Yang satu mengatakan: biar saya yang kuliti. Lalu yang ketiga 

mengatakan: biar saya yang masak. Maka Nabi mengatakan: 

biar saya yang mengumpulkan kayu bakar. Mereka mengatakan 

kepada Nabi: wahai baginda Nabi, engkau tidak perlu bekerja. 

Nabi mengatakan: aku tahu kamu pasti mengatakan: tidak perlu 

bekerja, tapi aku tidak mau berbeda dengan kalian, sesungguhnya 

Allah tidak suka melihat dari hambanya yang berbeda dengan 

sahabatnya.

Makna dan Kandungan Hadis

1. Berdasar pada hadis di atas dapat dipahami bahwa seorang pemimpin 

semestinya rendah hati, dan tidak boleh menyombongkan diri apalagi 

sampai meremehkan rakyatnya dengan memperlakukan seenaknya. 

Pemimpin yaitu  pelayan rakyat sehingga merekalah yang semestinya 

yang memberi  pelayanan, bukan sebaliknya walau masalahnya 

sangat sederhana. Suatu saat  Nabi belanja lalu Abu Hurairah ingin 

membawakan belanjaannya, namun  Nabi justru menolak sambil 

mengatakan: yang punya barang lebih berhak membawa belanjaannya, 

kecuali seorang yang lemah maka ia dapat dibantu.

2. Seorang pemimpin di dalam Islam juga dituntut untuk selalu memberi 

contoh dengan terlibat langsung terutama dalam menunaikan suatu 

pekerjaan atau tugas. Dalam kondisi biasa semestinya tidak ada jarak 

antara atasan dengan bawahan agar suasana kelihatan akrab dan 

selalu cair. Dalam salah satu perjalanan Nabi bersama para sahabatnya 

saat  tiba waktu menyiapkan makanan di antara mereka ada yang 

mengatakan: biar saya yang sembelih, yang satu mengatakan: biar 

saya yang kuliti, lalu yang ketiga mengatakan: biar saya yang masak, 

sehingga Nabi pun juga mengatakan: biar saya yang mengumpulkan 

kayu bakar. Mereka mengatakan kepada Nabi, engkau tidak perlu 

bekerja. Nabi mengatakan: aku tahu kamu pasti mengatakan hal itu, 

namun  aku tidak mau berbeda dengan kalian, sebab  Allah tidak suka 

melihat hambanya berbeda dengan sahabatnya. 

3. Di dalam Islam, pemimpin dan yang dipimpin semuanya sama. Nabi 

sendiri tidak pernah mengklaim dirinya sebagai raja, bahkan dalam 

menjalankan dakwahnya penuh susah payah, dan sering mendapat 

intimidasi dari pihak Quraiys sehingga tidak heran bila Ibnu Taimiyah 

mengatakan bahwa Nabi harus dipatuhi bukan sebab  beliau seorang 

penguasa akan namun  sebab  beliau yaitu  utusan Allah untuk manusia 

(rasulullah ilannasi).119 Apa yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyah juga 

ditegaskan oleh Muhammad Abduh bahwa pemimpin di kalangan 

orang muslim bukanlah seorang yang terjaga dari kesalahan dan dosa 

(ma’sum); dan bukan juga orang yang mendapatkan wahyu. Agama 

tidak memberi  kekhususan kepada mereka sehingga mereka tidak 

perlu diangkat ke derajat tertentu. Mereka tidak ada bedanya dengan 

yang lain. Manusia hanya berbeda dengan kejernihan akalnya dan 

kebenarannya dalam hukum. warga lah yang mengangkatnya 

sebagai pemimpin, dan mereka pulalah yang memberhentikan dari  

jabatannya. Intinya, seorang penguasa yaitu  manusia biasa.120 Hal 

yang sama juga dinyatakan oleh Mahmud Syaltut bahwa seorang 

pemimpin bukanlah orang yang terjaga dari kesalahan dan dosa; 

dan bukan juga orang yang mendapat wahyu; dan ia tidak memiliki 

kelebihan dalam melihat dan memahami sesuatu. Mereka hanya 

dapat memberi nasehat dan arahan, menegakkan hukum sesuai 

dengan yang digariskan oleh Allah. Dalam tugasnya ia sebagai wakil 

umat, ditaati selama ia melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan 

yang ditentukan oleh Allah; dan bila ia melenceng dari ketentuan yang 

ada maka ia pun dapat diberhentikan atau dipecat dari jabatannya. 

