Minggu, 29 Desember 2024

alkitab polemik 5


 pujian 

dengan mengaku seolah dialah yang membunuh Saul. Penulis menuliskan 

bagaimana Saul mati dan bagaimana orang Amalek menceritakan kematian 

Saul. Kisah orang Amalek bahwa ia sedang berada di Gunung Gilboa (2 

Samuel 1:6) agaknya kurang benar. Ia mungkin datang untuk menjarah 

barang-barang dari tubuh orang yang sudah mati. Bagaimanapun ia telah 

ada disana sebelum tentara Filistin tiba dan tidak menemukan mayat Saul 

sampai keesokan harinya (1 Samuel 31:8). Kita tahu bagaimana kesaksian 

Daud bahwa orang Amalek beranggapan bahwa ia memberitahukan kabar 

baik tentang kematian Saul (2 Samuel 1:10). Tampaknya ia mendatangi 

mayat Saul, mengambil mahkota dan kalungnya kemudian mengarang 

cerita tentang kematian Saul supaya ia mendapat hadiah dari Daud  sebab  

telah menewaskan musuhnya. Tetapi rencana jahat orang Amalek ini justru 

menimbulkan dampak dramatis balik bagi dirinya sendiri. 


96. Apakah setiap orang itu berdosa (1 Raja-raja 8:46; 2 Tawarikh 

6:36; Amsal 20:9; Ulangan 7:20; 1 Yohanes 1:8-10) ataukah ada 

beberapa orang yang tidak berdosa? (1 Yohanes 3:1, 8-9, 4:7, 5:1) 

(Kategori: salah memahami penggunaan bahasa Yunani dan memaksakan 

menurut pemikiran sendiri) 

Kontradiksi semu di atas mempermasalahkan, “Apakah setiap orang 

berdosa?” lalu sejumlah ayat yang meng-iya-kannya didaftarkan Shabbir 

dari dalam Perjanjian Lama, untuk dikonfrontasikan dengan sebuah ayat 

dari Perjanjian Baru dalam 1 Yohanes 1:8-10: 

“Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita 

sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, 

maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa 

kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata bahwa 

kita tidak berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan 

firman-Nya tidak ada di dalam kita.” 

sesudah  itu Shabbir mengatakan, “Seorang Kristen yang sejati tidak 

mungkin berdosa  sebab  mereka adalah anak-anak Tuhan.” Pernyataan itu 

didukung sejumlah ayat dari 1 Yohanes yang menyebutkan bahwa orang 

Kristen adalah anak-anak Tuhan. Disini Shabbir mengutarakan 

pendapatnya bahwa mereka yang menjadi anak-anak Tuhan berarti tidak 

berdosa. Memang benar bahwa seseorang yang lahir dari Tuhan tidak 

berkebiasaan berbuat dosa (Yakobus 2:14f), tetapi itu bukan berarti bahwa 

mereka sama sekali tidak akan jatuh dalam dosa  sebab  kita masih tinggal 

di dunia yang penuh dosa dan pelanggaran. 1 Yohanes 3:9 menyatakan: 

“Setiap orang yang lahir dari Tuhan tidak (terus) berbuat dosa lagi 

(continue to sin), sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak 

dapat (terus) berbuat dosa (go on sinning)  sebab  ia lahir dari Tuhan.” 

Shabbir mengutip ayat dari 1 Yohanes 3:9 dari terjemahan Yunani yang 

kurang tepat. Dalam Alkitab terjemahan yang lebih baru seperti NIV (New 

International Version), mereka menerjemahkannya secara tepat dengan 

menggunakan kata kini (present continuous) dalam ayat ini , yaitu 

seperti apa yang tertulis dalam bahasa Yunaninya. Oleh  sebab  itu ayat 

ini  seharusnya berbunyi, “Mereka yang lahir dari Tuhan tidak akan 

terus berbuat dosa…dan mereka tidak dapat berbuat dosa terus.” Yaitu 

suatu gagasan bahwa hidup yang berketerusan di dalam dosa akan mati, 

 sebab  kini di pendosa yang bertobat itu telah mendapat pertolongan 

Tuhan melalui kuasa Roh Kudus. 

Lucu sekali melihat cara membaca Shabbir yang melompat-lompat dalam 

menyatakan maksudnya demi untuk menekankan kontradiksinya. Ia 

memulai dengan 1 Yohanes 1 kemudian lompat ke 1 Yohanes 3-5 dan baru 


 

kembali lagi ke 1 Yohanes 1 dengan mengutip ayat 8, yang mengatakan 

bahwa semua manusia berdosa (dengan harapan untuk menunjukkan 

pertentangan). Padahal tidak ada pertentangan disini dan jelas Shabbir 

tidak mengerti cara membaca surat para rasul dan salah memahami tema 

yang kian berkembang lewat surat-surat yang berjalan. Dengan kata lain, 

cara Shabbir membaca surat ini  dari awal kemudian pindah ke bagian 

tengah lalu kembali lagi ke bagian awal adalah cara yang tidak seharusnya 

dalam membaca Alkitab (lain halnya dengan membaca surat-surat Al 

Qur‟an). 

Kitab suci jelas menyatakan bahwa semua manusia telah berdosa, kecuali 

satu yaitu Tuhan Yesus Kristus. Oleh  sebab  itu, kami tidak menyalahkan 

Shabbir disini. Saya setuju dan senang dengan pernyataan Shabbir yang 

kedua, yang mengatakan bahwa orang Kristen adalah anak-anak Tuhan. 

Tetapi pernyataan Shabbir yang ketiga itulah yang menimbulkan 

perselisihan; ia tidak mengetahui bagaimana sebuah tema dikembangkan 

dalam sebuah surat. Inti dari surat Yohanes adalah panggilan untuk hidup 

kudus dan benar  sebab  pengampunan dosa yang diberikan melalui 

kematian Kristus. Untuk itulah kita dipanggil, yaitu untuk tidak terus hidup 

dalam dosa melainkan berubah menjadi tidak bercacat cela seperti halnya 

Kristus yang tidak berdosa. Dalam upayanya menimbulkan kontradiksi, 

Shabbir telah salah menggunakan ayat, sehingga ayat bacaan yang tadinya 

dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah pertentangan justru tidak saling 

bertentangan. 

97. Apakah kita perlu menolong orang lain dalam menanggung 

bebannya (Galatia 6:2) atau kita hanya perlu menanggung beban kita 

sendiri? (Galatia 6:5) 

(Kategori: salah membaca ayat) 

Inti pertanyaan di atas adalah: “Siapa yang akan menanggung beban, dan 

bebannya siapa?” Menurut Galatia 6:2 kita harus menanggung beban 

sesama sedangkan Galatia 6:5 mengatakan kita cukup menanggung beban 

kita sendiri. 

Sama sekali tidak ada pertentangan disini. Ini bukanlah masalah “ini atau 

itu” melainkan “ini dan itu”. Jika anda membaca Galatia 6:1-5 dengan 

benar, maka dapat anda lihat bahwa orang percaya bukan saja diminta 

untuk saling menolong pada saat orang lain membutuhkan pertolongan, 

mendapat kesulitan dan pencobaan, tetapi juga mereka harus menanggung 

beban mereka sendiri. 

Tidak ada yang sulit dan bertentangan dalam hal ini,  sebab  keduanya 

sama-sama diperintahkan. 

 

98. Apakah Yesus menampakkan diri kepada keduabelas orang murid-

Nya (1 Korintus 15:5) atau hanya kepada sebelas orang? (Matius 

27:3-5, 28:16; Markus 16:14, Lukas 24:9,33, Kisah Para Rasul 1:9-

26) 

(Kategori: salah membaca ayat) 

Tidak ada pertentangan pada kisah di atas, andaikata anda memperhatikan 

bagaimana kata-kata itu digunakan. Dalam semua referensi yang 

digunakan untuk sebelas orang murid intinya, maka materi yang dikisahkan 

itu adalah akurat menurut waktu pengisahan. sesudah  Yudas mati, murid-

murid Yesus tinggal sebelas orang dan hal ini terus berlangsung sampai 

akhirnya Matias dipilih menggantikan Yudas Iskariot. 