4. Seorang penguasa di dalam Islam tidak terlepas dari pantauan rakyat. 

Jika mereka melakukan kesalahan maka rakyat berhak menasehatinya. 

saat  Abu Bakar menjadi khalifah, ia meminta kepada warga nya 

agar mengawasi kinerjanya. Beliau meminta agar didukung bila 

melakukan kebaikan, dan diluruskan bila melakukan kekeliruan. 

Abu Bakar mengakui bahwa dirinya tidak mampu memimpin para 

sahabat persis dengan cara Nabi sebab  ia menyadari bahwa Nabi tidak 

akan dibiarkan oleh Allah melakukan kesalahan, sementara dirinya 

tidak demikian. Sama halnya dengan Umar bin Khattab saat  menjadi 

khalifah. saat  ada seseorang mengatakan: wahai Umar, bertakwalah 

kepada Allah, lalu ada seorang sahabat mengatakan kepada orang 

tadi, beraninya kamu mengatakan hal seperti itu kepada Umar. Umar 

mengatakan kepada sahabatnya, biarkan saja ia mengatakan apa yang 

ia mau sebab  tidak ada kebaikan bagi kamu sekalian bila ada suatu 

masalah dan kamu tidak mengatakannya. Begitu pula, tidak ada 

kebaikan bagi kami bila tidak mau mendengarkannya.

HADIS TENTANG

TIDAK ADA JARAK ANTARA PEMIMPIN 

DENGAN RAKYAT

 َ

Dari Abu Maryam al-Azdi dari Nabi. Beliau bersabda: Barangsiapa 

yang diamanahi suatu jabatan oleh Allah dari urusan orang-

orang Muslim, lalu ia menjauh/menghalangi dari kebutuhan dan 

keperluan mereka, maka Allah akan menghalangi/menjauhkan 

kebutuhannya. 

Makna dan Kandungan Hadis

1. Berdasar pada hadis di atas dapat dipahami bahwa jabatan yaitu  

amanah. sebab nya harus dijalankan dengan baik. Pemimpin 

yang baik yaitu  yang mampu memberi  pelayanan kepada 

warga nya. Itulah sebabnya Nabi menyatakan bahwa seorang 

pemimpin tidak boleh menjauh atau bahkan menghalangi rakyatnya 

untuk mendapatkan hak-hak mereka baik yang telah ditentukan oleh 

agama maupun yang telah diatur oleh regulasi yang ada.


2. Dalam Islam dijelaskan bahwa tugas seorang pemimpin dalam suatu 

negara antara lain: 1) memelihara agama serta menjaga kehidupan 

beragama dari segala hal yang dapat mencederainya, 2) berkewajiban 

memberi  kebebasan kepada seluruh rakyatnya baik yang muslim, 

maupun yang non muslim termasuk dalam berdakwah dengan tidak 

memaksa serta patuh terhadap aturan yang ada, 3) menegakkan 

hukum, 4) menjaga stabilitas dan keamanan negara, 5) membentuk 

warga  yang rukun, damai, dan saling tolong-menolong dalam 

kebaikan dalam satu bingkai yang disebut al-amru bil ma’rufi 

wannahyu anilmunkari.  