Dalam 1 Korintus 15:5, kata umum (generic) “kedua belas” orang murid 

digunakan  sebab  Matias sudah diperhitungkan ke dalam dua belas orang 

murid Yesus,  sebab  ia juga turut menyaksikan kematian dan kebangkitan 

Yesus Kristus, seperti ayat yang digunakan oleh Shabbir dalam Kisah Para 

Rasul 1:21-22. 

99. Apakah Yesus langsung pergi ke Gurun sesudah  Ia dibaptis (Markus 

1:12-13), atau Ia pergi terlebih dahulu ke Galilea, mencari murid-

murid, kemudian menghadiri perkawinan di Kana? (Yohanes 1:35,43, 

2:1-11) 

(Kategori: salah membaca ayat) 

Pertentangan semu di atas menanyakan: “Kemana Yesus pergi selama tiga 

hari sesudah  Ia dibaptis?” Markus 1:12-13 menyebutkan Ia pergi ke padang 

gurun dan berpuasa selama 40 hari, sementara kitab Yohanes seolah-olah 

menyebutkan bahwa pada keesokan harinya sesudah  Yesus dibaptis, Ia 

pergi ke Betani dan hari kedua Ia ada di Galilea, dan hari ketiga ada di 

Kana? (Yohanes 1:35; 1:43; 2:1-11). Kesan ini seolah benar jika anda 

tidak membaca keseluruhan ayat mulai dari Yohanes 1:19. Penjelasan 

tentang baptisan Yesus dinyatakan oleh Yohanes Pembaptis sendiri, “Dan 

inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus 

beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: 

“Siapakah engkau?” (Ayat 19). Dan ia menunjuk kepada peristiwa 

pembaptisan yang telah lewat. Bila tidak yakin, periksalah bentuk kata 

kerja lampau yang digunakan Yohanes ketika Ia melihat Yesus datang 

kepadanya dalam ayat 29-30 dan 32. Sambil memperhatikan Yesus, ia 

menceritakan kepada orang-orang bagaimana hubungan Yesus dengan 

baptisan dan signifikansinya. Tidak ada alasan untuk beranggapan bahwa 

baptisan itu terjadi pada saat Yohanes berbicara disitu.  sebab  itu tidak ada 

alasan untuk menunjukkan pertentangan pasal ini dengan yang ada di 

dalam Injil Markus. 


 

100. Apakah Yusuf membawa lari bayi Yesus ke Mesir (Matius 2:13-23) 

atau ia membawa-Nya ke rumah Tuhan di Yerusalem dan kembali ke 

Galilea? (Lukas 2:21-40) 

(Kategori: salah memahami konteks sejarah) 

Kontradiksi semu di atas tampaknya menanyakan: 

“Apakah nyawa bayi Yesus terancam di Yerusalem?” 

Menurut Matius 2:13-23 “ya” sedangkan menurut Lukas 

2:21-40 agaknya “tidak”. 

Kedua cerita di atas sebenarnya saling melengkapi kisah 

hidup Yesus pada masa bayi dan bukan bertentangan 

sama sekali. Perlu waktu bagi Herodes untuk menyadari 

bahwa ia telah diperdaya oleh orang-orang Majus. Injil 

Matius mengatakan bahwa ia membunuh semua bayi 

laki-laki yang berusia kurang dari 2 tahun di Bethlehem 

dan sekitarnya. Sebelum itu Yusuf dan Maria 

mempunyai kesempatan bebas untuk melakukan ritual adat istiadat di 

rumah Tuhan di Yerusalem, lalu kembali ke Nazareth di Galilea. Dari situ 

mereka pergi ke Mesir, dan sesudah  Herodes mati barulah mereka kembali 

lagi. 

101. Ketika Yesus berjalan di atas air, apakah murid-murid-Nya 

menyembah Dia (Matius 14:33) atau mereka bingung dan tercengang 

 sebab  kedegilan hati mereka? (Markus 6:51-52) 

(Kategori: tidak membaca seluruh ayat) 

Kontradiksi semu di atas menanyakan: “Ketika Yesus berjalan di atas air, 

bagaimana respon murid-murid-nya?” Matius 14:33 menyebutkan mereka 

menyembah Dia. Sedangkan Markus 6:51-52 menyebutkan bahwa mereka 

tercengang dan tidak juga mengerti siapa Yesus yang melakukan mujizat 

dengan memberi makan 5000 orang. 

Lagi-lagi ini bukan sebuah kontradiksi melainkan dua ayat yang saling 

melengkapi. Jika Shabbir membaca seluruh ayat dalam Matius, ia akan 

mendapatkan bahwa baik Injil Matius (ayat 26-28) maupun Markus 

menyebutkan bahwa para murid mula-mula tercengang dan panik, mengira 

bahwa Ia adalah hantu. Ini terjadi  sebab  mereka masih belum mengerti 

dari mujizat sebelumnya siapakah Yesus itu. Tetapi sesudah  mereka sadar 

dari rasa terkejut, Injil Matius menjelaskan bahwa mereka menyembah Dia. 

 


 

Dalam kesimpulan ini, berdasarkan pengujian semua bukti yang ada kami bisa 

menjelaskan praktis setiap ayat yang dianggap saling bertentangan oleh Shabbir 

Ally. 

Jika kita perhatikan 101 kontradiksi semu di atas, maka pertentangan ini  

dapat dibedakan ke dalam 15 kategori kesalahan, yang melatarbelakangi setiap 

pertentangan yang ditulis oleh Shabbir. Setiap kategori menunjukkan berapa 

kali Shabbir membuat kesalahan, dan jika anda hitung maka semua kategori 

kesalahan ini  berjumlah lebih dari 101 buah. Ini semata-mata  sebab  

Shabbir membuat kesalahan lebih dari satu kali dalam beberapa pertanyaan 

tertentu. 

Kategori kesalahan ini  adalah: 

   Salah memahami isi cerita/konteks historis – 15 kali 

   Salah memahami ayat – 15 kali 

   Salah memahami penggunaan bahasa Ibrani – 13 kali 

   Mengartikan ayat secara sempit – 13 kali 

   Salah memahami maksud penulis – 12 kali 

   Akibat kesalahan dari penulis ulang – 9 kali 

   Salah memahami cara kerja Tuhan dalam sejarah – 6 kali 

   Salah memahami penggunaan bahasa Yunani – 4 kali 

   Tidak membaca seluruh ayat – 4 kali 

   Salah mengutip ayat – 4 kali 

   Salah memahami kata-kata – 3 kali 

   Terlalu mengartikan secara hurufiah – 3 kali 

   Menggunakan pemikiran sendiri- 3 kali 

   Salah mengkaitkan cerita yang satu dengan yang lainnya – 1 kali 

   Telah ditemukan naskah tulisan yang lebih awal – 1 kali 

Dengan rendah hati kami akui kami tidak dapat memberi  penjelasan atau 

pemahaman secara spesifik dalam buku ini, dan kami harap hal ini dapat 

dimaklumi. Telah kita ketahui bersama bahwa para pengarang kitab Injil menulis 

dengan sudut pandang yang berbeda-beda, di satu sisi ada penambahan dan di 

satu sisi ada pengurangan cerita yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ini 

menunjukkan bahwa ke-empat penulis kitab Injil menulis secara bebas dan tidak 


dipengaruhi siapapun dengan kata lain tidak ada kolusi baik dengan sesama 

pengarang maupun editor. Dan kemampuannya dalam menyelesaikan konflik 

dengan pemikiran yang serupa membuat kredibilitasnya semakin tinggi. 