3. Mencari pemimpin yang cerdas secara intelektual bisa jadi mudah. 

namun  mencari pemimpin yang betul-betul memiliki tingkat 

kepedulian, perhatian, dan pelayanan kepada warga nya dengan 

penuh kedekatan dengan mereka terkadang susah sebab  biasanya 

mereka selalu menjaga jarak dengan warga nya. Mereka tidak 

mau berinteraksi langsung sebab  menganggap bahwa dirinya lebih 

mulia daripada warga nya sehingga jika mereka tidak menjaga 

jarak itu, mereka menganggapnya sebagai suatu kelemahan dan dapat 

mengurangi prestisenya. Padahal seorang pemimpin yang baik yaitu  

pemimpin yang mampu menghilangkan jarak antara dirinya dengan 

warga nya.

4. Pemimpin yang baik yaitu  pemimpin yang mampu menempatkan 

dirinya di tengah warga nya dengan tidak menjaga jarak dengan 

mereka sehingga ia pun dapat diterima kehadirannya dengan baik 

sebab  ia disenangi. Seorang pemimpin yang baik sebaiknya berjiwa 

besar untuk senantiasa terbuka kepada mereka, dan bahkan dengan 

senang hati turun ke tengah warga nya untuk memantau dan 

mengetahui apa masalah yang sedang mereka hadapi. Semua masalah 

yang ada tentu akan mudah diselesaikan sebab  antara pemimpin 

dengan warga nya sangat akrab satu sama lain.

5. Model kepemimpinan blusukan yang diartikan sebagai proses di 

mana seorang pemimpin turun secara langsung ke tengah-tengah 

warga nya tidak hanya yang tinggal di kota-kota, namun  sampai ke 

pelosok kampung merupakan salah satu cara untuk meretas adanya 

jarak antara seorang pemimpin denga rakyatnya. Dengan blusukan 

itu tentu saja seorang pemimpin akan lebih banyak tahu tentang 

apa sesungguhnya yang sedang menjadi masalah di tengah-tengah 

mereka. Pemimpin dengan blusukannya akan banyak mendengarkan 

keluhan-keluhan rakyatnya; dan rakyatnya pun tidak akan ragu-ragu 

menyampaikan secara langsung masalah mereka sebab  sangat yakin 

bahwa mereka merasa sangat dekat secara emosional dan personal 

dengan pemimpinnya.

6. Diriwayatkan dari seorang sahabat bernama Aslam bahwa suatu 

saat  ia bersama dengan Umar bin Khttab menelusuri pelesok 

kampung sehingga keduanya kemudian menemukan seorang 

perempuan bersama dengan dua anaknya yang sedang menangis, 

sementara Ibunya sedang memasak sesuatu untuk kedua anaknya. 

Umar pun kemudian mendekat lalu memberi salam kepadanya 

dengan mengatakan: “keselamatan atasmu wahai pemilik cahaya” 

dan perempuan itu pun menjawab salamnya. Lalu Umar meminta 

izin untuk mendekat, sambil bertanya kepada perempuan itu, ada 

apa denganmu? Perempuan itu menjawab: kami sedang kedinginan 

dan sudah malam. Lalu Umar bertanya lagi, mengapa anak-anakmu 

menangis? Perempuan itu menjawab: menangis sebab  kelaparan. 

Lalu Umar bertanya lagi, apa yang ada di dalam periuk ini? Perempuan 

itu menjawab: hanya sekedar menenangkan mereka agar mereka 

tidur, demi Allah inilah masalah kami dengan Umar. Kemudian 

Umar bertanya lagi kepadanya: apa saja yang Umar ketahui tentang 

kamu. Perempuan itu menjawab: Umar menjadi pemimpin kami 

namun  kemudian ia mengabaikan dan tidak peduli terhadap kami. 

Sesaat  itu, Umar mengatakan kepada Aslam, ayo pergi bersamaku. 

Lalu keduanya pergi sampai ke suatu tempat, lalu mengambil gandum 

dan sekumpulan lemak/minyak sambil mengatakan kepada Aslam:       

tolong naikkan semuanya ke pundakku. Aslam mengatakan: biar aku 

yang bawakan. Kata Umar, engkau akan menanggung dosa-dosaku 

di hari kimat. Lalu Umar pun memikul gandum dan minyak itu 

menuju tempat perempuan tadi. Sampai di sana, Umar mengatakan 

kepada perempuan itu: biarkan aku yang masak. sesudah  itu, kedua 

anak perempuan itu makan sampai kenyang, sehingga perempuan 

itu berkata: terima kasih banyak, engkau sesungguhnya lebih berhak 

menjadi pemimpin daripada amirul mukminin (Umar bin Khattab). 

Umar pun kemudian mengatakan kepadanya: berucaplah yang baik, 

jika suatu waktu engkau ketemu dengan amirul mukminin maka 

engkau akan menemukan aku di sana. Umar telah menjadi contoh 

sebagai seorang pemimpin yang tidak mau menjaga jarak antara 

dirinya dengan warga nya sebab  ia sangat paham bahwa seorang 

pemimpin memang semestinya harus selalu hidup bersama dengan 

rakyatnya.

7. Kepemimpinan dengan model blusukan paling tidak dapat membuka 

pintu untuk mengetahui secara langsung kehidupan rakyat yang 

sesungguhnya; dan hal itu merupakan bentuk kepemimpinan 

yang bersifat partisipatif dengan memberi  pelayanan kepada 

warga  sepenuh hati. Kondisi seperti itu tentu saja akan membuat 

rakyat merasa semakin dekat dengan pemimpinnya. sebab  itulah 

Nabi telah mengajarkan tentang bagaimana menciptakan suasana 

batin yang selalu nyaman antara seorang pemimpin dengan rakyat 

dengan cara hidup bersama yang dikuatkan oleh rasa cinta dengan 

selalu bertegur sapa, berjabat tangan, dan bercengkrama langsung 

tanpa ada sekat dan jarak satu sama lain. 


HADIS TENTANG

TRANSPARANSI DAN PROFESIONALITAS 

َ

Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: Demi Tuhan, aku tidak 

memberi  dan tidak pula menahan untukmu, namun  aku hanya 

membagi sesuai dengan yang diperintahkan kepadaku.

َ

Dari Said al-Khudri, Nabi bersabda: Tidaklah seorang di antara 

kalian menghinakan dirinya. Mereka berkata: bagaimana hal 

itu terjadi? Nabi mengatakan: Mereka melihat sesuatu yang 

janggal (sesuai hukum Allah) namun  ia tidak mengatakan 

yang sesungguhnya, lalu ia bertemu dengan Allah (mati); dan 

ia membiarkan hal itu. Allah mengatakan kepadanya: Apa 

yang membuatmu diam sehingga tidak mengatakan yang 

sesungguhnya? Ia mengatakan: takut terhadap manusia. Lalu 

Allah mengatakan: Semestinya engkau lebih takut kepada-Ku.•

Transparansi yaitu  kebenaran, dan mesti ada seorang pemimpin 

bagi manusia.

Makna dan Kandungan Hadis

1. Berdasar pada hadis di atas dapat dipahami bahwa seseorang yang 

diberi suatu tugas atau amanah semestinya dilaksanakan sesuai 

dengan aturan dan regulasi yang ada. Misalnya diamanahi untuk 

membagikan sesuatu di tengah warga  maka harus dibagi sesuai 

dengan petunjuk dan mekanisme yang ada. Dalam hal ini Nabi telah 

memberi contoh yang baik saat  beliau membagikan sesuatu di 

tengah-tengah sahabatnya. Beliau membaginya sesuai dengan yang 

diperintahkan oleh Allah kepadanya. Itulah sebabnya dalam bahasa 

al-Qur’an saat  berbicara tentang sebaik-baiknya pekerja yaitu  yang 

memiliki kemampuan dan terpercaya. Kata orang bijak: “kejujuran 

akan menyelamatkan kamu walaupun kamu takut padanya, dan 

kebohongan akan mencelakakan kamu walaupun kamu tenteram 

sebab nya”. 