Penjelasan di atas menunjukkan adanya kejujuran dan keterbukaan dari para 

penulis ulang dan penerjemah (baik orang Yahudi maupun orang Kristen). 

Walaupun mudah untuk merubah kesalahan secara sistematis ini, tetapi hal 

ini  tidak dilakukan supaya kita dapat mempertahankan naskah yang sejati. 

Ayat di atas memang dapat menimbulkan kesan pertentangan seperti yang 

dilakukan oleh Shabbir, tetapi kami tidak khawatir untuk menjelaskannya. 

Dalam bukletnya, Shabbir menuliskan dua ayat pada bagian bawah, yang perlu 

kita jawab: 

1. “Sebab Tuhan tidak menghendaki kekacauan…” (1 Korintus 14:33) 

Benar sekali bahwa Tuhan bukan pengarang yang dapat menimbulkan 

kekacauan. Amat sedikit yang bisa membingungkan di dalam Alkitab. Ketika 

kita paham membaca seluruh ayat asli serta konteks yang 

melatarbelakanginya, kebingungan itu akan sirna. Tentu saja kita 

membutuhkan para ahli untuk menjelaskan semua hal ini ,  sebab  

tulisan-tulisan ini  telah ditulis oleh para penulis ulang 2000-3500 tahun 

yang lalu. 

Hal serupa juga terjadi dalam Al Qur‟an. Pada pembacaannya yang pertama 

(hingga ke-sepuluh) terhadap Al Qur‟an banyak hal yang tidak akan jelas. 

Ambil contoh surat pertamanya yang misterius itu. Tampaknya sesudah  1400 

tahun penelitian, orang-orang hanya dapat mengira-ngira apa, kapan, dan 

bagaimana surat misterius itu terjadi di bumi pada waktu itu. Begitu pula 

ada banyak cerita yang tidak sejalan dengan cerita Alkitab, melainkan 

asalnya ada  dalam kisah-kisah apokrip Talmud (di abad kedua!). ini 

benar-benar membingungkan! Tetapi, kita sekarang dapat menjelajahi 

konteks sejarah itu dari tulisan-tulisan itu sehingga kita tahu bahwa surat-

surat demikian bukan diwenangkan oleh Tuhan, tetapi ditulis oleh tangan 

manusia, beberapa abad sesudah  wahyu Tuhan yang otentik itu 

dikanonisasikan orang. 

2. “…Setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh” (Lukas 11:17) 

Alkitab tidak terpecah-pecah. Yesus berbicara mengenai si pemecah besar-

besaran, yaitu Setan yang terbagi-bagi dan melawan diri mereka sendiri. 

Tetapi, hal ini  dijauhkan dari Alkitab. Sebuah buku yang empat kali 

lebih tebal isinya daripada Al Qur‟an, dengan keabsahan yang disetujui 

hingga 99,999%! Benar-benar sebuah buku yang ajaib! 

Dan akhirnya, kami tutup dengan dua petikan ayat firman Tuhan di bawah ini: 


 

“Pembicara pertama dalam suatu pertikaian nampaknya benar, lalu datanglah 

orang lain dan menyelidiki perkaranya.” (Amsal 18:17) 

“…sebagaimana pula Paulus, saudara kita yang terkasih, telah menuliskannya 

kepadamu sesuai dengan hikmat yang telah diberikan kepadanya. Dan seperti 

dalam semua surat yang berbicara kepada mereka mengenai hal-hal ini, yang di 

dalamnya ada  beberapa hal yang sulit dipahami, sama seperti kitab-kitab 

yang lainnya juga, yang sedang mereka -yang tidak terpelajar dan tidak teguh- 

selewengkan menuju kehancuran diri mereka sendiri.” (2 Petrus 3:15-16)