2. Nabi mengingatkan agar tidak ada di antara manusia yang 

menghinakan dirinya sendiri. Hal itu dapat terjadi kapan saja, di mana 

saja, dan bagi siapa saja. Seseorang yang melihat sesuatu yang janggal 

namun  ia hanya diam dan tidak mengatakan yang sesungguhnya maka 

nanti di hari kemudian Allah akan bertanya kepadanya: Apa yang 

membuatmu diam sehingga tidak mengatakan yang sesungguhnya? 

Ia pun kemudian menjawab dengan mengatakan: sebab  aku takut 

kepada mereka, padahal semestinya mereka itu lebih takut kepada 

Allah.

3. Seseorang yang mampu mengatakan sesuatu apa adanya maka 

sesungguhnya ia sedang mencoba untuk mengaktualisasikan 

nilai kebenaran dalam hidupnya. Itulah sebabnya mengapa Nabi 

mengatakan bahwa transparansi yaitu  bagian dari kebenaran. 

sebab nya Nabi mengatakan bahwa sesuatu yang diyakini 

kebenarannya yaitu  bagian dari perintah agama. 

4. Menjalankan tugas dengan baik, bertanggung jawab, dengan selalu 

menjaga integritas, akuntabilitas, dan transparan akan membuat setiap 

aspek kehidupan manusia lebih baik sebab  mampu mencegah hal-

hal yang dianggap dapat merugikan. Dalam suatu riwayat disebutkan 

bahwa Lukmanul Hakim pernah ditanya tentang rahasia mengapa 

dirinya begitu mulia, ia pun kemudian menjawab dengan mengatakan: 

dengan kejujuran, melaksanakan amanah, dan meninggalkan hal-hal 

yang tidak penting. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa saat  

Abu Bakar baru saja diangkat sebagai Khalifah kaum Muslimin 

beliau mengatakan: sesunggguhnya kalian semua menginginkan aku 

melakukan hal yang sama dengan Nabi. Aku tidak memiliki apa yang 

dimiliki Nabi (wahyu), aku ini yaitu  manusia biasa sehingga engkau 

sekalian harus selalu mengawasiku. Keesokan harinya, Abu Bakar 

bertemu Umar, lalu Umar bertanya: Abu Bakar hendak kemana? Abu 

Bakar menjawab: aku hendak pergi ke pasar. Umar lalu mengatakan 

kepadanya: telah datang kepadamu suatu hal yang menyibukkan 

kamu dari urusan pasar. Abu Bakar mengatakan: Maha Suci Allah. 

Aku telah disibukkan keluarga dan anak-anakku. Umar mengatakan: 

kalau begitu, nanti engkau diberi (gaji) agar tidak lagi sibuk kecuali 

dengan tugasmu sebagai khalifah. Abu Bakar mengatakan: aku takut 

jangan sampai aku tidak pantas memakan harta (gaji) ini sedikit pun. 

Abu Bakar diberi sekitar 8000 dirham untuk keperluan dua tahun. 

Tidak lama kemudian, saat  Abu Bakar menjelang kematiannya 

ia pun mengakatan: jika aku mati, aku mohon 8000 dirham dari 

hartaku engkau ambil kembali lalu masukkan ke baitul mal. Tidak 

lama kemudian saat  Umar bin Khattab tahu, ia pun mengatakan: 

Allah merahmati Abu Bakar, sungguh ia telah merepotkan semua 

orang sepeninggalnya.

5. Tentu saja seorang pemimpin sangat diharapkan untuk dapat 

memberi contoh keteladanan kepada warga nya, paling tidak 

mereka dapat meningkatkan kualitas diri mereka dalam menghadapi 

semua masalah yang terjadi di tengah-tengah mereka. Dalam riwayat 

disebutkan bahwa pernah suatu saat  Abu Bakar berbicara di 

depan para sahabat Nabi. Beliau mengatakan: sesungguhnya orang 

yang paling cerdas yaitu  orang yang bertakwa, sedangkan orang 

yang paling bodoh yaitu  orang yang berlaku curang. Ketahuilah 

bahwa sesungguhnya kebenaran/kejujuran di sisiku yaitu  amanah, 

sedangkan kebohongan yaitu  khiyanat.

6. Umar bin Khattab pernah mengatakan: jangan engkau pernah bangga 

melihat seorang lelaki sebab  penampilannya, akan namun  siapa yang 

dapat melaksanakan amanah dengan baik, dan berusaha untuk 

tidak mencemari kehormatan orang lain maka ketahuilah bahwa 

orang itu yaitu  lelaki yang sesungguhnya.134 Bahkan baginda Nabi 

pernah mengatakan: jika amanah sudah diabaikan maka tunggulah 

kehancuran. Ada yang bertanya: bagaimana amanah itu diabaikan? 

Beliau mengatakan: jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan 

ahlinya, maka tunggulah kehancuran.

7. Dalam konteks sekarang, sesungguhnya kejujuran, transparansi, 

dan profesionalitas telah menjadi keniscayaan yang selalu harus 

dipedomani dalam setiap urusan dan aktivitas yang dilakukan. 

Pekerjaan yang dilakukan dengan penuh kejujuran, dan amanah 

akan senantiasa membawa berkah kepada yang bersangkutan. Seperti 

kata orang bijak: buat apa pendapatan banyak jikalau tidak berkah, 

namun  biar pendapatan sedikit yang penting berkah. Orang yang paling 

bahagia yaitu  orang yang hidupnya diberkahi oleh Allah. Sebaliknya, 

orang yang paling rugi yaitu  orang yang tidak pernah mendapatkan 

keberkahan dari semua urusan dan pekerjaan yang dilakukannya. 

sebab  itulah, dalam bahasa al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa 

jika Dia berkehendak menghancurkan suatu negeri maka Dia 

memerintahkan kepada para penguasa atau pemangku kebijakan 

untuk berbuat fasik dan tidak mengindahkan lagi perintah-perintah 

Tuhan, maka kemudian ketentuan Tuhan berlaku atas mereka dengan 

menghancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. Di ayat yang lain 

Allah menegaskan: bahwa apa yang didapatkan oleh manusia berupa 

kebaikan maka sesungguhnya itu datangnya dari Allah, dan apa yang 

menimpa kamu berupa keburukan maka sesungguhnya penyebabnya 

yaitu  dari dirimu sendiri. 


HADIS TENTANG 

PEMIMPIN YANG TIDAK ADIL

 

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, dari Nabi SAW. Beliau bersabda: 

Segala sesuatu memiliki cacat/penyakit yang merusaknya. Dan 

sesungguhnya cacat/penyakit agama ini yaitu  pemimpin yang 

jahat.

 

Nabi bersabda: Wahai Abu Hurairah, adil sejenak (sejam) jauh 

lebih baik daripada ibadah 60 tahun dengan ibadah (shalat) di 

malam hari, dan berpuasa di siang hari. Wahai Abu Hurairah: 

curang sejenak (sejam) lebih keji di sisi Allah daripada bermaksiat 

selama 60 tahun. Dalam riwayat lain: adil sehari jauh lebih mulia 

daripada beribadah selama 60 tahun.

 ِ

Dari Abu Hurairah, mengatakan: Nabi bersabda: Tidaklah 

seseorang memerintah 10 orang atau lebih lalu ia tidak adil 

kepada mereka kecuali nanti di hari kiamat datang dalam keadaan 

terbelenggu/terikat tangan dan lehernya.

َ

Dari Ibnatu Ma’qil bin Yasar, dari bapaknya, mengatakan: aku 

telah mendengar Nabi bersabda: Tidaklah seorang memerintah 

orang sedikit atau banyak lalu ia tidak berlaku adil kepada mereka 

keculai Allah akan menyungkurkan wajahnya ke dalam neraka.


Makna dan Kandungan Hadis

1. Berdasar pada hadis di atas dapat dipahami bahwa segala sesuatu 

dapat mengalami kerusakan akibat suatu penyakit atau kecacatan. 

Sedangkan secara khusus penyakit atau kecacatan agama ini kata Nabi 

yaitu  pemimpin yang jahat. sebab  itu di dalam Islam ditekankan 

pentingnya pemimpin yang adil agar dengannya keadilan dapat 

ditegakkan. Menegakkan keadilan sejenak atau sehari akan jauh lebih 

baik daripada ibadah 60 tahun dengan ibadah (shalat) di malam hari, 

dan berpuasa di siang hari. Sebaliknya berlaku curang sesaat saja akan 

jauh lebih keji di sisi Allah daripada bermaksiat selama 60 tahun. 

2. Islam mengecam tindak kesewenangan dan ketidak-adilan. sebab nya 

Nabi dengan sangat transparan menyatakan bahwa seorang yang 

memerintah minimal 10 orang saja, apalagi jika lebih, lalu ia tidak 

berlaku adil kepada mereka maka nanti di hari kiamat ia akan datang 

dalam keadaan terbelenggu atau terikat tangan dan lehernya. Bahkan 

akan disungkurkan wajahnya oleh Allah ke dalam api neraka. sebab  

itulah, Islam menjelaskan tentang betapa pentingnya akhlak yang 

terpuji seperti sifat jujur, amanah, setia, dan murah hati. Sebaliknya, 

akhlak yang tidak terpuji semestinya ditinggalkan seperti suka 

berdusta, khianat, curang, nifak dan sebagainya. 

3. Nabi mengecam pemimpin yang tidak berlaku adil dan curang 

terhadap rakyatnya. Dalam bahasa agama hal itu dapat dikategorikan 

sebagai bagian dari ciri orang munafik yakni bila dipercaya dia khianat, 

bila bicara dia dusta, bila berjanji dia tidak tepati, dan bila bersengketa 

dia curang. 

4. Bila dalam suatu komunitas warga  dipenuhi kecurangan 

termasuk oleh para pemimpin yang diberi amanah dengan tidak 

berlaku adil maka pada akhirnya yang akan terjadi yaitu  kehancurkan 

kehidupan manusia itu sendiri sebab  tidak lagi peduli dengan 

nilai-nilai transenden agama yang sakral. Dalam bahasa al-Qur’an, 

Allah menjelaskan bahwa saat  Dia menghendaki adanya suatu 

kehancuran dalam suatu negeri, Allah akan memerintahkan kepada 

   

para tokoh dan pemuka-pemuka kaum ini  untuk melakukan 

kefasikan dan kesewenangan dengan tidak lagi mengindahkan 

nilai dan norma agama yang semestinya diindahkan. sebab  itulah, 

memberi  nasehat kepada seorang pemimpin yang curang 

merupakan kunci untuk tetap dapat menjaga keamanan di satu sisi, 

dan melawan ketidakadilan, dan kezaliman di sisi lain. Jika kezaliman 

dan kecurangan dibiarkan begitu saja, lalu kemudian mendominasi 

kehidupan suatu bangsa maka dapat dipastikan bahwa kehidupan 

warga  secara umum akan terasa semakin sulit, kacau, dan tidak 

akan pernah merasa tenteram.


HADIS TENTANG

TIDAK AMANAH DALAM TUGAS

 َ

Dari Abu Umamah, ia berkata: aku telah mendengar Nabi bersabda: 

Tidaklah seorang Muslim yang memerintah sepuluh orang atau 

lebih kecuali ia datang di hari kiamat dalam keadaan tangannya 

terikat sampai lehernya, kebaikannya akan membebaskannya 

atau dosanya akan membinasakannya, awalnya yaitu  celaan, 

pertengahannya yaitu  penyesalan, dan akhirnya yaitu